ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KATARAK
Definisi
Katar
ak adalah istilah kedokteran
untuk setiap keadaan kekeruh an yang terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi. Klasifikasi Katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
-
-
-
-
katarak Kongenital: Katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun Katarak Juvenil : katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun Katarak Senil: katarak setelah usia 50 tahun Katarak Trauma: Katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata
Etiologi
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda. Penyebab katarak lainnya meliputi :
Faktor keturunan.
Cacat bawaan sejak lahir.
Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)
gangguan pertumbuhan,
Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
Rokok dan Alkohol
Operasi mata sebelumnya.
Trauma (kecelakaan) pada mata.
Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.
Patofisiologi Lensa mata mengandung tiga komponen anatomis an: nukleus korteks & kapsul.nukleus mengalami perubahan warna coklat kekuningan seiring dengan bertambahnya usia.disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri dianterior & posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna.perubahan fisik & kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai infulks air kedalam lensa proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang & mengganggu transmisi sinar.teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peranan dalam melindungi lensa dari degenerasi.jumlah enzim akan menurun dg bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien menderita katarak. Manifestasi Klinik
Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan secara progresif (seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menja di negatif (-). Bila Katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa Glaukoma dan Uveitis. Gejala umum gangguan katarak meliputi :
Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
Peka terhadap sinar atau cahaya.
Dapat melihat dobel pada satu mata.
Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Pemeriksaan Diagnostik
-
-
-
-
-
Keratometri. Pemeriksaan lampu slit. Oftalmoskopis. A-scan ultrasound (echography). Penghitungan sel endotel penting u/ fakoemulsifikasi & implantasi.
Pengobatan Satu-satunya adalah dengan cara pembedahan ,yaitu lensa yang telah keruh diangkat dan sekaligus ditanam lensa intraokuler sehingga pasca operasi tidak perlu lagi memakai kaca mata khusus (kaca mata aphakia). Setelah operasi harus dijaga jangan sampai terjadi infeksi.
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan penyulit seperi glaukoma dan uveitis. Tekhnik yang umum dilakukan adalah ekstraksi katarak ekstrakapsular, dimana isi lensa dikeluarkan melalui pemecahan atau perobekan kapsul lensa anterior sehingga korteks dan nukleus lensa dapat dikeluarkan melalui robekan tersebut. Namun dengan tekhnik ini dapat timbul penyulit katarak sekunder. Dengan tekhnik ekstraksi katarak intrakapsuler tidak terjadi katarak sekunder karena seluruh lensa bersama kapsul dikeluarkan, dapat dilakukan pada yang matur dan zonula zinn telah rapuh, namun tidak boleh dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun, katarak imatur, yang masih memiliki zonula zinn. Dapat pula dilakukan tekhnik ekstrakapsuler dengan fakoemulsifikasi yaitu fragmentasi nukleus lensa dengan gelombang ultrasonik, sehingga hanya diperlukan insisi kecil, dimana komplikasi pasca operasi lebih sedikit dan rehabilitasi penglihatan pasien meningkat. Komplikasi
-
-
Penyulit yg terjadi berupa : visus tdk akan mencapai 5/5 ambliopia sensori à
Komplikasi yang terjadi : nistagmus dan strabismus
Pencegahan Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vit.C ,vit.A dan vit E DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN AKTIVITAS/ISTRAHAT Gejala
:
Perubahan penglihatan
NEUROSENSORI
aktivitas
biasanya/hobi
sehubungan
dengan
gangguan
Gejala
:
Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap. Perubahan pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda
:
Tampak kecoklatan /putih susu pada pupil. Peningkatan air mata.
NYERI/KENYAMANAN Gejala
:
Ketidaknyamanan ringan/mata berair
PEMBELAJARAN/PENGAJARAN Gejala
:
Riwayat keluarga diabetes, gangguan sistem vaskuler. Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin, diabetes. Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.
