Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN RME BERBANTUAN MEDIA SEMI KONKRET TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VSD GUGUS 8 KECAMATAN GIANYAR, KABUPATEN GIANYARTAHUN AJARAN 2013/2014 I Md Sunari Adi1, I Gd Meter2, M.G Rini Kristiantari3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail :
[email protected],
[email protected],
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika pada kelas V SD Gugus 8 Gianyar yang dibelajarkan melalui model pembelajaran RME berbantuan media semi konkret dengan siswa yang dibelajarkan secara konvensional. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperimental) dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua SD Gugus 8 Gianyar. Sampel diambil dengan teknik Purposive Random Sampling karena hanya ada dua sekolah yang siswanya lebih dari 30 orang, kemudian untuk menentukan kelas yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan teknik undian. Data yang dikumpulkan adalah hasil belajar Matematika yang meliputi aspek kognitif. Nilai kognitif didapat dari tes hasil belajar bentuk pilihan ganda biasa. Data yang terkumpul dianalisis dengan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika antara siswa yang di belajarkan melalui model pembelajran RME berbantuan media semi konkret dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran secara konvensional. Berdasarkan hasil analisis diperoleh t hitung sebesar 2,29, dengan menggunakan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) atau taraf kepercayaan 95% dengan dk = 68 diperoleh ttabel sebesar 2,000. Ini berarti thitung > ttabel (2,29 > 2,00). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran RME berbantuan media semi konkret berpengaruh terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Gugus 8 Gianyar. Kata kunci : model pembelajaran RME berbantuan media semi konkret, hasil belajar matematika. ABSTRACT The purpose of this research is to determine the significant differences of mathematic learning achievement at the V grade students of SD Gugus 8 Gianyar Regency that learned through the RME learning model assisted by semi-concrete media than the class that learned through conventional learning model. This research was a quasiexperimental study with Nonequivalent Control Group Design. Thepopulation of this research is all the students in SD Gugus 8 Gianyar Regency. The sample of this research is implementing the purposive sampling technique because there were only two schools that have more than 30 students, and for choosing the control class and experimental class is using random sampling technique. The data collected is the achievements of learning mathematic includecognitive aspect. The cognitive point was gain from the test of multiple chooses and then analysis by t-test. The result showed that there were significant differences of mathematic learning achievement between the students who learned through RME learning model assisted by semi-concrete than the students who learned through conventional learning model. Based on the analysis abtainthitung was 2.29, with standard significant 5% (α=0.05) or the
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) reliance standard 95% with dk=68 obtainttabel about 2.00. It’s means that thitung > ttabel (2.29 > 2.00) So, it can be conclude that RME learning model assisted by semi-concrete media give significant differences toward the student’s mathematic learning achievement at the fifth grade SD Gugus 8 Gianyar Regency. Key words: RME learning model assisted by semi-concrete media, mathematic learning achievement.
PENDAHULUAN Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dengan kemampuan di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di tingkat sekolah sekolah dasar. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di tingkat sekolah sekolah dasar. Menurut Bruner (dalam Pitajeng 2006:3) belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubunganhubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika. Seperti hal nya Bruner, Dienes (dalam Aisyah dkk 2007 : 2–9) mengemukakan bahwa tiaptiap konsep dan prinsip dalam matematika yang di sajikan dalam bentuk yang konkret akan dapat dipahami dengan baik. Ini berarti belajar matematika harus bertahan dari konsep yang sederhana ke konsep yang lebih kompleks atau dari tahap yang konkret ke tahap yang lebih abstrak. Menurut Gagne dan Briggs, melukiskan pembelajaran sebagai “Upaya orang