Panduan Pelaksanaan Program Pencegahan Korupsi Berbasis Keluarga Untuk Pemerintah Daerah dan Pemangku Kepentingan Lainnya
Komisi Pemberantasan Korupsi
ii
kata pengantar
Panduan Pelaksanaan Program Pencegahan Korupsi Berbasis Keluarga Diterbitkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi Penyusun: Sari Angraeni Kontributor: Elih Dalilah Sandri Justiana Irawati Dotty Rahmatiasih Supervisi: Aida Ratna Zulaiha Penanggungjawab: Wawan Wardiana
Puji Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa Buku “Panduan Pelaksanaan Program Pencegahan Korupsi Berbasis Keluarga Untuk Pemerintah Daerah dan Pemangku Kepentingan Lainnya’ telah selesai disusun oleh Direktorat Penelitian dan Pengembangan, Komisi Pemberantasan Korupsi. Buku ini merupakan output pembelajaran dari pengalaman yang sedang KPK lakukan dalam menjalankan program pembangunan budaya anti korupsi berbasis keluarga. Sampai hari ini, KPK bersama dengan elemen masyarakat yang terlibat terus berupaya mengevaluasi dan melakukan perbaikan terhadap program yang sedang dijalankan ini. Buku ini disusun dengan tujuan memberikan gambaran dan wawasan yang mudah dicerna tentang gambaran program, bagaimana melaksanakan program, dan mendorong pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya untuk kreatif memulai gerakan sosial pencegahan korupsi berbasis keluarga di wilayahnya. Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan maupun kontribusi dalam penyusunan buku ini. Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya saran dan kritik sangat diharapkan guna perbaikan di masa mendatang. Desember 2016,
ISBN : 978-602-9488-15-9 200+iv Cetakan I : Jakarta Desember 2016
Buku ini boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya, diperbanyak untuk tujuan pendidikan serta non komsersial lainnya, dan bukan untuk diperjualbelikan
Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi
daftar isi Daftar Isi
iii
Pendahuluan Latar Belakang Tujuan
01 02 05
Urgensi Program Pembangunan Budaya Anti Korupsi Berbasis Keluarga Urgensi Program
07
Langkah-Langkah Membangun Program Langkah-Langkah Membangun Program Baseline Studi Program Intervensi Program Pengukuran Program
15 16 19 30 41
Faktor Keberhasilan dan Penghambat Program Faktor Keberhasilan Program Faktor Penghambat Program
43 44 47
Penutup
49
Daftar Pustaka
52
Lampiran Dokumen LFA Final Modul ‘Agar Anak Jujur’ untuk orangtua beserta alat peraga dan media pembelajaran lainnya Buku harian orangtua (pemantauan perkembangan anak) Modul Relawan Ber-Aksi Buku Aktivitas Relawan Buku Family Visit Relawan
53 54
08
62 148 150 194 196
01 pendahuluan Bagian ini menerangkan latar belakang dan tujuan pentingnya penyusunan buku ini
02
LATAR
BELAKANG Upaya pemberantasan korupsi tak bisa dengan memangkas yang terlihat saja. Melainkan harus dengan gerakan sosial yang luas dan mendalam, mengarah pada perubahan sosial budaya. Gerakan sosial pemberantasan korupsi merupakan kebangkitan masyarakat untuk bersama-sama mengoreksi kondisi dan menghadirkan kehidupan lebih baik. Tujuan akhirnya tidak hanya perubahan sikap dan perilaku individu di dalam masyarakat itu sendiri, melainkan juga memunculkan tatanan sosial baru yang bebas korupsi.
Adalah Adalah keluarga, keluarga, sebagai sebagai unitunit terkecil terkecil masyarakat, masyarakat, yang yang diharapkan diharapkan menjadi menjadi inti inti gerakan gerakan sosial sosial pemberantasan pemberantasan korupsi korupsi di Indonesia. di Indonesia. Keluarga Keluarga dapat dapat mempengaruhi mempengaruhi individu individu dandan berperan berperan signifikan signifikan membangun membangun budaya budaya antikorupsi, antikorupsi, sehingga sehingga menjadi menjadi sandaran sandaran harapan, harapan, tuntutan, tuntutan, dandan keinginan keinginan daridari sistem sistem sosial sosial yang yang lebih lebih besar. besar. Keluarga Keluarga jugajuga merupakan merupakanpendukung pendukungkekuatan kekuatanpotensial potensialgenerasi generasi mendatang mendatang yang yang akan akan mengambil mengambil alihalih kepemimpinan kepemimpinan negeri negeri ini. ini. Pentingnya Pentingnya pembangunan pembangunan budaya budaya antianti korupsi korupsi berbasis berbasis keluarga keluarga setidaknya setidaknya beranjak beranjak daridari duadua hal.hal. Pertama, Pertama, mulai mulai bermunculannya bermunculannya kasus kasus korupsi korupsi yang yang melibatkan melibatkan keluarga. keluarga. DariDari datadata kasus kasus korupsi korupsi di KPK di KPK saja,saja, setidaknya setidaknya adaada 9 kasus 9 kasus korupsi korupsi yang yang melibatkan melibatkan keluarga: keluarga: Suami dengan istri pada kasus yang sama 1. Gatot Pudjo Nugroho (Guber- 1. Suap hakim Pengadilan Tata nur Sumatera Utara) dan Evy Usaha Negara (PTUN) Susanti (Istri) Medan (2015) 2. Romi Herton (Walikota 2. Suap sengketa Pemilihan Palembang) dan Masyitoh Kepala Daerah (Pilkada) di (Istri) Mahkamah Konstitusi (2013) 3. Budi Anton Aljufri (Bupati 3. Suap sengketa Pilkada di Empat Lawang) dan Suzanna MK (2013) Budi Antoni (Istri) 4. Ade Swara (Bupati Karawang) 4. Memeras PT Tatar Kertabudan Nurlatifah (Istri) mi, Karawang dalam pengurusan izin Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (2015) Suami dengan istri pada kasus yang berbeda M. Nazaruddin (Anggota DPR RI) dan Neneng Sri Wahyuni (Istri)
M Nazaruddin: Suap dari perusahaan pemenang lelang proyek Wisma Atlet, PT Duta Graha Indah (mengintervensi proses pemenangan perusahaan tersebut). (2010) Neneng Sri Wahyuni: Kasus Penunjukan Langsung Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Neneng sebagai penghubung antara PT Alfindo dan PT Sundaya Indonesia sebagai perusahaan sub kontrak dalam proyek itu). (2008)
Orangtua dengan Anak Zulkarnaen Djabar (Anggota DPR) dan Dendy Prasetya (Anak)
Korupsi terkait proyek pengadaan laboratorium dan penggandaan Al Quran di Kemenag (2011-2013)
Tabel 1 Kasus Korupsi Melibatkan Keluarga Yang Ditangani oleh KPK
Kakak dengan Adik Ratu Atut Chosiyah (Gubernur Banten) dan Tubagus Chaeri Wardana (Adik)
Korupsi pengadaan alat kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi Banten (2011-2012)
Sumber: KPK (diolah)
04
Selain kondisi pelaku korupsi pada tabel diatas, kondisi lainnya adalah pelaku korupsi banyak yang menggunakan anggota keluarga lainnya dalam pencucian uang hasil tindak pidananya. Fenomena tersebut mengindikasikan bahwa korupsi telah memasuki ruang kehidupan di dalam keluarga, tidak hanya sekedar percakapan namun telah menjadi perilaku korup bersama. Keluarga yang diharapkan menjadi garda terdepan dalam menjaga nilai-nilai moral, justru larut dan terlibat dalam perbuatan yang buruk. Karena itu diperlukan pengembalian fungsi keluarga pada jalurnya untuk menghasilkan generasi antikorupsi dan secara efektif mencegah korupsi, kini dan nanti. Kedua, sejak tahun 2014 hingga saat ini KPK melakukan program uji coba pembangunan budaya anti korupsi di Kelurahan Prenggan (Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta). Buku ini merupakan dokumen pembelajaran yang dihasilkan dari kegiatan yang dilakukan oleh KPK di daerah tersebut. Atas dua pertimbangan di atas, buku ini disusun dengan tujuan memberikan gambaran dan wawasan yang mudah dicerna tentang gambaran program, bagaimana melaksanakan program, dan mendorong Pemerintah Daerah dan pemangku kepentingan lainnya untuk kreatif memulai gerakan sosial pemberantasan korupsi berbasis keluarga di daerahnya.
TUJUAN Seluruh elemen bangsa pada hakikatnya mempunyai kepentingan bersama yaitu mewujudkan generasi yang berintegritas. Harapannya, akan terbangun sinergi yang berkelanjutan antara KPK, Pemerintah Daerah, dan pemangku kepentingan lainnya dalam hal ini.
06
Ada dua tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan buku ini: Pertama, KPK memaparkan pengalaman yang sedang KPK lakukan dalam menjalankan program pembangunan budaya anti korupsi berbasis keluarga. Lewat pemaparan pengalaman ini, KPK berharap dapat menjadi inspirasi bagi Pemerintah Daerah dan pemangku kepentingan lainnya dalam menjalankan Program Pembangunan Budaya Anti Korupsi Berbasis Keluarga di daerahnya masing-masing. Tentu saja, karena program ini berbasis budaya maka jenis kegiatan yang akan dihasilkan tidak akan sama persis antara satu daerah dengan daerah lainnya. Pemerintah Daerah dan pemangku kepentingan lainnya diharapkan tidak membuat program yang sama sekali baru, tapi meng-insersi program ini sedekat mungkin dengan kegiatan-kegiatan yang telah ada di masyarakat. Harapannya, program ini dijalankan dengan kesadaran dan keinginan penuh dari masyarakat, menjadi milik masayarakat, dan bertahan dalam jangka panjang. Dengan bahasa lain, program ini diharapkan menjadi program peradaban yaitu membentuk generasi anti korupsi di masa datang. Kedua, memberikan gambaran dan wawasan yang mudah dicerna tentang esensi program, bagaimana melaksanakan program dan mendorong kepala daerah maupun pemangku kepentingan lain untuk kreatif memulai gerakan sosial pemberantasan korupsi berbasis keluarga di daerahnya. Seluruh elemen bangsa pada hakikatnya mempunyai kepentingan bersama yaitu mewujudkan generasi yang berintegritas. Harapannya, akan terbangun sinergi yang berkelanjutan antara KPK, Pemerintah Daerah, dan pemangku kepentingan lainnya dalam hal ini.
02 urgensi program pembangunan budaya anti korupsi berbasis keluarga Bagian ini menjelaskan landasan teori urgensi program pembangunan budaya anti korupsi berbasis keluarga
08
URGENSI
PROGRAM Sejauh ini, upaya pencegahan korupsi pada organisasi pemerintahan dilakukan melalui perbaikan sistem dalam rangka menutup celah korupsi. Program-program meningkatkan integritas individu juga merupakan upaya pencegahan korupsi yang dilakukan dan ditujukan kepada individu dan masyarakat luas. Upaya yang telah dilakukan tersebut belum cukup apabila tidak diikuti oleh rancangan sosial dan budaya yang mendorong tumbuhnya sikap mental anti korupsi di tengah masyarakat. Diperlukan suatu gerakan sosial yang mengakar, berkelanjutan dan berorientasi jangka panjang yang mengusung nilai anti korupsi, bukan hanya gerakan yang sifatnya jargon atau kampanye terbatas. Diharapkan gerakan sosial ini dapat mewujudkan budaya masyarakat Indonesia yang lebih berintegritas
Berkaitan Berkaitandengan denganmewujudkan mewujudkanmasyarakat masyarakatyang yang berintegritas berintegritas dandan patuh patuh terhadap terhadap hukum, hukum, DR. DR. Alistair Alistair (2016) (2016) menyinggung menyinggung bahwa bahwa terdapat terdapat duadua model model kepatuhan, kepatuhan, yaitu yaitu kepatuhan kepatuhaninstrumental instrumentaldandankepatuhan kepatuhannormatif. normatif. Kepatuhan Kepatuhan instrumental instrumental adalah adalah ‘reaksi ‘reaksi yang yang diinisiasi diinisiasi oleholeh keinginan keinginan untuk untuk menghindari menghindari hukuman hukuman atauatau supaya supaya mendapatkan mendapatkan ganjaran ganjaran yang yang positif’ positif’ (Yagil (Yagil 1998). 1998). Kepatuhan Kepatuhan normatif normatif adalah adalah rasarasa tanggung tanggung jawab jawab untuk untuk patuh patuh terhadap terhadap hukum hukum karena karena mencerminkan mencerminkan nilai-nilai nilai-nilai seseorang seseorang (Tyler (Tyler 1. 1. 1990) 1990) DariDari kedua kedua kepatuhan kepatuhan itu, itu, kepatuhan kepatuhan normatif normatif dirasa dirasa lebih lebih efektif efektif karena karena seseorang seseorang akan akan menaati menaati hukum hukum bukan bukan karena karena takut takut hukuman, hukuman, tapitapi karena karena ia merasa ia merasa bahwa bahwa tindakannya tindakannya dalam dalam menaati menaati hukum hukum adalah adalah tindakan tindakan yang yang benar. benar. Mewujudkan Mewujudkan masyarakat masyarakat yang yang berintegritas berintegritas dandan taattaat hukum, hukum, hendaknya hendaknya ditujukan ditujukan untuk untuk meningkatkan meningkatkan kepatuhan kepatuhan normatif. normatif. Masyarakat Masyarakat yang yang patuh patuh karena karena berbasis berbasis nilainilai (value (value based) based) menjadi menjadi landasan landasan utama utama untuk untuk gerakan gerakan pencegahan pencegahan korupsi korupsi yang yang mengakar, mengakar, berkelanjutan, berkelanjutan, dandan berorientasi berorientasi jangka jangka panjang panjang oleholeh masyarakat masyarakat (Pre-emptive (Pre-emptive prevention). prevention). Hal Hal ini sejalan ini sejalan dengan dengan regulatory regulatory pyramid pyramid berdasarkan berdasarkan teoriteori daridari Ayres Ayres andand Braithwaite Braithwaite (1992), (1992), civilcivil society society prevention prevention harus harus mendapatkan mendapatkan porsi porsi yang yang besar besar dalam dalam menciptakan menciptakan 2. Pendekatan 2. Pendekatan masyarakat masyarakat yang yang taattaat hukum hukum ini dianggap ini dianggap tidak tidak birokratis, birokratis, sifatnya sifatnya informal, informal, berbiaya berbiaya murah, murah, dandan daya daya jangkau jangkau pengaruhnya pengaruhnya lebih lebih luas.luas. Keluarga Keluarga yang yang terdiri terdiri daridari orangtua orangtua dandan anak anak merupakan merupakan unitunit terkecil terkecil dalam dalam masyarakat. masyarakat. Orangtua Orangtua merupakan merupakan pihak pihak yang yang pertama pertama dandan utama utama dalam dalam melakukan melakukan internalisasi internalisasi nilainilai kepada kepada anak. anak. AdaAda keterkaitan keterkaitan yang yang sangat sangat eraterat antara antara keluarga keluarga dandan budaya budaya menurut menurut beberapa beberapa ahli.ahli. Duvall Duvall dandan Logan Logan (1986) (1986) mendefinisikan mendefinisikan keluarga keluarga sebagai sebagai sekumpulan sekumpulan orang orang dengan dengan ikatan ikatan perkawinan, perkawinan, kelahiran, kelahiran, dandan 1. Fildes, Alistair. 2016. Normative adopsi adopsi yang yang bertujuan bertujuan untuk untuk menciptakan, menciptakan,compliance, legitimacy, and mempertahankan mempertahankan budaya, budaya, dandan meningkatkan meningkatkanprocedural justice. Griffith perkembangan perkembangan fisik,fisik, mental, mental, emosional, emosional, serta serta sosial sosial daridari tiaptiapUniversity. anggota anggota keluarga. keluarga. Begitupun Begitupun menurut menurut Bailon Bailon dandan Maglaya Maglaya 2. Bronitt, Simon. 2016. The (1978), (1978), keluarga keluarga adalah adalah duadua atauatau lebih lebih individu individu yang yang hidup hidupRegulatory Pyraimid. University of dalam dalam satusatu rumah rumah tangga tangga karena karena adanya adanya hubungan hubungan darah, darah,Queensland. perkawinan, perkawinan, atauatau adopsi. adopsi. Mereka Mereka saling saling berinteraksi berinteraksi satusatu 3. Labelle, H (2009). Anti Corruption dengan dengan yang yang lain,lain, mempunyai mempunyai peran peran masing-masing masing-masing dandanand the Sustainable Development Platform. Transparency Internamenciptakan menciptakan serta serta mempertahankan mempertahankan suatu suatu budaya. budaya.
