perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK DAUN PEPAYA(Carica papaya L.) SEBAGAI COADMINISTRATION DENGAN METFORMIN DALAM SEDIAAN TABLET TERHADAP SIFAT FISIK DAN DISOLUSI TABLET
TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi
Oleh : HESTI DWI SUSANTI NIM M3509033
DIPLOMA 3 FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN TUGAS AKHIR PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK DAUN PEPAYA(Carica papaya L.) SEBAGAI COADMINISTRATION DENGAN METFORMIN DALAM SEDIAAN TABLET TERHADAP SIFAT FISIK DAN DISOLUSI TABLET Oleh: HESTI DWI SUSANTI M3509033 Telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal 26 Juli 2012 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Surakarta, 26 Juli 2012 Pembimbing
Penguji I
Nestri Handayani, M. Si., Apt. NIP. 19701211 200501 2 001
Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt. NIP. 19780319 200501 1 003 Penguji II
Anif Nur Artanti, S.Farm., Apt. Mengesahkan Dekan FMIPA UNS
Ketua Program D3 Farmasi
Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M. Sc.(Hons) Ph.D
Ahmad Ainurofiq, M. Si., Apt.
commit to user NIP. 19610223 198601 1 001 ii
NIP. 19780319 200501 1 003
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir saya adalah hasil penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/ dicabut.
Surakarta, Juli 2012
Hesti Dwi Susanti M3509033
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK DAUN PEPAYA(Carica papaya L.) SEBAGAI COADMINISTRATION DENGAN METFORMIN DALAM SEDIAAN TABLET TERHADAP SIFAT FISIK DAN DISOLUSI TABLET HESTI DWI SUSANTI Jurusan D3 Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret INTISARI
Saat ini penggunaan obat herbal cenderung terus meningkat, lebih dari 400 tumbuh-tumbuhan telah diketahui dapat memberikan efek penurunan kadar glukosa darah. Penelitian sebelumnya menunjukkan ekstrak daun pepaya secara signifikan meningkatkan efek hipoglikemik sebagai coadministration dengan metformin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak daun pepaya jika diformulasikan bersama metformin dalam sediaan tablet terhadap sifat fisik dan disolusi tablet. Pembuatan tablet dilakukan dengan metode granulasi basah dengan perbedaan pada penambahan ekstrak daun pepaya. Formula I sebagai kontrol dan Formula II dengan penambahan ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.). Pemeriksaan tablet yang dilakukan yaitu dengan melakukan uji yang tertera dalam persyaratan Farmakope dan literatur lain meliputi uji keseragaman bobot, uji waktu hancur, uji kerapuhan, uji kekerasan dan uji disolusi tablet. Hasil penelitian menunjukkan penambahan ekstrak daun pepaya meningkatkan kerapuhan, waktu hancur, dan disolusi, serta menurunkan kekerasan tablet. Sedangkan keseragaman bobot tidak dipengaruhi dengan adanya penambahan ekstrak. Dalam profil disolusi Formula II menunjukkan kelarutan obat yang lebih tinggi dari pada Formula I sehingga dengan penambahan ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) mampu meningkatkan kelarutan metformin yang lebih cepat dibandingkan tanpa ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.). Kata Kunci : Carica papaya L., coadministration, sifat fisik tablet, disolusi tablet
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFFECT OF ADDITION PAPAYA LEAF EXTRACT (Carica papaya L.) AS COADMINISTRATION WITH METFORMIN TABLET TO PHYSICAL PROPERTIES AND DISSOLUTION TABLET HESTI DWI SUSANTI Department of Pharmacy, Faculty of Mathematic and Science Sebelas Maret University ABSTRACT
The use of herbal medicines tends to increase, more than 400 plants have been known to give effect to decrease blood glucose levels. Previous research suggests papaya extract significantly improved hypoglycemic effect as coadministration with metformin. The purpose of this study to determine the effect of the addition of papaya leaf extract if formulated with metformin in the tablet preparation of the physical properties of tablets and tablet dissolution. Manufacture of tablets made by wet granulation method with differences in the addition of papaya extract. Formula I as a control and Formula II with the addition of leaf extracts of papaya (Carica papaya L.). Tablet inspection conducted by performing the testing requirements listed in the Pharmacopeia and other literature covering the weight uniformity test, the shattered timing test, the fragility test, hardness test and tablet dissolution test. The results showed the addition of papaya leaf extract increases the fragility, when crushed, and dissolution, and lower tablet hardness. While uniformity of weight was not affected by the addition of extract. In Formula II dissolution profile showed a higher solubility of the drug from the Formula I that the addition of leaf extract of papaya (Carica papaya L.) was able to increase the solubility of metformin was faster than without the papaya extract (Carica papaya L.). Key words: Carica papaya L., coadministration, the physical properties of tablets, tablet dissolution
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Dan bahwasanya seorang manusia tidak akan memperoleh sesuatu selain apa yang dia usahakan (Q.S. Najm :39)
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya. (Q.S. Al Baqarah : 186)
Kerjakan apa yang bisa dikerjakan sekarang, karna tidak ada yang tau apa yang akan terjadi esok (Penulis)
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tugas Akhir ini Kupersembahkan untuk : Bapak dan Ibu tercinta Seluruh keluarga besarku Teman teman dan sahabat tersayang Keluarga Besar D3 Farmasi FMIPA UNS
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Tugas Akhir dengan judul “ PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK
DAUN
PEPAYA
(Carica
papaya
L.)
SEBAGAI
COADMINISTRATION DENGAN METFORMIN DALAM SEDIAAN TABLET TERHADAP SIFAT FISIK DAN DISOLUSI TABLET” dengan baik. Penyusunan laporan Tugas Akhir merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi pada jurusan D3 Farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik. Dan tak mungkin terwujud tanpa adanya dorongan, bimbingan, semangat, motivasi serta bantuan baik moril maupun materiil, dan do’a dari berbagai pihak. Karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu dan bapak atas dukungannya, materi, semangat, motivasi, dan do’a yang tiada henti selama ini serta cinta dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis. 2. Prof. Ir. Ari Handono R, M.Sc.(Hons), Ph.D, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt, selaku ketua program studi D3 Farmasi Universitas Sebelas Maret Surakarta. commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Nestri Handayani, M.Si., Apt, selaku pembimbing akademik dan pembimbing tugas akhir
atas segala ketulusan, kesabaran dan keikhlasannya dalam
memberikan arahan, pengertian, saran, dan ilmunya yang tiada tara nilainya. 5. Segenap Dosen Pengajar dan staff Jurusan D3 Farmasi yang telah banyak memberikan ilmu dan pelajaran yang bermanfaat. 6. Teman-teman seperjuangan D3 Farmasi, yang selalu memberikan semangat serta dukungan dan atas kerjasamanya selama masa-masa kuliah. 7. Teman-teman Remaja Sekarpace, yang telah memberikan doa, dukungan dan motivasi. 8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk perbaikan sehingga akan menjadi bahan pertimbangan dan masukan untuk penyusunan tugas-tugas selanjutnya. Penulis berharap semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan dapat menjadi bekal bagi penulis dalam pengabdian Ahli Madya Farmasi di masyarakat pada khususnya.
Surakarta, Juli 2012 Penulis
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman Judul ……………………………..………………………...............
i
Halaman Pengesahan ………………………………..……………………….
ii
Halaman Pernyataan... ……………………………………………………….
iii
Intisari……... ………………………………………………………………...
iv
Abstract………… …………………………………………………………………….
v
Halaman Motto……………………………………………………………….
vi
Halaman Persembahan……………………………………………………..…
vii
Kata Pengantar……………………………………………………………..…
viii
Daftar Isi……………………………………………………………………...
x
Daftar Tabel…………………………………………………………………..
xiv
Daftar Gambar……………………………………………………………..…
xv
Daftar Lampiran ……...............……………………………………………… Daftar Singkatan……………………………………………………………... BAB I
BAB II
xvi xvii
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…...……………………………….....
1
B. Perumusan Masalah…………………………………………...
3
C. Tujuan Penelitian..……………………………………….........
4
D. Manfaat Penelitian……………………………………………
4
TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pepaya…....................................................................
5
B. Metformin HCl………………………………………………...
7
commit to user C. Ekstrak ………………………………………………………...
8
x
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III
digilib.uns.ac.id
D. Tablet…………………………………… …………………….
11
E. Coadministration………………………………………………
16
F. Uji Disolusi……………………………………………………
17
G. Spektrofotometer UV-Vis……………………………………..
22
H. Kerangka Pemikiran…………………………………………...
23
I. Hipotesis……………………………………………………….
23
METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian..…………...
25
B. Alat dan Bahan……………………………………………
25
C. Waktu dan Tempat………………………………………..
26
D. Metode Penelitian dan Cara Kerja……………………..…
27
1. Determinasi Tanaman Pepaya…………………….......
27
2. Penyerbukan Simplisia………………………………..
27
3. Pembuatan Ekstrak……………………………………
27
4. Pemeriksaan Kualitas Ekstrak………………………..
27
5. Perhitungan Dosis dan Formulasi tablet……………...
28
a. Perhitungan Dosis………………………………......
28
b. Rancangan Formula..……………………………….
29
6. Pembuatan Granul…………………………………….
29
7. Uji Sifat Fisik Granul…………………………………
31
a. Kandungan Lembab………………………………
31
b. Waktu alir…………………………………………
32
c. Sudut Diam………………………………………. commit to user
32 33
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Pengetapan ……….………………………………
33
8. Uji Sifat Fisik Tablet………………………………….
33
a. Keseragaman Bobot Tablet……………………….
33
b. Kekerasan Tablet………………………………….
34
c. Kerapuhan Tablet……………………………..…..
35
d. Waktu hancur……………………………………..
35
9. Uji Disolusi Tablet……………………………………
36
E. Pengumpulan dan analisis statistik data..………………....
38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.)………...
40
1. Determinasi Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)………..
40
2. Pembuatan Simplisia Daun Pepaya (Carica papaya L.)…..
40
3. Metode Ekstraksi Daun Pepaya (Carica papaya L.)………
40
4. Pemeriksaan Organoleptis Ekstrak Daun Pepaya…………
41
5. Hasil Pemeriksaan Uji Daya Lekat Ekstrak……………….
42
B. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Granul…………………………
42
1. Pengujian Kandungan Lembab Granul……………………
43
2. Pengujian Waktu Alir Granul……………………………...
45
3. Pengujian Sudut Diam Granul……………………………..
47
4. Pengetapan ………………………………………………..
48
C. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik tablet…………………………...
49
1. Hasil Pemeriksaan Keseragaman Bobot………………......
50
2. Hasil Pemeriksaan Kekerasan Tablet……………………... commit to user
53 54
xii
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V
digilib.uns.ac.id
3. Hasil Pemeriksaan Kerapuhan Tablet……………………..
54
4. Hasil Pemeriksaan Waktu Hancur Tablet…………………
55
D. Hasil Uji Disolusi Tablet………………………………………
57
E. Analisa Statistik Pengujian Sifat Fisik dan Disolusi Tablet…
61
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………………………………………………….
63
B. Saran ………………………………………………………...
63
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..
65
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel I. Formula Tablet Metformin ...………..…...……………………………...
29
Tabel II. Persyaratan Penyimpangan Bobot Tablet………….…………………...
34
Tabel III. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Ekstrak..………………………..........
41
Tabel IV. Hasil Uji Daya Lekat…………………………………………………..
42
Tabel V. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Granul……………………………..……
43
Tabel VI. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet……………………...………...… 50 Tabel VII. Hasil Perhitungan Rentang Keseragaman Bobot……………………..
commit to user
xiv
52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Struktur Metformin HCl………………………………………………
8
Gambar 2. Diagram Kandungan Lembab Granul………………………………...
44
Gambar 3. Diagram Perbandingan Waktu Alir…………………………………...
45
Gambar 4. Diagram Perbandingan Sudut Diam………………………………….
47
Gambar 5. Diagram Pengetapan Granul……………...…………………………..
49
Gambar 6. Diagram Keseragaman Bobot Tablet………………………………...
