PEMANFAATAN SUMBER MATA AIR CARINGIN UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN DOMESTIK DI DESA CISARUA KECAMATAN CINEAM KABUPATEN TASIKMALAYA Leni Puspitasari² (
[email protected] ) Nedi Sunaedi, M.Si¹ (
[email protected]) Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi
ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh Desa Cisarua yang mempunyai luas 1.894,81 ha dengan topografi berupa dataran tinggi yang berbukit-bukit dan terdapat beberapa sumber mata air yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk kebutuhan domestik yang debitnya cukup besar, akan tetapi tidak terdistribusi secara merata antar waktu dan antar individu pengguna air. Hal ini dikarenakan jarak yang jauh dan berbukit-bukit. Masalah ini makin sulit karena diiringi pertumbuhan penduduk di Desa Cisarua yang terus bertambah sehingga pemenuhan kebutuhan air bersih belum optimal. Tujuan utama penelitian ini dilakukan, yaitu (1) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam pemanfaatan sumber mata air Caringin untuk memenuhi kebutuhan domestik di Desa Cisarua Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya. (2) Untuk mengetahui pemanfaatan sumber mata air Caringin dalam memenuhi kebutuhan domestik di Desa Cisarua Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif kuantitatif. Yang menjadi populasi dalam penelitian adalah Dusun Cikamunding (populasi wilayah) dan Kepala Keluarga (populasi penduduk) di Dusun Cikamuning Desa Cisarua Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sample random sampling, kepada Kepala Keluarga dengan jumlah sampel 46 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sumber Mata Air Caringin di Desa Cisarua Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya memiliki debit air yang cukup besar yaitu 1.719,95 ml/dt atau sebesar 148.603,78 l/hr. Kualitas Mata Air Caringin termasuk air golongan B yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum, jarak sumber mata air cukup jauh antara 701-800 meter dan memiliki topografi yang berbukit-bukit dengan kemiringan 45 derajat. Dalam pemanfaatan Sumber Mata Air Caringin belum dilakukan dengan optimal. Hal ini nampak pada responden yang masih kekurangan air bersih dengan penggunaan tiap keluarga rata-rata sekitar 200-299 liter/ hari. Hal ini dirasakan masih kurang karena tidak meratanya pendistribusian antar wilayah dan juga kurangnya pemeliharaan sarana dan prasarana dalam pemanfaatan air.
Kata kunci : Pemanfaatan, Air, Domestik.
¹Dosen Program Studi Gerografi Pendidikan Geografi, FKIP Univ. Siliwangi Tasikmalaya ²Mahasiswa Program Studi Gerografi Pendidikan Geografi, FKIP Univ. Siliwangi Tasikmalaya
ABSTRACT This research is underlain with Cisarua, a 1.894,81 ha district, which has topography of hilly highland. Hence there are some overflow wellsprings which are usable by the locals to fulfill their domestic needs. However, they are not evenly distributed to all individuals who need the water. This is mainly caused by the long distance and hilly area. This problem deteriorates as the local population increases. Consequently, the need of clean water is not optimally fulfilled. The followings are some main objectives why the research is conducted. Firstly, it is to know the factors which either support or hamper the utilization of the wellspring of Caringin to fulfill the domestic need of the locals of Cisarua Sub District Cineam District Tasikmalaya Regency. Secondly, it is to know the utilization of wellspring of Caringin to fulfill the domestic need of the locals of Cisarua Sub District Cineam District Tasikmalaya Regency. The method applied in this research is a descriptive quantitative method. The population (place) of this research is Cikamunding village and the population (people) is the patriarch of Cikamunding Village Cisarua Sub District Cineam District Tasikmalaya Regency. The technique used to take the samples of this research is random sampling technique to 46 respondents who are the patriarches. The result of the research shows that Caringin water source at Cisarua Sub District Cineam District Tasikmalaya Regency have the discharge of water which is big enough. It is 1.719,95 ml/ seconds or 148.603,78 liter/ days. The quality of Caringin water source is the water in group B. It is the water that can be used as basic water for drinking. The distance of the water sources is far enough, between 701-800 m from the residence of society. It has the hilly topography with the declivity 45 degree. The use of Caringin water source has not done yet optimally. It is visible in the respondent that still less in getting clean water by the use of every family in average about 200-299 liter/ days. It is felt still less because of uneven distribution among places and less maintenance of medium and infrastructure in the use of water. Keywords : Utilization, Water, Domestic. 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan hal yang penting bagi semua bentuk kehidupan di Bumi. Air digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan domestik,
