UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN KETIDAKBERDAYAAN DENGAN GAGAL JANTUNG
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
PUJI MENTARI 1106053344
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI DEPOK JUNI 2016
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN KETIDAKBERDAYAAN DENGAN GAGAL JANTUNG
KARYA ILMIAH AKHIR NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
PUJI MENTARI 1106053344
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI DEPOK JUNI 2016 ii
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: PUJI MENTARI
NPM
: 1106053344
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 29 Juni 2016
iii
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan oleh : Nama
: Puji Mentari
NPM
: 1106053344
Program Studi
: Ilmu Keperawatan
Judul
: Asuhan Keperawatan Pada Klien Ketidakberdayaan dengan Gagal Jantung
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners pada Program Studi Profesi Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia
Pembimbing
: Ice Yulia W., S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.J(
)
: Ria Utami Panjaitan, S.Kp., M.Kep. (
)
Penguji 1
Penguji 2
: Linggar Kumoro, S.Kp.
(
)
Ditetapkan di : Depok
Tanggal
: 29Juni 2016
iv
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Keperawatan Program Ilmu Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.Saya sadar bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peran dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu saya ingin mengucapkan terima kasih kepada: (1) Ibu Dra. Junaiti Sahar, PhD selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan yang telah memberikan fasilitas untuk kesuksesan penyelesain KIAN saya. (2) Ibu Ice Yulia W., S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.J, selaku dosen pembimbing saya yang selalu memberika arahan, bimbingan dan motivasi pada saya dalam penyusunan KIAN ini dapat selesai dengan baik (3) Ibu Liggar Kumoro S.Kp dan Ibu Esti Dyah S.Kep sebagai pembimbing di lahan praktik yang telah membimbing penulis selama praktik. (4) Ibu Ria Utami Panjaitan, S. Kp., M.Kep selaku dosen penguji yang telah memerikan saran dan masukan bagi penulis (5) Bapak Rudi Hadi dan Ibu Uningsih selaku orangtua penulis yang telah memberikan banyak motivasi dan nasihat sehingga penulis semangat dalam menyelesaikan KIAN ini. Tak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih pada adik-adik penulis Chenny dan Reni yang selalu memberikan keceriaan pada proses penulisan KIAN ini. (6) Bapak S dan keluarga yang telah bersedia meluangkan waktu untuk diajdikan narasumber bagi karya ilmiah akhir ners ini (7) Sahabat-sahabat saya yang luar biasa Afif Ni’matul, Evi Hidayati, (Alm) Annisa Azwar dan Mirza Syah Alam. Terimakasih atas telinga dan bahu kalian yang selalu siap mendengarkan dan dijadikan tempat bersandar oleh saya selama masa perkuliahan v
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
(8) Teman-teman kelompok selama praktik profesi satu tahun Shifa Syahidatul Wafa, Uswatun Hasanah, Ka Pramita yang selalu membersamai di setiap stase selama profesi. (9) Teman-teman peminatan Jiwa khususnya ruang Antasena Hutami, Yeni, Afif, Evi, Juwita, Ka Yogi kan Ka Muti yang luar biasa (10) Seluruh personil program profesi FIK UI 2015 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas persaudaraan kalian. (11) Seluruh pihak yang turut memberikan saya dukungan dalam penulisan KIAN ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu Saya berharap Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat bermanfaat untuk peningkatan kualitas pelayanan keperawatan serta menjadi bahan untuk penelitian selanjutnya. Akhir kata, saya berharap Allah SWT membalas kebaikan berbagai pihak yang telah membantu penelitian ini.
Depok, 29 Juni 2016 Puji Mentari
vi
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Puji Mentari
NPM
: 1106053344
Program Studi : Ilmu Keperawatan Fakultas
: Ilmu Keperawatan
Jenis Karya
: Karya Ilmiah Akhir Ners
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Royalti Bebas Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree-Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Asuhan Keperawatan Pada Klien Ketidakberdayaan Dengan Gagal Jantung beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di
: Depok
Pada tanggal : 29 Juni 2016 Yang menyatakan
(Puji Mentari) vii
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
ABSTRAK Nama Program Judul
: Puji Mentari : Program Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan : Asuhan Keperawatan Pada Klien Ketidakberdayaan Dengan Gagal Jantung
Jumlah penduduk kota yang semakin banyak akan menyebabkan banyak hal salah satunya ancaman dari penyakit tidak menular yang begitu banyak terjadi. Salah satu penyakit menular yang banyak terjadi adalah gagal jantung. Gagal jantung yang merupakan penyakit kronik akan menimbulkan masalah psikologis salah satunya ketidakberdayaan. Penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan untuk memberikan analisis asuhan keperawatan ketidakberdayaan pada klien dengan gagal jantung. Penulis melakukan asuhan keperawatan psikososial khususnya ketidakberdayaan selama tiga hari.Evaluasi hasil implementasi menunjukkan bahwa terjadi sedikit penurunan tanda dan gejala yang terjadi pada klien. Perlu dilakukan kolaborasi intervensi generalis dan spesialis agar didapatkan hasil yang lebih optimal. Kata kunci: afirmasi positif, ketidakberdayaan, gagal jantung, latihan berpikir positif
viii
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
ABSTRACT Name Program Judul
: Puji Mentari : Nursing : Nursing Care on Powerlessness Client with Heart Failure
The population of the town that more and more will cause a lot of things one of them the threat of non-communicable diseases. One of non-communicable diseases which are heart failure. Heart failure is a chronic disease that will lead to psychological problems is one of powerlessness. The author conducted a powerlessness psychosocial nursing care for three days. Evaluation of the results of implementation shows that there is a slight decrease in the signs and symptoms that occurred on the client. Need to do interventions collaboration generalists and specialists to get optimal results for patient. Keywords: positive affirmation, powerlessness, heart failure, practice positive thinking
ix
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................................................................... LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. KATA PENGANTAR ...................................................................................... ABSTRAK INDONESIA ................................................................................ ABSTRAK INGGRIS ...................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN TUGAS AKHIR UNTUK KEPERLUAN AKADEMIK ABSTRAK ....................................................... DAFTAR ISI ..................................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Masyarakat Perkotaan ................................................................. 2.1.1 Definisi Masyarakat Kota............................................................... 2.1.2 Masalah Kesehatan Masyarakat Perkotaan .................................... 2.2Konsep Ketidakberdayaan ......................................................................... 2.2.1 Definisi Ketidakberdayaan ............................................................. 2.2.3 Etiologi Ketidakberdayaan ............................................................. 2.2.4 Tanda dan Gejala Orang yang Mengalami Ketidakberdayaan ...... 2.2.4 Intervensi Ketidakberdayaan ......................................................... 2.3Konsep Gagal Jantung ............................................................................... 2.3.1 Definisi Gagal Jantung ................................................................... 2.3.2 Tanda dan Gejala Gagal Jantung .................................................... 2.3.3 Faktor yang Menyebabkan Gagal Jantung ..................................... 2.4Penyakit Kronik dan Ketidakberdayaan ....................................................
ii iii iv v vi vii vii ix x xi 1 5 6 7
9 9 11 12 12 13 14 14 18 18 18 20 21
BAB 3 :LAPORAN KASUS KELOLAAN 3.1 Hasil Pengkajian ....................................................................................... 24 3.2Analisa Data .............................................................................................. 26 3.3Diagnosis, Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan .................. 28 BAB 4 :PEMBAHASAN 4.1 Analisa Masalah Keperawatan Terkait Konsep Masrayakat Perkotaan Konsep Ketidakberdayaan .............................................................................. 4.2Analisa Intervensi Keperawatan dan Penelitian Terkait ........................... 4.3Alternatif Penyelesaian Masalah ............................................................... x
dan 36 40 44
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
BAB 5 :PENUTUP 5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 46 5.2 Saran ......................................................................................................... 47 DAFTAR REFERENSI
xi Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Kriteria Gagal Jantung ................................................................... 43 Tabel 3.1 Analisa Data ................................................................................... 43
xii Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5
Pengkajian Rencana Asuhan Keperawatan Catatan Perkembangan Evaluasi Tanda dan Gejala Daftar Riwayat Hidup Peneliti
xiii Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi penjabaran mengenai data yang mendasari pemilihan topik Karya Ilmiah Akhir Ners. Pada bab ini juga dijelaskan mengenai rumusan masalah. Selain itu, pada bab ini juga di paparkan mengenai tujuan dan manfaat penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini. 1.1.
Latar Belakang
Penduduk dunia terdiri dari masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan dan pedesaan. Sebagian besar masyarakat dunia tinggal di daerah perkotaan. United Nation (2014) mencatat bahwa 54% penduduk dunia tinggal diperkotaan, bahkan akan terus mengalami peningkatan hingga mencapai 65% pada 2050 dan 90% diantaranya berada di wilayah Asia dan Afrika. Indonesia merupakan salah satu negara di Asia dengan jumlah masyarakat perkotaan yang banyak. Pada tahun 2013-2015, masyarakat perkotaan di Indonesia telah mencapai 54% dari total seluruh masyarakat Indonesia (World Bank, 2015). Perkotaan menjanjikan kehidupan yang lebih baik karena kesempatan yang lebih banyak, gaji yang lebih tinggi, pelayanan dan gaya hidup yang lebih baik (Bhatta, 2010). Hal-hal tersebut yang menjadi daya tarik bagi masyarakat agar melakukan migrasi dari wilayah desa ke perkotaan sehingga jumlah masyarakat perkotaan mengalami peningkatan yang signifikan. Jumlah masyarakat perkotaan yang mengalami peningkatan menimbulkan dampak positif dan negatif bagi kehidupan perkotaan. Dampak positif yang timbul dari peningkatan jumlah penduduk kota adalah peningkatan perkembangan ekonomi, peningkatan keinginan untuk berwirausaha serta peningkatan taraf pendidikan karena pelayanan pendidikan di perkotaan lebih baik dari pedesaan (Arouri et al., 2014). Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkannya adalah penyebaran penduduk dan pengembangan ekonomi yang tidak merata karena desa ditinggalkan dan kota penuh sesak penghuni. Secara umum, dampak negatif yang timbul dari peningkatan jumlah penduduk perkotaan lebih banyak dirasakan oleh penduduk perkotaan itu sendiri. Jumlah penduduk 1
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
2
yang makin banyak akan menyebabkan sulitnya mencari pekerjaan, timbulnya daerah-daerah permukiman kumuh, peningkatan kemacetan dan
polusi udara
(Departement of Economic and Social Affairs United Nation, 2014). Ledakan penduduk perkotaan juga mempengaruhi dari segi kesehatan. Banyaknya jumlah penduduk perkotaan dapat menyebabkan penurunan derajat kesehatan karena permukiman kumuh yang muncul, air terkontaminasi industri, sanitasi yang buruk, makanan yang tidak sehat serta kebisingan yang ditimbulkan dari kendaraan bermotor (World Health Organization, 2010). Secara khusus, WHO (2010) menyebutkan terdapat tiga hal (triple threat) yang mengancam masyarakat perkotaan
yaitu
penyakit
infeksi,
penyakit
tidak
menular
dan
injuri-
kecelakaan/kejahatan. Hal tersebut dapat terjadi hasil dari interaksi-interaksi kompleks faktor-faktor penyebabnya seperti infrastruktur kota dan pelayanan kesehatan yang tidak memadai. Dari triple threats yang memiliki prevalensi tertinggi terjadi sekarang ini adalah penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, kanker, diabetes mellitus merupakan hal yang menjadi ancaman bagi masyakarat perkotaan karena gaya hidup masyarakat perkotaan yang kurang baik seperti konsumsi makanan yang tidak sehat dan gaya hidup kurang gerak aktif (WHO, 2010). Salah satu penyakit sering terjadi merupakan penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskular. Peningkatan prevalensi terjadinya penyakit kardiovaskular disebabkan karena proses urbanisasi yang progresif dan globalisasi dari pola hidup tidak sehat yang ada pada masyarakat urban atau perkotaan (World Heart Foundation, 2012). WHO (2013) juga menyebutkan penyakit kardiovaskular merupakan penyakit yang paling banyak meyebabkan kematian. Chronic Heart Failure (CHF) atau gagal jantung adalah salah satu penyakit kardiovaskular yang banyak terjadi. Gagal jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di Amerika (Kelley, 2014). Di Indonesia, gagal jantung masuk ke dalam 12 penyakit tidak menular terbanyak dialami oleh masyarakat Indonesia (Riskesdas, 2013). Populasi terbesar penderita gagal jantung berkisar pada usia 65-70 tahun. Prevalensi gagal jantung berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen dan
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
3
berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 persen. Di Jawa Barat sendiri prevalensi terjadinya gagal jantung sebesar 0,7 persen (Riskesdas, 2013). Gagal jantung merupakan sindrom klinis yang kompleks yang dihasilkan dari kerusakan fungsi atau stuktur jantung yang merusak kemampuan ventrikel untuk melakukan pengisian jantung (Black & Hawks, 2009). Orang yang menderita penyakit ini akan mengalami nyeri dada, sesak dan cepat mengalami kelelahan (David et al., 2012). Masalah gagal jantung dapat disebabkan karena banyak hal salah satunya hipertensi. Hipertensi dapat mengakibatkan peningkatan afterload yang akan meningkatkan beban jantung untuk memompa darah lebih keras lagi sehingga
dapat
menyebabkan
terjadinya
hipertrofi
miokardium
sebagai
kompensasinya (Smeltzer, 2010). Hipertensi dapat disebabkan karena dua faktor, yaitu faktor yang dapat dikontrol dan tidak dapat dikontrol.Faktor penyebab hipertensi yang dapat di kontrol adalah kegemukan, makan makanan mengandung banyak garam, kurang aktivitas fisik, merokok, diabetes dan stres (American Hearth Association, 2014). Selain masalah fisik, pasien dengan masalah kronis seperti masalah jantung perlu diperhatikan secara psikologis. Hal tersebut dikarenakan karakteristik penyakit kronis yang memerlukan pengobatan serta intervensi yang membutuhkan banyak waktu, menimbulkan kecacatan atau perubahan fisik, kekambuhan penyakit yang sering terjadi, serta keadaan patologis penyakit itu sendiri yang seringkali tidak dapat pulih seperti sebelumnya menimbulkan masalah psikologis.Klien dengan gagal jantung rentan mengalami ansietas dan depresi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Haworth et al., (2005) terhadap 100 orang klien dengan gagal jantung menunjukan hasil 29% klien mengalami depresi dan 18% klien mengalami ansietas. Gagal jantung yang merupakan salah satu penyakit kronik juga dapat menyebabkan penderitanya mengalami ketidakberdayaan. Seperti yang tercantum dalam penelitian Aujoulat, Luminet & Deccache (2007) yang melakukan wawancara terhadap 40 orang dengan berbagai penyakit kronik termasuk didalamnya 5 orang klien dengan gagal jantung menunjukan hasilbahwa hampir semua klien menceritakan mengenai pengalaman ketidakberdayaan yang dialaminya.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
4
Ketidakberdayaan merupakan perasaan atau persepsi bahwa tindakannya tidak memiliki efek yang signifikan atau persepsi kurang kontrol terhadap kejadian yang terjadi dalam hidupnya (Doenges et.al., 2008). Ketidakberdayaan merupakan hasil pengalaman internal dan subjektif yang termanifestasi menjadi kepercayaan yang menyebabkan seseorang merasa tidak dapat mengontrol masalahnya (Brickman et al.,1982 dalam Prendes & Thomas, 2011). Intervensi yang dapat dilakukan
untuk
mengatasi
ketidakberdayaan
adalah
mengenali
dan
mengekspresikan emosi, memodifikasi pola kognitif yang negatif (latihan berpikir positif), berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan perawatan dan termotivasi untuk aktif mencapai tujuan realistis (Standar Asuhan Keperawatan, 2011). Jika terus dibiarkan ketidakberdayaan akan berakhir dengan keputusasaan. Keputuasaan ini akan berujung dengan keengganan melakukan perawatan yang akan memperburuk kondisi sakit fisik yang dialami klien. Oleh karena
itu,
mengatasi
masalah
psikososial
khususnya
ansietas
dan
ketidakberdayaan pada pasien dengan masalah fisik seperti gagal jantung merupakan hal yang penting untuk mencegah manifestasi lebih lanjut dari ketidakberdayaan. Penulis melakukan praktik selama tujuh minggu di Ruang Antasena Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor untuk menyusun serta merumuskan Karya Ilmiah Akhir Ners ini. RS Marzoeki Mahdi merupakan rumah sakit yang berdiri sejak tahun 1885 dengan misi menjadi rumah sakit jiwa rujukan nasional dengan unggulan layanan psikososial pada tahun 2019 (RSMM, 2016). Selain memiliki layanan jiwa, RS Marzoeki Mahdi juga memberikan pelayanan untuk masalah fisik umum dan spesialis yang juga mengedepankan penanganan masalah psikososial klien sesuai dengan visi rumah sakit. Ruang Antasena adalah salah satu ruang perawatan umum kelas II dan III berkapasitas 34 tempat tidur yang juga memberikan perawatan masalah fisik dan psikososial. Selama penulis melakukan praktik di ruangan Antasena, didapatkan data bahwa banyak klien yang mengalami berbagai masalah psikososial selain masalah fisik yang dialaminya. Masalah fisik yang banyak dialami adalah ansietas, ketidakberdayaan, keputusasaan, gangguan citra tubuh, berduka disfungsional
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
5
hingga harga diri rendah situasional. Dari data yang penulis himpun, hampir sebagian besar klien mengalami ansietas serta ada juga masalah psikososial lain yang banyak dialami yaitu ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan dialami oleh sebanyak kurang lebih 34,9% klien di ruang Antasena (Mahasiswa Aplikasi Keperawatan Jiwa, 2016). Sebagian besar perawat Antasena sudah dapat mengidentifikasi tanda dan gejala klien yang mengalami ansietas dan telah melakukan intervensi. Namun untuk masalah ketidakberdayaan, penulis belum melihat
adanya
upaya
pengkajian
dan
intervensi
pada
klien
dengan
ketidakberdayaan. Oleh karena hal itu, penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah yang membahas mengenai ketidakberdayaan pada klien dengan gagal jantung. Klien yang akan menjadi sumber data pada karya ilmiah ini adalah Bapak S (66 tahun) masuk ruang Antasena dengan keluhan nyeri dada dan sesak. Setelah dikaji lebih jauh klien mengatakan merasa takut dan khawatir akan sakitnya, karena takut dirawat di ICU seperti perawatan yang lalu. Hal ini menyebabkan klien mengalami peningkatan tanda-tanda vital, sulit tidur dan mengalami penurunan nafsu makan. Didapatkan juga data bahwa klien sudah lelah karena sekarang hanya menjadi beban bagi istri dan anak-anaknya. Hal ini terjadi setelah klien tidak lagi berkerja dan menggantungkan hidup sepenuhnya pada istri dan semua anaknya. Berdasarkan data yang didapat saat pengkajian, Bapak S teridentifikasi mengalami ansietas dan ketidakberdayaan. Penulis telah melakukan berbagai intervensi untuk mengatasi ansietas dan ketidakberdayaan yang dialami oleh Bapak S baik intervensi individu maupun keluarga. Pada karya tulis ini akan dibahas mengenai analisis intervensi yang telah diberikan pada Bapak S khususnya intervensi mengatasi ketidakberdayaan yaitu dengan latihan berpikir positif,
mengembangkan
afirmasi
positif
serta
latihan
mengontrol
ketidakberdayaan.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
6
1.2.
