EFEKTIVITAS PROGRAM SEKOLAH LAPANGAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (SL-PTT) PADI SAWAH DI PEKON SIDOREJO KECAMATAN SUMBER REJO KABUPATEN TANGGAMUS (Skripsi)
Oleh MAHARANI GAMALIA
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012
2
EFEKTIVITAS PROGRAM SEKOLAH LAPANGAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (SL-PTT) PADI SAWAH DI PEKON SIDOREJO KECAMATAN SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS
Oleh Maharani Gamalia Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN Pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012
3
ABSTRACT THE EFFECTIVENESS OF FIELD SCHOOL PROGRAM IN MANAGING PLANT AND INTEGRATED RESOURCE “SL-PTT” OF PADDY IN SIDOREJO VILLAGE OF SUMBER REJO DISTRICT IN TANGGAMUS REGENCY By Maharani Gamalia1, Sumaryo Gitosaputro2, Suarno Sadar2 The objectives of this research are to find out: 1) the effectiveness of “SL-PTT” conduct for paddy, 2) factors related to effectiveness of “SL-PTT” program for paddy, 3) productivity level before and after “SL-PTT” program for paddy in Sidorejo Village of Sumber Rejo District in Tanggamus Regency. This research was conducted in Sidorejo Village of Sumber Rejo District in Tanggamus Regency from Desember 2011 to January 2012. Thirty-six farmers as respondents were selected by referring to Sugiarto et al. theory (2003). This research used survey method. Samples were taken using stratified random sampling. Data were analyzed using descriptive method, and correlations among variables were tested using Rank Spearman’s correlation. The results showed that: 1) the effectiveness of “SL-PTT” program for paddy was good enough; 2) factors significantly related to effectiveness of “SL-PTT” program for paddy were level of members’ participation, level of technology application recommended by “SL-PTT” program for paddy. Mean while, timeliness of aid fund liquefaction was not related to the effectiveness of “SLPTT” program for paddy; 3) paddy productivity level in Sidorejo Village of Sumber Rejo District in Tanggamus Regency was in high enough category where before “SL-PTT” program the average of paddy productivity level was 5.34 tons/ha and after the program was 7.03 tons/ha, both in the middle category. Keywords: effectiveness, SL-PTT, paddy productivity
1 2
Student of Social and Economy of Agriculture in College of Agriculture in Lampung University Lecturers of Social and Economy of Agriculture in Collage of Agriculture in Lampung University
4
ABSTRAK EFEKTIVITAS PROGRAM SEKOLAH LAPANGAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (SL-PTT) PADI SAWAH DI PEKON SIDOREJO KECAMATAN SUMBER REJO KABUPATEN TANGGAMUS Oleh Maharani Gamalia1, Sumaryo Gitosaputro2, Suarno Sadar2 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) efektivitas pelaksanaan SL-PTT padi sawah 2) faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas program SL-PTT padi sawah 3) tingkat produktivitas sebelum dan setelah adanya program SL-PTT padi sawah di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus. Penelitian ini dilakukan di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2011 sampai dengan Januari 2012. Responden dalam penelitian ini adalah 36 orang petani yang ditetapkan dengan mengacu pada teori Sugiarto, dkk. (2003). Metode penelitian yang dilakukan adalah metode survai. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah Stratified Random Sampling. Analisis data dilakukan dengan metode analisis deskriptif dan hubungan antar variabel diuji dengan korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) efektivitas pelaksanaan program SL-PTT padi sawah sudah cukup baik 2) faktor-faktor yang berhubungan nyata dengan efektivitas program SL-PTT padi sawah adalah tingkat partisipasi anggota, tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan, tingkat pengetahuan anggota tentang program SL-PTT, dan tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi. Faktor yang tidak berhubungan adalah kesesuaian waktu pencairan dana 3) tingkat produktivitas padi sawah di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus tergolong cukup tinggi, dimana rata-rata produktivitas padi sebelum adanya Program SL-PTT berada dalam klasifikasi sedang yaitu dengan rata-rata produktivitas 5,34 ton/ha, sedangkan setelah adanya Program SL-PTT berada dalam klasifikasi sedang, tetapi dengan rata-rata produktivitas padi 7,03 ton/ha. Kata Kunci : Efektivitas, SL-PTT, produktivitas padi sawah 1. 2.
Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung
5
Judul Skripsi
: EFEKTIVITAS SEKOLAH LAPANGAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (SL-PTT) PADI SAWAH DI PEKON SIDOREJO KECAMATAN SUMBER REJO KABUPATEN TANGGAMUS
Nama Mahasiswa
:
No. Pokok Mahasiswa
: 0714022032
Jurusan
: Sosial Ekonomi Pertanian
Program Studi
: Agribisnis
Fakultas
: Pertanian
Maharani Gamalia
MENYETUJUI 1.
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Sumaryo Gs, M.Si. NIP 19640327 199003 1 004
Ir. Suarno Sadar NIP 19520925 198403 1 001 2.
Ketua Jurusan
Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P. NIP 19620623 198603 1 003
6
MENGESAHKAN 1. Tim Penguji Ketua
: Dr. Ir. Sumaryo Gs, M.Si
Sekretaris
: Ir. Suarno Sadar
Penguji Bukan Pembimbing : Ir. Indah Nurmayasari, M.Sc.
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001
Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 20 Juli 2012
7
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Talang Padang Kabupaten Tanggamus pada tanggal 5 Oktober 1989, merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Makhia Feli dan Ibu Puspa Elida. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 01 Sinar Semendo Talang Padang pada tahun 2001, kemudian Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 26 Bandar Lampung pada tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 14 Bandar Lampung pada tahun 2007.
Tahun 2007, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama menjadi mahasiswa penulis pernah mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (HIMASEPERTA) Universitas Lampung sebagai anggota (2008/2009). Tahun 2010, penulis melakukan praktik umum (magang) di Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung.
8
SANWACANA
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamiin. Segala puji hanyalah milik Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya selama ini. Lantunan syukur atas hidayah yang dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Efektivitas Program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Dan Sumberdaya Terpadu (SL-PTT) Padi Sawah Di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus ” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terimakasih kepada: 1. Dr. Ir. Sumaryo Gitosaputro, M.Si., selaku pembimbing pertama dan pembimbing akademik atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, motivasi, serta masukan berupa saran dan kritik kepada penulis selama menjadi mahasiswa bimbingannya hingga menyelesaikan skripsi ini. 2. Ir. Suarno Sadar, selaku pembimbing kedua atas kesediaannya meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis hingga menyelesaikan skripsi ini. 3. Ir. Indah Nurmayasari, M.Sc., selaku pembahas atas kritik, saran, dan bimbingannya dalam proses penyelesaian skripsi ini. 4. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
9
5. Dr. Ir. Hanung Ismono, M.P., selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama kuliah di kampus tercinta Universitas Lampung. 7. Staf administrasi Fakultas Pertanian dan Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian (Mba Iin, Mas Boim, Mas Kardi, Mas Bukhari, Pak Margono,) terimakasih atas bantuannya. 8. Saudara Davi selaku PPL Sumber Rejo dan seluruh anggota kelompok tani padi sawah di Pekon Sidorejo atas bantuannya kepada penulis selama melakukan penelitian. 9. Teristimewa keluargaku tersayang, Ayahanda Makhia Feli, A.Md., dan Ibunda Puspa Elida S.Pd., yang tidak pernah lupa menyisipkan doa di setiap sujudnya serta terima kasih yang tak terbatas atas segalanya. Kakak-kakakku Yudha Andreas A.Md., Maya Anggalia A.Md., serta kakak-kakak iparku Meyta Yunita, Agus Setiawan A.Md., dan Adikku Ilham Andrean Haq atas dukungan, keceriaan, dan kesabaran menanti keberhasilanku. 10. Terimaksih untuk keluarga besarku yang telah memberikan doa kepadaku disetiap sujudnya dalam menyelesaikan skripisi ini. 11. Sahabat seperjuanganku dalam skripsi Eri Rahmawati S.P., Vidi Oktadeli S.P., Nurjanah, Zainal Abidin S.P., terima kasih atas kebersamaannya dalam suka dan duka senantiasa memberikan dukungan, motivasi, dan doa kepadaku, mudah-mudahan Allah SWT selalu memberikan kemudahan dalam langkah kita.
10
12. Sahabat setiaku, Elisa Nofrita S.P., Premisari Hastiani, Gilang Ria Amarta S.P., Annisa Ayu Fitri, Fransiska Gustian Sari, Else Ervina, Zakiah Indah Permatasari S.H., senantiasa memberikan masukan, dukungan, motivasi, dan doa kepadaku. 13. Sahabat-sahabat terbaikku, Apri Kristianto, Dinta Oktalistina, Rahmat Ramadhan Arief Amsya, Akhiruddin, Arif Saputra, Rolies R, Jati Kusuma Wijaya, terimakasih karena kalian yang selalu memberikan semangat, dukungan dan motivasi kepadaku selama ini. 14. Teman-teman dan saudaraku Agribisnis ’07 (Diwita Rizki Amalia S.P., Ira Rahayu S.P., Miranti Mayarina, Aras Ratna Asih, Lolita Sutami S.P., Arum Purnawati, Dewi Susanti S.P., Siti Fatonah, Fitria Meisty Sari, Rindi Ardana, Dini Oktaviani, Mutakin, Angga Andala, Vicy Wahyu Nugroho, M Nuryasin, Dwi Muhammad, Dedik Irawan, Hendri Suseno, Rhama Saputra El Kharamy(Alm), Chandra Firmansyah, Y Febriano S.P., Erick Kurniawan, Ferni Nilawati, dan lain-lain) yang tak bisa ku sebutkan satu persatu, atas semangat, kebersamaan, dan bantuan yang telah diberikan selama ini. 15. Kakak-kakak PKP ’05 dan ’06: Taofiq Martha Rusyana S.P., Yurhanis Fatullah S.P., Hengki Chapri, Muhammad Aan Marga S.P., Astria Rizki R, Andika Rismayanti Hadi, Oksa Pritmiasih, Herlina, Ashido Sibarani, Mufti Fauzan S.P., Riezka Seftrian S.P., Shelvi S.P., Erna Yulian S.P., Selintia Zenda S.P., Selo Widianto S.P., Indra Permana S.P., David S.P., Mariman S.P., Hari Wijaya S.P., dan adik-adik keluarga besar SOSEK atas kebersamaannya. 16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang senantiasa membantu penulis menyelesaikan perjuangan di bangku kuliah, rasa
11
terimakasih paling tulus dari dalam hati yang tak terhingga untuk kalian semua.
Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan, semoga karya kecil yang masih jauh dari kesempurnaan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung,
Juli 2012
Penulis
Maharani Gamalia
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI .................................................................................................. i DAFTAR TABEL ......................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii I.
PENDAHULUAN .................................................................................. A. Latar Belakang dan Masalah ............................................................. B. Tujuan Penelitian .............................................................................. C. Kegunaan Penelitian .........................................................................
1 1 7 8
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ............................................................................................ 9 1. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 2. Konsep Efektivitas ............................................................................... 3. Konsep Program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (SL-PTT) .......................................................... 4. Konsep Budidaya Padi (Oryza sativa) ................................................ 5. Konsep Produktivitas ........................................................................... 6. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (SL-PTT) ............ 7. Tinjauan Penelitian Terdahulu ............................................................. A. Kerangka Pemikiran ............................................................................ B. Hipotesis .............................................................................................. III. METODE PENELITIAN ...................................................................... A. Definisi Operasional dan Pengukuran ................................................. B. Definisi Operasional ............................................................................ C. Variabel X (Faktor-faktor efektivitas Program SL-PTT) ....................
9 9 13 22 23 25 28 30 33 35 35 35 35
2
a. Variabel Y (Efektivitas Program SL-PTT) ...................................... b. Variabel Z (Produktivitas padi sawah) ............................................ D. Penentuan Lokasi, Responden,dan Waktu Penelitian ......................... E. Metode Penelitian dan Metode Pengumpulan Data ............................ F. Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis ...........................................
42 43 44 45 47
VI. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ................................ A. Letak Geografis dan Luas Wilayah ....................................................... B. Kondisi, Topografi, dan Iklim ............................................................... C. Keadaan Penduduk ................................................................................ D. Keadan Sarana dan Prasarana ................................................................ E. Deskripsi Kelompok Tani ...................................................................... F. Deskripsi Pelaksanaan Program SL-PTT ...............................................
50 50 51 51 56 60 66
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... A. Identitas Responden ............................................................................... B. Deskripsi Variabel X (Faktor-faktor efektivitas program SL-PTT) ................................................................................................. C. Deskripsi Variabel Y (Efektivitas program SL-PTT) ............................ D. Deskripsi Variabel Z (Produktivitas padi) ............................................. E. Pengujian Hipotesis ...............................................................................
75 75 79 90 94 97
VI. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 115 A. Kesimpulan ......................................................................................... 115 B. Saran .................................................................................................... 116 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
3
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1. Sebaran luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah di Provinsi Lampung tahun 2010 .................................................................................. 3 2. Sebaran luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah di Kabupaten Tanggamus tahun 2010 ............................................................................... 5 3. Data Kelompok Tani di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus tahun 2009-2010 .................................................... 6 4. Pengukuran dan definisi operasional tingkat partisipasi anggota ............... 36 5. Pengukuran dan definisi operasional tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan .................................................................................................. 37 6. Pengukuran dan definisi operasional tingkat pengetahuan tentang program SL-PTT ......................................................................................... 38 7. Pengukuran dan definisi operasional kesesuaian waktu pencairan dana .............................................................................................................. 39 8. Pengukuran dan definisi operasional tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi ................................................................... 41 9. Pengukuran dan definisi operasional tujuan program SL-PTT .................. 43 10. Stratafikasi petani berdasarkan kepemilikan luas lahan di Pekon Sidorejo ........................................................................................... 47 11. Penggunan lahan di Pekon Sidorejo tahun 2011 ....................................... 51 12. Keadaan penduduk berdasarkan golongan umur di Pekon Sidorejo tahun 2011 ................................................................................................. 52 13. Keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin di Pekon Sidorejo tahun 2011 ................................................................................................. 53
4
14. Keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Pekon Sidorejo tahun 2011 ............................................................................ 54 15. Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian di Pekon Sidorejo tahun 2011 ............................................................................ 54 16. Keadaan penduduk berdasarkan agama di Pekon Sidorejo tahun 2011 ........................................................................................... 55 17. Keadaan sarana dan prasarana di Pekon Sidorejo tahun 2011 ............. 59 18. Daftar anggota Kelompok Tani Sido Mukti ......................................... 61 19. Daftar anggota Kelompok Tani Perdana .............................................. 63 20. Daftar anggota Kelompok Tani Perintis ............................................... 65 21. Rincian bantuan program SL-PTT untuk Kelompok Tani Sido Mukti tahun 2009 ................................................................................ 69 22. Rincian bantuan program SL-PTT untuk Kelompok Tani Perdana tahun 2010 .......................................................................................... 70 23. Rincian bantuan program SL-PTT untuk Kelompok Tani Perintis tahun 2010 ........................................................................................... 72 24. Rincian paket bantuan untuk Laboratorium Lapangan (LL) yang diterima anggota Kelompok Tani Sido Mukti melalui program SL-PTT tahun 2009 .............................................................................. 73 25. Rincian paket bantuan untuk LL yang diterima anggota Kelompok Tani Perdana melalui program SL-PTT tahun 2010 ............................. 74 26. Rincian paket bantuan untuk LL yang diterima anggota Kelompok Tani Perintis melalui program SL-PTT tahun 2010 .............................. 74 27. Sebaran responden berdasarkan umur .................................................. 76 28. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan formal ................. 77 29. Sebaran responden berdasarkan luas lahan .......................................... 78 30. Sebaran skor tingkat partisipasi anggota kelompok tentang program SL-PTT ................................................................................................ 79 31. Sebaran skor berdasarkan tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan .......................................................................................... 81
5
32. Sebaran skor berdasarkan tingkat pengetahuan anggota kelompok tani tentang program SL-PTT .................................................................. 83 33. Sebaran skor berdasarkan kesesuaian waktu pencairan dana ................... 84 34. Sebaran skor berdasarkan tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi ............................................................................... 86 35. Sebaran skor efektivitas program SL-PTT ................................................ 91 36. Sebaran produktivitas padi per hektar dalam satu kali musim tanam sebelum adanya Program SL-PTT ............................................................. 94 37. Sebaran produktivitas padi per hektar dalam satu kali musim tanam setelah adanya Program SL-PTT .............................................................. 95 39. Hasil korelasi Rank Spearman (rs) antara masing-masing variabel X dengan variabel Y .................................................................................................. 98 40. Hubungan antara kesesuaian pencairan dana dengan efektivitas program SL-PTT ....................................................................................... 106 41. Identitas responden anggota program SL-PTT di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus ......................................................... 120 42. Rekapitulasi variabel X (faktor-faktor efektivitas program SL-PTT) ....... 122 43. Rekapitulasi variabel Y (efektivitas program SL-PTT) ............................ 124 44. Produktivitas sebelum dan setelah program SL-PTT ................................ 125 45. Hasil korelasi Rank Spearman (rs) antara tingkat partisipasi (X1) dengan efektivitas program SL-PTT (Y) .................................................. 126 46. Hasil korelasi Rank Spearman (rs) antara tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan (X2) dengan efektivitas program SL-PTT (Y) ............................................................................................... 127 47. Hasil korelasi Rank Spearman (rs) antara tingkat pengetahuan anggota tentang program SL-PTT (X3) dengan efektivitas program SL-PTT (Y) ............................................................................................... 128 48. Hasil korelasi Rank Spearman (rs) antara kesesuaian waktu pencairan dana (X4) dengan efektivitas program SL-PTT (Y) .......................................... 129 49. Hasil korelasi Rank Spearman (rs) antara tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi (X5) dengan efektivitas program SL-PTT (Y) ................................................................................. 130
6
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
1. Paradigma faktor-faktor efektivitas Program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (SL-PTT) padi sawah ............................................................................................................ 33 2. Struktur Organisasi Kelompok Tani Sido Mukti ........................................ 62 3. Struktur Organisasi Kelompok Tani Perdana ............................................. 64 4. Struktur Organisasi Kelompok Tani Perintis .............................................. 66 5. Kurva P-P Plot antara tingkat partisipasi anggota dengan efektivitas program SL-PTT ........................................................................................ 100 6. Kurva P-P Plot antara tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan dengan efektivitas program SL-PTT ........................................................... 102 7. Kurva P-P Plot antara tingkat pengetahuan tentang program SL-PTT dengan efektivitas program SL-PTT .......................................................... 105 8. Kurva P-P Plot antara kesesuaian waktu pencairan dana dengan efektivitas program SL-PTT ....................................................................... 107 9. Kurva P-P Plot antara tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi dengan efektivitas program SL-PTT .................................. 110
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Hal ini karena Indonesia memiliki berbagai potensi alam untuk pengembangan sektor pertanian menjadi sebuah sektor yang maju. Sektor pertanian, khususnya untuk komoditas padi sampai saat ini masih menjadi komoditas unggulan di Indonesia. Salah satu tantangan dalam pembangunan pertanian adalah adanya kecenderungan menurunnya produktivitas lahan. Disisi lain sumberdaya alam terus menurun sehingga perlu diupayakan untuk tetap menjaga kelestariannya, demikian pula dalam usahatani padi, agar usahatani padi dapat berkelanjutan, maka teknologi yang diterapkan harus diperhatikan. Komoditas tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai pemenuhan kebutuhan pangan, pakan, dan industri yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan berkembangnya industri pangan dan pakan, sehingga dari sisi Ketahanan Pangan Nasional fungsinya menjadi amat penting dan strategis. Sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk, permintaan terhadap beras dari tahun ke tahun cenderung meningkat.
2
Walaupun program diversifikasi pangan sudah lama dicanangkan, namun belum terlihat indikasi penurunan konsumsi beras. Adanya kecenderungan seperti itu, maka produksi beras juga harus ditingkatkan agar tercapai keseimbangan antara permintaan dan penawaran beras. Padi sawah merupakan salah satu jenis padi yang banyak dikembangkan. Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra produksi padi sawah yang masih potensial dikembangkan, baik dari aspek penerapan teknologi maupun sarana dan prasarana lainnya yang mampu mendorong peningkatan sarana produksi serta terwujudnya kemandirian pangan yang berdampak pada kekuatan ekonomi. Hal tersebut diharapkan mampu menyediakan pangan bagi seluruh rakyat dalam jumlah dan keanekaragaman yang mencukupi serta terjangkau dari waktu ke waktu. Adapun sebaran luas panen, produksi, dan produktivitas padi per kabupaten di Provinsi Lampung tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa Kabupaten Tanggamus memiliki luas panen sebesar 40.377 ha dan produksi padi sebesar 208.553 ton serta memiliki produktivitas yang tergolong cukup tinggi yaitu sebesar 5,16 ton/ha. Produktivitas padi di Kabupaten Tanggamus memungkinkan untuk mengalami peningkatan yang lebih baik lagi dengan adanya upaya penerapan teknologi budidaya yang berpotensi hasil tinggi. Kabupaten Tanggamus memiliki produktivitas yang tergolong cukup tinggi sehingga diharapkan pada tahun-tahun berikutnya mampu menjaga agar kebutuhan beras selalu terpenuhi.
3
Tabel 1. Luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah di Provinsi Lampung tahun 2010 Luas panen (ha) 35.531
Produksi (ton) 160.080
Produktivitas (ton/ha) 4,50
Tanggamus
40.377
208.553
5,16
Lampung Selatan
71.998
370.060
5,13
Lampung Timur
83.834
431.981
5,15
Lampung Tengah
109.193
570.968
5,22
Lampung Utara
25.711
117.088
4,55
Way Kanan
27.011
120.487
4,46
Tulang Bawang
41.499
187.412
4,51
Pesawaran
27.045
139.159
5,14
Pringsewu
21.515
111.239
5,17
Mesuji
25.194
113.822
4,51
Tulang Bawang Barat
13.269
60.245
4,54
Bandar Lampung
1.784
9.336
5,23
Metro
4.416
23.443
5,30
Kabupaten/Kota Lampung Barat
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, 2011 Kabupaten Tanggamus merupakan kabupaten yang memiliki potensi besar untuk pengembangan usahatani padi. Pengembangan padi sawah di daerah Tanggamus diwujudkan melalui program SL-PTT sejak tahun 2009. Pelaksanaan program SL-PTT mendapatkan fasilitas atau dukungan penyediaan benih padi melalui Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dari dana bantuan kabupaten atau kota. SL-PTT merupakan sekolah lapangan bagi petani dalam menerapkan teknologi usahatani melalui penggunaan input produksi yang efisien menurut spesifik lokasi sehingga mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi untuk menunjang peningkatan produksi secara berkelanjutan (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2010).
4
Peningkatan produksi padi yang berkelanjutan akan sangat membantu pemerintah dalam memenuhi kebutuhan beras nasional. Sesuai dengan perencanaan pemerintah daerah Kabupaten Tanggamus, pemerintah daerah setempat akan menjadikan kabupaten tersebut sebagai sentra produksi beras. Data luas panen, produksi dan produktivitas total tanaman padi di Kabupaten Tanggamus tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa Kecamatan Sumber Rejo memiliki luas panen sebesar 1.770 ha dan memiliki produksi padi sebesar 9.151 ton. Produktivitas padi paling tinggi per kecamatan di Kabupaten Tanggamus sebesar 5,17 ton/ha yaitu diantaranya produktivitas yang berada di Kecamatan Sumber Rejo. Kecamatan Sumber Rejo merupakan kecamatan baru yang terbentuk tahun 2000 dan merupakan pecahan dari Kecamatan Talang Padang. Salah satu daerah yang memiliki potensi untuk pengembangan komoditas padi sawah di Kecamatan Sumber Rejo yaitu Pekon Sidorejo. Pekon Sidorejo merupakan salah satu pekon yang membudidayakan tanaman padi yang kemudian didukung oleh pemerintah melalui program SL-PTT. Pekon Sidorejo terletak di daerah dataran tinggi dengan irigasi yang menunjang serta spesifik lokasi yang strategis untuk mengembangkan padi sawah. Data kelompok tani yang mengikuti dan tidak mengikuti program di Pekon Sidorejo dapat di lihat pada Tabel 3.
