TUGAS KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH “Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida”
Oleh : Nimas Ayu Kinasih
115040201111157
Nur Izzatul Maulida
115040201111339
KELAS L PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013
Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida Jagung hibrida bisa diperoleh dari hasil seleksi kombinasi atau biasa disebut hibridisasi. Dengan hibridisasi diharapkan bisa terbentuk suatu jenis tanaman yang mempunyai kromosom yang poliploidi. Jagung hibrida merupakan generasi pertama atau F1 dari persilangan antara dua galur. Produksi benih jagung hibrida dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya, yaitu: 1. Produksi hibrida persilangan tunggal jagung 2. Produksi hibrida persilangan ganda dan tiga jagung 3. Produksi hibrida jagung menggunakan faktor pemulih sterilitas (Restorer) 4. Silang puncak atau top cross Produksi benih bertujuan untuk menghasilkan benih dengan mutu yang memenuhi syarat sertifikasi benih. Dalam produksi benih diperlukan prinsip-prinsip berikut: 1. Persyaratan Lahan Produksi Tinggi tempat
: 0-1000 m dpl
Suhu optimal
: 23-27°C
pH tanah Curah hujan Sinar matahari Jenis tanah
: 5,6-7,5 : 250-2000 mm/tahun : intensitasnya cukup dan tidak ternaungi : lempung berdebu, gembur, dan subur (Aldrich, et al. 1975)
Ada dua persyaratan utama lahan produksi benih, yaitu: a. Lahan subur dan cukup tersedia air. Untuk memproduksi benih umumnya dilakukan di luar musim tanam karena untuk memeneuhi kebutuhan benih pada musim berikutnya. Air harus tersedia baik secara teknologi melalui irigasi atau secara alami sebagai lahan tadah hujan. b. Lahan bersih dan bebas dari varietas lain. Untuk menghindari pencampuran varietas, sebaiknya dicaritahu jenis dan varietas tanaman apa saja yang pernah ditanam sebelumnya. 2.
Isolasi Waktu dan Jarak Jagung merupakan tanaman menyerbuk silang. Oleh karena itu, isolasi jarak atau pun waktu merupakan hal yang sangat penting dalam memproduksi benih jagung bersertifikat. Isolasi jarak seluas 200 meter sedangkan isolasi waktu minimal 3 minggu (Hidayatulloh, 2012).
3.
Teknik budidaya dan produksi benih Teknik produksi benih berbeda dengan produksi non benih yang terletak pada prinsip genetiknya, dimana aspek kemurnian genetiknya menentukan kelulusan dalam
sertifikasi. Teknik budidaya produksi jagung hibrida hingga menghasilkan benih hibrida adalah sebagai berikut: a. Persiapan lahan Persiapan lahan meliputi pemilihan dan pengolahan lahan tanam, serta penentuan jarak tanam. Pengolahan lahan dilakukan supaya lahan yang akan ditanami menjadi gembur. Pada tanah bertekstur berat, sebaiknya pengolahan tanah dilakukan secara intensif. Untuk menghemat tenaga dan waktu serta memanfaatkan air tersedia dalam tanah, pengolahan dapat dilakukan secara minimum pada tanah bertekstur ringan. Pengolahan ini dilakukan dengan mencangkul tanah pada barisan yang akan ditanami selebar 40 cm, sedalam 15-25 cm sebanyak dua kali, kemudian digaru sampai rata (Hidayatulloh, 2012). b. Persiapan benih sumber Persiapan benih sumber ini, meliputi pemilihan benih dan menghitung kebutuhan benih. Tanaman induk steril merupakan tanaman tetua betina yang steril bunga jantannya, baik secara alamiah maupun buatan. Tanaman tetua yang steril jantan, maka tidak akan terjadi persilangan sendiri. Steril jantan merujuk kepada suatu bunga atau tanaman yang tidak menyebarkan serbuk sari hidup. c. Penanaman dan perawatan Sebelum dilakukan penanaman, tanah di lubangi sedalam 2-5 cm terlebih dahulu. Masing-masing lubang di tanami 2-3 benih. Dalam pembuatan benih hibrida ini, di gunakan tiga tetua, dua betina dan satu jantan. Waktu tanam antara benih jantan dan betina berbeda dikarenakan benih betina lebih cepat tumbuh daripada benih jantan. Jarak yang biasa digunakan yaitu 20x75 cm. Dalam proses penanamannya tidak berbarengan tetapi dibuat pola. Yaitu 2:1 atau 2 betina dan 1 jantan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi penyerbukan silang. Pada baris pertama ditanami tanaman jantan beumur dua hari, kemudian dua baris berikutnya ditanami tanaman betina, dan baris berikutnya berumur 4 hari setelah tanam. Dimana jarak antara jantan dan betina yaitu 30 cm. Betina XX XX XX XX XX XX
Jantan O O O O O O
Betina XX XX XX XX XX XX
Jantan O O O O O O
Benih yang telah ditanam perlu dirawat supaya perkembangannya lebih baik. Perawatannya berupa pemberian pupuk, penyiangan, dan pembumbunan. Penyiangan dilakukan seperlunya, yaitu apabila ada
gulma
yang tumbuh.