Perumusan Masalah
Penduduk dunia sebagian tinggal di daerah perkotaan. Perkotaan menjanjikan kehidupan yang lebih baik karena kesempatan yang lebih baik, gaji yang lebih tinggi, pelayanan dan gaya hidup yang lebih baik. Hal-hal tersebut yang menjadi daya tarik bagi masyarakat agar melakukan migrasi dari wilayah desa ke perkotaan sehingga jumlah penduduk kota mengalami peningkatan yang signifikan. Dampak negatif yang ditimbulkan dari peningkatan jumlah penduduk kota adalah penyebaran penduduk dan pengembangan ekonomi yang tidak merata karena desa ditinggalkan dan kota penuh sesak penghuni. Banyaknya jumlah penduduk perkotaan dapat menyebabkan penurunan derajat kesehatan karena pemukiman kumuh yang muncul, air terkontaminasi industri, sanitasi yang buruk, makanan yang tidak sehat serta kebisingan yang ditimbulkan dari kendaraan bermotor.Secara khusus, terdapat tiga hal (triple threat) yang mengancam masyarakat perkotaan yaitu penyakit infeksi, penyakit tidak menular dan injurikecelakaan/kejahatan.Dari triple threats yang memiliki prevalensi tertinggi terjadi sekarang ini adalah penyakit tidak menular. Salah satu penyakit tidak menular yang paling banyak terjadi adalah penyakit kardiovaskular. Peningkatan prevalensi terjadinya penyakit kardiovaskular disebabkan karena proses urbanisasi yang progresif dan globalisasi dari pola hidup tidak sehat yang ada pada masyarakat urban atau perkotaan. Salah satu penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab kematian nomor satu di Amerika adalah gagal jantung. Orang yang menderita penyakit ini akan mengalami nyeri dada, sesak dan kelelahan. Selain masalah fisik, pasien dengan penyakit kronik perlu diperhatikan secara psikologis. Masalah psikologis yang banyak terjadi pada pasien penyakit kronik khususnya gagal jantung adalah kecemasan dan ketidakberdayaan. Hal ini tentunya berkaitan dengan tanda dan gejala yang dialami orang dengan gagal jantung yaitu perubahan dan penurunan fungsi fisik. Hasil analisis penulis pada minggu kedua praktik di Ruang Antasena, Bapak S (66 tahun) masuk ruang Antasena dengan gagal jantung terdeteksi memiliki masalah kesehatan yang ditimbulkan dari masalah perkotaan serta mengalami masalah psikososial yaitu Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
7
ansietas dan ketidakberdayaan. Bapak S merasa lelah, tidak berdaya-sedih karena menjadi beban bagi anak dan keluarga lainnya sejak tidak bekerja serta menderita sakit jantung kurang lebih 9 bulan yang lalu. Oleh karena masalah yang dialami Bapak S, maka penulis memilih Bapak S sebagai klien kelolaan yang akan dilakukan analisis terhadap intervensi yang telah diberikan. 1.3.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. 1.3.1. Tujuan Umum Menggambarkan asuhan keperawatan ketidakberdayaan yang diberikan pada klien dengan gagal jantung 1.3.2. Tujuan Khusus 1.3.2.1 Menggambarkan hasil pengkajian masalah fisik maupun masalah psikologis klien dengan gagal jantung. 1.3.2.2 Menggambarkan analisis masalah fisik dan psikologis klien dengan gagal jantung 1.3.2.3 Menggambarkan penerapan intervensi fisik dan psikososial pada klien dengan gagal jantung 1.3.2.4 Membandingkan intervensi masalah psikososial ketidakberdayaan antara praktik yang telah dilakukan dengan teori yang ada. 1.4.
Manfaat Penulisan 1.4.1. Manfaat Aplikatif Penelitian ini dapat memberikan gambaran intervensi bagi klien dan keluarga yang mengalami ketidakberdayaan khususnya ketidakberdayaan pada penyakit gagal jantung.Selain itu, penelitian ini dapat memberikan gambaran intervensi
pengetahuan bagi perawat jiwa sehingga dapat
meningkatkan asuhan keperawatan ketidakberdayaan pada klien dengan gagal jantung.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
8
1.4.2. Manafaat Keilmuan Penelitian yang dilakukan secara langsung dengan membandingkan implementasi dan teori yang ada dapat menjadi acuan bagi perawat jiwa untuk mengembangkan intervensi keperawatan masalah psikososial ketidakberdayaan bagi klien dengan gagal jantung. 1.4.3. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya yang akan mengembangkan penelitian terhadap masalah psikososial ketidakberdayaan pada klien gagal jantung.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustakaakan membahas dasar teori-teori yang digunakan dalam karya ilmiah akhr ners ini. Bab ini akan memamparkan secara rinci mengenai masyarakat perkotaan, ansietas pada masyarakat perkotaan, gagal jantung dan ketidakbedayaan pada klien dengan gagal jantung. 2.1 Masyarakat Perkotaan Konsep masyarakat perkotaan perlu dibahas lebih dalam untuk mempermudah dalam menguraikan masalah kesehatan yang terjadi pada Bapak S, masalah fisik yang dialami Bapak S merupakan masalah perkotaan. Konsep masyarakat perkotaan yang akan dibahas mencakup definisi, karakteristik dan masalah kesehatan yang sering muncul pada masyarakat perkotaan. 2.1.1
Konsep Masyarakat Perkotaan
Masyarakat merupakan orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan (Soemrdjan dalam Setiadi, 2011). Koentjaraningrat (1994) menyebutkan bahwa masyarakat adalah kesatuan manusia yang berinteraksi menurut adat dan istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan terikat oleh identitas bersama. Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi dan hidup bersama bersifat kontinyu serta menghasilkan kebudayaan.
Sekelompok manusia yang disebut masyarakat haruslah memenuhi kriteria dan karakteristik tertentu. Secara umum, masyarakat memiliki karakteristik sebagai berikut a) terdapat minimal dua manusia yang hidup bersama, berhubungan dalam waktu lama dan menghasilkan sistem nilai serta aturan yang mengatur hubunagn antar manusia, sadar merupakan satu kesatuan, hidup bersama dan membentuk kebudayaan (Soekanto, 2002). Masyarakat dunia terbagi kedalam dua, masyarakat desa dan masyarakat perkotaan. Roucek & Warren (1967 dalam Damanik, 2013) menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara masyarakat desa dan masyarakat kota.
9
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
10
Pada masyarakat desa, peranan kelompok primer seperti keluarga/ hubungan darah cukup signifikan. Pola hubungan masyarakat desa lebih awet, karena terjalin dari pola hubungan dan ikatan yang bertahan lama. Selain itu, masyarakat desa relatif lebih homogen karena umumnya desa dibentuk oleh beberapa keluarga yang berasal dari atau keturunan (Damanik, 2012).
Berbeda dengan masyarakat desa, masyarakat perkotaan memiliki ciri yang bertolak belakang. Di kota, heterogenitas sangat tinggi baik dari latar belakang, keahlian atau profesi. Manusia lebih bersifat individualisme atau berinteraksi hanya untuk kepentingan pribadi (Damanik, 2012). Inkeles & Bellah 1971 dalam Siregar, 2008) mengemukakan beberapa ciri masyarakat berkpribadian modern yang merupakan hasil dari modernisasi kota, seperti diantaranya siap menerima pengalaman baru dan perubahan, berorientasi khusus pada waktu, memiliki perencanaan masa depan, memahami peraturan yang mengikat, status sosial didapatkan dari keterampilan dan partisipasi serta memberikan minat dan nilai tinggi pada pendidikan.
2.1.2 Masalah Kesehatan pada Masyarakat Perkotaan Peningkatan jumlah penduduk perkotaan menimbulkan dampak negatif seperti penyebaran penduduk dan pengembangan ekonomi yang tidak merata karena desa ditinggalkan dan kota penuh sesak penghuni. Secara umum, dampak negatif yang timbul dari peningkatan jumlah penduduk perkotaan lebih banyak dirasakan wilayah perkotaan itu sendiri. Jumlah penduduk yang makin banyak akan menyebabkan sulitnya mencari pekerjaan, timbulnya daerah-daerah permukiman kumuh, peningkatan kemacetan dan polusi udara (Departement of Economic and Social Affairs United Nation, 2014). Ledakan penduduk perkotaan juga mempengaruhi dari segi kesehatan.Banyaknya jumlah penduduk perkotaan dapat menyebabkan penurunan derajat kesehatan karena permukiman kumuh yang muncul, air terkontaminasi pihak industri, sanitasi yang buruk, makanan yang tidak sehat serta kebisingan yang ditimbulkan
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
11
dari kendaraan bermotor (World Health Organization, 2010).Secara khusus, WHO (2010) menyebutkan terdapat tiga hal (triple threat) yang mengancam masyarakat perkotaan
yaitu
penyakit
infeksi,
penyakit
tidak
menular
dan
injuri-
kecelakaan/kejahatan.
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan masalah kesehatan terjadi di seperti diantaranya permukiman kumuh, air yang terkontaminasi limbah pabrik, sanitasi yang tidak memadai, makanan cepat saji, transportasi dan pajanan suara keras (WHO, 2010). Hampir semua kota besar akan melahirkan sekumpulan warga yang tinggal di permukiman yang kumuh. Tinggal di permukiman kumuh akan meningkatkan risiko terkena pajanan dari industri, rentan terkena banjir, pemukiman yang terlalu padat. Hal-hal tersebut akan menyebabkan terkena resiko berbagai penyakit seperti kejahatan, keselakaan, masalah pernapasan, penyakit infeksi dan masalah kesehatan mental (WHO, 2010). Permukiman kumuh juga akan menyebabkan akses ke sanitasi dan air yang bersih terhambat. Hal ini didukung oleh data dari WHO (2010) yang menyebutkan bahwa di dunia terdapat 3% dari seluruh penduduk dunia yang meninggal karena penyakit diare yang disebabkan karena meminum air yang tidak sehat serta sanitasi yang buruk.
Hal lain yang menjadi faktor penyebab masalah kesehatan kota adalah makanan yang tidak sehat dan tidak bergizi tinggi. Masyarakat perkotaan lebih banyak mengonsumsi makanan yang berasal dari jalanan, makanan cepat saji, makanan yang murah dan diproses dengan tidak baik hal tersebut akan menyebabkan kekurangan vitamin dan mineral, masalah gigi dan juga kegemukan. Berbagai hal tersebut akan menyebabkan diabetes dan masalah kardiovaskuler (WHO, 2010).
Kehidupan kota yang dinamis akan menyebabkan masyarakatnya menginginkan moda transportasi yang cepat dan praktis. Oleh karena itu, di beberapa daerah perkotaan transportasi kendaraan bermotor lebih diminati. Peningkatan polusi, meningkatkan resiko injuri bagi pejalan kaki serta pengguna sepeda dan berkurangnya aktivitas fisik merupakan masalah yang timbul dari banyaknya pengguna kendaraan bermotor (WHO, 2010). Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
12
Selain itu, pajanan suara bising juga mengganggu menjadi penyebab masalah utama di perkotaan. Polusi suara merupakan konsekuensi terhadap banyaknya kendaraan bermotor dan berbagai kegiatan industri serta pembangunan. Sering terkena polusi suara dalam waktu yang lama dan secara kontinyu akan menyebabkan mengalami gangguan pendengaran, peningkatan tekanan darah dan penyakit kardiovaskualar (WHO, 2010).
2.2
Ketidakberdayaan
Konsep ketidakbedayaan yang dibahas mencakup definisi, tanda gejala dan penyebab. Berbagai konsep tersebut akan menjelaskan lebih mendalam mengeni ketidakberdayaan yang merupakan fokus dalam karya ilmiah akhir ners ini. 2.2.1
Definisi Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan adalah suatu hal yang dapat diklasifikasikan dalam persepsi subjektif dan dapat diamati secara objektif yang menunjukan merasa kurang dapat mengontrol keadaan atau perasaan bahwa sesuatu yang dilakukan tidak dapat mempengaruhi hasil (Dryer, 2007). Carpenito& Moyet (2009) menyebutkan bahwa ketidakberdayaan merupakan keadaan kehilangan kontrol personal terhadap kejadian atau situasi yang mempengaruhi tujuan dan gaya hidup. Sedangkan, menurut Doenges (2008) ketidakberdayaan dapat diartikan sebagai persepsi yang menyatakan bahwa apa yang dilakukan tidak memiliki efek signifikan terhadap hasil atau keadaan kehilangan kontrol terhadap situasi atau kejadian yang terjadi. Ketidakberdayaan juga dapat diartikan pengalaman yang menyebabkan kehilangan kontrol terhadap situasi termasuk persepsi bahwa aksi yang dilakukan tidak dapat mempengaruhi hasil (NANDA International, 2015). Jadi dapat disimpulkan bahwa ketidakberdayaan merupakan persepsi individu yang memandang bahwa dirinya tidak dapat melakukan sesuatu yang signifikan atau tidak dapat merubah terhadap suatu keadaan.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
13
2.2.2 Tanda dan Gejala Ketidakberdayaan Ketidakberdayaan ditandai dengan pengungkapan kata-kata yang menyatakan tidak memiliki kemampuan mengendalikan situasi, tidak dapat menghasilkan sesuatu, frustasi dan ketidakpuasan terhadap aktivitas atau tugas, mengungkapkan keragu-raguan, ketidakmampuan melakukan perawatan diri, tidak berpartisipasi terhadap
pengambilan
keputusan,
enggan
mengungkapkan
perasaan,
ketergantungan yang dapat mengakibatkan iritabilitas, ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah serta gagal mempertahankan ide. Tanda-tanda yang diungkapkan secara langsung merupakan tanda secara subjektif. Selain itu, secara objektif orang yang mengalami ketidakberdayaan akan menunjukan sikap apatis dan pasif, ekspresi muka murung, bicara dan gerakan lambat, tidur berlebihan, nafsu makan tidak ada serta menghindari orang lain (Standar Asuhan Keperawatan, 2011). Doenges (2008) membagi ketidakberdayaan menjadi tiga kategori berdasarkan tanda
dan
gejala
yang
muncul.
