1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan
W D
oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu (Bustan, 2007).
K U
Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius karena ditandai dengan kejadian morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Insidensi stroke menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan (Bustan, 2007).
©
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2000, laju mortalitas akibat penyakit stroke non-hemorhagik adalah 18% sampai 37%. Angka kejadian stroke meningkat seiring bertambahnya usia. Setiap penambahan usia sepuluh tahun sejak usia 35 tahun, risiko stroke meningkat dua kali lipat. Sekitar lima persen orang berusia di atas 65 tahun pernah mengalami setidaknya satu kali stroke (Hartanto, 2009). Berdasarkan proporsi stroke di Rumah Sakit setiap tahun juga mengalami peningkatan. Kondisi ini dapat terlihat dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan di 27 provinsi di Indonesia yang terus meningkat hingga menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian (Teguh, 2000).
1
2
Data epidemiologis menunjukkan bahwa stroke merupakan penyebab kematian kedua di dunia setelah penyakit jantung. Stroke merupakan penyakit keenam yang menjadi penyebab kematian di negara berpenghasilan rendah dan penyakit kedua penyebab kematian di negara berpenghasilan sedang dan tinggi. Stroke dan penyakit serebrovaskular lainnya menyebabkan 6,2 juta orang di dunia meninggal di tahun 2008 (WHO, 2008).
W D
Stroke dapat mengakibatkan cacat tubuh yang berlangsung kronis dan terjadi tidak saja pada orang-orang berusia lanjut, tetapi juga pada orangorang usia pertengahan (40-50 tahun). Orang pada usia pertengahan inilah
K U
yang merupakan orang dalam keadaan aktif dan produktif. Stroke juga menimbulkan dampak besar dari segi ekonomi sosial, karena biaya pengobatan yang relatif mahal dan akibat kecacatan pasca stroke menyebabkan berkurangnya kemampuan bekerja seperti semula dan menjadi
©
beban sosial di masyarakat (Bustan, 2007). Serangan stroke bersifat akut dan menyebabkan kematian mendadak.
Sampai dewasa ini belum jelaslah penyebabnya. Secara patofisiologi dikatakan bahwa stroke berkaitan dengan gangguan aliran darah ke otak. Secara umum, ada dua jenis stroke, yakni stroke iskemik (non-hemorhagik) dan hemorhagik. Jenis iskemik dapat berupa Transient Ischemic Attack (TIA), trombosis dan emboli. Jenis hemorhagik dapat terjadi sebagai perdarahan intraserebral ataupun subaraknoid. Jenis infark otak merupakan jenis stroke yang terbanyak ditemukan (Bustan, 2007).
3
Makanan merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit infeksi dan penyakit kelainan gizi seperti kelebihan atau kekurangan zat-zat yang penting untuk pertumbuhan tubuh. Gizi atau nutrisi adalah zat-zat penting yang berasal dari makanan yang telah dicerna serta diolah oleh tubuh kita menjadi zat yang berguna untuk membentuk dan memelihara jaringan tubuh, memperoleh tenaga, mengatur sistem fisiologi organ di dalam tubuh dan
W D
melindungi tubuh terhadap serangan penyakit. Kekurangan atau kelebihan zat makanan akan menimbulkan penyakit malnutrisi, seperti busung lapar, dan obesitas (Chandra, 2009).
Kekurangan zat makanan dalam tubuh seseorang akan menimbulkan
K U
masalah kesehatan tersendiri. Kekurangan zat makanan akan menimbulkan penyakit busung lapar pada anak-anak, anemia dan lainnya, serta tubuh mudah sekali terserang penyakit. Malnutrisi dalam bentuk apapun
©
meningkatkan risiko terkena berbagai penyakit dan kematian. Bentuk bahaya dari malnutrisi termasuk marasmus, kretinisme, kerusakan otak yang irreversible akibat defisiensi iodin, kebutaan, peningkatan faktor risiko terhadap penyakit infeksi dan kematian akibat defisiensi vitamin A (WHO, 2004).
Pengkajian nutrisi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Komponen-
komponen
pengkajian
nutrisi
meliputi
pengukuran
antropometrik,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan biokimia dan riwayat diet (Jauhari & Nasution, 2013). Beberapa penelitian menggunakan Body Mass Index (BMI) sebagai indikator untuk mendeteksi masalah gizi pada seseorang, seperti
4
malnutrisi. Keadaan malnutrisi dapat ditemukan pada orang dengan BMI di bawah 18,5 kg per meter persegi (Chai et al., 2008). Dalam sebuah penelitian ditemukan 1,42 persen pasien stroke dengan BMI di bawah 18,0 kg/m 2, walaupun tidak dijelaskan hubungan antara malnutrisi sebagai faktor risiko terjadinya stroke (Song et al., 2004). Penelitian lain mengatakan bahwa wanita dalam kategori BMI kurus (<20 kg/m 2) ternyata berisiko tinggi
W D
terkena stroke hemorhagik dibandingkan wanita dengan BMI 20,0–22,9 kg/m2, meskipun secara statistik tidak selalu demikian. Kadar kolesterol yang rendah dan berat badan yang kurus diduga berhubungan dengan peningkatan kejadian stroke hemorhagik (Kurth et al., 2005). Beberapa penelitian di atas
K U
menggambarkan orang yang mengalami malnutrisi berisiko terkena stroke. Keadaan malnutrisi juga dapat dinilai dengan Total Lymphocyte Count (TLC) jika didapati nilai TLC yang rendah atau kurang dari 1500 sel/mm 3.
