UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE RESITASI PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI MA MANARATUL ISLAM Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh: Nurul Fathiyah 105015000644
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmannirrohiim Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Segala dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Alhamdulillah berkat dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis ucapkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabat, dan para pengikutnya hingga sepanjang masa. Amien Selama kurang lebih empat bulan penyusun melaksanakan praktik kerja lapangan di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat pada bulan Februari sampai dengan Mei 2009, dimana dalam pelaksanaan PPKT dan penyusunan laporan ini, tak lepas dari dukungan berbagai pihak atas kontribusinya berupa tenaga, pikiran, serta hal yang bersifat moril dan materil lainnya yang membuat penyusun tetap semangat dalam menjalani kehidupan tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu, melalui kata pengantar ini penulis mengucapkan terima kasih, penghargaan serta rasa hormat kepada: 1. Bapak Drs. H. Endang Surahman, MA selaku Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah
8
Ciputat
atas
ketersediannya
menerima
penulis
melaksanakan kegiatan PPKT. 2. Bapak Drs. H. Nurochim, MM
selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan memberikan masukan sehingga penulisan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. 3. Ayahanda dan Ibunda atas cinta kasihnya sepanjang masa yang tak dapat tergantikan, kasih sayangnya dan belaian lembutnya hingga dapat mensupport penulis dalam menyelesaikan laporan PPKT ini. 4. Bpk. Drs. Teguh Puja Rahayu selaku guru pamong yang telah membantu penulis dalam menjalankan tugas PPKT 5. Dewan guru SMA Muhammadiyah 8 Ciputat yang telah membantu kami dalam melaksanakan kegiatan PPKT
i
6. Teman-teman satu tim PPKT atas kerjasamanya selama menjalankan kegiatan PPKT 7. Sahabat-sahabat tercinta yang penulis tidak sebutkan namanya (karena terlalu banyak), yang selalu mensupport penulis dari awal kuliah sampai terlaksananya laporan ini. You All My Best Friends.
Penulis menyadari bahwa isi laporan ini belum sempurna, oleh karena itu kritik serta saran-saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan sehingga pada penulisan yang akan dating dapat lebih baik lagi. Dan akhirnya dengan rasa rendah hati laporan ini penulis sajikan, khususnya mahasiswa dan pembaca pada umumnya. Mudah-mudahan bermanfaat. Amien.
Alhamdulillahirobbil’alamiin Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Jakarta, 03 Juni 2009
Penulis
ii
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
I.
PENDAHULUAN
II.
A. Latar Belakang
1
B. Identifikasi Masalah
3
C. Pembatasan Masalah
3
D. Perumusan Masalah
3
E. Manfaat Penelitian
3
LANDASAN TEORI
III.
IV.
A. Persepsi
4
B. Perilaku Menyimpang
6
C. Masyarakat
10
METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian
13
B. Tempat dan Waktu Penelitian
13
C. Populasi dan Sampel Penelitian
13
D. Instrumen Penelitian Data
13
E. Kisi-kisi Kuisioner
13
F. Teknik Pengumpulan Data
14
G. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis
14
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
V.
A. Hasil Pengumpulan Data
15
B. Pembahasan
16
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
18
B. Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN
20
iii
DAFTAR TABEL
1. TABEL 4.1: Presentase hasil kuisioner
iv
15
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE RESITASI PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI MA MANARATUL ISLAM Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh: Nurul Fathiyah NIM: 105015000644
Mengetahui Dosen Pembimbing
Drs. H. Banadjid NIP:19541224 198103 1 004
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul: “Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Resitasi Pada Mata Pelajaran Sosiologi Di MA Manaratul Islam” Oleh Nurul Fathiyah, NIM 105015000644, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada tanggal 25 Juni 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Jakarta, 29 Juni 2010 Panitia Ujian Munaqosyah
Ketua Panitia(Ketua Jurusan/Program Studi)
Drs.H.Nurochim,MM NIP.19590715 198403 1 003
Tanggal
Tanda Tangan
………..
………………..
………..
………………..
……….
……………….
……….
……………….
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Program Studi) Iwan Purwanto, M.Pd NIP. 197304242008011012 Penguji I Dr.Faridal Arkam, M.Pd NIP. Penguji II Drs.H.Nurochim,MM NIP. 19590715 198403 1 003
Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof.Dr.Dede Rosyada, M.A NIP.
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Nurul Fathiyah
Tempat/Tgl.Lahir
: Jakarta, 24 September 1987
Nim
: 105015000644
Jurusan /Prodi
: Pendidikan IPS
Judul Skripsi
: Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Resitasi Pada Mata Pelajaran Sosiologi Di MA Manaratul Islam
Dosen Pembimbing
: Drs. H. Banadjid
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, 22 September 2010
Nurul Fathiyah Nim 105015000644
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain, maka dalam menghadiri berbagai persoalan hidup yang semakin berkembang dan akibat dari perkembangan dan kemajuan zaman, manusia sangat memerlukan bantuan dan bantuan dari orang lain disekitarnya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan tidak dapat melepaskan diri dari situasi masyarakat sehingga harus membuat siswa-siswanya sebagai calon anggota masyarakat, agar mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya. Permasalahan yang muncul dalam proses belajarnya tidak pernah lepas, bahkan menjadi bagian integral dari peristiwa pribadi dan sosial yang terjadi pada diri siswa akan berakibat pada proses belajar siswa dan akhirnya akan mendatangkan masalah dalam belajarnya. Dalam proses belajar, tidak sedikit hambatan yang dihadapi oleh seseorang anak, hambatan dapat datang dari dalam diri anak, sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangannya dan dapat pula datang dari luar dirinya. Banyak faktor yang mempengaruhi anak kemudian mengantarkannya kepada keberhasilan atau kegagalan. Faktor-faktor yang positif memungkinkan anak berhasil dalam belajar, sebaliknya
faktor-faktor
yang
bersifat
negatif
dapat
merugikan
dan
mengakibatkan anak kurang atau tidak sukses dalam belajar. Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat terkadang tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi. Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas belajar.
2
Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah berkembang demikian pesatnya, bahkan tiada kunjung habis sejalan dengan perkembangan zaman. Situasi yang demikian dapat menimbulkan bermacam-macam perubahan di dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Perubahan tersebut berdampak pada setiap individu di mana setiap individu dituntut untuk mampu menyesuaikan diri. Dalam proses penyesuaian diri tersebut individu-individu khususnya remaja mungkin saja akan menghadapi berbagai masalah. Adapun masalah yang sering dihadapi remaja antara lain masalah penyesuain diri, masalah keluarga, masalah pendidikan, masalah sosial, masalah pekerjaan, dan lain-lain. Dengan timbulnya masalah tersebut, maka remaja perlu mendapatkan bantuan agar dapat memecahkan masalahnya. Bantuan itu dapat diberikan sebelum atau sesudah remaja bersangkutan bermasalah. Dalam kegiatan belajar yang dialami siswa tidak selamanya berjalan dengan lancar dan tidak semua siswa berhasil dalam belajar, karena diantara siswa ada yang mengalami kesulitan dalam belajar, seperti kesulitan belajar sendiri, dalam belajar kelompok, dalam mempelajari buku, dalam mengerjakan tugas-tugas, dalam menghadapi ujian, dan dalam menerima pelajaran di sekolah. Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan anak didik. Dalam keadaan di mana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya itulah yang disebut dengan kesulitan belajar. Masalah kesulitan belajar yang sering dialami oleh siswa sekolah, merupakan masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena kesulitan belajar yang dialami oleh siswa di sekolah akan membawa dampak negatif, baik terhadap siswa itu sendiri maupun terhadap lingkungannya. Hal ini biasanya termanifestasi dalam bentuk timbulnya kecemasan, frustasi, mogok sekolah, drop out, hasil belajar yang rendah dan sebagainya. Kegagalan dalam studi itulah yang harus dihindari bahkan diantisipasi segera oleh berbagai pihak baik guru (sekolah) maupun orang tua (keluarga) karena kita
3
tidak menginginkan para siswa sebagai tunas-tunas bangsa menjadi “kerdil” pengetahuannya. Oleh karena itu, segala kesulitan dalam belajar yang dialami siswa jangan dibiarkan berlarut-larut oleh para guru, tetapi harus segera diketahui dan diatasi secepat mungkin, maka dari itu siswa perlu mendapatkan bantuan dalam belajar. Karena dalam bidang pendidikan, siswa sebagai sumber daya manusia harus ditingkatkan kualitasnya, sehingga diharapkan akan mencapai hasil belajar yang optimal. Suatu hasil pendidikan dikatakan unggul atau mutu jika kemampuan pengetahuan ketrampilan dan sikap yang dimiliki oleh para lulusan dapat dipergunakan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi atau bermanfaat di masyarakat. Siswa juga dapat mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran yang dianggap mudah oleh para siswa, yaitu mata pelajaran sosiologi. Mata pelajaran sosiologi dipandang mudah oleh para siswa karena mereka berpikir bahwa mata pelajaran sosiologi hanya dengan modal membaca dan mendengarkan guru menerangkan siswa akan merasa sudah dapat memahami pelajaran sosiologi tersebut. Namun, pada kenyataannya siswa mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran sosiologi. Karena siswa meremehkan mata pelajaran sosiologi sehingga siswa masih banyak yang tidak lulus pada mata pelajaran sosiologi tersebut. Kesulitan belajar yang dialami siswa, berpengaruh juga terhadap metode pembelajaran. Jika pembelajaran menggunakan metode yang bersifat siswa pasif, maka hal ini akan membuat siswa kurang semangat dan membosankan sehingga membuat siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Karena metode berperan sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar. Dengan menggunakan metode diharapkan terjadi interaksi belajar mengajar antara siswa dengan guru dalam proses pembelajaran. Interaksi belajar mengajar sering disebut dengan interaksi edukatif. Dalam interaksi edukatif baik guru maupun siswa menjalankan tugas dan peran masingmasing. Guru sebagai salah satu sumber belajar dan yang mengorganisir, memfasilitasi, serta memotivasi kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa.
4
Sedangkan siswa melakukan aktivitas belajar dan memperoleh pengalaman belajar yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik, dengan bantuan dan bimbingan dari guru. Kesulitan belajar dapat diatasi dengan cara siswa melakukan latihan, karena memberikan latihan merupakan salah satu cara yang dianggap efektif. Guru yang sering memberikan latihan- latihan dalam rangka pemahaman materi akan menghasilkan siswa yang lebih baik bila dibandingkan dengan guru yang hanya sekedar menjelaskan dan tidak memberi tindak lanjut secara kontinu. Dengan kata lain, kesulitan belajar siswa sangat ditentukan oleh cara mengajar guru yang akan menciptakan kebiasaan belajar pada siswa, disamping juga metode yang diterapkan untuk melakukan pembelajaran tersebut. Salah satu metode pembelajaran ada yang dikenal dengan nama metode resitasi (pemberian tugas). Pada metode resitasi, siswa mempertanggung jawabkan tugas untuk menemukan kembali dan lebih memahami konsep-konsep sosiologi, sehingga siswa mempunyai pengertian yang kuat mengenai konsep sosiologi. Resitasi yang diberikan oleh guru kepada siswa dapat dikerjakan di rumah / dikerjakan diluar jam pelajaran sekolah. Sehingga metode resitasi ini lebih luas bila dibandingkan dengan pekerjaan rumah (PR). Metode ini akan dilengkapi dengan soal-soal sosiologi. Dengan demikian, metode ini diharapkan dapat mengatasi kesulitan belajar siswa. Berdasarkan uraian diatas, peneliti melakukan penelitian yang berjudul : “UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE RESITASI PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI MA MANARATUL ISLAM”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dikemukakan identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Kurangnya persiapan siswa dalam menerima pelajaran sosiologi 2. Kurangnya persiapan guru dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan kondisi kelas
5
3. Keluarga yang kurang harmonis dan keluarga yang kurang mendukung karena kesibukan kerja 4. Kurangnya motivasi dalam diri sendiri 5. Kurangnya dukungan atau motivasi dari luar siswa (ekstern)
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, maka dibuat batasan masalah yaitu : 1. Model pembelajaran yang digunakan adalah metode resitasi 2. Kesulitan belajar dapat diatasi oleh metode resitasi
D. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka peneliti dapat merumuskan masalah yaitu : 1. Bagaimana upaya mengatasi kesulitan belajar dengan menggunakan metode resitasi? 2. Sejauhmana metode resitasi dapat mengatasi kesulitan belajar?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan penelitian Untuk mengetahui keberhasilan penerapan metode resitasi (penugasan) dalam mengatasi kesulitan belajar
Kegunaan penelitian Berdasarkan hasil penelitian 1. Manfaat teoritis untuk khazanah intelektual, diharapkan penelitian ini menjadi sumbangsih gagasan dan tawaran solusi terhadap persoalan penerapan metode resitasi yang jarang digunakan pada sekolah-sekolah umumnya. 2. Manfaat praktis kepada pihak-pihak terkait, meliputi:
6
a) Guru sosiologi sebagai bahan masukan dan pedoman dalam penerapan metode resitasi b) Siswa sebagai penerima ilmu dapat menjadikan metode resitasi ini untuk mengembangkan cara berpikir, sikap ilmiah, dan aktif c) Sekolah sebagai umpan balik (feed back) agar terus berupaya meningkatkan dan mengembangkan metode resitasi d) Bagi penulis, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan metode resitasi pada mata pelajaran sosiologi
7
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN
A. Acuan Teori 1. Hakikat Belajar 1.1. Pengertian Belajar Sebagian orang beranggapan dan berpendapat bahwa belajar adalah sematamata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan ( verbal ) sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh guru. Dengan demikian siswa yang hanya menghafal sejumlah kata-kata dan mengulanginya kembali, pada hakikatnya bukanlah belajar. Begitu pula seseorang yang terampil dalam menyanyikan sebuah lagu, hal itu pun pada hakekatnya bukanlah belajar. Oleh karena itu, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar bukan hanya sekedar menghafal kata-kata, kaidah-kaidah, dan rumus-rumus. “Menurut Hintzman, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Jadi dalam pandangan Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organism”. 1 Menurut Zikri Neni Iska belajar atau yang disebut juga dengan learning, adalah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman. Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan. Dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup (survived). 2
1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), Cet.VIII, h.90. 2 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta : Kizi Brother’s, 2006), Cet.I, h. 76.
