sekurang-kurangnya dirangkaikan dengan buah pikiran penulis menjadi suatu bangunan uraian teoritis. Biasanya sumber literatur yang dikutip atau disitir dicantumkan pada daftar pustaka/daftar referensi setiap karya ilmiah atau dalam suatu terbitan. Sitiran digunakan penulis sebagai sandaran ilmiah untuk mengurangi subyektivitas sehingga tingkat obyektivitasnya tinggi dan meningkatkan kualitas karya ilmiahnya. Istilah sitiran atau sitasi berasal dari bahasa Inggris yaitu citation. Sitiran dapat ditemukan dalam teks, catatan kaki, catatan akhir, bibliografi atau daftar referensi. Dalam menghasilkan karya ilmiah baik kertas karya, skripsi, tesis maupun disertasi tidak terlepas dari kegiatan menyitir, kegiatan tersebut diakukan menyitir biasanya mendukung dalam kegiatan penelitian. Rowley (1989 : 330) menyatakan bahwa, “the document cited may support and provide precedent for, illustrate or elaborate on what the author has to say”. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa dokumen yang disitir harus mendukung dan menyediakan suatu yang dapat dijadikan teladan, untuk mengambarkan atau merinci kepada
yang harus diungkapkan oleh pengarang. Pendapat yang
dikemukakan oleh Rowley memberikan suatu makna bahwa ada dokumen yang berperan sebagai pendukung untuk membantu terwujudnya suatu karya. Oleh karena itu harus didukung oleh kesesuaian subjek, isi dari sebuah karya ilmiah yang dikerjakan oleh peneliti. Karena akan di jadikan sebagi teladan untuk referensi selanjutnya. Menurut
Sulistio
Basuki
yang
dikutip
oleh
Hasugian
(2005:
3)
mendefenisikan sitiran sebagai “karya yang dirujuk atau digunakan sebagai bibliografi pada sebuah artikel atau buku”.sedangkan menurut Harrod’s library glossay and reference book (1990: 77) sitiran berarti: “Suatu rujukan pada suatu teks atau bagian dari suatu teks yang menunjuk pada suatu dokumen dimana teks itu dimuat”. Sitiran menurut Shopia (2002: 1) Menurut asal-usul atau sumber kutipan, mengutip
pernyataan,
atau
menyalin/mengulang
pernyataan
seseorang
dan
mencantumkannya didalam suatu karya tulis dibuat, namun tetap mengindikasikan bahwa kutipan tersebut adalah pernyataan orang lain.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat diartikan bahwa sitiran adalah sejumlah dokumen yang dirujuk atau dikutip dalam suatu karya, dimana informasi tersebut saling berhubungan dan sumber informasi dari dokumen tersebut dimuat dalam catatan kaki maupun daftar pustaka/bibliografi dari karya tersebut.
2.1.2. Alasan Menyitir Dengan mengaalisis data rujukan, peneliti dapat mengukur dampak suatu artikel ,penulis, majalah, dan penerbit karena tingginya frekweensi sebuah artikel yang di sitir akan berdampak besar bagi hasil temuan yang berdampak bagi ilmu pengetahuan.
Dengan analisa data yang di sitir akan membantu penulis dalam
mengetahui jenis dan sumber yang digunakan, yang sudah pernah diteliti sehingga memudahkan pemilihan topik yang teliti. Mengacu pada pendapat Sophia (2002: 5) mendefinisikan arti sitasi atau sitiran adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
action of citing any word of written passage, quotation. a reference to a passage in a book to cite (a book, author,ect) for a particular statement or passage. to copy of repeat (a passage,statement,ect) from book, document speech,ect. With indication that one I giving a words of another.
Dari pernyataan Shophia di atas bahwa sitasi adalah asal- usul atau sumber kutipan,
mengutip,
mencantumkannya
menyalin didalam
atau
suatu
mengulang karya
tulis
pernyataan yang
seseorang
dan
namun
tetap
dibuat,
mengindikasikan bahwa kutipan tersebut adalah pernyataan orang lain. Untuk selanjutnya Andiani (2002: 32) menyatakan alasan mengapa pengarang menyitir karya sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Sebagai bahan latar belakang Memberitahu pembaca tentang penelitian yang pernah dilakukan. Memperkuat atau mendukung sebuah temuan. Menerangkan konsep dan ide. Mengidentifikasi metode dan peralatan. Menerangkan suatu defenisi teori atau istilah. Menunjukkan adanya karya orang lain yang bertentangan Menunjukkan data dari penelitian sebelumnya Sebagai bahan perbandingan.
