perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
TUGAS AKHIR
DESAIN INTERIOR MUSEUM KEBUDAYAAN CHINA DI SURABAYA DENGAN PENDEKATAN KONSEP MODERN
Disusun Untuk Memenuhi Syarat mendapatkan Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun oleh FAHMY RADHIKA C0807001
JURUSAN DESAIN INTERIOR FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET commit to user 2012
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
DESAIN INTERIOR MUSEUM KEBUDAYAAN CHINA DI SURABAYA Dengan Pendekatan Konsep Modern Disetujui untuk diajukan, guna melengkapi syarat kelulusan Tugas Akhir Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012
Disusun oleh: FAHMY RADHIKA C 08007001
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. IF. Bambang Sulistyono, Sk, M.T.arch NIP. 19621125 199303 1 001
Silfia Mona A, ST. M.Arch NIP. 19790226 200212 2 002
Mengetahui, Ketua Jurusan Desain Interior
Anung B Studyanto, S.Sn, MT NIP.commit 19710816 200501 1 001 to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN Telah disahkan dan dipertanggung jawabkan pada sidang Tugas Akhir Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012
Penguji :
Ketua
Drs. Ken Sunarko, M.Si.
(
)
(
)
(
)
(
)
NIP. 19511128 198303 1 001
Sekretaris
Lu’lu Purwaningrum, S.Sn, MT. NIP. 19770612 200112 2 003
Penguji 1
Drs. IF. Bambang S, Sk, M.T.arch NIP. 19621125 199303 1 001
Penguji II
Silfia Mona A, ST. M.Arch NIP. 19790226 200212 2 002
Mengetahui :
Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Ketua Jurusan Desain Interior
Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D
Anung B Studyanto, S.Sn, MT
NIP. 1960032 819860 1 001
NIP. 19710816 200501 1 001
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAN
Nama
: Fahmy Radhika
NIM
: C 0807001
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul “Desain Interior Museum Kebudayaan China di Surabaya (Dengan Pendekatan Konsep Modern)” adalah
benar-benar karya
sendiri, bukan plagiat dan dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam Laporan Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tugas Akhir dan gelar Sarjana yang telah diperoleh.
Surakarta, 1 Januari 2012 Yang membuat pernyataan,
Fahmy Radhika C 0807001
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada : 1. Ibu dan Bapak serta kakakku tercinta 2. Semua teman yang membantu TA ku 3. Saudara-saudariku se-Desain Interior, UNS 4. Semua teman-temanku commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), Kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang commit to user lain. (QS.Al-Insyirah 94: 6-7)
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji dan Syukur hanyalah milik Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
anugrah-Nya,
sehingga
penulis
mampu
menyelesaikan
penyusunan Laporan Tugas Akhir “Desain Interior Museum Kebudayaan China Di Surabaya” ini dengan baik. Penyusunan penulisan ini diajukan untuk melengkapi Laporan Tugas Akhir sebagai persyaratan menempuh gelar Sarjana di Jurusan Desain Interior, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua Orang tua beserta keluarga kami yang telah banyak memberikan motivasi, dukungan serta doa’nya demi kelancaran proses TA maupun penyusan penulisan ini. Tidak lupa pula penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Anung B Studyanto, S.Sn, MT selaku Ketua Jurusan Desain Interior UNS 2. Iik Endang SW, S.Sn, M.Ds. selaku koordinator Tugas Akhir 3. Drs. IF. Bambang Sulistyono, Sk.,M.T.arch dan Silfia Mona A, ST. M.Arch selaku dosen pembimbing tugas akhir yang selalu memberikan pengarahan. 4. Seluruh Dosen, staf dan rekan-rekan di Jurusan Desain Interior UNS, terimakasih atas ilmu, pengalaman, nasihatnya yang takkan pernah sia-sia. 5. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebut satu per satu, yang telah banyak memberikan dukungan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan penulisan ini, namun dengan penuh harapan semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Surakarta, 1 Januari 2012
commit to user
vii
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DESAIN INTERIOR MUSEUM KEBUDAYAAN CHINA DI SURABAYA ( Dengan Pendekatan Konsep Modern ) Fahmy Radhika 1 Drs. IF. Bambang Sulistyono S, Sk. MT 2 Silfia Mona Aryani, ST. M.Arch3 ABSTRAKSI Fahmy Radhika. C0807001. 2012. Desain Interior Museum Kebudayaan China di Surabaya (Dengan Pendekatan Konsep Modern). Pengantar Tugas Akhir: Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Senirupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Permasalahan yang akan dibahas dalam Desian Interior Kebudayaan China ini, yaitu (1) Bagaimana mendesain interior museum kebudayaan China sebagai sarana informasi, edukasi, dan rekreasi yang inspiratif bagi pengunjung museum? (2) Bagaimana mendesain interior museum kebudayaan China dengan penataan sistem display materi yang interaktif tanpa meninggalkan aspek keamanan benda – benda materi dan kenyamanan pengunjung? (3) Bagaimana mendesain interior museum kebudayaan China yang sesuai dengan konsep modern? Metode yang digunakan dalam pembahasan masalah adalah metode pembahasan analisa interaktif, dimana ada tiga tahap pokok yang digunakan oleh peneliti, yaitu: (1) Data Reduksi adalah proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi data. (2) Data Display, Merupakan suatu penyusunan informasi sebelum menyusun sebuah kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. (3) Concludeing Drawing, Dari awal penelitian data penelitian sudah harus memulai melakukan pencatatan peraturan, polapola pertanyaan, arahan sebab-akibat dan proporsi- proporsi. Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal: (1) Desain Interior Museum Kebudayaan China memerlukan proses desain yang matang, mulai dari berbagai pertimbangan dan analisa studi literature maupun studi lapangan hingga terwujud adanya konsep perancangan desain untuk selanjutnya diterapkan dalam perancangan. (2) dalam Desain Interior Museum Kebudayaan China, tema perancangan memiliki peran penting didalam memecahkan suatu masalah yang mana ide gagasan bisa bermula dari sebuah tema yang diangkat. Konsep yang dihadirkan dalam perancangan ini adalah “Modern”.
1 2 3
Mahasiswa Jurusan Desain Interior dengan NIM C0807001 Dosen Pembimbing 1 commit to user Dosen Pembimbing 2
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
INTERIOR DESIGN OF CHINESE CULTURAL MUSEUM IN SURABAYA (Using A Modern Concept Approach) Fahmy Radhika1 Drs. IF. Bambang Sulistyono, S.Sk.MT,2 Silfia Mona Aryani, ST. M.Arch 3
ABSTRACT Fahmy Radhika. C0807001. 2012. Interior Design of Chinese Cultural Museum in Surabaya (Using Modern Concept Approach). Introduction to Final Project: Interior Design Department of Faculty of Letters and Fine Arts of Surakarta Sebelas Maret University. The problems addressed in this Interior Design of Chinese Culture are: (1) How to design an interior of Chinese cultural museum as the inspiring information, education, and recreation media for the visitors of museum? (2) How to design an interior of Chinese cultural museum with an interactive material display system layout without abandoning the security aspect of material objects and visitors’ comfort? and (3) How to design an interior of Chinese culture museum consistent with modern concept? The method used in the problem discussion was an interactive analysis method, consisting of three main stages: (1) Data reduction including the process of selecting, focusing, simplifying and abstracting data. (2) Data display constituting the process of organizing information before drawing a conclusion from the research conducted. (3) Conclusion drawing, since the beginning of data research, the research should had started to record rules, question pattern, causal direction, and proportions From the analysis, the following conclusions could be drawn. (1) An interior design of Chinese Cultural Museum needed a mature designing from a variety of consideration and analysis on literature study to field study until a design concept was realized to be applied later in the designing. (2) In the Interior Design of Chinese Cultural Museum, the theme of designing played an important role in solving a problem in which the idea might depart from a theme raised. The concept presented in this design was “Modern”.
1
Student, Interior Design Department with NIM C0807001 commit to user First Consultant 3 Second Consultant 2
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ...........................................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................................
iii
PERNYATAAN ....................................................................................................................
iv
PERSEMBAHAN .................................................................................................................
v
MOTTO..................................................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .........................................................................................................
vii
ABSTRAK .............................................................................................................................
viii
DAFTAR ISI .........................................................................................................................
x
DAFTAR SKEMA ...............................................................................................................
xiv
DAFTAR BAGAN ................................................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................
xvi
DAFTAR TABEL.................................................................................................................
xix
BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................................
1
1.1. Latar Belakang Masalah .....................................................................
1
1.2. Batasan Masalah....................................................................................
2
1.3. Rumusan Masalah .................................................................................
2
1.4. Tujuan.....................................................................................................
3
1.5. Sasaran ...................................................................................................
3
1.6. Manfaat...................................................................................................
3
1.7. Metode Desain .......................................................................................
4
1.8. Pola Pikir Perancangan .........................................................................
6
1.9. Sistematika Penulisan ...........................................................................
7
BAB II KAJIAN LITERATUR .............................................................................
9
2.1. Pengertian Judul.....................................................................................
9
2.2. Tinjauan Umum Museum.....................................................................
11
2.2.1. Pengertian Museum ....................................................................
11
2.2.2. Sejarah Perkembangan Museum ................................................
11
2.2.3. Fungsi, Tujuan dan Tugas Museum .......................................... commit.............................................................................. to user 2.2.4. Jenis Museum
14
x
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.2.5. Persyaratan Museum ...................................................................
19
2.2.6. Koleksi Museum .........................................................................
21
2.2.7. Metode Penyajian Koleksi..........................................................
26
2.2.8. Peralatan Museum .......................................................................
27
2.2.9. Struktur Organisasi Museum......................................................
27
2.2.10. Pengunjung Museum ................................................................
30
2.3. Tinjauan Khusus Museum ....................................................................
32
2.3.1. Tinjauan Ruang Museum .......................................................
32
2.3.2. Tinjauan Sirkulasi..................................................................
36
2.3.3. Tinjauan Organisasi Ruang ....................................................
58
2.3.4. Komponen Pembentuk Ruang................................................
60
2.3.5. Sistem Interior ........................................................................
63
2.3.6. Sistem Keamanan ...................................................................
77
2.3.7. Sistem Display Pameran ........................................................
84
2.3.8. Furniture .................................................................................
92
2.3.9. Pertimbangan Desain .............................................................
94
2.4. Tinjauan Umum Kota Surabaya ..........................................................
98
2.4.1. Sejarah Kota Surabaya ................................................................
99
2.5. Tinjauan 3 Dinasti ................................................................................. 100 2.5.1. Dinasti Ming...........................................................................
100
2.5.2. Dinasti Qing ...........................................................................
103
2.5.3. Dinasti Shang .........................................................................
106
2.6. Tinjauan Tentang Modern .................................................................... 111 BAB III STUDI LAPANGAN ................................................................................. 113 3.1. Lokasi Survey ........................................................................................ 113 3.2. Sejarah Museum Nasional.................................................................... 113 3.3. Waktu Operasional Museum Nasional ............................................... 114 3.4. Sistem Display ....................................................................................... 114 3.5. Sistem Maintenance .............................................................................. 115 3.6. Fasilitas ................................................................................................... 115 3.7. Dokumentasi Pribadi ............................................................................. 116 commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PROGRAMMING ..................................................................................... 121 4.1. Analisa Existing .................................................................................... 121 4.1.1. Asumsi Lingkungan ..................................................................... 121 4.1.2. Asumsi Lokasi .............................................................................. 121 4.1.3. Denah Existing ............................................................................. 122 4.2. Programing............................................................................................. 122 4.2.1. Status Kelembagaan ...............................................................
122
4.2.2. Struktur Organisasi.................................................................
123
4.2.3. Waktu Operasional .................................................................
123
4.3. Program Kegiatan ............................................................................
123
4.3.1. Pola Kegiatan Museum ..........................................................
123
4.3.2. Pola Kegiatan Manusia ..........................................................
124
4.4. Analisa Kebutuhan Ruang ...............................................................
127
4.5. Fasilitas Ruang ................................................................................
128
4.6. Besaran Ruang .................................................................................
129
4.7. Sistem Organisasi Ruang .................................................................
138
4.7.1. Analisa Alternatif Organisasi Ruang .....................................
138
4.7.2. Hasil Analisa Bentuk Organisasi Ruang ...............................
139
4.8. Sistem Sirkulasi ...............................................................................
140
4.9. Hubungan Antar Ruang ...................................................................
142
4.10. Zoning Grouping ...........................................................................
142
BAB V KONSEP DESAIN ...................................................................................... 144 5.1. Ide Desain ........................................................................................
144
5.2. Tema Desain ....................................................................................
144
5.3. Desain Layout ..................................................................................
145
5.4. Pembentuk Ruang ................................................................................. 145 5.4.1. Lantai ............................................................................................ 145 5.4.2. Dinding ......................................................................................... 146 5.4.3. Langit-langit ................................................................................ 147 5.5. Desain Interior Sistem ........................................................................... 147 5.5.1. Pencahayaan ................................................................................ 147 5.5.2. Penghawaan ................................................................................. 147 commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5.5.3. Akustik ......................................................................................... 148 5.6. Desain Furniture ..................................................................................... 148 5.7. Desain Elemen Estetis ........................................................................... 148 5.8. Skema Bahan dan Warna ...................................................................... 148 5.9. Sistem Keamanan ................................................................................... 149 BAB V PENUTUP .................................................................................................... 150 6.1. Kesimpulan ............................................................................................ 150 6.2. Saran ....................................................................................................... 151 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 152 LAMPIRAN .......................................................................................................................... 154 Denah Existing ................................................................................................. 155 Denah Perubahan.............................................................................................. 156 Denah Interior ................................................................................................... 157 Layout................................................................................................................ 158 Floor Plan .......................................................................................................... 159 Reflected Ceiling Plan ..................................................................................... 160 Tampak Potongan AA ..................................................................................... 161 Tampak Potongan BB-CC ............................................................................... 162 Tampak Potongan DD-EE ............................................................................... 163 Tampak Potongan FF ....................................................................................... 164 Detail Konstruksi 1 .......................................................................................... 165 Detail Konstruksi 2 .......................................................................................... 166 Detail Konstruksi 3 dan 4 ................................................................................ 167 Gambar Furniture (display souvenir) ............................................................. 168 Gambar Furniture (kursi cafe)......................................................................... 169 Gambar Furniture (sofa cafe) .......................................................................... 170 Gambar Furniture (vitrin) ................................................................................ 171 Aksonometri ..................................................................................................... 172 Perspektif 1 ....................................................................................................... 173 Perspektif 2 ....................................................................................................... 174 Perspektif 3 ....................................................................................................... 175 commit to user Perspektif 4 ....................................................................................................... 176
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR SKEMA Skema 1.1
Skema Arus dan Sirkulasi Koleksi di Dalam Museum ................................
40
Skema 1.2
Skema Arus dan Sirkulasi Pengunjung di Dalam Museum .........................
41
Skema 4.1
Pola Kegiatan Pengelola Bagian Administrasi ............................................. 124
Skema 4.2
Pola Kegiatan Pengelola Bagian Perawatan dan Dokumentasi................... 124
Skema 4.3
Pola Kegiatan Pengelola Bagian Bimbingan dan Edukasi .......................... 125
Skema 4.4
Pola Kegiatan Pengelola Bagian Persiapan Pameran ................................... 125
Skema 4.5
Pola Kegiatan Pengelola Bagian Servis ........................................................ 126
Skema 4.6
Pola Kegiatan Pengunjung atau Wisatawan Umum ..................................... 126
Skema 4.7
Pola Kegiatan Pengunjung atau Wisatawan Khusus .................................... 127
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR BAGAN Bagan 2.1
Pola Pikir Perancangan ....................................................................................
6
Bagan 2.2
Struktur Permuseuman di Indonesia ...............................................................
28
Bagan 2.3
Struktur Organisasi Museum Swasta..............................................................
28
Bagan 2.4
Struktur Organisasi Museum Pemerintah ......................................................
29
Bagan 2.5
Struktur Organisasi Museum Secara Umum .................................................
29
Bagan 2.6
Struktur Organisasi .......................................................................................... 123
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Sirkulasi Pengunjung Yang Diarahkan Dengan Sistem Tata Pamernya ....
45
Gambar 2.2 Tipe Dasar Dari Orientasi Pengunjung Di Ruang Pamer ............................
49
Gambar 2.3 Petunjuk Tentang Ruangan Di Ruang Pamer ...............................................
49
Gambar 2.5 Beragam Sistem Pencahayaan Yang Digunakan Dalam Ruang .................
66
Gambar 2.6 Sumber Pencahayaan Pada Sudut Langit-Langit Atas Ruangan .................
68
Gambar 2.7 Sumber Pencahayaan Yang Ditutupi Panel/Kaca .........................................
68
Gambar 2.8 Pencahayaan Khusus Pada Ambalan .............................................................
69
Gambar 2.9 Pencahayaan Khusus Pada Ambalan .............................................................
70
Gambar 2.10 Daerah Refleksi Pencahayaan Terhadap Benda Pamer ...............................
70
Gambar 2.11 Letak Sumber Pencahayaan Terhadap Benda Pamer 3D .............................
71
Gambar 2.12 Penempatan Kisi-Kisi Dibawah Lampu ........................................................
71
Gambar 2.13 Refleksi Pencahayaan Pada Bidang Kaca Miring ........................................
72
Gambar 2.14 Refleksi Pencahayaan Pada Bidang Kaca Miring ........................................
72
Gambar 2.15 Kemungkinan Yang Terjadi Pada Ventilasi Silang ......................................
73
Gambar 2.16 Jarak Dan Sudut Pandang Yang Baik ............................................................
85
Gambar 2.17 Daerah Visual Manusia ...................................................................................
85
Gambar 2.18 Gerakan Kepala Manusia ................................................................................
85
Gambar 2.19 Penyajian Benda 2D Panel..............................................................................
87
Gambar 2.20 Penyajian Benda 2D dan 3D ...........................................................................
87
Gambar 2.21 Penyajian Benda 3D Batuan ...........................................................................
87
Gambar 2.22 Penyajian Benda 3D Benda Kecil Berharga .................................................
87
Gambar 2.23 Penyajian Benda Diorama ..............................................................................
88
Gambar 2.24 Penyajian Berdasar Split level ........................................................................
88
Gambar 2.25 Penyajian Dengan Mezanin ............................................................................
89
Gambar 2.26 Penyajian Dengan Dekorasi Moral ................................................................
89
Gambar 2.27 Penyajian Benda 2D dan 3D Berdasar Split Level Plafon...........................
89
Gambar 2.28 Sistem Display Film ........................................................................................
90
Gambar 2.29 Sistem Display Computer ...............................................................................
90
Gambar 2.30 Sistem Display Remote Control Dan Tata Lampu .......................................
90
Gambar 2.31 Sistem Materi Koleksi Berputar ..................................................................... 90 commit to user Gambar 2.32 Bagian Depan Museum Nasional ................................................................... 116
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.33 Sistem Keamanan ............................................................................................ 116 Gambar 2.34 Sistem Pengarahan .......................................................................................... 117 Gambar 2.35 Sistem Pencahayaan Benda Koleksi .............................................................. 117 Gambar 2.36 Ceiling Lantai 1 ............................................................................................... 117 Gambar 2.37 Pola Lantai Area Emas dan Keramik............................................................. 118 Gambar 2.38 Diorama Lantai 1 ............................................................................................. 118 Gambar 2.39 Ceiling Area Pamer ......................................................................................... 119 Gambar 2.40 Vitrin ................................................................................................................. 119 Gambar 2.41 Diorama ............................................................................................................ 119 Gambar 2.42 Interior Area Pamer ......................................................................................... 120 Gambar 2.43 Peta Surabaya Jl. Pemuda ............................................................................... 122 Gambar 2.44 Hubungan Antar Ruang .................................................................................. 142 Gambar 2.45 Zoning ............................................................................................................... 143 Gambar 2.46 Grouping ........................................................................................................... 143 Gambar 2.47 Museum Of Memory and Tolerance Meksiko .............................................. 145 Gambar 2.48 Denah Existing ................................................................................................. 155 Gambar 2.49 Denah Perubahan ............................................................................................. 156 Gambar 2.50 Denah Interior .................................................................................................. 157 Gambar 2.51 Layout ............................................................................................................... 158 Gambar 2.52 Floor Plan ......................................................................................................... 159 Gambar 2.53 Reflected Ceiling Plan .................................................................................... 160 Gambar 2.54 Tampak Potongan AA ..................................................................................... 161 Gambar 2.55 Tampak Potongan BB-CC .............................................................................. 162 Gambar 2.56 Tampak Potongan DD-EE .............................................................................. 163 Gambar 2.57 Tampak Potongan FF ...................................................................................... 164 Gambar 2.58 Detail Konstruksi 1 .......................................................................................... 165 Gambar 2.59 Detail Konstruksi 2 .......................................................................................... 166 Gambar 2.60 Detail Konstruksi 3 dan 4 ............................................................................... 167 Gambar 2.61 Furniture (display souvenir) ........................................................................... 168 Gambar 2.62 Furniture (kursi cafe) ....................................................................................... 169 Gambar 2.63 Furniture (sofa cafe) ........................................................................................ 170 Gambar 2.64 Furniture (vitrin) .............................................................................................. 171 commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.65 Aksonometri ..................................................................................................... 172 Gambar 2.66 Perspektif 1 ...................................................................................................... 173 Gambar 2.67 Perspektif 2 ...................................................................................................... 174 Gambar 2.68 Perspektif 3 ...................................................................................................... 175 Gambar 2.69 Perspektif 4 ...................................................................................................... 176
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 2.1
Level Cahaya yang Dianjurkan ........................................................................
25
Tabel 2.2
Alternatif Layout dalam Ruang Pamer ............................................................
36
Tabel 2.3
Pola Sirkulasi dalam Museum ..........................................................................
42
Tabel 2.4
Pola Hubungan antara Sirkulasi dan Ruang Pamer .......................................
43
Tabel 2.5
Pencarian Orientasi oleh Pengunjung ..............................................................
48
Tabel 2.6
Pola Pengunjung dalam Pemiliha Rute ..........................................................
51
Tabel 2.7
Pola Pengunjung dalam Peralihan Rute ..........................................................
52
Tabel 2.8
Kejenuhan Pengunjung terhadap Objek dan Ruang Pamer ...........................
54
Tabel 2.9
Luas Area Ruang Pamer yang Dilalui Pengunjung ........................................
56
Tabel 2.10 Penarik dan Pengalih Perhatian dalam Ruang Pamer ....................................
57
Tabel 2.11 Bentuk Organisasi Ruang .................................................................................
58
Tabel 2.12 Ukuran Penggunaan Iluminasi .........................................................................
65
Tabel 2.13 Analisa Kebutuhan Ruang Pengunjung ........................................................... 127 Tabel 2.14 Analisa Kebutuhan Ruang Pengelola .............................................................. 128 Tabel 2.15 Besaran Ruang, Kegiatan dan Dimensi Furniture .......................................... 129 Tabel 2.16 Alternatif Organisasi Ruang ............................................................................. 139 Tabel 2.17 Hasil Analisa Organisasi Ruang ...................................................................... 139 Tabel 2.18 Analisa Tipe Sirkulasi Pengunjung ................................................................. 141 Tabel 2.19 Analisa Bahan dan Kegunaan Lantai............................................................... 145 Tabel 2.20 Analisa Bahan dan Kegunaan Dinding ........................................................... 146 Tabel 2.21 Analisa Bahan dan Kegunaan Langit-langit ................................................... 147
commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
TUGAS AKHIR
DESAIN INTERIOR MUSEUM KEBUDAYAAN CHINA DI SURABAYA DENGAN PENDEKATAN KONSEP MODERN
Disusun Untuk Memenuhi Syarat mendapatkan Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun oleh FAHMY RADHIKA C0807001
JURUSAN DESAIN INTERIOR FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET commit to user 2012
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
DESAIN INTERIOR MUSEUM KEBUDAYAAN CHINA DI SURABAYA Dengan Pendekatan Konsep Modern Disetujui untuk diajukan, guna melengkapi syarat kelulusan Tugas Akhir Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012
Disusun oleh: FAHMY RADHIKA C 08007001
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. IF. Bambang Sulistyono, Sk, M.T.arch NIP. 19621125 199303 1 001
Silfia Mona A, ST. M.Arch NIP. 19790226 200212 2 002
Mengetahui, Ketua Jurusan Desain Interior
Anung B Studyanto, S.Sn, MT NIP.commit 19710816 200501 1 001 to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN Telah disahkan dan dipertanggung jawabkan pada sidang Tugas Akhir Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012
Penguji :
Ketua
Drs. Ken Sunarko, M.Si.
(
)
(
)
(
)
(
)
NIP. 19511128 198303 1 001
Sekretaris
Lu’lu Purwaningrum, S.Sn, MT. NIP. 19770612 200112 2 003
Penguji 1
Drs. IF. Bambang S, Sk, M.T.arch NIP. 19621125 199303 1 001
Penguji II
Silfia Mona A, ST. M.Arch NIP. 19790226 200212 2 002
Mengetahui :
Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Ketua Jurusan Desain Interior
Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D
Anung B Studyanto, S.Sn, MT
NIP. 1960032 819860 1 001
NIP. 19710816 200501 1 001
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAN
Nama
: Fahmy Radhika
NIM
: C 0807001
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul “Desain Interior Museum Kebudayaan China di Surabaya (Dengan Pendekatan Konsep Modern)” adalah
benar-benar karya
sendiri, bukan plagiat dan dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam Laporan Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tugas Akhir dan gelar Sarjana yang telah diperoleh.
Surakarta, 1 Januari 2012 Yang membuat pernyataan,
Fahmy Radhika C 0807001
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada : 1. Ibu dan Bapak serta kakakku tercinta 2. Semua teman yang membantu TA ku 3. Saudara-saudariku se-Desain Interior, UNS 4. Semua teman-temanku commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), Kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang commit to user lain. (QS.Al-Insyirah 94: 6-7)
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji dan Syukur hanyalah milik Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
anugrah-Nya,
sehingga
penulis
mampu
menyelesaikan
penyusunan Laporan Tugas Akhir “Desain Interior Museum Kebudayaan China Di Surabaya” ini dengan baik. Penyusunan penulisan ini diajukan untuk melengkapi Laporan Tugas Akhir sebagai persyaratan menempuh gelar Sarjana di Jurusan Desain Interior, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua Orang tua beserta keluarga kami yang telah banyak memberikan motivasi, dukungan serta doa’nya demi kelancaran proses TA maupun penyusan penulisan ini. Tidak lupa pula penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Anung B Studyanto, S.Sn, MT selaku Ketua Jurusan Desain Interior UNS 2. Iik Endang SW, S.Sn, M.Ds. selaku koordinator Tugas Akhir 3. Drs. IF. Bambang Sulistyono, Sk.,M.T.arch dan Silfia Mona A, ST. M.Arch selaku dosen pembimbing tugas akhir yang selalu memberikan pengarahan. 4. Seluruh Dosen, staf dan rekan-rekan di Jurusan Desain Interior UNS, terimakasih atas ilmu, pengalaman, nasihatnya yang takkan pernah sia-sia. 5. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebut satu per satu, yang telah banyak memberikan dukungan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan penulisan ini, namun dengan penuh harapan semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Surakarta, 1 Januari 2012
commit to user
vii
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DESAIN INTERIOR MUSEUM KEBUDAYAAN CHINA DI SURABAYA ( Dengan Pendekatan Konsep Modern ) Fahmy Radhika 1 Drs. IF. Bambang Sulistyono S, Sk. MT 2 Silfia Mona Aryani, ST. M.Arch3 ABSTRAKSI Fahmy Radhika. C0807001. 2012. Desain Interior Museum Kebudayaan China di Surabaya (Dengan Pendekatan Konsep Modern). Pengantar Tugas Akhir: Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Senirupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Permasalahan yang akan dibahas dalam Desian Interior Kebudayaan China ini, yaitu (1) Bagaimana mendesain interior museum kebudayaan China sebagai sarana informasi, edukasi, dan rekreasi yang inspiratif bagi pengunjung museum? (2) Bagaimana mendesain interior museum kebudayaan China dengan penataan sistem display materi yang interaktif tanpa meninggalkan aspek keamanan benda – benda materi dan kenyamanan pengunjung? (3) Bagaimana mendesain interior museum kebudayaan China yang sesuai dengan konsep modern? Metode yang digunakan dalam pembahasan masalah adalah metode pembahasan analisa interaktif, dimana ada tiga tahap pokok yang digunakan oleh peneliti, yaitu: (1) Data Reduksi adalah proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi data. (2) Data Display, Merupakan suatu penyusunan informasi sebelum menyusun sebuah kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. (3) Concludeing Drawing, Dari awal penelitian data penelitian sudah harus memulai melakukan pencatatan peraturan, pola-pola pertanyaan, arahan sebab-akibat dan proporsi- proporsi. Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal: (1) Desain Interior Museum Kebudayaan China memerlukan proses desain yang matang, mulai dari berbagai pertimbangan dan analisa studi literature maupun studi lapangan hingga terwujud adanya konsep perancangan desain untuk selanjutnya diterapkan dalam perancangan. (2) dalam Desain Interior Museum Kebudayaan China, tema perancangan memiliki peran penting didalam memecahkan suatu masalah yang mana ide gagasan bisa bermula dari sebuah tema yang diangkat. Konsep yang dihadirkan dalam perancangan ini adalah “Modern”.
1 2 3
Mahasiswa Jurusan Desain Interior dengan NIM C0807001 Dosen Pembimbing 1 commit to user Dosen Pembimbing 2
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
INTERIOR DESIGN OF CHINESE CULTURAL MUSEUM IN SURABAYA (Using A Modern Concept Approach) Fahmy Radhika1 Drs. IF. Bambang Sulistyono, S.Sk.MT,2 Silfia Mona Aryani, ST. M.Arch 3
ABSTRACT Fahmy Radhika. C0807001. 2012. Interior Design of Chinese Cultural Museum in Surabaya (Using Modern Concept Approach). Introduction to Final Project: Interior Design Department of Faculty of Letters and Fine Arts of Surakarta Sebelas Maret University. The problems addressed in this Interior Design of Chinese Culture are: (1) How to design an interior of Chinese cultural museum as the inspiring information, education, and recreation media for the visitors of museum? (2) How to design an interior of Chinese cultural museum with an interactive material display system layout without abandoning the security aspect of material objects and visitors’ comfort? and (3) How to design an interior of Chinese culture museum consistent with modern concept? The method used in the problem discussion was an interactive analysis method, consisting of three main stages: (1) Data reduction including the process of selecting, focusing, simplifying and abstracting data. (2) Data display constituting the process of organizing information before drawing a conclusion from the research conducted. (3) Conclusion drawing, since the beginning of data research, the research should had started to record rules, question pattern, causal direction, and proportions From the analysis, the following conclusions could be drawn. (1) An interior design of Chinese Cultural Museum needed a mature designing from a variety of consideration and analysis on literature study to field study until a design concept was realized to be applied later in the designing. (2) In the Interior Design of Chinese Cultural Museum, the theme of designing played an important role in solving a problem in which the idea might depart from a theme raised. The concept presented in this design was “Modern”.
1
Student, Interior Design Department with NIM C0807001 commit to user First Consultant 3 Second Consultant 2
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ...........................................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................................
iii
PERNYATAAN ....................................................................................................................
iv
PERSEMBAHAN .................................................................................................................
v
MOTTO..................................................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .........................................................................................................
vii
ABSTRAK .............................................................................................................................
viii
DAFTAR ISI .........................................................................................................................
x
DAFTAR SKEMA ...............................................................................................................
xiv
DAFTAR BAGAN ................................................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................
xvi
DAFTAR TABEL.................................................................................................................
xix
BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................................
