PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X IPA MAN GERUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PADA PEMBELAJARAN MATERI TRIGONOMETRI DENGAN MENERAPKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING
ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika
Oleh
UMU SALAMAH NIM. E1R012050
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2016
ii
iii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ARTIKEL SKRIPSI .
ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii ABSTRAK ..........................................................................................................
1
ABSTRACT ........................................................................................................
2
PENDAHULUAN ..............................................................................................
2
METODE PENELITIAN ....................................................................................
5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................................
6
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 12 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 13
1
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X IPA MAN GERUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PADA PEMBELAJARAN MATERI TRIGONOMETRI DENGAN MENERAPKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING Oleh Umu Salamah, Sripatmi, Hapipi Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, FKIP Universitas Mataram Email:
[email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas X IPA MAN Gerung tahun pelajaran 2015/2016 pada pembelajaran materi trigonometri dengan menerapkan model problem based learning. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat dan memuat empat tahap kegiatan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta analisis dan refleksi. Skor aktivitas belajar siswa pada siklus I pertemuan 1 dan 2 berturut-turut adalah 10,68 dan 11,01, pada siklus II pertemuan 1 dan 2 berturut-turut adalah 13 dan 13,67, pada siklus III pertemuan 1 dan 2 berturut-turut adalah 14,32 dan 15,00. Dengan kategori ativitas belajar siswa pada siklus I pertemuan 1 dan 2 serta siklus II pertemuan 1 adalah tinggi. Kemudian pada siklus II pertemuan 2 dan siklus III berkategori sangat tinggi. Rata-rata skor hasil evaluasi belajar siswa dengan persentase ketuntasan klasikal berturut-turut 42,86%, 85,71% dan 93,3%. Dengan demikian dapat disimpulkan, terjadi peningatan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas X IPA MAN Gerung tahun pelajaran 2015/2016 pada pembelajaran materi trigonometri dengan menerapan model problem based learning. Kata kunci: aktivitas belajar siswa, prestasi belajar siswa, model problem based learning
2
IMPROVE STUDENT’S ACTIVITY AND LEARNING ACHIEVMENT CLASS X IPA MAN GERUNG ACADEMIC YEAR 2015/2016 ON MATERIAL TRIGONOMETRY LEARNING BY APPLYING PROBLEM BASED LEARNING MODELS By Umu Salamah, Sripatmi, Hapipi Study Program of Mathematics Education Mathematics and Basic Science Education Departement, FKIP Mataram University Email:
[email protected] ABSTRACT The purpose of this research was to improve student’s activity and learning achievment class X IPA MAN Gerung academic year 2015/2016 on material trigonometry learning by applying problem based learning models. The type of this research was a Classroom Action Research (CAR) that would be held in three cycles. Every cycle carried out in accordance with lesson plan which has been made and contain four step that were planning step, implementation, observation and evaluation along with analysis and reflection. Student’s activity score on cycle I first meeting and second meeting in a row was 10,68 and 11,01, on cycle II first meeting and second meeting in a row was 13 and 13,67 and on cycle III first meeting and second meeting in a row was 14,32 and 15,00. With the student’s activity category on cycle I first meeting and second meeting along with cycle II first meeting was high. Then on cycle II second meeting and cycle III with category very high. Average score of student’s evaluation test with classical completeness percentage in a row was 42,86%, 85,71% and 93,3%. Therefore can be concluded that there was an improvement of student’s activity and learning achievment class X IPA MAN Gerung academic 2015/2016 on material trigonometry learning by applying problem based learning models. Keywords: student activity, student learning achievment, problem based learning models PENDAHULUAN Berdasarkan hasil survei yang dilaksanakan Program for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2012 menunjukkan bahwa siswa Indonesia yang memiliki kemampuan bagus di bidang matematika kurang dari satu persen [1]. Kenyataan tersebut menunjukkan kemampuan matematika siswa-siswa di Indonesia masih sangat kurang. Rendahnya kemampuan siswa di bidang matematika juga terjadi pada kelas X tahun pelajaran 2015/2016 di MAN Gerung.
