UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI
PENGHAYATAN PERILAKU PROSOSIAL PENGASUH PANTI ASUHAN PONDOK SI BONCEL
Oleh :
NAMA
: KLARA INNATA ARISHANTI
NIDN
: 0324048202
DEPOK 2008
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .....................................................................................................i
BAB I.
PENDAHULUAN ...........................................................................1 A. Latar Belakang Masalah ..............................................................1 B. Tujuan Penelitian .........................................................................4 C. Manfaat Penelitian .......................................................................4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................5 A. Perilaku Prososial .......................................................................5 1. Definisi Perilaku Prososial .....................................................5 2. Teori-teori Tingkah Laku Prososial ........................................5 3. Bentuk-bentuk Tingkah Laku Prososial .................................6 4. Faktor-faktor Munculnya Tingkah Laku Prososial ................7 B. Panti Asuhan ...............................................................................9 1. Pengertian Panti Asuhan ........................................................9 2. Tujuan Panti Asuhan ..............................................................9 3. Sasaran Panti Asuhan .............................................................9 4. Sistem Asuhan ........................................................................9 C. Dewasa Madya ...........................................................................10 1. Pengertian Dewasa Madya .....................................................10 2. Tugas-tugas Perkembangan Usia Madya ...............................10 3. Karakteristik Usia Madya ......................................................11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN ...................................................13 A. Tahap-Tahap Penelitian ...............................................................13 1. Tahap Persiapan Penelitian .....................................................13 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ................................................13 B. Definisi Operasional Penelitian ....................................................14 C. Subjek Penelitian .........................................................................14 D. Penentuan Lokasi ........................................................................14 E. Teknik Pengambilan Sampel .......................................................14
2
F. Tehnik Pengumpulan Data ...........................................................15 1. Wawancara .............................................................................15 2. Observasi ................................................................................15 BAB IV
HASIL DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN .........................16 A. Gambaran dan Analisis Tiap Kasus .............................................16 1. Kasus Pertama ........................................................................16 2. Kasus Kedua ...........................................................................21 3. Kasus Ketiga ..........................................................................25 4. Kasus Keempat .......................................................................31 5. Kasus Kelima .........................................................................35
BAB V
PENUTUP .......................................................................................43 A. Kesimpulan .................................................................................43 B. Saran ............................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kondisi Indonesia dewasa ini menunjukkan bahwa masyarakat kita cenderung mudah berpengaruh untuk melakukan tindak kekerasan terhadap individu atau kelompok lain daripada melakukan tindakan positif untuk individu atau kelompok lain. Menurut data Pusat Komando Pengendalian Operasional Kepolisian Daerah Metrojaya tercatat pada tahun 2003 terjadi kasus kriminal sebanyak 34.270 di Jakarta. Diantara 13.736 kasus atau 40,08% dapat diungkap dan sisanya sebanyak 20.534 kasus tidak jelas penyelesaiannya. Tindak kriminal tersebut mencakup pencurian kendaraan bermotor, pencurian dengan kekerasan, pencurian berat, pencurian biasa, pengrusakan, penganiayaan, pengeroyokan dan penembakan (Kompas, 2003). Walaupun banyaknya tindak kekerasan yang terjadi dewasa ini, tetapi masih kita alami bahwa ada kalanya orang berbuat baik terhadap orang lain, karena ia ingin memperoleh suatu ganjaran dari orang yang menjadi partner interaksinya ataupun dari lingkungannya. Disamping itu tak jarang juga kita temui orang-orang yang bertingkah laku prososial yaitu perilaku yang ditunjukkan kepada individu atau kelompok lain atas dasar kemauan sendiri untuk menolong dengan memberi akibat positif pada orang lain. Orang yang bertingkah laku prososial biasanya didasarkan pada perasaan kasihan dan keinginan untuk meringankan kesulitan atau distress yang dialami oleh orang lain. karena merasa kasihan dan mau meringankan kesulitan atau distress yang dialami oleh orang lain. Sebenarnya
di
Indonesia
telah
banyak
dilakukan
usaha
untuk
mengembangkan perilaku prososial ini. Contohnya adalah pemberdayaan panti asuhan sebagai institusi atau rumah perawatan. Panti asuhan memberi tempat bagi anak-anak yang tidak mendapat kesempatan untuk mengalami kehangatan kasih sayang dan asuhan keluarga. Banyak anak-anak yang karena bermacam-macam
4
sebab, tidak dibesarkan dalam lingkungan keluarga, tetapi dalam institusi atau rumah perawatan yaitu panti asuhan, salah satu contoh Panti Asuhan di Jakarta adalah Panti Asuhan Pondok Si Boncel. Umumnya anak-anak yang tinggal dalam Panti Asuhan Pondok Si Boncel merupakan anak dari keluarga retak tercatat 34,49%, anak terlantar tercatat 18,39%, anak diluar pernikahan tercatat 19,54%, piatu tercatat 1,15%, yatim tercatat 10,34% dan anak dari keluarga miskin tercatat 16,09% (Panti Asuhan Pondok Si Boncel, 2003). Selain anak-anak, didalam Panti Asuhan Pondok Si Boncel terdapat pengasuh. Di Panti Asuhan ini terdapat sejumlah besar anak dan pengasuh yang jumlahnya terbatas. Biasanya seorang pengasuh bertugas menangani kurang lebih 20 orang anak dalam setiap unitnya. Pekerjaan pengasuh tidaklah mudah karena mereka bekerja dengan tanggung jawab yang besar. Tugas pengasuh tidak hanya terbatas pada pemenuhan kebutuhan fisik anak-anak dalam panti asuhan, yaitu memandikan anak-anak, menyuai, menyiapkan perlengkapan sekolah, dan lainlain, akan tetapi mereka dituntut agar dapat menjalin hubungan yang erat dan hangat dengan anak-anak asuhnya. Pertemuan pengasuh dengan anak-anak asuhnya bukan merupakan kegiatan rutin saja, tetapi mereka harus dapat meluangkan waktu untuk bergaul intim dengan anak asuhnya, mempunyai waktu untuk bermain bersama dan memberi respon terhadap ucapan anak asuhnya. Para pengasuh di panti asuhan lewat tugas dan tanggung jawabnya berusaha meringankan
kesulitan
anak-anak
asuhnya
secara
emosional.
Mereka
menempatkan diri sebagai figur ibu atau pengganti ibu yang berusaha memberikan kasih sayang dan perhatian bagi anak-anak asuhnya. Pemberian kasih sayang dan perhatian yang ditunjukkan pengasuh pada anakanak asuhnya dapat membeikan akibat positif bagi anak-anak asuhnya. Bentuk-bentuk
lain
perilaku
prososial
para
pengasuh
yang
membantu
mewujudkan kebaikan bagi anak-anak asuhnya, berupa perilaku menolong kesulitan
belajar
yang
dialami
anak
asuhnya,
membantu
menyiapkan
perlengkapan sekolah dan kebutuhan fisik seperti memandikan anak, menyuapi, dan lain-lain serta melakukan kerjasama antar pengasuh dalam menangani anak-
5
anak. Beratnya tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan oleh pengasuh membuat pengasuh harus dapat membagi waktu antara rutinitas pekerjaan dan memberikan kasih sayang serta perhatian pada anak-anak. Namun, pihak instansi panti asuhan kurang memberikan penghargaan kepada pengasuh, seperti kurangnya pemberian penghargaan masa bakti pengasuh di instansi tersebut, kurangnya imbalan finansial terhadap masa bakti pengasuh dan kurangnya kesempatan rekreasi untuk pengasuh. Melihat kenyataan diatas maka hanya pengasuh yang berjiwa prososial saja yang dapat menghayati pekerjaan sebagai pengasuh panti asuhan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengasuh bertingkah laku prososial, yaitu adanya kedekatan antara pengasuh dan anak asuhnya dimana pengasuh menghayati perannya sebagai figur pengganti ibu bagi anak-anak asuhnya. Biasanya pengasuh yang menjadi figur ibu pengganti bagi anak-anak asuhnya adalah pengasuh yang berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Raven dan Rubin (1983) menyatakan bahwa wanita lebih kuat terikat pada nilai-nilai kemanusiaan. Hoffohan (dalam Baron dan Byrne, 1977) juga menemukan bahwa wanita lebih peka terhadap kesejahteraan orang lain. Berdasarkan hal tersebut maka jenis kelamin dapat mempengaruhi munculnya tingkah laku prososial. Norma sosial yang terbentuk dari budaya masyarakat setempat juga dapat mempengaruhi munculnya tingkah laku prososial. Norma sosial didapat berupa norma tanggung jawab sosial, dimana dalam norma ini seseorang diharapkan memberi pertolongan atau bantuan terhadap orang yang tergantung padanya. Sebagai figur ibu pengganti, pengasuh dituntut untuk memberikan bantuan atau pertolongan kepada anak asu yang tergantung padanya. Berdasarkan hal-hal diatas maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana penghayatan perilaku prososial pada pengasuh Panti Asuhan Pondok Si Boncel?
6
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penghayatan perilaku prososial pada pengasuh Panti Asuhan Pondok Si Boncel.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat, yaitu: 1. Manfaat Praktis Memberikan masukan bagi Panti Asuhan Pondok Si Boncel mengenai penghayatan perilaku prososial para pengasuhnya untuk meningkatkan kesejahteraan pengasuh dan kualitas kerja pengasuhnya. 2. Manfaat Teoritis Memberi masukan yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu psikologi sosial.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Prososial
1. Definisi Perilaku Prososial Menurut Staub (1978) perilaku prososial adalah perilaku yang ditujukan kepada orang lain dan memberi akibat positif kepada orang yang menerima perbuatan itu. Eisenberg dan Mussen (1989) menyebutkan bahwa perilaku prososial uinumnya dilakukan atas kemauan sendiri yang dimaksudkan untuk membantu atau mewujudkan kebaikan bagi individu atau kelompok lain. Sedangkan Rushton (dalam Sears dkk 1985) mengatakan bahwa perilaku prososial berkisar dari tindakan altruisme yang tidak mementingkan diri sendiri atau tanpa pamrih sampai tindakan menolong yang sepenuhnya dimotivasi oleh kepentingan diri sendiri. Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku prososial adalah perilaku yang ditujukan kepada individu atau kelompok lain atas dasar kemauan sendiri untuk menolong dengan memberi akibat positif pada orang lain.
