perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN VARIASI KONSENTRASI PULVIS GUMMI ARABICI (PGA) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT
TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi
Oleh : DITA ARUM KUSUMANINGSIH M3509022
DIPLOMA 3 FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir saya yang berjudul “FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL GAMBIR (Uncaria gambir
Roxb)
SECARA
GRANULASI
BASAH
DENGAN
VARIASI
KONSENTRASI PULVIS GUMMI ARABICI (PGA) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT” adalah hasil penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar yang telah diperoleh dapat ditinjau ulang dan/ dicabut.
Surakarta, Juli 2012
Dita Arum Kusumaningsih M3509022
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN VARIASI KONSENTRASI PULVIS GUMMI ARABICI (PGA) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DITA ARUM KUSUMANINGSIH Jurusan D3 Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret INTISARI Gambir adalah ekstrak kering dari daun tanaman Uncaria gambir Roxb. Ekstrak gambir mengandung katekin sebagai komponen utama, yaitu senyawa polifenol yang berpotensi sebagai antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan sebuah sediaan farmasi yang inovatif yaitu tablet hisap gambir yang berkhasiat sebagai antiseptik dan mengetahui pengaruh variasi konsentrasi PGA (Pulvis Gummi Arabici) sebagai bahan pengikat terhadap sifat fisik tablet hisap. Ekstrak gambir dibuat dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Tablet hisap ekstrak gambir dibuat 3 formula dengan variasi konsentrasi mucilago pulvis gummi arabici yaitu F1 (10%), F2 (15%), F3 (20%) dan 1 formula sebagai kontrol negatif. Tablet hisap ini dibuat dengan cara granulasi basah. Granul yang dihasilkan diuji sifat fisiknya meliputi waktu alir, sudut diam, kemudian ditambah dengan bahan pelicin dan ditablet. Tablet hisap diuji sifat fisiknya meliputi keseragaman bobot, kerapuhan, kekerasan, waktu melarut, dan juga uji tanggapan rasa. Data yang diperoleh dibandingkan dengan persyaratan dalam Farmakope Indonesia dan pustaka lainnya serta dianalisis menggunakan ANOVA satu jalan dengan taraf kepercayaan 95%, dilanjutkan uji t (LSD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua formula mempunyai sifat fisik granul dan sifat fisik tablet hisap yang memenuhi syarat kecuali pada formula kontrol. Formula 2 mempunyai tanggapan rasa paling enak. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara formula 1, 2 dan 3 untuk uji sifat fisik tablet maka dapat disimpulkan kenaikan konsentrasi bahan pengikat PGA yang digunakan tidak berpengaruh signifikan terhadap sifat fisik tablet hisap yang dihasilkan.
Kata kunci : tablet hisap, antibakteri, ekstrak Uncaria gambir Roxb, katekin
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
THE TROCHES FORMULATION OF THE ETHANOL EXTRACT OF GAMBIER (Uncaria gambir Roxb) USING WET GRANULATION METHOD WITH VARIATION CONCENTRATION OF PULVIS GUMMI ARABICI (PGA) AS A BINDER DITA ARUM KUSUMANINGSIH Department of Pharmacy, Faculty of Mathematics and Science Sebelas Maret University ABSTRACT Gambier is a dried extract from the leaves of Uncaria gambir roxb. Gambier extract contain catechin as a major components, namely polyphenol compounds that is potentially as an antibacterial. The aim of this research is to get an innovative pharmaceutical troches of Gambier which is potential as an antiseptic, understand the effect of variation of PGA (Pulvis Gummi Arabici) concentration as a binder material to the physical properties of troches. Gambir extract is made by maceration using ethanol 70% as a solvent. Gambier troches is created in 3 variations with the concentrate of mucilago gummi arabici; F1 (PGA 10%), F2 (PGA 15%), F3 (PGA 20%) and formula 0 as a negative control. These troches are made by wet granulation. The resulting granules were tested in their physical properties include flow time, angle of repose, and then it is added with a lubricant material. Troches tested of the physical properties include weight uniformity, tablet friability, tablet hardness, tablet dissolving time, and also taste test response. The obtained data were compared with requirements in the Pharmacopoeia Indonesia and other libraries as well as analyzed using one way ANOVA with a confidence level of 95% and continued with t-LSD test (Least Significant Difference) if there are significant differences. The results of this research indicated that all formulas have the physical properties of granules and troches which are eligible except in the control formula. Formula 2 has the most delicious taste responses. The results also showed that there were not significant differences between formula 1, 2 and 3 for testing in the physical properties of troches so the use of increasing PGA concentration as a binder didn’t have significant differences in physical characteristic of troches.
Keywords : Troches, antibacterial, Uncaria gambier Roxb extracts, catechin
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
If you really want to do something, you’ll find a way. If you don’t, you’ll find an excuse.
Sometimes, some people have better “luck” than others and it doesn’t fair. But remember, what people call “luck” isn’t a “luck”. Its just Allah’s will.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini Kupersembahkan untuk kedua orang tuaku Atas segala kasih sayang yang telah diberikan Serta kakak, adik, dan teman-temanku Atas segala dukungan dan kebersamaan yang tak ternilai.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Segala puji hanyalah milik Allah SWT pencipta dan pemelihara alam ini yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan Tugas Akhir dengan judul “Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Etanol Gambir (Uncaria gambir Roxb) Secara Granulasi Basah Dengan Variasi Konsentrasi Pulvis Gummi Arabici Sebagai Bahan Pengikat” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini tidak lepas dari perhatian, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak yang sangat berarti bagi penulis. Dengan rasa tulus ikhlas, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc. (Hons), Ph.D selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret . 2. Ahmad Ainurofiq, M.Si, Apt selaku ketua progam studi D3 FARMASI FMIPA UNS. 3. Heru Sasongko, S.Farm., Apt selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis sejak persiapan sampai dengan selesainya Tugas Akhir ini. 4. Keluarga penulis yang telah memberikan kasih sayang serta dukungan doa, materi, dan semangatnya yang sangat berarti bagi penulis.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Segenap dosen pengajar dan staff program studi D3 Farmasi yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuannya selama 3 tahun perkuliahan. 6. Teman-teman Farmasi 2009 terutama untuk Farida, Maria, Dhery, Devita, dan Dhista yang merupakan ‘keluarga’ dan telah setia memberikan semangat, motivasi, serta selalu mengajarkan banyak hal tentang 7. Kakak dan adik-adik tingkat D3 Farmasi UNS yang telah memberikan banyak teladan dan semangat. 8. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan berbagai masukan berupa kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sehingga dapat bermanfaat untuk perbaikan dan masukan untuk penyusunan tugas selanjutnya. Namun demikian penulis berharap Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah pengetahuan khususnya dalam bidang farmasi, dan juga bermanfaat untuk penulis sebagai bekal dalam pengembangan ilmu Ahli Madya Farmasi di masyarakat.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................
iii
INTISARI
..................................................................................................
iv
ABSTRACT
..................................................................................................
v
HALAMAN MOTTO .....................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................
vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................
1
A. Latar Belakang ..............................................................................
1
B. Perumusan Masalah .....................................................................
3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................
3
D. Manfaat Penelitian ......................................................................
3
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................
4
A. Tinjauan Pustaka............................................................................
4
1. Tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb.) .............................
4
a. Sistematika tanaman ............................................................
4
b. Morfologi ............................................................................
4
c. Kegunaan .............................................................................
5
d. Nama Daerah .......................................................................
6
e. Kandungan Kimia ...............................................................
6
2. Penyarian Simplisia ................................................................
7
a. Simplisia ..............................................................................
7
b. Cairan Penyari .....................................................................
7
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal c. Metode Penyarian ................................................................
8
d. Maserasi ..............................................................................
9
e. Ekstrak .................................................................................
9
3. Tablet ......................................................................................
10
a. Pengertian Tablet ................................................................
10
b. Tablet Hisap ........................................................................
10
c. Metode Pembuatan Tablet ...................................................
13
d. Pemeriksaan Sifat Fisik Granul ..........................................
15
e. Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet Hisap .................................
16
4. Mekanisme Ikatan Granulasi Basah .........................................
18
5. Karies Gigi ..............................................................................
20
6. Monografi Bahan Tablet Hisap ...............................................
21
B. Kerangka Pemikiran ......................................................................
24
C. Hipotesis .......................................................................................
26
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................
27
A. Metode Penelitian .........................................................................
27
1. Kategori Penelitian dan Rancangan Penelitian .........................
27
2. Metode Penelitian .....................................................................
27
B. Tempat Penelitian .........................................................................
28
C. Alat dan Bahan .............................................................................
28
D. Tahapan Penelitian .......................................................................
29
1. Pengambilan Bahan ..................................................................
29
2. Pembuatan Ekstrak Secara Maserasi ........................................
30
3. Pemeriksaan Kualitas Ekstrak ..................................................
30
4. Pembuatan Mucilago Gummi Arabici .....................................
30
5. Pembuatan Ekstrak Kering .......................................................
30
6. Formula ....................................................................................
31
7. Pembuatan Granul dengan Metode Granulasi Basah ...............
32
8. Uji Sifat Fisik Granul ...............................................................
32
9. Pembuatan Tablet Hisap ...........................................................
34
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal 10. Uji Sifat Fisik Tablet Hisap.....................................................
34
E. Teknik Analisis ............................................................................
37
1. Pendekatan Teoritis ..................................................................
37
2. Pendekatan Statistik .................................................................
37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................
38
A. Hasil Identifikasi Serbuk Gambir .................................................
38
B. Hasil Pembuatan Ekstrak Kental Gambir .....................................
38
C. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Ekstrak Kental Gambir .............
39
D. Pembuatan Ekstrak Kering Gambir ..............................................
39
E. Pembuatan Serbuk Mint ................................................................
39
F. Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol Gambir ...................................
40
G. Pembuatan Granul dengan Metode Granulasi Basah ....................
40
H. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Granul ...........................................
41
1. Pemeriksaan Susut Pengeringan Granul .................................
41
2. Waktu Alir ..............................................................................
43
3. Sudut Diam .............................................................................
47
I. Proses Penabletan ..........................................................................
50
J. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet Hisap ..................................
51
1. Keseragaman Bobot ................................................................
51
2. Kekerasan Tablet .....................................................................
54
3. Kerapuhan Tablet ....................................................................
58
4. Waktu Melarut ........................................................................
61
5. Uji Tanggapan Rasa ................................................................
64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................
68
A. Kesimpulan ....................................................................................
68
B. Saran .............................................................................................
68
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
69
LAMPIRAN.....................................................................................................
72
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1. Tanaman Gambir............................................................................
4
Gambar 2. Keadaan Kandungan Cairan Dalam Suatu Aglomerat Selama Granulasi .......................................................................................
19
Gambar 3. Histogram Hubungan Antara Formula dengan Waktu Alir (detik.
45
Gambar 4. Histogram Hubungan Antara Formula dengan Sudut Diam .........
49
Gambar 5. Histogram Hubungan antara Formula dengan Bobot Tablet .......
53
Gambar 6. Histogram Hubungan antara Formula dengan Kekerasan Tablet .
56
Gambar 7. Histogram Hubungan Antara Formula dengan Kerapuhan Tablet ..........................................................................................................................
59
Gambar 8. Histogram Hubungan Antara Formula dengan Waktu Melarut ....
62
Gambar 9. Histogram Hubungan Antara Jumlah Responden dengan Tanggapan Rasa ..............................................................................................
65
Gambar 10. Histogram Hubungan Antara Presentase Responden dengan Formula Yang Dapat Diterima ........................................................................
66
Gambar 11. Tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb) .................................
72
Gambar 12. Serbuk Gambir ............................................................................
72
Gambar 13. Ekstrak Kental Gambir ................................................................
72
Gambar 14. Granul Kering .............................................................................
73
Gambar 15. Pembuatan Serbuk Mint ..............................................................
73
Gambar 16. Tablet Hisap Ekstrak Etanol Gambir ..........................................
73
Gambar 17. Neraca Analit ..............................................................................
74
Gambar 18. Tablet Friability Tester ...............................................................
74
Gambar 19. Tablet Hardness Tester ...............................................................
74
Gambar 20. Mesin Tablet Single Punch .........................................................
75
Gambar 21. Rotary Evaporator ......................................................................
75
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Hal Tabel I. Keuntungan dan Keterbatasan Granulasi basah ................................
14
Tabel II. Formula ............................................................................................
31
Tabel III. Persyaratan Penyimpangan Bobot Tablet .......................................
34
Tabel IV. Hasil Uji Organoleptis Serbuk Gambir (Uncaria gambir Roxb) ...
38
Tabel V. Hasil Uji Organoleptis Ekstrak Kental Gambir ...............................
39
Tabel VI. Hasil Pemeriksaan Susut Pengeringan Granul ..............................
42
Tabel VII. Hasil Pemeriksaan Waktu Alir Granul ..........................................
44
Tabel VIII. Hasil Pemeriksaan Sudut Diam Granul .......................................
47
Tabel IX. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet Hisap ...................................
51
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Hal Lampiran 1. Daftar Gambar ............................................................................
72
Lampiran 2. Diagram Alir Cara Kerja ............................................................
76
Lampiran 3. Perhitungan Rendemen Ekstrak Gambir ....................................
77
Lampiran 4. Perhitungan Ekstrak Kering Gambir ..........................................
77
Lampiran 5. Perhitungan Penggunaan Serbuk Mint .......................................
77
Lampiran 6. Penyesuaian Bobot Tablet Hisap ................................................
78
Lampiran 7. Perhitungan LOD Granul ...........................................................
79
Lampiran 8. Perhitungan Waktu Alir Granul ..................................................
80
Lampiran 9. Perhitungan Sudut Diam Granul ................................................
84
Lampiran 10. Pengukuran Keseragaman Bobot Tablet ..................................
89
Lampiran 11. Pengukuran Kekerasan Tablet ..................................................
