BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Bibliomerika 2.1.1 Sejarah Ringkas dan Pengertian Bibliometrika Sebelum ada istilah “Bibliometrika” terlebih dahulu dikenal istilah “Statistical Bibliography” yang dikembangkan oleh E.W. Hulme tentang analisis dalam terbitan di Eropa Barat pada tahun 1942. Hulme menggunakan istilah ini untuk menerangkan proses dari kejelasan sejarah ilmu pengetahuan dan teknologi tentang penghitungan dokumen. Sejarah bibliometrika menurut Sulistyo-Basuki dalam bukunya Pengantar Ilmu Perpustakaan, (1987:59) adalah sebagai berikut: Sejarah bibliometrika dapat ditelusuri pada awal abad ke-20 dengan terbitnya karya Cole dan Eals tentang “bibliography statistic”. Cole dan Eals melakukan analisis statistik terhadap tulisan mengenai anatomi yang berjumlah 6348 karya yang diterbitkan di berbagai Negara Eropa antara tahun 1534-1860. Diantara kurun waktu tahun 1700-1750 terjadi penurunan publikasi bidang anatomi menjadi 2 (dua) yaitu: histology dan embryology. Beberapa tahun kemudian Wyndham Hulme melakukan hal yang sama dan dalam pidatonya yang dikenal dengan nama Sander Readers in Bibliography di Cambridge University analisis atas terbitan di Eropa Barat. Istilah ini kemudian digunakan oleh Gosnell dan Henkle dalam penelitiannya tentang analisis literatur. Beberapa tahun kemudian Fussler dalam disertasinya juga menggunakan istilah “statistical bibliography”. Pada tahun 1942 Raisig juga menggunakan istilah “statistical bibliography” dalam tulisannya mengenai analisis sitiran. Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa bibliometrika mulai dapat diketahui pada awal abad ke-20. Berbagai ahli menggunakan istilah pertama adalah : “Statistical Bibliography” dalam berbagai tulisan mereka. Pritchard menganggap istilah “Statistical Bibliography” sering dirancukan dengan “Statistic” atau “Bibliography of Statistic”. Pritchard (1969:348) dalam Putu (2008:4) mengartikan biblimetrics: “The application of the mathematics and statistical methods to book and other media of communication”. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa metode matematika dan statistika dapat diterapkan dalam segala bentuk media komunikasi yang telah direkam arti luas baik grafis maupun elektronik. Pritchard mengusulkan istilah bibliography statistica (statistical bibliography) digantikan dengan istilah bibliometrika (bibliometrics). Menurut Pritchard istilah bibliography statistical (statistical bibliography)
Universitas Sumatera Utara
sering dirancukan dengan “statistic” atau “bibliography” karya-karya dalam bidang statistik. Pritchard menganggap bibliometrika adalah kajian kuantitatif terhadap komunikasi tertulis dan penerapan metode matematika dan statistika terhadap buku dan media komunikasi lain. Metode matematika dan statistik dapat diterapkan dalam segala bentuk media komunikasi yang telah direkam dalam arti luas, baik grafis maupun elektronik. Bibliometrika digunakan untuk mengkaji kuantifikasi dari proses komunikasi tertulis. Faithorne (1969) dalam Ginting (2005:7) mengartikan biblimetrika sebagai kajian kuantitatif dari komunikasi tercetak dan sifat-sifat yang ditimbulkannya. Dalam bibliometrika yang dikaji adalah informasi terekam, khususnya dalam bentuk grafis, dengan demikian objeknya mungkin buku, majalah, laporan penelitian, disertasi dan sebagainya. Namun sampai saat ini, kajian bibliometrika lebih banyak ditujukan kepada majalah ilmiah karena dianggap menduduki peran terpenting dalam komunikasi ilmiah (SulistyoBasuki, 1990:16). Pendapat lain mengatakan bahwa bibliometrika adalah: Tipe metode penelitian yang digunakan di perpustakaan dan ilmu informasi. Kegunaan dari bibliometrika adalah analisis kuantitatif dan statistik untuk menggambarkan pola dari publikasi atau terbitan tanpa melibatkan ruas atau menggambarkan pola dari publikasi atau bagian keseluruhan literatur. Peneliti dapat menggunakan metode bibliometrika dalam evaluasi untuk menentukan pengaruh dari penulis tunggal atau untuk menggambarkan hubungan di antara dua atau lebih penulis. Satu hal yang biasa atau umum dari mengarahkan penelitian bibliometrika adalah dalam penggunaannya untuk indeks sitiran ilmu sosial, indeks sitiran ilmu murni atau indeks sitiran ilmu sastra untuk mencari sitiran,(Gslis, 2001 dalam Ginting 2005:7). Bibliometrika sendiri berasal dari bahasa Yunani asal kata “biblio dan metrika”. Biblio artinya buku atau catalog dan metrika artinya satuan ukuran yang diterapkan untuk menghitung (mengukur) informasi. Jadi Bibliometrika adalah : suatu kajian yang menggunakan dokumen atau publikasi lainnya untuk dikaji dan diukur dengan menerapkan metode matematika dan statistik. Kajian bibliometrika mencoba menguraikan dan memprediksikan kuantitatif (jumlah) kata dari suatu proses penulisan ilmiah. Dengan kata lain bibliometrika merupakan suatu kajian kuantitatif terhadap informasi terekam yang bersifat tekstual pada bidang bibliografi ataupun kepustakaan. Dengan bibliometrika seorang pustakawan dapat
Universitas Sumatera Utara
mengukur, menyajikan dan menganalisis berbagai aspek dari informasi ilmiah secara kuantitatif. Kajian bibliometrika mengelompokkan suatu literatur ke dalam tiga bagian yang dikaji yaitu: 1. Objek dari literatur yang dikaji, 2. Isi objek dan bahan materi yang dikaji, 3. Kegunaan (manfaat) dari materi yang dikaji.