Pembumbunan dilakukan supaya tanaman yang telah tinggi tidak rebah dan
memperbaiki drainase-aerasi tanah. Pembumbunan biasanya dilakukan 4-5 minggu setelah tanam (Hidayatulloh, 2012). Sedangkan tahap-tahap yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan adalah: Untuk tanah yang diolah sempurna penyiangan dilakukan pada umur 15 hari sedangkan pada tanah yang tanpa diolah dilakukan pada umur 3 minggu. Penyiangan kedua dan ketiga dilakukan pada saat umur tanaman 4-6 minggu. Pemupukan dilakukan dengan cara membuat lubang di sebelah kiri dan kanan tanaman dengan jarak sekitar 7 cm dan kedalaman 10 cm. Pemupukan menggunakan KCl, SP36, dan Za diberikan sekaligus pada waktu tanam, sedangkan pupuk urea diberikan dua atau tiga kali. Pada musim kemarau diupayakan untuk membuat saluran-saluran kecil di antara baris tanaman atau dua barisan tanaman jagung. d. Pengamanan kemurnian genetis Untuk menjaga kemurnian genetis, produksi benih hibrida diperlakukan dengan cara: 1. Isolasi 2. Roguing Roguing dilakukan dengan cara membuang tanaman yang diragukan atau tanaman yang berbeda dari rata-rata tanaman pada umumnya pada saat menjelang berbunga. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penyerbukan tanaman tetua betina oleh tanaman yang tidak dikehendaki dan pembentukan benih bukan dari tanaman tetua yang diinginkan (Hidayatulloh, 2012). e. Hibridisasi 1. Pemilihan tetua jantan dan tetua betina Tata letak pertanaman induk disesuaikan dengan jenis hibrida yang akan dihasilkan. Untuk menghasilkan hibrida jagung persilangan tunggal, tata letak pertanaman mengikuti pola 2:1. 2. Emaskulasi Emaskulasi yaitu pembuangan bunga jantan dari tanaman tetua betina yang belum dewasa. Pada saat pencabutan bunga jantan atau malai pada barisan tanaman betina harus tepat waktu dan jangan sampai tertinggal karena akan mencampuri hasil hibrida. 3. Isolasi bunga betina Bunga betina tanaman tetua ditutup agar tidak diserbuki oleh serbuk sari lain yang tidak dikehendaki.
4. Polinasi Peletakan serbuk sari dari bunga jantan yang diinginkan ke kepala putik. 5. Penutupan bunga 6. Pelabelan f. Panen Pada akhirnya akan dihasilkan tanaman jantan dan betina dimana dari tanaman betina inilah yang akan dijadikan benih hibrida. Ciri-ciri tanaman yang sudah siap dipanen yaitu kelobot berwarna kuning, biji sudah tua dan berwarna mengkilat, pada butiran jagung sudah terbentuk jaringan tertutup berwarna hitam. Jika biji ditekan dengan kuku tangan, maka tidak akan membekas. Perkiraan kandungan air sekitar 35%. Jagung kemudian dibuka agar kadar air pada tongkol menurun hingga 17-20% hingga mudah untuk dipipil dan dijemur hingga kadar air 15%. Saat cuaca cerah (panas terik) merupakan waktu panen yang baik (Hidayatulloh, 2012).
DAFTAR PUSTAKA Moetono, M.D. 1988. Pembentukan dan Produksi Benih Benih Varietas Hibrida Jagung. Puslitbangtan: Bogor. Anonymous. 2013. Pembuatan Benih Hibrida Jagung. http://4miexs.wordpress.com/pembua tan-benih-hibrida-jagung/. Diakses tanggal 20 Maret 2013.