ENTREPRENEURSHIP MOTIVATION ON THE CHINESE ETHNIC Dewi Yulianti Undergraduate Program, Faculty of Psychology Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id
Key words: motivation, entrepreneurship, Ethnic Chinese
ABSTRACT Ethnic Chinese are the largest ethnic population in the world today, and traditionally a successful business owner in any hemisphere. Chinese businesses in Asia are estimated to reach 80 percent of companies, both in the scale of medium to large scale. Therefore, it is an interesting thing to see the motivation in entrepreneurship in ethnic Chinese. The purpose of this study was to find out what kind of motivation in entrepreneurship in ethnic Chinese and look at the factors that cause the emergence of motivation on the subject for entrepreneurship. The method used in this study is a qualitative method with case study approach to determine the motivation of ethnic Chinese entrepreneurship. Data collection techniques used were observation and interviews. The subject of this study was a male 33-year-old ethnic Chinese who live in Pondok Lightning, Depok. The results showed that the motivation of the subjects to be viewed from high entrepreneurship since the age of sixteen subjects have opened their own business. Subjects diligent and tenacious and work hard in every run jobs such as working part time with other people. The results of these works he collected to open a business. Also, the reason why the subject want to entrepreneurship because entrepreneurship subjects to meet the needs of his life and his family, because his income from entrepreneurship is larger and can meet the needs of working life compared to participate with others.
1
UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI
DEWI YULIANTI Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK
Jurnal Penelitian : MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA ETNIS TIONGHOA Disusun oleh :
Nama
: Dewi Yulianti
NPM
: 10505046
Jurusan
: Psikologi
Pembimbing : Wahyu Rahardjo S. Psi., M.Si.
DEPOK 2010
Etnis Tionghoa merupakan etnis dengan populasi terbesar di dunia saat ini, dan secara tradisional merupakan pemilik usaha yang berhasil di belahan bumi manapun. Bisnis usaha Tionghoa di Asia diperkirakan mencapai 80 persen perusahaan, baik yang berskala menengah sampai berskala besar. Oleh karena itu, adalah suatu hal yang menarik untuk melihat motivasi berwirausaha pada etnis Tionghoa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seperti apa motivasi berwirausaha pada etnis Tionghoa dan melihat faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya motivasi pada subjek untuk berwirausaha. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus untuk mengetahui motivasi pada etnis Tionghoa yang berwirausaha. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Subjek penelitian ini adalah seorang pria etnis Tionghoa berusia 33 tahun yang berdomisili di Pondok Petir, Depok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi subjek untuk berwirausaha tinggi dilihat dari sejak usia enam belas tahun subjek sudah membuka usaha sendiri. Subjek rajin dan ulet serta bekerja keras dalam setiap menjalankan pekerjaan seperti saat bekerja ikut dengan orang lain. Hasil dari bekerja tersebut ia kumpulkan untuk membuka usaha. Selain itu, alasan mengapa subjek ingin berwirusaha karena dengan berwirausaha subjek dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya, karena penghasilannya dari berwirausaha lebih besar dan dapat
2
mencukupi kebutuhan hidup dibandingkan bekerja ikut dengan orang lain. Kata kunci : Motivasi, Berwirausaha, Etnis Tionghoa
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah
Etnis Tionghoa atau etnis Cina yang berada di Indonesia memang merupakan suku bangsa perantau yang telah berabadabad lamanya berinteraksi dengan suku bangsa lain. Etnis Tionghoa bahkan telah hidup membaur baik dalam keseharian maupun dalam menjalankan aktivitas yang berhubungan Masyarakat
dengan
kebudayaannya.
Tionghoa
selalu
diidentifikasikan sebagai pedagang atau wirausahawan. Orang Tionghoa yang berada di Indonesia, sebenarnya tidak merupakan satu kelompok yang berasal dari satu daerah di negara Cina, tetapi terdiri dari beberapa suku bangsa yang berasal dari dua provinsi yaitu Fukien dan Kwangtung, yang sangat terpencar daerah-daerahnya. Setiap imigran Cina ke Indonesia membawa kebudayaan suku bangsanya sendiri-sendiri bersama dengan
perbedaan
bahasanya,
Hokkien, Teo-chiu, dan
yaitu
Hakka (Vasanty
dalam Koentjaraningrat, 2007). Para imigran Tionghoa yang terbesar di Indonesia mulai abad ke-16 sampai kirakira pertengahan abad ke-19, yaitu suku bangsa Hokkien yang berasal dari provinsi 3
Fukien
bagian
selatan.
Daerah
itu
merupakan daerah yang sangat penting dalam pertumbuhan perdagangan orangorang Cina ke seberang lautan. Kepandaian berwirausaha yang ada di dalam kebudayaan suku
bangsa
Hokkien
memang
telah
terendap berabad-abad lamanya dan masih tampak jelas pada orang Tionghoa di Indonesia, karena etnis tionghoa tersebut memiliki kemampuan dan keterampilan dalam hal berwirausaha (Vasanty dalam Koentjaraningrat, 2007).
kontribusi
kepada
wirausaha
Tionghoa
secara umum (Nasir, 2008). Wirausaha bersifat
Tionghoa
dinamis
sekaligus
cenderung pragmatis,
fleksibel dan pandai menempatkan diri serta ulet. Hal ini sangat membantu mereka bertahan dalam lingkungan bisnis yang kompetitif bahkan dalam kondisi yang bergejolak
sekalipun.
Etnis
Tionghoa
tersebut mampu dan mau melayani serta mengembangkan
efisiensi,
membina
hubungan dengan pelanggan dan serta
Etnis Tionghoa merupakan populasi
pemegang saham lainnya dengan tetap
terbesar di dunia saat ini, dan secara
menempatkan diri secara berhati-hati. Gaya
tradisional merupakan pemilik usaha yang
manajemen Tionghoa sangat menekankan
berhasil di belahan bumi manapun. Banyak
human relationship. Bahkan secara spesifik
sekali kajian yang dilakukan untuk menilai
hubungan
mengapa wirausaha Tionghoa memperoleh
didasarkan pada persahabatan, kesetiaan dan
sukses. Bisnis usaha Tionghoa di Asia
kepercayaan yang tinggi. Pada level usaha
diperkirakan
kecil, bisnis Tionghoa lebih didasarkan rasa
mencapai
80
persen
bisnis
saling
sampai berskala besar. Hampir setiap bidang
pemilik, dari pada kontrak kerja (Nasir,
usaha yang dimiliki individu dengan etnis
2008).
bahkan ada juga yang gagal dalam usaha tersebut, tetapi tidak banyak dibandingkan dengan usaha etnis Tionghoa yang berjalan baik dan sukses. Seorang wirausaha etnis Tionghoa tersebut memiliki karakteristik personal, gaya manajerial serta nilai-nilai sosial
dan
kultural
yang
memberikan
antara
pekerja
biasanya
perusahaan, baik yang berskala menengah
Tionghoa berjalan dengan baik dan sukses
percaya
Tionghoa
dengan
Fungsi orang Tionghoa dalam dunia perekonomian telah terasa berabad-abad yang lampau. Fungsi ini erat berhubungan dengan jati diri suatu wirausaha di bidang perekonomian. Warga etnis Tionghoa yang membuka usaha seperti bengkel, rumah makan dan pelayanan jasa lain serta 4
perusahaan
level
Keempat karakteristik dan nilai lebih ini
perusahaan yang sudah go international atau
adalah sifat pantang menyerah, berani
beranjak ke luar negeri yang dimiliki oleh
mengambil
seseorang dengan etnis Tionghoa tersebut
fleksibilitas
(Musianto, 2003).
sebagai
Etnis
besar
bahkan
Tionghoa
pada
sebagai
seorang
resiko, serta
lahan
kecepatan
kemampuan
mendidik
dan
keluarga
anak-anaknya
menjadi wirausaha (Liao, 2001).
wirausaha juga akan berperan sebagai
Berdasarkan fenomena di atas ada
pemimpin dalam usahanya, dan harus
banyak orang Tionghoa yang berkecimpung
memahami tentang motivasi yang dimana
dalam
motivasi adalah dorongan untuk berbuat
memiliki karakteristik yaitu motivasi positif
sesuatu di dalam memenuhi kebutuhan.
dan tinggi dalam bidang perdagangan atau
Keinginan pencapaian dalam memenuhi
wirausaha.
kebutuhan tersebut tergantung dari kekuatan
tersebut berlangsung terus dari generasi ke
motifnya. Motif dengan kekuatan yang besar
generasi. Oleh karena itu, peneliti tertarik
akan
untuk meneliti motivasi berwirausaha pada
menentukan
perilaku
individu
(Suryana, 2006)
B.
