e-Journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Teknologi Pendidikan (Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VIII SEMESTER GENAP DI SMP NEGERI 7 SINGARAJA. B. Made Ayu Puspita Dewi 1, Desak Putu Parmiti2, Ketut Pudjawan3 1
Jurusan TP, 2Jurusan TP, 3Jurusan TP, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:{
[email protected],
[email protected],
[email protected]} Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada Kelas VIII SMP Negeri 7 Singaraja, (2) mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan multimedia interaktif pada Kelas VIII SMP Negeri 7 Singaraja, (3) mengetahui perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kreatif IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan multimedia interaktif dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada Kelas VIII SMP Negeri 7 Singaraja.Jenis penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Singaraja yang berjumlah 110 orang. Data kemampuan berpikir kreatif IPA dikumpulkan dengan menggunakan metode tes. Tes yang digunakan adalah tes pilihan ganda (tes objektif) yang diperluas (disertai alasan). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yaitu uji-t.Hasil dari penelitian ini : 1) Kemampuan berpikir kreatif IPA siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Singaraja pada kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan model Contextual Teaching and Learning diperoleh rata-rata skor 114,5 dan berada pada katagori tinggi. Jika dikonversikan dalam grafik polygon, kurve sebaran datanya adalah juling negativ. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis deskriptif bahwa Mo < Me < M (114,5<118,1<125). 2)Kemampuan berpikir kreatif IPA siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Singaraja pada kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan model konvensional diperoleh rata-rata skor 54,6 dan berada pada katagori rendah. Jika dikonversikan dalam grafik polygon, kurve sebaran datanya adalah juling positif . Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis deskriptif bahwa Mo < Me < M (54,6 < 73 < 74,60). 3)Terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kreatif siswa antara siswa yang dibelajarkan dengan model Contextual Teaching and Learning dan siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional di SMP Negeri 7 Singaraja (thit> ttab, thit = 16,248 dan ttab = 1,980). Hal ini berarti model pembelajaran Contextual Teaching and Learning berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.
Kata-kata kunci: Contextual Kemampuan Berpikir kreatif
Teaching
and
Learning,
Multimedia
Interaktif,
Abstract This study aimed to (1) describe the creative thinking ability of science from the students which are studying with applying conventional study to the stundents in grade VIII SMP Negri 7 Singaraja (2) describe the creative thinking ability of science from the students which are studying with applying Contextual Teaching and Learning helping
e-Journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Teknologi Pendidikan (Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015) with interactive multimedia to the students in grade VIII SMP Negeri 7 Singaraja (3) the significant differences of creative thinking ability of science between the students who are learning with Contextual Teaching and Learning helping with interactive multimedia and students who are learning with convensional to the students in grade VIII SMP Negeri 7 Singaraja. This research is kuasi experiment. The subject of this research are all of the students in grade VIII SMP Negeri 7 Singaraja, the number are 110 students. The data of the creative thinking ability of science are collected with objective test. The data which are having when the research analyze by descriptive statistics analyze technique and inferensial statistics that is t-experiment. The result of this research said if there are significant differences the ability of science between the students which are learning trough Contextual Teaching and Learning model with learning trough conventional to the students in grade VIII SMP Negeri 7 Singaraja in year 2014/2015. This proved with the result of analyze t-experiment that is t-count>t-table with the significance of the count 5%( α=0,05) with dk=54 that is t-count= 2,536>ttable=2,021.Contextual Teaching and Learning means assisted interactive effect on increasing the ability of the creative thinking of students in the subjects of science in grade VIII SMP Negeri 7 Singaraja Keywords: Contextual Teaching and Learning, interactive multimedia ,creative thinking ability of science
