PEDOMAN PELAKSANAAN KESEJAHTERAAN HEWAN PADA PEMOTONGAN AYAM/ UNGGAS Oleh : H Yudi Prastowo, drh *) *) Medik Veteriner Madya, Dit. Kesmavet & PP, Ditjen PKH, Kementan.
I.
LATAR BELAKANG Hampir 70 % daging ayam/unggas di seluruh dunia disediakan melalui sistem industri peternakan ayam/unggas dilakukan secara intensif. Negara-negara maju di bidang perunggasan seperti di Amerika Serikat, China, Brazil dan beberapa anggota Uni Eropa, merupakan produsen utama daging ayam/unggas di dunia. Bahkan pada akhir tahun 2012 dilansir oleh satu mass media Australia bahwa masyarakat Australia yang pada umumnya pengkonsumsi daging merah mulai beralih ke daging putih, khususnya daging ayam dan kini mulai menggalakkan industri perunggasannya secara simultan untuk kebutuhan konsumen Australia.
Industri perunggasan yang dilakukan secara intensif dapat menghasilkan daging hanya dalam waktu 6 minggu pemeliharaan ayam broiler, dan pada saat ini digunakan sebagai solusi juga keterbatasan penyediaan protein hewani asal daging merah. Populasi penduduk dunia pada tahun 2011 telah mencapai 7,5 milyard, sedangkan populasi sapi di dunia berkisar 1,3 milyard. Ada ketimpangan penyediaan protein hewani. Populasi sapi cenderung menurun karena pemotongan dan keterbatasan penyediaan pakan karena perubahan iklim global. Oleh karenanya tidak mustahil penyediaan daging merah makin terbatas, dan harga makin tidak terjangkau. Dengan berkembangnya industri perunggasan di dunia secara intensif maka telah menghemat waktu penyediaan protein hewani. Disisi lain menyebabkan kepadatan populasi ayam/unggas, sehingga keterbatasan memperoleh akses menunjukkan perilaku alami dan peningkatan kasus-kasus penyakit dan penyimpangan yang tidak sesuai prinsip-prinsip kesejahteraan hewan. Dalam perdagangan global, daging unggas akan dikaitkan penerapan kesejahteraan hewan, akan isu penting. Thailand merupakan produsen daging ayam yang aktif mengekspor ke Uni Eropa dan berbagai
negara mulai menerapkan kaidah kesejahteraan hewan sebagai prasyarat perdagangan, disamping keunggulan mutu. Tidak mustahil isu kesejahteraan hewan akan mencuat di perdagangan bebas inter ASEAN 2015. Apabila Indonesia tidak meyiapkan diri dalam penerapan kesejahteran hewan, maka Indonesia sebagai potensi pasar ASEAN bahkan global. Untuk itu Indonesia harus memiliki pedoman standar kesejahteraan hewan untuk pemotongan ayam/unggas. Saat ini dalam Undang-Undang No.18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, bab Kesejahteraan hewan tidak ada penetapan sistim sertifikasi implementasi kesejahteraan hewan pada unit usaha peternakan, pengangkutan, dan di RPH. Pada saat ini mulai berkembang dan dibutuhkan aspek kesejahteraan hewan sebagai daya saing pada pasar global Ayam broiler yang dikandangkan, sering kekurangan cahaya dan udara segar serta keterbatasan jerami tempat tidurnya (litter) di lantainya. Akibatnya kotoran ayam/unggas penyebab polusi ammonia yang tinggi, dimana dapat menyebabkan kesakitan mata dan gangguan sistim pernafasan, serta dapat menyebabkan persendian kaki ayam sakit karena kepanasan. Ayam tidak nyaman di lingkungan yang tidak cukup perlidungan baginya dari panas atau dingin atau kotor yang menyebabkan ketidakmampuan menampilkan perilaku alaminya, sehingga produktifitasnya menurun. khususnya pada saat musim panas atau penghujan. Kepadatan pemeliharaan ayam di kandang dapat mengganggu aktifitas gerak, perolehan pakan dan minum, yang akan menurunkan daya tahan sehingga mudah terkena penyakit. Apabila pengaturan ventilasi udara gagal akan menyebabkan puluhan hingga ribuan ayam/ayam mati karena stres. II.
