Universitas Sumatera Utara
2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what “, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya. Sedangkan ilmu (science) bukan sekedar menjawab “why “ dan “ how”, misalnya mengapa air mendidih bila dipanaskan, mengapa bumi berputar, mengapa manusia bernafas,dan sebgainya. (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan adalah suatu kesan dalam pemikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya yang berbeda sekali dengan kepercayaan tahayul dan pengembangan keliru (Mubarok, 2006). 2.1.2
Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan di bagi dalam 6 tingkat yaitu
antara lain sebagai berikut : 1. Tahu (Know) Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali suatu hal yang spesifik dari seluruh hal yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima. Oleh sebab itu hal ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa ynag dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
2. Memahami (comprehension) Memahami di artikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui dan dapat mengiinterpretasi materi secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (Aplication) Aplikasi di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat di artikan aplikasi atau menggunakan hukum-hukum, rumus, metode, dan prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan dalam penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cyslel) didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. 4. Analisa (Analtsis) Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5. Sintesis (Synthesis) Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan,
Universitas Sumatera Utara
dan dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusanrumusan yang telah ada. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteriakriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2003) 2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Notoadmojo (2003) pengetahuan dipengaruhi oleh faktor : a.
Pendidikan Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses
pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, keluarga atau masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf intelegensi individu. b.
Persepsi Persepsi, mengenal dan memilih objek sehubungan dengan tindakan yang
akan di ambil. c.
Motivasi
Universitas Sumatera Utara
Motivasi merupakan dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang berasal
dari
dalam
diri
seseorang
untuk
melakukan
sesuatu
dengan
mengeyampingkan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat. Dalam mencapai tujuan dan munculnya motivasi dan memerlukan rangsangan dari dalam individu maupun dari luar. Motivasi murni adalah motivasi yang betul-betul disadari akan pentingnya suatu perilaku akan dirasakan suatu kebutuhan. d.
Pengalaman Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan) juga
merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera manusia. Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain: meliputi lingkungan, sosial, ekonomi, kebudayaan dan informasi. Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku individu. Sosial ekonomi, pengahasilan sering dilihat untuk memiliki hubungan antar tingkat pengahasilan dengan pemanfaatan 2.1.4 Proses memperoleh pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa cara memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu cara tradisional dan cara modern (ilmiah). a. Cara tradisional atau non ilmiah Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi cara coba salah, cara kekuasaan, Berdasarkan pengalaman pribadi, melalui jalan pikiran. 1) Cara coba salah (Trial and Error)
Universitas Sumatera Utara
Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memcahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain, dan apabila kemungkinan tidak berhasil pula dicoba kemungkinan yang lain pula sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya cara ini disebut coba-salah (trial and error).
2) Cara kekuasaan (Otoriter) Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin masyarakat baik formal maupun nonformal, ahli agama, pemegang pemerintahan, ahli ilmu pengetahuan dan sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan. 3) Berdasarkan pengalaman pribadi Cara ini dengan mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut. Tetapi bila ia gagal, ia tidak dapat mengulangi cara itu dan berusaha untuk mencari jawaban yang lain, sehingga dapat berhasil memecahkannya. 4) Melalui jalan pikiran Yaitu dengan menggunakan penalaran dalam memperoleh kebenaran pengetahuan. Penalaran dengan menggunakan jalan pikiran ada 2 (dua) yaitu dengan cara induksi dan deduksi. Penalaran Induktif, yaitu penalaran yang
Universitas Sumatera Utara
berdasar atas cara berfikir untuk menarik kesimpulan umum dari sesuatu yang bersifat khusus atau individual. Penalaran deduktif, yaitu penalaran yang berdasar atas cara berpikir yang menarik kesimpulan yang khusus dari sesuatu yang bersifat umum (Setiadi, 2007). b. Cara modern atau cara ilmiah Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular disebut metodologi penelitian (research methodology). Metode ilmiah adalah upaya memecahkan masalah melalui berfikir rasional dan berfikir empiris dan merupakan prosedur untuk mendapatkan ilmu. Metode ilmiah pada dasarnya menggabungkan berfikir rasional dengan berfikir empiris, artinya pertanyaan yang dirumuskan disatu pihak dapat diterima oleh akal sehat dan dipihak lain dapat dibuktikan melalui data dan fakta secara empiris (Setiadi, 2007). 2.1.5 Fungsi pengetahuan Menurut fungsi ini manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya unsur-unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali, atau diubah sedemikian rupa sehingga tercapai sesuatu yang konsisiten (Azwar, 2005). 2.1.6 Cara pengukuran pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. (Notoatmodjo, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian ini, peneliti mengukur gambaran pengetahuan keluarga dalam pemberian gizi pada lansia dengan menggunakan kuesioner karena keterbatasan waktu, tenaga dan dana.