5
Tabel 2. Luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah di Kabupaten Tanggamus tahun 2010
1
Wonosobo
Luas Panen (ha) 2.100
2
Semangka
4.031
20.457
5,07
3
Bd.Negeri Semuong
1.957
9.932
5,07
4
Kota Agung
2.195
11.370
5,17
5
Pematang Sawa
3.167
16.342
5,16
6
Kota Agung Barat
5.136
26.574
5,17
7
Kota Agung Timur
4.606
23.859
5,17
8
Pulau Panggung
2.715
13.818
5,08
9
Ulu Belu
1.362
6.837
5,01
10
Air Naningan
650
3.221
4,95
11
Talang Padang
2.852
14.773
5,17
12
Sumber Rejo
1.770
9.151
5,17
13
Gisting
1.046
5.403
5,16
14
Gunung Alip
1.955
9.892
5,05
15
Pugung
4.428
22.893
5,17
16
Bulok
2.539
12.885
5,07
17
Cukuh Balak
1.913
9.699
5,07
18
Kelumbayan
1.551
7.794
5,02
19
Limau
628
3.122
4,97
20
Kelumbayan Barat
1.063
5.262
4,95
47.684
244.143
No
Kecamatan
Jumlah
Produksi (ton) 10.859
Produktivitas (ton/ha) 5,17
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, 2011 Tabel 3 menunjukkan bahwa Pekon Sidorejo memiliki lima kelompok tani, namun hanya tiga di antaranya yang mengikuti program SL-PTT tahun 2009 dan 2010 yaitu Kelompok Tani Sido Mukti, Kelompok Tani Perdana, dan Kelompok Tani Perintis dengan masing-masing beranggotakan 31 orang, 38 orang, dan 40 orang.
6
Tabel 3. Kelompok tani yang mengikuti dan tidak mengikuti program SL-PTT padi sawah di Pekon Sidorejo tahun 2009-2010 No 1 2 3 4 5
Nama Kelompok Tani Sido Mukti Perdana Perintis Mekar Jaya Mekarsari Jumlah
Jumlah Anggota 31 40 38 34 28 171
Kelompok yang mengikuti dan tidak mengikuti program SL-PTT Mengikuti Mengikuti Mengikuti Tidak mengikuti Tidak mengikuti
Sumber : Profil Gapoktan Pekon Sidorejo, 2010 Ketiga kelompok tani tersebut dapat mengikuti program SL-PTT sesuai dengan pergiliran untuk setiap wilayah di kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Tanggamus. Adanya program SL-PTT ini diharapkan kelompokkelompok tani yang memiliki kepentingan dan tujuan yang sama dapat saling mempengaruhi serta memiliki kesadaran untuk saling tolong menolong. Adanya program tersebut anggota kelompok tani secara bersama-sama dalam melaksanakan seluruh kegiatan kelompok tani dan mampu memberikan contoh kepada kelompok tani lain dalam hal penerapan komponen-komponen teknologi anjuran program SL-PTT budidaya padi, sehingga mampu menghasilkan produktivitas padi yang lebih baik dibandingkan dengan tidak menerapkan komponen-komponen teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah ini diharapkan dapat sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan dicanangkan oleh pemerintah yaitu mampu merealisasikan peningkatan produktivitas padi di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus. Pentingnya penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari pelaksanaan program SL-PTT yang
7
dilakukan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung. Tingkat keberhasilan program ini akan dilihat dari bagaimana tingkat produktivitas sebelum dan setelah adanya program. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan yaitu: 1. Bagaimana efektivitas pelaksanaan SL-PTT padi sawah di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus ? 2. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan efektivitas program SL-PTT padi sawah di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus ? 3. Bagaimana tingkat produktivitas sebelum dan setelah adanya Program SL-PTT padi sawah di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus ? B. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui efektivitas pelaksanaan SL-PTT padi sawah di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus. 2. Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas program SL-PTT padi sawah di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus. 3. Mengetahui tingkat produktivitas sebelum dan setelah adanya program SL-PTT padi sawah di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus.
8
C. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan : 1. Sebagai masukan dan pertimbangan yang berguna bagi Pemerintah Kabupaten Tanggamus dalam pelaksanaan program SL-PTT. 2. Sebagai bahan informasi dan masukan kepada petani dan penyuluh lapanganan dalam hal pertimbangan untuk mengelola usahatani padi. 3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian yang sejenis.
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Efektivitas Efektivitas pada umumnya digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam melakukan suatu aktivitas atau kegiatan. Winarno.S (1982 dalam Pebrian, 2007) menerangkan konsep efektivitas sebagai keadaan yang menunjukkan sejauhmana rencana dapat terlaksana atau tercapai. Secara sosiologis, menurut Soekanto (1985), efektivitas adalah taraf keberhasilan suatu kelompok dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Menurut Nawawi dan Hadari (1993), efektivitas merupakan hasil membuat keputusan yang mengarah untuk melakukan sesuatu dengan benar yang membantu memenuhi visi suatu perusahaan atau kelompok dan dapat juga diartikan sebagai pencapaian tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Soekanto (1985 dalam Oktaria, 2008) efektivitas berasal dari kata “effectiveness” yang artinya taraf sampai atau sejauhmana suatu kelompok mencapai tujuan. Hal yang hampir sama diungkapkan oleh Nawawi dan Hadari (1993 dalam Oktaria, 2008), efektivitas merupakan hasil membuat keputusan yang mengarah untuk melakukan sesuatu dengan
10
benar yang membantu memenuhi visi suatu perusahaan atau kelompok dan dapat juga diartikan sebagai pencapaian tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pengukuran efektivitas program hanya mungkin dilakukan apabila dokumen program tersebut menunjukkan: 1.
Tujuan-tujuan program dirumuskan dengan jelas dan dalam bentuk pernyataan-pernyataan yarg terukur.
2.
Perumusan tujuan dalam bentuk pernyataan-pernyataan ambisius.
3.
Terdapat penafsiran yang berbeda mengenai tujuan program.
Lubis (1984) juga berpendapat bahwa efektivitas mengandung arti “Terjadinya suatu efek atau akibat seperti yang dikehendaki”. Pengertian tersebut mengandung arti bahwa sesuatu bisa dikatakan efisien atau efektif apabila fungsi, bentuk, dan isi dari suatu kegiatan dapat bermanfaat untuk pengendalian, penyempurnaan, pelaksanaan, dan perencanaan kembali. Efektivitas merupakan suatu konsep yang luas, yaitu suatu konsep yang tidak simpel, karena banyak cara untuk mengkategorikannya, banyak aspek penting dan metode dalam mendefinisikan kriteria sesuai kepentingannya. Hal ini yang menyebabkan konsep efektivitas mempunyai pengertian yang berbeda tergantung pendekatan yang dipakai. Efektivitas merupakan salah satu ukuran dalam menentukan keberhasilan suatu program atau rencana. Tujuan merupakan hal yang menjadi indikator dalam menentukan efektivitas, oleh karena itu tujuan dari suatu
11
program harus jelas agar pada akhirnya dapat diketahui apakah rencana dari program tersebut telah dilaksanakan. Menurut Robbins dan Coultar (1996 dalam Wibowo 2007), efektif menunjukkan makna pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian efektivitas adalah suatu proses pencapaian hasil yang sesuai dengan waktu, perencanaan, dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Steers (1975 dalam Nugroho, 2006) mengatakan bahwa dalam mengukur efektivitas pelatihan, terdapat tiga model dasar yang dapat dijadikan instrumen yaitu: 1. Optimisasi tujuan Efektivitas bertumpu pada pencapaian tujuan. Suksesnya suatu program dikatakan berhasil apabila program tersebut dapat merubah sikap (afektif), menambah pengetahuan (kognitif), dan meningkatkan ketrampilan (psikomotorik) peserta program. 2. Perspektif sistem (pandangan terhadap sistem) Menekankan pentingnya arti interaksi organisasi lingkungan, memusatkan perhatian pada hubungan antara komponen-komponen baik di dalam maupun di luar organisasi sehingga dapat diambil tindakan tegas untuk mempelancar untuk mencapai tujuan.
3. Tekanan pada perilaku
12
Mempertimbangkan peran sumberdaya manusia, peran tersebut tercermin ketika tingkah laku individu dan kelompok akhirnya dapat mendukung atau menghambat tercapainya tujuan organisasi. Efektivitas pada umumnya digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam melakukan suatu aktifitas atau kegiatan. Efektivitas merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk melihat tercapainya tujuan atau program yang ditentukan (Wahab, S.A, 1997 dalam Oktaria, 2008). Efektivitas pada umumnya digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan seseorang dalam melakukan suatu aktivitas atau kegiatan. Gibson dkk (1985 dalam Mardikanto,1993) menyatakan bahwa kriteria keefektifan secara khas dinyatakan dalam ukuran waktu jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Kriteria jangka pendek adalah kriteria untuk menunjukkan hasil tindakan yang mencakup waktu satu tahun atau kurang. Kriteria jangka menengah diterapkan jika akan menilai efektivitas seseorang, kelompok atau organisasi dalam jangka waktu yang lebih lama. Kriteria jangka panjang dipakai untuk menilai waktu yang akan datang yang tidak terbatas. Kriteria efektivitas ini digolongkan ke dalam lima kategori, yaitu: 1. Produksi, yaitu sesuatu yang dapat mencerminkan kemampuan organisasi untuk menghasilkan jumlah dan kualitas keluaran yang dibutuhkan lingkungan. 2. Efisiensi, yaitu perbandingan keluaran terhadap masukan. 3. Kepuasan, yaitu tingkatan yang menunjukkan sejauh mana organisasi dapat memenuhi kebutuhan anggotanya.
13
4. Keadaptasian, yaitu tingkat di mana organisasi dapat dan benar-benar tanggap terhadap perubahan internal dan eksternal. 5. Pengembangan, yaitu kriteria untuk mengukur kemampuan organisasi untuk meningkatkan kapasitasnya menghadapi tuntutan lingkungannya. 2. Konsep Program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (SL-PTT) Salah satu tujuan dalam berusaha tani padi adalah memperoleh produksi dan pendapatan atau keuntungan yang tinggi. Akan tetapi, keuntungan yang diperoleh petani seringkali tidak sebanding dengan biaya dan tenaga yang dikeluarkan. Salah satu cara untuk meningkatkan keuntungan telah dikembangkan metode budidaya padi yang dikenal dengan istilah Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Menurut Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Lampung (2010), pengelolaan tanaman dan sumberdaya secara terpadu atau Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan pendekatan bersifat partisipatif yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi, tetapi bukan merupakan paket teknologi yang bisa diterapkan di semua lokasi. Lebih lanjut Menurut Kementrian Pertanian (2010), PTT adalah suatu pendekatan inovatif dalam upaya meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani melalui perbaikan sistem atau pendekatan dalam perakitan paket teknologi yang sinergis antara komponen teknologi, dilakukan secara partisipatif oleh petani serta bersifat spesifik lokasi. Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (SL-PTT) merupakan Sekolah
14
Lapangan bagi petani dalam menerapkan berbagai teknologi usahatani melalui penggunaan input produksi yang efisien menurut spesifik lokasi sehingga mampu menghasilkan produktivitas tinggi untuk menunjang peningkatan produksi secara berkelanjutan. Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung (2008), SL-PTT adalah suatu tempat pendidikan nonformal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana usahatani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usahataninya menjadi efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan. Adanya program SL-PTT petani diharapkan dapat belajar secara langsung di lapangan melalui pembelajaran dan penghayatan langsung (mengalami), mengungkapkan, menganalisis, menyimpulkan dan menerapkan, menghadapi dan memecahkan masalah-masalah terutama dalam hal teknik budidaya dengan mengkaji bersama berdasarkan spesifik lokasi. Menurut Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Lampung (2010), tujuan dari program SL-PTT antara lain: 1. Mendukung penyebarluasan PTT. 2. Mendukung peningkatan penerapan mutu intensifikasi. 3. Meningkatkan mutu dan daya saing produksi.
15
Pemerintah mencanangkan penyebarluasan PTT untuk dapat mendorong atau memotivasi peningkatan produksi nasional. Intensifikasi merupakan penggunaan lebih banyak faktor produksi, tenaga kerja dan modal atas sebidang tanah tertentu untuk mencapai hasil produksi yang maksimal. Menurut Wahjosumidjo (1987), motivasi ialah dorongan kerja yang timbul pada diri seesorang untuk berprilaku dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Motivasi sebagai proses psikologis timbul diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut intrinsik atau faktor di luar diri yang disebut faktor ekstrinsik. Faktor di dalam diri seseorang dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman, dan pendidikan, atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau masa depan. Sedangkan faktor di luar diri, dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber, bisa karena pengaruh atau faktor-faktor lain yang sangat kompleks. Baik faktor intrinsik maupun faktor luar motivasi timbul karena adanya rangsangan. Mengenai pendekatan intensifikasi berkaitan erat dengan penerapan teknologi di antaranya penggunaan benih bersertifikat. Benih bersertifikat adalah benih unggul berlebel yang dikeluarkan oleh Lembaga Pembenihan baik Pemerintah, BUMN maupun penangkar benih. Rendahnya mutu benih yang digunakan oleh petani akan mempengaruhi produksi pertanaman baik dalam jumlah maupun kualitas produksi dan lebih lanjut dapat mempengaruhi program pemerintah dalam pelestarian dan peningkatan produksi pangan. Menurut Kementerian Pertanian (2010), PTT mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut :
16
1. Terpadu : PTT merupakan suatu pendekatan agar sumberdaya tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu. 2. Sinergis : PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik, dengan memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antar komponen teknologi. 3. Spesifik lokasi : PTT memperrhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat. 4. Partisipatif : Petani turut berperan serta dalam memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan petani melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium lapangan. Lebih lanjut Kementerian Pertanian mengemukakan bahwa ketentuan SL-PTT sebagai berikut: 1. Lokasi diusahakan berada pada satu hamparan, produktivitas masih rendah, mempunyai potensi peningkatan produktivitas dan anggota kelompok taninya responsif terhadap penerapan teknologi. 2. Luas satu unit lokasi SL-PTT padi hibrida adalah kurang lebih 15 ha yang di dalamnya terdapat satu unit luas lahan seluas 1 ha. 3. Luas satu unit SL-PTT dapat disesuaikan pada kondisi luasan setempat dengan ketentuan : a. Total luasan dan total jumlah SL-PTT tidak boleh kurang dari yang dibiayai.
17
b. Total luasan dan total jumlah SL-PTT bisa lebih dari yang dibiayai. Kelebihan luasan ataupun jumlah SL-PTT ditanggung anggaran lain ataupun swadana petani. 4. Petani tiap unit terdiri dari kurang lebih 25 petani yang berasal dari satu kelompok tani yang sama, jumlah peserta dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. 5. Memiliki pemandu lapangan yang dapat membantu memberikan saran maupun solusi setiap masalah yang dihadapi petani dalam budidaya padi sawah. Kementerian Pertanian mengemukakan persyaratan kelompok tani pelaksana SL-PTT antara lain : 1. Kelompok tani tersebut harus diusahakan oleh kepala desa, dan mempunyai kepengurusan yang lengkap yaitu ketua, sekretaris dan bendahara. 2. Kelompok tani telah menyusun Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). 3. Kelompok tani yang termasuk dalam kelompok tani penerima bantuan SL-PTT yang telah ditetapkan dengan surat keputusan Kepala Dinas pertanian Kabupaten/Kota. 4. Kelompok tani memiliki rekening di bank pemerintah (BUMN/BUMD/Bank Daerah) yang terdekat dan bagi kelompok tani yang belum memiliki, harus membuka rekening di bank.
18
5. Kelompok tani membuat surat pernyataan bersedia dan sanggup menggunakan dana bantuan SL-PTT sesuai peruntukannya dan sanggup mengembalikan dana apabila tidak sesuai peruntukannya. 6. Kelompok tani bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT. Menurut Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Lampung (2010), komponen PTT padi dikelompokkan menjadi dua dalam Program SL-PTT yaitu: a. Komponen Teknologi Dasar Komponen ini sangat dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi padi sawah, meliputi : 1. Varietas Unggul Baru (UVB) Inhibrida atau Hibrida VUB umumnya mempunyai daya hasil tinggi, tahan hama penyakit utama atau toleran deraan lingkungan setempat dan mempunyai sifat khusus tertentu. Pemilihan VUB disesuaikan dengan kondisi setempat. 2. Bermutu dan berlabel Benih bermutu adalah benih varietas asli (murni), bernas dan seragam, daya kecambah tinggi dan sehat. Penggunaan benih yang bermutu, pertumbuhan dan produksi dapat ditingkatkan. 3. Pemberian bahan organik Pemberian bahan organik dapat berupa sisa tanaman (jerami), kotoran hewan, pupuk hijau dan kompos. Bahan organik ini bermanfaat untuk memperbaiki sifat kimia (kesuburan) tanah, struktur tanah, dan biologi tanah. Maka dari itu, jerami sebaiknya dikembalikan ke sawah dengan
19
cara dibenam, dibuat kompos terlebih dahulu dan dijadikan pakan ternak yang kotorannya diproses menjadi pupuk kandang. 4. Pengaturan populasi tanaman Sampai batas tertentu, semakin tinggi populasi tanaman semakin banyak jumlah malai persatuan luas sehingga mempunyai peluang meningkatkan produksi. Salah satu cara meningkatkan populasi tanaman adalah dengan menggunakan jejer legowo. Jejer legowo adalah pengosongan satu baris tanaman setiap dua atau lebih baris dan merapatkan dalam barisan tanaman. Misalnya jejer legowo 2:1, jika satu baris kosong diselingi dua baris tanaman padi, atau 4:1, jika diselingi 4 baris tanaman padi. 5. Pemupukan Dosis pupuk yang digunakan berdasarkan pada kebutuhan tanaman dan status hara tanah. Oleh karena itu, dosis pemupukan antar lokasi dapat berbeda tergantung pada kesuburan tanahnya. 6. Pengendalian OPT Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) dilakukan secara terpadu dengan melakukan identifikasi jenis dan populasi hama. Teknik pengendaliannya dilakukan dengan mengusahakan tanaman selalu sehat, menggunakan varietas tahan, menerapkan pengendalian hayati, biopestisida, fisik, mekanis, dan pestisida kimia sesuai anjuran. b. Komponen Teknologi Pilihan Penerapan komponen ini disesuaikan dengan kondisi, kemauan dan kemampuan petani setempat yang meliputi :
20
1. Pengolahan tanah Pengolahan tanah sampai berlumpur dan diratakan. Hal ini dimaksudkan untuk menyediakan tempat tumbuh yang baik dan seragam bagi tanaman padi serta mengendalikan gulma. Pengolahan tanah dapat menggunakan traktor atau ternak, menggunakan bajak singkal sampai kedalaman lebih dari 20 cm. Tanggul jerami, gulma, dan bahan organik yang telah dikomposkan dibenamkan kedalam tanah bersamaan dengan pengolahan tanah pertama. Pembajakan biasanya dilakukan dua kali diikuti penggaruan untuk perataan tanah dan pelumpuran. 2. Penggunaan bibit muda Beberapa keuntungan penggunaan bibit muda (umur kurang dari 21 hari) antara lain tidak setres akibat pencabutan bibit dipersemaian, pengangkutan dan penanaman kembali di sawah dibandingkan dengan bibit yang lebih tua. Daerah yang banyak keong mas digunakan bibit yang lebih tua. Sebelum disemai, benih direndam selama 24 jam lalu benih ditiriskan selama 48 jam, sampai keluar bakal akar dan siap disemai. 3. Penanaman bibit 2-3 batang per rumpun Bibit ditanam 2-3 batang per rumpun. Penanaman bibit lebih dari 3 batang akan meningkatkan persaingan antar bibit dalam rumpun yang sama. Rumpun yang hilang karena tanaman mati atau rusak terserang hama segera disulam tidak lebih dari 14 HST (Hari Setelah Tanam). Di daerah yang banyak keong mas, bibit ditanam 2-3 batang per rumpun.
21
4. Pengairan Pengairan secara efektif dan efisien dapat dilakukan dengan teknik berselang. Setelah selesai penanaman, pertanaman yang dikeringkan selama 5 hari, kemudian diairi lagi begitu seterusnya dipertahankan agar tanah tetap lembab fase anakan maksimal. Mulai fase pembentukan malai sampai pengisian biji, sawah digenangi terus. Sekitar 10-15 hari menjelang panen, sawah dikeringkan agar gabah masak serempak dan memudahkan pemanenan. 5. Penyiangan dengan landak (gasrok) Penyiangan awal gulma menjelang 21 HST, penyiangan selanjutnya tergantung pada keadaan gulma. Penggunaan alat gasrok tidak hanya untuk mematikan gulma, tetapi juga untuk memotong akar utama untuk merangsang pertumbuhan akar baru. Selain itu juga meningkatkan jumlah udara di dalam tanah. 6. Panen tepat waktu Panen dilakukan jika sebagian besar gabah (90%-95%) telah bernas dan berwarna kuning. Panen terlalu awal banyak gabah hampa, gabah hijau, dan butir kapur. Sedangkan apabila terlambat panen banyak gabah yang hilang karena rontok dan gabah patah saat digiling meningkat. Perontokan gabah segera dilakukan 1-2 hari setelah panen dengan menggunakan alat perontok. Selanjutnya gabah segera dijemur untuk memperoleh beras dengan mutu yang baik.
22
3. Konsep Budidaya padi (Oryza sativa) Tanaman padi berasal dari India dan Cina. Awalnya, jenis tanaman padi yang dibudidayakan adalah jenis padi liar. Tanaman padi termasuk dalam golongan monokotil dengan naman latin Oryza sativa. Menurut cara tanamnya, padi dibedakan manjadi dua, yaitu padi sawah dan padi kering. Padi sawah yaitu tanaman padi yang dalam pertumbuhannya memerlukan air. Padi ini ditanam di tanah persawahan. Padi kering yaitu tanaman padi yang dalam pertumbuhannya tidak memerlukan air (genangan seperti sawah).
Padi merupakan tanaman yang membutuhkan air yang cukup banyak untuk hidupnya. Tanaman ini tergolong semi-aquatis yang cocok ditanam di lokasi tergenang. Biasanya padi ditanam di sawah yang menyediakan kebutuhan air cukup untuk pertumbuhannya. Meskipun demikian, padi juga dapat diusahakan dilahan kering atau ladang yang dikenal sebagai padi gogo. Padi gogo dapat ditanam dilahan kering atau ladang, akan tetapi kebutuhan airnya pun harus terpenuhi (Utomo, M dan Nazaruddin,2007).
Pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan produksi padi dengan cara mendapatkan jenis padi yang mempunyai sifat-sifat yang baik yang disebut varietas unggul. Menurut Sugeng (2003), sifat-sifat padi yang baik yang harus dimiliki oleh padi jenis unggul antara lain: (1) produksi tinggi, (2) umur tanam pendek, (3) tahan terhadap hama dan penyakit, (4) tahan rebah dan tidak mudah rontok, (5) mutu beras baik, dan (5) rasanya enak.
23
Selain menggunakan varietas unggul, untuk mendapatkan produksi yang tinggi hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu : (1) membuat persemaian yang baik, (2) pengolahan tanah yang sempurna, (3) menanam dengan jarak tanam yang beraturan, (4) melakukan penyiangan gulma, (5) memakai pupuk buatan, (6) mencegah hama dan penyakit tanaman, (7) mengatur pengairan, (8) melakukan panen dengan tepat, dan (9) penanganan pasca panen yang baik.
