Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE WORD SQUARE BERBASIS LINGKUNGAN TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS V GUGUS BUDI UTOMO DENPASAR TIMUR Luh Putu Sukandheni1, I Nengah Suadnyana2, DB. Kt. Ngr. Semara Putra 3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square Berbasis Lingkungan dengan pembelajaran konvensional kelas V Gugus Budi Utomo Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini menggunakan Quasi experiment design (desain eksperimen semu) dengan jenis Nonequivalent Control Group. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas V SD Gugus Budi Utomo Denpasar Timur. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling dengan matching yang diacak adalah kelasnya untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen yaitu kelas V SD N 1 Kesiman yang berjumlah 35 orang dan kelompok kontrol yaitu kelas V SD N 8 Kesiman yang berjumlah 35 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes jenis objektif bentuk soal pilihan ganda biasa. Data yang dikumpulkan, dianalisis dengan teknik analisis uji t. Dari hasil analisis uji t diperoleh t hit = 3,03 sedangkan ttabel = 2,00 pada taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan db = 35 + 35 – 2 = 68 adalah 2,00 dan 1 = 0,82 sedangkan 2 = 0,55. Terlihat bahwa thitung > ttabel (3,03 > 2,00) yang berarti dalam penelitian ini terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe word square berbasis lingkungan dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada Kelas V Gugus Budi Utomo Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014. Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square Berbasis Lingkungan berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA pada kelas V Gugus Budi Utomo Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014. Kata kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square Berbasis Lingkungan, Hasil Belajar IPA
Abstract This study aims to determine the significant differences in Natural Science learning outcomes between students that learned using the Cooperative Type Word Square Model Based on Environment with students that learned using the conventional learning in fifth grade of Budi Utomo Groups Denpasar Timur academic year 2013/2014. This study is used quasi experiment design with type of nonequivalent control group. The population in this study is a fifth grade elementary school students of Budi Utomo Groups Denpasar Timur. The samples in this study conducted by random sampling technique with matching were randomized class to determine the experimental group and the control group. The experimental group is fifth grade students in SD N 1 Kesiman as many as 35 students and a control group is fifth grade students in SD N 8 Kesiman as a many as 35 students. Data collection methods used in this study is an objective type test are multiple choice question form. The collected data were analyzed by t-test analysis techniques. From the analysis results t-test obtained tcount = 3,03 while ttable = 2,00 at a significance level of 5% and degrees of freedom db= 35 + 35 – 2 = 68 is 2,00 and 1 = 0,82 while the 2 = 0,55. Seen that tcount > ttable (3,03 > 2,00), which means that in this study there were significant differences in Natural Science learning outcomes between students that learned using the Cooperative
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Type Word Square Model Based on Environment with students that learned using the conventional learning in fifth grade of Budi Utomo Groups Denpasar Timur academic year 2013/2014. Thus it can be concluded that the application of Quantum Learning Model Based Multimedia positive effect on student learning outcomes Natural Science in fifth grade of Budi Utomo Groups Denpasar Timur academic year 2013/2014. Keywords : cooperative type word square model based on environment, natural science learning outcomes.
PENDAHULUAN Sekolah sebagai salah satu pelaksana proses pembelajaran diharapkan dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang dapat membuat siswa berperan aktif dalam menirukan dan mengembangkan konsepkonsep yang dipelajari. Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, membimbing, mengarahkan, memfasilitasi, melatih dan mengevaluasi siswa. Terdapat perpaduan banyak faktor yang menuntut guru memiliki tingkat kemampuan profesional yang lebih tinggi. Tanpa terkecuali, guru yang telah memperlihatkan keterampilan pembelajaran yang tinggi di kelasnya. Dalam menganalisa proses pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran (Ilmu Pengetahuan Alam) IPA yang intinya tertumpu pada suatu persoalan yaitu bagaimana seorang guru memberi kemungkinan bagi siswa agar terjadi proses pembelajaran yang efektif dan bahkan dapat mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sistem pembelajaran yaitu: (1) Faktor guru, dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa, tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (menager of learning), (2) Faktor siswa, sikap dan penampilan siswa di dalam kelas juga merupakan aspek lain yang bisa mempengaruhi proses pembelajaran. Ada kalanya ditemukan siswa yang sangat aktif dan ada pula siswa yang pendiam, tidak sedikit juga ditemukan siswa yang memiliki motivasi yang rendah dalam belajar, (3) Faktor sarana dan prasarana, kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran, dengan demikian sarana