2.2 Keluarga 2.2.1 Pengertian Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang yang terdiri dari bapak, ibu, kakak, kakek dan nenek. (Setiowati, 2008). Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain. (Mubarak, 2009). Menurut (Friedman, 1998) yang dikutip dalam penelitin (Kuswardani, 2009 ) sebagai bagian dari tugasnya untuk menjaga kesehatan anggota keluarganya, keluarga perlu menyusun dan menjalankan aktivitas-aktivitas pemeliharaan kesehatan berdasarkan atas apakah anggota keluarga yakin menjadi sehat dan mencari informasi mengenai kesehatan yang benar yang dapat bersumber dari petugas kesehatan langsung ataupun dari media massa
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan. Untuk dapat mencapai tujuan kesehatan keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara. tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga (Fredman, 1981 dikutip dari Effendy, 1998) yaitu: 1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya. Keluarga mengenal perkembangan fisik dari anggota keluarganya dan aktivitas yang normal atau tidak mampu untuk dilakukan. 2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat. Segera setelah keluarga mengetahui bahwa ada kondisi anggota keluarganya yang tidak sesuai dengan normal maka sebaiknya keluarga memutuskan dengan cepat tindakan yang harus dilakukan untuk kesembuhan anggota keluarganya dengan segera membawanya ke petugas kesehatan. 3. Memberikan pertolongan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat fisik. 4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan fisik anggota keluarga. 5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembagalembaga kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitasfasilitas kesehatan yang ada. 6. Harus memilki banyak informasi mengenai kesehatan fisik anggota keluarganya dari lembaga petugas kesehatan yang ada 2.2.3
Peran Keluarga Terhadap Lansia Peran keluarga terhadap lansia merupakan peran berupa dukungan yang
Universitas Sumatera Utara
bersifat pemenuhan terhadap kebutuhan bio, psiko, sosial dan spiritual dari lansia tersebut. Dukungan ini tidak terlepas dari pemenuhan kebutuhan jasmani saja tetapi juga mengarah terhadap dukungan mental spiritual dari lansia agar terus merasa bermakna dalam kehidupan orang di sekitarnya sehingga kualitas hidup lansia dapat terjaga. Dukungan keluarga adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian, dari orang orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Dukungan keluarga merupakan suatu tempat yang ada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau menolong orang dengan sikap menerima kondisinya. Dukungan keluarga merupakan suatu strategi intervensi preventif yang paling baik dalam membantu anggota keluarga mengakses dukungan sosial yang belum digali untuk suatu strategi bantuan yang bertujuan untuk meningkatkan dukungan keluarga yang adekuat. Dukungan keluarga mengacu pada dukungan yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses untuk keluarga misalnya dukungan bisa atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Friedman, 1998). Dukungan keluarga sebagai suatu proses hubungan antar keluarga dengan lingkungan sosialnya, ketiga dimensi interaksi dukungan keluarga tersebut bersifat reproksitas (timbal balik atau sifat dan frekuensi hubungan timbal balik), umpan balik (kualitas dan kualitas komunikasi) dan keterlibatan emosional (kedalaman intimasi dan kepercayaan) dalam hubungan sosial. Baik keluarga inti maupun keluarga besar berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotaanggotanya, keluarga merupakan pelaku aktif dalam memodifikasi dan mengadaptasi komunitas hubungan personal untuk mencapai keadaan berubah.
Universitas Sumatera Utara
Berbagai
bentuk kehidupan
keluarga sekarang menunjukkan berbagai
kemampuan untuk menyediakan dukungan yang diperlukan selama masa dimana permintaannya besar. Penyakit kronis biasanya menuntut pengorbanan ekonomi, sosial, psikologis yang lebih besar dari keluarga (Friedman, 1998). 2.2.4 Batasan Dukungan Dukungan keluarga dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat
diakeses atau dirasakan untuk keluarga artinya dukungan keluarga bias
tidak digunakan tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolomgan dan bantuan jika diperlukan (Friedman, 1998).
Jenis Dukungan 1). Dukungan Emosional Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Dukungan emosionsl mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian orang yang bersangkutan misalnya umpan balik, penegasan (Smetbart, 1999). 2). Dukungan Penghargaan Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi
pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas
anggota (Cohen, 1999). Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif untuk orang tersebut, dorongan maju, persetujuan demgan
Universitas Sumatera Utara
gagasan atau perasaan individu dn perbandingan positif orang itu dengan orangorang lain seperti misalnya orang-orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya (menambah penghargaan diri). 3). Dukungan Instrumental Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan kongkrit (Friedman, seperti
1998).
dalam
Dukungan
bentuk
instrumental
uang,
mencakup bantuan
peralatan,
langsung
waktu, modifikasi lingkungan
maupun menolong dengan pekerjaan waktu mengalami stres. 4). Dukungan Informatif Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator informative mencakup
memberi nasehat, petunjuk-petunjuk, (penyebar) informasi tentang
dunia (Friedman, 1998). Dukungan saran-saran atau umpan balik.
2.3 LANSIA 2.3.1 Pengertian Lansia Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisis, kejiwaan dan sosial (Undang-undang No 23 Tahun
1992
menurut
tentang
kesehatan).
Undang-Undang
Republik
pengertian
dan
Indonesia
Nomor
pengelolaan 13
lansia
Tahun
1998
tentang lansia sebagai berikut: a. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas b. Lansia
usia
potensial
adalah
lansia
yang
masih
mampu
melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau
Universitas Sumatera Utara
jasa. c. Lansia tak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang lain Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan yaitu anak, dewasa, dan tua.tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran. (Nugroho, 2008). Menua adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. (Bandiyah, 2009)
2.3.2 Batasan Lansia Menurut dokumen Pelembagaan lansia dalam kehidupan bangsa yang diterbitkan oleh Departemen Sosial dalam rangka perencanaan hari lansia nasional tanggal 29 Mei oleh Presiden RI, batas umur lansia adalah 60 tahun atau lebih (Setiabudhi, 1999), dan menurut Pedoman Pembinaan Kesehatan Lansia bagi petugas kesehatan yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 1999, umur dibagi lansia 3 yaitu: a. Usia pra senilis atau virilitas adalah seseorang yang berusia 45-49 tahun
Universitas Sumatera Utara
b. Usia lanjut adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih c. Usia lanjut resiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau dengan masalah kesehatan. 2.3.3 Proses Menua Menurut Constantinides (1994) dalam Nugroho (2000) mengatakan bahwa proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara berlahan - lahan kemampuan
jaringan
mempertahankan
untuk
fungsi
memperbaiki
normalnya,
diri
sehingga
atau tidak
mengganti dapat
dan
bertahan
terhadap infeksi dan memperbaikinya kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus menerus secara alamiah dimulai sejak lahir dan setiap indvidu tidak sama cepatnya. Menua bukan status penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Karakteristik
proses
penuaan
menurut Crisofalo (1990) dalam Setiabudhi (1999).
