BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Rasa Nyaman (Nyeri) Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut (Long, 1996). Secara umum nyeri dapat didefenisikan sebagai perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat (Priharjo, 1992). Faktor yang mempengaruhi reaksi nyeri antara lain: makna nyeri bagi individu, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, sikap orang tua terhadap nyeri, lokasi nyeri, perasaan takut/cemas, upaya untuk mengurangi respon terhadap stressor, usia (Priharjo, 1992). 1.
Jenis dan Bentuk Nyeri a.
Jenis Nyeri Nyeri Perifer. Nyeri ini ada tiga macam: (1) nyeri superfisial, yakni rasa nyeri yang muncul akibat rangsangan pada kulit dan mukosa; (2) nyeri viseral, rasa nyeri yang muncul akibat stimulasi pada reseptor nyeri di rongga abdomen, kranium, thoraks; (3) nyeri alih, nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang jauh dari jaringan penyebab nyeri. Nyeri Sentral. Nyeri yang muncul akibat stimulasi di medula spinalis, batang otak, dan talamus. Nyeri Psikogenik. Nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya. Dengan kata lain, nyeri ini timbul akibat pikiran si penderita sendiri. Seringkali, nyeri ini muncul karena faktor psikologis, bukan fisiologis (Asmadi, 2008).
b.
Bentuk Nyeri Secara umum, bentuk nyeri terbagi atas nyeri akut dan nyeri kronis. 1) Nyeri Akut Yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan
3 Universitas Sumatera Utara
jelas. Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka, seperti luka operasi (Asmadi, 2008). 2) Nyeri Kronis Yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahuntahun. Ragam pola tersebut ada yang nyeri timbul dengan periode yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu timbul kembali lagi nyeri, dan begitu seterusnya. Ada pula pola nyeri kronis yang konstan, artinya rasa nyeri tersebut terus-menerus terasa makin lama semakin
meningkat
intensitasnya
walaupun
telah
diberikan
pengobatan. Misalnya, pada nyeri karena neoplasma (Asmadi, 2008). 2.
Faktor yang Mempengaruhi Nyeri a.
Etnik dan Nilai Budaya Latar belakang etnik budaya merupakan faktor yang mempengaruhi reaksi terhadap nyeri dan ekspresi nyeri. Sebagai contoh, individu dari budaya tertentu cenderung ekspresif dalam mengungkapkan nyeri, sedangkan individu dari budaya lain justru lebih memilih menahan perasaan mereka dan tidak ingin merepotkan orang lain (Sigit, 2010).
b.
Tahap Perkembangan Usia dan tahap perkembangan seseorang merupakan variabel penting yang akan mempengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap nyeri. Dalam hal ini, anak-anak cenderung kurang mampu mengungkapkan nyeri yang mereka rasakan dibandingkan orang dewasa, dan kondisi ini dapat menghambat penanganan nyeri untuk mereka. Di sisi lain, prevelensi nyeri pada individu lansia lebih tinggi karena penyakit akut atau kronis yang mereka derita. Walaupun ambang batas nyeri tidak berubah karena penuaan, tetapi efek analgesik yang diberikan menurun karena perubahan fisiologis yang terjadi (Sigit, 2010).
c.
Lingkungan dan Individu Pendukung Lingkungan yang asing, tingkat kebisingan yang tinggi, pencahayaan, dan aktivitas yang tinggi di lingkungan tersebut dapat memperberat nyeri. Selain itu, dukungan dari keluarga dan orang terdekat menjadi
4 Universitas Sumatera Utara
salah satu faktor penting yang mempengaruhi persepsi nyeri individu. Sebagai contoh, individu yang sendirian, tanpa keluarga atau temanteman yang mendukungnya, cenderung merasakan nyeri yang lebih berat dibandingkan mereka yang mendapat dukungan dari keluarga dan orangorang terdekat (Sigit, 2010). d.
Pengalaman Nyeri Sebelumnya Pengalaman masa lalu juga berpengaruh terhadap persepsi nyeri individu dan kepekaannya terhadap nyeri. Individu yang pernah mengalami nyeri atau menyaksikan penderitaan orang terdekatnya saat mengalami nyeri cenderung merasa terancam dengan peristiwa nyeri yang akan terjadi dibandingkan dengan individu yang belum pernah mengalaminya (Sigit, 2010).
e.
Ansietas dan Stres Ansietas sering kali menyertai peristiwa nyeri yang terjadi. Ancaman yang tidak jelas asalnya dan ketidakmampuan mengontrol nyeri atau peristiwa disekelilingnya dapat memperberat persepsi nyeri. Sebaliknya, individu yang percaya bahwa mereka mampu mengontrol nyeri yang dirasakan akan mengalami penurunan rasa takut dan kecemasan yang akan menurunkan persepsi nyeri mereka (Sigit, 2010).
3.
Cara Mengukur Intensitas Nyeri Tabel 1 Skala Nyeri Menurut Hayward (Potter & Perry, 2006) Skala
Keterangan
0
Tidak nyeri
1-3
Nyeri ringan
4-6
Nyeri sedang
7-9
Sangat nyeri, tetapi masih dapat dikontrol dengan aktivitas yang biasa dilakukan
10
Sangat nyeri dan tidak bisa dikontrol
5 Universitas Sumatera Utara
Sedangkan skala menurut McGill (McGill scale) mengukur intensitas nyeri dengan menggunakan lima angka, yaitu: 0: tidak nyeri, 1: nyeri ringan, 3: nyeri berat, 4: nyeri sangat berat, 5: nyeri hebat. Selain kedua skala diatas, ada pula skala wajah, yaitu Wong-Baker FACES rating scale yang ditunjukkan dengan klien yang tidak mampu menyatakan intensitas nyerinya melalui skala angka. Ini termasuk anak-anak yang tidak mampu berkomunikasi secara verbal dan lansia yang mengalami gangguan kognitif dan komunikasi.
1.
Pengkajian Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan seorang perawat di dalam memulai mengkaji respon nyeriyang dialami klien. Donovan & Girton (1984) mengidentifikasi komponen-komponen tersebut diantaranya: a) Penentuan ada Tidaknya Nyeri: Dalam melakukan pangkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai ketika pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi perawat tidak menemukan adanya cedera atau luka. Setiap nyeri yang dilaporkan klien adalah nyata. b) Karakteristik Nyeri (Metode P, Q, R, S, T) 1) Faktor Pencetus (P: Provocate) Perawat mengakaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi bagian-bagian tubuh yang mengalami cedera (Sigit, 2010). 2) Kualitas (Q: Quality) Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimatkalimat: tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih, tertusuk, dll dimana tiap-tiap klien mungkin berbeda-beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan (Sigit, 2010). 6 Universitas Sumatera Utara
3) Lokasi (R: Region) Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk menunjukkan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman ileh klien. Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri, kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus (menyebar) (Sigit, 2010). 4) Keparahan (S: Serve) Tingkat keparahan pasien tentang nteri merupakan akarakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini, klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang, atau berat (Sigit, 2010). 5) Durasi (T: Time) Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan, durasi, dan rangkaian nyeri (Sigit, 2010). 6) Faktor yang memperberat/memperingan nyeri Perawat perlu mengkaji faktor-faktor yang dapat memperberat nyeri pasien, misalnya peningkatan aktivitas, perubahan suhu, stres dan yang lainnya, sehingga dengan demikian perawat dapat memberikan tindakan yang tepat untuk menghindari peningkatan respon nyeri pada klien (Sigit, 2010). c.
