UNIVERSITAS INDONESIA DASH (DIETARY APPROACHES TO STOP HYPERTENSION) UNTUK MENGONTROL HIPERTENSI PADA LANSIA
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
ARIF RIDWAN 0906564050
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI NERS DEPOK JULI 2014 i
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA DASH (DIETARY APPROACHES TO STOP HYPERTENSION) UNTUK MENGONTROL HIPERTENSI PADA LANSIA
KARYA ILMIAH AKHIR NERS Diajukan sebagai tugas akhir untuk mendapatkan gelar Ners Keperawatan
ARIF RIDWAN 0906564050
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI NERS DEPOK JULI 2014 i
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
ii
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
iii
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, Saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini. Penulisan KIAN ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Ners melalui tugas akhir Karya Ilmiah Akhir Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sulit rasanya menyelesaikan KIAN ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Dra. Junaiti Sahar, M.App.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia;
2.
Kuntarti, SKp., M.Biomed selaku Ketua Program Studi S1 & Ners yang telah membantu dalam permohonan izin;
3.
Fajar Tri Waluyanti, S. Kp., Sp. Kep. Anak sebagai koordinator Mata Ajar KIAN
4.
Ns. Tri Widyastuti H, S.Kep selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan KIAN ini;
5.
Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan, dukungan, material, dan moral dalam penyusunan KIAN ini;
6.
Keluarga kelolaan Saya terutama untuk Nenek N yang selama 5 minggu telah Saya repotkan dengan kunjungan Saya. Tanpa kepercayaan beliau penyusunan KIAN ini tidak akan pernah berlanjut;
7.
Jajaran Struktural RW 22 Kelurahan Sukatani Depok yang telah memberikan ijinnya untuk melakukan praktik keperawatan;
8.
Sahabat-sahabat luar biasa Saya yang telah banyak membantu Saya dalam menyelesaikan KIAN ini. Mereka adalah, Yuli Pramita Sari, Rr Shyntia Dewi Paramanindi, Titin Noviatiningsih, Emi Listiyani, Sinta Dewi, Sri Mauliani, Siti Suleha, Naila Authar, Elfira, Zulfa Luthfia, Lulu Akilah, Chandri Bunga Wijayanti, dan Nur Padhilah;
9.
Corry Shirleyana Putri yang telah sama-sama menjadi teman seperjuangan dalam penyusunan tugas akhir masing-masing; iv
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
10. Teman-teman SMA Saya, Ayu Wulandari, Shassy Endah Cahyani, Kartika Qolbina, dan Xenillitiurahmi yang selalu menjadi penyemangat Saya dalam suka maupun duka; 11. Semua pihak yang tidak dapat Saya sebutkan satu demi satu Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga KIAN ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Depok, 11 Juli 2014
Penulis
v
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NPM Program Studi Departemen Fakultas Jenis Karya
: Arif Ridwan : 0906564050 : Ners : Ilmu Keperawatan : Ilmu Keperawatan : Karya Ilmiah Akhir Ners
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah Saya yang berjudul: DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) untuk Mengontrol Hipertensi pada Lansia Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir Saya selama tetap mencantumkan nama Saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian Saya buat pernyataan ini dengan sebenarnya Dibuat di : Depok Pada tanggal : 14 Juli 2014
Yang menyatakan
(Arif Ridwan)
vi
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
ABSTRAK
Nama : Arif Ridwan Program Studi : Ners Judul KIAN : DASH (Dietary Approaches To Stop Hypertension) untuk Mengontrol Hipertensi pada Lansia Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi di perkotaan pada lansia sebagai populasi yang rentan (vulnerable) karena salah satu faktor risiko yaitu pola diet. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan pada lansia hipertensi dengan intervensi keperawatan pengaturan menu diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension). Metode penelitian yang digunakan adalah praktik lapangan. Hasil yang didapatkan adalah terjadi penurunan tekanan darah selama proses intervensi dilakukan. Penelitian ini merekomendasikan pengaturan diet DASH sebagai salah satu cara untuk mengontrol dan menurunkan tekanan darah pada lansia. Kata kunci: DASH, hipertensi, lansia, perkotaan
ABSTRACT
Name : Arif Ridwan Study Program: Ners Title : DASH (Dietary Aprroaches to Stop Hypertensioni) to Control Hypertension in Older Adults Hypertension is one of the health problems that occur in the elderly as a vulnerable population at urban areas because of dietary patterns as risk factor. The purpose of this study is to describe the nursing care outcomes in older adult with hypertension using nursing intervention settings of DASH diet (Dietary Approaches to Stop Hypertension). The method used was practice field. The results obtained were a decreased in blood pressure during the intervention process. This study reccomended DASH diet as a way to control and lower blood pressure in the elderly. Keywords: DASH, elderly, hypertension, urban
vii
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................................................................... LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ KATA PENGANTAR .................................................................................... LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................... ABSTRAK ...................................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... DAFTAR TABEL ........................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
i ii iii iv vi vii viii x xi
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................ 1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 1.3.1 Tujuan Umum .............................................................. 1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................. 1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 1.4.1 Manfaat bagi Pendidikan Keperawatan ....................... 1.4.2 Manfaat bagi Pelayanan Keperawatan ........................ 1.4.3 Manfaat bagi Perawat Komunitas ............................... 1.4.4 Manfaat bagi Keluarga ................................................ 1.4.5 Manfaat bagi Penelitian Selanjutnya ...........................
1 1 7 8 8 8 8 8 9 9 9 10
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 11 2.1 Teori Perkotaan/Urban Nursing ................................................... 11 2.1.1 Teori dan Konsep Keperawatan kesehatan Masyarakat Perkotaan ..................................................................... 11 2.1.2 Masalah kesehatan Hipertensi yang Terjadi di Perkotaan ...................................................................................... 12 2.2 Keluarga dengan Lansia ................................................................ 14 2.2.1 Keluarga dengan Lansia .............................................. 14 2.2.2 Lansia sebagai Populasi Vulnerable ............................ 15 2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Lansia Hipertensi ............ 17 2.3.1 Pengkajian Keluarga ................................................... 18 2.3.2 Diagnosis Keperawatan ................................................ 19 2.3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan .......................... 21 2.3.4 Implementasi Keperawatan Keluarga dengan Lansia Hipertensi .................................................................... 22 2.3.5 Evaluasi Keperawatan ................................................. 25 2.4 Peran Perawat Komunitas ............................................................. 26 BAB 3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ................................. 3.1 Pengkajian Keperawatan Keluarga ............................................... 3.2 Diagnosis Keperawatan ................................................................. 3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan ........................................... viii
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
28 28 31 31
3.4 Implementasi Keperawatan ........................................................... 32 3.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................... 34 BAB 4. ANALISIS SITUASI ........................................................................ 37 4.1 Profil Lahan Praktik ...................................................................... 37 4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep KKMP dan Konsep Kasus Terkait ................................................................................ 39 4.3 Analisis Intervensi Penyusunan Menu Diet DASH sebagai Intervensi Unggulan dengan Konsep dan Penelitian Terkait ......................... 41 4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat Dilakukan ................................ 44
BAB 5 PENUTUP .......................................................................................... 5.1 Kesimpulan .................................................................................... 5.2 Saran .............................................................................................. 5.2.1 Pendidikan Keperawatan ............................................. 5.2.2 Puskesmas/Perawat Komunitas ................................... 5.2.3 Keluarga ...................................................................... 5.2.4 Masyarakat/Kader ........................................................ 5.2.5 Peneltian Selanjutnya ..................................................
47 47 48 48 48 49 49 50
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 51
ix
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Sumber Data Pengkajian Keluarga ................................................. 18 Tabel 2.2 Kriteria untuk Tekanan Darah Normal dan Tahapan Hipertensi .... 20 Tabel 2.3 Skor dan Bobot Prioritas Masalah Keluarga ................................... 20
x
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Pengkajian Keluarga Lampiran 2 Analisis Data Lampiran 3 Skoring Masalah Lampiran 4 Rencana Asuhan Keperawatan Lampiran 5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Lampiran 6 Evaluasi Sumatif Keluarga Lampiran 7 Evaluasi Tingkat Kemandirian Lampiran 8 Kartu Kontrol Tekanan Darah Lampiran 9 Daftar Menu Diet DASH
xi
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
BAB 1 PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini memaparkan latar belakang penyusunan karya ilmiah akhir ners, perumusan masalah dari fenomena yang ada, tujuan dari penulisan karya ilmiah akhir ners baik tujuan umum dan tujuan khusus, serta manfaat dari penyusunan karya ilmiah akhir ners ini.
1.1 Latar Belakang Keperawatan komunitas adalah sintesis dari ilmu dan praktek keperawatan bersama ilmu dan praktek kesehatan masyarakat yang diimplementasi melalui proses keperawatan dan proses lainnya serta didesain untuk promosi kesehatan dan pencegahan penyakit di kelompok populasi (Clark, 2003). Keperawatan komunitas mencakup praktek keperawatan dan kesehatan masyarakat yang ditujukan untuk pengembangan dan peningkatan kemampuan kesehatan untuk diri sendiri sebagai individu maupun secara kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus atau masyarakat (Friedman, Bowden & Jones, 2003).
Perawat komunitas merupakan profesi yang menerapkan ilmu dan praktik keperawatan dengan konsep promosi kesehatan untuk meningkatkan kemampuan kesehatan untuk diri sendiri, keluarga, maupun kelompok dalam populasi (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Peran perawat dalam keperawatan komunitas berfokus pada membangun kekuatan yang sudah ada di masyarakat, berkolaborasi dalam mengambil keputusan dan memfasilitasi dalam pemberdayaan masyarakat. Perawat komunitas, dalam perannya, adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan utama untuk individu, keluarga maupun komunitas secara primer, sekunder dan tersier serta pemberi pendidikan kesehatan (Hitchcock, Schubert, & Thomas, 1999). Peran-peran tersebut diharapkan dapat membantu mencegah masalah kesehatan sebelum menyerang, merawat dan merehabilitasi masyarakat yang telah terkena masalah kesehatan untuk meningkatkan maupun mempertahankan taraf kesehatan masyarakat terhadap masalah hipertensi.
1
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
2
Perkembangan dunia yang tidak pernah berhenti memicu terjadinya perpindahan masyarakat dari satu tempat ke tempat lain. WHO (2010) menyatakan bahwa kesehatan masyarakat perkotaan sebagai persoalan yang kritis pada banyak orang. Healthy People 2020 (2010) memiliki pandangan untuk mewujudkan masyarakat yang dapat hidup panjang dan sehat untuk setiap tingkat wilayah dimulai dari nasional, kota, hingga wilayah lokal. Perkotaan menurut Allender, Rector, dan Warner (2014) memiliki karakteristik sebagai tempat yang padat dengan penduduk, terdiri dari berbagai macam suku dan ras, kesenjangan sosial antar populasi, dan polusi. Perkotaan sebagai pusat perkembangan zaman menjadikannya sebagai tempat
tujuan
banyaknya
masyarakat
melakukan
perpindahan
terutama
perpindahan menuju perkotaan (urbanisasi).
WHO (2010) menyatakan bahwa efek urbanisasi ini akan menyebabkan 6 dari 10 penduduk dunia akan tinggal di perkotaan dan apabila tidak dilakukan intervensi yang tepat jumlah penduduk perkotaan yang berjumlah 1,9 miliar pada tahun 2000 akan menjadi 3,9 miliar pada tahun 2030. Pertumbuhan penduduk yang begitu pesat dan tidak diimbangi dengan peningkatan berbagai macam fasilitas maupun sumber daya yang dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakatnya akan menyebabkan berbagai macam masalah salah satunya adalah masalah kesehatan perkotaan seperti gangguan kardiovaskular khususnya hipertensi. Pertumbuhan penduduk perkotaan di negara-negara dengan penduduk berpendapatan rendah akan empat kali lebih besar dibandingkan dengan negara dengan pendapatan penduduk yang lebih tinggi.
Urbanisasi memicu banyaknya masalah-masalah kesehatan perkotaan yang muncul diakibatkan oleh karakteristik perkotaan seperti terlalu padat, polusi udara, peningkatan faktor-faktor risiko seperti penggunaan rokok, diet yang tidak sehat, aktivitas fisik yang kurang, serta penggunaan alkohol yang membahayakan (WHO, 2010). Karakteristik selanjutnya seperti infrastruktur yang tidak adekuat, fasilitas transportasi, pengaturan limbah, kurangnya akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan. Anderson dan McFarlane (2007) menyatakan beberapa faktor yang Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
3
mempengaruhi kesehatan masyarakat seperti lingkungan, perilaku atau gaya hidup, keturunan, dan fasilitas pelayanan kesehatan
Masalah kesehatan perkotaan merupakan bentuk dari banyaknya kumpulan masalah kesehatan yang lazim muncul pada masyarakat perkotaan yang sering disebabkan oleh tuntutan perkotaan yang sangat beragam. Masalah kesehatan perkotaan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh tingkat perkembangan penduduk perkotaan di Indonesia yang sangat pesat. Pengaruh yang masuk seperti latar belakang kebudayaan, status, sosial ekonomi, pendidikan, lingkungan fisik, pelayanan kesehatan, rekreasi, komunikasi, dan transportasi dan keamanan (Anderson & McFarlane, 2007). Munculnya masalah kesehatan terjadi karena adanya kesenjangan seperti kemiskinan, pengangguran, masalah ekonomi sosial, tingginya jumlah penduduk yang kurang memiliki akses kesehatan serta perubahan lingkungan akibat dari adanya arus urbanisasi (Allender & Spradley, 2005).
WHO dalam World Health Day 2010 (2010) berfokus pada urbanisasi dan kesehatan perkotaan karena beberapa alasan berikut yaitu populasi perkotaan menunjukkan bahwa pertumbuhan populasi menjadikan adanya perbedaan antara negara dengan pendapatan rendah dan berpendapatan tinggi terlihat dari terbatasnya sumber daya yang ada. Alasan berikutnya adalah sebagian besar penduduk yang melakukan urbanisasi ke perkotaan adalah penduduk miskin sehingga banyak munculnya kampung-kampung kumuh yang menyebabkan adanya kesenjangan sosial dan ketidakmampuan kota untuk memenuhi kebutuhan penduduknya. Penelitian-penelitian terkait perkotaan dan masalah kesehatan menjadi alasan terakhir WHO (2010) berfokus pada perkotaan dan masalah kesehatannya karena banyak menjadi akibat negatif pada kesehatan dan keamanan akibat urbanisasi.
Indonesia sebagai negara dengan latar belakang penduduk yang sangat beragam dan tingkat urbanisasi penduduk yang sangat tinggi menjadikannya sebagai negara dengan tingkat masalah kesehatan perkotaan yang tinggi. Salah satu masalah kesehatan perkotaan yang banyak terjadi di perkotaan adalah hipertensi. Hipertensi sebagai salah satu penyakit tidak menular atau non-communicable disease menjadi Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
4
salah satu penyebab dari berbagai macam penyakit kardiovaskular maupun neurologis seperti stroke dan jantung. Hipertensi terjadi di perkotaan karena dipengaruhi beberapa hal seperti gaya hidup, stres psikososial, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi (Allender, Rector, & Warner, 2104). Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa angka hipertensi di Indonesia pada lansia di atas 65 tahun adalah sebesar 23,9% dan tersebar di berbagi kota besar seperti DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Surabaya, Bandung dan lain-lain. Jawa Barat sebagai salah satu provinsi dengan jumlah penduduk paling banyak dengan kota-kota besarnya menghadapi salah satu masalah kesehatan seperti hipertensi. Angka kejadian hipertensi di provinsi Jawa Barat adalah sebesar 29,4% lebih besar dibandingkan angka nasional.
Riskesdas (2013) menunjukkan dalam persentase bahwa angka kejadian hipertensi untuk kota Depok adalah sebesar 29,8%. Prevalensi hipertensi secara nasional menunjukkan persentase sebesar 23,9% di bawah angka kejadian kota Depok. Angka kejadian hipertensi di kota Depok menunjukkan hasil di atas angka kejadian nasional yang menunjukkan bahwa hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi paling banyak. Selain itu, prevalensi hipertensi kota Depok cukup besar di antara non-communicable disease lainnya seperti jantung, kanker, dan stroke.
Karya ilmiah akhir ners ini bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan komunitas dan keluarga kepada individu, keluarga dan masyarakat. Asuhan keperawatan komunitas ini dilakukan sebagai upaya pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan dan memandirikan keluarga dan masyarakat agar dapat meningkatkan dan mempertahankan derajat kesehatan secara optimal (Anderson & McFarlane, 2007). Pada pelaksanaan proses asuhan keperawatan mahasiswa bersama-sama menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di masyarakat melalui kerja sama dengan RW, RT, tokoh masyarakat dan para kader RW Siaga di RW 22 Kelurahan Sukatani. Pada pengkajian awal didapatkan angka prevalensi hipertensi pada lansia adalah sebesar 69,7% yang didapatkan melalui pengukuran tekanan darah langsung. Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
5
Keluarga sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi status kesehatan individu di dalamnya memiliki peran sangat besar. Keluarga dengan dukungan yang baik dan memiliki kesadaran akan pentingnya usaha pencegahan dan promotif dalam hal peningkatan kesehatan terutama hipertensi akan sangat berperan dalam pengontrolan tekanan darah lansia. Kontribusi serta peran aktif keluarga dalam pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga akan mendukung terciptanya kemandirian keluarga dalam pengontrolan untuk meningkatkan taraf kesehatan lansia yang ada di dalam keluarga tersebut (Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, & Hanson, 2010).
Anggota keluarga dalam keterlibatannya sebagai pembuat keputusan akan mempengaruhi pencapaian keluarga dalam rentang sehat-sakit. Keluarga yang saling mendukung anggota keluarga lain akan berusaha meningkatkan taraf kesehatannya dengan melakukan upaya preventif dan promotif (Hitchcock, Schubert, & Thomas, 1999). Hal ini sangat mempengaruhi peran keluarga dengan lansia yang memiliki hipertensi. Upaya preventif dan promotif anggota keluarga akan mendorong terjadinya peningkatan status kesehatan (Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, & Hanson, 2010).
Lansia sebagai populasi yang rentan dipengaruhi oleh faktor-faktor risiko yang merusak apabila tidak dapat dicegah (Flaskerud & Winslow, 1998 dalam Allender, Rector, & Warner, 2014; Miller, 2012; Stanhope & Lancaster, 2004). Upaya preventif dan promotif ini diharapkan mampu mengurangi akibat atau tanda dan gejala yang muncul dari faktor risiko seperti usia, kurangnya aktivitas, kegemukan, stres, dan merokok (Sherlock, Beard, Minicud, Ebrahim, & Chatterji, 2014). Berdasarkan hal tersebut, penulis melakukan asuhan keperawatan kepada keluarga dengan lansia yang mengalami hipertensi akibat salah satu faktor risiko yang muncul pada lansia tersebut. Penulis melakukan pengkajian kepada setiap anggota keluarga yang didalamnya terdapat lansia yang memiliki faktor risiko hipertensi.
Indonesia melalui program Indonesia Sehat 2015 melakukan beberapa upaya dalam mengatasi hipertensi. Program Indonesia sehat 2015 yang berpatokan pada tujuan Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
6
MDG’s memiliki program upaya peningkatan status kesehatan baik individu dan masyarakat. Salah satu program yang telah dibentuk oleh pemerintah dalam mengontrol hipertensi adalah posbindu dan perkesmas. Posbindu merupakan salah satu program dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam membina dewasa yang akan masuk usia lansia maupun yang yang sudah masuk lanjut usia (KEMENKES, 2012). Program posbindu sendiri salah satunya adalah menjadi fasilitas pelayan kesehatan yang berfungsi dalam memantau status kesehatan masyarakat. Perkesmas (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2006; Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan KM, 2014) sebagai salah satu program kementerian kesehatan berperan dalam proses preventif dan promotif tanpa meninggalkan proses kuratif dan rehabilitatif.
Perkesmas dan posbindu merupakan upaya-upaya yang bisa dilakukan dalam mengontrol hipertensi pada masyarakat maupun individu. Akan tetapi, pelaksanaan program tersebut belum terlaksana dengan maksimal terlihat dari proses berjalannya kedua program tersebut di wilayah praktik. Kedua program walaupun telah berjalan tetapi pelaksanaannya belum maksimal terlihat dari kehadiran lansia yang memanfaatkan posbindu yaitu sekitar 4-5 orang per bulan dari total 33 lansia di RW 22. Pelaksanaan perkesmas sendiri dianggap belum maksimal dikarenakan program tersebut belum menjadi program utama dan unggulan puskesmas sehingga pelaksanaannya belum dapat optimal.
Kesenjangan yang muncul dari upaya yang telah ada serta hasil yang telah didapatkan mendorong munculnya solusi lain yang dapat digunakan dalam mengontrol hipertensi pada individu maupun masyarakat. Peneliti melakukan asuhan keperawatan keluarga sebagai salah satu solusi dalam mengontrol hipertensi. Intervensi yang diberikan merupakan intervensi terfokus sehingga hasil yang diharapkan dapat mengatasi masalah hipertensi.
Asuhan keperawatan keluarga yang diberikan telah melalui proses pengkajian hingga evaluasi. Keluarga yang dikaji menunjukkan hasil hipertensi yang aktual maupun berisiko muncul. Keluarga kelolaan utama yang dikaji merupakan keluarga Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
7
dengan aktual hipertensi yaitu Keluarga Kakek J. Penulis memilih keluarga Kakek J sebagai kelolaan dikarenakan keterpaparan keluarga kakek J terhadap hipertensi sangat kurang. Individu yang menjadi kelolaan merupakan Nenek N yang merupakan Istri dari kakek J yang pada pertemuan pertama pengkajian awal menunjukkan tekanan darah sebesar 180/90 mmHg. Pengkajian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pola makan harian keluarga yang kurang serat dan tinggi lemak menjadi faktor risiko terjadinya kenaikan tekanan darah pada nenek N selain dipengaruhi pula oleh faktor usia.