PENYEBAB
GANGGUAN
KESEJAHTERAAN
HEWAN
PADA
AYAM/UNGGAS 1. KEPADATAN BERLEBIHAN Peraturan Uni Eropa 2007 (the 2007 EU Directive) menstandarkan 1 (satu) meter persegi ekivalen dengan 19 anak ayam/unggas, dengan demikian seekor ayam mempunyai ruang gerak seukuran kertas HVS A-4. Kepadatan ayam/unggas menyebabkan ruang gerak ayam/unggas jadi terbatas, sehinnga mengganggu waktu aktivitasnya, sulit mencapai tempat pakan dan minumnya, sulit tumbuh berkembang besar dan kurang mampu menunjukkan perilaku alaminya. Kepadatan menyebabkan kotoran sulit dibersihkan atau ditambah litter. Hal ini
menyebabkan kelembaban tinggi/panas dan polusi udara karena gas ammonia dari kotoran ayam/unggas di kandang, dan akhirnya menyebabkan stres. Akibatnya akan terjadi kelemahan karena gangguan pernafasan akibat gas ammonia, dan juga alas tidur/litter ayam menjadi basah, lembab dan kotor.
2. PEMBATASAN PAKAN Pada beberapa unggas ayam bibit yang telah mencapai usia kawin, memerlukan pakan khusus untuk perkembangannya dan kebutuhan kesehatannya. Ayam sering kali stres, karena frustasi kesulitan memperoleh pakan dan minumnya, atau karena pembatasan pakan ataupun lokasi tempat pakan dan minum kurang tersebar merata. 3. PENANGKAPAN, PENGANGKUTAN DAN PEMOTONGAN Sebelum diangkut kea lat angkut, biasanya ayam ditangkap secara kasar untuk dimuat di keranjang/krat dan terkadang tidak diberikan pakan dan minum dahulu sebelum pemberangkatan selama 1 (satu) jam. Hal demikian dapat menyebabkan stres dan terkadang memar atau terluka karena memaksakan gerak. Ribuan hingga ratusan ekor dimuat di alat angkut yang dikemudikan kurang stabil, maka dapat menyebabkan ayam stres, memar/atau terluka ketika di rem terkejut. Pengangkutan tidak terlidungi panas sinar matahari atau hujan menyebabkan kelemahanfisik ayam/unngas dan bahkan timbul kematian. Pada saat di Rumah Potong Ayam (RPA), yang melakukan penggantungan kaki ayam, bila dilakukan kurang tepat atau menyebabkan kesakitan sendi karena terjepit hanger, hingga ayam/unggas menjadi stres. Apabila RPA menggunakan metode pemingsanan, maka kepala dicelupkan ke air berarus listrik, maka apabila kondisi ayam sedang stres dapat memicu ayam mati sebelum disembelih.
III.
HUBUNGAN KESEJAHTERAAN HEWAN DALAM ISLAM Islam melengkapi dukungan implementasi kesejahteran hewan. Nabi Muhammad SAW dalam hadisth dan Sunna terkait dengan hewan, melengkapi dukungan pentingnya kesejahteraan hewan. Al Qur’an secara nyata menyatakan hewan untuk mengabdi kepada manusia dan termasuk kebutuhan pangannya. Sebagai contoh firman Allah SWT dalam Al Qur’an sebagai berikut: Dan Dia menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan (Surrah An-Nahl 16:5). Dan dia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang (Surrah An-Nahl 16:7). Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang tidak kamu ketahui (Surrah An-Nahl 16:8). Dan telah Kami jadikan unta-unta itu sebagian dari syi’ar Allah…. (Surrah Al Hajj 22:36) Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun didalam Al Kitab, dan kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan (Surrah Al An’am 6:38) Tidakkah kamu tahu bahwasanya yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) salat dan tasbihnya dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan (Surrah An Noor 24:41) Islam mengajarkan kepada manusia tentang berbuat baik kepada hewan/ternak melalui Hadist Shahih terkait agar berbuat baik terhadap hewan seperti hadist berikut: Seorang perempuan telah disiksa lataran dia memenjara seekor kucing, tidak diberikanya makan dan minum (Hadist Riwayat Bukhari, Muslim) Dari Anas bin Malik berkata: Rasullulah saw bersabda: Tiadalah seorang Muslim yang menanam pohon atau menanam tanaman yang kemudian dimakan burung, manusia atau binatang kecuali baginya termasuk sedekah (Hadist Riwayat Bukhari)
IV.
