BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Teori PMA 2.1.1. Pengertian PMA Investasi asing di Indonesia dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu investas i portofolio dan investasi langsung. Investasi portofolio dilakukan melalui pasar moda l dengan instrument surat berharga seperti saham dan obligasi. Sedangkan investas i langsung dikenal dengan Penanaman Modal Asing (PMA), merupakan bentuk investasi dengan jalan membangun, membeli total atau mengakuisis i perusahaan. Istilah penanaman modal sebenarnya adalah terjemahan dari bahasa Inggris yaitu, invest ment. Penanaman modal asing atau investasi seringkali diart ikan dala m pengert ian yang berbeda-beda. Perbedaan penggunaan ist ilah investasi terletak pada cakupan dari makna yang dimaksudkan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan o le h penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupu n yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri. Dari pengert ian di atas, Ismail Sunny dan Rudiono Rochmat (1968) berpendapat bahwa Penanaman Modal Asing, mengandung 3 unsur pokok yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Penanaman secara langsung 2. Penggunaan modal untuk menjalankan perusahaan 3. Resiko yang langsung ditanggung oleh pemilik modal.
Perdagangan internasio nal seperti ekspor dan impor merupakan tahap awa l dari operasi internasio nal sebuah perusahaan. Perdagangan ini lalu diikuti o leh po la operasi internasio nal yang lainnya sepert i usaha patungan, penanaman modal asing, dan sistem lisensi. Subjek dalam perdagangan internasio nal secara tegas sangar memperhitungkan peran pemerintah yang besar dalam hubungannya denga n Multinational Corporation (MNC) serta usaha lain yang berkecimpung dalam bisnis internasio nal. Dalam kamus istilah ekono mi, Multinational Corporatin (MNC) adala h sebuah perusahaan internasional atau transnasio nal yang kantor pusatnya berada disuatu negara (negara maju) dengan kantor-kantor cabang dan pabriknya tersebar d i seluruh penjuru dunia, baik itu negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang. Menurut Sumantoro (1987), bentuk badan hukum perusahaan mult inasio na l dapat dibedakan menjadi 5, yaitu: 1. Perusahaan Cabang. Merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan perusahaan mult inasio na l induknya.
Universitas Sumatera Utara
2. Perusahaan Subsidiary Merupakan anak perusahaan yang berbadan hukum sendiri. Saha m perusahaan ini sepenuhnya dimiliki o leh perusahaan induknya. 3. Perusahaan Patungan Merupakan perusahaan yang sahamnya dimiliki o leh dua atau lebih perusahaan sebagai partner 4. Perusahaan Go Public Merupakan perusahaan yang berkedudukan lokal dan sebagian sahamnya dipegang o leh masyarakat. 5. Perusahaan dengan bentuk lain Pembentukannya dapat didasarkan pada ketentuan perundangan yang ada, seperti di bidang perbankan, pertambangan minyak dan gas bumi, perdagangan ataupun jasa lainnya.
2.1.2. Teori PMA Ada beberapa teori yang dikemukakan o leh beberapa ahli untuk menganalis is faktor-faktor yang mempengaruhi Penanaman Modal Asing (PMA), yaitu: Alan M.Rugman (1981), menyatakan bahwa Penanaman Modal Asing (PMA) atau Foreign Direct Invest ment (FDI) dipengaruhi o leh variabel lingkungan da n variabel internalisasi. Dalam kepustakaan mengenai teori Perusahaan Mult inasio nal, variabe l lingkungan sering kali disebut sebagai keunggulan spesifik Negara (KSN) atau faktor
Universitas Sumatera Utara