Penulis melakukan rencana intervensi keperawatan dan implementasi yang direkomendasikan oleh National Institute of Health dan National, Heart, Lung, and Blood Institute (2006) yaitu pengaturan diet makan harian berupa Rencana Makan Harian DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension). DASH merupakan bentuk manajemen hipertensi dalam bentuk diet makanan harian yang tinggi serat dan rendah lemak. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa, penggunaan DASH dapat menurunkan tekanan darah baik dengan penggunaan garam harian normal maupun dengan pengurangan garam harian yang menunjukkan hasil lebih baik (NIH & NHLBI, 2006; Azadbakht, Mirmiran, Esmaillzadeh, Azizi, & Azizi, 2005). Oleh karena itu, hal ini melatarbelakangi penulis untuk menganalisis apakah hasil intervensi DASH yang telah diberikan kepada lansia dapat mengontrol hipertensi.
1.2 Rumusan Masalah Perkotaan dengan karakteristik masyarakat memicu terjadinya masalah kesehatan di perkotaan. Salah satu, masalah kesehatan yang banyak muncul di perkotaan adalah hipertensi. Hipertensi menjadi salah satu penyakit non-communicable disease yang sering terjadi pada lansia. Masalah kesehatan hipertensi ini banyak terjadi pada lansia dikarenakan penurunan fungsi tubuh dan banyak faktor risiko merusak yang menjadikan lansia rentan (vulnerable) terhadap masalah kesehatan seperti hipertensi. Banyak upaya telah dilakukan untuk mampu mengatasi hipertensi seperti pembuatan program kesehatan posbindu dan perkesmas yang telah disusun oleh Kementerian Kesehatan. Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
8
Upaya yang dilakukan pemerintah pada kenyataannya masih belum maksimal dalam mengatasi hipertensi sehingga peneliti terdorong untuk melakukan intervensi sebagai solusi untuk mengatasi hipertensi. Salah satu solusi yang dilakukan adalah penerapan asuhan keperawatan komunitas dengan setting keluarga melalui intervensi terfokus untuk mengatasi hipertensi yaitu Rencana Diet Harian DASH. Peneliti terdorong melakukan intervensi keperawatan untuk mengetahui apakah intervensi asuhan keperawatan keluarga yang diberikan melalui diet DASH mampu mengontrol tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.
1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Memberikan gambaran tentang DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) untuk mengontrol hipertensi pada lansia serta pemberian asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Nenek N di RW 22 kelurahan Sukatani, Kota Depok pada lansia dengan hipertensi.
1.3.2 Tujuan Khusus Karya ilmiah ini memberikan gambaran tentang: 1. Masalah Hipertensi pada lansia di RW 22 2. Hasil pengkajian keperawatan pada keluarga Nenek N 3. Diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga Nenek N 4. Perencanaan intervensi keperawatan berupa pengaturan diet makanan menggunakan diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) pada keluarga Nenek N 5. Implementasi keperawatan pada keluarga Nenek N 6. Evaluasi keperawatan pada keluarga Nenek N
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
Pendidikan Keperawatan
Manfaat dari penelitian ini diharapkan mampu menambah informasi dan pengembangan keperawatan di bidang pendidikan kesehatan sebagai bahan Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
9
referensi tambahan serta sebagai tambahan kurikulum dalam mata ajar KKMP atau gerontik terkait intervensi keperawatan dalam mengontrol dan mengurangi tekanan darah tinggi pada hipertensi melalui penyusunan menu diet DASH khususnya kesehatan masyarakat perkotaan dalam lingkup keluarga.
1.4.2
Pelayanan Keperawatan
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan keilmuan keperawatan melalui pendidikan dan promosi kesehatan mengenai diet DASH sebagai salah satu bentuk intervensi keperawatan untuk mengurangi tekanan darah pada hipertensi. Selain itu, Manfaat lainnya adalah sebagai salah satu bentuk pelayanan bidang keperawatan dalam upayanya meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat serta kesadaran keluarga dalam mengatur pola makan yang baik pada penderita hipertensi untuk menjaga tekanan darah berada pada batas normal. Penulisan ini dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi program perawat kesehatan masyarakat, khususnya pada program promosi kesehatan di berbagai
tingkat
pelayanan
keperawatan
serta
sebagai
bahan
dalam
mengembangkan media promosi kesehatan yang dapat digunakan oleh dinas kesehatan dan puskesmas dalam menjalankan salah satu programnya mengenai diet menu hipertensi pada lansia dan penyuluhan pada keluarga dengan hipertensi.
1.4.3
Perawat Komunitas
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bentuk referensi untuk menjadikan intervensi DASH sebagai intervensi yang dapat digunakan perawat komunitas dalam melakukan asuhan keperawatan kepada lansia dengan hipertensi.
1.4.4
Keluarga
Intervensi DASH yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan oleh keluarga yang memiliki hipertensi untuk membantu mereka dalam mengontrol, mencegah, atau menurunkannya.
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
10
1.4.5 Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar dalam mengembangkan penelitian keperawatan selanjutnya dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengaturan menu diet DASH pada penderita hipertensi dalam melakukan manajemen hipertensi yang bertujuan untuk mengontrol dan mengurangi tekanan darah serta sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini memaparkan teori dan konsep terkait penelitian yang dilakukan dalam penyusunan karya ilmiah akhir ners yang disusun secara sistematis. Bab tinjauan pustaka ini tersusun dari konsep keperawatan perkotaan/urban nursing, keluarga dengan lansia, asuhan keperawatan keluarga dengan lansia hipertensi, dan peran perawat komunitas.
2.1 Konsep Keperawatan Perkotaan/Urban Nursing 2.1.1 Teori dan Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama (Delaune & Ladner, 2011). Masyarakat perkotaan yang terdiri dari berbagai macam latar belakang (heterogen) menjadikannya sebagai sebuah kompleksitas yang terbatas akan wilayah. Keterbatasan ini diartikan sebagai kepadatan penduduk sehingga banyak yang mengklasifikasikan perkotaan sebagai kota atau tempat dengan jumlah penduduk tertentu yang mendiami wilayah tersebut beserta kesediaan akan akses fasilitas perkotaan. Badan Pusat Statistik (2010) mendefinisikan
perkotaan
sebagai
satu
wilayah
administratif
setingkat
desa/kelurahan yang memenuhi persyaratan tertentu dalam hal kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan sejumlah fasilitas perkotaan, saran pendidikan formal, sarana kesehatan umum, dan sebagainya. Daerah yang belum memenuhi persyaratan tersebut diartikan sebagai perdesaan.
Anderson dan McFarlane (2007) mengatakan terdapat empat faktor dasar yang mempengaruhi kesehatan masyarakat yaitu faktor pertama sebagai lingkungan yang meliputi lingkungan fisik, sosial, dan psikologis. Kesehatan yang dipengaruhi oleh lingkungan sebagai contoh adalah kebersihan udara yang ada pada lingkungan fisik. Perkotaan yang identik dengan industrialisme menyebabkan polusi udara sangat tinggi sehingga kebersihan udara sangat buruk di daerah perkotaan dan banyak masalah kesehatan terkait pernafasan yang menjadi masalah di perkotaan. Selain itu, tingginya tuntutan perkotaan menyebabkan lingkungan sosial dan 11
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
12
psikososial pada masyarakatnya sering terganggu terlihat dari perbedaan status perekonomian pada lingkungan sosial dan banyak masyarakatnya mengalami gangguan mental seperti stres karena terganggunya lingkungan psikologis mereka.
Faktor kedua merupakan perilaku atau gaya hidup, gaya hidup perkotaan dapat terlihat dari perilaku masyarakatnya yang tidak sehat maupun perilaku sehatnya. Perilaku masyarakat kota yang berorientasi pada kemudahan dan kepraktisan menjadikan mereka sering melakukan jalan pintas seperti penggunaan makanan cepat saji yang tidak terstandar nilai kesehatannya. Faktor ketiga adalah keturunan, banyaknya penyakit di perkotaan merupakan penyakit yang diturunkan dan asal mula penyakit tersebut dimulai dari perubahan gaya hidup seperti penyakit Diabetes Mellitus. Faktor terakhir adalah pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan yang membedakan antara perkotaan dan perdesaan terlihat pada kelengkapan fasilitas dan terintegrasinya pelayanan utama antara promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif (Anderson & McFarlane, 2007).
2.1.2 Masalah Kesehatan Hipertensi yang Terjadi di Perkotaan Hipertensi sebagai salah satu penyakit non-communicable disease menjadi salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi di masyarakat perkotaan. WHO dan ISH (2003) menyatakan bahwa hipertensi diestimasikan menjadi 4,5% penyebab penyakit pokok secara global dan menjadi masalah umum di negara berkembang sama halnya dengan perkembangan dunia itu sendiri. Masalah perkotaan yang sering menjadi akar dari seluruh masalah kesehatan di perkotaan alah satunya adalah kemiskinan. Kemiskinan menjadi masalah utama yang dihadapi oleh seluruh negara baik negara berkembang maupun negara maju.
Penelitian yang dilakukan oleh Blakely, Hales dan Woodward (2004) menunjukkan bahwa negara dengan rakyatnya yang berada pada status sosial ekonomi yang rendah menjadikan status kesehatannya lebih buruk dibandingkan dengan negara dengan status sosial ekonomi yang lebih baik. Selain itu, Godfrey dan Julien (2005) menyatakan bahwa hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi di perkotaan. Rowland dan Lyons (1996) mengatakan bahwa kemiskinan Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
13
sangat mempengaruhi kesehatan lansia. Hal yang dipengaruhi kemiskinan diantaranya adalah status pendidikan dan status pernikahan. Penelitian tersebut menunjukkan kemiskinan menjadikan lansia sulit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang pantas. Selain itu, lansia dengan penyakit kronis membutuhkan akses kesehatan yang lebih banyak dan berkelanjutan sehingga hal tersebut sering menjadi beban bagi lansia yang tidak mampu. Hampir sepertiga dari lansia dengan kemiskinan yang diteliti memiliki diabetes dan hipertensi sebagai penyakit kronis.
Faktor penting lain yang menjadikan hipertensi sebagai salah satu masalah kesehatan di perkotaan adalah gaya hidup. WHO (2013) menyebutkan bahwa empat non-communicable disease (penyakit kardiovaskular (jantung, hipertensi, dan gagal jantung), kanker, penyakit respiratori kronik, dan diabetes) disebabkan oleh empat faktor risiko perilaku yaitu penggunaan tembakau, diet yang tidak sehat, kurangnya aktivitas, dan penggunaan alkohol yang merusak. Selain itu, WHO juga menyatakan bahwa kondisi hidup dan lingkungan kerja seseorang termasuk gaya hidupnya mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup. Manimunda, Sugunan, Benegal, Balakhrisna, Rao, & Pesala (2010) menyatakan bahwa faktor-faktor risiko terjadinya hipertensi yang berkaitan dengan gaya hidup diantaranya adalah diet, diet garam, serat, lemak jenuh, lemak trans, aktivitas fisik, dan stres.
Miller (2012) menyatakan bahwa hipertensi pada lansia terjadi karena beberapa faktor risiko seperti usia, etnis, faktor genetik, berat badan berlebih, inaktivitas fisik, sleep apnea, stressor psikososial, tingkat pendidikan yang rendah dan status sosial ekonomi. Kemiskinan menjadikan lansia tidak mampu dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan cenderung mencari hal-hal yang mudah dan murah tanpa melihat apakah makanan yang dia makan sehari-hari sehat atau tidak. Perubahan gaya hidup terutama pada pola diet yang serba instan, mudah didapat, dan tidak adanya jaminan standar kesehatan serta bahan makanan yang tinggi lemak serta rendah serat menjadi penyebab hipertensi pada masyarakat perkotaan.
Faktor-faktor di atas banyak dialami oleh lansia di perkotaan. Selain itu, pola diet yang dapat meningkatkan risiko hipertensi terdiri dari pemasukan lemak dan Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
14
natrium yang tinggi, pemasukan kalium yang rendah, konsumsi alkohol yang berlebihan (Lloyd-Jones et al, 2009 dalam Miller, 2012; Bradshaw & Steyn, 2001). Penelitian lain menunjukkan bahwa ketika pola makan antara kelompok budaya yang berbeda dibandingkan terdapat hasil hubungan yang kuat antara konsumsi natrium harian dan angka kejadian hipertensi (Flegel & Magner, 2009 dalam Miller, 2012).
2.2 Keluarga dengan Lansia 2.2.1
Keluarga dengan Lansia
Keluarga merupakan unit dasar dari setiap masyarakat, tetapi tidak memungkiri bahwa keluarga itu rumit dan tidak sesederhana yang dibayangkan, bervariasi, dinamis, dan adaptif sehingga penting bagi semua perawat untuk mengetahui mengenai disiplin ilmu dari keperawatan keluarga dan berbagai macam variasi jalan yang bisa digunakan dalam berinteraksi dengan keluarga (Hanson dalam Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, & Hanson, 2010). WHO mendefinisikan lansia sebagai dewasa yang telah mencapai usia diatas 60 tahun. Sedangkan keluarga menurut Friedman, Bowden, dan Jones (2003) merupakan kumpulan orang-orang yang bergabung bersama diikat oleh perkawinan, darah , atau adopsi, dan lainnya yang berada dalam satu rumah. Burgess dan Locke (1953 dalam Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, dan Hanson, 2010) mendefinisikan keluarga sebagai sekelompok orang yang disatukan oleh ikatan baik pernikahan, darah, atau adopsi dan terdapat dalam satu rumah saling berinteraksi dan berkomunikasi dengan yang lainnya dalam peran sosial mereka seperti suami dan istri, ayah dan ibu, anak, saudara, dan menciptakan serta menjaga kebiasaan yang sama.
Hanson (2005 dalam Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, & Hanson, 2010) mendefinisikan keluarga sebagai dua atau lebih individual yang saling bergantungan satu dengan lainnya secara emosional, fisik, dan dukungan ekonomi. Setiap anggota keluarga akan saling bergantungan dalam menjaga status sehat maupun sakitnya. Hanson (2005 dalam Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, & Hanson, 2010) mendefinisikan kesehatan keluarga sebagai perubahan status dinamis dari kesejahteraan, yang meliputi biologis, psikologis, spiritual, sosiologis, dan faktor Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
15
budaya dari setiap anggota individual dan keseluruhan sistem keluarga. Keluarga dengan lansia merupakan keluarga dengan salah satu anggotanya sudah berumur lebih dari 60 tahun, pensiun, atau salah satu lansia telah meninggal.
Duvall dalam Friedman, Bowden, dan Jones (2003) keluarga dengan lansia memiliki tugas perkembangan yang harus dipenuhi yaitu (1) penyesuaian terhadap pensiun, (2) penyesuaian terhadap perannya sebagai kakek, (3) penyesuaian terhadap kematian atau kematian salah satu pasangannya, dan (4) penyesuaian terhadap tinggal sendiri. Tahap perkembangan keluarga digunakan perawat dalam melakukan pengkajian untuk mengetahui kesiapan keluarga terhadap perubahan perkembangannya. Keluarga dengan lansia menjadikan keberagaman individu dalam keluarga tersebut. Orang tertua di keluarga tersebut akan memiliki anak yang telah memiliki keluarga dalam keluarganya kemudian adanya cucu.
2.2.2 Lansia sebagai Populasi Vulnerable Teori Akibat Fungsional (Miller, 2012) mengatakan bahwa perubahan yang berhubungan dengan lansia merupakan proses fisiologis melekat yang meningkatkan kerentanan (vulnerable) pada lansia terhadap efek merusak pada faktor risiko yang muncul. Perubahan yang berhubungan dengan usia pada lansia merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari, sebagian besar masalah yang mempengaruhi lansia disebabkan oleh faktor-faktor risiko. Perubahan yang berhubungan dengan usia berkaitan dengan penurunan fungsi fisiologis, tetapi terdapat pada peningkatan pertumbuhan potensial psikososial dan spiritual. Faktor risiko sendiri merupakan kondisi yang meningkatkan kerentanan pada lansia untuk mengganggu fungsi maupun kualitas hidup lansia. sumber-sumber umum untuk faktor risiko berasal dari penyakit, lingkungan, gaya hidup, sistem pendukung, keadaan psikososial, efek samping medikasi, sikap yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan (Miller, 2012).
Faktor risiko tersebut bersifat negatif apabila tidak bisa diatasi. Faktor risiko berbeda dengan perubahan yang berhubungan dengan usia yang merupakan hal normal pada lansia. Perubahan pada lansia apabila mendapatkan pengaruh dari Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
16
faktor risiko akan meningkatkan kerentanan lansia terhadap kualitas hidupnya. Selain itu, banyak lansia yang memiliki masalah kognitif, psikiatrik, dan fisik tetapi tidak mencari bantuan dalam menyelesaikan masalah tersebut (Culo, 2011). Flaskerud dan Winslow (1998 dalam Allender, Rector, & Warner, 2014) kerentanan merupakan hasil gabungan dari efek keterbatasan sumber, keadaan yang tidak sehat, dan tingginya faktor risiko. Perubahan fisiologis yang berhubungan dengan usia, berbagai penyakit kronik, serta hasil dari keterbatasan status fungsional dan kehilangan kemandirian menyebabkan lansia selalu rentan (Stanhope & Lancaster, 2004).
Stanhope & Lancaster (2004) beberapa hal dapat mempengaruhi seseorang menjadi rentan, seperti ketidakadekuatan sosial, pendidikan dan ilmu pengetahuan, dan ekonomi. Beberapa hal dapat menyebabkan lansia menjadi rentan seperti kurangnya pendapatan karena pensiun dan perubahan kognitif yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari lansia seperti gangguan memori dan lain lain. Hipertensi sebagai salah satu penyakit kronis mengakibatkan lansia yang menderita penyakit tersebut sebagai lansia yang rentan.
Miller (2012) menyebutkan faktor-faktor risiko hipertensi yang sering terjadi pada lansia adalah usia, etnis, faktor genetik, berat badan berlebih, aktivitas fisik yang kurang, sleep apnea, stressor psikososial, pendidikan rendah dan status sosial ekonomi. Selain itu, pola diet yang dapat meningkatkan tekanan darah adalah konsumsi tinggi natrium dan lemak, konsumsi rendah kalium, dan penggunaan alkohol yang berlebih. Faktor risiko seperti usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, dan ras merupakan faktor yang tidak dapat dimodifikasi sedangkan faktor seperti diabetes, stres, obesitas, makanan, penyalahgunaan substansi merupakan faktor risiko hipertensi yang dapat di modifikasi (Black & Hawk, 2009). Faktor pola diet pada lansia menjadikan lansia yang kurang baik dalam mengatur pola makannya memiliki risiko tinggi mengalami hipertensi. Konsumsi tinggi lemak dan natrium pada lansia yang tidak sadar akan status kesehatannya menjadikan lansia tersebut memiliki risiko tinggi untuk mengalami hipertensi dan menjadikan faktor risiko Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
17
terjadinya penyebab penyakit kardiovaskular lain muncul seperti stroke, gagal ginjal, dan penyakit jantung koroner.
Faktor usia mempengaruhi risiko hipertensi yaitu semakin bertambahnya usia menyebabkan semakin besar kemungkinan menderita hipertensi. Hal ini berkaitan dengan adanya kemunduran sistem pembuluh darah dan faktor ini menjadi dua kali lipat setelah usia 55 tahun (American Heart Association, 2010). Pola makan dalam hal ini asupan makanan menjadi salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi. Asupan makanan berupa natrium dan lemak merupakan hal-hal yang dibatasi untuk mengurangi tekanan darah maupun mencegahnya.
2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Lansia Hipertensi Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan perlu untuk selalu melibatkan keluarga untuk bisa berperan aktif dalam rencana keperawatan yang akan diberikan. Peran aktif keluarga dalam melakukan proses asuhan keperawatan akan memberikan hasil yang optimal dalam upayanya meningkatkan status kesehatan setiap individu dalam keluarga tersebut. Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan komunitas dengan pendekatan keluarga adalah melakukan kunjungan rumah dengan menekankan pada promosi kesehatan dan pencegahan penyakit (Hitchcock, Schubert, & Thomas, 1999).
2.3.1
Pengkajian Keluarga
Asuhan keperawanan keluarga dalam prosesnya menggunakan proses pengkajian hingga evaluasi untuk mengetahui keoptimalan intervensi yang diberikan dengan proses tersebut. Bagian pertama dari pemberian asuhan keperawatan adalah melakukan pengkajian. Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data-data yang akan di analisis dan disusun untuk penentuan masalah utama atau prioritas yang didapatkan. Proses pengambilan data tersebut dapat dilakukan melalui metode wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Pengkajian keluarga apa tersusun melalui salah satu teori yang dikembangkan oleh Friedman yaitu penggunaan teori Family Centre Nursing (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
18
Tabel 2.1 Sumber Data Pengkajian Keluarga Data Sumber Data Wawancara dengan setiap anggota - Bertanya dan mendengarkan keluarga mengenai kejadian dari masa - Genogram lalu hingga saat ini yang signifikan - Ecomap Data objektif
-
Observasi rumah keluarga Observasi interaksi keluarga
Data subjektif
-
Pengalaman yang diceritakan anggota keluarga Pengalaman observasi kerabat yang diceritakan Instrumen pengkajian yang diisi oleh keluarga
-
Sumber: Friedman, Bowden, & Jones (2003)
Pengkajian dapat dilakukan dengan melihat delapan aspek yaitu (1) data umum yang terdiri dari data kepala keluarga, komposisi anggota keluarga, genogram, tipe keluarga, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi keluarga. Pengkajian selanjutnya yaitu (2) aktivitas rekreasi keluarga: riwayat dan tahap perkembangan keluarga, tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti, riwayat keluarga sebelumnya. Pengkajian ketiga (3) lingkungan: karakteristik tempat tinggal, karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal, mobilitas geografis keluarga, perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, sistem pendukung keluarga.
