UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL DI RUANG PENYAKIT DALAM LANTAI 7 ZONA A RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
NI PUTU EKA ROSMALA DEWI 0806457294
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI ILMU KEPERAWATAN DEPOK JULI 2013
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Penyakit Dalam Lantai 7 Zona A RSUPN Cipto Mangunkusumo
KARYA ILMIAH AKHIR NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
NI PUTU EKA ROSMALA DEWI 0806457294
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM NERS ILMU KEPERAWATAN DEPOK JULI 2013
i Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Ilmia Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Ni Putu Eka Rosmala Dewi
NPM
: 0806457294
Tanda Tangan : : 9 Juli 2013
Tanggal
ii
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
iii
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ini. Penulisan karya ilmiah akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memenuhi tugas akhir dalam mencapai gelar Ners . Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai penyusunan karya ilmiah akhir ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan karya ilmiah akhir ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dewi Irawaty selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia; 2. Ibu Tuti Nuraini selaku dosen pembimbing saya yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan kesabaran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan karya ilmiah akhir Ners ini; 3. Ibu Riri Maria, selaku koordinator mata ajar yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan arahan selama penyusunan dan pelaksanan mata ajar karya ilmiah akhir Ners ini. 4. Ibu Yeane Anastania selaku pembimbing ruangan yang senantiasa menyediakan waktu untuk membimbing saya dan teman-teman. 5. Kakak-kakak perawat lantai 7 Zona A RSUP Cipto Mangunkusumo yang sabar mengajari dan memotivasi untuk berani mencoba. 6. Orang tua saya (Bapak Suadnyana dan Ibu Pusparini), adik- adik saya( Lode, Komang, dan Dek Tut), keluarga kedua di Jakarta dan Bogor (Bu De, Pak Made, Bu Tu, Pak Gede), sepupu- sepupu, dan seluruh keluarga besar saya di Bali yang tiada hentinya memberikan dukungan material dan moral; 7. Teman-teman Profesi angkatan 2008 yang memberikan saya semangat yang luar bisa untuk berjuang dalam menyelesaikan profesi ini. Terimakasih teman-teman membuat saya memiliki pengalaman yang baru iv
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
dan menjadi saya yang lebih “bercorak”. Saya akan sangat merindukan kebersamaan kita. 8. Sahabat saya Darmawan yang selalu setia dan sabar mendengarkan keluhkesah saat menjalani profesi. Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir Ners ini dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.
Depok, 9 Juli 2013
Penulis
v
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Uviversitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Ni Putu Eka Rosmala Dewi NPM : 0806457294 Program Studi :Profesi Ners Fakultas : Ilmu Keperawatan Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah akhir Ners saya yang berjudul: “Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Penyakit Dalam Lantai 7 Zona A RSUP Cipto Mangunkusumo ” beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok Pada tanggal: 9 Juli 2013 Yang menyatakan
(Ni Putu Eka Rosmala Dewi )
vi
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
ABSTRAK
Nama
: Ni Putu Eka Rosmala Dewi
Program Studi: Ners Ilmu Keperawatan Judul
: Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Penyakit Dalam Lantai 7 Zona A RSUPN Cipto Mangunkusumo
Pembatasan cairan merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengurangi kelebihan volume cairan akibat penurunan fungsi ginjal. Pembatasan cairan merupakan hal yang terberat yang dialami pasien gagal ginjal kronik selama menjalani hidup dengan hemodialisa. Penulisan karya ilmiah ini menggunakan evidence based practice dari jurnal ilmiah. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk menerapkan cognitive behavioral therapy terkait intervensi pembatasan cairan pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Hasil menunjukkan cognitive behavioral therapy efektif dalam meningkatkan kepatuhan pasien dalam melakukan pembatasan cairan. Pasien menunjukkan berat badan yang stabil, balance cairan seimbang, dan menunjukkan minat dan motivasi untuk melakukan pembatasan cairan.
Kata kunci: Cognitive behavioral therapy; gagal ginjal kronik,; hemodialisa, pembatasan cairan.
vii Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
ABSTRACT
Name
:Ni Putu Eka Rosmala Dewi
Study Programe
:Ners Science Nursing
Title
: Analysis of Clinical Nursing Practice of Urban Public Health in Patients of Chronic Kidney Disease in Internal Medicine Room Care 7th Floor Zone A RSUPN Cipto Mangunkusumo
Fluid restriction is one of the means used to reduce excess fluid volume due to decreased renal function.Fluid restriction is the hardest part of patient’s life with during hemodialysis. This papers is to use evidence-based practice of scientific journals. This papers is aim to apply cognitive behavioral therapy interventions related to fluid restriction in patients with CKD stage 5 undergoing hemodialysis. The results showed cognitive behavioral therapy is effective in improving patient compliance in conducting fluid restriction. Patients showed a stable weight, balance fluid balance, and show an interest and motivation to perform fluid restriction. Keywords: Chronic kidney disease; cognitive behavioral therapy; hemodialysis; fluid restriction.
viii Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................... KARYA ILMIAH ............................................................................................ vi ABSTRAK ....................................................................................................... vii ABSTRACT ..................................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 6 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 7 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 8 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 9 2.1 Gagal Ginjal Kronik ........................................................................... 9 2.1.1 Definisi ..................................................................................... 9 2.1.2 Etiologi dan Faktor Risiko ....................................................... 9 2.1.3 Patofisiologi ............................................................................ 10 2.1.4 Manifestasi Klinis ................................................................... 12 2.1.5 Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis ..................................... 13 2.1.5.1 Tindakan Konservatif ................................................. 14 2.1.5.1.1 Upaya Mempertahankan Fungsi Ginjal ...... 14 2.1.5.1.2 Meringankan Komplikasi Ekstrarenal........ 16 2.1.5.1.3 Peningkatan Nilai Biokimia Tubuh ............. 18 2.1.5.1.4 Upaya Meningkatkan Kualitas Hidup ......... 20 2.2 Cognitive Behavioral Therapy (CBT)............................................... 21 2.2.1 Definisi ................................................................................... 21 2.2.2 Tujuan ..................................................................................... 22 2.2.3 Prinsip Pelaksanaan ............................................................... 23 2.2.4. Penggunaan CBT dalam Pembatasan Cairan ........................ 25 3. ANALISIS KASUS KELOLAAN UTAMA ...................................... 28 3.1 Pengkajian Keperawatan .................................................................. 27 3.2 Analisis Data ..................................................................................... 51 3.3 Diagnosa Keperawatan ..................................................................... 56 3.4 Rencana Asuhan Keperawatan.......................................................... 57 3.5 Evaluasi ............................................................................................ 71 ix Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
4. ANALISA SITUASI.............................................................................. 94 4.1 Profil Lahan Praktek ......................................................................... 94 4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep terkait KKMP dan Konsep Kasus Terkait ................................................................ 97 4.3 Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait .......................................................... 98 4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan .................................. 105 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 106 5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 106 5.2 Saran ................................................................................................. 106 5.2.1 Bidang Pelayanan Kesehatan ................................................... 106 5.2.2 Bidang Pendidikan .................................................................... 107 5.2.3 Penulisan Karya Ilmiah Selanjutnya ......................................... 107 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 108 LAMPIRAN
x Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tahapan Gagal Ginjal Kronik ....................................................... 12 Tabel 2.2 Manifestasi klinis sindrom uremikum pada gagal ginjal kronik ... 13 Tabel 3.1 Rencana Asuhan Keperawatan ……………………………………57 Tabel 3.2 Evaluasi Keperawatan ................................................................... 71
xi Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Catatan Perkembangan Lampiran 2:Leaflet Gagal Ginjal Kronik Lampiran 3: Leaflet Hemodialisa Lampiran 4: Daftar Riwayat Hidup
xii Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
BAB I PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG Penyakit gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal yang bersifat progresif dan irreversible. Penurunan kemampuan filtrasi pada penyakit gagal ginjal kronik (Glomerular Filtration Rate/GFR) kurang dari 60 ml/min/1,73 m2 (Black and Hawk, 2005). Ginjal mengalami penurunan kemampuan dalam melakukan fungsi metabolisme, keseimbangan cairan, dan elektrolit. Penyakit gagal ginjal kronik dibagi menjadi tahap 1- 5. Penyakit gagal ginjal kronik yang berada pada tahap 5 disebut gagal ginjal kronik tahap akhir (end stage renal disease). Penyakit gagal ginjal kronik merupakan salah satu masalah kesehatan yang dihadapi oleh berbagai negara di dunia. American Kidney Fund melaporkan jumlah penderita penyakit gagal ginjal kronik pada tahun 2011 diperkirakan mencapai 31 juta penderita atau sekitar 10% dari jumlah penduduk Amerika Serikat. Laju prevalensi (prevalent rate) penyakit gagal ginjal kronik meningkat 600% dari tahun 1980- 2009 di Amerika Serikat. Angka kejadian gagal ginjal kronik meningkat pada orang yang berumur 65 tahun ke atas. The Centers for Disease Control and Prevention (2010) menyatakan bahwa penyakit gagal ginjal kronik menduduki urutan ke 8 penyebab kematian terbanyak di Amerika Serikat. Jumlah penderita gagal ginjal kronik di
Australia juga
mengalami peningkatkan. Jumlah penderita gagal ginjal kronik di Australia diperkirakan mencapai 1,7 juta jiwa pada tahun 2011 (Kidney Health Australia, 2011)
1 Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
2
Yayasan Peduli Ginjal (Yadugi) mencatat 40.000 penderita penyakit gagal ginjal kronik tahun 2008. Jumlah penderita mengalami kenaikan menjadi 70.000 jiwa pada tahun 2010 (Yadugi 2008, dalam Wahyuningsih, 2011). Berdasarkan data rekam medik prevalensi penyakit gagal ginjal kronik di Indonesia mencapai 6,2% atau 104 ribu jiwa dari populasi penduduk Indonesia (Suharjono, 2008 ). Menurut data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2006, penyakit gagal ginjal kronik menempati urutan ke 6 penyebab kematian pasien yang dirawat di rumah sakit di Indonesia (Kemenkes, 2008 dalam Hadayati, 2012). Berdasarkan data rekam medik RSUPN Cipto Mangunkusumo mencatat jumlah penderita gagal ginjal kronik tahun 2012 mencapai 535 penderita. Penyebab timbulnya penyakit gagal ginjal kronik antara lain diabetes mellitus,glomerulonefritis, pyelonephiritis, batu ginjal,penyakit pembuluh darah ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004).
Diabetes
mellitus merupakan penyebab utama penyakit gagal ginjal kronik yang terjadi di negara bagian barat. 20-30% dari akibat diabetes mellitus tipe 1 dan 2 menyebabkan nefropati (American Diabetes Association, 1999 dalam Thomas, 2004). United State of Renal System melaporkan bahwa penderita diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler memiliki risiko 2-3 kali mengalami penyakit gagal ginjal kronik dibandingkan penderita penyakit lain. Penderita penyakit gagal ginjal kronik juga rentan terjadi pada orang yang berusia 65 tahun ke atas. Diabetes dan tekanan darah tinggi dapat disebabkan oleh gaya hidup yang kurang sehat. Konsumsi makanan secara berlebihan dan konsumsi garam yang berlebihan. Konsumsi minuman pewarna, obat-obatan penambah stamina, dan obat-obatan dalam waktu lama dapat meningkakan risiko kerusakan ginjal. Indonesia merupakan negara tropis yang membuat rentan terjadi dehidrasi. Kurang mengkonsumsi air sesuai kebutuhan berisiko meningkatkan risiko kerusakan ginjal (Wibowo, 2010).
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
3
Penderita penyakit kronis umumnya mengalami perubahan psikososial dan spiritual. Perubahan biologis yang dialami penderita gagal ginjal kronik diantaranya pembatasan cairan dan diet, risiko terjadi anemia, risiko terjadinya adanya gangguan tulang, mual muntah, gangguan tidur, disfungsi seksual, dll. Penelitian yang dilakukan oleh Mok et all (2004) menunjukkan perubahan psikologis
yang dialami penderita yang ginjal kronik mengalami reaksi
emosional seperti tidak berguna, bersalah, takut, marah, dan merasa tidak berdaya. Reaksi emosional awal yang biasanya dilakukan oleh penderita yang baru didiagnosa mengalami penyakit gagal ginjal kronik adalah tidak ada harapan, menangis, dan menarik diri dari lingkungan sosial. Perubahan spiritual diantaranya penderita gagal ginjal kronik cenderung menyalahkan dan menganggap Tuhan tidak adil sehingga malas untuk menjalankan ibadah (Setyaningsih, 2011). Tindakan medis yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak penurunan kemampuan ginjal adalah hemodialisa dan transplantasi ginjal. Prevalensi penderita gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di Amerika Serikat mencapai 398. 861 penderita gagal ginjal kronik dan 172.553 penderita yang menjalani transplantasi ginjal pada akhir tahun 2009. (National Kidney and Urologic Disease Information Clearinghouse / NKUDIC, 2009). Pada
penderita
gagal
ginjal
kronik
yang
menjalani
hemodialisa
mengakibatkan terjadinya insomnia, kecemasan, keputusasaan, ketidakberdayaan, penurunan motivasi hidup, gangguan citra tubuh, dan mengalami harga diri rendah situasional (Black & Hawk, 2005). Penelitian yang dilakukan Rocco, dkk 1997 (dalam Black & Hawk, 2005). menemukan bahwa penderita gagal ginjal kronik yang mengalami hemodialisa mengalami penurunan kualitas hidup dan mengalami distress psikologi. Penderita yang menjalani hemodialisa memiliki kemungkinan perubahan gaya hidup seperti penurunan status keuangan,
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
4
pembatasan makanan dan cairan, perubahan peran dan tanggung jawab dalam keluarga, dan penurunan kemampuan dalam mencapai tujuan jangka panjang (Fowler & Baas, 2006). Penelitian lain menemukan bahwa sebagian besar penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa mengalami depresi dan gangguan emosional yang mempengaruhi
dengan kualitas hidup penderita
(Fowler & Baas, 2006). Pembatasan cairan merupakan salah satu tantangan terberat bagi penderita gagal ginjal kronik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fowler & Baas (2006) menemukan salah satu penyebab depresi dari penderita gagal ginjal kronik adalah adanya restriksi atau pembatasan cairan. Berdasarkan studi literatur yang dilakukan oleh JohnStone & Halshaw( 2003) menemukan 10 - 42% dari penderita penyakit gagal ginjal kronik dikategorikan tidak patuh terhadap pembatasan cairan. Sebagian besar penderita gagal ginjal kronik menyatakan bahwa pembatasan cairan merupakan hal yang terberat selama menjalani hidup dengan hemodialisa (Tovazzi & Mazzoni, 2012). Pembatasan cairan merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengurangi kelebihan volume cairan akibat penurunan fungsi ginjal. Jumlah cairan yang diminum penderita gagal ginjal kronik harus mendapatkan pengawasan yang ketat. Dampak dari ketidakpatuhan dalam melakukan pembatasan cairan pada penderita yang menjalani hemodialisa mengakibatkan kenaikan interdialytic weight gain. Nilai interdialytic weight gain yang dapat ditoleransi sekitar 2-3 pon atau sekitar 0,9 – 1,3 kg (Black & Hawks, 2005). Interdialytic Weight Gain (IDWG) merupakan peningkatan volume cairan tubuh. Peningkatan volume cairan dapat terlihat dari adanya peningkatan berat badan. Peningkatan IDWG melebihi 5% dari berat badan kering dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti hipertensi, hipotensi intradialis, gagal jantung kiri, asites, efusi pleura, gagal jantung kongestif, dan dapat menyebabkan kematian (Black & Hawks, 2005). Prevalensi kenaikan IDWG di beberapa negara
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
5
mengalami peningkatan sekitar 9,7%- 49,5% di Amerika Serikat dan 9,8% - 70% di Eropa (Kugler, et all, 2005). United State Renal Data System (USRDS, 2012) melaporkan peningkatan angka kematian pada penderita gagal ginjal kronik yang disebabkan peningkatan IDWG yang melebihi 4.8% dari total berat badan. Penelitian terkait kepatuhan penderita gagal ginjal kronik terhadap pembatasan cairan telah banyak diteliti.
Penelitian Kugler, et all (2005)
menjelaskan pembatasan cairan merupakan suatu hal yang sangat
sulit bagi
pasien yang menjalani hemodialisa. Penelitian ini menggunakan instrument DDFQ (Dialysis Diet and Fluid Nonadhhernce Questionnaire) menunjukkan sebanyak 76,4% (n=916) pasien mengalami kesulitan dalam pembatasan cairan. Tovazzi dan Mazzoni (2012) menyimpulkan bahwa kepatuhan terhadap pembatasan cairan berkaitan dengan motivasi individu, kontrol emosi, pengalaman pribadi, waktu, dan motivasi dari orang lain. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa penderita gagal ginjal kronik yang menjadi koresponden dalam penelitian ini setuju bahwa setiap orang harus menemukan cara sendiri untuk patuh kepada untuk melakukan pembatasan cairan. Informasi dari tenaga kesehatan bermanfaat untuk memperkuat pemahaman dan meningkatkan kontrol diri. Penelitian terkait strategi yang dapat digunakan untuk dapat meningkatkan kepatuhan untuk melakukan pembatasan minum adalah penelitian yang dilakukan oleh Joshtone dan Halshaw. Penelitian ini menggunakan pendekatan cognitive behavioral therapy (CBT). Penelitian ini menunjukkan peningkatan kemampuan manajemen cairan dari para koresponden penelitian. Koresponden menunjukkan penurunan volume cairan (intradialytic weight gains/ IDWG hingga 24% selama mengikuti CBT hingga 6 minggu. Cognitive behavioral therapy (CBT) merupakan gabungan dari dua jenis psikoterapi yaitu terapi kognitif dan perilaku (Bush, 2005 dalam Setyaningsih, 2011). Tujuan dari terapi CBT (Stallard, 2002 dalam Setyaningsih, 2011) adalah
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
6
untuk meningkatkan kesadaran diri, memfasilitasi pemahaman diri yang lebih baik, dan untuk meningkatkan kontrol diri dengan mengembangkan ketrampilan kognitif dan perilaku yang tepat. CBT membantu untuk mengidentifikasi pikiranpikiran dan kepercayaan yang negatif, bias, dan kritik diri. Terapi perilaku mengarajrkan klien untuk meningkatkan harga diri dengan cara memahami hubungan antara berpikir, perasaan, dan perilaku. Kepatuhan terkait pembatasan cairan merupakan salah satu bentuk tanggung jawab, maka harus didukung oleh pemahaman yang memadai tentang penyakit gagal ginjal kronik dan perawatannya. Salah satu peran perawat dalam diperlukan untuk memberikan pemahaman terkait penyakit dan perawatannya. Perawat berperan dalam mengkaji kesulitan penderita gagal ginjal kronik terkait pembatasan cairan. Strategi yang dapat dikembangkan adalah membantu penderita gagal ginjal kronik untuk memilih cara yang dirasa nyaman dan efektif oleh penderita. Perawat dapat memotivasi penderita gagal ginjal kronik untuk memperoleh kemampuan untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan pribadi untuk dapat meningkatkan self efficacy. Peningkatan self efficacy berpengaruh pada self management terkait penyakit gagal ginjal kronik (Costantini, 2006 ). 1.2.RUMUSAN MASALAH Penyakit gagal ginjal kronik merupakan salah satu masalah kesehatan yang dihadapi oleh berbagai negara di dunia. Penyebab timbulnya penyakit gagal ginjal kronik antara lain diabetes mellitus, glomerulonefritis, pyelonephiritis, batu ginjal,penyakit pembuluh darah ginjal, dan hipertensi. Penelitian menemukan bahwa sebagian besar penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa mengalami depresi dan gangguan emosional yang mempengaruhi dengan kualitas hidup penderita (Fowler & Baas, 2006). Sebagian besar penderita gagal ginjal kronik menyatakan bahwa pembatasan cairan merupakan hal yang terberat selama menjalani hidup dengan hemodialisa.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
7
Penelitian terkait strategi yang dapat digunakan untuk dapat meningkatkan kepatuhan untuk melakukan pembatasan minum adalah penelitian yang dilakukan oleh Joshtone dan Halshaw. Penelitian ini menggunakan pendekatan cognitive behavioral therapy (CBT). Peran perawat diperlukan untuk memberikan pemahaman terkait penyakit dan perawatannya. Perawat berperan dalam mengkaji kesulitan penderita gagal ginjal kronik terkait pembatasan cairan. Strategi yang dapat dikembangkan adalah membantu penderita gagal ginjal kronik untuk memilih cara yang dirasa nyaman dan efektif oleh penderita. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan strategi pembatasan cairan pada penderita gagal ginjal kronik dengan menggunakan cognitive behavioral therapy.
1.3.TUJUAN PENULISAN 1.3.1. Tujuan Umum Menggambarkan asuhan keperawatan pasien dengan gagal ginjal kronik. 1.3.2. Tujuan Khusus 1.3.2.1.
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.
1.3.2.2.
Mengetahui penerapan cognitive behavioral therapy untuk pembatasan cairan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.
1.3.2.3.
Mengetahui analisa masalah perkotaan pada klien dengan gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.
1.3.2.4.
Mengetahui keefektifan cognitive behavioral therapy untuk pembatasan cairan pada klien dengan gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
8
1.4.MANFAAT PENULISAN 1.4.1. Lahan Praktek Memberikan informasi kepada perawat mengenai asuhan keperawatan dengan penyakit gagal ginjal kronik dan cognitive behavioral therapy yang dapat dilakukan untuk melakukan pembatasan cairan pada penderita gagal ginjal
kronik.
Diharapkan laporan ini
dapat
meningkatkan asuhan
keperawatan dengan penyakit gagal ginjal kronik khususnya. 1.4.2. Institusi Pendidikan Memberikan gambaran pada mahasiswa mengenai penerapan cognitive behavioral therapy yang dapat dilakukan untuk melakukan pembatasan cairan pada penderita gagal ginjal kronik. Diharapkan institusi pendidikan dapat mengajarkan dan melatih penerapan cognitive behavioral therapy pada mahasiswa. 1.4.3. Penulisan Karya Ilmiah selanjutnya Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan terkait pengembangan strategi intervensi keperawatan mengenai pembatasan cairan pada penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa pada khususnya.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
BAB 2 STUDI KEPUSTAKAAN 2.1 Gagal Ginjal Kronik 2.I.1 Definisi Gagal ginjal kronik merupakan ganggguan fungsi ginjal yang bersifat progresif dan irreversible. Penurunan kemampuan ginjal dalam mempertahankan
keseimbangan
cairan
dan
elektrolit,
serta
mempertahankan metabolism. Keadaan tersebut dapat menyebabkan retensi urea dan sampah nitrogen lainnya di dalam darah (Smeltzer & Bare, 2005). Penyakit ginjal juga didefinisikan sebagai penurunan dari fungsi jaringan ginjal secara progresif yang mengakibatkan penurunan kemampuan dalam mempertahankan lingkungan internal tubuh (Black & Hawks, 2005). Penyakit gagal ginjal kronik menurut Kidney Disease Outcome Quality Initiative (KDOQI, 2002) adalah terjadinya kerusakan ginjal yang ditunjukkan dengan adanya penurunan laju filtrasi glomerulus kurang dari 60ml/menit/1,73m2, adanya proteinuria, dan pemeriksaan darah dan diagnostik lain yang abnormal dalam waktu 3 bulan. 2.I.2 Etiologi dan Faktor Risiko Penyebab penyakit gagal ginjal kronik yang paling banyak antara lain glomerulonefritis kronik (24%), nefropati diabetik (25%), nefrosklerosis hipertensif (9%), penyakit ginjal polikistik (8%), pielonefritis kronis dan nefritis intersisial lain (8%) (Brenner & Lazarus dalam Price & Wilson, 2006). Penyebab gagal ginjal kronik yang paling sering dapat dibagin menjadi menjadi 8 kelas yaitu penyakit infeksi tubulointersisial, penyakit peradangan, penyakit vaskular hipertensif, penyakit jaringan ikat, ganggunan kongenital dan herediter, penyakit metabolik, nefropati
9 Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
10
toksik, dan nefropati obstruktif (Hidayati, 2012). Terdapat 8 kelas tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini Tabel 2.1. : Klasifikasi penyebab gagal ginjal kronik
No
Klasifikasi
Penyakit
1.
Penyakit tubulointersisial
Infeksi pielonefritis atau refluks nefropati
2.
Penyakit peradangan
Glomerulonefritis
3.
Penyakit vaskular hipertensif
Nefrosklerosis
benigna,
nefrosklerosis
maligna, stenosis arteri renalis 4.
Gangguan jaringan ikat
Lupus erimatosus sistemik, poliartritis nodosa, sklerosis sistemik progresif
5.
6.
Gangguan
kongenital
dan Penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus
herediter
ginjal
Penyakit metabolik
Diabetes
mellitus,
gout,
hiperparatiroidisme, amiloidosis 7.