Perkembangan ilmu komunikasi sangat pesat sejak ditemukannya mesin cetak sebagai sarana pengganda hasil informasi terekam. Dampak dari mesin cetak adalah meningkatnya jumlah literatur ilmiah dalam berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan. Peningkatan kuantitas literatur ilmiah serta kemudahan memperoleh informasi sangat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan terus meningkatkan produktivitas ilmuwan dalam melakukan penelitian, percobaan dan inovasi. Meningkatnya produktivitas karya ilmiah yang dihasilkan ilmuwan akan mendorong terbitnya media komunikasi ilmiah yang mengkomunikasikan hasil kegiatan ilmiah, dari seorang ilmuwan dengan ilmuwan lain pada masanya maupun masa sebelum dan sesudahnya. Media komunikasi yang dimaksud dapat berupa buku atau majalah ilmiah. Kajian bibliometrika lebih dikonsentrasikan pada karya ilmiah bidang ilmu eksakta, hal ini dikarenakan penelitian dibidang ini menghasilkan informasi yang akan disebarluaskan. Para ilmuwan dan pustakawan menghadapi kesulitan dalam penyimpanan dan temu kembali hasil penelitian. Untuk mengatasinya, mereka menyimpan informasi tersebut berdasarkan informasi terbaru tanpa menghilangkan produk dan jumlah penelitian. Ada tiga jenis materi yang dikaji melalui bibliometrika yaitu: 1. Dokumen primer: data numerik, statistikal, tekstual dan tabel- tabel, 2. Dokumen sekunder: abstrak, indeks, bibliografi, 3. Dokumen tersier; buku (textbook) Walaupun bibliometrika mengkaji ketiga jenis literatur di atas, dalam kenyataan yang menjadi objek utama adalah majalah/jurnal. Hal ini dikarenakan bibliometrika menganggap majalah sebagai media paling penting dalam komunikasi ilmiah, merupakan pengetahuan publik serta arsip umum yang dapat dibaca oleh siapa saja setiap saat.
Universitas Sumatera Utara
Majalah ilmiah/ jurnal sebagai objek kajian memiliki parameter yang tidak dapat dilepaskan dari ciri majalah. Adapun parameter majalah ialah: 1. 2. 3. 4. 5.
Pengarang Judul artikel Judul majalah Tahun terbit Referens ialah acuan atau daftar kepustakaan, lazimnya tercetak pada bagian bawah setiap halaman sering disebut catatan kaki ataupun pada bagian akhir sebuah artikel artikel. 6. Sitiran ialah informasi literatur yang dimuat dalam referens 7. Deskriptor yaitu istilah yang digunakan untuk memeriksa isi artikel ilmiah (Sulistyo-Basuki, 2002:4). Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa parameter majalah terdiri dari 7 (tujuh) yaitu: pengarang, judul artikel, judul majalah, tahun terbit, referensi (acuan atau daftar kepustakaan), sitiran (informasi literatur yang dimuat dalam referensi) dan deskriptor (istilah yang digunakan untuk memeriksa isi artikel ilmiah suatu dokumen). Dalam bibliometrika, yang dikaji adalah informasi terekam, khususnya informasi dalam bentuk grafis. Dengan demikian objek kajiannya adalah buku, pengarang (hasil karyanya), majalah, laporan penelitian disertasi dan sebagainya. Pada kenyataannya kajian bibliometrik lebih banyak ditujukan kepada majalah ilmiah, karena majalah jenis ini dianggap menduduki peran terpenting dalam komunikasi ilmiah. Majalah ilmiah sering dijadikan media informasi baik rekam maupun tulisan. Hal ini membuat majalah ilmiah banyak ditelusuri oleh banyak peneliti/penulis, disamping memiliki informasi yang mutakhir (up-to-date), majalah ilmiah juga menyajikan informasi yang bertautan dengan lapangan penelitian. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suatu dokumen (literatur) sering digunakan para peneliti. Mustafa (2008:4) menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi suatu dokumen (literatur) digunakan adalah: 1. Jumlah dokumen lain yang dibuat berdasarkan dokumen itu. 2. Jumlah kutipan rata-rata per dokumen 3. Jumlah dokumen pada dokumen yang dikutip 4. Aksesibilitasnya secara bibliografis 5. Aksesibilitasnya secara fisik 6. Aksesibilitasnya secara digital 7. Nilai ilmiahnya 8. Jumlah karya lain dalam dokumen yang sama yang mungkin dikutip.
