Racmi Volume 05. No. 01. Mei 2006 PERANAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP PERILAKU PENGAJARAN Oleh: Salamah* Abstrak Guru sebagai pelaksana pendidikan merupakan faktor manusia yang diperkirakan paling besar pengaruhnya terhadap hasil pendidikan. Keberhasilan pendidikan tergantung pada perilaku guru dalam melaksanakan tugas-tugas pengajaran. Upaya peningkatan perilaku pengajaran guru dilakukan melalui peningkatan kemampuan teknis saja, padahal perlujuga faktor-faktor psikis guru pula juga mendapat perhatian. Tulisan ini mengangkat bagaimana peran motivasi berprestasi guru terhadap perilaku pengajaran. Di sini dibahas tentang motivator berprestasi guru dan perilaku pengajaran serta sejauhmana peran motivasi berprestasi guru terhadap perilaku pengajarannya. A. Pendahuluan Guru sebagai pelaksana pendidikan merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap hasil pendidikan guru mengemban tanggung jawab operasional pengajaran, sedangkan unsur-unsur lainnya adalah penunjang kelancaran tugas guru dalam mencapai tujuan. Unsur-unsur meningkatkan kemampuan secara teknis guru sudah banyak dilakukan melalui berbagai penataran, lokakarya, seminar dan lain sebagainya, namun keluhan-keluhan masyarakat tentang ketidakpuasan terhadap guru masih banyak bermunculan. Hal demikian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan teknis tidaklah menjamin keberhasilan guru. Pada tulisan ini kita akan mencoba membahas bagaimana faktor psikis (non teknis) dalam menunjang tugas-tugas guru dalam perilaku pengajaran yaitu tentang peranan motivasi berprestasi guru dalam perilaku pengajaran. B. Pengertian Tentang Motivasi Berprestasi Untuk mengkaji motivasi berprestasi perlu terlebih ditinjau motivasi itu sendiri motivasi sebagai kemauan untuk melakukan sesuatu (will to do) (Hersey dan Blauchard, 1996:16) sedangkan Houston merumuskan motivasi sebagai faktor yang menjadikan perilaku bekerja dengan inisiatif, terarah, intensif dan gigih. (Houston, 1995:5). Teori motivasi yang dikemukakan oleh Maslow diklasifikasikan motivasi menurut hierarki kebutuhan dimana bila suatu kebutuhan telah terpenuhi, kebutuhan tersebut tidak lagi merupakan motivator (Hersey, 1996:32). Dari berbagai teori motivasi dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi pada umumnyaterjadi karena kebutuhan. Jadi motivasi merupakan dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu. Dengan demikian motivasi berprestasi adalah dorongan untuk memenuhi kebutuhan berprestasi. Motivasi berprestasi pertama-tama dikemukakan oleh McClelland yang didasarkan dari hasil penelitian selama lima tahun bahwa motivasi berprestasi adalah suatu keinginan untuk bekerja dengan baik, tetapi untuk mencapai perasaan keberhasilan diri (McClelland, 1993:76). Motivasi berpestasi itu bersumber dari dalam diri individu dan mendorong individu tersebut untuk mencapai keberhasilan. Bentuk keberhasilan yang diinginkan adalah keberhasilan dalam kompetisi dengan standar terbaik. Dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan bahwa motivasi beiprestasi adalah suatu keinginan atau kebutuhan dari dalam diri individu untuk mencapai. Hasil terbaik sesuai pendapat Atkinson bahwa kecenderungan berprestasi dapat dijadikan dalam formula Ts = MsXPsxIs (Atkinson, 1988:12)Ts (Tendecy of Success) adalah kekuatan kecenderungan untuk berprestasi, MS (Motive to Achieve Success) ialah