UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK B. DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN MANAJEMEN KESEHATAN DIRI PADA MASALAH KESEHATAN DIABETUS MELLITUS DI RW 05 KELUARAHAN CISALAK PASAR, CIMANGGIS, DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR
OLEH
AMIR MAHMUDIN 100 6823 160
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS UNIVERSITAS NDONESIA DEPOK JULI 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK B. DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN MANAJEMEN KESEHATAN DIRI PADA MASALAH KESEHATAN DIABETUS MELLITUS DI RW 05 KELUARAHAN CISALAK PASAR, CIMANGGIS, DEPOK
Karya tulis ilmiah akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
OLEH
AMIR MAHMUDIN 100 6823 160
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS UNIVERSITAS NDONESIA DEPOK JULI 2013
ii
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT atas segala rahmat, nikmat, serta karuniaNya penulisan
karya ilmiah akhir yang berjudul “ Asuhan
keperawatan keluarga bapak B. dengan ketidakefektifan manajemen kesehatan diri di RW 05 Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok“ ini penulis selesaikan tepat pada waktunya. Karya ilmiah akhir ini penulis susun dengan merujuk pada beberapa literatur berupa jurnal hasil riset terkait, teksbook, dan beberapa materi yang penulis dapatkan melalui akses internet.
Karya Ilmiah akhir ini dapat penulis selesaikan berkat dukungan, arahan, saran, dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat: (1)
Dewi Irawaty, MA.,PhD., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
(2)
Kuntarti, SKp.,M Biomed selaku ketua program studi sarjana keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
(3)
Ibu Henny Permatasari, S.Kp,M.Kep.Sp.Kom. selaku pembimbing Akademik yang dengan tulus ikhlas dan penuh kesabaran meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan.
(4)
Ibu Riri Maria, S.Kp., MANP selaku koordinator mata ajar karya ilmiah akhir program profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
(5)
Ibu Poppy Fitriyani,S.Kp. M.Kep.,Sp.Kom. selaku koordinator PK-KKMP program profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
(6)
Dr. Hendrik Alamsyah selaku Kepala Puskesmas Cimanggis Kota Depok
(7)
Ibu Kader RW. 05 Kelurahan Cisalak Pasar yang telah membantu proses pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga sehingga dapat berjalan dengan lancar
v
Universitas Indonesia
(8)
Terimakasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua, istri tercinta Sri Lestari dan anak-anak (Lestha A. Salsabilla, Arrayan Ghifar A. dan Ghaida Syakira) yang telah memberikan pengorbanannya serta dukungan secara moril, doa dan cinta kasihnya kepada penulis.
(9)
Terimaksih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan FIK UI program profesi Ners, yang telah memberikan dukungan, saran, dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir ini.
Semoga amal ibadah yang telah diberikan mendapatkan balasan dan ridlo dari Alloh SWT. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini, karenanya penulis mengharap masukan, saran, dan kritik yang konstruktif untuk perbaikan karya ilmiah ini.
Depok, Juli 2013
Penulis
vi
Universitas Indonesia
Abstrak
Nama Program Studi Judul
: Amir Mahmudin, S.Kep. : Profesi Ners : Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak B. dengan Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Diri Pada Masalah Kesehatan Diabetes Mellitus di RW 05 Kelurahan Cisalak Pasar, Depok
Diabetes Mellitus (DM) menjadi masalah kesehatan perkotaan, hal ini dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan. Upaya pengendalian dilakukan pemerintah melalui program penyakit tidak menular dan metabolik. Penerapan program dilakukan melalui kebijakan Perkesmas. Peran perawat dalam pelkasnaan Perkesmas adalah memberikan asuhan keperawatan berbasis keluarga. Intervensi keperawatan difokuskan pada fungsi kesehatan keluarga. Satu bentuk intervensi keperawatan adalah dengan memberikan edukasi kesehatan dan melatih psikomotor tentang aktivitas dan senam DM. Tujuannya adalah menjaga kesetabilan kadar gula darah (KGD). Intervensi diberikan kepada keluarga penderita DM di Cisalak Pasar, Cimanggis selama 7 minggu. Analisa intervensi didapatkan hasil keaktifan keluarga dalam program terapi dan penurunan KGD. Kesimpulan: Tercapainya penurunan KGD pada penderita DM,sehingga aktivitas dan senam DM menjadi bentuk terapi alami bagi keluarga dengan masalah kesehatan DM Kata kunci : Keluarga dengan DM, aktivitas dan senam DM
viii
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name Study program Title
: Amir Mahmudin, S.Kep. : Nursing : Family Nursing Care to Mr. B with Ineffectiveness of Selfcare Health Management to Diabetes Mellitus in RW 05, Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok
Diabetes Mellitus (DM) had become urban health problem as it influence lifestyle among urban communities. Prevention program have been done by government through non-communicable disease and metabolic. Implementation program was done by Primary Health Care policy. Nursing intervention focused to family health function. One of nursing intervention was to give health education and to train psychomotor skill about activity and diabetes mellitus exercise. This aimed to maintain blood glucose stability. Intervention was done to family with diabetes mellitus in Cisalak Pasar, Cimanggis for 7 weeks. Analyze of intervention shown that family participation influence the blood glucose level. It could be concluded that blood glucose level can be reduced by activity and DM exercise so that it can become natural therapy for family with diabetes mellitus. Keywords: Families with DM, activities and DM exercise
ix
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL ............................................................................................ LEMBAR ORISINALITAS ................................................................................ LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. KATA PENGANTAR ......................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................ ABSTRAK ........................................................................................................... ABSTACT .......................................................................................................... DAFTAR ISI ........................................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ BAB 1
BAB
2
BAB 3
: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ................................................................. 1.2 Tujuan Penelitian ............................................................. 1.3 Manfaat Penelitian ............................................................ :
TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Urban .................................................................... 2.1.1 Pengertian Urban .................................................. 2.1.2 Karaktristik Kota .................................................. 2.1.3 Peran Perawat Dalam Kesehatan Masyarakat Perkotaan ............................................................... 2.1.4 Masalah Kesehatan Masyarakat Perkotaan ............ 2.2.2 Diabetes Mellitus Sebagai Masalah Kesehatan Masyarakat Perkotaan ........................................... 2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Tahap Perkembangan dewasa ...................................................... 2.3.1 Pengertian .............................................................. 2.3.2 Masalah Kesehatan pada tahap perkembangan Dewasa ................................................................... 2.3.3 Pengkajian .............................................................. 2.3.4 Diagnosa Keperawatan .......................................... 2.3.5 Perencanaan Keperawatan ..................................... 2.3.6 Implementasi Keperawatan .................................... 2.3.7 Evaluasi ..................................................................
: LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 3.1 Pengkajian ......................................................................... 3.2 Diagnosa Keperawatan ...................................................... 3.3 Perencanaan Keperawatan ................................................. 3.4 Implementasi Keperawatan ...............................................
x
ii iii iv v vii viii ix x xii
1 6 7
8 8 9 9 11 13 16 16 17 18 18 20 23 23
24 26 26 29
Universitas Indonesia
3.5 Evaluasi.............................................................................. 31 BAB 4
BAB 5
: ANALISA SITUASI 4.1 Profil Lahan Praktik ........................................................... 4.2 Analisa Masalah Keperawatan Dengan Konsep Terkait KKMP dan Konsep Kasus Terkait .................................... 4.3 Analisa Intervensi Aktivitas dan Olah Raga Terkait Kasus 4.3.1 Tahap Pengkajian ................................................. 4.3.2 Tahap Perencanaan................................................ 4.3.3 Tahap Implementasi .............................................. 4.3.4 Tahap Evaluasi ...................................................... 4.4 Rencana Tindak Lanjut (RTL)...........................................
34 35 39 39 43 43 44 46
: PENUTUP 5.1 Kesimpulan ....................................................................... 5.2 Saran ..................................................................................
47 47
DAFAR REFERENSI .......................................................................................
49
LAMPIRAN
xi
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7
: : : : : : :
Pengkajian Keluarga Binaan Nursing Care Plan Keluarga Binaan Implementasi Keluarga Binaan Tingkat Kemandirian Keluarga Leaflet Diabetes Mellitus Leaflet Aktivitas dan Olah raga Leaflet Aktivitas dan Olah raga
xii
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Globalisasi dunia memberikan pengaruh yang luas dalam kehidupan manusia baik secara langsung ataupun tidak langsung. Globalisasi
merupakan proses interaksi yang terus
meningkat diantara berbagai masyarakat sehingga kejadian-kejadian yang berlangsung di sebuah negara mempengaruhi negara dan masyarakat lainnya (Rais, 2008). Pengaruh globaliasi bagi Indonesia membuka peluang terbukanya kemajuan perekonomian dengan meningkatnya industrialisasi. Perubahan tersebut tampak pada sistem pembembangunan yang beralih dari agraria menjadi industrial di wilayah perkotaan. Hal ini memberikan dampak pada kehidupan masyarakat Indonesia, hadirnya kawasan industri di kota-kota besar dan peningkatan pemanfaatan teknologi dan informasi memberikan dukungan kuat pada kemajuan sebuah perkotaan.
Industrialisasi memberikan dampak positif dan negatif, dampak positif dari industrialisasi adalah meningkatnya kemajuan dari berbagai sektor kehidupan. Kemudahan sarana pendidikan, sarana transporatasi, sarana umum, dan kemajuan informasi dan teknologi diberbagai bidang, termasuk di bidang kesehatan. Penerapan teknologi informatika Komputer (TIK) di bidang kesehatan yang dikenal dengan e-Health merupakan suatu tuntutan organisasi, tidak saja di sektor pemerintah, tetapi juga di sektor swasta, yaitu dalam melaksanakan pelayanan agar lebih berkualitas dan efisien (www.depkes.go.id)
Dampak negatif dari industrialisasi diantaranya dari kajian kesehatan lingkungan, seperti tingginya tingkat pencemaran lingkungan yang pada akhirnya berdampak pada masalah kesehatan masyarakat perkotaan. Hasil studi menunjukan kondisi kualitas udara di Jakarta Khususnya kualitas debu sudah cukup memprihatinkan, yaitu di Pulo Gadung rata-rata 155 ug/m3, dan Casablanca rata-rata 680 ug/m3, Tingkat kebisingan pada terminal Tanjung Priok adalah rata-rata 74 dBA dan di sekitar RSUD Koja 63 dBA (www.depkes.go.id)
Dampak lainnya adalah mobilisasi georafis penduduk, yaitu migrasi penduduk pedesaan ke perkotaan. Secara kependudukan hal tersebut menjadikan terjadinya pergeseran pola penyebaran penduduk diperkotaan dan di pedesaan. Pergeseran pola penyebaran penduduk juga disebabkan adanya
faktor kesenjangan pertumbuhan 1
perekonomian didaerah Universitas Indonesia
2
pedesaan dengan perkotaan. Kemudahan sarana dan fasilitas umum serta paradigma kemudahan dalam pencarian lapangan pekerjaan menjadi faktor pendorong masyarakat pedesaan berbondong-bondong pindah ke daerah perkotaan. Jumlah populasi sepertiga dari populasi di 11 negara Asia Tenggara tinggal di perkotaan. Jumlah ini adalah separuh dari populasi perkotaan di dunia, yang diperkirakan meningkat hingga 60% pada tahun 2030 dan menjadi 70% pada tahun 2050. Lebih dari sepertiga penduduk kota tinggal di kawasan kumuh yang mempengaruhi kesehatan fisik, sosial dan mental penduduk kota yang menjadi tantangan pengelolaan dan pengaturan wilayah kota (www.depkes.go.id)
Perpindahan penduduk pedesaan ke perkotaan yang tidak terbendung berakibat pada peningkatan jumlah penduduk di wilayah urban dan memberikan akibat pada timbulnya berbagai masalah sosial ekonomi dan kesehatan. Menurut Menteri kesehatan RI tahun 2010 mengungkapkan permasalahan masyarakat di daerah urban atau perkotaan sangat kompleks dan dapat berdampak pada masalah ekonomi, sosial, peningkatan jumlah penduduk, serta perubahan lingkungan. Masalah-masalah yang muncul antara lain adalah pengangguran, sempitnya lahan untuk pemukiman, dan polusi udara yang akan berdampak kepada penurunan derajat kesehatan masyarakat di daerah urban atau perkotaan (www.depkes.go.id)
Masalah lain yang diakibatkan dari kemajuan industrilasasi dan peningkatan jumlah penduduk perkotaan adalah memburuknya sanitasi lingkungan, hal ini berimplikasi pada peningkatan penyakit berbasis lingkungan, seperti diare, DBD, Malaria, ISPA, PPOK, kanker. Kemudahan sarana prasarana umum, kemajuan teknologi pengolahan makanan siap saji, tuntutan aktivitas kerja yang tinggi, sedikitnya waktu luang untuk berolah raga, prilaku berisiko, seperti merokok, memberikan kontribusi baru bagi masalah kesehatan yang ditimbulkan berupa penyakit tidak menular (PTM), seperti penyakit hypertensi, arthritis dan rheumatif ,cardiovaskuler, dan diabetes mellitus (DM). Depkes (2011) menyebutkan angka kematian PTM cenderung meningkat, dari 49,9% pada tahun 2001 menjadi 59,5% pada tahun 2007. Penyebab kematian tersering salah satunya disebabkan DM.
Meningkatnya
prevalensi DM menjadi masalah kesehatan diperkotaan, peningkatan
prevalensi tersebut lebih
banyak disebabkan oleh karena perubahan gaya hidup dan Universitas Indonesia
3
mengarah pada penyakit DM tipe 2. Derektorat Pengendalian PTM RI (2008) menjelaskan 90% penyebab DM tipe 2 adalah perubahan gaya hidup, seperti: kurang aktifitas fisik, pengaturan pola kebiasaan makan yang tidak sehat dan tidak seimbang, serta kebiasaan merokok.
Diabetes melitus merupakan kelompok penyakit metabolik yang dapat dinilai dengan tingginya kadar glukosa dalam darah karena kelainan sekresi insulin, kelainan kerja insulin, atau kombinasi keduanya (Roobbins,,et al, 2007; American Diabetes Association,2010). Prevalensi DM diperkirakan terus bertambah dan lebih meningkat lagi pada negara- negara yang sedang berkembang WHO (2000) mencatat 10 besar negara yang memiliki prevalensi terbesar penyandang DM, yaitu: India, Cina, Amerika Serikat, Indonesia, Jepang, Pakistan, Rusia, Brasil, Italia, dan Bangladesh. Data WHO (2000) menyebutkan penyandang DM di Indoneisa
berjumlah 8.4 juta dan diperkirakan
meningkat menjadi 21.3 juta pada tahun 2030. Penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidens dan prevalensi DM tipe-2 di berbagai penjuru dunia (PERKENI, 2006). Riskesdas (2007) pola penyakit dari tingkat umur 45 – 55 tahun jumlah kasus di Jawa Barat Diabetes Melitus menempati urutan kedua dengan presentase 14,7% dan dari tingkat pedesaan Diabetes Mellitus menempati urutan ke enam dengan presentase 5,8%. Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) jumlah penderita diabetes mellitus di Depok mencapai 12,8%. Menurut Litbangkes (2001) prevalensi hipertensi di kota Depok sebesar 25,6% , DM 12,8 %, obesitas 48,7%, kolesterol 32,4%. Pola penyakit penderita rawat jalan di Puskesmas berusia > 65 tahun, menunjukkan prevalensi hipertensi primer 15,8%, diabetes 4,1%, rematik 3 %. Hal diatas memperlihatkan bahwa hipertensi dan diabetes melitus merupakan masalah utama di kota Depok.
Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan kunjungan berobat pasien DM Puskesmas Cimanggis pada tahun 2012 diperoleh data kunjungan sejumlah 1433 kali kunjungan berobat, sedangkan pada bulan Januari sampai dengan Mei 2013 berjumlah 464 kali kunjungan berobat. Sedangkan data penderita DM berdasarkan data sekunder hasil wawancara dengan kader kesehatan di RW. 05 Keluarahan Cisalak pasar terdapat 48 orang yang menderita DM dengan rentang usia dewasa tengah sampai dengan usia lanjut. Hal ini Universitas Indonesia
4
juga mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007-2008 yaitu peningkatan masalah kesehatan di Indonesia kearah penyakit degeneratif.
Meningkatnya jumlah penderita DM di wilayah Indonesia, Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Kesehatan RI (2008) mencanangkan program pengendalian DM dan penyakit metabolik. Pelaksanaan program tersebut berfokus pada upaya preventif dan promotif terhadap faktor risiko DM secara terintegrasi dan menyeluruh dengan melibatkan unsur swasta. Konsensus PERKENI tahun 2011 menyebutkan 5 (lima) pilar pengendalian DM, meliputi: edukasi kesehatan, terapi gizi, latihan jasmani, pengontrolan kadar gula darah dan terapi farmakologi.
Upaya mengatasi masalah kesehatan DM di masyarakat, perawat mempunyai peran yang sangat strategis, yaitu dengan penerapkan proses asuhan keperawatan baik kepada individu, keluarga dan kelompok masyarakat. Proses keperawatan yang diterapkan bertujuan untuk memandirikan keluarga dan komunitas dalam mengatasi masalah kesehatan (Kepmenkes RI, 2006). Asuhan keperawatan keluarga diberikan melalui tahapan proses keperawatan, mulai dari pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Pengkajian dilakukan dengan tahapan penjajakan pertama dan penjajakan kedua. Diagnosa keperawatan yang ditegakan sesuai dengan data yang didapatkan dari pengkajian terkait masalah keperawatan DM dengan batasan-batasan karaktristik. Bentuk intervensi keperawatan diberikan guna mencapai tingkat kesehatan yang optimal yang meliputi upaya promotif, preventif, rehabilitative (Kepmenkes RI, 2006). Implementasi keperawatan dilakukan dengan pendekatan lima fungsi tugas kesehatan keluarga. Sedangkan evaluasi merupakan tahapan akhir dari proses asuhan keperawatan keluarga untuk menilai tingkat kemandirian keluarga.
Aktifitas dan olah raga merupakan salah satu bentuk intervensi keperawatan kepada keluarga yang bersifat promotif, preventif, rehabilitatif. Aktivitas dan olah raga yang teratur dapat mengontrol kadar gula darah dalam tubuh pederita DM. Secara fisiologis tubuh meningkatkan konsumsi penggunaan glukosa dalam darah dan pemecahan cadangan lemak dalam sel adiposa untuk kebutuhan energi selama aktivitas dan olah raga berlangsung. Otot-otot yang aktif bekerja meningkatkan sensitivitas insulin. Otot yang Universitas Indonesia
5
berolahraga akan menyerap dan menggunakan sebagian dari kelebihan glukosa dalam darah, sehingga terjadi penurunan kebutuhan akan insulin (Sherwood, 2001)
Aktivitas fisik dan olah raga memberikan hasil pada tingkat kemandirian penderita DM dalam usaha pengendalian kadar gula darah. Latihan fisik juga memberikan manfaat terhadap kebugaran dan penurunan berat badan dikerjakan dengan baik dan teratur dapat memebentuk berat badan ideal. Penelitian dengan desain Randomised Controlled Clinical Trial metode progressive resistance training (PRT). Hasil penelitian didapatkan adanya penurunan plasma glikosilasi kadar hemoglobin (dari 8.7 menjadi 7.6 ), peningkatan cadangan glikogen otot (dari 60,3 menjadi 79,1 mmol glukosa/kg otot), dan mampu mengurangi dosis obat yang ditentukan bagi penderita diabetes yang dikombinasi dengan senam dibandingkan dengan kelompok kontrol, Pada subyek kelompok kontrol tidak menunjukkan perubahan hemoglobin glikosilasi, penurunan glikogen otot. Penilaian subyek PRT dibandingkan subyek kontrol terhadap peningkatan massa otot (+1.2 vs -0.1), menurunkan tekanan darah sistolik (-9,7 + 7.7 mmHg), dan penurunan simpanan massa lemak (-0,7 vs +0,8) (Castaneda, et al., 2002).
Bentuk pengelolaan DM secara mandiri melalui pendekatan aktivitas fisik dan olah raga diaplikasikan dalam sebuah proses asuhan keperawatan keluarga dalam keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan. Bentuk aktivitas fisik dan olah raga dalam pengelolaan DM merupakan bentuk penerapan dari fungsi kesehatan keluarga yaitu kemampuan keluarga dalam melakukan perawatan terhadap masalah kesehatan. Proses pemberian asuhan keperawatan dilakukan dalam serangkaian praktik klinik mahasiswa FIK UI di RW. 05 keluarahan Cisalak Pasar, dan merupakan bagian dari wilayah kerja Puskesmas Cimanggis.
Praktik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan merupakan bentuk pengabdian masyarakat dari FIK UI terhadap lingkungan di wilayah Kota Depok. Praktik klinik juga sebagai upaya peningkatan profesionalisme keperawatan dalam memberikan layanan kesehatan dimasyarakat. Fraktik klinik keperawatan kesehatan masayarakat perkotaan (PK-KKMP) dari mahasiswa program profesi Ners FIK UI diaplikasikan dengan praktik lapangan di wilayah RW 05 Kelurahan Cisalak Pasar kecamatan Cimanggis Depok selama
Universitas Indonesia
6
7 minggu dari tanggal 06 Mei 2013 sampai dengan 22 Juni 2013 terbagi atas tugas tiap individu mahasiswa dan kelompok mahasiswa .
Asuhan keperawatan keluarga diberikan kepada keluarga bapak B. khususnya pada ibu S. dengan ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada masalah kesehatan DM. Intervensi yang diberikan adalah terapi aktivitas dan olah raga. Intervensi diberikan dengan konsep aktivitas dan olah raga meliputi frekuensi, durasi, dan interval waktu dalam pelaksanaan olah raga. Keberhasilan intervensi diukur dengan melakukan evaluasi formatif dan evalusi sumatif. Pada evaluasi sumatif didapatkan hasil intervensi didapatkan penurunan kadar gula darah pada anggota keluarga dari 300 mg/dl menjadi 98 mmg/dl. Selama praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan mahasiswa menempatkan keluarga sebagai mitra. Kemitraan dilakukan
baik dalam penyusunan
rencana intervensi, pelaksanaan intervensi, dan evaluasi.
1.2 TUJUAN PENULISAN 1.2.1 Tujuan umum Menggambarkan laporan hasil kegiatan praktek klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada keluarga oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia di
RT 05 RW 05 kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis
Depok. 1.2.2 Tujuan Khusus 1.2.2.1Menggambarkan hasil pengkajian keluarga yang dilakukan mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia di RT. 05 RW. 05 kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Depok 1.2.2.2 Menggambarkan perencanaan
keperawatan keluarga yang dilakukan
mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia di RT. 05 RW. 05 kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Depok 1.2.2.3 Menggambarkan
tentang implementasi
keperawatan keluarga
yang
dilakukan mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia di RT. 05 RW. 05 kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Depok 1.2.2.4 Menggambarkan tentang evaluasi keperawatan keluarga yang dilakukan mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia di RT. 05 RW. 05 kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Depok Universitas Indonesia
7
1.2.2.5 Menggambarkan tentang rencana tindak lanjut asuhan keperawatan keluarga
praktik keperawatan komunitas yang dilakukan mahasiswa
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia di RT. 05
RW. 05
Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Depok
1.3
MANFAAT PENULISAN
1.3.1 Manfaat aplikasi 1.3.1.1 Meningkatkan tingkat kemandirian keluarga dalam mengefektifkan manajemen kesehatan diri terkait masalah kesehatan DM. 1.3.1.2 Meningkatkan kemampuan keluarga menjadi role model dalam mengefektifkan memanejemen kesehatan diri terkait masalah kesehatan DM.
1.3.2 Manfaat keilmuan 1.3.2.1 Hasil penulisan diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan wawasan pelaksanaan asuhan keperwatan keluarga
yang diberikan keapada keluarga yang menderita
DM di RT. 05 R.05 Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggisa, Kota Depok dalam mengefektifkan manajemen kesehatan diri dengan masalah kesehatan DM. Upaya ini merupakan bagian dari program perawatan kesehatan masyarakat dalam aspek promotif, preventif, preventif, dan rehabilitatif. 1.3.2.2 Memberikan kontribusi terhadap pengembangan profesionalisme perawat dalam asuhan keperawatan keluarga sebagai bentuk aplikasi program Perkesmas.
1.3.3 Manfaat untuk instansi 1.3.3.2 Memberikan role model kepada instansi Puskesmas Cimanggis, terkait pelaksanaan program Perkesmas dalam hal ini asuhan keperawatan keluarga di RT.05 RW.05 Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok. 1.3.3.3 Memberikan informasi dan data kepada instansi terkait prevalensi ketidakefektifan manajemen kesehatan diri terkait masalah kesehatan DM di wilayah kerja Puskesmas Cimanggis, Depok.
Universitas Indonesia
BAB 2 TINJAUAN TEORI
Bab ini akan membahas mengenai kajian literatur yang menjadi landasan pemikiran yang akan ditelaah dan disimpulkan. Untuk mendukung penulisan
karya ilmiah akhir ini,
penulis mengambil beberapa literatur yang sesuai judul karya ilmiah akhir. Pembahasan konsep dalam bab ini meliputi dari konsep urban, keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan, dan asuhan keperawatan keluarga dengan tahap perkembangan dewasa.