1
1.1. Latar Belakang Masalah .....................................................................
1
1.2. Batasan Masalah....................................................................................
2
1.3. Rumusan Masalah .................................................................................
2
1.4. Tujuan.....................................................................................................
3
1.5. Sasaran ...................................................................................................
3
1.6. Manfaat...................................................................................................
3
1.7. Metode Desain .......................................................................................
4
1.8. Pola Pikir Perancangan .........................................................................
6
1.9. Sistematika Penulisan ...........................................................................
7
BAB II KAJIAN LITERATUR .............................................................................
9
2.1. Pengertian Judul.....................................................................................
9
2.2. Tinjauan Umum Museum.....................................................................
11
2.2.1. Pengertian Museum ....................................................................
11
2.2.2. Sejarah Perkembangan Museum ................................................
11
2.2.3. Fungsi, Tujuan dan Tugas Museum .......................................... commit.............................................................................. to user 2.2.4. Jenis Museum
14
x
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.2.5. Persyaratan Museum ...................................................................
19
2.2.6. Koleksi Museum .........................................................................
21
2.2.7. Metode Penyajian Koleksi..........................................................
26
2.2.8. Peralatan Museum .......................................................................
27
2.2.9. Struktur Organisasi Museum......................................................
27
2.2.10. Pengunjung Museum ................................................................
30
2.3. Tinjauan Khusus Museum ....................................................................
32
2.3.1. Tinjauan Ruang Museum .......................................................
32
2.3.2. Tinjauan Sirkulasi..................................................................
36
2.3.3. Tinjauan Organisasi Ruang ....................................................
58
2.3.4. Komponen Pembentuk Ruang................................................
60
2.3.5. Sistem Interior ........................................................................
63
2.3.6. Sistem Keamanan ...................................................................
77
2.3.7. Sistem Display Pameran ........................................................
84
2.3.8. Furniture .................................................................................
92
2.3.9. Pertimbangan Desain .............................................................
94
2.4. Tinjauan Umum Kota Surabaya ..........................................................
98
2.4.1. Sejarah Kota Surabaya ................................................................
99
2.5. Tinjauan 3 Dinasti ................................................................................. 100 2.5.1. Dinasti Ming...........................................................................
100
2.5.2. Dinasti Qing ...........................................................................
103
2.5.3. Dinasti Shang .........................................................................
106
2.6. Tinjauan Tentang Modern .................................................................... 111 BAB III STUDI LAPANGAN ................................................................................. 113 3.1. Lokasi Survey ........................................................................................ 113 3.2. Sejarah Museum Nasional.................................................................... 113 3.3. Waktu Operasional Museum Nasional ............................................... 114 3.4. Sistem Display ....................................................................................... 114 3.5. Sistem Maintenance .............................................................................. 115 3.6. Fasilitas ................................................................................................... 115 3.7. Dokumentasi Pribadi ............................................................................. 116 commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PROGRAMMING ..................................................................................... 121 4.1. Analisa Existing .................................................................................... 121 4.1.1. Asumsi Lingkungan ..................................................................... 121 4.1.2. Asumsi Lokasi .............................................................................. 121 4.1.3. Denah Existing ............................................................................. 122 4.2. Programing............................................................................................. 122 4.2.1. Status Kelembagaan ...............................................................
122
4.2.2. Struktur Organisasi.................................................................
123
4.2.3. Waktu Operasional .................................................................
123
4.3. Program Kegiatan ............................................................................
123
4.3.1. Pola Kegiatan Museum ..........................................................
123
4.3.2. Pola Kegiatan Manusia ..........................................................
124
4.4. Analisa Kebutuhan Ruang ...............................................................
127
4.5. Fasilitas Ruang ................................................................................
128
4.6. Besaran Ruang .................................................................................
129
4.7. Sistem Organisasi Ruang .................................................................
138
4.7.1. Analisa Alternatif Organisasi Ruang .....................................
138
4.7.2. Hasil Analisa Bentuk Organisasi Ruang ...............................
139
4.8. Sistem Sirkulasi ...............................................................................
140
4.9. Hubungan Antar Ruang ...................................................................
142
4.10. Zoning Grouping ...........................................................................
142
BAB V KONSEP DESAIN ...................................................................................... 144 5.1. Ide Desain ........................................................................................
144
5.2. Tema Desain ....................................................................................
144
5.3. Desain Layout ..................................................................................
145
5.4. Pembentuk Ruang ................................................................................. 145 5.4.1. Lantai ............................................................................................ 145 5.4.2. Dinding ......................................................................................... 146 5.4.3. Langit-langit ................................................................................ 147 5.5. Desain Interior Sistem ........................................................................... 147 5.5.1. Pencahayaan ................................................................................ 147 5.5.2. Penghawaan ................................................................................. 147 commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5.5.3. Akustik ......................................................................................... 148 5.6. Desain Furniture ..................................................................................... 148 5.7. Desain Elemen Estetis ........................................................................... 148 5.8. Skema Bahan dan Warna ...................................................................... 148 5.9. Sistem Keamanan ................................................................................... 149 BAB V PENUTUP .................................................................................................... 150 6.1. Kesimpulan ............................................................................................ 150 6.2. Saran ....................................................................................................... 151 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 152 LAMPIRAN .......................................................................................................................... 154 Denah Existing ................................................................................................. 155 Denah Perubahan.............................................................................................. 156 Denah Interior ................................................................................................... 157 Layout................................................................................................................ 158 Floor Plan .......................................................................................................... 159 Reflected Ceiling Plan ..................................................................................... 160 Tampak Potongan AA ..................................................................................... 161 Tampak Potongan BB-CC ............................................................................... 162 Tampak Potongan DD-EE ............................................................................... 163 Tampak Potongan FF ....................................................................................... 164 Detail Konstruksi 1 .......................................................................................... 165 Detail Konstruksi 2 .......................................................................................... 166 Detail Konstruksi 3 dan 4 ................................................................................ 167 Gambar Furniture (display souvenir) ............................................................. 168 Gambar Furniture (kursi cafe)......................................................................... 169 Gambar Furniture (sofa cafe) .......................................................................... 170 Gambar Furniture (vitrin) ................................................................................ 171 Aksonometri ..................................................................................................... 172 Perspektif 1 ....................................................................................................... 173 Perspektif 2 ....................................................................................................... 174 Perspektif 3 ....................................................................................................... 175 commit to user Perspektif 4 ....................................................................................................... 176
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR SKEMA Skema 1.1
Skema Arus dan Sirkulasi Koleksi di Dalam Museum ................................
40
Skema 1.2
Skema Arus dan Sirkulasi Pengunjung di Dalam Museum .........................
41
Skema 4.1
Pola Kegiatan Pengelola Bagian Administrasi ............................................. 124
Skema 4.2
Pola Kegiatan Pengelola Bagian Perawatan dan Dokumentasi................... 124
Skema 4.3
Pola Kegiatan Pengelola Bagian Bimbingan dan Edukasi .......................... 125
Skema 4.4
Pola Kegiatan Pengelola Bagian Persiapan Pameran ................................... 125
Skema 4.5
Pola Kegiatan Pengelola Bagian Servis ........................................................ 126
Skema 4.6
Pola Kegiatan Pengunjung atau Wisatawan Umum ..................................... 126
Skema 4.7
Pola Kegiatan Pengunjung atau Wisatawan Khusus .................................... 127
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR BAGAN Bagan 2.1
Pola Pikir Perancangan ....................................................................................
6
Bagan 2.2
Struktur Permuseuman di Indonesia ...............................................................
28
Bagan 2.3
Struktur Organisasi Museum Swasta..............................................................
28
Bagan 2.4
Struktur Organisasi Museum Pemerintah ......................................................
29
Bagan 2.5
Struktur Organisasi Museum Secara Umum .................................................
29
Bagan 2.6
Struktur Organisasi .......................................................................................... 123
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Sirkulasi Pengunjung Yang Diarahkan Dengan Sistem Tata Pamernya ....
45
Gambar 2.2 Tipe Dasar Dari Orientasi Pengunjung Di Ruang Pamer ............................
49
Gambar 2.3 Petunjuk Tentang Ruangan Di Ruang Pamer ...............................................
49
Gambar 2.5 Beragam Sistem Pencahayaan Yang Digunakan Dalam Ruang .................
66
Gambar 2.6 Sumber Pencahayaan Pada Sudut Langit-Langit Atas Ruangan .................
68
Gambar 2.7 Sumber Pencahayaan Yang Ditutupi Panel/Kaca .........................................
68
Gambar 2.8 Pencahayaan Khusus Pada Ambalan .............................................................
69
Gambar 2.9 Pencahayaan Khusus Pada Ambalan .............................................................
70
Gambar 2.10 Daerah Refleksi Pencahayaan Terhadap Benda Pamer ...............................
70
Gambar 2.11 Letak Sumber Pencahayaan Terhadap Benda Pamer 3D .............................
71
Gambar 2.12 Penempatan Kisi-Kisi Dibawah Lampu ........................................................
71
Gambar 2.13 Refleksi Pencahayaan Pada Bidang Kaca Miring ........................................
72
Gambar 2.14 Refleksi Pencahayaan Pada Bidang Kaca Miring ........................................
72
Gambar 2.15 Kemungkinan Yang Terjadi Pada Ventilasi Silang ......................................
73
Gambar 2.16 Jarak Dan Sudut Pandang Yang Baik ............................................................
85
Gambar 2.17 Daerah Visual Manusia ...................................................................................
85
Gambar 2.18 Gerakan Kepala Manusia ................................................................................
85
Gambar 2.19 Penyajian Benda 2D Panel..............................................................................
87
Gambar 2.20 Penyajian Benda 2D dan 3D ...........................................................................
87
Gambar 2.21 Penyajian Benda 3D Batuan ...........................................................................
87
Gambar 2.22 Penyajian Benda 3D Benda Kecil Berharga .................................................
87
Gambar 2.23 Penyajian Benda Diorama ..............................................................................
88
Gambar 2.24 Penyajian Berdasar Split level ........................................................................
88
Gambar 2.25 Penyajian Dengan Mezanin ............................................................................
89
Gambar 2.26 Penyajian Dengan Dekorasi Moral ................................................................
89
Gambar 2.27 Penyajian Benda 2D dan 3D Berdasar Split Level Plafon...........................
89
Gambar 2.28 Sistem Display Film ........................................................................................
90
Gambar 2.29 Sistem Display Computer ...............................................................................
90
Gambar 2.30 Sistem Display Remote Control Dan Tata Lampu .......................................
90
Gambar 2.31 Sistem Materi Koleksi Berputar ..................................................................... 90 commit to user Gambar 2.32 Bagian Depan Museum Nasional ................................................................... 116
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.33 Sistem Keamanan ............................................................................................ 116 Gambar 2.34 Sistem Pengarahan .......................................................................................... 117 Gambar 2.35 Sistem Pencahayaan Benda Koleksi .............................................................. 117 Gambar 2.36 Ceiling Lantai 1 ............................................................................................... 117 Gambar 2.37 Pola Lantai Area Emas dan Keramik............................................................. 118 Gambar 2.38 Diorama Lantai 1 ............................................................................................. 118 Gambar 2.39 Ceiling Area Pamer ......................................................................................... 119 Gambar 2.40 Vitrin ................................................................................................................. 119 Gambar 2.41 Diorama ............................................................................................................ 119 Gambar 2.42 Interior Area Pamer ......................................................................................... 120 Gambar 2.43 Peta Surabaya Jl. Pemuda ............................................................................... 122 Gambar 2.44 Hubungan Antar Ruang .................................................................................. 142 Gambar 2.45 Zoning ............................................................................................................... 143 Gambar 2.46 Grouping ........................................................................................................... 143 Gambar 2.47 Museum Of Memory and Tolerance Meksiko .............................................. 145 Gambar 2.48 Denah Existing ................................................................................................. 155 Gambar 2.49 Denah Perubahan ............................................................................................. 156 Gambar 2.50 Denah Interior .................................................................................................. 157 Gambar 2.51 Layout ............................................................................................................... 158 Gambar 2.52 Floor Plan ......................................................................................................... 159 Gambar 2.53 Reflected Ceiling Plan .................................................................................... 160 Gambar 2.54 Tampak Potongan AA ..................................................................................... 161 Gambar 2.55 Tampak Potongan BB-CC .............................................................................. 162 Gambar 2.56 Tampak Potongan DD-EE .............................................................................. 163 Gambar 2.57 Tampak Potongan FF ...................................................................................... 164 Gambar 2.58 Detail Konstruksi 1 .......................................................................................... 165 Gambar 2.59 Detail Konstruksi 2 .......................................................................................... 166 Gambar 2.60 Detail Konstruksi 3 dan 4 ............................................................................... 167 Gambar 2.61 Furniture (display souvenir) ........................................................................... 168 Gambar 2.62 Furniture (kursi cafe) ....................................................................................... 169 Gambar 2.63 Furniture (sofa cafe) ........................................................................................ 170 Gambar 2.64 Furniture (vitrin) .............................................................................................. 171 commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.65 Aksonometri ..................................................................................................... 172 Gambar 2.66 Perspektif 1 ...................................................................................................... 173 Gambar 2.67 Perspektif 2 ...................................................................................................... 174 Gambar 2.68 Perspektif 3 ...................................................................................................... 175 Gambar 2.69 Perspektif 4 ...................................................................................................... 176
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 2.1
Level Cahaya yang Dianjurkan ........................................................................
25
Tabel 2.2
Alternatif Layout dalam Ruang Pamer ............................................................
36
Tabel 2.3
Pola Sirkulasi dalam Museum ..........................................................................
42
Tabel 2.4
Pola Hubungan antara Sirkulasi dan Ruang Pamer .......................................
43
Tabel 2.5
Pencarian Orientasi oleh Pengunjung ..............................................................
48
Tabel 2.6
Pola Pengunjung dalam Pemiliha Rute ..........................................................
51
Tabel 2.7
Pola Pengunjung dalam Peralihan Rute ..........................................................
52
Tabel 2.8
Kejenuhan Pengunjung terhadap Objek dan Ruang Pamer ...........................
54
Tabel 2.9
Luas Area Ruang Pamer yang Dilalui Pengunjung ........................................
56
Tabel 2.10 Penarik dan Pengalih Perhatian dalam Ruang Pamer ....................................
57
Tabel 2.11 Bentuk Organisasi Ruang .................................................................................
58
Tabel 2.12 Ukuran Penggunaan Iluminasi .........................................................................
65
Tabel 2.13 Analisa Kebutuhan Ruang Pengunjung ........................................................... 127 Tabel 2.14 Analisa Kebutuhan Ruang Pengelola .............................................................. 128 Tabel 2.15 Besaran Ruang, Kegiatan dan Dimensi Furniture .......................................... 129 Tabel 2.16 Alternatif Organisasi Ruang ............................................................................. 139 Tabel 2.17 Hasil Analisa Organisasi Ruang ...................................................................... 139 Tabel 2.18 Analisa Tipe Sirkulasi Pengunjung ................................................................. 141 Tabel 2.19 Analisa Bahan dan Kegunaan Lantai............................................................... 145 Tabel 2.20 Analisa Bahan dan Kegunaan Dinding ........................................................... 146 Tabel 2.21 Analisa Bahan dan Kegunaan Langit-langit ................................................... 147
commit to user
xix
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Seni budaya Cina merupakan warisan budaya yang paling tua di dunia selain itu juga mempunyai nilai yang tinggi. Kasya seni nya kurang lebih di mulai tahun 4000 SM. Banyak sekali karya seni yang menakjubkan ditemukan pada makan raja pada masa jayanya atau pada makan saudagar kaya pada saat itu. Karya-karya yang menakjubkan terjadi pada masa dinasti Shang (1766-1122 SM), Ming (1368-1644), Qing (1644-1912). Pada masa jayanya dari dinasti tersebut mempunyaai karakter seni yang berbeda-beda tidak hanya dalam bentuk lukisan maupun pahatan tetapi juga barang tembikar, puisi maupun novel. Perabot rumah tangga, barang hiasan dan seni menata ruang serta seni taman masih banyak ditiru hingga sekarang. (Ensiklopedia Nasional Indonesia jilid 14, 1990, hal 144) Seni budaya Cina mengalami perkembangan seiring berjalannya kemajuan pada aspek seni dan budaya. Indonesia seni budaya Cina mempunyai pengaruh yang besar baik dari adat perkawinan sampai pada seni bentuk. Pentingnya sebuah karya seni dan budaya Cina yang sudah ada maka diperlukan tempat yang bisa mewadahi hasil karya seni. Dengan melihat adaanya kebutuhan dibentuklah Museum Kebudayaan Cina yang berfungsi memamerkan karya-karya yang mempunyai nilai seni tinggi. Museum adalah sebuah badan atau lembaga yang tetap, yang tidak mencari keuntungan, yang bertugas menghimpun, merawat, meneliti, dan menyajikan untuk kepentingan studi dan kenikmatan setiap benda, pembuktian alam, manusia dan kebudayaan. (ICOM : International Council Of Museum) Museum pada saat ini dirasa kurang menarik serta kurang representatif dalam menampilkan benda-benda koleksinya. Berbagai macam pendapat dan gambaran masyarakat mengenai museum bisa dikatakan menyedihkan karena mereka menggambarkan bahwa museum itu adalah tempat yang membosankan. Padahal tujuan dari adanya
museum adalah sebagai sarana penyampaian
pendidikan, informasi dan hiburan hal ini akan menjadi faktor memudarnya minat dan antusias masyarakat untuk mengunjungi sebuah museum. Museum commit to user
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mempunyai peran juga dalam melestarikan serta mengembangkan kebudayaan yang ada di negeri ini karena sebagai media edukasi bagi masyarakat yang mana memiliki informasi-informasi penting mengenai budaya. Dari penjelasan di atas, dibutuhkan
suatu tempat yang mendukung,
representatif dan informatif untuk menampilkan karya seni yang ada,dengan baik juga untuk mengangkat seniman - seniman tersebut ke permukaan kembali agar lebih dikenal oleh masyarakat baik karya maupun profilnya, selaain itu juga sebagai motivator bagi para seniman untuk menciptakan sebuah hasil karya seni yang tidak termakan oleh waktu. Ketika aspek-aspek tersebut terpenuhi maka masyarakat akan lebih tertarik untuk berkunjung yang pada akhirnya masyarakat itu sendiri bisa menjadi salah satu tujuan wisata alternatif. Berawal dari faktor inilah perencanaan dan perancangan museum dan fasilitasnya ini sebagai salah satu sarana yang memenuhi kebutuhan aktivitas tersebut.
1.2 BATASAN MASALAH Perencanaan dan perancangan ini dibatasi pada masalah yang berkaitan dengan aspek perencanaan dan perancangan Museum Kebudayaan China yang mengandalkan konsep modern dimana di dalamnya terdapat fasilitas utama berupa area pamer,
area souvenir dan fasilitas pendukung seperti gudang, kantor
administrasi, cafe yang saling terkait satu dengan yang lain, dengan luasan bangunan 1200-1500 m².
1.3 RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana menciptakan sebuah museum yang representatif, komunikatif dan kondusif. 2. Bagaimana mendesain interior Museum Kebudayaan China dengan penataan sistem display materi yang interaktif tanpa meninggalkan aspek keamanan benda – benda materi dan kenyamanan pengunjung? 3. Bagaimana mendesain interior Museum Kebudayaan China yang sesuai dengan tema yang tepat? commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.4 TUJUAN 1. Mendesain interior Museum Kebudayaan China sebagai sarana informasi, edukasi, dan rekreasi yang inspiratif bagi pengunjung museum. 2. Mendesain interior Museum Kebudayaan China dengan penataan sistem display materi yang interaktif tanpa meninggalkan aspek keamanan benda – benda materi dan kenyamanan pengunjung. 3. Mendesain interior Museum Kebudayaan China yang sesuai dengan pengaplikasian konsep modern.
1.5 SASARAN 1. Sasaran pengunjung: a. Wisatawan umum (Nusantara dan Mancanegara) b. Masyarakat umum kota Surabaya dan sekitarnya. 2. Sasaran perancangan desain: a. Merancang interior dengan mempertimbangkan kebutuhan dan aktivitas secara fungsional pada Museum Kebudayaan China. b. Merancang interior dengan mempertimbangkan faktor keamanan dan kenyamanan serta nilai etestik sebagi ciri khas utama pada Museum Kebudayaan China.
1.6 MANFAAT 1. Manfaaat bagi Desainer Memberikan pandangan baru terhadap pengolahan ruang dalam yang dimana memiliki fungsi museum yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar. Setiap desainer mampu berkreasi tentang mengolah desain mereka sesuai dengan yang mereka inginkan dan sukai. Namun, banyak diantara mereka yang belum mampu untuk benar-benar merealisasikannya. Perancangan ini diharapkan dapat memberikan pandangan bahwa untuk merealisasikan desain terlebih dulu berasal dari sebuah mimpi yang kemudian digabungkan dengan kebutuhan yang ada. commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Bagi Dunia Akademik a. Mengetahui
bentuk
perkembangan
interior
sebuah
“Museum
Kebudayaan Cina”. b. Mengenalkan salah satu bentuk perkembangan interior baru dalam dunia akademik khususnya sebuah museum.
3. Manfaat Bagi Masyarakat: a. Menambah ilmu pengetahuan mengenai kebudayaan dan kesenian pada masa Dinasti Ming, Dinasti Qing, Dinasti Shang. b. Mempererat tali silaturahmi antara etnis tionghoa dengan masyarakat pribumi khususnya di Surabaya
4. Manfaat Bagi Pemerintah a. Menambah nilai budaya yang ada di Indonesia yang pada dasarnya Indonesia kaya akan budaya dari segala etnis. b. Memperarat hubungan bilateral antara Indonesia dengan Cina
1.7 METODE DESAIN 1. Bentuk Penelitian Dalam menyelesaikan proses Desian Interior Museum Kebudayaan China, metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang memusatkan pada pendekatan sejarah (approach historical). Dimana dalam bentuk penelitian ini lebih mengutamakan pengumpulan data berupa kata – kata / kalimat / gambar yang memiliki arti lebih kaya daripada sekedar angka atau frekuensi. 2. Lokasi Survey Demi mendapatkan suatu keakuratan data, perlu dilakukan penelitian yang dilaksanakan pada Museum Nasional yang berada di Jl. Merdeka no.12 Jakarta Pusat.
commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Dalam hal ini peneliti melakukan observasi lokasi yang bisa dijadikan referensi dan materi pembanding tentang hal-hal yang berkaitan
dengan proyek desain ini, terutama dalam bidang
interior, misalnya tentang sistem display, keamanan, pencahayaan, dan sebagainya. Dengan mempergunakan alat bantu berupa kamera foto, alat tulis, dan sebagainya. b. Wawancara Mendalam ( In Dept Interviewing ) Wawancara dalam pengumpulan data ini bersifat open – ended dan mendalam dilakukan secara tidak formal. Wawancara ini dilakukan pada waktu dan konteks yang dianggap tepat guna mendapatkan data yang rinci dan mendalam. c. Analisa Konten Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.
commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.8 POLA PIKIR PERANCANGAN
Bagan 2.1 Pola Pikir Perancangan
commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.9 SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan dalam Desain Interior Museum Kebudayaan China adalah: BAB I
PENDAHULUAN Pendahuluan mencakup Latar Belakang Masalah yang meliputi peranan dan keberadaan Museum Kebudayaan Cina di Surabaya, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan sasaran, serta Metodologi yang meliputi metode sistematika pembahasan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA Mengemukakan Kajian Teoritis tentang Proyek Desain Interior Museum Kebudayaan Cina di Surabaya, yang meliputi pembahasan teori tentang ruang dan manusia, yang di dalamnya mencakup tentang pengertian, fungsi, klasifikasi, sirkulasi, komponen pembentuk ruang, sistem interior, sistem keamanan, sistem penyajian dan display pameran serta pertimbangan desain.
BAB III
STUDI LAPANGAN Merupakan hasil studi observasi di lapangan, baik sebagai dasar acuan atas pemilihan lokasi perencanaan, maupun sebagai bahan pembanding dan bahan pengayaan bagi proses analisa dari konsep Desain Interior Museum Kebudayaan China di Surabaya.
BAB IV
ANALISA DESAIN Merupakan uraian tentang program kegiatan dan program ruang yang akan melatar belakangi terciptanya karya desain interior yang meliputi definisi proyek, asumsi lokasi, status kelembagaaan, struktur orhanisasi, program kegiatan, alur kegiatan, program ruang, besaran ruang, pembentuk ruang, pengisi ruang, sistem interior, sistem keamanan, sistem organisasi ruang, sistem sirkulasi, pola hubungan aantar ruang, zoning grouping.
BAB V
KONSEP DESAIN Merupakan uraian tentang ide atau gagasan beserta tema, suasana ruang, pola penataan ruang, pembentuk ruang, pengisi ruang, commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sistem interior, dan sistem keamanan yang akan melatar belakangi terciptanya karya desain interior BAB VI
KESIMPULAN Berisi tentang kesimpulan dari hasil analisa data , evaluasi konsep perencanaan dan perancangan serta keputusan desain dari konsep perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II KAJIAN LITERATUR
2.1 PENGERTIAN JUDUL Pengertian judul proyek “ Desain Interior Museum Kebudayaan China di Surabaya ” dengan Pendekatan Konsep Modern adalah sebagai berikut : Desain
: 1) Rancangan, rencana suatu bentuk dan sebaginya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990 : 138) 2) Suatu sistem yang berlaku untuk segala macam jenis perancangan dimanan titik beratnya adalah melihat sesuatu persoalan tidak secara tepisah atau tersendiri melainkan sebagi suatu kesatuan dimana satu masalah dengan lainnya saling kait mengkait. (Suptandar, 1999 : 12)
Interior
: 1) Ruang
dalam
suatu
bangunan,
yang
mengungkapkan tata kehidupan manusia melalui media ruang. (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1991 : 197) 2) Bagian dalam gedung (ruang, dsb), tatanan perabot (hiasan, dsb) di ruang dalam gedung. (Kamus Besar Bahasa Indonesia,1993 : 483). Desain Interior
: Adalah karya arsitek atau desainer yang khusus menyangkut bagian dalam dari suatu bangunan. (Suptandar, 1999 : 11)
Museum
: Sebuah badan atau lembaga yang tetap, yang tidakmencari
keuntungan,
yang
bertugas
menghimpun, merawat, meneliti, dan menyajikan untuk kepentingan studi dan kenikmatan setiap benda, pembuktian alam, manusia dan kebudayaan. (ICOM International Council Of Museum) commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kebudayaan
: Hasil akhir dari sebuah perilaku ataupun akalbudi dari manusia
seperti
kepeercayaan, keseniaan, adat
istiadat dan lain sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990, hal.132) China
: Wilayah luas serta keadaan alam yang heterogen. Lingkup geografisnya membentang dari Siberia hingga daerah beriklim tropis dan dari Sanudra Pasifik hingga mencapai jantung Asia Tengah. (Ivan Taniputera, History Of China, 2009, halaman 21)
Surabaya
: Ibukota Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Dengan jumlah penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa, Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia timur. Surabaya terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan karena sejarahnya yang sangat diperhitungkan dalam perjuangan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah. Kata Surabaya
konon
berasal
dari
cerita
mitos
pertempuran antara sura (ikan hiu) dan baya dan akhirnya menjadi kota Surabaya. Modern
: yang
terbaru, tidak tradisional, kekinian. (Kamus
Besar Bahasa Indonesia,1993 : 370). Jadi, “Desain Interior Museum Kebudayaan China dengan Pendekatan Konsep Modern” adalah sebuah tempat yang mempunyai berbagai fasilitas rekreasi dan informasi tentang kebudayaan Cina khususnya pada era Dinasti Ming, Dinasti Qing, Dinasti Shang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang ingin mencari informasi dan edukasi serta tema interior yang disesuaikan dengan mengikuti perkembangan. commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.2 TINJAUAN UMUM MUSEUM 2.2.1
Pengertian Museum Museum berasal dari kata “Mouseion” yang merupakan kuil klasik tempat pemujaan Dewi Muse dalam mitologi Yunani, yang dipercaya sebagai lambang cabang ilmu pengetahuan dan kesenian. Museum adalah suatu lembaga yang bersifat badan hukum
yang
tetap,
tidak
mencari
keuntungan
dalam
pelaksanaannya kepada masyarakat, tetapi untuk memajukan masyarakat lingkungannya, serta terbuka untuk umum. Museum mengadakan kegiatan pengadaan, pengawetan, riset, komunikasi dan pameran segala macam benda bahan pembuktian tentang kehadiran umat manusia dan lingkungannya untuk tujuan tertentu, pengkajian dan pendidikan maupun kesenangan. (Moh. Amir Sutarga, 1989 : 23)
2.2.2
Sejarah dan Perkembangan Museum Sejarah Museum diawali dengan munculnya naluri ilmiah manusia, yaitu naluri untuk melakukan pengumpulan (collecting instinct). Sejak 85.000 tahun silam sudah merupakan tukang himpun, terbukti dari oleh hasil penelitian para arkeolog dalam gua-gua di Eropa dimana berdiam manusia Neanderthal dimana didalam gua ini ditemukan kepingan-kepingan batu yang disebut juga oker, fosil aneka bentuk, serta bebatuan lainnya. Koleksi ini merupakan penyajian pertama yang disebut Curiokabinet dan merupakan yang tertua dan nama ini merupakan museum pertama dalam sejarah dunia. Pada akhir abad 18 di Eropa Barat, banyak muncul kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Eropa dalam bidang – bidang ilmiah, hingga banyak pula berdiri perkumpulan atau lembaga ilmiah. Salah satunya berdiri sejenis museum yang disebut dengan Institutional Museum. commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Diawali dengan pecahnya revolusi perancis, yang kemudian melahirkan semboyan Liberte, Egalite et Fraternite (merdeka, persamaan dan persaudaraan), membawa perubahan pada sendi – sendi kehidupan yang lama dengan lahirnya bibit – bibit demokrasi barat yang menjadi sebuah tatanan kehidupan baru bagi bangsa Eropa. Perubahan tatanan kehidupan ini menyebabkan disitanya banyak istana milik raja maupun para bangasawan oleh negara dan semua koleksi yang awalnya hanya diperuntukkan khusus bagi keluarga raja beserta kerabatnya dan para bangsawan, menjadi terbuka untuk umum atau rakyat. Sebagai contoh adalah museum Le Louvre di Paris, Perancis, yang berasal dari koleksi Raja Frans I yang selanjutnya diperluas oleh Raja Louis XIV dari Fotainebleau ke istana Louvre sekarang. Sejak saat itulah kemudian museum menjadi salah satu lambang bagi kedaulatan rakyat khususnya dibidang ilmu pengetahuan, kebudayaan maupun seni dan tidak lagi hanya menjadi monopoli kaum bangsawan dan kaum cendikiawan saja, tetapi telah menjadi milik umum dan seluruh lapisan masyarakat. Dalam perkembangan berikutnya museum lebih menonjolkan fungsi rekreasi daripada fungsi edukatifnya. Setelah perang dunia II banyak negara yang sadar bahwa kehidupan cultural, seperti halnya dunia pendidikan dipandang
perlu untuk dimasukkan
dalam jangkauan strategis kebudayaan dan dikelola oleh sistem adminstrasi kebudayaan. Secara internasional perlu adanya kerjasama di bidang kebudayaan dan tugas ini kemudian dipercayakan pada UNESCO, sebagai salah satu badan PBB yang mengurusi masalah pendidikan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Selanjutnya dibidang permuseuman, UNESCO membenuk suatu lembaga yang mengurusi masalah permuseuman
secara internasional, yang
disebut dengan International Council of Museum, disingkat ICOM. commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada tahun 1981, ICOM memiliki anggota kurang lebih 7000 anggota dari semua negara anggota PBB. Di Indonesia sendiri mempunyai sejarah ilmu dan kesenian yang paling tua diantara Negara-negara Asia Tenggara lainnya. Hal ini dikaitkan dengan sejarah jaman kolonialisme dan Imperialisme. Pada tanggal 24 April 1778, Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, badan usaha
yang bertujuan
memajukan penelitian dalam bidang seni, ilmu, khususnya bidang ilmu sejarah, arkeologi, etnografi, dan fisika serta menerbitkan berbagai penelitian, mendirikan suatu lembaga ilmu pengetahuan. JCM. Radermacher, sebagai pendiri menyumbangkan sebuah rumah berikut koleksi budaya sebagai cikal bakal museum di Indonesia. Dengan bertambahnya jumlah koleksi, pada awal abad ke 19, Sir Thomas Stamford Raffles membangun gedung baru di Jalan Majapahit nomor 3, yang diberi nama Literary Society. Dan pada tahun 1862, pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk membangun gedung museum baru yang dapat digunakan sebagai kantor sekaligus untuk memamerkan koleksi. Gedung itu terletak di Jalan Medan Merdeka Barat nomor 12, Jakarta Pusat. Diresmikan pada tahun 1868, yang kemudian dikenal dengan nama Museum Gajah, karena terdapat patung Gajah yang terbuat dari perunggu, yang merupakan hadiah dari raja Culalongkorn, dari Thailand. Museum ini juga disebut Museum Arca, karena didalamnya tersimpan berbagai jenis dan bentuk arca yang berasal dari berbagai kurun waktu. Pada tanggal 29 Febuari 1950. Lembaga tersebut menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia, dan pada tanggal 17 September 1962 diserahkan kepada pemerintah Indonesia dan menjadi Museum Pusat, dan pada tanggal 28 Mei 1979 berubah nama menjadi Museum Nasional yang merupakan museum tertua di Indonesia. commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perkembangan museum di Indonesia mengalami pasang surut. Pada tahun 1662 didirikan De Ambonsche Raritteinkamer, oleh Rumpuis, tetapi kemudian lenyap dimakan tahun. Pada abad 20 didirikan Museum Aceh pada masa pemerintahan Hindia Belanda dan diresmikan ole Gubernur Sipil dan Militer Aceh Jendral HMA Swart pad atanggal 31 Juli 1915. Museum ini dkembangkan menjadi Museum Negri Provinsi Aceh. Tahun 1922 Von Faber, warga Surabaya keturunan Jerman menderkan Museum Steelijk Historish Museum Surabaya, yang saat ini berubah namanya menjadi Museum Negeri Mpu Tantular. Di Bali pada tanggal 8 September 1932 diresmikan sebuah museum dengan nama Bali museum, yang kemudian pada tahun 1965 dierahkan kepada pemerintah, dan saat ini namanya menjadi Museum Negeri Proinsi Bali. Di Yogyakarta sejak tahun 1924 dirintas sebuah museum oleh Java Institut yang pada tahun 1935 diresmikan menjadi Museum Sonobudoyo, kemudian setelah proklamasi
museum ini dikelola oleh pemerintah daerah, dan
akhirnya pada tahun 1974 museum ini diserahkan ke pemerintah pusat. Setelah tahun 1945 Museum-Museum di Indonesia terus bermunculan baik yang didirikan oleh pihak pemerintah maupun swasta. Sampai saat ini telah berdiri sekitar 140 buah museum di Indonesia.