Aspek pengkajian selanjutnya yaitu (4) struktur keluarga: pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur peran, nilai dan norma keluarga, (5) fungsi keluarga: fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan kesehatan. Aspek keenam pengkajian yaitu (6) stres dan koping keluarga: stresor jangka pendek, stresor jangka panjang, kekuatan keluarga, respons keluarga terhadap stres, strategi koping yang digunakan, dan strategi adaptasi disfungsional. Aspek selanjutnya yaitu (7) harapan keluarga: terhadap masalah kesehatan keluarga dan terhadap petugas kesehatan yang ada, (7) pemeriksaan fisik: tanggal pemeriksaan fisik dilakukan, dilakukan pada seluruh anggota keluarga, pemeriksaan yang Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
19
dilakukan terdiri dari tanda-tanda vital dan head to toe, kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Pemeriksaan yang dilakukan berfokus pada masalah kesehatan yang ditemukan. Hipertensi sebagai masalah yang dikaji dalam perawatan keluarga berfokus pada pengkajian tekanan darah, faktor risiko yang dimiliki keluarga, serta berfokus pada lima tugas kesehatan keluarga (Maglaya, 2009). Pengkajian pada faktor risiko dapat bermacam-macam apabila berhubungan dengan hipertensi. Pengkajian dengan faktor risiko berat badan berlebih akan mengambil data indeks masa tubuh, pola makan akan mengambil data pada kebiasaan makan sehari-hari, nutrien apa saja yang dimakan, bagaimana memperoleh bahan dasar pembuatannya dan bagaimana cara membuatnya. Pengkajian tekanan darah yang didapatkan akan diklasifikasikan dan intervensi yang diberikan bisa disesuaikan dengan klasifikasi hipertensi yang didapatkan.
Tabel 2.2 Kriteria untuk Tekanan Darah Normal dan Tahapan Hipertensi Tekanan Darah Normal Prehipertensi Hipertensi, Stage I Hipertensi, Stage II
Sistolik (mmHg) <120 120-139 140-159 ≥ 160
Diastolik (mmHg) <80 80-89 90-99 ≥ 100
Sumber: JNC dalam Miller (2012)
2.3.2
Diagnosis Keperawatan
Hasil pengkajian yang didapatkan akan berbentuk data-data baik bersifat objektif maupun subjektif. Data-data tersebut akan di analisis hingga terbentuknya diagnosis keperawatan yang sesuai. Proses selanjutnya adalah melakukan skoring diagnosis untuk menentukan prioritas atau masalah utama yang akan dijadikan sebagai diagnosis pertama yang akan diintervensi (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Proses penyusunan diagnosis keperawatan dapat menggunakan sistem NANDA (Hitchcock, Schubert, & Thomas, 1999).
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
20
Tabel 2.3 Skor dan Bobot Prioritas Masalah Keluarga No 1
2
3
4
Kriteria Sifat masalah - Aktual (tidak/kurang sehat) - Ancaman kesehatan - Keadaan sejahtera
Skor
Bobot
3 2 1
1
Kemungkinan masalah dapat diubah - Mudah - Sebagian - Tidak dapat
2 1 0
2
Potensi masalah untuk dicegah - Tinggi - Sedang - Rendah
3 2 1
1
Menonjolnya masalah - Masalah berat, harus segera 2 ditangani - Ada masalah, tetapi tidak perlu 1 segera ditangani - Masalah tidak dirasakan 0
1
Sumber: Friedman, Bowden, dan Jones (2003)
Penghitungan skor dilakukan dengan menggunakan rumus 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑥 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡
𝑆𝑘𝑜𝑟𝑖𝑛𝑔 = 𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 pada setiap kriteria. Nilai yang didapat untuk setiap kriteria kemudian dijumlah untuk mendapatkan nilai total yang merupakan hasil akhir skoring. Nilai skoring yang telah didapatkan dibandingkan dengan nilai skoring diagnosis lain dengan nilai terbesar merupakan nilai diagnosis yang menjadi prioritas.
Diagnosa-diagnosa keperawatan yang dapat muncul akibat hipertensi dilihat dari respons klien serta data subjektif dan objektif diantaranya ketidakefektifan manajemen terapeutik, nyeri akut, ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan, potensial komplikasi hipertensi, intoleransi aktivitas, ansietas, gangguan pola tidur, risiko cedera, ketidakefektifan perfusi jaringan (Wilkinson& Ahern, 2008; NANDA, 2012). Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan memiliki definisi ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, atau mencari bantuan untuk Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
21
memelihara kesehatan (NANDA, 2012). Batasan karakteristik dalam penggunaan diagnosis ini diantaranya adalah (a) menunjukkan perilaku kurang adaptif terhadap perubahan lingkungan, (b) menunjukkan kurang pengetahuan tentang praktek dasar kesehatan, (c) melaporkan atau tampak tidak mampu mengemban tanggung jawab untuk memenuhi praktik kesehatan dasar, (d) terbatasnya tindakan pencegahan kesehatan, dan (e) terbatasnya penggunaan lembaga dan tenaga pelayanan kesehatan (Wilkinson & Ahern, 2008).
2.3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan Bolton (2005) menyatakan bahwa terdapat beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan dalam melakukan manajemen hipertensi yaitu pembatasan garam, pengaturan diet (diet DASH), latihan fisik, penurunan berat badan, pembatasan alkohol, dan pembatasan merokok. Proses perencanaan sendiri tidaklah mudah. Rintangan terberat dari suksesnya kunjungan keluarga adalah kurangnya perencanaan dan persiapan (Allender, Rector, & Warner, 2014). Menurut Friedman, Bowden, & Jones (2003) perencanaan merupakan sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaporkan dalam menyelesaikan masalah. Allender, Rector, dan Warner (2014) memberikan arahan perencanaan sebelum melakukan kunjungan keluarga menjadi beberapa tahapan yaitu (1) menghubungi keluarga untuk mengatur jadwal yang cocok untuk dilakukan kunjungan, (2) memastikan alamat yang benar, (3) menyusun rencana tertulis intervensi keperawatan untuk masing-masing anggota keluarga, (4) aturlah perlengkapan atau diagram yang dibutuhkan dalam fokus kunjungan, (5) rencanakan rute langsung menuju rumah keluarga yang akan dikunjungi.
Penyusunan rencana keperawatan berfokus pada lima tugas kesehatan keluarga (Maglaya, 2009). Penyusunan rencana keperawatan berfokus pada tujuan umum yang ingin dicapai serta tujuan khusus yang ingin dicapai berdasarkan lima tugas kesehatan keluarga. Tujuan umum dilaksanakan rencana intervensi diagnosa ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait hipertensi adalah setelah dilakukan tindakan perawatan, keluarga mampu merawat anggota keluarga lansia dengan hipertensi dan pemeliharaan kesehatan dapat terlaksana dengan baik Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
22
terlihat dari peningkatan kognitif, afektif, serta psikomotor. Tujuan khusus pada penyusunan rencana keperawatan berfokus pada lima tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah; mengambil keputusan untuk mengatasi masalah dan melakukan
perawatan;
melakukan
perawatan
sederhana,
memodifikasi
lingkungan; memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan (Maglaya, 2009).
Rencana intervensi yang akan dibuat disusun dengan menggunakan kriteria evaluasi yang dapat diukur beserta tujuan pasien yang akan dicapai. Moorhead, Johnson, & Maas dalam Wilkinson & Ahern (2008) menggunakan standar NOC sebagai kriteria evaluasi yang dipakai. Kriteria evaluasi yang dipakai diharapkan realistik sesuai dengan kemampuan dan keadaan pasien, dapat diukur atau diobservasi, serta memiliki tanggal target masalah akan selesai. Carpenito (2000) menggunakan SMART sebagai kriteria hasil yaitu (Spesific, Measurable, Achievable, Realistic, dan Time Oriented).
2.3.4 Implementasi Keperawatan Keluarga dengan Lansia Hipertensi Maglaya (2009) menyebutkan lima tugas kesehatan keluarga yang menjadi proses implementasi keperawatan keluarga yang akan digunakan. Tugas kesehatan pertama adalah mengenal masalah kesehatan, kedua memutuskan untuk mengatasi masalah, merawat keluarga dengan masalah kesehatan, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan lima tugas kesehatan untuk implementasi keperawatan diharapkan dapat mengatasi masalah hipertensi sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah didapatkan.
Implementasi adalah proses ketika rencana pelayanan dilaksanakan (Hitchcock, Schubert, & Thomas, 1999). Proses implementasi keperawatan dengan lima tugas kesehatan
mencakup
aspek
kognitif,
afektif,
dan
psikomotor
dalam
pengimplementasiannya. Aspek kognitif, afektif, dan psikomotor didapatkan melalui proses pengimplementasian keseluruhan tujuan khusus yang telah disusun pada rencana keperawatan. implementasi yang diberikan mencakup aspek kognitif adalah dengan memberikan edukasi serta mendiskusikannnya bersama keluarga terkait masalah dan cara mencegahnya. Aspek afektif terlihat dari motivasi yang Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
23
dilakukan perawat untuk mendorong keluarga untuk mau memutuskan untuk menyelesaikan masalah, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sedangkan aspek psikomotor terlihat dari keluarga melakukan perawatan sederhana terkait masalah.
Proses implementasi yang dimulai dari mengenal masalah dilakukan dengan menjelaskan mengenai pengertian hipertensi kemudian mendiskusikannya bersama keluar untuk mengetahui tanda dan gejala, penyebab, serta akibat dari masalah kesehatan. Setelah itu, implementasi dilakukan dengan mendorong keluarga untuk memutuskan untuk mau mengatasi masalah. Implementasi selanjutnya dilakukan untuk mengetahui cara pencegahan serta tindakan psikomotor untuk mengatasi masalah hipertensi terutama tanda dan gejala seperti melakukan tarik nafas dalam dan kompres hangat untuk mengurangi rasa tidak nyaman yang muncul akibat tanda dan gejala hipertensi.
Pestana (2002) menyatakan bahwa modifikasi gaya hidup terbukti bermanfaat dan mungkin hanya terapi yang dibutuhkan untuk hipertensi tahap 1. Pelaksanaan intervensi dengan memodifikasi gaya hidup ditujukan untuk mengubah faktor risiko dari gaya hidup yang merusak menjadi bermanfaat kembali. Bolton (2005) mengatakan beberapa intervensi dapat digunakan dalam melakukan manajemen hipertensi yaitu manajemen hipertensi salah satunya adalah dengan mengatur rencana makan harian dengan diet DASH. Implementasi terfokus yang digunakan adalah mengenalkan menu diet hipertensi DASH dan bersama keluarga menyusun menu dia DASH untuk seminggu. Menu diet DASH sebagai terapi non farmakologi hipertensi terbukti mampu menurunkan tekanan darah yang tinggi akibat hipertensi dalam waktu dua minggu. Perpaduan menu diet DASH dan pembatasan garam akan memberikan hasil yang lebih baik (NIH & NHLBI, 2006).
Fokus implementasi dari menu diet DASH adalah peningkatan konsumsi makanan berserat seperti produk padi-padian, sayur-sayuran, dan buah-buahan serta mengurangi konsumsi makanan dengan lemak jenuh. Penelitian yang dilakukan oleh Azadbakht, Mirmiran, Esmaillzadeh, Azizi, & Azizi (2005) menunjukkan hasil Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
24
diet DASH dapat menurunkan sebagian besar risiko metabolik baik perempuan maupun laki-laki dan penurunan tekanan darah sekitar 11-12 mmHg. Penelitian yang dilakukan oleh U.S. Department of Health and Human Services (2003) menunjukkan bahwa DASH dapat menurunkan tekanan darah lebih baik dalam waktu dua minggu dibandingkan dengan diet lain seperti diet harian Amerika dan diet harian Amerika dengan memperbanyak buah. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan hasil yang lebih baik apabila ditambah dengan melakukan diet pembatasan garam (U.S. Department of Health and Human Services, 2003; NIH & NHLBI, 2006). Penelitian lain menunjukkan bahwa penggunaan diet DASH dalam merubah perilaku diet seorang dapat menurunkan tekanan darah (Windhauser, 1999 dalam Pennington Nutrition Series, 2004).
Diet DASH didefinisikan sebagai rencana makan dengan makanan rendah lentuk jenuh, kolesterol, dan lemak total dengan menekankan pengonsumsian buahbuahan, sayuran, dan konsumsi produk susu rendah lemak. Diet DASH ini juga menyertakan pengonsumsian produk-produk padi-padian, ikan, unggas, dan kacang-kacangan serta pengurangan konsumsi pada daging merah, manisan, dan minuman yang mengandung gula. Diet DASH ini kaya akan magnesium, kalium, kalsium, serta protein dan tinggi serat (U.S. Department of Health and Human Services, 2003).
Penyusunan menu DASH dilakukan dengan pemenuhan kebutuhan kalori normal tubuh dewasa yaitu selintas 2000 kkal. Penyusunan menu dilakukan dengan memperhatikan jumlah penyajian dalam seharinya produk padi-padian disusun untuk mendapatkan penyajian hingga 7 sampai dengan 8 kali sehari, sayuran di sajikan sebanyak 4 hingga 5 kali sehari, buah-buahan sebanyak 4 hingga 5 kali sehari. Penggunaan produk susu rendah lemak 2 hingga 3 kali sehari, ikan dan unggas tidak lebih dari dua kali sehari, kacang-kacangan disajikan 4 hingga 5 kali per minggu. Penggunaan minyak sebanyak maksimum 3 sendok makan dan konsumsi manisan maksimum 5 kali dalam seminggu.
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
25
Diet DASH bukanlah diet yang berfokus pada penurunan berat badan (U.S. Department of Health and Human Services, 2003). Diet DASH kaya akan jenis makanan dengan rendah kalori seperti pada sayuran dan buah-buahan sehingga klien dapat mengganti makanan dengan tinggi kalori dengan makanan rendah kalori dengan memperbanyak buah-buahan dan sayuran. Tujuan utama dari penggunaan diet DASH adalah untuk meningkatkan konsumsi buah, sayuran, dan produk susu yang bebas atau rendah lemak.
2.3.5 Evaluasi Keperawatan Evaluasi keperawatan yang dilakukan berfokus pada perencanaan yang telah dibuat pada penyusunan rencana keperawatan. Proses evaluasi dapat dinilai berdasarkan evaluasi subjektif, objektif, analisis, dan perencanaan atau rencana tindak lanjut (SOAP). Selain itu dapat dilakukan evaluasi kir pertemuan atau kunjungan dengan menggunakan evaluasi sumatif dan menilai tingkat kemandirian keluarga.
Evaluasi SOAP dapat dilakukan berdasarkan lima tugas kesehatan keluarga yang disusun oleh Maglaya (2009). Untuk evaluasi sumatif dilakukan di akhir untuk menilai apakah seluruh kriteria hasil yang diharapkan telah optimal. Evaluasi tingkat kemandirian dilakukan pada keluarga sesuai dengan tahapan lima tugas kesehatan keluarga yang adopsi ke dalam pengkajian yang dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat (perkesmas) kepada keluarga yang dilakukan format pengkajian perkesmas (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2006; Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan KM, 2014).
Tingkat kemandirian diklasifikasikan menjadi empat klasifikasi dengan tujuh kriteria evaluasi. Tujuh kriteria evaluasi itu diantaranya adalah (1) keluarga menerima petugas kesehatan, (2) keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana, (3) keluarga menyatakan masalah secara benar, (4) keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai dengan anjuran, (5) keluarga melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran, (6) keluarga melakukan tindakan pencegahan secara aktif, (7) keluarga melaksanakan tindakan promotif secara aktif. Klasifikasi tingkat kemandirian I apabila keluarga hanya mampu untuk Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
26
memenuhi kriteria 1 dan 2, tingkat kemandirian II tercapai apabila keluarga mampu memenuhi kriteria 1 sampai dengan 5, tingkat kemandirian III tercapai apabila memenuhi kriteria 1 sampai dengan 6, dan tingkat kemandirian IV tercapai apabila keluarga mampu memenuhi kriteria 1 sampai dengan 7 (Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan KM, 2014).
2.4 Peran Perawat Komunitas Peran perawat keluarga menurut Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, & Hanson (2010) terdiri dari edukator kesehatan, perawat mengajarkan mengenai penyakit, hubungan, menjadi orang tua, kesejahteraan pada keluarga. Koordinator, kolaborator, dan penghubung, perawat bertugas sebagai seseorang yang mengkoordinasikan perawatan yang diterima keluarga, berkolaborasi bersama keluarga dalam perencanaan keperawatan. Peran perawat komunitas selanjutnya adalah advokasi keluarga, perawat mendorong anggota keluarga untuk menyuarakan apa yang mereka pikirkan atau perawat yang berbicara atas nama keluarga. Peran selanjutnya adalah konsultan, perawat berperan sebagai konsultan yang berkonsultasi dengan agen-agen tertentu untuk memfasilitasi mereka. Konselor, perawat menggunakan peran terapeutik dalam menolong individual atau keluarga dalam menyelesaikan masalah atau mengubah perilaku. Peneliti, mengidentifikasi masalah-masalah praktek dan mencari solusi terbaik untuk menghadapi masalah tersebut melalui proses keilmuan (Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, & Hanson, 2010).
Peran perawat keluarga di atas dapat digunakan dalam menyusun asuhan keperawatan keluarga. Perawat dalam melakukan asuhan selalu mengikut sertakan keluarga secara aktif sehingga hasil pemberian asuhan akan optimal. Proses asuhan keperawanan keluarga itu sendiri terdiri dari tahapan-tahapan yang dimulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, serta evaluasi tindakan dalam proses penyelesaian masalah (Anderson & McFarlane, 2007).
Upaya preventif dan promotif dapat diberikan melalui asuhan keperawanan keluarga. Upaya preventif dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
27
keluarga mengenai masalah yang muncul sedangkan upaya promotif dapat dilakukan dengan memotivasi keluarga agar mau menyebarkan pengetahuan yang mereka ketahui ke orang-orang di sekitar mereka. Tujuan pendidikan adalah mendukung dan mengubah perilaku tidak sehat, meskipun perubahan perilaku tidak secara terlangsung terlihat (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Manusia dapat belajar dan melihat banyaknya contoh baru, perilaku yang berbeda, dan kebiasaan yang perlu diubah untuk beberapa kondisi kesehatan (Anderson & McFarlane, 2007).
Pencegahan primer, sekunder, dan tersier akan mampu mengurangi faktor risiko yang muncul baik sebelum, sedang, maupun setelah munculnya masalah. Pencegahan primer berfokus pada mengubah faktor risiko yang bisa dimodifikasi sebelum masalah kesehatan muncul. Pencegahan sekunder dilakukan pada awal terdeteksinya masalah kesehatan dengan melakukan skrining dan melakukan perawatan awal. Pencegahan tersier berfokus pada rehabilitasi dan restorasi setelah penyakit atau masalah kesehatan muncul untuk meminimalkan morbiditas dan meningkatkan kebermanfaatan dari hidup klien (Hitchcock, Schubert, & Thomas, 1999). Proses asuhan keperawatan keluarga tidak pernah lepas dari ketiga pencegahan di atas dengan tetap melibatkan peran aktif keluarga di dalamnya.
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA Bab ini memaparkan proses asuhan keperawatan keluarga yang telah dilakukan oleh peneliti pada keluarga kelolaan utama. Bab ini dimulai dari pengkajian keperawatan yang dilakukan pada keluarga dilanjutkan penentuan diagnosis keperawatan dengan menentukan diagnosa prioritas melalui skorsing keperawatan, proses penyusunan intervensi keperawatan keluarga, pelaksanaan implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan baik evaluasi formatif, sumatif, dan tingkat kemandirian keluarga.
3.1 Pengkajian Keperawatan keluarga Mahasiswa melakukan pengkajian pada keluarga kelolaan utama dengan yaitu pada keluarga dari Kakek J (70 tahun) dan Nenek N (60 tahun) dengan tahapan perkembangan keluarga dengan lansia. Mahasiswa melakukan entry point sebagai kelolaan utama pada Nenek N. Tipe keluarga nenek N merupakan tipe keluarga extended family
yang di dalamnya terdapat satu keluarga lain yaitu anak
kandungnya Nenek N dan mertuanya serta kedua orang cucu laki-lakinya. Keluarga Nenek N merupakan bagian dari penduduk RT 09 RWW 22 Kelurahan Sukatani yang telah lama tinggal di daerah tersebut dan sudah dikenal oleh penduduk sekitar dengan sangat baik.
Agama yang dianut keluarga Nenek N adalah agama Islam dan keduanya telah melakukan ibadah haji sehingga masyarakat sekitar sering memanggil Nenek N dengan sebutan bu haji. Nenek N dan Kakek J merupakan warga asli yang sudah lama tinggal di daerah Sukatani dengan suku Betawi dan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari. Nenek N tidak menceritakan secara terbuka bagaimana pertemuannya dengan Kakek J. Beliau hanya menceritakan bahwa setahun setelah mereka bertemu mereka menikah dan dikaruniai seorang anak perempuan setahun setelah pernikahan mereka berdua.
Nenek N tidak bekerja, tetapi beliau berperan sebagai ibu rumah tangga. Selain itu, peran lain Nenek N adalah sebagai seorang ibu untuk anaknya dan nenek untuk 28
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
29
cucu-cucunya. Kakek J bekerja sebagai marbot masjid. Penghasilan keluarga selama ini didapatkan melalui pemberian dari anak dan menantunya yang bekerja sebagai buruh dan karyawan swasta sehingga penghasilan Kakek N setiap bulannya tidak menentu. Nenek N mengatakan pendapatan yang selama ini dimiliki sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk seluruh anggota keluarga.
