UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ANSIETAS YANG MENGALAMI TB PARU
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
NURMA HARLIANTI 1106006303
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI DEPOK JUNI 2016
i Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ANSIETAS YANG MENGALAMI TB PARU
KARYA ILMIAH AKHIR NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
NURMA HARLIANTI 1106006303
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI DEPOK JUNI 2016
ii
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
iii
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
iv
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Ansietas yang Mengalami TB Paru” dengan penuh keteguhan hati. Penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa profesi sampai pada pembuatan Karya Ilmiah Akhir Ners ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: (1)
Ibu Dra. Junaiti Sahar, M.App.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
(2)
Ibu Fajar Tri Waluyanti, M.Kep., Sp.Kep.An selaku Koordinator Mata Ajar Karya Ilmiah Akhir Ners yang telah memberikan banyak informasi selama penyususnan Karya Ilmiah Akhir Ners.
(3)
Ibu Dr. Mustikasari, S.Kp., M.A.R.S. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan ilmu dan masukan yang bermanfaat bagi penulis dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
(4)
Bapak I Ketut Sudiatmika, M.Kep., Sp.Kep.J selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan yang bermanfaat untuk perbaikan penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
(5)
Ibu Ns. Cilik Ratnaningrum, S.Kep selaku pembimbing klinik, sekaligus penguji yang telah memberikan ilmu selama praktik dan masukan-masukan yang bermanfaat pada saat menguji penulis.
(6)
Ibu Ns. Yuyun Yusnipah, S.Kep selaku pembimbing klinik yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama penulis praktik di Ruang Bisma RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
(7)
Seluruh Staf dan Perawat Ruang Bisma RS Dr. H. Marzoeki Mahdi yang v
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
telah memberikan kesempatan dan mendukung sepenuhnya selama melaksanakan praktik di ruangan. (8)
Ibu Iis Widaningsih, Bapak Syarif Hidayat, dan Kakak Wira Hadiyatna tersayang selaku orang tua dan kakak yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama menyelesaikan masa pendidikan profesi serta memberikan bantuan dukungan moral maupun finansial.
(9)
Teman-teman satu bimbingan Kak Maela, Kak Faiqa, dan Julyarni yang saling memberikan dukungan, motivasi, dan semangat selama proses penyelesaian Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
(10) Teman-teman satu kelompok paraktik profesi KKMP Jiwa dan Manajemen Keperawatan di Ruang Bisma, Lydia, Kartika, Jenita, Lina, Kak Maela, Kak Faiqa, dan Julyarni yang tidak pernah bosan untuk saling memberikan semangat. (11) Teman-teman satu kelompok praktik profesi dari stase awal hingga stase sebelum peminatan, Citra, Kak Kiki yang selalu menjadi tempat berbagi cerita, motivasi, dan keluh kesah selama satu tahun ini. (12) Seluruh teman-teman profesi di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Teman-teman seperjuangan yang memiliki semangat yang luar biasa untuk menyelesaikan profesi ini. (13) Sahabat-sahabat tersayang Yeni, Nurullah, Wulan, Shofura, Selvyyanny, Rani, Siti, Anggita, Sitta, dan Elvyna yang telah banyak memberikan dukungan, motivasi, dan keceriaan sejak menempuh pendidikan perkulihan hingga pada tahap penyelesaian profesi ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima berbagai kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Ilmiah Akhir Ners ini. Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Ilmiah Akhir Ners ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Depok, Juni 2016 Penulis vi
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
vii
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
ABSTRAK
Nama Fakultas Judul
: Nurma Harlianti : Ilmu Keperawatan : Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Ansietas yang Mengalami TB Paru
Masalah fisik sering sekali disertai dengan masalah psikososial. Salah satu masalah psikososial yang sering muncul adalah ansietas yaitu perasaan tidak nyaman dan kekhawatiran, sering sekali penyebabnya tidak diketahui. Karya ilmiah ini melaporkan hasil asuhan keperawatan klien dengan ansietas yang menderita TB paru. Implementasi keperawatan dilakukan selama enam hari perawatan berupa teknik relaksasi napas dalam, distraksi, hipnosis lima jari dan kegiatan spiritual. Hasil berdasarkan respon verbal dan nonverbal klien teknik tersebut dapat efektif menurunkan ansietas sehingga peran perawat sangat penting dalam menerapkan aspek psikososial sebagai bagian dari keperawatan yang holistik. Kata kunci: ansietas, asuhan keperawatan, tuberkulosis paru
viii Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
ABSTRACT
Name Faculty Title
: Nurma Harlianti : Nursing : Nursing Care to Client with Anxiety Who Suffer from Tuberculosis
Physical problems often accompanied by psycosocial problems. One of the psycosocial problem is anxiety which psycosocial problems signed by discomfort and worry feeling and the cause is often unknown. The objective of this paper is to report the results of nursing care to client with Tuberculosis. Implementation of nursing care was given during six days, such as deep breathing relaxation, distraction, five fingers relaxation, and spiritual activity. Results of this implementation is based on client’s verbal and nonverbal response showed that those techniques could effectively decrease anxiety so that role of nurse is important to apply psychosocial aspect as holistic nursing care. Keywords: anxiety, nursing care, tuberculosis
ix Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.......................................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................iii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv KATA PENGANTAR ........................................................................................v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN............................................... vi ABSTRAK ..........................................................................................................viii ABSTRACT ..........................................................................................................ix DAFTAR ISI ...................................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 7 1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................... 8 1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................... 8 1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................... 8 1.4 Manfaat Penulisan ....................................................................................... 8 1.4.1 Manfaat Aplikatif .............................................................................. 8 1.4.2 Manfaat Keilmuan ............................................................................. 8 1.4.3 Manfaat Penelitian Lebih Lanjut ....................................................... 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 10 2.1 Konsep dan Teori Perkotaan ....................................................................... 10 2.1.1 Masyarakat Perkotaan........................................................................ 10 2.1.2 Masalah Kesehatan pada Masyarakat Perkotaan ............................... 11 2.2 Ansietas pada Masyarakat Perkotaan ........................................................... 11 2.2.1 Definisi Ansietas ............................................................................... 11 2.2.2 Tingkatan dan Tanda-tanda Ansietas ................................................ 12 2.2.3 Faktor-faktor Penyebab Ansietas....................................................... 14 2.3 Tuberkulosis Paru pada Masyarakat Perkotaan ........................................... 15 2.3.1 Definisi TB Paru ................................................................................ 15 2.3.2 Etiologi, Patogenesis, dan Patofisiologi TB Paru .............................. 15 2.3.3 Tanda dan Gejala TB Paru................................................................. 17 2.4 Intervensi Keperawatan Ansietas pada klien TB Paru ................................. 18 BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN ..................................................... 20 3.1 Hasil Pengkajian ......................................................................................... 20 3.2 Masalah Keperawatan ................................................................................. 23 3.3 Diagnosis Keperawatan .............................................................................. 23 3.4 Intervensi Keperawatan............................................................................... 23 3.5 Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan ...................................... 24 x Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
BAB 4 PEMBAHASAN ................................................................................... 27 4.1 Analisis Masalah Keperawatan ................................................................... 27 4.2 Analisis Intervensi Keperawatan ................................................................ 30 4.3 Alternatif Pemecahan Masalah Keperawatan ............................................. 33 BAB 5 PENUTUP............................................................................................. 35 5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 35 5.2 Saran ........................................................................................................... 35 5.2.1 Aplikasi Keperawatan........................................................................ 35 5.2.2 Keilmuan Keperawatan ..................................................................... 36 5.2.3 Penelitian Keperawatan ..................................................................... 36 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 37
xi Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Pengkajian Keperawatan Jiwa Masalah Psikososial
Lampiran 2
Analisa Data
Lampiran 3
Rencana Asuhan Keperawatan
Lampiran 4
Evaluasi Ansietas
Lampiran 5
Catatan Asuhan Keperawatan
Lampiran 6
Daftar Riwayat Hidup
xii Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini memaparkan beberapa data dan fenomena yang terjadi sehingga mendukung penulis dalam mengangkat judul Karya Ilmiah Akhir Ners ini. Rumusan masalah juga dipaparkan sebagai ringkasan latar belakang yang dikaitkan dengan kasus yang dialami oleh klien kelolaan. Selain itu, tujuan dan manfaat penulisan juga diuraikan secara rinci dalam bab ini.
1.1 Latar Belakang Negara Indonesia saat ini mengalami laju pertumbuhan penduduk yang tinggi di kawasan perkotaan. Hal ini ditunjang dengan maraknya pembangunan di kawasan perkotaan dan memacu pertumbuhan ekonomi. Sebagai dampaknya kawasan perkotaan tersebut menjadi magnet bagi penduduk untuk berdatangan mencari pekerjaan dan bertempat tinggal. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan berdasarkan data Susenas 2014 dan 2015 jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 254,9 juta jiwa dengan jumlah penduduk di perkotaan tahun 2015 sebanyak 126,3 juta jiwa. Pertambahan penduduk dari 2014 ke 2015 di perkotaan lebih besar dibandingkan dengan perdesaan. Tercatat, pertambahan penduduk di perkotaan mencapai 1,75% sementara di perdesaan 0,52%. Kawasan perkotaan dicirikan dengan tingkat pembangunan yang pesat dan pertumbuhan penduduk yang tinggi (Fathonah, 2014). Pembangunan yang pesat dan pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat memunculkan masalah-masalah baru yang berada di perkotaan.
Masalah yang ditimbulkan terjadi di berbagai aspek kehidupan seperti pada masalah ekonomi, sosial, peningkatan jumlah penduduk, serta perubahan lingkungan. Hal ini yang menimbulkan masalah-masalah seperti pengangguran, sempitnya lahan untuk pemukiman, dan polusi udara yang akan berdampak kepada penurunan derajat kesehatan masyarakat di daerah urban atau perkotaan (Kemenkes, 2012). Masalah kesehatan perkotaan disebabkan oleh perubahan gaya atau perilaku hidup dan kondisi lingkungan sekitar. Salah satu akibat dari hal tersebut yaitu munculnya wabah penyakit di daerah urban seperti kejadian 1 Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
2
penyakit menular (Efendi & Makhfudli, 2009). Salah satu penyakit menular tersebut adalah penyakit yang berbasis lingkungan seperti Tuberkulosis paru (TB paru).
Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia salah satunya di Indonesia. TB paru merupakan penyebab kematian ketiga terbesar di dunia setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan, serta merupakan penyebab kematian nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi. World Health Organization (WHO) tahun 2014 melaporkan sejumlah 9,6 juta penduduk di dunia menderita TB paru dengan angka mortalitas sekitar 1,5 juta penduduk. Setiap detik ada satu orang yang terinfeksi TB di dunia ini dan dalam dekade mendatang tidak kurang dari 300.000.000 orang akan terinfeksi TB (Munir, Nawas, & Soetoyo, 2010). Di level global, situasi penyakit TB semakin memburuk, jumlah kasus penyakit TB meningkat dan banyak yang tidak berhasil disembuhkan, terutama pada negara yang dikelompokkan dalam 22 negara dengan masalah penyakit tuberkulosis besar (high burden countries). Menyikapi hal tersebut, pada tahun 1993, WHO mencanangkan penyakit tuberkulosis sebagai
kedaruratan dunia (global
emergency) (Kemenkes RI, 2012).
Penyakit TB merupakan masalah yang besar bagi negara berkembang termasuk Indonesia. WHO (2006), menyatakan bahwa penyakit TB menyerang semua golongan umur dan jenis kelamin, serta mulai merambah tidak hanya pada golongan sosial ekonomi rendah saja. Tahun 2006 Indonesia pernah menempati urutan ketiga di dunia untuk jumlah kasus TB paru setelah India dan China. Saat ini Indonesia telah turun dari urutan ketiga menjadi urutan kelima negara dengan kasus TB paru tertinggi di dunia setelah India, China, Afrika Selatan, dan Nigeria (WHO, 2010). Berdasarkan data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 terdapat lima provinsi yang memiliki angka prevalensi tertinggi TB paru yaitu Papua 1.441 per 100.000 penduduk, Banten 1.282 per 100.000 penduduk, Sulawesi Utara 1.221 per 100.000 penduduk, Gorontalo 1.200 per 100.000 penduduk, dan DKI Jakarta 1.032 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2010).
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
3
Data dari hasil Riskesdas tahun 2013 prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan adalah 0,4 persen, tidak berbeda dengan tahun 2007. Peningkatan prevalensi tertinggi saat ini dialami oleh penduduk di provinsi Jawa Barat 0,7%, Papua 0,6%, DKI Jakarta 0,6%, Gorontalo 0,5%, dan Papua Barat 0,4% (Riskesdas, 2013). Hasil perbandingan prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis TB berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010 dan 2013 menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat saat ini menempati urutan pertama jumlah prevalensi TB terbanyak di Indonesia.
Provinsi Jawa Barat, persentase pasien TB Paru BTA positif terhadap suspek TB Paru sebesar 11,5%, dengan kasus TB Paru BTA positif sebanyak 29.413 kasus (Dinkes Jawa Barat, 2008). Di tahun 2011 terdapat 34.658 kasus tuberkulosis di Provinsi Jawa Barat, dengan jumlah terbesar terjadi di Kabupaten Bogor sebanyak 3.835 kasus (Dinkes Jawa Barat, 2012). Penyakit TB banyak menyerang pada individu golongan usia produktif. Penyakit TB paru sebagian besar terjadi pada orang dewasa yang telah mendapatkan infeksi primer pada waktu kecil dan tidak ditangani dengan baik (Rusnoto, 2008). Prevalensi Nasional TB tahun 2010, berdasarkan diagnosis cenderung meningkat sesuai dengan bertambahnya usia dimana angka tertinggi berada pada kelompok usia 55-64 tahun sebanyak 1,3% dan terendah pada kelompok usia 15-24 tahun sebanyak 0,3% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2010). Profil Kesehatan Provisnsi Jawa Barat tahun 2012 juga menunjukkan prevalensi yang meningkat pada kelompok usia yang menderita TB di ruang Rawat Inap Rumah yaitu kelompok usia 15-44 tahun sebanyak 2,23 % meningkat pada usia 45-75 tahun sebanyak 3,46%. Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika meninggal dunia akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat (Kemenkes RI, 2009).
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
4
Stigma seringkali melekat pada masalah-masalah kesehatan, termasuk masalah TB. Stigma adalah atribut yang sangat luas yang dapat membuat individu kehilangan kepercayaan dan dapat menjadi suatu hal yang menakutkan (Goffman dalam Major & O’Brien, 2005). Link dan Phelan (dalam Teresa, 2010) juga menjelaskan bahwa stigma adalah pikiran dan kepercayaan yang salah. Alasan mengapa bisa muncul stigma pada penderita TB diantaranya karena penularannya, pengetahuan yang kurang tepat akan penyebabnya dan perawatannya (Kipp, 2011). Stigma yang berhubungan dengan penyakit berdampak negatif terhadap pencegahan, prosedur pelayanan, dan kebijakan yang berkaitan dengan kesehatan pada penyakit tersebut (Cramm & Nieboer, 2010). Stigma yang negatif di masyarakat dapat menimbulkan diskriminasi terhadap penderita TB sehingga berdampak pada masalah psikososialnya, karena akibat stigma tersebut banyak masyarakat yang enggan untuk berinteraksi dengan penderita bahkan juga dengan keluarga penderita.