Tionghoa yang ada di Indonesia relatif lebih dalam
berwirausaha,
karena
umumnya mereka memiliki motivasi yang positif
dan
tinggi,
karakterisik
mengembangkan sikap serta perilaku bisnis tertentu yang merupakan kunci sukses mereka, yang pada dasarnya usaha mereka sangat
berwirausaha,
Kesuksesan
etnis
dengan
Tionghoa
etnis Tionghoa.
Menurut pengamatan, banyak orang
sukses
kegiatan
mendominasi
perekonomian
Indonesia pada hampir semua sektor bisnis (Wachyu, 2005). Secara umum wirausaha keturunan
Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan
dalam
penelitian
ini
adalah: 1.
Seperti apa
motivasi berwirausaha
pada wirausaha etnis Tionghoa? 2.
Faktor-Faktor apa yang menyebabkan wirausahawan
etnis
Tionghoa
bermotivasi untuk berwirausaha?
C.
Tujuan Penelitian
Penelitian mengetahui
ini seperti
bertujuan apa
untuk motivasi
Tionghoa memiliki empat karakteristik dan
berwirausaha pada wirausaha etnis Tionghoa
nilai lebih baik daripada wirausaha pribumi.
dan mengetahui faktor-faktor apa yang 5
menyebabkan motivasi berwirausaha pada
yang bisa dilakukan untuk mengatasi
wirausahawan etnis Tionghoa.
berbagai kesulitan yang muncul dalam
D.
berwirausaha
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat, yaitu : 1.
dan
menambah
informasi pada peneliti dalam hal berwirausaha.
Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi yang bermanfaat bagi pengembangan dan pengetahuan ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Industri dan Organisasi serta Psikologi Manajemen, selain itu juga dapat menjadi masukan yang berguna bagi penelitian lebih lanjut, terutama yang berkaitan
dengan
motivasi
berwirausaha. 2.
Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan
bagi
pembaca dan menambah informasiinformasi berwirausaha bagi etnis Tionghoa
tentang
berwirausaha.
Dengan
penelitian
dapat
ini
bagaimana demikian memberikan
arahan yang baik bagi etnis Tionghoa dalam menghadapi berbagai kesulitan berwirausaha
sehingga
dapat
membangkitkan
motivasi
mereka.
Selain itu juga masyarakat umum atau pembaca dapat mengetahui apa saja 6
efektif dan terintegrasi dengan
BAB II
segala
TINJAUAN PUSTAKA A. 1.
daya
upaya
untuk
mencapai kepuasan.
Motivasi Berwirausaha
Koontz (dalam Hasibuan,
Pengertian Motivasi Berwirausaha
2007)
a.
motivasi
Pengertian Motivasi Menurut Walgito (dalam
mengatakan mengacu
dorongan
dan
Basuki, 2008) motivasi berasal
memuaskan
dari kata dasar motif yang
suatu tujuan.
berarti bergerak. Motif diartikan
bahwa pada
usaha
untuk
kebutuhan
atau
Wayne (dalam Hasibuan,
sebagai kekuatan yang terdapat
2007)
dalam
yang
motivasi adalah suatu kekuatan
berbuat
yang dihasilkan dari keinginan
diri
organisme
mendorong (driving berdiri
untuk
force). sendiri,
Motif tetapi
tidak saling
berkaitan dengan faktor-faktor lain,
baik
faktor
eksternal
mengatakan
seseorang
untuk
lapar, haus dan bermasyarakat). Dari
beberapa
motivasi
yang
disimpulkan
tersebut
disebut
motif dengan
motivasi.
memuaskan
kebutuhannya (misalnya : rasa
maupun faktor internal. Hal-hal mempengaruhi
bahwa
adalah
di
definisi
atas bahwa
keadaan
dapat motivasi
dalam
diri
individu atau organisme yang
Motivasi digambarkan
dapat sebagai
tenaga
mendorong perilaku ke arah tujuan.
pendorong dalam diri individu yang memaksa mereka untuk bertindak (Kanuk, 2004).
b. Pengertian Berwirausaha Menurut
Alma
(2008),
Menurut Hasibuan (2007),
berwirausaha yang berarti suatu
motivasi adalah pemberian daya
kegiatan yang melihat adanya
penggerak
peluang kemudian menciptakan
yang
menciptakan
kegairahan kerja seseorang agar
sebuah
dapat
memanfaatkan peluang tersebut.
bekerjasama,
bekerja
organisasi
untuk
7
Menurut Tunggal (2009), berwirausaha
bisnis dengan melakukan suatu
adalah
menciptakan
sesuatu
kegiatan
yang
inovatif,
yang
antisipatif,
inisiatif,
serta
bernilai dengan mencurahkan
pengambil
risiko
dan
waktu
yang
berorientasi
laba
atau
diperlukan dengan menanggung
keuntungan.
dan
usaha
risiko keuangan, fisik dan sosial. Menurut Drucher (1996),
c.
berwirausaha adalah semangat, sikap,
perilaku,
seseorang usaha
Berdasarkan
menangani
mengarah
Motivasi
Berwirausaha
kemampuan
dalam
yang
Pengertian
pengertian-
pengertian dari motivasi dan
pada
berwirausaha dapat disimpulkan
upaya, mencari, menciptakan,
bahwa motivasi berwirausaha
menerapkan,
cara
adalah dorongan atau usaha dari
teknologi
produk
dan
kerja, baru
dalam
diri
individu
untuk
dengan meningkatkan efisiensi
menciptakan kegiatan dengan
dalam
melihat adanya peluang tersebut
rangka
memberikan
pelayanan yang lebih baik dan
dengan
memperoleh keuntungan yang
kegiatan
lebih besar.
antisipatif,
inisiatif,
dan
pengambil
risiko
serta
Hadipranata
(1999)
melakukan yang
suatu inovatif,
menyatakan bahwa berwirausaha
berorientasi kepada laba atau
adalah usaha pengambil risiko
keuntungan
yang diperlukan untuk mengatur dan
mengelola
bisnis
serta
2.
Proses Terbentuknya Motivasi
menerima keuntungan finansial maupun imbalan non materi. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berwirausaha adalah usaha untuk menciptakan
dan
Basuki
(2008)
membedakan
proses terbentuknya motivasi menjadi dua yaitu : a.
Proses Terbentuknya Motivasi Dasar
mengelola 8
Telah timbulnya
dikemukakan motif
bahwa
dipengaruhi
oleh
faktor internal dan eksternal. Faktor internal
dapat
dibedakan
menjadi
menghindari, mencegah atau mengatasi keadaan yang negatif. b.
Komplek
faktor fisik yaitu : kebutuhan makan,
Siklus
minum, dan faktor psikologis yaitu :
proses
aktualisasi diri. Faktor kebutuhan ini
dari
Dari faktor pemicu, timbul perilaku
siklus
yang
dasar sebenarnya dapat juga
mengejar atau mencapai sesuatu, seperti
dipicu oleh pikiran atau ingatan. Dengan
kompleks
Dalam hal ini tujuan membangun motivasi yang positif.
Sedangkan bila bersifat negatif seperti jika tujuannya adalah ingin menghindari atau menolak sesuatu, seperti bahaya, sakit, kesengsaraan, kegagalan, penderitaan, dan keadaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini tujuan membangun motivasi untuk
demikian
pembentukan
kesejahteraan, keberhasilan, dan keamanan.
untuk mengejar keadaan
faktor
proses pembentukan motivasi
Bersifat positif bila tujuannya adalah ingin
kesejukan,
yaitu
pemicu (driving state) pada
positif tetapi juga dapat bersifat negatif.
kesehatan,
motif
faktor kognitif, maka faktor
Tujuan yang dicapai bisa bersifat
kesegaran,
pembentukan
kognitif. Dengan berperannya
disebut dengan goal.
ketenangan,
proses
yang juga ikut berperan dalam
sehingga disebut instrumental behavior.
kebahagiaan,
memahami
dikaji lebih jauh faktor lain
merupakan alat untuk mencapai tujuan
kegembiraan,
pembentukan
motivasi dasar tersebut, perlu
untuk mencapai tujuan. Perilaku tersebut
atau
yang
motif secara lebih mendalam
state).
tujuan
dasar
motivasi. Untuk
merupakan faktor pemicu (driving
muncul
motivasi
dikemukakan di atas adalah
kebutuhan kasih sayang, harga diri,
Selanjutnya
Proses Terbentuknya Motivasi
proses
motif
menjadi
daripada
proses
pembentukan dasar di atas. Sebagai contoh, seorang wirausaha roti ingat akan kepuasan pada waktu diberikan penghargaan dari orang lain atas keberhasilan akan kualitas produk yang dihasilkan waktu mengikuti kompetisi uji kualitas produk. Ingatan ini menimbulkan kesadaran
akan
kemungkinan
untuk 9
mendapatkan penghargaan kembali dari
umumnya
orang lain saat mengikuti kompetisi. Kondisi
yang baik-baik.
ini disebut kesadaran akan potensi kepuasan yang akan diperoleh atau yang disebut
b.
produk
hukuman
yang
ataupun
dihasilkan tersebut dengan sebaik mungkin
termotivasi
dan suatu saat mengikuti lagi kompetisi tersebut.