3
Kemampuan siswa yang rendah tersebut berdampak pada prestasi belajar siswa. Menurut Harahap [2] prestasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum. Prestasi belajar itu sendiri dipengeruhi oleh beberapa hal diantaranya kecerdasan, sikap, motivasi, cara penyajian pelajaran, dan hubungan guru dengan siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas X, rendahnya prestasi belajar matematika siswa terjadi pada kelas X tahun pelajaran 2015/2016 di MAN Gerung. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa juga terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Hal tersebut terlihat dari rata-rata nilai dan ketuntasan klasikal ulangan harian semester genap tahun pelajran 2013/2014 dan 2014/2015 yang disajikan pada tabel berikut. Tabel 1 Data Rata-rata Nilai Ulangan Harian Semester Genap Pelajaran Matematika Kelas X Tahun Pelajaran 2013/2014 dan 2014/2015 No 1 2 3
Rata-Rata Nilai Ketuntasan Klasikal 2013/2014 2014/2015 2013/2014 2014/2015 59,46 % 75,80 % Logika dan Himpunan 71,80 73,62 Trigonometri 62,61 54,88 18,91 % 24,19 % Dimensi Tiga 66,84 68,82 29,73 % 45,16 % Sumber: Data Nilai Guru Matematika Kelas X MAN Gerung Materi
Dari tabel di atas terlihat bahwa materi trigonometri memiliki rata-rata nilai ulangan harian dengan ketuntasan klasikal paling rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa penguasaan siswa terhadap materi tersebut masih kurang. Guru matematika yang mengajar di kelas X memberikan informasi bahwa rendahnya prestasi belajar siswa pada materi trigonometri disebakan karena materi trigonometri baru dipelajari siswa dan siswa juga mengalami kesulitan dalam mengingat materi pra syarat untuk mengaitkan pemahaman siswa sebelumnya dengan yang akan dipelajari serta kesalahan-kesalahan siswa dalam menghitung. Hasil wawancara ini menunjukkan bahawa proses pembelajaran yang berlangsung belum berjalan secara maksimal.
4
Di samping itu, model pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh guru ketika mempelajari materi trigonometri masih kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Tidak ada aktivitas yang menuntut siswa mempelajari materi pelajaran yang mengarah pada pemecahan masalah. Model pembelajaran ini mengakibatkan rendahnya kemampuan siswa untuk menyerap dan memahami materi trigonometri. Berdasarkan hasil observasi selama melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di kelas X IPA MAN Gerung tahun pelajaran 2015/2016, aktivitas siswa masih berkategori rendah dan proses pembelajaran di kelas juga belum berjalan secara maksimal. Hal tersebut terjadi karena proses pembelajaran yang masih berpusat pada guru dengan menggunaakan metode konvensional yaitu metode ceramah, tanya jawab dan diskusi antar teman sebangku. Guru pelajaran matematika jarang memberikan apersepsi untuk mengaitkan pemahaman siswa sebelumnya dengan yang akan dipelajari hari ini, dan guru tidak menyimpulkan materi yang telah diajarkan. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan dalam proses pembelajaran salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat. Penerapan model pembelajaran yang tepat diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Salah satu model pembelajaran matematika yang mengutamakan proses belajar siswa, di mana tugas-tugas yang diberikan guru harus difokuskan untuk membantu siswa mempelajari materi pelajaran yang mengarah pada pemecahan masalah adalah model problem based learning [3]. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan [4] pembelajaran dengan menerapkan model problem based learning berpusat pada siswa, sementara guru berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa untuk secara aktif menyelesaikan masalah dan membangun pengetahuannya dengan berdiskusi antar anggota kelompoknya. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X IPA MAN Gerung Tahun Pelajaran 2015/2016 pada Pembelajaran Materi Trigonometri dengan Menerapkan Model Problem Based Learning” penting dilakukan.