ada beberapa karakteristik tentang proses penuaan pada manusia dan hewan yang menyusui yaitu: 1
Peningkatan kematian sejalan dengan peningkatan usia
2
Terjadinya
perubahan
mengakibatkan
massa
kimiawi
dalam
sel
jaringan
tubuh
yang
tubuh berkurang, peningkatan lemak dan
lipofuscin yang dikenal dengan age pigmen, serta perubahan diserat kolagen yang dikenal dengan cross-lin 3
Terjadinya perubahan yang progresif dan merusak
Universitas Sumatera Utara
4
Menurunnya kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan di lingkungan
5
Meningkatnya kerentaan terhadap berbagai penyakit tertentu Berdasarkan dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa penuaan adalah proses yang secara berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif dan mengakibatkan perubahan di dalam tubuh yang berakibat dengan kematian. Menurut teori biologis penuaan terbagi menjadi
dua
tipe yaitu teori instrinsik yang menjelaskan perubahan berkaitan dengan usia timbul akibat penyebab dari dalam sel sendiri dan teori ekstrintik
yang menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan
oleh pengaruh lingkungan. 2.3.3.4. Perubahan yang terjadi pada lansia Suatu proses yang tidak dapat dihindari yang berlangsung secara terus menerus
dan berkesinambungan yang selanjutnya menyebabkan perubahan
anatomis, fisiologis
dan
biokemis. Pada jaringan tubuh dan akhirnya
mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan (Depkes RI, 1998). Menurut Setiabudhi (1999) perubahan yang terjadi pada lansia yaitu:
a. Perubahan dari aspek biologis Perubahan yang terjadi pada sel seseorang menjadi lansia yaitu adanya perubahan
genetika yang mengakibatkan terganggunya metabolisme
gangguan metabolisme
protein,
Nucleic Acid dan deoxyribonucleic (DNA), terjadinya
ikatan DNA dengan protein stabil yang mengakibatkan gangguan genetika, gangguan kegiatan enzim dan sistem pembuatan enzim, menurunnya proporsi
Universitas Sumatera Utara
protein di otak, otot, ginjal darah dan hati, terjadinya pengurangan parenchim serta adanya penambahan lipofuscin. 1
Perubahan regenerasi sel pada lansia yang terjadi di sel otak dan syaraf berupa jumlah sel menurun dan fungsi digantikan sel yang tersisa, terganggunya makanisme perbaikan sel, control inti sel terhadap sitoplasma
menurun,
terjadinya
perubahan
jumlah
dan
struktur
mitokondria, degenerasi lisosom yang mengakibatkan hoidrolisa sel, berkurangnya
butir Nissil, penggumpalan kromatin, dan penambahan
lipofiscin, terjadi vakuolisasi protoplasma. 2 Perubahan yang terjadi di otak lansia adalah otak menjadi trofi yang beratnya berkurang 5 sampai 10% yang ukurannya kecil terutama di bagian prasagital, frontal dan parietal, jumlah neuron berkurang tidak
dapat
diganti
dengan
yang
baru,
dan
terjadi pengurangan
neurotransmiter, terbentuknya struktur abnormal di otak dan akumulasi pigmen organik mineral (lipofuscin, amyloid, plaque, neurofibrillary tangle), adanya perubaan biologis lainnya yang mempengaruhi otak seperti gangguan indera telinga, mata, gangguan
kardiovaskuler,
gangguan kelenjar thyroid, dan kartikosteroid.
3
Perubahan jaringan yaitu terjadinya penurunan sitoplasma protein, peningkatan metaplastic protein seperti kolagen dan elastin.
b. Perubahan Fisiologis Menurut Arisman (2004) dan Nugroho (2000) perubahan fisiologis akibat penuaan terkait status nurtisi (gizi), meliputi:
Universitas Sumatera Utara
1) Perubahan sistem gastrointestinal menurut Arisman (2004) yaitu: a) Rongga mulut : Tanggalnya gigi, dan ketidak bersihan mulut yang menyebabkan gigi, dan gusi kerap terinfeksi, serta sekresi air ludah berkurang, yang
mengakibatkan
pengeringan
rongga
mulut,
dan
berkemungkinan
menurunkan cita rasa. b) Esofagus : Gangguan menelan akibat gangguan neuromuscular, seperti jumlah ganglion yang menyusut sementara lapisan otot menebal c) Lambung : Lapisan lambung menipis, sekresi HCL dan pepsin berkurang akibatnya penyerapan vitamin B12
dan zat besi menurun.
d) Usus : Berat total usus halus berkurang, peristaltic melemah, penyerapan kalsium dan zat besi menurun. Tabel.1 Perubahan Fisiologis Pada Lansia NO
Sistem Tubuh
Temuan Normal Kulit kehilangan kelenturan dan kelembapannya pada masa lansia.
1
Integumen
Lapisan epitel menipis dan serat kolagen elastis menyusut dan menjadi kaku. Penurunan
kekuatan
kontraktil
moikardium
menyebabkan
penurunan curah jantung. Penurunan ini signifikan jika lansia 2
Kardiovaskular mengalami stress karena ansietas,kegembiraan, penyakit atau aktifitas berat Penuaan menyebabkan peningkatan jumlah jaringan lemak pada Gastrointestinal dan
3
tubuh dan abdomen akibat terjadinya peningkatan ukuran abdomen abdomen
4
Reproduksi
Perubahan pada struktur dn fungsi reproduksi terjadi sebagai
Universitas Sumatera Utara
akibat perubahan hormonal Hipertropi kelenjar prostate dapat teradi pada pria lansia. Hipertropi ini memperbesar kelenjar dan tekanan terletak pada 5
Perkemihan leher kandung kemih akibatnya infeksi traktus urinarius, sering berkemih inkotinensia, dan terjadi retensi urin. Lansia yang berolah raga secara teratur tidak kehilangan masa
6
Musculoskeletal
atau tonus otot dan tulang sebanyak lansia yang tidak aktif, serat otot berkurang sebanding penurunan masa otot,
c. Perubahan Psikologis Perubahan psikologis pada lansia sejalan dengan perubahan secara fisiologis. Masalah psikologis ini pertama kali mengenai sikap lansia terhadap kemunduran fisiknya (disengagement theory) yang berarti adanya penarikan diri dari masyarakat dan dari diri pribadinya satu sama lain. Lansia dianggap terlalu lamban dengan daya reaksi yang lambat, kesigapan dan kecepatan bertindak dan berfikir menurun (Darmojo, 1999). Daya ingat (memory) lansia memang banyak menurun dari lupa sampai pikiran dan demensia. Pada umumnya lansia masih ingat pada peristiwa-peristiwa yang telah lama terjadi, tetapi lupa dengan kejadian yang baru (Darmojo, 1999).
