perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DESAIN INTERIOR MUSEUM KOTA SURAKARTA ( Dengan Pendekatan Konsep Pendidikan )
TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun oleh : GUNAWAN EKO PRIYONO C0805015
JURUSAN DESAIN INTERIOR FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DESAIN INTERIOR MUSEUM KOTA SURAKARTA ( Dengan Pendekatan Konsep Pendidikan )
Telah disetujui oleh Pembimbing untuk diuji di hadapan Dewan Penguji
Disusun oleh : GUNAWAN EKO PRIYONO C0805015
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs.IF.Bambang Sulistyono, Sk. MT.arch NIP. 19621125 199303 1 001
Mulyadi, SSn, M.Ds NIP. 19730702 200212 1 001
Mengetahui Ketua Jurusan Desain Interior
Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn. commit to user 1 001 NIP. 19621221 199201
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN Telah disahkan dan dipertanggungjawabkan pada sidang Tugas Akhir Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada hari Senin tanggal 26 Juli 2010
Penguji :
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Ketua
Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn. NIP. 19621221 199201 1 001
(......................)
Sekretaris
Iik Edang Siti W, SSn, M.Ds NIP. 19771027 200112 2 002
(......................)
Penguji I
Drs.IF.Bambang Sulistyono, Sk. MT.arch NIP. 19621125 199303 1 001
Penguji II
Mulyadi, SSn, M.Ds NIP. 19730702 200212 1 001
(......................)
(......................)
Mengetahui :
Ketua Jurusan Desain Interior
Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn. commit to user NIP. 19621221 199201 1 001
iii
Drs. Soedarno, M.A NIP. 19530314 198506 1 001
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Nama : Gunawan Eko Priyono NIM
: C0805015
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir yang berjudul ” Desain Interior Museum Kota Surakarta Dengan Pendekatan Konsep Pendidikan” adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat dan tidak dibuat oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam Laporan Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Gelar Sarjana.
Surakarta, 6 Agustus 2010 Yang membuat pernyataan,
Gunawan Eko Priyono
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“ Barangsiapa mempelajari ilmu yang dimaksudkan untuk mendapatkan keridhoan Allah, namun ia tidak mempelajarinya melainkan untuk mendapatkan kekayaan dunia, maka ia tidak
commit to user
mencium aroma surga”. ( Diriwayatkan : Abu Nua’im )
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
1.
2.
Karya sederhana ini penulis persembahan kepada : Ayah beserta Ibu tercinta, dengan curahan kasih sayang dan do’a yang tulus telah menghantarkan ananda dalam kehidupan yang lebih berarti dan berguna untuk keluarga, semoga hal itu bisa membuat Ayahanda dan Ibunda bangga dan bahagia. Hanya Allah yang akan membalas amal mulia itu. Adik dan keluarga tercinta, yang telah memberi semangat dan motivasi serta bantuan dan doa.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SAW yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, serta shalawat dan salam senantiasa penulis tujukan kepada Nabi besar Muhammad Saw, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan penelitian terebut yang berjudul : ” Desain Interior Museum Kota Surakarta Dengan Pendekatan Konsep Pendidikan” Disusun
sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Seni
(S.Sn.), jurusan Desain Interior Universitas Sebelas Maret Surakarta. Terselesaikannya penyusunan penulisan laporan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari peranserta berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan, saran, pengarahan, dan bantuannya, maka pada kesempatan ini sudah sepantasnya dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat : 1.
Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn. selaku ketua jurusan Desain Interior, fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.
Drs.IF.Bambang Sulistiono, Sk. MT selaku pembimbing utama dan Mulyadi, SSn, M.D selaku pembimbing ke dua yang telah memberikan pengarahan dan masukan yang sangat bermanfaat untuk saya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir tersebut dengan baik.
3.
Semua dosen Fakultas Sastra dan Seni Rupa, khususnya dosen Jurusan Desain Interior yang telah memberikan ilmunya kepada penulis. commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
4.
digilib.uns.ac.id
Ayah Sukatno dan ibu Haryani, yang telah membimbing dan mendidik serta mengiringi selalu langkahku dengan do’a, semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta dibalaskan semua jasanya.
5.
Dik Dwi Harjono Saputro, yang selalu membantu dan memberi semangat. Terimaksih telah membantu biki maket.
6.
Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu terselesaikannya penulisan laporan Tugas Akhir ini. Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan mereka. Selanjutnya apabila ada
kekhilafan dan kekurangan dalam penuliasan Laporan Tugas Akhir ini penulis mohon maaf. Untuk itu penulis mohon saran dan kritik yang membangun demi kebaikan penulisan Laporan Tugas Akhir ini. Mudah-mudahan Laporan Tugas Akhir ini dapat berguna bagi semua pihak.
Surakarta, 10 Agustus 2010
Gunawan Eko Priyono
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK DESAIN INTERIOR MUSEUM KOTA SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN KONSEP PENDIDIKAN Gunawan Eko Priyono. C 0805015 1 Drs.IF.Bambang Sulistyono, Sk. MT.arch 2 Mulyadi, SSn, M.D. 3 2010. Masalah pokok yang perlu di kaji dalam perancangan Museum Kota Surakarta dengan pendekatan Pendidikan yang berguna untuk pemecahan masalah adalah Bagaimana merancang sebuah museum dengan konsep De’stijl yang mampu memunculkan suasana yang nyaman, dan tidak membosankan serta menjadi media edukatif bagi masyarakat. Bagaimana menciptakan sistem penyajian benda koleksi yang baik, komunikatif sesuai dengan ketentuan prinsip-prinsip human dimension yang berlaku. Bagaimana menentukan peruangan dan sirkulasi dalam ruang yang mendukung aktivitas sebagai Museum sebagai tempat pameran.
Selain itu juga sebagai upaya dalam rangka penyelamatan permusiuman surakarta yang kondisinya sangat memperihatinkan, hal ini terlihat di beberapa museum di Surakarta yang di tangani tidak secara professional. Usaha ini dilakukan melalui pemanfaatan dan pengolahan secara umum peninggalan elemen bangunan lama Benteng vastenburg untuk disesuaikan dengan fungsi perencanaan yang diwadahinya melalui pengembangan dan pembentukan fungsi baru sebagai Museum Kota. Perencanaan Museum Kota Surakarta merupakan kegiatan merancang serta merencanakan ruang yang berfungsi sebagai tempat menyimpan, melestarikan, memamerkan benda- benda bersejarah peninggalan Kota Surakarta. Museum Kota Surakarta bersifat sebagai sebuah museum berkonsep edukatif, di harapkan minat masyarakat untuk berkunjung ke museum bertambah. Dalam perancangan museum Kota Surakarta ini fungsi utama museum tidak hanya sekedar sebagai tempat menyimpan benda kuno, tetapi museum juga bisa dijadikan sebagai tempat untuk menimba ilmu yang menarik. Untuk menyelenggarakan kesinambungan aktifitas Museum maka dirancang Museum Kota Surakarta ini dengan fasilitas – fasilitas berupa Loby, Solo Story Gallery, Art gallery, Temporary Gallery, Theatre Area, Gift Shop, Auditorium, Reception Hall, Lavatory. Diharapkan dengan keberadaan Museum Kota Surakarta ini dapat memenui keinginan dan kebutuhan masyarakat akan pendidikan terkait dengan sejarah kota Surakarta.
1
Mahasiswa Desain Interior Angkatan 2005, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, UNS Dosen Pembimbing 1 3 Dosen Pembimbing 2 2
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAC DESAIN INTERIOR MUSEUM KOTA SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN KONSEP PENDIDIKAN Gunawan Eko Priyono. C 0805015 1 Drs.IF.Bambang Sulistyono, Sk. MT.arch 2 Mulyadi, SSn, M.D. 3
2010. The main problem needs to study in designing Surakarta City Museum using Education approach useful for the problem solving is how to design a museum with De’stijl concept that can generate a comfortable and not boring circumstance as well as become an educative media for society. How to create a good, display system for object collection that is communicative and consistent with the prevailing human dimension. How to determine the room layout and circulation supporting the activity as Museum as the exhibition place. In addition as an attempt of saving the surakarta museum the condition of which is very apprehensive; it can be seen from many museums not managed professionally in Surakarta. This attempt is carried out by utilizing and managing generaly the heritage of old building element of Vastenburg fortress to adjust with the designing function it accomodates by developing and establishing the new function as the City Museum. The design of Surakarta City Museum is an activity of designing and planning the room functioning as the place of storing, preserving, and exhibiting the historical object of Surakarta City heritage. Surakarta City Museum as a museum with educative concept, is expected will increase the society’s interest in visiting the museum. In designing the Surakarta City museum, the main function of museum is not only as the place for storing the ancient objects but also as the place for getting interesting knowledge. In order to organize the Museum’s activity sustainability, the Museum of Surakarta city is designed using such facilities as Lobby, Solo Story Gallery, Art gallery, Temporary Gallery, Theatre Area, Gift Shop, Auditorium, Reception Hall, and Lavatory. It is expected that the existence of Surakarta City Museum can meet the people’s desire and need for education relating to the history of Surakarta city.
1
Mahasiswa Desain Interior Angkatan 2005, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, UNS Dosen Pembimbing 1 3 commit to user Dosen Pembimbing 2 2
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................
ii
PENGESAHAN PENGUJI ................................................................................. iii PERNYATAAN ................................................................................................. iv MOTTO .............................................................................................................
v
PERSEMBAHAN .............................................................................................. vi KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii ABSTRAK .........................................................................................................
x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xix DAFTAR TABEL ........................................................................................... xxiv DAFTAR SKEMA .......................................................................................... xxv
BAB I
PENDAHULUAN ..............................................................................
1
A. Latar Belakang ...................................................................................1 B. Batasan / Ruang Lingkup ...............................................................
2
C. Rumusan Masalah ..........................................................................
2
D. Tujuan ............................................................................................
3
E. Sasaran ...........................................................................................
3
F. Manfaat ...........................................................................................
3
G. Metode ..........................................................................................
3
H. Sistematika Pembahasan ................................................................
4
I. Skema Pola Pikir .............................................................................
5
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................
6
A. Tinjauan Umum .............................................................................
6
1. Museum .....................................................................................
6
B. Tinjaun Museum Kota ..................................................................
6
1. Sejarah Museum ........................................................................
6
2. Fungsi dan Tugas museum ........................................................
9
a. Fungsi Museum ..................................................................
9
b. Tugas Museum....................................................................
9
3. Persyaratan Museum .................................................................. 10 a. Persyaratan Lokasi .............................................................. 10 b. Persyaratan Bangunan ........................................................ 10 c. Persyaratan Koleksi museum .............................................. 11 d. Persyaratan Peralatan Museum ........................................... 13 e. Persyaratan Organisasi Dan Ketenagaan ............................ 13 4. Penyajian Pameran .................................................................... 14 a. Faktor Cerita ....................................................................... 14 b. Faktor Koleksi .................................................................... 15 c. Faktor Sarana Dan Biaya .................................................... 15 d. Faktor Tehnik dan Metode Penyajian ................................. 15 5. Kegiatan museum ...................................................................... 18 C. Tinjauan Wilayah Surakarta .......................................................... 19 1. Potensi Gegrafis ......................................................................... 19 a. Potensi Iklim Dan Cuaca .................................................... 20 commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Potensi Penduduk................................................................ 20 c. Potensi Ekonomi ................................................................. 20 d. Potensi Pendidikan.............................................................. 20 e. Potensi Seni Dan Budaya .................................................... 21 f. Potensi Sejarah Surakarta .................................................... 25 g. Potensi Pariwisata ............................................................... 29 2. Kondisi Permuseuman Surakarta .............................................. 30 a. Museum di Surakarta .......................................................... 30 b. Pengunjung Museum di Surakarta ...................................... 34 D. Sejarah Perkembangan Kota ........................................................ 35 E. Morfologi Kota Solo ................................................................... 36 1. Pendahuluan ............................................................................... 36 2. Perkembangan Kota Solo 1550-1745 ........................................ 38 3. Perkembangan Kota Solo 1745-1821 ........................................ 39 4. Perkembangan Kota Solo 1821-1857 ........................................ 40 5. Perkembangan Kota Solo 1857-1900 ........................................ 40 6. Perkembangan Kota Solo 1900-1945 ........................................ 41 7. Perkembangan Kota Solo 1945-2000 ........................................ 41 F. Tinjauan Tentang Bioskop .......................................................... 43 1. Pengertian .................................................................................. 43 2. Ukuran Biosop ........................................................................... 43 a. Bioskop Tunggal ................................................................. 43 b. Bioskop Jamak .................................................................... 43 commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Fungsi, Tujuan serta Persyaratan Bioskop ................................ 44 a. Fungsi Bioskop ................................................................... 44 b. Tujuan Bioskop ................................................................... 44 c. Persyaratan Bioskop............................................................ 44 d. Sistem Tata Suara ............................................................... 46 e. Tinjauan Akustik ................................................................. 50 G. Tinjauan Tentang Pendidikan ..................................................... 50 1. Pengertian Pendidikan ............................................................... 50 2. Tujuan Pendidikan ..................................................................... 50 3. Esensi Pendidikan ...................................................................... 51 H. Tinjauan Tentang De’Stijl .......................................................... 51 1. Sejarah Modernism .................................................................... 51 2. Sejarah De’Stijl .............................................................................52
BAB III TINJAUAN LAPANGAN ............................................................... 55 A. Museum Sono Budoyo Yogyakarta ............................................... 55 1. Lokasi......................................................................................... 55 2. Koleksi ..................................................................................... 56 3. Pola Kegiatan ............................................................................. 61 B. Indiana State Museum ................................................................... 64 1. Lokasi ........................................................................................ 64 2. Misi ........................................................................................... 65 3. Koleksi ...................................................................................... 65 commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Pola Kegiatan ............................................................................ 74 5. Status kelembagaan ................................................................... 75
BAB IV KONSEP PERANCANGAN ............................................................ 80 A. Analisa Judul ................................................................................ 80 1. Pengertian .................................................................................. 80 2. Tujuan ........................................................................................ 80 B. Asumsi Penempatan Lokasi .......................................................... 80 C. Pola Kegiatan ................................................................................ 81 1. Pokok Kegiatan Dan Oprasional................................................ 81 a. Pengunjung ............................................................................81 b. Pengelola............................................................................. 81 c. Materi Koleksi .................................................................... 82 2. Pola kegiatan Museum ............................................................... 83 a. Kelompok Kegiatan Penerimaan ........................................ 83 b. Kelompok Kegiatan Utama ................................................ 83 c. Pemeran Tetap .................................................................... 84 d. Pemeran Temporer.............................................................. 84 e. Kegiatan Pelayanan Umum................................................. 84 f. Kegiatan Edukasi ................................................................. 84 g. Kegiatan Rekreasi dan Entertaiment................................... 84 h. Pengunjung ......................................................................... 84 3. Kelompok Kegiatan Pengelola .................................................. 84 commit to........................................................ user a. Kegiatan Administrasi 84
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Kegiatan Proservasi Dan Konservasi.................................. 84 c. Kelompok Kegiatan Servise ............................................... 85 4. Kelompok Jenis Kegiatan .......................................................... 85 5. Analisa Pengelompkan Kegiatan Dan Kebutuhan Ruang ......... 86 a. Pendekatan Kebutuhan Ruang ............................................ 86 b. Sifat Dan Tututan Ruang .................................................... 86 D. Konsep Perancangan ...................................................................... 89 1. Pola Perancangan ....................................................................... 89 2. Ide Gagasan................................................................................ 90 3. Tema .......................................................................................... 90 4. Suasana Dan Karakter Ruang .................................................... 90 5. Program Ruang .......................................................................... 90 6. Pola Sirkulasi ............................................................................. 92 a. Sirkulasi Antar Ruang – Ruang Pameran ........................... 92 b. Sirkulasi Horisontal ............................................................ 93 7. Unsur Pembentuk Ruang ........................................................... 97 a. Lantai .................................................................................. 97 b. Dinding ............................................................................... 98 c. Ceiling ................................................................................. 100 8. Interior Sistem............................................................................ 101 a. Penerangan .......................................................................... 101 b. Penghawaan ........................................................................ 104 9. Keamanan dan Komunikasi ....................................................... 105 commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Keamanan Terhadap Bahaya Kebakaran ............................ 105 b. Telekomunikasi Dan Tata Suara ......................................... 105
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 107 A. Kesimpulan ................................................................................... 107 B. Konsep Perancangan Museum Kota Surakarta ............................. 107 1. Ide Gagasan................................................................................ 107 2. Tema .......................................................................................... 108 3. Suasana dan Karakter Ruang ..................................................... 108 4. Sistem Sirkulasi ......................................................................... 109 5. Program Ruang .......................................................................... 110 6. Komponen Pembentuk Ruang ................................................... 110 7. Interior Sistem............................................................................ 113
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 118 LAMPIRAN ....................................................................................................... 119
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Museum Nasional, Sonobudoyo, Negri Bali. .................................. 8 Gambar 2 Peta Surakarta ................................................................................ 19 Gambar 3 Pertunjukan Wayang Kulit. ........................................................... 22 Gambar 4 Proses Pembuatan Batik Tulis. ...................................................... 22 Gambar 5 Pementasan Wayang Orang. ......................................................... 23 Gambar 6 Kerajinan Tatah Sungging. ............................................................ 23 Gambar 7 Museum Radya Pustaka. ............................................................... 31 Gambar 8 Peta Surakarta 1821. ...................................................................... 37 Gambar 9 Peta Surakarta 1853. ...................................................................... 37 Gambar 10 Peta Surakarta 1945. .................................................................... 38 Gambar 11 Peta Perkembangan Struktur Kota Surakarta 1500-2000. ........... 42 Gambar 12 Morfologi Kota Solo 1500-2000. ................................................. 42 Gambar 13 Sejarah Dan Perkembangan Permukiman Kota Solo. .................. 43 Gambar 14 Sejarah Dan Perkembangan Permukiman Kota Solo. ................. 43 Gambar 15 Museum Sono Budoyo. ............................................................... 55 Gambar 16 Perangkat Gamelan Museum Sono Budoyo. .............................. 56 Gambar 17 Perangkat Gamelan Museum Sono Budoyo. .............................. 56 Gambar 18 Koleksi Museum Sono Budoyo. ................................................. 56 Gambar 19 R. Pamer Museum.Sono Budoyo ................................................ 57 Gambar 20 R. Pamer Museum.Sono Budoyo. ................................................ 57 Gambar 21 R. Pamer Museum.Sono Budoyo. ............................................... 58 Gambar 22 R. Pamer Museum.Sono Budoyo. ............................................... 59 Gambar 23 R. Pamer Museum.Sono Budoyo. ............................................... 59 Gambar 24 T. Bangunan Museum Sono Budoyo. ......................................... 62 Gambar 25 T. Bangunan Museum Sono Budoyo. .......................................... 62 Gambar 26 T. Bangunan Museum Sono Budoyo. ......................................... 63 Gambar 27 T. Bangunan Museum Sono Budoyo. ......................................... 63 Gambar 28 T. Bangunan Indiana state Museum. ........................................... 64 Gambar 29 Koleksi Indiana state Museum. ................................................... 65 Gambar 30 Koleksi Indiana state Museum. ................................................... 66 Gambar 31 Koleksi Indiana state Museum. .................................................... 66 Gambar 32 Koleksi Indiana state Museum. ................................................... 66 Gambar 33 Koleksi Indiana state Museum. ................................................... 67 Gambar 34 Koleksi Indiana state Museum. ................................................... 67 Gambar 35 Koleksi Indiana state Museum. ................................................... 67 Gambar 36 Koleksi Indiana state Museum. ................................................... 68 Gambar 37 Koleksi Indiana state Museum. ................................................... 68 Gambar 38 Koleksi Indiana state Museum. ................................................... 68 Gambar 39 Koleksi Indiana state Museum. ................................................... 68 Gambar 40 Koleksi Indiana state Museum. ................................................... 69 Gambar 41 Koleksi Indiana state Museum. ................................................... 69 Gambar 42 Koleksi Indiana state Museum. ................................................... 71 Gambar 43 Koleksi Indiana state Museum .................................................... 71 commit to user Gambar 44 Koleksi Indiana state Museum. ................................................... 71
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 45 Koleksi Indiana state Museum. ................................................... Gambar 46 Koleksi Indiana state Museum. ................................................... Gambar 47 Koleksi Indiana state Museum. ................................................... Gambar 48 T. Bangunan Indiana state Museum. ........................................... Gambar 49 T. Bangunan Indiana state Museum. ........................................... Gambar 50 Hall. ............................................................................................. Gambar 51 Auditorium. ................................................................................. Gambar 52 R.Rapat. ....................................................................................... Gambar 53 R.Rapat. ....................................................................................... Gambar 54 RAV. ........................................................................................... Gambar 55 Site Benteng Vastenberg. ............................................................
commit to user
xix
72 72 72 74 75 75 76 76 76 77 78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1 jumlah Pengunjung Museum Th 2000-2004..................................... 21 Tabel 2.Jumlah Organisasi Kesenian Surakarta Th 2003 .............................. 24 Tabel 3 Museum di Surakarta. ....................................................................... 31 Tabel 4 jumlah Pengunjung Museum. Th 2000-2004 .................................... 34 Tabel 5 Kelompok Jenis Kegiatan Museum Kota.......................................... 82 Tabel 6. Jenis Kegiatan dan Kelompok Kegiatan Museum Kota ................. 84 Tabel 7 Kelompok Kebutuhan Ruang. ........................................................... 84 Tabel 8 Analisa Bahan Dan Kegunaan. ......................................................... 93 Tabel 9 Analisa Bahan Dan Kegunaan. ......................................................... 95 Tabel 10 Analisa Bahan Dan Kegunaan. ....................................................... 97 Tabel 11 Analisa Bahan Dan Kegunaan. ..................................................... 104 Tabel 12 Analisa Bahan Dan Kegunaan. ..................................................... 106 Tabel 13 Analisa Bahan Dan Kegunaan. ..................................................... 107
commit to user
xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Organisasi pengelola Museum ...................................................... 14 Skema 2 Proses Kegiatan Pengunjung. ......................................................... 79 Skema 3 Proses kegiatan Pengunjung ........................................................... 79 Skema 4 Proses kegiatan Benda Koleksi....................................................... 80 Skema 5 Pola Pikir Perencanan. .................................................................... 86 Skema 6 Proses kegiatan Benda Koleksi..................................................... 103
commit to user
xxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia mempunyai warisan budaya dan warisan alam yang sangat kaya sudah sewajarnya jika bangsa ini memperhatikan sungguh-sungguh usaha pelestarian. Pelestarian warisan budaya dan warisan alam adalah bagian yang sangat penting dalam pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional. Proses pembinaan dan pengembangan kebudayaan tersebut di atas tidak dapat berhenti selama bangsa Indonesia menempati nusantara ini dan bahkan yang paling penting menjaga kontinuitasnya. Dengan keberadaan kawasan kota di Indonesia, apalagi dengan kawasan kuno yang merupakan salah satu bagian terpenting dalam pertumbuhan suatu kota, yaitu sebagai perwujudan nyata peninggalan yang menjadi bukti fisik kekayaan budaya bangsa. Artefact ini dapat menunjukkan latar belakang sejarah masyarakatnya, sehingga semakin panjang sejarah suatu masyarakat semakin banyak pula peninggalan - peninggalan yang diwariskan kepada generasi penerus. Kota Solo merupakan salah satu kota tua di Indonesia yang menyimpan berbagai peninggalan kebudayaan dari bermacam etnik, baik pada jaman sejarah maupun prasejarah. Penemuan Pithecanthrophus Soloensis oleh W.F. Oppennorth dan C. TerHaar (Kartodirdjo, 1975) di tepian Bengawan Solo dapat membuktikan bahwa manusia purba telah pernah hidup di wilayah Solo pada masa prasejarah. Sementara itu, peninggalan
pada masa sejarah, seperti candi, keraton, pura
maupun bangunan-bangunan kuno masih dapat dijumpai di berbagai sudut Kota Solo. Pada saat sekarang ini, ruang Kota Solo selain dibentuk oleh bangunanbangunan modern seperti kota-kota lainnya di Indonesia, maka secara arsitektural ruang kotanya masih mampu memperlihatkan bangunan-bangunan yang bercirikan era kerajaan (feodal) Jawa dan era kolonial Belanda, bahkan pada beberapa bagian kota masih terdapat bangunan-bangunan dengan arsitektur etnik commitSurakarta to user merupakan salah satu kota di Cina, Arab dan Indoland/ Campuran.
