HI. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai November tahun 2008 di Laboratorium Teknologi Budidaya Perikanan (TBD) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru.
3.2. Bahan dan Alat 3.2.1. Bahan Pembuatan Pakan a. Dedak dan Ikan Rucah Pengunaan bahan tersebut dalam penelitian sebanyak 175 kg dari total keseluruhan bahan yaitu 100 kg adalah dedak, 50 kg adalah ikan rucah dan bungkil kelapa sebanyak 25 kg.
Penggunaan bahan pakan
bertujuan untuk
menguji hasil modifikasi mesin pakan, yaitu uji fisik pakan, kimia dan kapasitas mesin. b.Air Dalam formulasi pembuatan pakan penelitian air digunakan sebanyak 10% dari jumlah pakan yang dibuat. Sepuluh persen ini berdasarkan pada formulasi pembuatan pakan dengan menggunakan mesin diesel.
3.2.2. Bahan Pembuatan Mesin Pencetak Pakan a. Besi siku, yang digunakan Jenis ST 37, yang berfungsi untuk rangka mesin dimana besi tersebut mudah didapat ditoko bangunan dan ditempat pembuatan papan iklan. b. Motor listrik, mesin pencetak pelet ini menggunakan penggerak utama yaitu motor listrik. Motor listrik yang digunakan adalah jenis AC dan single phase karena diharapkan dapat digunakan untuk home industri. Adapun sebagai
suatu sistem penggerak
menggunakan motor listrik memiliki daya
kemampuan dan jumlah putaran sudah memadai untuk mesin ini, dengan kapasitas 1HP (746 watt). c. Fully dan sabuk-v, pada mesin pencetak pelet ini menggunakan puli dan sabuk V rangkaian dari penggerak utama motor listrik, dimana bahan tersebut mudah didapat ditoko alat mesin perkakas. d. Reduser, pada suatu konstruksi mesin untuk menghasilkan putaran yang lebih rendah biasanya menggunakan transmisi roga gigi rantai atau sabuk. Akan tetapi untuk menghasilkan putaran yang lebih rendah secara ekstrim akan lebih simpel menggunakan reduser. Reduser yang digunakan adalah perbandingan 1 : 50 type B dengan minyak pelumas SAE W 20 - 50 untuk jenis kerja ringan. e. Ulir, Dimana Ulir yang digunakan jenis besi St 37 dengan jarak antara ulir 4 Cm, dengan ketinggian antara ulir 6 Cm dan panjang total ulir 25 cm. f. Cerobong, dibuat dari plat alumunium supaya tahan karat yang berfungsi untuk memasukan tepung ikan dalam mesin dengan bentuk persegi panjang dengan ukuran 30 Cm g. Cetakan pellet, dibuat dengan system non permanent dibuat dengan ukuran sesuai dengan ukuran ikan yaitu 4 mm. h. Poros, pada perencanaan mesin pencetak pelet memiliki poros dukung yang menderita beban puntir dan Tegangan puntir yang terjadi karena poros berputar dan memutar ulir. Untuk lebih jelasnya melihat masing-masing bahan dalam perakitan mesin dapat di lihat pada Lampiran 2.
10
3.2.3. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Timbangan Analitik, alat ini berfungsi untuk menimbang berat pelet perbutir yang bertujuan untuk mengetahui kepadatan dan daya rekat pelet yang di hasilkan dari masing-masing mesin pencetak pakan yaitu mesin hasil modifikasi dan mesin diesel b. Aquarium, berfungsi untuk menguji stabilitas fisik pelet c. Meteran, berfungsi untuk mengukur getaran dan suara yang di hasilkan mesin diesel d. Gerinda potong, yang berfungsi untuk pemotongan rangka-rangka mesin dari esi plat (siku) e. Las, yang berfungsi untuk pengelasan rangka dan cerobong f. Kunci, yang berfungsi untuk pemasangan reduser, dinamo dan saklar g. Mesin bubut, yang berfungsi untuk pembubutan rangka dan ulir h. Mesin Bor, yang berfungsi untuk pengeboran kedudukan baut dan pengeboran cetakan i. Painting, berfungsi untuk mengecat mesin pakan ikan
3.3. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode exsperimen. Penelitian ini diawali dengan pembuatan mesin pakan ikan yang menggunakan motor listrik (dinamo) selanjutnya dilakukan pembuatan pakan untuk
pengujian alat
Pengujian alat ini dilakukan untuk mengukur keberhasilan antara penggunaan mesin pembuat pakan ikan dengan penggerak mesin diesel dan mesin pencetak pakan menggunakan motor listrik, dan selanjutnya pakan yang telah terbuat dikeringkan untuk melakukan pengujian pakan untuk melihat kualitas fisik dan kimianya.