2.3.5 Masalah yang terjadi pada lansia a. Permasalah Umum Setiabudhi (1999) menegaskan kembali bahwa permasalahan secara
Universitas Sumatera Utara
umum lansia sebagai berikut 1. Besarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya persentase kenaikan lansia memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan pembinaan kesehatannya. 2. Jumlah lansia miskin semakin banyak 3. Nilai
kekerabatan
melemah,
tatanan
masyarakat
makin
individualistik 4. Rendahnya
kuantitas
dan
kualitas
tenaga
profesional
yang
melayani usia lanjut 5. Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia 6. Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan polusi pada kehidupan dan penghidupan lansia. b. Permasalahan Khusus Menurut
Setiabudhi
(1999)
permasalahan
khusus
pada
lansia
terbagi 2 aspek yaitu: 1) Permasalahan dari Aspek Fisiologis Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia yang dipengaruhi oleh faktor kejiwaan sosial, ekonomis dan medik. perubahan tersebut akan terlihat dalam jaringan dan organ tubuh seperti kulit menjadi kering dan berkeriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian atau menyeluruh, pendengaran berkurang, indra perasa menurun, daya penciuman berkurang, tinggi badan menyusut karena proses osteoporosis yang berakibat badan menjadi bungkuk, tulang keropos, massanya dan kekuatannya berkurang dan mudah patah, elastisitas jaringan paru - paru berkurang, nafas menjadi
Universitas Sumatera Utara
pendek, terjadi pengurangan fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh darah menebal dan terjadi tekanan darah tinggi, otot jantung bekerja tidak efisien, adanya penurunan menyusut
dan
fungsi reaksi
organ reproduksi, terutama menjadi
lambat
terutama
pada
wanita, otak
pada
pria,
serta
seksualitas tidak terlalu menurun. 2) Permasalahan dari Aspek Psikologis Menurut Hadi Martono (1997) dalam Budi Darmojo (1999) beberapa masalah psikologis lansia antara lain: a) Kesepian meninggalnya penurunan
(loneliness),
yang
dialami
lansia
pada
saat
pasangan hidup, terutama bila dirinya saat itu mengalami
status
gangguan mobilitas
kesehatan atau
seperti
menderita penyakit
gangguan sensorik
fisik
terutama
berat,
gangguan
pendengaran harus dibedakan antara kesepian dengan hidup sendiri. Banyak lansia hidup sendiri tidak mengalami kesepian tinggi,
karena
aktivitas
sosialnya
lansia yang hidup di lingkungan yang beranggota keluarga yang cukup
banyak tetapi mengalami kesepian. b) Duka cita (beravement), dimana pada periode duka cita ini merupakan periode
yang sangat rawan bagi lansia. Meninggalnya pasangan hidup, teman
dekat, atau bahkan hewan kesayangan bisa meruntuhkan ketahanan kejiwaan yang sudah rapuh dari seorang lansia, yang selanjutnya memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatannya. Adanya perasaan kosong kemudian diikuti dengan ingin menangis dan kemudian suatu episode depresi. Depresi akibat duka cita biasanya bersifat self limiting. c) Depresi, pada lansia stress lingkungan
sering
menimbulkan depresi
Universitas Sumatera Utara
dan kemampuan beradaptasi sudah menurun.
d) Gangguan cemas, terbagi dalam beberapa golongan yaitu fobio, gangguan panik, gangguan cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsetif-kompulsif. Pada lansia gangguan cemas merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan biasanya berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat atau gejala penghentian mendadak suatu obat. e) Psikosis pada lansia, dimana terbagi dalam bentuk psikosis bisa terdapat pada lansia, baik sebagai kelanjutan keadaan dari dewasa muda atau yang timbul pada lansia. f) Parafrenia,
merupakan
suatu
bentuk
skizofrenia
lanjut
yang
sering terdapat pada lansia yang ditandai dengan waham (curiga) yang sering lansia merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau tetangga berniat
membunuhnya. Parafrenia biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi
atau di isolasi atau menarik diri dari kegiatran sosial. g) Sindroma Diagnosa, merupakan suatu keadaan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku yang sangat menganggu. Rumah atau kamar yang kotor serta berbau karena sering lansia ini bermain-main dengan
urine dan fesesnya. Lansia sering memupuk barang-barangnya dengan
tidak teratur (Jawa: “Nyusuh”). Kondisi ini walaupun kamar telah dibersihkan lansia dimandikan bersih namun dapat berulang kembali. 3) Permasalahan dari aspek sosial budaya Menurut
Setiabudhi
(1999)
permasalahan
sosial
budaya lansia
Universitas Sumatera Utara
secara
umum
bawah
garis
yaitu
masih
kemiskinan,
besarnya
makin
jumlah
melemahnya
lansia
yang berada
di
nilai kekerabatan sehingga
anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan,
dihargai
dan
dihormati, berhubung terjadi perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara
fisik
lebih mengarah
pada
bentuk
keluarga
kecil,
akhirnya
kelompok masyarakat industri yang memiliki ciri kehidupan yang lebih bertumpu
kepada
individu
dan
menjalankan
kehidupan berdasarkan
perhitungan untung rugi, lugas dan efisien yang secara tidak langsung merugikan kesejahteraan lansia, masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga professional dalam pelayanan lansia dan masih terbatasnya sarana pelayanan dan fasilitas khusus bagi lansia dalam berbagai bidang pelayanan pembinaan kesejahteraan lansia, serta belum membudayanya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia. 2.4 Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia 2.4.1. Pengertian nutrisi Menurut Wartonah (2003) nutrisi merupakan zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan mengunakan bahan-bahan tersebut untuk aktifitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Dampak dari pemenuhan nutrisi pada lansia akan menjaga kondisi lansia menjadi sehat, tidak gampang terserang penyakit serta memelihra status giznya. 2.4.2 Macam-macam zat gizi (Nutrisi) Zat-zat gizi (nutrisi) terdiri dari Karbohidrat, Protein, Lemak, air, mineral,
Universitas Sumatera Utara
vitamin dan serat. Sumber makanan mengandung karbohidrat terutama bersama dari serealia (padi-padian), umbi dan olahannya. Sumber makanan yang mengandung lemak berasal dari minyak, lemak, binatang, kelapa dan kacangkacangan (Almatzier, 2003).
