e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INSIDE OUTSIDE CIRCLE (IOC) TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V TAHUN PELAJARAN 2013/2014 DI GUGUS VII KECAMATAN SAWAN Kd Megawati1, I Nym Murda2, Pt Nanci Riastini3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e–mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Inside Outside Circle (IOC). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Inside Outside Circle (IOC) dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V tahun pelajaran 2013/2014 di gugus VII Kecamatan Sawan. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di Gugus VII Kecamatan Sawan tahun pelajaran 2013/2014. Sampel penelitian ini diambil dengan simple random sampling dengan tehnik undian. Dari hasil undian diperoleh SD Negeri 3 Sinabun sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 32 orang dan SD Negeri 3 Suwug sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 20 orang. Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode tes dan instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar berupa pilihan ganda, yang berjumlah 30. Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji–t) polled varians. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran Inside Outside Circle (IOC) dan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Nilai rata-rata untuk kelas eksperimen sebesar 19,44 sedangkan untuk kelas kontrol sebesar 15,40. Selain itu, analisis data menggunakan uji-t diperoleh thitung = 14,49 lebih besar dibandingkan dengan ttabel=2,007 pada taraf signifikansi 5%. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif Inside Outside Circle (IOC) berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif IPA siswa kelas V tahun pelajaran 2013/2014 di gugus VII Kecamatan Sawan. Kata kunci:
model IOC, hasil belajar IPA.
Abstract The research used type of cooperative learning model of Inside Outside Circle (IOC). The aimed of this research is to know the difference of science learning achievement between student groups that have been studied by cooperative learning model of Inside Outside Circle (IOC) type and student groups that have been studied conventional learning model of fifth grade student of year 2013/2014 in cluster VII of Sawan District. The kind of this research is quasi-experiment research. The population of this research is all of students of fifth grade in cluster VII of Sawan District of academic year 2013/2014. The sample was taken by simple random sampling with lottery technique. From lottery result obtained by Elementary School number 3 of Sinabun as a experiment class with 32 students and Elementary School number 3 of Suwug as a control class with 20 students. This Research
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 data is obtained by using learning achievement test method and instrument which use is of multiple choices, by total student is 30 people. The data is analyzed by using descriptive statistical analysis and inferential statistic (uji-t) polled varians. The result of the research indicates that there are the difference in science learning achievement between student groups that have studied using learning Inside Outside Circle (IOC) model and student groups that have studied using conventional learning model. Average score for the experiment class is 19,44 and for the control class is 15,40. Besides that, data analysis used uji-t that is obtained tvalue = 14,49 is bigger than ttable=2,007 at 5% of significant level. Thereby, cooperative learning model of Inside Outside Circle (IOC) have an effect on to cognitive science learning achievement of fifth grade of academic year 2013/2014 in cluster VII of Sawan District. Key words: model IOC, science learning achievement