94
Lampiran 12. Pengukuran Kerapuhan Tablet .................................................
98
Lampiran 13. Pengukuran Waktu Melarut Tablet ..........................................
101
Lampiran 14. Blanko Angket Tanggapan Rasa ..............................................
105
Lampiran 15. Hasil Perhitungan Data Tanggapan Rasa .................................
106
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Gambir merupakan produk dari tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb),
salah satu jenis tanaman yang menjadi komoditas ekspor non migas Indonesia dengan potensi cukup besar (Nazir, 2000). Pengetahuan masyarakat tentang gambir masih terbatas pada produk gambir komersial yang diperoleh dengan cara pengolahan daun dan ranting dengan metode perebusan, pengepresan, dan pengeringan padatan sehingga gambir yang ada di pasaran masih dalam bentuk bongkahan serta merupakan ekstrak kasar. Ekstrak kasar tersebut masih banyak terdapat komponen non fenolik sebagai impurities yang keberadaannya tidak dikehendaki seperti klorofil dan sellulosa. Komponen non fenolik tersebut akan mengganggu pengaplikasian dalam produk pangan sehingga perlu diekstraksi lagi untuk mendapatkan ekstrak gambir yang mengandung komponen fenolik bebas impurities (Rauf dkk, 2010). Gambir mengandung zat aktif utama yaitu katekin, baik dalam bentuk katekin murni atau katekol yang berkhasiat sebagai antibakteri pencegah karies gigi. Katekin dapat mencegah pembentukan extracellular glucan yang berfungsi melekatkan Streptococcus mutans pada permukaan gigi sedangkan katekol mampu
menghambat
aktivitas
enzim
glucosyltransferase
yang
dimiliki
Streptococcus mutans. Enzim ini berkaitan dengan pembentukan plak gigi. Dua komponen utama yang terdapat dalam gambir ini sangat besar peranannya untuk
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
mencegah terjadinya plak gigi (Risnawati, 2008). Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa dengan konsentrasi 6% ekstrak gambir mampu membantu penyembuhan luka pada gingiva kelinci (Lestari, 2009). Masyarakat Indonesia selama ini belum mengenal dengan luas penggunaan gambir sebagai antiseptik mulut dan belum mengetahui cara penggunaan praktisnya. Selama ini penggunaan gambir masih terbatas pada kalangan usia tua yang menggunakan gambir sebagai campuran dalam makan sirih. Hal ini dipandang kurang efisien, oleh sebab itu diperlukan inovasi baru dalam memformulasikan sediaan yang lebih praktis. Tablet hisap merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang praktis. Upaya pembuatan tablet hisap ekstrak gambir ini direncanakan sebagai salah satu inovasi baru untuk merintis jalan bagi pengembangan obat-obat herbal yang lainnya. Bentuk tablet hisap diharapkan akan lebih disukai karena lebih mudah dalam penggunaan maupun penyimpanannya. Selain itu dari segi rasa diharapkan tablet hisap ini dapat memberikan rasa yang lebih dapat diterima oleh konsumen. Sediaan tablet hisap diformulasikan untuk dapat melarut perlahan dalam mulut sehingga efek lokal antiseptik yang diharapkan bekerja lebih efektif. Pembuatan tablet hisap dalam formula ini menggunakan metode granulasi basah. Metode ini dipilih karena memiliki beberapa keuntungan diantaranya dapat memperbaiki sifat alir zat aktif, dapat meningkatkan kekerasan tablet dengan penggunaan bahan pengikat, dapat membantu penyebaran zat aktif menjadi lebih rata untuk zat aktif dengan dosis kecil, dan juga baik untuk digunakan pada bahan-bahan yang tahan terhadap pemanasan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
B.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan yaitu : 1.
Apakah ekstrak etanol gambir dapat dibuat tablet hisap dengan bahan pengikat PGA ?
2.
Bagaimana pengaruh konsentrasi PGA sebagai bahan pengikat terhadap sifat fisis tablet ?
C.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Membuat tablet hisap ekstrak etanol gambir yang memenuhi persyaratan fisik tablet dengan menggunakan PGA sebagai bahan pengikat.
2.
Mengetahui pengaruh konsentrasi PGA sebagai bahan pengikat yang dapat menghasilkan sediaan tablet yang baik serta sesuai dengan persyaratan dalam farmakope Indonesia dan kepustakaan yang ada.
D.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain : 1.
Terciptanya sediaan tablet hisap ekstrak etanol gambir yang praktis dalam penggunaan dan memiliki rasa yang disukai konsumen.
2.
Meningkatkan nilai guna gambir dalam bidang kesehatan, khususnya sebagai antiseptik.
3.
Diperoleh sediaan tablet hisap dengan sifat fisik sesuai yang dipersyaratkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb)
Gambar 1. Tanaman gambir
a) Sistematika Tanaman Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Angiosperms
Sub Divisi
: Eudicots
Kelas
: Asteridae
Ordo
: Gentianales
Familia
: Rubiaceae
Genus
: Uncaria
Spesies
: Uncaria gambir Roxb (Sutrisno, 1998)
b) Morfologi Gambir termasuk tumbuhan perdu setengah merambat dengan percabangan memanjang. Daunnya oval, memanjang, ujung meruncing,
commit to user 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
permukaan tidak berbulu (licin), dan tangkai daunnya pendek. Bunganya tersusun majemuk dengan mahkota berwarna merah muda atau hijau, kelopak bunga pendek, mahkota bunga berbetuk corong (seperti bunga kopi), benang sari berjumlah lima, dan buah menyerupai kapsul dengan dua ruang (Agoes, 2010). Tanaman gambir (Uncaria Gambir Roxb) biasa tumbuh liar di hutan dan tempat-tempat lainnya yang bertanah agak miring dan cukup mendapatkan sinar matahari serta curah hujan merata setiap tahun. Biasanya tumbuh di ketinggian antara 200m - 900m diatas permukaan laut. Tanaman ini kebanyakan berada di daerah Kalimantan dan Sumatra. Gambir merupakan ekstrak yang dihasilkan dari daun tanaman gambir yang dipanen atau dipangkas setelah tanaman berumur 1,5 tahun dan dilakukan 2-3 kali setahun dengan selang waktu 4 – 6 bulan. Pangkasan daun harus segera diolah karena jika pengolahan ini ditunda lebih dari 24 jam getahnya akan berkurang (Hayani, 2003). c) Kegunaan Gambir memiliki banyak manfaat diantaranya untuk menyamak kulit, sebagai suatu perangsang yang dikunyah bersama-sama dengan daun pinang, kapur, dan daun sirih, sebagai penyetop darah (styptic), dan mengobati pembengkakan gusi (Fauziyah dkk, 2009). Manfaat lainnya adalah sebagai pewarna dalam industri batik tradisional dan untuk menculup hitamkan sutra. Seduhan daun segarnya dipakai sebagai obat diare, obat disentri, obat kumur, dan sebagai penyegar tenggorokan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
perih. Gambir juga diketahui dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan nilai MIC 2,5% (w/w) (Ridawati, 2008). d) Nama daerah Sumatera : Gambee, gani, kacu, sontang, gambe, gambie, gambu, gimber, pengilom, sepelet. Jawa : Santun, ghambhir. Kalimantan : Kelare, abi, gamer, kambin, sori. Nusatenggara : Tagambe, Gambele, gamelo, gambi, gambe, gambiri, gata, gaber. Maluku : Kampir, Kambir, ngamir, gaamer, gabi, tagabere, gagabere, gabere, gambe (Anonim, 1989) e) Kandungan Kimia Kandungan kimia yang terdapat pada daun gambir adalah katekin 733%, asam
kutekutannat
20-55%,
pyrocatechol
20-30%,
gambir
fluoresensi 1-3%, kateku merah 3-5%, quersetin 2-4%, fixed oil 1-2%, lilin 1-2%, dan sedikit alkaloid (Nazir, 2000). Katekin dan asam katekutannat merupakan komponen yang memiliki potensi sebagai zat antibakteri. Getah gambir murni mengandung d dan dl catechin (3 – 35%), produk kondensasi asam catechutannat
(24%), quersetin, asam gallat, asam
elagat, katekol, pigmen, dan lain-lainnya. D-catechin merupakan komponen utama yang dikenal juga dengan nama cyanidanol - 3. Komponen tersebut merupakan bahan baku untuk pembuatan obat-obatan anti hepatitis, anti diare, dan obat kumur (Dharma, 1985).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
2. Penyarian Simplisia a) Simplisia Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang dikeringkan (Anonim, 1979). Simplisia kering dapat disimpan dan digunakan jika diperlukan. Simplisia dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu : simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan (mineral) (Anonim, 1986). Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman, dan eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya dengan cara tertentu atau zat yang dipisahkan dari tanamannya dengan cara tertentu yang masih belum berupa zat kimia murni (Anonim, 1979). b) Cairan Penyari Pemilihan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor. Cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria yaitu murah dan mudah diperoleh, stabil secara kimia dan fisika, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, selektif yakni hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki dan tidak mempengaruhi zat yang berkhasiat (Anonim, 1986). Sebagai cairan penyari digunakan air, eter, atau campuran etanol dan air (Anonim, 1979). Cairan penyari yang digunakan adalah etanol 70%. Etanol dipilih karena tidak menyebabkan pembengkakan membran sel dan sangat efektif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal, dimana bahan penganggu hanya skala kecil yang turut ke dalam cairan pengekstraksi (Voigt, 1994). Etanol juga bersifat lebih selektif karena kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas, tidak beracun, netral, dan absorbsinya baik (Anonim, 1986). Pemilihan etanol ini juga didasarkan pada kandungan kimia yang akan disari yaitu senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid merupakan senyawa polar sehingga pelarut etanol yang juga bersifat
polar
dapat
digunakan
untuk
mengekstraksi
flavonoid.
