LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PERBANYAKAN VEGETATIF
Nama
: Amul Heksa Bajafitri
NIM
: 125040201111131
Kelompok
: Jumat 11.00
Asisten
: Intan Ratri Prasundari
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Teknologi produksi benih merupakan suatu cara yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan benih yang sesuai dibutuhkan oleh para petani. Di Indonesia berbagai macam cara digunakan untuk memenuhi kebutuhan benih yang kualitasnya bagus, namun jarang petani yang mempu menghasilkan benih yang seragam pertumbuhanya, baik dilihat dari segi kualitas maupun kuantitas. Cara mendapatkan benih salah satunya dengan perbanyakan tanaman. Dalam kegiatan budidaya, perbanyakan tanaman tidak hanya dapat dilakukan secara generatif, namun bisa juga secara vegetative. Perbanyakan vegetative merupakan perbanyakan tanaman tanpa melalui proses perkawinan, melainkan dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk, daun, umbi dan akar, untuk menghasilkan tanaman yang baru, yang sama dengan induknya. Perbanyakan vegetative pada tanaman ada yang terjadi secara alami maupun dengan campur tangan manusia (buatan). Pada prinsipnya, perbanyakan vegetative dilakukan dengan merangsang tunas adventif yang ada dibagian-bagian tertentu tanaman agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus. Pengetahuan tentang konsep perbanyakan tanaman secara vegetatif sangat penting untuk diketahui. Hal tersebut dapat didukung hanya dengan pengetahuan yang mumpuni tentang teknik-teknik perbanyakan vegetative yang sesuai dengan aspek morfologi, anatomi, fisiologi, dan genetic tanaman.
1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian perbanyakan vegetatif alami dan buatan. 2. Untuk mengetahui macam perbanyakan vegetatif alami dan buatan. 3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perbanyakan vegetatif alami dan buatan. 4. Untuk mengetahui klasifikasi tanaman-tanaman yang diperbanyak dengan vegetatif alami dan buatan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perbanyakan vegetatif alami 2.1.1. Pengertian perbanyakan vegetatif alami Perbanyakan tanaman vegetative alami adalah reproduksi yang terjadi dengan sendirinya, yaitu tumbuhan itu sendiri yang melakukannya, tidak dibantu oleh manusia. Keturunannya menghasilkan yang sama dengan induknya (Abdurahman, 2008). Perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji tanaman induk yang terjadi secara alami tanpa campur tangan manusia (Rahardja dan Wiryanta, 2003). “Natural vegetative propagation is mostly a process found in herbaceous and woody perennial plants, and typically involves structural modifications of the stem, although any horizontal, underground part of a plant (whether stem, leaf, or root) can contribute to vegetative reproduction of a plant (Grant, 1864)”. Perbanyakan vegetatif alami sebagian besar merupakan proses yang ditemukan dalam tanaman tahunan herba dan kayu, dan biasanya melibatkan modifikasi struktural batang, meskipun setiap horisontal, bagian bawah tanah dari tanaman (baik batang, daun, atau akar) dapat berkontribusi terhadap reproduksi vegetatif tanaman. “Vegetative reproduction by natural methods is very common among seed plants. Vegetative organs such as roots,stems & leaves bear adventitious buds & bring about the formation of new plants (Vidyalay dan Junior, 1987)”. Reproduksi vegetatif dengan metode alami sangat umum di kalangan bibit tanaman. Organ vegetatif seperti akar, batang & daun tunas adventif menanggung & membawa tentang pembentukan tanaman baru. 2.1.2 Macam perbanyakan vegetatif alami 1. Akar adventif Akar beberapa tanaman mengembangkan tunas adventif pada mereka. Misalnya,
Daldergia (shisham), jambu, Murraya, Albizzia lebbek, dll Beberapa akar adventif berbonggol selain memiliki tunas adventif juga mengandung jumlah yang cukup dari makanan, misalnya; Dahlia & ubi jalar. Tunas ini tumbuh dalam kondisi yang sesuai. Kecambah ini dapat dipisahkan & ditanam. Dalam shisham (Tahli) muda tunas cepat tumbuh akan muncul dari akar sekitar tunggul pohon dipotong (Vidyalay dan Junior, 1987). Contoh: Ubi jalar (Ipomoea batatas): Ini adalah modifikasi dari akar adventif. Akar ini tumbuh dari node dari batang berjalan & mereka tidak teratur bengkak karena penyimpanan makanan, maka mereka disebut akar berbonggol. 2. Umbi batang Umbi kentang merupakan bagian apikal bengkak dari cabang batang bawah tanah & dikenakan jumlah node atau mata. Setiap beruang mata satu atau banyak tunas. Tanaman baru diproduksi dari tunas hadir pada
mata.