©
Nilai total limfosit merupakan ukuran fungsi imunitas atau kemampuan tubuh melawan penyakit. Pada keadaan malnutrisi akan terjadi abnormalitas pada sistem imun yang dapat menyebabkan penurunan jumlah limfosit atau perubahan reaksi limfosit, sehingga dapat dijadikan indikator status nutrisi yang buruk (Nasar dkk, 2007). Indikator yang digunakan pada penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, untuk menilai status nutrisi peneliti menggunakan parameter pemeriksaan biokimia yaitu Hitung Total Limfosit. Penilaian secara biokimiawi merupakan salah satu metode kuantitatif yang dapat digunakan untuk mengevaluasi status nutrisi (Nasar dkk, 2007).
5
Adanya data mengenai hubungan malnutrisi sebagai faktor risiko terjadinya stroke yang masih menjadi perdebatan dan penggunaan TLC sebagai indikator penilaian malnutrisi masih belum banyak dipakai, menjadi dasar bagi peneliti untuk mengevaluasi hubungan antara malnutrisi dengan kejadian stroke.
W D
B. Rumusan Masalah
1. Stroke mengakibatkan tingginya angka mortalitas dan morbiditas sampai saat ini
2. Malnutrisi dapat meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyakit
K U
dan kematian
3. Hubungan antara malnutrisi sebagai faktor risiko terjadinya stroke masih menjadi perdebatan
©
C. Pertanyaan Penelitian
Apakah terdapat hubungan antara malnutrisi yang dinilai berdasarkan
parameter Total Lymphocyte Count (TLC) dengan kejadian stroke ?
D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan malnutrisi yang dinilai berdasarkan parameter Total Lymphocyte Count (TLC) kejadian stroke.
dengan
6
E. Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian Penelitian Nama Peneliti
Judul Penelitian
Song et al., 2004
Body Mass Index and Ischemic and Hemorrhagic Stroke : A Prospective Study in Korean Men
Kurth et al., 2005
Prospective Study of Body Mass Index and Risk of Stroke in Apparently Healthy Woman
Jenis Penelitian
Kohort prospektif
W D
K U
Berger et al., 2005
©
Body Mass Index and the Risk of Stroke in Men
Kohort prospektif
Kohort prospektif
Prevalence of malnutrition and its risk factors in stroke patients residing in an infirmary
Potong lintang retrospektif
Gunarsa et al., 2011
Total Lymphocyte Count as Nutritional Parameter in Hospitalized Patients
Potong lintang
Mosselman et al., 2013
Malnutrition and risk of malnutrition in patients with stroke: prevalence during hospital stay
Studi prospektif
Chai et al., 2008
Hasil Pria dengan BMI tinggi berhubungan dengan risiko terjadinya stroke iskemik, sedangkan pria dengan BMI 2223 kg/m2 berhubungan dengan risiko terjadinya stroke hemorhagik. Wanita dengan obesitas (BMI >30 kg/m2) lebih berisiko terkena stroke total dan stroke iskemik tetapi tidak untuk stroke hemorhagik dibanding wanita dengan BMI <25 kg/m2. Pria dengan BMI lebih dari 30 lebih berisiko terkena stroke dibanding pria dengan BMI di bawah 23. 8,2% pasien stroke telah mengalami malnutrisi yang berhubungan dengan kebiasaan merokok dan disfagia. 57% pasien malnutrisi dengan jumlah limfosit total < 1200 sel/mm3 sehingga terdapat asosiasi antara malnutrisi dengan jumlah limfosit total < 1200 sel/mm3. Kejadian malnutrisi dan risiko terjadinya malnutrisi pada pasien stroke meningkat selama 10 hari mengalami perawatan di rumah sakit.
7
Berdasarkan penelitian di atas menunjukkan bahwa hubungan malnutrisi dengan kejadian stroke dipandang masih menjadi perdebatan & memerlukan penelitian lebih lanjut. Berbeda dengan beberapa penelitian yang sudah ada bahwa pada penelitian sebelumnya menggunakan rancangan kohort dan memakai Body Mass Index (BMI) untuk penilaian malnutrisi, sedangkan pada penelitian ini rancangan penelitian yang digunakan adalah cross
W D
sectional dan parameter yang dipakai untuk menilai status nutrisi pasien adalah Total Lymphocyte Count (TLC).
F. Manfaat Penelitian
K U
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui adanya hubungan malnutrisi yang dinilai berdasarkan parameter Total Lymphocyte Count
©
(TLC) sebagai faktor risiko terjadinya stroke.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya pencegahan penyakit stroke dengan memperhatikan asupan nutrisi yang tepat bagi tubuh.