Universitas Sumatera Utara
10. Membantu menemukan kebali informasi yang dipakai dan menunjukkan karya yang pernah dipublikasikan. Alasan-alasan di atas menunjukkan bahwa setiap bahan pustaka yang tetulis di catatan kaki maupun daftar pustaka yang benar-benar memberikan kontribusi terhadap bahan tesebut. Dalam arti bahan pustaka tersebut bukan berfungsi sebagai pajangan semata. Selain dari beberapa sumber di atas kegiatan menulis sumber kutipan merupakan kode etik yang tertuang langsung dalam UU Hak Cipta. Tanpa menyebut sumber kutipan, dapat dikategorikan sebagai plagiatisme, penjiplakan kaya oang lain. Tidakkah ini jelas melanggar Undang-undang Hak Cipta, tentang ciptaan yang lindungi, Dalam Undang-undang Hak Cipta ini cipta yang dilindungi adalah bidang ilmu pengetahuan,seni, dan sastra yang mencakup : a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l.
Buku, program komputer, pamplet, perwajahan (lay out) karya tulis yang di terbitkan dan semua hasil karya tulis dan lainnya. Ceramah, kuliah, pdato dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan Lagu atau musik dengan atau tanpa teks Drama atau drama musical, tari atau koreografi, perwayangan dan pantomime Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, kaligrafi, pahat, patung kolase dan seni terapan. Arsitektur Peta Seni batik Fotogafi Sinematografi Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari hasil pengalih wujudan
2.2 Jenis Dokumen Sebagai Sumber Sitiran Seperti disebutkan pada teks sebelumya bahwa ruang lingkup kajian analisis sitiran mencakup tiga jenis kajian dokumen yaitu: dokumen primer, dokumen skunder dan dokumen tersier. Pada pembahasan ini akan dibahas mengenai dokumen yang mencakup ke tiga jenis kajian dokumen terebut.
Universitas Sumatera Utara
a. Jurnal atau majalah ilmiah Sebagai karya ilmiah yang menganalisis tesis mahasiswa program pasca sarjana, maka dalam melakukan kegiatan penelitian mahasiswa pasca sarjana diwajibkan menggunakan jurnal sebagai bahan penelitian, alasannya dikemukakan oleh Sulistio Basuki (2002:4). 1. Jurnal atau majalah ilmiah merupakan media yang paling penting dalam komunikasi ilmiah 2. Jurnal atau majalah ilmiah merupakan pengetahuan publik 3. Jurnal atau majalah ilmiah merupakan arsip umum yang dapat dibawa oleh siapa saja dan kapan saja. Dalam kamus istilah perpustakaan bahwa istilah jurnal berasal dari bahasa Francis. Jurnal yang berarti catatan harian. Dalam perkembangannya jurrnal diartikan sebagai terbitan berkala yang pada umumnya berupa laporan penelitian terbaru serta tulisan-tulisan ilmiah yang lain. Sedangkan menurut Lembaga Ilmu Pengetahuaan Indonesia (2007: 37) menuliskan jurnal sebagai majalah yang
memuat inforasi
dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Prawita Sari dalam Zulikha (2005: 23) jurnal bermanfaat untuk mengetahui perkembangan terkini suatu ilmu pengetahuan, yaitu degan menyimak hasil-hasil penelitian empiris yang diterbitkan dalam publikasi tersebut. Ada beberapa ciri yang dapat menunjukkan kualitas suatu jurnal yaitu: 1. tulisan dan artikel yang di muat harus memenuhi standart (hasil penelitian terbaru, realibilitas, metode control yang kuat dan penggunaan data statistik) 2. memiliki editor yang Qualified 3. publikasinya cepat 4. dilengkapi dengan abstrak dan index 5. para ilmuan memiliki kepercayaan tinggi terhadap artikel-artikel yang diterbitkan dalam jurnal. 6. memiliki frekuensi yang tinggi dalam merujuk jurnal yang lain. 7. ada abstrak dan ringkasan dalam bahasa inggris. 8. ada identitas pengarang. 9. disertai informasi biliografi yang lengkap. b. Karya Ilmiah
Universitas Sumatera Utara