2.4.3 Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Menurut
Sediaoetama
(2000)
jumlah
nutrisi
yang
mencukupi
pemenuhan kebutuhan tubuh meliputi : a. Bahan makanan pokok Bahan makanan pokok dianggap yang terpenting di dalam suatu susunan hidangan di Indonesia, karena bila suatu susunan hidangan tidak mengandung bahan makanan pokok tidak dianggap lengkap dan sering
orang
yang mengkonsumsinya mengatakan belum makan, meskipun perutnya telah kenyang. b. Bahan makanan lauk pauk Golongan bahan makanan ini disebut lauk pauk, karena memang mencakup bahan pangan (ikan, daging, kacang-kacangan). Pada umumnya kelompok bahan makanan ini merupakan sumber utama protein di dalam hidangan. c. Bahan makanan sayur dan bahan makanan buah Kedua kelompok bahan makanan ini termasuk bahan nabati, bahan makanan sayur dan buah, umumnya merupakan penghasil vitamin dan mineral. 2.4.4. Permasalah Nutrisi Pada Lansia
Universitas Sumatera Utara
Menurut Budi (1998) masalah nutrisi pada lansia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: a. Nutrisi yang berlebihan Kebiasaan pola makan yang banyak pada usia muda yang menyebabkan berat badan berlebihan. Kebiasaan itu sukar untuk dirubah pada masa lansia, padahal lansia
dalam pola makan perlu mengurangi asupan makanan, karena
aktivitas fisik yang
menurun, apabila
berlanjut
akan
terjadi
kegemukan
dan merupakan pencetus penyakit jantung, diabetes mellitus, hipertensi. b. Kurangnya Nutrisi Pada lansia apabila kekurangan nutrisi disebabkan adanya masalahmasalah sosial ekonomi serta gangguan penyakit. Konsumsi kalori, protein yang kurang dari yang dibutuhkan akan menyebabkan berat badan berkurang dari normal. Jika berlanjut akan menyebabkan kerusakan-kerusakan berakibat
rambut
sel
yang
rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun. Pada lansia
yang mengalami malnutrisi (kekurangan gizi) akibat penurunan nafsu makan yang
disebabkan berkurangnya kepekaan indera perasa
dan penciuman yang
umum terjadi pada lansia. c. Kurang Vitamin Kurangnya mengkonsumsi buah dan sayur sayuran sebagai sumber vitamin dan mineral dalam makanan maka akan menyebabkan nafsu makan berkurang, penglihatan menurun, serta kulit kering, lesu, dan tidak bersemangat. 2.4.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan nutrisi Faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan nutrisi pada lansia antara lain (Nugroho, 2000).
Universitas Sumatera Utara
a. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan Pada lansia terjadi gangguan nutrisi terjadi pada gigi geligi dan semuanya tanggal yang akan mengalami kesulitan dalam mengunyah makanan, apabila makanan yang disajikan tidak diolah sedemikian rupa sehingga tidak memerlukan pengunyahan maka akan
terjadi gangguan dalam pencernaan dan penyerapan
oleh usus.
b. Berkurangnya cita rasa (rasa dan buah) Hal ini terjadi pada lansia dengan berkurangnya cita rasa yang disebabkan oleh gangguan pada indera pengecap yang menurun serta adanya iritasi yang kronis dari selapur lendir. hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah terutama
rasa
manis
dan
asin, serta hilangnya sensitivitas dari syaraf
pengecap tentang rasa asin, asam dan pahit. Pada lansia apabila terjadi gangguan emosional seperti stress, putus mulut
asa
dan
rasa
takut
akan
menyebabkan
kering, yang dipengaruhi oleh pengaruh simpatik dari sistem syaraf
autonom yang menyebabkan sekresa saliva. Keluhan mulut kering dapat menghambat nafsu makan pada lansia yang menyebabkan asupan nutrisi berkurang. Pada lansia sesuai dengan pertambahan umur yang akan menurunkan produksi saliva dan mengubah komposisi sedikit (Ernawati, 2000) c. Berkurangnya koordinasi otot-otot syaraf Sistem
persyarafan
yang
terjadi
suatu
perubahan
sistem.
persyarafan yang cepat dapat menurunkan hubungan persyarafan menjadi
Universitas Sumatera Utara
lambat dalam respon dan waktu bereaksi, serta mengecilnya syaraf panca indera, adanya gangguan pendengaran, penglihatan serta sistem respirasi. Pada lansia gangguan
ini
terjadi
karena
pengaruh pertambahan umur dan menurunnya
fungsi organ tubuh misalnya pada gangguan refleks yang dapat menurun. Pada syaraf otot terejadi flaksi atau lemah, tonus kurang, tendernes dan tidak mampu bekerja. Untuk otot karena pengunaan
pada yang
saluran
cerna
yang
terjadi
menurun
yang
berakibat
suatu
kelemahan
terjadinya
konstipasi
(Ernawati, 2000)
d. Keadaan fisik yang kurang baik Keadaan fisik pada lansia terjadi suatu perubahan-perubahan fisik diantaranya dari perubahan sel yang lebih sedikit jumlahnya dan lebih besar ukurannya. Masalah yang menyangkut fisik yaitu lansia tidak atau
melakukan
sesuatu
sendiri.
Masalah
fisik
terjadi
berjalan
fisik misalnya apatis dan lesu
dengan tanda-tanda fizik yaitu berat badan menurun, kelemahan
bisa
seperti artritis (cedera
wajah pucat,
sedangkan
serebrovaskuler)
yang
menyebabkan kesulitan untuk berbelanja dan memasak (Darmojo, 2000). e. faktor ekonomi Faktor ekonomi mempengaruhi lansia dalam melaksanakan pengobatan. Pada lansia secara umu lansia yang memiliki pendapatan sendiri
cenderung
menolak bantuan orang lain. Lansia yang tidak memiliki penghasilan akan menggantungkan hidupnya pada anak atau saudara meskipun status ekonomi
Universitas Sumatera Utara
mereka juga tergolong miskin, dimana lansia menggantungkan hidupnya terutama pada anak perempuan terdekat. Rata-rata penghasilan lansia adalah < Rp 300.000 lebih keadaan tersebut
rendah
daripada
menunjukkan
betapa
rata-rata
pengeluaran
rentannya
kondisi
>300.000.