2.2.3
Fungsi, tujuan dan tugas museum
a) Fungsi
menurut
ICOM,
fungsi
Museum
dengan
praktek
pengelolaan museum sehari-hari, sebagai berikut: 1) Pengumpulan dan pengamatan warisan dan budaya 2) Dokumentasi, informasi, dan penelitian alam 3) Konservasi dan preservasi 4) Penyebaran dan pemerataan ilmu pengetahuan untuk masyarakat umum 5) Pengenalan dan penghayatan kesenian commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6) Pengenalan kebudayaan lintas daerah dan lintas bangsa 7) Visualisasi warisan budaya alam dan budaya 8) Cerminan tumbuhnya dan berkembangnya peradaban umat manusia 9) Pembangkit rasa bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
b) Tujuan Museum Tujuan museum menurut Sampurno Kadarsan, dapat dibagi menjadi dua tujuan, yaitu tujuan institutional dan tujuan fungsional. 1) Tujuan institutional Memberikan
pengertian
kepada
Bangsa
Indonesia,
khususnya generasi muda tentang kebudayaan yang pernah ada, hal ini merupakan watak dan kesadaran bangsa, bahwa kebudayaan yang dimiliki Indonesia khususnya, sangat agung, juga sebagai pelindung dan pemelihara dari pengaruh budaya asing yang tidak sesuai. 2) Tujuan fungsional Sebagai wadah tujuan fungsional agar dapat berlaku secara efektif terhadap dua kepentingan yang saling berpengaruh, yaitu: (a) Kepentingan obyek Memberikan wadah atau tempat untuk menyimpan serta melindungi benda – benda koleksi yang mempunyai nilai budaya, dari kerusakan atau kemusnahan yang disebabkan, antara lain pengaruh iklim, alam, biologis maupun manusia. (b) kepentingan umum Menyimpulkan
penemuan
–
penemuan
benda,
pemeliharaan dari kerusakan, penyajian benda – benda koleksi kepada masyarakat umum agar dapat: commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(1) Menarik sehingga menimbulkan rasa bangga dan bertanggung jawab. (2) Dipelajari dan menunjang ilmu pengetahuan. 3) Tugas museum Tugas museum disamping sebagai koleksi, preparasi, edukasi maupun rekreasi, tugas pokok museum dapat diterangkan sebagai berikut: (a) Melaksanakan pengumpulan, perawatan dan penyajian benda yang bernilai budaya dan bernilai historis (b) Melaksanakan
dan
menyebarluaskan
hasil
penelitian
kebudayaan daerah dan bangsa berdasarkan koleksi (c) Melaksanakan perpustakaan, dokumentasi, dan penelitian ilmiah (d) Membuat reproduksi karya kebudayaan nasional (e) Melaksanakan tata usaha Selain seperti diuraikan di atas, terdapat pula tugas museum dibidang tourisme sebagai usaha untuk memperkenalkan harta budaya bangsa kepada para wisatawan asing. 2.2.4
Jenis Museum Di Indonesia jenis museum dibagi berdasarkan macam – macam ilmu pengetahuan. Adanya perbedaan
materi yang
dipelajari dalam setiap ilmu pengetahuan dengan sendirinya membawa pengaruh dalam segala hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan tersebut, seperti halnya teori, obyek – obyek yang dipelajari dan sebagainya. Pembagian museum berdasarkan perbedaan dalam ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut : a) Museum ilmu pengetahuan alam dan teknologi, yang termasuk museum ini adalah museum zoologi, museum botani, museum industri, museum kesehatan, museum pertanian, museum lalu lintas dan lain – lain. commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Museum sejarah dan kebudayaan, termasuk di dalamnya adalah museum seni rupa, museum etnografi, museum arkeologi, museum kesenian, museum antropologi, museum perjuangan, museum pendidikan jasmani dan lain – lain. Disamping pengetahuan,
perbedaan
pembagian
berdasarkan
museum
dapat
kategori
ilmu
diklasifikasikan
berdasarkan tipenya, sebagai berikut : a) Museum ilmu hayat b) Museum sejarah dan antropologi c) Museum ilmu pengetahuan dan teknologi d) Museum seni (Moh. Amir Sutaarga; 1989: 2) Dalam Kebudayaan
Surat nomor
Keputusan 075/1975,
Mentri bagian
Pendidikan
XFVI,
pasal
dan 728,
dikemukakan bahwa sistem klasifikasi museum sebenarnya lebih bersifat fleksibel agar dapat menuju kearah tujuan yang hendak dicapai yaitu pembinaan dan pengembangan – pengembangan museum di Indonesia. Hal tersebut di atas dikemukakan lagi dalam seminar pengelolaan dan pendayagunaan museum di Indonesia, yang selanjutnya diterbitkan dalam buku. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa, Direktorat Permuseuman membagi museum menjadi tiga tipe berdasarkan jenis koleksinya, sebagai berikut : a) Museum Umum, yaitu museum yang tidak membatasi jenis koleksinya. Koleksinya berupa kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi maupun berbagai cabang – cabang seni. b) Museum Khusus, yaitu museum yang membatasi jenis koleksinya, berupa kumpulan bukti material atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang ilmu pengetahuan atau satu cabang seni atau satu cabang teknologi. c) Museum Pendidikan, yaitu museum yang jenis koleksinya dikhususkan pada tingkat pendidikan umum commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Museum juga dapat digolongkan menurut kedudukannya ruang lingkup wilayah tugas, sebagai berikut : a) Museum Nasionalm, adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda – benda yang berasal dari, mewakili maupun yang berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari seluruh wilayah Indonesia yang bernilai nasional. b) Museum
Regional
Propinsi, adalah museum
yang benda
koleksinya merupakan kumpulan benda yang berasal, mewakili, serta berkaitan dengan bukti material manusia atau lingkungannya dari wilayah propinsi tertentu. c) Museum Lokal, adalah museum yang benda koleksinya terdiri kumpulan benda yang berasal, mewakili, dan berkaitan dengan bukti material manusia dan lingkungannya dari wilayah lokal setempat, kabupaten atau kotamadya tertentu. Sedangkan menurut penyelenggaraannya berdasarkan status hukumnya, museum dapat dibagi dalam kategori, sebagai berikut : a) Museum Pemerintah, yaitu museum yang diselenggarakan serta dikelola oleh pemerintah. Museum ini dapat dibagi lagi menjadi museum yang dikelola oleh pemerintah pusat dan museum yang dikelola oleh pemerintah daerah. b) Museum swasta, yaitu museum yang diselenggarakan
serta
dikelola oleh pihak swasta. Sedangkan berdasarkan bentuk bangunannya, museum dapat dibagi dalam kategori, sebagai berikut : a) Museum Tertutup, museum yang koleksinya berada didalam suatu bangunan permanent b) Museum Terbuka, museum yang sebagian besar koleksinya berada di luar bangunan permanent. c) Museum Kombinasi, museum yang koleksinya berada di dalam dan di luar bangunan permanen. commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.2.5
Persyaratan Museum
a) Lingkungan Museum 1) Lokasi museum harus strategis, mudah dijangkau untuk umum. 2) Lokasi museum harus sehat; (a) Tidak terletak di daerah industri yang udaranya sudah tercemar (b) Tidak berada pada daerah berawa, tanah berlumpur, tanah berpasir, dengan elemen-elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi tersebut. (c) Nilai lingkungan sekitar museum yang bersifat sebagai pusat rekreasi. (d) Sesuai dengan peruntukkan bangunan umum.
b) Persyaratan Bangunan 3) Persyaratan Umum: (a) Bangunan dikelompokkan dan dipisahkan menurut: (1) Fungsi dan aktivitasnya (2) Ketenangan dan keramaian (3) Keamanan (b) Pintu masuk utama (main entrance) adalah untuk pengunjung museum (c) Pintu masuk khusus (service entrance) untuk bagian pelayanan, perkantoran, rumah serta ruang-ruang pada bangunan khusus. (d) Area publik (Public Area), terdiri dari bagian: (a) Bagian utama (Pameran tetap dan pameran temporer) (b) Auditorium, gift shop, kafetaria, pos jaga, ticket box, dan penitipan barang, ruang duduk, toilret, dan sebagainya. (e) Area
semi
publik
(Semi
dari:Bangunan administrasi
Public
Area),
terdiri
(perpustakaan dan ruang
penerangan,commit ruang rapat, to userdan lain-lain)
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(f) Area privat (Private Area), terdiri dari: (a) Pelayanan teknis (laboratorium, storage, dan lain-lain) (b) Kantor pengelola 2) Persyaratan Khusus: (a) Bangunan Utama (pameran tetap dan temporer) (1) Memuat benda-benda koleksi yang dipamerkan (2) Mudah dicapai dari luar maupun dalam (3) Merupakan bangunan yang harus memiliki daya tarik sebagai bangunan pertama yang dikunjungi oleh pengunjung museum (4) Mempunyai sistem keamanan yang baik, dari segi konstruksi, rusaknya
spesifikasi benda-benda
ruang secara
untuk alami
mencegah maupun
kriminalitas dan pencurian. (b) Bangunan Auditorium (1) Mudah dipakai untuk umum (2) Dapat dipakai untuk ruang pertemuan, diskusi, dan ceramah. (c) Bangunan Khusus (1) Terletak pada ruang tenang (2) Mempunyai pintu masuk khusus (3) Memiliki sistem keamanan yang baik (terhadap kerusakan, kebakaran, kriminalitas) yang menyangkut segi-segi konstruksi maupun spesifikasi ruang. (d) Bangunan Administrasi; (1) Terletak strategis baik terhadap pencapaian umum maupun bangunan-bangunan lain (2) Mempunyai pintu masuk khusus
commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.2.6
Koleksi Museum a) Pengertian koleksi Pengertian koleksi secara harafiah adalah “kumpulan (gambar, benda – benda bersejarah, lukisan dan sebagainya) yang sering dikaitkan dengan minat atau hobby obyek (yang lengkap), berarti pula sebagai kumpulan segala hal yang berhubungan dengan studi penelitian. (KBBI,1995: 450) b) Syarat-syarat koleksi Museum Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh koleksi Museum, yaitu antara lain: (1) Mempunyai nilai sejarah dan ilmiah (termasuk nilai estetika) (2) Dapat diidentifikasikan mengenai wujudnya (morfologi), tipenya (tipologi), gayanya (style), fungsinya, maknanya, asalnya secara historis dan geografis, genusnya (dalam orda biologi), atau periodenya (dalam geologi khususnya bendabenda sejarah alam dan teknologi). (3) Harus dapat dijadikan dokumen dalam arti sebagai bukti kenyataan dan kehadirannya realitas dan eksistensinya bagi penelitian ilmiah. (4) Dapat dijadikan suatu monumen atau bakal jadi monumen dalam sejarah alam atau budaya. (5) Benda asli, replika atau reproduksi yang sah menurut persyaratan permuseuman. c) Jenis-jenis Koleksi Museum Terbagi dalam dua kategori: 1) Koleksi Umum, yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi 2) Koleksi Khusus, yang berkaitan dengan satu cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi. Adapun koleksi dari sebuah museum itu dapat bermacam – macam bentuknya, yaitu dapat berupa : commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Etnografika : yaitu kumpulan benda – benda hasil
budaya
suku – suku bangsa 2) Prehistorika : yaitu kumpulan benda – benda prasejarah 3) Arkeologika : yaitu kumpulan benda – benda arkeologi 4) Historika : yaitu kumpulan benda – benda bernilai sejarah 5) Numistika dan heraldika, yaitu kumpulan benda – benda alat tukar dan lambang peninggalan sejarah, misalnya mata uang, cap, lencana, tanda jasa, dan surat – surat berharga. 6) Naskah – naskah kuno dan bersejarah 7) Keramik asing 8) Buku dan majalah anti kuariat 9) Karya seni dan seni kriya 10) Benda – benda grafika, berupa foto, peta asli, atau setiap reproduksi yang dapat dijadikan dokumen. 11) Diorama, yaitu gambaran berbentuk tiga dimensi 12) Benda – benda sejarah alam, berupa flora, fauna, benda batuan maupun mineral 13) Replika yaitu tiruan dari benda sesungguhnya 14) Miniatur yaitu tiruan dari benda sesungguhnya namun berukuran kecil 15) Koleksi hasil abstraksi Alam S. Wittlin merumuskan tentang koleksi museum sebagai berikut: 1) Economic hoard collection (koleksi persediaan ekonomi). 2) Social prestige collection (koleksi kebanggaan social). 3) Magic collectioan (koleksi kepercayaan magis). 4) Collection as an expression of group loyalty (koleksi sebagai sebuah pernyataan kesetiaan kelompok). 5) Collection
stimulating
curiosity
and
inguire
(koleksi
memancing keingintahuan dan pertanyaan). 6) Collection of art stimulating emotional experience (koleksi seni yang memancing pengalaman commit to user emosional).
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Moh. Amir Sutaarga, 1989 : 77, berdasarkan sumber dasar materialnya, terdiri dari dua sumber, yaitu: 1) In Organik Merupakan koleksi yang berupa batuan dan kekayaan alam. Seperti batu alam, metal, keramik, kaca, 2) Organik Merupakan koleksi yang sumber dasarnya terbuat dari tanaman dan hewan. d) Pengadaan Sebuah museum, untuk melengkapi koleksinya diperlukan adanya suatu proses pengadaan koleksi museum, yaitu suatu kegiatan pengumpulan benda – benda realita atau pembuatan replica, yang dapat dijadikan suatu koleksi museum dan berguna sebagai bahan pembuktian sejarah alam dan budaya manusia serta lingkungannya. Tujuan dari pengadaan koleksi museum ini sendiri adalah untuk
menghimpun,
mencatat,
melestarikan
dan
mengkomunikasikan benda – benda sejarah dan budaya untuk kepentingan studi, pendidikan dan rekreasi yang sehat, sehingga terhimpunnya dan termanfaatkannya benda – benda sejarah dan budaya tersebut bagi masyarakat. Adapun pengadaan koleksi dilakukan dengan : 1) Penemuan/penggalian. 2) Pembelian. 3) Hadiah/hibah. 4) Titipan dari perorangan atau badan hukum. e) Konservasi Koleksi Pada suatu bangunan museum terdapat beberapa hal yang harus menjadi perhatian khusus, agar keutuhan koleksi didalamnya dapat terjaga dengan baik dan aman. Diantaranya hal-hal yang harus diperhatikan antara lain: 1) Debu dan Sinarcommit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Debu dan sinar cahaya dalam banyak hal dapat masuk dengan mudah ke ruang-ruang penyimpanan dan ruang pameran. Hal ini dapat dihindari dengan mengadakan perbaikan-perbaikan pada bangunan, seperti dengan mengunakan penolak debu, penolak cahaya pada jendela-jendela, dan sebagainya. 2) Gas Ada kerusakan yang disebabkan oleh gas-gas yang merusakkan yang dapat disebabkan oleh bahan vitrin atau pengyangga koleksi. Hal ini dapat dihindari dengan pemilihan bahan vitrin yang tidak mengandung asam dan pengutamaan pada ventilasi. 3) Perlindungan terhadap pencurian. Di ruang pamer harus terdapat suatu instruksi agar para pengunjung tidak dapat memegang obyek. 4) Ruang penyimpanan Syarat-syarat pada ruang penyimpanan, antara lain: (a) Tempatkan obyek koleksi pada lemari yang cukup vetilasi. (b) usahakan ruang gerak secukupnya untuk dapat menangani obyek. (c) Jangan meletakkan obyek di tempat orang-orang berjalan. (d) Kumpulkan bagian obyek di satu tempat. (e) Jangan saling menumpuk obyek. 5) Sinar Cahaya dan Penolakan Sinar Matahari Cahaya terlihat dan sinar UV dapat merusakkan obyekobyek, seperti rapuhnya dan lunturnya warna-warna tekstil, kertas, kayu. Kerusakan ini dalam kebayakan hal permanent dan kumulatif. Banyaknya cahaya yang terlihat dinyatakan dalam Lux, banyaknya sinar UV dengan mikro-Watt per Lumen. Nilai ini diukur dengan meteran Lux dan UV. Standar yang berlaku adalah 50 Lux dan 75 Mikro Watt per lumen untuk bahan peka cahaya seperti kertas dab tekstil, maksimal 200 Luxtodan commit user75 Mikro-Watt per Lumen untuk
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bahan kurang peka cahaya seperti kayu yang tidak di cat dan lukisan. Untuk batu tidak berlaku nilai Lux. Penerangan didalam vitrin mempunyai kerugian tambahan, yaitu temperature dalam vitrin naik dan kelembaban udara relative turun. Tetapi kalau lampu dimatika yang terjadi kebalikannya. Didalam ruang-ruang pameran semua museum dipakai berbagai macam lampu, dengan temperature warna berbeda. Lampu fluoresensi bertemperatur lebih tinggi dari pada lampu pijar, yang terlihat cahaya putih. Lampu pijar memberi cahaya kekuning-kuningan.
LEVEL CAHAYA YANG DIANJURKAN BAHAN
Iluminasi
radiasi
radiasi UV
Lumen / M2
watt/lumen
watt / M2
< 300
> 200
< 150
> 80
12.000
< 50
> 30
15.000
Tidak sensitif
Logam
Keramik
Gelas
Sensitif
Cat minyak
Kayu
Sangat sensitive
Lukisan
Tekstil
Tabel 2. 1 Tabel Level Cahaya yang dianjurkan berdasarkan jenis bahan koleksi
commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6) Kutu dan Serangga Di gedung-gedung banyak digunakan pemakaian bahan kimia,
seperti
memperhatikan
penyempotan cara
insektisida,
pertahanan,
dengan
pencegahan,
dan
pensialiran adanya kutu dan serangga. Di gedung-gedung tidak terdapat alat penahan masuknya insek, pintu dan jendela terbuka uantuk waktu yang lama dan bercelah-celah dibagian sambungan-sambungan dan ambang-ambang pintu. Inspeksi memang sulit karena ruangan-ruangan museum tidak teratur secara sistematis. 7) Musibah Dilengkapi alat pemadam kebakaran pada tiap ruang dan disertai penjaga malam pada gedung. Lima menit pertama sangat menentukan apakah kebakaran tersebut menjalatr atau tidak.
2.2.7
Metode Penyajian Koleksi a) Pengertian Metode Penyajian Koleksi Merupakan sebuah cara yang bertujuan untuk mengkomunikasikan suatu gagasan yang berhubungan dengan koleksi terhadap pihak lain. b) Jenis Jenis Metode Penyajian Koleksi Metode Penyajian Koleksi terbagi 3, yaitu: 1) Metode Intelektual/ Edukatif Memamerkan benda-benda yang berkaitan dengan benda tersebut, seperti proses pembuatan, penggunaan, fungsi. 2) Artistik/ Estetik Memamerkan
benda-benda
yang
mengandung
unsur
keindahan untuk mengangkat penghayatan terhadap nilai-nilai artistik dari koleksi tersebut. commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Romantik/ Evokatif Benda-benda yang dipamerkan disertai unsur lingkungan dimana benda
tersebut berada untuk menggugah suasana
penuh pengertian dan harmoni pengunjung
2.2.8
Peralatan museum a) Pengertian Peralatan Museum Setiap alat atau benda yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan administrasi dan teknik permuseuman b) Jenis-Jenis Peralatan Museum Peralatan museum terbagi menjadi: 1) Peralatan kantor Setiap
benda
bergerak
yang
dipergunakan
untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan administratif perkantoran museum. 2) Peralatan teknis Setiap jenis alat atau benda bergerak yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan teknik permuseuman.
2.2.9
Struktur Organisasi Museum Sistem dan Stuktur permuseuman di Indonesia diatur antara
lain : a) Keputusan Presiden RI No. 45 Th. 1974 b) Surat Keputusan Mentri P & K No. 079 / 0 / Th. 1975 Pada dasarnya museum di Indonesia ditangani langsung oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Depdiknas) yang termasuk di dalamnya adalah Direktorat Museum, Direktorat Sejarah dan Kepurbakalaan. Sedangkan Derektorat Jendral Kebudayaan akan menugaskan kepada unit – unit pembina teknis terhadap masing – masing badan dengan bidangnya. commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DEPDIKBUD DIREKTUR JENDRAL KEBUDAYAAN
DIREKTORAT PERMUSEUMAN
DIREKTUR JENDRAL PENDIDIKAN
DIREKTORAT PURBAKALA
DIREKTORAT KESENIAN
DIREKTORAT PENGHAYATAN KEPERCAYAAN
DIREKTORAT SEJARAH DAN NILAI TRADISIONAL
Bagan 2.2 Struktur permuseuman di Indonesia
BADAN PENDIRI BADAN PENASEHAT
BADAN PENGAWAS BADAN PENGURUS MUSEUM
Bagan 2.3 Struktur Organisasi Museum Swasta Sumber : (Moh. Amir Sutaarga, 1989 : 39)
commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BADAN PEMERINTAH
UNIT PEMBINAAN TEKNIS PERMUSEUMAN
MUSEUM
MUSEUM
MUSEUM
MUSEUM
Bagan 2.4 Struktur Organisasi Museum Pemerintah Sumber : (Moh. Amir Sutaarga, 1989 : 40)
KEPALA MUSEUM TATA USAHA DAN PERPUSTAKAAN
KURATOR KOLEKSI
KONSEVA TOR PERPUST AKAAN
PREPAR ATOR STUDIO
EDUKATOR PEMBIMBING EDUKATIF
Bagan 2.5 Struktur Organisasi Museum Secara Umum Sumber : (Moh. Amir Sutaarga, 1989 : 43)
Berdasarkan tugas dan fungsi museum, setiap museum mempunyai struktur organisasi sebagai berikut : a) Pembidangan Tata Usaha, meliputi kegiatan dalam registrasi ketertiban/keamanan, kepegawaian dan keuangan. b) Pembidangan Pengelolaan Koleksi yang meliputi kegiatan yang berhubungan dengan identifikasi, klasifikasi, katalogisasi koleksi sesuai dengan jenis koleksi. Menyusun konsepsi dalam kegiatan commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
presentasi, penelitian/pengkajian koleksi termasuk penulisan ilmiah dan persiapan bahan koleksi. c) Pembidangan Pengelola
Koleksi
yang meliputi
konservasi
preventif dan kuratif serta mengendalikan keadaan kelembaban suhu ruang koleksi dan gudang serta penanganan laboratorium koleksi. d) Pembidangan Preparasi yang meliputi pelaksanaan restorasi koleksi, reproduksi, penataan pameran, pengadaan alat untuk menunjang kegiatan edukatif cultural dan penanganan bengkel reparasi. e) Pembidangan Bimbingan dan Publikasi yang meliputi kegiatan bimbingan edukatif cultural dan penerbitan yang bersifat ilmiah dan popular dan penanganan peralatan audiovisual. f) Pembidangan Pengelolaan Perpustakaan yang meliputi kegiatan penanganan kepustakaan/referensi. Setiap pembidangan tersebut di atas dipimpin oleh kepala yang bertanggung jawab kepada kepala Museum. Susunan organisasi dan tata kerja museum, tergantung kepada tingkat kedudukan dan status museum.
2.2.10 Pengunjung Museum 2.3 Pembagian pengunjung museum Berdasarkan jumlahnya, terbagi menjadi 2 bagian, yaitu: 1) Perorangan (a) Pengunjung perorangan pada umumnya sudah tahu seluk beluk mueum (b) Yang sudah biasan berurusan dengan “orang dalam” (c) Untuk keperluan studi atau riset. (d) Mengisi waktu luang dengan melihat pameran 2) Kelompok (a) Berdasarkan Status Sosial, terbagi atas: (1) Pelajar/commit Mahasiswa to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(2) Seniman (3) Tamu Bisnis (b) Berdasarkan Asalnya, terbagi atas: (1) Pengunjung Lokal, dikunjungi oleh pengunjung pada radius 5 mil dari museum (2) Pengunjung Regional, mencakup pengunjung pada jarak 2 jam dari sekitar museum, (3) Pengunjung Nasional, mencakup seluruh penduduk satu negara (4) Pengunjung Internasional, untuk dikunjungi oleh pengunjung dari luar negara pada waktu-waktu tertentu.
2.4 Motivasi Pengunjung Museum Ada tiga macam motivasi pengunjung museum: 1) Motivasi Estetik Publik Museum yang mempnyai motivasi estetik menghendaki adanya sistem pameran benda-benda koleksi yang benar-benar terencana baik dengan latar belakang yang netral yang memberikan tempat artistic bagi koleksi yang dipamerkan, ditata seefektif mungkin. 2) Motivasi Romantik Pengunjung yang mempunyai motivasi romantik menghendaki suatu pameran benda-benda
koleksi
yang menampilkan satu seri
yang
kepentingan-kepentingan
secara
manusiawi,
murni
menampilkan
sedemikian
rupa
sehingga dengan demikian dapat mengundang partisipasi dan identifikasi masyarakat yang diwakili oleh benda-benda koleksi yang dipamerkan. 3) Motivasi Intelektual Pengunjung dengan motivasi intetelektual terdapat hasrat untuk menambagh pengetahuan dan untuk itu dipelukan, commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
da untuk system pameran yang skematis, yang memudahkan bimbingan menurut tahap-tahap yang dikehendaki, dari awal hingga akhir, dari suatu sugesti atau kesimpulan kepada tahap berikutnya.
2.3 TINJAUAN KHUSUS MUSEUM ( LOBBY dan RUANG PAMER ) 2.3.1 Tinjauan Ruang Museum a) Lobby 2.3.1.1 Pengertian Yang dimaksud dengan lobby, pengertiannya secara harafiah adalah ruang teras dekat dengan pintu masuk yang dilengkapi dengan beberapa perangkat meja – kursi, yang berfungsi sebagai ruang duduk atau ruang tunggu. Penataan lobby yang baik sangat diperlukan dalam manajemen pengunjung dalam sebuah museum. Lobby merupakan ruang kontrol yang cukup untuk pengorganisasian ruang, disamping itu lobby harus cukup lapang, menarik, baik dalam penerangannya, ventilasinya maupun penataan ruangannya. 2.3.1.2 Fungsi Lobby (a) Sebagai
Fungsi
Ekonomi,
yaitu
pengunjung
dapat
memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang tersedia di lobby dan tanpa harus pergi ke tempat lain, sehingga menghemat tenaga dan biaya. (b) Sebagai Fungsi Sosial, yaitu lobby dapat memberikan informasi kepada pengunjung tentang fasilitas-fasilitas yang disediakan di lobby agar pengunjung dapat saling berinteraksi
dengan
sesama
pengunjung
lain
serta
karyawan. (c) Lobby sebagai alat penghubung, yaitu memberikan informasi serta fasilitas sebagai tujuan pendidikan maupun pariwisata. commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.3.1.3 Fasilitas Untuk dapat memenuhi kebutuhan aktifitas dalam museum, maka
lobby
museum
sebaiknya.
(
Vail,
Coleman
Laurence,1950:155) (a) Tersedianya ruang pengecekan dan meja informasi. (b) Tersedianya fasilitas telepon umum (c) Tersedianya counter penjualan (dapat dilakukan di meja informasi), jika menjual kartu pos dapat disediakan meja untuk menulis. (d) Tersedia pula display buku dan barang – barang cetakan. (e) Tersedia fasilitas pameran pendahuluan ( memamerkan apa yang menarik dari museum ). b) Ruang pamer 2.3.2.1 Pengertian Ruang pamerdalam bahasa inggrisnya disebut dengan Show room, yaitu …..” room used for the display of good or merchendise “ ( Ernst Neufert,1987:359). Pengertian tersebut dapat diterjemahkan sebagai berikut, ruang pamer adalah ruangan yang digunakan untuk kepentingan pemajangan benda – benda koleksi atau barang – barang dagangan. Dari pengertian di atas, maka ruang pamer museum memiliki arti suatu
ruangan
yang
digunakan
untuk
menata
dan
memamerkan benda – benda koleksi agar dapat dilihat oleh pengunjung . Ruang pamer menurut pengertian yang dikemukakan oleh Pamudji Suptandar, adalah sebagai berikut : “Ruang pameran / galeri yaitu suatu wadah dari obyek – obyek yang digunakan untuk memamerkan karya – karya seni
atau pengetahuan ilmiah yang dapat dirasakan secara
subyektif.” Ruang Pamer merupakan tempat untuk mewujudkan komunikasi antara benda pamer dan pengunjung. Ruang Pamer commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dapat dianggap sebagai kunci pameran yang berbicara tentang kekayaan dari koleksi.