4. Konsep produktivitas Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2011), produktivitas adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu, daya produksi, dan keproduktivan. Selanjutnya Departemen Pendidikan Nasional mengemukakan bahwa produksi pertanian adalah proses mengeluarkan hasil atau penghasilan barang baik berupa tanaman maupun hewan atau yang lain yang dihasilkan oleh usahatani/perusahaan pertanian. Lebih lanjut Mubyarto (1997) mengatakan bahwa produktivitas merupakan penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha dengan kapasitas tanah. Efisiensi usaha mengukur banyaknya hasil produksi yang dapat diperoleh dari satu kesatuan input, sedangkan kapasitas dari sebidang tanah tertentu menggambarkan kemampuan tanah itu untuk menyerap tenaga dan modal sehingga memberikan hasil produksi bruto yang sebesar-besarnya pada tingkatan teknologi tertentu. Jadi produktivitas tanah adalah pembagian antara efisiensi usaha (produksi) dengan kapasitas (tanah), kemudian Mubyarto mengatakan hal-hal yang menyangkut kombinasi faktor-faktor produksi dalam pertanian yaitu :
24
1. Faktor produksi tanah Faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting, hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah dibandingkan faktor-faktor produksi lainnya. Tanah merupakan satu faktor produksi seperti halnya modal dan tenaga kerja dapat pula dibuktikan dari tinggi rendahnya balas jasa (sewa bagi hasil) yang sesuai dengan permintaan dan penawaran tanah dalam masyarakat dan daerah tertentu. Perkembangan perekonomian mengakibatkan kebutuhan manusia akan tanah tidaklah terbatas pada kebutuhan untuk memproduksikan bahan makanan dan sandang. 2. Faktor produksi modal Modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru yaitu dalam hal ini hasil pertanian. 3. Faktor produksi tenaga kerja Pembicaraan mengenai tenaga kerja dalam pertanian di Indonesia harus dibedakan ke dalam persoalan tenaga kerja dalam usahatani kecilkecilan (usahatani pertanian rakyat) dan persoalan tenaga kerja dalam perusahaan pertanian yang besar-besar yaitu perkebunan, kehutanan, peternakan dan sebagainya. Pembedaan ini penting karena apa yang dikenal sebagai tenaga kerja dalam dalam usahatani tidaklah sama pengertiannya secara ekonomis dengan pengertian tenaga kerja dalam perusahaan-perusahaan dalam perkebunan. 4. Faktor produksi pengelolaan atau manajemen
25
Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani bertindak sebagai pengelola dari usahanya. Petani harus pandai mengorganisasi penggunaan faktor-faktor produksi yang dikuasai sebaik mungkin untuk memperoleh produksi secara maksimal, karena produktivitas masingmasing faktor produksi dan prduktivitas usahatani merupakan tolak ukur keberhasilan pengelolaan. 5. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (SL-PTT) Efektivitas pada umumnya digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam melakukan suatu aktifitas atau kegiatan. Dengan demikian efektivitas merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk melihat tercapainya tujuan atau program yang ditentukan (Wahab, S.A, 1997 dalam Oktaria, 2008). Menurut Rusmialdi (1982), partisipasi anggota dan aktivitas dalam kelompok akan menjadi jembatan bagi suatu kelompok dalam mencapai efektivitas. Pendapat teori tersebut dapat dilihat bahwa peran serta atau tingkat partisipasi anggota kelompok SL-PTT sangat mempengaruhi efektivitas program SL-PTT dalam mencapai keefektivannya.
Tingkat partisipasi anggota dapat dilihat dari keikutsertaanya atau peran serta anggota dalam perencanaan program dan kegiatan SL-PTT melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah disepakati dengan penuh tanggungjawab, memberikan ide atau saran pada setiap kegiatan serta menerima dan memanfaatkan hasil-hasilnya. Aktivitas-aktivitas atau kegiatan di dalam suatu program tidak akan berjalan dengan baik apabila
26
tidak didukung oleh partisipasi dari anggota SL-PTT yang baik pula. Tingkat partisipasi anggota merupakan komponen yang sangat penting untuk dijadikan indikator dalam menentukan efektivitas program SL-PTT.
Tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan adalah manfaat kegiatan yang dirasakan petani setelah mengikuti kegiatan penyuluhan dalam program SL-PTT khususnya tentang budidaya tanaman padi. Tingginya tingkat aktivitas dan kehadiran dalam kegiatan penyuluhan akan mempengaruhi besarnya tingkat keberhasilan dalam berbudidaya. Tingkat pengetahuan anggota tentang program SL-PTT adalah pengetahuan yang dimiliki anggota kelompok yang menerima bantuan SL-PTT terhadap pemberian dana bantuan, tujuan program, dan manfaat program. Pengetahuan anggota menjadi indikator yang penting yang perlu dikaji dalam penelitian dalam hubunganya dengan efektivitas program SL-PTT.
Kesesuaian waktu pencairan dana merupakan ketepatan penyaluran bantuan yang diterima dan kesesuaian dana yang diberikan Pemerintah kepada anggota kelompok yang menerima bantuan untuk berusahatani dan menjalankan kegiatan-kegiatan mulai dari pelaksanaan kegiatan sampai dengan evaluasi kegiatan program SL-PTT. Kesesuaian waktu pencairan dana bantuan menjadi indikator yang sangat penting untuk dikaji dalam penelitian, dalam hubunganya dengan keberhasilan pencapaian tujuan program.
27
Menurut Departemen Pertanian (2011), penyaluran dana bantuan memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Meningkatkan pemberdayaan petani melalui peningkatan modal kelompok tani. 2. Meningkatkan kemandirian dan kerjasama kelompok tani dan merangsang berkembangnya lembaga keuangan mikro (LKM) agribisnis dan kelembagaan ekonomi pedesaan lainnya. 3. Mengoptimalkan pemanfaatan dan bantuan langsung pupuk bergulir. Lebih lanjut Departemen Pertanian (2011), mengemukakan bahwa pemanfaatan dana bantuan bertujuan untuk : 1. Menumbuhkembangkan pembelajaran bagi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan di bidang sarana dan parasarana dasar lingkungan. 2. Menumbuhkembangkan pembelajaran bagi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan di bidang sosial. 3. Menumbuhkembangkan pembelajaran bagi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan di bidang ekonomi. 4. Menumbuhkembangkan pembelajaran bagi masyarakat khususnya dalam mengelola program secara transparan dan akuntabel. Menurut Departemen Pertanian (2011), Tingkat penerapan teknologi anjuran budidaya padi merupakan komponen teknologi PTT padi yang akan dapat memperlancar dan mempengaruhi produktivitas usahatani yang dihasilkan, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup petani.
28
6. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian Ovin Aktivasari (2009) yang menganalisis ”Efektivitas Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (LUEP) dalam Pemanfaatan Dana Penguatan Modal (DPM) untuk Pembelian Gabah Pada Kelompok Tani Mitra LUEP di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah” dapat disimpulkan bahwa rata-rata efektivitas LUEP dalam pemanfaatan DPM untuk pembelian gabah petani mitra LUEP yang ada di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah berada pada klasifikasi tepat atau efektif. Efektivitas LUEP dalam pemanfaatan DPM untuk pembelian gabah petani mitra LUEP tepat pada indikator ketepatan cara pembayaran, ketepatan waktu pembelian dan ketepatan volume pembelian gabah. Indikator yang kurang tepat adalah ketepatan harga gabah dan ketepatan kualitas gabah. Faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas LUEP dalam pemanfaatan DPM untuk pembelian gabah di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah adalah sarana yang dimiliki oleh LUEP dan akses pasar yang dimiliki oleh LUEP, sedangkan faktor yang tidak berhubungan dengan efektivitas LUEP dalam pemanfaatan DPM untuk pembelian gabah adalah tingkat pendidikan formal SDM LUEP dan masa kerja SDM LUEP.
Berdasarkan hasil penelitian Kurnia Seto Aji (2011), “Efektivitas Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Dalam Pemberdayaan Petani di Desa Trisno Maju Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran” dapat dismpulkan bahwa Efektivitas program PUAP terhadap
29
pemberdayaan masyarakat petani di Desa Trisno Maju Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran sudah efektif, di mana dapat dilihat dari ketercapaian keberhasilan tujuan program PUAP. Faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas PUAP dalam pemberdayaan masyarakat petani di Desa Trisno Maju Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran adalah keragaan Gapoktan, kegiatan penyuluhan dan pengetahuan tentang program. Faktor yang tidak berhubungan dengan efektivitas PUAP dalam pemberdayaan masyarakat petani di Desa Trisno Maju Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran adalah jumlah dana BLM yang diberikan. Faktor yang paling berhubungan dengan efektivitas PUAP dalam pemberdayaan masyarakat petani di Desa Trisno Maju Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran adalah Keragaan Gapoktan.
Berdasarkan hasil penelitian Dian Oktaria (2008),” Efektivitas Program Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPM-LUEP) dalam Menstabilkan Harga Gabah di Kabupaten Lampung Tengah” disimpulkan bahwa rata-rata efektivitas Program DPM-LUEP pada seluruh LUEP yang ada di Kabupaten Lampung Tengah berada pada klasifikasi kurang efektif . Program DPM-LUEP efektif pada indikator ketepatan lokasi program, ketepatan waktu dan jumlah dana yang dikembalikan, volume pembelian gabah, jumlah petani dan pemanfaatan dana. Indikator yang kurang efektif adalah harga gabah kering panen (GKP) dan indikator yang tidak efektif adalah ketepatan waktu pembelian gabah. Hal ini menunjukkan bahwa Program DPM-LUEP belum dapat berjalan sesuai
30
dengan tujuan program. Kendatipun demikian, efektivitas Program DPMLUEP memberikan dampak positif terhadap stabilitas harga gabah di wilayah penerima bantuan DPM-LUEP. Stabilitas harga gabah tercipta akibat LUEP yang membeli gabah petani mitra LUEP berpedoman kepada harga dasar gabah yang ditentukan oleh pemerintah. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas Program DPM-LUEP dalam menstabilkan harga gabah di Kabupaten Lampung Tengah adalah pendidikan formal SDM Pengelola LUEP, masa kerja SDM pengelola LUEP, sarana yang dimiliki oleh LUEP, jaringan pasar yang dimiliki oleh LUEP, produksi GKP petani mitra LUEP dan kualitas gabah kering panen (GKP) petani mitra LUEP.
B. Kerangka Pemikiran Secara umum terdapat beberapa permasalahan dalam berbudidaya padi, yakni menurunnya kualitas sumberdaya alam terutama kesuburan lahan sebagai akibat budidaya padi yang kurang memperhatikan aspek konservasi kesuburan lahan. Sedangkan untuk menghasilkan produksi yang optimal harus benar-benar menurut kesesuaian ajuran SL-PTT dalam berbudidaya padi. Kebijakan pemerintah dalam mengatasi hal tersebut yakni dengan menerapkan PTT. Banyak sekali teknologi yang dihasilkan oleh lembaga penelitian, perguruan tinggi, dan pihak-pihak lain, namum masih sedikit para petani tahu, mau, serta menerapkannya secara utuh dalam berusaha taninya. Penyuluh pertanian menggunakan beberapa metode atau cara dalam mentransfer teknologi seperti ceramah, kunjungan lapang, melakukan demonstrasi dan petani ikut menggali apa yang terjadi dalam teknologi
31
tersebut. PTT dilakukan pada areal kelompok tani yang melibatkan langsung para petani dalam Sekolah Lapangan (SL) dan Kunjungan Lapangan (KL) dengan harapan PTT tersebut dapat diketahui, dikenal, dimengerti, dipahami dan selanjutnya petani mau menerapkan dalam usahataninya. Berusaha tani padi sawah merupakan perilaku petani yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan pendapatan, sehingga taraf hidup dapat lebih baik. Penggunaan benih unggul varietas bermutu akan menghasilkan daya perkecambahan yang tinggi dan seragam, tanaman yang sehat dengan perakaran yang baik, tanaman tumbuh lebih cepat, tahan terhadap hama dan penyakit, berpotensi hasil tinggi, dan mutu hasil yang lebih baik. Selain benih unggul komponen-komponen yang mempegaruhi SL-PTT padi sawah yakni pengolahan lahan, pengairan, pemupukan, dan pengendalian Hama Penyakit Tanaman (HPT). Efektivitas program SL-PTT dapat dilihat dari tujuan program yang terdiri dari tiga indikator yaitu mendukung penyebarluasan PTT, mendukung peningkatan penerapan mutu intensifikasi, dan meningkatkan mutu/kualitas dan daya saing produksi padi sawah. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Steers (1975, dalam Nugroho, 2006), Rusmialdi (1982), dan berdasarkan hasil penelitian Kurnia Seto Aji (2011) faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas program atau variabel (X): (1) tingkat partisipasi anggota SL-PTT, (2) tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan, (3) tingkat pengetahuan anggota kelompok tani tentang program SL-PTT, (4) Kesesuaian waktu pencairan dana, dan (5) tingkat penerapan teknologi anjuran
SL-PTT budidaya padi. Menurut Robbins dan Coultar (1996 dalam
32
Wibowo 2007), efektif menunjukkan makna pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan pendapat tersebut, maka selanjutnya hal ini disebut sebagai variabel (Y).
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2011), produktivitas adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu, daya produksi, dan keproduktifan. Lebih lanjut Mubyarto (1997) mengatakan bahwa produktivitas merupakan penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha dengan kapasitas tanah. Efisiensi usaha mengukur banyaknya hasil produksi yang dapat diperoleh dari satu kesatuan input, sedangkan kapasitas dari sebidang tanah tertentu menggambarkan kemampuan tanah itu untuk menyerap tenaga dan modal sehingga memberikan hasil produksi berat kotor (bruto) yang sebesarbesarnya pada tingkatan teknologi tertentu. Jadi produktivitas tanah adalah pembagian antara efisiensi usaha (produksi) dengan kapasitas (tanah), selanjutnya hal ini diidentifikasi sebagai variabel (Z).
Adapun paradigma hubungan antara variabel X, Y, dan Z dapat dilihat pada Gambar 1.
33
Variabel X Faktor-faktor efektivitas
program SL-PTT X1. Tingkat partisipasi anggota SL-PTT X2. Tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan X3. Tingkat pengetahuan tentang program SLPTT X4. Kesesuaian waktu pencairan dana
Variabel Y Efektivitas Program SL-PTT Tujuan program SL-PTT : 1. Mendukung penyebarluasan PTT 2. Mendukung peningkatan penerapan mutu intensifikasi 3. Meningkatkan mutu dan daya saing produksi
X5. Tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi
Variabel Z Produktivitas padi sawah
Keterangan : : Hubungan variabel yang diuji : Hubungan variabel yang tidak diuji SL-PTT : Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu Gambar 1. Paradigma faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (SL-PTT) padi sawah
C. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dalam penelitian ini akan diajukan hipotesis sebagai berikut : 1. Diduga ada hubungan nyata antara tingkat partisipasi anggota dengan efektivitas program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (SL-PTT) padi sawah di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus
34
2. Diduga ada hubungan nyata antara tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan dengan efektivitas program SL-PTT padi sawah di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus 3. Diduga ada hubungan nyata antara tingkat pengetahuan anggota kelompok tani tentang program SL-PTT padi sawah di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus 4. Diduga ada hubungan nyata antara kesesuaian waktu pencairan dana dengan efektivitas program SL-PTT padi sawah di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus 5. Diduga ada hubungan nyata antara tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi dengan efektivitas program SL-PTT padi sawah di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus 6. Diduga ada perbedaan produktivitas sebelum dan setelah adanya program SL-PTT di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus
III. METODE PENELITIAN
A. Defenisi Operasional dan Pengukuran
1. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk menganalisis data yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Efektivitas program SL-PTT dalam penelitian ini adalah keberhasilan dari pelaksanaan program yang dilihat dari tujuan program SL-PTT yang terdiri dari tiga indikator yaitu mendukung penyebarluasan PTT, mendukung peningkatan penerapan mutu intensifikasi, dan meningkatkan mutu dan daya saing produksi padi sawah. Keberhasilan dari tujuan program akan mempengaruhi produktivitas usahatani yang dihasilkan sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup petani.
Variabel X (Faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas program SL-PTT) Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah tingkat partisipasi anggota (X1), tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan (X2), tingkat pengetahuan tentang program SL-PTT (X3), kesesuaian waktu pencairan dana (X4), dan tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi (X5). Agar tidak terjadi kesalahan data untuk pengukuran
36
maka variable-variabel tersebut perlu didefinisikan secara operasional. Peubah bebas (X) dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas program SL-PTT dengan faktor yang mempengaruhi berupa :
1. Tingkat partisipasi anggota Partisipasi anggota merupakan keikutsertaan atau peran serta anggota kelompok yang menerima program SL-PTT dalam hal perencanaan program, pelaksanaan, evaluasi program, dan mengikuti kegiatan kelompok. Masing-masing indikator partisipasi anggota memiliki skor tertinggi 3 dan terendah 1 melalui 2 pertanyaan yang diklasifikasikan kedalam kategori rendah (2,00-3,33), sedang (3,34-4,67), dan tinggi (4,68-6,00). Secara jelas pengukuran dan definisi operasional tingkat partisipasi anggota dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengukuran dan definisi operasional tingkat partisipasi anggota
No.
1.
Indikator Keberhasilan Program Tingkat partisipasi anggota
Definisi Operasional Keikutsertaan atau peran serta anggota kelompok yang menerima program SL-PTT dalam hal perencanaan, pelaksanaan, evaluasi program, dan mengikuti kegiatan kelompok
Indikator pengukuran Partisipasi anggota tentang: 1. Keikutsertaan mengikuti tahapan kegiatan program dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program. 2. Keikutsertaan dalam kegiatan kelompok
Skor/Ukuran
Pengukuran menggunakan skor 1-3 dengan ukuran : Partisipasi anggota rendah = 1 Partisipasi anggota sedang = 2 Partisipasi anggota tinggi = 3
37
2. Tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan Tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan adalah manfaat yang didapatkan petani setelah mengikuti penyuluhan khususnya tentang budidaya tanaman padi dalam satu kali proses musim tanam. Masingmasing indikator kemanfaatan kegiatan penyuluhan memiliki skor tertinggi 3 dan terendah 1 melalui 3 pertanyaan yang diklasifikasikan ke dalam kategori tidak bermanfaat (3,00-5,00), cukup bermanfaat (5,017,01), dan bermanfaat (7,02-9,00). Adapun pengukuran dan definisi operasional tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Pengukuran dan definisi operasional tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan
No.
1.
Indikator Keberhasilan Program Tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan
Definisi Operasional Manfaat yang didapatkan petani dalam mengikuti penyuluhan khususnya tentang program SL-PTT.
Indikator pengukuran Kegiatan penyuluhan tentang: 1. Penyuluhan apa saja yang diberikan 2. Manfaat yang didapatkan 3. Penyuluhan yang diikuti dapat menunjang kegiatan usahatani
Skor/Ukuran
Pengukuran menggunakan skor 1-3 dengan ukuran : Kegiatan penyuluhan tidak bermanfaat =1 Kegiatan penyuluhan cukup bermanfaat = 2 Kegiatan penyuluhan bermanfaat = 3
38
3. Tingkat pengetahuan anggota tentang program SL-PTT Tingkat pengetahuan petani tentang program SL-PTT merupakan segala sesuatu yang diketahui petani mengenai program. Pengetahuan anggota tentang program meliputi pengetahuan tentang yang memberikan dana bantuan, tujuan program, dan manfaat program. Masing-masing indikator tingkat pengetahuan anggota tentang program SL-PTT memiliki skor tertinggi 3 dan terendah 1 melalui 4 pertanyaan yang diklasifikasikan kedalam kategori rendah (4,00-6,66), sedang (6,67-9,33), dan tinggi (9,34-12,00). Pengukuran dan definisi operasional tingkat pengetahuan tentang program dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Pengukuran dan definisi operasional tingkat pengetahuan tentang program SL-PTT No.
1.
Indikator Keberhasilan Program Tingkat pengetahuan petani tentang program SL-PTT.
Definisi Operasional
Indikator pengukuran
Pandangan responden/ petani terhadap Program SL-PTT mencakup tujuan, manfaaat, dan pelaksanaan program.
Pengetahuan anggota tentang program : 1. Pemahaman tentang pemberian dana bantuan. 2. Pemahaman tentang tujuan program. 3. Pemahaman manfaat program. 4. Pendapat tentang SL-PTT yang dapat menciptakan pertanian yang berkelanjutan
Skor/Ukuran
Pengukuran menggunakan skor 1-3 dengan ukuran : Tingkat pengetahuan anggota tentang program SL-PTT rendah = 1 Tingkat pengetahuan anggota tentang program SL-PTT sedang = 2 Tingkat pengetahuan anggota tentang program SL-PTT tinggi = 3
39
4. Kesesuaian waktu pencairan dana Kesesuaian waktu pencairan dana merupakan ketepatan penyaluran dana bantuan yang diberikan Pemerintah kepada anggota kelompok yang menerima bantuan untuk berusahatani dan menjalankan kegiatan-kegiatan mulai dari pelaksanaan kegiatan sampai dengan evaluasi kegiatan program SL-PTT. Pengukuran yang dilakukan untuk kesesuaian pencairan dana yaitu ketepatan penyaluran dana bantuan yang diterima petani. Masingmasing indikator kesesuaian waktu pencairan dana memiliki skor tertinggi 3 dan terendah 1 melalui 4 pertanyaan yang diklasifikasikan kedalam kategori tidak sesuai (4,00-6,66), kurang sesuai (6,67-9,33), dan sesuai (9,34-12,00). Secara jelas pengukuran dan definisi operasional kesesuaian waktu pencairan dana dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pengukuran dan definisi operasional kesesuaian waktu pencairan dana No . 1.
Indikator Keberhasila n Program Kesesuaian waktu pencairan dana
Definisi Operasional
Indikator pengukuran
Merupakan ketepatan penyaluran dana bantuan untuk budidaya padi
1.Waktu pencairan dana bantuan 2.Ketepatan pencairan dana 3.Kesesuaian kebutuhan usahatani 4.Bantuan yang diperoleh
Skor/Ukuran Pengukuran menggunakan skor 1-3 dengan ukuran : Kesesuaian waktu pencairan dana tidak sesuai = 1 Kesesuaian waktu pencairan dana kurang sesuai = 2 Kesesuaian waktu pencairan dana sesuai = 3
40
5. Tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi Tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi merupakan komponen yang memperlancar produksi dalam suatu pembudidayaan padi. Tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT dalam budidaya padi terdiri dari komponen-komponen teknologi yang diterapkan dalam PTT, yakni : penggunaan varietas unggul yang digunakan, penggunaan benih bermutu dan berlebel, pemberian bahan organik, pengaturan populasi tanaman dengan sistem jajar legowo, pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) dengan pendekatan pengendalian hama terpadu (PHT), pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam, penggunaan bibit muda, tanam bibit 2-3 batang per rumpun, pemberian air pada tanaman secara efektif dan efisien, penyiangan gulma secara mekanis, dan yang terakhir adalah penanganan proses panen dan pasca panen tepat waktu. Masing-masing indikator tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi memiliki skor tertinggi 3 dan terendah 1 melalui 28 pertanyaan yang diklasifikasikan kedalam kategori rendah (28,00-46,66), sedang (46,67-65,33), dan tinggi (65,34-84,00). Pengukuran dan definisi operasional tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi dapat dilihat pada Tabel 8.
41
Tabel 8. Pengukuran dan definisi operasional tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi
No . 1.
Indikator Keberhasila n Program Tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi
Definisi Operasional 1. Merupakan 2. komponen yang memperlanca r produksi dalam budidaya padi
Indikator pengukuran Penerapan teknologi budidaya padi tentang: 1. Jenis varietas unggul yang digunakan. 2. Penggunaan benih bermutu dan berlabel 3. Pemberian bahan organik 4. Pengaturan populasi tanaman dengan sistem jajar legowo 5. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah 6. Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT 7. Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam 8. Penggunaan bibit muda 9. Penanaman menggunakan bibit 2 - 3 batang per rumpun 10. Pengairan secara efektif dan efisien 11. Penyiangan dengan landak atau gasrok 12. Panen dan pasca panen yang tepat waktu
Skor/ Ukuran Pengukura n mengguna kan skor 1-3 dengan ukuran: Tingkat penerapan teknologi budidaya padi rendah = 1. Tingkat penerapan teknologi budidaya padi sedang = 2. Tingkat penerapan teknologi budidaya padi tinggi = 3.
42
Variabel Y (Efektivitas Program SL-PTT) Efektivitas program SL-PTT merupakan derajat ketercapaian tujuan program SL-PTT yang telah ditentukan. Efektivitas program dapat diukur berdasarkan beberapa indikator keberhasilan tujuan program SL-PTT yaitu sebagai berikut: 4. Mendukung penyebarluasan PTT 5. Mendukung peningkatan penerapan mutu intensifikasi 6. Meningkatkan mutu dan daya saing produksi yang dihasilkan. Pemerintah mencanangkan penyebarluasan PTT untuk dapat mendorong atau memotivasi peningkatan produksi nasional. Mendukung peningkatan penerapan mutu intensifikasi kegiatan memotivasi petani agar menggunakan lebih banyak faktor produksi, tenaga kerja dan modal atas sebidang tanah tertentu untuk mencapai hasil produksi yang maksimal. Mengenai pendekatan intensifikasi berkaiitan erat dengan penerapan teknologi diantaranya penggunaan benih bersertifikat. Benih yang digunakan oleh petani akan mempengaruhi produksi pertanaman baik dalam jumlah maupun kualitas produksi dan meningkatkan pendapatan petani, sehingga mutu dan daya saing produksi harus ditingkatkan. Masing-masing indikator tujuan program yang telah dicapai memiliki skor tertinggi 3 dan terendah 1 melalui 7 pertanyaan yang diklasifikasikan ke dalam kategori tidak tercapai (7,00 – 11,66), cukup tercapai (11,67-16,33), dan tercapai (16,34-21,00). Pengukuran dan definisi operasional tujuan program dapat dilihat pada Tabel 9.
