BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Uraian Teoritis
2.1.1 Saham Saham menunjukkan bagian kepemilikan dalam suatu perusahaan (Bodie et al., 2005:59). Saham merupakan sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva dari perusahaan tersebut (www.bapepam.go.id). Saham menurut Tandelilin (2001:18) merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Menurut Tandelilin (2001:18), saham dibedakan menjadi saham preferen dan saham biasa. Saham dikenal dengan karakteristik memiliki tingkat pengembalian yang tinggi dan disertai dengan risiko yang tinggi pula artinya saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan dan memiliki potensi risiko yang tinggi. Saham memungkinkan investor untuk memperoleh tingkat pengembalian atau capital gain yang tinggi dalam waktu singkat. 2.1.2 Harga Saham Harga pasar saham merupakan harga suatu saham yang sedang berlangsung dalam suatu pasar modal. Jika bursa saham tutup, maka harga pasar sahamnya
adalah
harga
terbesar
pada
saat
penutupan/closing
price
(www.bapepam.go.id).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Halim (2005:16), selembar saham mempunyai nilai atau harga dimana suatu harga saham dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: a. Harga Nominal Harga nominal disebut juga dengan nilai pari (par value) merupakan nilai yang ditentukan oleh perusahaan dalam menilai setiap lembar saham yang dikeluarkannya. Besarnya harga nominal ini tergantung dari keinginan perusahaan. b. Harga Perdana Harga perdana merupakan harga sebelum saham dicatatkan di bursa efek, dimana harga ini merupakan harga jual dari penjamin emisi kepada investor. Besarnya harga perdana ini tergantung pada kesepakatan antara emiten dan penjamin emisi. c. Harga Pasar Harga pasar saham merupakan harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain, dimana harga ini merupakan harga yang terjadi di pasar modal. Harga pasar ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa. Harga pasar saham dapat berubah atau berfluktuasi dengan cepat bahkan dalam hitungan menit atau hitungan detik. Fluktuasi harga saham ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Kemampuan memperoleh laba tidak hanya ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber daya yang ada, namun juga ditentukan oleh faktor lain diluar perusahaan yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap fluktuasi harga saham (Halim, 2005:12).
Universitas Sumatera Utara
2.1.3
Risiko
2.1.3.1 Pengertian Risiko Dalam aktivitas investasi di pasar modal, risiko akan selalu melekat didalamnya. Risiko sering didefinisikan sebagai penyimpangan antara apa yang menjadi harapan dan apa yang menjadi kenyataan. Risiko menurut Kasidi (2010:4) adalah kemungkinan terjadinya penyimpangan dari harapan yang dapat memunculkan kerugian. Jones (2004:9) menyatakan bahwa risiko adalah “the chance that the actual return on investment will be different from the expected return”. Menurut Brigham dan Houston (2010:323), risiko merupakan “peluang akan terjadinya suatu peristiwa yang tidak menguntungkan”. Dalam industri keuangan, dikenal adanya konsep “high risk high return”. Konsep ini menyatakan bahwa jika ingin memperoleh hasil yang lebih besar, maka risiko yang dihadapi juga lebih besar pula. Seperti pada investasi saham, fluktuasi harga saham secara tajam akan membuka peluang untuk mendapatkan pengembalian yang lebih besar, namun jika harga saham bergerak berlawanan maka kerugian yang akan diperoleh. Menurut Hirt dan Block (2012:12), risiko investasi berkaitan dengan ketidakpastian hasil dari suatu investasi. Menurut Keown et al., (2010:104), risiko merupakan variabilitas yang mungkin terjadi menyangkut aliran pemasukan yang bersangkutan. Sehingga secara umum, risiko dapat diartikan sebagai suatu bentuk ketidakpastian (uncertainty) mengenai apa yang akan terjadi jika suatu keputusan diambil dengan berdasarkan berbagai pertimbangan. Bagi perusahaan, risiko secara umum merupakan keadaan yang akan dihadapi dimana terdapat kemungkinan terjadinya kerugian.
Universitas Sumatera Utara
Dalam konteks investasi, risiko merupakan perbedaan antara actual return dengan expected return. Maka dari itu, investor dalam setiap mengambil keputusan investasi selalu mempertimbangkan variabel ini untuk diminimalisasi baik jangka pendek maupun jangka panjang. Setiap perubahan yang terjadi dalam dunia perekonomian baik mikro maupun makro mendorong investor untuk melakukan strategi agar tetap memperoleh return. 2.1.3.2 Jenis Risiko Dalam konteks analisis investasi modern, risiko menurut Jones (2004:144) yang diidentifikasikan sebagai penyebab terjadinya variasi dalam tingkat pengembalian dikategorikan menjadi dua jenis yaitu : 1.
