UNAIR Dipilih Sebagai Pioner Pencegahan Korupsi UNAIR NEWS – Universitas Airlangga dipilih sebagai pioner dalam pencegahan dan penanganan korupsi di aspek tata kelola oleh Transparency International Indonesia (TII) dan International NGO Forum on Indonesian Development (INFID). Hal itu diungkapkan oleh Sekjen TII Dadang Trisasongko dalam acara Seminar dan Deklarasi: Komitmen Pengendalian Konflik Kepentingan dalam Upaya Pencegahan Korupsi dan Perluasan Integritas di Indonesia. “UNAIR kami anggap sebagai perguruan tinggi negeri yang layak menjadi representasi di level nasional dalam menggelorakan semangat anti korupsi,” kata dia saat diwawancara UNAIR News di Royal Kuningan Jakarta, Kamis pagi (15/9). Selain UNAIR, institusi lain yang dijadikan pilot project adalah Pemkot Makassar melalui RSUD Makassar, Kabupaten Bojonegoro melalui RSUD Bojonegoro, dan Universitas Muslim Indonesia. Dadang mengungkapkan, persoalan korupsi di Indonesia masih menjadi momok meskipun sudah banyak koruptor masuk penjara. Maka itu, perlu pembelajaran menyeluruh dan berkelanjutan untuk menangani problem tersebut. “Seminar dan deklarasi ini merupakan awal dari langkah yang baik untuk membangun sistem antikorupsi dan bebas konflik kepentingan,” papar dia. Direktur Eksekutif INFID Sugeng Bahagijo menuturkan, pihaknya siap bekerja sama dan menjadi mitra institusi untuk melaksanakan pencegahan korupsi, baik yang berbasis pemerintah maupun swasta. “Korupsi yang sistemik harus diberantas dengan pola yang baik. Salah satunya dengan memberi atensi pada bibit-bibit konflik kepentingan,” papar dia dalam sambutannya.
Rektor UNAIR Prof. Dr. H. Mohammad Nasih, MT., SE., Ak, CMA mengutarakan, selama ini pihaknya selalu berusaha untuk membangun tata kelola yang baik, yang mana usaha tersebut mencakup bermacam elemen. Misalnya, di bidang rekrutmen tenaga kerja atau bidang kepegawaian. Menurutnya, UNAIR selalu berupaya menghilangkan konflik kepentingan. Semua yang direkrut harus bersandar pada prestasi atau kapabilitas seseorang. “Jangan sampai ada seorang Kabag (kepala bagian, -red) menduduki posisi itu karena dulu ayahnya juga Kabag,” kata Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR itu. Lelaki kelahiran Gresik yang juga menjadi narasumber dalam acara menambahkan, bidang-bidang lain tak luput dari perhatian. Contohnya, bidang pengadaan, kemahasiswaan, maupun bidang lainnya. “Kami ingin menyisihkan segala konflik kepentingan di semua bidang di UNAIR,” urai dia. Seminar tersebut juga dihadiri oleh sejumlah stakeholder. Selain perwakilan institusi yang menjadi pioner dalam seminar, tampil pula sebagai narasumber komisioner KPK Alexander Marwata, dan Kepala Kantor Kepresidenan Teten Masduki. (*) Penulis : Rio F. Rachman Editor
: Binti Q. Masruroh
Menjaga Pola Makan Sehat Era Modern UNAIR NEWS – Hidup di zaman modern yang didukung dengan teknologi serba canggih membuat pola hidup manusia berubah, termasuk pola makan. Hal inilah yang menjadi perhatian
tersendiri bagi Institut Francais Indonesia (IFI) dan International Office Partnership (IOP) Universitas Airlangga untuk menggelar sebuah seminar yang bertajuk “Pesta Sains: Makanan dan Kita”, Rabu (14/9), di Aula Excellence with Morality, Fakultas Psikologi UNAIR. Wakil Rektor I UNAIR Prof. Djoko Santoso, dr., Ph.D., Sp.PD, K-GH, dalam sambutannya mengatakan, bahwa manusia zaman modern dimanjakan dengan perkembangan teknologi dan informasi. Pihaknya berharap, setiap peserta seminar bisa menerapkan ilmu yang bermanfaat yang diperoleh dari acara seminar. Direktur IFI Surabaya Veronique Mathelin mengatakan, topik serta permasalahan pangan merupakan tema yang sedang hangat diperbincangkan. Senada dengan Prof. Djoko, Mathelin berharap pelajaran yang bisa dipetik dari seminar ini bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. “Tujuan dari kegiatan ini agar sains bisa diaplikasikan oleh semua orang, karena masalah pangan kini tengah menjadi isu yang menarik,” jelas Direktur IFI Surabaya tersebut. Ahli gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Fiastuti Witjaksono, dr., M.S., Sp.GK, yang menjadi pembicara dalam seminar tersebut mengatakan bahwa pola makan menjadi salah satu penentu munculnya penyakit, khususnya pada zaman modern yang padat kalori, tinggi lemak, gula, garam, dan kurang serat lifestyle).
serta
kurang
aktif
bergerak
(sedentary
“30 tahun yang lalu kalau kita pesan makanan cepat saji itu porsinya masih kecil. Nah, sekarang semakin besar harga porsi semakin murah harganya, ini yang membuat semakin banyaknya penyakit,” tegasnya. Ahli gizi dan spesialis gizi klinik UI tersebut menjelaskan bahwa fenomena zaman sekarang banyak makanan karena penyedap rasa. “Fenomena sekarang di desa juga dengan di kota. Jadi mau tinggal di kota atau desa sama
juga enak sama saja
kalau polanya seperti itu,” tandasnya. “Solusinya harus mengonsumsi sayur dan buah yang cukup,” tegasnya. Selain Fiastuti, ada pula dua pembicara lainnya yakni Triana Kusuma Dewi, M.Sc, dengan topik “You are What You Eat”, dan Afif Kurniawan, M.Psi, dengan topik “Eating Disorder”. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Defrina Sukma S.
Pertukaran Mahasiswa Tingkat Lokal untuk Praktik Kebinekaan UNAIR NEWS – Universitas Airlangga menjadi perguruan tinggi yang turut serta mendukung berlangsungnya program Pertukaran Mahasiswa Tanah Air Nusantara (PERMATA). Bentuk dukungan tersebut berupa mengirim dan menerima mahasiswa dari perguruan tinggi se-Indonesia. PERMATA merupakan program peningkatan nasionalisme yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI. Sebanyak 13 mahasiswa yang berasal dari empat perguruan tinggi di Indonesia diterima UNAIR, Rabu (14/9). Keempat perguruan tinggi tersebut yaitu Universitas Sumatera Utara, Universitas Tadulako, Universitas Syah Kuala, dan Universitas Sam Ratulangi. 13 mahasiswa tersebut diterima langsung oleh Wakil Rektor UNAIR bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof. Djoko Santoso, dr., Sp.PD-KGH., Ph.D., FINASIM. Pada saat acara penerimaan mahasiswa PERMATA, turut hadir Direktur SDM Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum., yang
mewakili Direktur Pendidikan UNAIR, Dekan Fakultas Hukum UNAIR Prof. Dr. Drs. Abd. Shomad, SH, MH, dan Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Prof. Dr. Tri Martiana, dr., MS. Selama 6 bulan kedepan, ke-13 mahasiswa akan mengikuti kegiatan akademik maupun non akademik yang diselenggarakan di UNAIR, namun kegiatan yang menunjang softskill yakni berupa kegiatan di luar akademik merupakan kegiatan yang lebih ditonjolkan. Maka itu, selama enam bulan ke depan, mereka hanya mengambil matakuliah maksimal 12 SKS. Wakil Rektor I UNAIR, Prof. Djoko mengatakan, kesempatan tersebut merupakan bagian untuk mengamalkan sekaligus memperkuat kebinekaan. Pasalnya, mahasiswa bukan hanya akan belajar pada kegiatan akademik semata, namun juga belajar memahami pola masyarakat dari tempat yang berbeda dari asal mereka. Pihaknya juga memberikan wejangan kepada 13 mahasiswa yang akan menjalani studi di UNAIR. “Abad 21 ini adalah abad yang sulit diprediksi. Yang bisa menjawab tantangan adalah yang bisa menjaga kesehatan fisik, kesehatan spiritual, kesehatan mental, update intelektual, dan mengembangkan hubungan sosial,” ujar Prof Djoko. Sementara itu, Purnawan yang menjabat sebagai Direktur SDM UNAIR mengatakan, pertukaran mahasiswa ini merupakan ajang mahasiswa untuk belajar sebanyak-banyaknya agar memperoleh pengalaman yang dapat universitas asal.
dibagi
kepada
teman-teman
dari
“PERMATA merupakan program yang dirancang pemerintah untuk mengenal Indonesia secara lebih luas. Program selama enam bulan nanti harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Baik pengalaman di kelas maupun di luar kelas. Pengalaman yang baik dari UNAIR bisa ditularkan kepada teman-teman dari universitas asal,” kata Purnawan. Herman Syah dari Universitas Sumatera Utara yang menempuh Program Studi Pendidikan Ners mengaku senang dapat menjadi
salah satu mahasiswa yang terpilih mengikuti program PERMATA. Ia berharap mendapatkan pengalaman yang banyak di UNAIR. “Banyak hal yang ingin saya dapatkan di sini. Meningkatkan nasionalisme, komunikasi lintas budaya. Harapannya selama enam bulan bisa dapat softskill yang lebih, pengalaman yang tidak belum pernah saya dapat di Sumatera Utara. Ketika saya kembali ke sana, bisa menularkan ke teman-teman apa yang saya dapat di sini,” ujar mahasiswa semester lima yang tergabung dalam organisasi rohani Islam dan BEM ini. Selain itu, Wulandari dari Universitas Syah Kuala yang mengambil Program Studi Akuntansi berharap bisa mendapatkan banyak relasi dan kenalan dari berbagai daerah. Ia juga menuturkan, banyak hal yang beda dari UNAIR dan Universitas Syah Kuala. Salah satunya penerapan syariat Islam yang mempengaruhi lamanya jam belajar dan keikutsertaan mengikuti kegiatan kampus. “Yang paling beda adalah bahasanya. Di sana semua menggunakan Bahasa Indonesia. Di sana kami menerapkan syariat Islam. Di sini hebat karena kuliah bisa sampai malam. Kalau di sana jam 6 malam kami ada peraturan untuk harus sudah keluar dari kampus,” ujar Wulandari. Sementara itu, ada enam mahasiswa UNAIR yang mengikuti program serupa. Mereka berasal dari Program Studi Budidaya Perairan dan Ilmu Kesehatan Masyarakat di UNAIR Program Studi Diluar Domisili (PDD) Banyuwangi. Masing-masing dari mereka mengikuti program di universitas tersebut di atas. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Nuri Hermawan