22 I Wayan Sudana, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 2(2), 2011, 22-34
PELESTARIAN KESENIAN TRADISIONAL: PEMBINAAN TARI BARIS GEDE DI PESRAMAN GURUKULA, KABUPATEN BANGLI I Wayan Sudana Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar
Ringkasan Eksekutif Tari Baris Gede adalah salah satu bentuk kesenian tradisional yang dipentaskan saat upacara ritual keagamaan Hindu di hampir semua desa-desa di Kabupaten Bangli. Tari Baris Gede perlu dilestarikan karena tari tradisional ini hanya dipentaskan saat ada ritual keagamaan, kebanyakan ditarikan oleh para lelaki sepuh sehingga tidak banyak ada regenerasi penari, dan jarang ada pembinaan tari ini untuk anak-anak. Disamping perlunya anak-anak muda yang berkompetensi menari dan melatihkan tari ini ke generasi selanjutnya, buku panduan pelatihan Tari Baris Gede merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk menjamin pelaksanaan pelestarian seni tari ini berlangsung dengan baik. Kegiatan pembinaan Tari Baris Gede di Pesraman Gurukula telah berhasil melatihkan sekelompok remaja pria yang mampu menarikan Tari Baris Gede dengan sangat baik dan sebuah buku pedoman pelatihan Tari Baris Gede yang sangat sederhana yang dapat dipergunakan oleh para penari atau pelatih tari generasi selanjutnya. Keberhasilan kegiatan ini adalah awal bagi pelestarian seni tari tradisional Bali. Pembinaan yang lebih intensif dan sistematis perlu dilakukan oleh berbagai pihak, baik pemerintah, instansi non pemerintah maupun oleh masyarakat secara mandiri. Kata-kata kunci: Tari Baris Gede, pembinaan, tradisional, pelestarian Executive Summary Baris Gede Dance is one form of traditional arts which is performanced in religious Hinduisms events at almost all villages in the Bangli Regency. The Baris Gede Dance is needed to be conserved because the traditional dance is only performed in religious events; it is mostly danced by oldmen without regenaratng the dancers; and the dance coaching for the youths was rarely conducted. Instead of the need on young generation having the dance competence as well as having the dance’s training skills for the next generation, a guide book for training the dance is n important thing for granting that the concerving on the traditional dance can be properly conducted. The coaching activities on the Baris Gede Dance in the Pesraman Gurukula were successfully trained a group of young men having very good competences in dancing the Baris Gede and a very simple guide book for training the dancing that can be used by the dancers as well as the next generation dance trainers. The success story of the activity is a part of beginning the concerving the Balinese traditional dances. The more intensive and systemic coaching activities should be done by various parties including the government, non governments, and the society it self autonomiously. Keywords: Baris Gede Dance, coaching, traditional, concerving
23 I Wayan Sudana, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 2(2), 2011, 22-34
A. PENDAHULUAN Pesraman Gurukula Bangli berlokasi di Desa Kubu Kabupaten Bali, sebuah tempat perbukitan berhawa sejuk dengan penataan halaman Pesraman yang amat indah. Pesraman ini tepatnya beralamat di Pusat Pendidikan Hindu Widyalaya, Jalan Pucak Hyang Ukir, Kabupaten Bangli, Propinsi Bali. Pesraman Gurukula ini diresmikan oleh Menteri Agama Republik Indonesia pada tanggal 23 Maret 2005. Pesraman Gurukula dengan areal 2 Ha yang berada di sebelah Utara Bukit Bangli, memiliki udara bersih, dengan panorama 3 (tiga) gunung, yaitu di sebelah timur panorama Gunung Agung, di sebelah utara panorama gunung batur, di sebelah Barat Laut panorama Gunung Terompong, serta panorama lainnya yang menghijau. Gurukula adalah implementasi konsep penyampaian pengetahuan suci dari guru kepada muridnya berdasarkan konsep weda. Pesraman Gurukula