5
METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model problem based learning pada pembelajaran materi trigonometri sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Penelitian tindakan kelas adalah proses pengkajian masalah pembelajaran di kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut [5]. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian bersiklus. Menurut Sujana [6] merumuskan 4 tahapan dalam penelitian tindakan kelas yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta analisis dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di MAN Gerung dengan subyek penelitian siswa kelas X IPA semester dua tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 30 orang. Faktor yang diteliti dalam penelitian ini yaitu faktor siswa dan faktor guru. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data aktivitas belajar siswa dan guru dengan menggunakan lembar observasi, serta data prestasi belajar siswa dengan memberikan tes essay secara individu kepada siswa pada akhir masing-masing siklus. Data yang diperoleh dari hasil penelitian tindakan kelas ini dianalisis dengan cara sebagai berikut. 1. Data Aktivitas Siswa dan Aktivitas Guru Data aktivitas siswa dan guru dianalisis dengan terlebih dahulu menghitung Skor Maksimal Ideal (SMI), Mean Ideal (MI) dan Standar Deviasi Ideal (SDI). Kemudian menentukan kriteria aktivitas siswa dengan pedoma skor standar sebagaimana dinyatakan dalam Nurkancana [7]. 2. Data Prestasi Belajar Siswa Untuk mengetahui prestasi belajar siswa, hasil tes belajar dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menentukan rata-rata nilai hasil tes dan menentukan ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatnya aktivitas dan prestasi belajar siswa dengan ketentuan aktivitas belajar siswa dikatakan meningkat apabila aktivitas
6
belajar siswa minimal berkategori tinggi. Prestasi belajar siswa dikatakan meningkat apabila tercapai ketuntasan klasikal
75% setelah diterapkan
model problem based learning. Siswa lulus secara individu jika nilai yang diperoleh minimal 70 sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran matematiak di MAN Gerung.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Adapun ringkasan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2 Ringkasan hasil penelitian siklus I, siklus II dan siklus III Aktivitas Belajar Siklus
Pertemuan 1 2 1 2 1 2
I II II
Skor
Kategori
10,68 11,01 13 13,67 14,32 15,00
Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi
Prestasi Belajar Persentase Rata-Rata Ketuntasan Nilai Klasikal 65,54
42,86%
84,14
85,71%
87,07
93,3 %
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa penerapan model problem based learning mampu meningkatkan aktivitas siswa yang sebelumnya berkategori rendah menjadi tinggi, namun masih banyak siswa yaitu sekitar 57,14% belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hal ini disebabkan karena masih terdapat kekurangan-kekurangan yang mengharuskan dilakukannya tindakantindakan
perbaikan
pada
siklus
II.
Kekurangan-kekurangan
tersebut
diantaranya beberapa siswa tidak terlibat aktif saat proses diskusi kelompok berlangsung, sebagian siswa belum memahami tahapan proses penyelesaian masalah pada LKS, sebagian siswa masih sulit mengerjakan soal evaluasi nomor 1 dan nomor 2. Adapun tindakan perbaikan yang dilakukan pada siklus II adalah mengatur ulang komposisi kelompok dengan mengelompokkan siswa yang tidak tuntas dengan siswa yang tuntas sehingga lebih beragam, posisi duduk
7
dalam kelompok diatur, membagikan LKS kepada masing-masing anggota dalam kelompok, guru lebih memperhatikan lagi pembagian peran dan kerjasama siswa dalam menyelesaikan masalah pada LKS, mengatur ulang model LKS yang diberikan kepada siswa dengan memberikan informasi yang lebih memadai pada LKS, pada saat menyampaikan langkah-langkah pengerjaan LKS guru menggunakan bahasa yang efektif dan memberikan soal evaluasi yang jauh lebih sesuai dengan indikator yang hendak dicapai serta guru lebih memperhatikan lagi penguasaan konsep yang dimiliki oleh siswa dengan memberikan lebih banyak lagi contoh soal dan latihan dengan soal yang lebih beragam. Adanya tindakan-tindakan perbaikan pada siklus II memberikan dampak terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa yang sebelumnya berkategori tinggi menjadi sangat tinggi pada pertemuan 2. Selain itu juga memberikan dampak terhadap peningkatan prestasi belajar siswa dengan ketuntasan klasikal 85,71%. Walaupun demikian masih terdapat kekurangankekurangan yang perlu dilakukan tindakan-tindakan perbaikan pada siklus III. Kekurangan-kekurangan tersebut adalah Interaksi dan kerjasama 2 kelompok siswa yaitu kelompok 2 dan kelompok 7 masih kurang optimal dan ada 4 orang siswa masih sulit dalam mengerjakan soal evaluasi siklus II. Hal ini disebabkan karena siswa belum memahami konsep relasi perbandingan trigonometri dan nilai perbandingan trigonometri sudut istimewa secara utuh. Adapun tindakan perbaikan yang akan dilakukan pada siklus III adalah mengatur ulang komposisi kelompok dengan memindahkan anggota kelompok 2 dan kelompok 7 ke kelompok yang semua anggotanya tuntas sehingga siswa dapat bekerjasama dengan baik dalam mengerjakan Lembar Kerja Siswa, guru lebih memperhatikan lagi pembagian peran dan kerjasama siswa dalam menyelesaikan
masalah
di
Lembar
Kerja
Siswa
serta
guru
lebih
memperhatikan lagi penguasaan konsep yang dimiliki oleh siswa dengan memberikan lebih banyak lagi contoh soal dan latihan dengan soal yang lebih beragam.