Karya ilmiah atau tulisan ilmiah merupakan salah satu dokumen yang dapat disitir. Karya ilmiah didefenisikan sebagai karya seorang ilmuan yang merupakan hasil pengembangan yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan ilmu yang diperolehnya, melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian dan pengetahuan orang lain yang sebelumnya. Tujuan dari karya ilmiah adalah: agar gagasan karya ilmiah itu dapat dipelajari, lalu di dukung atau ditolak oleh pembaca. Menurut Arifin dalam Dewiloka (2005: 5), di tuliskan bahwa karya ilmiah di perguruan tinggi dapat di bedakan menjadi: 1. Makalah Karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris objektif. 2. Kertas kerja Adalah juga karya ilmiah yang menunjukkan sesuatu berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris objektif. Analisis dalam kertas kerja yang lebih mendalam dari pada analisis dalam makalah. 3. Skripsi adalah kertas tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Skripsi biasanya ditulis untuk melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana (S1) dan penyusunan di bombing oleh dosen atau tim yang ditunjuk oleh Lembaga Pendidikan Tinggi. 4. Tesis Adalah karya tulis ilmiah yang bersifat lebih mendalam di bandingkan dengan skripsi. Tesis mengungkapkan pengetahuan baru yang di peroleh dari penelitian sendiri. Tesis ditulis oleh mahasiswa program pasca sarjana untuk melengkapi syarat guna memperoleh gelar megister. 5. Disertasi Karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat di buktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih (valid) dengan analisis yang terinci. Jika temuan orisinal ini dapat di pertahankan oleh penulisnya dari sanggahan penguji, penulisnya berhak menyandang gelar Doktor (S3). c. Buku Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2005: 17), buku adalah lembar kerja yang berjilid, berisi tulisan atau kosong. Lebih lanjut, Yulia (1993: 3) menyatakan bahwa, “buku adalah bahan pustaka yang merupakan suatu kesatuan yang utuh dan yang paling umum tedapat dalam koleksi perpustakaan”. Berdasarkan standar daru
Universitas Sumatera Utara
UNESCO tebal buku paling sedikit 49 lembar tidak termasuk kulit maupun jaket buku. Diantaranya adalah buku fiksi, buku teks dan buku rujukan.
d.Kamus Selain dari jenis dokumen di atas, dalam setiap daftar pustaka ditemukan berbagai jenis kamus yang digunakan sebagai bahan referensi. Kamus merupakan jenis dokumen umum, sangat banyak disitir, karena jenisnya yang bersifat menyeluruh, atau dapat di pakai oleh segala jenis bidang ilmu, kecuali kamus-kamus yang bersifat khusus atau subjek, contohnya, Kamus Ilmu Perpustakaan dan Informasi, yang memuat istilah-istilah tentang dunia perpustakaan. Kamus adalah koleksi referensi yang berisi kumpulan atau daftar kata-kata yang terpilih dan di susun secara alfabetis, biasanya dilengkapi dengan pengejaan, pengucapan, pembagian suku kata, asal kata, penggunaannya serta keterangan lain yang berhubungan. Kamus dapat digolongkan menurut jenis yaitu, kamus bahasa, kamus khusus atau subjek (Bektiningsih, 2008: 24).
e.
Surat Kabar/Koran Adalah suatu publikasi tertulis yang berisi berita, informasi dan advertensi, biasanya di cetak pada kertas yang standar yang biasa disebut dengan "newsprint" . (Ratnaningsih, 2008: 74). Pendapat serupa dinyatakan oleh Yulia (1993: 71) mendefenisikan:
Surat kabar merupakan terbitan berkala yang kebanyakan diterbitkan harian, isinya tidak dibatasi pada satu subjek tertentu dan berisikan informasi atau berita mutakhir. Tujuan diterbitkannya surat kabar adalah untuk menyebarluaskan berita secara cepat dan tepat, oleh karena itu surat kabar diterbitkan secara harian. f.Sumber Internet Menurut Zulaikha (2007: 1), "Cukup banyaknya sitiran digunakan bersumber dari internet dapat disebabkan luasnya pemanfaatan teknologi informasi untuk menyajikan informasi yang bermanfaat mendukung penulisan karya ilmiah". Hal ini disebabkan karena akses informasi melalui internet dapat dilakukan dengan mudah dan cepat tanpa dibatasi ruang dan waktu. Selain dari pada itu, internet menyajikan beragam jenis informasi mulai dan yang bersifat ilmiah maupun non ilmiah. Terkadang sitiran yang bersumber dari intemet tidak mudah di identifikasikan, apakah tergolong jenis
Universitas Sumatera Utara
jurnal, majalah dan sebagainya. Dalam hal ini sumber internet bukanlah termasuk dalam jenis dokumen, namun merupakan suatu media untuk mengakses informasi. Seperti yang di kemukakan diatas disebutkan beberapa jenis dokumen yang dijadikan sebagai objek dalam penulisan karya ilmiah. Merupakan sekaligus sampel yang akan dijadikan objek dalam penelitian ini.