yang tujuannya membantu orang belajar” (dalam Aisyah, dkk 2007 : 1–3) secara lebih terperinci gagne mendefinisikan pembelajaran sebagai seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya proses belajar yang sifatnya internal. Sutatu pengertian yang hampir sama di kemukakan oleh Trianto (2010:17) pembelajaran pada hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk memebelajarkan siswanya dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi yang intens dan terarah menuju suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya. Pembelajaran matematika menurut Aisyah, dkk (2007:1-4) adalah proses yang segaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang melaksanakan kegiatan belajar matematika dan proses tersebut bukan berpusat pada guru mengajar matematika. Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika. Pembelajaran Matematika di SD merupakan salah satu kajian yang selalu menarik untuk dikemukakan karena adanya perbedaan karakteristik khususnya antara hakikat anak dengan hakikat Matematika. Untuk itu diperlukan adanya jembatan yang dapat menetralisir perbedaan atau pertentangan tersebut. Anak usia SD sedang mengalami perkembangan dalam tingkat berfikirnya. Ini karena tahap berfikir mereka masih belum formal, para siswa SD yang masih di kelas rendah bukan tidak mungkin sebagian dari mereka tahap berfikirnya masih berada dalam tahapan pra konkret. Dari tahapan tersebut siswa akan mampu bernalar sesuai dengan tingkatan usianya khusunya dalam pembelajaran matematika. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Oleh karena itu matematika dapat digunakan sebagai sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Pada pembelajaran matematika, masalah kontekstual dapat dihadirkan dari situasi yang pernah dialami oleh siswa baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat atau pun situasi yang berkaitan dengan matematika itu sendiri. Menurut Van de Henvel-Panhuizen (dalam Suharta, 2003: 2), “bila anak belajar matematika terpisah dari pengalaman mereka sehari-hari, maka anak cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan matematika.” Berdasarkan pendapat tersebut pembelajaran matematika di kelas hendaknya ditekankan pada keterkaitan antara konsep-konsep matematika dengan pengalaman anak sehari-hari. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di SD Gugus 8 Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar didapatkan bahwa nilai rata-rata dari kelas V yang ada adalah 68 dan KKM yang ditentukan adalah 70. Dari data tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar Matematika pada tahun pelajaran 2013/2014 masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini disebabkan proses pembelajaran pada pelajaran matematika selama ini masih menggunakan metode pembelajaran konvensional. Trianto (2011:58) menyatakan dalam pembelajaran konvensional guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok, selain itu pembagian kelompok bersifat homogen dan guru kurang memperhatikan proses dalam kelompok. Pada umumnya guru disekolah mempokuskan diri pada upaya penuangan pengetahuan kepada para siswa tanpa memperhatikan konsepsi siswa atau gagasan-gagasan yang telah ada dalam diri siswa. Pembelajaran konvensional mengakibatkan siswa sangat tergantung pada guru, hal ini dapat mengakibatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran kurang optimal dan kurangnya variasi guru dalam pembelajaran dapat membuat siswa bosan belajar. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu upaya perbaikan terhadap kualitas pembelajaran
matematika. Salah satu pembelajaran yang berpotensi mengembangkan kecakapan matematika adalah denganmenggunakan model pembelajaranRealistic Mathematics Education (RME). Pendekatan Matematika Realistik adalah salah satu pendekatan belajar matematika yang di kembangkan untuk mendekatkan matematika kepada siwa dengan menghubungkan konteks nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Matematika Realistik pertama kali di kembangkan di Belanda pada tahun 1971. Gagasan itu pada awalnya merupakan reaksi penolakan kalangan pendidik matematika dan matematikawan Belanda terhadap gerakan matematika modern yang melanda dunia saat itu (Gravameijer, 1994). Mulai tahun 1990 Pembelajaran Matematika Realistik merupakan pendekatan dalam pendidikan Matematika,diadaptasi dari beberapa sekolah di Amerika Serikat. Pendekatan ini muncul dengan nama kurikulum Mathematics in Contex (romberg, 1998). Sedangkan untuk Indonesia sendiri pembelajaran Matematika Realistik ini diperkenalkan sejak tahun 2001 di beberapa Perguruan Tinggi secara kolaboratif melalui Proyek Pendidikan Matematika Realistik. Pembelajaran ini menekankan pentingnya konteks nyata (Gravemeijer, 1994) merupakan bagian inti dan dijadikan starting point dalam pembelajaran matematika. Di sini konteks nyata diartikan sebagai segala sesuatu yang berada di luar matematika, seperti kehidupan sehari-hari, lingkungan sekitar, bahkan mata pelajaran lain pun dapat dianggap sebagai dunia nyata. Dunia nyata digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika untuk menekankan bahwa proses lebih penting daripada hasil. Dalam RME, proses belajar mempunyai peranan penting. Rute belajar (learning route) dimana menekankan agar siswa mampu menemukan sendiri konsep dan ide matematika, harus ditetapkan (Gravemeijer, 1997). Dalam pradigma baru pendidikan sekarang ini juga lebih menekankan pada siswa sebagai manusia
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Dalam RME, siswa dipandang sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya sehingga siswa dapat mengembangkan pengetahuan tersebut apabila diberikan kesempatan untuk mengembangkannya, dengan demikian, siswa harus aktif dalam pencarian dan pengembangan pengetahuannya. Salah satu karakteristik dalam pembelajaran matematika realistik adalah penemuan konsep dan pemecahan masalah sebagai hasil sumbang gagasan para siswa. Kontribusi gagasan tersebut dapat diwujudkan melalui proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat interaksi antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru atau antara siswa dengan lingkungannya. Dengan demikian, selain ada aktivitas mental yang bersifat personal, dalam pembelajaran matematika realistik guru perlu mendorong munculnya interaksi sosial antar anggota kelas dalam proses pembelajaran Menurut (Aisyah, dkk 2007:7.18) menyatakan ada lima karakteristik dalam pendekatan RME sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran matematika. Kelima karakteristik itu adalah sebagai berikut: 1) Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dai dunia nyata. 2) Dunia abstrak dan nyata harus dijembatani oleh model. Model harus sesuai dengan tingkat abstraksi yang harus dipelajari oleh siswa. 3) Siswa dapat menggunakan strategi, bahasa, atau simbol mereka sendiri dalam proses matematika akan dunia mereka. 4) Proses pembelajaran harus interaktif. Interaksi baik antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam pembelajaran matematika. 5) Hubungan di antara bagian-bagian dalam matematika, dengan disiplin ilmu lain dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah. Menurut Sujadi (dalam Kusumaningrum 2009: 20) langkahlangkah pembelajaran Matematika dengan RME terbagi atas lima langkah sebagai
berikut. a) Memahami soal kontekstual. Guru memberikan masalah (soal) kontekstual dalam kehidupan sehari-hari siswa. b) Menjelaskan masalah kontekstual. Setelah siswa memahami masalah kontekstual yang diberikan beberapa siswa diberi kesempatan untuk menjelaskan apa yang dipahami dari masalah tersebut. c) Menyelesaikan masalah kontekstual. Siswa secara individu atau kelompok menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri. d) Membandingkan dan mendiskusikan jawaban. Guru menyediakan waktu dan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban secara berkelomok, kemudian diperiksa dan diperbaiki selanjutnya didiskusikan di dalam kelas. e) Menyilmpulkan. Dari hasil diskusi guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan terhadap suatu konsep atau prosedur yang mereka pelajari. RME sebagai salah satu model pembelajaran matematika, maka RME dapat memberikan kesempatan bagi guru untuk mengembangkan potensi dan kreativitas dalam hal pengelolaan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran RME ini setiap guru dapat mengembangkan materi pembelajaran sehingga, materi ajar yang sesuai dengan karakteristik RME dapat memanfaatkan berbagai konteks yang dikenal oleh siswa untuk dijadikan sumber atau media dalam proses matematisasi sebuah konsep matematika. Kelebihan dari model RME (Realistic Mathematics Education)menurut Suwarsono (dalam Fitriani, 2010) antara lain (1) Memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari (dunia nyata) dengan kegunaan matematika pada umumnya bagi manusia. (2) Memberikan pengertian jelas dan operasional kepada siswa bahwa matematika adalah suatu kajian yang dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar dalam hal tersebut. (3)Memberikan pengertian jelas dan operasional kepada