8
“Sedangkan menurut morgan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. 3 Maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah aktivitas atau kegiatan yang merubah individu dalam bertingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman atau latihan serta membantu individu tersebut dalam menyesuaikan diri dan bersifat menetap. 1.2. Tujuan Belajar Belajar adalah suatu aktivitas yang mempunyai tujuan. Tujuan belajar ini ada yang benar-benar disadari dan ada pula yang kurang disadari oleh orang yang belajar. Tujuan belajar tersebut sangat erat kaitannya dengan perubahan atau pembentukan tingkah laku tertentu. “Menurut Alisuf Sabri tujuan belajar yang positif serta dapat dicapai secara efektif hanyalah mungkin terjadi dalam proses belajar”. 4 Menurut Winarno Surachmad, tujuan belajar di sekolah itu ditujukan untuk mencapai: a. Pengumpulan pengetahuan b. Penanaman konsep dan kecekatan atau keterampilan c. Pembentukan sikap dan perbuatan Tujuan belajar tersebut dalam dunia pendidikan kita sekarang lebih dikenal dengan tujuan pendidikan “menurut Taksonomi Bloom yaitu tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah: kognitif, afektif, dan psikomotorik: a. Tujuan belajar kognitif yaitu untuk memperoleh pengetahuan fakta atau ingatan, pemahaman, aplikasi, dan kemampuan berpikir analisis, sintesis, dan evaluasi. b. Tujuan belajar afektif yaitu untuk memperoleh sikap, apresiasi, karakteristik. c. Tujuan belajar psikomotorik yaitu untuk memperoleh keterampilan fisik yang berkaitan dengan keterampilan gerak maupun keterampilan ekspresi verbal, dan non verbal”. 5
3 M.Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), Cet.XIX, h.84. 4 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007),Cet.III, h.58 5 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan …., h. 59
9
2. Kesulitan Belajar 2.1. Pengertian Kesulitan Belajar Kita mengetahui bahwa manusia bukan hanya makhluk biologis, namun juga makhluk spiritual yang memerlukan kebutuhan pemuas, kebutuhan rohani untuk berkembang dengan baik. Manusia perlu belajar dan diajar. Belajar merupakan aktivitas belajar bagi setiap individu, dan tidak selamanya dapat berjalan dengan lancar. Begitu juga dalam semangat belajar anak, terkadang menurun dan terasa sulit untuk berkonsentrasi dalam belajar. Kenyataan diatas menimbulkan pertanyaan dalam masalah belajar apakah yang dimasud dengan kesulitan belajar ? untuk menjawab hal tersebut perlu diketahui terlebih dahulu mengenai arti kesulitan dan arti belajar. “Dalam kamus bahasa Indonesia kesulitan adalah sulit atau suatu yang sulit”. 6 “Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia belajar adalah berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”. 7 Setelah mengetahui pengertian kedua istilah tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, jadi kondisi dimana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi, akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi, dengan demikian IQ yang tinggi belum tentu terjamin keberhasilan belajar yang sesuai dengan yang diharapkan. Kesulitan-kesulitan belajar yang dialami siswa dalam proses belajarnya tidak dapat dibiarkan begitu saja, melainkan harus segera ditangani dan dipecahkan. Hal demikian merupakan tugas para guru, orang tua dan pembimbing sehingga dengan adanya suatu penanganan yang diberikan sehingga tujuan pembelajaran dapat tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan memuaskan.
6 Tim Penyusun Kamus Besar Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1988).Cet.I, h. 866. 7 Tim Penyusun Kamus Besar Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia …., h. 13.
10
Untuk mendapatkan pengertian yang jelas mengenai kesulitan belajar, akan “dikemukakan oleh Alisuf Sabri, menurutnya kesulitan belajar yang dialami siswa adalah kesukaran siswa dalam menerima dan menyerap pelajaran di sekolah”. 8 Kesulitan belajar yang dirasakan oleh anak didik bermacam-macam, sehingga dapat dikelompokkan menjadi empat macam: 1) a. b. 2) a. b. 3) a. b. 4) a. b.
Dilihat dari jenis kesulitan belajar ada yang berat ada yang sedang Dilihat dari bidang studi yang dipelajari ada yang sebagian bidang studi ada yang keseluruhan bidang studi Dilihat dari sifat kesulitannya ada yang sifatnya permanen atau menetap ada yang sifatnya hanya sementara Dilihat dari segi faktor penyebabnya ada yang faktor intelegensi ada yang faktor non intelegensi” 9
Dalam proses belajar mengajar guru atau pendidik sering menghadapi masalah adanya peserta didik yang tidak dapat mengikuti pelajaran dengan siswa yang memperoleh prestasi belajar meskipun telah diusahakan untuk belajar dengan sebaik-baiknya. Dengan kata lain guru atau pendidik sering menghadapi dan menemukan peserta didiknya atau siswanya mengalami kesulitan belajar. Sebagai implementasinya siswa jadi terkesan lambat melakukan tugas yang berhubungan dengan kegiatan belajar. Mereka tampak pemalas dan mudah putus asa, terkadang disertai sikap menentang orang tua, guru, atau siapa saja yang mengarahkan mereka pada kegiatan belajar. Mereka tersinggung. Senada dengan itu “menurut Surya dalam Hallen, ada beberapa ciri tingkah laku yang merupakan manifestasi dari gejala kesulitan belajar, antara lain: a. Menunjukkan hasil belajar yang rendah (di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok kelas). b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Mungkin murid yang selalu berusaha dengan giat tapi nilai yang dicapai selalu rendah.
8 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan ...., h. 88 9 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan,( Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet. V, h.230
11
c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar, ia selalu tertinggal dari kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang tersedia. d. Menujukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dan dusta. e. Menujukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam dan di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, mengasingkan diri, tersisih, dan tidak mau bekerja sama. f. Menujukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu, misalnya dalam menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan sedih atau menyesal”. 10 Selain gejala-gejala seperti yang disebutkan diatas, Burton dalam Makmun mengidentifikasi kasus seorang siswa dapat diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan mengalami kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan tujuan-tujuan belajarnya. “Kegagalan belajar diidentifikasi oleh Burton sebagai berikut: a) Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (level of mastery) minimal dalam pelajaran tertentu, seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru (criterion referenced). b) Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya (berdasarkan ukuran tingkat kemampuannya: intelegensi dan bakat). c) Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian sosial sesuai dengan pola organismiknya (his organismic pattern) pada fase perkembangan tertentu, seperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia yang bersangkutan (norm-referenced). d) Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan (level of mastery) yang diperlukan sebagai prasyarat (prerequisite) bagi kelanjutan (continuity) pada tingkat pelajaran berikutnya”. 11 Bagi kesulitan yang ditingkatnya ringan, masalah tidak rumit dan pemecahannya pun sederhana. Begitu pula yang tingkatannya sedang, tetapi bagi kesulitan belajar yang berat, pemecahannya pun lebih berat, bahkan tidak jarang 10
Hallen, Bimbingan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet.I, h.129 Abin Syamsuddin Makmum, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran ModulI, (Bnadung: Remaja Rosdakarya, 2005),Cet. VIII, h. 308 11
12
terjadi bahwa perbaikan yang diusahakan mengalami kegagalan. Oleh karena itu kesulitan-kesulitan belajar yang dialami siswa dalam proses belajarnya tidak dapat dibiarkan begitu saja, melainkan harus segera ditangani dan dipecahkan. Pemahaman dari guru dan para orang tua tentang kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didiknya atau siswanya merupakan dasar dalam usaha memberikan bantuan yang tepat sehingga dengan adanya suatu penanganan yang diberikan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan memuaskan.
2.2. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar Kesulitan belajar pada siswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik yang datang dari siswa itu sendiri (intern) maupun faktor yang datangnya dari luar siswa (ekstern). Faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa dapat dikelompokkan menjadi beberapa hal diantaranya.
a. Faktor siswa Faktor yang bersumber dari diri siswa adalah hal atau timbul dari siswa itu sendiri. Faktor ini mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kemajuan belajar siswa dan biasanya kurang disadari oleh siswa itu sendiri. Walaupun disadari sering kali dianggap biasa saja dan terkadang siswa tidak mampu berusaha untuk memperbaikinya. Faktor-faktor yang dialami siswa diantaranya : intelegensi (IQ) yang kurang baik, bakat kurang sesuai, emosional yang kurang stabil, aktivitas belajar yang kurang, kebiasaan belajar yang kurang baik, penyesuaian sosial yang sulit, latar belakang pengalaman yang pahit, cita-cita yang kurang relevan, latar belakang pendidikan yang dimasuki kurang baik, kegiatan belajar mengajar kurang baik, ketahanan belajar yang tidak sesuai, keadaan fisik yang kurang menunjang, kesehatan yang kurang baik, pengetahuan dan keterampilan dasar yang kurang memadai, tidak ada motivasi dalam belajar. Apabila guru kurang memperhatikan dan tidak memahami kebaradaan siswa tersebu, tentu akan membawa pengaruh yang kurang menguntungkan dalam
13
mencapai keberhasilan siswa sehingga prestasi yang ingin dicapai oleh siswa tersebut tidak akan memuaskan.
b. Faktor sekolah Faktor yang bersumber dari sekolah adalah termasuk faktor yang bersumber dari luar diri siswa, faktor ini juga mempunyai pengaruh sangat besar terhadap kesulitan siswa dalam mencapai keberhasilan. Faktor yang datang dari sekolah dikarenakan : pribadi guru yang kurang menyenangkan, cara guru mengajar kurang baik, alat atau media kurang memadai serta kurang merangsang penggunaanya oleh siswa, fasilitas fisik sekolah tidak terpelihara dengan baik, sarana sekolah kurang memadai, suasana sekolah kurang menyenangkan, bimbingan dan penyuluhan tidak berfungsi, kepemimpinan dan administrasi kurang menunjang proses belajar, kedisiplinan yang kurang diperhatikan dan kurang tegas. Sekolah juga mempunyai peranan khusus dalam menangani kesulitan belajar yang dialami siswa. Sehingga yang mana telah disebutkan di atas, pihak-pihak yang terkait harus segera menanganinya agar proses belajar siswa tidak mempunyai hambatan yang dapat merugikan siswa tersebut.
c. Faktor keluarga Faktor keluarga juga mempunyai peran yang dapat mempengaruhi proses belajar pada siswa, karena sebagian besar waktu belajar siswa berada di rumah bahkan mungkin menjadi faktor yang pokok untuk mensukseskan belajar siswa di sekolah. Orang tua yang kurang memperhatikan perannya dapat mengakibatkan kesulitan belajar bagi siswa, faktor lain yang perlu menjadi perhatian orang tua yaitu:
ekonomi terlalu lemah dan besar sehingga membuat anak berlebihan,
perhatian orang tua yang kurang memadai, kesehatan yang kurang baik, kebiasaan keluarga yang tidak menunjang, kedudukan anak dalam keluarga yang menyedihkan, waktu belajar yang kurang memadai.
14
d. Faktor masyarakat Faktor masyarakat juga dapat mengakibatkan timbulnya kesulitan belajar siswa dalam mempelajari suatu mata pelajaran, sebab faktor ini merupakan faktor yang
sangat
erat
kaitannya
dengan
hubungan
sosial
sehingga
dapat
mengakibatkan siswa kurang memperhatikan belajar.
2.3. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar Peran guru dalam menangani kesulitan belajar yang dihadapi siswa harus dilakukan dengan mengadakan pemeriksaan terhadap gejala kesulitan belajar yang terjadi. Pelaksanaan pemeriksaan kesulitan belajar tersebut harus berlangsung secara sistematis dan terarah. “Adapun langkah-langkah dalam pemeriksaan kesulitan belajar menurut H.M.Alisuf Sabri: a) Mengidentifikasi adanya kesulitan belajar Pada langkah pertama ini guru harus mengidentifikasi atau menetapkan adanya kesulitan belajar bukan berdasarkan naluri tetapi berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang luas agar terampil dalam mendiagnosis kesulitan belajar. b) Menelaah atau menetapkan status siswa Pada langkah kedua ini guru selanjutnya akan menelaah atau memeriksa setiap siswa yang mengalami kesulitan tersebut, cara memastikan dengan menggunakan dua cara yaitu: i.
ii.