43
Tabel 9. Pengukuran dan definisi operasional tujuan program SL-PTT No. 1.
Indikator Definisi Indikator Keberhasilan Operasional pengukuran Program Tujuan Kondisi Tujuan program program akhir yang SL-PTT padi SL-PTT padi ingin diantaranya: dicapai 1. Mendukung setelah penyebarluasan berjalannya PTT. program SL-PTT 2. Mendukung padi peningkatan penerapan mutu intensifikasi
Skor/Ukuran Pengukuran menggunakan skor 1-3 dengan ukuran : Tujuan program SLPTT padi tidak tercapai = 1
3. Peningkatan mutu/kualitas padi yang dihasilkan
Tujuan program SLPTT padi kurang tercapai =2
4. Tingkat kemudahan pemasaran hasil produksi padi
Tujuan program SLPTT padi tercapai = 3
5. Peningkatan harga/kg padi yang dihasilkan 6. Meringankan beban petani dalam penyediaan benih 7. Peningkatan produksi padi yang dihasilkan Variabel Z (Produktivitas Padi Sawah ) Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2011), produktivitas adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu, daya produksi, dan keproduktivan. Selanjutnya Mubyarto (1989) mengatakan bahwa produktivitas merupakan
44
penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha dengan kapasitas tanah. Efisiensi usaha mengukur banyaknya hasil produksi yang dapat diperoleh dari satu kesatuan input, sedangkan kapasitas dari sebidang tanah tertentu menggambarkan kemampuan tanah itu untuk menyerap tenaga dan modal sehingga memberikan hasil produksi bruto yang sebesar-besarnya pada tingkatan teknologi tertentu. Jadi produktivitas adalah pembagian antara efisiensi usaha (produksi) dengan kapasitas (tanah). Produktivitas padi sawah merupakan sejumlah keluaran produksi per satu hektar lahan garapan petani yang diperoleh dari hasil penanaman padi sawah dalam satu kali musim tanam. Produktivitas padi sebelum dan setelah adanya program diklasifikasikan berdasarkan data produktivitas padi di lapangan, sehingga produktivitas padi sebelum adanya program diklasifikasikan dalam kelas tinggi (5,52 – 5,80), sedang (5,21 – 5,51), dan rendah (4,90 – 5,20) dengan produktivitas tertinggi 5,80 dan produktivitas terendah 4,90. Sedangkan produktivitas padi setelah adanya program diklasifikasikan dalam kelas tinggi (7,18 – 7,50), sedang (6,84-7,17), dan rendah (6,50 – 6,83) dengan produktivitas tertinggi 7,50 dan produktivitas terendah 6,50.
B. Penentuan Lokasi, Responden, dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus. Penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Sumber Rejo merupakan kecamatan yang memiliki produktivitas yang tergolong tinggi untuk Kabupaten Tanggamus, sedangkan pemilihan Pekon Sidorejo ini dilakukan
45
karena Pekon Sidorejo merupakan salah satu pekon yang membudidayakan tanaman padi yang kemudian didukung oleh pemerintah melalui program SL-PTT. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Desember 2011 sampai dengan Januari 2012.
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 109 anggota yang terdiri dari 31 anggota Kelompok Tani Sido Mukti, 40 anggota Kelompok Tani Perdana, dan 38 anggota Kelompok Tani Perintis. Responden yang diteliti pada penelitian ini adalah anggota Kelompok Tani Sido Mukti, Perdana, dan Perintis yang mengikuti program SL-PTT padi sawah yaitu dengan total 109 orang.
C. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan Metode Pengambilan Sampel Acak Distratifikasi (Stratified Random Sampling), alasannya adalah responden memiliki luas lahan yang berbeda-beda (heterogen) dan kuantitas produksi tergantung dari luas lahan yang digunakan untuk berusahatani, sehingga dalam menghitung efisiensi produksi perlu terlebih dahulu distratifikasi luas lahan yang dimiliki oleh petani (responden). Populasi petani padi sawah di Pekon Sidorejo adalah 109 petani. Dari jumlah populasi petani padi sawah yang ada pada pekon tersebut ditentukan jumlah sampel dengan menggunakan rumus yang merujuk pada teori Sugiarto, dkk. (2003) sebagai berikut :
46
n=
NZ²S² Nd² + Z²S²
= 109. (1,64)². (0,05) 109.(0,05)² + (1,64)².(0,05) = 36 Keterangan : n N S² Z d
= Jumlah sampel = Jumlah populasi = Variasi sampel (5% = 0,05) = Tingkat kepercayaan (90% = 1,64) = Derajat penyimpangan (5% = 0,05)
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus di atas, diperoleh jumlah sampel sebanyak 36 petani padi sawah yang mengikuti program SL-PTT. Kemudian dari jumlah sampel yang didapat, ditentukan alokasi proporsi sampel tiap strata berdasarkan luas lahan dengan rumus sebagai berikut : na
Na nab Nab
Keterangan : na nab Na Nab
= Jumlah sampel per strata = Jumlah sampel keseluruhan = Jumlah petani per strata = Jumlah populasi keseluruhan
Petani sempit
na
45 36 15 109
Petani sedang
na
62 36 20 109
Petani luas
na
1 36 1 109
47
Pembagian sampel berdasarkan strata luas lahan yang dimiliki populasi petani di Pekon Sidorejo, adalah: Tabel 10. Stratifikasi petani berdasarkan kepemilikan luas lahan di Pekon Sidorejo No
Keterangan
1 Petani sempit 2 Petani sedang 3 Petani luas Jumlah populasi
Luas lahan (ha) 0,25 – 0,66 0,67 – 1,08 1,09 – 1,50
Jumlah populasi (orang) 45 62 1 109
Jumlah sampel (orang) 15 20 1 36
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur, instansi, dinas, dan lembaga yang berkaitan dengan penelitian ini.
D. Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode analisis deskriptif, sedangkan pengujian hipotesis menggunakan statistik non parametrik korelasi peringkat Rank Spearman. Taraf kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 95% dan 99%. Tujuan pertama yaitu mengetahui efektivitas program SL-PTT padi sawah di analisis secara deskriptif. Tujuan kedua yaitu mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas program SL-PTT padi sawah dijawab dengan menggunakan analisis statistik yaitu uji statistik non parametrik korelasi Rank Spearman. Tujuan ketiga yaitu mengetahui tingkat produktivitas sebelum dan
48
setelah adanya program SL-PTT padi sawah di analisis secara deskriptif. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan untuk menguji hipotesis guna melihat hubungan antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y), maka menggunakan statistik nonparametrik dengan uji korelasi Rank Spearman (Siegel, 1988) dengan rumus :
n
rs = 1 -
6 di 2 i 1
n3
Keterangan : rs = Penduga koefisien korelasi di = Perbedaan setiap pasangan rank N = Jumlah responden Bila terdapat rank kembar dalam variabel X maupun variabel Y, maka diperlukan faktor koreksi T dengan rumus (Siegel, 1988).
x y di 2 x . y 2
rs =
2
2
2
2
x2 =
n3 n 12
Tx
y2 =
n3 n 12
Ty
t3 t T = 12
Keterangan : T
= Jumlah berbagai harga T untuk semua kelompok yang berlainan dan memiliki observasi berangka sama 2 x = Jumlah kuadrat variabel bebas (X) yang dikoreksi
y T
2
= Jumlah kuadrat variabel terikat (Y) yang dikoreksi = Jumlah berbagai T untuk semua kelompok yang berlainan dan memiliki rangking yang sama
49
Tx = Jumlah faktor koreksi variabel bebas Ty = Jumlah faktor koreksi variabel terikat t n
= Banyaknya observasi yang bernilai sama pada suatu peringkat tertentu = Jumlah responden
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : 1. Jika nilai Sig
= 0,05 atau = 0,01 maka terima Ho, tolak H1, artinya
tidak ada hubungan yang nyata pada kedua variabel. 2. Jika nilai Sig > = 0,05 atau = 0,01 maka tolak Ho, terima H1, artinya ada hubungan yang nyata pada kedua variabel.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Penelitian ini dilakukan di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus. Luas Pekon Sidorejo ± 217,25 Ha. Secara geografis, Pekon Sidorejo berjarak ± 10 km dari pusat pemerintahan Kecamatan Sumber Rejo dan ± 30 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Tanggamus. Pekon Sidorejo secara administratif memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Pekon Tekad Kecamatan Pulau Panggung b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Pekon Sidomulyo Kecamatan Sumber Rejo c. Sebelah Barat berbatasan dengan Pekon Pulau Panggung Kecamatan Pulau Panggung d. Sebelah Timur berbatasan dengan Pekon Kemuning Kecamatan Pulau Panggung Penggunaan tanah di Pekon Sidorejo sebagian besar diperuntukkan untuk tanah pertanian/perkebunan. Secara rinci luas wilayah Pekon Sidorejo berdasarkan jenis penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 11.
51
Tabel 11. Penggunaan lahan di Pekon Sidorejo No. 1. 2. 3. 4. 5.
Penggunaan Lahan Pemukiman Sawah Tegal/Ladang Perkantoran Pemerintah Lain-lain Jumlah
Luas Lahan (Ha) 24 62 129 00,5 0,75 217,25
Sumber : Monografi Pekon Sidorejo, 2011 Tabel 11 menunjukkan bahwa penggunaan lahan terbesar di Pekon Sidorejo adalah untuk tegal/ladang dan sawah sebesar 191 hektar. Hal ini berarti sebagian besar mata pencaharian penduduk di Pekon Sidorejo adalah sebagai petani tanaman pangan seperti padi dan jagung. B. Kondisi, Topografi, dan Iklim Secara umum, kondisi permukaan tanah Pekon sidorejo adalah datar dengan ketinggian 140 dari permukaan laut. Suhu udara harian rata-rata 33⁰C dengan curah hujan rata-rata 300 mm/tahun. C. Keadaan Penduduk 1. Keadaan Penduduk berdasarkan golongan umur Berdasarkan data pada tahun 2011, penduduk yang ada di Pekon Sidorejo berjumlah 2.156 jiwa. Keadaan penduduk dilihat dari golongan umur di Pekon Sidorejo memang bervariasi dan masih termasuk ke dalam golongan usia yang produktif. Secara rinci jumlah penduduk di Pekon Sidorejo berdasarkan golongan umur dapat dilihat pada Tabel 12.
52
Tabel 12. Keadaan penduduk berdasarkan golongan umur di Pekon Sidorejo Golongan Umur (Tahun) 0–10 11–20 21–30 31–40 41–50 51–59 > 59 Jumlah
Pekon Sidorejo Jumlah (Jiwa) Persentase 411 19,06 374 17,34 393 18,22 364 16,88 314 14,56 251 11,64 49 2,27 2.156 100,00
Sumber : Monografi Pekon Sidorejo, 2011 Usia merupakan indikator penting yang digunakan sebagai batasan produktif atau tidaknya seseorang untuk bekerja. Menurut Rusli (1983), seseorang masuk kedalam usia produktif apabila usianya berkisar antara 15-64 tahun. Tabel 12 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk pekon Sidorejo berada pada umur antara 0–10 tahun sebanyak 411 jiwa (19,06%), kelompok umur terbesar kedua yaitu umur antara 21–30 tahun sebanyak 393 jiwa (18,22%), dan umur di atas 59 tahun merupakan kelompok umur terkecil yaitu sebanyak 49 jiwa (2,27%). Besarnya persentase penduduk yang masuk kedalam kategori usia produktif menunjukkan tingginya ketersediaan tenaga kerja. Hal ini sangat menunjang pengembangan pertanian lebih lanjut di pedesaan. 2. Keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin Penduduk di Pekon Sidorejo berjumlah 2.156 jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Secara rinci jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 13.
53
Tabel 13. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Pekon Sidorejo No 1 2
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
Jumlah (Jiwa)
Persentase
1.013 1.143 2.156
46,98 53,02 100,00
Sumber : Monografi Pekon Sidorejo, 2011 Tabel 13 menunjukkan bahwa penduduk Pekon Sidorejo terdiri dari 1.013 jiwa penduduk laki-laki atau sebesar 46,98% dan 1.143 jiwa penduduk perempuan atau sebesar 53,02%. 3. Keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan Berdasarkan tingkat pendidikan formal, penduduk Pekon Sidorejo memiliki tingkat pendidikan yang beragam, mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), hingga Perguruan Tinggi (PT). Secara rinci jumlah penduduk Pekon Sidorejo berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Pekon Sidorejo masih rendah. Tingkat pendidikan umum terbanyak berada pada tingkat SD yakni sebesar 816 jiwa atau sebesar 37,84%. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan di Pekon Sidorejo harus lebih ditingkatkan agar tercipta potensi sumber daya manusia yang berkualitas.
54
Tabel 14. Sebaran penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Pekon Sidorejo Tingkat Pendidikan Belum Sekolah Tidak Pernah sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SMA Akademi/D1 Akademi/D2 Akademi/D3 Sarjana/S1 Jumlah
Jumlah (Jiwa)
Persentase
194 325 572 816 121 71 21 18 14 4 2.156
8,99 15,07 26,53 37,84 5,61 3,29 0,97 0,83 0,64 0,18 100,00
Sumber : Monografi Pekon Sidorejo, 2011 4. Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian Penduduk Pekon Sidorejo memiliki mata pencaharian berbeda-beda untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Mata pencaharian penduduk Pekon Sidorejo sebagian besar adalah petani dan selebihnya, buruh tani, buruh/swasta, pedagang, pegawai negeri, montir, bidan, dan lain-lainnya. Jumlah penduduk Pekon Sidorejo berdasarkan jenis mata pencahariannya dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Sebaran penduduk berdasarkan mata pencaharian di Pekon Sidorejo Mata Pencaharian
Jumlah (Jiwa)
Petani 654 Buruh Tani 186 Buruh/swasta 142 Pegawai Negeri 21 Pedagang 61 Montir 6 Bidan 1 Jumlah 1.071 Sumber : Monografi Pekon Sidorejo, 2011.
Persentase 61,06 17,36 13,22 2,00 5,70 0,56 0,10 100,00
55
Tabel 15 menunjukkan bahwa Pekon Sidorejo memiliki potensi yang besar dalam bidang pertanian. Hal tersebut dapat dilihat dari pekerjaan yang dilakukan oleh penduduk yang berada di pekon tersebut. Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani sebanyak 654 jiwa atau sebesar 61,06%, sedangkan penduduk yang bermata pencaharian sebagai buruh tani sebanyak 186 jiwa atau sebesar 17,36%. Tingginya jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani menunjukkan bahwa potensi pertanian di Pekon Sidorejo harus terus dikembangkan. 5. Keadaan penduduk berdasarkan agama Keadaan penduduk Pekon Sidorejo berdasarkan agama, sebagian besar penduduk memeluk agama Islam dengan jumlah 2031 jiwa, dan 125 jiwa merupakan pemeluk agama Kristen. Secara rinci sebaran jumlah penduduk di Pekon Sidorejo berdasarkan agama dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Sebaran penduduk berdasarkan agama di Pekon Sidorejo Agama
Jumlah (Jiwa)
Islam Kristen Jumlah
2.031 125 2.156
Sumber : Monografi Pekon Sidorejo, 2011. Penduduk Pekon Sidorejo sebagian besar merupakan pemeluk agama Islam, meskipun demikian sikap saling tenggang rasa dan saling
56
menghormati terhadap pemeluk agama yang lain tetap terjaga, sehingga tercipta suatu kerukunan antar umat beragama. D. Keadaan Sarana dan Prasarana Sosial Seperti desa-desa umumnya Pekon Sidorejo membutuhkan sarana dan prasaraa pendukung kegiatan sosial, ekonomi dan keagamaan yang berlangsung setiap harinya. Sarana dan prasarana penunjang yang ada di Pekon Sidorejo meliputi sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan, peribadatan, perhubungan, transportasi darat, ekonomi, pendukung keamanan lingkungan, olahraga, air bersih serta sarana dan prasarana pemerintahan. Kelengkapan sarana dan prasarana pemerintahan akan sangat mendukung kelancaran pelayanan umum khususnya pelayanan terhadap warga di suatu wilayah tertentu. Selain itu kelengkapan sarana dan prasarana pemerintahan terutama di pedesaan, termasuk Pekon Sidorejo akan sangat menunjang proses identifikasi data keadaan sosial ekonomi penduduk yang tentunya akan sangat berguna baik bagi kepentingan pengembangan pekon itu sendiri maupun bagi pihak luar yang membutuhkannya. Dalam kaitannya dengan peningkatan pengetahuan penduduk, maka ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan memegang peranan yang penting. Dengan demikian setiap wilayah termasuk Pekon Sidorejo diupayakan dapat melengkapi sarana dan prasarana TPA dan SD/MI/Sederajat. Untuk menunjang peningkatan kecerdasan warga, di Pekon
57
Sidorejo telah terdapat prasarana pendidikan berupa 3 buah TPA, dan 1 buah SD/MI/Sederajat. Selain ketersediaan sarana pendidikan, ketersediaan sarana kesehatan di Pekon Sidorejo sudah memadai karena di desa ini sudah mempunyai
satu
Puskesmas dan dua unit Posyandu. Sarana dan prasarana transportasi akan sangat menunjang mobilitas warga. Sarana dan prasarana transportasi berupa ketersediaan jalan yang layak dilalui dan ketersediaan angkutan umum sangatlah dibutuhkan warga untuk kelancaran kegiatan sehari-hari seperti berusahatani, berdagang, sekolah, dan pergi ke kantor. Selain itu ketersediaan sarana dan prasarana transportasi akan sangat melancarkan hubungan penduduk pedesaan termasuk Pekon Sidorejo dengan pihak luar khususnya yang berhubungan dengan pengembangan desa. Sarana dan prasarana transportasi di Pekon Sidorejo sudah dapat dikatakan memadai. Hal ini karena di Pekon Sidorejo telah terdapat jalan desa yang beraspal halus sepanjang 4,5 Km, jalan tanah sepanjang 6 Km, dan jalan beraspal kondisi rusak sepanjang 3 Km yang menghubungkan Pekon Sidorejo dengan pekon lainnya. Tersedianya jalan aspal dengan kondisi yang cukup baik memudahkan pengangkutan dan pemasaran hasil produksi pertanian ke luar wilayah. Selain itu terdapat pula 2 buah jembatan. Secara umum sarana pengangkutan yang biasa digunakan penduduk Pekon Sidorejo berupa ojek, yang telah memiliki 2 buah pangkalan ojek.
Sarana dan prasarana ekonomi juga sangat berperan penting bagi kesejahteraan masyarakat desa termasuk pekon Sidorejo. Wilayah Pekon
58
Sidorejo sudah memiliki pasar, di pasar tersebut sudah memiliki banyak kios dan warung klontongan. Jumlah warung klontongan yang tersedia di Pekon Sidorejo kurang lebih sekitar berjumlah 16 buah. Sarana dan prasarana ibadah sangat penting keberadaannya dalam suatu wilayah termasuk Pekon Sidorejo. Pekon Sidorejo sendiri penduduknya mayoritas beragama Islam memiliki sarana peribadatan berupa Masjid sebanyak 3 buah dan Mushola sebanyak 6 buah. Selain Masjid dan Musola, ada pula 1 buah Gereja Protestan dan 1 buah Sanggar. Selain itu untuk mendukung keamanan lingkungan Pekon Sidorejo terdapat 7 buah poskamling. Sarana dan prasarana yang terdapat di Pekon Sidorejo sangat menunjang keberhasilan dalam pembangunan perekonomian di desa tersebut. Keadaan sarana dan prasarana di Pekon Sidorejo dapat dilihat pada Tabel 17. Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana yang terdapat di Pekon Sidorejo sudah cukup memadai walaupun masih terdapat beberapa sarana dan prasarana yang kurang lengkap. Ketersediaan sarana dan prasarana yang terdapat di Pekon Sidorejo sangat diperlukan untuk mendukung perekonomian dan pembangunan khususnya dalam bidang pertanian. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk di Pekon Sidorejo bermata pencaharian sebagai petani.
59
Tabel 17. Keadaan sarana dan prasarana di Pekon Sidorejo No 1 2 3
4
5
6 7
8
9
Sarana dan Prasarana Pendidikan a. TPA b. SD/MI/Sederajat Kesehatan a. Puskesmas b. Posyandu Perhubungan a. Jalan aspal b. Jalan tanah c. Jalan aspal kondisi rusak d. Jalan tanah sulit dilintasi e. Jembatan Transportasi darat Pangkalan Ojek Ekonomi 5 a. Pasar b. Warung Klontongan Peribadatan a. Masjid b. Mushola c. Gereja Protestan d. Sanggar Pendukung keamanan lingkungan Poskamling Olah Raga a. Lapangan Sepak Bola b. Lapangan Voli c. Meja Pimpong d. Lapangan Bulu Tangkis Air Bersih a. Sumur Gali b. Mata Air c. MCK Pemerintahan a. Mesin Ketik b. Meja Kerja c. Kursi Kerja d. Almari Arsip e. Papan Profil f. Balai Dusun/sejenisnya g. Kantor RW/sejenisnya
Sumber : Monografi Pekon Sidorejo, 2011.
Jumlah 3 Buah 1 Buah 1 Buah 2 Buah 4,5 Km 6 Km 3 Km 6 Km 2 Buah 2 Buah 1 Buah 16 Buah 3 Buah 6 Buah 1 Buah 1 Buah 7 Buah 1 Buah 1 Buah 1 Buah 2 Buah 408 Buah 1 Buah 2 Buah 1 Buah 2 Buah 2 Buah 1 Buah -
60
E. Deskripsi Kelompok Tani Sido Mukti, Perdana, dan Perintis. 1. Kelompok Tani Sido Mukti a. Terbentuknya Kelompok Tani Sido Mukti Kelompok Tani Sido Mukti adalah kelompok tani yang berada di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus. Kelompok Tani Sido Mukti terbentuk pada tahun 2007. Pembentukan Kelompok Tani Sido Mukti atas dasar pelaksanaan pembangunan bidang pertaniandi Pekon Sidorejo sebagaimana berdasarkan tugas dan kelompok tani yaitu sebagai wadah organisasi petani. Pembentukan kelompok tani ini diharapkan mampu mengatasi masalah yang dihadapi oleh petani dalam usahatani khususnya usahatani padi dan menjadi pusat proses pertukaran informasi demi kemajuan pertanian di pekon tersebut. Kelompok ini terbentuk berdasarkan hasil musyawarah warga yang ingin membentuk suatu wadah kelompok tani yang terdiri dari himpunan para petani padi sawah, yang dapat mengkoordinasikan segala permasalahan yang dihadapi para petani. Perencanaan kebutuhan saprodi Kelompok Tani Sido Mukti disusun berdasarkan kebutuhan masing-masing anggota kelompok tani yang di tuangkan kedalam Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Kelompok tani padi sawah ini beranggotakan 31 orang. Daftar anggota Kelompok Tani Sido Mukti dapat dilihat pada Tabel 18.
61
Tabel 18. Daftar anggota Kelompok Tani Sido Mukti No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Nama Salimin Masdar Slamet Gupon Suwito Yatin Paryo Dasri Topik Sumedi Jumadi Rodimin Salimin B Jumali Rasman Jaeni Tukimin Solikin Iin Rohmarudin Mujianto Tohari Yati Manto Eko Usman Ahmad W Ahmad S Saepul Sapin Dwi S
Jabatan Ketua Wakil Ketua Sekretaris Bendahara Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
Umur (Tahun) 62 38 61 59 40 36 46 56 43 49 38 58 42 51 50 42 50 47 40 49 45 29 54 30 41 46 35 51 39 52 37
Sumber : Profil Kelompok Tani Sido Mukti, 2011 b. Pengurus dan anggota Kelompok Tani Sido Mukti Kelompok Tani Sido Mukti diketuai oleh Salimin, sebagai wakil ketua yakni Masdar, sekretaris yakni Slamet, sedangkan bendaharanya adalah Gupon, dan yang lainnya sebagai anggota. Struktur kelompok adalah gambaran bagan kelompok untuk melakukan aktivitas berdasarkan status
62
dan wewenang. Adapun struktur organisasi Kelompok Tani Sido Mukti dapat dilihat pada Gambar 2.