2. Teori-teori Tingkah Laku Prososial Teori-teori tingkah laku prososial terbagi atas dua bagian yaitu: a. Teori Tingkah Laku Prososial Manusia merupakan makhluk yang berperasaan dan berpikir. Keduanya baik afeksi (emosi, perasaan) dan kognisi (pikiran) sangat mempengaruhi tingkah laku manusia salah satunya pandangan yang menjelaskan bagaimana afeksi dan kognisi mempengaruhi tingkah laku inanusia dikemukakan oleh Robert Zajonc (dalam Schroeder 1995) yang mengatakan bahwa afeksi dan kognisi merupakan sistem yang terpisah. Meskipun kedua sistem ini tidak disangkal lagi mempengaruhi satu sama lain, keduanya merupakan sumber informasi yang independen tentang hal-
8
hal yang terjadi dan petunjuk independen tentang tingkah laku yang harus dilakukan. Kita sebagai manusia tergantung pada kedua informasi tersebut, baik afektif maupun kognitif dalam menentukan keputusan, namun keduanya dapat memberikan informasi yang berbeda. Schroeder dkk (1995) mengemukakan bahwa cara yang paling efektif untuk menggambarkan dan menjelaskan tingkah laku prososial adalah dengan membagi tingkah laku prososial menjadi dua. Keduanya adalah tingkah laku prososial yang paling cocok dijelaskan dengan proses afektif dan tingkah laku prososial yang paling cocok dijelaskan dengan proses kognitif. b. Teori Belajar Sosial Dalam membahas tingkah laku prososial para ahli seperti Bandura, Aronfreed, Rotter dan Mischel, banyak menggunakan teori konvergensi (Staub 1979). Mereka menitik beratkan pandangan pada pendekatan belajar, akan tetapi terdapat aspek-aspek kognitif dan afektif sebagai mediator yang tidak diabaikan begitu saja. Menurut Aronfreed (dalam Staub 1979) mediator emosi seperti kecemasan mempunyai peranan yang penting untuk menghambat tingkah laku yang tidak diinginkan. Rotter dan Mischel (dalam Staub 1979) menggunakan konsep kognitif yaitu subjective value dari suatu tingkah laku. Jadi tingkah laku ditentukan dari pengaruh penilaian subjek terhadap harapan akan hasil yang positif yang mungkin didapatkan (Rotter dan Mischel dalam Staub 1979). Sedangkan Bandura (dalam Staub 1979) mengemukakan akan pentingnya expectancy of reward and purzishment sebagai determinan dari tingkah laku. Jadi penguat, hukuman dan peniruan tetap memiliki konsekuensi kognitif Meskipun bentuknya relatif sederhana, seperti harapan akan kemungkinan hasil yang dapat dicapai.
3. Bentuk-bentuk Tingkah Laku Prososial Watson (1983) membagi tingkah laku prososial atas dua jenis, yaitu menolong (helping) dan kerjasama (cooperation). Tingkah laku menolong merujuk pada seluruh tindakan yang menguntungkan orang lain. Sedangkan kerjasama adalah tingkah laku prososial yang saling menguntungkan, dimana dua
9
orang atau lebih bekerja bersama untuk tujuan bersama. Bentuk tingkah laku prososial secara lebih jelas dinyatakan oleh Zander (1984), yaitu : a. Simpati (Sympathy) Peduli dan ikut merasakan kesedihan dan kesakitan yang dialami orang lain. b. Kerjasama (Cooperation) Individu mampu dan mau bekerjasama dengan orang lain, biasanya tidak selalu untuk keuntungan bersama. c. Menolong (Helping) Memberikan bantuan pada orang lain sehingga orang tersebut dapat memperoleh yang ditujunya. d. Bantuan (Aid) Berkaitan dengan menyediakan apa yang diperlukan orang lain untuk memperoleh yang ditujunya. e. Berderma (Donating) Merujuk pada tingkah laku beramal, menghadiahkan atau memberi sumbangan kepada orang lain.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Munculnya Tingkah Laku Prososial Faktor yang mempengaruhi apakah tingkah laku prososial akan muncul atau tidak pada suatu situasi, yaitu: a. Kedekatan antara pelaku dan orang yang dikenakan tingkah laku Seberapa jauh hubungan antara pelaku dan orang yang dikenakan tingkah laku sangat mempengaruhi tingkah laku menolong. Semakin dekat hubungan antara pelaku dan orang yang dikenakan tingkah laku, maka kemungkinan tampilnya tingkah laku akan semakin besar. Jadi keluarga atau kerabat akan lebih ditolong daripada orang lain yang kurang dikenal. b. Jenis kelamin Beberapa penelitian tentang peranan jenis kelamin terhadap tingkah laku prososial menentukan hasil yang berbeda. Staub (1978) menemukan bahwa pengaruh jenis kelamin terhadap tingkah laku prososial tergantung pada faktor
10
situasi. Dalam keadaan darurat pria lebih prososial dibandingkan wanita, tetapi dalam keadaan lain wanita tidak kalah prososial dibanding dengan pria. Hoffohan menemukan bahwa wanita lebih peka terhadap kesejahteraan orang lain daripada pria (dalam Baron dan Byrne 1977). Raven dan Rubin (1983) menyatakan bahwa wanita lebih kuat terikat pada nilai-nilai kemanusiaan, tetapi pada tingkah laku nyata pria menunjukkan tingkah laku prososial yang lebih kuat. Jadi sampai saat ini memang bahwa ada kesepakatan pendapat mengenai peranan jenis kelamin terhadap kecenderungan tingkah laku. c. Norma sosial Norma sosial terbentuk dari budaya masyarakat setempat. Ada tiga macam norma sosial yang menjelaskan tentang tingkah laku prososial (Raven dan Rubin 1983), yaitu : 1) Norma tanggung jawab sosial (social responsibility norm) Norma tanggung jawab sosial merupakan norma moral. Dalam norma ini seseorang diharapkan akan memberi pertolongan atau bantuan terhadap orang lain yang tergantung padanya. Sedangkan contoh orang tua diharapkan akan menolong anaknya yang masih tergantung padanya, guru akan menolong muridnya, lebih jauh lagi seseorang diharapkan menolong korban yang tidak berdaya yang dijumpainya. 2) Norma timbal balik (reciprocity norm) Dalam norma ini seseorang yang pernah menerima bantuan atau pertolongan dari orang lain berkewajiban untuk menolong orang yang membantunya. 3) Norma keadilan (equity norm) Dalam norma ini seseorang akan mendapatkan keuntungan bila ia berbuat baik dan akan mendapatkan hukuman bila ia berbuat salah. Jadi dalam hal ini seseorang akan mendapatkan ganjaran sesuai dengan tindakannya.
11
B. Panti Asuhan
1. Pengertian Panti Asuhan Menurut Departemen Sosial RI (1989), panti asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar serta melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, niemberikan pelayanan pengganti atau perwalian anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif didalam bidang pembangunan nasional.
2. Tujuan Panti Asuhan Menurut Departemen Sosial RI (1989) ialah memberikan pelayanan berdasarkan pada profesi pekerjaan sosial kepada anak terlantar dengan cara membantu dan membimbing mereka kearah perkembangan pribadi yang wajar serta kemampuan keterampilan kerja, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggung jawab baik terhadap dirinya, keluarga maupun masyarakat.
3. Sasaran Panti Asuhan Sasaran panti asuhan menurut Departemen Sosial RI (1989) adalah anak yatim, piatu, yatim piatu terlantar berusia 0 sampai 21 tahun, anak terlantar karena suatu sebab orang tuanya melalaikan kewajiban, anak tidak mampu karena tidak dapat terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
4. Sistem Asuhan Menurut Departemen Sosial RI (1989) sistem asuhan dapat diklasifikasikan menjadi :
12
a. Sistem asuhan berbentuk asrama. Panti asuhan dengan sistem ini berarti anak asuh dikelompokkan dalam jumlah yang besar dan mereka ditempatkan pada satu bangunan berbentuk asrama dengan penempatan anak asuh dalam kelompok antar 15 sampai 20 anak asuh didalam suatu ruangan. Didalam asrama tersebut hanya terdapat satu atau beberapa petugas yang bertindak sebagai bapak atau ibu pengasuh. b. Sistem asuhan berbentuk cottage. Dalam pelaksanaan sistem ini penempatan anak asuh dalam satu wisma dalam kelompok kecil 8 sampai 10 anak, diatur dengan keluarga asuh sebagai orang tua asuh sebagai orang tua pengganti. Penempatannya diatur sebagaimana halnya susunan anak dalam keluarga.
C. Dewasa Madya 1. Pengertian Dewasa Madya Pada umumnya usia madya atau setengah baya dipandang sebagai masa usia antara 30 sampai 60 tahun. Usia madya merupakan periode yang panjang dalam rentang kehidupan manusia. Dewasa madya adalah usia madya atau setengah baya yang terbentang antara usia 30 sampai 60 tahun.
2. Tugas-tugas Perkembangan Usia Madya Tugas-tugas perkembangan usia madya menurut Adi (1994), yaitu : a. Mengembangkan kemampuan untuk mencapai tanggung jawab sosial sebagai warga negara secara lebih dewasa b. Memantapkan dan memelihara standar kehidupan ekonomi (personal maupun keluarga) c. Membantu remaja usia belasan agar dapat menjadi orang dewasa yang y bertanggung jawab dan bahagia d. Mengembangkan kegiatan rekreasional yang biasa dilakukan orang-orang dewasa e. Memperlakukan pasangannya (suami atau istri) sebagai manusia
13
f. Menyesuaikan diri dan menerima perubahan fisik yang terjadi pada usia setengah baya
3. Karakteristik Usia Madya Karakteristik perkembangan usia madya menurut Hurlock (1991), yaitu : a. Usia madya merupakan periode yang sangat ditakuti Diakui bahwa semakin mendekati usia tua, periode usia madya semakin terasa lebih menakutkan dilihat dari seluruh kehidupan manusia. Kebanyakan orang dewasa menjadi rindu pada masa muda mereka dan berharap dapat kembali ke masa itu.
.
b. Usia madya merupakan masa transisi Usia madya merupakan masa di mana pria dan wanita meninggalkan ciriciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku baru. c. Usia madya adalah masa stres Penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah, khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik, selalu cenderung merusak homeostatis fisik dan psikologis seseorang dan membawa ke masa stres, suatu masa bila sejumlah penyesuaian pokok harus dilakukan di rumah, bisnis dan aspek sosial kehidupan mereka. d. Usia madya adalah usia yang berbahaya Berasal dari kalangan pria yang ingin melakukan pelampiasan untuk kekerasan yang berakhir sebelum memasuki usia lanjut. e. Usia madya adalah usia canggung Merasa bahwa keberadaan mereka dalam masyarakat tidak dianggap, orangorang berusia madya sedapat mungkin berusaha untuk tidak dikenal orang lain. f. Usia madya adalah masa berprestasi Orang berusia madya mempunyai kemauan yang juat untuk berhasil, mereka akan mencapai puncaknya pada usia ini dan memungut hasil dari
14
masa-masa persiapan dan kerja keras yang dilakukan sebelumnya. g. Usia madya merupakan masa evaluasi Usia madya nampaknya menuntut perkembangan perasaan yang lebih nyata dan berbeda dari orang lain. Tanggung jawab lain pada usia madya menyangkut hal fantasi dan ilusi. h. Usia madya merupakan masa sepi Bahwa masa ini dialami sebagai masa sepi, masa ketika anak-anak tidak lama lagi tinggal bersama orang tua. i. Usia madya merupakan masa jenuh Banyak atau hampir seluruh pria dan wanita mengalami kejenuhan pada akhir tigapuluhan dan empatpuluhan.