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Indonesia yang memilki potensi yang perlu dilestarikan dan dikembangkan. Tidak hanya menyangkut warisan budaya, tetapi aspek lainnya seperti sejarah kota, ilmu pengetahuan, kesenian, dan kunjungan wisata. Keragaman yang dimiliki Kota Surakarta tersebut belum disertai dengan upaya
pelestariannya.
Dengan
datangnya
pengaruh
barat
dan
segala
konsekuensinya berpengaruh terhadap keberadaannya, justru bagi negara-negara berkembang inilah terletak kesempatan untuk dalam waktu singkat melaksanakan tugas pencegah bahaya-bahaya kemusnahan dengan jalan mendirikan museum kota dan apabila dijalankan menurut cara-cara tertentu dengan mengingat tujuan tertentu pula akan dapat dinikmati manfaatnya. (Sutarga, 1983, Hal 30). Selain itu, usaha pelestarian keragaman dan budaya Surakarta dapat memberikan nilai ganda, yaitu untuk memperkenalkan nilai historis yang berguna untuk menyemangati kebanggaan para generasi muda akan nilai kewargaanya yang akhirnya dapat menumbuhkan rasa kepemilikan bersama (Sens of Belonging), dan juga dapat bermanfaat sebagai dasar potret masa lalu untuk pijakan pertimbangan pelaksanaan pembangunan masa depan kota Surakarta. Hal ini sesuai dengan pendapat Lord Ducan Sandys (1971), bahwa “Kebanggaan terhadap masa lampau merupakan landasan paling kuat untuk melangkah ke masa depan”.
B. Batasan / Ruang Lingkup Dalam mengkaji masalah tersebut lingkup perancangan yang ingin penulis ajukan adalah disain interior Museum Kota Surakarta yang meliputi Loby, Solo Story Gallery, Art gallery, Temporary Gallery, Theatre Area, Gift Shop, Auditorium, Reception Hall, Lavatory.
C. Rumusan Masalah Masalah pokok yang perlu di kaji dalam perancangan ini yang berguna untuk pemecahan masalah adalah : commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Bagaimana merancang sebuah museum dengan konsep De’stijl yang mampu memunculkan suasana yang nyaman, dan tidak membosankan serta menjadi media edukatif bagi masyarakat. 2. Bagaimana menciptakan sistem penyajian benda koleksi yang baik, komunikatif sesuai dengan ketentuan prinsip-prinsip human dimension yang berlaku. 3. Bagaimana menentukan peruangan dan sirkulasi dalam ruang yang mendukung aktivitas sebagai Museum sebagai tempat pameran.
D. Tujuan 1. Merancang Museum Kota Surakarta dengan pendekatan pendidikan. 2. Menciptakan system penyajian benda koleksi yang disesuaikan dengan kapasitas dan kebutuhan ruang sehingga dapat berfungsi secara makasimal. 3. Perancangan interior yang meliputi karakteristik sistem interior, dan program ruang yang dititikberatkan pada masalah sistem sirkulasi.
E. Sasaran Sasaran yang diutamakan oleh penulis adalah terwujudnya disain interior Museum Kota Surakarta dengan konsep dan pendekatan pendidikan, dan mengambil ide dasar visual D’stjil.
F. Manfaat Manfaat dari perencanaan dan perancangan interior Museum ini bagi : 1. Mahasiswa, khususnya desain interior adalah untuk menambah wawasan tentang sejarah alam dsan budaya dan untuk melestarikan peninggalan – peninggalan benda bersejarah kota Surakarta dan ikut andil dalam menumbuhkan kesadaran akan arti pentingnya budaya tradisional bagi pengembangan kekayaan budaya bangsa yang dituangkan dalam bentuk perancangan interior. commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Masyarakat, adalah untuk mengajak, meninjau, menggali, melestarikan, dan mengembangkan warisan budaya agar tetap dapat dinikmati hingga generasi mendatang 3. Pemerintah, adalah memberi masukan suatu konsep baru bagaimana mewadai seluruh potensi yang ada, diwujudkan dengan perancangan dan perencanaan Museum kota.
G. Metedologi Metodologi yang akan digunakan sebagai dasar penyusunan sehingga mencapai hasil sesuai dengan tujuan dari perencanaan dan perancangan Museum Kota adalah : 1. Metodologi Pembahasan Untuk mendapatkan hasil yang maksimum berdasarkan data – data yang akurat, maka metode yang digunakan :
a. Metode Observasi Yaitu mengadakan observasi langsung atau tidak langsung dengan studi pengamatan lapangan, wawancara dan studi literatur melalui buku – buku, koran, majalah, ataupun referensi – referensi lain yang berkaitan dengan tujuan
yang
akan
dicapai
sehingga
mampu
dapat
menyelesaikan
permasalahan. b. Metode Analisis Menganalisis data – data di lapangan, dengan mengaitkan kajian teoritis yang kemudian dianalisis. Diharapkan tinjauan tersebut akan mengilhami berbagai karya desain dan alternatif – alternatif yang matang.
H. Sistematika Pembahasan 1. BAB I (PENDAHULUAN) Pendahuluan mencakup latar belakang masalah yang meliputi peranan dan keberadaan Museum Kota Surakarta, pembahasan dan perumusan masalah, commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tujuan, dan sasaran serta metodologi yang meliputi metode dan sistematika pembahasan. 2. BAB II (LANDASAN TEORI) Mengemukakan tentang landasan teori tentang proyek interior Museum Kota Surakarta yang meliputi tentang persyaratan ruang yang di dalamnya mencakup pengertian, fungsi, klasifikasi, sirkulasi, komponen pembentuk ruang, sistem interior, sistem keamanan, dll serta merupakan hasil studi observasi di lapangan, sebagai dasar acuan atas pemilihan lokasi perencanaan, maupun sebagai bahan pembanding dan bahan pengayaan bagi proses analisis dari konsep perencanaan dan perancangan interior Museum Kota Surakarta. 3. BAB III (PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM KOTA SURAKARTA) Perancangan yang diperoleh dari kajian teori dan hasil observasi lapangan yang merupakan titik tolak dasar konsep perencanaan dan perancangan interior ruang 4. BAB IV (KESIMPULAN) Merupakan kesimpulan dari proses analisis sekaligus merupakan konsep perencanaan dan perancangan Museum Kota Surakarta.
commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
I. Skema Pola Pikir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Umum 1. Museum a. Lembaga yang bersifat tetap tidak mencari keuntungan, menghimpun barangbarang
pembuktian
tentang
manusia
dan
lingkungannya,
meneliti,
memelihara dan mengawetkan serta mengkomunikasikan kepada masyarakat umum untuk kepentingan perkembangannya. b. Dalam hal ini pengertian museum kota adalah museum yang memperoleh, mengumpulkan,
membina/melestarikan,
meneliti,
memamerkan,
dan
mempublikasikan kepada masyarakat tentang potensi Kota Solo meliputi seni budaya, sejarah kota dan ilmu pengentahuan. c. Museum menurut ICOM (International Council of Museum ) adalah sebuah badan atau lembaga yang tetap, yang tidak mencari keuntungan, yang bertugas untuk menghimpun, merawat, meneliti, dan menyajikan untuk kepentingan studi dan kenikmatan setiap benda, pembuktian alam, manusia, dan kebudayaan
B. Tinjauan Tentang Museum 1. Sejarah Museum Dalam sejarah museum dapat dilihat terjadinya perubahan-perubahan yang bersifat perluasan fungsi museum. Pada mulanya museum hanya berfungsi sebagai gudang barang, tempat dimana disimpan benda warisan budaya yang bernilai luhur dan yang dirasakan patut disimpan. Kemudian fungsinya meluas ke fungsi pemeliharaan, pengawetan, penyajian atau pameran, dan akhirnya fungsi ini diperluas lagi samapi fungsi pendidikan secara umum dan untuk kepentingan umum atau masyarakat luas. Manusia mempunyai satu naluri yang alamiah yaitu “naluri untuk commitinstinct)”. to user Sejak 85.000 tahun yang silam melakukan pengumpulan (collection
7
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diketahui manusia sudah merupakan tukang himpun, terbukti oleh hasil penelitian para arkeolog dalam gua-gua di Eropa, dimana pernah berdiam manusia Neaderthal (lembah Neander). Di dalam gua ini ditemukan kepingankepingan batu yang disebut oker, fosil kerang aneka bentuk, serta batuanbatuan lain yang berbentuk aneh. Koleksi-koleksi aneh ini merupakan penyajian pertama yang disebut “Curio Cabinet” dan merupakan yang paling tua. Nama curio cabinet dipakai sebagai nama museum dalam sejarahnya yang pertama. Perkembangan ini meningkat pada jaman pertengahan dimana yang disebut museum adalah koleksi-koleksi pribadi milik para pangeran (princess), para bangsawan, para pelindung dan pecinta seni budaya yang kaya raya danmakmur, serta para pecinta ilmu pengetahuan. Koleksi-koleksi tersebut mencerminkan adanya benda-benda khusus yang menjadi minat dan perhatian orang-orang tersebut. „Museum” ini jarang dibuka untuk diperlihatkan kepada masyarakat umum. Karena koleksi-koleksi ini merupakan ajang prestice dari pemiliknya maka mereka membuka serta memperlihatkan koleksinya hanya kepada para sahabat dekat atau orang terpandang lainnya. Dengan memiliki suatu galeri yang besar atau curio cabinet yang luas akan meyakinkan bahwa sang pemiliknya memiliki kekayaan. Kedudukan serta kekuasaan untuk memperoleh benda-benda tersebut dalam perjalanannya ke negeri-negeri asing atau tempat-tempat lain yang dilakukan dengan biaya sendiri
ataupun
membayar
utusan-utusan
guna
melakukan
ekspedisi
penyelidikan dan pengumpulan benda-benda. Museum juga pernah diartikan sebagai kumpulan ilmu pengetahuan dalam bentuk karya tulis seorang sarjana. Ini terjadi dijaman ensiklopedis. Jaman sesudah renaissance di Eropa barat, ditandai oleh kegiatan orang-orang untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan mereka tentang manusia, pelbagai makhluk, flora dan fauna, tentang bumi jagat raya dan sekitarnya. Indonesia mempunyai sejarah kegiatan ilmu dan kesenian yang lebih tua dari Negara-negara laian di Asia Tenggara. Hal ini berkaiatan dengan sejarah commit to user jaman kolonialisme dan imperalisme. Pada abad 18 Eropa ditandai oleh
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kegiatan-kegiatan untuk memajukan ilmu dan kesenian. Negeri Belanda dalam hal ini juga tidak ketinggalan. Tokoh-tokoh VOC di Hindia Timur (istilah dulu untuk Indonesia), pada tanggal 24 april 1778, telah mendirikan Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Wetenschappen di Batavia (sekarang Jakarta). Perkumpulan untuk memajukan kesenian dan ilmu pengetahuan dengan slogan “untuk kepentingan umum” ini ternyata maju pesat. Sebelum ada pembagian yang tegas antara ilmu-ilmu alam, sastra, dan budaya, maka koleksi yang dirawat di museum juga meliputi kedua bidang ilmu tersebut. Pada tahuntahuan berikutnya Bataviaasch Genootschap mengkhususkan diri dalam ilmu bahasa, ilmu bumi, ilmu bangsa-bangsa Hindia Timur dan negeri-negeri sekitarnya.
Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Wetenschappen yang kini dikenal dengan nama Museum Nasional, dan sebelumnya pernah dikenal dengan nama Museum Pusat atau Museum Gedung Gajah, adalah museum yang tertua di Indonesia. Museum lain yang didirikan pada awal abad 20 Gb. 1. Museum Museum Sonobudoyo, Museum Negeri Bali adalah Museum Aceh Nasional, yng didirikan pada masa pemerintahan Hindia Belanda (Sumber : Perkembangan Museum di Indonesia)
dan diresmikan oleh Gubernur Sipil dan Militer Aceh Jenderal H.M.A. Swart pada tanggal 31 Juli 1915, museum tersekarang menjadi Museum Negeri Propinsi Aceh. Pada tahun 1922 seorang warga Surabaya keturunan Jerman bernama Von Faber telah merintis berdirinya sebuah museum yang diberi nama Stedelijk Historish Museum Surabaya, yang kini menjadi Museum Negeri Mpu Tantular di Surabaya. Di Denpasar Bali pada tanggal 8 Desember 1932 telah diresmikan pula sebuah museum dengan nama Bali Museum. Museum ini kemudian pada tahun 1965 diserahkan kepada pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam perkembangannya kini museum tersebut menjadi Museum Negeri Propinsi Bali. Selain beberapa museum tersebut, di Yogyakarta sejak tahun 1924 telah dirintis pendirian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
10 digilib.uns.ac.id
sebuah museum oleh Java Institut. Pada Tahun 1935 museum tersebut berdiri dan diresmikan dengan nama Museum Sonobudoyo. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Museum Sonobudoyo dikelola oleh Pemerintah daerah Istimewa Yogyakarta. Kemudian pada tahun 1974 diserahkan kepada Pemerintah Pusat dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sebagai penyelenggaranya. Setelah tahun 1945 museum-museum di Indonesia terus bermunculan baik yang didirikan oleh pemerintah maupun swasta. Perhatian pemerintah terhadap dunia permuseuman terus meningkat, semenjak Pelita I telah dilaksanakan Proyek Rehabilitasi dan Perluasan Museum Pusat dan Museum Bali. Proyek permuseuman ini terus berkembang menjadi proyek pengembangan permuseuman di Indonesia, dan terakhir menjadi Proyek Pembinaan Permuseuman serta telah menjangkau ke seluruh propinsi di Indonesia. Sampai saat ini di Indonesia telah berdiri 262 buah museum, baik museum pemerintah maupun sawasta, besar mauapun kecil, dengan berbagai jenis. 2. Fungsi Dan Tugas Museum a. Fungsi Museum 1) Bagi masyarakat umum (awam) a) Sebagai sarana rekreasi dan mendapatkan informasi tentang koleksi museum b) Meningkatkan apresiasi terhadap koleksi museum 2) Bagi seniman a) Tempat memamerkan karyanya b) Tempat komunikasi dengan masyarakat melalui karyanya 3) Bagi peneliti a) Tempat mengadakan penelitian ilmiah 4) Bagi kota a) Fasilitas penunjang kota b) Pengenalan kebudayaan suatu daerah commit to user 5) Bagi Negara
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Pengumpulan, pendokumentasian, dan pengamanan warisan budaya b) Sebagai identitas suatu Negara
b. Tugas Museum 1) Menghindarkan bangsa dari kemiskinan budaya 2) Memajukan kesenian dan kerajinan rakyat 3) Turut menyalurkan rakyat dan memperluas pengetahuan kepada masyarakat 4) Memberikan metodik dan didaktif sekolah dengan cara kerja sama yang bermanfaat dengan kunjungan para pelajar 5) Memberikan kesempatan dan bantuan dalam penyelidikan ilmiah 6) Memberikan kesempatan bagi penikmat seni 7) Memajukan bidang pariwisata
3. Persyaratan Museum Secara umum persyaratan umum adalah meliputi antara lain lokasi, ruangruang serta bangunan. a. Persyaratan Lokasi 1) Strategis, mudah dijangkau oleh umum 2) Lokasi museum harus sehat : a) Lokasi tidak terletak di daerah industri yang banyak pengotoran udaranya (Karbon, asam, garam) b) Bukan daerah yang tanahnya berlumpur/ tanah rawa-rawa atau tanah berpasir c) Memperhatikan elemen-elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi itu, antara lain: kelembaban udara 55-65 %, suhu 20-24 C (perubahan suhu yang terlalu besar dan suhu yang terlalu kering dapat merapuhkan ketahanan koleksi ), sinar UV 300 A -400 A dapat memudarkan koleksi b. Persyaratan Bangunan Persyaratan bangunan museum harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
1) Dalam pembangunan ruang-ruang untuk koleksi harus memperhitungkan pembagian sirkulasi udara yang baik yaitu masalah sistem penggunaan cahaya 2) Bangunan museum harus sanggup menyelamatkan obyek museum, personil museum dan pengunjung museum. 3) Bangunan museum harus memperhatikan faktor-faktor iklim, sirkulasi udara, sanggup menyelamatkan materi koleksi, personil serta pengunjung serta tampilan bangunannya tidak perlu angker atau harus welcome pada pengunjung. 4) Bangunan-bangunan museum harus mampu melindungi benda-benda koleksi dari: a) Iklim : perlu dikendalikan kadar kelembaban relatifnya antara 45-65 % dengan suhu antara 20-24 % b) Lingkungan c) Cahaya d) Serangga e) Mikroorganisme f) Penanganan koleksi : Sebelum benda koleksi ditetapkan sebagai benar-benar benda koleksi museum, ia harus melalui suatu proses, yaitu: a. Pengeluaran dari peti kemas atau bungkusnya b. Pendaftaran sementara c. Fumigasi, penyemprotan, dan pembersihan d. Regristrasi dalam buku Induk inventaris e. Penyaluran ke ruang kerja kurator atau ke laboratorium konservasi untuk proses identifikasi, klasifikasi, dan katalogisasi atau untuk penggarapan laboratorium, restorasi, dan lain-lain. f. Gudang penyimpanan koleksi museum. g. Bahaya kebakaran. c. Persyaratan koleksi museum commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
Penentuan persyaratan koleksi suatu museum diperlukan, karena belum ada keseragaman persyaratan koleksi baik untuk museum pemerintah maupun museum swasta. Untuk mendapatkan keseragaman persayaratan koleksi, maka diperlukan syarat-syarat sebagai berikut : 1) Mempunyai nilai sejarah dan ilmiah (termasuk nilai estetika) 2) Dapat diidentifikasikan mengenai ujudnya (morfologi), tipenya (tipologi), gayanya (style), fungsinya, maknanya, asalnya secara historis dan geografis, genusnya (dalam ordo biologi) atau periodenya dalam geologi khususnya untuk benda-benda sejarah alam dan teknologi. 3) Harus dapat dijadikan dokumen, dalam arti sebagai bukti kenyataan dan kehadirannya (realitas dan eksistensinya) bagi penelitian ilmiah. 4) Dapat dijadikan suatu monument atau bakal jadi monumen dalam sejarah alam dan budaya. 5) Benda asli (realia), replica atau reproduksi yang sah menurut persyaratan museum. Pembagian benda koleksi dibedakan menjadi 3 macam, yaitu : a) Pembagian menurut bahannya 1) Bahan organik, yaitu benda-benda yang terbuat dari tumbuh- tumbuhan, binatang, dan kulit. 2) Bahan anorganik, yaitu benda-benda yang berasal dari benda mati, seperti logam, batu, keramik, dan tembikar. b) Pembagian menurut kelompok bidang ilmunya. 1) Sejarah alam Termasuk dalam kelompok ini adalah benda-benda koleksi alam semesta, flora, fauna, batuan, mineral, dan manusia. 2) Paleontologika Yaitu kelompok benda-benda fosil 3) Prehistorika Kelompok koleksi ; batu tua (paleolitikum), batu madya (epipaleolitikum), batu muda (neolitikum), batu besar (megalitikum), dan logam commit to user 4) Arkeologika
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
Kelompok koleksi ; klasik ( Hindu Budha), Islam, dan peninggalan nasional. 5) Historika Kelompok benda koleksi regional 6) Naskah Kelompok tulisan tangan 7) Numismatika dan heraldika Kelompok koleksi mata uang logam dan kertas, alat tukar (token), tanda jasa, lambing, tanda pangkat, pening (heraldika), dan cap. 8) Keramik asing Koleksi keramik cina, jepang, siam, anam, Keramik timur tengah, dan Eropa. 9) Seni rupa Kelompok koleksi seni rupa kontemporer 10) Karya cetak Kelompok koleksi peta, grafika, foto 11) Etnografika Kelompok koleksi senjata, wadah, arsitektur, pakaian, atribut, berbagai macam peralatan dalam kehidupan manusia, patung, dan seni rupa lainnya, peralatan seni, benda-benda kerajinan dan peralatannya. 12) Kelompok benda hasil abstraksi Seperti bagan, lukisan, grafik, denah, konstruksi, teori konsepsi, dan data. a) Pembagian menurut dimensinya 1. Dua dimensional Yakni benda-benda koleksi yang disajikan secara frontal, seperti kain, lukisan, foto, gambar, dan sebagainya. 2. Tiga dimensional Yakni benda koleksi yang disajikan secara meruang (memiliki beberapa arah/ muka untuk pengamatan), seperti ; peralatan dan bahan membatik, patung, miniature/ maket, dan sebagainya d. Persyaratan Peralatan Museumcommit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Peralatan museum adalah setiap alat atau benda bergerak yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan administratif dan teknis permuseuman. Peralatan museum secara garis besarnya dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu : 1) Peralatan kantor Yaitu setiap alat tau benda bergerak yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan administratif perkantoran museum. 2) Peralatan teknis Yaitu setiap jenis alat atau benda bergerak yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan teknis permuseuman. Sutu
museum tidak mungkin
berfungsi
dengan baik
bila dalam
operasionalnya tidak didukung dengan peralatan yang lengkap baik peralatan kantor, maupun peranalatan teknis. Bahkan bila perlu didukung dengan peralatan mutakhir atau canggih. Adapun peralatan kantor yang harus dimiliki oleh sutu museum antara lain: komputer, mesin fotocopy, almari, filling cabinet, rak buku, peti besi, cardex, papan tulis, meja kerja, meja tamu, telepon, peralatan kebersihan, dan lain-laian. Sedangkan peralatan teknis museum antara lain untuk bidang koleksi berupa camera dan tape recorder, untuk bidang konservasi dan preparasi berupa mikroskop, untuk bidang bimbinga berupa sound system, slide, proyektor, overhead proyektor, dan lain-lain
e. Persyaratan Organisasi dan Ketenagaan Berdasarkan tugas dan fungus museum, maka seyogyanya setiap museum mempunyai organisasi sebagai berikut: 1) Bagian tata usaha, menangani kegiatan yang berhubungan dengan regristrasi, ketertiban/ keamanan, kepegawaian, dan keuangan 2) Bagian koleksi, menangani kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan identifikasi, klasifikasi, katalogisasi koleksi. Menyusun konsepsi yang berhubungan dengan kegiatan presentasi serta penelitian/ pengkajian yang berhubungan dengan kegiatan koleksi dan menyusun tulisan yang bersifat commit to bahan user untuk label ilmiah dan popular serta mempersiapkan
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Bagian konservasi, menangani kegiatan yang berhubungan dengan perawatan koleksi yang bersifat preventif dan kuratif serta mengendalikan keadaan kelembaban suhu di raung koleksi dan gudang serta penanganan laboratorium konservasi 4) Bagian preparasi, menangani kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan restorasi koleksi, reproduksi, penataan pameran, dan penanganan bengkel preparasi. 5) Bagian bimbingan dan publikasi, menangani kegiatan yang berhubungan dengan bimbingan edukatif cultural, penerbitan yang bersifat ilmiah dan popular serta penanganan peralatan audiovisual. 6) Bagian pengelolaan perpustakaan, menangani kegiatan yang berhubungan dengan kepustakaan/ referensi. 7) Setiap bagian tersebut di atas dipimpin oleh seorang kepala atau coordinator yang bertanggung jawab kepada Kepala Museum. Susunan Organisasi dan tata kerja museum, tergantung tingkat kedudukan status museum. skema 1. Organisasi Pengelola Museum (Sumber : Pedoman Pendirianm Museum)
Kepala Museum
Sub Bagian Tata Usaha
Kelompok Tenaga Fungsional Koleksi
Kelompok Tenaga Fungsional Preparasi/Konservasi
Kelompok Tenaga Fungsional Bimbingan/Edukatif
4. Penyajian Pemeran Di Negara maju, semua kegiatan museum sudah mengarah pada pentingnya peranan museum dalam mencerdaskan masyarakat. Untuk itu pengelolaan pameran museum didasarkan pada prinsip-prinsip :
a. Factor cerita
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
Museum merupakan salah satu infrastruktur media informasi yang mencakup berbagai aspek yaitu alam, manusia, termasuk semua unsur sosial budaya, teknologi dan sejarah, baik dari masa lalu, sekarang maupun masa datang. Secara obyektif dan informasi museum merupakan ajang komunikasi pengunjung museum. Agar benda ini dapat berkomunikasi dengan masyarakat tentu harus dibuat suatu sinopsis atau cerita. Cerita ini merupakan sebuah cerita yang utuh yang dapat dilihat sejak masuk sampai pintu keluar ruang pameran.