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
siswa bahwa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal dan tidak harus sama antar yang satu dengan orang yang lain. (4) Memberikan pengertian jelas dan operasional kepada siswa bahwa dalam mempelajari matematika, proses pembelajaran merupakan sesuatu yang utama dan untuk mempelajari. Selain dengan model agar proses pembelajaran lebih bermakna, digunakan sebuah media pembelajaran. Menurut Sumiati ( 2009:160 ) menyatakan media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk penyaluran pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. media yang digunakan dalam model ini yaitu media semi konkret berupa garis bilangan digunakan untuk menjelaskan sebagian pengerjaan hitung pada operasi hitung bilangan bulat, khususnya pada bilangan bulat negatif. Himpunan bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat negatif, bilangan nol dan bilangan bulat positif. Dalam menggunakan garis bilangan ini sebaiknya kita menyiapkan kapur berwarna atau spidol berwarna, sehingga warna untuk lambang bilangan pada garis bilangan dengan lambang bilangan yang menunjukkan langkah-langkah pengerjaannya berbeda (Karso, dkk, 1998). Penggunaan media garis bilangan yang tepat dapat meningkatkan pembelajaran matematika tentang bilangan bulat. Sebelum digunakan media garis bilangan dalam pembelajaran matematika, ketika mengerjakan soal siswa hanya mengandalkan ingatan materi yang ada di otaknya sehingga materi yang dibahas awal sering lupa. Anak belum mampu berpikir secara abstrak sehingga dengan adanya media garis bilangan siswa dapat mengkonkretkan dan memperjelas masalah. Model pembelajaran RME berbantuan media semi konkret sangat erat kaitannya dengan hasil belajar. Biasanya pada umumnya dalam memberikan pembelajaran guru masih menggunakan metode konvensional yang
menyebabkan siswa merasa cepat bosan dalam menerima pembelajaran. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1991:523) konvensional artinya berdasarkan kebiasaan atau tradisional.Jadi, pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru.Pada umumnya pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang lebih terpusat pada guru. Akibatnya terjadi praktik belajar pembelajaran yang kurang optimal karena guru membuat siswa pasif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Metode mengajar yang lebih banyak digunakan guru dalam pendekatan pembelajaran konvensional adalah metode ekspositori. Menurut Suherman (2008:33), metode ekspositori adalah ceramah sebagai metode dominan, tapi divariasikan dengan penggunaan metode lain dan disertai dengan ilustrasi gambar atau tulisan tentang pokok-pokok materi untuk diekspos sehingga lebih menjelaskan sajian. Menurut sukandi (2003) kelemahan pembelajaran konvensional antara lain: (1) dalam proses pembelajaran lebih cenderung berpusat pada guru (teacher center). (2) dalam proses pembelajaran siswa lebih banyak menerima informasi bersifat abstrak dan teoritis, (3) siswa adalah sebagai penerima informasi, (4) siswa cenderung belajar secara individual dan (5) prilaku dibangun atas kebiasaan. Sedangkan menurut Trianto (2011:58-59) dalam kelompok belajar konvensional memiliki kelemahan yaitu: (1) guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau atau menggantungkan diri pada kelompok, (2) kelompok belajar biasanya bersifat homogen, (3) keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan, (4) pemantauan melalui observasi sering tidak dilakukan oleh guru saat belajar kelompok sedang berlangsung, dan (5) penekanan sering hanya pada penilaian tugas. metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contohcontoh latihan pemecahan masalah dalam
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Model pembelajaran RME berperan aktif dalam pembelajaran yang siswa terima karena dlam pembelajaran ini dikaitkan dengan pengalaman yang mereka alami dalam kehidupan nyata. Tujuan dari penelitian ini terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar
matematika antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education) berbantuan media semi konkret dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Semester 1 SD Gugus 8 Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar tahun ajaran 2013/2014.