15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tahap-tahap Penelitian
Adapun tahap persiapan dan pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi beberapa tahapan, yaitu : 1. Tahap Persiapan Penelitian Peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun berdasarkan teoriteori yang relevan dengan masalah. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaanpertanyaan mendasar yang nantinya akan berkembang dalam wawancara. Pedoman wawancara yang telah disusun, dikonsultasikan kepada dosen mata kuliah untuk mendapat masukan dan koreksi. Setelah itu peneliti membuat perbaikan terhadap pedoman wawancara dan manyiapkan diri melakukan wawancara. Peneliti kemudian mencari subjek yang sesuai dengan karakteristik yang sudah ditentukan. Peneliti bermaksud mendapatkan data dan subjek yang sesuai untuk tujuan penelitian ini melalui Panti Asuhan Pondok Si Boncel yang terletak di Srengseng Sawah Jakarta Selatan.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian Dalam Panti Asuhan Pondok Si Boncel, peneliti dipertemukan terlebih dahulu dengan Suster Kepala Panti Asuhan Pondok Si Boncel untuk meminta izin melakukan wawancara dengan beberapa pengasuh. Kemudian peneliti membuat kesepakatan dengan subjek mengenai waktu dan tempat pelaksanaan wawancara. Pada peneliti melakukan wawancara di asrama pengasuh. Pada subjek kedua, peneliti melakukan wawancara di ruang unit 2. Pada subjek ketiga, peneliti melakukan wawancara di ruang ganti bau unit 2. Pada subjek keempat, peneliti melakukan wawancara di teras unit 2. Pada subjek kelima, peneliti melakuakn wawancara di kamar tidur unit 2 kemudian beralih ke ruang tunggu panti. Selanjutnya peneliti membuat wawancara ke dalam bentuk bentuk verbatim
16
tertulis, kemudian peneliti melakukan analisis data dan interpretasi data.
B. Definisi Operasional Penelitian
Penelitian mengenai penghayatan prososial pengasuh Panti Asuhan Pondok Si Boncel dimaksudkan adalah untuk meneliti penghayatan prososial pengasuh dalam bentuk tingkah laku prososial yang berupa simpati, kerjasama, menolong, bantuan, berderma dan altruistik.
C. Subjek Penelitjan
Subjek dalam penelitian ini adalah pengasuh anak-anak Panti Asuhan Pondok Si Boncel sebanyak lima orang dengan karakteristik dewasa madya dengan usia 30 sampai dengan 60 tahun dan berjenis kelamin perempuan.
D. Penentuan Lokasi
Penentuan lokasi untuk penelitian ini adalah Panti Asuhan Pondok Si Boncel yang beralamat di Jalan Desa Putra No.5 Rt.001 Rw.001, Lenteng Agung, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12610.
E. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini menggunakan pengambilan sampel berdasarkan teori, yaitu sampel dipilih dengan kriteria tertentu, berdasarkan teori atau konstruk operasional sesuai studi-studi sebelumnya atau sesuai dengan tujuan penelitian. Hal ini dilakukan agar sampel sungguh-sungguh mewakili fenomena yang dipelajari (Patton dalam Poerwandari, 1998)
17
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu : 1. Wawancara Wawancara menurut Moleong (2000) adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. 2. Observasi Observasi menurut Moleong (2000) adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang prilaku dengan aktivitas pengasuh dalam menangani anak-anak panti asuhan sehari-hari.
18
BAB IV HASIL DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Gambaran dan Analisis Tiap Kasus
Pada bab ini peneliti akan melakukan analisis setiap kasus yang kemudian dilanjutkan dengan analisis antar kasus. 1. Kasus Pertama Nama
:M
Usia
: 39 tahun
Status
: Belum Menikah
Lama Kerja
: 7 tahun
Pendidikan
: Diploma
a. Pelaksanaan Wawancara Tanggal
: 11, 12 dan 13 Desember 2008
Waktu wawancara
: Pukul 14.30 - 15.15, pukul 13.45 dan pukul 08.30 - 08.55
Tempat
: Asrama Pengasuh
b. Gambaran Wawancara Subjek adalah wanita setengah baya dengan tinggi badan kurang lebih 160 cm dan bentuk tubuh yang langsing. Subjek mengenakan pakaian seragam karyawan panti asuhan berupa kemeja coklat muda dan kulot coklat tua. Penampilan subjek cukup rapi. Subjek mengenakan sandal jepit dan rambutnya terurai sebatas bahu. Selama diwawancara subjek menjawab pertanyaan dengan lancar dan bersemangat. Subjek selalu mengadakan kontak mata dengan peneliti, kadang-kadang subjek menjawab dengan menggerak-gerakkan tangan kanannya untuk menggambarkan suatu kejadian. Subjek juga mengelus dadanya apabila menceritakan nasib anak-anak asuhnya. Intonasi suaranya bervariasi kadang bernada tinggi, lembut, penuh emosi dan penekanan pada kata-kata penting.
19
c. Interpretasi Interview 1) Motivasi Kerja Motivasi awal subjek untuk bekerja di Panti Asuhan adalah mencari pekerjaan. Tapi, motivasi subjek berubah karena melihat kondisi latar belakang anak yang menyedihkan. "...Awalnya saya memang mencari kerja tapi lama-lama melihat anakanak jadi berubah. Saya jadi...mmm, aduh kasian gitu, lho anak-anak ini dan mengapa mereka disini, membuat saya sedih. Dulu saya memang berharap kerja nntrrk mendapat gaji. Tapi setelah sekian lama bekerja, melihat anak-anak dengan latar belakang yang menyedihkan, seperti mau digugurin, orang tua nggak mampu ataupun anak karena hasil hubungan diluar nikah...yah, cukup menggugah saya untuk melakukan sesuatu bagi mereka..." 2) Kesulitan Kerja Pada awalnya subjek mengalami kesulitan pekerjaan karena tugas yang cukup banyak dan harus menangani sejumlah besar anak dalam setiap unitnya. Selain itu, sistem baru yang ditetapkan Panti Asuhan yaitu tidak adanya pembedaan tugas antara pengasuh dan petugas kebersihan unit. Tapi, subjek kemudian dapat memahami kondisi yang ada dan dapat menyesuaikan diri. "...nggak, tidak terbebani, saya memang capek, tapi saya tidak ingin keluar. Motifnya bukan uang kok tidak terbebani karena saya sadar pekerjaan ini setengah sosial. Saya hanya ingin menrbuat masukan untuk para suster disini agar ada pembedaan tugas antara pengasuh dan tbersih-bersihnya, sehingga anak tidak terlantar dan mendapat perhatian....” 3) Kerjasama Dengan Pihak Panti Asuhan Subjek melakukan kerjasama dengan pihak Panti Asuhan melalui koordinasi dan saling bertukar informasi mengenai kondisi kesehatan anak. Selanjutnya, pihak Panti Asuhan akan menentukan tindak lanjutnya.
20
"...saya kan kerja disini, masa tidak ada koordinasnya, sih? Kami saling bertukar informasi saja. Seperti anak yang sakit atau kurang sehat, kami laporkan ke suster lalu dipartuskcrn bagaimana tindak lanjutnya..." 4) Kerjasama Antar Pengasuh Subjek juga melakukan kerjasama antar pengasuh. Kerjasama yang dilakukan antara lain saling menukar informasi tentang kondisi kesehatan
anak
asuh.
Dalam
melakukan
kerjasama
disertai
kekompakan dan pembagian kerja antar pengasuh sesuai Shift agar meringankan pekerjaan. "...nah, disitu kami saling kerjasama, ada yang mengasuh anak-anak dan yang lain menyelesaikan pekerjaan bersih-bersihnya atau beresberes di belakang. Lalu, seielah itu saling tukar informasi, misalnya si 'A' tadi badannya panas....Jadi, tiap pengasuh harus kompak dan kerjasama yang baik.... mukanya, pekerjaan dibagi-bagi biar ringan, kan enak sudah ringan cepat selesai lagi..." 5) Tugas Pengasuh Tugas yang harus dikerjakan pengasuh antara lain mempersiapkan kebutuhan fisik anak dan membersihkan unit. Selain itu pengasuh juga dituntut untuk mengajarkan kemandirian pada anak, memberikan perhatian dan kasih sayang. Selain itu, menjadi ibu pengganti yang baik bagi anak asuhnya agar dapat diteladani. "...pagi, memandikan anak, nyuapin, pakein baju, siapin bekal dan tas sekolah...Lho, apa sih lugas pengasuh? Mengasuh anak-anak, memberikan kasih sayang juga perhatian yang mungkin tidak didapat anak di keluarga...." 6) Gaji atau Pembayaran Subjek tidak terlalu mempersoalkan nominal gaji yang diperolehnya. Subjek juga keberatan menyebutkan besarnya gaji yang diperoleh. Menurutnya kebutuhannya.