ekonomi lansia
apalagi kalau dilihat dari lansia yang tidak berpenghasilan yang secara langsung akan mempengaruhi dalam hal pemenuhan kebutuhan nutrisi lansia dan perawatan lansia (Siroit, 1999).
f. Faktor Sosial lansia Pada merasakan
lansia atau
ketidakmampuan pengasingan
terjadi sadar
dalam
dari
perubahan-perubahan akan
kematian,
melakukan
lingkungan
aktifitas
sosial
dari
psikososial
penyakit fisiknya. segi
kronis
yaitu dan
Kesepian
akibat
ekonomi
akibat
pemberhentian jabatan atau pensiun yang dipengaruhi oleh meningkatnya biaya hidup dengan penghasilan yang rendah sulit, serta bertambahnya
biaya
untuk pengobatan. Keadaan lansia ini membutuhkan dukungan keluarga sepeneuhnya khususnya dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi sehari-hari karena hal ini penting dan bertujuan untuk menjaga kondisi dan status gizi lansia sehariharinya. Tanpa adanya dukungan keluarga akan menyebabkan keadaan lansia tidak baik dan menimbulkan permasalahan misalnya
akan menimbulkan
Universitas Sumatera Utara
berbagai penyakitnya karena kurangnya pemenuhan asupan nutrisi. g. Faktor Penyerapan Makanan lansia Masalah nutrisi pada lansia dipengaruhi oleh fungsi obsorpsi yang melemah adanya daya penyerapan yang terganggu. Apabila hal ini terjadi pada lansia maka akan mempengaruhi status gizinya yang berakibat timbulnya penyakit yang diakibatkan oleh asupan makanan yang terganggu. 2.4.6. Kebutuhan gizi pada lansia Konsumsi kebutuhan makanan pada lansia bervariasi sesuai dengan keadaan tubuh, dimana kebutuhan Karbohidrat (KH), lemak (L) dan protein (P) merupakan zat gizi yang menghasilkan energi tergantung pada Basal Metabolisme Rate (BMR) dan kegiatannya. BMR dipengaruhi oleh usia,
jenis
kelamin, suhu, lingkungan penyakit dan komposisi tubuh. Setiap kelebihan energi yang tidak diperlukan untuk metabolisme akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam jaringan adipose. Kecukupan energi per orang perhari lakilaki umur 60 tahun keatas adalah 2200 kalori/hari, untuk wanita umur 60 tahun keatas adalah 1500 kalori / hari (Almatsier, 2003) Konsumsi pembentukan
sumber
protein
pada
lansia
diperlukan
untuk
dan perbaikan semua jaringan-jaringan di dalam tubuh termasuk
darah, enzim, hormon, kulit, rambut dan kuku. Angka energi yang ditunjukkannya akan demikian tergantung dari macam dan jumlah bahan makanan nabati dan hewani yang dikonsumsi manusia setiap harinya. Ada dua jenis protein yaitu protein nabati dan protein hewani. Protein hewani mengandung lemak jenuh, sedangkan
protein
nabati mengandung lemak tak jenuh. Kecukupan protein
untuk laki- laki umur 60 tahun keatas adalah 55 gram/ hari, sedang untuk wanita
Universitas Sumatera Utara
dengan umur yang sama adalah 40 gram/ hari (Almatsier, 2003). Tabel 2. Kebutuhan Gizi Pada Lansia Zat Gizi 1. Energi (Kal)
Pria 1950
Wanita 1700
2. Protein (g)
50
44
3. Vit. A (RE)
600
500
4. Vit. B1 (mg)
0.8
0.7
5. Vit. B2 (mg)
1.0
0.9
6. Niasin (mg)
8.6
7.5
7. Vit.B12 (mg)
1.0
1.0
8. A. Folat (ug)
170
150
9. Vit. C (mg)
40
30
10. Kalsium (mg)
500
500
11. Fosfor (mg)
500
450
12. Besi (mg)
13
26
13. Seng (mg)
15
15
14. Iodium (ug)
150
150
Tabel 3. Rata - Rata Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Umur
Energi (Kkal)
Protein (gram)
Pria > 60 tahun
2050
60
Wanita > 60 tahun
1600
50
2.4.7. Usaha Perbaikan Gizi Lansia Pencegahan
dalam
mengurangi
dan
menghindari
kemungkinan
gangguan kesehatan dan serangan penyakit yang cenderung menyerang pada lansia, maka dianjurkan berpola makan yang tidak berlebihan yaitu 1
Makanan
yang
konsumsi
bervariasi
baik
dalam
macam
bahan
Universitas Sumatera Utara
makanan maupun cara memasaknya, 2
Cukup mengandung protein dan membatasi konsumsi lemak dan makanan yang banyak mengandung lemak yang tidak kelihatan (kue, ikan, daging berlemak dan keju)
3
Membatasi konsumsi gula, makanan dan minuman yang mengandung banyak gula
4
Membatasi konsumsi garam dapur atau ikatan Na antara lain bumbu penyedap atau vetsin
5
Cukup mengandung serat, zat pembangun dan zat pengatur dengan makan beras setengah
giling,
tumbuk
atau
beras
merah,
kacang-
kacangan, sayur-sayuran dan sedapat mungkin secara teratur makan sayuran mentah (lalap, asinan, karedok), makan buah setiap hari, minum yang cukup, sedapat mungkin susu rendah lemak, minum sari buah segar yang mengandung vitamin C tinggi (jeruk, tomat, pepaya) (Almatsier, 2003). Adapun kecukupan gizi untuk laki-laki umur 60 tahun keatas adalah 55 gram/ hari, sedangkan untuk wanita dengan umur yang sama adalah 40 gram/ hari (Almatsier, 2003). 2.4.8 Status Gizi Lansia Menjadi tua merupakan proses alami maka perlu memperhatikan asupan nutrisi yang lansia konsumsi setiap hari. Pada lansia seringkali terjadi masalah dalam hal makan yaitu nafsu makan menurun, padahal pada lansia tetap membutuhkan asupan nutrisi yang lengkap seperti Karbohidrat, Protein, Lemak, Vitamin dan mineral (Wulan, 2007). Status Gizi adalah keadaan tubuh seseorang yang dipengaruhi oleh konsumsi
Universitas Sumatera Utara
makanan dan absorpsi yang diukur dari berat dan tinggi badan dengan perhitungan IMT (Indeks Massa Tubuh). Penilaian klinis status gizi yaitu mengevaluasi
penilaian yang mempelajari dan
tanda fisik yang ditimbulkan sebagai akibat gangguan kesehatan
dan penyakit kurang gizi. Gejala dan tanda-tanda fisik menjadi
bantuan
untuk
yang
tampak
dapat
mengetahui kekurangan gizi. Adanya hambatan
pertumbuhan dan perkembangan yang ditentukann dengan membandingkan individu atau kelompok dengan nilai-nilai normal (Depkes, 1999). Orang-orang yang berbeda di bawah ukuran berat normal mempunyai resiko penyakit infeksi, sementara yang berada di atas ukuran berat normal mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit degeneratif. Laporan FAON atau WHO/UNU tahun 1995 menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI). Di Indonesia istilah Body Mass Index diterjemahkan menjadi Index Massa Tubuh (IMT).