Pengisap
Chrysanthemum juga
dari
Mint
&
berfungsi sebagai
organ untuk multiplikasi vegetatif. Batang bawah tanah kentang, bawang & Zamicand digunakan untuk perbanyakan vegetatif. Tanaman dengan modifikasi subaerial seperti di Pistia, Eichhornia & Nanas yang digunakan untuk perbanyakan tanaman (Vidyalay dan Junior, 1987). 3. Stolon Sulur/stolon/runner adalah cabang prostat ramping dengan ruas pendek & panjang. Ini naik dari dasar tanaman. Ini merayap di thr tanah & akar pada node. Runner muncul dari ketiak bud & merinding pergi agak jauh dari tanaman induk. Ini menghasilkan akar & tumbuh menjadi tanaman baru. Banyak sulur yang dihasilkan dari pohon induk. Runner dimaksudkan untuk perbanyakan vegetatif. Misalnya strawberry, rumput, dll (Vidyalay dan Junior, 1987).
4.
Daun Dalam
beberapa
tanaman
tunas
adventif dikembangkan pada daun mereka.
Misalnya
Bryophyllum,
Begonia, Streptocarpus, Kalanchoe & Saintpaulia. berlekuk
Dalam margin
Bryophyllum daun
sukulen
menanggung tunas adventif. Tunas ini biasanya tetap terbengkalai, ketika daun terpasang dengan tanaman. Namun ketika bersentuhan dengan tanah, mengembangkan planlet baru sepanjang tepi. Namun pada beberapa spesies Bryophyllum, plantlet berkembang di sepanjang tepi daun utuh. Dalam Begonia & Sensevieria tunas adventif yang diproduksi di tempat cedera (Vidyalay dan Junior, 1987). 5.
Kormus Kormus
yaitu
bagian
pendek
membengkak,
batang
yang
mengandung
cadangan makanan, tidak menjalar dan selalu
terdapat
di
dalam
tanah,
contohnya gadung (Dioscorea hispida) dan talas (Colocasia esculenta) (Ashari, 1995).
2.1.3. Faktor yang mempengaruhi perbanyakan vegetatif alami 1. Faktor Suhu / Temperatur Lingkungan Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang, reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi tumbuhan adalah antara 22 derajat celcius sampai dengan 37 derajad selsius. Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti. 2. Faktor Kelembaban / Kelembapan Udara
Kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan di mana tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat. 3. Faktor Cahaya Matahari Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan cahaya matahari, maka tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar mentari dapat menghambat proses pertumbuhan. 4. Faktor Hormon Hormon pada tumbuhan juga memegang peranan penting dalam proses perkembangan dan pertumbuhan seperti hormon auksin untuk membantu perpanjangan sel, hormon giberelin untuk pemanjangan dan pembelahan sel, hormon sitokinin untuk menggiatkan pembelahan sel dan hormon etilen untuk mempercepat buah menjadi matang (Rochiman, 1973).
2.2. Perbanyakan vegetatif buatan 2.2.1. Pengertian Perbanyakan vegetatif buatan “A set of techniques to produce a new individual without mating with human assistance (Vidyalay dan Junior, 1987)”. Sekumpulan teknik untuk menghasilkan individu baru tanpa melalui perkawinan dengan bantuan manusia. “Artificial vegetative propagation of plants is a plant breeding without pollination, involving human intervention (Grant, 1864)”. Perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan merupakan perkembangbiakan tanaman tanpa melalui polinasi, melibatkan campur tangan manusia. Perbanyakan vegetatif buatan merupakan perbanyakan tanaman yang umum digunakan untuk tanaman hias baik dengan perbaikan atau tanpa perbaikan. contohnya yaitu stek, cangkok, merunduk dan okulasi (Rukman, 2014). Perbanyakan vegetatif buatan adalah perbanyakan tanaman secara buatan dengan campur tangan manusia (Suwanto, 2007).
