perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
TUGAS AKHIR
DESAIN INTERIOR RUMAH RETRET KATHOLIK DI KEMUNING DENGAN PENDEKATAN ECO DESIGN DALAM KONSEP KRISTIANI
Disusun Untuk Memenuh Syarat mendapatkan Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Unversitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun oleh : FERONIKA NATALIA G.S C0807002
JURUSAN DESAIN INTERIOR FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 2
lebih dengan acuan petunjuk bimbingan retret dan kitab suci, dapat dilakukan secara pribadi maupun berkelompok, serta membina kebersamaan melalui diskusi kelompok. Retret dilaksanakan di suatu tempat dengan suasana sunyi, sepi, dan hening serta jauh dari keramaian dan rutinitas sehari-hari. Kegiatan retret
sebagai
sarana
untuk
penyegaran
rohani
bertujuan
untuk
mengintrospeksi kembali hal-hal yang telah di lakukan di masa lampau guna memperbaiki diri di masa depan. Untuk menyelenggarakan kegiatan retret diperlukan suatu wadah berupa rumah retret, yang diharapkan dapat memenuhi dan menampung tujuan kegiatan rohani Katholik tersebut. Rumah retret di dalam keheningan, kesunyian dan kesendiriannya menjadi misteri
yang
sangat
menarik
untuk
diketahui
dan
dikembangkan,
permasalahan tersebut menggugah saya untuk merancang Rumah Retret Katholik yang didalamnya terdapat fasilitas – fasilitas untuk mengakomodasi, dengan tujuannya
sebagai
tempat
penyegaran rohani,
maka
dalam
perancangan Rumah Retret Katholik juga harus mempertimbangkan aspek estetika yang bertujuan menarik minat masyarakat. Pada perancangan kali ini dipilih lokasi yang terletak di Kemuning (Karanganyar) dikarenakan Kabupaten Karanganyar merupakan tempat yang sesuai dengan konsep rumah retret yang dihadirkan yaitu dengan suasana sunyi, sepi, dan hening serta jauh dari keramaian kota. Hal ini mengispirasikan perancang untuk memilih tema Eco Design dalam konsep Kristiani.
B. BATASAN MASALAH Perancangan Rumah Retret Katholik ini memiliki fasilitas lobby, ruang seminar, aula, kapel, asrama, pondok pujian (shop), ruang makan, kantor pengelola, gua maria dan jalan salib. Batasan masalah pada perancangan kali ini adalah merancang sebuah fasilitas untuk public dan comercial space, dengan keluasan interior area 1200m2 - 1500m2 (adalah ruang/bangunan yang berdiri sendiri tidak tergabung dalam mall/square). Perancangan Rumah Retret Katholik Rumah Retret Katholik ini dibatasi pada perancangan : 1. Lobby 2. Art Shop
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 3
3. Ruang Seminar 4. Kapel 5. Gua Maria dan Jalan Salib 6. Asrama
C. RUMUSAN MASALAH Perumusan masalah dari mulai kebutuhan masyarakat sampai kehadiran Rumah Retret Katholik untuk memberikan pelayanan yang terbaik akan ditekankan pada: 1. Bagaimana menciptakan Rumah Retret Katholik yang menarik pengunjung dengan menghadirkan fasilitas-fasilitas yang lengkap dan nyaman ? 2. Bagaimana merancang interior Rumah Retret Katholik yang dapat dapat menghadirkan alam sekitar, sehingga kita dapat merasa lebih dekat dengan Tuhan ? 3. Bagaimana menerapkan konsep Ecodesign pada interior Rumah Retret Katholik kaitannya dalam penciptaan suasana ruang yang dramatis dengan pengaplikasian desain yang ramah lingkungan ?
D. TUJUAN Berkaitan dengan latar belakang dan batsan masalah yang telah dirumuskan di atas maka perancangan dan perencanaan Rumah Retret Katholik bertujuan untuk: 1. Memberikan suatu wadah bagi umat Katholik untuk menggali permasalahan karakteristik fisik maupun non fisik Rumah Retret Katholik yang representative dan dapat memenuhi kebutuhan penyegaran rohani. 2. Menciptakan interior yang dapat meningkatkan rohani dan kecintaan pengunjung terhadap alam sekitar sebagai aksen pada perancangan Rumah Retret Katholik ini. 3. Menciptakan suasana yang dramatis bagi para pengunjung dengan mangaplikasikan konsep Ecodesign yang diterapkan pada inerior commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 4
bangunan serta memaksimalkan potensi alam sehingga dapat memberikan kepuasan batin bagi pengunjung dan pengelola.
E. SASARAN 1. Sasaran desain a. Merancang interior dengan mempertimbangkan kebutuhan, aktivitas dan fasilitas pada “Rumah Retret Katholik”. b. Merancang interior dengan mempertimbangkan faktor keamanan, kenyamanan, serta nilai estetik sebagai ciri khas “Rumah Retret Katholik”. 2. Sasaran pengunjung a. Masyarakat umum, khususnya umat Katholik b. Lembaga-lembaga, intansi, sekolah dll.
F. MANFAAT 1. Bagi Penulis/ Desainer a. Dapat mengembangkan ide dan gagasan untuk merencanakan dan merancang suatu interior yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna, pengunjung dan fungsi dari ruang – ruang yang ada di dalam “Rumah Retret Katholik”. b. Mendapatkan pengalaman dalam merencanakan, mengolah dan memecahkan masalah yag ada di dalam proyek perencanaan dan perancangan interior “Rumah Retret Katholik”. 2. Bagi Dunia Akademik a. Mengetahui bentuk perkembangan interior sebuah “Rumah Retret Katholik”. b. Memperkenalkan salah satu bentuk perkembangan interior baru dalam dunia akademik. 3. Bagi Masyarakat a. Dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang “Rumah Retret Katholik”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 5
b. Menjadi sebuah sarana hiburan baru yang mampu dijadikan sebagai wadah untuk berkumpul, menjalin hubungan sesama komunitas, berbagi informasi dan pengalaman di kalangan umat katholik.
4. Bagi Pemilik / investor Dapat menambah pendapatan dengan memberikan fasilitas-fasilitas yang memadai sehingga pengunjung nyaman berada di dalamnya serta memberikan tempat bernaung bagi para umat katholik kususnya.
G. METODE DESAIN 1. Lokasi Survey Demi mendapatkan suatu keakuratan data, perlu dilakukan penelitian yang dilaksanakan pada Rumah Retret yang berada di Kota Ambarawa dan Ungaran. 2. Bentuk Perancangan Berdasarkan permasalahan yang telah diajukan dalam penelitian yang memerlukan data-data kualitatif maka bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif (uraian yang bersifat informatif dan tidak berbentuk angka). Bentuk ini mampu menangkap informasi kualitatif yang penuh nuansa daripada hanya sekedar angka atau frekuensi. “Deskriptif mempersyaratkan suatu usaha dengan keterbukaan pikiran yang menentukan objek yang sedang dipelajari.” (H.B Sutopo, 2002;110). 3. Sumber Data Sumber-sumber data yang digunakan adalah: a. Data Primer Sejumlah keterangan yang diperoleh secara langsung dari lapangan penelitian, melalui pihak-pihak yang terkait secara langsung. b. Data Sekunder Sejumlah data yang secara tidak langsung diperoleh dari lapangan penelitian, tetapi diperoleh melalui studi pustaka, majalah, internet. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 6
4. Tehnik Pengumpulan Data Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif, maka sumber data diperoleh melalui tehnik : a. Wawancara Metode ini untuk memperoleh data atau hal yang sifatnya tidak terungkap secara fisik. Wawancara ini dilakukan dengan struktur yang lentur tetapi dengan “pertanyaan yang semakin memfokus sehingga informasi yang dikumpulkan cukup mendalam”. (H.B.Sutopo,1989;31) b. Observasi Observasi dalam penelitian kualitatif sering disebut sebagai observasi berperan pasif. Observasi ini dilakukan secara formal dan informal untuk mengamati berbagai kegiatan di lokasi penelitian yang sesuai dengan daftar masalah. Observasi ini juga menggunakan alat Bantu observasi seperti alat pencatat, alat perekam ( recorder ), kamera serta alat pendukung lainnya. c. Kontek Analisa ( Analisa Dokumen ) Tehnik ini akan dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari dokumen dan arsip yang terdapat pada lokasi penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 7
H. SKEMA POLA PIKIR PERANCANGAN
Proyek Perancangan
Studi Literatur
Rumusan Masalah
Studi Lapangan
Data Informasi Proyek
Human Faktor
Aspek Ekonomi
Konsep Desain
Sketsa Desain
Aspek Lingkungan
Interior System
Aspek Tema
Norma Desain Alternatif Desain
Aspek Budaya
Aspek Keamanan
Aspek Politik Desain Terpilih
Evaluasi Desain
DESAIN
Bagan I. 1 (Skema Pola Pikir Perancangan)
commit to user
Aspek Sosial
perpustakaan.uns.ac.id
I.
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 8
SISTEMATIKA PENULISAN Secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Terdiri atas latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan metode desain, dan sistematika penulisan.
BAB II
KAJIAN LITERATUR Uraian tentang kajian teori dan pendekatan desain yang dijadikan untuk mencapai tujuan perancangan. Kajian teori meliputi pengertian judul, tinjauan batik, tinjauan mode/ fashion, tinjauan area penjualan, tinjauan area peragaan busana, tinjauan tropis modern, dan tinjauan seni kontemporer.
Pendekatan desain
meliputi hubungan antar ruang, organisasi ruang, pola sirkulasi, furniture, warna, elemen pembentuk ruang, BAB III
STUDI LAPANGAN Merupakan tinjauan umum meliputi pembahasan tentang lokasi. serta tinjauan kusus berisi tentang data-data hasil survey lapangan yang berhubungan dengan proyek interior yang akan dikerjakan.
BAB IV
A. PROGRAMMING Merupakan uraian tentang program kegiatan dan program ruang yang akan melatar belakangi terciptanya karya desain interior yang meliputi definisi proyek, asumsi lokasi, status kelembagaan, struktur organisasi, program kegiatan, alur kegiatan, program ruang, besaran ruang, pembentuk ruang, pengisi ruang, sistem interior, sistem keamanan, sistem organisasi ruang, sistem sirkulasi, pola hubungan antar ruang, zoning dan grouping. B. KONSEP DESAIN Merupakan uraian tentang ide atau gagasan beserta tema, suasana ruang, pola penataan ruang, pembentuk ruang, pengisi ruang, sistem interior, dan sistem keamanan yang akan melatar belakangi terciptanya karya desain interior. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 9
BAB V A. KESIMPULAN Meliputi kesimpulan evaluasi konsep perancangan dan keputusan desain serta saran-saran penulis mengenai perancangan Interior Solo Batik Fashion Center di Surakarta. B. SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Berisi tentang skema pola pikir, gambar-gambar terkait, dan tabel terkait dalam perancangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 11 3) Mundur ke keheningan unyuk mengetahui kehendak Tuhan agar selanjutnya melangkah hidup kita sesuai dengan kehendak-Nya (Y. Sumanti, SJ, 2002 : 11)
Katholik
: Merupakan salah satu agama di dunia, Kata Katholik berasal dari kata sifat bahasa Yunani, καθολικός (katholikos), artinya "universal".
Kemuning
: Salah satu daerah di Karangpandan, Karanganyar Jawa Tengah.
Ecodesign
: Bagian dalam dari bangunan yang dikreasi untuk Menyokong lingkungan yang berkesinambungan Dan
memperhatikan
kesehatan
pemakainya
(Grazyna Pilatowicz, 1995: 49) Kristiani
: Kekristenan adalah system keagaamaan. Karena itu, System itu sama seperti system keagamaan yang lain.
Mulai
dari
metodologis
standar
yang
digunakan sampai kepada perumusan pernyataan teologis, hampir semua agama memakai kerangka logika yang sama. Jadi pengertian Desain Interior Rumah Retret Katholik di Kemuning dengan Pendekatan Ecodesign dalam Konsep Kristiani adalah rancangan suatu bentuk ruang dalam bangunan yang memiliki fasilitas untuk segala aktivitas yang ada kaitannya tentang batik yang terletak di Kemuning dengan pendekatan konsep interior yang menghadirkan suasana ecodesign keindahan alamnya namun tetap kekinian/mengikuti perkembangan.
B. Tinjauan Retret
1. Pengertian Retret Retret berasal dari bahasa Inggris “retreat” yang berarti mengundurkan diri atau mengasingkan diri. Mundur dari kesibukan seharihari untuk bergaul dengan Tuhan secara lebih intim dengan berdoa, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 12
perenungan dan studi tentang pengetahuan rohani di suatu tempat yang tenang. Untuk bergaul lebih akrab dengan Tuhan, kita harus lebih dahulu mengenal diri sendiri kemudian berusaha mengetahui penggilanNya kepada kita. Sama halnya dengan rekreasi, retret juga bertujuan untuk melakukan penyegaran kembali jasmani (tubuh dan jiwa) yang letih karena kesibukan sehari-hari. Baik retret maupun rekreasi sama-sama memiliki kebutuhan akan pengalaman baru yang didapatkan di suatu tempat yang tidak ditemukan di tempat kesibukannya dan tempat-tempat tersebut dapat mengembalikan kesegaran jasmaninya. Hal yang yang membedakan retret dengan kegiatan rekreasi adalah pemenuhan akan kebutuhan rohani seseorang. Melalui kegiatan retret, seseorang selain disegarkan jasmaninya, juga disegarkan rohaninya. Pada intinya, kegiatan retret ini digunakan untuk pembinaan rohani pribadi maupun kelompok agar diperoleh kualitas iman yang lebih baik. Agar tidak terkesan kaku, acara retret dapat dilakukan lebih variatif antara kegiatan rekreasi dengan pembinaan rohani. Bagian yang terpenting dalam acara retret adalah saat-saat renungan pribadi dimana pertemuan dari hati ke hati dengan Tuhan terjadi. Untuk itu diperlukan keheningan yaitu keheningan batin yang dapat tercapai dengan cara melepaskan diri untuk beberapa waktu dari persoalan pribadi, membuka diri dan membiarkan kehadiran Tuhan masuk ke dalam hati. Selain itu dapat dilakukan dengan cara melihat sisi kehidupan yang lain sehingga secara aplikasi, seseorang tidak hanya terbelenggu dengan permasalahan pribadi saja, namun dapat melihat permasalahan dari berbagai perspektif. Hal ini dapat dilakukan dengan sharing antar pribadi/kelompok, ambil bagian dalam kehidupan masyarakat sekitar (tanpa mengganggu kehidupan orang yang lain).
2. Sejarah Retret Sejarah retret yang ada saat ini, adalah sebuah retret yang bentuk dan isinya berupa latihancommit rohani toyang userdisusun oleh Santo Ignatius dari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 13
Loyola. Santo Ignatius dari Loyola seula adalah seorang militer, yang lahir dari sebuah keluarga bangsawan, ia lahir pada tahun 1491, dan bertobat serta memasuki kehidupan religius setelah mengalami kecelakaan pada saat peperangan pada tahun 1521,setelah mendapat anugrah dari ilahi dia memutuskan untuk melayani tuhan dan ia ditabiskan menjadi imam pada tahun 1537. Pada tanggal 27 September 1540 beliaumendirikan Ordo Serikat Yesus (SJ) yang diakui Paus dan mengembangkan Spritualitas Ignasian yang sangat militan. Ignasius dikenal sebagai pendiri dan pengembang sistem/metode yang ditimbah dari unsure-unsur kehidupan Kristiani, tradisi gereja, macam ragam ungkapan-ungkapan
Alkitab,
penghayatan hidup para suci dan kehidupan kerahiman. 3.
Retret Dalam Kegiatan Kekristenan a. Retret sebagai bagian ibadah katholik Retret merupakan salah satu kegiatan rohani dari kegiatan-kegiatan rohani lainnya yang diadakan gereja maupun keorganisasian Kristen. Kegiatan retret ini didasari oleh kegiatan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus saat pelayananNya di dunia ini, antara lain terdapat dalam beberapa ayat Alkitab : 1) Markus 1 : 35 (Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana). 2) Lukas 9 : 28 (Kira-kira delapan hari sesudah segala pengajaran itu, Yesus membawa Petrus, Yohanes, dan Yakobus, lalu naik ke atas gunung untuk berdoa). b. Retret sebagai wadah kegiatan komunikasi vertikal Menampung dan mengembangkan kegiatan ibadah serta persekutuan umat Kristiani dengan Tuhan. 1) Imamat 11 : 44 (Sebab Akulah Tuhan, Allahmu, maka haruslah kamumenguduskan dirimu dan haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus) 2) Yohanes 8 : 23 (kamu ini berasal dari bawah, Aku dari atas, kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 14
4. Sasaran Kegiatan Retret Sasaran yang hendak dicapai dalam kegiatan retret antara lain : a. Usaha pendalaman dan penghayatan iman kristiani. b. Usaha-usaha mengenali jati diri dengan perspektif yang benar dalam pola kehidupan yang baru di dalam Kristus. c. Usaha mengadakan perubahan dalam pola kehidupan yang baru di dalam Kristus. d. Usaha mengembangkan ketahanan diri dalam menghadapi kesulitan hidup. e. Usaha mengembangkan kemampuan diri (kepemimpinan, sikap mental, menjalin relasi sosial, serta semangat pengabdian) f. Usaha agar selalu sadar akan tugas dan kewajiban hidup Kristen dalam tiap ruang dan waktu. 5. Suasana Retret yang Diharapkan Agar kegiatan retret dapat mengenai sasaran, maka perlu didukung dengan suasana yang : a. Sakral dan religius Sifat sakral dan religius ini merupakan simbol adanya suasana yang secara psikologis membuat seseorang dapat merasakan kehadiran Tuhan dalam dirinya. Biasanya suasana seperti ini dijumpai pada acara kebaktian, doa, maupun persekutuan. b. Damai Filosofi di dalam Alkitab yang mendasari adalah Matius 5 : 9 (Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah). Kedamaian dan ketenangan sangat diperlukan agar jemaat dapat mendekatkan diri kepada Allah tanpa adanya
ikatan-ikatan
belenggu
kehidupannya
sehingga
dapat
memenuhi panggilanNya untuk tugas pelayanan kepada Tuhan sebagai rasa syukur atas kasih dan kedamaian yang telah Tuhan berikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 15
c. Akrab Filosofi di dalam Alkitab yang mendasari antara lain : 1) Filipi 2 : 2 - 3 (Karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini : hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri). 2) Galatia 3 : 28 (Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus). Suasana ini bertujuan untuk mengakrabkan antar pengunjung retret agar satu sama lain dapat tercipta rasa saling sepenanggungan. Suasana ini dapat ditemui dalam acara edukasi, penelaahan Alkitab, kebaktian padang, permainan, maupun api unggun. d. Rekreatif Agar tidak monoton, suasana rekreatif juga diperlukan dalam kegiatan retret. Acara tersebut dapat berupa jalan-jalan menikmati alam sekitar, bercengkerama, istirahat, makan dan minum, maupun olahraga. 6. Berbagai Jenis Retret a. Menurut jenisnya : 1) Refreshing Cours (RC) Merupakan bentuk retret yang berisikan penyegaran rohani. Kegiatan dan acaranya lebih sederhana dan santai. Waktunya biasanya 1-2 hari. 2) Retret umum Merupakan retret praktis untuk para jemaat awam yang dibimbing oleh panitia retret dengan waktu 3-5 hari. Mekanisme kegiatannya antara lain : doa, ceramah, diskusi, sharing (membagi pengalaman rohani dengan yang lain) 3) Retret khusus Program retret khusus ini berlangsung 1-8 hari. Acaranya disamping retret, ditambah commit dengan toacara-acara edukasi. Retret khusus user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 16
dilaksanakan dalam kaitannya dengan acara-acara khusus dan tujuan tertentu, antara lain : a. Persiapan melaksanakan pelayanan penuh/full time bagi seluruh rohaniawan/wati. b. Program advance bagi rohaniawan/wati. c. Program pembinaan dan peningkatan iman dan kehidupan spiritualitas. d. Kursus akademisi bagi para calon pemimpin rohani b. Menurut pelaku kegiatan : 1) Retret umum Peserta umum, berumur minimal 16 tahun. Tema dan liturgy dari acara-acara ini juga bersifat umum. 2) Retret pemuda Sesuai dengan namanya, retret ini pesertanya adalah pemuda, acara dan liturginya adalah pembimbing yang khusus menangani permasalahan pemuda. 3) Retret pasangan Retret ini dilakukan oleh peserta dengan pasangannya masingmasing. Biasanya datang berkelompok dari suatu organisasi Gereja ataupun lembaga-lembaga pelayanan. Retret ini dilakukan oleh pola pendekatan personal sesuai dengan pasangan tersebut. Acaraacara yang bersifat peribadatan (formal) sangat mendominasi retret ini, selain konseling yang memegang peranan penting. 4) Retret kelompok Retret jenis ini dilakukan oleh kelompok tertentu dengan tujuan tertentu pula. Misalnya : kelompok rohaniawan/wati, kelompok Gereja, kelompok komisi-komisi pelayanan. 5) Retret profesi Retret ini dilakukan oleh peserta yang seprofesi dan acaraacaranyapun disesuaikan dengan profesinya. Profesi menjadi ikatan yang kuat sehingga kadang profesi ini dijadikan tolok ukur dalam penentuan acara tambahan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 17
6) Retret keluarga Retret ini umumnya dilakukan oleh keluarga baik satu keluarga maupun berkelompok dari suatu organisasi Gereja maupun lembaga pelayanan. Dilakukan dengan pendekatan personal untuk mempererat relasi antar anggota keluarga dan dibimbing oleh konselor atau pembimbing rohani (pastor/pendeta, suster) 7. Macam Acara Pelaksanaan Retret a. Liturgi Kebaktian / Ibadah Penekanan pada pewartaan isi Kitab Suci dan pelaksanaanya adalah : 1) Doa pembukaan 2) Puji-pujian 3) Pembacaan ayat-ayat Kitab Suci 4) Hening / meditasi, merenungkan isi bacaan 5) Nyanyian
singkat
“Responsorum”
yang
berisikan
suatu
“tanggapan” terhadap isi bacaan. 6) Kadang kala dibuka dengan sharing “Responsorum” 7) Doa penutup 8) Lagu penutup b. Kebaktian Pengampunan Dosa Merupakan pengakuan atas iman yang masih lemah yang akan memperoleh absolusi (permohonan pengampunan atas dosa) meliputi 1) Penyembahan 2) Pemeriksaan batin diri pribadi atas segala perbuatan dosa 3) Menyatakan bertobat dalam bentuk pernyataan-pernyataan singkat yang dilanjutkan dengan mengucap doa pertobatan. c. Saat Teduh Merupakan suatu usaha memahami kebenaran Firman Tuhan dengan cara mempelajari dan merenungkannya, baik secara pribadi maupun kelompok, atau dengan bimbingan pribadi. d. Berdoa Dilakukan pada setiap acara, baik acara peribadatan maupun acaracommit to user acara non formal. Untuk acara peribadatan biasanya dipimpin oleh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 18
pembimbing atau Romo. Acara berdoa biasanya diadakan di ruang doa khusus atau kapel. Berdoa adalah inti acara, kadang diiringi oleh lagu-lagu penyembahan. e. Ceramah atau Seminar Rohani Dilakukan sesuai tema dari pokok acara retret itu sendiri dan ibawakan oleh penceramah, yaitu pendeta, penginjil. atau orangorang yang dianggap lebih dewasa rohani. Pada bagian acara ini terdapat tanya jawab, diskusi, dan pengakuan dosa. Acara ini juga memberikan kesempatan untuk para saksi iman untuk membagikan pengalaman imannya. Pada bagian akhir biasanya berisi tantangan untuk mengakui kesalahannya, tentunya sesuai dengan tema yang telahditentukan. f. Konsultasi Pribadi atau Konseling Konsultasi diberikan dengan tujuan untuk mengembangkan iman dan mendorong pertumbuhan iman. Acara ini bersifat hubungan personal antara pembimbing dengan pribadi yang dibimbing. Injil adalah sumber dari kegiatan pembimbingan ini. g. Pembagian Iman atau Sharing Kegiatan ini dilaksanakan dengan pembentuk kelompok kecil dengan satu pembimbing yang hadir di tengah-tengah peserta. Pembagian iman ini dilakukan dengan maksud untuk mengerti secara lebih mendalam tentang iman, saling menguatkan, menegur, dan memperhatikan dengan dasar kasih Tuhan akan umatNya. Masingmasing peserta dituntun untuk dapat membagi imannya sehingga pada akhirnya nanti ia dapat menjadi saksi Kristus di dunia. h. Rekreasi Acara retret ini juga penting sebagai keseimbangan kegiatan retret yaitu untuk menghindari kegiatan yang monoton. Acara rekreasi ini dapat berupa jalan-jalan menikmati alam sekitar yang jarang ditemui di kota, olah raga, maupun bercengkerama. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 19
i. Jalan Salib Jalan Salib merupakan upacara untuk mengenang penderitaan dan kesengsaraan yesus sewaktu menjelang di Salib, melewati jalan yang sekarang disebut Via Dolorosa. Jalan Salib dilakukan pada hari-hari biasa atau hari khusus. Berjalan melalui sebuah jalur jalan yang dilengkapi tempat-tempat pemberitaan (stasi) berjumlah 14 buah dan didalam tiap stasi ini dilengkapi dengan gambar atau relief yang mengambarkan kembali tentang penderitaan sengsara Yesus. Upacara terdiri dari : a. Pembukaan b. Berjalan dan berhenti pada tiap-tiap stasi dan berdoa. 8. Studi Pewadahan Kegiatan Retret Pengelompokan kegiatan dan syarat-syaratnya dalam sebuah kompleks fasilitas retret
dapat dibagi
berdasarkan pelaku dan kelompok
kegiatannya. Ada lima pelaku dalam pelaksanaan kegiatan retret ini. Kelompok tersebut adalah peserta, tamu/penceramah, konselor, dan pengelola. a. Peserta Peserta adalah unsur utama dalam kegiatan retret. Pada umumnya peserta kegiatan retret adalah jemaat awam, baik secara pribadi maupun kelompok yang diklasifikasikan berdasarkan kelompok penelaahan Alkitab, persekutuan Gereja, komisi-komisi Gereja, dan kelompok profesi seperti : kelompok akuntan, pelajar, mahasiswa, dsb. b. Pembimbing Pembimbing retret adalah pemimpin jemaat yang bertugas memimpin jalannya retret serta membimbing peserta sesuai dengan tujuan dari acara retret itu sendiri. Yang biasa menjadi pemimpin dan pembimbing retret adalah Romo, frater dan jemaat biasa yang dianggap matang kerohaniaanya. c. Tamu / Penceramah Tamu/penceramah adalah pendeta, penginjil, evangelis, yang dipercaya untuk menjadi pembawa Firman Tuhan atau penceramah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 20
Konselor terdiri dari beberapa orang yang tinggal di fasilitas retret dan memiliki
tugas
yaitu
memberikan
pelayanan
konseling
bagi
pengunjung. Para konselor biasanya merupakan rohaniawan/pendete/pastor yang kerjanya dikoordinator lembaga yang memiliki fasilitas retret tersebut. d. Pengelola Pengelola fasilitas retret memiliki tugas utama yaitu melayani para peserta retret, pembimbing retret dan tamu-tamu serta mengelola secara keseluruhan proses kegiatan di dalam fasilitas retret. 9. Fasilitas Besaran Ruang Ruangan-ruangan yang akan dipakai pada perencanaan ini adalah : 1. Lobby /Reception area Reception
adalah
ruang
untuk
menerima
tamu
sebelum
dipersilahkan duduk di ruang tunggu. Reception berada di ruangan yang paling depan, setelah pintu masuk. Besaran meja untuk reception mempunyai standar yaitu :
Gambar II.1 Pos penerima Tamu (Sumber : Human Dimention hal 189)
a. Fungsi lobby Fungsi lobby dapat dibedakan atas fungsi umum dan khusus : 1) Fungsi umum Sebagai suatu tempat atau wadah seluruh karyawan pada kantor dalam melaksanakan tugas mengurus serta mengelola segala macam yang berhubungan dengan management di perusahaan tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 21
2) Fungsi khusus Sebagai suatu wadah dari pihak perusahaan untuk penerimaan awal pengunjung. Tempat memperoleh informasi dan melayani segala macam keperluan dari pengunjung, tempat untuk bertemu janji. b. Fasilitas lobby Di dalam area lobby terdapat fasilitas sebagai berikut : 1) Area tempat duduk, yang berfungsi sebagai ruang duduk dan ruang tunggu 2) Area komunikasi 3) Area resepsionis Lokasi dari resepsionis harus dapat segera dilihat oleh tamu yang masuk dan staf resepsionis harus dapat melihat dan mengontrol arah masuk pengunjung.
