TREN DAN PROYEKSI KINERJA KEUANGAN PADA MINIMARKET XYZ CABANG CIMAHI
Oleh ROSA MAHARANI H24096050
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
1
TREN DAN PROYEKSI KINERJA KEUANGAN PADA MINIMARKET XYZ CABANG CIMAHI
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh ROSA MAHARANI H24096050
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
2
RINGKASAN
ROSA MAHARANI (H24096050). Tren dan Proyeksi Kinerja Keuangan pada Minimarket XYZ Cabang Cimahi. Di bawah bimbingan ABDUL KOHAR IRWANTO.
Manusia semakin dihadapkan pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup yang serba instan. Peluang-peluang bisnis yang menjanjikan keuntungan besar dalam rangka memberikan kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat ini mulai banyak dimanfaatkan oleh para pengusaha. Saat ini jumlah ritel makanan modern telah mencapai hampir 13.000 gerai. Penyesuaian masyarakat akan perubahan gaya hidup saat ini banyak membuat masyarakat lebih condong memilih ritel modern seperti minimarket atau supermarket dibandingkan ritel tradisional seperti toko-toko atau pasar tradisional. Investor yang berminat mengembangkan pasar minimarket ini pasti akan melihat kinerja minimarket tersebut sebelum menentukan pilihan pada minimarket mana mereka akan berinvestasi, khususnya kinerja keuangan. Kinerja keuangan sangat penting untuk mengetahui kondisi keuangan dan omset minimarket yang selanjutnya dapat dijadikan dasar dalam melakukan proyeksi dan menentukan strategi ke depan untuk meningkatkan keuntungan dan menghadapi persaingan global yang terjadi. Metode analisis yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan minimarket XYZ adalah analisis rasio, pengukuran tren dengan analisis trend dengan metode time series dan peramalan dengan model Double Exponential Smoothing menggunakan Software Minitab 16. Hasil analisis trend menunjukkan bahwa kondisi keuangan minimarket kurang baik. Hal tersebut ditunjukkan dari tren aktiva lancar, total aktiva, ekuitas, penjualan, harga pokok penjualan yang cenderung menurun, dan hutang lancar, beban usaha, laba bersih yang cenderung meningkat. Hasil dari analisis rasio keuangan minimarket menunjukkan kondisi atau kinerja keuangan minimarket yang cukup baik dilihat dari indikator rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas. Hanya saja untuk komponen rasio perputaran total aktiva yang berada dalam rasio aktivitas, minimarket masih belum dapat memanfaatkan total aktiva untuk kegiatan operasionalnya secara baik dan efisien. Proyeksi kebutuhan dana minimarket untuk tahun 2014 dan 2015 menunjukkan hasil yang beragam, ada yang mengalami peningkatan dan penurunan kebutuhan dana. Rekomendasi strategi yang tepat untuk memperbaiki kinerja keuangan minimarket dilakukan dengan menerapkan alternatif strategi berdasarkan analisis SWOT.
i
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 23 Agustus 1986 sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Sumarjo dan Suharsih. Pada tahun 1992 penulis memulai pendidikan dasar di SDN Cimandala 1 Sukaraja dan melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMPN 5 Bogor pada tahun 1998 sampai dengan 2001, kemudian melanjutkan pendidikan menengah atas di SMAKBO (Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor) pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2005. Setelah lulus, penulis bekerja di PT. Serena Indopangan Industri sebagai Quality Control (QC) Field selama 8 bulan. Masih di tahun 2005 penulis diterima oleh Direktorat Program Diploma, di Program Keahlian Supervisor Jaminan Mutu Pangan Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 2008. Selanjutnya diterima bekerja di Intrafood Research Center sebagai Analis Laboratorium dan Pengendali Dokumen sejak Oktober 2008 hingga Juli 2009. Pada tahun 2009 penulis diterima di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Di tahun yang sama (2009) penulis diterima bekerja di CV Javanony Internasional sebagai Penanggung Jawab Mutu hingga Desember 2013.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul, “Tren dan Proyeksi Kinerja Keuangan pada Minimarket XYZ Cabang Cimahi”. Skripsi ini sebagai salah satu syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis berterima kasih kepada Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, MSc. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan masukan yang bermanfaat bagi penulisan skripsi ini. Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang sudah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun atas segala kekurangan yang terdapat dalam penyusunan skripsi ini karena penulis menyadari usulan penelitian ini jauh dari sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya untuk penulis dan umumnya untuk para pembaca.
Bogor, Oktober 2014
Penulis
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan rahmatNya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Tren dan Proyeksi Kinerja Keuangan pada Minimarket XYZ Cabang Cimahi” ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada: 1. Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan motivasi dan bimbingan untuk penulis. 2. Drs. Edward H. Siregar SE, MM dan Ali Mutasowifin, SE, M.Ak. yang sudah bersedia menjadi penguji penulis dan telah memberi saran serta kritik yang membangun dalam proses penyelesaian skripsi ini. 3. Seluruh staff dan dosen Program Sarjana Alih Jenis Manajemen yang telah membantu penulis selama perkuliahan sampai pada saat penyelesaian skripsi ini. 4. Bapak Djumadi Rustam selaku pemilik dari minimarket XYZ yang mengizinkan minimarketnya dijadikan sebagai tempat penelitian saya. 5. Kedua orang tua saya yang sangat saya cintai, mertua, tante, suami, anak, kakak, adik serta seluruh keluarga atas doa, semangat, dorongan yang selalu diberikan selama penulisan skripsi ini. 6. Seluruh teman-teman di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen yang sudah menjadi teman yang baik selama masa perkuliahan khususnya Vinha, Yusri, Dian, Rury dan Rahmat. 7. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.
v
DAFTAR ISI
Halaman RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. iii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................v DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................x I. PENDAHULUAN .............................................................................................1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................1 1.2 Perumusan Masalah .....................................................................................3 1.3 Tujuan Penelitian .........................................................................................4 1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................5 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................5 II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................6 2.1 Kinerja Keuangan.........................................................................................6 2.1.1 Definisi ................................................................................................6 2.1.2 Manfaat dan Tujuan Penilaian Kinerja Perusahaan ............................6 2.1.3 Tahap-tahap dalam Menganalisis Kinerja Keuangan .........................7 2.2 Laporan Keuangan .......................................................................................9 2.2.1 Definisi ................................................................................................9 2.2.2 Laporan Keuangan dan Pengaruhnya bagi Perusahaan ......................9 2.2.3 Pihak-pihak yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan .....11 2.2.4 Jenis Laporan Keuangan ...................................................................14 2.3 Analisa Laporan Keuangan ........................................................................18 2.3.1 Definisi Rasio Keuangan...................................................................18 2.3.2 Hubungan Rasio Keuangan dan Kinerja Keuangan ..........................19 2.3.3 Analisis Rasio Keuangan ..................................................................22 2.3.4 Analisis Trend dan Proyeksi Kinerja Keuangan ...............................28 2.3.5 Analisis SWOT .................................................................................28 2.4 Penelitian Terdahulu ..................................................................................29 III. METODE PENELITIAN .............................................................................32 3.1 Kerangka Pemikiran ...................................................................................32 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .....................................................................34 3.3 Jenis dan Sumber Data ...............................................................................34 3.4 Analisis dan Metode Pengolahan Data ......................................................34 3.4.1 Analisis Rasio Keuangan ..................................................................34 3.4.2 Analisis Trend ...................................................................................35
vi
3.4.3 Analisis Peramalan ............................................................................36 3.4.4 Analisis SWOT .................................................................................37 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................39 4.1 Sejarah Perusahaan.....................................................................................39 4.2 Visi dan Misi Perusahaan ...........................................................................40 4.3 Struktur Organisasi ....................................................................................41 4.4 Analisis Rasio Keuangan Minimarket XYZ .............................................41 4.4.1 Rasio Likuiditas ................................................................................41 4.4.2 Rasio Solvabilitas ..............................................................................44 4.4.3 Rasio Profitabilitas ............................................................................46 4.4.4 Rasio Aktivitas ..................................................................................49 4.5 Perkembangan dan Proyeksi Keuangan Minimarket XYZ .......................51 4.5.1 Neraca ...............................................................................................52 4.5.2 Laba Rugi ..........................................................................................60 4.6 Rekomendasi Strategi untuk Minimarket XYZ ........................................68 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................77 1. Kesimpulan ........................................................................................................77 2. Saran...................................................................................................................78 DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................79 LAMPIRAN ..........................................................................................................80
vii
DAFTAR TABEL
No. Halaman 1. Nilai penjualan dan pertumbuhan minimarket XYZ 2009-2013 ..................... 2 2. Matriks SWOT ................................................................................................ 37 3. Perkembangan rasio likuiditas tahun 2009-2013 ........................................... 42 4. Perkembangan rasio solvabilitas tahun 2009-2013 ........................................ 44 5. Perkembangan rasio profitabilitas tahun 2009-2013 ..................................... 47 6. Perkembangan rasio aktivitas tahun 2009-2013 ............................................ 49 7. Hasil tingkat akurasi aktiva lancar dengan α=0,2 dan β=0,2 serta α=0,4 dan β=0,3 ............................................................................................................... 56 8. Hasil tingkat akurasi hutang lancar dengan α=0,2 dan β=0,2 serta α=0,4 dan β=0,3 ............................................................................................................... 58 9. Hasil tingkat akurasi aktiva tetap dengan α=0,2 dan β=0,2 serta α=0,4 dan β=0,3 ............................................................................................................... 59 10. Hasil tingkat akurasi ekuitas dengan α=0,2 dan β=0,2 serta α=0,4 dan β=0,3 ............................................................................................................... 60 11. Hasil tingkat akurasi penjualan dengan α=0,2 dan β=0,2 serta α=0,4 dan β=0,3 ............................................................................................................... 64 12. Hasil tingkat akurasi HPP dengan α=0,2 dan β=0,2 serta α=0,4 dan β=0,3 ... 65 13. Hasil tingkat akurasi beban usaha dengan α=0,2 dan β=0,2 serta α=0,4 dan β=0,3 ............................................................................................................... 67 14. Hasil tingkat akurasi laba bersih dengan α=0,2 dan β=0,2 serta α=0,4 dan β=0,3 ............................................................................................................... 68 15. Matriks analisis SWOT minimarket XYZ ..................................................... 69
viii
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman 1. Grafik perkembangan jumlah gerai minimarket XYZ ..................................... 2 2. Grafik tren penjualan minimarket XYZ tahun 2009-2013 ............................... 3 3. Kerangka pemikiran penelitian ...................................................................... 33 4. Struktur organisasi ......................................................................................... 41 5. Perkembangan rasio likuiditas tahun 2009-2013 ............................................ 42 6. Perkembangan rasio solvabilitas tahun 2009-2013 ......................................... 44 7. Perkembangan rasio profitabilitas tahun 2009-2013 ...................................... 47 8. Perkembangan rasio aktivitas tahun 2009-2013 ............................................. 50 9. Perkembangan (tren) komponen likuiditas dalam neraca minimarket XYZ tahun 2009-2013 ............................................................................................. 53 10. Perkembangan (tren) komponen solvabilitas dalam neraca minimarket XYZ tahun 2009-2013 ............................................................................................. 53 11. Perkembangan total aktiva dengan trend analysis .......................................... 53 12. Perkembangan aktiva lancar tahun 2009-2013 ............................................... 54 13. Perkembangan hutang lancar tahun 2009-2013 .............................................. 54 14. Grafik proyeksi aktiva lancar tahun 2014 dan 2015 ....................................... 54 15. Grafik proyeksi hutang lancar tahun 2014 dan 2015 ...................................... 54 16. Perkembangan aktiva tetap tahun 2009-2013 ................................................. 55 17. Perkembangan ekuitas tahun 2009-2013 ........................................................ 55 18. Grafik proyeksi aktiva tetap tahun 2014 dan 2015 ......................................... 55 19. Grafik proyeksi ekuitas tahun 2014 dan 2015................................................. 55 20. Perkembangan (tren) komponen dalam laporan laba rugi minimarket XYZ tahun 2009-2013 ............................................................................................. 61 21. Perkembangan penjualan tahun 2009-2013 .................................................... 62 22. Perkembangan HPP tahun 2009-2013 ............................................................ 62 23. Grafik proyeksi penjualan tahun 2014 dan 2015 ............................................ 62 24. Grafik proyeksi HPP tahun 2014 dan 2015 .................................................... 62 25. Perkembangan beban usaha tahun 2009-2013 ................................................ 63 26. Perkembangan laba bersih tahun 2009-2013 .................................................. 63 27. Grafik proyeksi beban usaha tahun 2014 dan 2015 ........................................ 63 28. Grafik proyeksi laba bersih tahun 2014 dan 2015 .......................................... 63
ix
DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Laporan neraca minimarket XYZ .................................................................. 80 2. Laporan laba rugi minimarket XYZ ............................................................... 82 3. Analisis tren terhadap laporan neraca minimarket XYZ ................................ 84 4. Analisis tren terhadap laporan laba rugi minimarket XYZ ............................ 86 5. Hasil time series plot komponen neraca ......................................................... 88 6. Hasil time series plot komponen laba rugi ..................................................... 89 7. Analisis proyeksi terhadap komponen neraca ................................................ 90 8. Analisis proyeksi terhadap komponen laba rugi ............................................ 92 9. Hasil analisis rasio minimarket XYZ ............................................................. 94 10. Rekapitulasi hasil penelitian terdahulu .......................................................... 95
x
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Manusia semakin dihadapkan pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup yang serba instan. Di era globalisasi saat ini, setiap orang harus dapat memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Peluang-peluang bisnis yang menjanjikan keuntungan besar dalam rangka memberikan kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat ini mulai banyak dimanfaatkan oleh para pengusaha. Saat ini, banyak pengusaha yang mencoba membuka peluang bisnis ritel yang bergerak dalam bidang penjualan barang-barang kebutuhan sehari-hari. Bisnis ritel modern telah membuktikan eksistensinya, baik ketika kondisi ekonomi sedang baik maupun buruk. Toko-toko yang menjual bahan pangan dan kebutuhan harian masyrakat tidak pernah sepi. Mulai dari tempat-tempat strategis di pusat kota sampai jalan-jalan sempit di perumahan, kini menjamur toko modern yang menjajakan aneka kebutuhan. Pesatnya pertumbuhan itu tak lain karena ledakan jumlah penduduk dan perubahan gaya hidup yang akhirnya diikuti dengan meningkatnya kebutuhan sandang dan pangan secara pesat. Di dalam buku berjudul Retail Rules tahun 2010 disebutkan bahwa jumlah ritel makanan modern telah mencapai hampir 13.000 gerai. Jumlah gerai minimarket di Indonesia pada 2010 naik hingga 42 persen menjadi 16.922 unit dibandingkan 2009 yang sebesar 11.927 unit (Karina 2011) Pasar modern yang sedang berkembang di Indonesia saat ini adalah minimarket yang memfokuskan pada penjualan ritel dan langsung ke konsumen akhir. Minimarket menawarkan kemudahan karena lokasi toko atau gerai yang mendekati konsumen. Luas dari toko atau gerai juga tidak terlalu besar, sekitar 90-150 m2 dan menjual 3000-4000 jenis barang sehingga minimarket tidak membutuhkan investasi besar. Pangsa pasarnya utamanya adalah perseorangan dan rumah tangga atau mereka yang
mengutamakan kepraktisan dan kecepatan dalam berbelanja. Keuntungan lain berbelanja di minimarket adalah suasana nyaman dan aman dalam berbelanja, mudah dalam memilih barang yang diperlukan, kualitas barang lebih terjamin dibandingkan berbelanja di pasar tradisional, harga barang sudah pasti sehingga tidak perlu tawar menawar lagi, dan dapat berbelanja berbagai keperluan dalam satu tempat saja sehingga akan menghemat waktu dan tenaga. 8557 8852 4813 2266 2779 1775 1293
5747
7064
3373
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Mar'14
Gambar 1. Grafik perkembangan jumlah gerai minimarket XYZ (Minimarket XYZ 2014) Saat ini konsep minimarket telah dipadukan dengan konsep franchise atau
waralaba
yang
mempermudah
para
investor
lain
untuk
mengembangkan usaha terutama bagi mereka yang belum memiliki pengalaman dalam mengelola dan mengoperasikan minimarket. Sistem yang mulai diberlakukan kebijakannya pada tahun 1997 ini, memungkinkan pemilik atau investor minimarket untuk membuka puluhan bahkan ratusan gerai. Investor yang berminat mengembangkan pasar minimarket ini pasti akan melihat kinerja minimarket tersebut sebelum menentukan pilihan pada minimarket mana mereka akan berinvestasi, khususnya kinerja keuangan. Tabel 1. Nilai penjualan dan pertumbuhan minimarket XYZ 2009-2013 DESKRIPSI Penjualan Pertumbuhan (%)
(Minimarket
2009 (Rp) 409,718,139 100 XYZ 2014)
2010 (Rp) 300,660,768 -26.62
2011 (Rp) 273,571,602 -33.23
2012 (Rp) 308,211,079 -24.77
2013 (Rp) 314,295,984 -23.29
Keterangan : Nilai 2009 sebagai tahun dasar dalam nilai pertumbuhan
2
Gambar 2. Grafik tren penjualan minimarket XYZ tahun 2009-2013 (Minimarket XYZ 2014) Kinerja keuangan sangat penting untuk mengetahui kondisi keuangan dan omset minimarket yang selanjutnya dapat dijadikan dasar dalam melakukan proyeksi dan menentukan strategi ke depan untuk meningkatkan keuntungan dan menghadapi persaingan global yang terjadi. Investor atau pengusaha lebih memilih bisnis waralaba seperti minimarket karena biasanya perusahaan waralaba tersebut akan mengolahkan dan memberikan laporan keuangan secara kontinyu kepada investor pemilik minimarket. Hal itu akan memudahkan investor dalam mengetahui kondisi keuangan dan omset minimarketnya. Dilihat dari Tabel 1 dan Gambar 2 diketahui bahwa nilai penjualan menurun dan tidak stabil. Oleh karena itu perlu dikaji dan dievaluasi hal yang menyebabkan penurunan penjualan dan apakah berdampak langsung terhadap perolehan laba minimarket. Selanjutnya minimarket melakukan perencanaan peningkatan penjualan dan laba untuk masa yang akan datang. 1.2. Perumusan Masalah Pertumbuhan minimarket yang semakin tinggi dan meningkatnya persaingan akan menyebabkan omset minimarket tidak stabil dan cenderung menurun. Penurunan omset ini menunjukkan kinerja keuangan yang semakin menurun pula. Lokasi pendirian minimarket yang berdekatan akan
3
membuat
persaingan
semakin
ketat,
khususnya
persaingan
harga.