PENDAHULUAN Pendidikan IPA merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki siswa yang berperan penting dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Peran penting tersebut mengacu pada luaran siswa yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis, dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat sebagai dampak perkembangan IPA dan teknologi. Selain itu, pembelajaran IPA di SD menurut KTSP (2006:2) bertujuan untuk: (1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsepkonsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, (6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan kejenjang SMP atau MTs. Mengacu pada tujuan-tujuan di atas, pembelajaran IPA hendaknya menyediakan peluang kepada siswa untuk belajar tentang fakta-fakta dan teori-teori, mengembangkan
sikap ilmiah, dan keterampilan melakukan metode ilmiah. Berkaitan dengan hal itu, para guru hendaknya memfasilitasi tercapainya tujuan tersebut dengan berbagai cara, seperti menciptakan pembelajaran yang inovatif di kelas. Namun kenyataannya, hasil belajar IPA siswa masih rendah dan jauh dari yang diharapkan. Hal ini disebabkan pada saat proses pembelajaran yang dilakukan guru masih berpusat pada guru (teacher center), sehingga siswa menjadi pasif dan kemampuan berpikirnya menjadi kurang berkembang. Disamping itu, siswa hanya menerima informasi yang disampaikan oleh guru saja. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa menjadi rendah. Sebagai bukti berdasarkan hasil observasi di 6 SD yang ada di gugus VII Kecamatan Sawan pada tanggal 6 Maret 2013, tampak bahwa pembelajaran IPA belum maksimal. Hal ini dikarenakan: 1) pembelajaran masih didominasi oleh guru dengan berpatokan pada buku sumber, sedangkan siswa hanya mencatat apa yang disampaikan oleh guru, 2) masih ada siswa yang pasif dan takut untuk bertanya kepada guru, 3) masih ada siswa yang bermainmain saat pembelajaran dan, 4) pembelajaran cenderung berlangsung singkat. Pembelajaran diawali dengan penjelasan materi oleh guru, diikuti latihan soal dan tanya jawab. Hal ini menyebabkan waktu pembelajaran banyak tersisa. Kegiatan-kegiatan yang demikian ternyata berdampak pada tidak tercapainya standar hasil belajar IPA ranah kognitif siswa kelas V di SD Gugus VII Kecamatan Sawan. Nilai rata-rata IPA siswa kelas V di SD Gugus VII Kecamatan Sawan dapat dilihat pada tabel
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 berikut, berdasarkan hasil studi dokumen,
tanggal 6 Maret 2013.
Tabel 1. Data hasil studi dokumen nilai IPA siswa kelas V gugus VII Kecamatan Sawan No Nama Sekolah Rata-Rata Nilai Siswa 1 SD Negeri 1 Sinabun 63 2 SD Negeri 2 Sinabun 64 3 SD Negeri 3 Sinabun 63 4 SD Negeri 1 Suwug 63 5 SD Negeri 2 Suwug 62 6 SD Negeri 3 Suwug 63 Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata nilai siswa berada pada rentangan 60-64. Jika dikonversikan terhadap PAP, rentangan tersebut berada pada katagori kurang. Mengacu pada permasalahan di atas, maka salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah menciptakan pembelajaran yang membuat siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Pembelajaran dengan model kooperatif tipe Inside Outside Circle (IOC) menjadi salah satu cara mewujudkan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, serta menyenangkan. Menurut Huda (2011:144) keunggulan metode ini adalah “adanya struktur yang jelas dan memungkingkan siswa berbagi dengan pasangan yang jelas berbeda dengan singkat dan teratur”. Selain itu, metode ini memungkinkan siswa untuk melatih kemampuan komunikasi siswa. Para siswa akan lebih mengerti apabila berkomunikasi dengan teman sejawatnya. Hal ini dikarenakan apabila siswa berkomunikasi dengan siswa lain maka bahasa yang digunakan akan lebih mudah di tangkap dan dipahami. Suyatno (2009:128) menyebutkan terdapat lima langkah utama dalam penerapan model IOC yaitu: (1) langkah pertama, separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar; (2) langkah kedua, separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran
pertama dan menghadap ke dalam; (3) langkah ketiga, kemudian dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan; (4) langkah keempat, siswa yang berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam, sehingga masing-masing siswa mendapat pasangan baru; (5) langkah terakhir, giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya. Oleh karena itu, berdasarkan uraian tersebut, maka dalam penelitian ini dikaji mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Inside Outside Circle (IOC) terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V Tahun Pelajaran 2013/2014 di Gugus VII Kecamatan Sawan. METODE Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen), karena tidak semua variabel dapat dikontrol dengan ketat. Populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian (Arikunto, 2006). Mengacu pada pendapat tersebut, maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas V di Gugus VII Kecamatan Sawan. Distribusi anggota populasi dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Distribusi anggota populasi penelitian No. Sekolah Dasar 1 SD Negeri 1 Suwug 2 SD Negeri 2 Suwug 3 SD Negeri 3 Suwug
Jumlah Siswa 24 11 22
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 4 5 6
SD Negeri 1 Sinabun 39 SD Negeri 2 Sinabun 29 SD Negeri 3 Sinabun 21 Total 146 Mengacu pada Tabel 2 di atas, teknik ini, yang menjadi kelompok dapat dilihat bahwa jumlah siswa pada eksperimen adalah SD Negeri 3 Sinabun gugus VII sebanyak 146 orang. Dan dapat dan yang menjadi kelompok kontrol adalah dilihat pula bahwa jumlah anak pada SD Negeri 3 Suwug. Kelompok eksperimen masing-masing sekolah serta nilai yang dibelajarkan dengan model pembelajaran diperoleh berbeda. Sebelum menguji IOC, sedangkan kelompok kontrol kesetaraan sampel dengan menggunakan dibelajarkan menggunakan model ANAVA satu jalur, ada beberapa hal yang pembelajaran konvensional. harus dilihat dari sampel dan nilai yang Penelitian ini melibatkan dua jenis didapatkan yaitu, sampel berasal dari variabel, yaitu variabel independent kelompok yang independen, varian antar (variabel terikat) dan variabel dependent kelompok harus homogen, serta data (variabel bebas). Kedua variabel penelitian masing-masing kelompok berdistribusi dijelaskan sebagai berikut. (1) Variabel normal.Untuk mengetahui kesetaraan hasil bebas dalam penelitian ini adalah model belajar kognitif IPA siswa kelas V di IOC yang digunakan pada kelompok masing-masing sekolah dasar tersebut, eksperimen, dan pembelajaran maka terlebih dahulu dilakukan uji konvensional pada kelompok kontrol. (2) kesetaraan dengan menggunakan analisis Variabel terikat dalam penelitian ini adalah varians satu jalur (ANAVA A). Berdasarkan hasil belajar kognitif IPA. Data yang ingin hasil analisis dengan ANAVA A, didapatkan diketahui dalam penelitian ini adalah hasil nilai Fhitung sebesar 0,008 dan nilai Ftabel belajar kognitif siswa pada mata pelajaran (pada taraf signifikan 5 %, dbA = 5, dan IPA. Metode pengumpulan data yang dbdalam = 140) sebesar 2,27. Artinya, digunakan adalah metode tes. Menurut Ftabel>Fhitung sehingga Ho diterima. Dapat Nurkancana dan Sunartana (1990:34), tes ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah suatu cara untuk mengadakan kognitif IPA siswa kelas V di Gugus VII penilaian yang berbentuk suatu tugas atau Kecamatan Sawan adalah setara. Hasil serangkaian tugas yang harus dikerjakan analisis dengan ANAVA A. oleh anak atau sekelompok anak sehingga Sampel adalah sebagian atau wakil menghasilkan suatu nilai tentang tingkah populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). laku atau prestasi anak tersebut, yang Untuk menentukan sampel, digunakan dapat dibandingkan dengan nilai yang teknik cluster random sampling, tetapi yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan dirandom adalah kelas. Pengambilan nilai standar yang ditetapkan. Rangkuman kelompok sampel anggota populasi metode dan alat pengumpulan data dapat dilakukan secara acak tanpa dilihat pada tabel 3 berikut. memperhatikan strata yang ada. Dengan Tabel 3. Metode dan alat pengumpulan data No.
