BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya tujuan perusahaan melakukan kegiatan operasional untuk memperoleh laba yang maksimum disamping itu juga untuk mencapai tujuantujuan perusahaan yang lainnya. Setiap perusahaan berusaha agar mencapai laba atau memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin. Dengan adanya laba yang cukup tinggi dan didukung oleh nilai perusahaan yang semakin baik maka kredibilitas dan kontinuitas perusahaan dapat dipertahankan serta perusahaan dapat tumbuh terus dan melakukan ekspansi dalam bisnisnya. Memaksimalkan laba berarti menekankan pada pemanfaatan barang dan modal secara efektif efisien. Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk dapat melakukan kegiatan operasionalnya secara efektif dan efisien sehingga akan meningkatkan pendapatan yang akan diterima. Seorang manajer keuangan dengan mudah dapat meningkatkan keuntungan perusahaan dengan mengurangi beban riset dan pengembangan kegiatan ataupun beban pemeliharaan rutin yang memang biasanya diperlukan. Dalam jangka pendek, hal tersebut dapat meningkatkan keuntungan, namun untuk jangka panjang, hal ini sama sekali tidak baik bagi perusahaan. Setiap tujuan perusahaan harus dinyatakan dengan tepat dan jelas sesuai dengan kondisi dan segala kompleksitas permasalahan dunia nyata. Pada kenyataannya, manajer keuangan untuk setiap harinya harus selalu berhadapan dengan dua masalah yang tidak tercakup dalam tujuan perusahaan untuk memaksimalkan laba yaitu waktu dan ketidakpastian (Keown 2004:3) Besarnya jumlah volume penjualan kredit setiap triwulan, periode atau tahunnya, berarti perusahaan harus dapat menyediakan penanaman investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Penjualan kredit yang dilakukan oleh perusahaan biasanya akan membawa dampak resiko yaitu munculnya berbagai macam biaya, seperti halnya menambah pegawai yang mengurus dan mengawasi administrasi kredit, adanya bunga pinjaman terkait dengan piutang serta akan bertambahnya resiko berupa penjualan kredit yang tidak terbayar oleh pelanggan atau piutang yang tidak tertagih (bad dedt), sehingga biasanya mengurangi jumlah penjualan bersih perusahaan dari total besarnya piutang yang dimiliki.
1 Universitas Sumatera Utara
Perusahaan dapat menjual piutangnya dalam keadaan tertentu kepada perusahaan lain yang biasa disebut anjak piutang (factoring) dan pembeli piutang disebut factor. Kelebihannya bagi perusahaan adalah perusahaan akan mendapatkan dana secara cepat dengan tujuan untuk mengisi kas dan mendukung kegiatan operasional lainnya yang masih begitu penting untuk kelanjutan hidup perusahaan. Di samping itu, resiko piutang tak tertagih secara sebagian dapat dipindahkan kepada factor atau tergantung pada kesepakatan anjak piutang. Rencana pembayaran kembali atau pelunasan kredit oleh pelanggan disusun sesuai dengan cash budget atau cash flow projection, jenis serta sifat yang diminta berikut projected income statement. Dengan demikian schedule pembayaran kembali ini hanya merupakan alat untuk lebih mempermudah dalam melihat rencana perluasan kredit dari perusahaan. Pemberian kredit juga mengandung suatu tingkat resiko (degree of risk) tertentu yang seharusnya dapat diketahui secara seksama. Menghindari ataupun memperkecil resiko piutang yang mungkin terjadi, maka pemberian kredit harus dinilai oleh perusahaan atas dasar syarat-syarat perusahaan teknis; yang terkenal dalam 5C yaitu: character, capacity, capital, collateral dan conditions. Di samping formula 5C tersebut di dalam pemberian kredit perusahaan akan memperhatikan aspek-aspek pertimbangan kredit seperti aspek umum, aspek ekonomi/komersil, aspek teknik, aspek yuridis, aspek kemanfaatan dan kesempatan kerja, aspek terakhir yang harus di analisa yang merupakan aspek yang paling penting adalah aspek keuangan. Pada dasarnya manajer keuangan langsung mengawasi piutang dagang melalui keterlibatannya dalam pengelolaan kebijakan kredit dan penagihan piutang (Ridwan 2002:235). Agar proses piutang dalam perusahaan dapat mencapai sasaran, dalam arti bahwa kredit itu dapat membantu pelanggan sesuai dengan kebutuhannya, di samping itu juga menguntungkan bagi perusahaan dalam arti sesuai dengan tujuan perusahaan meliputi dua fungsi pokok yaitu profitability (perusahaan memperoleh keuntungan dari piutang/kredit tersebut) dan safety (bahwa piutang yang berjalan benar-benar terjamin), maka harus dihitung jumlah kebutuhan piutang tersebut, dengan cara yang cermat dan tepat sebagai bentuk suatu investasi bagi peusahaan.