Universitas Sumatera Utara
Bibliometrika terbagi atas beberapa bagian salah satu diantaranya membagi bibliometrika menjadi bibliometrika deskriptif dan bibliometrika evaluatif. Bibliometrika deskriptif mengkaji produktivitas pada geografis dan periode waktu yang disiplin ilmu. Sedangkan bibliometrika evaluatif menghitung penggunaan literatur topik, subjek atau disiplin ilmu tertentu. Tujuan dari bibliometrika deskriptif ialah membandingkan jumlah penelitian pada berbagai negara, apakah jumlah hitungan melebihi periode sebelumnya atau jumlah yang menghasilkan dalam subbidang. Sedangkan bibliometrika evaluatif bertujuan untuk menghitung penggunaan literatur topik, subjek atau disiplin ilmu tertentu dan dibagi lagi menjadi hitungan rujukan dan analisis sitiran.
2.1.2 Tujuan Bibliometrika Penelitian dan pengujian dari bibliometrika bertujuan untuk mencari kebenaran universal tentang produksi dan perkembangan ilmu melalui kajian tentang penulis, artikel, dan pengutipan artikel dalam penulisan ilmiah (Pendit, 2003:107). Sedangkan menurut Herubel (1999:380) “Bibliometrics is essentially a quantitative analysis of publication for the purpose of ascertaining specific kinds of phenomena. Among the various data found, characteristic of materials used and intellectual content analysis of published materials are generally explored through bibliometrics”. Dari pernyataan di atas dapat diuraikan bahwa bibliometrika merupakan suatu analisis kuantitatif yang mengacu pada publikasi yang bertujuan untuk memastikan suatu fenomena yang khusus. Diantaranya adalah variasi data yang ditemukan, karakter dari materi data yang digunakan dan isi dari penelitian yang intelektual dari materi publikasi umum yang mengarah pada kajian bibliometrika. Pendapat lain dapat dilihat dalam Sulistyo–Basuki (2002:1) menyatakan tujuan bibliometrika ialah menjelaskan proses komunikasi tertulis dan sifat serta arahan pengembangan sarana deskriptif perhitungan dan analisis berbagai faset komunikasi. Bibliometrika memberikan penjelasan tentang proses komunikasi tertulis sifatnya serta perkembangannya dalam sebuah disiplin ilmu (sepanjang menyangkut komunikasi tertulis) dengan jalan menghitung dan menganalisis berbagai faset komunikasi tertulis. Tujuan umum analisis kuantitatif terhadap bibliografi adalah: a. Merancang bangun sistem dan jaringan informasi yang lebih ekonomis. b. Penyempurnaan tingkat efisiensi proses pengolahan informasi.
Universitas Sumatera Utara
c. Identifikasi dan pengukuran efisiensi pada jasa bibliografi yang ada dewasa ini. d. Meramalkan kecenderungan penerbitan, dan e. Penemuan dan elusidadi hukum empiris yang dapat menyediakan basis bagi pengembangan sebuah teori dalam ilmu komunikasi.
2.1.3 Manfaat Bibliometrika Bibliometrika merupakan bagian dari informetrika yang mengkaji aspek kuantitatif berbagai informasi terekam. Bibliometrika merupakan kajian ilmu yang berhubungan dengan temu-kembali informasi yang dapat membantu pustakawan mencari dan menyajikan informasi di perpustakaan. Menurut Ishak dalam Pustaha (2005:18) manfaat biliometrika dalam perpustakaan adalah: 1. Mengidentifikasikan majalah inti dalam berbagai disiplin ilmu. 2. Identifikasikan arah dan gejala penelitian dan pertumbuhan pengetahuan pada berbagai disiplin ilmu. 3. Menduga keluasan literatur sekunder 4. Mengenali pemakai berbagai subjek. 5. Mengenali kepengarangan dan arah gejalah pada dokumen berbagai subjek. 6. Mengukur manfaat jasa SDI ad-hoc dan retrospektif. 7. Meramalkan arah gejalah perkembangan masa lalu, sekarang dengan mendatang. 8. Mengatur arus masuk informasi dan komunikasi. 9. Mengkaji keusangan & penyebaran literatur ilmiah. 10. Meramalkan produktivitas penerbit pengarang, organisasi, negara atau seluruh disiplin ilmu. Pendapat di atas didukung oleh Sulistyo-Basuki (2002:8), Manfaat aplikasi kuantitatif dari bibliometrika bagi perpustakaan adalah: 1. Identifikasi literatur inti 2. Mengidentifikasi arah gejala penelitian dan pertumbuhan pengetahuan pada berbagai disiplin ilmu yang berlainan 3. Menduga keluasan (comprahensiveness) literatur sekunder 4. Mengenali pemakai berbagai subjek 5. Mengenali kepengarangan dan arah gejalanya pada dokumen berbagai subjek 6. Mengukur manfaat jasa SDI ad hoc dan retrospectif 7. Meramalkan arah gejala perkembangan masa lalu, sekarang mendatang 8. Mengidentifikasi majalah inti dalam berbagi ilmu
Universitas Sumatera Utara
9. Merumuskan garis haluan pengadaan berbasis kebutuhan yang tepat dalam batas anggaran belanja 10. Mengembangkan model eksperimental yang berkorelasi atau melewati model yang ada 11. Menyusun garis haluan penyiangan dan penempatan dokumen di rak secara tepat 12. Memprakarsai sistem jaringan arus ganda yang efektif 13. Mengatur arus masuk informasi dan komunikasi 14. Mengkaji keusangan dan penyebaran literatur ilmiah (melalui penggugusan dan pasangan literatur ilmiah) 15. Meramalkan produktivitas penerbit, pengarang, organisasi, negara atau seluruh disiplin 16. Mendisain pengolahan bahasa automatis untuk auto-indexing, autoabstracting dan autoclassification 17. Mengembangankan norma pembakuan Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat bibliometrika adalah: mengetahui karakteristik literatur berdasarkan judul, indeks sitasi, kata kunci/ tajuk subjek, keusangan dan kepengarangan.