Pertemuan dengan Nenek N dilakukan ketika kelompok komunitas sedang melakukan penyebaran kuesioner kepada lansia untuk menentukan masalah utama pada agregat lansia di RW 22. Pada pertemuan pertama ditemukan hasil perhitungan pertama tekanan darah adalah 180/90 mmHg. Tingginya tekanan darah pada Nenek N tidak langsung menjadikan Nenek N sebagai kelolaan utama. Perlu dilakukan beberapa kali kunjungan untuk melakukan pengukuran tekanan darah untuk menentukan apakah tekanan darah yang tinggi pada Nenek N karena situasi atau kondisi tertentu seperti lingkungan yang tidak tenang atau Nenek N sendiri sedang banyak pikiran.
Pertemuan selanjutnya dilakukan pengukuran kembali tekanan darah didapatkan hasil tetap dengan pertemuan sebelumnya yaitu 180/90 mmHg. Lingkungan tempat tinggal Nenek N merupakan lingkungan yang tenang dan cukup hijau sehingga diharapkan pengukuran tekanan darah yang tinggi tidak dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal Nenek N. Pada kunjungan tersebut terlihat bahwa nenek N tidak merasakan adanya tanda dan gejala seperti kepala pusing maupun rasa nyeri di tengkuk. Ketika dilakukan pengkajian fisik tidak ditemukan gangguan berat pada masing-masing sistem organ yang dikaji terutama kardiovaskular Nenek N dengan hasil pengukuran tanda-tanda vital masih dalam batas normal. Stresor jangka pendek di dalam keluarga adalah masalah cucu Nenek N yang sering berkumpul bersama teman-temannya di teras rumah Nenek N sehingga nenek N sering merasa tidak enak kepada tetangga karena suasana ramai tersebut. Stresor jangka panjang adalah urusan keluarga yang tidak ingin dibicarakan lebih dalam oleh Nenek N.
Pengkajian yang berfokus pada tugas kesehatan keluarga padan Nenek N. Hasil yang ditemukan adalah belum mengenalnya keluarga dan Nenek N mengenai Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
30
masalah kesehatan yang dimiliki yaitu hipertensi dimulai dari pengertian, tanda dan gejala, penyebab, akibat serta pencegahan yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah. Selain itu, Nenek N juga tidak mengetahui mengenai cara perawatan sederhana untuk mengurangi tanda dan gejala yang muncul ataupun mengurangi tekenan darah tinggi itu sendiri. Lingkungan rumah nenek N sendiri merupakan lingkungan yang tenang walaupun masih belum bebas asap rokok. Untuk kunjungan ke pelayanan kesehatan, didapatkan data bahwa Nenek N hampir tidak pernah pergi ke puskesmas dan lebih memilih untuk menggunakan obat-obatan warung untuk mengobati penyakit yang pernah dideritanya.
Pengkajian mengenai menu harian Nenek N ditemukan bahwa selama ini Nenek N belum mengatur dirinya sendiri dalam pemilihan makanan seperti masih senang makan ikan asin, terkadang membeli makanan jadi yang kebanyakan merupakan makanan bersantan, penggunaan berulang minyak sayur dalam menggoreng dan tidak membatasinya, jarang makan-makan sayuran yang tinggi serat, jarang memakan buah-buahan dan tidak memiliki pola makan yang teratur. Selain itu, Nenek N memiliki kebiasaan meminum kopi satu gelas sehari setiap pagi untuk menghilangkan rasa kantuk.
Proses intervensi dilakukan untuk memulai rencana keperawatan terkait masalah kesehatan Nenek N yaitu dengan memperkenalkan pengertian masalah hingga memutuskan untuk melakukan perawatan mengenai masalah yang diderita. Nenek N dapat menerima informasi dengan mudah. Hal ini juga didukung oleh peran serta Kakek J yang biasanya selalu menemani Nenek N dalam setiap kali pertemuan sehingga mereka berdua selalu bisa saling mengingatkan. Pada pertemuan selanjutnya dijelaskan mengenai cara perawatan untuk mengurangi rasa tidak nyaman yang muncul akibat tanda dan gejala yang muncul seperti pusing maupun nyeri di tengkuk dengan melatih penggunaan tarik nafas dalam dan penggunaan kompres hangat pada tengkuk apabila nyeri muncul. Pada kunjungan ketiga ini telah dilakukan evaluasi dengan hasil tekanan darah yang sedikit turun dibandingkan dengan hasil pertemuan sebelumnya yaitu 180/80 mmHg. Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
31
Intervensi selanjutnya berfokus pada intervensi mengenai pengaturan diet harian Nenek N yaitu bersama dengan Nenek N dan keluarga mengatur pola makan harian Nenek N sesuai dengan kemampuan finansial yang dimiliki oleh keluarga Nenek N. Penyusunan menu yang telah dibuat akan dilakukan oleh Nenek N dan dievaluasi hasilnya untuk setiap pertemuan selanjutnya baik evaluasi pola makan yang telah dilakukan maupun evaluasi langsung penurunan tekanan darah. Kakek J sebagai suami dari Nenek N sangat mendukung pengaturan pola makan ini agar tekanan darah Nenek N bisa turun. Pada pertemuan ini didapatkan hasil penyusunan menu harian untuk seminggu yang kemudian akan dilakukan evaluasi untuk hasil intervensi untuk tiga Minggu kemudian.
3.2 Diagnosis Keperawatan Hasil pengkajian keluarga yang dilakukan melalui metode wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosis keperawatan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Kakek J khususnya Nenek N terkait hipertensi, ketidakefektifan pemeliharan kesehatan terkait asam urat, dan gangguan pola tidur. Skoring masalah keperawatan menunjukkan hasil dengan masalah utama yang menjadi prioritas adalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait hipertensi pada Nenek N. Hasil skorsing menunjukkan hasil 4 2/3, 3 1/6, dan 2 2/3 untuk diagnosa ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait hipertensi, ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait asam urat (gout arthritis), dan gangguan pola tidur.
3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan Keluarga Rencana keperawatan yang akan dilakukan pada keluarga oleh mahasiswa berfokus pada lima tugas kesehatan keluarga. Tujuan umum dari rencana keperawatan ini adalah setelah dilakukan pertemuan sebanyak lima kali pertemuan, keluarga mampu merawat keluarga lansia dengan hipertensi dan pemeliharaan kesehatan dapat terlaksana dengan baik terutama Nenek N. Tujuan khusus pertama setelah dilakukan kunjungan selama 1x45 menit keluarga mampu mengenal masalah hipertensi dengan mampu menyebutkan definisi hipertensi, menyebutkan tiga dari lima penyebab hipertensi, menyebutkan tiga dari tujuh tanda dan gejala hipertensi, Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
32
dan mengidentifikasi anggota keluarga dengan masalah hipertensi. Tujuan khusus kedua yaitu keluarga mampu memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi; keluarga mampu menyebutkan tiga dari enam akibat hipertensi dan mengatakan mau merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi.
Tujuan khusus ketiga setelah dilakukan selama 2x45 menit keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi dengan mampu menyebutkan lima dari sepuluh pencegahan hipertensi dan melakukan perawatan sederhana untuk teknik nafas dalam, kompres hangat dan penyusunan menu diet hipertensi DASH dan mau menyediakan menu diet yang telah dijadwalkan. (4) Tujuan khusus keempat setelah dilakukan kunjungan selama 1x45 menit keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk mengatasi hipertensi dengan mampu menyebutkan bahwa dengan menjaga lingkungan rumah tetap tenang dan bebas asap rokok sebagai cara memodifikasi lingkungan. Tujuan khusus kelima adalah keluarga mampu untuk menyebutkan manfaat dari penggunaan pelayanan kesehatan, mampu menyebutkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan sekitar rumah, dan mau untuk mengunjungi fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatan atau melakukan pemeliharaan kesehatan.
3.4 Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan yang diberikan dilakukan sesuai dengan penyusunan rencana keperawatan yang telah disusun sebelumnya. Penyusunan rencana keperawatan berpedoman pada lima tugas kesehatan keluarga dan diharapkan mampu meningkatkan taraf kesehatan individu dan keluarga (Maglaya, 2009). Implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan rencana intervensi yang telah disusun terdiri dari mendiskusikan kepada keluarga mengenai pengertian hipertensi, penyebab hipertensi, tanda dan gejala hipertensi, serta akibat dari hipertensi.
Implementasi selanjutnya adalah memotivasi keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga dengan hipertensi. Motivasi dilakukan dengan cara memberikan manfaat dari hasil pertemuan dan intervensi yang telah diberikan. Setelah itu, Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
33
Mendiskusikan bersama keluarga cara mengatasi hipertensi dengan menjelaskan mengenai pencegahan hipertensi, melakukan perawatan sederhana di rumah untuk mengurangi rasa kurang nyaman akibat tanda dan gejala yang muncul, melakukan penyusunan menu bersama keluarga untuk diet hipertensi DASH, dan memotivasi keluarga untuk mau menjalankan program diet yang telah disetujui bersama. Mendiskusikan bersama cara-cara memodifikasi lingkungan yang dapat dilakukan bersama keluarga dalam mencegah hipertensi dan memotivasi keluarga untuk mau melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan seperti puskesmas maupun posbindu untuk melakukan kontrol kesehatan bulanan.
Intervensi keperawatan yang menjadi fokus untuk mengatasi hipertensi adalah penyusunan menu diet DASH. Diet DASH merupakan penyusunan menu dengan makanan yang rendah lemak jenuh, kolesterol, dan lemak total dan menekankan pada konsumsi sayur, buah, dan produk susu yang rendah atau bebas lemak serta produk padi-padian, ikan, unggas dan kacang-kacangan (NIH & NHLBI, 2006). Proses implementasi DASH dilakukan dengan mengenalkan pengertian DASH dan manfaat DASH setelah itu mendorong ibu untuk mau untuk menyusun menu DASH dan bersama dengan keluarga Nenek N berkomitmen akan melakukan proses implementasi DASH hingga proses praktisi PKKMP telah selesai.
Proses implementasi dilakukan sebanyak 12 kali pertemuan dengan implementasi terfokus dilakukan dalam 10 kali pertemuan. Proses implementasi yang dilakukan setelah proses pengenalan diet DASH serta manfaat dari diet DASH adalah dengan melakukan penyusunan menu diet DASH bersama keluarga. Penyusunan menu dilakukan dengan membantu keluarga memilih makanan yang keluarga mampu untuk memenuhinya. Proses penyusunan dilakukan hingga tersusun daftar selama seminggu dengan masing-masing pengulangan menu yang dibuat berselingan dengan tujuan menghindari rasa jenuh pada menu yang sama. Proses selanjutnya adalah menanyakan kemauan dan komitmen keluarga untuk menerapkan menu diet DASH yang telah disusun serta menyatakan akan melakukan kunjungan ulang baik terjadwal maupun tidak terjadwal. Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
34
Implementasi diet DASH ini dilakukan dengan proses untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik keluarga dalam melakukan intervensi keperawatan diet DASH. Implementasi kognitif dilakukan dengan menjelaskan mengenai pengertian diet DASH manfaat yang didapatkan, apa saja yang bahan makanan yang bisa digunakan dalam menyusun menu diet DASH. Aspek kognitif dilakukan dengan mendorong keluarga untuk menyetujui dan mau melakukan rencana intervensi diet DASH yang telah dijelaskan sebelumnya. Proses implementasi psikomotor dilakukan dengan menyusun menu diet selama seminggu bersama keluarga.
3.5 Evaluasi Keperawatan Implementasi keperawatan yang telah dilakukan sesuai dengan rencana intervensi yang telah disusun dievaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari implementasi yang telah dilakukan termasuk intervensi yang terfokus. Evaluasi dilakukan melalui beberapa cara seperti evaluasi SOAP, evaluasi sumatif, dan menilai tingkat kemandirian keluarga. Evaluasi SOAP yang didapatkan setiap kali melakukan kunjungan untuk memberikan intervensi adalah Nenek N dan keluarga mengatakan bahwa hipertensi adalah penyakit dengan tekanan darah yang tinggi di atas 140 mmHg, Nenek N dan keluarga mengatakan penyebab dari hipertensi adalah makan makanan yang asin, tinggi lemak, stres, kegemukan, Nenek N dan keluarga mengatakan tanda dan gejala hipertensi adalah nyeri tengkuk, pusing sakit kepala, kuping berdenging, sulit tidur, Nenek N dan keluarga mengatakan akibat dari hipertensi adalah serangan jantung, stroke, kematian, Nenek N dan keluarga mengatakan ingin mengatur makanannya menjadi makanan rendah lemak dan tinggi serat serta mengurangi konsumsi makanan asin serta mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang mengalami hipertensi.
Evaluasi pada kunjungan berikutnya Nenek N dan keluarga mengatakan pencegahan hipertensi dapat dilakukan dengan mengurangi makan yang berlemak dan asin-asin, tidak merokok, kurangi stres, olahraga, banyak makan buah dan sayur. Selain itu, Nenek N dapat mempraktikkan dengan baik tindakan keperawatan tarik nafas dalam dan kompres hangat untuk mengurangi rasa nyaman akibat Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
35
munculnya tanda dan gejala. Untuk intervensi terfokus, Nenek N dan keluarga mengatakan makan yang boleh dimakan adalah buah dan sayuran, nasi, kentang, tempe, tahu, yang garamnya tidak ada, Nenek N dan keluarga mengatakan makanan yang harus dibatasi adalah penggunaan garam, telur/daging 1 kali sehari, Nenek N dan keluarga mengatakan makanan yang harus dihindari adalah jeroan, makanan pengawet, ikan asin, mie instan, telur asin, keripik atau kerupuk asin. Pada saat observasi Nenek N mampu menyusun menu selama seminggu dibantu dengan perawat dan selama sisa kunjungan Nenek N mampu menerapkan menu yang telah disusun.
Evaluasi SOAP TUK keempat dan kelima Nenek N dan Keluarga mengatakan bahwa lingkungan yang baik untuk penderita Hipertensi adalah lingkungan yang tenang, tidak bising dan bebas asap rokok, Nenek N dan keluarga mengatakan pelayanan kesehatan terdekat ada posbindu dan puskesmas, Nenek N dan keluarga mengatakan manfaat pelayanan kesehatan untuk memeriksakan kesehatan dan mengobati ketika sakit. Keluarga dan Nenek N bersikap kooperatif dan saling mendukung untuk setiap pemberian implementasi yang diberikan. Keluarga mampu terlibat aktif selama proses diskusi dan setelah dilakukan evaluasi sumatif, keluarga mampu menyebutkan kembali pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan akibat.
Keluarga dan Nenek N juga mampu menyebutkan pencegahan hipertensi serta melakukan perawatan sederhana teknik nafas dalam dan kompres hangat dan melakukan penyusunan menu diet Hipertensi DASH dan menerapkannya. Hasil pengukuran selama tiga minggu intervensi yang diberikan terkait diet DASH didapatkan penurunan tekanan darah sebesar 20 mmHg pada sistolik dan 10 mmHg pada diatolik dengan tekanan darah sebelumnya 180/90 mmHg dan pengukuran terakhir sebesar 160/80 mmHg. Pada beberapa kali kunjungan terlihat keluarga telah membuat menu sesuai dengan hasil penyusunan menu yang telah disusun sebelumnya dengan membuat pepes ikan lengkap dengan sayur tumis taoge dan tersedianya buah pisang di meja makan. Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
36
Evaluasi tingkat kemandirian keluarga dilakukan pada akhir pertemuan dengan merujuk pada tugas kesehatan keluarga yang telah dilakukan selama kunjungan keluarga sebanyak 5x45 menit pertemuan didapatkan hasil tingkat kemandirian keluarga berada pada tingkat kemandirian IV. Hal ini ditunjukkan dari keluarga mau menerima mahasiswa sebagai petugas perawatan kesehatan masyarakat, keluarga menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan masalah yang ada dan rencana keperawatan yang telah disusun, keluarga tahu dan mengungkapkan masalah kesehatan secara benar, melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif, dan mau bersikap promotif dengan memberitahukan tetangga sekitar mengenai informasi yang didapat selama dilakukan kunjungan.
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
BAB 4 ANALISIS SITUASI Bab ini memaparkan mengenai analisis hasil asuhan keperawatan keluarga yang telah dilakukan peneliti kepada keluarga kelolaan utama. Bab ini tersusun atas profil lahan praktisi, dilanjutkan dengan analisis masalah keperawatan keluarga dengan kaitannya terhadap konsep dan penelitian terkait keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan, serta analisis intervensi terfokus penyusunan menu diet DASH sebagai intervensi utama dengan konsep dan penelitian terkait.
4.1 Profil Lahan Praktik Lahan praktik yang digunakan dalam praktik keperawatan PKKMP komunitas berada di Kecamatan Tapos, Kelurahan Sukatani Depok. Kecamatan Tapos memiliki tujuh kelurahan diantaranya adalah Kelurahan Cilangkap, Kelurahan Cimpaeun, Kelurahan Jatijajar, Kelurahan Leuwinanggung, Kelurahan Sukamaju Baru, Kelurahan Tapos, dan Kelurahan Sukatani. Kelurahan Sukatani sebagai kelurahan yang digunakan untuk lahan praktik memiliki luas kurang lebih 508 Ha dengan pembagian RT dan RW sebanyak 184 rukun tetangga dan 26 rukun warga.
Jumlah penduduk berdasarkan tahun 2012 sebanyak 57.941 jiwa dengan kelurahan terpadat ketiga berdasarkan perbandingan luas dan jumlah penduduk yaitu sebesar 12.215 jiwa/km2 (BAPPEDA Depok, 2012). Kelurahan Sukatani memiliki satu puskesmas dengan 26 posyandu, satu pos KB dan satu balai pengobatan. Jumlah tenaga kesehatan sendiri kelurahan Sukatani memiliki 3 dokter umum, 3 dokter gigi, dan 4 orang perawat. Kelurahan Sukatani memiliki angka kematian pada tahun 2012 sebesar 114 jiwa dan angka kelahiran sebesar 198 jiwa. Berdasarkan tingkat pendidikan sebanyak 7409 jiwa belum sekolah, 6310 jiwa tidak tamat SD/sederajat, 5176 jiwa tamat SD, 8161 jiwa tamat SLTP, 21437 jiwa tamat SLTA, 3469 tamat akademi, dan 6495 jiwa tamat universitas.
Kelurahan Sukatani memiliki 26 rukun warga (RW) dengan RW 01, 02, 03, 06, 22, 24 menjadi RW yang dikelola oleh mahasiswa PKKMP Komunitas. RW 22 menjadi salah satu RW yang terpilih untuk dikelola. RW 22 merupakan salah satu 37
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
38
RW terluas yang di wilayah Kelurahan Sukatani Depok. RW 22 memiliki 11 rukun tetangga (RT) yang terdiri dari RT 01, 02, 03, 04, 05, 06, 07, 08, 09, 10, dan RT 12 yang merupakan RT yang baru berdiri dari pemekaran RT 08. Jumlah lansia yang ada di RW 22 adalah sebanyak 33 orang. Mayoritas penduduk di RW 22 adalah beragama Islam dan berasal dari suku Jawa dan Betawi.
Wilayah RW 22 terbelah menjadi dua yaitu Sebelah kanan dan sebelah kiri jalan utama yang melalui Kelurahan Sukatani yaitu Jalan Pekapuran. Keadaan pemukiman di wilayah RW 22 lumayan padat karena terdapat perkampungan dan perumahan. Wilayah perkampungan memiliki mayoritas rumah yang bersifat permanen baik kepemilikan pribadi maupun yang disewakan atau dikontrakkan. Jenis kontrakan yang biasanya banyak di wilayah RW 22 adalah kontrakan dengan satu pintu dengan kamar mandi yang bersama-sama atau masing-masing kontrakan memilikinya. Jarak antara satu rumah dengan rumah yang lain cukup rapat kurang lebih sekitar 50 cm antar satu rumah dengan rumah yang lain. RW 22 tidak memiliki tempat pembuangan sampah sendiri sehingga pengelolaan sampah biasanya dilakukan oleh tukang sampah keliling. Letak rumah yang lumayan berdekatan menyebabkan sirkulasi udara dan pencahayaan matahari kurang pada beberapa rumah.
Fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat di RW 22 adalah praktik bidan, praktik dokter umum, apotek dan laboratorium, serta posyandu dan posbindu. Pelaksanaan posyandu dan posbindu dilakukan secara bersamaan yaitu secara rutin dilaksanakan pada tanggal 22 setiap bulannya. RW 22 memiliki satu posyandu dan satu posbindu yang berada pada satu tempat pelaksanaan yang sama yaitu di posyandu mawar. Pelaksanaan posbindu yang belum maksimal serta jarak tempat yang lumayan jauh menyebabkan kehadiran lansia hanya sekitar 4-5 lansia per bulannya.
Khusus untuk lansia telah disediakan posbindu dengan tiga orang kader secara khusus mengurus posbindu ini. Kegiatan posbindu RW 22 dalam melakukan aktivitasnya melakukan fungsi lima meja yang sama dengan posyandu akan tetapi karena kekurangan kader sehingga pelaksanaan meja keempat dan kelima tidak bisa Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
39
dilakukan hanya sebatas pendaftaran pencatatan dan pengukuran berat badan serta tekanan darah.
Kegiatan rutin yang biasanya dilaksanakan di posbindu adalah pengukuran tekanan darah dan penimbangan lansia walaupun lansia yang datang sangat sedikit karena sebagian besar yang datang merupakan warga yang pra lansia. Fungsi pengontrolan tekanan darah yang dilakukan kepada lansia sudah baik karena kader telah memiliki alat pengukur tekanan darah digital sehingga tingkat akurasi lebih baik dibandingkan manual. Fungsi posbindu yang dianggap masih kurang adalah fungsi promosi kesehatan yaitu kurangnya posbindu memberikan informasi mengenai diet yang dapat dilakukan lansia dalam meningkatkan status kesehatannya. Fungsi posbindu yang kurang ini menyebabkan sebagian besar tingkat pengetahuan lansia kurang baik mengenai diet lansia.