Kategori
yang
pertama
merupakan
ketidakberdayaan rendah. Orang yang mengalami ketidakberdayaan rendah akan menunjukkan ekspresi yang tidak menentu dan level energi yang fluktuatif, serta tampak pasif. Ketidakberdayaan sedang ditandai dengan ekspresi tidak puas dan frustasi karena tidak dapat melakukan tanggungjawab dan tugas, memiliki ketakukan diasingkan oleh caregiver, ragu-ragu dalam menyampaikan kemarahan, rasa bersalah dan perasaan yang sebenarnya dirasakan. Jika dilakukan observasi, orang yang mengalami ketidakberdayaan akan menunjukkan sikap bergantung pada orang lain, tidak memiliki keinginan untuk mencari informasi mengenai kondisinya, tidak ikut berpartisipasi dalam perawatan dan tidak dapat melakukan perawatan mandiri. Kategori terakhir adalah ketidakberdayaan tingkat berat yang ditandai dengan ekspresi verbal yang menunjukan tidak memiliki kuasa dan kontrol terhadap lingkungan, merasa depresi terhadap perburukan kondisi fisik, apatis, menangis dan menarik diri. Untuk menegakkan diagnosis ketidakberdayaan, diperlukan data mayor pendukung seperti menyatakan tidak berdaya, terjebak dalam situasi hidup yang negatif dan merasa sengsara, menunjukan ketidakpuasan dalam mengontrol situasi
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
14
(seperti pekerjaan, penyakit, prognosis, perawatan dan penyembuhan) yang mempengaruhi tujuan dan gaya hidup menjadi negatif. Selain itu, penegakkan diagnosis
ketidakberdayaan
dapat
disertai
dengan
data
pasif,
marah,
ketergantungan, merasa diasingkan, ansietas, depresi dan sangat sensitif (Carpenito, 2009). Data mayor dan minor harus saling melengkapi guna mendukung penegakkan diagnosis ketidakberdayaan. 2.2.3 Etiologi Terjadinya Ketidakberdayaan Ketidakberdayaan dapat muncul disebabkan banyak faktor. Carpenito& Moyet (2009) membagi etiologi ketidakberdayaan menjadi tiga, yaitu patofisiologi, situasional dan maturasional. Berdasarkan patofisiologi, ketidakberdayaan dapat muncul karena proses penyakit akut dan kronis, seperti ketidakmampuan mengomunikasikan sakitnya, ketidakmampuan melakukan aktivitas fisik, ketidakmampuan mengerjakan peran dan tanggungjawabnya, kelemahan karena penyakit dan penyakit yang disebabkan kemunduran mental. Faktor situasional yang dapat menyebabkan ketidakberdayaan dapat berupa perubahan personal dan lingkungan seperti hospitalisasi, peningkatan ketakutan, menerima masukan negatif. Secara maturasional, proses pendewasaan menjadi remaja/ dewasa atau berubah menjadi lansia, serta kehilangan (pemecatan, defisit sensori, kehilangan uang dan orang terdekat). 2.2.4
Intervensi Untuk Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan dapat diatasi dengan memberikan intervensi secara kontinyu. Dochterman & Bulecheck (2004 dalam Dryer, 2007) menyebutkan bahwa salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk mengurangi ketidakberdayaan adalah dengan membantu klien meningkatkan harga diri. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan mengungkapkan perkataan yang mengandung pujian. Dryer (2007) juga menyatakan bahwa tindakan lain yang dapat dilakukan adalah bantu klien menentukan tujuan realistis yang dapat dicapai klien serta menerima diri yang membutuhkan bantuan orang lain.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
15
Menurut Carpenito (2008) untuk mengatasi ketidakberdayaan pasien, maka dilakukan intervensi generalis. Beberapa intervensi yang dapat dilakukan diantaranya: 2.2.2.1 Melakukan pengkajian faktor penyebab dan faktor yang berkontribusi terhadap munculnya ketidakberdayaann. Kurang pengetahuan, riwayat koping inadekuat, ketidaktepatan pengambilan keputusan 2.2.2.2 JIika memungkinkan, hilangkan faktor-faktor tersebut. Cara untuk menghilangkan faktor-faktor tersebut adalah dengan meningkatkan komunikasi, jelaskan semua peraturan, prosedur dan pilihan untuk klien, luangkan waktu 10 hingga 15 menit untuk berkomunikasi dengan klien, menjadi pendengar aktif bagi klien dan keluarga. 2.2.2.3 Memberi kesempatan pada klien untuk mengontrol ketidakberdayaan, yaitu izinkan klien memanipulasi lingkungan sekitarnya jika dirumah sakit klien disarankan untuk membawa barang pribadi dari rumah, diskusikan rencana harian klien dan biarkan klien melaksanakannya, tingkatkan kesempatan klien mengambil keputusan, berikan kesempatan klien dan keluarga mengungkapkan perasaannya, buat tujuan jangka pendek yang realistik bagi klien, berikan pujian, biarkan hal positif yang klien miliki menjadi fokus perhatian serta berikan klien kesempatan untuk mengetahui hasil dari kegiatannya. Standar Asuhan Keperawatan Diagnosis Fisik dan Psikososial (2012) yang disusun oleh Tim Spesialis Keperawatan Jiwa menjelaskan bahwa terdapat dua intervensi ners yang dapat dilakukan untuk klien dengan ketidakberdayaan. Intervensi pertama untuk pasien yaitu pengkajian ketidakberdayaan dan latihan berpikir positif. Kedua, evaluasi ketidakberdayaan, manfaat mengembangkan harapan positif (afirmasi) dan latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan. Selain klien, perawat juga hendaknya melakukan intervensi keluarga. Intervensi keluarga yang dapat dilakukan adalah memberikan penjelasan mengenai kondisi klien dan cara merawat, serta melakukan evaluasi terhadap peran tersebut. Tindakan keperawatan ners dengan mengkaji perasaan ketidakberdayaan, melatih berpikir positif dan mengembangkan harapan terbukti dapat menurunkan
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
16
ketidakberdayaan yang dialami klien. Hal ini sesuai dengan
penelitian oleh
Kanine, Helena & Nuraini (2011) terhadap 35 klien yang menderita DM dan mengalami ketidakberdayaan di Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Utara. Terjadi penurunan tanda dan gejala ketidakberdayaan pada 35 orang tersebut sebesar 5,36 dengan p values 0,01 yang menunjukan bahwa terdapat pengaruh terapi ners terhadap ketidakberdayaan klien. Standar Asuhan Keperawatan Fisik dan Psikososial (2012) menyebutkan bahwa langkah pertama dalam mengatasi ketidakberdayaan adalah mengkaji perasaan ketidakberdayaan. Mengkaji dilakukan dengan membantu klien mengidentifikasi dan menguraikan perasaan ketidakberdayaan, membantu mengenal penyebab dan akibat ketidakberdayaan, membantu mengidentifikasi situasi yang tidak dapat dikontrol,
membantu
klien
mengidentifikasi
faktor
yang
menyebabkan
ketidakberdayaan, identifikasi pikiran negatif dan persepsi klien yang tidak tepat (Standar Asuhan Keperawatan, 2012). Pengkajian merupakan suatu hal yang penting dalam melakukan intervensi, termasuk intervensi psikososial (MIND Essentials, 2008). Hasil pengkajian dapat menjadi data awal agar dapat merencanakan dan melakukan asuhan keperawatan yang lebih lanjut. Dalam menggali perasaan klien diperlukan kemampuan komunikasi verbal dan nonverbal yang baik (Legg, 2010). Komunikasi yang baik akan menciptakan hubungan yang baik antara perawat dan klien. Hubungan yang terjalin dengan baik dihasilkan dari rasa kepercayaan, rasa saling menghormati dan menerti (Ritchie, 2001). Dalam komunikasi, diperlukan pengetahuna dasar mengenai kebudayaan, humor serta sentuhan (Arnold & Bogs, 2011). Jadi dapat disimpulkan bahwa jika komunikasi perawat terhadap klien sudah baik maka akan terjalin hubungan yang baik antara perawat dan klien, maka pengkajian untuk menggali perasaan klien dapat dilakukan dengan tepat, dalam dan menghasilkan data dasar yang dapat digunakan untuk menentukan masalah dan intervensi yang tepat bagi klien. Intervensi selanjutnya yang dilakukan untuk mengatasi ketidakberdayaan adalah latihan berpikiran positif. Elfiky (2008) menyebutkan bahwa dalam latihan berpikir positif dibutuhkan konsentrasi, perasaan positif dan sikap terbuka yang akhirnya dimanifestasikan dalam tindakan nyata. Latihan berpikir positif Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
17
merupakan terapi yang mengenali pikiran negatif, mengganti pikiran negatif menjadi positif dengan melatihnya serta menggantinya dengan persepsi baru yang positif sehingga ketika kejadian tersebut terjadi masa depan maka akan dihadapi dengan pikiran positif yang telah ditanamkan (Ellis dalam Seligman, 2010). Manfaat yang didapat dari berpikir positif adalah menurunkan tingkat stres, meningkatkan kesehatan fisik dan emosional, meningkatkan bahagia sehingga meningkatkan usia harapan hidup serta dapat meningkatkan kemampuan koping (Life Care, 2013). Limbert (2004 dalam Kholidah & Alsa, 2013) menyebutkan bahwa berpikir positif akan membuat individu menerima situasi hidup secara lebih positif. Hal tersebut sangat membantu orang dengan ketidakberdayaan yang menganggap dirinya tidak dapat mengontrol sesuatu dan merasa tidak berdaya. Berpikir positif juga akan meningkatkan derajat kesehatan. Pernyataan tersebut didukung oleh Brissette, Scheiver & Carver (2002 dalam Kivimaki et al., 2005) yang menyatakan bahwa orientasi berpikir positif bermanfaat bagi kesehatan hal ini dikarenakan bila seseorang memiliki rasa optimis maka orang tersebut akan memiliki hubungan sosial yang baik, menggunakan koping yang adaptif dan memiliki semangat serta kebiasaan yang sehat dan meningkatkan taraf kesehatannya. Selain itu, Haruyama (2011) menyebutkan bahwa tubuh memproduksi hormon noradrenalin ketika sedang stres sehingga menyebabkan tubuh menegang dan mengalami peningkatan tekanan darah, namun tubuh memproduksi
hormon
kebahagiaan
yaitu
endorphine
yang
berfungsi
mengembaakan tubuh dalam keadaan semula dan menjadi rileks. Hormon ini dapat muncul ketika kita melakukan tiga hal sederhana yaitu makan makanan tinggi protein, olahraga dan meditasi lalu menerapkan pikiran positif. Sehingga dapat disimpulkan melakukan latihan pikiran positif merupakan hal yang sederhana namun menimbulkan dampak yang besar termasuk meningkatkan taraf kesehatan. Terdapat beberapa cara untuk melakukan latihan berpikir positif. Life Care (2013) menyebutkan cara yang dapat digunakan untuk melatih pikiran positif seperti menuliskan pikiran negatif lalu menggantinya menjadi pikiran positif, lakukan
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
18
reinforcement bagi diri sendiri ulangi dan teriakan, membuat catatanyang menggambarkan 5 kekuatan diri, 5 hal yang dikagumi dari diri sendiri, 5 pujian yang didapatkan, 10 hal yang membuat tertawa dan senang. Melakukan hal-hal tersebut secara kontinyu dapat melatih pikiran positif dan meningkatkan harga diri. 2.3
Gagal Jantung pada Masyarakat Perkotaan
Konsep gagal jantung yang akan dibahas adalah mengenai definisi, tanda-gejala, penyebab. Setiap hal yang dibahas akan membantu menguraikan masalah gagal jantung yang ada pada Bapak S. 2.3.1
Definisi Gagal Jantung
Gagal jantung adalah kondisi ketika jantung tidak dapat memompa darah untuk mencukupi kebutuhan metabolik tubuh (Black & Hawks, 2014). Figueroa & Peters (2006) menyebutkan bahwa gagal jantung merupakan sindrom klinik kompleks yang disebabkan karena kerusakan fungsi atau struktural jantung yang menyebabkan ventrikel kehilangan kemampuan untuk melakukan injeksi darah. Selain itu, gagal jantung juga dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan jantung untuk memompa sejumlah darah yang mengandung oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan oleh jaringan (Smletzer, 2010). Health Care Policy and Research (AHCPR) mendefinisikan bahwa gagal jantung adalah sindrom klinik yang menandakan kelebihan cairan atau ketidakadekuatan perfusi jaringan (AHCPR HF, 1994). Jadi dapat disimpulkan bahwa gagal jantung merupakan kondisi jantung yang mengalami kerusakan sehingga kemampuan dalam memompa darah menurun dan kebutuhan metabolik darah tidak dapat terpenuhi.
2.3.2
Tanda dan Gejala Orang yang Mengalami Gagal Jantung
Orang yang mengalami gagal jantung, menunjukan tanda-tanda sebagai berikut sianosis, edema, penurunan toleransi aktivitas, suara jantung ketiga, takikardi, peningkatan ukuran vena jugular, cepat lelah, konfusi, mual-muntah, asites, Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
19
nocturia, penurunan frekuensi berkemih, dyspneu, orthopneu, peroxymal nocturnal dyspnea, crackles bilateral yang tidak jelas disertai dengan batuk (Smeltzer, 2010). Tanda dan gejala yang terjadi dapat berbeda sesuai dengan letak jantung yang mengalami penurunan fungsi. Bila penderita mengalami gagal jantung kiri, maka tanda dan gejala yang muncul adalah kelelahan, dypsneu, orthopneu, paroximal noctunal dypsneu, edema pulmonal, batuk berdahak bahkan batuk darah, terdengar suara paru ronki, denyut nadi lebih dari 100x/menit, terdengar suara jantung S3, BUN meningkat sedangkan kreatinin tetap (Soufer, 1992 dan Black & Hawks, 2014). Sedangkan, bagi penderita yang mengamai gagal jantung kanan tanda dan gejala yang muncul adalah edema, hepatomegali, asites, disteni vena jugular, dan nocturia (Black & Hawks, 2014). Tanda dan gejala seseorang mengalami gagal jantung dapat menunjukan klasifikasi gagal jantung yang dialami oleh seorang penderita, New York Hearth Association (NYHA) mengklasifikasikan gagal jantung menjadi 4 tingkatan, yaitu (Smletzer, 2010): Tabel 2.1 Klasifikasi Tanda dan Gejala Gagal Jantung
Klasifikasi I
Tanda dan Gejala Aktivitas fisik biasa tidak menyebabkan kelelahan, dyspneu, palpitasi atau nyeri dada Tidak terdapat kongesti pulmonal Klien tidak menunjukan tanda dan gejala gagal jantung Tidak ada batasan dalam melakukan aktivitas
II
Mengalami keterbatasan sedang dalam melakukan aktivitas Klien tidak menunjukan tanda-gejala saat istirahat tapi jika terjadi peningkatan aktivitas akan menimbulkan tanda dan gejala gagal jantung
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
20
Klasifikasi
Tanda dan Gejala Terdengar crackels dan murmur (bunyi jantung ketiga)
III
Mengalami keterbatasan berat saat melakukan aktivitas Klien merasa nyaman saat beristirahat tapi jika sedikit saja melakukan aktivitas, klien merasa lelah
IV
Menunjukan insufisiensi jantung saat beristirahat
(Sumber: Smeltzer (2010) chapter 30 Management of Patients With Complications from Hearth Disease)
2.3.3
Faktor yang Menyebabkan Gagal Jantung
American Hearth Association (2012) menyebutkan bahwa secara umum penyebab terjadinya gagal jantung adalah sebagai berikut Coronary Artery Disease (CAD), riwayat serangan jantung yang merusak otot jantung, memiliki kelainan jantung dari lahir, hipertensi, penyakit katup jantung, penyakit otot jantung, aritmia, kelebihan berat badan, diabetes, pengguna alkohol dan kemoterapi. Menurut Smletzer (2010) etiologi yang menyebabkan terjadinya gagal jantung terdiri dari infark miokard, kardiomiopti, hipertensi dan kerusakan katup jantung. Secara intrinsik gagal jantung dapat disebabkan karena infark miokard (Black & Hawks, 2014). Infark miokard merupakan penyebab utama terjadinya gagal jantung (Smeltzer, 2010). Infark miokard dapat mengurangi aliran darah melaui arteri koroner sehingga mengurangi oksigen yang masuk ke miokardium. Infark miokard dapat disebabkan karena peningkatan konsumsi makanan berlemak dan berkolesterol tinggi serta kurang berolahraga (Kelley, 2014). Selain itu, penyakit katup jantung, kardiomiopti dan disritmia juga dapat memicu terjadinya gagal jantung. Kardiomiopati merupakan salah satu yang menjadi penyebab gagal jantung (Smeltzer, 2010). Kardiomiopati terdiri dari tiga tipe, yaitu dilatasi, hipertropi dan restriksi. Dilatasi kardiomiopati merupakan penyebab yang paling sering terjadi, Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
21
yang secara umum dapat muncul karena proses inflamasi miokarditis, kehamilan, agen toksik dari lingkungan dan kebiasaan mengonsumsi alkhohol (Smletzer, 2010). Penyebab lain terjadinya gagal jantung adalah hipertensi. Hipertensi dapat mengakibatkan peningkatan afterload yang akan meningkatkan beban jantung untuk memompa darah lebih keras lagi sehingga dapat menyebabkan terjadinya hipertrofi miokardium sebagai kompensasinya (Smeltzer, 2010). Hipertensi dapat disebabkan karena dua faktor, hal yang dapat dikontrol dan tidak dapat dikontrol. Hal-hal yang dapat menyebabkan hipertensi dan dapat di kontrol adalah kegemukan, makan makanan mengandung banyak garam, kurang aktivitas fisik, merokok, diabetes dan stres (American Hearth Association, 2014). 2.4
Penyakit Kronik dan Ketidakberdayaan
Penyakit kronik didefinisikan sebagai penyakit yang menetap tiga bulan atau lebih (U.S. National Center for Health Statistics, 2014). Penyakit yang dikategorikan sebagai penyakit kronis seperti penyakit jantung, stroke, kanker, penyakit pernapasan kronik dan diabetes mellitus (WHO, 2005). Orang dengan penyakit kronik selain mengalami sakit fisik yang berkepanjangan sangat berisiko terkena masalah psikososial seperti ketidakberdayaan. Dryer (2007) menyatakan bahwa klien dengan penyakit kronik rentan mengalami ketidakberdayaan karena terpapar tindakan medis secara kontinyu, efek samping dari obat dan proses perburukan penyakit. Selain itu, hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Aujoulat, Luminet & Deccache (2007) yang melakukan interview terhadap 40 orang dengan berbagai penyakit kronik, hasilnya menunjukan bahwa hampir semua klien mengalami ketidakberdayaan dengan merasa tidak aman dan terhambat dalam melakukan hubungan sosial serta merasa penyakit yang dialami mengganggu identitas diri yang dimiliki. Lubkin & Larson (2009) memaparkan bahwa orang dengan penyakit kronik akan kehilangan sumber kekuatan dalam hidupnya. Yang menjadi sumber kekuatan seorang individu adalah kekuatan fisik, dorongan sosial, pengetahuan, motivasi
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
22
dan harapan (Miller, 2000). Ketika sumber kekuatan terganggu oleh penyakit kronik maka klien akan mengalami ketidakberdayaan. Selain kehilangan sumber kekuatan diri, Aujoulat, Luminet & Deccache (2007) menyatakan bahwa orang dengan penyakit kronik mengalami ketidakberdayaan disebebkan karena hidup menjadi tidak terkontrol dan takut menjalani hidup karena gejala penyakit yang dialami semakin parah mengalami perubahan yang signifikan dan berbeda dengan sebelumnya menyebabkan cemas dan depresi, memiliki ketergantungan total, kehilangan kekuatan untuk mengontrol kehidupan, kehilangan pekerjaan, kehilangan fungsi keluarga, kehilangan identitas personal karena merasa tidak normal seperti manusia lain. Secara umum, ketidakberdayaan yang muncul karena penyakit kronik disebabkan oleh merasa berubah dan tidak aman serta kehilangan identitas. Dryer (2007) mendeskripsikan bahwa ketidakberdayaan pada penderita penyakit kronik akan mengganggu kebutuhan hidupnya. Pada umumnya kebutuhan manusia dibagi dalam beberapa tingkatan berdasarkan hirearki Abraham Maslow. Tingkatan kebutuhan manusia terdiri dari kebutuhan fisiologis (udara, nutrisi, air, eliminasi, istirahat dan tidur, kehangatan dan seks), kebutuhan akan rasa nyaman dan aman, kebutuhan akan cinta, harga diri dan kebutuhan akan aktualisasi diri (Craven & Hirnle, 2003). Saat seseorang yang terkena penyakit kronik maka terdapat kebutuhan yang tidak terpenuhi seperti udara, nutrisi, istirahat dan tidur bahkan kebutuhan akan keamanan dan kenyamanan (Dryer, 2007). Karena kebutuhan dasar tidak terpenuhi, maka klien tersebut dapat mengalami ketidakberdayaan. Membuat keputusan untuk mengatur dan mengendalikan hidup pada orang dengan penyakit kronik akan terasa semakin kompleks sehingga membatasi seseorang membangun harapan dan masa depannya (Thorne, Paterson, & Russell, 2003). Gagal jantung merupakan salah satu penyakit kronik yang sering terjadi. WHO (2005) menyebutkan bahwa penyakit kardiovaskular termasuk gagal jantung menyebabkan kematian nomor terbanyak di dunia. Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa mengalami penyakit kronik akan menyebabkan penderitanya juga
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
23
mengalami ketidakberdayaan, hal tersebut juga berlaku bagi klien yang menderita gagal jantung. Dryer (2007) melakukan penelitian pada klien dengan gagal jantung kanan sehingga menyebabkan edema di kaki dan berakhir pada kesulitan melakukan aktivitas, klien tersebut teridentifikasi mengalami ketidakberdayaan yang disebabkan oleh sakitnya. Selain itu, Aujoulat, Luminet & Deccache (2007) juga melakukan wawancara terhadap 40 orang dengan berbagai penyakit kronik termasuk didalamnya 5 orang klien dengan gagal jantung, yang menunjukan bahwa hampir semua klien menceritakan mengenai pengalaman ketidakberdayaan yang dialaminya. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa gagal jantung yang merupakan penyakit kronik sangat berkaitan erat dengan ketidakberdayaan.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
BAB 3 LAPORAN KASUS Bab ini memaparkan mengenaihasil pengkajian dan analisa masalah pada Bapak S yang penulis dapatkan ketika merawat Bapak S pada 2 Mei 2016 hingga 6 Mei 2016. Hal-hal yang dijelaskan dalam bab ini adalah hasil pengkajian, analisa data, diagnosis keperawatan, implementasi serta evaluasi asuhan keperawatan yang telah dilakukan. 3. 1.