51
Gambar 7. Diagram Kekerasan Tablet………………………...……… …………
53
Gambar 8. Diagram Kerapuhan Tablet…………………………………………...
55
Gambar 9. Diagram Waktu Hancur………………………………………………
56
Gambar 10. Kurva Baku Tablet Metformin………………………………………
58
Gambar 11. Profil Disolusi Tablet Metformin…………………………………. ..
59
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Determinasi Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)…………………
68
Lampiran 2. Sertifikat Analisa Statistik Metformin HCL………………………..
69
Lampiran 3.Perhitungan Bahan…………………………………………………..
70
Lampiran 4. Rendemen Hasil Maserasi………………………..............................
71
Lampiran 5. Hasil Uji Daya Lekat Ekstrak……………………………………….
72
Lampiran 6. Data Kedalaman Punch Yang Digunakan………………………..…
73
Lampiran 7. Perhitungan Penambahan Bahan Pengikat………………………….
74
Lampiran 8. Perhitungan Bahan Larutan Dapar Fosfat pH 6,8………………..…
75
Lampiran 9. Perhitungan Dosis ………..……………………………………........
76
Lampiran 10. Diagram Alir Kerja….....…..……………………………….…..….
78
Lampiran 11. Foto Tablet………………...……...…………………………….....
79
Lampiran 12. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Granul...…………………………..
80
Lampiran 13. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet …...………………………...
81
Lampiran 14. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dan Kurva Baku ……
84
Lampiran 15. Hasil Uji Disolusi………………………………………………….
87
Lampiran 16. Analisa Statistik Keseragaman Bobot….………………………….
91
Lampiran 17. Analisa Statistik Kekerasan Tablet………………………………...
93
Lampiran 18. Anallisa Statistik Kerapuhan Tablet.………………………………
95
Lampiran 19. Analisa Statistik Waktu Hancur Tablet...………………………….
97
Lampiran 20. Analisa Statistik Disolusi Tablet…………………………………..
99
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN
cm
= centimeter
FI
= Formula I
FII
= Formula II
FIII
= Formula III
HCl
= Hidroclorida
m
= meter
Mg Stearat = Magnesium Stearat mg
= miligram
ml
= mililiter
kg
= kilogram
Talk
= Talkum
v/v
= volume/volume
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus merupakan sekumpulan gejala yang timbul pada seseorang, ditandai dengan kadar glukosa yang melebihi nilai normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Penyakit ini bersifat menahun alias kronis, dan penderitanya dari semua lapisan umur serta tidak membedakan orang kaya atau miskin. Secara klinis diabetes mellitus dibedakan menjadi Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) atau diabetes mellitus tergantung insulin (DMTI) dan NonInsulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau diabetes mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) (Suryohudoyo, 1996).
Obat herbal Indonesia, yang dikenal sebagai jamu, sejak berabad-abad telah digunakan secara luas oleh bangsa Indonesia untuk memelihara kesehatan dan mengobati penyakit. Di masa depan, pengembangan dan penggunaan obat herbal Indonesia harus didasarkan bukti-bukti ilmiah yang kuat, terutama melalui Research and Development dan standarisasi, sehingga dapat diintegrasikan dalam sistem pelayanan kesehatan nasional. Lebih dari 400 tumbuh-tumbuhan telah diketahui dapat memberikan efek penurunan kadar glukosa darah (Sampurno, 2007). Penyakit diabetes mellitus memerlukan pengobatan jangka panjang dan biaya yang mahal, sehingga perlu mencari obat anti diabetes yang relatif murah dan terjangkau masyarakat. Sebagai salah satu alternatif adalah penggunaan obat tradisional yang mempunyai efek hipoglikemia. Pada tahun 1980 WHO commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
merekomendasikan agar dilakukan penelitian terhadap tanaman yang memiliki efek menurunkan kadar gula darah karena pemakaian obat modern kurang aman (Kumar et al., 2005). Ekstrak pepaya dalam penelitian dengan perlakuan oral 100-400 mg/kg/hari dan glibenklamide 0,1 mg/kg/hari mampu secara signifikan menunjukkan efek hipoglikemik dan hiperlipidemik (Millind et al., 2011). Penelitian Fakeye dkk, 2007 menyebutkan bahwa ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) dengan dosis 5mg/kg BB tikus mampu meningkatkan efek hipoglikemik sebagai coadministration dengan metformin dengan dosis 100mg/kg BB tikus (Fakeye et al., 2007). Penggunaan suatu senyawa sebagai coadministration dalam beberapa penelitian secara signifikan mampu menunjukkan efek kerja obat yang lebih optimal, misalnya penurunan kadar kolesterol, penurunan kadar glukosa, menghambat pertumbuhan sel, peningkatan aktifitas ataupun efek-efek yang mendukung kerja obat utama di dalam tubuh. Salah satu sediaan farmasi yang praktis adalah sediaan tablet, dimana bentuk sediaan ini mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya adalah mudah untuk dikonsumsi, praktis, takarannya tepat, dikemas secara baik, praktis transportasi dan penyimpanannya (stabilitasnya terjaga dalam sediaannya) serta mudah ditelan. Sehingga dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian terhadap tablet ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) sebagai coadministration dengan metformin. Untuk mengetahui efektifitas kelarutan obat di dalam tubuh, salah satu cara yang dilakukan adalah uji disolusi. Uji disolusi umumnya dilakukan untuk sediaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
obat dalam bentuk tablet atau kaplet. Pada prinsipnya uji disolusi ini sama dengan kondisi tubuh pada saat mencerna obat (Lachman et al., 1994). Waktu kelarutan obat di dalam tubuh sangat erat hubungannya dengan efektifitas obat tersebut untuk menimbulkan efek terapi. Waktu kelarutan obat pada uji disolusi dianggap sebagai waktu kelarutan obat di dalam tubuh. Semakin cepat larut suatu obat, maka semakin efektif obat tersebut bekerja (Lachman et al., 1994). Selain uji disolusi, suatu tablet juga harus memenuhi persyaratan uji sifat fisik tablet yang meliputi uji keseragaman bobot, uji kekerasan tablet, uji kerapuhan tablet, uji waktu hancur (Anonim, 1979). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) sebagai coadministration dengan metformin dalam sediaan tablet terhadap sifat fisik dan disolusi tablet. B. Perumusan masalah Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ekstrak daun papaya dapat dibuat sediaan tablet sebagai coadministration dengan metformin? 2. Bagaimanakah pengaruh penambahan ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) terhadap sifat fisik tablet sebagai coadministration dengan metformin dibandingkan dengan tanpa penambahan ekstrak? 3. Bagaimanakah pengaruh penambahan ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) terhadap disolusi tablet sebagai coadministration dengan metformin dibandingkan dengan tanpa penambahan ekstrak?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
C. Tujuan penelitian Untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) sebagai coadministration dengan metformin terhadap sifat fisik dan disolusi tablet. D. Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu mampu mengembangkan pemanfaatan khasiat tanaman pepaya (Carica papaya L.) sebagai coadministration dengan metformin menjadi sediaan tablet, serta meningkatkan ilmu pengetahuan di bidang teknologi farmasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pepaya 1.
Sistematika Tanaman Kedudukan tanaman pepaya dalam taksonomi: Divisio
: Spermatophyta
Sub division : Angiospermae Class
: Dicotyledonae
Ordo
: Cistales
Family
: Caricaceae
Genus
: Carica
Spesies
: Carica papaya L.
Nama daerah : Pepaya 2.
(Anonim, 2000)
Deskripsi Semak berbentuk pohon, bergetah, tumbuh tegak, tinggi 2,5-10 m, batangnya bulat berongga, dibagian atas kadang bercabang, kulit batang terdapat tanda bekas tangkai daun yang telah lepas. Daun berkumpul di ujung batang dan percabangan, tangkainya bulat silindris berongga. Panjang 25-100cm, helaian daun bulat telur dengan garis tengah 25-75cm, berbagi menjari, ujung runcing, pangkal berbentuk jantung, warna permukaan atas hijau tua, permukaan bawah warna hijau muda, tulang daun menonjol di permukaan bawah, cuping-cuping daun berlekuk sampai berbagi tidak beraturan, tulang cuping daun menyirip (Wijayakusuma, 1997). commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
3. Kegunaan Dalam penelitian Fakeye et al., 2007 di Nigeria ekstrak daun pepaya (Carica papaya
L.)
mampu meningkatkan efek hipoglikemik sebagai
coadministration dengan metformin. Pepaya memiliki aktifitas menggugurkan kandungan, aktifitas penguat kandung kemih, aktifitas penguat ginjal, aktifitas anti inflamasi, aktifitas anti hipertensi, aktifitas hipoglikemi dan hipolipidemi, aktifitas anticacing, aktifitas antitumor, aktifitas diuretik, aktifitas antibakteri, aktifitas antiamuba, aktifitas anti jamur (Adeneye and Olagunju, 2009). 4. Kandungan kimia Pepaya mengandung banyak komponen zat aktif, dua komponen utama yang penting yaitu papain dan chymopapain. Zat aktif lainya karoten, alkaloid, monoterpen, flavonoid, mineral dan vitamin (Millind et al., 2011). Carica papaya contains alkaloid (carpine and carposide), citric acid, Vit-C, Nicotinic acid, papain or papayotin, papaya oil (Srikanth et al., 2007). Daun pepaya mengandung senyawa yang dapat meningkatkan antioksidan dan mengurangi lemak seperti papain, chymopain, cystatin, tocopherol, asam askorbat, flavonoid, cyanogenik, glucosida dan glucosinolate (Siegler et al., 2002). Daun pepaya (Carica papaya L.) memiliki kandungan kimia seperti enzim papain, alkaloid karpaina, pseudo karpina, glikosid, karposid, sakarosa, dekstrosa, dan levulosa, alkaloid karpina mempunyai efek seperti digitalis (Permadi, 2006). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
B. Uraian Metformin HCl 1. Nama resmi : N,N-dimethylimidodicarbonimidic diamide 2. Nama lain
: Metformin HCl
3. Indikasi
: Diabetes Melitus Tipe II yang gagal dikendalikan dengan diet dan obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea, terutama pada pasien gemuk.
