Draft: PENELITIAN KUALITATIF (PENELITIAN NON-EXPERIMENTAL) Peranan dan Operasionaliasasinya dalam Biologi/ Ilmu Tanaman dan Teknologi Budidaya Oleh: AM Akyas
PROLOG Prof Tarkus dalam bahan kuliahnya (yang dikutip dari Cook and Reichardt,1979), membedakan dua jenis penelitian. Pertama adalah Penelitian Kuantitaif, yang membahas data-data numerik dan kedua adalah Penelitian Kualitatif yang penjelasannya tanpa data numerik. Penelitian kuantitatif relatif lebih mudah dilakukan dan dapat dilakukan oleh siapa saja setelah mendapat pelatihan yang cukup. Sebaliknya penelitian kualitatif, relatif lebih sulit, lebih menghabiskan waktu dan lebih tepat untuk orang yang mencintai topik penelitian ini. Lebih jauh perbedaan antara kedua macam penelitian tersebut, dirinci sebagai berikut:
Qualitative Research
Quantitative Research
Induktif Holistik Berpusat ke subyek Berorientasi ke proses Pandangan antropologis Kurang adanya kontrol Berasumsi realitas sbg dinamis Berorientasi ke penemuan Penjelasan
Deduktif Partikularistik Berpusat ke obyek Berorientasi ke luaran Pandangan ilmu alam Berupaya menyertakan kontrol Berasumsi realitas sbg statis Berorientasi ke verifikasi Konfirmasi
Pemilahan antara Penelitian Kuantitatif dan Penelitian Kualitatif dengan seperangkat ciri pembeda itu sebenarnya tidak hitam putih seperti pada Tablel di atas. Ada gradasi dari yang sangat kulitatif ke penelitian yang sangat kuantitatif. Dalam pada itu pada apa yang disebut penelitian kualitatif – yang selama ini lebih dicitrakan sebagai domain ilmu-ilmu sosial humaniora, sebenarnya juga ada data-data kuantitatif atau data numerik, walaupun baru sebatas pelengkap deskripsi untuk lebih meningkatkan pemahaman (understand/verstehen), belum sebagai bahan untuk diolah dalam upaya menguji statement ilmiah awal (proposisi) menjadi teori. Karena itu untuk tujuan pembahasan dalam tulisan ini, yang disebut Penelitian Kuantitatif adalah Penelitian dengan metode experimental (untuk menguji hipotesis atau hubungan aksiomatis) dan Penelitian Kualitatif adalah Penelitian NonExperimental.
Biologi termasuk Ilmu yang salah satu Ilmu Terapannya adalah Ilmu Tanaman dan pemanfaatannya dalam praktek bertani disebut Teknologi Budidaya. Bidang kajian ini dikenal dengan sebutan Ilmu Eksakta, bersamaan dengan Ilmu-ilmu eksakta lain seperti fisika dan kimia. Dalam pada itu ilmu-ilmu sosial dan humaniora seperti Sosiolgi dan Ilmu Hukum disebut Ilmu Non Exakta. Karenanya nampak amat wajar kalau orang berasumsi, bahwa penelitian di bidang biologi dan sejenisnya adalah Penelitian Kuantitatif (Penelitian Experimental), sedangkan penelitian di bidang Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora adalah Penelitian Kualitatif (Penelitian Non-Experimental). Kenyataannya tidak sesederhana itu. Penelitian kualitatif, seperti halnya penelitian kuantitatif ada dan diperlukan untuk pengembangan ilmu-ilmu fisik alamiah, dan bukan hanya domain ilmu-ilmu sosial humaniora. Pada yang disebut terakhir ini, memang kebanyakan tidak sampai pada tahapan penelitian kuantitatif. Tulisan ini akan mencoba menjelas-terangkan bahwa Penelitian Kualitatif juga seyogyanya merupakan bagian tidak terpisahkan dari penelitian di bidang Ilmu Tanaman/ Biologi dan Teknologi Budidaya.