PENDAHULUAN Kemajuan kehidupan suatu bangsa sangat ditentukan oleh pendidikan. Pendidikan yang tertata dengan baik dapat menciptakan generasi yang berkualitas, cerdas, dan bermoral. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, Departemen Pendidikan Nasional telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, antara lain dengan mengadakan berbagai pelatihan dan peningkatan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaaan buku, alat pelajaran, dan masih banyak lagi. Meskipun demikian hasilnya masih jauh memuaskan. Secara formal guru sebagai pengelola pendidikan harus dapat mengupayakan agar terjadi interaksi antara siswa dengan komponenkomponen lainnya. Idealnya kegiatan pembelajaran dilaksanakan bukan hanya berpusat pada guru sebagai sumber pengetahuan (teacher center), tetapi melibatkan peran siswa secara aktif dalam proses pembelajarannya, sehingga hasil pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Agar materi ajar dapat dipahami dan pembelajaran terasa menarik, seorang guru harus tepat dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, agar tujuan yang diharapkan di akhir pembelajaran dapat
tercapai.Kenyataannya, sampai saat ini pembelajaran yang dilakukan masih didominasi oleh guru sebagai sumber pengetahuan , sehingga model konvensional berupa ceramah menjadi pilihan dalam menentukan strategi belajar. Oleh sebab itu, sering kali guru mengabaikan pengetahuan awal siswa. Hal ini menjadi salah satu penyebab dari kesulitan belajar yang dialami siswa dalam mengembangkan kreatifitas yang dimilikinya, dan kemampuan berpikir kreatif siswa tidak berkembang, karena kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berpusat pada guru, sehingga siswa hanya menerima materi yang diberikan oleh guru tanpa ada peran aktif dari siswa itu sendiri untuk mengembangkan pengetahuan awal dan kreativitas yang dimilikinya tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Putu Ardika S.Pd selaku guru IPA di SMP Negeri 7 Singaraja menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa sangatlah rendah. Siswa harus dituntun oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran, tanpa adanya inisiatif dari siswa untuk belajar terlebih dahulu, sehingga sulit bagi siswa untuk menemukan ide-ide atau gagasangagasan baru dalam permasalahan pembelajaran yang ditemui tanpa bantuan dari guru. Dalam proses pembelajaran
e-Journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Teknologi Pendidikan (Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015)
cara konvensional lebih sering dipergunakan daripada menggunakan media. Pembelajaran dengan cara konvensinal (ceramah) lebih membuat siswa menjadi cepat mengingat pembelajaran hanya pada saat pembelajaran berlangsung saja, setelah itu siswa akan lupa lagi dengan materi yang disampaikan oleh guru. Sedangkan pada saat menggunakan media dalam proses pembelajaran siswa lebih memperhatikan animasi-animasi yang ada dan gambargambar yang ditampilkan dibandingkan dengan pesan yang disampaikan dari media tersebut. Hal ini dapat menyebabkan kesalahpahaman antara pesan materi yang disampaikan dengan gambar dan animasi yang dilihat oleh siswa. Oleh karena itu, sebagai seorang teknolog pembelajaran atau sebagai pembuat media pebelajaran seharusnya tetap diperhatikan kaidah pembuatan media pembelajaran untuk anak SMP agar tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran dengan cara konvensinal (ceramah) lebih membuat siswa menjadi cepat mengingat pembelajaran hanya pada saat pembelajaran berlangsung saja, setelah itu siswa akan lupa lagi dengan materi yang disampaikan oleh guru. Sedangkan pada saat menggunakan media dalam proses pembelajaran siswa lebih memperhatikan animasi-animasi yang ada dan gambargambar yang ditampilkan dibandingkan dengan pesan yang disampaikan dari media tersebut. Hal ini dapat menyebabkan kesalahpahaman antara pesan materi yang disampaikan dengan gambar dan animasi yang dilihat oleh siswa. Oleh karena itu, sebagai seorang teknolog pembelajaran atau sebagai pembuat media pebelajaran seharusnya tetap diperhatikan kaidah pembuatan media pembelajaran untuk anak SMP agar tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Model yang dipilih dalam penelitian ini adalah model CTL (Contextual Teaching and Learning). “Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu
guru dalam mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan seharihari” Trianto (2007:103), sehingga guru lebih mudah menjelaskan dan siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan. Model pembelajaran CTL dengan berbantuan multimedia interaktif akan lebih menarik minat siswa dalam belajar, dengan ditampilkannya animasianimasi dari multimedia yang ditayangkan serta contoh nyata yang diberikan oleh guru. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka adapun permasalahan yang muncul untuk dijadikan dasar pada penelitian eksperimen ini adalah sebagai berikut. (1) Bagaimana deskripsi kemampuan berpikir kreatif siswa yang dibelajarkan dengan menerapkan pembelajaran konvensional pada Kelas VIII SMP Negeri 7 Singaraja?, (2) Bagaimana deskripsi kemampuan berpikir kreatif siswa yang dibelajarkan dengan menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan multimedia interaktif pada Kelas VIII SMP Negeri 7 Singaraja?, (3) Bagaimana perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang dibelajarkan dengan menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan multimedia interaktif dengan siswa yang dibelajarkan dengan menerapkan pembelajaran konvensional pada Kelas VIII SMP Negeri 7 Singaraja?. Tujuan yang diharapkan dari penelitian eksperimen ini adalah untuk (1) mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif siswa yang dibelajarkan dengan menerapkan pembelajaran konvensional pada Kelas VIII SMP Negeri 7 Singaraja, (2) mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif siswa yang dibelajarkan dengan menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan multimedia interaktif pada Kelas VIII SMP Negeri 7 Singaraja, (3) perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang dibelajarkan dengan menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and
e-Journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Teknologi Pendidikan (Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015) Learning (CTL) berbantuan multimedia interaktif dengan siswa yang dibelajarkan dengan menerapkan pembelajaran konvensional pada Kelas VIII SMP Negeri 7 Singaraja. METODE Agung (2014:2) mengemukakan “metode penelitian adalah suatu jalan atau cara yang dilalui untuk melaksanakan kegiatan penelitian”. Pada dasarkan metode penelitian adalah cara untuk memperoleh pengetahuaan dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas. Populasi adalah keseluruhan objek dalam suatu penelitian (Agung, 2014:69). Sedangkan Narbuko (2005) menyatakan populasi adalah seluruh subjek yang diselidiki. Jadi, dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan dari kumpulan semua anggota yang ingin diamati. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kelas VIII di SMP Negeri 7 Singaraja
Tabel 3.1 Populasi Kelas VIII Di SMP N 7 Singaraja No. Kelas Populasi Jumlah 1 Kelas VIII.A 28 orang 2 Kelas VIII.B 27 orang 3 Kelas VIII.C 28 orang 4 Kelas VIII.D 27 orang Menurut Agung (2014:69) “sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil, yang dianggap mewakili seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu”. Sedangkan menurut Sukardi (2003) sampel penelitian adalah sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data. Pada penelitian ini, pemilihan sampel yang digunakan untuk memilih kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah dengan cara Random sampling/sampling kelompok acak. Dalam penentuan kelas eksperimen dan kelas control dilakukan pengundian dengan memberi nomor urut pada masing-masing kelas. Dari pengundian tersebut ditentukan suatu kelas sebagai kelompok eksperimen yang
diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran CTL. Sedangkan satu kelas lagi sebagai kelompok kontrol yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Untuk lebih meyakinkan bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setara, sebelum melakukan treatment peneliti melakukan uji beda untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan skor rata-rata peserta didik. Adapun data yang digunakan adalah nilai hasil belajar IPA semester genap yang diperoleh dari guru kelas yang mengajar. Nilai IPA masingmasing kelas akan dibandingkan dengan kelas lainnya dengan menggunakan uji Anava Satu Jalan, pada taraf signifikansi 5%. Berdasarkan hasil analisis dengan ANAVA A pada taraf signifikansi 5% diperoleh nilai Fhit sebesar 0.17 sedangkan nilai Ftab pada dbantar = 3 dan dbdal = 106 yaitu diperoleh Ftab sebesar 2.76. Dengan demikian, maka terlihat Fhit< Ftab sehingga H0 diterima. Dari pernyataan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa H0 yang menyatakan tidak ada perbedaan hasil belajar yang signifikan dari hasil ulangan tengah semester genap kelas VIII.A, VIII.B, VIII.C, dan VIII.D, Dengan kata lain, hasil belajar IPA siswa kelas VIII di SMP Negeri 7 Singaraja adalah setara. Langkah kedua adalah melakukan pengundian terhadap pasangan kelas yang setara untuk digunakan sebagai sampel. Dari pengundian diperoleh kelas VIII A dan VIII C sebagai sampel. Langkah ketiga adalah melakukan pengundian terhadap pasangan yang terpilih untuk menetapkan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari hasil pengundian diperoleh VIII A sebagai kelas eksperimen dan VIII C sebagai kelas kontrol.