2.3.2.2 Tipe Ruang Pamer Ruang pamer dapat dibagi ke dalam dua jenis tipe, yaitu : (a) Ruang pamer sementara, digunakan untuk memamerkan materi pameran seperti lukisan, patung dan materi pameran yang dapat dipindahkan maupun diganti – ganti. Letaknya diliantai pameran utama, ataupun lantai bawah dekat dengan lobby (b) Ruang pamer permanen , terbagi dua jenis, yaitu : (1) pameran umum, obyeknya berukuran besar dapat berupa ruangan sejarah, informasi – informasi umum tentang koleksi museum maupun pameran kerja. (2) pameran
penelitian,
obyeknya
berukuran
kecil,
memamerkan hasil – hasil penelitian. Skala maupun proposi ruang pamer dapat berubah seiring dengan waktu dan kebutuhan. Untuk bangunan – bangunan masa kin, lazim ruangan yang digunakan berukuran sedang,
untuk
bangunan
–
bangunan
kuno
banyak
menggunakan ruangan – ruangan berukuran besar. Tipe – tipe Ruang Pamer, adalah sebagai berikut : (a) Kamar sederhana berukuran sedang merupakan bentuk yang paling lazim. (b) Aula dengan balkon merupakan bentuk ruangan yang juga lazim dan salah satu yang tertua. (c) Aula pengadilan ( CIERE story hall ) merupakan aula besar dengan jendela – jendela tinggi di kedua sisinya. (d) Galeri Lukis Terbuka ( Skylighted picture gallery ) merupakan tipe ruang yang paling umum dalam museum seni.
Ruangan tampak commit ini to user
paling
sederhana
bagi
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengunjung maupun bagi arsitek dianggap sebagai ruang yang paling sulit dirancang. (e) Koridor Pertunjukan merupakan tipe ruang pamer yang sesungguhnya bukan ruangan, tetapi merupakan suatu jalan atau lorong. Digunakan untuk display supaya tidak tampak kosong. (f) Tipe ruangan yang bebas, dapat dibagi – bagi saat ada pameran. Ruangan ini tidak berjendela tapi ada tempat yang dapat dibuka untuk cahaya alami.
c) Tata Ruang Area Pameran 2.3.3.1 Pengertian Pameran Pameran adalah suatu bentuk kegiatan promosi yang bertujuan untuk menstimulir/meningkatkan omzet penjualan dengan cara memperlihatkan (display), memperagakan (demo workshop) materi produk secara langsung kepada masyarakat atau konsumen. (William J Stanton, 1989). 2.3.3.2 Lay Out Pertimbangan dalam merencanakan lay-out ruang pamer adalah tipe pameran, pengunjung dan aktivitas. (1) Daya tarik utama dan sirkulasi utama. (2) Pola aliran, waktu yang diperlukan untuk tiap aktivitas. (3) Kapasitas ruang, formasi antrian. (4) Informasi, petunjuk, rambu, dan pertolongan. (5) Pelayanan pameran, pembersihan dan pemeliharaan. (6) Keamanan dan perlindungan.
commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari pertimbangan tersebut, maka alternatif lay-out pada ruang pamer adalah sebagai berikut :
Rencana terbuka, jenis ini biasa diterapkan pada pameran berskala besar.
Inti dengan galeri satelit, adalah lay-out dimana bagian tengah menjadi inti pameran dan dikelilingi oleh display dengan alur tematik.
Progresi linier, lay-out jenis ini diatur dengan rangkaian area display dalam rute tertentu.
Kombinasi. Lay-out dengan area display tematik namun sirkulasinya bebas.
Kombinasi, lay-out jenis ini disesuaikan dengan tipe display dan bangunan yang digunakan.
Tabel 2.2 Alternatif Lay-out dalam Ruang Pamer (Sumber : Fred Lawson, 2000 : 117)
2.3.4 Tinjauan Sirkulasi a. Pengertian Menurut Francis DK ching dalam bukunya Arsitektur : bentuk, ruang dan susunan jalan sirkulasi dapat diartikan sebagai tali commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang terlihat yang menghubungkan ruang – ruang suatu bangunan atau suatu deretan ruang – ruang dalam maupun luar bersama. b. Sirkulasi Umum Pengunjung (sirkulasi antar ruang – ruang museum) Sirkulasi atau pergerakan pengunjung di dalam ruang pamer, polanya berdasarkan dari lay out bangunan, namun tidak menutup kemungkinan tergantung pula pada perilaku pengunjung sendiri. Perilaku pengunjung dapat diketahui dari apa yang akan dilakukan orang dalam ruangan tersebut. Penggunaan tangga juga sangat diperlukan dalam sirkulasi di sebuah gedung, gunanya sebagai penghubung antar lantai. Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan tangga ini adalah tidak menimbulkan kesulitan dalam segi arsitektur, juga memudahkan bagi penyandang cacat untuk melaluinya disamping pula kemudahan untuk memindahkan barang – barang. Tangga hendaknya diatur dalam satu kelompok tingkat dan tidak terpisah – pisah, seperti ada 2 – 3 tingkat dari ruang depan ke lobby, kemudian dari lobby ke ruang pamer disebelahnya, demikian pula untuk ruang – ruang lainnya. Tangga utama sebaiknya dihubungkan dengan lobby dengan pertimbangan kenyamanan dan ekonomis ruang, tidak semestinya diletakkan di ruang pamer, karena akan mengganggu sirkulasi dan maupun penataan benda koleksi. Untuk penanggulangan kebakaran, sebaiknya setiap tangga diatur serta dihubungkan dengan pintu – pintu yang dapat dibuka dan ditutup dengan cepat. Anak tangga sebaiknya disusun sederhana sehingga tidak mengganggu sirkulasi yang tidak penting serta dibuat senyaman mungkin. Tangga – tangga harus mempunyai penerangan buatan yang cukup. Elevator juga dapat dipasang pada bangunan museum, jumlahnya tergantung pada kondisi museum. Museum besar umumbya memiliki dua elevator. Elevator untuk manusia dan barang menggunakan tombol – tombol otomatis, pintu elevator pun dibuat commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
secara otomatis. Untuk barang, pintu elevator terbagi dua secara horizontal di tengah dan dibuka ke atas dan bawah. Sebagai alternatif pengganti tangga dan elevator, dapat dipergunakan jalur landai ( Ramp ) dan escalator yang banyak dipergunakan pada bangunan modern. Untuk bangunan museum, penggunaan jalur landai maupun escalator dianggap masih baru dan umumnya dipakai untuk membentuk ruang. Ramp atau jalur landai tidak mahal dalam pengkontruksian maupun pengoperasionalnya, sedangkan escalator lebih mahal baik dalam hal pemasangan maupun pengoperasiannya
c. Penerapan Sistem Sirkulasi pada Bangunan 1) Sirkulasi Eksternal Bangunan a) Sistem Pencapaian Bangunan Pencapaian menuju bangunan dipilih pencapaian berputar dengan pertimbangan salah satu fungsi bangunan sebagai arena pameran (outdoor dan indoor) yang menonjolkan unsur informatif dan memerlukan akses yang mendukung kondisi tersebut, pencapaian berputar juga sesuai dengan bangunan multi fungsi dimana akan mempermudah akses terhadap fasilitas-fasilitas yang ada pada bangunan tersebut. b) Pengolahan Sistem Eksternal Karena bangunan yang direncanakan merupakan bangunan multi fungsi dengan berbagai macam pelaku kegiatan, maka perlu dilakukannya pemisahan entrance site tiap-tiap pelaku tersebut. Pemisahan entrance site juga dilakukan antara sirkulasi umum dengan sirkulasi kegiatan service. 2) Sirkulasi Internal Bangunan a) Sirkulasi Vertikal Adalah cara pencapaian pada lantai tertentu dalam bangunan secara vertikal atau cara mencapai aruang tertentu yang berada diatasnya commit to dan usersebaliknya. Sirkulasi vertikal juga
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ditekankan sebagai jalur darurat bila suatu saat terjadi bencana. Sirkulasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa fasilitas, seperti : ramp, tangga, eskalator dan lift. b) Sirkulasi Horizontal (1) Sistem Memusat Yaitu dimana hall berfungsi sebagai pusat entrance dari berbagai ruang. Sistem ini sesuai diterapkan pada ruangruang pamer. Untuk lebih jelasnya pada sistem memusat bisa di lihat pada diagram berikut : (2) Sistem Jalur Tunggal Sistem
dengan
menggunakan
koridor
sebagai
penghubung antar ruang-ruang utama dan hall berada diujung koridor tersebut. Sistem ini seakan diterapkan pada ruang-ruang pertemuan.
commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Sirkulasi Koleksi . B
A
D
C E
Kolektor
Ruang Isolasi / karantina
Ruang Produksi
Ruang Penerimaan Barang
Ruang Sortir
Ruang Restorasi
Registrasi
Bangunan Museum Gudang / Storage
Ruang Pemeran Temporer
Ruang Pameran Tetap
Ruang Ekspedisi Pameran Keliling
Gedung Lain
Museum Lain
Skema Arus dan Sirkulasi Koleksi di dalam Museum A,B,C,D, dan E : daerah dan tempat dimana koleksi diadakan atau asal dimana koleksi diperoleh. Sumber : (Depdikbud,1992/1993 : 89)
commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Sirkulasi Pengunjung Museum PENGUNJUNG MUSEUM ( tidak termasuk yang bersifat bisnis )
Rombongan
Perorangan
Mencari informasi
Ingin menambah pengetahuan
Penjaga pintu / loket tiket
Penitipan Barang
R. Informasi
R. tunggu / R. tamu
R. tunggu
Auditorium
R. pamer tetap
R. pamer khusus
R. pamer temporer
Ruang Pengamanan
Gudang
R. Studi Koleksi
Perkantoran dan Administrasi
Ruang Teknis dan Rumah Tangga Skema Arus dan sirkulasi Pengunjung di dalam Museum Sumber : (Depdikbud, 1992/1993 : 88)
commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f. Sirkulasi Khusus Pengunjung Menurut D.A. Robillard sirkulasi dalam museum dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan bentuk konfigurasinya, yaitu : Gambar
Tipe Sirkulasi a. Langsung (Straight ), alur lintasan pengunjung diarahkan oleh ruang interior dengan pintu masuk pada salah satu sisi dan pintu keluar pada sisi yang lainnya. b. Linier ( Linear ), sirkulasi diarahkan oleh rancangan
bangunan
yang
permanen,
pengunjung biasanya memakai pintu masuk keluar yang sama. Selain itu pengunjung berjalan
melalui jalur yang menerus, tidak
perduli masih pada area yang sama. c. Terbuka ( Open ), dalam hal ini tidak disertakan dinding display permanen didalam ruang pamer, sehingga elemen sirkulasi dan ruang pamer benar – benar menyatu. Ruang – ruang dari jenis pola terbuka in cenderung simetris, dan jalan – jalan masuk yang ada tidak
dirancang
untuk
mempengaruhi
orientasi perjalanan pengunjung. d. Memutar ( Loop ), partisi / dinding pembatas menjadi suatu yang dominan pada pola ini. Ruang – ruang pamer diletakkan sejajar atau saling berdekatan membentuk suatu yang teratur yang mengarahkan pengunjung untuk mengitari
pusat
ruang
tersebut,
seperti
courtyard, dan kelompok yang lainnya. e. Membentuk cabang (Branch, Lobby Foyer), suatu tipe sirkulasi yang memiliki area pusat to user yang commit kemudian menyebar menuju arah ruang
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pamer yang berlainan. Dalam hal ini secara visual tidak mengganggu sirkulasi. f. Membentuk cabang ( Branch, Gallery – Lobby)
g. Membentuk cabang ( Branch, Linear )
Tabel 2.3 Pola sirkulasi dalam museum (Sumber: D.A Robilard, Public Space Design in Museum : 41)
g. Hubungan Sirkulasi dan Ruang Pamer Beberapa pola keterkaitan ruang pamer dan sirkulasi antara lain : Gambar
Pola Keterkaitan Ruang Pamer dan Sirkulasi a. Sirkulasi dari ruang ke ruang (room to room), pengunjung mengunjungi ruang pamer secara berurutan dari ruang yang satu ke ruang pamer berikutnya. b. Sirkulasi dari koridor ke ruang pamer (coridor
to
room),
memungkinkan
pengujung untuk mengitari jalan sirkulasi dan memilih untuk memasuki ruang pamer melalui ruang koridor. Bila pengunjung tidak menghendaki ke suatu ruang pamer tertentu maka pengunjung dapat langsung menuju ke ruang pamer berikutnya. c. Sirkulasi dari ruang pusat ke ruang pamer (nave to room), disini pengunjung dapat melihat secara langsung seluruh pintu ruang pamer, sehingga memudahkan commit to user pengunjung untuk memilih memasuki
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ruang pamer yang disukai. d. Sirkulasi terbuka ( open ), sirkulasi pengunjung menyatu dengan ruang pamer. Seluruh koleksi yang dipajang dapat terlihat secara langsung oleh pengunjung dan pengunjung dapat bergerak bebas dan cepat untuk memilih koleksi mana yang hendak diamati.
e. Sirkulasi linier, dalam suatu ruang pamer terdapat sirkulasi utama yang membentuk linier
dan
menembus
ruang
pamer
tersebut. Tabel 2.4 Pola hubungan antara sirkulasi dan ruang pamer
(Sumber: D.A Robilard, Public Space Design in Museum: 47)
Selain itu, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan yang memungkinkan pengunjung untuk tertarik bergerak mengunjungi ruang – ruang pamer, antara lain : 1) Keragaman
antara
ruang
pamer,
pengunjung
tertarik
memasuki ruang yang berbeda dengan harapan memperoleh pengalaman yang berbeda pula 2) Kejelasan pandangan terhadap suatu jalur sirkulasi utama, sehingga memudahkan pengunjung pada suatu uang pamer untuk kembali atau pindah ke ruang lainnya melalui jalur utama yang dirasakan cepat. 3) Peta – peta dan tanda – tanda pada jalan masuk ruang pamer. 4) Pandangan menciptakan
keluar, kesan
memberikan tetap
adanya
suasana
santai
kedekatan
dan
dengan
lingkungan luar. 5) Pembagian ruang dengan memanfaatkan kolom – kolom commit to user bangunan.
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Laurence Vail Colemen (1950) juga membahas tentang tingkah laku pengunjung dalam mengamati koleksi pameran di museum. Ada yang hanya mengamati koleksi pameran di museum. Ada yang hanya mengamati benda secara sepintas saja, tetapi ada pula yang mengamati secara cermat dengan waktu yang relatif lama. Untuk itu diperlukan adanya satu sistem yang sesuai dengan tuntutan itu. Hal ini dimaksudkan agar pengunjung yang ingin mengamati lebih mendalam koleksi pameran tidak terganggu oleh pengunjung yang hnya melihat secara sepintas saja. Tetapi cara ini memerlukan ruang yang lebih luas dan lebih banyak peralatannya.
Gambar 2.1 Sirkulasi pengunjung yang diarahkan dengan sistem tata pamernya, untuk pengunjung yang ingin mengamati benda pamer secara sepintas dan secara cermat / detail. ( Sumber : Laurence Vail Coleman, Museum Building,1950:146 )
Dalam buku Exhebition a Survey of International Design mengemukakan ada tujuh cara untuk mengarahkan gerak pengunjung pameran, ketujuh cara tersebut adalah : 1) Jalan sirkulasi pengunjung dibatasi secara sederhana oleh tata pameran yang menerus dengan satu arah pandang serta commit to user memiliki jalan masuk dan keluar yang terpisah.
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Jalan sirkulasi pengunjung dibatasi secara sederhana dengan tata pameran yang menerus dengan dua arah pandang serta memiliki jalan masuk dan keluar yang sama. 3) Jalan sirkulasi pengunjung dibatasi secara sederhana dengan tata pameran yang menerus dengan dua arah pandang serta memiliki jalan masuk dan keluar yang terpisah. 4) Jalan sirkulasi pengunjung dibatasi secara sederhana dengan tata pameran yang disusun secara melingkar dengan satu atau dua arah pandang, serta mempunyai jalan masuk dan keluar yang sama. 5) Jalan sirkulasi pengunjung yang bervariasi dengan pola yang bercabang serta memiliki jalan masuk dan keluar yang sama. 6) Jalan sirkulasi pengunjung yang bervariasi dengan pola yang saling berpotongan dan bercabang, serta memiliki jalan masuk dan keluar yang sama.
h. Orientasi Antara sirkulasi dan orientasi yang berupa isyarat – isyarat spasial memiliki keterkaitan erat. Pengaruh isyarat tersebut terhadap pengunjung selama memasuki ruang – ruang museum harus diperhatikan secara terpadu. Selain itu, rasa bingung para pengunjung akibat dari kurang memadainya sistem sirkulasi dan isyarat – isyarat spasial yang ada, ternyata dapat pula menimbulkan kelelahan pengunjung. Untuk melawan tekanan dan rasa bingung, pengunjung memerlukan suatu sistem orientasi yang dapat memberikan ingatan yang kuat.
commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengunjung sangat membutuhkan penempatan tanda – tanda dan peta – peta pada titik – titik lintasan utama seperti tangga, elevator, eskalator, teras tempat menunggu, tempat penyeberangan, titik pertemuan koridor, dan pintu masuk ke ruang pamer.
o Terlalu
banyak
pilihan
membingungkan pengunjung
o Kebanyakan
pengunjung
bingung
terhadap posisi arah di dalam ruang pamer seperti barat, timur, utara dan selatan o Pengunjung menghendaki petunjuk arah untuk membantu mereka dalam menentukan arah. o Kebanyakan pengunjung menemukan peta denah yang sulit untuk diikuti o Kebanyakan mengikuti
pengunjung jalur
semula
kembali selama
mengunjungi ruang – ruang pamer o Pengunjung menggunakan peta untuk mencapai semua tempat mengikuti petunjuk–petunjuk
yang
dianggap
menunjukkan
arah
yang
menyenangkan dan menetukan jalur khusus o Pengunjung lebih cenderung tertarik dengan
petunjuk
membaca peta.
commit to user
arah
daripada
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
o Pengunjung yang memanfaatkan buku pedoman, membaca petunjuk arah daan menanyakan kepada penjaga cenderung tinggal lebih lama daripada yang tidak sama sekali. o Pengunjung
yang
tidak
terarah
cenderung cepat merasa bosan dan langsung cepat meninggalkan ruang pamer. o Petunjuk merupakan
yang
tidak
memadai
penyebab
utama
timbulnya kelelahan pengunjung o Alat petunjuk biasanya berupa peta dan denah, buku pedoman, tanda– tanda staf informasi dan isyarat– isyarat penting lainnya. o Pengunjung
memerlukan
sistem
orientasi fisik yang menunjukkan arah yang akan dikunjungi baik jenis koleksi maupun jalur pencapaian yang mudah dan cepat. o Pengunjung
mencari
titik
utama
sebagai acuan arah seperti foyer, penyeberangan, pertemuan koridor dan lainnya. o Beberapa
pengunjung
cenderung
mengikuti suatu rangkaian sesuai maksud dari merancang ruang pamer
Tabel 2.5 Pencarian Orientasi oleh Pengunjung Tipe Dasar dari Orientasi Pengunjung di Ruang Pamer Sumber : (D. A Robbilard, 1982)
commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sirkulasi harus memberikan variasi titik utama (focal point), pemandangan (vista), dan perubahan suasana. Selain itu, harus menyediakan pusat orientasi yang jelas dimana pengunjung dengan mudah dan cepat dapat memetakan kedalam pemikirannya seluruh konfigurasi jalur-jalur yang ada dalam museum. Beberapa tanda yang dapat digunakan sebagai orientasi adalah landmark dalam bentuk ruang, landmark dalam bentuk benda, arah sirkulasi, kesinambungan dan skala jalur, pemakaian peta dan petunjuk yang jelas, serta penempatan lokasi peta, petunjuk dan landmark yang jelas.
Gambar 2.2 Tipe Dasar dari Orientasi Pengunjung di Ruang Pamer Sumber : (D. A Robbilard, 1982)
Tanda yang dapat digunakan sebagai orientasi adalah landmark, baik dalam bentuk ruang, bentuk benda, arah sirkulasi.
Gambar 2.3 Petunjuk Tentang Ruangan di R. Pamer
commit to user
Sumber : (D. A Robbilard, 1982)
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Landmark dapat juga dijadikan pedoman dalam pencarian arah yang tepat, misalnya dalam ruang pamer tersebut di tengah dipasang materi koleksi yang dapat menarik pengunjung (point of Interest), tentu tujuan utama pengunjung ke arah materi tersebut baru melihat-lihat yang lain.
Gambar 2.4 Objek dari Penunjuk Arah di R. Pamer Sumber : (D. A Robbilard, 1982)
i. Pemilihan Rute Pemilihan rute merupakan motivasi pengunjung untuk memilih rute-rute kunjungan yang lebih jelas dan pasti, berusaha menemukan tempat-tempat terbaik, seperti halnya berusaha mencari hall dan ruang pameran utama. Pengunjung sangat jarang membuat jalur pengamatan lengkap pada ruang pamer. Mereka cenderung melihat ke arah area dinding sebelah kanan. Pengunjung lebih banyak mengambil rute terpendek di antara pintu masuk dan pintu keluar.
commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Setelah memasuki ruang pamer kebanyakan pengunjung akan belok ke kiri membentuk rute pengamatan
berlawanan
dengan arah jarum jam. Faktor yang mempengaruhi pengunjung untuk belok ke kanan setelah memasuki ruang pamer
adalah
posisi
pintu
keluar
ruang
pamer,
arah
petunjuk pada pintu masuk jarak dinding dari pengunjung pada titik pintu masuk, ukuran luas
ruangan
galeri
kebiasaan
dan
berjalan
pengunjung. Faktor
yang
mempengaruhi
pencarian sebuah rute adalah lokasi pintu masuk dan keluar, jalur dari pintu masuk ke pintu keluar yang dianggap dapat memberikan suatu hal – hal baru,
landmark
dan
ruang
pamer yang menarik, lebar dan keteraturan jalur yang dilalui
Pengunjung
tidak
akan
memasuki ruang pamer yang tidak memiliki pintu keluar atau yang pintu keluarnya tidak terlihat dengan jelas. Pengunjung cenderung melalui jalur yang searah dari pintu ke pintu.
commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kebanyakan pengunjung tidak memulai
untuk
memasuki
ruang pamer secara sistematis (seperti lantai pertama, kedua dan ketiga).
Tabel 2.6 Pola Pengunjung Dalam Pemilihan Rute. Sumber : (D. A Robbilard, 1982)
j. Alur Lintasan Alur lintasan pengunjung merupakan kecenderungan gerak lintasan pengunjung kepada suasana yang lebih disenangi dalam memulai pengamatan ketika memasuki ruang pamer. Kepadatan orang pada ruang dan waktu yang bersamaan dapat mempengaruhi kualitas komunikasi yang dimaksudkan oleh pengunjung. Alur lintasan dari kanan ke kiri lebih sering dilakukan pengunjung daripada dari kiri ke kanan
Pengelompokan
sculpture,
tempat
duduk dan lainnya letaknya di tengah ruangan lintasan.
commit to user
akan
menggangu
alur
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Peletakan kelompokan koleksi benda di tengah ruang pamer cenderung mempercepat
alur
lintasan
yang
memberikan
pengunjung.
Ruang
pamer
pengontrolan terhadap alur lintasan pengunjung
adalah
lebih
baik
dibanding yang tanpa kontrol
Tabel 2.7 Pola Pengunjung Dalam Peralihan Rute. Sumber : (D. A Robbilard, 1982)
k. Kejenuhan Terhadap Obyek dan Ruang Pamer Faktor penunjang kejenuhan juga bisa diakibatkan oleh kejenuhan terhadap obyek dan ruang pamer (kemonotonan penataan obyek koleksi baik mengenai gayanya, periode, pengelompokkan subyek, dan lainnya). Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya minat pengunjung memiliki keterkaitan dengan sususnan pameran yaitu keragaman,
kekontrasan
antara
bersebelahan.
commit to user
ruang-ruang
pamer
yang
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kurangnya
keragaman
dan
kekontrasan dalam rancangan ruang
pamer
(seperti
pencahayaan, kontras spesial dan
lainnya)
akan
memperpendek pengamatan
waktu
terhadap
area
pameran yang dilalui.
Kurangnya kontras
keragaman ini
dan
menyebabkan
masalah
kejenuhan
pengunjung yang paling utama daripada kelelahan fisik setelah mengamati koleksi.
Pengunjung mengamati sedikit lama pada obyek yang diminati dan melewati banyak koleksi dan ruang pamer yang tidak diminati.
Pengunjung kecepatan
menambah berjalannya
bila
tidak ada sesuatu yang menarik pada ruang pamer tersebut.
Pengunjung tinggal lebih lama pada ruang pamer pertama dari pada ruang pamer selanjutnya.
commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengunjung
tinggal
memberikan perhatian secara luas
kadangkala
berhenti
sejenak pada obyek tertentu dan
melewatkan
beberapa
obyek yang tidak diminatinya
Lamanya
waktu
yang
dihabiskan di depan sebuah pameran dan jumlah obyek yang
diminati
semakin
berkurang setelah memasuki ruang pamer.
Di ruang pamer yang besar kemungkinan
bahwa
pengunjung akan mengamati beberapa obyek yang tersedia adalah lebih kecil daripada di ruang pamer kecil
Banyaknya
obyek
yang
dipamerkan kadangkala sedikit waktu diluangkan pengunjung untuk mengamatinya daripada area yang memiliki obyek tidak terlalu banyak.
Tabel 2.8 Kejenuhan pengunjung terhadap obyek dan ruang pamer Sumber : (D. A Robbilard, 1982)
commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
l. Luas Pengerakan dalam Ruang Pamer Luas pergerakan pengunjung ini lebih dipengaruhi karena keinginan untuk mengamati benda yang belum pernah dilihatnya dan memasuki ruangan yang belum pernah dilihat dan dialaminya. Warna lantai, dinding, lokasi pintu masuk dan pintu keluar dapat mempengaruhi luas pergerakan pengunjung di dalam ruang pamer.
Pengunjung lebih banyak memanfaatkan area dinding sebelah kanan dibanding area sebelah kiri ruang pamer.
Pengunjung lebih sedikit berjalan-jalan di ruang tersebut pintu keluar.
Pengunjung
cenderung
lebih
banyak
berjalan-jalan di ruang pamer yang warna lantai, dinding dan atapnya yang sedikit lebih gelap bila dibandingkan dengan ruang pamer yang bewarna lebih terang.
Pengunjung
pria
lebih
banyak
mengunjungi area pamer dibandingkan pengunjung wanita. Pengumjung pria lebih banyak berjalanjalan di dalam ruang pamer.
commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Peletakan pintu ruang pamer (terutama pintu keluar) yang kurang tepat bisa menyebabkan
pengunjung
menuju
pintu keluar tanpa memperhatikan obyek yang dipamerkan.
Pengunjung
akan
berlama-lama
dan
banyak berjalan-jalan dalam ruang pamer bila terpampang banyak informasi yang dibutuhkan
pengunjung
bila
terdapat
kekontrasan di dalam ruang pamer. Tabel 2.9 Luas area ruang pamer yang dilalui pengunjung Sumber : (D. A Robbilard, 1982)
m. Penarikan dan Pengalihan Perhatian Penataan seluruh bagian ruang pamer juga sama pentingnya dengan obyek lokasi itu sendiri. Segala sesuatunya bisa dilakukan untuk menghindari konflik antara obyek pameran atau keadaan sekitarnya, dan berusaha untuk meningkatkan mutu museum agar dapat melakukan komunikasi yang lebih baik dengan para pengunjung dari berbagai kalangan dan pengunjung yang hanya bersifat sementara.
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Terlalu jauhnya jarak tempuh terhadap obyek yang harus diamati pengunjung cenderung
mengabaikannya
dan
langsung menuju pintu keluar.
Pengunjung
memberikan
banyak
perhatian kepada lingkungan yang belum pernah dikenal sebelumnya. Ruang
pamer
monoton
tidak
yang
cenderung
banyak
mendapat
perhatian pengun jung
Tabel 2.10 Penarik dan pengalih perhatian dalam ruang pamer. Sumber : (D. A Robbilard, 1982)
2.3.5
Tinjauan Organisasi Ruang Organisasi ruang tergantung pada permintaan atas program bangunan seperti : hubungan fungsional, persyaratan keluasan ruang klasifikasi
hirarki
ruang-ruang
dan
syarat-syarat
penempatan
pencahayaan atau pemandangan. Syarat-syarat organisasi ruang sebagai berikut : a) Memiliki fungsi-fungsi yang khusus atau kesamaan fungsi secara jamak. b) Penggunaan fleksible dan dengan bebas dapat dimanipulasikan. c) Memiliki fungsi serupa dan dapat dikelompokkan menjadi suatu cluster fungsional atau dapat diulang dalam suatu urutan linier. commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d) Menghendaki adanya celah terbuka untuk mendapatkan cahaya, ventilasi, pemandangan atau pencapaian keluar bangunan. e) Pemisahan sesuai dengan fungsi ruang dan mudah dijangkau.
Bentuk organisasi ruang dapat dibedakan antara lain sebagai berikut : No 1
Bentuk Organisasi Ruang
Keterangan
Organisasi Ruang Tertutup
a. Sebuah ruang besar dan dominan sebagai pusat ruang-ruang di sekitarnya. A.
Ruang
sekitar
mempunyai
bentuk, ukuran dan fungsi sama dengan ruang lainnya.
B.
Ruang sektar berbeda dengan ruang yang lainnya, baik bentuk, ukuran maupun fungsi.
2
Organisasi Ruang Linier
a. Merupakan deretan ruang-ruang. b. Masing-masing dihubungkan dengan ruang lain yang sifatnya memanjang. c. Masing-masing
ruang
dihubungkan
secara
langsung d. Ruang mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda, tapi yang berfungsi penting diletakkan pada deretan ruang.
3
Organisasi Ruang Secara
a.
Kombinasi dari organisasi yang terpusat dan organisasi linier.
Radial b.
Organisasi yang terpusat mengarah ke dalam sedangkan yang linier mengarah keluar.
c.
Lengan radial dapat berbeda satu dengan yang lainnya, tegantung pada kebutuhan dan fungsi ruang.
4
Organisasi Ruang
a.
Organisasi ini merupakan pengulangan dari bentuk fungsi yang sama, tetapi komposisinya
Mengelompok
dari ruang-ruang yang berbeda ukurannya, bentuk dan fungsi. b.
Pembuatan organisasi
commit to user
sumbu
membantu
susunan
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5
a.
Organisasi Ruang Secara
Terdiri dari beberapa ruang yang posisi ruangnya tersusun dengan pola grid.
Grid b.
Organisasi ruang terbentuk hubungan antara ruang dari seluruh fungsi posisi dan sirkulasi.
c.