Bangli, yang berdiri berdasarkan akte Pendirian Yayasan Nomor 86 tanggal 29 September 2003. Pendidikan model Pesraman Gurukula Bangli mencontoh model Gurukula di India yang disesuaikan dengan budaya Bali. Pesraman Gurukula merupakan salah satu entitas sosial religius yang mengemban misi pelestarian budaya Bali. Para siswa secara desiplin dilatih sebagai agen pelestari budaya Bali, oleh karena itu mereka dibelajarkan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan seni budaya Bali terutama kesenian tradisional. Namun, sampai saat ini tenaga pelatih seni budaya tradisional masih perlu didatangkan dari luar pesraman, apalagi seni budaya Bali sangat beragam. Salah satu kesenian tradisional khas yang ada di daerah sekitar Pesraman Gurukula Bangli adalah Tari Baris Gede, yang hanya dipentaskan saat-saat upacara keagamaan besar di pura. Seni sakral ini biasanya ditarikan oleh beberapa orang lakilaki dewasa atau para sepuh. Banyak orang prihatin bahwa Tari Baris Gede bisa suatu saat punah karena regenerasi penari yang terhambat, terlebih-lebih saat ini para anak muda cenderung tidak menggemari seni tradisional. Para siswa Gurukula sangat amat disiplin dalam mengikuti semua kegiatan Pengembangan Diri (Pengembangan Bakat), terutama dalam mengikuti kegiatan olah seni gerak tari maupun tabuh. Hal ini teramati pada pembinaan mahasiswa peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) ISI Denpasar tahun Akademik 2008/2009, anak-anak siswa Gurukula cukup terampil bermain gamelan, dan atraksi tari barong, namun mereka memerlukan pembinaan lebih lanjut. Untuk menindaklanjuti aktifitas berkesenian di Pesraman Gurukula ini, para dosen ISI Denpasar telah melakukan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat memberikan pembinaan Tari Baris Gede. B. SUMBER INSPIRASI Untuk menjaga kelanggengan hidup dari tari tradisional yang difungsikan untuk ritual keagamaan, kegiatan pembinaan kesenian baik pada lembaga formal maupun kepada masyarakat pedesaan perlu diperbanyak dan diintensifkan. Satu hal yang tidak kalah pentingnya bagai masyarakat Bali adalah memberikan pengarahan kepada generasi muda akan pentingnya sebuah kegiatan pembinaan kesenian sebagai identitas diri pemeluk agama Hindu dan terhindar dari prilaku yang menyesatkan.
24 I Wayan Sudana, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 2(2), 2011, 22-34
Tari Baris Gede adalah salah satu kesenian tradisional ritual keagamaan yang perlu dilestarikan, tidak saja regenerasi penari tetapi juga dokumentasi ragam gerak dan ragam busana tari tersebut. C. METODE Ada beberapa hal yang perlu mendapat dipertimbangkan dalam menentukan metode pembinaan Tari Baris Gede adalah sebagai berikut: a. Mengingat para siswa berasal dari latar belakang kemampuan yang berbeda, atau ada yang berasal dari keluarga seniman dan non seniman, maka diperlukan teknik penyampaian yang menarik agar mereka tidak merasa bosan dalam mengikuti pelatihan. b. Mengingat pembinaan tari memerlukan waktu yang panjang dan rutin, sementara pembina tari memiliki waktu terbatas sehingga disepakati pada siang hari 11.00 – 13.00 wita setiap hari Jumat dan Minggu. Ada beberapa tahapan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan tari untuk memilih metode yang umum dipakai sebagai berikut: a. Metode Ceramah. Metode ini digunakan untuk mengawali setiap kegiatan guna menyampaikan informasi tentang materi yang diberikan, mulai dari deskripsi tari, fungsi tari, karakter gerak, struktur tari, busana tari dan musik iringannya. Dalam metoda ceramah ini sering pula diselingi dengan peragaan gerak tari secara global saja, karena gerak detailnya diberikan pada peragaan langsung (metode demonstrasi). b. Metode Demonstrasi. Materi ceramah dapat difisualisasikan atau diperagakan langsung oleh Pembina secara bertahap dalam metoda demonstrasi ini. Diawali dengan memberikan