2. Kapel Kapel adalah sebuah gedung yang digunakan oleh orang kristen , anggota
agama-agama
lain,
dan
masyarakat
kadang-kadang
antaragama, sebagai tempat persekutuan dan ibadah. Ini mungkin bagian dari struktur yang lebih besar atau kompleks, seperti gereja, kampus , rumah sakit , istana , penjara atau rumah pemakaman, yang terletak di papan kapal militer atau komersial, atau mungkin sebuah bangunan berdiri bebas sepenuhnya, kadang-kadang dengan yang alasan sendiri. instalasi militer Banyak kapel untuk penggunaan personel militer, biasanya di bawah kepemimpinan seorang pendeta tentara. Sampai Reformasi Protestan , sebuah kapel dilambangkan tempat ibadah yang baik di lokasi sekunder yang bukan tanggung jawab utama dari lokal pastor paroki, atau milik seseorang atau institusi. Kebanyakan gereja yang lebih besar memiliki satu atau lebih sekunder altar, yang jika mereka menempati ruang yang berbeda, sering disebut kapel. Kapel Kata dalam penggunaan umum khususnya di Inggris, dan commit to user bahkan lebih lagi di Wales, untuk independen atau nonkonformis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 22
tempat ibadah, dan di Skotlandia dan Irlandia untuk gereja-gereja Katolik Roma. Di Inggris, karena kenaikan popularitas kapel independen atau non-konformis sepanjang abad kesembilan belas kedelapan belas dan awal, pada saat sensus 1851, lebih banyak orang menghadiri kapel independen, meskipun dengan biaya sendiri, dari menghadiri gereja Anglikan negara . Kata, kapel, seperti pendeta, kata yang berhubungan, awalnya memiliki akar Kristen , tetapi digunakan dalam konteks yang lebih luas hari ini. Sementara banyak denominasi, banyak yang non-denominasi. Yang terakhir sebagian besar ditemui sebagai bagian dari institusi non-religius seperti instalasi rumah sakit, penjara atau militer. Di Inggris, di mana Gereja Anglikan yang ditetapkan oleh hukum, kapel nondenominasional atau antar-iman di lembaga-lembaga tersebut tetap dapat ditahbiskan oleh uskup Anglikan setempat. Kapel yang dibangun sebagai bagian dari sebuah gereja yang lebih besar adalah daerah suci disisihkan untuk beberapa penggunaan tertentu atau tujuan: misalnya, banyak katedral dan gereja-gereja besar memiliki "Kapel Lady" di apsis, didedikasikan untuk Perawan Maria ; paroki gereja mungkin memiliki seperti "Lady Chapel" di gang samping atau "Kapel Reservasi" mana roti dan anggur Ekaristi disimpan dalam cadangan antara layanan, untuk tujuan mengambil Komuni Kudus untuk tinggal di rumah sakit dan dan, dalam beberapa Kristen tradisi, untuk tujuan kesalehan. Dalam Katolik Roma Hukum Kanonik, sebuah kapel, secara teknis disebut "pidato" adalah bangunan atau bagian darinya yang didedikasikan untuk perayaan layanan, khususnya Misa, yang bukan gereja paroki. Ini mungkin sebuah kapel pribadi, untuk penggunaan satu orang atau kelompok memilih (kapel pribadi uskup, atau kapel biara, misalnya), sebuah pidato semi-publik, yang sebagian tersedia untuk masyarakat umum (a seminari kapel yang menyambut pengunjung ke layanan, misalnya), atau sebuah pidato publik (misalnya, rumah sakitcommit atau kapel universitas). to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 23
a. Sejarah Kapel Kata "kapel" berasal dari peninggalan dari Saint Martin dari Tours: cerita tradisional tentang Martin menceritakan bahwa ketika ia masih seorang prajurit, ia memotong jubah militer dalam setengah untuk memberikan bagian untuk seorang pengemis yang membutuhkan. Sisi lain ia memakai di bahunya sebagai "tanjung kecil" ( bahasa Latin : capella). Pengemis, klaim cerita, adalah Kristus menyamar, dan Martin mengalami pertobatan hati, menjadi yang pertama seorang biarawan, kemudian Abbas, kemudian uskup. Ini jubah menjadi milik dari kaum Frank raja, dan mereka terus peninggalan dengan mereka seperti yang mereka lakukan pertempuran. Tenda yang terus jubah itu disebut capella dan imam yang mengatakan setiap hari Misa di tenda itu dikenal sebagai capellani. Dari kata-kata ini kita mendapatkan nama-nama "kapel" dan " pendeta ". Kata ini juga muncul dalam bahasa Irlandia pada Abad Pertengahan, sebagai orang Welsh datang dengan Norman dan Inggris Kuno penjajah ke pulau Irlandia. Sementara kata Irlandia tradisional untuk gereja eaglais (berasal dari ecclesia), kata baru, séipéal (dari acapela), datang ke dalam penggunaan. Dalam sejarah Inggris, "kapel" atau " rumah pertemuan ", dulunya adalah sebutan standar untuk gedung gereja milik independen atau nonkonformis masyarakat agama dan anggota mereka. Ini adalah kata yang sangat berhubungan dengan keutamaan-praktik
keagamaan
yang
independen
di
daerah
pedesaan Inggris dan Wales, kota industri utara abad kedelapan belas dan kesembilan belas akhir, dan pusat-pusat populasi dekat tetapi di luar Kota London. Akibatnya, "kapel" kadang-kadang digunakan sebagai kata sifat di Inggris untuk menggambarkan anggota gereja tersebut ("Saya Kapel.") commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 24
b. Kapel Terkemuka
Gambar II.2 Kapel Terkemuka di Swiss (kiri) di Padua (kanan) (Sumber : www.google.com, Juli 2011)
Gambar II.3 Kapel Terkemuka di Guemsy (kiri) di Swiss (tengah) di Meksiko (kanan) (Sumber : www.google.com, Juli 2011)
3. Ruang Seminar Sebelum kita melihat bagaimana membuat sebuah seminar yang baik, baiklah kita perjelas dahulu apa yang dimaksud dengan seminar dalam tulisan ini. Yang pertama adalah apa tujuan seminar. Seminar di sini adalah untuk mengeksplorasi sebuah ide. Dengan demikian seminar berbeda dengan pelatihan, di mana di dalam pelatihan, ada sebuah keahlian yang dibawakan oleh seorang yang menguasainya dan di dalam pelatihan terjadi transfer ilmu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 25
Yang kedua adalah bagaimana peran orang yang ikut di dalam seminar. Seminar adalah satu pertemuan di mana semua para pesertanya terlibat aktif. Di dalam seminar yang dimaksud ini, tidak ada pembicara dan peserta, seperti yang dikenal dalam seminar pada umumnya. Tidak ada perbedaan antara pembicara dan peserta. Dengan demikian seminar dibedakan dari kuliah, di mana ada seorang lektor membawakan suatu tema atau ide, dan peserta kuliah mendengarkan dan bertanya. Lektor adalah seseorang yang menguasai tema tersebut, sedangkan peserta adalah orang yang mempelajari tema tersebut. Untuk berjalannya sebuah seminar dengan baik perlulah dipikirkan beberapa syarat: 1) Ruang seminar 2) Peserta 3) Moderator 4) Jalannya seminar a. Syarat Ruang Seminar Ruang seminar yang memadai adalah sebuah ruang yang memungkinkan interaksi aktif selurah peserta seminar. Sebuah meja bundar besar adalah sebuah contoh yang baik. Atau kursi yang disusun dengan melingkar. Ruangan tentu saja harus cukup tenang dan cukup terang untuk memberikan iklim yang enak untuk berseminar. Adanya sebuah papan tulis dapat membantu. 1) Peserta Untuk berjalannya sebuah seminar dengan baik, semua peserta adalah bukan kertas kosong yang menunggu diisi, seperti halnya kuliah. Mereka harus sudah membaca tentang tema yang akan diseminarkan. Mereka bisa membuat sebuah esei pendek tentang tema yang diseminarkan. Bila yang diseminarkan adalah sebuah teks, teks tersebut telah dibaca secara analitis, ditandai, disertai tanggapan dan kritik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 26 Dengan terlebih dahulu membaca tentang tema yang akan
diseminarkan, mereka telah mengolahnya di dalam kepala mereka. Mereka telah memiliki bayangan akan apa yang diseminarkan. Kertas di tangan yang berisi ringkasan tema yang diseminarkan menurut masing-masing peserta, akan memandu mereka nantinya di dalam seminar. 2) Moderator Seorang moderator di dalam seminar berbeda dengan seorang lektor di dalam kuliah. Ia bukanlah seorang yang memberikan pelajaran, melainkan orang yang mengarahkan jalannya seminar. Semestinyalah seorang moderator adalah orang yang paling senior dalam tema yang akan diseminarkan. Ini bukan berarti pendapatnyalah yang paling benar. Senioritas dalam penguasaan materi semata-mata untuk mengarahkan seminar, karena ia mestinya yang paling tahu tentang seluk beluk tema yang diseminarkan. Peran seorang moderator ada dua: mengarahkan (directing) dan memoderasi (moderating). Dalam mengarahkan, ia menjaga agar seminar tidak melenceng dari tema. Dengan memoderasi, ia menjaga agar tidak ada satu orang atau satu ide tertentu yang terlalu mendominasi seminar sehingga seluruh tema seminar tidak tereksplorasi dengan baik. Sebelum seminar, seorang moderator harus telah membaca tema yang akan diseminarkan, menyiapkan catatan tentang tema tersebut, menentukan kata-kata kunci, dan menyusun pertanyaanpertanyaan kunci yang nantinya akan ditanyakan di dalam seminar. Di awal seminar ia dapat menuliskan terlebih dahulu poin-poin yang akan didiskusikan atau menggambarkan sebuah diagram yang mencerminkan ide yang akan didiskusikan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 27 Seorang moderator yang baik haruslah seorang pendengar
dan pembicara yang baik. Ia mampu menangkap maksud sebuah pembicaraan
dan
membuatnya
lebih
jelas.
Ia
mampu
memparafrasekan sebuah pertanyaan menjadi pertanyaan lain yang lebih jelas. Mengingat beratnya tugas seorang moderator, sebaiknya seorang moderator tidak memimpin sebuah seminar lebih dari satu kali dalam sehari. b. Jalannya seminar Seminar dimulai dengan pengantar singkat dari moderator, dan langsung dilanjutkan dengan pertanyaan kunci yang dibahas oleh semua peserta secara bergiliran. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan supaya seminar berjalan baik: 1. Seminar adalah sebuah diskusi dua arah. Tidak ada seorang yang lebih mendominasi pembicaraan. Adalah tugas moderator untuk memperhatikan ini. 2. Seminar bisa dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah jelas ada jawabannya, lalu mengarah ke pertanyaan-pertanyaan lain yang lebih dalam dan tidak jelas jawabannya. Pertanyaan jenis kedualah yang memberikan manfaat terbesar. Tidaklah banyak pertanyaan yang seperti demikian. 3. Semua pertanyaan dan pernyataan dinyatakan dengan jelas tanpa ambiguitas. Jika sebuah pertanyaan atau pernyataan belum jelas, moderator harus bisa menunjukkan itu dan meminta sang pengujar untuk memperjelasnya. 4. Masih berhubungan dengan poin pertama, setiap pertanyaan haruslah jelas sebelum ditanggapi dengan jawaban. Penanggap berhak meminta penjelasan lebih lanjut atas pertanyaan sebelum ia menjawab. Tanggapan tentunya juga harus relevan dengan pernyataan. Moderator juga harus memperhatikan ini. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 28
5. Sebuah pertanyaan bisa dilihat sebagai jembatan kepada pertanyaan lain yang lebih mendasar. Hanya dengan cara demikian sebuah seminar dapat memberikan manfaat lebih. 6. Bila ada istilah yang sama, tetapi dipakai dengan arti yang berbeda oleh beberapa orang, moderator harus menunjukkan itu dan membuat kesepakatan dalam arti apa istilah itu dipakai sebelum melanjutkan seminar. 7. Etiket harus diperhatikan dalam sebuah seminar, seperti halnya di sebuah meja makan. Bahasa harus santun dan tidak merendahkan. 8. Moderator terlebih harus memberikan contoh yang dapat diikuti oleh peserta yang lain. Bukan berarti seminar tidak bisa dilakukan dengan ringan dan diiringi tawa, namun canda dan tawa dilakukan dengan wajar dan memberi makna di dalam seminar. Tidak ada yang lebih membantu untuk mengingat ketimbang ide-ide kreatif yang kadang membangkitkan tawa. 9. Seminar adalah sebuah tempat untuk menggodok ide. Ia bukanlah tempat untuk membenarkan diri. Setiap orang harus kritis namun menerima bila ada pendapat yang lebih baik. Di dalam seminar semua orang memiliki posisi yang sama. 10. Sebuah seminar yang baik tidaklah harus menghasilkan sebuah kesimpulan
tunggal.
Setiap
orang
bisa
pulang
dengan
pendapatnya masing-masing. Yang terpenting adalah mata mereka lebih terbuka, mereka telah melihat ide-ide baru yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh mereka. 11. Demikianlah sebuah seminar Sokratik sebaiknya dilaksanakan. Dengan seminar seperti ini, semua peserta dapat mengambil manfaat. Sebuah seminar yang baik seperti ini dapat memberi manfaat seumur hidup yang mengendap sebagai manfaat terbaik yang dapat diberikan oleh sebuah pendidikan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 29
4. Art Shop Shop adalah suatu tempat jual beli suatu barang dimana menjual barang-barang kusus untuk mendukung suatu bangunan dengan luas area yang tidak terlalu besar. Oleh karena itu dengan keterbatasan lahan biasanya retail shop memilki desain interior yang ergonomis supaya para pengunjung lebih nyaman dan dapat melakukan aktifitas belanja dengan mudah.
Gambar II.4 Besaran ruang sesuai ergonomi retail shop (Sumber : Human dimention hal 205)
a. Sistem Pelayanan 1) Self Service
Adalah sistem pelayanan dimana pengunjung bebas memilih dan mengambil produk yang mereka inginkan, kemudian membawanya ke kasir untuk pembayaran. 2) Self Selection (Swa Seleksi) Adalah jenis sitem pelayanan dimana pengunjung juga dapat memilih dan mengambil produk yang mereka inginkan, kemudian dengan dibantu oleh pramuniaga, produk dibawa ke bagian kasir untuk pemabayaran. 3) Personal Adalah jenis sitem pelayanan tertutup dimana segala bentuk pembelian dilayani oleh pramuniaga, baik dalam pemilihan maupun pengambilan produk. Dalam sistem ini, dari proses pemilihan, pengambilan sampai dengan pembayaran semua dilayani pramuniaga sepenuhnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 30
b. Sistem Display 1) Serambi Pamer Untuk menarik perhatian, pada Area Penjualan biasanya dilengkapi dengan serambi pamer. Pemilihan barang yang dipajang dengan mempertimbangkan musim atau gaya. Suatu serambi pamer dapat memberikan kesan yang efektif, kesan tersebut tentu saja berhubungan dengan berbagai ide dan harga. 2) Display Interior a. Merchandise Display, meliputi : 1. Open Display Merupakan bentuk display yang memberikan kemungkinan pada pembeli untuk mengamati barang dagangan tanpa bantuan pelayan took. 2. Closed Display Berisi barang dagangan yang diperlihatkan dalam almari dinding (wall case). Keuntungan utamnya adalah terjaganya barang dagangan dari pencurian dan menjaga kondidi siap jual. 3. Architectural Display Display ini memerlukan ketepatan penyusunan guna menunjukkan bermacam-macam barang dagangan sesuai dengan bangunan, seperti model bangunan perumahan, dapur, kamar mandi secara menyeluruh. Keuntungan utamanya adalah dapat memberikan gambaran yang utuh dan nyata lewat peragaan dalam display ini. b. Vendor Display Terkenal sebagai bentuk display untuk pengiklanan tempat penjualan. Terdiri dari tulisan, spanduk dan rak pajang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 31
c. Store Sign and Decorations Istilah
Store
Sign
meliputi
tanda
pembayaran,
kartu
hadiah/harga, hiasan tergantung, poster, bendera, spanduk dan alat serupa. ( Delbert J. Duncan & Stanley D Hollander, 1977 : 468 ). c. Perlengkapan Display Dalam area penjualan sebagian besar pendisplayannya berupa etalase dan showroom. Macam-macam Etalase : 1) Etalase Sistem Terbuka. Etalase tanpa pembatas antara ruang display dengan ruang pemasaran sehingga dari luar akan terlihat keseluruhan interior ruang dalamnya. Penataan display tidak ada penghalang kasat mata dan arah pandangan kurang terfokus. 2) Etalase Sistem tertutup Etalase mempunyai pembatas antara ruang display dengan ruang pemasaran. Interior area penjualan tidak terlihat, dan mempunyai pandangan visual lebih terfokus. 3) Etalase Khusus 4) Etalase Sudut Etalase yang dimiliki bangunan yang terletak di persimpangan jalan dan posisinya tepat di sudut. a. Etalase Atas Etalase yang terletak diatas lantai dasar dari bangunan bertingkat. Etalase ini berfungsi sebagai papan reklame. b. Benam Merupakan Etalase yang memiliki lantai lebih rendah daripada lantai disekitarnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 32
c. Etalase bertingkat Etalase penggabungan antara etalase atas dan etalase benam dan lebih lagi dengan sistem etalase terbuka. Sudut pandang kurang sesuai dengan sudut pandang pengamat. 5) Etalase Arcade Etalase menjorok ke dalam ruang akibat bangunan yang memanjang ke belakang dengan bagian muka yang sempit, sehingga ada ruang yang kurang efisien. d. Prinsip Desain Sarana Penjualan Desain sarana penjualan harus disederhanakan dan tak dipaksakan. Maksudnya adalah dalam mendisplay materi, jika perlengkapannya lebih menarik perhatian ini akan mengurangi daya tarik materi koleksi dan melemahkan penjualan. Sistem display pada ruang pamer menyangkut beberapa hal, diantaranya: 1) Faktor Penglihatan Penampilan materi selain dipengaruhi faktor teknis, juga dipengaruhi faktor penglihatan yaitu mudah tidaknya materi dapat dilihat/dinikmati. Hal ini dipengaruhi oleh : a.
Ukuran barang detail krisisnya
b.
Kontras benda-benda dengan latar belakangnya dan kontras sekitarnya
c.
Penerangan dan kecerahan benda tersebut.
d.
Warna cahaya yang menerangi benda tersebut
e.
Waktu saat melihat. (Ahmad Natahamijaya, 1979:24)
e. Sistem Penyajian Materi Koleksi dan Penjualan Pengelompokan benda-benda menurut jenis dan bentuknya dapat mempermudah pemilihan sistem penyimpanan yang sesuai. Kelompok yang ada misalnya : foto/lukisan, film/video kaset dan lain-lain. Berapa banyak yang perlu untuk setiap kelompok tergantung dari jumlah benda yang ada atau yang akan ada. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 33
5. Asrama Asrama adalah suatu tempat penginapan yang ditujukan untuk anggota suatu kelompok, umumnya murid-murid sekolah. Asrama biasanya merupakan sebuah bangunan dengan kamar-kamar yang dapat ditempati oleh beberapa penghuni di setiap kamarnya. Para penghuninya menginap di asrama untuk jangka waktu yang lebih lama daripada di hotel atau losmen. Alasan untuk memilih menghuni sebuah asrama bisa berupa tempat tinggal asal sang penghuni yang terlalu jauh, maupun untuk biayanya yang terbilang lebih murah dibandingkan bentuk penginapan lain, miaslnya apartemen. Selain untuk menampung murid-murid, asrama juga sering ditempati peserta suatu pesta olahraga. Banyak sekolah dan universitas di Indonesia yang memiliki asrama. Salah satunya adalah asrama Universitas Airlangga Surabaya. Asrama itu bernama asrama Bhinneka Tunggal Ika. Contoh lainnya adalah asrama ITS, asrama UI, asrama UGM, dan asrama mahasiswa Jambi Jakarta.
6. Jalan Salib Jalan Salib (Bahasa Latin: Via Crucis, dikenal juga sebagai Via Dolorosa atau Jalan Penderitaan) merujuk pada penggambaran masamasa terakhir (atau Penderitaan) Yesus, dan devosi yang memperingati Penderitaan tersebut. Tradisi sebagai devosi yang diadakan di gereja dimulai oleh Santo Fransiskus Assisi dan menyebar ke seluruh Gereja Katolik Roma di abad pertengahan. Hal ini kurang diperingati oleh gereja-gereja Anglikan dan Lutheran. Devosi ini bisa dilakukan kapan saja, tapi paling umum dilakukan di masa Pra-Paskah, terutama pada Hari Jumat Agung dan pada Jumat malam selama masa Pra-Paskah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 34
Gambar II.5 Peristiwa jalan salib Pemberhentian ke- I (kiri) ke- II (tengah) ke- III (kanan) (Sumber : www.google.com, Juli 201)
a. Sejarah Jalan Salib Sejak abad pertama umat Kristiani telah mengadakan ziarah ke tanah kelahiran Yesus. Santa Helena, ibunda Raja Konstantin, melakukan ziarahnya yang terkenal itu pada abad ke-4 dalam usahanya untuk mengenali dari dekat tempat Yesus dilahirkan, wafat dan dimakamkan. Untuk jangka waktu yang pendek, yaitu setelah tahun 1199 ketika tentara-tentara Perang Salib berhasil menguasai Yerusalem dan wilayah sekitarnya, ziarah dapat dilakukan tanpa kesulitan. Tetapi sejak tahun 1291 setelah mereka kehilangan kekuasaan mereka atas daerah tersebut, ziarah menjadi lebih berbahaya dan mahal. Ibadat Jalan Salib bertujuan untuk menghadirkan Tanah Suci baik bagi mereka yang tidak dapat berziarah ke sana maupun bagi mereka yang sudah berziarah ke sana. Fransiskus dari Asisi mempunyai dua devosi yang amat mendalam yaitu Inkarnasi Yesus dan Sengsara Yesus, masingmasing dilambangkan dengan buaian dan salib. Para biarawan Fransiskan mempopulerkan devosi Jalan Salib sejak abad ke-14. Umat membuat perhentian-perhentian kecil di dalam gereja, kadang-kadang
dibangun
juga
perhentian-perhentian
yang
besarnya seukuran manusia di luar gereja. Segera saja, hampir semua gereja telah memiliki Perhentian-perhentian Jalan Salib. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 35
Para biarawan Fransiskan juga menuliskan lirik Stabat Mater, yang biasanya dinyanyikan saat Ibadat Jalan Salib, baik dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Latin, maupun dalam bahasa setempat. Jumlah perhentian serta peristiwa-peristiwa Jalan Salib yang dikenangkan bervariasi dari waktu ke waktu. Ke-14 peristiwa Jalan Salib yang sekarang ditetapkan oleh Paus Clement XII (17301740). Baik kita melakukan Ibadat Jalan Salib seorang diri atau bersama-sama dengan umat lain, di dalam gereja atau pun di ke-14 perhentian di luar gereja, ibadat ini menjadikan kisah sengsara dan wafat Yesus terasa nyata dan hidup.
7. Gua Maria Gua Maria adalah tempat ziarah khas umat Katolik, biasanya bangunan utamanya dibentuk seperti gua tetapi ada juga yang berada pada gua alam asli. Disebut gua Maria karena ditempatkannya patung Bunda Maria ibunda Yesus pada gua tersebut. Tempat itu kemudian menjadi tempat ziarah umat Katolik untuk mendekatkan diri pada Allah Pencipta yang Maha Kuasa dengan berdoa melalui perantaraan Bunda Maria dan tentu saja Yesus Kristus.
Dalam tradisi agama
Katolik keberadaan gua Maria punya sejarah panjang. Bunda Maria beberapa kali menampakan diri pada orang-orang tertentu. Salah satu penampakan yang paling terkenal adalah penampakan Bunda Maria kepada Bernadette Soubirous di sebuah gua yang ada di kota Lourdes Perancis pada tahun 1858. Tempat itu kemudian menjadi tempat ziarah gua Maria paling populer. Tempat ziarah ini pulalah yang kemudian menjadi inspirasi untuk membuat tempat ziarah serupa pada komunitas Katolik setempat. Dari situ muncullah tempat ziarah gua Maria dibanyak tempat didunia termasuk di Indonesia. Akan tetapi di Indonesia gua Maria bukan hanya terdapat patung Bunda Maria, juga biasanya sepanjang jalan menuju gua Maria terdapat perhentianperhentian untuk prosesi jalan salib, serta di beberapa lokasi gua commit to user Maria juga ada gereja kecil.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 36
GambarII.6 Gua Maria Gua Maria Sendangsono (kiri) Gua Maria Sriningsih (kanan) (Sumber : www.google.com, Juli 2011)
Di Indonesia gua Maria paling tua dan paling terkenal adalah gua Maria Sendangsono di Jawa tengah yang usianya lebih dari seratus tahun. Sedangkan salah satu gua Maria paling eksotis barangkali adalah gua Maria Tritis di Wonosari, selatan Jogjakarta, Jawa Tengah yang berada di gua alam sungguhan. Meskipun dibanyak lokasi gua Maria dikelilingi tempat-tempat yang berpemandangan indah terutama di daerah-daerah yang jauh dari kota besar, gua Maria bukan tempat rekreasi, melainkan adalah tempat ziarah, ini yang sering dilupakan oleh orang yang berkunjung sehingga makna ziarahnya menjadi tidak jelas. Situs ini mencoba menampilkan informasi yang berhubungan dengan gua Maria, lengkap dengan kisah ziarah, lokasi dan informasi yang relevan karena banyak umat Katolik tidak punya informasi yang cukup tentang keberadaan sebuah gua Maria yang dibanyak tempat merupakan tempat yang penuh nilai religius dan disitu anda juga bisa merasakan kebesaran karya Tuhan lewat keindahan alam Indonesia. 10. Elemen Pembentuk Ruang c. Lantai Lantai adalah bagian bangunan yang penting, yang berhubungan langsung dengan beban, baik beban mati maupun beban hidup atau bergerak. Lantai harus kuat mendukung beban-beban yang datang dari benda perabot, manusia yang ada didalam ruang dan sebagainya. commit to user Sehingga lantai dituntut selalu kuat memikul beban, kaku, dan tidak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 37
bergetar. Contoh bahan lantai seperti: kayu, batu alam atau buatan, logam, beton dan sebagainya. Dalam merencanakan lantai ruang pamer perlu diperhatikan beberapa hal yaitu : 1) Fungsi Lantai Lantai berfungsi sebagai bidang dasar yang digunakan untuk aktifitas manusia dalam melakukan kegiatan diatasnya dan sebagai alas dari suatu ruang. 2) Sifat Lantai Lantai dapat membentuk sifat tertentu sesuai dengan fungsinya. Dimana lantai dapat membentuk sifat/daerah dalam ruang, yaitu dengan membuat penaikan atau penurunan dari sebagian lantai. Lantai dapat bersifat permanen maupun semi permanen. 3) Karakter Lantai Lantai
dapat
menentukan
karakter
ruang,
yaitu
dengan
menggunakan bentuk-bentuk pemilihan bahan, pola maupun warna yang tepat atau sesuai dengan suasana ruang yang ingin dicapai, sehingga karakter lantai dapat dicapai, karakter berat, ringan, luas, sempit, dan sebagainya. 4) Konstruksi Lantai Konstruksi lantai perlu diperhatikan bagaimana bahan lantai dipasang. Bagaimana menempel pada dasaran lantai sehingga tidak menimbulkan
kelembaban
atau
menimbulkan
panas
yang
berlebihan,dan sebagainya. 5) Macam Letak Lantai a. Basement Untuk menghindari pecahan akibat lantai melengkung, maka digunakan tulangan tegak lurus arah pecah. Sisi bawah tulangan lebih sedikit dari pada atas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 38
b. Ground Floor Jika lantai langsung di atas tanah, maka timbul kemungkinan lantai akan bergelombang. Untuk menghindari hal tersebut, maka di bawah lantai diberikan pengerasan. Biasanya digunakan pasir untuk meratakan gaya yang tidak sama. c. Upper Floor Untuk lantai ini yang bagian tanah diberi tulangan. Beban lantai di atasnya disalurkan melalui beban pokok. Semua beban lantai disalurkan melalui kolom-kolom dan diteruskan pada struktur bahannya. Lantai dalam ruang pamer selain berfungsi menahan beban seperti perabot, kursi penonton dan aktivitas audience, secara khusus lantai mempunyai fungsi guna memberikan kondisi mendengar dan melihat (visual) yang baik bagi audience. Berdasarkan karakteristiknya lantai terbagi menjadi empat, yaitu : a. Lantai lunak, terdiri dari semua tipe permadani dan karpet. Pemberian karpet pada lantai dapat menunjang penyerapan bunyi. b. Jenis serat, praktis tidak mempunyai pengaruh pada penyerapan
bunyi.
c. Pada kondisi yang sama tumpukan potongan ( cut piles ) memberikan penyerapan yang lebih banyak di bandingkan dengan tumpukan lembaran ( loop piles ). d. Dengan bertambahnya berat dan tinggi tumpukan, dalam tumpukan potongan kain, penyerapan bunyi akan bertambah. e. Makin kedap lapisan penunjang ( backing ), makin tinggi penyerapan bunyi. f. Lantai Semi Keras, terdiri dari pelapisan lantai seperti vinyl, aspal dan cor. g. Lantai Keras, terdiri dari semua jenis batuan dan logam yang dipakai sebagai bahan commit to lantai. user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 39 h. Lantai Kayu (parquet), terdiri dari berbagai jenis dan motif bahan lantai yang terbuat dari kayu.
