PENGENALAN BAHAN PAKAN UNGGAS
Catootjie L. Nalle, Ph.D. Jurusan Peternakan Program Study Teknologi Pakan Ternak Politeknik Pertanian Negeri Kupang
Tujuan instruksional khusus Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu: 1. Mengidentifikasi bahan pakan unggas. 2. Menjelaskan bahan pakan unggas sumber protein, energi, vitamin dan mineral.
Pengenalan Bahan Pakan 1. Bahan pakan sumber protein (asam amino) 2. Bahan pakan sumber energy 3. Bahan pakan sumber vitamin 4. Bahan pakan sumber mineral
BAHAN BAKU PEMBUATAN PAKAN UNGGAS : Bahan baku pakan yang biasa dipakai untuk pembuatan pakan bagi ternak unggas biasanya bahan yang memiliki kandungan serat kasar yang rendah, tinggi kandungan energi dan proteinnya, rendah kadar airnya, rendah kandungan aflatoxin, serta memiliki kandungan asam amino yang komplit. Untuk kondisi pabrik pakan yang tingkat produksinya tinggi, pada umumnya bahan baku yang digunakan lebih banyak mengandalkan bahan import. Perhatian pertama pabrik pakan unggas ini ditekankan pada kualitas
asam- asam amino.
Kedelai (Soybeans ) Karakteristik: 1. Jarang diberikan kepada ternak dalam bentuk mentah tetapi
dapat dipanaskan terlebih dahulu untuk menonaktifkan anti nutrisinya (trypsin inhibitor) 2. Merupakan sumber protein dan energi yang baik
3. Kedelai biasanya diberikan dalam bentuk bungkil kedelai (soybean meal )
Tepung biji kapas (Cottonseed Meal) Karakteristik: Diproduksi dari penggilingan ‘flakes’ yang diperoleh dari hasil ekstraksi minyak biji kapas. Mengandung paling sedikit 36% PK rendah akan lysine, tryptophan, vitamin D, carotene, and calcium Tinggi akan kandungan phosphorus
Mungkin mengandung zat yang bersifat racun, gossypol Merupakan sumber protein yang sangat baik bagi ternak ruminansia, namun penggunaannya harus dibatasi untuk ternak monogastrik akibat kandungan gossypol ini.
Tepung darah (Blood Meal )
Karakteristik: Diproduksi dengan cara mengeringkan darah hewan yang masih segar dan bersih.
Rendah akan asam-asam amino esensial seperti isoleucine dan rendah juga akan calcium and phosphorus
Tepung ikan (Fish Meal) Karakteristik: Diperoleh dari penggilingan daging ikan yang bersih dikeringkan dengan atau tanpa melalui extraksi minyak.
dan
Merupakan by-product (hasil sampingan) dari industri perikanan Kandungan proteinnya bervariasi, tergantung dari jenis ikan dan teknik pengolahan Kaya akan kandungan protein (60-70%) dan mineral (18-25%) Penggunaannya palatabilitas
dalam
ransum
dibatasi
karena
masalah
Dibuat dari dua jenis ikan yang berbeda dalam kemampuannya menyimpan minyak didalam tubuh.
Jenis ikan yang pertama dikelompokkan dalam daging ikan (lean fish) misalnya COD dan HADDOCK. Ikan-ikan ini menyimpan minyak di dalam HATI-nya. Daging ikannya mengandung sedikit minyak. Tepung ikan yang berasal dari jenis ikan ini mempunyai kandungan minyak yang rendah (sekitar 26%) karena hati ikan ini telah dipisahkan sebelum pengolahan tepung ikan. Jika hatinya ditambahkan dalam pengolahan tepung ikan maka kandungan minyaknya akan tinggi. Ikan-ikan umumnya dijual dalam bentuk fillet, bukan ikan utuh. Jenis ikan yang kedua yang digunakan untuk pembuatan tepung ikan adalah ikan-ikan yang menyimpan minyaknya di bagian-bagian tertentu dari tubuhnya. Ikan-ikan ini biasanya dikenal sebagai ikan-ikan industri (industrial fish), dan tidak dihargai untuk filletnya, tapi dijual dalam bentuk utuh. Contohnya: HERRING, MENHADEN, ANCOVY, PILCHARD, SARDINE dan MACKEREL. Sekitar 90% dari produksi ikan dunis adalah dari spesies-spesies ikan yang tinggi akan minyaknya.
• Bagaimana proses pembuatan tepung ikan? Tepung ikan (fishmeal) dibuat melalui proses pemasakan (cooking), Pemresan (pressing), pengeringan (drying) dan penggilingan (grinding).
Bila tidak ada minyak dari tubuh ikan yang dipisahkan maka tahap pressing ditiadakan. Selama pemasakan, ikan akan berpindah melalui steam-jacketed, screw conveyor cylinder. Pada proses pemasakan, protein mengalami koagulasi (penggumpalan) dan merupakan tahapan proses yang kritis untuk sterilisasi produk dan persiapan untuk pemindahan cairan (yang merupakan campuran minyak, air dan protein). Setelah matang, cairan ini di pisahkan melalui pressing. Kemudian cairan ini disentrifugasi untuk memisahkan minyaknya dan dilanjutkan dengan proses pemurnian sebelum ditransportasikan ke tanki penampung.