Brakel (2005) menyebutkan bahwa stigma dapat menyebabkan stress psikologis, depresi, dan ketakutan. Selain masalah stigma yang melekat di masyarakat, kondisi kesehatan penderita TB yang menurun juga dapat berdampak pada psikososialnya. Salah satu dampak psikososial yang dirasakan oleh penderita TB adalah Ansietas. Ansietas atau kecemasan merupakan kondisi kejiwaan ketika seseorang merasakan adanya kegelisahan, ketakutan, ataupun pikiran dan firasat yang buruk (Sadock, B.J. & Sadock V.A, 2007). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2007) di RS Persahabatan Jakarta didapatkan hasil bahwa sebanyak 12 dari 60 pasien TB (20%) menderita gangguan jiwa, dan gangguan jiwa tersebut bervariasi seperti episode depresi, ansietas menyeluruh dan gangguan panik. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2007, Indonesia menunjukkan prevalensi gangguan mood seperti gangguan kecemasan dan depresi sebesar 11,6% dari populasi orang dewasa (Depkes, 2010). Kondisi kecemasan yang dialami penderita TB dapat menimbulkan rasa ketidaknyamanan, kekhawatiran atau ketakutan terkait kondisi kesehatannya. Hal ini jelas akan membuat penderita menjadi tidak fokus dan kurang mampu berpikir positif dan realistis.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
5
Doenges, Moorhouse, dan Murr (2010) menyebutkan bahwa seseorang yang mengalami TB paru akan menunjukkan gejala-gejala psikologi seperti merasa stres berkepanjangan, tidak ada harapan dan putus asa, penderita mungkin menunjukkan penyangkalan khususnya pada fase awal penyakit, kecemasan, ketakutan, cepat marah, ceroboh dan terjadi perubahan mental pada tahap lanjut. Hasil penelitian Aamir & Aisha (2010) menunjukkan bahwa terdapat 47 orang dari 65 penderita TB mengalami depresi dan ansietas, dengan 23 orang berada di tingkat ansietas dan depresi yang tinggi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Putri (2013) menunjukkan bahwa kondisi fisik berpengaruh terhadap munculnya ansietas pada penderita TB paru di Ruang Rawat Gayatri RSMM. Berdasarkan dua hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah fisik yang dialami oleh seseorang akan menimbulkan ansietas karena adanya perubahan atau kehilangan fungsi fisik. Masalah psikososial yang dialami penderita TB tidak boleh diabaikan berlarut-larut karena dapat berkembang menjadi kondisi yang semakin buruk bagi penderita TB itu sendiri.
Perawat memiliki peranan penting dalam memberikan asuhan keperawatan dengan memandang klien secara holistik dalam upaya meningkatkan status kesehatan, tidak hanya berfokus pada masalah fisik yang timbul akibat penyakit klien tetapi juga harus peka terhadap masalah psikososial seperti ansietas. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi ansietas pada penderita TB paru dapat dilakukan dengan menggunakan teknik relaksasi nafas dalam dan distraksi. Teknik relaksasi nafas dalam bertujuan untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan (Smeltzer & Bare, 2011). Sementara itu, teknik distraksi dilakukan dengan cara mengalihkan perhatian terhadap ansietas kepada hal-hal lain yang menenangkan (Tamsuri, 2007). Selain kedua teknik tersebut, intervensi yang diberikan untuk mengatasi ansietas adalah melakukan kegiatan spiritual dengan memilih kegiatan keagamaan yang membuat perasaan tenang dan damai. Kegiatan spiritual dapat membentuk kepercayaan bahwa segala stressor akan dapat dihadapi dengan baik,
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
6
seiring dengan adanya bantuan dari Tuhan (Maimunah & Retnowati, 2011). Kemudian cara berikutnya adalah hipnosis lima jari. Menurut Muarfio (2004) dengan membayangkan sesuatu yang membuat tenang berupa hipnosis lima jari dapat menurunkan ansietas.
Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi (RSMM) Bogor merupakan salah satu rumah sakit pemerintah yang khusus memberikan pelayanan kesehatan jiwa, namun sejak tahun 2009 rumah sakit ini mulai membuka pelayanan untuk ruang perawatan umum. Salah satu ruang perawatan umum yang terdapat di RSMM yaitu ruang Bisma yang merupakan ruang kelas satu. Berdasarkan hasil observasi penulis saat menjalani praktik di ruang Bisma menunjukkan bahwa terdapat 12 kasus TB selama bulan April-Juni 2016. Pasien yang terdiagnosis TB rata-rata tergolong kelompok usia produktif yaitu sebanyak 5 dari 12 pasien pengobatannya tidak tuntas sisanya baru diketahui menderita TB setelah didapatkan hasil BTA positif. Banyaknya klien yang terdiagnosis TB paru di Ruang Bisma ini seringkali ditemukan masalah-masalah psikososial diantaranya yang tersering adalah ansietas. Hal ini berdasarkan pengamatan penulis selama praktik di Ruang Bisma ini.
Asuhan keperawatan untuk masalah psikososial khususnya ansietas telah di tegakkan di Ruang Bisma ini. Namun, berdasarkan hasil observasi penulis menggambarkan bahwa asuhan keperawatan yang diberikan pada klien yang mengalami ansietas belum sepenuhnya optimal dilakukan oleh perawat di Ruang Bisma. Intervensi yang dilakukan masih berfokus pada masalah fisik yang timbul akibat penyakit klien, walaupun penetapan diagnosa ansietas sudah dapat ditegakkan. Pada pelaksanaannya perawat masih belum menerapkan teknik-teknik yang diajarkan kepada klien untuk mengurangi kecemasan sesuai dengan standar asuhan keperawatan. Atas dasar ini, penulis tertarik untuk membahas kasus tentang ansietas pada klien TB paru yang dialami oleh Bapak I sebagai klien kelolaan untuk mengimplementasikan rangkaian strategi pelaksanaan tindakan keperawatan ansietas, yang mencakup teknik relaksasi napas dalam, teknik distraksi, teknik hipnotis lima jari, dan kegiatan spiritual.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
7
1.2 Rumusan Masalah Indonesia saat ini mengalami laju pertumbuhan penduduk yang pesat di kawasan perkotaan karena maraknya pembangunan yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi sehingga penduduk banyak yang berdatangan untuk mencari pekerjaan dan bertempat tinggal. Pembangunan yang pesat dan pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat memunculkan masalah-masalah baru yang berada di perkotaan termasuk masalah kesehatan. Masalah kesehatan perkotaan disebabkan oleh perubahan gaya atau perilaku hidup dan kondisi lingkungan sekitar. TB paru merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan perkotaan. Saat ini Indonesia menempati urutan kelima negara dengan kasus TB paru tertinggi di dunia setelah India, China, Afrika Selatan, dan Nigeria. Selain itu Jawa Barat sebagai salah satu provinsi besar di Indonesia saat ini menempati urutan pertama jumlah prevalensi TB terbanyak di Indonesia. Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor sebagai salah satu rumah sakit besar di Jawa Barat menunjukkan bahwa terdapat 12 kasus TB selama bulan April-Juni 2016 khususnya di Ruang Bisma. Data tersebut berdasarkan observasi penulis selama praktik di ruangan tersebut.
TB Paru sebagai masalah kesehatan perkotaan seringkali menyebabkan masalah psikososial seperti ansietas. Kondisi kecemasan atau ansietas yang dialami penderita TB dapat menimbulkan rasa ketidaknyamanan, kekhawatiran atau ketakutan terkait kondisi kesehatannya. Stigma yang berkembang di masyarakat perkotaan dan kondisi kesehatan fisik yang menurun pada penderita TB paru juga menjadi penyebab ansietas yang muncul selama proses perawatan. Dalam hal ini, perawat memiliki peranan penting dalam memandang klien secara holistik tidak hanya berfokus pada masalah fisik yang timbul akibat penyakit klien tetapi juga harus peka terhadap masalah psikososial seperti ansietas. Penanganan masalah ansietas pada penderita TB dapat dilakukan dengan merujuk pada strategi pelaksanaan tindakan keperawatan psikososial diantaranya dengan teknik relaksasi nafas dalam, teknik distraksi, teknik hipnotis 5 jari dan kegiatan spiritual. Berdasarkan hal ini penulis tertarik untuk membahas apakah penanganan masalah ansietas dengan teknik relaksasi nafas dalam, teknik distraksi, teknik
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
8
hipnotis 5 jari dan kegiatan spiritual mampu untuk mengurangi ansietas pada klien dengan TB paru.
1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah memberikan gambaran asuhan keperawatan pada klien dengan ansietas yang mengalami TB paru. 1.3.2
Tujuan Khusus
Penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini memiliki tujuan khusus sebagai berikut: a. Teridentifikasinya gambaran asuhan keperawatan ansietas pada Bapak I yang mengalami TB paru b. Diperolehnya analisis intervensi keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan terkait ansietas pada Bapak I yang mengalami TB paru c. Diperolehnya hasil evaluasi dari implementasi keperawatan ansietas pada Bapak I yang mengalami TB paru
1.4 Manfaat Penulisan Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1.4.1
Manfaat Aplikatif
Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pemberian asuhan keperawatan berdasarkan dampak psikososial yang timbul karena penyakit yang diderita klien dengan TB paru. Serta diharapkan dapat memberi kontribusi dalam peningkatan mutu pelayanan rawat inap dalam merespon masalah psikososial yang dialami oleh klien penderita TB paru. Penulis juga berharap hasil analisis praktik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan ini dapat dijadikan panduan oleh perawat dalam memberikan intervensi keperawatan ansietas, khususnya pada klien dengan penyakit TB paru di ruang perawatan umum.
1.4.2
Manfaat Keilmuan
Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam pengembangan ilmu keperawatan di lahan praktik khususnya dalam memberikan gambaran
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
9
asuahan keperawatan ansietas pada klien dengan masalah kesehatan perkotaan TB paru. Penulis juga mengharapkan bahwa hasil penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat dipakai dan dikembangkan sebagai sumber materi pembelajaran di ranah keilmuan keperawatan jiwa.
1.4.3 Manfaat Penelitian Lebih Lanjut Hasil penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini diharapkan dapat dijadikan sebagai penemuan baru terkait masalah psikososial yang muncul dari masalah fisik yang dialami di ruang perawatan umum, dan dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi para peneliti yang tertarik untuk mengembangkan penelitian terkait intervensi keperawatan ansietas, khususnya pada pasien dengan penyakit TB paru.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan mengenai teori dan konsep yang terkait dengan penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini. Beberapa teori dan konsep yang dibahas meliputi konsep dan teori perkotaan, masalah psikososial ansietas pada masyarakat perkotaan, Tuberkulosis Paru pada masyarakat perkotaan dan intervensi keperawatan ansietas pada klien TB Paru.
2.1 Konsep dan Teori Perkotaan 2.1.1 Masyarakat Perkotaan Masyarakat didefinisikan sebagai sekelompok manusia dalam suatu wilayah yang memiliki rasa persatuan, kebiasaan, dan tradisi yang sama (Soelaeman, 2008). Perkotaan dipersepsikan sebagai tempat adanya kesempatan untuk mendapatkan hidup yang lebih baik dengan banyaknya kesempatan yang ditawarkan, gaji yang lebih tinggi, pelayanan dan gaya hidup yang lebih baik (Bhatta, 2010). Masyarakat perkotaan merupakan massa yang didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya untuk menjadi lebih baik (Hidayati, 2009). Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat perkotaan merupakan sekelompok massa yang menempati suatu wilayah yang sama-sama memiliki keinginan untuk mendapatkan hidup yang lebih baik.
Stanhope & Lancaster (2014) menjelaskan masyarakat perkotaan memiliki perbedaan karakteristik jika dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Perbedaan tersebut terlihat dari perkotaan dikenal memiliki akses fasilitas umum yang mudah, jumlah penduduk yang lebih padat, dan sebagaian besar penduduk termasuk ke dalam tahap usia dewasa produktif dengan tingkat pendidikan formal lebih banyak dibandingkan di pedesaan. Menurut Soelaeman (2009), beberapa karakteristik masyarakat perkotaan di antaranya (1) lebih mendahulukan kepentingan individu atau individualis, (2) menganggap materi sebagai sesuatu yang sangat penting atau materialistis, (3) memiliki pemikiran yang kritis, (4) memiliki pendidikan yang tinggi, serta (5) memiliki tuntuan hidup yang tinggi.
10 Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
11
2.1.2 Masalah Kesehatan pada Masyarakat Perkotaan Masalah kesehatan pada masyarakat perkotaan yang terjadi di Indonesia berhubungan erat dengan pertambahan dan kepadatan penduduk (Efendi & Makfudli, 2009). Pertambahan dan kepadatan penduduk mempengaruhi munculnya kesehatan masalah perkotaan. Permasalahan masyarakat di daerah perkotaan sangat kompleks yang dapat berdampak pada masalah ekonomi, sosial, peningkatan jumlah penduduk, serta perubahan lingkungan. Masalah-masalah yang muncul antara lain adalah pengangguran, sempitnya lahan untuk pemukiman, dan polusi udara yang akan berdampak kepada penurunan derajat kesehatan masyarakat di daerah perkotaan (Kemenkes, 2012). Selain itu, masalah kesehatan perkotaan juga dihadapkan pada beberapa faktor diantaranya lingkungan, perilaku, dan akses pelayanan kesehatan serta kependudukan (Kemenkes, 2013). Lingkungan fisik yang turut berpengaruh meliputi air, udara, cuaca, iklim, perumahan, serta sampah di daerah perkotaan. Faktor lingkungan fisik apabila tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan masalah kesehatan perkotaan berupa penyakit menular atau penyakit infeksi. Berdasarkan data Kementrian Kesehatan, proporsi penyakit infeksi di perkotaan penyebab kematian terbesar adalah penyakit sistem pernapasan, seperti tuberkulosis (6,3%), penyakit hati (4%), dan peneumonia (3,3%) (Fathonah, 2014)
2.2 Ansietas pada Masyarakat Perkotaan Ansietas merupakan salah satu masalah kesehatan psikososial yang sering terjadi pada masyarakat perkotaan. Penulis akan menjabarkan definisi ansietas beserta tingkatan dan tanda-tandanya. Selain itu, faktor-faktor penyebab ansietas pada masyarakat perkotaan juga dijabarkan lebih lanjut.
2.2.1 Definisi Ansietas Ansietas dapat dirasakan oleh setiap individu yang biasanya ditandai oleh perasaan khawatir akan ancaman dari luar. Perasaan gelisah dari ketidaknyamanan yang tidak jelas atau rasa takut yang diikuti dengan respon autonomik yang biasanya disebabkan oleh suatu hal yang tidak spesifik atau tidak diketahui individu (NANDA, 2015). Selanjutnya, ansietas juga didefinisikan sebagai respon
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
12
dari stimulus internal maupun eksternal yang memunculkan perubahan kognitif, emosi, perilaku, serta gejala-gejala fisik yang dapat terlihat (Videbeck, 2011). Berdasarkan kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa ansietas merupakan perasaan khawatir yang dialami setiap individu yang memunculkan berbagai perubahan kognitif, emosi, perilaku dan gejala fisik.
2.2.2 Tingkatan dan Tanda-tanda Ansietas Videbeck (2008) membagi ansietas menjadi empat tingkatan, meliputi (1) ansietas ringan merupakan perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus, (2) ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi, (3) ansietas berat yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan respons takut dan distress, serta (4) panik merupakan keadaan individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Selanjutnya, tanda-tanda ansietas berbeda pada masing-masing tingkatan ansietas. Tanda-tanda tersebut dikelompokkan dari segi kognitif, afektif, fisiologis, perilaku, dan sosial.
Individu yang mengalami ansietas ringan dapat menunjukkan tanda-tanda kognitif, seperti respon cepat terhadap stimulus, motivasi belajar tinggi, pikiran logis, dan orientasi baik. Selain itu, tanda-tanda yang dapat terjadi secara afektif, antara lain ideal diri tinggi dan penguasaan diri tergesa-gesa. Ansietas ringan juga ditunjukkan oleh tanda-tanda fisiologis yang masih normal. Perilaku individu yang mengalami ansietas ringan juga dapat ditunjukkan dengan komunikasi yang koheren dan cenderung kreatif, meskipun secara sosial masih memerlukan orang lain. Secara umum, tanda-tanda ansietas ringan masih mengarah kepada hal positif dan memberikan efek membangun kepada individu yang mengalaminya (Mallapiang, 2003).