Apabila
kompetisi
kompetisi
tersebut
berprestasi
memahami
yang
tersebut
yang
rendah.
Dengan
akan hukuman, tetapi untuk
motivasi
jangka waktu panjang dapat berakibat kurang baik.
Jenis-jenis Motivasi Menurut menyebutkan
Menurut
Hasibuan
(2007),
jenis-jenis
motivasi
(1998),
Motivasi Instrinsik Dorongan
Motivasi Positif (Insentif Positif)
untuk
melakukan
suatu perbuatan yang didorong
Memotivasi dengan memberikan
dari dalam individu, misalnya
hadiah kepada mereka ataupun
perbuatan yang disenangi.
diri sendiri yang termotivasi tersebut yang berprestasi baik.
Suryabrata
jenis-jenis motivasi antara lain: a.
yaitu: a.
sendiri
akan meningkat, karena takut
manusia. 3.
diri
mereka
dalam jangka waktu pendek
dalam proses pembentukan motif akan dalam
kepada
memotivasi negatif ini semangat
agar
mendapatkan kepuasan. Faktor kognitif
membantu
(Insentif
berprestasi kurang baik atau
tersebut
diadakan lagi, wirausaha tersebut akan mengikuti
Negatif
Memotivasi dengan memberikan
pada waktu yang lain akan berusaha untuk kualitas
menerima
Negatif)
dengan motive state. Wirausaha roti tersebut
mempertahankan
Motivasi
senang
b.
Motivasi Ekstrinsik
Dengan
motivasi
positif,
Perbuatan yang didorong dari
semangat
seseorang
individu
luar individu, misalnya orang tua
yang termotivasi tersebut akan
yang anaknya untuk giat belajar.
meningkat, karena manusia pada
10
Sedangkan
Purwanto
(1998)
1). Fisiologis
membagi motivasi menjadi dua jenis,
Kebutuhan
yaitu: a.
merupakan kebutuhan dasar manusia
Motivasi instrinsik berasal dari
merupakan
timbul dari perilaku yang dapat memenuhi
sehingga
paling
manusia
oleh
dasar
yang
menjadi tuntutan hidupnya.
penuh
kekhawatiran,
2). Psikologis
tidak
Selain
tercapainya kebutuhannya.
kebutuhan
fisiologis yang pada dasarnya bahwa
4.
ingin
didorong
kebutuhan
Perilaku yang dilakukan dengan
apabila
bahwa
yang
adalah
dari orang lain atau lingkungan.
kesangsian
mendasar,
yang pertama kali dipenuhi
luar yang merupakan pengaruh
dengan
yang
mengaktualisasikan diri hal
Motivasi ekstrinsik berasal dari
ekstrinsik
sandang,
faktor
seseorang
menjadi puas.
motivasi
berupa
pangan, papan. Kebutuhan ini
dalam diri manusia, biasanya
b.
fisiologis
individu
setelah
Faktor-Faktor yang Menyebabkan
terpenuhi
akan
kebutuhan
Motivasi
fisiologis
maka
seseorang
menuntut
kebutuhan
Menurut
Siagian
(dalam
akan
Mudjiarto, 2006) motivasi seseorang
yang
disebabkan
kebutuhan psikologis seperti ;
berbagai
faktor
yaitu
sebagai berikut: a.
mempunyai
dalam
hal
kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan mempertahankan
Faktor Internal Bagaimana
lain
individu
diri
tersebut
dorongan
dan
kebutuhan
memperkuat diri.
untuk
usaha. Di dalam faktor internal
Sedangkan
Azhari
(2004),
ada dua kebutuhan atau motif
mengatakan bahwa penyebab motivasi
yang perlu diketahui yaitu:
dari
dalam
diri
individu
adalah
harapan, cita-cita dan kepuasan kerja. 11
b.
Faktor Eksternal
b.
Yaitu faktor-faktor yang
Sebagian besar wirausahawan
dikendalikan melalui penyebab
terobsesi akan suatu pekerjaan
dari luar diri individu.
demi mencapai sasaran yang
Azhari
ingin dicita-citakan.
(2004)
menambahkan bahwa penyebab
c.
Wirausahawan menangani dan
seperti dorongan dari orang lain.
mengawasi
dapat
dapat dipengaruhi oleh berbagai
sendiri
bisnisnya
sampai mandiri, sebelum mulai
disimpulkan
dengan usaha baru lagi.
bahwa motivasi seorang individu d.
Sangat bertanggung jawab
faktor internal, faktor eksternal
Wirausahawan
dari motivasi itu sendiri, dan
bertanggung jawab atas usaha
dalam penelitian ini akan dilihat
mereka, baik secara moral, legal
sejauh mana penyebab faktor-
maupun mental.
faktor tersebut pada motivasi berwirausaha.
e.
Clelland 2006)
(dalam
menyatakan
karakteristik dalam
diri
utama
sangat
Berorientasi pada imbalan Wirausahawan mau berprestasi, bekerja keras, dan bertanggung
Karakteristik Berwirausaha Mudjiarto,
ada
jawab
sembilan
yang terdapat
seseorang
serta
mengharapkan sepadan
yang
mereka
imbalan
dengan
yang
usahanya,
imbalan tersebut tidak hanya
berwirausaha sebagai berikut : a.
Memperhatikan kualitas
motivasi dari luar diri individu
Jadi
5.
Bekerja keras
berupa
uang,
tetapi
juga
pengakuan dan penghormatan.
Dorongan berprestasi Semua
wirausahawan
berhasil
memiliki
yang
keinginan
f.
Optimis Wirausahawan
hidup
dengan
besar untuk mencapai suatu
doktrin semua waktu baik untuk
prestasi
bisnis,
dan
segala
sesuatu
mungkin. 12
g.
Berorientasi pada hasil karya
memiliki rasa tanggung jawab
yang baik (excellent oriented)
akan selalu mawas diri.
Seringkali wirausahawan ingin
h.
b.
mencapai sukses yang menonjol,
yaitu lebih memilih risiko yang
dan menuntut segala yang first
moderat,
class atau disebut dengan kelas
menghindari risiko baik yang
atas atau utama.
terlalu rendah maupun terlalu
mampu
c.
Mereka
dalam
diakui
sebagai komandan yang berhasil.
yaitu
kepercayaan
usahanya.
umumnya
selalu
Confidence in their ability to Succes,
memadukan bagian-bagian dari usahanya
artinya
tinggi.
Mampu mengorganisasikan Wirausahawan
i.
Preference for Moderate Risk,
memiliki
diri
untuk
memperoleh kesuksesan. d.
Desire for Immediate Feedback, yaitu selalu menghendaki umpan
Berorientasi pada uang
balik dengan segera.
Uang yang dikejar oleh para
e.
High Level of Energi, yaitu
wirausahawan tidak semata-mata
memiliki semangat dan kerja
untuk
keras
pribadi
memenuhi dan
kebutuhan
pengembangan
prestasi
kerja
dan
yang lebih baik. f.
keberhasilan. Menurut
Future memiliki
Scarborough
Orientation,
yaitu
perspektif
dan
wawasan jauh kedepan.
dan
Zimmerer (dalam Suryana, 2006)
mewujudkan
keinginannya demi masa depan
usaha tetapi juga dilihat sebagai ukuran
untuk
g.
Skill
at
memiliki
karakteristik berwirausaha yaitu :
Organizing,
yaitu
keterampilan dalam
mengorganisasikan sumber daya a.
Desire for Reponsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas
usaha-usaha
untuk menciptakan nilai tambah. h.
Value
of
Achievement
Over
yang
Money, yaitu lebih menghargai
dilakukannya. Seseorang yang
prestasi dibandingkan dengan uang. 13
Menurut Suryana,
Meredith 2006)
(dalam
karakteristik
B. 1.
Etnis Tionghoa
berwirausaha yaitu:
Etnis Tionghoa adalah suku bangsa perantau atau pendatang dari
a.
Percaya diri dan optimis.
b.
Berorientasi pada tugas dan hasil.
c.
Etnis Tionghoa
Berani mengambil risiko dan
negeri Cina yang datang ke Indonesia dengan tujuan berdagang maupun bermigrasi (Trianisa, 2007).
menyukai tantangan.
Menurut Kinasih (2005), etnis
d.
Kepemimpinan
Tionghoa adalah etnis pendatang yang
e.
Keorisinilan
mengalami interaksi etnisitas paling
f.