gaji
yang
Subjek
diberikan lebih
21
cukup
mementingkan
untuk
memenuhi
nasib
anak-anak
dibandingkan gaji yang diterimanya. "...wah, wah, kalau saya tidak terlalu mempersoalkan nominalnya. tapi, sekarang gajinya ya sudah lumayan. Yang penting anakanak...Kalau masih hidup sendiri maksudnya belum berkeluarga, yah, cukup-cukup saja " 7) Empati Subjek merasa sedih mengetahui latar belakang anak asuhnya. Ia dapat merasakan kondisi ataupun perasaan yang dirasakan oleh anakanak asuhnya. Subjek menyalahkan orang tua yang tidak bertanggung jawab sehingga anak-anak mereka menjadi korban. Karena hal tersebut, maka subjek berusaha memberikan kasih sayang pada anak asuhnya. "...yang pasti sih, sedih. Saya sedih karena mengetahui latar belakang anak-anak yang ditaruh disini... Yang salah itu orang tuanya, anak sih nggak tahu apa-apa. Mereka berani berbuat tapi tidak berani tanggung akibatnya...." 8) Pertolongan dan Bantuan Bentuk-bentuk pertolongan dan bantuan yang diberikan subjek tidak selalu bersifat fisik, tapi juga memberikan kasih sayang dan perhatian yang dibutuhkan anak-anak. Subjek membantu kesulitan belajar yang dialami beberapa anak karena ia memahami latar belakang anak-anak tersebut dan mengarahkan minat yang sesuai dengan keinginan anak. “...kalau saya melakukan pekerjaan saya dengan baik, itu pasti sudah suatu bantuan...Menolong kan bukan selalu bersifat fisik, seperti nyuapin, mandiin, pakein baju, atau nyiapin keperluannya. Tapi, kasih sayang dan perhatian yang benar-benar dibutuhkan oleh anak usia seperti itu harus terpenuhi ... Kalau ada kesulitan belajar, pasti saya bantuin... tapi, saya juga tahu milzatnya yaitu main gitar. Jadi, saya arahkan saja supaya ia tidak terbebani..." 9) Berderma Bentuk-bentuk sumbangan yang diberikan subjek sebagai pengasuh yaitu tenaga, pikiran dan waktu. Subjek tidak menyumbang secara
22
materi karena ia merasa fasilitas Panti Asuhan cukup memadai dan banyak menerima donasi dari orang lain atau pihak luar. "...menyumbang tenaga, pikiran dan waktu. Menyumbang secara materi tidak pernah. Disini donaturnya sudah banyak dan fasilitasnya sudah baik. Anak nggak kurang, deh secara fisik..." 10) Imbalan Subjek menerima imbalan dari bantuan dan pertolongan yang diberikan pada anak-anak asuhnya, yaitu berupa gaji. Tapi secara pribadi, subjek tidak menilai berdasarkan besar kecilnya gaji yang diterima. Subjek lebih menaruh perhatian pada nasib anak-anak asuhnya apabila dibandingkan dengan gaji. "...imbalannya, ya gaji. Tapi, saya pribadi sih, tidak melihat dari besar kecilnya gaji yang saya terima. Tentunya bantuan atau tuntutan dari pekerjaan saya ini lebih dari sekedar gaji atau uang yang saya terima. Sekarang gajinya memang lumayan, tapi apa gajinya yang mau dikejar? Lalu, anak-anaknya gimana dong...."
d. Analisis Hasil Interpretasi Wawancara berdasarkan hasil interpretasi wawancara terhadap kasus subjek M, ditemukan bentuk-bentuk penghayatan tingkah laku prososial, yaitu : 1.
Empati, yang dilakukan oleh subjek yaitu ikut merasakan kesedihan yang dialami anak-anak asuhnya. Setelah subjek mengetahui latar belakang keluarga anak-anak asuhnya maka is dapat merasakan kondisi yang dialami anak-anak tersebut.
2.
Kerjasama dilakukan subjek dengan pihak Panti Asuhan dan antar pengasuh dalam menangani kondisi fisik anak-anak asuh serta adanya pembagian kerja antar pengasuh untuk meringankan pekerj aan.
3.
Pertolongan
dan
Bantuan
yang
diberikan
subjek
selain
mempersiapkan kebutuhan fisik anak-anak asuhnya, dan juga memberikan perhatian dan kasih sayang yang dibutuhkan. Subjek membantu kesulitan belajar yang dialami beberapa anak dan
23
mengarahkan minat pada ladang yang sesuai. 4.
Berderma atau bentuk-bentuk sumbangan yang diberikan subjek berupa tenaga, pikiran dan waktu. Subjek tidak menyumbang dalam bentuk materi dikarenakan fasilitas Panti Asihan yang sudah cukup memadai dan banyaknya donasi dari pihak luar.
2. Kasus Kedua Nama
:L
Usia
: 38 Tahun
Status
: Single
Lama Kerja
: 15 Tahun
Pendidikan
: Diploma
a. Pelaksanaan Wawancara Tanggal
: 11 Desember 2003 , 12 Desember 2008
Waktu
: 12.30, 12.48
Tempat
: Ruang unit 2
b. Gambaran Umum Subjek Subjek memiliki tinggi badan kurang lebih 150 cm dengan bentuk tubuh yang agak gemuk. Subjek berkulit coklat muda, berambut ikal sebatas kuping. Setiap wawancara dilakukan subjek mengenakan seragam panti asuhan dengan kemeja lengan pendek berwarna coklat muda dan kulot berwarna coklat tua sebatas dengkul. Dalam menjawab pertanyaan, subjek cukup jelas menceritakan dan agak sedikit tegas terkesan galak, sesekali mata subjek membesar dan selalu kontak mata dengan pewawancara. c. Interpretasi interview 1) Motivasi bekerja Subjek bekerja di panti asuhan pertama kali karena informasi dari suster, sebelum menjalankan pekerjaannya subjek ragu akan tekadnya namun karena tekad yang bulat membuat subjek semakin mantap bekerja
24
sebagai pengasuh. "...Pertama-tama suster yang ngasih tau saya tentarrg pekerjaan ini.... trus saya coba ... awalnya sih ragu ya ngejalanin atau tidak tapi karena udah bulat ya sudah akhirnya saya menjadi pengasuh disini.. " Setelah menjalani pekerjaannya, subjek terdorong oleh rasa cinta subjek terhadap anak-anak dan keinginan subjek untuk menjadikan mereka lebih baik dari keadaan orang tuanya. "...Saya memang senang dengan anak-anak saya mencintai mereka. Saya pengennya mereka menjadi lebih baik dari kedua orang tua...kedua orang tua mereka lah.. " 2) Hambatan, kesulitan Pertama kali menjalai pekerjaannya, subjek merasa lelah karena anakanak yang nakal. "... Waktu periama kcrli ya, saya merasa capek barrget. Abisnya anakanak pada nakal-nakal.. " Subjek mengalami kesulitan dalam mengatur anak karena pekerjaan yang banyak dan belum terselesaikan sehingga memicu emosi subjek terhadap kenakalan anak. "... Yach... sulit juga sih ngaturnya.... kadang-kadang emosi juga apalagi anakanak lagi bener-bener nakal... apalagi kalo ada kerjaan yang belum selesai ... duh... kesel banget... " 3) Kerjasama dengan panti asuhan dan pihak lain Subjek melakukan kerjasama dengan para suster sebagai pihak panti dalam menangani permasalahan anak dengan cara meminta para suster untuk lebih sering memperhatikan anak dan
terjun langsung melihat
kondisi anak. "....Kalo ke pihak panti, kita minta suster-suster supaya terjun langsung menengok keadaan anak-anak dan tahu kebutuhan apa yang diperlukan ya... bukan secara materi, tapi setidaknya kebutuhan moril dan batin supaya lebih perhatian gitu ke anak-anak... " Selain dengan pihak panti asuhan subjek juga melakukan kerjasama dengan orang lain yaitu orang tua masing-masing anak dengan cara
25
meminta mereka untuk lebih rajin mengunjungi anak-anaknya dan melihat keadaannya supaya anak tidak merasa diabaikan dan bisa mmecahkan masalah bersama-sama.
"....Sama orang tua anak-anak tersebut! Itu saya lakuin biar mereka mau rajin berkunjung dan melihat keadaan anak mereka, supaya mereka tidak merasa diabaikan. Apalagi kalo ada masalah kita bisa cari jalan keluarnya sama-sama...” 4) Kerjasama dengan pengasuh Subjek melakukan kerjasama antar pengasuh dalam menangani permasalahan anak dengan saling bercerita dan mendukung satu sama lain antar pengasuh dalam mencari pemecahannya. "....Kalo sama pengasuh saling mendukung dan kerjasama. Trus misalnya saya cerita tentang si Samuel Trusnya kalo Samuel itu nakal, suka gangguan temen-temennya trus kita cari sama-sama jalan keluar untuk menghadapi Samuel. Sedikit banyak lumayan….. Samuel udah nggak nakal... " 5) Tugas-tugas, rutinitas Banyak tugas dan beban yang harus dijalankan subjek yaitu selain bertugas untuk mengurusi anak-anak juga harus mengerjakan dan mengurusi kebersihan unit yang ditugasi subjek. "....Kalo pekerjaan, selain mengurusi anak juga mengurusi unit yang ditugasin untuk mengurus anak ya...saya harus menjaga mereka, menemani juga ngurusin keperluan mereka. Tapi kita harus ngebersihin unit kayak ngeberesihin kamar mandi, ngepel, nyapu, nyuci piring Semua dilakuin bersama-sama.... harus nyambi..kalo kitanya nggak sabar ya... bisa keteteran...” Banyaknya pekerjaan yang dilakukan oleh subjek tidak menjadi hambatan bagi dirinya untuk melayani anak-anak dengan senang hati. "....bagi saya dengan banyaknya kerjaan disini tidak menghambat saya untuk tetap melayani mereka. Semuanya saya kerjakan dengan senang hati... "
26
6) Gaji Subjek merasa bahwa gaji bukan hal yang utama dalam melakukan pekerjaannya, baginya mengurus anak-anak dengan kasih sayang lebih utama daripada gaji yang diterimanya. Sikap ini ditunjukkan, subjek dengan rela mengurus anak-anak dengan kasih sayang dan menempatkan dirinya sebagai ibu pengganti. Bagi subjek yang terpenting adalah pengabdian terhadap anak-anak. "....Saya bekerja disini, nggak seperti pekerjaan yang lain, kalo kerja disini yang pasti menuntut kerelaan trusnya mengurus anak-anak itu harus dengan kasih sayang, kita harus memberikan waktu banyak untuk mereka dibandingkan terhadap keluarga sendiri. Kita juga harus.... bisa menempatkan diri sebagai ibu mereka. Toh yang terpenting buat saya pengabdian untuk anak-anak... " 7) Empati, perasaan Subjek berusaha untuk menempatkan dirinya sehingga anak-anak di panti asuhan supaya subjek dapat merasakan apa yang dialami anak-anak di panti asuhan. "....Jadi saya pura -pura nggak punya orang tua dan merindukan mereka. Dari situ saya mikir kalo saya jadi mereka... akhirnya saya bisa ngerasain kalo jadi mereka. Saya ingin membuat hidup anak-anak mikir jadi baik... " Subjek senang melakukan pekerjaannya walaupun dalam melakukan pekerjaannya subjek dituntut untuk berkorban. "....Iya... senang walaupun kerja disini nuntut kita untuk banyak pengorbanannya ya saya tetap lakukan dengan usaha yang baik... " 8) Pertolongan dan bantuan Subjek memberi pertolongan kepada anak-anak dengan cara mengajari anakanak belajar, menemani anak-anak bermain dan bercerita sehingga dapat menambah pengetahuan anak-anak. "....Saya biasanya ngajarin mereka belajar...nemenin mereka main ... cerita bual anak-anak...dari situ saya bisa menolong mereka belajar.. " Membantu anak-anak pada saat mandi, makan dan mempersiapkan perlengkapan sekolah anak-anak. "…..misalnya...mandi, makan, pergi ke sekolah.... Saya bantu mereka seperti waktu mereka man pergi ke sekolah saya nyiapin perlengkapan
27