Membandingkan hasil pencapaian atau penguasaan tujuan instruksional khusus hasil belajar siswa dengan tujuan instruksional khusus yang ditargetkan untuk dicapai oleh siswa. Sehingga dengan cara seperti ini, akan diketahui bagian yang sulit dikuasai oleh siswa. Menetapkan bentuk kesulitan dalam pros belajarnya, apakah sumber kesulitan terjadi pada waktu menerima atau menyerap pelajaran. Sehingga dengan cara ini, akan diketahui jenis dan bentuk kesulitan siswa dalam proses belajar.
c) Memperkirakan sebab terjadinya kesulitan Setelah jelas jenis atau bentuk kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses belajarnya, maka pada tahap ketiga adalah guru berupaya untuk memperkirakan sebab timbulnya kesulitan tersebut. Cara atau usaha guru untuk menetapkan hal tersebut dapat dilakukan dengan melakukan alat diagnostik kesulitan belajar
15
seperti test diagnostik, test-test untuk mengukur kemampuan intelegensi, kemampuan mengingat, kemampuan alat indera yang erat kaitannya dengan proses belajar. Sehingga dengan demikian ditetapkan penyebab kesulitan tersebut apakah karena alat inderanya kurang baik, ingatannya lemah, kecerdasannya kurang, atau kurang motivasi. d) Mengadakan perbaikan Dengan mengetahui sebab kesulitan belajar yang dihadapi siswa maka selanjutnya guru dapat bertindak untuk mengadakan perbaikan guna mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi mereka. Cara ini dengan menggunakan pendekatan psikologis didaktis yang terdiri dari dua langkah yaitu : i.
Siswa yang akan diperbaiki sudah menyadari faktor kesulitan atau kekurangan mereka
ii.
Mereka yakin kesulitan atau kekurangan mereka dapat diatasinya
Kedua kondisi psikologis tersebut harus ditimbulkan pada diri siswa tersebut dengan melalui bimbingan dan kebijakan guru dan berdasarkan petunjuk dan kebijakan guru itu pulalah prosedur yang terakhir ini dilaksanakan yaitu siswa dibimbing untuk mengadakan perbaikan sesuai dengan sebab dan kondisi kesulitan belajar yang mereka alami”. 12
3. Metode Resitasi Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar anak didik bergairah dalam belajar. Dengan seperangkat teori dan pengalaman yang dimiliki, guru gunakan untuk bagaimana mempersiapkan program pengajaran dengan baik dan sistematis. Salah satu yang tidak akan dilupakan oleh guru adalah menentukan metode dalam pengajaran, karena metode merupakan alat untuk menyampaikan materi kepada siswa. Agar siswa mudah dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru. 12
Alisuf Sabri,Psikologi Pendidikan…., h.91
16
Resitasi merupakan suatu metode mengajar di mana seorang guru memberikan tugas kepada siswa, dan kemudian siswa mempertanggung jawabkan hasil tugas tersebut. “Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar”. 13 “Menurut Darwayan Syah, dkk metode resitasi adalah penyajian bahan pelajaran dengan memberikan tugas tertentu kepada siswa yang dapat dilakukan di dalam atau di luar kelas, di laboratorium, di perpustakaan, di bengkel atau di rumah”. 14 “Sedangkan menurut Sudirman dkk metode resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar”. 15 Teknik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama tugas; sehingga berpengalaman dalam menghadapi masalah-masalah baru. Metode resitasi ini mensyaratkan adanya pemberian tugas dan adanya pertanggungjawaban dari yang diberi tugas. Adanya tugas dapat bersumber dari guru atau berupa perintah guru, dapar juga berupa hasil kompromi atau keinginan sesama siswa dan hasil pekerjaan yang harus dipertanggung jawabkan dapat berbentuk lisan atau tertulis. Namun agar variatif dan menghindari kejenuhan siswa, maka dapat juga tugas berupa membuat atau merancang model-model, alatalat atau permainan yang berhubungan dengan materi pelajaran sosiologi. Agar metode ini dapat memberikan hasil belajar yang maksimal, maka hendaknya tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan unsur penguatan sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Dengan adanya
13 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. III, h. 85. 14 Darwyan Syah, dkk, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Faza Media, 2006), Cet. III, h.48. 15 Sudirman, dkk, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), Cet. V, h. 141.
17
penguatan akan dapat menimbulkan sikap positif terhadap sosiologi, di dalam memberikan tugas hendaknya perlu diperhatikan derajat kesukaran dan banyaknya soal latihan. Sebab bila tugas yang diberikan terlalu sukar dan jumlahnya cukup banyak akan membuat siswa menjadi frustasi dengan keadaan seperti ini akan menimbulkan sikap negatif terhadap sosiologi. Sedangkan bila soalnya terlalu mudah akan menimbulkan rasa bosan atau dengan kata lain menjemukan. Bila metode pemberian tugas direncanakan dengan baik akan dapat mengaktifkan siswa untuk belajar sendiri mengenal suatu masalah dengan cara membaca, mencoba atau mengerjakan soal latihan. Selain daripada itu, pemberian tugas dapat membiasakan siswa berpikir dengan membandingkan dan mencari hukum-hukum yang berhubungan. Serta melatih siswa berhadapan dengan persoalan yang tidak hanya sekedar hafalan. Melaksanakan tugas akan mengembangkan dan memupukl inisiatif serta tanggung jawab dari siswa yang bersangkutan. Manfaat lain dari metode pemberian tugas yang direncanakan dengan baik untuk siswa akan memiliki hasil belajar yang lebih baik, karena siswa melaksanakan latihan (menyelesaikan soal-soal latihan) dengan kondisi seperti mengakibatkan pengalaman siswa dalam mempelajari masalah sosiologi dapat lebih terintegrasi. Selain daripada itu pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman belajar akan lebih mendalam dan lama tersimpan di dalam ingatan. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan metode resitasi perlu memperhatikan langkah-langkah berikut: 1. Tugas harus direncanakan secara jelas dan sistematis, terutama mengenai tujuan pemberian tugas, dan cara mengerjakannya. 2. Tugas yang diberikan harus dapat dipahami oleh siswa, kapan mengerjakannya, berapa lama tugas tersebut harus dikerjakan, secara individu atau kelompok. Hal tersebut akan sangat menentukan keefektifan penggunaan metode resitasi dalam pengajaran. 3. Apabila tugas tersebut berupa kelompok, maka perlu diupayakan agar seluruh anggota kelompok dapat terlibat secara aktif dalam proses penyelesaian tugas tersebut, terutama kalau tugas tersebut diselesaikan di luar kelas. 4. Guru harus mengontrol proses penyelesaian tugas yang dikerjakan oleh peserta didik.
18
5. Berikanlah penilaian secara proporsional terhadap tugas-tugas yang dikerjakan siswa. Pada dasarnya proses belajar berlangsung dalam suatu latihan atau pengalaman, sehingga dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada individu yang dimaksudkan pengalaman disini adalah segala kejadian yang secara sengaja atau tidak sengaja dialami seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan latihan adalah kejadian yang dengan sengaja dilakukan seseorang secara kontinu yang gunanya untuk mendapatkan keterampilan dan penguatan. Dari uraian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa metode resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menugaskan peserta didik mempelajari sesuatu yang kemudian harus dipertanggung-jawabkan. Tugas yang diberikan guru dapat memperdalam materi, dapat pula mengembangkan bahan yang telah dipelajari, dapat pula mengecek bahan yang telah dipelajari. Adapun dasar pertimbangan penggunaan “menurut Darwyan Syah, dan Kawan-kawan metode resitasi antara lain: 1. Adanya kesenjangan antara waktu yang tersedia dengan materi pelajaran yang terlalu banyak. 2. Mengaktifkan siswa baik secara individu maupun secara kelompok 3. Pemantapan pengetahuan siswa dengan melakukan suatu tugas 4. Mendorong siswa belajar mandiri baik membaca, menulis, mengerjakan soal dan sebagainya”. 16 Sedangkan
langkah-langkah
dalam penggunaan
metode
resitasi
atau
penugasaan menurut Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain yaitu: 1. Fase Pemberian Tugas Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan : a. Tujuan yang akan dicapai b. Jenis tugas yang jelas dan tepat agar siswa dapat memahami tugas yang diberikan c. Sesuai dengan kemampuan siswa d. Ada petunjuk atau sumber yang dapat membantu siswa e. Menyediakan waktu yang cukup 2. Langkah Pelaksanaan Tugas a. Diberikan bimbingan atau pengawasan oleh guru 16 Darwyan Syah, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Diadit Media, 2009), Cet.I, h.151.
19
b. Diberikan dorongan c. Diusahakan atau dikerjakan oleh siswa sendiri d. Dianjurkan agar siswa mencatat hasil yang diperoleh dengan baik dan sistematik 3. Fase Mempertanggungjawabkan Tugas Hal yang harus dikerjakan pada fase ini : a. Laporan siswa secara lisan ataupun tulisan b. Ada tanya jawab atau diskusi kelas c. Penilaian hasil tugas siswa dilakukan secara tes maupun nontes 17 Metode mengajar merupakan suatu alat untuk mengantarkan materi kepada siswa, tetapi metode juga mempunyai kelebihan dan kelemahan. Maka, “kelebihan metode resitasi menurut Syaiful Bahri Djamarah kelebihan metode resitasi adalah pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar akan dapat diingat lebih lama dan anak didik mempunyai kesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan berdiri sendiri”. 18 “Sedangkan menurut Darwayan Syah, dkk kelebihannya adalah 1) Merangsang aktivitas dan kreativitas siswa dalam rangka mengisi waktu luang dengan kegiatan konstruktif dan produktif 2) Menumbuhkan kemandirian dan tanggung jawab 3) Membiasakan anak belajar tanpa bimbingan dan pengawasan 4) Memberikan pengalaman kepada siswa mencari dan mengolah informasi dan sumber belajar”.19 Jadi, kelebihan metode resitasi dapat menimbulkan siswa menjadi lebih kreatif, bertanggung jawab, dan mandiri. Serta membawa siswa kepada arah yang positif dan konstruktif dan menjadikan siswa aktif . Adapun kelemahan metode resitasi menurut Basyirudin Usman adalah 1) Dapat menimbulkan keraguan, karena adanya kemungkinan pekerjaan siswa dikerjakan oleh orang lain 17
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar …., h.86 18 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), Cet. III, h.236. 19 Darwayan Syah, dkk, Perencanaan Sistem …., h. 149.
20
2) Guru mengalami kesukaran dalam pemberian tugas, dikarenakan kemampuan siswa yang berbeda-beda, baik kemampuan individual, intelegensi, dan kematangan mental 3) Dapat menimbulkan kestabilan mental dan pikiran siswa apabila tugas yang diberikan bersifat memaksa. 20 Sedangkan menurut Darwayan, ddk kelemahannya adalah Sulit mengontrol dan mengawasi tugas yang dikerjakan oleh siswa Beberapa orang siswa cenderung mengerjakan secara serampangan Sulit memberikan tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa Tugas yang diberikan kelompok, tidak semua siswa berpartisipasi dalam menyelesaikannya 5) Menimbulkan kebosanan apabila tugas yang diberikan bersifat monoton. 21
1) 2) 3) 4)
Maka, dapat disimpulkan bahwa kelemahan metode resitasi adalah kurangnya pengawasan guru, tidak semua berpartisipasi dalam tugas apabila dikerjakan secara kelompok, tidak mudah memberikan tugas tanpa mempertimbangkan masing-masing perkembangan siswa, dan tugas yang diberikan dapt menimbulkan kebosanan apabila bersifat monoton.
4. Hakikat Sosiologi 4.1. Pengertian Sosiologi Secara harfiah atau etimologis, sosiologi berasal dari bahasa latin socius yaitu teman, kawan, sahabat sedangkan logos yaitu ilmu. Jadi, sosiologi adalah ilmu tentang cara berteman atau berkawan atau bersahabat yang baik, atau cara bergaul yang baik dalam masyarakat. Sedangkan sosiologi secara terminology banyak pakar yang memberikan pengertian-pengertian sosiologi “Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan kelompok-kelompok”. 22 Kemudian Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi menyatakan bahwa sosiologi atau ilmu
20 M.Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet.I, h. 48. 21 Darwayan Syah, dkk, Perencanaan Sistem …., h. 149. 22 Soerjono Soekanto,Sosiologi Suatu Pengantar, ( Jakarta: Raja Grafindo, 2007), h. 18
21
masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. 23 “Menurut Mayor Polak menyatakan sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, baik formal maupun material, baik statis maupun dinamis”. 24 Masyarakat terdiri dari individu-individu, keluarga, golongan-golongan serta organisasi-organisasi yang saling berhubungan. Organ-organ yang ada di masyarakat memiliki bentuk-bentuk yang berbeda, yang masing-masing saling berinteraksi, berkomunikasi, dan saling mempengaruhi dengan cara-cara yang berbeda sesuai dengan kebiasaannya masing-masing, di dalam bukunya yang berjudul ilmu Masyarakat umum, P.J.Bouman mengatakan: Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan-hubungan sosial antara oknum yang satu dengan oknum yang lain, antara oknum dan golongan serta sifat dan perubahan dari lembaga-lembaga dan buah pikiran sosial ia berusaha mencapai sintesis antara ilmu jiwa sosial dan bentuk sosial sehingga dapat memahami kenyataan masyarakat dalam kenyataan hubungan kebudayaan umumnya. 25 “Menurut G. Kartasaputra dalam kamus sosiologi dan kependudukan, sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perkembangan dan prinsip-prinsip organisasi sosial dan umumnya tingkah laku kelompok sebagai perbedaan dari tingkah laku individu-individu dalam kelompok”. 26 Sosiologi ditinjau dari sifatnya digolongkan sebagai ilmu pengetahuan murni (pure science) bukan ilmu pengetahuan terapan (applied science). Sosiologi dimaksudkan untuk memberikan kompetensi kepada peserta didik dalam memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi, kelompok sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan konflik sosial sampai pada terciptanya integrasi sosial. Sosiologi mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai ilmu dan sebagai metode. Sebagai ilmu, sosiologi merupakan kumpulan
23 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar …., h. 18 24 Ary.H.Gunawan, Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai Problem Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 2000), Cet. I, h. 3. 25 P.J.Bouman, Ilmu Masyarakat Umum, ( Jakarta: Pustaka Sarjana, 1968), cet 14, h.13. 26 G.Kartasaputra, Kamus Sosiologi dan Kependudukan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2007), cet. II, h. 396.