tional’s Paper on the the ADB-OECD Anti-Corruption Initiative for Asia Dalam Dalam kaitan kaitan dengan dengan pencegahan pencegahan korupsi, korupsi, terdapat terdapatand the Pacific Regional Seminar beberapa beberapa bahasan bahasan dandan kesepakatan kesepakatan bahwa bahwa partisipasi partisipasion Political Economy of Corruption in Manila
keluarga keluarga dalam dalam pencegahan pencegahan korupsi korupsi menjadi menjadi penting penting diperhatikan. diperhatikan. 4. USAID (2005). An Anticorruption
Reader: Supplemental Sources on
Accountability, 3 3(2009) (2009)dalam dalampapernya papernyaTransparency, Transparency TransparencyInternational International Prevention, Enforcement and mengusulkan mengusulkan partisipasi partisipasi keluarga keluarga menjadi menjadi satusatu daridari enam enamEducation. Maryland: the IRIS 4 (2005) 4 (2005)Centre. strategi strategi pencegahan pencegahan korupsi. korupsi. Selain Selain itu itu USAID USAID
10 menekankan pentingnya peran pendidikan di dalam pencegahan korupsi. Pendidikan tersebut tidak terbatas pada pendidikan di sekolah, tetapi juga pendidikan di dalam keluarga. Penanaman nilai-nilai moral yang menentang korupsi perlu dibangun sejak dini melalui pendidikan di dalam keluarga atau di sekolah. Nilai-nilai moral anti korupsi merupakan elemen mendasar untuk mengubah masyarakat dari perilaku korup, meskipun hal ini tidak mudah untuk dicapai dan memerlukan waktu lama. Lebih jauh lagi, Uslaner5 (2005) menyatakan bahwa ada keterkaitan antara korupsi dan budaya. Budaya yang kental dengan nuansa “trust” sangat berkaitan dengan rendahnya korupsi. Sebaliknya, budaya yang “mis-trust” akan berkorelasi positif dengan tingkat korupsi. Oleh karenanya, membangun “trust” di dalam keluarga dan masyarakat merupakan salah satu upaya pencegahan korupsi. Keluarga yang jujur, menurut Gong and Ma6 (2012), akan dapat membedakan hal-hal yang salah atau yang benar. Mereka tidak tergoda untuk melakukan korupsi, dan akan menghindari konflik kepentingan. Saat ini negara-negara dengan indeks persepsi korupsi yang mendekati skor 10 (berdasarkan survei tahunan Transparency International), seperti Denmark, New Zealand, Finlandia, serta negara-negara OECD lainnya, telah memasukkan komponen keluarga ke dalam upaya pencegahan korupsi (Integritas dibangun melalui keluarga). Di Indonesia sendiri, kearifan budaya lokal di berbagai wilayah, pada dasarnya merupakan modal dasar dalam upaya pencegahan korupsi berbasiskan keluarga. Untuk itulah KPK memulai dengan melakukan Program Pembangunan Budaya Anti Korupsi Berbasis Keluarga. KPK memandang bahwa program ini bukan pekerjaan yang sederhana, ini merupakan program jangka panjang yang membutuhkan kerjasama dari banyak pihak. KPK berharap program ini dapat dilakukan di daerah-daerah lain dengan dukungan penuh dari masyarakat dan menjadi milik masyarakat.
5. Uslaner, E.M. (2005). Trust Culture and Corruption. Maryland: the IRIS Centre. 6. Gong, T. And Stephen K. Ma (2012) . Preventing Corruption in Asia: Institutional Design and Policy Capacity. New York: Routledge Asia Series. 7. John de Santo & Agus Cremers (ed). 1995. Tahap-tahap Perkembangan Moral.Yogyakarta: Kanisius
Dalam pelaksanaannya, KPK memilih intervensi diprioritaskan terhadap keluarga yang yang memiliki anak-anak usia 4-9 tahun. Hal ini dilakukan berdasarkan teori perkembangan moral dari Lawrence Kohlberg7 (1958), penanaman nilai paling efektif dilakukan kepada anak yang masih berusia 4- 9 tahun. Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh Lawrence Kohlberg. Tahapan tersebut dibuat saat ia belajar psikologi di University of Chicago penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh Lawrence Kohlberg. Tahapan
tersebut tersebut dibuat dibuat saatsaat ia belajar ia belajar psikologi psikologi di University di University of of Chicago Chicago berdasarkan berdasarkan teoriteori yang yang ia buat ia buat setelah setelah terinspirasi terinspirasi hasilhasil kerja kerja JeanJean Piaget Piaget dandan kekagumannya kekagumannya akan akan reaksi reaksi anak-anak anak-anak psikologi psikologi di University di University of Chicago of Chicago berdasarkan berdasarkan teoriteori yang yang ia buat ia buat setelah setelah terinspirasi terinspirasi hasilhasil kerja kerja JeanJean Piaget Piaget dandan kekagumannya kekagumannya akan akan reaksi reaksi anak-anak anak-anak terhadap terhadap dilema dilema moral. moral. Ia menulis Ia menulis disertasi disertasi doktornya doktornya pada pada tahun tahun 1958 1958 yang yang menjadi menjadiawalawaldaridariapaapayang yangsekarang sekarangdisebut disebut tahapan-tahapan tahapan-tahapan perkembangan perkembangan moral moral daridari Kohlberg. Kohlberg. Tahapan Tahapan moral moral sebagaimana sebagaimana gambar gambar berikut berikut ini: ini:
Paling efektif dalam penanaman moral (4-9 tahun) • Stadium 1. Orientasi kepatuhan dan hukuman • Stadium 2. Orientasi minat pribadi (Apa untungnya buat saya?) Tingkat I Pra-Konvensional (usia 4-9 tahun)
Tingkat II Konvensional (usia 10-15 tahun) • Stadium 3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas dengan lingkungan • Stadium 4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial (Moralitas hukum dan aturan)
• Stadium 5. Orientasi kontrak sosial • Stadium 6. Prinsip etika universal (Principled conscience) Tingkat III Pasca-Konvensional (> 16 tahun)
JohnJohn de de Santo Santo & Agus & Agus Cremers Cremers (ed).(ed). 1995. 1995. Tahap-tahap Tahap-tahap Perkembangan Perkembangan Moral.Yogyakarta: Moral.Yogyakarta: Kanisius Kanisius Gambar 2
1. Tingkat 1. Tingkat 1 Pra 1 Pra konvensional konvensional (usia (usia 4-94-9 tahun) tahun) Teori Perkembangan Menilai Menilai moralitas moralitas daridari suatu suatu tindakan tindakan berdasarkan berdasarkanMoral dari Lawrence konsekuensinya konsekuensinya langsung. langsung. Tingkah Tingkah lakulaku individu individu tunduk tundukKohlberg pada pada peraturan peraturan daridari luar.luar.
•
Stadium • Stadium 1: Individu 1: Individu memfokuskan memfokuskan diri diri pada pada orientasi orientasi kepatuhan kepatuhan dandan hukuman hukuman memfokuskan memfokuskan diri diri pada pada konsekuensi konsekuensi langsung langsung daridari tindakan tindakan mereka mereka yang yang dirasakan dirasakan sendiri sendiri (akibat (akibat fisik). fisik). Anak Anak berorientasi berorientasi pada pada hukuman; hukuman; Anak Anak patuh patuh karena karena takut takut dihukum. dihukum. Sebagai Sebagai tambahan, tambahan, ia tidak ia tidak tahutahu bahwa bahwa sudut sudut sudut sudut pandang pandang orang orang lainlain berbeda berbeda daridari pandang pandang orang orang lainlain berbeda berbeda daridari sudut sudut pandang pandang dirinya dirinya (egosentris). (egosentris).
•
Stadium • Stadium 2: Orientasi 2: Orientasi minat minat pribadi pribadi (Apa(Apa untungnya untungnya buatbuat saya?). saya?). Perilaku Perilaku yang yang benar benar didefinisikan didefinisikan dengan dengan apaapa yang yang paling paling diminatinya. diminatinya. Kurang Kurang menunjukkan menunjukkan perhatian perhatian pada pada kebutuhan kebutuhan orang orang lain,lain, hanya hanya sampai sampai tahap tahap bilabila kebutuhan kebutuhan itu juga itu juga berpengaruh berpengaruh terhadap terhadap kebutuhannya kebutuhannya sendiri. sendiri. Anak Anak menyesuaikan menyesuaikan diri diri 7. John de Santo & Agus Cremers terhadap terhadapharapan harapansosial sosialuntuk untukmemperoleh memperoleh 1995. Tahap-tahap memperoleh memperoleh penghargaan penghargaan penghargaan. penghargaan. Contoh: Contoh: Anak Anak(ed). Perkembangan Moral.Yogyakaraktifaktif sesuai sesuai anjuran anjuran guruguru agaragar dipuji. dipuji. ta: Kanisius
12 2. Tingkat II konvensional (usia 10-15 tahun)
Umumnya ada pada remaja atau orang dewasa. Orang di tahapan ini menilai moralitas dari tindakan dengan membandingkannya dengan pandangan dan harapan masyarakat (bersifat konformitas) • Stadium 3: Seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran sosial. Individu mau menyesuaikan dengan orang-orang orang lain karena hal tersebut merefleksikan lain karena hal tersebut merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap peran yang dimilikinya. Mereka mencoba menjadi seorang anak baik untuk memenuhi harapan tersebut. Penalaran tahap tiga menilai moralitas dari suatu tindakan dengan mengevaluasi konsekuensinya dalam bentuk hubungan interpersonal. Keinginan untuk mematuhi aturan dan otoritas ada hanya untuk menghindari penolakan orang lain terhadap peran sosialnya. • Stadium 4: Penting untuk mematuhi hukum, keputusan, dan konvensi sosial karena berguna dalam memelihara fungsi dari masyarakat (ketertiban). Penalaran moral dalam stadium empat lebih dari sekedar kebutuhan akan penerimaan individual seperti dalam tahap tiga; kebutuhan masyarakat harus melebihi kebutuhan pribadi. Bila seseorang bisa melanggar hukum, mungkin orang lain juga akan begitu sehingga ada kewajiban atau tugas untuk mematuhi hukum dan aturan. Bila seseorang melanggar hukum, maka ia salah secara moral, sehingga celaan menjadi faktor yang signifikan dalam tahap ini karena memisahkan yang buruk dari yang baik.
3. Tingkat 3 Pasca-Konvensional (> 16 tahun)
Prinsip-prinsip moral diterima atas kehendaknya-kehendaknya sendiri sendiri. Kenyataan bahwa individu-individu adalah entitas yang terpisah dari masyarakat kini menjadi semakin jelas. Perspektif seseorang harus dilihat sebelum seseorang harus dilihat sebelum perspektif masyarakat. Akibat ‘hakekat diri mendahului orang lain’ ini membuat tingkatan pasca-konvensional sering tertukar dengan perilaku prakonvensional. • Stadium 5: Individu-individu dipandang sebagai memiliki pendapat-pendapat dan nilai-nilai yang berbeda, dan adalah penting bahwa mereka dihormati dan dihargai tanpa memihak. Kenyataannya, tidak ada pilihan yang pasti benar atau absolut ‘memang anda siapa membuat keputusan kalau yang lain tidak’? Sejalan dengan itu, hukum dilihat sebagai kontrak sosial dan bukannya keputusan kaku. Aturan-aturan yang tidak mengakibatkan kesejahteraan sosial harus harus diubah bila perlu demi terpenuhinya diubah bila
perlu perlu demi demi terpenuhinya terpenuhinya kebaikan kebaikan kebaikan kebaikan orang orang orang orang banyak. banyak. Anak Anak patuh patuh karena karena menghormati menghormati kepentingan kepentingan bersama. bersama. Hal Hal tersebut tersebut diperoleh diperoleh melalui melalui keputusan keputusan mayoritas, mayoritas, dandan kompromi. kompromi. Dalam Dalam hal hal ini, ini, pemerintahan pemerintahan yang yang demokratis demokratis tampak tampak berlandaskan berlandaskan pada pada penalaran penalaran tahap tahap lima. lima. •
Stadium • Stadium 6: Penalaran 6: Penalaran moral moral berdasar berdasar pada pada penalaran penalaran abstrak abstrak menggunakan menggunakan prinsip prinsip etika etika universal. universal. Hukum Hukum hanya hanya validvalid bilabila berdasar berdasar pada pada keadilan, keadilan, dandan komitmen komitmen terhadap terhadapkeadilan keadilankeadilan keadilanjugajugamenyertakan menyertakan keharusan keharusan untuk untuk untuk untuk tidak tidak mematuhi mematuhi hukum hukum yang yang tidak tidak adil.adil.