2 Universitas Sumatera Utara
PT. (Persero) Djakarta Lloyd merupakan salah satu BUMN yang berbentuk perseroan dan bergerak dalam bidang jasa perkapalan dan angkutan laut. Sebagai perusahaan pelayaran samudera nasional, perusahaan ini memiliki tugas pokok menyediakan fasilitas jasa angkutan laut dan sejenis lainnya yang berhubungan untuk kepentingan angkutan laut. PT. (Persero) Djakarta Lloyd mengalami kerugian yang cukup besar dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan. Kerugian PT. (Persero) Djakarta Lloyd ditandai dengan adanya kesulitan untuk memenuhi kewajiban pihak ketiga, pembiayaan perawatan kapal laut, Rencana Dana Investasi (RDI) dan Sub Loan Agreement (SLA). Sehingga dengan adanya keadaan seperti ini, penulis berantusias untuk melakukan penelitian dalam hal pemberian kredit yang diberlakukan oleh PT. (Persero) Djakarta Lloyd. Pada Tabel 1.1 berikut adalah perhitungan fluktuasi total piutang, penjualan, laba bersih, Return On Investment (ROI) yang berdasarkan pada laporan keuangan dan laporan piutang di PT. (Persero) Djakarta Lloyd Medan selama periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2007. Tabel 1.1 Piutang, Penjualan, Laba Bersih, ROI Periode tahun 2005-2007 Tahun
Piutang
Fluktuasi
Penjualan
Fluktuasi
Laba Bersih
Fluktuasi
ROI
(Rp)
(%)
(Rp)
(%)
(Rp)
(%)
(%)
2005
5,527,420,386
2006
2,739,001,996
101.8
1,401,986,000 1,371,741,000
2.2
520,711,000 456,232,000
14.1
8.7 14
2007
1,726,040,000
58.7
1,205,376,000
13.8
340,616,000
33.9
17
Sumber: Laporan Keuangan dan Laporan Piutang PT. (Persero) Djakarta Lloyd
Pada Tabel 1.1. dapat diketahui bahwa total piutang PT. (Persero) Djakarta Lloyd Medan dari tahun 2005-2007 mengalami penurunan terus menerus yaitu tahun 2006 sebesar 101,8% dan 2007 sebesar 58,7%. Penurunan total piutang dipengaruhi oleh penurunan total penjualan yang terjadi pada tahun 2005-2007. Fluktuasi penjualan yang mengalami penurunan pada tahun 2006 adalah 2,2% dan tahun 2007 total penurunan bertambah sebesar 13,8%. Besarnya jumlah piutang yang seterusnya mengalami penurunan yang dasarnya dipengaruhi oleh penurunan penjualan ternyata cukup berpengaruh terhadap total penurunan laba bersih yang terjadi pada tahun yang sama. Total laba bersih pada tahun 2005 adalah Rp. 520.711.000,- kemudian turun menjadi 456.232.000,- di tahun 2006 atau sebesar 3 Universitas Sumatera Utara
14,1% dan turun lagi pada tahun 2007 menjadi Rp. 340.616.000,- atau sebesar 33,9%. Penurunan laba bersih ini bisa saja diakibatkan oleh menrunnya penjualan dan besarnya piutang yang mungkin tidak tertagih selanjutnya berakibat pada memburuknya pendapatan perusahaan. Walaupun laba bersih mengalami penurunan namun tidak begitu dengan Return On Investment (ROI) perusahaan yang mengalami peningkatan terus dari tahun 2005 sebesar 8,7% seterusnya tahun 2006 sebesar 14% dan tahun 2007 sebesar 17%. Ini sungguh menandakan perbedaan serta kenyataan dimana laba bersih turun dan ROI perusahaan mengalami peningkatan yang cukup baik yang dikarenakan total piutang yang terus turun selama tiga periode berturut-turut dan penerimaan laba bersih sesudah pajak yang juga cukup besar. Tabel 1.2 RTO, ACP, Piutang Tak Tertagih, ROI Periode tahun 2005-2007 Tahun
RTO ACP Piutang Tak Tertagih ROI (X) (hari) Saldo Piutang Saldo Penjualan (%) 2005 0.3 1,200 138,185,509 2,803,972 8.7 2006 0.5 720 68,475,050 2,743,482 14 2007 0.7 514 43,151,000 2,410,752 17 Sumber: Laporan Keuangan dan Laporan Piutang PT. (Persero) Djakarta Lloyd
