perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH VARIASI BAHAN PENGIKAT PADA FORMULASI TABLET EKSTRAK HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) SECARA GRANULASI BASAH TERHADAP SIFAT FISIK TABLET
Tugas Akhir Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi
Oleh: Ayu Nuraini Oktavia
M3508013
PROGRAM D3 FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commiti to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commitiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut.
Surakarta, 30 Desember 2011
Ayu Nurraini Oktavia M 3508013
commitiiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
INTISARI Andrographis paniculata Nees merupakan salah satu tanaman obat yang banyak dibutuhkan dalam industri obat tradisional di Indonesia. Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia memasukkan tanaman ini sebagai tanaman unggulan untuk dikembangkan dalam industri obat fitofarmaka. Ekstrak herba sambiloto memiliki berbagai khasiat salah satunya sebagai hepatoprotektor. Pengujian efek hepatoprotek yang dilakukan terhadap tikus menunjukkan pada dosis 10mg/kg BB tikus terlihat adanya efek pelindung pada morfologi hati yang diinduksi parasetamol. Tujuan penelitian yaitu mengetahui pengaruh variasi bahan pengikat terhadap sifat fisik tablet ekstrak herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees). Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental dengan rancangan pola lengkap satu arah. Ekstrak herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees) diperoleh dengan penyarian metode soxhletasi. Dosis ekstrak herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees) pada formulasi tablet yaitu 112 mg/tablet. Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet adalah metode granulasi basah. Dilakukan pengujian terhadap granul yang dihasilkan meliputi susut pengeringan, waktu alir, dan sudut diam. Tablet yang dihasilkan diuji sifat fisiknya meliputi uji keseragaman bobot, uji kerapuhan, uji kekerasan, dan uji waktu hancur. Hasil yang diperoleh dianalisa dengan uji Kolmogorov-Smirnov diketahui bahwa semua data terdistribusi normal. Uji statistik dilanjutkan menggunakan ttest independent dan diperoleh bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tablet dengan bahan pengikat gelatin dan amilum manihot pada uji kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur tablet, serta tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua formula pada uji keseragaman bobot. Hasil tablet yang telah diuji menunjukkan tablet yang menggunakan pengikat amilum manihot lebih baik daripada dengan pengikat gelatin ditinjau dari sifat fisik tablet.
Kata Kunci: Ekstrak Herba Sambiloto, Bahan Pengikat, Granulasi Basah, Sifat Fisik Tablet.
commitivto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Andrographis paniculata Nees is one of the herbal medicinal plants known and used by traditional medicinal industry. Agency for Drug and Food Control has put this plant as one of the priorities in the development of phytopharmaceutical drugs. Andrographis paniculata Nees extract have various efficacy one of them as hepatoprotektor. The research on hepatoprotective effect in mice showed that the extract at doses of 10 mg/kg BW indicated that protective effect in the liver morphology of the paracetamol induced hepatotoxicity. The aim of research is to find out of the effect of variated binder materials which used in manufacturing Andrographis paniculata Nees extract tablet. This study included in the design of experimental studies with a full oneway pattern. Extract of Andrographis paniculata Nees dose on the tablet formulations were 112 mg/tablet. The methods used in manufacturing the Andrographis paniculata Nees extract tablet was wet granulation methods. The granuls was tested for it physical properties including flow rate of granuls, lost on drying and angel of repose. The test of tablet include weight uniformity, hardness, friability, and time of tablets disintegration. The result obtained analyzed by test kolmogorov smirnov found that all the data were normally distributed. Statistical tests continued by independent ttest and obtained that there was a significant difference of tablet using gelatin and amilum manihot as the binder in the test of hardness, friability, and disintegration, there was no significan difference in the tablet weight uniformity test. The results tablet has been tested show tablets that uses amilum manihot better than with .
Keywords : Andrographis paniculata Nees Extract, Binder Material, Physically Quality of Tablet.
commitvto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN MOTTO
(Kahlil Gibran)
(penulis) l terbaik yang kita lakukan hari ini akan membawa kita ke tempat (Oprah Winfrey)
(Erich Fromm) dituju, tetapi perjalanan (Ursula K. Lebvin)
commitvito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan sepenuh hati kupersembahkan Tugas Akhir ini untuk ibuku dan bapakku atas segala doa, upaya, dukungan dan limpahan kasih sayangnya selama ini,
commitviito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir deng
Pengaruh Variasi Bahan Pengikat pada Formulasi
Tablet Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) secara Granulasi Basah terhadap Sifat Fisik Tablet Penyusunan tugas akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan kelulusan Program Diploma 3 Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah banyak membantu. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada : 1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS. selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta 2. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc., Ph. D. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt. selaku Ketua Program Diploma 3 Farmasi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Nestri Handayani, M.Si., Apt. selaku pembimbing tugas akhir yang telah memberikan petunjuk dan masukan selama pembuatan tugas akhir. 5. Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt. selaku dosen penguji I, atas saran dan masukan yang diberikan.
commit viiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Anif Nur Aratanti.S.Farm.,Apt. selaku dosen penguji II, atas saran dan masukan yang diberikan. 7. Rita Rakhmawati, M.Si., Apt. Wisnu Kundarto S. Farm., Apt. selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberi masukan dan bimbingan akademik selama menjadi mahasiswa Diploma 3 Farmasi. 8. Ibunda Siti Aisyah yang telah memberikan doa, kasih, dorongan dan upayanya yg luar biasa dan Ayahanda Mulyono atas segala kasih sayang dan dukungan yang tiada henti. 9. Ketiga kakakku Mei Anasari Retno Palupi, dan Tri Wulandari yang telah mendukung dan memberikan dorongan selama ini, kakak iparku mas Wiwit, mas Didik, dan mas Teguh serta peri-peri kecilku Ditya, Kellyn, dan Bia. 10. Teman sehatiku, sahabat setiaku Ridho Jiwandono atas dukungan dan semangat selama pembuatan tugas akhir ini dan juga sebelumnya, terimakasih. 11. Teman-teman terdekatku, saudara-saudaraku di farmasi Agnes, Devinta, Octavina, Desy, Isnaini, Fathimah, Ruth, Risky, Ria, Ayu Wulan yang telah menjalani kebersamaan dengan penuh suka duka dan dukungan, semoga selamanya kita dapat saling berbagi. 12. Mbak Siti, mbak Indah dan Heru yang sangat murah hati memberikan bantuan dan tenaga selama proses penelitian di Laboratorium. 13. Teman-teman dekatku (Karin, Serry, Ira), teman-teman kost (Oci, Okti, Vivi, kakak tina) yang turut mendukungku selama ini. 14. Semua mahasiswa Diploma 3 Farmasi 2008 yang telah berbagi suka dan duka serta pengalaman selama pembuatan tugas akhir.
commitixto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak karena penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan tugas akhir ini masih banyak kesalahan dan kekurangannya. Akhir kata semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Surakarta, Desember 2011
Penulis
commitxto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................
iii
INTISARI .......................................................................................................
iv
ABSTRACT .....................................................................................................
v
HALAMAN MOTTO ....................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................
vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. BAB I
BAB II
xix
PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................
1
B. Perumusan Masalah ....................................................................
3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ......................................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................
5
A. Tanaman Herba Sambiloto .........................................................
5
1. Klasifikasi Tanaman ...............................................................
5
2. Morfologi Tanaman ................................................................
5
commitxito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Kandungan Kimia ...................................................................
6
4. Kegunaan ................................................................................
7
B. Simplisia .....................................................................................
7
C. Tinjauan Ekstrak .........................................................................
8
1. Pengertian Ekstrak ..................................................................
8
2. Cairan Penyari.........................................................................
9
3. Metode Pembuatan Ekstrak ....................................................
9
a. Maserasi..............................................................................
9
b. Perkolasi .............................................................................
10
c. Soxhletasi ...........................................................................
10
D. Tablet
....................................................................................
11
1. Pengertian Tablet ....................................................................
11
2. Macam-macam Tablet ............................................................
12
3. Metode Pembuatan Tablet ......................................................
12
a. Metode Granulasi Basah ....................................................
12
b. Metode Granulasi Kering ...................................................
13
c. Metode Kempa Langsung ..................................................
13
4. Bahan Tambahan dalam Pembuatan Tablet............................
14
a. Bahan Pengisi .....................................................................
14
b. Bahan Pengikat...................................................................
14
c. Bahan Penghancur ..............................................................
15
d. Bahan Pelicin .....................................................................
15
5. Masalah dalam Pembuatan Tablet ..........................................
15
commitxiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Capping dan Lamination ....................................................
16
b. Picking dan Sticking ...........................................................
16
c. Mottling ..............................................................................
16
E. Pemeriksaan Sifat Fisik Granul ...................................................
16
1. Susut Pengeringan...................................................................
16
2. Waktu Alir ..............................................................................
17
3. Sudut Diam .............................................................................
17
F. Pemeriksaan Kualitas Tablet .......................................................
17
1. Keseragaman Bobot Tablet .....................................................
17
2. Kekerasan Tablet ....................................................................
18
3. Kerapuhan Tablet ....................................................................
18
4. Waktu Hancur Tablet ..............................................................
18
G. Pemerian Bahan yang Digunakan ...............................................
19
1. Laktosa (Bahan Pengisi) .........................................................
19
2. Gelatin (Bahan Pengikat) ........................................................
19
3. Amilum Manihot (Bahan Pengikat) ........................................
19
4. Eksplotab (Bahan Penghancur) ...............................................
20
5. Mg Stearat (Bahan Pelicin) .....................................................
20
6. Talk (Bahan Pelicin) ...............................................................
20
7. Aquadestilata ..........................................................................
21
H. Kerangka Pemikiran ...................................................................
21
I. Hipotesis ....................................................................................
22
BAB III METODE PENELITIAN ..............................................................