Masyarakat atau konsumen akan cenderung memilih minimarket yang menyediakan produk yang lebih lengkap dengan harga murah. Oleh karena itu pelaku usaha minimarket akan berusaha untuk menurunkan harga produk sehingga membuat perusahaan juga harus menekan biaya produksi dan pengadaan seluruh produk yang dijual. Hal tersebut akan mempengaruhi pelaku usaha minimarket dalam menentukan strategi terbaik yang akan dipilih dengan melihat kinerja keuangan selama beberapa tahun terakhir. Berdasarkan masalah yang dihadapi minimarket tersebut maka rumusan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain : 1.
Bagaimana tren kinerja keuangan di minimarket XYZ cabang Cimahi tahun 2009-2013?
2.
Hasil proyeksi apa yang akan didapatkan dari analisis tren dan kinerja keuangan tersebut?
3.
Strategi apa yang akan dipilih oleh minimarket XYZ cabang Cimahi untuk meningkatkan kinerja keuangan dan omsetnya di masa yang akan datang
berdasarkan
analisis
SWOT
(Strengths,
Weaknesses,
Opportunities, Threats)? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan tersebut adalah : 1.
Menganalisis tren kinerja keuangan minimarket XYZ cabang Cimahi sehingga diketahui kondisi keuangan minimarket apakah stabil, cenderung meningkat atau cenderung menurun.
2.
Menganalisis proyeksi kinerja keuangan minimarket XYZ cabang Cimahi.
3.
Menentukan strategi yang akan dipilih dalam meningkatkan kinerja keuangan dan omset minimarket XYZ cabang Cimahi.
4
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini bagi perusahaan dan penulis adalah : 1.
Bagi perusahaan : Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan perusahaan dalam membuat proyeksi untuk mengukur kinerja keuangan dan menentukan strategi dalam upaya peningkatan kinerja keuangan.
2.
Bagi penulis: Penelitian ini bermanfaat bagi penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan sehingga dapat menambah pengalaman dan wawasan peneliti dalam menganalisis permasalahan keuangan yang terjadi di lapangan berdasarkan kinerja keuangannya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini membahas mengenai tren dan proyeksi kinerja keuangan pada minimarket XYZ. Lokasi penelitian ini dilakukan di minimarket yang berada di daerah Cimahi, Bandung. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada periode bulan Mei-Juli 2014. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan minimarket tahun 2009-2013. Analisis yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan minimarket XYZ adalah analisis rasio, pengukuran tren dengan analisis trend dan peramalan dengan metode time series dengan model Double Exponential Smoothing menggunakan Software Minitab 16. Selanjutnya dilakukan deskripsi implikasi manajerial dengan analisis SWOT untuk menentukan rekomendasi
yang tepat dalam meningkatkan kinerja
minimarket.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kinerja Keuangan 2.1.1 Definisi Kinerja keuangan menurut Fahmi (2011) adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan
aktivitas
dengan
menggunakan
aturan-aturan
pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggotanya. Keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan merupakan prestasi manajemen. Penilaian prestasi atau kinerja suatu perusahaan diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik pihak internal maupun eksternal. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. 2.1.2 Manfaat dan Tujuan Penilaian Kinerja Perusahaan Penilaian kinerja keuangan ini memiliki beberapa manfaat dan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Manfaat dari penilaian kinerja perusahaan sebagai berikut: a. Untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatannya. b. Selain digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara keseluruhan, maka pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk menilai kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan.
c. Dapat digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan untuk masa yang akan datang. d. Memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan organisasi pada umumnya dan divisi atau bagian organisasi pada khususnya. e. Sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan. Tujuan penilaian kinerja perusahaan menurut Munawir (2010) adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi
atau
kemampuan
perusahaan
untuk
memenuhi
keuangannya pada saat ditagih. b. Untuk
mengetahui
tingkat
solvabilitas,
yaitu
kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. c. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. d. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan
mempertimbangkan
membayar
beban
bunga
kemampuan atas
perusahaan
hutang-hutangnya
untuk
termasuk
membayar kembali pokok hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan. 2.1.3 Tahap-tahap dalam Menganalisis Kinerja Keuangan Penilaian kinerja setiap perusahaan berbeda-beda tergantung dengan ruang lingkup bisnis yang dijalankannya atau bidang usahanya. Menurut Fahmi (2011), ada lima tahap dalam menganalisis kinerja keuangan suatu peusahaan secara umum, yaitu :
7
a. Melakukan review terhadap data laporan keuangan Review dilakukan dengan tujuan agar laporan keuangan yang sudah dibuat tersebut sesuai dengan penerapan kaidah-kaidah yang berlaku umum dalam dunia akuntansi sehingga hasil laporan keuangan dapat dipertanggungjawabkan. b. Melakukan perhitungan Penerapan metode perhitungan disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan yang sedang dilakukan sehingga hasil dari perhitungan tersebut akan memberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisis yang diinginkan. c. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh Jika hasil perhitungan sudah diperoleh, selanjutnya dilakukan perbandingan dengan hasil hitungan dari berbagai perusahaan lainnya. Metode yang paling umum dipergunakan untuk melakukan perbandingan ini ada dua yaitu : 1) Time series analysis, yaitu membandingkan secara antar waktu atau antar periode dengan tujuan tersebut nantinya akan terlihat secara grafik. 2) Cross sectional approach, yaitu melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan rasio-rasio yang telah dilakukan antara satu perusahaan dan perusahaan lainnya dalam ruang lingkup yang sejenis yang dilakukan secara bersamaan. Hasil dari penggunaan kedua metode ini diharapkan nantinya akan dapat dibuat satu kesimpulan yang menyatakan posisi perusahaan tersebut berada dalam kondisi sangat baik, baik, sedang/normal, tidak baik, dan sangat tidak baik. d. Melakukan penafsiran terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan Pada tahap ini analisis melihat kinerja keuangan perusahaan adalah setelah dilakukan ketiga tahap tersebut selanjutnya
8
dilakukan penafsiran untuk melihat apa-apa saja permasalahan dan kendala-kendala yang dialami oleh perusahaan tersebut. e. Mencari dan memberikan pemecahan masalah terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan Pada tahap terakhir ini setelah ditemukan berbagai permasalahan yang dihadapi maka dicarikan solusi untuk memberikan suatu masukan atau saran agar apa yang menjadi kendala dan hambatan selama ini dapat diselesaikan. 2.2. Laporan Keuangan 2.2.1 Definisi Laporan
keuangan
merupakan
suatu
informasi
yang
menggambarkan kondisi suatu perusahaan, yang selanjutnya itu akan menjadi suatu informasi yang menggambarkan tentang kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan diharapkan mampu memberikan bantuan kepada pengguna untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat finansial. Laporan keuangan menjadi alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pihak manajemen memegang peranan penting dalam membuat laporan keuangan untuk dapat dipahami oleh pihak yang berkepentingan. Dalam laporan keuangan terdapat informasi yang menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan. 2.2.2 Laporan Keuangan dan Pengaruhnya bagi Perusahaan Laporan keuangan yang dipublikasikan dianggap penting dalam pengambilan keputusan. Berfungsinya bagian keuangan merupakan prasyarat bagi kelancaran pelaksanaan kegiatan pada bagan-bagian lainnya. Bagian keuangan yang berfungsi secara baik membuat kinerja keuangan yang dilihat dari laporan keuangan perusahaan akan tersaji dengan baik sehingga pihak-pihak yang membutuhkan akan dapat memperoleh laporan keuangan tersebut dan membantunya dalam 9
proses pengambilan keputusan sesuai yang diharapkan. Di dalam analisis informasi keuangan, setiap aktivitas bisnis harus dianalisis secara mendalam baik oleh manajemen maupun oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan yang bersangkutan. Seorang investor yang ingin membeli atau menjual saham bisa terbantu dengan memahami dan menganalisis laporan keuangan untuk selanjutnya dapat dijadikan bahan dalam menilai perusahaan mana yang mempunyai prospek yang menguntungkan di masa depan. Laporan keuangan sangat diperlukan untuk mengukur hasil usaha dan perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu dan untuk mengetahui sudah sejauh mana perusahaan mencapai tujuannya. Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau
aktivitas
suatu
perusahaan
dengan
pihak-pihak
yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut sehingga laporan keuangan memegang peranan yang luas dan memiliki suatu posisi yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan (Fahmi 2011). Menurut Munawir (2010), laporan keuangan merupakan salah satu informasi keuangan yang bersumber dari intern perusahaan yang bersangkutan.
Pihak-pihak
yang
menginvestasikan
modalnya
membutuhkan informasi tentang sejauh mana kelancaran aktivitas dan profitabilitas perusahaan, serta potensi deviden, sehingga pemegang saham dapat memutuskan untuk mempertahankan sahamnya, menjual atau bahkan menambahnya. Adanya laporan keuangan yang disediakan oleh pihak manajemen perusahaan sangat berguna dalam melihat kondisi suatu perusahaan, baik kondisi pada saat ini maupun dijadikan sebagai alat prediksi untuk kondisi di masa yang akan datang (forecast analyzing). Laporan keuangan ditujukan sebagai pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya pada pemilik perusahaan atas kinerja yang telah dicapainya serta merupakan laporan akuntansi utama yang mengkomunikasikan
10
informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam membuat analisa ekonomi dan peramalan untuk masa yang akan datang. Dengan diperolehnya laporan keuangan maka diharapkan dapat membantu untuk menghindari analisis yang keliru dalam melihat kondisi dan menilai kinerja suatu perusahaan. 2.2.3 Pihak-pihak yang Berkepentingan terhadap Laporan Keuangan suatu Perusahaan Menurut Fahmi (2011) ada beberapa pihak yang selama ini dianggap memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan, yaitu : a. Kreditur Kreditur adalah pihak yang memberikan pinjaman baik dalam bentuk uang, barang maupun dalam bentuk jasa. Contoh kreditur yang memberikan pinjaman dalam bentuk uang adalah pebankan
atau
leasing.
Saat
pihak
debitur
mengajukan
permohonan untuk meminjam sejumlah dana kepada kreditur maka sudah menjadi kewajiban bagi pihak kreditur untuk melakukan pengecekan terhadap laporan keuangan pihak debitur. Dengan melihat dan meneliti setiap laporan keuangan tersebut pihak kreditur akan dapat memberikan sebuah rekomendasi apakah usulan untuk pinjaman tersebut layak untuk direalisasikan dan jika layak berapa angka yang harus direalisasikan. Hal tersebut bagi pihak kreditur menyangkut dengan kemampuan dari pihak debitur untuk mampu mengembalikan pinjaman tersebut tepat pada waktunya, karena jika timbul kemacetan maka tentunya akan menimbulkan kesulitan tersendiri bagi pihak kreditur. Kemampuan debitur untuk membayar cicilan pinjamannya itu dapat dilihat pada data-data keuangan masa lalu yang di sana telah tergambarkan kinerja debitur. b. Investor Investor yang dimaksud adalah mereka yang membeli saham tersebut atau bahkan komisaris perusahaan. Seorang investor berkewajiban untuk mengetahui secara dalam kondisi perusahaan 11
di mana ia akan berinvestasi atau pada saat ia berinvestasi, karena dengan memahami laporan keuangan perusahaan tersebut artinya investor
akan
mengetahui
berbagai
informasi
keuangan
perusahaan. Investor menginginkan dana yang diinvestasikannya itu selalu berada dalam keadaan aman dan terus berkembang. Jika kondisi sebaliknya yaitu perusahaan tersebut sudah mulai menunjukkan tanda bermasalah maka akan lebih baik jika investor memindahkan dananya atau menjual saham yang dimilikinya. Dalam kasus lebih jauh sering ditemui saat pihak manajemen perusahaan melakukan perubahan data-data keuangan sesuai dengan yang diinginkan seperti memperbesar keuntungan dengan tujuan investor yakin untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut, atau sebaliknya memperkecil keuntungan agar pembagian deviden menjadi kecil, padahal sebagian keuntungan telah diambil oleh pihak manajemen perusahaan. Konflik ini biasa disebut dengan konflik antara manajemen perusahaan dengan pemilik perusahaan dan ini lebih dikenal dengan agency theory. c. Akuntan publik Akuntan publik adalah mereka yang ditugaskan untuk melakukan audit pada sebuah perusahaan. Bahan yang diaudit oleh seorang akuntan publik adalah laporan keuangan perusahaan, untuk selanjutnya pada hasil audit ia akan melaporkan dan memberikan penilaian dalam bentuk rekomendasi. Bagi sebuah perusahaan yang akan go public, tanggung jawab seorang auditor menjadi
lebih
berat
karena
dengan
penilaiannya
sebuah
perusahaan biasa atau tidak dinyatakan laporan keuangannya memenuhi syarat untuk go public. Dalam konteks ini reputasi seorang auditor dipertaruhkan. d. Karyawan Perusahaan Karyawan merupakan mereka yang terlibat secara penuh di suatu
perusahaan.
Secara
ekonomi
mereka
mempunyai
ketergantungan yang besar yaitu pekerjaan dan penghasilan yang
12
diterima dari perusahaan tempat bekerja telah begitu berperan dalam membantu kehidupannya, terutama jika karyawan tersebut telah berkeluarga. Oleh karena itu posisi perusahaan yang tergambarkan dalam laporan keuangan menjadi bahan kajian bagi para karyawan dalam memposisikan keputusan ke depan. Misalnya jika ternyata kondisi perusahaan telah menunjukkan tanda-tanda financial distress (kesulitan keuangan) dan bahkan cenderung menuju pailit maka tindakan antisipasi dengan pindah atau siap-siap untuk mencari pekerjaan di tempat lain adalah sebuah solusi konstruktif yang dapat dilakukan. Oleh karena itu seorang karyawan yang bekerja di suatu perusahaan jangan hanya menghabiskan
waktu
untk
bekerja
namun
harus
juga
memperhatikan bagaimana kondisi laporan keuangan tersebut. e. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Berdasarkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, terhitung mulai tanggal 31 Desember 2012 tugas dan fungsi Bapepam-LK berpindah ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Tugasnya ialah mengamati dan mengawasi setiap kondisi perusahaan yang go public, termasuk berkewajiban untuk tidak menerima atau mengeluarkan perusahaan yang dianggap sudah tidak layak lagi untuk go public. Go public artinya perusahaan tersebut telah memutuskan untuk menjual sahamnya kepada publik dan siap untuk dinilai oleh publik secara terbuka. Bagi suatu perusahaan yang akan go public maka perusahaan tersebut berkewajiban untuk memperlihatkan laporan keuangannya kepada OJK dalam hal ini PT Bursa Efek Indonesia. f.
Konsumen Konsumen adalah pihak yang menikmati produk dan jasa yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan. Dari sudut pemasaran, konsumen dibagi dua yaitu konsumen aktual dan konsumen potensial. Konsumen aktual adalah konsumen yang loyal terhadap produk dan jasa yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan.
13
Konsumen potensial adalah konsumen yang berpotensi untuk menjadi konsumen yang aktual. Konsumen yang menjadi loyal terhadap produk atau jasa yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan memiliki ketergantungan yang tinggi pada perusahaan tersebut. g. Pemasok Pemasok merupakan mereka yang menerima order untuk memasok setiap kebutuhan perusahaan mulai dari hal-hal yang dianggap kecil sampai besar yang semua itu dihitung dengan skala finansial. Tentunya dari setiap barang yang dipasok tersebut ada yang dibayar di muka sebagian saja dan pelunasannya dilakukan dalam kurun jangka waktu tertentu yang dapat terlaksana setiap per semester atau juga setiap akhir tahun. Pihak pemasok merasa sangat berkepentingan terutama menyangkut dengan kondisi keuangan perusahaan guna memprediksi kelancaran pembayaran yang akan dilakukan di kemudian hari. h. Pemerintah Pemerintah dengan segala perangkat yang dimilikinya telah menjadikan
laporan
keuangan
perusahaan
sebagai
data
fundamental acuan untuk melihat perkembangan pada berbagai sektor bisnis. Selain itu juga harus disadari bahwa terbentuknya angka-angka pada laporan keuangan tidak bisa dipungkiri dari regulasi dan deregulasi yang telah digulirkan. 2.2.4
Jenis Laporan Keuangan Ada dua laporan keuangan dasar yang digunakan untuk memahami
bagaimana
perusahaan
melakukan
hal-hal
yang
berhubungan dengan keuangan yaitu laporan pendapatan atau disebut laporan laba-rugi dan neraca. Laporan keuangan dasar tersebut merupakan sumber informasi utama tentang kinerja keuangan perusahaan. Suatu laporan laba-rugi mengukur jumlah laba yang dihasilkan oleh perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Laporan laba-rugi menyajikan informasi keuangan yang dihubungkan dengan lima aktivitas besar usaha, yaitu :
14
a) Penghasilan (penjualan) yang berkaitan dengan uang yang diperoleh dari penjualan produk atau jasa perusahaan. b) Harga pokok penjualan yang berhubungan dengan biaya produksi atau biaya untuk menghasilkan barang-barang dan jasa yang akan dijual. c) Beban operasi yang berhubungan dengan pemasaran dan distribusi produk atau jasa serta administrasi bisnis. d) Beban keuangan dalam menjalankan bisnis, yaitu bunga dibayarkan kepada kreditur perusahaan pembayaran deviden kepada para pemegang saham istimewa (bukan pembayaran deviden pada pemegang saham biasa). e) Beban pajak yaitu jumlah pajak yang ditanggung berdasarkan pajak pendapatan perusahaan. Jika laporan laba-rugi menggambarkan hasil dari operasi bisnis untuk suatu periode waktu, maka neraca memberikan gambaran posisi keuangan perusahaan pada waktu tertentu, ekuitas pemegang saham dari pemilik, kewajiban, dan modal yang disediakan pemilik. Dalam format yang paling sederhana ini neraca mempunyai rumusan sebagai berikut : Total aktiva = total kewajiban + ekuitas pemegang saham …..…… (1) a. Aktiva Aktiva menggambarkan sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan, sedangkan kewajiban dan ekuitas pemegang saham menunjukkan bagaimana sumber daya itu dibiayai. Aktiva perusahaan dimasukkan dalam tiga kategori yaitu aktiva lancar, aktiva tetap, dan aktiva lain. 1.
Aktiva lancar Aktiva lancar atau modal kerja kotor meliputi aset-aset yang relatif mudah untuk dicairkan yang diharapkan dapat diubah menjadi kas dalam satu tahun. Aktiva lancar terutama meliputi :
15
a) Kas Setiap perusahaan harus memiliki kas untuk operasional bisnis. Cadangan kas diperlukan karena tidak samanya aliran dana yang masuk (kas yang diterima) dan yang keluar (biaya-biaya kas) dalam bisnis tersebut. Jumlah dari saldo kas ditentukan tidak hanya oleh volume penjualan, tetapi juga oleh kemungkinan penerimaan kas dan pembayaran kas. b) Piutang usaha Piutang usaha perusahaan terdiri dari pembayaran pelanggan yang membeli dengan kredit. c) Persediaan Persediaan terdiri dari bahan baku, bahan yang sedang dikerjakan, dan produk akhir yang ada dalam perusahaan yang siap untuk dijual. d) Biaya dibayar di muka Perusahaan sering harus membayar di muka sebagian bebannya.