Untuk mencapai suatu kenikmatan audio dan visual yang baik dalam ruang pamer, dimana suatu pandangan tidak mendapat halangan yang ditimbulkan oleh orang-orang yang duduk didepannya. Maka dalam perancangan ruang pamer, kemiringan lantai dan trap perlu diperhatikan. Untuk ruang pamer kecil (sekitar 80 orang) lantai bisa datar, tetapi untuk ruang pamer yang besar haruslah berlantai miring (kemiringan maksimum 1:10) atau lantainya berjenjang, tergantung pada jarak pandang yang paling memadai. Tiap jajaran kursi haruslah memiliki pertambahan tinggi yang sama, minimum 60cm dan median 125cm. d. Dinding Dinding merupakan bidang nyata yang membatasi suatu ruang atau pembatas kegiatan yang mempunyai jenis berbeda. Dinding adalah penahan beban yang menyangga lantai dan atap, sehingga struktur kekuatan dinding sebagai penahan beban harus diperhatikan Dinding merupakan unsur penting dalam pembentukan ruang, baik sebagai unsur penyekat/ pembagi ruang maupun sebagai unsur dekoratif. Dalam proses perancangan suatu ”ruang dalam” dinding mempunyai peranan yang cukup dominan dan memerlukan perhatian khusus, di samping unsur-unsur lain seperti tata letak, desain furniture serta peralatan-peralatan lain yang akan disusun bersama dalam suatu kesatuan dengan dinding. Setelah fungsi dinding tercapai dan untuk menambah keindahan ruang, dinding dipergunakan sebagai ”point of interest” dari ruang dinding samping memberi atau menambah keindahan ruang. Dinding juga
dapat
merusak
suasana
ruang,
yaitu
apabila
dalam
perencanaannya sangat dipaksakan, terutama dikarenakan bahwa dinding tersebut telah ada sebelumnya. Ini terjadi pada renovasi rumah-rumah kuno, dimana dinding berfungsi struktural. (Pamudji Suptandar, 1999 : 147)commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 40
Dinding pada suatu wadah kegiatan dapat sebagai struktur atau hanya sebagai pembatas ruang saja, tergantung dari sistem struktur yang dipakai dalam perencanaannya. Fungsi dan bentuk dinding terbagi menjadi 2 bagian : 1) Struktur, misalnya : a. Bearing wall
: dinding yang dibangun untuk menahan tepi
dari tumpukan/ urugan tanah. b. Load bearing wals : dinding untuk menyokong/ menopang balok, lantai, atap dan sebagainya. c. Foundation wall : dinding yang dipakai di bawah lantai, tingkat dan untuk menopang balok-balok lantai pertama. 2) Non struktural, misalnya : a. Party wall : dinding pemisah antara dua bangunan yang bersandar pada masing-masing bangunan. b. Fire wall : dinding yang digunakan sebagai pelindung dari pancaran kobaran api. c. Certain or Panels wall
: dinding yang digunakan sebagai
pengisi pada suatu konstruksi rangka baja atau beton. d. Partition wall : dinding yang digunakan sebagai pemisah dan pembentuk ruang yang lebih kecil didalam ruang yang besar. ( Pamudji Suptandar, 1999 : 145 ) e. Langit-langit (ceiling) Pengertian istilah ceiling/langit-langit/plafond, berasal dari kata ”ceiling”, yang berarti melindungi dengan suatu bidang penyekat sehingga terbentuk suatu ruang. Secara umum dapat dikatakan : ceiling adalah sebuah bidang (permukaan) yang terletak di atas garis pandangan normal manusia, berfungsi sebagai pelindung (penutup) lantai atau atap dan sekaligus sebagai pembentuk ruang dengan bidang yang ada di bawahnya. Dengan jarak ketinggian tertentu dalam bangunan, ceiling sebagai elemen penutup utama pada bidang atas sebagai pembentuk atap bangunan. (Pamudji Suptandar, 1999 : 161) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 41
Ceiling adalah pembentuk ruang yang merupakan penutup bagian atas. Kesan pertama adalah adanya tinggi rendah ruang, berfungsi sebagai bidang penempatan lampu, penempatan AC, sprinkler head, audio loudspeaker dan sebagai peredam suara atau akustik. Dasar pertimbangan dalam perencanaan langit-langit adalah 1) Fungsi langit-langit Fungsi dari langit-langit selain sebagai penutup ruang juga sebagai pengatur udara dan ventilasi. 2) Penentuan ketinggian Penentuan ketinggian didasari oleh pertimbangan fungsi, proporsi ruang, kegiatan ruang, konstruksi dan permainan ceiling. 3) Bentuk penyelesaian Bentuk dan penyelesaian dapat dilakukan berdasarkan fungsinya seperti melengkung, berpola, polos, memperlihatkan struktur, dan sebagainya. Pada ruang rapat di mana diharapkan tercapainya suatu pendapat yang membutuhkan konsentrasi, diusahakan agar ceilingnya berbentuk sederhana, tidak menyolok karena akan mengganggu konsentrasi. Pada ruang pamer, agar menarik pengunjung, dibuat ceiling yang kontras, saling bersaing untuk dapat menonjolkan diri dan kesan yang mewah. Dengan melajunya kemajuan teknologi, dan penemuan-penemuan baru di bidang industri bahan bangunan tercipta berbagai material ceiling yang memungkinkan untuk memenuhi segala macam jenis fungsi ruang antara lain : a. Untuk mencapai kesan alamiah, kayu, anyaman bambu, rotan, dan lain-lain b. Untuk gaya klasikal, plat-plat gibs bermotif c. Untuk mencapai kesan glamour, kaca (antique glass ceiling), kain beludru d. Pada rumah-rumah sederhana, eternit polos (bermotif), tripleks commit to user (multipleks), dan berbagai jenis softboard/akustik tile
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 42
e. Pada bangunan-bangunan utilitas, beton exposed f. Pada bangunan-bangunan umum, alumunium, fiber glass sebagai skylight, kaca timah pada gereja-gereja. (Pamudji Suptandar, 1999 : 166).
11. Organisasi Ruang Penyusunan ruang-ruang dapat menjelaskan tingkat kepentingan relatif dan fungsi serta peran simbolis ruang-ruang tersebut di dalam suatu organisasi bangunan. Keputusan mengenai jenis organisasi yang harus digunakan dalam situasi khusus akan tergantung pada: kebutuhan atas program bangunan, seperti pendekatan fungsional persyaratan ukuran, klasifikasi hirarki ruang-ruang dan syarat-syarat pencapaian, pencahayaan atau pemandangan. Kondisi-kondisi eksterior dari tapak yang mungkin akan membatasi bentuk atau pertumbuhan organisasi atau yang mungkin merangsang organisasi tersebut untuk mendapatkan gambaran-gambaran tertentu tentang tapaknya dan terpisah dari bentuk-bentuk lainnya. (Ching, 1996, 188) Berbagai macam pengorganisasian ruang menurut Francis.D.K. Ching antara lain sebagai berikut : a. Terpusat
Gambar II.7 Organisasi ruang terpusat (Sumber : Ching, 1996, hal 189)
Suatu ruang dominant, dimana pengelompokan sejumlah ruang sekunder dihadapkan. Organisasi terpusat merupakan komposisi terpusat dan stabil yang terdiri dari sejumlah ruang sekunder, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 43
dikelompokkan mengelilingi sebuah ruang pusat yang luas dan dominan.
Gambar II.8 Ilustrasi 1 Organisasi ruang terpusat (Sumber : Ching, 1996, hal 190)
Ruang pemersatu terpusat, dari suatu organisasi pada umumnya berbentuk teratur dan ukurannya cukup besar untuk menggabungkan sejumlah ruang sekunder di sekelilingya.
Gambar II.9 Ilustrasi 2 Organisasi ruang terpusat (Sumber : Ching, 1996, hal 190)
Ruang-ruang sekunder dari suatu organisasi mungkin setara satu sama lain dalam fungsi, bentuk dan ukuran, serta menciptakan suatu konfigurasi keseluruhan yang secara geometri teratur dan simetris terhadap dua sumbu atau lebih.
Gambar II.10 Ilustrasi 3 Organisasi ruang terpusat (Sumber : Ching, 1996, hal 190)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 44
Ruang-ruang sekunder mungkin berbeda satu sama lain dalam hal bentuk atau ukurannya sebagai tanggapan terhadap kebutuhankebutuhan individu akan fungsi, menunjukkan kepentingan relatif, atau lingkungan suasana sekitarnya. Perbedaan antara ruang-ruang sekunder juga memungkinkan bentuk dari organisasi terpusat untuk menanggapi kondisi lingkungan tapaknya.
Gambar II.11 Ilustrasi 4 Organisasi ruang terpusat (Sumber : Ching, 1996, hal 190)
Apabila bentuk organisasi terpusat bersifat tidak berarah, kondisikondisi pencapaian dan jalan masuk harus dikhususkan menurut tapak dan ketegasan salah satu ruang sekunder sebagai gerbang masuk.
Gambar II.12 Ilustrasi 5 Organisasi ruang terpusat (Sumber : Ching, 1996, hal 190)
Pola sirkulasi dan pergerakan dalam suatu organisasi terpusat mungkin berbentuk radial, lup atau Spiral. Walaupun hampir dalam setiap kasus pola tersebut akan berakhir di dalam atau di sekeliling ruang pusat.
Gambar II.13 Ilustrasi 6 Organisasi ruang terpusat (Sumber : Ching, 1996, hal 190)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 45
Organisasi-organisasi terpusat yang bentuk-bentuknya relatif padat
dan
secara
geometric
teratur
dapat
digunakan untuk
menetapkan titik-titik atau “tempat-tempat” di dalam ruangan, menghentikan kondisi-kondisi aksial, dan berfungsi sebagai suatu obyek di dalam daerah atau volume ruang yang tetap.
Gambar II.14 Ilustrasi 7 Organisasi ruang terpusat (Sumber : Ching, 1996, hal 190)
b. Linier
Gambar II.15 Organisasi ruang Linier (Sumber : Ching, 1996, hal 189)
Suatu urutan linier dari ruang-ruang yang berulang. Organisasi linier pada dasarnya terdiri dari sederetan ruang. Ruang-ruang ini dapat berhubungan secara langsung satu dengan yang lain atau dihubungkan melalui ruang linier yang berbeda dan terpisah. Organisasi linier biasanya terdiri dari ruang-ruang yang berulang serupa dalam hal ukuran, bentuk dan fungsi. Organisasi ini juga dapat terdiri
dari
ruang
linier
tunggal
yang
menurut
panjangnya
mengorganisir sederetan ruang-ruang sepanjang bentangnya yang berbeda ukuran, bentuk atau fungsi. Dalam kedua kasus di atas, tiaptiap ruang di sepanjang rangkaian tersebut memiliki hubungan dengan ruang luar.
Gambar II.16 Ilustrasi 1Organisasi commit to user ruang Linier (Sumber : Ching, 1996, hal 190)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 46
Ruang-ruang yang secara fungsional atau simbolis penting keberadaannya terhadap organisasi dapat terjadi di manapun sepanjang rangkaian linier dan kepentingannya ditegaskan oleh ukuran maupun bentuknya. Kepentingan juga dapat ditekankan menurut lokasinya: (1) pada ujung rangkaian linier, (2) keluar dari organisasi linier, (3) pada titik-titik belok bentuk linier yang terpotong-potong
Gambar II.17 Ilustrasi 2 Organisasi ruang Linier (Sumber : Ching, 1996, hal 190)
Bentuk organisasi linier bersifat fleksibel dan dapat menanggapi terhadap bermacam-macam kondisi tapak. Bentuk ini dapat disesuaikan dengan adanya perubahan-perubahan topografi, mengitari suatu badan air atau sebatang pohon, atau mengarahkan ruang-ruangnya untuk memperoleh sinar matahari dan pemandangan. Bentuknya dapat lurus, bersegmen,
atau melengkung. Konfigurasinya dapat
berbentuk
horisontal sepanjang tapaknya, diagonal menaiki suatu kemiringan atau berdiri tegak seperti sebuah menara.
Gambar II.18 Ilustrasi 4 Organisasi ruang Linier (Sumber : Ching, 1996, hal 190)
Bentuk organisasi linier dapat berhubungan dengan bentu-bentuk lain di dalam lingkupnya dengan: (1) menghubungkan dan mengorganisir bentuk-bentuk di sepanjang bentangnya, (2) berfungsi sebagai dinding atau penahan untuk memisahkan ruang menjadi daerah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 47
yang berbeda. (3) mengelilingi dan melingkupi bentuk-bentuk ke dalam sebuah daerah ruang.
Gambar II.19 Ilustrasi 5 Organisasi ruang Linier (Sumber : Ching, 1996, hal 190)
Bentuk-bentuk lengkung danbersegmen pada organisasi-organisasi linier melingkupi daerah ruang eksterior pada sisii cekungnya dan mengarahkan ruang-ruangnya menghadap ke, pusat daerah. Pada sisi cembungnya, bentuk-bentuk ini tampak menghadang dan memisahkan ruang di hadapannya terhadap lingkungannya. c. Radial
Gambar II.20 Organisasi ruang Radial (Sumber : Ching, 1996, hal 190)
Sebuah ruang pusat yang menjadi acuan organisai ruang yang linier berkembang menurut bentuk jari-jari. Organisasi ruang radial memadukan unsur-unsur baik organisasi terpusat maupun linier. Organisasi ini terdiri dari ruang pusat yang dominan di mana sejumlah organisasi linier berkembang menurut arah jari-jarinya. Apabila suatu organisasi terpusat adalah sebuah bentuk yang introvert yang memusatkan pandangannya ke dalam ruang pusatnya, maka sebuah organisasi radial adalah sebuah bentuk yang ekstrovert yang mengembang keluar lingkupya. Dengan lengan-lengan liniernya, bentuk ini dapat meluas dam menggabungkan dirinya pads unsur-unsur atau benda-benda tertentu pada tapaknya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 48
Gambar II.21 Ilustrasi 1 Organisasi ruang Radial (Sumber : Ching, 1996, hal 190)
Seperti pada organisasi-organisasi terpusat, ruang pusat pada suatu organisasi radial pada umumnya bebentuk teratur. Lengan-lengan linier di mana ruang pusat menjadi porosnya, mungkin mirip satu sama lain dalam hal bentuk dan paniang dan mempertahankan keteraturan bentuk organisasi secara keseluruhan. d. Cluster
Gambar II.22 Organisasi ruang Cluster (Sumber : Ching, 1996, hal 190)
Ruang-ruang dikelompokan berdasarkan adanya hubungan atau bersama-sama memanfaatkan ciri atau hubungan visual. Untuk memperkuat dan menyatukan bagian-bagian Organisaai dalam bentuk kelompok atau cluster mempertimbangkan pendekatan fisik untuk menghubungkan suatu ruang terhadap ruang lainnya. sering kali organisasi ini terdiri dari ruang-ruang selular yang berulang yang memiliki fungsi-fungsi sejenis dan memiliki sifat visual yang umum seperti wujud dan orientasi. sebuah organisasi kelompok juga dapat menerima di dalam komposisinya, ruang-ruang yang berlainan ukuran, bentuk dan fungsinya, tetapi berhubungan satu dengan yang lain berdasarkan penempatan atau alat penata visual seperti kesimetrisan atau sebuah sumbu. Karena polanya tidak berasal dari konsep geometri commit to user yang kaku, bentuk suatu organisasi kelompok bersifat fleksibel dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 49
dapat menerima pertumbuhan dan perubahan langsungr tanpa mempengaruhi karakternya,
Gambar II.23 Ilustrasi 2 Organisasi ruang Cluster (Sumber : Ching, 1996, hal 190)
Ruang-ruang kelompok atau cluster dapat diorganisir terhadap suatu titik tempat masuk ke dalam bangunan atau sepanjang alur gerak yang rnelaluinya. Ruang-ruang dapat jugadikelompokkan berdasarkan luas daerah atau volume ruang tertentu. Pola ini serupa dengan organisasi terpusat, tetapi kurang dalarn hal kepadatan dan keteraturan geometri akhirnya. Ruang-ruang suatu organisasi kelompok dapat juga dimasukkan dalam suatu daerah atau volume ruang yang telah dibentuk.
GambarII.24 Ilustrasi 3 Organisasi ruang Cluster (Sumber : Ching, 1996, hal 190)
Karena tidak adanya tempat utama di dalam pola organisasi berbentuk kelompok, maka tingkat kepentingan sebuah ruang harus ditegaskan lagi melalui ukuran, bentuk atau orientasi di dalarn polanya. Kondisi simetris, atau aksial dapat dipergunakan untuk memperkuat atau menyatukan bagian-bagian suatu oerganisasi kelompok dan membantu menegaskan pentingnya suatu ruang sekelompok ruang atau dalam organisasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 50
Gambar II.25 Ilustrasi 4 Organisasi ruangCluster (Sumber : Ching, 1996, hal 190)
e. Grid
Gambar II.26 Organisasi ruang Grid (Sumber : Ching, 1996, hal 190)
Ruang-ruang diorganisir dalam kawasan grid struktural atau grid tiga dimensi lain. Organisasi grid terdiri dari bentuk-bentuk dan ruang-ruang dimana posisinya dalam ruangan dan hubungan antar ruang diatur oleh pola atau bidang grid tiga dimensi
Gambar II.27 Ilustrasi 1 Organisasi ruang Grid (Sumber : Ching, 1996, hal 190)
Sebuah grid diciptakan oleh dua pasang garis sejajar yang tegak lurus
yang
membentuk
sebuah
pola
titik-titik
teratur
pada
pertemuannya. Apabila diproyeksikan dalam dimensi-ketiga, maka pola grid berubah menjadi satu set ruang unit modular berulang Kekuatan
yang mengorganisir
suatu
grid
dihasilkan
dari
keteraturan dan kontinuitas pola-polanya yang meliputi unsur-unsur yang diorganisir.pola-pola ini membuat menjadi satu set atau daerah titik-titik dan garis-garis referensi commit to useryang stabil dalam ruang dimana
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 51
ruang-ruang organisasi grid daerah yang walaupun berbeda dalam hal ukuran, bentuk, atau fungsi, dapat membagi hubungan bersama.
Gambar II.28 Ilustrasi 3 Organisasi ruang Grid (Sumber : Ching, 1996, hal 190)
Suatu grid di dalam arsitektur paling sering dibangun oleh sistem struktur rangka dari kolom dan balok. Dalam daerah grid ini, ruangruang dapat terbentuk sebagai beberapa daerah-daerah terisolir atau sebagai pengulangan modul grid. Tanpa melihat penempatannya dalam suatu daerah, ruang-ruang ini, jika dipandang sebagai bentuk-bentuk positif, akan menciptakan set kedua berupa ruang-ruang negatif. Untuk
memenuhi
persyaratan-persyaratan
khusus
mengenai
dimensi ruang-ruangnya atau untuk menegaskan daerah ruang untuk sirkulasi atau pelayanan, suatu grid dapat dibuat tidak teratur dalam satu atau dua arah. perubahan dimensi ini akan menimbulkan suatu hirarki rnodul-modul yang dibedakan oleh ukuran, proporsi dan lokasinya.
12. Pola sirkulasi Sirkulasi menurut Francis.D.K. Ching dalam bukunya “Bentuk Ruang dan Susunannya”, adalah : a. Linear
Gambar II.29 Sirkulasi Linier (Sumber : Ching, 1996, hal 221)
Semua jalan adalah linier, jalan-jalan yang lurus dapat menjadi commit to user unsur pengorganisir yang utama untuk satu deretan ruang. Sebagai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 52
tambahan, jalan dapat melengkung atau terdiri atas segmen-segmen, memotong jalan lain, bercabang-cabang, membentuk kisaran. b. Radial
Gambar II.30 Sirkulasi Radial (Sumber : Ching, 1996, hal 221)
Bentuk Radial memiliki jalan yang berkembang dari atau berhenti sebuah pusat, titik bersama. c. Spiral
Gambar II.31 Sirkulasi Spiral (Sumber : Ching, 1996, hal 221)
Sebuah bentuk Spiral adalah sesuatu jalan yang menerus yang berasal dari titik pusat, berputar mengelilinginya dengan jarak yang berubah. d. Grid
Gambar II.32 Sirkulasi Linier (Sumber : Ching, 1996, hal 221)
Bentuk Grid terdiri dari dua set jalan-jalan sejajar yang saling berpotongan pada jarak yang sama dan menciptakan bujur sangkar atau kawasan-kawasan ruang segi empat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 53
f. Network
Gambar II.33 Sirkulasi Network (Sumber : Ching, 1996, hal 221)
Satu
bentuk
jaringan
terdiri
dari
beberapa
jalan
yang
menggabungkan titik-titik tertentu didalam ruang. g. Komposit Untuk menghindarkan orientasi yang membingungkan, suatu susunan herarkis diantara jalur-jalur jalan bisa dicapai dengan membedakan skala, bentuk dan panjangnya. 13. Furniture Furniture adalah benda dalam bangunan atau ruang yang berfungsi membantu manusia beraktifitas. Juga berperan menghadirkan nilai estetis dalam hunian. Bentuk, warna, detail rancangan furniture kini menjadi faktor penting yang membuat hunian lebih enak dilihat. (Imelda Akmal, seri rumah Ide edisi 03 hal 4) Furniture akan memenuhi fungsinya apabila memenuhi faktor-faktor. 14. Ergonomi dan Antropometrik Human engineering atau sering pula disebut sebagai ergonomi didefinisikan sebagai perancang man-machine interface sehingga pekerja dan mesin atau produk lainnya bisa berfungsi lebih efektif dan efisien sebagai sistem manusia-mesin yang terpadu. Disiplin ini akan mencoba membawa ke arah proses perancangan mesin yang tidak saja memiliki kemampuan produksi
yang lebih canggih lagi, melainkan juga
memperhatikan aspek-aspek yang berkaitan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia yang mengoperasikan mesin tersebut. (materi kuliah ergonomi semester 3). Maksud dan tujuan dari ergonomi adalah mendapatkan suatu pengetahuan yang utuh tentang permasalahancommit todengan user permasalahan interaksi manusia produk-produknya, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 54
dimungkinkan adanya suatu rancangan sistem manusia-mesin yang optimal. Dengan demikian disiplin ergonomi melihat permasalahan interaksi tersebut sebagai suatu sistem dengan pemecahan-pemecahan masalahnya melalui proses pendekatan sistem pula. (materi kuliah ergonomi semester 3). Antropometrik adalah ilmu yang secara khusus mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia guna merumuskan perbedaan-perbedaan ukuran pada tiap individu ataupun kelompok dan lain sebagainya.Pelopor bidang ini adalah seorang ahli matematika berkebangsaan Belgia bernama Quetlet, yang pada tahun 1870 memperkenalkan karyanya yang berjudul Anthropometrie. Beliau tidak hanya disebut sebagai penemu atau pencetus ilmu tersebut, namun juga merupakan orang yang pertama
kali
memperkenalkan istilah „
antropometri‟. Sebenarnya, permulaan pemanfaatan atropometri secara fisik dapat ditelusuri hingga pada akhird ke-18 serta digunakannya antropometri
untuk
perbandingan
antar
ras
yang
pertama
kali
dikembangkan oleh Linne, Buffon, dan White. (materi kuliah ergonomi semester 3) 15. Estetika Estetika adalah ilmu pengetahuan pengamatan (EB Feldman,1967) dari kata Aisthetikos atau Aisthanomai yang berarti mengamati, dengan indra dan juga kata
Aesthesisi yang berarti pengamatan perception.
Estetika melihat sesuatu mencakup tentang keindahan, kemampuan, perasaan, dan cita rasa. a. Aspek dasar yang dilihat memiliki keindahan adalah : 1) Harmoni atau keselarasan Suatu bentuk bisa dinilai harmonis bila telah menampilkan kesatuan ide. Dengan demikian setiap unsur mendapatkan tingkat dan nilai dalam rangka komposisi keseluruhan. Semakin bebeda dan kontras unsur-unsur dalam suatu bentuk keseluruhan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 55
2) Proporsi Proporsi dan skala mengacu pada hbungan antara bagian dari suatu desain dan hubungan antara bagian dengan keseluruhan. Hubungan benda-benda dari berbagai ukuran dengan ruangan menentukan skala. Ukuran dan bentuk ruangan menentukan jumlah dan ukuran perabotan di dalamnya. 3) Keseimbangan atau balance Menyangkut keteraturan dan menimbulkan ketenangan. Bobot visual perabotan dan benda-benda di dalam ruang ditentukan oleh ukuran, bentuk, warna, dan tekstur yang harus dipertimbngkan dalam menentukan keseimbangan. 4) Irama Suatu keteraturan dengan sendirinya sudah merupakan sesuatu yang monoton dan statis. Dengan memasukkan unsur irama ke dalamnya, barulah suatu rencana kelihatan hidup. Irama dapat dicapai dengan garis yang tidak terputus, gradasi, radiasi, pergantian (irama yang dicapai dengan pergantian yang berulang-lang).(materi kuliah Estetika semester 1) 16. Material bahan Material bahan yang digunakan dapat berasal dari semua unsur alam maupun buatan pabrik. Penggabungan antara material satu dengan lainnya tetap harus berdasar pada unsur-unsur estetika meliputi harmoni, proporsi, keseimbangan serta irama dari masing-masing bahan. 17. Struktur Pengerjaan furniture menggunakan sistem Struktur yang sesuai dengan karakter tiap-tiap material. Janganlah memaksakan struktur material bahan yang memang seharusnya tidak menggunakan teknik tersebut. Karena akan mengurangi nilai estetika dari furniture tersebut, selain itu konstruksinya pun bisa menjadi tidak sempurna, dalam jangka waktu tertentu pasti tidak akan bisatoberfungsi maksimal lagi. commit user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 56
18. Warna Warna sangat berpengaruh dalam perancangan sebuah desain. warna sendiri memiliki pengertian corak, intensitas dan nada pada permukaan suatu bentuk, warna merupakan atribut yang paling mencolok yang membedakan suatu bentuk terhadap lingkungannya. Warna juga mempengaruhi bobot visual suatu bentuk yang mampu memberikan pendekatan kontras. Warna mempunyai peranan yang sangat besar dalam tata ruang, terutama dalam pembentukan suasana keseluruhan dari ruang. 1. Berikut beberapa pengaruh yang ditimbulkan oleh sifat warna : a.
Warna yang hangat dan terang, dari atas kelihatan merangsang kejiwaan, dari samping menghangatkan, mendekatkan, dari bawah meringankan.
b.
Warna yang hangat dan gelap dari atas tampak menyendiri, anggun, dari samping melingkari, dari bawah sentuhan dan injakan yang nyaman.
c.
Warna yang dingin dan terang, dari atas mengendorkan syaraf, dari samping menggiring, dari bawah licin, merangsang untuk berjalan.
d.