2. 2 Sitiran “Sitiran” merupakan terjemahan langsung dari kata “citation” dalam bahasa Inggris. Harrod’s Librarian Glossary and Reference Book (1990) menerjemahkan “citation adalah suatu rujukan pada suatu teks atau bagian yang menunjuk pada suatu dokumen dimana teks itu dimuat”. Menurut ALA Glossary of Library and Information Science (1983:43) ”sitiran adalah suatu catatan yang merujuk pada suatu karya yang dikutip atau pada beberapa sumber yang memiliki otoritas”. Sedangkan Tomson dalam Herlina (1995:33) seperti dikutip oleh Mustikasari (2008:2) menyatakan bahwa sitiran adalah “suatu catatan yang menunjuk pada suatu karya atau sebagian karyanya yang dikutip dan suatu penyitiran dari atau acuan untuk suatu keputusan dan keahlian lainnya”. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diuraikan bahwa yang dimaksud dengan sitiran adalah daftar pustaka dari sejumlah document/literatur yang dirujuk atau dikutip oleh seorang penulis dalam sebuah dokumen baru. Setiap daftar pustaka dokumen tersebut dimuat dalam bibliografi dokumen yang mengutip. Sitiran dapat muncul dalam catatn kaki, catatan akhir, bibliografi atau daftar pustaka. Sitiran (citation) sering kali dianggap sama dengan referensi, akan tetapi apabila ditilik dari terjemahan kedua istilah
Universitas Sumatera Utara
tersebut memiliki makna yang berbeda. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1078) menyatakan bahwa “sitiran adalah menyebut atau menulis kembali kata-kata yang telah disebut (ditulis) orang lain”. Dengan kata lain sitiran adalah kutipan dari tulisan orang lain. Sedangkan Referensi (reference) adalah rujukan atau petunjuk. Hal ini berarti Referensi adalah bantuan yang merujuk ke pustaka lain. Price (1980) dalam Mustikasari (2008) memberikan pandangan yang membedakan pengertian antara rujukan (reference) dengan sitiran (citation) dilihat dari bagaimana cara menghitungnya bahwa jumlah rujukan dari sebuah karya tulis dihitung dari bibliografi, baik itu berupa catatan kaki maupun catatan akhir, sedangkan jumlah sitiran dari sebuah karya tulis didapat dengan menghitung dalam indeks sitiran (citation index) untuk mendapatkan jumlah karya tulis – karya lain yang terdaftar di dalamnya. Lebih lanjut, Guha dalam bukunya Documentation and Information Work (1978:253) dalam Mustikasari (2008) menyebutkan beberapa penggunaan sekunder sitiran : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Dipergunakan sebagai bibliografi Mempersiapkan daftar peringkat majalah Dipergunakan sebagai daftar peringkat Mengetahui hubungan penggunaan berbagai bentuk dokumen Mengetahui umur penggunaan dokumen Mengetahui keterhubungan dan keterkaitan subjek-subjek Mengetahui asal-usul atau akar dari subjek ilmu Kajian sitiran dari abstrak/ indeks majalah dan kegunaan.
Dari pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa sitiran sangat diperlukan untuk membantu seorang penulis mengembangkan hasil tulisannya dalam menghasilkan suatu karya tulis yang baru. Sitiran adalah suatu tulisan atau literatur yang dijadikan acuan atau rujukan dalam sebuah artikel atau buku yang kemudian diterbitkan. Sitiran merupakan pernyataan yang diterima suatu dokumen dari dokumen yang lain. Sitiran mengarah pada karya yang diacu yang dilakukan oleh penulis sesudah karya yang diacu diterbitkan. Selanjutnya Sophia (2002) menyatakan bahwa arti sitasi atau sitiran adalah 1. 2. 3. 4.
Action of citing ani word or written passage, quotation A reference to passage in 2 book To cite (a book, auto etc) for a particular statement or passage To copy or repeat (a passage, statement, etc) from book document speech, etc with some indication that one is giving a words of another.
Universitas Sumatera Utara
Dengan kata lain “Sitasi adalah menunjuk sumber/asal-usul dari suatu kutipan, mengutip
pernyataan
atau
menyalin/mengulang
pernyataan
seseorang
dan
mencantumkannya di dalam suatu karya tulis yang baru, namun penyitir (pengutip/penulis baru) tetap mengindikasikan bahwa kutipan tersebut adalah pernyataan orang lain yang kembali dia tulis dalam karya tulis baru”. Dari pernyataan di atas penulis menyimpulkan bahwa sitasi adalah pernyataan seseorang yang ditulis/disalin ulang oleh penulis lain dan mencantumkan penulis tersebut dalam sebuah karya tulis yang baru.