8
Aktivitas siswa yang sebelumnya berkategori rendah sebelum menerapkan model problem based learning menjadi sangat tinggi pada pertemuan 1 dan 2 siklus III karena dengan menerapkan model problem based learning siswa diberikan kesempatan untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang diberikan guru. Peningkatan kategori aktivitas siswa dengan menerapkan model problem based learning memberikan dampak terhadap peningkatan prestasi belajar siswa dengan ketuntasan klasikal 93,3%. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan tindakan pada siklus III ini. Walaupun demikian masih terdapat kekurangan-kekurangan pada siklus III ini. Kekurangan-kekurangan tersebut diantaranya siswa mengerjakan LKS pada pertemuan 2 lebih dari alokasi waktu yang ditentukan karena siswa mengalami kesulitan dalam menentukan posisi-posisi titik yang telah ditemukan pada bidang koordinat kartesius, menggambar grafik dan menganalisis grafik fungsi trigonometri. Hal-hal yang telah dilaksanakan dengan baik pada siklus III yaitu sebagian besar siswa sudah mampu melaksanakan tahapan-tahapan dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model problem based learning dengan baik, siswa bekerjasama dalam menyelesaikan masalah yang diberikan dan mampu menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 2. Pembahasan Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa skor aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan secara konsisten di setiap pertemuan. Dengan kata lain, terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menerapkan model problem based learning. Pencapaian skor aktivitas belajar siswa yang berkategori tinggi sejak siklus I pertemuan 1 disebabkan karena di setiap tahap model problem based learning siswa diharuskan untuk bekerjasama dengan anggota kelompoknya untuk memecahkan masalah yang disajikan guru. Hal ini juga sesuai dengan yang diungkapkan oleh Trianto [8] yang menyatakan salah satu ciri utama pendekatan pembelajaran berbasis masalah adalah adanya sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Dalam proses pemecahan masalah guru bertindak
9
sebagai pembimbing jika siswa menemukan kesulitan dalam memecahkan masalah baik individu maupun kelompok. Dengan menerapkan model problem based learning siswa tidak hanya mendengarkan, melihat, mencatat, dan menghafal materi pelajaran, tetapi siswa aktif berfikir, berkomunikasi, mencari, mengolah data, menyimpulkan dan mengkomunikasan hasil diskusi kelompoknya dengan baik. Adanya kegiatankegiatan tersebut membuat aktivitas siswa tinggi dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, dalam menerapkan model problem based learning guru harus mampu berperan sebagai pemberi tugas, pembimbing kegiatan siswa dan penuntun arah belajar siswa [3]. Semua aktivitas siswa tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat yang menyatakan tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas [9]. Ketika aktivitas siswa tinggi dalam proses pembelajaran, maka ia memiliki ilmu pengetahuan itu dengan baik [10]. Pendapat ini di dukung oleh hasil penelitian yang diperoleh pada siklus I yang mencapai persentase ketuntasan klasikal 42,86%. Walaupun belum mencapai indikator kerja, akan tetapi persentase ketuntasan klasikal yang mencapai 42,86% telah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan persentase ketuntasan belajar klasikal pada pembelajaran materi trigonometri tahun pelajaran 2013/2014 dan 2014/2015 yang hanya mencapai 18,91% dan 24,19%. Untuk memenuhi indikator kerja pada siklus selanjutnya maka dilakukan perbaikan beberapa tindakan pada siklus II seperti mengatur ulang komposisi kelompok dengan mengelompokkan siswa yang tidak tuntas dengan siswa yang tuntas sehingga lebih beragam dan posisi duduk siswa dalam kelompok diatur yaitu siswa yang berkemampuan rendah dengan siswa yang berkemampuan lebih. Selanjutnya guru membagikan LKS kepada masingmasing anggota dalam kelompok. Serta guru lebih memperhatikan lagi pembagian peran dan kerjasama siswa dalam menyelesaikan masalah pada LKS. Perbaikan lain yang dilakukan adalah mengatur ulang model LKS yang diberikan kepada siswa dengan memberikan informasi yang lebih memadai pada LKS serta guru menyampaikan langkah-langkah pengerjaan LKS