b. Faktor koleksi Cerita yang akan disajikan harus mempunyai konsepsi yang detail atau sistematika karena harus menjelaskan dengan pasti semua koleksi yang diperlukan dalam menunjang jalannya cerita pameran. Tujuan pokok pengadaan koleksi baru selain penyelamatan juga sebagai bahan penyebarluasan informasi mengenai kekayaan warisan sejarah alam dan budaya. Oleh karena itu koleksi baru harus dapat mendukung cerita yang akan disajikan, maka pengadaan koleksi tidak boleh dilakukan tanpa suatu konsep.
c. Faktor sarana dan biaya Faktor sarana dan biaya merupakan faktor yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Untuk menyajikan sutu pameran diperlukan sarana dasar dan sarana penunjang. Sarana dasar berupa bangunan lengkap dengan ruang pameran, vitrin, panil, ruang evokatif dan dilengkapi dengan tata lingkungan serta pertamanan yang menarik. Sarana penunjang antara lain berupa foto penunjang, labeling, tata lampu, tata warna. Semua sarana ini memerlukan biaya yang tidak sedikit.
d. Faktor teknik dan metode penyajian 1) Prinsip-prinsip desain pameran pada koleksi a) Daya tarik pameran dalam museum 1. Penggantian koleksi pameran secara periodik, yang bisa dilaksanakan userpameran tetap. dalam waktu 3 – 5 tahuncommit sekali,tobagi
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
2. Sistem/ desain tata pameran yang memudahkan perubahan atau penggantian koleksi. 3. Sering diselenggarakannya pameran-pameran temporer. b) Memuaskan dan menyenangkan pengunjung 1. Memberikan pengarahan dan kebebasan bergerak pada pengunjung 2. Memberikan space yang cukup lega antara benda koleksi dengan pengunjung, sehingga pengunjung dapat menikmati pameran dengan bebas. 3. Mengurangi sebanyak mungkin adanya gangguan cahaya, suara, kepengapan, dan sebagainya. 4. Tata pameran agar mudah dimengerti oleh pengunjung, maka harus ditingkatkan mutu ilustrasi, tulisan label yang kreatif sehingga ada komunikasi antara benda koleksi yang dipamerkan dengan pengunjung, disamping itu dipertimbangkan pula bahwa pengunjung itu berbedabeda latar belakangnya. c) Meningkatkan nilai benda koleksi 1. Menunjukkan nilai histories serta nilai religius degan teknik tata pamer yang tepat. 2. Membatasi serta menyeleksi benda-benda koleksi sehingga tidak menimbulkan kesan sangat padat, serta memberikan kesempatan yang besar dalam menyelenggarakan pameran temporer. d) Mengutamakan pameran benda-benda koleksi 1. Dengan teknik tata pamer yang sederhana dapat meningkatkan nilai benda-benda koleksi yang dipamerkan. Usaha untuk mencapai tujuan ini antara lain dengan menghindarkan dekorasi yang berlebihan atau unsur-unsur yang lebih dominan dibanding dengan benda koleksinya sendiri, sehingga dapat mengganggu konsentrasi pengunjung. 2. Teknik tata pameran yang memberikan kesempatan lebih luas dan jelas terhadap pengamatan pengunjung. 3. Desain tata pameran yang dapat memberikan perlindungan serta commit to user kebersihan benda koleksi.
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Metode penyajian koleksi a) Metode pendekatan estetis Ialah metode penyajian benda-benda koleksi dengan mengutamakan penonjolan segi keindahan benda-benda koleksi tersebut. b) Metode pendekatan romantik Ialah metode penyajian benda-benda koleksi yang dapat mengungkapkan satu suasana tertentu yang berhubungan dengan benda-benda tersebut. c) Metode pendekatan intelektual Ialah metode penyajian benda-benda koleksi yang dapat mengungkapakn dan memberikan informasi ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan benda koleksi yang dipamerkan. d) Metode pendekatan campuran (kombinasi) Ialah cara penyajian pameran dalam prakteknya biasanya digunakan kombinasi dari beberapa metoda, yang disesuaikan dengan kondisi dan tema pameran. e) Metode konvensional Ialah cara penyajian pameran dengan menata benda-benda koleksi menurut apa adanya, tanpa ilustrasi dan tambahan lain. f) Metode kontemporer atau metode fungsional Ialah cara penyajian pameran dengan didukung alat-alat atau benda bukan koleksi (sketsa, gambar, foto, peta daerah, dan lain-lain) sehingga benda yang dipamerkan menjadi komunikatif dengan pengunjung. 3) Bentuk pameran a) Pameran tetap Pameran ini biasanya direncanakan dan diselenggarakan untuk tidak diubah-ubah lagi, terutama mengenai sistematika penggolongan bendabenda koleksinya. Pameran tetap ini biasanya diselenggarakan oleh museum dengan mengadakan konsultasi kepada supervisi dari Direktorat Permuseuman. b) Pameran temporer commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
Pameran ini selalu berubah-ubah baik sistem maupun penggolongan benda-benda koleksinya, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi pameran itu sendiri. Pameran ini bisa juga hanya menampilkan satu jenis benda koleksi saja. c) Pameran keliling atau pameran mobil Termasuk pameran tidak tetap, benda-benda koleksi senantiasa dibawa dan dipamerkan dari tempat satu ke tempat lainnya. 4) Standart teknik penyajian pameran meliputi : a) Ukuran minimal vitrin dan panil b) Tata cahaya c) Tata warna d) Tata letak e) Tata pengamanan f) Tata suara g) Labeling h) Foto-foto penunjang
5. KEGIATAN MUSEUM Ada dua pokok kegiatan yang menunjang kehidupan kegiatan museum yaitu: a. Kegiatan pengumpulan koleksi b. Kegiatan penyimpanan dan pengelolaan koleksi Menurut macamnya, kegiatan di dalam museum dapat dibagi menjadi empat macam yaitu: a. Preservasi 1) Reproduksi untuk mengadakan cadangan koleksi, sekaligus sebagai cara untuk menyelamatkan koleksi aslinya. 2) Penyimpanan untuk menyelamatkan koleksi dari factor-faktor merugikan 3) Regristrasi, mencatat, memberikan, dan menyusun keterangan-keterangan yang menyangkut benda koleksi. b. Observasi commit to user 1) Penyelidikan untuk benda-benda calon koleksi
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Penelitian baik di luar maupun di dalam museum 3) Perawatan dan perbaikan terhadap benda-benda koleksi c. Apresiasi 1) Pendidikan, musem sebagai penunjang pendidikan bagi masyarakat yang sifatnya non formal 2) Rekreatif, museum sebagai obyek rekreasi yang menyajikan acara-acara yang sifatnya menghibur d. Komunikasi 1) Pameran, terutama untuk museum seni, ruang pamer betul-betul merupakan sarana komunikasi antar masyarakat sebagai pengamat dengan seniman sebagai pencipta 2) Pertemuan baik antar pengelola maupun pengelola dengan masyarakat penunjang 3) Administrasi berupa komunikasi terhadap kebijakan-kebijakan dari lembaga yang lebih tinggi C Tinjauan Wilayah Surakarta 1. Potensi Geografis Kota Surakarta terletak dalam wilayah Daerah Tingkat I Jawa Tengah. Posisi kota Surakarta dalam koordinat buki adalah antara garis bujur 1100 45‟ 15 “ BT sampai 1100 45‟ 35 “ BT dan antara garis lintang 70 26‟ 00 “ LS sampai 70 56‟ 00 “ LS.
Gb. 2. Peta Surakarta (Sumber:www.surakarta.go.id)
commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kota Surakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 92 m di atas laut. Kondisi topografinya relatif datar dengan kemiringan rata-rata 0-3%. Di bagian utara agak bergelombang dengan kemiringan kurang dari 5%. Dan dilihat dari segi topografi Kota Surakarta relatif datar, tapi pada bagian utara sedikit bergelombang. Elevasi Surakarta rata-rata 92 m di atas permukaan laut dengan kemiringan 0-3% Kota Surakarta merupakan bagian dari 35 Dati II di Propinsi Jawa Tengah, persisnya, terletak di bagian Selatan. Areal wilayah ini merupakan daerah penghubung antara Propinsi Jawa Timur, DI Yogyakarta, Jawa Barat, dan DKI Jakarta. Wilayah administrative Surakarta seluas 4.044 Ha terbagi dalam 5 kecamatan dan 51 kelurahan. Daerah-daerah yang berbatasan dengan wilayah Kota Surakarta : a. Sebelah Utara
: Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Boyolali
b. Sebelah Timur
: Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo
c. Sebelah Selatan
: Kabupaten Sukoharjo
d. Sebelah Barat
: Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo
e. 2. Potensi Iklim dan cuaca Surakarta terletak di daerah yang mempunyai iklim tropis lembab. Dalam satu tahun mengalami 2 cuaca, yaitu hujan dan kemarau. Temperature berkisar antara 21.90 C hingga 32.50 C dengan kelembaban 71%. Rata-rata tekanan udara adalah 1010.9 MBS. Rata-rata kecepatan angin adalah 4 knot dengan arah angina 2400. dan curah hujan yang cukup tinggi sekitar 2200 mm/ tahun. 3. Potensi Penduduk Kodya Dati II Surakarta mempunyai jumlah penduduk sebesar 490.214 jiwa (2000) menjadi 497.532 (2003) 497.532 jiwa, terdiri dari 242.591 laki-laki dan 254.643 wanita dengan Sex ratio-nya 95.27%, yang berarti setiap 100 orang commit to user wanita terdapat 95 orang laki-laki. Terbagi atas 5 kecamatan dan 51 kelurahan
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan kepadatan penduduk rata-rata 11.291 jiwa/ km2 dan perkembangan penduduk kota Surakarta sekitar 0.48 %, Meningkatnya jumlah penduduk ini disebabkan oleh urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi. 4. Potensi Ekonomi Kota Surakarta menempati posisi letak yang sangat strategis, dengan jalur transportasi darat, sebagai penghubung ibukota Dati II maupun propinsi yang lain. Jalur selatan menghubungkan Jakarta, Yogyakarta, Surakarta, dan Surabaya. Jalur utara menghubungkan Jakarta, Semarang, Surakarta, dan Surabaya. Jalur Kereta Api (KA) yang melewati Kota Surakarta merupakan penghubung kota besar di Pulau Jawa. Belum lagi, posisi ini ditunjang dengan pengembangan Bandara Adi Sumarmo yang ditingkatkan dari penerbangan domestik menjadi penerbangan internasional. Tidak aneh, bila Kota Surakarta semakin hari bertambah padat dari berbagai aktivitas manusia. Perekonomian Kota Surakarta didominasi oleh sektor perdagangan, jasa dan industri. Sedangkan sektor perbankan mengalami pertumbuhan yang pesat sejalan dengan perkembangan sektor perdagangan. 5. Potensi Pendidikan Terdapat berbagai fasilitas pendidikan di Surakarta, dari TK, SD, SLTP, SMA, dan juga universitas.Berikut merupakan data penduduk Surakarta sesuai dengan tingkat pendidikannya. Tabel III.1 Penduduk Usia 10 Tahun ke atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kota Surakarta pada Tahun 2003
Tabel 1. Jumlah Pengunjung pada Museum di Surakarta Tahun 2000-2004
Keterangan
Jenis Kelamin Laki-
Perempua
laki
n
commit to user
Jumlah Total
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tidak/
belum
3.458
10.772
14.230
Tidak tamat SD
15.053
21.367
36.420
SD/ MI/ sederajat
40.871
54.499
95.370
SLTP/
41.284
41.485
82.769
SMA/ MA
56.747
60.003
116.750
SM Kejuruan
14.643
11.594
26.237
D I/ II
1.221
2.444
3.665
D III
8.339
6.914
15.253
15.060
9.156
24.216
S2/ S3
610
408
1.018
Jumlah
197.286
218.642
415.928
sekolah
MTS/
sederajat
D IV/ S 1
(Sumber: BPS Kota Surakarta, Kota Surakarta dalam Angka 2003)
6. Potensi seni dan Budaya Kesenian merupakan segi lain dari corak kehidupan masyarakat kota Solo, hal ini salah satunya dipengaruhi oleh keberadaan Keraton Surakarta dan Pura Mangkunegaran. Bagi masyarakat Solo kesenian merupakan ungkapan kreativitas dari kebudayaan yang mempunyai unsur keindahan yang menonjol, sehingga menyajikan citra realitas yang lebih kaya, lebih hidup, dan lebih berwarna - warni. Hasilnya terlihat dalam berbagai bentuk baik spatial art ( arsitektur, lukisan, gambar, patung dan kerajinan ), literature dan karya seni yang berlangsung dalam waktu ( sastra, musik, teater, tari, dan film ). Kesenian yang tumbuh subur dalam masyarakat Solo menonjol sebagai unsur pusat kebudayaan, terutama yang berasal dari budaya etnik, yaitu seni budaya Jawa. Berikut merupakan bentuk seni budaya yang terdapat di Surakarta : commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Wayang : wayang merupakan unsur seni budaya yang sentral. Wayang yang dipagelarkan oleh dalang dibantu oleh pengrawit dan pesinden, adalah hiburan dalam pola rekreasi masyarakat, mengandung makna simbolik dari sisi penting proses kehidupan dan ritual. Persepsi budaya Jawa sangat mempengaruhi, mengingat babad ageng di keraton berisi genealogi para raja yang beranggapan wiracarita itu adalah nenek moyang mereka. Karena itu wayang dianggap representating the cosmos ( Onghokham,1996 ).
kulit Surakarta)
Pada gilirannya seni wayang memberi inspirasi seni lain seperti wayang wong, seni tari, seni sastra, seni kerawitan, seni tatah dan sungging, serta kerajinan lain seperti senjata, seni lukis kaca, dll. Sebaliknya berbagai perkembangan dalam gagasan, teknologi dan kesenian lain juga memberi andil terhadap perkembangan pagelaran wayang itu sendiri. b. Batik : merupakan warisan dari seni lukis yang berkembang dan mengalami penghalusan pada jaman Kartosuro. Batik pada dasarnya merupakan seratan di atas kain mori dengan unsur - unsur ornamen dalam suatu pola yang diproses dengan pencelupan rintang.
commit to user
Gb.4 .Proses Pembuatan Batik Tulis (Sumber : pamflet Dinas Pariwisata Surakarta)
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Keris : keris yang disebut curiga atau wangkingan, merupakan senjata tikam kuno yang menonjol dibandingkan senjata lainnya. Keris merupakan hasil kerajinan seni yang dibuat oleh empu keris, dengan menyatukan seni pamor dan seni pahat dalam ukir - ukiran, dengan cara penempaan bahan logam campuran yang akan menentukan kekuatan, mutu, dan keindahannya. d. Lain - lain : di Solo masih banyak kegiatan lainnya yang mendukung khasanah kesenian kota, seperti seni pentas wayang orang Sriwedari, kethoprak, teater bahasa Jawa, seni tari Jawa, serta karawitan dan tembang - tembang gendhing Jawa, ataupun seni tatah dan sungging pembuatan wayang dari kulit dan pembuatan barang - barang seni lainnya. Sedang yang juga mampu dimanfaatkan adalah kesenian modern yang juga tumbuh di masyarakat, seperti seni lukis, teater, keroncong, musik , band, termasuk pengembangan seni eksperimen seperti yang tumbuh di kampus dan padepokan seni. 1) Wayang Orang Sriwedari Merupakan satu bentuk seni pertunjukan daerah yang menyajikan cerita wayang berdasarkan cerita Mahabharata dan Ramayana.
Gb 5. Pementasan Wayang Orang Sriwedari Sumber : pamflet Dinas Pariwisata Surakarta
2) Kerajinan Tatah dan Sungging
commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gb. 6. Kerajinan Tatah dan Sungging (Sumber : pamflet Dinas Pariwisata Surakarta) sekarang tetap dan sampai
Potensi kesenian Surakarta telah lama
menunjukkan potensinya dalam skala nasional bahkan internasional. Ditunjang pula dengan adanya potensi seniman, organisasi / kelompok seni, serta institusi seni baik formal ( SMKI, STSI, Seni Rupa UNS, Sastra Jawa UNS ) maupun non formal ( pelatihan tari Jawa klasik antara lain di Pura Mangkunegaran, Keraton Kasunanan Surakarta, Taman Budaya Surakarta ) Tabel 2 Jumlah Organisasi Kesenian SurakartaTahun 2003 Macam
Banyaknya
Kesenian
Organisasi
Tari
38
Musik
190
Vokal
23
Teater
61
Seni Rupa
5
Jumlah
317
(Sumber: BPS Kota Surakarta, Kota Surakarta dalam Angka 2003)
Seni pertunjukan yang tumbuh dan berkembang di kota Surakarta terdiri dari ( Edi Sedyawati, Performing Arts, 1998, hal 60 ) : a. Tari Tradisi Seni tari yang berkembang di Surakarta pada dasarnya bersumber dari Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran, yang berbentuk tarian klasik, antara lain: 1) Tari putri : bedhaya, golek, serimpi, gambyong, dsb 2) Tari putra : wireng, jathilan, dsb b. Tari Rakyat Tari rakyat adalah segala macam tarian yang dicipta, dihayati oleh rakyat commit to user berbagai perasaan, segi - segi sebagai ekspresi jiwa yang menggambarkan
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kehidupan yang diungkapkan dalam gerak ritmik. Berdasarkan ciri - ciri khas daerah, tarian rakyat Surakarta dikelompokkan sebagai berikut : 1) Kelompok tari kuda kepang, meliputi barongan, encling, reog 2) Kelompok tari tayub, meliputi tayub dan ledhek 3) Kelompok drama tari, meliputi topeng, angguk, dan srandhul 4) Kelompok tari slawatan, meliputi slawatan, emprok dan rodad 5) Kelompok selain di atas, yaitu ndolalak dan jelantur c. Seni Suara 1. Seni Vokal Pada dasarnya ada dua macam ciri seni vokal di Surakarta, yaitu : a.
Berciri lokal
Lagu rakyat adalah segala jenis lagu, baik vokal maupun instrumental yang diciptakan, dimainkan, dinyanyikan, serta dipelihara oleh rakyat sebagai pernyataan rasa aman, suka duka, haru, sanjungan, pujian, yang bersumber pada hidup serta kehidupan rakyat sehari - hari, meliputi : a. Lagu dolanan : dinyanyikan oleh anak - anak, dengan atau tanpa iringan gamelan dan atau tanpa gerakan. b. Lagu macapat: disebut macapat karena cara menyanyikannya diputus putus tiap 4 suku kata c. Lagu tengahan: dalam bahasa Jawa disebut juga sekar tengahan atau sekar dagelan d. Lagu ageng
: lagu ini disebut juga sekar Kawi
e. Lagu gendhing: lagu ini dinyanyikan dengan iringan orkes atau diperagakan khusus instrumental. f. Berciri nasional, meliputi : keroncong, kulintang, band, dan sebagainya 2. Seni Instrumentalia a. Berciri lokal, dengan alat musik terban, calung, kothekan, dan sebagainya b. Berciri nasional, seperti musik keroncong, gambus, kulintang, musik orkes, band, dan sebagainya. 3. Seni Drama commit user: Pada dasarnya terdiri dari dua jenis,to yaitu
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Yang diperankan oleh manusia
:
wayang
orang,
langendriyan,
sendratari, kethoprak, teater, dan sebagainya b. Yang diperankan oleh boneka
:
wayang kulit,
wayang beber,
wayang gedog, dan sebagainya
7. Potensi Sejarah Surakarta Surakarta memiliki sejarah yang menarik untuk diungkapkan. Awal sejarah penuh konflik kekuasaan sampai periodisasi sejarah pembangunan kota solo. Hal tersebut sangat menarik untuk ditampilkan dalam museum. Berikut uraian singkat sejarah perkembangan Kota solo : 1. Awal sejarah kota penuh konflik kekuasaan Dalam sejarah berdirinya Kota Surakarta Hadiningrat, terlebih dulu perlu diungkapkan adanya peristiwa yang disebut “Geger Pecinan”. Peristiwa “Geger Pecinan” itulah yang antara lain menyebabkan kepindahan ibu kota Kerajaan Mataram Kartasura beserta Kratonnya ke Desa Sala. Pemberontakan Orang Cina itu semula terjadi di Batavia (sekarang :Jakarta), kemudian menjalar ke tempat lain di jawa. Orang-orang Cina yang dapat meloloskan diri bergabung dengan kawan-kawan mereka di Jepara, Juwono, Demak, Rembang, Tegal, semarang, dan Surabaya. Kemudian pemberontakan ini menjalar ke Kartasura, dimana orangorang cina merencanakan pemberontakan terhadap pengaruh dan kekuasaan kompeni. Mengetahui rencana pemberontakan orang-orang cina di Kartasura tersebut, Mas Garendi (yang kemudian disebut mangkurat Amral atau Sunan kuning) memperalat dan mempengaruhi mereka untuk menggempur Kartasura. Maksud tersebut ternyata berhasil, sehingga pada tahun 1743 M dengan dukungan masyarakat cina beliau naik tahta sebagai raja. Pada saat Kraton Kartasura diserbu oleh pemberontak Cina yang dipimpin oleh Mas Garendi itu, Sri Paduka paku Buwono II melarikan diri ke Ponorogo, diikuti oleh puteranya KGPAA mangkunegoro. Akibat adanya huru-hara yang disebabkan oleh “Geger Pecinan”tersebut, Kerajaan Mataram menderita commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
kerusakan berat. Oleh sebab itu sri Paduka Paku Buwono II merencanakan kepindahan kraton dari ibu kota Kartasura ke tempat lain. Tentang kepindahan ini, pujangga jawa, Yosodipuro I dalam tulisannya “babad Gijanti” menulis sebagai berikut : “ sigra jengker saking kartawi, ngalih Kedhaton mring dusun sala, kebut wsawadyabalane, busekan saparaja agung, pinengetan angkate nguni anuju ari Buda, henjang wancinipun, wimbaning lek kaping sapta wlas, Sura heje Kembuting budya kapyarsa ing nata kang sangkala” 9artinya : segera pindahlah kraton dari kartasura ke dusun Sala, bergerak bersama dengan balatentara dan pembesar Negara, saatnya kebetulan jatuh pada hari raya Budya, di pagi hari rabu tanggal 17 sura tahun Je 1670). Pindahnya kraton ke Solo pada tanggal 17 bulan Sura tahun Je 1670 dengan candrasengkala “kembuling puja kapriyarseng nata” (atau tanggal 17 Februari 1746) itu dengan sendirinya memerosotkan Kartasura dari sebuah pusat pemerintahan menjadi kota Kawedanan yang kurang berarti. Dalam perkembangan selanjutnya, daerah Kerajaan Surakarta Hadiningrat mengalami pembagian menjadi dua, akibat perang saudara yang dilatar belakangi politik devide et empera dari VOC. Dalam perjanjian Giyanti yang dibuat oleh kompeni tanggal 13 Februari 1755, Kerajaan Mataram yang sudah menciut itu dibagi dua. Sebelah timur tetap bernama Surakarta Hadiningrat dengan Sala sebagai ibukotanya. Sebelah barat disebut Ngayogyakarta Hadiningrat dengan raja pertama Sri Sultan Hamengku Buwono I yang berkedudukan di ibukota Yogya. Kedua daerah tesebut masing-masing kemudian terpecah lagi, sehingga timbullah empat kerajaan yang oleh Belanda dinamakan Vostenlanden, yakni Kasunanan, Mangkunegaran (pecahan dari Surakarta Hadiningrat) dan Kesultanan, Pakualam (pecahan dari Ngayogyakarta Hadiningrat). a. Periodisasi Sejarah pembangunan Kota Sala Ditinjau dari segi pembangunannya, Surakarta mengalami beberapa periode, mulai dari masa pemerintahan colonial Belanda, masa penjajahanjepang dan masa kemerdekaan atau periode pemerintahan Republik Indonesia. Secara ringkas periode ini tersebut akan dikemukakan di bawah ini : to user 1) Periode pemerintahan Kolonialcommit Belanda
perpustakaan.uns.ac.id
31 digilib.uns.ac.id
Dibawah kekuasaan colonial Belanda, sala merupakan daerah swapraja yang terbagi 2 bagian yaitu swapraja Kasunanan (dibawah Pakubuwono) dan swapraja mangkunegaran (di bawah mangkunegara). Seorang gubernur pemerintahan hindia Belanda ditugasi untuk mengawasi dan menguasai kedua daerah kerajaan tersebut. Pada tanggal 5 Maret 1942 balatentara Jepang memasuki Kota Salad an orangorang belanda melarikan diri. Tanpa adanya perlawanan yang berarti, pertahanan Belanda di daerah solo runtuh. Pada tanggal 1 september 1945 sri Paduka mengeluarkan amanat yang menyatakan bahwa kerajaan-kerajaan Kasunanan dan mangkunegaran merupakan daerad istimewa Negara Republik Indonesia, dengan hubungan yang bersifat langsung dengan pemerintah R.I. Tetapi karena buruknya system pemerinyahan daerah istimewa, timbul pergolakan-pergolakan yang dilakukan warga. Untuk mengatasi keadaan, dikeluarkan peraturan oleh pemerintah pusat RI pada tanggal 15 juli 1946, yang menyatakan bahwa kedua pemerintahan daerah istimewa kasunanan dan mangkunegaran telah berakhir. Dalam dictum yang lain disebutkan bahwa di dalam karesidenan sala Dibentuk sebuah daerah baru dengan nama “Kota Surakarta” yang dikepalai oleh seoarang walikota. Ilahirlah di daerah Surakarta sutu pemerintahan daerah yang demokratis dengan nama “Kota Surakarta”. 2) Periode pemerintahan Kota Surakarta Periode pemerintahan Kota surakarta dimulai dan saat terbentuknya kota Surakarta dan berakhir sampai dengan ditetapkannya UU No. 16 tahun 1947 tentang pembentukan Harninie kota Surakarta, yang mulai berlaku pada tanggal 5 Juni 1947. 3) Periode Haminte Kota Surakarta Pada permulaan haminate Kota Surakarta mengambil alih dinas-dinas Kasunanan dan mangkunegaran yang berada di wilayahnya. Berpedoman pada Stadsgemeente Ordonantie, maka walikota disamping sebagai alat pemerintahan commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pusat juga merupakan alat Pemerintahan daerah. Sehingga sering terjadi perangkapan jabatan yang tidak demokratis. 4) Periode Kota Besar Surakarta Pada pertengahan 1949 di Solo dibentuk Pemerintahan illegal yang kemudian disyahkan oleh Pemerintah Pusat. Pemerintah illegal tersebut dikuasi oleh pelajar, mahasiswa dan pemuda-pemuda pada umumnya. Hampir bersamaan dengan itu pula pemerintahan kasunanan dan mangkunegaran dengan bantuan dan perlindungan tentara pendudukan belanda juga menyusun pemerintahan, akan tetapi dalam praktiknya tidak dapat berjalan karena kurang mendapat sambutan dari masyarakat. 5) Periode Kotapraja surakarta Perubahan ini tidak sekedar perubahan dalam hal nama saja, melainkan juga membawa perubahan-perubahan dalam bentuk, susunan kekuasaan, tugas, dan kewajiban pemerintah daerah Kotapraja Surakarta. 6) Periode Kotamdya Surakarta Dimulai 1 September 19665, dengan meletusnya pemberontakan PKI tahun 1965, karena daerah surakarta secara rahasia dijadikan salah satu basisnya, maka Pemerintah Kotamadya Surakarta lumpuh selama beberapa waktu. Terutama karena walikota Kepala daerah Oetomo ramelan termasuk salah satu tokoh PKI. 7) Periode era pembangunan Dimulai dengan berawalnya pemerintahan ordebaru masa Presiden soeharto, dengan program pembangunan yang menyeluruh dan bertahap Indonesia melalui program PELITA (Pembangunan Lima Tahun). Pada masa Kota sala memasuki masa pembangunan dengan stabilitas ekonomi-politik yang baik, serta mengalami puncak kejayaannya 9masa walikota hartomo) dimana Kota Sala Memperoleh predikat kota adipura Kencana, yaitu kota yang mampu menata lingkungan perkotaannya dengan baik, serta sekaligus sebagai kota ke dua terbersih Indonesia dengan slogan BERSERI (Bersih Sehat rapi Indah)- nya setelah kota padan, Sumatera Barat. 8) Periode Reformasi commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Seiring dengan suhu politik nasional yang panas, kota Solo mengalami gejolak social dan politik yang dialami warganya. Dengan dalih isu politik, dan kesenjangan social, kota Solo dibumi hanguskan oleh sekelompok orang yang mengaku bagian dari “warga” sala. Puncaknya saat kerusuhan 27 Mei 1998. Belum genap kepedihan yang dirasa hilang, disusul dengan usaha anarkis rabu kelabu (1998) yang dengan isu politik juga, Balikota dibakar oleh massa yang mengatasnamakan “warga” kota Sala. Ukiras sejarah kepedihan terus berlanjut, dengan terbakarnya bangunan lama kebanggaan warga Solo. Yaitu Pasar gedhe yang dilumat habis oleh api pada tanggal 28 april 2000. Kesemrawutan dan ketidakteraturan kondisi kota semakin nyata sampai sekarang. Era reformasi yang disalah artikan sebagai era “kebebasan” membuat tatanan yang telah dirintis sejak dahulu semakin hilang. Dan diakhir 2001 ini telah terlihat usaha bangun kembali keterpurukan kota, dengan dimulainya banyakanya upaya pembangunan di Kota Sala, meski masih terlihat lamban dan belum sempurna.