pertanian, industri,
pariwisata dan lain-lain air yang paling banyak digunakan adalah air tanah. Ketersediaan air bersih merupakan problem nasional. Begitu juga jumlah air bersih
di beberapa daerah di Kabupaten Tasikmalaya seperti Kecamatan
Cineam Desa Cisarua, jumlahnya terbatas dan tidak terdistribusi secara merata
2 – Nedi Sunaedi dan Leni Puspitasari., Pemanfaatan Sumber Mata Air
antar waktu
dan antar individu pengguna air. Desa Cisarua mempunyai luas
1.982.375 ha dengan topografi berupa pegunungan yang berbukit-bukit dengan kemiringan rata-rata 45 derajat dan terdapat beberapa sumber mata air yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk kebutuhan domestik akan tetapi dalam pemanfaatannya sulit didistribusikan kepada masyarakat karena jarak yang jauh dan berbukit- bukit. Sedangkan pemukiman masyarakat berada di wilayah yang lebih rendah. Untuk menyediakan air dan mendistribusikan air secara merata
antar
waktu dibutuhkan biaya cukup besar dan teknologi yang tinggi. Permasalahan ini terkait dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh air. Air memiliki sifat fisik yang mudah menguap dan sifat yang mudah mengalir. Karena mudah menguap maka sangat sulit untuk melakukan penyimpanan air agar air tersedia sepanjang waktu. Sifat air yang mudah mengalir juga menuntut adanya infrastruktur penampungan yang umumnya memerlukan biaya yang besar. Ketersediaan air yang tidak merata antar waktu dapat dibuktikan dari tersedianya air yang berlebihan pada musim penghujan bahkan seringkali menimbulkan bencana longsor, dan jika musim kemarau tiba dapat menimbulkan kekurangan air untuk kepentingan pertanian dan kepentingan rumah tangga (MCK) termasuk untuk kepentingan
pemenuhan kebutuhan air bersih. Masalah ini makin
sulit karena diiringi pertumbuhan penduduk di Desa Cisarua yang terus bertambah sehingga pemenuhan kebutuhan air bersih belum optimal. Dengan berbagai permasalahan diatas maka penulis mengangkat judul ‘’Pemanfaatan Sumber Mata Air Caringin untuk Memenuhi Kebutuhan Air Domestik di Desa Cisarua Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya’’.
1.2. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam pemanfaatan sumber mata air Caringin untuk memenuhi kebutuhan domestik di Desa Cisarua Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya.
3 – Nedi Sunaedi dan Leni Puspitasari., Pemanfaatan Sumber Mata Air
2) Untuk mengetahui pemanfaatan sumber mata air Caringin dalam memenuhi kebutuhan domestik di Desa Cisarua Kecamatan Cineam Kebupaten Tasikmalaya.
2. METODE PENELITIAN Metode dalam penelitian berkenaan dengan cara bagaimana memperoleh data yang diperlukan. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif kuantitatif, dimana metode ini digunakan apabila bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa dan kejadian yang ada di masa sekarang. Metode deskriptif bisa mendeskripsikan satu atau lebih variabel. Menurut Sumaatmadja (1988: 41). Penelitian deskriptif adalah mengadakan deskripsi untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi sosial. 3. PEMBAHASAN 3.1. Deskripsi Mata Air Caringin Air sangat penting bagi kehidupan manusia diantaranya untuk memenuhi kebutuhan domestik sebagai air minum atau keperluan rumah tangga lainnya. Tanpa air manusia akan sulit untuk hidup dan berkembang sesuai dengan tuntutannya. Masyarakat di Desa Cisarua dalam hidup sehari-harinya tidak lepas dari air, baik untuk kebutuhan hidup seperti minum, makan, mandi dan cuci, maupun untuk keperluan irigasi pertanian. Dalam memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat Desa Cisarua terutama Dusun Cikamunding ditunjang oleh air yang berasal dari Mata Air Caringin yang selalu mengalir walaupun debitnya tidak stabil. Pemanfaatan Sumber mata air Caringin tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan fasilitas umum yaitu sekolah dan masjid.
