UNIVERSITAS INDONESIA
TERAPI NON FARMAKOLOGI KOMPRES HANGAT DAN SENAM DISMENORE UNTUK MENGATASI MASALAH DISMENORE PADA REMAJA
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
ZULFA LUTHFIA 0906629800
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI NERS DEPOK JULI 2014
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
TERAPI NON FARMAKOLOGI KOMPRES HANGAT DAN SENAM DISMENORE UNTUK MENGATASI MASALAH DISMENORE PADA REMAJA
KARYA ILMIAH AKHIR NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
ZULFA LUTHFIA 0906629800
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI NERS DEPOK JULI 2014 i
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Zulfa Luthfia
NPM
: 0906629800
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 11 Juli 2014
ii
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Ilmiah Akhir-Ners ini diajukan oleh : Nama : Zulfa Luthfia NPM : 0906629800 Program Studi : Ners Judul KIAN : Terapi Non Farmakologi Kompres Hangat dan Senam Dismenore untuk Mengatasi Masalah Dismenore pada Remaja
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners pada Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Ns. Poppy Fitriyani, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.Kom. (
)
Penguji
)
: Ns. Sang Ayu Made Adyani, S.Kep., M.Kep.
Ditetapkan di : Depok Tanggal
: 11 Juli 2014
iii
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
(
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir-ners ini yang berjudul “Terapi Non Farmakologi Kompres Hangat dan Senam Dismenore untuk Mengatasi Masalah Dismenore pada Remaja”. Penulisan karya ilmiah akhir-ners ini diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar ners di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sulit bagi saya untuk menyelesaikan karya ilmiah akhir-ners ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: (1) Ibu Junaiti Sahar, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia; (2) Ibu Fajar Tri Waluyanti, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.An. selaku Koordinator mata ajar KIA-N Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas; (3) Ibu Poppy Fitriyani, S.Kp., M.Kep, Sp.Kep.Kom. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan karya ilmiah akhir-ners ini; (4) Ibu Sang Ayu Made Adyani, S.Kep., M.Kep. selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan masukan untuk perbaikan karya ilmiah akhir-ners ini; (5) Ibu Sukini, S.Pd., mama tercinta, terimakasih atas dukungan materil, semangat, nasehat dan doa yang seniantiasa mama panjatkan untuk kelancaran pembuatan karya ilmiah akhir-ners ini; (6) Iftita Leilasari, S.Pd., kakak tersayang, terima kasih atas bantuan arahan, nasehat yang telah diberikan saat mengalami kesulitan dalam pembuatan karya ilmiah akhir-ners ini; (7) Sahabat-sahabat seperjuangan, Fura, Belle, Popo, Awi, Bunga, Yuli, Emi, Sule, Naila, Lulu, Nindi, Dila, dan Arif yang selalu menjadi tempat bersandar, berkeluh-kesah, dan selalu memberikan dukungan, bantuan dan semangat dalam pembuatan karya ilmiah akhir-ners ini; iv
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
(8) Teman-teman kelompok RW 24 Sopi, Arie, Kak Reny, Lystia dan Mbak Yayuk yang selama ini berjuang bersama tanpa kenal lelah, tempat saling bertukar pikiran, dan ide-ide yang membangun dalam pembuatan karya ilmiah akhir-ners ini; (9) Teman-teman angkatan 2009 yang selalu memberikan dukungan dan bantuan; serta (10) Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu Penulis menyadari bahwa karya ilmiah akhir-ners ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima berbagai kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir-ners ini dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Depok, 11 Juli 2014 Penulis
v
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Zulfa Luthfia
NPM
: 0906629800
Program Studi
: Profesi Ners
Fakultas
: Ilmu Keperawatan
Jenis Karya
: Karya Ilmiah Akhir-Ners
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : " Terapi Non Farmakologi Kompres Hangat dan Senam Dismenore untuk Mengatasi Masalah Dismenore pada Remaja" beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok Pada tanggal : 11 Juli 2014
Yang menyatakan
(Zulfa Luthfia) vi
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Zulfa Luthfia Program Studi : Ners Judul Skripsi : Terapi Non Farmakologi Kompres Hangat dan Senam Dismenore untuk Mengatasi Masalah Dismenore pada Remaja.
Gaya hidup pada masyarakat perkotaan salah satunya adalah kebiasaan olahraga yang rendah, hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor risiko untuk terjadinya dismenore pada remaja. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memberikan gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan dengan pendekatan Family Centered Nursing pada keluarga Bapak Y dengan masalah dismenore pada remaja di RW 24 Kelurahan Sukatani, Kota Depok. Intervensi keperawatan yang dijadikan intervensi unggulan adalah kompres hangat dan senam dismenore. Intervensi ini merupakan terapi non farmakologi untuk mengatasi dismenore pada remaja. Hasil evaluasi menunjukkan perubahan sikap dan perilaku keluarga terhadap perawatan dismenore dibuktikan dengan keluarga melakukan kompres hangat dan senam dismenore untuk mengatasi nyeri. Intervensi efektif mengurangi dismenore ditandai dengan penurunan skala nyeri dari 4 menjadi 2. Kata kunci: dismenore, Family Centered Nursing, kompres hangat, olahraga, remaja, senam
vii
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Naem : Zulfa Luthfia Study Program : Ners Title : Warm Compresses and Exercise as Non Pharmacological Treatment to Relieve Dysmenorrhea in Adolescents.
A low of exercise habit is the lifestyle in urban community, which can be one of risk factor for the occurrence of dysmenorrhea in adolescents. The aim of this paper is to give a description about nursing care with the approach of Family Centered Nursing of Mr. Y's family with dysmenorrhea in adolescents. Nursing interventions that become the main intervention are warm compresses and exercises. This intervention is a non-pharmacological therapy for dysmenorrhea in adolescents. Evaluation shows that family experiencing changes in attitude and behavior towards treatment of dysmenorrhea evidenced by families do warm compresses and exercises to relieve dysmenorrhea. These interventions are also effective in relieve dysmenorrhea characterized by a reduction of pain from scale 4 to 2. Keywords: adolescent, dysmenorrhoea, exercise, Family Centered Nursing, gymnastic, warm compresses
viii
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL LEMBAR PERNYATAANORISINALITAS LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN
i ii iii iv vi vii viii ix xi
BAB 1. 1.1 1.2 1.3
1 1 6 6
PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian
BAB 2. 2.1 2.2 2.3 2.4
TINJAUAN PUSTAKA Konsep Masyarakat Perkotaan Keluarga dengan Remaja Konsep At Risk Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga 2.4.1. Pengkajian 2.4.2. Diagnosis Keperawatan 2.4.3. Intervensi Keperawatan 2.4.4. Implementasi 2.4.5. Evaluasi 2.5 Peran Perawat Komunitas
8 8 10 11 13 13 18 19 21 21 22
BAB 3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 3.1 Pengkajian 3.1.1. Riwayat Kesehatan 3.1.2. Kebiasaan Sehari-hari 3.1.3. Pemeriksaan Fisik 3.2 Analisa Data 3.3 Rencana Asuhan Keperawatan 3.4 Implementasi 3.5 Evaluasi 3.5.1. Evaluasi Formatif 3.5.2. Evaluasi Sumatif 3.5.3. Evaluasi Tingkat Kemandirian Keluarga
24 24 24 25 26 27 28 29 32 33 34 34
BAB 4. PEMBAHASAN 4.1 Profil Lahan Praktik
36 36 ix
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Teori dan Konsep terkait KKMP 38 4.3 Analisis Intervensi Kompres Hangat dan Senam Dismenore dengan Konsep dan Penelitian Terkait 41 4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan 43 BAB 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran 5.2.1. Puskesmas 5.2.2. Keluarga dengan Remaja 5.2.3. Perawat
44 44 45 45 45 46
DAFTAR PUSTAKA
47
x
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9
Pengkajian Keluarga Analisa Data Skoring Keperawatan Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Catatan Perkembangan Keluarga Evaluasi Sumatif Keluarga Evaluasi Tingkat Kemandirian Keluarga Media Biodata Penulis
xi
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) adalah tujuan pembangunan milenium yang disepakati dan dideklarasikan berdasarkan pendekatan yang memperhatikan pemenuhan hak-hak dasar manusia. Deklarasi ini mengandung delapan indikator yang harus dicapai sebelum tahun 2015. Indikator kelima MDGs adalah meningkatkan kesehatan ibu, targetnya terkait dengan kesehatan reproduksi yaitu menurunkan 75 persen kematian ibu dalam kurun waku 1990-2015 dan tercapainya akses secara universal. Indikator yang digunakan untuk target pertama adalah angka kematian ibu (AKI) dan proporsi kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan. Sedangkan indikator yang digunakan untuk target kedua adalah universal access untuk kesehatan reproduksi (Bappenas, 2003; Kemenkes, 2010).
Untuk mencapai goal kelima MDGs yakni meningkatkan kesehatan ibu, hal yang mendasar yang harus diperhatikan pemerintah adalah dengan meningkatkan kesehatan reproduksi perempuan, khususnya dimulai dari meningkatkan kesehatan remaja Indonesia (Bappenas, 2003). Remaja Indonesia dengan jumlahnya yang mencapai 42,2 juta jiwa (proyeksi tahun 2002) atau sekitar 20% dari populasi mendapat banyak hambatan atau masalah yang biasanya muncul dalam bentuk perilaku yang berisiko terhadap kesehatannya. Remaja dapat masuk ke dalam populasi berisiko dikarenakan masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Remaja sering kali dihadapkan pada konflik batin, dan apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat, mereka akan jatuh ke dalam perilaku berisiko dan mungkin harus menanggung akibat lanjutnya dalam bentuk berbagai masalah kesehatan fisik dan psikososial. Perilaku berisiko pada remaja meliputi penyalahgunaan NAPZA, hubungan seks pranikah, infeksi HIV/AIDS dan rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi (Depkes, 2007).
Universitas Indonesia
1 Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
2
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 menunjukkan sudah terlihatnya remaja usia 10-24 tahun yang berstatus belum menikah telah berhubungan seksual, maka penyuluhan kesehatan reproduksi sangat diperlukan. Dari analisis ini, kelompok remaja yang pernah mendapat penyuluhan kesehatan reproduksi baru sebesar 25%. Di Provinsi Jawa Barat sendiri sebanyak 78,5% remaja belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi. Berdasarkan kelompok umur, terlihat kelompok remaja usia 10-14 tahun yang terendah mendapatkan penyuluhan kesehatan reproduksi (13,7%) dibanding kelompok umur diatasnya. Berdasarkan tempat tinggal, remaja yang tinggal di perkotaan cenderung mendapat penyuluhan kesehatan reproduksi lebih tinggi dibanding yang tinggal di perdesaan dengan perbandingan 32,2% dan 17,3% (Kemenkes, 2010).
Hasil Riskesdas tahun 2010 juga menunjukkan bahwa berdasarkan laporan responden yang sudah mengalami menstruasi, rata-rata usia menarche di Indonesia adalah 13 tahun (20,0%). Secara nasional rata-rata usia menarche 13-14 tahun terjadi pada 37,5% anak Indonesia, hal tersebut sudah sesuai dengan usia menarche ideal. 1,7% anak-anak di Jawa Barat sudah mendapatkan haid pertama pada usia 9-10 tahun. Umur menarche 6-8 tahun juga sudah terjadi pada sebagian kecil (<0,5%) anak-anak di 17 provinsi. Untuk usia menarche 9-10 tahun, 11-12 tahun, serta 13-14 tahun terjadi lebih banyak pada anak-anak di perkotaan dibanding perdesaan, sebaliknya pada usia menarche 15-16 tahun keatas lebih bayak terjadi di perdesaan yang lebih banyak dibanding perkotaan (Kemenkes, 2010). Banyak faktor yang menyebabkan semakin cepatnya usia menarche, antara lain genetik, status gizi, lingkungan, dan sosial ekonomi (Goldman & Hatch, 2000; Silva, et al., 2009). Penelitian Widjanarko (2006) menunjukkan semakin muda usia menarche, semakin rentan bagi remaja untuk mengalami nyeri menstruasi (dismenore) dikarenakan organ reproduksi belum berfungsi secara optimal dan belum siap mengalami perubahan-perubahan.
Perkotaan merupakan wilayah yang memiliki karakteristik kepadatan penduduk mencapai atau lebih 50 jiwa per ha, dimana mayoritas penduduknya berusaha bekerja pada wilayah industri, perdagangan, dan jasa (Bappenas, 2009). Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
3
Perpindahan masyarakat dari desa ke kota atau yang disebut dengan urbanisasi terus mengalami peningkatan. Perubahan gaya hidup, kondisi penuh stresor, dan perubahan kondisi lingkungan membuat munculnya berbagai masalah kesehatan di masyarakat perkotaan (Sumardjito, 2000). Pergeseran gaya hidup masyarakat perkotaan salah satunya adalah rendahnya kesadaran masyarakat untuk berolahraga. Beban hidup yang meningkat dan tingginya aktivitas masyarakat perkotaan membuat kebiasaan-kebiasaan sehat seperti olahraga jarang dilakukan. Kebiasaan olahraga yang rendah pada masyarakat perkotaan dapat menjadi salah satu faktor risiko untuk terjadinya dismenore pada remaja.
Upaya Departemen Kesehatan RI untuk mengatasi masalah kesehatan pada remaja dilakukan melalui pendekatan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang dimulai sejak tahun 2003 mengingat jumlah remaja cukup besar dengan permasalahan yang kompleks serta berdampak sangat besar terhadap kualitas hidup bangsa. PKPR dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung Puskesmas, menjangkau kelompok remaja sekolah dan kelompok luar sekolah, seperti kelompok anak jalanan, karang taruna, remaja mesjid atau gereja, dan lainlain, dilaksanakan oleh petugas puskesmas atau petugas lain di institusi atau masyarakat (Depkes, 2007). Pelayanan kesehatan remaja secara umum di tingkat Dinas Kesehatan Kota Depok telah tertuang dalam rencana strategis (Renstra) tahun 2007-2011 yang meliputi dua program utama yaitu pembinaan kesehatan reproduksi dan pembinaan pelayanan kesehatan anak sekolah dan remaja. Kedua program tersebut dilakukan dalam bentuk pembinaan UKS di sekolah, klinik konsultasi remaja di puskesmas, dan PKPR. Dari hasil pengkajian, didapatkan Puskesmas Sukatani telah menjalankan program PKPR namun masih terbatas pada kelompok remaja sekolah saja, yaitu remaja di SMP 11 dan SMA 4. Hal tersebut dapat terlihat dari masih rendahnya pengetahuan remaja pengunjung Puskesmas Sukatani terkait PKPR, baru sebanyak 19% remaja yang mengetahui adanya program PKPR.
Belum adanya kaderisasi dan cakupan program PKPR kepada remaja luar sekolah dari pihak Puskesmas Sukatani membuat gambaran permasalahan kesehatan Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
4
remaja di wilayah Sukatani belum dapat terlihat secara menyeluruh.
Belum
tercakupnya program PKPR kepada remaja luar sekolah juga membuat kurangnya pengetahuan dan kemampuan remaja di wilayah Sukatani untuk mendapatkan informasi terkait kesehatan remaja ataupun melaporkan keluhan kesehatan yang dirasakan, khususnya terkait kesehatan reproduksi. Dari hasil pengkajian di RW 24 masih didapatkan masalah kesehatan reproduksi seperti sebanyak 13,8% remaja perempuan mengalami nyeri menstruasi (dismenore).
Menurut Ningsih (2011) prevalensi dismenore di Indonesia yang dialami oleh remaja berada diangka 64,25% yang terdiri atas 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder. Sedangkan menurut Hendrik (2006) 60-75% nyeri menstruasi dialami oleh remaja, dengan tiga perempatnya mengalami nyeri berat dan sisanya mengalami nyeri sedang sampai ringan. Insiden terjadinya dismenore merata 40-80 % dan 5-10% wanita mengalami dismenore berat sampai dismenore yang tidak tertahankan (Morgan & Hamilton, 2009).
Poureslami dan Ashtiani (2002), menunjukan 15% dari subyek penelitian yang berusia 15-17 tahun menyatakan bahwa dismenore telah mengganggu kehidupan sehari-hari dan menyebabkan harus absen dari sekolah antara 1 sampai 7 hari dalam sebulan dan dismenore dianggap sebagai penyebab utama dari ketidakhadiran sekolah. Dismenore tidak hanya menyebabkan gangguan aktivitas tetapi juga memberi dampak bagi fisik, psikologis, sosial dan ekonomi terhadap wanita di seluruh dunia misalnya cepat letih, dan sering marah. Remaja dengan dismenore berat mendapat nilai yang rendah (6.5%), menurunnya konsentrasi (87.1%) dan absen dari sekolah (80.6%) (Tangchai, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Marlinda, dkk (2013) pada 12 responden didapatkan cara menangani nyeri menstruasi dengan beberapa cara diantaranya, minum obat pereda nyeri sebanyak 5 orang (42%), tidur sebanyak 2 orang (17%), mengoles minyak kayu putih sebanyak 1 orang (8%), minum air putih sebanyak 1 orang (8%), dan tidak melakukan apa-apa sebanyak 3 orang (25%).
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
5
Dikarenakan belum efektifnya program untuk mengatasi masalah kesehatan pada remaja melalui pendekatan PKPR di wilayah Sukatani, masih tingginya angka dismenore di Indonesia, besarnya dampak yang dihasilkan dari masalah, dan kurangnya pengetahuan mengenai dismenore pada remaja, maka penulis tertarik untuk menyelesaikan masalah kesehatan reproduksi terkait dismenore yang ditemukan pada keluarga Bapak Y dengan remaja (An U) lewat penerapan asuhan keperawatan keluarga di wilayah RW 24, Sukatani, Depok.
An U, usia 16 tahun dengan dismenore saat diukur menggunakan VAS/ Visual Analog Scale didapatkan mengalami nyeri skala 4 di bagian perut bawah menjalar hingga paha dan kaki. An U mengatakan selalu mengalami nyeri pada dua hari awal menstruasi dan sering disertai oleh rasa mual. Keluarga mengatakan An U terkadang mengkonsumsi asam mefenamat untuk mengurangi nyeri karena nyeri perut yang dirasakan mengganggu aktivitas sehari-hari. Kebiasaan sehari-hari didapatkan An U tidak pernah berolahraga dan mengatakan tidak tahu penyebab serta cara mengurangi nyeri menstruasi yang dirasakan selain dengan minum obat. Dari hasil observasi didapatkan An U tampak pucat, berkeringat dan tampak menahan nyeri.
Intervensi keperawatan yang dilakukan pada An U untuk mengatasi dismenore adalah terapi non farmakologi kompres hangat dan senam dismenore. Kompres hangat dilakukan menggunakan handuk kecil yang dicelupkan ke dalam air panas kemudian ditempelkan ke daerah yang nyeri yaitu perut bagian bawah. Hasil yang didapatkan adalah evaluasi subjektif, An U mengatakan skala nyeri berkurang dari 4 menjadi 2 dan perutnya terasa enak dan lebih lemas. Hasil pengamatan didapatkan ekspresi wajah lebih rileks dan pucat berkurang. Intervensi yang kedua adalah senam dismenore lewat gerakan senam sederhana untuk melemaskan otot sekitar perut dan pubis serta merilekskan tubuh. Dilakukan saat nyeri dirasakan dan dijadwalkan dilakukan setiap minimal 3 hari sebelum tanggal menstruasi. Hasil dari intervensi senam dismenore adalah efektif untuk mengurangi nyeri menstruasi yang dirasakan oleh An U.
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
6
1.2 Tujuan Penelitian 1.2.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menggambarkan pengaruh intervensi non farmakologi kompres hangat dan senam dismenore dalam mengurangi dismenore.
1.2.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui gambaran data hasil pengkajian keluarga pada remaja dengan dismenore 2. Untuk mengetahui gambaran diagnosa keperawatan yang muncul pada remaja dengan dismenore 3. Untuk mengetahui gambaran intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi dismenore pada remaja 4. Untuk mengetahui gambaran implementasi keperawatan yang telah dilakukan pada remaja dengan dismenore 5. Untuk mengetahui gambaran evaluasi dan tingkat keberhasilan atas intervensi yang telah dilakukan pada remaja dengan dismenore
1.3 Manfaat Penelitian 1.3.1 Bagi Pendidikan Keperawatan Karya ilmiah ini diharapkan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya area keperawatan. Digunakan untuk melihat efektifitas terapi non farmakologi kompres hangat dan senam dismenore dalam mengurangi dismenore pada remaja. Karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya dalam bidang pendidikan terkait dismenore pada agregat remaja.
1.3.2 Bagi Pelayanan Keperawatan Komunitas Penelitian ini diharapkan mampu melihat fenomena dismenore pada remaja dan bagaimana tindakan keperawatan yang tepat dan efektif untuk diberikan untuk mengatasi nyeri menstruasi. Diharapkan karya ilmiah ini dapat digunakan sebagai Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
7
acuan dalam memberikan asuhan keperawatan pada remaja dengan dismenore yang dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada.
1.3.3 Bagi Keluarga / Masyarakat Karya ilmiah ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai penatalaksanaan dismenore lewat terapi non farmakologi kompres hangat dan senam dismenore khususnya pada remaja agar mampu meningkatkan status kesehatan menjadi lebih baik dan memperoleh prestasi akademis yang lebih optimal.