Berdasarkan konsep polarisasi, semakin polar suatu senyawa maka semakin mudah senyawa itu larut dalam pelarut yang polar juga. Prinsipnya senyawa yang terkandung akan mudah dilarutkan dengan pelarut yang sejenis (Pambayun, 2007). c) Metode Penyarian Penyarian merupakan pemindahan massa aktif yang semula berada di dalam sel ditarik oleh cairan penyari sehingga terdapat zat aktif dalam cairan penyari. Penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari makin luas (Anonim, 1986). Sistem pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus dipilih berdasarkan kemampuannya dalam melarutkan sejumlah maksimal zat aktif dan seminimal mungkin bagi unsur yang tidak diinginkan (Ansel, 1989). Cara penyarian dapat dibedakan menjadi infundasi, maserasi, perkolasi dan penyaringan berkesinambungan (Anonim, 1986).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
d) Maserasi Maserasi adalah salah satu cara yang digunakan dalam penyarian simplisia nabati maupun hewani. Maserasi kecuali dinyatakan lain, dilakukan sebagai berikut: dimasukkan 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok ke dalam sebuah bejana, dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil diaduk, diserkai, diperas, dan dicuci ampasnya dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Maserat dipindahkan ke dalam bejana tertutup lalu dibiarkan di tempat sejuk yang terlindung dari cahaya selama 2 hari, dienapkan, dituang dan disaring (Anonim, 1979). Maserasi merupakan proses paling tepat untuk simplisia yang sudah halus dan memungkinkan direndam hingga meresap dan melunakkan susunan sel sehingga zat-zatnya akan larut. Proses ini dilakukan dalam bejana bermulut lebar dengan cara serbuk ditempatkan dalam bejana lalu ditambah pelarut dan ditutup rapat, isinya dikocok berulang-ulang kemudian disaring (Ansel, 1989). e) Ekstrak Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok di luar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk (Ansel, 1989).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
Berdasarkan atas sifatnya ekstrak dapat dikelompokkan menjadi 3 : (1) Ekstrak encer (extractum tennue) Sediaan ini memiliki konsentrasi seperti madu dan dapat dituang. (2) Ekstrak kental (extractum spissum) Sediaan ini liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang. Kandungan airnya sampai jumlah 30%. (3) Ekstrak kering (extractum siccum). Sediaan ini memiliki konsentrasi kering, melalui penguapan cairan pengekstraksi kandungan lembab tidak lebih dari 5 % (Voigt, 1994). 3. Tablet a) Pengertian Tablet Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur, dan aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya (Ansel, 1989). Bentuk sediaan tablet memiliki keuntungan diantaranya : mempunyai ketepatan dosis, praktis dalam penyajian, biaya untuk produksi yang murah, mudah dalam pengemasan, tahan untuk penyimpanan jangka panjang, dan mudah untuk dibawa kemana-mana (Banker dan Anderson, 1986). b) Tablet Hisap Tablet hisap merupakan sediaan padat yang mengandung sebagian besar gula dan gom sehingga memberikan kohesifitas dan kekerasan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
tinggi, serta dapat melepaskan bahan obatnya dengan lambat. Biasanya digunakan untuk memberikan efek lokal pada mulut dan tenggorokan. Zat aktif terdiri dari antiseptik, lokal anestetik, anti inflamasi, dan antifungi (Cooper dan Gunn, 1975). Tablet hisap mengandung satu atau lebih bahan obat umumnya dengan bahan beraroma manis yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan di mulut. Kandungan gula dan gom yang tinggi menghasilkan larutan lengket di mulut yang dapat menyebabkan pengobatan tetap berada pada permukaan yang terkena. Bahan flavour biasanya ditambahkan pada gula berupa minyak menguap (Cooper dan Gunn, 1975). Perbedaan antara tablet hisap dengan tablet konvensional terletak pada sifat-sifat organoleptik, sifat non – desintegrasi, dan laju disolusi yang diperpanjang pada lidah. Kekerasan tablet hisap juga harus lebih besar dari tablet biasa karena sediaan tablet hisap ini diformulasikan untuk dapat melarut perlahan dalam mulut. Oleh karena itu dibutuhkan tekanan yang tinggi dan bahan pengikat yang lebih besar (Cooper dan Gunn, 1975). Troches dan lozenges adalah dua nama yang umum digunakan untuk menyebut tablet hisap. Pada mulanya lozenges dinamakan pastiles. Troches dan lozenges biasanya dibuat dengan menggabungkan obat dalam suatu bahan dasar kembang gula yang keras dan beraroma menarik (Gunsel dan Kanig, 1976). Lozenges dapat dibuat dengan cara mengempa,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
tetapi biasanya dibuat dengan cara peleburan atau dengan proses penuangan kembang gula. Troches dibuat dengan cara kempa seperti halnya tablet lain (Gunsel dan Kanig, 1976). Bahan-bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan tablet hisap terdiri atas: (1)
Bahan Pengisi (diluent) Bahan
pengisi
ditambahkan
dalam
formula
tablet
untuk
memperbesar volume tablet sehingga memungkinkan pencetakan dan peracikan jumlah obat yang sangat sedikit. Penggunaan bahan pengisi akan menjamin tablet memiliki ukuran atau massa yang dibutuhkan (Voigt, 1994). Bahan pengisi yang biasa digunakan dalam pembuatan tablet antara lain: laktosa, dekstrosa, manitol, sorbitol, sukrosa atau gula dan derivat-derivatnya, dan selulosa mikrokristal (Avicel) (Banker dan Anderson, 1986). (2)
Bahan Pengikat (binder) Bahan pengikat (binder) berfungsi untuk mengikat bahan obat
dengan bahan penolong lain sehingga diperoleh granul yang baik dan menghasilkan tablet yang kompak serta tidak mudah pecah. Pengaruh bahan pengikat yang terlalu banyak akan menghasilkan massa terlalu basah dan granul yang terlalu keras sehingga tablet mempunyai waktu hancur lebih lama (Parrot, 1971). Bahan pengikat digolongkan dalam polimer alam (amilum, gelatin, gom arab, asam alginat), polimer sintetis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
(polivinil pirolidon, metilselulosa, HPMC, Na CMC, etil selulosa), atau gula (glukosa, sukrosa, sorbitol) (Siregar dan Wikarsa, 2010). Faktor yang mempengaruhi efisiensi pengikat diantaranya adalah konsentrasi, viskositas, sifat mekanik pengikat, sifat zat aktif, dan eksipien lain dalam formulasi, interaksi antara pengikat dengan pembawa (substrat) dan distribusi pengikat (Siregar dan Wikarsa, 2010). (3)
Bahan Pelicin (lubricant) Bahan pelicin digunakan untuk memacu aliran serbuk atau granul
dengan jalan mengurangi gesekan di antara partikel-partikel, dan juga agar tablet tidak lekat pada cetakan. Bahan pelicin yang biasa digunakan adalah : talk, magnesium stearat, asam stearat, kalsium stearat, natrium stearat, likopodium, lemak, paraffin cair (Lachman dkk, 1994). (4)
Bahan Perasa (Flavoring Agent) Bahan perasa sangat penting dalam pembuatan tablet hisap. Apa
yang dirasa mulut saat menghisap tablet sangat terkait dengan penerimaan konsumen dan berpengaruh terhadap kualitas produk. Dalam formula tablet hisap bahan perasa yang digunakan biasanya juga merupakan bahan pengisi tablet hisap tersebut, seperti mannitol (Peters, 1989). c) Metode Pembuatan Tablet Metode pembuatan tablet kompresi ada 3 macam yaitu: (1) Metode granulasi basah Granulasi basah adalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk atau campuran serbuk dalam suatu wadah yang dilengkapi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
dengan pengadukan yang akan menghasilkan aglomerasi atau granul. Metode ini merupakan metode paling tua dan paling konvensional dalam pembuatan tablet. Walaupun metode ini sangat padat karya dan paling mahal, masih tetap digunakan karena keserbagunaannya (Siregar, 2007). Berikut ini merupakan keuntungan dan keterbatasan dari metode granulasi basah : Tabel I Keuntungan dan Keterbatasan Granulasi Basah
Keuntungan
Keterbatasan
- Sifat-sifat mengalir lebih baik (diperbaiki)
multiproses
lebih
rumit dan
- Pemadatan
membuat
- Karakteristik
pengempaan
diperbaiki - Distribusi
- Tahapan
validasi
dan
pengendalian sulit - Waktu, peralatan, dan ruangan
zat
aktif
dan
zat
pewarna yang larut lebih baik jika ditambahkan
dengan
bahan
pengikat - Debu berkurang - Pencegahan pemisahan campuran serbuk
yang digunakan memerlukan biaya yang mahal - Stabilitas menjadi perhatian untuk zat aktif peka lembap atau termolabil - Kehilangan
bahan
selama
berbagai tahapan proses
- Permukaan hidrofobik menjadi lebih hidrofilik
(Siregar, 2007) (2) Metode granulasi kering Tujuan metode granulasi kering adalah memperoleh granul yang dapat mengalir bebas untuk pembuatan tablet. Granulasi kering dilakukan apabila zat aktif tidak mungkin digranulasi basah karena tidak stabil atau peka terhadap panas atau lembab dan juga tidak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
mungkin dikempa langsung menjadi tablet karena zat aktif tidak dapat mengalir bebas, dosis efektif zat aktif terlalu besar. Granulasi kering dibuat dengan mengempa langsung seluruh campuran ingredien formulasi dengan tekanan tinggi menggunakan suatu mesin pembuat bongkah (slugging machine) atau mesin kompaktor (Siregar, 2007). (3) Metode kempa langsung Istilah kempa langsung digunakan untuk meyatakan proses ketika tablet dikempa langsung dari campuran serbuk zat aktif dan eksipien yang sesuai (termasuk pengisi, disintegran, dan lubrikan) yang akan mengalir dengan seragam ke dalam lubang kempa dan membentuk suatu padatan yang kokoh. Metode ini merupakan metode paling efisien energi, paling cepat, dan paling ekonomis untuk memproduksi tablet (Siregar, 2007). d) Pemeriksaan sifat fisik granul Sifat fisik granul antara lain : (1)
Sudut Diam Sudut diam yaitu sudut tetap yang terjadi antara timbunan
partikel bentuk kerucut dengan bidang horizontal. Bila sudut diam <30º menunjukkan bahwa granul dapat mengalir bebas dan bila sudutnya ≥ 40º menunjukkan bahwa sifat alir granul kurang baik (Banker dan Anderson, 1986).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
(2)
Waktu Alir Waktu alir adalah waktu yang diperlukan ketika sejumlah granul
dituangkan dalam suatu alat kemudian dialirkan. Mudah tidaknya aliran granul dapat dipengaruhi oleh bentuk granul, bobot jenis, keadaan permukaan, dan sangat penting
kelembabannya. Kecepatan alir granul
karena berpengaruh pada keseragaman pengisian
ruang kompresi dan keseragaman bobot tablet (Sheth dkk, 1980). Waktu alir berbanding terbalik dengan bobot jenis granul. Granul yang mempunyai bobot jenis lebih besar akan mempunyai waktu alir yang singkat karena pengaruh gaya gravitasi. Waktu alir juga dipengaruhi oleh jumlah serbuk halus, porositas, kerapatan jenis, dan bentuk granul. Kecepatan alir granul yang baik adalah kurang dari 10 gram perdetik untuk 100 gram granul (Parrot, 1971). e)
Pemeriksaan sifat fisik tablet hisap Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kualitas tablet
sebelum dipasarkan. Uji kualitas tablet meliputi keseragaman bobot, kerapuhan tablet, kekerasan tablet, waktu melarut, dan uji tanggapan rasa. (1)
Keseragaman Bobot Ditentukan berdasarkan besar kecilnya penyimpangan bobot
tablet yang dihasilkan dibanding dengan bobot rata-rata dari semua tablet, sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dalam Farmakope Indonesia edisi IV (Anonim, 1995).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
Keseragaman bobot dipengaruhi oleh sifat alir campuran granul pada proses pengisian ruang kompresi. Granul dengan sifat alir baik mempunyai kemampuan yang seragam dalam mengisi ruang kompresi sehingga variasi bobot tablet semakin kecil. Keseragaman bobot tablet juga bisa dipengaruhi oleh kondisi mesin tablet yang kurang baik, antara lain tidak konstannya tekanan dan bagian pencetak tablet yang kurang lancar. (2)
Kekerasan Kekerasan tablet menunjukkan ketahanan tablet terhadap
berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan, dan pengangkutan. Kekerasan tablet dipengaruhi oleh besarnya tekanan saat pengempaan, sifat alir granul, serta konsentrasi bahan pengikat. Semakin tinggi konsentrasi bahan pengikat maka kekerasan tablet yang dihasilkan akan semakin meningkat pula, sedang untuk tablet hisap mempunyai kekerasan 7 kg sampai 14 kg (Cooper dan Gunn, 1975). (3)
Kerapuhan Kerapuhan tablet menunjukkan jumlah zat yang terserpih akibat
proses gesekan. Kerapuhan tablet berpengaruh pada kekuatan tablet dalam menahan adanya guncangan mekanik. Kerapuhan tablet dihubungkan dengan kekuatan fisik dari permukaan tablet. Batas kewajaran kerapuhan tablet yaitu tidak lebih dari 1% (Voigt, 1994).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
(4)
Waktu melarut Waktu melarut adalah waktu yang dibutuhkan tablet hisap untuk
melarut atau terkikis secara perlahan di dalam rongga mulut. Sediaan tablet hisap ini diharapkan mampu memberikan efek lokal pada mulut dan kerongkongan, selain itu juga dimaksudkan untuk diabsorbsi secara sistemik setelah ditelan. Pengujian waktu melarut langsung dilakukan terhadap 10 responden. Waktu melarut yang ideal bagi tablet hisap yaitu sekitar 5-10 menit (Siregar dan Wikarsa, 2010). (5)
Uji Tanggap Rasa Uji tanggap rasa dilakukan dengan teknik sampling acak
(random
sampling)
dengan
populasi
heterogen
sejumlah
10
responden. Tanggapan rasa dikelompokkan dari rasa paling enak, enak, cukup enak, kurang enak, dan tidak enak. Data disajikan dalam bentuk tabel menurut persentase responden dengan tanggapan yang diberikan (Nugroho, 1995). 4. Mekanisme Ikatan Granulasi Basah Proses aglomerasi yang paling luas digunakan dalam industri farmasi adalah granulasi basah. Gaya kohesif yang bekerja selama proses aglomerasi basah disebabkan oleh jembatan cair yang terjadi antarpartikel padat, walaupun gaya tarik menarik antarmolekuler, gaya van der Waals dan gaya elektrostatis juga memberikan peranan awal. Mekanisme ikatan dalam keadaan basah tergantung pada gaya kapiler dan gaya antarpermukaan kapiler. Cairan yang diabsorpsi pada permukaan, yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
tidak bergerak, membantu mengurangi ketidaksempurnaan permukaan dan meningkatkan
kontak
partikel-partikel
dengan
mengurangi
jarak
antarpartikel yang efektif. Setelah cairan cukup ditambahkan, granulasi bergeser dari keadaan permukaan cairan tak bergerak menjadi keadaan lapisan (film) cairan yang bergerak. Newitt, Conway-Jones dan Barlow menetapkan teori granulasi basah berkenaan dengan empat keadaan. Keadaan ini disebut pendular, funikular, kapiler, dan tetes yang ditunjukkan pada gambar.
Gambar 2. Keadaan kandungan cairan dalam suatu aglomerat selama granulasi basah (a) keadaan pendular (b) keadaan funikular (c) keadaan kapiler (d) keadaan tetes/ droplet
(Siregar dan Wikarsa, 2010) Masing-masing keadaan tersebut menunjukkan peningkatan bertahap dalam kandungan lembab. Keadaan pendular dikarakterisasi dengan pembentukan jembatan cairan antarpartikel yang berdekatan pada titik kontak. Dengan peningkatan secara bertahap, kuantitas cairan dalam sistem keadaan funikular dicapai. Keadaan funikular dikenal sebagai bidang yang dilokalisasi oleh ruang celah jenuh penuh, bersamaan dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
pembentukan jembatan. Dengan penambahan cairan selanjutnya, keadaan kapiler tercapai ketika semua pori-pori celah telah diisi sempurna dengan cairan penggranulasi dan meniskus konkaf terbentuk di sekeliling permukaan granul. Keadaan tetes terjadi apabila cairan dengan sempurna mengelilingi granul, mengakibatkan suatu fase eksternal terdiri atas cairan dengan fase padat internal. Jadi kesimpulannya adalah dengan mempertimbangkan jembatan cair bergerak, gaya kohesif bertanggung jawab untuk kekuatan granul yang ditimbulkan dari tegangan permukaan media penggranulasi, perbedaan tekanan yang diamati pada lintas meniskus dan gaya van der Waals. Selanjutnya, gaya-gaya ini harus cukup menahan pengaruh merusak yang disebabkan oleh pengadukan selama granulasi untuk memperoleh granul yang sesuai (Siregar dan Wikarsa, 2010). 5.
Karies gigi Kesehatan mulut merupakan suatu hal yang penting bagi manusia.