Individu yang mengalami ansietas sedang menunjukkan tanda-tanda kognitif seperti lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara selektif, fokus terhadap stimulus meningkat, rentang perhatian menurun, penyelesaian masalah menurun,
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
13
pembelajaran terjadi dengan memfokuskan. Perubahan fisiologis yang terjadi pada ansietas sedang dapat ditunjukkan dengan adanya ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, pupil dilatasi, mulai berkeringat, sering mondarmandir, memukul tangan, suara berubah, bergetar, nada suara tinggi, kewaspadaan dan ketegangan meningkat, sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, dan nyeri punggung. Gerakan tidak terarah, komunikasi inkoheren, dan penurunan produktivitas juga dapat menjadi tanda-tanda ansietas secara perilaku. Kemudian, individu yang mengalami ansietas sedang masih memerlukan orang lain secara sosial (Videbeck, 2008)
Selanjutnya, individu yang mengalami ansietas berat akan menunjukkan tandatanda kognitif seperti lapang persepsi terbatas, proses berpikir terpecah-pecah, sulit berpikir, penyelesaian masalah buruk, tidak mampu mempertimbangkan informasi, hanya memperhatikan ancaman, preokupasi dengan pikiran sendiri, dan egosentris. Secara fisiologis perubahan yang dapat terlihat diantaranya ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak mata buruk, pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat, nada suara tinggi, tindakan tanpa tujuan dan serampangan, rahang menegang, mengertakan gigi, mondar-mandir, berteriak, meremas tangan, dan gemetar (Videbeck, 2008). Individu yang mengalami ansietas sedang juga dapat menunjukkan beberapa perilaku seperti agitasi, bicara cepat, dan penurunan produktivitas. Secara afektif, tanda-tanda yang ditunjukkan dapat berupa perasaan bingung dan bersalah. Sementara itu, perubahan sosial yang dapat terjadi adalah penurunan interaksi sosial (DeLaune & Ladner, 2011; Stuart, 2009).
Panik merupakan tingkatan ansietas yang paling berat. Secara kognitif, tandatanda panik dapat berupa persepsi sangat sempit, pikiran tidak logis, terganggu, kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan masalah, fokus pada pikiran sendiri, tidak rasional, sulit memahami stimulus eksternal, halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi. Perubahan fisiologis dapat ditandai oleh ketegangan otot sangat berat, agitasi motorik kasar, pupil dilatasi, TTV meningkat kemudian menurun, tidak dapat tidur, hormon stress dan neurotransmiter berkurang dan wajah menyeringai, mulut ternganga. Selanjutnya, tanda-tanda individu yang
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
14
mengalami panik dapat ditunjukkan dengan aktivitas motorik kasar yang meningkat, komunikasi yang inkoheren, serta perilaku yang tidak produktif. Individu juga cenderung untuk menarik diri apabila sudah mengalami panik (Stuart, 2009; Videbeck, 2008).
2.2.3 Faktor-faktor Penyebab Ansietas pada Masyarakat Perkotaan Faktor penyebab yang mampu menyebabkan terjadinya ansietas menurut NANDA (2015) dan Keliat (2007) meliputi: 1) Konflik tujuan hidup; 2) Paparan terhadap toksin (racun); 3) Riwayat ansietas dari keluarga; 4) Herediter; 5) Penularan antar individu; 6) Perubahan besar pada status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, fungsi peran, status peran; 7) Krisis Maturasi; 8) Krisis Situasional; 9) Stressor; 10) Penyalahgunaan zat; 11) Ancaman kematian; 12) Ancaman terhadap status saat ini; 13) Kebutuhan yang tidak tercapai; 14) Konflik nilai; 15) Perasaan takut tidak diterima dalam lingkungan tertentu; 16) Pengalaman traumatis (trauma perpisahan, kehilangan atau bencana); 17) Rasa frustasi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan; 18) Ancaman terhadap integritas diri (ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar); 19) Ancaman terhadap konsep diri.
Masalah fisik pada individu menjadi ancaman terhadap kesehatan sehingga dapat menjadi faktor penyebab stres. Masalah fisik pada individu dapat dikaitkan dengan gangguan pada salah satu atau lebih fungsi tubuh yang membutuhkan perhatian medis. Penelitian yang dilakukan oleh Wolitzky-Taylor et al, (2010) menunjukkan bahwa kondisi medis berpengaruh terhadap munculnya ansietas. Hasil penelitian Aamir & Aisha (2010) menunjukkan bahwa terdapat 47 orang dari 65 penderita TB mengalami depresi dan ansietas, dengan 23 orang berada di tingkat ansietas dan depresi yang tinggi. Adapun penelitian lain yang dilakukan oleh Kunik (2005) dijumpai 184 orang dari 556 pasien PPOK mengalami ansietas berat. Berdasarkan beberapa penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah fisik yang dialami oleh seseorang akan menimbulkan ansietas karena ketidakmampuannya untuk mengatasi stres secara psikologis yang disebabkan oleh penyakit.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
15
2.3 Tuberkulosis Paru (TB Paru) pada Masyarakat Perkotaan TB Paru merupakan salah satu penyakit fisik yang seringkali menyebabkan ansietas pada masyarakat perkotaan. Penulis menjabarkan terlebih dahulu definisi dari TB Paru, beberapa penyebab terjadinya TB paru, patofisiologi TB paru, tanda serta gejala dari TB paru.
2.3.1 Definisi TB Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang menyerang jaringan parenkim paru dan dapat menyebar ke bagian tubuh lain (Smeltzer & Bare, 2010). Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar memang kuman Tuberkulosis (TB) menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2011). Organ tubuh lain yang dapat terserang TB seperti otak, kelenjar getah bening, usus, dan ginjal (Werdhani, 2008). Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa TB merupakan penyakit infeksi dan menular yang disebabkan oleh masuknya Mycobacterium tuberculosis ke dalam tubuh dan dapat menyerang bagian tubuh yang lain seperti otak, kelenjar getah bening, usus, dan ginjal.
2.3.2 Etiologi, Patogenesis dan Patofisiologi TB Paru Tuberkulosis disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Sebagain besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin. Hal tersebut terjadi karena kuman bersifat dormant, tertidur lama selama bertahun-tahun dan dapat bangkit kembali menjadi tuberkulosis aktif lagi.
Sumber penularan TB adalah penderita TB dengan hasil basil tahan asam (BTA) positif pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Orang dapat terinfeksi TB jika droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan (Umar, et al, 2005). Setelah kuman
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
16
tuberkulosis masuk ke dalam saluran pernafasan, kuman tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Setiap individu berisiko mengalami infeksi TB laten, tetapi ada beberapa orang yang berisiko tinggi menjadi penderita TB aktif, yaitu perokok, tahanan penjara, dan tinggal di daerah yang sangat padat (Thorn, 2007).
Proses penularan TB diawali dengan fase TB primer. Setelah masuk ke paru, basil berkembang biak tanpa menimbulkan reaksi pertahanan tubuh. Sarang pertama ini disebut afek primer. Basil kemudian masuk ke kelenjar limfe di hilus paru dan menyebabkan limfadenitis regionalis. Reaksi yang khas adalah terjadinya granuloma sel epiteloid dan nekrosis pengejuan di lesi primer dan di kelenjar limfe hilus. Afek primer dan limfadenitis regionalis ini disebut kompleks primer yang bisa mengalami resolusi dan sembuh tanpa meninggalkan cacat, atau membentuk fibrosis dan kalsifikasi (95%). Sekalipun demikian, kompleks primer dapat mengalami komplikasi berupa penyebaran milier melalui pembuluh darah dan penyebaran melalui bronkus. Penyebaran milier menyebabkan TB di seluruh paru-paru, tulang, meningen, dan lain-lain, sedangkan penyebaran bronkogen langsung ke bronkus dan bagian paru, dan menyebabkan bronkopneumonia tuberkulosis. Penyebaran hematogen itu bersamaan dengan perjalanan TB primer ke paru merupakan fase kedua. Infeksi ini dapat berkembang terus, dapat juga mengalami resolusi dengan pembentukan jaringan parut dan basil selanjutnya “tidur” (Karnadihardja, 2004).
Fase dengan kuman tidur ini yang disebut fase laten, fase 3. Basil yang tidur ini bisa terdapat di tulang panjang, vertebra, tuba fallopi, otak, kelenjar limfe hilus dan leher, serta di ginjal. Kuman ini bisa tetap tidur selama bertahun-tahun, bahkan seumur hidup (infeksi laten), tetapi bisa mengalami reaktivasi bila terjadi perubahan keseimbangan daya tahan tubuh, misalnya pada tindakan bedah besar, atau pada infeksi HIV. TB fase keempat dapat terjadi di paru atau di luar paru. Dalam perjalanan selanjutnya, proses ini dapat sembuh tanpa cacat, sembuh
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
17
dengan meninggalkan fibrosis dan kalsifikasi, membentuk kavitas (kaverne), bahkan dapat menyebabkan bronkiektasis melalui erosi bronkus (Karnadihardja, 2004).
Frekuensi penyebaran ke ginjal lebih sering. Kuman berhenti dan bersarang pada korteks ginjal, yaitu bagian yang tekanan oksigennya relatif tinggi. Kuman ini dapat langsung menyebabkan penyakit atau “tidur” selama bertahun-tahun. Patologi di ginjal sama dengan patologi di tempat lain, yaitu inflamasi, pembentukan jaringan granulasi, dan nekrosis pengejuan. Kemudian basil dapat turun dan menyebabkan infeksi di ureter, kandung kemih, prostat, vesikula seminalis, vas deferens, dan epididimis. Selanjutnya, penyebaran ke kelenjar limfe paling sering ke kelenjar limfe hilus, baik sebagai penyebaran langsung dari kompleks primer, maupun sebagai TB pascaprimer. TB kelenjar limfe lain (servikal, inguinal, aksial) biasanya merupakan TB pascaprimer. Penyebaran ke otak dan meningen juga melalui penyebaran hematogen setelah kompleks primer. Berbeda dengan penyebaran di atas, penyebaran ke perikardium terjadi melalui saluran limfe atau kontak langsung dari pleura yang tembus ke perikardium (Karnadihardja, 2004).
2.3.3 Tanda dan Gejala TB Paru Keluhan atau gejala yang ditunjukkan oleh penderita TB sangatlah bervariasi. Gejala utama pasien TB paru adalah batuk yang biasanya berlangsung lama dan produktif berdurasi lebih dari 3 minggu (Price dan Wilson, 2005). Batuk ini terjadi karena adanya iritasi bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar (Amin & Bahar, 2006). Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Kemenkes, 2011). Panas badan penderita TB kadang-kadang dapat mencapai 40-41 ºC. Keluhan ini sangat dipengaruhi berat atau ringannya infeksi kuman yang masuk. Pada penderita TB juga ditemukan gejala sesak napas. Sesak napas dapat dijumpai pada
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
18
penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru (Amin & Bahar, 2006).
2.4 Intervensi Keperawatan Ansietas pada Klien TB Paru Intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada pasien ansietas merujuk pada strategi pelaksanaan tindakan keperawatan psikososial. Intervensi keperawatan pada pasien dengan ansietas memiliki tujuan untuk meningkatkan kenyamanan psikologis dan fisiologis (Carpenito, 2009). Intervensi tersebut terdiri dari teknik relaksasi dan teknik distraksi. Menurut Stuart dan Laria (2005), teknik relaksasi dapat digunakan untuk menurunkan kecemasan. Teknik relaksasi tersebut yaitu dengan latihan nafas dalam. Latihan ini membuat tubuh menjadi lebih tenang dan harmonis, serta mampu memberdayakan tubuh untuk mengatasi gangguan yang menyerangnya. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Ghofur dan Purwoko (2007) menunjukkan bahwa teknik relaksasi nafas dalam efektif untuk menurunkan tingkat ansietas pada Ibu persalinan kala 1. Sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam, tingkat kecemasan pasien berkisar panik, sedang, ringan. Setelah diberikan teknik relaksasi nafas dalam, tingkat kecemasan menjadi cemas ringan, sedang, berat. Hal ini berarti teknik relaksasi nafas dalam efektif untuk menurunkan rasa nyeri pada pasien tersebut. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002).
Selain itu, cara lain yang dilakukan untuk mengatasi ansietas adalah dengan mengalihkan rasa cemas itu sendiri (Potter & Perry, 2004). Pengalihan rasa cemas tersebut disebut dengan teknik distraksi. Ehrlich (2011) memaparkan bahwa teknik distraksi dilakukan dengan melakukan kegiatan yang disukai klien sebagai pengalihan. Distraksi untuk mengalihkan rasa cemas dapat dilakukan dengan mendengarkan musik, menonton TV, mengobrol, atau melakukan hal-hal yang
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
19
disukai (Potter & Perry, 2004; Kozier, 2004). Salah satu kegiatan distraksi untuk mengatasi cemas dapat dilakukan dengan mendengarkan musik. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Buffum (2006) mengatakan bahwa mendengarkan musik dapat mengurangi cemas dan penelitian yang sama dilakukan oleh David, Bradshaw, Gary, dan Lee (2011) juga mengatakan bahwa musik apapun efektif menurunkan cemas pada berbagai usia sekaligus mengatasi nyeri. Hal ini berarti bahwa salah satu kegiatan distraksi yang dapat dilakukan menunjukkan bahwa kegiatan tersebut mampu menurunkan kecemasan. Selanjutnya, kegiatan yang dapat dilakukan untuk menurunkan ansietas adalah dengan kegiatan spiritual. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa spiritual dapat menurunkan level ansietas (Moeini, Taleghani, Mehrabi, & Musarezaie, 2014). Kegitan spiritual dilakukan dengan memilih kegiatan keagamaan yang membuat perasaan tenang dan damai. Kegiatan spiritual dapat membentuk kepercayaan bahwa segala stressor akan dapat dihadapi dengan baik, seiring dengan adanya bantuan dari Tuhan (Maimunah & Retnowati, 2011).
Kemudian cara berikutnya adalah hipnosis lima jari. Menurut Muarfio (2004) dengan membayangkan sesuatu yang membuat tenang berupa hipnosis lima jari dapat menurunkan kecemasan. Hipnosis lima jari menurunkan cemas dengan cara menciptakan suatu sugesti kepada individu yang akan dihipnotis (Rusli & Wijaya, 2009). Menurut penelitian Maliya dan Anita (2011) terdapat pengaruh hipnosis lima jari terhadap penurunan ansietas, dan penelitian yang dilakukan oleh Vickers & Zolman (2012) hipnosis lima jari dapat menurunkan cemas dan meningkatkan sugesti sehat. Berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan membuktikan bahwa hipnosis lima jari cukup efektif menurunkan ansietas. Hipnosis lima jari dilakukan pada posisi nyaman dan kondisi mata terpejam, sambil menyentukan ibu jari ke jari-jari lainnya secara bergantian dan membayangkan hal-hal yang berbeda pada setiap jarinya (McKay & Fanning, 2006). Jari telunjuk membayangkan ketika memiliki tubuh sehat. Jari tengah membayangkan ketika bersama orang-orang yang disayangi. Jari manis membayangkan ketika mendapat pujian dan jari kelingking membayangkan ketika berada di tempat yang paling disukai.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN Bab ini berisi penjabaran proses asuhan keperawatan pada Bapak I dengan ansietas yang mengalami TB Paru yang telah dilakukan oleh penulis selama enam hari, mulai tanggal 06-12 Mei 2016. Laporan kasus kelolaan dijabarkan secara rinci berdasarkan proses keperawatan. Hal-hal yang dijabarkan meliputi hasil pengkajian, analisa data, diagnosis keperawatan, rencana intervensi keperawatan, serta implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan.
3.1 Hasil Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 6-7 Mei 2016. Klien bernama Bapak I berusia 51 tahun. Klien dibawa ke Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor dengan keluhan nyeri di bagian saluran kencing. Klien mengatakan nyeri pada saluran kencing sudah dirasakan sekitar 2 minggu yang lalu sebelum masuk RS dan sudah sempat berobat ke RS sebelumnya namun belum ada perubahan. Diagnosis medis klien saat masuk adalah ISK. Klien mengatakan rasa nyeri ini membuat sulit tidur. Klien mengatakan rasa nyeri menjalar sampai ke pinggang, skala nyeri 6, nyeri timbul walaupun saat sedang tidak bergerak. Nyeri seperti diremas dan berdenyut, menetap serta terus menerus. Klien mengatakan tidak tahu penyebab nyeri saluran kencing yang dirasakan dan sebelumnya tidak pernah merasakan nyeri seperti ini.
