TUGAS MATA KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN APLIKASI ATTRACT PADA TANAMAN BUDIDAYA
OLEH : 1.
MIRANTI AYU VERDIANA 105040201111147
2.
SONIA TAMBUNAN
105040201111171
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pada penanaman budidaya terdapat beberapa kendala yang harus diselesaikan. Salah satunya adalah hama dan penyakit yang menyerang tanaman budidaya. Hama dan penyakit yang menyerang dapat berbagai macam, tergantung oleh jenis tanaman budidaya yang ditanam. Adapun beberapa macam metode pengelolaan hama. Ada yang bersifat regulatori, biological, genetic, cultural, dan chemical. Salah satunya yang chemical adalah attrack. Dalam tugas ini akan dilakukan beberapa wawancara kepada para petani buah tentang penggunaan metode attacktan dalam sistem penanaman mereka. Serta kendala yang dihadapi dalam penggunaan attarck pada tanaman budidaya. Dan apakah mereka mengatahui serta menggunakannya. Wawancara yang dilakukan besifat singkat dan tidak terlalu mendalam karena tujuan utama kami adalah mencari petani yang menggunakan attracktan dikebunnya untuk mengendalikan hama lalat. Kami memilih attracktan sebagai judul utama karena pengendalian menggunakan attracktan tidak merusak lingkungan secara langsung seperti pestisida yang bersifat kill. Dan di Batu banyak kebun buah-buahan yang banyak biasanya menggunakan attracktan. Dan biasanya attracktan digunakan saat pohon sedang berbunga. 1. 2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari laporan wawancara ini adalah sebagai berikut: a. Seberapa besar petani mengetahui attracktan? b. Berapa banyak petani yang menggunakan attracktan? 1. 3. Tujuan Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui bagaimana aplikasi attrack pada petani buah untuk mengendalikan hama yang menyerang tanaman budidaya.
Laporan Wawancara Teknologi Produksi Tanaman
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Macam-macam Pengelolaan Hama dan Penyakit a. Regulator
: Pengelolaan hama penyakit dengan menggunakan peraturan
b. Cultural
: Pengelolaan dengan menggunakan pengaturan tanaman disuatu lahan
c. Biological
: Pengelolaan dengan menggunakan makhluk hidup
d. Genetic
: Pengelolaan dengan menggunakan pengubahan gen pada tanaman
e. Chemical
: Pengelolaan dengan menggunakan bahan kimia
2. 2. Regulator Regulator merupakan salah satu upaya pengendalian pest. Regulator dilakukan dengan 2 cara yaitu : a. Karantina
: upaya pengendalian pest pada suatu wilayah dengan mengkatagorikan pest
b. Eradikasi
: upaya pengendalian pest dengan menggunakan undang-undang
Kategori pest dibagi menjadi 2 yaitu : a. A1 : kategori pest ini berarti berbahaya sekali b. A2 : kategori pest ini masih dalam fase berbahaya
2. 3. Cultural Cultural adalah pengelolaan dengan cara pengaturan tanaman disuatu lahan. Contohnya adalah pergiliran tanaman. Tujuan dari pengendalian cultural ini adalah untuk menghindari fase tertentu dari hama. Macam-macam cultural : a. Pengelolaan Tanaman : - monokultur - Polikutur - Tanaman sela, tanaman perangkap b. Pengaturan Tanah
: - Pembalikan tanah - Pemberian mulsa
Laporan Wawancara Teknologi Produksi Tanaman
2
2. 4. Biological Biological merupakan salah satu pengendalian dengan cara memanipulasi satu organisme untuk mengendalikan organisme yang lain. Pengendalian dapat dengan menggunakan patogen, serangga vertebrata, dan serangga untuk mengontrol hama dan penyakit tanaman. Pengendalian biological dibagi menjadi 2, yaitu : a. Pengendalian Nabati
: pengendalian yang menggunakan tanaman yang berbau dan berlendir (eksidat). Contohnya : cabai, nangka.
b. Pengendalian Hayati
: pengendalian yang menggunakan musuh alami atau parasitoid
Keuntungan menggunakan teknik biologi adalah dapat menyeleksi mana yang musuh alami dan mana yang predator sehingga predator tidak ikut musnah pada saat memberantas hama. 2. 5. Genetic Genetic adalah salah satu metode pengelolaan hama dengan cara merubah gen tanaman. Gen tanaman akan dimasuki oleh gen yang tidak disukai oleh hama. Sehingga hama tidak dapat menyerang tanaman budidaya. 2. 6. Chemical Chemical adalah salah satu metode pengelolaan hama dengan menggunakan bahan kimia untuk membunuh serangga. Chemical memiliki beberapa tujuan yaitu : a. Kill (Membunuh) b. Attract (Menarik) c. Repel (Menolak) d. Regulate (Mengatur siklus hidup hama) e. Interrupt the growth and mating of pests (Memperlambat gerak hama) f.