23
commit xiiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A. Rancangan Penelitian..................................................................
23
B. Alat dan Bahan ............................................................................
23
1. Alat..........................................................................................
23
2. Bahan ......................................................................................
23
C. Waktu dan Tempat ......................................................................
24
D. Metode Penelitian dan Cara Kerja ..............................................
24
1. Metode Penelitian ...................................................................
24
a. Variabel Bebas ...................................................................
24
b. Variabel Tergantung...........................................................
24
c. Variabel Kendali.................................................................
24
2. Cara Kerja ...............................................................................
24
a. Pengambilan Sampel ..........................................................
24
b. Determinasi Tanaman ........................................................
25
c. Preparasi Sampel ................................................................
25
d. Pembuatan Ekstrak .............................................................
25
e. Standarisasi Ekstrak ...........................................................
25
1) Pemeriksaan Organoleptis.............................................
26
2) Uji Daya Lekat ..............................................................
26
f. Rancangan Formulasi Tablet ..............................................
26
g. Pembuatan Granul dengan Metode Granulasi Basah .........
27
h. Pemeriksaan Granul ...........................................................
28
1) Susut Pengeringan .........................................................
28
2) Waktu Alir.....................................................................
28
commit xivto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Sudut Diam ...................................................................
29
i. Pembuatan Tablet...............................................................
29
j. Pemeriksaaan Tablet ..........................................................
29
1) Keseragaman Bobot ......................................................
29
2) Kekerasan Tablet...........................................................
30
3) Kerapuhan Tablet ..........................................................
31
4) Waktu Hancur Tablet ....................................................
31
E. Pengumpulan dan Analisis Statistik Data ...................................
31
1. Pengumpulan Data ..................................................................
31
2. Analisis Statistik Data .............................................................
32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................
33
A. Determinasi Tanaman Herba Sambiloto ....................................
33
B. Pembuatan Simplisia Kering Herba Sambiloto ..........................
33
C. Pembuatan Ekstrak Herba Sambiloto .........................................
33
D. Hasil Pemeriksaan Ekstrak Herba Sambiloto .............................
34
1. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Ekstrak ................................
34
2. Hasil Pemeriksaan Uji Daya Lekat Ekstrak ............................
35
E. Pembuatan Granul .......................................................................
35
F. Pemeriksaan Sifat Fisik Granul ...................................................
35
1. Susut Pengeringan...................................................................
36
2. Waktu Alir ..............................................................................
37
3. Sudut Diam .............................................................................
39
G. Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet ...................................................
40
commitxvto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Keseragaman Bobot Tablet .....................................................
40
2. Kekerasan Tablet ....................................................................
42
3. Kerapuhan Tablet ....................................................................
43
4. Waktu Hancur Tablet ..............................................................
44
PENUTUP .......................................................................................
46
A. Kesimpulan .................................................................................
46
B. Saran ...........................................................................................
46
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
47
LAMPIRAN ....................................................................................................
50
BAB V
commit xvito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Formula Tablet Ekstrak Herba Sambiloto ................................
27
Tabel II.
Penyimpangan Bobot Rata-rata Tablet .....................................
30
Tabel III.
Hasil Pemeriksaan Organoleptis Ekstrak .................................
34
Tabel IV.
Hasil Uji Daya Lekat Ekstrak ...................................................
35
Tabel V.
Hasil Pemeriksaan Susut Pengeringan Granul .........................
36
Tabel VI.
Hasil Pemeriksaan Waktu Alir Granul .....................................
38
Tabel VII.
Hasil Pemeriksaan Sudut Diam Granul ....................................
39
Tabel VIII.
Hasil Pemeriksaan Keseragaman Bobot Tablet .......................
41
Tabel IX.
Hasil Pemeriksaan Kekerasan Tablet .......................................
43
Tabel X.
Hasil Pemeriksaan Kerapuhan Tablet ......................................
44
Tabel XI.
Hasil Pemeriksaan Waktu Hancur Tablet.................................
45
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Tanaman Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) ..
commit to user xviii
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Surat Keterangan Determinasi Herba Sambiloto .....................
50
Lampiran 2.
Diagram Alir Cara Kerja ..........................................................
51
Lampiran 3.
Perhitungan Rendemen Ekstrak Herba Sambiloto ...................
52
Lampiran 4.
Perhitungan Penggunaan Bahan Pengikat ................................
53
Lampiran 5.
Perhitungan LOD......................................................................
54
Lampiran 6.
Perhitungan MC........................................................................
55
Lampiran 7.
Perhitungan Sudut Diam...........................................................
56
Lampiran 8.
Perhitungan CV ........................................................................
57
Lampiran 9.
Perhitungan Kerapuhan Tablet .................................................
58
Lampiran 10. Perhitungan Keseragaman Bobot .............................................
59
Lampiran 11. Hasil Uji Statistik Terhadap Keseragaman Bobot Tablet.........
60
Lampiran 12. Hasil Uji Statistik Terhadap Kekerasan Tablet .........................
62
Lampiran 13. Hasil Uji Statistik Terhadap Waktu Hancur Tablet ...................
64
Lampiran 14. Hasil Uji Statistik Terhadap Kerapuhan Tablet .........................
66
Lampiran 15. Gambar Tablet ...........................................................................
68
Lampiran 16. Perhitungan Bahan .....................................................................
69
commit xixto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Obat tradisional sejak dulu memainkan peranan yang penting dalam menjaga kesehatan, mempertahankan stamina, dan mengobati penyakit, oleh karena itu obat tradisional masih berakar kuat dalam kehidupan masyarakat hingga kini. Tumbuhan yang berkhasiat obat banyak sekali di sekitar kita, ada yang berupa bumbu dapur, tanaman buah, tanaman hias dan tanaman sayur, selain itu juga ada yang tanaman liar yang tumbuh di sembarang tempat tanpa ada yang memperhatikan (Muhlisah, 1995). Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) merupakan salah satu tanaman obat herbal yang banyak dibutuhkan dalam industri obat tradisional di Indonesia. Cukup banyak klaim yang menunjukkan manfaat sambiloto dalam pengobatan tradisional, seperti untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap infeksi kuman, anti diare, gangguan lever, dan anti bakteri. Oleh karena itu Badan POM memasukkan tanaman ini sebagai tanaman unggulan untuk dikembangkan dalam industri obat fitofarmaka (Kemala et al., 2004). Herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees) adalah satu dari tanaman obat yang terdapat hampir di seluruh daerah Indonesia. Andrographis paniculata
Acanthaceae yang telah digunakan selama beberapa abad di Asia untuk mengobati beberapa penyakit (Kloppenburg, 1988). Diketahui herba sambiloto memiliki
commit1to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
banyak efek farmakologi untuk berbagai penyakit (Niranjan, 2010). Telah dilakukan penelitian pemberian ekstrak herba sambiloto dosis tertentu menunjukkan efek antidiabetik (Umamaheswari, 2007). Pada penelitian yang lain pemberian ekstrak metanol dari sambiloto pada dosis 7,2 mg/kg BB tikus memberikan efek anti-bisa ular (Meenatchisundaram et al, 2009). Ekstrak sambiloto pada dosis tertentu juga mempunyai efek antimalaria (Zein, 2009). Selain itu pemberian ekstrak etanol pada dosis tertentu menunjukkan adanya efek inhibisi radang (Evacuasiany dan Endang, 2000). Pemberian ekstrak metanol tanaman herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees) pada dosis oral 10 mg/kg dan 100 mg/kg pada hewan uji tikus menunjukkan efek pelindung pada hati (Sutha et al, 2010). Yang digunakan sebagai dasar dari penelitian ini adalah efek hepatoprotektor dari ekstrak herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees), untuk memudahkan pengkonsumsian ekstrak herba sambiloto sebagai hepatoprotektor ini maka dibuat dalam bentuk sediaan tablet. Salah satu bahan tambahan yang penting dalam pembuatan tablet adalah bahan pengikat. Bahan pengikat ini dimaksudkan untuk memberikan kekompakan dan daya tahan tablet, sehingga bahan pengikat menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam sebuah butir granulat (Voigt, 1984). Di dalam penelitian ini menggunakan bahan pengikat gelatin dan mucilago amili. Gelatin merupakan bahan pengikat yang biasa digunakan dalam formulasi tablet karena secara komersial lebih ekonomis dan tidak bereaksi dengan hampir semua obat. Gelatin merupakan suatu protein alam, kadang-kadang digunakan bersama dengan gom arab. Gelatin lebih konsisten daripada gom arab, lebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
mudah dipersiapkan dalam bentuk larutan, dan tablet yang terbentuk dari bahan pengikat gelatin kekerasannya sama dengan tablet yang terbentuk dari bahan pengikat gom arab (Banker dan Anderson, 1986). Penggunaan gelatin sebagai bahan pengikat antara 2-10% larutan air (Siregar dan Wikarsa, 2010). Pasta kanji merupakan bahan pembuatan granul yang banyak dipakai. Dibuat dengan mendispersikan kanji kedalam air, kemudian dipanas selama beberapa waktu tertentu. Pada pemanasan kanji mengalami hidrolisis menjadi dekstrin dan glukosa. Pasta yang bening cenderung lebih baik dari pada larutan yang jernih (menunjukan telah terjadi perubahan yang sempurna menjadi glukosa) dan menghasilkan kohesi tablet yang dapat segera hancur bila diformulasi dengan baik (Banker and Anderson, 1986). Pati yang digunakan sebagai bahan pengikat adalah musilago amili (5-10)% (Siregar dan Wikarsa, 2010). Berdasar uraian di atas perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh variasi bahan pengikat pada formulasi tablet herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees) sebagai hepatoprotektor secara granulasi basah terhadap sifat fisik tablet.
B. Perumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh variasi bahan pengikat pada pembuatan tablet ekstrak herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees) terhadap sifat fisik granul dan tablet ekstrak herba sambiloto? 2. Formula dengan bahan pengikat manakah yang lebih baik dalam pembuatan tablet ekstrak herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees) ditinjau dari sifat fisik tablet?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
C. Tujuan Penelitian Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi bahan pengikat pada pembuatan tablet ekstrak herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees) terhadap sifat fisik granul dan tablet ekstrak herba sambiloto.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan pemanfaatan tanaman herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees) yang berfungsi sebagai hepatoprotektor dengan membuat dalam bentuk sediaan tablet. 2. Mengetahui formulasi tablet ekstrak herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees) yang memenuhi persyaratan, mengetahui pengaruh variasi bahan pengikat terhadap sifat fisik tablet ekstrak herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees). 3. Untuk mengetahui formulasi tablet ekstrak herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees) yang baik dengan variasi bahan pengikat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
1.
2.
Tanaman Herba Sambiloto
Klasifikasi Tanaman Kingdom
: Plantae
Sup Divisi
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Scrophulariales
Family
: Acanthaceae
Genus
: Andrographis
Spesies
: Andrographis paniculata Nees (Anonim, 2000b).
Morfologi Tanaman Herba sambiloto
terdiri atas bagian tanaman tersebut yang telah
dikeringkan dari tanaman Andrographis paniculata Nees, suku Acanthaceae. commit5to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
Baunya khas dan rasanya pahit. Batang tidak berambut, tebal 2-6 mm, jelas persegi empat, batang bagian atas sering kali dengan sudut agak berusuk. Daun bersilang berhadapan, umumnya terlepas dari batang, bentuk lanset sampai bentuk lidah tombak, panjang 2-7 cm, lebar 1-3 cm, rapuh, tipis, tidak berambut, pangkal daun runcing, ujung meruncing, tepi daun rata. Permukaan atas berwarna hijau tua atau hijau kecoklatan, permukaan bawah berwarna hijau pucat. Tangkai daun pendek. Kelopak bunga terdiri dari 5 helai daun kelopak, panjang 2 cm dan lebar 4 cm. permukaan luar kulit buah berwarna hijau tua sampai hijau kecoklatan, permukaan dalam berwarna putih atau putih kelabu. Biji agak keras, panjang 1,5-3 mm, lebar lebih kurang 2mm, permukaan luar berwarna coklat muda bertonjol-tonjol (Mukhlisah, 2002). 3.
Kandungan Kimia Daun Andrographis paniculata Nees (sambiloto) mengandung: saponin, flavanoida, dan tanin. Kandungan kimia daun dan cabang sambiloto: diterpene lakton yang terdiri dari: deoxy andrographolide, andrographolide (zat pahit), neoandrographolide, 14-deoxy-11,12didehydroandrographolide, dan
homoandrographolide.
Flavonoid
dari
akar
mengandung:
polymethoxyflavone, andrograpin, panicolin, mono-0-methylwithin, apigenin7, 4-dimethyl ether, alkane, ketone, aldehyde, kalium, kalsium, natrium, asam kersik, dan damar. Kandungan lainnya yaitu: andrographolida < 1%, kalmegin (zat amorf), dan hablur kuning (yang memiliki rasa pahit). Senyawa aktif utama yang berperan sebagai hepatoprotektor adalah 'andrografolida' atau diterpen lakton (Sutha et al, 2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
4. Kegunaan Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) merupakan salah satu tanaman obat herbal yang banyak dibutuhkan dalam industri obat tradisional di Indonesia. Cukup banyak klaim yang menunjukkan manfaat sambiloto dalam pengobatan tradisional, seperti untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap infeksi kuman, anti diare, gangguan lever, dan anti bakteri. Oleh karena itu Badan POM memasukkan tanaman ini sebagai tanaman unggulan untuk dikembangkan dalam industri obat fitofarmaka. Dalam industri obat tradisional Indonesia, sambiloto dimanfaatkan untuk berbagai produk, seperti jamu anti inflamasi, obat penurun tekanan darah, dan sebagainya (Kemala, 2004).
B. Simplisia
adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelican (mineral). Simplisia (untuk selnjutnya dalam naskah ini berarti simplisia nabati) secara umum merupakan produk hasil pert nian tumbuhan obat setelah melalui proses pasca panen dan proses preparasi secara sederhana menjadi bentuk produk kefarmasian yang siap dipakai atau siap diproses selanjutnya, yaitu : 1.
Siap dipakai dalam serbuk halus untuk diseduh sebelum diminum (jamu).
2.
Siap dipakai untuk dicacah dan digodok sebagai jamu godokan (infuse).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
3.
Diproses selanjutnya untuk dijadikan produk sediaan farmasi lain yang umumnya melalui proses ekstraksi, separasi dan pemurnian, yaitu menjadi ekstrak, fraksi atau bahan isolate senyawa murni (Anonim, 2000a).
C. Tinjauan Ekstrak 1.
Pengertian Ekstrak Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan cara mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 1995b). Atas dasar sifatnya, ekstrak dapat dikelompokkan menjadi : a. Ekstrak encer (ekstractum tenue) Memiliki konsistensi seperti madu dan dapat dituang. b. Ekstrak kental (ekstractum spissum) Dalam keadaan dingin liat dan tidak dapat dituang. Kandungan airnya mencapai 30%. c. Ekstrak kering (ekstractum siccum) Kandungan airnya tidak lebih dari 5%. d. Ekstrak cair (ekstractum liquidum) Dalam hal ini diartikan sebagai ekstrak cair yang dibuat sedemikian rupa sehingga satu bagian simplisia sesuai dengan dua bagian (kadangkadang satu bagian) ekstrak cair (Voigt, 1984).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
2.
Cairan Penyari Kriteria cairan penyari yang baik haruslah memenuhi syarat antara lain: murah dan mudah didapat, stabil secara kimia dan físika, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, juga selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat (Anonim, 1986). Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan obat dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna (Ansel, 1989). Cairan penyari yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 96% karena etanol 96% sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal, dimana bahan pengotor hanya dalam skala kecil yang harus dalam cairan pengekstraksi. Campuran etanol dengan air (hidroalkohol) lebih disukai untuk membuat sediaan farmasetika (Voight, 1984). Pelarut alkohol air pada umumnya mempu memberikan perlindungan dari kontaminasi mikroba dikarenakan alkohol sendiri dapat berfungsi sebagai pengawet (Anonim,1986).
3.
Metode Pembuatan Ekstrak Metode pembuatan ekstrak yang umum digunakan adalah maserasi, perkolasi, dan soxhletasi (Ansel, 1989). a. Maserasi Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. Sepuluh bagian simplisia dengan derajat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
halus yang cocok dimasukkan ke dalam bejana, lalu dituangi 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari sari diserkai, ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya, diaduk dan diserkai, sampai diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Setelah itu, sari dipekatkan dengan cara diuapkan pada tekanan rendah dan suhu 50°C hingga konsentrasi yang dikehendaki (Anonim, 1986). b. Perkolasi Perkolasi merupakan proses penyarian serbuk simplisia dengan pelarut yang cocok dengan cara melewatkan perlahan-lahan melewati suatu kolom. Serbuk simplisia dimampatkan dalam alat ekstraksi yang disebut perkolator. Mengalirnya cairan penyari dalam perkolasi ini melalui kolom dari atas ke bawah melalui celah untuk ditarik keluar oleh gaya berat seberat cairan dalam kolom (Ansel, 1989). c. Soxhletasi Soxhletasi dilakukan dengan memasukkan bahan yang akan disari ke dalam kantung ekstraksi (kertas, karton) di dalam sebuah alat ekstraksi dari gelas yang berada diantara labu suling dan suatu pendingin air balik dan dihubungkan melalui pipet. Labu tersebut berisi cairan pelarut yang mudah menguap dan bila dipanaskan akan menguap mencapai ke dalam pendingin balik melalui pipa pipet, pelarut ini berkondensasi di dalamnya dan menetes ke serbuk yang disari. Larutan berkumpul di dalam wadah gelas dan setelah mencapai tinggi maksimum secara otomatis ditarik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
dalam labu, dengan demikian zat yang tersari tertimbun di dalam labu tersebut (Voigt, 1984). Dalam penelitian ini penyarian serbuk herba sambiloto
(Andrographis
paniculata
Nees)
diekstraksi
dengan
menggunakan metode soxhletasi dengan etanol 96% sebagai pelarut selama 3 hari (Sutha et al, 2010).
D. Tablet 1.
Pengertian Tablet Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Anonim,1979). Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau menggunakan cetakan baja. Tablet dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan (Anonim, 1995a). Bentuk sediaan tablet mempunyai keuntungan, diantaranya : a. Ketepatan dosis b. Praktis dalam penyajian c. Biaya produksi yang murah d. Mudah dikemas e. Tahan penyimpanan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
f. Mudah dibawa g. Bentuk yang memikat (Banker dan Anderson, 1986). 2.
Macam-macam Tablet Macam-macam tablet berdasarkan bentuk sediannya dibagi menjadi : a. Tablet Oral b. Tablet Hisap c. Tablet Bukal (Voigt, 1994).
3.