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Masyarakat Perkotaan Kawasan perkotaan merupakan wilayah yang menjadi pusat pemerintahan dan pusat perekonomian suatu negara. Perkotaan merupakan wilayah yang memiliki karakteristik kepadatan penduduk mencapai atau lebih 50 jiwa per ha, dimana mayoritas penduduknya berusaha bekerja pada wilayah industri, perdagangan, dan jasa (Bappenas, 2009). Daerah perkotaan mempunyai karakteristik dan ciri khas tersendiri yang berbeda dengan wilayah lain, salah satu karakteristiknya adalah perkembangan penduduk yang pesat sehingga menyebabkan kepadatan penduduk dengan ciri penduduk yang heterogen (Sumardjito, 2000).
Perpindahan masyarakat dari desa ke kota atau yang disebut dengan urbanisasi terus mengalami peningkatan. Urbanisasi merupakan suatu proses adanya perubahan persebaran penduduk di suatu wilayah (Bappenas, 2013). Faktor yang menjadi daya tarik terjadinya urbanisasi adalah kehidupan kota yang lebih modern, sarana dan prasarana yang lebih lengkap, dan ketersedian lapangan pekerjaan (Soetomo, 2009). Urbanisasi dapat memberikan dampak terhadap masalah-masalah kesehatan. Perubahan gaya hidup, kondisi penuh stresor, dan perubahan kondisi lingkungan membuat munculnya berbagai masalah kesehatan di masyarakat perkotaan. Pergeseran gaya hidup masyarakat perkotaan salah satunya adalah rendahnya kesadaran masyarakat untuk berolahraga. Beban hidup yang meningkat dan tingginya aktivitas masyarakat perkotaan membuat kebiasaan-kebiasaan sehat seperti olahraga jarang dilakukan. Kebiasaan olahraga yang rendah pada masyarakat perkotaan dapat menjadi salah satu faktor risiko untuk terjadinya dismenore pada remaja.
Dismenore atau menstruasi yang menimbulkan nyeri merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia (Bobak, Lowdermik & Jensen; 2004). Dismenore adalah nyeri pada daerah panggul akibat menstruasi dan produksi prostaglandin (Proverawati & Misaroh, 8
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
9
2009). Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kontraksi uterus berlebih dan terjadi selama menstruasi. Dismenore adalah rasa nyeri menyertai menstruasi, yang dapat mengganggu aktifitas kehidupan sehari-hari (Manuaba, 2001).
Dismenore terbagi menjadi dismenore primer dan sekunder. Dismenore primer disebut juga dismenore idiopatik, esensial, intrinsik, adalah nyeri menstruasi tanpa kelainan reproduksi atau ginekologik, tapi murni karena kontraksi uterus yang berlebih. Terjadi sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat kandungan. Nyeri ini dari bagian perut menjalar ke daerah pinggang dan paha, terkadang disertai mual dan muntah, diare, sakit kepala dan emosi juga menjadi labil. Nyeri menstruasi diduga terkait dengan produksi hormon progesteron yang meningkat. Hormon progesteron dihasilkan oleh jaringan ikat kelenjar indung telur (corpus luteum) setelah melepaskan sel telur matang setiap bulan. Hormon tersebut memperbesar ketegangan mulut rahim hingga lubang mulut rahim menjadi sempit, akibatnya otot-otot rahim lebih kuat berkontraksi untuk dapat mengeluarkan darah haid melalui mulut rahim yang sempit. Kontraksi otot rahim yang menyebabkan kejang otot yang dirasakan sebagai nyeri (Bobak, Lowdermik & Jensen; 2004).
Dismenore
primer
terjadi
akibat
endometrium
mengalami
peningkatan
prostaglandin dalam jumlah tinggi. Di bawah pengaruh progesteron selama fase luteal haid, endometrium yang mengandung prostaglandin meningkat mencapai tingkat maksimum pada awitan haid. Prostaglandin menyebabkan kontraksi myometrium
yang
kuat
dan
mampu
menyempitkan
pembuluh
darah
mengakibatkan iskemia, disintegrasi endometrium dan nyeri (Morgan & Hamilton, 2009). Dismenore sekunder (disebut juga sebagai dismenore ekstrinsik) adalah nyeri menstruasi yang terjadi karena kelainan ginekologik, terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami dismenore. Dismenore sekunder lebih jarang ditemukan dan terjadi pada 25% wanita yang mengalami dismenore. Penyebab dari dismenore sekunder adalah endometriosis, fibroid, adenomiosis, peradangan tuba falopii, perlengketan abnormal antara organ di dalam perut, dan pemakaian IUD (Bobak, Lowdermik & Jensen; 2004). Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
10
2.2 Keluarga dengan Remaja Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin “adolescere” artinya “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence berasal dari bahasa inggris, saat ini mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja merupakan masa transisi antara anakanak dan dewasa, suatu masa perubahan biologis, intelektual, psikososial dan ekonomi. Dalam periode ini, individu mencapai kedewasaan fisik dan seksual, mengembangkan kemampuan penalaran yang lebih baik, dan membuat berbagai keputusan yang akan membentuk karir mereka kelak. Perubahan pada masa remaja memiliki implikasi untuk memahami berbagai resiko kesehatan yang biasa dialami para remaja, tingkah laku berisiko yang mereka jalani, dan berbagai kesempatan peningkatan kesehatan yang ada dalam masyarakat (Wong, dalam Hockenberry & Wilson; 2007). Remaja dapat dibagi menjadi tiga sub fase, yaitu early adolescent (11 – 14 tahun), middle adolescent (15 – 17 tahun) dan late adolescent (18 – 20 tahun). (Wong, 2000). Peristiwa yang paling penting pada usia remaja adalah pubertas, karena pubertas muncul dan berkembang pada rentang usia kronologis yang lebar dan berbeda menurut jenis kelaminnya. Sangat sulit untuk membuat kategori pubertas secara kronologis karena itu untuk mendapat pola individu yang konsisten digunakan istilah tingkat perkembangan pubertas tanpa melihat usia. Tingkat perkembangan pubertas dibagi dalam tingkat awal, menengah dan lanjut. Pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak berubah dari mahluk aseksual menjadi mahluk seksual. Kata pubertas berasal dari kata latin yang berarti usia kedewasaan, kata ini lebih menunjuk pada perubahan fisik daripada perilaku yang terjadi pada saat individu secara seksual menjadi matang dan mampu memberikan keturunan (Hurlock, 2004).
Tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu dan apabila berhasil mencapainya akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan ke tugas perkembangan selanjutnya, tetapi jika gagal akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada individu yang bersangkutan Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
11
dan mengalami kesulitan-kesulitas dalam menuntaskan tugas berikutnya. Tugastugas perkembangan remaja meliputi: (1) mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya; (2) mencapao peranan sosial sebagai pria atau wanita; (3) menerima keadaan fisiknya dan menggunakannnya secara efektif; (4) mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya; (5) mencapai jaminian kemandirian ekonomi; (6) memilih dan mempersiapkan karir (pekerjaan); (7) belajar merencanakan hidup berkeluarga; (8) mengembangkan keterampilan intelektual; (9) mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial; (10) memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk atau pembimbing dalam bertingkah laku; dan (11) mengamalkan nilainilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan dalam kehidupan sehari-hari baik pribadi maupun sosial (Santrock, 2003).
Menurut Hurlock (2004), tugas-tugas perkembangan memiliki tiga tujuan. Pertama, sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu. Kedua, mampu memberi motivasi kepada individu untuk melakukan apa yang diharapkan dari mereka oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang kehidupan mereka. Dan yang ketiga untuk menunjukkan kepada setiap individu tentang apa yang mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari mereka untuk tingkat perkembangan selanjutnya.
2.3 Konsep At Risk Risk atau risiko merupakan kemungkinan suatu peristiwa akan terjadi dalam suatu waktu tertentu (Stanhope & Lancaster, 2004). At risk adalah seseorang yang berisiko terpapar penyakit, bahaya, ketakutan, ketidaknyamanan dan penyiksaan (Smith & Maurer, 1995). Individu akan mudah terpapar oleh bahaya, penyakit atau ketidaknyamanan dikarenakan dekat dengan sumber bahaya, serta ketidaksiapan individu tersebut menghadapi bahaya dari aspek fisik, psikologis, sosial spiritual dan kultural.
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
12
Population at risk merupakan kelompok atau masyarakat yang beresiko terpapar oleh penyakit, bahaya, bencana, ketakutan dan ketidaknyamanan (Nies & McEwen, 2007). Populasi berisiko adalah populasi yang melakukan aktivitas tertentu atau mempunyai karakteristik tertentu yang meningkatkan potensi mereka untuk mengalami penyakit, cedera atau masalah kesehatan. Contoh agregates at risk adalah balita, lanjut usia, orang-orang cacat, orang-orang dengan kebutuhan perawatan jangka panjang, orang dengan AIDS, teenage parents, individu dan keluarga tuna wisma, korban kekerasan rumah tangga, individu dan keluarga miskin, disadvantaged group dan kelompok-kelompok etnik dan ras minoritas (Clemen-Stone, McGuire & Eigsti, 2002).
Beberapa faktor berkontribusi terhadap munculnya kondisi sehat atau tidak sehat. Tidak setiap individu yang terpapar oleh peristiwa yang sama akan memiliki dampak atau akibat yang sama. Faktor-faktor yang menentukan atau mempengaruhi apakah panyakit atau akibat lain yang tidak sehat akan muncul disebut dengan health risk, pengontrolan health risk merupakan inti dari pencegahan penyakit dan promosi kesehatan. Health risk dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai kategori umum, Califano (1979; dalam Stanhope & Lancaster, 2004) mengidentifikasi 4 kategori utama health risk, meliputi risiko biologis bawaan atau genetik (inherited biological risk), risiko lingkungan (environmental risk), risiko perilaku (behavioral risk), dan risiko yang terkait dengan usia (agerelated risk). Sedangkan Pender (2002) mengklasifikasikan kategori health risk meliputi genetik, usia, karakteristik biologis, kebiasaan kesehatan individu, gaya hidup dan lingkungan.
Suatu populasi dikatakan high risk apabila orang-orang yang karena paparan, gaya hidup, riwayat keluarga, atau faktor-faktor lain berada pada risiko yang lebih besar terhadap penyakit dari pada populasi pada umumnya. Remaja dapat masuk ke dalam populasi berisiko dikarenakan masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang ini menyebabkan remaja dimanapun ia menetap mempunyai sifat khas yang sama yaitu memiliki rasa ingin Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
13
tahu yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang. Keadaan ini sering kali menjadi konflik batin pada remaja yang apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat, mereka akan jatuh ke dalam perilaku berisiko dan mungkin harus menanggung akibat lanjutnya dalam bentuk berbagai masalah kesehatan fisik dan psikososial. Perilaku berisiko pada remaja meliputi penyalahgunaan NAPZA, hubungan seks pranikah, infeksi HIV/AIDS dan rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi (Depkes, 2007).
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Proses keperawatan keluarga dengan model Family Centered Nursing (FCN) memberikan kerangka kerja yang luas untuk mengkaji keluarga. Berdasarkan model FCN terdapat enam kategori data yang harus dikaji pada keluarga meliputi data umum (identitas keluarga atau komposisi keluarga), riwayat dan tahap perkembangan keluarga (tipe keluarga, riwayat perkembangan keluarga, tahap perkembangan keluarga, tugas perkembangan keluarga), lingkungan tempat tinggal, struktur keluarga, fungsi keluarga serta stres dan mekanisme koping keluarga (Friedman, Bowden & Jones; 2003). Pelaksanaan asuhan keperawatan pada keluarga meliputi proses pengkajian, penegakan diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi.
2.4.1 Pengkajian Pengkajian merupakan tahapan terpenting dalam proses keperawatan keluarga mengingat pengkajian sebagai awal bagi perawat untuk mengidentifikasi data yang ada pada keluarga. Penulis melakukan pengkajian keperawatan pada keluarga dengan remaja meliputi keenam kategori dengan uraian data yang dikaji sebagai berikut: 1) Data Umum Data umum yang dikaji meliputi komposisi keluarga yang dibuat dalam bentuk genogram untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami masalah yang sama. Tipe keluarga, suku dan agama dikaji untuk Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
14
mendapatkan keterkaitan antara budaya dan kepercayaan yang dianut yang dapat mempengaruhi kesehatan. Status sosial ekonomi diidentifikasi untuk mengetahui kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang berpengaruh terhadap kesehatan, serta aktivitas rekreasi keluarga termasuk aktivitas waktu luang. 2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga Meliputi tahap perkembangan keluarga saat ini yang ditentukan berdasarkan usia anak pertama. Perlu dikaji apa saja tugas perkembangan yang sudah dipenuhi dan belum dipenuhi oleh keluarga. Keluarga dengan anak remaja dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir saat anak berusia 19-20 tahun. Keluarga dengan anak remaja berada dalam posisi dilematis, mengingat anak sudah menurun perhatiannya terhadap orang tua dibanding dengan teman sebayanya. Pada tahapan ini sering kali ditemukan perbedaan pendapat antara orang tua dan anak remaja, apabila hal ini tidak diselesaikan akan berdampak pada hubungan selanjutnya. Tugas perkembangan keluarga dengan remaja menurut Duvall dan Milller (dalam Friedman, 1998) antara lain: memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga, mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua dan perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.Selain tahap perkembangan keluarga, riwayat keluarga inti dan riwayat keluarga sebelumnya juga perlu dikaji untuk mengetahui riwayat kesehatan keluarga di masa lalu yang meningkatkan faktor risiko terjadinya penyakit. 3) Lingkungan Pengkajian ditujukan pada lingkungan rumah dan lingkungan sekitar. Dilakukan untuk mengidentifikasi keadaan lingkungan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan baik fisik maupun emosional, antara lain meliputi kebersihan rumah, kebisingan, keamanan, dan lain-lain. 4) Struktur Keluarga Meliputi pola komunikasi keluarga, yaitu bagaimana cara berkomunikasi antar anggota keluarga, peran dari masing-masing anggota keluarga, struktur kekuathah keluarga yang dapat mempengaruhi anggota keluarga untuk merubah perilaku yang berhubungan dengan penyakit. Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
15
5) Fungsi Keluarga Meliputi fungsi afektif yang memberikan gambaran hubungan psikososial dalam keluarga dan dukungan anggota keluarga pada remaja dengan masalah kesehatan, fungsi sosialisasi dan fungsi perawatan kesehatan keluarga yaitu kemampuan keluarga melakukan lima tugas kesehatan keluarga yang berhubungan dengan masalah kesehatan meliputi kemampuan keluarga mengenal masalah, mengambil keputusan, melakukan perawatan sederhana, modifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. 6) Stres dan mekanisme koping Meliputi stresor jangka pendek dan jangka panjang yang dialami keluarga, kemampuan remaja dan keluarga berespon terhadap stresor, dan strategi koping yang digunakan ketika menghadapi masalah. Koping yang digunakan remaja dan keluarga
merupakan
upaya
untuk
beradaptasi
terhadap
stimulus
yang
mengharuskan sistem keluarga merubah perilakunya. Dalam melakukan adaptasi, keluarga dan unsur-unsur di dalamnya akan menerapkan koping individu dan koping keluarga yang saling mempengaruhi satu sama lain untuk mencapai keseimbangan keluarga.
Menurut Smeltzer dan Bare (2004), pengkajian faktor resiko terjadinya dismenore antara lain dapat dilihat dari: 1) Menarche pada usia lebih awal Menarche adalah menstrusi pertama kali yang dialami perempuan yang merupakan tanda awal dimulainya kehidupan baru sebagai remaja dalam masa pubertas yang biasanya terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun (Proverawati & Misaroh, 2009). Rentang usia normal terjadinya menarche biasanya adalah 10,5 sampai 15 tahun dengan usia rata-rata 12 tahun dan 9,5 tahun (Hockenberry & Wilson, 2007). Menarche pada usia lebih awal menyebabkan alat-alat reproduksi belum berfungsi secara optimal dan belum siap mengalami perubahan-perubahan sehingga timbul nyeri ketika menstruasi. Alat reproduksi wanita harus berfungsi sebagaimana mestinya, namun bila menarche terjadi pada usia yang lebih awal dari normal dimana alat reproduksi belum siap untuk mengalami perubahan dan
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
16
masih terjadi penyempitan pada leher rahim maka akan timbul rasa sakit ketika menstruasi (Widjanarko, 2006). 2) Belum pernah hamil dan melahirkan Wanita yang hamil biasanya terjadi alergi yang berhubungan dengan syaraf yang menyebabkan adrenalin mengalami penurunan, serta menyebabkan leher rahim melebar sehingga sensasi nyeri haid berkurang bahkan hilang. Keluhan nyeri haid berkurang atau hilang setelah kehamilan atau melahirkan anak pertama. Hal ini karena regangan pada waktu rahim membesar dalam kehamilan membuat ujungujung syaraf dirongga panggul dan sekitar rahim menjadi rusak (Bobak, Lowdermik & Jensen; 2004). 3) Lama menstruasi lebih dari normal (hipermenorea) Yang di sebut hipermenorea atau menorhagia adalah pendarahan berkepanjangan atau berlebihan pada waktu menstruasi teratur. Penyebab hipermenorea biasanya berhubungan dengan gangguan endokrin dan juga disebabkan karena adanya gangguan inflamasi, tumor uterus, dan gangguan emosional juga dapat mempengaruhi pendarahan. Lama menstruasi lebih dari normal, menstruasi menimbulkan adanya kontraksi uterus, bila menstruasi terjadi lebih lama mengakibatkan
uterus
lebih
sering
berkontraksi
dan
semakin
banyak
prostaglandin yang dikeluarkan. Produksi prostaglandin yang berlebihan menimbulkan rasa nyeri, sedangkan kontraksi uterus yang turus menerus menyebabkan suplai darah ke uterus terhenti dan terjadi dismenore (Smeltzer & Bare, 2004). 4) Perokok Merokok dapat mengakibatkan nyeri saat haid karena didalam rokok terdapat kandungan zat yang dapat mempengaruhi metabolisme esterogen, sedangkan esterogen bertugas untuk mengatur proses haid dan kadar esterogen harus cukup di dalam tubuh. Apabila esterogen tidak tercukupi akibat adanya gangguan dari metabolismenya, hal tersebut akan menyebabkan gangguan alat reproduksi termasuk nyeri menstruasi. 5) Kebiasaan Olahraga Olahraga merupakan serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatkan kemampuan fungsionalnya. Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
17
Kejadian dismenore akan meningkat dengan kurangnya aktifitas selama menstruasi dan kurangnya olah raga, hal ini disebabkan oleh sirkulasi darah dan oksigen menurun. Dampak pada uterus adalah aliran darah dan sirkulasi oksigen pun berkurang dan menyebabkan nyeri. Olahraga merupakan salah satu teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri. Hal ini disebabkan saat melakukan olahraga tubuh akan menghasilkan endorphin. Endorphin dihasilkan di otak dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak sehingga menimbulkan rasa nyaman (Harry, 2005). Olah raga dapat meningkatkan pasokan darah ke organ reproduksi sehingga memperlancar peredaran darah. Olahraga teratur seperti jalan cepat, jogging, berlari, berenang, bersepeda atau aerobik dapat memperbaiki kesehatan secara umum dan menjaga siklus menstruasi agar tetap teratur. 6) Stres Stress menimbulkan penekanan sensasi syaraf-syaraf pinggul dan otot-otot punggung bawah sehingga menyebabkan dismenore.
Dismenore atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang paling sering menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan. Karena gangguan ini sifatnya subyektif, berat atau intensitasnya sukar dinilai. Walaupun frekuensi dismenore cukup tinggi dan lama dikenal, namun sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan dan memuaskan. Oleh karena itu hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak diperut bagian bawah sebelum dan selama haid dan sering kali rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, dan iritabilitas sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari (Prawirohardjo, 2006). Menurut Proverawati & Misaroh (2009), ciri-ciri dismenore yaitu: (1) Terjadi beberapa waktu 6-12 bulan sejak menstruasi pertama (menarche); (2) Rasa nyeri timbul sebelum menstruasi, atau diawal menstruasi berlangsung beberapa jam adapula yang beberapa hari; (3) Datangnya nyeri: hilang-timbul, menusuk-nusuk, pada umumnya diperut bagian bawah, kadang menyebar sampai ke pinggang paha depan; (4) Nyeri terkadang disertai mual, muntah, diare, dan sakit kepala.
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
18
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik dan mental. Nyeri dapat diukur dengan beberapa metode salah satunya adalah Numeric Rating Scale (NRS) dan Visual Analog Scale (VAS) (Potter & Perry, 2006). Skala penilaian ini digunakan untuk menggantikan penilaian dengan deskripsi kata. Klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala yang paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi terapeutik. NRS merupakan skala nyeri yang paling sering dan lebih banyak digunakan di klinik khususnya pada kondisi akut karena mudah digunakan dan didokumentasikan. NRS digunakan untuk mengukur intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi teraupetik.
Visual Analog Scale (VAS) didefinisikan sebagai garis vertikal atau horisontal yang dibuat sampai dengan panjang tertentu seperti 10 cm dan ditambahkan oleh hal-hal yang mewakili fenomena subyektif yang ekstrem misalnya nyeri yang diukur. Penggunaan skala ini dapat dilakukan dengan meminta remaja menempatkan sebuah tanda pada garis yang paling menggambarkan jumlah nyeri yang dialami. Dengan penggaris sentimeter, ukur dari ujung “tanpa nyeri” sampai ke tanda tersebut dan catat hasil pengukuran ini sebagai skor nyeri (Hokenberry & Wilson, 2007).