Warna yang dingin dan gelap, dari atas berbahaya, dari samping dingin dan sedih, dari bawah membebani, menarik ke bawah. (Ernst Neufert, 1955:33) Warna adalah suatu hal yang sangat vital, hubungan ini dikarenakan warna membawa misi untuk masing-masing benda yang selalu ada warna yang menyertai keberadaannya. Warna dapat membawa pesan psikologi seseorang, entah perasaan takut, ragu-ragu, berani, tenang dan sebagainya. Warna juga sering difungsikan sebagai alat untuk merekayasa suatu sehingga tampak luas atau sempit. Warna juga dipengaruhi oleh cahaya, baik cahaya alami ataupun cahaya buatan. Warna mempengaruhi bentuk, ukuran, berat dan suhu serta ekspresi karena membawa gagasan tentang symbol. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 57
2. Adapun Pengertian Warna yaitu 1) Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna (berwarna putih). Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang cahaya tersebut. Sebagai contoh warna biru memiliki panjang gelombang 460 nanometer. 2) Warna bisa pula berarti interpretasi otak terhadap campuran tiga warna primer cahaya: merah, hijau, biru yang digabungkan dalam komposisi tertentu. Misalnya pencampuran 100% merah, 0% hijau, dan 100% biru akan menghasilkan interpretasi warna magenta. Ada empat warna utama yang bereaksi cepat terhadap pikiran, emosi, tubuh, dan keseimbangan dari ketiganya yaitu warna merah, biru, kuning, dan hijau. Disamping empat warna tersebut, ternyata beberapa warna pendukungnya pun cukup berpengaruh. Tiap warna memancarkan frekuensi gelombang yang berbeda-beda, berinteraksi dengan kepribadian kita, dan menimbulkan reaksi tertentu terhadap diri kita. Dalam dunia psikologi dikenal istilah asosiasi warna ( colour association), yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara sebuah warna dengan emosi tertentu yang ditimbulkannya. ( Serial Rumah Spesial Kombinasi Warna, 2005. Hal. 32 ) a. Merah Kesan yang ditimbulkan dari warna merah dapat membangkitkan energi, hangat, komunikatif, aktif, optimis, antusias dan bersemangat, memberi kesan sensual dn mewah, meningkatkan aliran darah di dalam tubuh, dan berkaitan dengan ambisi. Terlalu banyak warna merah dapat merangsang kemarahan dan agresivitas. Gradasi yang lebih muda adalah warna merah jambu ( pink ) merupakan warna yang hangat dan emosional namum juga lembut dan menyenangkan, melambangkan kasih saying dan perasaan cinta namun juga dapat berarti kekanakkanakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 58
b. Oranye Mempunyai karakter yang mirip dengan warna warna merah tetapi lebih feminine dan bersahabat. Warna yang melambangkan sosialisasi, penuh harapan dan percaya diri, membangkitkan
semangat,
vitalitas
dan
kreativitas.
Dapat
menimbulkan perasaan positif, senang, gembira dan optimis, penuhenergi, bisa mengurangi perasaan depresi atau tertekan. Bila berlebihan justru akan merangsang perilaku hiperaktif. c. Kuning Adalah warna matahari, cerah, membangkitkan energy dan mood, warna yang penuh semangat dan vitalitas, komunikatif dan mendorong ekspresi diri, memberi inspirasi, memudahkan berpikir secara logis dan merangsang kemampuan intelektual ( cocok sebagai warna atau aksen di ruang belajar ). Penggunaan yang kurang tepat akan menimbulakan kesan menakutkan. d. Hijau Selalu
dikaitkan
dengan
warna
alam
yang
menyegarkan, membangkitkan energi dan mampu memberikan efek menenangkan, menyejukkan, menyeimbangkan emosi. Warna ini elegan, menyembuhkan, mendorong perasaan empati terhadap orang lain. Nuansa hijau dapat meredakan strees, memberi rasa aman dan perlindungan, namun sayangnya hijau juga dapat menimbulkan perasaan terperangkap e. Biru Biru tidak lepas dari element air dan udara, berasosiasi dengan alam, melambangkan keharmonisan, member kesan lapang. Pemakaian warna biru dapat menimbulkan perasaan tenang, dan commit to user dingin, melahirkan perasaan sejuk, tentram, hening dan damai,
perpustakaan.uns.ac.id
member
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 59 kenyamanan
dan
perlindungan.
Warna
ini
juga
diasosiasikan dengan kesan etnic, antic, country-style. Warna biru yang kuat dapat merangsang kemampuan intuitif dan memudahkan meditasi.
Tapi
berhati-hatilah,
karena
terlalu
biru
bisa
menimbulkan kelesuan. f. Ungu Warna ungu merupakan warna dekat dengan suasan spiritual yang magis, mistis, dan mampu menarik perhatian, oleh karena itu ungu banyak digunakan oleh kaum bangsawan. Warna ini juga berkesan sensual, feminine, antic, yang juga anggun, dan hangat. Ungu yang gelap dapat memancarkan kekuatan, bisa menambah kekuatan intuisi, fantasi dan imajinasi, kreatif, sensitive, memberi inspirasi, dan obsesif. g. Cokelat Merupakan warna netral yang natural, hangat, membumi dan stabil, menghadirkan kenyamanan, memberikesan anggun dan elegan. Dapat memberi keyakinan dan rasa man, cokelat merupakan warna yang akrab, dan menenangkan, bisa mendorong komitmen, namun juga bisa menjadi berat dan kaku bila terlalu banyak. h. Putih Putih melambangkan kemurnian dan kepolosan, memberikan
perlindungan,
ketentraman,
kenyamanan
dan
memudahkan frefleksi. Namun terlalu banyak warna putih dapat menimbulkan perasaan dingin, steril, kaku, dan terisolir. i. Hitam Hitam merupakan warna kuat percaya diri, penuh perlindungan, maskulin, elegan, megah, dramatis, dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 60
misterius. Tapi hitam juga merupakan warna lambang duka dan dapat menimbulkan perasaan tertekan. j. Abu-abu Merupakan warna yang bijaksana, dewasa, tidak egois, tenang, dan seimbang. Selain itu warna abu-abu juga mengandung arti lamban, kuno, lemah, kehabisan energi, dan kotor. Karena warnanya tergolong netral atau seimbang, warna ini banyak dipakai untuk warna alat-alat elektronik, kendaraan, alat-alat dapur dan tentu saja rumah. Menurut Serial Rumah Spesial Kombinasi Warna, warna dapat diklasifikasikan kedalam beberapa karakter warna yang antara lain : a. Karakter tenang ( calm ), yaitu terdiri dari warna – warna lembut yang elegan dan mejadikan ruangan terkesan luas, sejuk, dan moderen. Terdiri dari : ( Serial Rumah Spesial Kombinasi Warna, 2005. Hal. 32 ) Biru muda, menyejukkan dan menenangkan. Biru pucat, memberi kesan ringan, luas, terbuka, tenang, tentram Biru laut, membangkitkan imajinasi, meningkatkan sensitivitas, menimbulkan perasaan tenang dan damai. Ungu atau lila, menentramkan, menciptakan suasana tenang dan mediatif. Hijau daun, memudahkan relaksasi, menyeimbangkan emosi, dan memberikan rasa nyaman. Hijau muda, merupakan warna yang penuh ketenangan, menghadirkan keseimbangan dan menciptakan rasa penuh keyakinan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 61 Hijau pupus, menciptakan suasana dingin, tenang, dan elegan.
b. Karakter hangat ( warm ), terdiri dari warna – warna natural yang hangat yang mampu menghadirkan suasana hidup, hangat, nyaman, dan mengunsang, member sentuhan dramatis atau kesan etnik kontemporer. Antara lain : Merah. Diasosiasikan dengan cinta, kehidupan, kekuatan, bersifat panas dan menyala. Cokelat. Menciptakakn perasaan aman, nyaman, dan harmonis, menimbulkan suasana akrab. Kuning. Mengundang, dan dapat membawa kehangatan dalam ruang. Terakota. Hangat, akrab, dan memberi sentuhan etnik yang kuat. Orange.
Menciptakan
kehangatan,
menugndang,
membangkitkan energy dan keceriaan, menimbulkan rasa aman, mendorong kreativitas dan meningkatkan selera makan Emas metalik. Menimbulkan kesan glamor dan mewah. ( Serial Rumah Spesial Kombinasi Warna, 2005. Hal. 10 – 40 ) c. Karakter warna segar ( fresh ), terdiri dari warna – warna segar, berjiwa muda dan banyak mengambil inspirasi dari alam, antara lain : ( Serial Rumah Spesial Kombinasi Warna, 2005. Hal. 51 ) Putih kebiru – biruan, menciptakan kesan segar dan bersih. Kuning muda atau pastel, menimbulkan keceriaan dan berkesan lembut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 62 Kuning lemon atau citrus, menimbulkan keceriaan, semangat
untuk
bersosialisasi,
mengaktifkan
emosi,
membangkitkan energi. Hijau daun, diasosiasikan dengan pertumbuhan. Hijau apel, menghadirkan kesegaran dan semagat. Biru laut, menimbulkan kesegaran dan perasaan santai Merah cerah, melambangkan semangat, vitalitas, dan keberanian. Pink muda atau pastel, menenangkan, memanjakan, meremajakan, terkait dengan kelembutan dan kesegaran. Setiap warna memberi kesan tersendiri. Perasaan hangat ditimbulkan oleh warna-warna matahari, diantaranya warna kuning, merah, kuning kemerahan, dan warna serumpun lainnya. Kesan dingin diperoleh dari warna-warna musim dingin, yaitu biru, biru kehijauan, putih dan hitam. Warna-warna muda musim semi seperti kuning muda, hijau daun muda, merah jambu, dan coklat cerah memberi kesan hangat dan berjiwa remaja. Warna musim gugur yang bercampuran abu-abu dan hitam terasa tenang dan hangat. Kesan lain yang ditimbulkan oleh warna, adalah kesan menonjol dan menjauh. Kesan dekat dan jauh dapat dimanfaatkan untuk menimbulkan kesan ruang yang lebih luas atau lebih sempit, menonjolkan atau mendesakkan dinding, langitlangit, atau perabot. 19. Interior Sistem Didalam sebuah karya penciptaan sebuah karya interior maupun arsitek yang baik, ada baiknya selain memperhatikan keindahan juga memperhatikan perancangan bangunan yang serba alami. Pencahayaan commit toalami, user dan akustik alami. Akan tetapi, alami, ventilasi atau penghawaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 63
tuntutan kehidupan modern dan keterbatasan potensi alam telah menuntut manusia beralih kehal-hal yang serba buatan, baik pencahayaan buatan, ventilasi atau penghawaan buatan, dan akustik buatan. Tetapi meski semua buatan, tidaklah keliru jika diterapkan secara benar. Berikut penataan penataan interior menurut Prasasto Satwiko dalam bukunya Fisika Bangunan, adalah sebagai berikut: a. Sistem Penghawaan (Thermal System) Merupakan pengaturan sirkulasi udara dalam ruang, berupa penghawaan alamiah melalui bukaan / ventilasi maupun penghawaan buatan yaitu dengan sistem AC atau penghawaan lainnya yaitu exhauser fan. Tujuan dari direncanakan penghawaan ini adalah terwujudnya kenyamanan user dengan standart kenyamanan ruang, yaitu : 1) Temperatur Udara
: 18o – 26o Celcius
2) Pergerakan Udara
: 0,1 – 0,15 m/s
3) Kelembaban Relatif
: 50% - 55%
4) Kebutuhan Udara Bersih
: 0,85 m3 / s / orang
Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif seseorang terhadap lingkungannya. Oleh karena itu kenyamanan tidak dapat diwakili oleh satu angka tunggal. Beberapa faktor lain yang sering dikaitkan dengan kenyamanan tertentu, yaitu a.
Ras, sebenarnya tidak ditemukan bukti bahwa ras mempengaruhi penilaian kenyamanan. Manusia mempunyai kemampuan adaptasi terhadap iklim (aklimatisasi) dengan baik. Normalnya orang dapat menyesuaikan diri dalam 2 minggu.
b.
Jenis kelamin, perempuan pada umumnya menyukai lingkungan yang 1o C lebih hangat daripada laki-laki.
c.
Usia, orang berusia lanjut lebih suka di lingkungan yang lebih hangat dan tidak berangin. Hal ini disebabkan metabolisme pada commit to user orang usia lanjut cenderung menurun.Dari beberapa hal diatas,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 64
maka dapat dibedakan jenis penghawaan, yaitu 1. Penghawaan Alami ( Natural Thermal ) 1) Penghawaan Alami (natural thermal) Penghawaan
Alami
(natural
thermal)
adalah
sistem
penghawaan yang menggunakan udara alam sebagai sumber penghawaan. Sifat dari penghawaan alami adalah permanen, karena udara yang dihasilkan oleh alam tidak akan habis. Sehingga penggunaannya bisa kapan saja kita menginginkan tanpa ada batasnya. Untuk penghawaan alami ini biasanya melalui bukaanbukaan dan ventilasi udara yang lain. Contohnya seperti jendela, pintu, ventilasi udara serta bukaan-bukaan yang lain yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan penghawaan yang diperoleh dari alam. Untuk merancang sistem penghawaan alami diperlukan beberapa syarat awal, yaitu : a. Tersedianya udara luar yang sehat (bebas dari bau, debu dan polutan lain yang menggangu) b. Suhu udara luar tidak terlalu tinggi (maksimal 28o C) c. Tidak banyak bangunan disekitar yang akan menghalangi aliran udara horizontal (sehingga angin menembus lancar) d. Lingkungan tidak bising. 2) Penghawaan Buatan (Artificial Thermal) Penghawaan Buatan (artificial thermal) adalah sistem penghawaan
yang menggunakan
udara
buatan.
sifat
dari
penghawaan buatan ini hanya sementara saja, tidak dapat digunakan untuk selamanya. Artinya tergantung pada adanya sumber listrik atau energi listrik yang ada, apabila energi listrik yang digunakan itu habis atau padam maka udara buatan tersebut tidak dapat dipergunakan. Hanya
saja untuk penggunaan
penghawaan buatan ini dapat diatur atau disesuaikan sesuai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 65
kebutuhan kita. Alat yang digunakan untuk memperoleh udara buatan itu adalah AC (air conditional) dan Kipas Angin (fan). Dari kedua alat tersebut pasti ada masa aus atau masa dimana benda tersebut mengalami kerusakan jika sering pakai dan terusmenerus dipergunakan. Sebagai contohnya AC (air conditional) apabila sering digunakan maka komponen yang ada dalam AC tersebut juga akan mengalami kerusakan. Karena bagaimanapun juga semua benda ciptaan manusia itu tidak ada yang sempurna dan kekal, pasti suatu saat akan mengalami kerusakan. Penghawaan buatan dengan AC, jika dirancang dengan benar mempunyai banyak keuntungan. Ini terutama bila udara alami disekitar bangunan berkualitas buruk. Beberapa keuntungan pemakaian AC adalah sebagai berikut : a. Suhu udara lebih mudah disejukkan dan diatur. b. Kecepatan dan arah angin mudah diatur c. Kelembaban mudah diatur d. Kebersihan udara dapat dijaga e. Karena ruang AC tertutup, maka diperoleh keuntungan sampingan yaitu kenyamanan akustik dan ketenangan f. Serangga terbang dapat dicegah masuk ke dalam ruangan g. AC keluaran baru dilengkapi dengan pembangkit ion negatif (ionizier) yang dapat membunuh bakteri, jamur dan mengikat biang bau serta memberi efek segar pada udara ruang. Ada banyak tipe mesin AC, namun secara garis besar dapat dibagi sebagai berikut : 1) AC Unit (Unit AC) Tipe AC unit ini dibagi menjadi 2 jenis paket, yaitu : a. Tipe Paket Tunggal commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 66 Tipe Paket Tunggal dikenal sebagai tipe jendela (windows type). Pada tipe ini seluruh bagian AC ada dalam satu wadah. AC tipe ini dipasang dengan cara meletakkan mesin langsung menembus dinding.
GambarII.34 Unit Indoor AC Split yang dipasang di dinding (Sumber : Prasasto Satwiko, 2004: 6)
b. Tipe paket pisah Tipe paket pisah dikenal sebagai tipe split (split type). Sesuai namanya, AC ini mempunyai dua bagian terpisah yaitu unit dalam ruang (indoor unit) dan unit luar (outdoor unit). Unit luar ruang berisi kipas, kompresor dan kondensor untuk membuang panas, sedangkan unit dalam ruang berisi evaporator dan kipas untuk mengambil panas dari udara dalam ruangan. Tipe terpisah ini dapat berupa tipe split tunggal (single split type, satu unit luar ruang melayani satu unit dalam ruang) dan dapat berupa tipe split ganda (multi split type, satu unit luar ruang melayani beberapa unit dalam ruang). Selain itu, berdasarkan pemasangannya tipe terpisah ini masih dibagi lagi menjadi : 1) Tipe langit-langit/dinding (ceiling/wall type); indoor unit dipasang di dinding bagian atas. 2) Tipe lantai (floor type); indoor unit diletakkan dilantai, berbentuk seperti almari. 3) Tipe kaset (cassete type); indoor unit dipasang dilangitcommit to user langit, menghadap ke bawah.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 67
2) AC Terpusat (Central AC) AC tipe besar yang dikendalikan secara terpusat untuk melayani satu gedung besar, baik yang berpembagian ruang sederhana seperti toko grosir besar, maupun berpembagian ruang
rumit
seperti
bangunan
tinggi
perhotelan
dan
perkantoran. AC central melibatkan sistem jaringan distribusi udara (ducting) untuk mengatur udara sejuk ke dalam ruang dan mengambil kembali untuk diolah kembali. Lubang tempat udara dari sistem AC yang masuk dalam ruangan disebut difuser, sedangkan lubang tempat udara kembali dari dalam ruangan ke jaringan disebut grill. Keuntungan dari AC terpusat yaitu mempunyai tingkat kenyamanan yang lebih baik, karena tersedianya ruangan khusus untuk menempatkan mesin b. Sistem Pencahayan (Lighting System) Pencahayaan adalah suatu penerangan yang digunakan untuk menerangi bangunan maupun ruangan. Pencahayaan merupakan faktor yang pokok dalam perencanaan suatu bangunan, karena apabila sistem dari pencahayaan itu kurang
baik maka dapat membuat suasana
bangunan / ruangan menjadi gelap, remang-remang dan terang benerang. Oleh karena itu untuk perencanaan sistem pencahayaan ini harus disesuaikan dengan jenis bangunan / ruangan yang akan dibuat. Sebagai contoh adalah sistem pencahayaan di mall dan di cafe, di mall sistem pencahayaannya harus terang dan dapat menerangai secara maksimal bangunan / ruangan tersebut. Karena akan mempengaruhi barang yang diperdagangkan di mall tersebut. Sedangkan untuk di cafe mereka tidak membutuhkan suatu pencahayaan yang terang, karena untuk suasana di cafe biasanya membutuhkan penerangan yang agak remang-remang dan juga tidak terlalu gelap. Sehingga dari kedua contoh bangunan tersebut dapat disimpulkan bahwa penerangan pada setiap bangunan/ruangan itu tergantung atau sesuai kebutuhan dan jenis dari bangunan itu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 68
1) Sistem pencahayaan dibagi lagi menjadi 2, yaitu : a. Pencahayaan alami ( Natural Lighting ) Pencahayaan alami (natural lighting) adalah suatu sistem pencahayaan yang menggunakan sumber cahaya alam yaitu sinar matahari. Sifat dari sistem ini hanya sementara, artinya hanya pada waktu matahari terbit hingga tenggelam, jadi tidak dapat dimanfaatkan sepanjang hari. Fungsi dari adanya sistem pencahayaan alami adalah: 1. Sumber cahaya diwaktu pagi hingga petang hari 2. Menciptakan adanya cahaya pantul sebagai unsur estetik 3. Memberikan cahaya yang sangat terang diwaktu pagi hingga sore hari Dari fungsi diatas dapat disimpulkan bahwa hanya pada waktu pagi hingga sore hari saja kita dapan memperoleh pencahayaan alami dari sinar matahari. Sehingga apabila malam telah tiba harus menggunakan bantuan lampu atau yang disebut dengan pencahayaan buatan. Menurut jenis pemakaiannya, sistem pencahayaan alami dibagi menjadi 2 yaitu : a. Sistem pencahayaan alami langsung (direct lighting) Sistem pencahayaan ini langsung diterima oleh tanpa ruangan tanpa adanya suatu penghalang. Cahaya ini langsung masuk ke dalam ruangan melalui jendela kaca maupun aksen sirkulasi cahaya yang lain seperti pintu, kaca-kaca hias yang terpasang di dinding sebagai unsur estetis maupun lubang-lubang dinding yang dimaksudkan untuk masuknya cahaya matahari. b. Sistem pencahayaan alami tak langsung (indirect ligthting) Sistem pencahayaan ini tidak langsung diterima oleh suatu ruangan tetapi merupakan cahaya pantul yang didapat dari commit to user sinar matahari. Sehingga sinar matahari yang datang lalu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 69 diterima oleh benda pemantul baru benda tersebut memantulkan cahayanya kedalam ruangan tersebut. Benda yang digunakan untuk memantulkan sinar matahari dapat berupa kaca, cermin, aluminium maupun benda-benda lain yang dapat memantulkan bayangan. Oleh karena itu hasil dari pantulan sinar matahari tadi dapat diolah maupun dibuat sebagai unsur estetis ruangan dengan melalui pemantulan tersebut.
b. Pencahayaan Buatan (artificial lighting) Sistem pencahayaan buatan (artificial lighting) adalah sistem pencahayaan yang menggunakan sumber cahaya buatan, seperti lampu, armature dan peralatan yang memendarkan cahaya. Sifat dari cahaya buatan juga sementara, karena hanya dipergunakan pada waktu malam hari saja sebagai sinar tambahan untuk menerangi suatu ruangan / bangunan. Fungsi dari adanya sistem pencahayaan buatan ini adalah : 1) Mendukung pencahayaan dalam ruangan yang tidak terjangkau pencahayaan di siang hari 2) Digunakan bersama dengan natural light untuk mereduksi terang gelap sumber cahaya langit 3) Menciptakan kondisi penerangan dalam ruang menurut aktifitas dan kebutuhan Dari fungsi tersebut dapat kita lihat bahwa cahaya buatan digunakannya sesuai dengan kebutuhan dan aktifitas orang yang berada di ruangan itu serta sebagai unsur penerang dimalam hari. Sumber dari cahaya buatan tadi adalah berupa energi listrik yang diubah menjadi sinar sehingga dapat menimbulkan cahaya. Pada sistem pencahayaan untuk tiaptiap bangunan/ruangan itu berbeda-beda tergantung pada kebutuhan serta aktivitasnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 70 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dari pencahayaan itu adalah kuat penerangan sumber cahaya dan distribusi cahaya refleksi dinding dan plafon. Faktor lain yang mempengaruhi
tingkat
penghitungan
terhadap
kualitas
pencahayaan adalah: a) Aliran Cahaya (F), adalah jumlah cahaya yang dipancarkan sumber cahaya setiap detik. b) Intensitas Cahaya (I), adalah aliran cahaya yang diemisikan setiap sudut ruang (pada arah tertentu) oleh sebuah sumber cahaya. c) Kuat Penerangan (E), adalah aliran cahaya per satuan luas. d) Luminansi (L), adalah intensitas cahaya per cm2 dari sumber cahaya yang terlihat atau pada bidang cahaya yang terkena. Untuk itu ada beberapa pertimbangan dalam perencanaan suatu penerangan pada artificial lighting , antara lain adalah : a) Distribusi cahaya b) Kekuatan penerangan rata-rata (E) yang disarankan berdasarkan jenis macam kegiatan, kondisi langit-langit dan dinding. c) Derajat pemerataan kekuatan penerangan mendatar d) Perbandingan tinggi dan jarak lampu e) Derajat kesilauan perlu diperhatikan, antara lain: 1) Terang sekitar ( lantai, dinding, plafon) tidak perlu kontras dengan bidang kerja, refleksi min 30% 2) Menghindari perletakan sumber cahaya penyebab glare 3) Menghindari sudut pantulan sumber cahaya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 71 f) Kebutuhan titik lampu pada ruang, dimana dapat dicari dengan menggunakan rumus:
N
E. A F .UF .LLF
dimana: E = kuat penerangan (lux) A = luas ruangan (m2 F = arus cahaya tiap lampu (lm) UF = Utilisation Factor/koefisien pemakaian (tabel) Data : 1. refleksi plafon & dinding (%) 2. indeks keruangan 3. sistem iluminasi lampu LLF = Light Loss Factor/faktor kerugian cahaya Kerugian cahaya dipengaruhi 3 faktor : 1. faktor penurunan arus cahaya (depresi) lampu yang disebabkan oleh jenis, kualitas dan perawatan lampu 2. faktor kebersihan lampu (0,85-0,96) dengan kebutuhan dan aktifitas orang yang berada di ruangan itu serta sebagai unsur penerang dimalam hari. Sistem pencahayaan buatan tadi adalah berupa energi listrik yang diubah menjadi sinar sehingga dapat menimbulkan cahaya. Contoh sumber cahaya yang dihasilkan adalah: a. Lampu Pijar (incandescent) Lampu pijar terdiri dari tiga pokok yaitu basis, filamen (benang pijar) dan bola lampu. Besarnya aliran cahaya (fluks cahaya) yang dihasilkan oleh lampu pijar yang sedang menyala
tergantung pada commit to user
suhu
filamennya.
Dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 72 memperbesar input tenaga, suhu filamen meningkat, radiasi bergeser ke arah gelombang cahaya lebih pendek dan lebih banyak cahaya tampak lebih putih. Pengendalian lampu pijar sebagai sumber cahaya umumnya dengan melapisi bola lampu dengan maksud mendifuskan cahaya sehingga diperoleh cahaya.
Jenis lampu ini mempunyai keuntungan dan
kerugian, yaitu : Keuntungan : 1) Ukuran filamen kecil, maka sumber cahaya dapat dianggap sebagai titik sehingga pengaturan cahaya mudah. 2) Perlengkapan sangat sederhana dan dapat ditangani dengan sederhana pula 3) Pemakaian sangat luwes dan biaya awal rendah 4) Tidak terpengaruh oleh suhu dan kelembaban 5) Menampilkan warna-warna dengan sangat bagus Kerugian : 1) Lumen per watt (efikasi) rendah 2) Umur pendek (750 – 1000 jam), makin rendah watt makin pendek umurnya 3) Untuk negara tropis, panas dari lampu akan menambah beban AC 4) Warna cenderung hangat (kemerahan), secara psikologis akan mambuat suasana ruang kurang sejuk b. Lampu Fluorescent Bentuk lampu ini dapat berupa tabung (tube lamp) maupun bola. Lampu jenis ini merupakan salah satu lampu pelepas commit to air userraksa bertekanan rendah. Lampu listrik yang berisi gas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 73 fluorescent generasi terbaru penggunaan listriknya semakin efisien (mencapai 80 lumen per watt) dan distribusi speltralnya (pancaran panjang gelombang cahaya) mendekati grafik kepekaan mata, sehingga tidak terjadi penyimpangan warna. Jenis lampu ini mempunyai keuntungan dan kerugian , yaitu : Keuntungan : 1) Efikasi (lumen per watt) tinggi 2) Awet (umur panjang), hingga 20.000 jam (dengan asumsi lama penyalaan 3 jam setiap penyalaan). Makin sering dihidup matikan, umur makin pendek 3) Bentuk lampu memanjang menerangi area lebih luas 4) Untuk penerangan yang tidak menghendaki bayangan, lampu flourescent lebih baik dibandingkan dengan lampu pijar 5) Warna
cahaya
yang
cenderung
putih-dingin
menguntungkan untuk daerah tropis lembab karena secara psikologis akan menyejukkan ruangan. Kerugian : 1) Output cahaya terpengaruh oleh suhu dan kelembaban 2) Tidak mudah mengatur intensitas cahayanya dengan dimmer 3) Warna keputihan cenderung tidak alami, terutama untuk warna kulit 4) Kecerobohan pemasangan balas sering menimbulkan bunyi dengung yang mengganggu dan melelahkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 74 5) Menimbulkan efek cahaya yang bergetar pada arus bolakbalik (ac), sedangkan pada lampu flourescent arus searah (dc) efek ini tidak tampak 6) Efisiensi lampu akan meningkat bila suhu dipertahankan tidak lebih dari 40oC.
Gambar II.35 Lampu Flourescent (Sumber : Prasasto Satwiko, 2004 : 71 )
c. Lampu HID (High-Intensity Discharge Lamps) Cahaya dihasilkan oleh lecutan listrik melalui uap zat logam. Lampu mercury menghasilkan cahaya dari lecutan listrik dalam tabung kaca atau kuarsa berisi uap merkuri bertekanan tinggi. Efikasinya antara 40 – 60 lm/watt. Dibutuhkan waktu antara 3 – 8 menit (untuk menguapkan merkuri) sebelum menghasilkan cahaya maksimal. Karena itu disebut lampu metal-halida. Jenis lampu ini mempunyai keuntungan dan kerugian: Keuntungan : 1) Kecuali lampu mercury (yang kualitas cahayanya lebih baik dari lampu pijar), efikasi lampu HID jauh lebih tinggi dibandingkan lampu pijar dan fluorescent 2) Lebih awet dari lampu pijar dan kadang-kadang lebih awet dari flourescent juga 3) Pendistribusian cahaya lebih mudah daripada lampu fluorescent commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 75 4) Biaya operasional sangat rendah 5) Tidak seperti lampu flourescent, lampu HID tidak terpengaruh oleh variasi suhu dan kelembaban lingkungannya. Kerugian : 1) Biaya awal sangat tinggi 2) Seperti halnya dengan lampu flourescent, lampu HID butuh balas yang dapat mengeluarkan suara mengganggu 3) Lampu membutuhkan waktu sekitar 8 menit untuk bersinar secara penuh 4) Beberapa dapat mengeluarkan cahaya ungu-ultra yang membahayakan kesehatan 5) Lampu HID hanya cocok untuk ruangan, dengan ketinggian langit-langit sedang (3-5 m) hingga tinggi (>5 m).