Masalah kesehatan mulut yang sering dihadapi adalah keluhan sakit gigi yang disebabkan karies gigi dan penyakit jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang berperan dalam pembentukan plak gigi adalah bakteri jenis Streptococcus. Bakteri Streptococcus yang ditemukan dalam jumlah besar dalam plak penderita karies adalah Streptococcus mutans (Roeslan, 1996). Streptococcus mutans merupakan flora normal di dalam rongga mulut. Penumpukan bakteri ini di dalam mulut akan menyebabkan pembentukan plak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
gigi. Plak gigi yaitu berupa lapisan tipis bening yang menempel pada permukaan gigi, terkadang juga ditemukan pada gusi dan lidah. Lapisan itu merupakan kumpulan sisa makanan dan biasanya ditemani sejumlah bakteri dan sejumlah protein dari air ludah. Bila dibiarkan saja plak yang menumpuk akan mengeras dan akan membentuk karang gigi. Itulah yang menyebabkan gigi berwarna kehitaman, kecoklatan, maupun kehijauan. (Fauziyah dkk, 2009) Pada penelitian sebelumnya dilakukan uji aktivitas antibakteri gambir terhadap penyembuhan luka pada gingiva kelinci dengan konsentrasi 2%, 4%, 6% 8%. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa dengan ekstrak gambir konsentrasi 6% sudah mampu membantu penyembuhan luka pada gingiva kelinci pada fase inflamasi, namun tidak diketahui berapa jumlah ekstrak yang digunakan atau dioleskan. Aktivitas antibakteri pada obat kumur gambir bersifat bakteriostatik karena semakin tinggi konsentrasi gambir pada obat kumur maka penghambatan terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans semakin besar pula (Pradewa, 2008). 6.
Monografi Bahan Tablet Hisap (a)
Manitol Manitol adalah alkohol gula yang terbentuk secara alamiah. Bahan
ini merupakan isomer dari sorbitol tetapi memiliki konfigurasi kimia (susunan) yang berbeda dan kumpulan sifat fisik yang berbeda. Manitol berupa serbuk halus yang digunakan terutama untuk granulasi basah. Manitol mengandung lembab kurang dari 0,3% dan tidak higroskopik. Kemanisan manitol hanya 50% gula tetapi panas negatif larutan ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
memberikan sensasi dingin yang menyenangkan dalam mulut ketika tablet hisap melarut. Manitol merupakan suatu nonkariogenik (Siregar, 2007). (b)
Laktosa Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu dalam bentuk anhidrat
atau mengandung satu molekul air hidrat. Pemerian berupa serbuk hablur, keras, putih, atau putih krem tidak berbau, rasa sedikit manis, stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau. Laktosa mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan eter (Anonim, 1995). (c)
Gummi Arabici Nama lain dari gummi arabici adalah gom akasia. Gom akasia adalah
eksudat gom kering yang mengeras di udara seperti gom yang mengalir secara alami atau dengan penorehan batang dan cabang tanaman Acasia sinegal wild (Familia leguminosae) dan spesies lain acasia yang berasal dari Afrika. Pemerian dari acasia sendiri antara lain tidak berbau, larut hampir sempurna dalam dua bagian bobot air, tetapi sangat lambat meninggalkan sisa bagian tanaman dalam jumlah yang sangat sedikit, serta praktis tidak larut dalam etanol dan dalam eter (Anonim, 1979). Penggunaan PGA sebagai bahan pengikat didapatkan optimal dengan konsentrasi 5 -20% (Siregar, 2007). (d)
Magnesium stearat Magnesium stearat adalah persenyawaan magnesium dengan asam
organik padat yang diperoleh dari lemak. Mengandung setara dengan tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari 8,3% MgO. Magnesium stearat berupa serbuk halus berwarna putih, bau khas lemah, mudah melekat pada kulit, dan bebas dari bagian yang kasar (Anonim, 1995). Magnesium stearat merupakan lubrikan yang efisien dan secara luas digunakan dalam formulasi tablet. Bahan ini mempunyai ukuran partikel yang lebih kecil daripada asam stearat dan dibutuhkan dalam jumlah kecil dalam formulasi. Sebagai bahan pelicin Mg stearat digunakan dalam formulasi pada konsentrasi 0,25 – 5% (Sheth dkk, 1980). (e)
Aspartam Aspartam berfungsi sebagai bahan pemanis dalam pembuatan tablet
hisap. Aspartam berupa tepung kristal berwarna putih, tidak berbau, dan sedikit larut dalam air. Aspartam memiliki tingkat kemanisan relative sebesar 180 - 200 kali tingkat kemanisan sukrosa (gula). Acceptable Daily Intake (ADI) untuk aspartam adalah 40 mg/kgBB. Pada pembuatan tablet penggunaan aspartam yang diperbolehkan adalah tidak lebih 3,5% dari (f)
Aerosil Silikon dioksida terdispersi tinggi (aerosil) memiliki permukaan
spesifik dan terbukti sebagai bahan pengatur aliran yang menjadi keuntungan utamanya, dapat mengurangi lengketnya partikel satu sama lain dengan demikian gesekan antar partikel sangat kurang. Aerosil mengikat lembab melalui gugus silanol (dapat menarik air 40% dari massanya) dan meskipun demikian sebagai serbuk masih dapat mempertahankan daya alirnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Suatu adsorben mungkin perlu diberikan jika formulasi mengandung komponen higroskopis, terutama komponen yang absorbsi lembabnya menimbulkan serbuk kohesif dan tidak akan mengisi lubang kempa sebagaimana mestinya pada mesin tablet (Siregar, 2007). Batas maksimum aerosil yang berfungsi sebagai adsorben yaitu sebanyak 5% (Jufri dkk, 2008). B. Kerangka Pemikiran Produk gambir blok selama ini telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai campuran dalam menyirih. Berdasarkan penelitian yang ada tanaman gambir diketahui memiliki khasiat untuk memperkuat gigi dan gusi selain itu juga dapat digunakan sebagai antiseptik karena gambir memiliki aktivitas dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Bakteri Streptococcus mutans merupakan flora normal dalam mulut. Apabila bakteri ini mengalami penumpukan dalam mulut akan menyebabkan munculnya plak gigi. Bila dibiarkan saja plak gigi dapat berkembang menjadi karang gigi yang akan mengakibatkan gigi berwarna kuning, kehijauan, atau kecoklatan. Plak gigi ini juga akan menimbulkan masalah kesehatan mulut lainnya seperti bau mulut dan karies gigi. Untuk menghambat pembentukan plak gigi ini digunakan ekstrak gambir yang telah diuji aktivitasnya. Pada penelitian ini akan dibuat sediaan tablet hisap. Tablet hisap dirancang untuk dapat hancur atau melarut perlahan dalam mulut. Sediaan tablet hisap ini juga dibuat untuk memperbaiki rasa dari ekstrak gambir. Seperti kita ketahui gambir memiliki rasa yang sangat pahit, oleh sebab itu untuk memperbaiki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
rasanya diformulasikan menjadi tablet hisap dengan penambahan pemanis, pewarna dan juga serbuk mint. Pembuatan tablet hisap dengan bahan pengikat pada umumnya memegang peranan
penting
untuk
meningkatkan
kekerasan
tablet.
Tablet
hisap
dipersyaratkan memiliki kekerasan yang lebih besar dari tablet konvensional yaitu sekitar 7 kg sampai 14 kg (Cooper dan Gunn, 1975). Bahan pengikat yang digunakan adalah Pulvis Gummi Arabici yang dapat digunakan sebagai bahan pengikat pada formula dengan konsentrasi 5-20% (Siregar, 2007). Penggunaan PGA diharapkan dapat meningkatkan kekerasan tablet hisap dan kekerasan tablet hisap akan meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi PGA yang digunakan. Fungsi pengikat dalam suatu formulasi granulasi basah yaitu sebagai zat adhesif yang mampu mengikat serbuk-serbuk campuran menjadi granul. Efisiensi bahan pengikat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor diantaranya viskositas larutan pengikat. Dengan peningkatan konsentrasi PGA yang digunakan maka akan memperbesar viskositasnya sehingga ikatan antar granul yang ditimbulkan akan semakin rapat dan dihasilkan granul yang keras. Variasi penambahan bahan tambahan juga dilakukan dalam formulasi untuk meningkatkan tingkat kesukaan responden terhadap tablet hisap. Bahan tambahan yang digunakan yaitu pemanis, pewarna, dan serbuk mint.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
C. Hipotesis Ekstrak etanol gambir dapat dibuat menjadi sediaan tablet hisap dengan bahan pengikat PGA dan perbedaan konsentrasi PGA akan berpengaruh terhadap sifat fisik tablet hisap. Semakin tinggi konsentrasi PGA akan meningkatkan kekerasan tablet hisap, sehingga mempunyai tingkat kerapuhan paling rendah dan waktu melarut paling lama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian 1.
Kategori penelitian dan rancangan penelitian Kategori penelitian dan rancangan penelitian yang digunakan adalah
kategori penelitian eksperimental laboratorium, dalam penelitian ini digunakan 3 macam variabel yaitu : a)
Variabel bebas
: konsentrasi PGA
b)
Variabel tergantung
: sifat fisik granul yaitu waktu alir, sudut
diam, dan susut pengeringan. Sifat fisik tablet yaitu keseragaman bobot, kerapuhan, kekerasan, waktu melarut, dan uji tanggap rasa c)
Variabel terkendali
: gambir blok yang digunakan, cairan
penyari, suhu maserasi, suhu pengeringan granul, waktu pengeringan granul, nomor ayakan, tekanan pengempaan, volume penambahan PGA, jumlah penambahan bahan pemanis, pewarna, dan serbuk mint. 2.
Metode penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium
untuk memperoleh data hasil. Dilakukan dalam 3 tahap yaitu tahap pertama pembelian gambir blok murni, tahap kedua adalah ekstraksi gambir sehingga diperoleh ekstrak kental, dan tahap ketiga yaitu pembuatan tablet hisap gambir dengan perbedaan konsentrasi bahan pengikat yang digunakan yaitu
commit to user 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
PGA. Pada tahap ketiga ini dibedakan menjadi 3 formula dan 1 formula sebagai kontrol negatif. B. Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan di laboratorium Farmasetika, laboratorium Teknologi Farmasi D3 Farmasi FMIPA UNS dan laboratorium Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi. C. Alat dan Bahan 1) Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bejana kaca tertutup untuk maserasi, neraca analitik (Precisa BJ410C), kompor listrik Thermo Scientific (Cimarec), rotary evaporator (Stuart), mortir dan stamper, mesin tablet single punch, ayakan no 16 dan 18, oven pengering (Memmert), corong stainless pengukur sifat alir, stopwatch digital, hardness tester (Guoming tipe YD-1), friability tester (Guoming tipe CS-2), vacuum, alat-alat gelas pyrex dan alat pendukung lainnya. 2) Bahan Bahan- bahan yang digunakan antara lain gambir blok produksi Palembang yang diperoleh dari Pasar Tradisional Beringharjo Yogyakarta, manitol (Getec), aspartam (Nutrasweet), pewarna orange (pewarna makanan), laktosa, etanol 70%, PGA, aerosil, magnesium stearat, oleum menthae yang dibeli di laboratorium Farmasetika UNS.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
D. Tahapan Penelitian 1)
Pengambilan bahan Produk gambir blok (komersial) produksi Palembang yang diperoleh
dari Pasar Tradisional Beringharjo Yogyakarta. Pada tahap ini tidak dilakukan determinasi sebab yang digunakan adalah gambir blok murni, bukan tanamannya. 2)
Pembuatan ekstrak secara maserasi Gambir blok digerus kemudian diayak dengan ayakan 60 mesh, hasil
ayakan berupa serbuk gambir. Serbuk gambir sebanyak 0,5 kg dimasukkan dalam bejana kemudian ditambah dengan 1,5 L pelarut etanol 70%. Prinsip perbandingan bahan dengan pelarut etanol yang digunakan yaitu 1:3 (w/v). Setelah dilarutkan dalam bejana kemudian diaduk menggunakan pengaduk selama ±1 jam untuk mencapai kondisi homogen. Selanjutnya larutan dimaserasi selama 5 hari pada suhu kamar. Hal terpenting selama proses maserasi yaitu dilakukan pengadukan berulang-ulang (kira–kira 3 kali sehari) agar terjadi keseimbangan konsentrasi bahan aktif dalam cairan. Setelah waktu maserasi selesai, larutan dipisahkan (difiltrasi) dengan menggunakan kain flanel kemudian dievaporasi menggunakan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental. Pelarut yang masih tertinggal diuapkan di atas water bath sampai menguap dan didapatkan ekstrak kental.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
3)
Pemeriksaan kualitas ekstrak (a) Pemeriksaan organoleptis Dilakukan pemeriksaan untuk mendeskripsikan bentuk, warna, bau dan rasa ekstrak (Anonim, 1986). (b) Pemeriksaan rendemen ekstrak Rendemen ekstrak dihitung dengan membandingkan jumlah ekstrak yang dihasilkan dengan simplisia yang digunakan.