Variabel
Metode
Instrumen
Sumber Data
Sifat Data
1
Hasil belajar ranah kognitif IPA
Tes
Tes pilihan ganda
Siswa
Interval (skor)
Tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif adalah tes berbentuk pilihan ganda, yang berjumlah 30. Tes pilihan ganda terdiri dari 4 pilihan dan satu jawaban benar. Jawaban benar
mendapat skor 1 dan skor 0 jika jawaban salah. Skor benar tiap item kemudian dijumlahkan. Jumlah tersebut merupakan skor variabel hasil belajar kognitif IPA. Skor
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data hasil belajar siswa yang diperoleh melalui post–test terhadap 32 orang siswa menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 25 dan skor terendah adalah 10. Berdasarkan tabel di atas, dapat
dideskripsikan mean (M), median (Md), modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s) dari data hasil belajar kelompok eksperimen, yaitu: mean (M) =19,44, median (Md) = 22,49, modus (Mo) = 22,91, varians (s2) =18,15, dan standar deviasi (s) =4,26 Data hasil belajar kelompok eksperimen, dapat disajikan ke dalam bentuk kurva poligon seperti pada Gambar 1 berikut. 15
Frekuensi
nol (0) merupakan skor minimal, sedangkan skor 30 merupakan skor maksimal. Tes pilihan ganda dibuat berdasarkan jenjang taksonomi Bloom pada ranah kognitif, yang meliputi ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4). Pemilihan masing-masing ranah disesuaikan dengan indikator pembelajaran. Untuk keselarasan dua hal tersebut, maka disusun kisi-kisi instrumen terlebih dahulu sebelum penyusunan instrumen. Langkah-langkah penyusunan instrumen tes hasil belajar meliputi: 1) mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar, 2) memaparkan indikator pencapaian hasil belajar, 3) menyusun kisikisi (Blue Print) tes hasil belajar, 4) menyusun butir-butir tes hasil belajar, 5) menentukan kriteria penilaian, 6) uji ahli, 7) uji coba instrumen di lapangan, 8) analisis uji lapangan, 9) revisi butir, dan 10) post test. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif berfungsi untuk mengelompokkan data, menggarap, memaparkan serta menyajikan hasil olahan. Statistik inferensial berfungsi untuk menggeneralisasikan hasil penelitian yang dilakukan pada sampel bagi populasi. Statistik inferensial ini digunakan untuk menguji hipotesis melalui uji-t yang diawali dengan analisis prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
10
5 0 11
14
17
18
23
24
Nilai Tengah Gambar 1. Kurva poligon data hasil belajar kognitif IPA siswa kelompok eksperimen Berdasarkan kurva poligon di atas, diketahui modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling negatif, yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi. Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif pada tabel distribusi frekuensi. Frekuensi relatif skor yang berada di atas rata–rata lebih besar dibandingkan frekuensi relatif skor yang berada di bawah rata–rata. Untuk mengetahui kualitas variabel hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa, skor rata–rata hasil belajar siswa dikonversikan menggunakan kriteria rata– rata ideal (Xi) dan standar deviasi ideal (SDi) disajikan pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Pedoman konversi dengan menggunakan rata–rata ideal dan standar deviasi skala lima hasil belajar kelas eksperimen Rentang Skor Kategori Sangat Baik 18,74 X 24,98
14,58 X 18,74
Baik
10,42 X 14,58
Cukup
6,26 X 10,42
Kurang
0,02 X 6,26
Sangat Kurang
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
Berdasarkan hasil konversi, diperoleh bahwa skor rata–rata hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen, adalah 19,44, tergolong sangat baik. Data hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA yang diperoleh melalui post– test terhadap 20 orang siswa menunjukkan bahwa, skor tertinggi adalah 22 dan skor terendah adalah 9 Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan mean (M), median (Md), modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s) dari data hasi belajar kelompok kontrol, yaitu: mean (M) = 15,40, median (Md) = 14,50, modus (Mo) = 13,51, varians (s2) = 13,47, dan standar deviasi (s) = 3,67. Data hasil belajar kelompok kontrol dapat disajikan ke dalam bentuk kurva poligon, seperti pada gambar 2 berikut. 10
Berdasarkan kurva poligon di atas, diketahui modus lebih kecil dari median dan median lebih kecil dari mean (Mo<Md<M). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling positif, yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah. Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif pada tabel distribusi frekuensi. Frekuensi relatif skor yang berada di bawah rata–rata lebih besar dibandingkan frekuensi relatif skor yang berada di atas rata–rata. Untuk mengetahui kualitas variabel hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA, skor rata–rata hasil belajar IPA siswa dikonversikan terhadap kriteria rata–rata ideal (Xi) dan standar deviasi ideal (SDi) berikut.