2.2.2. Macam perbanyakan vegetatif buatan 1. Cangkok (air layering) Mencangkok dlakukan
merupakan
untuk
teknik
mendapatkan
yang anakan
sebagai bahan tanaman dalam pembangunan bank
klon, kebun benih klon, kebun
persilangan karena dengan teknik ini bersifat dewasa sehingga lebih cepat berbunga dan berbuah. Cangkok sangat cocok dilakukan pada tanaman buah-buahan yang batangnya berkayu, seperti mangga, jeruk, jambu biji, belimbing manis, lengkeng, serta tanaman hias seperti bugenvil, mawar, dan kemuning. Pencangkokan dilakukan dengan cara menyayat dan mengupas kulit sekekeliling batang, lebar sayatan tergantung dengan jenis tanaman yang dicangkok. Penyayatan dilakukan sedemikian rupa sehingga lapisan kambiumnya dapat dihilangkan (dengan cara dikikis). Setelah luka yang dibuat cukup kering, Rootone-F diberikan sebagai perlakuan agar bahan cangkokan cepat berakar. Media yang digunakan terdiri dari tanah dan kompos kemudian dibalut dengan sabut kelapa atau plastik. Bila batang diatas sayatan telah menghasilkan sistem perakaran yang bagus, batang dapat dipotong dan bisa langsung dipindah tanamkan. 2. Penyambungan (grafiting) Grafiting adalah seni penyambungan 2 jaringan tanaman
hidup
keduanya
sedemikian
bergabung
dan
rupa
sehingga
tumbuh
serta
berkembang sebagai satu tanaman gabungan. Teknik apapun yang memenuhi kriteria ini dapat digolongkan
sebagai
metode
grafiting.
Perbanyakan secara grafiting merupakan teknik perbanyakan yang mahal karena memelukan banyak tegana terlatih dan waktu. Teknik ini dipilh dengan pertimbangan
untuk memperbanyak tanaman yang tidak bisa atau sukar diperbanyak dengan cara stek, rundukan, pemisahan atau dengan cangkok. Menurut Ashari (1995), banyak jenis tanaman yang sukar untuk diperbanyak dengan cara-cara tersebut. Tetapi mudah dilakukan denga penyambungan. Misalnya pada belimbing, mangga, manggis jeruk dan durian. 3. Penyusuan Istilah penyusuan (approach grafting) merupakan cara penyambungan di mana batang bawah dan batang atas masingmasing
tanaman
masih
berhubungan
dengan perakarannya.
4. Kultur jaringan (tissue culture) Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur
jaringan
perbanyakan
merupakan
tanaman
dengan
teknik cara
mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagianbagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril. (Gina, 2014). 5. Budding Ini adalah penyisipan tunas dewasa ( keturunan ) dengan sepotong kulit kayu di bawah kulit kayu dari tanaman induk sedemikian rupa sehingga jaringan yang terbuka dari kedua saham & keturunan
yang dibawa ke dalam kontak dengan satu sama lain . Hal ini diikuti dengan mengikat bagian dioperasi . Hal ini dilakukan sebagai berikut : Pilih keturunan dari varietas yang sama atau dari varietas yang berbeda dari spesies yang sama atau dari spesies yang berbeda dari genus yang sama . Tunas (keturunan) tidak boleh muda atau terlalu tua & cocok u ntuk iklim & tanah kondisi setempat (Vidyalay dan Junior, 1987). 2.2.3. Faktor yang mempengaruhi perbanyakan vegetatif buatan 1. Faktor Intern : a. Dormansi bahan tanam (dapat dipecahkan dengan pemberian kelembaban tinggi). b. ZPT (dapat memacu pertumbuhan akar dan tunas). 2. Faktor Ekstern: a. Suhu (bahan tanam tidak tahan dengan suhu tinggi) b. Kelembaban (pada awal masa tanam dibutuhkan kelembaban yang tinggi) c. Cahaya (pada awal pertumbuhan tunas dan akar dibutuhkan cahaya yang tidak banyak, maka perlu diberi naungan) d. Jamur dan bakteri (biasanya sangat peka terhadap keadaan yang lembab, bahan tanam yang terlukai sangat rawan terhadap serangan jamur dan bakteri sehingga menyebabkan kebusukan) (Rochiman, 1973).