perbedaan-perbedaan bentuk sukses yang diinginkan atau disenangi individu, PS (Probability of Success) diistilah juga expectency of success merupakan tinggi rendahnya pengharapan individu untuk mencapai kesuksesan, sedangkan Is (Incentive value of success) adalah nilai insentif kesuksesan bagi individu. Motivasi berprestasi guru dalam pembahasan ini menggunakan indikator-indikator sebagai berikut (1) motif keberhasilan yang meliputi benruk-bentuk keberhasilan yang diinginkan oleh individu; (2) nilai insentif keberhasilan yang merupakan nilai-nilai yang dianut individu terhadap insentif baik insentif berupa materi maupun penghargaan; dan (3) pengharapan keberhasilan yang merupakan tinggi rendahnya penghargaan individu dalammencapai keberhasilan. Individu yang memiliki motivasi berprestasi. Memiliki ciri-ciri kepribadian dan perilaku bekerja yang berorientasi pada prestasi. Disebutkan oleh McClelland mengasosiasikan motivasi berprestasi itu sebagai Virus Metal yang bila berjangkit pada seseorang akan mengakibatkan orang ituberprilaku yang sangat energetik dalam bekerja (McClelland, 1971:31). Didukung oleh House dan Kerr bahwa individu yang punya motivasi berprestasi memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas, suka dengan tugas yang menantang, berorientasi ke depan, dan gigih dalam bekerja (House & Kerr, 1996:190). Orang yang memiliki motivasi berprestasi merasakan kepuasan yang lebih besar bila berhasil dan kekacauan yang lebih mendalam. Orang yang memiliki motivasi berprestasi lebih menyenangi keberhasilan yang dicapai atas usaha sendiri daripada yang diperoleh karena keberuntungan, lebih mementingkankerja daripada imbalan dan selalu ingin mendapatkan umpan balik tentang hasil kerjanya. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang memiliki motivasi berprestasi mempunyai ciri-ciri sebagai akibat: (1) berusaha menyelesaikan tugas atas usahanya bukan karena untung-untungan; (2) berusaha menyelesaikan tugas dengan sebaikbaiknya, terlebih lagi kalau ada tantangan; (3) tidak mudah menyerah dan keras hati meskipun menemui hambatan-hambatan; (4) lebih mementingkan kerja daripada imbalan yang diterima; (5) akan bekerja lebih keras kalau diberikan umpan balik; (6) berorientasi ke depan dan berantisipasi penuhmemperkirakan hasil kerjanya; (7) memiliki kesan yang dalam terhadap keberhasilan dan kegagalannya; (8) memelihara tanggung jawab terhadap tugasnya; dan (9) mempunyai sifat optimis dalam berkerja Ciri-ciri orang termasuk guru yang mempunyai motivasi berprestasi di atas menunjukkan bahwa orang yang memiliki motivasi berprestasi berorientasi kepada prestasi. Mereka lebih mementingkan tugas dari keberhasilan kerja sebagai sasaran utamanya. C. Perilaku Pengajaran Efektivitas pengajaran dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor perilaku pengajaran. Agar guru dapat mengajar dengan efektif. Seorang guru harus mampu melaksanakan pengajaran dengan baik. Ada tiga kriteria dalam menilai efektivitas pengajaran yaitu proses, karakteristik guru dan hasil (Mc Neil, 1999:248). Kriteria proses adalah penilaian terhadap guru yang didasarkan pada penampilan pada waktu kegiatan pengajaran, misalnya: membuatpersiapan, merumuskan tujuan, dan mengolah bahan ajar. Kriteria