Berdasarkan Berdasarkan gambaran gambaran tersebut, tersebut, KPKKPK memutuskan memutuskan untuk untuk memprioritaskan memprioritaskan intervensi intervensi kepada kepada orangtua orangtua yang yang memiliki memiliki anak anak berusia berusia 4-9 4-9 tahun. tahun. Program Program ini bertujuan ini bertujuan agaragar anak anak dapat dapat terinternalisasi terinternalisasi nilai-nilai nilai-nilai antianti korupsi, korupsi, utamanya utamanya adalah adalah nilainilai kejujuran. kejujuran. Sehingga Sehingga dapat dapat tercapai tercapai generasi generasi jujurjujur di tahun di tahun mendatang mendatang dandan menguatnya menguatnya jugajuga fungsi fungsi keluarga keluarga dalam dalam menanamkan menanamkan nilainilai kejujuran. kejujuran. Pendidikan Pendidikan antikorupsi antikorupsi dapat dapat dipahami dipahami sebagai sebagai upaya upaya pengembangan pengembangan segala segala potensi potensi yang yang dimiliki dimiliki masyarakat masyarakat untuk untuk mewujudkan mewujudkan budaya budaya antikorupsi antikorupsi dalam dalam kehidupan kehidupan masyarakat, masyarakat, berbangsa, berbangsa, dandan bernegara. bernegara. Potensi Potensi tersebut tersebut antara antara lainlain adalah adalah nilai-nilai nilai-nilai atauatau norma-norma norma-norma yang yang hidup hidup dandan menjadi menjadi pedoman pedoman masyarakat masyarakat dalam dalam kehidupannya kehidupannya sehari-hari. sehari-hari. Secara Secara teoritis, teoritis, hal hal ini ini dapat dapat dirujuk dirujuk daridari 8 (2006) 8 (2006) tentang tentang pandangan pandangan Harisson Harisson & Huntington & Huntington (ed.)(ed.) kebangkitan kebangkitan peran peran budaya budaya dalam dalam pembangunan pembangunan ekonomi, ekonomi, sosial, sosial, dandan politik politik pada pada berbagai berbagai belahan belahan dunia. dunia. Pada Pada intinya, intinya, kemajuan kemajuan sosial sosial suatu suatu bangsa bangsa dapat dapat dibangun dibangun melalui melalui kebudayaan kebudayaan yang yang berakar berakar pada pada nilai-nilai nilai-nilai keseharian. keseharian. Setiap Setiap masyarakat masyarakat memiliki memiliki seperangkat seperangkat nilainilai dandan norma norma yang yang dianut dianut dandan dibagi dibagi bersama bersama oleholeh seluruh seluruh warganya. warganya. NilaiNilai dandan norma norma ini ini menyangkut menyangkut berbagai berbagai aspek aspek kehidupan kehidupan masyarakat, masyarakat, tetapi tetapi dalam dalam konteks konteks tertentu tertentu berhubungan berhubungan dengan dengan sesuatu sesuatu yang yang begitu begitu abstrak, abstrak, transeden, transeden, dandan supreme. supreme. Hal Hal ini ini karena karena nilainilai dandan norma norma itu itu acapkali acapkali 8. Harisson, Lawrence E. dan bersumber bersumber daridari agama agama yang yang senyatanya senyatanya sakral. sakral. Pada Pada Samuel P. Huntington (Ed.). 2006. kenyataannya, kenyataannya, agama agama memang memang memiliki memiliki peran peran yang yang Kebangkitan Peran Budaya. Nilai-nilai Membensignifikan signifikandalam dalammembangun membangunkebudayaan kebudayaansuatu suatu Bagaimana tuk Kemajuan Manusia. Jakarta: masyarakat. masyarakat. Pemahaman Pemahaman masyarakat masyarakat terhadap terhadap agama agama yang yang LP3ES. diyakini diyakini bersumber bersumber daridari wahyu wahyu Tuhan Tuhan menjadi menjadi sistem sistem nilainilai dandan gagasan gagasan yang yang terinternalisasi terinternalisasi dalam dalam diri,diri, serta serta landasan landasan 9. Aziz, Abdul. 2006. Esai-esai motivasional motivasional bagibagi perilaku perilaku individu individu dandan masyarakat masyarakat (Aziz, (Aziz, Sosiologi Agama. Jakarta: Diva 9 9 Pustaka, hal. 23. . . 2006) 2006) AtasAtas dasar dasar tersebut, tersebut, program program pembangunan pembangunan budaya budaya antianti korupsi korupsi ini merupakan ini merupakan program program yang yang embedded embedded (melekat) (melekat) dengan dengan nilai-nilai nilai-nilai budaya budaya setempat. setempat. Program Program harus harus
14
dirancang sedekat mungkin dengan nilai dan norma masyarakat setempat. Intervensi yang berhasil pada suatu daerah, belum tentu berhasil pada daerah lain. Penting untuk dapat mengenal budaya setempat sehingga program ini bukanlah sesuatu program yang asing di masyarakat.
03 langkah-langkah membangun program Bagian ini menjelaskan bagaimana menjalankan program pembangunan budaya anti korupsi berbasis keluarga di suatu daerah
16
LANGKAH-LANGKAH
MEMBANGUN PROGRAM Untuk menuju penyebaran program yang lebih luas, KPK memandang perlu dilakukan pilot project program pencegahan korupsi berbasis keluarga terlebih dahulu. Berdasarkan diskusi dengan pakar intervensi sosial, bahwa untuk melakukan pilot project intervensi sosial sebaiknya dilakukan pada wilayah yang homogen10 agar intervensi dapat dilakukan secara lebih fokus dan terlihat hasilnya. Jika dilakukan pada daerah heterogen, program dikhawatirkan akan terlalu banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan/kegagalan program. 10. Wilayah homogen adalah wilayah yang dipandang dari satu aspek mempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri yang relatif sama. Sifat-sifat dan ciri-ciri kehomogenan itu misalnya dalam hal ekonomi, geografi, alam, suka dan sebagainya. Richardson (1975) dan Hoover (1977) mengemukakan bahwa wilayah homogen dibatasi berdasarkan keseragamannya secara internal (Budiharsono, 2001:14-15).
Berdasarkan Berdasarkan pertimbangan pertimbangan tersebut, tersebut, pilotpilot project project dilakukan dilakukan di di duadua daerah daerah yaitu yaitu Kelurahan Kelurahan Prenggan, Prenggan, Kecamatan Kecamatan Kotagede, Kotagede, KotaKota Yogyakarta, Yogyakarta, Provinsi Provinsi DIY DIY pada pada tahun tahun 2012 2012 dandan Desa Desa AdatAdat Mengwi, Mengwi, Kecamatan Kecamatan Mengwi, Mengwi, Kabupaten Kabupaten Badung, Badung, Provinsi Provinsi BaliBali pada pada Tahun Tahun 2015. 2015. Di masa Di masa datang, datang, KPKKPK berharap berharap program program ini dapat ini dapat diadopsi diadopsi oleholeh unsur unsur Pemerintah Pemerintah Pusat Pusat dandan Daerah Daerah maupun maupun masmasyarakat yarakat yang yang berkepentingan. berkepentingan. Lembaga Lembaga di Pemerintah di Pemerintah Pusat Pusat yang yang relevan relevan mengelola mengelola program program ini ini diantaranya diantaranya adalah adalah Kementerian Kementerian Sosial Sosial melalui melalui program program pemberdayaan pemberdayaan sosial sosial dengan dengan ruang ruang lingkup lingkup keluarga keluarga maupun maupun BKKBN BKKBN (Badan (Badan KoorKoordinasi dinasi Keluarga Keluarga Berencana Berencana Nasional) Nasional) melalui melalui Penyuluh Penyuluh LapaLapangan ngan KB (PLKB) KB (PLKB) yang yang menyentuh menyentuh langsung langsung keluarga-keluarga keluarga-keluarga di seluruh di seluruh Indonesia. Indonesia. Pemerintah Pemerintah Daerah Daerah melalui melalui Kepala Kepala Daerah Daerah merupakan merupakan pihak pihak yang yang tepat tepat mengelola mengelola program program yang yang ditujukan ditujukan kepada kepada keluarga-keluarga keluarga-keluarga di wilayahnya. di wilayahnya. Bahkan Bahkan Organisasi Organisasi Kemasyarakatan Kemasyarakatan maupun maupun Keagamaan Keagamaan seperti seperti PKK;PKK; Dharma Dharma Wanita; Wanita; Muhammadiyah Muhammadiyah melalui melalui Aisyiyah; Aisyiyah; NU NU melalui melalui Fatayat Fatayat dandan kelompok kelompok masyarakat masyarakat lainlain yang yang langsung langsung bersentuhan bersentuhan dengan dengan keluarga keluarga jugajuga bisabisa menmengelola gelola program program ini. ini. Target Target daridari program program ini adalah ini adalah pada pada tahun tahun 2045 2045 terdapat terdapat generasi-generasi generasi-generasi jujurjujur dandan antianti korupkorupsi. si. Secara Secara umum, umum, berikut berikut aluralur pelaksanaan pelaksanaan program program pembangupembangunannan budaya budaya antianti korupsi korupsi berbasis berbasis keluarga: keluarga:
Penyusunan Konsep Intervensi
Pengukuran Efektifitas
- Workshop Pakar dan KPK - Workshop Pakar, Tokoh, dan Stakeholder Lokal
- Survey awareness dan survey perilaku - Penilaian Psikologi
Baseline Studi
Intervensi
- Baseline Studi Kualitatif - Baseline Studi Kuantitatif
- Pelaksana adalah Stakeholder lokal - program menjadi milik masyarakat
Program Program diawali diawali dengan dengan Baseline Baseline Studi Studi yang yang merupakan merupakan Gambar 1 Family Family Studies. Studies. Baseline Baseline studi studi bertujuan bertujuan untuk untuk dapat dapat menmengenali genali bagaimana bagaimana kondisi kondisi keluarga keluarga terkait terkait nilainilai kejujuran kejujuran dandanAlur Pelaksanaan kondisi kondisi demografi, demografi, social, social, budaya budaya yang yang mempengaruhi mempengaruhi kelukelu-Program Pembangunan argaarga untuk untuk menginternalisasi menginternalisasi nilainilai tersebut. tersebut. Selain Selain itu, itu, basebase-Budaya Anti Korupsi line line studi studi ini merupakan ini merupakan tahapan tahapan penting penting yang yang dilakukan dilakukanBerbasis Keluarga agaragar didapatkan didapatkan landasan landasan dandan acuan acuan dalam dalam menyusun menyusun Sumber: KPK program program konsep konsep intervensi. intervensi.
18 Penyusunan konsep intervensi dilakukan dengan beragam cara tergantung kondisi dan kebutuhan dari lokasi masing-masing. Intinya, perlu pelibatan tokoh, komunitas, dan stakeholder utama yang berpengaruh dan menguasai tema keluarga, psikologi anak, intervensi sosial, demografi, dan pemerintah lokal. Pelibatan stakeholder kunci merupakan salah satu unsur penting yang menetukan keberhasilan penyusunan konsep intervensi. Pada saat pelaksanaan intervensi, pelibatan seluruh unsur stakeholder juga menjadi bagian yang penting. Program ini harus diorientasikan agar dapat menjadi milik masyarakat, ada kesadaran bersama di masyarakat, ada keinginan dan kebutuhan bersama di masyarakat untuk mewujudkan generasi yang jujur. Harapannya, program dapat berjalan secara mandiri oleh masyarakat setempat, bukan berbasis proyek atau program kerja pemerintah. Pengukuran paska intervensi dilakukan sebagai bagian dari proses evaluasi program. Keberhasilan atau kegagalan program akan terlihat dalam pengkuran ini. Hasil dari pengukuran akan digunakan sebagai bagian dari penyempurnaan intervensi yang akan dilakukan. Penjelasan setiap tahapan ini akan dijelaskan lebih lanjut pada bab tersendiri.
BASELINE
STUDI PROGRAM Tahap pertama adalah Baseline Studi Program. Baseline Studi ini dapat dilakukan penyelenggara program dengan memberdayakan akademisi maupun peneliti di perguruan tinggi setempat. Baseline studi bertujuan untuk dapat mengenali bagaimana kondisi keluarga terkait nilai kejujuran dan kondisi demografi, social, budaya yang mempengaruhi keluarga untuk menginternalisasi nilai tersebut.
20 Pemahaman nilai budaya dalam lokasi intervensi ini sangat penting dalam mendukung keberhasilan program. Misalnya, masyarakat Indonesia cukup banyak yang menjadikan nilai agama menjadi sumber inspirasi utama yang membangun nilai dan norma masyarakatnya. Nilai dan norma ini menjadi acuan, pedoman, sekaligus penggerak perilaku kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupannya, baik secara individu maupun kolektif. Seiring dengan perubahan sosial dan kultural yang berlangsung di masyarakat, nilai dan norma ini mampu bertahan dan bahkan mencerahi perubahan yang terjadi. Dalam paradigma pendidikan konstruktivistik, nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat senantiasa diadaptasi sehingga proses konstruksi dan rekonstruksi nilai menjadi keniscayaan yang terus menerus berlangsung di sepanjang proses pendidikan tersebut. Oleh karena itu, identifikasi terhadap nilai dan norma yang dianut suatu masyarakat menjadi langkah metodologis yang penting untuk menentukan pola pendidikan yang dipandang paling tepat pada masyarakat tertentu. Atas dasar itulah, identifikasi terhadap nilai dan norma yang terkait dengan budaya antikorupsi di lokasi terpilih perlu diketengahkan dalam program ini. Program ini merupakan program yang mengusung kearifan lokal dari masing-masing daerah, karena intervensi program diharapkan dapat menginsersi ke dalam bagian dari program-program yang sudah ada di masyarakat dengan sedekat mungkin menyesuaikan dengan budaya setempat. Sehingga intervensi yang berhasil di suatu daerah, belum tentu tepat jika diadopsi pada daerah lainnya. Misalnya, masyarakat yang sangat religius, maka program akan menempel pada kegiatan-kegiatan religi yang biasa dilakukan masyarakat (dalam hal ini orangtua anak yang berusia 0-9 tahun). Begitupun terkait dengan alat peraga dan modul-modul akan banyak bermuatan religius. Oleh sebab itu, program ini selalu dimulai dengan Baseline studi di Kabupaten/Kota terpilih untuk mengumpulkan informasi atau pemetaan tentang kondisi keluarga juga pengetahuan dan perilakunya mengenai korupsi dan nilai anti korupsi terutama kejujuran. Hasil baseline studi dijadikan referensi dalam penyusunan konsep intervensi Program Pembangunan Budaya Anti Korupsi Berbasis Keluarga. Baseline studi ini dapat juga disebut dengan istilah Family Studies. Pendekatan baseline studi ini menggunakan metodologi campuran antara metode kualitatif dan kuantitatif dan berproses secara linear (hasil tahap satu akan menjadi input pada tahapan selanjutnya). Secara sederhana, berikut gambaran baseline studi yang dilakukan:
Studi Kualitatif
STUDI DEMOGRAFI
Studi Kuantitatif
STUDI FGD IDI. DAN GI
1 Studi Studi Demografi Demografi
2
SURVEI STUDI ETNOGRAFI
3
4
Gambar 2 Studi Studi demografi demografi merupakan merupakan langkah langkah pertama pertama yang yang dilakukan dilakukanTahapan Baseline Studi untuk untuk menentukan menentukan lokasi lokasi terpilih terpilih yang yang lebih lebih kecilkecil (misalnya (misalnya Program Pembangunan setingkat setingkat kelurahan) kelurahan) untuk untuk intervensi. intervensi. Studi Studi demografi demografi ini ini Budaya Anti Korupsi dilakukan dilakukan dengan dengan tujuan: tujuan: Berbasis Keluarga 1. Mendapatkan 1. Mendapatkan informasi informasi tentang tentang kondisi kondisi sosial-busosial-buSumber: KPK daya-politik daya-politik masyarakat masyarakat lokallokal sebagai sebagai dasar dasar penentuan penentuan lokasi lokasi intervensi. intervensi. 2. Mengidentifikasi 2. Mengidentifikasi penggerak penggerak utama utama pada pada stakeholder stakeholder yang yang mempengaruhi mempengaruhi keluarga, keluarga, Dalam Dalam studi studi demografi demografi dilakukan dilakukan duadua metode metode untuk untuk mendapatkan mendapatkan lokasi lokasi terpilih terpilih sebagai sebagai lokasi lokasi intervensi. intervensi. Beberapa Beberapa kriteria kriteria yang yang digunakan digunakan untuk untuk menentukan menentukan lokasi lokasi terpilih terpilih untuk untuk dijadikan dijadikan lokasi lokasi intervensi: intervensi: 1. Struktur 1. Struktur pemerintahan pemerintahan yang yang tidak tidak birokratis birokratis 2. Budaya 2. Budaya pemerintahan pemerintahan yang yang melayani melayani masyarakat masyarakat 3. Kegiatan 3. Kegiatan pembangunan pembangunan berorientasi berorientasi pada pada pemberpemberdayaan dayaan masyarakat masyarakat (community-based (community-based empowerment), empowerment), bukan bukan berbasis berbasis proyek proyek atauatau program program yang yang bersifat bersifat sesaat/sementara sesaat/sementara 4. Memiliki 4. Memiliki lembaga lembaga swadaya swadaya masyarakat masyarakat yang yang sangat sangat aktif, aktif, seperti seperti LPD,LPD, karang karang taruna, taruna, sekaa sekaa – sekaa – sekaa sebagai sebagai pengpenggerak gerak masyarakat masyarakat 5. Penduduk 5. Penduduk asli asli masih masih mendominasi, mendominasi, sehingga sehingga nilai-nilai nilai-nilai kearifan kearifan budaya budaya lokallokal masih masih nyata nyata terlihat terlihat dandan dijalankan dijalankan 6. Kehidupan 6. Kehidupan masyarakat masyarakat yang yang toleran, toleran, pluralis, pluralis, tidak tidak individualis, individualis, religius, religius, dandan menjunjung menjunjung tinggi tinggi nilai-nilai nilai-nilai budaya budaya setempat setempat 7. Memiliki 7. Memiliki tokoh tokoh masyarakat masyarakat yang yang berpengaruh berpengaruh dandan disegani, disegani, yang yang dapat dapat berperan berperan dalam dalam menggerakkan menggerakkan masyarakat. masyarakat. Pada Pada intinya, intinya, 7 kriteria 7 kriteria tersebut tersebut ditentukan ditentukan atasatas dasar dasar pertimbangan pertimbangan praktis praktis yaitu yaitu untuk untuk kemudahan kemudahan intervensi intervensi dalam dalam hal berkoordinasi, hal berkoordinasi, bekerjasama, bekerjasama, dandan percepatan percepatan interintervensi. vensi. Sehingga, Sehingga, 7 kriteria 7 kriteria ini tidak ini tidak mutlak, mutlak, dapat dapat disesuaikan disesuaikan dengan dengan kondisi kondisi wilayah wilayah masing-masing. masing-masing.