spesifik – lokasi. KSN adalah variabel yang mempengaruhi bangsa secara keseluruhan. Ada t iga jenis variabel lingkungan yang menjadi perhat ian, yaitu ekono mi, non ekono mi, dan pemerintah. Variabel ekono mi menyusun suatu fungsi produksi keseluruhan suatu bangsa, yang didefinisikan meliput i semua masukan faktor yang terdapat di dala m masyarakat. Biasanya dibuat model sebagai tenaga kerja (labor), dan modal (Capital). Dalam model yang lebih maju dapat dimasukkan faktor lain dalam analis is; hal in i mencakup tekno logi, tersedianya sumber daya alam, dan ketrampilan manajemen. Disamping variabel ekono mi, faktor spesifik negara juga meliput i seluruh set variabel po lit ik, budaya, dan sosial pada set iap bangsa. Variabel ekonomi untuk operasi perusahaan mult inasio nal berbeda dari negara ke negara. Hal ini mengandung arti bahwa sebuah MNC menghadapi kelo mpok yang berlainan dari kondis i lingkungan, resiko, dan kesempatan diset iap tempatnya beroperasi. Dalam kenyataanya, set iap negara sesungguhnya mempunyai set faktor spesifik negara (lokasi) yang khas; t idak ada dua set faktor ekonomi dan non ekonomi nasio nal yang ident ik. Perbedaan dalam berat atau nilai yang terkait pada setiap variabel berlaku untuk menghasilkan set karakterist ik yang khas untuk masingmasing negara. MNC perlu mengetahui perbedaan yang semacam itu diantara berbagai bangsa. Sampai batas tertentu, sebuah perusahaan yang terlibat dalam bisnis internasio nal akan dapat mengadakan generalisasi antar budaya, sistem po lit ik, kelo mpok agama, dan nila i social untuk meminimumkan biaya tambahan dar i
Universitas Sumatera Utara
penanaman modal asing pada produksi dinegara sendiri. Tetapi perusahaan itu tidak bo leh melupakan sifat khusus dari set iap faktor spesifik negara bangsa. Setiap negara mempunyai kekhususan merk po litisnya sendiri. Para po lit is i mencerminkan faktor spesifik lokasi bangsa dan bahkan menambahnya dengan suatu cara khusus. Selalu terdapat keragaman dalam campur tangan pemerintah denga n bisnis internasio nal. Sebenarnya mungkin terdapat beberapa t ingkat pemerintah yang tersangkut dalam aspek dari bisnis internasio nal. Faktor lain yang mempenagruhi penanaman modal asing adalah variabe l internalisasi atau Keunggulan Spesifik Perusahaan (KSP). Variabel internalisasi in i merupakan keunggulan internal yang dimiliki perusahaan mult inasio nal. Setiap perusahaan mult inasioanal mempunyai KSP-nya yang khas, yang memberi suatu keunggulan kompet it if relat if terhadap perusahaan lain. Supaya past i, mungkin terdapat sedikit perbedaan dalam KSP diantara anggota oligopoli atau berbagai perusahaan mult inasio nal dalam kondis i yang hampir ko mpetit if. Namun setiap perusahaan mult inasioanal, pada hakekatnya adalah suatu monopilis sepanjang perusahaan mult inasio nal itu mempunyai nama perusahanya sendiri dan metodenya sendiri yang khas untuk mengorganisasi pasar internalnya. Setiap MNC berupaya untuk membedakan produknya dari produk perusahaan rival. Setiap perusahaan mult inasional menjaga KSP-nya dengan mempertahanka n kepemilikan sampai resiko penyebaran telah diimbangi dengan pembayaran untuk perlisensian atau jenis lain kesepakatan kontraktual.
Universitas Sumatera Utara
Keunggulan spesifik perusahaan t imbul bila perusahaan mult inasioanal telah mengembangkan kecakapan khusus atau suatu ketrampilan int i yang t idak terdapat di tempat lain dan t idak dapat diperbanyak o leh mereka kecuali dalam jangka panjang dan dengan biaya t inggi. Dalam banyak kasus, KSP semacam itu dihasilkan o leh pembelanjaan lit bang yang diteruskan ke produksi dari satu produk baru, pengembangan suatu proses produksi baru, atau suatu cara yang lebih efisien atau efekt if dalam organisasi proses produksi. Dalam kasus lain, inovasi dan adaptas i berbagai teknik pada keadaan khusus perusahaan mult inasioanal dapat menghasilka n lini produk yang terdifrensiasi, yang menghasilkan suatu KSP dalam pemasaran atau distribusi. Ketrampilam int i perusahaan mult inasioanal dapat berupa unsur tertentu dari struktur manajemennya, teknik pemasaran, atau rencana strategis keseluruhan yang mengarah kesuatu KSP. KSP ini dibuat model sebagai endogen terhadap perusahaa n mult inasio nal, karena pasar internal mereka memungkinkan perusahaan