2.3. Klasifikasi tanaman Vegetatif alami Kentang Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Solanales
Famili
: Solanaceae
Genus
: Solanum
Spesies
: Solanum. tuberosum
Bawang merah Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Ordo
: Asparagales
Famili
: Amaryllidaceae
Genus
: Allium
Spesies
: Allium cepa
2.4 Klasifikasi Tanaman Vegetatif buatan Zamia Kingdom
: Plantae
Divisi
: Cycadophyta
Kelas
: Cycadopsida
Ordo
: Cycadales
Famili
: Zamiaceae
Genus
: Zamia
Spesies
: Zamia furfuracea
Krisan Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Asterales
Famili
: Asteraceae
Genus
: Chrysanthemum
Spesies
: C. x grandiflorum
Mawar Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Rosales
Famili
: Rosaceae
Genus
: Rosa
Spesies
: Rosa alba
Bougenvil Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Caryophyllales
Famili
: Nyctaginaceae
Genus
: Bougainvillea
Spesies
: B. buttiana
III. METODOLOGI
3.1. Alat dan Bahan Alat:
Pisau/Cuter : Untuk memotong bahan praktikum
Plastik : Untuk membungkus hasil grafting dan membelut mata tunas saat okulasi
Polibag/Wadah plastic : Untuk menanam bahan praktikum
Tanah dan Komos : Untuk media tanam
Bahan: 1. Perbanyakan vegetatif alami:
Kentang : bahan perbanyakan vegetatif alami (umbi batang)
Bawang merah : bahan perbanyakan vegetatif alami (umbi lapis)
2. Perbanyakan vegetative buatan
Zamia : bahan perbanyakan vegetatif alami (stek daun)
Krisan : bahan perbanyakan vegetatif alami (stek buatan)
Mawar : bahan perbanyakan vegetatif alami (okulasi)
Bugenville : bahan perbanyakan vegetatif alami (grafting)
Rooton : Untuk zat pengatur tumbuh.
3.2. Langkah Kerja 1. Perbanyakan Vegetatif Alami
a. Kentang (Umbi Batang) Siapkan Indukan Vegetatif Potong Untuk Bahan Tanam Diambil 2 Bagian Mata Tunas Tanam Pada1 Polybag
Beri Label Pengamatan (Minggu 1-5 + Dokumentasi) Hasil
*Parameter pengamatan: saat munculnya tunas baru, jumlah tunas, tinggi tanaman
b. Bawang Merah (Umbi Lapis) Siapkan 3 Indukan Vegetatif
Potong Untuk Bahan Tanam Potong/buang 1/3 atas, 2/3 sisanya untuk bahan tanam Tanam Pada1 Polybag
Beri Label
Pengamatan (Minggu 1-5 + Dokumentasi)
Hasil
*Parameter pengamatan: saat munculnya tunas baru, jumlah tunas, tinggi tanaman
2. Pebanyakan Vegetatif Buatan a. Krisan (Stek Batang) Siapkan Indukan Vegetatif
Diambil 3 bagian (atas, cabang, tengah) Potong untuk bahan tanam Bagian bawah masing-masing batang diolesi rooton F
Tanam Pada1 Polybag
Beri Label
Pengamatan (Minggu 1-5 + Dokumentasi)
Hasil
*Parameter pengamatan: saat munculnya tunas baru (tgl hst), jumlah tunas, presentase tanaman hidup.
b. Zamia (Stek Daun) Siapkan Indukan Vegetatif
Ambil 3 Bagian Daun
Tanam Pada1 Polybag
Beri Label
Pengamatan (Minggu 1-5 + Dokumentasi)
Hasil
*Parameter pengamatan: saat munculnya tunas baru (tgl hst), jumlah tunas, presentase tanaman hidup.
c. Grafting (Bougenvile) Siapkan 2 Indukan Vegetatif
Menentukan Batang Bawah Dan Batang Atas
Menyayat Batang Bawah Dan Batang Atas Sampai Sesuai
Sambung + Balut Dengan Plastik
Pengamatan (Minggu 1-5 + Dokumentasi)
Hasil
d. Okulasi (Mawar) Siapkan 2 Indukan Vegetatif Ambil Tunas Pada Batang Sayat Batang Mawar Lain + Buka Sayatan Masukan Tunas Ke Dalamnya (Disisipkan) Tutup Dan Balut Dengan Plastik Amati Dan Dokumentasi
Hasil
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Umbi Lapis No.