Metode Pembuatan Tablet Secara umum metode pembuatan tablet dapat dilakukan dengan 3 metode yaitu granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung. a. Metode Granulasi Basah Metode granulasi basah merupakan metode yang paling sering digunakan dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode granulasi basah dibagi menjadi penimbangan dan pencampuran bahan
bahan,
pembuatan granulasi basah, pengayakan adonan lembab menjadi granul, pengeringan, pengayakan kering, pencampuran bahan pelincir, dan pembuatan tablet menjadi kompresi (Ansel, 1989). Keuntungan granulasi basah antara lain: 1) zat aktif yang larut air dalam dosis kecil, maka distribusi dan keseragaman zat aktif akan lebih baik kalau dicampurkan dengan larutan bahan pengikat, 2) zat aktif yang kompaktibilitasnya rendah dalam dosis yang tinggi harus dibuat dengan metode granulasi basah, karena jika digunakan metode cetak langsung
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
memerlukan banyak eksipien sehingga berat tablet terlalu besar, 3) meningkatkan kohesifitas dan kompaktibilitas serbuk, 4) zat-zat yang bersifat hidrofob, sistem granulasi basah dapat memperbaiki kecepatan pelarutan zat aktif dengan perantara cairan pelarut yang cocok pada bahan pengikat, 5) sistem granulasi basah dapat mencegah segregasi komponen penyusun tablet yang telah homogen sebelum proses pencampuran (Sheth, 1980). Dalam penelitian ini pembuatan tablet menggunakan metode granulasi basah. b. Metode Granulasi Kering Metode granulasi kering, granul dibentuk oleh pelembaban atau penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya besar dari campuran serbuk, dan setelah itu memecahkannya dan menjadikan pecahanpecahan ke dalam granul yang lebih kecil. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena
kepekaannya
terhadap
uap
air
atau
karena
untuk
mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan (Ansel, 1989). c.
Metode Kempa Langsung Metode cetak langsung ini digunakan untuk bahan-bahan yang memiliki sifat mudah mengalir sebagaimana juga sifat-sifat kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam mesin tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering (Ansel, 1989).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
4.
Bahan Tambahan dalam Pembuatan Tablet Pada dasarnya bahan tambahan harus bersifat netral, tidak berbau, tidak berasa dan sedapat mungkin tidak berwarna (Voigt,1984). Untuk pembuatan tablet diperlukan zat tambahan berupa : a. Bahan Pengisi Bahan pengisi diperlukan untuk memungkinkan suatu pencetakan sehingga menjamin tablet mamiliki ukuran atau massa yang dibutuhkan (Voigt,1984). Bahan pengisi harus memenuhi persyaratan: 1) Non toksik 2) Tersedia dalam jumlah yang cukup 3) Harga cukup murah 4) Inert atau netral secara fisiologis 5) Stabil secara fisik dan kimia, baik dalam kombinasi dengan berbagai obat atau komponen tablet lain. 6) Bebas dari mikroba Bahan pengisi yang biasa digunakan antara lain: laktosa, sukrosa, amilum, kaolin, kalsium karbonat, dekstrosa, manitol, sorbitol, sellulosa, dan bahan lain yang cocok (Banker dan Anderson, 1986). b. Bahan Pengikat (binder) Bahan ini untuk memberikan kekompakan, daya tahan tablet dan menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam sebuah butir granulat (Voigt, 1984). Jika bahan pengikat dalam formulasi terlalu sedikit akan dihasilkan granul yang mudah rapuh. Bahan pengikat yang biasa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
digunakan antara lain gula, jenis pati, gelatin, turunan selulosa, gom arab dan tragakan (Voigt, 1984). c. Bahan Penghancur Zat penghancur ditambahkan guna memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet ketika kontak dengan cairan saluran pernafasan. Dapat juga berfungsi menarik air ke dalam tablet, mengembang dan menyebabkan tablet pecah menjadi bagian-bagiannya. Fragmen-fragmen tablet itu mungkin sangat menentukan kelarutan selanjutnya dari obat dan tercapainya bioavailabilitas yang diharapkan (Banker dan Anderson, 1986). Bahan penghancur yang dapat digunakan adalah pati dan selulosa yang termodifikasi secara kimia, asam alginat, selulosa mikrokristal, dan povidon (Anonim, 1995). d. Bahan Pelicin Bahan pelicin berfungsi sebagai bahan pengatur aliran, dan bahan pemisah hasil cetakan (Voigt, 1984). Pada umumnya bahan pelicin bersifat hidrofobik sehingga cenderung menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet, oleh karena itu kadar lubricant yang berlebihan harus dihindari (Anonim,1995). Bahan pelicin yang biasa digunakan antara lain talk, magnesium stearat, aluminium stearat, dan pati (Voigt, 1984 ). 5.
Masalah dalam Pembuatan Tablet Pada
pembuatan
tablet
sering
timbul
masalah-masalah
yang
menyebabkan tablet yang dihasilkan tidak memenuhi persyaratan kualitas, menurut Gunsel and Kanig (1976) masalah-masalah tersebut antara lain :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
a. Capping dan Lamination Capping adalah keadaan yang menggambarkan bagian atas atau bawah tablet terpisah sebagian atau seluruhnya. Lamination adalah keadaan tablet terbelah menjadi dua lapis atau lebih. Keadaan ini disebabkan oleh adanya udara yang ikut dikempa. b. Picking dan sticking Picking adalah keadaan yang menggambarkan sebagian permukaan tablet menempel pada permukaan punch. Sticking adalah adanya granul yang melekat pada die atau permukaan punch. c. Mottling Mottling adalah terjadinya warna yang tidak merata pada permukaan tablet, disebabkan perbedaan obat atau hasil uraiannya dengan bahan tambahan, juga karena terjadinya migrasi obat selama pengeringan atau adanya bahan tambahan berupa larutan berwarna yang tidak terbagi merata.
E. Pemeriksaan Sifat Fisik Granul 1. Susut Pengeringan Susut pengeringan adalah jumlah antara berat basah dan berat kering granul setelah mengalami proses pengeringan. Dengan persyaratan bobot tetap yang tertera pada penetapan susut pengeringan dimaksudkan bahwa dua kali penimbangan berturut-turut berbeda tidak lebih dari 0,5 mg tiap gram sisa yang ditimbang. Penimbangan dilakukan setelah zat dikeringkan langsung selama 1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
jam. Dengan pernyataan bobot yang dapat diabaikan, dimaksudkan bobot yang tidak lebih dari 0,5 mg (Anonim, 1979). 2. Waktu Alir Waktu alir merupakan waktu yang diperlukan bila sejumlah granul dituangkan pada suatu alat kemudian dialirkan. Mudah atau tidaknya aliran granul dipengaruhi oleh bentuk granul, bobot jenis, keadaan permukaan dan kelembabannya. Kecepatan aliran granul sangat penting karena berpengaruh pada keseragaman bobot tablet. Apabila 100 gram serbuk mempunyai waktu alir lebih dari 10 detik, akan mengalami kesulitan pada saat penabletan (Voigt, 1994). 3. Sudut Diam Sudut diam merupakan sudut maksimal yang mungkin terjadi antara permukaan suatu tumpukan serbuk dan bidang horizontal. Bila sudut diam lebih kecil dari 30° menunjukkan bahwa bahan dapat mengalir bebas, bila sudutnya lebih besar atau sama dengan 40° biasanya mengalirnya kurang baik (Banker and Anderson, 1994).
F. Pemeriksaan Kualitas Tablet 1.
Keseragaman Bobot Tablet Ditimbang 20 tablet satu persatu, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom B (Anonim, 1979). 2.
Kekerasan Tablet Kekerasan
tablet
merupakan
parameter
yang
menggambarkan
ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti guncangan dan terjadinya keretakan tablet selama pengemasan dan transportasi. Kekerasan tablet biasanya antara 4-8 kg (Parrott, 1971). Alat yang biasa digunakan adalah hardness tester (Monsanto Stokes) dan hardness tester (Strong Cobb) (Banker and Anderson, 1986). 3.
Kerapuhan Tablet Kerapuhan dinyatakan sebagai massa seluruh partikel yang dilepaskan dari tablet akibat adanya beban penguji mekanik. Kerapuhan dinyatakan dalam persen yang mengacu pada massa tablet awal sebelum pengujian dilakukan (Voigt, 1984). Sifat tablet yang berhubungan dengan kerapuhan diukur dengan menggunakan friability tester. Nilai kerapuhan lebih besar dari 1% dianggap kurang baik (Banker and Anderson, 1986).
4.
Waktu Hancur Tablet Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan untuk hancurnya tablet dalam medium yang sesuai sehingga tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas kasa alat penguji. Waktu hancur tablet dipengaruhi oleh sifat granul dan kekerasan tablet, kecuali dinyatakan lain waktu hancur tablet tidak boleh lebih dari 15 menit (Anonim, 1979).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
G. Pemerian Bahan yang Digunakan 1.
Laktosa (bahan Pengisi) Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu dalam bentuk anhidrat atau mengandung satu molekul air hidrat. Pemerian berupa serbuk hablur, keras, putih, atau putih krem, tidak berbau, rasa sedikit manis, stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau. Laktosa mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan eter (Anonim, 1995a).
2.
Gelatin (Bahan Pengikat) Gelatin adalah suatu zat yang diperoleh dari hidrolisa parsial kolagen dari kulit, jaringan ikat putih dan tulang hewan. Gelatin yang berasal dari prekursor yang diasamkan dikenal sebagai Tipe A dan yang berasal dari prekursor yang dibasakan dikenal sebagai Tipe B. Gelatin yang digunakan dalam pembuatan kapsul atau untuk penyalut tablet dapat diwarnai dengan pewarna yang diijinkan, dapat mengandung sulfur dioksida tidak lebih dari 0,15% dan dapat mengandung lauril sulfat dengan kadar yang sesuai serta zat antimikroba yang sesuai(Anonim, 1995a). Pemerian berupa lembaran, kepingan, serbuk, atau butiran, tidak berwarna atau kekuningan pucat, bau dan rasa lemah (Anonim, 1979). Penggunaan gelatin sebagai bahan pengikat antara 2-10% larutan air (Siregar dan Wikarsa, 2010).