2.4.2 Diagnosis Keperawatan Diagnosis keperawatan merupakan kumpulan pernyataan, uraian dari hasil wawancara, observasi atau pengamatan langsung dan pengukuran yang menunjukkan status kesehatan mulai dari potensial, risiko dan aktual. Diagnosis Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
19
keperawatan keluarga disusun dengan membandingkan antara hasil pengkajian tentang status kesehatan keluarga dengan status kesehatan keluarga yang optimal, serta mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan keluarga tersebut dan bagaimana perawat dapat membantu keluarga untuk mencapai kebutuhan mereka.
2.4.3 Intervensi Keperawatan Perancanaan tindakan keperawatan diarahkan untuk mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga terhadap masalah yang dihadapi keluarga sehingga pada akhirnya keluarga mampu mandiri atau dengan bantuan minimal dalam melakukan perawatan masalah kesehatan pada anggota keluarga. Perencanaan meliputi penetapan tujuan, kriteria evaluasi (objektif) yang akan dicapai dan tindakan yang akan dilakukan. Dalam membuat tujuan pada perencanaan terdiri dari tujuan umum yang menekankan pada pencapaian akhir sebuah masalah dimana perubahan perilaku ke arah perilaku yang lebih positif. Tujuan umum ini lebih mengarah kepada kemandirian klien dan keluarga sebagai sasaran utama asuhan keperawatan, sedangkan tujuan khusus lebih menekankan pada perilaku keluarga dalam melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga sebagai etiologinya. Kriteria evaluasi mengacu pada perubahan keluarga pada tiga domain yaitu respon kognitif (verbal), afektif (sikap) dan psikomotor (demonstrasi/ redemonstrasi). Standar adalah pernyataan, sikap dan perilaku keluarga yang ditampilkan mengacu pada teori yang mendukung (Friedman, Bowden & Jones; 2003).
Pencegahan dismenore dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah dengan istirahat yang cukup, olahraga secara teratur, hindari stres, pola makan teratur sesuai gizi seimbang, hindari makanan yang cenderung asam dan pedas, serta hindari mengkonsumsi alkohol, rokok, kopi dan cokelat. Perawatan dismenore dapat dilakukan secara farmakologis, misalnya dengan obat-obat analgesik
ataupun
dengan
cara
intervensi
keperawatan
yang
bersifat
nonfarmakologis. Manajemen nyeri non farmakologis lebih aman digunakan karena tidak menimbulkan efek samping seperti obat-obatan karena terapi non farmakologis menggunakan proses fisiologis, oleh karena itu untuk mengatasi Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
20
nyeri tingkat ringan atau sedang lebih baik menggunakan manajemen nyeri non farmakologis. Terapi farmakologi untuk mengurangi nyeri menstruasi antara lain dengan pemberian obat analgetik, terapi hormonal, obat nonsteroid prostaglandin, dan dilatasi kanalis servikalis. Obat-obat yang lazim digunakan untuk meredakan nyeri menstruasi, diantaranya pereda nyeri (analgesik) golongan Non Steroid Anti Inflamasi (NSAI), misalnya: paracetamol atau asetamonofen (sumagesic, panadol, dll), asam mefenamat, (Ponstelax, Nichostan, dll) ibuprofen (Ribunal, Ostarin, dll), metamizon atau metampiron (Pyronal, Novalgin, dll), obat yang dikombinasikan dengan coffeine dan obat-obat pereda nyeri lain (Prawirohardjo, 2009).
Manajemen nyeri non farmakologis untuk mengurangi dismenore antara lain dapat dilakukan dengan kompres hangat, senam dismenore, teknik relaksasi napas dalam, distraksi dn pemijatan/ massage (Prawirohardjo, 2009). Kompres hangat merupakan salah satu tindakan keperawatan dengan cara memberikan sensasi panas pada permukaan kulit menggunakan handuk panas atau buli-buli yang bertujuan untuk meningkatkan perbaikan dan pemulihan jaringan (Kozier et al, 2002). Efek fisiologis yang dihasilkan dari kompres hangat diantaranya vasodilatasi pembuluh darah, meningkatkan permeabilitas kapiler, meningkatkan metabolisme selular, mengurangi spasme otot dengan cara merelaksasi otot dan meningkatkan kontraktilitasnya, serta meredakan nyeri dengan cara merelaksasi otot. Kompres hangat dapat meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi uterus dan melancarkan pembuluh darah sehingga dapat meredakan nyeri dengan mengurangi ketegangan dan meningkatkan perasaan sejahtera, meningkatkan aliran menstruasi, dan meredakan vasokongesti pelvis (Bobak, Lowdermik & Jensen; 2004). Lestari (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Terhadap Intensitas Nyeri Siswi Yang Mengalami Nyeri Menstruasi di SMU X” didapatkan hasil bahwa kompres hangat efektif mengurangi nyeri menstruasi ditandai dengan dari 32 orang remaja putri yang mengalami dismenore berat setelah dilakukan kompres hangat terdapat sebanyak 15 orang (55%) dengan Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
21
dismenore ringan, 10 orang (35%) dengan dismenore sedang dan 7 orang (10%) dengan dismenore berat.
Latihan-latihan olahraga yang ringan sangat dianjurkan untuk mengurangi dismenore. Olahraga atau senam dismenore merupakan salah satu teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri. Hal ini disebabkan saat melakukan senam tubuh akan menghasilkan endorphin. Endorphin dihasilkan di otak dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak sehingga menimbulkan rasa nyaman (Harry, 2005). Penelitian Suparto (2011) tentang efektifitas senam dismenore dalam mengurangi dismenore pada 15 remaja putri sebagai responden menunjukkan terdapat hubungan signifikan dimana senam dismenore mampu mengurangi nyeri menstruasi pada remaja. Penelitian lainnya oleh Marlinda, dkk (2013) dengan menggunakan uji nonparametrik Mann-Whitney menunjukkan hasil p-value sebesar 0,041 yang berarti ada pengaruh senam dismenore terhadap penurunan dismenore pada remaja putri di Desa Sidoharjo Kecamatan Pati, sehingga senam dismenore dapat digunakan sebagai alternatif terapi non farmakologi untuk penatalaksanaan dismenore.
2.4.4 Implementasi Implementasi adalah aktualisasi dari perencanan yang telah dibuat. Prinsip yang mendasari implementasi adalah: (1) implemetasi mengacu pada rencana keperawatan yang telah dibuat; (2) implementasi dilakukan dengan tetap memperhatikan prioritas masalah; (3) libatkan kekuatan keluarga berupa finansial, motivasi dan sumber-sumber pendukung; (4) pendokumentasian tindakan yang dilakukan perawat dengan menyertakan tanda tangan perawat sebagai bentuk tanggung jawab dan tanggung gugat sebagai profesi.
2.4.5 Evaluasi Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan keluarga untuk melihat efektifitas intervensi yang dilakukan terhadap keluarga. Tahap ini menentukan apakah tujuan dapat tercapai sesuai yang ditetapkan dalam perencanaan. Bila Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
22
tujuan tidak tercapai maka perlu ditinjau kembali mengenai: (1) tujuan dan realitas; (2) tindakan keperawatan tidak tepat; (3) faktor-faktor lingkungan yang tidak bisa diatasi, (4) perlu modifikasi. Berdasarkan hal tersebut maka evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan guna menilai apakah perencanaan yang telah disusun efektif dalam menyelesaikan masalah keluarga atau memerlukan beberapa modifikasi (Friedman, Bowden & Jones, 2003)
2.5 Peran Perawat Komunitas Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan biopsikososiol dan spiritual yang komprehensif yang ditujukan pada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat. Komunitas atau masyarakat adalah kelompok sosial yang ditentukan oleh batasbatas wilayah, nilai keyakinan dan minat yang sama serta adanya saling mengenal dan berinteraksi antar anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya (Stanhope & Lancaster, 2004).
Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit,
pemeliharaan
dan
rehabilitasi
dengan
menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien (individu dan keluarga/ komunitas) sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan (Anderson & McFarlane, 2000). Menurut American Nursing Association tahun 2005, keperawatan komunitas berfokus pada upaya promosi dan pelayanan yang menyeluruh untuk meningkatkan kondisi kesehatan.
Perawat komunitas berperan sebagai educator dan memberikan pelayanan keperawatan pada masyarakat melalui pemberdayaan peran serta masyarakat dalam keberhasilan kesehatan yang optimal. Peran serta perawat dan masyarakat bertujuan untuk mencapai tingkat kemandirian individu dan masyarakat pada Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
23
umumnya dalam
meningkatkan serta memelihara status kesehatannya.
Kemandirian individu, keluarga dan masyarakat dicapai melalui keperawatan kesehatan masyarakat yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan
masyarakat
dengan
dukungan
peran
serta
masyarakat
yang
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya (Anderson & McFarlane, 2000).
Anderson dan Mc Farlane (2000) menyebutkan ada 3 (tiga) tingkatan dalam penetapan sasaran keperawatan komunitas, yaitu: (1) Tingkat individu, sasarannya yaitu individu yang mempunyai masalah kesehatan tertentu, dalam hal ini adalah masalah yang terbanyak
ditemukan dalam masyarakat pada umumnya yang
dijumpai pada pelayanan kesehatan seperti Puskesmas dan klinik. Tujuannya diarahkan pada penanganan masalah kesehatan individu tersebut; (2) Tingkat keluarga, sasarannya yaitu keluarga dengan anggota keluarga yang bermasalah dalam kesehatannya. Tujuan diarahkan baik kepada individu itu sendiri maupun keluarga secara menyeluruh yang berhubungan dengan tugas perkembangan keluarga; (3) Tingkat komunitas, pelayanan yang diberikan berorientasi pada individu, keluarga yang menjadi bagian dalam kesatuan komunitasnya, pelayanan yang diberikan untuk kelompok, masyarakat yang mempunyai resiko tinggi dalam memfokuskan komunitas sebagai klien.
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
24
BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
Asuhan keperawatan keluarga dilakukan oleh perawat terhadap keluarga Bapak Y dengan remaja (An. U) di Kelurahan Sukatani Kecamatan Tapos Kota Depok. Asuhan keperawatan keluarga dilaksanakan efektif selama 7 minggu mulai dari tanggal 5 Mei hingga 21 Juni 2014. Asuhan keperawatan keluarga dilakukan melalui kunjungan rumah yang dilakukan minimal 2 kali dalam seminggu, dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan keluarga meliputi pengkajian, merumuskan diagnosis keperawatan, menyusun rencana tindakan, melakukan implementasi dan melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.
3.1 Pengkajian Keluarga Bapak Y (44 tahun) merupakan keluarga besar atau extended family yang terdiri dari keluarga inti yaitu ayah, ibu (Ibu S, 40 tahun), dan 1 orang anak perempuan (An U, 16 tahun) serta 1 orang adik perempuan dari pihak ibu (Nn. I, 28 tahun). Bapak Y dan keluarga merupakan warga pendatang di Kelurahan Sukatani, namun telah tinggal di RW 24 sejak kurang lebih 15 tahun. Bapak Y dan Ibu S berasal dari suku Jawa dan menganut agama Islam. Menurut Ibu S tidak ada pantangan tertentu mengenai makanan ataupun kebudayaan. Pengkajian pada keluarga Bapak Y dilakukan pada tanggal 8, 9 dan 15 Mei 2014 di kediamannya.
3.1.1. Riwayat Kesehatan Riwayat pubertas pada An U dimulai ketika mencapai menarche pada usia 12 tahun. Respon ketika pertama kali menstruasi adalah kaget dan bertanya-tanya, namun Ibu S segera menjelaskan kepada An U bahwa menstruasi adalah hal normal dialami wanita. Siklus haid An U dirasakan teratur biasanya tanggal 15 setiap bulannya, dengan rentang atau lama haid kurang lebih 6 hari. Tanda-tanda perubahan seks sekunder yang dirasakan oleh An U adalah payudara membesar, pinggul melebar dan tumbuh rambut di aksila dan daerah pubis/ kemaluan, dan perubahan tersebut dirasakan sejak 2 bulan setelah menarche. An U mengeluh 24
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
25
nyeri menstruasi pada 1-2 hari pertama menstruasi dan bisa terasa sangat sakit. Saat dikaji skala nyeri yang dirasakan adalah 4 dan merupakan nyeri yang mengganggu. Rasa nyeri yang dirasakan menjalar dari perut bawah kearah paha hingga kaki. An. U mengatakan tidak mengetahui mengapa mengalami nyeri haid dan belum mengetahui perawatan yang harus dilakukan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan. An U biasanya mengkonsumsi ponstan/asam mefenamat bila nyeri haid yang dirasakan tidak dapat ditahan lagi karena mengganggu aktifitas sehari-seharinya (hanya meringkuk di atas kasur). Pemahaman anak terkait menstruasi masih kurang dan anak mengatakan jarang mendapatkan informasi terkait pubertas dan reproduksi.
Status Emosional Individu pada An U menggunakan kuesioner SQR (Riskesdas, 2007) didapatkan skor 3 dari 20 pernyataan, menunjukkan status emosional baik/ tidak stres. Gejala yang dirasakan sesuai pernyataan yang dipilih meliputi mudah lelah, sulit untuk berpikir jernih, dan sulit untuk mengambil keputusan. Anak sudah mampu mengambil keputusan dan berani menerima konsekuensi dari keputusan yang diambil, misalnya dalam hal pemilihan sekolah dan rencana masa depan. Pembawaan An. U secara umum saat diajak berbicara adalah cenderung pemalu, namun mau mengungkapkan pikirannya dan menjawab dengan baik ketika diajukan pertanyaan. Stresor jangka pendek yang dirasakan An U adalah adanya nyeri menstruasi yang dirasakan yang mengganggu aktivitas. Selain itu tuntutan pelajaran dan padatnya aktivitas dan tugas di sekolah membuat An U mengalami kecemasan dan kelelahan.
3.1.2. Kebiasaan Sehari-hari An U merupakan seorang remaja yang bersekolah di bangku kelas 1 SMA yang terletak di daerah Cibubur, Jakarta Timur. Karena letak sekolahnya yang cukup jauh dari rumah, setiap hari An U diantar oleh Bapak Y mengunakan motor saat sekolah dan dijemput oleh tantenya menggunakan motor atau pulang naik ojek. Aktifitas yang biasa dilakukan anak dihabiskan lebih banyak di sekolah, mulai pukul 07.30 – 16.30 WIB (Senin, Selasa, Rabu, Jumat) dan mulai pukul 07.30 – 15.00 (Kamis, Sabtu). Jika ada waktu luang di rumah, anak lebih banyak Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
26
menghabiskan waktunya untuk menonton TV atau bermain laptop di ruang keluarga karena sudah letih dengan aktivitas di sekolahnya. An U maupun keluarga tidak memiliki pengaturan jadwal aktifitas harian. An U mengatakan tidak pernah berolahraga di rumah dan hanya berolahraga seadanya di sekolah saat ada jam pelajarannya.
Indeks massa tubuh An U termasuk dalam rentang status gizi normal. An U mengatakan tidak terlalu suka makan sayur namun senang makan buah seperti melon, jeruk dan semangka. Jenis makanan yang disukai An U antara lain seperti ayam dan ikan. Ibu S mengatakan makanan yang biasa dimasak dan dikonsumsi oleh An U serta keluarga adalah nasi, lauk pauk (seperti ikan, ayam, tempe, telur) dan sayur bening atau oseng-oseng (seperti kangkung, bayam, sop). Pola makan An U adalah seadanya dan tidak teratur, biasanya 2x sehari saat sarapan dan sore sepulang sekolah. Di sekolah An U mengatakan sering jajan gorengan dan es serta makanan ringan.
An U tidak memiliki kesulitan untuk tidur. Jam tidur biasanya adalah pukul 09.30 dan bangun pukul 05.00, jarang tidur siang karena menghabiskan waktu di sekolah namun jika hari minggu selalu tidur siang kurang lebih selama 2 jam. Keluhan yang dirasakan An U adalah terkadang betis tiba-tiba terasa kram saat sedang tidur di malam hari. Terkait kebersihan diri, An U mandi sebanyak 2 kali sehari menggunakan sabun, keramas tiap hari di pagi hari dan menggosok gigi 2 kali sehari, pagi dan malam hari. An U mengatakan selalu cuci tangan sebelum makan namun belum tahu cara mencuci tangan dengan langkah-langkah yang benar.
3.1.3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada An U dan keluarga meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan head to toe. Pemeriksaan fisik pada An U didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, dan frekuensi napas 20 x/menit, semua tanda-tanda vital berada pada rentang normal. Pemeriksaan head to toe pada An U dimulai dari bagian kepala, rambut tampak berwarna hitam dan Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
27
distribusi merata, tidak berketombe dan tidak rontok. Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, hidung tidak ada kelaina, mulut simetris, lidah berwarna merah jambu dan tidak kotor. Kemudian dilakukan pemeriksaan dada dan abdomen lewat inspeksi dan auskultasi, tidak ada hal abnormal yang ditemukan. Pengkajian saat An U menstruasi didapatkan An U merasa nyeri di bagian abdomen bawah menjalar hingga ke kaki akibat menstruasi. Pengkajian nyeri dengan Visual Analog Scale (VAS) menunjukkan nyeri berada pada skala 4. Ekstemitas atas dan bawah mampu bergerak dengan bebas dan tidak ada hambatan. Dari hasil pengukuran status nutrisi didapatkan An U memiliki BB 54 kg dan TB 158, dengan IMT 21,63 yang termasuk ke dalam status gizi normal.
Keluarga pada saat pengkajian menyatakan bahwa anaknya mengalami nyeri menstruasi tetapi merasa hal tersebut wajar dialami oleh perempuan, keluarga belum mengerti apa itu dismenore dan bagaimana melakukan perawatan pada anak dengan dismenore, keluarga juga belum mengerti modifikasi lingkungan apa yang dapat dilakukan dalam meningkatkan rasa nyaman pada anak dengan dismenore. Keluarga mengatakan tidak pernah membawa anak ke pelayanan kesehatan untuk masalah dismenore yang dirasakan. Ketika An U dismenore keluarga biasa membelikan obat warung untuk mengurangi nyeri yang dirasakan.
3.2 Analisa Data Data yang diperoleh saat pengkajian dijadikan dasar untuk menegakkan diagnosa keperawatan. Berdasarkan data maladaptif yang diperoleh, perawat menegakkan dua diagnosis keperawatan yaitu ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait menstruasi dan risiko infeksi pada An U. Perawat bersama dengan keluarga kemudian melakukan skoring prioritas masalah yang akan diselesaikan bersama. Skoring prioritas masalah menghasilkan masalah utama yang akan diatasi adalah masalah dismenore pada An U yaitu diagnosa ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait menstruasi.
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
28
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan Perawat melakukan perencanaan intervensi keperawatan yang akan dilakukan bersama dengan keluarga Bapak Y berdasarkan lima fungsi keluarga. Tujuan umum dari intervensi yaitu keluarga dapat memenuhi merawat An U dengan dismenore, diharapkan dapat dicapai dalam waktu 5x60 menit kunjungan perawat. Tujuan khusus pertama yang direncanakan adalah keluarga mampu mengenal masalah kesehatan yang ada pada keluarga yaitu nyeri menstruasi (dismenore). Tujuan khusus pertama ini dicapai dengan kriteria keluarga mampu menjelaskan mengenai pengertian menstruasi dan dismenore, menjelaskan 3 dari 6 faktor risiko dismenore, menjelaskan 3 dari tanda dan gejala dismenore serta mengidentifikasi tanda dan gejala dismenore yang ada pada anggota keluarga.
Tujuan khusus kedua yaitu keluarga mampu memutuskan untuk merawat keluarga dengan masalah dismenore.Tujuan kedua ini dicapai dengan kriteria keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4 akibat dari dismenore dan keluarga menyatakan kesediaan untuk melakukan perawatan kepada anggota keluarga dengan dismenore. Diharapkan keluarga menjadi lebih termotivasi dan berkomitmen untuk melakukan perawatan pada anggota keuarga dengan dismenore.
Tujuan khusus ketiga yaitu agar keluarga memiliki kemampuan untuk melakukan perawatan sederhana kepada anggota keluarga yang mengalami dismenore. Perawat menyusun perencanaan untuk mencapai tujuan ini dengan berbagai macam perawatan sederhana yang dapat dilakukan oleh keluarga sehingga keluarga mampu menyebutkan cara pencegahan dismenore, dan menyebutkan 3 dari 5 cara perawatan dismenore. Selain secara kognitif, keluarga diharapkan juga mampu mendemonstrasikan cara perawatan untuk mengatasi dismenore. Setelah demonstrasi perawat memotivasi keluarga untuk melakukan redemonstrasi kemudian melakukan evaluasi baik subjektif maupun objektif mengenai pemahaman keluarga.
Tujuan khusus keempat dan kelima disusun agar keluarga mampu melakukan modifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
29
merawat anggota keluarga dengan dismenore. Modifikasi lingkungan dicapai dengan keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 cara modifikasi lingkungan yang dapat dilakukan keluarga serta tampak melakukan modifikasi lingkungan tersebut. Pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan dicapai dengan keluarga mampu menyebutkan fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau oleh keluarga, menyebutkan manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan, menyebutkan kapan remaja harus dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan serta keluarga mengunjungi fasilitas kesehatan.