Selain nyeri, klien juga mengeluh demam turun naik sudah lebih dari 3 minggu dan juga mengeluh batuk terus menerus disertai dahak berwarna putih selama lebih dari sebulan sebelum masuk rumah sakit. Keluhan utama saat ini adalah nyeri pada saluran kencing, demam dan batuk yang terkadang muncul. Demam terutama dirasakan sore menjelang malam hari disertai keringat dingin. Klien mengatakan khawatir dengan kondisi penyakitnya karena nyeri yang tidak berkurang dan juga sangat khawatir karena banyak gejala lain yang menyertainya. Hal ini membuat klien terus memikirkannya sehingga mengalami sulit tidur dan terkadang terpikir penyakit apa sebenarnya yang sedang dialami. Klien juga khawatir terhadap hasil pemeriksaan rontgen paru dan USG ginjal, apakah parah atau tidak. 20 Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
21
Saat dikaji terhadap lingkungan rumah sekitar, klien mengatakan bahwa tempat tinggal di daerah lingkungan rumahnya cukup padat karena jarak antar rumah saling berdekatan. Selain itu, kurangnya pepohonan di daerah rumahnya membuat polusi yang terkadang mengganggu. Klien mengatakan dalam beberapa bulan terakhir tidak pernah mendengar tetangganya menderita sakit TB Paru, dan klien juga tidak banyak mengetahui tentang hal-hal yang bisa menyebabkan seseorang terkena TB paru. Klien hanya menganggap bahwa jika sudah terkena sakit TB paru berarti sudah sakit parah dan bisa berujung kematian. Isteri klien pernah menceritakan bahwa pada awal tahun 2016 dirinya pernah mengalami batuk terus menerus yang dirasa tidak wajar karena sudah lebih dari 3 minggu tidak sembuh. Isteri klien juga mengungkapkan bahwa di lingkungan tempat kerjanya memang sedang mewabah sakit batuk. Kemudian isteri klien langsung melakukan pengobatan dan sembuh, namun hal yang sama juga terjadi pada klien yaitu batuk terus menerus namun lebih lama. Klien takut jika hal itu yang membuat dirinya tertular, karena kondisinya saat itu klien sedang mengalami sakit ISK yang membuat kondisinya lemas dan ditambah dengan aktivitas dan makan yang tidak terkontrol sehingga mudah tertular oleh penyakit lain.
Klien merupakan seorang guru di salah satu SMA ternama di Bogor. Isterinya juga adalah seorang pegawai negeri di Jakarta. Klien memiliki 2 orang anak perempuan yang masih duduk di bangku SD dan SMA. Kebutuhan sehari hari puteri-puterinya hampir semuanya dipenuhi oleh klien dikarenakan isterinya sibuk bekerja dan pulang larut malam karena lokasi tempat kerjanya yang jauh. Menurut klien orang yang berarti dalam kehidupan klien adalah isteri dan anak-anaknya. Di lingkungan sekolah, klien merupakan salah satu guru yang sangat dibutuhkan oleh siswa-siwanya karena merupakan guru BK di sekolah dan juga bertugas membantu siswa-siswanya untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri.
Selama di rawat di rumah sakit, klien tidak dapat pergi ke sekolah untuk bekerja. Hal tersebut membuat klien gelisah karena memikirkan nasib siswa-siswanya yang akan mendaftar ke Perguruan Tinggi Negeri. Selain itu, isteri klien tetap harus bekerja selama klien di rawat di rumah sakit, hal ini juga membuat klien
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
22
terus memikirkan anak-anaknya di rumah karena tidak ada yang mengurusi. Klien menceritakan keluhannya hingga berkaca-kaca. Klien merasa bahwa sebagai seorang guru dan kepala keluarga mengapa sakit-sakitan seperti ini. Terutama yang dikhawatirkan jika hasil rontgen parunya terjadi sesuatu klien merasa penyakitnya
sangat
parah.
Klien
seringkali
menanyakan
perkembangan
kondisinya, namun semakin tahu perkembangan penyakitnya maka klien semakin takut.
Aktivitas fisik seperti olahraga diakui Bapak I tidak pernah dilakukan. Bapak I menyebutkan seringkali makan di luar rumah, hanya saat sarapan saja makan di rumah namun untuk makan siang dan sore jarang di rumah dan membeli makanan dari luar rumah karena isterinya jarang memasak. Sehari-hari klien mengantarkan puterinya ke sekolah lalu pergi bekerja. Klien menggunakan kendaraan bermotor dalam berpergian dan mengatakan kurang memakai perlindungan diri seperti masker. Kebutuhan tidur sering terganggu saat demam muncul di malam hari atau ketika terasa nyeri. Klien juga mengalami kesulitan tidur karena memikirkan kondisinya dan keluarganya. Pemenuhan eliminasi diakui klien memiliki masalah terhadap miksinya yang sering sakit dan urinnya seringkali berwarna kuning pekat seperti teh, pola miksi 3-5 kali per hari dan pola defekasi 1 kali per hari.
Hasil observasi selama wawancara, klien berpenampilan rapih, dan memakai baju sesuai ukurannya. Klien tidak mengalami gangguan memori dan klien dapat menceritakan kejadian masa lalunya dan kejadian yang baru saja terjadi. Saat berbicara, ekspresi wajah klien tampak sedih saat menceritakan apa yang menjadi pikirannya saat ini, klien juga tampak banyak bicara dan lebih dominan. Klien juga tampak gelisah, keluar keringat berlebih, sesekali meringis menahan nyeri sambil memegang area perut bawah, dan kontak mata kurang. Klien tampak sesekali batuk-batuk, saat di auskultasi terdengar bunyi ronchi di lapang paru sinistra. Hasil radiologi Foto Thorax menunjukkan gambaran TB Paru, hasil BTA (+), dan hasil laboratorium menunjukkan peningkatan pada LED (> 150 mm) dan leukosit (19.730/mm3). Hasil TTV: TD 110/80 mmHg, Nadi 100 x/m, RR 22 x/m, Suhu 38oC.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
23
3.2 Masalah Keperawatan Data yang di peroleh dari hasil observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan validasi, didapatkan masalah keperawatan fisik dan psikososial. Masalah fisik yang muncul yaitu nyeri akut, hipertermi dan bersihan jalan nafas tidak efektif. Masalah psikososial yang muncul yaitu ansietas sedang. Pemberian asuhan keperawatan penulis lebih banyak membahas masalah psikososial yang dialami klien, namun masalah fisik klien tetap di intervensi.
3.3 Diagnosis Keperawatan Berdasarkan data hasil pengkajian penulis didapatkan satu diagnosis psikososial yang dialami klien yaitu ansietas. Setelah dilakukan analisa data penulis menentukan core problem dari masalah psikososial yang dialami klien adalah ansietas. Ansietas muncul karena nyeri yang tidak berkurang dan terhadap hasil pemeriksaan rontgen paru yang dijalani klien serta gejala penyakit yang timbul sehingga mengganggu aktivitas klien. Selain itu faktor sosial juga mempengaruhi tingkat ansietas klien karena mempengaruhi fungsi perannya dan membuat klien semakin kepikiran dan khawatir. Tanda gejala ansietas juga muncul sesuai dengan tingkatan ansietas yaitu ansietas sedang. Selanjutnya, ansietas sedang sebagai diagnosis utama yang diintervensi.
3.4 Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan yang dilakukan oleh penulis mengacu pada strategi pelaksanaan tindakan keperawatan untuk diagnosis psikososial ansietas. Tindakan mandiri keperawatan yang dilakukan adalah beberapa teknik yang bertujuan untuk mengendalikan ansietas, di antaranya teknik relaksasi napas dalam, distraksi, hipnotis lima jari, dan kegiatan spiritual. Teknik-teknik tersebut merupakan bagian dari relaksasi dan distraksi yang dapat juga diterapkan untuk mengintervensi masalah nyeri. Oleh karena itu, rencana asuhan keperawatan yang dilampirkan hanya untuk diagnosis keperawatan utama, yaitu ansietas.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
24
3.5 Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan Implementasi dilakukan selama tujuh hari. Pertemuan pertama pada tahap awal interaksi penulis melakukan pendekatan terapeutik untuk membina hubungan saling percaya. Implementasi dilanjutkan dengan membantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaan klien saat sedang menghadapi masalah, bersama dengan klien mengidentifikasi situasi yang membuat klien ansietas, membantu klien mengidentifikasi perilaku akibat ansietas, dan menjelaskan kondisi kesehatan klien saat itu. Teridentifikasinya penyebab ansietas dan tanda-tanda ansietas pada saat pengkajian, menjadi dasar bagi penulis untuk memberikan intervensi pada saat itu juga, sesuai dengan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan ansietas. Implementasi yang diberikan yaitu mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
Pertemuan kedua penulis melakukan evaluasi perasaan klien terhadap kondisi kesehatan dan juga menyakan keluhan klien pada saat itu, lalu penulis juga mengevaluasi kemampuan klien dalam melakukan tarik napas dalam yang sudah diajarkan sebelumnya, menganjurkan klien untuk mengulangi latihan tarik napas dalam, memberikan reiforcement positive atas usaha klien mengulangi, dan menjelaskan tentang terjadinya tanda dan gejala, serta penyebab ansietas. Penulis juga memberikan kesempatan klien untuk bertanya atau bercerita tentang kesehatannya. Selain itu, penulis juga berdiskusi dengan klien untuk menentukan kegiatan distraksi yang dapat dilakukan di rumah sakit. Klien memilih untuk menonton TV kesukaannya yaitu acara pertandingan bola
Pada pertemuan ketiga tindakan yang dilakukan yaitu mengevaluasi perasaan klien terhadap kondisi kesehatan, mengevaluasi kemampuan klien dalam melakukan tarik napas dalam, memberikan reiforcement positive atas usaha klien mengulangi. Selanjutnya melibatkan keluarga dalam latihan tarik napas dalam dan menganjurkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien dalam melakukan latihan tarik napas dalam. Selanjutnya, melakukan diskusi dengan klien untuk menentukan kegiatan spiritual yang dapat dilakukan di rumah sakit. Klien memilih untuk berzikir dan sholat walaupun hanya mampu di tempat tidur.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
25
Pertemuan keempat implementasi yang dilakukan yaitu mengevaluasi perasaan klien terhadap kondisi kesehatan, menganjurkan klien untuk melakukan tarik napas dalam, mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan untuk mengurangi kecemasan, mengajarkan dan melatih hipnosis lima jari, memberikan reiforcement positive atas usaha klien mengulangi, dan bersama dengan klien membuat jadwal untuk melakukan latihan tarik napas dalam dan hipnosis lima jari. Jadwal yang sudah dibuat lalu dikomunikasikan kepada keluarga agar dapat memberikan dukungan kepada klien dalam melakukan latihan tarik napas dalam dan hipnosis lima jari.
Pertemuan kelima dan keenam yang dilakukan yaitu mengevaluasi perasaan klien terhadap kondisi kesehatan, mengevaluasi jadwal latihan tarik napas dalam dan hipnosis lima jari, memberikan reiforcement positive, memotivasi klien untuk melakukan tarik napas dalam dan hipnosis lima jari sesuai jadwal, dan melibatkan keluarga untuk mengingatkan klien untuk melakukan latihan tarik napas dalam dan hipnosis lima jari. Selain itu juga memberikan discharge planning pada hari keenam tentang TB Paru dan penggunaan masker yang tepat serta bagaimana pengobatan di rumah.
Selain melakukan evaluasi secara keseluruhan pada dua hari rawat terakhir, evaluasi verbal maupun nonverbal juga dilakukan setiap hari. Evaluasi subjektif dan objektif juga selalu dilakukan pada fase terminasi. Secara umum, klien memiliki kemampuan yang baik dalam menerima informasi, sehingga klien selalu dapat menjelaskan dan mempraktikkan kembali teknik-teknik yang sudah didiskusikan maupun dilatih bersama. Sementara itu, evaluasi validasi juga selalu dilakukan pada fase orientasi, untuk mengetahui kemampuan yang sudah diajarkan pada hari sebelumnya. Secara umum, klien selalu patuh menjalankan planning yang sudah diberikan. Planning yang diberikan adalah meminta klien untuk melakukan teknik-teknik yang sudah diajarkan sesuai dengan jadwal latihan yang sudah disepakati dan pada saat ansietas kembali muncul. Evaluasi validasi juga dilakukan untuk menilai perkembangan tanda-tanda ansietas pada klien.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
26
Hasil evaluasi secara umum menunjukkan bahwa klien mengalami ansietas setiap hari dengan berbagai penyebab, di antaranya rasa nyeri pada saluran kencingnya, gejala-gejala penyakit lain yang sering muncul dan pikiran-pikiran terkait kondisi penyakitnya serta kondisi keluarganya. Intervensi berupa teknik pengendalian ansietas cukup mampu untuk menghilangkan penyebab-penyebab ansietas tersebut. Pertama, tanda-tanda ansietas yang muncul pada klien perlahan-lahan dapat berkurang seiring dengan dilakukannya teknik-teknik yang telah diajarkan. Hal tersebut didukung dengan pernyataan langsung dari klien bahwa dengan teknik relaksasi nafas dalam bisa lebih tenang dan bisa tidur dengan nyaman. Kedua, intervensi kolaborasi turut berpengaruh terhadap penurunan ansietas. Klien diberikan medikasi analgetik dan penurun demam selama perawatan untuk mengurangi nyeri pada saluran kencingnya dan demam yang terus menerus yang dapat menyebabkan ansietas. Pemberian medikasi yang juga diiringi dengan pengendalian teknik mengatasi ansietas membantu menurunkan tanda dan gejala ansietas pada klien.
Hari keenam perawatan klien juga diberikan discharge planning sebelum klien pulang ke rumah. Discharge planning yang diberikan kepada klien yaitu menjelaskan tentang penyakit TB Paru, penggunaan masker yang tepat, dan pengobatan yang harus dilakukan. Program latihan teknik-teknik pengendalian ansietas juga turut dimasukkan dalam discharge planning untuk di rumah. Teknik pengendalian ansietas yang paling nyaman dilakukan oleh klien selama di rumah sakit adalah teknik relaksasi napas dalam. Oleh sebab itu, penulis memberikan motivasi kepada klien untuk mengotimalkan tarik napas dalam sebagai cara untuk menurunkan ansietas pada saat di rumah.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
BAB 4 ANALISIS SITUASI Bab ini berisi penjelasan dan analisis lebih lanjut terkait asuhan keperawatan yang dilakukan kepada klien. Analisis dijabarkan dengan mengaitkan antara pelaksanaan asuhan keperawatan dengan berbagai teori dan hasil penelitan untuk kemudian dianalisis berdasarkan konsep keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan. Hal-hal yang dijelaskan dan dianalisis lebih lanjut meliputi masalah keperawatan, intervensi keperawatan, serta alternatif pemecahan masalah keperawatan yang dilakukan pada klien di Ruang Bisma RS Marzoeki Mahdi Bogor.