PENELITIAN KUALITATIF VERSUS PENELITIAN KUANTITATIF Fenomen alam yang fisik diyakini bersifat deterministik, tunduk sepenuhnya pada hukum sebab akibat, hukum kausalitas. Sebaliknya fenomen alam yang sosial tidak tunduk (atau paling tidak, tidak sepenuhnya tunduk) pada hukum kausaltas. Ilmu-ilmu sosial tidak seluruhnya dapat dieksplanasi, hanya dapat dipahami (understand, verstehen), sedang ilmuilmu alam dapat dieksplanasi sepenuhnya (explanation, eklaeren). Konsekuensi logisnya ilmu-ilmu alam dapat dikembangkan melalui penelitian-penelitian kuantitatif (sehingga memperoleh eksplanation, atau “konfirmasi” menurut Prof Tarkus di atas), sedangkan ilmuilmu sosial hanya sampai pada tahap pemahaman, pada tahap “verstehen” atau “penjelasan” menurut Prof Tarkus. Sampai disini kokoh sudah pendapat bahwa Penelitian Kuantitatif adalah penelitian yang menjadi domain bidang ilmu-ilmu alamiah (fisik), sedangakan penelitian Kualitatif adalah domain dari penelitian ilmu-Ilmu sosial. Namun benarkah demikian? Sesara ideal suatu Pengetahuan baru bisa disebut Ilmu (baca: obyek ilmiah atau pernyataanpernyataan ilmiah) bila memenuhi sarat-sarat (Kerlinger, 1973, cit. Muslih, 2008): 1) 2) 3) 4) 5)
dapat diamati (observable) dapat diulang (repeatable) dapat diukur (measurerable) dapat diuji (testable) dapat diramalkan (predictable)
Telaah fenomen alam yang fisik (ilmu-ilmu alamiah) ternyata dapat memenuhi ke lima sarat tersebut, sedang fenomen alam yang sosial ternyata kebanyakan hanya dapat memenuhi tiga sarat pertama, sedang sarat ke empat dan ke lima sering kali tidak dapat dipenuhinya. Dari rincian pesyaratan tersebut, tersirat bahwa: o Urutan sarat yang harus dipenuhi itu, dapat pula dipandang sebagai menuju “Puncak dari pengetahuan ilmiah” (Akyas 2012). Puncak dari pengetahuan ilmiah adalah kausalitas atau pengetahuan tentang sebab akibat. Inilah pada dasarnya yang disebut teori. Pertanyaan yang menyusul adalah bila dikatakan basis utama penelitian ilmu-ilmu sosial adalah Penelitian Kualitatif, berarti Ilmu-ilmu sosial tidak sampai kepada terbentuknya teori. Memang demikian adanya pada kebanyakan ilmu-ilmu sosial. Ilmu sosial hanya sampai pada kerangka teori, atau suatu model pendekatan, semacam “working hypothesis” untuk menangkap gejala sosial yang setara pada kondisi dan/ atau waktu yang lain. If x than y1 pada p, y2 pada q, y3 pada r, dst. o Pada penelitian Kualitatif, tidak benar kalau dikatakan tidak ada data numerik (pengukuran); hanya saja data numerik disini tidak (atau lebih tepat; belum) dapat dipakai untuk eksplanasi, tapi hanya sampai pada pelengkap deskripsi untuk lebih meningkatkan “verstehen”, “understand”, atau pemahaman. 1 o Demikian sebaliknya, penelitian dalam fenomen fisik alamiah; penelitian kualitatif diperlukan sebagai tahapan menuju penelitian kuantitatif. Hasil-hasil penelitian kualitatiflah yang menjadi bahan penelitian kuantitatif untuk “konfirmasi”, untuk menjadikan statement ilmiah itu menjadi dapat diuji dan dapat dipakai untuk meramal.