METODE Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas V SD Gugus 8 Gianyar yang berjumlah 157 orang yang terdiri dari lima kelas yaitu kelas V SDN 1 Siangan yang berjumlah 34 orang siswa, kelas V SDN 2 Siangan yang berjumlah 17 orang siswa, kelas V SDN 3 Siangan yang berjumlah 36 orang siswa, kelas V SDN 1 Suwat yang berjumlah 26 orang siswa, kelas V SDN 1 Sumita yang berjumlah 16 orang siswa, kelas V SDN 2 Sumita yang berjumlah 28 orang siswa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknikteknik Purposive random sampling. Hal ini berdasarkan pertimbangan karena di SD gugus 8 Gianyar siswa kelas V yang jumlahnya diatas 30 siswa, yakni SD N 1 Siangan yang siswanya berjumlah 34 siswa dan SD N 3 Siangan yang siswanya berjumlah 36 siswa. Setelah terpilih 2 kelas sebagai sampel kemudian dilakukan uji kesetaraan terhadap dua kelas tersebut. Untuk menguji kesetaraan dua kelas tersebut, dilakukan uji-t kesetaraan. Uji kesetaraan dilakukan dengan menggunakan data nilai ulangan umum siswa kelas V semester ganjil. Setelah dilakukan uji setara selanjutnya dilakukan lagi pengunduian untuk menentukan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dari hasil perhitungan diperoleh thitung sebesar 0,08, sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5 % dan dk = n1 + n2 – 2 = 36 + 34 – 2 = 68, adalah 2,00. Oleh karena itu nilai thitung < ttabel, maka kedua kelompok dinyatakan setara. Dari hasil perhitungan di dapat bahwa kedua sampel itu setara. Kemudian untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dengan teknik random sampling sehingga didapat kelas
V SDN 3 Siangan sebagai kelompok eksperimen dimana kelompok eksperimen ini dibelajarkan menggunakan model pembelajaran RME berbantuan media semi konkret dan kelas V SDN 1 Siangan sebagai kelompok kontrol dimana kelas kontrol ini dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional Dalam penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran rme berbantuan media semi konkret dan variabel terikatnya adalah hasil belajar matematika. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes. Metode tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar matematika. Tes ini diberikan kepada siswa kelompok eksperimen yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran rme berbantuan media semi konkret dan pada kelompok kontrol yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konnsiol. Bentuk tes dan kualitas tes yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama. Tes yang diberikan adalah tes objektif dalam bentuk pilihan ganda. Pada akhir penelitian data tes inilah yang dijadikan acuan untuk menarik kesimpulan. Setelah tersusun instrumen, agar dapat diketahui kelayakan instrumen yang akan dipergunakan sebagai instrumen penelitian maka akan di uji secara empirik. Dalam penelitian ini jumlah butir soal yang digunakan sebanyak 40 soal. Untuk mengukur kevalidan instrument penelitian yang dalam hal ini tes hasil belajar yang
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
berbentuk tes objektif pilihan ganda tentu ada langkah-langkah untuk menguji instrument penelitian ini, yaitu dengan: a) Uji Validitas Tes, b) Uji Reliabilitas Tes, c) Uji Daya Beda, d) Indeks Kesukaran Hasil Tes. Berdasarkan uji validitas tes didapat 33 soal yang valid dan 7 soal yang tidak valid. Hasil perhitungan reliabilitas tes hasil belajar menggunakan rumus KR-20, dengan bantuan Microsoft excel 2007 adalah sebesar 0,89. Dengan koefisien reliabilitas 0,89 itu pada akhirnya dapat dinyatakan bahwa tes hasil belajar tersebut memiliki reliabilitas tes yang tinggi (r11 sama dengan 0,7) sehingga dapat dinyatakan pula bahwa tes hasil belajar itu sudah memiliki kualitas yang baik. Berdasarkan penghitungan daya beda menggunakan microsoft excel 2007, dari 33 butir tes yang telah dinyatakan valid dalam uji validitas dan reliabel dalam uji reliabilitas maka didapat 1 butir soal yang masuk dalam kriteria daya beda kurang baik. Diperoleh juga 7 butir soal yang masuk dalam kriteria daya beda cukup baik. 19 butir soal yang masuk dalam kriteria daya beda baik. Serta 6 butir soal masuk dalam kriteria daya beda sangat baik. Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran menggunakan microsoft excel 2007, maka dari 33 butir tes yang telah dinyatakan valid dalam uji validitas dan reliabel dalam uji reliabilitas didapat 5 butir soal masuk dalam kriteria tingkat kesukaran sukar, 15 butir soal masuk dalam kriteria tingkat kesukaran sedang, serta 13 butir soal masuk dalam kriteria tingkat kesukaran mudah. Dari uji validitas, reliabilitas, daya beda, dan HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan nilai rata-rata siswa kelas V SDN 3 Siangan sebagai kelompok eksperimen yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran RME berbantuan media semi konkret adalah 75,97 dengan varians sebesar 89,17 dan standar deviasi 9,44. Sedangkan nilai rata-rata siswa kelas V SDN 1 Siangan sebagai kelompok kontrol yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional adalah 70,09 dengan varians sebesar 139,84 dan