Penggunaan ruang yang disusun secara grid banyak
dijumpai
pada
interior
ruang
perkantoran yang terdiri dari banyak devisi. Tabel 2.11 Bentuk Organisasi Ruang Sumber: (Francis D.K Ching, Arsitektur, Bentuk Ruang dan Susunannya,1996: 205)
2.3.4
Komponen Pembentuk Ruang a. Lantai pada umumnya: a) lantai harus kuat dan dapat menahan beban di atasnya b) mudah dibersihkan c) kedap suara d) tahan terhadap kelembaban e) memberikan rasa hangat pada kaki, dsb Menurut Pamudji Suptandar, lantai ruang pamer seharusnya tidak licin dan ekonomis dalam pemasangan atau perawatannya. Perlu diingat warna permukaan yang mengkilat akan memantulkan cahaya, permukaan yang terlalu gelap akan menyerap cahaya dan akan mengkontraskan
kecemerlangan
yang
akan
mempengaruhi
penglihatan, demikian pula jika permukaannya terlalui terang. Lantai ruang pamer seharusnya tampak baik secara umum dan fungsi. Menurut Francis DK Ching lantai yang berwarna terang akan meningkatkan tingkat kekuatan cahaya dalam suatu ruang, sedangkan lantai yang berwarna gelap akan menyerap sebagaian besar cahaya yang jatuh di atas permukaannya. Lantai menyalurkan kualitas fisiknya – tekstur dan kepadatannya – langsung kepada kita ketika kita berjalan di atas permukaannya.
commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Dinding Dinding adalah elemen utama yang dengannya kita membentuk ruang interior. Dinding mengendalikan
ukuran dan bentuk ruang,
dinding juga dapat dilihat sebagai penghalang yang merupakan batas sirkulasi kita, memisahkan satu ruang dengan ruang disebelahnya dan menyediakan privasi visual maupun akustik bagi pemakainya sebuah ruang. ( Francis DK Ching,1996:180) Fungsi dinding dalam bangunan antara lain : 1) Untuk menahan tepi dari urukan atau tumpukan tanah 2) Untuk menyokong atau menopang balok, lantai dan langit – langit. 3) Sebagai penyekat atau pembagi ruang 4) Sebagai pelindung apai dari bahaya kebakaran 5) Sabagai latar belakang dari benda dalam ruangan 6) Sebagai unsur dekorasi dalam tata ruang. Persyaratan dinding adalah : 1) Keras dan kuat 2) Tahan terhadap panas dan dingin 3) Tidak terpengaruh dengan alam dan tahan lama 4) Warna tidak berubah 5) Tahan terhadap AC 6) Tahan terhadap air dan kelembaban 7) Kedap suara 8) Mudah dalam pemeliharaan 9) Tidak tembus cahaya dan tembus pandang 10) Cukup tahan getaran dan tidak retak Dalam sebuah museum tentu dinding memberikan peranan penting dalam memberikan suatu suasana dan kesan pada ruang pamer, sehingga pengolahan dinding dalam ruang pamer merupakan faktor penting untuk memvisualisasikan benda koleksi secara maksimal.
commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Beberapa cara peletakan materi koleksi yang terletak di dinding adalah menggunakan : 1) Dinding galeri kayu dilapisi pabrik 2) Rel gantung 3) Draperis ( sebagai latar belakang obyek yang berdiri bebas ) c. Langit – langit Istilah langit – langit, ceiling berasal dari istilah “ceil” yang berarti melindungi dengan suatu bidang penyekat antara lantai dengan atap, sehingga terbentuklah suatu ruang. (Pamudji Suptandar,1999:56) Dalam buku yang sama, Pamudji Suptandar mengatakan tentang bentuk dan fungsi langit – langit, sebagai berikut : 1) Penampilan dari langit – langit bisa bervariasi, misalnya dengan penurunan, bergelombang dan sebagainya. 2) Sebagai bidang penutup, pembatas, pembentuk pada bagian atas ruang. 3) Tinggi rendah langit – langit bisa memberikan kesan luas dan sempitnya ruang 4) Untuk menempatkan titik pencahayaan dan penghawaan suatu ruang. Persyaratan langit – langit adalah : 1) Mudah pemeliharaannya 2) Meredam suara / akustik 3) Menunjang aspek dekoratif 4) Tahan terhadap kelembaban 5) Memperlihatkan kesan atau sifat ruangan tertentu 6) Mencerminkan unsur kemegahan dari bangunan itu 7) Pemasangannya harus disesuikan dengan sistem pencahayaan atau penghawaan baik secara alami maupun buatan. Pada ruang pamer, agar dapat menarik pegunjung dibuat ceiling yang kontras, saling bersaing untuk dapat menonjolkan diri dan memberi kesan mewah.commit (Pamudji Suptandar, 1999 : 132) to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan teknologi, telah memberikan penemuan – penemuan di bidang industri, khususnya terciptanya bahan – bahan bangunan termasuk bahan untuk langit – langit, sehingga memungkinkan untuk memenuhi segala jenis ruang, khusus untuk museum, ruang pamer yang menggunakan pencahayaan buatan memerlukan ketinggian antara 12 –14 kaki. Apabila diterapkan penggunaan skylight adalah antara 18 – 19 kaki. Sedangkan apabila diterapkan keduanya ( mixed lighting ), ketinggian langit – langit dapat bervariasi. Dari aspek konstruksi harus dipertimbangkan penempatan ducting udara, sirkuit lampu serta segi keamanannya karena mungkin terdapat berbagai peralatan elektrik, AC, lampu, dll.
2.3.5 Sistem Interior a. Pencahayaan 1) Sumber Pencahayaan Sumber pencahayaan ada dua, yaitu : a) Sistem pencahayaan alami Sistem pencahayaan alami ini merupakan sistem yang sangat sederhana, yaitu dengan mengandalkan cahaya matahari pada siang hari. Sifat dari sistem pencahayaan alami ini antara lain : (1) Cahaya alami siang tidak kontinyu (2) Cahaya matahari dapat merusak sebagaian benda – benda koleksi
museum,
karena
tingkat
iluminasinya,
dan
komposisi spectrum cahaya. Cahaya campuran, yaitu sebagaian dari cahaya matahari dan sebagaian dari cahaya lampu yang biasa dipakai saat siang hari. Namun yang banyak adalah lampu, karena bagaimanapun bentuk ruangannya, selalu ada lampu yang mendukung. Ilmu pengetahuan museum saat ini lebih menekankan lampu commitbuatan to userdi ruang pamer sehingga
tidak
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengherankan bila ruangan itu begitu tertutup dari sinar matahari.
b) Sistem Pencahayaan Buatan Pencahayaan buatan yang sering digunakan dapat dibagi dua macam yaitu : (1) lampu fluoresensi, di sini proses pengubahan energi listrik menjadi energi cahaya yang berlangsung dalam suatu gas dalam tingkat atom, dan tidak disertai oleh penghasilan energi panas, biasanya lampu ini berbentuk pipa. (2) Lampu pijar yang terangnya datang dari benda kawat yang panas, dimana sebagaian energi berubah menjadi energi panas dan sebagian menampakkan diri sebagai energi cahaya. Di sini energi cahaya timbul dari energi listrik yang berlangsung pada tingkat molekul dan disertai pengeluran energi panas. Suatu ruang pamer museum membutuhkan pencahayaan buatan dengan kualitas sebaik mungkin, dengan indeks penampakan warna maksimal 90, suhu warna ± 4000 Kelvin. Untuk itu dapat digunakan pencahayaan umum, berupa lampu – lampu TL putih yang mempunyai arus cahaya khusus. Meskipun pemakaian lampu atau penerangan lain “menghidupkan” benda – benda
yang sedang dipamerkan,
pengaruhnya
yang
terhadap
koleksi
berada
di
ruang
penyimpanan dalam jangka waktu yang lama dapat berakibat buruk. Para kurator sepakat untuk menghindari pemakaian cahaya yang langsung menyinari tempat penyimpanan barang seperti lemari kava, vitrin dan lain – lain. Bila pencahayaan ini memang diperlukan, maka pemakaian filter yang menyerap radiasi sinar ultra violet sangat disarankan, sehingga diperoleh cahaya dengancommit intensitas sebesar + 100 foot candles saja. to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Intensitas sebesar inilah yang terbaik baagi benda – benda yang mudah rusak oleh pengaruh cahaya. MAKSIMUM
OBYEK
ILLUMINASI
Benda – benda yang tidak sensitive terhadap cahaya antara lain : logam, batu, kaca, keramik, barang perhiasan (batu – batu intan, berlian, dan sebagainya), tulang.
Bebas dari ukuran cahaya
Benda – benda yang sensitive terhadap cahaya : lukisan, lukisan dinding, kulit, tanduk.
150 LUX
Benda – benda yang sangat sensitive terhadap cahaya : tekstil, pakaian, seragam, lukisan cat air, lukisan tempera,
50 LUX
printing dan drawing, naskah, benda – benda etnografi dan yang sejenis dengan itu Tabel 2.12 Ukuran penggunaan illuminasi cahaya terhadap benda – benda koleksi museum. ( Sumber : VJ. Herman,1981: 72 )
commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Sistem Peletakan Sumber Pencahayaan Buatan a) Pencahayaan Buatan Umum Berfungsi untuk menerangi seluruh ruang bagi kegiatan
Ruang
Pamer.
Ada
empat
macam
sistem
pencahayaan secara umum, yaitu : (1) Sistem Pencahayaan Langsung. (2) Sistem Pencahayaan Semi Langsung. (3) Sistem Pencahayaan Semi Tak Langsung. (4) Sistem Pencahayaan Tak Langsung
Gambar 2.5 Beragam Sistem Pencahayaan yang digunakan dalam ruang Sumber: John E. Flynn & Segil, 1970 : 141
Lampu
buatan
langsung,
digunakan
untuk
penerangan obyek, diantaranya : (1) Instalasi loteng (Attic Instalation). Lampu dengan reflector ini diletakkan di bawah kaca atap. Lampu pijar ditempatkan di empat baris paralel dengan empat dinding. (2) Kaca atap buatan/palsu (False Skylight). Alat untuk mendapat efek kaca atap tanpa penggunaan kaca atap. Mengurangi pembukaan atap. Lebih baik dan ekonomis daripada kaca atap. (3) Spotlight. (4) Lampu Hias (Louvered Lights). Menggunakan satu atau commit pijar. to userSinarnya ke bawah dan yang banyak lampu
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diterangi bisa sempit atau luas. Lampu ini akan membentuk bayangan hias di lantai. (5) Atap Hias (Louvered Ceiling). Atap gantung terbuat dari lembaran metal atau plastik yang berwujud persegi, bersilang–silang. Lampunya secara tidak langsung akan menyinari ruangan tanpa menyilaukan. (6) Lampu palung (Trough Lights). Baik yang terbuka maupun lensa penutup. Dengan lensa biasa palung harus dimiringkan untuk mengarahkan cahaya. Sistem ini lazim dipakai di Galery. (7) Lampu Troffer adalah panel cahaya yang diletakkan tinggi di langit–langit. Untuk ruang pamer, panel ini ditutup oleh lensa langsung khusus yang menempatkan cahaya di sudut dinding atau tempat lain yang diinginkan. (8) Lampu Polarisasi, masih terbatas, mengurangi silau, akan menolong penglihatan. (9) Lampu Kasus (Cases Lighting), bentuk umum dalam pencahayaan obyek langsung. Lampu buatan tidak langsung, untuk ruang bukan langsung obyek: (1) Lampu terpasang gantung (suspended fixture) jenis ini tidak langsung atau semi tidak langsung menggunakan lampu pijar. Lampu ini menjaga mata dari kesilauan dengan mengarahkan cahaya ke langit-langit. Bayangbayang yang tidak menyenangkan di langit-langit dikurangi dengan penggunaan alat-alat lain yang memantulkan sedikit cahaya ke bagian luar peralatan yang sudah terpasang itu. (2) Lampu
ke
atas
tersembunyi
(concealed
uplights)
digunakan untuk mencurahkan cahaya ke langit-langit dari atas kotak, layar atau barang lain. Jenis portable commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lampu ini tidak tepat dipakai di ruang pamer tapi dapat dipakai di lobby.
Gambar 2.6 Sumber pencahayaan yang dipasang pada sudut langit-langit atas ruangan.
(1) Teluk lampu (lighting cases) dengan tempat kecil horizontal di dinding yang menyembunyikan sumber cahaya sangat efektif untuk pencahayaan tidak langsung, cocok untuk ruang sedang atau besar (aula) (2) Panel Lampu (lighting panels) papan yang diangkat terbuka dengan lampu palung yang tersembunyi di tepinya. Panel langit-langitnya berbentuk variatif (bulat, persegi, bujur sangkar atau bebas)
Gambar 2.7 Sumber Pencahayaan yang ditutupi panel atau kaca tembus cahaya yang berfungsi sebagai pembagi cahaya.
commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Pencahayaan Buatan Khusus Pencahayaan
khusus
adalah
pencahayaan
yang
ditujukan terhadap benda pamer museum.
Gambar 2.8 Pencahayaan khusus pada ambalan tempat benda pamer diletakkan.
Pencahayaan harus disesuaikan dengan sifat benda, yang dalam hal ini dapat dibagi menjadi : (1) Pencahayaan khusus terhadap benda koleksi dua dimensi. (2) Pencahayaan khusus terhadap benda koleksi tiga dimensi. Penerapan pencahayaan khusus terhadap benda koleksi dua dimensi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (a) Untuk benda pamer pada bidang vertikal. Peletakan benda pamer pada bidang vertikal, sebaiknya sumber cahayanya memiliki sudut 30 derajat dari bidang tempat pemasangan benda pamer tersebut. (b) Untuk benda pamer pada bidang horizontal Benda pamer yang terletak pada bidang horizontal, sebaiknya peletakan pencahayaan ada di luar daerah refleksi. Hal ini disebabkan oleh sering terjadinya kesilauan yang mengganggu pengunjung. commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2.9 Pencahayaan khusus pada ambalan tempat benda pamer diletakkan.
(c) Untuk mengatasi timbulnya kesilauan perlu dibuat daerah gelap pada langit-langit atau lantai yang berada pada benda pamer tersebut. Hal ini berguna untuk menyerap pantulan yang terjadi.
Gambar 2.10 Daerah refleksi pencahayaan terhadap benda pamer pada bidang vertikal.
Untuk pencahayaan khusus terhadap benda koleksi tiga dimensi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : (1) Untuk benda pamer pada kotak terbuka. Benda pamer yang terletak pada kotak tanpa penutup, dibutuhkan peletakan sumber cahaya dengan tingkat iluminasinya
yang
tinggi
dengan
tujuan
untuk
menonjolkan benda pamer serta menghilangkan bayangan. Salah satu cara yang tepat dalam hal ini adalah dengan dua buah lampu sorot dengan sudut 30 derajat dari titik pusat benda. Namun apabila ingin mendapatkan efek cahaya yang istimewa dapat dicoba dengan mengubah-ubah letak sumber pencahayaannya. commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2.11 Letak sumber pencahayaan terhadap benda pamer 3D
(2) Untuk benda pamer dalam kotak kaca Benda pamer dalam kotak kaca harus menghindari penyilauan. Hal ini karena sifat kaca yang menimbulkan refleksi, menyebabkan pengamat menjadi silau. Untuk mengatasi refleksi pada bidang kaca ada tiga cara, yaitu : (a) Peletakan bidang kaca dengan arah vertikal. Refleksi dapat diatasi dengan memberikan latar belakang yang gelap atau menggunakan lampu yang tersembunyi di bawah ambalan.
Gambar 2.12 Penempatan kisi-kisi di bawah lampu untuk mengatasi pengaruh refleksi cahaya
(b) Peletakan bidang kaca miring ke arah vertikal. Untuk peletakan bidang kaca dengan arah miring ke arah
vertikal,
refleksinya
dapat
diatasi
dengan
meletakkan lampu yang dilengkapi penutup di bagian dalam kotak (pada bagian atas) dan meletakkan cermin commit to user di bagian bawah kotak.
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2.13 Refleksi Pencahayaan pada bidang kaca miring ke arah Vertical
(c) Peletakan bidang kaca miring ke arah horisontal
Gambar 2.14 Refleksi Pencahayaan pada bidang kaca miring ke arah horizontal
Sistem Penyerapan Cahaya, dibagi menjadi : (1) Difusi, cahaya alami diserap dengan kaca difusi untuk mengurangi
silau
dan
juga
menyebarkan
pemantulan
khususnya dari langit – langit dan dinding (2) Layar (screening) dengan tirai ,kre (venetian blinde), diafragma. Sulit bila jendela tinggi tapi dapat diatasi dengan kre (venetian blinde)
b. Penghawaan 1) Penghawaan alami Yaitu penghawaan yang bersumber dari alam (Natural). Dalam buku “Pasal-pasal Pengantar Fisika Bangunan“ dikatakan bahwa, bila harus menggunakan sistem penghawaan alami di dalam suatu ruangan, maka harus diperhatikan ventilasi horizontal yang commit to user terbuka secara cermat dan baik agar penghawaan alami yang
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dipergunakan itu sesuai dengan kebutuhan. (YB. Mangunwijaya, 1997 : 148). Untuk Indonesia secara umum, tingkat suhu udara yang cocok dalam ruangan penyimpanan adalah antara 20 oC dan 24oC, sedangkan tingkat kelembaban antara 45% dan 60%. Penggunaan AC tidak dianjurkan untuk menggunakan ventilasi yang baik sehingga suhu di dalam dan di luar gedung tetap sama. Dengan ventilasi saja, dapat terjadi tingkat kelembaban di dalam ruangan menjadi tingkat kelembaban relatif di dalam ruang penyimpanan, dapat digunakan alat dehumidifier.
A.
B.
A N G IN M A T I
UDARA C.DAERAH MATI
D.
E.
F.
G.
H.
Gambar 2.15 Kemungkinan yang terjadi pada sistem ventilasi silang Sumber : (Y.B Mangunwijaya, 1997 : 149)
commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan gambar : a. tak ada arus, karena tidak ada jalan keluar. b. Lubang keluar dan masuk sama luasnya, arus ventilasi baik untuk kedudukan tubuh manusia. Lebih baik bila jalan keluar diperluas. c. Lubang masuk tinggi lubang keluar rendah, tidak baik, karena menimbulkan daerah udara mati di bawah lubang masuk, yang justru merupakan tempat yang baik dan dibutuhkan oleh tubuh manusia. d. Lubang – lubang yang luas, ventilasi baik sekali e. Pada lubang masuk diberikan semacam ovestek dan angin langsung keluar lewat lubang ats di sisi keluar. f. Pada sisi keluar ditambahkan satu lubang di bagian bawah, dan terjadilah perbaikan aliran udara pada daerah tubuh manusia. g. Dengan melepas sedikit overstek, aliran udara menjadi lebih baik lagi. h. Dengan kasa – kasa ventilasi dapat lebih diperbaiki lagi. Atau untuk menyerap kelembaban yang terjadi di dalam lemari, rak atau peti penyimpanan, penggunaan silica gel sangat membantu. Dapat juga dengan pemakaian polyethylene. Untuk mencegah terjadinya goresan pada benda koleksi, disarankann agar benda-benda tersebut sebelum dibungkus dengan lembaran tipis polyethelene lebih dahulu diantari dengan anyaman kapas (cotton webbing) Apabila suhu di dalam ruang penyimpanan ruang terlalu tinggi dan udara terlalu kering, dapat dikurangi dengan pemakaian alat humidifer. Sedangkan untuk mengurangi pencemaran yaitu menyaring debu gas yang dihasilkan zat-zat kimia, debu garam yang dibawa air laut, menggunakan airlocks. Pemakaian airlocks ini sangat membantu kebersihan ruangan gedung secara keseluruhan. commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Penghawaan Buatan Yaitu penghawaan yang dibuat dengan campur tangan manusia. Sistem penghawaan buatan yang umum digunakan di dalam sebuah museum adalah : a) Sistem Heating atau Radiator, fungsinya untuk meninggikan suhu dengan cara sistem pemanasan air. Sistem ini biasa digunakan di daerah yang beriklim sub tropis. b) Air Conditioning (AC), berfungsi untuk memenuhi kebutuhan temperature, kelembaban, aliran udara dan untuk menjaga kualitas udara yang betul terpelihara. Sistem penggunaan AC ini pada umumnya dipakai pada daerah yang beriklim tropis. ( Vail, Coleman Laurence,1950: 150 )
c. Akustik Pengkondisian suara bertujuan mengurangi gangguan bunyi yang ditimbulkan oleh suara baik dari dalam maupun dari luar bangunan museum. Gangguan bunyi khususnya pada suatu museum, biasanya diakibatkan oleh dua faktor, yaitu faktor kebisingan dari luar ( berupa keramaian kendaraan pada jalur transportasi atau areal parkir ) serta faktor dari dalam ruang itu sendiri ( karena aktifitas / kegiatan yang berlangsung di dalamnya seperti bunyi langkah kaki dan pembicaraan pengunjung atau bunyi yang ditimbulkan oleh perangkat sound system pada ruang audio visual / auditorium serta materi koleksi peragaan pada ruang pamer yang menggunakan efek sound system ). Isolasi
bunyi
merupakan
cara
untuk
menanggulangi
terjadinya kebisingan atau gangguan bunyi dengan pengurangan atau pemisahan sumber bunyi dari yang lain, sehingga terjadi penyerapan dan pemantulan bunyi. Dalam hal ini, penerapan pemakaian bahan – bahan material interior pada komponen – komponen pembentuk ruangto( lantai, commit user dinding, langit – langit ) sangat
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berpengaruh. Selain itu tingkat kekuatan bunyi perlu juga diatur untuk mengurangi kebisingan dalam ruang. Cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi bunyi, diantaranya dengan pemilihan bahan yang berstandar akustik yang baik, misalnya pemilihan bahan yang kurang kepadatannya, sebab semakin lunak / berpori / berbentuk serabut, maka akan semakin banyak menyerap bunyi dan semakin sedikit memantulkan bunyi. Klasifikasi bahan penyerap bunyi, diantaranya yaitu : 1) Bahan berpori Karakteristik dari bahan berpori : (a) Penyerapan bunyi lebih efisien pada frekuensi tinggi dibanding frekuensi rendah. (b) Efisiensi akustiknya membaik dengan bertambah tebalnya lapisan
penahan dan bertambahnya jarak dari lapisan
penahan. Contohnya : papan serat (fiber board), mineral woods,selimut isolasi ( semacam jaringan seluler dengan pori – pori saling berhubungan ), plester lembut (soft plester). 2) Penyerap panel Tiap bahan kedap yang dipasang pada lapisan penunjang yang padat tetapi terpisah oleh suatu ruang udara, akan berfungsi sebagai penyerap panel dan akan bergetar bila tertumbuk oleh gelombang bunyi. Getaran lentur dari panel tersebut yang akan menyerap energi bunyi yang datang dan mengubahnya menjadai energi panas. Karakteristik dari penyerap panel yaitu merupakan penyerap bunyi yang efisien pada frekuensi rendah. Contohnya : panel kayu (hardboard), plastic board, langit – langit plesteran yang digantung, gypsum board, lantai kayu / panggung, pelat logam. commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Resonator rongga (helmh oltz) Resonator rongga terdiri dari jumlah udara tertutup yang dibatasi oleh dinding tegar dan dihubungkan oleh lubang / celah sempit
ke
ruang sekitarnya,
dimana
gelombang bunyi
merambat. Karakteristik dari resonator rongga yaitu menyerap energi bunyi maksimal pada frekuensi rendah yang sempit. Contoh : resonator rongga individual ( balok beton standar, soundbox), resonator berlubang ( lembaran asbestos semen, hardboard msonite, lembaran baja / aluminium polos), resonator celah ( batasan beton berongga khusus rusuk / slat kayu ). Selain itu, penggunaan bahan-bahan akustik dalam perancangan interior, juga memultifungsikan bahan antara fungsi penyerapan bunyi sekaligus penyelesaian interior. Oleh
karena
itu,
pemilihan
bahan-bahan
dengan
petimbangan-pertimbangan di luar segi akustik juga perlu diperhatikan, diantaranya : (a) Penampilan bahan (ukuran tepi, warna, sambungan) (b) Daya tahan terhadap kebakaran, kelembaban, temperatur dan kondensasi ruang. (c) Biaya dan kemudahan instalasi. (d) Mudah dalam perawatannya. (e) Kesatuan dengan elemen-elemen ruang (pintu, jendela dan lighting). (f) Keawetan (daya tahan terhadap tumbukan dan goresan) (g) Pemantulan cahaya dan ketebalan/berat.
2.3.6
Sistem Keamanan Arti pengamanan ruang pamer secara singkat adalah berupa usaha melindungi gedung museum, segala isinya, staf karyawan dan pengunjung ruang commit pamer todari userkerusakan dan gangguan yang
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
disebabkan oleh bencana alam dan ulah manusia dalam bentuk pencurian, perampokan, kebakaran, vandalisme atau tangan-tangan jahil, konflik politik, kerusuhan, banjir, gempa bumi dan sebagainya. Tujuan pengamanan museum ialah terciptanya suatu museum yang utuh, lengkap dan tentram dimana para pengunjung museum merasa tentram, nyaman dan tenang selama berada dan menikmati benda – benda yang dipamerkan. Demikian pula para staf museum yang terdiri dari kurator, educator, preparatory, konservator serta tenaga administrasi dapat bekerja dengan tenang, karena museum bebas dari gangguan keamanan, baik yang datang dari luar maupun dalam. Sifat kerja pengamanan museum adalah dinamis. Di dalam pelaksanaan teknisnya, sifat kerja pengamanan museum dapat dibedakan atas dua macam yaitu: yang bersifat stasis, dan yang bersifat dinamis / mobile (keliling). Sifat pengaman museum statis ditujukan khusus pada pengunjung museum. Ia melaksanakan tugas pengawasan yaitu mengawasi para pengunjung yang sedang melihat pameran di ruang pameran tetap, jadi tugasnya menjaga ruangan pameran. Pengamanan museum yang kedua bersifat dinamis atau mobile (keliling) tugasnya melakukan pemeriksaan keliling ke ruangan – ruangan, pameran tetap, auditorium, ruang admistrasi, ruang kuratorial, ruang preparasi, ruang edukasi, ruang konservasi dan laboratorium serta kompleks museum dimana terdapat koleksi – koleksi yang terbuka. Adapun waktu pengamanan museum tersebut adalah ketika museum akan dibuka, museum sedang dibuka, maupun ketika museum menjelang ditutup serta pada malam hari. Ada beberapa faktor unsur pengamanan museum yang perlu diperhatikan antara lain : a) Manusia, meliputi : Banyaknya pengunjung museum yang datang dengan tujuan serta kepentingan yang berbeda satu sama lain, sebagai contoh, misalnyacommit ada pengunjung to user museum yang memanfaatkan
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk mengadakan studi atau penelitian, ada sekedar untuk berekreasi dengan keluarga, tetapi ada juga yang memanfaatkan untuk mencari keuntungan sendiri dengan cara mencuri barang – barang koleksi yang ada di museum. Disamping itu ada pula yang secara iseng mengotori, membuat corat – coret di dinding tembok dan pagar atau merusak taman dan halaman yang merugikan pihak museum. Ulah dan tingkah laku para tuna wisma yang ada di sekelilingnya dengan membuang sampah dan kotoran dengan sembaranga, juga menimbulkan gangguan kenyamanan, kenikmatan dan ketertiban pengunjung museum. b) Fisik bangunan, meliputi : (1) Bahan – bahan kimia untuk laboratorium dan konservasi tidak disimpan di tempat yang baik dan aman. (2) Pintu jendela dan lemari – lemari koleksi tidak terpasang dengan kunci – kunci yang baik dan kuat (3) Pemilihan serta penentuan bahan – bahan bangunan sebaiknya memilih bahan yang tidak mudah terbakar oleh api. c) Peralatan dan Sarana, meliputi : (1) Belum tersedianya alat pemadam api, sehingga bila timbul bahaya kebakaran akan berakibat fatal dan tidak tertolong lagi. (2) pada umumnya saluran air dari hydrant (wall dan freezing hydrant ) sulit diperoleh, karena jaraknya yang terlalu jauh atau hanya pada lokasi gedung yang ada di kota besar saja yang sudah ada jaringan saluran dari PAM. dll d) Alam dan Lingkungan, meliputi : (1) udara di daerah itu sangat lembab, sehingga bisa merusak koleksi. (2) gangguan hewan atau binatang sejenis insect yang menyerang dan merusak koleksi jenis kayu, kain, kertas dan commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
juga jenis jamur untuk koleksi perunggu, batu dan sebagainya. (3) terjadinya bencana alam yang secara tiba – tiba dan tak terduga yang bisa berakibat rusaknya bangunan museum maupun koleksi di dalamnya. Dll Cara pengamanan benda – benda koleksi dapat dilakukan dengan cara : a) Pengamanan Umum Melalui Tata Kerja dan Tata Ruang Untuk menjamin keamanan benda – benda koleksi ini maka perlu ada pembagian tugas dan kewajiban yang tegas dan ketat diantara para petugas. Adapun tugas – tugas itu antara lain: (1) Memeriksa ruang – ruang penyimpanan secara rutin / berkala (2) Menyelenggarakan
pengamanan umum bagi seluruh
fasilitas penyimpanan. (3) Membuat peraturan yang ketat Dan
dalam
perencanaan
sebuah
gedung
harus
diperhatikan hubungan antara ruang – ruang penyimpanan dan bagian gedung lainnya agar tidak memudahkan terjadi pencurian atau perusakan oleh tangan – tangan jahil. Pengunjung ruang penyimpanan harus diantar oleh seorang petugas kurator dan harus
melalui
ruang
registrasi
yang
merupakan
ruang
pengawasan. b) Pengamanan Terhadap Pencurian dan Tangan – tangan Jahil Ada dua jenis pengamanan untuk maksud ini. Dan alat tersebut sebaiknya dipakai di seluruh bangunan. Alat yang dimaksud adalah: (1) Sistem Perlindungan Sekitar (Perimeter Protection Systems) Sistem ini dipakai untuk melindungi bangunan terhadap bahaya dari luar. Penekanan pengamanan terutama commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ditujukan pada jendela, pintu, atap, lubang ventilasi dan dinding – dinding yang mudah tembus. Didalam ruang pamer ada beberapa kekuatiran dan kerusakan benda koleksi pameran, seperti yang dikemukakan oleh Dadang Udansyah dalam bukunya berjudul Sarana Pameran di Museum, antara lain yaitu : (a) Vandalisme Kebiasaan Vandalisme ini banyak terjadi karena keisengan dan kurangnya kesadaran akan benda – benda yang bernilai sejarah dan kurangnya apresiasi kepada nilai – nilai kebudayaan bangsa kebiasaan ini misalnya, menusuk – nusuk, menggoresi benda koleksi, mencorat – coret, dan sebagainya. (b) Touch Complex (penyakit ingin meraba) Umumnya orang tidak puas melihat saja, mereka masih penasaran apabila tidak meraba benda – benda koleksi yang dilihatnya (c) Kelalaian yang dilakukan oleh pengunjung Bersandar pada benda koleksi, panil atau benda lainnya, membuang sampah sembarangan, meludah, menaikkan kaki pada benda koleksi merupakan sedikit contoh kelalaian yang sering dilakukan oleh pengunjung. (d) Kebiasaan merokok Didamping asap rokok yang bisa menyebabkan polusi
udara,
terutama
apabila
ruangan
tersebut
menggunakan AC, abu rokokpun menyebabkan ruangan menjadi kotor, apalagi bila membuang puntung rokok tidak pada tempatnya, apabila puntung rokok tersebut masih menyala dapat mengakibatkan kebakaran. (e) Pencurian Meskipun pencurian jarang terjadi, tetapi apabila ini sampai terjadi akan sangat merugikan sekali commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
baik bagi pihak museum maupun pihak pengunjung sendiri. (2) Sistem Perlindungan Dalam (Interior Protection Systems) Jenis ini sangat bermanfaat dalam pengamanan gedung, apabila ternyata sistem perimeter gagal berfungsi, misalnya bila pencuri / penjahatnya telah berhasil menyelinap masuk dan bersembunyi di dalam gedung sebelumnya saatnya pintu – pintu ditutup. Contoh yang paling sederhana dari jenis ini ialah kunci. Kalau alat diatas banyak pula ragamnya. Ada yang bekerja secara mekanis, ada yang secara elektris. Diantaranya adalah: (a) Saklar magnetic ( magnetic contact switch ) (b) Pita kertas logam (metal foil tape) (c) sensor pemberitahuan / pencegahan bila kaca pecah (glass breaking sensor) (d) Kamera pemantau (photoelectronic eyes) (e) Pendeteksi getaran (vibration detectors) (f) pemberitahuaan/peringatan getaran (internal vibration sensor) (g) alat pemasuk data pada pintu (acces control by remote door control) (h) pengubah sinar infra merah (passive infra – red)
c) Pengaman Terhadap Kebakaran Perlindungan terhadap bahaya kebakaran dapat dimulai dengan pemasangan kontruksi bangunan tahan api terutama di ruangan yang mudah terbakar. Ruangan juga perlu memliki pintu – pintu api. Juga dapat pula digunakan dinding – dinding khusus. Bagian
penting
dalam
perencanaan
pengisolasian
bencana (api) adalah dengan commit to usermenempatkan tangga pada tempat
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang tepat. Tangga utama mungkin tidak dapat didesain seperti ini, tapi tangga sekunder untuk umum dan staf
hendaknya
diletakkan di dekat dinding dan pintu. Berkaitan dengan bencana kebakaran, ruangan museum terbagi dua: (1) Ruangan – ruangan di mana air untuk memadamkan api dapat juga merusak seperti halnya api itu sendiri Contoh
:
Ruang
Pamer,
Ruang
Kuratorial,
Ruang
Penyimpanan. (2) Ruang yang bila ada kerusakan tidak akan terlalu serius. Contoh : Bengkel mekanik, penyimpanan barang persediaan peralatan, peti. Ruang
yang
disebutkan
pertama
sebaiknya
tidak
menggunakan air sebagai pemadam tapi CO2 yang dapat dipasang otomatis ataupun portable. Ruangan yang punya perlindungan air otomatis biasanya adalah basement sehingga dapat dipasang instalasi air di sana. Sedangkan ruang bagian atas basement tidak memerlukanya tetapi perlu diawasi atau dijaga jika ada keadaan darurat. Juga dipasang alarm api atau alat deteksi. Di bagian – bagian tertentu harus disediakan selang air dan perlengkapan kebakaran yang lain. Berkaitan pula dengan perlindungan terhadap api adalah masalah yang timbul akibat resiko perang dan juga gempa bumi. Resiko bahaya dari hal ini dapat muncul dengan pemakaian kaca di atas kepala yang terlalu berlebihan atau kontruksi lain yang rendah tingkat keselamatannya. Ada dua sistem alat pendeteksi yang dikenal, yaitu : (1) Pendeteksi panas ( thermal detector ), yang akan bereaksi terhadap perubahan suhu. (2) Pendeteksi asap ( smoke detector ), yang bereaksi terhadap gas atau aerosol yangtokeluar commit user pada saat kebakaran.
