Jurnal Tematik, 6 (2) (2016): 131-137
JURNAL TEMATIK Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/tematik/index
Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PKn dengan Menggunakan Word Square Model Ratna Sari* *Sekolah Dasar Negeri 104205 Tembung, Sumatera Utara, Indonesia Received: June 2016; Reviewed: July 2016; Accepted: August 2016 Abstrak Permasalahan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn masih rendah dikarenakan guru hanya menggunakan metode ceramah dan lebih menekankan pada membuat catatan dari buku paket, keaktifan siswa siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dalam kegiatan KBM masih belum optimal sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran PKn di kelas V A SD Negeri 104205 Tembung. Beberapa penemuan dapat ditemukan pada tes awal, dari hasil penelitian ini adalah setelah pelaksanaan pre test diperoleh tingkat ketuntasan hasil belajar secara klasikal yaitu ada 4 siswa (17%) yang mencapai tingkat ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata 47. Setelah pelaksanaan siklus I dengan menggunakan model pembelajaran word square diperoleh tingkat ketuntasan hasil belajar secara klasikal yaitu 17 orang siswa (74%) yang mencapai tingkat ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata 67. Setelah pelaksanaan siklus II dengan menggunakan model pembelajaran word square diperoleh tingkat ketuntasan hasil belajar secara klasikal sebanyak 23 orang siswa (100%) yang mencapai tingkat ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata 84. Kata kunci: hasil belajar, PKn, dan word square model. Abstract The problem in this research is student learning outcomes in teaching civics is still low because teachers only use the lecture method, and more emphasis on making notes from textbooks, student activity students to ask and answer questions in the activities of teaching and learning is still not optimal so that students are less motivated to learn. This study aims to improve student learning outcomes in Civic Education in Elementary School fifth grade A 104205 Tembung. Some inventions can be found in the initial test, the results of this study are obtained after the implementation of the pre-test levels of learning outcomes in the classical completeness that there are 4 students (17%), which reached the level of mastery learning with an average value of 47. After the implementation of the first cycle by using word learning model square obtained the degree of completeness in classical learning outcomes are 17 students (74%), which reached the level of mastery learning with an average value of 67. After the implementation of the second cycle by using model word square obtained the degree of completeness in the classical learning outcomes by 23 students (100%), which reached the level of mastery learning with an average value of 84.
Keywords: learning outcomes, civics, and word square model How to Cite: Sari, Ratna. (2016). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PKn dengan Menggunakan Word Square Model, Jurnal Tematik,6 (2) (2016): 131-137 * Corresponding author: e-mail:
[email protected]
p-ISSN 1979-6633 e-ISSN 2460-7738
131
Ratna Sari. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PKn
PENDAHULUAN Salah satu standar kompetensi yang ada dalam Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2015 di kelas V SD pada semester ganjil mewajibkan siswa memiliki kompetensi untuk membaca dan menulis dengan baik. Namun, dalam kenyataannya tujuan pembelajaran tersebut kurang terealisasi dengan baik. Kesulitan yang dihadapi siswa ditandai dengan siswa kesulitan membaca dalam menuangkan kosakata yang mereka kerjakan. Penguasaan kosakata dalam satu bahasa berhubungan dengan jumlah kata yang harus dikuasai agar seseorang dapat menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dan pemilihan kata serta pemakaiannya sesuai dengan konteks komunikasi. Penguasaan terhadap kosakata dan maknanya merupakan hal yang sangat penting, apalagi jika dikaitkan dengan sastra dan kehidupan seharihari. Muliono (1989: 56) mengatakan penguasaan adalah pemahaman dan kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan atau