Ketua
Salimin
Wakil Ketua Masdar Bendahara Gupon
Sekretaris Slamet
Anggota Kelompok Tani Gambar 2. Struktur Organisasi Kelompok Tani Sido Mukti 2. Kelompok Tani Perdana a. Terbentuknya Kelompok Tani Perdana Kelompok Tani Perdana adalah kelompok tani yang berada di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus. Kelompok Tani Perdana terbentuk pada tahun 2005. Kelompok ini terbentuk berdasarkan hasil musyawarah warga yang ingin membentuk suatu wadah kelompok tani yang merupakan himpunan dari para petani padi sawah, yang dapat mengkoordinasikan segala permasalahan yang dihadapi para petani serta sebagai wadah organisasi petani. Kelompok tani padi sawah ini beranggotakan 40 orang. Daftar anggota Kelompok Tani Perdana dapat dilihat pada Tabel 19.
63
Tabel 19. Daftar anggota Kelompok Tani Perdana No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Nama Sugianto Supriyanto Suparman Bambal Miten Paijem Rebin Kodar Saeri Jumiran Darsono Sumardi Misdi Sukur Kartami Samadi Triyono Supriyono Suparno M Sutrimo Tamdi Satiyo Siran Waluyo Sudadi Warisman Subur Supriyadi Mulyatno Kaswan Kartubi Slamet Sakirman Rasmidi Hartoyo Tukinah Nur salim Saliman Rusmanto Munandar
Jabatan Ketua Sekretaris Bendahara Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Wakil Ketua Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
Sumber : Profil Kelompok Tani Perdana, 2011
Umur (Tahun) 56 39 59 32 40 38 37 39 34 49 47 58 49 42 50 45 37 47 42 52 56 29 49 51 47 55 43 40 52 39 49 56 34 38 45 49 37 50 54 29
64
b. Pengurus dan anggota Kelompok Tani Perdana Kelompok Tani Perdana diketua oleh Sugianto, sebagai wakil ketua yakni Darsono, Supriyanto sebagai sekretaris, sedangkan bendaharanya adalah Suparman, dan yang lainnya sebagai anggota. Struktur kelompok adalah gambaran bagan kelompok untuk melakukan aktivitas berdasarkan status dan wewenang. Adapun struktur organisasi Kelompok Tani Perdana dapat dilihat pada Gambar 3. Ketua Sugianto
Wakil Ketua Darsono Sekretaris Supriyanto
Bendahara Suparman
Anggota Kelompok Tani
Gambar 3. Struktur Organisasi Kelompok Tani Perdana 3. Kelompok Tani Perintis a. Terbentuknya Kelompok Tani Perintis Kelompok Tani Perintis adalah kelompok tani yang berada di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus. Kelompok Tani Perintis terbentuk pada tahun 2005. Kelompok ini terbentuk berdasarkan hasil musyawarah warga merupakan himpunan dari para petani padi sawah, yang dapat mengkoordinasikan segala permasalahan yang dihadapi para petani. Kelompok tani padi sawah ini beranggotakan
65
38 orang. Daftar anggota Kelompok Tani Perintis dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Daftar anggota Kelompok Tani Perintis No. Nama Jabatan 1 Sage Suwito Ketua 2 Samiyono Wakil Ketua 3 M. Soleh Bendahara 4 Suwanto Sekretaris 5 Saman Anggota 6 Admini Anggota 7 Kasiran Anggota 8 Subadri Anggota 9 Slamet M Anggota 10 Suparno Anggota 11 Rumadi Anggota 12 Daryono Anggota 13 Suparto Anggota 14 Mustofa Anggota 15 Sunardi Anggota 16 Bero Anggota 17 Muhayat Anggota 18 Suradi Anggota 19 Tumiran Anggota 20 Basuki Anggota 21 Kidan Anggota 22 Suratman Anggota 23 A. Rifai Anggota 24 Rasiman Anggota 25 Ponidi Anggota 26 Sagek Anggota 27 Kasnuri Anggota 28 Sucipto Anggota 29 Kandar Anggota 30 Sugiman Anggota 31 Samidi Anggota 32 Nuryadi Anggota 33 M. Tofik Anggota 34 Juwandi Anggota 35 O. Selo Anggota 36 Edi Sutrimo Anggota 37 Untung Anggota 38 Sugito Anggota Sumber : Profil Kelompok Tani Perintis, 2011 b. Pengurus dan anggota Kelompok Tani Perintis
Umur (Tahun) 59 52 48 49 35 45 42 46 58 49 39 50 42 52 48 29 47 40 45 32 30 47 52 45 56 50 34 40 37 61 56 38 54 47 31 28 37 51
66
Kelompok Tani Perintis diketuai oleh Sage Suwito, sebagai wakil ketua yakni Samiyono, sekretaris yakni Suwanto, sedangkan bendaharanya adalah M. Soleh, dan yang lainnya sebagai anggota. Struktur kelompok adalah gambaran bagan kelompok untuk melakukan aktivitas berdasarkan status dan wewenang. Adapun struktur organisasi Kelompok Tani Perintis dapat dilihat pada Gambar 4.
Ketua
Sage Suwito
Wakil Ketua Samiyono Sekretaris Suwanto
Bendahara M. Soleh
Anggota Kelompok Tani
Gambar 4. Struktur Organisasi Kelompok Tani Perintis F. Deskripsi pelaksanaan program SL-PTT di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus Pelaksanaan SL-PTT di Pekon Sidorejo yang dimulai sejak tahun 2009 mendapat fasilitas atau dukungan penyediaan benih padi dan pupuk baik pupuk organik maupun pupuk kimia melalui Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dari dana tugas pembantuan kabupaten/kota. SL-PTT yang merupakan sekolah lapangan bagi petani dalam menerapkan teknologi usahatani melalui penggunaan input produksi yang efisien menurut spesifik
67
lokasi sehingga mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi untuk menunjang peningkatan produksi secara berkelanjutan. PTT adalah suatu pendekatan inovatif dalam upaya meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani melalui perbaikan sistem atau pendekatan dalam perakitan paket teknologi yang sinergis antara komponen teknologi, dilakukan secara partisipatif oleh petani serta bersifat spesifik lokasi. SL-PTT adalah suatu tempat pendidikan non formal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana usahatani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usahataninya menjadi efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan. SL-PTT bertujuan untuk (1) mendukung penyebarluasan PTT yang telah mendorong peningkatan produksi nasional (2) mendukung peningkatan penerapan mutu intensifikasi oleh petani untuk memacu peningkatan produksi yang lebih efisien dalam rangka pemantapan ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis serta (3) meningkatkan mutu dan daya saing produksi yang dihasilkan sehingga diterima di pasar global untuk meningkatkan pendapatan petani melalui kegiatan agribisnis. Pelaksanaan SL-PTT memiliki persyaratan-persyaratan untuk petani yang ingin mengikuti program tersebut, yaitu : (1) kelompok tani tersebut harus disahkan oleh kepala desa, dan mempunyai kepengurusan yang lengkap yaitu ketua, sekretaris dan bendahara (2) telah menyusun Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) (3) kelompok tani yang termasuk dalam
68
kelompok tani penerima bantuan SL-PTT yang telah ditetapkan dengan surat keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten atau Kota (4) memiliki rekening di bank pemerintah (BUMN/BUMD/Bank Daerah) yang terdekat dan bagi kelompok tani yang belum memiliki, harus membuka rekening di bank (5) membuat surat pernyataan bersedia dan sanggup menggunakan dana bantuan SL-PTT sesuai peruntukannya dan sanggup mengembalikan dana apabila tidak sesuai peruntukannya, dan yang terakhir adalah (6) bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT. Fasilitas atau penyediaan bantuan melalui Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dari dana tugas pembantuan kabupaten/kota disalurkan kepada tiga kelompok tani yakni Kelompok Tani Sido Mukti yang beranggotakan 31 orang mendapatkan bantuan dari program SL-PTT tahun 2009. Sedangkan pada tahun 2010 dua kelompok tani yang mendapatkan bantuan dari program SL-PTT yaitu Kelompok Tani Perintis yang beranggotakan 38 orang dan Kelompok Tani Perdana yang beranggotakan 40 orang. Pemilihan bantuan kepada kelompok tani didasarkan atas adanya pembagian untuk setiap wilayah disetiap kecamatan yang ada di Kabupaten Tanggamus dan keaktifan petani dalam kegiatan kelompok tersebut. Adapun bantuan yang diberikan melalui program SL-PTT kepada Kelompok Tani Sido Mukti pada tahun 2009, Kelompok Tani Perdana, dan Kelompok Tani Perintis pada tahun 2010 di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus dapat dilihat pada Tabel 21, Tabel 22, dan Tabel 23.
69
Tabel 21. Rincian bantuan program SL-PTT untuk Kelompok Tani Sido Mukti tahun 2009 No.
Nama
Luas lahan (ha)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Salimin Masdar Slamet Gupon Suwito Yatin Paryo Dasri Topik Sumedi Jumadi Rodimin Salimin B Jumali Rasman Jaeni Tukimin Solikin Iin Rohmarudin Mujianto Tohari Yati Manto Eko Usman Ahmad W Ahmad S Saepul Sapin Dwi S
1,00 1,00 1,00 1,50 0,75 0,75 0,75 0,75 1,00 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 1,00 0,25 0,25 0,25 1,00 0,75 1,00 1,00 0,50
Jenis bantuan Benih (kg) 25,00 25,00 25,00 37,50 18,75 18,75 18,75 18,75 25,00 18,75 18,75 18,75 18,75 18,75 18,75 18,75 18,75 18,75 18,75 18,75 18,75 18,75 25,00 6,25 6,25 6,25 25,00 18,75 25,00 25,00 12,50
Jumlah
24,25
606,25
Berdasarkan Tabel 21 menunjukkan bahwa bantuan yang diterima melalui program SL-PTT kepada Kelompok Tani Sido Mukti pada tahun 2009 masing-masing berupa benih 25 kg setiap luas lahan satu hektar yang dimiliki petani.
70
Tabel 22. Rincian bantuan program SL-PTT untuk Kelompok Tani Perdana tahun 2010 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Nama Sugianto Supriyanto Suparman Bambal Miten Paijem Rebin Kodar Saeri Jumiran Darsono Sumardi Misdi Sukur Kartami Samadi Triyono Supriyono Suparno M Sutrimo Tamdi Satiyo Siran Waluyo Sudadi Warisman Subur Supriyadi Mulyatno Kaswan Kartubi Slamet Sakirman Rasmidi Hartoyo Tukinah Nur salim Saliman Rusmanto Munandar Jumlah
Luas lahan (ha) 1,00 1,00 1,00 0,50 0,50 0,50 0,50 1,00 1,00 1,00 0,50 0,75 0,50 0,50 0,75 0,50 0,50 0,50 0,75 0,50 0,50 0,50 0,50 1,00 1,00 0,50 0,75 0,75 0,50 0,50 1,00 1,00 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 1,00 1,00 0,50
Jenis bantuan Benih (kg) 25,00 25,00 25,00 12,50 12,50 12,50 12,50 25,00 25,00 25,00 12,50 18,75 12,50 12,50 18,75 12,50 12,50 12,50 18,75 12,50 12,50 12,50 12,50 25,00 25,00 12,50 18,75 18,75 12,50 12,50 25,00 25,00 12,50 12,50 12,50 12,50 12,50 25,00 25,00 12,50
27,25
681,25
71
Tabel 22 menunjukkan bahwa bantuan yang diterima melalui program SL-PTT kepada Kelompok Tani Perdana pada tahun 2010 masing-masing berupa benih 25 kg setiap luas lahan satu hektar yang dimiliki petani. Berdasarkan Tabel 23 menunjukkan bahwa bantuan yang diterima melalui program SL-PTT kepada Kelompok Perintis pada tahun 2010 masing-masing berupa benih 25 kg setiap luas lahan satu hektar yang dimiliki petani. Pembagian bantuan yang diberikan berupa sekolah lapangan, benih, pupukpupuk, dan biaya pertemuan yang dibagikan kepada anggota kelompok tani. Sekolah lapangan yaitu mulai dari mengikuti penyuluhan dan praktik langsung di lapangan, melakukan pengamatan hingga evaluasi pencapaian hasil pada pertemuan yang dipandu oleh penyuluh lapangan. Hal ini dilakukan untuk mencapai tujuannya yaitu meningkatkan produktivitas yang tinggi dan mendapatkan penghasilan yang lebih baik bagi para petani. Setiap anggota mendapat bantuan berupa benih yang berasal dari Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU). Setiap kelompok tani memiliki 25 ha lahan sawah, dari 25 ha lahan sawah tersebut satu hektar lahan dipergunakan untuk Laboratorium Lapang (LL). Laboratorium lapang (LL) merupakan hamparan sawah tempat praktek sekolah lapangan bagi petani. Paket bantuan untuk LL tersebut yaitu berupa pupuk urea, NPK, pupuk organik granuler, dan karbofuran. Selain bantuan pupuk, anggota kelompok tani mendapatkan satu paket biaya pertemuan dengan 8 kali pertemuan. Adapun rincian paket bantuan LL yang diterima anggota Kelompok Tani Sido Mukti tahun 2009 melalui program SL-PTT dapat dilihat pada Tabel 24.
72
Tabel 23. Rincian bantuan program SL-PTT untuk Kelompok Tani Perintis tahun 2010 No.
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Sage Suwito Samiyono M. Soleh Suwanto Saman Admini Kasiran Subadri Slamet M Suparno Rumadi Daryono Suparto Mustofa Sunardi Bero Muhayat Suradi Tumiran Basuki Kidan Suratman A. Rifai Rasiman Ponidi Sagek Kasnuri Sucipto Kandar Sugiman Samidi Nuryadi M. Tofik Juwandi O. Selo Edi Sutrimo Untung Sugito Jumlah
Luas lahan (ha) 1,00 0,75 0,75 0,75 0,50 0,50 0,50 0,75 0,75 1,00 0,50 0,50 1,00 0,50 0,75 0,50 0,50 0,50 0,75 0,75 0,50 0,50 0,50 1,00 0,75 0,50 0,75 0,50 0,75 0,75 0,75 0,50 0,75 0,50 0,50 0,75 1,00 0,50
Jenis bantuan Benih (kg) 25,00 18,75 18,75 18,75 12,50 12,50 12,50 18,75 18,75 25,00 12,50 12,50 25,00 12,50 18,75 12,50 12,50 12,50 18,75 18,75 12,50 12,50 12,50 25,00 18,75 12,50 18,50 12,50 18,75 18,75 18,75 12,50 18,75 12,50 12,50 18,75 25,00 12,50
25,25
618,50
73
Tabel 24. Rincian paket bantuan untuk Laboratorium Lapangan (LL) yang diterima anggota Kelompok Tani Sido Mukti melalui program SL-PTT tahun 2009 No 1 2 3 4 5
Uraian kebutuhan Pupuk Pupuk Pupuk organik Karbofuran Biaya pertemuan Jumlah
Jenis Urea NPK Granuler
Volume (kg) 200 300
Harga satuan (Rp) 1.600 1.750
Jumlah (Rp) 240.000 525.000
1.000
500
500.000
16
12.500
200.000
1 Paket
1.180.000
1.180.000 2.645.000
Tabel 24 menunjukkan bahwa paket bantuan yang diterima anggota Kelompok Tani Sido Mukti untuk area LL melalui program SL-PTT tahun 2009 berupa pupuk urea 200 kg/ha, pupuk NPK 300 kg/ha, pupuk organik granuler satu ton/ha, karbofuran 16 kg/ha, dan biaya satu paket pertemuan dengan jumlah total bantuan Rp 2.645.000. Setiap pertemuan terdapat materi-materi yang diberikan diantaranya yaitu pembukaan dan evaluasi awal, pengolahan lahan dan persemaian, penanaman dan sistem pengairan, pemupukan dan penyiangan, pengamatan agroekosistem, pengamatan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), evaluasi panen dan pengubinan, dan terakhir yaitu evaluasi akhir. Adapun rincian paket bantuan LL yang diterima anggota Kelompok Tani Perdana dan Kelompok Tani Perintis tahun 2010 melalui program SL-PTT dapat dilihat pada Tabel 25 dan Tabel 26.
74
Tabel 25. Rincian paket bantuan untuk LL yang diterima anggota Kelompok Tani Perdana melalui program SL-PTT tahun 2010 No 1 2 3 4
Uraian kebutuhan Pupuk Pupuk Pupuk organik Biaya pertemuan
Jenis Urea NPK Granuler
Volume (kg) 100 300
Harga satuan (Rp) 1.600 2.300
Jumlah (Rp) 160.000 690.000
1.000
700
700.000
8 kali
150.000
1.200.000
Jumlah
2.750.000
Tabel 26. Rincian paket bantuan untuk LL yang diterima anggota Kelompok Tani Perintis melalui program SL-PTT tahun 2010 No 1 2 3 4
Uraian kebutuhan Pupuk Pupuk Pupuk organik Biaya pertemuan Jumlah
Jenis Urea NPK Granuler
Volume (kg) 100 300
Harga satuan (Rp) 1.600 2.300
Jumlah (Rp) 160.000 690.000
1.000
700
700.000
8 kali
150.000
1.200.000 2.750.000
Tabel 25 dan Tabel 26 menunjukkan bahwa paket bantuan yang diterima anggota Kelompok Tani Perdana dan Kelompok Tani Perintis untuk area LL melalui program SL-PTT tahun 2010. Paket bantuan untuk LL berupa pupuk urea 100 kg/ha, pupuk NPK 300 kg/ha, pupuk organik granuler satu ton/ha, dan biaya 8 kali pertemuan dengan jumlah total bantuan Rp 2.750.000 per kelompok tani.
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Populasi petani yang mengikuti program SL-PTT padi sawah di Pekon Sidorejo adalah 109 petani. Jumlah tersebut berasal dari tiga kelompok tani yaitu Kelompok Tani Sidomukti, Kelompok Tani Perdana, dan Kelompok Tani Perintis di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus. Dari jumlah populasi petani padi sawah yang ada di pekon tersebut ditentukan jumlah sampel dengan menggunakan rumus yang merujuk pada teori Sugiarto, dkk. (2003), berdasarkan perhitungan diperoleh jumlah sampel sebanyak 36 petani padi sawah yang mengikuti program SL-PTT. Kemudian dari jumlah sampel yang didapat, ditentukan alokasi proporsi sampel tiap strata dengan pembagian sampel berdasarkan strata luas lahan yang dimiliki populasi petani di Pekon Sidorejo yaitu petani sempit 15 orang, petani sedang 20 orang, dan petani luas satu orang.
1. Umur Umur merupakan tingkat usia yang banyak digunakan sebagai indikator produktif atau tidaknya seseorang dalam bekerja juga untuk menilai banyak atau tidak pengalaman seseorang. Semakin tua umur responden maka dimungkinkan akan semakin banyak pula pengetahuan dan pengalaman berusahatani yang diperoleh.
76
Umur responden adalah usia responden dari awal kelahiran sampai pada saat penelitian ini dilakukan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa umur responden berkisar antara 29 – 62 tahun, dengan rata-rata umur responden adalah 45,13 tahun. Sebaran responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Sebaran responden berdasarkan umur Umur (Tahun)
Klasifikasi
Jumlah Responden (Orang)
29,00 – 39,00 Muda 39,01 – 50,00 Setengah Baya 50,01 – 62,00 Tua Jumlah Rata-rata : 45,13 tahun (Setengah Baya)
13 14 9 36
Persentase 36,12 38,88 25,00 100,00
Tabel 27 menunjukkan bahwa sebagian besar responden 14 orang (38,88%) berada dalam klasifikasi setengah baya, 13 orang (36,12%) berada dalam klasifikasi muda, dan 9 orang (25,00%) masuk dalam klasifikasi tua. Rata-rata umur responden berusia 45,13 tahun dan berada pada klasifikasi setengah baya. Menurut Rusli (1983), usia produktif seseorang berkisar antara 15–64 tahun. Pada usia produktif tersebut umumnya tingkat kemauan, semangat, dan kemampuan untuk berusahatani cenderung lebih tinggi. Rata-rata umur responden adalah 45,13 tahun, artinya usia responden termasuk produktif, hal ini menunjukkan bahwa dengan usia yang produktif, responden memiliki potensi yang cukup besar dalam meningkatkan produksi padinya karena pada usia tersebut responden memiliki tingkat kemauan, semangat, dan kemampuan yang
77
lebih tinggi jika dibandingkan dengan petani yang berusia tua (sudah tidak produktif).
2. Tingkat Pendidikan Formal Pendidikan merupakan salah satu modal untuk mempermudah penyerapan informasi maupun untuk menambah pengetahuan. Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan formal yang pernah ditempuh responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 36 responden memiliki jenjang pendidikan formal Sekolah Dasar (SD) 1-6 tahun, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 6-9 tahun dan Sekolah Menengah Atas (SMA) 9-12 tahun. Rata-rata pendidikan responden adalah 7,5 tahun termasuk dalam klasifikasi sedang. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan formal responden dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan formal Klasifikasi Interval tingkat pendidikan formal (Tahun) SD (1,00-6,00) Rendah SMP (6,01-9,00) Sedang SMA (9,01-12,00) Tinggi Jumlah Rata-rata : 7,75 Tahun (Sedang)
Jumlah responden (Orang)
Persentase
15 18 3 36
41,66 50,00 8,34 100,00
Tabel 28 menunjukkan sebagian besar pendidikan responden 18 orang (50,00%) termasuk dalam klasifikasi sedang, 15 orang (41,66%) masuk dalam klasifikasi rendah, dan 3 orang (8,34%) masuk dalam klasifikasi tinggi dengan rata-rata pendidikan responden 7,75 tahun dan masuk
78
dalam klasifikasi sedang. Tingkat pendidikan formal responden ini merupakan potensi besar yang dapat mendukung responden dalam menjalankan kegiatan usahataninya. Tingkat pendidikan responden yang baik akan berpengaruh terhadap cepat atau tidaknya responden untuk menerima informasi untuk menambah pengetahuan responden yang berkaitan dengan kegiatan usahataninya dan menjalankan perannya sebagai seorang petani.