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Mengenai alat pemadam kebakaran dapat dipilih di bawah ini : (1) Sistem penyemprotan ( sprinkle system ) (2) Sistem pemadaman dengan gas (gas system) (3) Tabung pemadaman api (portable fire extinguisher) Untuk ruang penyimpanan koleksi seperti ini, maka portable fire extinguisher, yaitu dari jenis dry chemical extinguisher kiranya paling menguntungkan, karena tepung residu yang ditinggalkan tidak merusak semua jenis benda.
2.3.7
Sistem Display Pameran Display pameran menyangkut beberapa hal, diantaranya: a) Benda koleksi
Sistem display pada museum menyangkut beberapa hal, yaitu mudah tidaknya barang pajang dapat dinikmati pada suatu pameran dapat ditinjau dari berbagai faktor, yaitu : (1) Ukuran barang detail kritisnya.
(2) Kontras benda-benda dengan latar belakangnya dan kontras sekitarnya. (3) Penerangan dan kecerahan benda tersebut. (4) Warna cahaya yang menerangi benda itu. (5) Waktu saat melihat b) Faktor Penglihatan
Yaitu mudah tidaknya barang pajang dapat dinikmati pada suatu pameran, dapat ditinjau dari berbagai faktor, yaitu: (1) Ukuran barang detail kritisnya
(2) Kontras benda – benda dengan latar belakangnya dan kontras sekitarnya (3) Penerangan dan kecerahan benda tersebut (4) Warna cerah yang menerangi benda itu (5) Waktu saat melihat
commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2.16 Jarak dan Sudut Pandang yang Baik Sumber: (Julius Panero, Human Dimension and Interior Space, 1979 : 195)
Gambar 2.17 Daerah Visual Manusia dalam Bidang Horizontal dan Vertical Sumber : (Julius Panero, Human Dimension and Interior Space, 2003 : 290)
Gambar 2.18 Gerakan Kepala Manusia Horizontal dan Vertical dalam Mengamati Materi Koleksi Sumber : (Julius Panero Human Dimension and Interior Space, 2003 : 290)
Garis pandang baku berada pada garis horizontal 0 derajat, tapi pada kenyataanya garis pandang alami berada di bawah garis horizontal dan sedikit beragam dan tergantung pada masing-masing orang. Saat berdiri garis pandang normal berada pada 10 o, saat duduk 15o, saat rileks 30odan 38o di bawah garis horizontal. commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterbatasan jarak pandang mata manusia berupa batas pandangan mata manusia tanpa menggerakkan bola matanya (Polychromatic). Batas pandangan itu dalam bidang vertikal dan horisontal. Batas pandangan mata manusia normal yaitu: Vertikal
:
- max.50, min 27 di atas sumbu mata - max 40, min 10 di bawah sumbu mata
Horizontal
:
- max 79 di bawah sumbu mata
Gerakan kepala pada garis horizontal, tersusun berdasar rotasi leher dan gerak sekitar 45o kekiri dan kanan, dapat dicapai tanpa kesulitan oleh semua orang.
c) Sistem Penyajian Materi Koleksi Pengelompokan benda – benda menurut jenis dan bentuknya dapat mempermudah pemilihan sistem penyimpanan yang paling sesuai untuknya. Kelompok yang ada misalnya: benda – benda keramik / batuan, lukisan / foto, senjata / peralatan, pakaian, buku – buku dan barang cetak, film / video cassette dan lain – lain. Bentuk penyajian berbeda – beda pula, ada yang berupa lemari berpintu, rak terbuka, laci – laci atau gantungan yang dapat digeser – geser. Berapa banyak yang diperlukan untuk setiap kelompok tergantung dari jumlah benda yang ada atau yang akan ada.
commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Cara penyajian materi koleksi dapat dibagi menjadi 3 bagian, yakni : (1) Berdasarkan Bentuk Penyajian ( wadah materi koleksi yang ditampilkan ). (a) Bentuk sistem panel ( Panel System )
Gambar 2.19 Penyajian untuk benda 2 D : Gambar, bagan, grafik, lukisan, stiker, dan foto
(b) Bentuk sistem boks khusus Gambar 2.20 Penyajian untuk benda 2D dan 3D : MATERI 2D BOX KHUSUS STANDART
gambar, foto, benda – benda kecil yang berharga, benda – benda dari kulit dan tekstil, palaentologi dan geologi, dan lain - lain.
(c) Bentuk sistem boks standar (stand box)
Gambar 2.21 Penyajian untuk benda 3D : batuan, peralatan, miniatur, replika, patung, dan sebagainya.
(d) Bentuk vitrin KACA
Gambar 2.22
MATERI 3D TEKS DATA KOLEKSI
Penyajian benda 3D : Benda – benda kecil yang berharga, benda – benda dari kulit, paleontologi dan
commit to user
geologi, dan lain - lain.
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(e) Bentuk sistem diorama
Gambar 2.23 Penyajian
untuk
benda
3D
:
Diorama suatu peristiwa / kisah, diorama, suatu tema pameran, dll.
(2) Berdasarkan Aspek Aksentualisasi yang ditampilkan. Aksentualisasi dari materi yang ditampilkan dapat dilakukan dengan beberapa cara, hal ini dimaksudkan agar : (a) Benda / materi koleksi dapat sebagai point of interest
(b) Aspek estetika lebih ditonjolkan pada materi koleksi sehingga akan menambah daya tarik pengamat. (c) Persepsi dan penghayatan komunikasi dapat lebih detail dan telliti. Adapun cara yang dilakukan adalah dengan : (a) Perbedaan tinggi lantai (split level) Penyajian
untuk
benda
3D:
peralatan, miniatur, replika patung, dll. Aksentualisasi yang ditampilkan : - materi koleksi sebagai point of interest - kecenderungan komunikasi visual lebih detail
Gambar 2.24
commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(b) Sistem mezanin Dipakai pada ruang pamer yang multi level
sehingga
memungkinkan
terjadinya interaksi pengamat dari ruang atas dengan materi koleksi di ruang bawah. Penyajian untuk benda 3D : peralatan, miniatur, replika patung,dll. Aksentualisasi yang ditampilkan. - mengurangi penggunaan sekat dinding sehingga kebebasan ruang terbentuk. Gambar 2.25
(c) Memasukkan dalam dinding dengan dekorasi mural. Penyajian untuk benda 2D dan 3D yang berkaitan dengan dekoratif mural..
MATERI KOLEKSI
Aksentualisasi yang ditampilkan. - materi koleksi diperagakan pada lubang dinding dengan penerangan diatasnya yang terfokus -
aksentualisasi
menunjukkan
materi koleksi lebih menonjol.
Gambar 2.26
(d) Split level plafon/langit – langit Penyajian untuk benda 2D dan 3D Aksentualisasi yang ditampilkan. - penurunan celling pada materi koleksi dengan fokus penerangan dapat
meningkatkan daya tarik
obyek pamer. - materi koleksi sebagai pusat utama Gambar 2.27
commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(3) Berdasarkan Faktor Teknologi Penggunaan teknologi modern sangat mendukung fungsi dan suasana yang ingin ditampilkan, yaitu bersifat informatif, edukatif, dan rekreatif. Hal ini akan menimbulkan persepsi pengamatan yang lebih detail dan teliti. (a) Sistem display film/sinematografi Penyajian berupa teater film / multi media yang menggambarkan suatu
R. PROYEKTOR
peristiwa
/
kisah
yang
sesuai
dengan tema museumnya. Gambar 2.28 SCREEN
(b) Sistem display komputer / monitor tv Gambar 2.29 Penyajian menggunakan program komputer, baik dengan sistem layar lebar atau tidak.
(c) Sistem display remote kontrol dan tata lampu Gambar 2.30 Penyajian
materi
dapat
berupa
materi koleksi 2D ( grafik, bagan TV LAYAR LEBAR
interktif
)
dengan
dilengkapi
tombol pengatur. Atau materi 3D ( miniatur suatu proses produksi, maket) yang dilengkapi display tata
CONTROL PROGRAMING
lampu yang menarik
commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(d) Sistem materi koleksi berputar
Gambar 2.31 LAMPU
Penyajian berupa materi 3D dengan ukuran kecil dan sedang ( 0,5 m² PETA TEKTONIK
3,0m²) serta persyaratan
berat
maksimum 150 kg REMOTE CONTROL
(4) Berdasarkan Kronologis Yaitu koleksi yang dipamerkan disusun dari yang muda usianya.
d) Persyaratan Media Display Koleksi Kerangka ( penutup ) rak, tembaga atau aluminium ditutup satin atau dicat ( mesti jarang ). Kerangka harus kuat, tahan debu dan kutu, tahan lembab, aman terhadap pencuri namun mudah dibuka dan baik kelihatannya. Penutupnya harus terkunci atau didukung dengan sekrup supaya tidak banyak kunci. ( Vail, Coleman Laurence,1950:235) Pencahayaan dengan membuat isi rak lebih bercahaya dari pada sekelilingnya, yaitu cara penggunaan lampu dalam frame atau kerangka tetapi model ini akan memancarkan udara dan merusak obyek, usaha lain adalah dengan lampu TL dan juga lampu yang diberi filter. Rak kelompok, rak
untuk diorama
atau kelompok
lingkungan tertentu. Rak ini dipasang tertanam di dinding. Dapat pula digunakan rak – rak diorama kecil. Lampu rak ini mempunyai peran penting sebagai kesan dramatis. Lampu pameran, perlu untuk memberi tambahan permukaan pameran dan juga untuk membagi panjang dinding dan membagi lantai ruangan. Besar ukuran layar harus selaras dengan
skala
to userbangku duduk sering dipakai di sekelilingnya. Sekatcommit penunjang,
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
galeri lukisan. Juga dapat disediakan kursi – kursi kecil yang dapat diputar untuk orang – orang yang duduk dekat obyek di display vertikal. Kursi kecil dari meja untuk kelompok umur yang berukuran sesuai, diperlukan di museum umum. Persyaratan – persyaratan dalam perencanaan pembuatan vitrin sebagai berikut : 1) Keamanan benda koleksi harus terjamin.
2) Memberi kesempatan kepada pengunjung agar lebih leluasa dan mudah serta enak melihat koleksi yang ditata di dalamnya. 3) Pengaturan cahaya dalam vitrin tidak boleh menggangu koleksi maupun menyilaukan pengunjung. 4) Bentuk vitrin harus disesuaikan dengan dinding. Menurut bentuknya vitrin terbagi atas dua macam, yaitu: 1) Vitrin tunggal 2) Vitrin ganda
2.3.8
Furniture Furniture merupakan bagian penting dalam interior, dan secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu : a) Barang-barang bergerak bebas, dalam arti ini tidak menyatu atau tidak terlihat pada elemen-elemen ruang, misalnya kursi dan meja. b) Barang-barang yang masih terikat dengan ruang dimana barang itu berada (built-in). Contohnya : rak, lemari yang menyatu dengan dinding, tempat duduk yang menjadi satu dengan lantai. Furniture yang dibutuhkan dapat ditentukan melalui macam kegiatannya untuk itu perlu adanya pengelompokan furniture seperti dibawah ini : a) Sifat Peletakan. Terdiri dari Bulit – in dan Furniture yang bergerak bebas. commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Ukuran. Ukuran adalah penting terutama dalam penyesuaian dengan besaran ruang dan kebutuhan dalam penggunaan. c) Bentuk. d) Fungsional/Struktural, adalah furniture yang didesain atas dasar kepentingan fungsi dan pemanfaatan bahan dan teknik yang maksimal. e) Tema, adalah kelompok furniture yang secara visual memberi suatu tema tertentu. f) Khusus, adalah furniture yang direncanakan khusus guna suatu kepentingan. Penyusunan letak furniture (lay-out furniture) dilakukan dengan pertimbangan yang seksama dari pokok-pokok permasalahan berikut ini : a) Penentuan daerah aktif dan pasif. (1) Daerah aktif adalah daerah dimana terjadi kegiatan dengan frekuensi tinggi dan bersifat cepat, misalnya jalan untuk lalu lintas (flow), gang (lorong), daerah depan pintu, dan sebagainya. (2) Daerah pasif adalah daerah yang mempunyai kegiatan dengan frekuensi rendah dan bersifat lambat dan lama. Daerah ini sesuai digunakan untuk kegiatan seperti untuk tempat duduk. b) Bentuk Kegiatan. Bentuk
kegiatan
menentukan
susunan
letak
serta
kelengkapan furniture. c) Ukuran Gerak. Ukuran gerak dimaksudkan untuk memperhitungkan ruang/jarak yang dibutuhkan oleh sikap gerak/kegiatan manusia.
commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.3.9
Pertimbangan Desain a) Bentuk Ciri – ciri visual bentuk dapat dijelaskan sebagai berikut : (1) Wujud adalah ciri – ciri pokok yang memvisualkan bentuk. Wujud ialah hasil konfigurasi tertentu dari permukaan dan sisi suatu bentuk (2) Dimensi adalah panjang, lebar dan tinggi. Dimensi – dimensi ini memerlukan adanya
proporsi, adapun
ditentukan oleh perbandingan ukuran
skalanya
relatifnya terhadap
bentuk – bentuk lain disekelilingnya. (3) Warna adalah corak, intensitas dan nada pada permukaan suatu benda atau bentuk. Warna adalah atribut yang paling mencolok
yang
membedakan
suatu
bentuk
terhadap
lingkungannya. Warna juga mempengaruhi bobot visual suatu bentuk. (4) Tekstur adalah karakter permukaan suatu bentuk, tekstur mempengaruhi baik perasaan kita pada waktu menyentuh maupun kualitas pemantulan cahaya menimpa permukaan bentuk tersebut. (5) Posisi adalah letak relatif suatu bentuk
terhadap suatu
lingkungan atau medan visual. (6) Orientasi adalah posisi relatif suatu bentuk terhadap bidang dasar, arah mata angin atau terhadap pandangan seseorang yang melihatnya. (7) Inertia visuil adalah derajat konsentrasi dan stabilitas suatu bentuk tergantung pada geometri dan orientasi
relatifnya
terhadap bidang dasar dan garis pandangan kita. (Francis DK Ching, 1996: 50) b) Unsur – unsur desain Ada beberapa unsur dasar di dalam desain yang meliputi unsur visual ( unsur yangto dapat commit user dilihat ) serta unsur yang tidak
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Unsur – unsur yang melebur dalam desain membentuk satu kesatuan atau unity. Kesatuan bentuk dapat pula diperoleh dari pertimbangan : (1) Proporsi yaitu hubungan antara ukuran bagian terhadap keseluruhan, antara bagian yang satu dengan yang lain.
(2) Keseimbangan yaitu suatu kondisi atau kesan berat, tekanan, tegangan, sehingga memberi kesan kestabilan, tenang dan seimbang. (3) Irama dapat diartikan sebagai pengulangan garis, bentuk, wujud, dan warna secara teratur dan harmonis. (4) Emphasis atau tekanan adalah suatu bentuk yang mendapat perhatian atau tingkat kekuatan tertentu, atau penonjolan bagian tertentu.
c) Warna Warna penting dalam desain karena warna membawa misi untuk masing – masing benda yang selalu ada warna yang menyertai keberadaanya. Warna dapat pula
menggambarkan
perasaaan psikologis seseorang, seperti perasaan takut, ragu – ragu, berani, tenang dan sebagainya. Warna juga
sering
difungsikan sebagai alat untuk merekayasa suatu ruang sehingga tampak luas atau sempit. Warna juga dipengaruhi oleh cahaya, baik cahaya alami maupun cahaya buatan. Disamping itu secara psikologis warna memiliki pengaruh terhadap perasaan manusia seperti yang diuraikan di bawah ini: (1) Biru, umumnya dinamakan warna menjauh, bersifat dingin, baik dan tenang (2) Hijau, menyejukkan dan dapat mengurangi ketegangan hidup. (3) Kuning, merangsang dan menarik perhatian. (4) Merah, menyenangkan dan merangsang otak memberi kesan mewah dan kebahagiaan. commit to user
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(5) Abu – abu, memberi efek dingin, sebaiknya dikombinasikan dengan warna lain. (6) Orange, merangsang, dapat menimbulkan
rasa sakit dan
kejenuhan. (7) Coklat, memberi pengaruh rasa segar, tenang, dan hangat. (8) Putih dapat mematikan semangat jika tidak dikombinasikan dengan warna – warna emas. (9) Hitam,
cenderung
memberi
pengaruh
menekan,
bila
digunakan dengan warna lain berfungsi menunjang intensitas warna tersebut. d) Elemen Estetis Aksesoris dalam Desain Interior merujuk pada bendabenda yang memberi kekayaan estetika dan keindahan dalam ruang, benda-benda tersebut dapat menimbulkan kegembiraan visual untuk mata, tekstur yang menarik untuk diraba atau sebagai stimulan perasaan. Pada akhirnya, baik sendiri-sendiri atau bersama-sama, aksesoris adalah bukti jelas hunian. Kekayaan visual dan rasa pada suatu tatanan interior dapat berupa : (1)
Manfaat : alat-alat dan objek-objek yang memang berguna.
(2)
Incidental
: Elemen-elemen dan kelengkapan arsitektur
(3)
Dekoratif
: benda seni dan tanaman. (Francis DK
Ching, 1996: 272-275). e) Tema Dalam suatu perancangan desain interior, tema memegang peranan yang penting, karena tema
dapat memberikan suatu
suasana tertentu dan membentuk karakter ruangan tertentu. Sebuah tema harus dapat menjawab dan memberikan pemecahan bagi permasalahan desain, sehingga tampilan desain yang dihasilkan dapat memenuhi tuntutan kegiatan dan fungsi ruang yang sesungguhnya. Dalam buku Interior design in the 20th Century disebutkan bahwa tema yang sesungguhnya commit to user adalah suatu elemen utama
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang memberikan arah desain. Elemen itu mungkin berupa cara untuk memperlakukan isi, elemen tertentu untuk mempengaruhi ukuran atau cara untuk meningkatkan sirkulasi. Setiap interior yang baik tersusun satu atau lebih garis, bentuk dan warna yang membangun konsep sebagai temanya. Secara garis besar tema yang diterapkan pada museum harus disesuaikan dengan karakteristik dari kegiatan museum itu sendiri, yakni bersifat non formal. Tema dan nuansa yang hendak dicapai diaplikasikan melalui penggunaan bahan dan warna unsur pembentuk ruang, pengisi ruang maupun elemen estetis yang mendukung suasana.
commit to user
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.4.1
Tinjauan Umum Kota Surabaya
Peta Kota Surabaya
Data Singkat Kota Surabaya Hari jadi
31 Mei 1293
Gubernur
Soekarwo
Wilayah
47.922 km²
Kabupaten /
29 kabupaten / 9 kota
Kota Kepadatan
37.070.731 jiwa (2005)
Penduduk Suku bangsa
Jawa, Madura, Tionghoa, Arab
Bahasa
Indonesia, Jawa
Agama
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Kong Hucu
Zona waktu
WIB
Kode telepon
031 Tabel 2.13 Data Kota Surabaya
commit to user
Sumber : http://www.surabaya.go.id
perpustakaan.uns.ac.id
99 digilib.uns.ac.id
Kota Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Dengan jumlah penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa, Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia timur. Surabaya terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan karena sejarahnya yang sangat diperhitungkan dalam perjuangan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah. Kata Surabaya konon berasal dari cerita mitos pertempuran antara sura (ikan hiu) dan baya (buaya) dan akhirnya menjadi kota Surabaya. Sumber: http://www.surabaya.go.id
2.4.2
SEJARAH KOTA SURABAYA Nama Surabaya muncul sejak awal pertumbuhan kerajaan Majapahit. Nama Surabaya diambil dari simbol ikan Sura dan Buaya. Simbol itu sesungguhnya untuk menggambarkan peristiwa heroik yang terjadi di kawasan Ujung Galuh (nama daerah Surabaya di masa silam), yakni pertempuran antara tentara yang dipimpin Raden Widjaja dengan pasukan tentara Tar Tar pada tanggal 31 Mei 1293. Tanggal itulah yang kemudian ditetapkan sebagai hari lahirnya Kota Surabaya. Awalnya Kota Surabaya adalah kawasan perkampungan atau pedesaan di pinggiran sungai. Nama-nama kampung yang kini masih ada seperti Kaliasin, Kaliwaron, Kalidami, Ketabangkali, Kalikepiting, Darmokali, dan sebagainya adalah bukti yang menjelaskan bahwa kawasan Surabaya adalah kawasan yang memiliki banyak aliran air / sungai. Secara geografis kawasan Surabaya merupakan kawasan yang berada di dekat laut dan aliran sungai besar (Brantas, dengan anak kalinya). Lokasi Surabaya yang berada di pinggir pantai, menjadi lintasan hilir mudik manusia dari berbagai wilayah. Surabaya, menjadi pertemuan antara orang pedalaman pulau Jawa dengan orang dari luar. Kemudian pada tahun 1612 Surabaya sudah merupakan bandar perdagangan yang sangat ramai. Peranan Kota Surabaya sebagai kota pelabuhan sangat penting sejak lama. Saatcommit itu sungai Kalimas merupakan sungai yang to user
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dipenuhi perahu-perahu yang berlayar menuju pelosok Surabaya. Banyak pedagang Portugis membeli rempah-rempah dari pedagang pribumi. Di bawah kekuasaan Trunojoyo, Surabaya menjadi pelabuhan transit dan tempat penimbunan barang-barang dari daerah subur, yaitu delta Brantas. Sementara, Kalimas menjadi “sungai emas” yang membawa barangbarang berharga dari pedalaman. Kota Surabaya juga sangat berkaitan dengan revolusi kemerdekaan Republik Indonesia. Sejak penjajahan Belanda maupun Jepang, rakyat Surabaya (Arek Suroboyo) bertempur habis-habisan untuk merebut kemerdekaan. Puncaknya pada tanggal 10 Nopember 1945, Arek Suroboyo berhasil menduduki Hotel Oranye (sekarang Hotel Mojopahit) yang saat itu menjadi simbol kolonialisme. Karena kegigihannya itu, maka setiap Tanggal 10 Nopember, Indonesia memperingatinya sebagai Hari Pahlawan. Hingga saat ini bekas-bekas masa penjajahan terlihat dengan masih cukup banyaknya bangunan kuno bersejarah di sini. Sumber: http://www.surabaya.go.id
2.5 2.5.1
Tinjauan 3 Dinasti Dinasti Ming Dinasti Ming (1368 - 1644) adalah dinasti satu dari dua dinasti yang didirikan oleh pemberontakan petani sepanjang sejarah Cina. Dinasti ini adalah dinasti bangsa Han yang terakhir memerintah setelah Dinasti Song. Pada tahun 1368 Zhu Yuanzhang berhasil mengusir bangsa Mongol kembali ke utara dan menghancurkan Dinasti Yuan yang mereka dirikan. Ia mendirikan dinasti Ming, dengan ibukotanya di Yingtian (sekarang Nanjing) sebelum putranya, Zhu Di, yang menjadi kaisar ke-3 memindahkan ibukota ke Shuntian (sekarang Beijing). Yingtian kemudian berganti nama menjadi Nanjing (ibukota selatan). Awal Dinasti Ming ditandai dengan masa-masa ketenangan dan kemakmuran di bawah Kaisar Hongwu, Zhu Yuanzhang. Kaisar Hongwu melakukan reformasi pada sistem pemerintahan dan birokrasi dengan membentuk organ birokrasi baru yang saling mengimbangi untuk commit to user mencegah munculnya lembaga pemerintah yang mempunyai wewenang
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terlalu besar. Ia juga melalukan pembangunan ekonomi, menghentikan segala ekspedisi militer untuk memberi rakyat waktu dan ketenangan untuk melakukan tanggung jawab mereka di bidang masing-masing. Kebijakan ini berhasil ditandai dengan peningkatan jumlah populasi sampai dengan 10.650.000 kepala keluarga atau 65.000.000 jiwa pada tahun 1393. Di penghujung Dinasti Ming, pemberontakan marak di seluruh negara dan pada puncaknya, Beijing jatuh ke tangan pemberontak yang dipimpin oleh Li Zicheng. Kekalahan ini menyebabkan Chongzhen menggantung diri di bukit di belakang Kota Terlarang. Li yang bersengketa dengan Wu Sangui menangkapi keluarganya di Beijing menyebabkan Wu memutuskan untuk menyerah kepada suku Manchu yang kemudian menaklukkan Li Zicheng dan menguasai Beijing pada tahun 1644. Setelah Beijing dikuasai oleh suku Manchu, mereke kemudian mendirikan Dinasti Qing yang menandai runtuhnya Dinasti Ming. Sisasisa kekuatan yang setia kepada Dinasti Ming kemudian mengungsi ke selatan Cina dan meneruskan perlawanan secara terpisah. Dalam sejarah, kekuatan ini dikenal sebagai Ming Selatan. Ming Selatan kemudian berhasil dihancurkan oleh Kaisar Kangxi pada tahun 1683. a. Awal Berdiri Dinasti Yuan adalah dinasti yang didirikan oleh bangsa Mongol yang dianggap sebagai bangsa asing oleh suku Han. Diskriminasi kekaisaran terhadap suku Han yang mayoritas sangat kentara dengan pembagian kasta yang didasarkan atas etnisitas. Suku Han dialokasikan di dua kasta terendah pada zaman tersebut. Penghujung Dinasti Yuan juga ditandai dengan pemerintahan yang korup, pajak dan inflasi yang tinggi. Hal ini diperparah dengan tingkah laku bangsawan Mongol yang sewenang-wenang. Kekaisaran kemudian mengganti mata uang yang telah beredar sejak zaman Kublai Khan dengan mata uang baru. Mata uang baru ini kemudian dicetak dalam jumlah besar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
102 digilib.uns.ac.id
sehingga menyebabkan hiperinflasi. Perekonomian ambruk dan bencana kelaparan merebak di mana-mana. Tahun 1351, Sungai Kuning meluap menyebabkan banjir besar. Bencana ini memperparah kondisi perekonomian yang telah sangat kacau. Kekaisaran kemudian memerintahkan seluruh ratusan ribu petani dan tentara untuk memperbaiki bendungan Sungau Kuning. Kerja paksa ini menyebabkan ketidakpuasan rakyat mencapai puncaknya. b. Pemberontakan Petani Hiperinflasi dan ketidakpuasan atas kerja paksa menanggulangi bencana banjir Sungai Kuning menyebabkan pecahnya pemberontakan petani secara massal. Pemberontakan ini dikenal dengan Pemberontakan Serban Merah yang meletus pada bulan Mei 1351. Tahun berikutnya, Guo Zixing memimpin pemberontakan dan berhasil menguasai wilayah Haozhou (sekarang Kabupaten Fengyang, Anhui). Pada saat ini, Zhu Yuanzhang ikut berpartisipasi dan berjasa dalam beberapa pertempuran. Jasa Zhu kemudian menarik perhatian Guo yang akhirnya menikahkan putri angkatnya kepada Zhu. Setelahnya, Zhu kemudian meninggalkan Haozhou dan memperkuat diri sendiri. Tahun 1356, dengan kekuatannya sendiri, ia berhasil menaklukkan Jiqing (sekarang Nanjing, Jiangsu) dan mengganti nama menjadi Yingtian. Yingtian inilah yang kemudian menjadi ibukota yang baru setelah Dinasti Ming berdiri. c. Berdirinya Dinasti Ming Zhu Yuanzhang kemudian memutuskan untuk berbasis di Yingtian untuk memusatkan kekuatan demi mempersatukan daratan Cina. Pada awalnya, situasi Zhu di wilayah Yingtian sangat tidak strategi buat mengumpulkan kekuatan dalam waktu singkat. Kemudian ia menerima nasihat Zhu Sheng untuk memperkuat pertahanan dan memusatkan perhatian pada perbaikan logistik dan tidak terlalu gegabah untuk mengangkat diri sendiri menjadi raja. Kebijakan ini menyebabkan Zhu dapat memperkuat dirinya dalam waktu singkat. Ia kemudian menyerang commit to user kekuatan pemberontak lainnya,
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Chen Youliang pada tahun 1360. Ia kemudian berhasil memukul mundur pasukan Chen ke Jiangzhou, wilayah pesisir sebelah timur Yingtian. Dalam waktu tiga tahun, Zhu berhasil menghancurkan kekuatan Chen. Tahun 1367, Zhu berhasil menaklukkan Zhang Shicheng, pemberontak lainnya dan menguasai Pingjiang (sekarang Suzhou, Jiangsu). Dalam tahun yang sama, Zhu juga menghancurkan kekuatan Fang Guozhen yang pada saat itu menguasai wilayah pesisir Zhejiang. Setelah keberhasilan ini, Zhu Yuanzhang mengangkat diri sebagai kaisar pada tahun 1368, memulai sejarah Dinasti Ming selama 300 tahun ke depan. Ia menetapkan Hongwu sebagai tahun pemerintahan sehingga ia dikenal juga sebagai Kaisar Hongwu. Di tahun itu juga, Kaisar Hongwu melakukan ekspedisi ke utara untuk mempersatukan Cina. Kekaisaran Yuan yang saat itu telah melemah tidak dapat menghambat tentara Ming yang saat itu bermoral tinggi karena kemenangan demi kemenangan. Ibukota Yuan, Dadu berhasil dikuasai dan dibumi-hanguskan atas perintah Kaisar Hongwu. Suku Mongol kemudian berhasil diusir kembali ke padang rumput Mongol. Setelah berhasil menghancurkan Dinasti Yuan, Kaisar Hongwu menaklukan pemberontak Ming Yuzhen di Sichuan pada tahun 1371. Sepuluh tahun kemudian, hancurnya kekuatan Raja Liang dari Dinasti Yuan di Yunnan mengukuhkan penyatuan Cina daratan di bawah Dinasti Ming. (Sumber :Ivan Taniputera, History Of China, Bab 15, Halaman 461)
2.5.2 Dinasti Qing Dinasti Qing (1644 - 1911), dikenal juga sebagai Dinasti Manchu dan adalah satu dari dua dinasti asing yang memerintah di Cina setelah dinasti Yuan Mongol dan juga adalah dinasti yang terakhir di Cina. Asing dalam arti adalah sebuah dinasti pemerintahan non-Han yang dianggap sebagai entitas Cina di zaman dulu. Dinasti ini didirikan oleh orang Manchuria dari klan Aisin, kemudian mengadopsi tata cara pemerintahan dinasti sebelumnya serta meleburkan diri ke dalam entitas Cina itu sendiri. commit to user
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Masa Keemasan Dinasti Qing mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Kaisar Kangxi (memerintah 1662 - 1722), Yongzheng (1723 - 1735) dan Qianlong (1735 - 1796).Pada tahun 1661 kaisar Shunzhi meninggal pada usia 24 tahun dan digantikan oleh putra keempatnya, Aixinjueluo Xuanyue sebagai Kaisar Kangxi. Pada masa awal pemerintahannya, Kaisar Kangxi dibantu oleh 4 Mentri Wali dan dibina oleh neneknya, Ibusuri Xiaozhuang. Pada tahun 1669, Kaisar Kangxi berhasil menggagalkan rencana salah satu Mentri Walinya, Aobai yang ingin memberontak. Ia juga berhasil meredam Pemberontakan Tiga Raja Muda (salah satunya adalah Wu Sangui, yang diberi wilayah dan gelar pangeran karena jasanya) dan pemberontakan suku-suku dari Mongolia. Taiwan yang dikuasai keluarga Zheng yang setia pada dinasti Ming, berhasil dikuasai pada tahun 1683. Perjanjian perbatasan dengan Rusia juga dibuat tahun 1689. Sepeninggal Kaisar Kangxi pada tahun 1722, putranya yang keempat pangeran Yong (terlahir
Aixinjueluo
Yinzhen)
naik
tahta
sebagai
Yongzheng.