Nefropati toksik
Penyalahgunaan
analgesik,
nefropati
timah 8.
Nefropati obstruktif
Traktus
urinarius
neoplasma,
bagian
fibrosis,
atas:
batu,
retoperitoneal.
Traktus urinarius bagian bawah: hipertrofi prostat, striktur uretra, anomaly kongenita leher vesika urinaria dan uretra.
2.I.3 Patofisiologi Dua adaptasi penting yang dilakukan ginjal sebagai respon kompensasi terhadap penurunan nefron secara progresif diantaranya hipertrofi dan peningkatan kecepatan filtrasi, dan peningkatan tekanan hidrostatik kapiler glomerulus. Sisa nefron yang ada mengalami
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
11
hipertrofi dalam usahanya mempertahankan fungsi ginjal secara optimal. Hiperfusi glomerulus menyebabkan peningkatan kecepatan filtrasi, beban solute dan reabropsi tubulus dalam setiap nefron. Proses kompensasi ini dapat tidak dapat dipertahankan apabila kerusakan ginjal mencapai di atas 75% dari jumlah nefron (Black &Hawk, 2005). Gagal ginjal kronis berkaitan dengan penurunan progresif laju filtasi glomerulus yang dibagi berdasarkan tahapan antara lain (Black & Hawk, 2005) adalah penurunan cadangan ginjal, insufiensi ginjal, gagal ginjal, dan penyakit gagal ginjal stadium akhir. Tahap penurunan cadangan ginjal terjadi penurunan
laju filtasi
glomerulus mencapai 50% dari keadaan normal. Nefron yang normal mengkompensasi nefron yang rusak. Selama tahap ini kreatinin serum dan BUN dalam nilai normal dan bersifat belum ada manifestasi klinis yang dirasakan penderita (asimtomatik). Pemerikasaan ginjal yang dapat dilakukan untuk mengetahui penurunan cadangan ginjal adalah dengan member beban pemekatan kerja yang berat pada ginjal seperti tes pemekatan urin yang lama atau mengadakan tes GFR yang teliti. Laju filtrasi turun hingga mencapai 20-35% dari normal pada tahap insufiensi ginjal. Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan karena beban kerja yang berat. Penurunan kemampuan ginjal ini mulai menyebabkan timbulnya akumulasi sampah sisa metabolik yang menyebabkan peningkatan blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin serum. Pada tahap ini terdapat gejala nokturia dan poliuria. Pada tahap gagal ginjal, nefron semakin banyak yang mati dan laju filtrasi glomerulus sekitar 20%. Penyakit gagal ginjal stadium akhir terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus kurang dari 5%. Hasil pemeriksaan diagnostik menemukan jaringan parut dan atrofi pada tubulus ginjal. Ginjal tidak dapat lagi
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
12
mempertahankan fungsi sehingga penumpukan sesa metabolik di dalam darah menjadi bertambah. Penurunan kemampuan ginjal memerlukan tindakan hemodialisa atau transplantasi ginjal. Tabel 2.2: Tahap-tahap dari gagal ginjal kronik Tahap
Gambaran
GFR Ml/min/1.73m2
1.
Kerusakan sedikit dengan peningkatan laju 90 filtrasi
2.
Penurunan fungsi ginjal kategori mild
3.
Kerusakan
gungsi
ginjal
60-89
kategori 30-59
moderate 4.
Kerusakan fungsi ginjal kategori severe
15-29
5.
Gagal ginjal yang membutuhkab dialysis < 15 atau transplantasi
2.1.4. Manifestasi Klinis Sindrom uremik merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh penumpukan sampah metabolik berupa urea dan nitrogen. Sindrom uremik ini muncul pada gagal ginjal tahap akhir dimana terjadi laju filtrasi glomerulus hanya mencapai 5-10% (Price & Wilson, 2006). Dua kelompok gejala klinis pada sindrom uremikum yaitu kegagalan fungsi ekskretori dan non eksretori (Black & Hawk, 2005). Kegagalan fungsi ekskretori antara lain peningkatan reabropsi sodium, penurunan eksresi sisa metabolik, penurunan eksresi kalium, penurunan eksresi phospat, dan penurunan eksresi H+. Kegagalan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
13
fungsi non eksretori antara lain gangguan reproduksi, gangguan imun, penurunan produksi eritropoetin, dan penurunan absopsi kalisum. Tabel 2.2: Manifestasi klinis sindrom uremikum pada gagal ginjal kronik (Black & Hawk, 2005) Sistem Tubuh
Manifestasi Klinis
Biokimia
Asidosis metabolik, azotemia, retensi Na, hipermagnesia, hiperuresemia.
Saluran Cerna
Anoreksia, mual, muntah, nafas bau ammonia, mulut kering, stomatitis
Perkemihan
Poliuria berlanjut menuju oliguria lalu anuria, proteunuria
Metabolisme
Sintesis
abnormal
hiperglikemia,
peningkatan
kadar
trigliserida Muskuloskeletal
Osteomalaisa, osteoporosis, osteoskeloris, kram otot, nyeri otot.
Kardiovaskulaer
Hipertensi, retinopati, disritmia, gagal jantung kongestif. 5065% kematian yag terjadi akibat komplikasi kardiovaskuler
Pernafasan
Dispnea, pneumonitis, edema paru, pleuritis
Kulit
Pruritus, kulit kering
Hematologi
Anemia, resiko perdarahan, resiko infeksi, hemolisis
Neurologi
Peripheral neuropati, lemah otot, mudah lupa, sulit berkonsentasi, gangguan fungsi kognitif, koma.
Reproduksi
Infertilitas, amenorrhea, menstruasi tidak teratur.
2.1.5 Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik Penatalaksanaan penyakit gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu tindakan konservatif dan dialysis (Black & Hawk, 2005 dalam Hidayati, 2012)
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
14
2.1.5. 1 Tindakan Konservatif Tujuan progress
dari
tindakan
dari penyakit
gagal
konservatif ginjal
memperlambat
kronik. Tindakan
konservatif yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan kontrol tekanan darah dan pembatasan diet dan cairan. Lima tujuan dari manajemen kesehatan antara lain mempertahankan fungsi ginjal dan menunda waktu dialisa, meringankan manifestasi dari ekstrarenal, meningkatkan nilai biokimia tubuh, dan membantu untuk mencapai kualitas hidup yang optimal bagi penderita gagal ginjal kronik (Black & Hawk, 2005). 2.1.5.1.1. Upaya mempertahankan fungsi ginjal Upaya untuk mempertahankan fungsi ginjal dan menunda waktu dialysis dapat dilakukan dengan melakukan pengaturan tekanan darah, pengaturan diet protein dan cairan. Pembatasan protein pada penderita gagal ginjal kronik bertujuan untuk mengurangi kadar BUN, asupan kalium dan fosfat, dan mengurangi produksi ion hydrogen yang berasal dari protein. Hasil penelitian yang dilakukan Zeller dan Jacobus tahun 1989 (dalam Suharyanto, 2002) menemukan
bahwa
pembatasan
protein
dapat
memperlambat terjadinya gagal ginjal. Pembatasan makanan tinggi protein sekitar 0,75g/kg BB/hari pada pasien gagal ginjal kronik tahap 4 dan 5 yang tidak menjalani dialysis dan 1,2g/kg bb/hari pada penderita yang menjalani dialysis (Wrihgt & Jones, 2010). Protein yang direkomendasikan untuk dikonsumsi berasal dari
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
15
protein nabati yang mengandung asam amino esensial dan lebih sedikit hasil sampah nitrogen (Black & Hawks, 2005). Diet rendah kalium yang dianjurkan adalah sekitar 4080 mEg/hari. Konsumsi buah-buahan yang mengandung kalium tinggi seperti pisang dikurangi. Diet rendah natrium yang dianjurkan 40-90 mEq/hari (1 - 2 gram natrium). Asupan natrium yang berlebihan dapat menyebabkan retensi cairan, edema perifer, edema paru, hipertensi, dan gagal jantung kongestif. Pengaturan cairan pada penderita gagal ginjal kronik harus dipantau ketat. Parameter yang tepat untuk diikuti selain data asupan dan pengeluaran cairan adalah pemantaun berat badan harian. Aturan yang dipakai untuk menentukan jumlah asupan cairan adalah jumlah urin yang dikeluarkan selama 24 jam ditambahkan IWL (5-10/kg bb). Pembatasan cairan merupakan salah satu tantangan terberat bagi penderita gagal ginjal kronik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fowler & Baas (2006) menemukan salah satu penyebab depresi dari penderita gagal ginjal kronik adalah adanya restriksi atau pembatasan cairan. Berdasarkan studi literatur yang dilakukan oleh JohnStone & Halshaw ( 2003) menemukan 10 - 42% dari penderita penyakit gagal ginjal kronik dikategorikan tidak patuh terhadap pembatasan cairan. Sebagian besar penderita gagal ginjal kronik menyatakan bahwa pembatasan cairan merupakan hal yang terberat selama menjalani hidup dengan hemodialisa (Tovazzi & Mazzoni, 2012).
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
16
Pembatasan cairan merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengurangi kelebihan volume cairan akibat penurunan fungsi ginjal. Jumlah cairan yang diminum penderita gagal ginjal kronik harus mendapatkan pengawasan yang ketat. Dampak dari ketidakpatuhan dalam melakukan pembatasan cairan pada penderita yang menjalani hemodialisa mengakibatkan kenaikan interdialytic weight gain. Nilai interdialytic weight gain yang dapat ditoleransi sekitar 2-3 pon atau sekitar 0,9 – 1,3 kg (Black & Hawks, 2005) Penelitian terkait kepatuhan penderita gagal ginjal kronik terhadap pembatasan cairan telah banyak diteliti. Penelitian Kugler, et all (2005) menjelaskan pembatasan cairan merupakan suatu hal yang sangat sulit bagi pasien yang menjalani hemodialisa. Penelitian ini menggunakan instrument DDFQ (Dialysis Diet and Fluid Nonadhhernce Questionnaire) menunjukkan sebanyak 76,4% (n=916) pasien mengalami kesulitan dalam pembatasan cairan. Tovazzi dan Mazzoni (2012) menyimpulkan bahwa kepatuhan terhadap pembatasan cairan berkaitan dengan motivasi individu, kontrol emosi, pengalaman pribadi, waktu, dan motivasi dari orang lain. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa penderita gagal ginjal kronik yang menjadi koresponden dalam penelitian ini setuju bahwa setiap orang harus menemukan cara sendiri untuk patuh kepada untuk melakukan pembatasan cairan. Informasi dari tenaga kesehatan bermanfaat untuk memperkuat pemahaman dan meningkatkan kontrol diri.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
17
2.5.1.2. Meringankan Komplikasi Ekstrarenal Meringankan komplikasi ekstrarenal bertujuan untuk mengobati komplikasi yang disebabkan oleh penyakit gagal ginjal kronik. Komplikasi yang dimaksud antara lain hipertensi, hiperkalemia, anemia, asidosis, hiperfosfat, dan hiperurisemia (Black & Hawk, 2005). Hipertensi dapat dikontrol dengan pembatasan natrium dan cairan. Pemberian obat antihipertensi antara lain metildopa, propanolol, klonidin, captopril. Apabila penderita gagal ginjal kronik sedang menjalani
terapi
antihipertensi
hemodialisa,
dihentikan
pemberian
karena
dapat
obat-obatan
mengakibatkan
hipotensi atau syok hipovolemik. Komplikasi gagal ginjal hiperkalemia dan anemia. Hiperkalemia merupakan salah satu komplikasi gagal ginjal kronik karena dapat menyebabkan disaritmia atau aritmia. Hiperkalemia dapat diobati dengan pemberian glukosa dan insulim intavena, atau pemberian kalsium glukonas 10%. Anemia pada gagal ginjal kronik dapat diatasi dengan pemberian rekombinan eritropoetin, pemberian vitamin B12, asam folat, dan transfusi darah. Komplikasi gagal ginjal kronik asidosis metabolik dan hiperurisemia. Asidosis metabolik yang terjadi pada ginjal merupakan salah satu dampak penurunan kemampuan ginjal untuk meskresikan H+ yang menyebabkan retensi H+ . Pemberian natrium bikarbonat (bicnat) dapat mengatasi keadaan asidosis metabolik. Pengobatan hiperurisemia yang dapat digunakan antara lain alopurinol.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
18
2.1.5.1.3 Peningkatan Nilai Biokimia Tubuh Peningkatan nilai biokimia tubuh dapat dilakukan dengan menjalani dialysis, pengobatan, dan diet. Pengobatan gagal ginjal stadium akhir adalah dialysis dan transplantasi ginjal. Dialisis dapat digunakan untuk mengontrol uremia dan persiapan fisik sebelum penderita gagal ginjal menjalani transplantasi ginjal. 4 tujuan dasar dari terapi dialysis antara lain untuk membuang sampah hasil metabolisme seperti urea dan kreatinin, mempertahankan keseimbangan elektrolit serum, mengkoreksi asidosis dalam darah, dan membuang kelebihan cairan dalam tubuh. Prinsip kerja terapi dialysis adalah ultrafiltrasi dan difusi. Ultrafiltrasi mengacu pada perpindahan cairan dalam pembuluh darah menggunakan prinsip tekanan onkotik dan tekanan hidrostatik. Difusi merupakan perpindahan partikel atau ion dari area yang memiliki konsentrai tinggi ke konsentari lebih rendah. Terapi dialysis dibedakan menjadi dua yaitu peritoneal dialysis dan hemodialis. Hemodialis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut atau memerlukan terapi dialysis jangka pendek atau pasien yang mengalami gagal ginjal kronik tahap akhir yang memerlukan terapi jangka panjang atau bersifat permanen (Black & Hawk, 2005). Hemodialisa bertujuan sama dengan terapi dialysis pada umumnya. Cara kerja hemodialisis dengan prinsip ultrafiltrasi, osmosis, dan difusi. Toksin dan sampah metabolik dikeluarkan melalui proses difusi. Kelebihan volume cairan dikeluarkan melalui proses osmosis.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
19
Komplikasi hemodialisa antara lain bersifat akut dan kronis. Komplikasi akut hemodialisis antara lain hipotensi, mual, nyeri kepala, kejang, hingga koma. Hipotensi dapat disebabkan pergerakan darah ke luar sirkulasi menuju sirkuit dialysis.
Dialisis
awal
yang
terlalu
agresif
dapat
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan dialysis karena perubahan osmotik di otak pada saat kadar ureum plasma berkurang. Nyeri kepalaa selama dialysis dapat disebabkan oleh efek vasodilator asetat. Rasa gatal selama atau sesudah hemodialisa dapat disebabkan efek eksaserbasi pelepasan histamine akibat reaksi alergi yang bersifat ringan terhadap membaran dialysis.Kram otot yang terjadi selama dialysis dapat disebabkan pergerakan elektrolit yang melewati otot (Hidayati, 2012). Komplikasi kronis yang paling sering muncul adalah masalah akses untuk hemodialisa. Masalah akses seperti thrombosis fistula, pembentukan aneurisma, dan infeksi, terutama dengan graft sintetik atau akses vena sentral sementara. Infeksi sistemik dapat timbul pada lokasi akses atau didapat dari sirkuit dialysis. Transisi infeksi dapat ditularkan melalui darah seperti virus hepatitis dan HIV/AIDS( Black & Hawk, 2005). Interdialytic weight gain (IDWG) merupakan salah satu hal penting yang perlu diperhatikan pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa. IDWG merupakan
peningkatan
volume
cairan
yang
dimanifestasikan dengan peningkatan berat badan sebagai indikator untuk mengetahui jumlah cairan yang masuk selama periode interdialitik dan kepatuhan pasiem terhadap
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
20
pengaturan cairan pada pasien yang mendapatkan terapi hemodialisa. Peningkatan IDWG melebihi 5% dari berat badan kering dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti hipertensi, hipotensi intradialis, gagal jantung kiri, asites, efusi
pleura,
gagal
jantung
kongestif,
dan
dapat
menyebabkan kematian (Black & Hawks, 2005). Prevalensi kenaikan IDWG di beberapa negara mengalami peningkatan sekitar 9,7%- 49,5% di Amerika Serikat dan 9,8% - 70% di Eropa (Kugler, et all, 2005). United State Renal Data System (USRDS, 2012) melaporkan peningkatan angka kematian pada penderita gagal ginjal kronik yang disebabkan peningkatan IDWG yang melebihi 4.8% dari total berat badan. Nilai interdialytic weight gain yang dapat ditoleransi sekitar 2-3 pon atau sekitar 0,9 – 1,3 kg (Black & Hawks, 2005). Asupan cairan membutuhkan regulasi yang hati-hati pada penderita gagal ginjal. Pengukuran berat badan harian merupakan salah satu parameter yang penting untuk dipantau selain catatan intake dan output cairan. Aturan yang dipakai untuk menentukan jumlah asupan cairan adalah jumlah urin yang dikeluarkan selama 24 jam ditambahkan IWL (5-10/kg bb). `2.1.5.1.4. Upaya Meningkatkan Kualitas Hidup Pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa mengakibatkan terjadinya insomnia, kecemasan, keputusasaan, ketidakberdayaan, penurunan motivasi hidup, gangguan citra tubuh, dan mengalami harga diri rendah situasional (Black &
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
21
Hawk, 2005). Penelitian yang dilakukan Rocco, dkk (1997 dalam Black & Hawk, 2005) menemukan bahwa penderita gagal ginjal kronik yang mengalami hemodialisa mengalami penurunan kualitas hidup dan mengalami distress psikologi. Penderita gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisa
memiliki kemungkinan perubahan gaya hidup seperti penurunan status keuangan, pembatasan makanan dan cairan, perubahan peran dan tanggung jawab dalam keluarga, dan penurunan kemampuan dalam mencapai tujuan jangka panjang (Fowler & Baas, 2006). Penelitian lain menemukan bahwa sebagian besar penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa mengalami depresi dan gangguan emosional yang mempengaruhi dengan kualitas hidup penderita (Fowler & Baas , 2006). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Molzhan,dkk 1996 dalam Black & Hawk, 2005 menekankan bahwa pandangan dan harapan yang positif, dukungan sosial, dan pandangan subjektif terkait status kesehatan berkaitan dengan kualitas hidup. Manajemen diri (self management ) yang optimal juga berpengaruh pada kualitas hidup pada penderita gagal ginjal kronik. Manajemen diri merupakan usaha positif yang dilakukan seseorang
untuk mengatur dan menjaga dan berpartisipasi
terhadap pengobatan dan perawatan terkait penyakit, mencegah komplikasi, mengontrol tanda gejala, dan mengurangi hal yang dapat membahayakan hidupnya. Perawat dapat berperan dengan mendukung manajemen diri penderita gagal ginjal kronik dengan pemberian edukasi, menyusun program pelatihan bersama, dan memberikan dukungan psikologis yang bersifat motivasi.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
22
2.2 Cognitive Behavioral Therapy
2.2.1. Definisi Cognitive behavioral therapy Cognitive behavioral therapy merupakan terapi yang berfokus terhadap perubahan pikiran dan perilaku seseorang. Cognitive behavioral therapy menurut Oemarjoedi (2003) adalah terapi yang digunakan untuk memodifikasi pikiran, perasaan, dan perilaku dengan menekankan peran pikiran untuk menganalisa, memutuskan, bertanya, berbuat, dan memutuskan kembali sesuatu dengan melakakukan perubahan dari pikiran dan perasaan yang dapat membuat perubahan perilaku dari negatif menjadi positif. British Assocation for Behavioral and
Cognitive
Psychotherapies
(dalam
Setyaningsih,
2011)
menyebutkan bahwa cognitive behavioral therapy adalah terapi yang dapat membantu individu untuk melakukan perubahan cara berpikir dan perilaku yang bertujuan untuk membuat perasaan individu merasa lebih baik. 2.2.2. Tujuan cognitive behavioral therapy Tujuan dari cognitive behavioral therapy secara umum adalah merubah pikiran dan perilaku pasien secara bersamaan. O’Donohue dan Fisher (2012) menyebutkan bahwa cognitive behavioral therapy bertujuan untuk membantu pasien untuk mengatasi masalah, melakukan perubahan perilaku, lingkungan atau cara berpikir secara langsung, dan meningkatkan kemampuan koping. pasien. Stallard (2002, dalam Setyaningsih, 2011) menyebutkan tujuan keseluruhan dari cognitive behavioral therapy adalah meningkatkan kesadaran diri, memfasilitasi pemahaman diri yang lebih baik, dan meningkatkan kontrol diri dengan mengembangkan keterampilan kognitif dan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
23
perilaku yang tepat. Cognitive behavioral therapy membantu pasien untuk dapat mengidentifikasi pikiran- pikiran, kepercayaan yang negatif, dan kritik diri. Cognitive behavioral therapy umumnya digunakan pada pasien- pasien yang mengalami masalah kejiwaan sepert kecemasan, depresi, harga diri rendah, dan gangguan kejiwaan lainnya. Penyakit kronis dan gangguan kejiwaan memiliki hubungan yang erat. Dimana, penyakit fisik merupakan salah satu faktor dari munculnya gangguan kejiwaan. Penggunaan cognitive behavioral therapy dapat ditujukan pada
pasien
dengan
masalah
fisik
seperti
kesulitan
dalam
menyesuaikan diri terhadap suatu penyakit, kesulitan unuk mematuhi suatu terapi atau pengobatan, masalah- masalah yang berhubungan dengan perilaku terkait penyakit, dan gangguan jiwa komorbiditas (Halford & Brown, 2009). 2.2.3. Prinsip Pelaksanaan Cognitive behavioral therapy Prinsip yang penting dalam cognitive behavioral therapy adalah keyakinan bahwa pola pikir dan keyakinan mempengaruhi perilaku dan perubahan kognitif
yang pada akhirnya dapat
menghasilkan perubahan perilaku yang diinginkan (Dobson & Dazois, 2001 dalam Setyaningsih, 2011). Prinsip dasar dari cognitive behavioral therapy adalah pikiran, perasaan, gejala fisik, dan perilaku merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan. (Halford & Brown, 2009). Teori cognitive behavioral meyakini bahwa pola pemikiran manusia terbentuk melalui proses rangkaian stimulus- kognitif- respon yang saling berikatan dan membentuk suatu jaringan dalam pikiran manusia, dimana proses kognitif akan menjadi faktor penentu dalam menjelaskan bagaimana manusia berpikir, merasa, dan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
bertindak.