Hasil Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada 2 Mei 2016. Bapak S (66 tahun) masuk Antasena sejak 1 Mei 2016 dengan diagnosis medis Congestive Heart Failure (CHF). Data yang penulis dapatkan diperoleh melalui wawancara, pengkajian fisik dan observasi. Klien beragama Islam. Berdomisili di Kampung Dukuh Waru RT/RW 003/001 Sukaraja, Tamansari, Bogor. Saat ini klien sudah tidak bekerja. Sebelum sakit klien merupakan petani dan pernah bekerja menjadi kuli bangunan dan kuli angkut di Jakarta. Kini Bapak S tinggal bersama dengan istri dan dua anak terakhirnya yang masih bersekolah. Bapak S memiliki riwayat sakit hipertensi sejak 10 tahun yang lalu. Klien pernah memiliki riwayat dirawat di RS pada sembilan bulan yang lalu dengan keluhan sakit jantung hingga masuk ICU selama 5 hari. Sejak saat itu, klien rutin melakukan kontrol ke RS dalam enam bulan pertama. Namun, sejak tiga bulan terakhir klien tidak lagi kontrol karena merasa sudah lebih baik. Selama tiga bulan klien tidak melakukan kontrol, klien kembali melakukan kebiasaan lamanya yaitu merokok dan meminum kopi. Kebiasaan tersebut telah klien lakukan sejak klien berusia 20 tahun (kurang lebih 40 tahun yang lalu). Klien juga pernah memiliki riwayat berkerja di Jakarta sebagai kuli bangunan dan kuli angkut di pasar selama kurang lebih 20 tahun hingga awal tahun 2000. Selama klien bekerja, klien banyak mengonsumsi kopi dan rokok di sela-sela aktivitas kerjanya dan menjadikan kopi serta rokok sebagai cara klien dalam menghadapi beban kerja yang berat.
24
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
25
Pada saat berinteraksi pertama dengan klien, yang penulis lakukan adalah melakukan pengkajian fisik. Pengkajian fisik dilakukan pada 2 Mei 2016. Klien terlihat tegang dan kurang bersemangat ketika dilakukan pengkajian fisik. Pada saat pemeriksaa fisik klien dalam keadaan compos mentis GCS 15. Hasil pemeriksaan TTV menunjukkan hasil tekanan darah klien 100/90 mmHg, nadi 120x/menit, respiration rate 28x/menit dan suhu 38,6oC. Penulis juga melakukan pemeriksaan head to toe, didapatkan data suara napas klien ronkhi di basal paru kanan, penurunan taktile fremitus, suara jantung S3 terdengar mur-mur. Klien juga teraba panas dan kulit tampak memerah. Selain data-data tersebut tidak ditemukan kelainan dalam pemeriksaan fisik. Selain melakukan pengkajian fisik, penulis juga melakukan wawancara terhadap Bapak S dan keluarga. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis pada Bapak S, secara keseluruhan klien tampak kooperatif. Saat dilakukan pengkajian lebih dalam didapatkan data klien sulit tidur malam dan tidak nafsu makan. Klien mengatakan merasa khawatir akan sakitnya, klien memikirkan sakitnya terlebih jika klien sedang nyeri dada takut menjadi semakin parah. Pengalaman masuk ICU pada sembilan bulan yang lalu membuat klien semakin khawatir dan takut. Saat berinteraksi terlihat penurunan konsentrasi karena penulis beberapa kali harus mengulang pertanyaan pada klien, jika diperhatikan klien juga tampak banyak melamun. Ekspresi wajah saat berbicara berubah – ubah, terlihat lebih banyak sedih terutama ketika menceritakan mengenai sakitnya. Pada saat hari ketiga perawatan, klien mulai terbuka pada penulis. Klien mulai menceritakan perasaannya ketika sakit. Sejak sakit 9 bulan yang lalu divonis mengalami sakit jantung klien sudah tidak pernah lagi bekerja karena merasa mudah lelah. Klien mengatakan sekarang hanya menjadi beban anak dan keluarganya karena menggantungkan seluruh kebutuhan ekonomi pada anaknya. Klien selalu mengatakan di rumah hanya makan, BAB serta tidak lagi melakukan hal lain. Klien juga selalu merasa tidak enak pada istrinya yang kini membantunya dalam melakukan seluruh aktivitas.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
26
Selain keterangan dari klien, penulis juga melakukan wawancara pada keluarga. Keluarga mengatakan sejak sakit klien menjadi pasif, lebih pendiam, dan lebih banyak melamun jika di rumah. Keluarga mengasumsikan mungkin klien merasa bosan karena sebelum sakit klien merupakan orang yang aktif bekerja dan melakukan aktivitas di masyarakat seperti pengajian dan kerja bakti. Namun, setelah sakit klien sudah tidak pernah mengikutinya lagi. Menurut keterangan keluarga, terkadang klien juga marah jika istrinya tidak menjaga disampingnya dan klien tidak mau dijaga oleh anak atau saudaranya. 3. 2.
Analisa Data
Berdasarkan hasil pengkajian masalah fisik dan psikologis penulis terhadap Bapak S, maka didapatkan analisa data yang dapat dilihat dari tabel 3.1 Tabel 3.1 Analisa Data No
Data
Masalah Keperawatan
1
Data Subjektif:
Penurunan
Klien mengatakan sesak
Jantung
Curah
Data Objektif: TD 100/90 mmHg Nadi 120x/menit Terdengar bunyi murmur Terdengar ronkhi di basal paru kanan penurunan taktile fremitus 2
Data Subjektif:
Intoleransi Aktivitas
Klien mengatakan lelah dan sesak bertambah parah jika banyak bergerak meskipun hanya ke kamar mandi.
Data Objektif: TD 100/90 mmHg
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
27
No
Data
Masalah Keperawatan
Nadi 120x/menit RR=32x/menit 3
Data Subjektif:
Ansietas Sedang
Klien sulit tidur malam, tidak nafsu makan. Klien mengatakan merasa khawatir akan sakitnya, klien memikirkan sakitnya terlebih jika klien sedang nyeri dada takut menjadi semakin parah. Takut dan khawatir juga disebabkan karena pengalaman klien yang pernah dirawat di RS pada 9 bulan yang lalu
Data Objektif: Tekanan darah: 100/90 mmHg Nadi 120x/menit RR 28x/menit Pasif Gelisah Tampak penurunan konsentrasi, gangguan perhatian banyak melamun Ekspresi wajah saat berbicara berubah – ubah dan lebih banyak sedih terutama ketika menceritakan mengenai sakitnya 4
Data Subjektif:
Ketidakberdayaan
Klien mengatakan merasa sedih karena Sedang menjadi beban anak dan istrinya ketika sakit Klien juga merasa hanya menjadi beban anaknya karena semenjak sakit 9 bulan yang lalu klien karena tidak lagi bekerja hanya tidur-makan sehingga semua biaya hidup
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
28
No
Data
Masalah Keperawatan
ditanggung oleh anaknya
Data Objektif: Keluarga mengatakan sejak sakit klien menjadi pasif, lebih pendiam, dan lebih banyak melamun jika di rumah. setelah sakit klien sudah tidak pernah mengikutinya pengajian dan kegiatan sekitar rumah. Selama di RS klien jika malam sulit tidur, namun siang klien selalu tidur. Menurut keterangan keluarga, terkadang klien juga marah jika istrinya tidak menjaga disampingnya klien juga tidak mau dijaga oleh anak atau saudaranya Tampak pasif Murung Banyak melamun Ekspresi sedih 5
Data Subjektif
Hipertermi
Klien mengatakan badan sering panas, kepala pusing DO: Teraba panas Suhu 38,2 oC Kulit memerah 3.3 Diagnosis, Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan Terdapat lima diagnosis keperawatan yang teridentifikasi dari Bapak S. Semua diagnosa baik fisik maupun psikososial telah diberikan intervensi yang sesuai
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
29
dengan keadaan klien. Namun penulis hanya mencantumkan dua diagnosis utama yaitu ketidakberdayaan dan ansietas yang merupakan fokus dari karya ilmiah ini. Penulis memberikan asuhan keperawatan ansietas sejak hari pertama interaksi. Ketika awal interaksi penulis telah membina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarganya. Pada awal pertemuan, tanda dan gejala ansietas telah nampak pada klien. Klien mengatakan khawatir akan sakitnya menjadi semakin parah. Menurut pengakuan klien, klien sulit tidur dan mengalami penurunan nafsu makan. Data objektif menunjukan bahwa klien nampak pasif, kurang bersemangat, tidak fokus, terlihat sering melamun, mengalami peningkatan RR, nadi dan suhu, tampak gelisah. Setelah mendapati tanda-tanda tersebut muncul pada klien, penulis segera menggali perasaan dan pengetahuan mengenai ansietas serta mengajarkan posisi yang nyaman dan teknik tarik napas dalam. Menurut klien, klien malam tidak dapat tidur karena memikirkan sakit dan merasa sesak. Klien merasa khawatir akan sakitnya, klien takut sakitnya menjadi semakin parah sehingga kejadian klien masuk ICU sekitar 9 bulan yang lalu terulang. Pengalaman klien yang pernah dirawat selama kurang lebih 5 hari di ICU membuat klien menjadi takut dan khawatir. Menurut pemikiran klien, orang sakit masuk ICU maka penyakitnya parah. Kekhawatiran klien semakin bertambah jika nyeri dada yang dirasakan klien muncul, nyeri yang klien rasakan akan memberat jika klien batuk. Hal itu yang menambah kekhawatiran klien. Setelah digali perasaan mengenai penyebab ansietas, penulis menjelaskan kepada klien mengenai definisi, penyebab, akibat dan cara untuk mengatasi ansietas yang dialami klien. Pada pertemuan pertama ini, penulis hanya mengajarkan posisi nyaman dan teknik relaksasi napas dalam. Saat mengajarkan relaksasi napas dalam penulis mencontohkan 3 kali, Bapak S mengulanginya. Setelah itu, penulis dan Bapak S mengulangi napas dalam bersama-sama kurang lebih 5-7 kali. Setelah seluruh intervensi yang dilakukan pada pertemuan pertama selesai, Bapak S mengatakan posisi yang paling nyaman adalah tidur miring menghadap kanan dengan kepala dinaikan 30o (semifowler), Bapak S juga merasa lebih lega dan enak dari napas biasa ketika melakukan relaksasi napas dalam. Secara objektif, klien juga tampak lebih ramah, pasif sedikit berkurang. RR klien yang awalnya
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
30
28x/menit, turun menjadi 25x/menit. Nadi yang awalnya 120x/menit turun menjadi 116x/menit. Untuk tanda-tanda vital yang lain masih sama seperti awal. Penulis dan Bapak S bersama-sama menentukan jadwal latihan klien untuk melakukan teknik relaksasi napas dalam yaitu sebelum tidur dan bangun tidur. Hari kedua interaksi, penulis berusaha melakukan evaluasi validasi tanda dan gejala ansietas yang dirasakan oleh Bapak S. Bapak S mengatakan sulit tidur berkurang karena sudah bisa tidur sedikit namun tetap sering terbangun, klien tampak lebih ramah meskipun sikap gelisah dan murung klien masih sering muncul. Klien juga mengatakan sudah latihan napas sebelum tidur. Ketika ditanyakan mengenai cara tarik napas dalam, klien sudah dapat mempraktikkanya namun masih belum optimal karena Bapak S meniupkan udaranya terlalu cepat. Sehingga pada pertemuan kedua, penulis memberikan intervensi mengulangi cara tarik napas dalam, mengajarkan teknik distraksi yang digabungkan dengan spiritual. Setelah klien telah dapat mengatur hembusan napasnya ketika teknik relaksasi napas dalam, penulis menjelaskan mengenai distraksi/ pengalihan untuk mengurangi cemasnya. Bapak S sempat menyebutkan beberapa pengalihan yang dapat dilakukannya seperti menonton tv dan zikir. Dari jawabannya tersebut penulis berinisiatif untuk menggabungkan kedua teknik tersebut. Distraksi yang klien dapat lakukan adalah berzikir. Penulis juga mencoba membantu Bapak S dengan menyebutkan distraksi yang lain yaitu mengobrol dengan anak/ istrinya. Bapak S langsung membantah dengan mengatakan mengobrol dengan anak tidak nyambung dikarenakan berbeda zaman. Oleh karena hal itu, distraksi yang dipilih dilakukan oleh klien adalah berzikir. Setelah intervensi diberikan, klien mengatakan lega dan akan melakukannya. Secara objektif, klien tampak lebih rileks, perhatian klien terhadap penulis meningkat, lebih kooperatif mesikipun ada beberapa hal yang perlu penulis ulangi seperti ketika menjelaskan mengenai distraksi. Penulis mengarahkan klien untuk melakukan relaksasi TND, berzikir dan shalawatan sebelum tidur serta latihan distraksi setiap saat. Rencananya besok penulis akan memberikan intervensi mengajarkan teknik hipnosis 5 jari. Selain itu, penulis juga hari ini menjelaskan
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
31
mengenai gagal jantung untuk memberikan klien pengetahuan agar ansietas yang dialami klien dapat berukurang. Hari ketiga perawatan, Bapak S mengatakan sudah dapat tidur dengan enak, RR 22x/menit, TD 90/60 mmHg, nadi 97x/menit. Secara objektif, hari ini klien terlihat lebih terbuka pada penulis, klien telah hapal nama penulis, meskipun bila diperhatikan klien masih sedikit terlihat tegang, penurunan konsentrasi, pasif dan pasrah. Sebelum memulai interaksi penulis mencoba memvalidasi kemampuan klien mengulangi intervensi-intervensi yang telah dilakukan kemarin. Bapak S mengatakan yang dilakukan sebelum tidur adalah relaksasi napas dalam dan membaca shalawat.Pada pertemuan ketiga, penulis mengevaluasi kemampuan relaksasi napas dalam, kemampuan menyebutkan teknik distraksi dan spiritual serta memandu Bapak S untuk melakukan hipnosis 5 jari. Klien sudah mampu melakukan relaksasi napas dalam dengan baik, klien juga menyebutkan telah bershalawat. Sesuai tujuan awal, penulis bermaksud mengajarkan hipnosis 5 jari. Namun, klien tampak sulit membayangkan dan kurang berhasil dalam melakukan hipnosis 5 jari. Secara subjektif klien mengatakan lebih nyaman dan akan mencobanya. Namun secara objektif, penulis melihat klien belum dapat berkonsentrasi. Oleh karena hal itu, planning yang dilakukan oleh penulis untuk keesokan harinya adalah mengulangi teknik hipnosis 5 jari bagi klien. Hari ketiga perawatan, klien mulai terbuka dengan penulis. Pada hari ini, klien mulai menceritakan bahwa klien merasa menjadi beban bagi keluarganya dan merasa sedih akan sakitnya. Cerita ini muncul ketika penulis menanyakan perasaan klien menjalani perawatan di RS selama tiga hari. Lalu klien mulai menceritakan bahwa klien sedih karena sakit dan juga merasa hanya menjadi beban anaknya karena semenjak sakit 9 bulan yang lalu klien tidak lagi bekerja hanya tidur-makan dan semua biaya hidup kini ditanggung oleh anaknya. Meskipun secara subjektif klien baru terdengar pada hari ini, namun secara objektif tanda-tanda ketidakberdayaan seperti pasif, murung, sedih, merasa cemas, mengalami penurunan nafsu makan dan tingkat ketergantungan yang tinggi pada orang lain sudah terlihat sejak awal interkasi dengan klien. Berdasarkan tanda dan gejala tersebut, penulis mengidentifikasi klien mengalami ketidakberdayaan.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
32
Pada saat hari itu juga, penulis langsung memberikan intervensi untuk mengatasi ketidakberdayaan yang dialaminya. Intervensi yang dilakukan pada hari itu adalah mengkaji perasaan klien, membantu klien mengenal ketidakberdyaan dan membantu klien melatih berpikir positif serta afirmasi positif. Pengkajian dilakukan dengan menanyakan lebih jauh mengenai perasaan ketidakberdayaan yang muncul. Klien mengatakan sedih karena semenjak sakit tidak bekerja dan hanya menjadi beban anak dan istri. Klien yang sejak dulu aktif berkerja kini hanya berdiam diri di rumah. Klien juga merasakan sangat merepotkan bagi istri karena semua kebutuhan dibantu oleh istri.