contoh-contoh gerak dasar, cara melangkahkan kaki, merasakan tumpuan berat badan, memasang kuda-kuda atau kaki sebelah mana yang menjadi penyangga, cara mengayunkan tangan (metayungan) dan sebagainya. Semua contoh-contoh gerak di atas dilakukan secara pelan oleh Pembina (pelatih tari). Hal ini dilakukan agar supaya peserta didik dapat mengikuti secara seksama dan menghayatinya secara mendalam. Dalam metoda ini diperlukan trik-trik lain yang humoris untuk membangun semangat peserta didik agar mereka tidak merasa bosan. Selain mengikuti cara demonstrasi, peserta anak didik melihat dan mempraktekkan langsung dari bimbingan seorang pembina, factor menonton pertunjukan tari adalah factor yang sangat efektif pula, baik menonton langsung maupun melalui hasil rekaman (Film). c. Metode Tanya Jawab. Cara seperti ini memang digunakan untuk peserta didik mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan meteri yang diajarkan, sebagai evaluasi terselubung mengenai tingkat pemahaman peserta didik. Mereka diberikan kesempatan untuk negosiasi, apakah Pembina telalu cepat memberikan materi atau terlalu pelan dan sebagainya. Bagian ini biasanya dilakukan pada saat peserta didik istirahat. d. Evaluasi. Evaluasi adalah suatu cara untuk mengukur ketrampilan anak-anak binaan dalam menari, yang dilakukan oleh pembina secara bervariasi. Dalam pembinaan Tari Baris Gede yang diadakan Pesraman Gurukula Bangli,
25 I Wayan Sudana, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 2(2), 2011, 22-34
pembina mengadakan evaluasi secara bertahap (tahap pepeson, pengawak, dan pengecet). Evaluasi terakhir diadakan setelah peserta didik dapat menguasai Tari Baris Gede secara utuh.
D. KARYA UTAMA Karya utama dari kegiatan ini adalah (1) kompetensi sekelompok remaja putra dari Pesraman Gurukula dalam menarikan Tari Baris Gede, yang selanjutnya para penari ini diharapkan sebagai duta pelestari seni tari sakral (tradisional), dan (2) panduan pelatihan Tari Baris Gede, yang dihimpun dari berbagai sumber(1-5) dan telah melalui ujiterap dalam kegiatan-kegiatan pembinaan Tari Baris Gede di Pesaraman Gurukula. Panduan gerak Tari Baris Gede disusun berdasarkan eksistensinya saat ini dan hasil telaah literatur berkaitan dengan tari baris dan tari ritual(1-5) serta setelah melalui hasil ujiterapdapat dijelaskan berturut-turut sebagai berikut. 1. Bagian Pepeson a.
b.
Bagian ini dimulai dari agem kanan, dengan gerakan berjalan pelan langkah kaki kiri dan kaki kanan, tangan kanan memegang tombak dipundak kanan miring ke belakang, tangan kiri metayungan, pandangan ke depan ekspresi mata mendelik. Gerakan ini dilakukan berulang-ulang, diakhiri dengan gerakan ngangkab, mundur kaki kiri dan kaki kanan secara bergantian dan tanjek kiri (agem kanan)
Sekelompok penari berjalan pelan dengan tombak di pundak kanan.
Tombak direbahkan ke depan tinggi, tangan kiri direntangkan. Kipekan ke pojog depan kiri, dorong ke kiri, tombak mendekat ke badan, dan dengkleng kaki kanan.
Sekelompok penari berjalan pelan, pada bagian papeson.
26 I Wayan Sudana, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 2(2), 2011, 22-34
c.
Kipekan ke pojok kanan depan, dorong ke kanan, tangan kiri mendekat ke badan, dan dengkleng kaki kiri. Gerakan ini dilakukan secara bergantian, kemudian dilanjutkan dengan gerakan ngangkab mundur kiri dan kanan, diakhiri dengan tanjek kiri (agem kanan), sedangkan posisi tombak tegak lurus. Penari dalam gerakan dengkleng kiri, pada bagian papeson.
d.
Gerakan piles kiri, langkah malpal maju kiri,putar hadap ke luar, ke belakang, ke dalam, ke depan mencari posisi semula, diikuti oleh penari kelompoknya. Setelah berada di tempat semula gerakan malpal semakin pelan, diakhiri tanjek kiri untuk mencari posisi atau bagian pengawak dan posisi tombak tegak lurus. Penari dalam gerakan dengkleng kiri, pada bagian papeson.