Universitas Indonesia
24
Oemarjoedi (2003) menyebutkan bahwa cara individu menilai dan mengintrepretasikan suatu kejadian akan mempengaruhi kondisi reaksi emosional yang pada akhirnya akan mempengaruhi tindakan yang akan dilakukan. Stuart dan Laraia (2005) menyatakan bahwa strategi cognitive behavioral therapy adalah menurunkan ansietas yang salah satunya dengan cara latihan relaksasi, restrukturisasi kognitif dengan cara melakukan monitor terhadap pikiran dan perilaku yang pada akhirnya belajar perilaku baru seperti belajar token economy, role play, dan social skills training. Proses cognitive behavioral modification mengunakan teknik self instructional yang merupakan proses merestrukturisasi sistem pikiran pasien. Pada tahap awal dari tahapan perubahan perilaku adalah mengenali diri sendiri terkait cara berpikir, merasa, dan bertindak, serta akibat dari tindakan yang dilakukan terhadap orang lain. Tahapan dari cognitive behavioral therapy adalah observasi diri melalui proses pengkajian, membuat dialog internal baru, dan belajar keterampilan (Setyaningsih, 2011). Pada tahap observasi diri, pasien diminta mendengar dialog internal dalam diri mereka dan mengenali karakteristik pernyataan negatif yang ada. Proses ini melibatkan kegiatan meningkatkan sensitivitas terhadap pikiran, perasaan, perbuatan, reaksi fisiologis, dan pola reaksi terhadap orang lain. Tahap dialog internal memfokuskan untuk melatih pasien untuk mengenali
perilaku
menyimpang,
mencari
kesempatan
untuk
mengembangakan alternatif tingkah laku adaptif dengan cara merubah dialog internal sehingga memunculkan dialog internal baru. Dengan adanya dialog internal yang baru diharapkan dapat menghasilkan tingkah laku baru yang akan memberikan dampak terhadap cara berpikir pasien.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
25
Tahap terakhir adalah belajar keterampilan baru. Pada tahap ini, pasien belajar mengatasi masalah dengan praktis dan dapat diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Pada pelaksanaan cognitive behavioral therapy juga penting untuk memperhatikan kesiapan diri pasien agar dapat melakukan intervensi, memotivasi dirinya sendiri untuk berubah, serta mampu menghadapi kemungkinan mengatasi adanya hambatan dan kondisi yang tidak diinginkan selama sesi pelatihan. 2.2.4. Penggunaan cognitive behavioral therapy dalam pembatasan cairan Pembatasan cairan merupakan salah satu tantangan terberat bagi penderita gagal ginjal kronik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fowler & Baas (2006) menemukan salah satu penyebab depresi dari penderita gagal ginjal kronik adalah adanya restriksi atau pembatasan cairan. Berdasarkan studi literatur yang dilakukan oleh JohnStone & Halshaw( 2003) menemukan 10 - 42% dari penderita penyakit gagal ginjal kronik dikategorikan tidak patuh terhadap pembatasan cairan. Sebagian besar penderita gagal ginjal kronik menyatakan bahwa pembatasan cairan merupakan hal yang terberat selama menjalani hidup dengan hemodialisa (Tovazzi & Mazzoni, 2012). Penelitian terkait strategi yang dapat digunakan untuk dapat meningkatkan kepatuhan untuk melakukan pembatasan minum adalah penelitian yang dilakukan oleh Joshtone dan Halshaw. Penelitian ini menggunakan pendekatan cognitive behavioral therapy (CBT). Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 31 peserta dengan sebagian besar responden (58%) berusia 41- 68 tahun yang menjalani waktu dialysis rata-rata 1 - 2 tahun. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan focus group discussion. Strategi cognitive behavioral
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
26
therapy yang digunakan adalah dengan mengenalkan terkait komplikasi dari kelebihan cairan, cara melakukan pembatasan cairan, masalah-masalah yang dihadapi selama melakukan pembatasan cairan. Keyakinan diri terkait program pembatasan cairan merupakan hal yang penting. Pada penelitian ini awal dan akhir pelatihan peserta diberikan pertanyaan mengenai kesanggupan untuk melakukan perubahan. Pada awal pelatihan, 80% mengatakan perlu melakukan perubahan perilaku untuk membatasi cairan dan hanya 20% yang mengatakan sanggup untuk melakukan perubahan yang diinginkan. Pertanyaan yang sama diajukan pada akhir sesi pelatihan 80% yang menyatakan kesanggupan untuk melakukan perubahan. Penelitian
ini
menunjukkan
peningkatan
kemampuan
manajemen cairan dari para koresponden penelitian. 65% responden menunjukkan penurunan IDWG antara 8-17% dalam waktu enam minggu setelah sesi pelatihan. Salah satu responden melaporkan penurunan volume cairan (intradialytic weight gains/ IDWG hingga 24% selama mengikuti CBT
selama 6 minggu setelah pelatihan.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kepatuhan terhadap pembatasan cairan berkaitan dengan motivasi individu, kontrol emosi, pengalaman pribadi, waktu, dan motivasi dari orang lain. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa penderita gagal ginjal kronik yang menjadi koresponden dalam penelitian ini setuju bahwa setiap orang harus menemukan cara sendiri untuk patuh kepada untuk melakukan pembatasan cairan Penelitian lain terkait penggunaan cognitive behavioral therapy sebagai strategi pembatasan cairan adalah Anson, et all (2009). Penelitian ini menggunakan metode case report dimana menggunakan seorang responden dalam melakukan eksperimen. Strategi yang
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
27
digunakan
meliputi
peningkatan
usaha,
mengubah
kebiasaan,
menurunkan motivasi, meningkatkan kesadaran, upaya menghadapi situasi yang menantang, beristirahat di waktu yang padat, dukungan sosial, mengontrol pikiran, dan pemberian reinforcement pada diri sendiri. Hasil penelitian ini menunjukkan penurunan jumlah konsumsi cairan responden. Pada awal sesi jumlah cairan yang biasa dikonsumsi 1,7-2,5 liter/ hari dan pada akhir sesi dibawah 1,4 liter/hari (sesuai saran dari dokter yang merawat responden). Responden juga menunjukkan motivasi dan komitmen dalam melakukan pembatasan cairan. Sharp, et all (2004) juga tertarik melakukan penelitian terkait pendekatan cognitive behavioral therapy untuk pembatasan cairan. Penelitian ini melibatkan 56 responden. Peneliti mengkaji mulai dari sebelum memulai terapi, setelah melakukan terapi, dan tahap follow up. Cognitive behavioral therapy dilakukan selama 4 minggu. Hasil dari penelitian ini menunjukkan tidak ada perubahan interdialytic weight gain pada analisa tahap awal. Namun, dari hasil analisis longitudinal menunjukkan efek yang signifikan dari interdialytic weight gain antara tahap awal hingga tahap follow up. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kepatuhan responden terhadap terapi yang diberikan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah cognitive behavioral therapy terbukti efektif dan mungkin untuk diterapkan dalam upaya meningkatkan pembatasan cairan pada pasien yang menjalani hemodialisa.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
BAB 3 ANALISIS KASUS KELOLAAN UTAMA
3.1.
Pengkajian Keperawatan Informasi Umum Nama
: Tn. K.N(57 thn)
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Kristen Protestan
Tanggal masuk Sumber Informasi
: 15 Mei 2013 : Klien, status, keluarga
Alasan Masuk Klien mengeluh mual, dan muntah serta penurunan nafsu makan. Klien sempat dirawat di RSUD Bekasi selama 2 minggu dengan keluhan yang sama. Klien didiagnosa mengalami batu ginjal bilateral dan sudah mengalami operasi pemecahan batu ginjal 5 bulan yang lalu. Klien juga memiliki riwayat melena. Keluhan Utama Klien mengeluh mual dan muntah,dan merasa lemas. Klien juga mengeluhkan bengkak pada kaki. Aktivitas/Istirahat a. Gejala (Subjektif) Pekerjaan: bekerja sebagai buruh bangunan. Aktivitas/hobi:klien mengatakan menghabiskan waktu luang dengan menonton televisi. Perasaan bosan/tidak puas: menurut keluarga, klien merasa bosan jika hanya berdiam diri di rumah. Keterbatasan karena kondisi:
28
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
29
semenjak sakit klien merasa tidak mampu melakukan aktivitas seperti biasa dan berhenti bekerja. Lama tidur: tidur siang- , tidur malam 6-7 jam. Kebiasaan tidur: saat tidak bekerja, klien biasanya suka menonton televisi sebelum tidur hingga menjelang pagi baru dapat tidur. Klien mengatakan bangun pagi sekitar jam 8-9 pagi.. Insomnia: tidak ada. Rasa segar saat bangun (+). Saat ini klien mengatakan susah untuk memulai tidur dan mengantuk pada pagi hari. b. Tanda (Objektif) Respon terhadap aktivitas:normal. Status mental: compos mentis. Massa/tonus otot: baik. Postur: normal. Tremor (-). Rentang gerak: rentang gerak normal. Deformitas (-). Kekuatan otot: 5555
5555
5555
5555
Sirkulasi a. Gejala (Subjektif) Riwayat penyakit: Hipertensi (-), masalah jantung (-), demam rematik (-). Edema pada mata kaki/kaki (+). Flebitis (-). Penyembuhan lambat (-). Kesemutan/kebas pada ekstremitas (-). Batuk (+). Perubahan dalam jumlah urin (+). b. Tanda (Objektif) Tekanan darah berbaring: 130/80 mmHg. Tekanan nadi: 80 x/menit. Nadi (palpasi): karotis (+), temporal (+), jugularis (+), radialis (+), femoralis (+), popliteal (+), postibial (+), dorsalis pedis (+). Jantung (palpasi): getaran teraba, dorongan (+). Bunyi jantung: S1 (+), S2 (+), murmur (-), gallop (-). Bunyi napas:
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
30
vesikuler (+), wheezing (+), ronchi (-). Distensi vena jugularis (-), JVP 5+1 cm. Ekstremitas: suhu 36,20 C, warna pink (tidak pucat), pengisian kapiler < 2 detik, tanda homan’s sign (-), varises (-), abnormalitas kuku (-), penyebaran/kualitas rambut baik. Warna: membran mukosa pucat, punggung kuku pink, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, diaforesis (-) Integritas Ego a. Gejala (Subjektif) Faktor stres: klien merasa stress karena tidak bekerja dan stressor jangka pendek adalah anak perempuan yang akan segera menikah sedangkan klien masih berada di rumah sakit. Cara menangani stress: berdoa dan berserah pada Tuhan. Masalah-masalah finansial: klien bersama istri hidup dari pekerjaan klien dan menjadi masalah saat klien tidak dapat bekerja karena sakit. Faktor-faktor budaya: klien dan keluarga kental dengan budaya batak. Agama: Kristen Protestan. Kegiatan keagamaan: walaupun sakit, klien masih melakukan aktivitas keagamaan terutama mengikuti kebaktian dan acara agama rutin. Gaya hidup: klien sehari–hari sering beraktivitas pada kegiatan keagamaan di lingkungan rumahnya dan bekerja sebagai buruh bangunan. Perubahan terakhir: biasanya klien selalu melakukan aktivitas secara mandiri tetapi semenjak sakit klien hanya melakukan aktivitas
dengan
ketidakberdayaan/keputusasaan:
dibantu. klien
merasa
Perasaan lemah
untuk
melakukan aktivitas yang dahulu sering dilakukannya.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
31
b. Tanda (Objektif) Status emosional: tenang. Respon fisiologis yang terobservasi: tekanan darah dalam batas normal, pernapasan diatas batas normal. Eliminasi a. Gejala (Subjektif) Pola BAB: biasanya 1 hari sekali Penggunaan laksatif (+). Karakter feses: warna coklat kehijauan, agak cair, bau tidak menyengat. BAB terakhir: 11 Mei 2013. Riwayat perdarahan (+). Hemoroid (-). Konstipasi (+). Diare (-). Pola BAK: 3-4 x sehari. Rasa sakit/terbakar saat BAK (-). Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih (+). Penggunaan diuretik (-). b. Tanda (Objektif) Abdomen: nyeri tekan (-), agak keras, massa (+), bising usus 5x/menit. Hemoroid (-). Makanan/Cairan a. Gejala (Subjektif) Diet (tipe): makanan lunak. Diet makanan saat ini makanan yang dikonsumsi makanan cair. Jumlah kalori 1700 kkal. . Jumlah makanan/hari: 3x/hari. Pola diet sebelumnya: sebelum sakit, klien mau memakan apa saja tanpa ada kecenderungan tidak menyukai salah satu jenis makanan. Kehilangan selera makan (+). Mual/muntah
(+).
Alergi/intoleransi
Nyeri makanan
ulu
hati/saluran (-).
cerna
(-).
Masalah-masalah
mengunyah/menelan (-). Berat badan: ± 50 Kg. Perubahan berat badan (+) tetapi tidak diketahui jumlahnya karena klien/keluarga tidak mengetahui BB sebelum sakit. Penggunaan diuretik (-).
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
32
b. Tanda (Objektif) Berat badan: ± 50 Kg. Tinggi badan: 155 cm. Turgor kulit: elastis. Membran mukosa: lembab. Edema: edema umum (-), edema dependen (+), edema periorbital (-), asites (-). Pembesaran tiroid (). Hernia/massa: (-). Kondisi gigi/gusi: agak kotor. Penampilan lidah: lembab. Bising usus: 5 x/menit. Urin: warna agak kekuningan, jumlah 500 cc Higiene a. Gejala (Subjektif) Aktivitas sehari-hari: mandiri selama dirumah, tergantung oleh bantuan keluarga/perawat (selama dirawat). Mobilitas: terbatas di tempat tidur. Makan: dibantu oleh keluarga/perawat. Higiene: dibantu
oleh
keluarga/perawat.
Berpakaian:
dibantu
oleh
keluarga/perawat. Toileting: dibantu oleh keluarga/perawat. b. Tanda (Objektif) Penampilan umum: baik. Cara berpakaian: klien menggunakan pakaiannya sendiri dan menggunakan sarung. Bau badan (-). Kondisi kulit kepala: bersih, tidak berminyak, kutu (-) Neurosensori a. Gejala (Subjektif) Rasa
ingin
pingsan/pusing
(-).
Sakit
kepala
(-).
Kesemutan/kebas/kelemahan (-). Stroke (-). Kejang (-). Mata: penglihatan
baik.
Telinga:
pendengaran
sudah
berkurang.
Epistaksis (-).
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
33
b. Tanda (Objektif) Status mental: compos mentis. Orientasi waktu/tempat/orang: baik. Kesadaran: GCS E4M6V5. Mengantuk (-). Kooperatif (+). Halusinasi (-). Delusi (-). Memori: cukup baik. Kacamata (+). Kontak lensa (-). Alat bantu dengar (-). Ukuran/reaksi pupil: isokor, +/+. Gerakan menelan (+). Genggaman tangan: kuat. Paralisis (-). Nyeri/Ketidaknyamanan a. Gejala (Subjektif) Lokasi: punggung. Intensitas:2. Frekuensi: sering dan hilang timbul. Kulitas: panas Durasi: > 1 menit. Penjalaran: di sepanjang punggung. Faktor pencetus: muncul dengan sendirinya dan biasa bertambah ketika aktivitas yang berat. Cara menghilangkan ketidaknyamanan: dengan melakukan kompres air hangat serta mencari posisi yang nyaman. b. Tanda (Objektif) Mengerutkan muka (-). Menjaga area yang sakit (+). Penyempitan fokus (-) Pernapasan a. Gejala (Subjektif) Dispnea (-). Riwayat penyakit: bronkitis (-), asma (-), TB (-), emfisema (-), pneumonia (-), pemajanan terhadap udara berbahaya (-). Merokok: satu bungkus/hari, selama ± 30 tahun, berhenti ± 5 bulan yang lalu. Penggunaan alat bantu pernapasan:-
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
34
b. Tanda (Objektif) Pernapasan: frekuensi 20 x/menit, pengembangan paru simetris. Penggunaan otot-otot aksesoris (-). Nafas cuping hidung (-). Fremitus (+). Bunyi napas: vesikuler (+), wheezing (-). Sianosis (). Karakteristik sputum: tidak ada sputum. Fungsi mental/gelisah (). Keamanan a. Gejala (Subjektif) Alergi/sensitivitas (-). Perubahan sistem imun sebelumnya (-). Riwayat penyakit hubungan seksual (-). Perilaku risiko tinggi (-). Tranfusi
darah
(+).
Riwayat
cedera
kecelakaan
(-).
Fraktur/dislokasi (-). Artritis/sendi tidak stabil (+). Masalah punggung (-). Perubahan pada tahi lalat (-). Pembesaran nodus limfe (-). Kerusakan penglihatan/pendengaran: terjadi penurunan pada fungsi pendengaran pada telinga kanan. Alat ambulatori: saat ini klien melakukan mobilisasi dengan dibantu orang lain karena suka merasa pusing dan lemah. b. Tanda (Objektif) Suhu tubuh: 36,20 C. Diaforesis (-). Integritas kulit: (-). Tonus otot: baik. Cara berjalan:lemah dan pergerakan harus dibantu. Rentang gerak: baik tetapi harus dibantu untuk melakukan aktivitas. Parastesia/paralisis (-). Hasil kultur pemeriksaan sistem imun: Anti HIV penyaring non reaktif. Tranfusi (-).
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
35
Seksualitas a. Gejala (Subjektif) Aktif dalam melakukan hubungan seksual: (tidak terkaji). Penggunaan kondom (-). Masalah-masalah/kesulitan seksual: (tidak terkaji). Perubahan terakhir dalam frekuensi/minat: (tidak terkaji). Gangguan prostat (-). Sirkumsisi (-). Vasektomi (-). Melakukan pemeriksaan sendiri: (tidak terkaji). Pemeriksaan prostat terakhir: (tidak terkaji). b. Tanda (Objektif) Pemeriksaan penis/testis: penis normal, skrotum normal Interaksi Sosial a. Gejala (Subjektif) Status perkawinan: menikah. Lamanya pernikahan ± 30 tahun. Orang pendukung lain: istri, anak dan anggota keluarga lainnya. Peran dalam struktur keluarga: sebagai kepala keluarga, suami, ayah, dan kakek. Masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit: istri klien harus menjaga ayahnya di RS sedangkan anak perempuan kedua akan menikah. Klien dan istri mengatakan merasa tidak dapat membantu persiapan dan mungkin tidak akan menghadiri pernikahan karena klien masih dalam kondisi sakit. Perubahan bicara (-). Laringektomi (-). b. Tanda (Objektif) Bicara: jelas dan terarah. Penggunaan alat bantu bicara (-). Komunikasi dengan orang lain: verbal dan non verbal.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
36
Penyuluhan/Pembelajaran a. Gejala (Subjektif) Bahasa dominan/khusus: bahasa batak dan bahasa indonesia. Melek huruf (+). Tingkat pendidikan: SMP. Ketidakmampuan belajar: (-). Keterbatasan kognitif: (-). Keyakinan kesehatan yang dilakukan: klien percaya perlu menjaga makanan agar tetap sehat. Orientasi terhadap perawatan kesehatan: klien akan datang ke rumah sakit atau klinik apabila obat warung sudah tidak mempan . Faktor risiko keluarga: DM (-), hipertensi (+), TB (-), penyakit jantung (-), stroke (-), epilepsi (-), penyakit ginjal (-), kanker (-), penyakit jiwa (-). Penggunaan obat-obatan tanpa resep: (tidak terkaji). Alkohol (+) Klien mengatakan sesekali minum minuman berakholol. Perokok (+). Diagnosa medis saat masuk RS: ISK Komplikata, melena, dan CKD stage 5. Harapan pasien terhadap perawatan dirinya: klien ingin cepat sembuh dari penyakitnya. Pertimbangan rencana pulang Tanggal rencana pulang: belum ada. Dokter mengatakan rencana untuk
melakukan operasi pemecahan batu ginjal. Sumber-sumber
yang tersedia: jika pulang rencananya klien akan dijemput oleh keluarganya, pembiayaan bersumber dari jaminan JAMKESDA. Area yang mungkin membutuhkan bantuan ketika dirumah: ambulasi, pemenuhan ADL, pemberian obat. Gambaran fisik rumah: (tidak terkaji). Fasilitas kehidupan selain rumah (-).
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
37
Hasil Pemeriksaan Diagnostik a. Laboratorium Nilai Klien
Nilai Normal
Kimia klinik (22 Mei 2013) Ureum Darah
75 mg/dl
< 50
Protein total
6,3 g/dl
6,0-8,0 g/dl
Albumin
3,04 g/dl
3,4-4,8 d/dl
Globulin
3,26 g/dl
2,5- 3,0 g/dl
Albumin Globulin ratio
0,9
>1
SGPT
15 u/L
< 50
SGOT
14u/L
< 40
Fungsi Hati (22 Mei 2013)
Glukosa darah (22 Mei 191 mg/dl
< 140
2013) Masa Protrombin (PT) Pasien
13,2 detik
9,8-12,6
Kontrol
11,9 detik
INR
1,17
Magnesium Darah
2,56 mg/dl
Fosfat Inorganik
2,8 mg/dl
2,7- 4,5
Kadar Fibrinogen
490 mg/dl
136- 384
Natrium
140 mEq/L
132- 147
Kalium
3,01 mEq/L
3,3-5,4
Clorida
100,9 mEq/L
94 - 111
9,8 g/dl
13 - 17
Elektrolit
Darah Lengkap Perifer Hemoglobin
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
38
Nilai Klien
Nilai Normal
Hematokrit
28,4 %
40 - 50
Eritrosit
3,73 106/Ul
4,5 - 5,5
MCV
76,1 fL
80 - 95
MCH
26,3 pg
27 - 31
MCHC
34,5 g/dL
32 - 36
Jumlah trombosit
362 103/uL
150 - 400
Leukosit
12,24 103/uL
5 - 10
Hitung jenis Basofil
0,2%
Eosionofil
0,2%
Neutrofil
92,7%
Limfosit
3,1%
Monosit
38%
Laju Endap Darah
120 mm
0 - 10
D dimer kuantitatif
100 ug/L
0-300
Kreatinin
5 mg/dl
0,9 – 1.3
Kalsium Ca ++ ion
1,37 mmol
Fungsi Hati Bilirubin total
0,46 mg/dl
<1
Bilirubin direk
0,13 mg/dl
<0,2
Bilirubin indirek
0,33 mg/dl
< 0,6
Asam Urat
3,1 mg/dl
<7
7,458
7,35 – 7,45
29,80 mmhg
35 - 45
PO
106,90
75 - 100
HCO3
21,30 mmol
21 - 25
Analisa Gas Darah pH pCO2 2
Imunoserologi (18 Mei 2013)
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
39
Nilai Klien Anti HIV Penyaring
Nilai Normal
Non Reaktif
Fe (S1)TIB Serum ion
96 ug/dl
59- 158
TIBC
97 ug/dl
228- 428
Saturasi Transferin
99%
15-45
196 mg/dl
<50
Kimia Klinik Ureum darah
Hasil laboratorium (25 Mei 2013) Kreatinin Darah
4,60 mg/dl
0,9 – 1,3
Kalsium Ion
1,18 mmol/L
1,01-1,31
APTT
Pasien : 37,4 detik
Kontrol:31,4 detik
Hemoglobin
9,3 g/dl
13 - 17
Hematokrit
27,6%
40 - 50
Eritrosit
3,53
4,5 - 5,5
MCV
78,2
80 - 95
MCH
26,3
27 - 31
MCHC
33,7
32 - 36
Jumlah trombosit
317 103/ul
Darah Perifer Lengkap
3
150 - 400
Jumlah leukosit
8,10 10 /ul
5 - 10
Laju endap darah
122
0-10
Gambaran darah tepi Eritrosit: Mikrokistik hipokrom, sel pensil +, fregmentosit +, Leukosit: kesan jumlah cukup, morfologi normal Trombosit: kesan jumlah cukup morfologi baik Kesimpulan: Anemia mikrokistik hipokrom kemungkinan defisiensi besi, hemoglobinopati belum dapat disingkirkan Fosfat inorganik
1,12 mg/dl
1,70- 2,55
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
40
Nilai Klien Ureum
64 mg/dl
Nilai Normal < 50
Hasil laboratorium (28 Mei 2013) APTT Pasien
66,5 detik
31-47
Kontrol
32,7 detik
Kalsium ion
1,43 mmol/L
1,01-1,31
Kreatinin darah
2,70 mg/dl
0,9 – 1,3
Hemoglobin
8,6 g/dl
13 - 17
Hematokrit
26,3 %
40 - 45
Eritrosit
3,31 106/Ul
4,5 – 5,5
MCV
79,5
80 - 95
MCH
26 pg
27 - 31
MCHC
32,7 g/dl
32 - 36
Laju endap darah
57 mm
0 - 10
Ferritin
2013 ng/ml
30-400
Fosfat inorganic
1,3 mg/dl
2,7-4,5
Magnesium
2,41 mg/dl
1,7- 2,55
Pasien
12,3 detik
9,8-12,6
Kontrol
11,7 detik
Darah perifer lengkap
Masa Protrombin (PT)
Fe (S1) TIBC Serum Iron
88 ug/dl
59-158
TIBC
125 ug/dl
228-428
Saturasi transferin
70%
15-45
Protein total
6 g/dl
6,4-8,7
Albumin
3,03 g/dl
3,4-4,8
Protein
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
41
Nilai Klien
Nilai Normal
Globulin
2,97 g/dl
1,8-3,9
Albumin Globulin ratio
1
>1
Ureum Darah
38 mg/dl
<50
Warna
Kuning
Kuning
Kejernihan
Keruh
Jernih
Leukosit
Banyak
/LPB
Eritrosit
15-18
/LPB
Silinder
Hyaline 0-1
Sel epitel
Epitel transisional 1-2
Krista
Negatif
Bakteria
Positif
Negatif
Berat jenis
1,005
1,005- 1,030
pH
7
4,5-8
Protein
+2
Negatif
Glukosa
Negatif
Negatif
Keton
Negatif
Negatif
Darah/Hb
+3
Negatif
Bilirubin
Negatif
Negatif
Urobilinogen
3,2 u/mol/L
3,2-16
Nitrit
Negatif
Negatif
Leukosit esterase
+3
Negatif
Urin Lengkap
Sedimen
LBP
b. Penunjang lain -
Pemeriksaan GaEsophago Gastro Duodenoscopy (Indikasi pemeriksaan: riwayat melena) Kesimpulan
:esofagitis grade B (LA classification), multiple ulcer di antrum, PanGastritis, Giant ulcer di bulbus duodeni.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
42
-
USG Ginjal Hasil: Ginjal kanan : Ukuran
:8,23 cm
bentuk :normal
:tepi
ireguler
Parenchymal :endodensitas Lain-lain
:meninggi
:tampak batu
beberapa buah batu,
pelviokalis melebar Ginjal kiri
: Ukuran
:7,64 cm
bentuk :normal
:tepi
ireguler
Parenchymal :endodensitas
:meninggi
SINUS
:Pelviokalises
:melebar
Lain-lain
:Tidak tampak batu
Vesika Urinaria Kesimpulan
:Dinding rata, tidak tampak batu :Sonogram gambaran
kedua
ginjal
penyakit
menunjukkan
ginjal
kronik,
hidronefrosis bilateral, batu multiple di ginjal kanan, buli-buli normal. -
Pemeriksaan Radiologi (7 Juni 2013) Hasil pemeriksaan:
Periperitoneal fat line baik, Psoas line simetris, Kontur kedua ginjal tertutup bayangan udara usus dan fecal material, tampak bayangan radiopak multiple di hemiabdomen kanan setinggiL 1-2 proyeksi ginjal kanan, distribusi udara usus mencapai pelvis minus, tulangtulang intak, terpasang dua buah DJ stent dengan unung proksimal di hemiabdomen
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
43
kanan setinggi L2 dan kiri setinggi L1, proyeksi ginjal kanan kiri dan ujung distal masingmasing di pelvis minos proyeksi buli.