4 – Nedi Sunaedi dan Leni Puspitasari., Pemanfaatan Sumber Mata Air
Mata Air Caringin berada di Desa Cisarua Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya. Mata Air di Caringin memiliki tiga sumber mata air yang menghasilkan air golongan B yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum dan keperluan rumah tangga, dengan debit air ± 1.563,59 ml/detik. Jarak sumber Mata Air Caringin dari pemukiman warga Dusun Cikamunding terbilang cukup jauh, yaitu antara 500-1.000 meter. Oleh masyarakat setempat disebut Mata Air Caringin karena pada awalnya mata air ini muncul di bawah kumpulan pohon Beringin, masyarakat menyebutnya dengan Caringin. Namun keberadaan pohon ini semakin berkurang karena dimakan usia dan sebagian lagi sengaja ditebang oleh masyarakat karena lahan pertanian mereka tidak mendapatkan sinar matahari terhalang oleh rimbunnya daun beringin yang membentuk kanopi.
Gambar 1 Mata Air Caringin dan Pohon Beringin
5 – Nedi Sunaedi dan Leni Puspitasari., Pemanfaatan Sumber Mata Air
3.2. Ketersediaan Sumberdaya Air Ketersediaan air (debit) dapat dilakukan pengukuran debit langsung pada mata air. Cara pengukuran dilakukan dengan menentukan waktu yang diperlukan untuk mengisi container yang telah diketahui volumenya. Prosedur yang bisa digunakan untuk pengukuran debit dengan cara pengukuran volume adalah dengan cara membuat DAM kecil di salah satu bagian dari badan aliran air yang akan diukur (Asdak, 2007: 192). Berdasarkan hasil penelitian pengukuran debit Mata Air Caringin Desa Cisarua adalah sebesar 1.719,95 ml/dt atau sebesar 148.603,78 l/hr. Apabila kebutuhan air bersih masyarakat pedesaan adalah sebesar 60 l/orang/hr (Sutrisno), maka potensi debit mata air tersebut diperkirakan mampu memenuhi kebutuhan air bersih untuk 2.477 jiwa. Hal ini berarti bahwa ketersediaan air sebesar 148.603,78 l/hr lebih besar dari kebutuhan air masyarakat Dusun Cikamunding yaitu sekitar 30.600 lt/hr dari jumlah penduduk 510 jiwa. l/orang/hr (Sutrisno), maka potensi debit mata air tersebut diperkirakan mampu memenuhi kebutuhan air bersih untuk 2.477 jiwa. Hal ini berarti bahwa ketersediaan air sebesar 148.603,78 l/hr lebih besar dari kebutuhan air masyarakat Dusun Cikamunding yaitu sekitar 30.600 lt/hr dari jumlah penduduk 510 jiwa. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 dalam Effendi (2012: 14), mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Nilai kualitas air dari masing-masing golongan ditunjukan dalam lampiran. Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah Golongan A, Golongan B, Golongan C dan Golongan D. Golongan Mata Air Caringin termasuk golongan air B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air
6 – Nedi Sunaedi dan Leni Puspitasari., Pemanfaatan Sumber Mata Air
minum. Namun jika melihat hasil analisis untuk Kadar Bakteri Coliform menunjukkan bahwa Mata Air Caringin termasuk air bersih yang banyak mengandung bakteri, sehingga tidak baik untuk dikonsumsi secara langsung (diminum) dan perlu diolah atau didihkan terlebih dahulu. Bakteri Coliform adalah bakteri non-pathogen yang hidup dalam usus binatang berdarah panas. Dalam air, bakteri ini biasanya mengeluarkan tinja, sehingga keberadaannya di dalam air dapat dijadikan indikasi keberadaan bakteri pathogen (Suripin, 2009: 151). 3.3. Hambatan Masyarakat dalam Pemanfaatan Sumber Mata Air Caringin Kendala yang dialami masyarakat Dusun Cikamunding Desa Cisarua dalam pemanfaatan Sumber Mata Air Caringin diantaranya adalah jarak ke sumber mata air.