22 Studi demografi ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu melalui Desk research dan In-depth interviews. Dua teknik tersebut dipilih agar data yang terkumpul dapat divalidasi. Validasi data dilakukan dengan cara mencocokkan (cross check) informasi yang diperoleh dari kedua teknik pengambilan data tersebut. Desk Research Desk research dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai informasi yang relevan dengan terkait informasi wilayah, kondisi masyarakat, dan budaya setempat dari berbagai sumber yang ada di public domain. Desk research ini dilakukan secara paralel dengan proses in-depth interviews. In-depth Interviews In-depth interviews dilakukan melalui wawancara secara mendalam dengan masyarakat, pimpinan atau tokoh adat, tokoh agama, tokoh budaya dan stakeholder yang relevan lainnya. Informasi atau data yang dikumpulkan melalui wawancara mendalam tersebut didukung dan di cross-checked dengan data-data sekunder yang diperoleh dari desk research. Jumlah In-depth interviews yang dilakukan dalam studi demografi ini menyesuaikan dengan kebutuhan informasi yang ingin didapatkan dari beragam informan untuk menjawab tujuan studi demografi. Narasumber dapat dipilih berdasarkan teknik snowball dari rekomendasi atau saran para narasumber yang telah diwawancarai terlebih dahulu. Output dari Studi Demografi ini adalah: 1. Profil Kota/Kabupaten; Profil yang akan dijelaskan mulai dari struktur Pemerintahan yang ada di Kota/Kabupaten, profil kehidupan sosial, budaya dan adat masyarakat, profil ekonomi dan profil pendidikan. Profil ini detail diturunkan hingga profil masing-masing Kecamatan dan Kelurahan di dalamnya. 2. Rekomendasi kecamatan dan kelurahan yang potensial dijadikan lokasi intervensi Keseluruhan tahapan pada studi demografi ini sebaiknya dilakukan jika penyelenggara programnya adalah Pemerintah/Instansi Pusat. Namun, jika program ini dikelola oleh Pemerintah Daerah ataupun Organisasi Kemasayarakatan setempat, studi demografi yang dilakukan tidak perlu sekomprehensif ini. Hal tersebut dikarenakan beberapa informasi utama terkait demografi sudah tersedia. Demikian juga jika lokasi intervensi ditetapkan berdasarkan penunjukan, maka studi demografi ini dapat disederhanakan.
Studi FGD/IDI/GI
Focus Group Discussion adalah cara untuk memperoleh informasi yang bersifat langsung dan tidak terstruktur dengan berbasiskan diskusi dalam kelompok. Diskusi kelompok terarah atau Focus Group Discussion (FGD) adalah suatu proses pengumpulan informasi suatu masalah tertentu yang
sangat sangat spesifik spesifik melalui melalui diskusi diskusi kelompok kelompok (Irwanto, (Irwanto, 1998). 1998). Menurut Menurut Henning Henning dandan Coloumbia Coloumbia (1990), (1990), diskusi diskusi kelompok kelompok terarah terarah adalah adalah wawancara wawancara daridari sekelompok sekelompok kecilkecil orang orang yang yang dipimpin dipimpin oleholeh seorang seorang narasumber narasumber atauatau moderator moderator yang yang secara secara halus halus mendorong mendorong peserta peserta untuk untuk berani berani berbicara berbicara terbuka terbuka dandan spontan spontan tentang tentang hal hal yang yang dianggap dianggap penting penting yang yang berhubungan berhubungan dengan dengan topic topic diskusi diskusi saatsaat itu. itu. Interaksi Interaksi diantara diantara peserta peserta merupakan merupakan dasar dasar untuk untuk memperoleh memperoleh inforinformasi. masi. Peserta Peserta mempunyai mempunyai kesempatan kesempatan yang yang sama sama untuk untuk mengajukan mengajukan dandan memberikan memberikan pernyataan, pernyataan, menanggapi, menanggapi, komentar komentar maupun maupun mengajukan mengajukan pertanyaan. pertanyaan. Diskusi Diskusi dalam dalam kelompok kelompok dilakukan dilakukan dengan dengan ciri-ciri ciri-ciri informan informan yang yang relatif relatif sama; sama; kriteria kriteria kelas kelas ekonomi ekonomi yang yang realatif realatif sama, sama, pendidikan pendidikan yang yang relatif relatif sama. sama. Hal Hal ini ini dilakukan dilakukan untuk untuk menghindari menghindari adanya adanya superioritas superioritas dandan inferioritas inferioritas di dalam di dalam kelompok. kelompok. Individual Individual Depth Depth Interview Interview atauatau Group Group Interview Interview adalah adalah caracara untuk untuk memperoleh memperoleh informasi informasi yang yang bersifat bersifat langsung langsung dandan tidak tidak terstruktur terstruktur dengan dengan berbasiskan berbasiskan orang orang per per orang orang (indi(individual vidual atauatau langsung langsung dalam dalam satusatu group). group). Studi Studi FGD/IDI/GI FGD/IDI/GI dilakukan dilakukan pada pada lokasi lokasi terpilih terpilih sesuai sesuai hasilhasil Studi Studi Demografi, Demografi, sehingga sehingga pendalaman pendalaman dapat dapat spesifik spesifik dilakudilakukankan di lokasi di lokasi yang yang akan akan diintervensi. diintervensi. Tujuan: Tujuan: 1. Mengidentifikasi 1. Mengidentifikasi konsep-konsep, konsep-konsep, norma-norma, norma-norma, dandan nilai-nilai nilai-nilai dalam dalam keluarga keluarga di wilayah di wilayah setempat setempat yang yang terkait terkait dengan dengan antianti korupsi, korupsi, 2. Mengetahui 2. Mengetahui persepsi persepsi anggota anggota keluarga keluarga terkait terkait kejujuran kejujuran dandan korupsi. korupsi. 3. Mengidentifikasi 3. Mengidentifikasi polapola interaksi interaksi dandan komunikasi komunikasi di dalam di dalam keluarga, keluarga, 4. Mengidentifikasi 4. Mengidentifikasi penggerak penggerak utama utama untuk untuk internalisasi internalisasi kejujuran kejujuran pada pada keluarga keluarga dandan penggerak penggerak utama utama pada pada stakeholder stakeholder yang yang mempengaruhi mempengaruhi keluarga, keluarga, 5. Menentukan 5. Menentukan bagaimana bagaimana kontribusi kontribusi yang yang dapat dapat dilakukan dilakukan stakeholder/komunitas stakeholder/komunitas masyarakat masyarakat terhadap terhadap Pemerintah Pemerintah Daerah Daerah untuk untuk sama-sama sama-sama berkontribusi berkontribusi terhadap terhadap pencepencegahan gahan korupsi korupsi berbasis berbasis keluarga. keluarga. 6. Mendapatkan 6. Mendapatkan informasi informasi dandan menganalisis menganalisis program program interintervensi vensi yang yang relevan relevan dilakukan dilakukan oleholeh Pemerintah Pemerintah Daerah. Daerah. FGDFGD dilakukan dilakukan terhadap terhadap beberapa beberapa kriteria kriteria berikut berikut ini: ini: 1. Kelompok 1. Kelompok keluarga keluarga (ayah, (ayah, ibu,ibu, anak) anak) 2. Kelompok 2. Kelompok pemerintahan/dinas pemerintahan/dinas 3. Kelompok 3. Kelompok berpengaruh berpengaruh (diffuse (diffuse group); group); contohnya contohnya kelomkelompokpok adat, adat, kelompok kelompok LSM/NGO, LSM/NGO, kelompok kelompok guru, guru, kelompok kelompok komunitas, komunitas, dst.dst. Jumlah Jumlah group group pada pada masing-masing masing-masing kriteria, kriteria, dapat dapat menyemenyesuaikan suaikan dengan dengan heterogenitas heterogenitas kelompok kelompok masyarakat masyarakat di di lokasi lokasi setempat. setempat.
24 Indepth interview atau group interview dilakukan terhadap: 1. Kelompok anak: usia 4-9 tahun 2. Tokoh premium level: Bupati, tokoh seni/budayawan, tokoh adat, dst
Tabel 2 Topik yang digali dalam FGD/IDI/GI Kelompok Berikut contoh topik yang digali dalam FGD/IDI/GI sesuai Keluarga dengan kriteria kelompok: Topik Diskusi
Sub-Topik Diskusi
Konsep penting dalam keluarga
Pertanyaan Riset 1. Apa konsep-konsep utama yang ada di dalam keluarga? 2. Apa nilai-nilai yang ingin dibangun oleh Ayah dan Ibu dalam 3. Nilai-nilai apa saja yang telah dan akan di-internalisasikan oleh Ayah dan Ibu kepada anak?keluarga? 4. Bagaimana keluarga memaknai konsep kejujuran dalam kehidupan sehari-hari? 1. Siapa pengambil keputusan utama dalam keluarga terutama dalam kaitan dengan pendidikan dan internalisasi nilai-nilai?
Pola Otoritas
2. Siapa yang mempengaruhi (influencer)? 1. Bagaimana pembagian tugas antara Ayah dan Ibu dalam Pembagian Peran
Seputar Keluarga
pendampingan anak-anak sehari-hari? 2. Bagaimana dengan pembagian peran dalam konteks ekonomi? 3. Bagaimana pula pembagian peran untuk hal lainnya seperti sosialisasi?
Pola Pengasuhan
1.
Apakah Ayah/Ibu melakukan sosialisasi?
2. Bagaimana dengan re-sosialisasi? 3. Mengapa? Bagaimana?
Penempatan sosial 1. Apa harapan orang tua terhadap anak di masa depan? dan identitas sosial 2. Posisi sosial seperti apa yang dibayangkan oleh orang tua untuk anak dimasa depan anaknya di masa depan? Kegiatan Bersama dan Bentuk Komunikasi Sub-Topik Diskusi
Topik Diskusi
Pengetahuan tentang Korupsi
Seputar Korupsi dan Anti Korupsi
1. Apa saja kegiatan yang dilakukan bersama? 2. Bagaimana cara orang tua berkomunikasi dengan anak-anaknya? 3. Bagaimana penilaian orang tua terhadap kualitas komuniksi mereka saat ini? Pertanyaan Riset 1. Bagaimana pemahaman keluarga terhadap konsep korupsi? 2. Bagaimana orang tua melihat hubungan antara konsepsi korupsi di masa datang dengan perilaku anak di masa sekarang? 1. Apa kontribusi yang dapat disumbangkan oleh keluarga dalam
upaya pencegahan korupsi? Pencegahan Korupsi 2. Apa pendapat keluarga tentang upaya pencegahan korupsi berbasis keluarga? Seberapa yakin akan konsep ini?
Sumber: KPK Tabel 3 berikut menggambarkan topik yang digali dalam FGD pada kelompok pemerintahan/dinas dan kelompok berpengaruh dengan mengambil contoh penelitian yang dilakukan di Kabupaten Badung-Bali.
Topik Diskusi
Sub-Topik Diskusi
Budaya Lokal
Pengalaman Seputar Budaya Mendorong Lokal pada Perubahan atau Lokasi yang Intermalisasi Nilai akan di Intervensi
Pengetahuan Tentang Korupsi
Seputar Korupsi dan Anti Korupsi Pencegahan Korupsi
Pertanyaan Riset 1. Bagaimana ketiga kelompok tersebut melihat Budaya Lokal pada Lokasi yang akan diintervensi? pendidikan dan internalisasi nilai-nilai? 2. Bagaimana halnya jika dibandingkan dengan budaya provinsi ini secara umum? 3. Bagaimana dengan masyarakatnya? 4. Apa ciri khas atau ciri penting dari Budaya Lokal pada Lokasi yang akan diintervensi? 1. Bagaimana pengalaman narasumber di setiap kelompok dalam mendorong perubahan di Budaya Lokal pada Lokasi yang akan diintervensi? 2. Bagaimana jika hal tersebut dilakukan di daerah lainnya di provinsi ini? 3. Adakah perbedaannya? Bagaimana perbedaannya dengan daerah lain? 4. Hal-hal apa yang perlu diperhatikan untuk melakukan hal tersebut? 1. Bagaimana konsep korupsi yang dipahami? 2. Bagaimana narasumber di setiap kelompok diskusi melihat ketertarikan antara keluarga dengan pencegahan korupsi? 3. Bagaimana narasumber melihat keterhubungan perilaku anak di masa depan dengan konsepsi korupsi? 1. Apa yang narasumber bayangkan tentang kontribusi yang dapat dilakukan oleh tiap kelompok dalam upaya pencegahan korupsi? 1. Apa pendapat narasumber tentang peran atau kontribusi keluarga dalam upaya pencegahan korupsi?