Biaya-biaya
yang dibayar di muka adalah
pembayaran tunai yang dicatat pada neraca sebagai aktiva lancar dan dinyatakan sebagai beban dalam laporan laba-rugi jika telah digunakan. 2. Aktiva Tetap Aktiva tetap meliputi peralatan dan perlengkapan, bangunan, dan tanah. Beberapa usaha membutuhkan lebih banyak modal tambahan yang menyebabkan aktiva tetap juga bernilai lebih besar. 3. Aktiva Lain Aktiva lain adalah semua aktiva yang bukan termasuk aktiva lancar atau aktiva tetap, sebagai contoh aset tak berwujud seperti hak paten, hak cipta, dan good will. Dalam melaporkan jumlah uang atas berbagai aktiva ini, berlaku praktik konvensional pelaporan nilai aktiva dan kewajiban yang dilakukan atas dasar beban historis. Jadi neraca tidak dimaksudkan untuk menyajikan nilai pasar perusahaan
tetapi
melaporkan
16
transaksi
berdasarkan
beban
historisnya atau yang disebut sebagai nilai pembukuan akuntansi perusahaan (Keown et al. 2008). b. Jenis Pembiayaan Kewajiban
dan
ekuitas
pemegang
saham
menunjukkan
perusahaan membiayai aktiva-aktivanya. Pembiayaan datang dari dua sumber utama yaitu hutang (kewajiban-kewajiban) dan ekuitas. Hutang adalah uang yang telh dipinjam dan harus dibayar kembali pada tanggal yang telah ditentukan sedangkan ekuitas menunjukkan investasi pemegang saham dalam perusahaan. 1. Modal Pinjaman (Hutang) Modal pinjaman adalah pembiayaan yang diberikan oleh kreditur. Modal pinjaman dibagi menjadi hutang lancar atau hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang. Hutang lancar atau hutang jangka pendek meliputi uang yang dipinjam yang harus dibayar kembali dalam 12 bulan berikutnya. Sumber hutang lancar adalah: a) Hutang usaha, menunjukkan perpanjangan kredit oleh para pemasok kepada perusahaan ketika perusahaan tersebut mengadakan pembelian persediaan. Pembayaran perusahaan 30 atau 60 hari sebelum pembayaran untuk persediaan yang sudah dibeli. Kredit ini disebut juga hutang dagang. b) Kewajiban lain, meliputi hutang bunga dan pembayaran pajak pendapatan yang diterima dan akan diterima dalam tahun tersebut. c) Beban yang masih harus dibayar, adalah hutang-hutang jangka pendek yang terjadi dalam operasi perusahaan tetapi belum dibayar. d) Wesel jangka pendek, menunjukkan sejumlah pinjaman dari bank atau sumber pinjaman lain yang ada dan dibayar dalam 12 bulan.
17
Hutang jangka panjang meliputi pinjaman dari bank atau sumber lain yang meminjamkan uang untuk waktu jangka panjang lebih dari 12 bulan. 2. Ekuitas Ekuitas meliputi investasi pemegang saham, yaitu : a) Pemegang saham preferen, menerima suatu dividen yang ditetapkan dalam jumlah tertentu. Ketika perusahaan dilikuidasi, pemegang saham ini dibayar setelah kreditur perusahaan tetapi sebelum pemegang saham biasa. b) Pemegang saham biasa, adalah pemegang perusahaan di luar pemegang saham preferen dari suatu bisnis. Mereka menerima apapun yang terjadi, baik atau buruk, setelah kreditor dan pemegang saham preferen dibayar. Jumlah dari ekuitas biasa perusahaan, seperti yang dilaporkan pada neraca laba-rugi adalah jumlah yang diterima perusahaan dari penjualan saham ke investor ditambah dengan saldo laba perusahaan. 2.3. Analisa Laporan Keuangan 2.3.1 Definisi Rasio Keuangan Rasio dapat dipahami sebagai hasil yang diperoleh antara satu jumlah dengan jumlah lainnya. Perbandingan tersebut dapat memberikan gambaran relatif tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan. Secara sederhana rasio disebut sebagai perbandingan jumlah, dari satu jumlah dengan jumlah lainnya itulah dilihat perbandingannya dengan harapan nantinya akan ditemukan jawaban yang selanjutnya dijadikan bahan kajian untuk dianalisis dan diputuskan. Rasio keuangan atau financial ratio ini sangat penting gunanya untuk melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan. Bagi investor jangka pendek maupun menengah pada umumnya lebih banyak tertarik kepada kondisi keuangan jangka pendek dan kemampuan perusahaan untuk membayar dividen yang memadai. 18
Informasi tersebut dapat diketahui dengan cara yang lebih sederhana yaitu dengan menghitung rasio-rasio keuangan yang sesuai dengan keinginan. Secara jangka panjang rasio keuangan juga dipakai dan dijadikan sebagai acuan dalam menganalisis kondisi kinerja suatu perusahaan, misalnya kondisi kinerja perusahaan selama 12 tahun untuk kemudian diprediksi selama 10 sampai 12 tahun ke depan. Namun analisa tersebut jarang dilakukan karena kondisi stabilitas selama 10 sampai 12 tahun ke depan belum tentu sama seperti 12 tahun yang lalu. Dalam penilaian suatu kondisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang turut menyebabkan perubahan pada kondisi keuangan seperti kondisi mikro dan makro ekonomi baik yang terjadi di tingkat domestik dan internasional. Kondisi ekonomi global mampu memberi pengaruh pada kondisi makro ekonomi di suatu negara dan lebih jauh bisa memberi pengaruh pada berbagai keputusan di bidang industri hingga akhirnya memberi pengaruh pada berbagai kebijakan perusahaan sendiri sehingga analisa degan menempatkan berbagai data-data pendukung lain akan mampu memberi bantuan dalam pembentukan pengambilan keputusan. Analisis rasio keuangan sendiri dimulai dengan laporan keuangan dasar yaitu neraca, perhitungan laba-rugi, dan laporan arus kas. Perhitungan rasio keuangan akan menjadi lebih jelas jika dihubungkan
antara lain
dengan
menggunakan
pola historis
perusahaan tersebut dengan melihat perhitungan pada sejumlah tahun guna menentukan apakah perusahaan membaik atau memburuk, atau melakukan perbandingan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama (Fahmi 2011). 2.3.2 Hubungan Rasio Keuangan dan Kinerja Keuangan Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu
19
menggambarkan trend pola perubahan tersebut sehingga dapat menunjukkan resiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan. Manfaat analisis rasio keuangan yaitu : a) Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan. b) Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai rujukan untuk membuat perencanaan. c) Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan. d) Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor untuk memperkirakan potensi resiko yang akan dihadapi terkait dengan adanya
jaminan
kelangsungan
pembayaran
bunga
dan
pengembalian pokok pinjaman. e) Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak stakeholder organisasi. Analisis rasio keuangan memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan dari analisis rasio keuangan sebagai berikut : a) Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. b) Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. c) Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain. d) Bermanfaat untuk bahan daam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi. e) Menstandardisasi size perusahaan. f) Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series. g) Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. Beberapa kelemahan dengan dipergunakannya analisis secara rasio keuangan adalah :
20
a) Penggunaan rasio keuangan akan memberikan pengukuran yang relatif terhadap kondisi suatu perusahaan. Sisi relative yang dimaksud bahwa rasio-rasio keuangan bukanlah merupakan kriteria mutlak. Analisis rasio keuangan hanyalah suatu titik awal dalam analisis keuangan perusahaan. b) Analisis rasio keuangan hanya dapat dijadikan sebagai peringatan awal dan bukan kesimpulan akhir. c) Setiap data yang dipergunakan dalam menganalisis bersumber dari laporan keuangan perusahaan maka sangat memungkinkan data yang diperoleh tersebut adalah data yang angka-angkanya tidak memiliki keakuratan yang tinggi dengan alasan mungkin data-data tersebut diubah dan disesuaikan berdasarkan kebutuhan. d) Pengukuran rasio keuangan banyak yang bersifat artificial. Artificial ini berarti perhitungan rasio keuangan tersebut dilakukan oleh manusia, dan setiap pihak memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam menempatkan ukuran dan justifikasi penggunaan
rasio-rasio
tersebut.
Terkadang
justifikasi
penggunaan rasio tersebut tidak dapat menjawab kasus-kasus yang dianalisis secara maksimal. Ada beberapa solusi yang dapat diberikan dalam rangka mengatasi permasalahan dalam bidang rasio keuangan ini, yaitu: a) Rasio keuangan adalah sebuah formula yang dipakai sebagai alat pengujian maka hasil yang diperoleh belum tentu benarbenar sesuai untuk dijadikan alat prediksi sehingga dibutuhkan pendekatan lain untuk melihat permasalahan itu secara lebih jelas yaitu dengan melihat kondisi non keuangan seperti kondisi kualitas SDM karyawan dan manajer perusahaan baik di bidang administrasi, pemasaran, produksi dan keuangan. b) Hasil
perhitungan
yang
telah
dilakukan
selanjutnya
direkonsiliasi atas berbagai bentuk perbedaan pokok tesebut. Tujuan dari rekonsiliasi tersebut adalah menyesuaikan
21
perbedaan antar pos dan mencari apa yang menyebabkan perbedaan itu terjadi. Selanjutnya dilakukan analisa lebih mendalam tentang perbedaan-perbedaan tersebut untuk mengetahui penyebabnya dan mencari solusinya. c) Perlu pemahaman yang mendalam dan prinsip kehati-hatian dalam proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajer keuangan. Jika analisis yang dilakukan memberikan suatu gambaran pola perusahaan yang menyimpang dari norma industri maka hal ini merupakan gejala adanya masalah dan perlu dilakukan analisis dan penelitian lebih lanjut. Contoh sederhana seperti jika suatu rasio perputaran persediaan tinggi maka menunjukkan adanya kekurangan persediaan yang serius dan besar kemungkinan terjadi kehabisan persediaan. 2.3.3 Rasio Keuangan Ada empat kelompok analisis rasio keuangan yang dijadikan rujukan untuk melihat kondisi kinerja suatu perusahaan, yaitu : 1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu (Fahmi 2011). Contoh membayar listrik, telepon, air PDAM, gaji dan lain-lain. Rasio likuiditas ini penting karena kegagalan dalam membayar
kewajiban
dapat
menyebabkan
kebangkrutan
perusahaan. Rasio ini mengukur pada kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap utang lancarnya. a) Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar menunjukkan likuiditas perusahaan yang diukur dengan membandingkan aktiva lancar terhadap hutang lancar atau hutang jangka pendek.
22
Rasio lancar dapat dirumuskan sebagai berikut :
b) Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio cepat menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan
persediaan.
Menurut
Sawir
(2010)
persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah sehingga sulit untuk direalisasikan menjadi uang kas dalam waktu yang singkat. Jadi rasio ini dinilai lebih baik dalam mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio cepat dapat dirumuskan sebagai berikut :
2. Rasio Solvabilitas Analisis solvabilitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi segala kewajiban finansialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio-rasio yang umum digunakan dalam analisis solvabilitas antara lain : a) Rasio Utang (Debt to Total Asset Ratio) Rasio ini menunjukkan proporsi antara total kewajiban perusahaan dengan total kekayaan perusahaan yang dimiliki. Semakin tinggi nilai persentase rasio utang maka semakin tinggi pula resiko perusahaan yang harus ditanggung perusahaan (Sawir 2010). Rasio utang dapat dirumuskan sebagai berikut :
b) Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio) Rasio ini menunjukkan perbandingan antara utang dan ekuitas (modal) yang digunakan dalam mendanai aktiva dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk
23
memenuhi seluruh kewajibannya (Sawir 2010). Rasio utang terhadap ekuitas dirumuskan sebagai berikut :
c) Rasio Ekuitas terhadap Total Aktiva (Equity to Total Asset Ratio) Rasio ini menunjukkan besarnya modal sendiri yang digunakan untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan. Semakin tinggi nilai rasio maka semakin kecil jumlah pinjaman perusahaan yang digunakan untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan. Rasio ekuitas terhadap total aktiva dirumuskan sebagai berikut :
d) Rasio Ekuitas terhadap Aktiva Tetap (Equity to Fixed Asset Ratio) Rasio ini menunjukkan besarnya proporsi modal sendiri yang digunakan untuk mendanai aktiva tetap perusahaan. Jika aktiva tetap perusahaan didanai dari modal sendiri maka keadaan ini akan lebih menguntungkan mengingat aktiva tetap berjangka panjang. Maka sudah sewajarnya jika aktiva tetap didanai dari modal sendiri supaya tidak mengganggu likuiditas perusahaan jika sewaktu-waktu pembayaran utang harus dilaksanakan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
e) Rasio Akiva Tetap terhadap Utang Jangka Panjang (Fixed Asset to Long Term Debt Ratio) Rasio menunjukkan besarnya proporsi aktiva tetap terhadap seluruh kewajiban jangka panjang perusahaan. Rasio ini merupakan ukuran tingkat keamanan kreditur jangka panjang terhadap pinjaman yang diberikan kepada perusahaan. Semakin tinggi nilai rasio ini maka semakin besar jaminan
24
keamanan kreditur dari perusahaan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
3. Rasio Profitabilitas Rasio ini mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan. Rasio Profitabilitas secara umum ada enam yaitu : a) Rasio Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin) Rasio ini menunjukkan berapa persen keuntungan perusahaan yang diperoleh melalui penjualan. Semakin besar nilai rasio maka semakin besar pula perusahaan memperoleh laba kotor. Rasio ini diumuskan sebagai berikut :
b) Rasio Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin) Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
c) Rasio Marjin Operasi (Operating Margin Ratio) Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam memperoleh laba. Semakin besar nilai rasio ini maka kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba operasi semakin besar pula. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
d) Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return of Equity) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba atas modal yang ditanam oleh pemilik modal. Nilai rasio 25
yang tinggi menunjukkan keberhasilan dari manajemen perusahaan dalam mengelola modal yang ditanam oleh pemilik perusahaan, ditunjukkan dari laba yang diperoleh tinggi. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
e) Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (Return of Investment) Rasio ini menunjukkan hasil yang dicapai dari investasiinvestasi yang ditanam dalam perusahaan oleh para investor. Manajemen dapat menggunakan ROI sebagai peringatan dini atas tindakan yang perlu diambil agar perusahaan dapat tetap berjalan lancar dan terus menghasilkan keuntungan (profit). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
f) Rasio Tingkat Pengembalian atas Total Aktiva (Return of Asset) Rasio
ini
mencerminkan
keuntungan
yang
diperoleh
perusahaan tanpa mempermasalahkan sumber modal dan menunjukkan
tingkat
efisiensi
perusahaan
dalam
melaksanakan operasinya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
4. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang aktivitas perusahaan. Analisis aktivitas dapat dihitung dengan menggunakan rasio-rasio sebagai berikut :
26
a) Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over Ratio) Rasio ini menunjukkan sejauh mana tingkat efektivitas penggunaan
seluruh
aset
perusahaan
dalam
rangka
menghasilkan penjualan dan memperoleh laba (profit). Nilai rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan bersih yang dapat diperoleh untuk setiap rupiah total aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio ini memiliki rumus sebagai berikut :
b) Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turn over Ratio) Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan aktiva tetap dalam kegiatan yang menghasilkan pendapatan penjualan. Rasio
ini
berguna
untuk
mengevaluasi
kemampuan
perusahaan dalam menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan. Rasio ini dapat dirumuskan:
c) Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over Ratio) Rasio ini digunakan untuk menguji tingkat efisiensi penggunaan modal kerja, yakni berapa banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Rumus dari rasio ini adalah :
d) Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over Ratio) Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang datang. Rasio ini mencerminkan besarnya nilai penjualan yang dilakukan perusahaan untuk setiap persediaan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
27
e) Rasio Perputaran Piutang (Account Receivable Turn Over Ratio) Rasio ini menunjukkan berapa kali perusahaan menagih piutangnya dari penjualan dalam satu periode. Rumus dari rasio ini adalah :
2.3.4 Analisis Trend dan Proyeksi Kinerja Keuangan Analisis time-series adalah analisis data berdasarkan waktu atau periode, dengan tujuan itu nantinya akan terlihat dalam bentuk angkaangka dan juga secara grafik. Time-series dianalisis untuk mendapatkan pengukuran-pengukuran yang dapat digunakan untuk membuat keputusan, memprediksi, dan merencanakan operasi di waktu mendatang (Fahmi 2011). Analisis time-series ini akan membutuhkan laporan kecenderungan yang menggambarkan arah pergerakan yang terjadi dengan menggunakan grafik tren. Trend analysis adalah pendekatan yang menggunakan perbandingan laporan keuangan perusahaan dari waktu ke waktu. Jika tren membaik disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan relatif baik dan demikian pula sebaliknya. Grafik tren menggambarkan suatu kinerja, khususnya kinerja keuangan yang dihasilkan oleh suatu perusahaan selama satu periode akuntansi atau lebih. Pergerakan tren dapat dilihat dalam bentuk grafik dan memungkinkan berbagai bentuk bisa terjadi. Garis tren (trend lines) merupakan garis yang menggambarkan arah kecenderungan pergerakan, seperti naik dan turun. Selanjutnya diproyeksikan 2 tahun ke depan menggunakan software Minitab 16 dengan model Double Exponential Smoothing yang menggunakan data historis dalam bentuk time series tahunan. 2.3.5 Analisis SWOT Analisis SWOT adalah analisis yang meliputi identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat 28
memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun
secara
bersamaan
dapat
meminimalkan
kelemahan
(Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (strategis planner) harus menganalisis faktor – faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis ini adalah Analisis SWOT. Penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang (opportunities) dan Ancaman (threats) dengan faktor internal Kekuatan (strengths) dan Kelemahan (weaknesses) (Rangkuti 2003) 2.4. Penelitian Terdahulu Penelitian ini mengambil tiga literatur skripsi yang dijadikan sebagai panduan, rekapitulasi hasil penelitian terdahulu dapat dilihat dalam Lampiran 10. Tujuan dari penelitian Hartono (2006) menganalisis tingkat efisiensi perusahaan khususnya masalah keuangan, mengetahui langkahlangkah yang telah diambil dan memberi masukan alternatif lain untuk meningkatkan kinerja perusahaan, dan juga menganalisis sebab-sebab terjadinya kerugian dan langkah apa saja yang dapat diambil untuk meminimalisasi potensi kerugian yang lebih besar. Metode analisis laporan keuangan yang digunakan dalam penelitiannya adalah analisis trend, analisis common size statement, analisis rasio yang terdiri dari empat kelompok analisis yakni likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas serta proyeksi kebutuhan dana untuk periode mendatang. Selain menggunakan metode analisis tersebut, penilaian kinerja keuangan juga ditinjau dari analisis laporan keuangan berdasarkan SK. Menteri BUMN No. 29
100/M-BUMN/2002 mengenai penilaian kinerja perusahaan dalam aspek keuangan.