POSISI PENELITIAN KUALITATIF DALAM PENGEMBANGAN ILMU TANAMAN DAN TEKNOLOGI BUDIDAYA Tersirat dari uraian di atas, bahwa pada penelitian fenomena alam yang fisik, jadi juga pada Ilmu Tanaman dan Biologi pada umumnya, Penelitian Kualitatif merupakan bagian tidak terpisahkan dari Penelitian Kuantitatif. Namun bagaimana halnya dengan penelitian untuk menghasilkan teknologi, atau kita sebut saja Penelitian Teknologis. Bukankah ilmu dan teknologi adalah dua hal yang berbeda? Ilmu dan teknologi memang dua hal yang secara etimologis berbeda. Walau demikian ilmu dan teknologi memang saling bergantung dengan keterkaitan yang sangat kompleks (Kegley,1996). Teknologi pada dasarnya adalah penjabaran dari ilmu. Namun teknologi pun bisa muncul lebih dahulu dari ilmu. Teknologi dapat memicu perkembangan ilmu dan juga sebaliknya ilmu memacu terciptanya teknologi baru. Ilmu bersifat kommunal, milik publik, bersifat terbuka, siap dikonfirmasi atau didiskonfirmasi ol komunitas ilmiah dimanapun dan kapanpun. Sebaliknya teknologi bersifat tertutup, atau bahkan harus tertutup dan selesai bila tujuannya telah tercapai. Ilmu berkaitan dengan pertanyaan apa dan mengapa terjadi atau tidak terjadi, dalam pada itu teknologi berkaitan dengan pertanyaan “harus dibagaimanakan” agar terjadi atau tidak terjadi. 1
Bila muncul suatu gejala sosial di waktu dan tempat tertentu, gejala sosial itu dapat dipahami dengan menggunakan kerangka teori.
Perbedaannya mungkin bisa lebih terjelaskan dengan teladan berikut. Kita mengetahui bahwa suatu kultivar Aple yang secara genetis buahnya akan berwana kemerahan bila telah matang, pada kenyataannya di lapangan intensitas warna merahnya berbeda dari suatu lokasi ke lokasi lain, atau dari suatu waktu panen ke waktu panen yang lain; bahkan pada lokasi atau waktu panen tertentu warna merah itu tidak muncul sama sekali. Bila “pertanyaan penelitiannya” adalah apa dan mengapa terjadi atau tidak terjadi warna merah itu, penelitian yang dilakukan adalah penelitian ilmiah, atau penelitian yang “menghasilkan “ Ilmu. Namun bila pertanyaan penelitiannya adalah ”dapatkah faktor-yang menjadi penyebab warna merah itu dimanipulasi”, penelitian ini adalah penelitian teknologis. Proses penelitiannya bisa sama. Mungkin dimulai dengan memilih lokasi dan/atau waktu berbuah yang biasa menghasilkan intensitas warna merah yang berbeda, mendeskripsi macam dan besaran komponen-komponen cuaca dan faktor lingkungan fisik dan kima tanah di lokasilokasi tersebut, membuat proposisi, membangun hipotesis dan mengujinya. Dari aspek metode tidak ada perbedaan, kalaupun bisa disebut perbedaan, pada penelitian teknologis, dilanjutkan dengan analisis finansial, dan mungkin uji kelayakan lingkungan dan sosbud. Perbedaan bukan terutama dari sudut metode, tapi dari sifat keterbukaannya, seperti telah diuraikan di atas. Berdasar telaah tersebut, untuk selanjutnya dalam membahas dimana posisi penelitian kualitatif dalam penelitian di bidang ilmu tanaman, kita tidak akan membuat perbedaan antara penelitian ilmiah yang menghasilkan imu dan penelitian ilmiah yang menghasilkan teknologi. Posisi Penelitian kualitatif dalam bidang Ilmu Tanaman atau Biologi pada umumnya, dapat dijelaskan sebagai berikut. Analog dengan tahapan menuju pengetahuan ilmiah atau persaratan pengetahuan menjadi ilmu (obyek