2. Bagian Pengawak a.
Dari agem kanan, gerakan piles kiri disertai ucapan ih…..(digetarkan), ngelier kiri, kipekan ke depan, manggutan angkat kaki kiri disertai ucapan air…., taruh kaki kiri, ngangkab tanjek kanan. Dorong dan langkahkan kaki kanan dan kiri ke pojok kanan depan, dorong dan langkahkan kaki kiri dan kanan ke pojok kiri depan, mundur kanan dan kiri, maju kaki kiri dan kanan, piles kiri angkat kaki kiri, taruh kaki kiri dibelakang dan ngelier, ngangkab kipekan ke depan mendelik, tanjek kanan (agem kiri)
Penari dalam posisi berhadaphadapan, pada bagian pengawak.
27 I Wayan Sudana, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 2(2), 2011, 22-34
b.
c.
d.
Dari agem kiri, gerakan piles kanan disertai ucapan ih…..(digetarkan), ngelier kanan, kipekan ke depan, manggutan angkat kaki kanan dengan ucapan air…, taruh kaki kanan, ngangkab tanjek kiri. Dorong dan langkahkan kaki kiri dan kanan ke pojok kiri depan, dorong dan langkahkan kaki kanan dan kiri ke pojok kanan depan, mundur kaki kiri dan kanan, maju kaki kanan dan kiri, piles kanan angkat kaki kanan, langkah kaki kanan, putar keluar dan hadaphadapan, tanjek kiri (agem kanan). Dari agem kanan, gerakan piles kiri disertai ucapan ih…..(digetarkan), ngelier kiri, kipekan ke depan, manggutan angkat kaki kiri dengan ucapan air…., taruh kaki kiri, ngangkab tanjek kanan. Dorong dan langkahkan kaki kanan dan kiri ke pojok kanan depan, dorong dan langkahkan kaki kiri dan kanan ke pojok kiri depan, mundur kaki kanan dan kiri, maju kiri, piles kiri angkat kaki kiri, taruh kaki kiri dibelakang dan ngelier, ngangkab kipekan ke depan mendelik, tanjek kanan (agem kiri). Dari agem kiri, gerakan piles kanan disertai ucapan ih…..(digetarkan), ngelier kanan, kipekan ke depan, manggutan angkat kaki kanan dengan ucapan air….., taruh kaki kanan, ngangkab tanjek kiri. Dorong dan langkahkan kaki kiri dan kanan ke pojok kiri depan, dorong dan langkahkan kaki-kanan dan kiri ke pojok kanan depan, mundur kaki kiri dan kanan, maju kaki kanan dan kiri, piles kanan angkat kaki kanan, langkah kaki kanan, putar ke depan malpal dan tanjek kiri (agem kanan) dan jongkok setengah lutut. Posisi tombak tegak lurus dan tangan kiri berada di atas lutut kiri.
Penari dalam posisi berhadaphadapan, pada bagian pengawak.
Pembina memberikan contoh ngelier kiri (gerakan mata) pada bagian pengawak.
Pembina memberikan contoh ngelier kiri (gerakan mata) pada bagian pengawak.
28 I Wayan Sudana, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 2(2), 2011, 22-34
e.
Ada ucapan puh….ih 3x, diakhiri puh…..Fokus pandangan pada waktu ucapan puh…mengarah ke samping kanan, dan pada ucapan ih….pandangan ke depan. Kemudian semua penari bangun, dengan gerakan mundur kaki kiri dan kaki kanan secara bergantian. Selanjutnya penari melakukan gerakan angsel 2 kali dalam posisi agem kanan, piles kiri, gerakan malpal mulai kaki kiri dan putar ke luar ke belakang dan ke depan serta focus pandangan ke depan. membentuk 2 kelompok. Mereka bergerak silang berkelompok membentuk angka 8 secara bersamaan. Penari kelompok kiri ketika berimpit selalu berada di depan penari kelompok kanan, berseberangan dan kembali ke tempat semula dan menghadap ke dalam (berhadap-hadapan). Gerakan angsel kanan 2x lanjut ke posisi (bagian pengecet).
Tabuh Pengawak Pembina memberikan akses ucapan pada bagian pengawak.