3.
Amylum Manihot (Bahan Pengikat) Pati singkong adalah pati yang diperoleh dari umbi akar Manihot utilissima Pohl atau beberapa spesies Manihot lain. Pemerian berupa serbuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
halus, kadang-kadang berupa gumpalan kecil, putih, tidak berbau, tidak berasa (Anonim, 1979). Pati yang digunakan sebagai bahan pengikat adalah musilago amili (5-10)% (Siregar dan Wikarsa, 2010). 4.
Explotab (bahan Penghancur) Explotab disebut juga Sodium Starch Glycolate atau primagel merupakan garam sodium karboksil, mengandungtidak kurang dari 2,8% dan lebih dari 4,2% sodium (Na) dihitung terhadap zat yang dikeringkan. Hampir secara umum Explotab digunakan sebagai bahan penghancur yang efisien dengan tidak kehilangan keefektifannya dari waktu ke waktu khususnya berguna untuk tablet yang sukar larut (Anonim, 1979).
5.
Mg stearat (Bahan Pelicin) Magnesium stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran asam-asam organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari magnesium stearat dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan. Mengandung setara dengan tidak kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari 8,3% MgO. Pemerian berupa serbuk halus, putih dan voluminus, bau lemah khas, mudah melekat di kulit, dan bebas dari butiran (Anonim, 1995a).
6.
Talk Talk
adalah magnesium
silikat
hidrat
alam,
kadang-kadang
mengandung sedikit alumunium silikat. Pemerian serbuk sangat halus, putih atau putih kelabu. Berkilat, mudah melekat pada kulit dan
bebas dari
butiran. Tidak larut dalam hampir semua pelarut. Penyimpanan
dalam
wadah tertutup baik. Digunakan sebagai zat.tambahan (Anonim, 1995a).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
7.
Aquadestilata Aquadestilata atau air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. Pemerian berupa cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa (Anonim, 1979).
H. Kerangka Pemikiran Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) merupakan salah satu tanaman obat yang banyak digunakan di Indonesia. Mengandung saponin, flavanoida, dan tanin. Tanaman ini memiliki beberapa khasiat, diantaranya adalah sebagai hepatoprotektor. Pembuatan tablet ini dimaksudkan agar mendapatkan bentuk sediaan yang lebih praktis dan lebih efektif untuk dikonsumsi dibandingkan dalam bentuk simplisia. Untuk mendapatkan tablet yang baik dan memenuhi persyaratan, diperlukan bahan tambahan, salah satunya berupa bahan pengikat. Mekanisme dalam proses pengikatan dimulai dengan pembentukan jembatan kristalin oleh pengikat selama pengeringan, struktur tersebut dibentuk dengan pengerasan pengikat pada saat pengeringan. Penghancuran dan pengikatan partikel-partikel terjadi selama proses pengeringan. Bahan pengikat yang digunakan dalam tablet ini adalah gelatin dan mucilago amili. Konsentrasi bahan pengikat gelatin dan amilum amnihot yang digunakan masing-masing yaitu 5% dan 8 %. Penggunaan gelatin sebagai bahan pengikat antara 2-10% larutan air, penggunaan pati sebagai bahan pengikat adalah musilago amili (5-10)%. Berdasarkan beberapa penelitian pembuatan tablet dengan bahan utama ekstrak tanaman menggunakan amilum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
manihot sebagai bahan pengikat pada formulasi tablet dan menghasilkan tablet yang baik sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Gelatin banyak digunakan sebagai bahan pengikat karena mempunyai beberapa sifat yang menguntungkan diantaranya adalah gelatin lebih konsisiten daripada akasia dan tragakan, lebih mudah dipersiapkan dalam bentuk larutan dan tablet yang terbentuk kerasnya sama dengan bila memakai akasia atau tragakan. Amilum manihot merupakan pengikat serbaguna untuk menghasilkan tablet yang terdisintegrasi cepat dan granulasi hanya dibuat dengan menggunakan amilum manihot sebagai pengikat internal dan digranulasi dengan air.
I. Hipotesis 1. Penggunaan variasi bahan pengikat diduga berpengaruh pada sifat fisik tablet berupa kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur tablet ekstrak herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees). 2. Penggunaan bahan pengikat amilum manihot diduga lebih baik dibandingkan penggunaan gelatin sebagai bahan pengikat pada formulasi tablet ekstrak herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees) secara granulasi basah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental. Data untuk penelitian ini diambil secara acak lengap.
B. Alat dan Bahan 1.
Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah oven untuk mengeringkan simplisia, seperangkat alat soxhlet, kain flannel untuk menyaring filtrate, timbangan listrik (Ohauss), naraca analitik, mortir dan stamper, alat uji kekerasan atau tablet hardness tester (Guoming Tipe YD-1), alat uji kerapuhan atau tablet friability tester (Guoming Tipe CS-2), alat uji waktu hancur atau tablet disintegration tester (Guoming Tipe BJ-2), mesin tablet single punch (Korsch), alat uji granul (fluidity tester), jangka sorong, volumenometer, ayakan no. 16 dan 18 mesh, stopwatch, almari pengering, kompor listrik, alat-alat gelas pyrex dan alat pendukung lainnya.
2. Bahan Bahan-bahan yang digunakan antara lain herba sambiloto yang dipanen dari (B2P2TO2T), Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, etanol 96% (kualitas farmasetika), gelatin (kualitas farmasetika), amilum manihot (kualitas farmasetika), eksplotab (kualitas farmasetika), laktosa (kualitas
commit23to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
farmasetika), Mg stearat (kualitas farmasetika), talk (kualitas farmasetika), dan aquadest (kualitas farmasetika). Semua bahan berasal dari PT. Brataco.
C. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2011 s/d September 2011 di Laboratorium Teknologi Farmasi D3 Farmasi FMIPA UNS.
D. Metode Penelitian dan Cara Kerja 1. Metode Penelitian Kategori penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : a. Variabel bebas : Variasi bahan pengikat. b. Variabel tergantung : Sifat fisik granul yaitu waktu alir, sudut diam dan uji pengetapan. Sifat fisik tablet yaitu keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan dan waktu melarut. c. Variabel terkendali : Komposisi tablet selain bahan pengikat, tekanan pada proses mencetak, metode pembuatan granul, metode pembuatan tablet, dan metode pengujian. 2. Cara Kerja a.
Pengambilan Sampel Tanaman herba sambiloto yang digunakan diambil dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO2T), Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
b.
Determinasi Tanaman Tanaman herba sambiloto yang digunakan dalam penelitian ini sebelumnya dideterminasi dahulu untuk memastikan bahwa tanaman yang digunakan benar-benar tanaman herba sambiloto. Determinasi dilakukan di Universitas Setia Budi Surakarta.