10
menggunakan bahasa yang efektif. Tindakan perbaikan lain yang dilakukan adalah dengan memberikan soal evaluasi yang jauh lebih sesuai dengan indikator yang hendak dicapai dan guru lebih memperhatikan lagi penguasaan konsep yang dimiliki oleh siswa dengan memberikan lebih banyak lagi contoh soal dan latihan dengan soal yang lebih beragam. Dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I berdampak positif pada peningkatan prestasi belajar siswa dengan persentase ketuntasan klasikal mencapai 85,71% pada siklus II dan 93,3% pada siklus III. Persentase ketuntasan klasikal mencapai 93,3% pada sikuls III disebabkan karena adanya perbaikan yang dilakukan secara bertahap dan terus menerus terhadap kekurangan-kekurangan
yang ditemukan. Adapun
perbaikan-
perbaikan tindakan yang dilakukan pada siklus III antara lain mengatur ulang komposisi kelompok dengan memindahkan anggota kelompok 2 dan kelompok 7 ke kelompok yang semua anggotanya tuntas sehingga siswa dapat bekerjasama dengan baik dalam mengerjakan Lembar Kerja Siswa. Guru lebih memperhatikan
lagi
pembagian
peran
dan
kerjasama
siswa
dalam
menyelesaikan masalah di LKS, serta guru lebih memperhatikan lagi penguasaan konsep yang dimiliki oleh siswa dengan memberikan lebih banyak lagi contoh soal dan latihan dengan soal yang lebih beragam khususnya pada 4 orang siswa yang tidak tuntas. Sehingga terjadi peningkatan persentase ketuntasan klasikal pada siklus I, II dan III dengan konsisten yang menunjukkan bahwa penerapan model problem based learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Hosnan [4] tahapan-tahapan PBL yang dilaksanakan secara sistematis berpotensi dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dan sekaligus dapat menguasai pengetahuan yang sesuai dengan kompetensi dasar tertentu. Secara individual terdapat 2 orang siswa yang tidak pernah tuntas dari siklus I, II dan III. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah rendahnya aktivitas siswa tersebut dalam mencari informasi untuk mengatasi permasalahan pada LKS yang diberikan sehingga berakibat pada
11
kurangnya pemahaman konsep siswa secara utuh. Rendahnya pemahaman konsep siswa membuat siswa mengalami kesulitan saat mengerjakan soal-soal evaluasi. Guru telah berusaha melakukan tindakan perbaikan dengan mengatur ulang komposisi kelompok dan membagikan LKS kepada masing-masing anggota kelompok agar setiap siswa bisa terlibat aktif saat pelaksanaan diskusi mencari solusi dari masalah yang diberikan. Namun, tidak pernah tuntasnya 2 orang siswa tidak mempengaruhi indikator keberhasilan dalam penelitian ini. Pada siklus III juga masih ditemukan kekurangan-kekurangan seperti siswa mengerjakan LKS pada pertemuan 2 lebih dari alokasi waktu yang ditentukan karena siswa mengalami kesulitan dalam menentukan posisi-posisi titik yang telah ditemukan pada bidang koordinat kartesius, menggambar grafik dan menganalisis grafik fungsi trigonometri. Hal ini disebabkan karena siswa belum terlalu paham dengan apersepsi tentang menggambar grafik fungsi. Untuk mengatasinya guru dapat memodifikasi alokasi waktu pada perencanaan pembelajaran, tindakan lain yang dapat dilakukan guru adalah memberikan rangsangan berupa pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk mengingat materi
yang
telah
dipelajarinya.