8. Potensi Pariwisata Obyek wisata di Kota Surakarta menurut laporan Kegiatan Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya kota Surakarta sampai dengan tahun 2004 yang selama ini menjadi obyek kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara adalah: a. Obyek wisata budaya : Dikembangkan dengan dominasi kawasan dengan sentra budaya. Objek wisata yang ada antara lain: 1) Keraton Kasunanan 2) Pura mangkunegaran b. Obyek wisata buatan Dikembangkan sebagai pelengkap identitas kota Solo sebagai daya tarik penunjang, diantaranya adalah: 1) Taman jurug 2) Taman Balaikambang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
34 digilib.uns.ac.id
3) Museum Radyapustaka 4) Museum Dullah 5) Pasar Antik Triwindu 6) Taman Budaya Sriwedari Berdasarkan Solo, the heart of Javanese Art and Culture Central Java ( 2001 ) event budaya yang diselenggarakan di kota Surakarta adalah : a. Festival Kraton Nusantara 1. Bengawan Solo Fair yang diadakan di karaton Kasunanan, Pura Mangkunegaran, dan Graha Wisata Niaga 2. Sekaten yang diadakan di Alun – alun Utara Keraton Kasunanan Banyaknya obyek wisata diimplementasikan dengan potensi kunjungan wisata yang ada di Surakata. Menurut Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Surakarta, jumlah wisatawan yang berkunjung ke obyek-obyek wisata di Surakarta pada tahun 2001 wisatawan sebesar 730.475, tahun 2002 sebesar 744.654 wisatawan, pada tahun 2003 sebesar 796.754 orang dan pada tahun 2004 sebesar 1.149.784 yang mencakup wisatawan domestik maupun mancanegara dengan kenaikan rata-rata pengunjung per tahun sebesar 4 %. Seiring dengan perkembangan Kota Surakarta sebagai tujuan wisata budaya, di kota Surakarta sudah tersedia fasilitas - fasilitas pendukung sektor pariwisata seperti tempat penginapan dari hotel kelas melati hingga hotel berbintang empat, tempat menjual berbagai makanan khas Jawa, Indonesia, Barat maupun Cina, tempat penjualan benda - benda seni yang tersebar di beberapa lokasi, sarana transportasi yang mendukung (bandara internasional, stasiun, terminal, dan angkutan jarak dekat lainnya), fasilitas - fasilitas umum yang mendukung seperti sarana komunikasi, kantor imigrasi, bank, tempat penukaran uang, serta tempat tempat hiburan dan olahraga 2. Kondisi Permuseuman di Surakarta a. Museum di Surakarta Sebagai usaha pelestarian budaya dan aset di Surakarta, terdapat fasilitas untuk mengakomodir aktifitas tersebut, salah satunya dengan keberadaan empat commit to user museum di Surakarta, yaitu :
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3 Museum di Surakarta No
Nama Museum
Jenis Koleksi
1.
Museum Radya Pustaka
Etnografika
2.
Museum Kraton“SuakaBudaya”
kraton Kasunanan
3.
Museum Pura Mangkunegaran
Kraton Mangkunegaran
4.
Museum Pers
Media Massa Nasional
(Sumber: observasi pribadi) Dari jenis koleksi, museum yang terdapat di Surakarta merupakan museum khusus yang mengungkap tentang budaya Solo secara terpisah berdasarkan keberadaan dari masing-masing museum. Sedangkan tentang Surakarta secara menyeluruh belum terakomodir dengan optimal, mencakup potensi dan sejarah Kota sala. 1. Tinjauan Museum terhadap Musem Radya Pustaka
Gb.7. Museum Radya Pustaka (Sumber : www.radyapustaka.com)
Museum Radya Pustaka yang semula bernama “Paheman Radya Pustaka” didirika pada tanggal 28 oktober 1890 di masa pemerintahan Sunan Pakubuwono IX, oleh patih dalem Keraton Hadiningrat, KRA. Sosrodiningrat IV. Radya Pustaka mempunyai arti perpustakaan keraton atau perpustakaan negara. Paheman radya Pustaka awalnya bersal di “Ndalem Kepatihan”, namun sejak commitketo Gedung user tanggal 1 Januari 1913 dipindahkan Kadipolo sampai sekarang.
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Semula Paheman Radya Pustaka ini memperdalam tentang studi Budaya Jawa, dengan mempelajari kepustakaan, sastra, sejarah pewayangan, pedalangan, dan lainnya. Untuk studi budaya tersebut telah banyak mengumpulkan bahan-bahan studi seperti halnya kepustakaan, benda-benda koleksi (artefak, arca-arca), gambar-gambar (lukisan), wayang dan lainnya. Perkumpulan Paheman radya Pustaka pada tahun 1951 dijadikan yayasan dengan nama “Yayasan Paheman Radya Pustaka Surakarta”. 1. Koleksi Koleksi yang dipamerkan dikelompokkan berdasarkan ruangannya, yaitu : a. Diawali pada halaman luar depan terdapat tugu dengan bagian atas ada patun g R. Ng. warsito, di depan kanopi ini ditempatkan koleksi-koleksi berupa benda-benda peninggalan purbakala masa prasejarah seperti batu lumping, menhir, batu lumping, menhir, batu lesung, dan lainnya. b. Teras depan ditata koleksi arca-arca batu peninggalan purbakala, baik dari agama hindu maupun Budha c. Masuk ruang pertama terdapat koleksi wayang peninggalan Pakubuwono IV, disebut juga dengan Ruangan Wayang, ruangan berikutnya sebelah kiri disebut sebagai “Ruang keramik” karena berisikan koleksi-koleksi keramik dan porselin serta gelas, yang merupakan peninggalan dari Pakubuwono IV d. Diantara ruangan-ruangan terdapat ruang penghubung yang dipajangkan koleksi meja-meja marmer, kursi-kursi dan beberapa merlam lela.. Selain itu terdapat vitrine yang berisi senjata tradisional seperti keris, pedang,, dan tombak. e. Ruang sisi kanan disebuut sebagai “Ruang Senjata Tradisional”, disini berisikan koleksi keris hadiah atau sumbnagan dari beberapa warga luar Kota Surakarta maupun dari Surakarta sendiri. Dalam ruang ini dipajang juga almari penyimpan keris yang disebut Gedong/Glodog. Beberapa tombak lengkap dengan landeannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
37 digilib.uns.ac.id
f. Ruang berikut di sisi kiri merupakan ruang perpustakaan dan inilah sebenarnya yang berarti “Radya Pustaka”. Di ruang ini terdapat buku-buku pengetahuan dan kebudayaan terutama tentang sejarah, kesenian, adaptistiadat, pranata mangsa, dan lain-lain. g. Ruang yang berhadapan dengan perpustakaan, merupakan ruang kleksi benda perunggu, seperi arca, geta, padupan, cermin, dan lainnya. h. Terdapat ruang luas di tengah yang memamerkan koleksi etnografika peninggalan kerajaan pada masa pemerintahan Pakubuwono IV, seperti perangkat gamelan slendro dan pelog, tandu, jodang, kremun,, mesin jam tamna kartosuro, miniature Maligi, dan lainnya. 1) Sisi kiri ruangan etnografika, merupakan ruangan bekas kantor Gusti Panembahan Hadiwidjaja, dan ditata sesuai dengan situasi saat kantor tersebut berfungsi.edangkan sisi kanan merupakan ruang “Kyai Raja Mala” yaitu canthik perahu atau hisan dari haluan perahu yang dibuat pada pama Sri Susuhan Pakubuwono IV oleh calon putera mahkota. 2) Dibelakang ruang etnografikaterdapat koleksi maket astana Imogiri Yogyakarta, maket masjid agung Demak, dan maket Panggung Sanngabuwono Keraton Surakarta Hadiningrat. 3) Untuk ruang belakang merupakan halaman belakang dan ruang administrasi serta terdapat arca batu yang ditata pada storage dan beberapa koleksi batu nisan bertuliskan huruf Tionghoa. 2. Pengunjung Pengunjung Museum Radya Pustaka didominasi oleh pelajar (SD, SMP, SMU) baik dari Surakarta maupun luar daerah, dengan motivasi untuk study tour. Terdapat pula mahasiswa dan peneliti yang berkunjung yang bertujuan untuk mencari data, dan ruang yang dijadikan orientasi mereka adalah ruang perpustakaan. Selain itu terdapat seniman yang berkunjung ke museum untuk survey tempat pergelaran. Wisatawan mancanegara yang datang ke Museum to userbudaya Jawa selain merupakan radya pustaka brtujuan untuk commit mengetahui
perpustakaan.uns.ac.id
38 digilib.uns.ac.id
rangkaian aktivitas wisata mereka. Selain itu terdapat wisatawan domestic yang biasaya bertujuan untuk diruwat (kepercayaan kejawen untuk menghilangkan nasib buruk) oleh G.P.H. Hadiwidjaya, mereka tidak hanya datang dari Surakarta saja, melainkan dari daerah lain yang masih percaya akan kejawen. 3. Radya Pustaka diantara Museum di Surakarta Keberadaan Museum radaya Pustaka merupakan milik yayasan, walaupun secara pengelolaan masih mendapatkan bantuan dari Pemerintah Kota Surakarta. Sehingga terdapat posisi yang sama dengan museum-museum lainnya di Surakarta, sedangkan diantara museum-museum tersebut terdapat kerja sama berupa pertukaran koleksi perputakaan. Tetapi belum ada organisasi yang mewadahi kerjasama antar museum di Surakarta seperti yang ada di Yoyyakarta. 4. Akivitas Museum Radya Pustaka Dalam aktivitasnya museum ini menyelenggarakan sarasehan yang terdiri dari unsur utusan Karaton Kesunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Pura Mangkunagaran, Pura Paku Alaman serta sejumlah hadirin, yang kemudian melahirkan ejaan Sriwedari, yaitu suatu kesepakatan dalam cara penulisan huruf Jawa dan menjadi keputusan Pemerintah pada tanggal 29 Desember 1922. Radya Pustaka kemudian mendirikan Panitibasa pada 25 Syawal Be 1820 atau 15 November 1941 dengan pimpinan G.B.H. Kusumayuda dan menerbitkan Candrawati dan Nitibasa. Pemerintah membeli Candrawati untuk dibagi-bagikan ke sekolah-sekolah secara gratis. Juga dimulai peng-Indonesia-an buku-buku yang bertuliskan huruf Jawa. Beberapa kursus yang diselenggarakan misalnya kursus Pedalangan (1923 – 1942), kursus Karawitan dengan guru Dr. H. Kramer dan Dr. Th. Pigeaud. Kegiatan lainnya berupa Pameran Pembuatan Wayang Kulit, Ukir, Batik. Aktivitas yang diselenggarakan oleh Museum Radaya Pustaka berkerja sama dengan Dinas Pariwisata Surakarta adalah penyelenggaraan Sriwedari Festival 2, dalam rangka memperingati HUT Solo ke 261 berupa pertunjukan budaya meliputi pestas seni topeng, pergelaran musik, pergelaran tari, pentas teater yang diselenggarakan di dalam Museumcommit RadyatoPustaka. user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Pengunjung Museum di Surakarta Keberadaan keempat museum tersebut di Surakarta turut berpengaruh terhadap tingkat wisata. Hal ini tercermin dari peningkatan kunjungan terhadap museum di Surakarta dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Surakarta terdapat peningkatan sekitar 15 % tiap tahun dengan uraian sebagai berikut Tabel 4. Jumlah Pengenjung pada Museum di Surakarta Tahun 2000-2004
No
Nama Museum
1.
Museum Radya Pustaka
5.240
6.275
7.271
8.390
7.101
Museum Kraton “Suaka
37.926
41.011
44.114
58.441
83.115
15.422
12.376
14.258
17.536
18.146
Museum Pers
2.751
4.366
13.002
1.826
13.081
Jumlah
61.339
64.028
78.645
86.193
121.443
2.
3. 4.
2000
2001
2002
2003
2004
Budaya” Museum
Pura
Mangkunegaran
(Sumber : Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kota Surakarta)
Pengunjung Museum di Surakarta tidak hanya berasal dari wisatawan dalam negeri, melainkan mancanegara juga. Kunjungan terhadap museum tersebut sebagian besar dilakukan pada masa liburan sekolah.
D. Sejarah Perkembangan Kota Asal muasal kota itu di Mesir dan Mesopotamia Kota berada di lembah sungai Nil, Tigris dan Eufrat, dan HuangHo. Kota berada dekat lahan pertanian dan peternakan. Kota juga timbul di mana ada banyak orang untuk mengerjakan waduk untuk menanggulangi musim kering. Orang berusaha untuk mengeringkan rawa-rawa yang ternyata merupakan lahan subur dan di situ di dirikan kota, Dengan adanya sungai yang dimanfaatkan sebagai sarana angkutan dimungkinkan timbulnya kota-kota sepanjang sungai.Pada periode Helenistik muncul apa yang dikenal dengan negarakota (city-state).7) Negara kota Yunani (polis) dikuasai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
40 digilib.uns.ac.id
oleh warganya dan mendominasi kawasan perdesaan. Kota Koloni yang dikuasai Yunani muncul di Laut Tengah dengan majunya perdagangan. Dominasi negara Kota Yunani diakhiri dengan munculnya kerajaan Romawi yang menciptakan negara kota Romawi. Orang-orang Romawi ahli di dalam membuat waduk dan jalan yang dikeraskan agar aliran barang lancar. Suatu kota selalu dilindungi oleh Tembok Tinggi untuk mencegah gangguan dan pengacauan. Dengan jatuhnya Kerajaan Romawi karena migrasi muncul kota-kota merdeka seperti Venetia, Genoa dan Florence di Italia. Kota-kota tersebut mandiri/otonom dan swasembada. Eropa berkembang terus dan sesudah Abad Pertengahan kota menjadi basis ekspansi dan perdagangan kota kemudian dikuasai secara terpusat; muncul negara bangsa (nation state). Revolusi Industri mengubah kehidupan kota. Produktivitas meningkat dan mi menimbulkan konsentrasi penduduk (urbanisasi). Hal mi terjadi pada abad 18 dan 19. Kota Pabrik (factory cities) muncul di Inggris, Barat Laut Eropa dan Timur Laut Amerika Pada umumnya di Asia Tenggara, kita dapat melihat bahwa perkembangan kota-kota modern banyak dibentuk berdasarkan warisan sejarah masa sebelumnya. Dalam kajian tentang masalah perkotaan, beberapa aspek penting yang memainkan peranan penting adalah keadaan demografi, teknologi, organisasi, dan lingkungan. Dengan demikian aspek-aspek itu penting untuk dipahami, karena adanya faktor yang saling kait mengkait (Gist dan Fava, 1964: 52 lihat juga: Nas, 1979: 56-57). Dalam dinamika sejarahnya, banyak kota-kota itu terlahir sebagai akibat pusat-pusat politik tradisional seperti pusat-pusat istana kerajaan, pusatpusat perkembangan perdagangan seperti di daerah pegunungan, demikian pula di pelabuhan atau wilayah pesisir pantai. Dalam perkembangan selanjutnya tampaknya terjadi pergeseran pusat-pusat perdagangan dari pegunungan ke pantai. Perpindahan itu seringkali terjadi karena dinamika politik, di pedalaman sebagai akibat perkembangan politik di tingkat internal yang menyebabkan keinginan untuk memisahkan diri, maupun serangan dari kerajaan-kerajaan lainnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
41 digilib.uns.ac.id
Pengalaman sejarah seperti itu dapat kita lihat dari tumbuh dan berkembangnya kota Bangkok di Thailand.
E. Morfologi Kota Solo (Tahun 1500-2000) 1. Pendahuluan Kota Solo merupakan salah satu kota tua Indonesia yang menyimpan berbagai peninggalan kebudayaan dari bermacam etnik, baik pada jaman sejarah maupun prasejarah. Penemuan Pithecanthrophus Soloeis oleh W.F. Oppennorth dan C. TerHaar (Kartodirdjo, 1975) di tepian Bengawan Solo dapat membuktikan bahwa manusia purba telah pernah hidup di wilayah Solo pada masa rasejarah. Sementara itu, peninggalan pada masa sejarah, seperti candi, keraton, pura maupun bangunan-bangunan kuno masih dapat dijumpai di berbagai sudut Kota Solo. Pada saat sekarang ini, ruang Kota Solo selain dibentuk oleh bangunanbangunan modern seperti kota-kota lainnya di Indonesia, maka secara arsitektural ruang kotanya masih mampu memperlihatkan bangunan-bangunan yang Tercirikanera kerajaan (feodal) Jawa dan era kolonial Belanda,bahkan pada beberapa bagian kota masih terdapat bangunan-bangunan dengan arsitektur etnik Cina,Arab dan Indoland/ Campuran.Kehadiran dua nama, yaitu „Surakarta‟ dan„Solo‟, menambah keunikan tersendiri bagi eksistensi kota tua ini. „Solo‟ diambil dari nama tempat bermukimnya pimpinan kuli pelabuhan, yaitu KiSoroh Bau (bahasa Jawa, yang berarti kepala tukangtenaga) yang berangsur-angsur terjadi pemudahan ucapan menjadi Ki Sala, yang berada disekitar Bandar Nusupan semasa Kadipaten dan Kerajaan Pajang (1500-1600). Sementara „Surakarta‟ diambil dari nama dinasti Kerajaan Mataram Jawa yang berpindah dari Kraton Kartasura pada tahun 1745. Perpindahan kraton dilakukan oleh Raja Paku Buwono II karena Kraton Kartasura sudah hancur akibat peperangandan pemberontakan yang terkenal dengan GegerPecinan tahun 1742. Pemberian nama kraton baru dengan membalikkan suku kata dari nama kraton lama, yaitu dari „Karta-Sura‟ menjadi „Sura-Karta‟,sampai sekarang sudah menjadi cerita umum masyarakat Solo.Perubahan Kota Solo dari masa ke masa dapatdilihat berdasarkan commit to user di Belanda dan di Solo,seperti beberapa peta lama yang diperoleh dari arsip-arsip
perpustakaan.uns.ac.id
42 digilib.uns.ac.id
contoh berikut (lihat gambar 1): Solo dan bahkan juga ke anak-anak sungainya. Pada awalnya, di Solo sendiri terdapat empat Bandar yang ramai saat itu, yaitu Bandar Kabanaran diLaweyan, Bandar Pecinan di Kali Pepe, Bandar Aradi Kali Jenes dan Bandar Nusupan di Semangi. Setelah terjadi pendangkalan pada anakanak sungai Bengawan Solo (Kali Jenes, Kali Kabanaran dan Kali Pepe), maka bandar-bandar yang ada padanya akhirnya tidak dapat berfungsi lagi, dan diganti Sedangkan perkembangan dan perubahan bentuk kota (morfologi kota), berdasarkan arsip primer, sekunderdan fisik, dapat dijelaskan seperti uraian dan gambar gambar berikut.