22
pengetahuan tentang masyarakatdan kebudayaan yang disusun secara sistematis berdasarkan analisis berpikir logis. Sebagai metode, sosiologi adalah cara berpikir untuk mengungkapkan realitas sosial yang ada dalam masyarakat dengan prosedur dan teori yang dapat di pertanggungjawabkan secara ilmiah.
4.2. Karakteristik Sosiologi Objek kajian sosiologi adalah masyarakat dan perilaku sosial manusia dengan meneliti kelompok-kelompoknya. Kelompok tersebut mencakup keluarga, etnis, atau suku bangsa, komunitas pemerintahan dan berbagai organisasi sosial, agama, politik, budaya, bisnis, dan organisasi lainnya. Sosiologi pun mempelajari perilaku dan interaksi kelompok, menelusuri asal ususl pertumbuhannya, serta menganalisis pengaruh kegiatan kelompok terhadap para anggotanya. Dengan demikian, sebagai objek kajian sosiologi adalah masyarakat manusia yang dilihat dari sudut hubungan antarmanusia dan proses-proses yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat. Jika ditelaah lebih lanjut, tentang karakteristik sosiologi mencakup hal-hal berikut: 1. Sosiologi merupakan bagian dari ilmu sosial, bukan merupakan bagian ilmu pengetahuan alam maupun ilmu kerohanian 2. Sosiologi bukan merupakan disiplin yang normatif, melainkan suatu disiplin yang bersifat kategoris. Artinya sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi saat ini dan bukan mengenai apa yang semestinya terjadi atau seharusnya terjadi. 27 3. Sosiologi bersifat empiris, artinya bahwa ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada observasi terhadap kenyataan dan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif. 4. Sosiologi bersifat teoritis, artinya ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi. Abstraksi tersebut merupakan kerangka daripada unsur-unsur yang tersusun secara logis serta bertujuan untuk menjelaskan hubungan-hubungan sebab akibat, sehingga menjadi teori. 5. Sosiologi bersifat kumulatif, artinya bahwa teori-teori sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada dalam arti memperbaiki, memperluas, serta memperhalus teori-teori yang lama. 27 Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), cet. I, h. 74.
23
6. Sosiologi bersifat nonetis, yaitu yang dipersoalkan bukanlah buruk baiknya fakta tertentu, tetapi tujuannya adalah untuk menjelaskan fakta tersebut secara analitis. 28 Sosiologi adalah ilmu masyarakat, yaitu tentang system hubungan yang berlaku dan proses yang timbul dalam berbagai hubungan tersebut. Dalam hal ini akan menggunakan istilah masyarakat, bangsa, dan rakyat. Pengertian masyarakat sangat beragam rumusannya, tergantung aspek apa yang menjadi inti definisinya. Namun demikian, secara umum pengertian masyarakat adalah sejumlah manusia yang hidup dalam suatu lingkungan, dalam kurun waktu yang cukup lama sehingga melahirkan budaya dengan satu kesatuan kriteria dalam memiliki sistem hidup bersama. Sistem hubungan kemasyarakatan yang menjadi pokok bahasan sosiologi ialah hubungan kekerabatan, hubungan pergaulan, hubungan kerja, hubungan pemerintahan, hubungan formal dan informal, hubungan alumni, hubungan daerah asal kelahiran atau keturunan, hubungan bisnis, dan sebagainya.
4.3. Kegunaan (Faedah) Sosiologi Kegunaan atau faedah untuk kehidupan sehari-hari yaitu: a. Untuk pekerjaan sosial, sosiologi memberikan gambaran atau pengertian tentang pelbagai problem sosial, asal-usul atau sumber terjadinya, prosesnya dan sebagainya. Dengan gambaran seperti ini maka dapat dicari cara-cara pendekatan untuk mengatsi problema sosial secara tepat. b. Untuk pembangunan pada umumnya, sosiologi memberikan pengertian “masyarakat” secara luas, sehingga dengan gambaran tersebut para perencana dan pelaksana pembangunan dapat mencari pola pembangunan yang paling sesuai agar berhasil. Hal-hal yang dapat diketahui dari sosiologi untuk pelaksanaan pembangunan antara lain: 1) Kebutuhan/tuntutan masyarakat setempat, sehingga pembangunan dapat sesuai dengan keadaan nyata.
28
Syahrial Syarbaini, dkk, Sosiologi dan Politik, ( Bogor : Ghalia Indonesia, 2002), cet. I, h. 10.
24
2) Stratifikasi (pelapisan) sosial dengan memahaminya dapat menentukan bagi lapisan mana pembangunan akan dilakukan. Atau mau diapakan lapisan-lapisan sosial itu dalam pembangunan. 3) Letak pusat-pusat kekuasaan, dengan mengetahui di tangan siapa kekuasaan berada, maka usaha pembangunan akan mudah digerakkan 4) System dan saluran-saluran komunikasi, dengan memahami hal ini maka ide-ide pembangunan dapat sampai kepada anggota masyarakat, dan diterima dengan baik oleh mereka, karena disalurkan lewat system dan saluran komunikasi yang tepat. 5) Perubahan-perubahan sosial, dengan mengetahui hal ini para perencana dan pelaksana pembangunan dapat menentukan arah atau mengendalikan proses perubahan yang sedang atau akan terjadi. Atau akibat proses sosial yang telah terjadi, perubahan diharapkan berkembang menjadi lebih positif.
B. Deskripsi Teori Rancangan-rancangan Alternatif/Desaindesain Alternatif Intervensi Tindakan yang dipilih 1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris yaitu Classroom Action Research (CAR) “menurut Masnur Muslich yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas”. 29 “Suyanto menyatakan bahwa PTK atau Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakantindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara professional”. 30 “Menurut Kurt Lewin Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi”. 31 “Sedangkan menurut Wallace dalam Burns menyatakan penelitian tindakan dilakukan dengan mengumpulkan data atau informasi secara sistematis tentang
29 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet.6, h.2 30 Masnur Muslich,Melaksanakan PTK Itu Mudah (Classroom Action Research)Pedoman Praktis Bagi Guru Profesional, (Jakarta : Bumi Aksara,2009),Cet 1, h.9. 31 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, ( Jakarta : Rajawali Pers,2009), Cet 4, h.42
25
praktik keseharian dan menganalisisnya untuk dapat membuat keputusankeputusan tentang praktik yang seharusnya dilakukan di masa mendatang”. 32 Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas suatu rangkaian kegiatan penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran, yakni dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau informasi secara sistematis melalui empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas mempunyai karakteristik penting, yaitu 1) Ciri khusus pada PTK adalah adanya tindakan (action) yang nyata. Tindakan itu dilakukan pada situasi alami (bukan dalam laboratorium) dan ditujukan untuk memecahkan permasalahan praktis. 2) PTK harus menunjukkan adanya perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan secara positif. Oleh karena itu, dengan diadakan tindakan tertentu harus membawa perubahan kea rah perbaikan. Apabila dengan tindakan justru membawa kelemahan, penurunan, atau perubahan negatif berarti hal tersebut menyalahi karakter PTK.
3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas “Mc Niff menegaskan bahwa dasar utama bagi dilaksanakannya penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan. Jadi, tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan professional pendidik dalam menangani proses pembelajaran”. 33 “Manfaat penelitian tindakan kelas menurut Kunandar dapat dilihat dari dua aspek, yaitu: 1. Manfaat aspek akademis adalah untuk membantu guru menghasilkan pengetahuan yang sahih dan relevan bagi kelas mereka untuk memperbaiki mutu pembelajaran dalam jangka pendek.
32 Kunandar, Langkah Mudah …., h.43 33 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan …., h. 106-107
26
2. Manfaat praktis dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut; pelaksanaan inovasi pembelajaran dari bawah dan pengembangan kurikulum di tingkat sekolah”. 34
4. Prinsip-prinsip Dasar Penelitian Tindakan Kelas Prinsip dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tidak boleh mengganggu PBM dan tugas mengajar. Tidak boleh terlalu menyita waktu. Metodologi yang digunakan harus tepat dan terpercaya. Masalah yang dikaji benarp-benar ada dan dihadapi guru. Memegang etika kerja (minta izin, membuat laporan, dan lain-lain). PTK bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses belajar mengajar. 7. PTK menjadi media guru untuk berpikir kritis dan sistematis. 8. PTK menjadikan guru terbiasa melakukan aktivitas yang bernilai akademik dan ilmiah. 9. PTK hendaknya dimulai dari permasalahan pembelajaran yang sederhana, konkret, jelas, dan tajam. 10. Pengumpulan data atau informasi dalam PTK tidak boleh terlalu banyak menyita waktu dan terlalu rumit karena dikhawatirkan dapat mengganggu tugas utama guru sebagai pengajar dan pendidik. 35
5. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Tindakan kelas sebagaimana jenis penelitian lainnya, memiliki kelebihan dan kelemahan. Shumsky dalam Suwarsih menyatakan bahwa kelebihan PTK sebagai berikut: 1) Kerja sama dalam PTK menimbulkan rasa memiliki. 2) Kerja sama dalam PTK mendorong kreativitas dan pemikiran kritis dalam hal ini guru yang sekaligus sebagai peneliti 3) Melalui kerja sama, kemungkinan untuk berubah meningkat. 4) Kerja sama dalam PTK meningkatkan kesepakatan dalam menyelesaikan masalah yang Sementara itu, kelemahan dari PTK adalah sebagai berikut: 1) Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar PTK pada pihak peneliti (guru).
34 Kunandar, Langkah Mudah …., h.68 35 Kunandar, Langkah Mudah …., h. 67
27
2) Berkenaan dengn waktu. Karena PTK memerlukan komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya, faktor waktu ini dapat menjadi kendala yang cukup besar. 36
6. Model Penelitian Tindakan Kelas Beberapa ahli mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun bagan alur dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas sebagai berikut.
Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan SIKLUS II
Refleksi
Pengamatan
? Bagan 2.1 Alur Pelaksanaan PTK
36 Kunandar, Langkah Mudah …., h. 69
Pelaksanaan
28
7. Empat Aspek Pokok Penelitian Tindakan Kelas “Menurut Kemmis dan Mc Taggart, penelitian tindakan kelas dilakukan melalui proses yang dinamis dan komplementari yang terdiri dari empat “momentum”esensial. Yaitu sebagai berikut: 1. Penyusunan Rencana Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan secara kritis untuk meningkatkan penelitian yang telah terjadi. Rencana penelitian tindakan kelas hendaknya tersusun dan dari segi definisi harus prospektif pada tindakan, rencana itu harus memandang ke depan. Rencana penelitian tindakan kelas hendaknya disusun berdasarkan kepada hasil pengamatan awal yang refleksi. 2. Tindakan Tindakan yang dimaksud di sini adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana. 3. Observasi Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait. Observasi itu berorientasi ke masa yang akan datang, memberikan dasar bagi refleksi sekarang, terlebih ketika putaran sekarang berjalan. 4. Refleksi Refleksi adalah mengingat dan merenungkan suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis”. 37
C. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan Kajian tentang kehidupan masyarakat dari segi sosial dapat dipelajari melalui ilmu sosiologi. Berbicara mengenai konsep sosiologi terdapat dua pengertian dasar, yaitu sosiologi sebagai ilmu pengetahuan dan sebagai metode. Dalam pembelajaran sosiologi, guru harus memberikan atau menyampaikan konsep-konsep sosiologi secara efektif dan mudah dipahami oleh siswa. Karena sosiologi membutuhkan pemahaman yang mendalam mengenai konsep-konsep
37 Kunandar, Langkah Mudah …., h. 70-75
29
tersebut. Sebagai guru yang merupakan fasilitator terhadap siswanya, maka guru diharuskan untuk lebih kreatif dalam memilih metode pembelajaran. Dalam memilih metode, tidak ada metode yang semua mempunyai kelebihan dan kekurangan. Metode resitasi akan diterapkan pada mata pelajaran sosiologi dengan menggunakan tema yang ada, dan gurulah yang akan memberikan tugas kepada siswa dengan langkah-langkah penyelesaiannya. Dalam penerapan metode ini, diharapkan siswa dapat lebih aktif, bertanggung jawab, dan dapat teratasi dalam kesulitan belajar. Berdasarkan pemikiran yang telah dipaparkan di atas, maka diharapkan bahwa metode resitasi dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dalam mata pelajran sosiologi.