Respon Fisiologis: Pada saat impuls nyeri naik ke medulla spinalis menuju ke batang otak dan thalamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon stres (Sigit, 2010). Tabel 2 Respon fisiologis terhadap nyeri Respon Fisiologis Terhadap Nyeri Respon simpatik
Peningkatan frekuensi pernafasan Dilatasi saluran bronkiolus Peningkatan frekuensi denyut jantung Vasokontriksi perifer (pucat, peningkatan tekanan darah) Peningkatan kadar glukosa darah
7 Universitas Sumatera Utara
Diaforesis Peningkatan tegangan otot Dilatasi pupil Penurunan motilitas saluran cerna Respon parasimpatik
Pucat Ketegangan otot Penurunan denyut jantung atau tekanan darah Pernafasan cepat dan tidak teratur Mual dan muntah Kelemahan atau kelelahan
d. Respon Perilaku: Respon perilaku terhadap nyeri yang biasa ditunjukkan oleh pasien antara lain: merubah posisi tubuh, mengusap bagian yang sakit, menopang bagian nyeri yang sakit, menggeretakkan gigi, menunjukkan ekspresi wajah meringis, mengerutkan alis, ekspresi verbal menangis, mengerang, mengaduh, menjerit, meraung (Sigit, 2010). e.
Respon Afektif: Respon afektif juga perludiperhatikan oleh seorang perawat didalam melakukan pengkajian terhadap pasien dengan gangguan rasa nyeri. Ansietas (kecemasan) perlu digali dengan menanyakan pada pasien seperti: “Apakah pada saat ini anda merasakan cemas?”. Selain itu juga adanya depresi, ketidaktertarikan pada aktivitas fisik dan perilaku menarik diri dari lingkungan perlu diperhatikan (Sigit, 2010).
f.
Pengaruh Nyeri Terhadap Kehidupan Klien: Klien yang merasa nyeri setiap hari akan mengalami gangguan dalam kegiatan sehari-harinya, pengkajian pada perubahan aktivitas ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan klien dalam berpartisipasi terhadap kegiatankegiatan sehari-hari, sehingga perawat juga mengetahui sejauh mana dia dapat membantu dalam program aktivitas pasien (Sigit, 2010).
g.
Persepsi Klien Tentang Nyeri: Dalam hal ini perawat perlu mengkaji persepsi klien terhadap nyeri, bagaimana klien menguhubungkan antara 8 Universitas Sumatera Utara
nyeri yang ia alami dengan proses penyakit atau hal lain dalam diri atau lingkungan disekitarnya (Sigit, 2010). h. Mekanisme Adaptasi Klien Terhadap Nyeri: Perawat dalam hal ini perlu mengkaji cara-cara apa saja yang biasa klien gunakan untuk menurunkan nyeri yang ia alami, mengkaji keefektifan cara tersebut dan apakah bisa digunakan saat klien menjalani perawatan dirumah sakit (Sigit, 2010). 2.
Analisa Data Data Dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya (Sigit, 2010). Data Fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien. Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan keperawatan dan kesehatan lainnya. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi maslah-masalah klien. Pengumpulan data dimulai sejak pasien masuk rumah sakit (initial assesment), selama klien dirawat secara terus menerus (ongoing assesment), serta pengkajian ulang untuk menambah/melengkapi data (re-assesment) (Sigit, 2010). Tujuan Pengumpulan Data a. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien. b. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien. c. Untuk menilai keadaan kesehatan klien. d. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah berikutnya.
9 Universitas Sumatera Utara
Tipe Data: a. Data Subjektif Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide klien terhadap status kesehatannya, misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustasi, mual, perasaan malu. b. Data Objektif Adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, sentuh/raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, berat badan, tingkat kesadaran. NO
DATA
MASALAH KEPERAWATAN
1
DS: − Pasien mengatakan nyeri pada kepala Gangguan Rasa Nyaman dan pada tangan dextra dan sinistra
Nyeri
− Pasien menyatakan leher dan kepala terasa sakit dan tangan dextra dan sinistra susah digerakkan − Pasien
menyatakan
penyakitnya
mengganggu aktivitas sehari-hari − Pasien menyatakan nyeri dirasakan saat sedang melakukan aktivitas DO : − TD: 150/90mmHg, HR: 90x/menit RR: 28x/menit, suhu tubuh: 37˚C − Pasien tampak meringis dan gelisah − Nyeri skala 6
10 Universitas Sumatera Utara
Karakteristik Data a. Lengkap Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien yang adekuat. Misalnya klien tidak mau makan selama 3 hari. Perawat harus mengkaji lebih dalam mengenai masalah klien tersebut dengan menanyakan hal-hal sebagai berikut: apakah tidak mau makan karena tidak ada nafsu makan atau disengaja?, apakah karena adanya perubahan pola makan atau hal-hal yang patologis?, bagaimana respon klien mengapa tidak mau makan (Sigit, 2010). b. Akurat dan Nyata Untuk menghindari kesalahan, maka perawast harus berpikir akurat dan nyata untuk membuktikan benar tidaknya apa yang didengar, dilihat, diamatii dan diukur melalui pemeriksaan, ada tidaknya validasi terhadap semua data yang mungkin meragukan. Apabila perawat masih kurang jelas atau kurang mengerti terhadap data yang telah dikumpulkan, maka perawat harus berkonsultasi dengan perawat yang lebih mengerti. Misalnya, pada observasi: “klien selalu diam dan sering menutup mukanya dengan kedua tangannya. Perawat berusaha mengajak klien untuk berkomunikasi, tetapi klien selalu diam dan tidak menjawab pertanyaan perawat. Selama sehari klien tidak mau makan makanan yang diberikan”, jika keadaan klien itu ditulis oleh perawat bahwa klien depresi berat, maka hal itu merupakan perkiraan dari perilaku klien dan bukan data yang aktual. Diperlukan penyelidikan
lebih
lanjut
untuk
menetapkan
kondisi
klien.
Dokumentasikan apa adanya sesuai yang ditemukan pada saat pengkajian (Sigit, 2010). c. Relevan Pencatatan data yang komprehensif biasanya menyyebabkan banyak sekali data
yang
harus
dikumpulkan,
sehingga
menyita
waktu
dalam
mengidentifikasi. Kondisi seperti ini bisa diantisipasi dengan membuat data komprehensif tapi singkat dan jelas. Dengan mencatat data relevan sesuai dengan masalah klien, yang merupakan data fokus terhadap masalah klien dan sesuai dengan situasi khusus (Sigit, 2010).
11 Universitas Sumatera Utara
Sumber Data a. Sumber Data Primer: klien adalah sumber utama data (primer) dan perawat dapat menggali informasi yang sebenarnya menggenai masalah kesehatan klien (Sigit, 2010). b. Sumber Data Sekunder: orang terdekat, informasi dapat diperoleh melalui orang tua, suami atau istri, anak, teman klien, jika klien mengalami gangguan keterbatasan dalam berkomunikasi atau kesadaran yang menurun, misalnya klien bayi atau anak-anak, atau klien dalam kondisi tidak sadar (Sigit, 2010). c. Sumber Data Lainnya 1) Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya: catatan kesehatan terdahulu dapat digunakan sebagai sumber informasi yang dapat mendukung rencana tindakan perawatan. 2) Riwayat penyakit: pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan merupakan riwayat penyakit yang diperoleh dari terapis. Informasi yang diperoleh adalah hal-hal yang difokuskan pada identifikasi patologis dan untuk menentukan rencana tindakan medis. 3) Konsultasi: kadang terapis memerlukan konsultasi dengan anggota tim kesehatan spesialis, khususnya dalam menentukan diagnosa medis atau dalam merencanakan dan melakukan tindakan medis. Informasi tersebut dapat diambil guna membantu meneggakkan diagnosa. 4) Hasil pemeriksaan diagnostik: seperti hasil pemeriksaan laboratorium dan tes diagnostik, dapat digunakan perawat sebagai data objektif yang dapat disesuaikan dengan masalah kesehatan klien. Hasil pemeriksaan diagnostik dapat digunakan membantu mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan. 5) Perawat lain: jika klien adalah rujukan dari pelayanan kesehatan lainnya, maka perawat harus meminta informasi kepada perawat yang telah merawat klien sebelumnya. Hal ini untuk kelanjutan tindakan keperawatan yang telah diberikan. 6) Kepustakaan: untuk mendapatkan data dasar klien yang komprehensif, perawat dapat membaca literatur yang berhubungan dengan masalah
12 Universitas Sumatera Utara
klien.