Menjelang penyimpanan minyak ikan, adalah penting untuk menambahkan antioksidan. Antioksidan ini akan menstabilkan minyak sehingga mencegah terjadinya kerusakan (ketengikan) selama penyimpanan. Minyak yang disimpan haruslah dihindari dari kontak dengan air, panas, atau cahaya agar kualitasnya dapat dipertahankan sampai selama penyimpanan sampai dipergunakan dalam pencampuran ransum.
Cairan yang dipisahkan dari ‘presscake’ dikenal sebagai ‘stickwater’. Cairan ini mengandung protein terlarut sebesar 20% dan sangat bernilai. ‘Stickwater’ diuapkan menjadi sirup yang kental yang mengandung 30-50% padatan. Material ini dapat dijual sebagai "condensed fish solubles" atau dapat ditambahkan ke dalam presscake dan dikeringkan dengan presscake.
it. Maka, konsumen dapat membeli tepung ikan presscake atau tepung ikan utuh. Tepung ikan ini kemudian dikeringkan untuk menurunkan kadar airnya sebelum disimpan dan ditransportasikan yang bebas dari kontaminasi jamur dan bakteri. Pengeringan yang berlebihan akan menurunkan kualitas nilai gizi tepung ikan yang dihasilkan. Pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara: secara langsung maupun tidak langsung. Pengeringan secara langsung akan berlangsung secara cepat dan membutuhkan udara yang sangat panas untuk melewati tepung ikan yang ditempatkan dalam drum silinder. Pengeringan tidak langsung membutuhkan steam-jacketed cylinder atau silinder yang mengandung piringan pemanas kukusan (steam-heated disk) yang akan mengeringkan tepung. Setelah kering, tepung ikan ini digiling dan diayak dengan penggunakan ukuran partikel yang sesuai, lalu di-pak di dalam kantong dan disimpan di dalam silo untuk pengiriman dalam jumlah besar untuk perusahanperusahan di dunia.
• Bagaimana cara mengidentifikasi tepung ikan yang berkualitas baik?
Tepung ikan yang berkualitas baik berbentuk tepung yang berwarna cokelat dimana mengandung sekitar 60-70% protein kasar. Kandungan minyaknya berkisar dari 2% hingga lebih dari 14%. The oil content in the meal will range from 2% to greater than 14%. Kadar air umumnya sekitar 6-12%.
Kadar abunya berkisar dari 18% (umumnya untuk tepung ikan industri) hingga 25% (umumnya untuk tepung ikan putih). Berbau amis ikan, sehingga mudah dibedakan dari bahan-bahan yang lain. Jika terdapat bau-bau terbakar yang tidak menyenangkan mengindikasikan bahwa telah terjadi pemanasan yang berlebihan. Jika ini terjadi, maka warna tepung ikan akan terlihat menjadi cokelat gelap hingga kehitaman. Produk ini memiliki kualitas protein yang lebih rendah dan kurang diminati.
Tepung Bulu (Feather Meal)
Karakteristik: Diperoleh
dari
hasil
penggilingan
bulu
yang
telah
dihidrolisa dan dikeringkan Megandung hampir semuanya protein. Penggunaannya untuk unggas dan ternak non-ruminansia lainnya dibatasi sampai 5% Palatabilitas merupakan masalah umum
Tepung tulang dan daging yang mengandung babi (Porcine Meat and Bone Meal)
Karakteristik:
Diproduksi dari jaringan tubuh ternak babi termasuk di dalamnya darah, bulu, tanduk, perut dan kandungan rumen. Tinggi akan calcium dan phosphorus. Digunakan secara luas untuk makanan unggas dan babi.
1. Bahan pakan sumber protein (asam amino) Bungkil kedelai (Soybean meal , SBM) Karakteristik: Diproduksi melalui penggilingan ‘flakes’ yang diperoleh setelah extraksi minyak kedelai. Kandungan proteinnya sangat tinggi (PK 44% dan 48%), sangat disukai dan dapat digunakan oleh semua species unggas.
Tepung tulang dan daging (Meat and Bone Meal) Karakteristik: Diproduksi dari jaringan tubuh mamalia, tapi tidak mengandung darah, tanduk, manure, perut dan isi rumen. Tinggi akan protein (49-52.8%), calcium (6-12%) dan phosphorus (3.5-5%). Digunakan secara luas untuk makanan unggas dan babi.