Kesimpulan pemeriksaan: - nefrolithiasis kanan multiple - Tak tampak batu radiopak di proyeksi ginjal kiri - DJ stent bilateral dengan ujung-ujung proksimal di proyeksi ginjal bilateral dan ujung-ujung distal di proyeksi buli Terapi pengobatan antara lain menjalani Hemodialisa 2x seminggu. Terapi Obat Nama Obat Bicnat
Dosis 1000 g (3x1)
Rute PO
Keterangan Obat Indikasi: asidosis metabolic dan osteodistrofi renal Kontraindikasi: alkalosis metabolik dan respiratorik, hipokalsemia, pasien yang banyak mengalami kehilangan klorida akibat muntah dan pembersihan saluran cerna secara kontinyu pada pasien dengan resiko mengalami alkalosis hipokloremik yang diinduksi oleh diuretik. Efeksamping: peregangan lambung, flatulen, perdarahan serebral, edema, kejang tetanus,
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
44
Nama Obat
Dosis
Rute
Keterangan Obat hipernatremia, hiperosmolaritas, hipokalsemia, alkalosis metabolik. Interaksi obat: dengan obat lain yang dapat meningkatkan toksisitas kadar amfetamin, efedrin, pseudoeferin, kuinidin dan kuinin akibat alkalinasi urin, penggunaan bersama dengan zat besi dapat menurunbkan absorpsi zat besi. Mekanisme aksi: terjadi pemisahan sehingga dihasilkan bikarbonat yang dapat menetralkan kosentrasi ion hydrogen dan meningkatkan pH urin dan pH darah.
Asam folat
15 g (1x1)
PO
Indikasi: anemia megaboblastik yang disebabkan oleh defisiensi asam folat. Kontraindikasi: anemia
pengobatan
pernisiosa
megaloblastik
dan
lainnya
anemia dimana
vitamin B12 tidak cukup. Efeksamping: perubahan
umumnya
pola
terjadi
tidur,
sulit
berkonsentrasi, iritabilitas, aktivitas berlebih, depresi mental, anoreksia, mual,
distensi
abdominal,
dan
flatulensi.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
45
Nama Obat
Dosis
Rute
Keterangan Obat Mekanisme kerja: folat eksogen dibutuhkan
untuk
nucleoprotein
dan
sintesis
pemeliharaan
eritropoesis normal. Asam folat menstimulasi produksi sel darah merah, sel darah putih, dan platelet pada anemia megaloblastik. Caco3
Tab 3 x 1
PO
Indikasi: sebagai fosfat binder (pengikat fosfat). Kontraindikasi:
pasien
dengan
riwayat kalsium dalam ginjal yang diperhitungkan,
hiperkalsemia,
hipofostatemia, serta pasien yang diduga keracunan digoksin. Efeksamping: konstipasi, flatulen, hiperkalsemia,
dan
asidosis
metabolik. B12
Tab 3x
PO
Indikasi: Anemia pernisiosa yang tidak terkomplikasi atau malabsorbsi pada
intestinum
yang
menyebabkandefisiensi vitamin B12. Kontraindikasi:
Hipersensitivitas,
tidak boleh digunakan untuk anemia megaloblastik pada wanita hamil. Efeksamping:
Sianokobalamin
biasanya bisa ditoleransi dengan baik. Reaksi
alergi
setelah
pemakaian
jarang terjadi
Allopurinol
100
mg
(1x48 PO
Indikasi: Hiperurisemia primer :
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
46
Nama Obat
Dosis
Rute
jam)
Keterangan Obat gout
Hiperurisemia
sekunder
:
mencegah pengendapan asam urat dan
kalsium
oksalat.
Produksi
berlebihan asam urat antara lain pada keganasan, polisitemia vera, terapi sitostatik. Kontraindikasi: Penderita
yang
hipersensitif terhadap allopurinol Keadaan serangan akut gout Gejala
Efeksamping:
hipersensitifitas seperti ekspoliatif, demam, limfodenopati, arthralgia, eosinofilia. Reaksi kulit : pruritis, makulopapular
Gangguan
gastrointestinal, mual, diare Sakit kepala,
vertigo,
mengantuk,
gangguan mata dan rasa. Gangguan
darah
:
leukopenia,
trombositopenia, anemia hemolitik, anemia aplastik Levofloxacine
500 g(1x 48)
IV
Indikasi: Sinusitis maksilaris akut, bronkitis kronis dengan eksaserbasi bakteri akut, pneumonia, infeksi kulit
dan
struktur
kulit
tanpa
komplikasi, infeksi saluran kemih dengan komplikasi dan pielonefritis akut. Kontraindikasi:
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
47
Nama Obat
Dosis
Rute
Keterangan Obat Hipersensitif terhadap levofloxacin, epilepsi, riwayat gangguan tendon, anak-anak dan remaja, serta wanita hamil dan menyusui. Efeksamping: Reaksi hipersensitif kulit, diare, mual,
flatulensi,
nyeri
perut,
pusing,
dispepsia,
insomnia,
muntah,
anoreksia,
konstipasi,
edema, kelelahan, sakit kepala, banyak berkeringat, malaise. Kalitake
2 sachet(3x1)
PO
Indikasi: sebagai penurun kadar kalium darah (hiperkalemia) Kontraindikasi:
gagal
ginjal
bersamaan dengan hiperkalsemia. Efeksamping:
anoreksia
dan
gangguan saluran cerna Transamin
500 gr (3x 1)
IV
Indikasi: Transamin
adalah
obat
antifibrinolitik yang menghambat pemutusan benang fibrin. Asam traneksamat
digunakan
untuk
profilaksis
dan
pengobatan
pendarahan
yang
disebabkan
fibrinolisis yang berlebihan dan angiodema hereditas. Kontraindikasi: Pasien tromboembolik.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
48
Nama Obat
Dosis
Rute
Keterangan Obat Efeksamping: Sakit dada, vasospasmus, syok hemoragi, demam, sakit kepala, kedinginan,urtikaria,
alopesia,
dysesthesia pedis, purpura, ekzema, nekrosis
kutan,
erithemathosus,
plak
hiperkalemia,
hiperlipidemia,
mual,
muntah,
konstipasi, hemorage, ditemukan darah
pada
hemoragi
urin,
epistaksis,
adrenal,
hemoragi
retriperitonial, trombositopenia Omeprazole
40 (2x1)
IV
Indikasi:
Pengobatan
jangka
pendek tukak duodenal dan yang tidak responsif terhadap obat-obat antagonis reseptor H2, pengobatan jangka pendek tukak lambung, pengobatan refluks esofagitis erosif / ulceratif yang telah didiagnosa melalui endoskopi, dan pengobatan jangka
lama
pada
sindroma
Zollinger Ellison. Kontraindikasi: Penderita
hipersensitif
terhadap
omeprazole. Efeksamping: Omeprazole
umumnya
dapat
ditoleransi dengan baik. Pada dosis
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
49
Nama Obat
Dosis
Rute
Keterangan Obat besar dan penggunaan yang lama, kemungkinan dapat menstimulasi pertumbuhan
sel
ECL
(enterochromaffin-likecells).
Pada
penggunaan jangka panjang perlu diperhatikan adanya pertumbuhan bakteri yang berlebihan di saluran pencernaan. Lactulac
15 cc (3x1)
PO
Indikasi: konstipasi (susah buang air besar) kronis, ensefalopati porta sistemik, termasuk keadaan pra koma hepatik, dan koma hepatik Kontraindikasi:
galaktosemia,
sumbatan usus. Efeksamping: pada penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan rasa tidak enak pada perut dan lambung, diare, kejang perut, dan rasa haus. Sucraflat
15 c (4x1)
PO
Indikasi: Ulkus
lambung,
duodenum,
gastritis kronis. Kontraindikasi: tidak diketahui Efeksamping: Susah buang air besar dan mulut kering. Vitamin K
10 g (3x1)
IV
Indikasi:
hipoprotombinemia,
perdarahan berat, bayi baru lahir,
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
50
Nama Obat
Dosis
Rute
Keterangan Obat hepatitis dan serosis hati yang menyebabkan hipoprotombinemia Efek Samping: kemerahan pada muka, berkeringat, bronkospasme, sianosis, sakit pada dada, iritatif pada kulit dan saluran napas Farmakokinetik: absorpsi vitamin K melalui usus sangat tergantung dari
kelarutannya.
Absorpsi
finokuinon dan menakuinon hanya berlangsung
baik
jika
terdapat
garam-garam empedu, sedangkan menadion dan derivatnya yang larut air dapat diabsorpsi walaupun tidak ada
empedu.
Berbeda
dengan
finokuinon dan menakuinon yang harus melalui saluran limfe lebih dahulu, menadion dan derivatnya yang larut air dapat langsung masuk kedalam aliran darah. Vitamin K diabsorpsi dengan mudah setelah penyuntikan
IM.
Metabolisme
vitamin K didalam tubuh tidak banyak diketahui. Pada empedu dan urin hampir tidak ditemukan bentuk bebas, sebagian besar dikonjugasi dengan asam glukuronat. Teofusin
500/24 jam
IV
Indikasi:
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
untuk
memenuhi
Universitas Indonesia
51
Nama Obat
Dosis
Rute
Keterangan Obat kebutuhan
energi
pada
parenteral
total
dan
terutama
pada
nutrisi parsial,
gangguan
metabolisme. Kontraindikasi: Hiperglikemia, oliguria, intoleransi fruktosa atau sorbitol, hipkalemia. Efeksamping: Demam, infeksi setempat, flebitis atau thrombosis vena, ekstravasasi, dan hipervolemia.
3.2. No 1.
Analisa Data Data-data hasil pengkajian Data Subjektif: -
Klien mengatakan bengkak
Masalah keperawatan Kelebihan volume cairan
sejak 1 bulan yang lalu -
Klien mengatakan tidak mengalami sesak
-
Klien mengatakan jumlah urin sekitar 500 – 600 cc/24 jam
-
Klien mengatakan jumlah cairan yang diminum lebih banyak dibandingkan urin yang dikeluarkan.
Data Objektif:
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
52
No
Data-data hasil pengkajian - Pitting edema derajat 2 di
Masalah keperawatan
peritibial -
JVP: 5+ 1
-
Oliguria
-
Hematokrit (27%)
-
Hemoglobin (9 g/dl)
-
Albumin (3,03 g/dl)
-
Suara nafas:vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
2. Data Subjektif: -
Klien mengatakan mengalami mual dan susah
Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
untuk makan -
Klien mengatakan mengalami penurunan nafsu makan sejak 3 bulan yang lalu
-
Klien mengatakan merasa bertambah kurus walaupun ada bengkak di kaki
Data Objektif:
3.
-
IMT:20,8
-
BB: 50 kg, TB: 155
-
Membran mukosa pucat
-
Konjungtiva anemis
Data Subjektif: -
Klien mengatakan belum
Konstipasi
BAB sejak 4 hari yang lalu
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
53
No
Data-data hasil pengkajian - Klien mengatakan perut
Masalah keperawatan
terasa begah dan tidak nyaman -
Klien mengatakan perut merasa mulas tapi tidak dapat feses terasa susah dikeluarkan.
-
Klien mengatakan hanya diam di tempat tidur karena merasa suka pusing kalau berdiri dan merasa lemas.
-
Klien mengatakan merasa mual dan tidak nafsu makan.
Data Objektif:
4.
-
Bising usus 5x/menit
-
Distensi abdomen
Data Subjektif: -
Klien mengatakan merasa lemas saat bergerak
-
Hambatan Mobilitas Fisik
Klien mengatakan merasa pusing saat akan bangun dari tempat tidur
-
Klien mengatakan susah untuk makan dan merasa mual
-
Klien mengatakan ada masalah dengan sendi lutut kadang merasa nyeri
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
54
No
Data-data hasil pengkajian karena ada riwayat rematik
Masalah keperawatan
Data Objektif: -
Pitting edema derajat 1 peritibial
-
Konjungtiva anemis
-
Hemoglobin: 9 g/dl
-
Kekuatan otot:
5.
5555
5555
5555
5555
Data Subjektif: -
Klien mengatakan belum
Defisit Pengetahuan terkait perawatan gagal ginjal kronik
mengetahui terkait penyakit ginjal yang dideritanya -
Klien mengatakan hanya mengetahui bahwa mengalami penyakit batu ginjal
-
Klien dan keluarga mengatakan belum mengetahui terkait perawatan pada penyakit gagal ginjal
-
Klien dan keluarga mengatakan tidak mengetahui terkait cuci darah yang harus dijalani
Data Objektif: -
Klien didiagnosa medis
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
55
No
Data-data hasil pengkajian mengalami gagal ginjal
Masalah keperawatan
kronik stage 5 -
Fungsi kognitif: normal
-
Tingkat pendidikan: SMP
6. Data Subjektif: -
Klien mengatakan susah
Gangguan Pola Tidur
untuk memulai tidur malam -
Klien mengatakan baru bisa tidur menjelang subuh
-
Klien mengatakan memiliki kebiasaan menonton televisi sampai menjelang subuh baru tertidur
-
Klien mengeluh merasa lemas dan merasa mudah mengantuk
-
Klien mengatakan saat ini tidur pada pukul 04.0007.00 dan suka jatuh tertidur.
Data Objektif -
klien tampak sering tertidur
-
klien tampak lemas
7.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
56
No
Data-data hasil pengkajian Data Subjektif: -
klien mengatakan
Masalah keperawatan Risiko ketidakseimbangan elektrolit
mengalami bengkak di kaki -
klien mengatakan merasa mual dan ingin muntah
Data Objektif: -
Klien mengalami gagal ginjal kronik stage 5
-
Hasil pemeriksaan laboratorium: Kalium:3,01 mEq/L Natrium: 140 mEq/L Klorida: 100,9mEq/L HCO3: 21,30 mmol
3.3.
Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan sesuai prioritas masalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Risiko ketidakseimbangan elekrolit. Kelebihan volume cairan Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh Gangguan pola tidur Konstipasi Hambatan mobilitas fisik Defisit pengetahuan terkait perawatan pada gagal ginjal kronik
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
3.4 Intervensi Keperawatan No 1.
Diagnosa Kelebihan volume cairan
Tujuan/Kriteria Evaluasi Kelebihan volume cairan dapat
Intervensi 1. Monitor TTV
Rasional Takipnea dan hipertensi
diatasi dalam 1x24 jam.
salah satu tanda.
Kriteria evaluasi:
Takipnea terjadi ada
-
Balance cairan seimbang
atau tidak adanya
-
Berat badan seimbang
dispea.
-
Tidak ada tanda edema
-
Klien menunjukkan mengerti
-
2. Auskultasi bunyi nafas
Timbulnya suara
dan bunyi jantung
tambahan seperti
dengan diet pembatasan
crackles dan suara
cairan
tambahan jantung S3
Menunjukkan perubahan
menunjukkan adanya
perilaku dalam melakukan
kelebihan volume
usaha pembatasan cairan
cairan. Kemungkinan hasil dari perkembangan edema paru. 3. Mengkaji adanya
Edema dapat disebabkan
edema dan lokasi dari
oleh beberapa keadaan
edema
patologis yaitu adanya tekanan hidrostatik dan osmotic, dan tekanan onkotik. Edema biasa muncul di area depende
[Type text]
58
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
59 No
Diagnosa
Tujuan/Kriteria Evaluasi
Intervensi
4. Kaji adanya
Rasional
Tanda gagal jantung.
peningkatan distensi vena jugularis saat muncul pitting edema dan dispnea
5. Pertahankan
Penurunan perfusi renal,
pemantauan
insufiensi jantung, dan
keseimbangan cairan
perpindahan cairan ke
dan hitung balance
ruang intertisial dapat
cairan selama 24 jam
menyebabkan penurunan urin output dan munculnya edema.
6. Timbang berat badan rutin
1 liter penambahan berat badan= 1 kg kenaikan berat badan
Intervensi kolaborasi
-
Pemantaun kadar elektrolit (K, Na, Cl),
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Perpindahan cairan, restriksi cairan, dan
Universitas Indonesia
60 No
Diagnosa
Tujuan/Kriteria Evaluasi
Intervensi BUN, AGD
Rasional garam, penurunan fungsi ginjal dapat mempengaruhi kadar sodium. Defisit kalium terjadi karena efek samping pemberian diuretic. Peningkatan BUN akibat kerusakan ginjal. AGD menunjukkan adanya asidosis metabolik
2
Risiko Ketidakseimbangan
Mempertahankan nilai elektrolit dan
elektrolit
khususnya HC03 dalam rentang
1. Monitor tekanan darah
Dilatasi arteriolar atau penurunan kontraktilitas
normal.
jantung, hipovolemia
Kriteria Evaluasi:
dapat ditunjukkan dari
-
Tidak menunjukkan tanda-
hipotensi dan hipoksia
tanda ketidakseimbangan
jaringan.
elektrolit 2. Kaji level
Penurunan status
kesadaran (LOC)
mental, konfusi,
dan perubahan
kelemahan, paralisis
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
61 No
Diagnosa
Tujuan/Kriteria Evaluasi
Intervensi
Rasional
neuromuscular
flaccid dapat terjadi
seperti kekuatan,
karena hipoksia,
irama, dan
hiperkalemia, dan
pergerakan
penurunan pH dari cerebrospinal dan cairan intertisial.
3. Kaji suhu kulit, warna, dan CRT
Mengevaluasi status sirkulasi, perfusi jaringan, dan efek hipotensi.
4. Observasi
Hiperventilasi, suara
perubahan dari
kussmaul dapat
respiratory rate,
mengindikasikan adanya
kedalaman,kelaina
kompensasi dari
n dari pernafasan
kelebihan asam pada asidosis metabolik.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
62 No
Diagnosa
Tujuan/Kriteria Evaluasi
Intervensi
Rasional
Intervensi kolaborasi: -
Pantau hasil AGD dan
Mengevaluasi perlunya
berikan terapi
terapi dan efektifitasnya.
medikasi sesuai indikasi.
-
Kolaborasi dengan ahli
Restriksi protein dapat
diet untuk makanan
berguna untuk
rendah protein dan
menurunkan sampah
tinggin karbohidrat
asam hasil metabolisme
pada gagal ginjal. . 3.
Konstipasi
Masalah konstipasi dapat diatasi.
1. Auskultasi bunyi usus
Penurunan bunyi usus
Kriteria Evaluasi:
(konsistensi dan
menunjukkan adanya
Ditandai dengan klien melaporkan
frekuensi)
feses yang menumpuk di
BAB rutin dan feses lunal
usus
2. Kaji efek samping terapi pengobatan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Efek samping dari obat seperti zat besi, antasida.
Universitas Indonesia
63 No
Diagnosa
Tujuan/Kriteria Evaluasi
Intervensi
Rasional
3. Kaji pola diet dan pilihan makanan Pertimbangan pemilihan menu dapat mengatasi 4. Anjurkan buah-buahan
masalah
segar, sayuran, dan serat yang sesuai
Dapat meningkatkan
dengan diet penyakit
konsistensi
yang menyertai.
feses/melunakkan feses
5. Anjurkan atau bantu untuk melakukan
Aktivitas dapat
pergerakan
membantu menstimulasi gerakan peristatlik,
6. Pertahankan privasi di
mengupayakan
kamar tidur atau kamar pergerakan usus normal mandi Mengupayakan kenyamanan dalam 7. Lakukan masase perut
memenuhi kebutuhan eliminasi pas Masase perut dapat dilakukan untuk
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
64 No
Diagnosa
Tujuan/Kriteria Evaluasi
Intervensi
Rasional merangsang pergerakan feses
Intervensi
-
Kolaborasi:
Membantu melunakkan
Berikan medikasi
feses sehingga mudah
sesuai indikasi seperti
untuk dikeluarkan
obat-obatan laksatif
4.
Kurang pengetahuan
Peningkatan pengetahuan terkait
1. Bahas kembali proses
Menyediakan informasi
penyakit yang diderita
penyakit, prognosis,
sesuai apa yang
Kriteria evaluasi:
dan harapan
diinginkan klien.
-
Klien menyatakan mengerti dengan kondisi, proses
-
-
2. Kaji perasaan, fokus,
Gagal ginjal tahap akhir
penyakit, prognosis, dan
dan cara untuk
memerlukan terapi
potensial komplikasi
bersahabat dengan
dialisa, dan akan
Menyatakan mengerti
keadaan. Dengarkan
menghadapi perubahan
dengan kebutuhan terapetik
dan jawab pertanyaan
gaya hidup.
terkait penyakit
klien dengan jujur
Reaksi yang biasa
Menyatakan perlunya
muncul adalah cemas,
perubahan gaya hidup untuk
tidak percaya, marah,
dapat berpartisipasi untuk
dan depresi
patuh menjalani pengobatan 3. Bahas tentang rencana
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Pembatasan pembatasan
Universitas Indonesia
65 No
Diagnosa
Tujuan/Kriteria Evaluasi
Intervensi
Rasional
diet dan pembatasan
kalsium seperti susu,
cairan dan makan
keju : retensi phosphor dapat meningkatakan
4. Anjurkan untuk timbang bb rutin
stimulasi kelenjar paratiroid untuk mengambil kalsium dari tulang. Pembatasan cairan apabila dibutuhkan dan sesuai dengan output ditambah IWL
Timbang bb untuk 5. Anjurkan intake kalori
menunjukkan adanya
adekuat terutama
peningkatan retensi
karbohidrat pada non
cairan
diabetik. Diskusikan nutrisi seperti intake
Diet tinggi karbohidrat
protein 0,6-o,7 g/kg
untuk mengurangi
bb/hari dengan
konsumsi protein,
mengkonsumsi protein
mengurangi sampah
yang berkualitas
metabolism, dan
seperti ayam, telur,
menyediakan energy
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
66 No
Diagnosa
Tujuan/Kriteria Evaluasi
Intervensi
Rasional
ikan
6. Diskusikan terapi obat
Pembatasan magnesium
seperti vit D, kalsium
(whole grain):
suplemen, dan
akumulasi magnesium
menjauhi magnesium
dapat menganggu fungsi
antasida(Mylanta)
neuromuscular
7. Anjurkan pantau
Hipertensi dan glukosa
tekanan darah dan
yang tidak terkontrol
glukosa secara rutin
dapat meningkatkan progresivitas dari penyakit gagal ginjal.
8. Diskusikan terkait aktivitas klien. Dan tetap pertahankan untuk latihan
Kelelahan akibat anemia, gangguan tidur, malnutrisi dapat mengurangi aktivitas klien. Latihan penting untuk tetap mempertahankan kekuatan otot dan sendi.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
67 No
Diagnosa
Tujuan/Kriteria Evaluasi
Intervensi
Rasional
9. Libatkan keluarga
Family support dapat
terkait pendidikan
memotivasi dan
kesehatan yang
membantu klien
diberikan
menjalani terapi pengobatan yang diberikan.
5.
Hambatan Mobilitas Fisik
Setelah dilakukan asuhan
1. Kaji fungsi motorik
keperawatan 3x 24 jam klien dapat
klien
Untuk
menentukan
kemampuan
motorik
melakukan mobilitas secara optimal
klien,
sesuai dengan toleransi klien.
adanya
Kriteria evaluasi:
motorik pada klien
-
Klien
mampu
mempertahankan fungsional
tubuh
posisi
2. Atur posisi tidur agar tidak
menekan
area
penonjolan tulang
yang
normal -
gangguan
Klien mampu meningkatkan kemampuan mobilitasnya.
-
menentukan
Untuk mengurangi nyeri akibat
penekananan
pada area penonjolan tulang
3. Kaji kemampuan klien
Klien dapat ikut serta dalam
untuk
program latihan untuk
mobilisasi
meningkatkan mobilisasi
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
melakukan
Untuk
menentukan
tingkat toleransi aktivias yang
dapat
klien
lakukan.
Universitas Indonesia
68 No
Diagnosa
Tujuan/Kriteria Evaluasi
Intervensi 4. Bantu
Rasional
klien
melakukan
untuk
Untuk mempertahankan
latihan
tonus otot, mencegah
rentang gerak sendi
atrofi
otot,
dan
mencegah kontraktur.
Untuk 5. Ajarkan serta libatkan keluarga
untuk
membantu
klien
melakukan
latihan
meningkatkan
kemampuan
keluarga
dalam merawat klien
rentang gerak sendi.