11 3.4. Prosedur Penelitian 3.4.1. Pembuatan Mesin Pencetak Pakan Untuk lebih jelasnya proses pembuatan mesin pencetak pakan ikan atau tahapannya digambarkan dalam bentuk bagan dibawah ini:
Persiapan
Pemilihan Bahan
Pembuatan Rangka
Pengelasan Rangka
Pemasangan Cerobong
Pemasangan Reduser
Pemasangan Sabuk dan Bantalan Pemasangan Poros dan Ulir
Uji Coba dan Perbandingan
Pemasangan Motor Listrik
12
3.4.2. Deskripsi Alat Motor Listrik 1. KinerjaAlat Mesin hasil modifikasi dengan menggunakan alat motor listrik adalah mesin yang bertujuan untuk membantu atau mempermudah
kerja manusia dalam
pembuatan pelet pakan ikan secara ekonomis. Adapun proses pembuatan pelet pakan ikan dengan menggunakan mesin hasil modifikasi sebagai berikut: 1. diperiksa mesin sudah siap dioperasikan 2. dihidupkan (sebelum setiker ditancapkan pada saluran listrik dan tekan tombol untuk menghidupkan mesin) 3. Mesin penggerak menggerakkan puli yang dihubungkan dengan V-belt, yang lalu menggerakkan pisau 4. Bahan-bahan yang telah diadon dimasukan ke badan bale mesin secara bertahap, agar tidak terjadi penyumbatan >
Pisau Dalam hal ini pisau yang digunakan ialah bentuk blade 4 sudut yang berpusat dan
saringan besi yang diam. Kecepatan putar dan kecepatan penggiling bias ( adanya perbedaan puli motor dan cetakan) diatur dengan menggunakna transmisi pully. Bila pisau telah tumpul pisau dapat dilepas kembali dan diasah dengan gerinda. >
Perhitungan Reduser Untuk mendapatkan perbandingan putaran diperlukan suatu system
pemudahan daya dan putaran berupa reduser. Dengan jenis yang digunakan penggilingan pakan ikan berupa konveyor, maka putaran yang digunakan adalah 150-200 rpm ( Muhib, 2006 ). Putaran ini adalah tergolong putaran lambat.
13
Putaran lambat menghasilkan daya hancur bahan yang bagus dan mempengaruhi tingkat adonan yang Hat dan padat. Putaran yang cepat menghasilkan adonan yang hancur dan adonan tidak keluar. Dan diameter puli standar pada tambahan unsur penggerak 5 inci dan diameter puli output reduser juga 5 inch! maka dapat ditentukan dua buah puli reduser dan input diameter penggerak konveyor dengan rumus: N\_ N2
=d\_
d2
(Suga,a/a/.,1997) Berdasarkan putaran ijin (putaran yang diperbolehkan) konveyor maka putaran hasil akhir untuk mesin pencetak pelet (at) adalah lebih kecil dari 200 rpm maka dapat direncanakan putaran reduser kedua (n2) yaitu 1400 rpm dengan asumsi (ru) putaran tertinggi yang akan dihasilkan oleh Reduser, tidak melebihi 200 rpm. (Sularso, at.al,. 1997) Dengan data sebagai berikut: NI : Putaran motor 1400 rpm N2 : 1400 rpm
Dengan perbandingan reduser: 1 : 50 Maka dapat ditentukan: DI = Diameter puli reduser ke 1 D2 = Diameter puli reduser ke 3 NCI = putaran konveyor yang dihasilkan dari out put puli kedua =
putaran konveyor yang dihasilkan dari out put puli ketiga
14
2. Perawatan mesin Pengertian umum perawatan mesin adalah suatu usaha untuk melakukan pemeliharan, perbaikan dan penggantian komponen2 mesin agar selalu bekerja pada kondisi yang baik dan siap dipakai setiap saat, serta bisa memperpanjang umur mesin. 