2.1 KONSEP URBAN 2.1.1 PENGERTIAN URBAN Stanhope dan Lancaster (2004) mendefinisikan kota secara geografi memiliki populasi tinggi lebih dari 99 jiwa per mil2, kota dengan populasi kurang lebih 20.000 jiwa tetapi kuang dari 50.000 jiwa. Sementara kota dan daerah perkotaan dibedakan dalam istilah, kota diidentikan dengan City, sedang urban berupa suatu daerah yang memiliki suasana kehidupan dan penghidupan modern, dapat disebut daerah perkotaan (Anshor & sudarsono, 2008). Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 4/1980, kota adalah wadah yang memiliki batasan administratif wilayah seperti kotamadya dan kota administrasi.
Dari penjelasan beberapa kajian diatas, urban dapat diartikan sebagai suatu daerah yang memiliki populasi yang tinggi dan memiliki sistim kehidupan. Urban juga ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dengan pola kehidupan dan penghidupan modern, matrialistis dan hetrogen dalam wadah yang memiliki batasan administratif wilayah.
Sejarah perkembangan wilayah dikembangakan oleh beberapa ahli dengan beberapa teori yang berkaitan dengan konsep pengembangan wilayah, diantaranya : Pertama adalah Walter Isard (era 1950-an) sebagai pelopor Ilmu Wilayah yang mengkaji terjadinya hubungan sebab-akibat dari faktor-faktor utama pembentuk ruang wilayah, yakni faktor fisik, sosial-ekonomi, dan budaya. Kedua adalah Hirschmann (era 1950-an) yang memunculkan teori polarization effect dan trickling-down effect dengan argumen bahwa perkembangan suatu wilayah tidak terjadi secara bersamaan (unbalanced development). Ketiga adalah Myrdal (era 1950-an) dengan teori yang menjelaskan hubungan antara 8
Universitas Indonesia
9
wilayah maju dan wilayah belakangnya dengan menggunakan istilah backwash and spread effect. Keempat adalah Freadman (era 1960-an) yang lebih menekankan pada pembentukan hirarki guna mempermudah pengembangan sistem pembangunan yang kemudian dikenal dengan teori pusat pertumbuhan. Terakhir adalah Douglass (era 70-an) yang memperkenalkan lahirnya model keterkaitan desa – kota (rural – urban linkages) dalam pengembangan wilayah.
2.1.2
KARAKTRISTIK KOTA
Perkotaan mempunyai ciri-ciri yang dibedakan dari beberapa aspek, seperti: 1) Aspek morfologi antara kota dan pedesaan terdapat perbedaan bentuk fisik; 2) Aspek penduduk, kriteria jumlah penduduk ini dapat secara mutlak atau dalam arti relatif yakni kepadatan penduduk dalam suatu wilayah; 3) Aspek sosial, gejala kota dapat dilihat dari hubunganhubungan sosial (social interrelation dan social interaction); 4) Aspek ekonomi, gejala kota dapat dilihat dari cara hidup warga; 5) Aspek hukum, adanya hak-hak dan kewajiban hukum bagi penghuni.
Perkotaan juga memiliki fungsi dalam proses kehidupan dan penghidupan penduduk yang tinggal didalamnya. Fungsi tersebut meluputi: 1) Production center, yakni kota sebagai pusat produksi, baik barang setengah jadi maupun barang jadi; 2) Center of trade and commerce, yakni kota sebagai pusat perdagangan dan niaga, yang melayani daerah sekitarnya; 3) Political capital, yakni kota sebagai pusat pemerintahan atau sebagai ibukota negara; 4) Cultural center, kota sebagai pusat kebudayaan; 5) Health and recreation, yakni kota sebagai pusat pengobatan dan rekreasi wisata; 6) Divercified cities, yakni kota-kota yang berfungsi ganda atau beraneka. Misalnya kota industri, perdagangan, maritim, dan pendidikan, disamping sebagai pusat pemerintahan.
2.1.3 PERAN PERAWAT DALAM KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN Peran perawat dalam upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat perkotaan termaktum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 279/ Menkes/SK/IV/2006 tentang pedoman penyelenggaraan upaya keperawatan kesehatan masyarakat di Puskesmas. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan mengikutsertakan tim kesehatan lain dan masyarakat untuk Universitas Indonesia
10
memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi dari individu, keluarga dan kelompok (Depkes RI, 1996). Perawatan kesehatan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi-fungsi kehidupan yang sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.
Penerapan konsep keperawatan kesehatan masyarakat mempunyai tujuan yang akan dicapai, tujuan tersebut meiliputi : 1) Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi; 2) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki; 3) Menetapkan masalah kesehatan /keperawatan dan prioritas masalah; 4) Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan /keperawatan; 5) Menanggulangi masalah kesehatan /keperawatan yang mereka hadapi; 6) Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan /keperawatan; 7) Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan kesehatan /keperawatan; 8) Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care); 9) Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan
Keperawatan kesehatan masyarakat merupakan proses keperawatan yang digunakan untuk dapat mencapai tingkat kesehatan yang optimal yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Intervensi bersifat promosi dilakukan untuk gangguan pada garis pertahanan fleksibel berupa pendidikan kesehatan dan dapat dilakukan untuk meningkatkan kesehatan dengan cara: 1) Penyuluhan kesehatan; 2) Peningkatan gizi; 3) Pemeliharaan kesehatan perorangan; 4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan; 5) Olahraga teratur; 6) Rekreasi; 7) Pendidikan seks.
Intervensi preventif merupakan gangguan pada garis pertahanan normal misalnya berupa deteksi dini tumbuh kembang balita dan keluarga serta untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan terhadap individu, keluarga kelompok dan masyarakat melalui kegiatan: 1) Imunisasi; 2) Pemeriksaan kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas dan kunjungan rumah; 3) Pemberian vitamin A, Iodium; 4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan meyusui. Universitas Indonesia
11
Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit atau masalah kesehatan melalui kegiatan: 1) Perawatan orang sakit dirumah; 2) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut dari Pukesmas atau rumah sakit; 3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis; 4) Perawatan buah dada; 5) Perawatan tali pusat bayi baru lahir. Upaya rehabilitatif dilakukan terhadap pasien yang dirawat dirumah atau kelompok-kelompok yang menderita penyakit tertentu seperti TBC, kusta dan cacat fisik lainnya melalui kegiatan: 1) Latihan fisik pada penderita kusta, patah tulang dan lain sebagainya; dan 2) Fisioterapi pada penderita strooke, batuk efektif pada penderita TBC, dll.
Upaya reheabilitatif merupakan upaya resosialitatif sebagai upaya untuk mengembalikan penderita ke masyarakat yang karena penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti, penderita AIDS, kusta dan wanita tuna susila. Keperawatan kesehatan komunitas juga mencakup masyarakat perkotaan. Masyarakat perkotaan merupakan komunitas yang tinggal di daerah perkotaan dengan semua keadaan dan kondisi yang ada di lingkungan kota. Jumlah masyarakat perkotaan bertambah setiap tahunnya dipengaruhi oleh jalur urbanisasi. Urban community sering disebut sebagai istilah di masyarakat perkotaan.
2.1.4
MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN
2.1.4.1 Penyakit berbasis lingkungan Masalah kesehatan masyarakat perkotaan adalah akibat dari beban perkotaan terhadap meningkatnya jumlah populasi penduduk, seperti berdampak pada sanitasi buruk yang bisa menyebabkan penyakit berbasis lingkungan pada masyarakat perkotaan. Penyakit berbasis lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit. Menurut Soemirat (2002), bahwa kesehatan lingkungan sangat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat.
Penyakit berbasis lingkungan bisa disebabkan oleh mikroorganisme seperti, bakteri, virus, dan jamur merupakan contoh penyebab penyakit yang disebabkan dari lingkungan dan binatang yang menambah penyebaran penyakit ini yang terdapat di lingkungan. Tumbuhan mungkin menambah terjadinya keracunan atau reaksi alergi. Industri, kendaraan, dan bangunan menambah polusi air, udara dan kebisingan. Bahaya kesehatan yang timbul dari kondisi lingkungan dikatagorikan berdasarkan penyebab, meliputi bahaya fisik, bahaya Universitas Indonesia
12
biologis, bahaya zat kimia dan gas, bahaya mekanis, dan bahaya psikososial (Pope, Synder, & Mood, 1995). contoh penyakit yang paling umum dan berhubungan dengan faktor lingkungan, seperti diare, ISPA, DBD, Malaria, dermatitis, typoid, penyakit lainnya seperti TB paru, kusta, filariasis, cikungunya dan lain-lain.
2.1.4.2
Masalah Psikososial
Masalah sosial diperkotaan sering kali menjadi pencetus terjadinya masalah psikososial pada individu masyarakat perkotaan. Tuntutan pemenuhan kebutuhan ekonomi, pengangguran, kemacetan, kebisingan, masalah remaja, kemiskinan, kondisi ini memicu terjadinya stress, depresi, penyalahgunaan obat, kekerasan, dan bunuh diri. Stress sendiri diartikan sebagai tanggapan tubuh (respon) yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap tuntutan atasnya.
Teori stress didasarkan pada konsep homeostasis (keseimbangan
psikologis) dan adaptasi. Karena stress sifatnya melekat dan bagian integral kehidupan, individu harus mampu mengatur diri mereka dengan konstan. Kerja klasik Lazarus,s (1996, dalam buku Clark, 1999) dalam stress psikologis penting diuji untuk mengetahui respon seseorang terhadap tuntutan lingkungan dan tekanan.
2.1.4.3 Penyakit Tidak Menular/ Degeneratif Pergeseran pola dan gaya hidup masyarakat perkotaan memberikan risiko terhadap timbulnya masalah kesehatan. Risiko sendiri dapat diartikan sebagai kemungkinan seseorang atau sekelompok orang mengalami suatu kondisi atau kejadian tertentu, di dalam periode waktu tertentu karena beberapa faktor spesifik yang mempengaruhi yaitu faktor fisik, emosional, lingkungan, gaya hidup serta faktor lain (Clark, 1999; Stanhope dan Lancaster, 2004; Nies dan McEwen, 2001). Masalah-masalah kesehatan yang dominan dijumpai pada masyarakat perkotaan adalah hypertensi, DM, stroke, penyakit jantung. Hasil Riskesdas 2009 tercatat pada usia di atas 5 tahun, baik di wilayah kota dan desa, lima besar penyebab kematian masih dipegang oleh penyakit degeneratif yakni, stroke, diabetes melitus, TB dan penyakit jantung untuk wilayah perkotaan. Sementara di desa adalah, stroke, TB, DM, penyakit saluran nafas bawah dan tumor ganas (Riset Kesehatan Dasar, 2009).
Universitas Indonesia
13
2.1.5 DIABETES MELLITUS SEBAGAI MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT DI PERKOTAAN Diabetes Melitus (DM) adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002). Penyebab DM menurut Fauci, et al (2008) menyebutkan penyebab DM meliputi: genetik defek karaktristik fungsi sel beta karena mutasi, genetik defek insulin dalam aksi, penyakit eksokrin pada pankreas (pankreatitis, pankreatectomy, neoplasma, cystic fibrosis), endokrinopati, infeksi (rubella, cytomegalovirus, cocksakie), gangguan imun yang tidak umum berhubungan dengan diabetes dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan diabetes.
Manifestasi klinik DM tipe 2 berhubungan dengan defisiensi relatif insulin. Akibat defisiensi ini penderita tidak dapat mempertahankan kadar gula darah normal. Apabila hiperglikemia melebihi ambang ginjal (± 180 mg/dl), maka timbul tanda dan gejala glukosuria yang akan menyebabkan diuresisi osmotik. Akibat diuresis osmotik akan meningkatkan pengeluaran urin (poliuri), timbul rasa haus yang menyebabkan banyak minum (polidipsi). Defisienasi insulin juga akan mengganggu metabolisme protein dan lemak yang berakibat pada penurunan berat badan. Pasien akan mengalami peningkatan selera makan (Polifagia) akibat menurunya simpanan kalori. Gejala lain bisa dijumpai adanya kelelahan dan kelemahan (Smeltzer & Bare, 1996)
Dampak lain dari defisiensi insulin adalah ketidakmampuan mengendalikan glikoneolisis dan glukoneogenesis oleh hati. Akibat yang ditimbulkan terjadi hiperglikemia dan pemcahan lemak berlebih. Hasil pemecehan lemak meningkatkan produksi badan keton sebagai produk samping dari pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam-basa bila jumlahnya berlebih didalam tubuh. Berlebihnya badan keton dapat menyebabkan ketoasidosis diabetik yang mengakibatkan tanda dan gejala seperti nyeri abdoment, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton, dan bila tidak tertangani dapat menyebabkan penurunan kesadaran sampai jatuh kedalam koma (Smeltzer & Bare, 1996).
Universitas Indonesia
14
2.1.5.1 Faktor Risiko Diabetes Mellitus Kelompok keluarga dengan tahap perkekmbangan dewasa di perkotaan menjadi kelompok risiko terjadinya penyakit DM. Hal lebih disebabkan oleh adanya perubahan gaya hidup, seperti pola makan yang dulunya makan makanan yang berkarbohidrat, berserat, dan bervitamin, namun sekarang di lingkungan perkotaan lebih suka makan fast food atau siap saji yang banyak mengandung protein, lemak, gula, garam dan mengandung sedikit serat. Selain itu gaya hidup yang jarang berolahraga, istirahat yang kurang dan beban kerja yang terlalu tinggi. Derektorat Pengendalian PTM RI (2008) menjelaskan 90% penyebab DM tipe 2 adalah perubahan gaya hidup, seperti: kurang aktifitas fisik, pengaturan pola kebiasaan makan yang tidak sehat dan tidak seimbang, serta kebiasaan merokok.
Diabetes mellitus juga mudah terjadi pada kelompok risiko yang mempunyai faktor, seperti genetik, usia, obesitas. Kelompok risiko menurut Stone, Mc Guire, dan Eigsti; 1998 kelompok risiko tinggi (population at high risk) adalah mereka yang terlibat aktivitas tertentu atau yang mempunyai karakteristik tertentu yang meningkatkan potensi mereka untuk mengalami suatu penyakit, cidera atau masalah kesehatan. Populasi risiko tinggi adalah orang yang karena paparan, gaya hidup, riwayat keluarga, atau faktor lain berada pada risiko terhadap penyakit lebih besar dibandingkan populasi secara umum (Stanhope dan Lancaster, 2004)
Kelompok risiko dari faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin (Smeltzer & Bare, 2002). Dari kajian lain didapatkan bahwa faktor genetik sangat mempengaruhi timbulnya masalah kesehatan tertentu. Beberapa penyakit atau masalah kesehatan yang terkait erat dengan faktor genetik atau keturunan diantaranya adalah DM, hipertensi, hemofili dan sebagainya (Stanhope dan Lancaster, 2004).
Keluarga dengan tahap perkembangan dewasa menjadi kelompok risiko terkena penyakit DM, hal ini dipengaruhi oleh tingkat usia, dimana DM type 2 banyak dijumpai pada orang dewasa. Golberg dan Coon. (2006) menyatakan bahwa usia sangat erat kaitannya dengan kenaikan kadar glukosa darah, sehingga semakin meningkat usia, maka prevalensi DM dan gangguan toleransi gula darah semakin tinggi. DM tipe 2 biasanya terjadi setelah usia 30 tahun dan semakin sering terjadi setelah usia 40 tahun, serta akan semakin meningkat pada Universitas Indonesia
15
usia lanjut. Sekitar 6% individu berusia 45-64 tahun dan 11% individu berusia diatas 65 tahun (Ignatavicus & Walkman, 2006). Sumber lain mejelaskan faktor usia lanjut yang mengalami gangguan toleransi gula darah mencapai 50-92% (medicastore, 2007)
Pengaruh jenis kelamin belum dapat diketahui secara pasti terhadap kejadian DM tipe 2 dan peningkatan kadar gula darah, namun jenis kelamin menjadi salah satu faktor risiko diabetes mellitus. Insiden diabetes adalah 1,1 per 1.000 orang/tahun pada wanita dan 1,2 per 1.000 orang/tahun pada laki-laki (Creatore, et al, 2010). Pencatatan yang berhubungan dengan perbedan seks dalam faktor risiko yang dicatat dinilai berdasar indeks massa tubuh menjadi faktor risiko yang dominan pada laki-laki. Namun berbeda pada wanita, hubungan antara indeks massa tubuh dan diabetes sangat dilemahkan setelah penyesuaian multivariabel.
Faktor etnik menjadi bahasan risiko peningkatan prevalensi DM pada populasi diwilayah Asia dan sejalan perkembangan ekonomi yang pesat, di Asia telah membuatnya menjadi salah satu episentrum epidemi DM. Populasi Asia cenderung terjadi peningkatan diabetes di usia muda dan tingkat BMI lebih rendah dari suku Kaukasia. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap epidemi diabetes dipercepat di Asia, termasuk berat badan tidak normal obesitas metabolik, fenotipe, tingginya prevalensi merokok dan alkohol berat digunakan, asupan tinggi karbohidrat olahan (misalnya, nasi putih), dan secara dramatis menurun tingkat aktivitas fisik. Akan tetapi genetik saat ini diidentifikasi tidak cukup untuk menjelaskan perbedaan etnis dalam risiko diabetes. (Hu B.F, 2010)
Tingkat
pendidikan menjadi perhatian pada penderita diabetes, dikaitkan dengan
kemampuan pemahaman terhadap diabetes mellitus serta pegelolaan dan pencarian informasi terhadap terapi yang dibutuhkan. Selain faktor jenis kelamin dan usia, pendidikan rendah 40% menjadi penyebab kematian dibanding dengan subjek berpendidikan tinggi. Selanjutnya, orang diabetes dengan tingkat pendidikan yang rendah, memiliki kerentanan mortalitas yang lebih tinggi (Nillson, Johansson, & Sundquist., 1998)
2.1.5.2 Peran Perawat Pada Masalah Diabetes Mellitus Masyarakat Perkotaan Pengendalian penyakit tidak menular (PTM) khususnya DM, sudah menjadi perhatian pemerintah
melalui
kementrian
kesehatan
untuk
mengambil
kebijakan
dalam
Universitas Indonesia
16
menanggulangi peningkatan dan komplikasi dari penyakit DM dengan melibatkan semua komponen bangsa, baik dari pemerintahan dan swasta.
Upaya pemerintah melalui Puskesmas sebagai pemberi pelayanan primer mempunyai tugas penting dalam pengendalian DM melalui program penyakit tidak menular. Dalam pelaksanaan program PTM dilaksanakan melalui kerjasama lintas program dengan Perkesmas. Dalam pelaksanaan Perkesemas, perawat mempunyai peran yang sangat strategis. Peran tersebut diterapkan masyarakat
perkotaan
secara
dengan memberikan pelayanan kesehatan pada
langsung,
baik
kepada
individu,
keluarga,
dan
masyarakat.(Kepmenkes, 2006)
Bentuk praktik pelayanan kesehatan yang diberikan yang dilakukan adalah dengan memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan mengaplikasikan peran perawat sebagai perawat kesehatan masyarakat. Menurut Anderson peran perawat kesehatan masyarakat memiliki peran sebagai edukator, advokat, manajemen kasus, role model, agen pembaharu, kolaborator, dan peneliti. Adapun penerapan asuhan keperawatan yang dilakukan meliputi perawatan pada individu, keluarga, dan komunitas.
Pendekatan asuhan keperawatan yang dilakukan bisa dengan menggunakan pendekatan beberapa model keperawatan komunitas perkotaan diantarnya community as partner dengan strategi pelaksanaan dengan pendekatan konsep kebijakan Perkesmas (Perawatan kesehatan masyarakat). Masalah-masalah keperawatan yang umum didapatkan pada keluarga dengan masalah kesehatan DM berdasarkan Nanda (2012), diantaranya: 1) Ketidakefketifan manajemen kesehatan diri, 2) Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan, 3) Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik keluarga, 4) Risiko ketidakstabilan kadar gula darah.
2.3
ASUHAN
KEPERAWATAN
KELUARGA
DENGAN
TAHAP
PERKEMBANGAN DEWASA 2.3.1
PENGERTIAN
Tahap perkembangan dewasa menurut Potter dan Perry (2009) terbagi menjadi 2, yaitu tahap perkembangan dewasa awal dan dewasa menengah. Masa dewasa awal merupakan periode antara usia belasan akhir sampai akhir usia tiga puluhan (Edelman dan Universitas Indonesia
17
Mandle,2002). Sedangkan dewasa menengah (middle age) merupakan usia antara 30-an menengah sampai akhir dari pertengan 60-an.
Pada masa dewasa menengah, individu melakukan kontribusi berkelanjutan melalui keterlibatannya dengan orang lain. Pada masa dewasa menengah banyak individu dewasa menemukan kesenangan tersendiri saat membantu anak-anak atau individu lain yang lebih mudah untuk menjadi individu dewasa yang produktif dan bertanggung jawab (Potter & Perry, 2009)
Tugas perkembangan keluarga dewasa menurut Freadman, Bowder, dan Jones (2003) : 1) Memperluas lingkaran keluarga terhadap anak dewasa muda, termasuk memasukan anggota keluarga baru yang berasal dari pernikahan anak-anaknya. 2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan pernikahan, 3) Membantu orang tua suami dan istri yang sudah menua dan sakit. Fokus perhatian perawat dalam pelayanan kesehatan pada fase perkembangan keluarga dewasa adalah : 1) komunikasikan isu antara orang tua dan anak dewasa muda 2) Masalah transisi peran bagi suami dan istri, 3) Kedaruratan masalah kesehatan kronik, 4) perencanaan keluarga bagi anak dewasa muda, 5) Perhatian terhadap menopouse, 6) Efek yang berkaitan dengan meminum alkohol, merokok, dan praktik diet yang buruk yang telah berlangsung dalam jangka panjang, 7) Gaya hidup sehat.
2.3.2
MASALAH KESEHATAN PADA TAHAP PERKEMBNGAN DEWASA
Tahap perkembangan keluarga dewasa menengah merupakan usia yang mulai rentan terkena diabetes mellitus. proses menua yang berlangsung setelah umur 30 tahun mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia. WHO menyebutkan bahwa setelah usia 30 tahun, maka kadar glukosa darah akan naik 1-2mg/dl/tahun pada saat puasa dan naik 5.6–13mg/dl/tahun pada 2 jam setelah makan (Rochmah dalam Sudoyo, 2006)
Faktor persepsi dan perilaku individu dewasa sangat penting dalam menjaga kesehatan. Kompleksitas permasalahan saat ini membuat individu dewasa menengah mudah mengalami stres yang berkaitan dengan penyakit, seperti serangan jantung, hipertensi, sakit kepala, ulkus, kolitis, penyakit autoimun, nyeri tulang belakang, artritis, dan kanker (Potter & Perrry, 2009). Universitas Indonesia
18
Obesitas merupakan masalah kesehatan yang semakin banyak terjadi pada individu dewasa menengah. Pada tahun 2005, sebesar 23.9 % individu deawasa menengah di Amerika menderita obesitas(Potter & Perrry, 2009). Dampak dari obesitas bagi kesehatan adalah penyakit, seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes mellitus type 2, penyakit jantung kororoner, osteoartritis, serta sesak nafas sewaktu tidur (mendengkur). Fukus
2.3.3 PENGKAJIAN 2.3.3.1 Fokus Pengkajian Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis lebih menekankan pada pengkajian keluarga dengan tahap perkembangan dewasa yang menjadi bagian masyarakat perkotaan dengan masalah kesehatan DM. Model pengkajian yang diterapkan adalah model pengkajian Priedman yang merupakan pendekatan terpadu dengan menggunakan teori sistim umum, teori perkekmbangan keluarga, teori struktural fungsional, dan teori lintas budaya sebagai landasan teoretis primer model dan alat pengkajian keluarga (Freadman, Bowden, & Jones, 2003)
Freadman ( 1998 ) membagi proses pengkajian keperawatan keluarga kedalam tahaptahap meliputi pengkajian tahap I, meliputi mengidetifikasi data, tahap dan riwayat perkembangan , data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga dan koping keluarga. sedangkan tahap II pengkajian terkait pada fungsi kesehatan keluarga.