4.1 Analisis Masalah Keperawatan Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2014, TB paru merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia dengan angka mortalitas sekitar 1,5 juta penduduk. Jawa Barat sebagai salah satu provinsi besar di Indonesia saat ini menempati urutan pertama jumlah prevalensi TB terbanyak di Indonesia dan jumlah terbesar terjadi di Kota Bogor sebanyak 3.835 kasus (Dinkes Jawa Barat, 2012). Klien kelolaan utama tinggal di daerah perkotaan, yaitu Kota Bogor dimana kawasan perkotaan dicirikan dengan tingkat pembangunan yang pesat dan pertumbuhan penduduk yang tinggi (Fathonah, 2014). Daerah perkotaan yang lebih padat penduduknya dibandingkan di pedesaan menimbulkan masalahmasalah kesehatan karena disebabkan oleh perubahan gaya atau perilaku hidup dan kondisi lingkungan sekitar. Salah satu akibat dari hal tersebut yaitu munculnya wabah penyakit di daerah perkotaan seperti kejadian penyakit menular yaitu TB paru yang merupakan penyakit berbasis lingkungan. Penularan TB berawal dari percikan batuk atau bersin (droplet) dari seorang penderita TB dengan hasil BTA positif yang kemudian terhirup oleh seseorang. Dengan kondisi padatnya penduduk di lingkungan tempat klien tinggal, peluang kontak dengan penderita TB paru lebih besar sehingga penularan akan cepat terjadi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang menyebutkan bahwa orang yang rentan akan terpapar dengan penderita TB paru menular lebih tinggi pada wilayah yang padat penduduknya (Karyadi et al, 2006). 27 Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
28
TB Paru ditularkan melalui droplet yang mengandung kuman Mycobacterium tuberculosis yang tidak hanya menyerang paru tetapi juga organ tubuh lain seperti otak, kelenjar getah bening, usus, dan ginjal (Werdhani, 2008). Klien memiliki masalah kesehatan TB Paru yang baru diketahuinya sejak di rawat di rumah sakit. Klien merasakan gejala-gejala yang dirasa klien tidak wajar seperti demam terus menerus terutama di malam hari disertai keringat dingin dan batuk yang sudah dirasakannya sejak lebih dari sebulan sebelum masuk rumah sakit. Pada awalnya klien masuk dengan diagnosa medis Infeksi Saluran Kemih (ISK) karena klien sering mengeluhkan nyeri pada bagian saluran kencingnya dan urinnya berwarna kuning pekat seperti teh. Data ini menunjukkan adanya penyebaran TB ke bagian organ lain seperti yang dijelaskan oleh Karnadihardja (2004) bahwa frekuensi penyebaran TB ke ginjal lebih sering. Kuman berhenti dan bersarang pada korteks ginjal, yaitu bagian yang tekanan oksigennya relatif tinggi. Kuman ini dapat langsung menyebabkan penyakit atau “tidur” selama bertahun-tahun. Patologi di ginjal sama dengan patologi di tempat lain, yaitu inflamasi, pembentukan jaringan granulasi, dan nekrosis pengejuan. Kemudian basil dapat turun dan menyebabkan infeksi di ureter, kandung kemih, prostat, vesikula seminalis, vas deferens, dan epididimis.
Masalah fisik yang dialami klien kelolaan memberikan dampak pada kondisi psikososial yaitu klien merasa khawatir dengan kondisi penyakitnya dengan rasa nyeri yang tidak kunjung sembuh pada saluran kencingnya dan gejala-gejala lain yang menyertainya. Klien juga belum mengetahui jenis penyakit apa yang sedang dideritanya sehingga klien cukup takut terhadap hasil pemeriksaan USG ginjal dan rontgen toraks. Hasil penelitian Aamir & Aisha (2010) menunjukkan bahwa terdapat 47 orang dari 65 penderita TB mengalami depresi dan ansietas, dengan 23 orang berada di tingkat ansietas dan depresi yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah fisik yang dialami oleh seseorang akan menimbulkan ansietas karena adanya perubahan atau kehilangan fungsi fisik sehingga membutuhkan perhatian medis (pemerikasaan penunjang) untuk mengatasi masalah fisik tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wolitzky-Taylor et al, (2010) menunjukkan bahwa kondisi
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
29
medis berpengaruh terhadap munculnya ansietas dan. Tanda dan gejala yang dirasakan akibat respon suatu penyakit sehingga memunculkan ansietas juga digambarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Kunik (2005) dijumpai 184 orang dari 556 pasien PPOK mengalami ansietas berat karena sesak. Ansietas yang dirasakan klien kelolaan merupakan respon psikologis terhadap adanya ketidaknyamanan fisik akibat tanda dan gejala yang muncul dari suatu penyakit yang belum diketahui oleh klien.
Klien mengatakan tidak tahu penyebab nyeri saluran kencing yang dirasakan dan sebelumnya tidak pernah merasakan nyeri seperti ini. Klien mengatakan rasa nyeri menjalar sampai ke pinggang, skala nyeri 6, nyeri timbul walaupun saat sedang tidak bergerak. Nyeri seperti diremas dan berdenyut, menetap serta terus menerus. Hasil observasi, klien sesekali tampak meringis menahan nyeri sambil memegang area perut bawah. Pengalaman individu dalam menghadapi masalah atau bahaya akan
mempengaruhi
proses
timbulnya
ansietas.
Individu
menggunakan
mekanisme pertahanan untuk mengontrol situasi, menurunkan ketidaknyamanan, dan mengatasi masalah agar mengurangi ansietas (Videbeck, 2008). Hal ini sejalan dengan yang dialami oleh klien yaitu, nyeri yang dialami menjadi sumber stres sehingga muncul ansietas terhadap kondisi tubuh klien karena belum pernah merasakan nyeri seperti ini sebelumnya.
Tanda dan gejala TB paru yang dialami klien seperti demam turun naik sudah lebih dari 3 minggu dan juga mengeluh batuk terus menerus disertai dahak berwarna putih selama lebih dari sebulan lamanya menunjukkan kesesuaian teori dari tanda dan gejala TB Paru. Gejala utama pasien TB paru adalah batuk yang biasanya berlangsung lama dan produktif berdurasi lebih dari 3 minggu (Price dan Wilson, 2005). Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Kemenkes, 2011). Kondisi ini membuat klien harus menjalani beberapa hari perawatan di rumah sakit. Hal tersebut
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
30
menyebabkan beberapa masalah tersendiri bagi klien yang ternyata menjadi pikiran dan menimbulkan ansietas selama berada di rumah sakit.
Ansietas yang dialami oleh klien bukan hanya karena masalah fisik tetapi juga berkaitan dengan permasalahan sosial disebabkan oleh lamanya perawatan di rumah sakit membuat klien tidak dapat pergi ke sekolah untuk bekerja. Hal tersebut membuat klien gelisah karena memikirkan nasib siswa-siswanya yang akan mendaftar ke Perguruan Tinggi Negeri. Selain itu, isteri klien tetap harus bekerja selama klien di rawat di rumah sakit, hal ini membuat klien merasa kurang diurusi. Selain itu, hal lain yang juga semakin mengganggu pikirannya adalah bagaimana kondisi anak-anaknya di rumah karena segala kebutuhan anak-anaknya dipenuhi oleh klien. Klien berpikir bahwa selama di rawat disini tidak ada yang mengurusi anak-anaknya di rumah. Berdasarkan hasil pengkajian predisposisi dan presipitasi ansietas serta disesuaikan dengan tingkatan ansietas menurut Videbeck (2008), klien kelolaan berada pada rentang ansietas sedang.
4.2 Analisis Intervensi Keperawatan Penulis menggunakan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan psikososial ansietas selama merawat klien. Pertama penulis memperkenalkan diri, memberikan kesempatan pada klien bercerita tentang kondisi kesehatannya untuk mengevaluasi perasaan klien, lalu menentukan tingkat ansietas yang dirasakan klien. Penulis juga melakukan beberapa teknik pengendalian ansietas, yaitu teknik relaksasi napas dalam, distraksi, hipnosis lima jari, dan kegiatan spiritual. Menurut Varcaolis dan Halter, (2010) tindakan keperawatan seperti memberikan kesempatan klien untuk bercerita, mencari dengan eksplorasi serta klarifikasi, memberikan suasana yang tenang, menyadari kecemasan klien, dan menjadi pendengar yang baik dapat membantu klien untuk fokus menyelesaikan masalah. Penulis juga turut memperhatikan kebutuhan dasar klien seperti menawarkan posisi yang nyaman, sehingga dapat mengurangi ansietas yang dirasakan klien karena gejala-gejala yang timbul.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
31
Teknik relaksasi napas dalam merupakan teknik pengendalian ansietas yang penulis berikan pertama kali kepada klien pada hari pertama implementasi. Hal ini dilakukan karena penulis menilai adanya tanda-tanda ansietas yang dirasakan klien seperti nyeri, dan gelisah karena banyak hal yang sedang dipikirkan oleh klien. Klien dapat memperagakan relaksasi napas dalam dengan cara dan posisi yang tepat dan nyaman, yaitu klien memilih memposisikan dirinya dengan berbaring di tempat tidur. Relaksasi napas dalam yang dilakukan dengan tepat dapat merangsang tubuh untuk melepaskan endorphine, sehingga memberikan kenyamanan (Smeltzer & Bare, 2011). Klien menyatakan perasaan lebih tenang dan merasakan kenyamanan dari sebelumnya. Rasa nyeri yang sedang dirasakan juga ikut berkurang setelah melakukan teknik relaksasi napas dalam. Penulis juga menilai bahwa tanda-tanda ansietas yang lain pada klien mulai berkurang seperti menunjukkan ekspresi tenang, dan gelisah berkurang. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ali dan Hasan (2010) yang menunjukkan bahwa terapi relaksasi efektif dalam dapat mengurangi ansietas dan juga penelitian lain yang dilakukan oleh Ghofur dan Purwoko (2007) bahwa teknik relaksasi nafas dalam efektif untuk menurunkan tingkat ansietas.
Selanjutnya, tindakan yang penulis lakukan untuk mengurangi ansietas klien adalah dengan hipnosis lima jari. Penulis menganalisis situasi ruangan yang nyaman dan kondusif terlebih dahulu untuk dilakukan hipnosis lima jari. Lingkungan di sekitar klien cukup memberikan suasana yang tenang sehingga klien mampu untuk berkonsenterasi. Hal ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh McKay dan Fanning (2006) bahwa lingkungan yang tenang merupakan salah satu hal yang penting dalam melakukan relaksasi. Penulis juga mengkaji terlebih dahulu hal yang disukai klien dan apa saja yang membuat klien merasa senang. Hal ini akan memudahkan penulis dalam membimbing klien melakukan hipnosis lima jari berdasarkan pengalaman klien yang menyenangkan. Klien dapat mengikuti instruksi yang diberikan oleh penulis dengan cukup baik, dan mampu berkonsenterasi saat dibimbing melakukan hipnosis lima jari. Kemampuan klien dalam melakukan teknik relaksasi napas dalam sudah sangat baik, sehingga klien lebih merasakan kenyamanan dan ketenangan pada saat
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
32
melakukan hipnosis lima jari. Respon klien setelah melakukan hipnosis lima jari yaitu merasakan senang karena dapat membayangkan hal yang disukai berdasarkan
pengalaman
hidupnya
yang
menyenangkan.
Klien
juga
mengungkapkan mampu mengurangi rasa nyeri yang dirasakan dan juga mampu mengurangi pikiran-pikiran yang sering mengganggunya. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muarfio (2004) yaitu dengan membayangkan sesuatu yang membuat tenang berupa hipnosis lima jari dapat menurunkan ansietas. Penelitian lain yang mendukung juga dilakukan oleh Maliya dan Anita (2011) bahwa terdapat pengaruh hipnosis lima jari terhadap penurunan ansietas, dan penelitian yang dilakukan oleh Vickers & Zolman (2012) bahwa hipnosis lima jari dapat menurunkan cemas dan meningkatkan sugesti sehat.
Intervensi selanjutnya yang penulis berikan untuk mengurangi kecemasan klien adalah dengan teknik distraksi. Teknik distraksi dilakukan dengan cara mengalihkan perhatian terhadap ansietas kepada hal-hal lain yang menenangkan (Tamsuri, 2007). Klien telah banyak menceritakan kegiatan-kegiatan yang disukai dan mampu menentukan beberapa kegiatan yang dapat dilakukan selama berada di ruang perawatan untuk mengalihkan ansietas yang muncul. Kegiatan yang disebutkan oleh klien diantaranya menonton acara bola di TV, mendengarkan musik dan mengobrol. Penulis mengarahkan kegiatan yang mampu mengalihkan ansietas yang dirasakan, dan klien memilih untuk mengobrol atau mendengarkan musik. Menurut klien, dengan mengobrol akan menghilangkan pikiran-pikiran yang mengganggu. Ekspresi klien juga terlihat lebih tenang setelah bercerita dan mengeluarkan isi pikirannya yang mengganggu. Namun, karena klien jarang ditemani oleh keluarganya, penulis menawarkan untuk menemani klien mengobrol jika klien merasa kesepian dan ingin ditemani. Mendengarkan musik juga menjadi salah satu cara klien mengalihkan pikiran yang mengganggunya karena membuat dirinya menjadi lebih tenang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Buffum (2006) yang mengatakan bahwa mendengarkan musik dapat mengurangi cemas dan penelitian yang sama dilakukan oleh David, Bradshaw, Gary, dan Lee (2011) juga mengatakan bahwa musik apapun efektif menurunkan cemas pada berbagai usia sekaligus mengatasi nyeri.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
33
Intervensi lain yang juga penulis berikan kepada klien untuk mengurangi tingkat kecemasannya adalah dengan pendekatan spiritual dengan melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan klien. Penulis mengarahkan klien dan membantu untuk menentukan kegiatan spiritual yang dapat dilakukan di rumah sakit disesuaikan juga dengan kemampuan fisik klien. Cara yang dipilih oleh klien diantaranya berzikir dan sholat lima waktu. Klien dibawakan buku panduan untuk berzikir oleh keluarganya yang dapat digunakan selama di ruang perawatan. Untuk kegiatan sholat, klien masih mampu untuk mengambil air wudhu sendiri dengan ditemani lalu melaksanakan sholat di atas tempat tidur. Pelaksanaan ibadah tersebut dipilih klien karena klien lebih merasa lebih dekat dengan Tuhan dan merasakan
ketenangan
yang
mampu
mengurangi
pikiran-pikiran
yang
mengganggunya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang menyebutkan bahwa spiritual dapat menurunkan level ansietas (Moeini, Taleghani, Mehrabi, & Musarezaie, 2014). Secara objektif terlihat tanda-tanda ansietas pada klien berkurang saat setelah melakukan ibadah sholat dan berzikir seperti menunjukkan ekspresi tenang. Menurut DeLaune dan Ladner (2002) mengatakan ketika seseorang berdoa, mereka percaya sedang berkomunikasi langsung dengan Tuhan atau kekuatan tertinggi. Kegiatan spiritual dapat membentuk kepercayaan bahwa segala stressor akan dapat dihadapi dengan baik, seiring dengan adanya bantuan dari Tuhan (Maimunah & Retnowati, 2011).
4.3 Alternatif Pemecahan Masalah Keperawatan Berdasarkan hasil evaluasi terhadap implementasi keperawatan yang telah dilakukan dalam mengatasi ansietas yang dikaitkan dengan teori dan konsep terkait, maka didapatkan alternatif pemecahan. Latihan tarik napas dalam dan hipnosis lima jari berhasil menurunkan ansietas yang dialami klien, namun saat nyeri muncul maka ansietas klien pun muncul kembali. Hal ini disebabkan karena nyeri merupakan stresor klien terhadap munculnya perasaan ansietas. Alternatif dalam masalah ini yaitu dengan menganjurkan klien untuk melakukan latihan tarik napas dalam dan hipnosis lima jari secara terjadwal dan saat ada perasaan ansietas yang muncul di luar kondisi fisiknya, lalu memberikan informasi terkait kondisi kesehatan klien, dan berkolaborasi dengan tim medis dalam memberikan
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
34
terapi medikasi untuk mengurangi rasa nyeri dan mengurangi gejala-gejala lain yang menyertainya.
Alternatif pemecahan masalah selanjutnya yaitu memotivasi klien untuk tetap melakukan ibadah walau di atas tempat tidur. Tindakan ini merupakan salah satu kegiatan dari pendekatan spiritual. Tindakan tersebut diharapkan dapat memberikan ketenangan dan kekuatan pada klien dalam menghadapi penyakitnya. Alternatif lain yang juga diberikan pada klien yaitu dengan menganjurkan melakukan kegiatan lainnya yang diarahkan oleh penulis adalah dengan mengobrol atau bercakap-cakap. Penulis memfasilitasi klien untuk menemaninya mengobrol jika merasa ansietas kembali muncul. Penulis juga memotivasi keluarga untuk bisa menemani klien untuk mengobrol terutama jika klien sedang merasa ansietas.