ilmiah, atau statement ilmiah) seperti telah diuraikan di atas, tahapan proses tahu menuju terbentuknya teori, dimulai dari tahapan deskripsi (mendeskripsi obyek), tahapan taxonomi (memilah atau membuat taxon dari obyek terdeskripsi), tahapan konseptualisasi (mengonsep kumpulan obyek terdeskripsi), tahapan komparasi (mengajukan proposisi) dan terakhir tahapan verifikasi (menguji hipotesis menjadi teori) (Akyas, 2012). Semua upaya sadar untuk meningkatkan “ketahuan” kita dalam tiap tahapan tersebut disebut penelitian. Bentuk penelitiannya – meminjam terma yang digunakan Prof Rusidi (Rusidi, 1979, cit. Akyas 2012) dapat berupa Penelitian Eksploratif (untuk tahapan deskripsi dan taxonomi), Penelitian Developmental (untuk tahapan konseptualisasi dan komparasi) dan Penelitian Verificatif atau Eksperimental untuk uji hipotesis. Lalu yang mana yang disebut Penelitian Kualitatif dan yang mana yang Kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah Penelitian Exploratif (biasa disebut Penelitian deskriptif, atau Survey) dan Penelitian Develomental (biasa juga disebut Penelitian Deskriptif-Explanatif). Penelitian Kuantitatif adalah Penelitian Verifikatif atau Penelitian Experimental, penelitian yang menguji hipotesis, atau aksioma. Itulah posisi Penelitian Kualitatif dalam bidang Ilmu Exakta
seperti Ilmu Tanaman dan turunannya Teknologi Budidaya. Nampak jelas bahwa Penelitian Kualitatif merupakan bagian tidak terpisahkan dari Penelitian Kuantitatif. Selama ini memang banyak salah pengertian. Banyak orang berpendapat hanya penelitian kuantitatif atau penelitian yang menguji hipotesislah disebut penelitian. Hal ini misalnya terrefleksi dalam “Pedoman Menulis Skripsi” yang berlaku sampai saat ini. Disitu jelas tercantum adanya Bab/Sub Bab Kerangka Pemikiran dan Hipotesis, jang jelas hanya berlaku untuk penelitian experimental. Kerangka Pemikiran ditujukan untuk mengumpulkan posisi keilmuan dari “pertanyaan penelitian” yang kita ajukan, sehingga kita bisa merumuskan “if x than y” sementara atau proposisi yang akan kita uji kebenarannya. If x than y itulah yang kita sebut hipotesis. Pada penelitian deskriptif kita belum bisa berbicara teori atau statement ilmiah existing yang terkait atau relevan dengan pertanyaan penelitian kita, karena wujud obyeknyapun belum kita ketahui; kita baru akan mendeskripsi obyek itu wujudnya seperti apa. Demikian pula halnya pada Penelitian Deskriptif-eksplanatif. Kalaupun ada yang disebut “hypothesis”, itu harus diartikan sebagai “dugaan sementara” bukan hipotesis dalam pengertian Penelitian Experemental. Variable pun dalam penelitian deskriptif-explanatif hanya variable sementara, sebagai pegangan awal. Di lapangan variable ini bisa berubah, atau yang tadinya tidak terpikirkan variable, ternyata adalah variable, atau faktor yang perlu kita perhitungkan dalam mengolah “pertanyaan penelitian” kita. Memang puncak peneltian ilmiah – seperti telah dijelaskan di atas – adalah ditemukannya teori atau terkukuhkannya hubungan kausal. Namun bila Laboratorium atau Badan Litbang suatu institusi hanya berkiprah di bidang Penelitian Experimental, mudah dibayangkan kontribusinya pada pengembangan ilmu dan teknologi akan minimal sekali. Penemuan (baca: discovery & invevtion) menurut Prof Tarkus di atas hanya menjadi domain Penelitian Kualitatif.