Asam-asam amino sintetik
L-Lysine HCl feed grade 98-99%
1. L-Lysine Mono Hydrochloride (L-Lysine HCl) Dry matter(%) 98,50 Crude protein (%) 94,40 Ash (%) 0,50 AMEn kcal/kg 3.990 Lysine (%) 78,80 2. L-Threonine Dry matter(%) Crude protein (%) Ash (%) AMEn kcal/kg Threonine (%)
L-Threonine 98-99%
99,50 7,00 0,50 3.490 98
3. DL- methionine Dry matter(%) Crude protein (%) Ash (%) AMEn kcal/kg Metionin (5)
99,80 58,10 0,20 5.020 99
4. DL- methionine sodium Salt Dry matter(%) 46,4 Crude protein (%) 23,5 Ash (%) 6,5 AMEn kcal/kg 2010 Metionin (5) 40
DL-Methionine 98-99%
5. DL-Methionine Hydroxy Analogue Liquid Dry matter(%) 88,0 Crude protein (%) 0 Ash (%) AMEn kcal/kg 3.696 Metionin (5) 6. DL-Methionine Hydroxy Analogue Calcium Dry matter(%) 98 Crude protein (%) Ash (%) 12 AMEn kcal/kg 3.610 Metionin (5) -
7. L- Tryptophan Dry matter(%) Crude protein (%) Ash (%) AMEn kcal/kg Tryptophan (%)
98,50 84,0 1,00 5.710 98
2. Bahan pakan sumber energy Jagung (corn) Biji Jagung merupakan biji-bijian pakan yang dominan dijual di pasar-pasar internasional. Sekitar 77% dari biji-bijian kasar yang dijual di pasar internasional adalah biji jagung, diikuti oleh barley (17%) dan sorghum (4%).
Karakteristik: • Sebagai sumber energi yang terbaik.
• Kaya akan pati tapi rendah akan protein dan serat. • Sangat disukai oleh ternak . • Rendah akan asam amino lisin.
Pecahan jagung (Coarse Rolled Corn)
Jagung giling (Ground Corn)
• Argentina, dengan pasar domestik yang kecil, tetap menjadi exporter kedua terbesar di dunia. USDA memproyeksikan bahwa ekspor jagung dari Argentina akan meningkat secara perlahan-lahan sekitar lebih dari 60% dalam 10 tahun ke depan dan akan mencapai 21 juta ton. • Ekspor jagung dari Brazil juga diharapkan akan meningkat secara cepat berkaitan dengan meningkatnya harga jagung dipasaran.
•Sedangkan ekspor jagung dari China akan menurun, yang merefleksikan semakin menguatnya permintaan domestik yang didorong oleh berkembangnya sektor peternakan dan industri.
Dedak padi kaya akan vitamin B dan tocopherol dan kepadatan nutriennya dan profil asam amino serta asam lemak, yang meliputi 74% asam lemak tidak jenuh. ANTI-NUTRISI: Padi juga mengandung sejumlah anti nutrisi seperti trypsin, chemo-trypsin inhibitor, phytate dan hemaglutinin-lectin. Komponen toksik atau yang tidak dapat dicerna yang terkandung dalam dedak membuatnya tidak dapat dikonsumsi oleh manusia sebagai bahan pangan, dan walaupun digunakan sebagai pakan unggas dan sapi tetap dipandanga sebagai pakan yang berkualitas rendah.
Kandungan phytate dedak padi merupakan faktor pembatas utama penggunaan dedak padi dalam ransum unggas. Sekitar 90% dari kandungan phosphor dedak padi berada dalam bentuk asam phytate atau phytate yang beerikatan kompleks dengan beberapa nutrien lainnya dan hanya 18% tersedia bagi ternak. Phytate tidak hanya menurunkan ketersediaan phosphor dalam ransum tetapi juga mengambat atau merusak penggunaan beberapa mineral seperti Ca, Fe, Zn, Cu dan Co serta memiliki efek negatif terhadap penggunaan protein dan energi, yang mungkin disebabkan oleh penghambatan enzim pencernaan seperti pepsin, tripsin dan α-amilase.
Dengan demikian potensi nutrien yang banyak dari dedak padi tidak dapat digunakan oleh ternak akibat faktor anti-nutrisi, terutama enzim lipase dan enzim peroksidase endogen yang dengan cepat mengoksidasi lemak dan minyak terlepas/hilang selama proses penggilingan. Telah dilaporkan bahwa penurunan kualitas dedak padi akibat ketengikan oksidatif dan hidrolitik menyebabkan performans ternak yang rendah dan pengambatan pertumbuhan anak ayam. Selain itu nilai energi metabolis dedak padi juga menurun sebanyak 148 kJ/kg per minggu. Penambahan 250 ppm ethoxyquin dilaporkan sangat efektif untuk mengurangi ketengikan pada saat temperatur dan kelembaban tinggi.
Penggunaan dedak padi pada ternak ayam petelur disarankan tidak lebih dari 10%. Bila lebih dari 10% akan menyebabkan rendahnya performans ayam petelur, kualitas telur dan organ-organ pencernaan.
Masalah paling umum yang ditemukan dalam penggunaan byproduct beras (dedak padi) 1. Dedak padi yang telah digiling lebih dari 10-20 hari (tergantung dari kondisi penyimpanan dan kadar airnya) akan menjadi tengik dan berbau tidak sedap. Cara untuk membuatnya tetap segar adalah dengan hanya menggunakan dedak padi yang baru dan mengurangi stok dedak padi di gudang penyimpanan. 2. Dedak padi yang beradal dari padi yang baru dipanen mengandung kadar air yang tinggi yang membuatnya mudah untuk tengik atau terkontaminasi debfab jamur dan mikotoksin. 3. Dedak padi yang digiling dari padi-padi yang dipanen pada musim-musim terakhir (hasil ke-2 dan ke-3 setiap tahunnya) dapat mengandung pestisida, sehingga disarankan untuk tidak digunakan pada ternak babi dan ternak-ternak yang masih muda.