Hal tersebut merupakan kendala bagi masyarakat dalam
mendapatkan air bersih untuk memenuhi kebutuhan air domestiknya. Karena dengan jaraknya yang cukup jauh memerlukan biaya yang cukup besar dalam pengadaan sarana pendistribusian air tersebut, terutama untuk pipa. Jarak ratarata sejauh 701-800 meter dari pemukiman warga ke sumber mata air. Untuk mengatasi masalah tersebut masyarakat mencoba mengajukan permohonan bantuan kepada pemerintah, dan akhirnya pemerintah memberikan bantuan berupa dana. Dana tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membeli sarana dan prasarana pendistribusian air, seperti pipa paralon untuk mengganti bambu. Setelah diganti oleh pipa paralon kebutuhan air domestik masyarakat Dusun Cikamunding tercukupi. Namun topografi di sekitar Mata Air Caringin berupa perbukitan dengan lereng yang curam (45˚) sehingga sering terjadi longsor. Akibatnya banyak pipa yang rusak dan tertimbun longsoran
7 – Nedi Sunaedi dan Leni Puspitasari., Pemanfaatan Sumber Mata Air
tersebut. Untuk mengganti pipa tersebut masyarakat secara swadaya membeli selang dengan harapan jika terjadi longsor tidak pecah, namun diameternya lebih kecil dari pipa paralon karena dananya terbatas. Dengan diameter selang yang lebih kecil, dan seringkali terjadi kebocoran selang karena debit air yang kuat sedangkan kapasitas ukuran selang kecil tidak mampu menahan kapasitas air maka terjadi kebocoran sehingga air yang sampai ke bak penampungan debitnya berkurang, sehingga warga yang lokasinya makin jauh dari bak penampungan makin kecil air yang di dapatkan bahkan ada yang sampai tidak mendapatkannya. Dan untuk memenuhi kebutuhan air domestiknya mereka menggunakan air irigasi yang secara fisik terlihat keruh. Secara umum fisiografi Desa Cisarua Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya merupakan bagian dari Zona Bandung. Kondisi topografi Desa Cisarua berupa dataran tinggi yang berbukit-bukit dan bergelombang dengan ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut, dengan kemiringan lereng curam (rata-rata 45˚). Dengan keadaan topografi seperti disebutkan di atas, ini menjadi hambatan bagi masyarakat dalam mendistribusikan air bersih dari mata air. Selain jaraknya yang jauh dan berkelok-kelok, juga sering terjadi longsor yang berdampak terhadap rusaknya pipa dan memperpanjang saluran. Selain itu, dengan kemiringan lereng yang curam air yang terinfiltrasi jumlahnya sedikit. Permasalahan ini terkait dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh air, yaitu air memiliki sifat fisik yang mudah menguap dan mudah mengalir, sehingga ketika hujan turun air akan lebih banyak mengalir di permukaan (run off) dari pada air yang terinfiltrasi. Akibatnya ketersediaan air antar waktu yang tidak merata. Hal
8 – Nedi Sunaedi dan Leni Puspitasari., Pemanfaatan Sumber Mata Air
ini dapat dibuktikan dari tersedianya air yang berlebihan pada musim penghujan bahkan seringkali menimbulkan bencana longsor, dan jika musim kemarau tiba dapat menimbulkan kekurangan air untuk kepentingan pertanian dan kepentingan rumah tangga termasuk untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan air bersih. 3.4. Pemanfaatan Sumber Mata Air Caringin Sumberdaya air digunakan oleh manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Salah satunya untuk memenuhi kebutuhan domestik yaitu kebutuhan air untuk rumah tangga atau kebutuhan air sehari-hari, seperti untuk minum, memasak, dan mencuci pakaian, serta penggunaan lainnya dalam lingkup rumah tangga. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut masyarakat menggunakan air yang berasal dari Mata Air Caringin dengan penggunaan tiap keluarga berkisar antara 200-299 liter per hari. Pemanfaatan dan pengolahan sumber air pedesaan pengelolaannya dilakukan secara swadaya oleh penduduk. Kondisi sarana air bersih yang dikelola secara swadaya oleh masyarakat di Dusun Cikamunding Desa Cisarua adalah kurang baik. Hal ini disebabkan karena standar kualitas sarana air bersih yang dikelola masyarakat tidak stabil dan keberadaannya sangat rentan terhadap perubahan kondisi lingkungan di sekitarnya, serta kurangnya kesadaran masyarakat dalam memelihara sarana tersebut. Volume air Mata Air Caringin yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat Dusun Cikamunding Desa Cisarua dari waktu ke waktu mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena hutan disana banyak yang dibuka dan dijadikan lahan pertanian. Banyak pohon yang awalnya berfungsi sebagai penangkap air hujan
9 – Nedi Sunaedi dan Leni Puspitasari., Pemanfaatan Sumber Mata Air
ditebang oleh masyarakat di beberapa titik terjadi longsor sebagai akibat besarnya air yang mengalir di permukaan dan tidak adanya pohon pengikat tanah. Selain itu, menurunnya volume air yang sampai ke pemukiman warga disebabkan air yang berasal dari Mata Air Caringin tidak terdistribusi dengan baik, karena pipa penyalurannya berdiameter kecil sehingga air tidak bisa teralirkan seluruhnya, serta sarana pendistribusiannya banyak yang rusak/bocor dan sebagian air terbuang diperjalanan. Ini menandakan kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya hutan sebagai penyokong ketersediaan air bersih. 4. SIMPULAN Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasannya, maka penelitian ini dapat disimpulkan: 1.