IMT adalah alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang. Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/ WHO untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa Negara berkembang (Almatsier, 2003). Akhirnya diambil kesimpulan Kategori ambang batas IMT untuk
Universitas Sumatera Utara
Indonesia yaitu dihitung
kategori
ambang
batas
IMT
untuk
Indonesia
yang
dengan rumus Berat Badan (BB) dibagi Tinggi Badan (TB) dikali
Tinggi Badan (TB), dimana batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/ WHO untuk dimodifikasi
lagi
kepentingan
Indonesia,
batas
ambang
berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di
beberapa negara berkembang (Almatsier, 2003). 2.4.9 Peran Keluarga dalam pemberian gizi Pada Lansia Secara spesifik dengan keberadaan dukungan keluarga yang adekuat terbukti berhubungan dengan status kesehatan yaitu terjadinya perubahan perilaku lansia, sehingga menurunnya mortalitas dan lebih mudah sembuh dari sakit.
Jadi
dengan
adanya
dukungan
dari
keluarga
maka
status
kesehatan, lansia akan lebih baik yang berasal dari pemenuhan kebutuhan nutrisi semakin baik dan terkontrol.
1. Memenuhi Kebutuhan Minimal Sehari lansia (MDR/Minimal Daily Requrement) Kebutuhan karbohidrat pada lansia sekitar 65 %, protein 20% dan lemak 15%, kebutuhan ini sama pada orang dewasa namun hanya berbeda dalam hal penyajian bentuk makanan karena terjadi perubahan fisiologis tubuh lansia terkait proses pencernaan secara kimiawi dan fisik. Pada usia lanjut telah tejadi berbagai kemunduran pada organ tubuh. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian gizi pada lansia menurut (Siti, 2009) yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Menu hendaknya mengandung gizi dari beraneka ragam bahan makanan yang terdiri dari zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. 2. Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi oleh usia lanjut adalah 50% dari Hidrat Arang yang bersumber dari Hidrat Arang kompleks (sayusayuran, kacang-kacangan, biji-bijian). 3. Jumlah lemak dalam makanan dibatasi, yang 25-30% dari total kalori 4. Jumlah protein yang dikonsumsi sebaiknya 8-10% dri total kalori 5. Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah besar yang besumber pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah yang bertahap. 6. Menggunakan bahan makanan yang rendah kalsium, seperti susu, yoghurt, ikan 7. Makanan mengandung zat besi (Fe dalam jumlah besar seperti kacangkacangan, hati daging, bayam dan sayuran hijau) 8. Membatasi
penggunaan
garam
perhatikan
label
makanan
yang
mengandung garam seperti adanya monosodium glutamat, sodium bikarbonat, sodium citcrat 9. Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan makanan yang segar dan mudah dicerna 10. Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah seperti bahan makanan lembek. Tabel 4. Komposisi anjuran kebutuhan makanan per hari lansia Komposisi makanan
Takaran
Nasi/ pengganti 1-1 1/2 piring (karbohidrat)
Universitas Sumatera Utara
Lauk hewani 2 potong (Proetein, lemak) Lauk nabati 3 potong (Proetein, lemak) Sayuran 1-2 mangkuk (Vitamin, mineral) Buah 3 potong (Vitamin, mineral) 2. Menyediakan makanan yang dianjurkan Makanan yang baik atau harus cukup bagi lansia adalah makanan berserat seperti sayuran, buah-buahan. Sebetulnya lansia tidak perlu menambah dari luar misalnya suplemen makanan, asal setiap kali makan ada sayur dan buah. Untuk buah, utamakan buah yang bisa dimakan dengan kulitnya karena seratnya lebih banyak. Apalagi pada lansia sering banyak keluhan soal buang air besar. Selain mengkonsumsi serat, lansia juga harus banyak minum terutama air putih. Makanan yang kurang baik bagi lansia adalah yang berlemak misalnya, jeroan, daging ayam, daging sapi, dan daging kambing yang berlemak.
Tabel 5. Makanan Yang Dianjurkan Berdasarkan Waktu Makan Pada Lansia Waktu makan
Pagi
Pria
Wanita
1 ½ gls nasi/pengganti
1 ½ gls nasi/pengganti
1 btr telur
1 btr telur
Universitas Sumatera Utara
Pukul 10.00
100 g sayuran
100 g sayuran
1 gls susu nonfat (skim)
1 gls susu nonfat (skim)
Snack ringan/buah
Snack ringan/buah 1 ½ gls nasi
1 ½ gls nasi 50 g 50 g daging/ikan/unggas Siang
25 g tempe/kacang-
daging/ikan/unggas 25 g tempe / kacang
kacangan / pengganti kacangan 150 g sayuran 150 g sayuran 1 ptg buah 1 ptg buah Pukul 17.00
Snack ringan/buah
Snack ringan/buah
1 ½ gls nasi
1 ½ gls nasi
50 g daging/ikan/unggas
50 g
50 g tahu
daging/ikan/unggas
Malam
Contoh bahan makanan yang dianjurkan bagi lansia adalah sebagai berikut : 1. Bahan makanan sumber karbohidrat (zat energi) : Nasi, bubur beras, nasi jagung, kentang, singkong, ubi, talas, biskuit, roti , crakers, maizena, tepung beras, tepung terigu, tepung hunkwe, mie, bihun.