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep dan Penelitian terkait KKMP Pertumbuhan perkotaan dipengaruhi oleh proses perpindahan penduduk ke perkotaan yang disebut dengan urbanisasi (Godfrey &Julien, 2005). Urbanisasi pada perkotaan dengan karakteristiknya mengarah kepada terjadinya perubahan pada ukuran, kepadatan, dan heterogenitas pada sebuah kota (Vlahov & Galea, 2002). Bradshaw dan Steyn (2001) menyatakan perkotaan yang telah mengalami urbanisasi yang pesat mendorong terjadinya peningkatan kebutuhan makanan dan kebutuhan pekerjaan yang akhirnya mempengaruhi pada status sosial dan ekonomi masyarakatnya. Kebutuhan yang semakin tinggi berbanding terbalik dengan pendapatan dapat menyebabkan terjadinya penurunan status sosial ekonomis yang akhirnya mempengaruhi akses ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terbatas dan pada akhirnya memberikan efek kesehatan yang semakin buruk.
Akses kesehatan yang kurang menyebabkan terjadinya peningkatan angka kejadian penyakit non-communicable disease seperti Hipertensi. Status ekonomis sangat mempengaruhi kemampuan personal baik di semua tahapan usia untuk mempertahankan kemampuan kesehatan mereka. Hipertensi sebagai salah satu Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
40
penyakit non-communicable disease menjadi masalah yang sering muncul di masyarakat perkotaan. Penelitian yang dilakukan oleh Odeniran dan Samali (2013) menunjukkan bahwa status sosial ekonomi menjadi salah satu penghalang untuk mengontrol hipertensi seperti kemampuan finansial yang tidak adekuat, kurangnya pengetahuan, kemiskinan, pengangguran dan gaya hidup.
Gaya hidup kurang gerak sebagai salah satu hal yang banyak terjadi di perkotaan menjadikan Hipertensi sebagai masalah yang sering terjadi di perkotaan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Parikh, Chaksi, dan Bala (2011) menunjukkan bahwa gaya hidup yang kurang aktivitas dapat menunjukkan peningkatan prevalensi kejadian Hipertensi di perkotaan sebesar 95,6 % dan tidak ada perbedaan yang bermakna antara kalangan yang mampu dengan yang kurang mampu. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa faktor kontekstual dan perilaku yang berhubungan dengan lingkungan perkotaan diantaranya adalah gaya hidup kurang gerak dan pola diet menjadi salah satu alasan meningkatnya angka kejadian hipertensi (Van Ed Vijver, Oti, Agyemang, Gomez, & Kyobutungi, 2012).
WHO (2013) dalam kegiatan World Health Day mempublikasikan hasil penelitian mereka mengenai peningkatan Hipertensi yang dipengaruhi oleh pertumbuhan populasi penduduk, penuaan, dan faktor-faktor perilaku berisiko seperti diet yang tidak sehat, penggunaan alkohol yang merusak, kurangnya aktivitas fisik, berat badan yang berlebih dan paparan terhadap stres yang persisten. Masalah Hipertensi yang muncul pada lansia tidak berbeda jauh faktor risikonya dengan tahapan usia lain. Diet yang tidak sehat seperti tinggi lemak dan rendah serat dapat menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah.
Masalah hipertensi di kota Depok memiliki prevalensi yang cukup tinggi. Penanganan yang tidak sungguh dan terkesan lambat akan menyebabkan permasalahan yang lebih kompleks muncul karena sifat dari hipertensi itu sendiri yang menjadi faktor risiko dari penyakit-penyakit lain seperti stroke, dan penyakit kardiovaskular lainnya. Pentingnya untuk meningkatkan motivasi lansia untuk Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
41
terus melakukan pengontrolan tekanan darah secara rutin dan dukungan keluarga dalam mengingatkan maupun memotivasi lansia sangat penting.
Masalah hipertensi yang muncul di RW 22 terjadi sebagian besar disebabkan oleh perilaku tidak sehat seperti kurang termotivasi melakukan olahraga dan gaya hidup tidak sehat dengan tidak adanya pengaturan makanan seperti tingginya konsumsi kopi dan makanan-makanan berlemak maupun yang asin-asin. Selain itu, faktor sosial ekonomi seperti kemiskinan menyebabkan keluarga dengan lansia kurang termotivasi untuk membawa anggota keluarganya ke pelayanan kesehatan sehingga proses kontrol atau pemantauan secara rutin tidak bisa dilakukan oleh pelayanan kesehatan maupun dari tingkat keluarga sendiri karena kurangnya kesadaran anggota keluarga untuk meningkatkan tingkat kesehatan anggota keluarganya.
Peran perawat komunitas sebagi edukator harus mampu meningkatkan pengetahuan warga masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan mereka dalam mengatur diet harian, aktivitas olahraga dan pengetahuan anggota keluarga agar terjadi peningkatan kesadaran dalam menjaga taraf kesehatan anggota keluarganya (Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, & Hanson, 2010). Perawat komunitas menggunakan asuhan keperawatan keluarga untuk memanfaatkan peranan keluarga dalam mengatasi masalah perkotaan seperti hipertensi. Pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga bertujuan untuk mengubah perilaku keluarga terutama gaya hidup keluarga sehingga gaya hidup yang tidak sehat dapat berubah menjadi gaya hidup tidak sehat (Pestana, 2002).
4.3 Analisis Intervensi Penyusunan Menu Diet Hipertensi DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) sebagai Intervensi Terfokus dengan Konsep dan Penelitian Terkait Lansia dengan semakin bertambahnya usia menjadikan semakin tingginya kemungkinan kejadian hipertensi karena proses fisiologis normal tubuh. Tugas seorang lansia untuk melakukan pencegahan terhadap munculnya hipertensi sangatlah penting. Banyak tindakan yang bisa dilakukan lansia dalam mengatur tekanan darahnya sehingga akibat lebih jauh dapat dihindari. Salah satu intervensi Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
42
yang bisa dilakukan adalah melakukan rencana diet hipertensi DASH (Dietary Aprroaches to Stop Hypertension) (NIH & NHLBI, 2006).
Pengaturan diet ini berfokus pada pengaturan makanan rendah lemak dan tinggi serat serta didukung dengan pembatasan garam akan memberikan hasil yang lebih baik dalam penurunan tekanan darah. Penelitian menunjukkan bahwa pengaturan diet makanan sangat penting untuk mengatur tekanan darah dan menguranginya seperti penelitian yang dilakukan Azadbakht, Mirmiran, Esmaillzadeh, Azizi dan Azizi (2005) dengan hasil penelitian yang menunjukkan pengurangan tekanan darah sekitar 11-12 mmHg untuk sistolik dan 6-7 mmHg untuk diastolik dengan mengatur pola makan. Beberapa penelitian seperti yang dilakukan NIH dan NHLBI (2006) juga menambahkan bahwa pengaturan pola makan dengan pembatasan garam akan memberikan hasil penurunan tekanan darah dibandingkan dengan mereka yang hanya pengaturan pola makan.
Pengaturan pola makan yang lebih spesifik akan memberikan hasil penurunan tekanan darah tinggi yang baik seperti pada penyusunan menu diet DASH. Penelitian yang dilakukan WHO dan ISH (2003) menunjukkan hasil terjadinya penurunan tekanan darah dengan melakukan variasi pada modifikasi gaya hidup seperti penurunan berat badan, aktivitas fisik, pengaturan pemasukan alkohol, diet dengan peningkatan konsumsi buah dan sayur dan pengurangan lemak jenuh, pembatasan konsumsi atrium dan peningkatan konsumsi kalium dapat menurunkan tekanan darah lebih dari 10 mmHg dan hasil itu bervariasi tergantung pada ketaatan klien dalam menjalankan program.
Asuhan keperawatan keluarga dengan salah satu tujuan khususnya yaitu meningkatkan pengetahuan atau informasi keluarga sehingga keluarga bisa mengenal masalah hipertensi diharapkan dapat meningkatkan kesadaran keluarga mengenai masalah hipertensi. Survei yang dilakukan oleh The National Council on Aging (2000) menunjukkan hasil bahwa lansia yang memiliki risiko tinggi hipertensi tidak menyadari mengenai penyebab, faktor risiko, dan penanganannya. Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
43
Hasil penelitian tersebut menunjukkan pentingnya lansia mengenal hipertensi untuk menurunkan faktor risiko yang mungkin akan muncul.
Faktor yang menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi pada lansia diantaranya adalah makanan dengan tinggi lemak dan kolesterol. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh National Academy on An Aging Society (2000) yang menunjukkan hasil bahwa faktor risiko yang paling muncul terjadinya hipertensi diantaranya adalah merokok, kolesterol tinggi, berat badan berlebih, penggunaan alkohol yang berlebih. Pengaturan menu diet hipertensi DASH menjadi intervensi terfokus yang dipilih oleh mahasiswa terkait peningkatan pengetahuan keluarga terkait pola makan sehari-hari yang berfokus pada makanan rendah lemak dan tinggi serat serta penambahan jumlah konsumsi buah dan sayur. Intervensi keperawatan pada keluarga kelolaan dilakukan kurang lebih selama 5 minggu dimulai dari tahap pengkajian hingga evaluasi. Hasil dari intervensi yang diberikan menunjukkan penurunan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik. Intervensi DASH di evaluasi dalam rentang waktu tiga minggu dengan didapatkan hasil penurunan pada sistolik sebesar 20 mmHg dan diastolik sebesar 10 mmHg.
Intervensi DASH ini bertujuan untuk mengurangi konsumsi makanan yang tinggi kolesterol dan lemak jenuh dan berfokus pada peningkatan konsumsi makanan yang kaya akan zat gizi yang diharapkan dapat menurunkan tekanan darah yang sebagian besar mengandung mineral seperti kalium, kalsium, dan magnesium dan hasil penelitian yang didapatkan menggunakan DASH memberikan efek penurunan tekanan darah paling baik dan penurunan terjadi cukup cepat yaitu dalam kurun waktu dua minggu setelah DASH dilaksanakan (NIH & NHLBI, 2006). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa penurunan tekanan darah yang ditunjukkan sudah baik dan dapat terjadi dalam kurun waktu tiga minggu intervensi.
Intervensi DASH dimaksudkan agar keluarga dapat memulai mengatur pola diet makan Nenek N dan pola makan keluarga yang lebih baik. Pemilihan intervensi ini dilakukan karena pola makan Nenek N yang kurang baik serta kebiasaan Nenek N Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
44
yang senang mengonsumsi makanan tinggi lemak. Dengan dimulainya intervensi DASH, Nenek N diharapkan mulai dapat merasakan variasi makan yang berbeda sesuai dengan kemampuan finansial yang dimilik oleh Nenek N. Intervensi DASH ini tidak hanya baik untuk penderita Hipertensi melainkan bermanfaat juga untuk semua kalangan baik anak-anak maupun dewasa yang tidak mengalami hipertensi (Moore, 2005 & Premiere, 2003 dalam National Dairy Council, 2010). Pengaturan diet DASH akan memberikan hasil yang lebih baik apabila di dukung dengan pembatasan garam serta peningkatan pengetahuan keluarga untuk memunculkan kesadaran pentingnya melakukan pencegahan naiknya tekanan darah atau menurunkan rekanan darah apabila tekanan darah yang dimiliki terdiagnosa tinggi (U.S. Department of Health and Human Services, 2003).
Proses pelaksanaan implementasi yang telah dilakukan menemukan beberapa hambatan seperti ketidakmampuan keluarga dalam memenuhi standar menu diet DASH karena status sosial ekonomi keluarga yang terbilang kurang mampu dalam memenuhi beberapa menu seperti produk harian susu rendah atau bebas lemak. Selain itu, implementasi lain dalam mengurangi faktor risiko pada lansia dengan hipertensi seperti aktivitas fisik yaitu olahraga belum dapat dilakukan secara psikomotor oleh keluarga. Implementasi lain dalam pencegahan dilakukan hanya dengan pengenalan pencegahan, tetapi belum dilakukan praktiknya. Implementasi diet DASH ini akan memberikan hasil yang berkelanjutan apabila didukung oleh masyarakat terutama kader melalui program posbindu. Akan tetapi, program posbindu di wilayah praktisi belum dapat melaksanakan fungsinya secara maksimal.
4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat Dilakukan Intervensi yang dilakukan dalam penurunan tekanan darah tidak hanya berfokus pada pengaturan diet saja. Asuhan keperawatan keluarga yang telah dijelaskan kepada klien untuk mengatasi masalah tidak hanya berfokus pada pengaturan diet DASH. Penjelasan pencegahan Hipertensi pada tujuan khusus ketiga tugas kesehatan keluarga berfungsi sebagai intervensi-intervensi lain yang bisa dilakukan oleh keluar dan Nenek N dalam menurunkan Hipertensi seperti olahraga dalam Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
45
rangka peningkatan aktivitas fisik, manajemen stres, pengurangan konsumsi alkohol dan kopi, tidak merokok dan penurunan berat badan.
Pengaturan menu yang telah disusun bersama keluarga telah dibuat sesuai dengan kemampuan keluarga dalam memenuhi menu hariannya. Penggunaan produk yang tidak dapat diperoleh oleh keluarga dapat diganti dengan jenis makanan yang tinggi protein seperti tempe atau tahu. Sherlock-Lloyd, Beard, Minicuci, Ebrahim, dan Chatterji (2014) dalam penelitiannya mengatakan bahwa pengaturan diet harus bisa didukung dengan aktivitas fisik. Selain itu, harus ada kebijakan yang mampu mengatur pembatasan garam pada industri makanan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa peran pemerintah sebagai pemangku kebijakan sangat penting untuk membantu dalam mengatasi hipertensi selain dari kesadaran individu dalam usahanya menurunkan tekanan darahnya.
Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Kesehatan telah menyusun kebijakan yang dapat membantu dalam meningkatkan upaya kesehatan masyarakat dan individu dengan salah satunya melalui perkesmas. Perkesmas merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat, mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya (Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan KM, 2014).
Pemberian asuhan keperawatan baik individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dapat dilakukan dengan menggunakan program perkesmas. Program promotif dan preventif sangat berperan penting dalam pengurangan angka kejadian masalah kesehatan yang terjadi seperti hipertensi. Intervensi yang diberikan melalui perkesmas akan mendapatkan evaluasi hingga ke tingkat kemandirian keluarga. Tingkat kemandirian keluarga dapat terlihat dari respons perilaku yang diberikan keluarga terhadap intervensi keperawatan yang diberikan. Tingkat kemandirian Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
46
tertinggi terlihat dari keluarga melaksanakan tindakan pencegahan dan promotif secara aktif. Program perkesmas ini diharapkan mampu memotivasi keluarga untuk mampu mempertahankan dan meningkatkan tingkat kemandirian keluarga serta diharapkan dengan adanya program ini, status kesehatan individu maupun keluarga dapat meningkat. Selain itu, pemanfaatan fasilitas kesehatan sebagai salah satu bentuk aspek pencegahan penting dilakukan untuk mengontrol tekanan darah secara rutin.
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
BAB 5 PENUTUP Bab ini memaparkan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Bab ini tersusun atas simpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dengan menjawab pertanyaan penelitian serta saran dengan melihat implementasi terfokus
DASH
pada
puskesmas/perawat
komunitas,
keluarga,
dan
masyarakat/kader.
5.1 Simpulan Masalah kesehatan yang muncul di perkotaan merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan. Banyaknya faktor yang mempengaruhi kesehatan masyarakat perkotaan serta faktor dari urbanisasi sendiri menyebabkan munculnya dampak pada sektor-sektor penting perkotaan seperti ekonomi yang memunculkan dampak seperti kemiskinan, pengangguran, dan kelaparan. Peningkatan masalah seperti kemiskinan, pengangguran, dan kelaparan akan mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat yang menjadi bagian dari perkotaan.
Dampak tersebut bisa menjadi pemicu dari munculnya masalah kesehatan seperti hipertensi. Kemiskinan menjadikan masyarakat perkotaan memiliki akses yang buruk terhadap fasilitas pelayanan kesehatan dan ketidakmampuan untuk memenuhi standar gizi yang baik dalam pencegahan hipertensi. Pengangguran menyebabkan tingginya angka hipertensi akibat stres yang didapatkan dari tuntutan kehidupan sehari-hari yang harus dipenuhi baik untuk individu maupun keluarga. Masalah utama yang didapatkan pada pengkajian yang telah dilakukan oleh mahasiswa menunjukkan hipertensi sebagai masalah utama yang terjadi pada mayoritas lansia di RW 22.
Hasil pengkajian yang dilakukan pada keluarga didapatkan hasil bahwa pola makan yang kurang baik menjadi penyebab masalah hipertensi muncul pada Nenek N dan diagnosa keperawatan yang muncul dari hasil pengkajian tersebut adalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait hipertensi. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait hipertensi yang menjadi masalah utama diberikan 47
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
48
intervensi dengan pengaturan menu diet DASH yang diberikan kepada Nenek N dalam mengatasi masalah Hipertensi didapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan dan didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yaitu terjadinya penurunan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik sebesar 20 mmHg pada sistolik dan 10 mmHg pada diastolik. Implementasi yang dilakukan terkait diagnosa ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan sesuai dengan rencana intervensi yang telah disusun sesuai dengan lima tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga, melakukan perawatan sederhana, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah yang muncul.
5.2 Saran 5.2.1 Pendidikan Keperawatan Intervensi DASH diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu intervensi keperawatan dalam pengembangan kurikulum keperawatan yang dapat digunakan dalam mengontrol hipertensi baik pada lansia maupun pada rentang usia lainnya.
5.2.2 Puskesmas/Perawat komunitas Perawat yang bekerja di puskesmas diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan dengan intervensi DASH dalam mengontrol hipertensi. Puskesmas dapat menggunakan intervensi DASH sebagai salah satu intervensi yang digunakan dalam pengembangan program preventif dan promotif seperti perkesmas maupun promosi kesehatan dalam mengontrol hipertensi. Pelaksanaan program perkesmas dapat dilakukan dalam bentuk asuhan keperawatan baik individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat. Selain itu, penggunaan media promosi kesehatan yang tepat sesuai dengan agregat akan sangat membantu dalam meningkatkan pemahaman klien mengenai masalah hipertensi yang muncul. Penggunaan media promosi kesehatan yang tepat dalam penyusunan menu diet DASH untuk agregat lansia adalah media promosi kesehatan yang lebih banyak menggunakan gambar dibandingkan dengan tulisan sehingga penjelasan mengani masalah hipertensi dengan intervensi DASH akan optimal. Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
49
5.2.3 Keluarga Pengetahuan keluarga mengenai hipertensi perlu ditingkatkan sehingga akses informasi yang mudah perlu diberikan untuk keluarga dalam usahanya memenuhi tugas kesehatan keluarga. Keluarga dapat menggunakan sumber informasi langsung dari petugas kesehatan ataupun melalui fasilitas pelayanan kesehatan yang berada di lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Selain itu, akses informasi dapat diperoleh melalui media cetak maupun elektronik sesuai dengan kemampuan keluarga dalam mendapatkan sumber informasi tersebut.
Peran keluarga dalam upayanya untuk meningkatkan kesehatan individu dalam keluarga sangat penting. Tanpa adanya dukungan dan motivasi dari anggota keluarga lainnya sulit bagi anggota keluarga yang mengalami masalah hipertensi untuk dapat mengatasi masalahnya. Selain itu, intervensi diet DASH yang telah diberikan dapat dilanjutkan oleh keluarga sebagai menu diet sehat sehari-hari dalam meningkatkan status kesehatan dan mengatasi hipertensi, walaupun proses penelitian telah selesai dilaksanakan.
5.2.4 Masyarakat/Kader Peran kader sebagai perpanjangan tangan dari perawat kesehatan masyarakat sangat penting. Tanpa adanya kader, perawat pelaksana perawatan kesehatan masyarakat akan mengalami kesulitan dalam memandirikan masyarakat yang menjadi daerah binaannya sehingga penting bagi kader untuk selalu diberikan penyegaran dan pembinaan mengenai permasalahan kesehatan yang sering muncul di masyarakat terutama hipertensi. Kader diharapkan dapat menerapkan fungsi lima meja posbindu dan mampu bertugas sesuai dengan perannya tersebut dalam usahanya untuk meningkatkan taraf kesehatan lansia pada daerah yang dibina. Kader dapat mengawasi keberlangsungan intervensi keperawatan DASH yang telah dilakukan dengan melakukan kunjungan ulang yang terjadwal maupun tidak terjadwal untuk memastikan bahwa intervensi DASH yang telah dilaksanakan dapat terus terlaksana. Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
50
5.2.5 Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data penunjang untuk penelitian selanjutnya. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pemicu atau ide lain dalam melaksanakan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengontrolan hipertensi maupun penggunaan DASH sebagai sebuah intervensi keperawatan.