Berorientasi pada masa depan.
problematik
Jadi dapat disimpulkan bahwa
etnis India, Arab dan beberapa etnis
karakteristik yang terdapat dalam diri
dan dapat memperhatikan kualitas, sangat
bertanggung
berorientasi
pada
imbalan,
jawab, selalu
optimis, dapat berorientasi pada hasil karya
yang
baik,
mampu
mengorganisasikan, serta berorientasi pada uang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori menurut Clelland (dalam Mudjiarto, 2006) dan
dengan
kecil pendatang lainnya.
seseorang yang berwirausaha memiliki dorongan berprestasi, bekerja keras,
dibandingkan
Menurut
Vasanty
Koentjaraningrat,
2007)
(dalam orang
Tionghoa adalah kelompok orang yang berasal dari berbagai
suku
bangsa di daerah negara Cina yang salah satunya berasal dari dua provinsi yaitu Fukien dan Kwangtung. Sukusuku bangsa dari daerah tersebut adalah Hokkien, Teo-Chiu, Hakka dan Hakka dan Kanton. Berdasarkan pendapat di atas
akan dilihat sejauh mana motivasi berwirausaha pada wirausaha etnis
dapat
disimpulkan
bahwa
etnis
Tionghhoa tersebut.
Tionghoa adalah suku bangsa perantau yang berasal di daerah negara Cina yang datang ke Indonesia dengan tujuan bermigrasi ataupun berdagang.
14
2.
belum bisa berbahasa Indonesia
Ciri-ciri Etnis Tionghoa Vasanty
(dalam
tetapi bicara bahasa Hokkien asli
membagi
atau bahasa asalnya. Ciri-ciri
etnis Tionghoa dalam dua golongan,
fisiknya masih sama seperti
yaitu :
orang Tionghoa negara asalnya.
a.
Dari kedua penggolongan etnis
Koentjaraningrat,
2007)
Etnis Tionghoa peranakan Etnis
Tionghoa
peranakan
Tionghoa tersebut mereka sama-sama
adalah seorang etnis Tionghoa
memiliki sifat yang ulet, rajin, optimis
yang lahir di Indonesia dan hasil
serta tahan uji, terutama dalam hal
dari
perdagangan
perkawinan
antara
orang
campuran
Tionghoa
asli
(Vasanty
dengan orang Indonesia, yang dimana
etnis
Tionghoa
peranakan yang dalam banyak unsur
kehidupannya
telah
menyerupai orang Jawa yang telah lupa akan bahasa asalnya dan
dalam
ciri-ciri
fisiknya
sering juga sudah menyerupai orang Indonesia asli. b.
atau
dalam
berwirausaha Koentjaraningrat,
2007). 3.
Sistem Kepercayaan Etnis Tionghoa Kebudayaan dipengaruhi oleh
Etnis
Tionghoa
ajaran Taoisme,
Konfusianisme,
dan
Budhisme.
Perilaku
tata
kehidupan
dan
masyarakat etnis Tionghoa bersumber pada ajaran nenek moyang mereka yang sampai pada era globalisasi
Etnis Tionghoa totok
ajaran Taoisme, Konfusianisme, dan
Etnis Tionghoa totok adalah
Budhisme masih diamalkan di dunia
seorang Etnis Tionghoa yang
Tiongkok. Kepercayaan masyarakat
bukan hanya lahir di negara
Tiongkok juga banyak menyiratkan
Tionghoa tetapi bisa juga lahir di
simbol dan kombinasi antara ajaran
Indonesia. Orang Etnis Tionghoa
Taoisme. Simbol-simbol keagamaan
totok yang ada di Indonesia
banyak
kulturasi budayanya masih sama
kehidupan sehari-hari masyarakat etnis
seperti yang berada di negara
Tionghoa.
Cina
bisnis mereka, juga di indikasikan
yang
dimana
terdapat
terlihat
dari
Disamping
perilaku
keberhasilan
15
dengan
adanya
kepercayaan
hubungan
kepada
dengan
Perdagangan
simbol-simbol
memang
kepercayaan tersebut. (Usman, 2009). 4.
Mata
Pencaharian
Hidup
memang
hidup
mata
dalam Koentjaranigrat, 2007) C.
Motivasi Berwirausaha pada Etnis
dari
perdagangan dan sebagian besar dari
suatu
diantara orang Tionghoa (Vasanty
Tionghoa
Tionghoa
merupakan
berusaha
pencaharian hidup yang paling penting
Etnis
Suatu bagian besar dari orang
dan
Tionghoa Data
statistik
tahun
1930
mereka adalah orang Tionghoa dari
memperlihatkan bahwa secara persentase di
suku Hokkien. Orang Tionghoa dari
Indonesia lebih banyak orang Tionghoa
suku Hakka banyak yang menjadi
berkecimpung dalam kegiatan perdagangan
pedagang tetapi banyak juga yang
dibandingkan dengan orang pribumi atau
menjadi pengusaha industri kecil.
Eropa (Suryadinata, 1984).
Orang Tionghoa dari suku Teo-Chiu rata-rata bekerja sebagai petani dan penanam
sayur-sayuran
perkebunan
tembakau.
serta
Sedangkan
orang Tionghoa suku Kanton dan Kwong Fu lebih dari 40 persen adalah mempunyai
perusahaan-perusahaan
dagang hasil bumi (Vasanty dalam Koentjaraningrat, 2007).
Dalam konteks budaya, masyarakat etnis Tionghoa selain mengambil strategi ekonomi
dari
nenek
moyang
mereka
sekaligus mengadopsi sistem ekonomi yang berlaku di dunia modern. Pola penyesuaian dengan lingkungan budaya mereka tinggal merupakan ciri dari budaya bisnis yang diturunkan dari peradaban Cina. Demikian juga sumber daya manusia yang memadai
Suku Tionghoa Hokkien yang
menjadikan mereka sangat unggul. Dengan
berasal dari daerah Fukien Selatan
semangat dan sumber daya Cina yang
ialah imigran terbesar di negara-
handal, pengusaha etnis Tionghoa mampu
negara Asia pada abad ke-19. Mereka
menjalankan bisnisnya sehingga hampir
mempunyai sifat dagang yang kuat,
80% perekonomian Indonesia di tangan
karena daerah asal mereka dikenal
etnis Tionghoa (Usman, 2009).
sebagai pusat dagang (Noordjanah, 2007).
Banyak pengusaha-pengusaha sukses justru adalah orang Tionghoa atau keturunan 16
Tionghoa,
meskipun
etnis
Tionghoa
dengan
lingkungan
hidup.
Tionghoa
sangat
jumlahnya minoritas. Ciri-ciri positif budaya
Pengusaha
etnis Tionghoa dalam perilaku pengusaha
berpengalaman, berani dan dapat memahami
etnis Tionghoa antara lain adalah teguh
peluang
memegang janji, ulet berusaha, tekun, hemat
membuat jaringan bisnis (Usman, 2009).
dan
kokohnya
solidaritas
kelompok.
Perilaku-perilaku yang juga menonjol dalam dunia usaha adalah mementingkan hubungan antar pribadi, saling percaya, mereka tidak melakukan negosiasi jika tidak yakin apa yang
dilakukannya,
menjunjung
tinggi
kenikmatan hidup serta selalu mempelajari situasi demi strategi yang tepat (Mariza dalam Aurora, 2003).
etnis
mereka
yang
Nasution
(2006)
pasar
mengemukakan
perlu
dikembangkan
adalah
berwirausaha menuntut kemauan keras serta kesanggupan berpacu dalam keunggulan. Motif berafiliasi juga perlu diperhatikan karena
wirausaha
harus
kemampuan
pandai manajerial,
menggerakkan orang lain dengan sebaikbaiknya,
terhadap perilaku usaha antara lain adalah
hubungan antar sesama yang baik.
perencanaan yang baik, tidak takut gagal, berjuang tanpa henti akan ide kreatif dan inovatif, serta memikirkan masa depan secara
matang.
dipengaruhi menekankan
Etos
ajaran bahwa
kerja
Konfusius, keseriusan
mereka yang dan
kerajinan sebagai aspek penting dalam hidup (Mariza dalam Aurora, 2003). Di samping itu keunggulan etnis
motif
berprestasi. Persaingan yang ketat dalam
kelompok etnis Tionghoa yang berpengaruh
baik untuk mempunyai tujuan, mengatur
serta
bahwa dalam berwirausaha yang paling
meningkatkan
Hal-hal yang dipandang positif bagi
ditawarkan
yaitu
Dari
yang
dilandasi
penjelasan
di
atas
dengan
dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar etnis Tionghoa
berkecimpung
dalam
bidang
perdagangan atau wirausaha. Hal tersebut disebabkan karena seorang wirausaha etnis Tionghoa memiliki motivasi yang positif, ulet dan tekun dalam hal berwirausaha, karena
memang
etos
kerja
mereka
dipengaruhi oleh ajaran Konfusius, yang menekankan
bahwa
keseriusan
dan
Tionghoa dalam berbisnis lebih disebabkan
kerajinan sebagai aspek penting dalam
mereka ulet dan tekun serta tahan menderita
hidup.
sekaligus sangat pandai menyesuaikan diri 17
sekarang, sebuah kantor atau sebuah
BAB III
perusahaan, satu keluarga, suatu kelas,
METODE PENELITIAN A.
ataupun bangunan apartemen.