3. Bagian Pengecet a.
b.
Dari agem kanan, putar tangan kiri diberengi angkat kaki kiri, rebahkan kepala ke kanan dan kembali ke atas, angkat kaki kanan dan taruh kaki kanan, ngangkab ke dua pundak. Gerakan semacam ini dilakukan sebanyak 3x dalam posisi agem kanan, lanjut dengan gerakan angsel kanan 2x pindah ke agem kiri dan posisi tombak tetap tegak lurus. Dari agem kiri, putar tangan kiri diberengi angkat kaki kanan, rebahkan kepala ke kiri dan kembali ke atas, angkat kaki kiri dan taruh kaki kiri, ngangkab ke dua pundak. Gerakan semacam ini dilakukan sebanyak 3x dalam posisi agem kiri, lanjut dengan angsel kiri sebanyak 2x lanjut pindah ke agem kanan.
Pembina memberikan contoh gerakan ngangkab, pada bagian pengecet.
Pembina memberikan contoh gerakan ngangkab, pada bagian pengecet
29 I Wayan Sudana, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 2(2), 2011, 22-34
c.
Selanjutnya adalah adegan perang tombak direbahkan ke dalam diarahkan ke atas dan ke bawah secara berhadaphadapan, pecut kanan dan kiri 3x, penari bergerak berseberangan pindah tempat, diakhiri gerakan angsel kanan 2x pengulangan gerakan pengecet. Penari dalam gerakan perang, pada bagian pengecet.
d.
e.
Dari agem kanan, putar tangan kiri diberengi angkat kaki kiri, rebahkan kepala ke kanan dan kembali ke atas, angkat kaki kanan dan taruh kaki kanan, ngangkab ke dua pundak. Gerakan semacam ini dilakukan sebanyak 3x dalam posisi agem kanan, lanjut dengan angsel 2x pindah ke agem kiri dan posisi tombak tegak lurus.
Pembina memberikan contoh gerakan ngangkab, pada bagian pengecet.
Dari agem kiri, putar tangan kiri diberengi angkat kaki kanan, rebahkan kepala ke kiri dan kembali ke atas, angkat kaki kiri dan taruh kaki kiri, ngangkab ke dua pundak. Gerakan semacam ini dilakukan sebanyak 3x dalam posisi agem kiri, lanjut dengan angsel 2x pindah ke agem kanan dan posisi tombak masih tetap tegak lurus. Pembina memberikan contoh gerakan ngangkab, pada bagian pengecet.
f.
Kemudian terjadi pengulangan adegan perang tombak diarahkan ke atas dan ke bawah secara berhadapan, pecut kanan dan kiri 3x, berseberangan pindah tempat, diakhiri gerakan angsel kanan 2x kemudian gerakan malpal membentuk lingkaran, hadap ke dalam dan posisi tobak tegak lurus. Seorang penari masuk ke dalam lingkaran dan semua penari angsel 2x. Kemudian penari yang lainnya mengambil posisi jongkok setengah lutut, tombak tegak
Pembina memberikan akses ucapan pada bagian pengawak.
30 I Wayan Sudana, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 2(2), 2011, 22-34
g.
h.
i.
j.
k.
lurus, kedua tangan memegang tombak. Ketika seorang penari berada dalam lingkaran, ada ucapan puh….ih 3x puh…. Semua penari bangun dan bergerak malpal melintasi garis lingkaran, ujung tombak dan fokus penari diarahkan ke ujung tombak penari dalam lingkaran. Setelah bergerak mengelilingi lingkaran penuh, penari kembali ke kelompoknya masing-masing membentuk 2 kelompok menghadap ke depan. Angsel 1x pindah agem kiri: maju kaki kiri, maju kaki kanan, mundur kaki kiri, langkah kaki kanan, kiri, kanan dalam posisi agem kiri. Tombak digerakkan ke atas dan ke bawah. Semua penari melakukan gerakan ngopak lantang, kedua tangan memegang tombak dalam posisi tegak lurus. Angsel 1x, tanjek kiri (agem kanan), maju kaki kanan, maju kaki Penari mengangkat tombak, kiri, mundur kaki kanan, tanjek kaki membentuk lingkaran dan menyatukan kiri, dan tombak digerakkan ke atas ujung tombak di tengah-tengah lurus. lingkaran (membentuk kerucut). Angsel 1x pindah agem kiri: maju kaki kiri, maju kaki kanan, mundur kaki kiri, tanjek kaki kanan, kiri, kanan dalam posisi agem kiri dan tombak digerakkan ke atas lurus. Angsel pertama; maju kaki kanan, kiri, mundur kaki kanan, tanjek kiri (agem kanan). Angsel kedua; langkah kaki kiri, kanan, dan tanjek kiri. Dari agem kanan posisi tombak direbahkan dipundak kanan, langkah maju kaki kiri, putar ke dalam, tangan kiri metayungan…………selesai…… Sekelompok penari berjalan pelan dengan tombak di pundak kanan.