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Adebisi, O.O., & Samali, A. (2013). Poverty and hypertension in nigerian adults: A barrier to Ita Control and treatment. A review. Unique Research Journal of Medicine and Medical Science Vol. 1, No. 13, Pp. 014-020 Allender & Spradley. (2005). Community health nursing: Concept and practice. (5th ed). Philadelphia : Lippincott. Allender, J.A., Rector, C., & Warner, K.D. (2014). Community & public health nursing: Promoting the public’s health. 8th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Anderson, E.T., & McFarlane, J. (2007). Community as partner: Theory and practice in nursing. 5th Ed. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins Azadbakht, L., Mirmiran, P., Esmaillzadeh, A., Azizi, T., & Azizi, F. (2005). Beneficial effects of dietary approaches to stop hypertension eating plan on features of the metabolik syndrome. Diabetic Care, Vol. 28, pp 28232831 Blakely, T., Hales, S., & Woodward, A. (2004). Poverty: Assesing the distribution of health risks by socioeconomic position at national and local level. Geneva: WHO BAPPEDA & BPS KOTA DEPOK. 2012. Kecamatan dalam angka. Depok: BPS Kota Depok Bolton, C. (2005). Nursing Management of hypertension. Canada: Heart and Stroke Foundation Bradshaw, D. & Steyn, K. (2001). Poverty and chronic disease: Technical report. Geneva: WHO Culo, S. (2011). Risk assesment and intervention for vulnerable folder adults. BC Medical Journal Vol. 53, No. 8, pp 421-425 Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan KM. Ditjen Bina Upaya Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. (2014). Pengorganisasian dan manajemen perkesmas di Puskesmas. Jakarta Duvall, E.M., & Miller, B.C. (1985). Marriage and family Development. 6th Ed. New York: Harper & Row Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E. (2003). Family nursing: Research, theory, and practice. 5th Ed. New Jersey: Prentice Hall 51
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
52
Godfrey, R., & Julien, M. (2005). Urbanisation and health. Clinical Medicine Vol. 5, No. 2, pp 137-141
Hitchock, J., Schubert, P., & Thomas, S. (1999). Community health nursing: Caring in action. New York: Delmar Publishers. Kaakinen, J.R., Gedaly-Duff, V., Coehlo, D. P., & Hanson, S.M.H. (2010). Family health Care nursing: theory, peactice, and Research. 4th Ed. Philadelphia: F.A. Davis Company KEMENKES RI. (2013). Riset kesehatan dasar. Jakarta: Bakti Husada. KEMENKES RI. (2012). Buku pintar kader: Penyelenggaraan posbindu ptm. Jakarta: Bakti Husada Lloyd-Sherlock, P., Beard, J. Minicuci, N., Ebrahim, S., & Chatterji, S. (2014). Hypertension among older adults in low and middle-income Countries: Prevalence, awareness and control. International Journal of Epidemiology, pp 1-13 Maglaya, A. S., et al. (2009). Nursing practice in the community. (5th ed). Philippine: Argonauta Corporation. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 279/MENKES/SK/IV/2006 tentang pedoman penyelenggaraan upaya keperawatan kesehatan masyarakat di Puskesmas. Jakarta Miller, C.A. (2012). Nursing for wellness in folder adults. 6th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Manimunda, S.P., Sugunan, A.P., Benegal,V., Balakhrisna, N., Rao, M.V., & Pesala, K.S. (2011). Association of hypertension with risk factors & hypertension related behaviour among the aboriginal nicobarese tribe living in car nicobar Island, India. India J Med Vol. 133, pp 287-293 NANDA. (2012). Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC National Dairy Council. (2010). The role of dairy and dairy nutrients in promoting the benefits of DASH. USA: National Dairy Council NHI & NHLBI. (2006). Your guide to lowering your blood pressure with DASH: DASH eating plan blower your blood pressure. Bethesda: NHLBI Health Center Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
53
Parikh, S., Choksi, J., & Bala, D.V. (2011). The study of epidemiologi & determinents of hypertension in urban health training centre (UHTC). Gujarat Medical Journal, 66, No. 1, Pp. 22-27 Pennington Biomedical Research Center. (2004). The DASH diet eating plan. Lousiana: Pennington Nutrition Research Pestana, M. (2002). Hypertension in the elderly. International Urology and Nephrology Vol. 33, pp 563-569 Rowland, D. & Lyons, B. (1996). Medicare, medicaid, and the elderly opor. Health Care Financing Review Vol. 18, No. 2, Pp 61-85 Stanhope & Lancaster. (2004). Community health nursing. (6th ed). St Louis United: Mosby Inc. The National Council in Aging. (2000). What older american know about high blood pressure. Washington: NAAAS U.S. Department of Health & Human Services. (2003). Facts about the DASH eating plan. Bethesda: NHLBI Health Center Van de Vijver, S.J.M., Oti, S.O., Agyemang, C., Gomez, G.B., &Kyobutungi, C. (2013). Prevalence, awareness, treatment, and control of hypertension among solum dwellers in nairobi, Kenya. Journal of Hypertension Vol. 33i, pp 01-07 Vlahov, D. & Galea, S. (2002). Urbanization, urbanicity, and health. Journal of Urban Health: Bulletin of the New York Academy of Medicine Vol. 79, No.4, Pp 1-11 WHO. 2010. Why urban health matters. Geneva: WHO WHO. 2013. Global action plan: For the prevention and control of noncommunicable diseases. Geneva: WHO WHO & ISH. (2003). 2003 World health organization (WHO)/International society of Hypertension (ISH) statement on Management of hypertension. Journal of Hypertension 2003. doi: 10.1097/01.hjh.0000064751.37215.d2
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
LAMPIRAN
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
PENGKAJIAN KELUARGA
I.
DATA UMUM 1. Nama Keluarga (KK) : Kakek J (70 tahun) 2. Alamat dan Telpon
: No 21 RT.09/22 Sukatani, Tapos, Depok
3. Komposisi Keluarga : No
Nama
Gender
Hub dgn KK
Usia
Pendidikan
1.
Nenek N
Perempuan
Istri
63 tahun
SMP
2.
Ibu. A
Perempuan
Anak
33 tahun
SMA
3.
Bp. B
Laki-laki
Menantu
35 tahun
SMA
4.
An. R
Laki-laki
Cucu
10 tahun
SD
5.
An. H
Laki-laki
Cucu
6 tahun
-
Genogram
70 T H
Nenek N 60 Th
A
B
R
H
Keterangan Laki-laki Perempuan Meninggal Entry Point Tinggal Serumah
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
4. Tipe Keluarga Tipe keluarga dalam rumah Kakek J merupakan keluarga besar (extended family) yang terdiri dari keluarga inti (ayah dan ibu, 1 orang anak perempuan) serta 1 orang menantu dan 2 orang cucu laki-laki. 5. Suku Keluarga Kakek J bersuku Betawi, bahasa yang digunakan sehari-hari dalam keluarga adalah Bahasa Indonesia. Dalam keluarga tidak ada pantangan apapun yang berkaitan dengan makanan, keluarga selalu menyajikan makanan yang mampu dibeli keluarga setiap harinya sehingga tidak memperhatikan kandungan nutrisi yang harus dipenuhi oleh keluarga secara harian. Keluarga terkadang membeli ikan asin walaupun hanya sekali-sekali. Keluarga Kakek J tidak memiliki kebiasaan diit yang cenderung terhadap budaya tertentu ataupun memiliki kebiasaan menggunakan pakaian adat tertentu. Dirumah juga tidak ada dekorasi tertentu yang cenderung dengan budaya tertentu. Hubungan dengan sesama suku biasa saja, rukun dengan suku yang lain juga. 6. Agama Keluarga Kakek J dan Nenek N beragama Islam, sebagai pemeluk agama Islam keluarga tidak memakan jenis makanan tertentu yang diharamkan oleh agama seperti daging babi, alkohol, dan sebagainya. Kakek J mengatakan telah naik haji berama Nenek N. Selain itu, ia telah rutin beribadah solat 5 waktu setiap harinya. Di lingkungan RT 09 terdapat kegiatan keagamaan pengajian ibu-ibu dan Nenek N secara rutin mengikuti pengajian tersebut yang biasanya dilakukan rutin seminggu sekali dihari Rabu. Kakek J dan Nenek N meyakini bahwa agama merupakan hal yang terpenting dalam hidup. Nenek N juga mengatakan pentingnya ibadah karena ibadah yang dilakukan merupakan bekal untuk di akhirat kelak. 7. Status Sosial Ekonomi Keluarga Perkiraan kelas social dan ekonomi adalah menengah kebawah, Kakek J bekerja hanya sebagai marbot di masjid dan kadang-kadang pergi berladang, sedangkan Nenek N membantu kegiatan di rumah sehari-hari sebagai ibu rumah tangga bersama anak perempuannya. Untuk memenuhi kebutuhan Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
sehari-hari, Anak Nenek N yaitu Ibu A bekerja sebagai buruh dan suaminya bekerja di proyek. Keluarga mengatakan penghasilan yang didapatkan sangat pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Cara yang dilakukan keluarga untuk mengatasi kurangnya penghasilan adalah dengan pengelolaan uang yang baik, yaitu mengatur pengeluaran seminimal mungkin dan tidak boros dalam berbelanja. Keluarga juga tidak memiliki tabungan di bank maupun asuransi. 8. Aktivitas Rekreasi Keluarga: Nenek N mengatakan keluarga tidak mempunyai jadwal tertentu untuk berekreasi ataupun keluar rumah. Nenek N mengatakan lebih senang melakukan kegiatan di teras rumah sambil berbincang-bincang dengan tetangga sekitar untuk menghibur diri. Tidak ada aktivitas rekreasi rutin dalam keluarga, kegiatan yang dilakukan oleh Nenek N untuk mengisi waktu luang diantaranya menonton TV bersama cucunya, mengobrol dengan tetangga, dan bersih-bersih di sekitar halaman rumah.
II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA 9.
Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini Keluarga usia lanjut, tahapan ini dimulai ketika Kakek J pensiun dan telah berusia 60 tahun. Kehilangan yang lazim pada tahap perkembangan ini meliputi:
Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan.
Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
Melakukan life review.
Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini.
Kakek J dan Nenek N mampu mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat dengan adanya interaksi yang baik dalam keluarga.
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
10. Tahap Perkembangan Keluarga yang belum terpenuhi Semua tugas perkembangan keluarga dengan lansia sudah terpenuhi. Namun beberapa tugas perawatan keluarga belum terpenuhi seperti tidak tahunya Nenek N mengenai pengaturan menu diet untuk hipertensi. 11. Riwayat keluarga inti Nenek N dan Kakek J bertemu karena bertetangga, mereka menikah pada tahun 1960-an. Nenek N mengatakan tidak terlalu mengingat kapan pastinya mereka menikah. Mereka dikarunia anak pertama setahun setelah pernikahan. Nenek N sendiri mengatakan bahwa dia belum pernah dirawat di rumah sakit dan menderita penyakit yang megaharuskan untuk dirawat. Riwayat penyakit yang pernah diderita biasanya hanya kepala pusing, pilek, batuk, atau demam. Hal yang sama juga dirasakan oleh kakek J yang mengatakan bahwa dia tidak pernah menderita penyakit yang mengharuskan Kakek J dirawat. Sebelum dilakukan pemeriksaan fisik, Nenek N mengatakan tidak mengeluhkan apa-apa mengenai kesehatannya, walaupun terkadang Nenek N merasakan nyeri di tengkuk dan rasa kebas di tangannya. 12. Riwayat keluarga sebelumnya Nenek N merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Anak pertama berjenis kelamin perempuan dan telah meninggal dan tidak diketahui riwayat penyakitnya. Kedua orang tua Nenek N juga telah lama meninggal. Nenek N mengatakan bahwa mereka meniggal karena memang sudah usianya. Tidak diketahui penyebab meninggal maupun riwayat penyakit yang pernah diderita orang tua Nenek N.
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
III. LINGKUNGAN 13. Karakteristik rumah
KAMAR TIDUR KAKEK J & NENEK N
RUANG TV
MEJA MAKAN
KAMA R TIDUR
6m TERAS DEPAN
RUANG TAMU
KAMA R TIDUR
DAPU R KAMAR MANDI
R. CUC I
10 m
Rumah Nenek N permanen dan memiliki luas ±60 m2 , merupakan rumah milik pribadi peninggalan dari orang tua Kakek J. Kondisi rumah cukup terang, walaupun terdapat beberapa tempat yang kurang pencahayaan dikarenakan daerah yang dilalui sinar matahari hanya memiliki satu jendela kecil, sedangkan bagian teras rumah dihalangi oleh rumah tetangga. Sampah rumah tangga ditampung di dalam kantung plastik dan tempat sampah kecil dan biasanya diambil oleh petugas kebersihan setiap hari. Keluarga memakai sumber air tanah (jet pump) untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Keluarga memiliki tempat penampungan air dalam keadaan tertutup. Kondisi air yang digunakan tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak berbau. Sistem drainase air baik, ada saluran pembuangan yang lancar dan halaman tanah untuk menyerap air sehingga tidak ada genangan. Terdapat selokan untuk membuang limbah keluarga. Selokan tersebut mengalir ke daerah yang lebih rendah dan dalam keadaan terbuka serta lancar alirannya. Septic tank berjarak lebih dari 10 m dari sumber air. Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
Keluarga memiliki pengetahuan mengenai lingkungan bersih dan sehat cukup baik, terlihat dari halaman rumah yang bersih dan selalu disapu setiap pagi dan terdapat tempat sampah di halaman depan rumah. Keluarga mengatakan lingkungan yang bersih jauh dari penyakit, sedangkan lingkungan yang kotor akan dengan mudah terkena penyakit. Kebersihan rumah adalah tanggung jawab bersama keluarga, dimana semua anggota keluarga memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing dalam kebersihan
rumah.
Namun
yang
lebih
sering
berperan
dalam
membersihkan rumah adalah Nenek N. 14. Karakteristik tetangga Tetangga Nenek N masih merupakan anak-anak serta kerabat/saudara jauh. Komunikasi antar tetangga baik, serta posisi rumah nenek N yang berada di perbatasan antara RT 02 dan RT 09 yang merupakan RT tempat tinggal nenek N memungkinkan nenek N untuk mendapatkan informasi kegiatan yang akan berlangsung di RT. Selain tipu, Nenek N merupakan orang yang cukup dikenal karena pernah mambuka pengajian sendiri. Nenek N mengatakan selama ini tetangga di lingkungan rumah memiliki kebiasaan apabila ada salah satu tetangganya yang sakit atau terkena musibah
mereka
menjenguk
dan
apabila
ada
tetangga
yang
menyelenggarakan hajatan mereka saling bantu-membantu. Keluarga mengatakan masalah kesehatan yang seringkali muncul dalam kehidupan ditengah masyarakat biasanya disebabkan karena lingkungan yang tidak dijaga kebersihannya seperti diare, demam berdarah, dan batuk pilek. 15. Mobilitas geografis keluarga Alat transportasi yang ada di daerah lingkungan Nenek N adalah angkutan umum dan ojek. Keluarga menggunakan angkutan umum dan sepeda motor untuk bepergian, namun Nenek N lebih sering berjalan kaki jika ingin pergi ke rumah temannya dengan alasan jika naik angkot macet dan mengeluarkan ongkos. 16. Perkumpulan Keluarga Perkumpulan seluruh keluarga jarang dilakukan walaupun rumah anakanak dan rumah nenek N terbilang dekat. Hal ini terjadi karena kesibukan Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
dari anak0anak nenek N yang bekerja. Perkumpulan keluarga besar biasanya terjadi ketika sebagian besar anak nenek N sedang bir seperti tanggal merah atau hari libur. Akan tetapi, setiap anak nenek N secara rutin mengunjungi nenek N seminggu sekali walaupun jarang melakukan kunjungan keluarga bersama. 17. Sistem pendukung keluarga Tetangga Nenek N yang masih memiliki hubungan saudara dan anak-anak Nenek N sering membantu keluarga jika ada masalah yang dalam keluarga. Fasilitas penunjang kesehatan yang dimiliki keluarga masih kurang, seperti tidak ada dana khusus untuk anggaran pemeliharaaan kesehatan, tidak tersedia obat P3K keluarga hanya memiliki Jamkesda. Terdapat kegiatan rutin pemeriksaan kesehatan lansia yang diadakan dalam lingkungan RW (posbindu) yang baru aktif kembali, Kakek J dan Nenek N datang untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Jika mengalami keluhan kesehatan yang dirasakan benar-benar menggangu aktivitas, keluarga jarang mendatangi pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan lebih sering menggunakan obat-obatan warung dan terkadang ke dokter praktik.
IV. STRUKTUR KELUARGA 18. Pola Komunikasi Keluarga Dalam keluarga Nenek N, setiap anggota keluarga mempunyai hak untuk berbicara dan menyampaikan pendapatnya. Komunikasi antara Nenek N dengan suami dan anak-anaknya dan menantunya berfungsi dengan baik, Nenek N secara rutin berbicara dengan Kakek J setiap hari memperbincangkan berbagai macam hal. Komunikasi yang terjalin dikeluarga Nenek N cukup terbuka, harmonis, dan demokratis. Anggota keluarga mengkomunikasikan setiap ada masalah dan saling membantu. Semua anggota keluarga bebas mengutarakan pendapat dan perasaannya namun tetap pada saat mengambil keputusan Kakek J yang memutuskan. Kakek J tidak pernah memaksa dan menggunakan emosi dalam berkomunikasi. Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
19. Struktur Kekuatan Keluarga Pengambil keputusan dipegang oleh Kakek J, namun jika ada suatu masalah, biasanya terlebih dahulu dilakukan musyawarah untuk akhirnya diputuskan penyelesaiannya. Seperti beberapa pengambilan keputusan dilakukan dengan musyawarah dan dibicarakan secara terbuka. 20. Struktur Peran Nenek N merasa telah memenuhi perannya sebagai istri, nenek dari cucucucunya dan bersama anaknya berperan sebagai ibu rumah tangga. Tidak ada konflik peran dan Nenek N menerima peran yang dipegangnya saat ini. Sebagai contoh, Nenek N berperan sebagai Ibu rumah tangga, istri untuk Kakek J dan Nenek untuk cucu-cucunya. Nenek N selalu menyiapkan kebutuhan keluarga seperti untuk keperluan makan karena Nenek N yang memasak. Nenek N melaksanakan peran pemenuhan kebutuhan rumah tangga seperti membersihkan rumah dan memasak. Peran sebagai pencari nafkah kini ada pada anak-anaknya yang sudah bekerja. 21. Nilai dan norma budaya Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga disesuaikan berdasarkan nilai-nilai agama Islam dan norma yang berlaku di masyarakat. Tidak ada budaya khusus yang dijalani oleh keluarga hal ini dipengaruhi oleh keluarga yang telah lama tinggal di daerah perkotaan. Keluarga percaya bahwa masalah kesehatan dapat diatasi dengan pengobatan medis dan obat-obatan tradisional. Keluarga Kakek J juga mengatakan tidak ada nilai dan norma budaya yang bertentangan dengan kesehatan.
V. FUNGSI KELUARGA 22. Fungsi afektif Keluarga Nenek N sangat perhatian dan saling menjaga perasaan antar anggota keluarga. Kakek J dan Nenek N berusaha mendidik anaknya agar selalu menghormati orang tua, membantu sesama, disiplin, tegas, dan menyayangi sesama anggota keluarga. Apabila ada anggota keluarga lain yang membutuhkan maka anggota keluarga lain akan membantu sesuai Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
dengan kemampuan. Perasaan menghargai dan menghormati diterapkan pada semua anggota keluarga. 23. Fungsi sosialisasi Secara umum, sosialisasi keluarga Nenek N cukup baik, ditandai dengan mengikuti pengajian serta bersosialisasi dengan beberapa tetangga. Selain kegiatan sosialisasi, Nenek N lebih banyak melakukan kegiatan di rumah. 24. Fungsi perawatan keluarga Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan Keluarga kurang mampu mengenali masalah kesehatan, tetapi mampu merasakan ada masalah. Nenek N tidak mengetahui bahwa memiliki hipertensi dengan tekanan darah diatas 160 mmHg, tetapi Nenek N kadang-kadang merasakan tubuhnya tidak enak seperti rasa berat di tengkuknya dan kesemutan di pergelangan tangannya. Selain itu, nenek N kurang mengetahui mengenai asam urat seperti apa. Kemampuan keluarga mengambil keputusan Meskipun Nenek N telah merasakan keluhan hipertensi cukup lama namun Nenek N tidak pergi ke puksesmas untuk berobat karena merasa cukup hanya beristirahat atau minum obat warung saja. Nenek N tidak mengetahui Nenek N juga tidak pernah ke pelayanan kesehatan sebelum kondisi parah dikarenakan kondisi keuangannya saat ini. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit Keluarga belum mengetahui cara merawat anggota keluarga yang sakit seperti nenek N tidak mengetahui mengenai pengaturan menu diet yang baik dalam mengontrol Hipertensi dan mengontrol Asam urat Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan Keluarga belum mengetahui cara memodifikasi lingkungan terkait penyakit baik hipertensi maupun asam urat dan kesulitan tidurnya Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan Keluarga mengetahui fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat, namun jarang menggunakan fasilitas kesehatan yang ada yaitu Puskesmas Cimanggis atau Puskesmas Sukatani untuk mengatasi masalah kesehatan jika ada anggota keluarga yang sakit. Selain itu, Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
keluarga jarang memeriksakan kesehatannya di posbindu setiap bulannya.
VI. STRES DAN KOPING KELUARGA 25. Stresor jangka pendek Stresor jangka pendek yang dirasakan Nenek N adalah teman-teman cucunya dari anak pertama yang senang berkumpul di dekat rumah yang terkadang sering ramai dan nenek N tidak enak kepada tetangga sekitarnya. 26. Stresor jangka panjang Nenek N mengatakan bahwa anaknya ada yang selalu memberatkan kehidupan Nenek N dengan selalu meminta-minta ke Nenek N sejak lama. Nenek N sering merasa tidak sanggup memenuhi permintaan anaknya tersebut. 27. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah Keluarga berespon terhadap masalah namun belum bisa menentukan tindakan yang tepat karena kurangnya pengetahuan dan hanya berserah diri kepada Tuhan YME 28. Strategi koping yang digunakan Koping yang sering digunakan oleh Nenek N adalah aktivitas untuk distraksi serta berkumpul dengan tetangga untuk mebicarakan banyak hal. 29. Strategi adaptasi disfungsional Tidak ditemukan strategi adaptasi disfungsional pada Nenek N
VII. HARAPAN KELUARGA Keluarga Nenek N berharap dengan adanya kunjungan dari mahasiswa FIK UI mampu mengatasi masalah kesehatan yang dirasakan dan keluarga mampu mengalami peningkatan kesehatan menjadi lebih baik. Semua
anggota
keluarga berharap mereka selalu sehat dan anak-anak dapat sukses dan membahagiakan kedua orang tua. Selain itu, Nenek N berharap dengan adanya kunjungan mahasiswa keperawatan, keluarga dapat mendapatkan infomasi
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
mengenai kesehatan, terutama masalah kesehatan yang sedang dialami dan bermanfaat untuk keluarga untuk mencegah atau mengatasinya.