mult inasioanl itu untuk mengendalikannya. Suatu sasaran dari manajemen pasar internal perusahaan mult inasio ana l adalah mendapatkan hak kepemilikan atas KSP sehingga t idak tersebar ke perusahaa n lain. Sebuah perusahaan mungkin dapat memanfaatkan KSP-nya untuk bersaing pada beberapa negeri. Pemilikan atas ketrampilan int i dalam pasar internalnya dengan sendirinya merupakan suatu aset pada perusahaan mult inasinal. Mereka melindung i aset ini dengan memproduksi di luar negeri barang yang serupa dengan yang dipasar dalam negeri, dan menggunakan cabang luar negerinya untuk memantau, mengukur,
Universitas Sumatera Utara
dan menagatur penggunaan KSP diluar negeri. Pasar internal perusahaan mult inasioanl memungkinkannya untuk memaksimumkan penghasilan seluruh dunianya tanpa kehilangan aset yang sangat berharga ini. Vernon (1966) menjelaskan Penanaman Modal Asing dengan model yang disebut Model Siklus Produk. Dalam model ini int roduksi dan pengembangan produk baru di pasar mengikut i tiga tahap. Pendorong untuk mengembangkan produk baru diberikan oleh kebutuhan dan peluang pasar. Pasar dalam negeri adalah yang paling dikenali kebutuhan dan peluangnya sehingga terdekat untuk ditangani perusahaan. Produk baru merupakan hasil dari kegiatan penelit ian dan pengembangan o le h perusahaan yang bersangkutan. Dalam tahap satu, pada waktu produk pertamakali dikembangkan da n dipasarkan, diperlukan suatu hubungan yang erat antara kelo mpok desain, produksi, dan pemasaran dari perusahaan dan pasar yang akan dilayani o leh produk itu. Untuk ini perlu bahwa produksi dan penjualan dilakukan didalam negeri, sebagaimana ditunjukkan pada bagian atas gambar 2.1 Dalam tahap dua, pada waktu pasar dinegara lain mengembangkan karakterist ik yang serupa dengan yang dipasar dalam negeri, produk tersebut diekspor keluar negeri. Perusahaan mult inasioanl akan lebih unggul dari perusahaan loka l diluar negeri karena perusahaan mult inasio nal itu telah mengadakan da n mendapatkan kembali biaya pengembangan produk. Bila perusahaan lokal dinegara tuan rumah telah mulai memproduksi produk yang bersaing, biaya produksi bag i semua perusahaan akan menjadi lebih pent ing. Pada saat itu perusahaan mult inasio na l
Universitas Sumatera Utara
akan membangun produksi lokal dinegara tuan rumah bila hal ini menghasilkan biaya yang lebih rendah. Dalam tahap t iga, produk telah terbuat dengan baik dengan desain yang distandarisasi, dan bagian pasar MNC menurun relat if terhadap perusahaan negara tuan rumah. Dalam hal ini negara tuan rumah mempunyai keunggulan biaya yang kuat, MNC akan menghent ikan produksi didalam negeri dan mulai mengimpor produk dari negara tuan rumah ke dalam negeri. Semula model Vernon dikembangkan untuk menerangkan pertumbuhan yang cepat dan penyebaran diseluruh dunia dari perusahaan mult inasio nal yang berpusat di Amerika Serikat dalam dua dasawarsa yang pertama sesudah perang dunia II. Ia memodifikasi model itu secara cukup berarti dalam Vernon (1971 dan 1977), dimana perusahaan mult inasio nal dalam tahap satu sekarang diident ifikasi sebagai suatu oligopoli yang muncul, dalam tahap dua sebagai oligopoli yang dewasa, dan dala m tahap tiga sebagai sebagai suatu oligopoli yang menua. Tahap ini digambarkan dala m deretan terakhir dari gambar 2.1
Universitas Sumatera Utara
Model Siklus Produk (Vermon, 1966)
Produk Baru
Produk yang
Produk
Menjadi Dewasa
Distandarisasi Waktu
Memproduksi di
Memproduksi di Luar Negeri
Dalam Negeri
a. Oleh Cabang
b. Dengan Perlisensian
(FDI)
Ekspor
Tahap 1
Impor
Tahap 2
Tahap 3
Waktu
Model Baru (Vernon, 1977)
Berdasarkan
Oligopoli
Oligopoli
Inovasi
Dewasa
Menua
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Waktu
Gambar 2.1 Siklus Produk.
Dalam tahap 1 dari model siklus produk model Vernon produk baru diproduksi dan dikonsums i pada negara sendiri. Ekspor terjadi.