kepandaian. Jadi penguasaan berarti pengetahuan seseorang mengenai sesuatu hal yang diiringi dengan pemahaman serta sanggup atau mampu untuk mempergunakan sesuatu atau berbuat sesuatu. Menurut KBBI (2003: 657) makna adalah maksud pembicara atau penulis atau pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Menurut Kridalaksana (1999:125) kosakata adalah kekayaan yang dimiliki seseorang pembicara, penulis atau pembaca atas suatu bahasa. Sedangkan Broton (2004:89) memberikan batasan terhadap kosakata yaitu kosakata yaitu; 1) semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa; 2) kata-kata yang dikuasai seseorang atau kata-kata yang dipakai segolongan, kata yang dipakai dalam satu bidang ilmu; 3) seluruh morfem bebas yang ada dalam suatu bahasa; 4) daftar kata dan frase suatu bahasa yang disusun secara alfabetis yang disertai batasan dan keterangan. Selanjutnya Keraf (2003:68) juga mengatakan bahwa kosakata atau perbendaharaan kata diartikan sebagai berikut; 1) semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa; 2) kekayaan kata yang dimiliki seseorang pembicara atau penulis; 3) kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan dan; 4) daftar kata yang disusun seperti kamus yang disertai dengan penjelasan secara singkat dan praktis. Kemudian Keraf (2003:75) mengatakan bahwa,kosakata atau perbendaharaan kata itu tidak lain dari pada
daftar kata-kata yang segera diketahui artinya bila mendengar atau membacanya kembali, walaupun jarang atau tidak pernah dipergunakan lagi dalam percakapan atau tulisan kita sendiri”. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa penguasaan kosakata adalah pengetahuan yang disertai pemahaman mengenai perbendaharaan kata atau daftar kata-kata yang dimiliki seseorang dengan menguasai artinya baik waktu menulis, berbicara, membaca, maupun mendengar, serta dipergunakan dalam bidang ilmu pengetahuan. Jenis- Jenis Kosakata Chaer (2006:388) menguraikan banyak jenis kosakata dalam kajian bahasa Indonesia antara lain konsep makna yang di dalamnya terdapat ungkapan atau idiom kemudian homonimi, polisemi, hipernimi dan hiponimi, sinonim, antonim, serta denotasi dan konotasi. Namun dalam penelitian ini dibatasi hanya ungkapan dan idiom, sinonim, antonim, homonim, denotasi dan konotasi. Berikut ini uraian jenisjenis kosakata tersebut: 1) Ungkapan atau Idiom, Idiom adalah ungkapan berupa gabungan kata yang maknanya sudah menyatu dan tidak dapat ditafsirkan dengan makna unsur yang membentuknya. Contoh: [Hutangnya selilit pinggang] [Ayah pulang membawa buah tangan]; 2) Sinonim, sinonim adalah dua buah kata atau lebih yang maknanya kurang lebih sama. Dikatakan kurang lebih sama karena memang tidak ada dua buah kata berlainan yang maknanya persis sama. Yang sama sebenarnya hanya informasinya saja, sedangkan maknanya tidak persis sama. Contoh: [Mati-meninggal, Bunga-kembang]. Kita dapat membuktikan kata-kata yang tidak persis sama maknanya, dengan tidak dapatnya kata-kata yang bersinonim itu dipertukarkan secara bebas. Kita bisa mengatakan kucing itu mati tetapi tidak bisa kucing itu meninggal; 3) Antonim, antonim adalah lawan kata dari sinonim. Antonim adalah dua buah kata yang maknanya “dianggap” berlawanan. Dikatakan “ dianggap” karena sifat berlawanan dari dua kata yang berantonim ini sangat relatif. Ada kata-kata yang mutlak berlawanan, seperti kata mati dan hidup, kata siang dan malam. Berdasarkan jenisnya, antonim dibedakan atas empat bagian yaitu: a) Binarti taksonomi, yaitu pertentangan yang mutlak, dan tidak ada
132
Ratna Sari. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PKn