Pemerintahannya diwarnai dengan sengketa antara pangeran, yang merasa naiknya Kaisar Yongzheng adalah rekayasa. Kaisar Yongzheng dikenal sebagai kaisar yang pekerja keras. Pada masa pemerintahannya ekonomi negara Qing menguat. Pangeran Bao (Aixinjueluo Hongli) menggantikan ayahnya dengan era Qianlong pada tahun 1735. Pada masa pemerintahannya wilayah Qing Raya diperluas oleh kesuksesan Kampanye-kampanye Militernya yang dikenal sebagai Sepuluh Kampanye Besar. Sayangnya masa-masa akhir pemerintahannya tercemar oleh praktek korupsi oleh para pejabat, salah satunya oleh menteri kesayangannya Heshen. Demi menunjukkan baktinya pada kakeknya kaisar Kangxi, kaisar Qianlong turun tahta sebelum lamanya memerintah menyamai kaisar Kangxi dan menyerahkan tahta pada putranya yang kelimabelas Pangeran Jia (Aixinjueluo Yongyan). Pangeran Jia menjadi Kaisar Jiaqing dan ia sendiri menjadi kaisar emeritus (Taishanghuang) tetapi tetap memegang kendali pemerintahan sampai meninggal. Sepeninggal ayahnya, Kaisar commit to user Jiaqing kemudian mengeksekusi
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Heshen dengan tuduhan korupsi dan menyita kekayaannya. Korupsi yang mulai merajalela dalam pemerintahan pada masa akhir kaisar Qianlong, menandakan mulai melemahnya dinasti Qing. b. Wilayah Luas wilayah Dinasti Qing pada masa puncaknya pernah mencpai 12 juta kilometer persegi. Pada akhir abad ke-16, Ketsaran Rusia mengadakan ekspansi ke timur. Pada waktu tentara Dinasti Qing menyerbu masuk ke pedalaman, pasukan Ketsaran Rusia dengan menggunakan kesempatan itu menduduki Yaksa dan Nibuchu. Pemerintah Dinasti Qing berkali-kali menuntut agresor Ketsaran Rusia menarik diri dari wilayah Tiongkok. Tahun 1685 dan 1686, Kaisar Kangxi memerintahkan tentara Dinasti Qing dua kali menyerbu pasukan Ketsaran Rusia di Yaksa. Ketentaraan Rusia terpaksa menyetujui mengadakan perundingan untuk menyelesaikan masalah perbatasan sektor timur Tiongkok-Rusia. mengadakan
Tahun
1689,
perundingan
di
wakil-wakil Nichersink.
Tiongkok Dan
dan
Rusia
secara
resmi
menandatangani perjanjian perbatasan pertama, yaitu Perjanjian Nibuchu. c. Sosial Budaya dan Agama Dalam pemerintahan Dinasti Qing mempunyai kebudayaan yang unik, yang mana kebudayaan tersebut mengikuti kebudayaan masyarakat Manchu. Masyarakat Manchu memiliki gaya rambut yang istimewa. Mereka menggunting semua rambut di bagian depan kepala dan menjadikan rambut di bagian belakang kepala sebagai tocang yang panjang. Akan tetapi hal tersebut menjadi sebuah perdebatan, karena hal tersebut sangatlah menghina bangsa Han, yang mana bangsa mereka sangatlah menjunjung atau menganggap bahwa rambut adalah suatu turunan dari leluhur yang memang patut untuk dilestarikan. Dalam hal arsitektur, pemerintahan Qing pada umumnya mewarisi tradisi dari Dinasti Ming, yang mana mereka beranggapan bahwa bangunan adalah sesuatu hal yang penting dalam teknologi pembinaan dan kemegahannya. Beijing, ibunegara Dinasti Qing telah memelihara pada asasnya keadaan asalnya daripada Dinasti commit to user Ming. Di dalam kota terdapat 20
perpustakaan.uns.ac.id
106 digilib.uns.ac.id
buah gerbang yang tinggi dan megah, gerbang yang paling megah ialah Gerbang Zhengyang di dalam kota. Istana diraja Dinasti Ming telah digunakan terus oleh Raja Dinasti Qing, sehingga raja Dinasti Qing telah membina besar-besaran taman diraja antaranya Taman Yuanmingyuan dan Taman Yihe. Dalam periode tersebut, pembinaan Cina juga telah menggunakan kaca dari luar negara. Selain itu, rumah penduduk yang bergaya bebas dan beraneka ragam telah banyak digunakan. Bangunan Agama Budhha Tibet yang bergaya unik telah banyak digunakan dalam period tersebut. Bahkan bangunan kuil telah mereka perbarui. Mereka telah menciptakan seni bangunan yang beraneka ragam, contohnya adalah bangunan Kuil Yonghe dan beberapa kuil agama Budha Tibet yang digunakan di Chengde, Provinsi Hebei Cina. Pada periode akhir Dinasti Qing, bangunan yang dibina dengan seni bina Cina dengan barat juga telah digunakan di Cina. Dinasti Qing juga mengadopsi cara-cara dari dinasti Ming terutama anutan Konghucu. Walaupun pada awalnya pembauran antara bangsa Han dan Man dilarang demi untuk mempertahankan budaya dan ciri bangsa Manchu, pada akhir abad ke 19 bangsa Manchu sudah sangat membaur dengan bangsa Han dan kehilangan banyak identitas mereka, contohnya bahasa Manchu yang lama kelamaan digantikan hampir sepenuhnya dengan bahasa Mandarin, bahkan dalam lingkungan keluarga kerajaan. Bahkan pakaian Cina tradisional atau yang sering disebut Hanfu, juga digantikan dengan pakaian gaya Manchu, yaitu Qipao (pakaian akar panji panji) dan Tangzhuang. Budaya tersebut harus diikuti oleh rakyat Cina. Dan apabila ada rakyat Cina yang tidak menggunakannya maka akan dikenakan hukuman. Dan hukuman bagi yang tidak mematuhi undangundang itu adalah hukuman mati. (Sumber : Ivan Taniputera, History Of China, Bab 16, Halaman 495)
2.5.3 Dinasti Shang (1600—1046 SM) Dinasti yang mengantikan Dinasti Xia dalam sejarah Cina. Sekitar tahun 1600 SM, Dinasti Shang didirikan commit to useroleh pemimpin suku Shang, Tang
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
setelah memusnahkan Dinasti Xia. Dinasti Shang melewati masa pemerintahan sebanyak 17 generasi, 31 raja. Berkuasa selama 500-an tahun, sampai 20 Januari 1046 SM ditaklukkan oleh Zhou Wuwang
a. Asal Usul Dinasti Shang Akhir
dari
pemerintahan
Dinasti
Xia,
kekacauan
dalam
pemerintahan Dinasti Xia sendiri tidak pernah terkendali, ganguan dan serangan dari luar juga tidak pernah berhenti, setelah naik takhta, Jie juga tidak berusaha mengubah kondisi, malahan semakin lalim dan kejam, sehingga para bangsawan akhirnya mulai memberontak. Pada sekitar tahun 1600 SM, pemimpin dari suku Shang, Tang bergabung dengan suku bangsa lainnya mengulingkan Dinasti Xia, dan mendirikan Dinasti Shang. Pada awalnya suku Shang ber-ibukota di Bo (sekarang Shangqiu Propinsi Henan), setelah mengalahkan Dinasti Xia, memindahkan ibukota ke barat dan tetap disebut dengan nama Bo (sekarang Yanshi Propinsi Henan). Setelah naik takhta, Tāng memerintah dengan bijaksana terhadap rakyatnya, dengan bantuan dari menteri-menteri berbakat seperti Yiyin dan Zhòngyuán, negara semakin kuat dan makmur. Setelah Tāng meninggal, oleh karena putra sulungnya Dading mati muda, maka singgasana diwariskan kepada adik Dading, Waibing; setelah Waibing meninggal, digantikan oleh adiknya Zhongren dan setelah Zhongren meninggal, singgasana diwariskan kembali kepada putra dari Dàdīng, Tàijiǎ. Tahun ketiga pemerintahan Tàijiǎ, oleh karena memerintah dengan tidak benar dan tidak bermoral, Tàijiǎ diasingkan oleh Yiyin ke istana Tonggong. Setelah tiga tahun tinggal di istana Tonggong, Taijia merasa sangat menyesal, sehingga akhirnya Yiyin menjemput dan menyerahkan kembali kekuasaan kepadanya. Pada mulanya, Dinasti Shang beberapa kali memindahkan ibukotanya, sampai terakhir pada masa pemerintahan Pangeng, menetapkan ibukota di Yin (sekarang Anyang Propinsi Henan), sehingga Dinasti Shang sering juga disebut sebagai Dinasti Yin. Setelah Pángeng memindahkan ibukota ke Yin, ekonomi masyarakat Dinasti Shang mengalami commit to user
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perkembangan lebih maju lagi. Sampai kemudian masa pemerintahan Wuding,
Dinasti
Shang
melakukan
banyak
serangan
ekpansi,
menaklukkan banyak negara kecil disekitarnya, memperluas wilayah teritorialnya, sehingga Dinasti Shāng mencapai puncak kejayaannya. Setelah Wǔdīng meninggal, Dinasti Shang mulai mundur dan melemah. Raja terakhir Dinasti Shang, Dìxin atau Zhouwang berhasil memajukan hubungan perekonomian dan kebudayaan dengan membuka hubungan dengan Cina bagian tenggara, perairan Sungai Huáihé dan Chángjiāng tetapi karena selalu terlibat dalam peperangan dan membangun istana dalam skala besar, yang sangat menguras dan menghabiskan sumber daya manusia maupun kekayaan rakyat, sehingga menimbulkan kekecewaan dalam hati rakyat. Zhouwang mengerahkan 300 kereta perang, 3000 pasukan serangan depan, 4500 prajurit, dan bergabung dengan suku Qiang、Mao、Lu dan sebagainya, serentak menyerang Zhouwang, dan berhasil menyerang sampai ibukota Dinasti Shang, Chaoge (sekarang Kabupaten Qíxiàn, Kota Hèbì, Propinsi Henan). Pada saat itu pasukan Shang sedang berperang melawan suku bangsa kecil di timur laut, sehingga terpaksa memakai budak dan prajurit tahanan untuk menghadapi perang di daerah Muye, 70 lǐ (satuan jarak) dari Cháogē. Para budak tidak ingin berperang untuk raja Shāng Zhouwang yang jahat dan lalim, sehingga pada saat-saat kritis, pasukan Shāng tiba-tiba memutar arah, menyerang pasukan sendiri. Ternyata pasukan yang membelot adalah budak-budak dan prajurit tahanan yang sudah lama membenci Shang Zhouwang. Pasukan Shang menjadi kacau dan dengan mudah dihancurkan. Setelah Pertempuran Mùyě, Shang Zhouwang yang sadar akan kekalahannya, tidak ingin pasukan Zhōu merebut dan memiliki istana dan hartanya, ia memerintahkan bawahannya untuk mengumpulkan semua harta istana, dan membungkus diri dengan kain, berbaring diatas semua barang berharga tersebut, dengan api, membakar dan menghabisi hidupnya yang penuh dosa. Zhōu Wǔwáng atas dukungan dari berbagai suku bangsa commitDinasti to userZhōu, dinasti masyarakat budak dan negara kecil, mendirikan
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ketiga di Cina. Setelah Dinasti Shāng roboh, sisa keluarga penguasa Dinasti Shāng yang selamat secara bersama menganti marga mereka dari Zǐ menjadi nama dinasti mereka yang telah jatuh, Yīn. Keluarga kerajaan yang selamat kemudian menjadi aristokrat dan sering membantu keperluan administrasi untuk pemerintah Dinasti Zhōu. Zhōu Chéngwáng melalui mangkubuminya, yang merupakan pamannya sendiri, Zhōu Gōngdàn, menganugerahkan kepada saudara Shāng Zhòuwáng, Wéizǐ daerah bekas ibukota lama Dinasti Shāng商dan sekitarnya menjadi negara Sòng. Negara Sòng dan keturunan Dinasti Shāng masih meneruskan ritual kepada raja-raja Dinasti Shāng yang meninggal dan bertahan sampai tahun 286sm. Antara legenda Korea and Cina menyatakan bahwa salah seorang pangeran Dinasti Shāng yang tidak puas, bernama Jīzǐ (Kija), menolak menyerahkan kekuasaannya kepada Dinasti Zhōu, memilih meninggalkan Cina dengan sisa tentaranya dan mendirikan Gija Joseon dekat Pyongyang sekarang yang menjadi salah satu dari awal negara Korea (Go-, Gija-, dan Wiman-Joseon). Meskipun demikian Jīzǐ jarang sekali disebut dalam sejarah, dan ada yang menganggap cerita kepergiannya ke Joseon hanyalah mistik. b. Wilayah Kekuasaan Daerah kekuasaan Dinasti Shāng timur mencapai lautan, barat mencapai bagian barat propinsi Shanxi, timur laut mencapai propinsi Liáoníng, selatan hingga sekitar Jiāngnán (tidak termasuk Propinsi Sìchuān、Yúnnán Guìzhōu dan daerah sekitar barat daya), dan merupakan salah satu kerajaan terbesar di dunia pada waktu itu, tetapi daerah pemerintahan utama masih di sekitar Zhōngyuán Mendirikan ibukota di Bò (sekarang Kabupaten Cáoxiàn Propinsi Shāndōng), dan beberapa kali pindah ibukota, terakhir Pángēng memindahkan ibukota ke Yīn (sekarang Desa Xiǎotúncūn, Ānyáng Propinsi Hénán), dan oleh karena itu, maka Dinasti Shāng sering juga disebut sebagai Dinasti Yīn. commit to user
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Pemerintahan Dinasti Shāng menetapkan beberapa struktur kenegaraan yang lebih sempurna. Pemerintah pusat membentuk dua departemen penting yaitu departemen sekretariat urusan negara dan departemen tata hukum negara. Daerah-daerah diserahkan kepada para bangsawan, guna memperkuat pemeritahan didaerah, dan masih banyak pejabat dan pengawal istana. Sedangkan kekuasaan militer dan peralatan perang tetap ditangan keluarga kerajaan langsung, para negarawan juga menetapkan Xíngfá (hukuman) dan Jiānyù (penjara) yang sangat kejam. Selain itu, juga menggunakan kepercayaan agama untuk memperkokoh kekuasaan pemerintah, raja Dinasti Shāng 商 bahkan menyebut diri sendiri sebagai wakil dari Tuhan didunia ini, mengabungkan kekuasaan ketuhanan dan kekuasaan kerajaan. d. Kondisi Ekonomi Pertanian
Dinasti
Shāng
sudah
lebih
maju,
sudah
bisa
menggunakan berbagai jenis tanaman untuk diciptakan menjadi arak, sudah sanggup menciptakan peralatan perunggu yang lebih rapi dan bagus serta sudah bisa membuat keramik putih atau porselin. Oleh karena sangat berkembangnya pertukaran barang, sehingga telah muncul kota pada awal peradaban manusia, dan merupakan kerajaan yang sangat makmur pada waktu itu. Oleh karena perdagangan Dinasti Shāng sangat maju, hubungan dagang dengan negara disekitarnya juga sangat banyak, sebutan pedagang dalam bahasa Cina, Shāngrén (pedagang), adalah berasal dari sebutan orang-orang di negara sekitarnya terhadap orang dari Dinasti Shāng. Pertanian adalah bagian paling penting dalam bidang ekonomi, tanah pertanian lebih tertata dan teratur, jenis pertanian juga lebih banyak. Usaha pertenunan juga mengalami perkembangan ; peternakan sangat makmur, selain enam jenis ternak utama, juga berhasil memelihara ternak gajah. e. Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Pada zaman Dinasti Shāng, mulai dikembangkan kemampuan kerajinan besi, kerajinan keramik dan porselin, perdagangan juga sangat commit to user pesat. Dari hasil penemuan tulang ramalan (Jiǎgúwén) membuktikan
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perkembangan tulisan pada masa Dinasti Shāng sudah mengalami suatu masa perkembangan yang cukup lama. Astrologi dan tata hukum lebih maju dari zaman Dinasti Xià, banyak penemuan baru dari ilmu perbintangan, seperti ditemukannya planet Mars dan planet Venus, selain itu, juga terdapat catatan tertulis tentang ilmu matematika dan medis, serta perkembangan seni musik juga sudah sangat tinggi, muncul banyak alat musik dan seni tari; seperti Diāosù yang merupakan salah satu seni paling terkenal pada masyarakat perbudakan Dinasti Shāng. (Sumber : History Of China, Bab 3, Halaman 61)
2.6
TINJAUAN TENTANG MODERN Arsitektur modern memiliki ornamen yang minim dan fungsional. Pada arsitektur modern fungsi lebih diutamakan dalam menentukan bentuk, ukuran dan bahan. Di Indonesia rumah-rumah dengan gaya arsitektur modern mulai banyak diterapkan pada awal tahun 70-an. Gaya arsitektur modern muncul sebagai gaya internasional yang cukup memiliki kemiripan di semua tempat, semua negara. Setidaknya, gaya modern tetap mengusung fungsi ruang sebagai titik awal desain. Di Indonesia, gaya modern dipandang sebagai gaya dimana fungsi ruang juga merupakan titik awal desain. Gaya modern adalah gaya yang simple, bersih, fungsional, stylish, trendy, up-to-date yang berkaitan dengan gaya hidup modern yang sedang berkembang pesat. Gaya hidup modern ditopang oleh kemajuan teknologi, dimana banyak hal yang sebelumnya tidak bisa dibuat dan didapatkan menjadi tersedia bagi banyak orang. Dalam arsitektur, gaya hidup modern berimbas kepada keinginan untuk memiliki bangunan yang simple, bersih dan fungsional, sebagai simbol dari semangat modern. Namun, gaya hidup semacam ini hanya dimiliki oleh sebagian masyarakat saja, terutama yang berada di kota besar, dimana kehidupan menuntut gaya hidup yang lebih cepat, fungsional dan efisien. commit to user
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk menyebut gaya modern yang berornamen tersebut sebagai gaya modern murni bukanlah hal yang tepat, lagipula proses berkembang gaya ini tidak terjadi di Indonesia. Untuk menyebutnya sebagai gaya postmodern, apalagi, di Indonesia bahkan istilah ini cenderung dihindari untuk menghindari ketidak-fahaman masyarakat. Sehingga gaya arsitektur modern di Indonesia akan muncul sebagai gaya khas "Modern Indonesia" dengan karakter sebagai berikut: a. Memiliki perhatian yang besar terhadap fungsi ruang, yang didapatkan dari pola aktivitas penghuni. b. Memiliki perhatian yang besar terhadap material bangunan yang digunakan untuk mendapatkan hasil akhir (estetika) yang diinginkan. c. Memiliki analogi mesin dalam penataan dan pengembangan ruang-ruang.
commit to user
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III KAJIAN LAPANGAN
3.1 Lokasi Survey Museum Nasional atau sering disebut Museum Gajah terletak di Jalan Merdeka Barat No.12 Jakarta Pusat.
3.2 Sejarah Museum Nasional Museum Nasional atau Museum Gajah adalah salah satu wujud pengaruh Eropa, terutama semangat Abad Pencerahan, yang muncul pada sekitar abad 18. Gedung ini dibangun pada tahun 1862 oleh Pemerintah Belanda di bawah Gubernur-Jendral JCM Radermacher sebagai respons adanya perhimpunan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yang bertujuan menelaah riset-riset ilmiah di Hindia Belanda. Museum ini diresmikan pada tahun 1868, tapi secara institusi cikal bakal Museum ini lahir tahun 1778, tepatnya tanggal 24 April, pada saat pembentukan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen oleh pemerintah Belanda. Radermacher menyumbang sebuah gedung yang bertempat di Jalan Kalibesar beserta dengan koleksi buku dan benda-benda budaya sehingga menjadi dasar untuk pendirian museum. Di masa pemerintahan Inggris di bawah pimpinan Sir Thomas Stamford Raffles (1811-1816), yang juga berlaku sebagai Direktur dari Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen memerintahkan pembangunan gedung baru yang terletak di Jalan Majapahit No.3. Gedung ini digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan untuk Literary Society (dahulu bernama "Societeit de Harmonie".) Gedung ini sekarang berada di kompleks Sekretariat Negara. Di tahun 1862, setelah koleksi memenuhi museum di Jalan Majapahit, pemerintah Hindia-Belanda mendirikan gedung baru yang berlokasi di Jalan Merdeka Barat No.12. Gedung ini dibuka untuk umum pada tahun 1868. Museum Nasional dikenal sebagai Museum Gajah sejak dihadiahkannya patung gajah perunggu oleh Raja Chulalongkorn dari Thailand pada 1871. Tetapi pada 28 Mei 1979, namanya resmi menjadi Museum Nasional Republik Indonesia. Kemudian pada 17 September commit to1962, user Lembaga Kebudayaan Indonesia
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang mengelolanya, menyerahkan Museum kepada pemerintah Republik Indonesia. Sejak itu pengelolaan museum resmi oleh Direktorat Jendral Sejarah dan Arkeologi, di bawah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Tetapi mulai tahun 2005, Museum Nasional berada di bawah pengelolaan Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata. Museum Nasional berada di daerah Jakarta Pusat Jl. Merdeka Barat 12. Merupakan museum yang mempunyai 2 bangunan yang berbeda dari aspek interior dan sistem penyajian materi koleksinya. Pada bangunan pertama yang dibangun pada jaman belanda sistem penyajiannya dengan cara pengelompokan koleksi berdasarkan daerah / wilayah, sedangkan bangunan kedua merupakan museum modern yang menggunakan penyajian materi koleksi berdasarkan tema dan sub-tema jadi setiap lantai memamerkan koleksinya berbeda-beda karena dikelompokkan berdasarkan konsep tersebut.
3.3 Waktu Operasional Museum Nasional
Selasa – Kamis
: 08.00 – 16.00
Jumat
: 08.00 – 11.30 13.00 – 16.00
Sabtu – Minggu
: 08.00 – 17.00
Senin / Hari Besar
: Libur
3.4 Sistem Display Koleksi-koleksi benda antik yang ada di Museum Nasional ini dikumpulkan hasil dari hibah kolektor yang ada di Indonesia, membeli sendiri dengan anggaran dana museum, selain itu juga berasal dari penitipan kolektor. Museum Nasional mempunyai 2 sistem penyajian koleksi yang berbeda antara bangunan lama (zaman belanda) dengan bangunan baru. 1. Bangunan Lama Sistem penyajian benda-benda koleksinya tidak berdasarkan pada pengkategorian tahun maupun jenis benda akan tetapi berdasarkan pada daerah / wilayah. Misalnya benda yang ditemukan di daerah Jawa semua commit to user
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
akan dijadikan satu kelompok dengan label daerah penemuan benda tersebut. 2. Bangunan Baru Sistem penyajian benda-benda koleksi pada bangunan baru berbeda dengan bangunan lama karena pada bangunan baru berdasarkan tema dan sub-tema, seperti berikut : a. Lantai 1 : Manusia dan lingkungan b. Lantai 2 : Ilmu pengetahuan dan teknologi c. Lantai 3 : Organisasi sosial d. Lantai 4 : Emas dan keramik
3.5 Sistem Maintenance a. Pembersihan secara bekala vitrin dan koleksi b. Pembersihan dilakukan oleh aspek-aspek museum Aspek preparasi : Penataan koleksi Aspek konservasi : Perawatan koleksi Teknisi
: Pencahayaan dan keamanan
3.6 Fasilitas a. Auditorium b. Ruang pameran temporer dan tetap c. Ruang audiovisual d. Toko souvenir
commit to user
116 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.7 Dokumentasi Foto Pribadi
Gambar 2.32 bagian depan Museum Nasional Sumber : dokumentasi pribadi
Gambar 2.33Sistem Keamanan Sumber : dokumentasi pribadi
commit to user
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2.34 Sistem Pengarahan Sumber : dokumentasi pribadi
Gambar 2.35 Sistem Pencahayaan Benda Koleksi Sumber : dokumentasi pribadi
Gambar 2.36 Ceiling Lantai 1 Sumber : dokumentasi pribadi
commit to user
118 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2.37 Pola Lantai Area Emas & Keramik Sumber : dokumentasi pribadi
Gambar 2.38 Diorama Lantai 1 Sumber : dokumentasi pribadi
commit to user
119 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2.39 Ceiling Area Pamer Sumber : dokumentasi pribadi
Gambar 2.40 Vitrin Sumber : dokumentasi pribadi
Gambar 2.41 Diorama
commit to user
Sumber : Dokumentasi pribadi
120 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2.42 Interior Area Pamer Sumber : dokumentasi pribadi
commit to user
121 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV PROGRAMMING
4.1 ANALISA EKSISTING 4.1.1
Asumsi Lingkungan Lokasi museum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Lokasi museum harus strategis, yaitu mudah dijangkau oleh umum b. Lokasi museum harus sehat, pengertiannya yaitu : 1) Lokasinya tidak berada di daerah perindustrian yang banyak terjadi polusi udara maupun pencemaran lainnya. 2) Lokasi tersebut bukan daerah dengan tanah berlumpur atau tanah rawa maupun tanah yang berpasir disamping didukung pula oleh elemen -elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi
tersebut,
seperti
misalnya
kelembaban
udara
setidaknya harus terkontrol mencapai kenetralan antara 55% sampai 65%. 3) Tersedianya sarana maupun fasilitas penunjang operasional. 4) Memiliki daya tarik wisata yang tinggi, sehingga menarik banyak pengunjung untuk datang ke lokasi tersebut.
4.1.2
Asumsi Lokasi Dasar pertimbangan penentuan site lokasi Museum Kebudayaan Cina di Jalan Pemuda Surabaya menurut kondisi setempat adalah :
a. Mempunyai daya tarik wisatawan dan termasuk dalam satu kawasan dengan bangunan – bangunan bersejarah di Surabaya. b. Terletak
di
pusat
kota
sehingga
transportasinya mudah.
commit to user
untuk
mencapainya
atau
122 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2.43 Peta Surabaya Jl. Pemuda
4.1.3
Denah Existing Denah existing merupakan denah asli yang menjadi dasar dalam mendesain berdirinya bangunan, yang masih berupa ruang-ruang kosong, yang kemudian dalam pengembangannya didesain sesuai kebutuhan pengguna bangunan tersebut. Dalam hal ini existing menjadi awal terbentuknya bangunan yang mewadahi suatu aktivitas didalamnya.
4.2 PROGRAMING 4.2.1
Status Kelembagaan Museum Kebudayaan Cina di Surabaya ini merupakan museum yang
dikelola oleh lembaga swasta, dengan melibatkan instansi pemerintah daerah dan Dinas Pariwisata Kota Surabaya.
commit to user
123 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.2.2
Struktur Organisasi KEPALA MUSEUM SUB BAG TATA USAHA SEKSI PAMERAN DAN EDUKASI
SUB KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Bagan 4.1
SEKSI KOLEKSI DAN PERAWATAN
Struktur Organisasi
Bagan 2.6 Struktur Organisasi
4.2.3
Waktu Operasional Museum Kebudayaan Cina Selasa – Kamis
: 08.00 – 16.00
Jumat
: 08.00 – 11.30 13.00 – 16.00
Sabtu – Minggu
: 08.00 – 17.00
Senin / Hari Besar
: Libur
4.3 Program Kegiatan 4.3.1
Program Kegiatan Museum 1) Kegiatan
pengelolaan
museum
yang
meliputi
kegiatan
menjalankan dan mengkoordinasi seluruh kegiatan yang ada di dalam museum agar dapat digunakan sesuai dengan fungsinya. 2) Kegiatan pendidikan (edukatif), bimbingan dan penyebarluasan informasi melalui sarana pameran. 3) Kegiatan pendukung, antara lain yaitu kegiatan merawat, memperbaiki dan mendokumentasi materi koleksi dan sarana pendukungnya. 4) Kegiatan servis, kegiatan pelayanan baik pada pengunjung maupun pada gedung itu sendiri antara lain : menjaga keamanan gedung, menjaga kebersihan gedung, memberi pelayanan dalam commit to user bidang logistik dan sebagainya.