Pada
Tabel
1.2
dapat
dilihat
bahwa
total
Rasio
Perputaran
Piutang/Receivable Turn Over ratio (RTO), Periode Rata-rata Pengumpulan Piutang/Average Collection Period (ACP), Kemampuan memperoleh laba/Return On Investment (ROI) dan Piutang tak tertagih berfluktuasi cukup signifikan dari tahun ke tahun selama tiga periode yaitu dari tahun 2005 – 2007. Total RTO pada tahun 2005 tergolong kecil yaitu 0,25% dan bertambah besar pada tahun 2006 yaitu 0,5 % serta tahun 2007 meningkat lagi menjadi 0,7%. Namun, RTO tahun 2005 sebesar 0,25% tidak berdampak terlalu baik terhadap hari pengumpulan piutang yang mencapai 1.440 hari dan begitu pula hari pengumpulan piutang tahun 2006 yang turun menjadi 720 hari dengan RTO sebesar 0,5% dan tahun 2007 periode pengumpulan piutang cenderung turun lagi sebesar 514 hari dengan rasio pengumpulan piutang 0,7%. Piutang tak tertagih menurut saldo piutang pada tahun 2005 tergolong besar yaitu Rp. 138.185.509,- yang seterusnya turun yaitu di tahun 2006 Rp. 68.475.050,- dan tahun 2007 Rp. 43.151.000,-. Hal seperti ini juga dialami seperti menurut saldo penjulan piutang tak tak tertagih yang pada tahun 4 Universitas Sumatera Utara
2005 sebesar Rp.2.803.972,- dan pada tahun berikutnya mengalami penurunan yaitu tahun 2006 Rp. 2.743.482,- dan tahun 2007 Rp. 2.410.752,-. Menurut (Munawir 2002:89), besarnya sebagian dari ROI akan mengalami perubahan jika ada perubahan pada piutang tak tertagih, RTO ataupun ACP baik masing-masing ketiganya dalam rangka berusaha untuk memperbesar atau mempertinggi ROI untuk kelangsungan hidup ataupun aktivitas perusahaan. Penulis termotivasi untuk melakukan penelitian ini adalah untuk dapat memahami sifat kebijakan pemberian kredit terhadap piutang tak tertagih. Judul yang penulis tetapkan pada pembahasan ini adalah sebagai berikut: “Hubungan
Kebijakan
Pemberian
Kredit
Terhadap
Peningkatan
Kemampuan Laba Perusahaan Pada PT. (Persero) Djakarta Lloyd”. Metode pengamatan yang penulis gunakan dalam penelitian diatas terdiri dari bermacam-macam teknik. Teknik-teknik tersebut adalah perhitungan pemberian piutang perusahaan, perhitungan penjualan perusahaan, perhitungan laba bersih perusahaan, analisis rasio aktivitas piutang (retrun turn over ratio dan average collection period), dan pendapatan piutang tak tertagih yang dihubungkan terhadap Return On Investment perusahaan serta penelusurannya yang diteruskan dengan menggunakan analisis korelasi product momen Pearson. Pengamatanpengamatan tersebut dapat dipergunakan untuk membantu pada kelompok tertentu yang berkepentingan yaitu bagi para pemegang saham dan calon pemegang saham, kreditur dan calon kreditur serta manajemen perusahaan yang pada dasarnya diperlukan untuk pengambilan keputusan yang beralasan dan bermanfaat bagi mereka dalam hubungannya kebijakan kredit dan keuntungan perusahaan. Pemberian kredit yang penulis teliti selama tiga periode dari Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 dapat diketahui bahwasanya berpengaruh terhadap beberapa kegiatan perusahaan diantaranya adalah penjualan perusahaan yang terlihat menurun dikarenakan piutang yang diberikan pada tahun 2005 terlalu besar ataupun adanya beban piutang tak tertagih yang besar sehingga mengakibatkan volume penjulan cenderung menurun. Begitu pula dengan laba bersih yang menurun diakibatkan adanya pemberian piutang yang terlalu besar sehingga berpengaruh terhadap pendapatan bersih perusahaan.