Dari Abu Hurairah berkata: Rasullulah saw bersabda: Barang siapa memelihara anjing, maka sesungguhnya berkuranglah setiap hari amal kebaikan orang itu sebanyak satu qirat, kecuali anjing itu untuk pertanian atau penjaga ternak. Keterangan: Dalam Hadist yang lain telah diperkecualikan pada anjing untuk berburu (Hadist Riwayat Bukhari)
PENGELOLAAN AYAM/UNGGAS SELAMA PENGANGKUTAN Setiap truk pengangkut ayam/unggas potong harus dikelola secara baik dan benar, serta harus: 1. Dicegah keranjang ayam/krat rusak, terjatuh atau terlepas ayam dari keranjang/krat yang rusak atau alau terjatuh keranjang/krat ayam dari truk/alat angkut
2. Memuat ayam dalam kerajang/krat di alat angkut/truk yang dimulai dari memasukkan terlebih dahulu kaki, dan keranjang/krat disusun secara horizontal dengan pintu keranjang pada posisi diatas. 3. Dicegah ayam terluka atau memar karena bersinggungan keras dengan sesamanya karena kepadatan di dalam atau ada benda tajam di dalam keranjang/krat.
4. Dilakukan pemeriksaan secara individual ayam/unngas sebelum dimuat ke dalam keranjang/krat. Sebelum alat angkut diberangkatkan dari peternaka, kendaraan dalam posisi stabil. 5. Disertai identitas surat keterangan asal dari Dinas setempat dan surat keterangan kesehatan ayam dari dokter hewan berwenang bahwa ayam/unngas sehat dan telah menerapkan prinsip kesejahteraan hewan 6. Dilakukan tindakan pertolongan pertama, apabila ayam stres karena kepanasan dengan penyeprotan air atau ditutup bagian atas apabila hujan
7. Didahulukan pemotongan terhadap ayam yang stres berat akibat kepanasan/kedinginan atau terluka/memar selama perjalanan dan sebelum kematian tiba karena sakit/stres. V.
PENGELOLAAN AYAM/UNGGAS SETIBA DI TEMPAT PEMOTONGAN
VI.
Keranjang/krat diturunkan dari truk dengan alat angkut khusus mengangkat keranjang/krat, dan setelah memenuhi persyaratan agar alat angkut diletakkan pada fasilitas pemotongan. Penurunan keranjang/krat dari truk, dilakukan tidak boleh lebih dari 1 (satu) jam setelah tiba di tempat fasilitas pemotongan Apabila penyembelihan ditunda, maka tidak boleh lebih dari 1 (satu) jam juga, dan dipastikan ayam/unggas tetap beristirahat di alat angkut dengan terlindungi dari panas terik matahari/hujan, dan harus tersedia cukup ventilasi udara, agar ayam merasa nyaman. Apabila keranjang/krat terlanjur dibongkar dari truk, dan tidak dimungkinkan segera disembelih, maka keranjang/krat harus dilindungi dari temperatur ekstrim, atau cahaya matahari langsung atau dari situasi rentan perubahan cuaca. Direkomendasikan pada tempat penurunan ayam/unggas, agar dikurangi cahayanya. Hal ini dimaksudkan agar ayam/unngas tidak terlalu reaktif, sehingga risiko memar/luka-luka ataupun stres berat dapat dihindari. Selama masa penundaan pemotongan, maka ayam/unggas di dalam keranjang/krat harus selalu dipantau agar tetap nyaman tidak stres. Apabila dipantau ternyata ayam-ayam nampak stres, maka segera dilakukan proses penyembelihan lebih dini.