Memperoleh
literatur
sangat
membantu
perawat
dalam
memberikan asuhan keperawatan yang benar dan tepat (Sigit, 2010). Metode Pengumpulan Data a. Wawancara b. Observasi c. Pemeriksaan fisik d. Studi dokumentasi Terdapat dua diagnosa keperawatan utama yang digunakan untuk menggambarkan nyeri pada klien, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri Akut adalah nyeri yang suatu pengalaman emosional yang tidak menyenangkan sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat aktual maupun potensial, dengan waktu yang tiba-tiba, intensitas ringan sampai berat, dapat diprediksi untuk berakhir dan durasi kurang dari enam bulan (NANDA dalam Potter & Perry 2001 p.129). Nyeri Kronis adalah suatu pengalaman emosional yang tidak menyenangkan sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat aktual maupun potensial, dengan waktu yang tiba-tiba, intensitas ringan sampai berat, dapat diprediksi untuk berakhir dan durasi lebih dari enam bulan (NANDA dalam Potter & Perry 2001 p.130). Penegakan diagnosa keperawatan yang akurat akan dapat dilaksanakan apabila data dan analisa pengkajian yang dilakukan cermat dan akurat. Berikut ini contoh proses penegakan diagnosa keperawatan nyeri melalui proses pengkajian. Tabel 4 Contoh Kegiatan Pengkajian Dengan Klien Nyeri Aktivitas pengkajian
Hasil yang ditemukan
Minta klien menjelaskan Nyeri akut, memburuk ketika digerakkan, karakteristik nyeri
seperti ditusuk dan panas, nilai 5 pada skala 10
Kaji awitan dan lokasi
Nyeri berlangsung sejak dua hari yang lalu, berlokalisir pada area lengan bawah kanan dan telapak tangan kiri.
13 Universitas Sumatera Utara
Kaji
pengaruh
nyeri Aktivitas tangan kanan pasien terbatas, tangan
terhadap aktivitas sehari- kiri tidak bisa memegang untuk memegang hari
benda, makan dan minum dibantu.
Tinjau
riwayat Klien mengalami luka pada lengan bawah
keperawatan
kanan
dan
telapak
tangan
kiri
akibat
kecelakaan motor.
3.
Rumusan Masalah Diagnosa keperawatan mengidentifikasi perubahan kesejajaran tubuh dan mobilisasi yang aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data yang selama
pengkajian.
Analisa
menampilkan
kelompok
data
yang
mengindentifikasikan ada atau risiko terjadi masalah . Saat mengindentifikasi diagnose keperawatan, perawat menyusun strategi keperawatan untuk mengurangi atau mencegah bahaya berhubungan dengan kesejajaran tubuh buruk atau gangguan mobilisasi (Potter & Perry, 2006) Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada gangguan mobilisasi dan ketidaktepatan mekanika tubuh (NANDA dalam Potter & Perry, 2006) yaitu: 1. Nyeri kepala berhubungan dengan penurunan darah ke jaringan otak dan peningkatan tekanan intrakranial 2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia, kerusakan neuromuskular pada ekstremitas yang ditandai dengan ketidak mampuan bergerak, keterbatasan rentang gerak, penurunan kekuatan/kontrol otot. 3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia sekunder akibat cedera serebrovaskuler 4. Gangguan rasa aman dan nyaman (nyeri) kronis berhubungan dengan kerusakan jaringan. 5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang diterima
pasien
tentang
penyakit
dialami
oleh
pasien.
Kurang
pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya informasi yang diterima pasien tentang penyakit dialami oleh pasien yanf dtandai dengan keterbatasan kognitif,
14 Universitas Sumatera Utara
kesalahan interpretasi informasi dan tidak mengenal sumber-sumber informasi. 6. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area bicara di hemisfer otak yang ditandai dengan dengan kerusakan artikulasi, tidak dapat berbicara,tidak mampu memahami bahasa tertulis/ucapan. 7. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iskemik jaringan
4.
Perencanaan Adapun perencanaan yang dapat dilakukan dalam diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada gangguan mobilisasi dan ketidaktepatan mekanika tubuh (NANDA dalam Potter & Perry, 2006) yaitu: 1.
Nyeri kepala berhubungan dengan penurunan darah ke jaringan otak dan peningkatan tekanan intrakranial Tujuan: − Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
diharapkan
pasien
menyatakan nyeri hilang dengan spasme terkontrol − Pasien mampu melakukan aktivitas seperti biasanya Kriteria hasil: − Skala nyeri 5-0 − Wajah pasien tampak rileks dan maampu istirahat/tidur dengan tenang Intervensi : a. Kaji skala nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0-10), karakteristiknya (misal: berat, berdenyut, konstan), lokasinya, lamanya, faktor yang memperburuk atau meredakan kepala b. Monitor tanda-tanda vital c. Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal, seperti: ekpresi wajah, posisi tubuh, gelisah, menangis/meringis, menarik diri, diaforesis, perubahan frekuensi jantung/pernapasan, tekanan darah d. Ajarkan teknik relaksasi nyeri tarik napas dalam dan imajinasi terbimbing e. Modifikasi lingkungan yang tenang dan nyaman
15 Universitas Sumatera Utara
f. Kolaborasi pemberian terapi farmakologi obat analgesik g. Ajarkan keluarga pasien untuk melakukan teknik relaksasi pada pasienAjarkan keluarga pasien untuk melakukan teknik relaksasi pada pasien Rasional : a. Mengetahui skala nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakter nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dri terapi yang diberikan. b. Perubahan vital sign menunjukkan pola sensasi nyeri pada pasien c. Tanda nyeri merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami. Sakit kepala mungkin bersifat akutatau kronis, jadi manifestasi fisiologis bisa muncul/tidak d. Teknik relaksasi dapat menuimalisasi nyeri e. Lingkungan yang tenang mempengaruhi persepsi nyeri yang dialami pasien lebih sedikit f. Analgesik dapat memenurunkan nyeri g. Peran keluraga pasien dapat mendukung menimalisasi nyeri 2.
