Dinamika, Vol. 4, No. 1, Juni 2001:39 – 52 PENELITIAN TEHNOLOGI PEMBELAJARAN Oleh: Salamah Abstrak Penelitian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh informasi atau temuan yang dapat digunakan sebagai wahana pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (Ipteks), pengembangan kelembagaan maupun penunjang pelaksanaan pembangunan. Dalam usaha pengembangan dan peningkatan teknologi pembelajaran salah satu penyelesaian masalah menggunakan cara-cara pengalaman, penalaran dan penelitian. Bidang studi akan berkembang apabila didukung oleh penelitian yang dilakukan secara terus menerus. Untuk dapat menyatukan teori dengan kenyataan teknologi pembelajaran perlu diadakan penelitian. Masalah penelitian teknologi pembelajaran bersumber dari kawasan teknologi pembelajaran yng meliputi fungsi pengelolaan, fungsi pengembangan, sumber belajar dan si belajar. Tujuan penelitian teknologi pembelajaran adalah mengungkapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang bersifat prespektif dan untuk memverifikasi dan membangun teori pembelajaran kognitif. Metode penelitian teknologi pembelajaran dengan cara eksperimen, historis, diskriptif, etnometodologis dan evaluasi. Variabel-variabel pembelajaran diklarifikasikan tiga yaitu kondisi pembelajaran, metode pembelajaran dan hasil pembelajaran. Metode analisis data menggunakan metode metode kuantitatif dan kulitatif. Manfaat hasil penelitian teknologi pembelajaran berguna bagi pengembangan, peningkatan dan penyempurnaan teknologi pembelajaran untuk mencapai hasil pembelajaran. Kendala penelitian dalam teknologi meliputi tiga hal yaitu tolok ukur yang dituntut oleh pimpinan peneliti, luasnya garapan atau lingkup dari teknologi pembelajaran dan pembatasan keluasan lingkup. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian teknologi pembelajaran harus diacu pada usaha pengembangan, peningkatan dan penyempurnaan disiplin ilmu serta layanan dalam bentuk penciptaan produk dan prosedur proses pembelajaran. Penelitian teknologi pembelajaran yang solid akan menghasilkan teori praktek pembelajaran yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan belajar.
Pendahuluan Latar Belakang Masalah Penelitian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh informasi atau temuan yang dapat digunakan sebagai wahana pengembangan ilmu pengetahuan, tehnologi, dan seni (IPTEKS), pengembangan kelembagaan, maupun penunjang pelaksanaan pembangunan. Penelitian mempunyai peranan yang khas apabila dikaitkan dengan kegiatan tertentu (Yuyun S. Suriasunumtri, 1994 : 1). Aspek-aspek penelitian seperti bentuk penelitian, perumusan masalah, kajian teori, proses pengumpulan data dan analisis data, serta penyajian laporan penelitian. Dalam usaha pengembangan dan peningkatan tehnologi pembelajaran, pasti ada permasalahan yang timbul. Untuk memecahkan masalah tersebut ditempuh cara-cara : pengalaman, penalaran, dan penelitian (WaytmArdhana, 1992 : 3). Dinyatakan pula bahwa cara
yang paling baik adalah penelitian karena merupakan perpaduan antara pengalaman dan penalaran. Penelitian memiliki tiga ciri pokok, yaitu (1) bersifat sisrimatik dan terkontrol yang mendasarkan cara kerjanya pada penalaran induktif dan dedukatif, (2) bersifat empirik, artinya dalam menguji kesahihan penelitian berpaling pada pengalaman, dan (3) mengoreksi diri sendiri artinya terbuka diperiksa oleh orang lain apabila sendiri artinya terbuka diperiksa oleh orang lain apabila kemungkinan membuat kesalahan (Wa-ytm Ardbtma, 1992 : 3). Bidang studi hanya akan dapat berkembang bilamana didukung oleh penelitian yang dilakukan secara terus menerus (Yusufhadi Miarso, 1992 : 4). Termasuk juga penelitian tehnologi pembelajaran, memiliki ciriciri tersebut dan sebagai bidang yang perlu diteliti karena terjadi kesenjangan fakta di dalam fenomena kehidupan. Clark (1983) telah mengkaji hasil-hasil penelitian dalam tehnologi pembelajaran berdasar kajian historis ditemukan kesenjangan yakni didalam penelitian tehnologi pembelajaran belum mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat. Oleh sebab itu agar dapat menyatukan teori dengan kenyataan, tehnologi pembelajaran perlu untuk diteliti. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut : apa saja permasalah penelitian tehnologi pembelajaran, tujuannya, metodenya, model penelitianya, manfaatnya dan kendala apa yang ada dalam penelitian tehnologi pembelajaran, akan dibahas kemudian. Pembahasan Permasalahan penelitian TEP masalah atau pertanyaan penelitian pada umumnya dijadikan titik awal kegiatan penelitian. Untuk menemukan masalah yang urgen untuk penelitian, langkah-langkah pemikiran yang perlu dikembangkan adalah : (1) mendalami bidang keilmuan yang akan dikaji (kajian substansial), (2) Setelah mendalami maka akan mengetahui masalahmasalah substansif keilmuan dan (3) menyeleksi masalah yang urgen diteliti (Sunarto, 1993:5). Tehnologi pembelajaran adalah bagian dari tehnologi pendidikan berdasar atas konsep bahwa pembelajaran (instruction) adalah bagian dari pendidikan. Tehnologi pembelajaran adalah proses yang komplek dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi, untuk menganalisa masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah dalam situasi dimana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol (AECT, 1997 : 3). Gentry mendifinisikan tehnologi pembelajaran sebagai penerapan secara sistimatis strategi-strategi dan tehnik-tehnik yang diambil dari konsep-konsep ilmu perilaku dan ilmu-ilmu yang bersifat fisik serta pengetahuan lain untuk keperluan pemecahan masalah-masalah pembelajaran (Gentri, 1991 : 47). Dengan demikian penelitian dalam TEP harus mengacu pada pengertian TEP. Penelitian dalam TEP tidak dapat terlepas pula dari : (1) falsafah dan landasan ilmiah yang menunjangi keberadaannya, (2) unsur-unsur dasar yang membentuknya, dan (3) arah perkembangan dan kegunaannya (Tusufhadi Miarso, 1993:1). Pemilihan masalah penelitian yang khas pada lingkungan TEP dapat bersumber dari kawasan tehnologi pembelajaran dari AECT yaitu : (1) fungsi pengelolaan (pembelajaran), mengenai pengelolaan organisasi dan personalia yang mengacu pada fungsi pengembangan dalam rangka pemecahan persoalan belajar, (2) fungsi pengembangan (pembelajaran), yang meliputi tentang teori-teori dasar pembelajaran, produksi prototipe dan sumber-sumber belajar, evaluasi dan selelcsi sumber belajar, penyediaan logistik belajar dan pemanfaatan sumber belajar, 1(3) sumber belajar, yang mengenai pesan, manusia, bahan, peralatan, tehnik/metode dan latar, (4) si belajar sendiri terutama reaksi pengaruh, kondisi, dari yang bersaiigkutan terhadap
stimulasi yang berupa sumber belajar untuk memecahkan persoalan belajar. Penelitian TEP untuk mencari pemecahan masalah diindentifikasi melalui fungsi pengembangan pembelajaran yang meliputi riset teori, desain, produksi, evaluasi, pemilihan, pemanfatan dan penyebarluasan pemanfaatan (AECT, 1977 ; 3) menurut Iskandar Wiryokusumo (1992) dalam melaksanakan fungsi pengembangan langkah-langkahnya : didahului dengan risert-teori, ditata dalam suatu disains, "ada" kan atau diproduksi dan di evaluasi. Landasan penelitian TEP dapat menperhatikan pokok pikiran yang bersifat menyeluruh/suatu sistem, berorentasi masa kini dan yang akan datang, berorentasi pada proses dan produk, berorentasi teoritik tidak hanya praktis, dan konsenten dengan dunia pembelajaran. Disamping landasan tersebut juga harus memperhatikan makna dari definisi tehnologi pembelajaran yakni mempunyai unsur-unsur bahwa (1) kegiatan yang berupa proses (bukan hanya produk, (2) yang komplek dan terpadu (yang satu dengan yang lain saling terkait dan terintegrasi, (3) melibatkan peralatan, manusia, konsep dan ide 'serta prosedur dan organisasi (AEST, 1977:1) Jadi jelas batas-batas yang harus diambil oleh peneliti-peneliti di