LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH UJI DAYA KECAMBAH
Nama
: Amul Heksa Bajafitri
NIM
: 125040201111131
Kelompok
: Jumat 11.00
Asisten
: Intan Ratri Prasundari
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan 4.1.1.1 UAK Parameter
Benih Baru (Sawi)
Benih Expired (Terong)
Pengamatan
Jumlah Benih
%
Jumlah Benih
%
Normal (N)
20
100
-
-
Abnormal (Ab)
-
-
-
-
-
-
20
100
-
-
-
-
Benih Segar Tidak Tumbuh (BSTT) Benih Keras (BK)
4.1.1.2 UDK Parameter
Benih Baru (Kangkung)
Benih Expired (B. matahari)
Pengamatan
Jumlah Benih
%
Jumlah Benih
%
Normal (N)
9
90
7
70
Abnormal (Ab)
-
-
1
10
1
10
2
20
-
-
-
-
Benih Segar Tidak Tumbuh (BSTT) Benih Keras (BK)
Parameter
< Masak Fisiologis
Masak Fisiologis
< Masak Fisiologis
Pengamatan
Jumlah Benih
%
Jumlah Benih
%
Jumlah Benih
%
Normal (N)
-
-
-
-
-
-
Abnormal (Ab)
-
-
-
-
-
-
10
100
10
100
10
100
-
-
-
-
-
-
Benih Segar Tidak Tumbuh (BSTT) Benih Keras (BK)
4.1.1.3 UKDdp Parameter
Benih Baru (Buncis)
Benih Expired (B. matahari)
Pengamatan
Jumlah Benih
%
Jumlah Benih
%
Normal (N)
10
100
-
-
Abnormal (Ab)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
10
100
Benih Segar Tidak Tumbuh (BSTT) Benih Keras (BK)
4.1.1.4 Vigor Kedalaman
Parameter Pengamatan
2 cm
3 cm
4 cm
5 cm
Vigor
5
5
5
5
Less-vigor
-
-
-
-
Non-vigor/abnormal
-
-
-
-
Benih Mati (tidak tumbuh)
-
-
-
-
4.1.1.5 Uji TZ
Benih Viable
Kategori
Jumlah
Sebagian besar terjadi kerusakan kecil pada kotiledon
5 biji
Sebagian besar terjadi kerusakan kecil pada radikula
0 biji
Sebagian besar terjadi kerusakan kecil pada kotiledon
0 biji
dan radikula
Presentase
100 %
viable
5 biji
Benih Non-
Jumlah Viabel
Sebagian besar kotiledon tidak berwarna
0 biji
Sebagian besar radikula tidak berwarna
0 biji
Kotiledon dan radikula tidak berwarna
0 biji
Jumlah non-viable
Biji
Presentase
0%
4.1.2 Tabel Dokumentasi 4.1.2.1 UAK Expired (Terong)
SEBELUM
SESUDAH
Baru (sawi)
SEBELUM
SESUDAH
4.1.2.2 UDK Expired (B. Matahari)
SEBELUM
SESUDAH
< Masak Fisiologis Sorgum
SEBELUM
SESUDAH
Baru (Kangkung)
SEBELUM
SESUDAH
Masak Fisiologis Sorgum
SEBELUM
SESUDAH
>Masak Fisiologis Sorgum
SEBELUM
SESUDAH
4.1.2.3 UKDdp Expired (B. Matahari)
SEBELUM
SESUDAH
Baru (Buncis)
SEBELUM
4.1.2.4 Vigor Kedalaman
2 cm
3 cm
Dokumentasi Hasil
SESUDAH
4 cm
5 cm
4.1.2.5 Uji TZ Biji
Benih
4.2 Pembahasan 4.2.1 Uji Viabilitas 4.2.1.1 Perbandingan daya berkecambah benih expired dan benih baru 4.2.1.1.1 UAK Pada praktikum Uji Antar Kertas (UAK) digunakan benih baru berupa benih sawi, sedangkan untuk benih expirednya menggunakan benih terong. Masing-masing benih tersebut kemudian di letakkan diantara kertas yg telah dilembabkan terlebih dahulu lalu ditempatkan di germinator
untuk
menkondisikan
benih
secara
optimal
bagi
perkecambahannya. Daya perkecambahan diamati tujuh hari setelahnya. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh perbedaan yang amat jalas diantara benih sawi (baru) dan benih terong (expired). Ketika dua-dunya ditempatkan pada kondisi yang optimum untuk berkecambah, benih sawi
menunjukkan respon yang baik karena diperoleh 100% perkecambahan normal. Namun pada benih terong sebaliknya, dari keduapuluh sampel tidak satupun yang berkecambah, dengan kategori benih segar tidak tumbuh.