karakteristik guru adalah penilaian yang didasarkan pada berbagai ciri yang dimiliki guru, meliputi intelegensi, kepribadian, tanggung jawab, suara dan kesehatan. Kriteria hasil adalah didasarkan pada perubahan tingkah laku siswa yang dikehendaki sebagaimana yang telah ditentukan oleh guru sebelum mengajar. Pada kriteria proses itu akan digunakan untuk menilai efektivitas pengajaran dengan melakukan penilaian terhadap perilaku guru dalam melaksanakan tugas-tugas pengajaran. Perilaku inilah yang dimaksud dengan perilaku pengajaran. Perilaku pengajaran dalam pembelajaran ini ditinjau dari kemampuan-kemampuan guru dalam melaksanakan tugastugas pengajaran seperti yang dikemukakan oleh Cooper kemampuan yang perlu dimiliki guru dalam perilaku pengaj aran adalah (1) kemampuan merencanakan pengajaran; (2) kemampuan mengimplementasikan; dan (3) kemampuan mengevaluasi (Cooper, 1990:18). Sedangkan Moully menambahkan kemampuan yang bersifat Psikologis yaitu (1) mengarahkan dan memotivasi siswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan; (2) memberikan pengalaman belajar yang berguna melalui pengajaran dalam rangka mencapai tujuan; dan (3) mengembangkan aspek-aspek kepribadian siswa secara menyeluruh (Moully, 1997:85). Implikasi teori kebutuhan fisik, rasa aman, cinta, penghargaan dan aktualisasi diri menuntut terpenuhinya kebutuhan tersebut dalam usaha pembelajaran siswa. Di dalam proses pembelajaran guru yang punya motivasi tentunya akan selalu menciptakan situasi pembelajaran yang menjamin kenakalan fisik siswa. Kegiatan pembelajaran juga harus menciptakan rasa aman yaitu menjamin rasa aman, menjamin kemauan sosial dan psikologis siswa, iklim pembelajaran harus bisa menyenangkan bagi anak. Selanjutnya dalam pembelajaran harus menciptakan hubungan yang hangat penuh kasih sayang antara guru dan murid, murid dengan murid dengan kebutuhan guru untuk menerima siswa, sebagai manusia dengan ide, sikap dan perasaannya. Lebih jauh kegiatan pembelajaran harus dapat mengembangkan program pembelajaran, mengembangkan program pembelajaran yang dapat mengembangkan ide bam, pengetahuan bam, cara baru sehingga anak dapat berkembang mencapai aktualisasi dirinya. Dengan demikian teori Maslow tersebut sangat terlihat sekali penekanan peranan guru sebagai fasilitator, dan mengajukan terciptanya kondisi lingkungan belajar yang menciptakan kondisi lingkungan belajar yang menjamin siswa pada rasa aman dan bebas mewujudkan dirinya (Munandar, 1995:81-90). Di dalam proses pembelajaran aktivitas kognisi yang dilakukan siswa dan gum adalah mencari dan menemukan. Oleh karena pengetahuan hanya dapat diperoleh melalui proses mencari dan menemukan secara bersama maka hubungan guru dan siswa harus merupakanproses dialog (Freire, 1997:45-46). Dialog merupakan suatu yang tidak dapat ditinggalkan dalam aktivitas kognitif, sebab hanya dengan dialog maka sebagai pemikir kritik. Menurut Freire dialog (komunikasi dialogik) merupakan faktor esensial dalam keterampilan mengajar (Freire, 1997:56). Sebab dengan dialog membawa anak pada posisi sadar akan dirinya, kebersamaan dengan orang lain, sadar akan problem yang mereka hadapi dan mendorong untuk memecahkanmasalah yang mereka hadapi. Dengan dialog berarti guru mengangkat derajat siswa pada posisi yang manusiawi. Dalam melakukan dialog sebagai faktor esensial pembelajaran. "Only dialoque, which requires critical thinking, is also capable of generating critical thinking. Without dialoque there is no communication, and without communication there can be no true education'. (Freire, 1997 : 65).