31 I Wayan Sudana, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 2(2), 2011, 22-34
E. ULASAN KARYA Pencapaian kompetensi menari Bali khususnya melalui pembinaan Tari Baris Gede pada remaja putra yang belum pernah menari mengalami banyak kendala, namun berkat minat dan ketekunan berlatih serta teknik pelatihan yang dikembangkan sesuai kebutuhan anak-anak binaan semua kesulitan dapat diatasi. Ada lima strategi pelatihan dalam pembinaan Tari Baris Gede yang telah dilakukan secara berturut-turut yaitu: (1) Pelatihan ragam-ragam gerak tanpa musik pengiring (dengan hitungan satu, dua, tiga, empat….lima, enam, tujuh, delapan dan selanjutnya berulang-ulang dengan hitungan tersebut). Ragam gerak yang dilatihkan mulai dari gerak agem kanan dan agem kiri (lihat Tabel 1); (2) Pelatihan ragam-ragam gerak yang disambung sebagai penggalan tari tanpa musik pengiring; (3) Pelatihan penggalan tari dengan musik pengiring; (4) Pelatihan keseluruhan penggalan tari dengan musik pengiring; (5) Ujicoba hasil pelatihan dengan iringan musik lengkap dengan memakai ragam rias dari Tari Baris Gede (diuraikan dalam paragraph selanjutnya) yang dilanjutkan dengan pementasan hasil pembinaan. Tabel 1. Ragam Gerak Tari Baris Gede No 1
2
3 4 5 6 7 8
9
Ragam Gerak Agem kanan
Keterangan
Sikap diam dengan dasar tumpuan (berat badan) berada di kaki kanan dan posisi kaki kiri maju dua tapak. Posisi badan tegak dan sedikit condong ke kanan, tangan kanan sirang mata dan tangan kiri sirang susu. Posisi agem kanan ini dilakukan dalam karakter tari laki bebarisan. Agem kiri Sikap diam dengan dasar tumpuan (berat badan) berada di kaki kiri dan posisi kaki kanan maju dua tapak. Posisi badan tegak dan sedikit condong ke kiri, tangan kiri sirang mata dan tangan kanan sirang susu. Posisi agem kiri ini dilakukan dalam karakter tari laki bebarisan. Berjalan pelan Melangkahkan kaki kiri maupun kanan secara pelan ke arah depan, samping dan belakang Malpal Melangkahkan kaki kiri maupun kanan secara cepat ke arah depan, samping, dan belakang Dengkleng Sikap diam dengan posisi kaki kiri sebagai tumpuan, kanan sedangkan kaki kanan diangkat setinggi lutut Dengkleng kiri Sikap diam dengan posisi kaki kanan sebagai tumpuan, sedangkan kaki kiri diangkat setinggi lutut Gandang nguri Melangkahkan kaki kiri dan kanan mundur, dikombinasikan dengan gerak tangan metayungan Angsel bawak Gerak ayunan kaki kiri dan kanan dengan aksen (tekanan) yang dilakukan dalam tempo cepat pada agem yang sama (agem kiri atau agem kanan saja). Angsel bawak juga sebagi gerak transisi (perpindahan dari agem kiri ke agem kanan atau sebaliknya) Angsel lantang/ Gerak ayunan kaki kiri dan kanan dengan aksen (tekanan) Ngopak lantang yang dilakukan dalam tempo cepat dan panjang pada agem
32 I Wayan Sudana, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 2(2), 2011, 22-34
10
Metayungan
11
Kipek kanan
12
Piles kanan
13
Ngelukun
8
Metulup
yang sama (agem kiri atau agem kanan saja). Angsel bawak juga sebagi gerak transisi (perpindahan dari agem kiri ke agem kanan atau sebaliknya) Gerak ayunan tangan kanan dan kiri dengan arah gerakan ke depan dan ke belakang secara pelan Gerak kepala (tolehan) ke kanan dengan tekanan cukup keras dan sebaliknya kipek kiri adalah gerak kepala (tolehan) ke kiri dengan tekanan cukup keras Gerak kaki kanan dengan putaran tumit kanan ke arah depan dan sebaliknya piles kiri adalah gerakan kaki kiri dengan putaran tumit kiri ke arah depan Putaran gerak tangan kiri yang terdapat pada bagian pengecet tari Baris Gede yang dikombinasikan dengan angkat kaki kanan dan kiri serta rebahan kepala ke kanan dan kiri Salah satu ragam gerak seperti membidik musuh yang terdapat dalam adegan perang pada bagian pengecet Tari Baris Gede.