2.3.1.2 Pengkajian Tahap II Pengkajian lanjutan dari pengkajian Freadman adalah tahap II yang merupakan pengkajian spesifik pada fungsi kesehatan keluarga. Menurut Friedman (1998) fungsi kesehatan memiliki lima fungsi dasar keluarga, yaitu sebagaiberikut : a. Mengenal masalah kesehatan Pengkajian dimaksudkan untuk menilai pengetahuan keluarga terkait masalah kesehatan yang sedang dialami oleh anggota keluarga terkait masalah DM. pengetahuan yang dikaji meliputi pengertian, tanda dan gejala, penyebab, dan mengidentifikasi anggota keluarga yang menderita b. Memutuskan untuk melakukan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan. Ketidaktahuan keluarga dengan masalah kesehatan yang dihadapi menyebabkan keluarga tidak menyadari telah terjadi masalah dalam Universitas Indonesia
19
keluarga. Pengkajian bertujuan untuk menggali tingkat pengetahuan keluarga dengan masalah kesehatan yang dihadapi dan kemampuan keluarga mengambil keputusan untuk melakukan perwatan terhadap masalah masalah kesehatan tersebut. c. Merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan Dari persepektif masyarakat, keluarga adalah sistem dasar tempat perilaku kesehatan dan perawatan diatur, dilakukan, dan dijalankan. Keluarga memberi promosi kesehatan dan perawatan bagi anggotanya yang sakit, oleh karena itu kelaurga memiliki tanggung jawab primer untuk memulai dan mengkoordinasi layanan yang diberikan oleh profesional kesehatan (Pratt, 1977, 1982, Friedman, Bowden, & Jones,2003). d. Memodifikasi lingkungan Kemampuan
keluarga menerapkan fungsi kesehatan dengan memodifikasi
lingkungan, merupakan bentuk upaya preventif terhadap masalah kesehatan anggota keluarga agar tidak berlanjut atau menimbulkan komplikasi. e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan masyarakat. Pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh keluarga berfungsi untuk konsultasi masalah kesehatan dan melakukan pengobatan. Jumlah fasilitas, kemudahan akses dan keterjangkauan menjadi alasan salah satu keluarga memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan.
2.3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa adalah pernyataan sebagai kesimpulan hasil dari analisa data pengkajian yang telah didapat. NANDA (2012) menyebutkan perumusan diagnosa menggunakan diagnosa tunggal tanpa ada etiologi. Diagnosa keperawatan yang umum pada keluarga dengan masalah kesehatan DM berdasarkan rujukan Diagnosa Nanda 2012-2014 : a. Ketidakefektipan manajemen kesehatan diri Ketidakefektipan manajemen kesehatan diri didefinisikan pola pengaturan dan pengintegrasian kedalam kebiasaan terapeutik hidup sehari-hari untuk pengobatan penyakit dan sekuelnya yang tidak memuaskan untuk memenuhi tujuan kesehatan spesifik (Nanda, 2012). Batasan karaktristik dari masalah keperawatan ini meliputi : 1) Kegagalan mamasukan regimen pengobatan dalam kehidupan sehari-hari, 2) Kegagalan melakukan tindakan untuk mengurangi faktor risiko, 3) Pilihan yang tidak efektif dalam hidup sehari-hari untuk memenuhi tujuan kesehatan. 4) Mengungkapkan Universitas Indonesia
20
keinginan untuk mengatasi penyakit, 5) Kelurga mengungkapkan kesulitan dalam regimen yang ditetapkan.
b. Ketidakefektipan pemeliharaan kesehatan Ketidakefektipan
pemeliharaan
kesehatan
didefinisikank
ketidakmampuan
mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mencari bantuan untuk mempertahankan kesehatan (Nanda, 2012). Batasan karaktristik yang ditetapkan meliputi : 1) Menujukan kurang perilaku adaptif terhadap perubahan lingkungan, 2) Menunjukan kurang pengetahuan tentang praktik kesehatan dasar, 3) Riwayat
kurang
perilaku
mencari bantuan kesehatan, 4) Ketidakmampuan bertanggung jawab untuk memenuhi praktik kesehatan dasar, 5)
Hambatan sistem pendukung pribadi, 6)
Kurang
menunjukan minat pada perbaikan perilaku sehat.
c. Ketidakefektipan manajemen regimen terapeutik keluarga Ketidakefektipan manajemen regimen terapeutik keluarga didefinisikan pola pengaturan dan pengintegrasian kedalam proses keluarga, suatu program untuk pengobatan dan sekuelnya yang tidak memuaskan untuk memenuhi kesehatan khusus (Nanda,2012). Batasan karaktristik yang ditetapkan meliputi : 1) Akselerasi gejala penyakit seorang anggota keluarga, 2) Kegagalan untuk melakukan tindakan untuk mengurangi faktor risiko, 3) Ketidaktepatan aktivitas keluarga untuk memenuhi tujuan kesehatan, 4) Kurang perhatian pada penyakit, 5)Mengungkapkan keinginan untuk menangani penyakit, 6) Mengungkapkan kesulitan dengan regimen yang ditetapkan
d. Risiko ketidaksetabilan kadar gula darah Risiko ketidaksetabilan kadar gula darah didefinisikan risiko terhadap variasi kadar glukosa/gula darah dari rentang normal (Nanda, 2012). Faktor risiko yang ditetapkan meliputi : 1) Kurang pengetahuan tentang manajemen diabtes (mis. Rencana tindakan), 2) Tingkat perkembangan, 3) Asupan diet, 4) Pemantauan glukosa dari tidak tepat, 5) Kurang penerimaan terhadap diagnosis, 6) Kurang pengetahuan pada rencana manajemen diabetic (misalnya mematuhi rencana tindakan), 7) Kurang manajemen diabetes (misalnya rencana tindakan), 8) Manajemen medikasi, 9) Status kesehatan mental, 10) Tingkat aktivitas fisik, 11) Kehamilan, 12) Periode pertumbuhan cepat, 13) Penambahan berat badan, 14) Penurunan berat badan Universitas Indonesia
21
2.3.5
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Perencanaan merupakan tahap lanjutan dari proses keperawatan setelah tahap perumusan masalah keperawatan dalam bentuk intervensi. Intervensi didefinisikan perencanaan tindakan yang dirancang untuk membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan (Gordon,1994). Perencanaan keperawatan yang dibahas dalam penulisan karya ilmiah ini fokus pada masalah keperawatan ketidakefektifan manajemen kesehatan diri dengan masalah kesehatan DM.
a.
Intervensi Umum
Intervensi umum yang dilakukan adalah terkait 5 fungsi kesehatan keluarga, yaitu : 1) Mengenal masalah
Diabetes Mellitus, 2) Memutuskan tindakan yang tepat untuk
mengatasi masalah akibat DM, 3) Melakukan perawatan pada anggota keluarga dengan DM, 4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang aman dan tenang, 5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi DM
b.
Kriteria Hasil
Kriteria hasil dan kriteria evaluasi menurut Wilkinson & Ahern (2009) didasarkan pada pertanyaan: 1) Apakah anda menyatakan target waktu dan rentang evaluasi, 2) Apakah kriteria hasil dapat diukur, 3) Apakah kriteria hasil realistis untuk dilakukan, 4) Apakah pencapaian minimal satu kriteria hasil menunjukan penyelesaian dari masalah yang ditetapkan.
c.
Intervensi Unggulan
Intervensi unggulan yang dilakukan pada keluarga adalah dengan edukasi kesehatan tentang aktivitas fisik dan melatih psikomotor senam DM. Konsep aktivitas fisik adalah gerakan tubuh oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya yang tidak mengeluarkan energi atau tenaga yang banyak dan tidak menggunakan prinsip-prinsip olahraga. Aktivitas fisik keluarga yang teratur meningkatkan kesehatan secara umum. Aktivitas yang melibatkan bayak gerak atau lebih aktif dapat membantu mengurangi lemak tubuh (Friedman, Bowden, & Jones,2003). Anjuran kesehatan masyarakat terbaru mengenai aktivitas fisik menyatakan bahwa setiap orang dewasa harus melakukan sebagian besar aktivititas fisik sedang selama 30 menit sehari atau lebih, lebih dianjurkan setiap hari (Burns, 1996 dalam Friedman, Bowden, & Jones,2003) Universitas Indonesia
22
Olah raga merupakan suatu kegiatan jasmani yang dilakukan dengan maksud untuk memelihara kesehatan dan memperkuat otot-otot tubuh dengan menggunakan prinsip. Potter & Perry (2009) mendefinisikan olah raga adalah aktivitas fisik yang bertujuan mengkondisikan tubuh, meningkatkan kesehatan,dan mempertahankan kebugaran, atau dapat digunakan sebagai tindakan terapeutik. Perbedaan dari aktivitas fisik dan olahraga adalah dari penggunaan energi dan adanya prinsip-prinsip pada latihan olahraga.
Aktifitas fisik dan olah raga merupakan salah satu pilar utama program pengelolaan DM. Pengobatan DM tidak cukup dengan obat, melainkan memerlukan keseimbangan aktivitas hidup sehari-hari. Pemantauan secara terus menerus diperlukan terhadap pengobatan, pencegahan, dan perencanaan aktivitas terhadap pengendalian diabetes (Stamler, et al., 2001). Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah (PERKENI, 2011)
Pemenuhan olah raga sangat diperlukan pada keluarga dengan DM, dimaksudkan untuk mendapatkan efek dari penggunaan gula darah untuk energi selama latihan. Manfaat latihan adalah untuk meminimalkan komplikasi penderita DM terhadap komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler. Latihan yang dianjurkan adalah dengan berolah raga menahan tahanan (resistance training), dapat meningkatkan lean body mass dan dengan demikian menambah laju metabolisme istirahat (resting metabolite rate) (Smeltzer & Bare, 1996).
Prinsip latihan fisik pada penderita DM secara umum sama dengan latihan fisik lainnya. Prinsip yang harus dipenuhi yaitu: frekuensi (jumlah olah raga perminggu sebaiknya dilakukan dengan teratur 3-5 kali perminggu), intensitas (ringan dan sedang atau 60-70% maximum heart rate), durasi (30-60menit), dan jenis (latihan endurans atau aerobik untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang,dan bersepeda (Smeltzer & Bare, 1996).
Untuk melakukan latihan jasmani, perlu diperhatikan hal-hal sebagian berikut : pertama adalah pemanasan (warm-up), Pemanasan cukup dilakukan 5-10 menit. Kedua adalah latihan inti (conditioning), pada tahap ini diusahakan denyut nadi mencapai target heart Universitas Indonesia
23
rate (THR), Ketiga adalah pendinginan (cooling-down), setelah selesai melakukan latihan fisik, sebaiknya dilakukan pendinginan. Keempat adalah peregangan (stretching), tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk melemaskan dan melenturkan otot-otot yang masih tegang dan menjadikan lebih elastis. Tahapan ini lebih bermanfaat terutama bagi mereka yang berusia lanjut (Smeltzer & Bare, 1996).
Latihan aktivitas olah raga selain memperhatikan prinsip-prinsip olah raga, bagi penderita DM terdapat hal-hal yang menjadi kriteria aktivitas olah raga yang menjadi diperhatian sebelum aktivitas olah raga dilakukan, diantaranya: 1) Kontrol metabolik sebelum melakukan aktivitas (menghindari aktivitas bila kadar glukosa darah (KGD) puasa > 2500 mg/dl dan terjadi ketosis, harus menjadi perhatian bila KGD > 300 mg/dl tanpa ketosis , dan menambahkan karbohidrat apa bila KGD < 100 mg/dl. 2) Pemeriksaan level KGD sebelum dan seduah latihan aktivitas olah raga. 3) Intake makanan (Tambahkan konsumsi makanan jika dibutuhkan untuk menghindari hypoglimik dan sediakan karbohidrat dengan mudah didapat selama aktivitas latihan olah raga) (Diabetes Care, 2004)
2.3.6 IMPLEMENTASI Tahap lanjutan dari asuhan keperawatan keluarga adalah proses implementasi, yaitu melaksanakan tahapan-tahapan intervesi yang telah ditetapkan. Maglaya (2009) menyatakan bahwa tahap implementasi adalah pelaksanaan tindakan-tindakan atau intervensi yang spesifik dalam proses perencanaan melalui kerjasama dengan klien (individu, keluarga, masyarakat) dan tim kesehatan lain.
2.3.7 EVALUASI Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan, evaluasi dilakukan untuk menilai apakah hasil yang diharapkan sudah terpenuhi, bukan untuk melaporkan intervensi keperawatan telah dilakukan (Potter & Perry, 2009). Keefektifan intervensi keperawatan keluarga tergantung pada pengkajian kembali secara berkesinambungan terkait masalah kesehatan keluarga dan pemilihan rencana intervensi yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang ditemukan.
Universitas Indonesia
BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA Pada bab ini akan dipaparkan hasil pengkajian pada keluarga bapak B. khususnya ibu S. dengan masalah kesehatan diabetes mellitus, meliputi pengkajian data fokus, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi hasil terkait penyelesaian masalah keperawatan.
3.1
PENGKAJIAN
3.1.1
Karaktristik Keluarga
Keluarga bapak B (60 tahun) bertempat tinggal di Cisalak Pasar RT. 05 RW. 05 Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. Keluarga bapak B. merupakan tipe keluarga Nuclear Fammily dengan tahap perkembangan melepaskan anak dewasa muda, dimana anak pertama keluarga bapak B. (sdr D ) berumur 32 tahun dan sudah menikah. Anak pertama sudah keluar ruamah dan memiliki tempat tingkat sendiri bersama istri dan anaknya. . Menurut Freadman, Bowder, dan Jones (2003), tugas perkembangan keluarga dengan tahap perkembangan dewasa meliputi: 1) Memperluas lingkaran keluarga terhadap anak dewasa muda, termasuk memasukan anggota keluarga baru yang berasal dari pernikahan anak-anaknya. 2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan pernikahan, 3) Membantu orang tua suami dan istri yang sudah menua dan sakit.
Pada saat pengkajian didapatkan data keluarga bapak B. tinggal bersama dengan istrinya, yaitu ibu S (57 tahun) dan anak putrinya yang kedua. Putri ke-2 bapak B. sudah berumur 24 tahun dan belum menikah. Bapak B. dan ibu S. memiliki latar belakang pendidikan sekolah dasar. Bapak B. merupakan pensiunan kontraktor PLN, sedangkan ibu S. adalah seorang ibu rumah tangga. Sementara putri ke-2 bapak B.berlatar belakang pendidikan SMA dan belum memiliki pekerjaan. Pada saat dilakukan pengkajian kesehatan khusunya pada ibu S. didapatkan informasi ibu S. menderita DM sejak tahun 2011. Ibu S. terdeteksi diabetes mellitus dengan kadar gula darah sewaktu 300 mg/dl. Orang tua (ibu dari ibu S.) meninggal dunia disebabkan memiliki masalah kesehatan, yaitu diabetes mellitus (DM).
24
Universitas Indonesia
25 Pengkajian keluarga terkait 5 fungsi kesehatan keluarga didapatkan informasi, keluarga bapak B. sudah mengenal mengenai masalah kesehatan diabetes mellitus, tetapi belum secara lengkap. Fungsi kesehatan keluarga kedua didapatkan informasi keluarga bapak B. sudah mampu membuat keputusan untuk merawat ibu S. dengan masalah kesehatan DM. pengkajian fungsi kesehatan keluarga,ketiga terkait perawatan sederhana, didapatkan informasi keluarga sudah melakukan perawatan sederhana terkait masalah kesehatan DM pada ibu S. seperti mengurangi jumlah makan, meminum obat diabetes. Akan tetapi didapakan masalah ketidakefektifan. Hal ini dikuatkan dengan data dimana ibu S. belum teratur dalam pola diet baik dalam frekuensi dan pengaturan jumlah kalori harian, tidak patuh dengan aturan minum obat (glibenklamid), aktivitas yang kurang, dan tidak pernah melakukan kegiatan olah raga, serta jarang melakukan pemeriksaan kadar gula darah.
Pengkajian fungsi kesehatan keluarga yang keempat mengenai modifikasi lingkungan, didapatkan informasi keluarga belum mengetahui dan belum tahu cara memodifikasi lingkungan dalam menunjang perawatan ibu S, dengan masalah kesehatan DM. Selanjutnya pengkajian kesehatan keluarga yang kelima terkait pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan didapatkan data pada keluarga B.khususnya ibu S. tidak teratur memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, sehingga jarang melakukan pengontrolan kadar gula darah.
Pengkajian fokus terkait pola aktivitas keluarga bapak B. khususnya ibu S. didapatkan informasi ibu S. tidak pernah berolah raga. Ibu S. memiliki aktivitas harian seperti pagi hari dengan berjalan kaki belanja ke pasar, membersihkan rumah dan lingkungan tempat tinggal, memasak dan berjualan di warung. kuantitas aktivitas harian ibu. S. lebih banyak dihabiskan dengan duduk di warung depan rumah menunggu pembeli yang datang.
Dari hasil pemeriksaan fisik pada ibu S. didapatkan hasil Frekuensi nafas 14 x/menit, TD. 140/80 mmHG, N: 80 x/menit. Suhu 36,5 C. Pengkajian nutrisi : Antropometri : TB/BB : 160 cm/80 Kg, BMI : 31.3 kg/cm, LILA :37 cm, GDS: 300 mmHG , Klinis : tampak overwight. Klien terobservasi lebih banyak duduk di warung menunggu pembeli yang berbelanja. Pengkajian ekstermitas atas didapati tonus otot baik, reflek fisiologis normal (+2/+2), Ekstermitas bawah: Klien mengeluhkan suka terasa baal dan kesemutan;
Universitas Indonesia
26 pengkajian angkle barachial indeks (ABI) didapatkan nilai > 0.9 mmHg, kekuatan otot didapatkan hasil
5555/5555 5555/5555
Pengkajian kesehatan pada karya ilmiah ini difokuskan pada keluarga bapak B. khususnya ibu S. sedangkan pengkajian terhadap bapak B. dan Nn. Y. penulis masukan dalam lampiran pengkajian secara lengkap berdasarkan pengkajian Freadman. (lihat lampiran 1 pengkajian keluarga)
3.2
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari analisa data yang sudah dijabarkan, didapatkan diagnosa keperawatan pada keluarga bapak B, yaitu : a. Ketidakefektipan manajemen kesehatan diri pada ibu S. berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan diabetes mellitus b. Perilaku kesehatan cendrung berisiko pada Nn. Y. berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah perilaku kesehatan cendrung berisiko. c. Perilaku kesehatan cendrung berisiko pada Bpk. B. berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah perilaku kesehatan cendrung berisiko.
3.3
PERENCANAAN KEPERAWATAN
3.3.1
Perencanaan keperawatan DM secara umum
Perencanaan intervensi keperawatan ditetapkan berdasarkan 5 fungsi perawatan keluarga terkait masalah kesehatan DM pada keluarga bapak B. khususnya ibu S.
3.3.1.1
Tujuan umum
Keefektipan ibu
S.
manajemen
Setelah
kesehatan
diberikan
diri
intervensi
pada
keluarga
keperawatan
selama
bpk. 7
B.
Khususnya
minggu
dengan
11 kali kunjungan
Universitas Indonesia
27 3.3.1.2 Tujuan Khusus a. Tujuan Khusus 1 1)
Mengenal masalah diabetes mellitus : Pengertian, Penyebab,, tanda dan gejala.
2). Mengidentifikasi anggota keluarga yang sakit b. Tujuan Khusus 2 Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah akibat DM : 1)
Menyebutkan akibat lanjut dari DM
2)
Memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan DM
c Tujuan Khusus 3 Melakukan perawatan pada anggota keluarga dengan DM 1)
Edukasi kesehatan cara mencegah DM
2)
Menjelaskan dan melatih psikomotor keluarga tentang aktivitas dan olah raga senam DM
3)
Menjelaskan dan mendemonstrasikan keluarga tentang perawatan kaki
4)
Menjelaskan dan mendemonstrasikan senam kaki
5)
Menjelaskan dan mendemonstrasikan psikomotor diet makanan DM
6)
Menyebutkan tentang terapi obat DM
d. Tujuan Khusus 4 Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang aman dan tenang : 1)
Menjelaskan lingkungan yang sehat bagi anggota keluarga dengan DM
2)
Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang aman dan tenang bagi anggota keluarga dengan DM
e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi DM :
3.3.2
1)
Menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan dan manfaatnya
2)
Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terjangaku sesuai kendisi keluarga
Intervensi Keperawatan Unggulan
Intervensi keperawatan unggulan didasarkan pada hasil pengkajian tahapan fungsi perawatan keluarga, diamana masalah ketidakefektifan kesehatan diri terkait aktivitas yang Universitas Indonesia
28 dilakukan ibu S adalah aktivitas yang monoton. Sedangkan olah raga sama sekali tidak dilakukan oleh keluarga bapak B. Khususnya ibu S. Intervensi keperawatan unggulann juga didasarkan upaya mencari bentuk intervensi yang murah, mudah, menyenangkan dan memberikan efek yang signifikan terhadap pencapaian tujuan terapi DM. Karenanya dari sekian bentuk intervensi keperawatan, penulis menetapkan intervensi keperawatan aktivitas dan olah raga senam DM menjadi bentuk intervensi unggulan yang diterapkan kepada ibu S. Dalam melakukan manajemen mandiri DM.
a. Tujuan khusus intervensi aktivitas dan olah raga senam DM Keluarga bapak B. Khususnya ibu S. Terlibat dalam kegiatan olah raga senam DM yang diadakan di lingkungan tempat tinggal b. Kriteria dan Standar Evaluasi 1) Verbal Keluarga bapak B. Mampu menyebutkan mengenai aktivitas fisik dan olah raga :
Pengertian aktivitas fisik dan olah raga senam DM
Menyebutkan 2 dari 3 perbedaan aktivitas fisik dan olah raga senam DM
Menyebutkan 5 dari 10 manfaat aktivitas fisik dan olah raga senam DM
2) Psikomotor
Ibu S. Mampu mengikuti setiap tahapan dalam senam DM
Ibu S. Mampu mengikuti 80 % gerakan senam DM dengan benar
Ibu S. Mampu mencapai 80 % dari target intensitas senam DM berdasarkan penghitungan denyut nadi maksimal (DDM)
3) Afektif
Keluarga bapak B. Khususnya ibu S. Terlibat dalam aktivitas kelompok senam DM
Ibu S. Mengikuti senam DM yang diadakan dilingkungan tempat tinggal bersama penderita DM yang lain.
Ibu S. Mampu mengikuti jadual senam DM minimal 2 kali dalam seminggu
c. Rencana Intervensi Dengan menggunakan leaflet dan vidio
Universitas Indonesia
29 1) Jelaskan kepada keluarga bapak B.
Pengertian aktivitas fisik dan olah raga senam DM
Perbedaan aktivitas fisik dan olah raga senam DM.
Manfaat aktivitas fisik dan olah raga senam DM
2) Informasikan keapada keluarga bapak B. Khususnya ibu S. Bersama kader kesehatan mengenai kegiatan senam DM yang berada disekitar tempat tinggal berkaitan dengan tempat, waktu kegiatan, dan frekuensi senam tiap minggunya. 3) Berikan motivasi kepada keluarga bapak B. Khususnya ibu S. Untuk mengikuti senam DM secara rutin 4) Libatkan keluarga bapak B. Khsusunya ibu S. Dalam kegiatan aktivitas kelompok senam DM yang ada dilingkungan RW. 05 5) Dengan menggunakan vidio ajarkan senam DM kepada ibu S. 6) Buat jadual senam dan komitmen bersama untuk mengikuti olah raga senam DM secara rutin. 7) Berikan reinfocement positif atas keikutsertaan kelauarga bapak B. Khususnya ibu S. Dalam kegiatan senam DM
3.4.
IMPLEMENTASI
Implementasi 1 pada hari dan tanggal : Jumat, 17 Mei 2013, jam 09.00 WIB. a. Dengan menggunakan leaflet menjelaskan kepada keluarga bapak B. : 1) Pengertian aktivitas fisik dan olah raga senam DM. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya yang tidak mengeluarkan energi atau tenaga yang banyak dan tidak menggunakan prinsip-prinsip olahraga. Olah raga merupakan suatu kegiatan jasmani yang dilakukan dengan maksud untuk memelihara kesehatan dan memperkuat otot-otot tubuh dengan menggunakan prinsip.
Perbedaan aktivitas fisik dan olah raga senam DM, Aktivitas fisik terdapat 3 sifat fisik meliputi ketahanan (endurance), kelenturan (fleksibility), dan kekuatan (strength). Dalam kegiatan aktivitas fisik tidak ada aturan atau prinsip-prinsip khsus yang harus diperhatikan, sedangkan dalam olah raga terdapat prinsipprinsip yang harus diperhatikan. Olah raga penderita DM terdapat prinsip-
Universitas Indonesia
30 prinsip yang sama dengan olah raga pada umumnya, yaitu : 1) frequency (jumlah olah raga perminggu sebaiknya dilakukan dengan teratur 3-5 kali perminggu), intensitas (ringan dan sedang atau 60-70% maximum heart rate), durasi (3060menit), dan jenis (latihan endurans atau aerobik untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang,dan bersepeda
2) Manfaat aktivitas fisik dan olah raga senam DM relatif sama, yaitu : a) Tekanan darah tetap setabil, b) Daya tahan meningka, c) Berat badan ideal, d) Kekuatan otot meningkat, e) Meningkatkan kelenturan, f) Kebugaran kita menjadi baik, g) Mengurangi stres, h) Meningkatkan rasa percaya diri, i) Membangun sportifitas, j) Meningkatkan kesetiakawanan
b. Menginformasikan kepada keluarga bapak B. Khususnya ibu S. Bersama kader kesehatan mengenai kegiatan senam DM yang berada disekitar tempat tinggal berkaitan dengan tempat, waktu kegiatan, dan frekuensi senam tiap minggunya. Pemberian informasi diberikan dengan mendatangi langsung ke rumah ibu S dengan menggunakan selebaran. Informasi diberikan juga oleh kader melelaui pengeras suara mengenai kegiatan olah raga senam DM. c. Memberikan motivasi kepada keluarga bapak B. Khususnya ibu S. Untuk mengikuti senam DM secara rutin. Motivasi diberikan dengan memberikan informasi terkait manfaat olah raga senam DM dan kerugian bila tidak menjalankan olah raga senam DM bagi penderita DM. Bentuk motivasi lain yang diberikan adalah dengan memberikan masukan kepada keluarga bapak B. Khususnya ibu S. Bahwa olah raga senam DM merupakan bentuk terapi alami DM selain penggunaan obat OHO. Implementasi 2 dilaksanakani mulai tanggal : 18 Mei sampai dengan tanggal 15 Juni 2013, setiap jam 07.00 sampai dengan jam 07.40 WIB. a.