Dengan penekanan pada keterampilan mengajar yang dialogikal berarti juga menyangkut peranan siswa dalam partisipasinya dalam mengorganisir aktivitas pembelajaran. Pembelajaran siswa dan guru. Keberhasilan dan kegagalan program pembelajaran menjadi tanggung jawab bersama guru dan siswa. D. Peranan Motivasi Berprestasi Guru terhadap Perilaku Pengajaran Motivasi berprestasi merupakan dorongan bagi seorang untuk bekerja sebaik-baiknya agar mencapai hasil yang terbaik. Seorang yang memiliki motivasi berprestasi akan mempunyai semangat kerja tinggi, gigih, optimis, berorientasi ke depan, ingin mendapatkan umpan balik dari hasil kerjanya, berusaha untuk berprestasi dengan usaha sendiri dan lebih mementingkan karya daripada insentif. Dengan demikian dapat diduga bahwa orang yang memiliki motivasi berprestasi akan memiliki peran dalam perilaku bekerja yang baik karena motivasi berfungsi menimbulkan, mengerahkan, mengintensifkan dan memperteguh perilaku ke arah pencapaian tujuan. Motivasi berprestasi guru akan menimbulkan, mengarahkan, mengintensifkan dan memperteguh perilaku pengajaran guru ke arah pencapaian prestasi belajar siswa dan akan memberikan dampak positif terhadap perilaku pengajaran. Semakin tinggi motivasi berprestasi guru maka semakin baik dalam perilaku mengajar, dengan punya peran yang besar terhadap perilaku mengajar guru. Dalam mengarahkan dan memotivasi siswa sesuai dengan teori yang berkembang Keller (1993) menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar yang disebut dengan model ARCS {Attention, Relevance, Confidence dan Satistaction). Guru seringkali berasumsi bahwa motivasi belajar siswa merupakan masalah siswa itu sendiri dan guru yang bertanggung jawab untuk mengusahakan agar mempunyai motivasi tinggi. Namun sebenarnya guru dapat berusaha untuk menerapkan prinsip-prinsip motivasi dalam proses dan cara mengajar, untuk merangsang, meningkatkan dan memelihara motivasi siswa dalam belajar. ARCS model dapat membantu guru untuk melakukan hal-hal tersebut. Didalam model tersebut ada empat kategori kondisi motivasional yang harus diperhatikan oleh guru dalam usaha menghasilkan pengajaran yang menarik, bermakna dan memberikan tantangan bagi siswa. Keempat siswa kondisi motivasional tersebut adalah (a) perhatian (atention); (b) relevansi (relevance); (c) kepercayaan diri (confidence); dan (d) kepuasan (satisfaction). Pada perhatian siswa muncul didorong rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan, sehingga siswa akan memberikan perhatian, dan perhatian tersebut terpelihara selama proses pembelajaran. Rasa ingin tahun ini dapat dirangsang atau dipancing melalui elemen yang bam, lain dengan yang sudah ada, kontradiktif atau kompleks. Strategi untuk merangsang melihat dan perhatian siswa dapat menggunakan (1) metode peyampaian pengajaran yang bervariasi, (ada kuliah, kelompok diskusi, bermain, studi khusus); (2) gunakan media (transparasi, film, videotape, dan sebagainya) untuk melengkapi penyampaian perkuliahan; (3) bila dirasa tepat gunakan humor dalam presentasi perkuliahan, meskipun dalam menyajikan pengajaran yang serius; (4) gunakan peristiwa nyata, anekdot dan contoh-contoh untuk memperjelas konsep yang diutarakan; dan (5) gunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa. Pada relevansi menunjukkan adanya hubungan materi pengajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Motivasi siswa akan terpelihara apabila mereka menganggap apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi. Kebutuhan pribadi {basic needs) di kelompokkan