3.4 Implementasi Implementasi dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Tahap persiapan dimulai dengan perawat membuat media berupa lembar balik serta leaflet tentang dismenore untuk melakukan pendidikan kesehatan pada keluarga. Implementasi dimulai pada pertemuaan keempat dan dihadiri oleh Ibu S dan An U, implementasi yang dilakukan untuk mencapai tujuan khusus pertama dimulai dengan perawat mendiskusikan bersama keluarga mengenai pengertian menstruasi dan dismenore. yaitu menstruasi adalah perdarahan yang terjadi karena peluruhan dinding endometrium, merupakan perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi, sedangkan dismenore adalah nyeri yang dirasakan selama menstruasi pada daerah perut bawah atau pinggang. Terdiri dari dismenore primer dan dismenore sekunder dengan derajat nyeri ringan, sedang, hingga berat.
Perawat dan Ibu S serta An U kemudian mendiskusikan faktor risiko dismenore yaitu menarche pada usia lebih awal, belum pernah hamil dan melahirkan, perokok, kebiasaan olahraga, stres dan kelainan ginekologi (kelainan pada alat reproduksi). Kemudian berdiskusi tentang tanda dan gejala dismenore, meliputi nyeri pada perut bawah yang menjalar hingga pinggang dan paha, mual, muntah, sakit kepala, diare dan keletihan. Penjelasan bertujuan agar keluarga mengenal masalah kesehatan yang ada dalam keluarga. Penjelasan yang dilakukan oleh perawat menggunakan media lembar balik, dan metode berupa diskusi. Setelah berdiskusi perawat melakukan evaluasi objektif dan juga subjektif terhadap Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
30
pemahaman keluarga mengenai penjelasan perawat dan apakah kriteria hasil yang disusun dalam perencaanaan sudah dapat tercapai.
Implementasi yang dilakukan untuk tujuan khusus kedua yaitu keluarga memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah dismenore dilakukan dengan mendiskusikan mengenai akibat dismenore diantaranya nyeri hebat, intoleransi aktivitas, hilang kesadaran dan kemandulan (patologis). Perawat melakukan penjelasan mengenai akibat dismenore dengan lembar balik kemudian keluarga boleh menambahkan atau menanyakan jika ada penjelasan yang kurang dimengerti. Perawat menanyakan kepada keluarga mengenai kemauan keluarga untuk merawat An U yang mengalami masalah dismenore. Perawat juga memotivasi keluarga untuk menyanggupi melakukan perawatan untuk mencegah akibat yang dapat terjadi karena dismenore.
Pertemuan kelima dihadiri oleh Ibu S dan An U. Implementasi dilaksanakan untuk mencapai tujuan khusus ketiga, dilakukan dengan melakukan perawatan sederhana yang dapat dilakukan secara mandiri oleh keluarga dirumah. Pertama tama perawat mendiskusikan bersama keluarga cara-cara pencegahan dismenore yang terdiri dari tidur dan istirahat yang cukup, olahraga teratur (jogging, berenang, bersepeda), hindari stress dan konsumsi gizi / nutrisi yang cukup. Kemudian mendiskusikan bersama keluarga cara perawatan dismenore yang terdiri dari kompres hangat, senam dismenore, teknik relaksasi napas dalam, distraksi dan pemijatan / massage. Demonstrasi kompres hangat dilakukan bersama keluarga. Perawat menggunakan media lembar balik untuk menjelaskan, tentang pengertian dan manfaat kompres hangat, kemudian bersama-sama mempersiapkan alat dan bahan untuk kompres hangat yaitu baskom, air panas dan air biasa dengan perbandingan 1:2, serta washlap kecil. Kompres hangat dilakukan di dalam kamar untuk melindungi privasi An U, perawat melakukan demonstrasi kemudian keluarga melakukan redemonstrasi. Setelah melakukan redemonstrasi, perawat memberikan waktu untuk keluarga menambahkan atau bertanya bila ada yang ingin ditanyakan.
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
31
Pertemuan keenam dihadiri oleh Ibu S dan An U, dengan implementasi cara perawatan dismenore lewat senam dismenore. Perawat menggunakan media lembar balik untuk menjelaskan, tentang pengertian dan manfaat senam dismenore. Demonstrasi dilakukan di teras rumah, perawat mendemonstrasikan langkah-langkah senam dismenore yang terdiri dari gerakan pemanasan, gerakan inti dan gerakan pendinginan, kemudian keluarga melakukan redemonstrasi sesuai dengan langkah-langkah yang telah diajarkan. Setelah melakukan redemonstrasi, perawat memberikan waktu untuk keluarga menambahkan atau bertanya bila ada yang ingin ditanyakan.
Pertemuan ketujuh dihadiri oleh Bapak Y, Ibu S dan An U, dengan implementasi cara perawatan dismenore lewat teknik napas dalam dan distraksi. Perawat menggunakan media lembar balik untuk menjelaskan, tentang pengertian dan manfaat teknik napas dalam dan distraksi. Demonstrasi dilakukan di ruang tamu, perawat mendemonstrasikan langkah-langkah teknik napas dan mendiskusikan dengan An U cara-cara distraksi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri menstruasi. Setelah itu, keluarga melakukan redemonstrasi teknik napas dalam sesuai dengan langkah-langkah yang telah diajarkan. Setelah melakukan redemonstrasi, perawat memberikan waktu untuk keluarga menambahkan atau bertanya bila ada yang ingin ditanyakan.
Pertemuan kedelapan dihadiri oleh Ibu S dan An U, dengan implementasi untuk mencapai tujuan khusus keempat yakni modifikasi lingkungan dicapai dengan mendiskusikan bersama keluarga cara modifikasi lingkungan yang dapat dilakukan keluarga untuk meningkatkan kenyamanan dalam mengurangi nyeri, antara lain lingkungan dengan cahaya yang redup, lingkungan bebas bising, aromatherapy atau pengharum ruangan, lingkungan yang sejukdan memasang musik instrumental. Perawat memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada keluarga dengan media lembar balik kemudian memberi kesempatan untuk keluarga bertanya atau menambahkan. Perawat juga memberi motivasi kepada keluarga untuk melakukan modifikasi tersebut dan mengidentifikasi bersama-
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
32
sama modifikasi lingkungan yang sesuai untuk An U. Perawat kemudian mengevaluasi kembali pemahaman keluarga.
Implementasi untuk mencapai tujuan khusus kelima yaitu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan dengan mendiskusikan bersama keluarga fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau keluarga. Perawat lebih memberikan kesempatan bagi keluarga untuk mengidentifikasi sendiri pelayanan kesehatan apa yang dapat dijangkau oleh keluarga menurut jarak tempuh dan ekonomi keluarga. Perawat juga menjelaskan mengenai manfaat yang didapat dari berkunjung ke pelayanan kesehatan. Pada akhir pertemuan perawat mengevaluasi kembali pemahaman keluarga dan apakah tujuan telah tercapai sesuai dengan kriteria hasil pada perencanaan.
Intervensi yang merupakan intervensi inovasi dari mahasiswa kompres hangat dan senam dismenore. Intervensi ini dilakukan selama 2 x 60 menit dengan metode diskusi dan demonstrasi. Media yang digunakan perawat adalah lembar balik, leaflet, serta bahan dan alat untuk kompres hangat. Penjelasan dilakukan mengenai definisi, manfaat, dan langkah-hangkah melakukan kompres hangat dan senam dismenore.
3.5 Evaluasi Selama tujuh minggu melakukan asuhan keperawatan, mahasiswa melakukan 16 kali pertemuan dengan keluarga yang terdiri dari 3 pertemuan tahap pengkajian, dan 13 pertemuan untuk melakukan implementasi. Implementasi untuk diagnosa pertama dilakukan selama 6 kali pertemuan. Setelah implementasi selesai dilaksanakan sesuai dengan rencana intervensi perawat melakukan evaluasi untuk mengetahui tercapai atau tidak tujuan yang telah ditetapkan oleh perawat sebelumnya.
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
33
3.5.1 Evaluasi Formatif 3.5.1.1 Evaluasi Subjektif Evaluasi subjektif dibuktikan dengan keluarga telah menyatakan mengerti mengenai dismenore pada remaja. Keluarga juga mengatakan merasa terbantu dengan kehadiran perawat, dan keluarga mengatakan tanda dismenore yang terdapat pada An U adalah nyeri pada perut bagian bawah dan mual. Keluarga mengatakan akan merawat An U dengan dismenore untuk mencegah terjadinya masalah nyeri yang lebih berat. An U dan Ibu S mengatakan akan melakukan perawatan sederhana setelah mengerti manfaat kompres hangat dan senam dismenore. An U juga mengatakan untuk mengatur pola makan dan mulai berolahraga untuk mencegah keparahan nyeri yang dirasakan. Ibu S dan An U mengatakan sudah melakukan modifikasi lingkungan untuk meningkatkan kenyamanan seperti selalu membersihkan rumah dari debu dan membeli pengharum ruangan /aromatherapy seperti memberi makan sambil. Ibu S mengatakan akan membawa An U jika terjadi keparahan. An U menyatakan pada menstruasi berikutnya nyeri yang dirasakan berkurang setelah menerapkan intervensi yang diajarkan yakni senam dismenore minimal 3 hari sebelum menstruasi dan melakukan kompres hangat .
3.5.1.2 Evaluasi Objektif Evaluasi objektif dari pengamatan perawat didapatkan pada setiap perawat melakukan implementasi, keluarga tampak antusias dan selalu menyambut baik kehadiran perawat. Keluarga Bapak Y terlibat secara aktif dalam diskusi terutama An U dan Ibu S. Keluarga telah dapat menyebutkan kembali pengertian, faktor risiko dan tanda gejala dismenore. Keluarga dapat menyebutkan kembali 2 dari 4 akibat dismenore dan tampak setuju untuk melakukan perawatan. Keluarga dapat menyebutkan kembali 3 dari 5 cara melakukan perawatan sederhana pada remaja dengan dismenore. Keluarga tampak aktif dalam melakukan redemonstrasi setiap demonstrasi yang dilakukan perawat. An U telah menerapkan kompres hangat dan senam dismenore sesuai jadwal yang telah disepakati, dan tampak nyeri anak U berkurang dengan skala nyeri 2.
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
34
3.5.1.3 Analisis Hasil Analisa hasil kemampuan yang terobservasi atau yang dilaporkan oleh keluarga dijadikan dasar oleh perawat untuk menyimpulkan bahwa tujuan yang telah ditetapkan perawat baik TUK 1 hingga TUK 5 telah tercapai. Masalah dismenore pada anak U juga telah teratasi ditunjukkan dengan penurunan skala nyeri menstruasi yang dilaporkan oleh anak.
3.5.1.4 Planning Untuk tindak lanjut perawat telah memotivasi keluarga untuk meneruskan perilaku sehat dan perawatan kepada An U sesuai dengan pengetahuan yang telah dimiliki keluarga. Keluarga diharapkan menerapkan kompres hangat dan senam dismenore jika terjadi nyeri menstruasi dan melakukan senam dismenore sesuai jadwal yang telah disepakati.
3.5.2 Evaluasi Sumatif Asuhan keperawatan yang dilakuakan perawat terhadap keluarga Bapak Y juga dinilai dengan evaluasi sumatif yang dilakukan pada akhir asuhan keperawatan ketika seluruh intervensi selesai dilaksanakan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa keluarga Bapak Y telah dapat mengerti, mampu menyebutkan, dan aktif dalam melakukan apa yang telah diajarkan perawat pada saat tahap implementasi sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan asuhan keperawatan telah tercapai.
3.5.3 Evaluasi Tingkat Kemandirian Keluarga Sebelum dilakukan intervensi keperawatan, keluarga Bapak Y berada pada tingkat kemandirian I, dimana keluarga dapat menerima kehadiran perawat dan mau mengikuti proses asuhan keperawatan yang dirancanakan namun belum menyatakan masalah dismenore yang dialami oleh An U. Setelah dilakukan intervensi keperawatan, tingkat kemandirian keluarga Bapak Y meningkat menjadi tingkat kemandirian III. Tingkat kemandirian ini tercermin dengan mampunya keluarga mengidentifikasi dan menyatakan masalah kesehatan pada An U yaitu masalah dismenore. Keluarga juga sudah menerapkan perawatan sederhana yang diajarkan perawat terutama dalam kompres hangat dan senam Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
35
dismenore untuk mengurangi nyeri, selain itu keluarga juga sudah dapat melakukan tindakan pencegahan dengan melakukan pemantauan kesehatan An U dan melakukan modifikasi lingkungan yang tepat untuk meningkatkan rasa nyaman dalam mengurangi nyeri.
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
36
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Profil Lahan Praktik Kelurahan Sukatani merupakan salah satu wilayah yang termasuk ke dalam kecamatan Tapos Kota Depok. Wilayah Sukatani memiliki luas 508,60 KM2 dan memiliki jumlah Rukun Warga (RW) sebanyak 26 dengan 182 Rukun Tetangga (RT) di dalamnya. Kelurahan Sukatani telah memiliki 28 posyandu dan satu puskesmas kelurahan yakni Puskesmas Sukatani sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang dapat dijangkau oleh warga Sukatani. Salah satu Rukun Warga yang dijadikan tempat praktik oleh mahasiswa profesi KKMP FIK UI adalah RW 24.
RW 24 saat ini memiliki 5 RT, yaitu RT 01, RT 02, RT 03, RT 04 dan RT 05. Wilayah RW 24 dahulu berasal dari tanah rawa-rawa dan sawah. RT 01 berbatasan langsung dengan wilayah RT 02, RT 03 dan RT 04. Sedangkan RT 05 berbatasan langsung dengan RT 03 dan RT 04. Lingkungan RW 24 terlihat berundak-undak, terdapat dataran tinggi dan dataran rendah sehingga rumah warga pun mengikuti tanah dataran yang ada. RT 01, RT 02 dan RT
03
daratannya lebih tinggi daripada RT 04 dan RT 05. Wilayah RW 24 termasuk wilayah yang cukup strategis karena dekat dengan jalan raya sehingga masyarakat cukup mudah menggunakan transportasi umum.
Mayoritas penduduk RW 24 berada dalam rentang usia dewasa dengan mayoritas berjenis kelamin perempuan. Penduduk RW 24 juga berasal dari berbagai suku, namun mayoritas berasal dari daerah Jawa dan Betawi. Sebagian dari mereka adalah penduduk pendatang. Tipe keluarga yang ada kebanyakan merupakan keluarga inti, namun ada juga yang keluarga besar (extended family). Berdasarkan hasil winshield survey melalui observasi dan wawancara, diperoleh data bahwa bahwa terdapat 118 remaja dari 96 kepala keluarga yang terdiri dari 64 perempuan dan 54 laki-laki dengan remaja awal (11-13 tahun) sebesar 33%, remaja tengah (14-16 tahun) sebesar 61%, dan remaja akhir (17-19 tahun) sebesar 6%. 36
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
37
Fasilitas pelayanan kesehatan yang biasa digunakan oleh warga RW 24 antara lain Puskesmas Sukatani, praktik bidan, praktik dokter, posyandu dan posbindu. Letak puskesmas yang cukup jauh membuat warga lebih memilih untuk berobat ke bidan dan klinik dokter jika sedang sakit. Di RW 24 terdapat 2 bidan yaitu di RT 01 dan RT 04 sedangkan posyandu dan posbindu diselenggarakan satu bulan sekali di RW 24. Posyandu dan posbindu dilaksanakan setiap tanggal 24 di kediaman ketua RW 24. Belum semua warga memanfaatkan fasiliats pelayanan kesehatan yang ada, kebanyakan hanya meminum obat warung ketika mengalami masalah kesehatan dengan alasan malas dan keluhan cepat hilang dengan obat warung.
Upaya Depkes RI untuk mengatasi masalah kesehatan pada remaja dilakukan melalui pendekatan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung Puskesmas, menjangkau kelompok remaja sekolah dan kelompok luar sekolah, seperti kelompok anak jalanan, karang taruna, remaja mesjid atau gereja, dan lain-lain. Dari hasil pengkajian, didapatkan Puskesmas Sukatani telah menjalankan program PKPR namun masih terbatas pada kelompok remaja sekolah saja, yaitu remaja di SMP 11 dan SMA 4. Hal tersebut dapat terlihat dari masih rendahnya pengetahuan remaja pengunjung Puskesmas Sukatani terkait PKPR, dibuktikan dengan baru sebanyak 19% remaja di wilayah Sukatani yang mengetahui adanya program PKPR.
Belum adanya kaderisasi dan cakupan program PKPR kepada remaja luar sekolah dari pihak Puskesmas Sukatani membuat gambaran permasalahan kesehatan remaja di wilayah Sukatani belum dapat terlihat secara menyeluruh.
Belum
tercakupnya program PKPR kepada remaja luar sekolah juga membuat kurangnya pengetahuan dan kemampuan remaja di wilayah Sukatani untuk mendapatkan informasi terkait kesehatan remaja ataupun melaporkan keluhan kesehatan yang dirasakan, khususnya terkait kesehatan reproduksi. Dari hasil pengkajian di RW 24 masih didapatkan masalah kesehatan reproduksi seperti sebanyak 13,8% remaja perempuan mengalami nyeri menstruasi (dismenore). Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
38
Kader RW 24 mengatakan belum pernah diadakan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi remaja khususnya masalah menstruasi kepada kader maupun kepada warga RW 24. Kader juga mengatakan tidak mengenal program-program kesehatan remaja yang ada di puskesmas. Kader mengatakan di RW 24 pengetahuan seputar masalah remaja masih sangat kurang, kebanyakan hanya mengetahui masalah kesehatan pada agregat dewasa dan lansia seperti hipertensi, DM dan asam urat serta masalah lain seperti gizi balita. Kader mengatakan perlu adanya perhatian khusus kepada masalah kesehatan remaja mengingat cukup banyaknya keluarga dengan remaja di RW 24. Keluarga mayoritas menerima kehadiran mahasiswa maupun petugas kesehatan yang berkunjung. Mayoritas keluarga kooperatif dalam memberikan data masalah kesehatan dan tampak antusias bertanya mengenai masalah kesehatan pada remaja.
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep dan Teori terkait KKMP Asuhan keperawatan pada An. U dengan nyeri menstruasi (dismenore) dilaksanakan dengan menerapkan model Family Centered Nursing (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Tahap pengkajian di lakukan selama 3 kali pertemuan, pada pertemuan awal, mahasiswa melakukan pengkajian wawancara mengenai masalah-masalah kesehatan yang dirasakan oleh keluarga, masalah yang dialami masa lalu juga yang dirasakan saat ini. Dua kali pengkajian berikutnya digunakan untuk melengkapi data baik data mengenai keluarga maupun individu dalam keluarga dengan wawancara, observasi, mendengarkan keluhan, pemeriksaan fisik, dan menggunakan instrumen pengkajian. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Friedman, Bowden, dan Jones (2003) bahwa data pengkajian dapat diperoleh dari wawancara, data objektif yang teramati dan terukur oleh perawat, dan data subjektif yang dilaporkan oleh keluarga.
Pengkajian awal mendapatkan data bahwa An U mengalami dismenore, keluarga belum menyadari bahwa dismenore merupakan masalah kesehatan yang membutuhkan penanganan, dan keluarga belum mengetahui faktor risiko penyebab keparahan dismenore dan bagaimana cara perawatannya. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada An. U, mahasiswa berfokus pada keluhan Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
39
yang dialami oleh remaja terkait dismenore seperti penatalaksanaan nyeri yang dialami, dan kebiasaan olahraga remaja yang dapat mempengaruhi intensitas nyeri menstruasi yang dirasakan. Untuk menentukan keputusan terhadap intervensi yang akan dilakukan terletak pada minat dan motivasi keluarga, level fungsi keluarga, level keterampilan perawat dan ketersediaan sumber daya. Dalam hal ini ketertarikan minat keluarga dan remaja dengan dismenore masih berpusat pada nyeri yang dirasakan sehingga perawat harus mengutamakan hal tersebut terlebih dahulu.
Hasil pengkajian dan analisis data yang dilakukan terhadap keluarga Bapak Y (An. U) digunakan untuk menegakkan diagnosis keperawatan. Diagnosa ditegakkan berdasarkan definisi dan batasan karakteristik pada NANDA (2012). Skoring prioritas masalah dan perencanaan intervensi keperawatan disetujui bersama dengan keluarga dalam 1 kali pertemuan selama 45 menit. Skoring prioritas masalah dilakukan bersama keluarga dengan mempertimbangkan sifat masalah, kemungkinan masalah dapat diubah, potensi masalah untuk dicegah, dan menonjolnya masalah berdasarkan teori dari Friedman, Bowden, dan Jones(2003). Keluarga dan perawat mendapatkan hasil bahwa masalah utama yang akan diatasi adalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait menstruasi pada An U. Menurut NANDA (2012) diagnosa ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan adalah
keadaan
dimana
individu
dan
keluarga
tidak
mampu
untuk
mengidentifikasi, merawat atau mencari bantuan untuk memelihara kesehatan. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan kemampuan keluarga dan remaja terkait mentruasi dan cara perawatan nyeri menstruasi (dismenore).
Keluarga menyetujui perencanaan yang dibuat perawat bahwa masalah akan diselesaikan dalam 5 kali pertemuan selama 60 menit. Intervensi keperawatan yang dilakukan keluarga dilakukan berdasarkan 5 tugas kesehatan keluarga berdasarkan teori dari Maglaya, et all. (2009) yaitu mengenal masalah, memutuskan untuk merawat, melakukan perawatan sederhana , melakukan modifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
40
Pertemuan pertama dilakukan agar keluarga dapat mengenal masalah, dan memutuskan untuk merawat. Keluarga yang sebelumnya belum menyadari masalah dismenore pada An U kemudian menyadari masalah berdasarkan tanda dan gejala dismenore. Pertemuan kedua keluarga diajarkan cara mencegah dan perawatan dismenore serta mendemonstrasikan perawatan kompres hangat pada An U. Pada pertemuan kedua terobservasi keluarga telah mampu menerapkan kompres hangat seperti yang diajarkan. Pertemuan ketiga keluarga mempelajari cara perawatan senam dismenore. Pertemuan keempat keluarga mempelajari cara perawatan dengan teknik napas dalam dan distraksi. Cara-cara perawatan sederhana yang diajarkan perawat sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh beberapa peneliti bahwa penatalaksanaan non farmakologis yang dapat dilakukan saat dismenore adalah kompres hangat, olahraga (senam dismenore) dan teknik relaksasi. Pertemuan kelima keluarga mendapatkan penjelasan mengenai modifikasi lingkungan yang dapat dilakukan dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan.