2.3. Analisis Sitiran 2.3.1. Kajian Analisis Sitiran Kegiatan penelitian bertujuan untuk menghasilkan temuan-temuan baru (inovasi) yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas suatu komoditas.Untuk itu dalam menyusun rencana penelitian para peneliti membutuhkan dukungan berbagai macam sumber literatur yang relevan dengan bidang yang ditelitinya, baik dari literatur primer maupun dari literatur sekunder yang dihasilkan oleh peneliti lain sebagai data untuk memperoleh peluang dalam upaya menghasilkan temuan baru. Untuk menganalisa validitas dan manfaat hasil temuan yang menggunakan bahan pustaka sebagai bahan rujukan. Untuk lebih lanjut dalam memahami tentang analisis sitiran, sebaiknya terlebih dahulu di bahas tentang bibliometrika. Bibliometrika merupakan satu kata yang disadur langsung dari bahasa Inggris yaitu Bibliometrics. Bibliomterika memiliki 2 akar kata yaitu (i) biblio dan (ii) metrics. Istilah biblio berasal dari kombinasi kata Latin dan Yunani "biblion" ekuivalen dengan Bybl(os) artinya buku. Byblos artinya kertas atau buku berasal dan kata sebuah kota di Phoenicia yang terkenal dengan ekspor kertas. Istilah "metrics" menunjukkan pengetahuan tentang meter atau pengukuran, berasal dan kata Latin atau Yunani metricus atau metrics artinya ukuran. Menurut Jelita (2009 : 21-22) bibliometrika merupakan satu pengetahuan yang masih baru dikenal mulai awal abad ke-20, setelah terbitnya karya Cole dan Eales. Cole dan Eales mencoba melakukan pengkajian terhadap tulisan atau karya tulis di bidang anatomi, dengan pendekatan yang disebutnya Statistical Bibliography, yang merupakan pendekatan dengan menggunakan statistik untuk mengkaji bibliografi atau daftar-daftar kutipan atau daftar bacaan. Dari penjelasan diatas jelas bahwa penkajian terhadap tulisan
Universitas Sumatera Utara
atau karya tulis, dengan menggunakan statistik sebagai ukuran untuk mengkaji penerapan kutipan atau daftar bacaan. Kajian Cole dan Eales menunjukkan bahwa antara tahun 1534-1860 mereka menemukan 6.346 karya tulis bidang anatomi. Diantara kurun waktu itu, tahun 1700-1750 terjadi penurunan publikasi bidang anatomi. Yang paling banyak turun antara tahun 16001650. Penyebabnya adalah karya bidang anatomi pecah, muncul bidang baru histologi dan embriologi. Karya Cole dan Eales diberi nama History of Comparative Anatomy. Beberapa tahun kemudian Wyndham Hulme, melakukan hal yang sama dengan terbitnya karyanya yang berjudul Statistical Bibliography Inrelation to the Growth of Civilization Road Map. Pada tahun 1942, Raisg menggunakan istilah "Statistical Bibliography" dalam tulisannya mengenai analisis sitiran. Pritchard menganggap Staistiscal Bibliography kaku, karena sering di rancuki oleh istilah statistik dan bibliografi. Sehingga dia memunculkan istilah sebagai pengganti, yaitu Bibliometrics. Adapun yang menjadi tujuan dari bibliometrika adalah menjelaskan proses komunikasi tertulis dan sifat serta arah pengembangan sasaran deskriptif penghittmgan dan analisis berbagai faset komunikasi. Pada
dasarnya
bibliometrika
mengkaji
penggunaan
dokumen
dan