Hasil
dari
penelitian
yang
telah
dilakukannya
adalah
perkembangan kinerja keuangan yang menunjukkan kondisi keuangan yang kurang baik yang menandakan perusahaan masih belum mampu untuk berbuat banyak dalam meningkatkan performa keuangannya karena perusahaan hanya bergerak di satu jenis usaha dan satu jenis produk saja. Tujuan penelitian Meliala (2011) menganalisis kinerja keuangan BRI dengan menggunakan alat analisis EVA dan MVA, menganalisis pengaruh nilai EVA terhadap MVA, serta menganalisis struktur modal BRI tahun 2006-2010, serta memprediksi keadaan keuangan BRI masa yang akan datang. Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu laporan keuangan tahunan BRI antara lain neraca, laba rugi serta data historis harga saham BRI periode tahun 2006-2010. Berdasarkan hasil analisa diperoleh bahwa kinerja keuangan BRI berdasarkan metode EVA dan MVA, nilai EVA dan MVA BRI periode 2006-2010 adalah positif dan relatif mengalami kenaikan. Hal ini berarti bahwa pihak manajemen telah berhasil menciptakan nilai tambah perusahaan. Namun pada tahun 2008, EVA dan MVA mengalami penurunan dari tahun 2007. EVA turun disebabkan oleh COC yang tinggi, MVA BRI mengalami penurunan disebabkan oleh nilai pasar BRI (harga saham) turun Rp2.825 (38,18 persen) dari tahun 2007. Hasil pengujian pengaruh EVA terhadap MVA menggunakan analisis regresi sederhana menunjukkan bahwa EVA berpengaruh positif dan signifikan terhadap MVA. Nilai MVA sebesar 88,5 persen yang dihasilkan oleh perusahaan dipengaruhi oleh EVA, sedangkan sisanya sebesar 11,5 persen dipengaruhi oleh faktor lain diluar model regresi sederhana tersebut. Struktur modal BRI tahun 2006-2010 sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat dari penciptaan nilai EVA yang positif dan relatif meningkat setiap tahunnya walaupun di tahun 2008 sempat mengalami penurunan namun tetap menunjukkan nilai yang positif. Peramalan nilai komponen neraca dan laba rugi yang dilakukan dengan menggunakan Double Exponential Smoothing menunjukkan peningkatan di tahun 2011. Hal ini menunjukkan
30
bahwa kinerja keuangan BRI tahun berikutnya diprediksi akan bertambah baik lagi. Penelitian Aryani (2011) berjudul “Kajian Terhadap Kinerja Keuangan pada PT. Goodyear Indonesia Tbk Berbasis Laporan Keuangan”. Penelitian ini menganalisis trend, peramalan, persentase per komponen (common size statement) dan rasio keuangan perusahaan dengan hasil penelitian secara umum kondisi keuangan perusahaan cukup baik dilihat dari kondisi keuangan jangka pendek mengalami peningkatan dan kondisi keuangan jangka panjang meningkat dalam dua tahun terakhir. Kebutuhan dana untuk periode 2011-2012 mengalami peningkatan dari tahun 2010.
31
III.
METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks dan menuntut keefektifan serta keefisienan waktu dalam pemenuhan kebutuhannya, akhirnya memberi peluang semakin maraknya industri retail modern yang bermunculan, khususnya minimarket. Saat ini investor lebih tertarik dengan industri waralaba karena mudahnya proses kepemilikan dan pengelolaan bisnisnya sehingga investor tidak perlu kesulitan membangun bisnisnya dari nol (awal). Perusahaan waralaba memiliki suatu sistem yang dibangun dengan terencana untuk mengembangkan bisnisnya dan menaikkan brand dalam menghadapi persaingan dan kemajuan teknologi yang semakin pesat. Perencanaan dalam pengembangan minimarket ini harus disusun secara baik agar perusahaan mampu bertahan di tengah persaingan. Perencanaan ini dimulai dari studi kelayakan sebelum mendirikan minimarket, mengawasi setiap aktivitas yang sudah berjalan sampai memberi laporan dan evaluasi dari hasil penjualan yang telah dicapai, khususnya
laporan
keuangan.
Tujuan
utama
minimarket
adalah
memaksimalkan keuntungan atau laba dengan melakukan peningkatan penjualan. Setiap transaksi dan aktivitas yang terjadi akan terekam dalam laporan keuangan. Laporan keuangan ini akan memberi gambaran mengenai kinerja perusahaan yang dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat untuk pemilik, perusahaan maupun investor yang akan menanamkan investasinya. Penilaian kinerja keuangan pada Minimarket XYZ dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan minimarket selama periode waktu tertentu. Hasil dari analisa laporan keuangan akan memberikan informasi bagaimana kondisi keuangan minimarket dan sekaligus mengevaluasi apakah program yang telah dilakukan dalam memaksimalkan laba telah berhasil baik atau buruk. Selanjutnya tren kinerja keuangan dianalisa dari tahun ke tahun sehingga diketahui kecenderungan pergerakan tren.
Pergerakan tren ini akan menunjukkan gambaran yang terjadi selama tahuntahun sebelumnya kemudian dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan untuk menentukan target dan strategi pada tahun yang akan datang. Selain itu dilakukan pula proyeksi kebutuhan dana untuk tahun yang akan datang dengan tujuan mempersiapkan dan mengantisipasi pembiayaan aktivitas minimarket. Hasil yang diperoleh dari analisa laporan keuangan dan tren kinerja keuangan selama lima tahun akan menunjukkan perkembangan kinerja keuangan dalam lima tahun terakhir tersebut dan hal-hal positif atau negatif apa saja yang dapat diambil untuk membantu pemilihan dan pencarian strategi yang tepat untuk tahun yang akan datang. Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Minimarket XYZ cabang Cimahi
Tujuan Memaksimalkan Profit Minimarket XYZ cabang Cimahi
Analisis Laporan Keuangan : - Analisis Rasio Keuangan - Analisis Trend
Proyeksi Keuangan : - Metode Double Exponential Smoothing
Tren Kinerja Keuangan 5 Tahun Terakhir
Kinerja Keuangan
Rekomendasi Langkah-langkah Strategi ke Masa yang Akan Datang (SWOT) Gambar 3. Kerangka pemikiran penelitian
33
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama di Minimarket XYZ yang berlokasi di daerah Cimahi. Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu pada bulan Mei hingga Juli 2014. 3.3. Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak pengelola minimarket, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari laporan keuangan minimarket selama 5 tahun terakhir (2009-2013), profil minimarket serta literatur yang berkaitan dengan penelitian baik dari pihak internal perusahaan maupun dari eksternal seperti buku-buku dan media informasi internet. 3.4. Analisis dan Metode Pengolahan Data Data dan informasi yang telah dikumpulkan disusun dan diolah secara manual dan dengan menggunakan alat bantu (komputer). Selanjutnya hasil dari pengolahan data dianalisis secara kuantitatif dan diinterpretasikan secara deskriptif. Analisis yang digunakan untuk melihat tren dan proyeksi kinerja keuangan Minimarket XYZ terdiri dari analisis laporan keuangan yang berupa analisis tren, analisis rasio (rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas) serta analisis proyeksi berdasarkan time-series dengan metode Double Exponential Smoothing. 3.4.1 Analisis Rasio Keuangan 3.4.1.1. Rasio Likuiditas a) Rasio Lancar (Current Ratio) pada rumus (2) b) Rasio Cepat (Quick Ratio) pada rumus (3) 3.4.1.2. Rasio Solvabilitas a) Rasio Utang (Debt to Total Asset Ratio) pada rumus (4) b) Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio) pada rumus (5) c) Rasio Ekuitas terhadap Total Aktiva (Equity to Total Asset Ratio) pada rumus (6)
34
d) Rasio Ekuitas terhadap Aktiva Tetap (Equity to Fixed Asset Ratio) pada rumus (7) e) Rasio Akiva Tetap terhadap Utang Jangka Panjang (Fixed Asset to Long Term Debt Ratio) pada rumus (8) 3.4.1.3. Rasio Profitabilitas a) Rasio Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin) pada rumus (9) b) Rasio Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin) pada rumus (10) c) Rasio Marjin Operasi (Operating Margin Ratio) pada rumus (11) d) Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return of Equity) pada rumus (12) e) Rasio
Tingkat
Pengembalian
Investasi
(Return
of
Investment) pada rumus (13) f) Rasio Tingkat Pengembalian atas Total Aktiva (Return of Asset) pada rumus (14) 3.4.1.4. Rasio Aktivitas a) Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over Ratio) pada rumus (15) b) Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turn over Ratio) pada rumus (16) c) Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over Ratio) pada rumus (17) d) Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over Ratio) pada rumus (18) e) Rasio Perputaran Piutang (Account Receivable Turn Over Ratio) pada rumus (19) 3.4.2 Analisis Trend Analisis trend ini merupakan laporan kecenderungan yang menggambarkan arah pergerakan yang terjadi dengan menggunakan grafik tren sehingga dapat dilihat apakah cenderung naik, turun atau
35
tetap. Trend analysis adalah pendekatan yang menggunakan perbandingan laporan keuangan perusahaan dari waktu ke waktu. Jika tren membaik disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan relatif baik dan demikian pula sebaliknya. Analisis ini membutuhkan satu tahun dasar yang merupakan tahun paling awal dari periode yang dianalisis. Setiap pos yang terdapat dalam laporan keuangan yang dipilih sebagai tahun dasar diberikan angka indeks 100. Pos-pos yang sama dari periode yang dianalisis dihubungkan dengan pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar dengan cara membagi jumlah rupiah tiap-tiap pos dalam periode yang dianalisis dengan jumlah rupiah dari pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar. Hasil perhitungan tersebut akan memperlihatkan kenaikan atau penurunan nilai persentase tiap pos. Analisis ini merupakan pelengkap dari analisis rasio yang akan membantu menginterpretasikan hasil analisis rasio. Rumus analisis trend yaitu :
Di mana : Rxt = Nilai presentase untuk tahun ke-t Pxt = Pos x dalam laporan keuangan yang akan di analisis Pxo = Pos x dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar 3.4.3
Analisis Peramalan/Proyeksi Kinerja Keuangan Penelitian model peramalan yang dipakai menggunakan data historis time series tahunan dengan model Double Exponential Smoothing
menggunakan
software
Minitab
16.
Metode
ini
menyesuaikan faktor tren yang ada pada pola data. Dipopulerkan oleh C.C. Holt (1957), model ini menambahkan faktor pertumbuhan (growth factor) atau faktor tren (trend factor) pada persamaan dasar dari smoothing. Rumus Holt’s Linear Smoothing : Untuk komponen level estimate : Lt = αYt + (1-α)(Lt-1 + Tt-1) ……….…………………………….(21) Untuk komponen trend estimate : Tt = β(Lt – Lt-1) + (1-β)Tt-1
…………………………………......(22)
36
Untuk forecast period eke p dari data tertentu : (berdasar angka di kolom FITS 1 pada MINITAB) Ýt+p = Lt + pTt
…………………………………………………(23)
Di mana : L = level estimate (dipengaruhi oleh besaran) T = trend estimate (dipengaruhi oleh besaran) Ý = nilai forecast untuk periode mendatang α = parameter pertama perataan antara 0 dan 1 β = parameter kedua untuk pemulusan tren p = periode ke depan yang akan diramalkan 3.4.4
Analisis SWOT Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dipilih karena metode ini dapat
memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, menerangkan hubungan, menguji hipotesa-hipotesa, membuat prediksi, serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan. Matriks ini dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategis. Tabel 2. Matriks SWOT Faktor Internal Strength
Weakness
Faktor Eksternal
Kekuatan
Kelemahan
Opportunity
SO Strategi
WO Strategi
Peluang
Gunakan kekuatan
Atasi kelemahan
untuk memanfaatkan untuk memanfaatkan peluang
peluang
Threat
ST Strategi
WT Strategi
Ancaman
Gunakan kekuatan
Minimalkan
untuk menghindari
kelemahan dan hindari
ancaman
ancaman
(Rangkuti 2003)
37
a. Strategi SO Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. b. Strategi ST Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. c. Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. d. Strategi WT Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman
38
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sejarah Perusahaan Minimarket XYZ bergerak di bidang retail/perdagangan eceran yang menjual kebutuhan pokok sehari-hari. Berdiri sejak 1 Mei 2006 dengan tipe toko 45 rak dan luas toko 100 m2, memiliki jumlah pegawai sebanyak 8 orang. Pada mulanya, minimarket XYZ merupakan toko yang dimiliki oleh perusahaan retail ABC. Namun sejak 1 Mei 2006, toko tersebut diambil alih kepemilikannnya oleh Bapak Djumadi Rustam dengan pola kerjasama waralaba. Adapun latar belakang dijualnya minimarket tersebut dengan pola kerjasama waralaba adalah bukan karena kinerja minimarket tersebut khususnya secara keuangan kurang baik melainkan sebaliknya. Pada saat diambil alih kepemilikannya, rata-rata hasil penjualan per hari yang dihasilkan oleh minimarket tersebut sebesar Rp 9.000.000,-. Dana yang harus dikeluarkan untuk mengambil alih minimarket sebesar Rp 660.000.000,dengan estimasi pengembalian modal selama 43 bulan dan estimasi rata-rata keuntungan yang akan diperoleh setiap bulannya sebesar Rp 16.000.000,Pertimbangan yang diambil untuk pengambilalihan minimarket tersebut adalah: 1. Memanfaatkan dana pensiun yang diperoleh agar dapat dipergunakan sebaik mungkin meskipun konsep waralaba pada saat itu merupakan hal yang baru di dalam bidang industri retail. 2. Konsep waralaba yang ditawarkan oleh perusahaan retail ABC cukup menarik karena meskipun toko dimiliki oleh investor namun dalam pengelolaan sehari-hari minimarket tersebut tetap dikerjakan oleh perusahaan retail ABC. Dalam hal ini bisa dikatakan bahwa investor memiliki usaha namun tidak direpotkan dalam pengelolaannya sehingga dapat menjalankan bisnis/usaha yang lainnya yang dimiliki oleh investor. 3. Sistem dan manajemen yang dimiliki perusahaan retail ABC yang baik dan dapat dipercaya meskipun tidak menjanjikan keuntungan yang
maksimal dikarenakan pada saat itu pertumbuhan bisnis retail belum marak seperti saat ini. Memang dalam perjalanannya setelah dilakukan pengambilalihan minimarket tersebut, target penjualan yang diestimasikan sebelumnya tidak maksimal (lihat data rata-rata Sales per Day per tahun), namun dari sisi keuntungan yang diperoleh sesuai dengan apa yang disajikan dalam proposal penawaran pengambilalihan toko bahkan melebihi nilai keuntungan yang tercantum dalam proposal tersebut. Seiring dengan perkembangan waktu, sampai saat ini minimarket XYZ mempekerjakan 10 orang karyawan. Selain itu keberadaannya juga menguntungkan pedagang lain yang menyewa lahan parkir minimarket untuk berjualan. Meskipun saat ini terdapat dua minimarket dengan konsep sejenis berada dekat dengan minimarket XYZ, namun dengan pelayanan yang baik, adanya interaksi antara pegawai minimarket dengan konsumen, manajemen stok yang baik serta manajemen keuangan yang baik menjadikan minimarket XYZ tetap bertahan di tengah ketatnya persaingan antar usaha sejenis. 4.2. Visi dan Misi Perusahaan 4.2.1 Visi Minimarket Menjadi jaringan distribusi ritel terkemuka yang dimiliki oleh masyarakat luas, berorientasi kepada pemberdayaan pengusaha kecil, pemenuhan kebutuhan dan harapan konsumen, serta mampu bersaing secara global. 4.2.2
Misi Minimarket 1. Memberikan kepuasan kepada pelanggan/konsumen dengan berfokus pada produk dan pelayanan yang berkualitas unggul. 2. Selalu menjadi yang terbaik dalam segala hal yang dilakukan dan selalu menegakkan tingkah laku/etika bisnis yang tertinggi. 3. Ikut
berpartisipasi
dalam
membangun
negara
dengan
menumbuhkembangkan jiwa wiraswasta dan kemitraan usaha. 4. Membangun organisasi global yang terpercaya, tersehat dan terus bertumbuh dan bermanfaat bagi pelanggan, pemasok, karyawan, pemegang saham dan masyarakat pada umumnya. 40
4.3. Struktur Organisasi Struktur organisasi minimarket sebagai berikut :
Kepala Toko
Asisten Kepala Toko
Merchandiser
Pramuniaga/Kasir Gambar 4. Struktur organisasi 4.4. Analisis Rasio Keuangan Minimarket XYZ Rasio keuangan ini sangat penting gunanya untuk melakukan analisis terhadap kondisi keuangan minimarket. Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan tren pola perubahan tersebut, untuk kemudian menunjukkan resiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan. 4.4.1
Rasio Likuiditas Likuiditas merupakan gambaran kemampuan minimarket dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara lancar dan tepat waktu. Nilai rasio likuiditas dipengaruhi oleh komponen-komponen yang terdapat pada aktiva lancar dan kewajiban lancar minimarket. Pengukuran tingkat likuiditas minimarket XYZ menggunakan rasio lancar dan rasio cepat selama periode 5 tahun.
41
Tabel 3. Perkembangan rasio likuiditas tahun 2009-2013 No.