4. Pemerian
: Metformin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari 98,5% dan
tidak lebih dari 101,0% C4H11N5,HCl, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian serbuk hablur, tidak berwarna atau putih, tidak berbau. Kelarutan larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan dalam kloroform, praktis tidak larut dalam eter dan dalam gliserin (Anonim, 1995). 5. Sifat Fisikokimia : Metformin umumnya terdapat dalam bentuk metformin hidroklorida, merupakan kristal putih atau putih tulang (off-white) dengan BM 165,63. pKa metformin = 12,4 dan pH larutan 1% metformin hidroklorida = 6,68. 6. Dosis
: Sebagaimana aturan umum pemberian Obat hipoglikemia oral, harus dimulai dari dosis rendah, dan ditingkatkan sesuai respon terhadap terapi. Untuk metformin dalam bentuk tablet, dosis awal dimulai dari 2 kali sehari @ 250-500 mg diberikan pada saat sarapan/makan, sedangkan untuk tablet lepas lambat 500 mg per hari diberikan satu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
kali sehari pada saat makan malam. Untuk metformin dalam bentuk tablet dosis yang dianjurkan 250-500 mg tiap 8 jam atau 850 mg tiap 12 jam bersama/sesaat sesudah makan. Dosis maksimal yang dianjurkan untuk anak-anak 2000 mg perhari, untuk orang dewasa 2550 mg perhari, namun bila diperlukan dapat ditingkatkan sampai maksimal 3000 mg per hari. 6. Struktur Metformin HCl (C4H11N5,HCl)
Me2N
NH
NH2 , HCl
NH
NH
Gambar 1. Struktur Metformin HCl (Anonim,
1995)
C. Ekstrak 1. Pengertian ekstrak Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dengan menyari simplisia menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk (Anonim, 1979). Penyarian merupakan peristiwa perpindahan masa zat aktif yang semula berada didalam sel ditarik oleh cairan penyari. Pada umumnya penyarian akan bertambah baik bila serbuk simplisia yang bersentuhan dengan penyari semakin banyak (Anonim, 1986). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
Cairan penyari yang digunakan adalah air, alkohol, eter atau campuran etanol dan air. Alkohol merupakan pelarut yang serba guna. Dalam mengekstraksi, alkohol air lebih disukai (Voigt, 1994). 2. Metode Pembuatan Ekstrak Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor, seperti sifat dari bahan mentah obat dan daya penyesuaiannya dengan tiap macam metode ekstraksi serta kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna atau mendekati sempurna dari obat. Sifat dari bahan mentah obat merupakan faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam memilih metode ekstraksi. Cara penyarian dapat dibedakan menjadi infundasi, maserasi, perkolasi, dan penyarian berkesinambungan (Ansel, 1989). Metode pembuatan ekstrak yang umum digunakan adalah maserasi, perkolasi, soxhletasi, dan infundasi : a. Maserasi Maserasi merupakan proses paling tepat untuk simplisia yang sudah halus dan memungkinkan direndam hingga meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zatnya akan larut. Proses ini dilakukan dalam bejana bermulut lebar, serbuk ditempatkan lalu ditambah pelarut dan ditutup rapat, isinya dikocok berulang-ulang kemudian disaring. Proses ini dilakukan pada temperatur 15-200 C selama tiga hari (Ansel, 1989). Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara konsentrasi antara larutan diluar sel dan di dalam sel (Anonim, 1986). b. Perkolasi Perkolasi merupakan proses penyarian serbuk simplisia dengan pelarut yang cocok dengan melewatkan secara perlahan-lahan melewati suatu kolom, serbuk simplisia dimasukkan ke dalam perkolator. Dengan cara penyarian ini mengalirkan cairan melalui kolom dari atas ke bawah melalui celah untuk keluar dan ditarik oleh gaya berat seberat cairan dalam kolom. Dengan pembaharuan yang terus menerus bahan pelarut, memungkinkan berlangsungnya maserasi bertingkat (Ansel, 1989). c. Soxhletasi Bahan yang akan disari berada di dalam kantung ekstraksi (kertas, karton) di dalam sebuah alat ekstraksi dari gelas yang berada di antara labu suling dan suatu pendingin. Labu tersebut berisi bahan pelarut yang menguap dan jika diberi pemanasan akan menguap mencapai ke dalam pendingin balik melalui pipa pipet, pelarut ini berkondensasi di dalamnya dan menetes ke bahan yang disari. Larutan berkumpul di dalam wadah gelas dan setelah mencapai tinggi maksimum secara otomatis ditarik ke dalam labu tersebut (Voigt, 1994). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
d. Infundasi Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dan bahan-bahan nabati. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh karena itu sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dai 24 jam (Anonim, 1986). D. Tablet 1. Pengertian tablet Tablet adalah sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Anonim, 1979). Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablettablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan ketebalan, daya hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung dari cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya (Ansel, 1989). Untuk mendapatkan tablet dengan kualitas yang baik, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi, antara lain: mempunyai kekerasan yang cukup dan tidak rapuh, sehingga kondisinya baik selama fabrikasi, pengemasan, pengangkutan sampai pada konsumen, dapat melepaskan obatnya, memenuhi persyaratan keseragaman bobot tablet dan kandungan obatnya, mempunyai penampilan yang menarik baik pada bentuk, warna, maupun rasanya (Voigt, 1994). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
2. Metode Pembuatan Tablet a.
Metode Kempa Langsung Metode ini dilakukan terhadap bahan-bahan yang mudah mengalir atau sifat kohesifitasnya tinggi sehingga memungkinkan untuk langsung dicetak dalam mesin tablet tanpa memerlukan pembasahan dan pencampuran bahan berkhasiat dengan bahan penolong kemudian dikompresi langsung dan tidak diperlukan bahan pelicin (Ansel, 1989).
b. Metode Granulasi Kering Zat berkhasiat, zat pengisi, zat penghancur bila perlu zat pengikat dan zat pelicin dicampur dan dibuat dengan cara kempa cetak menjadi tablet yang besar, setelah itu tablet yang terjadi dipecah menjadi granul lalu di ayak, akhirnya dikempa cetak menjadi tablet yang dikehendaki dengan mesin tablet (Anief, 2000). c. Metode Granulasi Basah Metode granulasi basah merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam pembuatan tablet. Zat berkhasiat, zat pengisi dan zat penghancur dicampur baik-baik, lalu dibasahi dengan larutan bahan pengikat, bila perlu ditambah bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul, dan dikeringkan dalam almari pengering pada suhu 40⁰-50⁰. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambah bahan pelicin dan dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet (Anief, 2007).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
3. Bahan Tambahan dalam Pembuatan Tablet a. Bahan Pengisi (diluent) Bahan pengisi ditambahkan untuk menjamin tablet memiliki ukuran atau massa yang dibutuhkan (Voigt, 1994). Bahan pengisi diperlukan bila dosis obat tidak cukup untuk membuat bulk, dapat juga ditambah untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau untuk memacu aliran. Bahan pengisi yang biasa digunakan antara lain sukrosa, laktosa, amilum, kaolin, kalsium karbonat, dekstrosa, manitol, selulosa, sorbitol dan bahan lain yang cocok (Banker & Anderson, 1986). b. Bahan Pengikat (binder) Bahan ini untuk memberikan kekompakan, daya tahan tablet dan menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam sebuah butir granulat. Kekompakan sebuah tablet dapat juga dipengaruhi oleh tekanan pencetakan demikian pula oleh bahan pengikat. Bahan pengikat yang biasa digunakan antara lain gula, jenis pati, gelatin, turunan selulosa, gom arab dan tragakan (Voigt, 1994). c. Bahan Pelicin (lubricant) Bahan pelicin berfungsi mengurangi gesekan antar sisi tablet dengan dinding ruang cetakan (die) dan antara dinding die dengan dinding punch sehingga tablet mudah dikeluarkan dari cetakan dan tidak melekat dicetakan tablet (Voigt, 1994). Bahan pelicin yang biasa digunakan adalah talk, magnesium stearat, asam stearat, kalsium stearat, natrium stearat, licopodium, lemak, parafin cair (Banker & Anderson, 1986). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
d. Bahan Penghancur Zat penghancur ditambahkan guna memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet ketika kontak dengan cairan saluran pencernaan. Dapat juga berfungsi menarik air ke dalam tablet, mengembang dan menyebabkan tablet pecah menjadi bagian-bagiannya. Fragmen tablet itu sangat menentukan kelarutan selanjutnya dari obat dan tercapainya bioavailabilitas yang diharapkan (Banker & Anderson, 1986). Bahan penghancur yang dapat digunakan adalah pati dan selulosa yang termodifikasi secara kimia, asam alginat, selulosa mikrokristal, dan povidon (Anonim, 1995). 4. Pemerian Bahan a. Gelatin (bahan pengikat) Gelatin adalah suatu zat yang diperoleh dari hidrolisa parsial kolagen dari kulit, jaringan ikat putih dan tulang hewan. Gelatin yang berasal dari prekursor yang diasamkan dikenal sebagai Tipe A dan yang berasal dari prekursor yang dibasakan dikenal sebagai Tipe B. Gelatin yang digunakan dalam pembuatan kapsul atau untuk penyalut tablet dapat diwarnai dengan pewarna yang diijinkan, dapat mengandung sulfur dioksida tidak lebih dari 0,15% dan dapat mengandung lauril sulfat dengan kadar yang sesuai serta zat antimikroba yang sesuai (Anonim, 1995). Pemerian berupa lembaran, kepingan, serbuk, atau butiran, tidak berwarna atau kekuningan pucat, bau dan rasa lemah (Anonim, 1979). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
b. Explotab (bahan penghancur) Explotab disebut juga Sodium Starch Glycolate atau primagel merupakan garam sodium karboksil, mengandung tidak kurang dari 2,8% dan lebih dari 4,2% sodium (Na) dihitung terhadap zat yang dikeringkan. Hampir secara umum Explotab digunakan sebagai bahan penghancur yang efisien dengan tidak kehilangan keefektifannya dari waktu ke waktu khususnya berguna untuk tablet yang sukar larut (Rowe dkk., 2006). c. Avicel PH 102® (bahan pengisi) Avicel PH 102® merupakan selulosa yang terdepolimerasi parsial berwarna putih, tidak berasa, tidak berbau, serbuk kristal yang terdiri atas partikel porous, tidak larut dalam asam encer dan sebagian pelarut organik . Avicel atau selulosa kristal mikro yaitu zat yang diperoleh dari selulosa kayu melalui hidrolisis asam dan merupakan bahan hasil pemurnian dan pemutihan produk dari lignin, hemiselulosa dan bahan penghantar lainnya. Avicel PH-102 memiliki kemampuan sebagai filler binder dan disintegrant. Dalam formula tablet terutama sangat berguna dalam memperbaiki kekerasan dan waktu hancur
(Rowe dkk., 2006). d. Mg Stearat (bahan pelicin) Magnesium stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran asam-asam organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari magnesium stearat dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan (Anonim, 1995).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Pemerian serbuk halus, putih, licin dan mudah pada kulit, bau lemah khas. Kelarutan praktis tidak larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan dalam eter (Anonim, 1979). e. Aquadest Pemerian cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa (Anonim, 1979). f. Talcum (bahan pelicin) Pemerian serbuk halus licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran, warna putih atau putih kelabu (Anonim, 1979).