TELADAN PENELTIAN KULITATIF DALAM ILMU TANAMAN DAN TEKNOLOGI BUDIDAYA
Proyek-proyek penelitian yang terprogram dengan baik, dengan tujuan menghasilkan sesuatu yang baru (novelty), biasanya terdiri dari rangkaian penelitian mulai dari explorasi (penelilitian deskriptif atau survai) untuk pengukuhan realitas obyek atau mencari celah yang bermakna untuk masuk ke penelitian experimental. Akyas et. al.,(2004) misalnya, dalam upaya mengembangkan teknologi hidroponik Dataran Medium di Laboratorium Kultur Terkendali, Fakultas Pertanian, Unpad, mengoperasionalkan 3 (tiga) macam penelitian, yaitu; Penelitian Non-Experimental ( Penelitian Deskriptif dan Penelitian Develomental), Penelitian Experimental hipotetik, dan penelitian rekayasa (engineering, atau penelitian eksperimental aksiomatik). Lengkapnya dapat disimak pada Tabel berikut.
Ringkasan Kegiatan dalam “Research and Development” (R&D) di Laboratorium Kultur Terkendali Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (1995-2004)
Macam Kegiatan Penelitian Engineering/Rekayasa / Eksperimen Aksiomatik (Manipulasi langsung dan mengobservasi dampaknya terhadap besaran lingkungan tumbuh, serta Pertumbuhan Tanaman dan Hasil) Observasi / Survey descriptif-explanatif (Penelitian Non-Experimental, menggunakan data statistik “sederhana” (misalnya purata dengan standar deviasi) Experiment Hipotetik (Penelitian menggunakan Rancangan Percobaan)
Obyek/Target/Topic/Peneliti o o o o
Penguunaan Plastik Susu untuk bahan wadah/pot (Nursuhud, at al., 1997) Pemasangan dinding kasa dan shower (Akyas et al., 1995) Pengerasan Lantai (Putra et al., 1996) Konstruksi Rumah Plasti Bentuk Joglo (Peggy-back Growing Structure) (Widayat et al., 1997)
Tampilan Pertumbuhan Tanaman dan Hasil. o Ditanam pada temperatur terkontrol (konstan 300 C menggunakan shower) o Ditanam dengan berbagai pola pangkas (Syamsudin at al., 1997, Putra et al., 2000) o Ditanam dengan formulasi nutrisi berbeda. (Suryadi, et al.,1999, Liawati et al., 1999, Sahudi et al, 1999, Kurniati et al., 2000) Pengaruh berbagai level perlakuan: o Irradiasi (Akyas, 2000, Yoghy, et al., 1997) o Tipe Substrat Wadah/Pot (Risdiani et al., 2002) o Formula Nutrisi (Fitriani, et al., 2000, Santi et al., 2001, Dwinanti et al., 2004, Ratnawati, et al., 2004) o Pola Pangkas (Hutabarat et al., 2000, Risdiani et al., 2002) o Macam bibit (Dari biji dan stek) (Suryadi et al, 2004)
Sumber: Akyas et. al.,(2004)
Contoh berikutnya adalah dua telaah tentang Kayu Surian, berupa Disertasi oleh Hidayat, 2011, dan Suhaya, 2012. Ø Hidayat, Y. 2011. Variasi Genetik Populasi Pohon Surian (Toona sinensis Roem) di Pulau Jawa. Disertasi Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran. Bandung. (Tidak dipublikasikan). Penelitian ini adalah Penelitian Deskriptif. Ø Suhaya, Yoyo, 2012. Potensi dan Penyebaran serta Karakteristik Fisik, Mekanik dan Anatomi Makro Kayu Surian (Toona Sinensis Roem. ) pada Berbagai Kondisi Ekologi di Jawa Barat. Draft Disertasi Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran. . (Tidak dipublikasikan). Telaah sebaran Kayu Surian adalah Penelitian Deskriptif, dilanjutkan dengan Penelitian Developmental, mencoba mendudukkan lokasi