Melibatkan keluarga bapak B. khususnya ibu S. dalam aktivitas kelompok senam DM yang sudah dibentuk oleh perawat dan kader kesehatan di RW. 05
b.
Dengan menggunakan video olah raga senam DM perawat dengan dibantu kader mengajarkan olah raga senam DM kepada ibu S. dan penderita DM yang lainnya.
Universitas Indonesia
31 c.
Menyusun jadual bersama untuk latihan olah raga senam DM dan membuat kesepakatan komitmen bersama untuk terus mengikuti kegiatan olah raga senam DM dilingkungan masyarakat RW. 05. Jadual latihan tersusun satu minggu 2 kali dengan durasi 40 menit setiap olah raga senam DM dilaksanakan.
d. Memberikan reinfocement positif atas keikutsertaan kelauarga bapak B. Khususnya ibu S. Dalam kegiatan senam DM. Pemberian reinfocement positif dapat meningkatkan harga diri dan motovasi klien dalam mengikuti olah raga senam DM.
3.5
EVALUASI
3.5.1
Evaluasi formatif
Hari/ Tanggal
: Jumat, 17 Mei 2013, jam 11. 00 WIB
Data Subyektif : a. Keluarga menyatakan mengerti mengenai pengertian aktivitas fisik dan olah raga senam DM b. Keluarga menyatakan mengerti perbedaan aktivitas fisik dan olah raga senam DM c. Keluarga menyatakan mengerti tujuan dan manfaat dari aktivitas fisik dan olah raga senam DM
Data Obyektif : a. Keluarga mampu menyebutkan pengertian aktivitas fisik dan olah raga senam DM. b. Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 perbedaan aktivitas fisik dan olah raga senam DM. c. Keluarga mampu menyebutkan 5 dari 10 manfaat aktivitas fisik dan olah raga DM. d. Keluarga bapak B. khususnya ibu terobservasi mengikuti kegiatan senam DM yang diadakan oleh mahasiswa bersama kader dengan warga penderita DM lain yang berada disekitar tempat tinggal e. Ibu S. Terobservasi mengikuti jadual senam DM pada tanggal 18 dan 22 Mei 2013 f. Ibu S. Belum mampu mengikuti setiap tahapan dalam senam DM dengan baik g. Ibu S. Mampu mengikuti semua fase senam DM dari fase pemanasan, gerakan inti, pra pendinginan, dan fase pendinginan. h. Ibu S. Mampu mengikuti 50 % gerakan senam DM dengan benar
Universitas Indonesia
32 i. Ibu S. Mampu mencapai 50 % dari target intensitas senam DM berdasarkan penghitungan target heart rate (THR) (Nadi sebelum olah raga 70x/menit dan sesudah olah raga 84 x/menit dari 98 x/menit THR)
Analisa : Implementasi TUK 3 ke-1 tercapai sebagian
Planning : a. Motivasi kembali keluarga bapak B. khususnya ibu S. untuk terus mengikuti senam DM dilingkungan tempat tinggal b. Optimalkan pemberdayaan kader dalam mensosialisasikan senam DM kepada warga pada umumnya dan pada penderita DM khususnya di wilayah RW. 05 c. Monitor kembali senam DM klien saat mengikuti latihan senam DM bersama warga penderita DM di lingkungan tempat tinggal d. Rencana tindak lanjut kepada ibu S. untuk mengikuti senam DM setiap kamis dan sabtu di lingkungan tempat tinggal e.
3.5.2
Lanjutkan intervensi TUK 3 ke-2 tentang perawatan kaki klien dengan DM.
Evaluasi Sumatif
Hari /Tanggal : Sabtu , 8 Juni 2013, Jam : 08.30 WIB. Data Subyektif : a. Keluarga bapak B. khususnya ibu S. menyatakan akan mengikuti kegiatan senam secara rutin b. Keluarga bapak B. khususnya Ibu S. menyatakan akan mengajak anggota keluarga dan saudara untuk ikut senam DM c. Keluarga bapak B. khususnya ibu S. menyatakan kesehatannya lebih baik dan badan terasa lebih bugar.
Data Obyektif : a. Keluarga bapak B. khususnya ibu S. terobservasi selalu mengikuti kegiatan senam DM di lingkungan tempat tinggal (1 kali/minggu)
Universitas Indonesia
33 b. Keluarga bapak B. khususnya Ibu S. sudah 7 kali mengikuti kegiatan senam DM yaitu pada tanggal 18, 22, 25, 29 Mei 2013,tanggal 01, dan 8 dan 15 Juni 2013. c. Ibu S. Mampu mengikuti semua fase senam DM dari fase pemanasan, gerakan inti, pra pendinginan, dan fase pendinginan. d. Ibu S. Mampu mengikuti 80 % gerakan senam DM dengan benar e. Ibu S. Mampu mencapai 80 % dari target intensitas senam DM berdasarkan penghitungan target heart rate (THR) (Nadi sebelum olah raga 68 x/menit dan sesudah olah raga 92 x/menit dari target 98 x/menit THR) f. Belum tampak anggota keluarga bapak B. yang lain yang mengikuti senam DM bersama ibu S. g. Pemeriksaan fisik keluarga bapak B. khususnya ibu S. didapatkan data :
Vital sign : TD: 130/80 MMhg, N: 92 x/menit, RR: 16 x/menit.
Vaskularisasi : CRT : < 2 detik, intake 8 gelas per hari; BAK 6-8 kali/hari dengan volume urin 200 – 250 ml; tanda edema (-), pemeriksaan ABI (Ankle Barachial Indeks) : >0.9 mmHG, hal ini menunjukan tidak ada risiko terjadinya perifer atrial diasease (PAD) pada ibu S.
Integumen (extermitas bawah) : tidak dijumpai adanya laserasi/ulkus, kulit bersisik, perubahan warna, atau perubahan bentuk (kapalan pada kaki)
Neurologi : reflek fisiologis (+), keluhan baal (-), keluhan kesemutan (-).
Pemeriksaan GDS : 98 gr/dl
Analisa : Intervensi TUK 3 : aktivitas dan olah raga tercapai
Planning : a. Rencana tindak lanjut untuk kader kesehatan tentang manajemen mandiri DM : aktivitas dan olah raga pada keluarga bapak B. khususnya ibu S. b. Rencana tindak lanjut kepada keluarga untuk tetap konsisten mengikuti kegiatan olah raga bersama kader kesehatan, warga penderita DM, dan masyarakat umum di RW. 05 keluarahan cisalak pasar. c. Rencana tindak lanjut kepada keluarga untuk mengikutkan anggota keluarga dalam aktivitas senam DM di lingkungan tempat tinggal
Universitas Indonesia
BAB 4 ANALISA SITUASI Pada bab ini berisikan menganai analisa pembahasan dari proses asuhan keperawatan pada keluarga bapak B. khususnya ibu S. dengan ketidakefektipan manajemen kesehatan diri terkait masalah kesehatan DM di RT. 05 RW. 05 Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis Depok, meliputi profil lahan praktik, analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait KKMP dan konsep kasus terkait, analisis salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian terkait, dan alternatif pemecahan yang dapat dilakukan
4.1 PROFIL LAHAN PRAKTIK Wilayah Kelurahan Cisalak pasar merupakan wilayah yang sebagian besar adalah pemukiman penduduk. Wilayah Cisalak Pasar masuk pemerintahan kecematan Cimanggis dan menjadi bagian dari wilayah kota Depok. Wilayah Kelurahan Cisalak Pasar terletak di wilayah yang cukup ramai karena terletak di jalur utama akses Bogor-Jakarta, dan merupakan wilayah yang cukup padat. Kelurahan Cisalak pasar juga berdekatan dengan beberapa perusahaan besar, hal ini menyebabkan proses urbansiasi terjadi di wilayah Keluargan Cisalak pasar. Hal ini dibuktikan dengan banyak warga pendatang yang tinggal di wilayah Kelurahan Cisalak Pasar, khususnya di RW. 05. Hal ini menggambarkan salah satu dari ciri perkotaan.
Penduduk diwilayah kelurahan Cisalak pasar per April 2012 berjumlah 18315 jiwa, hal ini menunjukan tingkat kepadatan yang cukup tinggi bagi sebuah wilayah pemerintahan kelurahan. Hal ini sesuai konsep perkotaan yang menyatakan Stanhope (2004) mendefinisikan kota secara geograpi memiliki populasi tinggi lebih dari 99 jiwa per mil2, kota dengan populasi kurang lebih 20.000 jiwa tetapi kuang dari 50.000 jiwa.
Wilayah RW 05 merupakan bagian dari wilayah pemerintahan kelurahan Cisalak Pasar. Wilayah RW 05 terdiri dari 9 RT, dan letaknya berbatasan dengan RW 04, RW 06, RW. 07 dan kelurahan Mekarsari. Berdasarkan laporan rekapitulasi penduduk kelurahan Cisalak Pasar pada bulan April 2012 tercatat penduduk RW 05 berjumlah 2816 Jiwa atau 15,4% dari penduduk Kelurahan Cisalak Pasar berdomisili di RW. 05. Jumlah warga berjenis kelamin laki-laki berjumlah 1495 jiwa (53,1%) dari total populasi. Sedangkan warga yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 1321 jiwa (46,9%) dari total populasi warga di 34
Universitas Indonesia
35
RW. 05. Mayoritas penduduk berprofesi sebagai pedagang baik dipasar induk ataupun dipertokoan.
Wilayah RW. 05 merupakan bagian dari wilayah perkotaan yang sudah pasti akan memberikan dampak kepada kehidupan warganya. Sebagai contoh dapat diilustrasikan dengan kemudahan fasilitas saranan dan prasarana yang ada di lingkungan RW. 05, seperti dekat dengan jalan raya, saran transportasi yang beroperasi 24 jam, hal ini member dampak pada pola aktivitas warga di RW 05. Hasil observasi dijumpai sedikit sekali warga yang membiasakan jalan kaki, warga lebih memilih menggunakan sarana transportasi angkutan umum atau kendaraan pribadi, seperti mobil dan sepeda motor.
Hasil observasi di sebagian rumah warga di wilayah RW 05 memilik kendaraan pribadi, seperti mobil dan sepeda motor. Kemudahan sarana tersebut memberikan kontribusi secara tidak langsung penurunan terhadap pola aktivitas gerak tubuh atau olah raga. Dampak lebih lanjut yang disebabkan oleh perubahan pola aktivitas dan olah raga adalah kurangnya kalori yang digunakan tubuh untuk beraktivitas dan terjadi penumpukan lemak didalam tubuh (obesitas).
Hasil observasi dengan mudah dijumpainya pola kebiasaan atau perilaku tidak sehat, seperti kebiasaan merokok pada warga laki-laki. Pola prilaku yang tidak sehat tersebut memberikan dampak pada masalah kesehatan pada masyarakat perkotaan. Hal ini sesuai dengan teori risiko, yaitu kemungkinan seseorang atau sekelompok orang mengalami suatu kondisi atau kejadian tertentu, di dalam periode waktu tertentu karena beberapa faktor spesifik yang mempengaruhi yaitu faktor fisik, emosional, lingkungan, gaya hidup serta faktor lain (Clark, 1999; Stanhope dan Lancaster, 2004; Nies dan McEwen, 2001).
4.2 ANALISIS MASALAH KEPERAWATAN DENGAN KONSEP TERKAIT KKMP DAN KONSEP KASUS TERKAIT Hasil pengkajian yang dilakukan pada keluarga bapak B. (60 tahun) yang merupakan bagian dari warga RW. 05 berdomisili di RT. 05. Keluarga bapak B. merupakan warga pribumi Cisalak Pasar. Keluarga bapak B. termasuk tipe keluarga nuclear family, dimana bapak B. sekarang tinggal bersama istri dan anaknya yang kedua. Keluaga bapak B. masuk dalam keluarga dengan tahap perkembangan dewasa dengan melepas anak pertama. Anak Universitas Indonesia
36
pertama keluarga bapak B. berumur 32 tahun dan sudah menikah. Hal ini sesuai dengan kajian literatur terkait tahap perkembangan keluarga dewasa (middle age) merupakan usia antara 30-an menengah sampai akhir dari pertengan 60-an. (Edelman dan Mandle,2002)
Pengkajian keluarga bapak B. didapatkan informasi istri dari bapak B, yaitu ibu S. berumur 57 tahun memiliki riwayat masalah kesehatan DM. Dari kajian terkait umur ibu S. memiliki faktor risiko terjadinya penurunan struktur anatomi tubuh dan berakibat pada penurunan fungsi fisiologis. Kemampuan fisiologis tersebut adalah terkait pada penurunan sel β pada organ Pangkreas dalam memproduksi isulin atau penurunan sensitivitas insulin dalam bekerja memasukan glukosa kedalam sel. Hal ini selaras dengan kajian literatur bahwa perubahan fisik pada dewasa menengah secara fisiologis terjadi antara usia 40-65 tahun. Oleh karenanya pada rentang usia tersebut penting sekali untuk memeriksakan status kesehatan individu dewasa menengah (potter & perrry, 2009).
Kajian lain terkait faktor usia dengan masalah kesehatan DM adalah konsep Golberg dan Coon. (2006) menyatakan bahwa usia sangat erat kaitannya dengan kenaikan kadar glukosa darah, sehingga semakin meningkat usia, maka prevalensi DM dan gangguan toleransi gula darah semakin tinggi. DM tipe 2 biasanya terjadi setelah usia 30 tahun dan semakin sering terjadi setelah usia 40 tahun, serta akan semakin meningkat pada usia lanjut. Sekitar 6% individu berusia 45-64 tahun dan 11% individu berusia diatas 65 tahun (Ignatavicus & Walkman, 2006). Sumber lain mejelaskan faktor usia lanjut yang mengalami gangguan toleransi gula darah mencapai 50-92% (medicastore, 2007)
Hasil pengkajian genogram pada keluarga bapak B, keluarga memberikan informasi bahwa orang tua ibu S. meninggal karena memiliki masalah kesehatan DM. Dari informasi tersebut dapat dianalisa kesesuaian bahwa faktor genetik memberikan kontribusi timbulnya masalah kesehatan DM pada ibu S. Hal ini sesuai dengan kajian literatur yang mendeskripsikan mekanisme resistensi insulin pada DM disebabkan salah satunya adalah faktor keturunan. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin (Smeltzer & Bare, 2002)
Pengkajian terkait latar belakang pendidikan keluarga bapak B. adalah sekolah dasar, hal ini akan berpengaruh pada tingkat pemahaman keluarga dalam melakukan perawatan Universitas Indonesia
37
terkait masalah kesehatan DM. Faktor tingkat
pendidikan menjadi perhatian pada
penderita diabetes, dikaitkan dengan kemampuan pemahaman terhadap diabetes mellitus serta pegelolaan dan pencarian informasi terhadap terapi yang dibutuhkan. Selain faktor jenis kelamin dan usia, pendidikan rendah 40% menjadi penyebab kematian dibanding dengan subjek berpendidikan tinggi. Selanjutnya, orang diabetes dengan tingkat pendidikan yang rendah, memiliki kerentanan mortalitas yang lebih tinggi (Nillson, Johansson, & Sundquist., 1998).
Hasil pengkajian pemeriksaan fisik pada keluarga bapak B. khususnya ibu S. didapatkan data antropomteri ibu S. IMT : TB/BB : 160 cm/80 Kg = 31.3 kg/cm, LILA :37 cm, secara klinis terobservasi : tampak obesitas.Tinjauan teori menunjukan obesitas menjadi fokus masalah kesehatan dan pencetus penyakit pada keluarga dengan tahap perkembangan dewasa. Literatur yang menunjang analisa adalah hasil penelitian di Amerika bahwa obesitas merupakan masalah kesehatan yang semakin banyak terjadi pada individu dewasa menengah. Pada tahun 2005, sebesar 23.9 % individu deawasa menengah di Amerika menderita obesitas. Dampak dari obesitas bagi kesehatan adalah penyakit, seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes mellitus type 2, penyakit jantung kororoner, osteoartritis, serta sesak nafas sewaktu tidur (mendengkur) (Potter & Perrry, 2009)
Pengkajian aktivitas dan mobilisasi keluarga bapak B. khusunya ibu S. didapatkan data secara subyektif ibu S. didapatkan informasi ibu S. tidak pernah berolah raga. Ibu S. memiliki aktivitas harian seperti pagi hari pergi ke pasar berjarak 1 KM dengan berjalan kaki, membersihkan rumah dan lingkungan tempat tinggal, memasak dan berjualan di warung. kuantitas aktivitas harian ibu. S. terobservasi lebih banyak dihabiskan dengan duduk di warung depan rumah menunggu pembeli yang datang. Hal tersebut memberikan kontribusi kepada keluarga bapak B, khusunya ibu S. terhadap faktor kelompok risiko masalah kesehatan yaitu DM. Kelompok risiko menurut Stone, Mc Guire, dan Eigsti (1998) kelompok risiko tinggi (population at high risk) adalah mereka yang terlibat aktivitas tertentu atau yang mempunyai karakteristik tertentu yang meningkatkan potensi mereka untuk mengalami suatu penyakit, cidera atau masalah kesehatan. Populasi risiko tinggi adalah orang yang karena paparan, gaya hidup, riwayat keluarga, atau faktor lain berada pada risiko terhadap penyakit lebih besar dibandingkan populasi secara umum (Stanhope dan Lancaster, 2004) Universitas Indonesia
38
Hasil analisa data dari pengkajian data fokus yang ditemukan pada keluarga bapak B. khsusunya ibu selanjutnya disimpulkan dalam masalah keperawatan ketidakefektifan manajemen kesehatan diri (Nanda, 2012). Penegakan masalah didasarkan pada analisa data dan batasan karaktristik yang ditemukan pada keluarga bapak B. khusunya ibu S. Data hasil pengkajian didapatkan bahwa keluarga sudah sebagian mampu menerapkan fungsi kesehatan keluarga dalam mengelola masalah kesehatan DM, tetapi keluarga mengalami hambatan mengintegrasikan dalam pola keseharian. Hal ini sesuai dengan definisi dari Nanda (2012) yaitu pola pengaturan dan pengintegrasian kedalam kebiasaan terapeutik hidup sehari-hari untuk pengobatan penyakit dan sekuelnya yang tidak memuaskan untuk memenuhi tujuan kesehatan spesifik.
Kegagalan keluarga dalam mengintegrasikan cara perawatan DM dalam kehidupan seharihari ditunjukan kesesuaian masalah dengan batasan karaktristik dari masalah keperawatan, yaitu : pertama kegagalan mamasukan regimen pengobatan dalam kehidupan sehari-hari (Nanda, 2102). Hasil pengkajian didapatkan data secara subyektif ibu S. menyatakan tidak teratur dalam mengkonsumsi obat. Obat yang dikonsumsi ibu S. adalah jenis glibenklamid yang mempunyai fungsi untuk meningkatkan produk insulin pada sel β di Pankreas.
Batasan karaktristik kedua yaitu kegagalan melakukan tindakan untuk mengurangi faktor risiko. Data pengkajian didapatkan aktivitas ibu S. setiap pagi ke pasar dan sisa waktunya dihabiskan hanya duduk diwarung menunggu pembeli. Selain itu ibu S. menyatakan tidak pernah melakukan aktivitas olah raga. Pada penderita DM Pengobatan diabetes mellitus tidak cukup dengan obat, melainkan memerlukan keseimbangan aktivitas hidup seharihari. Pemantauan secara terus menerus diperlukan terhadap pengobatan, pencegahan, dan perencanaan aktivitas terhadap pengendalian diabetes ( Stamler, et al., 2001).
Batasan karaktristik ketiga adalah pilihan yang tidak efektif dalam hidup sehari-hari untuk memenuhi tujuan kesehatan. Data pengkajian didapatkan ibu S. menyatakan tidak teratur makan, dan lebih sering makan hanya 2 kali dalam sehari. Pola makan yang dianjurkan bagi penderita DM adalah dengan makan teratur 3 kali dalam sehari dengan diselingi snack diantara jam makan siang dan sore dengan tetap memperhatikan jumlah asupan kalori.
Universitas Indonesia
39
Batasan karaktristik keempat adalah mengungkapkan keinginan untuk mengatasi penyakit. Data pendukung yang didapat adalah pernyataan ibu S. menginginkan tetap sehat dan kadar gula darahnya tidak naik. Kelima kelurga mengungkapkan kesulitan dalam regimen yang ditetapkan. Data pendukung yang didapat adalah pernyataan klien ingin menurunkan berat badan. Hasil pemeriksaan ibu S. masuk dalam katagori obesitas tingkat 2 dengan IMT : 31.3 kg/cm
4.3 ANALISA INTERVENSI AKTIVITAS DAN OLAH RAGA DENGAN KASUS TERKAIT Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang mempunyai fungsi kesehatan, dimana keluarga mempunyai tugas memberikan perawatan baik dengan melakukan pencegahan, saling memberikan promosi terkait kesehatan, dan upaya pencarian sumber pendukung dalam mengoptimalkan kesehatan keluarga. hal ini sesuai dengan konsep fungsi kesehatan keluarga dimana dari persepektif masarakat, keluarga adalah sistem dasar tempat perilaku kesehatan dan perawatan diatur, dilakukan, dan dijalankan. Keluarga memberi promosi kesehatan dan perawatan bagi anggotanya yang sakit, oleh karena itu kelaurga memiliki tanggung jawab primer untuk memulai dan mengkoordinasi layanan yang diberikan oleh profesional kesehatan (Pratt, 1977, 1982, Friedman, Bowden, & Jones,2003).
4.3.1 Pengkajian Pengkajian dalam karya ilmiah ini difokuskan pada penjajakan tahap II, yaitu terkait pengkajian kemampuan keluarga mejalankan fungsi kesehatan. Pengkajian 5 fungsi kesehatan keluarga pada tahap mengenal masalah dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya kemudahan
sarana informasi, kemampuan keluarga mengakses informasi
kesehatan, kemudahan keluarga mengakses pasilitas pelayanan kesehatan, serta tingkat pengetahuan keluarga dalam menerima informasi kesehatan. Kondisi ini sesuai kajian leteratur yang penulis gunakan dimana
tingkat
pendidikan menjadi perhatian pada
penderita diabetes, dikaitkan dengan kemampuan pemahaman terhadap diabetes mellitus serta pegelolaan dan pencarian informasi terhadap terapi yang dibutuhkan. Selain faktor jenis kelamin dan usia, pendidikan rendah 40% menjadi penyebab kematian dibanding dengan subjek berpendidikan tinggi. Selanjutnya, orang diabetes dengan tingkat
Universitas Indonesia
40
pendidikan yang rendah, memiliki kerentanan mortalitas yang lebih tinggi (Nillson, Johansson, & Sundquist., 1998).
Tahap pengkajian kedua dari fungsi kesehatan keluarga adalah mengambil keputusan terkait masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga. dalam proses pengambilan keputusan perawatan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan keluarga dan sistem dalam keluarga meliputi struktur kekuatan dalam keluarga, peran, struktur komunikasi, dan struktur pendukung dalam keluarga. struktur pendukung keluarga bisa didapat dari luar keluarga atau dari dalam keluarga itu sendiri. Hal ini terdapat kesusaian dengan kajian teori terkait system pendukung keluarga dimana sumber pendukung bisa dalam bentuk alat bantu kesehatan, akses informasi melalui telpon, akses internet. Sistim pendukung tersebut dapat
meningkatkan
komunikasi
keluarga.