dan prasarana merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran, dan (4) Faktor lingkungan, dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar bagi proses pembelajaran di sekolah dasar, maka siswa tidak hanya mendapatkan materi ajar dari buku semata, akan tetapi mereka mampu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Dalam proses pembelajaran faktor-faktor tersebut haruslah selalu diperhatikan demi tercapainya tujuan pendidikan. Ketiadaan sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran seringkali menyebabkan guru hanya mengajar dengan metode ceramah dengan bantuan media seadanya bahkan seringkali mengajar tanpa bantuan media yang mendukung untuk pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Sedangkan siswa SD pada prinsipnya lebih mudah menangkap hal-hal yang sifatnya kongkrit dari pada yang sifatnya abstrak. Guru seharusnya dapat memberikan contoh-contoh sederhana yang nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa, baik melalui penggunaan media maupun aktifitas nyata. Media merupakan sebuah alat bantu untuk mempermudah sampainya materi pelajaran kepada siswa. Dengan adanya media yang digunakan guru diharapkan dapat mengkongkritkan konsep-konsep abstrak yang ada dalam materi pelajaran, khususnya pada pelajaran IPA. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu memilih dan menerapkan model serta media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. “Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas”, Arends (dalam Trianto 2010: 51). Salah
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) satu model pembelajaran yang mampu untuk meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu dengan menerapkan model Word Square. Dimana Model Pembelajaran kooperatif tipe Word Square memerlukan pengetahuan dasar dari siswa sehingga sebelumnya siswa harus membaca materi yang akan dipelajari. Dengan demikian siswa akan terlatih untuk memanfaatkan buku sumber dan terampil belajar mandiri. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Gugus Budi Utomo Kecamatan Denpasar Timur, nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah berkisar 70-75 sedangkan nilai ulangan harian pelajaran IPA siswa kelas V pada semester I sebagian besar memperoleh nilai ratarata berkisar 60-63. Dari hasil tersebut menandakan siswa belum memenuhi nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yang mana disebabkan kurangnya pemahaman materi pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa sehingga hasil belajar siswa rendah atau di bawah rata-rata. Untuk mengatasi masalah tersebut akan dilakukan penelitian sebagai solusi untuk memecahkan permasalahan. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, perlu diadakan situasi pembelajaran yang menyenangkan dan merangsang minat siswa untuk lebih antusias berperan aktif dalam proses pembelajaran. Pada penelitian ini model pembelajaran yang digunakan adalah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square Berbasis Lingkungan. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square Berbasis Lingkungan merupakan model pembelajaran kooperatif tipe Word Square (kata-kata yang disusun secara persegi) dengan menggunakan lingkungan sebagai media pembelajaran. Menurut Hornby (dalam Nurhidayah, 2012:16) mengungkapkan bahwa “word square adalah sejumlah kata yang disusun sehingga kata-kata tersebut dapat dibaca ke depan dan ke belakang”. Pembelajaran berbasis lingkungan berarti mengaitkan lingkungan dalam proses pembelajaran, yaitu lingkungan digunakan sebagai sasaran belajar, sumber belajar dan sarana belajar. Dari penjelasan diatas model pembelajaran kooperatif tipe Word Square
berbasis lingkungan merupakan salah satu inovasi dalam membelajarkan siswa dengan memadukan model pembelajaran kooperatif tipe Word Square yang memanfaatkan lingkungan sebagai perantara pesan atau materi yang dibelajarkan demi menunjang pengetahuan siswa dengan situasi nyata dan sebagai media nyata untuk mengkongkretkan pengetahuan siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe Word Square ini juga memiliki keunggulan yaitu mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan karena pembelajaran berupa permainan, melatih siswa berdisiplin, merangsang siswa untuk berfikir efektif karena model pembelajaran ini mampu sebagai pendorong dan penguat terhadap materi yang disampaikan, melatih ketelitian dan ketepatan dalam menjawab dan mencari jawaban dalam lembar kerja. Secara umum, melihat keunggulan yang sudah dipaparkan tentang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square Berbasis Lingkungan dalam proses pembelajaran, maka dicoba untuk menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square Berbasis Lingkungan tersebut dalam mata pelajaran IPA di SD. IPA menurut Prihantro