Gb.8. Peta kota surakarta th 1821 (Sumber : dimensi tehnik arsitektur)
Gb. 10. Peta kota surakarta th 1945 (Sumber : dimensi tehnik arsitektur)
2. Perkembangan Kota Solo 1550-1745 Pada interval masa ini, secara fisik Kota Solo sedang berubah dari masa embrio ke masa berkembang. Kota Solo pada awalnya dibentuk oleh masyarakat kuli (bahasa Jawa: soroh bau hingga pimpinannya disebut ki-soloh atau ki-solo atau kisala) yang berada di Bandar Nusupan. Mereka tinggal di tepi Bengawan Solo, di dekat pelabuhan dima namereka bekerja untuk majikannya yang ada di commit to user Kadipaten Pajang (1530-an), sehingga membentuk pemukiman tepian sungai
perpustakaan.uns.ac.id
43 digilib.uns.ac.id
(semacam water-frontsetlement). Kadipaten Pajang, yang kemudian menja di Kerajaan Pajang (sejak 1568) adalah penerus. Kerajaan Demak (1500-1546), kerajaan Islam pertama di Jawa. Namun pada tahun 1582, kerajaan ini berpindah ke Kota Gede dan menjadi Kerajaan Mataram. Kebutuhan pokok kehidupan pemerintahan pada masa Kerajaan Pajang banyak disuplai dari lalulintas sungai dan bandar-bandar yang berada disepanjang Bengawan Solo (ada 44 bandar dari Solo-Surabaya). Kapal-kapal besar dari pesisir Jawa dan selat Malaka saat itu mampu mengadakan perjalanan sampai ke pedalaman Jawa melalui Bengawan lalulintas darat.
3. Perkembangan Kota Solo 1745-1821 Pada interval waktu ini terjadi peristiwa besar di Solo, yaitu masuknya kolonial Belanda dan juga Keraton Mataram dari Kartasura. Keraton Mataram yang semula di Kota Gede telah berpindah tiga kali,yaitu ke Kerta (1601), Plered (1613) dan Kartasura(1677), dan kemudian kembali ke Solo (Mataram adalah penerus Pajang, yang semula ada di daerah Solo, seperti uraian di atas). Perpindahan keratin harus dilakukan oleh PB II saat itu karena istana yang lama telah hancur oleh tiga kali peperangan, yaitu pada saat terjadi Geger Pacinan (1742), peperangan Cakraningrat (1742) dan peperangan Belanda/PB II melawan Cakraningrat (1742). Setelah dilakukan survey pemilihan lokasi untuk keraton, maka dipilih Desa Sala (usul Hohendorff) sebagai tempat berdirinya keraton (alternatif lain untuk lokasi keratin saat itu adalah Talawangi dan Sanasewu). Dengan dipilihnya Desa Sala sebagai lokasi keraton, maka tentu hal ini membawa pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan Kota Solo ke masa-masa berikutnya. Belanda dan Mataram berdasarkan kepentingan masing-masing, mempunyai power yang sangat besar untuk mengaplikasikan segala konsep tatakotanya ke dalam bentuk nyata. Belanda dengan konsep kota koloni dan keraton dengan konsep kota kosmologi saling bertumpang tindih membentuk Kota Solo menjadi khas dan unik. Kondisi tersebut juga ditambah lagi dengan pola kota organik yang telah lama disusun oleh masyarakat pribumi. Jadi pada tahap commit to disusun user oleh masyarakat pribumi akan berikutnya, kota tepian sungai yang pernah
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berpadu dengan kota daratan yang berpola sakralprofane (oleh model keraton) dan pola kokoh fungsionalis (oleh model Belanda). Pada masa berikutnya, setelah keraton
Mataram
terpecah
menjadi
dua
kerajaan
(1755:
Kasunanan
danKasultanan), tiga kerajaan (1757: Kasunanan,Kasultanan dan Mangkunegaran) dan kemudian empat kerajaan (1812: Kasunanan, Kasultanan,Mangkunegaran dan Pakualaman), maka daerah Solo terpecah menjadi dua wilayah, yaitu wilayah Kasunanan dan Mangkunegaran. Sehingga perkembangan struktur kota pada masa berikutnya bertambah lagi menjadi kota yang mempunyai dua wilayah berkonsep kosmologi Jawa. Sementara itu, kampung- kampung Jawa juga tumbuh secara memusat mengikuti perkembangan kekuatan dua raja Solo tersebut. Kampung Cina dan Kampung Arab juga berkembang di bekas bandarnya masing-masing. Pada sisi yang lain, kampung Belanda/Eropa mulai tumbuh di dalam benteng Vastenburg dan kemudian menyusul di luaran benteng setelah semakin banyak pendatang barunya.
4. Perkembangan Kota Solo1821-1857 Seiring dengan semakin banyaknya penghuni dipemukiman Eropa (Belanda, Inggris) dan Timur Asing (Cina, Arab, India), maka dibutuhkan pula fasilitiasfasilitas selain rumah tinggal, yaitu tempat ibadah, tempat sekolah, tempat jualbeli kebutuhan,tempat mengurusi kependudukan dan lain-lain. Oleh karena itu, Kota Solo pada interval ini sudah berkembang ke arah kota perkantoran (administrasidan asuransi) dan perdagangan (toko, gudang, pasar). Kota Solo saat itu dipandang oleh masyarakat asing (Belanda, Cina, Arab, India) semakin kondusif sebagai wadah kegiatan masing-masing. Hal ini terlihat dengan adanya bangunan kantor, sekolahan,gereja, gudang yang mulai dibangun oleh Belanda,selain tentu saja pemukiman Eropa. Pada sisi yang lain, banyaknya tokotoko yang dibangun oleh masyarakat Cina dan Arab/India pada rentang waktu ini dapat menjelaskan adanya keamanan dan ketentraman masing-masing kelompok. 5. Perkembangan Kota Solo 1857-1900 Perubahan terbesar pada masa interval ini adalah telah diketemukannya commit to user teknologi transportasi darat dengan kereta api. Sistem baru ini tentu mampu
perpustakaan.uns.ac.id
45 digilib.uns.ac.id
mengubah pardigma berlalu lintas yang semula masih sebagian di sungai sebagaian di darat, kemudian dapat beralih total ke darat. Selain itu, kondisi sungai-sungai di Solo juga sudah terjadi pendangkalan, sehingga sulit dilalui kapal-kapal besar. Sistem tanam paksa yang pernah dimunculkan pada tahun 1830, berakibat gundulnya hutan-hutan di daerah hinterland, sehingga secara akumulatif tanah-tanah daratan yang longsor dan berguguran di sungai mejadi mengendap dan mendangkalkan sungai. Kota Solo yang secara geografis terletak di lembah dan tempuran sungai, tentu mudah sekali terjadi banjir. Maka pada interval ini, pihak Belanda, bersama-sama Kasunanan dan Mangkunegaran melakukan proyek besar penanggulangan bahaya banjir, baik berupa pembuatan kanaal, pembuatan sungai baru atau pembuatan tanggul. Pada bagian utara kota, Kali Pepe dipotong oleh sungai baru, yang kemudian disebut sebagai Kali Anyar, sehingga air bah tidak memasuki kota melainkan dialirkan melalui luar kota, dan mengikuti Kali Anyar yang bermuara di Bengawan Solo. Pada bagian selatan kota, Kali Laweyan juga dipotong oleh sungai baru dan ditambahi dengan tanggul yang menuju Bengawan Solo, yang kemudian disebut sebagai Kali Tanggul, yang berfungsi menahan air bah dari Kali Laweyan. Sedangkan pada sisi timur kota,dibangun tanggul yang mendampingi Bengawan Solo, sehingga luapan air sungai ketika banjir tidak masuk kota. Proyek ini mengingatkan kita pada penyelesaian kasus-kasus kota di Belanda tentang masalah banjir. 6. Perkembangan Kota Solo 1900-1945 Perubahan terbesar pada interval ini adalah dibangunnya berbagai utilitas kota yang modern,yaitu jaringan listrik (tahun 1902 oleh SoloscheElectriciteits Maatschappij atau S.E.M.), jaringan air bersih (tahun 1926 oleh N.V. Hoogdruk Waterleidingatau N.V.H.W.), jaringan KA dan trem (tahun 1905oleh Staats Spoorwagen atau S.S. dan NederlandschIndische Spoorwagen atau N.I.S.) dan pembangunan jembatan antar kota yang melintasi Bengawan Solo,yaitu Jembatan Jurug yang menuju Karanganyar dan Jembatan Bacem yang menuju Sukoharjo (tahun1915). Pada sisi yang lain, penduduk yang mulai ramai dan padat telah ditambahi fasilitas hiburan dan olah raga, yang umumnya baru pertama dibangun commit to user diIndosesia saat itu, yaitu gedung bioskop, gedong pertunjukan Jawa (wayang,
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kethoprak, kerawitan),gedung pertemuan, stadion sepak bola, lapangan berkuda, taman-taman kota dan stasiun radio. 7. Perkembangan Kota Solo 1945-2000 Perubahan terbesar pada masa interval ini adalah terjadinya pergolakan politik dan sosial, serta perubahan lingkungan alam yang berpengaruh buruk kepada ruang kota. Pada tahun 1948 terjadi peristiwa Clash II, yang terkenal dengan politik bumi hangus, sehingga banyak bangunan di Solo yang hancur oleh kemarahan Belanda. Pada tahun 1966 terjadi banjir besar di Solo sehingga separoh Kota Solo tenggelam oleh kedahsyatan Bengawan Solo. Pada tahun 1970-an, terjadi boom industri di sekitar Bengawan Solo,sehingga limbah industrinya, yang dibuang ke Bengawan Solo, mampu memusnahkan berbagai spesies mahluk hidup dan hanya menyisakan ikan sapu-sapu. Pada tahun 1980-an, setelah terjadi urbanisasi dan industrialisasi, maka Kota Solo mengalami urban sprawl (pemekaran kota), baik disisi utara, timur, selatan dan barat. Pembangunan perumahan (real estate, perumnas, komplek hunianbaru) mulai menjamur dipinggiran Kota Solo. Pada pusat kotanya, terutama daerah CBD, berkembang pemaksaan bentuk joglo (penjogloan), meskipun mempunyai tipe berlantai banyak. Pada sisi yang lain,Kota Solo yang semula hanya mempunyai fasilitas pendidikan sampai SMA, kini mulai ada dibangun fasilitas untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu perguruan tinggi. Pada akhir tahun 1980-an, pemerintah mencanangkan program Paket November 1988, yang berdampak pada menjamurnya bank-bank swasta di Kota Solo. Pada tahun 1990-an, setelah pemerintah mencanangkan program Paket Juli 1993 (eksploitasi wisata), maka banyak bangunan hotel bermunculan, melengkapi perkantoran dan perdagangan.Pada tahun 1998, terjadi peristiwa kerusuhan masal yang menyebabkan bangunan-bangunan hangus dan hancur, seperti terjadi pada saat Clash II tahun 1948.
Gambar11. Perkembangan Struktur Kota Solo Tahun 1500-2000: (sumber: Dimensi Tehnik Arsitektur)
commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar12 . Morfologi Kota Solo 1500-2000: (sumber: Dimensi Tehnik Arsitektur)
Gambar 13. Sejarah dan Perkembangan Permukiman di Kota Solo (sumber: Dimensi Tehnik Arsitektur)
commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 14. Sejarah dan Perkembangan Permukiman di Kota Solo (sumber: Dimensi Tehnik Arsitektur)
F. Tinjauan Tentang Bioskop 1. Pegertian Ruang yang berugsi sebagai tempat untuk memutar film 2. Ukuran Bioskop Ukuran bioskop secara garis besar ada dua macam, yaitu bioskop tunggal dan bioskop jamak (cineplek). (Martha Ardianing P, 2004 :6) a. Bioskop tunggal 1. Bioskop tunggal banyak sekali menyajikan film – film yang banyak di gemari masyarakat. 2. Kaasitas tempat duduk 600-1500 kursi. b. Bioskop jamak 1. Bioskoop ini juga bisa disebut sebagai gedung seni. Bioskop ini kecil dan terdapat di kota-kota besar. 2. Film yang di putar tidak hanya menayangkan satu cerita film sebagai alternatif pilihan penonton. 3. Kapasitas tempat duduk antara 100-200 kursi.
3. Fungsi, Tujuan serta Persyaratan Bioskop a. Fungsi Bioskop
commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Sebagai tempat sarana untuk melepaskan ketegangan atau refresing melalui medi film, merupakan hiburan yang di pesan dalam waktu luang dan terutama mencari kepuasan ataupun kesenangan batin. 2. Sebagai tempat pendidikan informal yang di gunakan masyarakat umum. b. Tujuan Bioskop 1. Mewadai suatu kegiatan yang menyangkut motifasi dari produsen dan konsumen serta jasa pelayanan terhadap keduanya sehingga tercapai sasaran
kelancaran penyaluran film,
pelayanan social
ekonomi
masyarakat terhadap kebutuhan akan arena dan sarana hiburan. 2. Memberikan pelayanan terhadap penonton dalam masalah kenyamanan dan keamanan. (Martha Ardianing P, 2004 : 26) c. Persyaratan Bioskop. 1. System layar pertunjukan Hal –ahal yang perlu di perhatikan dalam menentukan kualitas pandang visual yang nyaman diantaranya : a. Garis pandang Garis pandang yaitu garis-garis yang menghubungkan titik-titik di layar proyektor dengan titik mata penonton. Garis mata penonton yang duduk di baris belakang tidak boleh terhalang oleh penonton yang berada di dedepanya. Perbedaan tinggi antara garis pandang penonton bagian belakang dengan titik mata penonton yang berada di depanya minimal 10cm. b. Jarak pandang Jarak pandang yaitu jarak yang masih memungkinkan penonton untuk dapat melihat pertunjukan film dengan jelas pada layar proyektor, yaitu 25cm. c. Sudut pandang 1. Horizontal pada obyek di panggung terhadap garis sumbu panggung dengan garis ang dihubungkan antara penonton paling tepi dengan titik tengah tidak boleh lebih dari commit to user
.
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Untuk penonton pada kursi paling tepi di baris terdepan, sudut pandang maksimum 300, dan bagi penonton pada kursi teratas maksimum pandangna ke bawah 300 dengan pertimbangan bahwa sudut pandang tidak akan mengganggu penonton, baik secara horizontal maupun vertical. d. Layar pertunjukan 1. Ukuran layar akan mempengarui lebar cinema secara keseluruan dan juga kenyamanan bagi penonton dalam melihat kejelasan gambar terproyeksi ke layar. a) Lebar layar maksimal : 1. 20m untuk film 70m 2. 13m untuk film 35 b) Rasio tinggi layar : lebar layar yang ideal = 3:4 c) Rasio lebar layar : jarak pandang maksimal = 1:2-3 2. Layar proyeksi dan pengeras suara harus di naikan cukup tinggi agar sebanyak mungkin terlihat bagi semua penonton. 3. Jarak minimum penonton dengan layar. Dimaksud agar penonton terdepan maupun penonton pada baris belakang mampu menerima kualitas gambar yang tidak berbeda jauh. Rumus: = 1,43 x : jarak penonton deretan pertama ke layar (meter) : tinggi mata penonton deretan pertama dengan bagian atas layar ( meter ) 4. Kemiringan lantai. Kemiringan dapat dibuat agar penonton tidak terhalang penonton di depannya, dan juga untuk memudahkan proyeksi gambar dari ruang proyektor. 5. Panjang dan lebar area pertunjukan. commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Panjang dan lebar area pertujukan dibuat dengan standart-standart tertentu
supaa
tidak
terlalu
panjang
untuk
mendapatkan
kenyamanan dalam menikmati film. 6. Lay-out kursi penonton. Lay-out kursi penonton lebih kepada efisiensi ruang dan keamanan. Penantaan kursi dibuat berselang-selang antara kursi depan dan belakang, untuk memperluas area pandang.
4. Sistem Tata Suara. a. System tata suara elektronik di perhatikan dengan tujuan: 1. Menguatkan tingkat bunyi sesuai dengan keperluan 2. Menyediakan fasilitas pemanggilan dan pengumpulan 3. Member
tanda
atau
instruksi-instruksi
tindakan
saat
keadaan
darurat/bahaya. b. System tata suara elektronik dasar umum terdiri dari : 1. Sumber bunyi ( seperti
microphone, recorder-player), mengubah
gelombang bunyi menjadi sinyal listrik. 2. Mixer : mengubah tanggapan frekwensi sinyal listrik dari tiap komponen sumber, mencampur sinyal listrik, kemudian meneruskan ke power amplifier. 3. Amplifier : menguatkan sinyal listrik. 4. Loudspeaker : mengubah sinyal listrik yang telah diperkuat menjadi gelombang bunyi lagi. c. Letak sumber bunyi di naikan untuk menjamin aliran gelombang bunyi lagsung kea rah penonton. d. Sumber bunyi harus di kendalikan guna menjamin aliran gelombang bunyi supaya langsung sampai pada setiap pendengar yang berjarak 1-1,5m e. Sumber bunyi harus dikelilingi oleh permukaan-permukaan pemantul bunyi ( plester, gypsum board, playwood, plexiglass) yang besar dan banyak untuk memberikan energy bunyi pantul tambahan pada tiap bagian to user daerah penonton, terutamacommit pada setiap duduk yang jauh.
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f. Bila disamping sumber bunyi yang utama terdapat sumber bunyi tamabahan di bagian lain ruang, maka sumber bunyi tambambahan ini juga harus dikelilingi oleh permukaan pemantul bunyi. g. Suara stereo di sepanang bagian layar dan kedepan maupun ke belakang teresedia pada film 70 dengan menggunakan 5 jalur pengeras suara auditorium. h. Layar lebar dengan sumber suara samping dihindari, karena dapat menimbulkan permasalahan akustik. i. System penguat bunyi (sound-reinforcing sytem) yang dirancang dengan baik harus terintegrasi dengan akustik bangunan sehingga akan mendukung transimisi alami bunyi dari sumber dengan pendengarnya. System tersebut harus menjaga bunyi di dalam ruang terdistribusi dengan baik, dan dengan kekerasanyang cukup. Tidak boleh sama sekali ada anggapan bahwa system penguat bunyi dapat menggantikan akustik bangunan yang baik. Dalam banyak kasus, system bumyi bahkan dapat membuat akustik bangunan akan lebih buruk. j. Faktr utama yang harus diperhatikan dalam menata suara diruang terbuka antara lain : kondisi lingkungan, luas lahan, arah angin, sumber kebisingan, jarak penonton dari layar, serta kondisi peralatan yang memadai. k. Ada 4 type penempatan loudspeaker pada system bunyi elektronik: 1. Terpusat ( central cluster ) Yaitu seklompok speker yang di letakan diatas sumber bunyi asli, setinggi 7-13 m dan agak kedepan ( manusia tidak terlalu peka terhadap pergeseran sumber bunyi secara vertical, tetapi lebih peka terhadap pergeseran secara horizontal ) Pertimbangan pada type terpusat: a. Tidak boleh ada penghalang antara speker pada penonton, seolaholah penonton dapat melihat speker, karena frekwensi tinggi sangat fokus/mengarah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
53 digilib.uns.ac.id
b. Perbandingan jarak dari masing-masing speker nada tinggi ke penontonterjauh dan terdekat ( d2/d1) harus kurang dari 2. Speker nada tinggi harus diarahkan langsung ke penonton sehingga bunyinya tidak dipantulkan oleh permukaan ruangan. 2. Tersebar ( distributed) Yaitu perletakan rangkaian spker di atas penonton secara merata dengan jarak antara speker yang konstan / tetap. Setiap loadspeker mengeluarkan bunyi yang tidak terlalu luas di bawahnya. Tpe ini di gunakan untuk ruang berketinggian rendah, yaitu kurang dari 7m, sehingga tidak memungkinkan memakai tipe terpusat. Pertimbangan pada tipe tersebar ( distributed) a. Ketinggian langit – langit ( H )<7m. b. Loudspeaker harus didudun sedemikian rupa sehingga setiap penonton dapat mendengar langsung dari speker terdekat. c. Mungkin diperlukan alat penunda sinyal untuk menghindari gema buatan akibat bunyi dari speker terdekat lebih dulu terdengar dari pada bunyi dari sumber bunyi asli, apabila perbedaan jarak tempuhnya >10m dan tingkat intensitas bunyi dari sumber bunyi asli 5-10dB lebih besar dari pada bunyi speker terdekat tadi. d. System tersebar dengan penunda sinyal harus digunakan di ruang yang menunjang atau untuk mendukung system terpuasat, terutama dibawah balkon. 3. Terpadu dengan kursi ( seat – integrated ) Yaitu meletakan speaker secara terpadu di belakang kursi. Tpe ini biasa diterapkan di gereja, ketika bunyi yang pelan tetapi jelas dan merata di perlukan. Biasanya speker di letakan dibelakang kursi tersebut. Sedangkan orang yang ke – n tersebut akan mendenganr dari speker di belakng sandaran kursi didepanya. 4. Kombinasi dari type-type dia atas. Untuk kombinasi type terpusat dan tersebar, di perlukan alat penunda bunyi agar bunyi dari commit speker to di user deretan belakang menunggu deretan
perpustakaan.uns.ac.id
54 digilib.uns.ac.id
bunyidari speker terpusat di depan, agar bunyi speker depan dan belakang dapat berjala bersamaan. Jika tidak makapenontn yang duduk di belakang akan mendengar bunyi speker belakang lebih dahulu, baru kemudian dari speker depan. Membuat bunyi terdengar bersahutsahutan. Ini tentu sangat mengganggu dan tidak alami. (sumber : factor akustik dalam perancangan disain interior, J. Pamudji Suptandar)
5. System keamanan Biskop merupakan jenis rekreasi yang di lakukan secara masal sehingga dalam bahaya kebakaran harus memenuhi beberapa persyaratan khusus : a.
Pola distribusi Penonton dapat langsung berhubungan keluar bangunan dengan cepat, dimana disyaratkan dalam waktu lima menit seluruh penonton dapat keluar terdistribusi. Ada 2 macam pola distribusi, yaitu : 1. Distribusi langsung Penntn terdistribusi keluar melewati salah satu atau kedua sisi bangunan. 2. Ditribusi tidak langsung Penonton terdistribusi keluar melewati kridor. Memerlukan beberapa persyaratan tambahan diantaranya : a. Lebar minimal koridor 2 meter, tidak boleh terdapat tangga, tetapi harus berbentuk ramp dengan kemiringan 1:20 atau 1:10. b. Pintu bahaya/pintu darurat. c. Merupakan titik penting untuk distribusi penonton keluar, sehingga harus memnuhi persyaratan sabagai berikut : d. Tiap sisi keluar harus mempunyai minimal pintu keluar bahaya. e. Pintu harus terbuka kea arah luar. f. Dapat menutup sendiri secara otomatis. g. Terbuat dari bahan yang tahan api. h. Lebar pintu minimal 1,6 meter untuk 250 pengunjung, dalam commit to user perhitungan dapat disamakan dengan persyaratan koridor.
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
i. Harus ada pintu keluar ke arah jalan raya dan taman. j. Gang menuju pintu keluar perlu diperlebar, untuk memudahkan dan mempercapat sirkulasi keluar. k. System penguncian dibuat sedemikaian rupa agar dapat di buka bila diberi tekanan dari dalam. b.
Pola layout kursi Pola layout kursi akan mempengaruhi kecepatan distribusi pennton untuk keluar pada waktu keadaan bahaya. Semakin banyak gang diantara deretan kursi, semakin cepat distribusi penonton.
c.