penghitungan rujukan dan sitiran, baik pada dokumen primer, sekunder dan tersier. Dokumen primer maksudnya adalah: dokumen yang berisi sumber-sumber informasi langsung. Misalnya: Laporan penelitian, jumal-jurnal ilmiah dan dokumen-dokumen yang dipergunakan langsung oleh peneliti. Dokumen sekunder maksudnya adalah: dokumen yang bukan informasi langsung dari lapangan, melainkan hasil analisis atau pendapat ahli. Sedangkan dokumen tersier adalah: dokumen yang memberikan informasi tentang dokumen sekunder. Misalnya: bibliografi, direktori, biografi. Dan penjelasan ringkas tentang bibliometrika, dapat ditarik suatu pemahaman sementara bahwa analisis sitiran merupakan bagian dari kajian bibliomterika yang memfokuskan pada setiap rujukan yang terdapat dalam suatu dokumen, dimana dapat diterapkan metode pengukuran matematik dan statistik. Menurut Hartinah (2002: 2), kajian bibliometrika menggunakan analisis sitiran merupakan cara untuk menentukan berbagai kepentingan, antara lain:
Universitas Sumatera Utara
- Evaluasi program riset - Pemetaan ilmu pengetahuan - Visualisasi suatu disiplin ilmu - Indikator ilmu pengetahuan dan teknologi - Faktor dampak dari suatu majalah (journal impact factor) - Kualitas suatu majalah - Pengembangan koleksi majalah, dan lainlain. Menurut Smith yang dikutip Zulaikha (2007: 6), analisis sitiran dapat diterapkan dalam berbagai bidang kajian antara lain: 1. Kajian dokumen, dalam hal ini sitiran dilihat dalam bidang subjek tertentu untuk menggambarkan pola sitiran. 2. Kajian jenis dokumen, kajian ini dapat dipakai untuk mengukur penyebaran hasil-hasil yang dilaporkan dalam jenis dokumen tertentu. 3. Kajian pemakai, analisis sitiran mempunyai implikasi untuk pengembangan koleksi dan merancang pelayanan yang berorientasi kepada pemakai. 4. Kajian historis, dapat digunakan untuk menjajaki kronologi dari kejadiankejadian yang ada, hubungan-hubungan diantara kejadian tersebut. 5. Pola komunikasi, analisis sit iran dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah-masalah dalamkomunikasi. 6. Evaluasi bibliometrika, dalam hal ini analisis sitiran di defenisikan sebagai evaluasi dan interpretasi dari sitiran-sitiran yang diterima oleh artikel, ilmuwan, universitas, negara dan sejumlah kegiatan ilmiah lainnya. 7. Temu balik informasi, hubungan sit iran mungkin telah memilik i pengaruh yang paling besar dalam temu balik. Sitiran telah digunakan sebagai pendekatan tradisional dalam penelusuran dokumen. 8. Pengembangan koleksi, analisis sitiran telah diterapkan terutama untuk pengembangan koleksi majalah, dimana keputusan yang diambil meliputi apakah perpustakaan akan mengadakan atau tidak suatu majalah, apakah akan meneruskan atau menghentikan langganan, dan apakah akan menyiangi atau tidak suatu dokumen. Pendapat serupa dikemukakan o leh Sulystio-Basuki yang dikut ip Zulaikha (2007: 5-6), bahwa penggunaan teknik analisis sitiran terbagi dalam kategori sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pengembangan ko leksi T emu balik info r mas i Pengembangan dan pertumbuhan subjek dan dokumen subjek Kajian historis dan penelit ian yang sedang berlangsung Po la ko munikasi p ene lit ian Untuk menghitung paro hidup sebuah bidang ilmu.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pendapat pakar di atas yang di maksud analisis sit iran adalah suatu ilmu yang mengkaji secara khusus tentang analisis daftar pustaka atau bibliografi yang terdapat pada sebuah dokumen baik itu jenis dokumen primer maupun dokumen skunder.