124 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.3.2
Pola Kegiatan Manusia a. Kegiatan Pengelola 1) Pengelola Administrasi Datang/Pulang
Rapat,diskusi, pertemuan
Kantor / Adminstrasi
ME/SE - Musholla - Lavatory - Kafetaria Skema 4.1 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Administrasi Museum Kebudayaan Cina di Surabaya
2) Pengelola Perawatan dan Dokumentasi Rapat,diskusi, pertemuan - R. Penerimaan Barang Datang/Pulang
Kantor/
- R. Koleksi
ME/SE
Administrasi - Musholla
- Konservasi
- Lavatory
- R. Preparasi - Storage
- Kafetaria Skema 4.2 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Perawatan dan Dokumentasi Museum Kebudayaan Cina di Surabaya
commit to user
125 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Pengelola Bimbingan dan Edukasi
Rapat,diskusi, pertemuan
Datang/Pulang
Kantor / Adminstrasi
ME/SE
- R. Pamer - R. Audio Visual
- Musholla
- R.Serbaguna
- Lavatory
- Perpustakaan
Skema 4.3 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Bimbingan dan Edukasi Museum Kebudayaan Cina di Surabaya
4) Pengelola Persiapan Pameran
Rapat,diskusi, pertemuan
Datang/Pulang
Kantor / Adminstrasi
ME/SE - Musholla - Lavatory - Kafetaria Skema 4.4
- R. Informasi - R. Data - R. Kontrol / Jaga - Loket Tiket - R. Penitipan Barang - Gudang - Toko Souvenir
Pola Kegiatan Pengelola Bagian Persiapan Pameran Museum Kebudayaan Cina di Surabaya
commit to user
126 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5) Kegiatan Servis
Datang/Pulang SE
- R. Informasi - R. Kontrol/ Jaga
Merawat dan menjaga gedung/ bangunan
- Loket Tiket - Storage
- Musholla
- Toko Souvenir
- Lavatory - Kafetaria Skema 4.5 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Service Museum Kebudayaan Cina di Surabaya
b. Kegiatan Pengunjung Museum 1) Wisatawan Umum
Datang/Pulang
Membeli Tiket
ME Menitipkan barang
- Melihat pameran - Melihat pemutaran film/audiovisual - Membaca buku/ perpustakaan - Ke mushola - Ke lavatory - Istirahat
Skema 4.6 Pola Kegiatan Pengunjung/wisatawan umum Museum Kebudayaan Cina di Surabaya
commit to user
127 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Pelajar dan Mahasiswa serta Peneliti (wisatawan khusus)
Datang/Pulang
Membeli Tiket
R.Informasi
ME
R.Tamu/ R.Tunggu
Menitipkan barang -
Melakukan penelitian/ R. konservasi & Storage Melihat pemutaran film/audiovisual Membaca buku/ perpustakaan Mushola Lavatory Istirahat
Skema 4.7 Pola Kegiatan Pengunjung/wisatawan khusus Museum Kebudayaan Cina di Surabaya
4.4 Analisa Kebutuhan Ruang a. Kelompok Pengunjung Aktifitas
Kebutuhan Ruang
-
Datang
-
Lobby
-
Mencari informasi
-
Resepsionis
-
Membeli/memesan souvenir
-
Area souvenir
-
Kebutuhan konsumsi
-
Cafe
-
Melihat barang koleksi
-
Area pamer
-
Aktifitas pribadi
-
Toilet
Tabel 2.13 Analisa Kebutuhan Ruang Pengunjung (Sumber: Analisa Penulis)
commit to user
128 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Kelompok Pengelola Staff Aktifitas
Kebutuhan Ruang
-
Pengawasan
-
Lobby
-
Administrasi
-
Office
-
Rapat, Koordinasi
-
R. Direksi
-
Penyimpanan Barang
-
Gudang simpan
-
Penyiapan Makan
-
Storage kitchen
-
Kebutuhan Konsumsi
-
Pantry
-
Memberikan Informasi
-
Lobby
-
Memberikan Penawaran
-
Area Souvenir
-
Pelayanan
-
Cafe
-
Aktifitas pribadi
-
Toilet, musholla
Tabel 2.14 Analisa Kebutuhan Ruang Pengelola (Sumber: Analisa Penulis)
4.5 Fasilitas Ruang a. Fasilitas Penerimaan 1. Lobby 2. Area tiket 3. Area penitipan barang 4. Area resepsionis b. Fasilitas Pelayanan dan Penjualan 1. Area pamer 2. Area souvenir 3. Cafe 4. Bar 5. Toilet c. Fasilitas Pengelolaan 1. Office 2. R. Direksi 3. R. Kurator 4. R. Konservator 5. R. Reparator
commit to user
129 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Pantry 7. Toilet 8. Musholla d. Mechanical dan Electrical 1. Gudang penyimpanan 2. Gudang Penerimaan
4.6 Besaran Ruang Besaran ruang direncnakan disesuaikan menurut kebutuhan dan standard yang telah diterapkan dengan menggunakan standard dari : NAD : Neufert Architect Data DM RUANG
: Dimensi Manusia & Ruang Interior KETERANGAN
STANDAR
LUAS
HD
54 m²
Kapasitas 20% dari jumlah pengguna bangunan per hari Lobby
= 40-60 orang Standar 0.9 m²/orang Luas 60x0.9 == 54 m² Literatur Lobby
Gambar zona sirkulasi
commit to user
Gambar lintasan publik utama
130 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
RUANG
KETERANGAN
STANDAR
LUAS
HD
5.53 m²
STANDAR
LUAS
HD
7.7 m²
Kapasitas 2 orang (1.25x2) + (1.25x2x25%) = 2.5+0.625 = 3.125 Furniture
meja
tiket
(0.6x0.9) x2 = 0.54 Kursi tiket (0.5x0.5) x2 = 0.5 Area
Total 0.54+0.54 = 1.04
Tiket
Toleransi 25%x1.04 = 0.26 Total furniture 1.04+0.26 = 1.3 Jadi 3.125+1.3 = 4.425 Toleransi barang 25%x4.425 = 1.106 Kebutuhan
ruang
4.425+1.106 = 5.53 m²
RUANG
KETERANGAN Kapasitas 2 orang (1.25x2) + (1.25x2x25%) = 2.5+0.625 = 3.125 Furniture meja (0.6x1.2) = 0.72 Kursi (0.5x0.5) x2 = 0.5
Area Penitipan Barang
Lemari simpan (0.5x2.4) = 1.2 Total 0.72+0.5+1.2 = 2.42 Toleransi 25%x2.42= 0.605 Total furniture 2.42+0.605 = 3.025 Jadi 3.125+3.025 = 6.15 Toleransi barang 25%x6.15 = 1.54
commit to user
Kebutuhan ruang 6.15+1.54
131 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
= 7.7 m²
RUANG
KETERANGAN
Area
Kapasitas 60 orang
Cafe
Standar 2m²/orang Luas 60x2m² = 120m² Flow
25%x120m²
=
30m² Luas 160+30 = 190 m²
commit to user
STANDAR
LUAS
HD
190 m²
132 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
RUANG Area Souvenir
KETERANGAN Kapasitas jumlah
20%
STANDAR
LUAS
HD
54 m²
dari
pengguna
bangunan per hari = 40-60 orang Standar 0.9 m²/orang Luas 60x0.9 == 54 m²
RUANG Area Pamer
KETERANGAN
STANDAR
LUAS
HD
135 m²
Kapasitas 150 orang Standar 0.9 m²/orang Luas 150x0.9 = 135 m²
commit to user
133 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
RUANG
KETERANGAN
STANDAR
LUAS
HD
24.12 m²
STANDAR
LUAS
HD
19.5 m²
STANDAR
LUAS
HD
9.6 m²
Kapasitas 5 orang (1.25x5) + (1.25x5x25%) = Gudang Penerimaan Cafe
Gudang Penerimaan Materi Museum
6.25+1.56 = 7.81 Meja (0.6x1.2) = 0.72 Kursi (0.5x0.5) x3 = 0.75 Toleransi 25%x1.47= 0.37 Total furniture 1.47+0.37 = 1.84 Jadi 7.81+1.84 = 9.65 Toleransi barang 25%x9.65 = 2.41 Kebutuhan ruang 9.65+2.41 = 12.06 m² (x2 = 24.12 m²)
RUANG
KETERANGAN Kapasitas 5 orang (1.25x5) + (1.25x5x25%) = 6.25+1.56 = 7.81 Lemari simpan (0.6x3.5) x3 = 6.3
Gudang Penyimpanan Cafe
Toleransi 25%x6.3= 1.58 Total furniture 6.3+1.58 = 7.9 Jadi 7.81+7.9 = 15.70 Toleransi
barang
25%x15.70 = 3.9 Kebutuhan ruang 15.70+3.9 = 19.5 m²
RUANG Ruang Direksi
KETERANGAN Kapasitas 3 orang (1.25x3) + (1.25x3x25%) = 3.75+0.93 = 4.68
commit to user
134 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Meja (2x0.8) = 1.6 Kursi direksi (0.5x0.6) = 0.3 Kursi hadap (0.5x0.5) x2 = 0.5 Total 1.6+0.3+0.5 = 2.4 Toleransi 25%x2.4 = 0.6 Total furniture 2.4+0.6 = 3 Jadi 4.68+3 = 7.68 Toleransi
barang
25%x7.68= 1.92 Kebutuhan
ruang
7.68+1.92= 9.6 m²
RUANG
KETERANGAN
STANDAR
LUAS
HD
9.6 m²
STANDAR
LUAS
HD
9.6 m²
Kapasitas 3 orang (1.25x3) + (1.25x3x25%) = 3.75+0.93 = 4.68 Meja (2x0.8) = 1.6 Kursi direksi (0.5x0.6) = 0.3 Kursi hadap (0.5x0.5) x2 = Ruang Kurator
0.5 Total 1.6+0.3+0.5 = 2.4 Toleransi 25%x2.4 = 0.6 Total furniture 2.4+0.6 = 3 Jadi 4.68+3 = 7.68 Toleransi
barang
25%x7.68= 1.92 Kebutuhan
ruang
7.68+1.92= 9.6 m²
RUANG Ruang
KETERANGAN Kapasitas 3 orang
Konservasi & (1.25x3) + (1.25x3x25%) = Reparasi
3.75+0.93 = 4.68
commit to user
135 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Meja (2x0.8) = 1.6 Kursi direksi (0.5x0.6) = 0.3 Kursi hadap (0.5x0.5) x2 = 0.5 Total 1.6+0.3+0.5 = 2.4 Toleransi 25%x2.4 = 0.6 Total furniture 2.4+0.6 = 3 Jadi 4.68+3 = 7.68 Toleransi
barang
25%x7.68= 1.92 Kebutuhan
ruang
7.68+1.92= 9.6 m²
RUANG
KETERANGAN
Office
sirkulasi 10 orang = (1.25x10)
STANDAR
LUAS
HD
9.6 m²
+
(1.25x10x25%) jumlah= 12.5+3.125 = 15.625 furniture meja kerja = (1.524x0.8)x10 = 12.19 kursi kerja = (0.5x0.5) x 10 = 2.5 total = 12.19 + 2.5 = 14.69 toleransi = 25% x 14.69 = 3.67 total
furmiture
=
14.69+3.67 = 18.36 jadi = 15.625 + 18.36 = 33.98 toleransi
barang
=
25%x33.98 = 8.50 kebutuhan
ruang
=
33.98 commit + 8.50 to = user 42.48
136 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
m2
RUANG Toilet Pengunjung
KETERANGAN
STANDAR
LUAS
HD
27.45 m²
Kapasitas 10 orang (1.25x10)
+
(1.25x10x25%)
=
12.5+3.125 = 15.625 Wastafel
(0.55x0.5)
x5= 1.37 Closet (0.62x0.6) x10 = 3.7 Total 1.37+3.7= 5.07 Toleransi
25%x5.07=
1.27 Total
furniture
5.07+1.27 = 6.34 Jadi
15.625+6.34=
21.94 Toleransi
barang
25%x21.94= 5.48 Kebutuhan
ruang
21.94+5.48= 27.45 m²
commit to user
137 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
RUANG
KETERANGAN
Toilet Pengelola
STANDAR
LUAS
HD
15.80 m²
Kapasitas 6 orang (1.25x6)
+
(1.25x6x25%)
=
7.5+1.87 = 9.37 Wastafel
(0.55x0.5)
x4= 1.1 Closet (0.62x0.6) x4 = 1.48 Total 1.1+1.48= 2.58 Toleransi 25%x2.58 = 0.64 Total
furniture
2.58+0.64= 3.24 Jadi 9.37+3.24= 12.62 Toleransi
barang
25%12.62= 3.15 Kebutuhan
ruang
12.62+3.15= 15.80 m²
RUANG
KETERANGAN
STANDAR
LUAS
HD
5.3 m²
Kapasitas 6 orang Standar 0.8 m²/orang Musholla
Luas 6x0.8 = 4.8 m² Flow 10%x4.8 = 0.48 Luas 4.8+0.48 = 5.3 m² JUMLAH BESARAN RUANG
Tabel 2.15 Besaran Ruang, Kegiatan, Dimensi Furniture (Sumber: Analisa Penulis)
commit to user
578 m²
138 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.7 Sistem Organisasi Ruang Sebagai pertimbangan dalam pemilihan organisasi ruang yang selaras dengan fungsi dan sasaran desain Museum Kebudayaan China di Surabaya, dengan pertimbangan tema dan ide pemikiran desain meliputi : a. Pengelompokan jenis koleksi dan penyajian b. Pengelompokan fungsi ruang c. Tingkat efisiensi sirkulasi d. Kebutuhan pencapaian e. Interior sistem f. Ruang gerak yang cukup g. Tingkat efisiensi ruang
4.7.1 Analisa Alternatif Organisasi Ruang Bentuk Organisasi
Keterangan
Ruang Organisasi Ruang
Analisa pertama, penataan ruang pada Museum
Tertutup
Kebudayaan China dengan memilih sebuah ruang besar dan dominan sebagai pusat ruang-ruang di sekitarnya,. Ruang sekitar mempunyai bentuk, ukuran dan fungsi berbeda dengan ruang lainnya. Kelebihan
pada
tingkat
efisiensi
aksibilitas
ruang
sedangkan
ruang
kekurangan
dan pada
pengelompokan fungsi ruang dan arah pandang. Organisasi Ruang
Analisa kedua, penataaan ruang pada Museum
Linier
Kebudayaan China dibentuk dengan deretan ruang, Masing-masing dihubungkan dengan ruang lain yang sifatnya memanjang, ruang dihubungkan secara langsung Ruang mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda, tapi yang berfungsi penting seperti ruang pamer diletakkan pada urutan pertama Kelebihan pada pengelompokan fungsi ruang san sirkulasi lebih sederhana.
commit to user
Kekurangan pada tingkat efisiensi ruang dan arah
139 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pandangnya, memungkinkan terjadi persilangan sirkulasi jika penataan tidak runtut. Pemisahan atau batasan ruang terlalu vulgar , mungkin terkesan kaku Organisasi Ruang
Analisa ketiga, penataaan ruang pada Museum
Secara Radial
Kebudayaan China menggunakan kombinasi dari organisasi yang terpusat dan organisasi linier. Beberapa fungsi ruang terpusat mengarah ke dalam sedangkan yang linier mengarah keluar atau sebaliknya, lengan radial dapat berbeda satu sama lainnya, tegantung pada kebutuhan dan fungsi ruang. Kelebihan ruang dapat diatur sesuai kebutuhan dan fungsi, pemisahan zoning grouping lebih mudah, penentuan arah sirkulasi lebih efektif Kekurangan kemungkinan jalur sirkulasi berjarak lebih jauh Tabel 2.16 Alternatif Organisasi Ruang Museum Kebudayaan Cina di Surabaya
4.7.2 Hasil Analisa Bentuk Organisasi Ruang Pertimbangan
Penilaian Alt. 1
Alt. 2
Tingkat efisiensi ruang
-
-
Pengelompokan fungsi ruang
+
+
Aksesbilitas
-
+
Arah pandang
+
+
Tabel 2.17 hasil analisa Organisasi Ruang Museum Kebudayaan di Surabaya
Dari analisis di atas, secara umum penerapan organisasi ruang
dan
keruntutan penyajian yang menjadi pertimbangan, maka organisasi ruang yang terpilih adalah organisasi ruang linier.
commit to user
140 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.8 Sistem Sirkulasi Analisa konfigurasi sirkulasi yang dipakai secara global , yaitu : Sirkulasi horizontal
Gambar
Squential Circulation (linier) Linier
(linear),
rancangan
sirkuasi
bangunan
diarahkan yang
oleh
permanen,
pengunjung atau berbeda membentuk satu jalur memakai pintu masuk dan keluar yang sama. Selain itu pengunjung berjalan melalui jalur yang menerus, tidak peduli pada area yang sama. Random Circulation Pengunjung pada umumnya merasa lebih nyaman dengan memilih sendiri jalur yang ingin dikunjungi dan menikmati karya seni dari ruang tersebut, ruang yang dibentuk tanpa adanya batasan – batasan dinding pemisah Linier baercabang Sirkulasi
pengunjung
tidak
terganggu,
pembagian koleksi jelas dan pengunjung bebas memilih Keterkaitan sirkulasi dan ruang yang dipakai
Sirkulasi dari ruang ke ruang (room to room), pengunjung mengunjungi ruang pamer secara berurutan dari ruang yang satu ke ruang pamer berikutmya.
Sirkulasi dari koridor ke ruang pamer (corridor
to
room).
Memungkinkan
pengunjung untuk mengitari jalan sirkulasi dan memilih untuk memasuki ruang pamer melaui ruang koridor. Bila pengunjung tidak menghendaki
suatu
ruang
pamer
maka
pengunjung dapat langsung menuju ke ruang pamer berikutnya.
commit to user
Gambar
141 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sirkulasi vertikal ramp
keterangan Kelebihan : 1. Memperlambat
arus
gerak
sirkulasi,
sehingga pengunjung dapat lebih lama menghayati koleksi yang dipamerkan. tangga
2. Memberikan nilai lebih bagi koleksi yang ditampilkan. 3. Memberikan membosankan
suasana /
yang monoton
pengunjung Kekurangan : Kemungkinan pengunjung lebih cepat lelah Tabel 2.18 Analisa Tipe Sirkulasi Pengunjung
commit to user
tidak bagi
142 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.9 Hubungan Antar Ruang Proses penentuan pola hubungan antar ruang bertujuan untuk mendapatkan hubungan dan pola organisasi baik secara makro maupun mikro, yang didasarkan pada hasil analisis adalah sebagai berikut :
Gambar 2.44 Hubungan Antar Ruang
4.10
Zoning Grouping
Penentuan zonning dan grouping dalam sebuah bangunan disesuaikan dengan fungsi dan aktivitas manusia yang menggunakan bangunan tersebut. Perencanaan yang tepat akan memudahkan dan mendukung aktivitas manusia di dalamnya. Dengan pertimbangan tersebut, kriteria ruang dalam Museum Kebudayaan Cina terbagi menjadi beberapa zona sebagai berikut : a. Zona Publik Merupakan
zona
yang
sangat
umum.
Setiap
orang
dapat
menempatinya tanpa syarat atau peraturan yang mengikat. Ruang-ruang yang terdapat dalam zona publik memiliki akses yang mudah dari luar bangunan. b. Zona Privat Merupakan pengelompokan ruang yang hanya digunakan oleh pihakcommit to user pihak tertentu dengan syarat-syarat yang kuat karena besifat pribadi. Ruang-
143 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ruang yang termasuk dalam zona ini tertutup bagi umum untuk kepentingan kegiatan yang ada didalamnya. c. Zona service Ruang-ruang penunjang di dalam sebuah bangunan untuk melangkapi dan mendukung segala kegiatan manusia di dalamnya. Zona ini digunakan oleh pengelola maupun pihak lain.
Gambar 2.45 Zoning
Gambar 2.46 Grouping commit to user
144 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V KONSEP DESAIN
5.1 Ide Desain Perancangan
interior
Museum
Kebudayaan
China
di
Surabaya
mempunyai maksud memberikan suasana baru bagi dunia permuseuman, seni dan pendidikan. Meskipun bidang seni mengalami perkembangan yang pesat akan teteapi wadah untuk menampilkan hasil-hasil karya seni yang mempunyai nilai tinggi di Surabaya di nilai masih kurang. Dari masalah tersebut maka muncul suatu pemecahan masalah yaitu untuk menciptakan sebuah museum. Sebuah museum bukan hanya sekedar ruang biasa yang di dalamnya hanya diletakkan sebuah benda kuno akan tetapi harus di desain yang menarik.
5.2 Tema Desain Tema yang diusung pada perencanaan dan perancangan Museum Kebudayaan Cina ini adalah Konsep Modern. Tema ini diambil karena untuk merubah gambaran (image) museum yang menyeramkan, menjenuhkan dan tampak klasik maka mengambil tema modern untuk menampilkan sebuah bangunan yang menarik tidak membosankan dan membuat masyarakat antusias untuk mengunjungi museum ini. Meskipun museum identik dengan barang-barang kuno dan bersejarah akan tetapi tidak menutup kemungkinan untuk disajikan secara modern dengan mengikuti perkembangan jaman. Gaya modern adalah gaya yang simple, bersih, fungsional, stylish, trendy, up-to-date yang berkaitan dengan gaya hidup modern yang sedang berkembang pesat. Arsitektur modern memiliki ornamen yang minim dan fungsional. Pada arsitektur modern fungsi lebih diutamakan dalam menentukan bentuk, ukuran dan bahan. Di Indonesia rumah-rumah dengan gaya arsitektur modern mulai banyak diterapkan pada awal tahun 70-an. commit to user
145 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2.47 Museum Of Memory and Tolerance Meksiko
Beberapa ciri arsitektur modern sebagai berikut: a. Asimetris
i. Jendela Kaca
b. Orientasi pola horizontal
j. Aluminium dan stainless steel
c. Atap datar d. Tidak ada cornice /profil atap e. Bentuk Kotak f. Halus
trim pada pintu dan jendela k. Panel mengkilap l. Baluster metal m. Deretan jendela atau garisgaris
g. Penampilan efisien
n. Sedikit atau tidak ada hiasan
h. Sudut lengkung
o. Denah terbuka
Pemilihan tema tersebut diharapkan supaya para pengunjung bisa lebih nyaman dan merasakan suasana yang berbeda saat berada di dalam bangunan tersebut. Dari awal masuk pengunjung akan disajikan dengan hiburan-hiburan yang diaplikasikan tidak hanya kedalam suatu acara, tetapi pada desain maupun penyelesian desain dari interior Museum Kebudayaan Cina ini. commit to user
145 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5.3 Desain Layout Layout merupakan desain ruang yang mengatur posisi atau peletakan ruang berdasarkan pengorganisasian ruang dan keterkaitan antar ruang yang disertai dengan pengaturan perabot barang seperti furniture untuk sirkulasi pengguna ruang.
5.4 Pembentuk Ruang 5.4.1 Lantai 1. Dasar Pertimbangan a. Mudah dalam perawatan b. Lantai pada ruang yang membutuhkan tingkat ketenangan yang lebih tinggi mampu meredam sumber bising c. Lantai pada ruang yang membutuhkan tingkat ketenangan yang lebih tinggi sebaiknya tidak menggunakan banyak ruang sehingga tidak mengganggu aktivitas dan kinerja di dalamnya d. Lantai menjadi petunjuk arah dan mempertegas batas ruang yang ada. e. Lantai tidak menghantarkan listrik statis.
2. Analisa Bahan dan Kegunaan Jenis Bahan
Batu Granit
Kriteria Umum Tahan gores Tahan lama Banyak variasi bentuk dan warna Mudah dalam maintenance
Hangat Lebih formal Karpet
Analisa Kegunaan Lobby Lavatory Cafe Area Pamer G. Simpan R. Penerimaan Pantry
Office Musholla R. Direksi R. Kurator R. Konservator R. Reparator
Tabel 2.19 Analisa Bahan dan Kegunaan Lantai
commit to user (sumber : asumsi penulis)
146 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5.4.2 Dinding 1. Dasar Pertimbangan a. Dinding bersifat isolator terhadap radiasi sinar matahari untuk menjaga temperatur di dalam ruang. b. Dinding mampu meredam bising yang berasal dari dalam maupun luar ruangan. c. Dinding berfungsi sebagai pembatas yang memisahkan ruang satu dengan ruang lainnya. d. Dinding merupakan pembatas yang menegaskan fungsi ruang 2. Analisa Bahan dan Kegunaan Jenis Bahan
Batu Bata
Kaca
Cat
Kriteria Umum Kuat menahan beban Tahan panas dan dingin Keras Murah Tahan air Tembus pandang Mudah dibersihkan Kuat terhadap cuaca Praktis dan ekonomis Tidak tahan getaran Murah Banyak variasi warna Menarik Kualitas tergantung merek dan harga
Analisa Kegunaan
Semua ruang Lobby Cafe
Tabel 2.20 Analisa Bahan dan Kegunaan Dinding (sumber : asumsi penulis)
commit to user
Semua ruang
147 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5.4.3 Langit-langit 1. Dasar Pertimbangan a. Ceiling merupakan tempat berbagai instalasi ME (Mechanical Electrical) b. Ceiling sebagai peredam dan pemantul suara. c. Ceiling berfungsi mempertegas fungsi ruang di bawahnya. d. Ceiling memiliki ketinggian yang menysuaikan fungsi. e. Ceiling sebagai pendukung akustik. 2. Analisa Bahan dan Kegunaan Jenis Bahan
Gypsum board
Aluminium
Kriteria Umum Perawatan mudah Aplikasi mudah Banyak variasi
Analisa Kegunaan
Ringan Mudah perawatan
Area Pamer
Semua ruang
Tabel 2.21 Analisa Bahan dan Kegunaan Langit-Langit (sumber : asumsi penulis)
5.5 Desain Interior Sistem 5.5.1 Pencahayaan 1. Pencahayaan Alami Penggunaan pencahayaan alami diterapkan di bangunan ini sehingga pada desain dindingnya dibuat dengan menggunakan material kaca sehingga cahaya dapat langsung masuk ke dalam ruangan. 2. Pencahayaan Buatan Pemakaian cahaya buatan di gunakan pada bagian dalam ruang yang dirasa lebih tertupu atau sedikit terkena cahaya matahari.
5.5.2 Penghawaan Jenis penghawaan yang banyak diterapkan adalah penghawaan buatan. Hal ini berkaitan dengan temperature cokelat. Produk cokelat harus berada pada suhu tertentu untuk menjaga kualitas dan tingkat leleh commit to user
148 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dari produk cokelat. Untuk penghawaan alami hanya pada beberapa ruang saja.
5.5.3 Akustik Sistem akustik yang digunakan pada bangunan dengan memanfaatkan beberapa material yang dapat meredam bunyi, seperti kayu sebagai pelapis ceiling, kaca sebagai system estetis juga dimanfaatkan bagi sistem akustik suatu bangunan untuk meminimalisasikan suara yang ada pada dalam ruangan tersebut. Sedangkan kaca pada dinding digunakan untuk meredam bunyi yang berasal dari luar ruangan.
5.6 Desain Furniture Furniture yang ada pada interior bangunan ini, didesain dengan sentuhan modern, bentuk-bentuk yang sederhana, fungsional dan menarik dipakai sebagai acuan desain furniture yang akan dipakai, dengan dipadukan dengan warna-warna yang memberikan kesan elegan sehingga suasana tersebut dapat tercipta dengan adanya desain furniture tersebut.
5.7 Desain Elemen Estetis Dalam merancang desain interior baik dalam bentuk furniture, ceiling, floor plan harus memperhatikan bahan, bentuk, ukuran standart yang mendukung terbentuknya kesatuan (unity), penonjolan ( point of interest ) dan keseimbangan ( Balance ). Hal ini dapat memberikan kenyamanan bagi pengguna ruang interior baik secara individu maupun kelompok.
5.8 Skema Bahan dan Warna Pemilihan bahan dan warna dalam desain interior ini memilih warnawarna yang sesuai dengan konsep Modern. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan berupa aluminium dan stainless-steel yang diaplikasikan dengan kaca dan bahan-bahan yang sesuai dengan tema desain. commit to user
149 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5.9 Sistem Keamanan Sistem keamanan pada bangunan ini menggunakan sistem : a. Petugas keamanan yang berjaga-jaga sewaktu-waktu b. Keamanan terhadap bahaya kebakaran dengan disediakannya Fire estinguisher dan tabung hidrant. Selain sistem pengaturan fisik bangunan terhadap kenyamanan, yang perlu diperhatikan juga yaitu mengenai dampak desain terhadap faktor keamanan, seperti bahaya kejahatan, bencana dan kebakaran.
commit to user
150 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB VI PENUTUP
6.1
Kesimpulan 1. Museum Kebudayaan China dengan Pendekatan Konsep Modern di Surabaya ini adalah adalah lembaga yang bersifat badan hukum tetap, tidak mencari keuntungan dalam pelayanannya tetapi untuk kemajuan masyarakat dan lingkungannya serta terbuka untuk umum, yang menyimpan atau mengoleksi serta memamerkan segala hal yang berhubungan dengan karya seni dan kebudayaan China yang ada di Indonesia. Dengan penyajian representatif yang memanfaatkan kemajuan teknologi terkini pada sistem display, yang juga disajikan dengan media yang interaktif. Serta didukung oleh tema interior museum yang atraktif dengan desain bentuk yang asimetris sesuai dengan konsep modern, sehingga dapat menjadi sarana rekreasi yang inspiratif bagi pengunjung. 2. Lokasi Museum Kebudayaan China di Surabaya berada di Jalan Pemuda yang masih berada satu kawasan dengan bangunan – bangunan bersejarah di Surabaya 3. Sasaran dari keberadaan Museum Kebudayaan China di Surabaya ini adalah untuk seluruh kalangan masyarakat, yaitu para wisatawan baik mancanegara maupun domestik, mahasiswa/pelajar dan sebagainya. 4. Misi Museum ini adalah memberikan sarana edukasi dan rekreasi baru pada masyarakat untuk berapresiasi dan membawa masyarakat kepada healty habbit dalam berekreasi. 5. Suasana dan karakter yang akan ditampilkan pada interior museum ini disesuaikan dengan konsep perancangan yaitu modern. 6. Desain Interior Museum Kebudayaan China di Surabaya dibatasi pada obyek perancangan interior lobby dan ruang pamer tetap.
commit to user
151 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6.2
Saran Pada dasarnya keberhasilan desain dapat ditinjau dari : 1. Desain yang dapat memenuhi kebutuhan pemakai 2. Penggunaan bahan dan material yang sesuai dengan fungsi dan kebutuhan 3. Tema yang mendukung perancangan 4. Tercapainya hasil yang baik dari segi estetis Untuk itu perlu partisipasi dari semua masyarakat untuk menciptakan keberhasilan desain.
commit to user
152 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA Buku : Ching, Francis DK. 1996. Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Susunannya. Jakarta: Erlangga Ching, Francis DK. 1996. Ilustrasi Desain Interior. Jakarta: Erlangga De Chiara, Joseph, Julius Panero, Martin Zelnik. 1991. Time Saver Standards For Interior Design and Space Planning. New York: Mc Graw Hill. Direktorat Permuseuman. 1994. Pedoman Tata Pameran di Museum. Jakarata : Dekdikbud Flynn, J.E and Segil. A.W. 1970. Architectural Interior System 15th ed. New York: Van Nostrand Reintold Herman, V.J. 1981. Pedoman Konservasi Koleksi Museum. Jakarta : Depdikbud Laurence Vail Coleman. 1950. Museum Building. Washington Lawson, Fred. 2000. Conggres, Convenition, and Exhibition Facilities Planing and Management. New Delhi: Architectural Press Oxfort Aukland Boston Johanesburg Mellbourne Neufert, Ernst. 1987. Data Arsitek (edisis ke-II terjemahan Sjamsu Amri). Jakarta: Erlangga Panero, Julius & Martin Zelnik. 1979. Human Dimension & Interior Space. London: The Architectural Press Robbilard, D.A. 1982. Public Space Design In Museum. Jakarta: Gramedia Utama Suptandar, J.Pamuji. 1999. Desain Interior Pengantar Merencana Interior Untuk Mahasiswa Desain dan Arsitektur. Jakarta : djambatan Sutarga, Moh. Amir. 1989. Pedoman Penyelenggaraan dan Pengolahan Museum. Jakarta: Dirjen P & K Sutopo, HB. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press Taniputera, Ivan. 2009. History Of China. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Tim Penyusun Ensiklopedia Nasional Indonesia. 1990. Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Wittlin, Alma S. 1949. The Museum, It’s History and It’s Tasks in Education. London : Routledge and Keagan Paul commit to user
153 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
YB. Mangunwijaya. 1980. Pasal – pasal Pengantar Fisika Bangunan. Jakarta : Erlangga.
Sumber Internet: http://www.surabaya.go.id
commit to user
154 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
LAMPIRAN
commit to user