Pada saat mengkaji, klien tampak sedih, murung dan pandangan seperti menerawang. Dari pengkajian saat itu, respon klien baik dengan klien sudah dapat menceritakan rasa ketidakberdayaanya namun klien masih terlihat pasif dan murung. Intervensi yang juga dilakukan hari ini adalah melatih pikiran dan afirmasi positif. Klien merasa sedih karena semenjak sakit klien sudah tidak bekerja. Penulis mencoba mengarahkan latihan berpikir positif dengan meminta klien menerima hikmah dari sakitnya seperti klien menjadi memiliki banyak waktu untuk beristirahat di waktu senjanya, klien juga menjadi memiliki lebih banyak waktu untuk istri dan anaknya dan sakitnya klien mendekatkan anak-anak klien yang berada di luar kota. Karena selama klien sakit, klien sering sekali menerima kunjungan dari anak-anaknya. Selain itu, penulis juga sempat menanyakan harapan yang dimiliki Bapak S. Klien sempat kesulitan ketika merumuskan harapan yang klien inginkan, namun akhirnya klien sempat mengatakan ingin pulang dan sembuh sehingga bisa melihat dua anak terakhirnya dapat lulus sekolah. Setelah intervensi selesai, klien mengatakan terimakasih dan lega. Namun secara objektif klien masih mununjukan sikap murung, sedih, mengalami penurunan nafsu makan dan tingkat ketergantungan yang masih tinggi. Pada hari keempat perawatan, penulis melakukan penerapan intervensi ketidakberdayaan yaitu membantu mengulangi latihan berpikir positif, membantu mengontrol
perasaan
ketidakberdayaan
dengan
memotivasi
klien
untuk
melakukan kegiatan yang masih bisa dilakukan secara mandiri baik di rumah atau
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
33
di rumah sakit. Klien mengatakan masih rasa sedih karena menjadi beban masih ada tapi klien berusaha untuk membiarkannya. Menurut klien, klien sudah mencoba menerapkan pikiran positif yang sudah kemarin diskusikan. Pada hari ini klien terlihat lebih gelisah, lebih murung, lebih pasif, lebih banyak diam melamun. Setelah dikaji klien mengatakan sudah bosan dan sangat ingin pulang. Karena melihat respon klien, maka penulis memutuskan untuk mengulangi latihan berpikir positif, mengembangkan afirmasi positif dan tetap mencoba menggali kegiatan yang masih klien dapat lakukan di rumah sakit ataupun nanti setelah klien pulang. Penulis kembali mengulangi berdiskusi dengan klien mengenai hikmah yang didapat ketika sakit, selain itu penulis mencoba mengarahkan dari keinginan pasien yang ingin pulang. Klien mengatakan jika klien ingin cepat pulang dan ingin menemani anaknya hingga lulus sekolah, klien harus semangat dan harus mau makan. Penulis juga mencoba membantu mengidentifikasi kegiatan yang dapat klien lakukan meskipun dalam kondisi sakit. Kegiatan yang teridentifikasi adalah mandi, makan, berzikir, shalat berjamaah di mushala dan mengikuti pengajian. Di rumah sakit, klien dapat dzikir dan dapat duduk-duduk di luar ruangan jika bosan dan sudah tidak sesak lagi. Penulis memotivasi klien untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebelum sakit, namun tetap menyesuaikan dengan kemampuan klien. Untuk lebih meningkatkan motivasi dan mempermudah klien dalam mengingat kegiatan-kegiatan tersebut maka berbagai kegiatan ditulis. Setelah diberikan intervensi, klien mengatakan akan mengaji lagi dan memperbanyak shalawat agar tidak melamun lagi dan terimakasih sarannya. Secara objektif, setelah intervensi klien masih terlihat pasif, namun ekspresi klien lebih ramah dan murung berkurang. Selain mengajarkan mengenai strategi pelaksaan ketidakberdayaan, sesuai dengan kesepakatan pada hari sebelumnya hari ini penulis akan kembali memandu dan mengajarkan klien melakukan hipnosis 5 jari. Pada pertemuan kali ini, penulis mengajak istri untuk melihat intervensi yang dilakukan. Hipnosis 5 jari pada kali ini nampak lebih berhasil karena klien terlihat lebih rileks dan tidak lagi menjawab saat dilakukan hipnosis. Klien juga mengatakan sangat berterimakasih atas sarannya dan mau untuk melakukannya jika di rumah. Setelah dilakukan hipnosis 5 jari, nadi klien mengalami penurunan dari 97x/menit menjadi
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
34
90x/menit namun tanda-tanda vital yang lain tidak mengalami perubahan. Penulis, keluarga dan klien membuat kesepakatan agak keluarga memandu klien untuk melakukan hipnosis 5 jari besok pagi ketika bangun tidur. Pada hari terakhir perawatan, penulis melakukan evaluasi terhadap kemampuan yang dimiliki oleh klien. Ketika diminta untuk mengulangi apa yang telah dipelajari dari intervensi pertama hingga ketiga, klien hanya dapat menyebutkan melakukan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan di rumah. Oleh karena hal itu, penulis mencoba mengulangi mengarahkan Bapak S untuk melakukan latihan berpikir positif, mengembangkan harapan dan mengulangi menyebutkan kegiatan yang dapat klien lakukan ketika pulang ke rumah. Secara subjektif, klien mengatakan sangat terbantu dan mengucapkan terimakasih serta akan semangat lalu melakukan bekal yang telah penulis berikan selama di RS. Klien juga mengatakan tetap memikirkan jika sudah pulang semoga tidak merepotkan. Secara subjektif klien sudah memiliki pemikiran bahwa kini giliran anak yang menjaga klien. Jika penulis amati terdapat penurunan tanda dan gejala ketidakberdayaan yang dialami klien. Namun, tingkat ketergantungan klien kepada keluarga masih sangatlah tinggi. Klien juga masih sangat membutuhkan bantuan keluarga untuk mengembangkan pikiran dan afirmasi positif. Pada hari kelima perawatan klien tampak sangat senang akan pulang. Klien sudah lebih segar, menurut klien klien sudah dapat tidur nyenyak semalam. Secara umum klien dapat menyebutkan tanda ansietas yang klien alami, klien juga dapat mempraktikkan tarik napas dalam dengan sangat baik. Untuk hipnosis klien mengatakan sedikit sulit melakukannya. Oleh karena itu, penulis lebih menggarahkan klien untuk melakukan tarik napas dalam dan shalawat jika sudah di rumah. Selain melakukan intervensi pada klien, penulis juga melakukan intervensi pada keluarga klien terutama istri Bapak S. Keluarga yang kooperatif dan memiliki penerimaan yang sangat baik menyebabkan intervensi keluarga sangat efektif. Istri Bapak S mengatakan akan menjadi istri siaga yang akan menjaga sepenuh hati suaminya serta mengingatkan suaminya agar melakukan hal-hal untuk mengurangi ansietasnya dan mengingatkan klien agar semangat. Istri klien juga Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
35
sudah dengan baik mempraktikan relaksasi napas dalam serta menyebutkan teknik spiritual. Selain itu, istri klien juga mengatakan jika di rumah akan mengingatkan klien untuk tidak melamun, akan memberikan semangat kepada klien dan memberikan motivasi pada klien agar mau beraktivitas lagi sesuai dengan kemampuan klien. Untuk diagnosis fisik seperti intoleransi aktivitas dan hipertermi. Penulis telah melakukan intervensi seperti melakukan pengukuran suhu, mengajarkan cara kompres hangat bila terjadi hipertermi, menganjurkan menggunakan pakaian tipis, menganjurkan peningkatan asupan cairan serta melakukan kolaborasi memberikan antipiretik. Untuk intoleransi aktivitas, penulis juga sudah memberikan intervensi berupa pertahankan posisi nyaman, pertahankan aktivitas sesuai toleransi. Diagnosis penurunan curah jantung telah dilakukan pertahankan masukan oksigen, pantau hemodinamik, pantau neurologis dan pantau adanya syok kardiogenik.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
BAB 4 PEMBAHASAN Pada bab ini akan menguraikan pembahasan mengenai analisa masalah keperawatan,
analisa
intervensi
dan
alternatif
pemecahan
masalah
ketidakberdayaan pada Bapak S di Ruang Antasena RS Marzoeki Mahdi, Bogor. 4.1 Analisa Masalah Keperawatan Terkait Konsep Masyarakat Perkotaan dan Konsep Ketidakberdayaan Bapak S berusia 66 tahun yang dikategorikan ke dalam tingkat perkembangan lanjut usia (Depkes, 2009). Keadaan lansia menyebabkan seluruh fungsi tubuh mengalami kemunduran dan perubahan fungsi, termasuk fungsi jantung. Hal ini didukung oleh data dari Riskesdas (2013) yang menyebutkan bahwa populasi terbesar penderita gagal jantung berkisar pada usia 65-70 tahun. Usia tersebut merupakan usia yang dikategorikan lanjut usia. Selain itu, Million Heart (2013) menyebutkan terdapat dua faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung, faktor yang dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol. Salah satu faktor yang tidak dapat dikontrol/ dicegah adalah faktor usia lanjut yang menyebabkan fungsi tubuh berkurang. Gagal jantung yang dialami oleh Bapak S disebabkan karena hipertensi tidak terkontrol dalam waktu lama. Klien mengatakan telah memiliki hipertensi sejak kurang lebih 10 tahun namun jarang melakukan pengobatan. Hipertensi dapat mengakibatkan peningkatan afterload yang akan meningkatkan beban jantung untuk memompa darah lebih keras lagi sehingga dapat menyebabkan terjadinya hipertrofi miokardium sebagai kompensasinya (Smeltzer, 2010). Hipertensi yang klien alami diduga terjadi karena pola hidup tidak sehat yang dilakukan selama bertahun-tahun. Klien mengatakan ketika bekerja di Jakarta sebagai kuli bangunan dan kuli angkut di pasar, klien selalu merokok hampir mencapai dua bungkus per hari serta meminum kopi sebelum dan sesudah bekerja. Klien melakukan kebiasaan tersebut sejak klien muda berusia kurang lebih 20 tahun baru menghentikan aktivitasnya hingga klien masuk rumah sakit
36
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
37
karena sakit jantung 9 bulan yang lalu. Selama klien bekerja, klien banyak mengonsumsi kopi dan rokok di sela-sela aktivitas kerjanya dan menjadikan kopi serta rokok sebagai cara klien mengalihkan pikiran klien dalam menghadapi beban kerja yang berat. Merokok merupakan salah satu yang dapat memicu terjadi hipertensi (American Heart Association, 2014). Merokok dalam jangka waktu panjang dan lama akan menyebabkan nikotin yang terkandung dalam rokok menyempitkan pembuluh darah, sehingga akhirnya membuat tekanan darah menjadi meningkat (Canadian Diabetes Association Clinical Practice Guidelines, 2013). Bapak S yang memiliki pekerjaan dengan beban kerja berat dan memiliki keadaan ekonomi menengah ke bawah menyebabkan klien mengalami stres. Ketika stres hal yang klien lakukan adalah merokok. Stres merupakan salah satu masalah yang dihadapi seseorang yang tinggal di daerah perkotaan (Chest Heart and Stroke Scotland, 2014). Stres yang dialami oleh Bapak S merupakan stres sosial. Hal tersebut sesui dengan pernyataan dari Adli (2011) yang menyebutkan bahwa stres sosial yang biasanya dapat terjadi bila seseorang tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri, besarnya tekanan yang diterima dari pekerjaan dan orang sekitar serta kondisi ekonomi rendah. Keadaan stres dan koping merokok juga merupakan penyebab klien mengalami tekanan darah tinggi yang berakhir dengan gagal jantung seperti yang klien alami saat ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan American Heart Association (2014) bahwa stres juga merupakan salah satu penyebab terjadinya hipertensi. Soufer (1992 dalam Black & Hawks, 2009) menyebutkan bahwa ketika stres tubuh akan memproduksi hormon adrenalin yang akan menyebabkan tubuh menjadi tegang, meningkatkan denyut jantung dan tekanan jantung agar meningkatkan aliran darah ke otot. Jika hal tersebut terus dibiarkan, maka akan berakhir dengan gagal jantung. Saat masuk RSMM, Bapak S datang dengan keluhan sesak, klien mengatakan kelelahan bila banyak melakukan aktivitas, batuk, nadi 120x/menit, respiration rate 28x/menit, suara napas klien ronkhi di basal paru kanan, penurunan taktile fremitus, suara jantung terdengar mur-mur. Berdasarkan data-data tersebut, gagal jantung yang klien alami merupakan gagal jantung kiri. Hal ini sesuai dengan Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
38
tanda dan gejala yang muncul adalah kelelahan, dypsneu, edema pulmonal, batuk berdahak bahkan batuk darah, terdengar suara paru ronki, denyut nadi lebih dari 100x/menit, terdengar suara jantung S3 (Soufer, 1992 dan Black & Hawks, 2014). Grade gagal jantung yang klien alami adalah grade II yaitu klien mengalami keterbatasan ketika beraktivitas namun nyaman bila beristirahat (NYHA dalam Smeltzer, 2010).
Saat menerima perawatan Bapak S mengatakan merasa khawatir akan sakitnya, klien memikirkan sakitnya terlebih jika klien sedang nyeri dada takut menjadi semakin parah. Pengalaman masuk ICU pada sembilan bulan yang lalu membuat klien semakin khawatir dan takut. Gagal jantung yang juga penyakit kronik menyebabkan Bapak S mengalami masalah psikososial. Penderita CHF umumnya akan mengalami isolasi sosial, hidup dihantui ketakutan dan kematian, serta kehilangan kontrol diri (Jeun, 2010), 16 dari 30 sampel penelitian menunjukan bahwa menderita gagal jantung menyebabkan hidup merasa ketakutan dan frustasi.
Dari tanda-tanda tersebut klien dapat digolongkan mengalami ansietas tingkat sedang. Sesuai dengan kategori ansietas Peplau (1965 dalam Videback, 2008) yang menunjukan pola tidur berubah, nyeri punggung, menunjukkan lapang persepsi menurun dan rentang perhatian menurun serta mengalami peningkatan tanda-tanda vital. Ansietas yang Bapak S alami sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Haworth et al., (2007) terhadap 100 orang pasien dengan CHF. Hasilnya menunjukkan bahwa 29% mengalami ansietas. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yohanes et.al., (2010) yang menunjukan 11-45% klien dengan CHF mengalami prevalensi ansietas. Pada saat hari ketiga perawatan, klien mengatakan sekarang hanya menjadi beban anak dan keluarganya karena menggantungkan seluruh kebutuhan ekonomi pada anaknya dan menggantungkan aktivitas pada istrinya. Hal tersebut membuat klien merasa tidak dapat bertanggungjawab sebagai kepala keluarga. Berdasarkan pernyataan klien, klien dapat dikategorikan mengalami ketidakberdayaan sesuai dengan Carpenito & Moyet (2009) yang menyatakan ketidakberdayaan
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
39
merupakan keadaan kehilangan kontrol personal terhadap kejadian atau situasi yang mempengaruhi tujuan dan gaya hidup. Klien mengalami kehilangan kontrol personal terhadap keluarga dan hidupnya sejak mengalami gagal jantung. Ketidakberdayaan merupakan salah satu tanda-gejala seseorang mengalami depresi. Klien dengan gagal jantung rentan mengalami ketidakberdayaan hingga depresi sesuai dengan pernyataan Yohanes et.al., (2010) yang menyatakan klien memiliki prevalensi 10-60% mengalami ketidakberdayaan. Menurut pengakuan klien, klien mulai merasa merasa menjadi beban keluarga sejak divonis sakit jantung 9 bulan yang lalu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyebab klien merasa tidakberdaya adalah sakit yang dialaminya. Sesuai dengan Caprenito & Moyet (2009) penyebab klien merasa ketidakberdayaan berdasarkan faktor patofisiologi adalah proses penyakit akut dan kronis sehingga mengalami ketidakmampuan melakukan aktivitas fisik serta ketidakmampuan mengerjakan peran dan tanggungjawabnya, kelemahan karena penyakit dan penyakit yang disebabkan kemunduran mental. Rasa khawatir yang klien rasakan karena proses perawatan
merupakan
faktor
situasional
yang
dapat
menyebabkan
ketidakberdayaan yaitu berupa perubahan personal dan lingkungan seperti hospitalisasi. Berdasarkan kriteria Doenges (2008) yang membagi ketidakberdayaan menjadi tiga kategori, klien dikategorikan dalam ketidakberdayaan sedang. Klien mengatakan hanya menjadi beban dan tidak puas sebagai kepala keluarga, klien juga sangat takut jika ditinggalkan oleh istri dan marah jika ditunggu oleh yang lain berdasarkan tanda dan gejala yang muncul. Secara objektif, klien menunjukkan sikap bergantung pada orang lain, tidak memiliki keinginan untuk mencari informasi mengenai kondisinya, tidak ikut berpartisipasi dalam perawatan dan tidak dapat melakukan perawatan mandiri. Respon pasien terhadap sakitnya memiliki persepsi bahwa apa yang dialaminya saat ini membuat hidupnya tidak bermakna dan pasien tidak bisa mengontrolnya sehingga penulis menetapkan diagnosis keperawatan utama adalah ketidakberdayaan.