Karena
komunikasi
penting
untuk
memberdayakan keluarga berpartisipasi dalam mengambil keputusan yang terkait dalam kesehatan (Friedman, Bowden, & Jones,2003)
Fungsi kesehatan keluarga yang ketiga adalah tugas keluarga melakukan perawatan sederhana. Dari pengkajian didapatkan informasi keluarga sudah melakukan perawatan sederhana terkait masalah kesehatan DM pada ibu S. tetapi keluarga mengalami ketidakefektipan dalam memanajemen kesehatan. Hal ini dikuatkan dengan data dimana ibu S. belum teratur dalam pola diet baik dalam frekuensi dan pengaturan jumlah kalori harian, tidak patuh dengan aturan minum obat (glibenklamid), aktivitas yang kurang, dan tidak pernah olah raga, serta jarang melakukan pemeriksaan kadar gula darah. Dari kemampuan keluarga dalam menerapakan fungsi perawatan sederhana satu kegiatan yang tidak pernah dilakukan oleh keluarga bapak B. khusunya ibu S. yaitu olah raga. Aktivitas dan olah raga mempunyai manfaat bagi keluarga yang memiliki masalah kesehatan DM, karena aktivitas dan olah raga selain memberikan manfaat kebugaran, bagi diabetes, olah raga juga merupakan bentuk terapi. Penjelasan ini sesuai dengan definsi olah raga itu sendiri, seperti yang diungkapan oleh potter dan Perry (2009) dimana olah raga didefinisikan sebagai aktivitas fisik yang bertujuan mengkondisikan tubuh, meingkatkan kesehatan,dan
mempertahankan kebugaran, atau dapat digunakan sebagai tindakan
terapeutik.
Universitas Indonesia
41
Olah raga merupakan unsur penting dalam pengelolaan DM. Aktivitas olah raga yang baik pada keluarga dengan masalah kesehatan DM harus menerapkan prisnsip-prinsip, hal dimaksudkan untuk mendapatkan pencapain target aktivias olah raga sebagai bentuk terapi bagi diabetes. Prinsip-prinsip tersebut sesaui dengan tinjaun teori dimana hal-hal yang harus dipenuhi selama mengikuti olah raga, yaitu: frekuensi (jumlah olah raga perminggu sebaiknya dilakukan dengan teratur 3-5 kali perminggu), intensitas (ringan dan sedang atau 60-70% maximum heart rate), durasi (30-60menit), dan jenis (latihan endurans atau aerobik untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang,dan bersepeda (Smeltzer & Bare, 1996).
Asuhan keperawatan pada kepada keluarga dengan masalah kesehatan DM terkait aktivitas dan olah raga dibutuhkan sekali sistem pendukung didalam keluarga. keluarga mempunyai peran perawatan dengan memberikan dukungan dan pemantauan yang terus menerus. Upaya pemantuan sesuai dengan rujukan teori yang menyatakan bahwa pemantauan secara terus menerus diperlukan terhadap pengobatan, pencegahan, dan perencanaan aktivitas terhadap pengendalian diabetes ( Stamler, et al., 2001).
Tujuan dari aktivitas
dan
olah raga
bagi penderita DM adalah mengoptimalkan
penggunaan glukosa dalam darah dan menurukan kadar lemak dalam sel adiposa. Hal ini sesuai dengan teori terkait aktivitas fisik yang teratur meningkatkan kesehatan secara umum. Aktivitas yang melibatkan bayak gerak atau lebih aktif dapat membantu mengurangi lemak tubuh (Friedman, Bowden, & Jones,2003). Kajian teori lain yang mendukung adalah bahwa otot yang berolahraga akan menyerap dan menggunakan sebagian dari kelebihan glukosa dalam darah, sehingga terjadi penurunan kebutuhan akan insulin (Sherwood, 2001). Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah (PERKENI, 2011).
Hasil kajian Jurnal Reading (Critical Review). Terhadap penelitian yang bertujuan untuk membandingkan efektifitas dari Resistance Exercise Training to Improve Glycemic Control in Older Adults With Type 2 Diabetes dan non Resistance Exercise Training to Improve Glycemic Control in Older Adults With Type 2 Diabetes. Desain penelitian ini menggunakan Randomised Controlled Clinical Trial (RCT). Universitas Indonesia
42
Subyek penelitian adalah 62 orang beretnik Latin berumur > 55 tahun dengan DM tipe 2 lebih dari 3 tahun. responden terdiri dari 40 perempuan dan 22 laki-laki dengan diabetes tipe 2 dengan teknik secara acak yang telah disetujui untuk dilakukan pengawasan Progresif Resistance Training (PRT) atau kelompok kontrol. Sebelum
dan sesudah
intervensi dilakukan pemeriksaan kontrol glikemik, kelainan metabolik sindrom, komposisi tubuh, dan simpanan glikogen otot.
Subyek penelitian terdiri dari 2 kelompok pasien yaitu kelompok intervensi dan kontrol. Intervensi diberikan selam 16 minggu (tiga kali per minggu) dan 45 menit setiap sesi latihan. Hasil penelitian didapatkan adanya penurunan plasma glikosilasi kadar hemoglobin (dari 8.7 ± 0.3 menjadi 7.6 ± 2%), peningkatan cadangan glikogen otot (dari 60,3 ± 3.9 menjadi 79,1 ±5.0 mmol glukosa/kg otot), dan mampu mengurangi dosis obat yang ditentukan bagi penderita diabetes yang dikombinasi dengan senam dibandingkan dengan kelompok kontrol, P= 0,004 – 0,05. Pada subyek kelompok kontrol tidak menunjukkan perubahan hemoglobin glikosilasi, penurunan glikogen otot (dari 61.4 ± 7,7 -47,2 ± 6,7 mmol /kg otot), peningkatan medikasi obat sebesar 42 %. Penilaian subyek PRT dibandingkan subyek kontrol terhadap peningkatan massa otot (+1.2 ± 0.2 vs - 0.1 ± 0,1 kg), menurunkan tekanan darah sistolik (-9,7 ± 1,6 vs + 7.7± 1,9 mmHg), dan penurunan simpanan massa lemak (-0,7 ± 0,1 vs +0,8 ± 0,1 kg; P= 0,01-0,05).
Aplikasi intervensi keperawatan yang penulis pilih merujuk pada pendekatan teori dan hasil penelitian yang sudah penulis sampaikan. Penulis memutuskan mengambil satu bentuk terapi unggulan dari 6 intervensi keperawatan yang sudah diberikan kepada keluarga. yaitu terapi aktivitas olah raga senam DM. Intervensi olah raga senam DM yang dilakukan dengan melibatkan kader kesehatan yang ada diwilayah RW. 05. Intervensi dilakukan secara bertahap, yaitu dengan mengenalkan kepada keluarga mengenai aktivitas dan olah raga senam DM melalui edukasi kesehatan. Tahap selanjutnya membuat jadual latihan olah raga senam DM yang dilaksanakan bersama penderita DM yang ada di RW. 05. Pelaksanaan pemberian terapi aktivitas olah raga yang dilakukan melalui tahapan proses keperawatan. Tahap lanjutan dari pengkajian proses keperawatan adalah perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Universitas Indonesia
43
4.3.2 Tahap Perencanaan Pada perencanaan intervensi aktivitas dan olah raga ditetapkan dengan menetapkan tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum yang ditetapkan adalah keefektipan manajemen kesehatan diri pada keluarga bpk. B. Khususnya ibu S. Setelah diberikan intervensi keperawatan selama 7 minggu dengan
11 kali kunjungan. Tujuan umum ditetapkan
dengan mengacu pada target pencapaian secara umum dari asuhan keperawatan keluarga dengan masalah kesehatan DM. Sedangkan tujuan khusus ditetapkan mengacu pada target dari satu tindakan atau intervensi yang akan dilakukan dalam mengatasi masalah secara spesifik. Tujuan khsus darin intervensi aktivitas dan olah raga adalah Menjelaskan dan melatih psikomotor keluarga tentang aktivitas dan olah raga senam DM
Perencanaan dibuat dengan merencanakan kontrak pertemuan (waktu, tempat, dan materi yang akan didiskusikan), persiapan materi yang diberikan, media yang digunakan, dan metode intervensi. Perencanaan intervensi terbagi menjadi 2 tahap, meliputi tahap pertama pemberian edukasi kesehatan tentang aktivitas dan olah raga. Tahap kedua adalah latihan bersama senam DM dengan menyesuiakan jadual kegiatan senam DM yang diadakan bersama penderita DM dilingkungan RW. 05.
4.3.3 Tahap Implementasi Implementasi keperawatan merupakan tahapan ke-3 dari proses keperawatan. Hal ini sesuai dengan teori keperawatan yang menyatakan tahap lanjutan dari asuhan keperawatan keluarga adalah proses implementasi, yaitu melaksanakan tahapan-tahapan intervesi yang telah ditetapkan. Maglaya (2010). Implementasi keperawatan merujuk padan perencanaan intervensi yang ditetapkan. Media yang digunakan pada saat implementasi adalah leaflet, nursing kit, dan video senam DM. Metode yang digunakan adalah dengan memberikan edukasi kesehatan dan melatih psikomotor keluarga bapak B. khusunya ibu S. dengan dilibatkan dalam kegiatan
senam kelompok DM. Implementasi dilakukan dengan 2
tahapan.
Tahap pertama implementasi dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 17 Mei 2013, jam 09.00 WIB di kediaman bapak B. Intervensi dilakukan dengan pemberian edukasi kesehatan terkait aktivitas dan olah raga. Edukasi kesehatan dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa media leaflet. Kegiatan edukasi kesehatan yang dilakukan Universitas Indonesia
44
dengan: 1) Menjelaskan kepada keluarga bapak B. Terkait pengertian aktivitas fisik dan olah raga senam DM, perbedaan aktivitas fisik dan olah raga senam DM, manfaat aktivitas fisik dan olah raga senam DM. 2) Memberikan informasikan keapada keluarga bapak B. Khususnya ibu S. Bersama kader kesehatan mengenai kegiatan senam DM yang berada disekitar tempat tinggal berkaitan dengan tempat, waktu kegiatan, dan frekuensi senam tiap minggunya. 3) memberikan motivasi kepada keluarga bapak B. Khususnya ibu S. Untuk mengikuti senam DM secara rutin
Tahap kedua adalah latihan senam DM dilaksanakan dengan melibatkan keluarga bapak B. khususnya ibu S. dalam kegiatan kelompok olah raga senam DM yang sudah dibentuk olah perawat bersama kader kesehatan di RW 05. Kegiatan dilaksanakan bersama dengan penderita DM yang ada di RW. 05. Implementasi tahap kedua dilaksanakan mulai tanggal 18 Mei 2013 sampai dengan tanggal 15 Juni 2013. Senam DM dilaksanakan 1 kali setiap minggunya dan setiap kegiatan senam DM dilaksanakan dengan duarasi 40 menit. Kegiatan senam diawali dengan fase pemanasan selama 10 menit, dilanjutkan dengan gerakan inti selama 10 menit, fase berikutnya adalah pra pendinginan selama 10 menit, dan yang terakhir adalah fase pendinginan selam 10 menit.
Kegiatan senam DM dapat diimplementasikan kepada keluarga bapak B. khsusnya ibu S. dapat terealisasi sesuai karaktristik yang ditetapkan, akan tetapi tidak belum tercapai sesuai standar yang ditetapkan dalam konsep olah raga bagi penderita DM. Senam DM hanya bisa terlaksana 1 kali dalam seminggu, hal ini belum sesuai dengan konsep yang menjelaskan olah raga bagi penderita DM sebaiknya dilaksanakan 3-5 kali setiap minggunya. Prinsip yang harus dipenuhi yaitu: frekuensi (jumlah olah raga perminggu sebaiknya dilakukan dengan teratur 3-5 kali perminggu (Smeltzer & Bare, 1996).
4.3.4 Tahap Evaluasi Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan, evaluasi dilakukan untuk menilai apakah hasil yang diharapkan sudah terpenuhi, bukan untuk melaporkan intervensi keperawatan telah dilakukan (Potter & Perry, 2009). Tahapan evaluasi dari implementasi keperawatan terkait olah raga senam DM dilakukan dengan metode interview untuk hasil implementasi edukasi kesehatan. Sedangkan evaluasi psikomotor dilakukan dengan
Universitas Indonesia
45
metode observasi langsung terhadap aktivitas implementasi olah raga. Evaluasi implementasi dilakukan dengan 2 tahapan, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif dilakukan untuk menilai implementasi terkait edukasi kesehatan tentang aktivitas dan olah raga senam DM. Analisa evaluasi formatif dari implementasi edukasi kesehatan didapatkan hasil secara subyekti dan obyektif keluarga bapak B. mampu mencapai sebagian dari kriteria hasil yang telah ditetapkan. Tahap evaluasi sumatif dilakukan dengan mengobservasi secara langsung keikutsertaan keluarga bapak B. khususnya ibu S. dalam kegiatan senam DM. Evaluasi sumatif juga dilakukan dengan melakukan penilaian data subyektif dan obyektif dari kemampuan keluarga terhadap aktivitas senam DM. pemeriksaan fisik, dan merekap hasil pemeriksaan kadar gula darah (KGD) ibu S. Hasil KGD dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu tanggal 13 Mei 2013 didapatkan hasil 300 mg/dl, tanggal 22 Mei 2013 didapatkan hasil 109 mg/dl, dan pada tanggal 19 Juni 2013 didapatkan hasil KGD 98 mg/dl. Dari hasil evaluasi sumatif penulis melakukan analisa hasil dari implementasi aktivitas olah raga senam DM, dan didapatkan analisa aktivitas olah raga senam DM tercapai sesuai kriteria hasil yang ditetapkan.
Selain penetapan analisa hasil dari implementasi olah raga senam DM penulis melakukan analisa untuk menilai kelebihan, kekurangan, peluang, dan ancaman dari penetapan intervensi yang telah diterapkan kepada keluarga. Hal ini dimaksudkan agar intervensi olah raga senam DM dapat dilaksanakan oleh keluarga secara berkelanjutan dengan penetapan alternatif penyelesaian masalah.
Penilaian terhadap hambatan dari proses
implementasi olah raga adalah 1) Keterbatasan secara kognitif dalam memahami dan menangkap penjelasan dari perawat terkait aktivitas senam DM, 2) Belum menjadi budaya kegiatan olah raga pada keluarga bapak B. 3) Diperlukannya instruktur senam yang mampu memimpin senam selama proses implementasi 4) Kader kesehatan belum mampu memandu senam DM secara mandiri, 5) Keterbatasan dalam hal pemeriksaan HbA1c, sehingga nilai kadar HbA1c tidak dapat dinilai, 6) Frekuensi aktivitas olah raga 3-5 kali dalam 1 minggu belum dapat tercapai.
Kelebihan dari implementasi latihan olah raga adalah 1) Olah raga merupakan terapi yang murah secara
finansial, 2) Terapi dapat dilakukan secara bersama-sama sehingga
meningkatkan motivasi keluarga untuk aktif berolah raga, 3) Terapi olah raga bisa menjadi Universitas Indonesia
46
salah satu bentuk terapi kelompok bagi penderita DM. 4) Terapi olah raga bisa menjadi kegiatan yang saling mengontrol keteraturan keaktifan keluarga untuk olah raga dari sesama penderita DM. 4) Merupakan terapi efektif untuk menurunkan berat badan secara fisiologis.
Bentuk ancaman dari kelangsungan terapi olah raga senam DM adalah : 1) Tidak ada pembinaan terhadap terapi olah raga senam DM yang sudah berjalan. 2) Tidak ada pihak yang mengevaluasi terhadap pencapain target dari tujuan olah raga senam DM. Sedangkan peluang dari implementasi olah raga senam DM adalah: 1) Senam DM menjadi salah satu program pengelolaan DM di PKM Cimanggis. 2) Tumbuhnya kelompok- kelompok senam DM dibeberapa wilayah sekitar wilayah Depok.
4.4
RENCANA TINDAK LANJUT
Selain melakukan evaluasi terhadap implementasi tahap akhir perawat membuat rencan tindak lanjut dengan mensepakati rencana bersama keluarga untuk meneruskan semua intervensi keperawatan yang telah diberikan perawat dengan masalah keperawatan ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada masalah kesehatan DM. Bentuk kesepakatan yang ditetapkan bersama keluarga adalah dalam bentuk rencana tindak lanjut.
Rencana tindak lanjut pemecahan masalah diperlukan untuk mengatasi hambatan yang diapat selama proses asuhan keperawatan dengan intervensi aktivitas olah raga DM pada penderita DM. Beberapa alternatif yang bisa diterapkan untuk mengoptimalkan intervensi aktivitas olah olah raga DM adalah: 1) Membentuk group senam DM dilingkungan RW. 05. 2) Mengajukan usulan senam DM menjadi program unggulan di PKM Cimanggis 3) Mengajukan usulan pelatihan senam DM bagi kader kesehatan di RW.05. 4) Melibatkan keluarga pada kelompok swabantu bagi penderita DM di RW.05. 5) Melakukan timbang terima dengan residen perawat program sepesialis di Kelurahan Cisalak Pasar.
Universitas Indonesia
BAB 5 PENUTUP 5.1
KESIMPULAN a. Karakristik keluarga bapak B. merupakan keluarga dengan tipe nuclear family dengan tahap perkembangan dewasa keluarga melepas anak pertama. Pada keluarga bapak B. tiga masalah masalah keperawatan, yaitu ketidakefektifan manajemen kesehatan diri khususnya ibu S, 2) Prilaku kesehatan cenderung berisiko khusunya Nn.Y, 3) Perilaku cenderung berisiko khususnya bapak B. b. Perencanaan disusun berdasarkan fungsi kesehatan keluarga, dan intervensi aktivitas dan olah raga menjadi intervensi unggulan pada penerapan fungsi perawatan keluarga. d. Implementasi intervensi unggulan yaitu aktivitas dan olah raga dilaksanakan dalam 2 tahapan implementasi, yaitu dengan memberikan edukasi kesehatan dan melatih psikomotor keluarga khususnya ibu S. e. Evaluasi dari implementasi aktivitas dan olah raga dilakukan secara formatif, yaitu didapatkan peningkatan pengetahuan keluarga bapak B. mengenai aktivitas dan olah raga senam DM. Evaluasi sumatif didapatkan keaktifan keluarga bapak B. khusunya ibu S. dalam kegiatan intervensi senam DM selama program dilaksanakan. Hasil lain yang diperoleh adalah senam DM memberikan pengaruh terhadap kesetabilan kadar gula darah ibu S.
hasil
analisa masalah terkait intervensi aktivitas dan olah raga tercapai sesuai batasan kriteria hasil yang ditetapkan. f. Rencana tindak lanjut terkait intervensi aktivitas dan olah raga ditetapkan bersama dengan keluarga dan mensepakati untuk meneruskan intervensi yang yang diberikan perawat.
5.2
SARAN
5.2.1 Bagi pelayanan kesehatan a. Mengoptimalkan intervensi aktivitas dan olah raga menjadi program unggulan di PKM Cimanggis terkait pengelolaan DM. b. Mengoptimalkan kader kesehatan menjadi role model senam DM di wilayah kerja PKM Cimanggis.
47
Universitas Indonesia
48
c. Mengajukan kebijakan terkait program penanganan dan pengelolaan penyakit tidak menular (PTM) pada kelompok usia dewasa.
5.2.2
Bagi pendidikan keperawatan a. Mengembangkan intervensi aktivitas dan olah raga menjadi kajian khusus pada keilmuan komunitas dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga dengan masalah kesehatan DM. b. Meningkatkan kemampuan psikomotor perawat praktik terkait aktivitas dan olah raga senam DM.
5.2.3
Bagi Kader Kesehatan a. Meningkatkan kemampuan psikomotor senam DM dan menjadi role model bagi penderita DM di RW. 05 Kelurahan Cisalak Pasar b. Memberikan pendampingan kepada keluarga dengan masalah kesehatan DM untuk tetap mengikuti senam DM di lingkungan RW. 05 kelurahan Cisalak Pasar. c. Melanjutkan program intervensi aktivitas dan olah raga yang sudah dipelopori mahasiswa menjadikan budaya di RW. 05 Kelurahan Cisalak Pasar.
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Admin. “Urbanization and Global Change”. Style Sheet: http://www.globalchange.umich.edu/globalchange2/current/lectures/urban_gc/. Allender, Judith Ann., Rector, Cherrie., Warner, Kristine D. (2010). Community Health Nursing: promoting and protecting the public’s health. 7th ed. Lippincott: Philadelphia. American Diabetes Association (2004) Physical Activity/Exercise and Diabetes. Dinukil dari http://www.ncbi.Diaetes care. /Volume 27/suplement 1, Anderson,E.T & McFarlane.J. (2006). Keperawatan Komunitas:Teori Dan Praktik. Jakarta: EGC Anshor. N. & sudarsono (2008). Kearipan lingkungan dalam perspektif jawa. Jakarta : yayasan obor Indonesia Castaneda,C.,et al.(2002). A Randomized Controlled Trial of Resistance Exercise Training to Improve Glycemic Control in Older Adults With Type 2 Diabetes.Dinukil dari http://www.ncbi.pumed/Diabetes care. /25:2335–2341, Dahlan, M.S.(2008). Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Sagung Seto. Depkes, RI. (2008). Pedoman pengendalian diabetes mellites dan penyakit metabolik. Dinukil dari http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/handle/123456789/1359 Depkes, RI. (n.d.). Prevalensi diabetes mellitus di http:/www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/
Indonesia.
dinukil
dari
Friedman,M.M.,Bowden,V.R,& Jones,E.G.(2003).Family nursing : Research, theory and practice.(4th ed).California: Appletion and Lange. Frank B.Hu.(2011).Globalization of Diabetes:The Role of Diet, Lifstyle, and Genes. Dinukil dari http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/3.0/ Hartono,S.P.(2007). Analisis data kesehatan. Jakarta : FKM-UI Litbangkes, RI. (2007). Laporan hasil riset kesehatan dasar nasional. Dinukil dari http://www.litbang.depkes.go.id/laporan RKD/ Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.(2011). Petunjuk praktis pengelolaan diabetes melitus tipe 2. (Editor: S. Soegondo, P.Soewondo, I. Subekti dkk.). Jakarta : PB. PERKENI. 49
Universita Indonesia
50
Potter & Perry. (2009). Fundamentals of Nursing. 7th Edition.Singapore : Elsevier Pte.Ltd. UPT Cimanggis.(2013).Laporan Bulanan Kunjungan Penyakit Puskesmas.Depok. M.A. Rais.(2008).Agenda Mendesak Bangsa Selamatkan Indonesia.Yogyakarta : PPSK. Suegondo,S. (2011). Penatalaksanaan diabetes mellitus terpadu.(Edisi ke-2). Jakarta: Fakultas Kedokteran UI. Sastroasmoro,S. & Ismael, S.(2011). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis.(Edisi ke-4). Jakarta : Sagung Seto. Suegondo,S. (2011). Penatalaksanaan diabetes mellitus terpadu.(Edisi ke-2). Jakarta: Fakultas Kedokteran UI. Smeltzer, C.Suzanner & Brenda, G.B.(2002). Bruner & Suddarth’s textbook of medicalsurgical nursing. (8th Ed) ( H.Y.Kuncara, dkk, Penerjemah). Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. Stanhope. M., Lancaster.(2004)., Community & Public Health Nursing., Mosby: St. Louis. Wilkinson.J.M. & Ahern.N.R.(2009).Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Diagnosis Nanda. Intervensi NIC. Kriteria Hasil NOC. Ed.9.(Alih Bahasa : Esti Wahyuningsih). Jakarta: EGC World Health Organization. (2011). Noncommunicable diseases country profiles 2011. dinukil dari http://www.who.int/noncommunicable diseases.
Universita Indonesia
Lampiran 1 Pengkajian Keluarga
PENGKAJIAN KELUARGA
A. Data Umum 1. Nama kepala keluarga (KK) : Bapak Bachrudin (60 th) 2. Alamat dan telepon
: Cisalak Pasar RT. 05 RW 05 Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. Telp. 085782897143
3. Komposisi keluarga
:
No
Nama
Gender
Hub dgn KK
TTL/Umur
Pendidikan
1.
Bpk. Bachrudin
L
KK
60 th
SD
2
Ibu Siti Mulyani
P
Ibu RT
57 th
SD
3
Bpk. Dede J
L
Anak-2
33 th
SMA
4
Nn. Yunita
P
Anak-3
24 th
SMA
Genogram Bp.B
A1
Ibu S
A2
A3
Keterangan: Tn.B
: Kepala Keluarga
Ibu S
: Ibu Rumah Tangga (Klien kelolaan)
A1
: Anak Ke-1 (Almarhum)
A2
: Anak Ke-2
A3
: Anak Ke-3 (Klien kelolaan)
Universitas Indonesia
Lampiran 1 Pengkajian Keluarga
4. Tipe keluarga Keluarga Bpk. B. merupakan keluarga tipe keluarga inti (nuclear family), yaitu tipe keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak kandung yang tinggal dalam satu atap.
5. Suku bangsa Suku keluarga Bpk. B. merupakan bagian dari suku betawi dan merupakan warga pribumi yang tinggal di RT. 05 RW. 05 Kelurahan Cisalak Pasar.
6. Agama Agama dan keyakinan yang dianut oleh keluarga Bpk . B. adalah beragama Islam. Semua anggota keluarga Tn. B. taat dalam menjalankan ibadah sholat 5 waktu dan tuntunan yang disyariatkan dalam ajaran agama Islam.