bidang TEP. Tidak hanya meneliti hanya produk saja sasaran/obyek yang terlepas/sendiri-sendiri dan harus ada komponen lain yang terlibat, serta harus bergerak dibidang pemacahan masalah belajar manusia. Jelas pula esensi permasalah TEP terletak pada komponen sistem pembelajaran atau permasalah yang ada pada kawasan TEP, dan permasalahan ini yang merupakan ciri khas dari penelitian TEP dengan penelitian non TEP. Tujuan Penelitian TEP Tujuan penelitian dalam setiap disiplin iknu pengetahuan adalah untuk menemukan sesuatu. Hasrat ingin tahu kita mendorong kita bekerja untuk menemukan sesuatu. Setidaknya ada dua tujuan yang melandasi orang dalam melakukan penelitian yaitu hasrat ingin tahu dan untuk memberikan penjelasan, Dalam tehnologi pembelajaran penelitian-penelitian antara lain untuk memperoleh penjelasan. Misalnya mengapa suatu metode berhasil sedangkan metode lainnya gagal ? Penelitian semacam ini akan menghasilkan suatu teori yang dinamakan teori diskriptif yang merupakan ciri khas ilmu alamiah (Wayam Adhana, 1992 : 4) ada tiga tujuan pokok penelitian : (1) memaparkan/mendiskripsikan, (2) mengkaji perbedaan dan (3) mengkaji hubungan (Hardjono, 1992:47). Para ilmuwan dalam TEP lebih puas kaiau penjelasan-penjelasan yang mereka temukan dapat diterapkan untuk memecahkan masalah-raasalah praktis dalani pembelajaran. Dalam hal ini tujuan utama penelitian TEP adalah menghasilkan teori preskripsif. Teori preskriptif adalah seperangkap prinsip yang terintegrasi yang menyatakan metode apa yang harus digunakan kalau hasil yang dicapai dan kondisi pengajaran ditentukan {Wayan Ardhtma, 1992 : 4). Penelitian ini menuntut agar kita harus berusaha mencari faktor-faktor yang cukup dalam usaha untuk mewujudkan peristiwa belajar. Penelitian TEP perlu melakukan penelitian yang bertujuan mengungkapkan prinsipprinsip pembelajaran yang bersifat reskriptik untuk membangun teori-teori belajar yang utuh dan stabil. Tujuan lain dari penelitian TEP adalah untuk menemukan memverifikasi dan membangun teori pembelajaran kognitif. Dalam mencari tujuan itu perlu studi mengenai proses-proses kognitif dasar, kemampuan-kemampuan manusia strategi belajar dan kontribusi pembelajaran terhadap keberhasilan dan kegagalan berbagai metode dan tehnologi yang kita pergunakan dalam proses pembelajaran. Pada prinsipnya penelitian TEP adalah mencari jalan keluar pemecahan permasalahan tehnologi pembelajaran.
Metode Penelitian TEP Metode penelitian sebagai metode ilmiah dilandasi oleh asumsi-asumsi yang menjadi dasar keyakinan ilmiah. Dari empat fungsi yaitu (1) diterminisme artinya setiap kejadian ditentukan oleh kejadian lain (2) emperisme, yang berarti jenis pengetahuan dapat diandalkan lewat pengalaman (3) keringkasan yang artinya bahwa gejala harus dapat dijelaskan secara ringkas dan ekonomis, dan (4) generalitas, yang pada dasarnya merupakan hubungan problematik antara contoh-contoh kongkrit dan hal-hal umum yang abstrak yang menghasikan dua teori yang bersifat rasional dan empirik (Wayan Ardhana, 1992: 1). Heinich (1986) menyebutkan bahwa jenis penelitian TEP yang penting dilakukan adalah penelitian yang mengarah pada masalah-masalah grafis dalam konteks dunia nyata yang tidak dikendalikan. Penekananya terletak pada penerapan pengetahuan untuk memecahkan masalahmasalah menonjol dalam fungsi pembelajaran. Metode penelitian TEP diperlukan untuk menemukan pembuktian hipotesis atau menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang tehnologi pembelajaran. Dalam usaha menjawab pertanyaan tersebut dan juga untuk mengembangkan disiplin ilmunya, tehnologi pembelajaran terorentasi pada model paradigma penelitian. Paradigma penelitian yang diajukan Griskoll ada 8 yaitu (1) eksperiment (2) kuadi eksperiment, (3) meta analisi, (4) studi kasus/etnografi, (5) evaluasi berdasar sistim-sistem based, (6) kocst/efectiviness, (7) pengembangan model, dan, (8) pengembangan tehnik (Anglin, edt: 1312). Sedangkan Wayan Ardha (1993) menyebutkan paradigma penelitian TEP adalah historis, diskriptip, eksperiment, penomenologis (penampakan gejala), etno metodologis dan evaluasi dari paradigma-paradigma diatas memberi gambaran masalah mana yang akan diteliti dan bagaimana penelitian itu akan berlangsung. Didalam memilih metode-metode penelitian tergantung apa masalahnya, semua metode tidak ada yang lebih baik atau lebih jelak, semua sama, tinggal bagaimana menggunakan tepat atau tidak. Yang penting apapun jenis metode penelitian TEP harus disiplin dan ketat (Wayan Ardhana, 1993 : 8). Dalam pengembangan tehnologi pembelajaran semua jenis penelitian yang dilaksanakan dengan baik akan memberi sumbangan akan mencapai tujuan. Variabel-variabel pembelajaran diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) ; (1) kondisi pembelajaran, (2) metode pembelajaran, dan (3) hasil pembelajaran (Reiguluth, 1979 : 5 - 24). Penelitian TEP variabel kondisi dan metode pembelajaran merupakan variabel bebas, sedang hasil pembelajaran merupakan variabel tergantung {Degeng, 1992 : 26). Kombinasi dari dua variabel ini oleh Clark dan Sugrue dapat dirumuskan dalam 4 issue penelitian yakni : isu tingkah laku, isu kognitif, isu sikap dan isu ekonomis. Hendaknya penelitian TEP memulai dengan isuisu yang ada dengan segala alternatif yang ada. Model penelitian pada dasarnya sama dengan model penelitian pendidikan yaitu harus berorentasi kepada bentuk permasalahan yang dihadapi masa kini dan mengantisipasi keadaan yang akan datang, baik jangka pendek, maupun jangka panjang. Model penelitian TEP antara lain adalah model ekslanasi yang dikenal sebagai penelitian deskriptif, penelitian prediksif, merupakan upaya untuk menunjukkan masa depan berdasar kejadian saat ini, penelitian evaluatif untuk menunjukkan posisi tehnologi pembelajaran yang benar dan manfaatnya yang tepat dalam dunia pembelajaran (pendidikan), penelitian pengembangan yang dilakukan dengan ekprerimen dan uji coba {Suna-rto, 1993:8). Dari berbagai jenis model penelitian tersebut dapat dikembangkan dengan bertoiak dari munculnya sebuah pertanyaan penelitian atau adanya masalah yang perlu dipecahkan.
Pertanyaan ini timbul karena terjadi kesenjangan fakta di dalam fenomena kehidupan. Jadi model penelitian TEP sulit untuk ditentukan secara khusus, yang penting harus mengacu kepada tujuan dan masalah yang diprioritaskan bagi kepentingan tehnologi pembelajaran. Pembahasan landasan teori dukungan teoritik dalam penelitian TEP adalah berdasar teoriteori tentang tehnologi pembelajaran, hasil-hasil penelitian terdahulu, dan sumber-sumber terkiat, merupalcan landasan teori atau kerangka teoritik dalam menyusun hipotesis atau pertanyaan penelitian yang dapat diberi arah penelitian untuk menuju kepada kesimpulan penelitian. — Prinsip formal dalam penelitian sama sifatnya dan tujuannya, tetapi secara ^material penelitian TEP memiliki sumber yang berbeda. Landasan teori ini mengacu kepada sistem, terintrograsi proses dan produk masa kini dan yang akan datang, teoritik dan praktis tentang teknologi pembelajaran (Iskandar Wiryokusumo, 1992: 40-41). Metode pengumpulan data penelitian TEP dapat menggunakan metode angket, interview atau dokumentasi dan juga observasi. Dengan observasi misalnya, penelitian akan mendapatkan data yang lebih akurat daripada menggunakan metode angket. Sebab apa dan bagaimana data yang sesungguhnya pada proses dan produk teknologi pembelajaran akan diamati secara seksama. Metode tes lebih tepat daripada metode dokumentasi untuk mentes hasil belajar, sebab dengan metode tes yang berstandar atau yang sudah dibuktikan validitas dan reliabilitas akan menunjukkan hasil pembelajaran yang lebih akurat. Metode analisis data menggunakan metode kuantitatif dan atau kualitatif atau perpaduan antar keduanya pada penelitian TEP udak ada perbedaan hasil. Pada prinsipnya dengan metode