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
40
4.2 Analisa Intervensi Keperawatan dengan Penelitan Terkait Intervensi yang akan dibahas dalam bagian ini adalah intervensi ansietas dan lebih banyak membahas mengenai intervensi ketidakberdayaan sebagai fokus dalam Karya Ilmiah Akhir Ners ini. Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah ansietas adalah dengan menginformasikan kepada klien mengenai ansietas, mengajarkan posisi nyaman, mengajarkan teknik napas dalam, teknik distraksi, spiritual dan hipnosis 5 jari (Standar Asuhan Keperawatan, 2012). Intervensi untuk mengatasi ansietas dilakukan selama 5 hari. Secara subjektif klien mengalami penurunan tanda dan gejala cemas. Begitu juga secara objektif, klien terlihat lebih tenang, lebih rileks. Klien sudah dapat melakukan teknik relaksasi napas dalam, distraksi dan spiritual, sedangkan untuk hipnosis klien merasa kesulitan. Sehingga untuk mengatasi ansietasnya, penulis lebih mengarahkan klien untuk melakukan relaksasi napas dalam. Hal ini sejalan dengan penelitian ansietas pada pasien gagal jantung yang dilakukan oleh Khaerunisa (2015) hasilnya menunjukan bahwa terapi ners dapat mengurangi ansietas yang dialami pasien. Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi ketidakberdayaan yang klien alami dilakukan selama tiga hari. Intervensi pada klien dengan ketidakberdayaan terdiri dari dua tahap. Tahap pertama yang dilakukan oleh penulis adalah membina hubungan saling percaya dengan klien, membantu klien untuk mengenal masalah ketidakberdayaan yaitu dengan membantu mengidentifikasi dan menguraikan perasaan klien, membantu klien penyebab ketidakberdayaan, serta membantu menyadari klien akibat dari perilaku tidak berdaya.Selain itu, pada tahap pertama penulis melatih klien untuk mengembangkan pikiran dan harapan positif (afirmasi positif). Hal yang paling pertama penulis lakukan adalah mengkaji perasaan klien mengenai ketidakberdayaan yang klien alami. Diagnosis ketidakberdayaan, secara subjektif baru klien ungkapkan pada hari ketiga perawatan. Ketika hari pertama dan kedua perawatan klien hanya menceritakan mengenai perasaan khawatir dan takut yang dialaminya. Menurut analisis penulis, klien baru dapat mempercayai
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
41
penulis dan bersikap terbuka ketika penulis telah melakukan interaksi selama beberapa hari, faktor jenis kelamin tentunya mempengaruhi hal ini. Jenis kelamin dapat mempengaruhi seseorang dalam mengungkapkan perasaan. Seperti yang dilansir oleh Depression and Bipolar Support Alliance (2004) yang menyatakan bahwa pasien laki-laki cenderung tidak selalu menceritakan perasaan sedih dan kesepian karena tidak ingin dianggap lemah. Ketika klien sudah merasa percaya dengan penulis, maka masalah dapat teridentifikasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ritchie (2001) yang menyebutkan hubungan yang baik akan melahirkan kepercayaan, kejujuran dan keterbukaan. Penelitian yang dilakukan oleh Bagley, Weaver & Buchanan (2011) juga menyebutkan bahwa perempuan lebih sensitif dalam berespon dan berekspresi terhadap stres, sedikit berbeda dengan lelaki yang lebih santai dalam menghadapi stres. Intervensi selanjutnya yang dilakukan untuk mengatasi ketidakberdayaan adalah latihan berpikiran positif. Pikiran positif yang penulis coba arahkan untuk klien adalah dengan meminta klien berpikir positif bahwa ketika klien sakit, klien dapat lebih banyak istirahat di usia senjanya, selain itu klien memiliki lebih banyak waktu bagi istri dan anaknya. Sakitnya klien juga dapat mendekatkan anakanaknya, karena ketika klien di rawat di RS klien sering sekali mendapat kunjungan dari anak-anaknya yang tinggal diluar kota Bogor. Hal yang penulis lakukan sejalan dengan pernyataan Ellis (dalam Seligman, 2010) yang menyebutkan latihan berpikir positif merupakan cara untuk mengenali pikiran negatif, mengganti pikiran negatif menjadi positif dengan melatihnya serta menggantinya dengan persepsi baru yang positif sehingga ketika kejadian tersebut terjadi di masa depan maka akan dihadapi dengan pikiran positif yang telah ditanamkan. Mengarahkan klien berpikir positif dengan melakukan pendekatan keberadaan dan dukungan keluarga yang penulis lakukan, sesuai dengan penelitian yang dilakukan Aujouat, Luminet dan Deccache (2007) yang dilakukan pada 40 orang klien dengan penyakit kronik yang hampir semuanya memiliki pengalaman ketidakberdayaan, namun menurut wawancara yang dilakukan pada klien didapatkan data bahwa rasa sedih karena penyakit dapat sedikit terobati karena menjadi lebih dekat dengan caregiver dan keluarga.
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
42
Tujuan mengarahkan klien melatih berpikir postif agar klien memandang sakitnya dengan cara pandang berbeda sehingga klien menjadi lebih semangat dalam menjalani pengobatan. Pernyataan tersebut didukung oleh Brissette, Scheiver & Carver (2002 dalam Kivimaki et.al, 2005) yang menyatakan bahwa orientasi berpikir positif bermanfaat bagi kesehatan hal ini dikarenakan bila seseorang memiliki rasa optimis maka orang tersebut akan memiliki hubungan sosial yang baik, menggunakan koping yang adaptif dan memiliki semangat serta kebiasaan yang sehat dan meningkatkan taraf kesehatannya. Selain itu, penulis juga sempat menanyakan harapan yang dimiliki Bapak S. Klien sempat kesulitan ketika merumuskan harapan yang klien inginkan, namun akhirnya klien sempat mengatakan ingin pulang dan sembuh sehingga bisa melihat dua anak terakhirnya dapat lulus sekolah. Smith (2015) menyebutkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Natchitoches mentu individu yang memiliki harda diri rendah dan depresi. Respon yang klien berikan setelah dilakukan intervensi latihan berpikir positif dan afirmasi positif adalah secara verbal klien mengatakan terimakasih dan lega. Namun secara objektif klien masih menunjukan sikap murung, sedih, mengalami penurunan nafsu makan dan tingkat ketergantungan yang tinggi. Menurut analisis penulis, hal itu sangat wajar karena intervensi baru dilakukan satu kali. Life Care (2013) mengungkapkan bahwa untuk menginternalisasikan pikiran-pikiran positif tidak dapat dilakukan dalam semalam, diperlukan konsistensi dan pengulangan agar pikiran positif benar-benar terinternalisasi dengan baik. Pada penelitian yang dilakukan
oleh
Kanine,
Helena
&
Nuraini
(2011)
terhadap
pasien
ketidakberdayaan dengan diabetes mellitus di RS Bethesda-Tomohon penerapan terapi ners juga dilakukan kurang lebih enam hari. Jadi, respon klien yang belum secara signifikan bukan sebuah hambatan dalam melaksanakan intervensi selanjutnya. Intervensi ketidakberdayaan yang penulis lakukan membantu mengulangi latihan berpikir
positif
dan
afirmasi
positif,
membantu
mengontrol
perasaan
ketidakberdayaan dengan memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang masih bisa dilakukan secara mandiri baik di rumah atau di rumah sakit. Kegiatan yang
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
43
teridentifikasi adalah mandi, makan, berzikir, shalat berjamaah di mushala dan mengikuti pengajian. Untuk kegiatan di RS Bapak S lebih mengarahkan untuk berzikir dan duduk-duduk di teras ruangan agar tidak bosan. Penulis memotivasi klien agar melakukan kegiatan-kegiatan tersebut lagi seperti sebelum sakit, namun tetap menyesuaikan dengan kemampuan klien. Untuk lebih meningkatkan motivasi dan mempermudah klien dalam mengingat kegiatan-kegiatan tersebut maka
berbagai
kegiatan
ditulis
dan
akhirnya
disimpan
oleh
klien.
Mengidentifikasi kegiatan yang dapat dilakukan Bapak S merupakan usaha untuk membangkitkan sumber kekuatan klien. Lubkin & Larson (2009) memaparkan bahwa orang dengan penyakit kronik akan kehilangan sumber kekuatan dalam hidupnya. Sumber kekuatan seorang individu dapat berasal dari kekuatan fisik dan psikologis, dorongan sosial, konsep diri positif, energi, pengetahuan, motivasi dan harapan (Miller, 2000). Melakukan kegiatan-kegiatan yang masih dapat klien lakukan akan menjadi sumber kekuatan fisik agar klien merasa masih dapat melakukan beberapa hal secara mandiri terutama pemenuhan kebutuhan dasarnya. Setelah diberikan intervensi, respon klien mengatakan akan memperbanyak shalawat atau apapun kegitan untuk mengurangi frekuensi melamun. Klien juga mengatakan akan keluar jika sudah tidak sesak. Secara objektif, setelah intervensi klien masih terlihat pasif, namun ekspresi klien lebih ramah dan murung berkurang. Dari respon yang ditunjukkan klien, klien sudah mengalami sedikit perubahan. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa untuk merubah pola pikir menjadi pikiran positif dibutuhkan waktu yang tidak sebentar. Harapannya dengan klien sudah memiliki motivasi untuk melakukan banyak kegiatan di rumah akan dijadikan sumber kekuatan klien berikutnya untuk mengembangkan harapan dan pikiran positif (Miller, 2000). Setelah memberikan perawatan untuk klien dengan ketidakberdayaan penulis melakukan evaluasi. Jika diamati secara umum telah terjadi penurunan tanda dan gejala ketidakberdayaan pada Bapak S. Pada hari ketiga perawatan klien dideteksi mengalami 26 tanda dan gejala ketidakberdayaan, hari terakhir perwatan klien klien hanya mengalami 11 tanda dan gejala ketidakberdayaan. Secara subjekif untuk mengulangi yang telah diperbincangkan klien hanya dapat menyebutkan
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
44
mengenai latihan mengontrol ketidakberdayaan dengan melakukan kegiatankegiatan. Untuk latihan berpikir positif dan pengembangan afirmasi positif, klien harus diarahkan dan diingatkan kembali agar dapat menyebutkannya. Respon yang Bapak S berikan sama dengan hasil penelitian Agustin, Keliat & Mustikasari (2015) yang memberikan intervensi terapi ners untuk 10 lansia dengan ketidakberdayaan. Pada penelitian tersebut klien lansia mengalami penurunan tanda dan gejala ketidakberdayaan signifikan yaitu kurang lebih 21%. Selain memberikan intervensi individu pada klien, penulis juga melakukan intervensi terhadap keluarga klien. Intervensi keluarga dengan ketidakberdayaan ditujukan untuk memberikan bantuan kepada keluarga untuk memotivasi anggota keluarga yang mengalami ketidakberdayaan agar tetap memiliki kepercayaan dan semangat untuk aktif terlibat dalam kegiatan setelah pulang ke rumah. Keluarga juga dapat memberikan dukugan agar klien melakukan latihan berpikir positif dan afirmasi positif. Dukungan yang adekuat dari keluarga sebagai support system akan meningkatkan keberhasilan dalam intervensi karena akan merubah sudut pandang klien terhadap lingkungan sehingga akhirnya hal tersebut akan menjadi sumber kekuatan dari klien untuk melakukan pengobatan dan perawatan (Vishmasrao, 2013). Pemberian intervensi ketidakberdayaan pada keluarga sangatlah penting dilakukan karena menurut penelitian Agustin, Keliat & Mustikasari (2015) menunjukan hasil bahwa setelah diberikan intervensi keluarga, pengetahuan
keluarga
dalam
merawat
keluarga
lain
yang
mengalami
ketidakberdayaan meningkat sebanyak 72%.
4.3 Alternatif Pemecahan Masalah Respon ketidakberdayaan dilihat dari data minor dan mayor yang didapat secara subjektif dan diamati secara objektif (Carpenito & Moyet, 2009). Jika diamati secara subjektif pada hari terakhir perawatan setelah diberikan intervesi selama 3 hari sebelumnya klien mengatakan bahwa pikiran yang menyatakan hanya menjadi beban sudah agak sedikit berkurang, Bapak S mencoba memikirkan bawa kini giliran anak yang merawat Bapak S.
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
45
Tanda dan gejala yang mengalami penurunan menunjukkan bahwa klien mengalami peningkatan kondisi dan perubahan kondisi ke arah yang lebih baik. Namun pada hari ketiga, klien masih ragu bahwa klien sudah tidak lagi menjadi beban. Karena klien masih menggunakan kata semoga. Usia klien yang sudah tua, jenis kelamin laki-laki serta tingkat pendidikan klien yang rendah juga menjadi penyebab intervensi yang diberikan belum optimal menurunkan tanda dan gejala ketidakberdayaan sehingga klien benar-benar terbebas dari ketidakberdayaan. Solusi yang dapat diberikan untuk kasus Bapak S adalah dengan menambah intensitas dan frekuensi intervensi yang dilakukan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Life Care (2013) yang menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil maksimal dari berpikir positif maka dibutuhkan waktu yang lama untuk pembudayaan. Kanine, Helena & Nuraini (2011) memberikan terapi ners pada penderita DM dilakukan selama 6 hari dan hasilnya terdapat penurunan tanda dan gejala yang cukup signifikan antara pre dan post intervensi. Pada saat melakukan intervensi, penulis telah memberikan cara-cara yang dapat Bapak S gunakan untuk mengurangi rasa ketidakberdayaan yang dialami. Alternatif pemberian masalah yang
penulis
tawarkan
dengan
menganturkan
latihan
mengontrol
ketidakberdayaan terjadwal agar nilai-nilai ketidakberdayaan yang diberikan lebih terinternalisasi dengan baik. Untuk mengoptimalkan hasil intervensi yang diberikan bagi Bapak S dengan hari rawat yang sebentar juga dapat dikolaborasikan terapi ners dan spesialis agar hasil yang didapatkan lebih optimal. Penguatan positif juga harus diberikan pada pasien agar semangat untuk membangun kembali harapan dalam hidupnya karena harapan akan membangun sebuah komitmen untuk menjadi lebih baik lagi. Seperti yang dilakukan oleh Kanine, Helena & Nuraini (2011) yang mengemukakan hasil bahwa skor ketidakberdayaan pada klien dengan DM mengalami penurunan yang signifikan. Kelompok kontrol yang hanya diberikan terapi ners mengalami penurunan tanda dan gejala sebesar 5,36. Sedangkan kelompok intervensi yang diberikan terapi spesialis berupa logoterapi didapatkan penurunan skor sebesar 14,80. Kanine, Helena & Nuraini (2011) menyatakan bahwa jika keduanya digabungkan maka akan melahirkan hasil yang lebih optimal.
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
46
Menurut penulis, terapi spesialis yang dapat dilakukan untuk klien adalah ACT (Acceptance and Commitment Therapy). ACT merupakan terapi
yang
menitikberatkan pada penerimaan atau aspek psikologis agar dapat menyesuaikan dengan perubahan kondisi (Hayes, 2007). Widuri, Helena & Mustikasari (2012) melakukan penerapan ACT pada pasien dengan gagal ginjal melalui empat sesi. Sesi pertama membina hubungan saling percaya, sesi kedua identifikasi nilai sesuai dengan pengalaman klien, sesi 3 berlatih menerima kejadian dengan nilai yang dipilih dan sesi 4 berkomitmen untuk mencegah kekambuhan. Sesi ACT yang Bapak S dapatkan lebih menitikberatkan pada sesi komitmen. Bapak S telah masuk RS dengan keluhan yang sama sakit jantung pada 9 bulan yang lalu, setelah itu klien hanya patuh menjalankan pengobatan rutin pada 6 bulan pertama. Namun 3 bulan berikutnya klien tidak melakukan pengobatan bahkan kembali pada kebiasaan buruk yang justru memperparah sakit yang dialaminya. Harapannya jika klien diberikan ACT maka
klien akan memiki
komitmen untuk mencegah kekambuhan penyakitnya. Widuri, Helena & Mustikasari (2012) menyebutkan bahwa penerapan terapi ACT dapat menurunkan tanda dan gejala ketidakberdayaan sebesar 5,934 jauh lebih besar dari penerapan terapi ners yang hanya 0,268. Tentunya kolaborasi penggunaan terapi ners dan spesialis dapat menghasilkan perubahan yang lebih signifikan bagi Bapak S dengan lama intervensi yang hanya tiga hari.