Universitas Sumatera Utara
2. Bahan makanan sumber lemak (zat energi) : Minyak goreng, minyak ikan, margarin, kelapa, kelapa parut, santan, lemak daging. 3. Bahan makanan sumber protein hewani : Daging sapi, daging ayam, hati, babat, usus, telur, ikan, udang. 4. Bahan makanan sumber protein nabati : Kacang ijo, kacang kedelai, kacang merah, kacang tanah, oncom, tahu, tempe. 3. Menganjurkan untuk minum air putih 1.5 – 2 liter Manusia perlu minum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang setelah melakukan aktivitas. Air sangat besar artinya bagi tubuh kita, karena air membantu menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya berbagai penyakit disaluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal, dll. Air juga sebagai pelumas bagi fungsi tulang dan sendi. Manfaat lain dari minum air putih adalah mencegah sembelit karena untuk mengolah makanan dalam usus sangat dibutuhkan air, tentu saja tanpa air yang cukup kerja usus tidak dapat maksimal dan timbullah sembelit. Air mineral atau air putih lebih baik daripada kopi, teh kental, softdrink, alkohol, es, maupun sirup dan dianjurkan minimal kita minum air putih 1.5 sampai dengan 2 liter/hari. Minuman seperti kopi, teh kental, softdrink, alkohol, es, maupun sirup bahkan tidak baik untuk kesehatan dan harus dihindari terutama bagi para lansia yang mempunyai penyakit-penyakit tertentu seperti kencing manis, darah tinggi, obesitas, dan jantung. Manusia perlu minum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang setelah melakukan aktivitasnya, dan minimal kita minum air putih 1,5 – 2 liter per hari. Air sangat besar artinya bagi tubuh kita, karena air membantu menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya berbagai penyakit di saluran kemih seperti kencing
Universitas Sumatera Utara
batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga sebagai pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh kekurangan cairan, maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga berkurang, terutama tulang kaki, tangan dan lengan. Padahal tulang adalah penopang utama bagi tubuh untuk melakukan aktivitas. Manfaat lain dari minum air putih adalah mencegah sembelit. Untuk mengolah makanan di dalam tubuh usus sangat membutuhkan air. Tentu saja tanpa air yang cukup kerja usus tidak dapat maksimal, dan muncullah sembelit. Dan air mineral atau air putih lebih baik daripada kopi, teh kental, soft drink, minuman beralkohol, es maupun sirup. Bahkan minuman-minuman tersebut tidak baik untuk kesehatan dan harus dihindari terutama bagi para lansia yang mempunyai penyakit-penyakit tertentu seperti DM, darah tinggi, obesitas dan sebagainya. 4. Menyediakan suplemen gizi yang diperlukan Pada lansia akan terjadi berbagai macam kemunduran organ tubuh, sehingga metabolisme di dalam tubuh menurun. Hal tersebut menyebabkan pemenuhan kebutuhan sebagian zat gizi pada sebagian besar lansia tidak terpenuhi secara adekuat. Oleh karena itu jika diperlukan, lansia dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen gizi. Tapi perlu diingat dan diperhatikan pemberian suplemen gizi tersebut harus dikonsultasikan dan mendapat izin dari petugas kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian sebelumnya tentang pentingnya mengkonsumsi suplemen bagi lansia oleh ( Wirakusumah, 2000 ) di dapati hasil penelitian menunjukkan bahwa suplemen yang penting bagi lansia ialah suplemen yang dapat memperlancar proses eliminasi, untuk itu dibutuhkan suplemen dari bahan bahan yang banyak mengandung serat dan minyak ikan. Dari penelitian disebutkan hampir semua responden yang mengkonsumsi suplemen tidak mengalami gangguan dalam proses eliminasi sehingga tidak mengalami konstipasi yang merupakan keluhan yang paling sering terjadi pada lansia 5. Memeriksa kesehatan secara teratur dan rutin melakukan exercise Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit lansia perlu memeriksakan kesehatannya secara berkala, karena dengan pemeriksaan berkala penyakit-penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga pengobatanya lebih mudan dan cepat dan jika ada faktor yang beresiko menyebabkan penyakit dapat di cegah. Ikutilan petunjuk dan saran dokter ataupun petugas kesehatan, mudah-mudahan dapat mencapai umur yang panjang dan tetap sehat. Lansia diharapkan dapat menikmati hidupnya dan tetap terjaga baik kesehatan maupun kebugarannya maka lansia harus melakukan aktivitas olahraga yang teratur, melakukan pola hidup yang sehat, istirahat , tidak merokok dan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Salah satu usaha untuk mencapai kesehatan dengan berolahraga sehingga bagi lanjut usia untuk dapat memperoleh tubuh yang sehat salah satunya harus rutin melakukan aktivitas olahraga.
Universitas Sumatera Utara
Dengan berolahraga secara teratur merupakan satu alternatif yang efektif dan aman untuk meningkatkan atau mempertahankan kebugaran dan kesehatan jika dikerjakan secara benar. Aktivitas yang bersifat aerobik cocok untuk lanjut usia antara lain : Jalan kaki, senam aerobik low impac, senam lansia, bersepeda, berenang dan lain sebagainya. Salah satu usaha untuk mencapai kesehatan dengan berolahraga sehingga bagi lanjut usia untuk dapat memperoleh tubuh yang sehat salah satunya harus rutin melakukan aktivitas olahraga. Olahraga apa yang cocok untuk lansia itu yang harus diperhatikan, pada umumnya aktivitas aerobik merupakan aktivitas fisik dari dari kebanyakan usia lanjut, dan juga disertai oleh latihan kekuatan, terutama punggung,kaki,lengan dan perut. Juga latihan kelenturan untuk memperbaiki dan memelihara daerah geraknya dan aktivitas untuk melatih perimbangan serta koordinasi. Kebugaran jasmani dipandang dari aspek fisiologi adalah kapasitas fungsional untuk memperbaiki kualitas hidup untuk tetap menjaga kebugaran jasmani lansia sebaiknya sering melakukan exercise dalam upaya peningkatan status kesehatan lansia.
Universitas Sumatera Utara