5 Universitas Sumatera Utara
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis menyatakan suatu masalah yaitu: “Apakah realisasi kebijakan pemberian kredit mempunyai hubungan dengan peningkatan kemampuan laba perusahaan pada PT. (Persero) Djakarta Lloyd?”.
C. Kerangka Konseptual Menurut (Soemarso 2002:338) penyisihan piutang tak tertagih yang didasarkan atas saldo piutang dapat dilakukan dengan menetapkan suatu persentase terhadap saldo piutang. Biasanya saldo yang dipakai adalah rata-rata antara saldo awal piutang pada awal dan akhir periode. Masih menurut Soemarso, sisi lain dari penjualan kredit adalah timbulnya piutang. Ini berarti perusahaan mempunyai hak klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain. Dengan adanya hak klaim ini perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam bentuk uang atau jasa lain kepada pihak yang berpiutang. Untuk tujuan pelaporan, piutang dinilai sebesar jumlah yang diharapkan dapat diterima. Jumlah ini belum tentu sama dengan jumlah yang secara formal tercantum sebagai piutang. Perbedaan disebabkan perusahaan telah mengurangkan, dari jumlah piutangnya, penyisihan terhadap piutang-piutang yang tidak akan tertagih. Memperhatikan kriteria yang digunakan dalam pemberian kredit dan prosedur penagihan yang diterapkan, biasanya sebagian dari penjualan kredit dipastikan tidak akan tertagih. Beban operasi yang muncul karena tidak tertagihnya piutang dinamakan beban piutang tak tertagih (uncollectible accounts expense), beban piutang sangsi (bad debts expense), atau beban piutang tak tertagih (doubtful accounts expense) (Warren 2005:395). Piutang usaha atau wesel tagih menjadi tak tertagih jika tidak ada satupun ketentuan umum yang dapat digunakan untuk menentukan kapan suatu piutang atau wesel menjadi tidak tertagih. Jika seorang debitor gagal untuk membayar piutang sesuai kontrak penjualan ataupun weselnya belum dibayar saat jatuh tempo, tidak berarti bahwa utang-utang tersebut tidak akan dapat tertagih. Penutupan bisnis pelanggan atau gagalnya upaya penagihan setelah dilakukan
6 Universitas Sumatera Utara
beberapa kali usaha adalah petunjuk lain tidak tertagihnya sebagian atau seluruh piutang. Aktiva perusahaan harus di kelola dengan efektif dan efisien yaitu dalam hal perputaran piutang (receivable turn over) juga memberikan kontribusi terhadap pencapaian laba perusahaan. Rasio ini menunujukkan berapa lama dalam setahun suatu perusahaan menerima kembali piutangnya. Semakin cepat piutang berputar menunjukkan semakin cepat piutang berubah menjadi kas. Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa kerangka konseptual adalah sebagai berikut: Pemberian Kredit/Piutang (X1)
Piutang Tak Tertagih (X2.1,X2.2)
Kemampuan Memperoleh Laba (ROI) (Y)
Rasio Aktivitas Piutang (X3.1,X3.2) Sumber
: Nisrayni, 2008 (diolah)
Gambar 1.1
: Kerangka Konseptual
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Peneletian a. Mengetahui dan menganalisis kondisi keuangan perusahaan melalui analisis hubungan antara Kebijakan Pemberian Kredit dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan laba perusahaan. b. Mengetahui seberapa besar bahwasanya kondisi kinerja keuangan perusahaan di dalam mencapai keuntungan yang dipengaruhi oleh besarnya jumlah piutang yang tak tertagih. c. Untuk lebih mengetahui dan menganalisis tingkat perputaran piutang perusahaan dalam pemberian kreditnya atau jasanya yang besar dengan tujuan
7 Universitas Sumatera Utara
agar memperoleh tingkat keuntungan yang baik bagi kemampuan laba perusahaan. 2. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang dapat diambil dalam penelitian perusahaan ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Perusahaan Dapat memberikan tambahan informasi yang dapat digunakan sebagai acuan dan bahan pertimbangan bagi manajemen dalam pelaksanaan kebijakan yang akan diambil berkaitan dengan kebijakan kredit, penanggulangan piutang dan profitabilitas perusahaan. b. Bagi penulis Dapat mengembangkan dan memperluas wawasan berpikir yang tentunya berkaitan dengan manajemen piutang khususnya hubungan Kebijakan Pemberian Kredit dalam meningkatkan kemampuan laba perusahaan. c. Bagi pembaca Dapat dijadikan referensi dalam penelitian-penelitian selanjutnya yang tentunya mengenai manajemen piutang khususnya Kebijakan Pemberian Kredit dalam meningkatkan kemampuan laba perusahaan.