4. Terkadang dedak padi dicampur dengan sekam dan beras. Produk dedak yang mengandung sejumlah besar sekam disebut ‘rice mill feed’. Sekam padi tidak mempunyai nilai gizi sama sekali untuk unggas, penambahan sekam padi sebesar 20 – 40% dari total dedak padi akan sangat menurunkan nilai gizi dedak padi. Pencampuran juga dilakukan dengan menambahkan bahan-bahan lain yang lebih murah seperti tepung batu kapur, pasir dan lain sebagainya. 5. Penggunaan dedak padi dalam jumlah besar bersamasama dengan bahan pakan yang banyak mengandung serat misalnya serat hasil ekstraksi dedak padi, tepung biji kelapa sawit,tepung tapioka, tapioca pulp, dsb akan mempengaruhi secara negatif terhadap konsumsi nutrisi ransum akibat karakteristik bulky dari bahan-bahan pakan ini.
Dedak padi (De-oiled rice bran powder grade I: PK 13-14%, Serat 18%, DM 90%)
Pellet dedak padi (Rice bran meal pellet) Dedak padi (De-oiled rice bran powder grade II: PK 11-13%, Serat 20-25%, DM 90%)
PK 15%, Abu 6%, DM 90%
PRODUK-PRODUK DEDAK PADI YANG TELAH DIOLAH
Dedak padi (De-oiled rice bran powder grade III: PK 8%, Serat 8%, DM 90%)
Oats
Karakteristik: •Digunakan secara luas
•Bersifat bulky dan sangat disukai •Proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan biji-bijian serealia lainnya
•Biasanya diberi dalam bentuk mentah maupun diolah (rolled oat) •Kandungan energinya lebih rendah dibandingkan jagung dan gandum
Karakteristik: 1. Mengandung lebih banyak protein, lysine dan serat dibandingkan dengan jagung
2. Sangat disukai oleh ternak 3. Dapat diberikan sebelum atau sesudah diolah (steam rolled, crimped) 4. Tidak tersedia secara luas seperti gandum, oat dan jagung
5. Kandungan energinya lebih rendah dibandingkan jagung dan gandum
Barley
Gandum (Wheat) Karakteristik: • Mahal • Biasanya digiling kasar atau dihancurkan sebelum diberikan • Densitas energinya tinggi • Penggunaannya dibatasi karena tingginga kandungan soluble NSP
Campuran gandum (Wheat Middlings) Karakteristik: 1. Mengandung partikel-partikel dedak gandum yang halus,, wheat shorts, wheat germ, tepung gandum, dan by-product tepung
gandum lainnya. 2. Umumnya digunakan untuk babi, tapi dapat juga diberikan kepada unggas
DEDAK GANDUM (WHEAT POLLARD)
Pollard merupakan limbah penggilingan dari gandum menjadi terigu (PK 14%, SK 5%).
Karakteristik: • 98% dari sorghum yang diproduksi di US digunakan untuk ternak besar dan unggas • Karena kulit luarnya sangat keras, maka biasanya di proses lebih dahulu sebelum diberikan kepada ternak. • Tinggi akan energi
• Jenis tertentu mengandung tannin yang tinggi.
Milo (atau sorghum)
Milo giling (GROUND MILO)
Millet (dikenal juga sebagai proso millet, hog millet atau broomcorn millet Karakteristik: Digunakan sebagai pakan hewan besar atau untuk unggas
LEMAK DAN MINYAK Istilah lemak dan minyak yang bertahun-tahun yang lalu digunakan untuk menunjukkan semua zat yang dapat diekstraksi dengan ether dari bahan pakan atau jaringan, pada saat ini hanya digunakan untuk ester asam lemak murni dan gliserol, yang disebut trigliserida. Istilah lipida digunakan untuk semua zat yang larut dalam ether. Lemak didefinisikan sebagai ester yang dibentuk dari penyatuan alkohol trihidroksi gliserol dan tiga molekul asam lemak. Lemak sapi terutama terdiri dari asam lemak jenuh dan merupakan lemak padat pada suhu kamar biasa (Anggorodi, 1995).
Minyak sayur (Vegetable Oil) Characteristics:
1. Sumber energy yang paling berpotensi 2. Meningkatkan nilai kalori ransum 3. Mengontrol debu pakan
4. Meningkatkan palatabilitas pakan 5. Biaya tinggi karena digunakan juga sebagai makanan manusia
Penggunaan minyak nabati di dalam pakan unggas biasanya lebih mahal dari pada lemak hewan. Keuntungannya adalah minyak nabati sedikit lebih dapat dicerna dari pada lemak hewan dan mempunyai energi metabolis sedikit lebih tinggi.