VIII. PEMERIKSAAN FISIK 1. No.
Pemeriksaan Fisik Pemeriksa
Kakek J
Nenek N
Ibu A
an 1.
Tanda-
TD 1: 130/80 mmHg
TD 1: 180/90 mmHg
TD: 120/80 mmHg
tanda vital
Nadi: 88 kali/menit,
TD 2: 180/80 mmHg
Nadi: 84 kali/menit
Nafas: 20 kali/menit,
Nadi: 80 kali/menit
Nafas: 20 kali/menit
Suhu: 36,5 oC
Nafas: 18 kali/menit
Suhu: 37oC
Suhu: 36,6oC 2.
Kepala
Rambut beruban, kulit
Rambut beruban,
Rambut hitam.
kepala lembab
rontok lembab tidak
Tidak rontok,
berminyak
lembab tidak berminyak
5
6.
Mata
Telinga
Konjungtiva tidak
Konjungtiva tidak
Konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak
anemis, sklera tidak
anemis, sklera tidak
ikterik, pandangan
ikterik, pandangan
ikterik, pandangan
baik
baik
baik
Pembengkakan (-),
Pembengkakan (-),
Pembengkakan (-),
pengeluaran cairan (-), pengeluaran cairan (-), pengeluaran cairan
7.
8.
Hidung
berdengung (-), nyeri
berdengung (-), nyeri
(-), berdengung (-),
tekan (-), pendengaran
tekan (-), pendengaran
nyeri tekan (-),
baik
baik
pendengaran baik
Tidak ada sumbatan di Tidak ada sumbatan di Tidak ada sumbatan hidung.
hidung.
di hidung.
Mulut &
Mukosa lembab, gigi
Mukosa lembab,
Mukosa lembab,
gigi
lengkap terdapat
beberapa gigi geraham gigi lengkap
karies di geraham
bawah kiri dan kanan
bawah Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
ada yang sudah tanggal 9.
10.
Leher
Pembesaran kelanjar
Pembesaran kelanjar
Pembesaran kelanjar
tiroid (-), tidak ada
tiroid (-), tidak ada
tiroid (-), tidak ada
keluhan sakit menelan
keluhan sakit
keluhan sakit
Dada/
Dada simetris, gallop
gallop (-), murmur (-),
gallop (-), murmur (-
thoraks
(-), murmur (-), suara
suara napas vesikuler.
), suara napas
napas vesikuler. 11.
Abdomen
tidak asites, tidak ada
vesikuler. tidak ada nyeri tekan
tidak ada nyeri tekan
5 5 5 5 5 5 55
5 5 5 5 5 5 55
5 5 5 5 5 5 55
5555
5555
5555
nyeri tekan 12
Ekstremit as
5555
5555
5555
Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan
kekuatan otot
kekuatan otot
kekuatan otot
tersebut menandakan
tersebut menandakan
tersebut
bahwa kekuatan
bahwa
menandakan
otot pada seluruh
kekuatan otot
bahwa kekuatan
ekstremitas baik.
pada seluruh
otot
ekstremitas baik.
pada seluruh ekstremitas baik.
13
14
Kulit
BB, TB
Warna sawo matang,
Warna sawo matang,
Warna sawo matang,
elastisitas menurun,
elastisitas menurun,
elastisitas baik,
turgor kulit menurun,
turgor kulit menurun,
turgor kulit baik,
tidak ada edema
tidak ada edema
tidak ada edema
BB: 60 KG, TB: 165
BB: 50 KG, TB: 155
BB 55 KG, TB 160
cm
cm
cm
IMT: 22,03 (Normal)
IMT: 20,81 (Normal)
IMT: 21,48 (Normal)
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
2.
Pemeriksaan Tambahan Nenek N UA : 7 mg/dl (Normal) BBT : 56 (risiko jatuh rendah) FMS : 15 (tidak ada risiko jatuh) GDS Short: 4 (tidak depresi) MMSE: 30 (kognitif baik) Nutrisi Nenek N mengatakan kurang memperhatikan apa yang dimakan dan kandungan nutrisinya, sering makan tidak teratur dan seadanya saja. Setiap makan, Nenek N terkadang makan dengan ikan asin tetapi tidak terlalu sering. Jarang memakan buah dan biasanya suka minum kopi 1 gelas sehari setiap pagi. Eliminasi Pola eliminasi pada Nenek N normal dengan pola BAB 1 kali/hari, BAK kurang lebih 5 kali/hari. Nenek N mengeluh sering terbangun di malam hari untuk buang air kecil (2 kali selama semalam) Mobilisasi Nenek N masih melakukan aktivitas harian secara rutin serta sebagian besar kegiatan dilakukan dengan berjalan kaki. Selain itu, tidak ada hambatan mobilitas fisik pada Nenek N Tidur Nenek N sering mengeluhkan sering terbangun dan sulit untuk tidur kembali apabila bangun di tengah malam. Nenek N mengatakan biasanya dia terbangun sekitar jam 00.00 dan baru bisa tidur kembali pukul 02.00-03.00. Nenek N sering terbangun di malam hari karena ingin ke kamar mandi. Nenek N sering merasa mengantuk setelah bangun tidur sehingga rutin untuk minum kopi di pagi hari.
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
Fall Morse Scale (FMS) No 1
Item Riwayat jatuh
Skala Tidak : 0 Ya
2
Diagnosis sekunder
4
Tidak : 0
Bantuan Berjalan
0
Bedrest/bantuan perawat
0
Kruk/tongkat/walker
15
Furnitur
30
Terapi intravena/heparin lock
Tidak : 0
0
: 20
Gaya berjalan
0
Normal/bedrest/immobile
6
15
: 15
Ya 5
0
: 25
Ya 3
Skor
0
Lemah
10
Dengan bantuan
20
Status mental
0
Orientasi terhadap
0
kemampuan diri sendiri Melebih-lebihkan/melupakan
15
keterbatasan TOTAL
15
Rentang Skor: -
0-24 : Klien tidak memiliki resiko jatuh sehingga intervensi yang dilakukan adalah perawatan dasar yang baik.
-
25-50 : Klien memiliki kemungkinan untuk jatuh (resiko rendah) sehingga intervensi yang harus dilakukan adalah mengimplementasikan standar pencegahan jatuh.
-
lebih dari > 51 : klien memiliki resiko tinggi untuk jatuh sehingga harus dilakukan pencegahan resiko tinggi jatuh.
Total Skor hasil pengkajian : 15 (tidak memiliki resiko jatuh) Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
Interpretasi : Klien tidak memiliki resiko untuk jatuh. Walaupun begitu tetap perlu dilakukan pencegahan
sehingga
intervensi
yang
harus
dilakukan
adalah
mengimplementasikan standar pencegahan jatuh.
Berg Balance Test (BBT) Deskripsi item perintah
Skor
1. Duduk ke berdiri
4
2. Berdiri tanpa bantuan
4
3. Duduk tanpa sandaran punggung tetapi kaki sebagai tumpuan
4
4. Berdiri ke duduk
4
5. Berpindah
4
6. Berdiri tanpa bantuan dengan mata tertutup
4
7. Berdiri tanpa bantuan dengan dua kaki rapat
3
8. Meraih ke depan dengan mengulurkan tangan ketika berdiri
3
9. Mengambil objek dari lantai dari posisi berdiri
4
10. Melihat ke belakang melewati bahu kanan dan kiri ketika berdiri
4
11. Berputar 360o
4
12. Menempatkan kaki secara bergantian pada sebuah pijakan ketika berdiri
3
tanpa bantuan 13. Berdiri tanpa bantuan satu kaki di depan kaki lainnya
3
14. Berdiri dengan satu kaki
3
Rentang nilai BBT : -
0 - 20 : klien memiliki risiko jatuh tinggi dan perlu menggunakan alat bantu jalan berupa kursi roda.
-
21 – 40 : klien memiliki risiko jatuh sedang dan perlu menggunakan alatbantu jalan seperti tongkat, kruk, dan walker.
-
41- 56 : klien memiliki risiko jatuh rendah dan tidak memerlukan alat bantu.
Total skor hasil pengkajian
: 51
Klien memiliki resiko jatuh rendah dan tidak memerlukan alat bantu jalan. Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 2: Analisis Data
ANALISIS DATA
No 1
Data
Masalah Keperawatan
DS: Nenek N mengatakan sesekali makan ikan asin
Ketidakefektifan
Nenek N mengatakan makanan terasa tidak enak
pemeliharaan kesehatan
bila kurang garam. Nenek N mengatakan kadang-kadang mengkonsumsi mie instan
terkait Hipertensi pada keluarga Kakek J khususnya Nenek N
Nenek N mengatakan kadang-kadang merasa tengkuk dan kepalanya sakit Nenek N mengatakan makan apa yang ada saja, keluarga tidak membatasi makanan yang dikonsumsi, memasak sesuai dengan keinginan saja, tidak memerhatikan mengenai pemenuhan nutrisi. Nenek N mengatakan selama ini tidak ada pantangan makanan. Nenek N mengatakan meminum obat warung apabila pusing atau ada nyeri di tengkuknya Keluarga mengatakan kurang mengetahui informasi tentang hipertensi terutama diet dan tindakan perawatan di rumah Nenek N hanya mengatakan hipertensi adalah bila tekanan darahnya tinggi Nenek N mengatakan jarang pergi ke pelayanan kesehatan dan lebih sering mendiamkannya.
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 2: Analisis Data
DO: Tekanan darah 1: 180/90 mmHg Tekanan darah 2: 180/80 mmHg Keluarga hanya mengetahui pengertian ringkas hipertensi namun tidak mampu menjelaskan penyebab, tanda gejala, komplikasi serta cara mengatasi dan mencegah hipertensi Nenek N dan keluarga tampak antusias untuk mengetahui tentang hipertensi dan meningkatkan kesehatan 2.
DS:
Nenek N mengatakan bahwa sendi-sendi
Ketidakefektifan
ditangannya sering terasa kesemutan
pemeliharaan kesehatan
Mengatakan sering memakan kacang-
terkait asam urat (Gout
kacangan
arthritis) pada keluarga
Mengatakan kadang-kadang terasa nyeri pada
Kakek J khususnya
sendi selain kesemutan
Nenek N
Nenek N mengatakan tidak ada pembatasan makanan sehari-hari
DO:
3
Hasil pengukuran UA didapatkan hasil 7 mg/dl
DS:
Nenek N mengatakan tidak mengalami
Gangguan pola tidur
kesulitan ketika memulai tidur
pada keluarga Kakek J
Nenek N mengeluh sering terbangun di
khususnya pada Nenek N
malam hari dan kesulitan untuk kembali tidur (sering merasakan kepala pusing ketika terbangun)
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 2: Analisis Data
Nenek N mengatakan tidak merasa segar setelah bangun tidur
Nenek N mengatakan mengkonsumsi kopi 1 gelas/hari ketika pagi hari
DO:
Nenek N terlihat mengantuk di siang hari
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 3: Skoring Keperawatan
SKORING KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan : 1. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan pada Keluarga kakek J khususnya nenek N terkait Hipertensi Kriteria
Skor
Angka
Bobot
Nilai
Pembenaran
Tertinggi 1. Sifat
3
3
1
masalah :
3/3 x
Saat ini masalah telah terjadi.
1=1
tekanan darah Nenek N termasuk
aktual
dalam hipertensi derajat II baik pada pengukuran pertama maupun kedua di hari yang berbeda, dapat muncul dampak lebih lanjut terhadap kesehatan keluarga khususnya Nenek T bila tidak segera ditangani. Keluarga tidak mengetahui cara merawat lansia dengan penyakit hipertensi dan tampak tidak melakukan perawatan lansia dengan hipertensi.
2. Kemungkina
2
2
2
n masalah
2/2 x
Ada keinginanan dari keluarga
2=2
untuk mengetahui lebih banyak
untuk di
tentang hipertensi dan mengetahui
ubah:
cara perawatan serta pengaturan
mudah
diet. Nenek N mengatakan mau mengontrol kesehatannya.
3. Potensial
2
3
1
2/3 x
Keluarga sebagai support system
masalah
1=
bagi Nenek N dapat
untuk di
2/3
memaksimalkan potensinya untuk
cegah
menjaga kesehatan Nenek N.
sedang
Keluarga memiliki motivasi untuk Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 3: Skoring Keperawatan
mengetahui lebih lanjut tentang hipertensi dan hipertensi masih dapat dikurangi 4. Menonjolnya
2
2
1
masalah
2/2 x
Nenek N saat ini memiliki
1=1
tekanan darah yang tinggi dan
Segera
beresiko terjadi komplikasi,
ditangani
namun keluarga kurang mengetahui informasi tentang hipertensi
TOTAL SKOR
4 2/3
Diagnosa Keperawatan 2: Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Kakek J, khususnya Nenek N dengan Asam Urat Kriteria
Skor
Angka
Bobot
Nilai
Pembenaran
Tertinggi 1. Sifat
3
3
1
masalah :
3/3 x
Masalah asam urat saat ini sudah
1= 1
diderita dengan hasil pengukuran
Aktual
7 mg/Cl dan sudah muncul beberapa tanda dan gejala
2. Kemungkina
1
2
2
n masalah
½x2
Jika keluarga dan Nenek N
=1
diberikan informasi tentang cara
untuk di
mengatur diet maka masalah
ubah:
dapat diatasi namun secara
Sebagian
bertahap karena diet rendah purin butuh motivasi yang kuat dari Nenek N
3. Potensial untuk di
2
3
1
2/3 x
Pencegahan untuk menjadi
1= 2/3 komplikasi cukup bisa dilakukan
cegah
apabila Nenek N dapat mengatur
cukup
pola hidup dan pola diet Rendah Purin Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 3: Skoring Keperawatan
4. Menonjolnya
1
2
1
masalah:
½x1
Masalah sudah dirasakan namun
=½
Kakek tidak terlalu
Masalah
memikirkannya dan keluarga
dirasakan,
menganggap hal biasa karena
tidak perlu
Nenek N masih mampu untuk
ditangani
melakukan kegiatan sehari-hari.
segera TOTAL SKOR
3
1/6
Diagnosa keperawatan 3: Gangguan pola tidur pada Keluarga Kakek J khususnya pada Nenek N Kriteria
Skor
Angka Tertinggi
Bobot
Nilai
Sifat masalah:
Pembenaran
Masalah bersifat aktual dan sudah terjadi karena sudah muncul
Aktual 3
3
1
3/3 x
tanda dan gejala seperti sering
1=1
terbangun di malam hari, sulit untuk tidur kembali dan merasa tidak segar setelah bangun
Kemungkinan
Masalah dapat diubah sebagian
masalah untuk
karena fasilitas kesehatan
diubah:
terjangkau, mahasiswa mempunyai pengetahuan tentang
Sebagian 1
2
2
1/2 x
penyakit dan waktu yang cukup
2=1
untuk memberikan penyuluhan kesehatan tentang gangguan pola tidur, namun kemungkinan hipertensi sebagai penyebab gangguan pola tidur
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 3: Skoring Keperawatan
Potensial
Potensial masalah untuk dicegah
masalah untuk:
sedang dikarenakan tanda dan
dicegah:
gejala sudah mulai dirasakan dan
2/3 x
Sedang
2
3
1
Nenek N belum terlalu tahu
1=
mengenai informasi yang
2/3
dibutuhkan mengenai cara mencegah dan mengatasi gangguan pola tidur
Menonjolnya masalah:
Tanda dan gejala muncul namun 0
2
1
Masalah tidak
0/2 x
tidak dirasakan sebagai masalah
1=0
oleh Nenek N
dirasakan 2 TOTAL
2 / 3
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN Prioritas diagnosa keperawatan sesuai dengan hasil skoring yaitu; 1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Kakek J, khususnya Nenek N dengan hipertensi 2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Kakek J, khususnya Nenek N dengan Asam Urat 3. Gangguan pola tidur pada Keluarga Kakek J khususnya pada Nenek N
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Umum
Evaluasi Khusus
Ketidakefektifan
Setelah dilakukan
Setelah dilakukan
pemeliharaan
tindakan perawatan
pertemuan pertama
kesehatan pada
selama 3x60 menit,
1x60 menit, keluarga:
keluarga Kakek J
keluarga Kakek J
khususnya pada
mampu merawat
Nenek N terkait
anggota keluarga
Hipertensi
lansia dengan hipertensi dan pemeliharaan kesehatan dapat
1. Mampu mengenal masalah hipertensi dengan menyebutkan: 1.1 Pengertian hipertensi
Kriteria
Rencana Keperawatan
Standar
Hipertensi adalah
1. Diskusikan dengan keluarga apa
Respon
gangguan pada sistem
yang diketahui keluarga tentang
verbal
pembuluh darah yang
pengertian hipertensi atau tekanan
ditandai dengan
darah tinggi.
meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
2. Berikan pujian tentang pemahaman keluarga. 3. Diskusikan dan berikan informasi
terlaksana dengan
tekanan diastolik lebih
kepada keluarga mengenai
baik terutama
dari 90 mmHg.
pengertian hipertensi
Nenek N
4. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali pengertian hipertensi.
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan
5. Berikan reinforcement positif terhadap usaha keluarga mengulang kembali pengertian hipertensi
1.2 Penyebab hipertensi
Respon
Keluarga dapat
verbal
menyebutkan 3 dari 5 penyebab hipertensi:
1. Diskusikan bersama keluarga tentang penyebab hipertensi. 2. Motivasi keluarga untuk mengulang
1. Faktor keturunan
kembali penyebab hipertensi.
2. Gaya hidup yang
3. Berikan reinforcement positif
tidak sehat
terhadap usaha keluarga.
(konsumsi garam, lemak, kolesterol berlebihan; merokok; konsumsi alkohol; terlalu banyak minum kopi; dan kurang olahraga).
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan
3. Kegemukan atau berat badan berlebih 4. Stress 5. Penyakit kronis Respon 1.3 Tanda dan Gejala hipertensi
verbal
(ginjal, diabetes).
1. Diskusikan bersama keluarga
Keluarga dapat
mengenai tanda dan gejala
menyebutkan 3 dari 7
hipertensi.
tanda dan gejala hipertensi: 1. Sakit kepala dan pusing
2. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali tanda dan gejala hipertensi. 3. Berikan reinforcement positif terhadap usaha keluarga.
2. Nyeri tengkuk 3. Kelelahan 4. Marah/ emosi tidak stabil 5. Mata berkunangkunang
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan
6. Telinga berdengung Respon 1.4 Akibat hipertensi
7. Sulit tidur
verbal
1. Diskusikan bersama keluarga mengenai akibat hipertensi.
Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 6 akibat hipertensi: 1. Stroke 2. Penyakit jantung coroner
2. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali apa akibat dari hipertensi. 3. berikan keluarga kesempatan untuk bertanya 4. Beri reinforcement positif terhadap usaha keluarga.
3. Gagal jantung 4. Pengelihaan menurun 5. cedera/jatuh 6. Kematian Respon 2. Keluarga memutuskan untuk
verbal
1. Motivasi keluarga untuk mengatasi Keputusan keluarga
masalah yang dihadapi
yang diungkapan
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan
merawat anggota
untuk merawat dan
keluarganya dengan
mengatasi masalah
keputusan keluarga untuk merawat
hipertensi yaitu pada
hipertensi pada Nenek
anggota kelurga yang mengalami
Nenek N dengan
N dan menanyakan
hipertensi
2.1 Mengambil
apa yang harus
keputusan untuk
2. Beri reinforcement positif atas
dilakukan.
mengatasi masalah pada Nenek N
Setelah dilakukan pertemuan kedua 1x60 menit, keluarga: 3. Keluarga mampu merawat keluarga yang mengalami
Respon verbal
Keluarga dapat menyebutkan 5 dari
1. Diskusikan bersama keluarga tentang pencegahan hipertensi pada lansia.
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan
hipertensi dengan
10 pencegahan
menyebutkan cara-
hipertensi:
mengulang kembali apa yang telah
cara pencegahan dan
1. Batasi pemakaian
didiskusikan.
perawatan, yaitu:
garam satu pucuk
3.1 Menyebutkan
sendok teh sehari,
cara pencegahan
tidak lebih dari 2,4
hipertensi
gr
2. Motivasi keluarga untuk
3. berikan keluarga kesempatan untuk bertanya 4. Beri reinforcement positif terhadap usaha keluarga.
2. Pertahankan berat badan ideal 3. latihan fisik 30-45 menit selama paling sedikit 3 kali seminggu 4. Hindari konsumsi alkohol 5. Tidak/berhenti merokok 6. Makan banyak buah dan sayuran
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan
7. Hindari minum kopi berlebihan 8. Menghindari stress 9. Istirahat cukup 10. Periksa tekanan darah secara teratur 3.2 Menyebutkan cara perawatan
Respon verbal
1. Diskusikan bersama keluarga apa Keluarga dapat
yang harus dilakukan untuk
lansia dengan
menyebutkan 2 dari 4
merawat lansia yang mengalami
hpertensi
perawatan bagi yang
hipertensi.
sudah terkena hipertensi:
2. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah didiskusikan
1. Mengkonsumsi obat antihipertensi secara teratur 2. Mentaati aturan
3. berikan keluarga kesempatan untuk bertanya 4. Beri reinforcement positif terhadap upaya keluarga.
minum obat.