Risiko Sistematis Risiko ini merupakan risiko dimana variabilitas dari total return suatu investasi berhubungan langsung dengan perubahan dari pasar atau
kondisi
perekonomian secara keseluruhan. Risiko ini akan memengaruhi sekuritas dan tidak dapat dihindari oleh investor meskipun dengan melakukan diversifikasi. Lebih jelasnya, risiko ini berlaku penting untuk seluruh investor. 2.
Risiko Tidak Sistematis Risiko ini merupakan risiko dimana variabilitas dari total return suatu investasi tidak berkaitan dengan variabilitas perubahan pasar secara keseluruhan. Risiko ini bersifat unik untuk suatu sekuritas dan berkaitan langsung dengan faktor-faktor seperti risiko bisnis dan risiko keuangan dan risiko likuiditas.
Universitas Sumatera Utara
Dengan membagi risiko dalam dua komponen yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diperoleh risiko total yang merupakan penjumlahan dari risiko sistematis dan risiko tidak sistematis yang dicerminkan dalam gambar berikut ini.
Gambar 2.1 Risiko Sistematis dan Risiko Tidak Sistematis
Sumber : Jones (2004:214)
Gambar 2.1 menunjukkan bahwa risiko total merupakan penjumlahan dari risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Ilustrasi yang dapat diperoleh dari gambar tersebut adalah bahwa dengan semakin banyaknya jumlah saham yang dimasukkan dalam suatu rangkaian portofolio maka risiko tidak sistematis menjadi semakin kecil. Namun tidak demikian halnya dengan risiko sistematis berapapun jumlah saham yang ditambahkan, risiko sistematis tidak berubah dan tidak dapat dieliminasi. 2.1.3.3 Tipe Investor Menurut Profil Risiko Adapun tipe investor berdasarkan profil risiko yang akan diambilnya menurut Bodie et al., (2006:219-222) adalah sebagai berikut : 1.
Investor penghindar risiko (risk averse) merupakan investor yang menuntut tingkat pengembalian yang diharapkan pada portofolio yang memiliki risiko
Universitas Sumatera Utara
bersifat
pada persentase pasti. Investor tipe penghindar risiko ini bersedia
mempertimbangkan prospek yang bebas risiko atau yang premi risikonya positif. 2.
Investor pencinta risiko (risk lover) merupakan tipe investor yang menyesuaikan ekspektasi tingkat pengembalian lebih tinggi dengan memasukkan kesenangan atau kenikmatan tersendiri dalam menghadapi prospek yang berisiko besar.
3.
Investor yang netral terhadap risiko (risk neutral) merupakan investor yang menilai
prospek
berisiko
hanya
dari
tingkat
pengembalian
yang
diharapkannya. Investor yang seperti ini akan senang bila dihadapkan dengan risiko yang tinggi namun dengan tingkat pengembalian yang tinggi juga. 2.1.4
Risiko Sistematis Risiko sistematis merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan
pasar secara keseluruhan dan perubahan tersebut memengaruhi variabilitas return dari suatu investasi (Tandelilin, 2001:50). Risiko sistematis sering disebut dengan risiko pasar dan risiko ini tidak dapat didiversifikasi melalui pembentukan portofolio. Risiko sistematis sering disebut dengan risiko pasar karena fluktuasi yang terjadi disebabkan oleh faktor-faktor yang memengaruhi seluruh perusahaan yang beroperasi. Faktor-faktor tersebut antara lain kondisi perekonomian, inflasi, tingkat bunga, dan lain-lain. Menurut Brigham dan Houston (2010:346), risiko pasar merupakan risiko yang muncul akibat faktor-faktor yang secara sistematis memengaruhi sebagian besar perusahaan seperti perang, inflasi, resesi, dan tingkat bunga yang
Universitas Sumatera Utara
tinggi. Kebanyakan saham dipengaruhi secara negatif oleh faktor-faktor yang telah disebutkan sehingga risiko ini tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi. Beberapa jenis risiko yang tidak dapat didiversifikasi menurut Tandelilin (2001:48-50) adalah sebagai berikut : 1.
Risiko Suku Bunga Perubahan suku bunga dapat memengaruhi variabilitas return dari suatu investasi dan perubahan ini akan memengaruhi harga saham secara terbalik. Artinya, jika suku bunga meningkat maka harga saham akan menurun dan sebaliknya jika suku bunga turun, maka harga saham akan meningkat.