c. Preparasi Sampel Tanaman herba sambiloto kering disortasi untuk memisahkan pengotor. Setelah itu dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 50°C selama 30 menit. Pengeringan
menggunakan oven dilakukan di
Laboratorium Teknologi Farmasi D3 Farmasi FMIPA UNS. Herba sambiloto yang sudah kering dihancurkan dengan mortir atau bila perlu menggunakan blender sampai menjadi serbuk kasar. d. Pembuatan Ekstrak Ekstraksi menggunakan metode soxhletasi. Sebanyak 10 gram serbuk herba sambiloto dibungkus dengan kertas saring kemudian dimasukkan ke dalam tabung soxhlet dan pelarut etanol 95% sebanyak 200 ml dimasukkan ke dalam labu alas bulat. Ekstraksi dengan metode soxhletasi selama 24 jam. Ekstrak disaring dan dipekatkan menggunakan rotary evaporator dengan tekanan rendah dan suhu 50°C sehingga didapatkan ekstrak kental herba sambiloto. Ekstrak kental dimasukkan ke dalam flakon dan disimpan dalam eksikator. e. Standarisasi Ekstrak Standarisasi ekstrak herba sambiloto meliputi:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
1) Pemeriksaan Organoleptis Pemeriksaan
organoleptis
dilakukan
dengan
cara
mendiskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa ekstrak (Anonim, 2000a). 2) Uji Daya Lekat Object glass ditandai seluas 2,5 cm x 2,5 cm, kemudian dicari titik tengahnya. Kurang lebih 50 mg ekstrak diletakkan ditengah luasan tersebut, ditutup dengan object glass kemudian diberi beban 1 kg selam 5 menit. Kedua objek glass yang telah melekat satu sama lain dipasang pada alat uji dengan beban 80 g. Waktu yang diperoleh dicatat sampai terpisahnya kedua object glass tersebut (Anonim, 2000a). f. Rancangan Formulasi Tablet Telah dilakukan pengujian terhadap tanaman Andrographis paniculata Nees pada tikus putih. Hasil percobaan menunjukkan adanya efek pelindung pada morfologi hati yang diinduksi parasetamol pada tikus pada pemberian ekstrak methanol Andrographis paniculata Nees pada dosis 10 mg/kg BB (Sutha et al, 2010). Dosis pada tikus kemudian dikonversikan ke dalam dosis untuk manusia. Perhitungan dosis: Dosis ekstrak sambiloto: 10 mg/kg BB tikus = 10 mg/1000g BB tikus Untuk tikus dengan bobot 200 g, dosis yang diperlukan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
= 200/1000 g x 10 mg (per 200 g BB tikus) = 2 mg/200 g BB tikus Manusia (70 kg) Faktor konversi dari tikus 200 g ke manusia 70 kg adalah 56 = 2 mg x 56 /70 kg BB manusia = 112 mg/70 kg BB manusia Pada pembuatan tablet ini dosis yang dipakai adalah 112 mg, diminum 1 kali sehari sebanyak 1 tablet. Tabel I. Formula Tablet Ekstrak Herba Sambiloto Bahan Ekstrak kental Laktosa Gelatin 5% Amilum 8% Eksplotab 6% Mg Stearat:Talk (1:9) 1% Aquadeast Berat Total Keterangan: Formulasi I Formulasi II
Formula 1
Formula 2
112 mg 358 mg 3,1 mg 30 mg 5 mg q.s 508,1 mg
112 mg 358 mg 6,4 mg 30 mg 5 mg q.s 511,1 mg
: tablet herba sambiloto dengan bahan pengikat gelatin 5% : tablet herba sambiloto dengan bahan pengikat amilum 8 %
g. Pembuatan Granul dengan Metode Granulasi Basah Ekstrak kental herba sambiloto dimasukkan ke dalam mortir hangat. Selanjutnya ditambahkan laktosa, bahan pengikat (Amilum dan Gelatin yang telah dikembangkan) pada masing-masing formula, dan eksplotab diaduk sampai homogen. Gelatin sebelum digunakan dikembangkan dulu menggunakan air panas sampai terbentuk koloid dan untuk bahan pengikat amilum manihot pengerjaannya sama dengan gelatin, kemudian massa digranulasi. Granul diayak menggunakan ayakan no. 16 kemudian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
dikeringkan dalam oven dengan suhu 40-50°C. Granul yang sudah kering diayak lagi menggunakan ayakan no. 18. h. Pemeriksaan Granul 1) Susut Pengeringan Susut pengeringan adalah kadar bagian zat yang menguap, kecuali dinyatakan lain penetapan dilakukan dengan menimbang 1 gram atau 2 gram zat uji dalam botol timbang dangkal tertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu penetapan selama 30 menit dan telah ditara. Kemudian masukkan dalam almari pengering pada suhu 105°C hingga bobot tetap (Anonim, 1979). Kelembaban di dalam zat padat dinyatakan dengan LOD dan MC. Susut saat pengeringan disebut juga LOD (Lost on Drying). LOD dihitung berdasarkan banyaknya bahan yang menguap setelah dilakukan proses pengeringan, yang dihitung dengan rumus : LOD (%) =
x 100 %...................................... (1)
Kandungan lembab atau MC (Moisture Content), yaitu suatu perhitungan berat kering yang dihitung sebagai berikut: MC (%) =
x 100%.......................................... (2)
Susut pengeringan granul yang baik adalah 2-4% (Banker and Anderson, 1994). 2) Waktu Alir Sebanyak 100 gram granul dimasukkan kedalam corong yang ujung tangkainya ditutup. Penutup corong dibuka dan granul dibiarkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
mengalir sampai habis. Dihitung waktu alir granul. Waktu alir granul yang baik adalah kurang dari 10 detik (Voigt, 1994). 3) Sudut Diam Granul seberat 100 gram dimasukkan dalam corong yang ujung tangkainya ditutup. Penutup corong dibuka dan granul dibiarkan mengalir sampai habis. Kemudian diukur diameter dan tinggi kerucut yang terbentuk. Sudut diam yang baik besarnya kurang dari 40° (Banker and Anderson, 1994). ........................................................................................ (3)
h = tinggi kerucut r = jari-jari kerucut i. Pembuatan Tablet Granul yang sudah diperiksa ditambahkan dengan Mg Stearat kemudian dimasukkan dalam mesin pencetak tablet dengan bobot tiap tablet 500 mg. j. Pemeriksaan Tablet 1) Keseragaman Bobot Sebanyak 20 tablet ditimbang, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika dihitung satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masingmasing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A. Dan tidak satu tablet pun yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B (Anonim, 1979). Tabel II. Penyimpangan Bobot Rata-rata Tablet Penyimpangan bobot rata-rata dalam % Bobot rata-rata A B 25 mg atau kurang 15 % 30 % 26 mg sampai dengan 150 mg 10% 20 % 151 mg sampai dengan 300 mg 7,5 % 15% Lebih dari 300 mg 5% 10 %
(Anonim, 1979) Dihitung harga koefisien variasinya CV =
............................................................................................... (4)
CV = koefisien variasi tablet SD = simpangan baku X = rata-rata bobot Suatu formulasi dikatakan memenuhi persyaratan keseragaman bobot jika nilai CV kurang dari 5% (Banker and Anderson, 1994). 2) Kekerasan Tablet Pemeriksaan kekerasan tablet menggunakan alat digital tablet hardness tester (Guoming Tipe YD-1). Sebuah tablet diletakkan pada alat dengan posisi horisontal, alat dikalibrasi hingga posisi 0,00. Putar alatnya hingga tablet patah. Baca skala yang tertera pada alat. Percobaan dilakukan 10 kali dan dihitung harga puratanya (Voigt, 1994). Tekanan minimum tablet yang sesuai bidang farmasi sebesar 4 kg (Ansel, 1989).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
3) Kerapuhan Tablet Dua puluh tablet dibersihkan dari partikel halus yang menempel, lalu ditimbang. Tablet dimasukkan ke dalam friability tester diputar selama 4 menit dengan
kecepatan 25 putaran permenit, lalu tablet
diambil, dibersihkan dan ditimbang kembali. Nilai kerapuhan lebih besar dari 1% dianggap kurang baik (Banker and Anderson, 1994). Kerapuhan tablet dihitung dengan rumus: Kerapuhan =
x100 % .......................................................... (5)
M1 = bobot tablet sebelum diuji M2 = bobot tablet setelah uji 4) Waktu Hancur Tablet Sebanyak 6 tablet dimasukkan dalam alat disintegration tester, tiap tabung diisi 1 tablet. Keranjang dinaikturunkan ke dalam air dengan suhu 37 2°C secara teratur 30 kali tiap menit.Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut (Anonim, 1979).
E. Pengumpulan dan Analisis Data 1.
Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dari: a. Spesifikasi ekstrak herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees) meliputi: pemeriksaan organoleptis dan uji daya lekat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
b. Uji sifat fisik granul ekstrak herba sambiloto (Andrographis paniculata Ness) meliputi: susut pengeringan, waktu alir, dan sudut diam. c. Uji sifat fisik tablet ekstrak herba sambiloto (Andrographis paniculata Ness) meliputi: keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur. 2.
Analisis Statistik Data Data yang diperoleh dibandingkan dengan pustaka yang sudah ada kemudian dianalisis menggunakan Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Data yang terdistribusi normal dianalisis menggunakan uji t-test dengan taraf kepercayaan 95%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) Determinasi herba sambiloto dilakukan di Laboratorium Morfologi Sistemik Tumbuhan Universitas Setia Budi berdasarkan acuan dari buku Flora of Java (Backer and Brink, 1963) . Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa tanaman yang sedang diteliti benar-benar tanaman herba sambiloto (Andrographis paniculata Ness). Hasil determinasi tanaman dapat dilihat pada Lampiran 1.
B. Pengelolaan Simplisia Kering Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) Simplisia yang telah diperoleh disortasi yaitu memisahkan ranting keras dan pengotor lain yang terdapat pada bagian simplisia tersebut. Simplisia yang telah disortasi kemudian dikeringkan kembali menggunakan oven suhu 40°C selama 30 menit agar simplisia menjadi lebih kering dan mudah diserbuk, setelah itu dikeluarkan dari oven untuk diserbuk.
C. Pembuatan Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) Penyarian herba sambiloto (Andrographis paniculata Ness) menggunakan metode soxhletasi. Kelebihan metode soxhletasi yaitu penyarian lebih sempurna karena menggunakan alat yang telah didesai khusus untuk proses penyarian dan
commit33to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
cairan penyari yang digunakan tidak terbuang, selain itu efektivitas penyarian lebih sempurna daripada metode maserasi. Namun metode tersebut juga memiliki beberapa kelemahan yaitu membutuhkan waktu yang lama dan proses yang lebih rumit dibandingkan dengan metode maserasi. Selain itu soxhletasi tidak cocok untuk zat aktif yang tidak tahan pemanasan yang menyebabkan zat aktif akan terdegradasi dan pecah. Sebanyak 10 gram serbuk simplisia dengan 200 ml pelarut disoxhletasi selama 24 jam, hasilnya dipekatkan dengan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 1,24 gram. Proses diulang hingga memperoleh ekstrak yang dibutuhkan sebesar 65 gram. Berdasarkan hasil ekstrak tersebut maka diperoleh rendemen sebesar 12,4%. Perhitungan rendemen dapat dilihat pada lampiran 3.