System pencahayaan Terdiri dari : 1. Lampu – lampu sorot --- di padamkan selama pemutaran film. 2. Pencahayaan hiasan --- tetap menyala selama diperlukan. 3. Pencahayaan darurat
--- dapat menyala secara otomatis bila
pencahayaan utama padam. 4. Pencahayaan persilangan gang minimal 5,35 lux secara terus menerus, atau ada pencahayaan tambahan pada gang – gang, untuk memperlancar sirkulasi. (sumber :Faktor Akustik dalam Perancangan Disaign Interior, J.Pamudji Subtandar, 2004 :18)
6. Tinjauan akustik Sebagian besar ruang-ruang dalam cinepleks, terutama ruang pemutaran film (baik indoor maupun outdor) dan juga beberapa ruang laibn seperti ruang seminar, ruang serbaguna, perpustakaan, kafe, dan pusat karaoke menuntut kualitas dengar yang baik untuk semua pengguna yang ada didalamnya, untuk itu akustik arsitektur perlu di terapkan secara mutlak dalam meranvcang cineplek ini. Pengaturan akustik mempunyai 2 sasaran pokok, yaitu: a. Akustik ruang , menyangkut peningktan kejelasan bunyi dari sumber suara.
commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Kontrol kebisingan, menangkut peniadaan, pengendalian, atau penenganan gangguan suara/bunyi.
G Tinjauan Tentang Pendidikan 1. Pengertian Pendidikan adalah proses pendidikan yang diorganisasikan isinya,tingkatannya, dan metodenya secara formal maupun nonformal untuk memenuhi kebutuhan yang melengkapi pendidikan di sekolah dalam rangkameningkatkan kemampuan, memperkayapengetahuan, mendapatkan keterampilan dan membawa perubahan sikap seseorang sebagai tenaga pembangunan yang mampu berpartisipasi aktif dalam pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya (Unesco, 1976). 2. Tujuan Pendidikan (UU No. 14 Th. 2005 tentang Guru & Dosen)
Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang: a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, b.
Berakhlak mulia
c.
Sehat
d. Berilmu e. Cakap f.
Kreatif
g. Mandiri h. Serta menjadi warga negara yang demokratis dan i.
Bertanggung jawab.
3. Esensi Pendidikan adalah pembentukan kepribadian “Holintegrasio” a. Membangun pola pikir rasionalistik (dimensi intelektualIQ) b. Membangun pola pikir integralistik (dimensi emosional EQ) c. Membangun pola pikir holistik (dimensi spiritualSQ) (Sumber: Belferik Manullang & Sri Milfayetty, 2005)
commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H. Tinjauan Tentang De’stijl 1. Sejarah Modernism Modernism adalah istilah secara umum digunakan untuk gaya dari desain yang dikembangkan dalam abad 20 dengan sedikit atau tanpa referensi dari periode sebelumnya (periodic historic), karakteristiknya fungsional dan kesederhanaan. Modernisme membawa kita ke rasionalisme. Sejak munculnya modernisme ini juga arsitek mulai merasionalisasikan desain mereka. Desain ditentukan oleh fungsi (“form follows function,” kata arsitek Amerika, Louis H. Sullivan).
Desain
ditentukan
oleh
ekonomisasi
(misalnya
melalui
standardisasi, sebagaimana pernah diusulkan oleh Le Corbusier dalam buku “Vers Une Architecture”). Tak hanya itu. Karena pengaruh filsuf Schopenhauer, Hegel dan lainnya cukup penting dalam pemikiran kaum intelijensia abad ke-19 sampai paruh awal abad ke-20 (termasuk arsitek), maka tak heran bila arsitek Mies van der Rohe pernah mengatakan bahwa “arsitektur merupakan pengejawantahan commit to user kehendak jaman.”
perpustakaan.uns.ac.id
58 digilib.uns.ac.id
Selain itu, arsitektur modern juga dipandang sebagai tahap yang menggantikan arsitektur terdahulu. Sejarawan seni Sigfried Giedion (yang amat mendukung arsitektur modern) menulis dalam bukunya, “Space, Time and Architecture,” bahwa arsitektur sebagaimana yang berkembang sejak masa Renaissance bersifat tiga dimensional. Tetapi, sejak munculnya teori relativitas oleh Einstein di tahun 1905, dunia seni rupa mulai bereksperimen dengan kubisme (yang mana ruang tiga dimensional + waktu dicoba untuk direpresentasikan melalui karya seni). Giedion mengatakan bahwa arsitektur modern juga mulai menjadi empat dimensional (ruang 3 dimensi + waktu sebagai dimensi keempat). Ini dapat dilihat dari cara arsitek modernis membentuk arsitekturnya (bentuk massa yang plastis, dsb.). Hal yang juga cukup penting dalam perkembangan arsitektur modern adalah faktor media. Abad ke-20 adalah abad fotografi dan film (kemudian, di akhir abad ke-20, internet). Foto yang muncul di buku dan majalah, serta reel film, menyebarkan ide-ide arsitektur baru secara lebih visual dan cepat. Belum lagi majalah dan buku didistribusikan dengan kapal api dan pesawat terbang, jadi agak cepat sampai tujuan. Le Corbusier adalah salah satu arsitek yang tanggap dalam menggunakan media. Ia menerbitkan karya-karyanya melalui majalah. Hal inilah yang sebelumnya belum pernah terjadi. Ada anggapan, serta klaim, bahwa arsitektur modern merupakan arsitektur yang saat itu bersifat avant garde (garis depan, baru). Tetapi, sebetulnya sudah banyak diketahui bahwa tetap ada pengaruh dari arsitektur sebelumnya. Dalam menggagas ruang, skala, dsb., Mies dipengaruhi oleh arsitek neo-klasik bernama Schinkel. Le Corbusier menegmbangkan modulor berdasarkan konsep lama tentang aturan “the golden rule.” 2. Gaya De‟ stijl De Stijl atau dalam Bahasa Inggris the style adalah gerakan seni di Leiden, Belanda, yang diprakarsai oleh Theo van Deosburg, seorang arsitek dan pelukis di tahun 1917. Konsep seiring terjadinya perang commitini to berkembang user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dunia pertama yang berlarut-larut. Komunitas seni de Stijl kemudian berusaha memenuhi keinginan masyarakat dunia mengenai sistem keharmonisan baru, yaitu dengan mencari prinsip - prinsip dan estetika baru di dalam seni. Munculnya gerakan ini diinspirasi oleh gerakan dadaisme. Selain Theo van Dooesburg, pendiri - pendiri gerakan seni ini lainnya adalah sang pelukisPiet Mondrian, pemahat patung Vantongerloo, sang arsitek Jacobus Johannes Pieter Oud, dan seorang arsitek sekaligus desainer Gerrit RietveldKonsep ini diwujudkan dalam pemikiran utopia, dengan bergerak pada bidang perencanaan kota, seni murni, seni terapan, dan filosofi. Mereka mewujudkan abstraksi dan keuniversalan dengan mengurangi campur tangan bentuk dan kekayaan warna semaksimal mungkin. Komposisi visual disederhanakan menjadi hanya bidang dan garis dalam arah horisontal dan vertikal, dengan menggunakan warna-warna primer seperti merah, biru, dan kuning di samping bantuan warna hitam dan putih. Dalam kebanyakan karya seni, garis vertikal dan horisontal tidak secara langsung bersilangan, tetapi saling melewati satu sama lain. Hal ini bisa dilihat dari lukisan Mondrian, Rietveld Schröder House, dan Red and blue chair.Secara umum, de stijl memperkenalkan sebuah bentuk yang abstrak namun sederhana. Konsep de Stijl banyak dipengaruhi filosofi matematikawan M. H. J. Schoenmaekers. Piet Mondrian,salah seorang seniman yang terkenal di jaman ini kemudian mempublikasikan manifes seni mereka Neo-Plasticism pada tahun 1920, meskipun istilah ini sebenarnya sudah digunakan olehnya pada 1917 di Belanda dengan frase Nieuwe Beelding. Pelukis Theo van Doesburg kemudian mempublikasikan artikel De Stijl dari 1917 hingga 1928, menyebarkan teori-teori kelompok ini. Perupa de Stijl antara lain pematung George Vantongerloo, dan arsitek J.J.P. Oud dan Gerrit Rietveld. Majalah de stijl, dicetak sekitar tahun 1917 dan 1932, merepresentasikan karya - karya dan dasar - dasar teoritis dari gerakan seni ini kepada pembaca - pembaca internasional. Dalam majalahnya, Piet Mondrian menulis "Visi plastik yang commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
murni harus membuat satu buah komunitas baru, dalam artian yang sama bahwa seni telah menciptkan plastikisme. Pada dasarnya aliran de Stijl hanya bergerak dalam dunia lukis. Sebab bagaimanapun konsep de Stijl adalah abstraksi secara ideal komposisi warna dalam bentuk dua dimensi, walaupun kemudian juga menghasilkan kesan ruang. Pemanfaatannya sangat banyak di dalam interior dan arsitekrur. namun seperti yang ditulis oleh Piet Mondrian bahwa de Stijl tetaplah sebuah konsep ideal dalam dua dimensi. Meskipun Theo van Doesburg berusaha keras memperjuangkan pengaplikasiannya dalam dunia arsitektur, de Stijl tetaplah hanya menjadi bahan pertimbangan dalam pengolahan bidang-bidang warna, bukan arsitekturnya sendiri. De Stijl meredup seiring perpecahan di antara Theo van Doesburg yang aplikatif dan Piet Mondrian yang teoritis. Hingga akhirnya majalah de Stijl terakhir kali terbit untuk mengenang kematian Theo van Doesburg. Prinsip - prinsip dari gaya seni de stijl memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan seni Bauhaus di Jerman di tahun 1920-an
commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III STUDI LAPANGAN
A. Museum Sono Budoyo Yogyakarta 1. Lokasi
dokumentasi pribadi)
Sumber : Perkembangan Museum di Indonesia
Museum Negeri Sonobudoyo pada mulanya didirikan oleh yayasan Kebudayaan jawa dan bali “Java Institut” yang berdiri pada tahun 1919. dalam kongresnya tahun 1924, java Institut memustukan untuk mendirikan museum jawa dan Bali yang kemudian diberi nama “Sonobudoyo”. Tahun 1934 bangunan museum mulai didirikan di atas tanah hadiah dari sultan Hamengku Buwono VIII. Adapun misi dari museum ini adalah melestarikan hasil budaya yang adiluhung sebagai sarana dan wahana pelayanan informasi kepada masyarakat umum. Museum Sonobudoyo terdiri dari dua unit bangunan , unit I berlokasi di Jalan Trikora memamerkan koleksi yang merupakan masterpiece peninggalan Java Institute (terdiri dari kebudayaan Sunda, Madura, Bali, dan Lombok) , sedangkan unit II berlokasi di Jalan Wijilan yang memuat koleksi tentang berbagai potensi Yogyakarta.
commit to user
62
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Koleksi a. Koleksi yang berada di Museum Sonobodoyo Unit I terdiri dari koleksi Etnografika, Arkeologi, Paleontologi, dan lain-lain dari berbagai daerah yaitu Sunda, Madura, Bali, dan Lombok, tetapi yang paling menonjol adalah koleksi dari daerah Jawa dan Bali, karena Unit I merupakan peninggalan asli dari Java Institut yang merupakan yayasan Jawa dan Bali. b. Secara jelas koleksi yang terdapat di Museum Sonobudoyo Unit I antara lain: 1) Etnografika a) Gamelan (2 perangkat), yang diletakkan di pintu masuk museum
Gb. III-2 III-3. Perangkat gamelanMuseum Sonobudoyo (Sumber : koleksi pribadi)
b) Berbagai wadah dan peralatan seni yang berasal dari berbagai daerah seperti Sunda, Madura, Yogyakarta, dan Lombok. Sumber : Perkembangan Museum di Indonesia
commit to user
Gb. III-3. Perangkat gamelanMuseum Sonobudoyo (Sumber : koleksi pribadi)
Sumber : Perkembangan Museum di Indonesia
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Batik, yang dipamerkan di museum ini adalah batik secara garis besar dari Jawa berupa peralatan batik, peta industri batik yang ada di Jogyakarta, contoh pola batik, macam-macam batik, bahan-bahan batik, dan cara pembuatan batik (dipresentasikan dengan foto).
d) Wayang, koleksi yang dipamerkan meliputi jenis-jenis wayang yang ada di berbagai daerah seperti tersbut di atas seperti wayang Cina, Gb. III-4.. R. pamer Museum
wayang Sudet, wayang kancil, wayang wahyu, wayang Diponegoro, Sonobudoyo (Sumber : koleksi pribadi)
dan lain-lain, serta proses pembuatan wayang (foto) dan peralatan yang digunakan.
Sumber : Perkembangan Museum di Indonesia
Gb. III-5.. R. pamer Museum Sonobudoyo (Sumber : koleksi pribadi)
e) Topeng, koleksi yang dipamerkan meliputi berbagai macam topeng,
proses pembuatan topeng, dan peralatan yang digunakan yang berasal dari berbagai daerah. f) Gebyok dari Kudus, furniture dari Jepara commit to user
Sumber : Perkembangan Museum di Indonesia
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
g) Kerajinan perak, koleksi yang dipamerkan berupa berbagai macam hasil kerajinan perak, proses pembuatan, dan peralatan yang digunakan. h) Berbagai senjata tradisional seperti tombak dan keris. i) Upacara adat yang ada di Yogyakarta, dari proses wasana (mati, masa tua), madya (hamil, sesudah nikah, pubertas, remaja), dan purwa ( anak-anak, bayi). Koleksi yang dipamerkan berupa berbagai baju adat yang digunakan, peralatan, dan tata caranya. Koleksi dipamerkan berdasarkan jenis upacaranya, seperti pernikahan, supitan, tingkeban, dan lain-lain. j) Kerajinan emas, koleksi ini jarang dipamerkan dan cenderung disimpan, mengingat segi keamanan. k) Arkeologika, Berupa kebudayaan Hindu-Budha dan Islam yang berkembang di Yogyakarta meliputi kemasyarakatan, bahasa, religi, kesenian, ilmu pengetahuan, peralatan hidup, dan mata pencaharian hidup. Barang yang dipamerkan berupa prasasti, lambang, kitab, cincin, dan peta persebaran agama tersebut. l) Paleontologika
Gb. III-5.. R. pamer Museum (Sonobudoyo Sumber : koleksi pribadi)
Benda-benda fosil- fosil dan peralatan pada jaman pra sejarah yang berasal dari daerah di Yogyakarta dan sekitarnya yang merupakan bukti terciptanya manusia. Koleksinya ada yang asli berasal dari commit to
Sumber : Perkembangan Museum di Indonesia user
seum Sonobudoyo si pribadi)
gan Museum di ia
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
daerah ditemukannya barang tersebut, tapi juga ada yang berupa replica karena memang tidak ada di Yogyakarta. c. Koleksi yang berada di Museum Sonobodoyo Unit II merupakan koleksi khusus tentang berbagai potensi Yogyakarta, yang diperoleh dengan pengadaan, yaitu melalui survey lapangan akan keberadaan benda tersebut kemudian dibeli, selain diperoleh dari hibah, peninggalan, dan sitaan negara. d. Penyajian koleksi dibagi dalam 4 bangunan yang ditata mengelilingi bangunan
auditorium,
sehingga
pameran
koleksi
dikelompokkan
berdasarkan penempatan pada tiap bangunan tersebut, yaitu a) Historika Koleksi tentang perjuangan Yogyakarta dari Kasultanan, sampai pemerintahan saat ini yang terdiri dari beberapa kabupaten. Koleksi berupa peta 2 dan 3 dimensional yang memetakan wilayah Yogyakarta serta kabupaten yang ada, grafika tentang potensi penduduk, lukisan beberapa tokoh yan terkenal pada masa perjuangan tersebut, dan naskah (perjanjian giyanti). Terdapat pula maket-maket tentang obyek wisata di Yogyakarta, seperti Imogiri, dan Candi Prambanan.
b) Sejarah alam Berupa benda-benda dari alam yang dibutuhkan dalam kelangsungan kehidupan masyarakat Yogyakarta baik fliora, fauna, batuan dari berbagai daerah, maupun mineral. Seperti halnya kebutuhan akan tempat tinggal : pohon glugu, nangka, dan jati; kebutuhan peralatan rumah tangga dari pohon bamboo, tanaman obat-obatan tradisional, fauna yang terdapat, seperti ular, ayam yang dipamerkan hewan yang diawetkan. c) Prehistorika commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
67 digilib.uns.ac.id
Yaitu koleksi yang menggambarkan tentang Jaman pra- sejarah, berupa manusia purba dalam bentuk replica, dan berbagai peralatan yang ditemukan di Yogyakarta, seperti alat serpih, dan bilah d) Etnografika Berbeda dengan koleksi pada Unit I, pada Unit II ini lebih menonjolkan tentang budaya Kota Yogyakarta, meliputi pendidikan, organisasi social, peralatan hidup, dan teknologi, arsitektur, berbagai alat transportasi, wadah, jenis makanan dan minuman, pakaian, mata pencaharian hidup, berbagai kesenian, dan aktivitas religi yang berada di Yogyakarta. Selain itu terdapat hasil kerajinan khas Kota Yogyakarta, seperti keris, gamelan, topeng, wayang kulit, emas, genteng, anyaman bamboo, rajut, dan kulit. Koleksi ini dipamerkan dalam bentuk replica, maket, foto, dan ada sebagian yang merukan benda asli. 1. Keramik Berbagai keramik, khususnya yang berasal dari Cina, karena pada masa kasultanan banyak perabot kerajaan yang digunakan dari Cina, sehngga peninggalan dominant dari Cina. 2. Naskah Naskah yang terdapat di Museum ini sudah tidak asli lagi, yaitu merupakan penggagandaan dari koleksi milik Kraton Kasultanan Yogyakarta, seperti Perjanjian Giyanti, dan naskah lainnya. 3. Numistika Terdapat koleksi mata uang logam yang digunakan pada berbagai masa di Yogyakarta, sebenernya dulu jumlahnya banyak tetapi untuk mengefisienkan barang koleksi, nilai mata uang ditukarkan dengan nilai mata uang yang lebih besar. 4. Koleksi benda hasil abstraksi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
68 digilib.uns.ac.id
Terdapat bagan, lukisan, an data yang menggambarkan potensi Yogyakarta. Lukisan bukan karya dari pelukis-pelukis terkenal, melainkan merupakan sarana untuk mempresentasikan berbagai koleksi yang ada selain melaui foto. 4. Pola Kegiatan a. Pelaku aktivitas 1) Pengunjung : Sebagian besar mahasiswa, peneliti dan pelajar yang biasanya bertujuan untuk kunjungan studi, khususnya pada liburan sekolah. Selain itu pada ajaran baru yaitu pada masa orientasi siswa, hal ini dikaitkan dengan program sekolah untuk mengenalkan seni budaya Yogyakarta. Motivasi mahasiswa dan peneliti biasanya untuk mencari data, sehingga tidak pada musim-musim tertentu. Selain itu terdapat wisatawan baik domestik maupun mancanegara, tetapi lebih dominan wisatawan mancanegara karena keingintahuan mereka tentang budaya Yogyakarta, sedangkan wisatawan domestik cenderung berkunjung pada waktu-waktu tertentu yaitu saat ada keramaian di alun-alun, seperti sekatenan/ pasar malam. 2) Pengelola, bertugas mengelola museum Sonobudoyo mencapai 85 orang.
b. Jenis kegiatan 1) Pameran tetap, khusus, dan keliling 2) Ceramah/diskusi 3) Bimbingan/edukasi 4) Seminar 5) Penerbitan buku, antara lain buku panduan tentang pameran, dan buku hiasan dan ikat kepala Provinsi Jawa Tengah. 6) Pagelaran wayang, yang dilaksanakan di ruang pagelaran pada malam hari selama 2 jam. Pengunjung dari pagelaran ini dominant wisatawan mancanegara, karena tiketnya yang agak mahal. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
69 digilib.uns.ac.id
5. Status Kelembagaan Museum Sonobudoyo saat ini berada dibawah pengelolaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Yogyakarta, yang berada langsung dibawah Pemerintah Daerah Yogyakarta. Yang sebelumnya berada dibawah pengelolaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta. 6. Posisi Museum Sonobudoyo di Yogyakarta Keberadaan Museum Sonobudoyo dikaitkan dengan museum khusus yang ada di Yogyakarta adalah adanya kerjasama yang menyangkut aktivitas permuseuman , seperti pameran keliling, seminar, dan lain-lain. Sehingga berbagai macam museum di Yogyakarta diposisikan sama dan membentuk suatu wadah permuseuman yaitu BARAHMUS, yaitu organisasi non pemerintah yang mwadahi berbagai aktivitas permuseuman di Yogyakarta. 7. Fasilitas Museum a.
Ruang pameran tetap dan khusus
b.
Ruang laboratorium
c.
Ruang auditorium, pada Museum unit I biasa digunakan untuk rapat intern pengelola museum denan kapasitas mencapai 100 orang. Sedangkan pada Museum unit II cenderung disewakan ke pihak luar, kapasitas gedung ini mencapai 500 orang.
d.
Perpustakaan, biasa dikunjungi oleh para peneliti, mahasiswa, dan seniman, dalam rangka mencari data. commit to user
Gb. III-7,III-8.. TAMPAK BANGUAN Sonobudoyo
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e.
Pondok wayang, merupakan tempat penjualan dan pembuatan wayang yang bisa dipelajari oleh pengunjung museum
Gb. III-8.. TAMPAK BANGUAN Sonobudoyo (Sumber : koleksi pribadi)
f.
Ruang pagelaran, tempat pergelaran wayang kulit dengan kapasitas sekitar Sumber : Perkembangan Museum di
50 orang. Fasilitas ini didirikan karena adanya Sekolah dalang di Indonesia
Yogyakarta, sedangkan pada jaman dulu belum ada tempat pagelaran yang bersifat public. Tetapi sekarang ini fasilitas dimanfaatkan oleh museum sendiri dengan mengambil dalang dan karawitan dari luar, sedangkan wayangnya merupakan koleksi Museum Sonobudoyo.
Gb. III-9.. TAMPAK BANGUAN Sonobudoyo (Sumber : koleksi pribadi)
commit to user
Sumber : Perkembangan Museum di Indonesia
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B Indiana Museum State 1.
Lokasi
Indiana Museum State berlokasi di jantung kota Indianapolis. Dalam museum ini terdapat aspek kehidupan tentang Indiana baik pada jaman dahulu, sekarang, maupun prediksi Indiana pada saat mendatang yang berkaitan dengan seni, budaya, dan pameran ilmu pengetahuan. Museum ini merupakan tempat berkumpul, belajar, dan hiburan bagi keluarga yang dikemas dalam satu bangunan. Mencakup karya seni, fosil, teknologi yang dipamerkan langsung dan general atmosphere yang dapat mengundang orang untuk
mengeksplore,
sehingga dengan adanya museum ini setiap pengunjung dapat melihat dunia melalui Indiana lens. 2.
Misi Misi dari Indiana Museum State adalah memelihara, mengintepretasikan, dan memberikan bukti-bukti tentang sejarah alam dan budaya kepada masyarakat agar ikut berpartisipasi untuk menemukan dunia mereka, hal ini dilakukan dengan : a. Learning, dengan mempromosikan segala penemuan tentang informasi baru melalui penyelelidikan, pengujian, pendidikan, dan eksplorasi, dan berusaha untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif baik bagi pengunjung commit to user maupun pekerja.
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Value, berkomitmen untuk menjaga kualitas produk, program yang diselenggarakan, riset, barang yang dipamerkan, dan aktivitas professional. c. Entertainment, menggunakan sumber daya yang melibatkan beberapa generasi ke dalam meaningful, memorable, dan menyenagkan. d. Community, menyadari bahwa kita merupakan bagian dari komunitas yang besar. Sehingga diperlukan adanya kerja sama dalam hal sumber daya. e. Preservation, menjaga kepercayaan terhadap warisan budaya sehingga masyarakat sekarang dan akan datang dapat memahami akan keterkaitannya dengan dunia. f. Authenticity, menghadirkan gambaran Indiana dengan benar, sehingga dapat membantu kejelasan dan pemahaman akan masa depan dengan berbagai kemungkinan. g. Leadership, mencari kesuksesan dalam semua usaha dan bekerja keras untuk menetapkan standard yang mempengaruhi institusi bagi warganegara Indiana.
3.