Laksmi (dalam Trianto 2010: 142), bahwa sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan maka pendidikan IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu, yaitu a) memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan bagaimana bersikap, b) menanamkan sikap hidup ilmiah, c) memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan, d) mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai para ilmuan penemunya, e) menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan. Secara terperinci lingkup materi yang terdapat dalam KTSP adalah : 1) mahluk hidup dan proses kehidupannya yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan, 2) benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) gas, 3) energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana, 4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square Berbasis Lingkungan dalam mata pelajaran IPA ini dapat memberikan pengaruh positif pada hasil belajar dan pemahaman siswa pada materi yang disesuaikan dengan modalitas yang dimiliki masing-masing siswa. Berdasarkan uraian di atas, untuk menguji secara empiris keefektivitasan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square Berbasis Lingkungan terhadap hasil belajar IPA siswa, maka dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square Berbasis Lingkungan terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V Gugus Budi Utomo Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014”. Adapun tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square Berbasis Lingkungan dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa Kelas V Gugus Budi Utomo Denpasar Barat Timur Tahun Ajaran 2013/2014. METODE Rancangan eksperimen yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment) yang merupakan pengembangan dari true experimental design dan sering digunakan untuk penelitian pendidikan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. “Quasi experiment, digunakan karena kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian” (Sugiyono, 2012: 114). Dengan menggunakan jenis Nonequivalent Control Group. Pemilihan Nonequivalent Control Group dalam penelitian ini dikarenakan tidak dapat menempatkan siswa secara random ke dalam kelompok-kelompok baru (kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol) dan hanya menggunakan kelaskelas yang ada di setiap sekolah di dalam satu gugus yaitu Gugus Budi Utomo agar tidak mengacaukan struktur kelas tiap-tiap sekolah. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik random sampling atau sampel kelompok dengan cara random (acak). Dari Gugus Budi Utomo ada 7 SD Negeri dan diambil sebanyak 2 sekolah sebagai sampel yang ditentukan dengan teknik undian. Untuk lebih meyakinkan kesetraan kelompok tersebut maka, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diuji kesetaraannya menggunakan teknik pemetaan atau matching berdasarkan data hasil soal uji kesetaraan melalui teknik matching. Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan meliputi tahap awal, pelaksanaan, dan akhir eksperimen. Pada tahap awal eksperimen, langkah-langkah yang dilakukan yaitu : Menyiapkan surat pengantar dan mohon ijin kepada kepala SDN 1 Kesiman dan SDN 8 Kesiman Denpasar Timur mengenai kegiatan penelitian yang akan dilakukan, merancang strategi dan materi tentang model pembelajaran kooperatif tipe Word Square berbasis lingkungan, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar kerja Siswa (LKS), menyiapkan/menyusun instrument penelitian untuk mengukur kemampuan hasil belajar siswa, pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, menguji validitas dan reliabilitas tes. Pada tahap pelaksanaan eksperimen, kegiatan yang dilakukan adalah langsung di kelas dengan mengadakan pre-test terlebih dahulu pada jadwal yang sudah ditentukan. Pada tahap akhir eksperimen, kegiatan yang dilakukan setelah pelaksanaan penelitian, maka dilanjutkan dengan pengakhiran penelitian yaitu memberikan post-test pada kelas ekperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dan menganalisis data. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu (Sugiono, 2009: 117) Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas V Gugus Budi Utomo, Denpasar Timur yang terdiri dari 7 Sekolah yaitu SD N 1 Kesiman, SD N 2 Kesiman , SD N 5 Kesiman, SD N 6 Kesiman, SD N 8 Kesiman, SD N 11 Kesiman, dan SD 14 Kesiman. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik random sampling atau sampel kelompok dengan cara random (acak). Dari Gugus Budi Utomo ada 7 SD Negeri dan diambil sebanyak 2 sekolah sebagai sampel yang ditentukan dengan teknik undian. Berdasarkan teknik undian, sampel yang digunakan sebagai kelas Eksperimen adalah siswa kelas V di SD N 1 Kesiman dan kelas Kontrol adalah kelas V di SD N 8 Kesiman. Untuk lebih meyakinkan kesetraan kelompok tersebut maka, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diuji kesetaraannya menggunakan teknik pemetaan atau matching berdasarkan data hasil soal uji kesetaraan. Melalui teknik matching skor masingmasing siswa dari kelas eksperimen dipasangkan dengan skor sama yang diperoleh siswa dari kelompok kelas kontrol. Apabila terdapat siswa dalam kelompok yang tidak mendapatkan skor pasangan maka siswa tersebut tidak diikutkan dalam penelitian sehingga, hasil dalam pemetaan (matching) skor pada masing-masing siswa baik dari kelas eksperimen dan kelas control dapat dinyatakan kelas tersebut setara. Berdasarkan hasil uji kesetaraan dengan teknik pemetaan (matching) antara kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat 35 pasangan siswa yang memiliki nilai yang setara. Data yang digunakan untuk menguji kesetaraan kedua kelas tersebut adalah data dari nilai pre test siswa. Nilai pre-test diperoleh melalui pemberian soal pre test pada kedua kelas tersebut. Sebelum dilakukan uji kesetaraan menggunakan ujit, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat
yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Fokus objek dalam penelitian adalah variabel. Menurut Sugiyono (2012: 60), “Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulan”. Adapun variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah (1) variabel bebas (variabel independen) dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Word Square berbasis lingkungan yang dikenakan pada kelompok ekperimen dan model pembelajaran konvensional yang dikenakan pada kelompok kontrol, (2) variabel terikat (variabel dependen) dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA. Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar IPA siswa kelas V Gugus Budi Utomo Denpasar Barat. Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dibutuhkan instrumen penelitian yang tepat. Instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk mendukung kepentingan penelitian itu sendiri. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar IPA adalah tes yaitu tes hasil belajar pada ranah kognitif, dengan menggunakan tes objektif dalam bentuk pilihan ganda dan metode observasi digunakan untuk memperoleh data hasil belajar IPA pada ranah afektif. Butir soal yang dibuat adalah 60 soal. Setiap soal diberi skor 1 (satu) jika soal dijawab dengan benar dan diberi skor 0 (nol) jika soal dijawab salah oleh siswa. Skor setiap jawaban dijumlahkan dan jumlah tersebut menjadi skor hasil belajar IPA yang berada dalam rentang skor 0 – 100. 0 merupakan skor minimal dan 100 merupakan skor maksimal ideal tes hasil belajar IPA. Tes disusun oleh mahasiswa melalui bimbingan pembimbing. Untuk menjamim kevalidan soal maka dilakukan validasi instrumen terlebih dahulu (diuji validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukarannya). Nilai rhitung yang diperoleh dalam uji validitas menggunakan teknik korelasi point biserial kemudian dibandingkan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) dengan nilai yang diperoleh dari rtabel, jika rhitung > rtabel maka butir soal termasuk dalam kategori valid. Dari 60 soal tes hasil belajar IPA yang telah diujikan pada 37 testee, diperoleh 45 soal yang valid yaitu soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 11, 12, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 31, 33, 34, 35, 37, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 55, 56, 57 dan 59. Setelah uji validitas, maka dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Sebuah tes mungkin reliabel tetapi tidak valid. Namun sebuah tes yang valid biasanya reliabel. Uji reliabilitas dilakukan terhadap butir soal yang valid saja. Uji reliabilitas tes yang bersifat dikotomi dan hasil perhitungannya lebih teliti dapat ditentukan dengan rumus K-R 20. Dari 45 soal yang dinyatakan valid diperoleh r11 = 0,94 > 0,70 artinya bahwa soal tes hasil belajar IPA pada penelitian ini tergolong reliabel. Selanjutnya dilakukanlah uji daya beda butir soal. Kegiatan analisis terhadap daya beda itu ditujukan untuk membuktikan bahwa siswa yang kita anggap pandai jawabannya pada umumnya betul, dan siswa yang kita anggap bodoh pada umumnya jawabannya salah. Jika memang sesuai dengan apa yang kita perkirakan, maka butir soal yang bersangkutan dapat kita anggap sebagai butir soal yang baik. Setelah diuji daya beda dari 45 butir soal yang valid, diperoleh 3 soal dengan kriteria jelek (soal nomor 45, 53, dan 56), 16 soal dengan kriteria cukup (soal nomor 3, 4, 7, 8, 9, 12, 16, 17, 19, 21, 22, 30, 41, 48, 55, dan 59), 21 soal dengan kriteria baik (soal nomor 1, 5, 11, 15, 18, 24, 25, 26, 27, 29, 31, 34, 37, 42, 43, 44, 47, 50, 51, 52, dan 57), dan 5 soal yang criteria sangat baik (soal nomor 2, 33, 35, 40, dan 49). Jumlah soal yang digunakan untuk tes hasil belajar IPA adalah 45 soal yang valid. Uji validasi instrumen yang terakhir adalah uji tingkat kesukaran butir soal. Bermutu atau tidaknya butir-butir soal tes hasil belajar dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir soal tersebut. Butir-butir soal tersebut dikatakan baik jika butir-butir soal tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah dengan kata lain derajat kesukaran soal tersebut adalah
