MINGGU III 1.1. Pokok Bahasan
: Pemahaman tentang fenomena perilaku
1.2. Sub Pokok Bahasan
: Atribut Lingkungan, Teori Adaptasi Lingkungan, Adaptasi dan Tekanan Lingkungan: Kompetensi
1.3. Materi Pembahasan Pengkajian lingkungan perilaku dalam arsitektur meliputi kajian hubungan antara lingkungan dan manusia dan penerapannya dalam proses perancangan. Beberapa hal yang
terkandung
dalam kajian tersebut
adalah interaksi antara manusia dan
lingkungannya dalam skala mikro, meso dan makro. Interaksi yang dimaksud akan menjangkau faktor psikologis baik yang eksplisit (kasat mats/ tangible) dapat maupun yang implisit (tidak kasat mata/intangible).
Beberapa definisi perilaku dapat dijelaskan sebagai berikut, a. Perilaku
adalah
perasaan
atau
tindakan
individu
atau
kelompok
yang
menggambarkan rasa senang, gembira, nyaman, tertekan, sedih, sumpek, stress, kebutuhan privasi, teritori. b. Perilaku adalah basil interaksi antara desakan atau keinginan yang ada di dalam diri individu atau kelompok dengan situasi atau kondisi settingnya/ lingkungannya. c. Perilaku adalah mekanisme yang menghubungkan karakteristik dan individu atau kelompok manusia dengan situasi atau kondisi settingnya.
Sebuah model yang dapat digunakan untuk memahami perilaku lingkungan dirumuskan oleh Altman (1975) yang memuat tiga komponen pokok yaitu: (1) seting, (2) kelompok manusia dan (3) fenomena perilaku.
Sistem perilaku lingkungan (environment-behavior systems) dipahami dalam tiga sub sistem yaitu organisasi, individu dan setting fisik. Atribut lingkungan adalah pengalaman yang dipandang sebagai hasil interaksi ketiga sub sistem tersebut. Atribut didefinisikan sebagai nilai ekstrinsik (dari luar) karakter hubungan berbagai hal sedangkan yang lebih mengarah kepada nilai instrinsik adalah properti yang akan menentukan karakteristik. Weisman (1981) mengemukakan sebuah konsep tentang mekanisme interaksi antara manusia dengan seting fisiknya. Privasi merupakan atribut yang muncul dari kerangka interaksi manusia dengan steing fisiknya yang ditunjukkan pada gambar 1
Universitas Gadjah Mada
1
Gambar 1. Model Sistem Perilaku-Lingkungan Weisman, 1981
Dari model Weisman di atas terlihat terdapat 3 (tiga) komponen yang berperan penting di dalam sistem perilaku lingkungan yaitu seting fisik, pemakai/ pelaku (individu maupun kelompok) serta fenomena perilaku (privasi, control, ruang personal, kesesakan dan isolasi)
Menurut Weisman (1981) atribut yang muncul dari interaksi dapat dirinci menjadi 12 (dua belas) yaitu, a. Kenyamanam (comfort) adalah keadaan lingkungan yang memberikan rasa yang sesuai kepada pancaindera dan antropometrik disertai oleh fasilitas-fasilitas yang sesuai dengan kegiatannya. Antropometrik adalah proporsi dan dimensi tubuh manusia serta karakteristik fisologis dan kesanggupan berhubungan dengan berbagai kegiatan manusia yang berbeda-beda. Antropometrik disebut juga sebagai faktor manusiawi yang secara dimensional mempengaruhi perancangan Arsitektur. b. Sosialitas (sociality) adalah tingkat kemampuan seseorang dalam melaksanakan hubungan sosial di suatu setting. Suatu tingkat di mana manusia dapat mengungkapkan dirinya dalam hubungan perilaku sosial dihubungkan secara langsung pada susunan tempat duduk dan meja di suatu ruang umum. Jarak antar individu, perilaku non verbal seperti sudut tubuh, kontak mata, ekspresi muka akan menunjukkan kualitas sosialisasi.
Universitas Gadjah Mada
2
c. Visibilitas (visibility) adalah kemampuan untuk dapat melihat tanpa terhalang secara visual pada objek yang dituju. Visibilitas berkaitan dengan jarak yang dirasakan oleh manusia. Namun jarak yang dirasakan tersebut bukan hanya jarak secara dimensional/ geometric saja, namun menyangkut persepsi visual di mana manusia merasa ada tidaknya halangan untuk mencapai objek yang dituju. d. Aksesibilitas (accessibility) adalah kemudahan bergerak melalui dan menggunakan lingkungan. Kemudahan bergerak yang dimaksud adalah berkaitan dengan sirkulasi (jalan) dan visual. e. Adaptabilitas (adaptability) adalah kemampuan lingkungna untuk dapat menampung perilaku berbeda yang belum ada sebelumnya. f.
Rangsangan
inderawi
(sensory
stimulation)
adalah
kualitas
dan
intensitas
perangsang sebagai pengalaman yang dirasakan oleh indera manusia g. Kontrol (control) adalah kondisi suatu lingkungan untuk mewujudkan personalitas menciptakan teritori serta membatasi suatu ruang. h. Aktivitas (activity) adalah perasaan adanya intensitas padaperilaku yang terus menerus terjadi di dalam suatu lingkungan. i.
Kesesakan (crowdedness) adalah perasaan tingkat kepadatan (density) di dalam suatu lingkugan
j.