D. Bahasan Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Seorang guru SMA Muhammadiyah 3 Surakarta telah melakukan penelitian. Hasilnya dikutip dalam Jurnal Pendidikan, Maret 2008, Volume 5, Nomor 1, yang berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika pada Turunan Melalui Penggunaan Metode Resitasi dan Diskusi bagi Siswa Kelas XI-IS.2 SMA Muhamaddiyah 3 Surakarta pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2006/2007. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus kegiatan penelitian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan metode resitasi dan diskusi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada awal pembelajaran dengan pretes diperoleh nilai rata-rata kelas 54,04 dan setelah diberi pembelajaran pada siklus I kemudian dilakukan postes nilai rata-rata kelas naik menjadi 57,16. Kemudian pada siklus II nilai rata-rata kelas menjadi 63,36. Noer Faizah seorang mahasiswa matematika, Fakultas Pendidikan melakukan
penelitian dengan judul skripsi Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa dengan Metode Resitasi. Hasil penelitian yang dilaksanakan melalui 3 siklus. Pada siklus I nilai tes yang mendapatkan 70 sebanyak 5 orang yaitu 13,89% dan yang mendapatkan nilai kurang dari 70 sebanyak 31 orang yaitu 86,11%. Maka dilakukan siklus II untuk mencapai target,
30
nilai tes 70 sebanyak 12 orang yaitu 33,33% dan yang mendapat kurang dari nilai rata-rata sebanyak 24% yaitu 66,61% dalam siklus II ini mengalami peningkatan dibandingkan siklus I. sedangkan pada siklus III nilai tes 70 sebanyak 28 siswa yaitu 77,78% dan yang mendapat nilai kurang dari 70 sebanyak 8 siswa yaitu 22,22%. Pada siklus III ini indikator keberhasilan sudah tercapai dimana lebih dari 60 % siswa mendapkan nilai 70 dari tes kemampuan pemecahan masalah matematika.
E. Hipotesis Tindakan Sebagian besar siswa merasa kesulitan dalam memahami konsep-konsep sosiologi yang berkaitan dengan perilaku menyimpang, sehingga hasil belajarnya tidak memuaskan. Berdasarkan analisis masalah, peneliti menyimpulkan bahwa mereka tidak dapat memahami konsep sosiologi secara keseluruhan. Hipotesis tindakannya adalah peneliti menerapkan metode resitasi pada mata pelajaran sosiologi, dengan begitu siswa dapat mengatasi kesulitan belajar dan mendapatkan hasil yang memuaskan. Adapun indikator keberhasilannya adalah 60% siswa mendapatkan nilai 70.
31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas X di MA Manaratul Islam, pada semester ganjil tahun ajaran 2009/2010.
B. Metode dan Disain Intervensi Tindakan/ Rancangan Siklus Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model proses yang digunakan dalam PTK ini adalah model proses siklus (putaran/spiral) yang mengacu pada PTK Kemmis S, dan Mc Tagget. R model dari putaran ke putaran atau siklus ke siklus dengan target agar kualitas pembelajaran sosiologi dapat terselesaikan dengan baik sehingga kualitas pembelajaran semakin tinggi. Gambaran langkah-langkah yang akan dilakukan dalam tindakan penelitian adalah:
32
Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan SIKLUS II
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan
? Bagan 3.1 Alur Pelaksanaan PTK
C. Subyek/Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di MA Manaratul Islam dan guru mata pelajaran sosiologi sebagai kolaborator dan observer.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Pada penelitian tindakan kelas, peneliti berperan sebagai pelaku penelitian. Peneliti bekerja sama dengan guru mata pelajaran sebagai kolaborator dan observer. Sebagai kolaborator yaitu membantu peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), melakukan refleksi, serta menentukan tindakantindakan yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya. Sebagai observer yaitu memberi penilaian terhadap peneliti dalam melakukan proses pengajaran dengan menggunakan metode resitas, mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran, dan menilai kesulitan belajar siswa dalam mata pelajaran sosiologi setelah diberikan pretes dan postes di setiap siklus. Untuk mencapai hasil
33
penelitian yang akurat dan sesuai dengan tujuan penelitian, maka dibutuhkan solidaritas yang kuat antara peneliti dengan guru mata pelajaran. Keduanya samasama mempunyai peranan yang sangat penting.
E. Tahapan Intervensi Tindakan Tahapan penelitian ini dimulai dengan tahap pra penelitian dan akan dilanjutkan dengan siklus I. setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II. Berikut akan disajikan bentuk uraian kegiatan penelitian. Tabel 3.1 Tahapan Penelitian Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Pendahuluan 1. Analisis kurikulum dan studi pustaka 2. Observasi ke MA Manaratul Islam 3. Mengurus surat izin penelitian 4. Membuat instrumen penelitian 5. Menghubungi kepala sekolah 6. Menentukan kelas subjek penelitian 7. Observasi proses pembelajaran di kelas penelitian 8. Mensosialisasikan pembelajaran sosiologi dengan menggunakan metode resitasi pada siswa yang menjadi subjek penelitian
Tabel 3.2 Tahap Penelitian Siklus I Tahap Perencanaan 1. Membuat rencana pembelajaran 2. Mendiskusikan RPP dengan guru kolaborator 3. Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan 4. Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru, wawancara, catatan lapangan serta keperluan observasi lainnya
34
5. Menyiapkan soal latihan dan PR pada setiap pertemuan 6. Menyiapkan soal akhir siklus 7. Menyiapkan alat dokumentasi Tahap Pelaksanaan 1. Pendahuluan a. Apersepsi : dengan Tanya jawab guru mereview pengetahuan siswa sebelumnya tentang materi terdahulu b. Memotivasi siswa dengan permasalahan kontekstual (pembelajaran dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari)
2. Kegiatan Inti a. Guru melaksanakan pembelajaran dengan metode resitasi b. Siswa mempelajari materi sosiologi c. Guru memberikan tugas proyek (tugas lapangan) d. Untuk mengatasi kesulitan siswa dalam belajar, guru memberikan latihan soal e. Membahas dan mengkoreksi latihan bersama
3. Penutup a. Penilaian hasil tes siklus I b. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang telah dibahas c. Dokumentasi
Tahap Observasi Tahap ini berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan yang terdiri dari observasi dengan pelaksanaan yang terdiri dari observasi terhadap siswa dan guru (peneliti), guru kolaborator mencatat semua hal yang terjadi selama proses pembelajaran Refleksi
35
Analisis hasil observasi dan evaluasi pembelajaran siklus I yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya
Tabel 3.3 Tahap Pelaksanaan Siklus II Tahap Perencanaan 1. Membuat rencana pembelajaran 2. Mendiskusikan RPP dengan guru kolaborator 3. Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan 4. Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru, wawancara, catatan lapangan serta keperluan observasi lainnya 5. Menyiapkan soal latihan dan PR pada setiap pertemuan 6. Menyiapkan soal akhir siklus 7. Menyiapkan alat dokumentasi Tahap Pelaksanaan 1. Pendahuluan a. Memotivasi siswa dengan permasalahan kontekstual (pembelajaran dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari) b. Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan Inti a. Guru melaksanakan pembelajaran dengan metode resitasi yang dilengkapi quiz dan tutor sebaya b. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok untuk mengerjakan tugas kelompok c. Guru mengulang materi sosiologi yang telah dijelaskan d. Guru memberikan siswa kesempatan untuk bertanya tentang materi yang kurang dipahami e. Guru memberikan quiz yang bersifat mengatasi kesulitan belajar f. Siswa menjawab quiz secara cepat tepat (kompetisi)
36
g. Guru memberikan reward (nilai plus) pada siswa yang menjawab benar.
3. Penutup a. Penilaian hasil tes siklus II b. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang telah dibahas c. Dokumentasi Tahap Observasi Tahap ini berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan yang terdiri dari observasi dengan pelaksanaan yang terdiri dari observasi terhadap siswa dan guru (peneliti), guru kolaborator mencatat semua hal yang terjadi selama proses pembelajaran Tahap Refleksi Analisis hasil observasi dan evaluasi pembelajaran siklus I yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan Hasil yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas dalam penerapan metode resitasi adalah untuk mengatasi kesulitan belajar siswa.
G. Data dan Sumber Data Data dan sumber penelitian ini ada dua macam, yaitu: 1. Data kualitatif Hasil observasi guru dalam proses belajar mengajar, hasil observasi aktivitas siswa, catatan lapangan, serta hasil dokumentasi (berupa foto kegiatan pembelajaran). 2. Data Kuantitatif Hasil data yang diambil adalah nilai tes siswa dan angket.
37
Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru mata pelajaran, dan peneliti.
H. Instrumen Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrument antara lain: a. Lembar Observasi Lembar observasi digunakan untuk mengungkapkan aktivitas siswa selama pembelajaran sehingga dapat mengukur kemampuannya dalam mengatasi kesulitan belajar. b. Lembar Soal/Tes Lembar soal ini digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal/tes dalam mengatasi kesulitan belajar c. Catatan Lapangan Catatan lapangan adalah catatan tertulis mengenai hal-hal spesifik / unik yang terjadi selama penelitian
berlangsung. Tujuan catatan lapangan ini untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam mengatasi kesulitan belajar sosiologi dengan metode resitasi. d. Lembar Wawancara Wawancara dilakukan pada awal penelitian dan di akhir penelitian. Wawancara
dengan
difokuskan
pada
tanggapan
siswa
selama
proses
pembelajaran. e. Lembar Dokumentasi Dokumentasi dilakukan pada setiap pelaksanaan penelitian. Tujuan lembar dokumentasi untuk memperkuat data-data yang ada. f. Lembar Angket Lembar angket dibagikan kepada siswa untuk mengetahui kesulitan belajar dan respon siswa terhadap mata pelajaran sosiologi serta metode resitasi.
38
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket Variabel Kesulitan
belajar Kesulitan
(X)
Item Pernyataan
Dimensi
+ (positif)
-(negatif)
3
8
belajar
disebabkan faktor Internal Kesulitan
belajar
disebabkan faktor 1, 2, 16, 17, 18, 19
5, 10, 13, 14, 15, 20
eksternal Metode
Resitasi
6, 7, 12
(Y)
4, 9, 11
Adapun kriteria penskorannya adalah sebagai berikut: Tabel 3.5 Kriteria Penskoran Alternatif Jawaban dengan Skala Likert No
Pernyataan
1. 2.
Skor SS
S
R
TS
STS
Positif
5
4
3
2
1
Negatif
1
2
3
4
5
Keterangan SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
R
: Ragu-ragu
TS
: Tidak Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
39
I. Teknik Pengumpulan Data a. Metode Observasi Lembar observasi ini terbagi menjadi dua, yaitu lembar observasi guru dalam proses belajar mengajar dan lembar observasi aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Lembar observasi guru dalam proses belajar mengajar digunakan untuk mengetahui proses pengajaran sosiologi dengan menerapkan metode resitasi, apakah terlaksana dengan baik atau tidak. Lembar observasi aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran digunakan untuk mengamati interaksi pembelajaran di kelas. Observasi untuk mengetahui perkembangan siswa dan kemudahan siswa dalam belajar dan kegiatan guru dalam mengajar dilakukan metode observasi (pengamatan) oleh guru kolaborasi. Observasi dilakukan di kelas X MA Manaratul Islam yang menjadi subyek penelitian untuk mendapat gambaran secara langsung tentang kegiatan belajar mengajar dalam kelas. Dengan melakukan observasi dapat mengetahui kegiatan siswa dalam mempersiapkan dan menerima pelajaran dari guru selama proses belajar berlangsung. b. Metode Tes Kesulitan belajar siswa dapat dilihat hasilnya melalui tes pada setiap akhir siklus. Siswa diminta untuk mengerjakan soal-soal sosiologi dan peneliti memberi skor pada jawaban soal. c. Catatan Lapangan Catatan lapangan diperlukan untuk mengamati seluruh kegiatan selama proses pembelajaran
berlangsung.
Berbagai
hasil
pengamatan
tentang
aspek
pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, interaksi guru dengan siswa, dan aspek lainnya yang perlu di catat. d. Metode Dokumentasi “Menurut Sukmadinata studi dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumendokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik”. 1 Metode ini
1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. I, h. 221.
40
penulis gunakan untuk memperoleh data tentang nama siswa, nomor induk, nilai hasil tagihan blok dan laporan siswa pada kelas X MA Manaratul Islam. e. Metode Wawancara “Menurut Denzin dalam Rochiati Wiriaatmadja wawancara merupakan pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan-penjelasan hal-hal yang dipandang perlu”. 2 Pada penelitian ini yang diwawancarai adalah guru dan beberapa siswa. f. Angket Angket diberikan kepada siswa setelah berakhirnya penelitian, tujuannya adalah untuk mengetahui respon siswa setelah belajar sosiologi dengan metode resitasi. Respon siswa yang ingin diketahui adalah apakah responnya baik, sedang, atau buruk.