sedang atau cukup. Angka yang dapat memberikan petunjuk mengenai tingkat kesulitan item itu dikenal dengan istilah difficulty index (angka indek kesukaran item). Angka indek kesukaran soal itu besarnya berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. P = 0,00 menunjukkan bahwa butir soal itu termasuk dalam kategori item yang terlalu sukar, P = 1,00 menunjukkan bahwa butir soal itu termasuk dalam kategori item yang terlalu mudah. Setelah diuji tingkat kesukaran butir tes, diperoleh 14 soal dengan kriteria mudah (soal nomor 3, 4, 5, 7, 8, 12, 17, 42, 44, 48, 50, 51, 55, dan 59), 22 soal dengan kriteria sedang (soal nomor 1, 2, 18, 19, 21, 22, 24, 25, 26, 29, 30, 31, 33, 34, 35, 37, 40, 43, 47, 49, 52, dan 57), dan 6 soal dengan kriteria sukar (soal nomor 9, 11, 15, 16, 27, dan 41). Untuk tingkat kesukaran perangkat tes yaitu 0,55 dengan kategori sedang. Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas menggunakan rumus Chi Kuadrat, dan uji homogenitas menggunakan rumus uji F. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis nol (H0) : “tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square Berbasis Lingkungan dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa Kelas V Gugus Budi Utomo Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014”. Untuk menguji hipotesis digunakan analisis statistik dengan uji-t. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemberian perlakuan (treatment) dilaksanakan sebanyak 6 kali pertemuan baik di kelas eksperimen yang dibelajarkan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square Berbasis Lingkungan maupun di kelas kontrol dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional. Siswa diberikan post test di akhir penelitian untuk memperoleh data hasil belajar IPA. Dari hasil akhir berupa gain skor diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 0,82 dengan perolehan nilai minimum sebesar 0,33 dan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) nilai maksimum sebesar 0,97. Berdasarkan normal. Begitu juga untuk kelas kontrol, kategori hasil belajar, diperoleh presentase berdasarkan nilai 2tabel pada taraf 46% atau 16 siswa yang hasil belajarnya signifikansi 5% dan derajat kebebasan (db berkategori baik, 29% atau 10 siswa yang = 6-1=5) adalah 11,07 dan hasil analisis 2 2 2 hasil belajarnya berkategori cukup, 20% hitung= 3,59 sehingga hitung ˂ tabel atau 7 siswa yang hasil belajarnya maka data berdistribusi normal. Ini berarti berkategori kurang, dan 5% atau 2 siswa sebaran data nilai akhir IPA siswa kelas V yang hasil belajarnya berkatagori sangat SD N 8 Kesiman (kelas kontrol) kurang. berdistribusi normal. Sedangkan dari hasil gain skor Uji homogenitas varian yang dilakukan diperoleh nilai rata-rata kelas kontrol berdasarkan data hasil belajar IPA yang sebesar 0,88 dengan perolehan nilai meliputi data kelompok eksperimen dan minimum sebesar 0,05 dan nilai maksimum data kelompok kontrol. Jumlah masingsebesar 0,33. Berdasarkan kategori hasil masing siswa adalah 35 orang untuk kelas belajar, diperoleh presentase 23,91% atau eksperimen dan 35 orang untuk kelas 11 siswa yang hasil belajar IPA-nya kontrol. Uji homogenitas varian berkategori sangat baik dengan persentase menggunakan uji F. Kriteria pengujian 5%, kategori baik dengan presentase 23%, jika Fhitung < Ftabel maka sampel homogen. kategori cukup dengan presentase 44%, Pengujian dilakukan pada taraf signifikan kategori kurang dengan presentase 17%, 5% dengan derajat kebebasan untuk dan kategori sangat kurang dengan pembilang n 1 – 1 (35-1=34) dan derajat presentase 11%. kebebasan untuk penyebut n2 – 1 (35Sebelum melakukan pengujian 1=34). terhadap hipotesis maka dilakukan uji Berdasarkan nilai Ftabel pada taraf prasyarat terhadap data yang diperoleh signifikan 5% dengan derajat kebebasan dengan uji normalitas sebaran data dan uji (db pembilang = 35 - 1 dan db penyebut = homogenitas. Pengujian normalitas 35 - 1 adalah 2,30 dan hasil analisis Fhitung sebaran data dilakukan pada dua = 0,58. Karena Fhit < Ftabel maka H0 kelompok data, meliputi data kelompok diterima . Artinya nilai gain skor SD N 1 eksperimen dan data kelompok kontrol. Uji Kesiman dan SD N 8 Kesiman mempunyai normalitas ini dilakukan untuk mengetahui varians yang homogen. sebaran data skor hasil belajar IPA di Dari hasil pengujian normalitas dan masing-masing kelas tersebut berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas sebaran homogenitas diperoleh bahwa data yang data dilakukan dengan menggunakan uji didapatkan dari kelompok eksperimen dan 2 Chi-Kuadrat ( X ) pada taraf signifikansi kelompok kontrol berdistribusi normal dan 5% dan derajat kebebasan db = n -1. homogen. Berdasarkan hal tersebut, maka Untuk kelas eksperimen, berdasarkan dilakukan uji hipotesis dengan uji–t. nilai 2tabel pada taraf signifikansi 5% dan Rangkuman hasil analisis uji-t data hasil derajat kebebasan (db = 6-1=5) adalah gain skor hasil belajar IPA siswa disajikan 11,07 dan hasil analisis 2hitung = 4,39 pada Tabel 1. sehingga 2hitung ˂ 2tabel maka data berdistribusi normal. Ini berarti sebaran data nilai akhir IPA siswa kelas V SD N 1 Kesiman (kelas eksperimen) berdistribusi Tabel 1. Hasil Analisis Uji t Data Gain Skor Kelas Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Db 68