1. 2. 3.
1. 2. 3.
Parameter Minggu kePengamatan 1 2 3 4 5 6 Perlakuan bawang merah dipotong 1/3 bagian Saat munculnya 7 hst tunas Jumlah tunas 3 3 5 5 5 5 Tinggi tanaman 8 23 29 37 49 55 (cm) Perlakuan penanaman menggunakan bawang merah tanpa dipotong Saat munculnya 7 hst tunas Jumlah tunas 5 5 5 5 5 5 Tinggi tanaman 5 12 21 27 35 42 (cm)
Umbi Batang No.
1. 2. 3. 4.
1. 2. 3. 4.
Minggu keParameter Pengamatan 1 2 3 4 Perlakuan dipotong bagian tunasnya Saat munculnya - mst tunas Persentase 0% tumbuh (%) Jumlah tunas Tinggi tanaman (cm) Perlakuan tunasnya dipotong berbentuk limas Saat munculnya 5 mst tunas Persentase 100% tumbuh (%) Jumlah tunas Tinggi tanaman (cm)
5
6
-
-
-
-
-
2
-
-
Stek Daun No.
1. 2. 3.
1 2 3
Parameter Minggu kePengamatan 1 2 3 4 5 Perlakuan menggunakan 1/2 bagian daun Saat munculnya 0 hst tunas Jumlah tunas Persentase tanaman hidup 100% 100% 100% 100% 100% (%) Perlakuan menggunakan daun utuh Saat munculnya 0 hst tunas Jumlah tunas Persentase tanaman hidup 100% 100% 100% 100% 100% (%)
6
100%
100%
Stek Batang No.
1. 2. 3.
1. 2. 3.
Parameter Minggu kePengamatan 1 2 3 4 Perlakuan menggunakan batang atas Saat munculnya 0 hst tunas Jumlah tunas Persentase tanaman hidup 100% 50% 50% 25% (%) Perlakuan menggunakan batang tengah Saat munculnya 0 hst tunas Jumlah tunas Persentase tanaman hidup 100% 100% 100% 100% (%) Perlakuan menggunakan batang bawah
1.
Saat munculnya 0 hst tunas
5
6
-
-
0%
0%
-
-
80%
80%
2. 3.
Jumlah tunas Persentase tanaman hidup (%)
-
-
-
-
-
-
100%
50%
30%
35%
0%
0%
5
6
2 coklat
2 coklat
2
Minggu ke3 4
5
6
coklat
coklat
coklat
coklat
coklat
coklat
7
7
7
7
7
7
Okulasi No. 1. 2. 3.
Parameter Pengamatan Persentase tumbuh (%) Panjang tunas Warna tunas
1
2
Minggu ke3 4
0% 2 hijau
2 hijau
2 hijau
2 coklat
Grafting No. 1. 2. 3. 4.
Parameter Pengamatan Saat munculnya tunas Persentase tumbuh (%) Warna batang Diameter batang (cm)
1 - hst 0%
4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, diketahui bahwa bawang merah dengan perlakuan pemotongan memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan bawang merah tanpa pemotongan. Dapat dilihat dari hasil pengukuran tiap minggunya bahwa bawang merah dengan perlakuan pemotongan memiliki tinggi yang lebih unggul daripada bawang merah yang tidak diberi perlakuan pemotongan. Sampai dengan minggu keenam pengamatan, tinggi bawang merah dengan perlakuan tanpa pemotongan sebesar 42 cm sedangkan pada bawang merah dengan pemotongan tinggi akhir pengamatan mencapai 55 cm. Dilihat dari jumlah tunas yang tumbuh, baik pada bawang merah dengan perlakuan pemotongan maupun tidak, memiliki jumlah yang sama sebesar 5 tunas di akhir pengamatan. Jumini dkk (2010)
menjelaskan bahwa pemotongan bagian umbi mampu merangsang pembentukan hormon tumbuh tanpa mengganggu mata tunas sehingga dapat mempercepat pertumbuhan tanaman dan jumlah anakan, serta dapat mendorong pertumbuhan umbi samping. Hal tersebut tentunya akan berdampak positif terhadap peningkatan hasil produksi. Pada perbanyakan umbi kentang, pertumbuhan bibit ketang tergolong lamban dimana pertumbuhan dan pemenjangan tunas pada kentang yang dipotong berbentuk limas terjadi pada minggu terakhir pengamatan. Sedangkan pada kentang yang tidak diberi perlakuan tidak menunjukkan terjadinya pertumbuhan. Kondisi tersebut dapat dipengaruhi baik oleh faktor internal