dalam tiga kategori yaitu motif pribadi, (personal motif kultural, pada nilai motif pribadi (personal motive value) menurut McClelland mencakup tiga hal yaitu a) kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement); (b) kebutuhan untuk memiliki kuasa (need for power); dan (c) kebutuhan untuk berafiliasi (needs for affiliation) (McClelland, 1993 : 71), yang kedua adalah nilai yang bersifat instrumental, dimana keberhasilan dalam mengerjakan suaru tugas dianggap sebagai langkah untuk mencapai kebutuhan lebih lanjut. Ketiga nilai kultural, apabila tujuan yang ingin dicapai konsisten atau sesuai dengan nilai yang dipegang oleh kelompok yang diacu siswa seperti orang tua, teman dan lain sebagainya. Strategi untuk menunjukkan relevansi pengajaran adalah (1) menyampaikan kepada siswa apa yang mereka hams lakukan dalam materi ini sehingga perlu penjelasan tujuan intruksionalnya; (2) jelaskan manfaat pengetahuan atau keterampilan yang akan dipelajari; dan (3) berikan contoh latihan atau tes yang langsung berhubungan dengan kondisi siswa. Sedangkan untuk mengembangkan percaya diri pada siswa supaya merasa diri kompeten atau mampu secara positif, menurut Bandura (1987) dengan mengembangkan lebih lanjut konsep tersebut dengan mengajukan konsep "Self-Efficacy", konsep tersebut berhubungan dengan keyakinan pribadi bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan. Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah bahwa motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Harapan ini seringkali dipengaruhi oleh pengalaman sukses dimasa yang lampau. Dengan demikian ada hubungan antara pengalaman sukses dan motivasi. Motivasi dapat menghasilkan ketekunan yang membawa keberhasilan atau prestasi, dan selanjutnya pengalaman sukses tersebut akan memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas berikutnya. Strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri adalah (1) Meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman berhasil. Dengan cara menyusun rancangan pelajaran agar mudah dipahami, diurutkan dari materi yang mudah ke yang sulit; (2) Menyusun pelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil sehingga siswa tidak dituntut untuk mempelajari terlalu banyak konsep; (3) Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menyatakan tujuan; (4) Meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan menggunakan strategi penanaman keberhasilan ada di tangan siswa; dan (5) Berperilaku umpan balik yang konstruktif selama proses pembelajaran. Maslow lebih memperhatikan motivasi dan kesehatan mental, melihat individu sebagai manusia yang sehat dan berfungsi. Setiap manusia memiliki tendensi untuk mengaktualisasikan dirinya yaitu mencapai perkembangan secara maksimal potensi yang dimiliki. Dorongan untuk mengaktualisasikan diri ada pada setiap manusia dan ini merupakan kebutuhan manusia yang tertinggi. Atas dasar dorongan dari dalam diri manusia Maslow merumuskan kebutuhan manusia yang bersifat hirarki yaitu: (1) kebutuhan fisik; (2) kebutuhan aman; (3) kebutuhan cinta; (4) kebutuhan penghargaan;dan (5) kebutuhan aktualisasi diri. (Griffore, 1981:68). Oleh karena itu setiap aktivitas pengembangan harus memperhatikan kebutuhan. Sebagai guru yang mempunyai motivasi tinggi bisa memiliki pemahaman mengenai psikologi anak sebagai dasar pengetahuan untuk pengembangan seni membelajarkan anak. Pembelajaran sebagai teori yang bersifat preskriptif atau normatif, sehingga dalam uraian pembelajaran tidak dapat terlepas dari nilai-nilai atau moral yang secara ideal dipakai sebagai dasar dalam praktik pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran sering ditemui adanya guru yang terlihat tidak ada semangat mengajar, datang terlambat, atau hanya member i tugas saja kepada siswa dan