Minyak ikan lemuru yang diambil dari daerah Muncar (Jawa Timur) mempunyai kandungan minyak 4,5-11,8 % (Hanafiah dan Murdinah, 1982). Selanjutnya Untung et al. (1991) menyatakan bahwa lemuru adalah ikan laut yang mengandung 25,17 % asam lemak tidak jenuh yang berkonfigurasi omega-3. Jumlah asam lemak tidak jenuh berkonfigurasi omega-3 yang dikandung minyak limbah ikan lemuru sangat tergantung dari banyak sedikitnya ikatan rangkap yang sudah teroksidasi. Proses oksidasi timbul karena pemanasan, penyimpanan dan filtrasi.
KATAGORI LEMAK PAKAN: 1. POULTRY FAT (Lemak unggas): lemak dari 100% poultry offal (bagian dalam dari tubuh ternak seperti jantung dan hati). 2. ANIMAL FAT (Lemak hewan): lemak yang berasal dari by-product sapi atau babi. Dapat diidentifikasi sebagai tallow jika titernya (hardness measurement ≥ 40, atau sebagai grease jika titernya < 40. Nilai titer yang rendah menunjukkan angka ketidakjenuhan yg tinggi. 3. BLENDED FEED FAT (Campuran berbagai lemak): merupakan campuran dari tallow, grease, poultry fat, dan restaurant grease. 4. BLENDED ANIMAL AND VEGETABLE FAT (Campuran lemak hewan dan tumbuhan): merupakan campuran dari lemak hewani, lemak nabati dan/atau restaurant grease. Mungkin juga mengandung sabun dan byproduct lainnya. 5. VEGETABLE SOAPSTOCK: merupkan asam lemak bebas yang dikeluarkan dari minyak selama proses pemurnian (refining).
Memilih sumber energi (lemak dan minyak) yang sesuai: Parameter yang perlu diamati dalam memilih minyak/lemak yang dipergunakan adalah 1. Kualitas: kualitas lemak ditentukan oleh kriteria-kriteria seperti komposisi (asam lemak bebas), tingkat kepadatan/kekerasan, warna, ketidakmurnian, dan stabilitas. 2. Ketersediaan 3. Kandungan energi metabolis 4. Harga Beberapa poin penting dalam penggunaan lemak/minyak dalam pakan unggas adalah: 1. Minyak kasar lebih disukai daripada minyak yang sudah dimurnikan 2. Minyak yang berasal dari tanaman lebih disukai daripada minyak yang berasal dari hewan 3. Asam lemak esensial untuk unggas adalah asam linoleat 4. Minyak yang digunakan haruslah yang masih baru 5. Antioxidan haruslah digunakan untuk menghindari ketengikan
KOMPOSISI: yang terutama adalah asam lemak bebas (free fatty acids). Hampir semua lemak yang dipergunakan untuk pakan haruslah mengandung sejumlah minimum level asam lemak dan maksimum asam lemak bebas. Sebagai contoh, tallow haruslah mengandung minimum 90% total asam lemak dan maksimum 15% asam lemak bebas. TABEL 1 . Spesifikasi kualitas yang disarankan untuk lemak pakan (Direvisi 2003) feed Animal Poultry grade animal Vegetable fat fat animal vegetable soapstock Total Fatty Acids (Total asam lemak) Min% Free Fatty Acids (Asam lemak bebas) Max% Kadar air
Max%
Ketidakmurnian Max% Unsaponifiable
Max%
90
90
90
90
90
15
15
15
15
50
1
1
1
1
1.5
0.5
0.5
0.5
0.5
1
1
1
1
1
4
* When blended feed fats contain acidulated soapstock, this specification can be adjusted to allow higher FFA found in this fat. (e.g., 5 FFA per 10% added.)
KEPADATAN/TINGKAT KEKERASAN:
Panjang rantai dan derajat ketidakjenuhan dari asam lemak dalam sebuah produk menentukan tingkat kepadatan dan angka yodium. Minyak nabati memiliki derajat ketidakjenuhan dan angka yodium yang lebih tinggi, dan berwujud cair pada suhu ruang. Lemak hewani bersifat lebih jenuh dan memiliki angka yodium yang lebih rendah, serta berwujud padat pada suhu ruang. Tingkat kekerasan (Titer/hardness) merupakan suatu pengukuran temperatur dalam derajat celcius dimana sampel lemak menjadi beku dan sebaliknya dikaitkan dengan angka yodium. Tallow memiliki titer yang spesifik yang berkisar antara 42-45oC dengan angka yodium 44-45. Poultry fat memiliki titer 31-35oC dan angka yodium 77-80. Lard memiliki titer yang intermediet, yang ditunjukkan oleh meningkatnya konsentrasi asam lemak tidak jenuh seperti oleat dan linoleat, dan memiliki angka lemak jenuh yang rendah, seperti palmitat dan stearat.
WARNA LEMAK: sedikit berkaitan dengan kualitas, tetapi mungkin merupakan indikator dari komposisi atau sumber produk. KADAR AIR, KETIDAKMURNIAN DAN STABILITAS: maksimum kadar air yang diijinkan pada hampir semua produk lemak pakan adalah 1.0-1.5%. Kandungan air tidak memiliki kandungan energi, dan dapat meningkatkan angka oksidasi lemak dan berkembangnya ketengikan (rancidity). Ketidakmurnian (impurities) tidak memiliki nilai energi, dan dapat berupa jumlah dari material-material seperti bulu, tulang, tanah dan plastik, serta logam berat dan kontaminan lainnya. Lemak untuk unggas juga harus bebas dari faktor Chick Edema, yang dikur melalui uji Modified Libermann-Burchard . Stabilitas lemak dinilai melalui dua jenis test yang mengukur pecahnya sampel lemak setelah dieksposur dengan oksigen. Angka peroksida (mEq peroksida/kg sampel lemak) digunakan untuk mengukur ketengikan produk. Angka peroksida dan peroksida mula-mula (IPV, Initial perokside value) yang rendah (< 5 mEq) menunjukkan bahwa sampel belum tengik.
Lemak yang dipergunakan untuk unggas haruslah melewati test metode oksigen aktif (Active Oxigen Method, AOM) selama 20 jam, yaitu test untuk mengukur potensi sampel sudah mengalami ketengikan atau tidak, dan diukur melalui bola-bola udara yang melewati sampel.
KANDUNGAN ENERGI METABOLIS LEMAK:
Asam lemak utama yang membentuk sebagian besar lemak bahan pakan dan lemak tubuh adalah asam-asam palmitat, stearat, oleat, linoleat. Keempat asam lemak tersebut meliputi lebih dari 90 persen sebagian besar bahan pakan dan lemak karkas. Palmitat dan stearat adalah asam lemak jenuh, sedangkan linoleat dan oleat adalah asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh mengandung lebih dari satu senyawa rangkap disebut asam lemak tidak jenuh ganda. Asam linoleat mempunyai dua senyawa rangkap dan ini merupakan asam lemak tidak jenuh ganda dalam sebagian besar lemak bahan pakan dan lemak karkas. Asam lemak tidak jenuh ganda lainnya adalah linoleat (tiga senyawa rangkap). Kedua asam lemak tersebut hanya terdapat dalam lemak tertentu.
Linoleat, linolenat dan arakhidonat merupakan asam-asam lemak esensial. Oleh sebab itu harus dalam ransum, meskipun dengan adanya piridoksin (Vitamin B6) arakhidonat dapat disintesis dari linoleat. Dari keempat asam lemak tersebut (palmitat, stearat, oleat, linoleat) semuanya dapat disintesis oleh unggas, kecuali linoleat. Oleh sebab itu linoleat harus ada dalam ransum. Kekurangan asam linoleat dalam ransum mengakibatkan suatu penyakit defisiensi dengan gejala-gejala: pertumbuhan anak ayam terganggu, hati berlemak dan ketahanan yang berkurang terhadap infeksi pernafasan. Pada ayam petelur gejala-gejalanya adalah produksi telur berkurang, telur kecil dan daya tetas rendah. Ayam petelur selama fase produksi pertamanya yang tertinggi dari periode bertelur membutuhkan 1,5 - 2 persen asam linoleat. Suatu ransum yang seluruhnya terdiri dari tumbuh-tumbuhan, mengandung 4 - 5 persen ekstrak ether (lemak) dan setengah dari padanya pada umumnya adalah asam linoleat (terutama dari jagung).
Karena asam linoleat tidak dapat disintesis oleh unggas, maka jumlah asam lemak tersebut dalam bentuk karkas atau lemak telur, seluruhnya tergantung dari jumlah yang terdapat dalam ransum. Jadi kandungan asam lemak tidak jenuh ganda dari daging atau telur dapat dipengaruhi oleh keadaan ransum. Sumber utama asam linoleat di alam adalah minyak tumbuhtumbuhan. Minyak jagung dan minyak kacang kedelai mengandung masing-masing lebih kurang 54,7 dan 49,1%. Bila ransum unggas mengandung jagung dalam jumlah tinggi, maka minyak jagung dapat menyediakan asam linoleat dalam jumlah cukup dalam ransum. Kacang kedelai juga tinggi kadar asam linoleatnya, meskipun kadar lemak bungkil kacang kedelai yang diekstraksi rendah kadarnya. Bungkil kacang kedelai yang diproses merupakan sumber asam linoleat dan sangat baik.
Kadar asam linoleat dapat berkisar antara hampir 0 – 40% dari asam lemak telur, terutama dari ransumnya. Pada umumnya, dengan meningginya kadar asam linoleat lemak telur, maka kadar asam oleat turun, disertai dengan perubahan sedikit dalam kadar asam lemak jenuh yang bisanya berkisar antara 35 - 40 persen dari jumlah asam lemak. Kadar asam lemak jenuh adalah agak tetap, meskipun dengan perubahan yang menyolok dalam kadar asam linoleat. Sebagai sumber energi pakan, asam palmitat dan stearat hanya sedikit dapat dicerna, sedangkan asam oleat dapat dicerna dengan baik. Asam palmitat dan stearat dapat lebih baik digunakan dalam bentuk lemak daripada dalam bentuk asam lemak bebas.