Faktor
utama
yang
menpengaruhi
perbedaan
daya
perkecambahan benih baru dan expired tersebut salah satunya adalah umur dan penyimpanan benih. Menurut Shaban (2013), usia benih mempengaruhi kemampuan kesehatan dan daya perkecambahannya karena benih merupakan embrio hidup, dari waktu ke waktu sel-selnya mati dan tidak dapat diganti. Lama usia benih, kekuatan dan kelangsungan hidup benih tergantung pada faktor genetic dan fisiologis serta kondisi penyimpanan. Yang paling penting yang mempengaruhinya adalah suhu penyimpanan , kelembaban , karakteristik benih , mikroorganisme lokasi geografis dan struktur penyimpanan. Oleh karena itu penyimpanan benih yang tepat sangat diperlukan untuk mengamankan kualitas benih.
4.2.1.1.2 UDK Uji Diatas Kertas (UDK) dilakukan dengan menggunakan benih kangkung baru dan benih bunga matahari expired. Benih tersebut kemudian diletakkan di atas kertas yang telah dilembabkan dalam petridish. Setelah itu, benih dimasukkan ke dalam germinator dan diamati setelah tujuh hari. Dari hasil pengamatan, benih kangkung baru menunjukkan daya perkecambahan yang lebih baik dibandingkan benih bunga matahari. Benih kangkung 90%-nya berkecambah normal dan sisanya 10% segar tidak tumbuh. Sedangkan untuk benih bunga matahari, hanya 70% saja yang berkecambah normal, sisanya 10% berkecambah abnormal dan 20% benih segar tidak tumbuh. Dapat teramati juga adanya jamur pada benih bunga matahari expired. Dari pengamatan tersebut, selain faktor usia simpan benih dan lingkungan, perkecambahan benih juga dapat dipengaruhi oleh pathogen benih. Pada bunga matahari expired adanya kontaminasi jamur menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan tidak optimalnya daya perkecambahan benih. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan Shaban (2013) bahwa viabilitas benih adalah kemampuan embrio untuk berkecambah, dan dipengaruhi oleh sejumlah
kondisi yang berbeda. Beberapa faktor dapat mempengaruhinya seperti kemampuan tanaman untuk menghasilkan bibit yang layak, kerusakan oleh predator dan patogen, dan kondisi lingkungan seperti banjir atau panas.
4.2.1.1.3 UKDdp Pada Uji Kertas Digulung didirikan dalam plastic (UKDdp), digunakan sampel berupa benih buncis baru dan benih bunga matahari expired. Masing-masing benih tersebut selanjutnya diletakkan dan diatur jarak masing-masing satu dengan lainnya di atas kertas yang telah dilembabkan sebelumnya. Setelah itu, kertas dengan biji digulung dan dibungkus di dalam plastic untuk kemudian di masukkan ke dalam germinator selama tujuh hari lalu dilakukan pengamatan. Dari hasil UKDdp tidak jauh menunjukkan perbedaan dari hasil uji yang telah dijelaskan sebelumnya dimana dapat diamati bahwa daya perkecambahan benih baru (buncis) lebih baik dibandingkan pada benih yang telah expired (bunga matahari). 100% benih buncis mengalami perkecambahan normal, sedangkan 100% benih bunga matahari tergolong benih keras dan tidak satupun berkecambah. Berdasarkan hal tersebut dapat juga dipahami bahwa salah satu faktor yang mempengarugi perkecambahan yaitu kekerasan benih, semakin keras benih akan menjadi penghalang bagi perkecambahan. Dapat diamati pada bunga matahari memiliki struktur yang keras, terutama kulit bijinya. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap proses imbibisi air. Biji yang keras akan menjadi penghalang mekanis masuknya air dan gas-gas lain yang mungkin diperlukan untuk perkecambahan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sutopo (2003), perkecambahan dan penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya.