hanya ditinggal baca koran dan sebagaimana? Sehingga di dalam kelas tidak ada interaksi membuat siswa tidak ada semangat untuk melaksanakan proses belajar. Gejala seperti ini sering terjadi, salah satu cara memahaminya dengan analisis yang dikemukakan oleh Romiszowski (1984) bahwa kinerja atau performance yang rendah dapat disebabkan oleh motivasi dari dalam maupun dari luar individu, untuk memperjelas dapat digambarkan sebagai berikut:
IV Jarang berlatih menggunakan keterampilan tersebut
Konsekuensi Negatif pelaksanaan suatu bangsa III
I Belum menguasai pengetahuan/ keterampilan
Sifat atau struktur tugas yang sulit atau tidak menyenangkan II
Menurut gambar di atas seorang yang berprestasi rendah disebabkan tidak dapat melakukan tugas karena tidak mempunyai atau menguasai pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dan tidak mau melakukan tugas tertentu karena kuatir dengan konsekuensi yang harus ditanggung apabila mengalami kegagalan. Pembicaraan secara mendalam mengenai keterampilan mengajar guru tidak cukup apabila hanya sekedar membicarakan aspek upaya. Pembicaraan akan menjadi bermakna apabila menyentuh aspek mengapa dan bagaimana sebab seperti apa yang dikatakan Bruner bahwa teori pembelajaran (instruction) berbeda dengan teori belajar. Teori belajar menjelaskan apa yang terjadi, sedangkan kalau teori pembelajaran menjelaskan bagaimana untuk membuat agar belajar terjadi secara efisien (Patterson, 1997 Ip. 154). Keterampilan berkomunikasi guru terhadap siswa yang dipakai sebagai suatu istilah perangkat peristiwa yang dilakukan guru terhadap murid kerap kali diartikan hanya sebagai memberitahu (to inform) sehingga proses pembelajaran kurang berjalan baik. Komunikasi sebagai esensi peristiwa pembelajaran harus dikaitkan dengan tujuan membantu proses belajar (Gagne, 1994:35). Sebagai guru yang mempunyai keterampilan pemahaman bahwa pembelajaran sebagai aktivitas menolong anak yang belajar. Guru harus menghindari memperlakukan siswa secara semaunya sebagai obyek yang memiliki perbedaan individual. E. Penutup Salah satu kunci keberhasilan organisasi adalah faktor pelaksana operasional organisasi, adapun organisasi sekolah guru merupakan faktor utama dalam mencapai tujuan sekolah. Tugas utama guru adalah melaksanakan pengajaran, dimana keberhasilannya berkait erat dengan perilaku pengajaran. Oleh sebab itu motivasi berprestasi guru perlu dibangkitkan dibina dan ditingkatkan, motivasi berprestasi sebagai faktor psikologis punya peranan yang besar terhadap perilaku pengajaran, sebagai aspek kepribadian motivasi berprestasi guru dapat mendorong guru untuk memiliki perilaku pengajaran yang baik.
DAFTARPUSTAKA Atkinson, John W, 1978. "Motivasi", International Encyclopedia of the Social Sciences. New York: Macmillan Company & the Free Press Borich, Gary. D. 1977. The Appraisal of Teaching. New York : Addison Wessely. Publishing Company. Brace Joyce and Marsha Weil. 1972. Models of Teaching. New Jersey: Prentice Hall. Cooper, James M.et.al. 1990. Classroom Teaching Skills a Handbook. New York: D.C. Heat & Company Hersey, Paul and Kenneth Blanchard. 1988. Management of Organizational Behavior Utilizing Human Resouress. New Delhi: Prentice- Hall of India Private Limites. House, Robert J dan Stevan Kerr. 1987. Managerial Process and Organization Behavior. Illionis: Scott, Foresman and Company. Houston. John P. 1985 Motivation New York: Macmillan Publishing Company McClelland. 1953 The Achievement Motive. New York: Aplication century crofts ------------------------. 1971. The Impulse to Modernization/ Growth. Cambridge: Voice of Amerika Forum Lectures
Modernization the Dinamics of
Moully George F. 1977. Psychology of Effective Teaching. New York: Holt Rinehart and Winston Inc. Paulo Freire. 1977. Pedagogy of the Oppressed. Translated by Myra bergman Ramos. Middlesex = Penguin Books.