6. Bantu
klien
untuk
Untuk
meningkatkan
melakukan mobilisasi
kemampuan mobilisasi
secara bertahap sesuai
klien
tingkat toleransi klien
terjadinya
dan
mencegah komplikasi
akibat immobilisasi
Risiko pemenuhan nutrisi: kurang dari
Setelah dilakukan asuhan
kebutuhan tubuh
keperawatan 7x 24 jam, masalah
dan pola makan pasien
Mengidentifikasi
pemenuhan nutrisi dapat teratasi.
dan bandingkan
kekurangan dan
Kriteria Evaluasi:
dengan makanan yang
penyimpangan dari
dapat dihabiskan
kebutuhan terapeutik
-
Keluhan mual dan mutah
1. Tentukan program diet
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
69 No
Diagnosa
Tujuan/Kriteria Evaluasi
Intervensi
berkurang/ hilang -
-
Klien melaporkan
Rasional
pasien 2.
Auskultasi bising
mengalami peningkatan
usus, catat adanya
nafsu makan
nyeri abdomen/ perut
Klien dapat menghabiskan ¾
kembung, mual,
Hiperglikemi dan
- 1 porsi makanan yang
muntah, pertahankan
gangguan
diberikan.
keadaan puasa sesuai
keseimbangan cairan
indikasi
dan elektrolit dapat menurunkan motilitas/
3. Berikan makanan cair
fungsi lambung yang
yang mengandung zat
akan mempengaruhi
makanan (nutrien) dan
pilihan intervensi.
elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat
Pemberian makanan
mentoleransinya
melalui oral lebih baik
melalui pemberian
jika pasien sadar dan
cairan melalui oral
fungsi gastrointestinal baik. Hipoglikemia dapat
4. Observasi tanda-tanda hipoglikemi, spt: perubahan tingkat
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
terjadi karena penurunan intake nutrisi.
Universitas Indonesia
70 No
Diagnosa
Tujuan/Kriteria Evaluasi
Intervensi
Rasional
kesadaran, kulit dingin, nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing, sempoyongan
5. Lakukan dan pantau Oral higiene dapat oral higiene klien
meningkatkan nafsu makan dan menimbulkan sensasi nyaman pada mulut
Intervensi Kolaboratif -
Berikan antiemetic indikasi
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Menurunkan gejala
obat-obatan sesuai
mual dan muntah untuk dapat meningkatkan keinginan untuk makan.
Universitas Indonesia
71
3.4. Evaluasi Keperawatan Hari
Dx : Risiko Ketidakseimabangan Elekrolit
Dx: Kelebihan volume cairan
Dx: kOnstipasi
Dx:Risiko Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Dx:Hambatan Mobilitas Fisik
Rabu, 15 Mei 2013
Subjektif:
Subjektif:
Subjektif:
Subjektif:
-Klien mengatakan
-Klien
-Klien
-Klien
masih merasa mual dan
mengatakan
mengatakan
mengeluhkan
ingin muntah.
mengalami
saat ini
mual dan
Objektif:
bengkak pada kaki
mengalami
muntah masih
TD:130/80
sejak 1 bulan yang
mual dan
ada
mmHg
lalu.
penurunan
-Klien
-
RR:20x/menit
-Klien
nafsu makan
mengatakan
-
HR:80x/menit
mengatakan
-Klien
tidak dapat
-
0
-
Suhu: 36,2 C
mengerti dengan
mengatakan
menghabiska
-
Tidak ada tanda-
penjelasan terkait
makanan
n makanan
tanda kelainan
pembatasan cairan
hanya sedikit
yang
muscular
yang telah
yang masuk
diberikan dan
Kekuatan otot
dijelaskan.
-Klien
masih tersisa
normal,
Objektif:
mengatakan
¾
-
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Dx:Kurang Pengetahuan
-
Universitas Indonesia
72
Hari
Dx : Risiko Ketidakseimabangan Elekrolit
-
Dx: Kelebihan volume cairan
Dx: kOnstipasi
pergerakan
-Pitting edema
biasa BAB
Dx:Risiko Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan -Keluarga
terarah
derajat 2 di
sehari sekali
mengatakan
Warna mukosa:
peritibial.
-Klien
mengerti
pink, CRT < 2
-Suara nafas:
mengatakan
terkait cara
detik
vesikuler,
perut mulas
oral hygiene
wheezing
tapi tidak mau
-Setelah 45
(-), ronkhi(-)
keluar dan
menit
-JVP 5+1 cm H2O
perut terasa
diberikan
-Berat badan 50
tidak nyaman.
obat, klien
kg
-Klien
mengatakan
mengatakan
mual
mengerti
berkurang.
dengan
Objektif:
penjelasan
-Klien
Dx:Hambatan Mobilitas Fisik
Dx:Kurang Pengetahuan
ynag diberikan tampak Objektif:
tampak pucat
-Bising usus :
-Bising usus:
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
73
Hari
Dx : Risiko Ketidakseimabangan Elekrolit
Dx: Kelebihan volume cairan
Dx: kOnstipasi
5x/menit
Dx:Risiko Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan 5x/menit
-Distensi
-Mual (+),
abdomen (+)
muntah (+)
Dx:Hambatan Mobilitas Fisik
Dx:Kurang Pengetahuan
-Klien dapat melakukan masase perut dengan benar Kamis , 16 Mei 2013
Subjektif:
Subjektif:
-Klien mengatakan
-
Subjektif:
-
-
Subjektif:
Klien
-Klien
-Klien dan
masih merasa mual dan
mengataka
mengatakan
keluarga
ingin muntah.
n minum
saat ini belum
mengatakan
Objektif:
1200 cc
BAB
mengerti dengan
-TD:120/80 mmHg
Objektif:
-Klien
penjelasan yang
-RR:20x/menit
-Pitting edema
mengatakan
diberikan
-HR:80x/menit
derajat 2 di
perut tidak
-Klien dan
peritibial.
terasa mulas
keluarga
0
-Suhu: 36,2 C
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
74
Hari
Dx : Risiko Ketidakseimabangan Elekrolit
Dx: Kelebihan volume cairan
Dx: kOnstipasi
Dx:Risiko Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
-Tidak ada tanda- tanda
-Suara nafas:
-Klien
mengatakan baru
kelainan muscular
vesikuler,
mengatakan
mengetahui terkait
-Kekuatan otot normal,
wheezing
sudah
penyakit gagal
pergerakan terarah
(-), ronkhi(-)
melakukan
ginjal kronik
-Warna mukosa: pink,
-JVP 5+1 cm H2O
masase perut
Objektif:
CRT < 2 detik
-Berat badan 50
setiap pagi
-Klien dan
kg
-Klien
keluarga dapat
-Balance cairan:
mengatakan
menyebutkan
seimbang
sudah
kembali
-intake 1200
mengkonsums
pengertian gagal
output 700 cc,
i buah-
ginjal kronik
IWL : 500 cc
bauahan dan
-Klien dan
sayuran
keluarga dapat
Objektif:
menyebutkan 3
-Bising usus :
dari 5 penyebab
5x/menit
gagal ginjal kronik
-Distensi
-Klien dapat
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Dx:Hambatan Mobilitas Fisik
Dx:Kurang Pengetahuan
Universitas Indonesia
75
Hari
Dx : Risiko Ketidakseimabangan Elekrolit
Dx: Kelebihan volume cairan
Dx: kOnstipasi
Dx:Risiko Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Dx:Hambatan Mobilitas Fisik
abdomen (+)
Dx:Kurang Pengetahuan
menyebutkan 5 dari 12 akibat gagal ginjal kronik Klien dapat menyebutkan pengertian dan tujuan hemodialisa
Jumat, 17 Mei 2013 Sabtu, 18 Mei 2013
Pasien On HD
Subjektif:
Subjektif:
Subjektif:
-Klien mengatakan
-Klien
-Klien
masih merasa mual
mengatakan
mengatakan
mulai berkurang
minum 1000 cc
mual dan
Objektif:
Objektif:
muntah
-TD:110/70 mmHg
-Pitting edema
berkurang
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
-
-
-
-
Universitas Indonesia
76
Hari
Dx : Risiko Ketidakseimabangan Elekrolit
Dx: Kelebihan volume cairan
Dx: kOnstipasi
-RR:18x/menit
derajat 1 di
-Klien
-HR:82x/menit
peritibial.
mengatakan
-Suhu: 36,20 C
-Suara nafas:
sudah
-Tidak ada tanda- tanda
vesikuler,
melakukan
kelainan muscular
wheezing
masase perut
-Kekuatan otot normal,
(-), ronkhi(-)
-Klien
pergerakan terarah
-JVP 5+1 cm H2O
mengatakan
-Warna mukosa: pink,
-Berat badan 50
sudah
CRT < 2 detik
kg
mengkonsums
-Balance cairan:
i buah-buahan
intake 1000 output
dan sayuran
600 cc, IWL : 500
-Klien
cc
mengatakan
-Balance cairan: -
sudah minum
100 cc
laxadine.
-Post HD (17 Mei
Objektif:
2013): 800 cc
-Bising usus :
Dx:Risiko Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Dx:Hambatan Mobilitas Fisik
Dx:Kurang Pengetahuan
Universitas Indonesia
77
Hari
Dx : Risiko Ketidakseimabangan Elekrolit
Dx: Kelebihan volume cairan
Dx: kOnstipasi
Dx:Risiko Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Dx:Hambatan Mobilitas Fisik
Dx:Kurang Pengetahuan
7x/menit -Distensi abdomen (+)
Senin, 20 Mei 2013
Subjektif:
Subjektif:
Subjektif:
-Klien mengatakan
-Klien
-Klien
-Klien dan
masih merasa mual
mengatakan
mengatakan
keluarga
namun sudah mulai
minum 1200 cc
sudah BAB
mengatakan tidak
berkurang.
Objektif:
tadi pagi
ingat mengenai
Objektif:
-Pitting edema
namun masih
dampak atau
-TD:120/80 mmHg
derajat 1 di
sedikit dan
akibat gagal ginjal.
-RR:20x/menit
peritibial.
perut masih
-Klien dan
-HR:82x/menit
-
Subjektif:
-Suara nafas:
terasa mulas
keluarga
0
-Suhu: 36,1 C
vesikuler,
-Klien
mengatakan
-Tidak ada tanda- tanda
wheezing
mengatakan
mengerti dengan
kelainan muscular
(-), ronkhi(-)
sudah
penjelasan yang
-Kekuatan otot normal,
-JVP 5+1 cm H2O
melakukan
diberikan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
78
Hari
Dx : Risiko Ketidakseimabangan Elekrolit
Dx: Kelebihan volume cairan
Dx: kOnstipasi
Dx:Risiko Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Dx:Hambatan Mobilitas Fisik
Dx:Kurang Pengetahuan
pergerakan terarah
-Berat badan 50
masase perut
Objektif:
Warna mukosa: pink,
kg
-Klien
-Klien dan
CRT < 2 detik
- Balance cairan:
mengatakan
keluarga tampak
intake 1200 output
sudah
kooperatif
800 cc, IWL : 500
mengkonsums
-Klien dan
cc. Balance
i buah-buahan
keluarga tampak
cairan: - 100 cc
dan sayuran
aktif dalam diskusi
Objektif:
-Klien dan
-Bising usus :
keluarga dapat
7x/menit
menyebutkan
-Distensi
beberapa contoh
abdomen (+)
diet makanan penderita gagal ginjal kronik.
Selasa,
Pasien On HD
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
79
Hari
Dx : Risiko Ketidakseimabangan Elekrolit
Dx: Kelebihan volume cairan
Dx: kOnstipasi
Subjektif:
Subjektif:
Subjektif:
-Klien mengatakan
-Klien
-Klien
masih merasa mual
mengatakan tidak
mengatakan
sudah berkurang
ada masalah dalam saat ini mual
Objektif:
melakukan
berkurang dan
TD:120/80
pembatasan cairan
nafsu makan
mmHg
-Klien
mulai
-
RR:20x/menit
mengatakan
membaik.
-
HR:84x/menit
merasa nyaman
-Klien
-
Suhu: 360 C
dengan
mengatakan
-
Tidak ada tanda-
pembatasan cairan
BAB tadi pagi
tanda kelainan
yang dilakukan
dengan
muscular
Objektif:
konsistensi
Kekuatan otot
-Pitting edema
lembek, warna
Dx:Risiko Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Dx:Hambatan Mobilitas Fisik
Dx:Kurang Pengetahuan
21 Mei 2013 Rabu, 22 Mei 2013
-
-
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
-
-
Universitas Indonesia
80
Hari
Dx : Risiko Ketidakseimabangan Elekrolit
-
Dx: Kelebihan volume cairan
Dx: kOnstipasi
normal,
derajat 1 di
kecokelatan,
pergerakan
peritibial.
darah (-),
terarah
-Suara nafas:
lendir (-)
Warna mukosa:
vesikuler,
Objektif:
pink, CRT < 2
wheezing
-Bising usus :
detik
(-), ronkhi(-)
9x/menit
-Kadar albumin 3,
Distensi
03 g/dl
abdomen (-)
Dx:Risiko Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Dx:Hambatan Mobilitas Fisik
Dx:Kurang Pengetahuan
-Berat badan 50 kg -Balance cairan: intake 1200 output 600 cc, IWL : 500 cc Balance cairan: 100 cc
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
81
Hari
Dx : Risiko Ketidakseimabangan Elekrolit
Dx: Kelebihan volume cairan
Kamis , 23 Mei 2013
Subjektif:
Subjektif:
-Klien mengatakan mual
Dx:Risiko Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Subjektif:
Dx:Hambatan Mobilitas Fisik
-Klien
-Klien
-Klien
mulai berkurang.
mengatakan
mengeluhkan
mengatakan
Objektif:
minum 1100 cc
mual mulai
tidak merasa
TD:120/80
Objektif:
berkurang.
pusing dan sesak
mmHg
-Pitting edema
-Klien
saat melakukan
-
RR:20x/menit
derajat 1 di
mengatakan
latihan
-
HR:80x/menit
peritibial.
dapat
Objektif:
-
Suhu: 36,20 C
-Suara nafas:
menghabiska
-Tanda vital
-
Tidak ada tanda-
vesikuler,
n makanan
sebelum latihan:
tanda kelainan
wheezing
yang
muscular
(-), ronkhi(-)
diberikan
Kekuatan otot
-JVP 5+1 cm H2O
sebanyak ¾
normal,
-Berat badan 50,5
porsi
pergerakan
kg
-Keluarga
terarah
- Balance cairan:
mengatakan
-Tanda vital
intake 1100 output
melakukan
sesudah latihan:
-
-
Warna mukosa: pink,
Dx: kOnstipasi
-
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Dx:Kurang Pengetahuan
Subjektif:
-
TD:120/80 mmhg Nadi: 80x/menit Suhu: 36,30 C
Universitas Indonesia
82
Hari
Dx : Risiko Ketidakseimabangan Elekrolit
Dx: Kelebihan volume cairan
CRT < 2 detik
Dx: kOnstipasi
Dx:Hambatan Mobilitas Fisik
600 cc, IWL : 500
Dx:Risiko Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan oral hygiene
cc
setiap hari
mmhg
-Balance cairan:
-Setelah 45
seimbang
menit diberikan
Dx:Kurang Pengetahuan
TD:120/80
Nadi: 84x/menit Suhu: 36,30 C
obat, klien
-Kekuatan otot:
mengatakan
5555
5555
mual hilang.
5555
5555
Objektif:
-Keluarga dan
-Bising usus:
klien tampak
5x/menit
kooperatif
-Mual (-),
-Jenis latihan:
muntah (-)
aktif
-Berat badan 50,5 kg
Jumat,
- Pasien On HD
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
83
Hari
Dx : Risiko Ketidakseimabangan Elekrolit
Dx: Kelebihan volume cairan
Dx: kOnstipasi
Subjektif:
Subjektif:
-
-Klien mengatakan
Dx:Risiko Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Dx:Hambatan Mobilitas Fisik
Dx:Kurang Pengetahuan
Subjektif:
Subjektif:
-Klien
-Klien
-Klien
muntah mulia
mengatakan
mengatakan
mengatakan
berkurang.
minum 1200 cc
tidak merasa
hambatanatau
Objektif:
Objektif:
pusing dan sesak
situasi yang tidak
TD:120/80
-Pitting edema
saat melakukan
bersahabat dalam
mmHg
derajat 1 di
latihan
melakukan
-
RR:20x/menit
peritibial.
Objektif:
pembatasan cairan
-
HR:80x/menit
-Suara nafas:
-Tanda vital
adalah cuaca
-
Suhu: 36,20 C
vesikuler,
sebelum latihan:
panas, pesta, dan
-
Tidak ada tanda-
wheezing
tanda kelainan
(-), ronkhi(-)
muscular
-JVP 5+1 cm H2O
Kekuatan otot
-Berat badan 51
24 Mei 2013 Sabtu, 25 Mei 2013
-
-
-
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
TD:120/80 mmhg Nadi: 82x/menit
saat menonton tevelisi. -Klien mengatakan merasa nyaman
Universitas Indonesia
84
Hari
Dx : Risiko Ketidakseimabangan Elekrolit
-
Dx: Kelebihan volume cairan
Dx: kOnstipasi
Dx:Risiko Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Dx:Hambatan Mobilitas Fisik Suhu: 360 C
Dx:Kurang Pengetahuan
normal,
kg
pergerakan
- Balance cairan:
-Tanda vital
terarah
intake 1200 output
sesuadah latihan: yang diberikan
Warna mukosa:
700 cc, IWL : 500
pink, CRT < 2
cc
detik
-Post HD: 600 cc
TD:120/80 mmhg
-Kadar albumin: 3,
pembatasan cairan
-Klien dan keluarga
Nadi:
mengatakan agak
88x/menit
sulit untuk 0
06 g/dl
dengan
Suhu: 36 C
menerapkan diet
-Kekuatan otot:
yang sesuai
5555
-Klien dan
5555
55555555
keluarga
-Keluarga dan
mengatakan
klien tampak
merasa cemas jika
kooperatif
tidak mendapatkan
-Jenis latihan:
tempat untuk
aktif
hemodialisa atau tempatnya jauh
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
85
Hari
Dx : Risiko Ketidakseimabangan Elekrolit
Dx: Kelebihan volume cairan
Dx: kOnstipasi
Dx:Risiko Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Dx:Hambatan Mobilitas Fisik
Dx:Kurang Pengetahuan
dari rumah -Klien mengatakan strategi yang dapat digunakan seperti berdoa dan dukungan keluarga untuk patuh terhadap pembatasan cairan. -Klien mengatakan merasa nyaman dengan pembatasan cairan yang dilakukan. Objektif: -Klien dan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
86
Hari
Dx : Risiko Ketidakseimabangan Elekrolit
Dx: Kelebihan volume cairan
Dx: kOnstipasi
Dx:Risiko Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Dx:Hambatan Mobilitas Fisik
Dx:Kurang Pengetahuan
keluarga tampak kooperatif -Klien dan keluarga aktif dalam mengikuti diskusi -Klien dapat menyebutkan kembali pilihan diet makanan pada penderita gagal ginjal kronik. Senin, 26 Mei 2013
-
-
Subjektif:
Subjektif:
-Klien mengatakan
-Klien
-Klien
masihmual sudah tidak
mengatakan
mengatakan
muncul sejak kemarin.
minum 1200 cc
tidak merasa
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Subjektif:
-
Universitas Indonesia
87
Hari
Dx : Risiko Ketidakseimabangan Elekrolit
Dx: Kelebihan volume cairan
Objektif:
Objektif:
pusing dan sesak
TD:110/80
-Pitting edema (-)
saat melakukan
mmHg
-Suara nafas:
latihan
-
RR:20x/menit
vesikuler,
Objektif:
-
HR:86x/menit
wheezing
-Tanda vital
-
Suhu: 36,10 C
(-), ronkhi(-)
sebelum latihan:
-
Tidak ada tanda-
-JVP 5+1 cm H2O
tanda kelainan
-Berat badan 52
muscular
kg
-
-
-
Kekuatan otot
Dx: kOnstipasi
Dx:Risiko Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Dx:Hambatan Mobilitas Fisik
Dx:Kurang Pengetahuan
TD:110/80 mmhg Nadi:
-
Balance
86x/menit Suhu: 360 C
normal,
cairan:
pergerakan
intake
-Tanda vital
terarah
1200
sesuadah latihan:
Warna mukosa:
output 700
TD:110/80
pink, CRT < 2
cc, IWL :
mmhg
detik
500 cc
Nadi: 90x/menit
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
88
Hari
Dx : Risiko Ketidakseimabangan Elekrolit
Dx: Kelebihan volume cairan
Dx: kOnstipasi
Dx:Risiko Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Dx:Hambatan Mobilitas Fisik
Dx:Kurang Pengetahuan
Suhu: 360 C -Keluarga dan klien tampak kooperatif -Jenis latihan: aktif Selasa, 27 Mei 2013
Rabu, 28 Mei 2013
Pasien On HD
-
Subjektif:
Subjektif:
Subjektif:
Subjektif:
Subjektif:
-Klien mengatakan
-Klien
Klien
Klien
Klien mengatakan
masih merasa mual dan
mengatakan
mengeluhkan
mengatakan
cukup mengerti
ingin muntah.
minum 1200 cc
mual dan
tidak merasa
dengan penjelasan
Objektif:
Objektif:
muntah tidak
pusing dan sesak
yang diberikan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
89
Hari
Dx : Risiko Ketidakseimabangan Elekrolit
Dx: Kelebihan volume cairan
TD:120/80 mmHg RR:20x/menit
Dx: kOnstipasi
Dx:Hambatan Mobilitas Fisik
Dx:Kurang Pengetahuan
-Pitting edema
Dx:Risiko Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan ada.
saat melakukan
oleh mahasiswa
(-)
-Klien
latihan.
-Klien mengatakan
-
HR:80x/menit
-Suara nafas:
mengatakan
-Klien
latihan yang akan
-
Suhu: 36,20 C
vesikuler,
nafsu makan
mengatakan
dilakukan adalah
-
Tidak ada tanda-
wheezing
sudah mulai
telah mencoba
jalan kaki dan
tanda kelainan
(-), ronkhi(-)
membaik
melakukan
senam setiap hari
muscular
-JVP 5+1 cm H2O
-Klien
latihan ROM
- Klien
Kekuatan otot
-Berat badan 52
mengatakan
aktif tadi pagi
mengatakan
normal,
kg
sudah dapat
-Klien
merasa nyaman
pergerakan
-Balance cairan:
menghabiska
mengatakan
dan merasa yakin
terarah
intake 1200 output
n makanan
akan melakukan
untuk mencoba
Warna mukosa:
700 cc, IWL : 500
sesuai porsi
latihan ROM
melakukan
pink, CRT < 2
cc
yang
setiap pagi pukul pembatasan cairan
detik
-Post HD: 600 cc
disediakan
06.00
-Klien mengatakan
Objektif:
Objektif:
hal yang ingin
-Klien
-Tanda vital
dicapai adalah
tampak
sebelum latihan:
tetap sehat dan
-
-
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
90
Hari
Dx : Risiko Ketidakseimabangan Elekrolit
Dx: Kelebihan volume cairan
Dx: kOnstipasi
Dx:Risiko Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan tampak pucat
Dx:Hambatan Mobilitas Fisik
Dx:Kurang Pengetahuan
TD:120/80
bisa tetap aktif
-Bising usus:
mmhg
dalam melakukan
10x/menit
Nadi: 80x/menit
kegiatan sosial.
Mual (-),
Suhu: 36, 20 C
-Klien mengatakan
muntah (-)
-Tanda vital
dukungan keluarga
-Berat badan:
sesuadah latihan: sangat penting
52 kg
TD:110/80 mmhg
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
dalam menjalani pola hidup yang
Nadi90x/menit
baru
Suhu: 360 C
-Klien mengatkan
-Keluarga dan
akan mencoba
klien tampak
menerapkan pola
kooperatif
hidup yang baru.
-Jenis latihan:
-Klien akan
aktif
mencoba anjuran
-Klien dapat
untuk
melakukan
memeriksakan
Universitas Indonesia
91
Hari
Dx : Risiko Ketidakseimabangan Elekrolit
Dx: Kelebihan volume cairan
Dx: kOnstipasi
Dx:Risiko Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Dx:Hambatan Mobilitas Fisik
Dx:Kurang Pengetahuan
tindakan ROM
kesehatan rutin
aktif sesuai
(tekanan darah,
dengan urutan.
kadar gula), menimbang berat badan setiap hari, dan mencatat cairan masuk dan keluar. Objektif: -
Klien dan keluarga tampak kooperatif
-
Klien dan keluargater libat aktif dalam
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
92
Hari
Dx : Risiko Ketidakseimabangan Elekrolit
Dx: Kelebihan volume cairan
Dx: kOnstipasi
Dx:Risiko Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Dx:Hambatan Mobilitas Fisik
Dx:Kurang Pengetahuan
diskusi -
Klien dapat menyebutk an kembali tujuan pembatasa n cairan dan manfaat yang dicapai.