Adanya
kekurangan-kekurangan
ini
diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru atau peneliti selanjutnya agar dapat menciptakan suatu kegiatan pembelajaran yang lebih optimal dengan menerapkan model problem based learning tanpa kekurangankekurangan yang berarti. Aktivitas belajar siswa sebelum penerapan model problem based learning memiliki kondisi yang berbeda. Berdasarkan hasil observasi sebelum penelitian dilaksanakan, aktivitas belajar siswa berkategori rendah dan ketuntasan belajar klasikal pada materi trigonometri tahun pelajaran 2013/2014 dan 2014/2015 hanya mencapai 18,91% dan 24,19%. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa dengan menerapkan model problem based learning. Penerapan model problem based learning dengan optimal telah membuat aktivitas siswa tinggi dalam proses pembelajaran yang memberikan dampak positif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Peningkatan
12
prestasi belajar siswa ini tidak terjadi tanpa kendala. Namun terdapat beberapa kendala, salah satunya yaitu membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga dalam menerapkan model problem based learning ini dibutuhkan perencanaan dan persiapan yang matang terutama dalam mengalokasikan waktu belajar agar proses pembelajaran dapat berjalan optimal. Guru harus bisa memberikan bimbingan secara merata kepada siswa dan tentunya diperlukan penguasaan kelas yang baik saat proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, berdasarkan uraian di atas maka dengan menerapkan model problem based learning dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa pada pembelajaran materi trigonometri kelas X IPA MAN Gerung tahun pelajaran 2015/2016.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan penelitian ini adalah terjadi peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas X IPA MAN Gerung tahun pelajaran 2015/2016 pada pembelajaran materi trigonometri dengan menerapkan model problem based learning . Hal ini terlihat dari peningkatan skor aktivitas belajar siswa secara konsisten dari 10,68 dengan kategori tinggi pada siklus I pertemuan 1 menjadi 15,00 dengan kategori sangat tinggi pada siklus III pertemuan 2. Begitu juga dengan ketuntasan belajar secara klasikal siswa yaitu 93,3% siswa memperoleh skor minimal 70. Adapun saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti dari hasil penelitian ini adalah: 1. Dalam menerapkan model problem based learning guru harus memperhatikan setiap tahapan model pembelajaran ini agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan optimal sehingga dapat meningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa. 2. Bagi guru, model problem based learning dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran di kelas dan menambah pengalaman bagi guru sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. 3. Bagi sekolah, diharapkan dengan adanya keberhasilan penelitian ini dapat
13
memberikan
masukan
bagi
pihak
sekolah
untuk
mempertimbangkan
menerapkan model problem based learning atau model pembelajaran lain yang memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
menemukan
sendiri
pengetahuannya sehingga dapat meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. 4. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melaksanakan penelitian dengan menerapkan model problem based learning agar pelaksanaan lebih maksimal diharapkan untuk lebih dapat mengontrol siswa dalam proes pembelajaran, memberikan bimbingan semaksimal mungkin ketika diskusi kelompok berlangsung dan memperhatikan langkah-langkah perbaikan yang dilakukan dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA [1] Kiswanto, E. Survei Kualitas Pendidikan Anak Memasuki Tahap Endline pada http://www.cpps.or.id/content/survei-kualitas-pendidikan-anakmemasuki-tahap-endline dikutip pada 31 November 2015 pukul 15.18 wita. [2] Hamdani. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. [3] Afifi, J. 2012. Inovasi-inovasi Kreatif Manajemen Kelas & Pengajaran Efektif. Jakarta: Diva Press. [4] Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21 Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Ghalia Indonesia. [5] Sanjaya, W. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana. [6] Sujana, M. 2010. Workshop Penelitian Tindakan Kelas. Mataram: Arga Puji Press. [7] Nurkancana, W. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional. [8] Trianto. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual. Jakarta: Prenadamedia Group. [9] Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo. [10] Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.