Universitas Sumatera Utara
Dalam tahap 2 produk yang dewasa dapat diproduksi di luar negeri, barangkali d i cabang Perusahaan Mult i Nasioanal. Sebagian barang dapat diimpor oleh negara sendiri. Dalam tahap 3 produk yang sekarang distandarisasi semuanya diproduksi di luar negeri, meskipun dengan perlisensian. Negara sendiri mengimpor semua barang yang diperlukannya. Dalam model Vernon kemudian tahapnya adalah sama. (Raymo nd Vernon,1966) Jhon Dunning (1977) dalam menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi Penanaman Modal Asing melalui teori ancangan eklekt is. Teori eklekt is menetapkan suatu set yang terdiri dari tiga persyaratan yang diperlukan bila sebuah perusahaan akan berkecimpung dalam Penanaman Modal Asing.
1. Keunggulan Spesifik Perusahaan Perusahaan harus memiliki keunggulan kepemilikan neto bila berhadapa n dengan perusahaan berkebangsaan lain dalam melayani pasar tertentu (terutama pasar luar negeri). Keunggulan spesifik perusahaan ( pemilikan) ini sebagian besar mengambil bentuk dalam kepemilikan aset tanpa wujud, yang paling sedikit untuk suatu periode waktu, adalah eksklusif atau spesifik untuk perusahaan yang memilikinya. 2. Keunggulan Internalisasi Dengan mengasums ikan bahwa kondisi dalam paragraf di atas dipenuhi, adalah lebih menguntungkan bagi perusahaan yang memiliki keunggulan ini untuk
Universitas Sumatera Utara
menggunakannya sendiri dan bukannya menjual atau menyewakannya pada perusahaan luar negeri. Jadi bagi perusahaan untuk menjadi sebuah MNC harus mempunyai perangsang untuk menginternalisasi KSP-nya, misalnya, untuk menjamin hak kepemilikan atas KSP dalam pengetahuannya. Ini dilakukan melalui suatu perluasan dari kegiatan sendiri dan bukannya dengan menginternalisasikan melalu i kontrak dengan harga yang terjangkau (yang mungkin ada) dengan perusahaan bebas. Alternatf atas internalisasi, seperti perlisensian, kontrak manajemen, franchise, persetujuan jasa teknik, proyek turn key, dan sub kontrak bukan merupakan metode yang tepat untuk KSP. 3. Keunggulan Spesifik Negara Misalkan syarat yang disebutkan di kedua paragraf terdahulu dipenuhi, akanlah menguntungkan bagi perusahaan yang bertempat diluar negeri untuk memanfaatkan keunggulan ini dalam hubungan dengan paling sedikit beberapa masukan faktor (termasuk sumber daya alami) di luar negerinya sendiri. Bila t idak pasar luar negeri akan dilayani sama sekali dengan ekspor dan dalam negeri denga n produksi do mest ic. Karena itu keunggulan spesifik adalah unsur yang pent ing dala m memilih cara pelayanan pasar luar negeri. Menurut David K.Eiteman (1989), motif yang mendasari Penanaman Moda l Asing ada 3, yaitu: motif strategis, motif perilaku, dan motif ekono mi. Dalam motif strategis dibedakan dalam: a. Mencari pasar b. Mencari bahan baku
Universitas Sumatera Utara
c. Mencari efisiensi produksi d. Mencari pengetahuan e. Mencari keamanan polit ik Sedangkan mot if perilaku merupakan rangsangan lingkungan eksternal dan yang lain dari organisasi didasarkan pada kebutuhan dan ko mit men individu atau kelempok. Motif ekono mi merupakan motif untuk mencari keuntungan dengan cara memaksimalkan keuntungan jangka panjang dan harga pasar saham perusahaan. Teori PMA yang lain, dijelaskan oleh Robock & Simmo nds (1989), melalu i pendekatan glo bal, pendekatan pasar yang t idak sempurna, pendekatan internalisasi, model siklus produk, produksi internasio nal, model imperalisasi Marxis. 1. Pendekatan Global Sebagai bagian dari pertumbuhan perusahaan, lingkup usaha secara geografis juga akan berubah. Perubahan ini sebagai hasil dari rangsangan lingkungan. Menurut pendekatan glo bal, kekuatan intern yang mempengaruhi PMA yaitu pengembanga n teknologi/produk
baru,
ketergantungan
pada
sumber-sumber
bahan
baku,
memanfaatkan mesin-mesin yang telah usang, mencari pasar yang lebih besar. Sedangkan kekuatan eksternal yang mempengaruhi PMA yaitu pelanggan, pemerintah, ekspansi keluar negeri dari pesaing dan pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE).