-
Klien dapat menyebutk an kembali diit makanan yang sesuai
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
93
Hari
Dx : Risiko Ketidakseimabangan Elekrolit
Dx: Kelebihan volume cairan
Dx: kOnstipasi
Dx:Risiko Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Dx:Hambatan Mobilitas Fisik
Dx:Kurang Pengetahuan
dengan penyakit gagal ginjal kronik.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
BAB 4 ANALISA SITUASI
4.1. Profil Lahan Praktek Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo ( RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo) merupakan rumah sakit rujukan nasional yang bertempat di ibukota negara Jakarta. Sejarah berdirinya RSUP Cipto Mangunkusumo memiliki kaitan erat dengan fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Pada tanggal 19 November 1919 didirikan CBZ (Centrale
Burgelijke Ziekenhuis) yang disatukan dengan STOVIA. Sejak saat itu penyelenggaraan pendidikan dan pelayanan kedokteran semakin maju dan berkembang fasilitas pelayanan kedokteran spesialistik bagi masyarakat luas. Nama RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo mengalami beberapa kali pergantian nama dari awal berdiri sampai saat ini.
Peraturan terbaru yaitu
berdasarkan PP nomor 116 Tahun 2000, tanggal 12 Desember 2000, RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo ditetapkan sebagai Perusahaan Jawatan (Perjan) RS Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta. Dalam perkembangan selanjutnya, Perjan RSCM berubah menjadi Badan Layanan Umum berdasarkan PP.Nomor 23 tahun 2005 (http://www.rscm.co.id) RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo memiliki visi untuk menjadi Rumah Sakit Pendidikan dan Pusat Rujukan Nasional terkemuka di Asia Pasifik tahun 2014. Misi yang dilakukan antara lain memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu serta terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, menjadi tempat pendidikan dan penelitian tenaga kesehatan, tempat penelitian dan pengembangan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui manajemen yang dinamis dan akuntabel(http://www.rscm.co.id).
94
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
95
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo bernaung dibawah Kementerian Kesehatan RI. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo telah mendapatkan akreditasi sebagai rumah sakit dengan standar pelayanan berkelas dunia oleh lembaga mutu internasional Joint Commission International (JSI) sejak bulan April 2013. Dimana, hal ini merupakan pencapaian yang istimewa yaitu menjadi rumah sakit pemerintah pertama di Indonesia yang terakreditasi dengan standar pelayanan berkelas dunia. Akreditasi JCI melakukan penilaian terhadap suatu tempat pelayanan kesehatan, yang bertujuan untuk menentukan apakah suatu organisasi telah memenuhi standar yang dirancang untuk memperbaiki keselamatan dan kualitas pelayanan. RSUP Cipto Mangunkusumo memiliki fasilitas pelayanan kesehatan yang lengkap. Pelayanan kesehatan yang tersedia antara lain pelayanan spesialis klinik (terdiri dari berbagai spesialisasi), pelayanan pemeriksaan penunjang (Laboratorium, Hemodialisa, Kamar Bedah, dll), pelayanan rawat inap (anak, dewasa, kelas 1-3, kelas VIP, ICU, IGD, dll), dan tenaga kesehatan yang professional (http://www.rscm.co.id). Gedung rawat inap yang dimiliki RSUP Cipto Mangunkusumo salah satunya adalah
Gedung A. Dimana, konsep dari rawat inap ini adalah
pelayanan rawat inap terpadu.
Pelayanan Rawat
Inap Terpadu ini
merupakan Integrasi 9 Departemen di RSCM terdiri kandungan dan kebidanan , bedah, bedah Syaraf, THT, penyakit dalam, anestesi, mata, kulit dan kelamin, dan geriatri. Gedung 8 lantai, terdiri dari 169 kamar rawat, dan total kapasitas 900 tempat tidur . Gedung A terdiri dari 8 lantai yang terdiri dari kelas satu hingga kelas 3 (http://www.rscm.co.id) Penulis menjalani mata ajar praktik klinik KKMP yang mengambil peminatan kmb kekhususan penyakit dalam ditempatkan di lantai 7 zona A. Lantai 7 Zona A Gedung RSUP Cipto Mangunkusumo merupakan ruang rawat penyakit dalam kelas III. Ruang rawat penyakit dalam khusus pasien laki-laki
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
96
dengan kapasitas 50 bed. Ruang rawat Lantai 7 Zona A terdiri dari 6 ruang rawat biasa dengan kapasitas 6 bed dan 4 ruang rawat khusus dengan kapasitas 4 bed. Ruang rawat khusus merupakan ruang rawat untuk pasien-pasien dengan kondisi tertentu seperti penyakit menular melalui udara seperti TB, Hemofilia, dll. Lantai 7 Zona A Selatan memiliki fasilitas yang cukup memadai. Ruangruangan
perlengkapan
seperti
ruangan
alat
kesehatan,
ruang khusus
penyimpanan alat kesehatan dan linen yang telah terpakai, ruang edukasi, ruang makan, ruang dokter, dan ruang diskusi mahasiswa. Perlengkapan yang dimiliki ruang rawat terkait lain alat-alat kesehatan (stetoskop, sfignomanometer, emergency trolley, EKG, dll), kotak-kotak obat masing-masing pasien, 3 buah komputer, dua buah nurse stasion di sisi kanan dan kiri, peralatan APAR, dll. Alat pelindung diri tersedia lengkap seperti sarung tangan bersih dan steril, apron, masker, masker khusus (N95). Kotak kuning dan plastik khusus untuk benda-benda infeksius ada di setiap trolley perawat. Fasilitas lain yang dapat memudahkan
keluarga
pasien
adalah
adanya
petugas
khusus
untuk
mengantarkan pasien untuk transfer antar ruangan atau melakukan prosedur medis, mengantarkan hasil laboratorium, mengambilkan darah ke bank darah,dll. Ruang rawat kelas III di Gedung A lantai z zona A cukup memadai dan nyaman. Di masing-masing ruang rawat terdapat 6 bed dengan 1 kamar mandi dan 1 wastafel, dan 1 buah jam dinding. Setiap pasien dipisahkan dengan tirai. Setiap pasien memiliki 1 buah meja. Ruangan juga dilengkapi air conditioner (AC) dan 4 buah jendela. Masing-masing bed pasien dilengkapi bel yang dapat digunakan pasien untuk memanggil perawat dan botol alkohol pencuci tangan. Di pintu terpasang arah evakuasi dan 6 langkah mencuci tangan yang benar.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
97
4.2. Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep terkait KKMP dan Konsep Kasus Terkait Batu ginjal merupakan salah satu masalah yang ditemui dan dialami pria (Pak, Charles, 1998). Sebgaian besar pembentukan batu ginjal yaitu sekitar 80% berasal dari penumpukan kalsium oksalat (Pak, Charles, 1998). Faktor- faktor yang dapat dapat menyebabkan risiko penumpukan batu ginjal antara lain kebiasaan kurang minum, kurang mengkonsumsi air putih, diet makanan, konsumsi obat-obatan herbal, faktor genetik, d lingkungann (Gul, Asiya, 2005) Pasien memiliki kebiasaan kurang mengonsumsi air putih. Pasien lebih memilih untuk minum- minuman manis dan berwarna. Klien juga lebih senang mengonsumsi kopi dan teh. Istri pasien mengatakan pasien dapat mengonsumsi teh atau kopi 2 gelas sehari. Minuman- minuman yang berwarna dan memiliki rasa umumnya lebih menarik bagi sebagian besar orang. Kopi merupakan minuman wajib bagi klien untuk mencegah mengantuk saat bekerja. Tuntutan pekerjaan yang tinggi mengharuskan klien untuk tetap terjaga. Kopi, soft drink dan teh termasuk minuman yang banyak mengandung oksalat. Kelebihan oksalat ini menyebabkan keadaan hiperoksaluria. Keadaan tersebut dapat menyebabkan peningkatan risiko pembentukan batu ginjal. Menurut penelitian yang dilakukan Wibowo (2006) terkait faktor yang mempengaruhi pembentukan batu ginjal antara lain kebiasaan kurang minum berkaitan dengan gaya hidup seperti kurang minum. Tempat tinggal pasien yaitu berada di daerah Bekasi. Dimana, sebagian besar daerah Bekasi merupakan kawasan industri. Penelitian yang dilakukan oleh Pak (1998) menemukan bahwa sebagian besar wilayah industri berisiko terkena batu ginjal. Dimana, sebanyak 80% batu ginjal terbentuk dari garam kalsium dan biasanya menjadi jenis batu ginjal jenis oksalat.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
98
Gaya hidup lain yang dapat mempengaruhi pembentukan gagal ginjal yaitu konsumsi protein secara berlebihan. Pasien mengatakan suka mengkonsumsi daging. Konsumsi daging yang berlebihan dapat menimbulkan sampah berupa kristal- kristal oksalat.Pasien juga gemar mengonsumsi makanan asin seperti ikan asin. Pasien mengatakan makanan yang biasa dibeli juga cenderung gurih. Istri klien mengaku jarang karena sibuk untuk bekerja. Hal ini menyebabkan istri pasien jarang memasak dan lebih banyak makanan- makanan yang dibeli. Makanan asin dan minum yang kurang dapat menyebabkan keadaan hiperkalsiuri. Hiperkalsiuri yaitu tingginya kadar kalsium di dalam urin yang bisa disebabkan oleh tingginya pembuangan kalsium ke urin karena tingginya konsumsi kalsium atau bisa karena kurangnya jumlah urin yang dihasilkan. Karena jika urin yang dihasilkan semakin banyak, maka akan menurunkan konsentrasi kalsium di dalam urin. Hal tersebutdapat mengurangi kepekatan urin oleh kalsium (Gul, Asiya, 2005). Keadaan cuaca di Indonesia yang cenderung panas dan iklim yang berubah- ubah dapat meningkatkan risiko terbentuknya batu ginjal. Temperatur yang tinggi akan meningkatkan jumlah keringat dan meningkatkan konsentrasi air kemih apabila tidak diimbangi dengan konsumsi air yang cukup. Konsentrasi air kemih yang meningkat dapat menyebabkan pembentukan Kristal. Pekerjaan klien terdahulu adalah tukang bangunan yang membuat klien lebih sering terpapar dengan sinar matahari. 4.3.Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait Ginjal memiliki peranan yang penting dalam mengatur regulasi cairan dalamtubuh. Salah satu dampak dari penurunan fungsi ginjal pada penyakit gagal ginjal kronik adalah ketidakmampuan ginjal untuk meeksresikan air. Hal ini membuat penderita gagal ginjal memiliki risiko tinggi untuk mengalami kelebihan volume cairan. Kelebihan volume cairan dapat menyebabkan timbulnya
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
99
edema dependen, asites, edema paru, sampai gagal jantung. Maka, kelebihan volume cairan ini penting untuk menjadi perhatian.
Salah satu diagnosa
keperawatan yang umumnya muncul pada penyakit gagal ginjal adalah kelebihan volume cairan. Salah satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah dengan restriksi/ pembatasan cairan yang masuk. Pembatasan cairan merupakan salah satu tantangan terberat bagi penderita gagal ginjal kronik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fowler & Baas (2006) menemukan salah satu penyebab depresi dari penderita gagal ginjal kronik adalah adanya restriksi atau pembatasan cairan. Berdasarkan studi literatur yang dilakukan oleh JohnStone & Halshaw( 2003) menemukan 10-42% dari penderita penyakit gagal ginjal kronik dikategorikan tidak patuh terhadap pembatasan cairan. Sebagian besar penderita gagal ginjal kronik menyatakan bahwa pembatasan cairan merupakan hal yang terberat selama menjalani hidup dengan hemodialisa (Tovazzi & Mazzoni, 2012). Intervensi keperawatan yang terkait pembatasan cairan menjadi salah satu hal yang menarik dan tantangan bagi peneliti untuk dapat meningkatkan kepatuhan terhadap pembatasan cairan. Salah satu penelitian terkait strategi yang dapat digunakan untuk dapat meningkatkan kepatuhan untuk melakukan pembatasan minum adalah penelitian yang dilakukan oleh Joshtone dan Halshaw. Penelitian ini menggunakan pendekatan cognitive behavioral therapy (CBT). Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 31 peserta dengan sebagian besar responden (58%) berusia 41- 68 tahun yang menjalani waktu dialisis rata-rata 1-2 tahun. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan focus group discussion. Strategi
cognitive
behavioral
therapy
yang
digunakan
adalah
dengan
mengenalkan terkait komplikasi dari kelebihan cairan, cara melakukan pembatasan
cairan,
masalah-masalah
yang
dihadapi
selama
melakukan
pembatasan cairan.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
100
Intervensi yang dilakukan penulis berdasarkan penelitian yang dilakukan antara lain membagi sesi cognitive behavioral therapy menjadi 3 pertemuan. yaitu adalah melakukan sesi satu, sesi dua, dan sesi tiga. Pada sesi satu
adalah
melakukan pengkajian. Waktu yang dipakai adalah sekitar 45 menit. Pada sesi ini, dilakukan pengkajian mengenai apa kepercayaan pasien terkait penyakitnya, bagaimana pemahaman pasien terkait alasan untuk tidak patuh, bagaimana perilaku pasien terkait pembatasan cairan, bagaimana pengaruh sosial dari penyakit yang diderita, bagaimana pendapat terkait program pembatasan cairan, mengenalkan manfaat pembatasan cairan, dan
cara melakukan pengontrolan
pembatasan cairan, apa perasaan yang mungkin saat melakukan pembatasan cairan. Masalah – masalah yang dirasakan klien dalam melakukan pembatasan cairan diminta untuk dicatat dan didiskusikan pada sesi selanjutnya. Sesi kedua dilakukan 3 hari kemudian. Pertemuan yang dilakukan sekitar 45 menit. Hal yang dibahas antara lain melakukan review kembali terkait sesi 1, menceritakan kembali masalah-masalah fisik dan emosional yang dihadapi saat melakukan pembatasan cairan, dan strategi – strategi yang dapat dilakukan terkait masalah yang dihadapi. Sesi terakhir dilaksanakan pada hari keempat setelah sesi kedua. Hal- hal yang didiskusikan meliputi diskusi mengenai perasaan, hambatan, dan strategi yang dilakukan, dan menyusun goal setting. Pada saat penyusunan goal setting ini, klien diminta untuk menuliskan di catatan mengenai hal- hal yang ingin dicapai dalam pembatasan cairan seperti berat badan yang stabil dan jumlah cairan yang harus dikonsumsi. Pada sesi ini juga ditekankan bahwa goal setting bukan untuk membatasi klien dan membuat merasa tertekan. Klien diminta untuk tetap menikmati proses dan mengontrol emosi dalam menjalani pembatasan cairan. Pasien ditemani istri klien saat melakukan pertemuan sesi setu. Kesimpulan hasil yang diperoleh dari sesi satu adalah perasaan klien yang cenderung merasa dibatasi. Klien menyatakan akan terjadi perubahan pola hidup yang mungkin
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
101
membuatnya merasa tidak nyaman. Pasien mengatakan tidak yakin dengan perubahan yang akan dilalui dan pastinya ada tantangan yang mungkin ditemui. Pasien mengatakan perasaan sedih dan marah saat mengetahui didiagnosa menderita penyakit gagal ginjal dan harus menjalani cuci darah. Pasien awalnya menolak untuk mendapatkan terapi hemodialisa karena alasan keuangan dan jarak rumah yang cukup jauh. Namun, jaminan kesehatan dan penjelasan mengenai pentingnya hemodialisa memungkinkan untuk klien untuk mengikuti terapi. Pasien tampak mendengarkan penjelasan dengan seksama saat mahasiswa menjelaskan mengenai pembatasan cairan yaitu cara untuk melakukan dan manfaat dari tindakan tersebut. Pasien diminta untuk melakukan pencatatan jumlah cairan yang keluar dan masuk selama 24 jam. Penulis memberikan formulir untuk mencatat pemantauan cairan. Pasien juga diminta untuk melakukan penimbangan berat badan rutin yaitu pada jam yang sama. Pasien diminta untuk menuliskan perasaan dan hambatan atau tantangan yang dirasakan selama melakukan proses pembatasan cairan. Pertemuan pada sesi dua membahas mengenai hambatan yang dirasakan pasien, dan membahas mengenai pemantauan cairan yang dilakukan klien. Istri pasien memperlihatkan catatan yang telah dibuat. Mahasiswa melakukan evaluasi terkait tantangan yang dirasakan pasien. Pasien mengatakan tantangan yang dirasakan adalah merasa akan lebih banyak minum setelah minum obat dan saat makan.Pasien mengaku dapat memenuhi target untuk minum 1000 - 1200 ml/hari. Pasien mengatakan tidak ada masalah yang cukup berat dirasakan selama 3 hari terakhir. Pasien juga mengatakan perasaannya cukup puas untuk dapat patuh pada pengobatan. Penulis dan pasien melanjutkan diskusi dengan membahas situasi- situasi yang mungkin dihadapi saat berada di luar rumah sakit. Penulis dan pasien berdiskusi mengenai situasi- situasi yang memungkinkan untuk dapat menjadi tantangan dalam melakukan pembatasan cairan. Situasi antara lain saat
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
102
menghadiri pesta, saat bekerja, saat bersantai. Pasien dan penulis juga membahas strategi- strategi yang dapat dilakukan untuk menghadapi situasi yang menantang tersebut. Sesi terakhir dilakuakan selama 45 menit. pasien diminta untuk menceritakan kembali terkait manfaat dari pembatasan cairan dan perasaaan setelah melakukan pembatasan cairan selama 10 hari terakhir. Pasien mengatakan cukup menyenangkan dan masih bisa untuk memenuhi target pembatasan cairan. Pasien mengungkapkan strategi yang dilakukan adalah membasahi bibir dan botol yangb sudah ditakarkan ditaruh di dekat klien dan menyingkirkan botol- botol lain dari atas meja klien. Pasien mengungkapkan keinginan untuk dapat memenuhi target dan melakukan hal-hal yang telah dianjurkan. Pasien menuliskan tujuannya dalam melakukan pembatasan cairan adalah untuk tetap sehat dan menikmati hidup. Hasil dari cognitive behavioral therapy yang dilakukan selama 2 minggu merawat pasien kelolaan yaitu menunjukkan bahwa terapi ini cukup efektif. Hasil dari catatan perkembangan menunjukkan tidak ada peningkatan berat badan signifikan(IWG) selama 2 minggu ini. Hasil pemantauan balance cairan juga menunjukkan hasil yang seimbang dan pasien dapat memenuhi target cairan yang telah disusun. Pasien menunjukkan antusias dalam melakukan cognitive behavioral therapy. Keefektifan dari cognitive behavioral therapy dalam melakukan pembatasan cairan yang dilakukan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain peningkatan manajemen diri klien dan dukungan sosial. Tovazzi dan Mazzoni (2012) menemukan bahwa kepatuhan terhadap pembatasan cairan berkaitan dengan motivasi individu, kontrol emosi, pengalaman pribadi, waktu, dan motivasi dari orang lain. Pasien yang menunjukkan antusias, emosi yang relatif stabil dan perasaan nyaman menunjukkan bahwa terjadi suatu hubungan yang positif antara gejala fisik, perilaku, pikiran, dan emosional saling mempengaruhi. Pandangan dan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
103
harapan yang positif, dukungan sosial, dan pandangan subjektif terkait status kesehatan berkaitan dengan kualitas hidup. Manajemen diri (self management ) klien juga tampak mulai terlihat dari cara pasien melakukan pembatasan diet dan cairan. Manajemen diri yang optimal juga berpengaruh pada kualitas hidup pada penderita gagal ginjal kronik. Manajemen diri merupakan usaha positif yang dilakukan seseorang untuk mengatur dan menjaga dan berpartisipasi terhadap pengobatan dan perawatan terkait penyakit, memcegah komplikasi, mengontrol tanda gejala, dan mengurangi hal yang dapat membahayakan hidupnya. Pasien ditemani istri saat melakukan pelatihan. Pasien mengatakan bahwa istri juga sangat membantu untuk mengingatkan saat klien mulai minum melebihi batas minuman yang telah ditentukan. Istri pasien juga membantu klien untuk taat dengan diet makanan yang telah disediakan. Keterlibatan keluarga atau family support dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan klien terhadap terapi pembatasan cairan. Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan meningkatkan motivasi pasien dalam melakukan pembatasan cairan. Hasil penelitian kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan oleh (Ford, 2010). Penderita gagal ginjal yang menikah atau memiliki keluarga memiliki tingkat kepatuhan melakukan pengobatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak menikah, hidup sendiria, atau bercerai. Menurut Friedman (1998 dalam Wahyuningsih 2011), dukungan keluarga dapat memotivasi klien. Dukungan keluarga
yang diberikan dapat berupa dukungan informasi, dukungan
penghargaan, dukungan peralatan dan dukungan emosional. Pendidikan kesehatan berpengaruh pada reaksi emosional pasien terhadap pembatasan cairan yang diberikan. Pendidikan kesehatan yang dilakukan antara lain memberikan informasi terkait penyakit seperti pengertian, penyebab, dampak, dan terapi pengobatan pada penderita gagal ginjal kronik. Pemberian pendidikan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
104
kesehatan meningkatkan reaksi emosional terhadap perasaan yang lebih sejahtera, peran, dan fungsi sosial pasien (Meers et al 1996 dalam Costantini, 2006). Implementasi terkait pembatasan cairan berdasarkan pada penelitian yang dilakukan masih mengalami kekurangan. Dimana, berdasarkan penelitian terkat cognitive behavioral therapy dilakukan pada kelompok orang - orang yang menjalani hemodialisa yang tidak sedang menjalani masa perawatan di rumah sakit. Sedangkan, mahasiswa melakukan intervensi pada satu orang pasien yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Pembatasan cairan yang dilakukan di rumah sakit umumnya dapat dilakukan dengan baik dengan pengawasan ketat keluarga dan tenaga kesehatan. Pasien juga melakukan aktivitas minimal sehingga perasaan haus masih dapat dikontrol dengan baik. Pasien juga belum merasakan tantangan - tantangan yang dapat mempengaruhi emosi seperti menghadiri pesta yang memungkinkan klien merasa bersalah apabila mencicipi minuman yang banyak. Waktu evaluasi juga menjadi salah satu kelemahan dari intervensi pembatasan cairan yang dilakukan. Cognitive behavioral therapy pada penelitian yang dipakai mengevaluasi dengan menggunakan rentang waktu 6 sampai 12 minggu setelah melakukan terapi ini. Sedangkan, penulis hanya menggunakan waktu selama 2 minggu untuk melakukan evaluasi. Evaluasi terkait perilaku umumnya dilakukan pada rentang waktu yang lebih lama karena perubahan perilaku tidak dapat dilakukan secara cepat. Perubahan perilaku membutuhkan proses dan adaptasi dari seorang individu. Penulis menggunakan pendekatan
penerapan keperawatan jiwa dalam
cognitive behavioral therapy. Referensi yang dibaca masih dirasa belum cukup dan seharusnya telah melakukan pelatihan terkait terapi ini sebelumnya. Penulis menggunakan penerapan keperawatan jiwa yang telah dibekali komunikasi terapetik dalam menerapkan cognitive behavioral therapy. Komunikasi terapetik
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
105
ini dirasa cukup efektif dan mampu membina hubungan saling percaya antara penulis dan pasien. 4.4. Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan Penulis menjumpai masalah - masalah dalam menerapkan cognitive behavioral therapy. Masalah yang dihadapi antara lain penerapan cognitive behavioral therapy yang sesuai standard pendekatan keperawatan jiwa. Masalah tersebut dapat diatasi dengan mempersiapkan diri dengan mengikuti pelatihan cognitive behavioral therapy untuk para mahasiswa dan perawat ruangan. Pendekatan secara cognitive behavioral therapy dapat membantu klien yang menjalani pembatasan cairan secara kognitif, perilaku, dan emosional. Cognitive behavioral therapy memang dirasakan efektif apabila dilakukan secara berkelompok. Dengan dibentuknya kelompok, peserta dapat saling berbagi pengalaman, strategi untuk melakukan pembatasan cairan dan saling memotivasi satu sama lain. Waktu evaluasi juga perlu diperhatikan. Sebaiknya peserta terapi juga dilakukan evaluasi kembali terkait kepatuhan dalam melakukan terapi. Cognitive behavioral therapy terkait pembatasan cairan dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan manajemen diri pada penderita gagal ginjal kronik. Perawat dapat berperan dengan mendukung manajemen diri penderita gagal ginjal kronik dengan pemberian edukasi, menyusun program pelatihan bersama, dan memberikan dukungan psikologis yang bersifat motivasi.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Berdasar tujuan penulisan yang ditetapkan terkait gambaran penerapan cognitive behavioral therapy pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa dengan pembatasan cairan, maka diperoleh kesimpulan bahwa: 5.1.1
Asuhan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal kronik menggunakan proses keperawatan diantaranya pengkajian, analisis data, perumusan diagnosa, intervensi, implememtasi, dan evaluasi.
5.1.2
Cognitive behavioral therapy dibagi menjadi 3 sesi latihan yang terdiri dari pengkajian, mengevaluasi perasaan, strategi- strategi untuk menghadapi masalah, dan menyusun goal setting.