Pendekatan Penelitian
2.
Pendekatan yang digunakan dalam
Naturalistik
yaitu
mempersoalkan
studi
kasus
orang-orang
yang
penelitian ini adalah metode kualitatif
sebenarnya atau situasi dan terbanyak
dengan pendekatan penelitian studi kasus.
dari proses pengumpulan data yang
Menurut Stake (dalam Basuki 2006) studi
dilakukan
kasus
sebenarnya.
adalah
suatu
bentuk
penelitian
(inquiry) atau studi tentang suatu masalah yang
memiliki
situasi
yang
Data uraian rinci merupakan sumber
kekhususan
studi kasus termasuk pengamat yang
(particularity), dapat dilakukan baik dengan
berperan serta atau tidak berperan
pendekatan kualitatif maupun kuantitatif,
serta,
dengan sasaran perorangan (individual)
seperti jurnal dan buku harian, sumber
maupun kelompok, bahkan masyarakat luas.
data kualitatif termasuk tes dan apa
Pendekatan
sifat
3.
dalam
ini
4.
muncul
dan spesifik berkaitan dengan motivasi wirausaha
wirausaha
etnis
Tionghoa
yang
berwirausaha, dan mengetahui faktor yang menyebabkan motivasi berwirausaha.
dari
5.
Moleong (2001) adalah sebagai berikut: 1.
data-data
Heuristik yaitu studi kasus membawa pembaca pada pemahaman tentang fenomena yang diteliti. Studi dapat membawa pada pemahaman baru, memperluas
Adapun ciri-ciri studi kasus menurut
pengujian
berasal dari suatu konteks tertentu.
etnis
Tionghoa, yaitu ingin mengetahui motivasi
Induktif yaitu sebagian besar studi
Konsep, generalisasi, hipotesis yang
mengetahui pemahaman yang mendalam
pada
tertulis
kasus tergantung pada alasan induktif.
penelitian studi kasus karena peneliti ingin
berwirausaha
sumber
saja yang dapat dikumpulkan.
menggunakan
pendekatan kualitatif dengan pendekatan
wawancara,
pengalaman
pembaca
atau konfirmasikan pada apa yang telah diketahui sebelumnya.
Partikularistik yaitu studi kasus ini berfokus pada situasi khusus, suatu program atau suatu fenomena seperti 18
B.
ini dapat dinamakan tahap orientasi
Subjek Penelitian
dan memperoleh gambaran umum. Dalam
ditentukan
Tujuannya memperoleh informasi latar
sejumlah karakteristik bagi subjek yang
belakang yang nantinya diikuti dengan
diteliti, antara lain :
dengan tahap merinci informasi yang
1.
penelitian
ini
diperoleh pada tahap berikutnya.
Karakteristik Subjek Subjek penelitian ini adalah pria dewasa
etnis
Tionghoa
2.
fokus
yang
sesudah
tahap
pertama.
Penelitian menyediakan waktu untuk
berwirausaha dengan usia 33 tahun. 2.
Tahap kedua adalah tahap eksplorasi
menyusun petunjuk. Memperoleh data
Jumlah Subjek
seperti seperti petunjuk wawancara
Tidak ada batasan dalam jumlah
dan pengamatan.
sample yang harus diambil dalam
3.
Tahap ketiga adalah tahap pengecekan
penelitian kualitatif ini. Dengan fokus
dan
penelitian kualitatif pada kedalaman
terutama untuk mengadakan anggota
dan proses, maka penelitian kualitatif
dan auditing. Pada tahap ini biasanya
cenderung dilakukan dengan jumlah
diadakan penyempurnaan data yang
kasus
dilakukan pada subjek atau informan.
yang
sedikit
(Poerwandari,
pemeriksaan
keakuratan
data
2001). Berdasarkan pendapat di atas, maka jumlah subjek dalam penelitian
D.
ini berjumlah satu orang subjek. C.
Dalam penelitian ini menggunakan
Tahapan-tahapan Penelitian
Menurut Swistinawati,
Moleong 2009)
pada
Teknik Pengumpulan Data
(dalam dasarnya
penelitian alamiah mengandalkan tidak tahu
teknik pengumpulan data wawancara dan observasi, yang dijelaskan sebagai berikut : 1.
Wawancara Wawancara adalah percakapan
apa yang akan diketahui, maka dari itu suatu
dengan
penelitian
melibatkan
hendaknya
dilakukan
dalam
tahap-tahap tertentu yaitu : 1.
Tahap pertama adalah mengetahui sesuatu yang perlu diketahui. Tahap
maksud
pewawancara
dua
tertentu
yang
pihak
yaitu
(interviewer)
yang
mengajukan pertanyaan dan
yang
diwawancarai
yang
(interviewee)
19
memberikan jawaban atas pertanyaan
tanya jawab dan mendengarkan. Ini
tersebut (Moleong, 2001).
bukan merupakan suatu alat yang
Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara kualitatif
dilakukan
bermaksud
bila
untuk
peneliti
memperoleh
pengetahuan tentang makna-makna subjektif
yang
dipahami
individu
berkenaan dengan topik yang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal yang tidak
dapat
dilakukan
netral,
pewawancara
menciptakan
situasi tanya jawab yang nyata. Dalam situasi ini jawaban-jawaban diberikan. Maka
wawancara
pemahaman
yang
manghasilkan terbentuk
oleh
situasi berdasarkan peristiwa-peristiwa interaksional yang khusus. Metode tersebut dipengaruhi oleh karakteristik individu pewawancara, termasuk ras, kelas, kesatuan dan gender.
melalui
Menurut
Kerlinger
(dalam
wawancara
adalah
pendekatan lain (Banister dkk. dalam
Basuki,
Poerwandari, 2001).
situasi peran antar-pribadi berhadapan
Menurut Kartono (dalam Basuki, 2006)
wawancara
adalah
suatu
percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik. Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data dengan jalan
tanya
dikerjakan
jawab dengan
berlandaskan
sepihak
yang
sistematik
dan
kepada
tujuan
penyelidikan (Hadi, 1992).
(dalam Basuki, 2006)
muka (face to face), ketika seseorang (pewawancara)
wawancara
merupakan suatu percakapan, seni
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang
relevan
dengan
masalah
penelitian, kepada seseorang yang diwawancarai atau informan. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah
pengumpulan
data
berupa
percakapan yang diarahkan pada suatu masalah
Menurut Denzin dan Lincoln
2006)
tertentu
dan
merupakan
proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik yang dikerjakan dengan 20
sistematik dan berlandaskan kepada
disengaja
tujuan penyelidikan.
sistematis, terencana, terarah pada
Wawancara
yang
dilakukan
dalam penelitian ini adalah wawancara dengan pedoman umum. Pedoman wawancara
digunakan
mengingatkan aspek-aspek
untuk
peneliti yang
mengenai
harus
dibahas
sekaligus menjadi daftar pengecek (checklist) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan.
yang
akan
secara
mencatat fenomena atau perilaku satu atau sekelompok orang dalam konteks kehidupan
sehari-hari,
memperhatikan
dan
syarat-syarat
penelitian ilmiah. Dengan demikian hasil
pengamatan
dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya (Basuki, 2006). Sedangkan
menurut
Banister
dijabarkan
(dalam Poerwandari, 2001) istilah
secara konkret dalam kalimat tanya,
observasi diarahkan pada kegiatan
sekaligus menyesuaikan pertanyaan
yang
dengan konteks aktual saat wawancara
mencatat fenomena yang muncul dan
berlangsung,
mempertimbangkan
sehingga
diharapkan
diperlihatkan
setting
secara
akurat,
memberikan
peneliti dapat memperoleh informasi
gambaran
dari keseluruhan aspek permasalahan
aktivitas-aktivitas yang berlangsung
yang ingin digali.
dan orang-orang yang terlibat dalam
Dengan bentuk wawancara ini,
2.
dilakukan
suatu tujuan dengan mengamati dan
Peneliti telah siap dengan berbagai pertanyaan
dan
yang
dipelajari,
proses.
peneliti diharapkan dapat menggali
Dalam penelitian ini peneliti
informasi dari aspek-aspek tertentu
menggunakan observasi non partisipan
dari
pengalaman
karena peneliti tidak berperan serta
subjek, sekaligus mengenai berbagai
ikut ambil bagian dalam kehidupan
segi kehidupan subjek secara utuh dan
orang yang diobservasi. Peneliti juga
mendalam.
menggunakan
kehidupan
atau
sistematik
Observasi Observasi
dalam
konteks
penelitian ilmiah adalah studi yang
bentuk
dengan
observasi
menggunakan
pedoman observasi sebagai instrumen pengamat ciri utama yang di dalamnya 21
berisikan
faktor-faktor
yang
akan
3.
diobservasi dan sudah dikelompokkan
Alat perekam yang digunakan berupa
dalam kategori agar lebih mudah
tape recorder dan kaset kosong,
dalam proses penelitian.
dengan
E.
penelitian
beberapa
alat
bantu
berfungsi
untuk
ini
mempermudah
pengambilan data tanpa harus berhenti untuk mencatat jawaban responden.
Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara umum,
yang
mencantumkan isu-isu yang harus diliput
tanpa
menentukan
urutan
pertanyaan agar memudahkan peneliti untuk mengingat berbagai aspek yang akan
dibahas
yang
peneliti dapat berkonsentrasi pada
dalam
Pedoman Wawancara
pedoman
subjek
dengan
alat bantu pada wawancara, agar
yang
melakukan penelitian, yaitu :
dengan
oleh
harus
diwawancarai, yang berguna sebagai
digunakan
penelitian
syarat
persetujuan
Alat Bantu Penelitian
Dalam
1.
Alat Perekam
dan
agar
4.
Alat Tulis Alat tulis yang digunakan berupa ballpoint dan kertas, yang berguna sebagai alat bantu untuk mencatat dan menulis pada pengambilan data saat wawancara dan observasi. F. Keakuratan Penelitian
tidak
Menurut Moleong (2001), triangulasi
menyimpang dari tujuan penelitian,
adalah Teknik pemeriksaan keakuratan data
yang berdasarkan kepada teori dan
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di
faktor-faktor motivasi berwirausaha.
luar data tersebut untuk keperluan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
2.
Dalam penelitian ini untuk menjaga
Pedoman Observasi Observasi
dilakukan
dengan
menggunakan lembar observasi check list
yang
memudahkan
peneliti
melakukan pengamatan dan mencatat sebanyak mungkin informasi secara apa adanya.
keakuratan,
peneliti
mengacu
pada
triangulasi data yaitu sumber data diperoleh melalui wawancara dan observasi yang dilakukan ke subjek dengan waktu yang tidak bersamaan. Begitu juga sumber data yang diperoleh melalui significant others,
22
menggunakan waktu yang tidak bersamaan
dikumpulkan sudah memenuhi syarat.
dengan proses wawancara subjek.
Dipihak lain, Patton (dalam Moleong,
Denzin
(dalam
Moleong,
2001) berpendapat yaitu bahwa hal itu
2001)
dinamakan penjelasan banding. Dalam
membedakan empat macam triangulasi,
penelitian ini peneliti menggunakan
yaitu : 1.
berbagai macam teori tentang motivasi
Triangulasi
dengan
data,
berarti
berwirausaha dan etnis Tionghoa.
menggunakan berbagai sumber data seperti
hasil
observasi,
2.
dan
wawancara, data
hasil
dari
orang
Marshall
dan
Rossman
(1995)
mengajukan teknik analisa data kualitatif
Triangulasi dengan metode, berarti
untuk proses analisis data kualitatif untuk
penggunaan berbagai metode untuk
proses analisis data dalam penelitian ini.
meneliti suatu hal, seperti metode
Dalam menganalisa penelitian kualitatif
wawancara dan metode observasi.
terdapat beberapa tahapan-tahapan yang
Dalam
perlu dilakukan yaitu :
penelitian
ini
metode
peneliti wawancara
dengan subjek dan significant others serta
metode
observasi
dengan
mengobservasi kegiatan subjek. Triangulasi
dengan
peneliti
atau
pengamat, berarti adanya peneliti atau pengamat dari luar peneliti turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam
penelitian
pembimbing
ini
bertindak
dosen sebagai
pengamat yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data. 4.
Teknik Analisis Data
terdekatnya.
menggunakan
3.
G.
Triangulasi
dengan
teori,
berarti
menggunakan berbagai teori berlainan untuk memastikan bahwa data yang
1.
Mengorganisasikan Data Peneliti langsung
mendapatkan
dari
wawancara
subjek
mendalam
interview),
dimana
data
data melalui
(indepth tersebut
direkam dengan tape recorder dibantu alat tulis lainnya. Lalu dibuatkan transkripnya dengan mengubah hasil wawancara menjadi
dari bentuk
bentuk tertulis
rekaman secara
verbatim setelah menemui subjek. Data
yang
telah
didapat,
dibaca
berulang-ulang agar penulis mengerti benar data atau hasil yang telah didapatkan. 23
2.
Pengelompokkan
kata kuncinya, sehingga peneliti dapat
Berdasarkan
menangkap
Kategori, Tema dan Pola Jawaban Pada
tahap
ini
dibutuhkan
permasalahan
pengertian yang mendalam terhadap data,
perhatian
yang
penuh
dan
keterbukaan terhadap hal-hal yang
pedoman
kerangka
teori
wawancara,
menyusun
sebuah
3.
kembali
peneliti
pemilihan
yang
relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan
singkat,
dikelompokkan
atau
kemudian dikategorikan
peneliti
ini. Pada tahap ini, kategori yang telah didapat kembali
transkrip
data
jelas,
yang dikembangkan dalam penelitian
melalui
analisis
berdasarkan
ditinjau penyebab
terjadinya motivasi berwirausaha.
wawancara dan melakukan coding, melakukan
dengan
menguji data tersebut terhadap asumsi
awal
kemudian
membaca
Menguji Asumsi atau Permasalahan
tergambar
dalam melakukan coding. Dengan ini,
yang
Setelah kategori dan pola data
dan
analisis sebagai acuan dan pedoman
pedoman
dinamika
yang ada terhadap Data
peneliti
kerangka
dan
terjadi pada subjek.
muncul diluar apa yang ingin digali. Berdasarkan
pengalaman,
4.
Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data Setelah berkaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud, peneliti
masuk
ke
dalam
tahap
berdasarkan kerangka analisis yang
penjelasan. Berdasarkan kesimpulan
telah dibuat.
yang telah didapat dari kaitan tersebut,
Pada
penelitian
ini,
analisis
dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti. Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal yang diungkapkan oleh responden. Data yang telah dikelompokkan tersebut, oleh peneliti dicoba untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta
penulis perlu mencari suatu alternatif penjelasan lain tentang kesimpulan yang telah didapat. Sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu ada alternatif penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada kemungkinan terdapat hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau tidak terpikirkan sebelumnya. Pada tahap ini akan 24
dijelaskan
dengan
alternatif
lain
melalui referensi atau teori-teori lain.
ANALISIS
Alternatif ini akan sangat berguna
A. Pembahasan
pada bagian kesimpulan, diskusi dan saran. 5.
BAB IV
1.
Motivasi berwirausaha pada etnis Tionghoa. Motivasi
Menulis Hasil Penelitian Penulis
menganalisis
masing-masing subjek berhasil
dikumpulkan,
data
yang telah merupakan
wirausaha
berwirausaha
etnis
Tionghoa
pada adalah
subjek memiliki dorongan berprestasi yang
tinggi
dilihat
dari
subjek
suatu hal yang membantu penulis
menambah luas tempat usaha, adanya
untuk memeriksa kembali apakah
kepercayaan
kesimpulan yang dibuat telah selesai.
bertambahnya pelanggan. Cara subjek
Dalam penelitian ini, penulisan yang
menambah pelanggan dan membuat
dipakai adalah presentasi data yang
pelanggan percaya kepada subjek
didapat yaitu, penulisan data-data hasil
adalah dengan memberikan pelayanan
penelitian
berdasarkan
yang baik dan ramah serta menuruti
mendalam
dan
wawancara
pelanggan
dan
dengan
permintaan pelanggan, sedangkan cara
subjek. Prosesnya dimulai dari data-
subjek menambah luas tempat usaha
data yang telah diperoleh dari subjek
dengan menambah sewa luas tempat
dibaca berulang kali sampai penulis
usaha sehingga dapat menyediakan
mengerti benar permasalahannya lalu
berbagai macam barang permintaan
kemudian
dianalisis,
sehingga
pelanggan. Subjek memiliki keinginan
didapatkan
gambaran
mengenai
untuk membuka usaha sendiri sedari
subjek.
usia enam belas tahun, dan subjek
interpretasi
membuka usaha sendiri pada usia
penghayatan Selanjutnya secara dalamnya
observasi
pengalaman dilakukan
keseluruhan mencakup
di
enam belas tahun, karena subjek
keseluruhan
berlatar belakang dari keluarga etnis
dimana
kesimpulan dari hasil penelitian ini.