Universitas Sumatera Utara
2. Model Siklus Produk Model ini menerangkan bahwa Penanaman Modal Asing melalui 3 tahap, yaitu tahap produk baru, tahap produk matang, dan tahap produk yang distandardisasi. Pada tahap produk baru, produk dihasilkan didalam negeri sedangkan untuk pasar luar negeri dila yani dengan ekspor. Pada tahap produk matang, harga produk menjadi pent ing. Pasar luar neger i telah dila yani o leh produksi lokal. Pada tahap ketiga, persaingan menjadi lebih pent ing, dan produksi diarahka n pada lokasi/tempat yang biayanya rendah (kecil) dalam lingkup negara
yang
berpenghasilan rendah. Disini barang diekspor kembali kenegara asal perusahaa n mult inasio nal atau kepasar lain. Untuk industri yang padat karya, diarahkan pada negara yang upah buruhnya paling murah.
2.2 Pengertian dan Teori Suku Bunga 2.2.1 Pengertian Suku Bunga. Bunga adalah imbal jasa atas pinjaman uang. Imbal jasa ini merupakan suatu kompensasi kepada pemberi pinjaman atas manfaat kedepan dari uang pinjama n tersebut apabila diinvestasikan. Jumlah pinjaman tersebut disebut "pokok utang". Persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa (bunga) dalam suatu periode tertentu disebut "suku bunga".
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Teori Suku Bunga Konsep t ingkat bunga riil sangat pent ing dalam mengevaluasi implikas i kebijakan keuangan. Tingkat bunga no minal atas pinjaman adalah t ingkat yang disetujui peminjam dan pemberi pinjaman saat kontrak. Misalnya t ingkat bunga no minal atas deposito adalah merupakan tingkat bunga yang disetujui penerima deposito dan depositor saat kontrak. Tingkat bunga no minal mempunyai peran pent ing dalam pembangunan keuangan karena tingkat no minal menentukan t ingginya tingkat bunga riil. Tingkat bunga riil adalah tingkat bunga no minal yang disesuaikan dengan laju inflasi (tepatnya laju inflasi yang diharapkan o leh masyarakat). Jika t idak ada penetapan pagu tingkat bunga no minal o leh pemerintah, tingkat bunga no minal akan cenderung menyesuaikan diri dengan gerak inflasi. Tetapi dengan adanya pagu t ingkat bunga no minal, t ingkat bunga no minal bisa lebih kecil dari inflasi, sehingga terciptalah tingkat bunga riil yang negat if yang sekali lagi akan mengurangi jumlah deposito dalam perekono mian. Penurunan t ingkat bunga akan mendorong kenaikan investasi (dan dengan demikian juga pengeluaran total). Akibat selanjutnya pendapatan naik. Jumlah barang-barang modal yang diminta bergantung pada tingkat bunga yang mengukur biaya dari dana yang digunakan untuk membia yai investasi. Agar pro yek investasi menguntungkan hasilnya (penerimaan dari kenaikan produksi barang dan jasa masa depan) harus melebihi bia yanya (pembayaran untuk dana pinjaman). Jika suku bunga meningkat, lebih sedikit pro yek investasi yang
Universitas Sumatera Utara
menguntungkan, dan jumlah barang-barang investasi yang diminta akan turun. Fungsi investasi mengaitkan jumlah investasi atau pada tingkat bunga riil investasi bergantung pada t ingkat bunga riil karena tingkat bunga adalah biaya pinjaman. Fungsi investasi miring ke bawah: ket ika t ingkat bunga naik, semakin sedikit pro yek investasi yang menguntungkan.