Ragam rias yang digunakan dalam Tari Baris Gede cukup bervariasi, dalam arti ada yang memakai rias muka penuh, atau hanya tiga titik putih pada dua pelipis dan kening penari. Tetapi mengenai tata busana yang digunakan dalam Tari baris Gede adalah sebagai berikut : 1. Gelungan yang diletakkan di kepala terbuat dari kulit, dihiasi dengan kain poleng, ada yang berbentuk kerucut atau dibuat dari bahan kerang laut (warna putih) 2. Celana putih panjang pada bagian bawahnya ditempelkan setewel sedangkan pada lengan baju putih diikatkan kain kecil yang disebut gelangkana. 3. Kain putih panjang 2 – 2.5 meter yang dililitkan di badan dan ujung kain ke bawah (lelancingan). 4. Semayut yang terbuat dari kain sebesar pipa 2 Dim berbentuk BH besar dan gunanya untuk pengikat kain lancingan dan menggantung keris bersarung. 5. Keris yang diletakkan di punggung dan dimasukkan ke dua buah lubang semayut. 6. Awir pendek agak besar yang terbuat dari kain ditempelkan pada pinggang penari. 7. Awir panjang dalam bentuk kecil yang terbuat dari kain poleng ditempelkan pada pundak penari, biasanya terdiri dari 2 atau 3 ikat. 8. Lamak adalah sejenis awir dalam ukuran besar dan panjang yang ditempelkan di depan dada. 9. Badong besar yang terbuat dari kain beludru bersusun dengan hiasan butiran kaca dan benang wool ditempelkan pada leher penari. 10. Selendang terbuat dari kain cepuk atau kain rembang digantungkan pada leher penari. Faktor yang sangat mendukung dalam pembinaan Tari Baris Gede di Pesraman Gurukula adalah mereka tinggal di asrama Gurukula. Dalam kesederhanaan mereka makan, tidur, belajar, bahan bacaan, berolah seni, semuanya
33 I Wayan Sudana, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 2(2), 2011, 22-34
disediakan secara gratis, mereka berada jauh dari orang tua. Meskipun demikian tidak menyurutkan semangat mereka di dalam mengikuti setiap kegiatan yang telah direncanakan. Selama tiga bulan kegiatan pengabdian di Pesraman Gurukula ini, peserta anak didik dapat mengikuti kegiatan dengan baik dalam pembinaan Tari Baris Gede. Hanya dengan bermodalkan semangat dan disiplin tinggi, mereka berhasil menarikan Tari Baris Gede yang dipentaskan saat ada ritual keagamaan di Pesraman Gurukula maupun di pura desa setempat. F. KESIMPULAN Pembinaan Tari Baris Gede di Pesraman Gurukula telah berhasil melatihkan sekelompok remaja pria yang mampu menarikan tari ini dengan sangat baik dan sebuah buku saku pedoman pelatihan Tari Baris Gede yang sangat sederhana namun dapat dipergunakan oleh para penari atau calon pelatih tari. Hasil pembinaan Tari Baris Gede ini merupakan awal bagi pelestarian seni tari tradisional yang hampir punah. Pembinaan yang lebih intensif dan sistematis perlu dilakukan oleh berbagai pihak, baik pemerintah, instansi non pemerintah maupun oleh masyarakat secara mandiri. G. DAMPAK DAN MANFAAT Kegiatan pembinaan seni tari berdampak pada peserta didik dapat yang mampu mempertunjukkan Tari Baris Gede akan menggugah semangat masyarakat di dalam melestarikan tari tradisional; tersebut dalam mementaskannya setiap ada upacara Agama Hindu di Bali. Manfaat yang dirasakan dari kegiatan ini adalah bagi: 1. Peserta Pembinaan Para siswa