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan
3. Relaksasi nafas dalam 4. Kompres hangat
3.3 Mendemonstrasi kan cara
Respon
Keluarga dapat
psikomotor
mendemonstrasikan cara penuyusunan
mengurangi
menu terkait
nyeri ketika
Hipertensi (DASH)
hipertensi: teknik
yang berfokus pada
relaksasi nafas
diet rendah lemak dan
dalam dan
tinggi serat
kompres hangat
1. Jelaskan tujuan daari penyusunan menu diet Hipertensi (DASH) 2. Demonstrasikan cara melakukan melakukan penyusunan menu sesuai dengan kebutuhan kalori harian 3. Evaluasi penjelasan sebelumnya. 4. Minta keluarga untuk
untuk
redemonstrasi cara penyusunan
mengurangi
menu diet Hipertensi
nyeri
5. Beri reinforcement positif terhadap upaya keluarga Respon
Keluarga dapat
verbal
menyebutkan 2 dari 3
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan
makanan yang boleh
4. Melakukan
1. Diskusikan bersama keluarga
dikonsumsi:
mengenai makanan yang boleh
- Makanan yang
dikonsumsi untuk lansia dengan
segar: sumber
hipertensi.
modifikasi
kalori kompleks,
lingkungan terutama
misalnya beras,
mengulang kembali apa yang telah
pola makan dan
kentang, singkong;
didiskusikan.
pengaturan
sumber protein
lingkungan yang
hewani dan protein
tenang untuk
nabati, misalnya
menghindari
susu, ikan, tahu,
hipertensi, dengan
tempe;
menyebutkan: 4.1 Makanan yang boleh dikonsumsi.
2. Motivasi keluarga untuk
3. berikan keluarga kesempatan untuk bertanya 4. Beri reinforcement positif terhadap upaya keluarga.
- makanan yang diolah tanpa atau sedikit menggunakan garam, vetsin
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan
- sayuran dan buahbuahan yang mengandung serat Respon verbal
II. Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 4 makanan yang harus dibatasi:
4.2 Makanan yang dibatasi
1. Diskusikan bersama keluarga mengenai makanan yang dibatasi untuk lansia dengan hipertensi. 2. Motivasi keluarga untuk
- Konsumsi garam.
mengulang kembali apa yang telah
- Penggunaan
didiskusikan
daging/ daging ayam/ ikan dibatasi paling banyak 100 gram per hari.
3. berikan keluarga kesempatan untuk bertanya. 4. Beri reinforcement positif terhadap upaya keluarga.
- Telur ayam/ telur bebek, paling banyak 1 butir sehari.
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan
- Susu paling banyak 200cc sehari. - Minuman dan sari buah dalam Respon
kemasan. 1. Diskusikan bersama keluarga
verbal
mengenai makanan yang tidak Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 6 makanan yang tidak 4.3 Makanan yang harus dihindari
boleh dikonsusi: - Daging berlemak dan jeroan (daging kambing, otak, ginjal, paru, jantung, sosis,
boleh dikonsumsi untuk lansia dengan hipertensi. 2. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah didiskusikan 3. berikan keluarga kesempatan untuk bertanya 4. Beri reinforcement positif terhadap upaya keluarga.
babat, usus)
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan
-
Makanan yang banyak mengandung gas
-
makanan yang diolah menggunakan garam natrium (krupuk, keripik, makanan kering yang asin, crakers)
-
makanan dan minuman kaleng (sarden, kornet)
-
Makanan yang diawetkan (dendeng, abon, ikn asin, telur asin, acar)
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan
-
Makanan yang mengandung
Respon
alkohol (durian
verbal
dan tape) 1. Diskusikan bersama keluarga -
Bersama keluarga mendiskusikan mengenai
4.4 Modifikasi
lingkungan yang
lingkungan untuk
baik dalam
Hipertensi
mengontrol dan mencegah hipertensi -
Lingkungan
mengenai lingkungan yang baik dalam mencegah hipertensi. 2. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah didiskusikan 3. Berikan keluarga kesempatan untuk bertanya Beri reinforcement positif terhadap upaya keluarga.
tenang
Respon
-
Tidak bising
-
Bersih
verbal
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan
Keluarga dapat
5. Mampu
1. Diskusikan bersama keluarga
menyebutkan 3 dari 4
mengenai fasilitas kesehatan apa
fisilitas pelayanan
saja yang dapat dikunjungi.
kesehatan:
2. Motivasi keluarga untuk
menggunakan
1. Posbindu.
mengulang kembali apa yang telah
fasilitas kesehatan
2. Puskesmas.
didiskusikan.
yang ada untuk
3. Klinik dokter.
memeriksakan
4. Rumah sakit.
kondisi kesehatan lansia dengan hipertensi: 5.1 Menyebutkan fasilitas
Respon verbal
kesehatan apa
1. Kaji pengetahuan keluarga tentang
saja yang dapat
Keluarga dapat
manfaat fasilitas pelayanan
digunakan.
menyebutkan manfaat
kesehatan.
mengunjungi fasilitas 5.2 Menjelaskan
kesehatan:
manfaat
2. Diskusikan bersama keluarga tentang manfaat fasilitas pelayanan kesehatan.
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan
kunjungan ke
1. Mendapatkan
3. Evaluasi tingkat pemahaman
fasilitas
pelayanan
keluarga tentang manfaat fasilitas
kesehatan.
kesehatan.
pelayanan kesehatan.
2. Mendapatkan pendidikan
4. Berikan reinforcement terhadap upaya keluarga.
kesehatan. 1. Motivasi keluarga untuk membawa Keluarga membawa
anggota keluarga ke fasilitas
lansia yang sakit
pelayanan kesehatan.
hipertensi ke fasilitas 5.3 Mengunjungi fasilitas kesehatan
kesehatan untuk
2. Berikan reinforcement terhadap upaya keluarga.
mengatasi masalah kesehatan
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 5: Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Diagnosa : Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Kakek J khususnya pada Nenek N terkait Hipertensi Tanggal
Waktu
Evaluasi
Implementasi
Kamis, 22
09.30 –
TUK 1: Memberikan
S:
Mei 2014
10.30
penjelasan mengenai
- Nenek N dan keluarga
hipertensi (pengertian,
mengatakan hipertensi adalah
penyebab, tanda gejala)
penyakit dengan tekanan darah yang tinggi di atas 140 mmHg - Nenek N dan keluarga
1. TUK 2 : Menjelaskan akibat yang dapat terjadi karena hipertensi agar keluarga mampu mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang mengalami hipertensi
mengatakan penyebab dari hipertensi adalah makan makanan yang asin, tinggi lemak, stress, kegemukan - Nenek N dan keluarga mengatakan tanda dan gejala hipertensi adalah nyeri tengkuk, pusing sakit kepala, kuping berdenging, sulit tidur - Nenek N dan keluarga mengatakan akibat dari hipertensi adalah serangan jantung, stroke, kematian - Nenek N dan keluarga mengatakan ingin mengatur makanannya menjadi makanan rendah lemak dan tinggi serat serta mengurangi konsumsi makanan asin
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 5: Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
O: Nenek N dan keluarga dapat: - menyebutkan pengetian hipertensi dengan benar - menyebutkan 4 dari 5 penyebab hipertensi - menyebutkan 4 dari 6 tanda dan gejala hipertensi - menyebutkan 3 dari 6 akibat dari hipertensi. - mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang mengalami hipertensi yaitu Nenek N A: - TUK 1 tercapai - TUK 2 tercapai
P: - Melakukan TUK 3 untuk Teknik Nafas dalam dan Kompres Hangat
Tanggal
Waktu
Implementasi
Evaluasi
Sabtu, 24
Melanjutkan pertemuan
S:
Mei 2014
sebelumnya, yaitu melakukan
-
Nenek N dan keluarga mengatakan
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 5: Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
TUK 3 teknik napas dalam
pencegahan hipertensi
dan kompres hangat
dapat dilakukan dengan mengurangi makan
1. Mencegah dan mengatasi
yang berlemak dan
Hipertensi
asin-asin, tidak
2. Melakukan demonstrasi
merokok, kurangi
teknik nafas dalam dan
stress, olahraga, banyak
kompres hangat
makan buah dan sayur
O: Keluarga mampu menyebutkan -
menyebutkan 5 dari 10 pencegahan hipertensi
-
Keluarga mampu mendemonstrasikan latihan tarik nafas dalam dan kompres hangat dengan baik
-
TD sebelum dan sesudah sama 180/80 mmHg
A: -
TUK 1 tercapai
-
TUK 2 tercapai
-
TUK 3 tercapai tarik nafas dalam dan kompres hangat
P: -
Melakukan TUK 3 penyusunan menu diet Hipertensi DASH
-
Melakukan TUK 4
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 5: Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Tanggal
Waktu
Implementasi
Evaluasi
Selasa, 27
11.30 –
Melanjutkan pertemuan
S:
Mei 2014
12.30
sebelumnya, yaitu melakukan
-
Nenek N dan keluarga
TUK 3 Menyusun menu diet
mengatakan makan
Hipertensi (DASH) dan 4.
yang boleh dimakan adalah buah dan sayuran, nasi, kentang,
TUK 3: Menjelaskan
tempe, tahu, yang
pencegahan dan perawatan
garamnya tidak ada
hipertensi yaitu dengan :
-
Nenek N dan keluarga mengatakan makanan
Melakukan penyusunan menu
yang harus dibatasi
diet Hipertensi (DASH)
adalah penggunaan garam, telur/daging 1 kali sehari
2. TUK 4 : Menjelaskan cara modifikasi lingkungan.
-
Nenek N dan keluarga mengatakan makanan
Keluarga mampu
yang harus dihindari
memodifikasi lingkungan
adalah jeroan, makanan
dengan melakukan
pengawet, ikan asin,
pengaturan pola makan yang
mie instan, telor asin,
sehat, Diet hipertensi dan
keripik atau kerupuk
pengaturan lingkungan yang
asin
tenang dan bersih -
Nenek N dan Keluarga mengatakan bahwa lingkungan yang baik untuk penderita Hipertensi adalah lingkungan yang
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 5: Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
tenang, tidak bising dan bersih O:
-
Nenek N dan keluarga dapat: menyebutkan 2 dari 4 perawatan untuk penderita hipertensi
-
melakukan penyusunan menu diet Hipertensi DASH
-
menyebutkan 3 dari tiga makanan yang boleh dikonsumsi 2 dari 3 makanan yang harus dibatasi
-
menyebutkan 4 dari 6 makanan yang harus dihindari
-
Menyebutkan 3 dari 3 lingkungan yang baik untuk penderita Hipertensi
-
TD sebelum dan sesudah sama 180/90 mmHg
-
A: TUK 1 tercapai
-
TUK 2 tercapai
-
TUK 3 tercapai
-
TUK 4 tercapai P:
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 5: Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Tanggal Jumat, 30 Mei 2014
Waktu 09.30 – 10.30
Melakukan TUK 5
Implementasi
Evaluasi
Melanjutkan pertemuan
S:
sebelumnya, melakukan TUK
-
5
Nenek N dan keluarga mengatakan pelayanan kesehatan terdekat ada posbindu dan
TUK 5 : Menjelaskan manfaat pelayanan kesehatan
puskesmas -
untuk mengatasi hipertensi
Nenek N dan keluarga mengatakan manfaat pelayanan kesehatan untuk memeriksakan
Melakukan evaluasi tindakan
kesehatan dan
keperawatan yang dilakukan
mengobati ketika sakit
pada pertemuan sebelumnya
-
Keluarga mengatakan pembatasan garam untuk makanan untuk
Tindakan yang di evaluasi adalah tindakan penyusunan
penderita hipertensi -
Keluarga mengatakan
menu diet Hipertensi, teknik
sudah mulai membuat
nafas dalam, dan kompres
menu makanan sesuai
hangat (DASH)
diet hipertensi -
Keluarga mengatakan mengingatkan Nenek N untuk tidak makan yang asin-asin
-
Nenek N mengatakan teknik relaksasi napas dapat membuat lebih enak dan mengurangi nyeri
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 5: Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
-
Nenek N telah melakukan tindakan nafas dalam saat nyeri.
-
Keluarga mengatakan akan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, datang ke posbindu dan ke puskesmas untuk memeriksakan kesehatan
-
Keluarga mengatakan bila merasakan tandatanda hipertensi yang semakin berat akan memilih untuk memeriksakannya ke Puskesmas Cimanggis
O: - Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 4 fasilitas pelayanan kesehatan - Keluarga tampak mulai menerapkan pengaturan makan sesuai diet hipertensi, pembatasan garam dan pemilihan jenis makanan - Keluarga dapat menyebutkan manfaat teknik relaksasi napas dalam dan kompres hangat
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 5: Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
- TD sebelum dan sesudah sama 180/80, penurunan 10mmHg dibandingkan Minggu sebelumnya pada diastol A: - TUK 1 tercapai - TUK 2 tercapai - TUK 3 tercapai - TUK 4 tercapai - TUK 5 tercapai sebagian - Evaluasi tercapai P: - Kontrak kepada keluarga untuk menyelesaikan masalah kedua: asam urat - Melakukan kunjungan rutin untuk mengevaluasi tekanan darah harian Nenek N dengan intervensi penyusunan menu diet Hipertensi (DASH) dan pencatatan tekanan darah rutin pada kartu kontrol tekanan darah
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 6: Evaluasi Sumatif Keluarga
EVALUASI AKHIR IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KELUARGA KELOLAAN NENEK N Nama Mahasiswa NPM Sukatani No. 1.
: Arif Ridwan : 0906564050
Kepala Keluarga (KK) : Keluarga Kakek J Alamat : RT 09/ 22 Kelurahan
Kriteria Evaluasi Umum Khusus Ketidakefektifan 1. Mengenal masalah Menyebutkan pengertian pemeliharaan hipertensi hipertensi kesehatan pada Menyebutkan penyebab keluarga Kakek J hipertensi khususnya Nenek N Menyebutkan tanda dan terkait Hipertensi gejala hipertensi Diagnosa
2. Mengambil keputusan untuk mengatasi dan merawat anggota keluarga dengan hipertensi.
3. Melakukan tindakan keperawatan pada anggota keluarga untuk mengatasi hipertensi
Kemampuan Ya Tidak
Keterangan
Menyebutkan akibat hipertensi Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah pada Nenek N
Menyebutkan cara pencegahan hipertensi Menyebutkan cara perawatan lansia dengan hpertensi Mendemonstrasikan cara mengurangi nyeri ketika hipertensi: teknik relaksasi nafas dalam dan kompres hangat untuk mengurangi
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 6: Evaluasi Sumatif Keluarga
nyeri dan penyusunan Menu Diet Hipertensi Dash 4. Memodifikasi lingkungan yang dapat mendukung perawatan untuk mengontrol Hipertensi
Menyebutkan lingkungan yang baik dalam mengontrol Hipertensi
5. Menggunakan fasilitas kesehatan untuk mengontrol Hipertensi.
Menyebutkan fasilitas kesehatan apa saja yang dapat digunakan. Menjelaskan manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan. Mengunjungi fasilitas kesehatan
Menyebutkan definisi Asam Urat Menyebutkan penyebab Asam Urat Menyebutkan tanda dan gejala Asam Urat
Menyebutkan akibat Asam Urat Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah Asam Urat
2.
Ketidakefektifan 1. Mampu mengenal pemeliharaan masalah Asam Urat, kesehatan pada dengan: keluarga Kakek J khususnya Nenek N terkait Asam Urat 2. Mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga dengan masalah Asam Urat
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 6: Evaluasi Sumatif Keluarga
3.
3. Mampu merawat anggota keluarga dengan masalah Asam Urat
4. Memodifikasi lingkungan yang sesuai untuk klien yang mengalami Asam Urat
Menyebutkan cara memodifikasi lingkungan untuk mengurangi risiko munculnya Asam Urat pada Nenek N
5. Mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk melakukan pengobatan dan perawatan masalah Asam Urat pada Nenek N: Gangguan pola 1. Mampu mengenal tidur pada keluarga masalah Gangguan Kakek J khususnya Pola Tidur: Nenek N
Menyebutkan tempat pelayanan kesehatan untuk dirujuk Menyebutkan manfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Menyebutkan definisi gangguan pola tidur Menyebutkan penyebab gangguan pola tidur Menyebutkan tanda dan gejala pola tidur
Menyebutkan akibat kurang tidur
2. Mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga dengan
Menyebutkan cara pencegahan Asam Urat Menyebutkan dan mendemonstrasikan cara perawatan Asam Urat
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 6: Evaluasi Sumatif Keluarga
Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kurang tidur
3. Mampu merawat anggota keluarga dengan masalah gangguan pola tidur
Menyebutkan cara pencegahan gangguan pola tidur Menyebutkan dan mendemonstrasikan cara perawatan gangguan pola tidur
4. Memodifikasi lingkungan yang sesuai untuk klien yang mengalami gangguan pola tidur
Menyebutkan cara memodifikasi lingkungan untuk mengurangi gangguan dari penyebab gangguan pola tidur
5. Mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk melakukan pengobatan dan perawatan masalah gangguan pola tidur pada Nenek N:
Menyebutkan tempat pelayanan kesehatan untuk dirujuk Menyebutkan manfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
masalah gangguan pola tidur
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 7: Evaluasi Tingkat Kemandirian
KRITERIA KEMANDIRIAN KELUARGA KELOLAAN
No.
Kriteria Kemandirian Keluarga
Pencapaian Ya
1.
Menerima mahasiswa.
2.
Menerima pelayanan kesehatan sesuaii rencana.
3.
Menyatakan masalah kesehatan dengan benar.
4.
Memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai anjuran.
5.
Melaksanakan perawatan sederhana sesuai dengan anjuran.
6.
Melaksanakan pencegahan secara aktif.
7.
Melaksanakan tindakan promotif secara aktif.
Tidak
Keterangan
Kesimpulan: Keluarga berada pada tingkat Kemandirian IV (memenuhi kriteria kemandirian keluarga pada poin 1 s.d. 7)
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 8: Susunan Menu Diet DASH
Menyusun Menu Diet Hipertensi Dalam Seminggu
Waktu/Jenis
Senin
Pagi: 06-08 Nasi/ pengganti Protein Sayuran Minyak Selingan 10.00
Nasi ½ Ayam tanpa Kulit Wortel bening (1 gelas belimbing) 3 sdm jam Pepaya 1 potong sedang
Siang:12-13 Nasi/ pengganti Protein Sayuran Minyak Selingan 16.00
Jam Pepaya 1 potong
Malam:18-19 Nasi/ pengganti Protein Sayuran
Nasi ½ Ayam tanpa kulit Wortel bening -
Selasa
Rabu
Kamis
Jum’at
Sabtu
Minggu
Nasi ½ Pepes ikan setengah potong Tumis toge (1 gelas belimbing) 3 sdm Pisang 1 potong
Nasi ½ Telur balado 1 (putih saja) Capcay (1 gelas belimbing) 3 sdm Semangka 1 potong sedang
Nasi ½ Tempe goreng (1 potong sedang) Wortel bening (1 gelas belimbing) 3 sdm Pepaya 1 potong
Nasi ½ Tahu goreng (i potong sedang) Capcay (1 gelas belimbing) 3 sdm Semangka 1 potong sedang
Nasi ½ Pepes ikan setengah potong Tumis toge (1 gelas belimbing) 3 sdm Pisang 1 potong
Nasi ½ Ayam tanpa Kulit Wortel bening (1 gelas belimbing) 3 sdm Pepaya 1 potong
Nasi ½ Pepes ikan setengah potong Tumis Toge (1 gelas belimbing) Pisang 1 potong
Nasi ½ Telur balado 1 (putih saja) Capcay (1 gelas belimbing) Semangka 1 potong sedang
Nasi ½ Tempe (1 potong sedang) Wortel bening (1 gelas belimbing) Pepaya 1 potong
Nasi ½ Tahu goreng (i potong sedang) Capcay (1 gelas belimbing) Semangka 1 potong sedang
Nasi ½ Pepes ikan setengah potong Tumis toge (1 gelas belimbing) Pisang 1 potong
Nasi ½ Ayam tanpa Kulit Wortel bening (1 gelas belimbing) Pepaya 1 potong
Nasi ½ Nasi ½ Nasi ½ Nasi ½ Nasi ½ Nasi ½ Nasi ½ Ayam tanpa kulit Pepes ikan Telur balado 1 Tempe (1 potong Tahu goreng (i Pepes ikan Ayam Wortel bening setengah potong (putih saja) sedang) potong sedang) setengah potong Kulit Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
tanpa
Lampiran 8: Susunan Menu Diet DASH
Minyak
Selingan jam 21
Tumis Toge (1 Capcay (1 gelas Wortel bening (1 Capcay (1 gelas Tumis toge (1 Wortel bening (1 gelas belimbing) belimbing) gelas belimbing) belimbing) gelas belimbing) gelas belimbing) Pepaya 1 potong
Pisang 1 potong
Semangka 1 Pepaya 1 potong potong sedang
Semangka 1 Pisang 1 potong potong sedang
Pepaya 1 potong
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 9: Kartu Kontrol Tekanan Darah
Kartu Kontrol Tekanan Darah
Nama
: Nenek N
Usia
: 60 Tahun
Alamat
:
Perawat
: Arif Ridwan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Tahun 2014 Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 9: Kartu Kontrol Tekanan Darah
Tabel Pengontrolan Tekanan Darah Kriteria Stress Konsumsi garam >
27 Mei x v
30 Mei x x
Ikan Asin Makanan Santan
v v
v V
x X
x x
x x
X v
x x
x x
X X
X X
Kopi Olahraga 30 menit
v x
v x
X X
x x
x x
x x
x x
x v
X X
X V
Aktivitas ringansedang Merokok Sulit tidur Pusing pada tengkuk Mata berkunangkunang Telinga dengung
v
v
V
v
v
v
v
v
V
V
x x v
x x v
X X X
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
X X X
X x X
x
x
X
x
x
x
x
x
X
X
x
x
X
x
x
x
x
x
X
X
x
x
X
x
x
x
x
x
X
X
180/90
180/80
180/80
170/80
170/80
170/80
165/80
160/80
160/80
160/80
88
88
84
80
84
84
84
80
88
80
Obat Tekanan darah Nadi
31 Mei X X
3 Juni x x
Tanggal/Bulan 9 Juni 12 Juni 14 Juni x X x x X x
16 Juni x x
18 Juni X X
21 Juni X X
Universitas Indonesia
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014