Tabel 3 Topik yang digali dalam FGD/IDI/GI pada kelompok pemerintahan/diOutput Output daridari Studi Studi FGD/IDI/GI FGD/IDI/GI ini adalah: ini adalah: Rekomendasi Rekomendasi bagibagi pembuatan pembuatan atauatau penajaman penajaman instrument instrumentnas dan kelompok survey survey berpengaruh Rekomendasi Rekomendasi bagibagi penyusunan penyusunan konsep konsep intervensi intervensi
Studi Studi Etnografi Etnografi
11 bahwa 11 bahwa Menurut Menurut Spradley Spradley (2006) (2006) etnografi etnografi merupakan merupakan analanalisis isis makna makna budaya, budaya, berbagai berbagai interpretasi, interpretasi, dandan pandangan pandangan tentang tentang budaya budaya yang yang sedang sedang dipelajari. dipelajari. Tujuan Tujuan daridari dilakudilakukannya kannya studi studi etnografi etnografi adalah: adalah: 1. Mendapatkan 1. Mendapatkan serinci serinci mungkin mungkin gambaran gambaran budaya budaya setemsetempat;pat; bahasa bahasa yang yang digunakan, digunakan, simbol-simbol simbol-simbol yang yang penting, penting, nilai-nilai nilai-nilai yang yang dipegang dipegang teguh, teguh, tradisi tradisi yang yang masih masih dijalankan, dijalankan, pola-pola pola-pola masyarakat, masyarakat, komunitas-komunitas komunitas-komunitas dandan tokoh-tokoh tokoh-tokoh masyarakat masyarakat yang yang berpengaruh, berpengaruh, dst. dst. 11. Spradley, James P. 2006. Metode 2. Hasil 2. Hasil penelitian penelitian ethnografi ethnografi ini akan ini akan digunakan digunakan sebagai sebagai Etnografi. Yogyakarta: Tiara masukan masukan dalam dalam penyusunan penyusunan program program intervensi intervensi pembapemba- Wacana.
26 ngunan budaya anti korupsi berbasis keluarga di lokasi intervensi. Oleh karena itu, metode utama yang digunakan dalam studi etnografi adalah observasi partisipan (participant observation) dan wawancara mendalam (in-depth interview). Cara kerja operasional dari kedua metode tersebut secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut : Observasi Partisipasi Observasi partisipasi (participant observation) merupakan cara untuk mengamati suatu kegiatan yang sedang berlangsung, di mana peneliti terlibat langsung pada situasi sosial tersebut12. Observasi dilakukan terhadap berbagai elemen kehidupan masyarakat lokasi atau kelurahan terpilih sesuai hasil studi demografi, seperti aktivitas pendidikan, perekonomian, keagamaan, pertemuan warga, kesenian, dan kehidupan sehari-hari. Observasi dilakukan terhadap beberapa keluarga terpilih yang menjadi subjek observasi partisipasi. Keluarga yang terpilih tersebut ditetapkan berdasarkan kriteria, sebagai berikut: 1. Keluarga tersebut memiliki struktur anggota keluarga lengkap, yaitu suami, isteri, dan anak yang berusia 4 – 9 tahun; 2. Keluarga tersebut tidak pernah tersangkut kasus hukum, sosial, dan adat. 3. Keluarga tersebut terlibat aktif dalam aktivitas kemasyarakatan, social, keagamaan pada lokasi terpilih. 4. Keluarga yang dipilih mewakili kriteria utama masyarakat setempat (bisa berdasarkan suku, golongan, agama, dst yang menjadi ciri dari lokasi setempat dan kemungkinan besar akan berpengaruh terhadap program intervensi) Observasi partisipasi akan dilakukan oleh 2 (orang) asisten peneliti yang akan hidup dan tinggal bersama (live in) dengan keluarga-keluarga yang memenuhi kriteria tersebut selama (30 hari) penuh, dan 2 orang peneliti yang akan live-in selama 30 hari dalam keluarga yang sama, namun melakukan tugas yang berbeda.
12. Faisal, Sanapiah. 2001. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 13. Baihaqi, MIf. 2007. Ensiklopedia Tokoh Pendidikan. Bandung: Nuansa
Dipilihnya keluarga yang mempunyai anak berusia 4 – 9 karena pada usia ini merupakan usia paling potensial dalam pembentukan karakter anti korupsi dalam diri anak. Hal ini mengafirmasi “teori tabularasa” yang digagas John Locke13 bahwa jiwa anak-anak ibarat seperti kertas putih, tergantung bagaimana cara orang tua dan lingkungan memberikan pengetahuan dan pengalaman kepadanya. Oleh karena itu, pembentukan karakter dan jati diri anak yang berbudi pekerti luhur harus dilakukan melalui proses pendidikan keluarga dan lingkungan yang lebih menekankan pada kepatuhan dan pembiasaan untuk melakukan yang baik (susila). Dalam konteks pendidikan anti korupsi berbasis keluarga, penanaman karakter dan budi pekerti pada anak usia dini menjadi salah satu faktor keberhasilannya. Khusus terkait dengan
observasi observasi dalam dalam aktivitas aktivitas pendidikan, pendidikan, fokus fokus observasi observasi adalah adalah pendidikan pendidikan anak anak usiausia dinidini (PAUD), (PAUD), pendidikan pendidikan sekolah sekolah dasar dasar (SD),(SD), dandan pendidikan pendidikan di rumah di rumah tangga. tangga. Adapun Adapun elemen–eleelemen–elemenmen kegiatan kegiatan yang yang akan akan diobservasi diobservasi dalam dalam studi studi etnografi etnografi ini ini dapat dapat dilihat dilihat pada pada Tabel Tabel 4. 4. No 1
Elemen kegiatan yang akan diobservasi partisipatif Aktivitas sehari-hari (daily activity) keluarga yang menjadi subjek observasi dengan cara tinggal dan hidup bersama (live in) keluarga tersebut selama 1 bulan (30 hari) penuh
2 3
Pola hubungan dan komunikasi antara anggota keluarga inti (batih) Pola hubungan dan komunikasi antara anggota keluarga inti (batih) dengan keluarga besar (extended family)
4
Keterlibatan keluarga dalam aktivitas sosial, seni, budaya, dan keagamaan masyarakat di lingkungan sekitarnya
5
Intensitas komunikasi antara orang tua dengan anak-anak
6
Intensitas komunikasi antara keluarga besar (kakek, nenek, paman, bibi, dll.) dengan anak-anak dari keluarga yang diobservasi
7
Pola hubungan dan komunikasi anak-anak dengan kelompok bermain mereka (peer group)
8
Kegiatan keagamaan warga.
9
Kegiatan sosial warga (PKK, Posyandu),
10
Kegiatan kesenian warga.
11
Kegiatan pendidikan: PAUD, SD, dan pasraman.
12
Berbagai layanan publik yang ada.
13
Berbagai kegiatan perekonomian warga.
14
Aktivitas sehari-hari kantor pemerintahan desa/kelurahan.
15
Kegiatan-kegiatan terkait lainnya.
Wawancara Mendalam Wawancara Mendalam Wawancara mendalam (in-depth interview) merupakan aspek Wawancara mendalam (in-depth interview) merupakan aspek fundamental dalam penelitian etnografi, yaitu kukuhnya fundamental dalam penelitian etnografi, yaitu kukuhnya hubungan antara peneliti responden hasrat untuk hubungan antara peneliti dandan responden dandan hasrat untuk memahami yang lebih daripada sekadar menjelaskan. Untuk memahami yang lebih daripada sekadar menjelaskan. Untuk mencapai tujuan tersebut peneliti akan hidup menetap mencapai tujuan tersebut peneliti akan hidup menetap di di tengah-tengah keluarga yang ditetapkan sebagai fokus tengah-tengah keluarga yang ditetapkan sebagai fokus atauatau subyek penelitian selama empat minggu. Kegiatan wawansubyek penelitian selama empat minggu. Kegiatan wawanmendalam akan dilaksanakan terhadap anggota caracara mendalam ini ini akan dilaksanakan terhadap anggota keluarga batih (ayah, anak-anak), anggota kelukeluarga batih (ayah, ibu,ibu, dandan anak-anak), dandan anggota kelu(extended family) (kakek, nenek, paman, bibi), serta argaarga luasluas (extended family) (kakek, nenek, paman, bibi), serta informan kunci informant) yang dipandang memiliki parapara informan kunci (key(key informant) yang dipandang memiliki pengetahuan mendalam tentang nilai-nilai budaya yang pengetahuan mendalam tentang nilai-nilai budaya yang dianut masyarakat terkait dengan pencegahan korupsi. dianut masyarakat terkait dengan pencegahan korupsi. Batas anak-anak yang akan diwawancarai sesuai dengan Batas usiausia anak-anak yang akan diwawancarai sesuai dengan target intervensi adalah anak-anak yang berusia tahun. target intervensi adalah anak-anak yang berusia 4-9 4-9 tahun. diperoleh informasi sesuai dengan tujuan penelitian AgarAgar diperoleh informasi sesuai dengan tujuan penelitian wawancara berjalan lancar, maka selama proses wawandandan wawancara berjalan lancar, maka selama proses wawanberlangsung harus pendampingan orang caracara berlangsung harus adaada pendampingan daridari orang tuanya. tuanya.
Tabel 4 Elemen kegiatan yang akan diobservasi partisipatif
14. Spradley, James P. 2006. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.
28 Untuk mendapatkan data yang benar-benar relevan dengan tujuan penelitian maka diperlukan pedoman wawancara. Dalam teknik wawancara mendalam, pedoman wawancara tidak bertujuan untuk mengarahkan hasil wawancara, tetapi untuk memelihara agar wawancara benar-benar produktif dan dapat menggali informasi secara menyeluruh dan mendalam. Dalam penelitian ini, pedoman wawancara disusun berdasarkan hasil studi demografi, Focus Group Discussion (FGD), Group Interview (GI), Individual Depth Interview (IDI), dan tujuan penelitian ini. Dalam studi etnografi ini, wawancara mendalam akan difokuskan pada peranan keluarga dalam internalisasi nilai anti korupsi. Walaupun demikian, mengingat pendidikan keluarga juga tidak terlepas dari pengaruh lingkungan sehingga akan dilakukan wawancara mendalam kepada elit-elit tradisional dan formal yang nantinya akan dianalisis sebagai data pendukung. Berdasarkan pertimbangan tersebut, langkah-langkah wawancara mendalam dilakukan berdasarkan panduan atau instrument yang disusun (terdapat dalam lampiran). Berbagai data yang diperoleh dari hasil observasi partisipasi dan wawancara mendalam akan dideskripsikan secara naturalistik-kualitatif dan dimaknai sesuai perspektif teoretis yang koheren dan berkorespondensi dengan tujuan umum studi ini, yaitu Pencegahan Korupsi Berbasis Keluarga. Menurut Geertz15 (1973) analisis deskripsi mendalam (thick description) melalui dua langkah interpretasi, yaitu ‘thinking and reflecting’ (‘memikirkan dan merefleksikan’) serta ‘thinking of thought’ (‘memikirkan sebuah pemikiran’). Artinya, interpretasi merepresentasikan berbagai macam penyegaran pemikiran yang ide-idenya berasal dari bacaan terdahulu, beberapa perspektif teoretis tertentu, dan konsep-konsep yang dinyatakan informan. Implikasinya bahwa interpretasi tidak dilakukan secara sembarangan, tetapi menjadi rangkaian tidak terputus dari ide-ide dan perspektif teoretis tertentu. Output dari Studi Etnografi ini adalah: 1. Rekomendasi bagi pembuatan atau penajaman instrument survei 2. Rekomendasi bagi penyusunan konsep intervensi
15. Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation of Culture. New York: Basic Books.
Survei Tahapan baseline studi yang terakhir adalah tahapan penelitian kuantitatif yaitu survey dengan pendekatan probabilistic sampling atau Random Sampling. Pada metode ini, pemilihan responden dilakukan seobyektif mungkin; setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk diwawancarai. Random sampling disarankan untuk dilakukan terhadap unit sampling yang merupakan wilayah tempat tinggal populasi. Sehingga data akhir dapat dianggap merupakan representasi total populasi.
Probabilistic/random Probabilistic/random sampling sampling dengan dengan wilayah wilayah tempat tempat tinggal tinggal populasi populasi sebagai sebagai unitunit sampling, sampling, dilakukan dilakukan untuk untuk mendapatmendapatkankan datadata yang yang representatif: representatif: menggambarkan menggambarkan populasi populasi atauatau dapat dapat diproyeksikan diproyeksikan pada pada keseluruhan keseluruhan populasi. populasi. Sampling Sampling error error atauatau margin margin of error of error dapat dapat diperhitungkan diperhitungkan dengan dengan deraderajat kepercayaan jat kepercayaan yang yang dapat dapat dipertanggung-jawabkan; dipertanggung-jawabkan; atauatau dengan dengan katakata lain,lain, deviasi deviasi datadata terhadap terhadap kondisi kondisi populasi populasi yang yang sesungguhnya, sesungguhnya, dapat dapat diperkirakan diperkirakan dalam dalam derajat derajat keperkepercayaan cayaan tertentu. tertentu. Simple Simple random random sampling sampling digunakan digunakan untuk untuk mendapatkan mendapatkan areaarea Kelurahan, Kelurahan, RW RW dandan RT terpilih, RT terpilih, berdasarberdasarkankan datadata Podes Podes daridari BPS.BPS. o Responden o Responden dalam dalam keluarga keluarga terpilih terpilih Responden Responden dalam dalam keluarga keluarga terpilih terpilih adalah adalah Ayah, Ayah, Ibu,Ibu, Anak, Anak, ini adalah ini adalah satusatu paket. paket. Dalam Dalam satusatu keluarga keluarga terdapat terdapat tigatiga responden responden dengan dengan tigatiga kuesioner. kuesioner. Hal Hal ini dikarenakan ini dikarenakan unitunit analisis analisis dalam dalam survey survey ini adalah ini adalah keluarga keluarga bukan bukan indiviindividu. du. Sehingga, Sehingga, sebagian sebagian besar besar jawaban jawaban akan akan dianalisis dianalisis sebagai sebagai jawaban jawaban keluarga, keluarga, bukan bukan individu individu (contoh (contoh kuesioner kuesioner dandan tabel tabel analisis analisis adaada dalam dalam lampiran). lampiran). o Pemilihan o Pemilihan responden responden untuk untuk diwawancarai diwawancarai Terdapat Terdapat tigatiga kriteria kriteria keluarga keluarga yaitu yaitu tipetipe A, tipe A, tipe B dan B dan tipetipe C dengan C dengan pemilihan pemilihan responden responden sebagai sebagai berikut: berikut: 1. Keluarga 1. Keluarga tipetipe A: Dari A: Dari 1 (satu) 1 (satu) keluarga keluarga terpilih, terpilih, akan akan dipilih dipilih 2 (dua) 2 (dua) responden responden yang yang diwawancarai, diwawancarai, yaitu yaitu Ayah Ayah dandan Ibu Ibu yang yang memiliki memiliki anak anak yang yang berusia berusia 4 - 94 tahun). - 9 tahun). Observasi Observasi terstruktur terstruktur dilakukan dilakukan untuk untuk anak anak yang yang beruberusia 4sia - 94tahun. - 9 tahun. 2. Keluarga 2. Keluarga tipetipe B: Dari B: Dari 1 (satu) 1 (satu) keluarga keluarga terpilih, terpilih, akan akan dipilih dipilih 3 (tiga) 3 (tiga) responden responden yang yang diwawancarai, diwawancarai, yaitu yaitu Ayah, Ayah, Ibu Ibu dandan anak anak (salah (salah satusatu anak anak yang yang berusia berusia 10 –10 – 15 tahun). 15 tahun). 3. Keluarga 3. Keluarga tipetipe C: Dari C: Dari 1 (satu) 1 (satu) keluarga keluarga terpilih, terpilih, akan akan dipilih dipilih 3 (tiga) 3 (tiga) responden responden yang yang diwawancarai, diwawancarai, yaitu yaitu Ayah, Ayah, Ibu Ibu dandan anak anak (salah (salah satusatu anak anak yang yang berusia berusia > 15> 15 tahun tahun dandan belum belum menikah). menikah). Ketiga Ketiga tipetipe keluarga keluarga ini ini tetap tetap diambil diambil sebagai sebagai dasar dasar perbandingan, perbandingan, meskipun meskipun yang yang akan akan dijadikan dijadikan acuan acuan dalam dalam penyusunan penyusunan intervensi intervensi adalah adalah keluarga keluarga tipetipe A. A. Output Output daridari Survei Survei ini adalah: ini adalah: 1. Terdapat 1. Terdapat datadata statistic statistic tentang tentang kondisi kondisi keluarga keluarga di lokasi di lokasi intervensi intervensi 2. Rekomendasi 2. Rekomendasi bagibagi penyusunan penyusunan konsep konsep intervensi intervensi
30
INTERVENSI
PROGRAM Hasil dari baseline studi menjadi dasar yang sangat penting dalam penyusunan program-program terkait intevensi di lokasi terpilih. Intervensi secara langsung dalam fungsi-fungsi keluarga, khususnya pengasuhan anak, memerlukan sebuah rancangan dan rekayasa yang terencana dengan baik (well planned), meliputi semua aspek pengasuhan (complex) dan memungkinkan bagi komunitas melaksanakannya dengan kekuatannya sendiri (mandiri, independen).