tingkat kesukaran item tes instrument hasil belajar maka instrument yang dapat digunakan hanya sebanyak 33 butir soal. Dari 33 butir soal yang dapat digunakan, hanya 30 soal yang sudah valid, reliabel, sesuai dengan tingkat kesukaran dan daya beda serta telah mewakili indikator sesuai dengan kisi-kisi tes. Kemudian ke 30 butir soal tersebut yang diujikan kepada kelompok kelas kontrol dan kelas eksperimen pada tahap pengakhiran eksperimen. Kemudian, pelaksanaan penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan model pembelajaran RME berbantuan media semi konkret pada kelas eksperimen, dan Pembelajaran secara konvensional pada kelas kontrol. Setelah selesai memberikan perlakuan, kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan post-test dengan kualitas yang sama yang akan menjadi nilai kognitif siswa. Data yang diperoleh untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, sebelum masuk dalam pengujian hipotesis terlebih dahulu data harus lulus uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas varians. Untuk uji normalitas menggunakan analisis chi-square. Untuk uji homogenitas varians menggunakan analisis anava havley. Setelah data lulus uji prasyarat kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesis menggunakan analisis uji-t sampel tidak berkolerasi. Uji prasyarat analisis menggunakan uji normalitas dengan menggunakan Chisquare, uji homogenitas varians di uji dengan menggunakan uji F dan uji hipotesis dengan mengguanakan uji t.
standar deviasi 11,81. Dari data tersebut menunjukan bahwa kelompok eksperimen melalui model pembelajaran RME berbantuan media semi konkret memiliki nilai rata-rata hasil belajar Matematika yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol dengan model pembelajaran konvensional. Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji prasyarat ini merupakan syarat yang harus ditempuh
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
untuk menentukan apakah data yang diperoleh bisa dilanjutkan ke uji-t untuk pengujian hipotesis. Data yang diuji, adalah data dari nilai akhir hasil belajar Matematika yang meliputi nilai kognitif siswa. Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah uji hipotesis dengan statistik parametrik bisa dilakukan atau tidak. Arikunto (2006:259) berpendapat bahwa “uji normalitas bertujuan untuk menjawab pertanyaan apakah sampel yang diambil dari populasi berdistribusi normal atau tidak”. Apabila sebaran data sudah berdistribusi normal, maka uji lanjut dengan menggunakan statistik parametrik bisa dilakukan. Sebaliknya, bila data tidak berdistribusi normal maka uji lanjut dengan menggunakan statistik parametrik tidak bisa dilakukan, tetapi menggunakan statistik non parametrik. Untuk mengetahui apakah sebaran data skor hasil belajar Matematika siswa masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak, digunakan analisis Chi-Square. Berdasarkan analisis chi-square pada kelas eksperimen diperoleh thitung sebesar 9,49. sedangkan untuk taraf signifikansi 5 % ( = 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh = 11,07, karena . Ini berarti sebaran data nilai hasil belajar Matematika di SD Negeri 3 Siangan berdistribusi normal. sedangkan analisis chi-square pada kelas kontrol diperoleh thitung sebesar 2,76. sedangkan untuk taraf signifikansi 5 % ( = 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh = 11,07, karena
terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok. Sugiyono (2011:276) berpendapat bahwa “uji homogenitas varians bertujuan untuk menentukan apakah kedua kelompok homogeny atau tidak”. Uji homogenitas data dilakukan dengan analisis Anava Havley. Dengan kriteria penghitungan data homogen jika Fhitung ˂ Ftabel sebaliknya data tidak homogen jika Fhitung ˂ Ftabel. Berdasarkan analisis anava havley di atas, diperoleh Fhitung sebesar 1,56. Kemudian dibandingkan dengan nilai Ftabel. Derajat kebebasan pembilang 36 – 1 = 35 dan derajat kebebasan penyebut 34 – 1 = 33 dengan taraf signifikansi 5 %, maka diperoleh Ftabel = 1,76. Jadi nilai Fhitung < Ftabel , ini berarti nilai hasil belajar Matematika ke dua sekolah yaitu SD Negeri 3 Siangan dengan SD Negeri 1 Siangan homogen. Dari uji prasyarat analisis data, diperoleh bahwa hasil belajar Matematika pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang meliputi nilai kognitif siswa berdistribusi normal dan homogen. Setelah data lulus uji prasyarat, selanjutnya akan dilakukan pengujian hipotesis penelitian (Ha) dan hipotesis nol (H0). Pengujian hipotesis ini, menggunakan uji-t sampel tidak berkolerasi dengan kriteria pengujian jika thitung > ttabel maka Ha diterima dan H0 ditolak sebaliknya jika thitung ˂ ttabel maka Ha ditolak dan H0 diterima. Analisis pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan analisis polled varian sebagai berikut. Dari hasil perhitungan uji-t sampel tidak berkolerasi diperoleh thitung sebesar 2,29. Kemudian dibandingkan dengan ttabel dengan menggunakan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) atau taraf kepercayaan 95% dengan dk = 68 diperoleh ttabel sebesar 2,000. Ini berarti thitung > ttabel (2,29 > 2,00). Maka H0 ditolak dan Ha diterima. Rangkuman hasil perhitungan uji-t antar kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 1.
. Ini berarti sebaran data nilai hasil belajar Matematika di SD Negeri 1 Siangan berdistribusi normal. Karena kedua data yang didapat dari hasil belajar Matematika berdistribusi normal, maka dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu uji homogenitas varians. Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar Tabel 1. Tabel Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t Data
thitung
ttabel (5%)
Status
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Hasil belajar kelas eksperimen dan kelas control
2,29
2,00
Ha diterima
Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika pada kelas yang dibelajarkan melalui model pembelajaran RME berbantuan media semi konkret dengan kelas yang dibelajarkan secara konvensional siswa kelas V SD Gugus 8 Gianyar.
Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian dari kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan Model pembelajaran RME berbantuan media semi konkret dan kelas kontrol yang dibelajarkan secara konvensional dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh yang berbeda pada hasil belajar Matematika yang meliputi nilai kognitif siswa.
Berdasarkan uji-t diperoleh thitung > ttabel berarti hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika pada kelas yang dibelajarkan melalui pembelajaran RME berbantuan media semi konkret dengan kelas yang dibelajarkan secara konvensional siswa kelas V SD Gugus 8 Gianyar pada taraf signifikansi 0,05 diterima. hal ini mengandung arti bahwa siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran RME berbantuan media semi konkret hasil belajarnya lebih baik daripada siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada standar kompetensi melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran RME adalah salah satu pendekatan belajar matematika yang di kembangkan untuk mendekatkan matematika kepada siwa dengan menghubungkan konteks nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan mereka. Dalam model pembelajaran RME siswa bertindak sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali sendiri materi pembelajaran yang dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. RME sebagai salah satu model pembelajaran matematika, maka RME dapat memberikan kesempatan bagi guru untuk mengembangkan potensi dan kreativitas dalam hal pengelolaan pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran dengan model pembelajaran RME ini setiap guru dapat mengembangkan materi pembelajaran sehingga, materi ajar yang sesuai dengan karakteristik RME dapat memanfaatkan berbagai konteks yang dikenal oleh siswa untuk dijadikan sumber atau media dalam proses matematisasi sebuah konsep matematika. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Ni Luh Putu Budi Maeni (2012), berkesimpulan bahwa hasil belajar siswa kelas IV SD Gugus 6 Mengwi, Badung pada pokok bahasan Pecahan dapat ditingkatkan melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME). Bedanya dalam penelitian ini dilaksanakan pada kelas V dengan materi yang berbeda yaitu operasi hitung bilangan bulat dan dalam proses pembelajarannya alangkah bagusnya selain dengan model agar proses pembelajaran lebih bermakna, digunakan sebuah media pembelajaran. media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk penyaluran pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. media yang digunakan dalam model ini yaitu media semi konkret berupa garis bilangan, digunakan untuk menjelaskan sebagian pengerjaan operasi hitung. Berbeda dengan pembelajaran Matematika yang menggunakan model pembelajaran konvensional, selama proses pembelajaran siswa terlihat kurang aktif. Siswa hanya terpusat pada guru yang lebih banyak memberikan ceramah dari pada kegiatan yang melibatkan siswa