mereka… ya baju, bekel, buku-buku ..ya...semuanya deh, apa yang perlu dibawa mereka ke sekolah.. " 9) Menyumbang, berderma Subjek banyak memberikan waktu, tenaga, pikirannya untuk anakanak. “…..Ya kalo dibilang banyak ya nggak juga sih tapi kita harus memberikan waktu untuk anak-anak tenaga pikiran ...ya setidaknya ikut memikirkan keadaan mereka yang terpenting melihat mereka senang saya juga senang... " d. Analisis Hasil Interpretasi Interview 1) Empati subjek terlihat dari usaha subjek menempatkan dirinya sebagai anak-anak yang dibesarkan di panti asuhan supaya subjek dapat merasakan dan mengalami keadaan yang harus dihadapi anak-anak di panti asuhan. 2) Kerjasama dengan pihak panti asuhan yaitu para suster agar lebih memberikan perhatian kepada anak-anak juga terjun langsung melihat keadaan anak-anak. 3) Kerjasama dengan pengasuh lainnya dilakukan subjek dalam mencari jalan pemecahan untuk permasalahan anak dengan saling mendukung dan memberikan informasi kepada pengasuh lain dengan bercerita. 4) Pertolongan dan bantuan yang diberikan subjek berupa pertolongan dalam mengajari anak belajar, menemani bermain dan bercerita, selain itu subjek membantu anak-anak mempersiapkan perlengkapan sekolah dan kebutuhan fisiknya. 5). Berderma dengan memberikan banyak pikiran, waktu dan tenaga bagi anak-anak. 3. Kasus Ketiga Nama
: Ibu A. G
Umur
: 33 Tahun
Pekerjaan
: Pengasuh Panti Asuhan
Status
: Belum Menikah
Lama Kerja
: 10 Tahun
28
a. Pelaksanaan Wawancara Tanggal
: 11 Desember - 13 Desember 2008
Waktu Wawancara : Pukul 14.00 - 14.45 WIB Tempat
: Ruang ganti baju unit 2 Panti Asuhan Pondok Si Boncel
b. Gambaran Umum Subjek Subjek adalah wanita dewasa dengan memiliki tinggi badan kurang lebih 160 Cm dan bentuk tubuh yang cukup kurus. Subjek memiliki kulit putih bersih dengan rambut pendek dan ikal. Penampilan subjek cukup rapi dan memakai baju karyawan panti yaitu kemeja coklat muda dengan kulot coklat tua serta sandal kulit. Penampilan subjek polos tanpa make up dan wajah subjek mencirikan wajah khas oriental. Subjek pada awalnya segan untuk diwawancarai karena waktu kerja yang padat untuk mengasuh anak dan membersihkan unit tetapi akhirnya subjek bersedia diwawancarai di saat subjek berada di ruang gantu baju anak sambil subjek bertugas melipat baju anak-anak. Dalam menjawab pertanyaan subjek agak tertutup dan cukup kooperatif. Selama menjawab pertanyaan subjek selalu ada kontak mata dengan peneliti, kadang-kadang menggerakkan tangannya pada saat menjawab pertanyaan. Intonasi suara subjek pada saat bercerita bernada tidak tinggi maupun rendah dan cukup jelas sehingga peneliti dapat menangkap jelas apa yang dibicarakan subjek. Subjek pada saat bercerita adanya penekanan pada kata-kata penting. c. Interpretasi Interview 1) Motivasi Motivasi subjek bekerja sebagai pengasuh di panti asuhan adalah karena
subjek
sangat
menyukai
anak-anak
dan
concern
pada
perkembangan dan dunia anak-anak. "... yang memotivasi saya untuk bekerja disini, awalnya karena saya sangat menyukai anak-anak dan concern pada perkembangan serta dunia anak-anak lalu saya ditawari untuk bekerja disini. Setelah saya coba selama beberapa bulan saya merasa betah dan cocok maka saya putuskan untuk hekerja disini... "
29
2) Hambatan / Kesulitan Hambatan yang terjadi yaitu subjek sulit membagi waktu antara mengasuh anakanak dengan membersihkan unit sehingga membuat subjek tidak memiliki waktu bennain dengan anak-anak. Selain itu kesulitan yang dialami yaitu kurangnya tenaga pengasuh, dimana pengasuh harus menangani kurang lebih 20 orang. "... kalau kesulitan pasti banyak, tetapi intinya saya sangat sulit membagi waktu antara mengasuh anak-anak dengan bersih-bersihin unit, sehingga anak menjadi kurang perhatian. Selain itu tenagu pengasuh saya rasa kurang, bagaimana tidak seorang pengasuh harus menangani kurang lebih 20 orang... " 3) Kerjasama Dengan Pengasuh lain Menurut subjek antara pengasuh memang dituntut adanya kerjasama karena dengan adanya kerjasama pekerjaan dapat ditangani dengan baik dan anak-anak asuh dapat dikontrol dan diawasi secara langsung. "... antara pengasuh memang dituntut adanya kerjasama, contohnya dalam menangani anak-anak yang sakit atau susah diatur. Kalau ada anak yang sakit maka ada pengasuh lain yang mengantar ke rumah sakit sedangkan pengasuh lain tetap di unit mengasuh anak-anak. Antar pengasuh juga hurus saling memberi informasi tentang kondisi anak asuh... " 4) Kerjasama Dengan Pihak Panti Asuhan Antara pengasuh dengan pihak juga dituntut adanya kerjasama karena bila adanya kerjasama maka kesulitan-kesulitan yang dihadapi pengasuh dapat diketahui oleh pihak panti dan selanjutnya dapat menemukan solusi yang tepat bagi kesulitan tersebut. "... pihak panti asuhan juga sering mengadakan sharing bersama dengan pengasuh untuk mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi pengasuh dalam menghadapi anak-anak, fasilitas yang diinginkan oleh pengasuh dan bagaimana menangani anak-anak yang bandel atau sakit lalu diberi informasi background anakanak seperti anak terlantar atau ingin digugurkan sehingga pengasuh bisa memaklumi anak-anak... "
30
5) Tugas / Pekerjaan Pekerjaan yang dilakukan oleh subjek yaitu melakukan banyak hal yang berkaitan dengan anak-anak dimana subjek menyiapkan semua kebutuhan anak-anak dan membersihkan ruang unit. Pekerjaan tersebut rutin subjek kerjakan setiap hari. "... saya disini melakukan banyak hal yang berkaitan dengan anakanak dan pekerjaan rumah seperti memandikan anak, menyuapi, memakaikan baju, mengajak bermain sedangkan dalam membersihkan unit yang saya lakukan yaitu mengepel, menyapu, pekerjaan itu rutin saya kerjakan setiap hari... " 6) Gaji Pada saat hal ini ditanyakan kepada subjek, subjek sangat keberatan menjawabnya. Subjek sempat terdiam sebentar dan mengatakan bahwa masalah ini cukup sensitif bagi subjek. Subjek hanya mengatakan bahwa gaji yang subjek dapat dari panti asuhan cukup untuk kebutuhan subjek sehari-hari karena menurut subjek dirinya belum menikah dan memiliki anak-anak. "... berapa yaa gimana yaa mbak, bukunnya saya tidak ingin memberitahu tetapi masalah ini cukup sensitif sekali buat saya, kalau dihitung-hitung cukuplah karena saya masih sendiri belum menikah. Tetapi bila saya menyebutkan besarnya gaji agaknya saya keberatan. Saya juga tidak terlalu mempermasalahkan besar kecilnya gaji yang penting bagaimana saya melakukan pekerjaan ini dengan baik dan merawat anakanak... " 7) Pertolongan Bentuk-bentuk pertolongan yang subjek berikan pada anak-anak asuh yaitu memberikan perhatian dan kasih sayang pada mereka karena sebagai figur pengganti Ibu selayaknya subjek menolong dari kesulitankesulitan yang mereka hadapi. "... menolong anak yang saya pentingkan sih, memberikan perhatian dan kasih sayang soalnya hal tersebut tidak mereka dapatkan dari orangtua mereka. Sebagai Ibu pengganti bagi mereka saya ingin menolong mereka dari kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi. Anak-anak ini kan harus menghadapi berpisah dengan orangtua dun tinggal di panti asuhan. Anak kecil yang ditinggal orangtuanya pasti sedih karena biar
31
bagaimana mereka membutuhkan perhatian dan kasih sayang makanya saya semaksimal mungkin menjadi Ibu atau orangtua yang menyayangi mereka... " 8) Empati Perasaan subjek pada saat mengasuh anak-anak adalah bahwa subjek menganggap mereka anak-anak subjek yang harus dirawat dan disayangi. Subjek sangat peduli dengan anak-anak asuh, karena melihat latar belakangnya yang sudah tidak memiliki keluarga dan figur orangtua. "... yang pasti saya menganggap mereka sebagai anak-anak saya yang harus saya rawat dan saya sayangi. Jadi saya ingin merawat mereka sebaik-baiknya... " 9) Bantuan Bantuan yang diberikan subjek kepada anak-anak asuh yaitu membantu anak-anak dalam belajar, menyiapkan semua kebutuhan yang mereka perlukan seperti menyiapkan makanan, memandikan, menyuapi, memakaikan baju sekolah. "... sebelum mereka berangkat sekolah saya menyiapkan semua kebutuhan yang mereka perlukan, saya juga memandikan mereka, menyuapi, memakaikan baju sekolah. Kalau belajar saya pasti juga mengajari mereka walau mereka masih TK dan masih belum bisa belajar banyak. Saya juga mengajarkan nilai-nilai moral dan budi pekerti supaya anak-anak sejak dini sudah mengetahui perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk... " 10) Sumbangan Menurut subjek sumbangan yang telah diberikan bagi anak-anak asuh yaitu subjek telah menyumbang waktu, tenaga, dan pikiran bagi kesejahteraan anak-anak asuh dan tidak lupa memberikan perhatian dan kasih sayang itu yang paling penting menurut subjek. "... karena saya bekerja disini saya pasti digaji, imbalannya berarti gaji itu. Tapi terus terang aja yaa... mbak saya bekerja disini bukan semata-mata karena gajinya, saya prihatin dengan nasib anak-anak dan saya merasa terpanggil untuk membantu mereka. Sehingga gaji tidak terlalu penting bagi saya tetapi dedikasi pada pekerjaan itu yang penting... "
32
d. Analisis Hasil Interpretasi Interview Atas dasar hasil interpretasi interview terhadap kasus subjek A. G ditemukan komponen-komponen yang menentukan keberhasilan pengahayatan pengasuh panti asuhan dengan prilaku prososial, yaitu : 1) Empati yang dirasakan subjek dimana subjek menganggap anak-anak asuh sebagai anak sendiri bagi subjek. Sehingga mereka harus dirawat dan disayangi, subjek sangat peduli terhadap mereka karena melihat latarbelakang mereka yang rata-rata sudah tidak memiliki Ibu sehingga subjek harus berperan layaknya seorang Ibu bagi mereka. 2) Kerjasama dengan pengasuh lain terjadi pada saat ada anak yang sakit dan harus diantarkan ke rumah sakit sehingga ada pembagian tugas antara yang mengantar ke rumah sakit dengan yang tetap di panti menjaga anakanak. Kerjasama yang lain yaitu dengan saling memberi informasi tentang kondisi anak asuh. Kerjasama dengan pihak panti terjadi pada saat adanya kesulitan-kesulitan yang dihadapi pengasuh dalam menghadapi anak-anak seperti bagaimana menangani anak-anak yang bandel atau nakal serta fasilitas-fasilitas yang dirasa kurang dan harus ditambah. 3) Bantuan dan Pertolongan yang diberikan pengasuh kepada anak-anak asuh dirasa pengasuh sudah memberikan secara maksimal dimana anakanak dapat terpenuhi semua kebutuhannya baik kebutuhan makan maupun kebutuhan perhatian dan kasih sayang serta kebutuhan untuk sekolah. Sedangkan pertolongan yang diberikan pengasuh sudah maksimal dan cukup dalam memberikan perhatian dan kasih sayang tanpa adanya pilih kasih antara anak yang satu dengan yang lain, tiap anak tidak ada yang dibedakan. 4) Berderma / Sumbangan banyak diberikan pengasuh berupa waktu, tenaga dan pikiran yang dicurahkan secara maksimal guna kesejahteraan anak-anak asuh. Agar semua kebutuhan yang diperlukan anak-anak asuh dapat dipenuhi dengan baik.