Evaluasi dilakukan secara formatif, sumatif, dan evaluasi tingkat kemandirian. Evaluasi formatif dengan menggunakan format SOAP yaitu Subjektif, Objektif, Analisis, dan Planning dilakukan pada setiap pertemuan. Evaluasi sumatif dilakukan pada akhir asuhan keperawatan setelah seluruh perencanaan dilakukan, evaluasi sumatif dilakukan bersamaan dengan evaluasi tingkat kemandirian. Hal ini sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Asmadi (2005) bahwa evaluasi sumatif dilakukan setelah seluruh aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan.
Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan perilaku positif (Riyanto, 2002). Pemberian informasi dalam bentuk pendidikan kesehatan pada keluarga bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara mencegah dan merawat anggota keluarga dengan dismenore sehingga diharapkan dapat menimbulkan perilaku positif berupa peningkatan kemampuan dan keterampilan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan dismenore juga akan meningkat. Peningkatan keterampilan remaja dan keluarga dalam mencegah dan mengatasi nyeri menstruasi dapat menurunkan atau meminimalisir keluhan Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
41
yang dirasakan antara lain penurunan intensitas nyeri menstruasi dapat berkurang dan aktivitas remaja menjadi tidak terhambat.
Uraian di atas menunjukkan bahwa teori Family Centered Nursing dapat menjelaskan perubahan peran dan fungsi keluarga dalam merawat remaja dengan dismenore. Teori ini dapat memberikan dasar tentang hal-hal yang harus menjadi perhatian perawat dalam melakukan proses keperawatan pada keluarga yang merawat remaja dengan dismenore. Dengan kata lain, teori Family Centered Nursing sangat tepat untuk diaplikasikan dalam melakukan asuhan keperawatan pada keluarga yang merawat remaja dengan dismenore.
4.3 Analisis Intervensi Kompres Hangat dan Senam Dismenore dengan Konsep dan Penelitian Terkait Kompres hangat merupakan salah satu tindakan keperawatan dengan cara memberikan sensasi panas pada permukaan kulit menggunakan handuk panas atau buli-buli yang bertujuan untuk meningkatkan perbaikan dan pemulihan jaringan (Kozier et al, 2002). Kompres hangat dapat meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi uterus dan melancarkan pembuluh darah sehingga dapat meredakan nyeri dengan mengurangi ketegangan dan meningkatkan perasaan sejahtera, meningkatkan aliran menstruasi, dan meredakan vasokongesti pelvis (Bobak, Lowdermik & Jensen; 2004). Sedangkan senam dismenore merupakan latihan-latihan olahraga yang ringan yang terdiri dari gerakan pemanasan, inti dan pendinginan. Olahraga atau senam merupakan salah satu teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri. Hal ini disebabkan saat melakukan senam tubuh akan menghasilkan endorphin. Endorphin dihasilkan di otak dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak sehingga menimbulkan rasa nyaman (Harry, 2005).
Mahasiswa melakukan intervensi kompres hangat dan senam dismenore pada keluarga Bapak Y untuk mengatasi masalah dismenore pada An U (16 tahun) yang selalu mengalami nyeri pada hari awal menstruasi setiap bulannya. Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
42
Intervensi yang dilakukan mahasiswa dengan mendiskusikan dengan keluarga pengertian, manfaat dan langkah-langkah kompres hangat dan senam dismenore. Perawat memberikan contoh cara melakukan kompres hangat menggunakan handuk kecil yang dicelupkan ke dalam baskom berisi air panas. Demonstrasi senam dismenore dilakukan dengan menjelaskan langkah demi langkah mulai dari pemanasan, gerakan inti hingga pendinginan, kemudian An U dan Ibu S melakukan redemonstrasi kompres hangat dan senam dismenore, mahasiswa terus mengevaluasi perkembangan nyeri An U dan perilaku penerapan kompres hangat dan senam dismenore pada keluarga. An U tampak mampu melakukan kompres hangat dan memahami gerakan-gerakan dari senam dismenore. An U juga melakukan penjadwalan senam dismenore minimal 3 hari sebelum datangnya menstruasi. Latihan senam dismenore yang dilakukan minimal 3 hari sebelum menstruasi dan saat terjadinya dismenore efektif menurunkan tingkat nyeri menstruasi yang dirasakan oleh An. U, dengan sebelumnya dilakukan kompres hangat pada area perut bawah dapat meminimalisasi nyeri yang dirasakan dan meningkatkan rasa nyaman. Skala nyeri dismenore mengalami penurunan dari 4 menjadi 2 setelah dilakukan intervensi kompres hangat dan senam dismenore pada An U lewat asuhan keperawatan keluarga. Dengan demikian maka kebiasaan olahraga lewat senam dismenore dan kompres hangat pada daerah nyeri merupakan intervensi yang paling efektif dalam menurunkan nyeri menstruasi (dismenore) yang dialami oleh An. U.
Hasil yang didapatkan dari intervensi ini sesuai dengan penelitian dari Lestari (2007) yang menyatakan bahwa kompres hangat merupakan intervensi non farmakologi yang efektif untuk mengurangi nyeri menstruasi. Intervensi dengan senam dismenore juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Suparto (2011) tentang efektifitas senam dismenore dalam mengurangi dismenore yang menunjukkan terdapat hubungan signifikan dimana senam dismenore mampu mengurangi nyeri menstruasi pada remaja. Penelitian lainnya oleh Marlinda, dkk (2013) menunjukkan ada pengaruh senam dismenore terhadap penurunan dismenore pada remaja putri sehingga senam dismenore dapat digunakan sebagai alternatif terapi non farmakologi untuk penatalaksanaan dismenore. Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
43
4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan Nyeri dismenore yang dirasakan oleh An U pada awalnya membuat proses intervensi senam dismenore mengalami hambatan. An U pada awalnya menolak untuk
melakukan senam
dismenore dikarenakan nyeri
yang dirasakan
membuatnya malas untuk beraktivitas. Alternatif pemecahan masalah yang dilakukan ketika ditemukan masalah adalah dengan memperhatikan kenyamanan dari An U. Ketika hendak memberikan intervensi senam dismenore, terlebih dahulu perawat melakukan intervensi kompres hangat untuk meningkatkan kenyamanan dan mengurangi nyeri yang dirasakan, baru kemudian dilakukan intervensi senam dismenore. Kombinasi kompres hangat yang diikuti senam dismenore dirasakan efektif untuk mengatasi masalah nyeri dismenore pada An U.
Penulis menganjurkan adanya tindak lanjut dari petugas kesehatan yang bertugas di RW 24 termasuk kader posyandu terkait masalah dismenore pada remaja. Kader posyandu diharapkan mampu menjadi role model dalam perilaku hidup sehat untuk pencegahan dismenore. Salah satu cara dengan mengajak para remaja untuk melakukan senam dismenore yang dibarengi dengan senam ibu-ibu setiap minggunya. Diharapkan, dengan cara tersebut dapat memberikan contoh langsung kepada remaja bagaimana cara mencegah dan mengatasi dismenore. Keluarga juga dapat menerapkan kompres hangat kepada remaja putri RW 24 dengan keluhan nyeri menstruasi. Perawat komunitas dapat menjadikan kompres hangat dan senam dismenore sebagai salah satu upaya mengatasi dismenore pada remaja dengan melakukan demonstrasi langkah-langkah kompres hangat dan senam dismenore di rumah.
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
44
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan Kawasan perkotaan merupakan wilayah yang mengalami perkembangan secara pesat. Pembangunan dan perkembangan yang dialami oleh wilayah perkotaan memiliki dampak bagi lingkungan fisik perkotaan dan juga bagi gaya hidup masyarakat perkotaan. Pergeseran gaya hidup masyarakat perkotaan salah satunya adalah rendahnya kesadaran masyarakat untuk berolahraga. Beban hidup yang meningkat dan tingginya aktivitas masyarakat perkotaan membuat kebiasaankebiasaan sehat seperti olahraga jarang dilakukan. Kebiasaan olahraga yang rendah pada masyarakat perkotaan dapat menjadi salah satu faktor risiko untuk terjadinya dismenore pada remaja.
Mahasiswa, yang mengaplikasikan teori dan konsep keperawatan komunitas melakukan asuhan keperawatan komunitas dan keluarga pada salah satu RW di Kelurahan Sukatani, yaitu RW 24. Keluarga yang dikelola oleh mahasiswa adalah keluarga Bapak Y dengan masalah dismenore pada remaja yaitu An U. Asuhan keperawatan yang dilakukan meenggunakan pendekatan model Family Centered Nursing. Pengkajian dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan pemeriksaan fisik dilakukan selama 3 kali pertemuan. Anak U yang berusia 16 tahun memiliki masalah kesehatan reproduksi yakni dismenore, berupa rasa nyeri saat menstruasi di perut bagian bawah menjalar hingga kaki. Perencanaan intervensi dilakukan bersama keluarga setelah masalah teridentifikasi dan disepakati akan menyelesaikan bersama masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait menstruasi pada An U selama 6 kali pertemuan intervensi. Intervensi yang dilakukan antara lain kompres hangat, senam dismenore, teknik relaksasi napas dalan dan distraksi. Intervensi yang menjadi intervensi unggulan oleh mahasiswa adalah kompres hangat dan senam dismenore.
Hasil evaluasi yang didapatkan oleh mahasiswa, keluarga telah dapat mengerti mengenai pengertian menstruasi dan dismenore, faktor risiko dismenore, tanda 44
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
45
dan gejala dismenore, dan menyatakan secara lisan bahwa An U mengalami masalah dismenore. Keluarga juga sudah mengerti dan dapat mendemonstrasikan kembali cara-cara perawatan yang dapat dilakukan untuk merawat dismenor pada remaja di rumah. Modifikasi lingkungan juga telah dilakukan keluarga untuk meningkatkan kenyamanan guna mengurangi dismenor, dan keluarga telah mengerti manfaat pelayanan kesehatan dan pelayanan kesehatan apa saja yang dapat dicapai oleh keluarga. Tingkat kemandirian keluarga meningkat dari tingkat I menjadi tingkat III. Anak U mengalami penurunan skala nyeri dari 4 menjadi 2 setelah dilakukan intervensi dan dismenore dapat terkontrol.
5.2 Saran Berdasarkan proses dan hasil dari asuhan keperawatan yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa kompres hangat dan senam dismenore efektif dalam mengurangi nyeri menstruasi pada An U dengan penurunan nyeri dari skala 4 menjadi 2. Mahasiswa memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat membantu dalam penelitian selanjutnya, atau penerapan asuhan keperawatan bagi remaja dengan masalah reproduksi khususnya dismenore.
5.2.1 Puskesmas Puskesmas Sukatani disarankan agar dapat memberikan perhatian khusus pada masalah kesehatan reproduksi remaja di Kelurahan Sukatani, khususnya masalah dismenore. Puskesmas juga dapat berperan aktif di masyarakat dengan memberikan motivasi dan pendidikan kesehatan kepada keluarga untuk mengatasi atau mencegah dismenore pada remaja.
5.2.2 Keluarga dengan Remaja Keluarga disarankan untuk lebih meningkatkan pengetahuan mengenai masalah dismenore pada remaja dan cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi dismenore terutama dengan menggunakan kompres hangat dan senam dismenore. Mahasiswa juga menyarankan agar keluarga mengawasi pola makan, kebiasaan olahraga dan aktivitas remaja sehari-hari dan menciptakan lingkungan yang nyaman dalam rangka mengurangi keluhan dismenore Selain itu keluarga dapat Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
46
membuat jadwal senam dismenore setiap bulannya agar nyeri menstruasi yang dirasakan remaja dapat berkurang dan teratasi.
5.2.3 Perawat Penulis menyarankan kepada perawat komunitas untuk mengembangkan pengetahuan dan inovasi-inovasi intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi pada remaja khususnya di wilayah perkotaan.
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
47
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, E.T., & McFarlane, J. (2000). Community as partner theory and practice in nursing. 3rd Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Bappenas. (2003). Target MDGs. http://www.targetmdgs.org/index.php?option=com_content&task=view&id =769&itemid=6. (diakses pada 01-07-2014, pukul 17.15 WIB). Bappenas. (2009). Megapolitan paparan bappenas. http://www.ipdn.ac.id/arikel/paparan_bappenas.pdf. (diakses pada 05-072014, pukul 21.00 WIB). Bappenas. (2013). Proyeksi penduduk Indonesia 2000-2025. http://bappenas.go.id/. (diakses pada 05-07-2014, pukul 20.00 WIB). Bobak, I.M., Lowdermik, D.L., & Jensen M.D. (2004). Buku ajar keperawatan maternitas. Jakarta: EGC. Clemen-stone, M.C., Guire, & Eigisti. (2002). Comprehensive community health nursing: family, aggregate & community practice. 6th Ed. St Louis: Mosby Inc. Depkes. (2007). Modul pelatihan: Pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR). Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Friedman, M.M. (1998). Keperawatan keluarga: Teori dan praktik. Edisi 3. Jakarta: EGC. Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E.G. (2003). Family nursing : research, theory and practice. 4th Ed. California: Appleton and Lange. Goldman, M.B., & Hatch, M. (2000). Women and health. USA: Gulf professional Publishing. Harry, W. (2005). Hubungan Kemampuan Aerobik dan Kondisi Psikologis pada Pelajar Laki-laki SMU Negeri 1 Prabumulih. Palembang: Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2007). Wong’s nursing care of infants and children. St.Louis: Mosby.
47
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
48
Hurlock, E.B. (2004). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Erlangga. Kemenkes. (2010). Riset kesehatan dasar: Riskesdas 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. (2002). Kozier and erb's techniques in clinical nursing. 5th Ed. New Jersey: Pearson Education. Lestari, H. (2010). Gambaran Dismenorea pada Remaja Putri Sekolah Menengah Pertama di Manado. Jurnal Pediatri, 2. Manuaba, I.B. (2001). Dismenore: Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan KB. Jakarta : EGC. Marlinda, R., Rosalina, & Purwaningsih, (2013). Pengaruh senam dismenore terhadap penurunan dismenore pada remaja putri di Desa Sidoharjo Kecamatan Pati. Jurnal Keperawatan Maternitas , 1: 2, 118-123. Morgan, G., & Hamilton, C. (2009). Obstetri dan ginekologi. Jakarta: EGC. Nies & McEwen. (2007). Community/ public health nursing : promoting the health of populations. 4th Ed. Philadelphia: Saunders. Ningsih, R. (2011). Efektivitas paket pereda nyeri pada remaja dengan dismenore. Depok: Tesis FIK UI Pender, N.J., Murdaugh, C.L., & Parson, M.A. (2002). Health promotion in nursing practice. 4th Ed. New Jersey: Prentice Hall. Potter, P.A. & Perry, A.G. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep, proses, dan praktik volume 2. Edisi 4. Jakarta: EGC. Poureslami, M., & Osati-ashtiani, F. (2002). Assessing Knowledge, Attitudes, and Behavior of Adolescent Girls in Suburban Districts of Tehran About Dysmenorrhea and Menstrual Hygiene. http://www.bridgew.edu/soas/jiws/June02/DysmTehran.pdf. (diakses pada 01-07-2014, pukul 20.00 WIB). Prawirohardjo, S. (2009). Ilmu Kandungan. Edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Proverawati, A., & Misaroh, S. (2009). Menarche menstruasi pertama penuh makna. Yogyakarta: Nuha Medika. Santrock, J.W. (2003). Adolenscence, perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga. Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
49
Silva, M.J.C., Figueiredo, A.J., Elfrink-gemser, F.J., & Malina, R.M. (2009). Youth sports: participation, trainability and readiness. Portugal: inpresa dan univ. de Coimbra. Smeltzer, S.C. & Bare, B. (2004). Brunner & Suddarth’s textbook of medicalsurgical nursing. 10th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. Smith, C.M., & Maurer, F.A. (1995). Community health nursing. Philadelphia: WB Saunders. Soetomo, S. (2009). Urbanisasi dan morfologi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Stanhope M., & Lancaster, J. (2004). Community health nursing: Process and practice for promoting health. 6th Ed. St. Louis: C.V. Mosby. Sumardjito. (2000). Permasalahan perkotaan dan kecenderungan perilaku individualis penduduknya. Yogyakarta: FPTK IKIP. Suparto, A. (2011). Efektivitas senam dismenore dalam mengurangi dismenore pada remaja putri. Jurnal Phederal, 4:1. Tangchai, K., et al. (2004). Dysmenorrhea in Thai Adolescents : Prevalence, Impact and Knoeledge of Treatment. Departement of Obstetrics and Gynecology, Faculty of Medicine Siriraj Hospital, Mahidol University. J Med assoc Thai, 87, 69-73. Widjanarko, B. (2006). Dismenore: Tinjauan terapi pada dismenore primer. Jakarta: FK Atma Jaya.
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
PENGKAJIAN KELUARGA KELOLAAN
I.
DATA UMUM 1. Nama Keluarga (KK) : Bapak Y (44 tahun) 2. Alamat dan Telpon
: Jalan Dongkal RT.01/ RW.24, Sukatani
3. Komposisi Keluarga : No
Nama
Gender
Hub dgn KK
Usia
Pendidikan
1.
Ibu S
Perempuan
Istri
40 tahun
SD
2.
An. U
Perempuan
Anak
16 tahun
SMA
3
Nn. I
Perempuan
Adik Ipar
28 tahun
S1
Genogram
28 44
40
16
Keterangan
Laki-laki Perempuan Meninggal Entry Point Tinggal Serumah Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
4. Tipe Keluarga Tipe keluarga dalam rumah Bapak Y merupakan keluarga besar (extended family) yang terdiri dari keluarga inti (ayah, ibu, dan 1 orang anak perempuan) serta 1 orang adik (dari pihak ibu) 5. Suku Keluarga Bapak Y bersuku Jawa, bahasa yang digunakan sehari-hari dalam keluarga adalah Bahasa Indonesia. Dalam keluarga tidak ada pantangan apapun yang berkaitan dengan makanan ataupun kebudayaan. Keluarga Bapak Y tidak memiliki kebiasaan diit yang cenderung terhadap budaya tertentu ataupun pakaian. Dirumah juga tidak ada dekorasi tertentu yang cenderung dengan budaya tertentu. Hubungan dengan sesama suku biasa saja, rukun dengan suku yang lain juga. 6. Agama Keluarga Bapak Y beragama Islam, sebagai pemeluk agama Islam keluarga tidak memakan jenis makanan tertentu yang diharamkan oleh agama seperti daging babi, alkohol, dan sebagainya. Bapak Y mengatakan ia dan keluarga telah rutin beribadah solat 5 waktu setiap harinya, namun anaknya (An. U) terkadang harus disuruh terlebih dahulu dan solatnya terkadang masih bolong-bolong khususnya solat subuh. Di lingkungan RT 01 terdapat kegiatan keagamaan pengajian dan keluarga Bapak Y mengikutinya namun tidak ada pengajian remaja yang bisa diikuti oleh An U. Ibu S meyakini bahwa agama merupakan hal yang terpenting dalam hidup. Ibu S juga mengatakan pentingnya ibadah karena ibadah yang dilakukan merupakan bekal untuk di akhirat kelak. 7. Status Sosial Ekonomi Keluarga Perkiraan kelas sosial adalah menengah kebawah, Bapak Y bekerja sebagai supir di salah satu perusahaan dan Ibu S sebagai ibu rumah tangga. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, adik Ibu S yaitu Nn I bekerja sebagai guru membantu biaya sehari-hari keluarga Bapak Y. Keluarga mengatakan penghasilan yang didapatkan cukup namun pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Cara yang dilakukan keluarga untuk mengatasi penghasilan yang pas-pasan adalah dengan pengelolaan uang Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
yang baik, yaitu mengatur pengeluaran seminimal mungkin dan tidak boros dalam berbelanja. Keluarga memiliki tabungan di bank namun tidak memiliki asuransi. 8. Aktivitas Rekreasi Keluarga: Ibu S mengatakan keluarga tidak mempunyai jadwal tertentu untuk berekreasi ataupun keluar rumah. An U mengatakan keluarga jarang kemana-mana. Tidak ada aktivitas rekreasi rutin dalam keluarga, kegiatan yang dilakukan oleh An U untuk mengisi waktu luang diantaranya adalah membaca buku, menonton TV, menonton video korea, atau pergi belanja dengan tantenya (Nn. I).
II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA 9.
Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini Keluarga dengan remaja, dengan tugas perkembangan antara lain: Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
Bapak Y mulai memberikan kepercayaan kepada An U untuk memutuskan sesuatu, namun dalam beberapa hal seperti pergaulan dengan lawan jenis masih dikekang. Hubungan intim dengan keluarga dan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua terjalin baik ditandai dengan seluruh anggota keluarga banyak menghabiskan waktu di ruang keluarga dan jarang melakukan aktifitas di kamar masingmasing, sehingga jarang terjadi perdebatan karena komunikasi berjalan dengan terbuka.