maupun eksternal seperti dormansi bahan tanam yang memang sulit untuk dipecahkan maupun media serta perawatan yang dilakukan. Menurut Aldaya (2009), media tanam memiliki fungsi untuk menopang tanaman, memberikan nutrisi dan menyediakan tempat bagi akar tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Menurut Pudjiono (1996), lewat media tanam tumbuh-tumbuhan mendapatkan sebagian besar nutrisinya. Kemungkinan pengaruh dari media akibat dari kurangnya nutrisi dan air pada media Praktikum perbanyakan tananaman secara vegetatif buatan dengan cara stek daun daun zamia dengan perlakuan penanaman daun utuh, bagian pangkal daun dan pucuk seluruhnya menunjukkan tanda-tanda keberhasilan. Walaupun keseluruhan zamia yang digunakan belum terlihat keberadaan tunas, namun setelah dicabut pada minggu terakhir pengamatan telah tumbuh akar. Menurut Leksono, B., dan Setyaji, T. (2003), akar dan tunas baru muncul dari jaringan kalus yang terbentuk dari aktivitas meristem sekunder karena pelukaan. Masalah pada stek daun secara umum adalah pembentukan tunas-tunas adventif, bukan akar adventif. Pembentukan akar adventif pada daun lebih mudah dibandingkan pembentukan tunas adventif. Pada stek krisan dengan perlakuan pemotongan 3 bagian (pangkal, tengah dsn pucuk) serta pengaplikasian ZPT Rotoon, didapatkan hasil bahwa stek krisan bagian tengah lebih mampu tumbuh lebih baik, hal ini dapat dilihat dari prosentase kehidupan tanaman krisan di minggu akhir pengamatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan 2 perlakuan lain. Hal tersebut diduga disebabkan oleh beberapa penyabab, seperti umur tanaman, teknik pemotongan yang kurang tepat. Pada batang
yang masih muda, kandungan karbohidrat rendah tetapi hormonnya cukup tinggi. Biasanya pada kasus ini hasil stekan akan tumbuh tunas terlebih dahulu, padahal stek yang baik harus tumbuh akar dulu. Oleh karena itu, stek yang berasal dari batang yang muda sering gagal. Menurut Kartiko (2000), stek tanaman ada yang mudah berakar dan ada juga yang sulit berakar. Untuk tanaman yang mudah berakar bisa langsung disemaikan setelah dipotong dari pohon induknya. Tetapi untuk tanaman yang sulit berakar, sebaiknya sebelum stek disemai dilakukan dulu pengeratan batang. Selain itu, pemberian hormon tumbuh dapat membantu pertumbuhan akar. Menurut Leksono (1996), dalam pemotongan juga penting. Menurut Herawan dan Husnaeni (1996), pemotongan miring berfungsi supaya luas penampang lebih besar dibanding horizontal so tempat tumbuh akarpun lebih banyak. Perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan selanjutnya adalah okulasi dan grafting. Pada paraktikum ini digunakan tanaman mawar sebagai bahan okulasi dan tanaman bugenville sebagai bahan grafting. Hasil dari praktikum yaitu okulasi dan grafting yang dilakuakn mengalami kegagalan, ditunjukkan dari batang yang dilakuakan graffting maupun okulasi tidak mengalami perkembangan bahkan ada yang mengering. Penyebab utama kegagalan ini ialah kurang terampilnya praktikan dan peralaratan yang kurang mendukung, selain itu penyebab kegagalah tersebut ialah incompatibilitas batang bawah dan batang atas, dan serangan Jamur dan bakteri (biasanya sangat peka terhadap keadaan yang lembab, bahan tanam yang terlukai sangat rawan terhadap serangan jamur dan bakteri sehingga menyebabkan kebusukan) (Rochiman, 1973).
V.