g. Etanol Etanol adalah campuran etilalkohol dan air. Mengandung tidak kurang dari 94,7 % v/v atau 92,0 % dan tidak lebih dari 95,2% v/v atau 92,7% C2H60. Pemerian cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru berasap (Anonim, 1979). E. Coadministration Coadministration
(Concomitant
administration)
adalah
suatu
pemberian dua senyawa atau lebih secara bersamaan dengan tujuan sinergis atau saling mendukung. Coadministration sudah mulai banyak digunakan dalam pengelolaan penggunaan obat-obatan. Herbal seperti bittermelon, biji psyllium, bawang menunjukkan efek antidiabetes ketika diberikan bersamaan dengan bahan obat, sehingga sudah pasti terjadi interaksi yang meningkatkan efek hipoglikemik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
Pemberian bersama (concomitant administration) dari fakta tersebut dipercaya kadang penggunaan herbal itu tidak berbahaya, walaupun beberapa obat memiliki indeks terapi sempit. Disamping itu sudah biasa ditemukan pada pasien dalam negara berkembang menggunakan pengobatan herbal tanpa pantauan dari tenaga kesehatan yang berkompeten. Penelitian di nigeria menunjukkan perubahan yang berarti ketika pasien dalam masa perawatan menggunakan obat herbal dan obat sintetis secara bersama-sama (Fakeye et al., 2007). Secara umum penggunaan bahan herbal dan bahan sintetis yang digunakan bersama-sama memang tidak menunjukkan bahaya akan tetapi perlu hati-hati tentang coadministration yang tidak ada data atau penelitian sebelumnya, kecuali ada bukti lain tidak menunjukkan keamananan dan manfaat dari penggunannya. F. Uji Disolusi Disolusi adalah proses suatu zat solid memasuki pelarut untuk menghasilkan suatu larutan. Disolusi secara singkat didefinisikan sebagai proses suatu solid melarut. Bentuk sediaan farmasetik solid dan bentuk sediaan sistem terdispersi solid dalam cairan setelah dikonsumsi kepada seseorang akan terlepas dari sediaannya dan mengalami disolusi dalam media biologis, diikuti dengan absorbsi zat aktif ke dalam sirkulasi sistemik dan akhirnya menunjukkan respon klinis (Siregar dan Wikarsa, 2010). Uji disolusi digunakan untuk mengetahui profil obat secara in-vitro, dimana tablet dimasukkan dalam alat dissolution tester berisi medium yang mirip commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
dengan cairan lambung. Melalui percobaan ini dapat diketahui profil farmakokinetik obat dalam tubuh. Alat yang digunakan dalam uji ini adalah USP yang mencakup monografi volume yang dipakai, kecepatan (rpm) dan batas waktu (Lachman, 1994). Saat sekarang ini disolusi dipandang sebagai salah satu uji pengawasan mutu yang sesuai dan penting dilakukan pada sediaan farmasi. Uji disolusi dikembangkan untuk menunjukkan pelepasan obat dari tablet apakah dapat mendekati 100% dan untuk menunjukkan pelepasan obat seragam pada tiap batch dan harus sama dengan laju pelepasan dari batch yang telah dibuktikan bioavaibilitas dan efektif secara klinis (Lachman, 1994). Pada uji disolusi dapat diketahui partikel-partikel obat akan melepas bahan obat dalam larutan dengan kecepatan tertentu. Cepatnya melarut obat atau tablet menentukan berapa kadar bahan berkhasiat yang terlepas ke dalam darah, oleh karena itu laju disolusi berhubungan langsung dengan efikasi (kemanjuran) dari tablet dan perbedaan biovaibilitas dari berbagai formula (Lachman, 1994). Jika proses disolusi untuk suatu partikel obat tertentu adalah cepat, atau jika obat diberikan sebagai suatu larutan dan tetap ada dalam tubuh seperti itu, laju obat yang terabsorbsi terutama akan tergantung pada kesanggupannya menembus pembatas membran. Tetapi, jika laju disolusi untuk suatu partikel obat lambat, misalnya mungkin karena karakteristik zat obat atau bentuk dosis yang diberikan, proses disolusinya sendiri akan merupakan tahap yang menentukan laju dalam proses absorbsi. Perlahan-lahan obat yang larut tidak hanya bisa diabsorbsi pada suatu laju rendah, obat-obat tersebut mungkin tidak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
seluruhnya diabsorbsi atau dalam beberapa hal banyak yang tidak diabsorbsi setelah pemberian oral, karena batasan waktu alamiah bahwa obat bisa tinggal dalam lambung atau saluran usus halus (Martin et al., 1993). Laju disolusi obat secara in vitro dipengaruhi beberapa faktor, antara lain: 1. Sifat fisika kimia obat Sifat fisika kimia obat berpengaruh besar terhadap kinetika disolusi. Luas permukaan efektif dapat diperbesar dengan memperkecil ukuran partikel. Laju disolusi akan diperbesar karena kelarutan terjadi pada permukaan solut. Kelarutan obat dalam air juga mempengaruhi laju disolusi. Obat berbentuk garam, pada umumnya lebih mudah larut dari pada obat berbentuk asam maupun basa bebas. Obat dapat membentuk suatu polimorfi yaitu terdapatnya beberapa kinetika pelarutan yang berbeda meskipun memiliki struktur kimia yang identik. Obat bentuk kristal secara umum lebih keras, kaku dan secara termodinamik lebih stabil daripada bentuk amorf, kondisi ini menyebabkan obat bentuk amorf lebih mudah terdisolusi daripada bentuk kristal (Shargel dan Yu, 1999). 2. Faktor formulasi Berbagai macam bahan tambahan yang digunakan pada sediaan obat dapat mempengaruhi kinetika pelarutan obat dengan mempengaruhi tegangan muka antara medium tempat obat melarut dengan bahan obat, ataupun bereaksi secara langsung dengan bahan obat. Penggunaan bahan tambahan yang bersifat hidrofob seperti magnesium stearat, dapat menaikkan tegangan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
antar muka obat dengan medium disolusi. Beberapa bahan tambahan lain dapat membentuk kompleks dengan bahan obat, misalnya kalsium karbonat dan kalsium sulfat yang membentuk kompleks tidak larut dengan tetrasiklin. Hal ini menyebabkan jumlah obat terdisolusi menjadi lebih sedikit dan berpengaruh terhadap jumlah obat yang diabsorpsi (Shargel dan Yu, 1999). 3. Faktor alat dan kondisi lingkungan Adanya perbedaan alat yang digunakan dalam uji disolusi akan menyebabkan perbedaan kecepatan pelarutan obat. Kecepatan pengadukan akan mempengaruhi kecepatan pelarutan obat, semakin cepat pengadukan maka gerakan medium akan semakin cepat sehingga dapat menaikkan kecepatan pelarutan. Selain itu temperatur, viskositas dan komposisi dari medium, serta pengambilan sampel juga dapat mempengaruhi kecepatan pelarutan obat (Parrott, 1971). Metode Uji Disolusi Banyak metode untuk menetapkan laju disolusi zat aktif dari sediaanya. Metode yang sering digunakan yaitu metode dayung dan metode basket. 1. Metode basket Metode ini pada mulanya diusulkan oleh Pernarowski (1968) dan dimodifikasi menjadi metode resmi pertama yang diadopsi oleh USP XVIII dan NF XIII pada tahun 1971. Metode basket berputar telah digunakan lebih dari 30 tahun dalam pengujian yang luas untuk semua jenis bentuk sediaan. Metode basket menunjukkan suatu upaya membatasi posisi bentuk sediaan untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
memberikan kemungkinan maksimum suatu antarpermukaan solid-cairan yang tetap. Metode ini mempunyai beberapa keterbatasan, yaitu kecenderungan zat bergerak menyumbat kasa basket, sangat peka terhadap gas terlarut dalam media disolusi, kecepatan aliran yang kurang memadai ketika partikel meninggalkan basket dan mengapung dalam media, dan kesulitan konstruksi jika diupayakan metode yang diotomatisasi. Metode basket disebut juga metode Alat 1. 2. Metode Dayung Pada mulanya dikembangkan oleh Poole (1969), kemudian dimodifikasi melalui karya ilmuwan di National Center for Drug Analysis (NCDA), FDA di St. Louis (Mo). Metode ini pada dasarnya terdiri atas batang dan daun pengaduk yang merupakan dayung berputar dengan dimensi tertentu sesuai dengan radius bagian dalam labu dengan dasar bundar. Metode ini mengatasi banyak keterbatasan basket berputar, tetapi mensyaratkan presisi yang ekstrem dalam geometri dayung, labu, dan perlakuan variasi yang tidak dapat diterima dalam data disolusi berikutnya bahkan perubahan yang sangat kecil dalam penempatan (orientasi) dayung. Metode ini sangat baik untuk sistem otomatis (karena hal itu merupakan kelebihanya) (Siregar dan Wikarsa, 2010). Kriteria Sediaan Tablet yang Diuji dan Tidak Diuji Disolusi Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV suatu sediaan tablet diuji disolusinya jika dinyatakan dalam monografinya. Hal ini berarti prosedur dan persyaratan uji disolusi hanya berlaku untuk sediaan tablet yang tertera dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
monografi tersebut. Sediaan tablet yang tidak tertera dalam FI IV tentu saja dapat diuji disolusinya dengan prosedur dan persyaratan yang ditetapkan sendiri oleh pabriknya atau laboratorium pengendalian mutu pabrik tersebut (Siregar dan Wikarsa, 2010). G. Spektrofotometri UV-Vis Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia (Anonim, 1995). Teknik analisis spektroskopi berasaskan radiasi elektromagnet dengan komponen atom atau molekul sehingga digunakan sebagai parameter analisis. Radiasi ultraviolet dan sinar tampak diabsorbsi oleh molekul organik aromatik, molekul yang mengandung elektron bebas, menyebabkan transisi elektron di orbit terluarnya dari tingkat energi elektron dasar ke tingkat energi elektron tereksitasi lebih tinggi. Besarnya absorbansi radiasi tersebut sebanding dengan banyaknya molekul analit yang mengabsorbsi dan dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu. Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang antara 200-400nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007). H. Kerangka pemikiran Penyakit diabetes yang kini masih menjadi momok bagi penderita tentunya membuat banyak penelitian yang menciptakan obat baru untuk menyembuhkan penyakit diabetes tersebut. Banyak penelitian obat herbal dalam masyarakat yang terbukti efektif menyembuhkan suatu penyakit. Salah satu penelitian terdahulu membuktikan bahwa ekstrak daun pepaya mampu meningkatkan efek hipoglikemik ketika diberikan bersama (coadministration) dengan metformin dalam bentuk larutan. Pada penelitian ini uji coadministration ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) dengan metformin dilakukan pada sediaan tablet. Sediaan tablet dikenal masyarakat lebih praktis dengan ukuran dosis yang dapat disesuaikan, dan dapat menutupi rasa obat yang tidak enak. Dalam pembuatan tablet harus memenuhi uji terhadap sifat fisik tablet yang meliputi uji keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur selain itu juga harus memenuhi uji disolusi tablet untuk mengetahui pelepasan zat aktif ke dalam tubuh. Sehingga dalam penelitian ini akan meneliti pengaruh penambahan ekstrak daun pepaya sebagai coadministration dengan metformin dalam sediaan tablet terhadap sifat fisik dan disolusi tablet dibandingkan dengan kontrol. I. Hipotesis 1. Ekstrak daun papaya (Carica papaya L.) dapat dibuat menjadi sediaan tablet sebagai coadministration dengan metformin. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
2. Penambahan ekstrak daun papaya (Carica papaya L.) diduga akan berpengaruh terhadap sifat fisik tablet dibandingkan tablet metformin tanpa penambahan ekstrak. 3. Penambahan ekstrak daun papaya (Carica papaya L.) diduga akan berpengaruh terhadap disolusi tablet dibandingkan tablet metformin tanpa penambahan ekstrak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian yang digunakan. Kategori penelitian yang digunakan merupakan kategori penelitian eksperimental laboratorium. Dalam penelitian ini digunakan 3 macam variabel, yaitu: 1. Variabel bebas
: Penambahan ekstrak daun papaya (Carica papaya L.).
2. Variabel tergantung: Sifat fisik granul yaitu waktu alir, sudut diam, kandungan lembab, pengetapan. Sifat fisik tablet yaitu keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur dan disolusi tablet. 3. Variabel terkendali : Metode pembuatan tablet, kedalaman punch, metode granulasi,
metode
pengujian
granul,
metode
pengujian tablet. B. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian 1. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut: Simplisia daun pepaya (Carica papaya L.) yang dipanen dari Jalan Mendung IV Gendingan Kecamatan Jebres Surakarta Jawa Tengah, Metformin HCl PT. Zenith Pharmaceutical, aquadest dari Brataco, Etanol 96%, avicel PH 102, explotab, gelatin, talk, Mg stearat, kalium dihidrogen fosfat dan natrium hidroksida yang dibeli dari PT. Merck. commit to user 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
2. Alat yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut: Toples tertutup untuk maserasi, timbangan listrik tipe L.S.EDT (Ohauss), neraca analitik ( Precisa BJ 410 C), pH meter, mortir dan stamper, Oven type IL-70.110/220 V, kain flannel, rotary evaporator RE 300 DB, seperangkat alat uji daya lekat, gelas beker 100ml, gelas beker 10 ml, labu ukur 1L, alat uji kekerasan atau hardness tester (Vanguard Pharmaceutical Machinery Inc., YD 1), alat uji kerapuhan atau friability tester Guoming CS-2, disintegration tester Guoming BJ-2, mesin tablet single punch (Korsch), alat uji granul (fluidity tester), jangka sorong, corong kaca, ayakan no. 4, 16, dan 18, stopwatch, Moisture Balance-23 Ohauss, disollution tester Guoming RC 1, alat-alat gelas pyrex dan alat pendukung lainnya.
C. Waktu dan Tempat 1.
Waktu Waktu penelitian dimulai dari penyusunan proposal sampai penyusunan laporan hasil penelitian yaitu dimulai dari bulan Februari - Juni 2012.
2.