Pertimbangan
DRG menunjukkan rerata lamanya dirawat:4,2 hari (biasanya
rencana
dilakukan sebagai prosedur pasien rawat jalan)..
pemulangan Memerlukan
bantuan
dengan
transportasi,
penyediaan
makanan,
perawatan/pemeliharaan rumah. PRIORITAS KEPERAWATAN
1.
2.
3.
Mencegah penyimpangan penglihatan lanjut meningkatkan adaptasi terhadap perubahan/penurunan ketajaman penglihatan. mencegah komplikasi.
4.
memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan.
TUJUAN PEMULANGAN 1. penglihatan dipertahankan pada tingkat sebaik mungkin 2. pasien mengatasi situasi dengan tindakan positif. 3. komplikasi dicegah/minimal. 4. proses penyakit/prognosis dan program terapi dipahami.
A.
DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan yang muncul selama periode peri operasi (pre, intra, dan post operasi) adalah:
1.
Kecemasan berhubungan dengan kurang terpapar terhadap informasi tentang prosedur tindakan pembedahan
2.
Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan prosedure tindakan invasiv insisi jaringan tubuh
3.
B.
Nyeri berhubungan dengan perlukaan sekunder operasi miles prosedur
PERENCANAAN KEPERAWATAN
1.
Kecemasan berhubungan dengan kurang terpapar terhadap informasi tentang prosedur tindakan pembedahan Tujuan/kriteria evaluasi:
Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa cemas/takutnya. Pasien tampak rileks tidak tegang dan melaporkan kecemasannya berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi.
Pasien dapat mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang pembedahan INTERVENSI RASIONAL Kaji tingkat kecemasan pasien dan catat Derajat kecemasan akan dipengaruhi 1.
1.
adanya
tanda-
tanda
verbal
dan
bagaimana informasi tersebut diterima
nonverbal.
2.
Beri
oleh individu.
kesempatan
mengungkapkan
pasien isi
untuk
pikiran
2.
dan
mengungkapkan rasa takut secara terbuka dimana rasa takut dapat ditujukan.
perasaan takutnya. 3.
3.
Observasi tanda vital dan peningkatan
mengetahui
respon
fisiologis
yang
ditimbulkan akibat kecemasan.
respon fisik pasien 4.
4.
Beri penjelasan pasien tentang prosedur tindakan
operasi,
harapan
meningkatkan pengetahuan pasien dalam rangka mengurangi kecemasan dan
dan
kooperatif.
akibatnya. 5.
5.
Beri penjelasan dan suport pada pasien pada
setiap
melakukan
pengetahuan .
prosedur
tindakan
6.
mengurangi kecemasan dan meningkatkan
6.
mengurangi perasaan takut dan cemas.
Lakukan orientasi dan perkenalan pasien terhadap
ruangan,
petugas,
dan
peralatan yang akan digunakan.
2.
Nyeri berhubungan dengan perlukaan sekunder operasi miles prosedur Tujuan/kriteria evaluasi:
Klien mengungkapkan nyeri berkurang/hilang Tidak merintih atau menangis Ekspresi wajah rileks
Klien mampu beristrahat dengan baik. INTERVENSI RASIONAL Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik dan Untuk membantu mengetahui derajat 1.
1.
intensitas nyeri (skala 0-10).
ketidaknyamanan analgesic
2.
Motivasi
untuk
melakukan
teknik
dan
sehingga
keefektifan memudahkan
dalam memberi tindakan.
pengaturan nafas dan mengalihkan perhatian.
2.
Tehnik
relaksasi
dapat
mengurangi
rangsangan nyeri. 3.
Hindari sentuhan seminimal mungkin untuk mengurangi rangsangan nyeri.
3.
Sentuhan dapat meningkatkan rangsangan nyeri.
4.
Berikan analgetik sesuai dengan program medis.
3.
4.
Analgesik membantu memblok nyeri.
Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan prosedure tindakan invasiv insisi jaringan tubuh (miles prosedur) Tujuan/kriteria evalusi:
Tidak terjadi penyebaran infeksi selama tindakan prosedur pembedahan ditandai dengan penggunaan teknik antiseptik dan desinfeksi secara tepat dan benar. INTERVENSI RASIONAL Cuci tangan sebelum dan sesudah Melindungi klien dari sumber-sumber 1.