E. Hipotesis Hipotesis adalah penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan yang telah terjadi atau akan terjadi. Fungsi dari hipotesis adalah sebagai pedoman untuk dapat mengarahkan penelitian agar sesuai dengan apa yang kita harapkan (Koncoro 2003:47). Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka hipotesis nya menurut penulis sebagai berikut: 1. Pemberian kredit mempunyai hubungan signifikan dengan tingkat kemampuan laba pada PT. (Persero) Djakarta Lloyd. 2. Piutang tak tertagih mempunyai hubungan signifikan dengan tingkat kemampuan laba pada PT. (Persero) Djakarta Lloyd. 3. Rasio aktivitas piutang memiliki hubungan signifikan dengan tingkat kemampuan laba pada PT. (Persero) Djakarta Lloyd
8 Universitas Sumatera Utara
F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional Pembahasan pada penelitian difokuskan pada hubungan antara pemberian kredit, resiko piutang tak tertagih dan rasio perputaran piutang dengan kemampuan memperoleh laba yang diukur dengan Return on Investment perusahaan. 2. Defenisi Operasional Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini: a. Pemberian Kredit/Piutang (X1) merupakan variabel bebas pertama yang menunjukkan periode rata-rata dalam pemberian kredit/piutang oleh perusahaan. Perumusan ini dapat dilihat sebagai berikut: Pemberian Kredit/Piutang = Piutang sekarang – Piutang Sebelumnya Piutang sebelumnya b. Piutang Tak Tertagih Berdasarkan Saldo Piutang (X2.1) merupakan varibel bebas kedua yang menunjukkan seberapa besar jumlah piutang yang tak tertagih dari dana yang tertanam dalam saldo piutang untuk mengetahui keefektfian aktiva. Rumus dapat diketahui sebagai berikut: Saldo Piutang Rata-Rata = Piutang Rata-Rata x 5% 2 Berdasarkan Saldo Penjualan (X2.2) merupakan varibel kedua selanjutnya yang menunjukkan seberapa besar jumlah piutang tak tertagih berdasarkan saldo penjualan dari dana yang tertanam pada saldo piutang untuk mengetahui keefektifan aktiva. Dengan penyisihan 1/5 % dari penjualan. Perumusan sebagai berikut: Saldo Penjualan = 1/5 % x Penjualan per Periode c. Rasio Aktivitas Piutang Rasio Perputaran Piutang/Receivable Turn Over ratio (X3.1)
9 Universitas Sumatera Utara
merupakan variabel bebas ketiga yang menunjukkan kemampuan dari dana yang tertanam dalam piutang untuk berputar dalam suatu periode tertentu. Perumusan dapat diketahui sebagai berikut: Rasio Perputaran Piutang =
Penjualan Kredit Piutang Rata – rata
Periode Pengumpulan Piutang/Average Collection Period (X3.2) merupakan variabel bebas ketiga selanjutnya yang menunjukkan periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang. Perumusan dapat diketahui berikut ini: Periode rata-rata Pengumpulan Piutang =
360 Perputaran Piutang
d. Kemampuan Memperoleh Laba/Return On Investment (Y) merupakan variabel terikat dalam penelitian yang diukur dengan salah satu rasio rentabilitas, yaitu dengan menggunakan ROI yang bertujuan untuk menilai keberhasilan perusahaan secara keseluruhan, yang secara umum didefenisikan sebagai net income dibagi dengan total investasi. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Return On Investment = Laba Bersih Sesudah Pajak x 100% Total Aktiva 3. Jenis Data Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan data-data sebagai berikut: a. Data Sekunder Data sekunder perusahaan yaitu terdiri dari sejarah perkembangan perusahaan, struktur organisasi dan uraian tugas serta laporan keuangan yaitu berupa laporan arus kas, laporan hasil usaha cabang dan laporan piutang perusahaan. 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada PT. (Persero) Djakarta Lloyd yang berlamat di jalan Perintis Kemerdekaan No. 15 Medan. Waktu dan penelitian dimulai dari 07 November 2009 sampai dengan 05 Maret 2010.