Gambar II.36 Lampu HID (High-Intensity Discharge Lamps) (Sumber : Prasasto Satwiko, 2004 : 71 )
Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam pencahayaan, dipakai beberapa type lampu sebagai berikut : 1) Flood Light, lampu yang menghasilkan sudut pencahayaan sebesar 100o – 180o 2) Soft Light, lampu dengan hasil cahaya yang memencar, sehingga tidak banyak menimbulkan bayangan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 76 3) Special Flood Light, lampu dengan sudut kasus kurang dari 100o 4) Reflector Spotlight, merupakan reflektor yang sederhana dan mudah menyesuaikan dengan sudut pencahayaan dan pengoperasian 5) Sealed Beam Lamp, lampu dengan reflektor bervariasi 6) Lens Spotlight, terdiri dari lensa sederhana dengan atau tanpa reflector 7) Profile
Spotlight,
lampu
yang
menghasilkan
sudut
pencahayaan yang kuat dan dapat disesuaikan silhuette yang dikehendaki 8) Effects Spotlight, untuk menghasilkan proyeksi yang sama dengan obyeknya 9) Bifocal Spotlight, efek spotlight yang dilengkapi dengan dua saklar atau lebih, sehingga dapat digunakan sebagai lampu dengan sudut pencahayaan yang kuat dan lemah serta kombinasinya. Berdasarkan pendistribusian cahaya
terdapat 5 sistem
penerangan (iluminasi) yang masing-masing berbeda sifat, karakter dan pengaruh distribusi cahayanya. Lima sistem tersebut meliputi : 1) Sistem pencahayaan langsung ( direct lighting ) Sistem iluminasi ini 90% hingga 100% cahaya mengarah langsung ke obyek yang diterangi. Oleh karena itu sistem ini mengakibatkan : a) penyinaran efektif b) menimbulkan kontras dan bayangan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 77 c) terjadi silau, baik langsung dari sumber cahaya maupun akibat cahaya
pantulan.
2) Sistem pencahayaan setengah langsung ( semi direct lighting ) Pada sistem iluminasi ini, 60% sampai 90% cahaya mengarah pada obyek yang diterangi dan cahaya selebihnya menerangi langit-langit dan dinding yang juga memantulkan cahaya karena obyek tersebut. 3) Sistem iluminasi difus ( general diffuse lighting ) Sistem iluminasi difus jika 40% sampai 60% cahaya diarahkan pada obyek dan sisanya menyinari langit-langit dan dinding, yang juga memantulkan cahaya kearah obyek tersebut. 4) Sistem pencahyaan setengah tak langsung ( semi indirect lighting) Pada prinsipnya sistem ini merupakan kebalikan dari sistem setengah langsung. Sistem setengah tak langsung 60% hingga 90% cahaya diarahkan pada langit-langit dan dinding, sisanya diarahkan langsung ke obyek. Karena sebagian besar cahaya mengenai bidang kerja, berasal dari pantulan langit-langit dan dinding. Maka dapat dikatakan cahaya yang datang berasal dari segala arah, sehingga bayangan relatif tidak tampak dan silau dapat diperkecil. 5) Sistem iluminasi tidak langsung ( indirect lighting ) Pada sistem ini 90% hingga 100% cahaya diarahkan ke langitlangit dan dinding. Oleh karena keseluruhan cahaya yang menyinari obyek pada bidang kerja merupakan cahaya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 78 pantulan segala arah dari langit-langit dan dinding, maka mengakibatkan: a) penyinaran tidak efektif b) tidak ada kontras dan relatif tidak menimbulkan bayangan c) tidak menyilaukan Ditinjau dari sistem perletakannya, perletakan sumber cahaya dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain : 1) Cornice, adalah suatu sistem pencahayaan umum, yang pemasangannya pada dinding bagian atas atau pamer antara ceiling dan dinding.
Sumber cahaya
dihasilkan dari
flourescent tube (sebagai sumber cahaya pantul) 2) Recessed in ceiling, adalah suatu sumber pencahayaan yang difungsikan sebagai penerangan pada panel, built in dan sebagainya, yang pemasangannya pada ceiling. Sumber cahaya dihasilkan dari incandescen lamp. 3) Attached to ceiling, adalah penempatan lampu pada permukaan ceiling sebagai penerangan umum. 4) Hanging lighting adalah penempatan lampu dengan cara digantung berfungsi sbagai penerangan umum 5) Luminous ceiling adalah penempatan lampu yang ditutup dengan screen jernih dan sumber cahaya dari flourescent lamp. 6) Soffit adalah suatu pencahayaan yang dipakai sebagai penerangan pada lekukan dinding yang penerangannya dari flourescent lamp. 7) Cove lighting merupakan suatu pencahayaan yang dipakai sebagai efek, sumber cahaya dipasang pada dinding yang commit to user diarahkan ke permukaan ceiling.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 79 8) Valance
lighting
adalah
suatu
pencahayaan
yang
pemasangannya pada dinding yang penyinarannya diarahkan ke permukaan ceiling secara langsung. Sumber cahaya jenis flourescent lamp yang disembunyikan dibalik frame. 9) Wall bracket lighting adalah suatu pencahayaan yang dipasang pada dinding dengan memakai lampu cahaya atau dekorasi. c. Sistem Akustik Sistem Akustik (acoustics system) adalah suatu sistem yang digunakan untuk mengatur tingkat kebisingan suatu bangunan/ruangan. Dalam suatu perencanaan bangunan publik sistem akustik juga salah satu faktor yang harus diperhatikan, karena apabila sistem akustik itu tidak baik ataupun tidak ada maka kita akan merasa kurang nyaman bila berada di ruangan tersebut. Sehingga segala aktifitas yang berada dalam bangunan/ruangan tersebut akan merasa terganggu. Untuk itu kita juga harus memperhatikan pula dimana letak bangunan itu berada apakah dekat jalan umum, pabrik, sekolah maupun bangunanbangunan yang mengeluarkan suara yang bising. Sehingga kita dapat juga menyesuaikan tingkat kebisingan dari lingkungan sekitar dengan ruangan yang kita tempati. Apabila lingkungan disekitar kita terlalu ramai dan bising berarti kita harus menyesuaikan juga dengan bahan akustik yang dapat meredam suara-suara bising dari luar ruangan. Menurut tempatnya akustik dibedakan menjadi 2 jenis akustik : 1) Akustik Ruang Akustik ruang dalam arsitektur merupakan perencanaan dan perancangan ruang dengan memperlihatkan sumber bunyi yang mengganggu ruangan. Gelombang bunyi akan menyebar luas dari sumbernya hingga memenuhi batasan-batasan ruang, dimana secara umum beberapa energi bunyi tersebut akan dipantulkan kembali ke ruangan, sebagian diantaranya diserap dan dipindahkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 80
melalui kisi-kisi bidang yang membatasinya. Dalam perancangan desain akustik sebuah ruangan ada beberapa faktor yang seharusnya
kita
perhatikan
untuk
mendapatkan
tingkat
kenyamanan akustik, diantaranya adalah: a. Bentuk bidang pembatas ruang yaitu dinding, lantai ataupun langit-langit b. Bahan bidang pembatas ruang, terutama untuk mengenal karakter bahan yang kita akan pergunakan dalam ruang tersebut perlu untuk dimengerti. Secara umum bahan dibedakan menjadi 2, yaitu: 1) Penyerap nada-nada tinggi yaitu bahan-bahan yang mengandung banyak hawa udara atau pori-pori lembut. Misalnya serabut gelas, serabut kayu, serabut kelapa, merang jerami dan bahan sintetis berbentuk busa seperti novolan, stiropor, moltopren dan batu apung, vermikulit perlit dan sebagainya. 2) Penyerap nada-nada menengah dan rendah penyerap nada-nada menengah dan rendah (gelombang panjang) bekerja pada prinsip pengubahan energi bunyi ke energi mekanis, yaitu gerak getaran suatu selaput, membran atau pelat yang relatif tipis tetapi padat dan karenanya bisa bergetar secepat mungkin sehingga banyak energi bunyi diubah menjadi getaran selaput / resonator. c. Memperhatikan metode konstruktif pemasangan bahan, yaitu pemasangan
pelat-pelat
akustik
yang
tepat.
Misalnya
absorptive material, anspace gypsumboard dan furring. d. Memberi isolasi dinding, isolasi ini terbagi dalam dua bentuk konstruksi yaitu : 1) Dinding berlapis committunggal to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 81 Dapat direncanakan dengan tergantung 3 faktor: a. Volume dinding dan beratnya b. Jumlah pori-pori didalamnya (kepadatan) c. Kekakuan lentur 2) Dinding berlapis majemuk Lazimnya terdiri dari 2 lapisan luar dengan lapisan perantara ditengahnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan isolasi adalah : a.
Kepadatan dan berat bahan setiap lapisan
b. Derajat kekakuan bahan dalam hubungan c.
Kemampuan resonansinya
d. Jarak antar kedua lapisan luar 2) Akustik Lingkungan Akustik
lingkungan
merupakan
suatu
akustik
untuk
perpindahan bunyi dari suatu ruang ke ruang lain dalam penanganan bunyi dari elemen-elemen bangunan, terutama desain yang memperhatikan ruang majemuk dalam bangunan seperti flat sekolahan ataupun rumah sakit. Ada beberapa hal yang berhubungan dengan akustik lingkungan, antara lain: a. Mekanisme Sound Generation Bunyi dapat menyebar dalam bangunan lewat udara maupun struktur bangunan. Mekanisme penghasil bunyi selanjutnya dibagi menjadi dua kelompok umum. Kelompok pertama terdiri
dari
sumber yang menghasilkan bunyi secara langsung ke udara. Isolasi terhadap bunyi semacam ini disebut isolasi bunyi udara (air borne sound insulition). Kelompok kedua terdiri dari sumber yang muncul secara langsung struktur bangunan biasanya dengan commitpada to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 82
pengertian dari dampak atau getaran peralatan tersebut. Jenis kebisingan ini merupakan kombinasi dari bunyi hawa udara dan dampak kebisingan oleh akibat-akibat perpindahan bunyi yang dihasilkan. Isolasi terhadap bunyi semacam ini dinamakan isolasi dampak bunyi (impact sound insulation). b. Sound Insulation dari elemen bangunan Metode yang dipakai untuk meminimize kebisingan didalam bangunan baik yang ditimbulkan oleh airborne sound ataupun struktur borne sound dapat ditempuh oleh beberapa cara. Dengan mengetahui, sumber bunyi, karakter perjalanan bunyi, perambatannya dan pengaruh yang ditimbulkan dalam ruang maupun bangunan secara makro dilingkungan site, maka kita perlu untuk mempertimbangkan aspek pengendalian kebisingan tersebut dalam konsep perencanaan interior sistem yang baik. a. Sistem Keamanan Sistem
pengamanan
terhadap
kegiatan
yang
berlangsung
menggunakan sistem sekuriti, CCTV ( Closed Circuit Television ) dan Heavy duty door contact (sensor yang dipasang pada pintu). CCTV (Closed Circuit Television) adalah suatu alat yang berfungsi untuk memonitor suatu ruang melalui layar televisi/monitor, yang menampilkan gambar dari rekaman kamera yang dipasang pada setiap sudut ruangan (biasanya tersembunyi) yang diinginkan oleh bagian keamanan. Semua kegiatan dapat dimonitor di ruang khusus. Pada sistem pengamanan terhadap fisik bangunan berupa pengamanan terhadap bahaya kebakaran. 1) Sistem pengamanan terhadap bahaya kebakaran adalah : a. Sistem pendeteksi awal 1. Smoke detektor. Alat ini bekerja bila suhu mencapai 700C. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 83
2. Fire alarm system. Alarm yang otomatis akan berbunyi jika ada api atau panas pada suhu 1350C - 1600C b. Sprinkler Penempatan titik – titik sprinkler harus disesuaikan dengan standar yang berlaku dalam kebakaran ringan. Setiap sprinkler dapat melayani luas area 10-20 m dengan ketinggian ruang 3m. Ada beberapa cara pemasangan sprinkler seperti dipasang di bawah plafon atau di pasang pada dinding. Kepala sprinkler yang dipasang dekat dinding, harus mempunyai jarak tidak boleh lebih dari 2,25 m dari dinding. b. Hidrant Kebakaran
Gambar II.37 Fire estinguisher dan Hidrant Kebakaran (Sumber : www.webdesign.com, Juli 2011)
Hidrant kebakaran adalah suatu alat untuk memadamkan kebakaran yang sudah terjadi dengan menggunakan alat baku air. Dalam usaha memadamkan kebakaran selain api faktor utama yang harus diperhatikan adalah asap. Untuk mancegah mengalirnya asap kemana-mana diperlukan alat-alat seperti : 1. Fire damper Alat untuk menutup pipa ducting yang mengalirkan udara supaya asap dan api tidak menjalar kemana-mana. Alat ini bekerja secara otomatis, kalau terjadi kebakaran akan segera menutup pipa-pipa tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 84
2. Smoke & heat ventilating Alat ini dipasang pada daerah-daerah yang menghubungkan udara luar. Kalau terjadi kebakaran, asap yang timbul segera dapat mengalir keluar, sehingga para petugas pemadam kebakaran akan terhindar dari asap-asap tersebut. 3. Vent & exhaust Dipasang di depan tangga kebakaran yang akan berfungsi menghisap asap yang akan masuk pada tangga yang akan dibuka pintunya. Dapat pula dipasang di dalam tangga, secara otomatis berfungsi memasukkan udara untuk memberikan tekanan pada udara di dalam ruang tangga. Macam-macam sistem pemadaman yaitu sebagai berikut: a)
Penguraian, yaitu memisahkan atau menjauhkan bendabenda yang dapat terbakar.
b) Pendinginan, yaitu penyemprotan air pada benda-benda yang terbakar. c)
Isolasi atau lokalisasi, yaitu dengan cara menyemprotkan bahan kimia CO2.
Blasting affect system, yaitu dengan cara memberikan tekanan yang tinggi, misalnya dengan jalan meledakkan bahan peledak 2) Sistem keamanan dari ancaman kejahatan manusia Sistem keamanan dari ancaman kejahatan manusia (pencurian) diterapkan dengan sekuriti, CCTV (Close Circuit Television) dan Heavy duty door contact (sensor yang dipasang pada pintu).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 86
Kawasan desa Kemuning terletak di kaki Gunung Lawu dengan ketinggian sekitar 1.250m diatas permukaan laut. Kawasan ini merupakan daerah berbukit-bukit dengan perbedaan kontur yang tajam. Disebelah timur kearah Gunung Lawu, perbedaan kontur tanah mencapai kemiringan lebih dari 40% karena itu dari aspek lingkungan daerah ini sangat rawan terhadap erosi dan gerak massa batuan. Sedangkan kearah selatan dan barat relatif landai dengan kemiringan tanah 10-15%. Jenis tanah dikawasan ini merupakan tanah andosol (60%) berwarna merah kehitamhitaman dan sebagian kecil tanah latosol dengan pH 5-5,5. Merupakan kawasan tanaman tahunan / perkebunan dan pada kawasan tersebut masih diperkenankan pengembangan kegiatan argowisata.
Gambar III. Topografi Kabupaten Karanganyar (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Kondisi topografi berkontur tajam dengan pemandangan indah sangat menguntungkan bagi perancangan sebuah Rumah Retret, tetapi juga menimbulkan masalah yang harus diselesaikan. Keuntungan kondisi topografi tanah kawasan desa Kemuning adalah : a. Menghasilkan view yang bebas dan leluasa. Pemandangan indah berupa hamparan perkebunan teh dan pedesaan yang menghijau dapat dilihat dari ketinggian. Semakin tinggi perbedaan kontur tanahnya, semakin bagus view yang diperoleh. b. Bukit-bukit hijau dengan latar belakang birunya gudung Lawu juga merupakan pemandangan yang spesifik dari kawasan ini yang tidak terdapat dikota. c. Tata massa bangunan yang diletakan sesuai perbedaan tinggi kontur akan menghasilkan suasana yang alami, rekreatif dan tidak monoton. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 87
Sedangkan kendala yang timbul karena kondisi topografi berkontur adalah masalah konservasi alam. Bangunan dan fasilitas yang dibuat tidak boleh merusak alam, menyebabkan erosi atau menganggu daya dukung tanah. 1. Kondisi Iklim / Klimatologi Kondisi iklim daerah Kemuning adalahtropis dengan ciri musim barat dan musim timur yang diselingi musim pancaroba sebagai transisi kedua musim. Musim barat atau penghujan berlangsung antara bulan November – Maret. Musim timur atau kemarau berlangsung antara bulan Mei – September. Bulan April dan Oktober merupakan musim pancaroba. Musim hujan dan kemarau silih berganti sepanjang tahun dengan curah hujan ratarata sekitar 3.018mm. Keterangan
Jam 10.00
Maksimal Suhu (oC)
29.6
28
Minimal
25.1
26.4
26
Rata-rata
25.3
27
27
3.5
2.2
3.6
Minimal
0.0
0.0
1.4
Rata-rata
1.8
0.3
2.6
723 1.00
793 1.00
747 1.00
Minimal
441 1.00
195 1.00
232 1.00
Rata-rata
703 1.00
539 1.00
278 1.00
Maksimal Cahaya (lux)
Jam 14.00
26.3
Maksimal Angin M/s
Jam 12.00
Tabel III.1 Tabel Kondisi Iklim Daerah Kemuning (Sumber : Tabel Pribadi)
Sabagaimana daerah tropis pada umumnya matahari berada dibelahan utara dan selatan dalam waktu yang hampir sama. Dengan demikian maka lintasan matahari sepanjang hari tidak beranjak jauh dari titik timur-barat. Kawasan desa Kemuning memiliki suhu udara antara 25-27 derajat dan kelembaban udara berkisar antara 78%-89%. Topografi desa Kemuning yang berkontur dan merupakan dataran tinggi menyebabkan banyak perubahan angin iklim mikro. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 88
Kondisi udara pegunungan yang bersih dan iklim yang sejuk merupakan faktor penunjang untuk menarik peserta retret. Dan kondisi iklim diatas menjadi dasar pertimbangan dalam perancangan Rumah Retret Katholik tersebut. 2. Vegetasi / Tumbuhan Vegetasi di kawasan Kemuning dibedakan menjadi tiga, yaitu area perkebunan, telaga, Persawahan. Lokasi
Vegetasi
Perkebunan
Keterangan
Teh dan Kopi
80%
vegetasi
perkebunan
berupa teh Tegalan
Persawahan
Cengkeh
dan Banyak ditemui dikawasan
Pinus
perumahan penduduk
Jagung dan
Vegetasi yang ditanam
Sayur-sayuran
penduduk dimana sebagian besar bermata pencaharian dibidang pertanian
Tabel III.2 Tabel Vegetasi Daerah Kemuning (Sumber : Tabel Pribadi)
Keberadaan vegetasi dalam suatu kawasan merupakan sebuah indikasi pada kondisi iklim dan tanah dikawasan tersebut. Selain itu vegetasi juga mampu mengendalikan iklim mikro dalam kawasan tersebut. Vegetasi dapat berfungsi sebagai pengendali iklim untuk kenyamanan manusia. Dengan kondisi tanah yang rentan terdapat erosi dan gerakan massa batuan maka untuk mempertahankan iklim mikro sebaiknya vegetasi dalam tapak dipertahankan. Dan dapat dilakukan penanaman tanaman baru yang sesuai kondisi lingkungan untuk mengimbangi penambahan bangunan baru untuk mempertahankan kondisi lingkungan yang ada. 3. Pola Bangunan Terhadap Kondisi Topografi Kawasan ini merupakan daerah berbukit-bukit dengan perbedaan kontur yang tajam. Keadaan ini tidaklah dirubah oleh penduduk setempat menjadi commit to user daerah yang datar.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 89
Bangunan yang ada cenderung mengikuti kontur yang ada meski tetap menggunakan sistem cut and fill dalam penyelesaian bangunan. Keadaan bangunan yang berkembang mengikuti pola kontur tanah mempunyai keuntungan yaitu mempunyai peluang lebih besar untuk mendapatkan cahaya matahari jika sibandingkan dengan kontur yang datar, kesempatan penerimaan cahaya yang lebih besar disebabkan dari kemiringan kontur / pola tanah yang ada. 4. Bentuk Bangunan Bangunan pada umumnya berbentuk segiempat dengan arah hadap utaraselatan untuk orientasi bangunan. Pada depan bangunan terhadap selasar, ventilasi rata-rata sempit / kecil, atap mempunyai kemiringan tertentu. Arah hadap utara-selatan dilihat dari sisi fisika bangunan arah ini baik untuk menerima cahaya matahari untuk penerangan dalam bangunan adanya slasar juga menghindari masuknya cahaya matahari secara langsung, ventilasi yang sempit mencegah masunnya angin / aliran angin yang kencang sehingga dapat menurunkan suhu ruangan, kemiringan atap berguna untuk mengalirkan air hujan sehubungan lokasi berada pada daerah tropika basah. 5. Bahan Bangunan Pada bangunan rumah penduduk menggunakan bahan kayu, batu, batu bata, kaca dan seng. Kayu, batu bata maupun batu digunakan karena daerah tersebut merupakan daerah pegunungan yang mempunyai sumber bahan tersebut. Pada bagian atap banyak dipakai bahan seng dengan plafond berbahan kayu. Kombinasi ini dirasa penduduk dapat membuat suhu dalam ruangan lebih hangat dibandingkan menggunakan atap lainnya. Suhu dalam ruangan hangat karena panas yang siterima seng diteruskan kebahan dibawahnya yaitu plafond dengan bahan kayu. Bahan kayu yang cenderung dapat mempertahankan panas / kalor melepaskannya pada saat suhu udara ruangan rendah yang biasanya terjadi pada malam hari. Rumah dengan atap seng dirasa lebih hangat dibandingkan dengan genteng yang berasal dari tanah liat, hal ini dimungkinkan karena atap genteng mempunyai celah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 90
antara genteng satu dengan yang lainnya yang memungkinkan terjadinya aliran udara yang dapat menyebabkan penurunan suhu
B. TINJAUAN KHUSUS Tinjauan Lapangan 1. Giri Sonta ( Ungaran ) A. Latar Belakang Rumah Retret Giri Sonta adalah suatu tempat perasingan guna untuk menyepi jauh dari keramaian, meninggalkan segala aktivitas sementara untuk lebih mendekatkan diri dengan Tuhan. Di Rumah Retret Giri Sonta ini berdiri sejak tahun 1930 dibawah Keuskupan Agung Semarang, disini bangunan Belandanya sangat kental dan sederhara. Rumah Retret Giri Sonta hanya untuk pribadi atau individu bukan untuk intansi atau organisasi yang bersifat bersamasama atau rombongan. Ketenangan dalam Rumah Retret Giri Sonta ini sangat dijaga, sehingga pengunjung merasa tenang dan nyaman, seluruh kegiatan acara disiapkan oleh Rumah Retret Giri Sonta itu sendiri yang dikelola oleh tiga Romo.
GambarIII.3 Pintu Masuk Giri Sonta (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
B. Sejarah Pada 3 Oktober 1930, Pater Adrianus van Kalken, S.J., waktu itu Superior Regularis Misi Serikat Jesus di Jawa, meletakkan batu pertama, tanda dimulainya pembangunan Rumah Retret pertama di Jawa, tepatnya di Ungaran, daerah yang sejuk di kaki Gunung to user Ungaran, Kabupaten commit Semarang. Rumah Retret yang dipersembahkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 91
kepada Kristus Raja tersebut dibangun dengan semangat misioner dan jiwa pengabdian kepada Kristus Raja. Pada Minggu Paska 1931, di Rumah Retret Kristus Raja yang kemudian oleh masyarakat Setempat
dikenal
sebagai
‘Giri
Sonta’, artinya
‘Gunung yang Suci’, kelompok retret pertama melakukan Latihan Rohani dibimbing oleh Pater Thom Verhoeven, S.J., Direktur yang pertama Rumah
Retret Kristus
Raja
Girisonta
(katalog
Misi
Indonesia Serikat Jesus 1932).
Gambar III.4 Prasasti Giri Sonta (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Demikian pada mulanya Rumah Retret Giri Sonta melayani retret untuk bermacam-macam kelompok. Seiring meningkatnya jumlah peserta, frekuensi retret dan variasi kelompok retret, maka dibangunlah rumah retret-rumah retret lain di Jawa untuk lebih memperhatikan kebutuhan retretan, dan Rumah Retret Girisonta lebih difokuskan untukmelayani retret bagi para religius. Pada tahun 1975 dalam refleksi karya retret Serikat Jesus Indonesia digagas pendirian suatu Pusat Spiritualitas (Centrum Spiritualitatis) yang dimaksudkan untuk memberikan pelayanan kerohanian yang lebih luas dari retret. Gagasan tersebut diwujudkan setahun kemudian, pada 1976 didirikanlah Pusat Spiritualitas Girisonta (Puspita) sebagai wadah untuk studi spiritualitas melalui Latihan Rohani. Pada tahun 1984, penanggung jawab Rumah Retret dan Pusat Spiritualitas diserahkan kepada satu Direktur. Maka, sebagaimana terjadi di Provinsi-Provinsi lain Serikat Jesus, Rumah Retret sekaligus menjadi Pusat Spiritualitas, dengan Kursus commit to user Peresapan Spiritualitas (Respita) sebagai program pelayanan utama
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 92
yang diperuntukkantidak hanya bagi para imam, tetapi terbuka juga untuk bruder, suster dan frater. Dalamperkembangan selanjutnya Puspita menawarkan berbagai Kursus Spiritualitas, yang beberapa di antaranya bahkan terbuka untuk awam, hingga saat ini. C. Lokasi Rumah Retret Girisonta terletak di Selatan Kota Semarang, + 27 Km dari arah Semarang menuju Yogyakarya/Surakarta (Solo) atau sekitar 7 Km dari Kota Ungaran (Ibukota Kabupaten Semarang) dan 300 meter setelah Pasar Karangjati, tepatnya di Lingkungan Sidorejo, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, di sebelah kiri Jalan Raya (Jalan
Provinsi)
yang
menghubungkan
Semarang
menuju
Yogya/Solo.
D. Fasilitas Rumah Retret Girisonta dapat menampung 37 retretan/peserta kursus. Apabila jumlah peserta lebih dari kapasitas maksimal tersebut, dapat menggunakan tempat lain di dalam kompleks Girisonta, yaitu Novisiat Stanislaus, Wisma Emmaus dan Susteran Bethania. 1) Kamar Tidur (Bedrooms) Tersedia 37 (tigapuluh tujuh) kamar tidur lengkap dengan kamar mandi di dalamnya.
Gambar III.5 Tempat tidur (kiri) Furniture (Tengah) Sirkulasi (Kanan) commit to user (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 93
Gambar III.6 Almari (Kanan), Kamar Mandi (Kiri) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
2) Ruang Konferensi (Conference Room) Ruang
Konferensi (Ruang
Pertemuan)
dapat menampung
sebanyak 40 (empatpuluh) orang. Disediakan juga peralatan pendukung seperti seperti papan tulis, Overhead Projector (OHP) dan Data Light Projector (In-Focus/LCD).
Gambar III.7 Ruang Konferensi (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
3) Kapel (Chapel)
Kapel yang hening dengan arsitektur yang unik di rumah retret ini dapat dipergunakan oleh para tamu, peserta kursus dan retretan sepanjang hari (24 jam). Apabila memerlukan tempat doa yang lebih khusus untuk pribadi maupun kelompok, bisa memakai kapel-kapel lain dalam komplek Girisonta. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 94
Gambar III.8 Kapel (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar III.9 Dinding Kapel (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
4) Refter/Ruang makan (Dining Room) Tersedia dua refter, yaitu refter besar (refter atas) untuk peserta kursus atau retret kelompokdalam jumlah besar dan refter kecil (refter bawah/refter bimbingan) untuk retret pribadi atau retret kelompok
kecil,
semuanya
dengan fasilitas
kali makan dan 2 kali snack sehari.
Gambar III.10 Ruang Makan (Sumber Dokumentasi Pribadi) commit to :user
makan
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 95
5) Perpustakaan (Library) Perpustakaan Puspita terdiri
atas
2.5
lantai seluas + 800
m2 memiliki koleksi lebih kurang 20.700 judul buku Kerohanian, Spiritualitas, Psikologi , Sastra serta Politik dan Ekonomi dengan pengelolaan
yang
baik
untuk
menunjang
kursus/retret.