1.
melakukan tindakan secara tepat.
2.
Ciptakan lingkungan ruangan yang bersih
infeksi, mencegah infeksi silang.
2.
dan babas dari kontaminasi dunia luar
3.
Jaga area kesterilan luka operasi
mengurangi kontaminasi dan paparan pasien terhadap agen infektious.
3.
mencegah dan mengurangi transmisi kuman
4.
Lakukan teknik aseptik dan desinfeksi
secara tepat dalam merawat luka
5.
Kolaborasi
terapi
medik pemberian
antibiotika profilaksis
4.
5.
mencegah kontaminasi patogen mencegah
pertumbuhan
dan
perkembangan kuman. DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC: Jakarta. http://www.shoutmix.com/ www.jakarta-eye-center.com Arif, mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculpius.: Jakarta. Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Medikal Keperawatan Vol.3. EGC: Jakarta Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KATARAK Pengkajian 1. Aktifitas Istirahat: Perubahan aktifitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan. 2. Neurosensori : Gangguan penglihatan kabur/tak jelas, sinar terang menyababkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa diruang gelap. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan kacamata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan, fotofobia ( glukoma akut ). Tanda :
Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil menyempit dan merah/mata keras dan kornea berawan (glukoma darurat, peningkatan air mata.
3. Nyeri / Kenyamanan : Ketidaknyamanan ringan / mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, sakit kepala Diagnosa dan Intervensi Keperawatan 1. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kehilangan vitreus, perdarahan intraokuler, peningkatan TIO ditandai dengan :
Adanya tanda-tanda katarak penurunan ketajaman penglihatan Pandangan kabur, dll
Menyatakan pemahaman terhadap faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.
Tujuan :
Kriteria hasil :
Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera. Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.
Intervensi :
Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi paska operasi, nyeri, pembatasan aktifitas, penampilan, balutan mata. Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan. Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok.
Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anestesi. Dorong nafas dalam, batuk untuk menjaga kebersihan paru. Anjurkan menggunakan tehnik manajemen stress. Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi. Minta klien membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri tajam tiba-tiba, Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan. Observasi hifema dengan senter sesuai indikasi. Observasi pembengkakan lika, bilik anterior kempes, pupil berbentuk buah pir. Berikan obat sesuai indikasi antiemetik, Asetolamid, sikloplegis, analgesik.
2. Gangguan peersepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik dibatasi. Ditandai dengan :
Menurunnya ketajaman penglihatan Perubahan respon biasanya terhadap rangsang.
Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan. Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi :
Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat. Orientasikan klien tehadap lingkungan Observasi tanda-tanda disorientasi. Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh. Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata. Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25 persen, pelihatan perifer hilang dans buta titik mungkin ada. Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak dioperasi.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif, yang ditandai dengan :
Pertanyaan/pernyataan salah konsepsi Tak akurat mengikuti instruksi
Terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
Klien menunjukkan pemhaman tentang kondisi, proses penyakit dan pengobatan.
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi :
Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur, lensa. Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin, beritahu untuk melaporkan penglihatan berawan. Informasikan klien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas. Diskusikan kemungkinan efek/interaksi antar obat mata dan masalah medis klien. Anjurkan klien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, dll. Dorong aktifitas pengalihan perhatian. Anjurkan klien memeriksa ke dokter tentang aktifitas seksual, tentukan kebutuhan tidur menggunakan kacamata pelindung. Anjurkan klien tidur terlentang. Dorong pemasukkan cairan adekuat. Identifikasi tanda/gejala memerlukan upaya evaluasi medis, misal : nyeri tibatiba.