Dengan perkataan lain, asam lemak tersendiri atau dalam campuran adalah kurang dapat dicerna daripada lemaknya yang utuh. Hal ini menunjang teori, bahwa sebagian besar lemak diserap tanpa hidrolisis dalam bentuk emulsi yang sangat halus atau sebagai garam-garam empedu. Asam oleat (dalam tingkatan yang lebih sedikit) dan asam linoleat mempertinggi penyerapan asam lemak jenuh (palmitat, stearat) pada anak ayam. Dalam hal ini dapat diharapkan penyerapan yang lebih baik sebesar 20 persen. Pada umunya lemak dengan titik cair yang sama, mempunyai daya kecernaan yang kurang lebih sama.
Penggunaan lemak dalam ransum unggas dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan-keuntungan sebagai berikut: 1. Menaikkan nilai energi ransum sampai kepada tingkatan yang tidak tercapai bila menggunakan bahan pakan biasa, terutama butirbutiran. Pada ayam broiler indeks konversi ransum terbaik akan tercapai bila susunan ransum mengandung sekurang-kurangnya 2800 sampai 3400 Kkal energi metabolis per kilogram. Tingkat tersebut hanya hanya dapat tercapai dengan penambahan lemak dalam ransum. Pada ayam petelur penambahan lemak akan menghasilkan daya produksi lebih tinggi dan bentuk telur lebih besar.
2. Penggunaan lemak dalam ransum akan meghilangkan berdebunya ransum, membuat ransum menjadi lebih menarik, mempertinggi palatabilitas dan mengurangi hilangnya zat-zat pakan akibat debu. Di samping itu lemak dalam ransum akan mengurangi ausnya mesin dan menghemat tenaga yang dibutuhkan dalam membuat pellet.
3. Sebagai sumber energi dan disimpan dalam kelenjar adiposa lebih padat dari glikogen, sebagai sumber asam-asam lemak esensial, pembawa vitamin, sumber kholin dan prostaglandin. Menurut Jensen et al. (1970), lemak dapat meningkatkan kepadatan kalori dan efisiensi metabolik. Selanjutnya Wiseman (1985) menyatakan bahwa lemak juga dapat meningkatkan peningkatan panas tubuh dan mempunyai efek kalori ekstra. 4. Sell (1979) melaporkan bahwa, penambahan 2%, 4%, 6% lemak sapi (tallow) dalam ransum ayam petelur akan meningkatkan konsumsi energi termetabolis dan penurunan produksi telur pada level 6% pada musim dingin. Penelitian pada musim panas justru menaikkan produksi telur dan berat telur. 5. Penelitian yang dilakukan dengan penambahan omega-3 pada ransum ayam petelur, memberikan hasil yaitu : konsumsi ransum nyata lebih rendah dan produksi telur nyata lebih tinggi, dengan berat telur yang tidak berbeda nyata (Farrel, 1995).
6. Sebagaimana pada telur, jumlah dari asam lemak omega-3 juga terdapat pada sebagian besar jaringan daging unggas. Peningkatan asam lemak tak jenuh pada ransum unggas sangat berpengaruh pada nilai organoleptik (bau) dari telur dan daging unggas (Leskanich dan Noble, 1997). Selanjutnya dikatakan bahwa asam lemak omega-3 pada konsumen, terlihat efek pada karakteristik lipoprotein darah. Pada anak ayam petelur yang sedang tumbuh, pemberian asam lemak n-3 yang berasal dari minyak ikan dapat merangsang respon kekebalan anak ayam terhadap antigen, tetapi menekan kecepatan leukosit setelah perangsangan. Fungsi makrofag dan peran pengaturan makrofag juga dipengaruhi oleh adanya lemak dalam pakan (Willyanto,2003). Penggunaan bahan makanan yang berkualitas dengan kandungan minyak ikan dan tepung ikan yang terbatas dalam ransum dengan penambahan suplemen antioksidan juga telah diterapkan dengan adanya peningkatan asam lemak omega-3 pada telur dan daging (Leskanich dan Noble, 1997).
Kondisi iklim yang panas dan lembab meningkatkan gejala ketengikan oksidatif yang terdiri atas dua (2) jenis yaitu : 1. Ketengikan hidrolitik yang dihasilkan dari aktivitas mikro organisma terhadap lemak menyebabkan proses hidrolisis sederhana lemak menjadi asam lemak, di-gliserida, mono-gliserida dan gliserol. Ketengikan hidrolitik tidak mempengaruhi nilai nutrisi. 2. Peroksidasi lemak/ketengikan oksidatif menyebabkan pembentukan radikal bebas pada ikatan tak jenuh akibatpemisahan hidrogen dari asam lemak tak jenuh, yang menurunkan nilai enerji lemak. Reaks dipercepat dengan kehadiran mineral-mineral jarang yang terdapat dalam oksigen. Vitamin E dan antioksidan lain seperti BHT atau Endox dapat menahan peroksidasi dengan mengubahnya kembali menjadi asam lemak semula. Jika peroksida dibiarkan berlanjut akan terjadi pemecahan menjadi aldehid dan keton.