2. 3 Analisis Sitiran Kajian bibliometrika khususnya bidang analisis sitiran merupakan bagian yang membahas tentang kutipan atau sumber-sumber bacaan dari sebuah karya tulis. Hal ini mengindikasikan bahwa analisis sitiran menunjukan adanya hubungan antara penulis yang lama dengan penulis baru (pengutip) dalam sebuah karya tulis. Metode analisis sitiran merupakan salah satu teknik bibliometrika yang mengkaji hubungan antara dokumen yang menyitir dengan dokumen yang disitir. Lasa (1990:26) menyatakan : analisis sitiran adalah cara perhitungan yang dilakukan atas karya tulis yang disitir oleh para pengarang. Diungkap juga oleh Harter dalam Rohyanti (2003:30) bahwa : Citation analisis is a generic term for a set of well – known techniques that have a long history in bibliometric study of scholary communication. As artifact of the scholary communication proses, citation can reveral formal communication pattern and methods of citation analysis are unobtrusive ang can be higliy reliable. Dengan kata lain analisis sitiran adalah istilah umum yang dikenal dalam teknik studi bibliometrika tentang komunikasi ilmiah. Metode dan pola komunikasi ilmiah dari analisis sitiran adalah ukuran yang dapat dipercaya atau diterima. Hubungan antara dokumen yang disitir dengan dokumen yang menyitir dapat ditelusuri melalui motivasi, tujuan, dan fungsi sitiran. Frost (1979) seperti dikutip oleh Liu (1993) dalam Mustikasari (2008:2) mengemukakan bahwa fungsi sitiran dalam bidang humaniora dapat diklasifikasikan sebagai dokumentasi sumber primer dan sekunder untuk mendukung opini
Universitas Sumatera Utara
dan pernyataan faktual baik di dalam maupun di luar topik dokumen yang menyitir terhadap dokumen yang disitir, dan untuk menyediakan informasi bibliografi. Indikator hubungan antara dokumen yang disitir dengan dokumen yang menyitir yaitu sebagai penjelasan, memberikan informasi umum, hubungan historis, hubungan operasional, hubungan kolaboratif, memberikan informasi spesifik, dokumentasi, hubungan metodologis dan hubungan korektif.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Hartinah (2002:1) “Ketika dokumen A disebut oleh dokumen B sebagai catatan kaki, catatan akhir, bibliografi atau daftar pustaka maka dikatakan bahwa dokumen A disitir oleh dokumen B dan dokumen B menyitir dokumen A. Dalam kajian bibliometrika dokumen A disebut sebagai “cited document” sedangkan dokumen B disebut sebagai “ citing document”. Ilustrasi antara dokumen yang menyitir dengan dokumen yang disitir dapat dilihat pada bagan berikut :
Sri Hartinah Judul : Sumber: “citing document”
Mustagimah
Sulistiyo-Basuki
Judul :
Judul:
Sumber:
Sumber:
“citing document
“Cited document”
Igif Judul : Sumber: “citing document” Gambar 1 : Ilustrasi tentang document disitir dan menyitir Sumber : Hartinah (2002:2)
Dari ilustrasi di atas dapat dilihat bahwa Sri Hartinah, Mustangimah dan Igif menyitir karya Sulistyo-Basuki sebagai rujukan karya mereka. Hal ini berarti Sri Hartinah dan Igif menyitir karya Sulistyo-Basuki disebut “citing document”. Sebaliknya karya Sulistyo-Basuki yang disitir oleh Sri Hatinah, Mustangimah dan Igif disebut “cited document”. Hal ini merupakan istilah yang digunakan dalam bibliometrika salah satunya adalah analisis sitiran.