Tempat Tempat yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan di 3 tempat yaitu di Laboratorium Farmasetika D3 Farmasi Universitas Sebelas Maret, Laboratorium Kimia Dasar FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Laboratorium Teknologi dan Formulasi Sediaan Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
D. Metode Penelitian dan Cara Kerja 1. Determinasi Tanaman Tahap pertama penelitian adalah memastikan kebenaran sampel daun pepaya, dengan mencocokkan ciri-ciri morfologis yang ada pada tanaman pepaya terhadap kepustakaan yang ada di Laboratorium Morfologi Sistematik Tumbuhan Universitas Setia Budi Surakarta. 2. Penyerbukan simplisia Simplisia dibersihkan dari bahan organik asing dan pengotor lain secara mekanik atau dengan cara lain yang cocok, dikeringkan pada suhu yang cocok, dihaluskan, dan diayak. Kecuali dinyatakan lain, seluruh simplisia harus dihaluskan menjadi serbuk (4/18) (Anonim, 1977). 3. Pembuatan ekstrak secara maserasi Serbuk sebanyak 500 g dimasukkan dalam bejana bermulut lebar, ditambah etanol 96 % sebanyak 2 L kemudian digojog, dan didiamkan selama 1 hari. Setelah 24 jam maserat disaring dan dipekatkan dengan rotary evaporator. Pelarut yang masih tertinggal diuapkan di atas penangas air sampai bebas dari pelarut. Ekstrak yang diperoleh dimasukkan ke dalam cawan ditutup dengan aluminium foil dan disimpan dalam kulkas. 4. Pemeriksaan Kualitas Ekstrak a. Pemeriksaan organoleptis Dilakukan pemeriksaan untuk mendeskripsikan bentuk, warna, bau dan rasa ekstrak (Anonim, 2000). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
b. Uji daya lekat Uji daya lekat dilakukan dengan cara gelas objek ditandai seluas 2,5 cm x 2,5 cm. 100 mg ekstrak daun pepaya diletakkan diantara gelas obyek ditindih dengan beban seberat 1 kg selama 5 menit. Kedua gelas objek yang telah melekat satu sama lain dipasang pada alat uji dengan beban 80 gram, selanjutnya dihitung waktu yang diperlukan untuk melepaskan gelas objek yang satu dengan yang lainnya (Anonim, 1979). 5. Rancangan Formula a. Perhitungan Dosis Pertimbangan dosis ekstrak daun papaya (Carica papaya L.) mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Fakeye dkk, 2007 dalam Tropical Journal of Pharmaceutical Research yaitu pada tikus menggunakan dosis 5mg/kg BB jika dikonversikan ke manusia menjadi 40 mg. Sehingga dalam pembuatan tablet ekstrak daun pepaya ini digunakan ekstrak sebanyak 40 mg dalam sekali minum. Dalam penelitian menggunakan metformin sebanyak 100 mg/kg BB tikus jika dikonversikan ke manusia menjadi 800 mg. Sehingga dalam pembuatan tablet menggunakan metformin sebanyak 800 mg sekali minum. Karena jika dibuat tablet terlalu besar maka dibuat dalam 2 dosis, setiap tablet mengandung metformin 400 mg dan ekstrak daun pepaya(Carica papaya L.) 20 mg dan cara pakai langsung 2 tablet sekali minum. Perhitungan dosis dapat dilihat pada Lampiran 9. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
b. Formula Tablet Pada penelitian ini dibuat dua formulasi dengan bobot masing-masing tablet yang direncanakan sekitar 600 mg dengan penambahan ekstrak daun pepaya dengan metformin dan kontrol (tanpa penambahan ekstrak) tablet metformin masing masing dibuat untuk 200 tablet. Tabel I. Formula Tablet Metformin Komposisi Metformin HCl Ekstrak kental Gelatin Explotab Avicel pH 102 Mg Stearat : Talcum (1: 9) Berat Total
6.
Formula I (mg) Kontrol 400mg 10,5 mg 42 mg 133,5 mg 12 mg 598 mg
Formula II (mg) Penambahan ekstrak 400 mg 20 mg 10,5 mg 42 mg 113,5 mg 12 mg 598 mg
Pembuatan granul dengan granulasi basah Metode granulasi basah merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam pembuatan tablet. Dibuat dengan cara menambahkan bahan pengikat pada campuran bahan berkhasiat dan bahan tambahan kemudian dicampur sehingga terbentuk adonan lembab yang siap dibuat granul. Tahap-tahap pembuatan tablet dengan metode granulasi basah dimulai dengan menimbang dan mencampur bahan berkhasiat dengan bahan pengisi, bahan pengikat, bahan penghancur, kemudian mengayak adonan menjadi granul, pengeringan granul, pengayakan kering, pencampuran dan pengempaan tablet (Ansel, 1989).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
a. Pembuatan mucilago gelatin Gelatin dikembangkan dengan aquadest
dengan menggunakan
konsentrasi 5% disuspensikan dengan air dingin, kemudian ditambah dengan air panas sampai 100 ml dan diaduk hingga homogen dan terbentuk menjadi mucilago gelatin yang berwarna jernih. b. Pembuatan tablet 1) Ekstrak kental daun pepaya (Carica papaya L.) dicampur dengan avicel PH 102 hingga kering dan homogen. 2) Metformin sebagai kontrol (FI) tidak ditambah dengan ekstrak daun pepaya, dan F II ditambah dengan ekstrak daun pepaya. 3) Tambahkan sisa avicel PH 102 dan eksplotab dicampur sampai homogen 4) Ditambah gelatin hingga terbentuk massa granul basah 5) Massa granul basah diayak dengan ayakan 16 mesh 6) Granul basah dikeringkan dalam oven pada suhu 40 - 50º C 7) Granul yang telah kering diayak dengan ayakan 18 mesh 8) Sebelum dibuat tablet dilakukan uji sifat fisik granul antara lain: kandungan lembab, uji waktu alir, pemeriksaan sudut diam, dan pengetapan. 9) Granul kering dicampur dengan fase eksternal Mg Stearat dan Talkum 10) Granul dicetak dengan tablet mesin pencetak tablet (Single punch) dengan bobot tablet 598 mg commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
11) Dilakukan Uji sifat fisik tablet meliputi: uji keseragaman bobot, uji kerapuhan, uji kekerasan, uji waktu hancur dan uji disolusi tablet. 7.
Pemeriksaan Sifat Fisik Granul Granul adalah gumpalan dari partikel-partikel yang kecil. Umumnya granul dibuat dengan cara melembabkan serbuk atau campuran serbuk yang digiling dan melewatkan adonan yang sudah lembab pada celah ayakan dengan ukuran lubang ayakan yang sesuai dengan granul yang diinginkan (Voigt, 1994). Uji yang dilakukan yaitu: 1. Kandungan Lembab Kandungan lembab granul ditentukan dengan uji kandungan lembab (Ohaus). Sampel sekitar 2 gram ditempatkan secara merata pada pan sampel, dan selanjutnya dilakukan siklus pemanasan. Prosentase kandungan lembab dihitung dari kehilangan berat sampel karena pemanasan. Alat didinginkan terlebih dahulu diantara penentuan ( Zhang et al, 2003). Kelembapan di dalam zat padat dinyatakan dengan LOD dan MC. Berdasarkan berat basah, kandungan air dalam suatu bahan dihitung sebagai persentase berat dari bahan kering. Susut saat pengeringan atau LOD (Lost On Drying), yaitu persyaratan kadar kelembapan berdasarkan berat basah, yang dihitung sebagai berikut: LOD (%) = berat basah – berat kering x 100 % ……………………….(1) berat basah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
Granul dengan kadar air yang rendah akan mempunyai sifat alir baik sehingga dihasilkan tablet yang kompak. Kandungan lembab atau MC (Moisture Content) yaitu suatu perhitungan berat kering yang dihitung sebagai berikut: MC (%) = berat granul basah – berat granul kering x 100 %...................(2) berat granul kering Kandungan lembab granul yang baik antara 2–4 % (Lachman, 1994). 2. Pemeriksaan Waktu Alir Waktu alir adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan sejumlah granul atau serbuk pada alat yang terpakai. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu alir adalah bentuk, ukuran dan kelembapan granul. Bentuk granul yang tidak seragam dan ukuran partikel yang semakin kecil menyebabkan granul mudah menggumpal sehingga sifat alirnya jelek. Sejumlah granul seberat 100 g dimasukkan lewat sebuah corong yang dilengkapi dengan penutup. Setelah itu penutup corong dibuka dan granul akan keluar. Waktu yang diperlukan untuk mengalirnya semua granul dicatat sebagai waktu alir, tidak lebih dari 10 detik (Anonim, 1979). 3. Pemeriksaan Sudut Diam Granul seberat 100 gram, dimasukkan secara perlahan melalui lubang bagian atas sementara bagian bawah ditutup. Setelah semua serbuk dimasukkan, penutup dibuka dan serbuk dibiarkan keluar, kemudian diukur tinggi kerucut yang terbentuk dan diameternya. Sudut diam antara 28º- 42º commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
menunjukkan sifat alir yang bagus (Carstensen, 1977). Ataupun antara sudut 250-450 (Siregar dan Wikarsa, 2010) tg β = ...........................................................................( 3 ) keterangan : β = sudut diam( 0 ) r = jari-jari kerucut granul (cm) h = tinggi kerucut granul (cm) 4. Uji Pengetapan Sejumlah granul dimasukkan kedalam volumenometer secara perlahan dan hati-hati. Kemudian alat dijalankan dan perubahan volume akibat perlakuan getaran dicatat. Pengamatan dilakukan setelah volume serbuk tidak mengalami perubahan lagi yang besarnya diungkapkan dalam persamaan berikut: % indeks volume =
x 100%.........................................................(4)
Keterangan : T = Indeks tap (%) Vo = Volume awal granul sebelum perlakuan (ml) Vt = Volume granul akhir (ml) 8.
Uji Sifat Fisik Tablet a. Keseragaman bobot Keseragaman bobot ditetapkan sebagai berikut: ditimbang 20 tablet, dihitung rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom A dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga dalam kolom B. Jika perlu dapat digunakan 10 tablet dan tidak satu tablet
pun yang bobotnya
menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom A maupun kolom B (Anonim, 1979). Tabel II. Penyimpangan Bobot Rata-Rata Tablet Bobot rata-rata 25 mg atau kurang 26 mg sampai dengan 150 mg 151 mg sampai dengan 300 mg Lebih dari 300 mg
Penyimpangan bobot rata-rata dalam % A B 15 % 30 % 10% 20 % 7,5 % 15% 5% 10 %
Bobot rata – rata dan dicari harga CV (Coefficient of Variation) nya : CV =
........................................................(4)
Keterangan : X = Bobot purata tablet SD = Simpangan deviasi CV = Coefficient of Variation b. Kekerasan Pemeriksaan kekerasan tablet menggunakan alat digital hardness tester (Vanguard Pharmaceutical Machinery YD1). Sebuah tablet diletakkan pada alat dengan posisi horisontal, alat dikalibrasi hingga posisi 0,00. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Putar alatnya hingga tablet patah. Baca skala yang tertera pada alat. Percobaan dilakukan 10 kali dan dihitung harga puratanya. Kekerasan tersebut dinyatakan dalam kilogram. c. Kerapuhan 20 tablet dibebasdebukan. Ditimbang dalam neraca analitik yang dinyatakan sebagai M1. Kemudian dimasukkan ke dalam friabilator. Alat dijalankan selama 4 menit dengan kecepatan 25 putaran permenit. Setelah 4 menit, tablet dikeluarkan dari alat, dibebasdebukan lagi dan ditimbang yang kemudian dinyatakan M2. Kerapuhan tablet dinyatakan selisih berat tablet sebelum yang diuji tidak boleh berkurang lebih 1% dari berat awal tablet awal uji (Mohrle, 1989). Kerapuhan tablet =
x 100%.............................................(5)
Keterangan: M1 = berat tablet mula-mula M2 = berat tablet setelah perlakuan d. Waktu Hancur Lima tablet dimasukkan ke dalam tabung berbentuk keranjang, kemudian dinaik turunkan secara teratur 30 kali setiap menit dalam medium air dengan suhu 37ºC. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa, dan dicatat waktu hancur tablet (Anonim, 1979).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
9. Uji Disolusi Tablet a.
Pembuatan larutan dapar fosfat pH 6,8 Kalium dihidrogen fosfat ditimbang seksama lebih kurang 6,8 gram. Kemudian dimasukkan labu ukur 250 ml dan dilarutkan dalam air bebas karbondioksida hingga garis batas sambil dikocok sampai homogen. Diperoleh larutan kalium dihidrogen fosfat 0,2 M. Natrium hidroksida ditimbang dengan seksama lebih kurang 2 gram, kemudian dimasukkan labu ukur 250 ml dan dilarutkan dalam air bebas karbondioksida hingga garis batas sambil dikocok hingga homogen. Diperoleh larutan Natrium hidroksida 0,2 M. Larutan kalium dihidrogen fosfat 0,2 M dimasukkan ke dalam beker glass yang telah dikalibrasi 1,0 L dan telah dicek pHnya dengan alat pH meter, kemudian ditambahkan larutan Natrium hidroksida 0,2 M lebih kurang 20 ml. Kemudian ditambahkan dengan air bebas karbondioksida mendekati 1,0 L. Larutan ditambahkan tetes demi tetes natrium hidroksida sampai diperoleh pH 6,8. Diperoleh larutan buffer fosfat pH 6,8 (Istiyani, 2008).
b.