Kerusakan
mobilitas
fisik
berhubungan
dengan
hemiparese/hemiplagia, kerusakan neuromuskular pada ekstremitas yang ditandai dengan ketidak mampuan bergerak, keterbatasan rentang gerak, penurunan kekuatan/kontrol otot. Tujuan: − Klien mampu meningkatkan aktivitas fisik yang sakit atau lemah Kriteria hasil: − Ekstremitas tidak tampak lemah − Ekstremitas yang lemah dapat diangkat dan digerakkan secara mandiri − Ekstremitas yang lemah dapat menahan posisi tubuh saat miring kanan atau kiri
16 Universitas Sumatera Utara
Intervensi : a. Jelaskan pada pasien akibat dari terjadinya imobilitas fisik b. Ubah posisi pasien tiap 2 jam c. Ajarkan pasien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang sakit d. Anjurkan pasien melakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang tidak sakit e. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien f. Observasi kemampuan mobilitas pasien Rasional : a. Imobilitas fisik akan menyebabkan otot-otot menjadi kaku sehingga penting diberikan latihan gerak. b. Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan c. Gerakan aktif memberikan dan memperbaiki massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan. d. Mencegah
otot volunter kehilangan tonus dan kekuatannya bila
tidak dilatih untuk digerakkan e. Peningkatan kemampuan daam mobilisasi ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapi f. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan gerak pasien setelah di lakukan latihan dan untuk menentukan intervensi selanjutnya. 3.
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia sekunder akibat cedera serebrovaskuler Tujuan: − Pasien tetap menunjukan pemenuhan nutrisi selama dilakukan tindakan keperawatan. Kriteria hasil: − Tidak terjadi penurunan berat badan, HB dan albumin dalam batas normal HB: 13,4 – 17,6 dan Albumin: 3,2 - 5,5 g/dl.
17 Universitas Sumatera Utara
Intervensi : 1.
Jelaskan pentingnya nutrisi bagi klien
2.
Kaji kemampuan klien dalam mengunyah dan menelan
3.
Letakkan kepala lebih tinggi pada waktu selama & sesudah makan
4.
Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual dengan menekan ringan di atas bibir / bawah dagu jika dibutuhkan
5.
Kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral atau memberi makanan melalui NGT
6.
Observasi keadaan, keluhan dan asupan nutrisi
Rasional : 1.
Nutrisi yang adekuat membantu meningkatkan kekuatan otot
2.
Untuk menetapkan jenis makanan yang akan diberikan kepada klien
3.
Memudahkan klien untuk menelan
4.
Membantu
dalam melatih kembali sensoro dan meningkatkan
kontrol muskuler 5.
Membantu memberi cairan dan makanan pengganti jika klien tidak mampu memasukan secara peroral.
6.
Mengetahui keberhasilan tindakan dan untuk menentukan intervensi selanjutnya
4.
Gangguan rasa aman dan nyaman (nyeri) kronis berhubungan dengan kerusakan jaringan. Tujuan: − Nyeri berkurang/teratasi Kriteria hasil: −
Nyeri berkurang setelah melakukan tindakan penurunan rasa nyeri.
−
Adanya kemajuan dan peningkatan aktivitas sehari-hari.
Intervensi : 1.
Kaji pengaruh nyeri kronis dalam kehidupan individu
2.
Jelaskan hubungan nyeri kronis dan depresi
3.
Diskusikan dengan klien tentang berbagai terapi modalitas tindakan yang tersedia.
18 Universitas Sumatera Utara
Rasional : 1.
2.
Nyeri kronis dapat mempengaruhi aspek-aspek a.
Kinerja (pekerjaan, tanggung jawab)
b.
Interaksi sosial
c.
Finansial
d.
Kegiatan sehari-hari (tidur, makan)
e.
Kognitif/ suasana hati (konsentrasi, depresi)
f.
Respon dari anggota keluarga.
Nyeri kronis dapat menyebabkan depresi yang ditunjukan dengan perubahan perilaku.Orientasi perubahan perilaku meningkatakan kesadaran
klien
terhadap
besarnya
pengaruh
nyeri
dalam
kehidupanya. 3.
Berbagi terapi modalitas seperti terapi keluarga, kelompok, modifikasi perilaku dan program latihan yang lain diharapakan klien mampu beradaptasi terhadap nyeri yang dialami
5.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang diterima pasien tentang penyakit dialami oleh pasien. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang diterima pasien tentang penyakit dialami oleh pasien yanf dtandai dengan keterbatasan kognitif, kesalahan interpretasi informasi dan tidak mengenal sumber-sumber informasi. Tujuan: − Pasien mengerti tentang penyakit yang diderita dengan Kriteria hasil: − Pasien dan keluarga tahu tentang penyakit yang diderita. − Pasien dan keluarga mau berperan serta dalam tindakan keperawatan. Intervensi: 1.
Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga.
19 Universitas Sumatera Utara
2.
Beri penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit yang diderita.
3.
Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
Rasional : 1.
Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiki pasien dan keluarga dan kebenaran informasi yang didapat.
2.
Penjelasan tentang kondisi yang sedang dialami dapat membantu menambah wawasan pasien dan keluarga.
3.
Agar pasien dan keluarga mengetahui tujuan dari setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
6.
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area bicara di hemisfer otak yang ditandai dengan dengan kerusakan artikulasi, tidak dapat berbicara,tidak mampu memahami bahasa tertulis/ucapan. Tujuan : − Proses komunikasi klien dapat berfungsi secara optimal Kriteria hasil: − Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat terpenuhi − Klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal maupun isyarat. Intervensi 1.
Berikan metode alternatif komunikasi misalnya bahasa isyarat
2.
Antisipasi setiap kebutuhan klien saat berkomunikasi
3.
Bicaralah dengan klien secara pelan dan gunakan pertanyaan yang jawabannya “ya” atau “tidak”
4.
Anjurkan kepada keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan klien
5.
Hargai kemampuan klien dalam berkomunikasi
6.
Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan bicara
Rasional : 1.
Memenuhi kebutuhan komunikasi sesuai dengan kemampuan klien
20 Universitas Sumatera Utara
2.
Mencegah rasa putus asa dan ketergantungan pada orang lain
3.
Mengurangi kecemasan dan kebinggunan pada saat berkomunikasi
4.
Mengurangi rasa isolasi sosial dan meningkatkan komunikasi yang efektif
5.
Member semangat pada klien agar lebih sering melakukan komunikasi
6. 7.
Melatih klien berbicara secara mandiri dengan baik dan benar.
Gangguan r asa nyaman (nyer i) ber hubungan dengan iskemik jar ingan Tujuan : −
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
diharapkan
pasien
menyatakan nyeri hilang dengan spasme terkontrol −
Pasein mampu melakukan aktivitas seperti biasanya
Kriteria hasil: −
Skala nyeri 5-0
−
Wajah pasien tampak rileks dan maampu istirahat/tidur dengan tenang
Intervensi : 1. Observasi dan catat keluhan lokasi beratnya (skala 0-10) dan efek yang ditimbulkan oleh nyeri Rasional : 1.
Membantu
membedakan
penyebab
nyeri
dan
memberikan
informasi tentang kemajuan atau perbaikan penyakit, terjadinyaa komplikasi dan keefektifan intervensi. 2.
Pantau tanda-tanda vital
3.
Peningkatan nyeri akan meningkatkan tanda-tanda vital
4.
Ajarkan untuk menggunakan teknik relaksasi dan nafas dalam atau teknik distraksi seperti mendengarkan musik atau membaca buku
5.
Membantu atau mengontrol mengalihkan rasa nyeri, memusatkan kembali perhatian dan dapat meningkatkan koping
6.
Kolaborasi pemberian obat analgetik sesuai indikasi menurunkan nyeri.