PENUTUP
4.1. Kesimpulan Berdasarkan kegiatan praktikum, dapat disimpulan bahwa terdapat banyak macam teknik perbanyakan tanaman secara vegetative, vegetatif alami ataupun vegetatif buatan. Dari hasil praktikum, beberapa tanaman hasil perbanyakan vegetative telah berhasi, ditandai dengan munculnya tunas ataupun akar. Namun, ada juga tanaman hasil perbanyakan vegetative yang belum menunjukkan tanda tandatanda kemunculan tunas. Berhasil dan tidaknya pertumbuhan atau kemunculan tunas dapat dipengaruhi, baik dari faktor intern/tanaman ataupun faktor ekstern/ keadan lingkungan. Faktor yang perpengaruh besar dalam kegagalan yang terjadi dalam praktikuum ini diduga karena kurangnya keterampilan praktikan dalam teknik perbanyakan secara vegetative, umur tanaman, dan kondisi lingkungan.
4.3 Saran Dalam perbanyakan tanaman secara vegetative perlu adanya keterampilan individu untuk menjamin keberhasilan. Oleh karena itu alangkah lebih baik bila praktikuk materi ini tidak hanya dilakukan satu kali agar praktikan lebih terampil melakukan perbanyakan tanaman secara vegetative, terutama untuk okulasi dan grafting.
DAFTAR PUSTAKA Abdurahman, Daden. 2008. Biologi Kelompok Pertanian dan Kesehatan untuk Kelas IX SMK. Bandaung: Grafindo Media Pratama. Aldaya, M. T. Martinez. 2009. Incorporating the Water Foot Print and Virtual Water. London: Mark Inc. Ashari (1995) dalam Nurdianti. 2014. Perbanyakan Vegetatif. http://achiecutez.blogspot.com/2012/05/acara-i-perbanyakan-vegetatif.html. diakses 2 Mei 2014. Gina.
2014. Perbanyakan dan Perkembangan Tanaman. http://ginaacasper.blogspot.com/2011/12/perbanyakan-dan-perkembangantanaman.html. diakses 22 Mei 2014.Grant. 1864. Vegetative Reproduction in New York: a comprehensive study. Stony Brook University Press: NY, NY.
Grant, General J. (1864). Vegetative Reproduction in New York: a comprehensive study. Stony Brook University Press: NY, NY Herawan, T., dan Y. Husnaeni. 1996. Teknik Rejuvenasi Menggunakan Metoda Rendaman Cabang Dalam Air pada Jenis A. mangium, E. deglupta, E. urophylla dan P. falcataria. Bnadung: Aksara Baca Jumini dkk. 2010. Pengaruh Pemotongan Umbi Bibit dan Jenis Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah. Jurnal. Floratek 5: 164 171. Kartiko, H.P. 2000. Membina Kebun Pangkas Sebagai Sumber Bibit Untuk Hutan Keluarga dan Hutan Klon. Semarang: Pustaka Ilmu. Leksono, B. 1996. Explorasi Benih Acacia spp dan Eucalyptus pellita F. Muell di Merauke, Irian Jaya. Buletin Becariana. Universitas Cendrwasih. Jayapura Leksono, B., dan Setyaji, T.,2003. Teknik Persemaian dan Informasi Benih Acacia mangium. Seri GN-RHL. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta. Pudjiono, S. 1996. Dasar-dasar Umum Pembuatan Stek Pohon Hutan. Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta: Kencana Ilmu. Rahardja. 2004. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Agromedia Pustaka. Rochiman dan Harjadi (1973) dalam Pudjiono. 2008. Penerapan Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Pada Pemuliaan Pohon. Paper TeknologiPerbenihan Tanaman Hutan. Pekanbaru, Riau.
Suwanto (2007) dalam Vega. 2011. Perbanyakan Vegetatif. http://veganojustice.wordpress.com/2011/07/18/perbanyakan-vegetatif/. Diakses 21 Mei 2014. Vidyalay and College. 1987. B12Ph8_Natural and Artificial Methods. Vishwendu Vidya Prasarak Mandal’s (Regd. No: MAH 1906 / F-1614; Dt.5/3/1987).
Dokumentasi
Minggu ke-
1
2
3
4
Umbi Lapis
Umbi Batang
Stek Daun
Minggu ke-
1
2
3
4
5
Stek Batang
Okulasi
Grafting