Penulis juga telah menjelaskan tentang hal-hal yang dapat menyebabkan ansietas pada keluarga klien dan sudah mengajarkan salah salah satu cara mengatasi ansietas yaitu dengan teknik relaksasi napas dalam. Salah satu tindakan untuk mengurangi kecemasan (ansietas) yaitu membentuk sistem pendukung (McKenny & Price, 2005). Selama ini klien kurang mendapatkan dukungan dari isteri karena alasan bekerja sehingga dengan dikomunikasikannya dan telah diajarkannya cara mengatasi ansietas pada keluarga diharapkan mampu untuk ikut berperan aktif dalam membantu latihan dan memberikan dukungan kepada klien. Selain itu, keluarga dapat terlibat dalam menilai perkembangan kemampuan dan aktivitas klien dalam mengendalikan perasaan ansietas.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
BAB 5 PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan penulis terhadap praktik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan yang telah dilakukan penulis secara keseluruhan. Selain itu, penulis juga menyampaikan saran pada bab ini. Penulis menyampaikan saran sebagai rekomendasi perbaikan ke depan dalam lingkup aplikasi keperawatan, keilmuan keperawatan, serta penelitian keperawatan.
5.1 Kesimpulan Masalah keperawatan psikososial yang muncul pada klien Bapak I adalah ansietas sedang yang ditandai dengan rasa kekhawatiran yang mengganggu terhadap penyakitnya, banyak bertanya tentang perkembangan kondisi penyakitnya, menunjukkan ekspresi wajah sedih, dan juga tampak gelisah, gejala-gejala yang sering muncul di malam hari sehingga mengganggu waktu tidurnya, serta nyeri pada saluran kencingnya sehingga mengganggu aktivitasnya di tempat tidur. Ansietas pada klien dikaitkan dengan penyakit TB paru, yang dianggap klien adalah penyakit yang sangat parah. Berdasarkan permasalahan tersebut, masalah ansietas yang dialami klien ditangani dengan tindakan keperawatan generalis, yaitu dengan latihan teknik relaksasi napas dalam, distraksi, hipnosis lima jari, dan kegiatan spiritual, dan melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan kepada klien. Hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah ansietas menunjukkan bahwa terjadi penurunan ansietas setelah melakukan latihan tarik napas dalam dan hipnosis lima jari. Keberhasilan intevensi tersebut sesuai dengan hasil penelitian-penelitian dan teori yang didapatkan penulis. Namun, saat nyeri yang merupakan sumber stresor klien muncul maka ansietas pun dirasakan kembali oleh klien.
5.2 Saran 5.2.1 Aplikasi Keperawatan Penulis menyarankan agar perawat selalu mempraktekkan teknik relaksasi nafas, distraksi, hipnosis 5 jari, dan spiritual untuk menangani ansietas yang muncul pada klien dengan TB paru selama berada di ruang perawatan umum khususnya di 35 Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
36
Ruang Bisma RS Marzoeki Mahdi. Hal ini bertujuan untuk menunjang pemulihan klien secara menyeluruh dengan menurunkan tingkat ansietas yang dialami klien karena TB Paru. Diharapkan dalam prakteknya perawat memperhatikan tahapan dan teknik-teknik yang benar agar intervensi yang diberikan dapat efektif menurunkan ansietas klien.
5.2.2 Keilmuan Keperawatan Bagi keilmuan keperawatan diharapkan mahasiswa yang masih pada tahap pendidikan akademik dapat memperluas teori dan konsep asuhan keperawatan pada klien yang mengalami ansietas khususnya pada penderita TB Paru. Hal tersebut dapat menjadi bekal mahasiswa dalam menjalani praktik di klinik dan menambah
kemampuan
mahasiswa
dalam
mempraktekkan
teknik-teknik
mengatasi ansietas. Harapannya, hasil belajar mahasiswa dapat bermanfaat untuk pemecahan masalah secara nyata, khususnya terkait masalah keperawatan psikososial ansietas.
5.2.3 Penelitian Keperawatan Penulis menyarankan agar penelitian karya illmiah selanjutnya diharapkan dapat lebih memaparkan keefektifan intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah psikososial ansietas khususnya pada klien yang mengalami TB paru sehingga dapat terlihat perbedaan kondisi klien secara mendalam sebelum dan setelah diberikan intervensi. Penelitian terkait pengembangan intervensi-intervensi baru untuk mengatasi masalah psikososial ansietas juga dapat dilakukan untuk kemajuan ilmu keperawatan jiwa di masa mendatang.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
37
DAFTAR PUSTAKA
Aamir, S., & Aisha. (2010). Co-morbid anxiety and depression among pulmonary tuberculosis patients. Journal of the College of Physicians and Surgeons Pakistan. Vol 20 No 10, 703-704. Amin, Z & Bahar, A. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2010). Laporan nasional riset kesehatan dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. (2012). Jabar dalam Angka 2012. Bandung: BPS Provinsi Jawa Barat. Badan Pusat Statistik. (2016). Persentase Penduduk Daerah Perkotaan. Diambil pada tanggal 18 Mei 2016 dari: https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1276 Bhatta, B. (2010). Analysis of Urban Growth and Sprawl from Remote Sensing Data.
Berlin:
Springer.
Dapat
diakses
di
http://www.springer.com/us/book/9783642052989 (Diakses pada tanggal 15/6/2015; 09.00) Bradshaw, D.H., Gary, W., Donaldson. et al. (2011). Individual differences in the effects of music engagements on responses to painful stimulation. The journal of pain, 12 (12), 1262. Brakel, W.H.V. (2005). Measuring health-related stigma-a literature review. Measuring health-related stigma vs2.doc : 1-27 Carpenito, L.I. (2009). Diagnosa Keperawatan: aplikasi pada praktik klinis. Jakarta: EGC Cramm, J.M., Finkenflugel, H.J., Moller, V. & Nieboer, A.P. (2010). TB Treatment initiation and adherence in a South African community influenced more by perceptions than by knowledge of tuberculosis. BMC Public Health, 10(72), p.5-7. DeLaune, Sue C. dan Ladner, Patricia K. (2002). Fundamentals of nursing: standards & practice. Second edition. USA: Delmar.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
38
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2008). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2007. Tidak dipublikasikan. Doenges, Marilynn E., Moorhouse, Mary F., & Murr, Alice C. (2010). Nursing care plans: guidelines for individualizing client care across the life span. USA: F. A. Davis. Efendi, Ferry & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Fathonah. (2014). Mencari Kebutuhan Pelatihan Kesehatan Perkotaan Ghofur, A & Purwoko, E. (2007). Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap perubahan tingkat kecemasan pada ibu persalinan kala 1 di Pondok Bersalin Ngudi saras Trikilan Kali Jambe Sragen. Jurnal Kesehatan Surya Medika. Yogyakarta Ginting. (2007). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya gangguan jiwa pada penderita Tuberkulosis Paru dewasa di RS Persahabatan (kualitatif). Jakarta Herdman, T.H., & Kamitsuru, S. [Eds]. (2014). NANDA international nursing diagnosis: Definition & classification, 2015-2017. Oxford: Willey Blackwell. Karnadihardja. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC Keliat, B.A., Wiyono, A.P., Susanti, H. (2007). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa: CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC. Kipp, A.M., Pungrassami, P., Nilmanat, K., Sengupta, S., Poole, C., Strauss, R.P., et al. (2011). Socio-demographic and AIDS-related factors associated with tuberculosis stigma in southern Thailand: a quantitative, cross-sectional study of stigma among patients with TB and healthy community members. BMC Public Health Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia.
(2009).
Pedoman
penanggulangan tuberkulosis (TB). Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan RI (2013). Riset kesehatan dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Kozier, B. Erb, G., Snyder, S., Berman, A. (2002). Kozier and Erb’s techniques in nursing. 5th Edition. New Jersey: Pearson Edition-Inc.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
39
Kunik, M.E., Roundy., Veazey., Souchek, J., Richardson, Wray, N.P., et al. (2005). Surprisingly high prevalence of anxiety and depression in chronic breathing disorders. 127 (1208) Lee, C.K., Y.H., Yin, J.J. (2011). Efectiveness of difference music playing advices for reducing preoperative anxiety: a clinical control study. PlosS One, 2013; 8 (8): e70156. Moeini, M., Taleghani, F., Mehrabi, T., Musarezaie, A. (2014). Effect of a spiritual care program on levels of anxiety in patients wit leukimia. Iranian journal of nursing and midwifery research. 19 (1): 88-93 Maimunah, A., & Retnowati, S. (2011). Pengaruh pelatihan relaksasi dengan dzikir untuk mengatasi kecemasan ibu hamil pertama. PSIKOISLAMIKA, 8(1), 1-22. Maliya, A., Anita. (2011). The effect of hypnosis therapy toward insomnia of elderly at posyandu of Karang Village kecamatan Baki of Sukoharjo. Tesis. Tidak diterbitkan. FKIK Unsoed. Mallapiang. (2003). Keperawatan jiwa. Jakarta: EGC. McKay, M., & Fanning, P. (2006). Daily relaxer: relax your body, calm your mind, and refresh your spirit. Oackland: New Harbinger Mu’afiro, Adin, & Emilia, O., (2004). Pengaruh hypnosis lima jari terhadap penurunan kecemasan pasien kanker leher rahim di ruang kandugan RSU. Dr. Soetomo Surabaya. Tidak dipublikasikan Munir, S.M., Nawas, A., & Soetoyo, D. (2010). Pengamatan Pasien Tuberkulosis Paru dengan Multidrug Resistant (TB-MDR) di Poliklinik Paru RSUP Persahabatan. Jurnal Respirasi Indonesia. 30(2): 92-99. Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik. Jakarta: EGC. Price, Silvia A., & Wilson, Lorraine M. (2005). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC. Putri, S.W. (2013). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Pasien TB Paru dan Intestinal yang Mengalami Ansietas di Ruang Rawat Gayatri RS Dr. H. Mardzoeki Mahdi Bogor. Tidak dipublikasikan
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
40
Rusli., Wijaya, J. (2009). The Secret of Hypnosis. Jakarta Rusnoto. (2008). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Tb Paru Pada Usia Dewasa (Studi kasus di Balai Pencegahan Dan Pengobatan Penyakit Paru Pati). Jurnal Epidemiologi Sadock, B.J., & Sadock, V.A. (2007). Anxiety disorders. Kaplan’ & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry (10th ed.). New York: Lippincott Williams & Wilkins. Soelaeman, M.M. (2008). Ilmu sosial dasar. Bandung: PT. Refika Aditama. Smeltzer, B et all. (2010). Brunner’s and Suddarth Textbook of Medical – Surgical Nursing 12th Edition. Philadelphia: Lippincot William & Wilkins. Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2011). Smeltzer and Bare's textbook of medical surgical nursing (vol 1, ed. ke-2). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Stanhope, Marcia & Lancaster, Jeanette. (2014). Public Health Nursing: Population-centered health care in the community, revised reprint. 8th ed. Missouri: Elsevier Stuart, G. W. & Laraia, M. T. (2005). Principles and practice of psychiatric nursing. St. Louis: Elsevier Mosby. Stuart, G.W. (2009). Principles and practice of psychiatric nursing (9th ed). Missouri: Mosby Elsevier. Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta: EGC. Thorn, Paul. (2007). Overcoming tuberculosis: a handbook for patients. Switzerland: Stop TB Partnership. Tim Mahasiswa Spesialis Keperawatan Jiwa FIK UI. (2012). Standar asuhan keperawatan diagnosis fisik dan psikososial. Depok: FIK UI. Vicker, A., Zollman, C., Payne, D. K. (2012). Hypnosis and relaxation therapies. American journal of clinical hypnosis, 10 (71) 579. Videbeck, Sheila L. (2008). Psychiatric-mental health nursing. Fourth Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
41
Werdhani, Retno Asti. (2008). Patofisiologi, diagnosis, dan klasifikasi tuberkulosis. Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga FKUI. Wolitzky-Taylor, K. B. W., et al. (2010). Anxiety disorders in older adults: a comprehensive review. Wiley-Liss, Inc. Vol 27: 190-211. WHO. (2010). Global tuberkulosis report. France: WHO WHO. (2014). Tuberculosis. Diambil pada tanggal 18 Mei 2016 dari http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs104/en/
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
Lampiran 1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA MASALAH PSIKOSOSIAL
INFORMASI UMUM Inisial klien
: Bapak I
Usia
: 51 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Suku
: Sunda
Bahasa dominan
: Bahasa Indonesia
Status perkawinan
: Menikah
Alamat
: Semplak Pilar 11 RT 002/ RW 003 Semplak - Bogor
Tanggal masuk
: 06-05-2016
Tanggal pengkajian
: 06-05-2016
Ruang rawat
: Ruang Bisma
Nomor rekam medik : 0-25-42-01 Diagnosa medis
: TB Paru, ISK
Riwayat alergi
: Tidak ada
Diet`
: Tidak ada diet khusus
KELUHAN UTAMA Klien mengeluh demam, berkeringat dingin, nyeri pada bagian saluran kencing terutama saat ingin berkemih dan tiak sedang beraktivitas.
PENAMPILAN UMUM DAN PERILAKU MOTOR Fisik Berat badan
: 58 kg
Tinggi badan : 166 cm Tanda-tanda vital : TD 110/80 mmHg ; P 20 x/m; Nd 85 x/m; T 38oC Riwayat pengobatan fisik: Sebelumnya klien pernah berobat ke RS PMI dengan ISK Hasil pemeriksaan laboratorium/ visum/ dll:
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
Hasil Laboratorium tanggal 06-05-2016 -
LED 1 jam
: > 150 mm
(N: 0-20)
-
Hemoglobin : 9,6 g/dl
(N: 14-16)
-
Leukosit
: 19.730 /mm3
(N: 4000-10.000)
-
Hematokrit
: 29%
(N: 40-50)
-
SGOT
: 28 U/l
(N: <42)
-
SGPT
: 31 U/l
(N: <47)
-
Ureum
: 15,3 mg/dl
(N: 10-50)
-
Creatinin
: 1,53 mg/dl
(N: 0,7-1,4)
-
Glukosa sewaktu: 256 mg/dl
(N: <140)
Hasil USG Abdomen bawah Kesan: Residu urin post void (+), USG kedua ginjal dan prostat tidak tampak kelainan. Hasil Radiologi Foto Thorax Kesan: menunjukkan gambaran TB Paru Hasil BTA Kesan: Positif (+)
Masalah Keperawatan: Nyeri akut, Hipertermi
Tingkat Ansietas Tingkat ansietas (lingkari tingkat ansietas dan chek list perilaku yang ditampilkan) Ringan
Sedang PERILAKU
Berat
Panik PERILAKU
Tenang
Menarik diri
Ramah
Bingung
Pasif
Disorientasi √
Waspada Merasa membenarkan lingkungan
Hiperventilasi √
Kooperatif Gangguan perhatian Gelisah
Ketakutan
Halusinasi/ delusi Depersonalisasi
√
Obsesi
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
Sulit berkonsentrasi
Kompulsi
Waspada berlebihan
Keluhan somatik
Tremor
Hiperaktivitas
Bicara cepat
Lainnya:
Masalah Keperawatan: Ansietas sedang KELUARGA Genogram X
X
I
R
51 th
50 th A
11th
S
16 th
Tipe keluarga nuclear family
diad family
extended family
single parent family
Pengambilan keputusan kepala keluarga
istri
orang tua
bersama-sama
Hubungan klien dengan kepala keluarga kepala keluarga
istri
orang tua
anak
lain-lain, sebutkan: Kebiasaan yang dilakukan bersama keluarga Jelaskan: klien sering mengajak puteri-puterinya berlibur bersama di hari libur Kegiatan yang dilakukan keluarga dalam masyarakat Jelaskan: sesekali saja klien mengikuti kegiatan di lingkungan rumahnya karena alasan bekerja dan memiliki banyak kegiatan di luar di rumah
Masalah Keperawatan: -
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
RIWAYAT SOSIAL Pola sosial Teman/ orang terdekat: Klien memiliki beberapa teman dekat di sekolah tempat klien bekerja untuk berbagi Peran serta dalam kelompok: Klien bekerja sebagai guru di sekolah, peran klien sangat dibutuhkan karena sering memberikan masukan dan saran bagi siswa maupun teman-teman sesama guru yang lain Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Tidak ada hambatan yang bermasalah dalam berhubungan dengan orang lain
Obat-obatan yang dikonsumsi Adakah obat herbal/ obat lain yang dikonsumsi diluar resep Tidak ada Obat-obatan yang dikonsumsi klien saat ini - Paracetamol - Rimstar - Meropenem Apakah klien menggunakan obat-obatan dan alkohol untuk mengatasi masalahnya Tidak pernah
Masalah Keperawatan: -
STATUS MENTAL DAN EMOSI Penampilan 1. Cacat fisik ada, jelaskan tidak ada, jelaskan: klien tidak pernah mengalami cacat fisik sejak lahir 2. Kontak mata ada, jelaskan: saat berinteraksi klien menatap lawan bicara tidak ada, jelaskan
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
3. Pakaian: penggunaan rapih sesuai 4. Perawatan diri: baik, bersih Masalah Keperawatan: -
Laku Tingkah Laku Resah
Jelaskan
√
ekspresi tubuh gelisah
√
tegang, mata membuka lebar pada saat berbicara
Agitasi Letargi Sikap Ekspresi wajah Lain-lain
Masalah Keperawatan: Ansietas sedang
Pola komunikasi
POLA KOMUNIKASI
POLA KOMUNIKASI
Jelas
√
Aphasia
Koheren
√
Perseverasi
Bicara kotor
Rumination
Inkoheren
Tangensial
Neologisme
Banyak bicara/ dominan
Asosiasi longgar
Bicara lambat
Flight of ideas
Sukar berbicara:
√
Lainnya:
Masalah Keperawatan: Ansietas sedang
Mood dan Afek PERILAKU
JELASKAN
√
Klien tampak sedih dengan kondisi penyakit
Senang Sedih
yang diseritanya Patah hati Putus asa
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
Gembira Euporia Curiga Lesu Marah/ Bermusuhan Lain-lain:
Masalah Keperawatan: -
Proses Pikir
PERILAKU Jelas
√
Logis
√
Mudah diikuti
√
Relevan
√
Bingung Bloking Delusi Arus cepat Asosiasi lambat Curiga Memori jangka pendek
Hilang
Utuh
√
Memori jangka panjang
Hilang
Utuh
√
Masalah Keperawatan: -
Persepsi PERILAKU
JELASKAN
Jelaskan
Halusinasi Ilusi Depersonalisasi Derealisasi
Halusinasi Pendengaran Penglihatan
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
Perabaan Pengecapan Penghidu Lain-lain:
Masalah Keperawatan: -
Kognitif 1.