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Karya ilmiah ini sesuai dengan tujuan telah dapat menggambarkan asuhan keperawatan klien dengan ketidakberdayaan pada Bapak S di ruang Antasena Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Berdasarkan uraian penjelasan dari bab sebelumnya maka dapat ditarik simpulan dan saran sebagai berikut. 7.1 Kesimpulan Masalah yang terjadi pada Bapak S adalah ketidakberdayaan. Masalah ketidakberdayaan yang dialami Bapak S erat kaitannya dengan masalah fisiknya. Bapak S yang memiliki riwayat hipertensi selama kurang lebih 10 tahun dan memiliki riwayat dirawat rumah sakit sembilan bulan yang lalu menyebabkan Bapak S merasa menjadi beban keluarga karena sudah tidak mampu melakukan pekerjaan dan kini bergantung seutuhnya pada anak klien. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis telah melakukan intervensi untuk mengatasi masalah ketidakberdayaanya selama tiga hari. Intervensi yang telah dilakukan adalah pengkajian perasaan ketidakberdayaan, berlatih berpiberpikir positif, mengembangkan afirmasi positif dan mengontrol rasa ketidakberdayaan. Setelah diberikan intervensi, tanda dan gejala ketidakberdayaan yang klien alami berkurang. Klien kini sudah mulai semangat, sudah memiliki harapan dan kini menganggap bahwa kini giliran anak yang menjaganya. 7.2 Saran Terkait dengan asuhan keperawatan yang penulis lakukan, penulis merumusukan saran yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan khususnya untuk masalah psikososial di masa yang akan datang. 7.2.1 Aplikatif Keperawatan Melalui karya tulis ilmiah ini, penulis mengharapkan perawat menyadari pentingnya melakukan intervensi asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit fisik khususnya penyakit kronik. Perlu dilakukan pendampingan dan supervisi perawat agar melakukan asuhan keperawatan psikososial pada pasien di
47
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
48
ruang rawat inap. Selain itu, diperlukannya intervensi keperawatan spesialis jiwa dapat menimbulkan upaya untuk secara khusus menempatkan perawat spesialis jiwa di setiap ruang rawat inap. Hal ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan kontiunitas dari perawatan yang diberikan sehingga asuhan keperawatan yang diiberikan pada klien dapat diterapkan secara utuh dan kontinyu dalam setiap shiftnya dilakukan khusus oleh perawat psikososial. 7.2.2 Penelitian Keperawatan Penulis mengharapkan setelah karya tulis ini dibuat, dilakukan penelitianpenelitian selanjutnya yang mengembangkan asuhan keperawatan psikososial khususnya
asuhan
keperawatan
ketidakberdayaan
pada
pasien
gagal
jantung.Tujuannya adalah untuk menguji efektivitas setiap intervensi sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat lebih optimal. Selain itu, penulis berharap setelah penelitian ini akan ada penelitian lain yang meneliti mengenai teknik/ metode baru yang lebih memberikan hasil maksimal bagi kesembuhan pasien. 7.2.3 Keilmuan Keperawatan Peneliti berharap peneltian ini dapat menjadi dengan menjadi evidance based untuk membandingkan implementasi dan teori yang ada agar nantinya dapat menjadi acuan bagi mahasiswa keperawatan untuk mengembangkan intervensi keperawatan masalah psikososial ketidakberdayaan bagi klien dengan gagal jantung.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
DAFTAR REFERENSI Adli, M. (2011). Urban Stress And Mental Health. City Health And Well Being. London: London School Of Economics Agustin, I. M., Keliat B.A., Mustikasari. (2015). Penerapan tindakan keperawatan: terapi generalis terhadap ketidakberdayaan pada lansia. Jurnal Ners. 10(2) American Hearth Association. (2011). Cardiovascular Conditions.Diagnosis And Management In Chronic Heart Failure.National Heart Foundation Of Australia.
Juni,
16
2016
Http://Www.Heartfoundation.Org.Au/Sitecollectiondocuments/ChronicHeart-Failure-Qrg-2011.Pdf. Arnold, E., & Boggs, K. U. (2011). Interpersonal Relationships: Professional Communication Skills For Nurses (6th Ed.). St. Louis: Mosby Arouri M.E.H, Youssef A.B, Nguyen-Viet C, Soucat A. (2014). Effects of urbanization on economic growth and human capital formation in africa. Program On The Global Demography Of Aging Harvard University Aujoulat, Luminet & Deccache. (2007). The perspective of patient on their experience of powerlessness. Quality Health Research, 17 (6), doi 10.117/1049732307302665 Bhatta, B. (2010). Analysis of urban growth and sprawl from remote sensing data. Berlin:
Springer.
Juni,
12
2016
Http://Www.Springer.Com/Us/Book/9783642052989 Black, J.M. & Hawks, J.H. (2014). Medical surgical nursing, clinical management for positive outcomes (8 th. Edition). Philadelpia: Wb. Saunders Company Canadian Diabetes Association Clinical Practise Guidelines. (2013). High Blood Pressure & Diabetes. Juni 19, 2016. Http://Guidelines.Diabetes.Ca Carpenito, L. J & Moyet. (2008). Nursing diagnosis application to clinical practise. Lippincott: Wlliams & Wilkins
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
Chest Heart And Stroke Scotland. (2014). Heart Series H4: Living With High Blood Pressure. Glassgow: CHSS Craven, R. F & Hirnle, C. J. (2003). Fundamental Of Nursing Human Health And Function(4th Ed). Philadelphia Lippincott Wiliams & Wilkins Damanik, F., H., S. (2012). Membentang fakta dunia sosial: Sosiologi. Jakarta: Bumi Aksara Departement Of Economic And Social Affairs United Nation.(2014). Population distribution, urbanitation, internal migration, and development an international persperctive. United Nation: New York Depkes. (2009). Pusat Informasi Dan Data Kementerian Kesehatan RI. Balitbangkes Depression And Bipolar Support Alliannce. (2004). Men and depression. Illinios: DBSA Doenges, M., (2009). Nursing Care Plans, Guidlance For Individuaizing Pastient Care, 8th Ed. Philadelphia : F. A. Davis Dryer, D. E. (2007) the phenomenon of powerlessness in the eldery. The Ruth & Tes Braun Award For Writing Exellence At Saginaw Valley University Elfiky, I. (2008). Terapi berpikir positif biarkan mukjizat dalam diri anda melesat agar hidup lebih sukses dan lebih bahagia. Jakarta Penerbit Zaman Figueroa & Peters.(2006). Congestive heart failure:diagnosis, pathophysiology, theraphy, and implications for respiratory care. Respiratory Care, 51(4) Haruyama, S. (2011). The miracle of endorphine : Sehat mudah dan praktis dengan hormon kebahagiaan. Bandung : Penerbit Kaifa Haworth, et al. (2005). Prevalance and predicators of anxiety and depression in a sample of chronic heart failure with lesft ventricular systolic dysfunction. The
European
Journal
Of
Heart
10.1016/J.Ejheart.2005.03.001
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
Failure.
Doi:
Hayes, S., Jason, B. L., Frank W.B., Akohito. (2007). Act Model, Processes, Outcomes. Journal Behavioral, Research & Therapy. Jeun, Y.H., et al. (2010). The experience of living with chronic heart disease: a narrative review of qualitative studies. Sydney: Biomedical Center Health Service Research. Kanine, E., Helena N., Nuraini T. (2011). Pengaruh terapigeneralis dan logoterapi individu tehadap respon ketidakberdayaan klien diabetes melitus di rumah sakit provinsi Sulawesi Utara. Tesis Fik Ui. Tidak Dipublikasikan. Kelley, D. (2014). Heart disease: Causes, prevention, and current research. Jcc Honors Journals, 5(2) Kelompok Keilmuan Keperawatan Jiwa. (2011). Standar asuhan keperawatan diagnosis psikososial. Depok: FIK UI Kelompok Keilmuan Spesialis Keperawatan Jiwa. (2012). Standar asuhan keperawatan diagnosis fisik dan psikososial. Depok: FIK UI Kholidah E. N. & Alsa, A. (2012). Berpikir positif untuk menurunkan stres psikologis. Jurnal Psikologi. 39(1) Kivimaki, Et Al. (2005). Optimism & pesimis as predicators of change in health after death or onset of severe illness in family.Health Psychology, 24(4), 413-421 Legg, M. J. (2010). What is psychosocial care and how can nurses better provide it to adult oncology patients. Australian Journal Of Advanced Nursing, 28(3) Lubkin & Larson.(2009). Chronic illness impact and interventions. University Of Illinois Chicago Lll Mind Essentials. (2008). Conducting A Psychosocial Assessment Nanda International. (2015). Nursing diagnoses: Definitions and classification 2012-2014. Made Sumarwati, Et Al (Penerjemah). Jakarta: EGC.
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
Prendes, Aag. & Thomas, Sa. (2011). Powerlessness and ander in african and american women: The intersection race and gender. International Journal Of Humanities And Social Science. 1(7) Riset Kesehatan Dasar. (2007). Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Rsmm.(2016).
RS.
Dr.
H.
Marzoeki
Mahdi
Bogor.
Juni,
16
2016
Http://Www.Rsmmbogor.Com/ Setiadi, E., M. (2008). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Siregar, A. S. (2008). Miskin kota: Fenomena yang tak kunjung terselesaikan. Medan: Bitra Indonesia Smeltzer, B., et al. (2010). Brunner’s And Suddarth Textbook Of Medical – Surgical Nursing 12th Edition. Philadelphia: Lippincot William & Wilkins Soekanto, S. (2009). Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2001). Principles and practise of phsychiatric nursing. St Louis: Mosby United Nation.(2014). World’s population increasingly urban with more than half living in urban areas. United Nations: New York WHO.(2005). Preventing chronic diseases a vital investment. United Nations: New York WHO.(2014). Urban Lifestyle.United Nations: New York Wisduri, E., Helena, N., Mustikasari . (2012). Pengaruh acceptance & commitment therapy terhadap respon ketidakberdayaan klien gagal ginjal kronik di RSUP Fatmawati Jakarta. Tesis FIK UI. Tidak Dipublikasikan. World
Bank.
(2015).
Urban
Population.
Juni,
Http://Data.Worldbank.Org/Indicator/Sp.Urb.Totl.In.Zs
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
13
2016
World Heart Foundation. (2015). Cardiovaskular Disease Risk Factors. Geneva: World Heart Foundation. Juni 13, 2016 Http://Www.World-HeartFederation.Org/Cardiovascular-Health/Cardiovascular-Disease-RiskFactors/Diet/ Yohanes Am., Willgoss Tg., Baldwin Rc., Connolly Mj. (2010). Depression and axiety in chronic heart failure and chronic obstructivem pulmonary disease: Prevalance, relevance, clinical impliction and management priciples. Int J Geriatri Psychiatry
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA MASALAH PSIKOSOSIAL
INFORMASI UMUM Inisial klien
: Tn. S
Usia
: 66 (tahun)
Jenis kelamin
: laki-laki
Suku
: Sunda
Bahasa dominan
: Sunda
Status perkawinan
: menikah
Alamat
:Jl. Dukuh Waru RT/RW 003/001 Sukaraja, Tamansari, Bogor
Tanggal masuk
: 1 Mei 2016
Tanggal pengkajian
: 2 Mei 2016
Ruang rawat
: Antasena
Nomor rekam medik
: 30-48-66
Diagnosis medis
: Dyspneu ec CHF
Riwayat alergi
: Tidak ada
Diet
: Tidak ada
KELUHAN UTAMA Tn. S datang dengan keluhan sesak sejak dua pengkajian di dapatkan data sesak masih ada, 120x/menit, suhu 38,6oC. Saat pemeriksaan fisik, naps ronkhi di basal paru kanan, penurunan taktile jantung S3.
hari SMRS. Pada saat RR = 32x/menit, nadi didapapatkan data suara fremitus, terdengar suara
Klien mengeluh sulit tidur karena sesak dan merasa takut sakitnya semakin parah, klien juga mengeluh mengalami sulit makan. Kien takut sakit semakin
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
parah sehingga klien masuk ICU seperti 9 bulan yang lalu. Sejak sakit itu, klien mangatakan cepat lelah jika melakukan aktivitas.
PENAMPILAN UMUM DAN PERILAKU MOTOR Fisik Berat badan : 53 kg Tinggi badan : 158 cm Tanda-tanda vital : TD 100/80 mmHg P 32x/menit Nadi 120x/menit T 38,6 Riwayat pengobatan fisik Tn. S memiliki riwayat sakit hipertensi namun tidak melakukan pengobatan sejak 10 tahun yang lalu. Pada 9 bulan yang lalu, klien pernah dirawat di RS dengan sakit jantung dan masuk ICU selama 5 hari. Sejak masuk RS klien melakukan pengobatan rutin setiap bulan selama 6 bulan pertama, 3 bulan berikutnya klien tidak lagi melakukan pengobatan karena merasa lebih baik. Hasil pemeriksaan laboratorium/ visum/ dll HB = 11,9 gr/dl Leukosit = 16,3 gr/dl Tromboit 737 rb/ub
Hematokrit 36% OT/PT 22/26 Ur/Cr 47,7 / 2,67
Masalah Keperawatan: Penurunan Curah Jantung, Hipertermi, Intoleransi Aktivitas
Tingkat Ansietas Tingkat ansietas (lingkari tingkat ansietas dan chek list perilaku yang ditampilkan) Ringan Panik
Sedang
PERILAKU Tenang
Berat
PERILAKU Menarik diri
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
Ramah
Bingung
Pasif
Disorientasi
Waspada
Ketakutan
Merasa membenarkan lingkungan
Hiperventilasi
Kooperatif
Halusinasi/ delusi
Gangguan perhatian
Depersonalisasi
Gelisah
Obsesi
Sulit berkonsentrasi
Kompulsi
Waspada berlebihan
Keluhan somatik
Tremor
Hiperaktivitas
Bicara cepat
Lainnya: Sulit tidur
Masalah Keperawatan:Asietas Sedang KELUARGA Genogram
Tipe keluarga nuclear family extended family family
diad family single parent
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
Pengambilan keputusan kepala keluarga orang tua Hubungan klien dengan kepala keluarga kepala keluarga orang tua
istri bersama-sama istri anak
lain-lain, sebutkan: Kebiasaan yang dilakukan bersama keluarga Kebiasaan yang di lakukan bersama keluarga, berkumpul dan mengobrol. Kegiatan yang dilakukan keluarga dalam masyarakat Sebelum sakit klien sering mengikuti pengajian rutin di sekitar rumahnya. Masalah Keperawatan:Tidak ada masalah. RIWAYAT SOSIAL Pola sosial Teman/ orang terdekat Klien dekat dengan istri dan anaknya. Peran serta dalam kelompok Dalam kelompok klien mengikuti pengajian namun setelah sakit tidak mengikuti kegiatan lagi. Klien juga sudah tidak mengikuti shalat di mushala lagi. Sekarang klien hanya melakukan kegiatan di rumah dan tidak lagi mengikuti kegiatan apapun Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain Tidak ada hambatan dalam berkomunikasi Obat-obatan yang dikonsumsi Adakah obat herbal/ obat lain yang dikonsumsi diluar resep Tidak ada. Obat-obatan yang dikonsumsi klien saat ini ISDN 3x5mg kendaron 2x1 mg Aspilet 1x80 mg Furosemid 2x1 Apakah klien menggunakan obat-obatan dan alkohol untuk mengatasi masalahnya Tidak Masalah Keperawatan: Tidak ada
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
STATUS MENTAL DAN EMOSI Penampilan 1. Cacat fisik ada, jelaskan tidak ada, jelaskan klien tidak ada cacat fisik 2. Kontak mata ada, klien ada kontak mata meskipun dengan sorot mata sedih dan keadaan lemas. Kadang klien seperti sedang menerawang tidak ada, jelaskan 3. Pakaian tidak rapi, jelaskan penggunaan tdk sesuai 4. Perawatan diri klien menggantugkan hidupnya pada istri, semua kebutuhan hidup bergantung pada istri terutama ketika di RS. Semua aktivitas klien dibantu oleh istri mulai dari makan, berganti pakaian, minum hingga BAB dan BAK Masalah Keperawatan: Ketidak berdayaan Sedang Tingkah Laku Tingkah Laku
Jelaskan
Sikap
Klien kooperatif, pasif, sedikit tertutup. Klien mulai terbuka pada hari ketiga perawatan
Ekspresi wajah
Klien terlihat seding, murung ketika menceritakan sakitnya. Terlebih menceritakan jika sekarang klien sudang tidak berkerja lagi hanya menggantungkan
Resah Agitasi Letargi
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
diri pada anak. Klien juga terlihat tegang dan gelisah Lain-lain
Masalah Keperawatan: Ketidakberdayaan Sedang Pola komunikasi POLA KOMUNIKASI
POLA KOMUNIKASI
Jelas
Aphasia
Koheren
Perseverasi
Bicara kotor
Rumination
Inkoheren
Tangensial
Neologisme
Banyak bicara/ dominan
Asosiasi longgar
Bicara lambat
Flight of ideas
Sukar berbicara:
Lainnya: Klien tertutup dan baru terbuka pada mahasiswa pada hari ketiga perawatan
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah. Mood dan Afek PERILAKU
JELASKAN
Senang
Sedih
Sedih karena memikirkan sakitnya dan kini klien sudah tidak bekerja sehingga menjadi beban anak. Klien juga sedih memikirkan istri yang kini mengurusnya
Patah hati Putus asa
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
Gembira Euporia Curiga Lesu
Klien sering terlihat lesu dan tidak bersemangat karena merasa merepotkan istri dan anak
Marah/ Bermusuhan
Menurut keluarga klien menjadi sering marah jika istri tidak berada di sekitar klien
Lain-lain:
Masalah Keperawatan:Ketidakberdayaan Sedang Proses Pikir
PERILAKU Jelas
Logis
Mudah diikuti
Relevan Bingung Bloking Delusi Arus cepat Asosiasi lambat Curiga Memori jangka pendek
Hilang
Utuh
Memori jangka panjang
Hilang
Utuh
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
Masalah Keperawatan:Tidak ada masalah. Persepsi PERILAKU
JELASKAN
Halusinasi
Tidak di temukan dalam pangkajian
Ilusi
Tidak di temukan dalam pengkajian
Depersonalisasi
Tidak ditemukan dalam pengkajian
Derealisasi
Tidak ditemukan dalam pengkajian
Halusinasi
Jelaskan
Pendengaran
Tidak di temukan dalam pangkajian
Penglihatan
Tidak di temukan dalam pangkajian
Perabaan
Tidak di temukan dalam pangkajian
Pengecapan
Tidak di temukan dalam pangkajian
Penghidu
Tidak di temukan dalam pangkajian
Lain-lain:
Tidak di temukan dalam pangkajian
Masalah Keperawatan:Tidak ada masalah.