2.3.2 Manfaat Analisis Sitiran Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan kajian analisis sitiran. Menurut Budd dalam Zulaikha yang ditulis oleh Jelita (1990: 85), metode analisis sitiran dapat dipergunakan untuk mengukur komunikasi dalam disiplin ilmu tertentu. Disebutkan dalam dokumen bahwa dengan metode ini dapat diidentifikasi karakteristik dokumen yang dipergunakan dalam penelitian di perguruan tinggi (seperti jurnal, buku dan jenis-jenis lain), usia dokumen dan subjek yang dirujuk. Septiyantono (1997: 12) mengemukakan pendapatnya. Didalam manajemen dan pembinaan koleksi dengan metode analisis sitiran dapat diketahui pertumbuhan dokumen, penentuan jurnal inti (core journal) maupun buku inti (core book) sumber perpustakaan. Manfaat secara teoritis adalah sebagai pengembangan ilmu informasi dan perpustakaan. Semakin banyak penelitian menggunakan kajian bibliometrika dengan berbagai aspek kajian maupun bidang ilmu yang berbeda, akan semakin memperkaya jumlah penelitian yang dihasilkan. Dari berbagai penjelasan di atas tentang kajian dan manfaat analisis sitiran, maka dapat diambil suatu pemahaman bahwa yang dimaksud dengan analisis sitiran adalah kajian biliometrik yang dapat diterapkan dalam berbagai bidang seperti mengetahui karakteristik dokumen yang disitir oleh para ilmuwan dan peneliti lain, dalam menghasilkan temuan baru. Kesimpulan ini didukung oleh beberapa pendapat ahli yang menyebutkan defenisi tentang analisis sitiran. "Analisis sitiran adalah kajian bibliometrika yang secara khusus mengkaji tentang sitiran yaitu melakukan analisis terhadap daftar pustaka atau bibliografi yang tercantum dalam sebuah dokumen" (Hasugian, 2005: 3). Hartinah (2002: 1), menyatakan, "analisis sitiran adalah penyelidikan melalui data sitiran dari suatu dokumen, baik dokumen yang disitir maupun dokumen yang menyitir". Jelita(2009 : 24-25) dalam Dictionary for Library and Information Science (2004: 142-143), menyebutkan defenisi analisis sitiran:
Universitas Sumatera Utara
A biblimetric technique in which work cited in publication are examined to determine pattern of scholarly communication, for example the comparative importance of books versus jurnals, or of current versus retrospective sources, in one or more academic disciplines. Analisis sitiran adalah suatu teknik bibliometrika dimana karya-karya yang disitir dalam suatu terbitan dikaji untuk menentukan pola komunikasi ilmiah, sebagai contoh studi perbandingan pentingnya buku versus jurnal, terbitan terkini versus sumber-sumber retospektif, dalam suatu atau lebih disiplin ilmu. Sulistyo-Basuki yang dikutip Sutardji (2003: 1) menyatakan, "Analisis sitiran digunakan untuk mengukur pengaruh intelektual ilmuwan dari penulis yang disitir, karena beberapa studi sitiran digunakan untuk mengetahui karakteristik komunikasi ilmu pengetahuan" 2.4. Kriteria dalam Menyitir Dokumen Dalam menyitir suatu dokumen, terlebih dahulu penulis karya ilmiah harus mampu mengevaluasi dokumen yang di siitir. Pengevaluasian yang dilakukan tergantung kebutuhan si penulis. Huber dalam Andriani (2003: 11), menyatakan, "dalam mengambil keputusan untuk menyitir suatu dokumen, penulis tidak hanya mengandalkan informasi yang sudah ada dalam pikirannya, tetapi juga mempertimbangkan informasi lain”. Menurut Wang dan soergel dalam Andriani (2003: 11), pengambilan keputusan dilakukan dengan menerapkan beberapa kriteria. Kriteria merupakan "filter" yang diaplikasikan penulis dalam membuat suatu keputusan. Beberapa kriteria penilaian suatu dokumen adalah :
1. Orientasi, menyangkut apa isi dokumen dan kepada siapa isi dokumen tersebut ditujukan. 2. Disiplin ilmu atau subject area. Penulis kemungkinan akan mengambil dokumen yang mempunyai disiplin ilmu yang sama dengan penelitian yang sedang dikerjakan. 3. Keklasikan/kepeloporan, suatu dokumen yang berisi informasi yang sangat substansial dibidangnya, karena memuat teknik, metode atau teori yang dipakai sepanjang waktu. 4. Nama jurnal dan tipe dokumen. Pemahaman pengarang terhadap suatu jurnal karena mempengaruhi proses seleksi dokumen. 5. Pengarang. Dokumen yang ditulis oleh orang yang menjadi figur dalam bidangnya akan dipersepsi tinggi oleh penyitir, sehingga berpeluang besar pula untuk disitir.