Perpustakaan ini dilengkapi dengan ruang baca yang tenang dan nyaman serta ruang audio-visualyang dapat menampung 40 (empatpuluh) orang, untuk menayangkan film sesuai kebutuhan peserta Kursus/Retret
Gambar III.11 Perpustakaan Bawah (Kiri) Perpustakaan (Kanan) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
6) Ruang Rapat (Private Meeting’s room) Disediakan ruang rapat untuk kelompok kecil (maksimal 6 orang). Ruangan ini bisa dipergunakan untuk rapat, pertemuan, dan juga untuk tempat persiapan (briefing) atau sekretariat suatu acara yang diselenggarakan di Puspita. 7) Ruang Internet (Internet Access) Untuk memudahkan para peserta kursus agar tetap dapat menjalankan/memantau karya atau berkorespondensi secara elektronik, disediakan ruang internet yang bisa dipergunakan oleh para peserta Kursus untuk mengakses internet. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 96
8) Ruang Tamu (Entrance Room/Lobby) Ruang tamu yang berada dibalik pintu utama Rumah Retret Girisonta ini berfungsi sebagai entrance room/lobby. Di tempat ini para tamu dapat dengan leluasa menerima tamu dari luar atau membaca Surat Kabar terbaru/Majalah Rohani.
Gambar III.12 Ruang Tamu Tampak Depan (Kiri), Ruang Tamu Dalam (Kanan) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
9) Ruang/Kamar Tamu Khusus (Guest Room) Kamar tamu ini dapat dipakai oleh Pendamping Retret/Kursus yang bukan staf Puspita untuk menerima tamu dari luar, retretan maupun peserta kursus. Ruang Tamu ini juga berfungsi sebagai ruang konsultasi, wawancara dan juga sebagai kamar pengakuan 10) Ruang Televisi (Recreation Room) Tersedia pula ruang TV dengan saluran parabola untuk rekreasi para tamu (kecuali yang sedang menjalani retret). 11) Ruang Cuci, Jemur, Setrika (Wash Room) Rumah Retret Girisonta memiliki dua Ruang Cuci, Jemur, Setrika (R. CJS) yang terletak di sayap kanan dan kiri bagian belakang. Ruang CJS ini dilengkapi dengan mesin cuci, tempat jemur tertutup (beratap fiber) dan beberapa setrika listrik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 97
12) Teras-Teras/Beranda (Porch) Ada beberapa teras di Rumah Retret Girisonta yang bisa dipergunakan untuk diskusi atau sharing kelompok. Selain itu teras-teras tersebut dapat dipergunakan untuk acara santai bahkan untuk olahraga (tenis meja).
Gambar III.13 Beranda (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
13) Taman (Garden) Selain di teras, diskusi kelompok juga bisa dilakukan di taman yang yang diteduhi oleh pepohonan yang rindang dengan kolam di tengah taman. Di taman ini hidup pula puluhan burung merpati putih.
GambarIII.14 Taman (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
14) Lapangan Olah Raga (Sport Facilities) Para peserta kursus juga bisa memanfaatkan lapangan olah raga komplek Girisonta, terdiri dari lapangan basket dan lapangan sepak bola. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 98
15) Area Parkir (Parking Area) Bagi para peserta kursus atau retretan yang membawa kendaraan, disediakan area parkir yang terletak di belakang gedung Perpustakaan Puspita. E. Kapasitas dan Luasan Luas bangunan total + 6 hektar, dapat menampung sekitar 37 peserta. F. Elemen Pembentuk Ruang 1) Dinding Dinding dicat warna putih bersih.. Selain itu salah satu dinding menggunakan kaca dengan tujuan agar cahaya yang diluar masuk dalam ruangan. 2) Lantai Lantai menggunakan tegel abu2 yang dipadukan dengan tegel oranye berukuran 20x20cm, keramik putih berukuran 25x25cm, dan karpet berwarna hijau di ruang kapel. Ada kenaikan dan penurunan pada lantai. 3) Ceiling Plafon internit dicat putih. Tidak ada penurunan plafon. 4) Pencahayaan Pencahayaan menggunakan lampu gantung, dan lampu TL warna putih. 5) Penghawaan Penghawaan menggunakan pengawaan alami semua. 6) Furniture Semua furnitur menggunakan bahan-bahan kayu dan bambu. 7) Akustik Menggunakan speaker untuk mendengarkan lagu. 8) Sistem Keamanan Sistem keamanan di rumah retret Panti Semedi Wisma Inri hanya menggunakan karyawan dan penjaga saja. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 99
G. Pengguna Ruang 1) Karyawan
: 9 orang pegawai.
2) Pengunjung : masyarakat umat katholik yang ingin retret pribadi.
2. Sasana ST. Maria Pangesthi Wening (Ambarawa) A. Latar Belakang Rumah Retret Sasana ST. Maria Pangesthi Wening adalah suatu tempat retret atau rekoleksi guna untuk menyepi jauh dari keramaian, meninggalkan segala aktivitas sementara untuk lebih mendekatkan diri dengan Tuhan. Di Rumah Retret Sasana ST. Maria Pangesthi Wening ini berdiri sejak tahun 1960 dibawah Keuskupan Agung Semarang, disini bangunan Belandanya sangat kental dan sederhara. Rumah Retret Sasana ST. Maria Pangesthi Wening biasanaya dipakai untuk instansi, organisasi dan rombongan lainnya tetapi bisa juga untuk retret pribadi. Ketenangan dalam Rumah Retret Giri Sonta ini sangat dijaga, sehingga pengunjung merasa tenang dan nyaman. Rumah Retret Sasana ST. Maria Pangesthi Wening dikelola oleh para suster atau biarawati.
Gambar III.15 Sasana ST. Maria Pangesthi Wening (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
B. Sejarah Pada tahun 1960 Rumah Retret Sasana ST. Maria Pangesthi Wening dulu adalah sebuah sekolah biarawan, kemudian pada tahun 1986 sekolah biarawan dipindahkan di Bawen, sehingga kekosongan Sasana ST. Maria Pangesthi Wening dimanfaatkan untuk rumah retret commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 100
umum. Maka resmilah Rumah Retret Sasana ST. Maria Pangesthi Wening didirikan.
Gambar III.16 Patung Bunda Maria Sasana ST. Maria Pangesthi Wening (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
C. Fasilitas Rumah Retret Girisonta dapat menampung 37 retretan/peserta kursus. Apabila jumlah peserta lebih dari kapasitas maksimal tersebut, dapat menggunakan tempat lain di dalam kompleks Girisonta, yaitu Novisiat Stanislaus, Wisma Emmaus dan Susteran Bethania. 1) Kamar Tidur (Bedrooms)
Tersedia 200 (tigapuluh tujuh) kamar tidur.
Gambar III.17 Kamar Sasana ST. Maria Pangesthi Wening (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
2) Ruang Konferensi (Conference Room)
Ruang Konferensi (Ruang Pertemuan). Disediakan juga peralatan pendukung seperti seperti papan tulis, Overhead Projector (OHP) commit to user dan Data Light Projector(In-Focus/LCD).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 101
3) Kapel (Chapel)
Kapel yang hening dengan arsitektur yang unik di rumah retret ini dapat dipergunakan
oleh
para
tamu,
peserta
kursus
dan
retretan sepanjang hari (24 jam).
Gambar III.18 Kapel Sasana ST. Maria Pangesthi Wening (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
4) Refter/Ruang makan (Dining Room)
Tersedia dua refter, yaitu refter besar (refter atas) untuk peserta kursus atau retret kelompokdalam jumlah besar dan refter kecil (refter bawah/refter bimbingan) untuk retret pribadi atau retret kelompok
kecil,
semuanya
dengan fasilitas
makan
3
kali makan dan 2 kali snack sehari.
Gambar III.19 Ruang Makan Kecil (Kiri), Ruang Makan Besar (Kanan) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
5) Ruang Doa
Ruang doa disini berfungsi untuk meditasi dan berdoa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 102
Gambar III.20 Ruang Doa (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
6) Aula
Aula disini untuk pertemuan atau kegiatan-kegiatan dalam retret atau rekoleksi dalam jumlah yang besar
Gambar III.21 Ruang Aula (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
7) Ruang Tamu (Entrance Room/Lobby)
Ruang tamu yang berada dibalik pintu utama Rumah Retret Girisonta ini berfungsi sebagai entrance room/lobby. Di tempat ini para tamu dapat dengan leluasa menerima tamu dari luar atau membaca Surat Kabar terbaru/Majalah Rohani. 8) Taman (Garden)
Selain
di
teras,
diskusi
kelompok
juga
bisa
dilakukan
di taman yang yang diteduhi oleh pepohonan yang rindang dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 103
kolam di tengah taman. Di taman ini hidup pula puluhan burung merpati putih.
Gambar III.22 Taman (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
9) Kamar Mandi
Kamar mandi disini ada banyak yang difungsikan dengan satu ruang.
Gambar III.23 Kamar Mandi (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
10) Area Parkir (Parking Area)
Bagi para peserta kursus atau retretan yang membawa kendaraan, disediakan area
parkiryang
terletak
di
belakang
gedung
Perpustakaan Puspita. D. Elemen Pembentuk Ruang 1) Dinding Dinding dicat warna putih bersih dah hijau. Selain itu salah satu dinding menggunakan keramik 20x25cm putih dan hijau. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 104
2) Lantai Lantai menggunakan tegel abu2 berukuran 20x20cm, keramik putih dan coklat berukuran 25x25cm, Tidak ada kenaikan dan penurunan pada lantai. 3) Ceiling Plafon internit dicat putih. Tidak ada penurunan plafon. 4) Pencahayaan Pencahayaan menggunakan lampu gantung, dan lampu TL warna putih. 5) Penghawaan Penghawaan menggunakan pengawaan alami semua. 6) Furniture Semua furnitur menggunakan bahan-bahan kayu dan bambu. 7) Akustik Menggunakan speaker untuk mendengarkan lagu. 8) Sistem Keamanan Sistem keamanan di rumah retret Panti Semedi Wisma Inri hanya menggunakan karyawan dan penjaga saja. 3. Rumah Retret Familia ( Gedong Songo, Bandungan ) A. Latar Belakang Rumah Retret Familia terletak di daerah Bandungan, Salatiga. Tepatnya berada di Jl. Gedongsongo Km.1 Bandungan. Rumah Retret Familia ini merupakan milik individu atau perorangan bukan milik Seminari atau suatu badan organisasi kegiatan Katholik lainnya. Rumah Retret ini digunakan oleh para Romo Seminari dan Suster Biarawati, tetapi juga dipakai oleh umat Katholik yang ingin mengadakan retret bersama-sama atau rombongan, disini tidak menyediakan retret pribadi unter perorangan karena kegiatan yang membawakan bukan dari Rumah Retret ini. Rumah Retret ini seperti villa yang berbentuk rumah yang berisi kamar-kamar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 105
B. Fasilitas Rumah Retret Familia 1) Kamar Tidur (Bedrooms)
Disini terdapat bermacam-macam kamar a. Ada yang untuk 1 orang
d. Ada yang untuk 4 orang
b. Ada yang untuk 2 orang
e. Ada yang untuk 5 orang
c. Ada yang untuk 3 orang
f. Ada yang untuk 7 orang
Gambar III.24 Kamar Rumah Retret Familia (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
2) Refter/Ruang makan (Dining Room)
Tersedia dua refter, yaitu refter besar untuk peserta kursus atau retret kelompokdalam jumlah besar dan refter kecil.
GambarIII.25 R,Makan Dalam ruangan (Kiri) R. Makan Luar Ruangan (Kanan) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
3) Ruang Tamu (Entrance Room/Lobby)
Ruang tamu yang berada dibalik pintu utama Rumah Retret Girisonta ini berfungsi sebagai entrance room/lobby. Di tempat ini para tamu dapat dengan leluasa menerima tamu dari luar atau membaca Surat Kabar terbaru/Majalah Rohani. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 106
Gambar III.26 Ruang Tamu Tampak Depan (Kiri), Ruang Tamu Dalam (Kanan)
4) Aula
Aula disini untuk pertemuan atau kegiatan-kegiatan dalam retret atau rekoleksi dalam jumlah yang besar dan Aula ini juga berfungsi untuk Misa atau Ibadah.
Gambar III.27 Ruang Aula (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
5) Taman (Garden)
Selain
di
teras,
diskusi
kelompok
juga
bisa
dilakukan
di taman yang yang diteduhi oleh pepohonan yang rindang dengan kolam di tengah taman. Di taman ini hidup pula puluhan burung merpati putih.
Gambar III.28 Taman commit to user Pribadi) (Sumber : Dokumentasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 107
6) Ruang Televisi (Recreation Room)
Tersedia pula ruang TV dengan saluran parabola untuk rekreasi para tamu (kecuali yang sedang menjalani retret). Disini memiliki dua ruang, yang letaknya dibangunan yang berbeda.
Gambar III.29 Ruang Televisi (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
7) Kamar Mandi
Kamar mandi disini ada banyak yang difungsikan dengan satu ruang.
Gambar III.30 Kamar Mandi (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
8) Dapur (Pantry)
Rumah Retret Familia memiliki dapur untuk memasak makanan bagi peserta retret dan disini juga menyediakan dapur pribadi bila peserta ingin memasak sendiri
commit to user Gambar III.31 Dapur Kotor (Kiri), Dapur Kotor (Kanan) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 108
9) Area Parkir (Parking Area)
Bagi para peserta kursus atau retretan yang membawa kendaraan, disediakan area
parkiryang
terletak
di
belakang
gedung
Perpustakaan Puspita. C. Elemen Pembentuk Ruang 1) Dinding Dinding dicat warna putih bersih dah crem, dah ada sedilit bagian dinding yang dicat warna merah.
Gambar III.32 Dinding Bangunan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
2) Lantai Lantai menggunakan tegel abu2 berukuran 20x20cm, keramik putih dan coklat berukuran 25x25cm, Tidak ada kenaikan dan penurunan pada lantai.
Gambar III.33 Lantai Bangunan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
3) Ceiling Plafon internit dicat putih dan gypsum, ada penurunan plafon. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 109
Gambar III.34 Ceiling Bangunan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
4) Pencahayaan Pencahayaan menggunakan lampu gantung, dan down light warna putih.
Gambar III.35 Pencahayaan Bangunan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
5) Penghawaan Penghawaan menggunakan pengawaan alami semua.
Gambar III.36 Penghawaan Bangunan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
6) Furniture Semua furnitur menggunakan bahan-bahan kayu yang alami.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 110
7) Akustik Menggunakan pohon-pohon besar untuk peredam
suara,
sehingga Rumah Retret Familia tenang dan nyaman sehingga kebisingan dari luar tidak masuk dalam Rumah Retret ini. 8) Sistem Keamanan Sistem keamanan Rumah Retret Familia hanya menggunakan pos penjaga saja. 4. Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono (Salatiga) A. Lokasi Bangunan Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono terletak di Bukit Gedono, Dukuh Weru, Dusun Jetak, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. 15km arah barat daya kota Salatiga, Jawa Tengah. Luasan arealnya mencapai delapan hektar. Satu hektar untuk bangunan, selebihnya ditumbuhi pepohonan, perkebunan dan pemakaman.
B. Latar Belakang Bunda Pemersatu Gedono adalah pertapaan pertama rubiah Ordo Cisterciensis Observansi Ketat (OCSO) atau umumnya Trappist di Indonesia, didirikan pada tahun 1987. Pembangunan pertapaan yang dimulai tahun 1985 merupakan salah satu karya alm. Romo YB Mangunwijaya, Pr. Seperti karya Rm. Mangun lainnya, gaya arsitekturnya sangat berkepribadian Indonesia. Arsitektur monastik Cisterciensis melambangkan keserasian dan keindahan ilahi. Gedung dan bangunan dalam biara monastik dibangun dengan sederhana dan bersahaja. Sungguh pun demikian, pertapaan ini sangat menarik – bahkan oleh karena kesederhanaanya itu sendiri. Suasana teduh, hening, dan sunyi di pertapaan ini sungguh menjadi daya tarik utama. Apalagi buat orang kota yang selalu berpacu dengan waktu. Di tempat ini, waktu terasa berhenti. Kesunyian merupakan sarana yang mempermudah setiap orang untuk bertemu dan berdialog dengan Tuhan dan menjadikan Allah sungguh commit sebagai to user pusat hidup.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 111
C. Sejarah Bunda Pemersatu Gedono adalah pertapaan pertama rubiah Ordo Cisterciensis Observansi Ketat (OCSO) atau umumnya Trappist di Indonesia, atas prakarsa komunitas Rawaseneng dan kerja sama dalam Ordo, maka dipilihlah Pertapaan Trappistin di Victorchiano-Italia sebagai tempat formasi bagi calon rubiah trappistin Indonesia. Pengiriman calon ini dimulai pada tahun 1979 sampai tahun 1985. Pembangunan Pertapaan dimulai pada tahun 1985. Pada awal tahun 1987 datanglah 11 Suster Pendiri Komunitas Pertapaan Bunda Pemersatu Gedhono, dalam dua tahap. Kelompok I tanggal 6 Januari 1987 terdiri dari empat Suster dan kelompok II tanggal 19 Maret 1987 dimulailah hidup regular kerahiban Cisterciensis-Terappist di Gedhono. Pada tanggal 31 Mei 1988 hari peringatan SP Maria menggunjungi St. Elisabet-Pesta Pelindung Pertapaan Bunda Pemersatu Gedhono. Pertapaan ini diresmikan oleh pemerintah RI dan diberkati oleh Bapa Justinus Kardinal Darmoyuwono, sebagai Biara Fundasi. Kemudian diangkat menjadi Biara Mandiri, bersetatus keprioran sederhana. Tanggal 26 Januari 1994 hari raya pendiri Ordo kami : St. Robertus, St. Alberikus dan St. Stefanus Harding. Tanggal 26 Januari 2000 Pertapaan diangkat menjadi keabdisan dan Sr. Marta E. Driscoll dipilih menjadi Ibu Abdis, Pemberkatan Abdis pertama dilaksanakan tanggal 11 Febuari 2000, dalam Perayaan ekaristi yang dipimpin oleh Bapa Uskup Agung Semarang Mgr. I Suharyo.
D. Kegiatan-kegiatan Para
rubiah
Cisterciensis
mengarahkan
hidupnya
kepada
kontemplasi. Mereka membaktikan diri seutuhnya kepada Allah sematamata dalam kesunyian, keheningan dan doa kontinu, dan dalam pertobatan terus menerus. Untuk itu, mereka tidak melakukan karya kerasulan aktif, betapapun mendesaknya kebutuhan Gereja. Namun demikian, mereka tetap
harus
bekerja
unuk
mendapatkan
nafkahnya
mengungkapkan solidaritasnya dengan kaum pekerja kecil. commit to user
dan
untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 112
Bagi rubiah Cisterciensis, kerja merupakan kesempatan yang menunjang perkembangan pribadi untuk memberi diri masing-masing kepada sesama.
Di biara Bunda Pemersatu Gedono, para rubiah
Cisterciensis bekerja membuat hosti, yoghurt, selai dan sirup. Cetakan kartu bergambar dengan teks rohani dan doa, pembuatan rosario, dan ikon juga dikerjakan oleh mereka. Pengelolaan kebun pertapaan yang akhirnya akan menghasilkan buah dan sayur juga merupakan bagaian dari kerja tangan mereka untuk menafkahi mereka sendiri. Melalui Lectio Divina (cara monastik untuk berdoa dengan menggunakan kitab suci) komunitas rubiah Cisterciensis berkumpul untuk merayakan liturgi Ekaristi dan ibadat harian 7X sehari. Acara harian monastik merupakan keseimbangan antara doa pribadi, doa liturgi, lectio divina, dan kerja tangan. Kegiatan setiap hari mulai dengan ibadat malam sebelum matahari terbit (pk. 03.15). Kemudian diteruskan dengan doa hening bersama di gereja, lalu doa dan lectio pribadi. Dilanjutkan dengan ibadat pagi (pk. 05.45) dimana Tuhan dipuji pada permulaan hari baru. Acara harian ditentukan oleh jam-jam ibadat harian sebagai sarana untuk menguduskan diri dan Perayaan Ekaristi (pk. 07.30) sebagai puncaknya dan dilanjutkan dengan ibadat jam ketiga. Kemudian ibadat jam ke-enam (pk. 11.15) tengah hari, dan ibadat jam ke-sembilan (pk. 13.30) sesudah tengah hari. Diantara jam-jam tersebut para rubiah Cisterciensis bekerja (pk. 08.15-11.00 dan pk. 13.45-15.45). Ibadat sore (pk. 16.45) dirayakan pada saat senja sebelum makan sore. Acara harian ditutup bersamaan dengan ibadat penutup (pk. 18.55)yang diakhiri dengan nyanyian ‘Salam, Ya Ratu’ (Salve Regina) menurut tradisi monastik untuk menyerahkan diri ke dalam perlindungan Bunda Maria.
E. Prosedur Retret / Rekoleksi / Kunjungan Rombongan Retret disini hanya untuk pribadi atau perorangan, bila dengan kelompok maksimum jumlah pengunjung enam orang. Tersedia 8 buah kamar penginapan bagi mereka yang ingin mengikuti kehidupan bersama rubiah Cisterciensis. Untuk tinggaltoditempat ini, diperlukan reservasi lebih commit user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 113
dahulu untuk memastikan ketersediaan kamar. Maksimum dalam 1 tahun hanya diijinkan tinggal tidak lebih dari 8 hari. Biaya per hari per orang termasuk makan 3X adalah Rp. 40K. Sedangkan untuk kunjungan rombongan dibatasi75 orang karena aula hanya dapat menampung jumlah tersebut.
F. Jadwal kegiatan Ibadah 1) Perayaan Ekaristi (Misa Kudus) a. Hari Minggu dan Hari Raya Khusus pukul 10.00 b. Hari Biasa pukul 07.30 atau 06.00 2) Pada Hari Rekoleksi (Jumat ke-2) a. Ibadat Siang pukul 13.45 (didoakan secara peribadi) b. Ibadat Sore pukul 16.30 c. Pentakhtaan Sakramen Mahakudus, Adorasi 1 jam. d. Sesudah pukul 12.00 Toko tutup.
G. Fasilitas 1) Ruang pembicara a. Terpisah Disini yang dimaksud terpisah adalah dimana batasan seorang biarawati dengan umat, dimana biarawati sudah mempunyai tujuan hidup yang pasti untuk Tuhan sedangkan umat kadang masih belum tahu apa tujuan yang mereka cari
Gambar III.37 Ruang Pembicara Terpisah (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 114
b. Terbuka Disini yang dimaksud terbuka ialah bahwa manusia dihadapan Tuhan itu sama.
Gambar III.38 Ruang Pembicara Terbuka (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
2) Kapel Kapel berbentuk menyiku menghadap kearah timur. Kapel memiliki dua ruang besar, satu ruang sejajar dengan rumah tamu dan satunya sejajar dengan lereng bukit Gedono. Yang sejajar dengan rumah tamu diperuntukan khusus bagi tamu pertapaan. Sementara yang sejajar dengan lereng khusus diperuntukan bagi para rubiah. Masing-masing ruang memiliki fungsi yang berbeda. Ornamen yang ditonjolkan bangunan kapel juga berbeda jauh dari rumah tamu. Perbedaannya Cuma pada elemen cahaya yang amat dominan. Kapel disini arsitekturnya adalah seorang Dosen arsitektur disebuah Universitas di Jawa Tengah yang berasal dari Swiss. Karena waktu akan dirancangnya sebuah Kapel dalam Pertapaan ini Romo YB Mangunwijaya, Pr sedang sakit parah sehingga tidak sanggup untuk meneruskannya, sampai Romo YB Mangunwijaya, Pr
wafat. Meskipun bangunan agak berbeda dengan yang lain
tetapi memiliki keterpaduan yang harmonis. Bangunan Kapel ini mempunyai konsep yang sangat menarik yang mana mempunyai nilai religi yang tinggi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 115
Gambar III.39 Kapel Tampak Depan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
a. Interior Kapel
Gambar III.40 Altar Tampak Depan (Kiri), Altar (Kanan) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Nuansa biru dialtar yang ditimbulkan efek dari jendela mempunyai makna membuat kita berasa kecil dihadapan Tuhan
Gambar III.41 Tempat Duduk Rubiah (Kiri), Tempat Duduk Umat (Kanan) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Di Kapel ini tempat biarawati dan umat terpisah, dan bangku biarawati
dibuat
berhadapan
mempunyai
tujuan
membacakan Masmur secara bergantian atau bersaut-sautan.
commit to user
untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 116
Gambar III.42 Jendela Menghadap Umat (Kiri) Jendela Menghadap Rubiah (Kanan) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Jendela di Kapel ini masing-masing mempunyai nilai dan tujuan, Jendela yang menghadap ke umat mengambarkan sebuah lingkaran yang melambangkan waktu dan persegi mengambarkan ruang jadi disini memiliki makna bahwa umat belum mempunyai tujuan yang pasti tentang hidupnya. Sedangkan jendela yang menggunakan simbol salib menghadap kebiarawati ini mempunyai makna bahwa biarawati sudah mempunyai tujuan hidupnya, mengabdikan seluruhnya untuk Tuhan.
Gambar III.43 Lantai Kapel (Kiri) Lantai Altar Kapel (Kanan) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar lantai bagian kiri ini mempunyai makna, bahwa manusia membutuhkan proses untuk menuju kejalan Tuhan, harus melalui proses dari bawah untuk mencapai jalan kebenaran. Sedangkan gambar lantai bagian kanan mengambarkan jalan menuju kebenaran itu, setelah kita melewatinya melalui proses yang sulit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 117
Gambar III.44 Lambang Bunda Pemersatu (Bunda Maria dengan pakaian jawa) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
3) Toko Pelayanan Toko a. Hari Minggu pukul 09.00-09.30 dan sesudah Misa sampai jam 112.30 Sore pukul 14.00-15.45 b. Hari Biasa pukul 10.30-11.00 dan pukul 14.00-15.45 Di biara Bunda Pemersatu Gedono, para rubiah Cisterciensis bekerja membuat hosti, yoghurt, selai dan sirup. Cetakan kartu bergambar dengan teks rohani dan doa, pembuatan rosario, dan ikon juga dikerjakan oleh mereka.
Gambar III.45 Kefir dan Yoghurt (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Kefir = susu fermentasi Kefir adalah produk fermentasi susu yang telah lama dikenal di Rusia, Kaukasus dan Siberia, dan merupakan sejenis minuman sehat yang dibuat dari susu sapi yang difermentasikan oleh starter kefir. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 118
Kefir dibuat dengan bantuan suatu starter yang disebut biji kefir (kefir grain). Starter kefir mengandung lebih banyak zat yang membantu aktifitas mikroorganisme dalam saluran pencernaan makanan, sehingga kefir berkhasiat lebih tinggi untuk kesehatan tubuh. Kefir disukai konsumen karena mempunyai cita rasa dan tekstur yang lebih baik, dapat digunakan sebagai alasan untuk kesehatan dan sebagai makanan bagi yang ingin melangsingkan tubuh. Kefir dapat dikonsumsi pada waktu senggang sebagai dessert (makanan penutup) ataupun sebagai makanan bagi yang sedang diet
Gambar III.46 Sirup dan Sele (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar III.47 Kue hasil sisa Hosti (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar III.48 Lukisan (Kiri) dan Kartu commit toUcapan user / Pembatas Alkitab (Kanan) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 119
Gambar III.49 Buku Renungan (Kiri) dan Kaset (Kanan) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
4) Aula Tempat untuk acara tertentu atau untuk menampung rombongan yang datang untuk berkunjung
Gambar III.50 Interior Aula (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
5) Penginapan Tersedia 8 buah kamar penginapan bagi mereka yang ingin mengikuti kehidupan bersama rubiah Cisterciensis. Untuk tinggal ditempat ini, diperlukan reservasi lebih dahulu untuk memastikan ketersediaan kamar. Maksimum dalam 1 tahun hanya diijinkan tinggal tidak lebih dari 8 hari.