1. Pisau pemotong Pada pisau pemotong perawatan yang dilakukan adalah pengontrolan kondisi mata pisau apakah sudah menipis atau belum menipis maka hendaknya diganti dengan pisau yang baru dengan ukuran yang sama. 2. Motor Listrik Perawatan yang perlu dilakukan pada motor listrik adalah pemeriksaan pada sikat sudah kotor, periksa kondisi kabel yang menghubungkan dengan stop kontak, ganti kabel apabila kabel sudah dalam kondisi tidak baik. 3. Sabuk Diperiksa kondisi sabuk, apabila sudah kendor di kencangkan sabuk dengan cara merubah posisi motor. Diganti sabuk dengan yang baru dan ukuran yang sama apabila kondisinya tidak bagus. 4. Poros Pelumasan pada poros untuk mengurangi gesekan pada poros yang bergerak kontinyu pada komponen tersebut 5. Rangka Periksalah kondisi rangka, apabila mulai berkarat lakukan pengampelasan kemudian lakukan pengecatan kembali. Pengecatan ini berfungsi untuk mencegah korosi dan memberikan nilai artistik dan serta memberikan suasana kerja yang nyaman.
15
6. Baut Keadaan baut pengikat perlu dikontrol dengan pasti dalam keadaan kencang, sehingga apabila dilakukan dengan rutin hal-hal yang tidak diinginkan yaitu lepas disaat operasional, dapat dihindari. 7. Pelumasan Pelumasan bertujuan untuk mengurangi gesekan, keausan dan sebagi media pendingin, untuk menyerap panas dari bagaian mesin yang bergerak relatif satu terhadap lainnya. Tujuan utama pelumasan pada mesin untuk mengurangi gesekan Adapun fungsi utama pelumasan: 1. Mengjhindari kontak langsung bagian- bagian mesin yang saling bergesekan dengan membentuk lapisan pemisah. 2. Sebagai media pendingin bagaian mesin yang panas 3. Mencegah keausan mesin 4. Mencegah timbulnya buih yang dapat mengakibatkan beban bertambah sehingga terjadi kontak langsung. 5. Mengurangi getaran - getaran yang timbul pada mesin. Umur mesin dilihat dari umur bantalan yang dipakai bisa tahan maksimal 30 bulan. Satu hari pemakaian mesin maksimal 8 jam. Umur elemen mesin yang digunakan dalam perakitan 30 bulan (Sularso at.al,. 2006) Maka: 8 jam X 30 hari = 240 240X30 = 7200 jam Sedangkan umur mesin diesel dari data yang diperoleh yaitu hasil dari wawancara dengan pemilik, bahwa mesin pelet dari diesel mempunyai daya tahan 1,5 sampai 2 tahun.
16
3.4.3. Pembuatan Pakan Ikan Setelah bahan ditimbang yaitu dedak sebanyak 100 kg, ikan rucah sebanyak 50 kg dan bungkil kelapa 25 kg sehingga total keseluruhan bahan 175 Kg, formulas! ini disesuaikan dengan formulas! yang biasa dilakukan dalam pembuatan pakan menggunakan mesin diesel. Bahan ini kemudian diaduk hingga homogen selanjutnya dicampur air sebanyak 10 %. Untuk mendapatkan campuran yang homogen, dimasukkan bahan yang sedikit jumlahnya, kemudian bahan yang lebih banyak. Setelah bahan dicampur secara homogen, bahan telah siap untuk dicetak dengan mesin pakan yang telah termodifikasi. Untuk lebih jelasnya melihat proses pembuatan pelet dapat dilihat pada Lampiran 3. 3.5. Parameter yang Diukur A. Uji Fisik Pelet Untuk mengetahui kualitas fisik pelet, maka perlu dilakukan uji fisik yaitu, berapa lama waktu pelet yang digunakan dalam keadaan utuh atau mengumpal, berapa lama pelet terapung dan waktu pelet mulai tenggelam, menghitung berat perbutir dengan cara mengukur panjang pelet perbutir, panjang pelet adalah 1 cm dan diameter 4 mm selanjutnya ditimbang. untuk mengukur bau melaui indra penciuman pada pelet yang dihasilkan, menentukan warna melalui indra penglihatan dan menentukan kehalusan partikel dengan cara menyentuhnya dan merasakan dengan tangan
Selanjutnya stabilitas fisik yang dihasilkan dari
modiflkasi mesin tersebut dilakukan perbandingan dengan stabilitas fisik pakan yang dihasilkan dengan mesin yang digerakkan oleh diesel.