Universitas Sumatera Utara
Analisis sitiran merupakan suatu analisis informasi yang digunakan untuk mengukur kesamaan atau hubungan antara pasangan dokumen. Menurut Ikpaahindi (1985) dalam Mustikasari (2008:2) ”metode bibliometrika dapat dilakukan dengan cara penghitungan
sitiran
langsung
(direct
citation
counting),
pasangan
bibliografi
(bibliographic coupling) dan analisis co- sitiran (co-citation analysis)”. Metode tersebut didasarkan pada hubungan antara dokumen yang disitir dengan dokumen yang menyitir. Analisis sitiran merupakan teknik mengukur atau menghitung karya tulis yang dikutip dalam sebuah dokumen untuk mengetahui karakteristik informasi dalam komunikasi ilmu pengetahuan. Analisis sitiran digunakan untuk mengukur pengaruh intelektual keilmuan dari pengarang yang disitir, karena beberapa studi sitiran literatu digunakan untuk mengetahui karakteristik ilmu pengetahuan dan banyak asfek kualitatif dari peneliti dan publikasi (Mustikasari 2008:4) Untuk menghasilkan suatu karya atau dokumen baru sangat dibutuhkan bahan rujukan yang telah terbit sebelumnya serta mempunyai kaitan dengan dokumen yang menyitirnya sehingga sitir-menyitir merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan oleh seorang peneliti. Ditegaskan pula oleh Garfield dalam Hartinah (2002:3). Analisis sitiran banyak digunakan dalam kajian bibliometrika karena menurutnya tepat, jelas mewakili subjek yang diperlukan tidak memerlukan interpretasi, valid dan reliable. Dalam menggunakan analisis masalah yang perlu dipertimbangkan adalah : 1. Hanya penulis utama yang menjadi perhatian 2. Penulis yang mempunyai nama sama bidang sama dibutuhkan informasi tambahan nama institusi. 3. Jenis sumber dokumen (artikel, makalah dan lain-lain) 4. Tidak dibatasi oleh waktu 5. Untuk bidang yang multidisiplin, kesulitan untuk analisis subjek. 6. Isi database tidak mencakup seluruh majalah. Hanya sekitar 8580 majalah ilmiah yang diindex setiap tahun dari lebih 70.000 majalah ilmiah yang ada. Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa penulis utama jenis dokumen dan analisis subjek adalah beberapa hal yang sangat diperlukan dan sangat dipertimbangkan dalam atau ketika akan menggunakan analisis sitiran. Kajian analisis sistem dilatarbelakangi oleh tingkat pertumbuhan jurnal ilmiah yang sangat cepat dan mendorong para ahli informasi untuk mengembangkan metode analisis
Universitas Sumatera Utara
sitiran untuk mengkaji sebuah jurnal/majalah ilmiah. Dalam bibliometrika yang dikaji adalah informasi terekam, khususnya informasi dalam bentuk grafis . Dengan demikian objek kajian analisis sitiran adalah buku, pengarang (hasil karyanya), majalah, laporan penelitian disertasi dan sebagainya. Analisis sitiran dalam kajian bibliometrika memiliki cara dalam menentukan beberapa kebijakan. Kebijakan ini dilakukan untuk memastikan hal yang terbaik dalam melakukan penelitian. Hartinah (2002:2) menyatakan bahwa pada kajian bibliometrika banyak digunakan analisis sitiran sebagai cara untuk menentukan berbagai kepentingan atau kebijakan seperti : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Evaluasi program riset Penentuan ilmu pengetahuan Visualisasi suatu disiplin ilmu Indikator IPTEK Faktor dampak dari suatu majalah (Journal Impact Factor) Kualitas suatu majalah Pengembangan koleksi majalah dan lain-lain
Dari beberapa cara di atas dapat disimpulkan bahwa analisis sitiran sangat berguna untuk menganalisis setiap bidang ilmu untuk mengevaluasi jurnal majalah ilmiah maupun penulis yang paling banyak digunakan dalam berbagai kepentingan dan kebijakan dalam kajian bibliometrika.
2. 4 Keusangan Literatur Keusangan literatur (literature aging atau obsolescence) adalah penurunan atas waktu dalam hal kesahihan atau pemanfaatan koleksi. Penurunan penggunaan suatu literatur atau kelompok literatur dalam suatu subjek tertentu pada suatu periode atau kurun waktu dikarenakan literatur tersebut semakin tua. Menurut Mustafa (2008:2) Keusangan literatur adalah kajian bibliometrika/informetrika tentang penggunaan dokumen (literatur) yang berkaitan dengan umur literatur tersebut. Sedangkan menurut Vickery dalam Mustafa (2008:2) menyatakan: “...Obsolescence is in fact a function of two factors, growth and obsolenscesce”. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Obsolescence merupakan fungsi dari 2 (dua) faktor yang nyata yakni pertumbuhan dan keusangan.
Universitas Sumatera Utara
Penurunan atas waktu dalam hal kesahihan atau pemanfaatan dapat dianalogikan bahwa apabila dokumen sudah usang berarti dokumen tersebut kurang digunakan. Menurut Line (1974,1993) dalam Mustafa (2008:4), penurunan kesahihan disebabkan oleh 1. The information is valid, but incorporated in later work 2. The information is valid, but superseded by later work 3. The information is valid, but is in a field of declining interest 4. The information is no longer valid Dari pendapat Line dapat dinyatakan bahwa penurunan kasahihan disebabkan oleh : 1. Informasi sahih, namun sudah terserap oleh dokumen berikutnya 2. Informasi masih sahih namun sudah digantikan oleh karya berikutnya 3. Informasi sahih, namun informasi tersebut berada dalam bidang yang kurang diminati oleh ilmuwan 4. Informasi sudah tidak dianggap sahih lagi. Dari pendapat di atas dapat dilihat bahwa penurunan penggunaan literatur bisa saja terjadi meskipun informasi dalam literatur masih sahih. Maka tidak mungkin dapat dikatakan bahwa informasi yang dikandung dalam suatu literatur menjadi usang hanya karena penurunan penggunaan literatur tersebut. Penurunan kesahihan suatu dokumen dapat terjadi pula dengan peningkatan kesahihan suatu dokumen. Menurut Mustikasari, (2008:2). 