Frekuensi
8 6 4 2 0 10
13
16
19
Nilai Tengah
22
Gambar 2. Kurva poligon data hasil belajar kognitif IPA siswa kelompok control Tabel 5. Pedoman konversi dengan menggunakan rata–rata ideal dan standar deviasi skala lima hasil belajar kelas kontrol Rentang Skor Kategori Sangat Baik 18,74 X 24,98
14,58 X 18,74
Baik
10,42 X 14,58
Cukup
6,26 X 10,42
Kurang
0,02 X 6,26
Sangat Kurang
Berdasarkan hasil konversi, diperoleh bahwa skor rata–rata hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol adalah 15,40, tergolong cukup. Uji Normalitas Sebaran Data Uji normalitas dilakukan untuk menguji suatu distribusi empirik mengikuti ciri–ciri
distribusi normal. Uji normalitas data dilakukan terhadap data hasil belajar siswa kelompok eksperimen dan kontrol. Berdasarkan analisis data yang dilakukan, dapat disajikan hasil uji normalitas sebaran data hasil belajar siswa kelompok eksperimen dan kontrol pada tabel 6 berikut.
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 Tabel 6. Rangkuman hasil uji normalitas distribusi data hasil belajar IPA siswa No
Kelompok Data Hasil Belajar Kognitif IPA
1 2
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Kriteria
pengujian, jika hitung tabel pada taraf signifikansi 5% (db = jumlah kelas dikurangi parameter, dikurangi 1), maka data berdistribusi normal. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus chi–kuadrat, diperoleh 2 hitung hasil belajar kelompok eksperimen 2
2
adalah 6,5227 dan tabel pada taraf signifikansi 5% dan db = 3 adalah 7,815. 2 Hal ini berarti, hitung hasil belajar kelompok eksperimen lebih kecil dari 2 tabel ( 2 hitung 2 tabel ), sehingga data hasil belajar kelompok eksperimen 2 berdistribusi normal. Begitu pula, hitung hasil belajar kelompok kontrol adalah 4,291 2
χ 2 hitung 6,522 4,291 dan
χ 2 tabel (Taraf Signifikansi 5%) 7,815 7,815 2
tabel
Status Normal Normal
pada taraf signifikansi 5% dan
db = 3 adalah 7,815. Hal ini berarti, hitung hasil belajar kelompok kontrol lebih kecil 2 2 2 dari tabel ( hitung tabel ), sehingga data hasil belajar kelompok kontrol berdistribusi normal. 2
Homogenitas Varians Uji homogenitas dilakukan terhadap varians pasangan antar kelompok eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan adalah uji–F, dengan kriteria data homogen jika Fhitung < Ftabel. Rangkuman hasil uji homogenitas varians antar kelompok eksperimen dan kontrol disajikan pada tabel 7 berikut.
Tabel 7. Rangkuman hasil uji homogenitas varians kelompok eksperimen dan kontrol Sampel Mean SD Varians Fhitung FTabel Kesimpulan Kelas 19,44 4,26 18,15 Eksperimen 1,35 2,07 Homogen Kelas 14,50 3,67 13,47 Kontrol Berdasarkan tabel di atas, diketahui Fhitung hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol adalah 1,35, sedangkan Ftabel dengan dbpembilang = 31, dbpenyebut = 19, dan taraf signifikansi 5% adalah 2,07. Hal ini berarti, varians data hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen. Uji Hipotesis Berdasarkan uji prasyarat analisis data, diperoleh bahwa data hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol adalah
normal dan variannya homogen. Setelah diperoleh hasil uji prasyarat analisis data, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian (H1) dan hipotesis nol (H0). Pengujian hipotesis tersebut dilakukan menggunakan uji–t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians. Kriteria tolak H0 jika thitung > ttabel dan terima H0 jika thitung < ttabel. Rangkuman hasil perhitungan uji–t antar kelompok eksperimen dan kontrol disajikan pada tabel 8.