Koleksi Koleksi yang dipamerkan tidak hanya berupa benda-benda, tetapi terdapat pameran khusus. a. Sejarah budaya b. Pertanian, industry, dan teknologi Koleksi pameran yang berpengaruh terhadap perkembangan teknologi dan ekonomi masyarakat Indiana, yaitu berhubungan dengan pabrik dan pertanian. Sehingga banyak dipamerkan peralatan pertanian (Oliver Chilled Plow and Gaar-Scott- alat untuk membajak, selain Horse-drawnalat untuk menanam ), dan hasil industri pabrik (suku cadang otomotif, radio, televisi).
commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gb. III-10.. koleksi indianastate museum
c. Karya seni Koleksi yang dipamerkan antara lain lukisan, sculpture, dan karya Sumber : Perkembangan Museum di
ekspresionis yang menggambarkan Indonesia tentang Hoosier. Karya seni dibuat lebih dari 200 tahun, dan oleh seniman Indiana dengan berbagai aliran yaitu minimalism, ekspresionisme, conceptual art, and realism.
Gb. III-11, III-12.. koleksi indianastate museum
d. Furniture Sumber : Perkembangan Museum di Mencakup berbagai benda untuk meningkatkan kenyamanan, kegunaan, Indonesia
dan keindahan rumah. Seperti furniture, lighting, floor coverings, wall coverings, ceramics, glassware, silverware dan jam. Koleksi lebih ditekankan pada unsure budaya yang ada pada benda daripada unsure estetisnya
commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gb. III-13 III-14.. koleksi indianastate museum
Sumber : Perkembangan Museum di Indonesia
e. Sejarah sosial
Koleksi yang dipamerkan meliputi berkaitan dengan kehidupan seharihari dan latar belakang budayanya. Mencakup aktivitas budaya, sosial, adat-istiadat, kebiasaan masyarakat, pakaian dan aksesoris, permainan, makanan dan aktivitas agama.
Gb. III-13.. koleksi indianastate museum
f. Americana Koleksi pameran meliputi Sumber benda-benda semasa perjuangan Amerika : Perkembangan Museum di Indonesia
Serikat yang melibatkan masyarakat Indiana, sehingga terdapat koleksi alat komunikasi dan siaran, seragam militer dan perlengkapannya, dan persenjataan.
commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gb. III-14.III-15. koleksi indianastate museum
g. Sejarah alam h. Biologi Sumber : Perkembangan Museum di Terdiri dari 47.000 specimen yang terbagi dalam beberapa bagian ilmu Indonesia
biologi, yaitu herpetology, ornithology, mammalogy, ichthyology, invertebrates and botany dan terdapat di Indiana.
Gb. III-15 III-16.. koleksi indianastate museum
i. Geology Koleksi menggambarkan sejarah kehidupan dan lingkungan di Indiana, dan terbagi dalam tiga macam koleksi yaitu Invertebrate Paleontology and Paleobotany, Mineralogy, dan Petrology.
Gb. III-17.. koleksi indianastate museum
commit to user
Sumber : Perkembangan Museum di Indonesia
Sumber : Perkembangan Museum di Indonesia
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
j. Historycal archeology Koleksi arkeologis terdiri dari beberapa komponen, meliputi lingkungan dan penanggalan, dokumentasi lapangan, dokumentasi laboratorium, arsip fotografis, berhubungan dokumen historis dan laporan.
Gb. III-17.. koleksi indianastate museum
k. Prehistoruc Archeology
Koleksi berasal dari para arkeolog, maupun individu yang tertarik, terkadang dari pihak museum mengadakan penyelidikan tentang lokasi bersejarah, berupa material yang dikumpulakn oleh JackMuseum Householder, Sumber : Perkembangan di dan peralatan yang berasal dari batu.
Indonesia
l. Vertebrate Paleobiology and Quaternary Studies Koleksi menggambarkan sejarah hewan bertulang belakang dan lingkungannya dalam bentu fosil, seperti hiu gigi Mississippian-Aged, dermal denticles dan tulang belakang dari batu karang Mississippian. Sedangkan Quaternary Belajar Collection meliputi material yang berhubungan dengan fosil dan Holocene vertebrate.
Gb. III-18.. koleksi indianastate museum
Sumber : Perkembangan Museum di Indonesia
4.
commit to user Ekshibits
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Indiana story gallery Pameran menggambarkan sejarah terbentuknya Indiana dari awal yaitu sekitar 20 juta tahun lalu yang dilihat dari beberapa perspektif, yaitu geologi, anciebnt seas, dan jaman es hingga Indiana pada saat ini dan yang akan datang.
Gb. III-19.. koleksi indianastate museum
b. Art gallery Sumber : Perkembangan Museum di
Pameran meliputi lukisan, gambar, sculpture, fotografi, dan printmaking, Indonesia termasuk seni yang paling awal diciptakan di Indiana yaitu pada tahun 1778 dan 1815. Selain terdapat koleksi terpilih dari seluruh Amerika Serikat. c. Legacy theathre Merupakan pameran yang dipresentasikan melalui theatre tentang sejarah Indiana’s
african
American.
Mencakup
kehidupan
masyarakatnya,
Kebebasan dan budaya (perbudakan dan emansipasi), perkembangan politik, ekonomi, dan pentingnya masyarakat dan keluarga. d. Hoosier heritage trail commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Informasi dimana pengunjung dapat menjelajah dan mendalami tentang Indiana melalui website Indiana
Museum. Sehingga informasi dapat
dihubungkan ke museum lain yang sesuai dengan subject yang dicari. Hal ini dilakukan dengan cara memasukkan no pin pada kartu anggota ke dalam password yang ada di web site. e. Indiana’s Faces Merupakan media pameran secara interaktif, dimana pengunjung dan keluarganya
dapat
menjadi
bagian
dari
sejarah
Indiana
dengan
menempatkan foto dan ceritanya.
f. Pameran khusus Merupakan pameran yang diadakan khusus dengan moment tertentu, merupakan agenda rutin yang tiap tahun berbeda temanya, seperti pada tahun 2005 dengan pameran khusus sebagai berikut : 1) Pameran Film Trilogy The Lord Of The Rings 2) Mendongeng 3) hoosier Salon 4) Fotografi – James Dean Come Home 5) Celebration Crossing 2005 5.
Building ekshibits Pameran berupa bangunan atau fasulitas yang ada di Indiana Museum State a. School 5 fasace Merupakan sekolah para imigran yang dibangun pada tahun 1922 oleh Oscar C. McCulloch, siswa-siswanya merupakan perintis akan kemajuan Indiana yang berasal dari beberapa Negara antara lain Slovakian, Romanian, Greek, Lithuanian, Bulgarian, Hungarian, Appalachian whites, Gypsies, Chinese and African–American. commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gb. III-20.. koleksi indianastate museum
Sumber : Perkembangan Museum di Indonesia
b. 92 county walk Merupakan usaha Indiana Museum State untuk mengenalkan daerahdaerah di Indiana sebanyak 92 kota, dalam replica yang memuat berbagai potensi tiap daerah.
Gb. III-21 III-22.. koleksi indianastate museum
c. faucult pendulum Dibangun pada tahun 1962, yang merupakan acuan dalam mengenal Sumber : Perkembangan Museum di
Indonesia diketemukannya ilmu falak, yaitu tentang rotasi bumi sebelum
teknologi seperti sekarang. commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gb. III-22 III-23.. koleksi indianastate museum
d. L. S. Ayre Tea Room Merupakan ruang yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat jamuan, Sumber : Perkembangan Museum di restoran, dengan fasilitas mewah. Indonesia
e. Steam Clock Merupakan jam dinding yang dibuat oleh seniman Indiana denga keunikan dapat menyanyikan lagu setiap 15 menit sekali.
Gb. III-24.. koleksi indianastate museum
Sumber : Perkembangan Museum di Indonesia
6.
Pola Kegiatan a. Pelaku aktivitas 1) Pengunjung : Sebagian besar museum dikunjungi oleh pelajar dan keluarga. Tujuan dari commit to user pelajar untuk mengenal tentang kota berdasarkan pameran-pameran yang
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ada dengan fasilitas interaktif yang merangsang kreatifitas mereka. Pelajar juga bertujuan untuk menghabiskan liburan dengan mengikuti berbagai program yang diselenggarakan oleh pihak museum, seperti kamping, spread the word, nonton bareng, dan sebagainya. Keluarga menjadi pengunjung nomor dua, yang bertujuan untuk mengenalkan anak- anak mereka tentang kota Indiana sekaligus menjaga kebersamaan keluarga dengan mengikuti program-program yang ada. Selain itu peneliti dan mahasiswa menjadi pengunjung museum yang bertujuan untuk memperoleh data dengan memanfaatkan perpustakaan, laboratorium, dan berbagai koleksi ilmiah yang ada di Indiana Museum state. Pengunjung lain adalah pengguna fasilitas rental yang bertujuan untuk mengadakan resepsi, perjamuan, rapat, dan sebagainya. 2) Pengelola Bertugas mengelola Indiana museum state, yang dibedakan menjadi dua bidang yaitu pengelola museum dan rental museum. 3) Jenis kegiatan Kegiatan yang ada di Indiana Museum State bersifat educational dan entertaining, sehingga dapat diikuti oleh pengunjung dari segala usia. Di museum ini aktivitas dibedakan menjadi dua, yaitu public activities dan education activities dengan berbagai program didalamnya. Tetapi secara umum terdapat aktivitas pameran umum dan pameran khusus, dan secara spesifik adalah sebagai berikut : 1) Public program Merupakan program yang berubah tiap bulan dan dapat diikuti oleh segala usia, antara lain Indiana art Fair, demontrasi tentang Indiana, pertunjukan teater, Cerita tentang amerika, Sunday serenade, Tuesday matinee. 2) Educational program commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menawarkan sumber pengetahuan untuk melengkapi tentang Indiana’s art, ilmu pengetahuan, dan budaya yang dibuat berdasarkan standar akademis di Indiana. Program ini didukung dengan program antara lain : 3) Student festival Meliputi kegiatan pertunjukan, permainan, dan studi lapangan. Program yang pernah diselenggarakan antara lain arbor day celebration (studi lapangan tentang pohon dan lingkungan), Major Taylor Bike Clinic.
4) Teacher resources Program yang dapat membantu pelajar untuk mendalami Indiana’s art, budaya dan ilmu pengetahuan dengan menggunakan sumber daya yang telah disiapkan. Terwadahi dalam kelas di Museum yang dapat membantu pelajar berpikir kreatif. 5) Homeschool 6) Educator Enrichment 7) Field Trip
7.
Status Kelembagaan Indiana museum State berada dibawah pengelolaan Indiana museum State Foundatoin.
8.
Fasilitas a) Pameran tetap b) Pameran khusus c) Fasilitas rental : 1) Complete museum Yaitu penyewaan beberapa fasilitas rental sekaligus, yang dibagi dalam commit to user dua paket :
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Meliputi
Grand Lobby, Rapp Reception Hall, L.S. Ayres Tea
Room dan semua galleri dalam museum, kecuali galeri untuk pameran temporer. Paket ini sudah termasuk IMAX Theatre. b. Meliputi Grand Lobby, Rapp Reception Hall, c. L.S. Ayres Tea Room, semua galeri dalam museum, kecuali galeri untuk pameran temporer dan IMAX theatre.
Gb. III-26.. banguan Indiana state museum
Sumber : Perkembangan Museum di Indonesia
2) Grand Lobby dan canal terrace Yaitu fasilitas yang menawarkan pemandangan indah berupa taman dari kanal. Fasilitas ini dapat resepsi dengan kapasitas 500 orang. 3) Canal overlook bridge Fasilitas ini didesain untuk acara resepsi dan perjamuan dengan kapasitas 120 orang yang membutuhkan suasana keakraban. Didukung dengan pemandangan White river State Park dan merupakan penghubung antara ruang pameran dengan Tomorrow’s Indiana gallery.
Gb. III-29.. banguan Indiana state museum
commit to user
Sumber : Perkembangan Museum di Indonesia
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Reception hall Digunakan sebagai standing reception dengan kapasitas 120 orang, dan memuat 75 tempat duduk.
Gb. III-29.. hall Indiana state museum
5) Auditorium Menyediakan tempat duduk dengan kapasitas 240 orang dilengkapi dengan stage
Sumber : Perkembangan Museum di Indonesia
Gb. III30.. auditorium Indiana state museum
Sumber : Perkembangan Museum di Indonesia
6) L. S Ayres Tea Room Fasilitas tea room yang elegant, dilengkapi tempat duduk mencapai 64 kursi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
85 digilib.uns.ac.id
7) Conferense dan board room Merupakan ruang pertemuan dengan kapasitas 15 kursi dilengkapi peralatan proyektor, dan layarnya.
Gb. III31.. board room Indiana state museum
Merupakan ruang pertemuan dengan kapasitas 20 kursi dilengkapi peralatan proyektor, dan layarnya.
Sumber : Perkembangan Museum di Indonesia
Gb. III31.. board room Indiana state museum
Sumber : Perkembangan Museum di Indonesia
8) Museum Gift Shop Terdapat beberapa macam barang yang khas pada gift shop ini, antara lain poster, pakaian, mainan, jewelry, buku, lotion dan sabun, makanan (permen, cokelat, pretzels), dan masih banyak lagi. commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
9) IMAX Theater sarana ini bisa digunakan untuk memutar film documenter seputar perkembangan Kota Indiana dan amerika sekitar. Tetapi juga memutar film USA yang legendaries, seperti Harry Potter.
10) Camping area Fasilitas kamping yang biasa digunakan dalam program anak-anak, dan disatukan dengan beberapa program lainnya yang mendukung aktifitas tersebut. 11) Galeri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV ANALISA PERANCANGAN DAN PERENCANAAN
A. ANALISA JUDUL 1. Pengertian Museum kota adalah museum yang mengumpulkan, melestarikan, meneliti, memamerkan, dan mempublikasikan sejarah kota Surakarta serta menjadi sarana edukasi tentang sejarah kota Surakarta kepada masyarakat. 2. Tujuan Tujuan meseum kota adalah untuk memberi pengetahuan secara umum tentang sejarah kota surakarta.
B. ASUMSI PENEMPATAN LOKASI
Gb. IV-1. site Benteng Vastenburg
Lokasi perencanaan terletak tepat di kawasan Gladak. Luas tapak 40.672 commit to user m2 dengan bentuk site berupa tembok benteng yang berbentuk tepung
88
89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
gelang khas bentuk benteng pertahanan, dikelilingi parit dengan jembatan gantungnya. Batas tapak perencanaan yaitu : a.
Barat
-
Jl.Jend.Sudirman
panjang
: 146 m
Lingk : Koridor kws. Gladak b.
–
Utara May.Jend.Sungkono
panjang
Jl.
: 230 m
Lingk : perkantoran c.
Timur
–
panjang
Jl.Kapt.Mulyadi : 164 m
Lingk : pergudangan d.
Selatan panjang
–
Jl.May.Sunaryo : 248 m
Lingk : perdagangan
C. POLA KEGIATAN 1.
Pokok Kegiatan dan Operasional a. Pengunjung 1) Pengunjung khusus
Pendaftaran rombongan
Mengamati koleksi
Studi kepustakaan
Melihat film
Membuat catatan Mendengarkan keterangan/publikasi Mengadakan diskusi/seminar commit to user
Bagan V-1. proses kegiatan pengunjung (Sumber:analisa pribadi)
90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Pengunjung umum Pendaftaran
Mengamati koleksi
Studi kepustakaan
Rekreasi
Membut catatan
Mendengarkan keterangan/publikasi Mengadakan diskusi/seminar
Bagan V-1. proses kegiatan pengunjung (Sumber:analisa pribadi)
3) Materi koleksi Datang – ke bagian seleksi koleksi – pencatatan/ pengkajian koleksi – di documenter – dimasukkan ruang audio visual/ perpustakaan/ dipublikasikan pada masyarakat – ke bagian perawatan – ke bagian pengawetan – disimpan/ konservasi atau disajikan/ dipamerkan – ke bagian pengobatan/ restorasi (bagi yang rusak).
commit to user
91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pembelian/ pemberian
Dipinjam/ tukar-menukar
Bagian penerimaan
Bagian pengiriman
Bagian seleksi/ regristrasi
Studio pameran
Gudang sementara
Studio reproduksi
Studio ofset
Lab. kuratorial
R. pameran tetap
Lab. konservasi
R. simpan koleksi ilmiah
R. pameran temporer Bagan V-3. proses kegiatan koleksi Sumber:analisa pribadi
2. Pola Kegiatan Museum a. Kelompok kegiatan penerimaan 1) Kegiatan komunikasi administratif Yaitu
kegiatan
memberikan
informasi
tentang
hal-hal
yang
bersangkutan dengan museum seperti peraturan, rencana kegiatan meseum, acara museum, dan sebagainya. 2) Kegiatan parkir
commit to user
92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Kelompok kegiatan utama Merupakan kelompok kegiatan dengan aktivitas utama, yaitu pameran baik pameran tetap maupun pameran temporer dan aktivitas-aktivitas lain pendukung aktivitas pameran tersebut.
c. Pameran tetap Merupakan kegiatan memamerkan dan memberikan informasi kepada pengunjung tentang seluruh materi koleksi secara tetap/ permanen. d. Pameran temporer Merupakan aktivitas memamerkan dan memberikan informasi kepada pengunjung tentang hal-hal baru yang terkait dengan materi koleksi yang perlu disampaikan kepada masyarakat, atau materi koleksi lama yang perlu dipamerkan secara khusus, dalam jangka waktu tertentu. e. Kelompok kegiatan pendukung Merupakan aktivitas pendukung museum yang mengakomodir segala aktivitas komunikasi dan penelitian, dan edukasi f. Kegiatan pelayanan umum Meliputi aktivitas pulik pada museum seperti keberadaan akan plaza, hall, kantin/ restoran, tempat ibadah, dan sebagainya. g. Kegiatan edukasi Yaitu aktivitas yang bersifat edukatif dalam berbagai bentuk informasi seperti seminar, pertemuan, serasehan, dan aktivitas kajian pustaka tentang seluk beluk bentuk materi koleksi h. Kegiatan rekreasi dan entertainment Merupakan aktivitas dengan tujuan mencari suasana baru yang ada kaitanya dengan penikmatan benda koleksi museum dan fasilitas yang disediakan serta beberapa program yang diminati oleh sebagian besar pengunjung dalam hal ini remaja dan anak. 3. Kelompok kegiatan Pengelola Merupakan aktivitas pengeloaan Museum Kota Surakarta yang terdiri dari commit to user beberapa unsur, yaitu
93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Kegiatan administrasi Merupakan aktivitas yang berkaitan dengan administrasi Museum Kota Surakarta yang meliputi unsur direktur, sekretaris, tata usaha, keuangan, dan rumah tangga. b. Kegiatan preservasi dan konservasi Aktivitas yang berkaitan dengan pengumpulan dan perawatan barang koleksi Museum Kota Surakarta c. Kelompok kegiatan service Kegiatan service ini meliputi perawatan dan pengoperasian peralatan teknis / utilitas bangunan
4. Kelompok Jenis Kegiatan Tabel V-1. Kelompok jenis kegiatan Museum Kota KELOMPOK KEGIATAN
BENTUK KEGIATAN Aktifitas
kegiatan penerimaan
komunikasi
terhadap
pengunjung museum Parkir pengunjung dan pengelola Pengenalan pameran
Kegiatan utama
Melihat
pameran
tetap
kontemporer Kegiatan Penunjang
Kegiatan pelayanan umum
Menerima pengunjung Pendaftaran pengunjung Ibadah
Kegiatan edukasi
Akses internet Penelitian Studi pustaka Seminar, serasehan, diskusi Pemutaran film/ slide
commit to user
dan
94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kegiatan
rekreasi Kegiatan anak
dan entertainment
Mengikuti student event Belanja souvenir Aktiitas konsumsi
Kegiatan preservasi konservasi
kurasi, Kegiatan kurasi dan
− Penyeleksian − Dokumentasi − Identifikasi − Katalogisasi − Penelitian Kegiatan
penyimpanan
dan
pengelolaan koleksi Kegiatan penelitian koleksi Kegiatan preparasi − Penerimaan dan pembongkaran − Seleksi dan regristrasi − penyimpanan Kegiatan biologi Istirahat Kelompok
merawat
kegiatan service
dan
memperbaiki
gedung mengontrol panel M&E pengoperasian genset mengambil peralatan Sumber : analisa pribadi
5. Analisis Pengelompokan Kegiatan Dan Kebutuhan Ruang a. Pendekatan kebutuhan ruang berdasarkan : 1) Kegiatan yang diwadahi commit to user
dan
menyimpan
95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Pelaku kegiatan b. Sifat dan tuntutan ruang didasarkan pada : 1) Sifat kegiatan 2) Jenis pelaku kegiatan Dari kriteria pengelompokan kegiatan dan kebutuhan ruang diatas dapat ditentukan kebutuhan ruang yang akan disediakan dengan klasifikasi kegiatan berdasarkan kegiatan, kelompok kegiatan dan sub kegiatan yang terdiri atas :
Tabel V-2. Jenis dan kelompok kegiatan JENIS KEGIATAN
NO
KELOMPOK KEGIATAN
Kegiatan utama
A
Pengenalan
koleksi
pameran pameran tetap pameran kontemporer Kegiatan Pendukung
B
Kegiatan
pelayanan
umum Kegiatan
komunikasi
administratif Kegiatan edukasi Kegiatan rekreasi Kelompok
kegiatan
C
Kegiatan administrasi Kegiatan
Pengelola
kurasi,
preservasi dan konservasi Kelompok service
kegiatan
D
Perawatan pengoperasian gedung
(Sumber : analisa pribadi)
commit to user
dan
96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel V-3. Kelompok kebutuhan ruang KELOMPOK KEGIATAN Kegiatan penerimaan
Kegiatan komunikasi
PELAKU Pengunjung
KEBUTUHAN RUANG Ruang informasi
Pengelola
& informasi Kegiatan utama
Pengunjung
Ruang pameran tetap Ruang pameran temporer lavatory
Kegiatan Pendukung
Kegiatan
Pengunjung
Hall
pelayanan
Loket
umum
Mushola
Kegiatan edukasi
Pengunjung
Ruang internet
dan
Perpustakaan
pengelola
Auditorium Ruang seminar RAV(ruang audio visual)
Kegiatan
Pengunjung
Student event
rekreasi dan
Aktivitas konsumsi
entertainme
Shopping archade
nt Kelompok kegiatan service
Pengelola
r.panel listrik r.teknisi lavatory Security Gudang
(Sumber : analisa pribadi)
commit to user
97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. KONSEP PERANCANGAN 1. Pola Pikir Perancangan
commit to user
98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Ide Gagasan Sebuah wadah baru untuk menampung, melstarikan, meneliti dan memamerkan
warisan sejarah kota surakarta yang diwujudkan dengan
perencanaan dan perancangan Museum Kota Surakarta. Dengan adanya aktifitas baru sebagai motor penggerak dalam upaya penyelamatan dan pelestarian warisan sejarah kota Surakarta, maka perlu adanya pembentukan ruang untuk mewadahinya. Selain itu juga sebagai upaya dalam rangka penyelamatan permusiuman surakarta yang kondisinya sangat memperihatinkan, hal ini terlihat di beberapa museum di Surakarta yang di tangani tidak secara professional. Usaha ini dilakukan melalui pemanfaatan dan pengolahan secara umum peninggalan elemen bangunan lama Benteng vastenburg untuk disesuaikan dengan fungsi perencanaan yang diwadahinya melalui pengembangan dan pembentukan fungsi baru sebagai Museum Kota.
3. Tema Tema perancangan Interior Museum Kota Surakarta ini menggunakan gaya De’ Stijl, adalah gerakan seni di Leiden, Belanda, yang diprakarsai oleh Theo van Deosburg, seorang arsitek dan pelukis di tahun 1917. Konsep ini berkembang seiring terjadinya perang dunia pertama yang berlarut-larut. Komunitas seni de Stijl kemudian berusaha memenuhi keinginan masyarakat dunia mengenai sistem keharmonisan baru, yaitu dengan mencari prinsip prinsip dan estetika baru di dalam seni.