Universitas Sumatera Utara
6. Novelty/kebaruan, dokumen disitir karena memuat informasi yang belum diketahui sebelumnya atau sesuatu yang baru. 7. Penerbit. Reputasi institusi penerbit dapat pula menjamin mutu terbitan. 8. Recency/kemutakhiran, membandingkan newness suatu dokumen dengan topik yang sedang diteliti. 2.5.Relevansi 2.5.1 Pengertian Relevansi Secara umum arti dari relevansi adalah kecocokan. Konsep yang melatar belakangi adanya sitiran adalah hubungan yang berarti antara dokumen yang menyitir dengan dokumen yang disitir. Tentu saja dalam hubungan ini harus ada relevansi atau kecocokan dokumen yang disitir bila dokumen tersebut relevan dengan kegiatan penelitian atau penulisan yang dilakukan oleh peneliti atau penulis. Topik merupakan faktor utama dalam penilaian kesesuaian dokumen. Margono (1999 : 26) dinyatakan bahwa : Acuan yang dipakai oleh seorang pengarang dalam menulis karya ilmiahnya beragam dan tergantung dari pada masalah yang akan dipecahkannya. Oleh sebab itu bahan yang dipakainya sangat bervariasi, namun tetap berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapinya. Dari pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa seorang menulis akan menyitir beberapa dokumen yang berbeda dan bervariasi, dengan syarat bahwa dokumen yang akan disitirnya tersebut harus berhubungan dan mendukung atau memiliki relevansi dengan topik yang ditulisnya. Menurut Green dalam Adriani (2003 : 10) dinyatakan bahwa: Relevansi ialah sesuatu sifat yang terdapat pada dokumen yang dapat membantu pengarang dalam memecahkan kebutuhan akan informasi dimana kegunaan informasi tersebut sangat berguna tidak hanya menyangkut subjek yang berhubungan tetapi juga berkualitas, kemutakhiran, kepentingan dan kredibilitas. Dari pendapat yang dikemukakan oleh Green tersebut dapat dinilai bahwa adanya kesesuaian antara dokumen yang disitir dengan disiplin ilmu pengarang akan berdampak terhadap kualitas, kemutakhiran, kepentingan, kredibilitas karya yang akan dihasilkan. Jadi dapat dinyatakan bahwa relevansi merupakan hubungan berarti antara dokumen yang menyitir dengan dokumen yang disitir dengan kesamaan subjek. Untuk
Universitas Sumatera Utara
lebih jelas, maka dapat diilustrasikan sebagai berikut : Ilustrasi Dokumen yang Menyitir dengan Dokumen yang Disitir dengan Kesamaan Subjek Ilustrasi tersebut menunjukkan bahwa sebuah dokumen D bersubjek a, hanya menyitir dokumen yang bersubyek yang sama dengan dokumen D, yaitu : a1, a2, a3 dan a4. Untuk mengetahui tingkat relevansi suatu subjek dokumen, penulis dapat melakukan pendekatan sistem klasifikasi subjek yaitu dengan melakukan pendekatan sistem klasifikasi subjek yaitu dengan melakukan pengklasifikasian terhadap setiap judul daftar pustaka yang disitirnya dengan menggunakan Dewey Decimal Classification (DDC) edisi ke-22 sebagai bagan notasi klasifikasi serta menetapkan subjek yang disitirnya dengan menggunakan Library of Congress Subject Heading (LCSH) sebagai daftar tajuk subjek. Burgin dalam Mustangimah (1998 : 31) membagi tingkat relevansi menjadi tiga bagian dan mendefinisikannya sebagai berikut: 1. Sangat relevan (Higly relevant), yaitu bahwa makalah adalah respon langsung bagi pertanyaan. 2. Relevan marjinal (Marginally Relevant), yaitu bahwa topik makalah relevan, tetapi bukan respon langsung bagi pertanyaan. 3. Tidak relevan (Not relevant), yaitu bahwa makalah tidak relevan dengan pertanyaan. Namun Burgin dalam Mustangimah (1998 : 31), juga menyatakan bahwa, “Penilaian relevansi yang diberikan oleh
pakar subjek berbeda dengan penilaian
relevansi yang diberikan oleh pustakawan”. Harter dalam Mustangimah (1998 : 32) juga menyatakan bahwa :
Tingkat relevansi akan menambah bervariasinya penilaian relevansi selain karakteristik penilai, karakteristik pertanyaan, karakteristik dokumen, karakteristik temu kembali informasi, kondisi penilaian, dan pemilihan skala juga merupakanfaktor yang berpengaruh terhadap penilaian relevansi. Dari beberapa pendapat di atas, penulis menetapkan batas relevansi notasi klasifikasi
subjek sitiran terhadap notasi klasifikasi subjek yang menyitir dengan
mengadopsi dari penelitian Silaen (2005 : 19) yaitu sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a.
b. c.