5.1.3
Penyakit gagal ginjal yang disebabkan oleh batu ginjal dapat disebabkan karena gaya hidup yang kurang sehat.
5.1.4
Cognitive behavioral therapy terbukti efektif untuk meningkatkan kepatuhan terhadap pembatasan cairan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.
5.2. Saran Beberapa saran yang penulis rekomendasikan antara lain: 5.2.1 Bagi Pelayanan Kesehatan Cognitive behavioral therapy terbukti efektif dalam meningkatkan kepatuhan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. terkait pembatasan cairan. Pihak rumah sakit dapat melakukan pelatihan terkait cognitive behavioral therapy. Perawat ruangan juga dapat menerapkan cognitive behavioral therapy dengan pendekatan
106
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
107
kelompok. Perawat dapat mengumpulkan pasien- pasien yang sedang menjalani pembatasan cairan di suatu ruangan. Dengan dibentuknya kelompok, diharapkan dapat memotivasi antar pasien dan saling bertukar pengalaman. Perawat dapat berperan dengan mendukung manajemen diri penderita gagal ginjal kronik dengan pemberian edukasi, menyusun program pelatihan bersama, dan memberikan dukungan psikologis yang bersifat motivasi
5.2.2 Bagi Pendidikan Keperawatan Cognitive behavioral therapy merupakan suatu terapi dari ilmu keperawatan jiwa. Maka, cognitive behavioral therapy dapat dimasukkan ke dalam sub topik bahasan pada mata kuliah keperawatan khususnya bidang keperawatan jiwa. 5.2.3 Penulisan Karya Ilmiah Selanjutnya Penulis yang ingin mengambil terkait tingkat kepatuhan terhadap pembatasan cairan dapat menggunakan pendekatan metode terapi lain yang yang telah berdasarkan evidence based practice. Karya ilmiah ini juga dapat menjadi acuan bagi penulis yang ingin menggunakan cognitive behavioral therapy ini pada pasien dengan penyakit tertentu untuk meningkatkan kepatuhan pada suatu terapi pengobatan.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
American Kidney Fund. (2012). Kidney disease statistic. Diunduh pada tanggal 28 Juni 2013 pukul 22.00 WIB dari http://www.kidneyfund.org/aboutus/assets/pdfs/akf-kidneydiseasestatistics-2012.pdf Anson, M. H., Byrd, R. M., Koch, I. E. (2009). Cognitive behavioral treatment to improve adherence to hemodialysis fluid restrictions: A case report. Diunduh pada tanggal
10 Mei 2013 pukul
16.00 WIB dari
http://www.readcube.com/articles/10.1155/2009/835262 Asiya,Gul (2005). A modeling study of the role of protein in calcium oxalate kidney stone formation. Diunduh pada tanggal 05 Juli 2013 pukul 17.00 WIB dari http://search.proquest.com/docview/305026531/13F240965D22E01D53E/ 3?accountid=17242 Black, J., & Hawks, J. (2009). Medical- surgical nursing: Clinical management for positive outcomes (8th ed., vol 2). Missouri: Saunders Elseiver. Costantini, Lucia. (2006). Compliance, adherence, and self management: Is a paradigm Shift possible for chronic kidney disease clients?. CANNT Journal; Oct-Dec 2006: 16, 4; Proquest pg 22. Diunduh pada tanggal 28 Juni
2013
pukul
17.00
WIB
dari
http://search.proquest.com/docview/236627515/13F438E650331306E1E/ 1?accountid=17242 Doenges, E. Marylynn., Moorhouse, F.M., Murr, C. A. (2010). Nursing diagnosis manual:Planning, individualizing, and documenting client care (2
th
edition). Philadelphia :F.A Davis Company. Ford, Anderson. Carla.A. (2010). The impact of demographics, sosial support and health beliefs on adherence to hemodialysis treatment regimen. Diunduh
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
109
pada
tanggal
10
Juli
2013
pukul
14.00
WIB
dari
http://search.proquest.com/docview/366834328/13F4B5E7E485A3A8A1 B/1?accountid=17242 Fowler, Christoper., & Baas, S.Linda. (2006). Quality of life; health-related quality of life and estimates of utility are low in CKD patient. Diunduh pada tanggal
1
Juli
2013
pukul
14.00
WIB.
dari
http://search.proquest.com/docview/210065793/13F028978866BEEC202/5 ?accountid=17242 Hafford, Judith., & Brown, Tom. (2009). Cognitive- behavioral therapy as an adjunctive treatment in chronic physical illness. Diunduh pada tanggal 11 Mei
2013
pukul
17.00
WIB
dari
http://apt.rcpsych.org/content/15/4/306.full.pdf Harwood, Lory., et all. (2009). Stressor and coping in individual with chronic kidney disease. Diunduh pada tanggal 24 Juni 2013 pukul 16.00 WIB dari http://search.proquest.com/docview/216533674/13F4368B1FB71ADEA2 3/2?accountid=17242 Hidayati, Sri. (2012). Efektifitas konseling transaksional tentang diet cairan terhadap penurunan interdialytic weight gain (IDWG) pasien gagl ginjal kronis yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Tegal. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Diunduh pada tanggal 13 Juni 2013 pukul 09.00 WIB dari
www.
lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334043-T32526...pdf. Johnstone, Stephanie., & Halshaw, Donna. (2003). Making peace with fluid social workers lead cognitive- behavioral intervention to reduce health- risk behavior. Diunduh pada tanggal 08 Mei 2013 pukul 13.00 dari http://www.kidney.org/Professionals/cnsw/pdf/fluid_management.pdf
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
110
KDOQI. (2002).
Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease:
Evaluation, Classification, and Stratification. Diunduh pada tanggal 20 Juni
2013
pukul
10.00
WIB
dari
http://www.kidney.org/professionals/kdoqi/guidelines_ckd/p4_class_g1.ht m Kidney Health Disease. Fact sheets. Diunduh pada tanggal 27 Mei 2013 pukul 19.00 WIB
2013
dari
http://www.kidney.org.au/ForPatients/HealthFactSheets/tabid/609/Default. aspx Kugler, C., Vlaminck, H., Haverich, A., & Maes, B. (2005). Nonadherence with diet and fluid restrictions among adults having hemodialysis. Diunduh pada tanggal
10
Mei
2013
pukul
18.00
WIB
dari
http://search.proquest.com/docview/236347963/13F4314004C13FDCA88/ 1?accountid=17242 Mok, E., Lai, C., & Zhang, Z. (2004). Coping with chronic renal failure in Hongkong. Diunduh pada tanggal 16 Juni 2013 pukul 18.00 WIB dari http://www.journalofnursingstudies.com/article/S00207489%2803%2900164-0/abstract National Kidney and Urologic Disease Information Clearinghouse. (2009). Kidney Disease Statistic for United States. Diunduh pada tanggal 19 Juni 2013 pukul 14.00 WIB dari http://kidney.niddk.nih.gov/kudiseases/pubs/kustats/ O’Donohue, T. W., & Fisher, E. J. (2012). Cognitive behavioral therapy: Core Priciples for practice.Canada: John Wiley & Sons, Inc. Diunduh pada tanggal
12
Mei
2013
pukul
13.00
dari
http://books.google.co.id/books?id=qawT0W2MJI8C&printsec=frontcover #v=onepage&q&f=false
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
111
Oemarjoedi, Kasandra. (2003). Pendekatan cognitive behavior dalam psikoterapi. Jakarta: Kreatif Media. Pace, Caswell. Rory. (2007). Fluid management in patient on hemodialysis. Diunduh pada
tanggal
8
Mei
2013
pukul
15.00
WIB
dari
http://search.proquest.com/docview/216529958/13F431040F7733DFBF9/ 1?accountid=17242 Pak, Charles. (1998). Kidney stone. Diunduh pada tanggal 05 Juli 2013 pukul 08.00 WIB
dari
http://search.proquest.com/docview/199011101/13F23FEEA316BF063A4/1 2?accountid=17242 Price, A. S., & Wilson, M. L. (2006). Pathophysiology: Clinical concept of disease process. Missiouri: Mosby. Profil RSUP Cipto Mangunkusumo. Diunduh pada tanggal 22 Juni 2013 pada pukul 14.00
WIB
dari
http://www.rscm.co.id/index.php?bhs=in&id=ADM0000003
Rini, Dhea. Puspita. (2010). Hubungan peningkatan kadar asam urat serum dengan kejadian batu ginjal di RSUD DR Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan periode Januari – Desember 2008.Diunduh pada tanggal 19 Juni 2013 pukul
19.00
WIB
dari
http://eprints.umm.ac.id/5698/1/HUBUNGAN_PENINGKATAN_KADA R_ASAM_URAT_SERUM1.pdf Setyaningsih, Tri. (2011). Pengaruh cognitive behavior therapy (CBT) terhadap perubahan harga diri pasien gagal ginjal kronik di unit hemodialisa Rumah Sakit Husada Jakarta. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Diunduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 19.00 WIB dari www. lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282775-T...pdf
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
112
Sharp, J. et all. (2005). A cognitive behavioral group approach to enchance adherence to hemodialysis fluid restriction: A randomized controlled trial. Diunduh
pad
tanggal
10
Mei
2013
pukul
19.00
WIB
dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1595713 Stuart, W.G., & Laraia, T. M. (2005). Principles and practice of psychiatric. Missiouri: Mosby Smeltzer, Suzanne. C, & Bare, Brenda. G. (2005). Brunner&Suddarth’s:Textbook of medical surgical nursing 10th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Suharjono. (2008). Ilmu penyakit dalam.(Edisi 8). Jakarta: Penerbit FK UI. Suraryanto, T. & Madjid, A. (2002). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Penerbit Trans Info Media. The Centers for Disease Control and Prevention. (2010). National Chronic Kidney Disease Fact Sheet. Diunduh pada tanggal 29 Juni 2013 pukul 19.00 WIB dari www.cdc.gov/diabetes/pubs/factsheets/kidney.htm Tovazzi, Elena. Maria., & Mazzoni, Valentina. (2012). Personal path of fluid restriction in patients on hemodialysis.. Diunduh pada tanggal 1 Juli 2013 pukul
15.00
dari
http://search.proquest.com/docview/1022627001/13F43008B4E56316A53/1 ?accountid=17242 USRDS Annual Data Report. (2012). Altas of CKD & ESRD. Diunduh pada tanggal 12
Mei
2013
pukul
18.00
WIB
dari
http://www.usrds.org/2012/pdf/v1_ch2_12.pdf Wahyuningsih, Atun.Sri. (2011). Pengaruh terapi suportif terhadap kemampuan keluarga merawat klien gagal ginjal kronik (GGK) yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit PELNI Jakarta. Depok: Fakultas Ilmu
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
113
Keperawatan Indonesia. Diunduh pada tanggal 13 Juni 2013 pukul 14.00 WIB dari www. lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282455...pdf. Wibowo, A. Budi. (2010). Faktor risiko kejadian penyakit batu ginjal dan saluran kemih di wilyah kerja Puskesmas Sentolo I Kabupaten Kulin Progo Yogyakarta. Diunduh pada tanggal 28 Juni 2013 pukul 17.00 WIB dari http://eprints.undip.ac.id/28924/1/2797.pdf Wright, Mark., & Jones, Colin. (2010). Clinical Practice Guidelines: Nutrition in CKD. Diunduh pada tanggal 12 Mei 2013 pukul 13.00 WIB dari http://www.renal.org/clinical/guidelinessection/NutritionInCKD.aspx
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
CATATAN PERKEMBANGAN Waktu
Diagnosa
Rabu, 15 Mei 2013
Risiko ketidakseimbangan elektrolit
Rabu, 15 Mei 2013
Kelebihan volume cairan
Implementasi 1. Melakukan pemantauan tanda-tanda vital 2. Mengkaji adanya perubahan neuromuscular 3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT 4. Memberikan terapi bicnat
1. Mengkaji adanya pitting edema 2. Mengauskultasi suara nafas dan suara jantung.
Evaluasi Subjektif: - Klien mengatakan masih merasa mual dan ingin muntah. Objektif: - TD:130/80 mmHg - RR:20x/menit - HR:80x/menit - Suhu: 36,20 C - Tidak ada tanda- tanda kelainan muscular - Kekuatan otot normal, pergerakan terarah - Warna mukosa: pink, CRT < 2 detik Analisis - Masalah belum teratasi Perencanaan Pantau tanda-tanda vital - Kaji adanya perubahan neuromuscular - kaji suhu, warna, dan CRT - Pantau hasil AGD - Berikan obat sesuai indikasi
Subjektif: - Klien mengatakan mengalami bengkak pada kaki sejak 1 bulan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu
Diagnosa
Implementasi 3. Timbang berat badan 4. Menghitung JVP 5. Menjelaskan klien terkait pembatasan cairan 6. Memantau tanda-tanda vital
Evaluasi yang lalu. Klien mengatakan mengerti dengan penjelasan terkait pembatasan cairan yang telah dijelaskan. Objektif: - Pitting edema derajat 2 di peritibial. - Suara nafas: vesikuler, wheezing (-), ronkhi(-) - JVP 5+1 cm H2O - Berat badan 50 kg - TD:130/80 mmHg - RR:20x/menit - HR:80x/menit - Suhu: 36,20 C Analisis: Masalah belum teratasi Perencanaan: - Kaji adanya pitting edema - Auskultasi suara nafas dan suara jantung. - Anjurkan untuk timbang berat badan rutin - Hitung JVP - Pantau balance cairan - Pantau tanda-tanda vital - Pantau hasil pemeriksaan laboratorium: albumin, hematokrit.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
-
Universitas Indonesia
Waktu
Rabu, 15 Mei 2013
Diagnosa
Konstipasi
Implementasi
Evaluasi
1) Mengauskultasi bunyi usus ( frekuensi) 2) Melakukan palpasi abdomen 3) Mengkaji pola diet dan pilihan makanan 4) Mengkaji pola BAB 5) Mengajarkan masase perut 6) Menganjrkan untuk mengonsumsi banyak buah-buahan dan sayuran
Subjektif: - Klien mengatakan saat ini mengalami mual dan penurunan nafsu makan - Klien mengatakan makanan hanya sedikit yang masuk - Klien mengatakan biasa BAB sehari sekali - Klien mengatakan perut mulas tapi tidak mau keluar dan perut terasa tidak nyaman. - Klien mengatakan mengerti dengan penjelasan ynag diberikan Objektif: - Bising usus : 5x/menit - Distensi abdomen (+) - Klien dapat melakukan masase perut dengan benar Analisa: - Masalah belum teratasi Perencananan: - Auskultasi bunyi usus ( frekuensi) - Kaji pola diet dan pilihan makanan - Lakukan masase perut - Anjurkan buah-buahan segar, sayuran, dan serat yang sesuai dengan diet penyakit yang menyertai.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi -
Rabu, 15 Mei 2013
Risiko nutrisi; kurang dari kebutuhan
Pertahankan privasi klien di kamar mandi atau di temapat tidur.
1. Mengkaji pola makan pasien Subjektif: sebelumnya dan bandingkan - Klien mengeluhkan mual dan dengan makanan yang dapat muntah masih ada dihabiskan pasien. - Klien mengatakan tidak dapat 2. Mengauskultasi bising usus, catat menghabiskan makanan yang adanya nyeri abdomen/ perut diberikan dan masih tersisa ¾ kembung, mual, dan muntah - Keluarga mengatakan mengerti 3. Mengajarkan klien dan keluarga terkait cara oral hygiene mengenai oral - Setelah 45 menit diberikan obat, higiene klien. klien mengatakan mual 4. Memberikan obat ondansenton berkurang. dan inpepsa 5. Menimbang berat badan Objektif: - Klien tampak tampak pucat - Bising usus: 5x/menit - Mual (+), muntah (+) Analisa: - Masalah belum teratasi Perencanaan: - kaji pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien. - Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/ perut kembung, mual, dan muntah - Pantau oral higiene klien.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi -
Kamis, 16 Mei 2013
Kelebihan volume cairan
1. Mengkaji adanya pitting edema 2. Mengauskultasi suara nafas dan suara jantung. 3. Timbang berat badan 4. Menghitung JVP 5. Menjelaskan klien terkait pembatasan cairan 6. Memantau tanda-tanda vital
Kolaborasikan pemberian obat antiemetic sesuai indikasi (obat ondansenton dan inpepsa)
Subjektif: - Klien mengatakan minum 1200 cc Objektif: - Pitting edema derajat 2 di peritibial. - Suara nafas: vesikuler, wheezing (-), ronkhi(-) - JVP 5+1 cm H2O - Berat badan 50 kg - TD:120/80 mmHg - RR:20x/menit - HR:80x/menit - Suhu: 36,30 C - Balance cairan: intake 1200 output 700 cc, IWL : 500 cc Analisis: Masalah belum teratasi Perencanaan: - Kaji adanya pitting edema - Auskultasi suara nafas dan suara jantung. - Anjurkan untuk timbang berat badan rutin - Hitung JVP - Pantau balance cairan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi -
Kamis,, 16 Mei 2013
Risiko ketidakseimbangan elektrolit
1. Melakukan pemantauan tanda-tanda vital 2. Mengkaji adanya perubahan neuromuscular 3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT 4. Memberikan terapi bicnat
Kamis, 16
Konstipasi
1. Mengauskultasi bunyi usus (
Pantau tanda-tanda vital Pantau hasil pemeriksaan laboratorium: albumin, hematokrit. Subjektif: - Klien mengatakan masih merasa mual dan ingin muntah. Objektif: - TD:120/80 mmHg - RR:20x/menit - HR:80x/menit - Suhu: 36,20 C - Tidak ada tanda- tanda kelainan muscular - Kekuatan otot normal, pergerakan terarah - Warna mukosa: pink, CRT < 2 detik Analisis - Masalah belum teratasi Perencanaan Pantau tanda-tanda vital - Kaji adanya perubahan neuromuscular - kaji suhu, warna, dan CRT - Pantau hasil AGD - Berikan obat sesuai indikasi
Subjektif:
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu
Diagnosa
Mei 2013
Kamis, 16 Mei 2013
Implementasi frekuensi) 2. Melakukan palpasi abdomen 3. Mengkaji pola diet dan pilihan makanan 4. Mengkaji pola BAB
Kurang Pengetahuan
1. Menjelaskan mengenai gagal ginjal kronik
Evaluasi Klien mengatakan saat ini belum BAB - Klien mengatakan perut tidak terasa mulas - Klien mengatakan sudah melakukan masase perut setiap pagi - Klien mengatakan sudah mengkonsumsi buah-bauahan dan sayuran Objektif: - Bising usus : 5x/menit - Distensi abdomen (+) Analisa: - Masalah belum teratasi Perencananan: - Auskultasi bunyi usus ( frekuensi) - Kaji pola diet dan pilihan makanan - Lakukan masase perut - Anjurkan buah-buahan segar, sayuran, dan serat yang sesuai dengan diet penyakit yang menyertai. - Pertahankan privasi klien di kamar mandi atau di temapat tidur. Subjektif: - Klien dan keluarga mengatakan mengerti dengan penjelasan yang
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
-
Universitas Indonesia
Waktu
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi
2. Menjelaskan penyebab gagal ginjal kronik 3. Menjelaskan akibat gagal ginjal kronik 4. Menjelaskan terapi dialisa yaitu hemodialisa
Jumat, 17 Mei 2013 Sabtu, 18 Mei 2013
diberikan Klien dan keluarga mengatakan baru mengetahui terkait penyakit gagal ginjal kronik Objektif: - Klien dan keluarga dapat menyebutkan kembali pengertian gagal ginjal kronik - Klien dan keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5 penyebab gagal ginjal kronik - Klien dapat menyebutkan 5 dari 12 akibat gagal ginjal kronik - Klien dapat menyebutkan pengertian dan tujuan hemodialisa Analisa: Masalah belum teratasi Perencanaan: - Diskusikan terkait diet makanan dan cairan - Diskusikan aktivitas/ latihan yang sesuai - Evaluasi kembali kegiatan penkes yang sudah diberikan. -
Pasien On HD Risiko ketidakseimbangan elektrolit
1. Melakukan pemantauan tandatanda vital 2. Mengkaji adanya perubahan
Subjektif: - Klien mengatakan masih merasa mual mulai berkurang
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu
Diagnosa
Implementasi neuromuscular 3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT 4. Memberikan terapi bicnat
Sabtu,18 Mei 2013
Konstipasi
1. Mengauskultasi bunyi usus ( frekuensi) 2. Melakukan palpasi abdomen 3. Mengkaji pola diet dan pilihan makanan 4. Mengkaji pola BAB
Evaluasi Objektif: - TD:110/70 mmHg - RR:18x/menit - HR:82x/menit - Suhu: 36,20 C - Tidak ada tanda- tanda kelainan muscular - Kekuatan otot normal, pergerakan terarah - Warna mukosa: pink, CRT < 2 detik Analisis - Masalah belum teratasi Perencanaan Pantau tanda-tanda vital - Kaji adanya perubahan neuromuscular - kaji suhu, warna, dan CRT - Pantau hasil AGD - Berikan obat sesuai indikasi
Subjektif: - Klien mengatakan mual dan muntah berkurang - Klien mengatakan sudah melakukan masase perut - Klien mengatakan sudah mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi -
Klien mengatakan sudah minum laxadine. Objektif: - Bising usus : 7x/menit - Distensi abdomen (+) Analisa: - Masalah belum teratasi Perencananan: - Auskultasi bunyi usus ( frekuensi) - Kaji pola diet dan pilihan makanan - Lakukan masase perut - Anjurkan buah-buahan segar, sayuran, dan serat yang sesuai dengan diet penyakit yang menyertai. - Pertahankan privasi klien di kamar mandi atau di temapat tidur. - Kolaborasi pemberian laxadine Sabtu, 18 Mei 2013
Kelebihan volume cairan
1.Mengkaji adanya pitting edema 2. Mengauskultasi suara nafas dan suara jantung. 3. Menghitung JVP 4. Memantau tanda-tanda vital
Subjektif: - Klien mengatakan minum 1000 cc Objektif: - Pitting edema derajat 1 di peritibial. - Suara nafas: vesikuler, wheezing (-), ronkhi(-)
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi -
Senin,20 Mei 2013
Kelebihan volume cairan
1. Mengkaji adanya pitting edema 2. Mengauskultasi suara nafas dan suara jantung. 3. Timbang berat badan 4. Menghitung JVP 5. Menjelaskan klien terkait
JVP 5+1 cm H2O Berat badan 50 kg TD:110/80 mmHg RR:18x/menit HR:88 x/menit Suhu: 36,30 C Balance cairan: intake 1000 output 600 cc, IWL : 500 cc - Balance cairan: - 100 cc - Post HD (17 Mei 2013): 800 cc Analisis: Masalah belum teratasi Perencanaan: - Kaji adanya pitting edema - Auskultasi suara nafas dan suara jantung. - Anjurkan untuk timbang berat badan rutin - Hitung JVP - Pantau balance cairan - Pantau tanda-tanda vital - Pantau hasil pemeriksaan laboratorium: albumin, hematokrit. Subjektif: - Klien mengatakan minum 1200 cc Objektif: - Pitting edema derajat 1 di peritibial.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu
Diagnosa
Implementasi pembatasan cairan 6. Memantau tanda-tanda vital
Senin, 20 Mei 2013
Konstipasi
1. Mengauskultasi bunyi usus ( frekuensi) 2. Melakukan palpasi abdomen 3. Mengkaji pola diet dan pilihan makanan
Evaluasi Suara nafas: vesikuler, wheezing (-), ronkhi(-) - JVP 5+1 cm H2O - Berat badan 50 kg - TD:120/80 mmHg - RR:20x/menit - HR:82x/menit - Suhu: 360 C - Balance cairan: intake 1200 output 800 cc, IWL : 500 cc - Balance cairan: - 100 cc Analisis: Masalah belum teratasi Perencanaan: - Kaji adanya pitting edema - Auskultasi suara nafas dan suara jantung. - Anjurkan untuk timbang berat badan rutin - Hitung JVP - Pantau balance cairan - Pantau tanda-tanda vital - Pantau hasil pemeriksaan laboratorium: albumin, hematokrit. Subjektif: - Klien mengatakan sudah BAB tadi pagi namun masih sedikit dan perut masih terasa mulas - Klien mengatakan sudah
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
-
Universitas Indonesia
Waktu
Diagnosa
Implementasi 4. Mengkaji pola BAB
Evaluasi melakukan masase perut Klien mengatakan sudah mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran Objektif: - Bising usus : 7x/menit - Distensi abdomen (+) Analisa: - Masalah belum teratasi Perencananan: - Auskultasi bunyi usus ( frekuensi) - Kaji pola diet dan pilihan makanan - Lakukan masase perut - Anjurkan buah-buahan segar, sayuran, dan serat yang sesuai dengan diet penyakit yang menyertai. - Pertahankan privasi klien di kamar mandi atau di temapat tidur. -
Senin, 20 Mei 2013
Risiko ketidakseimbangan elektrolit
1. Melakukan pemantauan tanda-tanda vital 2. Mengkaji adanya perubahan neuromuscular 3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT 4. Memberikan terapi bicnat
Subjektif: - Klien mengatakan masih merasa mual namun sudah mulai berkurang. Objektif: - TD:120/80 mmHg
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi -
RR:20x/menit HR:82x/menit Suhu: 36,10 C Tidak ada tanda- tanda kelainan muscular - Kekuatan otot normal, pergerakan terarah - Warna mukosa: pink, CRT < 2 detik Analisis - Masalah belum teratasi Perencanaan Pantau tanda-tanda vital - Kaji adanya perubahan neuromuscular - kaji suhu, warna, dan CRT - Pantau hasil AGD - Berikan obat sesuai indikasi
Senin, 20 Mei 2013
Kurang Pengetahuan
1. Melakuakan evaluasi terkait pendidikan kesehatan yang dilakukan sebelumnya 2. Menjelaskan kembali terkait dampak gagal ginjal kronik 3. Menjelaskan terkait diet pada gagal ginjal kronik
Subjektif: - Klien dan keluarga mengatakan tidak ingat mengenai dampak atau akibat gagal ginjal. - Klien dan keluarga mengatakan mengerti dengan penjelasan yang diberikan Objektif: - Klien dan keluarga tampak kooperatif
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi -
Klien dan keluarga tampak aktif dalam diskusi - Klien dan keluarga dapat menyebutkan beberapa contoh diet makanan penderita gagal ginjal kronik. Analisis: - Masalah belum teratasi Perencanan: - Evaluasi pendidikan kesehatan yang telah diberikan - Diskusikan kembali terkait terapi hemodialisa - Diskusikan mengenai aktivitas yang cocok untuk klien. Selasa, 21 Mei 2013 Rabu, 22 Mei 2013
Pasien On HD Risiko ketidakseimbangan elektrolit
1. Melakukan pemantauan tanda-tanda vital 2. Mengkaji adanya perubahan neuromuscular 3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT
Subjektif: - Klien mengatakan masih merasa mual sudah berkurang Objektif: - TD:120/80 mmHg - RR:20x/menit - HR:84x/menit - Suhu: 360 C - Tidak ada tanda- tanda kelainan muscular - Kekuatan otot normal, pergerakan terarah
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi -
Warna mukosa: pink, CRT < 2 detik Analisis - Masalah belum teratasi Perencanaan Pantau tanda-tanda vital - Kaji adanya perubahan neuromuscular - kaji suhu, warna, dan CRT - Pantau hasil AGD - Berikan obat sesuai indikasi
Rabu, 22 Mei 2013
Konstipasi
1. Mengauskultasi bunyi usus ( frekuensi) 2. Melakukan palpasi abdomen 3. Mengkaji pola diet dan pilihan makanan 4. Mengkaji pola BAB
Subjektif: - Klien mengatakan saat ini mual berkurang dan nafsu makan mulai membaik. - Klien mengatakan BAB tadi pagi dengan konsistensi lembek, warna kecokelatan, darah (-), lendir (-) Objektif: - Bising usus : 9x/menit - Distensi abdomen (-) Analisa: - Masalah belum teratasi Perencananan: - Auskultasi bunyi usus ( frekuensi) - Kaji pola diet dan pilihan makanan - Lakukan masase perut
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi -
-
Rabu, 22 Mei 2013
Kelebihan volume cairan
1. Mengkaji adanya pitting edema 2. Mengauskultasi suara nafas dan suara jantung. 3. Bersama klien melakukan penimbangan berat badan 4. Memantau kadar albumin 5. Memantau tanda-tanda vital
Anjurkan buah-buahan segar, sayuran, dan serat yang sesuai dengan diet penyakit yang menyertai. Pertahankan privasi klien di kamar mandi atau di tempat tidur.