Tingkat Bunga Rill (r)
Fungsi Investasi (r)
Investasi Gambar 2.2 Fungsi Investasi
Menurut teori klasik tabungan adalah fungsi dari tingkat bunga, makin t ingg i tingkat bunga makin t inggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya, pada t ingkat bunga yang lebih t inggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengorbankan/ mengurangi pengeluaran untuk konsums i guna menambah tabungan. Investasi juga merupakan fungsi dari t ingkat bunga. Makin t inggi t ingkat bunga, keinginan untuk melakukan investasi makin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang
Universitas Sumatera Utara
diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dia bayar untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos untuk penggunaan dana (cost of capital). Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil. Bunga adalah “harga” dari penggunan loanable funds (dana investasi), karena menurut kaum klasik bunga adalah “harga” yang terjadi di “pasar” dana investasi. Dalam teori klasik, produktivitas dana investasi menganut hukum yang berlaku umum bagi proses produksi, yaitu the Law of Diminishing Returns. Menurut hukum ini produktivitas marginal atau marginal product dari suatu input (dalam hal ini dana atau kapital) akan semakin menurun, apabila input-input lain tetap. Menurut teori klasik kurva permintaan akan dana investasi mempunyai lereng (slope) yang negat if.
Tingkat Bunga S
r
I 0
F
Dana Investasi
Gambar 2.3 Tingkat Bunga Keseimbangan di pasar dana Investasi
Universitas Sumatera Utara
Penawaran akan dana investasi (S) bertemu dengan permintaan akan dana investasi (I) di pasar dana investasi (loanable funds) dan dis itu tercipta tingkat bunga keseimbangan (di mana S = I). Faktor penentu utama dari bentuk kurva S adalah adalah rate of time preference para penabung, dan faktor penentu utama dari kurva I adalah marginal product dari kapital. Tingkat bunga berubah apabila kedua faktor penentu utama berubah, yang satu karena perubahan penilaian subyekt if para pelaku ekonomi, yang lain karena perubahan teknologi. Menurut klasik investor akan membayar bunga untuk dana yang ia pakai karena dana tersebut digunakan untuk kegiatan yang nant inya diharapkan bisa menghasilkan penerimaan yang lebih besar daripada jumlah yang diinvestasikan. Kelebihan penerimaan di atas pengeluaran (keuntungan) inilah yang merupakan daya tarik bagi investor untuk melakukan investasi dan sekaligus sebagai sumber untuk membayar bunga. Dengan kata lain, bunga dibayar karena dana tersebut produktif.
2.3 Pengertian dan Teori Cadangan Devisa 2.3.1 Pengertian Cadangan Devisa Cadangan devisa adalah simpanan mata uang asing o leh bank sentral atau otoritas moneter. Simpanan ini merupakan asset bank sentral yang tersimpan dala m beberapa mata uang cadangan (reserve currency) sepert i do lar, euro, atau yen, dan digunakan untuk menjamin kewajibannya, yaitu mata uang lokal yang diterbitkan.
Universitas Sumatera Utara
Cadangan devisa merupakan posisi aktiva luar negeri pemerintah dan bankbank devisa, yang harus dipelihara untuk keperluan transaksi internasio nal. Dala m mengelo la cadangan devisa, Bank Indonesia lebih mengutamakan tercapainya tujua n likuiditas dan keamanan daripada keuntungan yang t inggi. Namun demikian, Bank Indonesia selaku otoritas moneter Indonesia tetap mempert imbangkan perkembangan yang terjadi di pasar internasio nal, sehingga tidak tertutup kemungkinan terjadinya pergesaran dalam portofo lio komposisi jenis penenempatan cadangan devisa. Cadangan devisa sangat dipengaruhi o leh neraca transaksi berjalan, yaitu perkembangan ekspor dan impor. Ekspor yang lebih besar dari impor akan megakibatkan surplus pada neraca transaksi berjalan yang tentunya akan menambah cadangan devisa. Defis it pada neraca transaksi berjalan akan menekan cadangan devisa dan hal ini dipandang sebagai signal ket idakseimbangan makroekonomi yang memerlukan tindakan penyesuaian nilai tukar atau kebijakan makro ekonomi yang lebih ketat.
2.3.2 Teori Cadangan Devisa Julaihah dan Insukrindo (2004) berpendapat bahwa neraca pembayara n Indonesia (NPI) dan perubahan nilai tukar akan sangat berpengaruh pada posis i perdagangan internasio nal Indonesia dan posisi cadangan devisa Indonesia. Menurut Mahmudi (1998), salah satu faktor yang mempengaruhi cadangan devisa adalah nila i tukar. Melemahnya nilai tukar mata uang negara-negara Asia disertai denga n menurunnya cadangan devisa.