7. Status sosial ekonomi keluarga Keluarga Bpk. B. memiliki penghasilan yang tidak menetap, penghasilan yang didapat berkisar Rp.1.500.000,- /bulan dari hasil berjualan sembako di depan rumah. Bpk. B. tidak memiliki penghasilan yang menetap, hal ini lebih disebabkan Bpk. B. sudah pensiun dari pekerjaannya sebagai kontraktor PLN.
8. Aktivitas rekreasi keluarga Keluarga Bpk. B. mengadakan rekreasi 1 kali dalam sebulan sekali dengan bergabung pada acara rekreasi kelompok pengajian. Bpk. B. juga terkadang mengadakan rekreasi secara bersama dengan anggota keluarga besar.
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga 1. Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga pada keluarga Bpk. B. termasuk dalam
tahap
perkembngan keluarga dengan anak dewasa. Tugas keluarga pada tahap ini adalah : a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar. b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan pasangan c. Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat e. Pemantauan kembali peran dan kegiatan rumah tangga Universitas Indonesia
Lampiran 1 Pengkajian Keluarga
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah pada keluarga Bpk. B. adalah : a. Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua, diamana keluarga belum memahami sakit yang disandang ibu S. dengan baik, keluarga belum mampu melakukan perawatan sederhana khusunya kepada ibu S. terkait penyakit gula yang disandang. Selain itu keluarga juga belum mampu melakukan pencegahan risiko terkait perilaku hidup tidak sehat (merokok) pada
Bpk. B. b. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat, diamana anak ke-3 dari keluarga Bpk. B. belum mampu untuk mendapatkan penghasilan secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
3. Riwayat keluarga inti Bpk. B. menikah dengan ibu S. pada usia 28 tahun, sedangkan ibu S. berusia 25 tahun, pernikahan berlangsung pada tahun 1980. Bpk. B dan ibu S. terhitung masih dalam satu garis keturunan. Keluarga Bpk. B. dikarunia 2 orang putra dan 1 orang putri. Putra yang pertama sudah meninggal dikarenakan sakit demam berdarah pada usia 8 tahun. Putra ke-2 sudah menikah dan bertempat tinggal bedekatan tetapi berbeda rumah. Putri ke-3 belum menikah dan masih tinggal bersama.
Pada saat wawancara Bpk. B. menyatakan tidak memiliki riwayat penyakit kronik, Bpk. B. hanya menyatakan sakit-sakit biasa saja. Sedangkan ibu S. menyatakan diketahui menyandang DM sejak tahun 2011. Ibu S. dan Putrinya yang ke-3 memiliki berat badan yang berlebih dan memeiliki pola hidup yang monoton. Dimana Nn. Y. kurang beraktivitas, waktunya bayak dihabiskan dengan duduk menemani ibu berjualan di warung, Nn. Y. menyukai makanan yang manis-manis dan menyatakan tidak pernah berolah raga.
4. Riwayat keluarga sebelumnya Keluarga Bpk. B. merupakan keluarga besar dengan 12 saudara, sedangkan ibu S. memiliki 8 saudara. Bpk. B. dengan ibu dari ibu S. merupakan suadara sepupu. Orang tua dari Bpk. B. berasal dari keluarga betawi, demikian juga dengan orang Universitas Indonesia
Lampiran 1 Pengkajian Keluarga
tua dari ibu S. dari wawancara orang tua dari Bpk.B. tidak memiliki peyakit kronis yang diturunkan. Sedangkan orang tua (ibu dari ibu S.) meninggal dunia lebih disebabkan memiliki masalah kesehatan, yaitu diabetes mellitus (DM).
C. Pengkajian Lingkungan 1. Karakteristik rumah Rumah keluarga Bpk.B. merupakan tipe rumah permanen dengan luas bangunan 6 x 7 meter, berdinding tembok, dengan atap seng. Terdapa 2 akses pintu masuk dan keluar, 3 jendela kaca, 6 lubang angin, lantai dari kramik, di dalam interior rumah tidak terdapat banyak prabotan, kondisi kebersihan cukup terjaga, terdapat 1 kamar mandi dan toilet, lantai kamar mandi terbuat dari plesteran dan cukup bersih, penerangan cukup, sumber air menggunakan air sumur dengan mesin pompa air. Sistim pembuangan limbah rumah tangga dialirkan melalui saluran limbah milik masyarakat. Jarak sepitenk dengan sumur mata air lebih dari 10 m. Air sumur tampak bening, tidak berwana dan tidak berasa. Didepan rumah keluarga Tn. B. masih terdapat teras dan tanah kosong yang ditanami tanaman hijau. Disamping rumah terdapat warung untuk berjualan ibu S. dengan ukuran 2 x 2 meter².
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW Tempat tinggal keluarga Bpk.B. masih dalam lingkup tanah keluarga, sedangkan karaktristik tetangga Bpk.B. berasal dari bermacam-macam suku dan lebih banyak penduduk pribumi. Tempat tinggal keluarga Bpk.B. termasuk lingkungan yang padat rumah, sedikit sekali didapati lahan kosong, jenis pekerjaan tetangga keluarga Bpk.B. bermacam-macam dari menjadi karyawan, pedagang, wirausaha, pensiunan dan pegawai negeri sipil. Tetangga keluarga Bpk.B. lebih banyak dalam katagori dewasa, tetangga sering dating ke warung keluarga Bpk.B. untuk belanja kebutuhan sembako.
3. Mobilitas geografis keluarga Anggota keluarga bapak B. semenjak lahir sampai dengan sekarang masih menempati daerah tinggal yang sama. 4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Dari wawancara dengan Bpk.B. didapatkan informasi bahwa keluarga sering mengikuti perkumpulan keluarga besar dan mendatangi family yang berdomisili di Universitas Indonesia
Lampiran 1 Pengkajian Keluarga
luar kota. Sementara interaksi yang dilakukan kelurga Bpk. B dengan masyarakat sekitar adalah dengan mengikuti kegiatan yang ada di RT, RW, dan kadang-kadang berkunjung ke rumah tetangga. Selain itu Bpk. B. kadang-kadang berinteraksi dengan tetangga dengan mengobrol di gardu keamanan yang berada tidak jauh dari rumah.
5. Sistem pendukung keluarga Keluarga Bpk.B. termasuk keluarga besar yang berdomisili tidak berjauhan, sehingga keberadaannya memungkinkan diantara keluarga saling mensuport bila diantara anggota keluarga mendapati masalah. Bila didapati masalah kesehatan keluarga memanfaatkan
fasilitas jaminan kesehatan dari Pemda Depok untuk
berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan.
D. Struktur Keluarga 1. Pola komunikasi keluarga Pola komunikasi yang dikembangkan didalam keluarga adalah keterbukaan, saling menghargai perbedaan pendapat, dan mengembangkan budaya jujur dan kompromi dalam penyelesaian masalah dalam keluarga. Pola komunikasi lainnya adalah keluarga saling memberikan tanggapan terhadap isi dari proses komunikasi. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia, intensitas komunikasi secara terus menerus. Sarana dan alat komunikasi yang digunakan adalah pesawat telpon seluler.
2. Struktur kekuatan keluarga Dari hasil wawancara dan observasi tergambar struktur kekuatan keluarga dalam upaya mempengaruhi perubahan terhadap masalah kesehatan dan prilaku hidup tidak sehat menuju pola hidup yang sehat. Bpk. B. memberikan dukungan moril dan matriil terhadap upaya yang dilakukan oleh Ibu.S. dalam menjaga kesehatan terkait penyakit DM yang disandangnya selama ini.
3. Struktur peran Pengkajian struktur peran pada keluarga Bpk. B. didapatkan bahwa Bpk. B. menjalankan perannya sebagai kepala keluarga. Akan tetapi Bpk. B. sudah tidak menjalankan pernannya secara mutlak, hal ini disebabkan semenjak pensiun Bpk. B Universitas Indonesia
Lampiran 1 Pengkajian Keluarga
idak lagi berperan mencari nafkah untuk keluarga. Peran pencari napkah diperankan oleh ibu S. dengan berjualan di warung depan rumah. Selain berjualan, ibu. S. tetap menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga.
4. Nilai atau norma budaya Nilai dan norma yang dikembangkan dan ditanamkan dalam keluarga adalah sopan santun, saling menghargai, disiplin, jujur, tanggung jawab, tolong menolong dan taat pada peraturan atau nilai yang berlaku dilingkungan masyarakat. Pada saat wawancara Bpk. B. memiliki keyakinan-keyakinan yang mistis, dan Bpk. B. menyatakan itu benar keberadaannya.
E. Fungsi Keluarga 1. Fungsi afektif Keluarga Bpk. B. mengajarkan ke putra dan putrinya dengan saling menghargai, mengajarkan sikap jujur, sopan santun, dan suka menolong dengan sesama keluarga dan masyarakat.
2. Fungsi sosialisasi Sosialisasi yang diterapkan oleh keluarga adalah dengan memberikan kepercayaan kepada anggota keluarga untuk terlibat pada kegiatan yang ada dilingkungan RW. 05. Bpk. B. suka bersosialisasi dengan mengikuti acara pengajian dan sholat subuh keliling bersama warga muslim lainnya. Sedangkan ibu S. bersosialisasi dengan mengikuti acara arisan RT dan pengajian mingguan.
3. Fungsi perawatan kesehatan keluarga (termasuk pemeriksaan fisik) Bpk. B. suka mengantarkan istrinya untuk berkunjung pada pelayanan Posbindu yang ada di sekitar lingkungan RW. 05. ibu S. Mendapatkan obat diabetes dari Posbindu, tetapi ibu S. tidak tidak secara teratur mengkonsumsi obat. ibu S. Sudah melakukan pembatasan konsumsi gula, tetapi ibu S. memiliki pola kebiasaan makan yang tidak teratur. Terkadang ibu S. makan hanya sekali atau dua kali dalam sehari. ibu S. tidak mengukur atau membuat takaran pada saat makan. Selain itu ibu S. jarang memeriksaan kadar gula darahnya. Peran perawatan sederhana yang dilakukan oleh ibu S. terhadap suaminya yaitu dengan mengingatkan Bpk. B. mengenai pola kebiasan
merokok yang belum berhenti. Bpk. B. menyatakan Universitas Indonesia
Lampiran 1 Pengkajian Keluarga
dirinya sehat-sehat saja dan tidak bisa berhenti dari kebiasaan merokok. Fungsi perawatan terhadap putrinya yang ke-3 belum diterapkan, hal ini lebih disebabkan ketidaktahuan keluarga terhadap risiko menurunnya penyakit DM menurun kepada putrinya.
F. Stress dan Koping Keluarga 1. Stressor jangka pendek Stresor jangka pendek yang dihadapi keluarga saat ini adalah kondisi penyakit DM yang disandang oleh ibu S. 2. Stressor jangka panjang Stresor jangka panjang yang ada pada keluarga Bpk. B. adalah terkait penyakit yang disandang oleh ibu S. 3. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor Keluarga mensikapi stressor yang ada dengan menerima kondisi yang ada dan berupaya mencari terapi yang dibutuhkan. 4. Strategi koping yang digunakan Keluarga menghadapi masalah yang ada dengan berupaya mencari bantuan atau mendatangi fasilitas layanan kesehatan. Keluarga belum mampu melakukan pencegahan terhadap penyakit yang disandang oleh ibu S. secara adaptif. 5. Strategi adaptasi disfungsional Dari hasil wawancara dan observasi tidak dijumpai adaptasi disfungsional.
H. Harapan Keluarga Keluarga mempunyai harapan agar penyakit yang disandang ibu S. dapat sembuh dan anaknya segera mendapat pekerjaan serta pasangan hidup.
I. Pengkajian Fisik (Head to Toe ) Komponen
Bpk. B
Ibu S
Nn. Y.
Keadaan Umum
Composmentis
Composmentis
Composmentis
Kepala
Kulit kepala bersih, rambut beruban, bergelombang, tidak ada benjolan/luka, bentuk opal,simetris, tidak ada ketombe.
Kulit kepala bersih, rambut beruban, lurus dan panjang, tidak ada benjolan/luka, bentuk bulat, simetris, tidak ada ketombe.
Kulit kepala bersih, rambut tebal warna hitam, bergelombang, tidak ada benjolan /luka, bentuk bulat, tidak ada ketombe. Universitas Indonesia
Lampiran 1 Pengkajian Keluarga
Mata
Bentuk opal, cekungan pada mata (-/-), conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, RCL/RCTL +/+, pupil isokor, reflek patologis (-), nervus II,III, dan VI normal
Bentuk opal, cekungan pada mata (-/-), conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, RCL/RCTL +/+, pupil isokor, reflek patologis (-), nervus II,III, dan VI normal
Bentuk opal, cekungan pada mata (-/-), conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, RCL/RCTL +/+, pupil isokor, reflek patologis (-), nervus II,III, dan VI normal
Telinga
Bentuk normal, simetris kanan dan kiri, auriculer tidak ada perdangan (-/-), serumen (-/-), pendengaran telinga kiri berkurang Bentuk normal, konka nasal bersih, serumen (-), septumsimetris, polip (-), Penciuman (N I) normal
Bentuk normal, simetris kanan dan kiri, auriculer tidak ada perdangan (-/-), serumen (-/-), pendengaran normal
Bentuk normal, simetris kanan dan kiri, auriculer tidak ada perdangan (-/-), serumen (-/-), pendengaran normal
Bentuk normal, konka nasal bersih, serumen (-), septumsimetris, polip (-), Penciuman (N I) normal
Bentuk normal, konka nasal bersih, serumen (-), septumsimetris, polip (-), Penciuman (N I) normal
Mulut
Bentuk normal, kebersihan terjaga, gigi masih utuh, sariawan (-), karang gigi (+), caries (-), mukosa lembab, email gigi tampak kuning, nervus IX & XII normal
Bentuk normal, kebersihan terjaga, gigi masih utuh, sariawan (-), karang gigi (+), caries (-), mukosa lembab, nervus IX & XII normal, Bau (-)
Bentuk normal, kebersihan terjaga, gigi masih utuh, sariawan (-), karang gigi (+), caries (-), mukosa lembab, nervus IX & XII normal, Bau (-)
Leher
Trachea simetris, JVP 5+2, Trachea simetris, JVP 5+2, Trachea simetris, JVP 5+2, pembesaran lympe (-), pembesaran lympe (-), pembesaran lympe (-), reflek menelan (+) reflek menelan (+) reflek menelan (+)
Dada
Bentuk normal, pergerakan dada simetris, frekuensi nafas 12 x/menit, suara nafas vesikuler, whezing(-), ronkhi (-), BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-), TD. 150/100 mmHG, N: 80 x/menit Bentuk supel, datar, tidak didapati massa, bising usus (+), frekuensi 8 x/menit,
Bentuk normal, pergerakan dada simetris, frekuensi nafas 14 x/menit, suara nafas vesikuler, whezing(-), ronkhi (-), BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-), TD. 140/80 mmHG, N: 80 x/menit Bentuk buncit, tidak didapati massa, bising usus (+), frekuensi 10 x/menit,
Bentuk normal, pergerakan dada simetris, frekuensi nafas 12 x/menit, suara nafas vesikuler, whezing(-), ronkhi (-), BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-), TD. 120/70 mmHG, N: 84 x/menit Bentuk buncit, tidak didapati massa, bising usus (+), frekuensi 8 x/menit,
Turgor kulit normal, tonus otot kuat, kulit tampak kering, CRT < 2 detik, akral hangat, reflek fisiologis +2/+2, kekutan otot 5555/5555. Suhu tubuh : 37 ºC.
Turgor kulit normal, tonus otot kuat, kulit tampak lembab, CRT < 2 detik, akral hangat, reflek fisiologis +2/+2, kekutan otot 5555/5555. Suhu tubuh: 36.5º C, ABI test 0.9 (perfusi jaringan
Turgor kulit normal, tonus otot kuat, kulit tampak lembab, CRT < 2 detik, akral hangat, reflek fisiologis +2/+2, kekutan otot 5555/5555, uhu tubuh : 36ºC
Hidung
Abdomen
Extermitas Atas
Universitas Indonesia
Lampiran 1 Pengkajian Keluarga perifer daerah kaki baik) Ektermitas Bawah
Turgor kulit normal, tonus otot kuat, kulit tampak kering, CRT < 2 detik, akral hangat, reflek fisiologis +2/+2, reflek patologis (-/-), kekutan otot 5555/5555
Turgor kulit normal, tonus otot kuat, kulit tampak lembab, CRT < 2 detik, akral hangat, reflek fisiologis +2/+2, reflek patologis (-/-), kekutan otot 5555/5555, ABI Indeks : >0.9 mmHG
Turgor kulit normal, tonus otot kuat, kulit tampak lembab, CRT < 2 detik, akral hangat, reflek fisiologis +2/+2, reflek patologis (-/-), kekutan otot 5555/5555
Nutrisi
Antropometri : TB/BB : 160 cm/57 Kg, BMI : 22.2 kg/cm, LILA : 32 cm Biocehmial (-), Klinis : tampak proporsional
Antropometri : TB/BB : 160 cm/80 Kg, BMI : 31.3 kg/cm, LILA :37 cm Biocehmial GDS: 300 mmHG , Klinis : tampak overwight, pola makan tidak teratur, klien sudah menghidari makanan yang manis.
Antropometri : TB/BB : 150 cm/70 Kg, BMI : 31.1 kg/cm, LILA : 34 cm Biocehmial (GDS: 180 mmHG), Klinis : tampak overwight, pola makan tidak teratur dan tidak menngunakan takaran, klien menyukai makanan yang manis, klien mengeluhkan lapar terus, dan haus terus.
Eliminasi
BAB : normal, frekuensi 1 x/hari, konsistensi lunak. BAK : normal, frekuensi 5-6 kali/perhari, warna kuning dan bening, tidak ditemukan nyeri pre/post BAK.
BAB : normal, frekuensi 1 x/hari, konsistensi lunak. BAK : normal, frekuensi 8-10 kali/perhari, warna kuning dan bening, tidak ditemukan nyeri pre/post BAK. Klien mengeluhkan sering BAK pada malam hari
BAB : normal, frekuensi 1 x/hari, konsistensi lunak. BAK : normal, frekuensi 8-10 kali/perhari, warna kuning dan bening, tidak ditemukan nyeri pre/post BAK. Klien mengeluhkan sering BAK.
Istirahat Tidur
Pola tidur pada malam hari, istirahat tidur siang(-) intensitas tidur cukup, tidak ditemukan garis hitam di mata, mata merah, mengantuk pada siang hari, atau muka pucat, lama tidur ± 6-8 jam/hari
Pola tidur pada malam hari, istirahat tidur siang(-) intensitas tidur cukup, tidak ditemukan garis hitam di mata, mata merah, mengantuk pada siang hari, atau muka pucat, lama tidur ± 6-8 jam/hari
Pola tidur pada malam hari, istirahat tidur siang kadang-kadang, intensitas tidur cukup, tidak ditemukan garis hitam di mata, mata merah, mengantuk pada siang hari, atau muka pucat, lama tidur ± 6-8 jam/hari
F. ANALISA DATA N O 1
DATA
Masalah Kperawatan
Subyektif : Ibu S. menyatakan diketahui menyandang DM sejak tahun 2011. Orang tua (ibu dari ibu S.) meninggal dunia disebabkan memiliki masalah kesehatan, yaitu diabetes mellitus (DM).
Ketidakefektipan manajemen kesehatan diri pada ibu S.
Universitas Indonesia
Lampiran 1 Pengkajian Keluarga
Ibu S. menyatakan mempunyai aktivitas rutinitas pagi pergi ke pasar dengan jalan kaki dan siangnya menunggu pembeli di warung depan rumah. Ibu S.menyatakan tidak pernah melakukan aktivitas olah raga. Ibu S. menyatakan tidak secara teratur mengkonsumsi obat DM (glibenklamid). Ibu S. menyatakan sudah melakukan pembatasan konsumsi gula, tetapi ibu S. memiliki pola kebiasaan makan yang tidak teratur. Ibu S. menyatakan makan hanya sekali atau dua kali dalam sehari. Ibu S. tidak mengukur atau membuat takaran pada saat makan. Selain itu Ibu S. jarang memeriksaan kadar gula darahnya Obyektif : Frekuensi nafas 14 x/menit, TD. 140/80 mmHG, N: 80 x/menit. Suhu 36,5 C. ABI Indeks:>0.9 mmHG. Pengkajian nutrisi : Antropometri : TB/BB : 160 cm/80 Kg, BMI : 31.3 kg/cm, LILA :37 cm GDS: 300 mmHG , Klinis : tampak overwight, pola makan tidak teratur. Klien terobservasi lebih banyak duduk di warung menunggu pembeli yang berbelanja. 2
Subyektif : Ibu S. menyatakan Bpk.B. Mempunyai kebiasaan merokok 2 hari 1 bungkus. Ibu S. menyatakan Bpk. B. mempuyai riwayat merokok sudah lama Bpk. B. mengeluhkan sering pusing Bpk. B. menyatakan tidak memiliki penyakit kronis. Bpk. B. menyatakan susah berhenti merokok.
Perilaku kesehatan cendrung berisiko pada bapak B.
Obyektif : Bpk. B. terobservasi sedang merokok jenis kretek Bpk. B. terobservasi selalu ada di rumah dan tidak memiliki aktivitas yang rutin. TD. 140/80 mmHG, N: 80 x/menit, Suhu: 37 ºC Pemeriksaan mulut terkaji karang gigi (+), caries (-), mukosa lembab, email gigi tampak kuning. 3.
Subyektif : Perilaku kesehatan Keluarga Bpk. B. menyatakan putrinya yang ke-3 memiliki cendrung berisiko berat badan yang berlebih dan tidak suka olah raga. pada Nn. Y. Keluarga Bpk. B. menyatakan putrinya yang ke-3 tidak memiliki pekerjaan. Keluarga Bpk. B. menyatakan putrinya yang ke-3 suka makan Universitas Indonesia
Lampiran 1 Pengkajian Keluarga
makanan yang manis dan memiliki kebiasaan mengemil. Keluarga tidak mengetahui putrinya yang ke-3 memiliki risiko untuk menjadi DM Nn. Y. menyatakan pola makan tidak teratur dan tidak menggunakan takaran. Nn. Y. menyukai makanan yang manis. Nn. Y. mengeluhkan lapar terus, dan haus terus.
Obyektif : Nn. Y. terobservasi memiliki pola hidup yang monoton Antropometri : TB/BB : 150 cm/70 Kg, BMI : 31.1 kg/cm, LILA : 34 cm Biocehmial (GDS: 180 mmHG), Klinis : tampak overwight.
G. SKORING MASALAH a. Ketidakefektipan manajemen kesehatan diri pada ibu S. NO KRITERIA 1 Sifat Masalah: Aktual
SKOR 3/3 x 1 =1
PROSES PEMBENARAN Masalah sedang terjadi pada ibu S. dengan menyandang DM sejak tahun 2011. ibu S. memiliki ketidakefektipan dalam menjaga pola makan, keteraturan minum obat, aktivititas olah raga yang rendah, dan memiliki berat badan yang berlebih (obesitas)
2
Kemungkinan Masalah dapat diatasi : Mudah
2/2 x 2=2
Masalah DM yang disandang ibu S. mudah untuk diatasi seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan mengenai pengelolaan penyakit DM. Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, dan adanya bipraktik keperawatan komunitas dari perawat dapat membantu ibu S. dalam melakukan perawatan DM.
3
Potensial masalah untuk dicegah: cukup
2/3 x 1=2/3
Perawatan dan pencegahan cukup dengan penjelasan dari perawat akan membantu keluarga ibu S. dalam pencegahan terjadinya masalah bertambah parah. Dukungan dari adanya fasilitas kesehatan dan kemudahan akses keluarga berharap untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dipermudah.
4
Menonjolnya masalah: masalah segera ditangani
2/2x1=1
Keluarga menyatakan bahwa masalah pada ibu S dengan DM telah terjadi dan segera ditangani
Total skor
4 2/3 Universitas Indonesia
Lampiran 1 Pengkajian Keluarga
b. Perilaku kesehatan cendrung berisiko pada Nn. Y. NO KRITERIA 1 Sifat Masalah: risiko
SKOR 2/3 x 1 =2/3
PROSES PEMBENARAN Masalah perilaku kesehatan risiko menjadi DM pada Nn.Y. dimana Nn. Y. memiliki riwayat keluarga dengan DM, obesitas, pola aktivitas yang monoton, menyukai makanan yang manis-manis, tidak berolahraga.
2
Kemungkinan Masalah dapat diatasi : Mudah
2/2 x 2=2
Masalah prilaku kesehatan berisiko DM pada Nn. Y. mudah untuk diatasi seiring dengan adanya dukungan keluarga, sarana pelayanan kesehatan, dan bipraktik keperawatan komunitas dari perawat dapat membantu Nn.Y. dalam merubah prilaku kesehatan berisiko menjadi DM.
3
Potensial masalah untuk dicegah: cukup
2/3 x 1=2/3
Perawatan dan pencegahan cukup dengan penjelasan dari perawat akan membantu keluarga Nn. Y. dalam pencegahan prilaku risiko menjadi DM. Dukungan dari adanya fasilitas kesehatan dan kemudahan akses keluarga berharap untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dipermudah.