Daftar Pustaka 1. Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa. Jakarta . EGC 2. Long, C Barbara. 1996.Perawatan Medikal Bedah : 2.Bandung. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran 3. Margaret R. Thorpe. Perawatan Mata. Yogyakarta . Yayasan Essentia Medica 4. Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari. Jakarta. EGC 5. Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI 6. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC
ASUHAN KEPERAWATAN SINUSITIS DEFINISI : Sinusitis adalah : merupakan penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman atau virus. ETIOLOGI a. Rinogen Obstruksi dari ostium Sinus (maksilaris/paranasalis) yang disebabkan oleh : • Rinitis Akut (influenza) • Polip, septum deviasi b. Dentogen Penjalaran infeksidari gigi geraham atas Kuman penyebab : Streptococcus pneumoniae Hamophilus influenza Steptococcus viridans Staphylococcus aureus - Branchamella catarhatis
GEJALA KLINIS a. Febris, filek kental, berbau, b. Nyeri Pipi : Kepala : biasanya homolateral, Gigi (geraham c. Hidung
: bisa bercampur darah : biasanya unilateral terutama pada sorehari atas) homolateral. :
buntu Suara CARA a. Rinoskopi Mukosa Mukosa Mukopus di b. Rinoskopi mukopus c. Nyeri tekan d. Transiluminasi : kesuraman e. X Foto Gambaran - Penebalan mukosa
homolateral bindeng. PEMERIKSAAN anterior : merah bengkak meatus medius. postorior nasofaring. pipi yang sakit. pada ssisi yang sakit. sinus paranasalis Kesuraman “airfluidlevel”
PENATALAKSANAAN : a. Drainage Medical : * Dekongestan lokal : efedrin 1%(dewasa) ½%(anak) * Dekongestan oral :Psedo efedrin 3 X 60 mg Surgikal : irigasi sinus maksilaris. b. antibiotik diberikan dalam 5-7 hari (untk akut) yaitu : ampisilin 4 X 500 mg amoksilin 3 x 500 mg Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1tablet Diksisiklin 100 mg/hari. c. Simtomatik parasetamol., metampiron 3 x 500 mg. d. Untuk kromis adalah : Cabut geraham atas bila penyebab dentogen Irigasi 1 x setiap minggu ( 10-20) - Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel (biopsi) TINJAUAN KEPERAWATAN PENGKAJIAN : 1. Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,, 2. Riwayat Penyakit sekarang : 3. Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus, tenggorokan. 4. Riwayat penyakit dahulu : - Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma Pernah mempunyai riwayat penyakit THT - Pernah menedrita sakit gigi geraham 5. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
6.
Riwayat spikososial a. Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih0 b. Interpersonal : hubungan dengan orang lain. 7. Pola fungsi kesehatan a. Pola persepsi dan tata laksanahidup sehat - Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping b. Pola nutrisi dan metabolisme : - biasanya nafsumakan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung c. Pola istirahat dan tidur - selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek d. Pola Persepsi dan konsep diri - klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri menurun e. Pola sensorik - daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik purulen , serous, mukopurulen).
8.
Pemeriksaan fisik a. status kesehatan umum : keadaan umum , tanda viotal, kesadaran. b. Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinuskopi (mukosa merah dan bengkak).
Data subyektif : 1. Observasi nares : a. Riwayat bernafas melalui mulut, kapan, onset, frekwensinya b. Riwayat pembedahan hidung atau trauma c. Penggunaan obat tetes atau semprot hidung : jenis, jumlah, frekwensinyya , lamanya. 2.
Sekret a. warna, jumlah, b. c. Ada tidaknya krusta/nyeri hidung.
3.
Riwayat a. Nyeri kepala, b. Hubungan sinusitis 4. Gangguan umum lainnya : kelemahan
hidung konsistensi
Sinusitis lokasi dan dengan musim/
: secret Epistaksis
: beratnya cuaca.
Data Obyektif 1. Demam, drainage ada : Serous Mukppurulen Purulen 2. Polip mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidung dan sinus yang mengalami radang ? Pucat, Odema keluar dari hidng atau mukosa sinus 3. Kemerahan dan Odema membran mukosa
4. Pemeriksaan a. Kultur organisme b. Pemeriksaan rongent sinus.
hidung
penunjung dan
: tenggorokan
DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri : kepala, tenggorokan , sinus berhubungan dengan peradangan pada hidung 2. Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis(irigasi sinus/operasi) 3. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi /adnya secret yang mengental 4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hiidung buntu., nyeri sekunder peradangan hidung 5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan sinus 6. Gangguan konsep diri berhubungan dengan bau pernafasan dan pilek PERENCANAAN 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung Tujuan : Nyeri klien berkurang atau Kriteria hasil - Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau - Klien tidak menyeringai kesakitan INTERVENSI RASIONAL
INTERVENSI
RASIONAL
hilang : hilang
a. Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya
a.
Kaji tingkat nyeri klien b. Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya c. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi d. Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien
e.
Kolaborasi dngan tim medis : 1) Terapi konservatif : obat Acetaminopen; Aspirin, dekongestan hidung Drainase sinus 2) Pembedahan : Irigasi Antral : Untuk sinusitis maksilaris - Operasi Cadwell Luc
b. Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri
c. Klien mengetahui tehnik distraksi dn relaksasi sehinggga dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri
d. Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien.
e. Menghilangkan /mengurangi keluhan nyeri klien 2. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis (irigasi/operasi) Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang Kriteria : - Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya - Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya. INTERVENSI RASIONAL
INTERVENSI
RASIONAL
a. Kaji tingkat kecemasan klien b. Berikan kenyamanan dan ketentaman pada klien : Temani klien - Perlihatkan rasa empati( datang dengan menyentuh klien ) c. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang seta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti d. Singkirkan stimulasi yang berlebihan misalnya : - Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang - Batasi kontak dengan orang lain /klien lain yang kemungkinan mengalami kecemasan e. Observasi tanda-tanda vital. f. Bila perlu , kolaborasi dengan tim medis
a.
Menentukan selanjutnya
tindakan
b. Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan c.
Meingkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut sehingga klien lebih kooperatif
d.
Dengan menghilangkan stimulus yang mencemaskan akan meningkatkan ketenangan klien.
e. Mengetahui perkembangan klien secara dini. f. Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien
3. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi (penumpukan secret hidung) sekunder dari peradangan sinus Tujuan : Jalan nafas efektif setelah secret (seous,purulen) dikeluarkan Kriteria : Klien tidak bernafas lagi melalui mulut - Jalan nafas kembali normal terutama hidung
INTERVENSI RASIONAL
INTERVENSI
RASIONAL
a. kaji penumpukan secret yang ada
a. Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya b. Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi c. Kerjasama untuk menghilangkan
b. Observasi tanda-tanda vital. c. Koaborasi dengan tim medis untuk
pembersihan sekret
penumpukan secret/masalah
4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan sinus Tujuan : kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi Kriteria : Klien menghabiskan porsi makannya - Berat badan tetap (seperti sebelum sakit ) atau bertambah INTERVENSI RASIONAL
INTERVENSI a. kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien b. Jelaskan pentingnya makanan bagi proses penyembuhan c. Catat intake dan output makanan klien. d. Anjurkan makan sediki-sedikit tapi sering e. Sajikan makanan secara menarik
RASIONAL a. Mengetahui kekurangan nutrisi klien b. Dengan pengetahuan yang baik tentang nutrisi akan memotivasi meningkatkan pemenuhan nutrisi c. Mengetahui perkembangan pemenuhan nutrisi klien d. Dengan sedikit tapi sering mengurangi penekanan yang berlebihan pada lambung e. Mengkatkan selera makan klien
5. Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder dari proses peradangan Tujuan : klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman Kriteria : Klien tidur 6-8 jam sehari INTERVENSI RASIONAL
INTERVENSI
RASIONAL
a.
kaji kebutuhan tidur klien. b. ciptakan suasana yang nyaman. c. Anjurkan klien bernafas lewat mulut d. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat
rudi prasetyo SmArTnEt di 9/04/2008
a. Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur b. Agar klien dapat tidur dengan tenang c. Pernafasan tidak terganggu. d. Pernafasan dapat efektif kembali lewat hidung