4)
Pembuatan Mucilago Gummi Arabici Pulvis Gummi Arabici (PGA) ditimbang seberat 10 gram, 15 gram dan
20 gram kemudian masing-masing ditabur dalam 50 ml air dingin kemudian didiamkan sekitar 3 menit. Setelah itu dilakukan pengadukan cepat agar serbuk PGAnya tidak menggumpal. Selanjutnya 50 ml air lagi dipanaskan dan ditambahkan ke dalam suspensi PGA tersebut sambil diaduk sampai terbentuk mucilago. Mucilago ini kemudian digunakan sebagai bahan pengikat pada pembuatan granul. 5)
Pembuatan Ekstrak Kering Pembuatan ekstrak kering gambir yaitu dengan mencampur aerosil
sebesar 5% dengan ekstrak kental (Jufri dkk, 2008). Pencampuran ekstrak kental dengan aerosil dilakukan menggunakan mortir dan stamper hangat yang sebelumnya telah dipanaskan di atas waterbath, dengan tujuan untuk mempercepat penguapan pelarutnya dan mencegah terjadinya higroskopitas ekstrak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
6)
Formula Dosis ekstrak gambir yang digunakan pada formula ini mengacu pada
penelitian sebelumnya mengenai formulasi tablet hisap ekstrak gambir dengan metode kempa langsung. Penelitian tersebut menggunakan ekstrak sebanyak 18,75 mg per tablet 750 mg. Ekstrak etanol gambir diketahui memiliki nilai MIC terhadap bakteri uji Staphylococcus aureus sebesar 2,5% (w/w). Nilai MIC merupakan konsentrasi minimum dari senyawa uji yang mampu menghambat pertumbuhan mikroba (Ridawati, 2008). Konsentrasi 2,5% = 2,5 g dalam 100 g = 2500 mg dalam 100000 mg Sediaan yang akan dibuat = tablet hisap 500 mg Dosis dalam sediaan tablet = 500/100000x2500 = 12,5mg Tabel II Formula Akhir
Kandungan per tablet (mg) Komposisi
Formula 0
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Kontrol
Konsentrasi
Konsentrasi
Konsentrasi
Negatif
PGA 10%
PGA 15%
PGA 20%
Ekstrak gambir
12,5
12,5
12,5
12,5
Aerosil
0,625
0,625
0,625
0,625
PGA
-
12,5
18,75
25
Manitol
375,9
365,9
360,9
355,9
Laktosa
93,97
91,47
90,22
88,97
Mg Stearat
5
5
5
5
Serbuk mint
5
5
5
5
Aspartam
5
5
5
5
Pewarna kuning
2
2
2
2
Total
500,0
500,0
500,0
500,0
Keterangan : F0 : Formula tablet hisap ekstrak gambir tanpa bahan pengikat (hanya aquadest) F1 : Formula tablet hisap ekstrak gambir dengan bahan pengikat PGA 10% F2 : Formula tablet hisap esktrak gambir dengan bahan pengikat PGA 15%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
F3
7)
: Formula tablet hisap esktrak gambir dengan bahan pengikat PGA 20%
Pembuatan granul dengan metode granulasi basah Ekstrak kental dikeringkan menggunakan aerosil sebanyak 5% hingga
menjadi ekstrak kering. Ekstrak kering, manitol, laktosa, serbuk mint, aspartam, dan pewarna orange kemudian dicampur sampai homogen menggunakan mixer. PGA yang sudah dikembangkan dalam air hangat (mucilago gummi arabici) ditambahkan ke dalam campuran serbuk perlahanlahan, dihomogenkan sampai terbentuk massa granul yang baik.
Massa
granul dilewatkan pada ayakan mesh 16, dikeringkan pada oven suhu 50oC selama ± 2 jam sampai kering. Granul yang sudah kering selanjutnya diayak dengan ayakan mesh 18 (Anief, 1997). 8)
Uji sifat fisik granul (a)
Pemeriksaan Susut Pengeringan Granul Susut Pengeringan dinyatakan sebagai Lost On Drying (LOD)
yaitu kadar kelembaban berdasarkan berat granul basah yang dihitung dengan rumus : a– % LOD =
a-b
X 100%
.................. (1)
a
(b)
a
= berat granul basah
b
= berat granul kering Pemeriksaan bobot jenis granul Bobot jenis merupakan konstanta/ tetapan bahan yang tergantung
pada suhu baik untuk bodi padat, cair, dan gas yang homogen. Bobot
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
jenis didefinisikan sebagai perbandingan antara massa bahan (m) terhadap volumenya. Bobot jenis granul yan dihitung merupakan bobot jenis nyata yaitu perbandingan antara massa dengan volume yang membesar akibat adanya pori-pori. (Voigt, 1994). Perhitungan bobot jenis nyata dilakukan dengan memasukkan granul ke dalam gelas ukur volume 50 ml kemudia ditimbang massanya. Bobot jenis didapatkan dengan membagi massa yang didapatkan dengan volume 50 ml. (c)
Uji waktu alir Ditimbang 100 g granul, dimasukkan kedalam corong yang ujung
tangkainya ditutup. Penutup corong dibuka dan granul dibiarkan mengalir sampai habis lalu dihitung waktu alir granul. Granul mempunyai sifat alir bagus bila mempunyai waktu alir tidak lebih dari 10 detik (Fudholi, 1983). (d)
Sudut diam Granul sebanyak 100 g dimasukkan ke dalam alat pengukur sudut
diam sampai penuh dan diratakan, tutup dibuka dan granul dibiarkan mengalir sampai habis. Tinggi kerucut dan diameter yang terbentuk diukur, sudut diam dihitung. Tg β = ……………………………………………………………(2) h = tinggi kerucut
β = sudut diam
r = jari – jari kerucut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Bila sudut diam < 30º menunjukkan bahwa granul dapat mengalir bebas, sedangkan bila sudutnya ≥ 40º menunjukkan sifat alir granul kurang baik (Banker dan Anderson,1986). 9)
Pembuatan Tablet Hisap Granul yang telah memenuhi persyaratan uji sifat fisik granul
selanjutnya ditablet menggunakan mesin tablet single punch dengan bobot tiap tablet ±500 mg. Sebelumnya granul ditambahkan dengan magnesium stearat sebagai bahan pelicin. Untuk menghasilkan tablet hisap dengan kekerasan maksimal maka diperlukan tekanan yang lebih besar ketika mengempa tablet namun tekanan kompresi pada pembuatan tablet dikendalikan sehingga bobot tablet tiap formula sama. Kedalaman punch yang digunakan ketika mengempa tablet yaitu 6,7 mm untuk semua formula. 10)
Uji Sifat Fisik Tablet Hisap (a)
Keseragaman bobot Ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika
dihitung satu persatu, tidak boleh lebih dari dua tablet yang masingmasing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A. Dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B (Anonim, 1979). Seperti yang terlihat pada tabel : Tabel III Persyaratan penyimpangan bobot tablet
Bobot Rata-rata 25 mg atau kurang 26 mg - 150 mg 151 mg - 300 mg Lebih dari 300 mg
Penyimpangan Bobot Rata-rata dalam % A B 15% 30% 10% 20% 7,5% 15% 5% 10% commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Selanjutnya Dihitung harga koevisien variasinya. CV =
……………………………………………………(3)
Keterangan : CV = koefisien variasi
X = rata-rata bobot tablet
SD = simpangan baku (b)
Kekerasan tablet Pemeriksaan kekerasan tablet menggunakan alat digital hardness
tester (Guoming tipe YD-1). Sebuah tablet diletakkan pada alat dengan posisi horisontal, alat dikalibrasi hingga posisi 0,00. Putar alatnya hingga tablet patah. Baca skala yang tertera pada alat. Percobaan dilakukan 5 kali dan dihitung harga puratanya (Voigt, 1994). Kekerasan tersebut dinyatakan dalam kilogram. Tablet hisap mempunyai kekerasan antara 7 kg sampai 14 kg (Cooper dan Gunn, 1975). (c)
Kerapuhan tablet 20 tablet dibebasdebukan. Ditimbang dalam neraca analitik yang
dinyatakan sebagai M1. Kemudian dimasukkan ke dalam alat tablet friabilaty tester. Alat dijalankan selama 4 menit dengan kecepatan 25 putaran permenit. Setelah 4 menit tablet dikeluarkan dari alat, dibebasdebukan lagi dan ditimbang yang kemudian dinyatakan M2. Kerapuhan tablet dinyatakan selisih berat tablet sebelum yang diuji tidak boleh berkurang lebih 1% dari berat awal tablet awal uji (Mohrle, 1989). Kerapuhan tablet =
x100%
commit to user
..................... (4)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
(d)
M1
= berat tablet mula-mula
M2
= berat tablet setelah perlakuan
Waktu melarut Tablet hisap biasanya melarut 5-10 menit di dalam mulut (Siregar
dan Wikarsa, 2010). Karena alat untuk menguji waktu hancur tidak dapat mewakili kondisi di dalam mulut, maka uji waktu larut dilakukan secara langsung oleh 10 responden. Responden memasukkan tablet ke dalam mulutnya dengan tanpa mengunyahnya dan membiarkan tablet melarut dengan sendirinya hingga habis di dalam mulut. Waktu yang diperlukan untuk melarut sampai habis dicatat (Nugroho, 1995). (e)
Uji tanggap rasa Uji tanggap rasa dilakukan secara acak (random sampling)
terhadap 10 responden dengan populasi heterogen dengan cara sebagai berikut : responden diminta mencicipi satu tablet hisap dari setiap formula lalu diminta tanggapannya mengenai rasa tablet untuk kemudian diisikan pada angket. Hasilnya dibedakan menjadi 5 kategori yaitu paling enak, enak, cukup enak, kurang enak dan tidak enak. Uji ini dilakukan untuk mengetahui tablet mana dari 3 formula uji dan kontrol negatif yang memberikan kenyamanan maksimal bagi konsumen. Kenyamanan disini dalam artian memiliki rasa paling enak, tidak terlalu cepat melarut dalam mulut, dan tidak terlalu keras dalam mulut yang mengakibatkan tablet butuh waktu lama untuk melarut (Nugroho, 1995).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
E.
Teknik Analisis (1) Pendekatan Teoritis Data yang diperoleh dari hasil penelitian dibandingkan dengan persyaratan tablet yang terdapat dalam Farmakope Indonesia dan kepustakaan lain. (2) Pendekatan Statistik Data yang diperoleh dianalisis menggunakan KolmogorovSmirnov untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Untuk data yang terdistribusi normal dianalisis menggunakan ANOVA satu jalan dengan taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan uji t-LSD (Least Significant Difference) jika terdapat perbedaan signifikan. Untuk data yang tidak terdistribusi normal dianalisis menggunakan uji alternatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Identifikasi Serbuk Gambir Dilakukan identifikasi serbuk gambir dan diperoleh hasil : Tabel IV Hasil Uji Organoleptis Serbuk Gambir (Uncaria gambir Roxb)
B.
Uji Organoleptis
Hasil
Bentuk
Serbuk
Bau
Khas gambir
Warna
Coklat muda
Rasa
Sangat pahit
Hasil Pembuatan Ekstrak Kental Gambir Gambir blok dihaluskan hingga didapat serbuk gambir. Serbuk gambir
diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70% selama 5 hari. Pelarut etanol 70% dipilih berdasarkan kandungan kimia yang akan disari yaitu senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid merupakan senyawa polar sehingga pelarut etanol yang juga bersifat polar dapat digunakan untuk mengekstraksi flavonoid. Selain itu etanol juga bersifat lebih selektif karena kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas (Anonim, 1986). Pada saat maserasi dilakukan pengadukan ± 3 kali sehari menggunakan batang pengaduk. Tujuan dari pengadukan ini yaitu agar terjadi keseimbangan konsentrasi bahan aktif dalam cairan. Setelah 5 hari larutan disaring dan filtrat diuapkan menggunakan rotary evaporator. Pelarut yang tersisa diuapkan lagi di atas waterbath sampai diperoleh ekstrak kental. Hasil dari pembuatan ekstrak
commit to user 38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
kental gambir, dari 500 gram serbuk gambir dihasilkan ekstrak kental sebanyak 173 gram. Berdasarkan hasil pembuatan ekstrak tersebut maka diperoleh rendemen ekstrak sebesar 34,6 %. C.
Hasil Pemeriksaan Ekstrak Kental Gambir Dilakukan pemeriksaan ekstrak kental gambir yang bertujuan untuk
mengetahui kualitas ekstrak yang didapatkan, sehingga diharapkan dapat memenuhi kriteria kualitas ekstrak kental yang sesuai dengan persyaratan. Hasil pemeriksaan organoleptis ekstrak kental gambir adalah sebagai berikut : Tabel V Hasil Uji Organoleptis Ekstrak Kental Gambir (Uncaria gambir Roxb)
D.
Uji Organoleptis
Hasil
Bentuk
Ekstrak Kental
Bau
Khas gambir
Warna
Coklat tua
Rasa
Sangat pahit
Pembuatan Ekstrak Kering Gambir Pembuatan ekstrak kering gambir yaitu dengan mencampur aerosil dengan
ekstrak kental. Aerosil yang digunakan sebanyak 5% dari jumlah ekstrak. Pencampuran ekstrak kental dengan aerosil dilakukan di mortir dan stamper hangat yang sebelumnya dipanaskan di atas waterbath dengan tujuan untuk mempercepat penguapan pelarutnya (solven), mencegah terjadinya higroskopitas, dan menjaga kestabilan ekstrak. E.
Pembuatan Serbuk Mint Serbuk mint dalam formula digunakan sebagai corringens saporis untuk
menutupi rasa asli ekstrak gambir yang sangat pahit. Penggunaan serbuk mint ini hanya ditujukan untuk menambah tingkat kesukaan konsumen terhadap tablet
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
hisap sehingga diharapkan tablet hisap dapat diterima dengan baik oleh konsumen. Pembuatan serbuk mint dilakukan dengan mencampur 5 ml oleum menthae (minyak permen) dengan 3 gram aerosil® R200 (Padmadisastra, 2008). Jumlah oleum menthae per g aerosil didapatkan 1,67 g, sehingga jumlah oleum menthae yang digunakan per tabletnya yaitu 8,35 mg. F.
Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol Gambir Ekstrak etanol gambir diketahui memiliki nilai MIC terhadap bakteri uji
Staphylococcus aureus sebesar 2,5% (w/w) (Ridawati, 2008). Nilai MIC merupakan konsentrasi minimum dari senyawa uji yang mampu menghambat pertumbuhan mikroba. Sediaan yang akan dibuat = tablet hisap 500 mg Dosis dalam sediaan tablet = G.
x 500 mg = 12,5 mg.
Pembuatan Granul dengan Metode Granulasi Basah Pembuatan granul dilakukan dengan metode granulasi basah. Metode ini
dipilih karena merupakan salah satu metode yang mampu menghasilkan sediaan tablet yang baik dan stabil serta tidak terlalu sulit untuk dilakukan. Selain itu bahan-bahan yang digunakan seluruhnya tahan terhadap kelembaban dan panas pengeringan. Metode granulasi basah ini juga dipilih agar kekerasan tablet yang dihasilkan lebih maksimal karena penggunaan bahan pengikat. Pembuatan granul dengan metode granulasi basah secara garis besar dilakukan dengan mencampur zat aktif yang ada dengan bahan pembantu lain serta dengan bahan pengikat yang telah dibuat mucilago atau disuspensikan sehingga terbentuk massa yang elastis. Selanjutnya massa tersebut diayak dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
ukuran ayakan 16 mesh dan dikeringkan dalam oven selama ± 2 jam pada suhu 50°C. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi konsentrasi kandungan air (pelarut) di dalam serbuk. Granul yang sudah kering kemudian diayak dengan ayakan 18 mesh. Hal ini bertujuan untuk menghindari variasi ukuran granul sehingga granul yang didapatkan memiliki fluiditas yang baik serta menjamin tercapainya keseragaman bobot tablet. H.
Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Granul Pemeriksaan sifat fisik granul dilakukan terhadap granul yang telah
dikeringkan dan diayak dengan ayakan 18 mesh. Pemeriksaan sifat fisik granul ini bertujuan untuk mengetahui apakah granul yang akan ditablet telah memenuhi persyaratan sehingga diharapkan akan menghasilkan tablet dengan mutu yang baik. Pemeriksaan sifat fisik granul meliputi kadar susut pengeringan granul (%LOD), waktu alir granul, dan sudut diam. 1.
Susut Pengeringan Granul Susut pengeringan adalah banyaknya bagian zat yang mudah
menguap termasuk air. Susut pengeringan granul dilakukan untuk metode granulasi basah dengan cara menghitung kadar kelembaban granul basah dibandingkan
dengan
kadar
kelembaban
granul
kering.
Cara
menghitungnya yaitu dengan menimbang bobot granul basah dan bobot granul kering kemudian dihitung %LOD dengan rumus : Berat granul basah – berat granul kering % LOD =
x 100% Berat granul basah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
Pengeringan granul yang baik akan menghasilkan granul dengan waktu alir yang baik sehingga granul akan kompak saat pencetakan tablet dan dihasilkan tablet dengan bobot yang seragam. Hasil pemeriksaan susut pengeringan pada formulasi dapat dilihat pada tabel VI. Tabel VI Hasil Pemeriksaan Susut Pengeringan Granul Tablet Hisap Ekstrak Etanol Gambir
Berat granul
Berat granul
basah (gram)
kering (gram)
Formula 0 (Kontrol)
134,53
111,26
17,29
Formula 1
131,37
114,56
12,79
Formula 2
133,52
116,22
12,95
Formula 3
134,74
117,13
13,069
Formula
LOD (%)
Keterangan : F0 : Formula tablet hisap ekstrak gambir tanpa bahan pengikat (hanya aquadest) F1 : Formula tablet hisap ekstrak gambir dengan bahan pengikat PGA 10% F2 : Formula tablet hisap esktrak gambir dengan bahan pengikat PGA 15% F3 : Formula tablet hisap esktrak gambir dengan bahan pengikat PGA 20%
Pada tabel diatas ditunjukkan bahwa presentase LOD (Loss On Drying) terbesar ada pada F0 yang mengindikasikan banyaknya kandungan air yang hilang saat pengeringan sehingga ikatan antar granulnya menjadi renggang dan menyebabkan granul menjadi terlalu kering dan rapuh. Sedangkan presentase LOD (Loss On Drying) terkecil ada pada F1 yang mengindikasikan sedikitnya kandungan air yang hilang saat pengeringan sehingga granul menjadi lembab dan dapat melekat pada cetakan saat pengempaan. Adanya kadar air dalam granul diperlukan untuk menjaga ikatan antar partikel menjadi stabil. Tingginya kadar air yang hilang saat pengeringan ditandai dengan % LOD (Loss On Drying) yang besar, sedangkan rendahnya kadar air yang hilang saat pengeringan ditandai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
dengan % LOD (Loss On Drying) yang kecil. Kadar air yang tinggi menyebabkan granul lembab dan sukar mengalir pada saat pengempaan sehingga dapat terjadi picking (penempelan massa tablet pada permukaan punch yang terlokalisir) dan sticking (penempelan massa tablet pada seluruh permukaan punch). Kadar air yang rendah akan menyebabkan ikatan antar partikel granul menjadi renggang dan tablet yang dihasilkan rapuh serta mudah hancur sehingga bobot tablet tidak bisa terjaga. Kadar susut pengeringan granul dipengaruhi oleh berbagai macam faktor diantaranya viskositas larutan pengikat, semakin besar konsentrasi bahan pengikat maka viskositasnya akan meningkat mengakibatkan persen air yang hilang saat pengeringan (% LOD) seharusnya semakin kecil. Namun dari hasil yang didapatkan tidak demikian karna mungkin dipengaruhi oleh suhu pengeringan dan waktu pengeringan yang tidak konstan. 2.
Waktu Alir Waktu alir granul sangat penting untuk diketahui karena
merupakan parameter kualitas granul yang akan ditablet. Waktu alir ideal untuk 100 gram granul adalah kurang dari 10 detik (Parrot, 1971). Granul yang telah diuji waktu alirnya dan memiliki waktu alir dibawah 10 detik diharapkan akan menghasilkan tablet yang baik. Variasi bahan pengikat yang ditambahkan kepada tiap-tiap formula diharapkan mampu memberikan perbedaan signifikan terhadap sifat alir masing-masing formula karena bertambahnya konsentrasi bahan pengikat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
dapat memperbesar kerapatannya sehingga waktu alir granul menjadi semakin cepat dan sifat alirnya semakin baik. Kecepatan waktu alir juga dipengaruhi oleh penambahan bahan pelicin. Bahan pelicin yang digunakan pada formula yaitu magnesium stearat. Hasil pemeriksaan waktu alir granul dapat dilihat pada tabel VII. Tabel VII Hasil Pemeriksaan Waktu Alir Granul Tablet Hisap Ekstrak Etanol Gambir Sebelum dan Sesudah Ditambah Pelicin
Pemeriksaan Waktu Alir (detik)
Tanpa pelicin Dengan pelicin
F0
F1
F2
F3
7,45±0,345
7,05±0,057
7,003±0,340
6,51±0,060
7,19±0,367
6,76±0,104
6,71±0,245
6,22±0,289
Keterangan : F0 : Formula tablet hisap ekstrak gambir tanpa bahan pengikat (hanya aquadest) F1 : Formula tablet hisap ekstrak gambir dengan bahan pengikat PGA 10% F2 : Formula tablet hisap esktrak gambir dengan bahan pengikat PGA 15% F3 : Formula tablet hisap esktrak gambir dengan bahan pengikat PGA 20%
Dari data yang diperoleh terlihat pengaruh konsentrasi bahan pengikat (PGA) terhadap waktu alir granul. Hasil yang didapatkan telah sesuai dengan teori yaitu semakin tinggi konsentrasi bahan pengikat (PGA) yang digunakan maka waktu alir yang dihasilkan akan semakin singkat. Pada formula 0, 1, 2 dan 3 untuk granul tanpa penambahan bahan pelicin diperoleh waktu alir 7,45; 7,05; 7,003; dan 6,51 detik. Setelah ditambah bahan pelicin waktu alirnya menjadi semakin singkat yaitu untuk formula 0, 1, 2 dan 3 diperoleh waktu alir 7,196; 6,76; 6,71; dan 6,22 detik. Dengan demikian waktu alir granul dari keempat formula telah memenuhi persyaratan (< 10 detik) sehingga granul akan mengalir baik dalam hopper dan tidak mengalami kesulitan dalam penabletan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Waktu alir sebelum dan sesudah diberi bahan pelicin mempunyai perbedaan dimana waktu alir lebih cepat sesudah diberi bahan pelicin. Hal ini dikarenakan bahan pelicin (Mg stearat) berfungsi untuk memacu aliran granul dengan jalan mengurangi gesekan diantara partikel-partikel granul. Aliran granul juga dipengaruhi oleh bentuk granul, kerapatan, ukuran granul, porositas, kondisi percobaan dan kelembaban granul. Semakin besar konsentrasi bahan pengikat yang digunakan akan memperbesar kerapatan granul sehingga waktu alirnya pun akan semakin singkat. Hal ini sesuai dengan percobaan dimana waktu alir paling singkat ada pada formula 3 yang menggunakan bahan pengikat PGA 20% dan waktu alir paling lama ada pada formula 0 (kontrol) yang tidak menggunakan bahan pengikat. Hasilnya dapat dilihat pada gambar 3.
Waktu Alir Granul 7.6 7.4 7.2 7 6.8 6.6 6.4 6.2 6 5.8 5.6
7.45 7.19
7.05
7.003
6.76
6.71 6.51 6.22
Formula Tanpa Pelicin Formula Dengan Pelicin
Waktu Alir (detik)
F0
F1
F2
F3
Formula Gambar 3. Histogram Hubungan Antara Formula dengan Waktu Alir (detik)
Berdasarkan uji Kolmogorov – Smirnov diketahui bahwa waktu alir granul sesudah diberi bahan pelicin menghasilkan data yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
terdistribusi normal. Data disimpulkan terdistribusi normal karena dilihat dari nilai Most Extreme Differences Absolute pada masing – masing formula 0, 1, 2 dan 3 > 0,05. Selain itu nilai Z uji untuk masing – masing formula juga > 0,05 maka dapat disimpulkan Ho diterima, dimana data terdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji one way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan dengan nilai probabilitas < 0,05 yaitu 0,015. Kemudian dilakukan uji lanjutan dengan uji LSD (Least Significant Difference) untuk mengetahui hubungan antara formula satu dengan yang lain. Hasil uji LSD menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara waktu alir formula 0 (kontrol) dengan formula 3 yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,02. Hal ini jelas disebabkan karena penggunaan bahan pengikat PGA. Formula 3 menggunakan PGA 20% sedangkan formula 0 tidak menggunakan PGA. PGA yang digunakan akan meningkatkan
proses
pengikatan
granul
sehingga
memperbesar
kerapatannya dan dihasilkan granul yang spheris dengan jumlah fines yang kecil. Akibatnya gaya gesek antar partikel granul dengan wadahnya menjadi semakin kecil dan kecepatan alir granul meningkat. Selain itu terdapat perbedaan signifikan antara waktu alir formula 1 dengan formula 3 yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,040. Waktu alir formula 1 lebih lama dibandingkan dengan waktu alir formula 3. Hal ini disebabkan karena perbedaan konsentrasi bahan pengikat PGA yang digunakan. Bertambahnya konsentrasi bahan pengikat PGA yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
digunakan akan memperbesar kerapatan granul sehingga waktu alirnya menjadi semakin cepat. Kerapatan granul untuk formula 0, 1, 2, dan 3 masing – masing adalah 0,513 g/ml, 0,564 g/ ml, 0,573 g/ml dan 0,582 g/ml. Faktor lain yang mempengaruhi waktu alir adalah kelembaban granul. Granul yang terlalu lembab akan mengakibatkan granul tidak dapat mengalir dari corong pada saat diuji. 3.
Sudut Diam Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan
partikel bentuk kerucut dengan bidang horizontal jika sejumlah serbuk dituang ke dalam alat pengukur. Sudut diam juga merupakan karakteristik fluiditas yang berhubungan erat dengan kohesifitas antar partikel penyusun granul. Granul akan mengalir dengan baik apabila sudut diam yang terbentuk 30 – 40° (Banker and Anderson, 1986). Penambahan bahan pelicin akan mempercepat waktu aliran granul dan juga akan berpengaruh pada sudut diamnya. Hasil pemeriksaan sudut diam granul dapat dilihat pada tabel VIII : Tabel VIII Hasil Pemeriksaan Sudut Diam Granul Tablet Hisap Ekstrak Etanol Gambir Sebelum dan Sesudah Ditambah Pelicin
Pemeriksaan Sudut Diam (°)
Tanpa pelicin Dengan pelicin
F0
F1
F2
F3
32,09±0,442 32,23±0,077 32,14±0,261
32,01±0,133
30,90±0,246 31,78±0,191
31,72±0,265
31,4±0,379
Keterangan : F0 : Formula tablet hisap ekstrak gambir tanpa bahan pengikat (hanya aquadest) F1 : Formula tablet hisap ekstrak gambir dengan bahan pengikat PGA 10% F2 : Formula tablet hisap esktrak gambir dengan bahan pengikat PGA 15% F3 : Formula tablet hisap esktrak gambir dengan bahan pengikat PGA 20%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Pada tabel terlihat bahwa sudut diam yang paling kecil untuk granul tanpa penambahan bahan pelicin yaitu formula 3 (32,01° ± 0,133) dan yang paling besar yaitu formula 1 (32,23° ± 0,077). Perbedaan hasil sudut diam ini dikarenakan bentuk, ukuran, dan kelembaban granul pada masing-masing formula juga berbeda. Jumlah granul pada formula 3 lebih sedikit jika dibandingkan dengan formula 1 dikarenakan perbedaan berat jenis granul sehingga tinggi kerucut granul pada formula 3 lebih rendah dibandingkan dengan formula 1. Hal inilah yang membuat sudut diam granul formula 3 lebih kecil dari formula 1 karena sudut diam berbanding lurus dengan tinggi kerucut granul. Selain itu kelembaban granul formula 1 juga lebih rendah dibandingkan dengan formula 3, dapat dilihat dari kadar LOD (Loss On Drying). Kelembaban granul berbanding terbalik dengan sudut diam karena granul yang lembab akan menghasilkan diameter kerucut granul yang lebih kecil. Setelah penambahan bahan pelicin sudut diam yang paling kecil ada pada formula 0 (kontrol) (30,90 ± 0,246) dan yang paling besar ada pada formula 1 (31,78 ± 0,191). Hal ini disebabkan oleh pencampuran bahan pelicin yang tidak rata dan juga pengukuran diameter maupun tinggi kerucut granul yang kurang akurat. Namun walaupun demikian sudut diam keempat formula granul masih memenuhi persyaratan karena besar sudut diamnya berkisar antara 30 – 40° (Banker and Anderson, 1986). Hasil pengukuran sudut diam dapat dilihat pada gambar 4.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Sudut Diam Granul 32.5 32.09 32
32.23
32.14
31.78
)
32.01 31.72
°
31.4
31.5 31 Sudut Diam (
30.9
Sudut Diam Tanpa Pelicin Sudut Diam Dengan Pelicin
30.5 30 F0
F1
F2
F3
Formula Gambar 4. Histogram Hubungan antara Formula dengan Sudut Diam (°)
Berdasarkan uji Kolmogorov – Smirnov diketahui bahwa sudut diam granul sesudah diberi bahan pelicin menghasilkan data yang terdistribusi normal. Data disimpulkan terdistribusi normal karena dilihat dari nilai Most Extreme Differences Absolute pada masing – masing formula 0, 1, 2 dan 3 > 0,05. Selain itu nilai Z uji untuk masing – masing formula juga > 0,05 maka dapat disimpulkan Ho diterima, dimana data terdistribusi normal. Kemudian dilakukan uji one way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan, karena nilai probabilitas < 0,05 yaitu 0,018. Selanjutnya dilakukan uji lanjutan dengan uji LSD (Least Significant Difference) untuk mengetahui hubungan antara formula satu dengan yang lain. Hasil uji LSD menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara sudut diam formula 0 (kontrol) dengan formula 1 dan 3 yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi masing-masing 0,005 dan 0,007. Perbedaan sudut diam ini jelas disebabkan oleh penggunaan bahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
pengikat PGA. Formula 3 menggunakan bahan pengikat PGA 20% yang menyebabkan berat jenis granulnya lebih besar sehingga jumlah granul serta tinggi kerucut granulnya semakin kecil dan mengakibatkan sudut diamnya juga semakin kecil. Hal lain yang mempengaruhi sudut diam yaitu waktu alir granul. Semakin cepat waktu alir granul maka sudut diamnya akan semakin baik. Hasil uji LSD juga menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan sudut diam antara formula 1, 2, dan 3 maka dapat disimpulkan kenaikan konsentrasi bahan pengikat PGA yang digunakan tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap sudut diam. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya pengukuran diameter serta tinggi kerucut granul yang kurang akurat, pengamatan yang kurang cermat saat penggunaan jangka sorong, serta pengaruh dari getaran luar yang mengakibatkan tinggi kerucut granulnya menjadi hancur. Faktor lain yang juga mempengaruhi besar kecilnya nilai sudut diam yaitu diameter corong (bagian atas dan bawah), panjang tangkai corong serta cara penuangan sampel. I.
