Seminar Nastonal Peternakon don Vetertner 1997
LIMBAH PROTEIN DAN PEMANFAATANNYA PADA PAKAN TERNAK UNGGAS SRI WAHYUNI SEMAUN
Badan Penerapan dam Pengkajian Teknologi, Jakarta RINGKASAN Protein berdasarkan kandungan zat organik, seperti carbon, hydrogen, oxygen dam sulphur serta phospor dapat dimanfaatkan oleh Ilngkungan baik manusia, tumbuh-tumbuhan serta ternak . Dalam suatu usaha peternakan, biaya pakan merupakan bagian terbesar yaitu 60 - 70 % dari total biava produksi . Oteh karena itu penggunaan bahan penyusun ransum diusahakan dari bahan yang murah harganya, mudah didapat sera memenuhi kebutuhan gizi ternak yang diusahakan . Berbagai jenis limbah sudah dapat dimanfaatkan melalui proses daur clang (recycling system). Hanva yang diusahakan selain rnembantu menanggulangi masalair pengotoran lingkungan, yang perlu diperhatikan adalall masih dapat diproses kembali dengan kadar gizi yang memenuhi syarat bagi ternak . Sebagai contolr selain sisa produksi kedelai menjadi tahu, ampasnya dapat digunakan karena masih mengandung beberapa komposisi gizi antara protein dengan asam aminonva, kemungkinan karbohidrat dam vitamin. Hal tersebut juga terdapat pada Iirnbah lainnya seperti limbah ulat sutera dam cangkang keong. Kata kunci : Limbah protein, pakan. unggas PENDAHULUAN Protein berdasarkan jenisnya banyak terdapat di tumbuh-tumbulran, sedangkan ternak adalah salah sate pemanfaat protein tumbuh-tumbullan yang nrenghasilkan produk seperti : caging, telur dam susu . Akan tetapi, limbah pun sudah dapat diproses melalui daur clang (recycling system) untuk Inendapatkan sejumlah produk berkadar protein. Sedangkan bahan baku yang digunakan untuk membuat makanan ternak tadi adalah : jagung, kedele beserta bungkilnya dam juga limbah dari sisa hasil produk pertanian (ampas tahu). Makanan ternak yang mudah dicerna (dedak padi, kacang-kacangan) biasanya digunakan untuk ternak unggas, sedang untuk ternak pemamali biak (rurninansia besar dam kecil), disamping dedak yang mudall dicerna juga digunakan rumpus-rumput/hijauan makanan ternak yang berkandung protein. Sampai sejalilr mana pemanfaatan limbah sisa hasil produksi dam sisa hasil pertanian itu adalah tanggung jawab para pelaksana pembangunan saat ini (para pencliti/ilnunvan ataupun cendekiawan lkingsa) . Yang penting tidak akan menggangu lingkungan kehidupan kita sendiri . RANGKUMAN HASIL PENELITIAN Tim Dit. TPLH-BPP Teknologi pernah melaksanakan uji cobs "Pernanfaatan Limbah Tahu Sebagai Bahan Baku Tambalkan Sumber Protein" untuk makanan ternak ayarn (unggas) Rats atau buras. 687
SeminarNastonal Peternakun dan r%tertner 1997
Pelaksanaaruiya dilakukan di Fakultas Peternakan IPB-Bogor . dengan tidak melupakan prows lour ulangnya (recycling system) . Sebagai salah satu pembanding dalam percobaan ini adalah "Pemanfaatan tepung daun ubi . kayo sebagai Di Pakan ayam Pedag mg" sini kandungan protein ubi kayo dan kadar lemakny-a rendah, tetapi kandungan karbohidratnya masih cukup tinggi . Sehingga masih dapat dipergunakan sebagai bahan penyusun ransum sumber energi . Tetapi penggunaan tepung daun ubi kayo dalain ransum avam pedaging sampai batas terientu belum memberikan penganth yang sifatnya menghambat perttunbulran (SINAR TANI, 1994) .
e
dal as` pet me ami Ta
Selanjutnva SIN ;vz TANI (1994), tanaman ubi kayo tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah (di bawah 1 .800 meter) . Daya adaptasi cukup besar terhadap lingkungan : kekeringan, curate hujan clan kestrburan. Tanaman ubi kayo merupakan salah situ tanaman pangan yang cukup penting clan banyak tersedia di daerah tropik, karena ubi kayu merupakan tanaman palawija clan tumbuh sepanjang tahun . Adapun komposisi utama yang terkandung di dalam ubi kaylt adalah : protein, karbohidrat dan vitamin . Daun ubi kayo mengandung kurang lebih 25,80 - 27,30% protein kasar, 7,60 -10,5% lemak, 5,70 - 8,80% serat kasar clan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dalatn bahan kering . Selain itu. SINAtz TANI (1994), mengatakan bahaa bulu mentpakan hasil sampingan dari ayam yang belun optimal clan baru sebagian kecil dimanfaatkan . Padaltal limbah bulu ayam pedaging (broiler) cukup melimpah clan ltampir tersedia setiap hari . Dari hasil pemotongan di Kalimantan Selatan (1991/1992) tercatat pemotongan ayam pedaging 5.261 .912 kg. Dikatakan selanjuinya (SINAR TANI, 1994), bahwa menuntt BABERMEN (1956) clan CARD (1962), berat bulu yang diliasilkan pada pemotongan ayam pedaging berkisar 4,5 - 7,5% dari berat ayam. Sumber lain menyatakan balnva berat bulu ayam yang dihasilkan dari satu ekor ayam pedaging kurang lebih 70 gram.
be me dit PC
Maka dapatlah diketalmi bahwa ketersediaan bulu ayam yang cukup potensial untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak unggas . Selanjutnya disiunpaikan olch SrN :mz TANi (199-3), dari beberapa hasil penelitian kandungan protein bulu ayam cukup tinggi berkisar : 80 - 90`x, (menuntt CO>LLisON) . Selain itu bulu ayam telah mengalami pengukusan dengan tekanan clan kentudian dikeringkan, digiling akan diperoleh tepung bulu ayam (fethear meal). Dimana kandungan proteinnya mencapai 80%, clan kecernaan proteinnya di atas 70%. SINAR TANI (1994), juga menjelaskan dari hasil penelitian Bo GOHL kecernaan protein yang tinggi 75-80%. clan mengandung zat bergizi seperti air 7,0%, protein kasar 91,40%, lemak 3,90%, serat kasar 0,4%, BTEN 0,50, abu 3,80%, CaO 42% clan PO 51%. Tepung bulu memiliki energi metabolic (M.E.) clan asam amino tersedia 65% (RASYAF, 1990) .
Ulat sutera, yang mentpakan limbah yang berasal dari penrbuatan benang sutera. dapat mentpakan sumber protein untuk ternak . Selain itu ampas talm mentpakan hasil limbah pengolahan kedelai menjadi talm yang dapat digunakan sebagai pakan. Sedangkan keong mas telah berkembang demikian pesat sehingga menjadi hama untuk tanaman padi .
688
3.
Seminar Nasional Peternakan don Veieriner 1997
Hambatan yang perlu dikaji dari sudut biologis adalah segi ekonominya . Walaupun sampai saat ini bahan-bahan tersebut masih belum perlu dibeli .' Akan tetapi diperlukan biaya untuk pengumpulan, pengolahan dam pengangkutan . Penelitian dilaksanakan di Fakultas Peternakan IPB-Bogor, merupakan kerjasama penelitian dengan tujuan untuk mengetahui nilai konversi pakan dam "Income Over Feed and Chick Cost" (IOFCC), dari rausum yang menggunakan salah satu balian tersebut . Bertitik tolak dari Iaporan BPP TEKNOUOGI (1984), dapat diketahui komposisi kimia dam asam amino ulat sutera, tepung keong, ampas tahu, tertera pads Tabel 1 dam 2. Tabel 1. Komposisi kimia ulat sutera, tepung keong; cangkang keong dam ampas tahu Jenis Bahan Ulat Sutera Tepung keong Cangkang keong Ampas Tahu
Abu (%) 2,79 46,82 54,93 4,65
Komposisi Kimia Berdasarkan Bahan Kering (BK) Protein P Sera( Lemak Ca G.E . Kasar (%) Kasar (%) (%) (%) (K.Kal/kg) (%) 58,06 3,36 29,58 0,16 0,61 6410 15,58 22,30 , 0,79 29,33 0,13 1367 2,94 26,68 0,12 29,35 0,19 168 19,12 25,94 6,48 0,93 0,76 4401
Dalam hal ini penelitian mengenai ampas tahu sudah banyak dilakukan, sedangkan tentang tata cars penggunaan ulat sutera, tepung keong dam cangkang keong untuk bahan pakan ternak belum banyak diketahui . Tabel 2. Komposisi asam amino ulat sutera, tepung keong, cangkang keong dam ampas tahu dari masing-masing perlakuan Asam Amino (%) Arginin Cystein Cycline Histidine Isoleucine Leucine Lycine 1vlethionine Phenylalanine Threonine Tryptophane Tyrosine Valine
Ulat Sutera
Tepung keong
Cangkang Keong
2,58 0,95 3,85 1,24 2,25 3,50 3,98 1,75 2,07 1,98 0,85 0,90 2,99
0,85 0,12 1,09 0,35 0,69 1,08 0,55 0,71 0,54 1,37 1,72 0,45 0,79
11,28 0,02 0,21 0,13 0,21 0,30 0,31 0,05 0,24 0,18. 0,04 0,07 0,22
Ampas Tahu 1,75 0,32 1,04 0,45 0,56 1,04 1,21 0,29 0,95 1,55 0,25 0,56 0,88
Di samping perlakuan dari Tim Dit . TPLH-BPP. Teknologi ada pula beberapa perlakuan sebagai pembandingnya, dalam hal ini juga menggunakan limbah sebagai bahan baku campuran pakan ternak unggas . Diantaranya adalah pemanfaatan daun ubi kayu sebagai bahan pakan ayam pedaging juga memanfaatkan bulu ayam pedaging sebagai hasil sampingan yang belum optimal. 689
Seminar Nosional Peternakan don Veteriner 1997
Dalam pemanfaatannya diblkat tepung daun ubi kayu untuk pakan ternak ayam pedaging . Kandungan protein ubi kayo dan lemaknya . rendah, tetapi kandungan karbohidratnya masih cukup tinggi. Sehinga masih dapat dipergunakan sebagai sumber energi, tetapi penggunaan tepung daun ubi kayu dalam ransum ternak ayam pedaging sampai batas tertentu belum memberikan pengaruh yang sifatnya menghambat pertumbuhan (SINAR TANI . 1994) . Untuk ampas tahu komposisi nutrisinya sangat tergantung dari bahan bakunya serta cara pengolahan dan tehnik penyimpanan . Dari beberapa peneliti, komposisi ampas iahu yang diperlihatkan (Tabel 3). Untuk lebih jelasnya : Komposisi kimia ampas tahu adalah sbb Tabel 3. Komposisi kimia ampas tahu berdasarkan % bahan kering Sumber
Abu
Fapet, IPB (1984) ARIANTO (1993) . RAHARjo et al.. (1981)
3,26 5,92 4,21
Protein kasar 18,21 27,45 21,72
Serat Kasar 26,84 22,40 21,59
Lemak
BETN
7,79 10,94 10,05
43,93 33,27 49,50.
0,47 0,64 0,06
0,18 0,47 0,44
Tiga ratus ekor anak ayam (dov old chick) digunakan sebagai hewan percobaannya, dipelihara dalam kandang berbentuk boks berlantai kawat. Ransum disusun dengan menggunakan tepung ikan, bungkil kedele, jagung kuning, dedak padi, bungkilkelapa, tepung keong, cangkang keong, tepung ulat sutera, ampas tahu, CaC03 dan premix . Rancangannya . disusun,menggunakan rancangan acak lengkap dengan lima perlakuan dan masing-masing terdiri dari tiga ulangan, dengan jumlah ayam di setiap ulangan 20 ekor. Perlakuan terdiri dari Perlakuan
I
Ransum komersil .
Perlakuan
II
Ransum menggunakan tepung ulat sutera:
Perlakuan
III
Menggunakan tepung-keong.
Perlakuan
IV
Menggunakan ampas iahu.
Perlakuan
V
Menggunakan tepung cangkang keong sebagai pengganti CaC03.
Susunan ransum untuk masing - masing perlakuan terdapat pada Tabel. 4 . Adapun cara perlakuannya Makanan diberikan 2x sehari, untuk mendapatkan hasil penelitian yang optimal pula dilakukan pencegahan penyakit melalui vaksinasi ND pada umur 4 hari dan 2 minggu . Untuk mencegah tedadinya penyakit CRD dipakai sulfanik melalui air minuet . Sedangkan untuk mencegah stress diberikan vita chick. Dari hasil penelitian diperlihatkan di Tabel 5 . Mengenai rata-rata konsumsi ransumnya, pertumbuhan bobot badan dan angka konversi ransum. Dari hasil perlakuan ditunjukkan pada Tabel 5, dimana ransum perlakuan II (ransum mengandung tepung ulat sutera) dikonsumsi paling rendah, sedangkan ransum terbanyak dikonsumsi adalah yang mengandung ampas tahu = perlakuan IV. 690
Seminar NasionalPeternakon dan Veteriner /997
Tabcl . 4. Ransum perlakuan Bahan Baku
A
Tepung Ulat Sutera Ampas tahu Tep . Kulit Keong Tep .ikan 5,0 Jagungkuning 45,0 Bk Kedele 23,88 DDK Padi 5,94 13kI kelapa 18,82 CaCo3 1,26 Tep. Keong -
I
B
-
5,01 50,63 15,83 7,20 19,93 1,30 -
A
5,61
44,47 24,77 7,67 15,78 2,09 -
Ransum Perlakuan I1I B A B
II
5,01 50,29 16,72 9,03 16,88 2,07
4,47 40,65 28,79 24,08 2,00
4,68
50,18 15,82 6,03 21,29 2,00
A -
IV
B -
5,00 -
5,03 -
5,01 42;68 23,27 6,61 16,25 1,17 -
10,05 54,76 . 8,32 21,34 0,50 -
A
-
V
B -
-
-
5,0 45,0 2j,88 5,94 18,82 1,26 -
5,01 30,63 15,83 7,30 19,93 1,30 -
Ket. : A : umur 0 - 3 minggu B : umur 3 - 6 minggu
Dijelaskan bahwa melalui uji Duncan menunjukkan bahwa konsumsi ransum yang mengandung ulat sutera sangat nyata lebih rendah dibandingkan dengan yang lainnya . Kemungkinan rendalinya konsumsi, ransum perlakuan II. disebabkan karena tepung ulat sutera mengandung zat anti nutrisi atau zat racun yang mempenganthi konsumsi ransum . Tabel 5. Hasil penelitian rata-rata konstmlsl ransum, pertumbuhan bobot badan din angka konversi ransum Peubah
Konsumsi . Ransum (gr/ek) Perlambahan Bobot Badan (gr/ek) .
PERLAKIIAN 2612,58cd t 83,88
823,87 t 52,48
1094,83c t 23,68
208,91 a t 22,44
Konversi ransum 2,396 t 0,05 . 3,96c f 0,25
2283,676 f 113,11 2750,17d t 118,47 2504,08c t 195,19 933,25h t 52,72
1277,08d t 59,82
1051,00c t 91,60
2,41 h t 0,03
2,1 Sa t 0,03
2,386 t 0,05
Ket : huruf yang berbeda pada baris yang lama menunjukkmi sangat bertxda nyata (PA,01)
Konsumsi ransum dengan kandungan anapas tahu (perlakuan IV) lebih ting'gi dibandingkan dengan lainnya . Kemungkinan kandungan energi perlakuan IV lebill rendah dari lainnya, hingga konsumsinya lebih tinggi, sesuai pendapat dari SCOTT et al. (1982). Pertanabahan bobot badan paling rendah terjadi pada ransum yang mengandung ulat sutera (perlakuan 11) dan tertinggi tercapai pada perlakuan yang mengandung ampas tallu (IV). Berdasarkan kornposisi zat makanan dalam ransum, tidak tampak perbedaan antara perlakuan I, IT, III, IV dan V. Kemungkinan dibedakan adanya kandungan/kolnposisi asam amino, dimana pada perlakuan Il terjadi tidak keseimbangan, adanya zat anti nutrisi atau zat racun yang menghambat pertumbuhan . Pertantbahan bobot badan pada perlakuan IV, ternyata lebih baik dah perlakuan 1, 11, 111 dan V (P<0,01). Hal tersebut disebabkan adanya konsumsi ransum perlakuan IV 69 1
SeminorNasionalPeternakan don Veier+ner 1997
lebih tinggi sehingga zat makanan yang masuk ke dalam asam aminonya lebih seimbang daripada ransum lainnya, dikarenakan bahan penyusun ransumnya lebih banyak . Konversi ransum dengan kandungan ampas tahu adalah yang terbaik . Sedangkan yang terburuk adalah ransum yang mengandung tepung ulat sutera. GAMBARAN dan NORTH (1984), mengatakan bahwa dengan semakin tinggi jumlah ransum yang dikonsumsi maka. pertumbuhannya akan semakin cepat dan konversinya semakin baik. Dalam percobaan ini ransum yang mengandung tepung keong dan cangkang keong sama dengan ransum komersial . ARIANTO (1983), melaporkan pemberian ampas tahu sampai dengan 7,5 % dapat dianjurkan untuk menggangti bungkil kelapa dalam ransum ayam broiler . Di dalarn penelitian ini digunakan sebanyak 5 % ampas talrit sebagai pengganti bungkil kelapa dan jagung . "Income Over Feed & Chick Cost" (IOFCC), diperoleh dari harga penjualan ayam dikurangi harga ransum dan harga anak ayam. Dalam ltal 1111 ayam yang mendapat ransum kandungan tepung ulat sutera tidak dapat dijual karena bobot hidupnya sangat rendah yaitu 208,91 t 22,44 gram. Hasil perhitungan income over feed and chick cost (IOFCC), tanipak terlihat bahwa yang paling menguntungkan adalah perlakuan yang mengandung arnpas talni. Hampir dua kali lipat dari perlakuan ransum komersial . Sedangkan perlakuan yang mengandung tepung keong, tepung cangkang keong dan tepung ulat sutera yang angka IOFCC-nya lebilt rendah daripada ransum komersial . Bahkan ransum yang mengandung tepung ulat stitera mempunyai nilai IOFCC yang negatif atau rugi . Tabel 6. Perhitungan "income over feed and chick cost" (IOFCC) Uraian BB akhir (kg/ekor) Harga jual (Rp/kg) Penerimaan Konsumsi Ransum starter (kg/ekor) Biaya ransum starter (RAg) Konsumsi ransum finisher (kg/ekor) Biaya ransum finisher. (Rp/kg) Total biaya ransum finisker (Rp/kg) Harga DOC Total biaya prodtiksi IOFCC
I
II
1,14 2.450,00 2.793,00 0,64 606,78 1,97 584 ;98 1.152,41 900,00 2 .440,75
0,25 2450,00 612,50 0,36 598,08 0,47 565,76 265 .91 900,00 1381,22 -768,72
352,25
Perlakuan III
IV
0,98 1,32 2450,00 . 2 .450,00 2401,00 3 .234,00 0,59 0,62 621 .46 604,67 1,69 2,13 566,80 624,59 957,89 1 .330,38 900,00 900.,00 2224,55 2.605,27 76,45
638,73
V 1,09 2 .450,00, 2.670,50 0,64 609,30 1,87 584,98 1 .093,91 900,00 2383,86 386,64
Mortalitas Tingkat kematian (mortalitas) dari ternak percobaan hanya terjadi pads perlakuan ransum yang mengandung tepung ulat sutera sebanyak 21,67% . Sedangkan pada perlakuan lainnya tidak ada dijumpai kematian ayam percobaan .
692
Seminar Nosional Peternakan dan Veternner 1997
Berdasarkan basil pemeriksaan pathologis kematian tersebut karena tertimbunnya asam urat dalain ginjal . Hal ini mungkin disebabkan oleh ketidakseimbangan asam amino sehingga banyak asam amino yang tidak disimetis sebagai protein lumbuh dan digunakan sebagai energi . Dalam penelitian ini mortalitas terjadi pada umur 3, 4, 5, dan 6 minggu dengan jumlah yang semakin meningkat . Diduga mortalitas pada penelitian ini disebabkan oleh adanya akumulasi zat racun atau anti nutrisi . Tabel 7, Mortalitas ayam broiler selama enam minggti penelitian Minggu 1 2 3 4 5 6 Total Persen
I
II
Mortalitas III
IV
v
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 2 3 3 5 13 21,7
0 () 0 0 0 0 0 0
() 0 0 0 () U 0 0
0 0 0 t) u 0 0 0
Total () 0 2 3 3 5 13 4 .33
Pemberian tepung sebanyak 3 - 4% dari total ransum dasar dan untuk avam juga dalam bentuk tepung dapat diberikan sampai : 6 - 7%, . Karena adanya kcterbatasan asam amino bempa methionine, lysine dan histidinc, maka pemberian tepung bulu tidak mclebihi batas yang ditetapkan . Hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung bulu digunakan sampai 7,5"/ sebagai pengganti tepung dalam ransum ayam daging dan buras . Asal ditambah ().I%o methionine dan 0,2 lysine (SITt DHARMAWATI, UNISKAN Banjar Bang - Kalimantan Selatan) . KESIMPULAN DAN SARAN Dari basil penelitian serta data pembanding disimpulkan bahwa Nilai konversi dari ranstnnltya yang terbaik dicapai oleh perlakuan ransum yang mengandung ampas talm, sedangkan untuk perlakuan yang mengandung tepung ulat sutera memberikan data terbunik. Unluk perlakuan dengan pemberian ransum yang mengandung tepung keong dan cangkang keong sekalipun konsumsi ransum dan pertambahan bobot badannya berbeda dengan perlakuan ransum komersial dengan data konversi ransum yang sama. 2.
Berdasarkan perhilungan "Income over feed and chick cost" . perlakuan ransum yang mengandung ampas talm memberikan angka hampir dua kali lipat dari ransum komersial . Sedangkan ransum perlakuan dengan tepung keong, tepung cangkang keong dan tepung ulat sutera di bawah nilai IOFCC ransum komersial bahkan yang mengandung tepung ulat sutera memberikan angka IOFCC negatif atau merugikan .
3.
Selama penelitian berlangsung, mortalitas (tingkat kematian) dari ternak hanya pada perlakuan ransum yang mengandung tepung ulat sutera adalah sebesar : 21,67 %.
Seminar Nastonal Peternakan don Vetertner 1997
SARAN 1.
Ampas talnt dapat digunakan dalam ransum komersial ayam pedaging (broiler).
2.
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengingat masalah lingkungan semakin mengundang perhatian para peneliti .
3.
Contoh dilaksanakannya penelitian lebih lanjut tentang pengolahan ulat sutera menjadi tepung sutera disamping problema lainnya (limbah yang dapat dimanfaatkan kembali untuk lingkungan).
4.
Perlu dilaksanakan lagi kemungkinan penelitian adanya zat racun atau zat anti nutrisi pada ulat sutera .
5.
Pelaksanaan penelitian kelanjutan dilaksanakan bersama-sama antara lembaga penelitian terkait, baik fakultas maupun lainnya. DAFTAR PUSTAKA B.D .B . 1983 . Pengaru h fngkat pemberian ampas tahu terhadap potongan karkas komersial broiler befna strain hybro umur enam minggu . Karya Ilmiah, Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
ARIANTO,
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI. BERGER, H.E ., CARD,
L.E .
L.E . and
CARD
and B.S .
M . C NESIEIL4 .
PAMEROY .
1994 . Pemanfaatan Limbah Blologls . Jakarta.
1968 . Deseases and Parasities of Poultry. 5 th Ed .
1972 Poultry Production . Lea and Fahriger, Philadelphia .
FAKULTAS PETERNAI;AN - DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN .
Limbah Industri . Bogor.
1985 . Laporan Llventarisasi dan Pemanfaatan
KLEIBEN, M. 1971 . The Fire of Life . An hltroduction to Animal Energetics . Jhon Wiley & Sons hlc. New York. NORTH,
M.O. 1984 . Commersial Chicken Production Manual . 3 rd Ed.
ScoTT, MI, M.C . NESHEIM and R.J . YOUNG. 1982 . Nutrition of the chicken. 3 rd Ed . M.C . Scott and
Associate. New York,
SINAR TANI, 16 April 1994 . Pemanfaatan tepung daun ubi kayu sebagai pakan ayam pedaging,: 4. SINAR TANI, 27 April 1994 . Pemanfaatan bulu ayam sebagai pakan temak unggas,: 5 .