2.
Risiko Pasar Risiko pasar merupakan fluktuasi pasar secara keseluruhan yang dapat memengaruhi variabilitas return dari suatu investasi dan disebabkan oleh berbagai faktor seperti munculnya resesi ekonomi, kerusuhan, maupun perubahan politik.
3.
Risiko Inflasi Inflasi yang meningkat cenderung akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan sehingga risiko ini disebut juga sebagai risiko daya beli. Jika inflasi meningkat, investor cenderung menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang dialaminya.
Universitas Sumatera Utara
4.
Risiko Nilai Tukar Mata Uang Risiko ini berhubungan dengan nilai tukar mata uang domestik dengan nilai tukar mata uang negara lainnya. Risiko ini disebut juga sebagai risiko mata uang (currency risk) atau risiko nilai tukar (exchange risk).
5.
Risiko Negara (Country Risk) Risiko ini berhubungan dengan kondisi perpolitikan suatu negara sehingga sering disebut sebagai risiko politik. Perusahaan yang akan beroperasi diluar negeri, sebaiknya memperhatikan dengan seksama risiko ini. Risiko sistematis dapat diukur dengan menggunakan indeks beta saham.
Hirt dan Block (2012:13) menyatakan bahwa beta digunakan untuk mengukur risiko sistematis dari suatu sekuritas yang tidak dapat didiversifikasi melalui pembentukan portofolio sehingga hal ini sangat penting bagi para investor. Menurut Jogiyanto (2003:266), beta merupakan alat ukur risiko sistematis dari suatu sekuritas atau portoflio relatif terhadap risiko pasar. Beta merupakan ukuran sensitivitas tingkat pengembalian suatu sekuritas terhadap tingkat pengembalian pasar (Tandelilin, 2001:69). Indeks beta saham ditentukan dengan cara membandingkan tingkat risiko suatu saham terhadap tingkat risiko seluruh saham, dimana tingkat risiko ini direfleksikan oleh fluktuasi harga saham yang bersangkutan dengan harga pasar rata-rata dari seluruh saham yang tercatat. Indeks beta mengukur sejauh mana harga suatu saham mengalami fluktuasi atau naik turun bersamaan dengan naik turunnya harga pasar. Indeks beta saham yang bernilai satu, fluktuasi return sekuritas bergerak mengikuti fluktuasi dari return pasar (Jogiyanto, 2003:266). Semakin tinggi nilai beta dari
Universitas Sumatera Utara
suatu sekuritas, maka semakin sensitif juga sekuritas tersebut terhadap perubahan pasar. 2.1.5
Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya suatu perusahaan
ditinjau dari total aset yang dimiliki. Perusahaan kecil cenderung menggunakan modal sendiri dan utang jangka pendek daripada utang jangka panjang karena biaya yang
lebih rendah. Sedangkan perusahaan besar cenderung memiliki
sumber pendanaan yang lebih kuat dan besar, misalnya beraktivitas di pasar modal. Menurut Sawir (dalam Evayanti, 2013), ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan mendapatkan dana dari pasar modal, menentukan
kekuatan
tawar-menawar
dalam
perjanjian
keuangan,
dan
memungkinkan adanya pengaruh skala dalam biaya dan return yang dapat membuat perusahaan yang lebih besar memperoleh laba yang lebih banyak. Menurut Elton dan Gruber (dalam Evayanti, 2013), perusahaan dengan skala yang lebih kecil cenderung kurang menguntungkan bila dibandingkan dengan perusahaan yang berskala besar. Faktor-faktor pendukung dalam jumlah terbatas membuat perusahaan kecil cenderung kurang menguntungkan dalam melakukan aktivitas produksinya. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan total aset atau besarnya harta perusahaan dengan menggunakan perhitungan logaritma natural dari total aset.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6
Profitabilitas Menurut Brealey et al., (2007:80) profitabilitas mengukur fokus pada
laba perusahaan. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan utang pada hasil operasi. Rasio profitabilitas mencerminkan hasil akhir dari seluruh kebijakan keuangan dan keputusan operasional (Brigham dan Houston, 2010:146). Dalam penelitian ini, return on assets (ROA) diambil sebagai variabel untuk mengukur rasio profitabilitas. ROA merupakan salah satu elemen dari rasio profitabilitas yang mengukur perbandingan antara laba bersih dan total aset atau bagaimana pengembalian atas total aset setelah bunga dan pajak pada suatu perusahaan (Brigham dan Houston, 2010:148). Penelitian ini menggunakan ROA sebagai ukuran dari profitabilitas karena ROA dianggap lebih baik dalam mencerminkan profitabilitas. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Meythi (2005:254) bahwa ROA merupakan ukuran yang paling baik dalam memprediksikan pertumbuhan laba. Walsh (2003:48) menyatakan bahwa ROA memberikan ukuran efisiensi operasi perusahaan secara keseluruhan. Selain itu, Walsh (2003:58) juga menyatakan bahwa sebuah perusahaan yang tidak memiliki ROA yang baik hampir tidak mungkin menghasilkan return on equity (ROE) yang memuaskan. Rasio ini mengukur seberapa baik manajemen perusahaan menggunakan semua aktiva dalam menghasilkan surplus operasi. Semakin tinggi nilai rasio ini menunjukkan semakin baik pula efektivitas dan
Universitas Sumatera Utara
efisiensi pengelolaan aset (Hanafi, 2004:42). Adapun perhitungan rasio ini menggunakan rumus sebagai berikut : 𝑅𝑂 𝐴 �
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖� 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
2.2 Penelitian Terdahulu Putri (2013) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh EPS, DER, Kebijakan Deviden, dan Resiko Sistematis Terhadap Harga Saham Perusahaan yang Terdaftar di BEI (Studi pada Perusahaan yang Masuk dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011)”. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah earning per share (EPS), debt to equity ratio (DER), dividend payout ratio (DPR), dan risiko sistematis. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham perusahaan yang masuk dalam Indeks LQ45 periode 2009-2011. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko sistematis berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham. Susanto (2012) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Solvabilitas, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Harga Saham Perusahaan Farmasi di BEI”. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to equity ratio (DER), current ratio (CR), return on assets (ROA), dan ukuran perusahaan (firm size). Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan seluruh variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial, hanya ukuran perusahaan yang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap harga saham. Widiarso (2012) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Rasio Profitabilitas, Rasio Solvabilitas, dan Resiko Sistematis Terhadap Harga Saham Industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia”. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on assets (ROA), return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), dan risiko sistematis (beta). Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ROA berpengaruh secara positif dan signifikan sedangkan ketiga variabel lainnya berpengaruh secara negatif dan signifikan. Ediningsih dan Nilmawati (2010) melakukan penelitian dengan judul “EVA dan Beberapa Variabel Fundamental Perusahaan Terhadap Harga Saham”. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah economic value added (EVA), current ratio (CR), return on investment (ROI), ukuran perusahaan (size), dan price earning ratio (PER). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah harga saham perusahaan yang masuk pemeringkat SWA100 berdasarkan nilai EVA pada tahun 2005-2006. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan seluruh variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Secara parsial, EVA dan ROI berpengaruh positif signifikan terhadap harga
Universitas Sumatera Utara
saham sedangkan PER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham. Variabel CR dan size tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Anastasia et al. (2003) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Properti di BEJ”. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah return on assets (ROA), return on equity (ROE), book value (BV), payout ratio, required rate of return (r), dan risiko sistematik (beta). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah harga saham properti di Bursa Efek Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA berpengaruh secara positif dan tidak signifikan dan risiko sistematik berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan. Matriks penelitian terdahulu disajikan dalam Tabel 2.1 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
No 1.
2.
3.
Nama Peneliti (Tahun) Paramitha Idi Putri (2013)
Achmad Syaiful Susanto (2012)
Windo Widiarso (2012)
Tabel 2.1 Matriks Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian
Teknik Analisis
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Pengaruh EPS, DER, Kebijakan Deviden, dan Resiko Sistematis Terhadap Harga Saham Perusahaan yang Terdaftar di BEI (Studi Pada Perusahaan yang Masuk dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011) Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Solvabilitas, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Harga Saham Perusahaan Farmasi di BEI
Analisis regresi linear berganda
Variabel terikat : Harga saham
Resiko sistematis berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap harga saham
Pengaruh Rasio Profitabilitas, Rasio Solvabilitas, dan Resiko Sistematis Terhadap Harga Saham Industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia
Analisis regresi linear berganda
Analisis regresi linear berganda
Variabel bebas : - Earning per share - Debt to equity ratio - Dividend Payout Ratio - Resiko Sistematis
Variabel terikat : Harga saham Variabel bebas : - Debt to equity ratio - Current ratio - Return on assets - Firm size
Variabel terikat: Harga saham Variabel bebas: - Return on assets - Return on equity - Debt to equity ratio - Risiko sistematis (beta)
- Secara simultan seluruh variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap harga saham - Secara parsial, ROA berpengaruh positif tidak signifikan terhadap harga saham - Firm Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham - ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham - Risiko sistematis berpengaruh negatif dan signfikan terhadap harga saham
Universitas Sumatera Utara
No 4.