kemungkinan diantaranya. Contoh: [Hidup x mati][Surga x neraka]; b) Binari polar, yaitu pertentangan yang tidak mutlak, masih ada pertentangan diantara keduanya, yang tidak termasuk bagian pertama dan kedua. Contoh: [kaya x miskin]. Antara kaya dan miskin ada pertengahan, seperti terlalu kaya, tidak terlalu miskin, tetapi kata itu termasuk pada pertama, maupun kedua. Contohnya yang lain adalah [tinggi x rendah]; c) Multiple taksonomi, yaitu pertentangan yang banyak. Contoh: [kalau tidak senin, tentulah selasa, rabu, kamis, jumat atau sabtu]; d) Inversi, yaitu mensubsitusikan kata yang satu dengan yang lain, dan menukar posisi negatif ke term inversi itu. Contoh: [Saya tidak iijinkan jadi perokok] Si A tak akan jadi perokok - Si A tetap jadi perokok. Sedangkan memutar negatif itu contohnya: [Semua kota tidak mempunyai kebun binatang][Tak semua kota mempunyai kebun binatang]; d) Homonim, homonim adalah sebuah kata yang sama bentuknya tetapi berbeda maknanya. Homonim dibedakan atas homofon dan homograf. Homofon berarti sama bunyinya tetapi berbeda tulisan dan artinya. Contoh: [Bangbank][Tang-tank]; e) homograf adalah sama tulisannya, tetapi berbeda ucapannya dan artinya. Contoh: [Teras = serambi di luar rumah] [Teras = pati, inti, utama]; f) Denotasi dan Konotasi, denotasi adalah makna yang merujuk langsung pada awan atau makna dasarnya. Sedangkan konotasi adalah makna tambahan terhadap makna dasarnya berupa nilai rasa atau gambaran tertentu. Atau secara jelas dapat dikatakan bahwa makna denotasi adalah makna sebenarnya dan makna konotasi adalah makna kiasan. Contoh: [Budi membeli amplop semalam] [Beri saja amplop]. Kata amplop pada contoh pertama mengandung makna denotasi yaitu sampul surat, sedangkan pada contoh kedua mengandung makna konotasi yaitu uang sogok. Bila seseorang mendengar atau membaca kata, maka akan menimbulkan reaksi bahasa. Jelasnya, reaksi tersebut berhubungan dengan kata yang didengar atau dibaca. Keraf (2003:198) mengatakan, “ Reaksi bahasa adalah mengenal bentuk bahasa itu dengan segala konsekwensinya, yaitu memahami maknanya, melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan amanat kata itu. Reaksi bahasa yang ditimbulkan seseorang terhadap orang lain tidaklah sama dengan orang lain. Hal ini tergantung pada keintiman kosakata yang dimilikinya, ada
orang yang cepat menimbulkan reaksi pada kata tertentu, namun ada yang lambat pada kata yang lain. Meskipun sebenarnya sudah dimiliki atau dikuasainya. Keintiman dan ketidakintiman kosakata seseorang disebabkan oleh tingkat frekwensi penggunaan kata tersebut. Semakin tinggi frekwensi penggunaan suatu kata oleh seseorang, semakin intim pula dia dengan kata itu.Intim tidaknya seseorang dengan kata tersebut dinamakan penguasaan bahasa secara aktif dan penguasaan bahasa secara pasif. Keraf (2003: 163) mengatakan Penguasaan bahasa secara aktif atau pasif itu diukur berdasarkan kata-kata aktif dan kata-kata pasif yang dimiliki seseorang. Yang dimaksud dengan kata-kata aktif adalah kata-kata yang sering dipergunakan seseorang dalam berbicara atau menulis. Sebaliknya kata-kata pasif adalah kata yang dapat dikatakan hampir tidak dapat digunakan oleh seseorang, tetapi akan menimbulkan reaksi bahasa bila didengar atau dibaca oleh seseorang. Penguasaan terhadap kata berarti mengetahui atau menguasai dua aspek yang terkandung di dalam kata tersebut, yaitu aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi atau makna. Seseorang yang menguasai suatu kata, bila menyerap (mendengar atau melihat) kata tersebut, maka akan menimbulkan reaksi dalam pikirannya yaitu berupa pengertian, kemudian akan dapat menginterpretasikannya. Sebaliknya, seseorang yang tidak menguasai suatu kata, bila menyerap kata tersebut tidak akan menimbulkan reaksi apa-apa dalam pikirannya. Dengan mengetahui makna atau referensi kata akan menghantarkan untuk mengacu kepada barang atau referen yang dimaksud kata. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa makna berada diantara bentuk dengan barang atau hal (referen) yang diwakilinya. Dengan penguasaan kosakata yang baik akan memudahkan dalam menyampaikan atau mengungkapkan dan menerima ide dan informasi, maksud ataupun pesan. Penerimaan ide, pesan, dan informasi dapat dilakukan dengan jalan mendengar atau membaca. Membaca disini bukan hanya sekedar membaca dengan mengeluarkan suara yang keras, tetapi yang dituntut adalah pemahaman terhadap apa yang dibaca. Dalam hal ini juga termasuk membaca sastra berupa puisi. Penguasaan kosakata dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas yaitu tingkatan dan kedalaman kosakata seorang yang merupakan
133
Ratna Sari. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PKn