Gambar III.51 Penginapan (Sumber : Dokumentasi Pribadi) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 120
Rumah retret menjadi salah satu kawasan yang steril dari kebisingan. Rumah retret sesuai namanya memiliki fungsi penyepian diri bagi para tamu. Ada dua rumah retret. Letaknya dibagian bawah area parkir. Bangunan berbentuk persegi, beratap limas. Sama dengan rumah tamu, rumah retret dan toko menggunakan tembok berbahan batu alam. 6) Ruang Makan
Gambar III.52 Ruang Makan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
7) Rumah Tamu
Gambar III.53 Ruang Tamu (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Bangunan ini cukup besar bagi para tamu, karena tamu yang datang tidak setiap hari. Bangunan ini menghadap ke utara dengan bentuk memanjang dan berkoridor. Temboknya terbuat dari batu alam yang tersusun rapi. Berdiri diatas gundukan tanah dengan dua undakan tangga didepannya. Tangga pertama langsung menghubungkan area parkir dengan tempat pendaftaran tamu dengan retret, rumah penyepian diri untuk tamu. Tangga ini berbentuk sengkedan dengan to user amat harmonis. Ada tiga rumah atap diatasnya, kesancommit yang terbentuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 121
tamu, tempatnya tak begitu besar tetapi suasananya amat tenang. Ornamennya ada dua pintu yang berseberangan, empat jendela berbentuk kubah serta banyak kisi jendela berbentuk persegi dan bulat. Satu ventilasi lagi berada diatap yang membawa cahaya matahari jatuh kelantai ubin dan berpendar keseluruh ruangan, itu pun masih ditambah variasi cahaya buatan dari dua buah lampu yang tergantung. 8) Jalan Salib
Gambar III.54 Jalan Salib (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
9) Taman
Gambar III.55 Taman (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
10) Elemen Pembentuk Ruang a. Dinding Keseluruhan dinding pada bangunan menggunakan batu alam yang tersusun rapi dengan kisi jendela berbentuk persegi dan bulat, yang arti dari sebuah persegi yaitu ruang sedangkan bulat melambangkan waktu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 122
Gambar III.56 Dinding Batu Alam (Kiri) dan Kisi Jendela (Kanan) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
b. Lantai
Gambar III.57 Lantai (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Lantai menggunakan tegel abu2 dengan motif geometi 25x25cm, kramik motif 30x30cm, dan batu merah yang disusun secara rapi.
c. Ceiling
Gambar III.58 Ceiling (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Ceiling menggunakan genting yang memperlihatkan kontruksinya dengan kayu, kemudian gysum dengan ventilasi berada diatap yang membawa cahaya matahari masuk kedalam ruangan serta kayu yang memberikan kesan hangat dan sebagai akustik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 123
d. Pencahayaan
Gambar III.59 Lampu gantung (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Pencahayaan menggunakan lampu gantung, dan lampu TL warna putih. e. Penghawaan
Gambar III.60 Jendela (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
f. Furniture
Gambar III.61 Furniture (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Semua furnitur kebanyakan menggunakan bahan-bahan kayu dan bambu, selain itu feiber juga digunakan dalam furniture. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 124
g. Akustik Menggunakan pohon-pohon besar dan kaca-kaca tebal untuk peredam suara, sehingga Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono tenang dan nyaman sehingga kebisingan dari luar tidak masuk dalam Rumah Retret ini.
h. Sistem Keamanan Sistem
keamanan
Pertapaan
Bunda
menggunakan karyawan dan penjaga saja.
commit to user
Pemersatu
Gedono
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 126
3. Status Kelembagaan Bangunan Rumah Retert Katholik merupakan usaha jasa yang bersifat komersil, edukatif, dan rekreatif sebagai sarana penyegaran rohani. Untuk keberadaan initerior harus dapat mendukung terciptanya suasana yang nyaman, aman dan menyenangkan bagi para pengunjung.
4. Struktur Organisasi Struktur organisasi dari Rumah Retret Katholik ini adalah sebagai berikut : Keuskupan Agung Semaramg Wakil Keuskupan Agung Semarang
Bidang Pelayanan
Bidang Penanggung jawab
Pimpinan
Karyawan
Romo
Bruder
Sekertaris
Front Office
Bendahara
Koki
Karyawan
Keamana n
Bruder
Bagan IV. 1 Strktur Organisasi Rumah Retret Katholik
5. Program Kegiatan a.
Untuk sistem ruang penerimaan buka pukul 08.00-19.00 WIB.
b.
Untuk rumah retret buka 24 jam.
c.
Sistem operasional pada fasilitas rumah retret disesuaikan dengan kegiatan yang acara yang diadakan, biasanya pada pukul 05.00-12.00 dan 16.00 24.00.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 127
Kegiatan di dalam ini meliputi (1) Kegiatan utama seperti edukasi rohani, rekreasi rohani, tempat perasingan (2) Kegiatan pengelola seperti administrasi, marketing, pengarsipan, pengarahan, pemberian informasi, pelayanan serta kegiatan pengelolaan operasional, (3) Kegiatan servis yang terdiri dari mecanical electrical, dan maintenence bangunan serta, (4) kegiatan penunjang yang terdiri dari kegiatan menunggu, kebutuhan konsumsi, interaksi, kebutuhan ibadah (mushola) dan kebutuhan lavolatory.
6. Alur Kegiatan Pola Kegiatan a.
Kegiatan Pengunjung Datang Parkir R. Penerimaan / Informasi i Masuk Kompleks Fas. Pribadi
Fas. Ibadah
Fas. Edukasi
Pulang Bagan IV.2 Kegiatan Pengunjung Rumah Retret Katholik di Surakarta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 128
Kegiatan pengelola
Datang Kendaraan pribadi Parkir Masuk Kompleks Bagian Penunjang Service
Bagian Pengelola Pulang
Bagan IV.3 Kegiatan Pengelola Rumah Retret Katholik di Surakarta
7. Program Ruang a. Kelompok Pengunjung AKTIVITAS
KEBUTUHAN RUANG
a. Datang, menyesuaikan diri
a. Lobby
b. Mencari informasi
b. Resepsionis
c. Peribadatan 1. Memimpin Doa
c. Kapel
2. Membawakan Firman
d. Kapel
3. Seminar Rohani
e. Ruang Seminar
4. Jalan Salib
f.
Jalan Salib
d. Lavatory
g. Lavatory
e. Doa Pribadi
h. Goa Maria
f.
Edukasi -
Memberi Seminar
i.
Ruang Seminar
g. Pribadi -
Membaca
commit to userj.
Art Shop
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 129
-
Mendengarkan Musik
h. Art Shop
-
Membeli Sovenir
i.
Art Shop
-
Makan dan minum
j.
Ruang Makan
-
Tidur
k. Asrama
-
MCK
l.
KM / WC
Tabel IV. 1 Analisa Kebutuhan Ruang Pengunjung
b. Kelompok staff pengelola AKTIVITAS
KEBUTUHAN RUANG
1) Penerimaan a. Datang b. Parkir
a. Parkir
c. Memasuki Gedung
b. Hall
2) Pengelola a. Memimpin
c. Ruang Pimpinan
b. Kegiatan Administrasi
d. Ruang Administrasi
c. Kegiatan Staff
e. Ruang Staff
d. Istirahat
f.
e. Lavatory
g. Lavatory
Ruang Istirahat
3) Pribadi a. Makan dan minum
h. Ruang Makan
b. Tidur
i.
Ruang Tidur
c. MCK
j.
Km /WC
4) Servis
k.
a. Kegiatan Masak
l.
Dapur / Pantry
b. Menjaga Art Shop
m. Art Shop
c. Menyimpan Barang
n. Tempat Penyimpanan
Tabel IV. 2 Analisa Kebutuhan Ruang Pengelola
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 130
8. Besaran Ruang Besaran ruang pendidikan desain interior disesuaikan menurut kebutuhan dan standart yang telah ditetapkan berdasarkan ukuran : a. HD
: Dimensi Manusia dan Ruang Interior
b. DA
: Data Arsitek
c. TS
: Time Saver for interior design
Ruang
Keterangan
Standart
Luas
Kapasitas 20% dari jumlah
pengguna
bangunan per hari = Lobby
HD
40-60 orang Standart
:
0.9
m²/orang Luas : 60 x 0.9 = 54 54 m²
m² Literatur Lobby
Zona Sirkulasi Sumber : Panero, 2003, hal 33
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 131
Lebar Lintasan Publik Utama Sumber : Panero, 2003, hal 201
Tabel IV. 3 Analisa Kegiatan dan Besaran Ruang
9. Pembentuk Ruang a. Lantai Analisa Penggunaan Bahan Lantai Ruang
Dasar Pertimbangan
Lobby
a. Efisiensi penggunaan bahan b. Aktifitas pengunjung
Kriteria Bahan a. Mempunyai sifat
b. Granit
b. Desain dapat
c. Marmer
memberikan arahan
c. Lay out
c. Tahan lama
d. Bentuk ruang
d. Mudah perawatan dan pembersihan
f. Besaran ruang
e. Kuat menahan
g. Sistem sirkulasi
f. Tidak licin
h. Akustik
g. Tahan lembab
d. Wood laminated
beban
i. Dapat menampung h. Tahan gores pola penataan ruang i. Daya pantul sinar tidak dan furniture yang lebih dari 30% commit to user
Bahan a. Keramik tile
akustik
e. Fungsi ruang
Alternatif
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 132 dinamis
Art Shop
a. Efisiensi
a. Mempunyai sifat
penggunaan bahan b. Aktifitas
akustik b. Desain dapat
pengunjung
Memberikan arahan
c. Lay out
a. Keramik tile b. Granit c. Wood laminated
(guidance)
d. Bentuk ruang
c. Tahan lama
e. Fungsi ruang
d. Mudah perawatan dan
f. Besaran ruang
pembersihan
g. Sistem sirkulasi
e. Kuat menahan beban
h. Akustik
f. Tidak licin
i. Dapat menampung g. Tahan lembab pola penataan ruang h. Tahan gores dan furniture yang i. Daya pantul sinar tidak dinamis Ruang Seminar
lebih dari 30%
a. Efisiensi
a. Mempunyai sifat
penggunaan bahan b. Aktifitas
akustik b. Desain dapat
pengunjung
memberikan arahan
c. Lay out
c. Tahan lama
d. Bentuk ruang
d. Mudah perawatan dan
e. Fungsi ruang
pembersihan
f. Besaran ruang
e. Kuat menahan beban
g. Sistem sirkulasi
f. Tidak licin
h. Akustik
g. Tahan lembab
i. Dapat menampung h. Tahan gores pola penataan ruang dan furniture yang
i. Daya pantul sinar tidak lebih dari 30%
dinamis commit to user
a. Keramik tile b. Granit c. Stone/batu d.Wood laminated
perpustakaan.uns.ac.id
Kapel
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 133 a. Efisiensi penggunaan bahan b. Aktifitas
a. Mempunyai sifat akustik
a. Keramik tile
b. Desain dapat
b. Granit
memberikan arahan
pengunjung
c. Stone/batu
c. Tahan lama
c. Lay out
d.Wood
d. Mudah perawatan dan laminated
d. Bentuk ruang
pembersihan
e. Fungsi ruang
e. Kuat menahan beban
f. Besaran ruang
f. Tidak licin
g. Sistem sirkulasi
g. Tahan lembab
h. Akustik
h. Tahan gores
i. Dapat menampung i. Daya pantul sinar tidak pola
penataan
lebih dari 30%
ruang dan furniture yang dinamis Gua Maria & Jalan Salib
a. Efisiensi
b. Mempunyai
penggunaan bahan b. Aktifitas
sifat akustik c. Desain
pengunjung
b.Wood
dapat laminated
memberikan
c. Lay out
arahan
d. Bentuk ruang
(guidance)
e. Fungsi ruang
d. Tahan lama
f. Besaran ruang
e. Mudah
g. Sistem sirkulasi
perawatan
h. Akustik
pembersihan
i. Dapat menampung pola
a. Marmer
penataan
f. Kuat
c. Stone/batu
dan
menahan
beban
ruang dan furniture
g. Tidak licin
yang dinamis
h. Tahan lembab i. Tahan gores j. Daya
pantul
sinar tidak lebih commit to user
dari 30%
perpustakaan.uns.ac.id
Asrama
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 134 a. Efisiensi penggunaan bahan b. Aktifitas pengunjung
a. Mempunyai sifat akustik
a. Marmer
b. Desain dapat
b.Wood
memberikan arahan
laminated
(guidance)
c. Stone/batu
c. Lay out
c. Tahan lama
d. Bentuk ruang
d. Mudah perawatan dan
e. Fungsi ruang f. Besaran ruang g. Sistem sirkulasi
e. Kuat menahan beban f. Tidak licin
h. Akustik i. Dapat menampung pola
pembersihan
g. Tahan lembab
penataan
ruang dan furniture h. Tahan gores yang dinamis
i. Daya pantul sinar tidak lebih dari 30%
Tabel IV. 4 Analisa Penggunaan Material Lantai b. Dinding
Analisa Penggunaan Material Dinding Ruang Lobby
Dasar Pertimbangan a. Lay out
Kriteria Bahan
Alternatif Bahan
a. Mendukung akustik
a. Gypsumboard
b. Pola lantai
agar suara dari luar
b. Partisi kayu
c. Potensi luar ruang
ruangan tidak masuk
c. Kaca
d. Bentuk ruang dan
ke dalam ruang .
rencana bukaan yang
b. Tahan lama
ada
c. Tahan gesek
e. Dinding sebagai pembatas visual, pelindung cuaca,
d. Mudah perawatan e. Tahan terhadap perubahan suhu dan
commit to user kelembaban pengatur sirkulasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 135 udara, pendukung estetik
f. Mendukung fleksibilitas ruang
f. Akustik g. Mendukung fleksibilitas ruang h. Mendukung suasana ruang i. Fungsi ruang Art Shop
a. Lay out
a. Mendukung akustik
a. Gypsumboard
b. Pola lantai
agar suara dari luar
b. Partisi kayu
c. Potensi luar ruang
ruangan tidak
c. Kaca
d. Bentuk ruang dan
masuk ke dalam
rencana bukaan e. Dinding sebagai
ruang . b. Tahan lama
pembatas visual,
c. Tahan gesek
pelindung cuaca,
d. Mudah perawatan
pengatur sirkulasi
e. Tahan terhadap
udara, pendukung
perubahan suhu dan
estetik
kelembaban
f. Akustik
f. Mendukung
g. Mendukung
fleksibilitas ruang
fleksibilitas ruang h. Mendukung suasana ruang i. Fungsi ruang
Ruang Seminar
a. Lay out
a. Mendukung akustik
b. Pola lantai
agar suara dari luar
c. Potensi luar ruang
ruangan tidak masuk
d. Bentuk ruang dan
ke dalam ruang .
rencana bukaan yang ada
b. Tahan lama
c. Tahan gesek commit to user
a. Gypsumboard b. Karpet wall to wall c. Partisi kayu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 136 e. Dinding sebagai pembatas visual,
d. Mudah perawatan e. Tahan terhadap
pelindung cuaca,
perubahan suhu dan
pengatur sirkulasi
kelembaban
udara, pendukung
f. Mendukung
estetik
fleksibilitas ruang
f. Akustik g. Mendukung fleksibilitas ruang h. Mendukung suasana ruang i. Fungsi ruang Kapel
a. Lay out
a. Mendukung akustik
a. Gypsumboard
b. Pola lantai
agar suara dari luar
b. Partisi kayu
c. Potensi luar ruang
ruangan tidak masuk
c. Kaca
d. Bentuk ruang dan
ke dalam ruang .
rencana bukaan yang
b. Tahan lama
ada
c. Tahan gesek
e. Dinding sebagai pembatas visual,
d. Mudah perawatan e. Tahan terhadap
pelindung cuaca,
perubahan suhu dan
pengatur sirkulasi
kelembaban
udara, pendukung
f. Mendukung
estetik
fleksibilitas ruang
f. Akustik g. Mendukung fleksibilitas ruang h. Mendukung suasana ruang i. Fungsi ruang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Asrama
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 137 a. Lay out
a. Mendukung
b. Pola lantai
akustik agar suara
c. Potensi luar ruang
dari luar ruangan
d. Bentuk ruang dan
tidak masuk ke
rencana bukaan yang ada
a. Gypsumboard b. Partisi kayu
dalam ruang . b. Tahan lama
e. Dinding sebagai
c. Tahan gesek
pembatas visual,
d. Mudah perawatan
pelindung cuaca,
e. Tahan terhadap
pengatur sirkulasi
perubahan suhu
udara, pendukung
dan kelembaban
estetik f. Akustik
f. Mendukung fleksibilitas ruang
g. Mendukung fleksibilitas ruang h. Mendukung suasana ruang i. Fungsi ruang Tabel IV. 5 Analisa Penggunaan Material Dinding
c. Ceiling Analisa Penggunaan Material Langit-langit / Ceiling Ruang Lobby
Dasar Pertimbangan a. Lay out b. Konsep lantai dan dinding c. Fungsi ruang dan aktifitas d. Struktur serta
Kriteria Bahan a. Mendukung syarat akustik b. Mempunyai kuat yang dapat dukung konstruksi listrik c. Ringan
konstruksi atap d. Tahan lama commit to user e. Ketinggian titik e. Mudah perawatan
Alternatif Bahan a. Acoustic board b. Gypsum board c. Multiplek d. Lumbersserig
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 138 lampu dan rencana
f. Memiliki nilai
instalasi
estetis
f. Akustik
g. Tahan terhadap
g. Mendukung pada
perubahan suhu
suasana ruang Art Shop
a. Lay out
a. Mendukung syarat
b. Konsep lantai dan dinding
akustik b. Mempunyai kuat
c. Fungsi ruang dan
yang dapat dukung
aktifitas
konstruksi atap e. Ketinggian titik lampu dan rencana instalasi
c. Multiplek d.Lumberseering
c. Ringan d. Tahan lama e. Mudah perawatan f.
f. Akustik
Memiliki nilai estetis
g. Mendukung pada
g. Tahan terhadap
suasana ruang
Seminar
b.Gypsum board
konstruksi listrik
d. Struktur serta
Ruang
a.Acoustic board
a. Lay out
perubahan suhu a. Mendukung syarat
b. Konsep lantai dan dinding
akustik b. Mempunyai kuat
c. Fungsi ruang dan aktifitas d. Struktur serta konstruksi atap e. Ketinggian titik lampu dan rencana
konstruksi listrik
c. Multiplek
d. Tahan lama e. Mudah perawatan f. Memiliki nilai
g. Tahan terhadap
g. Mendukung pada suasana ruang commit to user
b. Gypsum board
estetis
f. Akustik
board
yang dapat dukung
c. Ringan
instalasi
a. Acoustic
perubahan suhu
d.Lumberssering
perpustakaan.uns.ac.id
Kapel
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 139 a. Lay out b. Konsep lantai dan dinding c. Fungsi ruang dan aktifitas d. Struktur serta konstruksi atap e. Ketinggian titik lampu dan rencana instalasi f. Akustik g. Mendukung pada suasana ruang
Gua Maria &
a. Lay out b. Konsep lantai dan dinding
Jalan Salib
c. Fungsi ruang dan aktifitas d. Struktur serta konstruksi atap e. Ketinggian titik lampu dan rencana instalasi f. Akustik g. Mendukung pada suasana ruang Asrama
a.
Lay out
b.
Konsep lantai dan dinding
c.
d.
a. Mendukung syarat akustik b. Mempunyai kuat yang dapat dukung konstruksi listrik c. Ringan
a. Acoustic board b. Gypsum board c. Multiplek d. Lumbersserig
d. Tahan lama e. Mudah perawatan f. Memiliki nilai estetis g. Tahan terhadap perubahan suhu a. Mendukung syarat akustik b. Mempunyai kuat yang dapat dukung
a.Acoustic board b.Gypsum board c. Multiplek d.Lumberseering
konstruksi listrik c. Ringan d. Tahan lama e. Mudah perawatan f. Memiliki nilai estetis g. Tahan terhadap perubahan suhu a. Mendukung syarat akustik b. Mempunyai kuat
Fungsi ruang dan
yang dapat dukung
aktifitas
konstruksi listrik
Struktur serta
c. Ringan
konstruksi atap
d. Tahan lama
e. Ketinggian titik e. Mudah perawatan commit to user
a. Gypsum board b. Multiplek c. Lumberseering
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 140 lampu dan rencana
f. Memiliki nilai
instalasi f. Akustik
estetis g. Tahan terhadap
g. Mendukung pada
perubahan suhu
suasana ruang Tabel IV. 6 Analisa Penggunaan Material Langit-langit/ Ceiling
10. Pengisi Ruang Furniture menggunakan bentuk-bentuk yang ringan, simpel, bersih dan sedikit ornamen dengan aplikasi material perpaduan alami ( kayu, rotan, bambu ) dan modern ( stainless, logam, kaca )sehingga tercipta furniture yang alami namun tetap kekinian ( mengikuti perkembangan ). Bentuk dan warna sesuai dengan konsep dan tema dari perancangan yaitu warna yang digunakan mengacu pada warna-warna alam ( coklat, hijau), dengan aksen warna segar yang terinspirasi dari warna tropis bunga dan buah ( oranye, merah, kuning, ungu ) namun dengan intensitas warna yang soft untuk menciptakan suasana yang tenang, asri, dan akrab. Bentuk yang digunakan memilih bentuk-bentuk yang simpel namun tetap aman bangi penguna.
11. Sistem Interior a.Pencahayaan Analisa Pencahayaan Ruang Ruang Lobby
Kriteria Analisa a. Tidak memerlukan bahan dan instalasi khusus dalam pengoperasiannya b. Tidak memerlukan perawatan khususDapat digunakan di berbagai tempat, keadaan, waktu dan model yang sesuai dengan perancangan yangdiinginkan commit to user
Alternatif Sistem - Pencahayaan Buatan -Pencahayaan Alami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 141 c. Dapat diletakkan sesuai dengan kebutuhan benda yang memerlukan cahaya
Art Shop
a. Tidak memerlukan bahan dan instalasi khusus dalam
- Pencahayaan Alami - Pencahayaan Buatan
pengoperasiannya b. Tidak memerlukan perawatan khususDapat digunakan di berbagai tempat, keadaan, waktu dan model yang sesuai dengan perancangan yangdiinginkan c. Dapat diletakkan sesuai dengan kebutuhan benda yang memerlukan cahaya Ruang Seminar
a. Tidak memerlukan bahan dan instalasi khusus dalam
- Pencahayaan Alami - Pencahayaan Buatan
pengoperasiannya b. Tidak memerlukan perawatan khususDapat digunakan di berbagai tempat, keadaan, waktu dan model yang sesuai dengan perancangan yangdiinginkan c. Dapat diletakkan sesuai dengan kebutuhan benda yang memerlukan cahaya Kapel
a. Tidak memerlukan bahan dan instalasi khusus dalam pengoperasiannya b. Tidak memerlukan perawatan khususDapat digunakan di berbagai tempat, keadaan, waktu dan modelcommit yang sesuai dengan to user
- Pencahayaan Alami - Pencahayaan Buatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 142 perancangan yangdiinginkan c. Dapat diletakkan sesuai dengan kebutuhan benda yang memerlukan cahaya
Gua Maria & Jalan Salib
a. Tidak memerlukan bahan dan instalasi khusus dalam
- Pencahayaan Alami - Pencahayaan Buatan
pengoperasiannya b. Tidak memerlukan perawatan khususDapat digunakan di berbagai tempat, keadaan, waktu dan model yang sesuai dengan perancangan yangdiinginkan c. Dapat diletakkan sesuai dengan kebutuhan benda yang memerlukan cahaya
Asrama
a. Tidak memerlukan bahan dan instalasi khusus dalam pengoperasiannya b. Tidak memerlukan perawatan khususDapat digunakan di berbagai tempat, keadaan, waktu dan model yang sesuai dengan perancangan yangdiinginkan c. Dapat diletakkan sesuai dengan kebutuhan benda yang memerlukan cahaya Tabel IV. 7 Analisa Pencahayaan Ruang
commit to user
- Pencahayaan Alami - Pencahayaan Buatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 143
b. Penghawaan Analisa Penghawaan Ruang Ruang Lobby
Kriteria Analisa a. Tidak memerlukan bahan dan
Alternatif Sistem - Penghawaan Alami
instalasi khusus dalam pengoperasiannya b. Mudah dalam pengoperasiannya c. Mampu memberikan derajat kelembaban sesuai dengan yang diinginkan pada suatu tempat Art Shop
a. Tidak memerlukan bahan dan
- Penghawaan Alami
instalasi khusus dalam pengoperasiannya b. Mudah dalam pengoperasiannya c. Mampu memberikan derajat kelembaban sesuai dengan yang diinginkan pada suatu tempat Ruang Seminar
a. Tidak memerlukan bahan dan
- Penghawaan Alami
instalasi khusus dalam pengoperasiannya b. Mudah dalam pengoperasiannya c. Mampu memberikan derajat kelembaban sesuai dengan yang diinginkan pada suatu tempat
Kapel
a. Tidak memerlukan bahan dan instalasi khusus dalam pengoperasiannya b. Mudah dalam pengoperasiannya c. Mampu memberikan derajat kelembaban sesuai dengan yang diinginkan pada suatu tempat commit to user
- Penghawaan Alami
perpustakaan.uns.ac.id
Gua Maria
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 144 a. Tidak memerlukan bahan dan
- Penghawaan Alami
instalasi khusus dalam
&
pengoperasiannya
Jalan Salib
b. Mudah dalam pengoperasiannya c. Mampu memberikan derajat kelembaban sesuai dengan yang diinginkan pada suatu tempat a. Tidak memerlukan bahan dan
Asrama
- Penghawaan Alami
instalasi khusus dalam pengoperasiannya b. Mudah dalam pengoperasiannya c. Mampu memberikan derajat kelembaban sesuai dengan yang diinginkan pada suatu tempat Tabel IV. 8 Analisa Penghawaan Ruang
c. Akustik Dalam sistem akustik, sumber bunyi dari suatu kegiatan (manusia atau mesin) akan menimbulkan dampak yang enak didengar atau tidak enak didengar (gaduh / bising). Kebisingan mempunyai pengaruh dalam kenyamanan fisik suatu wadah kegiatan (bangunan) yang tingkat kebisingannya berbeda antara satu dengan yang lain, sehingga untuk mengantisipasinya perlu tinjauan konsep perencanaan dan perancangan arsitektur yang memperhatikan akustik.
12. Sistem Keamanan a. Dari Ancaman Kebakaran Suatu perancangan yang baik tentunya memperhatikan masalah keamanan dari segi fisik bangunn dan terutama yang menyangkut kenyamanan pengunjung dari hal-hal yang mengganggu serta membahayakan jiwa seseorang. Maka diperlukan sarana peralatan yang berhubungan dengan commit to user keamanan yang dapat diletakkan paada titik utilitas bangunan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 145
Peralatan tersebut dapat berupa : 1) Hidran air : pipa dengan kran air dimana tersedia selang dan alat semprot air dengan lampu kontrol guna mengantisipasi kebakaran. 2) Sprinklers : alat kran air yang dipasang dengan jarak tertentu dihubungkan dengan pipa air diatasnya, dipasang satu sistem dengan heat detektor, sehingga jika kondisi panas dengan suhu tertentu atau terjadi kebakaran alat tersebut otomatis menyemprotkan air 3) Tabung gas berisi gas CO2 atau obat kimia anti api yang dilengkapi dengan alat penyemprot ( liquid foam ) 4) Tersedia sign keluar ruangan dan kapak merah apabila diperlukan untuk memecah dinding kaca b. Dari Ancaman Kejahatan Manusia Dasar pertimbangan : 1) Sistem operasionalnya yang mudah dan memiliki kemampuan tinggi untuk melindungi bangunan 2) Tidak mengganggu penampilan bangunan 3) Bentuk dan luasan bangunan 4) Jenis sistem yang digunakan : a. Sistem CCTV (Close Circuit Television), adalah yang digunakan untuk memantau atau memonitor kegiatan yang sedang berlangsung dengan menggunakan camera TV sebagai alat monitoring b. Sistem door and exit control Merupakan sistem dengan pemakaian pintu sebagai alat untuk mengatasi bahaya yang datang dari luar bangunan. Pintu-pintu yang berhubungan dengan luar bangunan diberi dan diawasi oleh seperangkat alat pendeteksi elektronik. 13. Sistem Organisasi Ruang Pertimbangan Untuk mendapatkan bentuk organisasi ruang yang sesuai dengan fungsi Rumah Retret Katholik, maka orgaanisasi ruang harus memenuhi kriteria commit to user sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 146
1. Pengelompokan
ruang
sesuai
dengan
pengelompokan
kegiatan
pengunjung. 2. Tingkat efisiensi ruang yang cukup. 3. Pengaturan tingkat kebisingan untuk menciptakan suasana tenang. 4. Sirkulasi antar ruang yang nyaman dan terarah. Alternatif pengorganisasian ruang Organisasi
Keuntungan
Ruang a)
Linier
Mudah
Kerugian
menyesuaikan
kondisi
Kurang efisien, dan butuh banyak ruang
Sirkulasi jelas dan terarah
Pencapaian mudah
utama dari semua
Adanya hirarki ruang
ruang
Tidak ada orientasi
Tidak ada pengelompokan dan pemilahan kegiatan berdasarkan sifat fungsi kegiatan
Terpusat
Memiliki pusat / orientasi
Arah sirkulasi terpusat
kegiatan
pada satu titik,
Bersifat stabil
sehingga perhatian ke
Pencapaian ke titik ter-
titik lain berkurang
tentu mudah & langsung
Radial
Efisiensi tinggi
Perpaduan antara organi-
Arah sirkulasi terpusat
sasi linier dan radial
pada satu titik,
Menghasilkan pola dinamis
sehingga perhatian ke
Pencapaian ke titik tertentu
titik lain berkurang
mudah dan langsung commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Cluster
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 147
Dapat menerima ruang –
Tidak
ruang
utama pada ruang
yang
berlainan
bentuknya
Luwes dan rima
dapat mene-
pertumbuhan
ada
orientasi
Kontrol visual kurang baik
dan
perubahan langsug tanpa mempengaruhi
karakter-
nya Tabel IV. 9 Alternatif pengorganisasian ruang
Dari keempat alternatif di atas, penulis menggunakan organisasi ruang Radial karena organisasi ruang radial bersifat menghasilkan pola dinamis serta pencapaian ke titik tertentu mudah dan langsung. Sistem organisasi ruang radial juga memudahkan pembagian kegiatan, sehingga organisasi ruang ini sesuai apabila diterapkan dalam mendesain Solo Batik Fashion Center.