Regulate growth (Mengatur siklus hidup tanaman)
Laporan Wawancara Teknologi Produksi Tanaman
3
BAB III HASIL WAWANCARA 3.1 Komoditas yang diamati Komoditas yang kami amati adalah tanaman apel dan jeruk. Alasan kami menggunakan komoitas apel dan jeruk sebagai bahan pengamatan aalah karena dilihat dari attrack yang banyak digunakan pada komoditas buah-buahan. Selain itu kebun apel dan jeruk banyak dijumpai disekitar Malang dan Batu. Attracktan juga digunakan pada saat pohon sedang berbunga. Kedua komoditas tersebut juga bernilai tinggi dan cocok ditanam di daerah tersebut (dataran tinggi). 3.2 Waktu dan Tempat Pengamatan dilakukan pada 17 Desember 2011. Kebun yang kami amati sebagai sample adalah kebun jeruk didaerah Joyogrand hingga Bedengan, Solorejo. Sedangkan kebun apel yang kami amati sebagai sample berada di Gondang, Batu. Dari pukul 06.00 – 11.00 WIB. Karena pada saat tersebut petani sedang aktif merawat kebun mereka. 3.3 Hasil Wawancara dan Dokumentasi
Kebun Pertama Kebun pertama yang diamati adalah kebun jeruk yang berlokasi di Joyogrand. Kebun ini milik seorang petani yang diurus oleh orang lain. Hasil wawancara yang dilakukan adalah kebun ini tidak memakai metode attrack dalam mengatasi hama yang menyerang tanaman jeruk mereka. Karena selain tidak tahu bagaimana aplikasi attrack dan tidak mengetahui apa itu attracktan, petani setempat mengatakan bahwa pemakaian pestisida lebih cepat dalam membasmi hama. Yaitu dengan cara kompres atau lebih dikenal dengan menyemprot tanaman dengan pestisida cair. Beliau juga memberitahu bahwa di desa ini tidak ada yang menggunakan attracktan. Hal tersebut dikarenakan tidak ada penyuluhan dari balai pertanian setempat mengenai penggunaan attracktan untuk menanggulangi hama khususnya lalat buah. Kebun ini pun terlihat tidak terawat dengan baik, karena banyak gulma dan susunan pohonnya tidak begitu beraturan. Pohon jeruk di kebun ini sedang berbuah dan buahnya hampir masak, namun tidak merata masaknya. Sudah ada yang kuning dan masih banyak juga yang berwarna hijau dan mentah.
Laporan Wawancara Teknologi Produksi Tanaman
4
(Kebun Jeruk di Joyogrand)
Kebun kedua Kebun kedua yang diamati adalah kebun jeruk pada daerah Joyogrand seperti pada kebun pertama. Hanya saja kebun kedua ini letaknya dihalaman rumah pemilik kebun. Hasil wawancara yang didapat yaitu pembasmian hama pada tanaman jeruk dikebun mereka tidak memakai metode attrack karena tidak mengetahui aplikasi attrack pada umumnya dan apa itu attracktan. Mereka lebih memilih memakai pestisida karena penggunaannya yang cepat bereaksi dan lebih mudah. Bedanya dengan kebun pertama adalah pestisida yang digunakan tidak seberapa banyak dari kebun pertama. Mengingat luas kebun yang berbeda dan lokasi kebun kedua yang sangat dekat dengan rumah penduduk lain. Jadi dengan bau pestisida yang sangat menyengat dan menggangu pernapasan dosis yang digunakan juga sedikit. Sistem yang digunakan pun adalah system polikultur, yaitu menanam jeruk diselingi tanaman sawi yang lebih cepat panennya, sehingga tidak perlu jeruk berbuah untuk mendapatkan keuntungan yang lebih. Mengingat tanaman jeruk termasuk lama dalam berbuah. Pohon jeruk di kebun ini masih kecil dan belum berbuah, jadi kesimpulannya, petani baru menanam pohon jeruk tersebut. Kebun terawat dengan baik terlihat dari sedikitnya gulma yang ada.
Laporan Wawancara Teknologi Produksi Tanaman
5
(Kebun Jeruk Polikultur di Joyogrand)
Kebun ketiga Kebun ketiga yang diamati adalah kebun jeruk pada daerah Bedengan, Solorejo. Kebun ini terletak pada kawasan wisata petik jeruk Solorejo. Hasil wawancara yang didapat adalah pembasmian hama pada tanaman jeruk di perkebunan itu menggunakan pestisida dengan cara dikompres. Petani yang kami wawancarai sebenarnya mengetahui cara aplikasi attrack. Hanya saja petani tersebut tidak menggunakan karena hama lebih cepat terbunuh dengan pestisida dan kebun tersebut bukan miliknya sehingga beliau tidak memiliki kewenangan untuk menerapkan metode attracktan untuk menggendalikan hama di kebun jeruk tersebut. Selain itu metode attrack belum ada yang menerapkan oleh petani lain. Kebun tersebut sedang berbuah, namun belum siap dipanen. Kebun ini cukup rapi dan luas. Karena didaerah ini banyak sekali kebun jeruk dan rata-rata cukup luas sehingga para petani menggunakan pestisida kill yang sangat menyengat baunya.