D. Pemeriksaan Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) Pemeriksaan yang dilakukan pada ekstrak kental bertujuan untuk mengetahui kualitas ekstrak yang telah didapatkan. Dari pemeriksaan tersebut diharapkan hasil ekstrak yang diperoleh telah memenuhi kriteria kualitas yang sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki. Pemeriksaan ektrak meliputi pemeriksaan organoleptis dan uji daya lekat. 1. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Ekstrak Tabel III. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Ekstrak
Karakteristik Bentuk Warna Bau
Hasil Ektrak Kental Hijau tua Khas ekstrak sambiloto
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Rasa
Pahit
2. Hasil Pemeriksaan Uji Daya Lekat Ekstrak Uji daya lekat dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari ekstrak yang dihasilkan. Semakin kental atau pekat konsistensi dari ekstrak maka waktu yang dibutuhkan untuk memisahkan kedua object glass menjadi semakin lama. Pengujian ini dilakukan dengan 3 kali replikasi. Hasil uji daya lekat ekstrak dapat dilihat pada Tabel IV. Tabel IV. Hasil Uji Daya Lekat Ekstrak
Replikasi ke-
Waktu (detik)
1 2 3
35,76 35,55 35,65 35,65 0,1
x
SD
E. Pembuatan Granul Proses pembuatan granul dilakukan menggunakan metode granulasi basah. Pemilihan metode ini didasarkan pada ketersediaan alat dan kesesuaiannya dengan sifat bahan, yaitu metode granulasi yang paling baik untuk bahan yang tahan dengan pemanasan. Metode granulasi basah merupakan salah satu metode yang mampu menghasilkan sediaan tablet yang baik dan stabil serta tidak terlalu sulit untuk dilakukan. F. Pemeriksaan Sifat Fisik Granul Granul yang telah dihasilkan selanjutnya diperiksa sifat fisiknya. Pemeriksaan sifat fisik granul ini bertujuan untuk mengetahui apakah granul yang telah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
dihasilkan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan untuk menghasilkan suatu tablet yang baik. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi sebagai berikut: 1. Susut Pengeringan Pengujian susut pengeringan dilakukan pada granul yang telah kering dihasilkan untuk mengetahui kadar bagian zat yang menguap, Penetapan dilakukan dengan menimbang 2 gram granul dalam cawan porselen yang sebelumnya telah dipanaskan selama 30 menit dan telah ditara. Cawan yang berisi granul dimasukkan dalam oven suhu 40°C kemudian ditunggu kurang lebih 30 menit sampai berat granul konstan dan ditimbang beratnya. Susut pengeringan granul yang baik adalah 2-4% (Lachman, 1986). Hasil pemeriksaan susut pengeringan dapat dilihat pada Tabel V. Tabel V. Hasil Pemeriksaan Susut Pengeringan Granul
Formula
Berat Awal (Berat Basah)
F1 F2
2g 2g Keterangan :
Berat Setelah (Berat Kering) 1,96 g 1,95 g
LOD (%)
MC (%)
2,00 2,50
2,04 2,56
F1= Formulasi dengan bahan pengikat gelatin F2= Formulasi dengan bahan pengikat amilum manihot LOD = Loss On Drying (susut pengeringan)
Susut pengeringan dilakukan untuk mengetahui kandungan lembab dari granul yang akan dicetak. Adanya kandungan air yang terlalu tinggi dalam granul mengakibatkan granul sukar mengalir pada waktu pencetakan. Sifat alir yang buruk akan menimbulkan berbagai permasalahan pada saat tahap pencetakan tablet antara lain penempelan masa tablet pada permukaan punch yang terlokalisir atau
dan penempelan masa tablet pada seluruh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
permukaan punch atau
. Granul dengan kadar air yang rendah akan
mempunyai sifat alir baik sehingga dihasilkan tablet yang kompak. Dari tabel hasil susut pengeringan di atas diperoleh prosentase susut pengeringan (LOD) formula 1 dan formula 2 sebesar 2% dan 2,5%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa granul dari kedua formula memenuhi standar susut pengeringan dan memenuhi syarat granul yang baik yaitu diantara 2-4%. Hasil perhitungan LOD dapat dilihat pada lampiran 6. 2.
Waktu Alir Granul Waktu alir granul adalah waktu yang diperlukan sejumlah granul atau serbuk untuk mengalir keluar dari corong. Waktu alir granul digunakan sebagai parameter yang penting untuk mengetahui kualitas granul yang akan di cetak. Jika waktu alir granul baik maka aliran granul terjadi secara kontinyu dan seragam dari hopper sehingga proses pengisian die dapat seragam. Apabila aliran granul kurang baik maka die tidak terisi secara sempurna menyebabkan ketidakseragaman bobot tablet. Semakin kecil ukuran granul dan banyak mengandung fines (serbuk) menyebabkan granul sulit keluar dari dari corong dan aliran granulnya membutuhkan waktu lama sehingga akan menyebabkan keseragaman bobot tablet yang akan dibuat menjadi jelek. Semakin rapuh granul maka semakin banyak fines yang terbentuk karena fines terbentuk dari gesekan antar granul. Waktu alir yang baik adalah kurang dari 10 detik (Voigt, 1994). Pengujian waktu alir dilakukan replikasi 3 kali sebelum dan sesudah dicampur dengan bahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
pelincir (Mg stearat). Hasil pemeriksaan waktu alir granul dapat dilihat pada Tabel VI.
Tabel VI. Hasil Pemeriksaan Waktu Alir Granul
Replikasi
F1
F1 (+pelicin Mg Stearat :Talk)
(detik)
F2 (+pelicin Mg Stearat:Talk)
F2 (detik)
(detik)
(detik)
x
1
9,45
8,09
8,41
8,28
2
8,99
8,44
8,85
7,96
3
8,80
7,96
8,86
7,60
SD
Keterangan :
9,08
0,33
8,16
0,24
8,71
0,25
7,95
0,34
F I = Formulasi dengan bahan pengikat gelatin F2 = Formulasi dengan bahan pengikat amilum manihot
Dari data di atas diperoleh waktu alir granul pada formula 1 (pengikat gelatin) tanpa bahan pelincin dan dengan penambahan bahan pelicin yaitu 9,08 detik dan 8,16 detik. Sedangkan waktu alir granul pada formula 2 (pengikat amilum manihot) tanpa bahan pelicin dan dengan penambahan bahan pelicin yaitu 8,71 detik dan 7,95 detik. Dapat dilihat waktu alir sebelum dan sesudah penambahan bahan pelicin mempunyai perbedaan waktu alir granul yang telah ditambah bahan pelicin lebih baik dibandingkan granul tanpa bahan pelicin. Hal ini terjadi karena bahan pelicin (Mg stearat dan talkum) berfungsi untuk memperbaiki aliran serbuk atau granul dengan jalan mengurangi gesekan diantara partikel-partikel. Jika dibandingkan hasil waktu alirnya, formula 2 memiliki waktu alir yang lebih baik daripada formula 1. Hal tersebut disebabkan granul formula 1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
memiliki lebih banyak fines daripada formula 2, karena granul pada formula 1 lebih rapuh jika dibandingkan dengan formula 2. Pada formula 2 memiliki partikel bentuk bulat (sferis), ukuran granul yang seragam, dan jumlah fines lebih sedikit. Namun secara keseluruhan hasil yang telah diperoleh menunjukkan granul telah sesuai dengan standar. Waktu alir granul yang baik adalah kurang dari 10 detik (Voigt, 1994). 3. Sudut Diam Sudut diam adalah sudut yang terbentuk antara permukaan tumpukan granul dengan bidang horizontal. Granul akan mengalir dengan baik apabila sudut diam terbentuk 30°-40° (Banker and Anderson, 1994). Semakin lama waktu alir maka sudut diam akan semakin besar, sehingga granul memiliki kualitas kurang baik. Semakin kecil sudut diam granul menandakan granul tersebut sferis serta mempunyai kohesifitas yang kecil sehingga kemampuan alirnya menjadi semakin baik. Hasil pemeriksaan sudut diam granul dapat dilihat pada Tabel VII. Tabel VII. Hasil Pemeriksaan Sudut Diam Granul
Replikasi ke-
F1 (°)
F1 (+pelicin) (°)
F2 (°)
F2 (+pelicin) (°)
1 2 3
30,51 30,22 30,51 30,41 0,16
28,35 28,54 28,81 28,57 0,23
29,74 30,25 30,05 30,01 0,25
28,41 28,27 28,27 28,32 0,08
x
SD
Keterangan : F 1 = Formula dengan bahan pengikat gelatin F 2 = Formula dengan bahan pengikat amilum manihot
Hasil perhitungan sudut diam pada formula 1 sebelum dan sesudah penambahan bahan pelicin yaitu 30,41° dan 28,57°. Pada formula 2 sebelum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
dan sesudah penambahan bahan pelicin yaitu 30,01° dan 28,32°. Dapat dilihat terjadi penurunan sudut diam ketika granul yang diuji ditambahkan bahan pelicin. Sudut diam dipengaruhi oleh waktu alir, dimana semakin cepat waktu alir menunjukkan sudut diam yang semakin kecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan alir granul menjadi lebih baik ketika menggunakan bahan pelicin. Dari pembahasan sebelumnya waktu alir pada formula 2 lebih cepat jika dibandingkan waktu alir pada formula 1 sehingga dapat dilihat pula hasil perhitungan sudut diam pada formula 2 lebih kecil jika dibandingkan dengan formula 1. Hal ini dapat terjadi karena granul pada formula 1 mengandung lebih banyak serbuk (fines) dibandingkan dengan granul formula 2 sehingga berpengaruh pada semakin lamanya waktu alir serta mengakibatkan sudut diamnya menjadi semakin besar. Secara keseluruhan hasil sudut diam yang diperoleh telah memenuhi standar yang ditentukan untuk sudut diam granul yang baik sehingga granul dapat mengalir bebas dan tidak akan mengalami kesulitan pada saat proses penabletan . Sudut diam yang baik besarnya kurang dari 40° (Banker and Anderson, 1994).
G. Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet Setelah selesai dilakukan pengujian, granul dikempa menjadi tablet. Pemeriksaan ini dilakukan terhadap granul yang telah dikempa menjadi bentuk tablet. Tujuan pengujian sifat fisik tablet adalah untuk mengetahui apakah tablet yang sudah jadi tersebut memenuhi persyaratan sifat fisik tablet yang baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
Pemeriksaan yang dilakukan pada penelitian ini antara lain pengujian keseragaman bobot tablet, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur tablet. 1.