33
4. Kasus Keempat Nama
:A
Usia
: 35 tahun
Status
: Menikah
Anak
:1
Lama kerja
: 8 tahun
Pendidikan
: PGTK
a. Pelaksanaan Wawancara Tanggal
: 11-12 Desember 2008
Waktu
: 14.03 - 14.23 WIB, 13.05 - 13.20 WIB
Tempat
: Teras Unit 2 PPA Pondok Si Boncel
b. Gambaran Umum Subjek Subjek adalah wanita dewasa awal dengan memiliki tinggi badan kurang lebih 165 cm dan bentuk tubuh yang cukup langsing. Rambut subjek yang hitam, sebahu dan tergerai. Subjek memiliki wajah dan senyum yang manis. Alis tebal dan hitam. Bola mata indah dan bersinar, hidung agak mancung dan gigi tersusun rapi dan putih. Di pipi kanannya terdapat tahi lalat. Penampilan subjek cukup rapi dan terlihat sederhana. Lembut dalam bertutur kata dan keibuan. Subjek mengenakan seragam coklat muda dengan kemeja lengan pendek dan kulot panjang. Subjek mengenakan sandal jepit warna biru. Subjek nampak agak segan untuk bercerita pada awalnya. Subjek menceritakan segalanya secara garis besarnya saja. Dalam menjawab pertanyaan, subjek kooperatif, lancar namun agak tertutup. Selama menjawab pertanyaan, subjek selalu ada kontak mata dengan penulis. Subjek terlihat tenang dan santai dalam menjawab pertanyaan. Terkadang, subjek terlihat agak sedih ketika menceritakan latar belakang anak. Subjek duduk dengan tenang, kaki kanan ditopangkan pada kaki kiri. Kedua tangan subjek berada di atas paha kanan. Terkadang tangan dan kaki subjek digerakan. lntonasi suara subjek terdengar tetap dan sedang.
34
c. Interpretasi Interview 1) Motivasi Motivasi bekerja subjek adalah untuk pelayanan dan pengabdian. Hal ini ditujukan untuk Tuhan dan anak-anak sesuai dengan kepercayaan yang dimilikinya. "Yang mendorong saya untuk bekerja di sini adalah karena saya merasa terpanggil dalam pelayanan Tuhan. Ya... semacam pengabdian lah. " "Pengabdian aja. " 2) Hambatan Subjek sebagai ibu pengasuh pondok si Boncel, memiliki beberapa pekerjaan. Dalam bekerja, tentunya tidak selalu mengalami kelancaran. Ada beberapa hambatan bekeria yang dialami oleh subjek diantaranya adalah subjek memiliki pekerjaan yang rangkap diantaranya subjek harus mengasuh anak dan harus pula membereskan unit yang ditanganinya. Bukan hanya itu saja, subjek juga mengalarni hambatan yang berupa tidak sebandingnya jumlah anak dengan jumlah pengasuh. "Pekerjaannya dobel, jadi pengasuhan anak-anak sering terbengkalai..., satu unit isinya 20 sampai 23 anak sedangkan pengasuhnya cuma 1. " 3) Kerja sama a. Antar Pengasuh Dalam bekerja, tentunya subjek tidak bekerja sendiri. la selalu bekerja sama dengan pengasuh lainnya. Bentuk kerjasama yang biasa subjek lakukan adalah berbagi cerita dan informasi tentang anak-anak asuhannya. "..., saya akan berbagi cerita dengan pengasuh yang lain. " b. Pihak Panti Kerjasama yang dilakukan oleh subjek bukan hanya antar pengasuh melainkan juga dengan pihak panti. Namun terkadang, pihak panti kurang respon terhadap kebutuhan anak-anak. "..., saya bahkan melapor ke pihak panti. " "Responnya kurang bagus... "
35
"Para pengasuh sih sudah mengusulkan pemakaian whiteboard untuk pelatihan menulis. Juga gambar buah, binatang agar anak-anak bisa mengetahui jenis buah dan binatang tetapi sampai sekarang belum terealisasi. " 4) Tugas Seperti pekerjaan lainnya, subjek sebagai ibu pengasuh juga memiliki tugas yang harus ia kerjakan. Mengasuh anak dan membereskan unit, harus subjek kerjakan dalam kehidupan hari-harinya. "... mengasuh anak,..., ngeberesin unit termasuk nyapu, bersihin kamar mandi, ngerapiin tempat tidur, cuci sepatu anak-anak, mandiin anak-anak, nyiapin keperluan sekolah. " "... tugas saya bukan sebagai pengasuh saja tetapi juga sebagai pemelihara panti asuhan ini. Harus bersih-bersih, nguras bak mandi, bersihin unit, beresin panti. " ".., mengasuh, mendidik, sebagai pengganti orang tua yang penuh kasih sayang kepada mereka. " 5) Imbalan Sebagai pekerja, subjek juga mendapatkan imbalan atas kerjanya. Imbalan dirasakan relatif kurang memuaskan bagi subjek. "... relatif, manusia kan gak ada puasnya. " 6) Perasaan Anak-anak yang berlatar belakang berbeda membuat subjek berbeda pula dalam berinteraksi dan memahami perasaan anak-anak yang ditanganinya. "..., saya sering kali capek dan kesal menghadapi anak-anak..., saya kasihan pada mereka. " "..., kalau melihat kenakalan mereka yang melewati batas kewajaran anak-anak sering kali membuat saya stress. Pokoknya capek fisik dan mental ... kalau melihat mereka, saya agak maklum juga sih,... " "... anak-anak di panti ini berlatar belakang yang kurang mendukung." "Anak yang ditaruh di sini kan karena gak punya bapak, orang tuanya gak jelas, ibunya hamil dulu, mau digugurin, ditelantarin, gak pernah
36
ditengok. Jadi saya tahu bagaimana rasanya. Anak-anak kan butuh perhatian, kasih saying, perlu ibu. " 7) Menyumbang Ternyata, subjek juga memberikan sumbangan kepada anak asuhnya. Namun sumbangan bukan berbentuk materi melainkan tenaga, pikiran, waktu dan kasih sayang. Subjek berusaha memberikan yang terbaik untuk anak asuhnya agar perkembangan anak asuhnya menjadi lebih baik di masa yang akan datang. “Materi sih, nggak mbak... Kalau tenaga, pikiran, waktu dan kasih sayang tentu saja saya beri. "
d. Analisis Hasil Interpretasi Interview 1. Kerja sama a. Antar Pengasuh Dalam tugasnya, ternyata subjek bekerja sama dengan pengasuh lain. Antar pengasuh saling menjaga, menolong anak asuhnya. Seseorang yang menolong orang lain akan memicu orang lain juga untuk ikut menolong (Bryan & Test, 1967 dalam Sarwono, 1999). b. Pihak Panti Selain kerjasama dengan pengasuh lain, subjek juga bekerjasama dengan
pihak
panti.
Namun
terkadang,
pihak
panti
kurang
meresponnya dikarenakan oleh kesibukan pihak panti. Biasanya orangorang yang sibuk cenderung untuk tidak menolong (Darley & Batson, 1973 dalam Sarwono, 1999). 2. Empati Batson (1991, 1995 dalam Sarwono, 1999) mengatakan bahwa egoisme dan simpati berfungsi bersama-sama dalam perilaku menolong. Gabungan dari keduanya dapat menjadi empati. Empati yaitu ikut merasakan penderitaan orang lain sebagai penderitaanya sendiri. Empati subjek terhadap anak asuhnya dapat disebabkan latar belakang kehidupan anak asuhnya yang kurang beruntung dan subjek yang kini telah memiliki
37
anak. Subjek dapat merasakan penderitaan anak-anaknya seperti penderitaannya sendiri sehingga seakan-akan segala sesuatu yang dirasakan oleh anak-anaknya dapat dirasakan oleh subjek juga. Upaya menolong anak-anaknya menjadi lebih besar. 3. Pertolongan dan Bantuan Dalam hal ini, subjek berusaha untuk memberikan waktu dan tenaga untuk anak-anak asuhnya. Pertolongan bukan hanya dalam arti material atau finansial, melainkan juga dalam bentuk psikologis seperti memperoleh informasi, pelayanan, status, penghargaan, perhatian, kasih sayang dan sebagainya (Foa & Foa, 1973, dalam Sarwono, 1999). Pertolongan dan bantuan yang diberikan subjek kepada anak-anak asuhnya disebabkan juga adanya atribusi eksternal. Dalam arti, pada masa perkembangaanya, anak belajar mandiri, banyak bertanya, meniru dan juga belajar membedakan benar dan salah. Pada masa ini, anak mulai mengembangkan hati nurani. Orang akan menolong orang yang lebih memerlukan pertolongan (Shotland & Stebbins, 1983 dalam Sarwono, 1999). 4. Menyumbang Dalam
urutan
prioritasnya,
subjek
sebagai
ibu
pengasuh
menyumbangkan tenaga, pikiran, waktu dan kasih sayang untuk anak asuhnya. Orang cenderung memberikan pertolongan dalam urutan prioritas tertentu yaitu anak-anak lebih didahulukan daripada orang tua (Burnstein, Crandall & Kitayama, 1994 dalam Sarwono, 1999). Secara alamiah, orang memang cenderung membantu orang lain yang dekat dengan diri sendiri (Rushton dkk, 1984 dalam Sarwono, 1999).