Tionghoa yang tidak mampu dan tidak bersekolah
tinggi
dengan
tidak
menamatkan sekolahnya, yang bisa subjek lakukan hanya berwirausaha. 25
Pernyataan ini sesuai dengan teori
sendiri dengan bangun pagi untuk
Sukardi
bersiap-siap
(dalam
bahwa
dalam
berwirausaha wajah
Lupiyoadi
yang
karakteristik
selalu
berbagai
berdialog.
Selain
pukul
membuka
setengah
toko
delapan
pada pagi.
menampilkan
Pernyataan ini sesuai dengan teori dari
akomodatif
Koontz (dalam Hasibuan, 2007) yang
ramah,
terhadap
2007),
untuk
mengatakan bahwa motivasi mengacu
pernyataan
pada dorongan dan usaha untuk
tersebut sesuai dengan teori Drucher
memuaskan kebutuhan atau suatu
(1996)
tujuan. Sukardi (dalam Lupiyoadi
yang
ajakan itu
menyatakan
bahwa,
berwirausaha adalah semangat, sikap,
2007)
perilaku, kemampuan seseorang dalam
karakteristik
menangani usaha yang mengarah pada
mengutamakan kerja dan mengisi
upaya,
menciptakan,
waktu yang ada dengan perbuatan
menerapkan, cara kerja, teknologi dan
yang nyata untuk mencapai tujuan,
produk baru dengan meningkatkan
sehingga
efisiensi dalam rangka memberikan
mengumpulkan
pelayanan
bekerja
mencari,
yang
lebih
baik
dan
juga
menyatakan
dalam
wirausaha
adalah
dengan
motivasi
modal
tersebut,
subjek
dari
subjek
hasil dapat
memperoleh keuntungan yang lebih
mencapai tujuan untuk berwirausaha
besar.
dan membuka usaha. Bekerja keras juga merupakan
Memperhatikan
kualitas
bagian dari motivasi pada wirausaha
merupakan termasuk dalam motivasi
etnis
subjek
berwirausaha pada wirausaha etnis
mendapatkan modal dari hasil kerja
Tionghoa seperti dapat dilihat dari
yang dahulu sewaktu bekerja di pabrik
subjek
cat sebagai marketing, dan hasil
mengecek keluar masuknya barang
bekerja
dan
yang subjek jual, karena jika subjek
dikumpulkan oleh subjek. Hasil dari
tidak teliti dalam hal tersebut maka
kerja tersebut dijadikan untuk modal
subjek akan mengalami kerugian.
membuka usaha subjek yang sekarang.
Selain
Subjek
dengan
kedisiplinan dengan membuka toko
menerapkan kedisiplinan untuk diri
tepat waktu pada pukul setengah
Tionghoa
tersebut
seperti
ditabung
bersemangat
yang
itu
sangat
subjek
teliti
dalam
menerapkan
26
delapan pagi dan tutup jam sembilan
Tujuan subjek berwirausaha adalah
malam, karena pada waktu-waktu
mencari
seperti itu menurut subjek adalah
kehidupan keluarga, diri subjek sendiri
waktu yang efektif, yang dimana biasa
dan
orang atau pelanggan berbelanja di
merupakan tabungan yang berupa
toko
subjek, serta subjek selektif
uang hasil dari keuntungan penjualan
terhadap barang yang dijual dengan
barang yang dijual oleh subjek yang
menjual dan menyediakan barang
pada
yang berkualitas baik dan terjamin
kebutuhan hidup subjek dan keluarga
untuk para pelanggan subjek dan
subjek.
subjek meyakinkan kepada pelanggan
didapatkan subjek dalam berwirausaha
akan kualitas barang tersebut sebelum
tidak hanya berupa materi tetapi
pelanggan membeli barang yang akan
berupa kepuasan seperti subjek merasa
dibeli.
puas
Selain itu tanggung jawab juga merupakan
bagian
dihari
tua.
akhirnya
Selain
bisa
untuk
mencukupi
Bekal
untuk
itu
tersebut
mencukupi
imbalan
menafkahkan
yang
keluarga
subjek. Hal ini sesuai dengan teori
motivasi
Hisrich (dalam Alma 2009), yang
berwirausaha etnis Tionghoa, seperti
menyatakan bahwa wirausaha adalah
tanggung jawab subjek yang sebagai
merupakan
wirausaha
sesuatu
adalah
dari
bekal
dengan
selalu
proses yang
menciptakan
berbeda seluruh
dengan
menjaga harga barang yang dijual
mengabdikan
waktu
dan
seperti tidak menjual dengan harga
tenaganya disertai dengan menerima
jual yang terlalu mahal serta tanggung
balas jasa dalam bentuk uang dan
jawab subjek dengan karyawan subjek
kepuasan pribadinya.
adalah dengan memberikan gaji tepat
Optimis juga merupakan bagian
waktu dan tanggung jawab subjek
motivasi berwirausaha dari wirausaha
dengan pelanggan adalah memberikan
etnis Tionghoa. Subjek menempuh
jaminan terhadap barang yang dijual
segala cara untuk mengembangkan
subjek dan dibeli oleh pelanggan.
usaha subjek dengan selalu berpikir
Berorientasi pada imbalan salah
positif dan optimis serta tidak mudah
satu bagian motivasi berwirausaha dari
putus asa dengan selalu bersemangat
wirausaha etnis Tionghoa tersebut.
dan rajin. Subjek optimis dalam 27
mengatasi masalah yang dihadapi
berkualitas baik yang akan membuat
dalam usaha subjek. Subjek mencari
pelanggan puas dan dampaknya akan
solusi jika menagalami kekurangan
baik untuk toko subjek.
modal untuk usaha subjek dengan
Selain
itu,
subjek
mampu
mencari pinjaman ke bank dan subjek
mengorganisasikan yang dimana hal
yakin bisa mengembalikan apa yang
tersebut juga bagian dari motivasi
telah subjek pinjam kepada bank
berwirausaha pada wirausaha. Subjek
tersebut. Selain itu, subjek akan
memiliki dua orang karyawan. Subjek
berusaha untuk membuka cabang toko
mengatur dan menerapkan peraturan
baru lagi. Pernyataan subjek tersebut,
dengan
sesuai
Shapero
menerapkan prinsip harus disiplin,
(dalam Alma 2009), yang menyatakan
rajin dan jangan malas. Karena, jika
bahwa seorang wirausaha seorang
karyawan
yang memiliki inisiatif, mengorganisir
peraturan yang dibuat oleh subjek
mekanis sosial dan ekonomi, dan
maka dampaknya akan tidak baik pada
menerima resiko kegagalan.
jalannya usaha subjek dan subjek akan
dengan
pendapat
Subjek selalu berorientasi pada
karyawan
mengalami
subjek
subjek
tidak
kerugian.
dengan
menaati
Subjek
hasil karya yang baik hal tersebut
menerapkan aturan dengan persyaratan
merupakan
motivasi
gaji, jam kerja dan jam buka toko,
berwirausaha pada wirausaha, seperti
selama ini subjek tidak mengalami
subjek merasa salut akan keberhasilan
masalah
orang lain, lalu subjek dengan mencari
menangani karyawan subjek.
bagian
dari
ataupun
kendala
dalam
tahu bagaimana orang lain bisa sukses dan mencari tahu dari pengalaman
2.
Faktor-Faktor yang menyebabkan
orang lain, subjek menganggap dengan
Motivasi Berwirausaha pada Etnis
berhemat subjek akan sukses. Di
Tionghoa.
samping itu, subjek selalu menjual
Faktor-faktor
yang
produk yang berkualitas baik seperti
penyebab
produk yang subjek rasa baik adalah
berwirausaha pada wirausaha etnis
produk yang bermerek dan bergaransi.