Tabel 3.3 Anggota Sampel No. 1.
SMP 7 Singaraja Kelas VIII A
2.
(eksperimen) Kelas VIII (kontrol) TOTAL
Jumlah Siswa 28 orang
C
28orang 56 orang
e-Journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Teknologi Pendidikan (Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015)
Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimental karena subjek penelitian adalah manusia yang tidak mungkin dikontrol secara ketat.Dengan memperhatikan variabel-variabel tersebut, maka penelitian ini menggunakan rancangan penelitian post test only control group design seperti pada Gambar 3.1. 𝐸∶ 𝑋 02 𝐾∶ − 04 (Agung, 2012) Gambar 3.1 Desain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan dua jenis variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan multimedi interaktif sebagai variabel bebas (independent variable) dan kemampuan berfikir kreatif siswa sebagai variabel terikat (dependent variable).Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang hasil kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran IPA kelas VIII SMP N 7 Singaraja, siswa kelompok eksperimen setelah penerapan model pembelajaran CTL berbantuan multimedia interaktif serta hasil kemampuan berpikir kreatif IPA siswa kelompok kontrol setelah penerapan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Singaraja. Dalam penelitian ini digunakan satu jenis metode pengumpulan data yaitu metode tes. Metode tes adalah cara memperoleh data yang berbentuk tugas yang harus dikerjakan oleh seseorang atau kelompok orang yang dites (Agung, 2013). Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen tes. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah hasil kemampuan berpikir kreatif IPA melalui pembelajaran dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan multimedia interaktif dan hasil kemampuan berpikir kreatif IPA melalui pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Untuk mengumpulkan data hasil kemampuan berpikir kreatif IPA maka diperlukan instrument penelitian berupa tes untuk mengukur hasil kemampuan berpikir kreatif IPA. Tes yang digunakan adalah tes
pilihan ganda yang berjumlah 40 butir soal. Setiap soal disertai 4 alternatif jawaban yang dipilih oleh siswa. Setiap jawaban yang benar mendapatkan skor (1) dan skor nol (0) untuk siswa yang menjawab salah. Instrumen hasil kemampuan berpikir kreatif IPA dinilai oleh pakar (expert judges) dalam bidang IPA. Penilaian ini dilakukan untuk menentukan validitas isi. Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya. Instrumen hasil kemampuan berpikir kreatif IPA menggunakan tes kemampuan kognitif berbentuk pilihan ganda. Artinya tes tersebut mampu mengungkapkan isi suatu pengertian atau variabel yang hendak diukur. Dalam penelitian ini validitas isi dilakukan oleh dua orang pakar (expert judges) untuk kesesuaian antara kisi-kisi dan butir-butir instrumen. Kedua judges memberikan validitas secara deskriptif yaitu dengan memberikan perbaikan dan saran terhadap semua tes kemampuan kognitif. Uji validitas isi ditentukan oleh Gregory (2000). Mekanisme perhitungan validitas tersebut adalah sebagai berikut: 1) pakar menilai setiap instrumen; (2) penilaian dikelompokkan menjadi kurang relevan dan sangat relevan; (3) hasil penilaian pakar ditabulasi dalam bentuk matrik; (4) melakukan tabulasi silang antara dua pakar; (5) menghitung validitas isi. Selanjutnya sebelum digunakan instrumen akan diuji coba terlebih dahulu untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Uji coba dilakukan dengan pertimbangan bahwa sampel uji coba telah menerima materi pelajaran IPA yang sama dengan sampel penelitian pada saat eksperimen berlangsung. Hasil uji coba kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas butir, daya pembeda, tingkat kesukaran dan reliabilitas tes.Uji coba instrumen penelitian dilakukan untuk mendapat gambaran secara empirik mengenai kelayakan instrumen tersebut untuk digunakan sebagai instrumen penelitian. Validitas instrumen berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur
e-Journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Teknologi Pendidikan (Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015)
(Sugiono,2008). Untuk mengukur validitas butir tes digunakan rumus korelasi point biserial. Suatu tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut menunjukkan hasil yang mantap (Nurkancana & Sunartana, 1990: 141). Reliabilitas tes berhubungan dengan masalah keajegan hasil tes. Reliabilitas berhubungan dengan masalah keajegan hasil tes. Reliabilitas berhubungan dengan masalah keajegan hasil tes. Untuk menghitung reliabilitas instrumen kuesioner digunakan rumus Alpha-Cronbach. Tingkat kesukaran soal adalah proporsi siswa yang menjawab benar. Tingkat kesukaran berkisar antara 0 (nol) dan 1 (satu). Makin besar tingkat kesukaran makin mudah soal tersebut, begitu pula sebaliknya semakin kecil tingkat kesukaran makin sukar soal tersebut. Langkah awal untuk mencari daya beda adalah, menentukan kelompok atas dan kelompok bawah dari peserta ujicoba. Penentuan masing-masing kelompok dilakukan dengan cara mengurut hasil ujicoba dari skor tertinggi ke terendah. Kemudian diambil 27% dari skor tertinggi dan 27% dari skor terendah. Selanjutnya 27% dari nilai tertinggi disebut kelompok atas dan 27% dari nilai terendah disebut kelompok bawah. Prosedur penelitian eksperimen yang dugunakan adalah 1. Tahap Awal a. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. Sekolah yang dipilih adalah SMP Negeri 7 Singaraja yang sebelumnya telah berkoordinasi dengan kepala sekolah pada sekolah tersebut. b. Observasi terhadap rancangan dan pelaksanaan belajar mengajar di kelas dan interview yang intensif dengan guru pengajar pada kelas yang bersangkutan, serta menentukan sampel penelitian yang meliputi menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. c. Merancang perangkat pembelajaran seperti rancangan pembelajaran (RPP) dan LKS mengenai materi untuk kelas model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan multimedia interaktif (kelas eksperimen) maupun
kelas model pembelajaran konvensional (kelas kontrol). d. Mengkonsultasikan instrumen dengan melakukan uji judges. 2. Tahap Pelaksanaan a. Melakukan uji coba instrumen agar layak digunakan dalam penelitian b. Melaksanakan penelitian dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning berbantuan multimedia interaktif pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. 3. Tahap Akhir a. Mengadakan tes akhir (post test) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan. b. Menganalisis data hasil penelitian untuk menguji apakah hipotesis diterima atau ditolak. Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan untuk mengetahui tinggi rendahnya kualitas dari dua variabel yaitu model pembelajaran dan hasil belajar.untuk menentukan variabel-variabel tersebut, skor rata-rata (mean) tiap-tiap variabel dikonversikan dengan menggunakan kriteria rata-rata ideal dan Standar Deviasi. Kelompok data yang diperkirakan dapat mewakili seluruh harga data yang ada dalam kelompok digunakan rumus mean, media, modus. Uji hipotesis digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan pada penelitian, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan hasil kemampuan berpikir kreatif IPA antara siswa yang diajarkan dengan menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan multimedia interaktif dengan siswa yang diajarkan dengan menerapkan pembelajaran konvensional di pada Kelas VIII SMP Negeri 7 Singaraja. HASIL DAN PEMBAHASAN Siswa pada kelompok eksperimen diberi perlakuan (treatment) berupa penerapan pembelajaran IPA melalui model Contextual Teaching and Learning sebanyak 8 kali, yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian tes kemampuan berpikir kreatif IPA (Post Test) diakhir penelitian.
e-Journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Teknologi Pendidikan (Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015)
Hal ini dilakukan untuk meperoleh data hasil kemampuan berpikir kreatif IPA siswa pada kelompok eksperimen. Nilai rata-rata hasil kemampuan berpikir kreatif IPA siswa kelompok eksperimen yaitu 80.30 dengan standar deviasi sebesar 7.03 dan varian sebesar 49.48. Siswa pada kelompok kontrol diberi perlakuan (treatment) berupa penerapan pembelajaran konvensional sebanyak 8 kali, yang kemudian dilanjutkan pemberian tes kemampuan berpikir kreatif siswa berupa tes hasil kemampuan berpikir kreatif IPA (post test) diakhir penelitian. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data hasil kemampuan berpikir kreatif IPA siswa pada kelompok kontrol. nilai rata-rata hasil kemampuan berpikir kreatif IPA siswa kelompok kontrol yaitu 76.80 dengan standar deviasi sebesar 7.58 dan varian sebesar 57.56. Berdasarkan pernyataan diatas diketahui bahwa nilai rata-rata hasil kemampuan berpikir kreatif IPA siswa untuk kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui model Contextual Teaching and Learning adalah 80.30 dengan varian sebesar 49.48 dan standar deviasi sebesar 7.03. Sedangkan untuk kelompok kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional diketahui nilai rata-rata hasil kemampuan berpikir kreatif IPA siswa adalah 76.80 dengan varian sebesar 57.56 dan standar deviasi sebesar 7.58. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa siswa pada kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui penerapan model Contextual Teaching and Learning memiliki nilai rata-rata hasil kemampuan berpikir kreatif IPA yang lebih tinggi daripada siswa pada kelompok kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh data mengenai hasil kemampuan berpikir kreatif IPA siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Data hasil kemampuan berpikir kreatif IPA yang diperoleh pada kedua kelompok tersebut selanjutnya dianalisis untuk menguji hipotesis penelitian. Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis data.Uji normalitas sebaran sebaran data
dimaksudkan untuk mengetahui apakah sebaran data hasil penelitian pada masingmasing kelompok berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan terhadap data hasil kemampuan berpikir kreatif IPA siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji normalitas sebaran data hasil kemampuan berpikir kreatif IPA dilakukan dengan menggunakan analisis Chi-Kuadrat. Kriteria pengujian adalah jika x2 hitung<x2 tabel maka H0 diterima (gagal ditolak) yang berarti data berdistirbusi normal. Harga x2tabel diperoleh dari tabel nilai-nilai Chi Kuadrat (lampiran) dengan taraf signifikasi 5% dan derajat kebebasannya (dk) = (k-1). Berdasarkan hal tersebut diperoleh harga x2tabel = 11.070. Berdasarkan tabel kerja diperoleh x2 = 6.508. sedangkan pada taraf hitung signifikan 5% dan derajat kebebasan (dk ) = 6-1 = 5 diperoleh x2tabel = 11.070. Karena x2 2 hitung<x tabel maka H0 diterima (gagal ditolak) yang berarti sebaran data hasil hasil kemampuan berpikir kreatif IPA siswa pada kelompok eksperimen berdistribusi normal.Uji normalitas sebaran data hasil kemampuan berpikir kreatif IPA siswa pada kelompok eksperimen. Berdasarkan tabel kerja diperoleh x2 = 3.358. sedangkan pada taraf hitung signifikan 5% dan derajat kebebasan (dk ) = 6-1 = 5 diperoleh x2tabel = 11.070. Karena x2 2 hitung<x tabel maka H0 diterima (gagal ditolak) yang berarti sebaran data hasil hasil hasil kemampuan berpikir kreatif IPA siswa pada kelompok kontrol berdistribusi normal.Uji normalitas sebaran data hasil kemampuan berpikir kreatif IPA siswa pada kelompok kontrol. Setelah data hasil kemampuan berpikir kreatif IPA pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dinyatakan berdistribusi normal, uji prasyarat dilanjutkan dengan uji homogenitas varians.Uji homogenitas varian untuk kedua kelompok menggunakan uji F. Kriteria pengujiannya adalah jika Fhitung
e-Journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Teknologi Pendidikan (Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015)
F. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh Fhitung = 0.859 sedangkan dengan derajat kebebasan pembilang = 28 - 1 = 27 dan derajat kebebasan penyebut = 28 - 1 = 27 pada taraf signifikansi 5% diperoleh F tabel = 1.93. Sehingga diperoleh Fhitung= 0.859 < Ftabel (α=0.05,27,27) = 1.93 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Ini berarti kedua kelompok memiliki varians yang homogen.Uji homogenitas varians data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara rinci dapat dilihat pada lampiran 31. Berdasarkan hasil uji prasyarat, yaitu uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians diketahui bahwa data dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal serta memiliki varians yang homogeny.Dengan demikian, uji hipotesis dengan uji-t dapat dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui penerapan model Contextual Teaching and Learning dengan dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Singaraja Tahun Ajaran 2014/2015. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisi uji-t yang diperoleh yaitu thitung>ttabel pada taraf signifikansi 5%(α=0,05) dengan dk = 54 yaitu thitung = 2,536>ttabel=2,021. Perbedaan tersebut terjadi akibat adnya perbedaan perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Adanya perbedaan perlakuan antara siswa yang dibelajarkan melalui model Contextual Teaching and Learning pada kelompok eksperimen dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol tentu akan memberikan dampak ataupun hasil yang berbeda pula terhadap hasil kemampuan berpikir kreatif IPA siswa. Berdasarkan hasil analisis nilai rata-rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, diketahui bahwa rata-rata nilai pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu 80.30>76.80.Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa model Contextual Teaching and Learning memberikan pengaruh atau dampak yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Model Contextual Teaching and Learning suatu konsep pembelajaran yang lebih mengarah pada situasi nyata, sehingga siswa lebih mudah mengaitkan pembelajaran yang diberikan oleh guru terhadap pengetahuan yang siswa miliki dalam kehidupan sehari-hari dan siswa akan lebih mudah mengerti dengan materi yang disampaikan guru jika dikaitkan dengan situasi nyata. Dalam proses pembelajaran pada materi cahaya dan sifat-sifat cahaya siswa diberikan permasalahan yang berkaitan denga peristiwa sehari-hari yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian pertanyaapertanyaan yang bersifat menggali serta menuntun siswa dalam menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan. Dalam kerja kelompoknya siswa dapat berbagi gagasan serta menggali berbagai informasi yang relevan dengan materi. Pembelajaran IPA yang demikian menyebabkan siswa tidak hanya menerima informasi yang diberikan guru saja, melainkan siswa dapat terlibat secara langsung dalam pemerolehan informasi tersebut. Siswa mampu untuk menghubungkan apa yang sedang atau telah dipelajari dengan kenyataan seaharihari. Pembelajaran IPA yang diterapkan melalui model Contextual Teaching and Learning dapat memotivasi siswa untuk memahami suatu permasalahan dengan lebih mendalam, sehingga siswa mampu mencapai jawaban yang dituju. Adanya motivasi yang ditimbulkan dari proses pembelajaran dapat memberikan dampak yang baik bagi perkembangan dan juga kemampuan berpikir kreatif siswa. Selain itu ,pembelajaran IPA melalui model ini dapat meningkatkan perhatian dan fokus siswa, meningkatkan partisipasi siswa secara aktif dalam pembelajaran, meningkatkan kreativitas siswa dalam menjawab dan menemukan solusi dari permasalahan yang diajukan, meningkatkan kualitas dan kuantitas jawaban siswa dalam menjawab pertanyaan dan menyelesaikan suatu permasalahan, serta menumbuhkan motivasi siswa dalam memahami suatu permasalahan serta lebih mendalam melalui pemberian pertanyaan-pertanyaan,
e-Journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Teknologi Pendidikan (Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015)
sehingga siswa mampu mencapai jawaban yang dituju. Oleh karena itu, pembelajaran IPA melalui model Contextual Teaching and Learning menjadi lebih optimal dan bermakna bagi siswa. Hal tersebut juga berdampak pada kemampuan berpikir kreatif siswa yang lebih baik serta meningkatnya motivasi siswa dalam belajar IPA. Pembelajaran IPA melalui penerapan model Contextual Teaching and Learning berbeda dengan pembelajaran IPA yang dilaksakan melalui pembelajaran konvensional. Pembelajaran IPA secara konvensional lebih cenderung pada kemampuan siswa dalam menghafal informasi. Kegiatan belajar mengajar lebih diarahkan pada aliran informasi dari guru kepada siswa, sehingga siswa yang dibelajarakan dengan pembelajaran konvensional cenderung pasif. Siswa kurang diberi kesempatan untuk menggali serta menemukan informasi atau pengetahuannya, sehingga pemahaman siswaterhadap materi IPA yang dipelajari cenderung kurang dan berdampak kurang baik pula terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Adanya perbedaan-perbedaan tersebut mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kreatif siswa antara siswa yang dibelajarkan melalui penerapan model Contextual Teaching and Learning dengan dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Singaraja Tahun Ajaran 2014/2015. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis menggunakan uji t diperoleh thitung > ttabel pada taraf signifikansi 5% (α=0.05) dan dk = 54yaitu thitung =2.536> ttabel (α=0.05,54) = 2.021. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian serta analisis yang telah dilakukan menunjukkan pula bahwa ratarata nilai pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan rata-rata nilai pada kelompok kontrol yaitu x1 = 80.30 > x 2 = 76.80. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis alternatif (H1) diterima yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil
kemampuan berpikir kreatif IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui penerapan model Contextual Teaching and Learning dengan yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas VIII SMP Negeri 7 Singaraja Tahun Ajaran 2014/2015. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh model Contectual Teaching and Learning terhadap hasil kemampuan berpikir kreatif belajar IPA siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Singaraja Tahun Ajaran 2014/2015. Adapun saran yang dapat disampaikan setelah melaksanakan dan memperoleh hasil dari penelitian yaitu: Bagi Siswa, Siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran serta mampu meningkatkan motivasinya dalam belajar sehingga memberikan dampak positif bagi hasil belajarnya. Saran Bagi Guru, Guru hedaknya dapat menambah wawasannya mengenai inovasi pembelajaran sehingga mampu menerapkan ataupun mengembangkan pembelajaran dikelas secara lebih inovatif dan bervariasi agar memberikan dampak positif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Saran Bagi Sekolah, Sekolah hendaknya dapat berkontribusi penuh dalam meningkatkan kualitas serta mengoptimalkan proses pembelajaran, sehingga berdampak positif pada kemampuan berpikir kreatif siswa di sekolah menengah. Saran Bagi Peneliti Lain, Peneliti lain agar dapat mengembangkan berbagai model pembelajaran lain pada subyek penelitian yang berbeda sehingga proses pembelajaran IPA dapat berlangsung optimal dan memberikan dampak positif bagi kemampuan berpikir kreatif siswa. UCAPAN TERIMAKASIH Dalam proses pembuatan skripsi ini, sangat banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini diucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan setulus-tulusnya kepada yang terhormat : 1. Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd., Rektor Universitas Pendidikan Ganesha yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan
e-Journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Teknologi Pendidikan (Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015)
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
pada Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan. Drs. Ketut Pudjawan, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan atas berbagai kebijakannya sehingga studi ini dapat terselesaikan dengan lancar. Drs. I Dewa Kade Tastra, M.Pd., Ketua Jurusan Teknologi Pendidikan atas arahan dan bimbingan sehingga studi ini dapat terselesaikan dengan lancar. Dr. Desak Putu Parmiti, M.S pembimbing I yang telah dengan penuh kesabaran membimbing, mengarahkan dan memberikan motivasi yang demikian bermakna, sehingga terselesaikannya semua tugas-tugas dalam penyelesaian skripsi ini. Drs. Ketut Pudjawan, M.Pd., pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi serta semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Nyoman Sujana. S.Pd., selaku Kepala di SMP Negeri 7 Singaraja yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini. I Putu Ardika S.Pd., selaku guru mata pelajaran IPA yang telah banyak membantu dalam penelitian ini. Siswa siswi kelas VIII SMP Negeri 7 Singaraja yang telah menjadi subjek dalam penelitian ini. Rekan-rekan dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu atas peran serta dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, A.A. Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha. -------. 2014. Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan. Malang: Aditya Media Publishing. Koyan, I Wayan. 2011. Assesmen Dalam Pendidikan. Singaraja: Undiksha. -------. 2012. Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data Kuantitatif. Singaraja: Undiksha.
Narbuko, Cholid, Abu Achmadi. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.