Mean 0.82 0.55
Varians 0.01 0.04
Berdasarkan tabel 1, nilai ttabel pada taraf signifikansi 5% dengan derajat
n 35 35
ttabel
thitung
Kesimpulan
2.00
3.03
Ha diterima
kebebasan (db= 35 + 35 – 2 = 68) diperoleh ttabel = 2,00. Dari hasil analisis
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) data hasil belajar IPA diperoleh thitung = 3,03. Dengan demikian thitung > ttabel = 3,03 > 2,00 , maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square Berbasis Lingkungan dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa Kelas V Gugus Budi Utomo Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014. Treatment atau perlakuan yang diberikan dalam proses pembelajaran IPA pada kelas eksperimen berlangsung dengan optimal Hal ini disebabkan karena guru membelajarkan siswa dengan menerapkan sintaks-sintaks model pembelajaran kooperatif tipe word square berbasis lingkungan dalam pembelajaran IPA. Adapun sintak atau langkah-langkah yang dipakai dalam pembelajaran di kelas yaitu sintak model pembelajaran kooperatif tipe Word Square yang dilengkapi dengan pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran. Adapun sintak dalam model pembelajaran kooperatif tipe Word Square berbasis lingkungan adalah sebagai berikut : 1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa, 2) Guru menyajikan media dan kotak Word Square disertai dengan media lingkungan, 3) Siswa membentuk kelompok belajar dan guru membagikan LKS, 4) Siswa dibimbing mengerjakan LKS, 5) Perwakilan kelompok membacakan hasil kerja kelompoknya, 6) Guru memberikan penghargaan, 7) Siswa dibantu guru menyimpulkan hasil pembelajaran. Teori Urdang (dalam Nurhidayah, 2012) “Word Square is a set of word such that when arranged one beneath another in the form of a square the read a like horizontally, artinya word square adalah sejumlah kata yang disusun satu di bawah yang lain dalam bentuk bujur sangkar dan dibaca secara mendatar dan menurun”. Sedangkan menurut Hornby (dalam Nurhidayah, 2012:16) mengungkapkan bahwa “word square adalah sejumlah kata yang disusun sehingga kata-kata tersebut dapat dibaca ke depan dan ke belakang”. Sehingga model pembelajaran kooperatif tipe word square berbasis lingkungan yang
digunakan meningkatkan minat siswa dalam belajar. Selama proses pembelajaran berlangsung siswa berpartisipasi aktif dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan yang diberikan. Hal ini dikarenakan siswa belajar dalam kelompok yang heterogen dan proses pembelajaran yang meriah didukung dengan lingkungan sehingga siswa menjadi senang menerima pembelajaran yang diberikan. Model pembelajaran berbasis lingkungan berarti mengaitkan lingkungan dalam proses pembelajaran, yaitu lingkungan digunakan sebagai sasaran belajar, sumber belajar dan sarana belajar. Pembelajaran dengan media lingkungan sangat efektif diterapkan di SD. Pemanfaatan benda-benda yang ada di sekitar lingkungan sekitar siswa sebagai media pembelajaran sangat membantu dalam banyak hal, seperti kemudahan dalam memperolehnya, biaya yang relatif murah serta tidak asing bagi siswa. Pembelajaran dengan media lingkungan merupakan pembelajaran yang mengajak siswa berhadapan langsung dengan lingkungan sekitar siswa dimana fakta atau gejala tersebut berada. Mengingat IPA merupakan ilmu yang mempelajari mengenai gejala-gejala yang terjadi di alam, maka perlu dalam pembelajaran, guru menyelipkan media lingkungan secara nyata untuk dapat mengkonkretkan pemikiran siswa mengenai materi dan dapat mengaplikasikannya ke dalam situasi nyata dalam lingkungan sekitar siswa. Lingkungan di luar ruangan secara alami mendorong interaksi di antara siswa maupun dengan guru. Dengan interaksi ini maka keterampilan sosial mereka dapat berkembang. Selain itu, banyak peraturan yang ditetapkan di dalam kelas, justru diperbolehkan dilakukan siswa ketika mereka berada di luar kelas. Beberapa siswa yang pendiam saat berada di dalam ruangan, sangat mungkin akan lebih mudah bergaul ketika berada di luar ruangan. Melalui lingkungan belajar di luar ruangan, siswa dapat belajar mengamati serta menganalisis situasi-situasi di luar ruangan. Mereka dapat mempertanyakan berbagai interaksi dan perubahan alam, sehingga pengetahuan dasar mereka
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) dapat berkembang. Kondisi di luar ruangan yang memungkinkan siswa untuk melihat dan menyentuh banyak hal, membuat siswa secara alamiah ingin membicarakan dan saling mendengarkan penjelasannya. Rata-rata hasil belajar kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe word square berbasis lingkungan pada siswa kelas V SD N 1 Kesiman sebagai kelompok eksperimen menjadi optimal yaitu sebesar 0,88. Hasil belajar IPA siswa kelas eksperimen berada kategori baik dengan presentase 46%, kategori cukup dengan presentase 29%, kategori kurang dengan presentase 20%, dan kategori sangat kurang dengan presentase 5%. Proses pembelajaran IPA pada kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional berlangsung kurang optimal. Model pembelajaran konvensional atau pembelajaran