INDIKATOR
2009
2010
2011
2012
2013
Rata-rata
1
Rasio Lancar
356.18
311.26
274.79
201.45
268.90
282.51
2
Rasio Cepat
293.29
249.88
163.93
124.41
165.41
199.38
Gambar 5. Perkembangan rasio likuiditas tahun 2009-2013 Dilihat dari Tabel 3 dan Gambar 5 maka dapat diketahui bahwa perkembangan (tren) rasio likuiditas dari tahun awal pengamatan semakin menurun hingga tahun 2012 lalu meningkat kembali di tahun 2013. a. Rasio Lancar Rasio lancar digunakan untuk menunjukkan kemampuan minimarket dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancarnya. Rasio lancar ini merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Aktiva lancar merupakan pospos yang berumur satu tahun atau kurang atau siklus operasi usaha normal yang lebih besar. Hutang lancar merupakan kewajiban pembayaran dalam satu tahun atau siklus operasi yang normal dalam usaha. Dilihat dari Gambar 5 diketahui bahwa rasio lancar cenderung mengalami
penurunan mulai dari tahun awal
42
pengamatan hingga tahun 2012 kemudian meningkat kembali di tahun 2013. Dari hasil analisis, rata-rata rasio lancar minimarket XYZ adalah 282,51 persen yang berarti bahwa setiap Rp. 100,hutang lancar dijamin dengan Rp. 282,51,- aktiva lancar. Pada tahun 2012, nilai rasio lancar mengalami penurunan paling kecil yang
disebabkan
menurunnya
nilai
aktiva
lancar
dan
meningkatnya jumlah kewajiban lancar. Kemampuan perusahaan dalam hal ini dinilai baik dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Jika rasio lancar terlalu tinggi juga dianggap tidak baik karena dapat mengindikasi adanya penimbunan kas, banyaknya piutang tak tertagih, penumpukan persediaan, tidak efisiennya pemanfaatan “pembiayaan” gratis dari pemasok, serta rendahnya pinjaman jangka pendek. b. Rasio Cepat Rasio
cepat
digunakan
untuk
melihat kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan
komponen
persediaan
diperhitungkan
tidak
persediaan. dengan
Dalam
rasio
anggapan
ini
bahwa
persediaan merupakan aktiva lancar yang tidak cepat dicairkan menjadi uang kas. Hasil analisis rasio cepat minimarket XYZ menunjukan tren yang terus menurun hingga tahun 2012 lalu kembali meningkat di tahun 2013. Perkembangan nilai rasio ini terlihat pada Gambar 5 dan penurunan yang paling rendah terjadi di tahun 2012 dengan nilai 124,41 persen. Penurunan ini terjadi karena penurunan aktiva lancar yang diikuti peningkatan hutang lancar. Dari hasil analisis, rata-rata rasio cepat minimarket XYZ adalah sebesar 199,38 persen yang berarti bahwa setiap Rp. 100,- hutang lancar dijamin dengan Rp. 199,38,- aktiva lancar tanpa persediaan. Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa kemampuan minimarket
dalam
memenuhi
kewajibannya
memperhitungkan persediaan sudah cukup baik.
43
tanpa
4.4.2
Rasio Solvabilitas Analisis kemampuan
rasio
solvabilitas
perusahaan
dalam
dilakukan memenuhi
untuk
mengukur
seluruh
kewajiban
keuangannya, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang secara tepat waktu. Nilai rasio solvabilitas diperoleh dari komponenkomponen laporan neraca yaitu total hutang, ekuitas, aktiva dan aktiva tetap. Tabel 4. Perkembangan rasio solvabilitas tahun 2009-2013 No. 1
2
3
4
RataINDIKATOR 2009 2010 2011 2012 2013 rata Rasio Hutang 22.80 26.23 30.52 42.94 36.15 31.73 Rasio Hutang Terhadap Ekuitas 29.53 35.56 43.93 75.26 56.61 48.18 Rasio Ekuitas Terhadap Total Aktiva 77.20 73.77 69.48 57.06 63.85 68.27 Rasio Ekuitas Terhadap Aktiva Tetap 331.05 250.32 183.42 114.35 164.98 208.83
Gambar 6. Perkembangan rasio solvabilitas tahun 2009-2013 Rasio solvabilitas minimarket XYZ yang dianalisis meliputi rasio hutang, rasio hutang terhadap ekuitas, rasio ekuitas terhadap total aktiva dan rasio ekuitas terhadap aktiva tetap.
44
a. Rasio Hutang (Debt Ratio) Rasio hutang digunakan untuk menunjukkan banyaknya jumlah aktiva yang dibiayai dengan menggunakan pinjaman (hutang). Selama periode 2009-2013 rata-rata rasio hutang minimarket sebesar 31,73 persen. Hal tersebut memberi arti bahwa jumlah aktiva yang dibiayai oleh pinjaman sebesar 31,73 persen dan sisanya sebesar 68,27 persen dibiayai oleh modal sendiri. Nilai rasio ini dianggap baik karena menunjukkan bahwa minimarket menanggung resiko yang relatif kecil karena sebagian besar kepemilikan aktiva dibiayai sendiri. Dalam Gambar 6 terlihat adanya fluktuasi nilai rasio dengan kecenderungan nilai yang meningkat selama 4 tahun kemudian menurun sedikit di tahun 2013. Peningkatan nilai rasio mengindikasikan bahwa minimarket
berani
mengambil
resiko
dengan
melakukan
peminjaman yang besar untuk membiayai aktivanya. b. Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio) Rasio hutang terhadap ekuitas menunjukkan besarnya modal yang dapat menjamin hutang minimarket. Nilai rata-rata rasio ini selama lima tahun terakhir sebesar 48,18 persen yang berarti setiap Rp. 100,- modal minimarket dapat digunakan untuk menjamin Rp. 48,18,- hutang. Hal ini menunjukkan bahwa minimarket mampu menjamin kewajibannya dengan modal sendiri. Fluktuasi nilai rasio yang terlihat pada Gambar 6 menunjukkan bahwa terjadi fluktuasi pula pada komponenkomponen dalam total hutang dan ekuitas dari tahun ke tahun. c. Rasio Ekuitas terhadap Total Aktiva (Equity to Total Asset Ratio) Rasio ini membandingkan antara modal dengan total aktiva yang menunjukkan besarnya proporsi aktiva yang dibiayai dari modal sendiri dan pinjaman. Rasio ini juga menunjukkan besarnya tingkat keamanan bagi para kreditur yang memberikan pinjamannya. Nilai rata-rata rasio ini sebesar 68,27 persen yang menunjukkan bahwa 68,27 persen aktiva dibiayai oleh modal 45
sendiri dan sisanya 31,73 persen dibiayai dari pinjaman. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan minimarket untuk membiayai aktiva dengan modal sendiri dianggap cukup baik. Fluktuasi perkembangan nilai rasio ini dari tahun ke tahun diakibatkan karena fluktuasi nilai modal dan komponen dalam aktiva. d. Rasio Ekuitas terhadap Aktiva Tetap (Equity to Fixed Asset Ratio) Rasio ini memperlihatkan seberapa besar proporsi aktiva tetap yang dibiayai dari modal sendiri. Hasil analisis menunjukkan nilai rata-rata rasio ini selama lima tahun terakhir adalah 208,83 persen. Angka tersebut menunjukkan bahwa seluruh aktiva tetap dan aktiva lancar dibiayai oleh modal sendiri karena nilai berada di atas standar 100 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa minimarket memiliki kemampuan yang baik dalam membiayai seluruh aktivanya. Hal itu akan memberikan keuntungan karena tidak mengganggu likuiditas minimarket saat pembayaran hutang jatuh tempo. Dilihat dari Gambar 6 terjadi penurunan yang drastis untuk nilai rasio ini sampai pada tahun 2012 tetapi tidak di bawah nilai 100 persen sehingga kinerja minimarket masih bisa dikatakan baik. 4.4.3
Rasio Profitabilitas Rasio ini mengukur efektivitas manajemen minimarket secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan
kemampuan
minimarket.
46
tingginya
perolehan
keuntungan
Tabel 5. Perkembangan rasio profitabilitas tahun 2009-2013 No. 1 2 3 4
INDIKATOR Rasio Marjin Laba Kotor Rasio Marjin Laba Bersih ROE ROI
2009
2010
2011
2012
2013
Ratarata
7.58 10.30 12.62 11.68 11.32 10.70 2.51 1.71 1.32
7.30 4.61 3.40
5.82 4.53 3.15
5.65 7.41 4.23
5.81 5.37 3.43
5.42 4.73 3.10
Gambar 7. Perkembangan rasio profitabilitas tahun 2009-2013 Rasio Profitabilitas yang dianalisis pada minimarket XYZ yaitu rasio marjin laba kotor, rasio marjin laba bersih, rasio tingkat pengembalian ekuitas (ROE) dan rasio tingkat pengembalian investasi. a. Rasio Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin Ratio) Rasio marjin laba kotor menggambarkan mengenai laba kotor yang dapat dicapai dari setiap rupiah penjualan yang dilakukan. Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa perkembangan rasio marjin laba kotor cenderung meningkat lalu kembali menurun. Nilai rata-rata rasio marjin laba kotor yaitu 10,70 persen yang menunjukkan bahwa setiap Rp. 100,- penjualan yang dilakukan minimarket akan menghasilkan laba kotor sebesar Rp. 10,70,-. Rasio laba kotor yang diperoleh minimarket XYZ setiap tahunnya rata-rata di atas kisaran 10 persen, maka dapat dianggap
47
bahwa minimarket cenderung stabil dalam melakukan efisiensi operasi minimarket dan penetapan harga jualnya. b. Rasio Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin Ratio) Rasio
marjin
laba
bersih
menggambarkan
tingkat
keuntungan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan yang dilakukan minimarket. Rata-rata nilai rasio yang dihasilkan dari analisis selama lima tahun adalah 5,42 persen. Angka tersebut menunjukkan
bahwa
setiap
Rp.
100,-
penjualan
akan
menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp. 5,42,-. Dilihat pada Gambar 7, grafik tren rasio ini meningkat sekitar dua kali lipat dari tahun awal pengamatan ke tahun kedua kemudian turun dan relatif stabil di tahun berikutnya. Kondisi peningkatan rasio menunjukkan meningkatnya kemampuan minimarket dalam menghasilkan keuntungan bersih. Nilai penjualan yang meningkat belum tentu akan mengakibatkan peningkatan nilai laba bersih, hal ini dikarenakan masih adanya komponen pengurang yang biasanya juga meningkat seiring peningkatan penjualan. c. Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (ROE) Rasio tingkat pengembalian ekuitas mengukur besarnya keuntungan bersih yang dapat dihasilkan minimarket atas modal sendiri yang ditanamkan untuk pembiayaan usaha. Nilai rata-rata rasio ini selama lima tahun terakhir yaitu 4,73 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp. 100,- modal yang ditanamkan akan mnghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp. 4,73,-. Perkembangan rasio ini cenderung meningkat dari tahun awal pengamatan tetapi kembali menurun di tahun akhir pengamatan. Peningkatan terjadi karena meningkatnya laba bersih yang dihasilkan dan menurunnya modal usaha yang dikeluarkan. d. Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (ROI) Rasio
tingkat
pengembalian
investasi
menunjukkan
kemampuan minimarket dalam menghasilkan keuntungan atas investasi
yang
ditanamkan
48
dan
melihat
efektivitas
dari
keseluruhan kegiatan operasi minimarket. Rata-rata nilai rasio ini dari tahun 2009-2013 adalah 3,10 persen, ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 100,- aktiva yang diinvestasikan akan memberikan keuntungan sebesar Rp. 3,10,-. Nilai besar kecilnya ROI akan menjadi daya tarik bagi investor untuk menanamkan investasinya pada minimarket. Perkembangan nilai rasio ini selama lima tahun pengamatan mengalami fluktuasi naik dan turun tetapi tidak terlalu signifikan selisih nilainya. 4.4.4
Rasio Aktivitas Rasio aktivitas adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana minimarket mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang aktivitas minimarket. Pengukuran tingkat aktivitas minimarket dilakukan dengan menilai rasio perputaran total aktiva, perputaran aktiva tetap, perputaran persediaan dan perputaran piutang. Tabel 6. Perkembangan rasio aktivitas tahun 2009-2013 No.
1
2
3
4
INDIKATOR Rasio Perputaran Total Aktiva Rasio Perputaran Aktiva Tetap Rasio Perputaran Persediaan Rasio Perputaran Piutang
2009
2010
2011
2012
2013
Ratarata
0.53
0.47
0.54
0.75
0.59
0.57
2.26
1.58
1.43
1.50
1.52
1.66
3.67
2.89
1.60
2.26
1.58
2.40
17.16 37.98 22.46 21.52 11.35 22.10
49
Gambar 8. Perkembangan rasio aktivitas tahun 2009-2013 a. Rasio Perputaran Total Aktiva Rasio perputaran total aktiva menunjukkan tingkat efektivitas perusahaan dalam menggunakan seluruh aktivanya untuk menciptakan penjualan (pendapatan) dan memperoleh keuntungan. Nilai rata-rata rasio perputaran total aktiva selama lima tahun pengamatan yaitu 0,57 kali, yang berarti dalam satu periode proses produksi, aktiva yang digunakan untuk melakukan penjualan adalah sebanyak 0,57 kali. Rendahnya nilai rasio ini menunjukkan belum efisiennya minimarket dalam memanfaatkan aktivanya. Tren rasio perputaran total aktiva ini berfluktuasi mengalami peningkatan drastis lalu semakin menurun untuk tahun berikutnya. b. Rasio Perputaran Aktiva Tetap Rasio
ini
digunakan
untuk
mengukur kemampuan
minimarket dalam menghasilkan pendapatan dari penggunaan aktiva tetapnya. Nilai rasio yang semakin besar menunjukkan semakin efesiennya pemanfaatan aktiva tetap. Selama lima tahun pengamatan nilai rata-rata yang didapat untuk rasio ini adalah sebesar 1,66 kali. Angka ini menunjukkan bahwa dalam satu periode kegiatan operasi, aktiva tetap yang digunakan untuk
50
melakukan penjualan sebesar 1,66 kali. Perkembangan rasio ini dilihat dari grafik menunjukkan nilai yang cenderung stabil dari tahun ke tahun. c. Rasio Perputaran Persediaan Tingkat perputaran persediaan digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memutarkan produknya. Rasio ini juga digunakan untuk menunjukkan efisiensi pengelolaan persediaan produk yang dilakukan perusahaan. Nilai rata-rata rasio ini adalah 2,40 hari yang menunjukkan bahwa dalam satu tahun, persediaan dsimpan dalam gudang selama kurang lebih 2 hari. Persediaan ini terutama yang berkaitan dengan penjualan yaitu produk/barang. Tingkat perputaran persediaan yang semakin tinggi atau lama hari penyimpanan persediaan yang semakin rendah menunjukkan bahwa kegiatan operasional minimarket semakin efisien karena modal kerja yang ditanamkan dalam persediaan semakin sedikit sehingga dapat mengoptimalkan keuntungan. d. Rasio Perputaran Piutang Rasio perputaran piutang menunjukkan berapa kali minimarket melakukan penagihan terhadap piutangnya dalam satu periode atau waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi kas. Nilai rata-rata yang didapat dari analisis rasio ini adalah 22,10 kali. Angka ini menunjukkan dalam satu periode minimarket mampu melakukan kegiatan penagihan piutang sebanyak kurang lebih 22 kali. 4.5. Perkembangan dan Proyeksi Keuangan Minimarket XYZ Perkembangan minimarket selama lima tahun terakhir dapat dilihat dan diketahui melalui analisis trend laporan keuangan minimarket. Pergerakan tren dapat dilihat dalam bentuk grafik dengan menggunakan tahun awal analisis sebagai tahun dasar yang menjadi titik awal garis tren. Garis tren menggambarkan suatu kinerja keuangan yang dihasilkan oleh minimarket selama satu periode akuntansi atau lebih. Garis tren merupakan 51
garis yang menggambarkan arah kecenderungan pergerakan, seperti naik, turun atau tetap. Analisis tren ini mampu menginterpretasikan hasil analisis rasio keuangan dengan melibatkan komponen dalam rasio sebagai nilai yang diplotkan dalam grafik tren. Periode pengamatan yang dilakukan adalah selama lima tahun dari tahun 2009 sebagai tahun dasar sampai dengan tahun 2013. Proyeksi
keuangan
minimarket
XYZ
dilakukan
dengan
menggunakan analisis peramalan untuk dua tahun ke depan. Berdasarkan uji pola data yang dilakukan dengan Time Series Out untuk komponen laporan neraca dan laba rugi menunjukkan pola data yang tidak stasioner (berubahubah). Jadi karena adanya fluktuasi tren pada data tersebut maka peramalan yang tepat untuk data yang tidak stasioner menggunakan metode Double Exponential Smoothing. 4.5.1
Neraca Analisis tren neraca dilakukan terhadap komponen-komponen yang digunakan untuk melihat kondisi keuangan minimarket, baik jangka
pendek
maupun
jangka
panjang.
Rasio
likuiditas
menggambarkan kemampuan minimarket dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu, contohnya membayar listrik, telepon, air PDAM, gaji karyawan dan sebagainya. Komponen dalam neraca yang berhubungan dengan rasio likuiditas adalah aktiva lancar dan hutang lancar. Sedangkan untuk melihat kondisi keuangan minimarket jangka panjang maka digunakan komponen dalam rasio solvabilitas yaitu aktiva tetap, total aktiva, hutang dan ekuitas. Analisis tren kompoen-komponen dalam rasio solvabilitas ini mencerminkan kemampuan minimarket dalam memenuhi dan menjaga kemampuannya untuk memenuhi kewajibannya dalam membayar hutang secara tepat waktu dan melihat kondisi keuangan jangka panjang minimarket. Analisis peramalan terhadap komponen laporan neraca minimarket XYZ yaitu aktiva lancar, aktiva tetap, hutang lancar dan ekuitas. Peramalan dilakukan untuk melihat kondisi keuangan
52
minimarket pada dua tahun ke depan yaitu tahun 2014 dan 2015. Analisis terhadap komponen neraca ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan dana untuk masing-masing komponen. % %
Tahun Tahun
Gambar 9. Perkembangan (tren) komponen likuiditas dalam neraca minimarket XYZ tahun 2009-2013
Gambar 10. Perkembangan (tren) komponen solvabilitas dalam neraca minimarket XYZ tahun 2009-2013
Gambar 11. Perkembangan total aktiva dengan trend analysis 53
54
Gambar 13. Perkembangan hutang lancar tahun 2009-2013
Gambar 12. Perkembangan aktiva lancar tahun 2009-2013
Gambar 15. Grafik proyeksi hutang lancar 2014 dan 2015
Gambar 14. Grafik proyeksi aktiva lancar 2014 dan 2015
55
Gambar 17. Perkembangan ekuitas Ekuitas tahun Tahun2009-2013 2009-2013
Gambar 16. Perkembangan aktiva Aktivatetap Tetaptahun Tahun 2009-2013 2009-2013
Gambar 19. Grafik proyeksi ekuitas 2014 dan 2015
Gambar 18. Grafik Proyeksi proyeksi aktiva Aktivatetap Tetap2014 2014dan dan2015 2015
a. Aktiva Lancar Berdasarkan grafik tren pada Gambar 12, dapat dilihat bahwa aktiva lancar cenderung mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan kas, piutang lain-lain dan biaya dibayar di muka mengalami penurunan pula. Ada peningkatan kembali di tahun 2013
sebesar 81,84 persen karena kas, piutang lain-lain dan
persediaan mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Nilai kas dipengaruhi oleh hasil penjualan dan juga pembayaran dengan kartu debet. Piutang lain-lain dipengaruhi oleh piutang karyawan, piutang dari promosi belanja hemat dan voucher. Biaya dibayar di muka dipengaruhi biaya sewa, renovasi, franchise fee dan perijinan yang dibayar di muka. Persediaan dipengaruhi dari pembelian dan penjualan produk, retur pembelian, koreksi stok, pemusnahan produk dan cadangan kerugian barang hilang. Di dalam analisis peramalan untuk menguji tingkat errornya, nilai t hitung yang dihasilkan sangat kecil atau lebih kecil dari t tabel yang bernilai sebesar 2,776, dan Ljung Box Q pada lag 10 < dari X2 tabel (11,143), hal ini menunjukkan forecasting dengan metode ini dengan kriteria α=0,2 dan β=0,2 dapat digunakan untuk memprediksi rata-rata aktiva lancar di masa
mendatang.