5. Kasus Kelima Nama
:N
Umur Subjek
: 49 Tahun
Pekerjaan Subjek : Pengasuh Status
: Lajang
38
Jabatan
: Pengasuh Unit 2
Lama Kerja
: 20 Tahun
a. Pelaksanaan Wawancara Tanggal
: 11 Desember 2008, 12 Desember 2008, 13 Des 2008
Waktu
: 09.05-09.30 WIB,13.35-14.00 WIB,14.05-14.30 WIB
Tempat
: Ruang Tunggu
b. Gambaran Umum Subjek. Subjek adalah wanita yang kelihatan sudah seperti ibu-ibu dengan memiliki tinggi badan kurang lebih 160 cm dengan bentuk tubuh agak gemuk serta rambut yang sudah beruban. Penampilan subjek saat diwawancara selalu sangat rapi dan kelihatan berdandan. Subjek pada awal wawancara nampaknya segan dan enggan berbicara panjang lebar, sehingga dalam menjawab pertanyaan terkesan singkat dan apa adanya. Selama menjawab pertanyaan, subjek selalu ada kontak mata dengan penulis, sikap subjek juga selalu tegas, dan sering memperlihatkan raut muka sinis jika menjawab pertanyaan menyangkut anak-anak asuh. Selama wawancara subjek tampak tenang dan tidak terlalu banyak mengeluarkan gerakan-gerakan tubuh. Intonasi suara subjek tampak konsisten, berbicara dengan keras, tempo yang sedang, dan sesekali ada penekanan pada katakata penting. c. Interpretasi Interview 1) Motivasi Subjek bekerja sebagai pengasuh awalnya mengetahui informasi dari seorang yang selalu memakai jasanya sewaktu subjek masih bekerja serabutan. “...saya bisa bhekerja disini waktu itu lewat informasi dari seoranggggggg .... yach anggaplah orang yang biasa memakai jasa saya waktu saya masih kerja serabutan... " Selain itu subjek bekerja sebagai ibu pengasuh karena keahlian subjek yang terbatas dan
tidak memiliki pekerjaan lain yang dapat
dilakukan olehnya.
39
"... jujur aja karena udeh ngga ada kerjaan lain lagi yang bisa saya kerjain ... lagianjuga keahlian saya terbatas.... " Lagipula subjek memilih pekerjaan ini sebagai ibu pengasuh setelah mendengar informasi bahwa yang akan diasulnnya adalah anakanak balita, lagipula menurutnya daripada menganggur dan kerja serabutan. "... cumin waktu itu saya mikir... mendingan terima aju dech, daripada nganggur atau kerja serabutan kaya gini...pusing.... mendingan terima ajalah. Lagian untungnya lagi, saya dapat informasi bahwa yang saya jagain itu bukan anak-anak gede tapi anak-anak balita. 2) Hambatan Bekerja di Panti Asuhan membuat subjek sulit mengatur anak-anak, hal ini menurutnya dikarenakan tingkah laku anak-anak yang sangat nakal. Tetapi menurutnya untuk hal ini dia tidak akan memberi toleransi. .... mereka itu sulit diatur... nakalnya kebangetan... makanya saya disini sama mereka ngga ada toleransi.... " 3) Kerjasama Subjek sama sekali tidak berminat dengan adanya kerjasarna baik dengan pihak panti maupun antar pengasuh itu sendiri. Hal ini dikarenakan subjek enggan melakukannya selain itu subjek merasa bila ada keluhan atau sesuatu yang menyulitkan dirinya lebih baik subjek mengambil langkah atau keputusan sendiri ketimbang kerjasama dengan pihak panti atau antar pengasuh, atau minta bantuan orang lain. ".... oh… mengadakan semacam kerjasama gitu. Kayaknya ngga dech. Karena apa yang saya hadapi harus saya tuntaskan dan mengambil langkah sendiri, ngga perlu minta bantuan orang lain. Lagian juga saya males ngurus hal-hal yang kayak gitu.... " 4) Tugas Bekerja di Panti Asuhan, rutinitas yang dilakukan subjek hanya menyiapkan pakaian & makanan, memandikan serta mengawasi mereka. " seperti menyiapkan pakaian dan makanan, memandikan serta mengawasi mereka. Lagian juga, itu masuk tugas saya disini... "
40
5) Gaji Gaji yang diterima subjek di Panti Asuhan sekitar 500 ribuan. Menurutnya gaji tersebut standard, hal ini dikarenakan subjek makan dan tinggal di asrama. “…. yach...standarlah 500 ribuan...saya merasa standard dan cukup mungkin karena saya makan tinggal di asrama kali yach ?... " 6) Empati Perasaan subjek terhadap anak-anak bahwa dia merasa dia mengurusi anak-anak yang tidak jelas asal-usulnya, siapa mereka. Selain itu juga subjek selalu menekankan kepada mereka kedisiplinan agar mereka bisa tahu bagaimana mereka menghormati sesuatu kalau mereka sendiri ingin dihormati. "....saya harus mengurusi orang-orang yang nggak jelas asal-usulnya, siapa mereka... " "....saya mencoba menerapkan suatu kedisiplinan bagi mereka. Mereka harus patuh dan nurut serta bertindak sesuai dengan normanorma baik yang saya buat. Biar besok-besok mereka bisa tahu kalo kita mau dihormati kita harus juga bisa menghormati... " Perasaan subjek terhadap pekerjaannya di Panti Asuhan jelas membuatnya sangat capek. Subjek merasa ingin dapat lepas dari pekerjaan ini tetapi ada sesuatu yang menghalanginya yaitu sudah kepalang tanggung maksudnya kedekatannya / interaksinya dengan anak-anak sudah cukup lama dan sangat dekat. “….. terus terang ... sangat... sangat... sangat capek. Gimana yach?.... saya mau lepas dari sini.... yach tadi, sudah kepalang tanggung... ngga lepas dari sini, sangat capek.... " 7) Pertolongan Tidak banyak pertolongan yang diberikan subjek kepada anakanak di Panti Asuhan, hal ini dikarenakan subjek tidak ingin memanjakan mereka. Prinsipnya, subjek ingin segala keperluan mereka kalau bisa mereka penuhi atau lakukan sendiri. Mungkin akan ada pertimbangan khusus, subjek mau memberikan pertolongan kalau mereka tidak mampu
41
melakukan dan bila mereka sakit. "....saya ngga mau mereka itu dimanja dengan memberikan bantuan kepada mereka, saya prinsipnya kalau bisa segala keperluan mereka itu harus bisa mereku penuhi atau lakukan sendiri... " "....saya bantu itu seperti menyiapkan pakaian dan makanan mereka, memandikan mereka. Soalnya saya tahu untuk yang tadi itu sulit mereka kerjakan.... " ".... mungkin akan ada dispensasi khusus kalau seandainya mereka sakit... " 8) Berderma Subjek mengatakan bahwa banyak sekali tenaga dan pikiran yang diberikannya pada Panti Asuhan ini, tetapi ia merasa bingung tentang tenaga dan pikirannya yang diberikan di Panti Asuhan ini seperti apa ?. ".... tenaga don pikiran kali yach pasti banyuk.... tapi kalo bicara tenaga dun pikiran, wong saya kerja disini aju capeknya bukan main... trus kalo pikiran ... lah apa yang saya pikirin disini... " d. Analisis Hasil Interpretasi Interview 1) Motivasi subjek bekerja sebagai pengasuh awalnya mengetahui informasi dari seorang yang selalu memakai jasanya sewaktu subjek masih bekerja serabutan. Selain itu juga karena keahlian subjek yang terbatas dan tidak memiliki pekerjaan lain yang dapat dilakukan olehnya. Lagipula subjek memilih pekerjaan ini sebagai ibu pengasuh setelah mendengar informasi bahwa yang akan diasuhnya adalah anak-anak balita, apalagi menurutnya daripada menganggur dan kerja serabutan. 2) Hambatan bekerja di Panti Asuhan membuat subjek sulit mengatur anak-anak, dikarenakan tingkah laku anak-anak yang sangat nakal, sehingga dia sering tidak memberi toleransi pada mereka. 3) Kerjasama subjek sama sekali tidak berminat dengan adanya kerjasama baik dengan pihak panti maupun antar pengasuh itu sendiri. Hal ini dikarenakan subjek enggan melakukannya selain itu subjek merasa bila ada keluhan atau sesuatu yang menyulitkan dirinya lebih baik subjek mengambil langkah atau keputusan sendiri ketimbang kerjasama deiigan pihak panti atau antar pengasuh, atau minta bantuan orang lain.
42
4) Empati. Perasaan subjek terhadap anak-anak bahwa dia merasa dia mengurusi anak-anak yang tidak jelas asal-usulnya, siapa mereka. Selain itu juga subjek selalu menekankan kepada mereka kedisiplinan agar mereka bisa tahu bagaimana mereka menghormati sesuatu kalau mereka sendiri ingin dihormati. Perasaan subjek terhadap pekerjaannya di Panti Asuhan jelas membuatnya sangat capek dan ingin dapat lepas dari pekerjaan ini tetapi ada sesuatu yang menghalanginya yaitu kedekatannya/interaksinya dengan anak-anak sudah cukup lama dan amat deket. 5) Pertolongan. Tidak banyak pertolongan yang diberikan subjek kepada anak-anak di Panti Asuhan, hal ini menurut subjek sama saja dengan memanjakan mereka. Priilsirnya, subiek ingin segala keperluan mereka kalau bisa mereka penuhi atau lakukan sendiri. Mungkin akan ada pertimbangan khusus bila mereka tidak mampu melakukan dan bila mereka sakit. 6) Berderma. Subjek mengatakan bahwa banyak sekali tenaga dan pikiran yang diberikannya pada Panti Asuhan ini, tetapi ia merasa bingung tentang tenaga dan pikirannya yang diberikan di Panti Asuhan ini seperti apa ?