4
Menonjolnya masalah: adanya masalah tidak segera ditangani
1/2x1=1/2
Keluarga menyatakan bahwa adanya masalah perilaku kesehatan risiko menjadi DM pada Nn Y. tetapi tidak harus segera ditangani.
Total skor
3 3/4
c. Perilaku kesehatan cendrung berisiko pada bapak B. NO KRITERIA 1 Sifat Masalah: risiko
2
Kemungkinan Masalah dapat diatasi :
SKOR 2/3 x 1 =2/3
PROSES PEMBENARAN Masalah perilaku kesehatan risiko menjadi gangguan cardiovaskuler pada Bpk. B. dimana Bpk. B. memiliki kebiasaan merokok sudah lama dan lebih dari 5 batang/hari dan tidak beraktivitas olah raga.
2/2 x 2=2
Masalah prilaku kesehatan berisiko pada Bpk. B. mudah untuk diatasi seiring dengan adanya dukungan keluarga, sarana pelayanan kesehatan, dan bipraktik keperawatan komunitas dari perawat dapat membantu Bpk. B. dalam merubah prilaku kesehatan berisiko menjadi DM.
Universitas Indonesia
Lampiran 1 Pengkajian Keluarga
3
Potensial masalah untuk dicegah: cukup
2/3 x 1=2/3
Perawatan dan pencegahan cukup dengan penjelasan dari perawat akan membantu keluarga Bpk. B. dalam pencegahan prilaku kesehatan risiko menjadi ganngguan cardiovaskuler. Dukungan dari adanya fasilitas kesehatan dan kemudahan akses keluarga berharap untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dipermudah.
4
Menonjolnya masalah: masalah tidak dirasakan
0/2x1=0
Keluarga menyatakan bahwa tidak dirasakan masalah perilaku kesehatan kesehatan risiko menjadi gangguan cardiovaskuler pada Bpk. B.
Total skor
3 1/3
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Ketidakefektipan manajemen kesehatan diri pada ibu S. berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan diabetes mellitus b. Perilaku kesehatan cendrung berisiko pada Nn. Y. berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah perilaku kesehatan cendrung berisiko. c. Perilaku kesehatan cendrung berisiko pada Bpk. B. berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah perilaku kesehatan cendrung berisiko.
Universitas Indonesia
Lampiran 2 NCP Keluarga Binaan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn. B. RT. 05 RW. 05 KELUARAHAN CISALAK PASAR No
1
Diagnosa
Ketidakefektipan manajemen kesehatan diri pada Ny. S.
Tujuan
Evaluasi
Umum
Khusus
Keefektipan manajemen kesehatan diri pada keluarga bpk. B. Khususnya ibu S. Setelah diberikan intervensi keperawatan selama 7 minggu dengan 11 kali kunjungan
Keluarga dapat : 1. Mengenal masalah Diabetes Mellitus dengan menyebutkan: 1.1 Pengertian
1.2 Penyebab
KRITERIA VERBAL
Standar Keluarga dapat menjelaskan kembali tentang: Pengertian diabetes mellitus adalah penyakit dimana kadar/ jumlah gula dalam darah meningkat yaitu lebih dari 200mg/dl (gula darah sewaktu)dan lebih dari 140mg/dl (gula darah puasa).
VERBAL
Rencana Intervensi
Menyebutkan 4 dari 6 penyebab DM : 1. Keturunan 2. Kegemukan / kelebihan berat badan 3. Kelelahan / stress
1.1 Dengan menggunakan lembar balik dan leaflet : a. Gali pengetahuan keluarga tentang DM b. Diskusikan dengan keluarga tentang penyakit DM c. Jelaskan pada keluarga penyebab,tanda dan gejala DM d. Bimbing keluarga untuk mengulangi apa yang telah dijelaskan e. Beri pujian atas perilaku yang benar
4. Infeksi 5. Obat dan hormone 6. Penyakit pada pancreas. 1.3 Tanda dan gejala
VERBAL
Menyebutkan 5 dari 8 tanda dan gejala DM, yaitu: 1.
Sering kencing
2.
Sering haus
3.
Sering lapar
4.
Cepat kehilangan berat badan
5.
Mudah lelah
Universitas Indonesia
Lampiran 2 NCP Keluarga Binaan 6.
Luka yang tidak sembuh sembuh/infeksi pada kulit
1.4 Keluarga dapat mengenali adanya DM pada keluarga
2. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah akibat DM 2.1 Menyebutkan akibat lanjut dari DM
AFEKTIF
VERBAL
7.
Pandangan kabur
8.
Kesemutan / baal
Mengidentifikasi anggota keluarga yang menderita DM.
Menyebutkan 3 dari 6 akibat atau bahaya lanjut dari DM bila tidak diatasi: 1. Penyakit ginjal 2. Penyakit stroke 3. Penyakit jantung 4. Gangguan penglihatan mata 5. Luka tidak cepat sembuh 6. Kematian
2.2 Memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan DM
3.Melakukan perawatan pada anggota keluarga dengan DM 3.1 Menjelaskan cara mencegah DM
VERBAL
Keluarga mengungkapkan keinginan untuk
1.2 Bantu keluarga membandingkan apa yang telah dijelaskan dengan kondisi ibu S.
2.1 Jelaskan pada keluarga tentang akibat lanjut DM jika tidak diatasi segera(menggunakan lembar balik) a. Motivasi keluarga untuk memutuskan mengatasi DM yang dialami ibu S. b. Beri pujian atas keputusan keluarga c. Jelaskan pada keluarga tentang pencegahan DM d. Ulangi penjelasan jika ada halhal yang terlupakan
merawat anggota keluarga dengan DM
VERBAL
Menyebutkan 2 dari 4 cara mencegah komplikasi lebih lanjut dari DM yaitu: 1. Penanganan faktor resiko (menormalkan kadar gula dalam darah 2. mengendalikan tekanan darah dan kadar lemak darah) dengan cara: diet, olah raga
Universitas Indonesia
Lampiran 2 NCP Keluarga Binaan dan minum obat 3. perawatan kaki 4. perawatan mata, menjaga kebersihan umum ( kulit, mulut, kuku)
3.2 Menjelaskan perawatan DM
VERBAL
Menyebutkan cara merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus : 1.
Makan sesuai aturan ( diet DM )
2.
Olah raga
3.
Gunakan obat secara teratur (antidiabetika oral / suntikan insulin )
4.
pemeriksaan kesehatan secara teratur (berat badan, tekanan darah, gula darah dll)
5.
Dengan menggunakan leaflet edukasi kesehatan dengan : 3.1 Jelaskan padaa keluarga cara perawatan anggota keluarga dengan DM 3.2 Ulangi penjelasan jika ada hal-hal yang terlupakan 3.3 Minta keluarga untuk mengulangi kembali penjelasan terkait cara merawat anggota keluarga dengan DM 3.4 Berikan reinfocement positif terhadap hal-hal positif yang ditunjukan
periksakan diri anda ke pelayanan kesehatan bila terdapat luka
6.
Jangan ragu untuk minum air gula secepatnya bila sedang mengalami penurunan gula darah secara tiba-tiba, dengan tanda-tanda : lemah, pusing, gelisah, berkeringat dingin.
3.3 Keluarga bapak B, khususnya ibu S. terlibat dalam aktivitas kelompok senam DM
VERBAL, PSIKO MOTOR,
Keluarga bapak B. Mampu menyebutkan
AFEKTIF
1.
mengenai aktivitas fisik dan olah raga :
2.
Pengertian aktivitas fisik dan olah raga senam DM Menyebutkan 2 dari 3 perbedaan aktivitas fisik dan olah raga senam DM
3.5 Dengan menggunakan leaflet 3.3.1 Jelaskan kepada keluarga bapak B. a. Pengertian aktivitas fisik dan olah raga senam DM b. Perbedaan aktivitas fisik dan olah raga senam DM. c. Manfaat aktivitas fisik dan olah Universitas Indonesia
Lampiran 2 NCP Keluarga Binaan 3.
Menyebutkan 5 dari 10 manfaat aktivitas fisik dan olah raga senam DM
Keluarga bapak B. Khususnya ibu S. Terlibat dalam aktivitas kelompok senam DM 1. Ibu S. Mengikuti senam DM yang diadakan dilingkungan tempat tinggal bersama penderita DM yang lain. 2. Ibu S. Mampu mengikuti jadual senam DM minimal 2 kali dalam seminggu 3. Ibu S. Mampu mengikuti setiap tahapan dalam senam DM 4. Ibu S. Mampu mengikuti 50 % gerakan senam DM dengan benar 5. Ibu S. Mampu mencapai 50 % dari target intensitas senam DM berdasarkan penghitungan denyut nadi maksimal (DDM)
3.4 Mendemonstrasikan perawatan kaki
Cara perawatan kaki REDEMON STRASI
- Cuci kaki dengan air hangat suam-suam kuku, gunakan sabun yang lembut,cuci sampai bersih ke sela –sela jari, kemudian bilas sampai bersih - Keringkan kaki dengan handuk yang lembut - Berikan lotion tapi tidak sampai sela-
raga senam DM
3.3.2 Informasikan keapada keluarga bapak B. Khususnya ibu S. Bersama kader kesehatan mengenai kegiatan senam DM yang berada disekitar tempat tinggal berkaitan dengan tempat, waktu kegiatan, dan frekuensi senam tiap minggunya. 3.3.3 Berikan motivasi kepada keluarga bapak B. Khususnya ibu S. Untuk mengikuti senam DM secara rutin 3.3.4 Berikan reinfocemen positif atas keikutsertaan kelauarga bapak B. Khususnya ibu S. Dalam kegiatan senam DM
3.6 Dengan menggunakan leaflet: a. Jelaskan tujuan perawatan kaki b. Mendemonstrasikan cara perawatan kaki c. Berikan kesempatan untuk mendemonstrasikan kembali d. Beri kesempatan bertanya bila ada yang kurang jelas e. Berikan pujian atas kemampuan keluarga mendemonstrasikan kembali
sela jari
3.5 Menjelaskan dan mendemonstrasikan senam kaki
Verbal &
Keluarga mampu menjelaskan 3 dari 5 manfaat senam kaki DM 1. Memperbaiki sirkulasi darah 2. Memperkuat otot-otot kecil
3.7 Dengan menggunakan leafleat dan vidio : a. Jelaskan tujuan senam kaki b. Demonstrasikan cara senam Universitas Indonesia
Lampiran 2 NCP Keluarga Binaan demonstrasi
3. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki 4. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha 5. Mengatasi keterbatasan gerak sendi Klien mampu mendemonstrasikan kembali 5 dari 10 tahapan latihan senam kaki DM
kaki c. Berikan kesempatan untuk mendemonstrasikan kembali d. Beri kesempatan bertanya bila ada yang kurang jelas e. Berikan pujian atas kemampuan keuarga mendemonstrasikan kembali
Cara senam kaki Posisi awal : Duduklah tegak diatas sebuah bangku (jangan bersandar) Latihan ke 1 (10 kali) 1. Gerakkan jari-jari kedua kaki anda seperti bentuk akar dan 2. Luruskan kembali Latihan ke 2 (10 kaki) 1. Angkat ujung kaki, tumit tetap diletakkan di atas lantai 2. Turunkan ujung kaki, kemudian angkat tumitnya dan turunkan kembali. Latihan 3 (10 kali) 1. Angkat kedua ujung kaki anda 2. Putar kaki pada pergelangan kaki, ke arah samping 3. Turunkan kembali ke lantai dan gerakkan ke arah tengah Latihan 4 (10 kali) 1. Angkat kedua tumit anda 2. Putar kedua tumit ke arah samping 3. Turunkan kembali ke lantai gerakkan ke tengah
dan
Universitas Indonesia
Lampiran 2 NCP Keluarga Binaan Latihan 5 : (Masing-masing kaki 10 kali) 1. Angkat salah satu lutut, dan 2. Luruskan kaki anda 3. Gerakkan jari-jari kaki anda ke depan 4. Turunkan kembali kaki anda, bergantian kiri dan kanan Latihan 6 : (Masing-masing 10 kaki) 1. Luruskan salah satu kaki anda di atas lantai 2. Kemudian angkat kaki tersebut 3. Gerakkan ujung-ujung jari ke arah muka anda 4. Turunkan kembali tumit anda ke lantai Latihan ke 7 (10 kali) Seperti latihan sebelumnya tetapi kali ini dengan kedua kaki bersamaan Latihan 8 (10 kali) 1. Angkat kedua kaki anda, luruskan dan pertahankan posisi tersebut 2. Gerakkan kaki anda pada pergelangan kaki, ke depan dan belakang Latihan ke 9(masing- masing 10x) 1. Luruskan kaki 10 kali anda dan angkat 2. Putar kaki anda pada pergelangan kaki 3. tuliskanlah diudara dengan kaki anda angka-angka 0 s/d 9 Latihan ke 10 (sekali) Selembar koran dilipat-lipat dengan kaki menjadi bentuk bulat seperti bola. Kemudian dilicinkan kembali dengan menggunakan kedua kaki dan setelah itu disobek-sobek
Universitas Indonesia
Lampiran 2 NCP Keluarga Binaan Kumpulkan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki dan letakkanlah diatas lembaran koran lainnya, akhirnya bungkuslah semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola.
3.6 Menjelaskan diet makanan DM 3.6.1 Menjelaskan tujuan perencanaan makanan DM
3.6.2 Mejelaskan makan teratur
Verbal
cara yang
3.6.3 Menjelaskan cara perencanaan makanan DM
Verbal
Verbal
Menyebutkan 3 dari 4 tujuan perencanaan makan diet DM: a. Memberikan kebutuhan unsur makanan penting (misalnya vitamin, mineral). b. Mencapai dan mempertahankan berat badan ideal. c. Memenuhi kebtuhan energi untuk aktivitas. d. Mencegah peningkatan kadar gula darah setiap hari. e. Menurunkan kadar lemak bila mengalami peningkatan
Menyebutkan cara makan yang teratur: a. Mengetahui kebutuhan energi dalam sehari b. Mengetahui makanan sehari-hari c. Mengetahui bahan makanan penukar dan cara menggunaknnya.
3.8 Diskusi dengan keluarga tentang diet DM: a. Jelaskan kepada keluarga tentang tujuan perencanaan makanan DM b. Berikan penjelasan cara makan yang teratur. c. Berikan penjelaskan kepada keluarga cara menyusun perencanaan makanan DM d. Berikan penjelaskan kepada keluarga cara makan yang teratur e. Berikan contoh cara menyusun menu harian
Menyebutkan 7 dari 10 cara merencanakan makanan a. Makanlah aneka ragam makanan, dari sumber zat tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur b. Makanlah sumber karbohidrat kompleks sesuai anjuran sebagai sumber zat tenaga: nasi, roti, mie, kentang, singkong, ubi, sagu, dll. c. Sumber karbohidrat sederhana, sebaiknya
Universitas Indonesia
Lampiran 2 NCP Keluarga Binaan
d. e. f.
g.
h.
i. j. 3.6.4 Demonstarsikan penyusunan diet DM
Verbal Psikomotor
dihindari / dibatasi, misalnya: gula, madu, sirup, cakes, dodol, kue-kue manis lainnya. Pemakaian gula untuk bumbu masak diperbolehkan dalam jumlah terbatas Pemanis buatan dapat dikonsumsi seperlunya. Pilihlah makanan yang tinggi serat, misalnya: Buah, sayuran, padi-padian, dan produk sereal. Makanlah sumber zat pembangun sesuai anjuran, misalnya: kacang-kacangan, tempe, tahu, telur, ikan ayam, daging, susu, keju, dll. Lemak dan minyak tidak berlebihan Makanan jangan terlalu banyak digoreng, usahakan dengan dipanggang, dikukus, direbus, atau dibakar. Batasi asupan makanan tinggi kolesterol, misalnya : jerohan, lemak hewan, otak. Makanlah cukup sumber zat pengatur, seperti sayuran dan buah-buahan. Batasi asupan natrium (≤ 6 gram /1 sendok teh perhari)
Mampu membuat contoh menu sehari : Pagi : Roti bakar, orak-arik telur, selada + tomat, susu non rendah lemak Pkl 10.00 : semangka Siang : Nasi, pepes ikan mas, tempe bacem, sayur asem, lalap + sambal, papaya. Pkl 16.00 : Pisang kapok kukus. Malam : Nasi, ayam bumbu semur, tahu goring, tumis kacang panjang + tauge, pisang raja.
Universitas Indonesia
Lampiran 2 NCP Keluarga Binaan 3.7 Menyebutkan tentang terapi obat DM 3.7.1 Jenis obat yang dikonsumsi
Menyebutkan jenis obat DM yang dikonsumsi, yaitu glibenklamid Verbal
3.7.2 Aturan minum obat
Menyebutkan aturan minum obat yaitu 1 x 5 mg 15 – 30 menit sebelum makan
3.73 Efek samping obat
Meneyebutkan 4 dari 6 efek samping obat : 1. Hipoglikemik (kadar gula darah rendah). 2. Peningkatan berat badan. 3. Gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare). 4. Sakit kepala 5. Demam 6. Reaksi alergi pada kulit.
3.7.4 Cara mendapatkan obat
Menyebutkan cara mendapatkan OHO: 1. Memanfaatkan pelayanan kesehatan Puskesmas 2. Memanfaatkan Posbindu 3. Praktik Klinik dokter
4. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang aman dan tenang : 4.1 . Menjelaskan lingkungan yang sehat bagi anggota keluarga dengan DM
Verbal
Menyebutkan 5 dari 7 cara memodifikasi lingkungan untuk diabetes mellitus 1. Rumah dan lingkungan bersih 2. Pencahayaan dalam rumah cukup terang 3. Hindari memakai sandal/sepatu /baju yang terlalu menekan dan mengganggu peredaran darah 4. Hindari suasana yang membuat stress seperti lingkungan yang ramai dan bising
3.7. Diskusi dengan keluarga dengan menggunakan leaflet tentang terapi obat DM a. Gali pengetahuan klien tentang obat DM yang diminum b. Berikan motivasi ketaatan minum OHO c. Berikan pujian positif atas usaha baik yang sudah dilakukan oleh keluarga
4.1 Diskusikan dengan keluarga cara memelihara lingkungan yang sehat bagi anggota keluarga dengan DM 4.2 Motivasi keluarga untuk memodifikasi lingkungan 4.3 Lakukan kunjungan yang tidak direncanakan untuk mengevaluasi kemampuan keluarga dalam memelihara lingkungan yang aman Universitas Indonesia
Lampiran 2 NCP Keluarga Binaan 5. 6. 7.
4.2 . Melakukan modifikasi lingkungan yang nyaman dan tenang bagi anggota keluarga dengan DM
5. Memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi DM 5.1. Menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan dan manfaatnya
Gunakan alas kaki didalam maupun diluar rumah Merubah gaya hidup Modifikasi pengolahan makanan (dikukus, direbus, dibakar)
4.4 Beri pujian atas hal yang positif
Melakukan modifikasi lingkungan untuk anggota keluarga dengan DM Verbal
Verbal
5.2 . Memanfaatkan fasilitas kesehatan Afektif
Menyebutkan manfaat pelayanan kesehatan yang dapat digunakan: 1. Mendapatkan pelayanan kesehatan pengobatan diabetes mellitus 2. Mendapatkan pendidikan kesehatan tentang diabetes mellitus
Menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan: 1. Puskesmas 2. Dokter praktek 3. Klinik 4. Rumah sakit
5.1 Jelaskan fasilitas kesehatan dan manfaat pelayanan kesehatan 5.2 Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kesehatan dan manfaat pelayanan kesehatan 5.3 Beri kesempatan pada keluarga untuk memilih pelayanan kesehatan
Keluarga mempunyai kartu berobat Membawa ke yankes untuk pengobatan DM
Universitas Indonesia
Lampiran 2 NCP Keluarga Binaan
No
Diagnosa
Tujuan Umum
2
Prilaku kesehatan cenderung berisiko khususnya pada Nn. Y.
Evaluasi Khusus
Keluarga dapat : 1. Mengenal masalah prilaku cendrung berisiko dengan menyebutkan: 1.1 Pengertian
KRITERIA VERBAL
2. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah akibat prilaku cenderung berisiko
Keluarga dapat menjelaskan kembali
Pengertian prilaku cenderung berisiko adalah hambatan kemampuan untuk mengubah gaya hidup/ perilaku dalam upaya memperbaiki status kesehatan VERBAL
1.3 Keluarga dapat mengenali adanya prilaku cenderung berisiko pada anggota keluarga
Standar
tentang:
1.2 Contoh prilaku cenderung berisiko
AFEKTIF
Rencana Intervensi
Menyebutkan 6 dari 8 contoh prilaku cenderung berisiko : 1. Kurang aktivitas 2. Kurang olah raga 3. Makan makanan yang manis 4. Makan makanan tinggi lemak 5. Obesitas 6. Makan melebih kebutuhan kalori harian 7. Kurang istirahat 8. Merokok
Mengidentifikasi anggota keluarga yang memiliki prilaku cenderung berisiko
VERBAL
Menyebutkan 3 dari 6 akibat atau bahaya lanjut dari DM bila tidak diatasi: 1. Diabtes Mellitus
1.1 Dengan menggunakan lembar balik dan leaflet : a. Gali pengetahuan keluarga tentang perilaku cendrung berisiko dengan mengajukan pertanyaan kepada keluarga mengenai pengertian perilaku cendrung beresiko. b. Diskusi kan dengan keluarga tentang perilaku cendrung berisiko dengan menjelaskan pengertian perilaku cendrung berisiko c. Bimbing keluarga untuk mengulangi apa yang telah dijelaskan dengan meminta keluarga menjelaskan pengertian perilaku cendrung berisiko, contoh, akibat yang ditimbulkan d. Memberi pujian atas perilaku yang benar 1.3 Bantu keluarga membandingkan apa yang telah dijelaskan dengan kondisi Nn. Y
Dengan menggunakan leaflet 2.1 jelaskan pada keluarga tentang akibat lanjut perilaku cendrung berisiko jika tidak Universitas Indonesia
Lampiran 2 NCP Keluarga Binaan 2.1 Menyebutkan akibat lanjut dari DM
2.2 Memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan prilaku cenderung berisiko
2. 3. 4. 5. VERBAL
VERBAL
3.Melakukan perawatan pada anggota keluarga dengan perilaku cenderung berisiko 3.1 Menjelaskan cara mengurangi prilaku cenderung berisko
3.2
Menjelaskan perawatan prilaku cenderung berisiko
VERBAL
VERBAL
Hypertensi Aaterosklerosis Penyakit jantung koroner Stoke.
Keluarga mengungkapkan keinginan untuk merawat anggota keluarga dengan prilaku cenderung berisiko
Menyebutkan cara mencegah akibat lebih lanjut dari perilaku cenderung berisiko, yaitu: 1. Menangani faktor resiko (aktivitias monoton, pola makan tinggi lemak dan tinggi kalori). 2. Mengendalikan tekanan darah dan kadar lemak darah) dengan cara: diet, aktivitas, olah raga, dan istirahat teratur
Menyebutkan cara merawat anggota keluarga dengan prilaku cenderung berisko : 1. Beraktivitas secara variatif 2. Olah raga 3. Makan sesuai aturan ( diet seimbang ) 4. Pemeriksaan kesehatan secara teratur (berat badan, tekanan darah, gula darah, lemak darah) 5. Istirahat teratur Keluarga bapak B. Mampu menyebutkan mengenai aktivitas fisik dan olah raga : 1. Pengertian aktivitas fisik dan olah raga 2. Menyebutkan 2 dari 3 perbedaan aktivitas fisik dan olah raga 3. Menyebutkan 5 dari 10 manfaat aktivitas fisik dan olah raga Keluarga bapak B. Khususnya Nn.Y.
diatasi.
2.2 Motivasi keluarga untuk memutuskan mengatasi perilaku cendrung berisiko yang dialami Nn. Y. 2.3 Berikan pujian atas keputusan keluarga untuk merawat Nn. Y. Terkait perilaku cendrung berisko. 2.4 Jelaskan pada keluarga tentang upaya mengurangi perilaku cendrung berisiko 2.5 Ulangi penjelasan jika ada hal-hal yang terlupakan.