10 Universitas Sumatera Utara
5. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data oleh yang penulis lakukan adalah sebagai berikut: a.
Studi dokumentasi Penulis mengumpulkan informasi yang bersumber dari laporan keuangan PT.(Persero) Djakarta Lloyd Medan tahun 2005 sampai dengan 2008, serta data-data lainnya yang berkaitan dengan penelitian baik itu yang bersumber dari perusahaan itu sendiri maupun dari buku ilmiah dan literatur pendukung lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian. b. Teknik wawancara Pada penelitian ini penulis melakukan tanya jawab langsung dengan karyawan yang berwenang memberikan informasi yang diperlukan. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan karyawan bagian keuangan yang tentunya menangani masalah berkaitan dengan penelitian.
6. Metode Analisis Data Penelitian dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan pelaksanaannya dengan menetapkan metode analisis data terlebih dahulu. Metode analisis data dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Metode Analisis Deskriptif Metode ini merupakan salah satu metode yang digunakan untuk melakukan pengumpulan, penyusunan dan analisis data mengenai sejarah, struktur organisasi dan kegiatan berupa laporan keuangan sehingga dapat memberikan yang hasil akurat mengenai masalah yang dihadapi untuk melakukan penelitian. b. Metode Analisis Korelasi Rank Spearman Metode analisis korelasi Rank oleh Spearman spearman digunakan untuk mengetahui hubungan atau menguji signifikan hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang digunakan berbentuk ordinal, dan sumber data antara variabel tidak harus sama (Syafrizal et all 2008:47). Penulis menggunakan bantuan aplikasi komputer program SPSS versi
11 Universitas Sumatera Utara
12,0 untuk mengerjakan metode ini. Korelasi Rank Spearmen (rs) dihitung dengan rumus sebagai beikut:
rs 1
6 di 2
n n2 1
Dimana: rs :
Koefisien korelasi rank spearman
di :
Selisih peringkat untuk setiap data
n
Jumlah sampel atau data
:
Nilai rs menggambarkan besarnya hubungan antara variabel. Nilai rs yang mendekati 1 berarti hubungan antara kedua variabel tersebut kuat dan bila nilai rs mendekati nol menggambarkan hubungan kedua variabel tersebut lemah dan mendekati tidak ada.Tanda positif (+) menunjukkan arah hubungan dua variabel yang positif dan tanda negatif (-) menunjukkan arah hubungan dua variabel yang negatif. Interpretasi koefisien korelasi adalah sebagai berikut:
Tabel 1.3 Pedoman Untuk memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,000 - 0,199 Sangat lemah 0,200 – 0,399 Lemah 0,400 – 0,599 Sedang 0,600 – 0,799 Kuat 0,800 – 1,000 Sangat Kuat c. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan adalah untuk mengetahui signifikansi dari koefisien korelasi spearman dengan menggunakan uji-t. Rumus yang digunakan:
tr
n2 1 r2
12 Universitas Sumatera Utara
Dimana: t
:
Nilai t yang dihitung
n
:
Jumlah sampel atau data
r
:
Koefisien korelasi
Dalam pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut: H0 : rs = 0, artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y. H1 : rs≠ 0, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y. Kriteria pengambilan keputusan: H0 diterima jika t tabel > thitung pada alpha = 5 % H1 diterima jika t tabel < thitung pada alpha = 5 %
13 Universitas Sumatera Utara