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
10. Tahap Perkembangan Keluarga yang belum terpenuhi Bapak Y dan Ibu S belum bisa memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab kepada An U khususnya dalam hal pergaulan dengan lawan jenis. Bapak Y melarang An.U untuk pacaran ketika masih sekolah dan selalu mengantar-jemput anaknya ke sekolah karena An U merupakan anak satu-satunya dan tidak ingin hal yang buruk terjadi.
11. Riwayat keluarga inti Bapak Y dan istri bertemu karena bertetangga, mereka menikah pada tahun 1990 saat Bapak Y berusia 30 tahun dan istrinya berusia 26 tahun. Pada tahun 1998 mereka dikaruniai anak pertama dan belum memiliki anak lagi hingga sekarang. Ibu S mengatakan ia memiliki riwayat asam urat sedangkan Bapak Y memiliki riwayat darah tinggi. An U memiliki riwayat bronkitis akut saat berusia 5 tahun, namun tidak pernah memiliki riwayat dirawat di rumah sakit. Menurut keterangan dari Ibu S, semenjak sakit tersebut An U gampang tertular penyakit ISPA seperti flu atau pilek. An U mengatakan baru sembuh dari penyakit batuk pilek yang dideritanya selama kurang lebih 2 minggu, saat menderita ISPA mengeluh terganggu oleh batuk yang dirasakan dan sulit mengeluarkan dahak. Tidak ada kebiasaan menggunakan masker atau batuk dan bersin santun di dalam keluarga Bapak Y.
12. Riwayat keluarga sebelumnya Bapak Y merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara, sedangkan Ibu S merupakan anak keenam dari 7 bersaudara. Bapak Y mengatakan kedua orang tuanya meninggal karena sudah tua. Tidak ada konflik antar keluarga besar yang dirasakan dan keluarga hidup rukun dan damai.
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
III. LINGKUNGAN 13. Karakteristik rumah DAPUR
R. CUCI KAMAR MANDI
MEJA MAKAN
KAMAR TIDUR
RUANG TAMU & RUANG TV
13m
KAMAR TIDUR
TERAS DEPAN
6m
Rumah Bapak Y permanen dan memiliki luas 78 m2 , merupakan rumah milik pribadi peninggalan dari orang tua Bapak Y. Kondisi rumah kurang terang, dan kurang pencahayaan, jendela rumah tampak tidak dibuka dan udara hanya masuk lewat ventilasi yang dilapisi kawat nyamuk (tampak berdebu). Di samping kanan dan kiri rumah tampak rumah tetangga yang saling menempel sehingga pencahayaan semakin kurang. Sampah rumah tangga ditampung di dalam kantung plastik dan tempat sampah kecil dan biasanya dibuang ke tempat pembuangan akhir. Keluarga memakai sumber air tanah (air sanyo) untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Keluarga memiliki tempat penampungan air dalam keadaan tertutup.
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
Kondisi air yang digunakan tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak berbau. Sistem drainase kurang baik, tidak ada saluran pembuangan berupa tanah serapan di depan rumah karena rumah yang terlalu rapat antar tetangga. Terdapat selokan untuk membuang limbah keluarga. Selokan tersebut mengalir ke daerah yang lebih rendah dan dalam keadaan terbuka serta lancar alirannya, namun jika hujan deras terkadang mampet. Septic tank berjarak lebih dari 10 m dari sumber air. Pengetahuan keluarga tentang kebersihan kurang baik, tampak tempat sampah yang penuh di halaman depan rumah. Keluarga memahami lingkungan yang bersih jauh dari penyakit, sedangkan lingkungan yang kotor
akan
dengan
mudah
terkena
penyakit
namun
belum
menerapkannya. Kebersihan rumah adalah tanggung jawab bersama keluarga, namun yang lebih sering berperan dalam membersihkan rumah adalah Ibu S. 14. Karakteristik tetangga Tetangga Bapak Y terdiri dari berbagai macam suku. Komunikasi antar tetangga baik. Ibu S mengatakan selama ini tetangga di lingkungan rumah memiliki kebiasaan apabila ada salah satu tetangganya yang sakit atau terkena musibah mereka menjenguk dan apabila ada tetangga yang menyelenggarakan hajatan mereka saling bantu-membantu. Keluarga mengatakan masalah kesehatan yang seringkali muncul dalam kehidupan ditengah masyarakat biasanya disebabkan karena lingkungan yang tidak dijaga kebersihannya seperti diare, demam berdarah, dan batuk pilek. 15. Mobilitas geografis keluarga Alat transportasi yang ada di daerah lingkungan Bapak Y adalah motor dan angkutan umum. An U diantar oleh bapak Y mengunakan motor saat sekolah dan dijemput oleh tantenya menggunakan motor atau pulang naik ojek karena sekolahnya yang cukup jauh. 16. Perkumpulan Keluarga Bapak Y mengikuti pengajian bapak-bapak yang diadakan setiap malam tertentu di mushola dekat rumah. Namun An U jarang keluar rumah dan Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
hanya memiliki beberapa teman dekat yang sering diajak berkumpul di rumah. 17. Sistem pendukung keluarga Tetangga Bapak Y yang sudah dianggap sebagai saudara sering membantu keluarga jika ada masalah yang dalam keluarga.
IV. STRUKTUR KELUARGA 18. Pola Komunikasi Keluarga Dalam keluarga Bapak Y, setiap anggota keluarga mempunyai hak untuk berbicara dan menyampaikan pendapatnya. Komunikasi antara Bapak Y dengan istrinya (Ibu S) dan An U berfungsi dengan baik, Namun Bapak Y mengatakan An. U kurang mampu mengutarakan pendapatnya secara terbuka kepada ayahnya dan An. U lebih senang menceritakan masalahnya kepada Ibunya
(Ibu S) baru kemudian Ibu S akan
menyampaikan kepada Bapak Y. 19. Struktur Kekuatan Keluarga Bapak Y mengatakan keluarganya adalah keluarga kecil yang bahagia. Keluarga mengatakan Ibu S merupakan perekat hubungan di dalam keluarga dan Bapak Y berperan sebagai pengambil keputusan jika terdapat masalah yang harus diselesaikan. 20. Struktur Peran Bapak Y merasa cukup mampu memenuhi perannya sebagai seorang ayah dan pencari nafkah dikarenakan masih bekerja dan masih memiliki penghasilan untuk membiayai anaknya yang masih sekolah. 21. Nilai dan norma budaya Bapak Y meyakini bahwa ayah adalah pencari nafkah, dan meyakini sebagai seorang ayah tidak boleh satu kali pun memukul atau melukai perasaan anak. Keluarga Bapak Y juga mengatakan tidak ada nilai dan norma budaya yang bertentangan dengan kesehatan.
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
V. FUNGSI KELUARGA 22. Fungsi afektif Keluarga Bapak Y sangat perhatian dan saling menjaga perasaan antar anggota keluarga. Bapak Y dan Ibu S berusaha mendidik anaknya agar selalu menghormati orang tua, membantu sesama, disiplin, tegas, dan menyayangi sesama anggota keluarga.
23. Fungsi sosialisasi Secara umum, sosialisasi keluarga Bapak Y cukup baik, ditandai dengan mengikuti pengajian serta bersosialisasi dengan beberapa tetangga, namun untuk An U lebih banyak dirumah dan tidak melakukan kegiatan di sekitar rumah dan hanya punya beberapa teman rumah. An U mengatakan hanya berbincang di dalam rumah jika ada temannya dan jarang keluar rumah. 24. Fungsi perawatan keluarga Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan Keluarga dapat mengenali masalah kesehatan dan merasakan ada masalah. An U dan keluarga mengetahui memiliki masalah nyeri menstruasi dan ISPA namun belum secara mendalam. Kemampuan keluarga mengambil keputusan Meskipun An U telah merasakan keluhan nyeri menstruasi setiap bulannya namun An U tidak melakukan perawatan untuk mengurangi nyeri dan hanya membeli obat warung untuk mengurangi nyeri yang dirasakan. Sedangkan untuk masalah ISPA keluarga sudah mampu ke fasilitas kesehatan terdekat untuk berobat Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit Keluarga belum mengetahui cara merawat anggota keluarga yang sakit Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan Keluarga belum mengetahui cara memodifikasi lingkungan terkait penyakit
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan Keluarga mengetahui fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat, namun jarang menggunakan fasilitas kesehatan yang ada yaitu Puskesmas Sukatani untuk mengatasi masalah kesehatan jika ada anggota keluarga yang sakit. Selain itu, keluarga jarang memeriksakan kesehatannya di posbindu setiap bulannya.
VI. STRES DAN KOPING KELUARGA 25. Stresor jangka pendek Stresor jangka pendek yang dirasakan An U adalah adanya nyeri menstruasi yang dirasakan yang mengganggu aktivitas. Selain itu tuntutan pelajaran dan padatnya aktivitas dan tugas di sekolah membuat An U cemas dan stres. Keluarga Bapak Y juga cemas karena An U mudah terkena flu atau pilek. 26. Stresor jangka panjang Ekonomi pas-pasan karena Bapak Y hanya bekerja sebagai sopir merupakan stresor jangka panjang. Bapak Y merasa hidupnya selalu paspasan sedangkan kebutuhan semakin meningkat. Sedangkan stresor jangka panjang yang dirasakan An U adalah masih bingung tentang masa depan menentukan jurusan kuliah dan belum menentukan minat di bidang tertentu. 27. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah Keluarga berespon terhadap masalah namun belum bisa menentukan tindakan yang tepat karena kurangnya pengetahuan dan hanya berserah diri kepada Tuhan TME. 28. Strategi koping yang digunakan Koping yang sering digunakan oleh An U adalah aktivitas untuk distraksi seperti menonton TV. 29. Strategi adaptasi disfungsional An U selalu mengkonsumsi obat warung jika nyeri menstruasi tidak tertahankan.
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
VII.HARAPAN KELUARGA Keluarga Bapak Y berharap dengan adanya kunjungan dari mahasiswa FIK UI mampu mengatasi masalah kesehatan yang dirasakan dan keluarga mampu mengalami peningkatan kesehatan menjadi lebih baik
VIII. PEMERIKSAAN FISIK & PSIKOSOSIAL 1. No 1.
Pemeriksaan Fisik
Bagian Kepala
Bpk. Y
Ibu S
An. U
Rambut hitam, sedikit
Rambut hitam,
Rambut hitam,
beruban, distribusi
distribusi rambut
distribusi rambut
rambut merata. Mata
merata. Mata
merata. Mata
simetris kiri dan
simetris kiri dan
simetris kiri dan
kanan, konjungtiva
kanan, konjungtiva
kanan, konjungtiva
tidak anemis, sklera
tidak anemis, sklera
tidak anemis, sklera
tidak ikterik. Hidung
tidak ikterik. Hidung
tidak ikterik. Hidung
tidak ada kelainan.
tidak ada kelainan.
tidak ada kelainan.
Mulut simetris, lidah
Mulut simetris, lidah
Mulut simetris, lidah
berwarna merah
berwarna merah
berwarna merah
jambu dan tidak kotor. jambu dan tidak
jambu dan tidak
kotor. Gigi karies di
kotor
bagian geraham. 2
3
4
Thorak
Suara
Suara
Suara
bronkovesikuler, tidak
bronkovesikuler,
bronkovesikuler,
ada suara tambahan.
tidak ada suara
tidak ada suara
RR:18x/menit
tambahan.
tambahan.
RR:22x/menit
RR:20x/menit
Abdomen rounded,
Abdomen rounded,
Abdomen rounded,
Bising usus (+),
Bising usus (+),
Bising usus (+),
Ekstremi-
Pergerakan baik, tidak
Pergerakan baik,
Pergerakan baik,
tas
mengalami hambatan
tidak mengalami
tidak mengalami
hambatan
hambatan
Abdomen
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
No 5
Bagian
Bpk. Y
Ibu S
An. U
Tanda-
BB:62 Kg
BB:57 Kg
BB: 54 Kg
tanda vital
TB: 168cm
TB: 150cm
TB:158 cm
dan
TD: 140/90 mmHg
TD: 120/80 mmHg
TD:110/70 mmHg
pemeriksa
Nadi: 84 x/menit
Nadi: 87x/menit
Nadi: 80 x/menit
-an khusus
Nafas: 18 x/menit
Nafas: 22x/ menit
Nafas: 20 x/menit
Suhu:-
Suhu:-
Suhu:-
GDS: 114 mg/dl
GDS: 122 mg/dl As.Ur: 6.2 mg/dl
2.
Riwayat Pubertas Tanda-tanda perubahan seks sekunder yang dirasakan adalah payudara membesar, pinggul melebar dan tumbuh rambut di aksila dan daerah pubis/kemaluan Haid pertama kali/menarche: Usia 12 tahun Respon saat pertama haid: Kaget, namun ibu segera menjelaskan. Siklus haid: teratur, rentang / lama haid kurang lebih 6 hari Nyeri haid: Ya, pada 1-2 hari pertama, bisa terasa sangat sakit (saat dilakukan pengkajian pada tanggal 17 Mei 2014 didapatkan skala nyeri 3 dengan rasa sakit menjalar dari perut bawah hingga ke arah kaki, tampak pucat dan berkeringat) dan sering disertai rasa mual
An. U mengatakan tidak mengetahui mengapa mengalami nyeri haid dan belum mengetahui perawatan yang harus dilakukan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan. An U mengkonsumsi ponstan/asam mefenamat bila nyeri haid yang dirasakan tidak dapat ditahan lagi karena mengganggu aktifitas sehari-harinya (hanya meringkuk di atas kasur). Pemahaman anak terkait menstruasi masih kurang dan anak mengatakan jarang mendapatkan informasi terkait pubertas dan reproduksi.
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
3.
Kebutuhan Dasar Nutrisi Indeks Massa Tubuh / Body Mass Index (BMI) BMI = BMI = Kategori Status Gizi Berdasarkan IMT (Depkes, 2005) < 18,5 kg/m2
Gizi kurang (underweight)
18,5 – 25 kg/m2
Gizi normal
> 25 kg/m2
Gizi lebih (overweight)
Indeks massa tubuh An U termasuk dalam rentang status gizi normal. An U mengatakan tidak terlalu suka makan sayur namun senang makan buah seperti melon, jeruk dan semangka. Jenis makanan yang disukai An U antara lain seperti ayam dan ikan. Ibu S mengatakan makanan yang biasa dimasak dan dikonsumsi oleh An U serta keluarga adalah nasi, lauk pauk (seperti ikan, ayam, tempe, telur) dan sayur bening atau oseng-oseng (seperti kangkung, bayam, sop). Pola makan An U adalah seadanya dan tidak teratur, biasanya 2x sehari saat sarapan dan sore sepulang sekolah. Di sekolah An U mengatakan sering jajan gorengan dan es Eliminasi Pola eliminasi pada An U normal dengan pola BAB 1 kali/hari, BAK kurang lebih 5 kali/hari, normal dan tidak ada keluhan. Aktifitas Aktifitas yang biasa dilakukan anak dihabiskan lebih banyak di sekolah, mulai pukul 07.30 – 16.30 WIB (Senin, Selasa, Rabu, Jumat) dan mulai pukul 07.30 – 15.00 (Kamis, Sabtu). Jika ada waktu luang di rumah, anak lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menonton TV atau bermain laptop di ruang keluarga. An U Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
maupun keluarga tidak memiliki pengaturan jadwal aktifitas harian. An U mengatakan jarang berolahraga dan hanya berolahraga di sekolah saat ada jam pelajarannya. Tidur / Istirahat An U tidak memiliki kesulitan untuk tidur. Jam tidur biasanya adalah pukul 09.30 dan bangun pukul 05.00, jarang tidur siang karena menghabiskan waktu di sekolah namun jika hari minggu selalu tidur siang kurang lebih selama 2 jam. Keluhan yang dirasakan adalah terkadang betis tiba-tiba terasa kram saat sedang tidur. Higiene An U mandi sebanyak 2 kali sehari menggunakan sabun, keramas tiap hari di pagi hari dan menggosok gigi 2 kali sehari, pagi dan malam hari. An U mengatakan selalu cuci tangan sebelum makan namun belum tahu cara mencuci tangan dengan langkah-langkah yang benar.
4.
Riwayat Psikososial Status Emosional Individu menggunakan kuesioner SQR (Riskesdas, 2007) An U mendapatkan skor 3 dari 20 pernyataan, menunjukkan status emosional baik/tidak stres. Gejala yang dirasakan sesuai pernyataan yang dipilih meliputi mudah lelah, sulit untuk berpikir jernih, dan sulit untuk mengambil keputusan. Anak sudah mampu mengambil keputusan dan berani menerima konsekuensi dari keputusan yang diambil, misalnya dalam hal pemilihan sekolah dan rencana masa depan. Pembawaan An. U secara umum saat diajak berbicara adalah cenderung pemalu, namun mau mengungkapkan pikirannya dan menjawab dengan baik ketika diajukan pertanyaan.
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 2: Analisa Data
ANALISA DATA KELUARGA BAPAK Y
Nama Klien : An U (16 tahun), Perempuan No 1.
Data
Diagnosa Keperawatan
DS:
An U mengatakan selalu mengalami
KETIDAKEFEKTIFAN PEMELIHARAAN
nyeri haid pada hari-hari awal menstruasi
KESEHATAN TERKAIT
An U mengatakan nyeri haid yang sedang dirasakan memiliki skala 4 dan
MENSTRUASI PADA AN. U
rasa sakit menjalar dari perut bawah ke arah kaki
An U mengatakan nyeri menstruasi yang dirasakan sering disertai rasa mual
An U mengatakan mengkonsumsi obat ponstan/as.mefenamat saat nyeri haidnya dirasakan cukup parah
An U mengatakan nyeri menstruasi yang dirasakan mengganggu aktivitas sehari-hari
Ibu S mengatakan An U hanya meringkuk di kasur jika sedang nyeri menstruasi
An U dan Ibu S mengatakan tidak tahu penyebab menstruasi terasa nyeri
An U mengatakan tidak pernah berolahraga selain di sekolah
DO:
An U tampak pucat, berkeringat dan
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 2: Analisa Data
No
Data
Diagnosa Keperawatan
menahan nyeri menstruasi yang dirasakan
An U dan keluarga tidak mengetahui pengertian nyeri menstruasi, penyebab, tanda dan gejala, akibat dan tindakan pencegahan dan perawatan untuk mengurangi nyeri menstruasi.
2.
DS:
An U mengatakan baru sembuh dari
RISIKO INFEKSI PADA
sakit batuk dan pilek (selama 2 minggu)
AN. U
An U mengatakan saat sakit batuk/pilek sulit untuk mengeluarkan dahak dan sulit bernapas karena hidung tersumbat
Ibu S mengatakan An U sangat mudah terkena/ tertular batuk dan pilek dari orang lain
Ibu S mengatakan An U memiliki riwayat bronkitis saat berusia 5 tahun
An U makan seadanya dan tidak teratur (tidak mempunyai jadwal makan) karena sekolah hingga sore hari, tidak sukan makan sayur namun suka buahbuahan
An U mengatakan sering jajan gorengan dan es di sekolahnya
An U mengatakan tidak pernah berolahraga selain di sekolah
An U mengatakan tidak pernah menggunakan masker saat berkendaraan dan saat sakit batuk/pilek
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 2: Analisa Data
No
Data
Diagnosa Keperawatan
Ibu S mengatakan langsung membawa An U ke dokter klinik jika demam, batuk dan pilek
DO:
TD: 110/70 mmHg; RR: 20 x/menit; N: 80 x/menit
Jendela depan rumah tampak tidak dibuka
Kawat nyamuk di ventilasi udara tampak berdebu
An U dan keluarga mampu memahami pengertian ISPA, mampu menyebutkan 2 tanda dan gejala namun belum mengetahui penyebab, akibat serta cara pencegahan dan perawatan pada ISPA.
Ibu S menunjukkan obat yang didapatkan An U saat berobat ke dokter klinik
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 3: Skoring Keperawatan
SKORING KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK Y
Nama Klien
: An U (16 tahun)
Jenis Kelamin : Perempuan
Diagnosa keperawatan : 1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait menstruasi pada An U Skor
Angka
No
Kriteria
1
Sifat masalah:
Masalah nyeri menstruasi
Aktual
bersifat aktual dan sudah terjadi
Tertinggi
Bobot
Perhitungan
Pembenaran
karena sudah muncul tanda dan 3
3
1
3/3 x 1 = 1
gejala seperti nyeri pada perut bawah yang menjalar ke kaki dan terkadang disertai rasa mual, tampak berkeringat, pucat dan menahan nyeri yang dirasakan
2
Kemungkinan
Masalah mudah diubah karena
masalah untuk
fasilitas kesehatan terjangkau,
diubah:
mahasiswa mempunyai
Mudah
pengetahuan tentang nyeri 2
2
2
2/2 x 2 = 2
menstruasi dan waktu yang cukup untuk memberikan penyuluhan tentang menstruasi. Remaja memiliki motivasi tinggi untuk meningkatkan status kesehatannya.