analisis data yang tepat akan dapat ditarik kesimpulan penelitian yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan. Manfaat Hasil Penelitian TEP Manfaat penelitian adalah fungsi epistemologis yang bertugas melakukan eksplanasi, eksplorasi, prediksi, evaluasi dan pengembangan IPTEKS (Sunarto, 1993: 6). Manfaat hasil penelitian atau TEP akan berguna bagi pengembangan, peningkatan, dan penyempurnaan teknologi pembelajaran untuk mencapai hasil pembelajaran. Hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu: (1) keefektifan (effectiveness), (2) effisiensi (efficiency) dan (3) daya tarik (apeal) (Degeng, 1992 : 17). Keefektifan pembelajaran diukur dengan tingkat pencapaian si belajar, adapun aspek-aspek untuk mepreskripsikan adalah kecermatan penguasaan yang dilakukan, kecepatan untuk kerja, tingkat retensi dari apa yang dipelajari. Efisiensi pembelajaran biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan jumlah waktu yang dipakai si belajar dengan hasil yang diperoleh dan atau biaya yang digunakan. Daya tarik pembelajaran diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untuk terus belajar. Kendala Penelitian TEP Setiap menjalankan suatu kegiatan tidak bisa lepas pula dengan adanya kendala. Dalam penelitian TEP kendala itupun ada. Oleh Hanafin (1991) ada 3 (tiga) macam hambatan pokok dalam penelitian TEP : (1) implicit publication satandarus yaitu toiok ukur yang dituntut oleh para penerbit atau pimpinan penelitian yang kadang-kadang kurang realisrik. Hal ini mungkin disebabkan adanya tuntutan atau selera "pasar", subyektifitas, atau paradigma kaku yang diikuti, (2) expanded role of instructional technology yaitu semakin meningkatnya atau semakin luasnya garapan atau lingkup dari TEP ini. Hal-hal menjadi bidang garapannya, (3) commitmant of research adanya perjanjian untuk membatasi keluasan dan lingkup dari suatu riset, menyebabkan tidak menjadi bebas. Hal ini juga mungkin tergantung dari macam paradigma dan dipergunakan.
Kesimpulan Penelitian TEP harus diucapkan pada usaha peiigembangan, peningkatan dan penyempurnaan disiplin tersebut sebagai disiplin ilmu serta pada layanan yang berupa piranti dan atau prosedur proses pembelajaran. Penelitian TEP yang solid dapat menghasilkan teori praktek pembelajaran yang efektif dan efisien dalam mancapai sasaran dan tujuan belajar. DAFTAR PUSTAKA AECT. ( 1977), Definisi tehnologi pendidikan, Jakarta : PAU. Ardhana, Wayan. (1992), Konsep metode penelitian dalam tehnolqgi pembelajaran dan penelitian th.I no 1 IKJP Malang Clark, RE. (1983), Reconsidering research on learning from media, review of education research on learning from media, review of educational research. 53 (4) 445-446. Degeng, I Nyoman, (1992). Klasifikasi variabel untuk keperluan penelitian dan pengembangan teori pembelajaran, Jurnal : Teknologi Pembelajaran Teori dan Penelitian Th. I no. IIKIP Malang. Gentry, Cass, G. (1991). Educational technology : a question of meaning, dalam Anglin Garry. J. (ed). Instructional Technology : Past, Present and Future, Englewood : Libraries Unlimited. Inc. Hanafin, Michael J. (1986). The status of future research in instructional design and technology. Journal: of Instructional Development, 8 (3), 24-25. . Iskandar Wiryokusumo, (1986). Dimensi penelitian di dalam teknologi pembelajaran. Jurnal : Teknologi Pembelajaran Teori dan Penelitian Th. I No. I IKIP Malang. ________, (1993), Bidang penelitian TP. Makalah, IKIP Surabaya. Suhardjono. (1992). Rancangan penelitian di bidang teknologi pembelajaran. Jurnal : Teknologi Pembelajaran Teori dan Peneliltian TH. I No. I IKIP Malang. Sunarto, (1993). Model penelitian pengembangan teknologi pendidikan. Makalah : IKIP Surabaya. Yusufhadi Miarso. (1993). Beberapa catatan mengenai penelitian teknologi pendidikan. Makalah : IKIP Surabaya. Yuyun Suria Sumantri. (1994). Ke arah diversi fisika kegiatan penelitian. Makalah : IKIP Jakarta.