indeks pribadi yang baik bagi perkembangan mentalnya. Perkembangan kosakata adalah perkembangan konseptual, merupakan suatu tujuan pendidikan dasar bagi setiap sekolah. Suatu program yang sistematis bagi perkembangan kosakata akan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pendapatan, kemampuan, bawaan, dan status sosial serta faktor-faktor geografis. Seperti halnya dalam menulis puisi, siswa perlu dibekali penguasaan kosakata yang memadai. Sesuai dengan tema puisi “Ketuhanan” yang menjadi tes kemampuan menulis puisi siswa, disini peneliti menuliskan kata-kata yang terkait dengan tema agar memudahkan peneliti memberikan penilaian, Meningkatkan Minat Membaca Siswa Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh seorang guru untuk dapat meningkatkan minat membaca siswa antara lain: (1) membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik sehingga dia rela belajar tanpa paksaan, contohnya ketika belajar membaca puisi setiap anak pasti memiliki cara yang berbeda dalam membaca puisi, maka kita sebagai guru harus memberikan kebebasan mereka berkreasi dalam membacakannya; (2) pelajaran lebih mudah diterima oleh anak didik dengan cara menghubungkan bahan pelajaran yang akan diberikan terhadap persoalan pengalaman yang pernah dialaminya; (3) memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif; (4) menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks perbedaan individual anak didik. Muktiono (2003:163) mengatakan cara meningkatkan minat membaca siswa yaitu: (1) membaca referensi buku baru diberbagai penerbitan; (2) merencanakan jadwal membaca; (3) bereksperimen dengan minat membaca puisi kita; (4) membaca buku puisi karangan tokoh yang kita kagumi. Sejalan dengan itu, Rahim (2005:85) mengemukakan usaha dalam meningkatkan minat membaca puisi siswa yaitu memilih bahan bacaan puisi yang diambil dari berbagai sumber dan mencari informasi tambahan di perpustakaan untuk memperkaya pengetahuan tentan puisi. Kemudian Tarigan (2005:105) berpendapat untuk meningkatkan minat membaca puisi perlu sekali kita berusaha menyediakan waktu membaca, memilih bahan bacaan yang baik, ditinjau dari norma-norma kekritisan yang mencakup norma-norma estetik, sastra dan moral.
METODE Keberhasilan pengajaran berbahasa dapat terlihat dari keterampilan dan pengetahuan berbahasa siswa. Begitu juga halnya dengan pengajaran bahasa Indonesia, pengajaran bahasa Indonesia yang ada di sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berbahasa yaitu keterampilan membaca, berbicara, menulis, dan menyimak. Namun hingga saat ini sepertinya tujuan tersebut belum menampakkan hasil yang maksimal. Hal ini dapat dilihat dari minimnya pengetahuan berbahasa siswa untuk mendukung keterampilan berbahasa dalam mengenali kosakata dengan pengembangan hasil belajar yang akan dikembangkan dari hasil pembelajaran tersebut. Penguasaan kosakata adalah pengua-saan sejumlah kata yang dimiliki oleh seorang pembicara atau penulis dalam melakukan tindak komunikasi dengan orang lain. Menguasai kosakata dalam hal ini bukan saja merujuk pada penguasaan kata-kata asing saja, akan tetapi yang tidak kalah penting adalah soal kualitas kata yang dimiliki. Dengan penguasaan kosakata yang baik akan memudahkan dalam menyampaikan atau mengungkapkan dan menerima ide dan informasi maupun maksud atau pesan. Penerimaan ide, pesan dan informasi dapat dilakukan dengan jalan mendengar, menulis, menyimak dan membaca. Membaca disini bukan hanya sekedar membaca dengan mengeluarkan suara keras tapi yang dituntut adalah pemahaman terhadap apa yang dibaca, dan keinginan yang timbul untuk membaca (minat membaca). Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh seorang guru untuk dapat meningkatkan minat membaca siswa antara lain: (1) membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik sehingga dia rela belajar tanpa paksaan, contohnya ketika belajar membaca puisi setiap anak pasti memiliki cara yang berbeda dalam membaca puisi, maka kita sebagai guru harus memberikan kebebasan mereka berkreasi dalam membacakannya; (2) pelajaran lebih mudah diterima oleh anak didik dengan cara menghubungkan bahan pelajaran yang akan diberikan terhadap persoalan pengalaman yang pernah dialaminya; (3) memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif; (4) menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik
134
Ratna Sari. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PKn
mengajar dalam konteks perbedaan individual anak didik. Muktiono (2003:163) mengatakan cara meningkatkan minat membaca siswa yaitu: (1) membaca referensi buku baru di berbagai penerbitan; (2) merencanakan jadwal membaca; (3) bereksperimen dengan minat membaca puisi kita; (4) membaca buku puisi karangan tokoh yang kita kagumi”. Sejalan dengan itu, Rahim (2005:85) mengemukakan usaha dalam meningkatkan minat membaca puisi siswa yaitu memilih bahan bacaan puisi yang diambil dari berbagai sumber dan mencari informasi tambahan di perpustakaan untuk memperkaya pengetahuan tentan puisi. Kemudian Tarigan (2005:105) berpendapat untuk meningkatkan minat membaca puisi perlu sekali kita berusaha menyediakan waktu membaca, memilih bahan bacaan yang baik, ditinjau dari norma-norma kekritisan yang mencakup norma-norma estetik, sastra dan moral.” Setiap pekerjaan supaya mendapatkan hasil yang baik harus dilakukan dengan metode yang tepat. Demikian juga penelitian ini harus menggunakan metode yang tepat sehingga kegiatannya dapat dilaksanakan sebagai mana mestinya dan mendapatkan hasil yang baik. Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan, maka metode penelitian yang dianggap tepat untuk melaksanakan penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Nazir (2005:54), metode deskriptif adalah metode penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan gambaran masalah penelitian pada saat penelitian dilaksanakan. Sesuai dengan masalah penelitian ini, maka yang akan dideskripsikan adalah penguasaan kosakata, minat membaca, dan hasil belajar siswa SD Negeri 050701 Hinai Kiri. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penguasaan Kosakata Berdasarkan data yang diperoleh mela-lui penguasaan kosa kata dari hasil penelitian dengan jumlah siswa 46 orang yang mendapat nilai tuntas dengan jumlah siswa 21 orang pada tahap siklus I dilihat dari presentasi jumlah siswa 45,7%. Dari hasil ketidak tuntasn siswa dengang pengunaan kosa kata dengan jumlah siswa 25 orang dengan presntasi 54,3%. Distribusi frekuensi data hasil penguasaan kosa kata dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Persentase Hasil Belajar Pengusaan Kosa Kata
Dari presentasi hasil belajar penguasaan kosa kata menunjukkan bahwa nilai rata-rata belajar siswa masih kurang yaitu 61% atau 39% dari total jumlah 46 siswa. Jika hasil belajar tersebut dikategorikan dengan menggunakan skala lima, maka dapat disimpulkan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini: Tabel 2. Deskripsi Hasil Belajar Pengusaan Kosa Kata
Berdasarkan deskripsi hasil belajar pengu-asaan kosa kata, dapat dilihat setiap siswa me-miliki kriteria penilaian sangat tinggi maupun sangat rendah. Siswa yang memiliki kriteria sangat tinggi berjumlah 2 siswa (4%), yang me-miliki criteria tinggi berjumlah 6 siswa (13%), yang memiliki kriteria cukup berjumlah 10 siswa (22%), dan 10 siswa (22%) memiliki kri-teria rendah, sedangkan 18 siswa lainnya (39%) tergolong pada kriteria yang sangat rendah. Hasil deskripsi menunjukkan bahwa, hasil belajar pengusaan kosakata setelah melalui tindakan dengan menerapkan penggunaan kosakata adalah rendah, sehingga masih belum sesuai dengan persentase ketuntasan klasikal yang ditetapkan (≥75%), sehingga perlu dilakukan kembali perbaikan pembelajaran dengan mengulang kembali pembelajaran, sehingga
135
Ratna Sari. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PKn
dapat mencapai persentase ketuntasan klasikal yang ditetapkan, dapat dilihat pada diagram 1 di bawah ini:
Dari deskripsi hasil minat membaca siswa dapat kita lihat bahwa banyak memiliki kriteria penilaian sangat tinggi lebih banyak dibandingkan nilai yang sangat rendah. Siswa yang memiliki kriteria sangat tinggi berjumlah 10 siswa (22%), yang memiliki kriteria tinggi berjumlah 16 siswa (35%), yang memiliki kriteria cukup berjumlah 13 siswa (28%), dan 3 siswa (7%) memiliki kriteria rendah, sedangkan 4 siswa lainnya (9%) tergolong pada kriteria yang sangat rendah.