21 Universitas Sumatera Utara
B. Asuhan Keperawatan Kasus 1.
Pengkajian I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama
: Ny. B
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 61 tahun
Status Perkawinan
: Menikah
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: IRT
Alamat
: Jl. Sagu 6 No. 22 Kel. P. Simalingkar Medan
Tanggal Masuk Rs
: 10 Juni 2013
No. Register
: 55.57.73
Ruangan/Kamar
: RA4/NEUROLOGI
Golongan Darah
:-
Tanggal Pengkajian
: 17 Juni 2013
Tanggal Operasi
:-
Diagnosa Medis
: Stroke Hemoragik
II. KELUHAN UTAMA Pasien mengatakan sakit di bagian kepala dan bagian tangan dextra dan sinistra susah digerakkan.
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative/Palliative 1. Apa penyebabnya − Sakit dirasakan dikepala jika pasien bergerak 2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan − Istirahat atau tidur
22 Universitas Sumatera Utara
B. Quantity/Quality 1. Bagaimana dirasakan − Leher dan kepala terasa sakit dan serta tangan kiri dan tangan kanan susah digerakkan 2. Bagaimana dilihat −
Pasien tampak meringis dan gelisah
C. Region 1. Dimana Lokasinya − Kepala, leher, tangan kanan, dan tangan kiri 2. Apakah Menyebar − Pasien mengatakan nyeri dimulai dari leher dan menjalar ke kepala D. Severity −
Pasien mengatakan penyakitnya mengganggu aktivitas seharihari
E. Time − Pasien mengatakan nyeri kepala dirasakan saat sedang melakukan aktifitas
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami − Pasien mengatakan pernah mengalami riwayat hipertensi B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan − Pesien mengatakan pernah berobat jalan ke puskesmas C. Pernah dirawat/dioperasi − Pasien mengatakan tidak pernah dirawat/dioperasi masa lalu D. Lama dirawat − Pasien mengatakan tidak pernah dirawat masa lalu E. Alergi − Pasien mengatakan tidak pernah menderita alergi sampai saat ini F. Imunisasi − Pasien mengatakan imunisasi tidak lengkap 23 Universitas Sumatera Utara
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A. Orang Tua −
Pasien mengatakan ayah pasien mengalami penyakit hipertensi
B. Saudara Kandung −
Tidak ada masalah kesehatan saudara kandung pasien
C. Penyakit Keturunan Yang Ada −
Pasien mengatakan penyakit keturunan dikeluarganya adalah hipertensi
D. Anggota Keluarga Yang Meninggal −
Ayah pasien
E. Penyebab Meninggal −
Penyakit hipertensi
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi Pasien Tentang Penyakitnya − Pasien merasa lelah dengan kondisinya, tapi pasien optimis akan sembuh B. Konsep Diri − Gambaran diri
: pasien
mengatakan
dirinya
tidak berguna lagi sebagai istri − Ideal diri
: pasien berharap penyakitnya cepat sembuh
− Harga diri
: pasien
mengatakan
harga
dirinya baik jika keluarga ada didekatnya. − Peran diri
: pasien mengatakan bahwa dia tidak
bisa
perannya
melakukan
sebagai
IRT
semenjak sakit − Identitas diri
: pasien berperan sebagai istri, dan ibu anak-anaknya
24 Universitas Sumatera Utara
C. Keadaan Emosi − Keadaan emosi pasien tidak stabil seperti sering menangis ataupun menghayal D. Hubungan Sosial − Orang yang berarti
: suami, anak, dan keluarga
− Hubungan dengan keluarga
: baik
− Hubungan dengan orang lain : baik − Hambatan dengan orang lain : pasien mampu berkomunikasi dengan oranglain. E. Spiritual − Nilai dan keyakinan
: pasien menganut agama Islam, dan
pasien
mengatakan
dengan berdoa dan pasrah kepada
Tuhan
penyakitnya
akan sembuh − Kegiatan ibadah
: tidak ada kegiatan ibadah selama di rumah sakit
VII. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum − Compos mentis (CM) B. Tanda-Tanda Vital − Suhu tubuh
: 37˚C
− Tekanan darah
: 150/90 mmhg
− Nadi
: 90x/ menit
− Pernafasan
: 28x/ menit
− Skala nyeri
:6
− TB
: 165 cm
− BB
: 85 kg
25 Universitas Sumatera Utara
C. Pemeriksaan Head To Toe Kepala Dan Rambut − Bentuk
: bulat dan simetris, tidak ada benjolan pada kepala
− Ubun-ubun
: ada
− Kulit kepala
: bersih
Rambut − Penyebaran dan keadaan rambut : penyebaran
rambut
merata − Bau
: tidak ada bau
− Warna kulit
: hitam
Wajah − Warna kulit
: sawo matang
− Struktur wajah
: wajah simetris dan tidak ada kelainan pada wajah
Mata − Kelengkapan kesimetrisan
: bola
mata
simetris,
pergerakan mata sejajar, distribusi alis merata − Palpebra
: tidak ada odem, pirosis (), tanda radang (-)
− Konjungtiva dan sklera
: konjungtiva merah muda, sclera putih
− Pupil
: isokor pada mata kanan dan kiri, ukuran pupil ≤ 3mm
− Cornea dan iris
: tidak pengapuran katarak
− Visus
: penglihatan pasien sudah tampak kabur
− Tekanan bola mata
: pasien merasa nyeri saat dilakukan tekanan
26 Universitas Sumatera Utara
Hidung − Tulang hidung dan posisi septum nasi: simetris, lembab − Lubang hidung
: bersih, tanda peradangan (-), ukuran sama
− Cuping hidung
: pernafasan melalui cuping hidung, normal
Telinga − Bentuk teling
: simetris antara telinga kanan dan kiri,
tidak
ada
pus
atau
pendarahan − Ukuran telinga
: simetris antara kanan dan kiri
− Lubang telinga
: tidak ada secret, bersih
− Ketajaman pendengaran : laterisasi
kanan
(suara
lebih
terdengar pada telinga kanan Mulut dan faring − Keadaan bibir
: mukosa bibir kering, bibir pucat
− Keadaan gusi dan gigi
: jumlah gigi tidak lengkap dan radang gusi (-)
− Keadaan lidah
: lidah kotor, stomatitis (-)
− Orofaring
: tidak ada peradangan
Leher − Posisi trachea
: posisi medial/normal
− Thyroid
: tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
− Suara
: suara terdengar nyaring
− Kelenjar limfe
: tidak ada pembesaran kelenjar limfe
− Vena jugularis
: tidak ada distensi vena jugularis
− Denyut nadi karotis
: teraba jelas dan teratur
Pemeriksaan Integumen − Kebersihan
: tampak adanya kotoran pada kulit
27 Universitas Sumatera Utara
− Kehangatan
: akral terasa hangat
− Warna
: pucat, icterus (-)
− Turgor
: turgor kulit kembali lambat
− Kelembaban
: kulit kering
− Kelainan pada kulit
: tidak ada alergi/kelainan pada kuli
Pemeriksaan Payudara Dan Ketiak − Ukuran dan bentuk
: ukuran
dan
bentuk
dada
simetris − Warna payudara dan aerola : hitam kecoklatan − Kondisi payudara dan puting : puting
masuk
kedalam
payudara − Aksilla dan clavicula
: benjolan (-) dan clavicula simetris
Pemeriksaan thoraks/dada − Inspeksi thoraks (normal, burrel, chest, funnel chest, pigeon chest, flail chest, kifos koliasis) : normal − Pernafasan (frekuensi, irama) : 26x/menit − Tanda kesulitan bernafas
: pasien mengalami kesulitan bernafas
Pemeriksaan Paru − Palpasi getaran suara
: fremitus taktil