Tionghoa tersebut yaitu karena faktor
Karena,
internal yaitu faktor yang berasal dari
produk
tersebut
pasti
timbulnya
menjadi motivasi
28
diri subjek dan faktor eksternal yaitu
psikologis yaitu Selain kebutuhan
faktor yang berasal dari luar diri
fisiologis yang pada dasarnya bahwa
subjek.
individu
Faktor
internal
seperti
setelah
terpenuhi
akan
kebutuhan Fisiologis, yang dimana
kebutuhan fisiologis maka seseorang
subjek dengan berwirausaha dapat
akan menuntut kebutuhan yang lain
mencukupi
dalam hal kebutuhan psikologis seperti
kebutuhan
sandang,
pangan dan papan untuk diri subjek.
kebutuhan
Selain itu dengan berwirausaha subjek
kebutuhan mempertahankan diri dan
juga
kebutuhan memperkuat diri.
dapat
mencukupi
kebutuhan
psikologis pada diri subjek sendiri
akan
Faktor
kasih
eksternal
juga
sayang,
yang
seperti subjek merasa puas dapat
manjadi penyebab timbulnya motivasi
mensejahterakan
subjek
berwirausaha pada wirausaha etnis
dengan mencukupi kebutuhan hidup
Tionghoa seperti dorongan dari orang
keluarga subjek. Selain itu harapan,
lain,
cita-cita serta kepuasan kerja termasuk
mendapatkan dorongan dari orang tua
dalam faktor dari dalam diri subjek
subjek dan orang-orang yang berada
yang
disekitar subjek. Hal ini sesuai dengan
keluarga
menyebabkan
motivasi
berwirausaha
timbulnya
berwirausaha
subjek
diri
teori Siagian (dalam Mudjiarto 2006)
subjek. Hal ini sesuai teori menurut
yang menyatakan bahwa motivasi
Siagian
2006)
seseorang disebabkan oleh beberapa
bahwa faktor internal, faktor yang
faktor eksternal yaitu faktor yang
berasal dari dalam diri individu seperti
berasal dari luar diri individu sesuai
faktor
dengan teori menurut Azhari (2004),
(dalam
fisiologis
kebutuhan
dasar
pada
dengan
Mudjiarto,
yang
merupakan
manusia
berupa
bahwa secara umum motivasi yang
sandang, pangan, papan. Kebutuhan
dimiliki manusia amat disebabkan
ini merupakan faktor yang paling
oleh determinan pokok, yaitu yang
mendasar, bahwa seseorang yang ingin
berasal
mengaktualisasikan
kegaduhan, bahaya dari lingkungan,
diri
hal
yang
pertama kali dipenuhi adalah didorong
dari
lingkungan
seperti
desakan guru, orang tua dan lain-lain.
oleh kebutuhan dasar yang menjadi tuntutan hidupnya. Kemudian faktor 29
BAB V PENUTUP A.
Simpulan
Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek, significant others dan hasil observasi yang telah dilakukan oleh penulis, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi berwirausaha pada etnis Tionghoa yang menjadi penelitian ini adalah motivasi subjek untuk berwirausaha tinggi dilihat dari sejak usia enam belas tahun subjek sudah membuka usaha sendiri. Subjek rajin dan ulet serta bekerja keras dalam setiap menjalani pekerjaan seperti saat subjek bekerja ikut dengan orang lain. Hasil dari bekerja tersebut subjek kumpulkan untuk membuka usaha. dalam menjalankan usaha, subjek optimis dalam menghadapi semua permasalahan yang subjek alami dalam berwirausaha tersebut hal ini diketahui dari jika subjek mengalami kesulitan dalam hal keuangan subjek berusaha untuk mencari solusi menyelesaikan kesulitan tersebut dengan mencari-cari pinjaman. Selain itu, subjek memiliki keinginan untuk maju dan berkembang dalam berwirausaha dilihat dari usaha subjek dalam meningkatkan usaha subjek dengan menambah luas tempat usaha karena untuk menampung barang-barang yang dijual subjek dari permintaan pelanggan serta pelanggan subjek yang semakin meningkat. Subjek pun ramah dalam melayani pembeli. Subjek memiliki semangat yang tinggi dan mempunyai niat dalam memutuskan untuk berwirausaha dilihat dari kerajinan subjek pada usaha yang dijalankan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek, significant others dan hasil observasi yang telah dilakukan oleh penulis, maka dapat disimpulkan faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya motivasi berwirausaha pada subjek menjadi yaitu karena faktor kebutuhan. Dengan berwirausaha subjek dapat memenuhi kebutuhan hidup subjek dan keluarga subjek, karena penghasilan dari subjek berwirausaha lebih besar dan dapat mencukupi kebutuhan hidup dibandingkan dengan bekerja ikut dengan orang lain. Selain itu, subjek menyesuaikan pekerjaan subjek dengan latar belakang pendidikan subjek yang tidak tamat SD sehingga subjek merasa hanya dengan berwirausaha subjek bisa sukses dan dapat mencukupi semua kebutuhan hidup subjek dan keluarga subjek. B. 1.
Saran
Subjek Saran yang dapat diberikan oleh penulis kepada subjek adalah agar subjek tetap mempertahankan dan terus meningkatkan kemampuan-kemampuan subjek dalam berwirausaha agar menjadi lebih baik lagi, serta harus meyakinkan diri bahwa subjek sanggup dan mampu mengatasi semua permasalahan dan kesulitan yang subjek hadapi dalam berwirausaha. Sebagai wirausaha subjek harus selalu bersikap sabar dan ramah pada setiap pelanggan atau pada semua orang.
2.
Wirausaha Pribumi Saran yang dapat diberikan penulis untuk wirausaha lain atau 30
wirausaha pribumi yang masih banyak tertinggal dalam berwirausaha agar dapat mengembangkan juga kemampuan-kemampuan yang dimiliki dan harus tetap yakin pada diri sendiri dalam menghadapi kesulitan dalam berwirausaha. Bagi penelitian selanjutnya agar dapat terus berupaya memperbaharui dan mengembangkan hasil penelitian ini secara lebih mendalam dan dapat menjadi perbandingan bagi penelitian-penelitian lain dengan tema yang sama seperti motivasi berwirausaha pada etnis Tionghoa.
DAFTAR PUSTAKA Alma, B. (2009). Kewirausahaan: Untuk mahasiswa dan umum. Bandung: Alfabeta. Aurora. (2003). Sikap terhadap uang dan tendensi perilaku tidak etis Batak dan Tionghoa. Skripsi. (Tidak diterbitkan). Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Azhari, A. (2004). Psikologi umum dan perkembangan. Jakarta: Teraju. Basuki, H. A. M. (2006). Penelitian kualitatif untuk ilmu-ilmu kemanusiaan dan budaya. Jakarta: Gunadarma. Basuki, H. A. M. (2008). Psikologi umum. Jakarta: Gunadarma. Drucher. (1996). Konsep kewirausahaan era globalisasi. Jakarta: Erlangga Terjemahan. Hadi, S. (1992). Metodologi research: Jilid 2. Cetakan 21. Yogyakarta: Percetakan & Penerbitan Andi Offset. Hadipranata, A. (1999). Yogyakarta: Liberty.
Psychology.
Hasibuan, M. (2007). Organisasi dan motivasi: Dasar peningkatan produktivitas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
31
Kanuk, & Schiffman. (2004). Perilaku konsumen: Edisi Ke-Tujuh. Jakarta: PT. Indeks. Kinasih, A. (2005). Identitas etnis Tionghoa di kota Solo: Seri karya mahasiswa terseleksi. Yogyakarta: Laboratorium Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisipol Universitas Gadjah Mada. Koentjaraningrat. (2007). Manusia dan kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Penerbit Djambatan. Liao,
Tionghoa dan Pribumi di Bidang Perekonomian di Surabaya. Jurnal: Manajemen dan Kewirausahaan, 5, 193-206. Nasir. (2008). Budaya organisasi perusahaan tionghoa. http://www.jualanbuku.com/page/6/?s =tung. Diunduh tanggal 11 November 2008 Nasution. (2006). Enterpreneurship: Membangun spirit eknopreneurship. Jogjakarta: Andi.
& Sohmen, P. (2001). The development of modern enterpreneurship in China. Stanford Journal of East Asian Affair, 1, 27-33.
Noordjanah, A. (2004). Komunitas Tionghoa di Surabaya. Semarang: Mesiass.
Lupiyoadi, R. (2007). Enterpreneurship: From mindset to strategi. Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Poerwandari, E. K. (2001). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Depok: Universitas Indonesia.
Marshall, C. & Rossman. (1995). Designing qualitative research. London: Sage Publication.
Purwanto. (1998). Psikologi pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Moleong, L. (2001). Metode penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mudjiarto, dan Wahid, A. (2006). Membangun karakter dan kepribadian kewirausahaan. Jakarta: Graha Ilmu. Musianto, L. S. (2003). Peran orang Tionghoa dalam perdagangan dan hidup perekonomian dalam masyarakat: Studi Kepustakaan dan Studi Kasus tentang Interaksi Etnik
Suryabrata. (1998). Psikologi pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Suryadinata, L. (1984). Dilema minoritas Tionghoa. Jakarta: PT. Grafiti Pers. Suryana. (2006). Kewirausahaan, pedoman praktis: Kiat dan proses menuju sukses. Bandung: Salemba Empat. Swistinawati, I. G. A. N. (2009). Kecerdasan emosional pada pria metroseksual. Skripsi (Tidak diterbitkan). Depok: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. 32
Tunggal, A. (2009). Pokok-pokok manajemen kewirausahaan: Enterpreneural Management. Jakarta: Harvarindo. Usman, A. (2009). Etnis Cina perantauan di Aceh. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Wachyu, S. (2005). Kunci sukses bisnis orang Cina, pelajaran berharga bagi WNI pribumi. Bandung: Alfabeta. Yin, R. (2004). Studi kasus desain dan metode. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
33