3
Potensial masalah untuk: dicegah:
Potensial masalah untuk dicegah 2
3
1
2/3 x 1 = 2/3
Sedang
bersifat sedang dikarenakan tanda dan gejala sudah dirasakan namun An U serta keluarga Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 3: Skoring Keperawatan
No
Kriteria
Skor
Angka Tertinggi
Bobot
Perhitungan
Pembenaran belum mengetahui mengenai cara pencegahan timbulnya nyeri menstruasi
4
Menonjolnya
Masalah nyeri menstruasi pada
masalah:
An U telah dirasakan, namun
Tidak segera
keluarga merasa nyeri
diatasi
1
2
1
1/2 x 1 = ½
menstruasi merupakan hal yang wajar dialami oleh perempuan dan tidak berbahaya sehingga tidak membutuhkan tindakan atau penanganan khusus
TOTAL
4 1/6
Diagnosa keperawatan : 2. Risiko infeksi pada An U Skor
Angka
No
Kriteria
1
Sifat masalah:
Masalah ISPA bersifat risiko
Risiko
karena tidak bersifat aktual
2
Tertinggi
3
Bobot
1
Perhitungan
2/3 x 1 = 2/3
Pembenaran
namun baru saja terjadi, dan banyaknya faktor risiko yang dimiliki oleh keluarga untuk terjadinya ISPA berulang pada An U
2
Kemungkinan
Masalah dapat diubah sebagian
masalah untuk
karena fasilitas kesehatan
diubah: Sebagian
1
2
2
1/2 x 2 = 1
terjangkau, mahasiswa mempunyai pengetahuan tentang penyakit ISPA dan waktu yang cukup untuk memberikan Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 3: Skoring Keperawatan
No
Kriteria
Skor
Angka Tertinggi
Bobot
Perhitungan
Pembenaran penyuluhan kesehatan tentang ISPA, kesadaran tentang penggunaan faskes baik namun tentang cara perawatan sederhana ISPA masih kurang
3
Potensial
Potensial masalah untuk dicegah
masalah untuk:
sedang dikarenakan tanda dan
dicegah:
gejala sudah mulai dirasakan
Sedang
namun An U dan keluarga 2
3
1
2/3 x 1 = 2/3
belum terlalu tahu mengenai informasi yang dibutuhkan mengenai cara mencegah ISPA dan masih kurangnya kesadaran mengenai lingkungan sehat untuk ISPA
4
Menonjolnya
Saat tanda dan gejala ISPA
masalah:
muncul keluarga merasakan hal
Segera diatasi
2
2
1
2/2 x 1 = 1
tersebut sebagai suatu masalah dan segera mengatasinya dengan mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan
TOTAL
3 1/3
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA BAPAK Y
No 1
Nama Klien Jenis Kelamin Diagnosa Keperawatan Ketidakefektif -an Pemeliharaan Kesehatan pada An U terkait Menstruasi
: An U (16 tahun) : Perempuan Tujuan Umum Khusus Setelah Setelah dilakukan dilakukan pertemuan selama 5 x 60 kunjungan menit, keluarga: sebanyak 5 x 1. Mampu mengenal 60 menit, masalah dismenore, keluarga dengan: mampu 1.1 Menyebutkan merawat pengertian anggota menstruasi dan keluarga dismenore dengan nyeri menstruasi (dismenore)
Kriteria
Evaluasi kognitif (respon verbal)
Kriteria Evaluasi Standar
Keluarga mampu menyebutkan pengertian menstruasi: Perdarahan yang terjadi karena peluruhan dinding endometrium, meerupakan perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi Keluarga mampu menyebutkan pengertian dismenore: Nyeri yang dirasakan selama menstruasi pada daerah perut bawah atau pinggang. Terdiri dari dismenore primer dan dismenore sekunder dengan derajat nyeri ringan, sedang, hingga berat.
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan An U dan keluarga. Kaji kemampuan keluarga dalam mengenal masalah dismenore pada An U Berikan informasi tentang nyeri menstruasi (pengertian, penyebab, tanda gejala dan akibat) kepada keluarga. Berikan penjelasan ulang pada penjelasan-penjelasan yang belum dimengerti keluarga. Dengarkan dan dorong An U dan keluarga dalam Universitas Indonesia
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Umum
Khusus 1.2 Menyebutkan faktor risiko dismenore pada remaja
Kriteria Evaluasi kognitif (respon verbal)
1.3 Menyebutkan tanda dan gejala dismenore
Evaluasi kognitif (respon verbal)
Kriteria Evaluasi Standar Keluarga mampu menyebutkan faktor risiko dismenore pada remaja, meliputi: - Menarche pada usia lebih awal - Belum pernah hamil dan melahirkan - Perokok - Kebiasaan olahraga - Stres - Kelainan ginekologi (kelainan pada alat reproduksi)
Intervensi mengungkapkan perasaannya. Berikan reinforcement positif pada keluarga
Keluarga mampu menyebutkan tanda dan gejala dismenore, meliputi: - Nyeri pada perut bawah yang menjalar hingga pinggang dan paha - Mual - Muntah - Sakit kepala - Diare - Keletihan
2. Mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga dengan Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Umum
Kriteria Evaluasi Standar
Khusus masalah dismenore, dengan: 2.1 Menyebutkan akibat / komplikasi dismenore
Kriteria
Evaluasi kognitif (respon verbal)
Keluarga mampu menyebutkan akibat/ komplikasi dismenore, meliputi: - Nyeri hebat - Intoleransi aktivitas - Hilang kesadaran - Kemandulan (patologis)
2.2 Keluarga bersikap positif dan mampu mengambil keputusan terhadap masalah yang dirasakan
Evaluasi kognitif (respon verbal) & afektif
Keluarga mampu mengkomunikasikan keputusan yang diambil terhadap masalah yang dirasakan
Evaluasi kognitif (respon verbal)
Keluarga mampu menyebutkan cara pencegahan dismenore, meliputi: - Tidur dan istirahat yang cukup - Olahraga teratur (jogging, berenang, bersepeda) - Hindari stres
3. Mampu melakukan perawatan sederhana pada anggota keluarga dengan dismenore, dengan: 3.1 Menyebutkan cara pencegahan dismenore
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Intervensi
Kaji keputusan yang pernah diambil oleh keluarga terkait dismenore Bantu An U atau keluarga untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pembuatan keputusan Libatkan An U dan keluarga dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan perawatan Berikan reinforcement positif pada keluarga
Identifikasi dan beri penjelasan pada keluarga tentang cara merawat An U dengan dismenore Diskusikan dengan keluarga cara pencegahan dan Universitas Indonesia
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Umum
Khusus
Kriteria
3.2 Menyebutkan cara perawatan dismenore
3.3 Mendemonstrasikan cara perawatan dismenore
4. Mampu melakukan modifikasi lingkungan dalam merawat anggota keluarga dengan masalah dismenore, dengan: 4.1 Menyebutkan cara memodifikasi lingkungan
Evaluasi kognitif (respon verbal)
Kriteria Evaluasi Standar - Konsumsi gizi / nutrisi yang cukup Keluarga mampu menyebutkan cara perawatan dismenore, meliputi: - Kompres hangat - Senam dismenore - Teknik relaksasi napas dalam - Distraksi - Pemijatan / massage
Intervensi perawatan dismenore Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya mengenai cara merawat An U Tanyakan kembali kepada keluarga mengenai cara merawat An U Beri reinforcement positif pada keluarga
Respon Keluarga mampu psikomotor mendemonstrasikan cara perawatan dismenore, yaitu: - Kompres hangat - Teknik relaksasi napas dalam - Senam dismenore
Evaluasi kognitif (respon
Keluarga mampu menyebutkan cara menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Mengkaji lingkungan rumah untuk mengurangi dismenore pada An U Universitas Indonesia
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Umum
Khusus
Kriteria Evaluasi Standar mengurangi nyeri menstruasi, diantaranya: - Lingkungan dengan cahaya yang redup - Lingkungan bebas bising - Aromatherapy atau pengharum ruangan - Lingkungan yang sejuk - Musik instrumental
Kriteria verbal)
4.2 Mendemonstrasikan cara memodifikasi lingkungan
5. Menggunakan pelayanan kesehatan yang ada untuk melakukan perawatan pada An F
Intervensi Mengajarkan dan memotivasi keluarga cara menciptakan lingkungan yang nyaman untuk mengurangi dismenore pada An U Beri reinforcement positif pada keluarga
Respon Keluarga mampu menciptakan psikomotor lingkungan rumah yang nyaman untuk menurunkan nyeri menstruasi pada An U
Evaluasi kognitif (respon verbal) & psikomotor
Keluarga mampu menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan oleh An F: - Puskesmas - RS - Dokter klinik Keluarga mampu menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan yang dapat digunakan oleh An U, diantaranya: - Mendapatkan konseling/
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat digunakan An U Gali dan diskusikan tentang manfaat fasilitas kesehatan yang dapat digunakan An U Beri reinforcement positif pada keluarga.
Universitas Indonesia
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga No
2
Diagnosa Keperawatan
Risiko Infeksi pada An U
Tujuan Umum
Setelah dilakukan kunjungan sebanyak 5 x 60 menit, keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan ISPA
Khusus
Kriteria
Setelah dilakukan pertemuan selama 5 x 60 menit, keluarga: 1. Mampu mengenal masalah ISPA, dengan: 1.1 Menyebutkan pengertian ISPA
Kriteria Evaluasi Standar penyuluhan untuk mendapatkan informasi yang akurat dan lebih lanjut mengenai dismenore
Evaluasi kognitif (respon verbal)
Keluarga mampu menyebutkan pengertian ISPA: ISPA adalah inspeksi saluran pernapasan akut atau yang dikenal dengan batuk pilek
1.2 Menyebutkan penyebab ISPA
Evaluasi kognitif (respon verbal)
Keluarga mampu menyebutkan penyebab ISPA, meliputi: - Virus - Tertular penderita lain - Kurang makan makanan bergizi - Tinggal di lingkungan kurang sehat
1.3 Menyebutkan tanda dan gejala ISPA
Evaluasi kognitif (respon verbal)
Keluarga mampu menyebutkan tanda dan gejala ISPA, meliputi: - ISPA Ringan (batuk, pilek, kadang disertai demam)
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan An U dan keluarga. Kaji kemampuan keluarga dalam mengenal masalah ISPA pada An U Berikan informasi tentang ISPA (pengertian, penyebab, tanda gejala dan akibat) kepada keluarga. Berikan penjelasan ulang pada penjelasan-penjelasan yang belum dimengerti keluarga. Dengarkan dan dorong An U dan keluarga dalam mengungkapkan perasaannya. Universitas Indonesia
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Umum
Khusus
Kriteria
2. Mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga dengan ISPA, dengan: 2.1 Menyebutkan akibat/ komplikasi ISPA
2.2 Keluarga bersikap positif dan mampu mengambil keputusan terhadap masalah yang dirasakan
Kriteria Evaluasi Standar - ISPA Sedang (batuk, pilek disertai napas cepat) - ISPA Berat (batuk, pilek disertai sesak napas)
Evaluasi kognitif (respon verbal)
Keluarga mampu menyebutkan akibat/ komplikasi ISPA, meliputi: - Daya tahan tubuh semakin menurun - Gangguan aktivitas, pertumbuhan dan perkembangan - Gangguan tidur - Sesak napas berat - Kematian
Evaluasi kognitif (respon verbal) & afektif
Keluarga mampu mengkomunikasikan keputusan yang diambil terhadap masalah yang dirasakan
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Intervensi Berikan reinforcement positif pada keluarga
Kaji keputusan yang pernah diambil oleh keluarga terkait ISPA Bantu An U atau keluarga untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pembuatan keputusan Libatkan An U dan keluarga dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan perawatan Berikan reinforcement positif pada keluarga
Universitas Indonesia
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Umum
Kriteria Evaluasi Standar
Khusus 3. Mampu melakukan perawatan sederhana pada anggota keluarga dengan ISPA, dengan: 3.1 Menyebutkan cara pencegahan ISPA
Kriteria
Evaluasi kognitif (respon verbal)
Keluarga mampu menyebutkan cara mencegah ISPA, meliputi: - Jauhkan dari penderita ISPA - Menggunakan masker jika anggota keluarga batuk pilek - Batuk dan bersin santun - Cuci tangan - Lingkungan rumah bersih dan sehat - Makan makanan bergizi
3.2 Menyebutkan cara perawatan ISPA
Evaluasi kognitif (respon verbal)
Keluarga mampu menyebutkan cara perawatan ISPA, meliputi: - Istirahat yang cukup - Makan makanan yang bergizi - Jika demam (berikan obat penurun panas; banyak minum; kompres pada ketiak, leher dan lipatan paha; jangan menggunakan selimut tebal) - Jika batuk (inhalasi sederhana, batuk efektif, ramuan kecap jeruk nipis)
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Intervensi
Identifikasi dan beri penjelasan pada keluarga tentang cara merawat An U dengan ISPA Diskusikan dengan keluarga cara pencegahan dan perawatan ISPA Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya mengenai cara merawat An U Tanyakan kembali kepada keluarga mengenai cara merawat An U Beri reinforcement positif pada keluarga
Universitas Indonesia
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Umum
Khusus 3.3 Mendemonstrasikan cara perawatan ISPA
4. Mampu melakukan modifikasi lingkungan dalam merawat anggota keluarga dengan ISPA, dengan: 4.1 Menyebutkan cara memodifikasi lingkungan
Kriteria Evaluasi Kriteria Standar Respon Keluarga mampu psikomotor mendemonstrasikan cara perawatan ISPA, yaitu: - Inhalasi sederhana - Batuk efektif - Membuat obat tradisional kecap dan jeruk nipis
Evaluasi kognitif (respon verbal)
Keluarga mampu menyebutkan cara menciptakan lingkungan sehat untuk mencegah ISPA, diantaranya: - Rumah dan lingkungan dibersihkan setiap hari - Penerangan dan sinar matahari cukup - Hindari debu dan asap - Pertukaran udara (ventilasi) cukup dengan cara membuka jendela setiap pagi - Rumah tidak lembab
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Intervensi
Mengkaji lingkungan rumah untuk pencegahan ISPA pada An U Mengajarkan dan memotivasi keluarga cara menciptakan lingkungan yang sehat untuk mencegah ISPA pada An U Beri reinforcement positif pada keluarga
Universitas Indonesia
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Umum
Khusus 4.2 Mendemonstrasikan cara memodifikasi lingkungan
5. Menggunakan pelayanan kesehatan yang ada untuk melakukan pengobatan dan perawatan pada An U
Kriteria Evaluasi Kriteria Standar Respon Keluarga mampu menciptakan psikomotor lingkungan rumah yang nyaman untuk mencegah ISPA pada An U
Evaluasi kognitif (respon verbal) & psikomotor
Keluarga mampu menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan oleh An FR: - Puskesmas - RS - Dokter klinik Keluarga mampu menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan yang dapat digunakan oleh An U, diantaranya: - Mendapatkan konseling/ penyuluhan untuk mendapatkan informasi yang akurat dan lebih lanjut mengenai cara mencegah dan perawatan ISPA
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Intervensi
Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat digunakan An U Gali dan diskusikan tentang manfaat fasilitas kesehatan yang dapat digunakan An U Beri reinforcement positif pada keluarga.
Universitas Indonesia
Lampiran 5: Catatan Perkembangan Keluarga
CATATAN PERKEMBANGAN KELUARGA BAPAK Y Nama Klien : An. U (16 tahun) Jenis Kelamin : Perempuan Diagnosa No Implementasi Keperawatan 1 Ketidakefektifan Melakukan pendidikan pemeliharaan kesehatan mengenai kesehatan pada menstruasi menggunakan An U terkait media lembar balik dan menstruasi leaflet
TUK 1 : Menjelaskan kepada keluarga mengenai menstruasi. Keluarga diharapkan mampu mengenal masalah menstruasi dengan: Menyebutkan pengertian menstruasi Menyebutkan pengertian nyeri menstruasi/ dismenore, jenis dan derajat nyeri Menyebutkan 3 dari 6 faktor risiko nyeri menstruasi/ dismenore Menyebutkan 3 dari 6 tanda dan gejala nyeri menstruasi/ dismenore TUK 2 : Menjelaskan akibat dari nyeri menstruasi. Diharapkan keluarga mampu mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan nyeri menstruasi dengan: Menyebutkan 2 dari 4
Evaluasi Subjektif: An U mengatakan menstruasi adalah peristiwa luruhnya dinding rahim karena tidak dibuahi. An U mengatakan nyeri menstruasi adalah nyeri di perut bagian bawah saat haid. Terdiri dari primer dan sekunder dengan nyeri ringan-berat An U dan Ibu S mengatakan penyebab nyeri menstruasi adalah belum pernah hamil, stres dan kurang olahraga An U dan Ibu S mengatakan tanda dan gejala dismenore adalah nyeri di perut bawah hingga kaki, mual, muntah An U dan Ibu S mengatakan akibat nyeri menstruasi adalah nyeri hebat dan gangguan aktifitas
TT / Tanggal / Waktu Jumat, 16 Mei 2014 (17.00-18.00)
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 5: Catatan Perkembangan Keluarga
No
Diagnosa Keperawatan
Implementasi akibat nyeri menstruasi Mampu mengambil keputusan untuk merawat dan mengatasi masalah nyeri menstruasi pada anggota keluarga
Evaluasi
TT / Tanggal / Waktu
Objektif: Keluarga mampu menyebutkan pengertian dan respon menstruasi dengan baik. Keluarga mampu menyebutkan pengertian dismenore Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6 faktor risiko dismenore pada remaja Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6 tanda dan gejala nyeri menstruasi Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4 akibat dismenore Keluarga mampu mengambil keputusan untuk merawat dan mengatasi masalah nyeri menstruasi pada anggota keluarga Analisa: TUK 1 tercapai TUK 2 tercapai Planning Melakukan TUK 3 (pendidikan kesehatan dan Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 5: Catatan Perkembangan Keluarga
No
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
TT / Tanggal / Waktu
demonstrasi tentang cara mencegah dan perawatan dismenore) 2
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada An U terkait menstruasi
Melanjutkan pertemuan sebelumnya sesuai dengan rencana, melakukan pendidikan kesehatan dan demonstrasi tentang cara mencegah dan mengatasi dismenore TUK 3 : Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara mencegah dan mengatasi dismenore, yaitu dengan : Menyebutkan 2 dari 4 cara mencegah dismenore Menyebutkan 3 dari 5 cara perawatan dismenore Mendemonstrasikan cara mengatasi dismenore (kompres hangat)
Subjektif Sabtu, An U mengatakan 17 Mei 2014 cara mencegah (10.00-11.00) nyeri haid adalah dengan makan makanan bergizi dan olahraga teratur An U mengatakan cara perawatan dismenore adalah dengan kompres hangat, teknik napas dalam dan senam dismenore An U mengatakan lebih nyaman dan nyerinya berkurang setelah dikompres hangat An U mengatakan akan melakukan kompres hangat ketika nyeri datang Objektif Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4 cara mencegah dismenore Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 cara perawatan dismenore Keluarga mampu mendemonstrasikan Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 5: Catatan Perkembangan Keluarga
No
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
TT / Tanggal / Waktu
cara mengatasi dismenore (kompres hangat) dengan baik Keluarga tampak berpartisipasi secara aktif dalam proses implementasi Analisa TUK 3 tercapai sebagian Planning Melanjutkan TUK 3 (mendemonstrasika n senam dismenore) 3
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada An U terkait menstruasi
Melanjutkan pertemuan sebelumnya sesuai dengan rencana, melakukan demonstrasi tentang cara mengatasi dismenore TUK 3 : Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara mencegah dan mengatasi dismenore, yaitu dengan : Mendemonstrasikan cara mengatasi dismenore (latihan senam dismenore)
Subjektif An U mengatakan badan lebih lemas dan rileks setelah melakukan latihan senam dismenore An U mengatakan senam mampu memproduksi endorphin untuk mengurangi nyeri An U mengatakan akan melakukan senam dismenore secara rutin.
Kamis, 22 Mei 2014 (16.00-17.00)
Objektif Keluarga mampu menyebutkan manfaat senam Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 5: Catatan Perkembangan Keluarga
No
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
TT / Tanggal / Waktu
dismenore Keluarga mampu mendemonstrasikan cara mengatasi dismenore (senam dismenore) dengan baik Keluarga tampak berpartisipasi secara aktif dalam proses implementasi Analisa TUK 3 tercapai sebagian Planning Melanjutkan TUK 3 (teknik relaksasi napas dalam dan distraksi) 4
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada An U terkait menstruasi
Melanjutkan pertemuan sebelumnya sesuai dengan rencana, melakukan demonstrasi tentang cara mengatasi dismenore TUK 3 : Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara mencegah dan mengatasi dismenore, yaitu dengan : Mendemonstrasikan cara mengatasi dismenore (teknik relaksasi napas dalam dan distraksi)
Subjektif An U mengatakan pikirannya lebih tenang setelah melakukan teknik napas dalam An U mengatakan distraksi yang dilakukan adalah menonton tv An U mengatakan teknik relaksasi dan distraksi berfungsi untuk mengurangi nyeri dan merilekskan pikiran
Sabtu, 24 Mei 2014 (11.00-12.00)
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 5: Catatan Perkembangan Keluarga
No
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
TT / Tanggal / Waktu
Objektif Keluarga mampu menyebutkan manfaat teknik relaksasi napas dalam dan distraksi Keluarga mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi napas dalam dan distraksi dengan baik Keluarga tampak berpartisipasi secara aktif dalam proses implementasi Analisa TUK 3 tercapai Planning Melakukan TUK 4 dan 5 5
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada An U terkait menstruasi
Melanjutkan pertemuan sebelumnya sesuai dengan rencana, melakukan TUK 4 dan TUK 5 TUK 4 : Menjelaskan cara modifikasi lingkungan untuk mengurangi nyeri menstruasi/ dismenore. Keluarga diharapkan mampu melakukan modifikasi lingkungan, dengan: Mampu menyebutkan 3
Subjektif: An U dan Ibu S mengatakan cara memodifikasi lingkungan adalah dengan ruangan tenang, redup, dan ada pengharum ruangan. Keluarga mengatakan Puskesmas Sukatani dapat menjadi tempat mendapatkan
Senin, 26 Mei 2014 (09.00-10.00)
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 5: Catatan Perkembangan Keluarga
No
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
dari 5 cara modifikasi lingkungan untuk meningkatkan kenyamanan dalam mengurangi dismenore Mampu mendemonstrasikan cara memodifikasi lingkungan
pengetahuan seputar masalah dismenore
TT / Tanggal / Waktu
Objektif: Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 cara modifikasi lingkungan untuk mengurangi dismenore Keluarga mampu melakukan modifikasi lingkungan dengan menyediakan pengharum ruangan saat melakukan teknik relaksasi
TUK 5 : Menjelaskan manfaat pelayanan kesehatan untuk mengatasi dismenore Keluarga diharapkan mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan kesehatan yang ada (Puskesmas Sukatani) untuk mengatasi dismenore pada remaja Analisa: dengan menyebutkan TUK 4 tercapai manfaat fasilitas pelayanan TUK 5 tercapai kesehatan tersebut. Planning: Melakukan evaluasi 6
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada An U terkait menstruasi
Melanjutkan pertemuan sebelumnya sesuai dengan rencana, melakukan evaluasi.