Sasaran Sasaran program program adalah adalah anak-anak anak-anak berusia berusia 0 sampai 0 sampai 9 9 tahun, tahun, inilah inilah range range usiausia yang yang meliputi meliputi sekaligus sekaligus usiausia bayi,bayi, balita balita dandan usiausia sekolah sekolah dasar. dasar. Kisaran Kisaran usiausia ini dari ini dari sudut sudut pandang pandang psikologi psikologi memiliki memiliki signifikansi signifikansi tumbuh tumbuh kembang: kembang: • Pembentukan • Pembentukan polapola berfikir, berfikir, yakni yakni tahapan tahapan pertumbupertumbuhanhan kognitif kognitif yang yang dicirikan dicirikan dengan dengan perkembangan perkembangan logika logika berfikir, berfikir, kemampuan kemampuan pemecahan pemecahan masalah masalah (problem (problem solving), solving), mulai mulai berfikir berfikir abstrak abstrak serta serta pengambilan pengambilan kesimkesimpulan pulan secara secara induktif. induktif. • Kisaran • Kisaran usiausia tersebut tersebut jugajuga ditandai ditandai dengan dengan perkembangan perkembangan moral moral menjejaki menjejaki tahapan tahapan conventional conventional morality. morality. PenalarPenalaran moralitas an moralitas konvensional konvensional bermakna bermakna penerimaan penerimaan anak anak secara secara perlahan perlahan terhadap terhadap standar standar masyarakat masyarakat mengemengenai nai benar benar dandan salah, salah, konformitas konformitas terhadap terhadap peraturan peraturan social, social,serta sertadimulainya dimulainyakesadaran kesadaranmengenai mengenai konsekuensi konsekuensi melanggar melanggar peraturan peraturan hingga hingga manfaat manfaat yang yang diterima diterima diri diri karena karena menuruti menuruti peraturan. peraturan. Anak Anak tidak tidak berada berada di ruang di ruang hampa, hampa, selain selain orangtua orangtua perlu perlu jugajuga diperhatikan diperhatikan lingkungan lingkungan yang yang akan akan berhubungan berhubungan dengan dengan anak. anak. Sehingga Sehingga dalam dalam menyusun menyusun program program interintervensi vensi ini setidaknya ini setidaknya terdapat terdapat 12 hal 12 hal yang yang penting penting untuk untuk diperhatikan: diperhatikan:
1. Nama 1. Nama program: program:
Hasil Hasil penelitian penelitian KPKKPK menunjukkan menunjukkan bahwa bahwa ‘korupsi’ ‘korupsi’ masih masih merupakan merupakan diskursus diskursus asing asing komunikasi komunikasi massa massa di di masyarakat, masyarakat, jauhjauh daridari domain domain keluarga. keluarga. Sehingga, Sehingga, nama nama program program tidak tidak harus harus pencegahan pencegahan korupsi korupsi berbasis berbasis kelukeluarga, arga, namun namun bisabisa diganti diganti dengan dengan program program penguatan penguatan internalisasi internalisasi nilainilai kejujuran kejujuran berbasis berbasis keluarga. keluarga. Hal Hal ini ini dilakukan dilakukan agaragar lebih lebih mudah mudah dipahami dipahami dandan diterima diterima oleholeh masyarakat. masyarakat.
2. Pengertian 2. Pengertian Jujur: Jujur:
Pengertian Pengertian jujurjujur dalam dalam program program ini adalah ini adalah menyammenyampaikan paikan yang yang sebenarnya sebenarnya dandan bertindak bertindak benar. benar. 12 hal yang penting untuk diperhatikan: 3. Kategorisasi 3. Kategorisasi usia usia anak: anak: 1. Nama program Kategorisasi Kategorisasi usiausia anak anak dalam dalam program program ini terbagi ini terbagi menjamenja2. Pengertian Jujur di 3di bagian 3 bagian yaitu: yaitu: 3. Kategorisasi usia anak • Usia • Usia 0-3 0-3 tahun; tahun; akan akan difokuskan difokuskan dengan dengan melakukan melakukan 4. Indikator nilai penguatan penguatan hubungan hubungan orangtua orangtua dandan anak anak (mencip(mencip5. Peranan orangtua takan takan kedekatan kedekatan dandan kepercayaan kepercayaan anak anak terhadap terhadap 6. Materi yang diberikan untuk orangtua). orangtua). orangtua • Usia • Usia 4-6 4-6 tahun; tahun; Kelas Kelas PAUD-TK PAUD-TK 7. Panduan teknis orangtua • Usia • Usia 7-9 7-9 tahun; tahun; Kelas Kelas 1-4 1-4 SD SD melakukan internalisasi nilai jujur 4. Indikator 4. Indikator nilai: nilai: 8. Pola penanaman nilai Rentang Rentang UsiaUsia 4-6 4-6 Tahun Tahun 9. Peran keluarga besar 10. Peran sekolah dan komunitas 11. Kondisi anak 12. Manajemen relawan
32 Keterkaitan dengan nilai karakter lainnya No
Indikator Jujur yang akan diintervensi KPK
Jujur sebagai Nilai utama
Tanggung jawab
Keberanian
1.
Anak mengerti mana milik pribadi dan milik bersama,
√
√
2.
Meminta izin jika akan meminjam milik orang lain,
√
√
3.
Anak terbiasa mengatakan sesuatu yang benar – benar terjadi
√
4.
Mengakui kesalahan
√
√
√
5.
Meminta maaf bila salah √
√
√
Kepedulian
Disiplin
√ √
berbuat salah, 6.
Tidak menukar dengan milik orang lain tanpa izin,
√
√
7.
Tidak berlaku curang
√
√
√
Rentang Usia 7-9 tahun Sesuai perkembangan usia 7-9 tahun, anak sudah bisa membedakan barang milik pribadi dan milik orang lain, sehingga indicator perilaku tersebut tidak lagi dijadikan target capaian. Perilaku lainnya yang akan dijadikan indicator adalah perilaku tidak mencontek, kemampuan untuk menjalankan amanah atau pesan yang diamanatkan (dapat dipercaya) serta menepati janji. Keterkaitan dengan nilai karakter lainnya No
Indikator Jujur yang akan diintervensi KPK
Jujur sebagai Nilai utama
Tanggung jawab
Keberanian
1.
Dapat dipercaya
√
√
2.
Meminta izin jika akan meminjam milik orang lain
√
√
3.
Anak terbiasa mengatakan sesuatu yang benar – benar terjadi
√
4.
Mengakui kesalahan
√
√
√
5.
Meminta maaf bila salah √
√
√
Kepedulian
Disiplin
√ √
berbuat salah, .6
Tidak menukar dengan milik orang lain tanpa izin,
√
√
7.
Tidak berlaku curang
√
√
8.
Tidak mencontek
√
√
9.
Menepati Janji
√
√
√ √ √
5. Peranan 5. Peranan orangtua: orangtua:
• Ibu • Ibu merupakan merupakan pendidik pendidik pertama pertama dandan utama utama dalam dalam kehidupan kehidupan seorang seorang anak. anak. Khusus Khusus dalam dalam konteks konteks anak anak berusia berusia 0-9 0-9 tahun, tahun, keutamaan keutamaan kehadiran kehadiran ibu ibu bermaksa bermaksa sebagai sebagai sumber sumber pembelajaran pembelajaran (lesson (lesson source), source), lebih lebih daridari ayah ayah dandan keluarga keluarga besar. besar. Lesson Lesson source source jugajuga bermakna bermakna bahwa bahwa pembelajaran pembelajaran yang yang dilakukan dilakukan oleholeh ibu ibu berlangsung berlangsung dalam dalam aliran aliran cinta cinta kasih kasih yang yang memenuhi memenuhi setiap setiap interaksi interaksi dandan perlakuan. perlakuan. • Ayah • Ayah lebih lebih berperan berperan sebagai sebagai content content source, source, yakni yakni ayah ayah sebagai sebagai orangtua orangtua yang yang menyampaikan menyampaikan ilmuilmu pengetahuan, pengetahuan, informasi informasi kehidupan kehidupan serta serta menjadi menjadi ‘teman ‘teman berbicara’. berbicara’. Kesibukan Kesibukan ayah ayah dandan sedikitnya sedikitnya waktu waktu yang yang dihabiskan dihabiskan oleholeh anak anak bersama bersama ayah, ayah, bukan bukan berarti berarti peranan peranan ayah ayah menjadi menjadi kurang kurang berarti, berarti, justru justru peranan peranan ayah ayah dandan interaksi interaksi dengan dengan ayah ayah bersifat bersifat sangat sangat menonjol menonjol dandan menjadi menjadi kenangan kenangan yangyang bermakna. bermakna. AyahAyah jugajuga berperan berperan sebagai sebagai supervisor supervisor utama utama daridari kepatuhan kepatuhan terhadap terhadap nilai-nilai nilai-nilai yang yang diutamakan diutamakan keluarga. keluarga.
6. Materi 6. Materi yang yang diberikan diberikan untuk untuk orangtua: orangtua:
Orangtua Orangtua harus harus menjadi menjadi orangtua orangtua yang yang cakap cakap untuk untuk dapat dapat menginternalisasi menginternalisasi nilainilai kejujuran kejujuran ini. Materi ini. Materi yang yang akan akan diberikan diberikan untuk untuk menjadi menjadi orangtua orangtua cakap cakap adalah adalah : : • Knowledge • Knowledge Tahapan Tahapan materi materi yang yang harus harus diberikan diberikan pada pada sesisesi parenting/pertemuan-pertemuan parenting/pertemuan-pertemuan adalah adalah : : - Orangtua - Orangtua mengetahui mengetahui peran peran dandan fungsi fungsi sebagai sebagai orangtua orangtua - Orangtua - Orangtua mengetahui mengetahui orientasi/ orientasi/ visi visi keluarga keluarga dandan visi visi orangtua orangtua untuk untuk mendidik mendidik anak anak jujurjujur - Orangtua - Orangtua mengetahui mengetahui dasar-dasar dasar-dasar caracara mendimendidik, dik, termasuk termasuk caracara mendidik mendidik anak anak jujurjujur - Orangtua - Orangtua mengetahui mengetahui konsep konsep kejujuran kejujuran • Skill/Keterampilan • Skill/Keterampilan Skill/keterampilan Skill/keterampilan diajarkan diajarkan untuk untuk mendukung mendukung orangtua orangtua dalam dalam menjalankan menjalankan peran peran dandan fungsi fungsi orang orang tua tua secara secara optimal optimal dan dan mendukung mendukung internalisasi internalisasi nilainilai jujurjujur kepada kepada anak. anak. Keterampilan Keterampilan yang yang harus harus diberikan diberikan adalah adalah : : - Komunikasi - Komunikasi antara antara ayahayah dan dan ibu, ibu, sertaserta komunikasi komunikasi orangtua orangtua kepada kepada anak anak - Melatih - Melatih orangtua orangtua untuk untuk dapat dapat melatih melatih anak anak mandiri mandiri --> melatih --> melatih hardhard skillskill anak anak - Melatih - Melatih orangtua orangtua untuk untuk meningkatkan meningkatkan kecakapan kecakapan hidup hidup anakanak (anak (anak sebagai sebagai problem problem solver) solver) --> melatih --> melatih soft soft skillskill anak anak - Melatih - Melatih orangtua orangtua untuk untuk dapat dapat membangun membangun konsep konsep diri diri anak anak - Melatih - Melatih orangtua orangtua untuk untuk mengelola mengelola emosi emosi diri diri