5.
Nama Peneliti (Tahun) Sri Isworo Ediningsih dan Nilmawati (2010)
Njo Anastasia, Ya n n y Widiastuty Gunawan, dan Imelda Wijiyanti (2003)
Judul Penelitian
Teknik Analisis
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
EVA dan Beberapa Variabel Fundamental Perusahaan Terhadap Harga Saham
Analisis regresi linear berganda
Variabel terikat: Harga saham
Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Properti di BEJ
Analisis regresi linear berganda
- Secara simultan seluruh variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap harga saham - Secara parsial, ROI berpengaruh positif signifikan dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham - Secara simultan seluruh variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham - Secara parsial, ROA berpengaruh positif tidak signifikan dan risiko sistematik berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap harga saham
Variabel bebas: - Economic value added - Current ratio - Return on investment - Ukuran perusahaan - Price earning ratio (PER)
Variabel terikat : Harga saham Variabel bebas : - Return on assets - Return on equity - Book value - Payout ratio - Debt to equity ratio - Required rate of return - Risiko sistematik (beta)
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Konseptual Pada dasarnya tujuan investor berinvestasi adalah untuk mendapatkan keuntungan, keamanan, dan pertumbuhan laba atas investasi yang dilakukannya (Putri, 2013:1). Oleh karena itu, dalam melakukan investasi dalam bentuk saham investor harus melakukan analisis terhadap faktor yang dapat memengaruhi kondisi perusahaan emiten. Tujuannya adalah untuk mengetahui gambaran yang jelas atas kemampuan perusahaan untuk tumbuh dan berkembang serta mencegah terjadinya risiko kerugian yang terjadi. Dalam setiap keputusan investasi, risiko pada dasarnya akan selalu melekat didalamnya sehingga investor perlu untuk memperhatikan risiko tersebut. Risiko sistematis atau yang sering disebut sebagai risiko pasar merupakan bagian dari risiko suatu efek yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi (Brigham dan Houston, 2010:346). Risiko ini muncul akibat faktor-faktor yang secara sistematis memengaruhi sebagian besar perusahaan, seperti perang, inflasi, resesi, dan tingkat bunga yang tinggi. Sebagian besar saham dipengaruhi secara negatif oleh faktor-faktor tersebut. Ukuran perusahaan adalah rata–rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Semakin besar ukuran suatu perusahaan maka total aset perusahaan akan semakin tinggi dan dividen yang dibagikan kepada pemegang saham pun akan semakin besar. Hal ini dapat menyebabkan saham perusahaan tetap menarik bagi pemegang saham yang menyebabkan saham tersebut mampu bertahan pada harga yang tinggi. Sedangkan jika ukuran
Universitas Sumatera Utara
perusahaan kecil maka harga saham perusahaan tersebut akan semakin rendah (Solfida, 2008). Return on assets menjelaskan bahwa semakin tinggi angka rasio ini, maka hal tersebut menunjukkan semakin efektif pula perusahaan memanfaatkan aset untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan demikian semakin tinggi nilai ROA, kinerja perusahaan akan semakin efektif dan akan meningkatkan daya perusahaan terhadap investor. Tentu saja hal ini akan berdampak pada permintaan harga saham di pasar modal, sehingga melalui mekanisme pasar, harga saham akan meningkat (Susanto, 2012:11). Adapun kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada gambar berikut : Risiko Sistematis (X1)
Ukuran Perusahaan (X2)
Harga Saham (Y)
Return on Assets (X3) Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Penelitian
Sumber : Brigham dan Houston (2010:346), Solfida (2008), dan Susanto (2012:11)
Universitas Sumatera Utara
2.4 Hipotesis Menurut Kuncoro (2009:59), hipotesis merupakan suatu penjelasan sementara mengenai perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun oleh peneliti, yang kemudian akan diuji kebenarannya melalui penelitian yang dilakukan. Fungsi dari hipotesis ini adalah untuk mengarahkan penelitian agar sesuai dengan apa yang diharapkan. Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah risiko sistematis, ukuran perusahaan, dan return on assets memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012.
Universitas Sumatera Utara