17
B. Analisis Kimia Pakan Analisis proksimat pakan meliputi kadar protein kasar, lemak kasar, abu dan air. Analisis proksimat untuk protein kasar dilakukan dengan mengunakan metode Kjeldhal, lemak Kasar dengan metode ektrasi dengan alat Soxhlet, abu melalui pemanasan sampel dalam tanur pada suhu 400-600° C, dan kadar air dengan metode pemanasan dalam oven pada suhu 105-110°C (Takeuchi, 1998).
C. Pengukuran Getaran dan Kebisingan Pengukuran getaran dan kebisingan dilakukan dengan menggunakan meteran (100 m). Yang di lakukan pertama kali adalah merasakan batas getaran sampai mana getaran dapat kita rasakan selanjutnya di ukur sampai ke sumber getaran yaitu mesin diesel begitu juga kebisingan.
D. Kapasitas Mesin Pencetak Pakan Ikan Dalam menghitung kapasitas mesin yang di lakukan adalah menghitung jumlah pelet yang dikeluarkan dari mesin selama satu jam dan di lakukan selama 8 jam kemudian di ambil rata-ratanya. £. Opasitas Mesin Pencetak Pakan Ikan Opasitas (kepekatan asap) ini di ukur dengan menggunakan indra penglihatan. Pengukuran ini dilakukan pada alat mesin pencetak pelet yang mengunakan pengerak diesel. F. Pelaksanaan Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian modifikasi mesin pakan ikan yang pertama ditentukan adalah perancangan alat yang mampu menghasilkan pakan yang optimal, efisien dan berkualitas, diantaranya berupa kapasitas yang akan di capai, kapasitas tersebut menggunakan motor listrik dengan beban yang mampu di manfaatkan oleh masyarakat, ukuran mesin yang efisien dan mendapatkan bahan
18
yang mudah didapat, selanjutnya semua perancangan tersebut dihitung berdasarkan referensi yang ada. Dalam pembuatan mesin selama penelitian terdapat beberapa kendala di antaranya adalah menentukan cetakan sesuai ukuran dan menentukan pisau pemotong. Dalam pembuatan mesin modifikasi ini dimulai dari tanggal 10 April sampai tanggal 5 Mei 2008. selanjutnya pada tanggal 10 Mei dilakukan pengujian mesin hasil modifikasi untuk menentukan kapasitas, dan kualitas fisik pakan, pengujian ini dilakukan di Lab Teknologi Budidaya selanjutnya dilakukan pengujian kimia yang di lakukan di Lab Kimia Pangan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pakan diuji kimia setelah dijemur selama satu hari dengan kondisi cuaca yang cerah yaitu pada siang hari pada suhu 28 - 32°C hasil pengujian alat modifikasi dibandingkan dengan mesin pencetak pelet dengan menggunakan diesel yang berada di Desa Padang Mutung Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar Propinsi Riau, sebanyak 4 buah dengan sepesifikasi yang sama. Semua bahan pakan yang diuji sama, baik jenis bahan maupun jumlah formulasinya. 3.6. Analisis Data Data hasil pengujian yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel. Kemudian dianalisis secara deskriptif dengan pembanding mesin pakan bahan bakar (solar) minyak, dibahas berdasarkan literatur yang terkait dengan efektifitas dan efisiensi alat dari motor listrik selanjutnya ditarik kesimpulan.