yang berorientasi pada guru merupakan sistem pendidikan konvensional dimana hampir seluruh proses pembelajaran dikendalikan oleh guru dan staf lembaga pendidikan. Pembelajaran konvensional yang dimaksud secara umum adalah “pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran”. Disini ditekankan bahwa pembelajaran konvensional menggunakan metode yang sudah biasa digunakan oleh guru yaitu dengan memberikan ceramah maupun latihan soal. Pendekatan konvensional merupakan pendekatan pembelajaran yang biasa dilakukan guru dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Kegiatan pembelajaran konvensional mengarah pada aktivitas meniru, mengkopi, dimana proses pembelajarannya menyebabkan siswa melakukan pengulangan dan informasi baru disajikan dalam bentuk laporan, kuis, tes, proses pembelajaran cenderung hanya mengantarkan siswa untuk mencapai tujuan untuk mengejar target kurikulum, sehingga proses pembelajaran dikelas memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a) guru aktif, tetapi siswa pasif, b) pembelajaran berpusat pada guru (teacher oriented), c) transfer pengetahuan dari guru pada siswa, dan d) pembelajaran bersifat mekanistik. Dan IPA seharusnya memiliki peran penting dalam memenuhi
kebutuhan praktis dalam kehidupan seharihari, sehingga informasi yang diperoleh dapat dipilih dan diolah dengan mudan dan cepat dalam menghadapi kehidupan. Dengan demikian IPA seharusnya diberikan perhatian lebih khusus dan serius baik dari pemerintah maupun pendidik, sehingga dapat lebih diminati oleh siswa. Selain itu, tujuan belajar IPA adalah untuk mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan IPA dan pola pikir IPA dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Prihantro Laksmi (dalam Trianto 2011: 142), bahwa sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan maka pendidikan IPA di sekolah mempunyai tujuan – tujuan tertentu, yaitu a) memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan bagaimana bersikap, b) menanamkan sikap hidup ilmiah, c) memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan, d) mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai para ilmuan penemunya, e) menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan. Karena di kelas kontrol siswa tidak menerapkan IPA dengan optimal maka siswa terlihat pasif selama mengikuti pembelajaran karena di dalam kelas lebih menekankan pada peranan penting seorang guru. Guru yang lebih aktif menjelaskan pelajaran dengan menggunakan ceramah dan siswa hanya mendengarkan serta mencatat penjelasan dari guru. Siswa kurang aktif mengemukakan pendapatnya karena peran guru lebih dominan dalam kelas. Guru dianggap sebagai satu-satunya sumber ilmu terpercaya walaupun sudah ada sumber pendukung lain seperti buku sehingga hasil belajar IPA menjadi kurang optimal. Hamalik (2003) mengatakan bahwa “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, sikap apresiasi, abilitas dan keterampilan”. Sedangkan Sudjana (2012:22) mengatakan bahwa “hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) siswa setelah menerima pengalaman belajarnya”. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatankegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Hasil belajar IPA adalah hasil yang dapat dicapai siswa selama kegiatan pembelajaran IPA dalam kurun waktu tertentu yang meliputi ranah afektif, ranah kognitif, dan ranah psikomotorik. Jika ketiga ranah ini belum memenuhi syarat maka hasil belajar dalam kelas menjadi kurang optimal. Ini terlihat dari rata-rata hasil belajar IPA yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD N 8 Kesiman sebagai kelompok kontrol sebesar 0,55. Hasil belajar IPA siswa kelas V SD N 8 Kesiman dengan menggunakan pembelajaran konvensional berada pada kategori sangat baik dengan persentase 5%, kategori baik dengan presentase 23%, kategori cukup dengan presentase 44%, kategori kurang dengan presentase 17%, dan kategori sangat kurang dengan presentase 11%. Jika dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe word square berbasis lingkungan, persentase kategori nilai sangat baik lebih besar dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional. Berdasarkan uji-t diperoleh thitung > ttabel sehingga Ha diterima. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square Berbasis Lingkungan dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini juga berarti bahwa hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe word square lebih baik daripada hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada materi batuan. Hal ini terjadi karena model pembelajaran kooperatif tipe word square berbasis