3. Luas Lahan Luas lahan merupakan besarnya luas lahan sawah yang digarap oleh responden pada satu musim tanam terakhir pada saat penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas lahan garapan responden adalah berkisar 0,25–1,50 hektar. Sebaran luas lahan garapan responden dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Sebaran responden berdasarkan luas lahan Interval luas lahan (Ha)
Klasifikasi
0,25 – 0,66 Sempit 0,67 – 1,08 Sedang 1,09 – 1,50 Luas Jumlah Rata-rata : 0,72 Hektar (Sedang)
Jumlah Responden (Orang)
Persentase
15 20 1 36
41,67 55,56 2,77 100,00
Tabel 29 menunjukkan bahwa responden memiliki luas lahan garapan yang masuk ke dalam klasifikasi sempit yakni sebanyak 15 orang (41,67%), sebanyak 20 orang (55,56%) masuk ke dalam klasifikasi sedang, dan yang memilki luas lahan garapan 1,09 – 1,50 ha dan masuk dalam klasifikasi luas sebanyak satu orang (2,77%). Rata-rata luas lahan
79
garapan responden adalah sebesar 0,72 ha dan masuk ke dalam klasifikasi sedang. Lahan merupakan titik sentra segala aktivitas ekonomi pada petani sehingga perilaku mereka diorientasikan pada kemampuan untuk menguasai lahan seluas mungkin (Mubyarto, 1989). B. Deskripsi Variabel X (Faktor-faktor efektivitas program SL-PTT) 1. Tingkat Partisipasi Anggota Tingkat partisipasi anggota kelompok dalam program SL-PTT merupakan keikutsertaan atau peran serta anggota kelompok yang mengikuti program SL-PTT dalam hal perencanaan program, pelaksanaan, mengikuti kegiatan kelompok, dan evaluasi program. Tingkat partisipasi anggota tentang program diukur dengan menggunakan skor 1-3 melalui 2 pertanyaan dan diklasifikasikan menjadi rendah (2,00-3,33), sedang (3,34-4,67), dan tinggi (4,68-6,00). Secara rinci sebaran skor tingkat partisipasi anggota kelompok tentang program SL-PTT dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Sebaran skor tingkat partisipasi anggota kelompok tentang program SL-PTT Interval tingkat pertisipasi anggota tentang SL-PTT (Skor) 2,00-3,33 3,34-4,67 4,68-6,00 Jumlah Modus : 5,00 (Tinggi)
Klasifikasi Rendah Sedang Tinggi
Jumlah Responden (Orang) 3 8 25 36
Persentase 8,33 22,22 69,45 100,00
80
Tabel 30 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi responden termasuk dalam klasifikasi tinggi dengan modus 5,00. Responden yang termasuk ke dalam klasifikasi tinggi adalah sebanyak 25 orang (69,45%), 8 orang (22,22%) termasuk kedalam klasifikasi sedang, dan 3 orang (8,33%) termasuk kedalam klasifikasi rendah. Modus untuk tingkat partisipasi anggota dalam program SL-PTT adalah 5,00 dan termasuk dalam klasifikasi tinggi. Hal ini karena sebagian besar responden mengikuti tahap-tahap kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program. Perencanaan pelaksanaan program diantaranya yaitu tentang pengolahan lahan dan persemaian, penanaman dan sistem pengairan, pemupukan dan penyiangan, pengamatan agroekosistem, pengamatan opt, evaluasi panen dan pengubinan. Selain itu tingkat partisipasi anggota dapat dilihat dari keikutsertaan anggota terhadap kegiatan-kegiatan kelompok. Sebagian besar responden ikut serta dalam hal perencanaan dan pelaksanaan program, selanjutnya untuk evaluasi program sebagian besar responden tidak mengikuti karena responden menganggap bahwa evaluasi tidak begitu penting bagi responden, karena hanya pelaporan hasil panen yang selanjutnya akan disampaikan. 2. Tingkat Kemanfaatan Kegiatan Penyuluhan Tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan adalah manfaat yang didapatkan petani dalam mengikuti kegiatan penyuluhan khususnya tentang budidaya tanaman padi dalam satu kali proses musim tanam yang dilakukan dalam program SL-PTT, pengukuran yang dilakukan oleh peneliti untuk tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan yaitu penyuluhan
81
apa saja yang diberikan, manfaat yang didapatkan, dan penyuluhan yang diikuti tersebut dapat menunjang kegiatan usahatani. Tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan diukur dengan menggunakan skor 1-3 melalui 3 pertanyaan dan diklasifikasikan menjadi tidak bermanfaat (3,00 – 5,00), cukup bermanfaat (5,01 – 7,01), dan bermanfaat (7,02 – 9,00). Sebaran responden berdasarkan tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31. Sebaran skor responden berdasarkan tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan Interval tingkat kemanfaatan Klasifikasi kegiatan penyuluhan (Skor) 3,00–5,00 Tidak Bermanfaat 5,01–7,01 Cukup Bermanfaat 7,02–9,00 Bermanfaat Jumlah Modus : 6,00 (Cukup Bermanfaat)
Jumlah Responden (Orang)
Persentase
2 28 6 36
5,55 77,78 16,67 100,00
Berdasarkan Tabel 31 diketahui bahwa sebanyak 28 orang (77,78%) responden menyatakan tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan yang diberikan dalam program SL-PTT berada pada klasifikasi cukup bermanfaat, sebanyak 6 orang (16,67%) responden menyatakan bermanfaat, dan sebanyak 2 orang (5,55%) responden menyatakan tidak bermanfaat. Modus dari keseluruhan tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan yang diberikan dalam program SL-PTT adalah 6,00 dan termasuk dalam klasifikasi cukup bermanfaat. Hal ini berarti sebagian responden menyatakan bahwa kegiatan penyuluhan yang diberikan cukup
82
membantu dalam pengelolaan dana bantuan, selain itu kegiatan penyuluhan merupakan suatu wadah pertukaran informasi antar penyuluh dengan petani maupun antar petani dengan petani. Kegiatan penyuluhan yang diberikan program SL-PTT dilakukan sebanyak 8 kali pertemuan dalam kurun waktu tiga bulan, sehingga setiap bulan kegiatan penyuluhan kira-kira dua sampai tiga kali pertemuan. Akan tetapi, kegiatan penyuluhan tersebut dapat ditambah dengan pengajuan yang diajukan responden apabila kegiatan penyuluhan tersebut diperlukan oleh anggota. Dalam program SL-PTT kegiatan penyuluhan yang diberikan kepada responden yaitu penyuluhan tentang program SL-PTT, penyuluhan tentang pengelolaan dana SL-PTT, dan penyuluhan tentang budidaya khususnya budidaya padi. Kegiatan penyuluhan tentang program SL-PTT sendiri mecakup tujuan program SL-PTT, manfaat yang diberikan oleh program SL-PTT, dan kegiatan penyuluhan sebagai penunjang kegiatan usahatani. Penyuluhan tentang budidaya padi mencakup penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi, pengetahuan ini dimaksudkan agar hasil yang di peroleh petani lebih maksimal.
3. Tingkat Pengetahuan Anggota Kelompok Tani Tentang Program SL-PTT Tingkat pengetahuan anggota kelompok tani tentang program SL-PTT adalah pandangan responden atau informasi tentang program SL-PTT mencakup tujuan, manfaaat, dan pelaksanaan program. Pengetahuan diukur dengan menggunakan skor 1-3 melalui 4 pertanyaan dan diklasifikasikan menjadi rendah (4,00–6,66), sedang (6,67–9,33), dan
83
tinggi (9,34–12,00). Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan tentang program dapat dilihat pada Tabel 32. . Tabel 32. Sebaran skor responden berdasarkan tingkat pengetahuan anggota kelompok tani tentang program SL-PTT Interval tingkat pengetahuan tentang Klasifikasi program SL-PTT (Skor) 4,00-6,66 Rendah 6,67-9,33 Sedang 9,34-12,00 Tinggi Jumlah Modus : 9,00 (Sedang)
Jumlah Responden (Orang) 1 23 12 36
Persentase 2,77 64,00 33,33 100,00
Tabel 32 menunjukkan bahwa responden yang termasuk kedalam klasifikasi sedang adalah sebanyak 23 orang (64%), 12 orang (33,33%) termasuk kedalam klasifikasi tinggi, dan satu orang (2,77%) termasuk kedalam klasifikasi rendah. Modus untuk tingkat pengetahuan anggota kelompok tani tentang program SL-PTT adalah 9,00 dan termasuk dalam klasifikasi sedang. Hal ini berarti sebagian responden mengetahui bahwa tingkat pengetahuan tentang program SL-PTT dapat dilihat dari pengetahuan anggota tentang sumber dana yang diberikan dan sebagian besar responden mengetahui sumber dana yang diberikan dari pemerintah tersebut. Pengetahuan responden terhadap tujuan program di antaranya untuk mendukung penyebarluasan PTT, mendukung peningkatan penerapan mutu intensifikasi, dan meningkatkan mutu dan daya saing produksi yang dihasilkan untuk meningkatkan pendapatan petani. Pengetahuan responden tentang manfaat program yang dapat membantu meningkatkan usahatani responden. Berdasarkan data lapangan responden
84
yang diperoleh dengan adanya program SL-PTT tersebut dapat menciptakan pertanian yang berkelanjutan atau terus menerus dan dapat terus meningkatkan produktivitas dan pendapatan responden, sehingga diharapkan pada tahun-tahun berikutnya mampu menjaga agar kebutuhan usahatani dapat terpenuhi. 4. Kesesuaian Waktu Pencairan Dana Kesesuaian waktu pencairan dana merupakan ketepatan penyaluran dana bantuan yang diterima anggota kelompok untuk berusahatani padi sawah. Kesesuaian waktu pencairan dana diukur dengan skor 1-3 melalui 4 pertanyaan dan diklasifikasikan menjadi tidak sesuai (4,00–6,66), kurang sesuai (6,67–9,33), dan sesuai (9,34–12,00). Sebaran responden berdasarkan kesesuaian waktu pencairan dana dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33. Sebaran skor responden berdasarkan kesesuaian waktu pencairan dana Interval kesesuaian waktu Klasifikasi pencairan dana (Skor) 4,00-6,66 Tidak Sesuai 6,67-9,33 Kurang Sesuai 9,34-12,00 Sesuai Jumlah Modus : 6,00 (Tidak sesuai)
Jumlah Responden (Orang) 21 12 3 36
Persentase 58,34 33,33 8,33 100,00
Berdasarkan Tabel 33 diketahui bahwa sebanyak 21 orang (58,34%) responden menyatakan kesesuaian waktu pencairan dana dalam program SL-PTT berada pada klasifikasi tidak sesuai, kemudian 12 orang (33,33%)
85
responden menyatakan kurang sesuai, dan sebanyak 3 orang (8,33%) responden menyatakan sesuai. Modus dari keseluruhan kesesuaian waktu pencairan dana dalam program SL-PTT adalah 6,00 dan termasuk dalam klasifikasi tidak sesuai. Hal ini berarti sebagian besar responden menyatakan kesesuaian waktu pencairan dana dalam program SL-PTT untuk kebutuhan usahatani budidaya padi tidak sesuai. Ketidaksesuaian tersebut karena pencairan dana yang kurang tepat yaitu setelah waktu tanam padi dilakukan, sedangkan responden memerlukan bantuan dana tersebut pada saat sebelum waktu tanam padi dilakukan. Akan tetapi, berdasarkan data lapangan yang diperoleh bahwa waktu pencairan dana dilakukan setelah waktu tanam padi berlangsung, sedangkan dana dibutuhkan sebelum waktu tanam, sehingga dalam waktu pencairan dana bantuan tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya dibutuhkan responden. Berdasarkan data lapangan yang diperoleh bahwa bantuan dana dan benih tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan usahatani responden. Kendatipun demikian, berdasarkan data lapangan yang diperoleh waktu pencairan dana bantuan yang diberikan tersebut tidak berpengaruh terhadap keberhasilan tujuan program SL-PTT, karena kapan pun pencairan dana bantuan dicairkan tetap tidak berpengaruh dalam meningkatkan produktivitas padi sawah. Keadaan dilapangan menunjukkan bahwa waktu pencairan dana bantuan tersebut tidak berpengaruh, karena sebagian responden mempunyai modal sendiri untuk berusaha tani dan sebagian responden mempergunakan modal dari pendanaan lain yaitu modal dari kelompok tani yang bersangkutan terlebih dahulu.
86
5. Tingkat Penerapan Teknologi Anjuran SL-PTT Budidaya Padi Tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT dalam budidaya padi terdiri dari komponen-komponen teknologi yang diterapkan dalam PTT, yakni : varietas unggul, penggunaan benih bermutu, pemberian bahan organik, pengaturan populasi tanaman dengan sistem jajar legowo, pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah, pengendalian organisme pengganggu tanaman, pengolahan tanah, penggunaan bibit muda, tanam bibit 2-3 batang per rumpun, pemberian air pada tanaman secara efektif dan efisien, penyiangan secara mekanis, dan yang terakhir adalah penanganan proses panen tepat waktu. Tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT dalam budidaya padi diukur dengan menggunakan skor 1-3 melalui 28 pertanyaan dan diklasifikasikan menjadi rendah (28,00 – 46,66), sedang (46,67 – 65,33), dan tinggi (65,34 – 84,00). Modus untuk tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT adalah 60,00. Secara rinci sebaran skor responden berdasarkan tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT dapat dilihat pada Tabel 34.
Tabel 34. Sebaran skor responden berdasarkan tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi Interval tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT Klasifikasi budidaya padi (Skor) 28,00-46,66 Rendah 46,67-65,33 Sedang 65,34-84,00 Tinggi Jumlah Modus : 60,00 (Sedang)
Jumlah Responden (Orang) 3 26 7 36
Persentase
8,33 72,22 19,45 100,00
87
Berdasarkan Tabel 34 diketahui bahwa sebaran skor responden berdasarkan tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi menunjukkan bahwa terdapat 26 orang (72,22%) yang termasuk dalam klasifikasi sedang, kemudian 7 orang (19,45%) termasuk dalam klasifikasi tinggi, dan sebanyak 3 orang (8,33%) yang termasuk dalam klasifikasi rendah dengan modus untuk tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT adalah 60,00 berada pada klasifikasi sedang.
Hal ini berarti sebagian responden sudah menerapkan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi. Sebagian responden sudah menerapkan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi, akan tetapi berdasarkan keadaan di lapangan ada beberapa responden yang belum menerapkan teknologi anjuran budidaya padi, sehingga rendahnya produktivitas padi salah satunya dikarenakan tingkat penerapan teknologi yang masih rendah atau belum sesuai dengan anjuran program SL-PTT.
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan varietas yang digunakan oleh petani adalah varietas unggul yang dianjurkan oleh pemerintah melalui program SL-PTT. Dalam penggunaan benih responden sudah mulai mengetahui sepenuhnya mengenai benih yang berdaya tahan tinggi. Benih dengan daya tumbuh dan daya tahan di atas 80% merupakan benih yang mampu bertahan dari serangan hama dan penyakit tanaman. Akan tetapi, dari data yang diperoleh sebagian besar responden kurang mengetahui anjuran penggunaan benih yaitu 25 kg/ha.
88
Dalam pemberian bahan organik responden masih belum sepenuhnya mengikuti anjuran dari program SL-PTT mengenai takaran dan waktu pemberian pupuk pada tanaman padi. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari lapangan sebagian besar responden memberikan bahan organik kurang sesuai dari anjuran program SL-PTT yaitu kurang dari
2 ton/ha.
Hal ini karena responden masih menggunakan perkiraan takaran dalam memberikan pupuk organik sebelum dilakukannya pengolahan tanah.
Pengaturan populasi tanaman responden telah menggunakan pola tanam jajar legowo sesuai dengan anjuran program SL-PTT. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan sebagian besar responden telah menggunakan pola tanam jajar legowo 4 :1 yaitu 40cm x (20x10) cm. Berdasarkan keadaan dilapangan menunjukkan bahwa responden masih kurang memahami pentingnya melakukan pemupukan sesuai dengan anjuran program SL-PTT yaitu pemupukan dilakukan sebanyak 3 kali pada tanaman padi. Dalam pengendalian OPT menunjukkan bahwa responden masih belum melakukan pengawasan secara intensif pada tanaman padi dikarenakan sebagian besar responden memiliki pekerjaan lain seperti berkebun, berdagang atau menjadi buruh bangunan. Pengawasan terhadap OPT dilakukan paling lama 2 minggu setelah tanam menurut anjuran program SL-PTT.
Dalam pengolahan tanah menunjukkan responden sudah mulai memahami pentingnya melakukan pengolahan tanah yang disesuaikan dengan anjuran program SL-PTT yaitu tanah dibajak, digaru, dan diratakan atau dicangkul
89
kemudian gulma dibuang. Sedangkan pengolahan tanah kurang sesuai dengan anjuran program SL-PTT yaitu dengan melakukan pembajakan sebanyak satu kali dan satu kali garu. Penggunaan bibit muda dalam penanaman padi menunjukkan bahwa sebagian responden menggunakan bibit yang lebih tua dibandingkan dengan menggunakan bibit muda, dalam hal ini responden masih belum memahami pentingnya menggunakan bibit muda dikarenakan responden masih menggunakan perkiraan untuk melakukan pencabutan bibit dipersemaian sehingga bibit yang ditanam mudah stres pada saat pengangkutan dan penanaman kembali di sawah. Anjuran program SL-PTT mengenai umur ideal bibit pada saat dilakukan pencabutan adalah antara 18-24 hari.
Berdasarkan keadaan di lapangan menunjukkan bahwa responden belum mampu meninggalkan kebiasaan mereka dengan menanam bibit lebih dari anjuran untuk setiap rumpunnya sehingga dapat meningkatkan persaingan antarbibit dalam rumpun yang sama agar mencegah persaingan unsur hara dalam tanah, anjuran program SL-PTT yaitu dengan menanam bibit 2-3 untuk setiap rumpun. Dalam hal pengairan menunjukkan bahwa responden kurang mengetahui bahwa dengan memberikan air secara efektif dan efisien dapat menghemat penggunaan air.
Untuk penyiangan menunjukkan bahwa sebagian responden masih belum mengikuti anjuran program SL-PTT dikarenakan sebagian responden memiliki pekerjaan lain dan belum sepenuhnya mengetahui manfaat penyiangan terhadap gulma bila dilakukan tepat waktu, dengan
90
mengetahui manfaat penyiangan gulma tepat pada waktunya maka akan meningkatkan jumlah udara dalam tanah, menghemat tenaga kerja, ramah lingkungan, dan merangsang pertumbuhan akar sedangkan yang dianjurkan adalah melakukan penyiangan terhadap gulma menjelang 21 hari setelah tanam. Sedangkan dalam hal pemanenan menunjukkan bahwa responden telah mengetahui saat yang tepat dilakukan pemanenan pada tanaman padi sesuai dengan anjuran program SL-PTT yaitu pada saat kondisi gabah telah berwarna kuning, tetapi kurang mengetahui saat yang tepat dilakukannya perontokkan gabah yaitu 1-2 hari setelah dilakukan pemanenan tanaman padi. Berdasarkan hasil di lapangan indikatorindikator yang kurang sesuai anjuran tersebut diantaranya yang menyebabkan penerapan teknologi budidaya anjuran program SL-PTT yang belum baik. Ada baiknya apabila penerapan teknologi budidaya anjuran tersebut dilaksanakan dengan anjuran yang dianjurkan, sehingga produktivitas padi yang dihasilkan akan berkualitas, lebih baik, dan meningkat.
C. Deskripsi Variabel Y (Efektivitas program SL-PTT) Efektivitas program SL-PTT dalam penelitian ini dilihat berdasarkan indikator tujuan SL-PTT. Tujuan program SL-PTT adalah mendukung penyebarluasan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), mendukung peningkatan penerapan mutu intensifikasi, dan meningkatkan mutu dan daya saing produksi. Efektivitas program SL-PTT terhadap tujuan SL-PTT diukur dengan menggunakan skor 1-3 melalui 7 pertanyaan dan diklasifikasikan
91
menjadi tidak tercapai (7,00 – 11,66), cukup tercapai (11,67-16,33), dan tercapai (16,34-21,00). Sebaran skor responden berdasarkan tujuan program SL-PTT dapat dilihat pada Tabel 35. Tabel 35. Sebaran skor berdasarkan tujuan program SL-PTT Interval tujuan program SL-PTT (Skor) 7,00-11,66 11,67-16,33 16,34-21,00
Klasifikasi Tidak Tercapai Cukup Tercapai Tercapai
Jumlah
Jumlah Responden (Orang) 1 17 18 36
Persentase 2,77 47,23 50,00 100,00
Modus : 15,00 (Cukup Tercapai)
Tabel 35 menunjukkan klasifikasi efektivitas terhadap tujuan program SL-PTT berada pada klasifikasi tercapai yaitu 18 orang (50,00%), cukup tercapai yaitu terdiri dari 17 orang (42,23%), dan sebanyak satu orang (2,77%) masuk kedalam klasifikasi tidak tercapai dengan modus sebesar 15,00. Klasifikasi cukup tercapai ini menunjukkan bahwa responden memiliki anggapan yang cukup baik terhadap tujuan SL-PTT yaitu diantaranya sebagian responden menyatakan meningkatnya motivasi dalam penyebarluasan PTT, meningkatnya penerapan kualitas intensifikasi, meningkatnya mutu/kualitas padi yang dihasilkan, dan terdapat peningkatan terhadap harga padi antara sebelum dan setelah adanya program SL-PTT. Berdasarkan data lapangan meningkatnya motivasi responden tersebut karena keinginan responden untuk adanya peningkatan produktivitas di setiap petani, sehingga responden menyebarluaskan PTT. Salah satu cara untuk penyebarluasan PTT yakni dengan berbudidaya padi dengan menerapkan
92
teknologi anjuran SL-PTT. Intensifikasi merupakan penggunaan faktor produksi, tenaga kerja, dan modal atas sebidang tanah tertentu dengan optimal untuk mencapai hasil produksi yang maksimal. Untuk peningkatan penerapan mutu intensifikasi diperoleh data bahwa setelah mengikuti program SL-PTT penggunaan benih, pengolahan lahan, pengelolaan air, dan pengelolaan organisme pengganggu tanaman dalam meningkatkan produksi mengalami peningkatan, tetapi tidak mengalami peningkatan yang signifikan.
Mutu/kualitas hasil padi yang dihasilkan berdasarkan keadaan di lapangan bahwa mutu/kualitas padi yang dihasilkan mengalami peningkatan yakni dari hasil yang diperoleh yaitu bulir yang utuh, rasa yang dihasilkan lebih pulen, dan produktivitas yang dihasilkan mengalami peningkatan. Hal ini karena adanya penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi yaitu penggunaan varietas unggul, penggunaan benih bermutu, pemberian bahan organik, pengaturan populasi tanaman dengan sistem jajar legowo, pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah, pengendalian organisme pengganggu tanaman, pengolahan tanah, penggunaan bibit muda, tanam bibit 2-3 batang per rumpun, pemberian air pada tanaman secara efektif dan efisien, penyiangan secara mekanis, dan yang terakhir adalah penanganan proses panen tepat waktu. Kendatipun demikian, bebarapa responden masih belum secara sepenuhnya menerapkan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi, sehingga kualitas padi yang dihasilkan belum mengalami peningkatan.
93
Untuk tingkat kemudahan pemasaran hasil produksi padi tidak mengalami kesulitan. Hal ini karena kualitas hasil produksi padi yang dihasilkan mengalami peningkatan dan jarak tempuh antara tempat tinggal responden dengan pasar tidak begitu berjauhan. Berdasarkan keadaan di lapangan menunjukkan bahwa peningkatan produksi dan produktivitas padi dapat dilihat dari hasil panen yang diperoleh responden setelah mendapatkan bantuan dari program SL-PTT. Hasil panen yang mereka peroleh lebih meningkat setelah menggunakan benih dan pupuk dari bantuan tersebut karena responden telah menerapkan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi.
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan rata-rata harga/kg padi pada tahun 2009 sebelum adanya program yakni Rp. 2.900, sedangkan setelah adanya program SL-PTT pengalami peningkatan yakni sebesar Rp. 3.150/kg padi. Lain halnya pada tahun 2010 data diperoleh bahwa rata-rata harga/kg padi berkisar antara Rp. 3.300 hingga Rp.3.500. Dengan demikian rata-rata harga/kg padi mengalami peningkatan setiap musim tanam setelah adanya program SL-PTT.
Adanya program ini dapat mendukung dalam peningkatan produksi dan produktivitas padi serta meringankan beban responden dalam penyediaan dan penggunaan benih varietas unggul bermutu. Rata-rata produktivitas padi yang dihasilkan responden sebesar 7,03 ton/ha. Sedangkan rata-rata produktivitas yang diperoleh responden sebelum adanya bantuan dari program SL-PTT sebesar 5,34 ton/ha. Peningkatan produksi ini
94
menunjukkan bahwa harapan responden dengan adanya SL-PTT untuk dapat meningkatkan produksi dan produktivitas padi dapat terwujud.
D. Deskripsi variabel Z (Produktivitas padi)
Produktivitas padi adalah sejumlah keluaran total produksi kegiatan usahatani padi yang diperoleh dari setiap satu hektar lahan garapan petani yang diukur dalam satuan ton/ha. Mubyarto (1989) mengatakan bahwa produktivitas merupakan penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha dengan kapasitas tanah. Efisiensi usaha mengukur banyaknya hasil produksi yang dapat diperoleh dari satu kesatuan input, sedangkan kapasitas dari sebidang tanah tertentu menggambarkan kemampuan tanah itu untuk menyerap tenaga dan modal sehingga memberikan hasil produksi bruto yang sebesar-besarnya pada tingkatan teknologi tertentu. Jadi produktivitas adalah pembagian antara efisiensi usaha (produksi) dengan kapasitas (tanah).
Produktivitas dalam penelitian ini diperoleh dari rata-rata produktivitas satu kali musim tanam. Hasil penelitian diperoleh bahwa nilai tertinggi untuk produktivitas padi sebelum adanya program adalah 5,80 ton/ha dan produktivitas padi terendah adalah 4,90 ton/ha. Adapun sebaran produktivitas padi sebelum adanya program SL-PTT dapat dilihat pada Tabel 36.
