BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya penyakit dibagi menjadi dua bagian yaitu penyakit menular dan penyakit tidak menular. Perkembangan penyakit menular dari waktu ke waktu cenderung lebih stabil dibandingkan dengan penyakit tidak menular yang diperkirakan akan semakin meningkat pada beberapa tahun ke
W D K U
depan. Diantara berbagai penyakit tidak menular, diabetes melitus menduduki peringkat ke enam sebagai penyakit tidak menular yang mengakibatkan kematian dan merupakan salah satu penyakit kronik yang menjadi masalah yang cukup serius dalam menyebabkan mortalitas dan morbiditas diberbagai belahan dunia, terutama di negara-negara berkembang. Angka prevalensi diabetes melitus di seluruh dunia pada tahun 1995 sebesar 135 juta orang dan
©
diperkirakan akan meningkat 300 juta orang pada tahun 2025 nanti. Sebagian besar peningkatan ini disebabkan oleh berbagai fakor penyebab yang ikut berperan, yaitu pertumbuhan penduduk, penuaan, diet tidak sehat, obesitas dan gaya hidup (WHO, 2016). Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang terjadi baik ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. Diabetes tipe 2 atau yang disebut juga diabetes melitus (non insulin dependent) disebabkan oleh fungsi insulin yang tidak bekerja dengan baik atau disebut juga retensi insulin. Insulin adalah hormon yang mengatur kadar glukosa darah. Jika insulin tidak dapat
1
2
mengontrol kadar glukosa darah maka akan mengakibatkan keadaan hiperglikemia atau tingginya kadar glukosa
darah yang akan berlanjut
dengan kerusakan organ tubuh seperti saraf, jantung, pembuluh darah, mata dan ginjal (WHO, 2016). Prevalensi diabetes melitus khususnya di Indonesia cukup tinggi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penyandang
W D K U
diabetes melitus pada tahun 2003 sebanyak 13,7 juta orang dan berdasarkan pola pertambahan penduduk diperkirakan pada tahun 2030 akan ada 20,1 juta penyandang diabetes. Ini memposisikan Indonesia menduduki rangking keempat penyandang diabetes terbanyak setelah Amerika, China dan India. Sementara itu, organisasi kesehatan dunia (WHO) memprediksi kenaikan jumlah penyandang diabetes melitus di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Peningkatan jumlah
©
penderita diabetes melitus ini tidak terlepas dari faktor demografi seperti peningkatan jumlah penduduk dan urbanisasi, dan faktor gaya hidup (ADA, 2011).
Pengobatan
diabetes
melitus
yang
utama
adalah
pengobatan
menggunakan insulin dan hipoglikemik oral, yang masing-masing masih memiliki kelebihan dan kekurangan. Pengobatan menggunakan insulin injeksi yang relatif cukup mahal dan Obat Hipoglikemik Oral (OHO) yang mempunyai efek samping yang tidak diharapkan, sehingga dalam pengobatan diabetes melitus di masyarakat selain menggunakan insulin injeksi dan obat
3
hipoglikemik oral menggunakan alternatif tumbuhan-tumbuhan berkhasiat yang dipercaya mampu menurunkan kadar glukosa darah (Subroto, 2006). Saat
ini
penggunaan
herbal
dalam
pengobatan
alternatif
dan
komplementer di Indonesia semakin meningkat. Selain adanya trending back to nature, juga karena penggunaan obat herbal merupakan pengobatan yang terjangkau dan mudah diperoleh oleh masyarakat luas. Hal ini yang membuat
W D K U
penggunaan obat herbal lebih menjadi pilihan masyarakat dibandingkan penggunaan obat konvesional (Subroto, 2006).
Sebelumnya sudah pernah dilakukan penelitian terhadap beberapa tumbuhan tradisional mengenai efeknya terhadap diabetes melitus. Beberapa diataranya adalah buah merah dan buah pare. Masing-masing tumbuhan tersebut memiliki efek terapeutik yang berbeda terhadap diabetes melitus. Oleh karena itu peneliti ingin membandingkan kedua jenis obat tradisional ini
©
dan menggabungkan kedua macam tanaman tersebut untuk melihat seberapa besar efek yang ditimbulkan dari masing-masing herbal terhadap gambaran histologis sel beta pankreas tikus putih yang diinduksi oleh Aloksan. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimanakah perbedaan efektifitas antara minyak buah merah, ekstrak buah pare dan kombinasi minyak buah merah dan ekstrak buah pare terhadap dan sel beta pankreas tikus putih diabetika yang diinduksi oleh Aloksan?
4
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektifitas antara minyak buah merah, ekstrak buah pare dan kombinasi minyak buah merah dan ekstrak buah pare terhadap sel beta pankreas tikus putih diabetika yang diinduksi oleh Aloksan. 1.4 Manfaat Penelitian
W D K U
Prevalensi diabetes mellitus cukup tinggi, sementara biaya pengobatan untuk penyakit ini sangatlah besar, maka penggunaan obat herbal yang masih terjangkau dikalangan masyarakat luas dan efek samping yang kecil menjadi alternatif, dengan menggunakan buah merah dan buah pare yang dapat dijadikan terapi alternatif diabetes mellitus. Oleh karena itu hal ini perlu diteliti lebih lanjut.
©
5
1.5 Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian Penelitian Penelitian Judul Penelitian , Tahun
Desain Penelitian
Sampel
Hasil
Winarto, 2007
Pengaruh minyak Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) terhadap gambaran Sel Beta Pankreas dan efek Hipoglikemik Glibenklamid pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur wistar diabetik
Eksperimental sungguhan dan bersifat komparatif.
30 tikus rattus norvegicus jantan yang di bagi menjadi 2 kelompok dan diberi perlakuan berbeda
minyak buah merah meningkatkan histoskor, jumlah dan diameter pulau Langerhans dan efek hipoglikemik glibenklamid pada tikus diabetes.
Lawanto, 2009.
Pengaruh Ekstrak Etanol Eksperimental sungguhan dan Buah Pare (Momordica bersifat charantia L) komparatif. Terhadap Jumlah Sel Beta Pankreas Dengan Pembanding Jamu ”D” Pada mencit Galur Swiss Webster
mencit dengan kadar glukosa darah 126 mg/dL, dibagi menjadi 6 kelompok dan diberi perlakuan dengan dosis yang berbeda disetiap kelompok
Ektrak Etanol Buah Pare mengurangi kerusakan sel beta PLP dan lebih efektif dalam mengurangi kerusakan sel beta PLP pada mencit yang diinduksi aloksan dibandingkan dengan jamu “D”.
©
W D K U
Yang di Induksi Aloksan
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah jumlah sampel, jenis induksi yang diberikan, jumlah dosis yang diberikan dan tujuan yang berbeda, dimana penelitian kami membandingkan keefektifitasan minyak buah merah, ekstrak buah pare dan kombinasinya pada tikus diabetik yang diinduksi Aloksan.