Tabel 8. Rangkuman hasil perhitungan uji–t Kelas Varians N db thitung ttabel Kesimpulan Kelas 32 18,15 thitung > ttabel H0 Eksperimen 50 14,49 2,007 ditolak Kelas Kontrol 13,47 20
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 Berdasarkan tabel hasil perhitungan uji–t di atas, diperoleh thitung sebesar 14,49, sedangkan ttabel dengan db = 50 pada taraf signifikansi 5% adalah 2,007. Hal ini berarti, thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model Inside outside Circle dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model konvensional pada siswa kelas V tahun pelajaran 2013/2014 di gugus VII Kecamatan Sawan. Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian, kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model Inside Outside Circle (IOC) memiliki hasil belajar kognitif IPA yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model konvensional. Tinjauan ini didasarkan pada ratarata skor hasil belajar kognitif IPA dan hasil analisis uji-t. Rata-rata skor hasil belajar kognitif IPA siswa kelompok eksperimen adalah 19,44 (berada pada katagori sangat tinggi), sedangkan skor hasil belajar kognitif IPA siswa kelompok kontrol adalah 15,40 (berada pada katagori sedang). Berdasarkan analisis data menggunakan uji-t, diperoleh thit = 14,49 dan ttab (db = 50 pada taraf signifikansi 5%) = 2,007. Hal ini berarti, terdapat perbedaan hasil belajar kognitif IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran IOC dengan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model konvensional. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa model penerapan IOC berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif IPA siswa. Perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar kognitif IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model IOC dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model konvensional dapat disebabkan perbedaan perlakuan pada langkah-langkah pembelajaran. Model ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk berlatih secara mandiri melalui umpan balik dari teman atau guru. Hal ini menyebabkan siswa sangat aktif dalam membagikan
informasi kepada temannya yang lain. Keterampilan berkomunikasi mereka pun berkembang sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Hal senada juga diungkapkan oleh Suyatno (2009:128), ”tujuan model pembelajaran IOC adalah melatih siswa belajar mandiri dan belajar berbicara menyampaikan informasi kepada orang lain. Selain itu, juga melatih kedisplinan dan ketertiban”. Selain itu, pendapat Lie (dalam Dameria, 2012:24) juga menyatakan “siswa bekerja sama dengan siswa lainnya dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi”. Berdasarkan temuan-temuan di sekolah menunjukkan bahwa, dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model konvensional siswa cenderung pasif dan hanya mengandalkan penjelasan dari guru saja. Guru menjelaskan materi sedangkan siswa mencatat apa yang dijelaskan oleh guru. Hal ini membuat siswa jenuh dan kurang memahami materi pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Suryosubroto (2002:164) “menyatakan model konvensional merupakan model yang masih berpandangan pada pradigma lama”. Guru menyajikan materi, memberikan soal-soal dan tugas, kemudian membuat simpulan. Siswa akan memiliki keterbatasan pada saat mengikuti pembelajaran untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami serta menyebabkan siswa menjadi kurang aktif dan jenuh. Akibatnya hasil belajar siswa menjadi rendah. Selanjutnya, berbeda dengan temuan di sekolah yang menggunakan model pembelajaran Inside Outside Circle (IOC). Siswa sangat antusias mengikuti pembelajaran. Siswa mulai aktif dalam menyampaikan pendapat, jawaban, dan berani bertanya mengenai materi yang belum dipahami karena aktivitas dalam model Inside Outside Circle (IOC) berpusat pada siswa. Selain itu, siswa juga merasa senang karena pembelajaran diselingi dengan permainan Inside Outside Circle (IOC) sehingga siswa tidak merasa jenuh. Pembelajaran dengan model IOC juga memungkinkan siswa dapat saling berbagi informasi pada saat yang