Faktor pendukung dalam pemanfaatan Sumber Mata Air Caringin untuk memenuhi kebutuhan air domestik di Desa Cisarua Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya, yaitu: a. Debit air yang cukup besar. Debit Mata Air Caringin Desa Cisarua Kecamatan Cineam adalah sebesar 1.719,95 ml/dt atau sebesar 148.603,78 l/hr. Apabila kebutuhan air bersih masyarakat pedesaan adalah sebesar 60 l/orang/hr (Sutrisno dalam Ashari, 2000), maka potensi debit mata air tersebut diperkirakan mampu memenuhi kebutuhan air bersih untuk 2.477 jiwa. Hal ini berarti bahwa ketersediaan air sebesar 148.603,78 l/hr lebih besar dari kebutuhan air masyarakat Dusun Cikamunding yaitu sekitar 30.600 lt/hr untuk penduduk sebanyak 510 jiwa.
10 – Nedi Sunaedi dan Leni Puspitasari., Pemanfaatan Sumber Mata Air
b. Kualitas air yang baik. Mata Air Caringin Desa Cisarua Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya termasuk air golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum dan keperluan rumah tangga. Namun jika melihat hasil analisis Kadar Bakteri Coliform menunjukkan bahwa Mata Air Caringin termasuk air bersih yang banyak mengandung bakteri, sehingga tidak baik untuk dikonsumsi (diminum) secara langsung dan perlu diolah atau didihkan terlebih dahulu. 2. Faktor penghambat dalam pemanfaatan Sumber Mata Air Caringin untuk memenuhi kebutuhan air domestik di Desa Cisarua Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya, yaitu: a. Jarak sumber mata air yang jauh. Jarak sumber Mata Air Caringin dari pemukiman warga Dusun Cikamunding terbilang cukup jauh, yaitu rata-rata sejauh 701-800 meter. Dengan jarak yang jauh memerlukan biaya yang cukup besar untuk pengadaan sarana dan prasarana pendistribusian air. b. Topografi yang berbukit-bukit. Topografi Desa Cisarua berupa dataran tinggi yang berbukit-bukit dan bergelombang dengan ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut, dengan kemiringan lereng curam (rata-rata 45˚). Kondisi ini menjadi hambatan bagi masyarakat dalam mendistribusikan air bersih dari mata air, dan sedikitnya air yang terinfiltrasi.
11 – Nedi Sunaedi dan Leni Puspitasari., Pemanfaatan Sumber Mata Air
3. Pemanfaatan Sumber Mata Air Caringin dalam memenuhi kebutuhan domestik di Desa Cisarua Kecamatan Cineam Kebupaten Tasikmalaya, belum dilakukan secara baik. Hal ini nampak pada: a. Kebutuhan air bersih Dalam memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat Dusun Cikamunding memanfaatkan Mata Air Caringin yang selalu mengalir walaupun debitnya tidak stabil. Dan setelah dilakukan terhadap 46 responden, 23 responden (50%) mengatakan kurang tercukupi, 19 responden (41.30%) tercukupi dan 4 responden (8.70%) tidak tercukupi. b. Pendistribusian Kualitas sarana dan prasarana yang digunakan kurang pemeliharaan, tidak stabil, dan keberadaannya sangat rentan terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya. c. Pemeliharaan Debit Mata Air Caringin dari waktu ke waktu mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena banyak pohon ditebang tanpa ada upaya penanaman kembali sehingga di beberapa titik terjadi longsor, serta air yang adapun tidak terdistribusi dengan baik karena sarana dan prasarana pendistribusian banyak yang rusak akibat kurangnya pemeliharaan dan tertimpa longsor.
12 – Nedi Sunaedi dan Leni Puspitasari., Pemanfaatan Sumber Mata Air
DAFTAR PUSTAKA Asdak, Chay. (2000). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Ashari, Acong. (2000). Air Bersih. Tersedia: www.slideshare.net/AshariAcong/ Airbersih. [12 Februari 2013]. Effendi, Hefni. (2012). Telah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius. Sumaatmadja, Nursid. (1988). Studi Geografi. Bandung: Alumni Suripin. (2009). Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi Yogyakarta
13 – Nedi Sunaedi dan Leni Puspitasari., Pemanfaatan Sumber Mata Air