− Perkusi
: resonan
− Auskultasi (suara nafas, suara ucapan, suara tambahan) : suara nafas abnormal, suara ucapan tidak jelas, tidak ada suara tambahan Pemeriksaan Jantung − Inspeksi
: ictus kordis tidak terlihat
− Palpasi
: midclavicula
sinistra
dan
dextra teratur − Perkusi
: batas jantung 4 dan 5 28 Universitas Sumatera Utara
− Auskultasi
: bunyi jantung normal, bunyi tambahan (-), 90x/menit
Pemeriksaan Abdomen − Inspeksi (bentuk, benjolan) : bentuk
abdomen
simetris,
benjolan (-) − Auskultasi
: peristaltik
20x/menit,
tidak
ada suara tambahan − Palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, lien) : tidak ada tanda nyeri tekanan, benjolan, ascites, hepar, lien pada abdomen pasien − Perkusi (suara abdomen)
: bising
usus
hipoaktif
(+),
dullness abdomen kiri (+) Pemeriksaan Kelamin Dan Daerah Sekitarnya − Genitalia (rambut pubis, lubang uretra) : rambut pubis mulai berkurang
berhubungan
dengan usia yang semakin tua − Anus dan perineum (lubang anus, kelainan pada anus, perineum) : tidak ada kelainan Pemeriksaan
Muskuloskeletal/Ektremitas
(Kesimetrisan,
Kekuatan Otot, Edema): − Ekstremitas atas
: tangan dextra dan sinistra simetris
− Ekstremitas bawah
: kaki
dextra
dan
sinistra
simetris. − Derajat kekuatan otot
: skala
2
:
kekuatan
kekuatan normal,
25%
otot dapat
bergerak melawan gravitasi Pemeriksaan neurologi (Nervus cranialis) 1. N. olvaktorius Pasien mampu membedakan setiap bau yang diciumnya
29 Universitas Sumatera Utara
2. N. optikus Penglihatan pasien tidak lagi jelas. Penglihatannya sudah mulai kabur 3. N. okulomotoris, N. troklear, N. abdusen Tidak ada edema pada kelopak mata. Reaksi pupil mengecil saat dilakukan pencahayaan. Dan tidak ada pendarahan. 4. N. trigeminus Pasien mampu membedakan panas-dingin dan tajam-tumpul 5. N. fasialis Pasien tidak mampu menahan tekanan pada pipi saat dilakukan tekanan 6. N. vestibulokoklear Pasien tidak mampu berdiri, pasien bedrest total 7. N. hipoglosus Pasien tidak mampu melakukan pergerakan lidah kekanan, kekiri, kedepan dengan baik dan tidak mampu melakukan tekanan pada pipi dengan menggunakan lidah dengan baik Fungsi Motorik : lengan mampu digerakkan dengan bantuan, tidak
mampu berdiri seimbang, pasien tidak
dapat menelentangkan dan menelungkupkan tangan dengan baik Fungsi Sensorik: mengatakan ya ketika diberikan sentuhan ringan, dapat membedakan rangsangan tajam dan tumpul, bisa membedakan rasa panas dan dingin Reflek (bisep, trisep, brachioradialis, patellar, tendon achiles, plantar): bisep dan trisep normal, brachioradialis normal, patellar abnormal, tendon Achilles normal, plantar abnormal
30 Universitas Sumatera Utara
VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI I. Pola Makan dan Minum −
Frekuensi makan/hari
: 3 kali sehari
−
Nafsu/selera makan
: selera makan baik
−
Nyeri ulu hati
: tidak ada nyeri ulu hati
−
Alergi
: tidak ada alergi
−
Mual dan muntah
: tidak ada mual dan muntah
−
Waktu pemberian makan
: 09.00 WIB, 13.00 WIB, 19.00 WIB
−
Jumlah dan jenis makan
: bubur saring
−
Waktu pemberian minum
: sehabis makan (500 ml)/24 jam
−
Masalah
makan
dan
minum
(kesulitan
menelan,
mengunyah) : pasien makan melalui NGT II. Perawatan Diri/Personal Hygiene −
Kebersihan tubuh
: setiap pagi dan sorenya, pasien
selalu
dimandikan
oleh keluarganya −
Kebersihan gigi dan mulut
: terdapat
karang
gigi,
kebersihan mulut baik −
Kebersihan kuku kaki dan tangan : kebersihan tangan dan kuku baik
III. Pola kegiatan/ aktivitas − Uraikan aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan secara mandiri, sebagian atau total
: segala
aktivitas pasien dilakukan dengan bantuan keluarga, eliminasi urine menggunakan kateter urine − Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit : pasien tidak melakukan proses ibadah selama dirawat di rumah sakit
31 Universitas Sumatera Utara
IV. Pola Eliminasi 1. BAB − Pola BAB
: sekali dalam dua hari
− Karakter feses
: warna tampak hitam
− Riwayat perdarahan
: tidak ada
− BAB terakhir
: ± tanggal 15 juni (2 hari yang lalu)
− Diare
: tidak ada
− Penggunaan laksatif
: tidak ada
2. BAK − Pola BAK
: tidak dapat ditentukan, pasien menggunakan
kateter
urine.
1200-1500 cc/24 jam − Karakter urine
: kuning keruh
− Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK
: Riwayat hematuria
(+),
retensi urine (+) − Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : tidak ada − Penggunaan diuretik
: tidak ada
− Upaya mengatasi masalah : istirahat/tidur
32 Universitas Sumatera Utara
2.
Analisa Data
No. Data 1.
Masalah Keperawatan
DS : − Pasien mengatakan nyeri pada kepala Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
dan pada tangan dextra dan sinistra − Pasien menyatakan leher dan kepala terasa sakit dan tangan dextra dan sinistra susah digerakkan − Pasien
menyatakan
penyakitnya
mengganggu aktivitas sehari-hari − Pasien menyatakan nyeri dirasakan saat sedang melakukan aktivitas DO : − TD: 150/90mmHg, HR: 90x/menit RR: 28x/menit, suhu tubuh: 37˚C − Pasien tampak meringis dan gelisah − Nyeri skala 6 2.
DS: −
Pasien mengatakan tangannya sakit jika Gangguan mobilitas fisik digerakkan
−
Pasien
tidak
mampu
menggerakan
anggota tubuhnya secara mandiri DO: − Pasien
tampak
meringis
saat
menggerakkan tangannya − Keadaan umum lemah − NilaiGCS=9 E=3, M=3, V=3
33 Universitas Sumatera Utara
3.
Rumusan Masalah
MASALAH KEPERAWATAN 1. Gangguan rasa nyaman nyeri 2. Gangguan mobilitas fisik DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS) 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penurunan darah ke jaringan otak dan peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan nyeri kepala dan tangan dextra dan sinistra, pasien mengatakan nyeri pada kepala dan pada tangan dextra dan sinistra, pasien menyatakan leher dan kepala terasa sakit dan tangan dextra dan sinistra susah digerakkan, pasien menyatakan penyakitnya mengganggu aktivitas sehari-hari, pasien menyatakan nyeri dirasakan saat sedang melakukan aktivitas pasien tampak meringis dan gelisah, TD: 150/90mmHg, HR: 90x/menit, RR: 28x/menit, T: 37ºC, skala nyeri 6. 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparase/hemiplagia, kerusakan neuromuskular pada ekstremitas ditandai dengan tidak mampu menggerakkan
anggota
tubuh
secara
mandiri,
pasien
meringis
saat
menggerakkan tangannya, keadaan umum lemah, nilai GCS: 9
34 Universitas Sumatera Utara
4.
Perencanaan PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL
Hari/
No.
tanggal dx Senin/
1.