Keseragaman Bobot Tablet Keseragaman bobot tablet merupakan parameter penting dalam suatu formulasi sediaan tablet. Sediaan tablet yang baik adalah tablet yang memiliki keseragaman bobot yang baik, sehingga kadar obat yang terkandung dalam tiap-tiap tablet yang diproduksi menjadi seragam. Keseragaman bobot tablet sangat dipengaruhi oleh sifat alir granul, distribusi ukuran granul serta kondisi peralatan yang digunakan dalam pencetakan tablet. Pengujian keseragaman bobot pada tablet ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata Ness) dilakukan dengan menimbang 20 tablet per formulasi. Hasil pengujian keseragaman bobot tablet dapat dilihat pada Tabel VIII. Tabel VIII. Hasil Pengujian Keseragaman Bobot Tablet
No.
Formula
Keseragaman Bobot Tablet (mg)
CV (%)
1
F1
500,5
7,59
1,51
2
F2
504,5 6,86
1,36
Keterangan: Formula1 = Formula dengan bahan pengikat gelatin Formula 2 = Formula dengan bahan pengikat amilum manihot
Hasil perhitungan keseragaman bobot tabet didapat rata-rata pada formula 1 dan formula 2 yaitu 500,5 mg dan 504,5 mg. Kedua formulasi tablet tersebut telah memenuhi persyaratan uji keseragaman bobot menurut Farmakope Indonesia III yaitu untuk tablet dengan berat lebih dari 300 mg tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
dari bobot rata-ratanya lebih besar dari 5% dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari 10%. Perhitungan batas penyimpangan berat dari tablet di atas dapat dilihat pada Lampiran 10. Jika dibandingkan hasil uji keseragaman bobot dengan perhitungan batas penyimpangan terlihat pada formula 1 dan formula 2
dengan batas
penyimpangan 5% tidak ada satupun tablet yang telah di uji keseragaman bobot keluar dari rentang batas atas dan bawah, begitu juga pada batas penyimpangan 10%. Jadi dapat disimpulkan kedua formulasi telah memenuhi persyaratan keseragaman bobot tablet. Hasil pemeriksaan keseragaman bobot tablet menunjukkan hasil yang baik dapat dilihat juga melalui nilai CV (koefisien variasi) yang dihasilkan, yaitu 1,51% dan 1,36% untuk formula 1 dan formula 2. Tabet baik mempunyai CV kurang dari 5% (Lachman, 1986). Hal tersebut disebabkan karena granul yang dihasilkan memiliki sifat alir yang baik. Pada saat tahap pengisian ruang kompresi granul yang masuk waktu alir yang cepat sehingga die dapat selalu terisi selama proses penabletan, jumlah granul yang jatuh konstan sehingga tablet yang dihasilkanpun memiliki berat yang konstan pula. 2.
Kekerasan Tablet Uji kekerasan tablet ditetapkan untuk mengetahui keras atau tahannya suatu tablet untuk mewaspadai goncangan yang terjadi pada saat transportasi dan penyimpanan. Faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah besar kecilnya tekanan pada saat penabletan yang berbanding lurus dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
kekerasan tablet. Pemberian bahan pengikat juga sangat berpengaruh pada kekerasan tablet. Pengujian kekerasan dilakukan dengan menggunakan alat Hardness tester dengan 10 tablet yang di uji untuk masing-masing formula. Hasil pengujian kekerasan tablet dapat dilihat pada Tabel IX. Hasil perhitungan rata-rata kekerasan tablet formulasi 1 dan formulasi 2 yaitu 5,07 kg dan 7,05 kg. Kedua formulasi tablet tersebut dicetak pada kedalaman punch yang sama yaitu 11 mm. Perbedaan kekerasan yang diperoleh disebabkan karena penggunaan bahan pengikat yang berbeda masing-masing formulasi.Hasil pengujian kekerasan menunjukkan bahwa kedua formula telah memenuhi persyaratan. Tekanan minimum tablet yang sesuai bidang farmasi sebesar 4 kg (Ansel, 1989). Kekerasan tablet biasanya antara 4-8 kg (Parrott, 1971). Tabel IX. Hasil Pengujian Kekerasan Tablet
Tablet ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 x SD
Formula 1 (kg) 4,6 4,7 4,7 4,8 5,8 4,8 5,6 5,3 4,6 5,8 5,07 0,5
Formula 2 (kg) 5,7 6,9 6,5 7,2 7,9 7,4 6,8 7,4 7,8 6,9 7,05 0,65
Keterangan : Formula 1 = Formula dengan bahan pengikat gelatin Formula 2 = Formula dengan bahan pengikat amilum manihot
3.
Kerapuhan Tablet
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
Kerapuhan tablet menggambarkan kekuatan tablet dalam mempertahankan bentuk terhadap goncangan mekanik. Semakin tinggi pengikat yang digunakan kerapuhan tablet akan semakin menurun dan tablet semakin keras, namun menyebabkan waktu hancur semakin lama. Syarat kerapuhan yang bisa diterima yaitu 0,5%-1% (Lachman et al,1986). Pengujian kerapuhan dilakukan dengan menggunakan alat Friability tester. Diuji masing-masing 20 tablet untuk formula 1 dan formula 2. Hasil pengujian kerapuhan tablet dapat dilihat pada Tabel 8. Hasil prosentase kerapuhan tablet pada formula 1 dan formula 2 yaitu 0,403% dan 0,398%.
Dapat disimpulkan bahwa kedua formulasi tablet
tersebut telah memenuhi uji kerapuhan. Kerapuhan yang dihasilkan pada formula 2 (pengikat amilum manihot) lebih baik jika dibandingkan dengan formula 1 (pengikat gelatin). Hal ini disebabkan karena angka kekerasan berbanding terbalik dengan angka kerapuhan yaitu semakin besar angka kekerasan maka semakin kecil angka kerapuhan atau sebaliknya. Kekerasan tablet pada formula 1 lebih kecil sehingga formula 1 lebih rapuh jika dibandingkan dengan formula 2. Hasil pengujian kerapuhan tablet dapat dilihat pada Tabel X. Tabel X. Hasil Pengujian Kerapuhan Tablet
Replikasi ke1 2 3 x SD
Formula 1 Awal (g) Akhir (g) 9,93 9,88 10,13 10,08 9,96 9,91 0,0551
% 0,503 0,493 0,502 0,499
Formula 2 Awal (g) Akhir (g) 10,04 10,00 10,20 10,16 9,95 9,9 0,0503
Keterangan : Formula 1 = Formula dengan bahan pengikat gelatin
commit to user
% 0,398 0,392 0,402 0,397
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Formula 2 = Formula dengan bahan pengikat amilum manihot
4.
Waktu Hancur Tablet Waktu hancur adalah waktu yang diperlukan tablet untuk hancur menjadi partikel atau granul. Waktu hancur tablet dimaksudkan agar komponen obat yang ada dalam tablet dapat larut dan mudah diabsorbsi dalam saluran pencernaan, maka tablet harus melepaskan obatnya ke dalam cairan tubuh. Tablet semakin cepat hancur dengan bertambahnya jumlah bahan penghancur yang ditambahkan. Semakin lambat tablet dalam mengabsorbsi air, semakin lama bahan penghancur bekerja, sehingga semakin lama pula waktu hancur. Pengujian waktu hancur dilakukan dengan menggunakan alat Disintegration tester. Diuji masing-masing 5 tablet untuk formula 1 dan formula 2. Hasil pengujian waktu hancur tablet dapat dilihat pada Tabel XI.
Tabel XI. Hasil Pengujian Waktu Hancur Tablet
Tablet ke1 2 3 4 5 x SD
Waktu Hancur (menit) Formula 1 Formula 2 14 : 25 11 : 46 14 : 57 12 : 39 14 : 33 12 : 56 15 : 01 11 : 50 15 : 25 13 : 58 14 : 68 12 : 29 0,43 0,87
Keterangan : Formula 1 = Formula dengan bahan pengikat gelatin Formula 2 = Formula dengan bahan pengikat amilum manihot
Hasil pengujian waktu hancur tablet formula 1 (pengikat gelatin) dan formula 2 (pengikat amilum manihot) diperoleh rata-rata 14:68 menit dan 12:29 menit. Pada formula 2 (pengikat amilum manihot) telah memenuhi persyaratan waktu hancur yang baik menurut Farmakope Indonesia III yaitu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
kurang dari 15 menit. Namun pada formula 2 (pengikat gelatin) menunjukkan tidak semua tablet yang diuji memenuhi persyaratan karena bahan pengikat yang diberikan terlalu banyak atau tekanan yang diberikan pada saat pengempaan terlalu besar. Data yang diperoleh dari pengujian sifat fisik tablet selanjutnya di analisis statistik menggunakan Kolmorogorov-Smirnov untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Data yang terdistribusi normal dianalisis menggunakan uji t-test independent dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil uji statistik pada sifat fisik tablet yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua formula pada uji keseragaman bobot tablet sedangkan pada uji kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur tablet diperoleh perbedaan yang signifikan antara kedua formulasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Variasi bahan pengikat pada pembuatan tablet ekstrak herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees) mempengaruhi pada sifat fisik tablet pada uji kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur tablet serta tidak mempengaruhi pada uji keseragaman bobot tablet. 2. Formulasi dengan bahan pengikat amilum manihot 8% secara keseluruhan lebih baik dari formulasi dengan bahan pengikat gelatin 5% ditinjau dari parameter sifat fisik tablet yang dihasilkan.
B. Saran 1. Perlu dilakukan optimasi bahan pengikat gelatin dan amilum manihot dalam pembuatan tablet ekstrak herba sambiloto (Andrographis paniculata Ness). 2. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan bahan pengikat lain untuk pembuatan tablet ekstrak herba sambiloto (Andrographis paniculata Ness). 3. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan bahan tambahan lain dengan konsentrasi yang bervariasi untuk pembuatan tablet ekstrak herba sambiloto (Andrographis paniculata Ness).
commit47to user