95
Tabel 36. Sebaran produktivitas padi per hektar satu kali musim tanam sebelum adanya program SL-PTT Interval produktivitas padi sebelum adanya Klasifikasi program SL-PTT (ton/ha) 4,90-5,20 Rendah 5,21-5,51 Sedang 5,52-5,80 Tinggi Jumlah Rata-rata : 5,34 ton/ha (Sedang)
Jumlah Responden (Orang) 13 15 8 36
Persentase 36,11 41,66 22,22 100,00
Tabel 36 menunjukkan sebaran produktivitas padi sebelum adanya program berada pada klasifikasi tinggi yaitu sebanyak 8 orang (22,22%), klasifikasi sedang yaitu terdiri dari 15 (41,66%) orang, dan sebanyak 13 orang (36,11%) masuk kedalam klasifikasi rendah. Tabel 36 juga menunjukkan bahwa ratarata produktivitas padi sebelum adanya program SL-PTT yaitu sebesar 5,34 ton/ha yang berada dalam klasifikasi sedang. Berdasarkan data lapangan yang diperoleh produktivitas padi tertinggi setelah adanya program yaitu sebesar 7,50 ton/ha dan sebesar 6,50 ton/ha untuk produktivitas padi terendah. Adapun sebaran produktivitas padi setelah adanya program SL-PTT dapat dilihat pada Tabel 37. Tabel 37. Sebaran produktivitas padi per hektar satu kali musim tanam setelah adanya program SL-PTT Interval produktivitas padi setelah adanya Klasifikasi program SL-PTT (ton/ha) 6,50-6,83 Rendah 6,84-7,17 Sedang 7,18-7,50 Tinggi Jumlah Rata-rata : 7,03 ton/ha (Sedang)
Jumlah Responden (Orang) 5 21 10 36
Persentase 13,90 58,33 27,77 100,00
96
Tabel 37 menunjukkan sebaran produktivitas padi setelah adanya program berada pada klasifikasi tinggi yaitu sebanyak 10 orang (27,77%), klasifikasi sedang yaitu terdiri dari 21 orang (58,33%), dan sebanyak 5 orang (13,90%) masuk kedalam klasifikasi rendah. Tabel 37 juga menunjukkan bahwa ratarata produktivitas padi setelah adanya program SL-PTT yaitu sebesar 7,03 ton/ha yang berada dalam klasifikasi sedang. Tabel 36 dan Tabel 37 menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas sebelum program SL-PTT sebesar 5,34 ton/ha dan setelah adanya program sebesar 7,03 ton/ha menunjukkan bahwa adanya perbedaan produktivitas. Adanya perbedaan tersebut menunjukkan bahwa produktivitas padi pada setelah adanya program lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas sebelum adanya program. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan produktivitas padi dengan rata-rata perbedaan antara produktivitas sebelum dan setelah adanya program. Berdasarkan data di lapangan diperoleh produktivitas padi responden sebelum adanya program SL-PTT memiliki produktivitas rata-rata 4-6 ton/ha, sedangkan setelah adanya program produktivitas padi mencapai 7-8 ton/ha. Berdasarkan ukuran nasional bahwa produktivitas padi yang rendah untuk setiap hektar yaitu kurang dari 4 ton/ha, produktivitas sedang yaitu 4-6 ton/ha dan produktivitas yang tinggi yaitu lebih dari 6 ton/ha. Sebelum adanya program SL-PTT produktivitas padi pada Kelompok Tani Sido Mukti, Kelompok Tani Perdana, dan Kelompok Tani Perintis memiliki produktivitas padi yang cukup baik berdasarkan ukuran nasional, dikarenakan telah mengikuti apa yang telah diterapkan sebelumnya, namun belum semua
97
anjuran yang diterapkan dikarenakan mereka belum mengetahui sepenuhnya mengenai tingkat penerapan yang dianjurkan melalui program SL-PTT. Setelah mendapatkan program SL-PTT kelompok tani yang mendapatkan bantuan dari program SL-PTT mulai menerapkan tingkat penerapan budidaya padi anjuran SL-PTT sehingga produktivitas padi mereka mengalami peningkatan walaupun sebagian responden masih belum mengikuti beberapa tingkat penerapan teknologi yang sesuai dengan anjuran program SL-PTT. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas responden berada pada klasifikasi produktivitas sedang, walaupun masih ada beberapa responden yang mengalami peningkatan produktivitas yang tidak jauh berbeda. Berdasarkan keadaan di lapangan rendahnya produktivitas padi salah satunya dikarenakan tingkat penerapan teknologi yang rendah atau belum sesuai dengan anjuran program SL-PTT. Hal ini dapat disebabkan karena jarangnya responden mengikuti kegiatan penyuluhan yang diadakan dan pengetahuan responden tentang penerapan teknologi budidaya padi yang masih tergolong rendah. E. Pengujian Hipotesis
1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas program SL-PTT Hubungan antara variabel X yaitu tingkat partisipasi, tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan, tingkat pengetahuan anggota tentang program SL-PTT, kesesuaian waktu pencairan dana, dan tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi dengan variabel Y yaitu efektivitas program SL-PTT. Hubungan antara variabel X dan variabel Y dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman dengan
98
menggunakan Program SPSS 17.0. Hasil pengujian secara statistik terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas program SL-PTT terhadap efektivitas program SL-PTT dapat dilihat pada Tabel 38.
Tabel 38. Hasil korelasi Rank spearman (rs) antara masing-masing variabel X dengan Y
Variabel X X1 : Tingkat Partisipasi Anggota SL-PTT X2 : Tingkat Kemanfaatan Kegiatan Penyuluhan X3 : Tingkat Pengetahuan Tentang Program SL-PTT X4 : Kesesuaian Waktu Pencairan Dana X5 : Tingkat Penerapan Teknologi Anjuran SL-PTT Budidaya Padi
Variabel Y Efektivitas program SL-PTT
rs
Nilai Sig
Ket α 0,05 α 0,01
0,360
0,031*
0,05
0,01
Terima H1
0,386
0,020*
0,05
0,01
Terima H1
0,331
0,049*
0,05
0,01
Terima H1
tn
0,05
0,01
Tolak H1
0,045*
0,05
0,01
Terima H1
0,164
0,336
0,338
Sumber : Analisis data sekunder (menggunakan SPSS 17) Keterangan : r s : Rank spearman * : Nyata pada taraf kepercayaan 95% ( = 0,05) ** : Sangat nyata pada taraf kepercayaan 99% ( = 0,01 )
99
Tabel 38 menunjukkan bahwa variabel-variabel yang berhubungan nyata adalah partisipasi anggota, tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan, tingkat pengetahuan tentang program SL-PTT, dan tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi, sedangkan variabel yang tidak berhubungan nyata adalah kesesuaian waktu pencairan dana. Selanjutnya akan diuraiakan antar masing-masing variabel. 1) Hubungan antara tingkat partisipasi anggota dengan efektivitas program SL-PTT Hasil pengujian hipotesis hubungan antara tingkat partisipasi dengan efektivitas program SL-PTT diuji menggunakan uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Sig 0,031. Nilai Sig sebesar 0,031 lebih kecil dibandingkan dengan nilai 0,05 pada tingkat kepercayaan 95% , artinya terima H1. Hal ini berarti terdapat hubungan yang nyata antara tingkat partisipasi anggota dengan efektivitas program SL-PTT.
Hubungan yang nyata antara tingkat partisipasi anggota dengan efektivitas program SL-PTT menunjukkan variabel X1 berhubungan dengan variabel Y. Semakin tinggi tingkat partisipasi anggota dalam program SL-PTT, maka akan semakin tercapai efektivitas program SL-PTT padi sawah. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar responden ikut serta dalam program SL-PTT berada pada klasifikasi yang cukup baik. Hasil analisis korelasi Rank Spearman antara tingkat partisipasi anggota (variabel X1) dengan efektivitas program SL-PTT (variabel Y)
100
menunjukkan bahwa antara variabel X1 dan variabel Y berhubungan nyata. Hal ini disebabkan karena tingginya tingkat keikutsertaan anggota kelompok yang mengikuti program SL-PTT dalam hal perencanaan program, pelaksanaan, evaluasi program, dan mengikuti kegiatan kelompok. Untuk melihat sebaran data tingkat partisipasi anggota dapat dilihat dengan menggunakan sebaran kurva normal P-P Plot. Sebaran data yang berada di sekitar garis kenormalan dapat diasumsikan bahwa data tersebut menyebar secara normal, sedangkan apabila data tidak menyebar di sekitar garis kenormalan maka dapat dikatakan bahwa data tersebut tidak menyebar secara normal. Kurva P-P Plot tingkat partisipasi anggota dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Kurva P-P Plot antara tingkat partisipasi anggota dengan efektivitas program SL-PTT
Berdasarkan Gambar 5 kurva P-P Plot antara tingkat partisipasi anggota dengan efektivitas program SL-PTT menunjukkan bahwa data rata-rata mendekati garis normal dan hanya ada beberapa data yang
101
menjauhi garis normal. Hal ini membuktikan bahwa data menyebar secara normal. Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa tingkat partisipasi anggota berhubungan nyata dengan efektivitas program SL-PTT dikarenakan sebagian besar responden menyatakan tingkat partisipasi anggota dalam program SL-PTT merupakan suatu bentuk keterlibatan dan keikutsertaannya secara aktif dan sukarela dalam hal kegiatan-kegiatan kelompok yang ada. Dari data yang diperoleh sebagian besar responden mengikuti tahap-tahap kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program. Perencanaan pelaksanaan program diantaranya yaitu tentang pengolahan lahan dan persemaian, penanaman dan sistem pengairan, pemupukan dan penyiangan, pengamatan agroekosistem, pengamatan opt, evaluasi panen dan pengubinan, dan terakhir evaluasi. Selain itu tingkat partisipasi anggota dapat dilihat dari keikutsertaan anggota terhadap kegiatan-kegiatan kelompok.
2) Hubungan antara tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan dengan efektivitas program SL-PTT Hasil pengujian hipotesis hubungan antara tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan dengan efektivitas program SL-PTT diuji menggunakan uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Sig 0,020. Nilai Sig sebesar 0,020 lebih kecil dibandingkan dengan nilai α = 0,05 pada tingkat kepercayaan 95% , artinya terima H1. Hal ini berarti terdapat hubungan yang nyata antara tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan dengan efektivitas program SL-PTT.
102
Hubungan yang nyata antara tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan dengan efektivitas program SL-PTT menunjukkan variabel X2 berhubungan dengan variabel Y. Semakin tinggi manfaat kegiatan penyuluhan yang ada dan didapatkan, maka akan semakin tercapai efektivitas program SL-PTT padi sawah. Kegiatan penyuluhan yang diadakan dalam program meliputi penyuluhan tentang program, penyuluhan tentang budidaya khususnya budidaya tanaman padi, dan yang terakhir yaitu penyuluhan tentang pengelolaan dana bantuan.
Untuk melihat sebaran data tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan dapat dilihat dengan menggunakan sebaran kurva normal P-P Plot. Sebaran data yang berada di sekitar garis kenormalan dapat diasumsikan bahwa data tersebut menyebar secara normal, sedangkan apabila data tidak menyebar di sekitar garis kenormalan maka dapat dikatakan bahwa data tersebut tidak menyebar secara normal. Kurva P-P Plot tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan dapat dilihat pada Gambar 6.
103
Gambar 6. Kurva P-P Plot antara tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan dengan efektivitas program SL-PTT
Berdasarkan Gambar 6 kurva P-P Plot antara tingkat partisipasi anggota dengan efektivitas program SL-PTT menunjukkan bahwa data mendekati garis normal dan hanya ada beberapa data yang menjauhi garis normal. Hal ini membuktikan bahwa data menyebar secara normal. Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan berhubungan nyata dengan efektivitas program SL-PTT dikarenakan sebagian responden menyatakan bahwa kegiatan penyuluhan yang diberikan cukup membantu dalam pengelolaan dana bantuan, selain itu kegiatan penyuluhan merupakan suatu wadah pertukaran informasi antar penyuluh dengan petani maupun antar petani dengan petani. Kegiatan penyuluhan yang diberikan kepada responden yaitu berupa penyuluhan tentang program SL-PTT, penyuluhan tentang pengelolaan dana
104
bantuan, dan penyuluhan tentang budidaya khususnya budidaya tanaman padi. 3) Hubungan antara tingkat pengetahuan anggota tentang program dengan efektivitas program SL-PTT Hasil pengujian hipotesis hubungan antara tingkat pengetahuan anggota tentang program dengan efektivitas program SL-PTT diuji menggunakan uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Sig 0,049. Nilai Sig sebesar 0,049 lebih kecil dibandingkan dengan nilai α = 0,05 pada tingkat kepercayaan 95%, artinya terima H1. Hal ini berarti terdapat hubungan yang nyata antara tingkat pengetahuan anggota tentang program dengan efektivitas program SL-PTT. Hubungan yang nyata antara tingkat pengetahuan anggota tentang program dengan efektivitas program SL-PTT menunjukkan variabel X3 berhubungan dengan variabel Y. Semakin tinggi tingkat pengetahuan anggota tentang program SL-PTT, maka akan semakin tercapai tingkat keberhasilan program SL-PTT padi sawah. Tingkat pengetahuan terhadap program dalam penelitian ini meliputi dari tujuan program, manfaat program, dan kegunaan program. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengetahui tentang tujuan, manfaat, dan kegunaan dari program. Kendatipun demikian, terdapat sebagian responden yang memiliki pengetahuan yang rendah mengenai tujuan, manfaat, dan kegunaan dari program SL-PTT. Untuk melihat sebaran data tingkat pengetahuan anggota tentang program SL-PTT dapat dilihat dengan
105
menggunakan sebaran kurva normal P-P Plot. Sebaran data yang berada di sekitar garis kenormalan dapat diasumsikan bahwa data tersebut menyebar secara normal, sedangkan apabila data tidak menyebar di sekitar garis kenormalan maka dapat dikatakan bahwa data tersebut tidak menyebar secara normal. Kurva P-P Plot tingkat pengetahuan anggota tentang program SL-PTT dapat dilihat pada Gambar 7. Berdasarkan Gambar 7 kurva P-P Plot antara tingkat partisipasi anggota dengan efektivitas program SL-PTT menunjukkan bahwa data mendekati garis normal dan hanya ada beberapa data yang menjauhi garis normal. Hal ini membuktikan bahwa data menyebar secara normal.
Gambar 7. Kurva P-P Plot antara tingkat pengetahuan anggota tentang program dengan efektivitas program SL-PTT
Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa tingkat pengetahuan anggota tentang program SL-PTT berhubungan nyata dengan
106
efektivitas program SL-PTT. Hal ini karena sebagian responden mengetahui tentang program SL-PTT yang dapat dilihat dari pengetahuan anggota tentang sumber dana yang diberikan. Dari data yang diperoleh bahwa sebagian besar responden mengetahui sumber dana yang diberikan dari pemerintah tersebut. Pengetahuan responden terhadap tujuan program diantaranya untuk mendukung penyebarluasan PTT, mendukung peningkatan penerapan mutu intensifikasi, dan meningkatkan mutu dan daya saing produksi yang dihasilkan untuk meningkatkan pendapatan petani. Pengetahuan responden tentang manfaat program yang dapat membantu meningkatkan usahatani petani. Adanya program SL-PTT yang dapat menciptakan pertanian yang berkelanjutan. 4) Hubungan antara kesesuaian waktu pencairan dana dengan efektivitas program SL-PTT Hasil pengujian hipotesis hubungan antara kesesuaian waktu pencairan dana dengan efektivitas program SL-PTT diuji menggunakan uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Sig 0,338. Nilai Sig sebesar 0,338 lebih besar dibandingkan dengan nilai α = 0,05 pada tingkat kepercayaan 95%, artinya tolak H1. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang nyata antara kesesuaian waktu pencairan dana dengan efektivitas program SL-PTT. Secara statistik hubungan yang tidak nyata dikarenakan data tidak bervariasi dan cenderung menumpuk pada selang tertentu. Hubungan antara kesesuaian waktu pencairan dana dengan efektivitas program SL-PTT dapat dilihat dengan menggunakan tabulasi silang. Adapun hubungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 39.
107
Tabel 39. Hubungan antara kesesuaian waktu pencairan dana dengan efektivitas program SL-PTT Kesesuaian waktu pencairan dana Tidak Sesuai Kurang Sesuai Sesuai Jumlah
Efektivitas Program SL-PTT Tidak Cukup Tercapai Tercapai Tercapai (Orang) (Orang) (Orang) 1(2,77%) 7(19,44%) 13(36,11% ) 0(0%) 5(13,88%) 7(19,44%) 0(0%) 1(2,77%)
0(0%) 12(40,32%)
3(8,33%) 23(63,88% )
Jumlah 21(58,33 %) 12(33,33 %) 3(8,33%) 36(100%)
Tabel 39 menunjukkan bahwa tidak nyatanya hubungan antara kesesuaian waktu pencairan dana dengan efektivitas program SL-PTT dapat dilihat dari data yang tidak menyebar secara merata dan menumpuk pada satu sisi yaitu berada dalam klasifikasi tidak sesuai. Secara statistik hal ini menyebabkan hubungan antara kesesuaian waktu pencairan dana dengan efektivitas program SL-PTT menjadi tidak memiliki hubungan. Untuk lebih jelas dapat dilihat dengan menggunakan sebaran kurva normal P-P Plot. Sebaran data yang berada di sekitar garis kenormalan dapat diasumsikan bahwa data tersebut menyebar secara normal, sedangkan apabila data tidak menyebar di sekitar garis kenormalan maka dapat dikatakan bahwa data tersebut tidak menyebar secara normal. Kurva P-P Plot kesesuaian waktu pencairan dana dapat dilihat pada Gambar 8.
108
Gambar 8. Kurva P-P Plot antara kesesuaian waktu pencairan dana dengan efektivitas program SL-PTT
Berdasarkan Gambar 8 kurva P-P Plot antara kesesuaian waktu pencairan dana dengan efektivitas program SL-PTT menunjukkan bahwa data menjauhi garis normal dan hanya ada beberapa data yang mendekati garis normal. Hal ini membuktikan bahwa kesesuaian waktu pencairan dana dalam program SL-PTT untuk kebutuhan usahatani budidaya padi tidak sesuai. Ketidaksesuaian tersebut karena pencairan dana yang kurang tepat yaitu setelah waktu tanam padi dilakukan, sedangkan responden memerlukan bantuan dana tersebut pada saat sebelum waktu tanam padi dilakukan. Akan tetapi, berdasarkan data lapangan yang diperoleh bahwa waktu pencairan dana tidak berpengaruh terhadap keberhasilan tujuan program SL-PTT, karena kapan pun pencairan dana bantuan dicairkan tetap tidak berpengaruh dalam meningkatkan produktivitas padi sawah. Hal ini karena sebagian responden mempunyai modal sendiri untuk berusaha tani dan sebagian
109
responden menmpergunakan modal dari pendanaan lain yaitu modal dari kelompok tani yang bersangkutan.
5) Hubungan antara tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi dengan efektivitas program SL-PTT Tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi merupakan variabel X yang kemudian memiliki hubungan nyata dengan efektivitas program SL-PTT. Hasil pengujian hipotesis hubungan antara tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi dengan efektivitas program SL-PTT diuji menggunakan uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Sig 0,045. Nilai Sig sebesar 0,045 lebih besar dibandingkan dengan nilai α = 0,05 pada tingkat kepercayaan 95%, artinya terima H1. Hal ini berarti terdapat hubungan yang nyata antara tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi dengan efektivitas program SL-PTT.
Hubungan yang nyata antara tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi dengan efektivitas program SL-PTT menunjukkan bahwa variabel X5 berhubungan dengan variabel Y. Hal ini disebabkan karena setiap indikator dari tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi saling berhubungan satu sama lain dan sebagian responden sudah menerapkan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi. Semakin tinggi tingkat penerapan teknologi anjuran yang dilakukan, maka akan semakin tercapai efektivitas program. Untuk melihat sebaran data tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi dapat dilihat dengan menggunakan sebaran
110
kurva normal P-P Plot. Sebaran data yang berada di sekitar garis kenormalan dapat diasumsikan bahwa data tersebut menyebar secara normal, sedangkan apabila data tidak menyebar di sekitar garis kenormalan maka dapat dikatakan bahwa data tersebut tidak menyebar secara normal. Kurva P-P Plot tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi dapat dilihat pada Gambar 9.
Berdasarkan Gambar 9 kurva P-P Plot antara tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi dengan efektivitas program SL-PTT menunjukkan bahwa data mendekati garis normal dan hanya ada beberapa data yang menjauhi garis normal. Hal ini membuktikan bahwa data menyebar secara normal.
Gambar 9. Kurva P-P Plot antara tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi dengan efektivitas program SL-PTT
111
Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi berhubungan nyata dengan efektivitas program SL-PTT. Hal ini karena sebagian responden sudah menerapkan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi sudah dapat diterima dan dilaksanakan dengan cukup baik oleh petani sesuai dengan anjuran yang diterapkan walaupun ada beberapa komponen teknologi anjuran yang belum sepenuhnya dilaksanakan oleh petani, diantaranya adalah mengenai pemberian bahan organik, pemberian bahan organik yang sesuai anjuran adalah dengan memberikan bahan organik 2 ton/ha, berdasarkan hasil yang diperoleh dari lapangan sebagian besar responden memberikan bahan organik kurang dari 2 ton/ha, hal ini karena responden masih menggunakan perkiraan takaran dalam memberikan pupuk organik sebelum dilakukannya pengolahan tanah, sedangkan mengenai waktu pemberian bahan organik dilakukan 14 hari sebelum pengolahan tanah, hasil yang diperoleh di lapangan bahwa sebagian besar responden memberikan bahan organik kurang dari 14 hari sebelum dilakukannya pengolahan tanah yaitu 7-13 hari.
Teknologi anjuran yang kurang sesuai selanjutnya adalah mengenai pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah, pemupukan yang sesuai anjuran dilakukan sebanyak 3 kali pada tanaman padi, berdasarkan hasil yang diperoleh dari lapangan bahwa sebagian responden melakukan pemupukan kurang dari 3 kali. Selain
112
itu responden masih kurang memahami bahwa dengan menggunakan pupuk spesifik lokasi dapat meningkatkan hasil dan menghemat penggunaan pupuk.
Pengendalian organisme pengganggu tanaman merupakan teknologi anjuran yang kurang sesuai selanjutnya. Waktu yang tepat dilakukan pengawasan terhadap OPT adalah paling lama 2 minggu sekali, hasil yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa responden melakukan pengawasan terhadap OPT lebih dari 2 minggu sekali. Selain itu pengendalian yang dilakukan oleh sebagian responden masih kurang intensif, hal ini mengakibatkan intensitas serangan OPT semakin tinggi, sehingga pertumbuhan tanaman padi tidak maksimal.
Pengolahan tanah adalah teknologi anjuran yang kurang sesuai dengan anjuran program SL-PTT selanjutnya, pengolahan tanah yang sesuai anjuran adalah dengan melakukan pembajakan, digaru, dan kemudian diratakan dengan frekuensi pembajakan dilakukan 2 kali dan 1 kali garu, berdasarkan hasil yang diperoleh dari lapangan bahwa sebagian responden hanya melakukan 1 kali pembajakan dan 1 kali garu. Selain itu ada beberapa responden yang masih belum memahami bahwa semestinya pengolahan tanah yang sesuai anjuran menggunakan traktor atau ternak dilakukan dengan kedalaman lebih dari 20 cm. Penggunaan bibit muda merupakan teknologi anjuran selanjutnya yang kurang sesuai, penggunaan bibit muda yang sesuai anjuran idealnya adalah kurang dari 21 hari. Hasil yang diperoleh di lapangan bahwa sebagian
113
besar responden masih menggunakan umur bibit lebih dari anjuran program SL-PTT.
Teknologi anjuran yang kurang sesuai yaitu penanaman bibit 1-3 batang per rumpun, jumlah bibit yang digunakan untuk melakukan penanaman menurut anjuran program yaitu 1-3 batang per rumpun, namun hasil yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar responden menggunakan bibit lebih dari 3 batang per rumpun, hal ini mengakibatkan persaingan antar bibit semakin tinggi sehingga dapat menurunkan produktivitas tanaman per rumpun. Komponen teknologi anjuran terakhir yang kurang sesuai yaitu mengenai penyiangan secara mekanis, penyiangan yang dilakukan dengan menggunakan gasrok dilakukan menjelang 21 hari setelah penanaman padi, hasil yang diperoleh dari lapangan bahwa sebagian besar responden melakukan penyiangan lebih dari 21 hari setelah tanam, sedangkan untuk melakukan penyiangan sebagian responden masih menggunakan herbisida. Hasil yang diperoleh dari lapangan bahwa sebagian responden masih belum sepenuhnya mengetahui manfaat penyiangan gulma yang dilakukan secara mekanis, manfaat penyiangan gulma secara mekanis yaitu akan meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah dan meningkatkan porositas tanah yang dapat merangsang pertumbuhan akar sehingga akan meningkatkan produktivitas tanaman.
114
2. Perbedaan tingkat produktivitas sebelum dan setelah program SL-PTT Produktivitas padi sebagai variabel Z merupakan perbedaan antara sebelum dan setelah adanya program SL-PTT. Hasil data dilapangan diperoleh bahwa rata-rata produktivitas sebelum adanya program SL-PTT sebesar 5,34 ton/ha, sedangkan setelah adanya program SL-PTT produktivitas padi sebesar 7,03 ton/ha (dapat dilihat pada lampiran Tabel 44). Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan produktivitas padi antara sebelum dan setelah adanya program.