PENGGANTUNGAN AYAM/UNGGAS AKAN DISEMBELIH
Ayam/unggas yang telah dikeluarkan dari dalam keranjang/krat, maka harus sesegera mungkin dipingsankan dan/atau disembelih. Untuk keberhasilan kegiatan penyembelihan, maka ayam/unngas harus dikelola meliputi antara lain :
1. Ayam yang telah dibongkar dari dalam keranjang/krat tidak lebih dari 2 (dua) jam hingga diproses penyembelihannya. 2. Ayam yang sudah dikeluarkan dari dalam keranjang/krat dilaksanakan pada ruang khusus atau tempat penggantungan kaki ayam/unggas 3. Ayam/unggas digantung pada posisi satu kaki, dengan kepala kebawah. Pada pemotongan tradisional kepala ayam dimasukan ke corong/cokong ukuran pas kepala menghadap kebawah dengan kaki diatas untuk disembelih satu per satu den aliran darah mengalir searah, mengumpul dalam satu wadah 4. Tekanan dan cara memasukan unggas ke corong/cokong, seminnimal mungkin tidak menyebabkan ayam/unggas berontak/stres atau terasa rasa sakit 5. Apabila ayam/unggas dimasukan dalam corong/cokong, maka kepala ayam menghadap kebawah, maka perlu diperhatikan besaran corong/cokong, disesuaikan dengan besaran ayam/unggas agar tidak terjatuh. 6. Penggantungan kaki atau pemasukkan kepala ayam/unggas tidak boleh lebih dari 1 (satu) menit, dan harus segera dipingsankan dan/atau disembelih. Untuk ayam/unggas ukuran lebih besar, maka proses penggantungan kaki tidak lebih dari 2 (dua) menit. 7. Hindarkan melakukan kesalahan dalam menggantung satu kaki ayam/unggas, atau memasukkan kepala ke dalam corong/cokong, yang dapat menyebabkan ayam stres ataupun harus terjadi pemingsanan berulang. 8. Apabila pengantungan kaki menggunakan penggantung untuk kedua kaki ayam/unngas, maka diperlukan seorang petugas pengawas untuk memastikan ayam tidak lepas dari penggantungnya. 9. Alat penggantung yang berkarat akan mengurangi aliran listrik ke tubuh ayam ketika proses stunning waterbath, sehingga pemingsanan akan kurang berjalan sempurna. VII. PEMINGSANAN DAN/ATAU PENYEMBELIHAN AYAM/UNGGAS
1. Pemingsanan ayam/unggas harus dilakukan segera mungkin, untuk menghilangkan rasa sakit, namun demikian dihindarkan ayam/unggas mati karena arus listrik.
2. Ayam/unggas yang telah pingsan segera disembelih, dan ditunggu hingga pengeluaran darah sempurna untuk diproses lebih lanjut. 3. Apabila ayam/unggas belum juga pingsan, maka ayam/unngas harus dilepas dari penggantung kaki dan dipisah. Setelah itu diistirahatkan sementara untuk diulang proses pemingsanan dari mulai sejak awal 4. Petugas yang melayani proses pemingsanan/stunning ayam/unggas harus paham tugasnya, termasuk cara penyembelihan yang benar dan baik sesuai sya’ri Islam, apabila diperlukan pemotongan darurat. 5. Hanya petugas yang berkompetensi penguasaan operasional alat pemingsanan/ stunning ayam/unggas yang berhak menangani peralatan tersebut. 6. Ayam/unggas harus segera disembelih dalam waktu 10 detik setelah pingsan dengan pisau tajam secara manual. Penyembelihan manual dari sya’ri Islam lebih tepat kepastian kematian ayam/unggas. Penggunaan automatic slaughtering machine yang dioperasikan oleh petugas berkompeten, maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap kepastian bahwa arteri carotid telah ikut terpotong atau belum. Hal ini dimaksudkan agar supaya ayam/unggas tidak tersiksa. Dalam prakteknya tidaklah mudah, apakah ayam/unggas tersebut masih terdiam pingsan pada proses stunning atau betul-betul sudah mati karena pisau cutter automatic. Perlu kehati-hatian bagi operator dalam pemeriksaan terhadap kepastian, apakah kematian ayam/unggas karena tersembelih atau karena dimasukkan ke dalam air panas (scalding) dalam proses pencabutan bulu. Pemastian arteri carotid terputus tersebut ditujukan agar suplai oksigen ke otak ikut terputus, sehingga terjadi proses ichemia otak, sehingga ayam/unggas mati tidak tersiksa. Dari sisi sya’ri Islam disyaratkan terputusnya 3 (tiga) saluran yaitu: saluran darah (v.jugularis/pembuluh darah balik, arteri carotid/pembuluh darah keluar dari jantung), saluran pernafasan dan saluran makanan.