14. Sistem Sirkulasi Terdapat beberapa jenis sistem sirkulasi, yaitu: 1. Linier Semua jalan pada dasarnya adalah linier. Jalan yang lurus dapat menjadi unsur pengorganisir utama untuk satu deret ruang-ruang. Di samping itu, jalan dapat berbentuk lengkung atau berbelok arah, memotong jalan lain, bercabang-cabang, atau membentuk putaran (loop). 2. Radial Konfigurasi radial memiliki jalan-jalan lurus yang berkermbang dari atau berhenti pada sebuah pusat, titik bersarna. 3. Spiral (berputar) Sebuah konfigurasi spiral adalah suatu jalan tunggal menerus, yang berasal dari titik pusat, mengelilingi pusat dengan jarak yang berubah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 148
4. Grid Konfigurasi grid terdiri dari dua pasang jalan sejajar yang Saling berpotonqan pada jarak yang sama dan menciptakan bujur sangkar atau kawasan-kawasan ruang segi empat. 5. Jaringan Suatu konfigurasi jaringan terdiri dari jalan-jalan yang menghubungkan titik-titik tertentu di dalam ruang. 6. Komposit (gabungan) Pada kenyataannya, sebuah bangunan umumnya membuat kombinasi dari pola-pola di atas. Hal terpenting dalam setiap pola adalah pusat kegiatan, jalan masuk ke ruangan atau kamar, serta tempat untuk sirkulasi vertikal berupa tangga-tangga, landaian, dan elevator. Semua bentuk titik pusat ini memberikan kejelasan jalur p ergerakan melalui bangunan dan menyediakan kesempatan untuk berhenti sejenak, beristirahat, dan menentukan orientasi. Untuk menghindari timbulnya orientasi yang Membingungkan, suatu susunan hirarkis di antara jalur-jalur dan titik bangunan dapat dibangun dengan membedakan skala, bentuk, panjang, serta penempatannya.
Gambar IV. 2 Ilustrasi Pola sirkulasi (Sumber : Chng 1996, hal 221)
Berdasarkan beberapa alternatif dalam sistem sirkulasi di atas, penulis menggunakan sistem sirkulasi radial karena sesuai kebutuhan kegiatan pengguna bangunan diarahkan melaluli sebuah pola untuk menentukan sirkulasi kegiatan pengunjung yang berhenti pada sebuah titik pusat sehingga lebih terarah dan sesuai kebutuhan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 149
15. Pola Hubungan Antar Ruang
Gambar IV. 3 Pola Hubungan Antar Ruang (Sumber Pribadi)
16. Zoning dan Grouping Pada prinsipnya penentuan zoning dan grouping berdasarkan atas pertimbangan sifat dari kegiatan dan kepentingannya. Untuk menentukan kelompok dari suatu ruang yang harus diperhatikan adalah : a. Sirkulasi pengunjung, pemain, teknisi dan pengelola. b. Pola pencapaian aktifitas didalam ruang. c. Tingkat kegunaan dan sifat ruang. d. Tingkat privasi, keamanan dan kenyamanan. Kriteria penentuan tersebut dengan pertimbangan Zona Publik a. Untuk umum b. Mudah dicapai oleh pengunjung c. Tingkat ketenangan rendah. Zona Semi Publik a. Mudah dicapai b. Diperuntukkan bagi pemain dan teknisi commit to user c. Tingkat ketenangan cukup
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 150
d. Efisiensi tinggi Zona Privat a. Digunakan bagi pengelola, pengguna, dan teknisi b. Mudah dicapai oleh pengelola,pengguna dan teknisi c. Tingkat ketenangan tinggi Zona Servis a. Sebagai area pelayanan b. Mudah dicapai dari luar c. Sebagai pendukung fasilitas utama d. Mudah dalam pengawasan e. Tidak menggunakan fasilitas utama
Zoning dan Grouping
Gambar IV. 4 Zoning (Kiri) Grouping (Kanan) (Sumber Pribadi)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 151
B. KONSEP DESAIN 1. Ide Gagasan Ide perancangan dari Rumah Retret Katholik ini berupa Fenomena munculnya berbagai macam aktivitas yang beragam dan pola kehidupan yang terus dipacu oleh waktu, seringkali menimbulkan kelelahan, tekanan, kelesuan dan kekosongan jiwa serta kejenuhan dalam menghadapi rutinitas kehidupan sehari-hari. Fenomena tersebut menuntut adanya kondisi fisik yang sehat yang diimbangi dengan kesehatan rohani dalam diri manusia. Dalam keadaan semacam ini, peranan agama dalam memberikan penyegaran rohani sangat dibutuhkan. Konsep Ecodesign yang diambil sebagai konsep ini bertujuan untuk mewujudkan cipta ruang sehat, ramah lingkungan, beradab, dan berbudaya, dengan pendekatan ecodesign melalui pemilihan bahan bangunan (pembentuk ruang dan pelengkap ruang), penentuan sistem pencahayaan, dan penentuan sistem penghawaan. Dalam ecodesign, kreativitas dan keputusan yang peka terhadap konsep ramah lingkungan sangat diperlukan untuk menanamkan sikap bertanggungjawab terhadap lingkungan itu sendiri. Inilah bagian dari pendekatan perancangan interior. 2. Tema Tema yang digunakan penulis dalam perancangan Rumah Retret ini adalah Eco Design Kristiani. Tema yang bernuansa Eco Design ini dirasa perancang sesuai untuk mewujudkan konsep Kristiani yang sesuai dengan fungsi dari Rumah Retret itu sendiri. Fasilitas Rumah Retret yang nyaman, tenang dan asri itu yang dibutuhkan dengan pengaplikasian perpaduan material alami dan modern maka akan tercipta suasana yang diinginkan. Eco Design Intrerior : Bagian dalam dari bangunan yang dikreasi untuk
menyokong
lingkungan
yang
berkesinambungan
dan
memperhatikan kesehatan pemakainya (Grazyna Pilatowicz, 1995: 49). Berdasarkan Eco Design Interior diharapkan dapat mengungkap sejauh mana peranan ranah desain commitinterior to user mampu memberi sumbangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 152
pemecahan masalah terhadap persoalan lingkungan dan kesehatan bagi penghuninya. Sehat bukan berarti hanya menekankan interior yang steril, kaku dan hanya mengejar fungsi semata, namun faktor estetika masihn menjadi pertimbangan yang tidak boleh dihilangkan (Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn, 2007: 11) Kristiani Interior :
Bagian
dalam
dari
bangunan
yang
mengambarkan karakteristik kristiani / kekristenan yang berdasarkan pada kasih ”Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, kasih itu tidak cemburu, ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong, ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri, ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain, ia tidak bersuka cita karena ketidak adilan tetapi karena kebenaran, ia menutupi segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan” (1 Korentus 13:4-8a). Di dalam iman Kristen, kita mengenal Allah sebagai Tritunggal yang Mahakudus, bahwa Allah itu satu sekaligus tiga pribadi. Dari situ kita dapat mengerti mengapa ketika Santo Yohanes merumuskan mengenai siapakah Allah itu, dia tidak mengatakan Allah itu keindahan, kebijaksanaan, pengetahuan atau yang lainnya, tetapi ia mengatakan bahwa Allah itu adalah kasih. Dan kalau kasih tentu saja tidak bisa sendiri, karena kasih itu terungkap keluar. Maka kita mengerti bahwa Allah ini sebenarnya adalah Tritunggal Mahakudus. Kesimpulan: TRITUNGGAL = ALLAH YANG TIGA = ALLAH BAPA,PUTRA dan ROH KUDUS = ALLAH YANG ESA. Saya sendiri menghayati Allah Tritunggal sebagai Allah SUMBER KASIH KEHIDUPAN. Unsur-unsur warna dalam Kristiani bisa juga diusung sebagai tema dalam commit to user perancangan interior tersebut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 153
a. Putih: kegembiraan, kemurnian, kepolosan, dan kemuliaan (Dan 7:9; Mrk 9:2-3, Why 3:4-5). Boleh diganti kuning atau emas (warna cahaya) bila perayaan lebih bernada kemuliaan atau kemenangan (Kej 1:3-5, Yes 45:7) b. Merah: darah kemartiran, api ilahi (Roh Kudus), cinta, pengorbanan, dukacita, mati raga, penantian (Kel 28:31,33; Sir 10:9, Yer 6:26). ungu adalah percampuran antara warna merah (=panas yang menggairahkan ) dan biru (= ketakberwujudan yang tak terbatas). c. Hitam: dimaknai sama dengan ungu, namun warna hitam teras lebih kuat penekanannya. d. Jingga: sukacita, sebagaimana terungkap dari makna percampuran antara warna merah (= cinta ilahi) dan putih (= kebijaksanaan ilahi). e. Hijau: kesuburan (warna tumbuhan), harapan (Kej 1:11-12, Ul 32:2, Luk
23:31).
satu lagi yakni biru: warna langit ini bisa berarti kebijaksanaan ilahi yang dihembuskan oleh Roh Kudus (Yoh 3:8). Biasanya digunakan untuk perayaan liturgi Marialis, yang berkaitan dengan Bunda Maria. Sehingga dalam interior Kristiani ini lebih menekankan suasana religius, sehingga
kita dapat memaknai dan belajar melalui penerapan interior
tersebut. Meskipun nuansa religi begitu kental tetapi tema dalam perancangan yang diambil berifat ringan dan modern, tidak indentik dengan bentuk kuno tetapi bisa dikemas dalam bentuk serta unsur-unsur modern yang dapat mengikuti perkembangan jaman, tetapi tidak meninggalkan nilai estetika.
3. Suasana Ruang Suasana dan karakter ruang yang ingin ditampilkan perancang dalam merancang Rumah Retret Katholik ini adalah Ecodesign Kristiani. Suasana
alami disekitar Rumah Retret Katholik yang memanfaatkan
lahan hijau dengan menghadirkan kawasan lanscape dengan suasana santai, sejuk dan nyaman. Suasana dan karakter alami ini mencakup baik commit to user dari segi fisik maupun psikis. Dari segi fisik melalui material yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 154
digunakan yang mengacu pada alam dengan mengaplikasikan alam dalam perancangan interior dengan bukaan yang lebar dan ruang terbuka . Banyak bukaan selain sebagai pemanfaatan pencahayaan juga sebagi view keluar yang menyegarkan. Hal ini menjadikan tantangan bagi perancang untuk mendesain dengan tema ecodesign karena kaitannya dengan keadaan lingkungan sekitar. Konsep ecodesign mendorong bangunan terbuka terhadap ruang luar sebagai satu kesatuan secara berimbang. Artinya, kegiatan yang berlangsung di dalam ruang dapat ditarik ke selasar terus selanjutnya ke taman. Ecodesign memiliki nilai estetika khas bangunan ramah lingkungan tropis, sesuai kekinian. Kemampuan bangunan mengakomodasi keadaan iklim menambah kenyamanan pengunjung dan hemat energi. Bangunan dirancang dengan mempertimbangkan dan memanfaatkan secara optimal sumber daya alami cahaya dan udara ke dalam interior bangunan. Dari suasana Kristiani dapat mengaplikasikan pada aspek suasana tenang, hangat, nyaman dan religius. a. Lobby Secara umum istilah lobby adalah ruang tunggu di gedung atau umum, didalam perancangan Rumah Retret Katholik ini Lobby didesain senyaman mungkin, sehingga pengunjung merasa nyaman dan dapat menikmati suasana yang disajikan dalam lobby tersebut. Desain lobby disini dibuat dengan penggunaan material yang ringan dan ramah lingkungann serta tak luput dari konsep dalam perancangan ecodesign Kristiani, dengan mengaplikasikan bukaan-bukaan seperti jendela guna memperlihatkan view diluar, sehingga penggunjung bisa menikmati lingkungan yang ada disekitar bangunan tersebut. Didalam bangunan Lobby ini terdapat beberapa bagian ruang yaitu b. Art Shop Di Rumah Retret Kayholik ini terdapat Art Shop yang didalam bangunan ihi terdapat toko sovenir yang menyediakan berbagai macam kebutuhan rohani. Dibangunan itu di desain dengan nyaman dan santai dengan menonjolkan commit view-view keluar sehingga pengguna dapat to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 155
menikmati suasana yg kental akan religius dengan menikmati alam sekitar. c. Ruang Seminar Sebelum kita melihat bagaimana membuat sebuah seminar yang baik, baiklah kita perjelas dahulu apa yang dimaksud dengan seminar. Yang pertama adalah apa tujuan seminar. Seminar di sini adalah untuk mengeksplorasi sebuah ide. Dengan demikian seminar berbeda dengan pelatihan, di mana di dalam pelatihan, ada sebuah keahlian yang dibawakan oleh seorang yang menguasainya dan di dalam pelatihan terjadi transfer ilmu. Yang kedua adalah bagaimana peran orang yang ikut di dalam seminar. Seminar adalah satu pertemuan di mana semua para pesertanya terlibat aktif. Disini ruang seminar di desain semenarik mungkin agar tidak terjadi kebosanan bila berada di ruang seminar ini dan penggunjung dapat nyama dan santai dengan saat melakukan aktivitas dalam ruangan ini meskipun ruangan ini lebih bersifat edukatif. Ruangan ini dibuat tertutup tetapi terkandung tetap tema ecodesign didalamnya dengan mengaplikasikan bahan-bahan material yg alami seta bukaan yg cukup agar sinar matahari tetap bisa masuk, tetapi
tetap menjaga
kenyamanan
ruangan
tersebut
sehingga
pengunjung tidak merasa terganggu. d. Asrama Asrama adalah suatu tempat penginapan yang ditujukan untuk anggota suatu kelompok.
Asrama biasanya merupakan sebuah
bangunan dengan kamar-kamar yang dapat ditempati oleh beberapa penghuni di setiap kamarnya. Para penghuninya menginap di asrama untuk jangka waktu yang lebih lama daripada di hotel atau losmen. Alasan untuk memilih menghuni sebuah asrama bisa berupa tempat tinggal asal sang penghuni yang terlalu jauh, maupun untuk biayanya yang terbilang lebih murah dibandingkan bentuk penginapan lain, miaslnya apartemen. Asrama di Rumah Retret ini dibedakan menurud jenis nya, disini terdapat 4 tipe asrama,commit yaitu standar, to user VIP, VVIP. Didalam asrama ini
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 156
rirancang senyaman mungkin agar pengunjung merasa nyaman dan bisa menikmati view lanscape yang ada, banyak bukaan-bukaan yang ditonjolkan serta pengaplikasian bahan material yang alami. Di Rumah Retret Kayholik ini terdapat pondok pujian yang didalam bangunan ihi terdapat toko sovenir yang menyediakan berbagai macam kebutuhan rohani. Dibangunan itu di desain dengan nyaman dan santai dengan menonjolkan view-view keluar sehingga pengguna dapat menikmati suasana yg kental akan religius dengan menikmati alam sekitar. e.
Gua Maria dan Jalan Salib Jalan salib adalah salah satu devosi dalam tradisi Katolik untuk
mengenang kembali perbuatan Yesus yang menyelamatkan. Karena alasan ini, maka setiap Gereja Katolik memiliki gambar atau lukisan yang mengkisahkan berbagai macam keadaan atau “perhentian” dalam Sengsara dan Kematian Yesus.Devosi ini diadakan secara umum di Gereja Katolik pada hari-hari Jumat selama masa Prapaska. Gua Maria atau goa Maria adalah tempat ziarah khas umat Katolik, biasanya bangunan utamanya dibentuk seperti gua tetapi ada juga yang berada pada gua alam asli. Disebut gua Maria karena ditempatkannya patung Bunda Maria ibunda Yesus pada gua tersebut. Tempat itu kemudian menjadi tempat ziarah umat Katolik untuk mendekatkan diri pada Allah Pencipta yang Maha Kuasa dengan berdoa melalui perantaraan Bunda Maria dan tentu saja Yesus Kristus. Disini Jalan Salib dan Gua Maria juga berfungsi tempat berdoa secara pribadi maupun bersama-sama dengan Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, dimana letaknya diluar bangunan yang memanfaatkan lanscape yang ada dalam kawasan Rumah Retret Katholik ini. 4. Pola Penataan Ruang Rumah retret ini dirancang agar pengunjung dapat merasa nyaman dalam berkunjung, sehingga Rumah retret ini menyediakan beberapa fasilitas penunjang lainnya, jadi selain tempat untuk kegiatan rohani, rumah retret ini juga commit menyediakan to user fasilitas yang terkait dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 157
lingkungan. Untuk memudahkan sirkulasi baik pengelola maupun pengunjung maka ruangan yang kegiatannya saling berhubungan didekatkan agar polanya menjadi terarah. untuk ruangan pengelolaan diletakkan pada sisi
samping untuk memudahkan sirkulasi pengelola
tanpa mengganggu sirkulasi pengunjung yang sedang melakukan kegiatan. Sedangkan untuk area privat diletakan di belakang area publik bertujuan untuk menjaga kenyamanan kegiatan yang berlangsung didalamnya. 5. Pembentuk Ruang a.
Lantai
Perencanaan lantai akan dibuat dengan sentuhan yang memperlihatkan pola warna yang natural yang kaitannya dengan warna-warna ecodesign selain itu adanya pola-pola lantai yang mengarah pada pola yang tidak kaku dengan permainan level lantai yang menghadirkan warna-warna natural untuk mendukung suasana. Pada lantai mengunakan perpaduan granit dengan kayu yang membentuk sebuah pola lantai yang bertujuan dapat memberikan keindahan pada setiap ruangan di Rumah Retret Katholik tersebut. b.
Dinding
Pada sudut tertentu dinding menggunakan kayu recycle yang bermotif yang dijadikan sebagai aksen ruangan. Lobby menggunakan dinding polos hanya dengan permainan warna yang soft dan perpaduaan bukaan-bukaan yang besar. Kapel mengunakan batu-batu alam agar terkesan lebih natural. Ruang Seminar dinding polos dengan permainan warna yang soft agar saat berada di dalam ruang pengunjung dapat fokus dan nyaman c.
Ceiling
Pada langit – langit Rumah Retret Katholik ini untuk area-area tertentu menggunakan bahan dari kayu yang dipadupadankan dengan gypsum. Namun untuk area tertentu yang langsung ke luar bangunan pencahayaan sinar matahari pada siang hari dibuat skylight atau lubang bukaan cahaya pada bagian atap. Bisa juga dibuat berbagai bukaan commit to user jendela maupun pintu kaca yang cukup besar.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 158
6. Pengisi Ruang a. Bentuk Bentuk-bentuk
yang
digunakan
sebagai
pengisi
ruang
menggunakan perpaduan unsur lengkung, lurus dan terdapat motif sebagai aksen. Interior dan furnitur modern dengan menggunakan bentuk-bentuk simpel pun bisa terlihat serasi dengan sedikit sentuhan gaya etnik dan modern. b. Warna Sesuai dengan konsep dan tema dari perancangan Rumah Retret Katholik yaitu ecodesign maka warna yang digunakan mengacu pada komposisi warna – warna natural seperti warna krem, beige, dan cokelat, dengan aksen warna segar yang terinspirasi dari warna tropis bunga dan buah dan mengambil warna-warna dari unsur Liturgi Ekaristi (Merah. Hijau, Kuning, Putih) c. Material Dengan aplikasi material perpaduan kearifan bangunan tropis, pemenuhan kebutuhan kehidupan modern, serta material modern (stainless, beton, baja, kaca, fiberglass) dan material alami (kayu, batu kali, batu bata). Mengolah material lokal (batu bata, kayu, rotan, bambu) dengan kreatif dan tepat guna membuat bangunan berumur panjang, hemat pemeliharaan, dan memberi nilai tambah eksotis tropis bangunan secara keseluruhan. Perpaduan material alami dan modern ditujukan agar tercipta interior
yang alami
namun tetap kekinian ( mengikuti perkembangan ). d. Finishing Finishing terhadap material akan digunakan guna menambah kuat tema ecodesign. Kejujuran material yang perlu tetap dijaga guna memunculkan kristiani yang ada. Sebagian besar area bagian tembok akan menggunakan kamprot warna terakota.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 159
e. Furniture Pertimbangan furniture yang akan digunakan dalam Rumah Retret Katholik
adalah fungsi (sebagai ruang multi fungsi, furniture
diharapkan bersifat fleksible dan moveable), faktor kenyamanan (karena digunakan dalam jangka waktu yang lama) dan keselamatan ergonomic, ketahanan baik secara konstruksi maupun terhadap perubahan temperature, nilai estetis disesuaikan dengan tema yang akan ditampilkan adalah modern, mudah dalam perawatan maupun kebersihan
7. Sistem Interior a. Pencahayaan Konsep ecodesign menuntut untuk memanfaatkan potensi alam tak terbatas, contohnya sinar matahari. Memanfaatkan sinar matahari semaksimal mungkin di siang hari akan menghemat energi listrik yang digunakan untuk menyalakan lampu. Sedangkan untuk malam hari dan saat cuaca tidak mendukung dibuat penataan cahaya sesuai kebutuhan kegiatan dalam Rumah Retret Katholik ini. Untuk Ruang Seminar didesain agar tidak langsung ke luar bangunan. Sedangkan untuk lobby. Kapel, Art Shop sengaja di desain agar langsung ke luar bangunan sehingga pemaksimalan cahaya matahari dapat dilakukan dengan merancang bukaan baik berupa pintu kaca, jendela, kisi-kisi sebagi sarana pemaksimalan pencahyaan alami. Selain itu juga mengatur dan mencoba mengarahkan arah jatuhnya sinar matahari pada bangunan untuk kapel. b. Penghawaan Meskipun konsep tropis mengedepankan alam namun untuk memenuhi kenyamanan pengguna maka penggunaan penghawaan alami diterapkan di semua ruang dalam bangunan. Hal ini ditujukan agar pengunjung dapat menikmati suasana asri. Sedangkan untuk commit to user ruang- ruang yang lain menggunakan penghawaan buatan berupa
perpustakaan.uns.ac.id
AC.
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 160 Namun
desain
keseluruhan
ruangan
di
desain
agar
memungkinkan menggunakan penghawaan alami jika dikehendaki. Sehingga dapat dikatakan desain fleksibel. Karena letaknya di tengah perkebunan dengan kondisi udara yang sejuk. a. Akustik Akustik yang digunakan dalam perancangan interior Rumah Retret Katholik ini bernuansa alam disertai dengan alunan musik rohani. Suara daun-daun pohon yang berada di sekeliling bangunan memberikan kesan ketenangan alam. Suara gemericik air pada water fall semakin memperkuat kesan alam. Sedangkan suara musik rohani akan memberikan suasana rileks dan juga salah satu konsep kristiani sehingga kesan religius lebih terasa. Dengan adanya tanaman tropis yang ada disekitar bangunan mampu meredam gangguan kebisingan dari luar pada ruang-ruang yang ada. b. Elemen estetis Fungsi dari elemen estetis adalah untuk menambah keindahan suatu benda pada bangunan. Penerapan elemen estetis harus dapat diatur dengan bentuk, fungsi dan strukturalnya agar dapat mencapai suasana yang diinginkan. Dalam perancangan suatu ruangan, hubungan antar unsur-unsur dekorasi dalam interior harus terpadu dengan eksteriornya .unsur-unsur ini antara lain proporsi, warna, garis dan tekstur. Dan penerapan elemen estetis antara lain adalah pemasangan lukisan pada beberapa bagian bangunan yang disesuaikan dengan tema yang diambil. Pemasangan lampu yang didalam ceiling, efek pencahayaan pada kisi-kisi dan efek bayangan sinar matahari, material-material alami yang diekspos (katu, batu alam supaya menimbulkan kesan natural), dan penggunaan warna kontras pada salah satu sudut ruang yang menjadi point of interest, penggunaan partisi maupun kisi-kisi yang tak lepas dari kesan modern. Permainan cahaya pada iinterior juga commit to user menjadikan elemen estetis tersendiri. Pemilihan kaca dekoratif
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 161
sebagai alat untuk memendarkan cahaya mengingat kedua elemen tadi tidak mudah panas meskipun di sinari cahaya terus menerus.
8. Sistem Keamanan a. Bahaya Pencurian Dasar pertimbangan ; 1) Sistem operasionalnya yang mudah dan memiliki kemampuan tinggi
untuk melindungi bangunan
2) Tidak mengganggu penampilan bangunan 3) Bentuk dan luasan bangunan 4) Jenis sistem yang digunakan : a. Sistem CCTV (Close Circuit Television), adalah yang digunakan untuk memantau atau memonitor kegiatan yang sedang berlangsung dengan menggunakan camera TV sebagai alat monitoring. Sistem door and exit control b. Sistem door and exit control c. Merupakan sistem dengan pemakaian pintu sebagai alat untuk mengatasi bahaya yang datang dari luar bangunan. Pintu-pintu yang berhubungan dengan luar bangunan diberi dan diawasi oleh seperangkat alat pendeteksi elektronik. b. Bahaya Kebakaran Suatu perancangan yang baik tentunya memperhatikan masalah keamanan dari segi fisik bangunn dan terutama yang menyangkut kenyamanan pengunjung dari hal-hal yang mengganggu serta membahayakan jiwa seseorang. Maka diperlukan sarana peralatan yang berhubungan dengan keamanan yang dapat diletakkan paada titik utilitas bangunan. Peralatan tersebut dapat berupa : 1) Hidran air : pipa dengan kran air dimana tersedia selang dan alat semprot air dengan lampu kontrol guna mengantisipasi bahaya kebakaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 162
2) Sprinklers : alat kran air yang dipasang dengan jarak tertentu dihubungkan dengan pipa air diatasnya, dipasang satu sistem dengan heat detektor, sehingga jika kondisi panas dengan suhu tertentu
atau
terjadi
kebakaran
alat
tersebut
otomatis
menyemprotkan air 3) Tabung gas berisi gas CO2 atau obat kimia anti api yang dilengkapi dengan alat penyemprot ( liquid foam ) 4) Tersedia tangga penyelamat sebagai jalur alternatif 5) Sistem keamanan dengan alarm, barcode detektor, kamera dan layar pengawas, satuan keamanan yang dilengkapi dengan alat komunikasi yang beroperasi selama 24 jam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 164
modern, dengan tidak menghilangkan unsur yang terpenting yaitu kenyamanan. Dimana gagasan awalnya pengunjung dapat menikmati keindahan alam sekitar yang berada dibawah lereng gunung. Rumah Retret Katholik ini berada ditengah-tengah hamparan hijau kebun teh sehingga pengunjug dapat merasakan indahnya keagungan Tuhan. Demikian hal-hal yang dapat penulis kemukakan tentang Desain Interior Rumah Retret Katholik di Kemuning. Dalam uraian ini tentunya masih banyak kekurangan disebabkan keterbatasan dalam mengumpulkan data serta teknik penyusunannya. Semoga karya ini bermanfaat bagi perkembangan desain interior Indonesia. Desain Interior Rumah Retret Katholik diharapkan mampu memberikan manfaat untuk memperluas pandangan dalam konsep perencanann dan perancangan interior sehingga dapat menyusun desain yang lebih baik dan tepat sesuai latar belakang dan sasaran. Selain itu dapat mengembangkan ide dan gagasan untuk merencanakan dan merancang suatu interior yang disesuaikan dengan kebutuhan dan fungsi dari ruang-ruang yang ada. Desain Interior Rumah Retret Katholik diharapkan mampu untuk memberikan sebuah masukan dan perubahan ke arah yang lebih baik kedepannya. Akan tetapi, bukan berarti karya ini adalah sempurna akan tetapi masih memiliki kekurangan, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun kepada semua pihak.
A. SARAN Desain Interior Rumah Retret Katholik diharapkan mampu memberikan
manfaat
bagi
para
pembaca
dalam
meningkatkan
perkembangan apresiasi desain interior dalam usaha memaksimalkan dan mempermudah aktivitas di dalam suatu bangunan, serta memberikan alternatif penyelesaian desain dengan cara memanfaatkan elemen-elemen perpaduan Kristiani dengan perkembangan modern dalam mewujudkan citra sebuah bangunan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Rumah Retret Katholik 165
Desain Interior Rumah Retret Katholik diharapkan mampu untuk memberikan sebuah masukan dan perubahan ke arah yang lebih baik nantinya. Namun, bukan berarti karya ini adalah sempurna adanya dan tak ada kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran yang bersifat membangun kepada semua pihak.
commit to user