4.2.1.2 Perbandingan daya berkecambah benih < masak fisiologis, masak fisiologis, > masak fisiologis Kematangan buah akan menentukan kualitas dan mutu dari benih. Benih dapat berkecambah pada semua tingkat kemasakan, tetapi ada
perbedaan daya
berkecambah antara tingkat kemasakan tersebut
(Tia,2012). Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologis tercapai, tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum sempurna (Sutopo,2003). Benih mempunyai berat kering dan vigor maksimum pada saat masak fisiologis, dan pada saat itu pula penghimpunan makanan di endosperm berakhir. Berat kering, ukuran dan vigor benih setelah lewar fase masak fisiologis akan menurun secara perlahan-lahan, tetapi kadar air benih menurun dengan cepat hingga tercapai keseimbangan dengan kondisi di lingkungan. Akibatnya benih yang lewat fase matang fisiologisnya dapat mengalami kemunduran benih (Pancaningtyas, 2006). Daya perkecambahan benih over masak fisiologis, masak fisiologis dan belum masak fisiologis diamati dengam melakukan UDK terhadap benih sorgum yang dipanen sendiri lalu dikeringkan. Berdasarkan literature diatas, seharusnya benih matang fisiologis memiliki viabilitas yang lebih baik, namun dari hasil pengamatan tidak satu pun benih yang dijadikan sampel menunjukkan perkecambahan. 100% benih, baik over masak fisiologis, masak fisiologis maupun belum masak fisiologis, terkategorikan
sebagai
dimungkinkan karena
benih adanya
segar tidak
tumbuh. Hal tersebut
prosedur yang kurang tepat
saat
dilakukannya pemanenan, pre-treatment, atau penyimpanan benih yang bisa menimbulkan kerusakan mekanis pada benih sehingga menurunkan viabilitasnya.
4.2.2
Uji Vigor (perbandingan daya berkecambah benih pada berbagai kedalaman) Vigor diartikan sebagai kemampuan bibit untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal. Uji Vigor dilakukan dengan menanam behih jagung pada pasir dengan berbagai kedalaman, yaitu 2, 3, 4, dan 5 cm dari permukaan. Setelah dilakukan pengamatan selama 7 hari semua benih di setiap kedalaman menunjukkan 100% vigor. Artinya benih jagung yang digunakan tersebut vigor yang bagus, karena ia mampu tumbuh baik pada kondisi tanah pasir Jika ditelaah menurut Marjana
(2010), faktor lingkungan juga mempengaruhi, yaitu media tanah yang digunakan salah satunya adalah pasir, suhu pasir lebih hangat sehingga lebih menguntungkan untuk perkecambahan. Namun, pasir mrmiliki sifat yang kurang mampu menyimpan atau mengikat air. Akibatnya air yang masuk kedalam tanah akan diteruskan dengan cepat ke bagian yang lebih dalam sebelum mampu dimanfaatkan oleh benih untuk berkecambah, sehingga benih yang ditanam tidak mendapatkan air. Hal tersebut yang menjadi suatu kendala dalam prtumbuhannya. Namun pada praktikum ini hal tersebut tidak menjadi masalah bagi perkecambahan jagung
4.2.3 Uji TZ (perbandingan viabilitas dan benih) Pada saat praktikum, uji TZ dilakukan dengan membandingkan viabilitas benih yang diberikan asisten serta biji kedelai yang didapatkan di pasar. Sebelumnya dilakukan pre-treatement terlebih dahulu pada masing-masing benih dan biji kedelai yang digunakan. Pre-treatement dilakukan dengan perendaman benih dan biji kedelai dalam air pada suhu ruang selama 18 jam kemudian ditiriskan dan dihilangkan kulit arinya. Menurut Deminicis (2014) tes trazolium menjadi alternatif yang menjanjikan untuk penentuan kualitas serta uji viabilitas dan vigor benih. Uji tetrazolium dapat dengan cepat memperkirakan kelangsungan hidup benih berdasarkan perubahan warna jaringan di dalam larutan garam tetrazolium. Adanya perubahan warna setelah perendaman dalam larutan mencerminkan aktivitas enzim spesifik terkait dengan kelangsungan hidup benih. Warna jaringan benih merupakan indikasi kualitas benih di mana warna merah carmin menunjukkan jaringan hidup dan vigornya kuat, merah carmin yang makin gelap menandakan adanya kerusakan jaringan dan warna putih berarti jaringan mati susu. Dari hasil pengamatan uji TZ benih kedelai dari asisten dan biji kedelai dari pasar tidak menunjukkan perbedaan. Baik benih maupun biji yang diuji mengalami perubahan warna merah yang menunjukkan viabilitas dan adanya sedikit kerusakan pada kotiledon. Artinya benih dari sisten dan dari pasar sama-sama memiliki viabilitas yang bagus. Walaupun dalam praktikum ini baik benih bersertifikat maupun bijisama