1. Informasi yang tidak diakui menjadi sahih. 2. Informasi bersifat sahih, namun tidak ada teori atau teknologi yang mendukung. 3. Informasi yang dimuat sahih dan menarik banyak minat orang atau berada dalam ambang perkembangan. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa penurunan dan peningkatan kesahihan dokumen dapat terjadi dikarenakan adanya faktor-faktor yang menyebabkan. Faktor itulah yang dapat mempengaruhi keusangan literatur suatu dokumen. Penggunaan informasi dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh peneliti didasarkan pada informasi yang bernilai mutakhir atau terkini (up-to-date). Hal ini akan mengindikasikan bahwa penelitian yang dilakukan memberi perkembangan dari penelitian yang sebelumnya. Kebutuhan informasi merupakan suatu kecenderungan untuk mencari, memilih, memperoleh dan memanfaatkan informasi guna memecahkan masalah tertentu atau untuk keperluan lainnya. Oleh karena itu informasi yang digunakan adalah informasi yang berkualitas dan bernilai bahasa yang baik dalam penyampaian, artinya informasi
Universitas Sumatera Utara
tersebut memiliki parameter dalam penelitian. Mustafa (2008:4) menyatakan parameter informasi yaitu: 1. Kuantitas. Diukur dengan jumlah dokumen, halaman, kata, karakter, byte dsb. 2. Isi. Arti atau makna suatu informasi 3. Struktur. Format atau bangun suatu informasi dan kaita logisnya diantara unsurunsur yang membentuknya 4. Bahasa. Simbol, abjad, kode atau tata bahasa informasi itu disampaikan 5. Kualitas. Kelengkapan, ketepatan, relevansi informasi yang disampaikan 6. Usia. Selang waktu kapan suatu informasi masih bernilai atau dimanfaatkan Dasar dari kajian keusangan literatur adalah sitiran. Sitiran yang dimaksud adalah jumlah keseluruhan yang ada pada referensi atau daftar pustaka suatu literatur. Jika suatu karya tidak pernah lagi disitir oleh penulis maka karya tersebut dapat dikatakan telah usang. Dengan melihat tingkat keusangan literatur maka dapat diketahui perkembangan suatu bidang ilmu pengetahuan dan dapat memprediksi perkembangan literatur yang akan datang. Keusangan literatur (literature aging atau obsolescence) terbagi dua yaitu synchronous dan diachronous. Obsolescence synchronous adalah ukuran keusangan literatur dengan cara memeriksa tahun terbitan referensi melalui median citation age (median umur sitiran). Obsolescence diachronous adalah ukuran keusangan literatur dari sekelompok literatur dengan memeriksa tahun terbitan dari sitiran yang diterima suatu literatur tersebut. Dalam bibliometrika yang menjadi data penelitian dalam ukuran keusangan (Obsolescence) literatur adalah sitiran yang ada pada dokumen tersebut. Obsolescence synchronous dapat diukur melalui median usia ditiran yang dapat diperoleh dengan cara mengurangi tahun terbit dokumen sumber dengan median tahun terbit yang terdapat dalam daftar referensi. Sedangkan obsolescence diachronous dapat mengukur usia kelompok dokumen melalui suatu pengujian terhadap tahun terbit sitiran yang diterima oleh dokumen obsolescence diachronous diukur melalui paro hidup (halflife) yang dapat diperoleh dengan cara mengurangi median tahun terbit dokumen yang menyitir dokumen sumber dengan tahun terbit termuda dokumen sumber.
Universitas Sumatera Utara
Kedua cara tersebut memang mirip tetapi dengan cara penangan yang berbeda. Jika synchronous menentukan literatur yang menyitir kemudian mengkaji distribusi usia referensi yang ada didalamnya, maka Diachronous menentukan literatur yang disitir kemudian mengkaji penggunaan literatur tersebut pada terbitan selanjutnya. Dikemukakan dalam berbagai penelitian bahwa masing-masing bidang ilmu memiliki keusangan literatur yang berbeda,(Purnomowati, 2002:10). 2. 5 Paro Hidup Literatur Peningkatan intensitas ilmu pengetahuan dan komunikasi banyak menerbitkan dokumen-dokumen baru yang merupakan karya ilmiah seorang penulis yang intelektual. Literatur yang baru terbit menggantikan literatur yang lama. Hal ini dikarenakan literatur yang baru memiliki hasil yang baru dan yang berbeda dari literatur yang sebelumnya. Terbitnya literatur dan dokumen baru ini akan membuat terbitan yang sebelumnya menjadi usang karena kekurangan atau kemiskinan informasi. Istilah paro hidup (half-life) pertama digunakan oleh R. E. Borton dan R. W. Kebler tahun 1960 mereka memakai istilah “half-life” yang berarti waktu saat setengah dari seluruh literatur suatu disiplin ilmu yang digunakan secara terus menerus. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Charless F Gosnell tahun 1944 Gosnell meneliti dengan skala yang lebih kecil yaitu mengenai tingkat keterpakaian koleksi diperpustakaan. Penelitian ini belum bersifat ilmiah dan masih sangat sederhana. Paro hidup merupakan istilah yang diambil dari bidang ilmu fisika yang menunjukkan masa aktif suatu zat radio-aktif. Paro hidup mengacu pada adanya waktu yang diperlukan oleh suatu atom untuk meluruh menjadi setengahnya secara terus menerus hingga atom suatu unsur itu habis. Dalam Mustafa (2008:3). Line menyatakan : “The half life of literature is bound to be shorter the more rapidly the literature growing”. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa paro hidup dari sebuah literatur adalah batas cepat tidaknya pertumbuhan dari suatu literatur. Paro hidup suatu disiplin bidang ilmu adalah rentang waktu dimana suatu literatur disiplin ilmu digunakan sebanyak 50 persen (separuh) penggunaan total dokumen itu. Untuk menghitung paro hidup suatu disiplin bidang ilmu dapat diperoleh dengan cara mengurangi median tahun terbit dokumen yang menyitir dokumen sumber dengan tahun terbit dokumen sumber.