Peroksidasi lemak mengganggu fungsi-fungsi metabolik vital akibat rusaknya nutrisi kritis seper ti vitamin A, D dan E. Menyebabkan kegagalan reproduksi, jeleknya konversi pakan, daging unggas berbau tidak enak dan berkurangnya pigmentasi telur dan kulit broiler, seperti halnya penyakit encephalomalaciia, exudative diathesis dan nutritional myopathy pada ayam muda. Embrio dari induk yang defisiensi vitamin E mati pada umur 4 hari inkubasi. Penyakit lain yang terkait dengan ketengikan oksidatif adalah rusaknya epithelium uriner dan saluran pernapasan, conjuntivitis, panopthalamitis, stomatitis nephrosis dan kegagalan sistem imunisasi. Ascites dan hydropericardium adalah penyakit yang umum menyerang unggas di negara berkembang, seringkali terkait dengan defisiensi vitamin E dan selenium.
Tabel 1. Komposisi berbagai sumber lemak (Leeson and Summers, 1997 dikutip Poultry Indonesia, Agustus 2008) Energi metabolis (kkal/kg) Profil asam lemak Lemak M.I.U3 Bahan 1 2 (%) (%) 14:00 16:00 18:00 16:01 18:01 18:02 18:03 Tallow
7400
8000
98
2
4
25
24
0,5
43
2
0,5
Lemak Unggas
8200
9000
98
2
1
20
4
5,5
41
25
1,5
Minyak ikan
8600
9000
99
1
8
21
4
15
17,2
4,4
3,04
Minyak nabati
8800
9200
99
1
0,5
13
1
0,5
31
50
2
Minyak kelapa
6500
7800
99
1
20
6
2,5
0,5
4
2,1
0,2
Minyak sawit Campuran minyak hewaninabati Grease restaurant
7200
8000
99
1
2
42,4
3,5
0,7
42,1
8,0
0,4
8200
8600
98
2
2,1
21
15
0,4
32
26
0,6
8100
8900
98
2
1
18
13
2,5
42
16
1
KET: 1. Energi Metabolis ayam muda umur sampai 3 minggu 2. Energi metabolis ayam setelah 3 minggu M.I.U= air, kotoran, bahantak tersabunkan
Jenis bahan imbuhan/tambahan mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78 Tahun 1992 dan SK Dirjen Peternakan No. 241/TN.260/Kpts/DJP/Deptan/1991 : Pelengkap Pakan : vitamin, mineral, asam amino. Imbuhan : medikasi, pemacu pertumbuhan (growth promotor).
3. Bahan pakan sumber vitamin Vitamin premix (vitamin sintetik)
4. Bahan pakan sumber mineral Mineral makro: Natrium, Kalium, Calcium, Phosphorus, Magnesium, Chlorine, Sulfur Mineral mikro: manganese, Zink
Cobalt, copper, iodine,
Mineral-mineral makro dan mikro ini terdapat dalam bahan-bahan pakan berikut ini:
Limestone
Defluoronated rock phosphate)
Garam (Salt)
Trace mineral salt (TMS)
Steamed bone meal
Dicalcium phosphat (DCP)
Garam (Plain White Salt) Karakteristik: •Sumber natrium (Na) dan chlorin (Cl) alami
Trace Mineral Salt Karakteristik: •Mengandung garam dan satu atau lebih mineral mikro (cobalt, copper, Iodine, iron, mangenese, selenium and zinc)
Sumber-sumber calcium dan phosphorus yang umum digunakan untuk pakan ternak unggas 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Dicalcium Phosphate, CaCO3 atau kapur (Ca=20-24%) (P=18.5%) Calcium carbonate (38%) Dicalcium-Monocalcium Phos. (Ca=15-18%) (P= 21%) Deflourinated rock phosphate (Ca=32%) (P=18%) Sodium tri-poly phosphate (Ca=25%) Bone meal, steamed (Ca=24%) (P=12%) Limestone (Ca= 38%)
*Analisa dari dari beberapa produk komersial mungkin berbeda dari apa yang tertera di atas. Cek tag analisis pada produk yang digunakan.
Dedak padi (Rice bran)
4 kelas dedak padi: •Dedak kasar (4% PK; 35% SK): kulit gabah halus yang bercampur dengan sedikit pecahan lembaga beras dan daya cernanya relatif rendah. •Dedak halus biasa (9.5% PK; 16% SK): mengandung komponen kulit gabah, juga selaput perak dan pecahan lembaga beras.
•Dedak lunteh (15% PK; 8% SK): mengandung protein dan vitamin B1 karena sebagian besar terdiri dari selaput perak dan bahan lembaga, dan hanya sedikit mengandung kulit. •Bekatul (14.5% PK): Lebih sedikit mengandung selaput perak dan kulit serta lebih sedikit mengandung vitamin B1, tetapi banyak bercampur dengan pecahanpecahan kecil lembaga beras (menir).
Dicalcium Phosphate (feed grade,DCP) Karakteristik: Sumber Ca dan P sinthetik P: 18.0% min Ca: 21.0% min F: 0.18% max Pb: 30 ppm max As: 30 ppm
Dicalcium Phosphate (Feed Grade)
Limestone (giling) Karakteristik:
•Sumber kalsium (Ca) alami: 38% •Tidak begitu mahal
Steamed Bone Meal Characteristics: Sumber Ca dan P dari by-product
Deflourinated Rock Phosphate Karakteristik: Sumber Ca dan P alami