Orientasi realita Waktu
: baik, tidak ada masalah
Tempat
: baik, tidak ada masalah
Orang
: baik, tidak ada masalah
Situasi
: baik, tidak ada masalah
2. Memori Gangguan
Jelaskan
Jelaskan
gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka pendek gangguan daya ingat saat ini
paramnesia, sebutkan
hipermnesia, sebutkan
amnesia, sebutkan
3. Tingkat konsentrasi dan berhitung Tingkatan mudah beralih
tidak mampu berkonsentrasi
tidak mampu berhitung sederhana
Masalah Keperawatan: -
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
IDE-IDE BUNUH DIRI Ide-ide merusak diri sendiri/ orang lain Ya
Tidak
Masalah Keperawatan: V. KULTURAL DAN SPIRITUAL Agama yang dianut 1. Bagaimana kebutuhan klien terhadap spiritual dan pelaksanaannya? Klien beragam Islam, dan selalu menjalankan ibadah sholat dan mengaji baik di rumah maupun di rumah sakit. Klien juga tetap melaksanakan zikir, dan sholat 5 waktu walau di atas tempat tidur dengan berbaring atau duduk 2. Apakah klien mengalami gangguan dalam menjalankan kegiatan spiritualnya setelah mengalami kekerasan atau penganiayaan? Tidak pernah 3. Adakah pengaruh spiritual terhadap koping individu? Klien merasa lebih tenang, dan lebih dekat dengan Tuhan setelah melaksanakan ibadah
Budaya yang diikuti Apakah ada budaya klien yang mempengaruhi terjadinya masalah? Tidak ada
Tingkat perkembangan saat ini Klien berada pada tingkat perkembangan dewasa tengah.
Masalah Keperawatan: -
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
Lampiran 2 ANALISA DATA
Inisial klien/ Usia: Bapak I/ 51 tahun No 1
Data Hasil Pengkajian Data Subjektif: Klien mengatakan bahwa: - Nyeri pada perut bagian bawah dan pada saluran kencingnya p= nyeri timbul walaupun saat sedang tidak bergerak q= nyeri seperti diremas dan berdenyut r= rasa nyeri menjalar sampai ke pinggang s= skala nyeri 6 t= nyeri menetap serta terus menerus
Masalah Keperawatan Nyeri Akut
Data Objektif: - tampak gelisah - keluar keringat berlebih - meringis menahan nyeri sambil memegang area perut bawah 2
3
Data Subjktif: Klien mengatakan bahwa: - demam terus menerus terutama dirasakan sore menjelang malam hari - sering keluar keringat dingin di malam hari sehingga mengganggu waktu tidurnya Data Objektif: - Suhu 38oC - Keringat berlebih Data Subjktif: Klien mengatakan bahwa: - batuk terus menerus disertai dahak berwarna putih selama lebih dari sebulan SMRS - dahak keluar terutama setelah minum air hangat - selama ini tidak meminum obat apapun untuk mengatasi batuknya - mengenali tanda dan gejala yang sama seperti yang terjadi sebelumnya pada Isterinya yaitu berupa batukbatuk yang tidak kunjung sembuh selama 3 minggu, namun tidak dapat mengenali tanda dan gejala lain terkait penyakit paru
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
Hipertermi
Bersihan jalan nafas tidak efektif.
- tidak ada penurunan nafsu makan - saat ini batuk sudah mulai berkurang hanya sesekali saja muncul.
4
Data Objektif: - hasil pemeriksaan fisik dada tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak tampak penggunaan otot bantu pernapasan - hasil auskultasi terdengar suara ronchi di lapang paru sinistra - hasil TTV: TD 110/80 mmHg, Nadi 100 x/m, RR 22 x/m, Suhu 38oC. - hasil radiologi Foto Thorax menunjukkan gambaran TB Paru - hasil BTA (+) - klien mampu menilai penyakitnya seperti yang sudah terjadi pada isterinya, namun tidak dapat mengidentifikasi dengan jelas tanda dan gejalanya. Data Subjektif: Klien mengatakan bahwa: - tidak bisa tidur - khawatir dengan kondisi penyakitnya - khawatir karena banyak gejala lain yang menyertainya - khawatir dengan hasil rontgen parunya parah atau tidak - banyak yang dipikirkan semenjak di rumah sakit, seperti: memikirkan nasib siswa-siswanya yang akan mendaftar ke Perguruan Tinggi Negeri dan memikirkan anakanaknya di rumah karena tidak ada yang mengurusi Data Objektif: - ekspresi wajah tampak sedih - tampak banyak bicara dan lebih dominan - tampak gelisah - keluar keringat berlebih - kontak mata kurang
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
Ansietas Sedang
Lampiran 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Inisial Klien/ Usia: Bapak I/ 51 tahun Diagnosa Keperawatan Domain 11: Keamanan/ Proteksi Kelas 6: Termoregulasi
Kriteria Hasil (NOC) Domain II: Kesehatan fisiologikal
Intervensi (NIC) Domain 1: Fisiologikal: Kompleks
Kelas I: Regulasi metabolik
Kelas M: Termoregulasi
Hasil: 0800-Termoregulasi Indikator: Diagnosa: 080009-Merinding saat demam (tidak ada) 00007-Hipertermia 080010-Berkeringat ketika panas (tidak ada) Definisi: 080011-Menggigil ketika dingin (tidak ada) Peningkatan suhu tubuh di atas rentang 080017-Frekuensi jantung apikal (adekuat) normal 080012-Frekuensi nadi radial (adekuat, normal: 60-120 kali/ menit) 080012-Frekuensi pernapasan (normal: 1220 kali/ menit) 080015-Melaporkan kenyamanan suhu tubuh 080001-Penurunan suhu kulit 080003-Sakit kepala (tidak ada) 080007-Perubahan warna kulit (tidak ada) 080014-Dehidrasi (tidak ada)
Intervensi: 3786-Tindakan hipertermia 1) Pantau hidrasi. 2) Pantau aktivitas kejang, jika ada. 3) Pantau suhu minimal setiap dua jam. 4) Pantau warna kulit dan suhu. 5) Monitor tanda-tanda vital. 6) Beri oksigen, jika perlu. 7) Anjurkan klien tirah baring. 8) Pindahkan klien dari sumber panas ke lingkungan yang lebih dingin. 9) Buka pakaian atau gunakan pakaian yang tipis. 10) Motivasi minum sedikitnya 2 liter per hari. 11) Berikan akses cairan melalui infus intravena. 12) Monitor penurunan kesadaran.
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
Domain 12: Kenyamanan Kelas 1: Kenyamanan fisik Diagnosa: 00132-Nyeri akut Definisi: Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dengan istilah seperti awitan tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan
13) Cek nilai laboratorium meliputi elektrolit, urinalisis, enzim jantung, enzim hati, darah lengkap. 14) Ajarkan cara mengukur suhu yang tepat. 15) Ajarkan cara mencegah atau meminimalkan peningkatan suhu tubuh. 16) Gunakan waslap dingin di aksila, kening, tengkuk, dan lipat paha. 17) Melaporkan tanda gejala dini hipertermia. 18) Kolaborasi berikan antipiretik, jika perlu. Domain IV: Pengetahuan kesehatan & Domain 1: Fisiologi: Dasar perilaku Kelas E: Promosi kenyamanan fisik Kelas Q: Perilaku kesehatan Intervensi: Hasil: 1400-Manajemen nyeri 1) Lakukan pengkajian nyeri yang 1605-Pengendalian nyeri Indikator: komprehensif meliputi lokasi, 160502-Mengetahui penyebab munculnya karakteristik, awitan dan durasi, nyeri frekuensi, kualitas, intensitas atau 160503-Menggunakan tindakan pencegahan keparahan nyeri, dan faktor 160504-Menggunakan teknik non presipitasinya. farmakologi 2) Observasi isyarat non verbal 160513-Melaporkan perubahan gejala nyeri ketidaknyamanan. kepada petugas kesehatan 3) Identifikasi pengetahuan klien mengenai 160507-Melaporkan gejala nyeri yang tak nyeri dan kepercayaannya terhadap nyeri
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
durasinya kurang dari enam bulan.
terkendali kepada petugas kesehatan 160511-Melaporkan nyeri terkendali 2102-Tingkat nyeri Indikator: 210201-Melaporkan bila mengalami nyeri 210221-Melindungi area nyeri 210206-Ekspresi wajah nyeri 210208-Gangguan istirahat 210225-Diaforesis 210219-Fokus menyempit 210215-Nafsu makan berkurang 210227-Mual 210223-Iritabilitas 210206-Merintih dan menangis
4) Identifikasi pengaruh budaya klien dalam merespon nyeri. 5) Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup (misalnya tidur, nafsu makan, aktivitas, kognitif, mood, hubungan sosial). 6) Diskusikan bersama klien faktor yang dapat memperburuk nyeri. 7) Fasilitasi informasi tentang nyeri, seperti penyebab, durasi, dan antisipasi. 8) Kontrol lingkungan yang dapat menimbulkan nyeri (misalnya suhu ruangan, pencahayaan, suara bising). 9) Kurangi faktor yang dapat menimbulkan atau meningkatkan nyeri (misalnya ketakutan, kelelahan, defisit pengetahuan). 10) Pilih dan terapkan tindakan pengurangan nyeri dengan farmakologi maupun nonfarmakologi. 11) Ajarkan prinsip manajemen nyeri. 12) Ajarkan teknik nonfarmakologi (seperti hipnosis, relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi musik, distraksi, kompres hangat/ dingin, masase). 13) Monitor manajemen nyeri klien sesuai dengan interval yang telah ditentukan.
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
Domain 9: Ansietas Kelas 2: Respon koping Diagnosa: 00146-Ansietas Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonom (sumber seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Perasaan ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi dan memampukan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
Domain III: Kesehatan psikososial
Domain 3: Perilaku
Kelas M: Kesejahteraan psikologikal
Kelas T: psikologikal
Hasil 1211-Level ansietas Indikator: 121101-Kelelahan 121103-Tremor 121104-Distres 121106-Ketegangan otot 121107-Wajah tegang 121108-Mudah marah 121112-Kesulitan konsentrasi 121113-Kesulitan belajar 121117-Ungkapan verbal cemas 121119-Kenaikan tekanan darah 121120-Kenaikan frekuensi nadi 121121-Kenaikan frekuensi pernapasan 121122-Dilatasi pupil 121123-Berkeringat 121124-Pusing 121126-Penurunan produktivitas 121129-Gangguan tidur 121130-Perubahan pola eliminasi 121131-Perubahan pola makan
Promosi
kenyamanan
Intervensi 5820-Penurunan ansietas 1) Membina hubungan saling percaya dengan klien. 2) Komunikasi terapeutik dengan klien. 3) Jelaskan semua prosedur, meliputi sensasi ketika prosedur berlangsung. 4) Identifikasi pengetahuan dan persepsi klien terhadap situasi yang membuat stres 5) Fasilitasi informasi mengenai diagnosis, tindakan, dan prognosis. 6) Anjurkan keluarga menemani klien. 7) Mendengarkan secara aktif. 8) Identifikasi perubahan level ansietas klien. 9) Bantu klien mengidentifikasi situasi yang dapat menyebabkan cemas. 10) Instruksikan klien menggunakan teknik relaksasi. 11) Kaji tanda ansietas baik secara verbal
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
Kelas O: Pengendalian diri Hasil: 1402-Pengendalian diri: Ansietas Indikator: 140201-Monitor intensitas ansietas 140202-Kurangi penyebab ansietas 140203-Kurangi lingkungan yang menimbulkan ansietas 140204-Mancari informasi untuk mengurangi ansietas 140205-Merencanakan strategi koping saat situasi penuh stres 140206-Menggunakan strategi koping yang efektif 140207-Menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi ansietas 140211-Monitor hubungan sosial 140212-Monitor tingkat konsentrasi 140215-Monitor gejala fisik ansietas 140216-Monitor gejala perilaku ansietas 140217-Kendalikan respon ansietas
maupun nonverbal. 5900-Distraksi 1) Fasilitasi klien untuk memilih teknik distraksi sesuai keinginannya (misalnya musik, humor, berbicara dengan orang lain). 2) Identifikasi daftar kegiatan yang disukai klien. 3) Anjurkan klien berlatih teknik distraksi. 4) Anjurkan keluarga berpartisipasi dalam memfasilitasi teknik distraksi untuk klien. 5920-Hipnosis 1) Diskusikan tujuan hipnosis bersama klien. 2) Klarifikasi mitos dan kesalahpahaman mengenai hipnosis. 3) Siapkan lingkungan yang tenang dan nyaman. 4) Cari posisi yang nyaman. 5) Berikan sedikit sugesti positif. 6) Gunakan suara yang lembut, berirama,
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
dan suara tidak keras saat induksi hipnosis kepada klien. 7) Anjurkan klien menutup mata dan melakukan relaksasi napas dalam. 8) Anjurkan klien menyentuh ibu jari dengan jari telunjuk, bayangkan saat sedang sehat. 9) Anjurkan klien menyentuh ibu jari dengan jari tengah, bayangkan ketika mendapat hadiah atau barang yang disukai. 10) Anjurkan klien menyentuh ibu jari dengan jari manis, bayangkan berada di tempat yang indah. 11) Anjurkan klien menyentuh ibu jari dengan kelingking, bayangkan saat mendapat penghargaan. 12) Berikan reinforcement positif kepada klien. 13) Anjurkan berlatih dan menggunakan teknik hipnosis ketika merasa cemas/ nyeri. 6040-Terapi relaksasi
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
1) Jelaskan rasional/ tujuan relaksasi, keterbatasan, dan jenis relaksasi (misal musik, meditasi, relaksasi napas dalam). 2) Ciptakan lingkungan yang tenang dengan pencahayaan sedikit redup dan suhu ruangan yang nyaman. 3) Anjurkan klien mencari posisi yang nyaman dengan tidak menggunakan pakainan yang ketat dan mata dipejamkan. 4) Fasilitasi intervensi teknik relaksasi (misal napas dalam dengan menghirup udara ke hidung tahan 2 detik, keluarkan perlahan melalui mulut selama 4 detik, diulangi sampai merasa nyaman). 5) Gunakan suara yang lembut, berirama, tidak terlalu keras. 6) Minta klien meredemonstrasikan teknik relaksasi. 7) Anjurkan klien melatih teknik relaksasi.