34 Catatan : Skill/keterampilan yang diajarkan bukan merupakan tahapan, sehingga dapat dimulai dari urutan manapun.
-
sendiri, serta mengelola emosi saat menghadapi anak Melatih keterampilan dalam mendongeng, menggunakan media (video), menceritakan kembali isi video
Adapun hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan sesi parenting/pertemuan-pertemuan tersebut orangtua harus menilai potensi dirinya dalam form self assessment dengan cakupan : - Bagaimana selama ini hubungan antara orangtua dengan anak - Afeksi (Dalam sehari berapa kali orang tua memeluk anak ?, menonton bersama? bermain bersama ?) - Pujian (Apakah bentuk pujian yang sering orangtua berikan kepada anak?, seberapa sering orangtua memberikan pujian?) - Apakah kata-kata yang sering orangtua gunakan saat anak melakukan tindakan yang salah/tidak jujur - Apakah cara yang digunakan orangtua saat anak melakukan tindakan yang salah/tidak jujur - Dalam 1 hari, berapa lama orangtua melakukan interaksi yang intensif dengan anak? - Seberapa sering orangtua membacakan buku cerita kepada anak? - Seberapa sering orangtua berdiskusi dengan anak? - Identitas sosial (Apakah kekhawatirkan orangtua terhadap masa depan anak?) - Bagaimana komunikasi yang terjalin selama ini antara orangtua dan anak
7. Panduan teknis orangtua melakukan internalisasi nilai jujur:
Orangtua-orangtua yang sudah menerima pendidikan sebagai orangtua cakap, dapat memulai menginternalisasi nilai kejujuran kepada anak dengan menggunakan panduan teknis dibawah ini: A. Orientasi Keluarga 1. Orangtua menyusun hierarki nilai keluarga 2. Memahami seluk beluk kejujuran 3. Menyusun batas-batas perilaku
Apakah perilaku yang diharapkan
Apkah perilaku yang tidak diharapkan
Konsekuensi atas perilaku yang tidak diharapkan
Penguatan atas perilaku yang diharapkan
B. Pembiasaan untuk mendukung konsistensi orientasi (apa yang harus dibiasakan dan bagaimana caranya), salah satu cara dengan menggunakan APE (Alat Peraga Edukasi)
• • •
Saat • Saat anak anak BATITA BATITA - Story - Story Telling Telling membahas membahas filmfilm - Aplikasi - Aplikasi batas batas perilaku perilaku sampai sampai menjadi menjadi habit habit Usia • Usia anak anak 4-6 4-6 tahun tahun - Kisah - Kisah masa masa kecilkecil Ayah/Ibu Ayah/Ibu - Habit - Habit Formation Formation Usia • Usia 7-9 7-9 tahun tahun - Kisah - Kisah masa masa kecilkecil - Diskusi - Diskusi filmfilm - Habit - Habit Formation Formation
C. Media C. Media untuk untuk memudahkan memudahkan orientasi, orientasi, pembiasaan, pembiasaan, keteladanan keteladanan dandan refleksi refleksi - Menonton - Menonton filmfilm IpinIpin Upin Upin tentang tentang pementasan pementasan dongen dongen gembala gembala yang yang berteriak berteriak serigala serigala - Mendiskusikan - Mendiskusikan cerita/kisah cerita/kisah nyata nyata (Kejujuran (Kejujuran seorang seorang office office boyboy (Agus (Agus Chaerudin) Chaerudin) dalam dalam mengembalikan mengembalikan uang uang yang yang dia temukan) dia temukan) - Buku - Buku cerita cerita - Permainan - Permainan - Lagu-lagu - Lagu-lagu D. Keteladanan D. Keteladanan E. Refleksi E. Refleksi Untuk Untuk lebih lebih memudahkan memudahkan orangtua orangtua menginternalisasi menginternalisasi nilainilai jujur, jujur, orang orang tua tua akan akan dibekali dibekali tipstips dandan trik trik untuk untuk pembiasaan pembiasaan anak anak berperilaku berperilaku jujur. jujur. (Form (Form terlampir) terlampir)
8. Pola 8. Pola penanaman penanaman nilai: nilai:
• Hasil • Hasil penelitian penelitian menunjukkan menunjukkan polapola penanaman penanaman nilainilai kejukejujuran juran lebih lebih menekankan menekankan reward reward andand punishment punishment bukan bukan komunikasi komunikasi dialogis. dialogis. Meskipun Meskipun semakin semakin tinggi tinggi pendidikan pendidikan orangtua orangtua polapola komunikasi komunikasi dialogis dialogis lebih lebih sering sering dilakukan. dilakukan. Membangun Membangun karakter karakter kejujuran kejujuran hendaklah hendaklah berdasarkan berdasarkan pemaknaan pemaknaan sangsang anak, anak, bukan bukan sekedar sekedar paksaan paksaan dandan kepatuhan kepatuhan yang yang bersifat bersifat semu. semu. Namun Namun menjadi menjadi tantantantangangan bagibagi program program ini ini adalah adalah bahwa bahwa polapola komunikasi komunikasi dialogis dialogis terkait terkait penanaman penanaman nilainilai ini membutuhkan ini membutuhkan kreatifkreatifitas itas untuk untuk megimplementasikannya megimplementasikannya dalam dalam dialog dialog yang yang mudah mudah dipahami. dipahami. • Nilai • Nilai kejujuran kejujuran membutuhkan membutuhkan rolerole modeling modeling yang yang konsiskonsisten ten dandan konkrit. konkrit. RoleRole model model ini lebih ini lebih efektif efektif jika jika dilakukan dilakukan langsung langsung oleholeh orangtua orangtua dandan didukung didukung oleholeh rolerole model model daridari tokoh tokoh setempat. setempat. Sehingga, Sehingga, anak anak dapat dapat melihat melihat langsung langsung bagaimana bagaimana implementasi implementasi dandan contoh contoh daridari nilainilai kejujuran. kejujuran.
9. Peran 9. Peran keluarga keluarga besar: besar:
Indonesia Indonesia didominasi didominasi oleholeh polapola extended extended family family (keluarga (keluarga besar), besar), namun namun keluarga keluarga besar besar ini ini tidak tidak berperan berperan dalam dalam sosialisasi sosialisasi nilai.nilai. Hal Hal ini dikarenakan ini dikarenakan tidak tidak adanya adanya rolerole expectaexpectationtion dandan substansi substansi yang yang tidak tidak terstruktur. terstruktur. Keluarga Keluarga besar besar lebih lebih berperan berperan dalam; dalam; memberikan memberikan dukungan dukungan kasih kasih sayang, sayang, mengingatkan mengingatkan perilaku perilaku buruk, buruk, kebersamaan kebersamaan dalam dalam menikmenik-
36 mati waktu luang atau waktu santai, dan pengawas saat ayah dan ibu sedang bekerja (terutama biasa dilaksanakan oleh kakek/nenek/om/tante).
10. Peran sekolah dan komunitas:
Sekolah dan komunitas memiliki peran aktif dalam penanaman nilai, syaratnya harus terbentuk adanya sense of community untuk menjadikan generasi setempat menjadi generasi yang jujur dan berintegritas. Dengan adanya sense of community ini maka akan terbentuk social pressure untuk bersama-sama seluruh elemen masyarakat menciptakan generasi yang jujur dan berintegeritas.
11. Kondisi anak:
Keberhasilan program ini sangat ditentukan dari: • Keaktifan anak dalam megkonstruksi nilai-nilai kejujuran • Bagaimana sekolah dan komunitas membangun community traditions conventions (kesepakatan bersama tentang tradisi kejujuran) dan social pressure yang diciptakan • Kelompok-kelompok bermain anak yang sportif dan jujur • Tokoh-tokoh panutan di lingkungan komunitas yang bersikap jujur dan patut diteladani
12. Manajemen relawan:
Relawan dalam program ini dapat dikategorikan dalam dua tipe: A. Relawan organisator adalah relawan yang membantu implementasi program di tingkat keluarga. Untuk dapat melaksanakan tugasnya, relawan organisator harus mendapatkan pelatihan yang memadai dan berkelanjutan. Relawan organisator setidaknya memiliki tugas sebagai berikut: • Mengorganisir pelaksanaan berbagai kegiatan yang digariskan oleh kebijakan program, khusus untuk tingkat RT dan RW • Mengimplementasikan program pendidikan keluarga jujur berintegritas, baik sebagai narasumber tambahan maupun mengorganisir pelaksanaan kegiatan • Melakukan monitoring penerapan nilai-nilai kejujuran di keluarga berbasis RT • Updating data • Para relawan organisator bersama-sama menyusun laporan tahunan untuk PKK, Kelurahan, dan KPK Relawan organisator menyentuh keluarga dengan dua cara: • Mengadakan kegiatan-kegiatan pembinaan keluarga sasaran (berbasis RT) dengan materi pengasuhan anak 0-9 tahun, sesuai dengan garis kebijakan program. • Melakukan monitoring terhadap perilaku orangtua dan anak, secara berkala, langsung ke rumah keluarga sasaran (family visit). Relawan organisator membuat data kunjungan, sehingga data kunungan lebih
merata merata dandan tepat tepat sasaran. sasaran. Family Family visitvisit ini dapat ini dapat jugajuga menmengajak gajak relawan relawan ahli.ahli. B. Relawan B. Relawan ahliahli adalah adalah relawan relawan memberikan memberikan masukan masukan kepada kepada keluarga keluarga mengenai mengenai pengasuhan pengasuhan dandan pendidikan pendidikan anak, anak, sesuai sesuai kesepakatan kesepakatan program. program. Relawan Relawan ahliahli terdiri terdiri daridari tokoh-tokoh tokoh-tokoh agama, agama, sosial, sosial, budaya budaya setempat, setempat, serta serta naranarasumber sumber ahliahli tingkat tingkat provinsi provinsi dandan nasional. nasional. Relawan Relawan ahliahli dapat dapat memantau memantau langsung langsung di tengah di tengah keluarga, keluarga, perilaku perilaku dandan pemahaman pemahaman anak-anak anak-anak mengenai mengenai kejujuran kejujuran dandan nilai-nilai nilai-nilai lainnya. lainnya. Proses Proses penyusunan penyusunan program program ini melibatkan ini melibatkan pakar pakar (akademisi, (akademisi, praktisi) praktisi) dandan stakeholder stakeholder terkait terkait (tokoh (tokoh lokal, lokal, komunitas komunitas lokal, lokal, dst).dst). KPKKPK melakukan melakukan langkah-langkah langkah-langkah berikut berikut dalam dalam proses proses penypenyusunan usunan intervensi intervensi program: program:
Riview dan Diskusi Pakar
Workshop Praktisi dan Stakeholder Lokal
Uji Coba Program
Evaluasi Program
Pelaksanaan Program
Stakeholders Stakeholders (Pemerintah (Pemerintah Pusat, Pusat, Pemerintah Pemerintah Daerah, Daerah, Organisasi OrganisasiGambar 3 Kemasayarakatan) Kemasayarakatan) yangyang akanakan melaksanakan melaksanakan program program bisabisa mengadopsi mengadopsiProses Penyusunan langkah langkah yang yang dilakukan dilakukan KPKKPK (sebagian (sebagian atauatau keseluruhan) keseluruhan) atauatauIntervensi Program bahkan bahkan cukup cukup mengadopsi mengadopsi output output daridari langkah langkah yang yang dilakukan dilakukan KPKKPK tersebut. tersebut. Sumber: KPK Tahap Tahap 1 Diskusi 1 Diskusi Pakar: Pakar: Tahapan Tahapan ini menjadi ini menjadi tahapan tahapan yang yang penting penting dalam dalam penyusunan penyusunan program program intervensi. intervensi. Hasil Hasil daridari baseline baseline studi studi diberikan diberikan kepada kepada pakar pakar untuk untuk dilakukan dilakukan review review dandan diberikan diberikan konsep konsep atauatau draftdraft masukan masukan dalam dalam penyusunan penyusunan program program intervensi. intervensi. Selanjutnya Selanjutnya dilakukan dilakukan diskusi diskusi dengan dengan pakar pakar untuk untuk mengeksplorasi mengeksplorasi konsep konsep atauatau draftdraft masukan masukan yang yang telah telah diberikan. diberikan. Sebaiknya Sebaiknya pakar pakar terdiri terdiri daridari beberapa beberapa latarlatar belakang belakang kelilmuwan; kelilmuwan; psikologi psikologi anak, anak, psikolopsikologi keluarga, gi keluarga, psikologi psikologi intervensi intervensi social, social, antropologi, antropologi, sosiologi, sosiologi, komunikasi, komunikasi, dst.dst. Review Review dandan masukan masukan daridari pakar pakar jugajuga haruslah haruslah dalam dalam kerangka kerangka pembuatan pembuatan LFA.LFA. Output Output daridari tahap tahap diskusi diskusi pakar pakar adalah: adalah: 1. Konsep 1. Konsep umum umum intervensi intervensi program program 2. Draft 2. Draft LFA LFA program program
38 Tahap 2 Workshop praktisi dan stakeholder lokal: Output dari tahap 1 (review dan masukan pakar) akan menjadi acuan dalam melakukan workshop dengan praktisi dan stakeholder local. Oleh karena program ini diarahkan untuk dapat menjadi program milik masyarakat, maka praktisi dan stakeholder lokal yang dimaksud adalah pihak-pihak yang akan menjadi koordinator atau leader dalam mengawal program ini. Penyaringan siapa saja praktisi dan stakeholder lokal sudah dilakukan saat baseline studi, sehingga pada tahap ini hanya tinggal mengundang dan mengajak berperan aktif dalam pembuatan LFA yang lebih konkrit. Praktisi dan stakeholder lokal inilah yang mengetahui lebih detail dan pasti bagaimana program dapat berjalan dengan lancar. Output dari tahap workshop praktisi dan stakeholder lokal adalah: Kesepakatan LFA program (detail) Tahap 3 dan 4 Ujicoba program dan Evaluasi program: Pada tahap ini, LFA yang telah disepakati mulai diujicobakan pada lokasi terpilih. Uji coba program dilakukan dalam rentang waktu tertentu (1 tahun penuh misalnya) dan dikawal langsung oleh pemilik program (Pemda misalnya), sehingga dapat diketahui proses yang terjadi terkait program yang sudah direncanakan dalam LFA. Selain itu, juga dapat dilakukan evaluasi langsung terhadap program yang telah berjalan untuk selanjutnya dapat disempurnakan menjadi LFA final yang baku. Output dari tahap ini adalah: LFA final program pembangunan budaya anti korupsi berbasis keluarga. Tahap Pelaksanaan program: Pada tahap pelaksanaan program ini, pemilik program sudah mulai melibatkan penuh stakeholder, pemilik program hanya melakukan supervise saja terhadap pelaksanaan program. Keseluruhan proses penyusunan intervensi program ini menggunakan metode LFA (Logical Framework Approach). LFA ini akan menjadi acuan dasar dalam menjalankan program. LFA pertama kali diperkenalkan oleh Leon J. Rosenberg dan digunakan sejak tahun 1969 oleh USAID. Logical Framework atau disingkat logframe kemudian digunakan oleh organisasi-organisasi lainnya seperti CIDA, DFID, UNDP dan organisasi LSM di seluruh dunia. Logframe digunakan secara luas karena mengharuskan berpikir terorganisir, dapat menghubungkan kegiatan-investasi-hasil, dapat digunakan untuk menetapkan indikator kinerja dan pengalokasikan tanggung jawab, dapat digunakan sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan tepat dan jelas, dapat juga digunakan untuk menyesuaikan dengan keadaan yang tiba-tiba berubah dan dapat memperhitungkan resiko. Logical Framework adalah alat untuk perencanaan, monitoring dan evaluasi dari project/program. Logframe membutuhkan pengetahuan dan informasi yang cukup untuk mampu digunakan sebagai alat perencanaan program/project. Dalam penyusunan LFA, berikut tahapan yang dilakukan:
Analisis Situasi - Analisis Stakeholder - Analisis permasalahan - Analisis hasil
Analisis Strategi - Analisis untuk menentukan pilihan strategi dalam mencapai hasil
Pembuatan Matriks - Mengikuti urutan dan format
Pelaksanaan - Pembuatan workplan, budget dan perencanaan SDM
Pada Pada bagan bagan tersebut, tersebut, hasilhasil baseline baseline menjadi menjadi sangat sangat penting penting dalam dalam analisis analisis situasi. situasi. Pada Pada bagian bagian ini, para ini, para pakar pakar yang yang dilibatkan dilibatkan Gambar 3 akan akan mengisi mengisi ruang ruang analisis analisis strategi strategi dandan pembuatan pembuatan matriks. matriks. Tahapan Penyusunan Matriks Matriks logframe logframe setidaknya setidaknya akan akan menjelaskan menjelaskan keterkaitan keterkaitan hirarki hirarki LFA logislogis mulai mulai daridari input, input, aktifitas, aktifitas, output, output, purpose purpose dandan goalgoal daridari project. project. Matriks Matriks jugajuga menerangkan menerangkan setiap setiap hirarki hirarki logislogis tersebut tersebut dengan dengan indikator, indikator, alatalat verifikasi verifikasi indikator indikator dandan asumsi asumsi yang yang digudigunakan. nakan. AdaAda 2 analisis 2 analisis logislogis yang yang digunakan; digunakan; yaitu yaitu analisis analisis logislogis vertikal vertikal dandan analisis analisis logislogis horizontal. horizontal. Analisis Analisis vertikal vertikal dilakukan dilakukan menjelasmenjelaskankan mengapa mengapa dandan bagaimana bagaimana project project akan akan dilakukan dilakukan dalam dalam menmencapai capai target target secara secara bertingkat. bertingkat. Analisis Analisis horizontal horizontal dilakukan dilakukan untuk untuk menjelaskan menjelaskan prasyarat prasyarat apaapa yang yang dibutuhkan dibutuhkan supaya supaya setiap setiap kegiatan kegiatan dapat dapat dilakukan. dilakukan. Berikut Berikut contoh contoh daridari LFA LFA terkait terkait program program keluarga: keluarga: Timeframe: Timeframe: 3 tahun 3 tahun Jumlah Jumlah anggaran: anggaran: Rp 350juta Rp 350juta PilotPilot project: project: Kelurahan Kelurahan Prenggan, Prenggan, Yogyakarta Yogyakarta HIRARKI LOGIS
INDIKATOR
GOAL/ TUJUANMenjadikan anak-anak di Prenggan generasi jujur.