Perbedaan yang nyata antara produktivitas sebelum dan setelah adanya program SL-PTT menunjukkan bahwa variabel Z menunjukkan perbedaan yang signifikan antara produktivitas sebelum dan setelah adanya program SL-PTT. Hal ini disebabkan karena setelah mengikuti program SL-PTT responden telah menerapkan teknologi anjuran SL-PTT dalam budidaya padi, walaupun belum semua responden menerapkan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi. Tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi merupakan komponen yang memperlancar produksi dalam suatu pembudidayaan padi. Tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT dalam budidaya padi terdiri dari komponen-komponen teknologi yang diterapkan dalam PTT, yakni : penggunaan varietas unggul, penggunaan benih bermutu, pemberian bahan organik, pengaturan populasi tanaman dengan sistem jajar legowo, pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah, pengendalian organisme pengganggu tanaman dengan pendekatan PHT, pengolahan tanah, penggunaan bibit muda,
115
tanam bibit 2-3 batang per rumpun, pemberian air pada tanaman secara efektif dan efisien, penyiangan secara mekanis, dan yang terakhir adalah penanganan proses panen dan pasca panen tepat waktu.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus tentang efektivitas program SL-PTT dalam peningkatan produktivitas padi sawah maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Efektivitas pelaksanaan program SL-PTT padi sawah di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari ketercapaian keberhasilan tujuan program SL-PTT dan dengan adanya peningkatan produktivitas. 2. Faktor-faktor yang berhubungan nyata dengan efektivitas program SL-PTT padi sawah di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus adalah tingkat partisipasi anggota, tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan, tingkat pengetahuan anggota tentang program SL-PTT, dan tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi. Faktor yang tidak berhubungan dengan efektivitas program SL-PTT padi sawah adalah kesesuaian waktu pencairan dana. 3. Tingkat produktivitas padi sawah di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus tergolong cukup tinggi, dimana rata-rata produktivitas padi sebelum adanya program SL-PTT berada dalam
117
klasifikasi sedang yaitu dengan nilai rata-rata produktivitas sebesar 5,34 ton/ha, sedangkan setelah adanya Program SL-PTT berada dalam klasifikasi sedang, tetapi dengan rata-rata produktivitas padi sebesar 7,03 ton/ha.
B. Saran
1. Perlu adanya perhatian dari dinas terkait yakni Dinas Pertanian seharusnya mempercepat dalam proses pencairan dana bantuan, sehingga dana bantuan yang diterima tepat pada waktunya yaitu sebelum proses penanaman padi berlangsung. Hal ini dimaksudkan agar dana yang diperoleh petani benar-benar dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan benih dan pupuk petani untuk meningkatkan produktivitas padinya. 2. Perlu adanya pengetahuan responden tentang penerapan teknologi budidaya yang lebih baik lagi. Pengetahuan tersebut berupa pengetahuan tentang penerapan teknologi budidaya yang sesuai anjuran program SL-PTT. Kegiatan penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan petani tentang penerapan teknologi budidaya padi sesuai anjuran tersebut, sehingga dapat meningkatkan produktivitas padi yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Aji, Kurnia Seto. 2011. Efektivitas Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Dalam Pemberdayaan Petani di Desa Trisno Maju Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran. Skripsi Universitas Lampung. Lampung. Aktivasari, Ovin. 2009. Efektifitas Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (LUEP) dalam Pemanfaatan Dana Penguatan Modal (DPM) untuk Pembelian Gabah Pada Kelompok Tani Mitra LUEP di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. Skripsi Universitas Lampung. Lampung. Badan Koordinasi Penyuluhan. 2010. Penerapan Pengelolaan Tanaman Padi Terpadu dalam Usahatani Provinsi Lampung. Bandar Lampung Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008. Teknologi Budidaya Padi. Departemen Pertanian. Bogor. Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung. 2010. Lampung dalam Angka Tahun 2010. Bandar Lampung. Dajan, A. 1986. Pengantar Metode Statistik Jilid II. LP3ES. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. 2011. KBBI Pusat Bahasa. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Departemen Pertanian. 2011. Pedoman Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi, Jagung, dan Kedelai. Bandar Lampung. Hernanto, Fadholi. 2005. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta. Lubis, Ibrahim. 1984. Pengendalian dan Pengawasan Proyek dalam Manajemen. Ghalia Indonesia. Jakarta. Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret. Maya, Dwi Lestari. 2009. Analisis Program Sistem Kebersamaan Ekonomi (SKE) dalam Meningkatkan Dinamika Kelompok Tani pada Kelompok Tani
119
Kakao di Desa Sumberhadi Kecamatan Melinting Kabupaten Lampung Timur. Skripsi Universitas Lampung. Lampung. Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. Nawawi, H dan Hadari, M. 1992. Kepemimpinan yang Efektif. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Nugroho, Pratudi. 2006. Efektifitas Pelatihan Peternakan Ayam Pedaging Bermitra dalam Rangka menghadapi Flu Burung(Afian Influenza) di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi Sarjana Pertanian. Oktaria, Dian. 2008. Efektivitas Program DPM-LUEP Dalam Menstabilkan Harga Gabah Di Kabupaten Lampung Tengah. Skripsi Universitas Lampung. Lampung. Pebrian. 2007. Analisis Efektivitas Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan bagi Keluarga Miskin di Kecamatan Teluk Betung Utara. Skripsi Universitas Lampung. Lampung. Pemerintahan Desa. 2010. Monografi Pekon Sidorejo Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten Tanggamus. Sidorejo Pitojo, S. 2000. Budi Daya Padi Sawah Tabela. Swadaya. Jakarta. Rusli, S. 1983. Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3ES. Jakarta. Rusmialdi, S. 1999. Hubungan Antara Ciri-Ciri Kontak Tani dan Perannya dalam Kaitan Kemampuan Kelompok Tani di Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung. Jurnal Sosio Ekonomika. Vol.5. no. 2. Hlm 106-113. Sekertariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Lampung. 2010. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah. Bakorluh. Bandar Lampung. Siegel, S. 1988. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. PT. Gramedia. Jakarta. Soeharjo, A. dan Dahlan Patong. 1973. Sendi-sendi Pokok Usahatani. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
120
Soekanto, S. 1985. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta. Sugeng, H.R. 2003. Bercocok Tanam Padi. Aneka Ilmu. Semarang. Sugiarto, D. Siagian, L.S. Sunarto, dan D. S. Oetomo. 2003. Teknik Sampling. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wibowo. 2007. Manajemen Perubahan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
LAMPIRAN
Tabel 40. Identitas responden
No.
Nama Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Eko Saman Admini Kasiran Rumadi Slamet M Suparno Bero Jumiran Miten Darsono Misdi Paijem Manto Usman Bambal Rebin Yatin Dasri Topik Dwi S Sage Suwito Samiyono M. Soleh Suwanto Subadri Sugianto
Kelompok Tani Sido Mukti Perintis Perintis Perintis Perintis Perintis Perintis Perintis Perdana Perdana Perdana Perdana Perdana Sido Mukti Sido Mukti Perdana Perdana Sido Mukti Sido Mukti Sido Mukti Sido Mukti Perintis Perintis Perintis Perintis Perintis Perdana
Umur (Tahun)
Jenis Kelamin
41 35 45 42 39 58 49 29 49 40 47 49 38 30 46 32 37 36 56 43 37 59 52 48 49 46 56
Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
Lama Pendidikan (Tahun) 6 9 9 6 6 4 8 9 5 6 9 9 9 6 9 9 9 6 6 12 9 12 6 9 9 9 12
Lama Berusahatani (Tahun) 15 10 8 15 20 35 15 7 20 25 15 10 20 15 12 15 10 25 20 5 20 30 35 20 15 18 20
Luas Lahan (Ha) 0.25 0.50 0.50 0.50 0.50 0.75 1.00 0.50 1.00 0.50 0.50 0.50 0.50 0.25 0.25 0.50 0.50 0.75 0.75 1.00 0.50 1.00 0.75 0.75 0.75 0.75 1.00
Status Kepemilikan Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri
122 Tabel 40. Lanjutan 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Suprianto Suparman Kodar Saeri Salimin Masdar Slamet Gupon Paryo Jumlah Rata-rata
Perdana Perdana Perdana Perdana Sido Mukti Sido Mukti Sido Mukti Sido Mukti Sido Mukti
39 59 39 34 62 38 61 59 46 1625 45.13
Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
9 9 3 6 5 6 9 5 9 279 7.75
15 20 13 15 22 18 25 15 20 638 17.72
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.50 0.75 26.25 0.72
Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri
123 Tabel 41. Variabel X (Faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas program SL-PTT) X1 No
X2
Nama
X3
X1
a
b
1 Eko
3
2
2 Saman
2
2
3 Admini
2
4 Kasiran
2
5 Rumadi 6 Slamet M
X4
X2
a
b
c
5
3
2
2
4
2
2
2
3
5
2
2
3
5
3
2
2
2
4
2
3
2
5
3
7 Suparno
3
2
5
8 Bero
1
2
3
X5
X3
a
b
c
d
7
3
1
2
3
6
3
1
2
2
2
6
3
1
2
2
7
3
2
2
2
2
6
3
2
2
2
3
8
3
3
2
3
2
2
7
3
2
2
2
2
6
3
1
X4
8
b
a
b
c
a
b
a
b
a
b
c
a
b
c
a
b
c a b a
a
b
c
a
b
a
b
6
2
3
3
3
1
2
1
3
2
2
2
1
3
2
3
3
2
2 3 1 2
2
1
2
3
2
3
3
62
6
3
3
2
3
1
2
1
2
2
2
2
1
2
2
3
3
2
2 3 2 2
2
1
2
2
1
3
1
57
3
7
2
3
2
2
3
3
1
2
2
2
3
1
1
2
3
2
1
3 1 1 2
2
1
2
2
2
3
1
55
2
5
2
3
3
3
1
2
2
3
2
3
2
2
2
3
1
2
1
3 3 2 2
1
1
3
2
2
3
1
60
2
2
7
3
3
2
3
3
2
1
3
3
3
2
1
2
2
3
3
2
2 3 1 2
2
1
2
2
1
3
1
61
2
3
7
1
3
2
2
1
2
1
1
2
2
2
1
2
2
2
2
1
2 1 1 2
1
1
2
2
1
3
1
46
1
2
2
6
2
3
2
2
3
2
2
3
3
3
3
2
1
2
3
2
1
2 1 1 2
2
1
2
2
2
3
1
58
1
1
2
5
2
3
2
2
1
2
1
2
2
3
3
2
3
2
1
2
2
2 3 2 2
2
1
2
3
2
3
3
60
b
c
d
9
1
1
1
3
8
1
1
2
2
2
8
1
1
2
3
10
1
1
1
2
9
2
1
2
10
1
1
2
2
9
1
2
2
8
1
1
2
3
4
5
6
9
10
11
X5
7
a
a
12
9 Jumiran
3
3
6
2
2
2
6
3
1
2
3
9
1
1
1
2
5
1
3
3
3
1
2
2
2
3
3
2
1
2
2
1
2
2
2 3 1 2
2
1
2
2
2
3
3
58
10 Miten
2
3
5
2
2
2
6
3
2
2
3
10
1
1
2
3
7
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
1
3
2
1
3
2
3 3 1 2
2
1
3
2
1
3
1
60
11 Darsono
3
3
6
3
3
2
8
3
2
3
2
10
2
2
3
3
10
3
3
3
3
3
3
1
3
3
3
3
1
2
3
1
3
2
3 3 2 3
2
1
2
3
1
3
1
67
12 Misdi
1
2
3
2
2
2
6
3
2
2
2
9
1
1
2
2
6
2
3
2
2
1
2
1
3
2
2
3
2
3
3
2
2
1
2 3 1 2
1
1
2
2
1
3
1
55
13 Paijem
2
3
5
3
2
2
7
3
2
2
3
10
1
1
1
3
6
2
3
2
2
1
2
1
3
2
2
3
1
2
2
3
3
1
2 3 1 2
1
1
1
3
1
3
1
54
14 Manto
2
2
4
2
2
2
6
3
2
2
2
9
1
1
1
2
5
3
3
3
3
1
2
2
3
3
2
2
1
2
2
1
3
1
3 3 1 3
2
1
2
2
2
3
1
60
15 Usman
2
2
4
2
2
2
6
3
2
2
3
10
1
1
1
2
5
3
3
2
2
3
3
2
2
3
3
2
2
2
3
1
3
2
3 3 2 3
2
1
2
3
2
3
3
68
16 Bambal
1
2
3
3
2
2
7
3
2
2
2
9
1
1
2
3
7
2
3
3
3
1
3
2
3
2
2
2
1
2
3
3
2
2
2 3 1 2
2
1
2
2
2
3
1
60
17 Rebin
3
2
5
3
2
3
8
3
2
2
2
9
1
1
2
2
6
3
3
2
2
1
3
1
2
2
3
3
1
3
2
3
3
1
3 3 2 3
2
1
1
2
1
3
1
60
18 Yatin
2
2
4
2
2
2
6
3
3
3
3
12
1
1
2
3
7
1
3
2
2
1
2
1
1
2
2
2
1
2
2
1
2
1
2 1 1 2
1
1
2
2
1
3
1
45
19 Dasri
3
2
5
2
2
2
6
3
1
2
2
8
1
1
1
2
5
2
3
2
2
1
3
2
2
3
2
2
2
3
2
3
3
1
2 1 2 2
2
1
1
2
1
3
1
56
20 Topik
2
2
4
3
2
2
7
3
1
2
3
9
1
1
2
3
7
2
3
2
2
1
2
1
2
2
2
2
1
3
2
3
3
1
2 1 1 2
2
1
2
2
1
3
1
52
21 Dwi S
2
2
4
3
2
2
7
3
2
2
2
9
1
1
1
2
5
3
3
2
2
3
2
1
3
2
2
3
1
2
3
1
2
1
2 1 1 1
2
1
2
2
2
3
1
54
22 Sage Suwito
3
3
6
3
3
2
8
3
3
2
2
10
2
2
3
3
10
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3 1 2 1
2
1
2
3
2
3
1
68
23 Samiyono
3
2
5
3
2
2
7
3
2
2
2
9
1
2
3
2
8
2
3
2
3
1
2
1
2
2
2
3
1
2
2
1
2
2
2 3 2 2
2
1
2
2
2
3
1
55
24 M. Soleh
3
3
6
2
2
3
7
3
2
2
3
10
2
1
2
2
7
3
3
3
3
1
3
2
3
3
2
3
2
3
2
2
3
2
2 3 2 3
1
1
3
3
2
3
3
69
25 Suwanto
3
2
5
2
2
2
6
3
1
2
2
8
1
1
2
3
7
3
3
2
3
3
3
2
2
3
3
2
1
3
3
3
3
1
3 3 2 3
2
1
3
2
2
3
1
68
124 Tabel 41. Lanjutan 26 Subadri
1
2
3
2
2
2
6
3
1
2
2
8
1
1 1
2
5
1
3
2 2
1 2 1 1
2
2 2 1 2
2 2
2
1 2 1 1 2 1 1 2 2 1
3
1
46
27 Sugianto
3
3
6
3
3
2
8
3
2
3
2
10
1
1 1
3
6
3
3
2 3
3 3 2 3
2
3 3 2 3
2 3
3
1 3 1 2 3 2 1 3 2 2
3
3
69
28 Suprianto
3
2
5
3
2
2
7
3
2
2
2
9
1
1 2
2
6
2
3
2 2
1 2 1 2
2
3 2 2 2
3 3
3
1 2 3 2 3 2 1 3 2 2
3
1
60
29 Suparman
2
3
5
2
2
2
6
3
2
2
3
10
1
1 2
3
7
3
3
3 3
3 2 2 3
3
2 3 2 3
2 3
3
1 3 1 1 2 2 1 2 2 1
3
1
63
30 Kodar
3
2
5
2
2
2
6
3
2
2
2
9
2
2 3
3
10
2
3
3 3
1 2 1 3
2
2 2 2 3
2 3
2
1 2 1 2 3 1 1 2 2 1
3
3
58
31 Saeri
2
2
4
2
2
2
6
3
1
2
3
9
1
1 2
2
6
2
2
2 2
1 2 1 2
2
2 2 1 3
2 2
2
1 2 3 1 2 2 1 1 2 1
3
1
50
32 Salimin
3
3
6
2
2
2
6
3
3
2
2
10
1
1 1
3
6
3
3
3 3
3 3 2 3
3
3 3 1 2
3 3
3
2 3 1 1 2 1 1 2 3 2
3
3
68
33 Masdar
2
2
4
3
2
3
8
3
2
2
3
10
1
1 1
2
5
2
2
2 2
3 2 2 2
3
2 3 2 2
2 1
2
1 3 3 1 2 1 1 2 2 1
3
1
55
34 Slamet
2
3
5
3
2
2
7
3
1
3
2
9
1
1 1
3
6
2
3
2 2
3 2 2 2
2
2 2 2 3
3 1
2
1 2 1 2 3 2 1 3 2 2
3
1
58
35 Gupon
2
2
4
2
2
2
6
3
1
2
2
8
1
1 2
2
6
2
3
3 2
1 2 1 2
2
2 2 1 2
2 3
2
2 2 3 2 2 1 1 2 2 1
3
1
54
36 Paryo
2
3
5
2
2
2
6
3
1
2
2
8
2
1 2
2
7
2
2
2 2
3 2 2 2
3
2 3 2 2
2 1
2
1 3 3 1 2 1 1 2 2 1
3
1
55
Jumlah Modus
83 85 168 88 75 76 239 108 63 76 84 331 42 40 62 88 232 81 105 84 88 66 82 53 86 86 85 89 51 85 83 77 90 50 86 80 52 80 60 36 75 80 54 108 52 2104 5
6
9
6
60
Keterangan : X1 = Tingkat Partisipasi Anggota X2 = Tingkat Kemanfaatan Kegiatan Penyuluhan X3 = Tingkat Pengetahuan tentang Program X4 = Kesesuaian Waktu Pencairan Dana X5 = Tingkat Penerapan Teknologi Budidaya Padi X1 = Jumlah Tingkat Partisipasi Anggota X2 = Jumlah Tingkat Kemanfaatan Kegiatan Penyuluhan X3 = Jumlah Tingkat Pengetahuan tentang Program X4 = Jumlah KesesuaianWaktu Pencairan Dana X5 = Jumlah Tingkat Penerapan Teknologi Budidaya Padi 1 = Varietas unggul 2 = Penggunaan benih bermutu dan berlabel 3 = Pemberian bahan organik
4 5 6 7 8 9 10 11 12
= Pengaturan populasi tanaman dengan sisitem jajar legowo = Pemupukan berdasarkan kebutuhan dan status hara = Pengendalian OPT = Pengolahan tanah = Penggunaan bibit muda = Penanaman bibit 2-3 batang per rumpun = Pengairan secara efektif dan efisien = Penyiangan dengan landak dan gasrok = Panen dan pasca panen
125 Tabel 42. Rekapitulasi variabel Y(efektivitas program SL-PTT) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Nama
Eko Saman Admini Kasiran Rumadi Slamet M Suparno Bero Jumiran Miten Darsono Misdi Paijem Manto Usman Bambal Rebin Yatin Dasri Topik Dwi S Sage Suwito Samiyono M. Soleh Suwanto Subadri Sugianto Suprianto Suparman Kodar Saeri Salimin Masdar Slamet Gupon Paryo Jumlah Modus Keterangan : Y
a 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 84
b 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 78
Efektivitas program SL-PTT c d e f g 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 83 85 78 89 107
Y 17 16 16 17 16 17 16 15 16 15 19 15 17 15 14 15 17 15 20 16 15 20 17 18 19 17 19 19 19 16 17 19 18 11 15 15 598 15
= Efektivitas program SL-PTT Y = Jumlah efektivitas program SL-PTT
126
Tabel 43. Produktivitas padi sawah sebelum dan setelah program SL-PTT Produktivitas No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Nama Eko Saman Admini Kasiran Rumadi Slamet M Suparno Bero Jumiran Miten Darsono Misdi Paijem Manto Usman Bambal Rebin Yatin Dasri Topik Dwi S Sage Suwito Samiyono M. Soleh Suwanto Subadri Sugianto Suprianto Suparman Kodar Saeri Salimin Masdar Slamet Gupon Paryo Jumlah Rata-rata
Luas lahan (Ha) 0.25 0.50 0.50 0.50 0.50 0.75 1.00 0.50 1.00 0.50 0.50 0.50 0.50 0.25 0.25 0.50 0.50 0.75 0.75 1.00 0.50 1.00 0.75 0.75 0.75 0.75 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.50 0.75 26.25 0.729166667
Sebelum adanya Program SL-PTT (ton/ha) 4.9 5.5 5.4 5.7 5.3 5.0 5.4 5.2 5.0 5.8 5.1 5.3 5.5 5.2 5.7 5.0 5.2 5.0 5.1 5.4 5.6 5.3 5.5 5.1 5.7 5.3 5.3 5.4 5.0 5.7 4.9 5.6 5.5 5.8 5.5 5.4 192.3 5.341666667
Setelah adanya Program SL-PTT (ton/ha) 6.7 7.1 7.0 7.3 6.9 6.5 7.4 7.1 7.0 7.4 6.9 7.1 7.3 7.0 7.2 6.8 7.0 6.9 6.9 7.0 7.0 7.4 7.0 7.2 7.5 6.9 7.5 7.0 6.9 7.2 6.8 7.1 7.0 7.0 6.9 6.5 253.4 7.038888889
127 Tabel 44. Hasil korelasi Rank Spearman (rs) antara tingkat partisipasi (X1) dengan efektivitas program SL-PTT (Y) Correlations Tingkat Partisipasi Anggota SL-PTT Spearman's rho Tingkat Partisipasi Anggota SL-PTT
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Efektivitas Program SL- Correlation PTT Coefficient Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Efektivitas Program SL-PTT
1.000
.360*
.
.031
36
36
.360*
1.000
.031
.
36
36
128 Tabel 45. Hasil korelasi Rank Spearman (rs) antara tingkat pengetahuan anggota tentang program SL-PTT (X2) dengan efektivitas program SL-PTT (Y)
Correlations Tingkat Pengetahuan
Spearman's rho
Tingkat Pengetahuan
Correlation Coefficient
Anggota Tentang
Efektivitas
Program SL-PTT
Program SL-PTT *
1.000
.331
.
.049
36
36
Anggota Tentang Program SL-PTT
Sig. (2-tailed) N
Efektivitas Program SL-PTT
Correlation Coefficient
.331
*
1.000
Sig. (2-tailed)
.049
.
36
36
N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
129 Tabel 46. Hasil korelasi Rank Spearman (rs) antara tingkat kemanfaatan kegiatan penyuluhan (X3) dengan efektivitas program SL-PTT (Y) Correlations
Spearman's rho
Tingkat Kemanfaatan Kegiatan Penyuluhan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Efektivitas Program SL-PTT
Tingkat Kemanfaatan
Efektivitas Program
Kegiatan Penyuluhan
SL-PTT *
1.000
.386
.
.020
36
36
Correlation Coefficient
.386
*
1.000
Sig. (2-tailed)
.020
.
36
36
N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
130 Tabel 47. Hasil korelasi Rank Spearman (rs) antara kesesuaian waktu pencairan dana (X4) dengan efektivitas program SL-PTT (Y) Correlations
Spearman's rho
Kesesuaian Waktu Pencairan Dana
Correlation Coefficient
Efektivitas Program
Pencairan Dana
SL-PTT
1.000
.164
.
.338
36
36
Correlation Coefficient
.164
1.000
Sig. (2-tailed)
.338
.
36
36
Sig. (2-tailed) N
Efektivitas Program SL-PTT
Kesesuaian Waktu
N
131 Tabel 48. Hasil korelasi Rank Spearman (rs) antara tingkat penerapan teknologi anjuran SL-PTT budidaya padi (X5) dengan efektivitas program SL-PTT (Y)
Correlations Tingkat Penerapan Teknologi Anjuran SL-PTT Budidaya
SL-PTT
Padi Spearman's rho
Tingkat Penerapan Teknologi Correlation Coefficient
Efektivitas Program
*
1.000
.336
.
.045
36
36
Sesuai Anjuran SL-PTT Budidaya Padi
Sig. (2-tailed) N
Efektivitas Program SL-PTT
Correlation Coefficient
.336
*
1.000
Sig. (2-tailed)
.045
.
36
36
N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).