Subjektif: - Klien mengatakan minum 1200 cc - Klien mengatakan tidak ada masalah dalam melakukan pembatasan cairan - Klien mengatakan merasa nyaman dengan pembatasan cairan yang dilakukan Objektif: - Pitting edema derajat 1 di peritibial. - Suara nafas: vesikuler, wheezing (-), ronkhi(-) - Kadar albumin 3, 03 g/dl - Berat badan 50 kg - TD:120/80 mmHg - RR:20x/menit - HR:84x/menit - Suhu: 360 C
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi -
Kamis, 23 Mei 2013
Kelebihan volume cairan
1. Mengkaji adanya pitting edema 2. Mengauskultasi suara nafas dan suara jantung. 3. Menimbang berat badan 4. Menghitung JVP 5. Memantau tanda-tanda vital
Balance cairan: intake 1200 output 600 cc, IWL : 500 cc - Balnce cairan: - 100 cc Analisis: Masalah belum teratasi Perencanaan: - Kaji adanya pitting edema - Auskultasi suara nafas dan suara jantung. - Anjurkan untuk timbang berat badan rutin - Hitung JVP - Pantau balance cairan - Pantau tanda-tanda vital - Pantau hasil pemeriksaan laboratorium: albumin, hematokrit. Subjektif: - Klien mengatakan minum 1100 cc Objektif: - Pitting edema derajat 1 di peritibial. - Suara nafas: vesikuler, wheezing (-), ronkhi(-) - JVP 5+1 cm H2O - Berat badan 50,5 kg - TD:120/80 mmHg - RR:20x/menit - HR:80x/menit
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi Suhu: 36,20 C Balance cairan: intake 1100 output 600 cc, IWL : 500 cc - Balance cairan: seimbang Analisis: Masalah belum teratasi Perencanaan: - Kaji adanya pitting edema - Auskultasi suara nafas dan suara jantung. - Anjurkan untuk timbang berat badan rutin - Hitung JVP - Pantau balance cairan - Pantau tanda-tanda vital - Pantau hasil pemeriksaan laboratorium: albumin, hematokrit. Subjektif: - Klien mengatakan mual mulai berkurang. Objektif: - TD:120/80 mmHg - RR:20x/menit - HR:80x/menit - Suhu: 36,20 C - Tidak ada tanda- tanda kelainan muscular - Kekuatan otot normal, pergerakan terarah -
Kamis, 23 Mei 2013
Risiko ketidakseimbangan elektrolit
1. Melakukan pemantauan tanda-tanda vital 2. Mengkaji adanya perubahan neuromuscular 3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT 4. Memberikan terapi bicnat
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi -
Warna mukosa: pink, CRT < 2 detik Analisis - Masalah belum teratasi Perencanaan Pantau tanda-tanda vital - Kaji adanya perubahan neuromuscular - kaji suhu, warna, dan CRT - Pantau hasil AGD - Berikan obat sesuai indikasi
Kamis, 23 Mei 2013
Risiko nutrisi; kurang dari kebutuhan
1. Mengkaji pola makan pasien sebelumnya dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien. 2. Mengauskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/ perut kembung, mual, dan muntah 3. Mengevaluasi tindakan oral higiene klien. 4. Memberikan obat ondansenton dan inpepsa 5. Menimbang berat badan
Subjektif: - Klien mengeluhkan mual mulai berkurang. - Klien mengatakan dapat menghabiskan makanan yang diberikan sebanyak ¾ porsi - Keluarga mengatakan melakukan oral hygiene setiap hari - Setelah 45 menit diberikan obat, klien mengatakan mual hilang. Objektif: - Bising usus: 5x/menit - Mual (-), muntah (-) - Berat badan 50,5 kg Analisa: - Masalah belum teratasi Perencanaan:
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi -
Kamis, 23 Mei 2013
Hambatan Mobilitas Fisik
1. Memantau tanda-tanda vital sebelum dan sesudah latihan 2. Mengkaji kekuatan otot 3. Mengkaji kemampuan klien dalam melakukan latihan ROM 4. Melatih ROM 5. Melibatkan keluarga dalam melakukan latihan
kaji pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien. - Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/ perut kembung, mual, dan muntah - Pantau oral higiene klien. - Kolaborasikan pemberian obat antiemetic sesuai indikasi (obat ondansenton dan inpepsa) Subjektif: - Klien mengatakan tidak merasa pusing dan sesak saat melakukan latihan Objektif: - Tanda vital sebelum latihan: - TD:120/80 mmhg - Nadi: 80x/menit - Suhu: 36,30 C - Tanda vital sesuadah latihan: - TD:120/80 mmhg - Nadi: 84x/menit - Suhu: 36,30 C - Kekuatan otot: 5555 5555 5555 5555 - Keluarga dan klien tampak kooperatif - Jenis latihan: aktif Analisa:
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi - Masalah belum teratasi Perencanaan: - Dorong klien untuk melakukan secara rutin - Lakukan ROM secara rutin - Pantau TTV sebelum dan sesuadah latihan
Jumat, 24 Mei 2013 Sabtu, 25 Mei 2013
Pasien On HD Kelebihan volume cairan
1. Mengkaji adanya pitting edema 2. Mengauskultasi suara nafas dan suara jantung. 3. Bersama klien melakukan penimbangan berat badan 4. Menghitung JVP 5. Memantau tanda-tanda vital 6. Memantau kadar albumin
Subjektif: - Klien mengatakan minum 1200 cc Objektif: - Pitting edema derajat 1 di peritibial. - Suara nafas: vesikuler, wheezing (-), ronkhi(-) - JVP 5+1 cm H2O - Berat badan 51 kg - TD:120/80 mmHg - RR:20x/menit - HR:86x/menit - Suhu: 36,30 C - Balance cairan: intake 1200 output 700 cc, IWL : 500 cc - Post HD: 600 cc - Kadar albumin: 3, 06 g/dl Analisis: Masalah belum teratasi Perencanaan:
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi -
Sabtu, 25 Mei 2013
Risiko ketidakseimbangan elektrolit
1. Melakukan pemantauan tanda-tanda vital 2. Mengkaji adanya perubahan neuromuscular 3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT 4. Memberikan terapi bicnat
Kaji adanya pitting edema Auskultasi suara nafas dan suara jantung. - Anjurkan untuk timbang berat badan rutin - Hitung JVP - Pantau balance cairan - Pantau tanda-tanda vital - Pantau hasil pemeriksaan laboratorium: albumin, hematokrit. Subjektif: - Klien mengatakan muntah mulia berkurang. Objektif: - TD:120/80 mmHg - RR:20x/menit - HR:80x/menit - Suhu: 36,20 C - Tidak ada tanda- tanda kelainan muscular - Kekuatan otot normal, pergerakan terarah - Warna mukosa: pink, CRT < 2 detik Analisis - Masalah belum teratasi Perencanaan Pantau tanda-tanda vital - Kaji adanya perubahan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu
Sabtu, 25 Mei 2013
Diagnosa
Hambatan Mobilitas Fisik
Implementasi
1. Memantau tanda-tanda vital sebelum dan sesudah latihan 2. Mengkaji kekuatan otot 3. Mengkaji kemampuan klien dalam melakukan latihan ROM 4. Melatih ROM Melibatkan keluarga dalam melakukan latihan
Evaluasi neuromuscular - kaji suhu, warna, dan CRT - Pantau hasil AGD - Berikan obat sesuai indikasi. Subjektif: - Klien mengatakan tidak merasa pusing dan sesak saat melakukan latihan Objektif: - Tanda vital sebelum latihan: - TD:120/80 mmhg - Nadi: 82x/menit - Suhu: 360 C - Tanda vital sesuadah latihan: - TD:120/80 mmhg - Nadi: 88x/menit - Suhu: 360 C - Kekuatan otot: 5555 5555 5555 5555 - Keluarga dan klien tampak kooperatif - Jenis latihan: aktif Analisa: - Masalah belum teratasi Perencanaan: - Dorong klien untuk melakukan secara rutin - Lakukan ROM secara rutin - Pantau TTV sebelum dan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu
Sabtu, 25 Mei 2013
Diagnosa
Kurang Pengetahuan
Implementasi
1. Mengevaluasi terkait pendidikan kesehatan yang telah dilakukan 2. Mengevaluasi terkait pembatasan makanan dan jenis diet pada penyakit gagal ginjal kronik 3. Mengevaluasi kembali strategi yang digunakan untuk melakukan pembatasan cairan 4. Mengevaluasi perasaan klien terkait pendidikan kesehatan yang diberikan. 5. Mendiskusikan terkait hemodialisa
Evaluasi sesuadah latihan Subjektif: - Klien mengatakan hambatanatau situasi yang tidak bersahabat dalam melakukan pembatasan cairan adalah cuaca panas, pesta, dan saat menonton tevelisi. - Klien mengatakan merasa nyaman dengan pembatasan cairan yang diberikan - Klien dan keluarga mengatakan agak sulit untuk menerapkan diet yang sesuai - Klien dan keluarga mengatakan merasa cemas jika tidak mendapatkan tempat untuk hemodialisa atau tempatnya jauh dari rumah - Klien mengatakan strategi yang dapat digunakan seperti berdoa dan dukungan keluarga untuk patuh terhadap pembatasan cairan. - Klien mengatakan merasa nyaman dengan pembatasan cairan yang dilakukan. Objektif: - Klien dan keluarga tampak kooperatif - Klien dan keluarga aktif dalam
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi mengikuti diskusi Klien dapat menyebutkan kembali pilihan diet makanan pada penderita gagal ginjal kronik. Analisa: - Masalah belum teratasi Perencanaan: - Evaluasi pendidikan kesehatan yang telah dilakukan - Diskusikan terkait aktivitas/ latihan yang cocok untuk klien. Subjektif: - Klien mengatakan masihmual sudah tidak muncul sejak kemarin. Objektif: - TD:110/80 mmHg - RR:20x/menit - HR:86x/menit - Suhu: 36,10 C - Tidak ada tanda- tanda kelainan muscular - Kekuatan otot normal, pergerakan terarah - Warna mukosa: pink, CRT < 2 detik Analisis - Masalah belum teratasi Perencanaan Pantau tanda-tanda vital -
Senin, 27 Mei 2013
Risiko ketidakseimbangan elektrolit
1. Melakukan pemantauan tanda-tanda vital 2. Mengkaji adanya perubahan neuromuscular 3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT 4. Memberikan terapi bicnat
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi -
Senin, 27 Mei 2013
Kelebihan volume cairan
1. Mengkaji adanya pitting edema 2. Mengauskultasi suara nafas dan suara jantung. 3. Bersama klien melakukan penimbangan berat badan 4. Menghitung JVP 5. Menjelaskan klien terkait pembatasan cairan 6. Memantau tanda-tanda vital
Kaji adanya perubahan neuromuscular kaji suhu, warna, dan CRT Pantau hasil AGD Berikan obat sesuai indikasi
Subjektif: - Klien mengatakan minum 1200 cc Objektif: - Pitting edema (-) - Suara nafas: vesikuler, wheezing (-), ronkhi(-) - JVP 5+1 cm H2O - Berat badan 52 kg - TD:110/80 mmHg - RR:20x/menit - HR:86x/menit - Suhu: 360 C - Balance cairan: intake 1200 output 700 cc, IWL : 500 cc Analisis: Masalah belum teratasi Perencanaan: - Kaji adanya pitting edema - Auskultasi suara nafas dan suara jantung. - Anjurkan untuk timbang berat badan rutin - Hitung JVP
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi -
Senin, 27 Mei 2013
Selasa, 28
Hambatan Mobilitas Fisik
1. Memantau tanda-tanda vital sebelum dan sesudah latihan 2. Mengkaji kemampuan klien dalam melakukan latihan ROM 3. Melatih ROM 4. Melibatkan keluarga dalam melakukan latihan
Pantau balance cairan Pantau tanda-tanda vital Pantau hasil pemeriksaan laboratorium: albumin, hematokrit. Subjektif: - Klien mengatakan tidak merasa pusing dan sesak saat melakukan latihan Objektif: - Tanda vital sebelum latihan: - TD:110/80 mmhg - Nadi: 86x/menit - Suhu: 360 C - Tanda vital sesuadah latihan: - TD:110/80 mmhg - Nadi: 90x/menit - Suhu: 360 C - Keluarga dan klien tampak kooperatif - Jenis latihan: aktif Analisa: - Masalah belum teratasi Perencanaan: - Dorong klien untuk melakukan secara rutin - Lakukan ROM secara rutin - Pantau TTV sebelum dan sesuadah latihan
Pasien On HD
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Mei 2013 Rabu, 29 Mei 2013
Rabu, 29 Mei 2013
Diagnosa
Implementasi
Kelebihan volume cairan
1. Mengkaji adanya pitting edema 2. Mengauskultasi suara nafas dan suara jantung. 3. Bersama klien melakukan penimbangan berat badan 4. Menghitung JVP 5. Menjelaskan klien terkait pembatasan cairan 6. Memantau tanda-tanda vital
Risiko ketidakseimbangan elektrolit
1. Melakukan pemantauan tanda-tanda vital 2. Mengkaji adanya perubahan neuromuscular 3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT 4. Memberikan terapi bicnat
Evaluasi
Subjektif: - Klien mengatakan minum 1200 cc Objektif: - Pitting edema (-) - Suara nafas: vesikuler, wheezing (-), ronkhi(-) - JVP 5+1 cm H2O - Berat badan 52 kg - TD:120/80 mmHg - RR:20x/menit - HR:80x/menit - Suhu: 36,30 C - Balance cairan: intake 1200 output 700 cc, IWL : 500 cc - Post HD: 600 cc Analisis: Masalah belum teratasi Perencanaan: - Operkan kepada perawat ruangan Subjektif: - Klien mengatakan masih merasa mual dan ingin muntah. Objektif: - TD:120/80 mmHg - RR:20x/menit - HR:80x/menit - Suhu: 36,20 C - Tidak ada tanda- tanda kelainan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi muscular Kekuatan otot normal, pergerakan terarah - Warna mukosa: pink, CRT < 2 detik Analisis - Masalah belum teratasi Perencanaan Pantau tanda-tanda vital - Kaji adanya perubahan neuromuscular - kaji suhu, warna, dan CRT - Pantau hasil AGD - Berikan obat sesuai indikasi. -
Rabu, 29 mei 2013
Hambatan Mobilitas Fisik
1. Memantau tanda-tanda vital sebelum dan sesudah latihan 2. Mengkaji kekuatan otot 3. Mengkaji kemampuan klien dalam melakukan latihan ROM 4. Melatih ROM Melibatkan keluarga dalam melakukan latihan 5. Menyusun jadwal latihan ROM bersama dengan klien.
Subjektif: - Klien mengatakan tidak merasa pusing dan sesak saat melakukan latihan. - Klien mengatakan telah mencoba melakukan latihan ROM aktif tadi pagi - Klien mengatakan akan melakukan latihan ROM setiap pagi pukul 06.00 Objektif: - Tanda vital sebelum latihan: - TD:120/80 mmhg - Nadi: 80x/menit - Suhu: 36, 20 C
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi -
Rabu, 29 Mei 2013
Kurang Pengetahuan
1. Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang telah dilakukan 2. Mendiskusikan kembali hambatan yang terjadi selama melakukan pembatasan cairan 3. Mendiskusikan masalah-masalah yang belum jelas mengenai diit 4. Mendiskusikan terkait aktivitas/latihan yang sesuai dengan klien.
Tanda vital sesuadah latihan: TD:110/80 mmhg Nadi: 90x/menit Suhu: 360 C Keluarga dan klien tampak kooperatif - Jenis latihan: aktif - Klien dapat melakukan tindakan ROM aktif sesuai dengan urutan. Analisa: - Masalah teratasi Perencanaan: - Operkan kepada perawat ruangan. Subjektif: - Klien mengatakan cukup mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh mahasiswa - Klien mengatakan latihan yang akan dilakukan adalah jalan kaki dan senam setiap hari - Klien mengatakan merasa nyaman dan merasa yakin untuk mencoba melakukan pembatasan cairan - Klien mengatakan hal yang ingin dicapai adalah tetap sehat dan bisa tetap aktif dalam melakukan kegiatan sosial. - Klien mengatakan dukungan keluarga sangat penting dalam
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi menjalani pola hidup yang baru Klien mengatkan akan mencoba menerapkan pola hidup yang baru. - Klien akan mencoba anjuran untuk memeriksakan kesehatan rutin (tekanan darah, kadar gula), menimbang berat badan setiap hari, dan mencatat cairan masuk dan keluar. Objektif: - Klien dan keluarga tampak kooperatif - Klien dan keluargaterlibat aktif dalam diskusi - Klien dapat menyebutkan kembali tujuan pembatasan cairan dan manfaat yang dicapai. - Klien dapat menyebutkan kembali diit makanan yang sesuai dengan penyakit gagal ginjal kronik. Analisa: - Masalah teratasi. Perencanaan: Subjektif: - Klien mengeluhkan mual dan muntah tidak ada. - Klien mengatakan nafsu makan sudah mulai membaik -
Rabu, 29 mei 2013
Risiko nutrisi; kurang dari kebutuhan
1. Mengkaji pola makan pasien sebelumnya dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien. 2. Mengauskultasi bising usus, catat
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu
Diagnosa
Implementasi adanya nyeri abdomen/ perut kembung, mual, dan muntah 3. Mengevaluasi oral higiene klien 4. Menimbang berat badan
Evaluasi Klien mengatakan sudah dapat menghabiskan makanan sesuai porsi yang disediakan Objektif: - Klien tampak tampak pucat - Bising usus: 10x/menit - Mual (-), muntah (-) - Berat badan: 52 kg Analisa: - Masalah belum teratasi Perencanaan: - Operkan kepada perawat ruangan.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
-
Universitas Indonesia
APA ITU CKD ? Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang menurun secara cepat dan fungsi tersebut tidak dapat kembali seperti semula, yaitu dimana ginjal mengalami kegagalan dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Tanda dan gejala
Gejala dini: lemah, sakit kepala, berat badan menurun, lelah, nyeri pinggang.
Penyebab
Oleh Ni Putu Eka Rosmala Dewi
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
Kurang minum Minuman Beralkohol Minuman bersoda Tekanan darah tinggi Infeksi penyakit Pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat Penyakit bawaan Mengkonsumsi jamu-jamuan atau obatobatan secara berlebihan
Batu saluran kencing
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Gejala lanjut: nafsu makan menurun, mual disertai muntah, sesak nafas baik di waktu ada kegiatan atau tidak, bengkak yang disertai lekukan, gatal-gatal pada kulit, dan kesadaran menurun .
Penatalaksanaan Apabila tidak segera 1. Observasi keseimbangan cairan antara yang masuk dan keluar
2. Pantau berat badan harian
ditangani
5. Operasi a. Pengambilan batu b. Transplantasi ginjal (Cangkok Ginjal) 6. Pemantaun diet makanan
1. Penyakit jantung, serangan jantung 2. Stroke 3. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) 4. Kurang darah (Anemia) 5. Penyakit tulang 6. Kerusakan kulit 7. Kematian Saat / sesudah terkena gagal ginjal kronik 1. Kontrol rutin 2. Berhati-hati konsumsi obat-
3. Batasi cairan yang masuk 4. Cuci darah (hemodialisa)
obatan, seperti obat rematik 3. Pengobatan pada hipertensi
7. Obat-obatan
4. Pengendalian gula darah, kolesterol 5. Peningkatan aktivitas fisik 6. Pengendalian berat badan 7. Diet rendah protein (20-40 gram/hari)
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
APA ITU CKD ? Hemodialisis berasal dari kata “hemo” artinya darah, dan “dialisis ” artinya pemisahan zat-zat terlarut. Hemodialisis menggunakan ginjal buatan berupa mesin dialisis. Hemodialisis sama dengan „cuci darah‟.
Komplikasi Oleh Ni Putu Eka Rosmala Dewi
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
PRINSIP KERJA Akses Mesin dialysis Difusi/ perpindahan cairan Ultrafiltrasi/penyaringan 4-5 jam Obat- obatan seperti heparin
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Kram otot Hipotensi Gangguan irama jantung Perdarahan Sakit kepala Infeksi pada akses Mual, muntah
Hindari stress
Penatalaksanaan: Diet rendah protein
Diet rendah kalium
Pantau tekanan darah dan gula darah secara rutin
Timbang berat badan rutin
Aktivitas/ Latihan
Pembatasan konsumsi garam
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Manisnya Hidup Kita Yang Tentukan
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Ni Putu Eka Rosmala Dewi
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat Tanggal lahir :Denpasar, 25 Maret 1991 Agama
: Hindu
Alamat
: Jalan I Gusti Ketut Jelantik No 5 Mengwi, Badung, Bali
Email
:
[email protected];
[email protected]
PENDIDIKAN FORMAL No
Pendidikan
Tahun
1
FIK UI Program Ners Ilmu Keperawatan
2012-2013
2
FIK UI Program S1 Studi Ilmu Keperawatan
2008-2012
3
SMAN 3 Denpasar
2005-2008
4
SMPN 1 Mengwi
2002-2005
5
SD 1 Mengwi
1996-2002
6
TK Purnayasa
1995-1996
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013