di Yayasan Pesraman Gurukula Bangli ini pada umumnya berasal dari keluarga kurang mampu. Mereka berasal dari seluruh Kabupaten di Bali, bahkan ada juga yang berasal dari luar Bali. Sementara ini Yayasan Pesraman Gurukula Bangli hanya baru menampung siswa pria saja. Meskipun demikian siswa putri yang berasal dari luar Bali (berbasis Hindu Jawa) dan melanjutkan studi di SMA maupun SMK mendapat perhatian khusus dari pengurus Yayasan dan ditampung di asrama Gurukula. Mereka semua baik yang berasal dari Bali maupun luar Bali tinggal di asrama Yayasan, makan, tidur, pendidikan, buku-buku, dan lain-lain semuanya ditanggung oleh Yayasan Gurukula secara gratis. Semua kegiatan kelas baik itu Intra kurikuler maupun ekstra kurikuler (bidang pengembangan diri) dapat diikuti dengan disiplin yang tinggi dan bertanggung jawab. Meskipun mereka berasal dari latar belakang kemampuan yang sangat berbeda, dalam memberikan pelatihan tari disesuaikan dengan kondisi yang ada. Dalam kegiatan pelatihan diusahakan diberikan ragam gerak yang sederhana dan dengan mudah diikuti oleh anak didik. Yang paling penting dapat membangun semangat anak didik untuk bisa menghargai keseniannya sendiri sebagai warisan para leluhur.
34 I Wayan Sudana, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 2(2), 2011, 22-34
2. Pembina Tari Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat sangat dibutuhkan oleh para Pembina atau Para Dosen, karena melalui kegitan ini mereka dapat mendarma bhaktikan bidang ilmunya kepada masyarakat. Kegiatan ini merupakan salah satu dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang mengemban tiga kegiatan yaitu, Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Penyampaian materi dengan memakai metode yang tepat sasaran dan mudah dipahami oleh siswa, dan pada akhirnya dapat meningkat motivasi, keterampilan para siswa dalam pelestarian kesenian Bali di masa mendatang. 3. Masyarakat Sekitar Pada setiap kegiatan pembinaan seni, faktor penentu dalam keberhasilannya selain peserta dan pembinan adalah masyarakat pendukungnya, termasuk juga orang tua dan keluarga sebagai pendorong dalam peningkatan minat anak didik dalam pelestarian kesenian khususnya seni tari serta ikut secara tidak langsung memberi penilaian terhadap keberhasilan suatu pembinaan seni itu sendiri. H. DAFTAR PUSTAKA (1)
(2) (3) (4) (5)
Bandem, I Made. 1975/1976. Barong di Bali ditinjau dari Segi Ritual dan Perkembangannya sebagai Seni Pertunjukan, Denpasar; Proyek Sasana Budaya Bali. Bandem, I Made dan Frederik Eugene deboer. 1981. Kaja and Kelod: Balinese Dance in Transition, Kuala Lumpur: Oxford University Press. Bandem, I Made 1991. Tari-Tarian Bali Dalam Agama Hindu. Denpasar: Parisada Hindu Dharma. Dibia, I Wayan. 1985. Mengenal Tari-Tarian Bali Sebelum Abad XX. Denpasar: Akademi Seni Tari Indonenesia. Dibia, I Wayan.1992. Prembon: Sebuah Dramatari dan Konsep Olah Seni. Jakarta : Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
I. PERSANTUNAN Ucapan terima kasih disampaikan kepada Rektor dan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar atas dukungan pendanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui DIPA ISI Denpasar Tahun 2009.