7. Ayam/unggas harus dipastikan telah mati karena disembelih, dan baru dapat
dimasukkan ke dalam air panas (scalding tank) untuk proses pencabutan bulu. Ingat hanya ayam/unggas mati karena penyembelihan, bukan ayam/unggas mati karena dimasukkan ke air panas. Ayam/unggas telah mati baru dapat ditempatkan dalam air panas untuk dicabut bulunya setelah mati sempurna
dalam waktu tidak lebih dari 90 detik untuk ayam dan 120 detik untuk itik setelah mati sempurna.
VIII. JENIS-JENIS METODA PEMINGSANAN/STUNNING PADA RUMAH POTONG AYAM/UNGGAS Metode stunning yang banyak digunakan di seluruh RPA/U di seluruh dunia, ada beberapa jenis metode pemingsanan dengan alat, yaitu: 1. Penetrating captive bolt and non-penetrating captive bolt.
2. Electric stunning via hand held devices.
3. Electric stunning via water bath.
4. Electric stunning via dry plate
5. Controlled Atmosphere Stunning (CAS) and Controlled Atmosphere Killing (CAK)
Untuk metode no.1, 2, 4, 5, diperlukan petugas harus sangat terlatih dan teliti untuk menangani alat tersebut, karena kematian tinggi. Dari kelima metode stunning diatas yang kurang menyebabkan kematian tinggi sebelum disembelih dan mudah dikendalikan yaitu model electric stunning via water bath. Untuk memenuhi persyaratan sya’ri Islam sebaiknya menggunakan model electric stunning via water bath. Dengan metode model electric stunning via water bath, maka ayam/unggas kurang berisiko banyak menyebabkan kematian yang berarti, namun juga petugas tetap waspada. Dengan pengaturan arus listrik yang tepat, untuk stunning ayam/unggas potong berkisar: <200 Hz: 100mA diperlukan untuk rata-rata berat ayam/unggas tidak lebih dari 1,5 kg/ekor. Dengan ukuran arus listrik <200 Hz: 100mA diatas, maka ayam dapat sadar kembali dalam waktu 45 detik. Kelemahan metode ini seringkali proses pemingsanan sering kurang sempurna dan dilaksanakan berulang. Oleh karenanya specifikasi pemanfaatan alat harus selalu disesuaikan dengan kebutuhan berat ayam yang disembelih dan/atau ayam/unggas tidak sedang dalam kondisi stres ataupun sakit.
IX.
PELATIHAN KARYAWAN/PETUGAS/STAF Karyawan/petugas/staf harus dibekali keahlian/ketrampilan dan sikap kerja, dimana RPA harus menyediakan: 1. Petugas yang terlatih dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kesejahteraan hewan pada unit pemotongan ayam/unggas. 2. Pelatihan untuk karyawan/petugas/staf juru sembelih, agar mampu mengenali pembuluh darah arteri carotid telah terpotong sempurna agar memenuhi aspek kecepatan ayam/unggas mati, juga aspek kesejahteraan ayam/unggas, termasuk prosedur pengangkutan ayam/unggas hidup yang baik dan benar, serta penyiapan ayam/unggas yang akan dipotong. 3. Petugas pelaksana pemingsanan ayam/unggas harus mampu mengenali gejalagejala ayam/unggas pingsan dan gejala-gejala ayam/unggas kembali
kesadarannya, serta mampu membuat standar operasional prosedur dan menilai titik-titik kritis. X.
LAMPIRAN Pedoman ukuran arus listrik untuk pemingsanan/stunning yang menggunakan sistim elektonik dari berbagai frequensi sebagai berikut: Ayam: <200 Hz: 100mA; 200-400 Hz: 150mA; >400 Hz: 200mA Itik & Angsa: <200 Hz: 130mA; 200-400 Hz: N/A; >400 Hz: N/A Kalkun: <200 Hz: 250mA; 200-400 Hz: 400mA; >400 Hz: 400mA Untuk itu tidaklah cukup, namun juga harus mengetahui besar, ukuran berat yang akan ayam/unggas yang akan dipotong, serta kondisinya seperti yang telah diterangkan diatas. Contoh: Sertifikat penerapan unit usaha pemotongan hewan telah diaudit lulus untuk penerapan dari aspek kesejahteraan hewan di Australia. Nah kapan di Indonesia untuk menghadapi tuntutan pasar global?