Relevan ( R ). Dikatakan relevan apalagi tiga digit pertama notasi klasifikasi subjek sitiran sudah sama dengan tiga digit pertama notasi klasifikasi subjek dokumen yang menyitir. Relevan Marjinal ( RM ). Apabila dua digit pertama notasi klasifikasi subjek sitiran masih berada pada notasi klasifikasi subjek dokumen yang menyitir. Tidak Relevan ( NR ). Apabila notasi klasifikasi subjek sitiran berada diluar notasi klasifikasi subjek dokumen yang menyitir.
Oleh sebab itu, penulis melakukan penelitian ini dengan penggunaan relevansi subjek. Untuk mengetahui adanya sesuatu kesesuaian antara subjek yang disitir dengan subjek yang menyitir, maka penulis melakukan pengklasifikasian terhadap dokumen yang disitir dan dokumen yang menyitir.
2.6 Metode Relevansi Subjek Dalam menghasilkan suatu karya ilmiah memang tidak akan pernah terlepas dari kegiatan mengutip referensi yang lain sebagai rujukan. Namun, untuk semua itu terdapat beberapa cara dan ketentuan dalam menentukan subjek yang relevan dengan karya yang akan dihasilkan. Hal ini juga ditegaskan oleh Andriani (2002 : 30) bahwa, “Idealnya karya yang disitir harus benar-benar mendukung karya ilmiah yang menyitir. Penyitiran dilakukan terhadap ide, konsep, teori yang dijadikan sebagai bahan pijakan karya yang menyitirnya”. Jadi, jelaslah bahwa relevansi atau kecocokan antara dokumen yang menyitir dengan dokumen yang disitir sangat diperlukan sehingga hasil penelitian yang dilakukan dapat lebih tepat serta dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga perlu adanya ketentuan dalam menulis agar subjek karya ilmiah yang dihasilkan relevan dengan subjek dokumen yang akan disitir. Berikut ini diuraikan langkah-langkah dalam penulisan relevansi subjek menurut Sundari (2001 : 12) : 1. Tentukan Subjek Bahan Pustaka 2. Terjemahkan subjek 3. Pelajari Bagan Utama 4. Penggunaan Indeks Subjek
Dari pendapat Sundari di atas dapat diuraikan bahwa :
Universitas Sumatera Utara
1. Tentukan Subjek Bahan Pustaka. Sebelum menentukan notasi kelas suatu bahan pustaka, lakukan analisis subjek dengan menafsirkan isi pokok yang terkandung dalam bahan pustaka tersebut. Cara menganalisis isi buku: a. Baca dan perhatikan judul, daftar isi, tajuk-tajuk bab, dan kata pengantar dengan seksama. b. Baca dan perhatikan catatan yang terdapat pada jaket buku atau pada kulit bagian belakang buku. c. Baca bagian pendahuluan untuk memahami isi pokok bahan pustaka d. Dalam kasus sulit, baca ringkasan, tinjauan literatur, hasil dan kesimpulan, atau kemungkinan harus membaca teks bahkan juga daftar pustakanya. e. Jika masih mengalami kesulitan minta bantuan seorang yang ahli dalam subjek tersebut, misalnya peneliti, pengkaji, atau penyuluh.
2. Terjemahkan subjek. Setelah subjek diketahui, terjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagaimana yang digunakan DDC edisi ke-22. Gunakan kamus bahasa IndonesiaInggris atau kamus tematis/teknis menurut bidangnya. Ingat juga sinonimsinonimnya. Simpulkan apakah subjek tersebut termasuk kegiatan produksi atau kegiatan pengolahannya. Untuk bidang pertanian misalnya, apakah termasuk pertanian/usaha tani atau proses pengolahan hasil pertanian, agar tidak akan terjadi kesalahan mengutip notasi kelas.
3. Pelajari Bagan Utama. Untuk menentukan nomor klasifikasi, subjek yang telah diketahui dicari pada indeks subjek atau jika sudah paham cari langsung notasi kelasnya pada bagan utama. Untuk dapat mencari langsung, terlebih dahulu harus mempelajari dan memahami urut-urutan subjek di dalam bagan utama . Mengenai penggunaan tabel utama secara mendalam akan dijelaskan pada bab tersendiri.
4. Penggunaan Indeks Subjek. Salah satu
cara yang mungkin dapat mempercepat
pencarian notasi kelas adalah dengan menggunakan indeks subjek yang berupa daftar subjek verbal dalam bahasa Inggris yang disusun menurut abjad dan menunjuk kepada
Universitas Sumatera Utara