Proses Penabletan Granul yang telah memenuhi persyaratan uji sifat fisik granul selanjutnya
ditablet dengan menggunakan mesin tablet single punch. Mesin tablet diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh kekerasan maksimal dengan bobot masingmasing tablet dibuat ±500 mg. Sebelumnya granul ditambahkan dengan magnesium stearat yang berfungsi sebagai pelicin. Untuk menghasilkan tablet hisap dengan kekerasan maksimal diperlukan tekanan kompresi yang lebih besar,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
namun besar tekanan tetap harus dikendalikan agar sama dalam mengempa keempat formula tablet. Hal ini dilakukan untuk mengetahui baik tidaknya tablet yang dihasilkan dari beberapa formula dengan konsentrasi PGA yang berbedabeda dengan kedalaman punch dan tekanan yang sama untuk tiap formulanya. Kedalaman punch yang digunakan untuk mengempa keempat formula tablet yaitu 6,7 mm. J.
Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet Hisap Pemeriksaan sifat fisik tablet hisap ekstrak gambir meliputi keseragaman
bobot, kekerasan, kerapuhan, waktu melarut, dan uji tanggapan rasa. Tabel IX Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet Hisap Ekstrak Etanol Gambir
Fisik Tablet Keseragaman Bobot (mg)
SD CV
Kekerasan (kg) Kerapuhan
SD SD
Waktu Melarut (menit)
SD
F0 474,4 18,403 3,879 5,104 1,23 1,06 0,355 4,079 1,767
FORMULA F1 F2 499,5 496,85 13,983 13,287 2,79 2,67 8,51 9,275 1,35 1,39 0,83 0,74 0,223 0,183 5,928 5,992 2,196 2,12
F3 492,25 12,332 2,505 8,52 1,10 0,82 0,115 5,047 1,777
Keterangan : F0 : Formula tablet hisap ekstrak gambir tanpa bahan pengikat (hanya aquadest) F1 : Formula tablet hisap ekstrak gambir dengan bahan pengikat PGA 10% F2 : Formula tablet hisap esktrak gambir dengan bahan pengikat PGA 15% F3 : Formula tablet hisap esktrak gambir dengan bahan pengikat PGA 20%
1.
Keseragaman Bobot Keseragaman bobot adalah faktor yang penting dalam suatu proses
produksi sediaan tablet karena akan menentukan dosis obat yang masuk ke dalam tubuh dan akan berpengaruh pula terhadap efek terapi dari sediaan tablet tersebut. Hasil perhitungan keseragaman bobot pada formula 1, 2 dan 3 setelah dibandingkan dengan persyaratan penyimpangan bobot tablet
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
dalam farmakope Indonesia didapat tidak ada lebih dari dua tablet yang menyimpang 5% dari bobot rata – rata tablet dan tidak ada satu tablet pun yang menyimpang 10% dari bobot rata - rata tablet sehingga dapat disimpulkan tablet hisap formula 1, 2 dan 3 sesuai dengan persyaratan. Untuk formula 0 terdapat satu tablet yang menyimpang 5% dari bobot rata-rata tablet dan terdapat satu tablet yang menyimpang 10% dari bobot rata-rata tablet maka dapat disimpulkan tablet hisap formula 0 tidak memenuhi persyaratan. Hal ini disebabkan karena waktu alir granul F0 merupakan yang paling lama sehingga granul tidak dapat mengalir dari hopper dengan baik saat pengempaan dan dihasilkan tablet dengan bobot yang bervariasi. Tablet yang baik mempunyai CV kurang 5 % (Lachman, dkk, 1989). Nilai CV yang kecil menggambarkan keseragaman kandungan zat aktif di dalam tablet. Hasil perhitungan CV dari keempat formula menunjukkan besarnya kurang dari 5%, sehingga dapat dikatakan bahwa semua formula memenuhi persyaratan CV tablet. Hasilnya dapat dilihat pada gambar 5.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Coefficient of Variation(CV)
(CV%)
Variasi
Koefisien
4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
3.879 2.79
2.67
2.505 Koefisien Variasi (CV%)
F0
F1
F2 F3 Formula Gambar 5. Histogram Hubungan antara Formula dengan Bobot Tablet (mg)
Berdasarkan uji Kolmogorov – Smirnov diketahui bahwa keseragaman bobot tablet hisap ekstrak etanol gambir menghasilkan data yang terdistribusi normal. Data disimpulkan terdistribusi normal karena dilihat dari nilai Most Extreme Differences Absolute pada masing – masing formula 0, 1, 2 dan 3 > 0,05. Selain itu nilai Z uji untuk masing – masing formula juga > 0,05 maka dapat disimpulkan Ho diterima, dimana data terdistribusi normal. Kemudian dilakukan uji one way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan, karena nilai probabilitas < 0,05 yaitu 0,000. Selanjutnya dilakukan uji lanjutan dengan uji LSD (Least Significant Difference) untuk mengetahui hubungan antara formula satu dengan yang lain. Hasil uji LSD menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara keseragaman bobot formula 0 (kontrol) dengan formula 1, 2, dan 3 yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi masing-masing 0,000; 0,000; dan 0,000. Perbedaan keseragaman bobot ini sangat dipengaruhi oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
penggunaan bahan pengikat PGA. Penggunaan bahan pengikat PGA akan memperbaiki waktu alir granul sehingga granul dapat mengalir dengan baik saat pengempaan dan menghasilkan bobot tablet yang lebih seragam. Hasil uji LSD juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara keseragaman bobot tablet formula 1, 2, dan 3 maka dapat disimpulkan kenaikan konsentrasi PGA tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap keseragaman bobot tablet. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh tekanan pengempaan yang berbeda untuk keempat formula tablet, mengingat tekanan yang diberikan secara manual tidak menggunakan mesin otomatis. Faktor lain yang mempengaruhi tidak adanya perbedaan keseragaman bobot tablet antar formula 1, 2 dan 3 yaitu karena kedalaman punch dan distribusi ukuran granul yang tidak merata. Kedalaman punch telah di setting sama pada kondisi awal, namun dengan penggunaan alat secara terus-menerus kedalamannya bisa berubah. Selain itu untuk pengujian keseragaman bobot juga dipilih tablet dengan bobot yang mendekati atau sama dengan 500 mg sehingga perbedaan keseragaman bobot antar formulanya tidak signifikan. 2.
Kekerasan Uji kekerasan merupakan faktor yang terpenting dalam pembuatan
tablet hisap karena selain digunakan untuk menilai ketahanan tablet terhadap kekuatan mekanik seperti goncangan ataupun benturan dengan benda lain setelah penabletan (seperti pada saat pengemasan atau pendistribusian ke konsumen), kekerasan tablet juga akan berdampak pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
diterima atau tidaknya formula oleh konsumen karena berpengaruh secara langsung terhadap waktu melarut yang dibutuhkan serta kenyamanan pemakaian tablet. Tablet hisap dimaksudkan untuk melarut perlahan dalam mulut, oleh karena itu sebaiknya dibuat lebih keras dari tablet biasa. Kekerasan tablet hisap yang baik adalah 7 kg sampai dengan 14 kg (Cooper and Gunn, 1975) serta larut atau terkikis perlahan di dalam mulut dalam jangka waktu 5 – 10 menit (Banker dan Anderson, 1994). Hasil pengujian kekerasan menunjukkan bahwa tablet hisap pada formula 0 memiliki kekerasan sebesar 5,104 ± 1,23 kg, formula 1 (PGA 10%) memiliki kekerasan sebesar 8,51 ± 1,35 kg, formula 2 (PGA 15%) memiliki kekerasan sebesar 9,275 ± 1,39 kg dan formula 3 (PGA 20%) memiliki kekerasan sebesar 8,52 ± 1,10 kg. Keempat formula tablet hisap tersebut dicetak dengan menggunakan kedalaman punch yang sama yaitu 6,7 mm sehingga didapatkan kekerasan tablet yang berbeda, namun untuk formula 1, 2, dan 3 telah memenuhi persyaratan yaitu mempunyai kekerasan 7 kg sampai 14 kg (Cooper and Gunn, 1975). Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan kekerasan tablet hisap terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi bahan pengikat yang digunakan (PGA) akan semakin besar pula kekerasan tablet yang dihasilkan, namun perbedaan kekerasan tersebut tidak signifikan. Kekerasan tablet terbesar ada pada tablet formula 2 (PGA 15%) dan kekerasan tablet terkecil ada pada tablet formula 0. Menurut teori seharusnya kekerasan tablet terbesar ada pada formula 3 karena konsentrasi PGA nya paling besar namun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
menurut hasil yang diperoleh kekerasan tablet terbesar ada pada formula 2. Perbedaan hasil ini disebabkan oleh perbedaan tekanan pengempaan yang diberikan, karena tekanan diberikan secara manual tidak otomatis. Selain itu juga dipengaruhi oleh kedalaman punch yang berubah. Hasilnya dapat dilihat pada gambar 6.
Kekerasan Tablet (kg) 10
8.51
9.275
8.52
8 (Kg)
6
5.104 Kekerasan Tablet (kg)
4 2 Kekerasan
0 F0
F1 F2 Formula
F3
Gambar 6. Histogram Hubungan antara Formula dengan Kekerasan Tablet (kg)
Berdasarkan uji Kolmogorov – Smirnov diketahui bahwa kekerasan tablet hisap ekstrak etanol gambir menghasilkan data yang terdistribusi normal. Data disimpulkan terdistribusi normal karena dilihat dari nilai Most Extreme Differences Absolute pada masing – masing formula 0, 1, 2 dan 3 > 0,05. Selain itu nilai Z uji untuk masing – masing formula juga > 0,05 maka dapat disimpulkan Ho diterima, dimana data terdistribusi normal. Kemudian dilakukan uji one way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan, karena nilai probabilitas < 0,05 yaitu 0,000. Selanjutnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
dilakukan uji lanjutan dengan uji LSD (Least Significant Difference) untuk mengetahui hubungan antara formula satu dengan yang lain. Hasil uji LSD menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kekerasan tablet hisap formula 0 dengan formula 1, 2, dan 3 yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi masing-masing 0,000; 0,000; dan 0,000. Perbedaan kekerasan tablet hisap antara formula 0 (kontrol) dengan formula 1, 2, dan 3 jelas disebabkan oleh penggunaan bahan pengikat. Tidak adanya bahan pengikat pada formula 0 menyebabkan tidak adanya bahan adhesif yang digunakan untuk mengikat serbuk formulasi tablet menjadi granul. Mucilago PGA yang ditambahkan kedalam formula akan membentuk jembatan cair di antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah cairan yang ditambahkan. Untuk formula 0 masih tetap dapat ditablet karena digunakan aquadest sebagai pelarut sehingga dapat membentuk massa granul basah dan dihasilkan granul kering. Aquadest yang digunakan untuk membentuk massa granul basah dapat hilang seutuhnya saat pengeringan sehingga ikatan antar granul renggang dan tabletnya menjadi rapuh. Hal itu yang menyebabkan aquadest tidak dapat digunakan sebagai pengikat. Hasil uji LSD juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara kekerasan tablet formula 1, 2, dan 3 maka dapat disimpulkan kenaikan konsentrasi PGA yang digunakan tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap kekerasan tablet. Hal ini mungkin disebabkan oleh sifat PGA itu sendiri. PGA akan membentuk larutan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
dengan viskositas yang rendah sehingga kurang dapat memperkuat ikatan antar partikel. Selain itu range penggunaan konsentrasi PGA sebagai bahan pengikat dalam formula tablet tidak jauh berbeda (10%, 15%, dan 20%) sehingga hasil kekerasan tabletnya pun tidak jauh berbeda. Faktor lain yang menyebabkan kekerasan tablet antar formula 1, 2, dan 3 tidak jauh berbeda yaitu karena perbedaan tekanan atau kompresi saat pengempaan tablet mengingat tekanan yang diberikan secara manual tidak menggunakan mesin otomatis, selain itu karena perbedaan kedalaman punch yang digunakan. Kedalaman punch dapat berubah karena penggunaan alat secara terus-menerus. Kekerasan tablet yang dihasilkan akan berpengaruh terhadap kerapuhan, yaitu semakin keras tablet yang dihasilkan maka kerapuhannya akan semakin kecil. 3.