Perencanaan Keperawatan Tujuan : − Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pasien
17 Juni 2013
menyatakan nyeri sudah hilang dan mampu melakukan aktivitas seperti biasanya Kriteria Hasil : − Pasien melaporkan nyeri hilang dengan spasme terkontrol − Pasien tampak rileks, dan mampu tidur/istirahat dengan tepat
Rencana Tindakan 1. observasi
Rasional
adanya
tanda-tanda 1. merupakan
indikator/derajat
nyeri
nyeri nonverbal, seperti: ekpresi
yang tidak langsung yang dialami.
wajah, posisi tubuh, gelisah,
Sakit
menangis/meringis, menarik diri,
akutatau
diaforesis, perubahan frekuensi
fisiologis bisa muncul/tidak
jantung/pernapasan,
kepala
mungkin
kronis,
jadi
bersifat
manifestasi
tekanan
darah
2. teliti
keluhan
nyeri,
catat 2. nyeri
merupakan
pengalaman
intensitasnya (dengan skala 0-
subjektif dan harus dijelaskan oleh
10),
(misal:
pasien. Identifikasi karakter nyeri dan
konstan),
faktor yang berhubungan merupakan
lokasinya, lamanya, faktor yang
suatu hal yang amat penting untuk
memperburuk atau meredakan
memilih intervensi yang cocok dan
berat,
karakteristiknya berdenyut,
untuk mengevaluasi keefektifan dri terapi yang diberikan 3. evaluasi perilaku nyeri
3. dapat
diperberat
karena
persepsi
pasien terhadap nyeri tidak dipercaya atau
karena
pasien
mempercayai
35 Universitas Sumatera Utara
orang
terdekat/pemberi
asuhan
mengabaikan keluhan nyeri 4. kaji/hubungkan
faktor
fisik 4. faktor yang berpengaruh terhadap
/emosi dari keadaan seseorang
keberadaaan/persepsi nyeri tersebut
5. catat adanya pengaruh nyeri, 5. nyeri dapat mempengaruhi kehidupan misalnya: hilangnya perhatian
sampai pada suatu keadaan yang
pada hidup, penurunan aktivitas,
cukup
penurunan berat badan
berkembang kearah depresi
serius
dan
mungkin
6. berikan kompres dingin pada 6. meningkatkan rasa nyaman dengan kepala
menurunkan vasodilatasi
7. instruksikan
pasien
untuk 7. pengenalan
segera
meningkatkan
melaporkan nyeri dengan segera
intervensi dini dan dapat menurunkan
jika nyeri itu muncul
beratnya serangan
8. anjurkan
untuk
beristirahat 8. menurunkan
dalam ruangan yang tenang
stimulasi
yang
berlebihan yang dapat mengurangi sakit kepala
9. perawat
kolaborasi
dengan 9. menurunkan rasa tidak nyaman/nyeri
dokter dalam pemberian obat anti nyeri 10. memberikan informasi mengenai 10. penekanan terhadap arteri karotis pemakaian akupressure/akupuntur
besar menurunkan arteri darah ke sesuai
otak yang mengakibatkan timbulnya nyeri
kebutuhannya
36 Universitas Sumatera Utara
Hari/
No.
Perencanaan Keperawatan
tanggal dx Senin/ 17 Juni 2013
2.
Tujuan : − Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pasien mampu melakukan mobilitas fisik, baik ditempat tidur, dan nilai GCS = 15 Kriteria hasil : − Pasien mampu melakukan/mempertahankan kembali posisi fungsi optimal. − Pasien mampu mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit Rencana Tindakan
Rasional
1. Observasi daerah yang 1. Jaringan yang mengalami terkena termasuk warna,
edema
lebih
mudah
edema, atau tanda lain,
mengalami
dari gangguan sirkulasi
penyembuhannya lambat
trauma
dan
2. Kaji kemampuan secara 2. Mengidentifikasi fungsional/luasnya kerusakan
awal
kekuatan/kelemahan dan
dengan cara yang teratur
dapat informasi
dan
memberikan mengenai
pemulihan 3. Ubah
posisi
menimal 3. Menurunkan
resiko
setiap 2 jam (telentang,
terjadinya trauma/iskemia
miring), dan sebagainya
jaringan
jika bisa lebih sering jika diletakkan dalam posisi bagian yang terganggu 4. Mulailah
melakukan 4. Meminimalkan atrofi otot,
latihan rentang gerak aktif
meningkatkan
dan pasif pada semua
membantu
ekstremitas saat masuk
kontraktur
sirkulasi, mencegah
37 Universitas Sumatera Utara
5. Sokong ekstremitas dalam 5. Mencegah posisi
fungionalnya,
kontraktur/footdrop
gunakan
papan
kaki
memfasilitasi
selama periode paralisis
kegunaannya
flaksid.
berfungsi kembali
Pertahankan
dan
jika
posisi kepala netral 6. Gunakan
penyangga 6. Selama paralisis flaksid,
lengan
ketika
pasien
penggunaan
berada
dalam
posisi
dapat menurunkan resiko
tegak, sesuai indikasi
penyangga
resiko
terjadinya
subluksasio
lengan
dan
‘sindrom bahu-lengan” 7. Tempatkan dibawah
bantal 7. Mencegah adduksi bahu aksila
untuk
dan fleksi siku
melakukan abduksi pada tangan 8. Tinggikan
kepala
dan 8. Meningkatkan aliran balik
tangan
vena
dan
mencagah
membantu terbentuknya
edema 9. Konsultasikan ahli
dengan 9. Program
fisioterapi
yang
khusus
secara
dapat
dikembangkan
aktif, latihan resistif, dan
untuk
menemukan
mabulasi pasien
kebutuhan
yang
berarti/menjaga kekurangan dalam
tersebut keseimbangan,
koordinasi, dan kekuatan 10. Mengajarkan untuk
pasien 10. Dapat berespons dengan membantu
baik jika daerah yang sakit
pergerakan dan latihan
tidak
dengan
terganggu
menggunakan
menjadi
lebih dan
38 Universitas Sumatera Utara
ekstremitas
yang
tidak
memerlukan
dorongan
sakit untuk menyokong/
serta latihan aktif untuk
menggerakkan
‘menyatukan
daerah
tubuh yang mengalami
sebagai
kelemahan
tubuhnya sendiri
kembali’
bagian
dari
39 Universitas Sumatera Utara
5.
Implementasi PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Hari/
No.
tanggal
dx
Senin/
Evaluasi
Implementasi Keperawatan
1.
(SOAP)
15.00
S:
− Melakukan hubungan terapeutik − Pasien menyatakan
17 Juni 2013
dengan pasien − Mengukur
nyeri masih ada vital O :
tanda-tanda
− Pasien
pasien
tampak
Td: 150/90mmHg
meringis kesakitan
HR: 90x/menit
TD: 150/90mmHg
RR: 28x/menit
HR: 90x/menit
Suhu tubuh: 37ºC
RR: 28x/menit Suhu Tubuh: 37ºC
15.30 − Melakukan
injeksi
1000mg,
ceftriaxone
1amp, A :
ranitidin
− Masalah
ketorolak 1amp − Mengkaji intensitas nyeri pasien − Mengajarkan
Skala nyeri: 6
belum
teratasi
relaksasi P :
teknik
− Intervensi
setiap kali nyeri kambuh
dilanjutkan 2.
S:
17.00 − Mengkaji
kekuatan
otot
dan
belum
mobilitas sendi − Mengajarkan
− Pasien mengatakan
klien
dengan
menggerakan
melakukan latihan rentang gerak
tangannya
aktif
baik
dan
pasif
untuk
meningkatkan kekuatan otot − Ubah posisi seperti miring kiri atau miring kanan ± 2 menit
mampu
dengan
O: − Pasien
susah
menggerakkan tangannya A:
40 Universitas Sumatera Utara
− Masalah
belum
teratasi P: − Intervensi dilanjutkan Selasa 18 Juni 2013
15.00 1.