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
secara aktif. Pembelajaran konvensional mengakibatkan siswa sangat tergantung pada guru, hal ini dapat mengakibatkan aktivitas siswa dalam belajar menjadi kurang optimal. Sehingga siswa hanya menerima apa yang disampaikan guru dan proses pembelajaran cenderung membosankan. Hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education) berbantuan media semi konkret dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Semester 1 SD Gugus 8 Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar tahun ajaran 2013/2014
SIMPULAN DAN SARAN Dari perhitungan uji-t pada bab sebelumnya dengan menggunakan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) atau taraf kepercayaan 95% dengan dk = 68, diperoleh ttabel sebesar 2,000 dan thitung sebesar 2,29. Kedua nilai tersebut dibandingkan maka diperoleh thitung > ttabel (2,29 > 2,00). Dari perbandingan ini maka hipotesis observasi ditolak dan hipotesis alternative diterima, ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran RME berbantuan media semi konkret dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran secara konvensional. Adapun saran yang dapat disampaikan setelah melaksanakan dan memperoleh hasil dari penelitian yaitu: a) Bagi guru dengan diadakan penelitian ini, guru disarankan untuk lebih
mengembangkan inovasi dalam menerapkan suatu model pembelajaran khususnya dengan model pembelajaran RME berbantuan media semi konkret khususnya pada mata pelajaran Matematika sehingga proses pembelajaran menjadi bermakna. b) Bagi siswa diharapkan dengan penelitian ini, siswa menjadi aktif dan dapat menemukan konsep baru dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi bermakna khususnya dalam mata pelajaran Matematika. c) Bagi sekolah diharapkan dengan hasil penelitian ini sekolah mampu mengadakan kebijakan baru terkait dengan meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah. d) Bagi peneliti lain diharapkan peneliti selanjutnya melakukan penelitian dengan skup yang lebih luas, sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih komprehensip.
DAFTAR RUJUKAN Aisyah,
Nyimas, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Depdiknas.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Penelitian (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Azwar, Saifudin. 1992. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Ftriani,
nur. 2010. “ Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik Setting Kooperatif Materi
Arietmatika Sosial Pada Siswa Kelas VII SMP)”. Tersedia Pada http://www.masbied.com/2010/03/2 0/implementasi-pembelajaranmatematika-realistik-settingkooperatif-materi-arietmatikasosial-pada-siswa-kelas-vii-smp/. (diakses 1 September 2013) Karso, 1998. Pendidikan Matematika I. Jakarta: Universitas Terbuka. Maeni, Ni Luh Putu Budi. 2012. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Matematika Realistic Education (RME) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Gugus 6 Mengwi, Badung . Skripsi (tidak diterbitkan). UNDIKSHA.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Pitajeng, 2006. Pembelajaran Matematika Yang Menyenangkan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif,kualitatif, dan R&B . Bandung : Alfabeta ............... 2013. Metode Penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif,kualitatif, dan R&B . Bandung : Alfabeta Suharta. 2005. “Matematika Realistik apa dan bagaimana” Tersedia Pada http://www.depdiknas.go.id (diakses pada tanggal 9 Maret 2013) Suherman, E. 2008. Belajar dan Pembelajaran Matematika. Bandung: Alfabeta. Sumiati. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima Sukandi, ujang 2003. Pembelajaran Konvensional. Tersedia pada http://sunartombs.wordpress.co m/2009/03/02pembelajarankonvensional-banyak-dikritiknamun-paling-disukai/. (Diakses 11 Maret 2013). Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inofatif Progresif. Jakarta: Kencana Pernada Media Group Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Gravemeijer, K. 1997. Developing Realistic Mathematics Education. Utrech Preudenthal Institute.