sebaran Kayu Surian dengan data ekologisnya, dan kemudian dilanjutkan dengan Penelitian Experimental, menguji hubungan Data Ekologis dengan Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Kayu Surian. Teladan lain berupa Penelitian Non-Experimental, yaitu Peneitian Deskriptif dan Penelitian Developmental (Penelitian Deskriptif-Explanatif). Ø “Optimale Ernte Termin und Veraenderung der Phenolischen Inhaltstoffe der Schwarze Johannisbeeren” (Waktu Panen Optimal dan Perubahan Kandungan Senyawa Phenol pada Buah Schwarze Johannesbeeren (Black Currant). Penelitian Disertasi Akyas (1977). Penelitian dimulai dengan mendeskripsi perubahan kandungan kimiawi buah 34 kultivar Black Currant, dari menjelang matang optimal sampai lewat matang. Penelitian Developmentalnya menggunakan metode berpikir Induktif, yaitu menarik generalisasi dari telaah deskriptif perubahan kandungan
kimiawi buah 34 cultivar Black Currant tersebut. Jadi penelitian ini tidak sampai pasa uji hipotesis (Penelitian Experimental). Teladan Penelitian Non-Experimental ini bisa dilanjutkan dengan teladan dari kajian Hama dan Penyakit Tanaman, misalnya Penelitian Retrospektif tentang meledaknya suatu jenis Hama/Serangga tertentu (Wereng atau yang terakhir ini meledaknya populasi “tomcat”)
Ranca Kendal, Sabtu, 07 April 2012
Daftar Pustaka Akyas. A. M. 1978. Optimale Ernte Termin und Veraenderung der Phenolischen Inhaltstoffe der Schwarzen Yohannisbeeren, Disertation. Justus Liebig Universitaet. West Germany. Unpublished. Akyas, Aos M., Dedi Widayat, Nursuhud (2004). Research and Development in Hydroponics Technology at the Laboratory of Horticulture Padjadjaran University (A Case with Tomato cuvar. Recento). The 5th International Symposium-cum-Workshop in Southeast Asia. The Role of German Alumni in Rural/ Regional Development and Entrepreneurship, 23 -27 August 2004, Phnom Penh – Cambodia. Akyas, A. M. (2012). Metode Ilmiah. Kuliah Introduksi liah Metode Ilmiah dan Penyampaian Karya Ilmiah (MIPKI), Prodi Agrotek, Fakultas Pertanian, Unpad. Tidak Dipublikasi. Cook and Reichardt,1979. http://don.ratcliff.net/qual/expq1.html Hidayat, Y. 2011. Variasi Genetik Populasi Pohon Surian (Toona sinensis Roem) di Pulau Jawa. Penelitian Disertasi Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran. Bandung. (Tidak dipublikasikan) Kegley, Jacquelyn Ann K. (1996). Science, Technology, Values and Choices. dalam International Conference on Values and Attitudes in Science and Technology. International Journal of Science & Technology, Kuala lumpur, Mslaysia, 3-6 September, 1996. Special Issue. Muslich, Muhammad (2008). Filsafat Ilmu. Kajian atassumsi Dsara, Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan. , Penerbit Belukar, Yogyakarta. Suganda, Tarkus (2011). Bahan Presentasi Kuliah Metode Ilmiah dan Penyampaian Karya Ilmiah. Prodi Agrotek. Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung. Suhaya, Yoyo, 2012. Potensi dan Penyebaran serta Karakteristik Fisik, Mekanik dan Anatomi Makro Kayu Surian (Toona Sinensis Roem. ) pada Berbagai Kondisi Ekologi di Jawa Barat. Draft Disertasi Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran. Bandung. (Tidak dipublikasikan)