Anak-anak menerapkan nilai kejujuran dalam kehidupan sehari-hari hingga ia dewasa (memegang jabatan publik). Knowledge (awareness) 1. Anak-anak, orangtua, dan agen sosialisasi sekunder memahami definisi kejujuran. Hasil baseline 2013: Jujur menurut orangtua dan anak “Berkata benar / apa adanya” 80%-90% Target : 2018, meningkat pemahamannya bukan sekedar jujur dalam ucapan, tapi juga jujur dalam tindakan, yaitu sebesar 10 %. 2. Orangtua mengetahui fungsi keluarga (3 fungsi utama) Hasil baseline 2013: Hanya 52,2% orangtua yang mengetahui fungsi sosialisasi Hanya 55,7% orangtua yang mengetahui fungsi afeksi Hanya 37,6% orangtua yang mengetahui fungsi identitas sosial. Target : 2018, meningkat pemahamannya menjadi sebesar 70 %.
ALAT VERIFIKASI INDIKATOR - Post- intervention survey - Penelitian longitudinal kerjasama dengan psikolog
ASUMSI DAN RESIKO Asumsi: Orangtua mengikuti seluruh program intervensi yang dilakukan. Resiko: Ada faktor pengaruh media yang perlu diantisipasi.
40 HIRARKI LOGIS
INDIKATOR
ALAT VERIFIKASI INDIKATOR
ASUMSI DAN RESIKO
- Belief: Orangtua meyakini bahwa kejujuran merupakan nilai utama dalam kehidupan. Hasil baseline 2013: Orangtua yang menginternalisasi nilai kejujuran sebagai nilai utama di Yogya hanya 18.9%. Target: 2018, meningkat menjadi sebesar 30% - Behaviour: 1. Anak-anak menerapkan nilai kejujuran 2. Orangtua dan agen sosialisasi sekunder menjadi teladan dalam menerapkan nilai kejujuran Hasil baseline 2013: Hanya 2% keluarga di Yogya yang menerapkan nilai kejujuran dalam kehidupannya (diakui oleh anak). Target: 2018 meningkat menjadi sebesar 10%.
Contoh LFA detail Program Pencegahan Korupsi Berbasis Keluarga ditunjukkan dalam lampiran. Ada beberapa instrument yang penting untuk diperhatikan dalam rangka memudahkan/memandu pelaksanaan intervensi program pencegahan korupsi berbasis keluarga: 1. Dokumen LFA final 2. Modul ‘Agar Anak Jujur’ untuk orangtua beserta alat peraga dan media pembelajaran lainnya 3. Buku harian orangtua (pemantauan perkembangan anak) 4. Modul Relawan Ber-Aksi 5. Buka aktivitas relawan 6. Buku Family Visit relawan Dalam pelaksanaan intervensi, perlu diperhatikan keluarga sasaran intervensi yang menjadi prioritas program ini. Sehingga saat pengukuran, maka akan dilihat bagaimana perubahan dari keluarga sasaran intervensi ini.
PENGUKURAN
PROGRAM Dalam pilot project yang KPK lakukan, belum dilakukan pengukuran pasca intervensi.
42 Berkaitan dengan pengukuran intervensi, setidaknya ada dua metode yang digunakan yaitu: 1. Survey awareness dan perilaku: Survey ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana dampak dari intervensi yang dilakukan terhadap kalangan orangtua, anak, dan stakeholder yang terkait di lokasi intervensi. Tujuan secara detail adalah mengukur: • Awareness kejujuran, • Perilaku kejujuran, • Sejauh mana upaya yang dilakukan orangtua dan stakeholder lain terkait internalisasi nilai kejujuran kepada anak, • Hambatan dan tantangan dalam melakukan internalisasi kejujuran, • Evaluasi intervensi yang telah dilakukan 2. Penilaian psikologi: Penilaian psikologi dilakukan secara longitudinal kepada anak-anak dari keluarga sasaran intervensi untuk melihat bagaimana dampak dari intervensi yang dilakukan. Dalam pilot project yang KPK lakukan, belum dilakukan pengukuran pasca intervensi.
04 faktor keberhasilan dan penghambat program Bagian ini menerangkan variabel-variabel penting yang perlu mendapat perhatian penyelenggara program pembangunan budaya anti korupsi berbasis keluarga
44
FAKTOR
KEBERHASILAN PROGRAM
Dalam Dalam setiap setiap lokasi lokasi intervensi, intervensi, terdapat terdapat faktor faktor keberhasilan keberhasilan dandan penghambat penghambat program program yang yang berbeda-beda. berbeda-beda. Namun Namun berdasarkan berdasarkan pengalaman pengalaman KPK,KPK, berikut berikut beberapa beberapa faktor faktor yang yang dapat dapat mempercepat mempercepat keberhasilan keberhasilan program program di suatu di suatu wilayah: wilayah: 1. Homogenitas 1. Homogenitas etnis etnis dandan agama: agama: Homogenitas Homogenitas etnis etnis dandan agama agama suatu suatu masyarakat masyarakat merupakan merupakan potensi potensi besar besar dalam dalam pembangunan pembangunan budaya budaya kejujuran. kejujuran. Hal Hal ini disebabkan ini disebabkan secara secara holistik holistik dandan integral integral masyarakat masyarakat memiliki memiliki sistem sistem gagasan, gagasan, sistem sistem sosial, sosial, dandan sistem sistem artefak artefak yang yang relatif relatif sama. sama. Hal Hal ini ini jugajuga memungkinkan memungkinkan adanya adanya nilai-nilai nilai-nilai budaya budaya dandan agama agama yang yang relatif relatif kuat, kuat, sehingga sehingga memudahkan memudahkan dalam dalam pelaksanaan pelaksanaan intervensi. intervensi. Nilai-nilai Nilai-nilai yang yang sudah sudah tertanam tertanam dalam dalam kehidupan kehidupan masyarakat masyarakat ini ini hanya hanya perlu perlu diperkuat diperkuat dandan direvitalisasi direvitalisasi peranannya peranannya melalui melalui sosialisasi, sosialisasi, internalisasi, internalisasi, dandanenkulturasi enkulturasiprogram programpembangunan pembangunanbudaya budaya kejujuran. kejujuran. 2. Profil 2. Profil demografi demografi masyarakat masyarakat yang yang relatif relatif sama: sama: Misalnya Misalnya tingkat tingkat pendidikan pendidikan (angka (angka butabuta huruf) huruf) dandan kesejahteraan kesejahteraan masyarakat masyarakat menjadi menjadi faktor faktor pendukung pendukung yang yang signifikan signifikan karena karena kondisi kondisi sosial sosial seperti seperti ini cukup ini cukup ideal ideal bagibagi proses proses transformasi transformasi sosial. sosial. Artinya, Artinya, proses proses pembangunan pembangunan dandan pemberdayaan pemberdayaan dapat dapat lebih lebih cepat cepat dilakukan dilakukan dalam dalam masyarakat masyarakat yang yang secara secara ekonomi ekonomi dandan pendidikan pendidikan tidak tidak terdapat terdapat kesenjangan kesenjangan yang yang berarti. berarti. Kondisi Kondisi ini akan ini akan memberikan memberikan dukungan dukungan yang yang berharga berharga terhadap terhadap pelaksanaan pelaksanaan program program pembangunan pembangunan budaya budaya kejujuran kejujuran di lokasi di lokasi intervensi. intervensi. 3. Kesamaan 3. Kesamaan persepsi persepsi bahwa bahwa korupsi korupsi adalah adalah tindakan tindakan yang yang tidak tidak baik: baik: Masyarakat Masyarakat yang yang memiliki memiliki kesamaan kesamaan persepsi persepsi bahwa bahwa korupsi korupsi adalah adalah tindakan tindakan yang yang tidak tidak baikbaik dandan bertentangan bertentangan dengan dengan nilai-nilai nilai-nilai agama agama dandan budaya budaya yang yang dianutnya dianutnya akan akan dapat dapat dijadikan dijadikan motivasi motivasi bagibagi masyarakat masyarakat untuk untuk membudayakan membudayakan nilai-nilai nilai-nilai antikorupsi antikorupsi dalam dalam masyarakat. masyarakat. Sehingga Sehingga program program pembangunan pembangunan budaya budaya kejujuran kejujuran diyakini diyakini akan akan mendapatkan mendapatkan respon respon positif positif di masyarakat. di masyarakat. 4. Tipe 4. Tipe masyarakat masyarakat yang yang semi semi tradisional tradisional – modern: – modern: Maksudnya Maksudnya adalah adalah masyarakat masyarakat yang yang masih masih kuatkuat memegang memegang adatnya, adatnya, tetapi tetapi jugajuga tidak tidak menolak menolak masuknya masuknya budaya budaya modern. modern. Kondisi Kondisi ini ini menegaskan menegaskan bahwa bahwa adatadat dapat dapat dijadikan dijadikan kekuatan kekuatan untuk untuk mempertahankan mempertahankan nilai-nilai nilai-nilai tradisional tradisional yang yang sejalan sejalan dengan dengan budaya budaya kejujuran, kejujuran, sebaliknya sebaliknya sikap sikap terbuka terbuka masyarakat masyarakat terhadap terhadap nilai-nilai nilai-nilai barubaru jugajuga dapat dapat dijadikan dijadikan pintu pintu masuk masuk untuk untuk melakukan melakukansosialisasi sosialisasidandaninternalisasi internalisasiprogram program pembangunan pembangunanbudaya budayakejujuran kejujurandalam dalamrangka rangka menguatkan menguatkan nilai-nilai nilai-nilai kejujuran kejujuran tersebut tersebut dalam dalam keluarga. keluarga.
46 5. Terdapat institusi-institusi sosial yang kuat: Kerjasama antarinstitusi sosial yang ada di lokasi intervensi harus terjalin dengan baik sehingga saling mendukung satu sama lain. Hal ini menjadi faktor pendorong keberhasilan program pembangunan budaya kejujuran dalam keluarga secara integratif karena akan mendapatkan dukungan dari berbagai institusi sosial dan stakeholder lainnya.
FAKTOR
PENGHAMBAT PROGRAM
48 Setiap lokasi memiliki tantangan dan hambatan tersendiri. Berikut beberapa faktor yang dapat menghambat keberhasilan program di suatu wilayah berdasarkan pengalaman KPK: 1. Heterogenitas suku dan agama: Semakin heterogen suatu suku dan agama, maka pelaksana program harus kreatif dalam mengkomunikasikan program dan mengkonsolidasikan unsur-unsur dalam masyarakat. 2. Masyarakat yang modern: Modernitas meminggirkan nilai-nilai tradisional yang mengakar di masyarakat, masyarakat modern juga cenderung individualistik dan matrealistis. Selain itu, institusi sosial juga tidak terlalu kuat dalam masyarakat ini. Tantangan tersendiri dalam melihat nilai-nilai apa yang dapat dikuatkan untuk keberhasilan program. 3. Pemerintahan lokal yang formalistik: Pemerintahan yang sifatnya formal, cenderung birokratis akan sangat sulit diajak kerjasama dalam menjalankan program ini. Terutama pemerintahan yang berorientasi program kerja dan anggaran, akan sulit memahami perspektif bahwa ini merupakan program jangka panjang yang akan menjadi milik masyarakat.
05 penutup Bagian ini mengurai harapan terhadap Pemerintah Daerah dan Pemangku Kepentingan Lainnya
50
PENUTUP
Korupsi merupakan penyakit bangsa yang telah merasuki ke dalam sendi-sendi kehidupan. Orangtua yang diharapkan dapat menyemai dan memupuk nilai-nilai kebaikan, perlahan dikotori oleh perilaku korup ayah atau ibunya. Program pencegahan korupsi berbasis keluarga dibuat dengan harapan orangtua kembali menjalankan fungsi keluarga, setidaknya fungsi sosialisasi nilai, fungsi afeksi, dan fungsi identitas social. 3 fungsi ini dirasakan penting untuk menjadikan generasi Indonesia di masa datang menjadi generasi yang jujur. Selain itu, pemahaman dan keteladanan orangtua terkait kejujuran dan anti korupsi menjadi kunci penting bagi keberhasilan program. Buku panduan ini disusun agar dapat menjadi salah satu referensi bacaan bagaimana menguatkan kembali fungsi keluarga. Tentu saja buku ini bukan satu-satunya referensi. Apa yang KPK lakukan juga masih butuh banyak penyempurnaan dan perbaikan. Sehingga, KPK berharap pihak-pihak yang akan menyelenggarakan program ini dapat berpartisipasi dalam mewarnai penguatan fungsi keluarga demi terciptanya generasi jujur di masa datang. Pemerintah daerah menempati posisi strategis dalam upaya pemberantasan korupsi di daerah. Kepala Daerah merupakan pucuk tertinggi pemerintah daerah. Atas kuasa yang dimilikinya, Kepala Daerah dituntut secara nyata membangun dan menguatkan fungsi keluarga di wilayah yang dipimpinnya. BKKBN juga menempati posisi penting bagi terlaksananya program ini dikarenakan BKKBN memiliki penyuluh yang tersebar di seluruh wilayah negeri ini. Pemangku kepentingan lainnya seperti Organisasi Kemasyarakatan maupun Keagamaan juga dapat berperan dalam mengambil peran untuk menguatkan fungsi keluarga. KPK tidak dapat bekerja sendirian, karena pemberantasan korupsi bukan hanya di pundak KPK, tapi berada di tangan seluruh elemen bangsa yang menginginkan bangsa ini lebih bermartabat, bersih, sejahtera, dan berkeadilan.
52 Aziz, Abdul. 2006. Esai-esai Sosiologi Agama. Jakarta: Diva Pustaka, hal. 23. Baihaqi, MIf. 2007. Ensiklopedia Tokoh Pendidikan. Bandung: Nuansa Bronitt, Simon. 2016. The Regulatory Pyraimid. University of Queensland. Faisal, Sanapiah. 2001. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Fildes, Alistair. 2016. Normative compliance, legitimacy, and procedural justice. Griffith University. Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation of Culture. New York: Basic Books. Gong, T. And Stephen K. Ma (2012) . Preventing Corruption in Asia: Institutional Design and Policy Capacity. New York: Routledge Asia Series.
DAFTAR
Harisson, Lawrence E. dan Samuel P. Huntington (Ed.). 2006. Kebangkitan Peran Budaya. Bagaimana Nilai-nilai Membentuk Kemajuan Manusia. Jakarta: LP3ES.
PUSTAKA
John de Santo & Agus Cremers (ed). 1995. Tahap-tahap Perkembangan Moral .Yogyakarta: Kanisius Labelle, H (2009). Anti Corruption and the Sustainable Development Platform. Spradley, James P. 2006. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana. Transparency International’s Paper on the the ADB-OECD Anti-Corruption Initiative for Asia and the Pacific Regional Seminar on Political Economy of Corruption in Manila USAID (2005). An Anticorruption Reader: Supplemental Sources on Transparency, Accountability, Prevention, Enforcement and Education. Maryland: the IRIS Centre. Uslaner, E.M. (2005). Trust Culture and Corruption. Maryland: the IRIS Centre.