Penentuan panjang gelombang maksimum Larutan induk dibuat dengan cara sebagai berikut: 200 mg metformin ditimbang seksama lalu dilarutkan dengan larutan dapar fosfat pH 6,8 hingga 100 ml. Dari larutan ini kemudian diambil 1,0 ml dan diencerkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
dengan larutan dapar fosfat pH 6,8 hingga 100 ml. Kemudian larutan ini dimasukkan dalam kuvet dan diamati absorbansinya pada panjang gelombang 200-300 nm sehingga diketahui panjang gelombang yang memiliki serapan maksimum (Anonim, 1980) c.
Pembuatan kurva baku Pembuatan larutan induk metformin dibuat dengan cara sebagai berikut : 200 mg metformin ditimbang seksama lalu dilarutkan dengan larutan dapar fosfat pH 6,8 hingga 100 ml, kemudian diambil 1,0 ml dan diencerkan dengan larutan dapar fosfat pH 6,8 hingga 100 ml. Dari larutan induk metformin ini diambil 1,0 ml; 2,0 ml; 3,0 ml; 4,0 ml; 5,0 ml; 6 ml; 7 ml; 8 ml masing-masing diencerkan dengan larutan dapar fosfat pH 6,8 hingga 10 ml. Seri larutan tersebut diukur serapannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum metformin. Dibuat kurva baku regresi linier antara kadar metformin dan serapannya sehingga diperoleh persamaan regresi linier yang selanjutnya digunakan untuk menentukan kadar metformin dalam uji disolusi (Anonim, 1980)
d.
Uji Disolusi
Uji disolusi sediaan tablet metformin menggunakan alat uji disolusi dengan pengaduk keranjang yang dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1.
Medium dapar fosfat pH 6,8 sebanyak 1000 ml dimasukkan kedalam labu disolusi, pengaduk keranjang diatur pada kecepatan 100 rpm dengan jarak pengaduk keranjang dari dasar 2,5 cm. Tablet ditimbang dan dimasukkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
ke dalam labu disolusi. Suhu percobaan dipertahankan pada kisaran 37 ± 5oC. 2.
Sampel diambil pada menit ke 10, 15, 30, 45 dan 60 menit sebanyak 10 ml. Kemudian diganti dengan 10 ml media dapar baru kedalam chamber.
3.
Sampel diukur serapannya dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang max.
4.
Ditentukan kadar metformin pada sampel dengan memasukkan serapan pada kurva baku.
(Anonim, 2005)
E. Pengumpulan dan Analisis Statistik Data a. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dari: 1. Spesifikasi ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) meliputi pemeriksaan organoleptis dan uji daya lekat. 2. Uji sifat fisik granul ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) dengan metformin meliputi: kandungan lembab, sifat alir, sudut diam dan pengetapan. 3. Uji sifat fisik tablet ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) dengan metformin meliputi: keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur. 4. Uji disolusi tablet ekstrak ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) dengan metformin dan kontrol (tanpa penambahan ekstrak). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
b. Teknik Analisis Teknik analisis penelitian meliputi: a. Pendekatan Teoritis Data yang diperoleh dari hasil penelitian dibandingkan dengan persyaratan tablet yang terdapat dalam Farmakope Indonesia dan kepustakaan lain. b. Pendekatan Statistik Data dianalisis menggunakan Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Data yang terdistribusi normal dianalisis menggunakan statistik uji t-test independent dengan taraf kepercayaan 95%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) 1. Determinasi Tanaman Pepaya (Carica papaya L.) Tanaman pepaya (Carica papaya L.) telah dilakukan determinasi di Laboratorium
Morfologi
Sistemik
Tumbuhan Universitas Setia
Budi.
Determinasi tanaman pepaya bertujuan untuk memastikan kebenaran tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan bahwa daun yang digunakan memang benar-benar daun pepaya (Carica papaya L.). Hasil determinasi dapat dilihat pada Lampiran 1. 2. Pembuatan Simplisia Daun Pepaya (Carica papaya L.) Simplisia yang telah diperoleh disortasi yaitu dipisahkan dari batang atau pengotor lain yang terdapat pada bagian simplisia tersebut. Simplisia yang telah disortasi kemudian dikeringkan menggunakan oven suhu 400C selama 2 hari kemudian simplisia diserbuk dan disaring dengan ayakan 4/18. 3. Metode Ekstraksi Daun Pepaya (Carica papaya L.) Pembuatan ekstrak daun pepaya dilakukan dengan metode maserasi. Maserasi merupakan metode yang sederhana, dengan cara merendam 500 gram serbuk simplisia daun pepaya dalam 2 liter cairan penyari berupa alkohol 96%. Maserasi dilakukan selama 24 jam. Simplisia dibuat menjadi serbuk 4/18 dengan tujuan agar cairan penyari mampu menembus dinding sel yang commit to user 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
mengadung zat aktif, zat aktif akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif yang ada didalam dan diluar sel sehingga larutan terpekat didorong keluar. Peristiwa tersebut akan terus menerus sampai konsentrasi yang ada didalam dan diluar sel seimbang. Sari yang diperoleh diuapkan pelarutnya dengan rotary evaporator sehingga menghasilkan ekstrak kental. Ekstrak dimasukkan ke dalam cawan ditutup dengan aluminium foil dan disimpan dalam kulkas. Hasil ekstrak daun pepaya yang diperoleh sebanyak 48 gram. Perbandingan antara pelarut dan simplisia yang digunakan adalah 1:4. Perhitungan hasil rendemen yang dihasilkan dapat dilihat pada Lampiran 4. Pemilihan metode maserasi digunakan karena merupakan metode yang praktis, ekonomis, dibanding dengan metode lain seperti perkolasi yang memerlukan pelarut yang cukup banyak dan selalu dialiri secara kontinu. 4. Pemeriksaan Organoleptis Ekstrak Daun Pepaya Ekstrak hasil maserasi, dilakukan pemeriksaan secara organoleptis tujuannya untuk mengetahui sifat fisik ekstrak yang dihasilkan. Hasil dari pemeriksaan secara organoleptis dapat dilihat pada tabel III. Tabel III. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) No. 1. 2. 3. 4.
Parameter Warna Bau Rasa Konsistensi
commit to user
Hasil Hijau tua Bau khas pepaya Pahit Kental
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
5. Hasil Pemeriksaan Uji Daya Lekat Ekstrak Uji daya lekat dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari ekstrak yang dihasilkan. Semakin kental atau pekat konsistensi ekstrak maka waktu yang diperlukan untuk memisahkan kedua kaca objek menjadi semakin lama. Konsistensi ekstrak yang cair memerlukan tahap pengeringan, bisa dilakukan dengan penambahan bahan pengering seperti aerosil. Ekstrak yang dihasilkan memiliki konsistensi yang kental. Hasil uji daya lekat ekstrak dapat dilihat pada Tabel IV. Tabel IV. Hasil Uji Daya Lekat Ekstrak Replikasi 1 2 3 Rata-rata
Waktu (menit) 1:46,07 1:20,03 1:55,86 1:40,65
B. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Granul Pemeriksaan sifat fisis ini dilakukan terhadap granul yang sudah dikeringkan untuk mengetahui granul tersebut memenuhi persyaratan yang diharapkan akan menghasilkan suatu tablet yang baik, pemeriksaan ini cukup penting karena sifat fisis dari granul akan mempengaruhi dalam proses pembuatan tablet selanjutnya. Pemeriksaan sudut diam dan waktu alir granul dilakukan sebelum dan sesudah penambahan bahan pelicin, hal ini bertujuan untuk mengetahui adanya bahan pelicin mampu memperbaiki sifat alir granul. Pemeriksaan ini meliputi kandungan lembab, waktu alir, sudut diam dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
pengetapan granul. Hasil pemeriksaan sifat fisis granul dapat dilihat pada Tabel V( Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 12). Tabel V. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Granul
Pemeriksaan Kandungan lembab ( %) Waktu Alir tanpa pelicin (detik) Waktu Alir dengan pelicin (detik) Sudut Diam tanpa pelicin (⁰) Sudut Diam dengan pelicin (⁰) Indeks Pengetapan (%)
FI 2,67 ± 0,289 7,20 ± 0,158 7,67 ± 0,153 30,43 ± 0,437 29,86 ± 0,669 8,67 ± 1,060
F II 2,33 ± 0,289 6,73 ± 0,116 6,80 ± 0,200 28,00 ± 0,280 28,81 ± 0,862 8,00 ± 0,000
Keterangan: F I : Formula tablet metformin tanpa coadministration ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) F II : Formula tablet metformin dengan coadministration ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) Masing-masing percobaan dilakukan dengan 3x replikasi percobaan. Indeks pengetapan dilakukan sampai volume konstan.
1. Kandungan Lembab Kandungan lembab granul ditentukan dengan uji kandungan lembab (Ohaus). Sampel sekitar 2 gram ditempatkan secara merata pada pan sampel, dan selanjutnya dilakukan siklus pemanasan. Prosentase kandungan lembab dihitung dari kehilangan berat sampel karena pemanasan. Alat didinginkan terlebih dahulu diantara penentuan ( Zhang et al., 2003). Granul dengan kadar air yang rendah akan mempunyai sifat alir baik sehingga dihasilkan tablet yang kompak. Kandungan lembab granul yang baik adalah antara 2 – 4 % (Lachman, 1994). Air atau uap lain yang terdapat didalam serbuk dalam jumlah yang berlebih akan menyebabkan terganggunya sifat granul. Gangguan antara lain adalah timbulnya ikatan antar partikel yang menyebakan aliran serbuk kurang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
baik, kekompakan serbuk menjadi terlalu tinggi. Cairan dalam batas tertentu yang dapat diterima dapat berfungsi sebagai pengikat, sehingga diperoleh tablet yang kompak dan keras. Hasil dari pengujian kadar air pada granul dapat dilihat pada Gambar 2.
Kandungan Lembab Kandungan Lembab (%)
2.8
2.67
2.6 2.33
2.4 2.2 2 FI
F II
Keterangan : F I : Granul metformin tanpa coadministration ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) F II : Granul metformin dengan coadministration ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.)
Gambar 2. Diagram Kandungan Lembab Granul
Dari hasil pengujian di atas kadar air pada kedua formula memenuhi standar yang ada pada literatur karena kadar air berkisar 2,67 % untuk formula I dan 2,33 % untuk formula II. Pada literatur kandungan kelembapan granul yang baik berkisar (2-4)% (Lachman, 1994). Kandungan air dalam granul memenuhi persyaratan dari literatur, hal ini dapat menghasilkan sifat alir granul yang baik saat pencetakan tablet.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
2.
Pengujian Waktu Alir Granul Waktu alir granul adalah waktu yang diperlukan sejumlah granul atau serbuk untuk mengalir keluar dari corong. Waktu alir granul digunakan sebagai parameter yang penting untuk mengetahui kualitas granul yang akan di cetak. Proses pengisisan die didasarkan atas aliran granul yang konstan. Apabila aliran kurang baik, granul cenderung bergerak tidak konstan melalui alat pengisi, sehingga proses penabletan terhambat dan tidak bisa berjalan sempurna. Oleh karena itu pengujian waktu alir dari granul yang akan dibuat tablet cukup penting untuk mendapatkan tablet yang memiliki keseragaman bobot dan kompaktibilitas yang baik. Hasil pengujian waktu alir dapat dilihat pada Gambar 3.