Universitas Sumatera Utara
Paro hidup dokumen dapat dihitung dengan mengurutkan semua tahun terbit dan menghitung jumlah sitiran semua dokumen pada masing-masing bidang mulai yang tertua (tahun terkecil) sampai tahun terbaru (tahun terbesar) atau sebaliknya. Kemudian dicarimedian dengan membagi jumlah kumulatif sitiran yang sudah terurut tersebut menjadi 2 (dua) masing-masing. Median tersebut terletak pada tahun berapa. Kemudian dikurangi dengan tahun tertua, (Hartinah, 2002:2). Dalam kajian bibliometrika paro hidup merupakan tingkat keusangan literatur berdasarkan sitirannya. Kajian paro hidup menitikberatkan tahun terbit seluruh jumlah sitiran pada literatur tersebut. Hal ini menunjukkan kemutakhiran kandungan informasi pada literatur ilmiah. Semakin baru terbitan suatu literatur maka literatur tersebut akan sering disitir oleh karya tulis lainnya. Hal ini dapat dilihat dari kurva di halaman sebelah ini:
N u m b e r o f u s e r Age of time of use Gambar 2 : Curve of obsolescense Sumber: Saracevic (2002) dalam Napitupulu (2006:10)
Keterangan mengenai kurva dibalik yaitu: 1. Garis kurva tersebut menggambarkan suatu literatur. 2. Number of users adalah pengguna yang menggunakan literatur tersebut. 3. Age of time of use adalah penggunaan literatur tersebut. Pada gambar kurva dan keterangan di atas, dapat dilihat bahwa semakin baru terbitan suatu literatur, maka semakin sering literatur tersebut digunakan. Sedangkan jika
Universitas Sumatera Utara
tahun terbit literatur tersebut semakin jauh dari waktu sekarang maka akan semakin sedikit pengguna yang menggunakan literatur tersebut. Dalam makalah Hartinah (2002:2) dinyatakan bahwa penelitian diluar negeri setiap subjek memiliki tingkat keusangan literatur yang berbedabeda sesuai dengan bidang ilmunya, misalnya untuk bidang kedokteran tingkat keusangan literaturnya berusia 6,8 tahun ; ilmu Fisika berusia 4,6 tahun; fisiologi berusia 7,2 tahun; ilmiah berusia 8,1 tahun; botani berusia 10,0 tahun; matematika berusia 10,5 tahun; biologi berusia 12,9 tahun dan untuk bidang ilmu sosial kurang dari 2 tahun. Paro hidup literatur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam Mustafa (2008:3) menyatakan: beberapa faktor yang mempengaruhi ialah : 1. Jumlah penggunaan literatur 2. Jumlah publikasi 3. Jumlah penulis pada bidangnya Pendapat ini ditegaskan juga dalam makalah Hartinah (2002:2), paro hidup literatur dipengaruhi oleh: a. Ketersediaan literatur suatu bidang, b. Kemampuan penulis memperoleh sumber informasi yang ada, c. Mengikuti perkembangan informasi dibidangnya, agar menggunakan sumber yang mutakhir.
selalu
2. 5. 1 Proses Menentukan Paro Hidup Literatur Setelah data diperoleh maka langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut agar pertanyaan-pertanyaan pada Bab 1 dapat dijawab. Untuk menentukan usia paro hidup dapat menggunakan rumus median. Uraian lebih lanjut dengan rumus terkait dapat dilihat pada Bab III.
2. 5. 2 Manfaat Paro Hidup Usia paro hidup suatu literatur ditentukan oleh tahun terbit referensinya, sehingga dapat diketahui publikasi yang terbit dalam jangka waktu tertentu dan dapat diprediksi pertumbuhan publikasi selanjutnya dimasa yang akan dating, (Egghe, 2002:7). Manfaat lain dari mengetahui tingkat paro hidup suatu literatur pada bidang ilmu tertentu diantaranya ialah :
Universitas Sumatera Utara
a. Mengetahui perkembangan suatu bidang ilmu pengetahuan, semakin banyak terbitan yang baru mengenai bidang ilmu itu maka dapat diprediksikan bahwa bidang ilmu terus berkembang. b. Efesiensi dalam bidang pengelolahan koleksi perpustakaan terutama dalam bidang pengembangan koleksi bahan pustaka di perpustakaan. c. Kajian paro hidup juga bermanfaat untuk perkembangan ilmu informetrika/ bibliometrik. d. Sebagai pertimbangan pada pustakawan dalam memilih dan melanggan jurnal elektronik. e. Pembatasan dalam penggunaan literatur (dokumen) untuk penulisan karya ilmiah. Menurut Hartinah (2002:2) paro hidup literatur dapat dijadikan indikator kekayaan atau kemiskinan informasi. Bagi perpustakaan khususnya perpustakaan perguruan tinggi, paro hidup dapat dijadikan pertimbangan dalam menyediakan koleksi bagi pengguna.
Universitas Sumatera Utara