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 bersamaan dengan siswa lainnya serta membantu siswa meningkatkan ingatan terhadap materi yang sudah dipelajarinya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kagan (dalam Dameria, 2012:23), “Inside Outside Circle merupakan suatu model pembelajaran yang bertujuan untuk membantu meningkatkan pemahaman konsep yang dianggap sulit oleh siswa”. Selain siswa dapat saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan model IOC siswa juga dapat memiliki kesempatan untuk saling berkomunikasi langsung dengan siswa lainnya dengan bahasanya. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil dari beberapa penelitian tentang penerapan model Inside Outside Circle (IOC) sebelumnya yang telah dilakukan oleh Arfinanti (2010). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa, metode Inside Outside Circle membantu tercapainya belajar tuntas (Mastery Learning) hingga 87,18 %. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Dameria (2012), dengan penelitian yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Teknik Inside Outside Circle Penelitian ini membuktikan bahwa penerapan model Inside Outside Circle dapat meningkatkan aktivitas belajar dari pertemuan I s/d IV hingga 79,625 %. Penelitian serupa juga diteliti oleh Karno, dkk (2013). Berdasarkan hasil penelitiannya, metode Inside Outside Circle dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini terlihat pada persentase ketuntasan belajar, yaitu pada siklus I adalah 18,75 %, sedangkan pada siklus II menjadi 100 %. Rata-rata skor tes pada siklus I adalah 54,62, sedangkan pada siklus II sebesar 73,44. Kesimpulannya, melalui metode Inside Outside Circle dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Berdasarkan paparan di atas, maka dapat diinterpretasikan bahwa model pembelajaran Inside Outside Circle (IOC) berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif IPA siswa kelas V di gugus VII Kecamatan sawan. PENUTUP Berdasarkan paparan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar kognitif IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Inside Outside Circle (IOC) dengan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model konvensional pada siswa kelas V tahun pelajaran 2013/2014 di gugus VII Kecamatan Sawan. Hasil uji-t menunjukkan bahwa thit adalah 14,49, sedangkan ttab pada taraf signifikansi 5% dan db = 50 adalah 2,007. Di samping itu, rata-rata skor hasil belajar kognitif IPA siswa kelompok ekserimen adalah 19,44 lebih tinggi daripada rata-rata skor siswa kelompok kontrol adalah 15,40. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model Inside Outside Circle (IOC) berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif IPA siswa dibandingkan dengan model konvensional. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. Siswa sekolah dasar agar selalu terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan belajar yang menyenangkan sehingga dapat mengembangkan pemahaman dan mendapatkan pengetahuan baru melalui pengalaman yang ditemukan sendiri. Guru hendaknya lebih berinovasi dalam pembelajaran dengan cara memilih dan menggunakan strategi mengajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan sesuai dengan karakter siswa. Penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif IPA siswa yang dibelajarkan menggunakan model IOC lebih baik daripada hasil belajar kognitif IPA siswa yang dibelajarkan menggunakan model konvensional. Untuk itu, demi peningkatan kualitas hasil belajar kognitif IPA disarankan kepada guru di sekolah dasar untuk menggunakan model pembelajaran IOC agar pembelajaran berlangsung lebih efektif dan hasil belajar meningkat. Penelitian ini sebagai bahan bandingan bagi peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai model pembelajaran Inside Outside Circle (IOC) dengan memperhatikan kendala-kendala yang dialami sebagai bahan pertimbangan untuk menyempurnakan pelaksanaan penelitian selanjutnya.
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 DAFTAR RUJUKAN Arfinanti, Nurul. 2010. Implementasi Metode Inside-Outside Circle (IOC) Dalam Mencapai Belajar Tuntas (Mastery Learning) Siswa Kelas VIII E SMP N 2 Muntilan Pada Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Teorema Pyhtagoras. Tersedia pada http://www.pdfs.name/modelpembelajaran-inside-outside-circle. Skripsi (diterbitkan). diakses tanggal 5 Maret 2012. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta: PT Rineka Cipta. Dameria. 2012. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Teknik Inside Outside Circle Pada Pokok Bahasan Kubus dan Balok di kelas VIII SMP Negeri 41 Medan Tahun Ajaran 2012/201. Tersedia pada http://digilib.unimed.ac.id/. Skripsi (diterbitkan). diakses tanggal 19 Maret 2013. Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Karno, dkk. 2013. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa melalui Metode Inside Outside Circle Dalam Pembelajaran IPS Kelas V SDN 10 Parit Batu Kabupaten Pasaman. Tersedia pada http://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.ph p/JFKIP/article/view/265/164. Jurnal Kependidikan. 1. (2) (diterbitkan). Diakses tanggal 5 Maret 2013. KTSP. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA untuk SD/MI. Jakarta: Depdiknas.
Nurkancana, W. & Sunartana, P. P. N. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Usaha Nasional: Surabaya. Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Jatim: Masmedia Buana Pustaka.