8 7.67 7.6 7.2 7.2 6.8
6.73
6.8
Tanpa Pelicin Dengan Pelicin
6.4 6 FI
F II
Keterangan : F I : Granul metformin tanpa coadministration ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) F II : Granul metformin dengan coadministration ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.)
Gambar 3. Diagram Perbandingan Waktu Alir Tanpa Pelicin Dengan Pelicin pada Granul Metformin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Hasil di atas menunjukkan bahwa kedua formula memiliki sifat alir yang baik ditunjukkan berdasarkan hasil perhitungan waktu alir yang ada pada diagram kurang dari 10 detik tiap 100 gram granulnya (Sulaiman, 2007). Hal ini menunjukkan bahwa granul dengan penambahan bahan pelicin memiliki waktu alir yang lebih cepat dibandingkan dengan tanpa bahan pelicin. Hal tersebut menunjukkan bahwa penambahan bahan pelicin dapat mempercepat waktu alir dari granul ketika melewati corong, sehingga dapat memperbaiki sifat alir granul dengan mekanisme mengurangi gesekan antar partikel granul sehingga granul akan lebih mudah dalam mengalir dan tablet yang dihasilkan memiliki keseragaman bobot atau kandungan. Tidak ada perbedaan waktu alir yang signifikan antara granul dengan penambahan ekstrak dan granul tanpa penambahan ekstrak. Penambahan bahan pelicin menggunakan 2 bahan sekaligus dengan perbandingan Mg sterat: Talk (1:9). Hal ini mampu memberikan sifat pelicin yang optimal (Voight, 1994). Sebelum penambahan bahan pelicin terdapat perbedaan waktu alir antara formula I dan formula II, namun setelah penambahan pelicin perbedaan waktu alir menjadi lebih kecil. Penambahan Mg stearat tidak menyebabkan lepasnya partikel-partikel obat dari unit interaktif (Stewart, 1981). Mg stearat akan menempel dan melapisi unit interaktif hingga stabil, tetapi zat ini memberikan efek negatif terhadap waktu hancur dan penurunan kecepatan pelarutan tablet, hal ini terjadi karena terbentuknya lapisan Mg stearat selama proses pencampuran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
3. Pengujian sudut diam granul Sudut diam adalah sudut yang terbentuk antara permukaan tumpukan granul dengan bidang horizontal. Sudut diam merupakan salah satu uji granul yang menunjukkan bagaimana sifat alir dari suatu granul dikatakan baik, granul yang baik bila sudut diam yang dibentuk antara tinggi puncak granul dengan dasar granul yang horisontal membentuk sudut antara 25⁰-45⁰ (Siregar dan Wikarsa, 2010). Semakin lama waktu alir maka sudut diam akan semakin besar, sehingga granul memiliki kualitas kurang baik. Semakin kecil sudut diam granul menandakan granul tersebut sferis sehingga kemampuan alirnya menjadi semakin baik. Hasil pemeriksaan sudut diam granul dapat dilihat pada Gambar 4.
Sudut Diam 31
30.43 29.86
Sudut Diam(⁰)
30
28.81
29 28
Tanpa Pelicin
28
Dengan Pelicin 27 26 FI
F II
Keterangan : F I : Granul metformin tanpa coadministration ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) F II: Granul metformin dengan coadministration ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) Gambar 4. Diagram Perbandingan Sudut Diam Tanpa Pelicin dan Dengan Pelicin pada Granul Metformin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Berdasarkan hasil pengamatan sudut diam seperti pada Gambar 3, diperoleh hasil bahwa sudut diam dari kedua formula sebelum maupun sesudah penambahan bahan pelicin sudah memenuhi standar yaitu antara 25⁰45⁰. Semakin kecil nilai sudut diam granul memiliki sifat alir yang baik sehingga granul dapat mengalir dengan baik pula. Penambahan bahan pelicin memperbaiki sifat alir granul sehingga granul mudah mengalir. Dengan penambahan bahan pelicin dapat menurunkan besarnya sudut diam yang dibentuk oleh granul. Dengan adanya sifat alir granul yang baik akan mempermudah dalam proses pembuatan tablet pada saat pencetakan yang akan mempengaruhi keseragaman bobot tablet. 4. Pengetapan Pengetapan merupakan penurunan volume sejumlah granul akibat hentakan dan sentakan. Semakin kecil indeks tap pengetapan suatu granul maka semakin baik sifat fisik massa granul begitu juga dengan kompresibilitas pada saat pencetakan menjadi tablet. Granul dengan indeks tap kurang dari 20% adalah granul yang mempunyai sifat fisik granul yang baik (Lachman dkk, 1994). Berdasarkan hasil pemeriksaan indeks pengetapan menunjukkan bahwa kedua formula memenuhi standar yang ada yaitu untuk granul yang baik adalah kurang dari 20%. Perbandingan indeks tap untuk kedua formula dapat dilihat pada Gambar 5.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Pengetapan Indeks tap (%)
8.8
8.67
8.4 8 8
7.6 FI
F II
Keterangan : F I : granul metformin tanpa coadministration ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) F II : granul metformin dengan coadministration ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) Gambar 5. Diagram Indeks Tap Granul
Pada granul dengan coadministration ekstrak daun pepaya memiliki indeks
tap
yang
lebih
kecil
dibandingkan
dengan
granul
tanpa
coadministration ekstrak daun pepaya, pada granul dengan coadministration ekstrak daun pepaya lebih banyak mengandung fines sehingga fines lebih banyak mengisi rongga rongga granul pada saat pengujian. Pada pengujian ini tidak ada perbedaan yang signifikan antara granul dengan coadministration ekstrak daun pepaya dengan granul tanpa coadministration ekstrak daun pepaya. C. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet Pemeriksaan sifat fisik tablet dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas tablet yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki dan dibandingkan dengan persyaratan Farmakope Indonesia dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
literatur lain. Pemeriksaan sifat fisik tablet meliputi pemeriksaan keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur tablet. Hasil pemeriksaan sifat fisik tablet seperti terlihat pada Tabel VI ( Data pada Lampiran 13). Tabel VI. Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet Metformin Pemeriksaan Keseragaman Bobot (mg) Kekerasan (kg) Kerapuhan (%) Waktu Hancur
Formula I 600,6 ± 9,478 (CV = 1,58%) 7,38 ± 1,332 0,48 ± 0,049 1 menit 24 detik
Formula II 603,6 ± 8,911 (CV = 1,48%) 4,24 ± 1,301 0,89 ± 0,132 45 detik
Keterangan : Formula I : tablet metformin tanpa coadministration ekstrak daun pepaya( Carica papaya L.) Formula II : tablet metformin dengan coadministration ekstrak daun pepaya( Carica papaya L.) Pemeriksaan Keseragaman Bobot perlakuan pada 20 tablet Pemeriksaan Kekerasan perlakuan pada 10 tablet Pemeriksaan Kerapuhan dilakukan sebanyak 3 kali replikasi Pemeriksaan Waktu Hancur perlakuan pada 6 tablet
1. Hasil Pemeriksaan Keseragaman Bobot Keseragaman bobot tablet merupakan parameter penting dalam suatu formulasi sediaan tablet. Sediaan tablet yang baik adalah tablet yang memiliki keseragaman bobot yang baik, sehingga kadar obat yang terkandung dalam tiaptiap tablet yang diproduksi menjadi seragam. Bobot tablet dipengaruhi oleh kecepatan aliran granul jika yang masuk ke ruang cetak semakin banyak bobot tablet juga semakin besar. Serbuk atau granul-granul dialirkan dari hopper masuk kedalam die (aliran sesuai gravitasi). Volume granul ditentukan oleh posisi punch bawah dan lempeng die. Semakin besar ukuran dan volume granul semakin besar pula bobot tablet. Pengujian keseragaman bobot tablet metformin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
dengan coadministration ekstrak daun pepaya maupun kontrol masing masing 20 tablet. Hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 6.
Keseragaman Bobot 603.6
Bobot tablet (mg)
604 603 602 601
600.6
600 599 FI
F II
Keterangan : F I : tablet metformin tanpa coadministration ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) F II : tablet metformin dengan coadministration ekstrak daun pepaya ( Carica papaya L.)
Gambar 6. Diagram Keseragaman Bobot Tablet Metformin
Hasil keseragaman bobot tablet metformin tanpa coadministrasi ekstrak diperoleh bobot rata-rata sebesar 600,6 mg sedangkan untuk tablet dengan coadministrasi ekstrak daun pepaya diperoleh rata-rata sebesar 603,6 mg. Hasil pemeriksaan keseragaman bobot tablet menunjukkan hasil yang baik dapat dilihat juga melalui CV (Coefficient of Variation) yang dihasilkan, yaitu 1,58% untuk formula I dan 1,48% untuk formula II. Tablet baik mempunyai CV kurang dari 5% (Lachman, 1986). Semakin kecil nilai dari CV maka tablet dikatakan semakin seragam. Pada saat tahap pengisian ruang kompresi granul yang masuk waktu alir yang cepat sehingga die dapat selalu terisi selama proses commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
penabletan, jumlah granul yang jatuh konstan sehingga tablet yang dihasilkan memiliki berat yang konstan pula. Menurut Farmakope Indonesia edisi III, standar dari keseragaman bobot untuk tablet yang tidak bersalut dengan berat rata-rata tablet lebih dari 300 mg mengikuti ketentuan kolom A 5% dan kolom B 10%. Maksud dari pernyataan tersebut jika tablet ditimbang satu persatu tidak boleh ada 2 tablet yang berat masing-masing bobotnya menyimpang lebih dari 5% dan tidak satupun tablet menyimpang lebih dari 10% dari bobot rata-rata tablet (Anonim, 1979). Hasil Perhitungan rentang keseragaman bobot sesuai dengan Farmakope Indonesia dapat dilihat pada Tabel VII. Tabel VII. Hasil perhitungan rentang keseragaman bobot
Formula I II
Rentang Kolom A (mg) 570,57 – 630,63 573,42 – 633,17
Kolom B (mg) 540,54 – 660,66 543,24 – 663,96
Keterangan : Kolom A : Penyimpangan 5% dari bobot rata-ratanya Kolom B : Penyimpangan 10 % dari bobot rata-ratanya Formula I : Tablet metformin tanpa coadministration ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) Formula II: Tablet metformin tanpa coadministration ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.)
Dari kedua formula tidak ada bobot yang memiliki selisih ataupun penyimpangan melebihi aturan kolom A dan kolom B yang sudah ditetapkan oleh Farmakope Indonesia, sehingga dapat dikatakan bahwa kedua formula tersebut memenuhi standar untuk keseragaman bobot.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
2. Hasil Pemeriksaan Kekerasan Tablet Uji kekerasan tablet ditetapkan untuk mengetahui keras atau tahannya suatu tablet terhadap goncangan baik pada saat transportasi ataupun pada saat penyimpanan. Kekerasan tablet dipengaruhi oleh faktor kandungan fines atau serbuk pada saat penabletan dimana serbuk mempunyai fungsi untuk mengurangi kohesi antara partikel sehingga kekerasan tablet akan tinggi. Selain itu juga kerasnya tekanan pada saat penabletan. Semakin besar tekanan semakin keras tablet yang dihasilkan. Faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah besar kecilnya tekanan pada saat penabletan yang berbanding lurus dengan kekerasan tablet. Penggunaan bahan pengikat yang tinggi juga mampu meningkatkan kekerasan tablet. Hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 7.