Universitas Sumatera Utara
Joseph, Dewandru dan Ari (2000), menyatakan bahwa pada sistem nilai tukar tetap, mata uang do mest ik terdepresiasi dengan laju yang tetap, sehingga perubaha n cadangan devisa merupakan mekanis me penyesuai untuk menjaga nilai tukar tetap. Pada sistem nilai tukar mengambang, tidak ada perubahan stok cadanga devisa karena bank sentaral tidak melakukan intervensi sama sekali. Setiana (1998) menyatakan posisi cadangan devisa adalah posisi cadangan devisa yang dikelo la olah Bank Indonesia, yang digambarkan dalam dengan: Cdvt = (Cdvt-1 + TBt + TMt) Dimana Cdvt merupakan cadangan devisa saat ini yang dipengaruhi o leh, cadanga n devisa sebelumnya (Cdvt-1), transaksi berjalan (TBt), dan transaksi modal (TMt). Menurut Santoso dan Iskandar (1999), kebijakan mo neter yang ekspansif berpengaruh terhadap cadangan devisa yang dapat dibedakan pada dua situasi: 1. Sistem Perfect Capital Mobilit y Dalam situasi demikian, kebijakan moneter yang ekspansif akan menurunka n suku bunga dan mendorong investasi sehingga pendapatan riil masyarakat meningkat. Meningkatnya pendapatan akan mendorong impor sehingga menghasilkan defisit keseluruhan keseimbangan neraca pembayaran atau deficit overal Balance of Payment (BOP). Selain itu, dengan asumsi perfect capital mobility, menurunnya suku bunga akan mendorong aliran modal ke luar sehingga menambah defisit overall BOP. Keseimbangan jangka panjang memerlukan zero balance of overall Balance Of Payment. Oleh karena itu nilai tukar harus dipertahankan konstan, maka defisit
Universitas Sumatera Utara
overall BOP tersebut harus dibiayai dengan cadangan devisa sehingga jumlah uang beredar menurun. Menurunnya jumlah uang beredar akan mendorong suku bunga kembali bergerak pada posisi semula yang lebih tinggi dan mengakibatkan kontraksi kegiatan ekono mi. Dalam situasi demikian, kebijakan mo neter kemungkinan masih efekt if apabila elast isitas suku bunga terhadap investasi lebih besar daripada elast isitas suku bunga terhadap aliran modal int ernasio nal. Kebijakan fiskal dala m sistem nilai tukar tetap dan dalam perfect capital mobility justru efektif karena ekspansifnya pengeluaran Pemerintah akan meningkatkan suku bunga dan investas i sehingga pendapatan riil masyarakat bertambah. Naiknya suku bunga aka n mendorong aliran modal masuk dan overall BOP menjadi surplus sehingga cadanga n devisa meningkat dan jumlah uang beredar bertambah. Kebijakan fiskal semakin kurang efektif jika elast isitas aliran modal internasional semakin kecil terhadap suku bunga dalam negeri. 2. Situasi Perfect Capital Immo bilit y Dalam situasi demikian, kebijakan moneter tidak efekt if karena t idak dapat meningkatkan pendapatan riil masyarakat. Kebijakan mo neter yang ekspansif akan menurunkan suku bunga, mendorong investasi, dan menaikkan pendapatan riil masyarakat. Namun karena suku bunga t idak elastis sempurna terhadap aliran modal, maka penurunan suku bunga tersebut tidak mengakibatkan aliran modal keluar. Namun meningkatnya pendapatan tersebut dapat mendorong masyarakat untuk membeli barang-barang impor sehingga overall Balance Of Payment (keseluruha n
Universitas Sumatera Utara
keseimbangan neraca pembayaran) mengalami defisit. Sampai seberapa jau h kenaikan pendapatan tersebut akan menyebabkan keseluruhan keseimbangan neraca pembayaran defisit tergantung pada marginal propensity to import (MPI). Semak in besar rasio MPI, semakin besar pula defis it BOP yang akan terjadi. Oleh karena sistem nila i tukar harus dipertahankan, maka defisit keseluruhan keseimbanga n neraca pembayaran tersebut harus dibia yai dengan cadangan devisa. Akibatnya, cadangan devisa menurun dan jumlah uang beredar juga menurun yang pada gilirannya mengakibatkan kontraksi pada kegiatan ekonomi. Menurunnya jumla h uang beredar akan mengembalikan suku bunga pada posisi semula sehingga kebijakan mo neter kemungkinan masih efekt if apabila elastisitas suku bunga terhadap investasi lebih besar daripada rasio marginal propensit y to import (MPI).
Universitas Sumatera Utara