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
Lampiran 4 EVALUASI ANSIETAS
Inisial Klien/ Usia: Bapak I/ 51 tahun Tingkat Ansietas Ringan
Sedang
Tanda dan Gejala 06 Kognitif □ Cepat berespon terhadap stimulus □ Motivasi belajar tinggi □ Pikiran logis □ Orientasi baik Afektif □ Ideal diri tinggi □ Penguasaan diri tergesa-gesa Fisiologis □ Tekanan darah, nadi, frekuensi napas tidak ada perubahan □ Otot rileks □ Nafsu makan baik □ Pola tidur teratur □ Pola eliminasi teratur □ Tidak ada keluhan pada kulit □ Saliva normal Perilaku □ Komunikasi koheren □ Kreatif Sosial □ Memerlukan orang lain Kognitif □ Fokus pada hal yang penting □ Perlu arahan □ Perhatian menurun □ Ingatan menurun Afektif □ Tidak percaya diri □ Tidak sabar Fisiologis □ Tekanan darah meningkat □ Nadi dan frekuensi nafas meningkat □ Wajah tampak tegang □ Pola makan meningkat atau Menurun
Tanggal 09 10
07
11
12
√
√
√
√
√
-
-
-
-
-
-
-
√
-
√
-
-
-
-
-
-
-
-
-
√
-
√
-
-
-
-
-
-
-
-
-
√ √
√ -
√ -
-
√ -
-
-
-
√ -
-
-
-
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
Berat
Panik
□ Sulit mengawali tidur □ Frekuensi BAK dan BAB Meningkat □ Berkeringat, akral dingin dan pucat □ Mulut kering Perilaku □ Gerakan mulai tidak terarah □ Komunikasi inkoheren □ Produktivitas menurun Sosial □ Memerlukan orang lain Kognitif □ Fokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik □ Perlu banyak arahan □ Egosentris □ Pelupa Afektif □ Merasa bersalah □ Bingung Fisiologis □ Tekanan darah meningkat □ Nadi dan frekuensi nafas meningkat □ Rahang menegang, menggertakkan gigi □ Hilang nafsu makan □ Tidur sering terjaga □ Frekuensi BAK dan BAB meningkat □ Keringat berlebihan □ Mulut kering Perilaku □ Agitasi □ Bicara cepat □ Produktivitas menurun Sosial □ Interaksi sosial berkurang Kognitif □ Fokus perhatian terpecah □ Tidak bisa berpikir □ Halusinasi, waham, ilusi □ Disorientasi waktu, tempat dan orang
√ √
√ -
√ -
√ -
√ -
-
-
-
-
-
-
-
√
√
√
√
√
-
-
-
-
-
-
-
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
Afektif □ Putus asa □ Lepas kendali Fisiologis □ Tekanan darah meningkat kemudian menurun □ Nadi cepat kemudian lambat □ Pola napas cepat dan dangkal □ Wajah menyeringai, mulut ternganga □ Mual atau muntah □ Insomnia, mimpi buruk □ Retensi urin dan konstipasi □ Keringat berlebihan, kulit terasa panas dan dingin □ Mulut kering sekali Perilaku □ Aktivitas motorik kasar meningkat □ Komunikasi inkoheren □ Tidak produktif Sosial □ Menarik diri
Keterangan: Sebelum intervensi Sesudah intervensi
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
Lampiran 5
CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN
Inisial Klien/ Usia: Bapak I/ 51 tahun Implementasi
Evaluasi
Hari/Tanggal: Jumat, 06-05-2016
S: lebih tenang setelah melakukan
Data:
teknik relaksasi nafas dalam; lebih
a1 : “nyeri pada perut bagian bawah dan pada saluran mudah
mengeluarkan
dahak
kencingnya; nyeri timbul walau sedang tidak dengan batuk efektif; nyeri jadi bergerak; seperti diremas, dan berdenyut; rasa nyeri berkurang skala 5; pikiran juga menjalar sampai ke pinggang; skala nyeri 6; nyeri tidak terlalu berat lagi; badan menetap terus menerus; ekspresi wajah tegang; masih terasa panas sesekali meringis kesakitan; menjaga area nyeri
O: klien mampu mengungkapkan
b1 : belum mampu mengatasi nyeri
perasaan cemas yang dialaminya; klien mampu melakukan teknik
a2 : “mengeluh takut dengan keluhan yang sedang relaksasi
nafas
dalam;
klien
dialami; sering kepikiran terus sampai tidak bisa mampu melakukan batuk efektif; tidur; ingat anak-anak di rumah tidak ada yang ekspresi wajah tenang; S 37,8 oC mengurusi; ingat siswa-siswa di sekolah yang akan lainnya dalam batas normal masuk ke PTN; ekspresi gelisah
A:
b2 : belum mampu mengenal ansietas, belum mampu
1. Nyeri akut belum teratasi
mengatasi ansietas yang dirasakan
2. Ansietas
sedang
teratasi
sebagian a3 : “demam semalan; basah keringat dingin; S 38 C
3. Hipertemi belum teratasi
b3 : belum diberikan penurun demam
4. Bersihan jalan nafas tidak
o
efektif teratasi sebagian a4 : “sesekali batuk mengeluarkan dahak berwarna
P: melatih teknik relaksasi nafas
putih tetapi tidak kental, yang dirasa hanya gatal saja
dalam ketika nyeri dan cemas
saat akan dikeluarkan”
muncul serta batuk efektif jika
b4 : belum mampu melakukan batuk efektif
terasa banyak dahak
Diagnosa Keperawatan: 1. Nyeri akut
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
2. Ansietas sedang 3. Hipertermi 4. Bersihan jalan nafas tidak efektif Tindakan: 1. Memperkenalkan diri dan membina hubungan saling percaya 2. Memposisikan klien dalam kondisi nyaman 3. Mengkaji ansietas 4. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam 5. Mengukur suhu 6. Memberikan obat penurun demam 7. Mengajarkan cara batuk efektif RTL: 1. Evaluasi skala nyeri 2. Berikan analgesik jika nyeri meningkat 3. Evaluasi teknik relaksasi nafas dalam 4. Ajarkan teknik distraksi 5. Observasi suhu bila S > 38oC berikan PCT drip, bila S < 38oC berikan kompres hangat 6. Evaluasi batuk efektif 7. Anjurkan minum air hangat Hari/Tanggal: Sabtu, 07-05-2016
S: sudah mencoba teknik relaksasi
Data
nafas dalam dan terasa lebih enak;
a1 : “masih terasa nyeri pada perut bagian bawah dan nyeri
masih
terasa
namun
pada saluran kencingnya; nyeri timbul walau sedang sekarang hilang timbul; kegiatan tidak bergerak; seperti diremas, dan berdenyut; rasa yang ingin dilakukan menonton nyeri menjalar sampai ke pinggang; skala nyeri 5; TV
dan
mengobrol;
akan
nyeri menetap terus menerus; ekspresi wajah tegang; mencoba di kompres hangat bila sesekali meringis kesakitan; menjaga area nyeri
demam lagi
b1 : sudah mampu mengatasi nyeri dengan teknik O: relaksasi nafas dalam
kliem
mampu
melakukan
teknik relaksasi nafas dalam; klien mampu
menyebutkan
teknik
a2 : “masih mengeluh takut dengan keluhan yang distraksi yang dapat dilakukan; S: sedang dialami; takut dengan hasil rontgen parunya;
S 37oC
b2 : sudah mampu mengenal ansietas, sudah mampu A:
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
mengatasi ansietas dengan teknik relaksasi nafas
1. Nyeri akut teratasi sebagian
dalam
2. Ansietas
sedang
teratasi
sebagian a3 : “masih demam semalan; keluar keringat dingin o
3. Hipertemi teratasi sebagian
terus; S 37,5 C
P: melatih teknik relaksasi nafas
b3 : sudah diberikan penurun demam
dalam, melakukan teknik distraksi jika
ada pikiran-pikiran yang
mengganggu
Diagnosa Keperawatan: 1. Nyeri akut 2. Ansietas sedang 3. Hipertermi Tindakan: 1. Mengevaluasi teknik relaksasi nafas dalam 2. Mengajarkan teknik distraksi 3. Menganjurkan
untuk
melakukan
kompres
hangat RTL: 1. Evaluasi skala nyeri 2. Berikan analgesik jika nyeri meningkat 3. Evaluasi teknik relaksasi nafas dalam dan distraksi 4. Anjurkan melakukan kegiatan spiritual 5. Observasi suhu bila S > 38oC berikan PCT drip, bila S < 38oC berikan kompres hangat Hari/Tanggal: Senin, 09-05-2016
S: nyeri berkurang dengan teknik
Data
relaksasi nafas dalam; pikiran
a1 : “nyeri sudah mulai berkurang; sudah tidak terlalu yang mengganggu bisa dialihkan mengganggu aktivitas; skala nyeri 3
dengan menonton; menjadi lebih
b1 : sudah mampu mengatasi nyeri dengan teknik tenang jika sudah berzikir dan relaksasi nafas dalam
sholat 5 waktu O: klien mampu menyebutkan
a2 : “masih merasa gelisah dan takut dengan hasil kegiatan
spiritual
rontgen parunya apakah parah atau tidak; ekspresi dilakukan
untuk
gelisah
yang
menenangkan
pikirannya; S 37,5oC
b2 : sudah mampu mengenal ansietas, sudah mampu A:
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
dapat
mengatasi ansietas dengan teknik relaksasi nafas
1. Nyeri akut teratasi sebagian
dalam dan distraksi
2. Ansietas
sedang
teratasi
sebagian a3 : “masih merasa demam; S 37,5 C
3. Hipertemi teratasi sebagian
b3 : sudah mampu melakukan kompres hangat
P: melatih teknik relaksasi nafas
o
dalam, melakukan teknik distraksi dan kegiatan spiritual jika ada
Diagnosa Keperawatan: 1. Nyeri akut
pikiran-pikiran yang mengganggu
2. Ansietas sedang 4. Hipertermi Tindakan: 1. Mengevaluasi teknik relaksasi nafas dalam dan distraksi 4. Menganjurkan melakukan kegiatan spiritual 5. Menganjurkan
untuk
melakukan
kompres
hangat bila masih demam RTL: 1. Evaluasi skala nyeri 2. Evaluasi teknik relaksasi nafas dalam, distraksi, dan melakukan kegiatan spiritual 3. Ajarkan hipnosis lima jari 4. Observasi suhu bila S > 38oC berikan PCT drip, bila S < 38oC berikan kompres hangat Hari/Tanggal: Selasa, 10-05-2016
S: klien merasa senang setelah
Data
melakukan hipnosis lima jari;
a1 : “nyeri sudah semakin berkurang; sudah tidak pikiran yang mengganggu jadi terlalu mengganggu aktivitas; sudah tidak terlalu hilang sejenak; nyeri juga sudah terasa jika berjalan-jalan; skala nyeri 3
tidak terasa saat ini
b1 : sudah mampu mengatasi nyeri dengan teknik O: relaksasi nafas dalam
klien
mampu
melakukan
hipnosis lima jari A:
a2 : “semakin gelisah jika tahu paru-paru saya
1. Nyeri akut sudah teratasi
bermasalah; ekspresi sedih
2. Ansietas
b2 : sudah mampu mengenal ansietas, sudah mampu mengatasi ansietas dengan teknik relaksasi nafas
sedang
teratasi
sebagian P: melatih hipnosis lima jari
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
dalam dan distraksi, dan spiritual
ketika
sebelum
tidur,
memasukkan ke dalam jadwal harian
Diagnosa Keperawatan: 1. Nyeri akut 2. Ansietas sedang Tindakan: 1. Mengevaluasi kegiatan spiritual 2. Mengajarkan hipnosis lima jari RTL: 1. Evaluasi skala nyeri 2. Evaluasi teknik relaksasi nafas dalam, distraksi, kegiatan spiritual, dan hipnosis lima jari 3. Ajarkan anggota keluarga mengatasi ansietas Hari/Tanggal: Rabu, 11-05-2016
S: semua cara bisa mengatasi
Data
ansietas yang dirasakan; rasanya
a : “semalam tidur nyenyak, sudah mampu mengatasi ada
perbedaan
menjadi
lebih
pikiran-pikiran yang mengganggu; ekspresi tenang
tenang dan rileks; keluarga akan
b : sudah mampu mengenal ansietas, sudah mampu
membantu
klien
mengatasi
mengatasi ansietas dengan teknik relaksasi nafas ansietas yang di alami\ dalam dan distraksi, spiritual dan hipnosis lima jari
O:
Diagnosa Keperawatan:
empat cara yang dilakukan untuk
Ansietas sedang
mengatasi
Tindakan:
memahami tentang ansietas yang
1. Mengevaluasi kemandirian klien melakukan di
Klien
mampu
ansietas;
alami
spiritual dan hipnosis lima jari 2. Mengajarkan
anggota
keluarga
keluarga
klien
seluruh tindakan mengatasi ansietas dengan mengungkapkan teknik relaksasi nafas dalam dan distraksi, membantu
melakukan
dan
kesediaannya
klien
mengatasi
ansietasnya mengatasi A: Ansietas sedang sudah teratasi
ansietas
P:
keluraga
membantu
mengatasi ansietasnya
RTL: 1. Evaluasi keluarga dalam membantu klien mengatasi ansietas 2. Berikan penkes tentang penyakit dan cara penanganan selama di rumah
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
klien
Hari/Tanggal: Kamis, 12-05-2016
S: selalu mencoba melakukan
Data
teknik yang sudah diajarkan; lebih
a : “sudah mampu mengatasi pikiran-pikiran yang ada
perbedaannya
jika
sudah
mengganggu; tetapi belum tahu bagaimana cara dilakukan yaitu lebih tenang mengatasi penyakitnya; ekspresi tenang
O:
Klien
b : sudah mampu mengenal ansietas, sudah mampu
empat cara yang dilakukan untuk
mengatasi ansietas dengan teknik relaksasi nafas mengatasi dalam dan distraksi, spiritual dan hipnosis lima jari
mampu
melakukan
ansietas;
klien
memahami penkes yang diberikan A: Ansietas sedang sudah teratasi
Diagnosa Keperawatan:
P: melakukan teknik mengatasi
Ansietas sedang
ansietas ketika sedang di rumah
Tindakan: 1. Mengevaluasi kemandirian klien melakukan seluruh tindakan mengatasi ansietas dengan teknik relaksasi nafas dalam dan distraksi, spiritual dan hipnosis lima jari 2. Memberikan penyakit
TB
pendidikan paru
dan
kesehatan
tentang
bagaimana
cara
pengobatannya di rumah
Intervensi selesai dilakukan
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016
Lampiran 6 DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Personal Nama
: Nurma Harlianti
Tempat, Tanggal Lahir
: Bogor, 17 Mei 1993
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Suku
: Sunda
Kewarganegaraan
: Indonesia
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Komplek TNI AU Blok C 19 No.4 RT 002/ RW 004 Atang Senjaya Bogor
Nomor Telepon
: +6281219404712
Email
:
[email protected]
B. Riwayat Pendidikan Formal Nama Sekolah
Tahun
Program Profesi Keperawatan, Fakultas Ilmu
2015-2016
Keperawatan Universitas Indonesia Program Sarjana Keperawatan, Fakultas Ilmu
2011-2015
Keperawatan Universitas Indonesia SMA Negeri 5 Bogor
2008-2011
SMP Negeri 4 Bogor
2005-2008
SD Negeri Semplak 2 Bogor
1999-2005
TK Tarbiyatunnissa Bogor
1997-1999
Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016