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Studi Untuk menjamin pemantapan dan kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian maka dipilih dan ditentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperolehnya. Dalam penelitian ini akan digunakan teknik triangulasi. “Menurut Lexy Moeleong triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut”. 3 Penelitian
ini
menggunakan
triangulasi
penyelidikan
dengan
jalan
memanfaatkan peneliti atau penguatan keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamatan lainnya dalam hal ini adalah guru sosiologi kelas X agar dapat mengurangi kemencengan dalam pengumpulan data. Untuk menganalisis butir soal yang diujicobakan, peneliti melakukan beberapa tahap diantaranya:
2 Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung, : Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. III, h. 117 3 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), Cet. VIII, h.178
41
a. Validititas “Menurut Ahmad Sofyan validitas berasal dari kata validity, dapat diartikan tepat atau shahih, yakni sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya”. 4 Untuk mengukur validitas soal dalam penelitian ini menggunakan rumus Point Biserial, yaitu:
rpbis (i) = Keterangan
rpbis (i)
= Koefisien korelasi biseral antara skor butir soal nomor I dengan
skor total
Xi Xt St Pi qi
= Rata-rata skor total responden menjawab benar butir soal = Rata- rata skor semua responden = Standard deviasi skor total semua responden = Proporsi jawaban benar untuk butir nomor i = Proporsi jawaban salah untuk butir nomor i
5
Dari uji instrumen untuk siklus I dilakukan sebanyak 30 soal. Hasil uji validitas didapatkan jumlah soal yang valid sebanyak 23 soal yakni 1, 2 ,3 ,6 ,9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 27, 28, dan 29. Agar menjadi 20 soal, maka harus dibuang 3 soal yakni 1, 17, dan 22 karena tingkat kesukaran pada setiap butir soal adalah sedang, maka dilihat dari betulnya siswa yang menjawab soal tersebut. Sedangkan pada siklus II didapatkan 20 soal yang valid yakni nomor 1, 7, 8, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 29, 30. Soal yang sudah dihitung validitasnya dan mendapatkan 20 soal yang valid, maka soal tersebut tidak dikurangkan ataupun ditambahkan. Karena sudah mencapai 20 soal yang diinginkan. b. Realibilitas
4 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta :UIN Jakarta Press, 2006), Cet. 1, h. 105 5 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran …., h.109
42
“Realibilitas menurut Ahmad Sofyan bermakna kepercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, atau konsisten, dapat diartikan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya dan konsisten”. 6 Untuk mengetahui realibilitas menurut Suharsimi instrument tes digunakan rumus Kuder-Richardson (K-R 20) dengan rumus sebagai berikut: ∑
r11= r11 n s p q pq
= Realibilitas tes secara keseluruhan = Jumlah butir soal dalam perangkat tes = Standar deviasi skor-skor tes = Proporsi subjek yang menjawab item benar = Proporsi subjek yang menjawab item salah = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
Adapun kriteria pengujiannya r11 = 0,91 – 1,00 = Sangat Tinggi
r11 r11 r11 r11
= 0,71 – 0,90 = Tinggi = 0,41 – 0,70 = Cukup = 0,21 – 0,40 = Rendah = < 0,21
= Sangat rendah 7
Dari hasil perhitungan pada siklus I diperoleh r hitung sebesar 0,84 yang menunjukkan bahwa instrument memiliki nilai reliabilitas tinggi. Sedangkan perhitungan pada siklus II diperoleh r hitung sebesar 0,89 yang menujukkan bahwa isntrumen memiliki nilai reliabilitas tinggi.
c. Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran merupakan suatu proporsi atau perbandingan antara siswa yang menjawab benar dengan keseluruhan siswa yang mengikuti tes. Indeks kesukaran rentangnya dari 0,0 – 1,0. Semakin besar indeks kesukaran
6 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran …., h, 105 7 Suharsimi Arikunto,Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. VIII, h. 100.
43
menunjukkan semakin mudah butir soal dan sebaliknya semakin rendah indeks kesukaran menujukkan semakin sulit butir soal. Cara menghitung tingkat kesukaran dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
P= P B N
= Proporsi (indeks kesukaran) = Jumlah siswa yang menjawab benar = Jumlah peserta tes
Dengan ketentuan = Sukar P = 0 – 0,25 P = 0,26 – 0,75 = Sedang P = 0,76 – 1 = Mudah 8
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis Proses analisis data terdiri atas analisis data pada saat pelaksanaan di lapangan dan kegiatan analisis data yang sudah terkumpul. Data yang sudah terkumpul berupa hasil observasi, catatan lapangan, hasil wawancara, hasil tes siswa, dan angket. Semua data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Tahap analisis data dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada dari berbagai sumber, kemudian mengadakan reduksi data, menyusunnya dalam satuan-satuan dan mengategorikannya. Data yang diperoleh berupa kalimatkalimat dan aktivitas-aktivitas siswa diubah menjadi kalimat yang bermakna dan alamiah. Kriteria keberhasilan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa adalah terjadinya peningkatan siswa dalam memahami materi sosiologi yang terlihat dari hasil pengamatan telah menunjukkan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran sesuai rencana dan siswa memahami materi pelajaran, serta hasil tes menujukkan 60% dari jumlah siswa kelas penelitian mendapatkan nilai 70. Setelah tindakan pertama (siklus I) selesai dilakukan dan hasil yang diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu kesulitan belajar siswa
8
Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran …., h.103
44
yang belum dapat teratasi, maka akan ditindak lanjuti untuk melakukan tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran. Penelitian ini akan berakhir, apabila peneliti menyadari bahwa penelitian ini telah berhasil menguji penggunaan metode resitasi dalam mengatasi kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi.
45
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sekolah 1. Sejarah Berdirinya Madrasah lahir seiring dengan berkembangnya agama Islam di suatu tempat, sehingga bentuk madrasah telah mengalami perubahan yang cukup panjang, yaitu dari bentuk yang sangat sederhana sampai dengan bentuk yang sekarang ini. Disamping itu madrasah selalu muncul dari masyarakat, artinya lahirnya madrasah karena masyarakat di suatu tempat memerlukan pendidikan agama, yang kemudian berkembang dengan tujuan untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat. Hal tersebut di atas menunjukkan
bahwa madrasah sebenarnya milik
masyarakat, dengan besar dan berkembang di masyarakat. Kita tahu bahwa yang mendirikan madrasah adalah masyarakat, baik melalui bentuk yayasan maupun pribadi-pribadi dengan melalui cara hibbah dan wakaf. Dengan demikian dana yang terhimpun juga berasal masyarakat yang jumlahnya relatif sangat sederhana. Dengan dipelopori oleh para ulama, tokoh masyarakat di wilayah Gandaria dan skitarnya maka didirikanlah suatu yayasan yang beroreintasi kepada pendidikan dan sosial kemasyarakatan. Yayasan tersebut diberi nama “Yayasan Pendidikan Manaratul Islam“ pada tahun 1949, yang memiliki arti dari “Manaratul” adalah tempat yang dibuat untuk menyiarkan atau menyebarkan suatu berita, dalam bahasa Indonesia berarti menara. Jadi arti Manaratul Islam adalah sebagai suatu wadah atau menara untuk menyiarkan agama Islam. Lembaga pendidikan yang diselenggarakan Madrasah Ibtidauyah (MI) yang didirikan pada tahun 1949, Madrasah Tsanawiyah (MTs) tahun 1967, dan SPIAIN (Sekolah Persaiapan IAIN tahun 1970. Namun selama beroperasi selama dua
46
tahun SPIAIN ditutup pada tahun 1972, dan dilanjutkan dengan Madrasah Aliyah yang mulai beroperasi pada 1973. Selain lembaga pendidikan formal, Yayasan Pendidikan Manaratul Islam juga mendirikan Pondok Pesantren Miftahul Ulum pada tahun 1980 sebagai pendukung dalam pengembangan kemampuan siswa dalam pengetahuan agama, khususnya. 2. Visi dan Misi Visi Menjadikan MA. Manaratul Islam sebagai Lembaga Pendidikan Menengah yang unggul dan terkemuka dalam pembinaan Keimanan, Keislaman dan Keilmuan dalam menyongsong era globalisasi. Misi a. Mencetak lulusan yang berkualitas dalam akademik, memiliki life-skill yang mapan, dan berperilaku akhlak al-karimah. b. Peningkatan profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan c. Terciptanya suasana pembelajaran yang kondusif, aktif, dan kolaboratif dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai d. Memberikan pelayanan dan bimbingan yang bermutu, cepat, tepat, dan akurat. Moto Cerdas, Kreatif, Inovatif, Mandiri, Berprestasi, dan Berwawasan IPTEK dengan Berlandaskan IMTAQ 1
3. Identitas Madrasah a. Nama Madrasah
: Madrasah Aliyah Manaratul Islam
b. Alamat Madrasah
: Jl. Madrasah No.12 Rt.001/01
c. Kelurahan
: Gandaria Selatan
d. Kecamatan
: Cilandak
e. Kotamadya
: Jakarta Selatan
1
Profil Sekolah MA Manaratul Islam
47
f. Provinsi
: DKI Jakarta
g. Nama Kepala Sekolah
: H. Syafi’i Hamzah, Lc
h. Standar Madrasah
: Permanen
i. Nomor Statistik Madrasah (NSM) : 312317120013 j. Tahun Didirikan/Dibangun
: 1949
k. Tahun Beroperasi
: 1973
l. Akreditasi
: Terakreditasi dengan Nilai B
- Nomor
: KW.094/4/KP.08.8/4353/2005
- Tahun
: 2005
m. Status Tanah
: Milik Yayasan / Wakaf
Luas Tanah
: 3000 m2
n. Keadaan Bangunan
: Berlantai tiga
Profil Sekolah MA Manaratul Islam
Tabel. 4.1 Sarana dan Prasarana Sekolah
No
Sarana / Ruang
Jumlah
Keadaan
1
Kantor Ka. Madrasah
1
Baik
2
Kantor Tata Usaha
1
Baik
3
Kantor Guru
1
Baik
4
Kantor Adm BK
1
Baik
5
Ruang Konseling
1
Baik
6
Ruang Kelas
6
Baik
7
Perpustakaan / UKS
1
Baik
8
Lab IPA
1
Baik
48
9
Lab Komputer
1
Baik
10
Lab Bahasa
1
Baik
11
Kantor OSIS
1
Baik
12
Aula Serbaguna
1
Baik
13
Musholla
1
Baik
14
Toilet Guru
1
Baik
15
Siswa (bersama)
8
Baik
16
Gudang
1
Baik
Jumlah
30
-
Sumber Data : MA Manaratul Islam Tabel. 4.2 Jumlah siswa tahun pelajaran 2009/2010 Kelas Program
Kelas X
Kelas XI
Kelas XII
IPA
IPS
IPA
IPS
Laki-laki
24
14
18
16
24
Perempuan
30
22
19
23
24
36
37
39
48
Jumlah siswa
64 73
87
214 Rombongan Belajar
2
1 2
1
1
1
2
Profil Sekolah MA Manaratul Islam
49
Tabel. 4.3 Jumlah siswa 5 (lima) tahun terakhir Tahun
2004/2005 2005/2006 2006/2007 2007/2008 2008/2009
Kelas X
43
64
80
83
77
Kelas XI
41
50
63
80
84
Kelas XII
34
41
53
61
79
Jumlah
118
155
196
224
239
Profil Sekolah MA Manaratul Islam Tabel. 4.4 Jumlah Guru dan Karyawan berdasarkan pendidikan terakhir Pendidikan PNS Terakhir L
GTY
Guru Bantu
Honorer
Jum
P
L
P
L
P
L
P
L+P
SLTA
-
-
1
-
-
-
2
-
3
DIII
-
-
1
-
-
-
2
1
4
S-1
2
3
1
1
-
-
4
6
17
S-2
-
1
-
-
-
-
-
1
2
Jumlah
2
4
3
1
-
-
8
7
26
Profil Sekolah MA Manaratul Islam Tabel. 4.5 Keadaan Guru dan Karyawan berdasarkan jenis kelamin Tugas Ka. Mad
Jenis Kelamin L
P
1
-
Jumlah 1
50
Wakamad
1
-
1
Guru MP
9
11
20
Guru BK
1
-
1
TU
2
-
2
Pesuruh
1
-
1
Jumlah
15
11
26 Profil Sekolah MA Manaratul Islam
Tabel. 4.6 Kegiatan Ekstra Kurikuler No
Kegiatan
1
Volley
2
Basket
3
Futsal
4
PMR
5
Marawis
6
Qasidah
Ket
Profil Sekolah MA Manaratul Islam Tabel. 4.7 Sarana dan Prasarana Pembelajaran
No
Sarana dan Prasarana
Ket
1
Laptop / Notebook
1 unit
2
LCD Projector
1 unit
3
OHP
2 unit
51
4
Slide
2 unit
5
Televisi
2 unit
6
VCD Player
1 unit
7
Amplier
2 unit
8
Tape Recorder
2 unit
9
VCD Pembelajaran
2 set
10
CD Bahasa Inggris
1 set
11
Komputer
20 unit
12
Media Praktik IPA
10 set
13
Media Praktik Bahasa
20 set
14
Koleksi Buku Perpustakaan
264 judul
Profil Sekolah MA Manaratul Islam
52
STRUKTUR ORGANISASI MADRASAH ALIYAH MANARATUL ISLAM TAHUN PELAJARAN 2009/2010
YAYASAN PENDIDIKAN
KEPALA MADRASAH KOMITE MADRASAH
WAKIL KEPALA MADRASAH
TATA USAHA
BIMBINGAN KONSELING GURU OSIS SISWA
Profil Sekolah MA Manaratul Islam B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan Efek/Hasil Intervensi
Tindakan Subjek penelitian tindakan ini adalah MA Manaratul Islam kelas XB sebanyak 30 orang. Berdasarkan hasil observasi baik melalui pengamatan langsung maupun hasil wawancara dengan siswa kelas XB, peneliti menyimpulkan bahwa kendalakendala yang mereka hadapi pada saat pembelajaran adalah metode pembelajaran yang membosankan, kondisi kelas yang ramai, dan mata pelajaran sosiologi yang