Dengan menggunakan leaflet eduasi kesehatan : 3.1 Jelaskan pada keluarga cara perawatan anggota keluarga dengan prilaku cenderung berisiko 3.2 Ulangi penjelasan jika ada hal-hal yang terlupakan 3.3 Minta keluarga untuk mengulangi kembali penjelasan terkait cara merawat anggota keluarga dengan prilaku cenderung berisiko 3.4 Berikan reinfocement positif terhadap hal-hal positif yang ditunjukan
Universitas Indonesia
Lampiran 2 NCP Keluarga Binaan 3.3 Keluarga bapak B, khususnya Nn.Y terlibat dalam aktivitas kelompok olah raga
3.4 Menjelaskan diet makanan seimbang 3.4.1 Menjelaskan tujuan perencanaan makanan seimbang
PSIKO MOTOR
Verbal
Terlibat dalam aktivitas kelompok olah raga 1. Nn.Y. Mengikuti olah raga yang diadakan dilingkungan tempat tinggal bersama warga yang lain. 2. Nn.Y. Mampu mengikuti jadual olah raga minimal 2 kali dalam seminggu 3. Nn.Y. Mampu mengikuti olah raga dari awal sampai akhir 4. Nn.Y. Mampu mencapai 80 % dari target intensitas olah raga berdasarkan penghitungan denyut nadi maksimal (DDM)
Menyebutkan 3 dari 4 tujuan perencanaan makan diet seimbang: 1. Memberikan kebutuhan unsur makanan penting (misalnya vitamin, mineral). 2. Mencapai dan mempertahankan berat badan ideal. 3. Memenuhi kebtuhan energi untuk aktivitas. 4. Mencegah peningkatan kadar gula darah setiap hari. 5. Menurunkan kadar lemak bila mengalami peningkatan
3.5 Dengan menggunakan leaflet jelaskan kepada keluarga bapak B. a. Pengertian aktivitas fisik dan olah raga b. Perbedaan aktivitas fisik dan olah raga. c. Manfaat aktivitas fisik dan olah raga. 3.6 Informasikan keapada keluarga bapak B. Khususnya Nn.Y. Bersama kader kesehatan mengenai kegiatan olah raga yang berada disekitar tempat tinggal berkaitan dengan tempat, waktu kegiatan, dan frekuensi olah raga tiap minggunya. 3.7 Berikan motivasi kepada keluarga bapak B. Khususnya Nn. Y. Untuk mengikuti olah raga secara rutin 3.8 Berikan reinfocemen positif atas keikutsertaan kelauarga bapak B. Khususnya Nn.Y. Dalam kegiatan olah raga
3.9 Diskusi dengan keluarga tentang diet seimbang: a. Jelaskan kepada keluarga tentang tujuan perencanaan makanan menu seimbang b. Berikan penjelasan cara makan yang teratur. c. Berikan penjelaskan kepada keluarga cara menyusun perencanaan makanan menu seimbang d. Berikan penjelaskan kepada keluarga cara makan yang Universitas Indonesia
Lampiran 2 NCP Keluarga Binaan
e. 3.4.2 Mejelaskan makan teratur
cara yang
Verbal
3.4.3 Menjelaskan cara perencanaan makanan menú seimbang
Verbal
Menyebutkan cara makan yang teratur: 1. Mengetahui kebutuhan energi dalam sehari 2. Mengetahui makanan sehari-hari 3. Mengetahui bahan makanan penukar dan cara menggunaknnya.
teratur Berikan contoh cara menyusun menu harian
Menyebutkan 7 dari 10 cara merencanakan makanan 1. Makanlah aneka ragam makanan, dari sumber zat tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur 2. Makanlah sumber karbohidrat kompleks sesuai anjuran sebagai sumber zat tenaga: nasi, roti, mie, kentang, singkong, ubi, sagu, dll. 3. Sumber karbohidrat sederhana, sebaiknya dihindari / dibatasi, misalnya: gula, madu, sirup, cakes, dodol, kue-kue manis lainnya. 4. Pemakaian gula untuk bumbu masak diperbolehkan dalam jumlah terbatas 5. Pemanis buatan dapat dikonsumsi seperlunya. 6. Pilihlah makanan yang tinggi serat, misalnya: Buah, sayuran, padi-padian, dan produk sereal. 7. Makanlah sumber zat pembangun sesuai anjuran, misalnya: kacang-kacangan, tempe, tahu, telur, ikan ayam, daging, susu, keju, dll. 8. Lemak dan minyak tidak berlebihan Makanan jangan terlalu banyak digoreng, usahakan dengan dipanggang, dikukus, direbus, atau dibakar. Batasi asupan makanan tinggi kolesterol, misalnya : jerohan, lemak Universitas Indonesia
Lampiran 2 NCP Keluarga Binaan hewan, otak. a. Makanlah cukup sumber zat pengatur, seperti sayuran dan buah-buahan. k. Batasi asupan natrium (≤ 6 gram /1 sendok teh perhari)
3.4.4 Demonstarsikan penyusunan diet seimbang
4. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang aman dan tenang : 4.1 . Menjelaskan lingkungan yang sehat bagi anggota keluarga dengan perilaku cenderung berisiko
Verbal Psikomotor
Verbal
Mampu membuat contoh menu sehari : Pagi : Roti bakar, orak-arik telur, selada + tomat, susu non rendah lemak Pkl 10.00 : semangka Siang : Nasi, pepes ikan mas, tempe bacem, sayur asem, lalap + sambal, papaya. Pkl 16.00 : Pisang kapok kukus. Malam : Nasi, ayam bumbu semur, tahu goring, tumis kacang panjang + tauge, pisang raja.
Menyebutkan 5 dari 7 cara memodifikasi lingkungan untuk diabetes mellitus 1. Rumah dan lingkungan bersih 2. Pencahayaan dalam rumah cukup terang 3. Hindari memakai sandal/sepatu /baju yang terlalu menekan dan mengganggu peredaran darah 4. Hindari suasana yang membuat stress seperti lingkungan yang ramai dan bising 5. Gunakan alas kaki didalam maupun diluar rumah 6. Merubah gaya hidup (aktivitas, olah raga, istirahat teratur, manajemen stress) 7. Modifikasi pengolahan makanan (dikukus, direbus, dibakar) 8. Menghindarkan penempatan gula di meja makan 9. Menhindari atau mengganti mengemil
4.1 Diskusikan dengan keluarga cara memelihara lingkungan yang sehat bagi anggota keluarga dengan perilaku cenderung berisiko 4.2 Motivasi keluarga untuk memodifikasi lingkungan 4.3 Lakukan kunjungan yang tidak direncanakan untuk mengevaluasi kemampuan keluarga dalam memelihara lingkungan yang aman 4.4 Beri pujian atas hal yang positif
Universitas Indonesia
Lampiran 2 NCP Keluarga Binaan saat menonton telivisn dengan makanan karbohidrat rendah gual (kue dari gandum, buah-buahan rendah gula, ubi)
4.2 . Melakukan modifikasi lingkungan yang nyaman dan tenang bagi anggota keluarga dengan perilaku cenderung berisiko
Afektif
Melakukan modifikasi lingkungan untuk anggota keluarga dengan perilaku cenderung berisiko
Universitas Indonesia
Lampiran 3 Implementasi Keluarga Binaan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN PADA KELUARGA BAPAK B. DI RT. 05 RW. 05 KELUARAHAN CISALAK PASAR Diagnosa 1 N0 1
: Ketidakefektipan manajemen kesehatan diri pada Ny. S
HARI/ TGL
IMPLEMENTASI
EVALUASI
Jumat 1. Dengan menggunakan leaflet menjelaskan kepada keluarga 17 Mei 2013 bapak B. : Jam: 09.00 a. Pengertian aktivitas fisik dan olah raga senam DM. WIB Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya yang tidak mengeluarkan energi atau tenaga yang banyak dan tidak menggunakan prinsipprinsip olahraga.
Subyektif : 1. Keluarga menyatakan mengerti mengenai pengertian aktivitas fisik dan olah raga senam DM 2. Keluarga menyatakan mengerti perbedaan aktivitas fisik dan olah raga senam DM 3. Keluarga menyatakan mengerti tujuan dan manfaat dari aktivitas fisik dan olah raga Olah raga merupakan suatu kegiatan jasmani yang senam DM dilakukan dengan maksud untuk memelihara kesehatan dan memperkuat otot-otot tubuh dengan menggunakan Obyektif : prinsip. 1. Keluarga mampu menyebutkan pengertian aktivitas fisik dan olah raga senam DM. 2. Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 Perbedaan aktivitas fisik dan olah raga senam DM. perbedaan aktivitas fisik dan olah raga Aktivitas fisik terdapat 3 sifat fisik meliputi ketahanan senam DM. (endurance), kelenturan (fleksibility), dan kekuatan 3. Keluarga mampu menyebutkan 5 dari 10 (strength) manfaat aktivitas fisik dan olah raga DM. Olah raga terdapat frequency (jumlah), intensity (lama 4. Keluarga bapak B. khususnya ibu latihan), jenis olah raga, time (waktu) terobservasi mengikuti kegiatan senam DM yang diadakan oleh mahasiswa bersama b. Manfaat aktivitas fisik dan olah raga senam DM relatif kader dengan warga penderita DM lain yang sama, yaitu : berada disekitar tempat tinggal. Tekanan darah tetap stabil 5. Ibu S. mengikuti jadual senam DM Daya tahan meningkat tanggal 18 dan 22 Mei 2013 Berat badan ideal 6. Ibu S. Belum mampu mengikuti setiap Kekuatan tulang dan otot meningkat tahapan dalam senam DM dengan baik Meningkatkan kelenturan Universitas Indonesia
Lampiran 3 Implementasi Keluarga Binaan
2
Kebugaran kita menjadi baik Mengurangi stress Meningkatkan rasa percaya diri Membangun sportifitas Meningkatkan kesetiakawanan
7. Ibu S. Mampu mengikuti 50 % gerakan senam DM dengan benar 8. Ibu S. Mampu mencapai 50 % dari target intensitas senam DM berdasarkan penghitungan target heart rate (THR) (Nadi sebelum olah raga 70x/menit dan sesudah 2. Menginformasikan keapada keluarga bapak B. Khususnya olah raga 84 x/menit dari 98 x/menit THR) ibu S. Bersama kader kesehatan mengenai kegiatan senam DM yang berada disekitar tempat tinggal berkaitan dengan Analisa : tempat, waktu kegiatan, dan frekuensi senam tiap Implementasi TUK 3 ke-2 tentang aktivitas minggunya. dan olah raga tercapai sebagian 3. Memberikan motivasi kepada keluarga bapak B. Khususnya ibu S. Untuk mengikuti senam DM secara rutin Planning : 4. Memberikan reinfocemen positif atas keikutsertaan kelauarga 1. Motivasi kembali keluarga bapak B. bapak B. Khususnya ibu S. Dalam kegiatan senam DM. khususnya ibu S. untuk terus mengikuti senam DM dilingkungan tempat tinggal 2. Optimalkan peberdayaan kader dalam mensosialisasikan senam DM kepada warga pada umumnya dan pada penderita DM khususnya di wilayah kerja kader kesehatan. 3. Monitor kembali senam DM klien saat mengikuti latihan senam DM bersama warga penderita DM di lingkungan tempat tinggal 4. RTL Klien untuk mengikuti senam DM setiap sabtu dan minggu di lingkungan tempat tinggal 5. Lanjutkan intervensi TUK 3 ke-3 tentang perawatan kaki klien dengan DM. Sabtu, Mengevaluasi hasil intervensi TUK 3 ke-2 mengenai aktivitas Data Subyektif : 08 Juni 2013 dan olah raga : senam DM 1. Keluarga bapak B. khususnya ibu S. Jam 07.00 1. Mengevaluasi keikutsertaan ibu S. Dalam kegiatan aktivitas menyatakan akan mengikuti kegiatan WIB kelompok senam DM senam secara rutin Universitas Indonesia
Lampiran 3 Implementasi Keluarga Binaan
2. Mengevaluasi kemampuan ibu S. Mengenai gerakan dan 2. Keluarga bapak B. khususnya Ibu S. tahapan dalam senam DM menyatakan akan mengajak anggota 3. Motivasi kembali ibu S. Agar tetap rutin mengikuti aktivitas keluarga dan saudara untuk ikut senam DM senam DM dilingkungan tempat tinggal. 3. Keluarga bapak B. khususnya ibu S. menyatakan kesehatannya lebih baik dan badan terasa lebih bugar Data Obyektif : 1. Keluarga bapak B. khususnya ibu S. terobservasi selalu mengikuti kegiatan senam DM di lingkungan tempat tinggal. 2. Keluarga bapak B. khususnya Ibu S. sudah 7 kali mengikuti kegiatan senam DM yaitu pada tanggal 18, 22, 25, 29 Mei 2013,tanggal 01, dan 8 Juni 2013. 3. Belum tampak anggota keluarga bapak B. yang lain yang mengikuti senam DM bersama ibu S. 4. Pemeriksaan fisik keluarga bapak B. khususnya ibu S. didapatkan data : 5. Vital sign : TD: 130/80 MMhg, N: 80 x/menit, RR: 12 x/menit. 6. Vaskularisasi : CRT : < 2 detik, intake 8 gelas per hari; BAK 6-8 kali/hari dengan volume urin 200 – 250 ml;tanda edema (-) pemeriksaan ABI (Ankle Barachial Indeks) : > 0.9 mmHG 7. Integumen (extermitas bawah) : tidak dijumpai adanya laserasi/ulkus, kulit bersisik, perubahan warna, perubahan bentuk (kapalan pada kaki) 8. Pemeriksaan fisik keluarga bapak B. khususnya ibu S. didapatkan data : Universitas Indonesia
Lampiran 3 Implementasi Keluarga Binaan
Neurologi : reflek fisiologis (+), keluhan baal (-), keluhan kesemutan (-). Pemeriksaan GDS : 98 gr/dl 9. Ibu S. Mampu mengikuti 80 % gerakan senam DM dengan benar 10. Ibu S. Mampu mencapai 80 % dari target intensitas senam DM berdasarkan penghitungan target heart rate (THR) (Nadi sebelum olah raga 68 x/menit dan sesudah olah raga 92 x/menit dari target 98 x/menit THR) Analisa : Intervensi TUK 3 ke-2 tentang aktivitas dan olah raga DM tercapai Planning : 1. Rencana tindak lanjut (RTL) ke kader kesehatan tentang manajemen mandiri DM : aktivitas dan olah raga pada keluarga bapak B. khususnya ibu S. 2. RTL kepada keluarga untuk tetap konsisten mengikuti kegiatan olah raga bersama kader kesehatan, warga penderita DM, dan masyarakat umum di RW. 05 keluarahan cisalak pasar. 3. RTL kepada keluarga untuk mengikutkan anggota keluarga dalam aktivitas senam DM di lingkungan tempat tinggal 4. Lanjutkan intervensi keperawatan TUK 3 ke-4 tentang manajemen diet DM yang belum tercapai
Universitas Indonesia
Lampiran 4 Evaluasi Tingkat Kemandirian Keluarga
No
Nama Mahasiswa
RINGKASAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA KELOMPOK 3 DI RW 05 KELURAHAN CISALAK PASAR Keluarga Individu Implementasi Yang Di Yang Usia Masalah Kesehatan Hasil GDS Dilakukan Bina Dibina Bpk B. Ibu S 57 th Ketidakefektifan TUK 1 sd 5 Tgl 13/5/2013 : 300 mg/dl RT. 05 manajemen Tgl 22/5/2013 : 109 mm/dl RW 05 kesehatan diri Tgl 19/6/2013 : 98 mm/dl Nn. Y 24 th Perilaku kesehatan TUK 1 sd 4 Tgl13/5/2013 : 198 mg/dl cenderung berisiko Tgl 19/6/2013 : 170 mg/dl Bpk B 60 th Perilaku kesehatan TUK 1-4 cenderung berisiko
1
Amir Mahmudin NPM : 1006823160
1.
RENCANA TINDAK LANJUT KELUARGA
2.
Melanjutkan aktivitas dan olah raga senam DM bersama kader
Melanjutkan pengelolaan diet DM
Melanjutkan perawatan kaki
Melanjutkan modifikasi lingkungan
Melanjutkan keteraturan minum obat OHO
Melanjutkan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan
Tingkat Kemandirian Mandiri 3
RENCANA TINDAK LANJUT KADER KESEHATAN
Melakukan kunjungan kepada keluarga yang menyandang DM terkait manajemen mandiri DM pada tiap-tiap RT.
Memotivasi dan melanjutkan promosi senam DM kepada penyandang DM dan warga RW 05 pada umumnya
Membantu penyelesaian masalah kesehatan bagi penyandang DM sesuai kebijakan yang ada.
Universitas Indonesia
Lampiran 5 UNIVERSITAS INDONESIA 2013
Merupakan sekelompok kelainan yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa/gula dalam darah,dimana : Glukosa sewaktu/ 2 jam setelah makan >200mg/dl Glukosa puasa 140mg/dl
Oleh: Amir Mahmudin,S.Kep
Keturunan Imunologi Lingkungan
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
Stres
Perasaan haus terus menerus, rasa lapar berlebihan, buang air kecil yang sering dan banyak Rasa gatal dan peradangan kulit yang menahun, luka yang tidak mau sembuh, mati rasa (kesemutan)/sakit pada tangan atau kaki Menurunnya berat badan
Kerusakan pada mata, gangguan pengelihatan Gagal ginjal Kerusakan pembuluh darah Stroke Mati rasa/baal
Lampiran 5
Tidak sadarkan diri
GEJALA GULA DARAH
hingga koma
MENURUN
2. JANGAN menggosok atau merendam kaki lebih dari 5 menit
Hilangnya kesadaran.
3. keringkan kaki
Keringat dingin, pucat.
dan sela – sela jari
Gemetar, lemah
kaki dengan memakai handuk
Lapar
Jantung berdebar-debar Gelisah, bingung, Pingsan
GEJALA GULA DARAH MENINGKAT
Banyak kencing Haus terus – menerus
Diet, hindari makan gula atau makanan yang manis. Olah raga teratur Menjaga/ merawat kesehatan kulit terutama kaki (sering luka) Kontrol gula darah berkala. Minum obat teratur sesuai dosis & waktu.
Cepat lapar Mudah mengantuk Lemas dan malas beraktifitas Luka yang tidak mudah sembuh
lembut 4. gunting kuku secara horizontal, jangan terlalu pendek. Kikirlah ujung kuku yang bekas dipotong dan terasa tajam 5. jika kulit kaki terlalu kering, gunakan losion pelembab dan jangan diulaskan di antara sela –
PERAWATAN KAKI
1. cuci kaki setiap hari dengan menggunakan sabun cair
sela jari kaki, JANGAN memakai talk. 6. hindarkan kaki dari benda – benda tajam
Lampiran 5
7. jika kaki terluka segera bersihkan dengan antiseptic. Tutup luka dengan kassa steril dan segera ke dokter bila luka tidak sembuh dalam 2 – 3 hari 8. pakailah alas kaki baik didalam maupun diluar rumah 9. gunakan kaus kaki dengan bahan yang menyerap keringat dan tidak terlalu ketat ukurannya. Ganti kaus kaki tiap hari 10.pilih sepatu dari bahan yang lentur, tidak menyakitkan (menggigit) waktu dipakai 11.jika olahraga, pilih yang tidak membahayakan kaki
12.kontrol kadar gula darah secara teratur 13.hindari merokok
Lampiran 6 3. Tempo Lamanya 30-60 menit
C. Pendinginan
4. Tipe
Lakukan pendinginan untuk mencegah ter-
Aerobic yang bersifat daya tahan,
jadinya
penimbunan
gangguan
metabolism
zat-zat tubuh
racun
akibat
sewaktu
ber-
olahraga, menurunkan kembali darah yang
Tahapan-tahapan
terkumpul di otot agar tidak terasa nyeri dan pusing. Lakukan 5-10 menit.
A. Pemanasan Tahapan
ini
untuk
mempersiapkan
berbagai sistem tubuh sebelum memasuki latihan inti, meningkatkan suhu tubuh, meningkatkan denyut jantung dan untuk mencegah terjadinya cedera. L.akukan selama 5-10 menit
Senam Diabetes Melitus
B. Latihan inti Usahakan
target
latihan
tercapai,
lakukan selama 30-60 menit.
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 2013
Lampiran 6
Apa sih senam diabetes senam diabetes
adalah senam
yang diciptakan khusus untuk penderita diabetes yang memperhatikan kondisi dari penderita tersebut seperti kondisi fisik, kadar gula darah, dan tanda-tanda vital. Prinsip
olahraga
senam diabetes
Indonesia bagi penderita DM harus mengikuti petunjuk yang telah ditentukan, yaitu Program latihan, Porsi latihan, dan Latihan kaki.
Apa tujuannya?? Tujuannya untuk meningkatkan kebugaran vitalitas tubuh.
Manfaatnya apa?
DM tipe II dan diabetes kehamilan > Mengurangi kebutuhan pemakaian obat
> Mengurangi resiko penyakit jantung, gangguan
oral dan insulin.
pembuluh darah dan saraf.
Pedoman untuk > Mengontrol gula darah
olah raga diabetes
> Menghambat dan memperbaiki faktor resiko
1. Frekuensi
penyakit jantung yang banyak terjadi pada pen-
3-5 kali seminggu secara teratur, lebih
derita DM
baik selang sehari dipakai untuk istirahat memulihkan kembali ketegangan otot. > Menurunkan berat badan 2. Intensitas > Memperbaiki otot,
tulang
gejala-gejala sendi,
yaitu
gejala-gejala neuropati perifer dan osteoartrosis
Pilih senam yang bersifat ringan hingga sedang, yaitu mampu menghasilkan 60-70% detak jantung maksimum. Perhitungannya (220-umur)x(60-70%)
> Memberikan keuntungan psikologis
Contoh: umur 50 tahun (220-50) x (60-70)%= 102-119 kali/menit
> Mencegah terjadinya DM yang dini, terutama bagi orang-orang dengan riwayat keluarga
Lampiran 7
OLAH RAGA DEFINISI Olahraga merupakan suatu kegiatan jasmani yang dilakukan dengan maksud untuk memelihara kesehatan dan memperkuat otot-otot tubuh dengan menggunakan prinsip.
3. Jenis Bentuk latihan atau aktivitas fisik yang dipilih untuk latihan. Untuk kebugaran jantung dan paru, latihan bertipe aerobik (jogging, berenang, berjalan).
Aktivitas Fisik dan
Time, yaitu seberapa lama latihan berlangsung, minimal 30 menit setiap sesi latihan.
PRINSIP 1.Frequency (Jumlah)
MANFAAT
Jumlah latihan per minggu. Lakukan olahraga 3 kali seminggu dengan intensitas sedang, 5 kali seminggu dengan intensitas ringan, 2 kali seminggu dengan intensitas berat.
2. Intensity (lama latihan) Berat ringannya suatu latihan. Misalnya untuk meningkatkan daya tahan tubuh intensitas latihan antara 70%-85% dari denyut nadi
Secara umum manfaat dari olahraga sama dengan manfaat dari aktivitas fisik
Perbedaan dari aktivitas fisik dan olahraga adalah dari penggunaan energi dan adanya prinsip-prinsip pada latihan olahraga
maksimal. Untuk pembakaran lemak cukup 60%-70% dari denyut nadi maksimal (DNM). DNM = 220 - umur.
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 2013
Lampiran 7
AKTIVITAS FISIK
Klasifikasi Aktivi-
Definisi Aktivitas fisik
adalah gerakan tubuh oleh
Pengeluaran
yak dan tidak menggunakan prinsip-prinsip olahraga.
Bersifat Aktivitas Fisik
untuk
kelenturan
dapat
membantu
pergerakan lebih mudah, mempertahankan otot tubuh tetap lemas (lentur) dan sendi berfungsi
Aktivitas fisik rin-
2,5-4,9
Berjalan kaki, tenis meja,
gan
kcal/menit
golf, mengetik, mem-
dengan baik, dilakukan 30 menit (4-7 hari per
bersihkan kamar, ber-
minggu). Contoh: peregangan, senam taichi, yoga,
belanja
mencuci pakaian, mencuci mobil, mengepel lan-
Bersepeda, ski, menari,
tai.
otot tubuh dan sistem penunjangnya yang tidak mengeluarkan energi atau tenaga yang ban-
2. Kelenturan (flexibility)
Klasifikasi Aktivitas
Aktivitas fisik se-
5-7,4 kcal/menit
dang
tennis, menaiki tangga,
Aktivitas fisik berat
7,5-12
Basket, sepak bola, bere-
kcal/menit
nang, angkat beban
Tipe-tipe Aktivitas Fisik
Ada 3 sifat aktivitas fisik yang dapat kita lakukan untuk
Manfaat aktivitas fisik
mempertahankan kesehatan tubuh yaitu: 1.
Ketahanan (endurance)
a. Tekanan darah tetap stabil
Bersifat untuk ketahanan dapat membantu jantung, paru-
b. Daya tahan meningkat
paru, otot, dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan mem-
c. Berat badan ideal
buat kita lebih bertenaga, dilakukan selama 30 menit (4-7
d. Kekuatan tulang dan otot meningkat
hari per minggu). Contoh : berjalan kaki, lari ringan, bere-
e. Meningkatkan kelenturan
nang, senam, bermain tenis, berkebun dan kerja di taman.
f. Kebugaran kita menjadi baik g. Mengurangi stress h. Meningkatkan rasa percaya diri i. Membangun sportifitas j Meningkatkan kesetiakawanan
3. Kekuatan (strength) Business Name
Bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang tetap kuat, dan mempertahankan bentuk tubuh serta membantu meningkatkan pencegahan terhadap penyakit seperti osteoporosis, dilakukan 30 menit (2-4 hari per minggu). Contoh: push-up, naik turun tangga, angkat berat/beban, membawa belanjaan, mengikuti kelas senam terstruktur dan terukur (fitness)