Privasi (privacy) adalah kemampuan untuk memonitori jalannya informasi yang terlihat dan terdengar baik dari atau di suatu lingkungan. Privasi adalah keinginan atau kecenderungan pada diri seseorang untuk tidak diganggu kesendiriannya.
k. Makna (meaning) adalah kemampuan suatu lingkungan menyajikan maknamakna individual atau kebudayaan bagi manusia. l.
Legibilitas (legibility) adalah suatu kemudahan bagi seseorang untuk dapat mengenal atau memahami elemen-elemen kunci dan hubungan dalam suautu lingkungan yang menyebabkan orang tersebut menemukan jalan atau arah.
Universitas Gadjah Mada
3
Teori Adaptasi Lingkungan Menurut teori adaptasi, manusia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, walaupun lingkungannya berubah-ubah. Namun ada orang yang mudah menyesuaikan diri dan ada yang sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan. Menurut Bell dalam Sarwono (1991) manusia memiliki mekanisme adaptasi terhadap lingkungan yaitu (1) adaptation by adjustment; (2) adaptation by reaction; (3) adaptation by withdraw!.
Ketiga pengertian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut, (1) adaptation by adjustment adalah tindakan manusia untuk menolak atau melawan lingkungan dengan cara mengubah perilaku diri agar sesuai dengan lingkungan (2) adaptation by reaction adalah tindakan manusia untuk menolak atau melawan lingkungan dengan cara melakukan perubahan-perubahan fisik terhadap lingkungan agar terjadi kesesuaian antara manusia dnegan lingkungan (3) adaptation by withdrawl adalah tindakan manusia menghindari lingkungan karena ketidak cocokan (ketidak sesuaian) antara manusia dnegan lingkungannya dengan cara membiarkan lingkungan san pindah ke tempat (lingkungan) yang lainnya yang dianggap sesuai. Adaptasi dan Tekanan Lingkungan: Kompetensi Ahli psikologi pertama yang mencoba membuat konsep hubungan manusia dan lingkungan adalah Lewin (1951). Lewin memformulasikan lingkungan dengan persamaan sebagai berikut, B=f (P,E) yang bermakna, B/ Behavior (perilaku) adalah fungsi dari P/ Person (manusia) dan E/ Environment (lingkungan).
Lawton dan Nahemow (1973)
mencoba untumengembangkan hubungan ini lebih jauh dengan melihat terminologi person sebagai sebuah kompetensi dalam domain biologis, fungsi sensorik, kemampuan kognitif dan kekuatan ego.
Lawton dan Nahemow mengklasifikasikan lingkungan berdasarkan karakter kebutuhan terhadap konteks tempat manusia beraktifitas. Beberapa lingkungan membuat kebutuhan perilaku yang besar terhadap manusia, sementara lingkungan yanglain tidak demikian. Mengikuti istilah ahli psikologi lain, Murray (1983) menyebut dimensi ini sebagai environmental press (tekanan lingkungan). Model adaptasi lingkungan yang diajukan oleh Lawton dan Nahemow ini menggambarkan hubungan antara kemampuan manusia dalam beradaptasi terhadap tekanan lingkungan mereka. Kemampuan diletakkan sebagai sumbu vertikal dengan range kemampuan rendah sampai tinggi. Sedangkan tekanan lingkungan sebagai sumbu horizontal dengan kekuatan tekanan dari lemah sampai kuat. Universitas Gadjah Mada
4
Kombinasi dari kemampuan beradaptasi dan tekanan lingkungan menghasilkan berbagai tingkat adaptasi. Pada zone pusat terdapat kondisi tekanan lingkungan yang lemah dengan kompetensi yang baik, terdapat perilaku yang adaptif dan sikap yang positif. Pada zone ini ditemukan kenyamanan maksimum dan potensi performansi (kinerja) yang maksimum. Di luar zone ini terdapat zone sikap negatif dan perilaku maladaptif (kesalahan adaptasi) seperti yang digambarkan di gambar 2.
Gambar 2. Model adaptasi lingkungan Lawton dan Nahemow 1. Zone level adaptasi dengan sikap positif; 2. Zone sikap adaptasi dengan sikap toleran dan perilaku adaptasi marjinal; 3. Zone sikap negative dan perilaku mal adaptasi
Dari model adaptasi lingkungan Lawton dan Nahemow memberikan beberapa pemahaman tentang sikap dan perilaku. Sikap dan perilaku adaptasi yang positif terjadi apabila antara kompetensi dan tekanan lingkungan berada pada perbandingan tertentu. Pada tingkat ini ditemukan tingkat kenyamanan yang paling balk dan tingkat performansi yang paling optimal. Sedangkan di luar itu apabila terjadi tekanan lingkungan lemah sedangkan kompetensi tinggi atau sebaliknya, maka akan menimbulkan sikap toleran. Pada tingkat di mana tekanan lingkungan sangat lemah dan kompetensi meningkat tajam, atau sebaliknya tekanan lingkungan meningkat tajam sedang kompetensi melemah, maka akan menimbulkan sikap yang negatif dan kesalahan perilaku adaptasi. Sejalan dengan bagan tersebut di atas Lawton dan Nahemow membuat hipotesis yang disebut dengan istilah environmental docility hypothesis (kejinakan lingkungan). Hipotesis ini menyatakan bahwa semakin lemah kompetensi seseorang, maka semakin besar faktorfaktor lingkungan yang berpengaruh terhadap individu tersebut. Universitas Gadjah Mada
5
Universitas Gadjah Mada
6