Kognitif 1. Orientasi realita Waktu : Terorientasi dengan baik Tempat
: Terorientasi dengan baik
Orang
: Terorientasi dengan baik
Situasi
: Terorientasi dengan baik
2. Memori Gangguan
jelaskan
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
gangguan daya ingat jangka panjang
Tidak di temukan dalam pengkajian
gangguan daya ingat jangka pendek
Tidak di temukan dalam pengkajian
gangguan daya ingat saat ini
Tidak di temukan dalam pengkajian
paramnesia, sebutkan
Tidak di temukan dalam pengkajian
hipermnesia, sebutkan
Tidak di temukan dalam pengkajian
amnesia, sebutkan
Tidak di temukan dalam pengkajian
3. Tingkat konsentrasi dan berhitung Tingkatan
jelaskan
mudah beralih
Tidak di temukan dalam pengkajian
tidak mampu berkonsentrasi
Tidak di temukan dalam pengkajian
tidak mampu berhitung sederhana
Tidak di temukan dalam pengkajian
Masalah Keperawatan:Tidak ada masalah. IDE-IDE BUNUH DIRI Ide-ide merusak diri sendiri/ orang lain
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
Tidak
Ya Jelaskan:
Masalah Keperawatan:Tidak ada masalah
V. KULTURAL DAN SPIRITUAL Agama yang dianut 1. Bagaimana kebutuhan klien terhadap spiritual dan pelaksanaannya? Klien orang yang taat dalam menjalankan perintah agama. Sebelum sakit jantung 9 bulan yang lalu, klien sering mengikuti pengkajian dan shalat berjamaah. Ketika sakit di rumah sakit klien mengatakan agak kesulitan untuk shalat. 2. Apakah klien mengalami gangguan dalam menjalankan kegiatan spiritualnya setelah mengalami kekerasan atau penganiayaan? Tidak pernah mengalami riwayat penganiayaan 3. Adakah pengaruh spiritual terhadap koping individu? Kegiatan spiritual sangat mempengaruhi koping klien merasa lebih tenang saat setelah shlawatan. Budaya yang diikuti Apakah ada budaya klien yang mempengaruhi terjadinya masalah ? Budaya klien sangat dipengaruhi oleh budaya sekitar klien mengatakan sering meminum kopi dan merokok dengan keluarga dan saudara. Dan ketika dahulu klien bekerja, untuk menambah semangat klien sering meminum kopi dan merokok. Tingkat perkembangan saat ini Keluarga dengan lansia. Masalah Keperawatan:Tidak ada masalah.
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
Catatan Perkembangan Nama Pasien
: Tn.S
No Rekam Medis : 30-48-66 Tanggal
Implementasi
Senin, 2 Mei 2016
Data Data Subjektif Sulit tidur karena sesak dan memikirkan sakitnya Merasa khawatir sakit parah sepeti 9 bulan yang lalu Rasa takut muncul kalo sedang sakit dada Sulit tidur dan mengalami penurunan napsu makan Data Objektif Pasif Kurang bersemangat Tidak fokus Terlihat sering melamun Mengalami peningkatan suhu, nadi dan RR (RR= 28 x/menit, nadi 120x/menit) Tampak gelisah
Usia
: 66 th
Diagnosis
: CHF Evaluasi
Subjektif Lega lebih enak dari napas biasa Objektif Kurang bersemangat Tidak fokus Terlihat sering melamun Tampak gelisah Klien terlihat lebih tenang, ramah RR 25x/menit Nadi 116x/menit
Analisa Ansietas belum teratasi Planning Latihan TND sebelum tidur dan bangun tidur
Analisa Ansietas Sedang Tindakan Menjelaskan definisi, penyebab, akibat dan cara mengatas ansietas Menganjurkan mencari posisi yang nyaman Mengajarkan teknik napas dalam Rencana Tindak Lanjut EV SP1Ansietas SP 1 ansietas (distraksi)
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
Catatan Perkembangan Nama Pasien
: Tn.S
No Rekam Medis : 30-48-66 Tanggal Selasa, 3 Mei 2016
Usia
: 66 th
Diagnosis
: CHF
Implementasi Data Data Subjektif Sulit tidur berkurang tapi masih bangun-bangun, pengen cepet pulang. Data Objektif Tampak lebih ramah, Murung TD100/70 mmHg Nadi 120x/menit RR 32x/menit Gelisah Tergantung pada istri Sudah mengulangi TND sebelum tidur Teknik relaksasi napas dalam belum optimal Analisa Ansietas Sedang Tindakan Mengulangi mengajarkan TND Mengajarkan teknik ditraksi dan spiritual Menganjurkan klien menggunakan teknik distraksi (pengalihan) dan spiritual untuk mengalihkan pikiran dari sakitnya, Memberikan pendidikan kesehatan mengenai gagal jantung
Evaluasi Subjektif Lega, mau melakukannya. Saya terima sarannya. Terima kasih. Pengalihan lebih enak dengan zikir, Ngobrol tidak nyambung dengan anak karena beda zaman Objektif Klien terlihat lebih tenang, Lebih rileks Perhatian terhadap penulis meningkat Lebih kooperatif Dapat melakukan TND dengan baik Dapat melakukan distraksi dan spiritual dengan bantuan Analisa Ansietas belum teratasi Planning Latihan TND dan shalawatan sebelum tidur dan bangun tidur Latihan distraksi setiap saat
Rencana Tindak Lanjut EV SP1,2 Ansietas SP 2 ansietas (Hipnosis 5 jari)
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
Catatan Perkembangan Nama Pasien
: Tn.S
No Rekam Medis : 30-48-66 Tanggal Rabu, 3 Mei 2016
Usia
: 66 th
Diagnosis
: CHF
Implementasi
Evaluasi
Data Data Subjektif Sudah dapat tidur enak, bangun hanya untuk ke kamar mandi, sebelum tidur “napas” dan shalawat.
Subjektif Napas sudah dapat dilakukan sebelum tidur Dan sudah shalawatan Setelah hipnosis terasa nyaman dan ingin mencobanya
Merasa menjadi beban keluarga karena sakit dan merasa sedih, sekarang di rumah hanya makan, minum dan BAB karena tidak bekerja dan suluruh kebutuhan dibantu istri
Iya anak sekarang jadi ngumpul, Harapannya agar bisa pulang, sembuh dan liat anak selesai sekolah Lega dan terimakasih
Data Objektif RR : 22x/menit Nadi 97x/menit Lebih terbuka Sudah dapat menyebutkan nama penulis Penurunan konsentrasi + Tegang masih ada + Pasif + Cemas Mengalami penuruna nafsu makan Sedih Tingkat ketergantungan tinggi Analisa Ansietas Sedang Ketidakberdayaan Sedang
Objektif Rileks Penurunan konsentrasi Murung Penurunan nafsu makan Tingkat ketergantungan tinggi Analisa Ansietas dan ketidakberdayaan belum teratasi Planning Latihan TND dan shalawatan sebelum tidur dan bangun tidur Latihan distraksi setiap saat Latihan berpikir positif setiap saat Mempertahankan afirmasi positif
Tindakan Mengulangi kemampuan tarik napas dalam, menganjurkan distraksi dan spritual, mengajarkan hipnosis 5 jari Mengkaji perasaan ketidakberdayaan Menjelaskan penyebab dan akibat
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
Tanggal
Implementasi ketidakberdayaan Membantu melakukan latihan berpikir positif dan mengembangkan afirmasi positif
Rencana Tindak Lanjut EV SP1 Ansietas SP 2 Ansietas (hipnosis 5 jari) EV SP Ketidakberdayaan
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
Evaluasi
Catatan Perkembangan Nama Pasien : Tn.S No Rekam Medis : 30-48-66 Tanggal Implementasi Kamis, 4 Mei 2016
Usia Diagnosis
Data Data Subjektif Merasa bosan dan ingin pulang, masih lemes, semua masih dibantu umi Data Objektif Badan lemas-cepat lelah Tidak nafsu makan Banyak diam, fasif Aktivitas dibantu oleh istri Merasa cemas Gelisah Lebih murung Melamun Sulit tidur Nadi 97x/menit Analisa Ketidakberdayaan Sedang Ansietas Sedang Tindakan Mengulangi latihan berpikir positif Mengembangkan afirmasi positif Mengontrol ketidakberdayaan: kegiatan Mengulangi TND Menganjurkan distraksi Mengulangi hipnosis 5 jari Keluarga: Menjelaskan kepada caregiver tanda gejala pasien cemas/takut, menjelaskan pada caregiver cara mengatasi ansietas : TND, pengalihan, shalawat, hipnosis 5 jari, meminta keluarga agar mmeberikan motivasi pada klien untuk melakukan cara mengatasi cemas. Rencana Tindak Lanjut EV SP 1-2 Ketidakberdayaan EV SP 1-2 Ansietas
: 66 th : CHF Evaluasi
Subjektif Hari ini lebih lemas, sering tidur dan tidak mau makan karena bosan dan merasa makanan RS tidak enak, semalam tidur sedikit. Ketika di rumah sakit mencoba makan sendiri, berzikir dan duduk di luar Jika di rumah nanti makan, mandi, shalat berjamaan Mau melakukan kegiatan pengajian lagi Nanti mau mencoba makan agar cepat pulang Sangat berterimkasih dan mau melakukan hipnosis 5 jari di rumah Keluarga: Terimakasih sarannya, ibu nanti jagain, ingetin bapak, jadi istri siaga. Objektif Ketergantungan pada istri + Pasif + Murung berkurang Ekspresi lebih ramah Nadi 90x/menit
Analisa Ketidakberdayaan dan ansietas belum teratasi Planning Tanaman pikiran positif dan semangat Latihan TND dan shalawatan sebelum tidur dan bangun tidur Latihan distraksi setiap saat Latihan hipnosis 5 jari bangun tidur
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
Catatan Perkembangan Nama Pasien : Tn.S No Rekam Medis : 30-48-66 Tanggal Implementasi Jumat, 5 Mei 2016
Usia Diagnosis
Data Data Subjektif Klien mengatakan sudah segar namuan masih lemas karena tidak nafsu makan. Saya tetap merasa menjadi beban namun ya gantian sekarang anak yang jaga.
Data Objektif Tampak segar Kegelisahan berkurang Banyak tersenyum lebih mudah menerima informasi Lebih banyak fokus pada diri sendiri
Analisa Ansietas. Ketidakberdayaan. Tindakan Megevaluasi perasan takut/cemas, Mereview cara TND Mereview dan menganjurkan distraksi dan spiritual Mengevaluasi perasaan Mengulangi latihan berpikir positif Memotivasi klien melakukan kontrol perasaan, Memotivasi klien untuk mau melakukan kegiatan di rumah Memotivasi keluarga (istri) agar mau memberikan motivasi pada klien agar mau melakukan kegiatan. Rencana Tindak Lanjut Klien pulang
: 66 th : CHF Evaluasi
Subjektif Klien mengatakan senang karena boleh pulang, sudah lebih segar dan enakan cuma nafsu makan masih belum baik. Tarik napas dalam dapat dilakukan, hipnosis sulit dilakukan Semoga setelah pulang tidak lagi merepotkan, sekarang giliran anak yang menjaga Terimakasih atas sarannya akan melakukannya di rumah Semangat mau pulang kalau mau pulang mau kurangi bengong dan melamun, istri bilang mau ngasih tasbeh di rumah.
Objektif Kegelisahan berkurang Wajah senang banyak senyum Lebih bersemangat Menyimak informasi Fokus Tingkat ketergantungan tinggi Tampak dapat mengulangi tarik napas dalam
Analisa Ansietas teratasi. Ketidakberdayaan teratasi. Planning Latihan TND Latihan distraksi Latihan spiritual Latihan hiptnotis lima jari Latihan mengontrol perasaan Lakukan kegiatan di rumah Keluarga motivasi agar klien mau dan termotivasi melakukan kegiatan jika di rumah
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
EVALUASI TANDA & GEJALA, KEMAMPUAN KLIEN DAN KELUARGA PADA DIAGNOSIS KEPERAWATAN KETIDAKBERDAYAAN Nama pasien : Tn.S No
Ruangan
: Antasena
Aspek Penilaian 4/5
Kognitif 1 Mengungkapkan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energi 2 Mengungkan ketidakpuasan dengan tugas atau aktivitas yang dilakukan sebelumnya 3 Mengungkapkan ragu-ragu dalam melaksanakan peran 4 Mengungkapkan tidak mampu mengendalikan situasi, perawatan diri dan hasil pengobatan 5 Mengungkapkan ketidakpuasan dan tergantung pada orang lain 6 Ambivalen 7 Sulit konsentrasi 8 Mudah lupa 9 Cenderung menyalahkan orang lain 10 Berfokus pada diri sendiri 11 Sulit memahami informasi 12 Bingung 13 Preokupasi 14 Blocking pikiran Affektif 15 Merasa tertekan dan depresi 16 Merasa bersalah 17 Takut terhadap pengasingan 18 Cemas 19 Merasa tidak adekuat 20 Sangat waspada 21 Merasa tidak pasti 22 Merasa tidak berdaya 23 Merasa menyesal Fisiologis 24 Sulit tidur 25 Tekanan darah meningkat 26 Frekuensi napas meningkat 27 Denyut nadi meningkat 28 Dada berdebar-debar 29 Muka tegang 30 Keringat dingin 31 Tidak nafsu makan
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
Tanggal 5/5 6/5
X X
X
X
X X
X
X
X
X
X
X
X X X X X
X X X X
X
X
X
X
X X
X X
X
X
X
X
X
X
X
No
Aspek Penilaian 4/5
32 Iritabitas meningkat 33 Badan lemes dan cepat lelah Perilaku 34 Banyak diam, pasif 35 Aktifitas harian dibantu orang lain 36 Tidak memantau kemajuan pengobatan 37 Tidak berpartisipasi dalam mengambil keputusan 38 Mengindari kontak mata 39 Perilaku menyerang/agresif 40 Menarik diri 41 Perilaku mencari perhatian 42 Gelisah dan tidak bisa tenang Sosial 43 Enggan mengungkan perasaannya 44 Tidak mampu mencari informasi 45 Tidak mampu bersosialisasi dengan orang lain 46 Bicara pelan Total Jumlah Tanda dan Gejala II Kemampuan Pasien 1 Mampu mengenal ketidakberdayaan, mengungkapkan perasaan, mengenal penyebab ketidakberdayaan dan prilaku yang diakibatkan 2 Mampu mengidentifikasi situasi kehidupan yang tidak mampu dikontrok pasien 3 Mampu mendiskusikan pikiran negatif dan mengembangkan pikiran positif 4 Mampu menggnakan kemampuan afirmas pikiran dan harapan positif dan mengontrol ketidakberdayaan 5 Mampu mengidentifikasi aktivitas yang dapat dilakukan walaupun sedang sakit 6 Mampu melakukan aktivitas yang dapat dilakukan walaupun sedang sakit Total Jumlah Kemampuan Klien III Kemampuan Keluarga 1 Menyebutkan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien ketidakberdayaan 2 Menyebutkan pengertian ketidakberdayaan, tanda dan gejala dan proses terjadinya 3 Mampu melatih klien berpikir postif, logis, rasional dan mengembangkan afirmasi positif 4 Mampu melatih klien mengembangkan pikiran dan harapan yang positif 5 Mampu Menyebutkan sumber-sumber pelayanan kesehatan yang tersedia (Follow-up) Total Jumlah Kemampuan keluarga
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016
Tanggal 5/5 6/5
X
X
X
X X
X X
X
X X
X
X
X
X X X X 25
X X X 25
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X 7
X 4
5
5
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
5
5
Daftar Riwayat Hidup Peneliti
Nama
: Puji Mentari
Tempat Tanggal Lahir
: Kuningan, 29 Desember 1992
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat Rumah
: Buana Gardenia blok C3 No.26 Pinang, Tangerang
Kontak
: +62 8778246792
Email
:
[email protected]
Agama
: Islam
Riwayat Pendidikan Formal No. 1
Pendidikan Fakultas Ilmu Keperawatan, Univesitas
Tahun 2011 – sekarang
Indonesia 2
SMA Negeri 2 Tangerang
2008 – 2011
3
SMP Negeri 3 Tangerang
2005 – 2008
4
SD Negeri Pinang 6
1999 – 2005
5
TK Al-Huda, Kuningan
1998 – 1999
Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016