sama menunjukkan viabilitas, namun untuk keperluan tanam di pertanian dianjurkan untuk lebih menggunakan benih bersertifikat karena lebih terjamin kualitasnya untuk produksi.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan Viabilitas merupakan kemampuan bibit untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang optimum. Dari pengamatan yang dilakukan pada uji antar kertas (UAK), uji di atas kertas (UDK), uji kertas digulung didirikan dalam plastic (UKDdp), secara umum dapat disimpulkan bahwa viabilitas benih baru lebih baik daripada benih expired. Hal tesebut dapat dipengaruhi oleh macam-macam faktor terutama usia benih serta kondisi lingkungan. Selain itu tingkat kematangan benih juga mempengaruhi viabilitas, viabilitas benih optimal diperoleh pada fase masak fisiologis, Namun, dalam praktikum ini benih masak fisiologis tidak menunjukkan perkecambahan dimungkinkan karena penanganan yang kurang tepat saat panen, pretreatment, atau penyimpanan. Dari uji TZ benih sertifikat dan biji sama-sama menunjukkan viabilitas dengan sedikit kerusakan pada kotiledon. Walaupun begitu, untuk kegiatan budidaya sebaiknya digunakan benih sertifikat karena lebih terjamin kualitasnya untuk produksi. Vigor diartikan sebagai kemampuan bibit untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal. Benih jagung yang digunakan pada praktukum memiliki vigor yang baik karena ketika ditanam di pasir semua perlakuan menunjukkan 100% vigor.
5.2 Saran Praktikum sudah berjalan sangat baik, semoga kedepannya dapat dipertahankan.
DAFTAR PUSTAKA
Deminicis, Bruno B. 2014. Tetrazolium Test to Evaluate Stizolobium aterrimum Seeds Quality. American Journal of Plant Sciences, 2014, 5, 148-152 Mirjana, Milosevic. 2010. Vigour Tests As Indicators Of Seed Viability. Zurich. Institute of Seed and Vegetable Crops, Novi Sad. Pancaningtyas, Sulistyani . 2006. Pengaruh Waktu Panen dan Penundaan Pengeringan terhadap Viabilitas Benih Buncis (Phaseolus vulgaris L.). Pragram Studi Pemuliaan Tanaman, IPB. Shaban, Morad. 2013. Study on some aspects of seed viability and vigor International journal of Advanced Biological and Biomedical Research Volume 1, Issue 12, 2013: 1692 1697. Sutopo, Lita. 2003. Teknologi Benih. Jakarta: Raya Grafindo Persada Tia, Ema. 2012. Pengaruh Tingkat Kematangan Buah Terhadap Daya Berkecambah Benih. Lampung. Politeknik Negeri Lampung.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Presentase Daya Berkecambah 1. UAK A. Baru (sawi) % Kecambah Normal (N) =
= 100%
B. Expired (terong) % Benih Segar Tidak Tumbuh (BSST) =
= 75%
2. UDK A. Baru (kangkung) % Kecambah Normal (N) =
= 90%
% Benih Segar Tidak Tumbuh (BSST) =
= 10%
B. Expired (Bunga Matahari) % Kecambah Normal (N) =
= 70%
% Kecambah Abnormal (Ab) =
= 10%
% Benih Segar Tidak Tumbuh (BSST) =
= 20%
C. < masak fisiolologis % Benih Segar Tidak Tumbuh (BSST) =
= 100%
D. Masak Fisiologis % Benih Segar Tidak Tumbuh (BSST) =
= 100%
E. > masak fisiologis % Benih Segar Tidak Tumbuh (BSST) =
= 100%
3. UKDdp A. Baru (Buncis) % Kecambah Normal (N) =
= 100%
B. Expired (Bunga Matahari) % Benih Keras (BK) =
= 1000%
Lampiran 2. Perhitungan Daya Tumbuh Vigor A. Kedalaman 2 cm % Daya tumbuh =
= 100%
B. Kedalaman 3 cm % Daya tumbuh =
= 100%
C. Kedalaman 4 cm % Daya tumbuh =
= 100%
D. Kedalaman 5 cm % Daya tumbuh =
= 100%