Kekerasan Tablet Kekerasan tablet (kg)
8
7.38
6 4.24 4 2 0 FI
F II
Keterangan : F I : tablet metformin tanpa coadministration ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) F II : tablet metformin dengan coadministrationekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) Gambar 7. Diagram Kekerasan Tablet Metformin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Dari hasil pengujian diperoleh rata-rata angka kekerasan tablet metformin tanpa tambahan ekstrak adalah 7,38 kg dan untuk tablet dengan penambahan ekstrak diperoleh rata-rata sebesar 4,24 kg kedua tablet telah memenuhi syarat yaitu tekanan minimum 4 kg (Ansel,1989). Kekerasan tablet biasanya antara 4-8 kg (Parrot, 1971). Angka kekerasan berbanding terbalik dengan kerapuhan semakin besar kekerasan maka semakin kecil angka kerapuhan atau sebaliknya. 3. Hasil Pemeriksaan Kerapuhan Tablet Kerapuhan tablet menggambarkan kekuatan tablet dalam mempertahankan bentuk terhadap goncangan mekanik. Semakin tinggi pengikat yang digunakan kerapuhan tablet akan semakin menurun dan tablet semakin keras, namun menyebabkan waktu hancur semakin lama. Kerapuhan dinyatakan dalam persentase bobot yang hilang selama pengujian, pada ketentuan yang ada tablet yang baik mempunyai nilai kerapuhan kurang dari 1 % (Lachman, 1994). Pengujian kerapuhan dilakukan dengan menggunakan alat friability tester. Hasil pemeriksaan kerapuhan tablet metformin tanpa coadministration ekstrak daun pepaya dan tablet metformin dengan coadministration ekstrak daun pepaya masing masing menggunakan 20 tablet. Hasil pengujian kerapuhan tablet metformin tanpa coadministration ekstrak daun pepaya rata-ratanya adalah 0,48 % dan untuk tablet metformin dengan coadministration ekstrak daun pepaya adalah 0,84 %. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat kerapuhan tablet metformin dengan coadministration ekstrak daun pepaya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
memiliki kerapuhan lebih besar dibandingkan dengan tablet metformin tanpa coadministration ekstrak daun pepaya. Hasil pengujian kerapuhan tablet dapat dilihat pada Gambar 8.
Kerapuhan Tablet Kerapuhan tablet (%)
1
0.84
0.8 0.6
0.48
0.4 0.2 0 FI
F II
Keterangan : F I : tablet metformin tanpa coadministration ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) F II : tablet metformin dengan coadministration ekstrak daun pepaya ( Carica papaya L.) Gambar 8. Diagram Kerapuhan Tablet Metformin
4. Hasil Pemeriksaan Waktu Hancur Tablet Waktu hancur adalah waktu yang diperlukan tablet untuk hancur menjadi partikel atau granul. Waktu hancur tablet dimaksudkan agar komponen obat yang ada dalam tablet dapat larut dan mudah diabsorbsi dalam saluran pencernaan, maka tablet harus melepaskan obatnya ke dalam cairan tubuh. Tablet semakin cepat hancur dengan bertambahnya jumlah bahan penghancur yang ditambahkan. Semakin cepat hancur semakin cepat pula tablet melarut sehingga akan mempercepat pelepasan obat ke dalam tubuh. Hasil dapat dilihat seperti Gambar 9. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Waktu Hancur Tablet waktu hancur (menit)
1.6 1.24 1.2 0.8 0.45 0.4 0 FI
F II
Keterangan : F I : tablet metformin tanpa coadministration ekstrak daun pepaya ( Carica papaya L.) F II : tablet metformin dengan coadministration ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.)
Gambar 9. Diagram Waktu Hancur Tablet Metformin
Waktu hancur tablet metformin tanpa coadministration ekstrak daun pepaya memiliki rata-rata waktu hancur 1 menit 24 detik sedangkan tablet metformin tanpa coadministration ekstrak daun pepaya memiliki waktu hancur 45 detik. Waktu hancur yang cepat dipengaruhi oleh adanya bahan penghancur yang terkandung dalam tablet. Avicel PH 102 selain digunakan sebagai pengisi juga bisa berfungsi sebagai bahan penghancur, sehingga membantu kelarutan obat. Syarat waktu hancur untuk tablet tidak bersalut yaitu kurang dari 15 menit (Anonim, 1979). Kedua formula sudah memenuhi syarat waktu hancur. Semakin cepat waktu hancur semakin cepat pula kelarutan obat sehingga mempercepat dalam absorbsi obat dalam tubuh. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
D. Pengujian Disolusi Tablet Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarutan suatu zat aktif sangat penting artinya karena ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum diserap ke dalam tubuh. Pemikiran awal dilakukannya uji hancurnya tablet didasarkan pada kenyataan bahwa tablet itu pecah menjadi lebih luas permukaanya dan akan berhubungan dengan tersedianya obat di dalam cairan tubuh. Namun sebenarnya uji hancur hanya waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di bawah kondisi yang ditetapkan dan lewatnya partikel melalui saringan. Uji ini tidak memberi jaminan bahwa partikel-partilkel tersebut akan melepas bahan obat dalam larutan dengan kecepatan yang seharusnya. Untuk itulah sebabnya uji disolusi dan ketentuan uji dikembangkan bagi hampir seluruh produk tablet sehingga dapat diketahui kadar zat aktif yang terlarut dalam tubuh. Tahapan dalam penentuan kadar sampel yaitu sebagai berikut: 1. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Penentuan panjang gelombang merupakan tahap awal dalam uji disolusi, hal ini berguna untuk menentukan kadar kandungan zat aktif. Pengukuran panjang gelombang dilakukan dengan scanning pada panjang gelombang 200-300 nm, hasil scanning yang diperoleh untuk panjang gelombang maksimum metformin adalah 232 nm. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum digunakan untuk mendapatkan nilai absorbansi maksimum, dimana dinilai absorbansi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
maksimum itulah diperoleh pada panjang gelombang maksimum. Hasil penentuan panjang gelombang maksimum dapat dilihat pada Lampiran 14. 2. Penentuan Kurva Baku Metformin Didapatkan nilai korelasi r = 0,99848, dari nilai r ini maka diperoleh persamaan y = 0,074125X + 0,1166. Kurva baku metformin dapat dilihat pada Gambar 10. 1
Absorbansi
0.8 Y= 0,074125X - 0,1166 0.6 r = 0,99848 absorbansi
0.4
Linear (absorbansi) 0.2 0 2
4
6
8
10
12
Kadar (ppm) Gambar 10. Kurva baku tablet metformin
3. Profil Disolusi Profil disolusi adalah gambaran pelepasan senyawa zat aktif dari suatu sediaan obat secara in vitro. Dalam penelitian ini membandingkan pelepasan metfromin dari dua formula tablet metformin dengan coadministration ekstrak dengan tablet metformin tanpa coadministration ekstrak dengan parameter disolusinya. Berdasarkan pemeriksaan uji disolusi diperoleh profil pelepasan obat metformin dari kedua formula. Profil disolusi kedua formula commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
digambarkan dalam suatu kurva antara waktu vs % konsentrasi yang dapat dilihat pada Gambar 11.
120
% Konsentrasi
100 80 60
FI F II
40 20 0 0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
Waktu (menit) Keterangan : FI : tablet metformin tanpa coadministration ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) FII: tablet metformin dengan coadministrastion ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.)
Gambar 11. Profil Disolusi Tablet Metformin
Titik-titik yang terdapat dalam kurva menggambarkan pelepasan metfromin pada tiap menit pengambilan sampel. Pada persyaratan British Pharmacopoeia
Tahun 1988 menyatakan bahwa tablet metformin dalam
waktu 45 menit harus melepaskan tidak kurang 70 % metformin dari yang tertera di etiket harus sudah melarut. Kedua formula sudah memenuhi persyaratan pelepasan obat. Pengambilan sampel telah diatur pada peraturan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Kepala BPOM RI Nomor 00.05.3.1818 Tahun 2005 tentang Pedoman Uji Bioekivalensi yaitu sampel diambil pada menit ke 10, 15, 30, 45, 60. Tujuan dalam pembuatan tablet coadministration yaitu diharapkan mampu meningkatkan konsentrasi metformin yang terlarut, sehingga memperoleh efek kerja obat yang lebih cepat dibandingkan dengan metformin tanpa coadministrtion ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.). Hal ini dapat digambarkan pada profil yang menunjukkan peningkatan % konsentrasi sejak dalam 10 menit pertama. Efek metformin dengan coadministation ekstrak daun pepaya memiliki puncak konsentrasi pada menit ke 15 sedangkan tanpa penambahan ekstrak pada menit ke 30, sehingga menunjukkan penambahan ekstrak daun pepaya mampu mempercepat kelarutan metformin dalam tubuh. Kandungan zat aktif daun pepaya sendiri ada berbagai macam, diantaranya papain, chymopapain, alkaloid karpaina, pseudo karpina, glikosid, karposid, monoterpen, flavonoid. Pelepasan metformin yang lebih cepat diduga dibantu oleh adanya senyawa dari ekstrak daun pepaya, namun belum bisa dipastikan senyawa mana yang berperan sebagai coadministration dalam tablet ini. Sehingga dapat dikatakan ekstrak daun pepaya bersifat memperbaiki disolusi tablet ketika diberikan secara bersamaan (coadministration). Hasil dan perhitungan uji disolusi dapat dilihat pada Lampiran 15.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
E. Analisa statistik pengujian sifat fisik dan disolusi tablet Data yang diperoleh dari masing-masing pengujian selanjutnya di analisa statistik menggunakan Kolmogorov Smirnov untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Data yang terdistribusi normal dianalisis menggunakan uji t-test independent dengan taraf kepercayaan 95%. 1. Analisa statistik uji keseragaman bobot tablet Hasil uji statistik pada keseragaman bobot tablet yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan antara keseragaman bobot antara tablet metformin tanpa coadministration ekstrak daun pepaya dengan tablet metformin dengan coadministration ekstrak daun pepaya. Data analisa statistik keseragaman bobot dapat dilihat pada Lampiran 16. 2. Analisa statistik uji kekerasan tablet Hasil uji statistik pada kekerasan tablet yaitu ada perbedaan yang signifikan
antara
kekerasan
antara
tablet
metformin
tanpa
coadministration ekstrak daun pepaya dengan tablet metformin dengan coadministration ekstrak daun pepaya. Data analisa statistik kekerasan tablet dapat dilihat pada Lampiran 17. 3. Analisa statistik uji kerapuhan tablet Hasil uji statistik pada kerapuhan tablet yaitu ada perbedaan yang signifikan kerapuhan antara tablet metformin tanpa coadministration ekstrak daun pepaya dengan tablet metformin dengan coadministration ekstrak daun pepaya. Data analisa statistik dapat dilihat pada Lampiran 18. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
4. Analisa statistik uji waktu hancur tablet Hasil uji statistik pada waktu hancur tablet yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan antara waktu hancur tablet metformin tanpa coadministration ekstrak daun pepaya dengan tablet metformin dengan coadministration ekstrak daun pepaya. Data analisa statistik waktu hancur tablet dapat dilihat pada Lampiran 19. 5. Analisa statistik uji disolusi tablet Hasil uji statistik pada disolusi tablet yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan antara konsentrasi yang terlarut antara tablet metformin tanpa coadministration ekstrak daun pepaya dengan tablet metformin dengan coadministration ekstrak daun pepaya. Data analisa statistik disolusi tablet dapat dilihat pada Lampiran 20.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan data-data statistik terhadap uji sifat fisik dan disolusi tablet adalah: 1. Ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) dapat dibuat sediaan tablet sebagai coadministration dengan metformin. 2. Penambahan ekstrak daun pepaya dalam sediaan tablet metformin meningkatkan waktu hancur, kerapuhan, dan disolusi tablet serta menurunkan kekerasan tablet. Sedangkan keseragaman bobot tidak dipengaruhi oleh penambahan ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.). 3. Penambahan ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) mampu meningkatkan disolusi metformin dalam sediaan tablet dibandingkan dengan kontrol walaupun tidak berbeda signifikan. 4. Tablet coadministration ekstrak daun pepaya dan metformin sudah memenuhi syarat uji sifat fisik maupun disolusi tablet.
B. Saran Dari kesimpulan di atas penulis menyarankan perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai: 1. Optimasi sediaan tablet coadministration ekstrak daun pepaya commitmetfomin. to user (Carica papaya L.) dengan
63
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Penelitian
tentang
senyawa
aktif
yang
berperan
dalam
coadministration ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) dengan metformin. 3. Perlu dilakukan uji praklinik/klinik sebelum sediaan diberikan ke masyarakat.
commit to user
64