53
mempunyai banyak istilah-istilah yang baru mereka dengan ataupun kenal. Sehingga dengan kendala-kendala tersbut siswa mengalami kesulitannya dalam belajar. Berdasarkan kendala-kendala yang dialami siswa sehingga membuah hasilkan kesulitan belajar bagi siswa, peneliti mencoba menerapkan metode resitasi atau metode penugasan yang mana dalam metode tersebut siswa diharapkan aktif, bertanggung jawab dan siswa dapat berkembang. Penelitian dilakukan sebanyak dua siklus, yang masing-masing siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pada tahap perencanaan, peneliti dan guru mata pelajaran yang menjadi kolaborator dan observer mengembangkan rencana tindakan berdasarkan hasil pengamatan awal dengan tujuan agar dapat mengatasi kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi. Sebelum melakukan penelitian peneliti, menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Power Point, dan instrumen (soal/tes, lembar observasi, catatan lapangan, angket), dan melakukan uji coba instrumen. Selanjutnya merupakan tahap pelaksanaan tindakan, adalah melakukan suatu tindakan untuk memperbaiki atau mengatasi kesulitan belajar siswa pada proses pembelajaran sosiologi. Pada tahap ini, dalam satu siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pada pertemuan pertama, proses pembelajarannya diawali dengan pembukaan mata pelajaran atau pendahuluan selama 10 menit. Kemudian memberikan apersepsi tentang pembelajaran yang akan dibahas dan menjelaskan pengertian perilaku menyimpang, jenis-jenis perilaku menyimpang, dan fungsi-fungsi perilaku menyimpang selama 25 menit. Setelah menjelaskan kepada siswa semua bahan ajar, maka siswa diberikan tugas untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap bahan ajar yang sudah dijelaskan. Setelah siswa menyelesaikan tugas yang diberikan, seluruh siswa mengoreksi tugas temannya secara acak. Dan dapat disimpulkan bahwa masih banyak siswa yang kurang memahami mata pelajaran sosiologi. Sehingga, guru memberikan tugas proyek yang dikerjakan di rumah untuk mencari materi yang terkait tentang perilaku menyimpang di Koran,
54
majalah, dan di internet dengan tujuan agar siswa mendapatkan penjelasanpenjelasan tentang perilaku menyimpang. Pertemuan kedua diawali dengan mengevaluasi materi pengertian perilaku menyimpang, jenis-jenis perilaku menyimpang, dan fungsi-fungsi perilaku menyimpang untuk mengetahui kemampuan siswa. Melakukan apersepsi untuk menstimulus siswa untuk berpikir mengenai materi yang akan dipelajari. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru atau mengungkapkan pendapatnya dan guru mulai menjelaskan tentang teori-teori perilaku menyimpang. Kemudian guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan guru pun memberikan pertanyaan kepada siswa. Setelah siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru serta guru sudah menjelaskan pertanyaan yang diberikan siswa, maka guru memberikan tugas kepada siswa. Guru menyimpulkan, bahwa pada pertemuan kedua ini, beberapa siswa mulai dapat mengatasi kesulitan belajar. Proses pembelajaran pada siklus I diakhiri dengan melakukan tes/soal untuk mengetahui kemampuan siswa. Pada tahap observasi, guru mata pelajaran mengobservasi proses pembelajaran dengan metode resitasi sekaligus mengamati aktivitas siswa, menilai hasil belajar siswa yang telah diberikan melalui tugas atau tes pada akhir siklus, dan mendokumentasikan kegiatan pembelajaran. Tahap selanjutnya atau tahap terakhir adalah tahap analisis dan refleksi, di mana peneliti bersama guru mata pelajaran yang bertugas sebagai kolaborator dan observer menganalisis sekaligus mengevaluasi proses pembelajaran pada siklus I, tindakan yang telah diberikan sudah sesuai atau belum dengan konsep penelitian. Kemudian hasil penelitian siklus I dibandingkan dengan indikator keberhasilan. Tahap refleksi tujuannya untuk memperbaiki dan menyempurnakan tindakan yang akan diberikan di siklus berikutnya. Melalui refleksi, berbagai kendala yang muncul di kelas pada saat pemberian tindakan didiskusikan untuk mencari solusi yang dapat memperbaiki mutu pembelajaran sosiologi. Kendala yang muncul pada saat proses pembelajaran di antaranya adalah beberapa siswa tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, tidak memperhatikan guru ketika
55
menjelaskan materi, dan siswa masih pasif untuk melakukan atau mengutarkan pendapat. Berdasarkan penjelasan di atas mengenai hasil penelitian di siklus I, peneliti merasa penelitiannya harus dilanjutkan ke siklus II karena dirasa belum berhasil menerapkan metode pembelajaran resitasi pada mata pelajaran sosiologi, selain itu hasil belajar siswa pada tes akhir siklus masih perlu ditingkatkan sedikit karena belum mencapai target yang diinginkan. Pada siklus II, peneliti melaksanakan tindakan berdasarkan perencanaan yang telah dikembangkan setelah melakukan refleksi di siklus I. Tahap perencanaan merupakan tahap awal di mana peneliti dan guru mata pelajarana yang menjadi kolaborator dan observer, mengembangkan rencana tindakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. sebelum melakukan tindakan, pada tahap ini peneliti dan guru mata pelajaran sosiologi membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan menyiapkan bahan ajar sebagai media pembelajaran siswa. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dilakukan satu kali pertemuan karena pada siklus ini, akan mengevaluasi mata pelajaran sosiologi yang telah dijelaskan pada siklus I pada pertemuan I dan II untuk mengatasi kesulitan belajar dan meningkatkan nilai pada hasil belajar sosiologi. Pada pertemuan ini, siswa dibagi menjadi 5 kelompok siswa membahas kasus yang diberikan oleh guru dan mempresentasikan kasus tersebut. Untuk membuat siswa tidak bosan dalam mempelajari sosiologi dan mengingat apa yang telah dibahas, maka guru membuat sebuah games atau quiz. Untuk mengetahui bahwa siswa mampu mengatasi kesulitan belajar, maka guru memberikan tugas untuk merangkum materi yang telah dibahas melalui pendapat siswa. Pada tahap observasi, guru mata pelajaran mengobservasi proses pembelajaran dengan metode resitasi sekaligus mengamati aktivitas siswa, menilai hasil belajar sosiologi yang telah diberikan melalui tugas atau tes pada akhir siklus, dan mendokumentasikan kegiatan pembelajaran.
56
Tahap analisis dan refleksi, di mana peneliti bersama guru mata pelajaran yang bertugas sebagai kolaborator dan observer menganalisis sekaligus mengevaluasi proses pembelajaran pada siklus II, tindakan yang dilakukan sudah sesuai atau belum dengan konsep penelitian. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode resitasi sudah berjalan dengan baik, walaupun belum mencapai kesempurnaan. Akan tetapi, pada siklus II ini, guru sudah menganggap berhasil karena telah mencapai indikator keberhasilan. sehingga penelitian dihentikan di siklus II.
C. Pemeriksaan Keabsahan Data Instrumen yang digunakan untuk menguji siswa melalui soal/tes pada masingmasing siklus adalah 20 soal.soal tersebut berasal dari 30 soal yang diujikan dahulu melalui validitas dan realibilitas. Proses pengambilan data hasil tes pada masing-masing instrumen ketika pada akhir siklus yang telah ditentukan. Peneliti menguji cobakan soal yang telah dibuat pada kelas yang telah mempelajari materi yang akan diajarkan oleh peneliti pada saat penelitian, yaitu dengan menggunakan rumus validitas “Point Biseral”. Pada siklus I, didapatkan 23 soal yang valid yakni 1, 2 ,3 ,6 ,9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 27, dan 28. Sedangkan pada siklus II didapatkan20 soal yang valid yakni nomor 1, 7, 8, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 29,dan 30. Kedua instrumen tersebut juga diujikan realibilitasnya berdasarkan rumus Kuder-Richardson (K-R 20). Realibilitas soal pada siklus I adalah 0,84 (kriteria tinggi), sedangkan soal pada siklus II realibilitasnya adalah 0,89 (kriteria tinggi).
D. Analisis Data 1. Hasil Tes Siswa Adapun nilai hasil tes siklus I disajikan dalam tabel sebagai berikut :
57
Tabel 4.8 Nilai Tes Akhir Siklus I Nilai Tes
Frekuensi
4,0
2
4,5
3
5,0
5
5,5
10
7,0
6
7,5
2
8,0
2
Dari tabel di atas terlihat siswa yang mendapat ≥ 70 adalah 10 siswa yaitu 33,33% dan ≤ 70 adalah 20 siswa yaitu 66,67%. Pada siklus I ini, siswa belum mampu mengatasi kesulitan belajar sehingga indikator keberhasilan yang ingin dicapai belum berhasil. Tabel 4.9 Nilai Tes Akhir Siklus II Nilai Tes
Frekuensi
5,5
2
6,0
2
6,5
3
7,0
9
7,5
5
8,0
4
8,5
4
9,0
1
Dari tabel di atas terlihat siswa yang mendapat ≥ 70 adalah 23 siswa yaitu76,66% dan ≤ 70 adalah 7 siswa yaitu 23,33%. Pada siklus I ini, siswa mampu mengatasi kesulitan belajar sehingga telah mencapai indikator keberhasilan 60% siswa mendapatkan nilai 70 bahkan lebih dari nilai 70.
58
2. Hasil Wawancara Wawancara ini dilakukan setelah akhir tindakan atau siklus II. Berikut hasil wawancara dari beberapa siswa Tabel 4.10 Hasil Wawancara Responden Siswa Responden I Peneliti: Bagaimana menurut kalian tentang proses pembelajaran menggunakan metode resitasi? Siswa : “awalnya sich, bosen di kasih tugas terus….tapi lama-lama asyik juga mengerjakan tugas”. Peneliti: Menurut kalian, apakah metode resitasi dapat mengatasi kesulitan belajar? Siswa: “iya…soalnya nilai tes saya mendapatkan hasil yang memuaskan” Peneliti: Apakah metode resitasi ini merupakan metode yang menyenangkan? Siswa: ‘ya…iyalah…soalnya dengan metode ini siswa lebih diajarkan untuk lebih aktif” Peneliti : Bagaimana dengan hasil yang kalian dapat pada pembelajaran ini? Siswa: “memuaskan” Responden II Peneliti: Bagaimana menurut kalian tentang proses pembelajaran menggunakan metode resitasi? Siswa : “ mengasyikkan”. Peneliti: Menurut kalian, apakah metode resitasi dapat mengatasi kesulitan belajar? Siswa: “Alhamdulillah metode ini dapat mengatasi kesulitan belajar” Peneliti: Apakah metode resitasi ini merupakan metode yang menyenangkan?
59
Siswa: ‘iya….” Peneliti : Bagaimana dengan hasil yang kalian dapat pada pembelajaran ini? Siswa: “Alhamdulillah sangat memuaskan” Responden III Peneliti: Bagaimana menurut kalian tentang proses pembelajaran menggunakan metode resitasi? Siswa : “menyenangkan dan tidak membosankan”. Peneliti: Menurut kalian, apakah metode resitasi dapat mengatasi kesulitan belajar? Siswa: “iyach”. Peneliti: Apakah metode resitasi ini merupakan metode yang menyenangkan? Siswa: “metode ini membuat saya jadi lebih aktif untuk bertanya”. Peneliti : Bagaimana dengan hasil yang kalian dapat pada pembelajaran ini? Siswa: “cukup memuaskan”. Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode resitasi dapat membuat siswa mengatasi kesulitan belajarnya. Karena metode resitasi, membuat siswa senang dan tidak membosankan dan siswa sangat puas dengan hasil yang mereka dapat. Hal ini menujukkan bahwa penelitian tindakan dengan menggunakan metode resitasi telah berhasil dilaksanakan oleh peneliti, karena implikasinya positif terhadap proses pembelajaran sosiologi
3. Analisis dan Interpretasi Data Berdasarkan Hasil Angket Angket diberikan kepada siswa setelah berakhirnya penelitian, tujuannya untuk mengetahui respon siswa setelah belajar sosiologi dengan metode resitasi. Hasilnya dapat dilihat pada table di bawah ini
60
Tabel 4.11 Nilai Respon Siswa Mengatasi Kesulitan Belajar Menggunakan Metode Resitasi
No
Responden
Nilai
1.
A1
79
2.
A2
80
3.
A3
82
4.
A4
84
5.
A5
80
6.
B1
74
7.
B2
82
8.
B3
80
9.
B4
85
10.
B5
64
11.
C1
85
12.
C2
74
13.
C3
74
14.
C4
82
15.
C5
77
16.
D1
88
17.
D2
73
18.
D3
79
19.
D4
70
20.
D5
75
21.
E1
75
22.
E2
59
23.
E3
60
24.
E4
76
25.
E5
78
61
26.
F1
80
27.
F2
87
28.
F3
77
29.
F4
77
30.
F5
75
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh data berikut ini: Tabel 4.12 Jumlah Siswa Berdasarkan Kategori Respon Siswa Terhadap Metode Resitasi Interval 59-63 64-68 69-73 74-78 79-83 84-88 Jumlah
Jumlah Siswa 2 1 2 10 9 6 30
Respon Sangat Tidak Cukup Tidak Cukup Cukup Baik Sangat Baik Sangat Baik Sekali
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa respon siswa setelah mempelajari sosiologi dengan menggunakan metode resitasi adalah baik.