Subjektif Kamis, An U mengatakan 29 Mei 2014 teknik yang paling (16.00-17.00) disukai untuk mengurangi dismenore adalah kompres hangat dan senam dismenore An U mengatakan nyeri berkurang setelah melakukan kompres hangat An U mengatakan Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 5: Catatan Perkembangan Keluarga
No
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
TT / Tanggal / Waktu
akan melakukan senam dismenore paling tidak 3 hari sebelum menstruasi Objektif Keluarga mampu mendemonstrasikan latihan yang telah diajarkan Keluarga mampu menerapkan pendidikan kesehatan yang telah didiskusikan bersama-sama Analisa TUK 1-5 tercapai Planning Melakukan terminasi dx. 1 dan melanjutkan intervensi untuk dx. 2 risiko bersihan jalan napas tidak efektif (TUK 1 dan TUK 2) pada pertemuan ke-10 7
Risiko infeksi pada An U
Melakukan pendidikan kesehatan mengenai ISPA menggunakan media lembar balik dan leaflet. TUK 1 : Menjelaskan kepada keluarga mengenai ISPA. Keluarga diharapkan mampu
Subjektif: Sabtu, An U dan Ibu S 31 Mei 2014 mengatakan ISPA (10.00-11.00) adalah penyakit infeksi saluran nafas akut An U mengatakan penyebab dari ISPA adalah kurang gizi, tinggal di Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 5: Catatan Perkembangan Keluarga
No
Diagnosa Keperawatan
Implementasi mengenal masalah ISPA dengan: Menyebutkan pengertian ISPA Menyebutkan 2 dari 4 penyebab ISPA Menyebutkan 3 dari 5 tanda dan gejala ISPA TUK 2 : Menjelaskan akibat dan komplikasi dari ISPA. Diharapkan keluarga mampu mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang menderita ISPA dengan: Menyebutkan 3 dari 5 akibat / komplikasi dari ISPA Mampu mengambil keputusan untuk merawat dan mengatasi ISPA pada anggota keluarga
Evaluasi
TT / Tanggal / Waktu
lingkungan yang tidak sehat. An U mengatakan tanda dan gejala ISPA adalah batuk, pilek, demam An U dan Ibu S mengatakan akibat dari ISPA adalah aktivitas terganggu, sesak napas hebat dan kematian Objektif: Keluarga mampu menyebutkan pengertian ISPA dengan baik. Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4 penyebab ISPA Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 tanda dan gejala ISPA Keluarga mampu menyebutkan 3 akibat ISPA Keluarga mampu mengambil keputusan untuk merawat dan mengatasi ISPA pada anggota keluarga Analisa: TUK 1 tercapai TUK 2 tercapai
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 5: Catatan Perkembangan Keluarga
No
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
TT / Tanggal / Waktu
Planning Melakukan TUK 3 (penkes pencegahan, dan perawatan serta demonstrasi) 8
Risiko infeksi pada An U
Melanjutkan pertemuan sebelumnya sesuai dengan rencana, melakukan pendidikan kesehatan tentang pencegahan dan cara perawatan ISPA serta melakukan demonstrasi membuat obat tradisional kecap dan jeruk nipis TUK 3 : Menjelaskan dan mendemonstrasikan perawatan sederhana ISPA, yaitu dengan : Menyebutkan 3 dari 6 cara pencegahan ISPA Menyebutkan 3 dari 4 cara perawatan ISPA Mendemonstrasikan cara perawatan ISPA (membuat obat tradisional kecap dan jeruk nipis)
Subjektif Kamis, An U dan Ibu S 5 Juni 2014 mengatakan cara (16.00-17.00) mencegah ISPA adalah pakai masker, batuk santun dan lingkungan rumah bersih An U mengatakan cara perawatan ISPA adalah istirahat cukup, kompres jika demam dan inhalasi sederhana An U mengatakan ramuan kecap dan jeruk nipis bermanfaat untuk meredakan batuk An U mengatakan ramuan kecap dan jeruk nipis terasa enak dan nyaman di tenggorokan Objektif Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6 cara pencegahan ISPA Keluarga mampu menyebutkan 3 dari Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 5: Catatan Perkembangan Keluarga
No
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
TT / Tanggal / Waktu
4 cara perawatan ISPA Keluarga mampu mendemonstrasikan cara perawatan ISPA (membuat obat tradisional kecap dan jeruk nipis) Analisa TUK 3 tercapai sebagian Planning Melanjutkan TUK 3 (inhalasi sederhana dan batuk efektif) 9
Risiko infeksi pada An U
Melanjutkan pertemuan sebelumnya sesuai dengan rencana, melakukan pendidikan kesehatan tentang perawatan sederhana untuk mencegah ISPA TUK 3 : Menjelaskan dan mendemonstrasikan perawatan sederhana pada ISPA, yaitu dengan : Inhalasi sederhana Batuk efektif
Subjektif An U mengatakan inhalasi sederhana dan batuk efektif bermanfaat untuk mengeluarkan dahak An U mengatakan napasnya lebih lega setelah mencoba inhalasi sederhana An U dan Ibu S mengatakan memahami perawatan yang diberikan dan akan menerapkannya jika batuk pilek
Sabtu, 7 Juni 2014 (11.00-12.00)
Objektif Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 5: Catatan Perkembangan Keluarga
No
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
TT / Tanggal / Waktu
Keluarga mampu menyebutkan manfaat inhalasi sederhana dan batuk efektif dengan baik Keluarga mampu mendemonstrasikan pembuatan inhalasi sederhana dan cara batuk efektif dengan baik Analisa TUK 3 tercapai Planning Melakukan TUK 4 dan 5 10
Risiko infeksi pada An U
Melanjutkan pertemuan sebelumnya sesuai dengan rencana, melakukan TUK 4 dan TUK 5 TUK 4 : Menjelaskan cara modifikasi lingkungan untuk menciptakan lingkungan bersih dan sehat. Keluarga diharapkan mampu melakukan modifikasi lingkungan, dengan: Mampu menyebutkan 3 dari 5 cara modifikasi lingkungan untuk mencegah ISPA Mampu
Subjektif: An U dan Ibu S mengatakan cara memodifikasi lingkungan adalah dengan menjaga kebersihan rumah, membuka jendela dan pencahayaan cukup Keluarga mengatakan Puskesmas Sukatani dapat menjadi tempat mendapatkan obat dan pengetahuan seputar ISPA
Kamis, 12 Juni 2014 (16.00-17.00)
Objektif: Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 5: Catatan Perkembangan Keluarga
No
11
12
Diagnosa Keperawatan
Risiko infeksi pada An U
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada An U terkait menstruasi
Implementasi
Evaluasi
mendemonstrasikan cara memodifikasi lingkungan rumah TUK 5 : Menjelaskan manfaat pelayanan kesehatan untuk mengatasi gizi kurang Keluarga diharapkan mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan kesehatan yang ada (Puskesmas Sukatani) untuk mengatasi gizi kurang dengan menyebutkan manfaat fasilitas pelayanan kesehatan tersebut.
Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 cara modifikasi lingkungan untuk mencegah ISPA Keluarga mampu memodifikasi rumah untuk mencegah ISPA
TT / Tanggal / Waktu
Analisa: TUK 4 tercapai TUK 5 tercapai Planning: Melakukan evaluasi sumatif dx 2 (risiko infeksi)
Melakukan evaluasi sumatif diagnosa keperawatan 2 (risiko infeksi)
Evaluasi Sumatif: -hasil terlampir-
Melakukan evaluasi sumatif diagnosa keperawatan 1 (Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait menstruasi)
Evaluasi Sumatif: -hasil terlampir-
Sabtu, 14 Juni 2014 (11.00-12.00)
Planning: Melakukan evaluasi sumatif dx 1 (Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait menstruasi) Kamis, 19 Juni 2014 (16.00-17.00)
Planning: Melakukan penilaian tingkat kemandirian keluarga dan terminasi kontrak kunjungan keluarga Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 5: Catatan Perkembangan Keluarga
No 13
Diagnosa Keperawatan Risiko infeksi pada An U; Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait menstruasi
Implementasi
Evaluasi
Penilaian tingkat kemandirian keluarga dan terminasi kontrak kunjungan keluarga
Penilaian tingkat kemandirian keluarga: -hasil terlampir-
TT / Tanggal / Waktu Jumat, 20 Juni 2014 (17.00-18.00)
Planning: -
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 6: Evaluasi Sumatif Keluarga
EVALUASI SUMATIF ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA BAPAK Y Diagnosa Keperawatan I : Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada An U terkait menstruasi Hasil
No.
Respon Keluarga
1.
Keluarga mengatakan menstruasi adalah peristiwa luruhnya dinding rahim karena tidak dibuahi dan nyeri menstruasi adalah nyeri di perut bagian bawah saat haid yang terdiri dari primer dan sekunder dengan nyeri ringan-berat Keluarga mengatakan faktor risiko nyeri menstruasi/ dismenore adalah belum pernah hamil, stres dan kurang olahraga (3 dari 6) Keluarga mengatakan bahwa tanda dan gejala nyeri menstruasi/ dismenore adalah nyeri di perut bawah hingga kaki, mual, muntah (3 dari 6) Keluarga mengatakan bahwa akibat nyeri menstruasi/ dismenore adalah nyeri hebat dan gangguan aktifitas (2 dari 4) Keluarga mengatakan akan merawat An U untuk mengatasi nyeri menstruasi/ dismenore sesuai dengan yang dijelaskan mahasiswa Keluarga mengatakan cara mencegah nyeri menstruasi/ dismenore adalah dengan makan makanan bergizi dan olahraga teratur (2 dari 4) Keluarga mengatakan cara perawatan nyeri menstruasi/ dismenore adalah dengan kompres hangat, teknik napas dalam dan senam dismenore (3 dari 5) Keluarga mendemonstrasikan cara perawatan nyeri menstruasi/ dismenore (kompres hangat, senam dismenore, teknik napas dalam dan distraksi) Keluarga mengatakan cara memodifikasi lingkungan adalah modifikasi pada ruangan supaya tenang dan nyaman, yaitu ruangan yang tidak bising, redup, ada pengharum ruangan (3 dari 5) Keluarga mendemonstrasikan modifikasi lingkungan dengan menyemprotkan pengharum ruangan saat
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Ya
Tidak
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 6: Evaluasi Sumatif Keluarga
No.
11.
12. 13.
Hasil
Respon Keluarga
Ya
melakukan teknik relaksasi. Keluarga mengatakan bahwa manfaat fasilitas kesehatan adalah tempat untuk periksa kesehatan dan bisa mendapatkan banyak informasi. Keluarga menyebutkan jenis-jenis fasilitas kesehatan, yaitu RS, Puskesmas dan Dokter klinik Keluarga mengatakan bahwa bersedia membawa An U ke fasilitas pelayanan kesehatan jika nyeri menstruasi/ dismenore tidak teratasi
Tidak
√
√ √
Diagnosa Keperawatan II : Risiko infeksi pada An U Hasil
No.
Respon Keluarga
1.
Keluarga mengatakan ISPA adalah penyakit infeksi saluran nafas akut Keluarga mengatakan penyebab ISPA adalah kurang gizi, tinggal di lingkungan yang tidak sehat ( 2 dari 4) Keluarga mengatakan bahwa tanda dan gejala tanda dan gejala ISPA adalah batuk, pilek, demam (3 dari 5) Keluarga mengatakan bahwa akibat dari ISPA adalah aktivitas terganggu, sesak napas hebat dan kematian (3 dari 5) Keluarga mengatakan akan merawat An U untuk mencegah ISPA sesuai dengan yang dijelaskan mahasiswa Keluarga mengatakan cara mencegah ISPA adalah pakai masker, batuk santun dan lingkungan rumah bersih (3 dari 6) Keluarga mengatakan cara perawatan ISPA adalah istirahat cukup, kompres jika demam dan inhalasi sederhana (3 dari 4) Keluarga mendemonstrasikan cara perawatan ISPA (membuat obat tradisional kecap dan jeruk nipis, inhalasi sederhana dan batuk efektif) Keluarga mengatakan cara memodifikasi lingkungan adalah dengan menjaga kebersihan rumah, membuka
2. 3. 4.
5.
6.
7.
8.
9.
Ya
Tidak
√ √ √ √
√
√
√
√
√
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 6: Evaluasi Sumatif Keluarga
No.
10.
11.
12. 13.
Hasil
Respon Keluarga
Ya
jendela dan pencahayaan cukup (3 dari 5) Keluarga mendemonstrasikan modifikasi lingkungan dengan membersihkan rumah setiap hari dan membersihkan ventilasi udara Keluarga mengatakan bahwa manfaat fasilitas kesehatan adalah tempat untuk memeriksa kesehatan dan bisa mendapatkan banyak informasi. Keluarga menyebutkan jenis-jenis fasilitas kesehatan, yaitu RS, Puskesmas dan Klinik dokter Keluarga mengatakan bahwa bersedia membawa An U ke fasilitas pelayanan kesehatan jika masalah ISPA tidak teratasi
Tidak
√
√
√ √
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 7: Evaluasi Tingkat Kemandirian Keluarga
EVALUASI TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA
Nama Kepala Keluarga
: Bapak Y
Alamat
: Jalan Dongkal RT 01/ RW 24 Kelurahan Sukatani, Kota Depok
KESIMPULAN Dari hasil pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi yang dilakukan selama 7 minggu, keluarga dapat bekerjasama dengan mahasiswa dalam mengatasi masalah kesehatan yang ditemukan. Selama melakukan pembinaan di keluarga, mahasiswa banyak memperoleh informasi dari keluarga mengenai masalah kesehatan yang dialami keluarga dan dapat disimpulkan bahwa keluarga termasuk “Keluarga mandiri tingkat 3” dengan alasan bahwa keluarga sudah mampu memenuhi kriteria 1 sampai dengan 6 yang terdiri dari:
1.
Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat Selama praktek dan melakukan kunjungan rumah (tujuh minggu), keluarga selalu menerima kehadiran mahasiswa dengan baik, ramah, dan mau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh mahasiswa secara aktif. Keluarga dan mahasiswa menyepakati kontrak yang telah ditentukan. Pertanyaan yang diajukan dijawab keluarga secara terbuka.
2.
Menerima pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan rencana perawatan Dari hasil pengkajian selama pembinaan dan kunjungan rutin (tujuh minggu), ditemukan dua masalah keperawatan. Untuk mengatasi masalah keperawatan yang timbul dilakukan implementasi. Implementasi langsung dilakukan
pada
saat
masalah
keperawatan
muncul
dan
dirasakan.
Implementasi dilakukan sampai selesai yaitu TUK 1 sampai TUK 5.
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 7: Evaluasi Tingkat Kemandirian Keluarga
3.
Menyatakan masalah kesehatan secara benar Setelah dilakukan kunjungan rumah selama tujuh minggu, keluarga sudah mampu mengenal masalah keperawatan yang dirasakan yakni ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait menstruasi dan risiko infeksi pada An U. Keluarga sudah mampu menyebutkan pengertian, penyebab serta tanda dan gejala dari masalah keperawatan yang dirasakan.
4.
Memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai anjuran Jika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga langsung membawa anggota keluarga ke fasilitas pelayanan kesehatan seperti dokter klinik dan puskesmas.
5.
Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan Keluarga sudah dapat meredemonstrasikan perawatan sederhana antara lain cara perawatan nyeri menstruasi/dismenore (kompres hangat, senam dismenore, teknik napas dalam dan distraksi) dan cara perawatan ISPA (membuat obat tradisional kecap dan jeruk nipis, inhalasi sederhana dan batuk efektif)
6.
Melakukan tindakan pencegahan secara aktif Keluarga mampu melakukan pencegahan terhadap masalah yang muncul antara lain: Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, nyaman dan tenang Menyediakan makanan yang sehat dan bergizi Membiasakan keluarga untuk hidup sehat dan bersih Mendekatkan diri kepada Tuhan YME lewat ibadah
Universitas Indonesia
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
CARA MENCEGAH NYERI MENSTRUASI
1. 2. 3. 4.
Tidur dan istirahat yang cukup Olahraga teratur (jogging, berenang, bersepeda) Hindari stres Konsumsi gizi / nutrisi yang cukup
CARA MERAWAT NYERI MENSTRUASI
Kompres hangat Senam dismenore Teknik relaksasi napas dalam
DENGAN HANDUK Air hangat (2 gelas air panas, 1 gelas air biasa) dituang ke dalam baskom, celupkan handuk/ washlap, peras handuk, kompres area yang nyeri dengan handuk lembab yang hangat tersebut. Lima menit kemudian celupkan kembali handuk ke dalam baskom. Ganti air dalam baskom setiap 15 menit atau jika air sudah mulai dingin.
DENGAN BULI-BULI Masukkan air panas ke dalam buli-buli, tutup buli-buli, letakkan buli-buli di atas area yang nyeri. Jika sudah tidak terasa hangat, ganti air di dalam buli-buli. Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
NYERI MENSTRUASI PADA REMAJA
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Lampiran 8: Media
1. 2. 3.
KOMPRES HANGAT
NYERI MENSTRUASI / DISMENORE APAKAH MENSTRUASI ITU???
Menstruasi adalah perdarahan yang terjadi karena peluruhan dinding endometrium, meerupakan perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi
Dismenore adalah nyeri yang dirasakan selama menstruasi pada daerah perut bawah atau pinggang. Terdiri dari dismenore primer dan dismenore sekunder.
FAKTOR RISIKO DISMENORE
Usia haid pertama dini
Belum pernah hamil dan melahirkan
TANDA DAN GEJALA DISMENORE
1. Nyeri pada perut bawah yang menjalar hingga pinggang dan paha 2. Mual 3. Muntah 4. Sakit kepala 5. Diare 6. Keletihan AKIBAT DISMENORE
Merokok
Nyeri hebat
Aktivitas Terhambat
Hilang kesadaran
Kemandulan
Jarang olahraga
Stres
Penyakit organ reproduksi Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 8: Media
MANFAAT SENAM DISMENORE
APA ITU SENAM DISMENORE?
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Memproduksi hormon endorphin dalam tubuh
SENAM DISMENORE adalah
sebagai penghilang rasa
senam yang dilakukan untuk mengurangi nyeri saat
nyeri secara alami
menstruasi.
SENAM DISMEN ORE
CARANYA ?
Latihan ini dapat dilakukan saat
2. GERAKAN INTI
nyeri menstruasi atau minimal 3
3. GERAKAN PENDINGINAN
hari sebelum datangnya menstruasi
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 8: Media
1. GERAKAN PEMANASAN
LANGKAH-LANGKAH SENAM DISMENORE GERAKAN PEMANASAN
GERAKAN INTI
1. Tarik napas dalam (5x) 2. Kedua tangan dipinggang, tunduk dan tegakkan kepala (2x8 hit) 3. Kedua tangan dipinggang, patahkan leher ke kiri - ke kanan (2x8 hit) 4. Kedua tangan di pinggang, tengokkan kepala ke kanan kiri (2x8 hit) 5. Putar bahu bersamaan keduanya (2x8 hit)
GERAKAN PENDINGINAN 2. Tungkai dan kaki, luruskan kaki (dorso fleksi), tahan beberapa detik lepaskan 3. Seluruh tubuh, kontraksikan/kencangkan semua otot sambil napas dalam dan rileks (bayangkan hal menyenangkan
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014
Lampiran 8: Media
1. Lengan dan tangan, genggam tangan kerutkan lengan dengan kuat, tahan, lepaskan
Lampiran 9: Biodata Penulis
BIODATA MAHASISWA
1.
Nama
: ZULFA LUTHFIA
2.
Agama
: Islam
3.
Tempat/tanggal lahir : Jakarta/14 Februari 1991
4.
Suku
: Jawa
5.
Alamat
: Cipinang Bali Rt.010/013 No.30 Jatinegara, Jak-Tim, 13420
6.
HP
: 087876384605
7.
E-mail
: [email protected]/[email protected]
8.
Riwayat Pendidikan : a.
Fakultas Ilmu Keperawatan UI (2009-2014)
b.
SMA Negeri 61 Jakarta (2006-2009)
c.
SMP Negeri 109 Jakarta (2003-2006)
d.
SDN Cipinang Muara 19 Pagi (1997-2003)
Terapi non ..., Zulfa Luthfia, FIK UI, 2014