B. Analisis Antar Kasus
1. Motivasi Kerja Dari lima orang subjek, dua orang subjek yaitu subjek 1 dan subjek 3, memiliki motivasi awal untuk bekerja di Panti Asuhan karena mencari kerja lalu berubah karena mengetahui kondisi latar belakang anak yang menyedihkan. Subjek 2 dan 5 termotivasi karena mendapat informasi dari orang lain. Sedangkan subjek 4 terniotivasi karena rasa pengabdian dan pelayanan.
2. Hambatan Kerja Dari lima orang subjek, empat subjek, yaitu subjek 1, 2, 3 dan 4 mengalami hambatan dalam pekerjaan berupa banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan
43
pengasuh dan kesulitan membagi waktu antara pekerjaan mengurus anak-anak asuh yang nakal.
3. Kerjasama Dengan Pihak Panti Asuhan. Dari lima orang subjek, empat subjek yaitu subjek 1, 2, 3 dan 4 melakukan kerjasama dengan pihak Panti Asuhan berupa saling bertukar informasi mengenai kebutuhan dan kondisi fisik anak dan juga melakukan koordinasi dengan pihak Panti Asuhan. Sedangkan subjek 5 tidak berminat melakukan kerjasama dengan pihak Panti Asuhan dan lebih memilih mengambil keputusan sendiri.
4. Kerjasama Antar Pengasuh Dari lima orang subjek, subjek 1 dan 3 melakukan kerjasama antar pengasuh berupa saling menukar informasi tentang kondisi kesehatan anak asuh sehingga anak asuh dapat lebih dikontrol dan diawasi keadaannya. Subjek 2 dan 4 melakukan kerjasama antar pengasuh dengan saling bercerita untuk mendapatkan pemecahan dalam menangani ariak-anak. Sedangkan untuk subjek 5 tidak berminat melakukan kerjasama antar pengasuh dan lebih memilih mengambil keputusan sendiri.
5. Tugas Pengasuh Semua subjek mempunyai tugas yang sama sebagai pengasuh, yaitu membersihkan unit dan mengurus kebutuhan fisik anak-anak.
6. Gaji atau Imbalan Dari lima orang subjek, subjek 1, 2, 3, 5 merasa mendapatkan gaji yang cukup, tapi subjek 1, 2, 3 tidak terlalu mempermasalahkan besarnya gaji yang diterima karena lebih memperhatikan kondisi anak asuhnya. Sedangkan subjek 4 merasa gaji yang diterimanya kurang memuaskan.
44
7. Empati Dari lima orang subjek, subjek 1, 2, 3, 4 dapat menempatkan diri sebagai anakanak dan memahami kondisi yang dialami anak-anak asuhnya. Sedangkan subjek 5 merasa mengurus anak-anak yang tidak jelas latar belakang keluarganya dan kurang dapat memahami kondisi anak-anak.
8. Pertolongan dan Bantuan Subjek 1, 2, 3, 4 memberikan bantuan dan pertolongan lewat tugas mereka pada anak-anak asuhnya, berupa pemenuhan kebutuhan fisik dan emosional. Sedangkan subjek 5 tidak banyak memberikan bantuan dan pertolongan karena subjek mengajarkan kemandirian pada anak-anak asuhnya agar dapat memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
9. Berderma Semua subjek menyumbang tenaga, pikiran dan waktu dalam pekerjaan mereka. Subjek tidak memberikan sumbangan berupa materi karena dirasakan pihak Panti Asuhan sudah memiliki fasilitas yang memadai.
45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Banyaknya tindak kekerasan yang terjadi tidak menghalangi adanya orang berbuat baik terhadap orang lain, baik yang ingin memperoleh suatu ganjaran dari orang yang menjadi partner interaksinya maupun yang memberikan pertolongan atas dasar kemauan sendiri dengan memberi akibat positif pada orang lain, ditunjukkan sebagai prilaku prososial. Bentuk tingkah laku prososial tampak. dalam prilaku yang ditunjukkan oleh pengasuh yang bekerja di panti asuhan. Dalam penelitian ini, menggunakan salah satu panti asuhan di Jakarta, yaitu Panti Asuhan Pondok Si Boncel, dimana di dalam Panti Asuhan Pondok Si Boncel terdapat sejumlah anak dengan jumlah pengasuh yang terbatas. Oleh karena itu setidaknya para pengasuh yang bekerja di Panti Asuhan Pondok Si Boncel berprilaku prososial. Prilaku prososial dapat berbentuk simpati, kerjasama, menolong, membantu dan berderma. Untuk mengetahui penghayatan prilaku prososial pengasuh Pondok Si Boncel digunakan pedoman wawancara yang disusun berdasarkan teori-teori yang relevan dengan masalah. Subjek penelitian adalah pengasuh Panti Asuhan Pondok Si Boncel yang bertempat di Jalan Desa Putera No.5 Lenteng Agung. Pengambilan sampel berdasarkan teori dan pengumpulan data melalui wawancara dan observasi. Hasil pengumpulan data terlihat pada subjek pertama dan subjek ketiga mamiliki motivasi awal yaitu mencari kerja lalu berubah karena mengetahui kondisi latar belakang anak. Subjek kedua dan kelima termotivasi karena mendapat informasi dari orang lain, sedangkan subjek keempat termotivasi karena pengabdian dan pelayanan. Hambatan kerja yang dialami kelima subjek berupa banyaknya pekerjaan dan kesulitan membagi waktu pekerjaan dan mengurus anak. Dari kelima subjek, empat subjek yaitu subjek pertama,'kedua, ketiga dan keempat melakukan kerjasama dengan pihak panti asuhan berupa saling bertukar
46
informasi, sedangkan subjek kelima tidak melakukan kerjasama dengan panti asuhan dan lebih memilih mengambil keputusan sendiri. Subjek pertama dan ketiga melakukan kerjasama dengan saling bercerita untuk mendapat pemecahan, sedangkan subjek kelima tidak melakukan kerjasarna. Tugas yang harus dilakukan dari kelima subjek adalah membersihkan unit dan mengurus kebutuhan fisik anak-anak. Subjek pertama, kedua, ketiga dan kelima tidak terlalu mempermasalahkan gaji yang diterima, sedangkan subjek keempat merasa gaji yang, diterima kurang memuaskan. Subjek pertama, kedua, ketiga dan keempat dapat menempatkan diri sebagai anak-anak dan memahami kondisinya, sedangkan subjek kelima kurang dapat memahami kondisi anak-anak. Subjek pertama, kedua, ketiga dan keempat memberikan bantuan dan pertolongan berupa pemenuhan kebutuhan fisik dan emosional, sedangkan subjek kelima mengajarkan kemandirian pada anak-anak. Dari kelima subjek, semuanya menyumbangkan tenaga, pikiran dan waktu dalam pekerjaan mereka.
B. Saran
Adapun saran yang diberikan pada penelitian ini, adalah : 1. Untuk penelitian selanjutnya menyediakan waktu penelitian lebih banyak. 2. Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan observasi terhadap aktivitas pengasuh secara intensif. 3. Memperbaiki teknik-teknik wawancara agar mendapatkan data yang lebih mendalam.
47
DAFTAR PUSTAKA
Baron, B. A. dan Byrne, D., 1977. Social Psychology : Understanding Human Interaction. Edisi Kedua. Boston : Allyn N. Bacon, Inc. Baron, B. A. dan Byrne, D., 1980. Psychology Understanding Behavior. Edisi Kedua. New York : Holt, Rine Hart, N. Winston, Inc. Budiarti, M., 2000. Hubungan Antara Kecenderungan Perilaku Prososial, Relawan Dengan Persepsinya Terhadap Direct Reinforcement Dan Orang Tua. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Departemen Sosial Republik Indonesia. 1989. Petunjuk Teknis Pelaksana, Penyantun dan Pengentasan Anak Terlantar Melalui Panti Asuhan. Jakarta. Essenberg, N. 1991. The Altruistic Personality : In What Context Is It Apparent. Jurnal Of Personality And Social Psychology, 61, 3, 450 - 458. Essenberg, N. 1979. Development Of Children Prosocial Moral Judgement. Developmental Psychology, 15, 128 - 137. Essenberg, N. 1983. Prosocial Development : Longitudinal Study. Developmental Psychology, 19, 846 - 855. Essenberg, N. 1979. Children Moral Reasoning About Their Own Spontaneous Prosocial Behavior. Development Psychology, 15, 2, 228 - 229. Hurlock, E. B. 1991. Psikologi Perkembangan : Suatu pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Jakarta : Erlangga. Moleong, L. J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Poerwandari, E. K. 1998. Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Raven, J. C dan Rubin. 1974. Guide To Using The Colorid Progresive Matrics. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Staub. E. 1978. Positive Social Behavior and Morality Volume 1: Socialization And Development. New York : Academic Press, Inc.
48
Staub. E. 1978. Positive Social Behavior and Morality Volume II : Social and Personal Influences. New York : Academic Press, Inc. Taylor, S. E., Peplau. L. A & Sears, D. O. 2000. Social Psychology. 10th edition. New Jersey : Prentice Hall, Inc. Watson, R. 1. 1973. Psychology Of The Child. New York : John Willey And Son, Inc. Zander, V. 1984. Social Psychology. 3rd edition. New York : Random House Inc.
49
LAMPIRAN
50
PEDOMAN WAWANCARA 1. Simpati a. Apa yang anda rasakan ketika anda bekerja di Panti Asuhan? b. Mengapa anda termotivasi bekerja di Panti Asuhan? c. Sejauhmana anda dapat meraskan permasalahan anak-anak di Panti Asuhan? 2. Kerjasama a. Mengapa anda bekerjasama dengan pihak lain dalam menangani anakanak? b. Kapan anda melakukan kerjasama dengan pihak lain? c. Siapa saja yang ikut terlibat dalam kerjasama menangani anak-anak? d. Bagaimana anda melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam menangani anak-anak di Panti Asuhan? 3. Menolong a. Apa bentuk pertolongan yang anda berikan dalam upaya mengasuh anak-anak di Panti Asuhan? b. Mengapa anda memberikan pertolongan kepada anak-anak Panti Asuhan? c. Bagaimana anda menolong mereka? 4. Bantuan a. Apa yang disediakan sebagai bentuk bantuan pada anak-anak? b. Mengapa anda mau menyediakan kebutuhan anak-anak? 5. Berderma a. Apa yang anda sumbangkan dalam profesi anda? b. Mengapa anda menyumbangkan hal-hal tersebut diatas? 6. Altruistik a. Apakah anda mendapat imbalan dalam pekerjaan anda? b. Berapa nominal gaji yang anda terima? c. Apakah imbalan tersebut anda rasa cukup?
51