4. Analisis dan Interpretasi Data Berdasarkan Hasil Catatan Lapangan Tabel 4.13 Catatan Lapangan Siklus I Pertemuan Ke I Tempat Penelitian / Sekolah : MA Manaratul Islam Jakarta Hari/ Tanggal : Jum’at, 12 Februari 2010 Proses Pembelajaran : Proses pembelajaran diawali dengan apersepsi siswa tentang materi yang terkait. Siswa mendengarkan materi yang dijelaskan dan mengerjakan tugas yang diberikan guru untuk mempermudah siswa dalam memahami materi
Aktivitas Guru :
62 Guru menjelaskan materi kepada siswa dengan bantuan power point untuk mempermudah siswa dan tidak membuat bosan siswa. Dan setelah menjelaskan kepada siswa, guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan membagikan tugas yang akan dikerjakan. Aktivitas Siswa : a. siswa masih ada yang terlihat malas dan tidak fokus kepada materi yang diajarkan. b. Siswa masih mengobrol dan bercanda c. Belum terlihat aktif d. Sebagian siswa tidak mengerjakan tugas yang diberikan
Siklus I Pertemuan Ke II Tempat Penelitian / Sekolah : MA Manaratul Islam Hari/ Tanggal : Jum’at, 19 Februari 2010 Proses Pembelajaran Proses pembelajaran di mulai dengan tanya jawab tentang materi sebelumnya dan apersepsi tentang materi yang akan dijelaskan. Siswa mendengarkan penjelasan materi, Tanya jawab dan mengerjakan tugas yang diberikan guru untuk siswa dalam mengatasi kesulitan belajar. Aktivitas Guru Guru menjelaskan materi tentang teori perilaku menyimpang dan memberikan tugas kepada siswa untuk mengatasi kesulitan belajar Aktivitas Siswa Dalam siklus ke II ini, siswa sudah terlihat tidak bosan, sebagian siswa sudah mulai aktif dalam mengungkapkan pendapat dan bertanya tentang materi yang belum jelas dan siswa mengerjakan tugas dengan baik.
Siklus II Tempat Penelitian / Sekolah : MA Manaratul Islam Jakarta Hari/ Tanggal : Jum’at, 12 Maret 2010 Proses Pembelajaran Proses pembelajaran pada siklus ke II ini, mengevaluasi atau mengulang materi pada
63 siklus I tentang pengertian dan teori perilaku menyimpang, melaksanakan quiz, dan mengerjakan tugas kelompok Aktivitas Guru Guru menjelaskan materi pengertian dan teori perilaku menyimpang atau mengulang materi pada siklus II, membimbing jalannya quiz yang sedang dilaksanakan, dan terakhir memberikan tugas kelompok kepada siswa. Aktivitas Siswa Pada sisklus II ini, aktivitas siswa meningkat dari siklus sebelumnya. Siswa sudah aktif untuk bertanya, mengikuti quiz dengan baik dan mengerjakan tugas kelompok dengan kompak dan mulai senang dalam mengikuti mata pelajaran sosiologi.
Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa adanya peningkatan proses pembelajaran siswa yang meningkat dan siswa mulai aktif dalam berbagai kegiatan atau tugas yang diberikan oleh guru.
E. Interpretasi Hasil Analisis Hasil penelitian diuraikan dalam beberapa tahapan yang berupa siklus-siklus pembelajaran yang dilakukan dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Dalam penelitian ini pembelajaran dilakukan dalam dua siklus.
1. Siklus I Siklus I terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaa, observasi, dan refleksi. Seperti berikut ini. a. Perencanaan Peneliti dan kolaborator (guru mata pelajaran) membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Power point, menyiapkan Instrumen (soal/tes, lembar aktivitas siswa/observasi, catatan lapangan, dan angket), dan menguji coba instrumen. b. Pelaksanaan Pada siklus I ini, terdiri dari dua kali pertemuan. Pada pertemuan pertama pelaksanaan pembelajarannya belum sesuai dengan rencana. Hal ini disebabkan
64
karena masih ada siswa yang belum fokus kepada materi yang diajarkan, siswa masih belum aktif, dan hanya sebagian siswa yang mengerjakan tugas. Sehingga guru harus lebih ekstra untuk mengatasi siswa dalam proses pembelajaran agar siswa mampu mengikuti pelajaran dan tugas yang diberikan oleh guru. Pada pertemuan kedua, siswa terlihat lebih fokus daripada pertemuan pertama. Siswa sudah mulai aktif untuk bertanya ataupun mengutarkan pendapat dan siswa senang
apabila
mendapatkan
tugas. Sehingga ini memudahkan proses
pembelajaran sosiologi. c. Observasi 1) Hasil observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran selama siklus I dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 4.14 Aktivitas siswa siklus I Pertemuan I Nilai Aktivitas Frekuensi Siswa 10 1 11 2 12 1 13 5 14 3 15 4 16 9 17 4 18 1
Pertemuan II Nilai Aktivitas Frekuensi Siswa 15 1 18 2 19 1 20 5 21 4 22 4 23 7 25 3 26 3
30
30
Keterangan : 9-17
= mengatasi kesulitan belajar rendah
18-26 = mengatasi kesulitan belajar sedang 27-36 = mengatasi kesulitan belajar tinggi Berdasarkan tabel diatas, mengenai aktivitas siswa pada pertemuan pertama siswa belum mampu mengatasi kesulitan belajar. Setelah pertemuan kedua siswa
65
telah mampu untuk mengatasi kesulitan belajarnya itu terlihat jelas pada perbandingannya. 2) Hasil observasi siklus I mengenai aktivitas guru dalam proses pembelajaran Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran sosiologi siklus I masih rendah. Ini juga dikarenakan guru masih kurang memotivasi siswa dalam belajar. 3) Hasil evaluasi siklus I mengenai penguasaan konsep siswa terhadap materi pembelajaran Penguasaan konsep siswa terhadap materi pembelajaran masih tergolong rendah ini dikarenakan 60% dari siswa masih belum mampu mencapai nilai ≥ 70. d. Refleksi Pada siklus I ini, masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki ketika memberi tindakan pada siklus II. Adapun kegagalan yang terjadi pada siklus I adalah sebagai berikut. 1) Kurang membangkitkan motivasi 2) Kurangnya fokus siswa terhadap materi yang diajarkan 3) Sebagian siswa belum mengerjakan tugas 4) Kurangnya penjelasan terhadap tugas yang diberikan 5) Penguasaan konsep siswa mengenai materi sosiologi yang masih rendah Berdasarkan hasil observasi, masih banyak yang harus diperbaiki dalam pemberian tindakan guru kepada siswa. Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I, maka pada siklus II perlu dibuat pengembangan perencanaan pemberian tindakan berdasarkan hasil refleksi dari siklus I.
2. Siklus II Pada siklus II ini, juga terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
66
a. Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka perencanaan di siklus II ini lebih dikembangkan agar indicator keberhasilannya tercapai. Perencanaannya adalah: Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau RPP, mempersiapkan tugas yang akan diberikan, memberikan motivasi yang penuh kepada siswa, membimbing siswa untuk dalam mengerjakan tugas, menyiapkan permainan atau games yang dapat mengatasi kesulitan siswa dalam memahami mata pelajaran sosiologi. b. Pelaksanaan Dalam pelaksanaan pada siklus II ini, siswa sudah bertambah aktif dalam megutarkan pendapat, aktif dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, dan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah mulai tercipta. c. Observasi 1) Hasil observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran selama siklus II dapat dilihat pada tabel berikut e. Tabel 4.15 f. Aktivitas siswa siklus II Nilai Aktivitas Siswa 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Frekuensi 1 1 4 2 6 1 3 9 2 1 30
Keterangan : 9-17
= mengatasi kesulitan belajar rendah
18-26 = mengatasi kesulitan belajar sedang 27-36 = mengatasi kesulitan belajar tinggi
67
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa semakin meningkat. 2) Hasil observasi siklus II mengenai aktivitas guru dalam proses pembelajaran Pada siklus II ini, guru sudah dapat memperbaiki kesalahan atau kegagalan pada siklus I. Hal ini dapat ditunjukkan karena siswa semangat mendapatkan tugas yang diberikan oleh guru dan proses pembelajaran lebih efektif dan menyenangkan. 3) Hasil evaluasi siklus II mengenai penguasaan konsep siswa terhadap materi pembelajaran Hasil evaluasi atau hasil tes siswa pada siklus II ini, mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Karena pada siklus II ini siswa yang mendapatkan nilai ≥ 70 mencapai 76,66%. d. Refleksi Keberhasilan yang dicapai pada siklus II adalah sebagai berikut: 1) Aktivitas belajar siswa semakin meningkat dan siswa mampu menguasai konsep konsep-konsep sosiologi yang dipelajari. 2) Aktivitas guru juga meningkat dan mampu mempertahankan proses pembelajaran sosiologi dengan metode resitasi. 3) Tercapainya indikator keberhasilan dari 33,33% meningkat menjadi 76,66%. Sementara berdasarkan hasil angket, respon siswa setelah belajar dengan menggunakan metode resitasi adalah baik. Hal itu dibuktikan dengan adanya siswa dapat mengatasi kesulitan belajar yang dapat dilihat dari hasil tes pada setiap akhir siklus. Belajar sosiologi dengan menggunakan metode resitasi berhasil mengatasi kesulitan belajar. Selain itu, motivasi dan keaktifan siswa dapat meningkat.
68
F. Pembahasan Temuan Penelitian Penggunaan metode resitasi dalam kegiatan belajar mengajar pokok bahasan perilaku menyimpang dan antisosial kepada siswa dapat memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam belajar sosiologi. Hal itu disebabkan karena guru terus menerus melatih siswa untuk kreatif dan aktif serta variatif dalam menyelesaikan soal. Tanggapan/respon yang diberikan guru dengan segera ketika siswa melakukan kesalahan, membuat siswa merasa diperhatikan dan dapat langsung memperbaiki kesalahan yang mereka lakukan, sehingga kesalahan yang dilakukan siswa tidak akan terulang lagi pada kegiatan pembelajaran selanjutnya. Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara, catatan lapangan, hasil tes dan angket siswa dalam mengatasi kesulitan belajar. Kesulitan belajar yang dialami siswa mulai dapat teratasi terlihat dari hasil tes akhir siklus I dan II yang nilainya terus meningkat pada siklus II 76,66% siswa mendapat nilai ≥ 70 dari tes keseluruhan pada bab perilaku menyimpang dan antisosial.
69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Upaya kesulitan belajar dapat diatasi dengan penerapan metode resitasi dalam pembelajaran sosiologi dapat mengatasi kesulitan belajar siswa. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan nilai rata-rata tes pada setiap akhir siklus. Pada siklus I = 33,33% sedangkan siklus II = 76,66% siswa mendapat nilai ≥ 70 dari tes yang mengatasi kesulitan belajar. 2. Penerapan metode resitasi dalam proses pembelajaran sosiologi siswa dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini terlihat dari hasil observasi yang terus meningkat pada setiap siklusnya. Pada siklus I pertemuan ke I nilai aktivitas siswa masih tergolong rendah dan pada pertemuan ke 2 nilai aktivitasnya tergolong sedang. Dan pada siklus II atau siklus akhir hasilnya tergolong tinggi.
70
B. Saran 1. Berdasarkan penelitian ini, guru hendaknya dapat memberikan tanggapan atau respon terhadap siswa yang melakukan kesalahan atau kekeliruan pada saat mengerjakan tugas. 2. Tanggapan dan stimulus yang dilakukan guru dalam rangka mengatasi kesulitan belajar siswa dapat dilakukan dengan cara metode resitasi secara kontinu, variatif, dan inovatif pada siswa misalnya latihan soal, diskusi, proyek, quiz, lembar kerja siswa / PR. 3. Pada pembelajaran sosiologi hendaknya tugas yang diberikan guru tidak terlalu banyak dan tidak monoton. Karena pada mata pelajaran sosiologi banyak bentu tugas yang dapat dilaksanakan, seperti pengamatan yang terkait dengan lingkungan atau masyarakat. 4. Tugas yang diberikan guru, hendaknya siswa mengerjakan dengan bertanggung jawab dan disiplin. 5. Dalam mengatasi kesulitan belajar, hendaknya pihak sekolah mempersiapkan media-media yang dibutuhkan oleh para pengajar.
71
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. VIII, 2008. Arikunto, Suharsimi dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. VI, 2008. Bouman, P.J., Ilmu Masyarakat Umum, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. XIV, 2007. Dalyono, M, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, Cet V, 2009. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, Cet. III, 2006. Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. III, 2005. Gunawan, Ary H., Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai Problem Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, Cet. I, 2000. Hallen, Bimbingan Konseling, Jakarta: Ciputat Pers, Cet. I, 2002. Iska, Zikri Neni, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta: Kizi Brother’s, Cet. I, 2006. Kartasaputra, G, Kamus Sosiologi dan Kependudukan, Jakarta: Bumi Aksara, Cet II, 2007. Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Jakarta: Rajawali Pers, Cet IV, 2009. Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, Cet. VIII, 1997. Muslich, Masnur Melaksanakan PTK itu Mudah (Classroom Action Research)Pedoman Praktis Bagi Guru Profesional, Jakarta: Bumi Aksara, Cet I, 2009.
71
72
Purwanto, M Ngalim , Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya, Cet XIX, 2003. Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, Cet. III, 2007. Soekanto, Soerjono , Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo, 2007. Sofyan, Ahmad dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta: UIN Jakarta Pers, Cet.I, 2006. Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. I, 2005). Sudirman, dkk, Ilmu Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. V, 1991. Supardan, Dadang, Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. I, 2007. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet.VII, 2003. Syah, Darwyan, dkk, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Faza Media, Cet. III, 2006. Syah, Darwyan, dkk, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Diadit Media, Cet. I, 2009. Syamsuddin Makmun, Abin Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, Bandung : Remaja Rosdakarya, Cet.VIII, 2005. Syarbaini, Syahrial, dkk, Sosiologi dan Politik, Bogor: Ghalia Indonesia, Cet. VI, 2002. Tim Penyusun Kamus Besar Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet. I, 1988.
72
73
Usman, M. Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, Cet. I, 2002. Wiriaatmadja, Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : Remaja Rosdakarya, Cet. VIII, 1997
73