Untuk
mengetahui
forecast
dengan
menggunakan α=0,2 dan β=0,2 mempunyai kesalahan prediksi minimal maka dicoba dengan menggunakan besaran α=0,4 dan β=0,3. Tabel 7. Hasil tingkat akurasi aktiva lancar dengan α=0,2 dan β=0,2 serta α=0,4 dan β=0,3
56
Berdasarkan tingkat perbandingan akurasi dapat dilihat bahwa tingkat akurasi menggunakan α=0,2 dan β=0,2 lebih tepat digunakan dibandingkan dengan α=0,4 dan β=0,3. Ini dibuktikan dari nilai forecast errornya yaitu MAPE, MAD, dan MSD paling kecil. Dengan demikian diperoleh data mengenai proyeksi aktiva lancar untuk tahun 2014 adalah Rp. 370.386.866,- dan untuk tahun 2015 sebesar Rp. 330.551.731,-. b. Hutang Lancar Selama 5 tahun terakhir, dilihat dari grafik tren pada Gambar 9 hutang lancar cenderung mengalami fluktuasi naik dan turun. Peningkatan tertinggi terjadi di tahun 2013 yang mencapai 108,40 persen. Berdasarkan gambar 13 setelah dilakukan analisis tren dengan garis linear maka hutang lancar ini cenderung mengalami peningkatan. Total hutang mengalami penurunan dari tahun dasar lalu meningkat kembali di tahun 2012 dan dapat melampaui tahun dasar pada tahun 2013 sebesar 108,40 persen. Persentase ini sama dengan persentase total hutang lancar karena minimarket tidak memiliki hutang tidak lancar yang sebenarnya masuk ke dalam komponen total hutang. Hal yang paling mmpengaruhi hutang lancar adalah hutang usaha yang berasal dari pengambilan produk dari distributor sesuai dengan kebutuhan minimarket yang telah disesuaikan dengan besarnya permintaan konsumen untuk setiap produk. Untuk menguji tingkat error pada analisis peramalan, nilai t hitung yang dihasilkan sangat kecil atau lebih kecil dari t tabel yang bernilai sebesar 2,776, dan Ljung Box Q pada lag 10 < dari X2 tabel (11,143), hal ini menunjukkan forecasting dengan metode ini dengan kriteria α=0,2 dan β=0,2 dapat digunakan untuk memprediksi rata-rata hutang lancar di masa mendatang. Untuk mengetahui forecast dengan menggunakan α=0,2 dan β=0,2 mempunyai kesalahan prediksi minimal maka dicoba dengan menggunakan besaran α=0,4 dan β=0,3.
57
Tabel 8. Hasil tingkat akurasi hutang lancar dengan α=0,2 dan β=0,2 serta α=0,4 dan β=0,3
Berdasarkan tingkat perbandingan akurasi dapat dilihat bahwa tingkat akurasi menggunakan α=0,2 dan β=0,2 lebih tepat digunakan dibandingkan dengan α=0,4 dan β=0,3. Ini dibuktikan dari nilai forecast errornya yaitu MAPE, MAD, dan MSD paling kecil. Dengan demikian diperoleh data mengenai proyeksi hutang lancar untuk tahun 2014 adalah Rp. 185.241.162,- dan untuk tahun 2015 sebesar Rp. 189.011.315,-. c. Aktiva Tetap Berdasarkan grafik tren pada Gambar 16 yang telah dihasilkan maka dapat diketahui bahwa jumlah aktiva tetap mengalami peningkatan dari tahun ke tahun hingga mencapai 113,47
persen.
Peningkatan
aktiva
tetap
ini
diakibatkan
bertambahnya peralatan dan inventaris minimarket. Total aktiva cenderung mengalami penurunan lalu meningkat kembali di tahun 2013 sebesar 68,37 persen. Hal yang lebih berperan dalam fluktuasi total aktiva ini adalah komponen yang terdapat dalam aktiva lancar. Di dalam analisis peramalan untuk menguji tingkat errornya, nilai t hitung yang dihasilkan sangat kecil atau lebih kecil dari t tabel yang bernilai sebesar 2,776, dan Ljung Box Q pada lag 10 < dari X2 tabel (11,143), hal ini menunjukkan forecasting dengan metode ini dengan kriteria α=0,2 dan β=0,2 dapat digunakan untuk memprediksi rata-rata aktiva tetap di masa mendatang. Untuk mengetahui forecast dengan menggunakan
58
α=0,2 dan β=0,2 mempunyai kesalahan prediksi minimal maka dicoba dengan menggunakan besaran α=0,4 dan β=0,3. Tabel 9. Hasil tingkat akurasi aktiva tetap dengan α=0,2 dan β=0,2 serta α=0,4 dan β=0,3
Berdasarkan tingkat perbandingan akurasi dapat dilihat bahwa tingkat akurasi menggunakan α=0,2 dan β=0,2 lebih tepat digunakan dibandingkan dengan α=0,4 dan β=0,3. Ini dibuktikan dari nilai forecast errornya yaitu MAPE, MAD, dan MSD paling kecil. Dengan demikian diperoleh data mengenai proyeksi aktiva tetap untuk tahun 2014 adalah Rp. 214.339.828,- dan untuk tahun 2015 sebesar Rp. 220.752.905,-. d. Ekuitas Total ekuitas mengalami tren yang mirip dengan total aktiva yaitu menurun dari tahun dasar hingga tahun 2012 dengan persentase 39,11 persen lalu meningkat kembali di tahun 2013 mncapai 56,55 persen. Peningkatan pada tahun 2013 dikarenakan adanya peningkatan modal sebesar 30,30 persen dari tahun sebelumnya. Selain itu pula dipengaruhi oleh laba yang dibagikan, yang dapat mengurangi nilai modal. Di dalam analisis peramalan untuk menguji tingkat errornya, nilai t hitung yang dihasilkan sangat kecil atau lebih kecil dari t tabel yang bernilai sebesar 2,776, dan Ljung Box Q pada lag 10 < dari X2 tabel (11,143), hal ini menunjukkan forecasting dengan metode ini dengan kriteria α=0,2 dan β=0,2 dapat digunakan untuk memprediksi rata-rata ekuitas di masa mendatang. Untuk mengetahui forecast dengan menggunakan
59
α=0,2 dan β=0,2 mempunyai kesalahan prediksi minimal maka dicoba dengan menggunakan besaran α=0,4 dan β=0,3. Tabel 10. Hasil tingkat akurasi ekuitas dengan α=0,2 dan β=0,2 serta α=0,4 dan β=0,3
Berdasarkan tingkat perbandingan akurasi dapat dilihat bahwa tingkat akurasi menggunakan α=0,2 dan β=0,2 lebih tepat digunakan dibandingkan dengan α=0,4 dan β=0,3. Ini dibuktikan dari nilai forecast errornya yaitu MAPE, MAD, dan MSD paling kecil. Dengan demikian diperoleh data mengenai proyeksi ekuitas untuk tahun 2014 adalah Rp. 170.798.381,- dan untuk tahun 2015 sebesar Rp. 94.584.606,-. 4.5.2
Laba Rugi Analisis tren terhadap laporan laba rugi ini dapat menjelaskan hasil dari usaha minimarket dalam menghasilkan keuntungan (laba). Komponen-komponen yang terkait dan berperan dalam laporan laba rugi yang dibuat grafik trennya adalah penjualan, harga pokok penjualan, beban usaha dan laba bersih. Selanjutnya analisis peramalan terhadap komponen laba rugi dilakukan untuk mengetahui komponen laba rugi periode 2014 dan 2015. Komponen yang diproyeksikan dari komponen laba rugi minimarket XYZ yaitu penjualan, harga pokok penjualan (HPP), beban usaha dan laba bersih.
60
61
Gambar 20. Perkembangan (tren) komponen dalam laporan laba rugi minimarket XYZ tahun 2009-2013
62
Gambar 22. Perkembangan HPP tahun 2009-2013
Gambar 21. Perkembangan penjualan tahun 2009-2013
Gambar 24. Grafik proyeksi HPP 2014 dan 2015
Gambar 23. Grafik proyeksi penjualan 2014 dan 2015
63
Gambar 26. Perkembangan laba bersih Tahun 2009-2013
Gambar 25. Perkembangan beban usaha tahun 2009-2013
Gambar 28. Grafik proyeksi laba bersih 2014 dan 2015
Gambar 27. 23. Grafik proyeksi Proyeksi beban Beban usaha Usaha2014 2014dan dan2015 2015
a. Penjualan Dilihat dari grafik tren pada Gambar 21 diketahui bahwa komponen penjualan mengalami penurunan dahulu dari tahun dasar lalu kemudian mengalami peningkatan sedikit demi sedikit. Penjualan belum dapat melampaui nilai tahun dasar dikarenakan adanya penurunan daya beli konsumen. Hal tersebut diantaranya karena beban pokok penjualan, faktor pelayanan, persaingan harga atau ketersediaan produk yang dicari oleh konsumen. Di dalam analisis peramalan untuk menguji tingkat errornya, nilai t hitung yang dihasilkan sangat kecil atau lebih kecil dari t tabel yang bernilai sebesar 2,776, dan Ljung Box Q pada lag 10 < dari X2 tabel (11,143), hal ini menunjukkan forecasting dengan metode ini dengan kriteria α=0,2 dan β=0,2 dapat digunakan untuk memprediksi rata-rata penjualan di masa mendatang. Untuk mengetahui forecast dengan menggunakan α=0,2 dan β=0,2 mempunyai kesalahan prediksi minimal maka dicoba dengan menggunakan besaran α=0,4 dan β=0,3. Tabel 11. Hasil tingkat akurasi penjualan dengan α=0,2 dan β=0,2 serta α=0,4 dan β=0,3
Berdasarkan tingkat perbandingan akurasi dapat dilihat bahwa tingkat akurasi menggunakan α=0,2 dan β=0,2 lebih tepat digunakan dibandingkan dengan α=0,4 dan β=0,3. Ini dibuktikan dari nilai forecast errornya yaitu MAPE, MAD, dan MSD paling kecil. Dengan demikian diperoleh data mengenai proyeksi penjualan untuk tahun 2014 adalah Rp. 265.839.992,- dan untuk tahun 2015 sebesar Rp. 247.645.402,-.
64
b. Harga Pokok Penjualan Dilihat dari grafik tren pada Gambar 22 diketahui bahwa komponen harga pokok penjualan mengalami penurunan dahulu dari tahun dasar lalu kemudian mengalami peningkatan sedikit demi sedikit. Berdasarkan grafik tren analisis pada gambar 21 dan 22 diketahui bahwa untuk komponen penjualan dan harga pokok penjualan (HPP) cenderung menurun. Beban pokok penjualan (HPP) sangat mempengaruhi nilai penjualan. Jadi harga/beban pokok penjualan ini akan setara nilainya dengan penjualan. Jika harga pokok penjualan meningkat maka nilai penjualan pun meningkat,
begitupun
sebaliknya.
Pengurangan
dari
nilai
penjualan dengan harga pokok penjualan akan menghasilkan laba kotor. Harga pokok penjualan dipengaruhi oleh jumlah stok yang tersedia, selisih stok, pemusnahan persediaan dan cadangan barang hilang. Di dalam analisis peramalan untuk menguji tingkat errornya, nilai t hitung yang dihasilkan sangat kecil atau lebih kecil dari t tabel yang bernilai sebesar 2,776, dan Ljung Box Q pada lag 10 < dari X2 tabel (11,143), hal ini menunjukkan forecasting dengan metode ini dengan kriteria α=0,2 dan β=0,2 dapat digunakan untuk memprediksi rata-rata harga pokok penjualan di masa mendatang. Untuk mengetahui forecast dengan menggunakan α=0,2 dan β=0,2 mempunyai kesalahan prediksi minimal maka dicoba dengan menggunakan besaran α=0,4 dan β=0,3. Tabel 12. Hasil tingkat akurasi HPP dengan α=0,2 dan β=0,2 serta α=0,4 dan β=0,3
65
Berdasarkan tingkat perbandingan akurasi dapat dilihat bahwa tingkat akurasi menggunakan α=0,2 dan β=0,2 lebih tepat digunakan dibandingkan dengan α=0,4 dan β=0,3. Ini dibuktikan dari nilai forecast errornya yaitu MAPE, MAD, dan MSD paling kecil. Dengan demikian diperoleh data mengenai proyeksi harga pokok penjualan untuk tahun 2014 adalah Rp. 227.970.051,- dan untuk tahun 2015 sebesar Rp. 208.365.542,-. c. Beban Usaha Dilihat dari grafik tren pada Gambar 25 diketahui bahwa komponen beban usaha mengalami penurunan dahulu dari tahun dasar lalu kemudian mengalami peningkatan sedikit demi sedikit. Tren nilai beban usaha juga masih di bawah nilai tahun dasar tetapi hal tersebut lebih menguntungkan karena beban biaya yang harus dibayarkan dari hasil penjualan akan semakin rendah. Nilai paling besar yang mempengaruhi total beban usaha adalah beban pegawai, listrik, air dan fee. Beban usaha menurun di tahun kedua pengamatan lalu meningkat kembali hingga hampir mencapai titik tahun dasar yaitu sebesar 97,91 persen. Di dalam analisis peramalan untuk menguji tingkat errornya, nilai t hitung yang dihasilkan sangat kecil atau lebih kecil dari t tabel yang bernilai sebesar 2,776, dan Ljung Box Q pada lag 10 < dari X2 tabel (11,143), hal ini menunjukkan forecasting dengan metode ini dengan kriteria α=0,2 dan β=0,2 dapat digunakan untuk memprediksi rata-rata beban usaha di masa mendatang. Untuk mengetahui forecast dengan menggunakan α=0,2 dan β=0,2 mempunyai kesalahan prediksi minimal maka dicoba dengan menggunakan besaran α=0,4 dan β=0,3.
66
Tabel 13. Hasil tingkat akurasi beban usaha dengan α=0,2 dan β=0,2 serta α=0,4 dan β=0,3
Berdasarkan tingkat perbandingan akurasi dapat dilihat bahwa tingkat akurasi menggunakan α=0,2 dan β=0,2 lebih tepat digunakan dibandingkan dengan α=0,4 dan β=0,3. Ini dibuktikan dari nilai forecast errornya yaitu MAPE, MAD, dan MSD paling kecil. Dengan demikian diperoleh data mengenai proyeksi beban usaha untuk tahun 2014 adalah Rp. 34.804.559,- dan untuk tahun 2015 sebesar Rp. 34.940.756,-. d. Laba Bersih Komponen laba bersih pada grafik tren Gambar 20 mengalami fluktuasi peningkatan dari tahun dasar kemudian menurun di tahun 2011 dan meningkat kembali di tahun 2012 dan 2013. Fluktuasi laba bersih ini masih melampaui nilai tahun dasar walaupun belum dapat mencapai nilai laba di tahun 2010 yang memiliki persentase tertinggi yaitu 213,54 persen. Pada grafik tren dengan trend analysis Gambar 26, laba bersih cenderung meningkat. Hal yang paling mempengaruhi laba bersih ini adalah penghasilan di luar usaha yang didapatkan dari penyewaan tenant, gondola, billboard, planogram dan partisipasi kepada rekanan minimarket. Adanya penurunan penghasilan sewa karena banyak tenant yang tidak menyewa kembali lahan parkir minimarket untuk berdagang akibat dari hasil penjualan yang belum dapat menutupi biaya sewa. Di dalam analisis peramalan untuk menguji tingkat errornya, nilai t hitung yang dihasilkan sangat kecil atau lebih kecil dari t tabel yang bernilai sebesar 2,776, dan Ljung Box Q
67
pada lag 10 < dari X2 tabel (11,143), hal ini menunjukkan forecasting dengan metode ini dengan kriteria α=0,2 dan β=0,2 dapat digunakan untuk memprediksi rata-rata laba bersih di masa mendatang. Untuk mengetahui forecast dengan menggunakan α=0,2 dan β=0,2 mempunyai kesalahan prediksi minimal maka dicoba dengan menggunakan besaran α=0,4 dan β=0,3. Tabel 14. Hasil tingkat akurasi laba bersih dengan α=0,2 dan β=0,2 serta α=0,4 dan β=0,3
Berdasarkan tingkat perbandingan akurasi dapat dilihat bahwa tingkat akurasi menggunakan α=0,2 dan β=0,2 lebih tepat digunakan dibandingkan dengan α=0,4 dan β=0,3. Ini dibuktikan dari nilai forecast errornya yaitu MAPE, MAD, dan MSD paling kecil. Dengan demikian diperoleh data mengenai proyeksi laba bersih untuk tahun 2014 adalah Rp. 20.223.400,- dan untuk tahun 2015 sebesar Rp. 21.361.230,-. 4.6. Rekomendasi Strategi untuk Minimarket XYZ Penentuan strategi minimarket untuk meningkatkan kinerja diperoleh dengan menganalisis faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) minimarket menggunakan matriks SWOT.