Laporan Wawancara Teknologi Produksi Tanaman
6
(Kebun Jeruk di Solorejo)
Kebun keempat Kebun keempat yang diamati adalah kebun jeruk pada daerah Solorejo. Hasil wawancara yang didapat yaitu pembasmian hama pada tanaman jeruk dikebun mereka tidak memakai metode attrack karena tidak mengetahui aplikasi attrack pada umumnya dan apa itu attracktan. Mereka lebih memilih memakai pestisida karena penggunaannya yang cepat bereaksi dan lebih mudah. Sistem yang digunakan pun adalah system polikultur, yaitu menanam jeruk diselingi tanaman cabai yang lebih cepat panennya, sehingga tidak perlu jeruk berbuah untuk mendapatkan keuntungan yang lebih. Mengingat tanaman jeruk termasuk lama dalam berbuah. Pohon jeruk di kebun ini masih kecil dan belum berbuah, jadi kesimpulannya, petani baru menanam pohon jeruk tersebut. Kebun terawat dengan baik terlihat dari sedikitnya gulma yang ada. Dan juga menggunakan mulsa hitam perak karena tanaman selang yang digunakan adalah tanaman cabai.
Laporan Wawancara Teknologi Produksi Tanaman
7
(Kebun jeruk polikultur dengan cabai di Solorejo)
Kebun Kelima Kebun kelima yang diamati adalah kebun apel pada daerah Gondang, Batu. Seperti kebun kedua, kebun ini terletak di pekarangan rumah. Hasil wawancara yang kami dapat adalah pemilik kebun tidak memakai metode attrack pada pembasmian hama di kebun mereka. Mereka memilih memakai pestisida karena penggunaannya yang mudah, cepat dan lebih umum digunakan. Sedangkan untuk pengaplikasian metode attrack sendiri mereka juga belum mengetahui aplikasinya. Pohon apel di kebun ini sedang berbunga. Menurut literatur penggunaan attracktan sebaiknya digunakan saat berbunga, karena lalat buah senang menaruh telurnya di dalam bunga yang akan menjadi bakal buah. Sehingga saat sudah berbuah telur akan menetas didalam buah dan merusak dari dalam.
Laporan Wawancara Teknologi Produksi Tanaman
8
(Kebun Apel di Gondang yang berada di pekarangan rumah)
Kebun keenam Kebun keenam yang kami amati adalah kebun apel didaerah Batu. Tepatnya di wisata petik apel Batu. Kebun ini sangat besar dan curam. Hasil wawancara yang didapat adalah salah seorang petani mengatakan bahwa pestisida dipilih dalam pembasmian hama pada kebun apel. Karena aplikasinya yang mudah, bahan mudah didapat dan metode yang mudah. Hasil pembasmian pestisida pun lebih cepat. Selain itu petani setempat mengatakan belum mengetahui tentang metode attrack untuk membasmi hama itu sendiri. Sehingga pestisida dipilih untuk membasmi hama yang menyerang tanaman apel mereka.
Laporan Wawancara Teknologi Produksi Tanaman
9
(Kebun Apel di Batu)
Laporan Wawancara Teknologi Produksi Tanaman
10
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengetahuan Petani Mengenai Attracktan Dari enam petani yang telah kami wawancarai, hanya satu petani yang mengetahui apa itu attracktan dan bagaimana pengendaliannya. Beliau mengetahui penggunaan attracktan dari mahasiswa yang sedang magang di kebun tersebut. Beliau mengetahui betul metode dan penggunaan aplikasi attracktan pada tanaman jeruk di kebunnya. Sedangkan lima petani lainnya benar-benar asing dengan attracktan karena mungkin belum memperoleh penyuluhan dari balai pertanian setempat sehingga mereka hanya terpacu pada penggunaan pestisida untuk menanggulangi hama pada kebun mereka. 4.2 Petani yang Menggunakan Attracktan Dari semua petani yang kami wawancarai tidak ada yang satupun yang menggunakan attracktan untuk mengendalikan hama di kebun mereka masing-masing. Karena keterbatasan informasi yang mereka dapatkan.
Laporan Wawancara Teknologi Produksi Tanaman
11
BAB V KESIMPULAN Dari hasil wawancara dari beberapa petani jeruk dan apel didaerah Jorogrand – Bedengan – Batu dapat disimpulkan bahwa metode attrack banyak belum dikenal oleh para petani. Ini mungkin dikarenakan karena kurangnya sosialisasi pada petani setempat. Selain itu penggunaan pesisida lebih banyak dilakukan karena selain pengaplikasiaannya yang mudah, hasil lebih cepat dan lebih dikenal oleh masyarakat sekitar. Sehingga dapat dikatakan bahwa belum ada petani jeruk dan petani apel yang menerapkan metode attrack pada kebun mereka untuk membasmi serangga.
Laporan Wawancara Teknologi Produksi Tanaman
12