Kerapuhan Kerapuhan
tablet
menunjukkan
ketahanan
tablet
terhadap
pengikisan permukaan dan goncangan. Pengujian kerapuhan tablet menggunakan alat friability tester. Batas kerapuhan tablet maksimal adalah 1%. Kerapuhan tablet di atas 1% menunjukkan bahwa tablet rapuh dan dianggap kurang baik (Banker dan Anderson, 1994). Kerapuhan tablet dapat dipengaruhi oleh kekuatan bahan pengikat yang akan meningkatkan kekuatan ikatan granul sehingga menjadi semakin kuat. Granul yang kuat akan menghasilkan tablet yang keras dan kerapuhan yang rendah. Selain kekuatan granul, pengisian ruang antara granul dan fines pada saat pengempaan juga akan mempengaruhi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
kerapuhan, karena fines akan mengisi celah antar granul sehingga tablet yang dihasilkan lebih kompak dan akan mengurangi kerapuhannya. Dari hasil pemeriksaan kerapuhan menunjukkan pengaruh yang jelas dengan adanya bahan pengikat PGA. Semakin tinggi konsentrasi bahan pengikat yang digunakan akan semakin kecil kerapuhan yang dihasilkan, namun perbedaan tersebut tidak signifikan. Data yang diperoleh untuk kerapuhan tablet formula 1 yaitu 0,83 ± 0,223%, formula 2 yaitu 0,74 ± 0,183% dan formula 3 yaitu 0,82 ± 0,115% dan formula 0 menunjukkan kerapuhan lebih besar dari 1% yaitu 1,06 ± 0,355%. Kerapuhan tablet pada formula 0 lebih besar dari 1% disebabkan karena tidak adanya bahan pengikat PGA yang mampu mengikat serbuk menjadi granul sehingga ikatan antar partikelnya lemah dan tidak dapat menahan pengikisan. Selain itu faktor yang mempengaruhi kerapuhan tablet adalah kekerasan tablet itu sendiri. Semakin tinggi kekerasan tablet maka presentase kerapuhan tablet tersebut akan semakin rendah. Hasil pengujian kerapuhan tablet dapat dilihat pada gambar 7.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
1.2
Kerapuhan Tablet (%) 1.06
1
0.83
0.8
0.74
0.82
(%)
0.6 Kerapuhan Tablet (%)
0.4 Kerapuhan
0.2 0 F0
F1
F2
F3
Formula Gambar 7. Histogram Hubungan Antara Formula dengan Kerapuhan Tablet (%)
Berdasarkan uji Kolmogorov – Smirnov diketahui bahwa kerapuhan tablet hisap ekstrak etanol gambir menghasilkan data yang terdistribusi normal. Data disimpulkan terdistribusi normal karena dilihat dari nilai Most Extreme Differences Absolute pada masing – masing formula 0, 1, 2 dan 3 > 0,05. Selain itu nilai Z uji untuk masing – masing formula juga > 0,05 maka dapat disimpulkan Ho diterima, dimana data terdistribusi normal. Kemudian dilakukan uji one way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan ditunjukkan dengan nilai probabilitas > 0,05 yaitu 0,417. Selanjutnya dilakukan uji lanjutan dengan uji LSD (Least Significant Difference) untuk mengetahui hubungan antara formula satu dengan yang lain. Hasil uji LSD menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara kerapuhan tablet formula 1, 2, dan 3 maka dapat disimpulkan kenaikan konsentrasi PGA tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
kerapuhan tablet. Kerapuhan tablet dipengaruhi oleh kekerasan tablet, karena tidak ada perbedaan signifikan pada kekerasan tablet formula 1, 2, dan 3 hal ini menyebabkan tidak adanya juga perbedaan signifikan pada kerapuhannya. Hasil uji LSD juga menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara kerapuhan tablet formula 0 dengan formula 1, 2, dan 3. Hal ini mungkin disebabkan oleh distribusi ukuran granul dan juga fines yang tidak merata. Distribusi ukuran granul dan fines yang tidak merata akan mengakibatkan kekosongan celah antar granul sehingga tablet kurang kompak dan berpengaruh pada kerapuhannya. 4.
Waktu Melarut Waktu melarut adalah waktu yang menggambarkan kecepatan
tablet hancur atau melarut perlahan di dalam mulut. Tablet hisap melarut perlahan dalam mulut sekitar 5 – 10 menit (Siregar dan Wikarsa, 2010). Karena alat untuk menguji waktu hancur tidak dapat mewakili kondisi dalam mulut, maka uji waktu larut langsung dilakukan oleh 10 responden (Nugroho, 1995). Responden menghisap tablet tanpa mengunyahnya dan membiarkan tablet melumat dengan sendirinya hingga habis di dalam mulut. Waktu yang diperlukan sampai tablet lumat seluruhnya dicatat. Faktor–faktor yang mempengaruhi waktu melarut antara lain jenis dan konsentrasi bahan pengikat, kekerasan tablet, dan cara menghisap tablet yang berbeda dari masing-masing responden.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Hasil uji waktu melarut tablet hisap ekstrak etanol gambir menunjukkan bahwa tablet hisap formula 2 memiliki waktu melarut yang paling lama sedangkan formula 0 memiliki waktu melarut paling singkat. Tablet hisap formula 2 memiliki kekerasan yang paling besar sehingga kerapuhannya rendah dan waktu melarutnya lama sedangkan tablet hisap formula 0 memiliki kekerasan yang paling kecil sehingga kerapuhannya besar dan waktu melarutnya cepat. Hasil pengujian waktu melarut dapat dilihat pada gambar 8.
Waktu Melarut (Menit) 7 5.928
6
5.992 5.047
5 4
4.079 WAKTU MELARUT (MENIT)
3 2 Waktu Melarut (Menit)
1 0 F0
F1Formula F2
F3
Gambar 8. Histogram Hubungan Antara Formula dengan Waktu Melarut Tablet (menit)
Berdasarkan uji Kolmogorov – Smirnov diketahui bahwa waktu melarut tablet hisap ekstrak etanol gambir menghasilkan data yang terdistribusi normal. Data disimpulkan terdistribusi normal karena dilihat dari nilai Most Extreme Differences Absolute pada masing – masing formula 0, 1, 2 dan 3 > 0,05. Selain itu nilai Z uji untuk masing – masing formula juga > 0,05 maka dapat disimpulkan Ho diterima, dimana data
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
terdistribusi normal. Kemudian dilakukan uji one way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan, karena nilai probabilitas > 0,05 yaitu 0,130. Selanjutnya dilakukan uji lanjutan dengan uji LSD (Least Significant Difference) untuk mengetahui hubungan antara formula satu dengan yang lain. Hasil uji LSD menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara waktu melarut tablet hisap formula 0 dengan formula 1 dan 2 yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi masing-masing 0,048 dan 0,038. Perbedaan waktu melarut antara formula 0 dengan formula 1, 2, dan 3 jelas disebabkan oleh penggunaan bahan pengikat PGA. PGA bila kontak dengan air akan membentuk massa yang kental di sekeliling tablet, massa yang kental ini dapat menghalangi kelarutan tablet hisap di rongga mulut sehingga waktu melarut tablet hisap menjadi lebih lama. Namun tidak terdapat perbedaan signifikan waktu melarut tablet hisap formula 0 dengan formula 3. Hal ini dapat dipengaruhi oleh cara menghisap tablet yang berbeda dari masing-masing responden. Hasil uji LSD juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara waktu melarut tablet hisap formula 1, 2 dan 3 maka dapat disimpulkan kenaikan konsentrasi PGA tidak berpengaruh signifikan terhadap waktu melarut tablet hisap. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan kekerasan tablet antar formula 1, 2, dan 3 yang juga tidak signifikan, selain itu cara menghisap tablet yang berbeda dari masingmasing responden. Uji waktu melarut langsung dilakukan terhadap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
responden sehingga cara menghisap tablet tidak dapat dikontrol. Peneliti hanya dapat memberikan instruksi, tetapi cara menghisapnya tetap kembali kepada masing-masing responden. Namun secara keseluruhan tablet hisap formula 1, 2 dan 3 sudah memenuhi persyaratan waktu melarut yaitu dapat melarut perlahan atau terkikis dalam mulut dalam waktu 5-10 menit (Banker and Anderson, 1994). 5.
Uji Tanggapan Rasa Uji tanggapan rasa memperlihatkan adanya perbedaan rasa tablet
hisap ekstrak etanol gambir yang diuji dari masing – masing responden. Tablet hisap dibuat menggunakan bahan pengisi kombinasi antara manitol dan laktosa, serta ditambah dengan bahan pemanis aspartam dan bahan perasa yaitu serbuk mint. Parameter uji tanggapan rasa ini sangat penting karena berkaitan langsung dengan acceptability terhadap konsumen. Diharapkan formula tablet hisap selain memberikan rasa yang enak di mulut juga memberikan rasa nyaman. Uji tanggapan
rasa dilakukan
terhadap 10 orang responden dengan teknik sampling. Kriteria inklusi yang dijadikan responden yaitu pria/ wanita umur 19-21 tahun, mahasiswa non farmasi. Pemilihan umur responden dipertimbangkan dengan alasan pada umur 19-21 tahun responden sudah dapat memberikan tanggapan rasa secara objektif. Responden yang ditemui diminta untuk memberi tanggapan rasa terhadap formula dan mengisi angket yang telah disediakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Pada uji tanggapan rasa ini dilakukan 2 uji sekaligus yaitu uji terhadap rasa tablet hisap dan formula yang dapat diterima oleh responden. a.
Rasa Tablet Hisap Uji terhadap rasa tablet hisap dikelompokkan menjadi 5 kategori yaitu
paling enak, enak, cukup enak, kurang enak, dan tidak enak. Responden diminta mencicipi keempat formula tablet dan memberikan penilaian terhadap rasanya. Untuk rasa paling enak diberi nilai 5, enak 4, cukup enak 3, kurang enak 2, dan tidak enak 1. Berdasarkan data yang diperoleh setelah melakukan uji terhadap 10 responden diperoleh hasil yaitu tablet hisap formula 2 merupakan tablet hisap yang memiliki rasa paling enak sekaligus dapat memberikan kenyamanan di dalam mulut (tidak terlalu cepat melarut serta tidak terlalu keras yang menyebabkan tablet butuh waktu lama untuk melarut). Hasil pengujian tanggapan rasa dapat dilihat pada gambar 9.
Uji Tanggapan Rasa 8 7 6 5 4 3 2 1 0
7 5 4
4
Paling enak
4
33
3
Enak
2
2
1 0
1
0
1 0
Cukup enak Kurang enak Tidak enak
Jumlah responden (orang)
F0
F1
F2
F3
Formula Gambar 9. Histogram hubungan antara jumlah responden dengan tanggapan rasa tablet hisap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Tablet hisap formula 2 merupakan yang paling enak dikarenakan komposisi antara bahan pengisi (manitol dan laktosa) dengan bahan tambahan (aspartam dan serbuk mint) yang digunakan merupakan yang paling seimbang. Untuk formula 1 terlalu banyak bahan pengisi sehingga tablet terlalu manis dan menutupi rasa mint yang ada, rasa manis itu kemudian meninggalkan kesan pahit karena pengaruh rasa dari ekstrak dan juga aspartamnya. Sedangkan untuk formula 3 bahan pengisi yang digunakan hanya sedikit sehingga rasa tablet menjadi tidak manis. b.
Penerimaan Formula oleh Responden Pada uji ini setelah responden memberikan penilaian terhadap rasa
tablet hisap selanjutnya responden diminta memilih salah satu dari keempat formula yang paling dapat diterima. Indikator formula yang dapat diterima disini yaitu meliputi rasa dari tablet hisap dan juga kenyamanan yang ditimbulkan di dalam mulut. Tablet hisap tidak boleh terlalu keras yang menyebabkan tablet sukar melarut dalam mulut namun juga tidak terlalu rapuh yang menyebabkan tablet langsung hancur apabila diletakkan dalam mulut. Dari hasil penelitian diketahui bahwa formula 2 paling banyak dipilih oleh responden dengan presentase 60%, diikuti dengan formula 3 sebanyak 40%. Hasil pengujian formula yang dapat diterima oleh responden dapat dilihat pada gambar 10.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
Formula yang dapat diterima 70 60 50 40 30 20 10 0
Presentase responden
F0
F1
F2
F3
Presentase Responden (%)
Formula Gambar 10. Histogram hubungan antara presentase responden dengan formula yang dapat diterima
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa : 1.
Formula tablet hisap ekstrak etanol gambir dengan bahan pengikat PGA (Pulvis Gummi Arabici) mampu menghasilkan tablet hisap yang memenuhi persyaratan fisik tablet.
2.
Bertambahnya konsentrasi mucilago gummi arabici sebagai bahan pengikat pada tablet hisap tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap sifat fisik tablet hisap.
B.
Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis mempunyai saran yang perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut, yaitu : 1.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang karakteristik PGA sebagai bahan pengikat pada tablet hisap.
2.
Perlu dilakukan penelitian mengenai metode lain yang lebih tepat dalam menambahkan zat pewarna/ corringens coloris agar diperoleh tablet hisap ekstrak etanol gambir dengan penampilan yang lebih baik.
commit to user 68