4. Suasana dan Karakter Ruang Suasana dan karakter ruang yang ingin ditampilkan penulis dalam perancangan Museum Kota ini mengacu pada gaya de’ stijl yakni dengan mengambil salah satu karya pada jaman itu yaitu Red Blue Chair diwujudkan dalam perancangan dan perencanaan Museum Kota Surakarta dengan mengaplikasikan warna-warna dan bentuk yang ada pada karya tersebut. commit to user 5. Program Ruang
99
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dasar pertimbangan : a. Pengelompokan kegiatan b. Pola kegiatan pada kelompok kegiatan Analisis hubungan ruang
6. Alternatif zoning dan grouping a. Zoning
commit to user
100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Grouping
7. Pola Sirkulasi a. Sirkulasi antar ruang-ruang pameran 1)
Kriteria : a. penghematan ruang b. kontinuitas sirkulasi yang jelas c. pencapaian pengunjung
2)
Alternatif hubungan antar ruang-ruang pameran a. ALT I : Sistem ruang ke ruang (room to room arrangement) b. ALT II : Sistem corridor ke ruang ( corridor to room arrangement) c. ALT III : nave to room arrangement.
commit to user
101
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Sirkulasi antar ruang-ruang pameran yang terpilih adalah dengan system Sistem ruang ke ruang
b. Sirkulasi horizontal Dibedakan menjadi dua : 1) Sirkulasi primer (Sp) : berfungsi sebagai jalur perpindahan sirkulasi antar obyek, sekaligus memberi arah gerak pengunjung. 2) Sirkulasi sekunder (Ss) : berfungsi sebagai jalur pergerakan pengunjung dalam mengamati benda koleksi yang dipamerkan.
Sirkulasi benda 2D
Sirkulasi benda 3D
Atas dasar pertimbangan : a. Konsentrasi memusat pada benda koleksi b. Orientasi ke dalam benda koleksi Agar didapatkan bentuk sirkulasi yang dapat menumbuhkan semangat dan cinta tanah air, maka system tersebut digabung. commit to user
102
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Analisa pola lay-out materi koleksi 1) Mengatur penempatan panel, vitrine, dan box standart
IN
OUT
2) Lay-out untuk benda-benda besar
Berfungsi sebagai alih suasana
3) Penyajian benda pamer berdasarkan tuntutan emosi pengunjung Dasar pertimbangan : Untuk menghindari kebosanan dalam melakukan kegiatan pengamatan, maka perletakan benda koleksi harus bervariasi, dengan cara : a) Mengadakan perubahan jalur pengamata di ruang luar a. Area pengamatan menyempit (converging) b) Memusatkan pada satu arah/ tujuan tertentu c) Merangsang manusia untuk bergerak cepat/ bergegas d) Memberikan nilai lebih pada obyek di hadapannya.
commit to user
103
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Arah pengamatan Menyempit ( converging)
e) Area pengamatan melebar 1. Memberikan keleluasaan gerak 2. Memberikan suasana terbuka, lapang dan santai 3. Memperlambat arus sehingga memungkinkan lebih lama mengamati obyek
f) Area pengamatan mendatar (horisontal) 1. Memberikan kesan ketenangan 2. Memungkinkan kelambatan, kelamaan gerak 3. Kontrol pergerakan tinggi
Arah pengamatan mendatar ( horisontal)
g) Area pengamatan ke atas (ascending) 1. Menghambat laju arus 2. Memberikan daya tarik pada obyek sebagai tujuan yang diharapkan 3. Kesan bergerak menuju keleluasaan commit to user
104
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Arah pengamatan ke atas (ascending)
h) Area pengamatan ke bawah (discending) 1. Mempercepat arus gerak 2. Memberikan kesan menuju lingkungan/ kepadatan 3. Memberikan waktu pengamatan sekilas pada obyek sehingga terangsang untuk mengetahui lebih jelas
Arah pengamatan ke bawah (discending)
i) Area pengamatan membelok 1. Menghindari kebosanan 2. Merangsang untk mengetahui perwujudan visual di sisi yang lain
Arah pengamatan ke membelok
j) Mengadakan perubahan area jalur pengamatan di dalam ruangan 1. Pada bidang alas ruang 2. Menunjukkan pembagian ruang 3. Memberikan arah yang jelas ke muka 4. Keleluasaan pandangan, sebagai alternative pandangan selain obyek pamer k) Pada ketinggian ruang commitpameran to user secara keseluruhan 1. Memperlihatkan suasana
105
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Memberikan suasana santai dan luas 3. Memungkinkan pengamatan yang berbeda pada obyek
8. Unsur Pembentuk Ruang a. Lantai 1) Dasar Pertimbangan a) Mudah dalam perawatan b) Lantai pada ruang yang membutuhkan tingkat ketenangan yang lebih tinggi mampu meredam sumber bising seperti bunyi langkah kaki. c) Lantai pada ruang yang membutuhkan tingkat ketenangan yang lebih tinggi sebaiknya tidak menggunakan banyak ruang sehingga tidak mengganggu aktivitas dan kinerja di dalamnya d) Lantai menjadi petunjuk arah dan mempertegas batas ruang yang ada. e) Lantai tidak menghantarkan listrik statis. 2) Analisa Bahan dan Kegunaan
JENIS BAHAN Keramik tile
KRITERIA UMUM Tahan gores commit to user
ANALISA KEGUNAAN Musola
106
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tahan lama
Lavolatory
Kaya akan bentuk dan Ruang corak Mudah
karyawan pemasangan, Gift shop
penggantian,
dan
perawatan Granit marmer
dan Tahan gores Tahan lama
Lobby R, pamer
Material keras Mudah perawatan Kuat menahan beban Permanen Natural karpet
Natural
RAV
Perawatan mudah Tahan lama Parquet
Natural Hangat Meredam aliran listrik Kuat menahan beban Mudah dibersihkan commit to user
Auditorium
107
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perawatan khusus Tidak tahan gores
b. Dinding 1) Dasar Pertimbangan a) Dinding bersifat isolator terhadap radiasi sinar matahari untuk menjaga temperatur di dalam ruang. b) Dinding mampu meredam bising yang berasal dari dalam maupun luar ruangan. c) Dinding berfungsi sebagai pembatas yang memisahkan ruang satu dengan ruang lainnya. d) Dinding merupakan pembatas yang menegaskan fungsi ruang 2) Analisa Bahan dan Kegunaan JENIS BAHAN Batu Bata
ANALISA
KRITERIA UMUM
KEGUNAAN
Kuat Menahan Beban Tahan
panas
Semua ruang
dan
dingin Kuat menahan beban Keras Murah Kaca
Tahan air Tembus pandang commit to user
Lobby
108
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mudah dibersihkan Murah Kuat tehadap cuaca Praktis dan ekonomis Tidak tahan getaran Kayu
Tahan
panas dan
dingin Natural Mudah dibersihkan Meredam suara Tidak tahan air Cat
Murah
Semua ruang
Aneka warna Menarik Ketahanan warna, air, cuaca
tergantung
merek dan harga.
c. Ceiling 1) Dasar Pertimbangan commit to user
109
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Ceiling merupakan tempat berbagai instalasi ME (Mechanical Electrical) b)
Ceiling sebagai peredam dan pemantul suara.
c)
Ceiling berfungsi mempertegas fungsi ruang di bawahnya.
d)
Ceiling memiliki ketinggian yang menysuaikan fungsi.
e)
Ceiling sebagai pendukung akustik.
2) Analisa Bahan dan Kegunaan JENIS BAHAN Gysum board
KRITERIA UMUM
ANALISA KEGUNAAN
Perawatan mudah
Lobby
Aplikasi mudah
Gift shop
Transparan
Harytage trail
Modern
hall
Banyak Pilihan Kaca
Mewah
9. Interior Sistem a. Penerangan Benda koleksi dapat berkomunikasi visual dengan pengunjung bila mengeluarkan/ memantulkan cahaya yang dapat diterima oleh indera mata pengamat. Dasar pertimbangan : 1) Bagi obyek pamer 2 dimensi : commit to user
110
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Cahaya memungkinkan untuk dapat menampilkan detail obyek pamer, sehingga pengunjung dapat dengan lebih mudah melakukan pengamatan. Cahaya memungkinkan untuk dapat memberikan penekanan secara merata dan bebas dari bayangan pengamat. 2) Bagi obyek pamer 2 dimensi : Cahaya memugkinkan untuk dapat menampilkan detail. Cahaya memungkinkan untuk dapat memberikan penekanan secara merata dan bebas dari bayangan pengamat. Cahaya memungkinkan untuk dapat menyatakan tekstur, bentuk, serta baying-bayang (modelling), yang dapat dicapai dengan beberapa penerangan setempat. 3) Cahaya dalam ruang pameran
yang dimungkinkan mendukung
penampilan obyek 4) Penerangan umum (general lighting ) 5) Fluorescent lamp di belakang translucent ceiling : a)
Memberikan sinar yang merata/ penuh
b)
Monotone
Penerangan umum
6) Cahaya tak langsung (pantulan dari ceiling) 1. Memberikan cahaya yang lembut/ enak, baik (pleasant) 2. Tak cukup memberikan penekanan bagi obyek pamer
commit to user 3. Spot light di dalam ceiling
Cahaya tak langsung
111
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Mendramatisir obyek pamer 5. Tak cukup memberikan penerangan umum
Cahaya langsung
7) Cahaya di atas obyek pamer a) Ekonomis b) Memberikan cahaya langsung bagi obyek pamer c) Memberi penerangan umum (refleksi ceiling) d) Kurang kontras (antara penerangan dan obyek pamer) 8) Penerangan setempat (obyek pamer) a) Dari satu sumber
b) Dari dua sumber 1. Menonjolkan obyek 2. Menyatakan bentuk dan tekstur 3. Membentuk bayangan/ kontras
Dua sumber cahaya di atas obyek pamer
c) Dari empat sumber
commit to user
Dua sumber cahaya di atas dan di bawah obyek pamer
112
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Memperjelas obyek 2. Kurang kontras 3. Kurang terdramatisir
Empat sumber cahaya di atas dan di bawah obyek pamer
b. Hubungan sumber cahaya dan penglihatan pengunjung
Menimbulkan glare : harus dihindarkan
Pantulan yang mengganggu : harus dihindarkan
10. Penghawaan a. Dasar pertimbangan : 1) Tuntutan kebutuhan udara bersih tiap ruang 2) Pengkondisian udara untuk benda koleksi commit to user
113
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ruang pameran menggunakan pengkodisian udara buatan (AC), dimaksudkan untuk menjaga dari perusakan benda koleksi dari bermacam bakteri/ cendawan, disamping memberi kenyamanan pengunjung, karena : 1) Temperature dan kelembaban dapat dikontrol sesuai kebutuhan 2) Tidak tergantung pada cuaca dan waktu. b. Temperatur yang harus dipenuhi, adalah : 1) Temperatur 22 - 26 ˚C 2) Kelembaban udara 65 – 75 % Untuk benda-benda organik yang memerlukan kelembaban tertentu, diberikan tambahan kelembaban dengan : 1) Humifidier equipment, dengan ukuran 20, 30, 50 cm, diletakkan di bagian bawah vitrine atau box standart. 2) Kapu dimasukkan kantong-kantong 11. Keamanan dan Komunikasi Menyangkut keamanan dari pencurian, perusakan, dan pengotoran olleh manusia. Dilakukan dengan jalan : a) Untuk benda kecil, dimasukkan dalam vitrine b) Diberikan pembatas dengan jarak dari benda koleksi c) Penitipan tas/ barang pengunjung d) Pengawasan dengan alat nasional, yaitu pemakaian : e) Closed Circuit Television (CCTV) f) Alarm anti pencurian R. Pameran Kamera Benda koleksi
Kamera Kamera
Manual circuits
Kamera
a.
Keamanan Terhadap Bahaya Kebakaran commit to user
Monitor
114
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasar atas analisa dan pertimbangan di atas, maka dalam Museum Kota ini dipakai sistem pengamanan terhadap bahaya kebakaran sebagai berikut : 1. Sistem deteksi awal secara otomatis 2. Sistem pemadam kebakaran berupa fire extinguisher, hydrant, dan splinker otomatis. 3. Sistem keamanan bangunan lengkap, mulai dari penyediaan tangga yang mudah untuk dikenali (ditemui) yang juga berdekatan dengan jalur sirkulasi penyelamatan, adanya tanda bahaya kebakaran, alarm, serta penggunaan material bangunan yang aman.
b.
Telekomunikasi Dan Tata Suara 1. Dalam Museum Kota ini sistim telekomunikasi difasilitasi selain dengan intercom antar ruang, juga dengan penyediaan telepon yang disediakan dalam beberapa line yang diperuntukkan baik sebagai fasilitas pengunjung ataupun pengelola.
2. Sedangkan sistem tata suara diatur melalui sebuah ruang khusus dengan petugas yang selalu standby memberitahukan informasi ataupun mengatur musik, sedangkan fasilitas car call ditempatkan di area front office (hall penerima) dari bangunan utama
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan Perencanaan Museum Kota Surakarta merupakan kegiatan merancang serta merencanakan ruang yang berfungsi sebagai tempat menyimpan, melestarikan, memamerkan benda- benda bersejarah peninggalan Kota Surakarta. Museum Kota Surakarta bersifat sebagai sebuah museum berkonsep edukatif, di harapkan minat masyarakat untuk berkunjung ke museum bertambah. Dalam perancangan museum Kota Surakarta ini fungsi utama museum tidak hanya sekedar sebagai tempat menyimpan benda kuno, tetapi museum juga bisa dijadikan sebagai tempat untuk menimba ilmu yang menarik. Untuk menyelenggarakan kesinambungan aktifitas Museum maka dirancang Museum Kota Surakarta ini dengan fasilitas – fasilitas berupa Loby, Solo Story Gallery, Art gallery, Temporary Gallery, Theatre Area, Gift Shop, Auditorium, Reception Hall, Lavatory. Diharapkan dengan keberadaan Museum Kota Surakarta ini dapat memenui keinginan dan kebutuhan masyarakat akan pendidikan terkait dengan sejarah kota Surakarta.
B. Konsep Perancangan Museum Kota Surakarta 1. Ide Gagasan Sebuah wadah baru untuk menampung, melestarikan, meneliti dan memamerkan
warisan sejarah kota surakarta yang diwujudkan dengan
perencanaan dan perancangan Museum Kota Surakarta. Dengan adanya aktifitas baru sebagai motor penggerak dalam upaya penyelamatan dan pelestarian warisan sejarah kota Surakarta, maka perlu adanya pembentukan ruang untuk mewadahinya. Selain itu juga sebagai upaya dalam rangka penyelamatan permuseum-an surakarta yang kondisinya sangat memperihatinkan, hal ini terlihat di beberapa museum di Surakarta yang di commit to user tangani tidak secara professional. Usaha ini dilakukan melalui pemanfaatan
115
116 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan pengolahan secara umum peninggalan elemen bangunan lama Benteng Vastenburg untuk disesuaikan dengan fungsi perencanaan yang diwadahinya melalui pengembangan dan pembentukan fungsi baru sebagai Museum Kota. 2. Tema Tema perancangan Interior Museum Kota Surakarta ini menggunakan gaya De’ Stijl. Tema tersebut diambil berdasarkan pertimbangan bahwa. a. Karakteristik utama De’stijl yaitu dengan mengurangi campur tangan bentuk dan kekayaan warna semaksimal mungkin, sehingga benda yang ingin di pamerkan dalam museum bisa lebih menonjol dari lingkugan sekitarnya. 3. Suasana dan Karakter Ruang Suasana dan karakter ruang yang ingin ditampilkan penulis dalam perancangan Museum Kota ini mengacu pada gaya de’ stijl yakni. Dengan mengurangi campur tangan bentuk dan kekayaan warna semaksimal mungkin. Komposisi visual disederhanakan menjadi hanya bidang dan garis dalam arah horisontal dan vertikal, dengan menggunakan warna-warna primer seperti merah, biru, dan kuning di samping bantuan warna hitam dan putih. Dengan mengambil salah satu karya pada jaman itu yaitu Red Blue Chair diwujudkan dalam perancangan dan perencanaan Museum Kota Surakarta dengan mengaplikasikan warna-warna dan bentuk yang ada pada karya tersebut.
commit to user
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
De ‘stijl
Konsep
Warna Primer (merah, biru, kuning)
Sejarah Red Blue Chair
Meminimalisir Aplikasi Warna dan Bentuk
Riedveltd Schroder House
Bentuk Abstrak namun sederhana
The Composition II
4. Sistem Sirkulasi Sistem sirkulasi yang di gumakan dalam perencanaan dan perancangan Museum Kota Surakarta ini adalah linier
sistem sirkulasi linier
kelebihan sistem rganisasi ini adalah a. penghematan ruang b. kontinuitas sirkulasi yang jelas c. pencapaian pengunjung 5. Progran ruang
commit to user
118 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Komponen Pembentuk Ruang a. lantai JENIS BAHAN Keramik tile
KRITERIA UMUM
ANALISA KEGUNAAN
Tahan gores
Musola
Tahan lama
Lavolatory
Kaya akan bentuk dan
Ruang
corak Mudah pemasangan,
karyawan Gift shop
penggantian, dan perawatan Granit dan marmer
Tahan gores
Lobby
Tahan lama
R, pamer
Material keras Mudah perawatan Kuat menahan beban Permanen Natural karpet
Natural
RAV
Perawatan mudah Tahan lama Parquet
Natural commit to user
Auditorium
119 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hangat Meredam aliran listrik Kuat menahan beban Mudah dibersihkan Perawatan khusus Tidak tahan gores
b. Dinding JENIS BAHAN Batu Bata
KRITERIA UMUM Kuat Menahan Beban
ANALISA KEGUNAAN Semua ruang
Tahan panas dan dingin Kuat menahan beban Keras Murah Kaca
Tahan air Tembus pandang Mudah dibersihkan Murah Kuat tehadap cuaca commit to user
Lobby
120 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Praktis dan ekonomis Tidak tahan getaran Kayu
Tahan panas dan dingin Natural Mudah dibersihkan Meredam suara Tidak tahan air
Cat
Murah
Semua ruang
Aneka warna Menarik Ketahanan warna, air, cuaca tergantung merek dan harga.
c. ceilling JENIS BAHAN Gysum board
KRITERIA UMUM
ANALISA KEGUNAAN
Perawatan mudah
Lobby
Aplikasi mudah
Gift shop
Banyak Pilihan commit to user
121 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kaca
Transparan
Harytage trail
Modern
hall
Mewah
7. Interior Sistem a. Penerangan Benda koleksi dapat berkomunikasi visual dengan pengunjung bila mengeluarkan/ memantulkan cahaya yang dapat diterima oleh indera mata pengamat. Dasar pertimbangan : 1) Bagi obyek pamer 2 dimensi : Cahaya memungkinkan untuk dapat menampilkan detail obyek pamer, sehingga
pengunjung
dapat
dengan
lebih
mudah
melakukan
pengamatan. Cahaya memungkinkan untuk dapat memberikan penekanan secara merata dan bebas dari bayangan pengamat. 2) Bagi obyek pamer 2 dimensi : Cahaya memugkinkan untuk dapat menampilkan detail. Cahaya memungkinkan untuk dapat memberikan penekanan secara merata dan bebas dari bayangan pengamat. Cahaya memungkinkan untuk dapat menyatakan tekstur, bentuk, serta baying-bayang (modelling), yang dapat dicapai dengan beberapa penerangan setempat. 3) Cahaya dalam ruang pameran yang dimungkinkan mendukung penampilan obyek a. Penerangan umum (general lighting ) 1. Fluorescent lamp di belakang translucent ceiling : commit to user a) Memberikan sinar yang merata/ penuh
122 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Monotone
Penerangan umum
b. Cahaya tak langsung (pantulan dari ceiling) a) Memberikan cahaya yang lembut/ enak, baik (pleasant) b) Tak cukup memberikan penekanan bagi obyek pamer
c) Spot light di dalam ceiling
Cahaya tak langsung
d) Mendramatisir obyek pamer e) Tak cukup memberikan penerangan umum
Cahaya langsung
c. Cahaya di atas obyek pamer 1. Ekonomis 2. Memberikan cahaya langsung bagi obyek pamer 3. Memberi penerangan umum (refleksi ceiling) 4. Kurang kontras (antara penerangan dan obyek pamer) commit to user Cahaya di atas obyek pamer
123 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Penerangan setempat (obyek pamer) 1. Dari satu sumber
Penerangan setempat
2. Dari dua sumber a. Menonjolkan obyek b. Menyatakan bentuk dan tekstur c. Membentuk bayangan/ kontras
Dua sumber cahaya di atas obyek pamer
3. Dari empat sumber a. Memperjelas obyek b. Kurang kontras c. Kurang terdramatisir commit to user
Dua sumber cahaya di atas dan di bawah obyek pamer
124 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Empat sumber cahaya di atas dan di bawah obyek pamer
4) Hubungan sumber cahaya dan penglihatan pengunjung
Menimbulkan glare : harus dihindarkan
Menimbulkan bayangan : harus dihindarkan
b. Penghawaan 1) Dasar pertimbangan : a. Tuntutan kebutuhan udara bersih tiap ruang b. Pengkondisian udara untuk benda koleksi Ruang pameran menggunakan pengkodisian udara buatan (AC), dimaksudkan untuk menjaga dari perusakan benda koleksi dari bermacam bakteri/ cendawan, disamping memberi kenyamanan pengunjung, karena : 1. Temperature dan kelembaban dapat dikontrol sesuai kebutuhan 2. Tidak tergantung pada cuaca dan waktu. a. Temperatur yang harus dipenuhi, adalah : 1. Temperatur 22 - 26 ˚C 2. Kelembaban udara 65commit – 75 % to user
125 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk benda-benda organik yang memerlukan kelembaban tertentu, diberikan tambahan kelembaban dengan : 1. Humifidier equipment, dengan ukuran 20, 30, 50 cm, diletakkan di bagian bawah vitrine atau box standart. 2. Kapu dimasukkan kantong-kantong
commit to user
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Fattah; Revitalisasi Benteng Vastenburg sebagai Museum Sejarah Kota Sala; Skripsi, 2001 Eleventh General Assembly for ICOM, diterjemahkan oleh Muhammad Sutaarga; Proyek Pembinaan Permuseuman di Jakarta; Direktorat Jenderal Kebudayaan departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1989 Hoffman; Botta, The Complete Work Volume 3; Birkhauser Publishers Basel, Switzerland, 1998 Hedman & Jaswenski; Fundamentals of Urban Design; Planner Press, American Planning association, Washington D.C., Chicago, Illinois, 1984 Henderson, Justin; Museum Architecture; Mitchell Beazley, London, 1998 Neufert, Ernst; Data arsitek Jilid 2; Erlangga, Jakarta, 2002 Pedoman Pendirian Museum, Kecil tapi Indah; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1990 Sutarga, Moh. Amir, Drs; Pedoman Penyelenggaraan dam Pengelolaan Museum; Kebud, Dep. P & K, Jakarta, 1983
Dirjen.
Wartono; Museum Seni Rupa Modern Nasional di Yogyakarta; TGA UNS, 2004
Sutopo, H.B.2002. Metodologi Penelitian kualitatif, Surakarta: Sebelas Maret University Press. Panero, Julius & Martin.1980. Dimensi Manusia dan Ruang Interior. Jakarta: Erlangga Friedman, Arnold. 1977. Interior Design. New York: Eservier
Egan, M. David. 1983. Concept in Architectural Lighting. USA: Mc Grow Hill.
Chiara, Joseph De & Zelink, Martin & Panero, Julius.1992. Time Saver Standart For Interior Design and Space Planning, New York: MC Graw-Hill
Doelle, Leslie L. dan Leo Prasetio, MSc. 1993. Akustik Lingkungan. Jakarta: Erlangga commit to user Drs, Dianto, Yan. Dasar – dasar Arsitek. Volume 3. Bandung: M2
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D.K Ching, Francis. 1996 a. Ilustrasi Desain Interior. Jakarta: Erlangga
Sumardjo, Jacod. 2000. Filsafat Seni. Bandung: ITB
Direktorat Permuseuman, Pedoman Tata Pameran di Museum, Dekdikbud : Jakarata, 1994 Lawson, Fred, Conggres, Convenition, and Exhibition Facilities Planing and Management, Architectural Press Oxfort Aukland Boston Johanesburg Mellbourne, New Delhi, 2000 www.surakarta.go.id www.indianamuseumstate.com www.encarta .com
commit to user