68
Tabel 15. Matriks analisis SWOT minimarket XYZ Faktor Internal
Kekuatan : 1. Berpengalaman dan memiliki brand yang sudah dikenal 2. Memiliki sistem bisnis ritel 3. Jumlah divisi yang lengkap 4. Memiliki SOP (Standard Operating Procedurs) yang lengkap 5. Dekat dengan konsumen (jual langsung ke konsumen) 6. Lingkungan belanja yang nyaman dan bersih 7. Lahan parkir dapat disewakan untuk berdagang 8. Produk berkualitas dan lengkap 9. SDM yang handal SO Strategi : 1. Meningkatkan pelayanan di setiap divisi untuk menarik pangsa pasar 2. Mempertahankan lingkungan belanja yang nyaman dan bersih 3. Mempertahankan kualitas dan kelengkapan produk 4. Meningkatkan promosi dan pelayanan untuk meningkatkan daya beli konsumen 5. Meningkatkan kualitas SDM 6. Membuat SOP untuk berbelanja secara online
ST Strategi : 1. Meningkatkan pelayanan dan promosi 2. Mengadakan pelatihan karyawan secara berkala untuk meningkatkan kinerja karyawan 3. Melakukan promosi dalam menyewakan lahan parkir sebagai area berdagang bagi rekanan minimarket 4. Mempertahankan kualitas dan kelengkapan produk 5. Memanfaatkan teknologi informasi untuk membuka sistem belanja secara online sehingga semakin memudahkan dan menarik konsumen
Weakness Kelemahan : 1. Keuntungan yang kecil 2. Biaya operasional tinggi 3. Pengawasan terhadap karyawan kurang 4. Koordinasi antar divisi masih lemah 5. Kondisi kemanan yang lemah
WO Strategi : 1. Memaksimalkan penjualan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar dan menutupi biaya operasional yang tinggi 2. Membuat tim yang dapat mengawasi kinerja karyawan 3. Memberi pelatihan komunikasi antar divisi agar koordinasi terjalin baik 4. Membuat sistem keamanan yang lebih baik melalui kerjasama dengan aparat keamanan setempat yang terdekat
WT Strategi : 1. Melakukan promosi 2. Mengadakan pelatihan karyawan untuk membentuk karyawan menjadi lebih kompeten dan terjalin koordinasi yang baik antar divisi sehingga pelayanan kepada konsumen dapat meningkat kualitasnya 3. Melakukan penilaian dan pengawasan terhadap kinerja karyawan 4. Bekerjasama dengan aparat keamanan terdekat agar lingkungan minimarket lebih aman dan nyaman
69
Faktor Eksternal Opportunity Peluang : 1. Bisnis yang menguntungkan karena menjual kebutuhan pokok sehari-hari 2. Pangsa pasar yang besar 3. Peningkatan kelas ekonomi masyarakat 4. Pergeseran pola dan gaya hidup menjadi serba cepat, instan dan nyaman 5. Dapat menjadi sarana rekreasi berbelanja 6. Lokasi strategis, banyak ruko, pemukiman dan perumahan 7. Peningkatan daya beli 8. Pertambahan jumlah penduduk 9. Sarana promosi yang efektif 10. Kondisi jalan yang macet membuat konsumen berbelanja ke tempat terdekat atau dengan sistem online Threat Ancaman : 1. Tumbuh ritel sejenis dengan konsep sama bahkan lebih menarik 2. Inflasi yang memicu kenaikan biaya operasional 3. Peningkatan teknologi informasi yang cepat sehingga membutuhkan personil yang kompeten 4. Turn over (keluar-masuk) karyawan 5. Karakter karyawan yang sulit dibentuk 6. Pembatasan perizinan 7. Nilai sewa lokasi semakin meningkat 8. Produktivitas karyawan yang kurang 9. Semakin sulit mengembangkan jaringan karena lokasi semakin sempit
Strength
SO (Strength-Opportunity) strategi : 1. Meningkatkan pelayanan di setiap divisi untuk menarik pangsa pasar. 2. Mempertahankan lingkungan belanja yang nyaman dan bersih. 3. Mempertahankan kualitas dan kelengkapan produk. 4. Meningkatkan promosi dan pelayanan untuk meningkatkan daya beli konsumen. 5. Meningkatkan kualitas SDM. 6.
Membuat SOP untuk berbelanja secara online.
WO (Weakness-Opportunity) strategi : 1. Memaksimalkan penjualan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar dan menutupi biaya operasional yang tinggi. 2. Membuat tim yang dapat mengawasi kinerja karyawan. 3. Memberi pelatihan komunikasi antar divisi agar koordinasi terjalin baik. 4.
Membuat sistem keamanan yang lebih baik melalui kerjasama dengan aparat keamanan setempat yang terdekat.
ST (Strength-Threat) strategi : 1. Meningkatkan pelayanan dan promosi. 2. Mengadakan pelatihan karyawan secara berkala untuk meningkatkan kinerja karyawan. 3. Melakukan promosi dalam menyewakan lahan parkir sebagai area berdagang bagi rekanan minimarket. 4. Mempertahankan kualitas dan kelengkapan produk. 5. Memanfaatkan teknologi informasi untuk membuka sistem belanja secara online sehingga semakin memudahkan dan menarik konsumen. WT (Weakness-Threat) strategi : 1. Melakukan promosi. 2. Mengadakan pelatihan karyawan untuk membentuk karyawan menjadi lebih kompeten dan terjalin koordinasi yang baik antar divisi sehingga pelayanan kepada konsumen dapat meningkat kualitasnya. 3. Melakukan penilaian dan pengawasan terhadap kinerja karyawan. 4. Bekerjasama
dengan
aparat
keamanan
minimarket lebih aman dan nyaman.
70
terdekat
agar
lingkungan
Berdasarkan matriks SWOT, terdapat empat alternatif strategi yang dapat direkomendasikan untuk minimarket XYZ yaitu strategi SO (StrengthOpportunity), ST (Strength-Threat), WO (Weakness-Opportunity) dan WT (Weakness-Threat). Strategi SO yaitu strategi dalam menggunakan kekuatan untuk mendapatkan peluang. Strategi ST yaitu strategi yan menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman. Strategi WO yaitu strategi dalam mengatasi kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Strategi WT yaitu strategi meminimalkan kelemahan untuk meghindari ancaman. Selain itu rekomendasi langkah-langkah strategi yang dapat dilakukan oleh minimarket XYZ adalah memanfaatkan total aktiva untuk kegiatan operasional minimarket sehingga mampu meningkatkan laba. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara pemanfaatan aktiva tetap melalui penyewaan aset-aset tetap yang dimiliki minimarket seperti sewa gondola, billboard, planogram, tenant atau floor display. Untuk itu maka perlu adanya kerjasama yang saling menguntungkan dengan pihak pemasok (supplier) dan investor. Hal-hal yang harus diperhatikan agar minimarket unggul dalam bersaing, yaitu : 1.
Konsumen Loyal Ritel yang sukses pasti memiliki banyak konsumen yang fanatik untuk terus berbelanja di toko atau minimarketnya walaupun ada kompetitor lain yang menyediakan fasilitas lebih baik. Hal tersebut bukan terbentuk dalam waktu yang pendek tetapi butuh waktu yang lama sehingga minimarket atau ritel mampu memenuhi tingkat kepuasan konsumen yang tinggi dan dapat mananamkan citra yang baik kepada konsumen sehingga tingkat loyalitas konsumen yang sudah fanatik tidak dapat dikalahkan oleh pesaing lain.
2.
Layanan Konsumen Loyal Untuk mempertahankan loyalitas konsumen dibutuhkan strategi khusus yaitu mempunyai database konsumen. Biasanya pembentukan database konsumen dilakukan melalui penawaran kartu anggota sehingga dapat lebih banyak menarik konsumen menjadi konsumen
71
yang loyal. Dari kepemilikan kartu anggota, konsumen loyal banyak diberikan fasilitas-fasilitas berbelanja yang lebih, seperti tambahan diskon, layanan khusus ataupun penawaran reward yang menarik. Selain itu dibutuhkan konsep layanan Customer Relation Management (CRM) yang meliputi menjamin kepastian penanganan keluhan konsumen, memastikan program-program layanan khusus mampu menarik konsumen baru atau konsumen tetap dan memastikan konsumen akan mendapatkan kepuasan sebelum dan sesudah transaksi pembelian di minimarket. 3.
Lokasi Lokasi toko yang strategis menjadi satu keunggulan yang berkelanjutan, dibandingkan toko-toko yang dibangun dengan tidak memperhatikan konsep mencari lokasi toko strategis. Walaupun faktor lokasi toko tidak selalu menjadi kunci sukses, masih ada faktor-afaktor yang mempengaruhinya, misalnya lokasi toko menurut teori tidak strategis tapi brand equity toko tersebut sangat kuat sehingga toko tetap laris.
4.
Manajemen Sumber Daya Manusia Kebutuhan sumberdaya manusia dalam bisnis retail yang maju bukan terletak dari banyaknya SDM, tapi kualitas SDM sehingga perusahaan ritel harus memastikan proses pembentukan SDM yang unggul mulai dari tingkat pramuniaga sampai dengan jajaran direksi. Seringkali para pramuniaga menjadi tolak ukur kepuasan konsumen atau seorang store manager yang dituntut untuk terus memastikan operational excellence sehingga memenuhi pencapaian misi dan visi perusahaan. Semua itu dibutuhkan manajemen SDM yang unggul mulai dari proses perekrutan, pelatihan, konseling, rotasi, mutasi, promosi, penggajian, punish-reward serta kaderisasi pemimpin yang tepat sesuai basis kompetensi.
5.
Sistem Distribusi dan Informasi Salah satu kepuasan konsumen adalah mendapatkan barang murah dan kecepatan serta kepastian mendapatkan barang tersebut. Hal
72
ini bisa terwujud apabila perusahaan ritel bisa memastikan biaya operasional yang efisien, pencarian pemasok yang tepat serta pengiriman barang dari pemasok atau warehouse ke toko-toko lebih cepat sehingga penentuan harga jual bisa kompetitif. Selain itu investasi sistem informasi ritel harus terus diperbaharui sesuai dengan tantangan perubahan dan penambahan jumlah toko, ini sangat berkaitan juga dengan kecepatan operasional toko bisa mengakses data-data barang di toko untuk proses selanjutnya. 6.
Hubungan dengan pemasok Hubungan harmonis yang tercipta antara peritel dengan pemasok adalah hal yang penting, karenanya kepastian konsumen mendapatkan barang dan harga kompetitif tetap terjaga. Hubungan terjalin dengan harmonis membutuhkan waktu dan kepercayaan satu sama lain, pemasok ingin memastikan tingkat pertumbuhan permintaan yang signifikan serta pembayaran tepat waktu sedangkan toko membutuhkan barang untuk peningkatan penjualan dan laba.
7.
Barang Unik Ritel yang unggul tidak hanya menyediakan barang-barang yang dibutuhkan konsumen yang pada dasarnya disediakan juga oleh kompetitor lain, tapi juga membutuhkan daya tarik yang cukup untuk menarik minat konsumen membelanjakan uangnya di toko tersebut. Salah satunya adalah penyediaan barang-barang yang unik. Ataupun bisa dengan cara lain misalnya penyediaan barang impor untuk kategori produk pangan atau non pangan. Semua itu menjadi pembeda dengan kompetitor
lainnya,
sehingga
konsumen
akan
terus
diajak
menginvestasikan waktu dan uang dengan berbelanja lebih banyak. Selain hal-hal di atas ritel yang unggul juga mampu menerapkan Retail Mix (bauran ritel) meliputi variabel
Product, Price, Place,
Promotion, People, Presentation & Procedures. Setiap pengecer berusaha untuk menemukan kombinasi unik dari faktor-faktor ini dengan tujuan menjadi unggul di pasar sesuai target.
73
1.
Product Pengecer perlu memastikan bahwa produk dan layanan mereka difokuskan untuk memenuhi harapan pelanggan. Strategi yang dilakukan : •
Memastikan barang lengkap di semua kategori sesuai dengan ukuran toko.
•
Memastikan selalu tersedia barang fast moving sesuai kebutuhan konsumen.
•
Memastikan barang baru tersedia di toko.
•
Memastikan kualitas barang sesuai dengan Undang-undang perlindungan konsumen
2. Promotion Kegiatan promosi meliputi publisitas, periklanan, public relations, personal selling , direct marketing , komunikasi beberapa elemen yang merangkum aspek promosi. Strategi yang dilakukan : •
Memastikan
promosi
dilakukan
walaupun
termasuk
dalam
minimarket kecil. •
Memastikan isi promosi tidak berbohong.
•
Memastikan promosi dilakukan tepat waktu sesuai dengan kebutuhan konsumen.
•
Memastikan promosi secara berkala dan reguler.
•
Memastikan promosi dilakukan dengan media yang efektif menurut ukuran minimarket.
3. Place Manajemen area yang benar untuk kepuasan pelanggan misalnya lokasi toko, tata letak penyimpanan barang, pemanfaatan ruang. Strategi yang dilakukan : •
Memastikan lokasi toko strategis
•
Memastikan tidak ada ruang dalam toko yang tidak bermanfaat
•
Memastikan lay-out toko dapat dilalui oleh konsumen
74
4. Price Harga merupakan elemen penting dari bauran ritel. Pendekatan model penentuan harga didasarkan pada pasar, persaingan, marjin dan merek. Beberapa strategi umum adalah EDLP (EveryDay Low Price) , EDFP ( EveryDay Fair Price) atau harga Hi – Lo (HighLow) dan strategi ini dipengaruhi dengan biaya kompetisi , sehingga konsumen siap untuk membayar produk yang kita tawarkan. Strategi yang dilakukan : •
Memastikan harga kompetitif yang sehat (hindari dibawah harga beli).
•
Memastikan harga kompetitf untuk barang-barang fast moving.
•
Memastikan harga barang-barang non fast moving sebagai margin generate.
•
Memastikan harga jual yang tertera adalah benar (jangan ada perbedaan harga di rak dengan mesin kassa).
•
Memastikan survey kompetitor untuk menentukan harga kompetitif.
5. Presentation Bukti fisik yang menggambarkan citra bisnis dan toko. Presentasi dari toko, situs, bangunan, kantor, mobil pengiriman, gudang, seragam berperan penting dalam menghubungkan pelanggan dengan merek minimarket. Ini sangat penting untuk memastikan persentasi yang konsisten dengan produk dan jasa yang ditawarkan. Strategi yang dilakukan : •
Memastikan toko dalam keadaan bersih dan terawat.
•
Memastikan aroma dan suhu di dalam toko wangi serta sejuk.
•
Memastikan kenyamanan konsumen berbelanja terjamin.
•
Memastikan fasilitas umum tersedia, contoh : toilet, mushola, tempat parkir dll.
6. Personnel Sumber daya manusia yang bekerja dalam minimarket menentukan tingkat pelayanan atau nilai yang diberikan kepada
75
pelanggan. Berupa fungsi penjualan, pelayanan, dukungan atau komunikasi. Strategi yang dilakukan : •
Memastikan SDM tepat di bagian pekerjaannya sesuai dengan pengetahuan, ketrampilan dan kompetensinya.
•
Memastikan SDM di toko memberikan pelayanan yang baik, mulai dari pramuniaga, kasir, karyawan back office, ataupun karyawan alih daya.
•
Memastikan SDM dididik berjiwa dagang.
•
Memastikan SDM dibina jujur dan patuh mematuhi peraturan perusahaan.
•
Memastikan SDM mendapatkan
hak-haknya sebagai karyawan
sesuai dengan peraturan perusahaan. 7. Procedures Prosedur yang dimaksud adalah sistem yang mengatur kemudahan konsumen berbelaja, meliputi sistem transaksi di kassa, sistem penanganan keluhan konsumen, sistem kartu member dll. Bila minimarket menjalankan dengan fokus pada kombinasi yang tepat dari hal-hal tersebut di atas, maka dampak yang akan dirasakan adalah pertumbuhan bisnis berupa laba/profit.
76
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan a. Hasil analisis trend menunjukkan bahwa kondisi keuangan minimarket kurang baik. Hal tersebut ditunjukkan dari tren aktiva lancar, total aktiva, ekuitas, penjualan, harga pokok penjualan yang cenderung menurun, dan hutang lancar, beban usaha, laba bersih yang cenderung meningkat. Aktiva lancar menurun karena adanya penurunan nilai penjualan yang terlihat pula pada tren penjualan dan harga pokok penjualan. Total aktiva lebih dipengaruhi oleh aktiva lancar sehingga aktiva lancar yang turun menyebabkan total aktiva juga turun. Selain modal, ekuitas juga dipengaruhi oleh laba yang dibagikan sehingga mengurangi nilai ekuitas. Ekuitas cenderung menurun karena laba yang dibagikan meningkat. Hutang lancar meningkat dipengaruhi oleh hutang usaha yang berasal dari pengambilan produk untuk dijual ke konsumen. Beban usaha cenderung meningkat tetapi tidak signifikan, hal tersebut lebih dikarenakan adanya kenaikan beban gaji pegawai, beban listrik dan air. Laba bersih meningkat lebih disebabkan karena penghasilan sewa bukan dari penjualan sehingga dapat dikatakan keuntungan minimarket dari penjualan kurang baik. Hasil dari analisis rasio keuangan minimarket menunjukkan kondisi atau kinerja keuangan minimarket yang cukup baik dilihat dari indikator rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas. Hanya saja untuk komponen rasio perputaran total aktiva yang berada dalam rasio aktivitas, minimarket masih
belum
dapat
memanfaatkan
total
aktiva
untuk
kegiatan
operasionalnya secara baik dan efisien. b. Proyeksi kebutuhan dana minimarket untuk tahun 2014 dan 2015 menunjukkan hasil yang beragam, ada yang mengalami peningkatan dan penurunan kebutuhan dana. Komponen aktiva lancar akan menurun hingga 28,44 persen dan 36,13 persen, aktiva tetap akan mengalami peningkatan sebesar 3,99 persen dan 7,10 persen, hutang lancar akan mengalami penurunan sebesar 3,77 persen dan 1,81 persen, dan ekuitas pun akan
mengalami penurunan sebesar 49,77 persen dan 72,18 persen. Proyeksi untuk komponen dalam laba rugi juga menunjukkan hasil yang beragam. Untuk komponen penjualan akan mengalami penurunan sebesar 15,42 persen dan 21,21 persen, harga pokok penjualan akan mengalami penurunan juga sebesar 18,20 persen dan 25,24 persen, beban usaha pun akan mengalami penurunan sebesar 2,55 persen dan 2,16 persen, sedangkan komponen laba bersih akan mengalami peningkatan sebesar 10,67 persen dan 16,90 persen. c. Kinerja keuangan minimarket XYZ secara umum kurang baik. Rekomendasi strategi yang tepat untuk memperbaiki kinerja keuangan minimarket dilakukan dengan menerapkan alternatif strategi berdasarkan analisis SWOT diantaranya meningkatkan pelayanan dan promosi minimarket, meningkatkan kualitas sumber daya manusia (karyawan) dengan pelatihan, penilaian dan pengawasan kinerjanya, mempertahankan kualitas dan kelengkapan produk, memanfaatkan aktiva tetap dengan cara memberikan promosi penyewaan tenant, billboard dan sarana promosi lain kepada rekanan minimarket, mempertahankan konsumen loyal, serta memanfaatkan perkembangan teknologi informasi untuk meningkatkan penjualan. 2. Saran a. Kinerja minimarket secara umum masih kurang baik karena belum dapat meningkatkan aktiva dan laba yang berasal dari penjualan. Untuk itu minimarket perlu menerapkan alternatif strategi berdasarkan analisis SWOT terutama meningkatkan pelayanan dan promosi sehingga dapat memaksimalkan
keuntungan.
Minimarket
masih
belum
dapat
memanfaatkan total aktiva untuk kegiatan operasional secara baik dan efisien, untuk itu manajemen perlu melakukan kajian terhadap faktor total aktiva apa yang belum dimanfaatkan secara optimal dan faktor apa yang perlu ditingkatkan dengan memanfaatkan total aktiva.