Diagram 1. Hasil Pengusaan Kosakata Minat Membaca Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian melalui minat membaca dengan jumlah siswa 46 orang terdapat nilai ketuntasan yang diperolah 76,1 % yang telah mendapat ketuntasan hasil belajar kosakata yang di berikan guru kepada mereka, dilihat dari tabel 3 di bawah ini: Tabel 3. Persentase Hasil Minat Membaca
Diagram 2. Hasil Minat Membaca Dari hasil peningkatan pembelajaran kosakata dapat dilihat, hasil yang siknifikan dari hasil sebelumnya, dimana pengembangan pembelajaran kosakata tersebut semakin meningkat hari demi hari. Siswa lebih mengalami ketimbang bagaimana menggunakan kosakata yang sebaiknya. SIMPULAN
Dari hasil tabel 3 di atas menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar dengan menggunakan kosakata sudah lebih baik dari siklus I, yaitu 57%. Jika hasil belajar tersebut dikategorikan dengan menggunakan skala lima, maka dapat disimpulkan hasil belajar siswa adalah dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut. Tabel 4. Deskripsi Hasil Minat Membaca Kosa Kata
Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam penguasaan Kosakata dan hasil belajar siswa pada siswa kelas V SD Negeri Tahun Ajaran 2014/2015 cenderung cukup melalui nilai persentase 76,1% dengan jumlah siswa 35 orang siswa sehingga penggunaan kosakata dan maknanya. Sehingga hasil belajar yang dilakukan oleh siswa dengan mata pelajaran bahasa Indonesia melalui materi penggunaan kosakata dalam kehidupan sehari-hari melalui proses menyimak, membaca, mendengar, dan menulis dapat dikatagorikan sudah tuntas dengan persentasi tersebut. Melalui penggunaan kosakata, mudahmudahan terjadi perubahan nyata terhadap hasil belajar siswa, terlihat dari perbedaan siswa yang mengalami perubahan mulai dari tes awal sehingga mendapat nilai ketuntasan yang
136
Ratna Sari. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PKn
diharapkan oleh guru dan akan membangun perubahan kepada siswa dengan percakapan dalam dan di luar sekolah. DAFTAR RUJUKAN Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Ahmadi, Abu. 2003. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. 2006. ProsedurPenelitian Merupakan Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta Atmazaki. 1993. Analisa Sajak Teori, Metodologi dan Aplikasi. Bandung: Angkasa Broton, A.S. 2004. Pengajaran Kosakata Bahasa Indonesia. Jakarta : Indeks Chaer, A. 2006. Tata Bahasa Praktis Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta Depdikbud. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi Johnson, Lou Anne. 2005. Pengajaran yang Kreatif dan Menarik. Jakarta: Indeks Kamisa. 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika Kosasih, E. 2004. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraaan. Bandung: Yarma Widya
Muliono, Anton. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Nasution, M, Farid. 2003. Psikologi Umum. Medan: IAIN Press Purwanto, Heri. 2001. Pengantar Perilaku Manusia. Jakarta: EGC Rahim, Faridah. 2005. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara Redman, Gairn. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Santoso, Abdi. 1999. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Media Tama Soedjito. 2001. Kosakata Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Sudarman. 2004. Minat Baca dan Kualitas Bangsa. Pikiran Rakyat Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Sumantri. 2000. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Supriyono. 1998. Kontribusi Pustakawan dalam Meningkatkan Minat Baca. Yogyakarta: Media Pustakawan Tarigan, Henry Guntur. 1987. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa Tarigan. 2005. Membaca Sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Waluyo, Herman J. 1995. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Usman, Nurhadi. 2001. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru
137