lingkungan memiliki beberapa keungulan yang mendukung berhasilnya penelitian yaitu: 1) mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, 2) menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan karena pembelajaran berupa permainan, 3) melatih siswa berdisiplin, 4) merangsang siswa untuk berfikir efektif karena model pembelajaran ini mampu sebagai pendorong dan penguat terhadap materi yang disampaikan, 5) melatih ketelitian dan ketepatan dalam menjawab dan mencari jawaban dalam lembar kerja. Keunggulankeunggulan itulah yang membuat proses pembelajaran yang terjadi di kelas eksperimen menjadi lebih bermakna daripada di kelas kontrol sehingga hasil belajar IPA di kelas eksperimen pun lebih optimal jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Maka pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe word square berbasis lingkungan dalam proses pembelajaran dapat dikatakan memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan penerapan pembelajaran konvensional. Hal ini diperkuat dengan penelitian dari Nengah Aningsih (2013) yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Word Square pada mata pelajaran IPA dengan menunjukkan peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas IV semester II SD Gugus 1 Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan dan penelitian dari Ni Pande Mirah Kurniasari dengan judul skrIPAinya Pengaruh Model Pembelajaran Word Square Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV Sekolah Dasar di Gugus V Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar Tahun Pelajaran 2012/ 2013. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut. Hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square Berbasis Lingkungan pada siswa kelas V SD N 1 Kesiman sebagai kelompok eksperimen lebih baik dari hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) pada siswa kelas V SD N 8 Kesiman sebagai kelompok kontrol. Dilihat dari ratarata nilai gain skor kelas eksperimen sebesar 0,82 dan rata-rata nilai gain skor kelas kontrol sebesar 0,55. Perbandingan kategori hasil belajar IPA siswa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe word square berbasis lingkungan berada pada kategori baik dengan presentase 46%, kategori cukup dengan presentase 29%, kategori kurang dengan presentase 20%, dan kategori sangat kurang dengan presentase 5% dan kategori hasil belajar IPA siswa kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional berada pada kategori sangat baik dengan persentase 5%, kategori baik dengan presentase 23%, kategori cukup dengan presentase 44%, kategori kurang dengan presentase 17%, dan kategori sangat kurang dengan presentase 11%. Dari perhitungan uji t diperoleh thitung sebesar 3,03 dan ttabel sebesar 2,00. Karena thitung > ttabel (3,03 > 2,00). Maka hipotesis observasi (ho) ditolak dan hipotesis alternatif (ha) diterima, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square Berbasis Lingkungan dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa Kelas V Gugus Budi Utomo Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014. Dengan demikian terdapat pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square Berbasis Lingkungan terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V Gugus Budi Utomo Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014. Saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah Bagi siswa, dengan diterapkannya Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square Berbasis Lingkungan pada mata pelajaran IPA diharapkan siswa untuk lebih aktif berpartisipasi dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga pembelajaran yang terjadi menjadi lebih bermakna serta mampu membangun pengetahuannya sendiri untuk meningkatkan hasil belajar IPA nya dalam
pengembangan aspek kognitif dan afektif yang dimiliki. Bagi guru, diharapkan penelitian ini menjadi acuan dalam meningkatkan kinerjanya dalam merancang pembelajaran dengan tujuan memperoleh hasil belajar yang optimal. Khususnya kepada guru yang mengajar pada mata pelajaran IPA untuk siswa kelas V disarankan untuk mampu mengembangkan inovasi pembelajaran dengan menerapkan strategi, pendekatan, model, dan metode yang mampu memberikan kontribusi yang baik terhadap hasil belajar siswa. Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe word square berbasis lingkungan, diharapkan guru dapat menerapkannya juga dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran IPA di kelasnya. Diharapkan sekolah melaksanakan sosialisasi secara berkelanjutan mengenai inovasi-inovasi model pembelajaran baru kepada guruguru dalam membelajarkan siswa khususnya Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square Berbasis Lingkungan dengan tujuan mengoptimalkan hasil belajar siswa dengan melaksanakan pembelajaran yang lebih bermakna. Bagi peneliti lain bahwa penelitian ini hanya terbatas pada pokok bahasan kebebasan berorganisasi dan keputusan bersama pada mata pelajaran IPA siswa kelas V. Untuk memperoleh hasil yang berbeda dan pada mata pelajaran yang berbeda disarankan kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian pada mata pelajaran dan pokok bahasan yang lebih beragam untuk memperoleh hasil yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara Nurhidayah. 2012. Penggunaan Metode Word Square Dalam Pemerolehan Kosakata Bahasa Perancis. Tersedia pada http//repository.upi.edu/operator/upl oad/s _prs_0706015_chapter2.pdf. (diakses tanggal 20 Januari 2014) Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Trianto, 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara