e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) BERBANTUAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA 1
I Made Ariestika, 2Gede Sedanayasa, 3Ketut Pudjawan 1
Jurusan PGSD, 2 Jurusan BK, 3 Jurusan TP, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected], 3
[email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar Matematika setelah penerapan model kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) terstruktur pada siswa kelas V SD Negeri 1 Tajun Kabupaten Buleleng pada bulan Januari Tahun Pelajaran 2014/2015. Subjek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa Kelas V SD Negeri 1 Tajun, Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 27 orang, terdiri dari laki-laki 8 orang dan perempuan 19 orang. Objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika setelah penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI. Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) terstruktur dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Negeri 1 Tajun. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata kelas, daya serap, dan ketuntasan belajar klasikal. Sebelum tindakan, rata-rata ketuntasan hasil belajar belum memenuhi kreteria yang telah ditetapkan. Pada skor awal, rata-rata hasil belajar siswa mencapai 61 pada siklus I mencapai 69 berarti mengalami peningkatan sebesar 8 poin pada siklus I, dan rata-rata hasil belajar siswa mencapai 76 pada siklus II berarti terjadi peningkatan sebesar 7 poin dari siklus I ke siklus II. Ketuntasan belajar siswa terhadap materi pelajaran pada skor awal mencapai 52%, pada siklus I mencapai 85% terjadi peningkatan sebesar 33% pada siklus I, dan ketuntasan belajar siswa terhadap materi pelajaran pada siklus II mencapai 100% sehingga terjadi peningkatan sebesar 15% dari siklus I ke siklus II. Kata-kata Kunci: model pembelajaran kooperatif tipe tai, lks terstruktur, hasil belajar. Abstract The purpose of this study was to determine the learning outcomes Mathematics increase after the implementation of cooperative models of Team Assisted Individualization (TAI) with aided Student Worksheet (LKS) is structured in Class V SD Negeri 1 Tajun Buleleng in January of the Academic Year 2014/2015. Subjects in this Class Action Research is a Class V student of SD Negeri 1 Tajun, Academic Year 2014/2015, amounting to 27 people, consisting of 8 men and 19 women. The object of this research is the result of learning mathematics after the implementation of Cooperative Learning Model TAI. Based on data analysis can be concluded that the implementation of cooperative learning model Team Assisted Individualization (TAI) aided Student Worksheet (LKS) is structured to improve learning outcomes Mathematics fifth grade students of SD Negeri 1 Tajun. It
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 can be seen from the average grade, absorption, and completeness of classical study. Before the action, the average mastery learning outcomes not meet the criteria that have been set. At the initial score, the average student learning outcomes reached 61 in the first cycle reaches 69 had increased by 8 points in the first cycle, and the average student learning outcomes at 76 in the second cycle means an increase of 7 points from the first cycle to cycle II. Mastery learning students to the subject matter at the beginning of the score reached 52%, in the first cycle reaches 85% an increase of 33% in the first cycle, and the students' mastery of subject matter in the second cycle reaches 100%, so an increase of 15% from the first cycle to the second cycle.
Keywords: cooperative learning model tai, structured worksheets, learning outcomes. PENDAHULUAN Permasalahan besar dalam bidang pendidikan di Indonesia saat ini adalah masih rendahnya mutu pendidikan. Ini tercermin dari rendahnya nilai rata-rata prestasi belajar yang dicapai oleh siswa, termasuk untuk siswa Sekolah Dasar. Masalah lain yang juga banyak diperbincangkan yaitu bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu didominasi oleh peran guru (teacher centered). Guru masih banyak menempatkan siswa sebagai obyek dan bukan sebagai subyek didik, sehingga kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam belajar. Sesuai dengan cita-cita dari tujuan pendidikan nasional, guru perlu memiliki beberapa prinsip mengajar yang mengacu pada peningkatan kemampuan internal peserta didik di dalam merancang strategi dan melaksanakan pembelajaran. Peningkatan potensi internal itu misalnya dengan menerapkan jenis-jenis strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara penuh, utuh dan kontekstual. Pendekatan pembelajaran diarahkan pada upaya mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengelola perolehan belajar (kompetensi) yang paling sesuai dengan kondisi masing-masing. Dengan demikian proses pembelajaran lebih mengacu kepada bagaimana peserta didik belajar dan bukan lagi pada apa yang dipelajari. Mengacu pada otonomi dalam pelaksanaan pendidikan, maka sekolah diberi kesempatan untuk mengembangkan sekolahnya sesuai dengan kondisi dan
kemampuan baik sarana, prasarana, ketenagaan, dan kondisi anak didiknya. Untuk itu pemerintah memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan kurikulum yang disebut dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Tujuan dari Pelajaran Matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1) Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari Matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Standar Isi, 2006:103). Pelajaran Matematika sangat penting bagi semua siswa untuk meningkatkan hasil belajar yang efektif dalam kegiatan sehari-hari, maka kita harus perlu meningkatkan pengolahan pembelajaran Matematika biar semua siswa dapat aktif baik fisik maupun mental siswa
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 selama saat pembelajaran berlangsung atau barjalan. Proses pembelajaran akan lebih menarik jika guru mampu menyajikan materi pembelajaran dengan pendekatan, metode, dan media yang tepat. Pelajaran Matematika menuntut siswa agar mampu menguasai konsep dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan media menjadi sangat penting dalam pelaksanaan proses pembelajaran Matematika, untuk membangkitkan semangat dan aktivitas belajar siswa. Dari hasil observasi yang peneliti laksanakan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap proses pembelajaran Matematika di kelas V SD Negeri 1 Tajun, diketahui bahwa guru masih menerapkan model pembelajaran konvensional, pembelajaran masih berpusat pada guru, siswa hanya menerima suatu konsep yang disajikan guru, tanpa harus aktif menemukan sendiri suatu konsep. Siswa masih sangat tergantung terhadap tuntunan dan bimbingan guru dalam belajar. Siswa dalam mengikuti pembelajaran masih kurang, hanya siswa yang pintar yang mampu menunjukkan hasil belajar yang baik, sedangkan siswa yang lain hanya diam dan menunggu perintah guru. Ketika melakukan pencatatan dokumen pada mata pelajaran Matematika siswa kelas V SD Negeri 1 Tajun, diketahui penguasaan siswa terhadap materi masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata kelas yang hanya mencapai 59 dan ketuntasan belajar 58%. Dari jumlah siswa 24 orang terdapat 13 orang siswa atau 54% yang belum bisa mencapai KKM yaitu 60. Penyebab utama rendahnya hasil belajar siswa terhadap materi pada mata pelajaran Matematika disebabkan oleh sistem pembelajaran yang masih berpusat pada guru, kurangnya perhatian guru terhadap penggunaan model pembelajaran, siswa dalam mengikuti pembelajaran masih rendah, kurangnya tuntunan dan bimbingan guru membuat siswa belum bisa menemukan suatu konsep secara mandiri. Berdasarkan pada hal tersebut, maka guru perlu mengubah model pembelajaran dan menggunakan variasi
model pembelajaran lain yang lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa kelas V SD Negeri 1 Tajun. Untuk dapat meningkatkan hasil belajar Matematika, maka guru perlu meningkatkan pengelolaan pembelajaran agar seluruh siswa dapat aktif baik fisik maupun mental selama pembelajaran berlangsung. Guru harus mempunyai inovasi dan kreasi dalam penyelenggaraan pembelajaran sehingga terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran melalui penggunaan kelompok-kelompok kecil siswa untuk berkerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar yang lebih baik. Pembelajaran koperatif merupakan suatu strategi pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, dimana kelompok-kelompok kecil bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif merupakam model pembelajaran yang melibatkan kelompok kecil dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuantujuan dan tugas-tugas akademik bersama, sambil berkerja sama para siswa belajar keterampilan kolaboratif dan sosial. Anggota kelompok satu dengan yang lainya saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama (Suprijono, 2009). Berdasarkan permasalahan yang telah diungkap, maka dapat diatasi dengan mencoba salah satu alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan model kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Dalam pembelajaran dengan model kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI), siswa ditempatkan dalam kelompok belajar yang memiliki kemampuan heterogen atau berbeda dengan tingkat kecepatannya menerima pelajaran dan memecahkan permasalahan yang diberikan. Siswa memasuki rangkaian tanggung jawab individu untuk tujuan akhir dan kemudian maju dengan kemampuan sendiri. Teman sekelompok saling memeriksa dan mengoreksi pekerjaan mereka dan membantu yang lain jika mengalami kesulitan. Pembelajaran kooperatif tipe
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 Team Assisted Individualization (TAI), juga memiliki keunggulan didalam proses pembelajaran antara lain memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksikan sendiri kemampuannya, semua siswa mendapat kesempatan yang merata untuk dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai perangkat pembelajaran sangat diperlukan dalam mengelola pembelajaran. LKS merupakan salah satu alternatif yang cukup baik, agar siswa dapat memahami suatu konsep dan menkonstruksi suatu konsep secara mandiri. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan penyelidikan dan pemecahan masalah (Trianto, 2007). LKS terstruktur merupakan lembar kerja yang dirancang untuk membimbing siswa dalam suatu program kerja pelajaran dengan sedikit bantuan guru untuk mencapai sasaran yang dituju dalam pembelajaran tersebut. LKS terstruktur dilengkapi dengan petunjuk dan pengarahan tetapi tidak dapat menggantikan peranan guru. Artinya secara keseluruhan guru masih memegang peranan dalam pelaksanaan dan perencanaan pembelajaran yang sudah disiapkan sebelumnya yaitu menyangkut kegiatan utama seperti memberi rangsangan, bimbingan, pengarahan serta dorongan. LKS terstruktur mempunyai beberapa kelebihan yaitu situasi kelas dapat dikuasai oleh guru, meringankan kerja guru dalam memberikan bantuan kepada siswa secara perorangan, memberikan respon secara cepat, sehingga guru secepat mungkin dapat memprediksi tingkat ketuntasan siswa terhadap pemahaman suatu materi pelajaran, dapat mengoptimalkan konsentrasi berpikir siswa, karena situasi yang diamati sangat dekat, dapat mengoptimalkan interaksi dan latihan pemahaman dalam menyelesaikan latihan soal-soal, memerlukan waktu yang relatif singkat dalam membagikan lembar kegiatan. Penggunaan LKS terstruktur akan dapat memotivasi siswa untuk menemukan sendiri suatu konsep, karena dengan LKS
terstruktur siswa diberikan bimbingan dan dilatih untuk berpikir lebih terstruktur atau sistematis. A.A. Putri Warsiki (2010) menyatakan, LKS terstruktur mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya sebagai berikut. 1) Situasi kelas dapat dikuasai oleh guru, karena guru tidak membelakangi siswa. 2) Meringankan kerja guru dalam memberikan bantuan kepada siswa secara perorangan. 3) Dalam memberikan respon secara cepat, sehingga guru secepat mungkin dapat memprediksi tingkat ketuntasan siswa terhadap pemahaman suatu materi pelajaran. 4) Dapat mengoptimalkan konsentrasi berpikir siswa, karena situasi yang diamati sangat dekat. 5) Dapat mengoptimalkan aktivitas interaksi dan latihan pemahaman dalam menyelesaikan latihan soal-soal. 6) Memerlukan waktu yang relatif singkat dalam membagikan lembar kegiatan. Berdasar dari permasalahan di atas, maka sangat menarik untuk dilakukan penelitian tindakan kelas dengan judul” Penerapan Model Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) Terstruktur Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Tajun Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2014/2015. Mencermati permasalahan yang terjadi tersebut, maka untuk mengatasinya perlu menggunakan strategi dalam pembelajaran yang dapat membimbing siswa dalam belajar, dan siswa menjadi senang dalam belajar. Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) Terstruktur. Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan yang ada di SD Negeri 1 Tajun, untuk lebih memfokuskan permasalahan dalam penelitian ini, maka permasalahan dibatasi pada hasil belajar Matematika pada siswa kelas V SD Negeri 1 Tajun tahun pelajaran 2014/2015 melalui penerapan model kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) terstruktur. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 permasalahan sebagai berikut. Apakah penerapan model Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berstruktur dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa Kelas V SD Negeri 1 Tajun Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2014/2015 ? Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah suatu lembaran yang berisikan sejumlah informasi serta instruksi yang ditujukan untuk mengarahkan siswa bertingkah laku sebagaimana yang diharapkan oleh guru. LKS yang baik adalah LKS yang mampu menjadikan siswa mempunyai keinginan untuk beraktivitas sesuai dengan instruksi. Pada dasarnya LKS sangat tepat digunakan untuk menjadikan siswa bekerja secara mandiri. Selain itu, melalui LKS siswa akan mampu mengingat suatu konsep lebih lama bahkan permanen karena konsep tersebut diperolehnya melalui keterlibatan mental atau berpikir mandiri (Sunyono, 2008).. Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, dimana kelompok-kelompok kecil bekerjasama untuk mencapai tujuantujuan bersama. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan dan tugas-tugas akademik bersama, sementara sambil bekerjasama para siswa belajar keterampilan-keterampilan kolaboratif dan sosial. Anggota-anggota kelompok adalah saling ketergantungan, yaitu saling bergantung atau saling membutuhkan satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama (Santyasa dan Sukadi, 2007: 30-31). Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif itu adalah: (1) Saling ketergantungan secara positif. Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. ( 2 ) Interaksi tatap muka Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka, sehingga mereka dapat melakukan dialog,
tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam ini memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar, sehingga sumber belajar lebih bervariasi. (3) Akuntabilitas individual Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Meskipun demikian penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual inilah yang dimaksud dengan akuntabilitas individual. (4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama peserta didik. Sintaks model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase yaitu: (1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, (2) Menyajikan informasi, (3) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, (4) Membimbing kelompok bekerja dan belajar, (5) Evaluasi, (6) Memberikan penghargaan. Uraian dan tinjauan serta hasil penelitian tentang pembelajaran kooperatif yang dilakukan oleh para ahli di atas, menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dalam pembelajaran. Dari beberapa tipe pembelajaran pada model pembelajaran kooperatif di atas, peneliti akan menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada pembelajaran Matematika yang diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam pembelajaran, dengan pertimbangan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Team
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 Assisted Individualization (TAI) merupakan model pembelajaran secara kelompok dimana terdapat seorang siswa yang lebih mampu, berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam satu kelompok. Dalam hal ini peran pendidik hanya sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pendidik cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Pada pengajaran Team Assisted Individualization (TAI) akan memotivasi siswa untuk saling membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetisi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif. Dalam model pembelajaran kooperatif dengan tipe Team Assisted Individualization (TAI) diharapkan dapat meningkatkan peran serta siswa secara keseluruhan dalam belajar dan kesiapan belajar Matematika dalam pembelajaran. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan kerja kelompok kooperatif, antara lain (1) Taraf kecerdasan anggota kelompok. (2) Hubungan antar anggota kelompok. (3) Pengenalan dan pengalaman anggota kelompok mengenai masalah yang dicapai. (4) Banyaknya anggota kelompok. (5) Kemampuan pemimpin kelompok dalam mengarahkan anggota kelompoknya. (6) Motivasi anggota kelompok menyelesaikan tugas yang diberikan. (7) Minat dan keterampilan anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri 1 Tajun Tahun Pelajaran 2014/2015, peneliti menemukan beberapa kendala atau masalah didalam pelaksanaan pembelajaran Matematika baik dalam hasil belajarnya. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh masih terpusatnya pembelajaran pada guru yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Kemudian kurangnya perhatian guru terhadap interaksi siswa dalam kelompok belajar, sehingga siswa terlalu banyak belajar mandiri hanya tergantung pada materi yang diajarkan oleh guru saja, dan interaksi diantara siswa
kurang, siswa yang memiliki kemampuan kurang, mereka tidak mau bertanya dan berlatih pada siswa yang lebih mampu sehingga kelas tampak pasif. Jadi berdasarkan alasan tersebut, maka permasalahan yang ditemukan peneliti saat melakukan observasi awal diharapkan dapat ditanggulangi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan berbantuan LKS terstruktur. Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) merupakan model pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berpikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan. Dalam model ini, diterapkan bimbingan antar teman yaitu siswa yang pandai bertanggung jawab terhadap siswa yang lemah. Disamping itu dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan siswa yang lemah dapat terbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi (www.matematikacerdas.wordpress.com). Tim individu berbantuan Team Assisted Individualization (TAI) adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok belajar, yang siswanya memiliki kemampuan yang heterogen atau berbeda tingkat kecepatannya menerima pelajaran dan memecahkan permasalahan yang diberikan. TAI juga merupakan model pembelajaran yang sejenis dengan model pembelajaran STAD, bedanya STAD menggunakan satu langkah pengajaran di kelas sedangkan TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan individual. Pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) menuntun siswa untuk memasuki rangkaian tanggung jawab individu untuk ujian akhir dan kemudian maju dengan kemampuan sendiri. Teman sekelompok saling mengecek atau mengoreksi dan membantu yang lain jika mengalami kesulitan. Pembelajaran ini dipilih dengan pertimbangan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TAI lebih memungkinkan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 siswa untuk dapat meningkatkan individualitas dan komunikasi secara nyata, yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Menurut Slavin (1997: 102-104), model pembelajaran tipe Team Assisted Individualization (TAI) memiliki delapan komponen dalam pelaksanaan pembelajaran, kedelapan komponen itu adalah sebagai berikut. (a) Teams yaitu pembentukan kelompok secara heterogen yang terdiri dari 4-5 orang. (b) Placement test yaitu pemberian pre-test melakukan test awal agar mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu. (c) Curriculum Materials yaitu melaksanakan tugas bahan pelajaran dalam satu kelompok dengan menciptakan dimana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya. (d) Teams study yaitu tahapan tindakan belajar dalam kelompok dan memberikan bantuan secara individual. (e) Teams Score and Teams Recognition yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kreteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil dan kelompok yang kurang berhasil menyelesaikan tugas. (e)Teaching Grups yaitu penyampaian materi secara singkat, menjelaskan hambatan-hambatan yang dialami dalam kelompok belajar. (f) Facts test yaitu pelaksanaan test, berdasarkan fakta-fakta yang didapat dalam proses pembelajaran. (g) Whole-Class Units yaitu pemberian materi kembali diakhir pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah. Keunggulan model Pembelajaran kooperatif tipe TAI dalam proses pembelajaran adalah (a) Siswa termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajar. (b) Aktivitas belajar selama kegiatan proses belajar mengajar nampak bebas, ceria bergairah, dan kondusif. (c) Siswa mudah memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran. (d) Siswa lebih terangsang dan terbiasa mengerjakan tugas secara mandiri maupun kelompok. (e) Dapat menumbuhkan motivasi intrinsik. (f) Dapat menumbuhkan sikap siswa untuk lebih tertarik, tidak mudah menyerah dan aktif menyelesaikan tugas. (g) Dapat berkolaborasi dengan teman.
METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan dengan mencermati kegiatan proses pembelajaran, dan menemukan permasalahan yang terdapat. Baik dari perencanaan, proses dan hasil pembelajaran. Dari permasalahan tersebut, kemudian diberikan suatu tindakan sebagai upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Tajun, Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada tahun pelajaran 2014/2015. Subjek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa Kelas V SD Negeri 1 Tajun, Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 27 orang, terdiri dari laki 8 orang dan perempuan 19 orang. Objek dalam penelitian ini adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) Terstruktur, hasil belajar. Dalam penelitian tindakan kelas ini, digunakan model Kurt Lewin, yang terdiri dari empat langkah, yaitu: (1) Perencanaan, (2) Aksi / Tindakan, (3) Observasi, dan (4) Refleksi. Adapun tahap -tahap dalam Penelitian Tindakan Kelas pada siklus I dan II adalah: (a) Tahap Perencanaan, pada tahapan ini dilakukan penyusunan rencana penelitian tindakan kelas yang meliputi penyusunan perangkat pembelajaran, penyusunan LKS terstruktur, dan penyusunan pedoman observasi untuk penilaian aktivitas belajar serta penyusunan tes hasil belajar. (b)Tahap Pelaksanaan, tahap pelaksanaan tindakan ini merupakan tahapan penerapan dari rencana yang telah disusun pada tahap perencanaan. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran adalah sebagai berikut. (1) Guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen yang terdiri dari 4 – 5 orang. (2) Guru memberikan pre – test yaitu guru melakukan test awal agar mengetahui kelemahan siswa pada bidan tertentu. (3) Guru meminta siswa untuk melaksanakan tugas bahan pelajaran dalam suatu kelompok dengan menciptakan di mana keberhasilan individu ditentuka oleh keberhasilan kelompknya. (4) Guru memberikan tindakan belajar
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 dalam kelompok dan memberikan bantuan secara individual. (5) Guru memberikan skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kreteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil dan kelompok yang kurang berhasil menyelesaikan tugas. (6) Guru menyampaikan materi secara singkat, menjelaskan hambatan-hambatan yang dialami dalam kelompok belajar. (7) Guru meminta siswa mengikuti pelaksanaan test, berdasarkan fakta-fakta yang didapat dalam proses pembelajaran. (8) Guru memberikan materi kembali diakhir pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah. (c) Tahap Observasi, pada tahap ini dilakukan observasi atau pengamatan terhadap hasil belajar Matematika, yang dilakukan selama pelaksanaan tindakan berdasarkan pedoman observasi yang telah dibuat, sedangkan evaluasi hasil belajar Matematika, dilaksanakan setelah pelaksanaan tindakan kelas berakhir, dengan memberikan tes tertulis. Tes hasil belajar disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun. (d) Tahap Refleksi pada tahap ini dilakukan pengkajian terhadap hasil Penelitian Tindakan Kelas untuk masing-masing siklus, baik mengenai keaktifan belajar Matematika dan hasil belajar Matematika. Apabila diperoleh hasil yang kurang optimal, akan dilakukan perbaikan-perbaikan untuk lebih mengoptimalkannya pada siklus berikutnya. Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan model adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak mengajar atau tindak belajar (Dimyati dan Mudjiono, 1996). Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak mengajar atau tindak belajar. Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah hasil belajar tes yaitu tes tertulis pada masing-masing indikator pada standar kompetensi dan kompetensi dasar pada mata pelajaran Matematika Kelas V. Hasil belajar Matematika adalah suatu proses yang diselenggarakan guru untuk membelajarkan siswa guna memperoleh
ilmu pengetahuan dan keterampilan Matematika yang sangat baik. Suatu proses pembelajaran Matematika adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan situasi agar siswa mampu belajar dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing (Dimyati dan Mudjiono, 1996. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu: data hasil belajar siswa mata pelajaran Matematika. Sedangkan data mengenai hasil belajar dianalisis dengan menghitung nilai secara individu, rata-rata kelas, persentase, dan ketuntasan belajar siswa, kemudian persentase hasil belajar dikonversikan dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Penelitian mengenai hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika dikatakan berhasil jika nilai rata kelas mata pelajaran Matematika telah memperoleh ≥ 68 yaitu kriteria ketutantasan belajar minimal 80%, dengan demikian penelitian dapat dihentikan. . HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Penelitian tindakan kelas (PTK) pada siswa kelas V SD Negeri 1 Tajun Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2014/2015 yang secara umum telah dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Data penelitian yang dikumpulkan, yaitu data tentang hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) terstruktur pada mata pelajaran Matematika di kelas V SD Negeri 1 Tajun tahun pelajaran 2014/2015. Data hasil belajar siswa dikumpulkan melalui tes setiap akhir siklus. Data yang telah dikumpulkan dianalisis sesuai dengan teknik analisis data yang telah ditetapkan Tindakan pembelajaran matematika Siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 6 Januari 2015 untuk pertemuan pertama dan hari Rabu, 7 Januari 2015 untuk pertemuan kedua selanjutnya hari Selasa, 13 Januari 2015 untuk memberikan evaluasi.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 Pembelajaran dilaksanakan pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua dengan berdasarkan pada RPP seperti pada lampiran no 6 dan 7. Pertemuan ketiga Siklus I untuk memberikan evaluasi dengan menggunakan intrumen tes Nilai hasil belajar Matematika setelah tindakan siklus I yakni nilai rata-rata hasil belajar Matematika 66, dengan katagori sedang apabila dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas sebelum tindakan (data awal) sebesar 61 berarti terjadi kenaikan sebesar 5 poin. Dilihat dari ketuntasan belajar siswa (KKM) maka pada siklus I baru mencapai 85% bila dibangdingkan dengan data awal sebelum tindakan siklus I sebesar 52% berarti terjadi kenaikan 33 %. Dilihat dari hasil pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Matematika pada siklus I ternyata belum mencapai nilai rata minimal ≥68 sebagaimana yang telah ditetukan pada kriteria keberhasilan penelitian dan dilihat dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) belajar mata pelajaran Matematika pada siklus I baru mencapai 85% berarti belum mencapai KKM secara klasikal sebesar 100%. Berarti hasil belajar pada tindakan siklus I belum mencapai kretria penelitian tersebut dengan demikian maka tindakan penelitian perlu dilanjutkan pada siklus II. Setelah melaksanakan pembelajaran Matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) terstruktur pada mata pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 1 Tajun, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2014/2015 diperoleh beberapa catatan sebagai hasil observasi dalam pelaksanaan pembelajaran. Setelah dilakukan refleksi ternyata masih terdapat kendala-kendala yang harus diperbaiki pada siklus selanjutnya. Adapun kendalakendala tersebut sebagai penyebab belum mencapai hasil belajar Matematika sesuai atau lebih dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan pada penelitian ini Kendala-kendala yang dialami pada siklus I yang harus diatasi yaitu: (a) Beberapa siswa masih belum konsentrasi penuh dengan cara pembelajaran yang baru. (b) Pelaksanaan kerjasama dalam
kelompok belum berjalan lancar karena siswa masih merasa malu karena belum terbiasa bekerja sama dalam kelompok. (c) Kerjasama dalam kelompok belum maksimal terfokus pada tugas yang diberikan oleh guru ini nampak dalam kondisi siswa yang saling menolak untuk menyelesaikan tugas. (d) Kepercayaan diri siswa belum maksimal dalam menyampai pendapat kelompok saat melakukan konfirmasi di depan kelas. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut diatas yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I, dilakukan perbaikan-perbaikan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut sebagai berikut. (a) Beberapa siswa perlu diberikan motifasi agar berkonsentrasi penuh dalam menyelesaikan tugas. (b) Guru harus memberikan perhatian dan bimbingan pada kelompok kerja untuk berani mengeluarkan pendapat sebagai wujud tanggung jawab kelompok bersama dalam menyelesai tugas kelompok dengan baik. (c) Guru memberikan perhatian dan motivasi siswa kepada masing-masing anggota kelompok agar bertanggung jawab penuh pada penyelesaian tugas yang dikerjakan bersama kelompok untuk tefokus pada penyelesaian tugas yang dibebankan pada kelompok. (d) Guru membimbing dan memotivasi kepada kelompok untuk percaya diri dalam menyampaikan pendapat sebagai hasil karya sendiri yang dibanggakan. Hasil refleksi pelaksanaan pembelajaran Matematika siklus I dengan beberapa kendala dan alternatif mengatasi kendala tersebut dapat menjadi acuan perbaikkan pada pelaksanaan tindakan siklus II. Tindakan pembelajaran Matematika Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 14 Januari 2015, untuk pertemuan pertama dan hari Selasa, 20 Januari 2015 untuk pertemuan kedua selanjutnya hari Rabu, 21 Januari 2015 untuk memberikan evaluasi. Pembelajaran dilaksanakan pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua dengan berdasarkan pada RPP. Dari hasil perhitungan setelah mempergunakan rumus yang telah
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 ditentukan sebelumnya maka dapat diperoleh hasil sebagai berikut. Nilai hasil belajar Matematika setelah tindakan siklus II yakni nilai ratarata hasil belajar Matematika sebesar 76 dengan katagori tinggi. Apabila dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas siklus I sebesar 66 berarti terjadi kenaikan sebesar 10 poin. Apabila dilihat dari ketuntasan belajar siswa (KKM) siklus II mencapai 100% bila dibandingkan dengan hasil tindakan siklus I dengan KKM sebesar 85% berarti terjadi kenaikan 15%. Dilihat dari tindakan siklus II maka hasil belajar secara individual telah mencapai nilai rata-rata kelas 76 dan persentase ketuntasan belajar (KKM) sudah mencapai 100% berarti hasil belajar pada tindakan siklus II sudah mencapai bahkan telah melebihi kretria penelitian yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Setelah melaksanakan pembelajaran Matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) terstruktur pada mata pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 1 Tajun Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2014/2015 diperoleh beberapa catatan sebagai hasil tes /observasi. Setelah dilakukan refleksi ternyata kendala-kendala yang terjadi pada siklus I relatif sudah dapat teratasi, namun masih ada sedikit kendala bahwa keikut serta siswa dalam menyampai pendapat masih belum maksimal ini diperlukan suatu bimbingan dan motivasi agar siswa tetap berusaha mengembangkan dirinya dalam memperluas wawasan dan kemampuan untuk berani menyampaikan pendapatnya. Dengan demikian maka penelitian ini dapat dihentikan karena sudah mencapai bahkan telah melebihi kriteria keberhasilan penelitian.
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian di atas, setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan Lembar
Kerja Siswa (LKS) terstruktur pada mata pelajaran Matematika pada Siswa Kelas V SD Negeri Tajun Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2014/2015, diperoleh data bahwa terjadi peningkatan hasil belajar Matematika dari sebelum tindakan siklus penelitian ketahap siklus I ke siklus II, nilai rata-rata kelas sebelum siklus penelitian adalah 61 meningkat pada siklus I menjadi 69 dengan katagori sedang. Persentase KB (Ketuntasan Belajar) sebelum tindakan siklus penelitian adalah 52% meningkat pada siklus I menjadi 85% dari siklus I ke siklus II nilai rata-rata kelas siklus I adalah 69 dengan katagori sedang meningkat pada siklus II menjadi 76 dengan katagori tinggi. Persentase KB (Ketuntasan Belajar) siklus II meningkat sebesar 15%. Maka dapat dilihat peningkatan secara keseluruhan tindakan pembelajaran Matematika pada penelitian ini terjadi peningkatan apabila dibandingkan sebelum tindakan siklus penelitian sampai pada tindakan siklus II yaitu sebesar 48%. Dengan demikian maka penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan Lembar Kerja pada Siswa (LKS) terstruktur dapat meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Matematika pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Tajun Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2014/2015 dapat meningkatkan hasil belajar Matematika. Terjadinya peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) terstruktur dalam penelitian tindakan kelas ini disebabkan oleh penerapan model pembelajaran yang lebih efektif, dan pemberian penghargaan dan motivasi pada setiap usaha yang telah dilakukan siswa terbukti mampu menumbukan kepercayaan diri siwa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diberikan. Terjadinya peningkatan hasil belajar dari tahap sebelum penelitian ke siklus I selanjutnya ke siklus II, menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) terstruktur pada mata pelajaran Matematika sangat efektif untuk
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika. Oleh sebab itu, penerapan model pembelajaran yang demikian sangat perlu dilakukan secara intensif dan berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak (dalam Trianto, 2007: 42) mengatakan pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang historis, serta harapan masa depan yang berbeda-beda karena adanya perbedaan manusia dapat silih asah (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa dapat bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa. Manusia adalah mahkluk individual, berbeda satu sama lain. Karena sifatnya yang individual, maka manusia yang satu membutuhkan manusia lainnya, sehingga sebagai konsekuensi logisnya manusia harus menjadi mahluk sosial, mahluk yang berinteraksi dengan sesamanya (Nurhadi dkk, 2004: 61). Ibrahim (dalam Trianto, 2007: 44) tujuan dari pembelajaran kooperatif mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan sosial. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. Keberhasilan penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan Aditya (2010) yang berjudul implementasi model kooperatif tipe Team Assisted Individualizatiton (TAI) berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) Terstruktur untuk meningkatkan hasil belajar Matematika Semester 2 SD No. 1 Kalibukbuk. Hasil yang didapatkan adalah persentase ratarata hasil belajar siswa secara klasikal pada refleksi awal sebesar 45,68% pada
kategori rendah, meningkat sebesar 22,05% menjadi 67,73% berada pada kategori sedang PENUTUP SIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil-hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) terstruktur dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Negeri 1 Tajun. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata kelas, daya serap, dan ketuntasan belajar klasikal. Sebelum tindakan, rata-rata ketuntasan hasil belajar belum memenuhi kreteria yang telah ditetapkan. Pada skor awal, rata-rata hasil belajar siswa mencapai 61 pada siklus I mencapai 69 berarti mengalami peningkatan sebesar 8 poin pada siklus I, dan rata-rata hasil belajar siswa mencapai 76 pada siklus II berarti terjadi peningkatan sebesar 7 poin dari siklus I ke siklus II. Ketuntasan belajar siswa terhadap materi pelajaran pada skor awal mencapai 52%, pada siklus I mencapai 85% terjadi peningkatan sebesar 33% pada siklus I, dan ketuntasan belajar siswa terhadap materi pelajaran pada siklus II mencapai 100% sehingga terjadi peningkatan sebesar 15% dari siklus I ke siklus II. DAFTAR RUJUKAN Agung, A.A.Gede.1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: STKIP. BNSP.2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi. -------. 2005. Konsep dan Teknik Analisis Data Hasil PTK. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja. Dimyati, dan Mudjiono. 1994. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 Eri,dkk.2010.http://matematikablendedlearni ng.blogspot.com/2010/11/lembarkerja-siswa-lksterstruktur.html/diaksestanggal24Fe bruari 2011
Suprijono, Agus. 2009. Cooperatif Learning TeoridanAplikasiPaikem. Surabaya: PustakaPelajar.
Hamalik.2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: BumiAksara.
Sunyono, 2008. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Lingkungan Pada Mata Pelajaran IPA SMP Kelas VI Semester I. Lampung: Universitas Lampung(karya tulis ).
Lewis, Kurt. 1935. A Dynamic Theory of Personality: Selected Papers. New York: McGraw-Hill. Mendra, Ketut. 2003. Karya Tulis Ilmiah Di Bidang Pendidikan. Makalah yang disajikan dalam Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Guru MGMP Matematika Kabupaten Buleleng, tanggal 24 sampai dengan 26 Juli 2003. Karya tidak diterbitkan. Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. ______. 2007. Buku 1 Seri Penelitian Tindakan Kelas, Konsep Dasar Penelitian Tindakan. Jakarta : Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas. Rosyadi,M.Akhsin.2010.http://matematikace rdas.wordpress.com/2010/01/28/mo del-pembelajaran-kooperatif-tipe-taiteam-assistedindividualization/diaksestanggal24Fe bruari 2011 Santyasa, Sukadi. 2007. Model-Model PembelajaranInovatif. Singaraja. Slavin,
Robert E. 1997.Cooperative Learning.Teory, Research,and Practice (second edition). Boston, MA:Allyn & Bacon.
-------, 2005. Cooperative Learning.Teori, Riset, and Praktik. Bandung: Penerbit Nusa Media.
Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya. Trianto. 2007. Model-Model PembelajaranInovatif. Jakarta: PrestasiPustaka Publisher. -------. 2007. ModelPembelajaranTerpaduDalamTe oridanPraktek. Jakarta: PrestasiPustaka Publisher. Warsiki, A.A. Putri. 2010. Penerapan Pembelajaran dengan LKS Berstruktur Untuk Meningkatkat Prestasi Belajar Kimia Siswa Kelas XA SMAN 1 Kubutambahan Pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2009/2010. Tamblang : SMAN 1 Kubutambahan. Wibawa, Basuki. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Depdiknas. Yuniawati, Ni Made. 2010. Implementasi Model Problem Based Learning (pembelajaran Besrbasis Masalah) untuk Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SD N 2 Manukaya Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Undiksha Singaraja.