78
DAFTAR PUSTAKA
Aryani D. 2011. Kajian terhadap kinerja keuangan pada PT. Goodyear Indonesia Tbk berbasis laporan keuangan periode 2006-2010. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Fahmi I. 2011. Analisis Kinerja Keuangan, Panduan bagi Akademisi, Manajer dan Investor untuk Menilai dan Menganalisis Bisnis dari Aspek Keuangan. Bandung (ID): Alfabeta. Hartono B. 2006. Analisis kinerja perusahaan berdasarkan laporan keuangan dan proyeksi kebutuhan dana untuk periode yang akan datang. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kanjaya M, Susilo Y. 2010. Retail Rules: Melihat Keunggulan dan Potensi Bisnis Ritel Makanan di Masa Depan. Jakarta (ID): Esensi Erlangga Group. Karina S. 2011. Jumlah Minimarket Naik 42%. [Internet]. Portal Jakarta. [diunduh 2011 Mei 26]. Tersedia pada: http://www.portaljakarta.com/ Meliala WKB. 2011. Analisis kinerja keuangan pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dengan metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Minimarket XYZ. 2014. Retail mix. Cimahi (ID): Minimarket XYZ. Keown AJ, Martin JD, Petty JW, Scott DF. 2008. Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan. Jilid 1. Edisi Ke-10. Jakarta (ID): PT Indeks. Munawir S. 2010. Analisa Laporan Keuangan. Cetakan ke-15. Yogyakarta (ID): Liberty. Rangkuti F. 2003. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Sawir A. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
Lampiran 1. Laporan neraca minimarket XYZ NERACA MINIMARKET XYZ TAHUN 2009-2013 DESKRIPSI AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas Piutang lain-lain Penghasilan yang harus diterima Persediaan Uang muka Pajak dibayar di muka Biaya dibayar di muka TOTAL AKTIVA LANCAR
2009 (Rp)
2010 (Rp)
2011 (Rp)
2012 (Rp)
2013 (Rp)
114,207,901 23,872,852 5,900,629 111,670,923 62,400 34,109,298 342,661,515 632,485,518
118,978,270 7,915,687 17,461,949 104,040,369 3,719 22,193,274 257,003,439 527,596,707
38,099,474 12,178,009 10,393,734 171,158,575 55,987 21,017,748 171,345,363 424,248,890
79,874,716 14,319,592 19,908,266 136,351,800 125,284 20,286,510 85,687,287 356,553,455
284,738,519 27,697,467 6,915,529 199,195,544 211,746 (1,187,485) 29,245 517,600,565
AKTIVA TIDAK LANCAR Aktiva tetap AKM Penyusutan aktiva tetap TOTAL AKTIVA TIDAK LANCAR
181,642,767 (35,215,922) 146,426,845
190,442,767 (71,811,149) 118,631,618
191,587,955 (110,027,527) 81,560,428
205,653,779 (150,039,242) 55,614,537
206,109,779 (191,185,198) 14,924,581
HUBUNGAN REKENING KORAN
0
0
0
0
0
778,912,363
646,228,325
505,809,318
412,167,992
532,525,146
TOTAL AKTIVA
80
Lanjutan Lampiran 1 PASSIVA (KEWAJIBAN & EKUITAS) KEWAJIBAN LANCAR Hutang usaha Hutang lain-lain Biaya yang masih harus dibayar Hutang pajak TOTAL KEWAJIBAN LANCAR HUBUNGAN REKENING KORAN EKUITAS Modal Saldo laba rugi Laba (rugi) tahun berjalan Laba (rugi) tahun sebelumnya Laba yang dibagikan TOTAL EKUITAS TOTAL PASSIVA (KEWAJIBAN & EKUITAS)
151,798,343 6,051,923 17,685,891 2,038,894 177,575,051
136,792,963 15,279,365 12,498,124 4,934,074 169,504,526
128,658,026 5,640,935 18,800,229 1,292,453 154,391,643
160,020,404 3,940,325 11,431,229 1,604,429 176,996,387
122,070,992 53,521,014 13,072,192 3,825,060 192,489,258
0
0
0
0
0
660,000,000
660,000,000
660,000,000
660,000,000
860,000,000
24,737,275 22,925,394 14,359,683 30,294,090 33,932,654 78,805,407 191,967,953 295,459,280 434,449,404 588,848,533 (162,205,370) (398,169,548) (618,401,288) (889,571,889) (1,142,745,299) 601,337,312 476,723,799 351,417,675 235,171,605 340,035,888
778,912,363
646,228,325
505,809,318
412,167,992
532,525,146
81
Lampiran 2. Laporan laba rugi minimarket XYZ LAPORAN LABA (RUGI) MINIMARKET XYZ TAHUN 2009-2013 2009 (Rp) 409,718,139 378,672,325 31,045,814
2010 (Rp) 300,660,768 269,678,295 30,982,473
2011 (Rp) 273,571,602 239,043,340 34,528,262
2012 (Rp) 308,211,079 272,206,108 36,004,971
2013 (Rp) 314,295,984 278,706,540 35,589,444
BEBAN USAHA Beban pegawai Beban fee Beban kendaraan Beban perjalanan dinas Beban komunikasi Beban perlengkapan Beban keperluan toko Beban asuransi Beban iklan & promosi Beban sewa Beban perbaikan & pemeliharaan aktiva Beban profesional Beban pajak Beban renovasi Beban penyusutan Beban lain-lain Beban listrik & air Beban logistik TOTAL BEBAN USAHA
10,441,038 10,891,543 0 47,500 300,000 2,395,344 0 0 0 2,666,667 567,500 0 0 3,721,506 3,027,380 410,000 1,995,300 12,250 36,476,028
10,976,832 7,619,817 0 0 150,000 1,090,800 0 0 0 2,666,667 75,000 0 0 3,721,506 3,174,047 410,000 1,793,000 30,500 31,708,169
10,817,497 6,807,148 0 10,000 591,412 2,415,731 15,000 0 0 2,666,667 286,500 0 105,360 3,721,506 3,193,134 410,000 2,627,500 26,250 33,693,705
11,741,289 7,846,332 0 0 400,000 1,446,410 0 0 0 2,666,667 (90,000) 0 0 3,721,506 3,455,732 395,000 2,944,048 17,800 34,544,784
12,181,571 8,028,879 0 0 568,110 2,365,275 (487,083) 0 0 2,666,647 0 0 0 3,721,491 3,435,163 395,000 2,820,115 18,400 35,713,568
LABA (RUGI) USAHA
(5,430,214)
(725,696)
834,557
1,460,187
(124,124)
DESKRIPSI Penjualan Beban pokok penjualan Laba kotor setelah koreksi BPP
82
Lanjutan Lampiran 2 PENGHASILAN DI LUAR USAHA Penghasilan sewa Penghasilan jasa giro Penggantian klaim asuransi Penghasilan lain-lain TOTAL PENGHASILAN DI LUAR USAHA
6,026,321 128,297 0 332,377 6,486,995
12,587,193 82,941 0 36,511 12,706,645
4,964,017 41,335 0 78,714 5,084,066
6,088,313 59,734 0 306,551 6,454,598
8,327,257 255,155 0 427,104 9,009,516
BEBAN DI LUAR USAHA Beban bunga bank Beban administrasi bank Beban lain-lain TOTAL BEBAN DI LUAR USAHA
25,659 175,000 740,133 940,792
16,588 70,000 250,875 337,463
8,267 175,000 141,487 324,754
11,946 80,000 562,602 654,548
51,031 90,000 776,364 917,395
LABA (RUGI) BERSIH SEBELUM PAJAK
115,989
11,643,486
5,593,869
7,260,237
7,967,997
0 0
0 0
0 0
434,134 0
268,328 0
115,989
11,643,486
5,593,869
6,826,103
7,699,669
BEBAN TRANSAKSI NON KAS Beban penyusutan Beban sewa Beban renovasi Beban fee Beban perijinan/akte TOTAL BEBAN TRANSAKSI NON KAS
3,027,380 2,666,667 3,678,174 750,000 43,332 10,165,553
3,174,047 2,666,667 3,678,174 750,000 43,332 10,312,220
3,193,134 2,666,667 3,678,174 750,000 43,332 10,331,307
3,455,732 2,666,667 3,678,174 750,000 43,332 10,593,905
3,435,163 2,666,647 3,678,159 750,000 43,332 10,573,301
LABA (RUGI) KAS
10,281,542
21,955,706
15,925,176
17,420,008
18,272,970
PAJAK PENGHASILAN Beban estimasi PPH 25 PPH 29 LABA (RUGI) BERSIH SETELAH PAJAK
83
Lampiran 3. Analisis tren terhadap laporan neraca minimarket XYZ Analisis Trend Terhadap Laporan Neraca
DESKRIPSI AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas Piutang lain-lain Penghasilan yang harus diterima Persediaan Uang muka Pajak dibayar di muka Biaya dibayar di muka TOTAL AKTIVA LANCAR
2009
2010
2011
2012
2013
Rata-rata
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
104.18 33.16 295.93 93.17 5.96 65.07 75.00 83.42
33.36 51.01 176.15 153.27 89.72 61.62 50.00 67.08
69.94 59.98 337.39 122.10 200.78 59.48 25.01 56.37
249.32 116.02 117.20 178.38 339.34 -3.48 0.01 81.84
111.36 72.03 205.33 129.38 147.16 56.54 50.00 77.74
AKTIVA TIDAK LANCAR Aktiva tetap AKM Penyusutan aktiva tetap TOTAL AKTIVA TIDAK LANCAR
100.00 100.00 100.00
104.84 203.92 81.02
105.48 312.44 55.70
113.22 426.06 37.98
113.47 542.89 10.19
107.40 317.06 56.98
100.00
82.97
64.94
52.92
68.37
73.84
HUBUNGAN REKENING KORAN TOTAL AKTIVA
84
Lanjutan Lampiran 3 PASSIVA (KEWAJIBAN & EKUITAS) KEWAJIBAN LANCAR Hutang usaha Hutang lain-lain Biaya yang masih harus dibayar Hutang pajak TOTAL KEWAJIBAN LANCAR
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
90.11 252.47 70.67 242.00 95.46
84.76 93.21 106.30 63.39 86.94
105.42 65.11 64.63 78.69 99.67
80.42 884.36 73.91 187.60 108.40
92.14 279.03 83.10 134.34 98.09
100.00
100.00
100.00
100.00
130.30
106.06
100.00 100.00 100.00 100.00
92.68 243.60 245.47 79.28
58.05 374.92 381.25 58.44
122.46 551.29 548.42 39.11
137.17 747.22 704.51 56.55
102.07 403.41 395.93 66.67
100.00
82.97
64.94
52.92
68.37
73.84
HUBUNGAN REKENING KORAN EKUITAS Modal Saldo laba rugi Laba (rugi) tahun berjalan Laba (rugi) tahun sebelumnya Laba yang dibagikan TOTAL EKUITAS TOTAL PASSIVA (KEWAJIBAN & EKUITAS)
85
Lampiran 4. Analisis tren terhadap laporan laba rugi minimarket XYZ Analisis Trend Terhadap Laporan Laba Rugi 2009 100.00 100.00 100.00
2010 73.38 71.22 99.80
2011 66.77 63.13 111.22
2012 75.23 71.88 115.97
2013 76.71 73.60 114.64
Rata-rata 78.42 75.97 108.32
BEBAN USAHA Beban pegawai Beban fee Beban kendaraan Beban perjalanan dinas Beban komunikasi Beban perlengkapan Beban keperluan toko Beban asuransi Beban iklan & promosi Beban sewa Beban perbaikan & pemeliharaan aktiva Beban profesional Beban pajak Beban renovasi Beban penyusutan Beban lain-lain Beban listrik & air Beban logistik TOTAL BEBAN USAHA
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
105.13 69.96 0.00 0.00 50.00 45.54 0.00 0.00 0.00 100.00 13.22 0.00 0.00 100.00 104.84 100.00 89.86 248.98 86.93
103.61 62.50 0.00 21.05 197.14 100.85 0.00 0.00 0.00 100.00 50.48 0.00 0.00 100.00 105.48 100.00 131.68 214.29 92.37
112.45 72.04 0.00 0.00 133.33 60.38 0.00 0.00 0.00 100.00 -15.86 0.00 0.00 100.00 114.15 96.34 147.55 145.31 94.71
116.67 73.72 0.00 0.00 189.37 98.74 0.00 0.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00 100.00 113.47 96.34 141.34 150.20 97.91
107.57 75.64 20.00 24.21 133.97 81.10 20.00 20.00 20.00 100.00 29.57 20.00 20.00 100.00 107.59 98.54 122.09 171.76 94.38
LABA (RUGI) USAHA
100.00
13.36
-15.37
-26.89
2.29
14.68
DESKRIPSI Penjualan Beban pokok penjualan Laba kotor setelah koreksi BPP
86
Lanjutan Lampiran 4 PENGHASILAN DI LUAR USAHA Penghasilan sewa Penghasilan jasa giro Penggantian klaim asuransi Penghasilan lain-lain TOTAL PENGHASILAN DI LUAR USAHA
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
208.87 64.65 0.00 10.98 195.88
82.37 32.22 0.00 23.68 78.37
101.03 46.56 0.00 92.23 99.50
138.18 198.88 0.00 128.50 138.89
126.09 88.46 20.00 71.08 122.53
BEBAN DI LUAR USAHA Beban bunga bank Beban administrasi bank Beban lain-lain TOTAL BEBAN DI LUAR USAHA
100.00 100.00 100.00 100.00
64.65 40.00 33.90 35.87
32.22 100.00 19.12 34.52
46.56 45.71 76.01 69.57
198.88 51.43 104.90 97.51
88.46 67.43 66.78 67.50
LABA (RUGI) BERSIH SEBELUM PAJAK
100.00
10038.44
4822.76
6259.42
6869.61
5618.05
PAJAK PENGHASILAN Beban estimasi PPH 25 PPH 29
100.00 100.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
20.00 20.00
LABA (RUGI) BERSIH SETELAH PAJAK
100.00
10038.44
4822.76
5885.13
6638.28
5496.92
BEBAN TRANSAKSI NON KAS Beban penyusutan Beban sewa Beban renovasi Beban fee Beban perijinan/akte TOTAL BEBAN TRANSAKSI NON KAS
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
104.84 100.00 100.00 100.00 100.00 101.44
105.48 100.00 100.00 100.00 100.00 101.63
114.15 100.00 100.00 100.00 100.00 104.21
113.47 100.00 100.00 100.00 100.00 104.01
107.59 100.00 100.00 100.00 100.00 102.26
LABA (RUGI) KAS
100.00
213.54
154.89
169.43
177.73
163.12
87
Lampiran 5. Hasil time series plot komponen neraca 1. Aktiva Lancar
2. Aktiva Tetap
3. Hutang Lancar
4. Ekuitas
88
Lampiran 6. Hasil time series plot komponen laba rugi 1. Penjualan
2. Harga Pokok Penjualan
3. Beban Usaha
4. Laba Bersih
89
Lampiran 7. Analisis proyeksi terhadap komponen neraca 1. Proyeksi Aktiva Lancar
2. Proyeksi Aktiva Tetap
90
Lanjutan Lampiran 7 3. Proyeksi Hutang Lancar
4. Proyeksi Ekuitas
91
Lampiran 8. Analisis proyeksi terhadap komponen laba rugi 1. Proyeksi Penjualan
2. Proyeksi Harga Pokok Penjualan
92
Lanjutan Lampiran 8 3. Proyeksi Beban Usaha
4. Proyeksi Laba Bersih
93
93
Lampiran 9. Hasil analisis rasio minimarket XYZ
Analisis Rasio Keuangan 2009
2010
2011
2012
2013
1 Rasio Likuiditas Rasio Lancar Rasio Cepat
356.18 293.29
311.26 249.88
274.79 163.93
201.45 124.41
268.90 165.41
282.51 199.38
2 Rasio Solvabilitas Rasio Hutang Rasio Hutang Terhadap Ekuitas Rasio Ekuitas Terhadap Total Aktiva Rasio Ekuitas Terhadap Aktiva Tetap
22.80 29.53 77.20 331.05
26.23 35.56 73.77 250.32
30.52 43.93 69.48 183.42
42.94 75.26 57.06 114.35
36.15 56.61 63.85 164.98
31.73 48.18 68.27 208.83
7.58 2.51 1.71 1.32
10.30 7.30 4.61 3.40
12.62 5.82 4.53 3.15
11.68 5.65 7.41 4.23
11.32 5.81 5.37 3.43
10.70 5.42 4.73 3.10
0.53 2.26 3.67 17.16
0.47 1.58 2.89 37.98
0.54 1.43 1.60 22.46
0.75 1.50 2.26 21.52
0.59 1.52 1.58 11.35
0.57 1.66 2.40 22.10
INDIKATOR
3 Rasio Profitabilitas Rasio Marjin Laba Kotor Rasio Marjin Laba Bersih ROE ROI 4 Rasio Aktivitas Rasio Perputaran Total Aktiva Rasio Perputaran Aktiva Tetap Rasio Perputaran Persediaan Rasio Perputaran Piutang
Rata-rata
94
Lampiran 10. Rekapitulasi hasil penelitian terdahulu No. Tahun
1.
2006
Nama
Judul
Peneliti
Metode
trend,
Hasil Utama
Budi
Analisis Kinerja Perusahaan
Analisis
analisis Perkembangan
kinerja
keuangan
yang
Hartono
Berdasarkan Laporan Keuangan
common size statement, menunjukkan kondisi keuangan yang kurang
dan Proyeksi Kebutuhan Dana
analisis rasio
baik
untuk Periode yang akan Datang (Studi Kasus : PT. PLN (Persero) Area Jaringan Kramat Jati Periode 2003-2005) 2.
2011
Wisty
Analisis Kinerja Keuangan pada
Perhitungan nilai EVA &
Kinerja keuangan BRI berdasarkan metode
Karmila
PT Bank Rakyat Indonesia
MVA, analisis pengaruh
EVA dan MVA, nilai EVA dan MVA BRI
Br
(Persero) Tbk dengan Metode
EVA terhadap MVA,
periode 2006-2010 adalah positif dan relatif
Meliala
Economic Value Added (EVA)
analisis peramalan kinerja
mengalami kenaikan. EVA berpengaruh
dan Market Value Added (MVA)
keuangan BRI di masa
positif dan signifikan terhadap MVA. Kinerja
yang akan datang
keuangan BRI tahun berikutnya diprediksi akan bertambah baik lagi
95
Lanjutan Lampiran 10 No. Tahun
3.
2011
Nama Peneliti
Judul
Metode
Hasil Utama
Devi
Kajian Terhadap Kinerja
Analisis trend, analisis
Kondisi keuangan jangka pendek mengalami
Aryani
Keuangan pada PT.
peramalan, analisis persentase
peningkatan, kondisi keuangan jangka panjang
Goodyear Indonesia Tbk
per komponen (common size
meningkat dalam dua tahun terakhir. Kebutuhan
Berbasis Laporan Keuangan
statement), analisis rasio
dana untuk periode 2011-2012 mengalami
Periode 2006-2010
keuangan
peningkatan dari tahun 2010.
96