− Mengukur
S: vital − Pasien menyatakan
tanda-tanda
pasien
nyeri masih ada
TD: 150/90mmHg
O:
HR: 90x/menit
− Pasien
tampak
RR: 28x/menit
meringis kesakitan
Suhu tubuh: 37ºC
TD: 150/90mmHg
− Mengganti cairan RL 500 ml
HR: 90x/menit
− Menginjeksi pasien ceftriaxone
RR: 28x/menit
1000mg,
ranitidin
1amp,
Skala nyeri: 6
ketorolak 1amp
A:
16.00 − Menanyakan
Suhu tubuh: 37ºC
intensitas
nyeri − masalah
pasien (1-10) dengan memberikan
belum
teratasi
pada pasien gambar skala angka P : dan menanyakan di skala no − intervensi berapa
nyeri
yang
dirasakan
dilanjutkan
pasien − Mengobervasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal seperti ekspresi wajah,
posisi
tubuh,
gelisah,
menangis/meringis 17.00 − Menganjurkan
kepada
pasien
untuk melakukan teknik relaksasi tarik nafas dalam setiap nyeri kambuh
41 Universitas Sumatera Utara
− Mengatur posisi miring kiri/kanan pasien setiap dua jam sekali − Mengajarkan pasien
kepada
keluarga
melakukan
teknik
menejemen nyeri
18.00 2.
− Mengukur tanda-tanda vital
S:
− Mengajarkan pasien melakukan − Pasien menyatakan masih belum mampu
latihan ROM pasif − Memberikan
kompres
hangat
tangannya
pada bagian tubuh yang sakit − Mengajarkan
keluarga
menggerakan
pasien
dengan
baik
dalam melakukan pijatan ringan O : TD: 150/90mmHg pada bagian punggung untuk meningkatkan keinginan tidur
HR: 90x/menit RR: 28x/menit Suhu tubuh: 37ºC A: − masalah
belum
teratasi P: − intervensi dilanjutkan Rabu 19 Juni 2013
14.00 1.
S:
− Mengukur tanda vital pasien
− Pasien menyatakan
TD: 140/80mmhg
masih
HR: 86x/menit
nyeri pada tangan
RR: 28x/menit
sinistra dan dextra
Suhu tubuh: 37ºc − Menanyakan
merasakan
O:
intensitas
nyeri − Pasien
pasien (1-10) dengan memberikan
tampak
meringis kesakitan.
42 Universitas Sumatera Utara
pada pasien gambar skala angka
TD: 140/80mmHg
dan menanyakan di skala berapa
HR: 86x/menit
nyeri yang dirasakan pasien
RR: 28x/menit Suhu Tubuh: 37ºC
15.00 − Memberikan injeksi ceftriaxone
A:
1000mg, ranitidin 1amp − Menganjurkan
Skala nyeri: 6
untuk − Masalah
pasien
belum
teratasi
istirahat diruangan tenang
− Mengajarkan pasien dan keluarga P : untuk
memaksimalkan
− Intervensi dilanjutkan
kenyamanan diruangan − Mengatur posisi miring kiri/kanan pasien setiap dua jam sekali 16.00 2.
− Mengkaji tanda-tanda vital pasien
S: − Pasien menyatakan
TD: 140/70mmHg HR: 26x/menit
belum
RR: 86x/menit
melakukan
Suhu Tubuh: 37ºC
pergerakan
− Mengkaji
kekuatan
mobilitas
sendi
otot
dan
mampu
dengan
baik
dengan O:
melakukan latihan ROM
Pasien tampak susah
17.00 − Menganjurkan keluarga pasien
melakukan
untuk melakukan latihan gerak
pergerakan
aktif pasif seperti meremas bola
tangan dextra dan
karet, melebarkan jari-jari
sinistra
− Memberikan umpan balik yang
pada
TD: 140/70mmHg
disetiap
HR: 26x/menit
tindakan agar rasa mandiri pasien
RR: 86x/menit
meningkat
Suhu Tubuh: 37ºC
positif
pada
pasien
43 Universitas Sumatera Utara
A: − Masalah
belum
teratasi P: Intervensi dilanjutkan Kamis 20 Juni 2013
20.00 1.
S:
− Mengkaji skala nyeri
− pasien
− Memonitoring tanda-tanda vital
masih
menyatakan ada
nyeri
TD: 140/90mmHg
dirasakan
tetapi
HR: 80x/menit
sudah
mulai
RR: 26x/menit
berkurang.
Suhu tubuh: 37ºC
O:
Skala nyeri: 5
− pasien
meringis kesakitan
21.00 − Menganjurkan
tampak
kepada
pasien
TD: 140/90mmHg
untuk melakukan teknik relaksasi
HR: 80x/menit
tarik nafas dalam setiap nyeri
RR: 26x/menit
kambuh untuk meminimalisasi
Suhu Tubuh: 37ºC
nyeri
Skala nyeri 5
− Memberikan informasi tentang A : berbagai strategi untk menambah − masalah sebagian
penurunan rasa nyeri − Menginstruksikan/membantu pasien mengatur posisi nyaman Mengajarkan cara-cara
keluarga untuk
teratasi
P: intervensi dilanjutkan
pasien
membantu
aktivitas sehari-hari pasien 23.00 − Memberikan injeksi ceftriaxone 1000mg, ranitidin 1amp
44 Universitas Sumatera Utara
22.00 2.
S:
− Mengobservasi kenyamanan
tingkat − Pasien menyatakan pasien
selama
latihan − Mengkaji
sudah mulai mampu melakukan
kemampuan
pasien
pergerakan
dengan
secara perlahan
selama mobilitas fisik
− Mengatur posisi miring kiri/kanan O : Pasien merasa susah
pasien setiap dua jam sekali − Membantu
pasien
melakukan
untuk menggerakkan
gerak sendi aktif dan pasif
tubuhnya TD: 140/90mmHg HR: 80x/menit RR: 26x/menit Suhu Tubuh: 37ºC A: − Masalah
teratasi
sebagian P: Intervensi dilanjutkan Jumat 21 Juni 2013
20.00 1.
− Mengukur
S:
tanda-tanda
vital − pasien
menyatakan
pasien
nyeri
masih
TD: 140/90mmhg
dirasakan
tetapi
HR: 86x/menit
sudah
mulai
RR: 26x/menit
berkurang.
Suhu tubuh: 37ºC
O:
Skala nyeri: 5
− Pasien
− Mengidentifikasi
tampak
tindakan-
meringis kesakitan
tindakan yang dapat membantu
TD: 140/90mmHg
menurunkan rasa nyeri
HR: 86x/menit
− Menginstruksikan pasien untuk
RR: 26x/menit
45 Universitas Sumatera Utara
melaporkan nyeri dengan segera
Suhu Tubuh: 37ºC
jika nyeri itu muncul
Skala nyeri: 5 A: − masalah
teratasi
sebagian P: Intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan 2.
− Mengukur tanda-tanda vital
S:
− Mengajarkan pasien melakukan − Pasien menyatakan latihan ROM pasif − Memberikan
kompres
masih belum mampu hangat
pada bagian tubuh yang sakit
menggerakan tangannya
dengan
baik O: TD: 150/90mmHg HR: 90x/menit RR: 28x/menit Suhu tubuh: 37ºC A: − masalah
belum
teratasi P: − intervensi dilanjutkan
oleh
perawat ruangan
46 Universitas Sumatera Utara